bab iv analisis dan pembahasan -...

32
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Klasis Pulau Ambon Gereja Protestan Maluku memiliki 28 Klasis, dan Klasis Pulau Ambon merupakan wilayah pelayanan GPM yang terbesar dengan jumlah jiwa 137.897 jiwa. Klasis GPM Pulau Ambon secara geografis berada di sebagian besar kawasan Pulau Ambon dan berkedudukan di dua pusat pemerintahan, yakni Pemerintahan Kabupaten Maluku Tengah dan Pemerintah Kota Ambon. Klasis GPM Pulau Ambon sendiri memiliki batas-batas wilayah pelayanan sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Leihitu Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Salahutu Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Leihitu Barat Klasis GPM Pulau Ambon beranggotakan 62 jemaat, yang memiliki komposisi jemaat sebagai berikut 7 (tujuh) jemaat berada di kabupaten Maluku Tengah, dan 55 jemaat di Kota Ambon. Sesuai data terakhir (pertengahan) tahun 2010, warga gereja di Klasis Pulau

Upload: lycong

Post on 04-Mar-2018

215 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

���

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Klasis Pulau Ambon

Gereja Protestan Maluku memiliki 28 Klasis, dan

Klasis Pulau Ambon merupakan wilayah pelayanan

GPM yang terbesar dengan jumlah jiwa 137.897 jiwa.

Klasis GPM Pulau Ambon secara geografis berada di

sebagian besar kawasan Pulau Ambon dan

berkedudukan di dua pusat pemerintahan, yakni

Pemerintahan Kabupaten Maluku Tengah dan

Pemerintah Kota Ambon. Klasis GPM Pulau Ambon

sendiri memiliki batas-batas wilayah pelayanan sebagai

berikut :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan

Leihitu

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Banda

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan

Salahutu

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan

Leihitu Barat

Klasis GPM Pulau Ambon beranggotakan 62

jemaat, yang memiliki komposisi jemaat sebagai berikut

7 (tujuh) jemaat berada di kabupaten Maluku Tengah,

dan 55 jemaat di Kota Ambon. Sesuai data terakhir

(pertengahan) tahun 2010, warga gereja di Klasis Pulau

���

Ambon berjumlah 137.897 jiwa dari 32.044 kepala

kelarga (KK) yang tersebar di 62 jemaat. Jumlah jiwa

terbesar ada di beberapa jemaat yakni jemaat

Rehoboth, Passo, Galala, Halong, Latuhalat, Waai, dan

Nehemia. Jemaat-jemaat yang ada dalam proses

pelayanan di dukung oleh Majelis Jemaat yang ada.

Proses pemilihan sesuai dengan ketentuan pemilihan

Majelis Jemaat Gereja Protestan Maluku. Sesuai

dengan data yang ada, jumlah Majelis Jemaat adalah

2.191 orang (Penatua dan Diaken). Dari data yang ada

sebagian besar Majelis Jemaat (Penatua dan Diaken)

pada periode (2010–2015) ini adalah Majelis Jemaat

(Penatua dan Diaken) yang sudah berpengalaman

melayani di periode sebelumnya. Berdasarkan database

pelayanan khusus (pendeta) di Klasis GPM Pulau

Ambon sesuai SK BHP/MPH Sinode GPM di Pulau

adalah 124 orang, yang terdiri dari Pendeta Organik di

kantor Klasis sebanyak 6 orang dan di jemaat sebanyak

117 orang.

Keberhasilan dan efektifitas pelayanan gereja

sangat bergantung pada ketersediaan aparatur pelayan

khusus dalam hal ini Pendeta (pegawai organik gereja).

Pendeta juga merupakan ketua majelis jemaat dan

sebagai pemimpin bagi organisasi gereja. Pendeta

dibantu oleh majelis jemaat (penatua dan diaken)

untuk melakukan tugas dan pelayanan. Proses ini

���

diperlukan sebagai faktor pendukung untuk

menunjang proses strategi pelayanan sebagai subyek

penggerak diharapkan dapat berperan secara

maksimal.

4.2 Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian ini seluruhnya

adalah Majelis Jemaat yakni penatua dan diaken

(Pekerja Harian Majelis Jemaat) Klasis Ambon yang

masih aktif masa pelayanannya. Bagian ini akan

membahas karakteristik responden berdasarkan jenis

kelamin, usia, pekerjaan, pendidikan terakhir, status

perkawinan, masa pelayanan yang sudah dijalaninya,

dan jemaat asal. Ringkasan berbagai karakteristk

tersebut dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

Karakteristik

Kategori

Jumlah Responden

Prosentase (%)

Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan

138 92

60.0 40.0

Usia 28–42 43–58 59–73

55 140 35

23.9 60,8 15,2

Pekerjaan Lainnya Nelayan Pegawai Swasta Pensiunan Petani PNS / BUMN Wiraswasta

35 3 9

34 28 99 22

13.5 1.3 3.9

14.8 12.2 43.0 9.6

Pendidikan SD SMP SMA

10 13 90

4.3 5.7

39.1

���

S1 S2 S3 Lainnya

86 9 3

20

37.4 3.9 1.3 7.9

Status Perkawinan

Belum Kawin Kawin

11 219

4.8 95.2

Masa Pelayanan

1 Periode 2 Periode

107 123

46.5 53.5

Sumber: Pengolahan data SPSS 2012

Dari tabel di atas tampak bahwa responden

terbanyak dalam penelitian ini berjenis kelain laki-laki

yakni (60%) di mana sebagian besar responden (60,8%)

berada pada kisaran usia 43–58 tahun. Data dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata yang

menjadi majelis berada di usia dewasa akhir, memasuki

masa usia lanjut awal. Sedangkan dari jenis pekerjaan

yang dimiliki, tampak bahwa 43.0 % responden

memiliki pekerjaan sebagai PNS/BUMN. Data ini

menunjukkan bahwa responden tidak hanya

mengabdikan diri pada pelayanan saja, namun tetap

memiliki pekerjaan lainnya yang juga menuntut

tanggung jawab yang tinggi. Sedangkan rata-rata

responden memiliki tingkat pendidikan yang cukup

tinggi, yaitu SMA sebanyak 90 responden (39.1%).

Bila dilihat dari data status perkawinan,

sebanyak 219 (95.2%) responden telah berkeluarga. Hal

ini menandakan bahwa seluruh responden memiliki

kewajiban lain yang harus diembankan, yaitu keluarga,

disamping pekerjaan dan pelayanan di gereja. Data

tentang masa pelayanan juga menunjukkan bahwa

���

responden sebagian besar telah menjalani masa 2

periode pelayanan, yaitu sebanyak 123 reponden

(53.5%).

Selanjutnya, tabel berikut ini menunjukkan

seluruh penatua dan diaken (Pekerja Harian Majelis

Jemaat) Klasis Pulau Ambon yang dapat mengisi

kuisioner. Pada Klasis Pulau Ambon terdapat 62

jemaat. Namun dalam prosesnya hanya 61 jemaat yang

bisa diambil datanya karena satu jemaat baru

terbentuk dua minggu, sehingga tidak memungkinkan

untuk diminta mengisi kuisioner dan satu jemaat tidak

mengembalikan kuisioner yang diminta. Masing-masing

jemaat diminta untuk mengisi emapat kuesioner

sehingga kuesioner yang terkumpul seharusnya 248

kuisioner yang dapat dirincikan sebagai berikut. Ada

dua belas jemaat yang hanya mengembalikan tiga

kuisioner dan ada satu jemaat yang hanya

mengembalikan dua kuisioner. Jadi, seluruhnya

terkumpul 230 kuisioner yang bisa digunakan dalam

penelitian ini. Rincian dari keterangan di atas dapat

dilihat pada lampiran.

Secara umum dapat diperoleh gambaran

mengenai responden dalam penelitian ini adalah secara

keseluruhan, responden laki-laki lebih banyak daripada

responden wanitanya, sebagian besar telah memasuki

usia dewasa akhir dan menjelang usai lanjut awal,

��

memiliki pekerjaan yang beragam namun didominasi

oleh PNS/BUMN yang rata-rata memiliki tingkat

pendidikan SMA. Sebagian besar responden telah

menikah dan rata-rata status masa pelayanan adalah

dua periode. Semua responden berasal dari Diaken dan

Penatua (Pekerja Harian Majelis Jemaat) Klasis Pulau

Ambon.

4.3. Uji Kualitas Instrumen

4.3.1 Uji Validitas

Validitas suatu item pertanyaan tergantung pada

taraf signifiansinya. Uji signifikansi dilakukan dengan

membandingkan nilai r hitung dengan nilai r tabel

degree of freedom (df) = n – 2, di mana n adalah jumlah

sampel. Bila r hitung lebih besar dari r tabel, maka

instrument dianggap valid. (Ghozali, 2006). Dalam

penelitian ini, sampel berjumlah 230, sehingga (df) =

228. Nilai r tabel dengan (df) = 228 adalah 0,1294. Hasil

uji validitas dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas

Variabel

Indikator

Corrected Item Total

Correlation (r hitung)

Keterangan

Kepemimpinan

Melayani

KM 1 .516 Valid KM 2 .630 Valid KM 3 .713 Valid KM 4 .687 Valid KM 5 .419 Valid KM 6 .608 Valid

��

KM 7 .682 Valid KM 8 .737 Valid KM 9 .682 Valid KM 10 .640 Valid

Motivasi Pelayanan

MP 11 .507 Valid MP 12 .547 Valid MP 13 .486 Valid MP 14 .507 Valid MP 15 .567 Valid MP 16 .339 Valid MP 17 .493 Valid MP 18 .547 Valid MP 19 .386 Valid MP 20 .593 Valid MP 21 .450 Valid MP 22 .180 Valid

Komitmen Pelayanan

KP 23 .236 Valid KP 24 .308 Valid KP 25 .140 Valid KP 26 .200 Valid KP 27 .504 Valid KP 28 .483 Valid KP 29 .243 Valid KP 30 .354 Valid KP 31 .363 Valid

Sumber : Pengolahan data SPSS 2013

Hasil pengujian pada tabel 4.2 di atas menunjukan

bahwa indikator-indikator yang ada memiliki nilai r

hitung leih besar dari r tabel sehingga data untuk

analisis lebih lanjut.

4.2.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan menghitung

nilai cronbach alpha. Sedang untuk reliabilitas, suatu

kuesioner dikatakan reliabel bila nilai alpha Cronbach >

0.6 (Ghozali: 2006). Berdasarkan hasil uji reliabilitas

���

yang dilakukan diperoleh Cronbach Alpha untuk

variabel-variabel dalam penelitian ini. Hasil uji

reliabilitas seperti yang tampak dalam tabel 4.3 di

bahwa ini menunjukan bahwa variabel yang ada

reliable dan dapat digunakan untuk analisis lebih

lanjut.

Tabel 4.3 Reliabilitas Item

Variabel Nilai Cronbach Alpha

Keterangan

Pendeta yang melayani 0.890 Reliabel Motivasi pelayanan 0.786 Reliabel Komitmen Pelayanan 0.610 Reliabel

Sumber : Pengolahan data SPSS 2013

4.4 Analisi Statistik Deskriptif

Gambaran mengenai variabel sevant leadership

(kepemimpinan melayani), motivasi pelayanan, dan

komitmen pelayanan dibahas dalam bagian analisis

statistik deskriptif berikut ini. Baik terhadap variabel

secara keseluruhan maupun terhadap setiap indikator

dari variabel yang diteliti berdasarkan nilai minimum,

maximum, mean, dan standar deviation. Nilai mean atau

rata-rata merupakan penilaian responden terhadap

ketiga variabel dan indikatr-indikatornya yang

dikategorikan mulai dari sangat rendaah sampai

dengan sangat tinggi. Sedangkan nilai standar deviasi

menunjukn seberapa besarnya variasi jawaban

responden terhadap pertanyaan yang diberikan. Jika

���

didapati nilai standar deviasi yang menjahui nol (0)

maka data dikatakan bervariasi, tetapi sebaliknya jika

standar deviasi mendekati (0) maka data tersebut tidak

beragam.

4.4.1 Statistik Deskriptif Kepemimpinan Melayani (Servant Leadership)

Servant leadership (kepemimpinan melayani)

adalah orientasi melayani yakni anggota organisasinya.

Kasih menjadi dasar kepemimpinannya, yang terwujud

dalam sikap, tutur kata, dan perilaku, sehingga dapat

memberikan nilai positif, yang dapat berpengaruh bagi

anggota organisasi. Untuk mengukur variabel ini

terdapat 10 pernyataan yang diajukan. Berikut ini

merupakan data statistik deskritif tentang pernyataan-

pernyataan untuk mengukur servant leadership

(kepemimpinan melayani).

Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Variabel

Kepemimpinan Melayani

No.

Indikator Empirik

Min

Max

Mean Standar Deviasi

1 Mendengar secara jelas kata-kata yang disampaikan oleh anggotanya

2 5 4.09 .630

2 Memahami dan merasakan penderitaan yang dialami anggotanya

2 5 4.33 .596

3 Melayani anggotanya dengan tulus dan sepenuh hati

2 5 4.39 .650

4 Kemampuan diri untuk mempengaruhi anggota dengan dapat bersosialisasi

2 5 4.25 .633

���

baik dengan anggota

5 Memiliki kepercayaan atau kharisma tersendiri

2 5 4.03 .731

6 Memberikan ide-ide yang baik dalam rapat-rapat

1 5 4.19 .661

7 Memiliki visi dan misi yang jelas

1 5 4.21 .628

8 Melayani dengan tampa pamrih

2 5 4.24 .726

9 Mampu menjadi contoh yang baik bagi anggotanya

1 5 4.24 .720

10 Membina hubungan baik dalam organisasi

1 5 4.30 .674

Kepemimpinan Melayani 1.60 5 4.23 0.665 Sumber : Pengolahan data SPSS 2013

Berdasarkan data statistik deskritif pada tabel

4.4 nampak bahwa nilai mean atau rata-rata

keseluruhan variabel servant leadership (kepemimpinan

melayani) adalah 4,23. Angka ini terletak pada interval

jawaban 4,21–5,00 yang berarti para responden merasa

bahwa pemimpin (pendeta) yang melayani di jemaatnya,

dalam kepemimpinan melayaninya sangat tinggi. Ini

juga dilakukan sesuai panggilannya sebagai seorang

hamba Tuhan. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar

0,66 menunjukan bahwa variasi jawaban responden

terhadap variabel ini relatif kecil atau tidak bervariasi.

Hal ini berarti jawaban responden menyebar ke dalam

lima kategori dengan kecenderungan yang sama yaitu

responden merasa bahwa servant leadership

(kepemimpinan melayani) yang dilakukan seorang

pendeta memiliki tinggkat yang sangat tinggi.

���

Selanjutnya nilai mean kesepuluh indikator juga

menunjukan bahwa servant leadership (kepemimpinan

melayani) seorang pendeta itu sangat tinggi, tujuh

indikator yang menunjukan kecendrungan dalam

melayani jemaat. Nilai mean sebesar 4,33 menunjukan

bahwa responden juga merasakan bahwa pendeta yang

ada di jemaatnya tidak hanya menjadi pemimpin

jemaat semata, tetapi mampu menjadi pemimpin yang

melayani jemaatnya. Dikarenakan pemimpin yang

diperlukan bukan untuk memikirkan kepentingan

dirinya sendiri tetapi, pemimpin (pendeta) terpanggil

untuk melayani jemaatnya dan mampu merasakan

penderitaan yang dialami jemaatnya. Responden yakin

bahwa keterpanggilan seorang pendeta dalam melayani

jemaatnya akan terbukti melalui, ketulusan hati dalam

melayani jemaatnya. Oleh sebab itu ketulusan hati

dalam melayani mampu menjadi modal bagi seorang

pendeta.

Selanjutnya, dari keseluruhan indikator, tidak

ada indikator yang termasuk dalam rata-rata rendah

atau kategori sangat rendah. Hal ini berarti bahwa rata-

rata responden yakin bahwa pemimpin jemaat atau

pendeta yang ketua majelis jemaat adalah servant

leadership (kepemimpinan melayani), fokus utama

melayani adalah jemaat, dimana cara hidup, tutur

���

kata, dan perilaku yang memberikan nilai positif dapat

memberikan pengaruh bagi jemaat.

4.3.2 Statistik Deskriptif Motivasi Pelayanan

Motivasi pelayanan merupakan dorongan yang

timbul dari dalam diri induvidu secara internal, untuk

melakukan panggilan pelayanan demi melayani

pelayanan-Nya. Karena motivasi pelayanan tidak bisa

diukur dari materi namun bentuk pengabdian diri,

sekaligus membagun kehidupan rohani atau spritual

agar tetap bertumbuh sekaligus memiliki relasi yang

baik dengan semua orang. Untuk mengukur variabel

motivasi pelayanan terdapat 12 pernyataan yang

diajukan. Tabel dibahwa ini merupakan data statistik

deskriptif tentang pertanyaan-pertanyaan untuk

mengukur motivasi pelayanan.

Tabel 4.5 Statistik Deskriptif Variabel

Motivasi Pelayanan

No.

Indikator Empirik

Min

Max

Mean Standar Deviasi

1 Melakukan tanggung jawab pelayanan adalah panggilan pelayanan

1 5 4.61 .539

2 Menyampaikan injil Tuhan

1 5 4.41 .660

3 Melakukan pelayanan tanpa mengharapkan imbalan

1 5 4.46 .690

4 Melayani orang lain merupakan tugas mulia

1 5 4.52 .697

5 Menjadi teladan bagi orang lain

2 5 4.23 .686

���

6 Menunjukan hidup kasih kepada sesama

2 5 4.16 .616

7 Berusaha menyelesaikan tugas yang sulit sekalipun

2 5 3.88 .739

8 Bertanggung jawab melayani sesama

1 5 4.40 .582

9 Pertumbuhan hidup rohani

1 5 3.85 .771

10 Mempunyai hubungan baik dengan semua orang

1 5 4.26 .525

11 Menjaga kerja sama antar rekan palayan

1 5 4.40 .588

12 Keinginan yang tinggi untuk selalu terlibat dalam pelaksanaan pelayanan.

1 5 3.30 1.309

Motivasi Pelayanan

1.25

5

4.21

0.700

Sumber : Pengolahan data SPSS 2013

Data statistik deskriptif pada tabel 4.5

menunjukan nilai mean atau rata-rata keseluruhan

variabel motivasi pelayanan hanya sebesar 4,21. Angka

ini terletak pada interval jawaban 4,21–5,00 yang

berarti para responden memiliki tingkat motivasi

pelayanan yang sangat tinggi. Selanjutnya nilai standar

deviasi sebesar 0,70 menunjukan bahwa variasi

jawaban responden terhadap variabel ini relatif kecil

atau tidak bervariasi. Hal ini berarti jawaban responden

menyebar ke dalam lima kategori dengan

kecenderungan yang sama yaitu memiliki tingkat

motivasi pelayanan yang rendah atau netral.

Dalam pengukuran variabel motivasi pelayanan

rata-rata tertinggi berada pada indikator melakukan

���

tanggung jawab pelayanan adalah panggilan pelayanan.

Indikator ini berada pada kategori sangat tinggi,

sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata responden

yakin bahwa melakukan pelayanan itu karena

termotivasi dengan memaknai panggilan pelayanan.

Sedangkan rata-rata terendah berada pada indikator

berusaha untuk selalu hadir dalam kegiatan pelayanan.

Indikator ini berada pada kategori tinggi, sehingga

menunjukkan bahwa responden tidak selalu merasa

harus hadir dalam kegiatan pelayanan.

Selanjutnya, dari keseluruhan indikator, tidak

ada indikator yang termasuk dalam sedang atau ada

dalam kategori rendah dan rendah sangat. Hanya ada

satu indikator yang rata-rata responden menjawab

netral, yaitu pada indikator ini berusaha untuk selalu

hadir dalam kegiatan pelayanan, hal ini terlihat dari

rata-rata responden sebesar 3,30. Hal ini berarti bahwa

rata-rata responden yakin bahwa termotivasi untuk

pelayanan.

4.3.3 Statistik Deskriptif Komitmen Pelayanan

Komitmen pelayanan ialah berjanji untuk

melakukan sesuatu baik dengan diri sendiri, orang lain,

atau juga suatu organisasi (gereja), maupun dengan

Tuhan. Komitmen juga dapat diartikan sebagai

pernyataan kehendak atau janji untuk dengan setia

���

melakukan sesuatu yang telah diputuskan. Untuk

mengukur variabel ini terdapat 9 pernyataan yang

diajukan. Tabel dibawah ini merupakan data statistik

deskriptif tentang pernyataan-pernyataan untuk

mengukur komitmen pelayanan.

Tabel 4.6 Statistik Deskriptif Variabel Komitmen Pelayanan

No.

Indikator Empirik

Min

Max

Mean

Standar Deviasi

1 Bangga menjadi bagian dari organisasi

1 5 4.11 .934

2 Yakin bahwa setiap keputusan organisasi adalah baik bagi anggota organisasi

1 5 4.40 .790

3 Akan tetap berusaha melakukan tugas demi kemajuan organisasi.

1 5 4.23 .772

4 Tidak merasa rugi jika harus mencurahkan banyak tenaga demi perkembangan dan kemajuan organisasi

1 5 3.55 .817

5 Melakukan tugas pelayanan dengan serius meskipun tidak diawasi

2 5 4.19 .543

6 Mau mengabdikan diri dengan seluruh kemampuan

2 5 4.26 .530

7 Bersedia menghabiskan waktu untuk kegiatan organisasi.

1 5 4.11 .612

8 Tetap memilih organisasi ini meski ada pilihan lain.

2 5 4.08 .641

9 Berkeinginan untuk bergabung kembali walaupun masa jabatan sudah selesai

2 5 3.84 .710

Komitmen Pelayanan 1,44 5 4.05 0.70

Sumber : Pengolahan data SPSS 2013

��

Berdasarkan data statistik deskriptif pada tabel

4.6 tampak nilai mean atau rata-rata keseluruhan

variabel komitmen pelayanan adalah sebesar 4.05.

angka ini terletak pada interval 3,41–4,20 yang

menunjukan secara keseluruhan para responden

selaku majelis jemaat (penatua dan diaken) yang

termaksud dalam struktur Pekerja Harian Mejelis

Jemaat (PHMJ) memiliki tingkat komitmen pelayanan

yang tinggi. Sedangkan nilai standar deviasi sebesar

0,70 menunjukkan nilai variasi jawaban responden

terhadap variabel rata-rata untuk variabel ini relatif

kecil atau tidak bervariasi. Hal ini berarti jawaban

responden menyebar ke dalam lima kategori dengan

kecenderungan yang hampir sama yaitu, tinggi bahwa

(penatua dan diaken) memiliki komitmen pelayanan

dalam melaksanakan tugasnya sebagai majelis jemaat

sekaligus Pekerja Harian Mejelis Jemaat (PHMJ).

Dalam pengukuran variabel komitmen

pelayanan rata-rata tertinggi berada pada indikator

mengabdikan diri dengan seluruh kemampuan.

Indikator ini berada pada kategori sangat tinggi,

sehingga dapat disimpulkan bahwa rata-rata majelis

yakin bahwa mengabdikan diri dengan seluruh

kemampuan terhadap pelayanan yang dijalani.

Sedangkan rata-rata terendah berada pada indikator

tidak merasa rugi jika harus mencurahkan banyak

��

tenaga demi perkembangan dan kemajuan organisasi.

Indikator ini berada pada kategori tinggi, sehingga

menunjukkan bahwa jemaat tidak merasa rugi saat

harus melayani sesamanya.

Selanjutnya, dari keseluruhan indikator, tidak

ada indikator yang termasuk dalam rata-rata rendah

atau ada dalam kategori sangat rendah, rendah dan

sedang. Hal ini berarti bahwa rata-rata responden yakin

bahwa komitmen pelayanan harus didahulukan

daripada kepentingan pribadi.

4.5 Uji Asumsi Klasik

Dalam perhitungan menggunakan analisis regresi

berganda di perlukan uji asumsi klasik. Uji asumsi

klasik dilakukan untuk mengethui apakah model

regresi yang dihasilkan merupakan model regresi yang

baik, sehingga dapat digunakan untuk melihat

pengaruh dari variabel independen terhadap variabel

dependennya (Ghozali: 2006). Jadi uji asumsi klasik

dilakukan terlebih dahulu sebelum melakukan uji

regresi linear.

4.5.1 Uji Multikolinearitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas

(independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak

���

terjadi korelasi di antara variabel independen. Menurut

Ghozali (2006), multikolinearitas dapat dilihat dari nilai

tolenrance dan variance inflantion factor (VIF). Nilai

cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya

multikolenearitas adalah nilai Tolenrance � 0.10 dan

VIF � 10. Dalam penelitian ini, dihasilkan beberapa

tabel tolerance dan VIF sesuai dengan jumlah hipotesis

yang ada. Berikut ini adalah hasil perhitungannya:

Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2.747 .319 8.612 .000 Motivasi Pelayanan

.353 .075 .296 4.685 .000 1.000 1.000

a. Dependent Variable: Kepemimpinan Melayani

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients Standardized Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.781 .260 6.853 .000 Komitmen Pelayanan

.595 .063 .528 9.389 .000 1.000 1.000

a. Dependent Variable: Motivasi Pelayanan

Coefficientsa

���

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 2.054 .244 8.427 .000 Motivasi Pelayanan

.461 .052 .519 8.806 .000 .912 1.096

Kepemimpinan Melayani

.022 .044 .029 .496 .620 .912 1.096

a. Dependent Variable: Komitmen Pelayanan

Sumber: data primer yang diolah 2013

Dari tabel-tabel di atas, terlihat bahwa syarat-

syarat uji multikolinearitas terpenuhi. Jadi dalam

model-model regresi tidak ditemukan adanya

multikolinearitas antar variabel indenpenden.

4.5.2 Uji Autokorelasi

Tujuan diadakannya uji autokorelasi adalah

untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada

korelasi antara kesalahan penganggu pada periode t

dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Model

regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari

autokorelasi. Dalam penelitian ini ada 3 hipotesis,

sehingga ada beberapa nilai Durbin – Watson (DW test)

yang dihasilkan. Berikut ini adalah hasil uji

autokorelasi menggunakan uji Durbin – Watson (DW

test).

���

Tabel 4.8 Uji Autokorelasi

No.

Variabel bebas

Nilai DW test

Dl

Du

Keputusan

1 Kepemimpinan

Melayani

1.934

1.664

1.684

Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif

2 Motivasi

Pelayanan

1.712

1.654

1.694

Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif

3 Pendeta yang melayani dan

Motivasi Pelayanan

1.710

1.653

1.693

Tidak ada autokorelasi, positif atau negatif

Tabel di atas, diketahui nilai DW masing-masing

hipotesis. Kemudian nilai ini akan dibandingkan

dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikan

5%, jumlah sampel 230 (n) dan disesuaikan dengan

jumlah variabel bebasnya, maka didapat nilai tabel dari

Durbin Watson (dl dan du). Dari perbandingan tersebut

di dapat kesimpulan bahwa tidak terdapat autokorelasi

yang positif dan negative pada setiap model regresi.

4.5.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance

dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang

lain. Model regresi yang baik adalah model regresi yang

tidak terjadi heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas

dapat dilihat melalui grafik scatterplot. Berikut ini

���

adalah diagram-diagram scatterplot dari semua model

regresi:

Diagram 4.1

���

Semua diagram scatterplot di atas, terlihat titik-

titiknya menyebar secara acak baik di atas maupun di

bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan

bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada setiap

model regresi atau setiap model regresi ini dapat

dipakai.

4.5.4 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah

dalam model regresi, variabel-variabel berdistribusi

normal. Uji normalitas dilakukan dengan melihat hasil

perhitungan uji kolmogorov smirnov. Berikut adalah

hasil perhitungannya:

���

Tabel 4.9 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized

Residual

Unstandardized

Residual

Unstandardiz

ed Residual

N 230 230 230

Normal

Parametersa

,,b

Mean .0000000 .0000000 .0000000

Std.

Deviation

.37941759 .29961290 .29945063

Most

Extreme

Differences

Absolute .043 .053 .052

Positive .038 .053 .052

Negative -.043 -.032 -.040

Kolmogorov-Smirnov Z .645 .796 .785

Asymp. Sig. (2-tailed) .800 .550 .569

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa semua

model regresi berdistribusi normal. Hal ini dapat di

lihat dari seluruh nilai p > 0,05. Syarat data normal

adalah memiliki p > 0,05 (Ghozali, 2006). Sedangkan

nilai kolmogorov smirnov dapat dilihat pada tabel di

atas.

4.6 Pengujian Hipotesis

Berikut ini adalah output table pengujian

hipotesis 1, 2 dan 3 dengan menggunakan SPSS 20.0

4.6.1 Pengujian Hipetesis 1

Tabel 4.10 Pengujian Hipotesis 1

���

Model Summaryb

Model R R

Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .296a .088 .084 .38025 1.934

a. Predictors: (Constant), Kepemimpinan Melayani b. Dependent Variable: Motivasi Pelayanan

Coefficientsa

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

T Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta

Tolerance VIF

1(Constant) 3.160

.226 13.973

.000

Kepemimpinan Melayani

.249 .053 .296 4.685 .000 1.000 1.000

a. Dependent Variable: Motivasi Pelayanan

Hipotesis pertama menyatakan bahwa

kepemimpinan melayani (servant leadership)

berpengaruh signifikan terhadap motivasi pelayanan

dari majelis jemaat. Hasil uji regresi linear sederhana

pada 4.10 uji parsial dilakukan untuk mengetahui

pengaruh dari variabel independen terhadap variabel

dependen. Dari hasil perhitungan di dapat nilai

koefisien signifikan sebesar 0,000, yang berarti bahwa

p < 0,05, menunjukkan bahwa hipotesis pertama

diterima. Artinya hipotesis pertama yang menyatakan

bahwa servant leadership (kepemimpinan melayani)

berpengaruh signifikan terhadap motivasi pelayanan

���

dari majelis jemaat terbukti. Ini berarti kepemimpinan

melayani seorang pendeta memberikan pengaruh

positif, yang timbul sebagai motivasi pelayanan dari

majelis jemaat (penatua dan diaken) sebagai patner

kerja dalam mengkordinasikan pelayanan.

4.6.2 Pengujian Hipotesis 2

Tabel 4.11 Gambaran Pengujian Hipotesis 2

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R

Square Std. Error of the Estimate Durbin-Watson

1 .528a .279 .276 .30027 1.712

a. Predictors: (Constant), Motivasi Pelayanan b. Dependent Variable: Komitmen Pelayanan

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1(Constant) 2.114 .211 10.001 .000

Motivasi Pelayanan

.469 .050 .528 9.389 .000 1.000 1.000

a. Dependent Variable: Komitmen Pelayanan

Hipotesis kedua menyatakan bahwa motivasi

pelayanan berpengaruh signifikan terhadap komitmen

pelayanan dari majelis jemaat. pada tabel 4.11

tampaknya hasil perhitungan didapat nilai

signifikannya sebesar 0,000 yang berarti p � 0,05.

Artinya bahwa, hipotesis H2 yang menyatakan bahwa

��

motivasi pelayanan berpengaruh signifikan terhadap

komitmen pelayanan diterima. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa motivasi pelayanan berpengaruh secara positif

terhadap komitmen pelayanan.

4.6.3 Pengujian Hipotesis 3

DESCRIPTIVES STATISTICS AND PEARSON CORRELATIONS Mean SD Komitmen Kepemimp Motivasi Komitmen 4.0894 .3528 1.0000 .1832 .5281 Kepemimp 4.2352 .4735 .1832 1.0000 .2963 Motivasi 4.2127 .3973 .5281 .2963 1.0000 SAMPLE SIZE 230 DIRECT And TOTAL EFFECTS Coeff s.e. t Sig(two) b(YX) .1365 .0485 2.8134 .0053 b(MX) .2486 .0531 4.6849 .0000 b(YM.X) .4613 .0524 8.8059 .0000 b(YX.M) .0218 .0439 .4961 .6203 INDIRECT EFFECT And SIGNIFICANCE USING NORMAL DISTRIBUTION Value s.e. LL 95 CI UL 95 CI Z Sig(two) Effect .1147 .0279 .0601 .1693 4.1153 .0000

Hipotesis ketiga dikemukakan untuk melihat

apakah terdapat peranan motivasi pelayanan sebagai

variabel mediasi antara servant leadership

(kepemimpinan melayani) dan komitmen pelayanan.

Pada hasil perhitungan sobel-test menunjukan bahwa

��

ada salah satu nilai signifikannya p > 0,05 (p = 0.6203),

yang berarti bahwa H3 ditolak atau dengan kata lain

motivasi pelayanan tidak bisa menjadi variabel mediasi

antara servant leadership (kepemimpinan melayani) dan

komitmen pelayanan ditolak. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa peranan motivasi pelayanan menjadi variabel

pemediasi antara servant leadership (kepemimpinan

melayani) dan komitmen pelayanan tidak memiliki

pengaruh.

4.7 Kesimpulan Hipotesis

Ringkasan kesimpulan dari pengujian hipotesis

pertama hingga ketiga dapat dilihat pada tabel 4.13

berikut ini.

Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Uji Hipotesis

Pernyataan Hipotesis Keputusan

H¹ Kepemimpinan Melayani (Servant Leadership) berpengaruh signifikan terhadap motivasi pelayanan dari Majelis Jemaat

Diterima

H² Motivasi pelayanan berpengaruh signifikan terhadap komitmen pelayanan dari Majelis jemaat

Diterima

H³ Peranan Motivasi pelaynan sebagai variabel mediasi antara Kepemimpinan dan komitmen

Ditolak

���

4.9 Pembahasaan dan Analisis

4.9.1 Pengaruh Servant Leadership (Kepemimpinan Melayani) Terhadap Motivasi Pelayanan.

Hipotesis pertama menyatakan bahwa servant

leadership (kepemimpinan melayani) berpengaruh

signifikan terhadap motivasi pelayanan dari majelis

jemaat. Dari pengujian, maka hasilnya mendukung

hipotesis pertama dan pengaruh yang ditunjukkan

bersifat positif, artinya ketika seorang pemimpin yang

melayani jemaatnya, maka hal tersebut secara

langsung juga turut meningkatkan motivasi pelayanan

dari majelis jemaat khususnya (Diaken dan Penatua),

selaku patner kerja dalam melakukan pelayanan

tersebut.

Pendeta sebagai pemimpin di dalam jemaat

(ketua majelis jemaat) diharapkan kepemimpinannya

memberikan makna positif atau pengaruh bagi

jemaatnya. Untuk itu orientasi kepemimpinan melayani

akan tercemin dari dimensi iman Kristen yang

berhubungan dengan, sikap kerendahan hati dan

pelayanan kepada Tuhan bahwa kekuatan

kepemimpinan selalu di bawah pengawasan Allah

(Justin Irving: 2004). Secara sinergi pendeta (pemimpin

jemaat) dan majelis jemaat (diaken dan penatua)

melakukan tugas dan perannya demi mendukung dan

menjalankan proses pelayanan di jemaat. Berdasarkan

���

data karakteristik responden, responden yang telah

menjalani masa pelayanan lebih dari satu periode lebih

banyak dibandingkan yang baru menjalankan masa

pelayanan. Dari hasil penelitian yang dilakukan

karakteristik kepemimpinan melayani pendeta menjadi

salah satu ukuran untuk responden termotivasi dalam

melakukan pelayanan.

Temuan ini diperkuat melalui hasil penelitian

Dilakukan oleh, Bront Kark serta Dina Va Dijk (2007);

Anderson et al., (2009). Mengemukakan bahwa

kepemimpinan mempunyai pengaruh dan memaikan

peran penting terhadap motivasi diri dari pengikutnya.

Begitupun dengan penelitian Smith, Monlango,

Kuzmenko (2004) menunjukan bahwa, servant

leadership (kepemimpinan melayani) diarahkan untuk

memotivasi pertumbuhan pribadi pengikut atau

anggotanya. Pendapat selanjutnya menurut Patterson

(2003) kepemimpinan melayani (servant leadership)

dengan menanamkan nilai cinta-kasih terhadap

pengikutnya, akan berpengaruh terhadap motivasi yang

muncul dalam diri pengikutnya untuk melayani. Selain

itu berdasarkan pengujian R-square, motivasi

pelayanan tidak hanya dipengaruhi oleh servant

leadership. Ada variabel-variabel lain yang pengaruhnya

lebih besar namun tidak diteliti dalam penelitian ini.

���

4.9.2 Pengaruh Motivasi Pelayanan Terhadap Komitmen Pelayanan

Hipotesis kedua menyatakan bahwa motivasi

pelayanan berpengaruh signifikan terhadap komitmen

pelayanan dari majelis jemaat. Dari pengujian, maka

hasilnya mendukung hipotesis kedua dan pengaruhnya

bersifat positif yang berarti bahwa motivasi pelayanan

majelis akan berpengaruh juga kepada komitmennya

dalam menjalankan pelayanan.

Salah satu tugas (diaken dan penatua) yakni

membantu pendeta (pemimpin jemaat) untuk

menjalankan dan mengarahkan pelayanan jemaat.

Dalam kenyataan (penatua dan diaken) kesehariannya,

memiliki profesi yang berbeda. Namun motivasi

pelayanan setiap induvidu harus jelas dan tidak bisa

diukur dengan materi, karena motivasi pelayanan

merupakan pengabdian individu. Motivasi pelayanan

merupakan sebuah panggilan atau kerja rohani atau

spiritual akan membuat induvidu berkomitmen. Ini

membuktikan bahwa motivasi diri untuk melayani bagi

pelayanan-Nya, memberikan tanggung jawab iman dan

memberikan kekuatan spiritual untuk berkomitmen

terhadap panggilan atau pekerjaan pelayaan.

Temuan ini semakin diperkuat oleh pendapat

Pendapat ini didukung oleh beberapa penelitian antara

lain, Jae (2000) serta Burton et al., (2002) hasil

���

menunjukan bahwa terdapat motivasi anggota

organisasi berpengaruh signifikan terhadap komitmen

organisasi. Pendapat selanjutnya penelitian KuVaas

Bard (2006) mengutip Furthermore, Ganesan and

Weitz, berpendapat bahwa ada hubungan positif antara

motivasi dan komitmen yang lebih terikat dengan

induvidu yang timbul dari dalam dirinya. Selain itu jika

dilihat dari nilai R-square, variabel motivasi pelayanan

tidak banyak dipengaruhi oleh variabel komitmen. Ada

variabel-variabel lain yang tidak disebutkan dalam

penelitian ini yang lebih besar pengaruhnya.

4.9.3 Peranan Motivasi pelayanan sebagai variabel pemediasi antara servant leadership dan komitmen pelayanan

Hipotesis ketiga menyatakan bahwa motivasi

pelayanan memiliki peran sebagai variabel pemediasi

antara servant leadership (kepemimpinan melayani) dan

komitmen pelayanan. Dari hasil pengujian, didapat

hasil bahwa hipotesis ketiga tidak terbukti. Hal ini

berarti bahwa variabel motivasi pelayanan tidak bisa

menjadi variabel pemediasi antara servant leadership

(kepemimpinan melayani) dan komitmen pelayanan

dalam penelitian ini. Dikarenakan variabel servant

leadership (kepemimpinan melayani) mempengaruhi

variabel komitmen pelayanan secara langsung.

Sehingga lebih banyak variabel-variabel yang tidak

���

diteliti dalam penelitian ini pengaruhnya besar

terhadap variabel komitmen pelayanan.

Hipotesis ini tidak terbukti, diduga seharusnya

komitmen pelayanan bergantung kepada servant

leadership (kepemimpinan melayani). Dikarenakan

servant leadership (kepemimpinan melayani) pedeta itu

juga menjadi pendukung bagi diaken dan penatua

sebagai pelayanan dalam menjalankan tugas dan

tanggung jawabnya.

Berikut ini adalah beberapa penelitian yang

mendukung hasil penelitian ini, yaitu penelitian yang

dilakukan oleh Bass, et al., serta Hall Marenda (2002)

sebagaimana dikutip dalam Senthamil dan

Palanichamy (2011) menyatakan bahwa kepemimpinan

mempunyai pengaruh langsung terhadap komitmen

anggota organisasi.