repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/galih estu pambudi bab ii.pdf · 2017-09-14 ·...

19
18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi DBD Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai dengan tanda-tanda perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechia), ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun. Hal yang dianggap serius pada demam berdarah dengue adalah jika muncul perdarahan dan tanda-tanda syok/ renjatan (Mubin, 2009: 19). Fever Dengue (DF) adalah penyakit febris-virus akut, seringkali ditandai dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam, dan leukopenia sebagai gejalanya. Demam berdarah dengue (Dengue Haemoragick Frever/DHF) ditandai dengan empat gejala klinis utama: demam tinggi/ suhu meningkat tiba-tiba, sakit kepala supra, nyeri otot dan tulang belakang, sakit perut dan diare, mual muntah. Fenomena hemoragi, sering dengan hepatomegali dan pada kasus berat disertai tanda tanda kegagalan sirkulasi. Pasien ini dapat mengalami syok yang diakibatkan oleh kebocoran plasma. Syok ini disebut Sindrom Syock Dengue (DSS) dan sering menyebabkan fatal ( Mubin, 2009:19). Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Upload: others

Post on 23-Feb-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/Galih Estu Pambudi BAB II.pdf · 2017-09-14 · Author: KASIRUN Created Date: 9/11/2017 9:24:24 AM

18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi DBD

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang

disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang

ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang

jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai dengan tanda-tanda

perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechia), ruam (purpura).

Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun. Hal

yang dianggap serius pada demam berdarah dengue adalah jika muncul

perdarahan dan tanda-tanda syok/ renjatan (Mubin, 2009: 19).

Fever Dengue (DF) adalah penyakit febris-virus akut, seringkali

ditandai dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam, dan

leukopenia sebagai gejalanya. Demam berdarah dengue (Dengue Haemoragick

Frever/DHF) ditandai dengan empat gejala klinis utama: demam tinggi/ suhu

meningkat tiba-tiba, sakit kepala supra, nyeri otot dan tulang belakang, sakit

perut dan diare, mual muntah. Fenomena hemoragi, sering dengan

hepatomegali dan pada kasus berat disertai tanda – tanda kegagalan sirkulasi.

Pasien ini dapat mengalami syok yang diakibatkan oleh kebocoran plasma.

Syok ini disebut Sindrom Syock Dengue (DSS) dan sering menyebabkan fatal (

Mubin, 2009:19).

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 2: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/Galih Estu Pambudi BAB II.pdf · 2017-09-14 · Author: KASIRUN Created Date: 9/11/2017 9:24:24 AM

19

B. Etiologi

Penyakit demam berdarah dengue (dengue haemorrhagic fever) yang

disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes sebagai vektornya

bukan penyakit baru di Indonesia. Kasus pertamam DBD dilaporkan pada

tahun 1969 di Jakarta, bahkan jauh sebelumnya penyakit dengue, sebagai cikal

bakal munculnya penyakit DBD sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1779

(Handrawan Nadesul, 2007).

Demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang ter-masuk dalam

group B Antrhopod borne virus (arboviruse) dan sekarang dikenal sebagai

genus flavivirus, famili Flaviridae serta memiliki 4 jenis serotipe yaitu DEN-1,

DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 (Sri Rejeki, 2004). Infeksi dengan salah satu

stereotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang

ber-sangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain.

Seseorang yang tinggal di daerah endemik dengue dapat terinfeksi dengan 3

atau bahkan 4 serotipe selama hidupnya. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe

yang dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat.

C. Tanda dan gejala DBD

Diagnosa penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnosa

klinis dan laboratoris. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD yang dapat

dilihat dari penderita kasus DBD dengan diagnosa klinis dan laboratoris :

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 3: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/Galih Estu Pambudi BAB II.pdf · 2017-09-14 · Author: KASIRUN Created Date: 9/11/2017 9:24:24 AM

20

1. Diagnosa Klinis

a. Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38 – 40 º C).

b. Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji Tourniquet positif , Petekie

(bintik merah pada kulit), Purpura(pendarahan kecil di dalam kulit),

Ekimosis, Perdarahan konjungtiva (pendarahan pada mata), Epistaksis

(pendarahan hidung), Perdarahan gusi, Hematemesis (muntah darah),

Melena (BAB darah) dan Hematuri (adanya darah dalam urin).

c. Perdarahan pada hidung dan jusi.

d. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada

kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

e. Pembesaran hati (hepatomegali).

f. Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang,

tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.

g. Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya

selera makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.

2. Diagnosa Laboratoris

a. Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan

trombosit hingga 100.000 /mmHg.

b. Hemokonsentrasi, meningkatnya hematrokit sebanyak 20% atau lebih

(Depkes RI, 2005).

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 4: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/Galih Estu Pambudi BAB II.pdf · 2017-09-14 · Author: KASIRUN Created Date: 9/11/2017 9:24:24 AM

21

D. Epidemiologi kejadian DBD

Teori segetiga epidemiologi menjelaskan bahwa timbulnya penyakit

disebabkan oleh adanya pengaruh faktor penjamu (host), penyebab (agent) dan

lingkungan (environment) yang digambarkan sebagai segetiga. Perubahan dari

sektor lingkungan akan mempengaruhi host, sehingga akan timbul penyakit

secara individu maupun keseluruhan populasi yang mengalami perubahan

tersebut. Demikian juga dengan kejadian penyakit DBD yang berhubungan

dengan lingkungan.

Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang

ditularkan oleh nyamuk aegypti namun dapat juga ditularkan oleh nyamuk

aealbopictus tetapi peranannya dalam penyebaran penyakit ini sangat kecil

sekali, karena nyamuk ini biasanya hidup di kebun-kebun (Depkes RI, 2004c).

Pada prinsipnya kejadian penyakit yang digambarkan sebagai segitiga

epidemiologi menggambarkan hubungan tiga komponen penyebab penyakit,

yaitu penjamu, agen dan lingkungan seperti gambar berikut :

AGENT

HOST ENVIRONMENT

Gambar 2.1 Model klasik kausasi segetiga epidemiologi

Sumber: CDC, 2002 Gordis, 2000; Gerstman, 1998 ; Mausner dan Kramer,1985

dalam Murti (2003)

VEKTOR

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 5: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/Galih Estu Pambudi BAB II.pdf · 2017-09-14 · Author: KASIRUN Created Date: 9/11/2017 9:24:24 AM

22

Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan perlunya

analisis dan pemahaman masing-masing komponen lainnya, dengan akibat

menaikan atau menurunkan kejadian penyakit. Komponen untuk terjadinya

penyakit DBD yaitu :

1. Agent

Penyebab penyakit DBD ada 4 tipe (Tipe 1, 2, 3, dan 4), termasuk

dalam group B Antropod Borne Virus (Arbovirus) Dinkes Jateng (2005).

Dengue tipe 3 merupakan serotip virus yang dominan yang menyebabkan

kasus yang berat. Penularan penyakit demam berdarah dengue umumnya

ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty meskipun dapat juga

ditularkan oleh Aedes Albopictus yang hidup dikebun, Selain itu, spesies

Ades polynesiensis dan beberapa spesies dari kompleks Aedes scutellaris

juga dapat berperan sebagai vektor yang mentransmisikan virus dengue

(Djunaedi, 2006).

2. Host

Penjamu adalah manusia atau organisme yang rentan oleh pengaruh

agent, faktor penjamu adalah faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin,

pendidikan, pekerjaan, mobilisasi).

a. Umur

Kasus DBD selama tahun 1986-1973 kurang dari 95% adalah

anak dibawah umur 15 tahun. Selama tahun 1993-1998 meskipun

sebagian besar kasur DBD adalah anak berumur 5-14 tahun, namun

nampak adanya kecenderungan peningkatan kasus berumur lebih dari 15

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 6: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/Galih Estu Pambudi BAB II.pdf · 2017-09-14 · Author: KASIRUN Created Date: 9/11/2017 9:24:24 AM

23

tahun (Djunaedi, 2006),. Dengan kata lain, DBD banyak dijumpai pada

anak berumur 2-15 tahun. DBD lebih banyak menyerang anak-anak,

tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan

proporsi penderita penyakit DBD pada orang dewasa (Dinkes Jateng,

2005).

b. Jenis Kelamin

Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap

serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di

philiphines dilaporkan bahwa rasio antara jenis kelamin adalah 1:1.

Demikian pula di Thailand dilaporkan tidak ditemukan perbedaan

kerentanan terhadap serangan DBD antara anak laki-laki dan perempuan

(Djunaedi, 2006).

c. Mobilitas Penduduk

Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi

penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi

penyebaran epidemi dari Queensland ke New South Wales pada tahun

1942 adalah perpindahan personil militer dan angkatan udara, karena

jalur transportasi yang dilewati merupakan jalul penyebaran virus dengue

(Sutaryo, 2005)

d. Faktor internal manusia (Perilaku manusia)

Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas yang

timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara

langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Skiner (1938) dalam

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 7: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/Galih Estu Pambudi BAB II.pdf · 2017-09-14 · Author: KASIRUN Created Date: 9/11/2017 9:24:24 AM

24

Notoatmodjo (2007) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang

terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia merupakan

salah satu faktor yang banyak memegang peranan dalam menentukan

derajat kesehatan suatu masyarakat (Noor, 2008). Bentuk perilaku dibagi

menjadi:

1) Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah

orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour). Perilaku yang

didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada perilaku yang

tidak didasari oleh pengetahuan, biasanya pengetahuan seseorang

diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber

(Notoatmodjo, 2003).

2) Sikap

Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari

seseorang terhadap stimulus atau objek, baik yang bersifat interen

maupun eksteren sehingga manifestasi dari sikap tidak dapat langsung

dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku

yang tertutup tersebut. Tingkatkan sikap adalah menerima, merespon,

menghargai, dan bertanggung jawab. Sikap seseorang sangat

mempengaruhi perilaku baik sikap positif maupun negatif (Sunaryo,

2004).

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 8: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/Galih Estu Pambudi BAB II.pdf · 2017-09-14 · Author: KASIRUN Created Date: 9/11/2017 9:24:24 AM

25

3) Praktik atau tindakan

Menurut Notoatmodjo (2007), praktik atau tindakan adalah

sesuatu yang dilakukan atau perbuatan. Tindakan terdiri dari empat

tingkatan yaitu:

a) Perception (Persepsi), mengenal dan memilih berbagai objek

sehubungan dengan tindakan yang akan diambil

b) Guilded response (Respon terpimpin), melakukan sesuatu sesuai

dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.

c) Mechanism (Mekanisme), apabila seseorang telah dapat melakukan

sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuai itu sudah

merupakan kebiasaan

d) Adoption (Adopsi), suatu praktek atau tindakan yang sudah

berkembang dengan baik. Tindakan itu sudah dimodifikasinya

tanpa mengurangi kebenaran tindakan.

Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu

terbentuk di dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama,

yaitu :

1) Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri

seseorang. Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan,

baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya,

ekonomi, maupun politik.

2) Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri

seseorang. Faktor internal yang menentukan seseorang merespon

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 9: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/Galih Estu Pambudi BAB II.pdf · 2017-09-14 · Author: KASIRUN Created Date: 9/11/2017 9:24:24 AM

26

stimulus dari luar dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi,

motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya.

Dari penelitian-penelitian yang ada, faktor eksternal merupakan

faktor yang memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku

manusia karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana

seseorang itu berada (Notoatmodjo,2007 : 136).

3. Environment

a. Lingkungan fisik yaitu keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh

terhadap manusia baik secara lamgsung, maupun terhadap lingkungan

biologis dan lingkungan sosial manusia (Noor, 2008). Faktor lingkugan

fisik yang berpengaruh terhadap kejadian DBD antara lain: suhu udara.

Nyamuk dapat bertahan pada suhu udara rendah, tetapi metabolismenya

menurun atau bahkan berhenti bila suhunya turun dibawah suhu krisis.

Pada suhu yang lebih tinggi 35 C juga mengalami perubahan dalam arti

lebih lambat proses-proses fisiologis, rata-rata suhu optimum untuk

pertumbuhan nyamuk adalah 25 C- 30 C. Pertumbuhan nyamuk akan

berhenti sama sekali bila suhu kurang 10 C atau lebih dari 40 C (Depkes

RI, 2008).

Suhu mempengaruhi menetasnya larva Aedes aegypti menjadi

pupa dan dewasa. “Suhu yang terbaik menetaskan larva menjadi dewasa

antara suhu 26oC – 32oC, bila suhu terlalu ekstrim dibawah 26oC atau di

atas 32oC maka daya penetasan larva menjadi dewasa akan menurun.

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 10: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/Galih Estu Pambudi BAB II.pdf · 2017-09-14 · Author: KASIRUN Created Date: 9/11/2017 9:24:24 AM

27

Walaupun pada suhu 10oC larvaAedes aegypti akan menetas tapi tidak

begitu sempurna” (Clement, 1992 dalam Cahyati (2006). Faktor suhu

akan dipengaruhi oleh curah hujan pada suatu daerah, sehingga faktor

iklim (curah hujan, suhu dan kelembaban udara) menjadi penting dalam

penentuan pengendalian DBD.

Kelembaban relatif dari suatu campuran udara-air didefinisikan

sebagai rasio dari tekanan parsial uap air dalam campuran terhadap

tekanan uap jenuh air pada temperatur tersebut.Perhitungan kelembaban

relatif ini merupakan salah satu data yang dibutuhkan (selain suhu, curah

hujan, dan observasi visual terhadap vegetasi) untuk melihat seberapa

kering areal perkebunan sehingga nantinya dapat ditentukan tingkat

potensi kebakaran lahan (Santoso, 2007).

Curah hujan yang tinggi akan menambah jumlah tempat

perindukan nyamuk alamiah. Perindukan nyamuk alamiah di luar

ruangan selain di sampah-sampah kering seperti botol bekas, kaleng-

kaleng juga potongan bambu sebagai pagar sering dijumpai di rumah-

rumah penduduk desa serta daun-daunan yang memungkinkan

menampung air hujan merupakan tempat perindukan yang baik untuk

bertelurnya Aedes aegypti (Prihatnolo, 2009).

Sampah dapat menjadi sarang atau tempat berkembangbiaknya

vektor penyakit yang akan membahayakan kesehatan. Pengelolaan

sampah padat seperti kaleng-kaleng bekas, ban bekas, ember bekas dan

sebagainya yang tidak terkontrol dengan baik yang berpotensi

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 11: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/Galih Estu Pambudi BAB II.pdf · 2017-09-14 · Author: KASIRUN Created Date: 9/11/2017 9:24:24 AM

28

menampung air pada musim hujan akan menjadi tempat yang cocok bagi

vektor Aedes aegypti untuk berkembangbiak. Penyakit DBD dapat juga

meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampah kurang

memadai (Soemirat, 2011).

Menurut Fathi, et al (2005) keberadaan jentik pada kontainer

dapat dilihat dari letak, macam, bahan, warna, bentuk volume dan

penutup kontainer serta asal air yang tersimpen dalam kontainer sangat

mempengaruhi nyamuk Aedes aegypti betina untuk menentukan pilihan

tempat bertelurnya. Keberadaan kontainer sangat berperan dalam

kepadatan vektor nyamuk Aedes, karena semakin banyak kontainer akan

semakin banyak tempat perindukan dan akan semakin padat populasi

nyamuk Aedes. Semakin padat populasi nyamuk Aedes, maka semakin

tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD dengan waktu penyebaran lebih

cepat sehingga jumlah kasus penyakit DBD cepat meningkat yang pada

akhirnya mengakibatkan terjadinya KLB.

b. Lingkungan sosial yaitu berpengaruh terhadap kejadian DBD adalah

kepadatan penduduk dan mobilitas. Kepadatan penduduk yang tinggi

akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang

berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD

tersebut. Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi

penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi

penyebaran epidemi dari Queensland ke New South Wales pada tahun

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 12: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/Galih Estu Pambudi BAB II.pdf · 2017-09-14 · Author: KASIRUN Created Date: 9/11/2017 9:24:24 AM

29

1942 adalah perpindahan personil militer dan angkatan udara, karena

jalur transportasi yang dilewati merupakan jalur penyebaran virus dengue

(Sutaryo, 2005).

Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan nomor 829 tahun

1999 tentang kesehatan perumahan menetapkan bahwa luas ruang tidur

minimal 8m2

dan tidak dianjurkan untuk digunakan lebih dari dua orang

dalam satu ruangan. Dengan kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah

penularan penyakit dan melancarkan aktifitas. Keadaan tempat tinggal

yang padat dapat meningkatkan faktor polusi dalam rumah yang telah

ada.

c. Lingkungan biologis yang mempengaruhi penularan DBD terutama

adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, yang

mempengaruhi kelembaban, pencahayaan di dalam rumah, merupakan

tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap dan beristirahat

(Soegijanto, 2003)

Pencahayaan alami dan atau buatan langsung maupun tidak

langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux

dan tidak menyilaukan. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan

rumah, terutama cahaya matahari yang masuk menyebabkan kenyamanan

berkurang, merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan

berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya, terlalu banyak cahaya di

dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusak mata

(Syafrudin, 2011).

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 13: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/Galih Estu Pambudi BAB II.pdf · 2017-09-14 · Author: KASIRUN Created Date: 9/11/2017 9:24:24 AM

30

E. Perawatan keluarga

1. Definisi keluarga

Keluarga adalah sekelompok orang yang dihubungkan oleh

keturunan atau perkawinan. Sementara itu, menurut WHO keluarga adalah

anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah,

adopsi atau perkawinan. Keluarga adalah sebuah unit terkecil dalam

kehidupan sosial dalam masyarakatnya yang terdiri atas orang tua dan anak

baik yang terhubung melalui pertalian darah, perkawinan, maupun adopsi

(Friedman, 2011). Berdasarkan definisi di atas adalah bahwa sekelompok

individu yang di hubungkan dengan ikatan darah dan emosional, merasa

memiliki satu sama lain, memberikan dukungan, melakukan berbagai fungsi

dasar, memelihara pertumbuhan psikososial melalui pola interaksi.

2. Tugas keluarga

Tugas kesehatan keluarga adalah keluarga harus mampu merawat

anggota keluarganya yang terkena DBD. Keluarga mempunyai kemampuan

untuk memberikan perawatan pertama pada anggotanya yang terkena DBD

karena penyakit DBD akan sangat fatal akibatnya jika keluarga tidak segera

memberikan perawatan pertama pada penderita DBD. Keluarga juga harus

dapat menciptakan lingkungan yang sehat. Kemampuan keluarga ini sangat

erat hubungannya dengan pencegahan penyakit DBD karena nyamuk

penyebab DBD dapat berkembangbiak di lingkungan rumah yang tidak

diperhatikan oleh keluarga. Keluarga dapat melakukan tindakan 3M pada

lingkungan rumahnya untuk mencegah terjadinya DBD (Marlina, 2007).

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 14: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/Galih Estu Pambudi BAB II.pdf · 2017-09-14 · Author: KASIRUN Created Date: 9/11/2017 9:24:24 AM

31

Tugas tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan menurut

friedman (2010) adalah

a. Mengenal kesehatan perkembangan setiap anggota keluarga

b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat

c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit

d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan

dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas

kesehatan

3. Perawatan Kesehatan Keluarga dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk

Pemberantasan sarang nyamuk atau PSN adalah kegiatan

memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular demam berdarah

dengue di tempat-tempat perkembangbiakannya (Susanti, 2012). Cara

pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan melakukan

menguras, menutup, mengubur (3M) plus. Keberhasilan kegiatan PSN

antara lain populasi nyamuk aedes aegypty dapat dikendalikan sehingga

penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.

Menurut Aida (2004) menyatakan PSN akan dilakukan lewat tujuh

tatanan, yaitu rumah tangga (perumahan, apartemen), tempat umum (taman,

pemakaman, pasar, pusat pembelanjaan), tempat penjual makanan

(restoran), fasilitas oleh raga (kolam renang, lapangan tenis), fasilitas

pendidikan (sekolah), tempat kerja (perkantoran, pabrik), serta fasilitas

kesehatan (klinik, rumah sakit). Masing-masing tatanan ada pelaksana dan

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 15: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/Galih Estu Pambudi BAB II.pdf · 2017-09-14 · Author: KASIRUN Created Date: 9/11/2017 9:24:24 AM

32

penanggung jawab. Misalnya diperumahan pelaksananya adalah pemilik

rumah, sedang penanggung jawab adalah ketua rukun tetangga (RT).

Adapun pengertian PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)

merupakan upaya untuk mengurangi jumlah nyamuk dengan melakukan

pemberantasan jentiknya. Karena fogging yang selama ini tidak bisa

membunuh semua nyamuk dewasa yang ada sedangkan satu nyamuk bisa

bertelur sebanyak 100 buah. Bisa dibayangkan jika kita tidak melakukan

pemberantasan sarang nyamuk, maka populasi nyamuk jumlahnya bisa

semakin bertambah banyak (Depkes RI, 2010).

Tempat perindukannya/sarang nyamuk aedes aegypti adalah

genangan air jernih yang tidak kena tanah (bersinggungan tanah) dimana

jumlah sarang nyamuk ini meningkat pada saat musim hujan.

Perkembangan hidup nyamuk dari telur menjadi dewasa sekitar 10-12 hari,

karena itu maka kegiatan PSN harus dilakukan minimal seminggu sekali. Di

Indonesia biasanya musim penularan terjadi pada bulan oktober sampai

bulan Mei, puncaknya januari sampai Maret. Masing-masing

kota/wilayah/daerah mempunyai pola penularannya masing-masing (FKUI,

2002).

Salah satu faktor untuk mendapatkan hidup sehat adalah melalui

pendidikan kesehatan. Ini berarti pendidikan PSN dengan sendirinya

diharapkan berpengaruh dalam kejadian DBD. Dalam pengaruh pendidikan

PSN dengan kejadian DBD melalui proses pendidikan, yaitu (Notoatmodjo,

2007) :

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 16: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/Galih Estu Pambudi BAB II.pdf · 2017-09-14 · Author: KASIRUN Created Date: 9/11/2017 9:24:24 AM

33

a. Pendidikan kesehatan didalam keluarga yang sepenuhnya menjadi

tanggung jawab para orangtua, dengan menitikberatka penanaman

kebiasaan-kebiasaan, norma-norma, dan sikap hidup sehat.

b. Pendidikan kesehatan didalam sekolah adalah tanggung jawab para guru

sekolah. Hal ini terwujud dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).

Tujuan pendidikan kesehatan sekolah, disamping melanjutkan

penanaman kebiasaan dan norma-norma hidup sehat kepada murid, juga

harus memberikan pengetahuan kesehatan.

c. Pendidikan kesehatan dimasyarakat yaitu dapat dilakukan melalui

berbagai lembaga dan organisasi masyarakat. Jadi, pendidikan kesehatan

adalah suatu penerapan konsep pendidikan didalam bidang kesehatan,

maka pendidikan kesehatan dapat didefinisikan sebagai usaha atau

kegiatan individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan

kemampuan (perilakunya), untuk mencapai kesehatan secara optimal.

Perilaku keluarga yang dimaksud dalam pencegahan DBD adalah

keterlibatan semua anggota keluarga baik tanggung jawab secara mental dan

emosional. Pengelolaan sarana yang diadakan agar tetap terjamin dan

terpelihara sehingga tidak menjadi perkembangbiakan vektor penyakit

DBD. Maironah (2005) mengatakan bahwa dalam melakukan pencegahan

DBD keluarga perlu melakukan beberapa metode yang tepat diantaranya:

a. Lingkungan, Metode ini digunakan untuk mengendalikan

perkembangbiakan nyamuk tersebut antara lain dengan gerakan

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 17: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/Galih Estu Pambudi BAB II.pdf · 2017-09-14 · Author: KASIRUN Created Date: 9/11/2017 9:24:24 AM

34

pemberantasan sarang nyamuk (PSN), memakai pakaian dengan lengan

panjang untuk menghindari gigitan nyamuk penyebab DBD, menghindari

tidur siang, menggunakan kelambu saat tidur, merapikan pakaian yang

bergelantung dibalik pintu.

b. Biologi, pencegahan DBD dengan metode biologi antara lain keluarga

dapat memelhara ikan pemakan jentik jika dirumah mereka terdapat

kolam.

c. Kimiawi, cara pencegahan DBD dengan menggunakan metode kimiawi

antara lain keluarga dapat memberikan bubuk abate pada tempat – tempat

penampungan air dengan dosis takaran 1 gram bubuk abate untuk 10 liter

air dan keluarga dapat juga melakukan pengasapan atau fogging dan

menggunakan obat nyamuk (obat nyamuk bakar, obat nyamuk semprop

dan lotion anti nyamuk).

Dengan demikian langkah penting dalam upaya pemberantasan

DBD melalui upaya PSN ialah memberikan penyuluhan kepada masyarakat

yang intensif. Pokok-pokok pesan penyuluhan yang disampaikan meliputi

pengenalan tanda-tanda, gejala-gejala DBD, dan cara pencegahan

penularannya dirumah dan lingkungan masing-masing yang disesuaikan

dengan pendidikan yang mereka miliki. Sarana yang dugunakan bisa

melalui pengajian, pertemuan warga, sedangkan penyuluhan masal bisa

dilakukan melalui media massa seperti TV, radio, majalah dan surat kabar.

(Chahaya, 2003)

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 18: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/Galih Estu Pambudi BAB II.pdf · 2017-09-14 · Author: KASIRUN Created Date: 9/11/2017 9:24:24 AM

35

F. Kerangka Teori

Gambar 2.2 Kerangka teori yang dimodifikasi oleh Mausner dan Krame,

1985 dalam Murti (2003)

G. Kerangka Konsep

Gambar.2.3. Kerangka konsep

Perawatan kesehatan keluarga dalam

Pemberantasan Sarang Nyamuk

- Faktor lingkungan fisik ( suhu,

kelembaban, indek kontainer )

- Faktor lingkungan biologis (

pengelolaan sampah, pencahayaan )

- Faktor lingkungan sosial ( mobilitas

penduduk, kepadatan penduduk

Kejadian DBD

Kejadian DBD Perawatan kesehatan keluarga

dalam Pemberantasan Sarang

Nyamuk

Kesehatan Keluarga

- Lingkungan

- Biologi

- Kimiawi

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017

Page 19: repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/Galih Estu Pambudi BAB II.pdf · 2017-09-14 · Author: KASIRUN Created Date: 9/11/2017 9:24:24 AM

36

H. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan

kerangka konseptual penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian

ini adalah

Ha : Ada hubungan perawatan kesehatan keluarga dalam pemberantasan

sarang nyamuk (PSN) dengan kejadian DBD

Ho : Tidak ada hubungan perawatan kesehatan keluarga dalam pemberantasan

sarang nyamuk (PSN) dengan kejadian DBD

Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017