repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/4120/3/galih estu pambudi bab ii.pdf · 2017-09-14 ·...
TRANSCRIPT
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi DBD
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti yang
ditandai dengan demam mendadak dua sampai tujuh hari tanpa penyebab yang
jelas, lemah atau lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai dengan tanda-tanda
perdarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechia), ruam (purpura).
Kadang-kadang mimisan, berak darah, muntah darah, kesadaran menurun. Hal
yang dianggap serius pada demam berdarah dengue adalah jika muncul
perdarahan dan tanda-tanda syok/ renjatan (Mubin, 2009: 19).
Fever Dengue (DF) adalah penyakit febris-virus akut, seringkali
ditandai dengan sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam, dan
leukopenia sebagai gejalanya. Demam berdarah dengue (Dengue Haemoragick
Frever/DHF) ditandai dengan empat gejala klinis utama: demam tinggi/ suhu
meningkat tiba-tiba, sakit kepala supra, nyeri otot dan tulang belakang, sakit
perut dan diare, mual muntah. Fenomena hemoragi, sering dengan
hepatomegali dan pada kasus berat disertai tanda – tanda kegagalan sirkulasi.
Pasien ini dapat mengalami syok yang diakibatkan oleh kebocoran plasma.
Syok ini disebut Sindrom Syock Dengue (DSS) dan sering menyebabkan fatal (
Mubin, 2009:19).
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
19
B. Etiologi
Penyakit demam berdarah dengue (dengue haemorrhagic fever) yang
disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk Aedes sebagai vektornya
bukan penyakit baru di Indonesia. Kasus pertamam DBD dilaporkan pada
tahun 1969 di Jakarta, bahkan jauh sebelumnya penyakit dengue, sebagai cikal
bakal munculnya penyakit DBD sudah dikenal di Indonesia sejak tahun 1779
(Handrawan Nadesul, 2007).
Demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang ter-masuk dalam
group B Antrhopod borne virus (arboviruse) dan sekarang dikenal sebagai
genus flavivirus, famili Flaviridae serta memiliki 4 jenis serotipe yaitu DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 (Sri Rejeki, 2004). Infeksi dengan salah satu
stereotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang
ber-sangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe yang lain.
Seseorang yang tinggal di daerah endemik dengue dapat terinfeksi dengan 3
atau bahkan 4 serotipe selama hidupnya. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe
yang dominan dan banyak berhubungan dengan kasus berat.
C. Tanda dan gejala DBD
Diagnosa penyakit DBD dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnosa
klinis dan laboratoris. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DBD yang dapat
dilihat dari penderita kasus DBD dengan diagnosa klinis dan laboratoris :
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
20
1. Diagnosa Klinis
a. Demam tinggi mendadak 2 sampai 7 hari (38 – 40 º C).
b. Manifestasi perdarahan dengan bentuk: uji Tourniquet positif , Petekie
(bintik merah pada kulit), Purpura(pendarahan kecil di dalam kulit),
Ekimosis, Perdarahan konjungtiva (pendarahan pada mata), Epistaksis
(pendarahan hidung), Perdarahan gusi, Hematemesis (muntah darah),
Melena (BAB darah) dan Hematuri (adanya darah dalam urin).
c. Perdarahan pada hidung dan jusi.
d. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada
kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
e. Pembesaran hati (hepatomegali).
f. Renjatan (syok), tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau kurang,
tekanan sistolik sampai 80 mmHg atau lebih rendah.
g. Gejala klinik lainnya yang sering menyertai yaitu anoreksia (hilangnya
selera makan), lemah, mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
2. Diagnosa Laboratoris
a. Trombositopeni pada hari ke-3 sampai ke-7 ditemukan penurunan
trombosit hingga 100.000 /mmHg.
b. Hemokonsentrasi, meningkatnya hematrokit sebanyak 20% atau lebih
(Depkes RI, 2005).
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
21
D. Epidemiologi kejadian DBD
Teori segetiga epidemiologi menjelaskan bahwa timbulnya penyakit
disebabkan oleh adanya pengaruh faktor penjamu (host), penyebab (agent) dan
lingkungan (environment) yang digambarkan sebagai segetiga. Perubahan dari
sektor lingkungan akan mempengaruhi host, sehingga akan timbul penyakit
secara individu maupun keseluruhan populasi yang mengalami perubahan
tersebut. Demikian juga dengan kejadian penyakit DBD yang berhubungan
dengan lingkungan.
Penyakit demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue yang
ditularkan oleh nyamuk aegypti namun dapat juga ditularkan oleh nyamuk
aealbopictus tetapi peranannya dalam penyebaran penyakit ini sangat kecil
sekali, karena nyamuk ini biasanya hidup di kebun-kebun (Depkes RI, 2004c).
Pada prinsipnya kejadian penyakit yang digambarkan sebagai segitiga
epidemiologi menggambarkan hubungan tiga komponen penyebab penyakit,
yaitu penjamu, agen dan lingkungan seperti gambar berikut :
AGENT
HOST ENVIRONMENT
Gambar 2.1 Model klasik kausasi segetiga epidemiologi
Sumber: CDC, 2002 Gordis, 2000; Gerstman, 1998 ; Mausner dan Kramer,1985
dalam Murti (2003)
VEKTOR
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
22
Untuk memprediksi pola penyakit, model ini menekankan perlunya
analisis dan pemahaman masing-masing komponen lainnya, dengan akibat
menaikan atau menurunkan kejadian penyakit. Komponen untuk terjadinya
penyakit DBD yaitu :
1. Agent
Penyebab penyakit DBD ada 4 tipe (Tipe 1, 2, 3, dan 4), termasuk
dalam group B Antropod Borne Virus (Arbovirus) Dinkes Jateng (2005).
Dengue tipe 3 merupakan serotip virus yang dominan yang menyebabkan
kasus yang berat. Penularan penyakit demam berdarah dengue umumnya
ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegepty meskipun dapat juga
ditularkan oleh Aedes Albopictus yang hidup dikebun, Selain itu, spesies
Ades polynesiensis dan beberapa spesies dari kompleks Aedes scutellaris
juga dapat berperan sebagai vektor yang mentransmisikan virus dengue
(Djunaedi, 2006).
2. Host
Penjamu adalah manusia atau organisme yang rentan oleh pengaruh
agent, faktor penjamu adalah faktor sosiodemografi (umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, mobilisasi).
a. Umur
Kasus DBD selama tahun 1986-1973 kurang dari 95% adalah
anak dibawah umur 15 tahun. Selama tahun 1993-1998 meskipun
sebagian besar kasur DBD adalah anak berumur 5-14 tahun, namun
nampak adanya kecenderungan peningkatan kasus berumur lebih dari 15
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
23
tahun (Djunaedi, 2006),. Dengan kata lain, DBD banyak dijumpai pada
anak berumur 2-15 tahun. DBD lebih banyak menyerang anak-anak,
tetapi dalam dekade terakhir ini terlihat adanya kecenderungan kenaikan
proporsi penderita penyakit DBD pada orang dewasa (Dinkes Jateng,
2005).
b. Jenis Kelamin
Sejauh ini tidak ditemukan perbedaan kerentanan terhadap
serangan DBD dikaitkan dengan perbedaan jenis kelamin (gender). Di
philiphines dilaporkan bahwa rasio antara jenis kelamin adalah 1:1.
Demikian pula di Thailand dilaporkan tidak ditemukan perbedaan
kerentanan terhadap serangan DBD antara anak laki-laki dan perempuan
(Djunaedi, 2006).
c. Mobilitas Penduduk
Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi
penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi
penyebaran epidemi dari Queensland ke New South Wales pada tahun
1942 adalah perpindahan personil militer dan angkatan udara, karena
jalur transportasi yang dilewati merupakan jalul penyebaran virus dengue
(Sutaryo, 2005)
d. Faktor internal manusia (Perilaku manusia)
Perilaku manusia pada hakekatnya adalah suatu aktifitas yang
timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara
langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Skiner (1938) dalam
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
24
Notoatmodjo (2007) perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang
terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia merupakan
salah satu faktor yang banyak memegang peranan dalam menentukan
derajat kesehatan suatu masyarakat (Noor, 2008). Bentuk perilaku dibagi
menjadi:
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
dalam membentuk tindakan seseorang (over behaviour). Perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih baik dari pada perilaku yang
tidak didasari oleh pengetahuan, biasanya pengetahuan seseorang
diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber
(Notoatmodjo, 2003).
2) Sikap
Sikap adalah reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap stimulus atau objek, baik yang bersifat interen
maupun eksteren sehingga manifestasi dari sikap tidak dapat langsung
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku
yang tertutup tersebut. Tingkatkan sikap adalah menerima, merespon,
menghargai, dan bertanggung jawab. Sikap seseorang sangat
mempengaruhi perilaku baik sikap positif maupun negatif (Sunaryo,
2004).
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
25
3) Praktik atau tindakan
Menurut Notoatmodjo (2007), praktik atau tindakan adalah
sesuatu yang dilakukan atau perbuatan. Tindakan terdiri dari empat
tingkatan yaitu:
a) Perception (Persepsi), mengenal dan memilih berbagai objek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil
b) Guilded response (Respon terpimpin), melakukan sesuatu sesuai
dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.
c) Mechanism (Mekanisme), apabila seseorang telah dapat melakukan
sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuai itu sudah
merupakan kebiasaan
d) Adoption (Adopsi), suatu praktek atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Tindakan itu sudah dimodifikasinya
tanpa mengurangi kebenaran tindakan.
Dari penjelasan di atas dapat disebutkan bahwa perilaku itu
terbentuk di dalam diri seseorang dan dipengaruhi oleh dua faktor utama,
yaitu :
1) Faktor eksternal, yaitu stimulus yang merupakan faktor dari luar diri
seseorang. Faktor eksternal atau stimulus adalah faktor lingkungan,
baik lingkungan fisik, maupun non-fisik dalam bentuk sosial, budaya,
ekonomi, maupun politik.
2) Faktor internal, yaitu respon yang merupakan faktor dari dalam diri
seseorang. Faktor internal yang menentukan seseorang merespon
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
26
stimulus dari luar dapat berupa perhatian, pengamatan, persepsi,
motivasi, fantasi, sugesti, dan sebagainya.
Dari penelitian-penelitian yang ada, faktor eksternal merupakan
faktor yang memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk perilaku
manusia karena dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya dimana
seseorang itu berada (Notoatmodjo,2007 : 136).
3. Environment
a. Lingkungan fisik yaitu keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh
terhadap manusia baik secara lamgsung, maupun terhadap lingkungan
biologis dan lingkungan sosial manusia (Noor, 2008). Faktor lingkugan
fisik yang berpengaruh terhadap kejadian DBD antara lain: suhu udara.
Nyamuk dapat bertahan pada suhu udara rendah, tetapi metabolismenya
menurun atau bahkan berhenti bila suhunya turun dibawah suhu krisis.
Pada suhu yang lebih tinggi 35 C juga mengalami perubahan dalam arti
lebih lambat proses-proses fisiologis, rata-rata suhu optimum untuk
pertumbuhan nyamuk adalah 25 C- 30 C. Pertumbuhan nyamuk akan
berhenti sama sekali bila suhu kurang 10 C atau lebih dari 40 C (Depkes
RI, 2008).
Suhu mempengaruhi menetasnya larva Aedes aegypti menjadi
pupa dan dewasa. “Suhu yang terbaik menetaskan larva menjadi dewasa
antara suhu 26oC – 32oC, bila suhu terlalu ekstrim dibawah 26oC atau di
atas 32oC maka daya penetasan larva menjadi dewasa akan menurun.
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
27
Walaupun pada suhu 10oC larvaAedes aegypti akan menetas tapi tidak
begitu sempurna” (Clement, 1992 dalam Cahyati (2006). Faktor suhu
akan dipengaruhi oleh curah hujan pada suatu daerah, sehingga faktor
iklim (curah hujan, suhu dan kelembaban udara) menjadi penting dalam
penentuan pengendalian DBD.
Kelembaban relatif dari suatu campuran udara-air didefinisikan
sebagai rasio dari tekanan parsial uap air dalam campuran terhadap
tekanan uap jenuh air pada temperatur tersebut.Perhitungan kelembaban
relatif ini merupakan salah satu data yang dibutuhkan (selain suhu, curah
hujan, dan observasi visual terhadap vegetasi) untuk melihat seberapa
kering areal perkebunan sehingga nantinya dapat ditentukan tingkat
potensi kebakaran lahan (Santoso, 2007).
Curah hujan yang tinggi akan menambah jumlah tempat
perindukan nyamuk alamiah. Perindukan nyamuk alamiah di luar
ruangan selain di sampah-sampah kering seperti botol bekas, kaleng-
kaleng juga potongan bambu sebagai pagar sering dijumpai di rumah-
rumah penduduk desa serta daun-daunan yang memungkinkan
menampung air hujan merupakan tempat perindukan yang baik untuk
bertelurnya Aedes aegypti (Prihatnolo, 2009).
Sampah dapat menjadi sarang atau tempat berkembangbiaknya
vektor penyakit yang akan membahayakan kesehatan. Pengelolaan
sampah padat seperti kaleng-kaleng bekas, ban bekas, ember bekas dan
sebagainya yang tidak terkontrol dengan baik yang berpotensi
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
28
menampung air pada musim hujan akan menjadi tempat yang cocok bagi
vektor Aedes aegypti untuk berkembangbiak. Penyakit DBD dapat juga
meningkat dengan cepat di daerah yang pengelolaan sampah kurang
memadai (Soemirat, 2011).
Menurut Fathi, et al (2005) keberadaan jentik pada kontainer
dapat dilihat dari letak, macam, bahan, warna, bentuk volume dan
penutup kontainer serta asal air yang tersimpen dalam kontainer sangat
mempengaruhi nyamuk Aedes aegypti betina untuk menentukan pilihan
tempat bertelurnya. Keberadaan kontainer sangat berperan dalam
kepadatan vektor nyamuk Aedes, karena semakin banyak kontainer akan
semakin banyak tempat perindukan dan akan semakin padat populasi
nyamuk Aedes. Semakin padat populasi nyamuk Aedes, maka semakin
tinggi pula risiko terinfeksi virus DBD dengan waktu penyebaran lebih
cepat sehingga jumlah kasus penyakit DBD cepat meningkat yang pada
akhirnya mengakibatkan terjadinya KLB.
b. Lingkungan sosial yaitu berpengaruh terhadap kejadian DBD adalah
kepadatan penduduk dan mobilitas. Kepadatan penduduk yang tinggi
akan mempermudah terjadinya infeksi virus dengue, karena daerah yang
berpenduduk padat akan meningkatkan jumlah insiden kasus DBD
tersebut. Mobilitas penduduk memegang peranan penting pada transmisi
penularan infeksi virus dengue. Salah satu faktor yang mempengaruhi
penyebaran epidemi dari Queensland ke New South Wales pada tahun
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
29
1942 adalah perpindahan personil militer dan angkatan udara, karena
jalur transportasi yang dilewati merupakan jalur penyebaran virus dengue
(Sutaryo, 2005).
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan nomor 829 tahun
1999 tentang kesehatan perumahan menetapkan bahwa luas ruang tidur
minimal 8m2
dan tidak dianjurkan untuk digunakan lebih dari dua orang
dalam satu ruangan. Dengan kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah
penularan penyakit dan melancarkan aktifitas. Keadaan tempat tinggal
yang padat dapat meningkatkan faktor polusi dalam rumah yang telah
ada.
c. Lingkungan biologis yang mempengaruhi penularan DBD terutama
adalah banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, yang
mempengaruhi kelembaban, pencahayaan di dalam rumah, merupakan
tempat yang disenangi nyamuk untuk hinggap dan beristirahat
(Soegijanto, 2003)
Pencahayaan alami dan atau buatan langsung maupun tidak
langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux
dan tidak menyilaukan. Kurangnya cahaya yang masuk kedalam ruangan
rumah, terutama cahaya matahari yang masuk menyebabkan kenyamanan
berkurang, merupakan media atau tempat yang baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sebaliknya, terlalu banyak cahaya di
dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusak mata
(Syafrudin, 2011).
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
30
E. Perawatan keluarga
1. Definisi keluarga
Keluarga adalah sekelompok orang yang dihubungkan oleh
keturunan atau perkawinan. Sementara itu, menurut WHO keluarga adalah
anggota rumah tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah,
adopsi atau perkawinan. Keluarga adalah sebuah unit terkecil dalam
kehidupan sosial dalam masyarakatnya yang terdiri atas orang tua dan anak
baik yang terhubung melalui pertalian darah, perkawinan, maupun adopsi
(Friedman, 2011). Berdasarkan definisi di atas adalah bahwa sekelompok
individu yang di hubungkan dengan ikatan darah dan emosional, merasa
memiliki satu sama lain, memberikan dukungan, melakukan berbagai fungsi
dasar, memelihara pertumbuhan psikososial melalui pola interaksi.
2. Tugas keluarga
Tugas kesehatan keluarga adalah keluarga harus mampu merawat
anggota keluarganya yang terkena DBD. Keluarga mempunyai kemampuan
untuk memberikan perawatan pertama pada anggotanya yang terkena DBD
karena penyakit DBD akan sangat fatal akibatnya jika keluarga tidak segera
memberikan perawatan pertama pada penderita DBD. Keluarga juga harus
dapat menciptakan lingkungan yang sehat. Kemampuan keluarga ini sangat
erat hubungannya dengan pencegahan penyakit DBD karena nyamuk
penyebab DBD dapat berkembangbiak di lingkungan rumah yang tidak
diperhatikan oleh keluarga. Keluarga dapat melakukan tindakan 3M pada
lingkungan rumahnya untuk mencegah terjadinya DBD (Marlina, 2007).
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
31
Tugas tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan menurut
friedman (2010) adalah
a. Mengenal kesehatan perkembangan setiap anggota keluarga
b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat
c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan
dan perkembangan kepribadian anggota keluarganya
e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan fasilitas
kesehatan
3. Perawatan Kesehatan Keluarga dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk
Pemberantasan sarang nyamuk atau PSN adalah kegiatan
memberantas telur, jentik dan kepompong nyamuk penular demam berdarah
dengue di tempat-tempat perkembangbiakannya (Susanti, 2012). Cara
pemberantasan sarang nyamuk dapat dilakukan dengan melakukan
menguras, menutup, mengubur (3M) plus. Keberhasilan kegiatan PSN
antara lain populasi nyamuk aedes aegypty dapat dikendalikan sehingga
penularan DBD dapat dicegah atau dikurangi.
Menurut Aida (2004) menyatakan PSN akan dilakukan lewat tujuh
tatanan, yaitu rumah tangga (perumahan, apartemen), tempat umum (taman,
pemakaman, pasar, pusat pembelanjaan), tempat penjual makanan
(restoran), fasilitas oleh raga (kolam renang, lapangan tenis), fasilitas
pendidikan (sekolah), tempat kerja (perkantoran, pabrik), serta fasilitas
kesehatan (klinik, rumah sakit). Masing-masing tatanan ada pelaksana dan
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
32
penanggung jawab. Misalnya diperumahan pelaksananya adalah pemilik
rumah, sedang penanggung jawab adalah ketua rukun tetangga (RT).
Adapun pengertian PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
merupakan upaya untuk mengurangi jumlah nyamuk dengan melakukan
pemberantasan jentiknya. Karena fogging yang selama ini tidak bisa
membunuh semua nyamuk dewasa yang ada sedangkan satu nyamuk bisa
bertelur sebanyak 100 buah. Bisa dibayangkan jika kita tidak melakukan
pemberantasan sarang nyamuk, maka populasi nyamuk jumlahnya bisa
semakin bertambah banyak (Depkes RI, 2010).
Tempat perindukannya/sarang nyamuk aedes aegypti adalah
genangan air jernih yang tidak kena tanah (bersinggungan tanah) dimana
jumlah sarang nyamuk ini meningkat pada saat musim hujan.
Perkembangan hidup nyamuk dari telur menjadi dewasa sekitar 10-12 hari,
karena itu maka kegiatan PSN harus dilakukan minimal seminggu sekali. Di
Indonesia biasanya musim penularan terjadi pada bulan oktober sampai
bulan Mei, puncaknya januari sampai Maret. Masing-masing
kota/wilayah/daerah mempunyai pola penularannya masing-masing (FKUI,
2002).
Salah satu faktor untuk mendapatkan hidup sehat adalah melalui
pendidikan kesehatan. Ini berarti pendidikan PSN dengan sendirinya
diharapkan berpengaruh dalam kejadian DBD. Dalam pengaruh pendidikan
PSN dengan kejadian DBD melalui proses pendidikan, yaitu (Notoatmodjo,
2007) :
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
33
a. Pendidikan kesehatan didalam keluarga yang sepenuhnya menjadi
tanggung jawab para orangtua, dengan menitikberatka penanaman
kebiasaan-kebiasaan, norma-norma, dan sikap hidup sehat.
b. Pendidikan kesehatan didalam sekolah adalah tanggung jawab para guru
sekolah. Hal ini terwujud dalam Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
Tujuan pendidikan kesehatan sekolah, disamping melanjutkan
penanaman kebiasaan dan norma-norma hidup sehat kepada murid, juga
harus memberikan pengetahuan kesehatan.
c. Pendidikan kesehatan dimasyarakat yaitu dapat dilakukan melalui
berbagai lembaga dan organisasi masyarakat. Jadi, pendidikan kesehatan
adalah suatu penerapan konsep pendidikan didalam bidang kesehatan,
maka pendidikan kesehatan dapat didefinisikan sebagai usaha atau
kegiatan individu, kelompok atau masyarakat dalam meningkatkan
kemampuan (perilakunya), untuk mencapai kesehatan secara optimal.
Perilaku keluarga yang dimaksud dalam pencegahan DBD adalah
keterlibatan semua anggota keluarga baik tanggung jawab secara mental dan
emosional. Pengelolaan sarana yang diadakan agar tetap terjamin dan
terpelihara sehingga tidak menjadi perkembangbiakan vektor penyakit
DBD. Maironah (2005) mengatakan bahwa dalam melakukan pencegahan
DBD keluarga perlu melakukan beberapa metode yang tepat diantaranya:
a. Lingkungan, Metode ini digunakan untuk mengendalikan
perkembangbiakan nyamuk tersebut antara lain dengan gerakan
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
34
pemberantasan sarang nyamuk (PSN), memakai pakaian dengan lengan
panjang untuk menghindari gigitan nyamuk penyebab DBD, menghindari
tidur siang, menggunakan kelambu saat tidur, merapikan pakaian yang
bergelantung dibalik pintu.
b. Biologi, pencegahan DBD dengan metode biologi antara lain keluarga
dapat memelhara ikan pemakan jentik jika dirumah mereka terdapat
kolam.
c. Kimiawi, cara pencegahan DBD dengan menggunakan metode kimiawi
antara lain keluarga dapat memberikan bubuk abate pada tempat – tempat
penampungan air dengan dosis takaran 1 gram bubuk abate untuk 10 liter
air dan keluarga dapat juga melakukan pengasapan atau fogging dan
menggunakan obat nyamuk (obat nyamuk bakar, obat nyamuk semprop
dan lotion anti nyamuk).
Dengan demikian langkah penting dalam upaya pemberantasan
DBD melalui upaya PSN ialah memberikan penyuluhan kepada masyarakat
yang intensif. Pokok-pokok pesan penyuluhan yang disampaikan meliputi
pengenalan tanda-tanda, gejala-gejala DBD, dan cara pencegahan
penularannya dirumah dan lingkungan masing-masing yang disesuaikan
dengan pendidikan yang mereka miliki. Sarana yang dugunakan bisa
melalui pengajian, pertemuan warga, sedangkan penyuluhan masal bisa
dilakukan melalui media massa seperti TV, radio, majalah dan surat kabar.
(Chahaya, 2003)
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
35
F. Kerangka Teori
Gambar 2.2 Kerangka teori yang dimodifikasi oleh Mausner dan Krame,
1985 dalam Murti (2003)
G. Kerangka Konsep
Gambar.2.3. Kerangka konsep
Perawatan kesehatan keluarga dalam
Pemberantasan Sarang Nyamuk
- Faktor lingkungan fisik ( suhu,
kelembaban, indek kontainer )
- Faktor lingkungan biologis (
pengelolaan sampah, pencahayaan )
- Faktor lingkungan sosial ( mobilitas
penduduk, kepadatan penduduk
Kejadian DBD
Kejadian DBD Perawatan kesehatan keluarga
dalam Pemberantasan Sarang
Nyamuk
Kesehatan Keluarga
- Lingkungan
- Biologi
- Kimiawi
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017
36
H. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat dan
kerangka konseptual penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian
ini adalah
Ha : Ada hubungan perawatan kesehatan keluarga dalam pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) dengan kejadian DBD
Ho : Tidak ada hubungan perawatan kesehatan keluarga dalam pemberantasan
sarang nyamuk (PSN) dengan kejadian DBD
Hubungan Perawatan Kesehatan..., Galih Estu Pambudi, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017