essensi pendidikan dan pembangunan serta titik temunya
DESCRIPTION
Essensi Pendidikan dan PembangunanTRANSCRIPT
ESSENSI PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN SERTA TITIK TEMUNYA
Menurut paham umum, pembangunan diasosiasikan dengan pembangunan ekonomi dan industri. Pembangunan dalam arti yang terbatas pada bidang ekonomi dan industri belum dapat menggambarkan esensi dari pembangunan, jika belum dapat mengatasi masalah yang hakiki yaitu terpenuhinya hajat hidup dari rakyat banyak baik yang material dan spiritual. Esensi pembangunan bertumpu dan berpangkal dari manusianya bukan pada lingkungannya. Pembangunan berorientasi pada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya sebagai manusia. Pembangunan bertumpu pada dan bertolak dari manusia, karena pembangunan yang terarah kepada pemenuhan hajat hidup manusia sesuai dengan kodratnya yang dapat meningkatkan martabatnya sebagai manusia yang menjadi tujuan final dari pembangunan.Dalam GBHN, hakekat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia artinya bahwa yang menjadi tujuan akhir dari pembangunan adalah manusianya, yaitu dapat terpenuhinya hajat hidup jasmani dan rohani sebagai makhluk individu, makhluk sosial dan makhluk religius sehingga dapat meningkatkan martabatnya selaku makhluk. Jika pembangunan bertolak dari sifat hakekat dasar, maka dalam ruang gerak pembangunan manusia dapat dipandang sebagai objek dan subjek pembangunan. Sebagai objek pembangunan, manusia dipandang sebagai sasaran yang dibangun artinya pembangunan ke dalam diri manusia yatu pembinan pertumbuhan jasmani dan perkembangan rohani. Jika manusia dipandang sebagai subjek pembangunan karena dengan segenap kemampuannya manusia menggarap lingkungannya secara dinamis dan kreatif, baik terhadap sarana lingkungan alam maupun lingkungan sosial / spiritualnya.Pendidikan dan pembangunan merupakan garis yang kontinyu yang saling mengisi proses pendidikan, menempatkan manusia sebagai titik awal, karena pendidikan mempunyai tugas untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas untuk pembangunan.Titik temu dari pendidikan dan pembangunan adalah :a. Pendidikan merupakan usaha ke dalam diri manusia sedangkan pembangunan merupakan usaha keluar dari diri manusia.b. Pendidikan memnghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan.
B. SUMBANGAN PENDIDIKAN PADA PEMBANGUNANJika pembangunan dipandang sebagai sistem makro maka pendidikan sebagai sebuah komponen atau bagian dari pembangunan.Sumbangan pendidikan dapat dilihat dari beberapa segi antara lain :
1. Segi Sasaran PendidikanPendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Tujuan citra manusia pendidikan adalah terwujudnya citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawiMenurut Prof. DR. Slamet Iman Santoso bahwa tujuan pendidikan menghasilkan manusia yang baik yang dimanapun dia berada akan memperbaiki lingkungan tersebut.
2. Segi Lingkungan PendidikanPeran pendidikan dalam berbagai lingkungan atau sistem sebagai berikut :a. Lingkungan keluarga (Pendidikan informal)Di dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan yang baik (habit formation)
tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan, kesapanan dan moral serta menanamkan keyakinan-keyakinan yang penting terutama hal-hal yang bersifat religius yang merupakan landasan yang sangat diperlukan untuk pembangunan.b. Lingkungan sekolah (Pendidikan formal)Disini peserta didik dibimbing untuk memperoleh bekal yang telah diperoleh dari lingkungan kerja keluarganya berupa pengtahuan, keterampilan dan sikap. Bekal tersebut antara lain : bekal dasar lanjutan (dari SD dan sekolah lanjutan) maupun bekal kerja yang langsung dapat digunakan aplikatif ( SMK dan Perguruan Tinggi) yang dipersiapkan secara formal yang berguna sebagai sarana penunjang pembangunan di berbagai bidang.
c. Lingkungan Masyarakat (Pendidikan non-formal)Disini peserta didik memperoleh bekal praktis untuk berbagai jenis pekerjaan, khususnya mereka yang tidak sempat melanjutkan belajar melalui jalur formal. Sistem pendidikan non-formal mengalami perkembangan yang sangat pesat karena semakin berkembangnya sektor swasta yang menunjang pembangunan dan juga sebagai upaya untuk menciptakan kestabilan nasional.
3. Segi jenjang pendidikanJenjang pendidikan terdiri atas 3 jenjang yaitu :a. Jenjang pendidikan dasar ( basic education / SD )b. Jenjang pendidikan menengah (SM)c. Jenjang pendidikan tinggi ( PT )Ketiga jenjang tersebut memberikan bekal kepada para peserta didik secara bersinambungan. Pendidikan dasar merupakan basic education yang memberikan bekal dasar bagi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
4. Segi Pembidangan kerja dan sektor kehidupanPembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi : bidang ekonomi, hukum, sosial, politik, keuangan, perhubungan dan komunikasi, pertanian, pertahanan dll. Pembangunan sektor kehidupan dapat diartikan sebagai aktifitas, pembinaan, pengembangan dan pengisian bidang-bidang kerja tersebut agar dapat memenuhi hajat hidup warga Negara suatu bangsa.Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional1. Mengapa sistem pendidikan harus dibangun.Menurut L. Geveld : Setiap pendidikan selalu berurusan dengan manusia karena hanya manusia yang dapat dididik dan harus selalu dididik.Menurut Drijarkara : Manusia digambarkan sebagai makhluk yang selalu meng-ada artinya manusia itu adalah makhluk yang selalu mencari yang belum ada karena sasaran yang ada sudah dibosani. Mencari dan mengadakan yang belum ada berarti berkreasi.Menurut Max Scheller : Manusia digambarkan sebagai hewan yang sakit (das kranke tier)Persoalan pendidikan dapat dilihat segaia persoalan nasional karena pendidikan berhubungan dengan masa depan bangsa. Manurut rencana pembangunan, jika masyarakat Indonesia pada Pelita VI berubah dari masyarakat ke masyarakat industri dan pola piker serta perilaku yang dilandasi oleh situasi dan kondisipun harus berubah.2. Wujud pembangunan sistem pendidikanSistem pendidikan meliputi banyak aspek yang saling berkaitan erat yaitu :a. Aspek fillosofis dan keilmuanb. Aspek yuridis atau perundang-undanganc. Aspek strukturd. Aspek kurikulum yang meliputi materi, metodologi, pendekatan dan orientasi.1. Hubungan antar aspek-aspek
Aspek filosofis, keilmuan dan yuridis menjadi landasan bagi butir-butir lain, karena memebrikan arah serta mewadahi butir-butir yang lain artinya bahwa struktur pendidikan, kurikulum dll harus mengacu kepada aspek-aspek tersebut. Walaupun terjadi perubahan, namun perubahan-perubahan tersebut harus tetap berada dalam wadah filosofis dan yuridis.2. Aspek filosofis dan keilmuanAspek filosofis yaitu berupa penggarapan tujuan nasional pendidikan. Rumusan tujuan nasional bentuknya memberikan peluang bagi pengembangan sifat hakekat manusia yang bersifat kodrati, yang bersifat wajar. Pengembangan tersebut sejalan dengan jiwa pancasila yang secara total menggantikan falsafah pendidikan penjajah yang hanya memfungsikan pendidikan sebagai sarana untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil tetapi bersifat bergantung dan loyal kepada penjajah. Hal ini jelas berbeda dengan sistem pendidikan dari bangsa yang merdeka, yang arah dan tujuannya ialah mewujudkan manusia-manusia yang cakap dan terampil, bersifat dinamis, kreatif dan motifatif serta mandiri dan penuh tenggang rasa.Aspek keilmuan juga memberikan sumbangan penting terhadap pendidikan dan menopang kurikulum.Menurut J.H. Gunning : “Theorie zonder praktjik is voor genieen, praktjk zonder theorie is voor gekken en schurken”; Teori tanpa praktek hanya cocok bagi orang-orang pintar sedangkan praktek tanpa teori hanya terdapat pada orang-orang gila. Pendidikan yang sehat harus merupakan titik temu antara teori dengan praktek.M.J. Langveld menyatakan bahwa mempelajari ilmu mendidik berart mengubah diri sendiri, artinya dengan mempelajari ilmu mendidik, seseorang dapat membenahi tindakan-tindakannya sehngga terhindar dari kesalahan-kesalahn mendidik, karena pendidikan adalah suatu proses yang panjang.Dalam sejarah keilmuan, di bidang pendidikan, muncul karya-karya yang mempunyai pengaruh besar terhadap pendidikan antara lain :a. Karya M.J. Langeveld (1955) : Beknopte Theorische Paedagogick yang membahas tentang pendidikan sebagai proses pengoperan nilai-nilai dengan menggunakan metode pendekatan fenomenologis.b. Ph. Kohnstamn : Persoanlijkheid in wording (pembentukan kepribadian) terdapat di dalam schepper en schepping (sang pencipta dan ciptaanya) menggambarkan bagaimana kepribadian yang religius itu harus dibentuk.3. Aspek YuridisUUD 1945 sebagai landasan hukum pendidikan bersifat relative tetap, beberapa pasal yang melandasi pendidikan baik yang sifatnya eksplisit yaitu pasal 31 ayat (1) dan (2) dan pasal 32, maupun yang implisit yaitu pasal 27 ayat (1) dan (2) dan pasal 34.Berdasarkan UU Pendidikan yang dijabarkan dari pasal-pasal tersebut, sistem pendidikan disusun dan dilaksanakan. Seiring berjalannya waktu dan zaman semakin maju menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru, khususnya untuk penyempurnaan sistem pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan-kebutuhan baru tersebut dan tugas ini hanya dapat di lakukan dengan mendasarkan diri kepada UU Pendidikan.UU Pendidikan No. 4/1950 kemudian disahkan kembali menjadi UU Pendidikan No. 12/1945 namun setelah berlangsung IV Pelita, mulai terasa kurang sesuai untuk digunakan sebagai dasar penyelenggara kemudian pada bulan mei 1989 baru berhasil diterbitkan UU Pendidikan yang baru dengan nama UU RI No.2/1989 tentang sistem Pendidikan Nasional. Dibanding dengan UU Pendidikan No.12/1954 yang hanya mengatur pendidikan persekolahan, dapat dikatakan bahwa UU RI No.2/1989 telah mengalami penyempurnaan dalam banyak hal antara lain :a. Isi UU RI No.2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN/ Sisdiknas) lebih komprehensif yaitu mencakup semua jalur, jenis dan jenjang pendidikan.
b. Sifat UU RI No.2/1989 lebih fleksibel daripada UU No.4/1950 dan UU. No.22/1961 yang terlihat dalam hal-hal berikut :* Masih memberi peluang untuk dilengkapi dengan praturan pemerintah dan keputusan menteri.* Adanya Badan Pertimbangan Nasioanl (Bab XIV, pasal 48) yang bertugas memberi masukan dan saran-saran kepada Pemerintah / Menteri Pendidikan dalam menyusun Peraturan Pemerintah dan Keputusan Menteri.* Adanya tanggung jawab bersama antara Pemerintah, masyarakat dan keluarga dalam menyelenggarakan pendidikan.c. UU RI No.2/1989 tidak bersifat, tetapi juga memiliki kekuatan hukum yang bersifat memaksa.d. Prospek masa depanUU RI No.2/1989 tentang Sisdiknas bersikap terbuka dalam mengantisipasi perkembangan masa depan, yang terungkap dalam hal-hal berikut :* Adanya tenaga kependidikan yang beraneka ragam disamping guru (Bab VIII, pasal 27)* Adanya kharusan bagi setiap satuan pendidikan untuk menyediakan dan memanfaatkan sumber belajar (Bab VII, Pasal 35)* Adanya pernyataan bahwa kurikulum harus mnggunakan pendekatan kompetensi (Competency based curriculum) dan memberi tempat pada pengembangan sains dan teknologi sejak mulai sekolah dasar (Bab IX)4. Aspek strukturAspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya pembenahan struktur pendidikan yang mencakup jenis dan jenjang pendidikan, lama waktu belajar sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya dan politik.Terjadinya perubahan struktur dalam sistem pendidikan kita antara lain:* Pendidikan guru zaman Belanda dikenal dengan nama CVO (Cursus voor Volks-Onerwijs) setara dengan SGB (Sekolah Guru Bawah)* Hogere Kweek School (HS) atau Hogere Indische Kweek School (HIK) Setara dengan SGA (Sekolah Guru atas)* Pada tahun 1990 SPG (nama baru SGA ) diganti dengan PGSD (pendidikan Guru sekolah Dasar) yang setara dengan D2 (Diploma Dua) sedangkan untuk pengajar SLTP dan SLTA sejak tahun 1954 dipersiapkan PTPG (Perguruan Tinggi Pendidikan Guru) lalu berubah menjadi FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) dengan lama studi 3 tahun untuk sarjana muda plus 2 tahun untuk sarjana lengkap.* Pada tahun 1970-an, LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) dengan lama studi 5 tahun dirubah menjadi 4 tahun (S1/Strata 1) Kemudian lahirlah S2 (Magister) dan S3 (Doktor).* Pada tahun 1980-an terjadi krisis tenaga pendidik, lalu dibukalah program multi Entry System (Program Keluar masuk berkesinambungan) dalam bentuk Program Diploma.5. Aspek KurikulumKurikulum merupakan sarana pencapaian tujuan.a. Kurikulum zaman penjajahan Belanda-Jepang Pada zaman penjajahan Belanda yaitu pada SR dikenal dengan nama 3R’s Pada jaman penjajahan jepang, pelajaran diwarnai ilkim militeristrs, latihan kemiliteran, pelajaran dalam bahasa jepang.b. Kurikulum Orde lama dan orde baru. Orde lama, materi tujuh bahan zaman orde lama dan pokok indoktrinasi (tahun 1950-1960-an) menempati posisi penting dalam kurikulum,terutama kurkulum pendidikan tinggi. Orde baru, setelah tragedi Nasional tahun 1965, maka mulai tahun 1966 materi tujuh bahan pokok ditiadakan dan materi pendidikan moral pancasila menjadi materi pokok dalam
kurikulum pada semua jenjang pendidikan.Kurikulum pra-universitas secara keseluruhan dibenahi sehingga lahir kurikulum 1968, namun belum jelas / belum dianggap, sehingga usaha penyempurnaan kurikulum menghasilkan Kurikulum 1975/1976 yang berorientasi pada hasil (product oriented) dengan metode PPSI (Prosedur kurikulum pengembangan sistem instruksional). Tetapi karena kurikulum 1976-1980 tidak mencapai target, maka upaya penyempurnaan kurikulum selanjutnya menghasilkan kurikulum 1984, yang memadukan 2 orientasi yaitu product oriented dan process oriented yang ditunjang dengan pendekatan CBSA, hingga tahun 1990 dilengkapi dengan muatan lokal dalam kurikulum dengan latar belakang pada tuntutan sosial kultural dari derap pembangunan.
Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM. Oleh karena itu, pendidikan juga merupakan alur tengah pembangunan dari seluruh sektor pembangunan. Bab ini akan membahas mengenai esensi pendidikan dan pembangunan, titik temu antar keduanya, peranan pendidikan dalam pembangunan, khususnya pembangunan sistem pendidikan nasional.
A. ESENSI PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN SERTA TITIK TEMUNYAStatus pendidikan dan pembangunan masing-masing dalam esensi pembangunan serta antara keduanya1. Pendidikan merupakan usaha ke dalam diri manusia sedangkan pembangunan
merupakan usaha keluar dalam diri manusia.2. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan
dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan saran, dan seterusnya)
B. SUMBANGAN PENDIDIKAN PADA PEMBANGUNANSumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat dari berbagai segi, diantaranya, segi sasaran, lingkungan, jenjang pendidikan, dan pembidangan kerja..
1. Segi Sasaran PendidikanPendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi tujuan citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi.
2. Segi Lingkungan PendidikanKlasifikasi ini menunjukkan peran pendidikan dalam berbagai lingkungan atau sistem. Lingkungan keluarga(pendidikan informal), lingkungan sekolah (pendidikan formal), lingkungan masyarakat (pendidikan nonformal), ataupun dalam sistem pendidikan prajabatan dan dalam jabatan.
3. Segi Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan meliputi pendidikan dasar (basic education), pndidikan lanjutan, menengah, dan pendidikan tinggi.
4. Segi Pembidangan Kerja atau Sektor KehidupanPembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi bidang ekonomi, hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan, dan l;ain-lain.
C. PEMBANGUNAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONALBagian ini akan mengemukakan dua hal yaitu mengapa sistem pendidikan harus dibangun dan wujud sisdiknas..
1. Mengapa Sistem Pendidikan Harus DibangunSistem pendidikan perlu dibangun agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Manusia cenderung berupaya untuk mendekatkan dirinya pada kesempurnaan, untuk itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan, termasuk sistem pendidikan.
Selain itu, pengalaman manusia juga berkembang. Itulah sebabnya mengapa sistem pendidikan sebagai sarana yang menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas teka teki mengenai dirinya, juga selalu disempurnakan.
2. Wujud Pembangunan Sistem PendidikanSecara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama lain saling terkait, yaitu aspek filosofis dan keilmuan, yuridis, struktur, dan kurikulum
a. Hubungan Antar Aspek-aspekAspek filosofis keilmuan dan yuridis menjadi landasan bagi aspek-aspek yang lain, karena memberikan arah pada aspek-aspek lainnya. Meskipun aspek filosofis menjadi landasan, tetapi tidak harus diartikan bahwa setiap terjadi perubahan filosofis dan yuridis harus diikuti dengan perubahan aspek-aspek yang lain secara total.
b. Aspek Filosofis dan KeilmuanAspek filosofis berupa penggarapan tujuan nasioanal pendidikan. Rumusan tujuan pendidikan nasional yang etntunya memberikan peluang bagi pengembanga hakikat manusia yang kodrati yang berartipula bersifat wajar. Bagi kita pengembangan sifat kodrati manusia itu pararel dengan jiwa Pancasila.
c. Aspek YuridisUUD 1945 sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya relatif tetap. Beberapa pasal yang melandasi pendidikan sifatnya eksplisit (pasal 31 ayat (1)
dan (2); pasal (32)) maupun yang implisit (pasal 27 ayat (1) dan (2); pasal (34)).
Pasal pasal tersebut sifatnya masih sangat global dan perlu dijabarkan lebih rinci kedalam UU Pendidikan seperti UU Pendidikan No. 4 Tahun 1950, UU Pendidikan No. 12 Tahun 1954 dan disempurnakan lagi oleh UU RI No. 2 Tahun 1989.
d. Aspek StrukturAspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya pembenahan struktur pembangunan pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama waktu belajar dari jenjang yang satu ke jenjang yang lai, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya dan politik.
e. Aspek KurikulumKurikulum merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Tujuan kurikuler berubah, maka kurikulum berubah pula. Perubahan tersebut dapat berupa materinya, orientasinya,pendekatannya maupun metodenya.
Februari 15, 2011 by deririin
Pendidikan dan Pembangunan
1 Vote
Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM. Oleh karena itu, pendidikan juga merupakan alur tengah pembangunan dari seluruh sektor pembangunan. Bab ini akan membahas mengenai esensi pendidikan dan pembangunan, titik temu antar keduanya, peranan pendidikan dalam pembangunan, khususnya pembangunan sistem pendidikan nasional.
A. ESENSI PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN SERTA TITIK TEMUNYA
Status pendidikan dan pembangunan masing-masing dalam esensi pembangunan serta antara keduanya
1. Pendidikan merupakan usaha ke dalam diri manusia sedangkan pembangunan merupakan usaha keluar dalam diri manusia.
2. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan dan hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan saran, dan seterusnya)
B. SUMBANGAN PENDIDIKAN PADA PEMBANGUNAN
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat dari berbagai segi, diantaranya, segi sasaran, lingkungan, jenjang pendidikan, dan pembidangan kerja..
1. Segi Sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi tujuan citra manusia yang dapat menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi.
2. Segi Lingkungan Pendidikan
Klasifikasi ini menunjukkan peran pendidikan dalam berbagai lingkungan atau sistem. Lingkungan keluarga(pendidikan informal), lingkungan sekolah (pendidikan formal), lingkungan masyarakat (pendidikan nonformal), ataupun dalam sistem pendidikan prajabatan dan dalam jabatan.
3. Segi Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan meliputi pendidikan dasar (basic education), pndidikan lanjutan, menengah, dan pendidikan tinggi.
4. Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan
Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi bidang ekonomi, hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan, dan lain-lain.
C. PEMBANGUNAN SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Bagian ini akan mengemukakan dua hal yaitu mengapa sistem pendidikan harus dibangun dan wujud sisdiknas..
1. Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun
Sistem pendidikan perlu dibangun agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Manusia cenderung berupaya untuk mendekatkan dirinya pada kesempurnaan, untuk itu perlu dilakukan perbaikan-perbaikan, termasuk sistem pendidikan.
Selain itu, pengalaman manusia juga berkembang. Itulah sebabnya mengapa sistem pendidikan sebagai sarana yang menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas teka teki mengenai dirinya, juga selalu disempurnakan.
2. Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan
Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama lain saling terkait, yaitu aspek filosofis dan keilmuan, yuridis, struktur, dan kurikulum
a. Hubungan Antar Aspek-aspek
Aspek filosofis keilmuan dan yuridis menjadi landasan bagi aspek-aspek yang lain, karena memberikan arah pada aspek-aspek lainnya. Meskipun aspek filosofis menjadi landasan, tetapi tidak harus diartikan bahwa setiap terjadi perubahan filosofis dan yuridis harus diikuti dengan perubahan aspek-aspek yang lain secara total.
b. Aspek Filosofis dan Keilmuan
Aspek filosofis berupa penggarapan tujuan nasioanal pendidikan. Rumusan tujuan pendidikan nasional yang etntunya memberikan peluang bagi pengembanga hakikat manusia yang kodrati yang berartipula bersifat wajar. Bagi kita pengembangan sifat kodrati manusia itu pararel dengan jiwa Pancasila.
c. Aspek Yuridis
UUD 1945 sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya relatif tetap. Beberapa pasal yang melandasi pendidikan sifatnya eksplisit (pasal 31 ayat (1) dan (2); pasal (32)) maupun yang implisit (pasal 27 ayat (1) dan (2); pasal (34)).
Pasal pasal tersebut sifatnya masih sangat global dan perlu dijabarkan lebih rinci kedalam UU Pendidikan seperti UU Pendidikan No. 4 Tahun 1950, UU Pendidikan No. 12 Tahun 1954 dan disempurnakan lagi oleh UU RI No. 2 Tahun 1989.
d. Aspek Struktur
Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya pembenahan struktur pembangunan pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama waktu belajar dari jenjang yang satu ke jenjang yang lai, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya dan politik.
e. Aspek Kurikulum
Kurikulum merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Tujuan kurikuler berubah, maka kurikulum berubah pula. Perubahan tersebut dapat berupa materinya, orientasinya,pendekatannya maupun metodenya.
PERANAN PENDIDIKAN DALAM PEMBANGUNAN
Di muka telah diuraikan bahwa pendidikan mempunyai peranan dalam meningkatkan kualitas manusia sebagai sumberdaya pembangunan dan menjadi titik sentral pembangunan. Manusia yang berkualitas me¬miliki keseimbangan antara tiga aspek yang ada padanya, yaitu aspek pribadi sebagai individu, aspek sosial dan aspek kebangsaan. Manusia sebagai makhluk individu memiliki potensi fisik dan nirfisik; dengan potensi potensi tersebut manusia mampu berkarya dan berbudi pekerti luhur. Manusia sebagai makhluk soslaJ mempunyai kesetiakawanan sosial, tanggung jawab sosial dan disiplin sosial. Manusia yang memiliki aspek kebangsaan mernpunyai rasa cinta tanah air, jiwa patriotik dan berwawasan masa depan.
Berorientasi pada peningkatan kualitas manusia Indonesia tersebut, maka peranan pendidikan dalam pembangunan dapat dirumuskan sebagai berikut :Dalam meningkatkan manusia sebagai makhluk individu yang berpotensi fisik dan nirfisik, dilaksanakan dengan pemberian pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap. Pembentukan nilai adalah nilai-nilai budaya bangsa dan juga nilai-nilai keagamaan sesuai dengan agama masing-masing dalam rangka meningkatkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Proses transformasi tersebut berlangsung dalam jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. John Vaizei dalam bukunya Education in the Modern World (1965) mengemukakan peranan pendidikan sebagai berikut : (1) melalui lembaga mengemukakan peranan pendidikan tinggi dan lembaga riset memberikan gagasan-gagasan dan teknik baru, (2) melalui sekolah dan latihan-latihan mempersiapkan tenaga kerja terampil berpengetahuan, dan (3) penanaman sikap.Dalam menghadapi perubahan masyarakat yang terus menerus dan berjalan secara cepat manusia dituntut untuk selalu belajar dan adaptasi dengan perkembangan masyarakat sesuai dengan zamannya. Dengan perkataan lain manusia akan menjadi ”pelajar seumur hidup”. Untuk itu sekolah berperan untuk mepersiapkan peserta didiknya menjadi pelajar seumur hidup yang mampu belajar secara mandiri dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar baik yang ada di sekolah maupun di luar sekolah. Menurut Moedjiono dalam buku dasar-dasar Kependidikan (1986), mengemukakan bahwa aktivitas belajar dalam rangka menghadapi perubahan-perubahan yang cepat di dalam masyarakat menghendaki (1) kemampuan untuk mendapatkan informasi, (2) keterampilan kognitif yang tinggi, (3) kemampuan menggunakan strategi dalam memecahkan masalah, (4) kemampuan menentukan tujuan yang ingin dicapai, (5) mengevaluasi hasil belajar sendiri, (6) adanya motivasi untuk belajar, dan (7) adanya pemahaman diri sendiri.Eksistensi kebangsaan nasional perlu dipertahankan dengan berbagai cara antara lain memupuk identitas nasional pada generasi muda, penanaman kesadaran nasional. Kesadaran nasional perlu dibangkitkan melalui kesadaran sejarah. Kesadaran ini mencakup pengalaman kolektif di masa lampau atau nasib bersama di masa lampau yang menggembleng nation. Tanpa kesadaran sejarah tak ada identitas dan tanpa orang tak kepribadian atau kepribadian nasional. Kesadarari nasional, menciptakan inspirasi dan aspirasi nasional, keduanya penting untuk membangkitkan semangat nasional. Nasionalisme sebagai ideologi perlu menjiwai setiap warga negara yang wajib secara moral (moral com-mitment) dengan loyalitas penuh pengabdian diri kepada kepentingan negara, (Kartidirdjo, 1993).Prinsip nasionalisme sebagaian tujuan pendidikan nasional adalah : (1) Unity (kesatuan persatuan) lewat proses integrasi dalam sejarah berdasarkan solidaritas nasional yang melampaui solidaritas lokal, etnis, tradisional, (2) Libcrty (kebebasan) setiap individu dilindungi hak-hak azasinya, kebebasan berpendapat, berkelompok, kebebasan dihayati dengan penuh tanggung jawab sosial, (3) Equality (persamaan) hak dan kewajiban, persamaan kesempatan, (4) Berkaitan dengan prinsip ke 2, ke 3 ada prinsip kepribadian atau individualitas. Pribadi perorangan dilindungi hukum antara lain dalam hak milik, kontrak, pembebasan dari ikatan komunal dan primoriaL (5) Performance (hasil kerja) baik secara individual atau kolektif. Setiap kelompok membutuhkan rang¬sangan dan inspirasi untuk memacu prestasi yang dapat dibanggakan.Dan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan mem¬punyai peranan penting dalam pembudayaan, pernyatan dan peng¬amalan nilai nilai budaya nasional yang akan mampu memupuk per¬satuan dan kesatuan bangsa.
Sumber Bacaan: Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
http://qym7882.blogspot.com/2009/03/peranan-pendidikan-dalam-pembangunan.html
http://fatamorghana.wordpress.com/2008/07/26/bab-xi-pendidikan-dan-pembangunan/
1.TITIK TEMU PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN
Imanuel Kant menyatakan, bahwa manusia menjadi manusia karena pendidikan.
Krena itu pendidikan termasuk upaya memanusiakan manusia. Adapun hal di atas bisa di
buktikan kebenarannya. Isabella di Pensylpania Barat sejak lahir disembunyikan sampai ia
diketemukan setelah berumur enam setengah tahun, ternyata hanya bisa menangis. Mr. Singh
di India menemukan dua orang keturunan manusia di dalam gua sarang srigala. Kedua orang
itu di duga d asuh oleh serigala kaena tingkah laku dan kemampuannya tak ubahnya dengan
srigala. Begitu pula Caspar Hausara yang ditemukan juga tidak menampakan tanda-tanda
manusia remaja, malah persis rusa masuk kota. Contoh-contoh tersebut menunjukan bahwa
cirri-ciri manusiawi dalam arti kemampuan jasmaniah dan rokhaniahnya tidak secra otomatis
dimiliki oleh seseorang. Kemampuan-kema puan manusia tersebut merupakan hasil belajar
dan didikan. Sekali lagi, manusia menjadi manusia karena upaya pendidikan.
Sejarah umat manusia juga menunjukan,bahwa pendidikan selamanya mengabdi pada
nilai-nilai agung dan luhur pada bagi manusia dan kemanusiaan. Memang pada manusia
terdapat kecenderungan yang baik, mulia dan terpuji.Tetapi disamping itu juga terdapat
kecenderungan yang tercela dan tidak beradab. Dalam sepanjang sejarah manusia senantiasa
terlihat penampilan tingkah laku mulia dan terpuji disamping perbuatan tercela dan mungkar.
Pendidikan dalam sepanjang sejarahnya senantiasa mewakili cita-cita luhur manusia untuk
menjinakan kecenderungan-kecenderungan tercela yang menghidup suburkan
kecenderungan-kecenderunga terpuji. Komisi internasional pengembangan pendidikan yang
dipimpin oleh Edgar Faure menyebutkan dalam laporannya,bahwa upaya pendidikan
sepanjang masa senantiasa membawa tugas suci dan mulia bagi manusia dan kemanusiaan.
Dalam hasanah ilmu pendidikan disebutkan,bahwa tugas mulia pendidikan terletak
pada upaya mengembangkan aspek-aspek pribadi manusia baik yang jasmaniah maupun yang
rokhaniah. Pengembangan tersebut tidak terlepas dari kenyataan diri dan lingkungan
seseorang. Karena itu upaya pendidikan pada akhirnya diharapkan menampakkan diri dalam
bentuk terwujudnya pribadi yang sesuai dengan kenyataan diri dan lingkungan seseorang. Ini
berarti, bahwa upaya pendidikan senantiasa mengabdi kepada kepentingan subyek yang
dididik dan juga untuk kepentingan lingkungannya, baik lingkungan alam maupun sosial
budayanya.Dengan kata lain,upaya pendidikan bertujuan untuk terbentuknya manusia yang
mampu, baik yang jasmaniah maupun rokhaniah menyesuaikan diri secara aktif di dalam
hidup dan kehidupannya. Perlu diketahui, bahwa hidup dan kehidupan seseorang tidak berada
dalam keterpisahan dengan lingkungan alam dan sosial budayannya. Dengan demikian
hakekat pendidikan adalah upaya memanusiakan manusia,dan membudayakan manusia,
sehingga mampu mencipta,berkarya,membudi dan membaik bagi kehidupan ekosferisnya
(kebulatan diri dan lingkungan).
Sedangkan istilah pembangunan sering diartikan pembangunan ekonomi dan
industrialisasi.Pengertian yang demikian itu karena memang sebagian besar Negara-negara
di dunia memusatkan diri pada pembangunan ekonomi dan industrialisasi dianggap sebagai
kuda pacuan yang dapat diandalkan lari secepatnya di dalam mencapai tujuan ekonomi itu
sendiri.Karena itu pembangunan ekonomi dan industrialisasi sebenarnya merupakan
kebijakan kekinian dan kedinian dari pembangunan.Sedangkan pembangunan itu sendiri
adalah upaya-upaya dari suatu masyarakat, bangsa atau negara dalam menyesuaikan diri
terhadap tantangan-tantangan masalah dan kebutuhan-kebutuhan yang dihadapinya.
Tantangan dan masalah kebutuhan tersebut bisa terjadi menyangkut banyak bidang
kehidupan seperti ekonomi, kesehatan, pertahanan keamanan, dan sebagainya. Dengan
demikian, makna pembangunan tidak terbatas pada pembangunan ekonomidan industrialisasi.
Tetapi meliputi upaya-upaya yang beragam dan sesuai dengan keaneka ragaman masalah-
masalah dan rintangan-rintangan kebutuhan sesuatu masyarakat.
Pembangunan ekonomi dan industrialisasi memang dipandang sebagai obat mujarab
khususnya oleh negara-negara dunia ketiga. Karena itu lazim penilaian terhadap hasil
pembangunan diletakkan pada kenaikan indikator-indikator ekonomi dan kelanjutan proses
industrialisai itu sendiri. Itu wajar apabila pembangunan itu memang dipusatkan pada
pembangunan ekonomi dan industrialisasi. Industrialisasi dan kenaikan indikator-indikator
ekonomi seperti GNP, laju eksport, import dan sebagainya memang diharapkan memberikan
hasil balik dalam bentuk kehidupan masyarakat luas yang lebih layak. Tetapi hal itu tidak
terjadi dengan sendirinya. Sebab ada kemungkinan laju pertumbuhan ekonomi tidak diikuti
oleh penyebaran yang merata, sehingga menyebabkan timbulnya persoalan-persoalan baru
seperti meluasnya pengangguran, kemiskinan dan pada akhirnya dapat melahirkan
kegoncangan-kegoncangan sosial yang mengerikan. Hal ini dirasakan di Pakistan beberapa
tahun terakhir ini yang mengalami pertumbuhan ekonomi yang cukup besar, tetapi akhirnya
nmenimbulkan kegoncangan sosial politik akibat dari meluasnya kesengsaraan di sebagian
masyarakat. Di Malaysia hal itu juga sudah mulai dirasakan oleh pemimpin-pemimpin negeri
tersebut, sehingga tahun 1971-1975 usaha pembangunannya dititik beratkan pada menaiknya
mutu hidup orang seorang secara lebih merata.Sebab dimalaysia sendiri juga mengalami
kelanjutan pertumbuhan ekonomi yang pesat, tetapi toh barisan pengangguran semakin
panjang. Pengalaman Venezuela yang mengalami laju pertumbuhan ekonomi sampai delapan
persen antara tahun 1950-1960, tetapi juga angka pengangguran dan kesengsaraan
masyarakat semakin tinggi. Dalam hubungan ini Prof.Myrdal seorang ekonom Swedia
mengingatkan, kuda pacuan industrialisasi yang digunakan di Negara-negara Asia untuk
mempercepat pembangunan ekonomi tidak akan dapat secara langsung dan dengan
sendirinya memperbaiki masalah kesempatan kerja, pengangguran dan masalah kemelaratan
rakyat.
Pengalaman beberapa Negara seperti yang tersebut di atas memberikan arti,bahwa
esensi usaha pembangunan tidak terletak pada terwujudnya industrialisasi dan lajunya
pertumbuhan ekonomi dalam skala nasional atau regional. Tetapi pada terbatasinya masalah
dan terpenuhinya hajat hidup baik biologis maupun rokhaniah dari masyarakat luas. Ini
berarti, bahwa usaha pembangunan bertitik pangkal pada kepentingan manusia,karena itu
hasil akhirnya pun diukur berdasarkan indeks kenaikan perbaikan mutu hidup manusia-
manusianya.
Uraian diatas mempertegas, bahwa titi temu pendidikan dan pembangunan terletak
pada unsur manusianya. Pendidikan menekankan aktualisasi modal kedirian manusia guna
memanusia dan membudaya bagi diri dan lingkungannya. Sedangkan pembangunan
menekankan manipulasi sumber-sumber yang terdapat dalam khasanah kehidupan manusia
guna terpenuhinya hajat hidup manusia itu sendiri. Secara singkat dapat dikatakan, bahwa
pendidikan adalah akhtiar ke dalam diri manusia dan pembangunan merupakan ikhtiar ke luar
guna mencapai hidup yang baik dari manusia itu sendiri.. Dengan demikian, pada analisa
terakhirnya pendidikan dan pembangunan tertumpu pada hajt hidup manusia yang senantiasa
ingin terangkat harkat dan martabatnya. Karena itu, baik pendidikan maupun pembangunan
dituntut untuk dapat menaikan mutu hidup manusia sebagai manusia dan sebagai makhluk
budaya. Singkatnya, pendidikan dan pembangunan semata-mata merupakan harapan manusia
untuk dapat memperbaiki hidup dan kehidupan manusia dalam konteksi ekosferisnya.
Keduanya sebagai harapan untuk tujuan akhir yang yang sama pula. Karenanya upaya
pendidikan dan pembangunan perlu berjalan seiring, saling tunjang menunjang dan saling
memberikan input.
2.SUMBANGAN PENDIDIKAN TERHADAP PEMBANGUNAN
Kita tidak bisa memungkirinya bahwa sumbangan pendidikan pada pembangunan
sangatlah besar, meskipun hasilnya tidak bisa kita lihat dengan segera. Tapi ada jarak
penantian yang cukup lama antara proses dimulainya usaha dengan hasil yang ingin dicapai.
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat dari berbagai segi, diantaranya :
1) Segi Sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia
yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi. Jadi tujuan citra manusia yang dapat
menjadi sumber daya pembangunan yang manusiawi.
2) Segi Lingkungan Pendidikan
Klasifikasi ini menunjukkan peran pendidikan dalam berbagai lingkungan atau sistem.
Lingkungan keluarga(pendidikan informal), lingkungan sekolah (pendidikan formal),
lingkungan masyarakat (pendidikan nonformal), ataupun dalam sistem pendidikan prajabatan
dan dalam jabatan.
3) Segi Jenjang Pendidikan
Jenjang pendidikan meliputi pendidikan dasar (basic education), pendidikan lanjutan,
menengah, dan pendidikan tinggi.
4) Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan
Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi bidang ekonomi, hukum, sosial
politik, keuangan, perhubungan, komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan, dan l;ain-
lain.
Penyesuaian diri terhadap masalah-masalah dan tuntutan hidup merupakan ciri abadi
perjuangan hidup sepanjang sejarah perjuangan umat manusia. Untuk penyesuaian tersebut
diperlukan bekal kemampuan baik jasmaniah maupun rokhaniah. Pemberian bekal
kemampuan jasmaniah dan rokhaniah guna menyesuaikan diri yang berhasil bagi
kepentingan hidup dan kehidupan manusia merupakan esensi dari upay pendidikan.
Hidup dan kehidupan manusia selamanya tidak terlepas dari sumbangan yang
diberikan oleh pendidikan. Memang tanpa makan dan bernafas, manusia tidak mampu
bertahan di dalam hidup dan kehidupannya. Tetapi hidup dan kehidupan yang berhasil sesuai
dengan nilai-nilai manusiawi bagi diri dan lingkungan seseorang mutlak memerlukan bekal
kemampuan jasmaniah dan rokhaniah dari manusia itu sendiri. Manusia purba yang
mempunyai kemampuan jasmaniah dan rokhaniah sesuai dengan jamannya tentu akan
kebingungan menyesuaikan diri dengan masalah dan tuntutan hidup jaman modern ini.
Seorang pegunungan yang mengembara ke kota tanpa bekal kemampuan jasmaniah dan
rokhaniah yang cocok dengan masalah, tuntutan hidup kota tentu akan memperpanjang
barisan pengemis atau penganggur. Dengan demikian, pendidikan seperti halnya makan dan
bernafas merupakan bekal mutlak di dalam hidup anak cucu adam.
Kemampuan jasmaniah dan rokhaniah manusia di bentuk oleh pendidikan dengan
pemberian pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai serta sikap-sikap tertentu. Proses
transformasi tersebut berlangsung secara formal, non-formal dan informal. Dalam hubungan
ini, perlu diketahui bahwa wawasan kehidupan yang merupakan sumber motivasi bagi cara-
cara hidup, penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kecakapan-kecakapan teknis
umat manusia dewasa ini merupakan buah dari upaya pendidikan baik yang secara formal,
non formal maupun informal. Dengan demikian pendidikan dalam maknanya yang luas
senantiasa menstimulir dan menyertai perubahan-perubahan dan perkembangan umat
manusia. Sekali lagi upaya pendidikan senantiasa mengantar dan membimbing perubahan
dan perkembangan hidup serta kehidupan umat manusia.
Sedangkan usaha pembangunan itu sendiri selamanya merupakan ikhtisar untuk
menjawab tantangan masalah dan hajat hidup sesuatu masyarakat atau bangsa. Pembangunan
yang dimaksud dapat menjelma sebnyak dan seluas segi kehidupan manusia itu sendiri
seperti bidang-bidang : ekonomi, politik, sosial budaya, pertahanan keamanan dan
sebagainya. Untuk Indonesia pembngunan meliputi keempat bidang tersebut di atas.
Pembngunan ekonomi, sosial budaya, pol,itik dan pertahanan keamanan pada suatu
bangsa atau negara, mutlak memerlukan keikutsrtaan upaya pendidikan untuk menstimulir
dan menyertai dalam setiap faset dan prosespembngunan. Sebab pada setiap faset dan proses
pembngunan menurut Dr. Gooding memerlukan sense of civic consiousness and community
responsibility among the people. Di samping itu diperlukan konformitas dan partisipasi yang
penuh dari masyarakat luas terhadap usaha-usaha pembangunan. Soal penuh atau tidaknya
partisipasi masyarakat di dalam usaha pembngunan di pengaruhi oleh akumulasi
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki oleh seseorang atau suatu
masyarakat. Jelas, bahwa civic conciousness, community responsibility, konformitas dam
pasrtisipasi yang penuh dari masyarakat luas terhadap usaha-usaha pembngunan merupakan
bidang tugas pendidikan.
Negara-negara di dunia merasa ngeri menyaksikan keretakan persatuan dan kesatuan
bangsa seperti yang pernah terjadi di India, Pakistan, Nigeria, Kongo, Cyprus, Angola dan
sebagainya. Sekarang ini juga masih berlangsung keretakan-keretakan persatuan nasioanal
seperti di Libanon, Kamboja, Iran, Afganistan, da sebagainya. Ketegangan-ketegangan sosial
atau disintegrasi bangsa tersebut tidak terlepas dari menipis atau menghilangnya rasa civic
conciousness pada kalangan rakyat negara-negara yang bersangkutan. Dalam hubungan ini
upaya pendidikan mempunyai tugas dan kewajiban untuk memikul misi nasional yaitu untuk
menstimulir dan menyertai gerak sejarah bangsa atau Negara agar setiap warga Negara
memiliki jiwa dan semangat sebangsa, senegara dan setanah air. Dengan demikian
pembangunan pertahanan dan keamanan nasional juga tidak terlepas dari upaya pendidikan.
Stimulasi dan penyertaan upaya pendidikan terhadap usaha pembngunan di bidang-
bidang seperti ekonomi, politik dan sosial budaya juga jelas diperlukan serta diharapkan
Dr.E.N.M.Gooding melaporkan, bahwa stimulasi dan penyertaan upaya pendidikan pada
masyarakat yang sedang membangun ternyata memberikan hasil yang memuaskan di dalam
mengatasi persoalan-persoalan dan hajat hidup masyarakat baik di bidang perbaikan system
politik, sosial ekonomi dan sosial budaya. Banyak contoh-contoh kongkrit yang ditunjukan
oleh Dr. Gooding, seperti di Negara bagian Caribes Amerika Serikat, Nova Scotia Canada,
daerah Trinidad, Jamaika India,Ghana, Nigeria, dan Puerto Rico. Dalam hubungan ini
Harbison dan Myers menyatakan, bahwa pendidikan mempunyai sumbangan penting bagi
pembangunan ekonomi, politik dan sosial budaya. Menurut kedua ahli tersebut, pendidikan
berarti pengenbangan unsur manusia dengan menambah pengetahuan, kecerdsan dan
kesanggupan-kesanggupan dari seluruh rakyat dalam suatu dalam suatu masyarakat. Dilihat
dari kacamata pembangunan ekonomi, hal terssebut berarti akumulasi dari modal manusia
yang investmentya dapat digunakan secara efektif untuk perkembangan ekonomi. Dalam
hubungannya dengan pembangunan politik, sehingga menyadari hak-hak dan kewajiban
masing-masing di dalam kehidupan demokrasi. Dipandang dari sudut sosial dan budaya,
pendidikan dapat diharapkan bantuannya untuk membimbing rakyat, mengasuh rakyat dan
memberikan bantuan pada rakyat, agar lebih smpurna dan kaya secara rohaniah.
Makato Aso dan Ikuo Amono menjelaskan, bahwa pembaharuan yang menyeluruh di
Jepang adalah karena investasi pendidikan. John Vaizey juga menjelaskan, bahwa kemajuan
Jerman setelah perang dunia II adalah berkat investasi system pendidikan. Akhirnya laporan
komisi internasional pengembangan pendidikan menyebutkan, bahwa :
For all those who want to make the world as it is to day btter place, and to prepare for
the future, education is a capital, universal subject. (Bagi mereka yang ingin membuat dunia
pada dewasa ini menjadi lebih baik dan untuk memersiapkan diri menghadapi masa depan,
pendidikan adalah suatu factor universal yang mutlak perlu).
Uraian-uaraian di atas menjelaskan beberapa gambaran umum mengenai sumbangan
pendidikan bagi kehidupan dan pembangunan. Di Indonesia, dalam rangka pembangunan
manusia seutuhnya, sumbangan pendidikan diharapkan untuk :
1) Pembinaan mental Pancasila,
2) Pembinaan persatuan dan kesatuan bangsa,
3) Pembinaan ketahanan nasional,
4) Pembinaan hak-hak asasi manusia,
5) Pembinaan rule of law, yaitu berbuat atas dasar hokum yang berlaku,
6) Pembinaan hidup rasional, efisien dan produaktif serta
7) Pembinaan ilmu pengetahuan dan teknologi
Ketujuh perincian di atas merupakan tonggak-tonggak yang diperlukan guna kegairahan,
solidaritas nasional, partisipasi, tanggung jawap dan kecepatan bangsa di dalam gerak
pembangunan.
3. PENDIDIKAN YANG RELEVAN DENGAN PEMBANGUNAN
Relevan dengan pembangunan, berarti mempunyai tingkat keterhubungan yang tinggi
antara bekal pendidikan yang di berikan pada seseorang atau sesutau masyrakat atau bangsa.
Masalah-masalah dan hajat hidup sesuatu masyarakat atau bangas berbeda-beda pada :
1) Periode yang satu dengan priode lainnya,
2) Kelompok masyarakat di tempat yang satu dengan tempat lainnya, dan
3) Seseorang yang satu dengan lainnya.
Ini berarti, bahwa pendidikan yang relevan dengan pembangunan dituntut untuk mengabdi
pada kepentingan nasional, regional, lokal sampai pada kelompok kecil berupa keluarga dan
juga pada kepentingan seseorang yang senantiasa mengalami perubahan dan perkembangan
dari waktu ke waktu.
Dunia modern sekarang mengalami perubahan dan perkembangan yang semakin
cepat. Mode pakaian yang populer pada enam bulan lalu sekarang sudah terasa usang.
Pertambahan penduduk sangat cepat. Arus pertambahan kendaraan bermotor juga sangat
cepat sekali. Penemuan peralatan hidup yang baru juga semakin cepat. Radio yang dulunya
barang mewah sekarang jadi barang murahan. Begitu banyak dan cepatnya perubahan terjadi
dalam masyarakat modern. Perubahan-perubhan tersebut membawa masalah baru bagi
seseorang atau sesuatu masyarakat.
Perubahan dan perkembangan yang cepat tersebut memerlukan penyesuaian
pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap tertentu dari seseorang atau masyarkat yang
menghadapi tantangan masalah dan hajat hidup baru. Suatu masyarakat beberapa tahun yang
lalu masih dapat hidup dengan mata pencaharian membuat periuk, belanga dan sebagainya
dari tanah, tetapi dengan maningkatnya alat-alat keperluan dapur yang murah dari bahan-
bahan alumunium dan pelastik, maka sulit dipertahankan mata pencaharian membuat alat-alat
dapur dari tanah. Sikap”alon-alon asal kelakon” (pelan-pelan asal selamat) masih dapat hidup
layak beberapa tahun lalu. Sebab pemilikan tanah, hasil produksidan benda-benda keperluan
hidup lainnya terbagi pada jumlah manusia yang relatife jarang atau sedikit. Tingginya angka
kelahran serta semakin kecilnya angka kematian membawa persoalan-persoalan dan tuntutan
hidup baru yang lebih gawat, sehingga tidak cocok lagi sikap alon-alon asal kelakon.
Pokonya manusia sekarang dituntut untuk berlari sekencang larinya perubahan dan
perkembangan itu sendiri.
Pendidikan dan juga pembangunan dituntut untuk lari cepat, sehingga memungkinkan
untuk menyesuaikan diri secara berhasil di dalam perubahan-perubahan dan perkembangan
dunia kini serta yang akan datang. Dalam hubungan ini Margaret Mead mengatakan bahwa :
“Education now is not maintenance of the old, but for change”. Semboyan tersebut dijadikan
titik tolak kebijakan pendidikan di Nepal, Indonesia di anjurkan oleh komisi internasional
pengembangan pendidikan. Ini berarti, pendidikan dalam pembanguanan mengenban tugas
yang semakin kompleks dan luas sesuai dengan aneka ragam masalah dan hajat hidup orang
seseorang, keluarga, masyarakat lokal, regional dan nasional.
Dari orientasi tersebut dapat ditarik pemikiran-pemikiran dasar, bahwa bekal
pendidikan yang berisi penambahan pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai
serta sikap-sikap haruslah diarahkan untuk :
1) Menambah konformitas seorang atau sesuatu masyarakat terhadap citacita atau program
pembangunan. Dengan demikian nantinya tidak akan terlihat lagi seseorang atau suatu
masyarakatyang bangga dengan anak banyak membuka hutan untuk peladangan sebarangan
dan sebagainya.
2) Menambah kepekaan seseorang atau sutu masyarakat terhadap tantangan, persoalan dan hajat
hidup diri, lingkungan dan bangsanya yang senatiasa berubah dan berkembang
3) Menambah kemampuan menyelesikan tantangan persoalan dan hajat hidp diri seseorang atau
suatu masyarakat sesuai dengan kaeadaan yang dihadapi.
4) Mengembangkan sikap-sikap yang cocok untuk tuntutan hidup, kahidupan kinidan yang
akan dating seperti sikap hemat, sederhana,disiplin, berikhtiar, menghargai waktu,
berorientasi pada masa depan dan sebagainya.
Keempat arah dasar di atas merupakan cirri-ciri esensial dari corak manusia Indonesia
yang dapatdiharapkan memiliki rasa civic conciousness, community responsibility dan
pertisipasi terhadap pembangunan. Manusia Indonesia yang sesuai dengan kerangka acuan di
atas dapat disebutkan sebagai manusia pembangunan yang ber-Pancasila. Karenanya,
pendidikan yang relevan dengan pembangunan di Indonesia pada dasarnya adalah pendidikan
yang benar-benar menyiapkan manusia pembangunan yang ber-Pancasila.
4. Peranan Pendidikan Dalam Bidang Pembangunan Ekonomi
Pendidikan memberi kontribusi secara signifikan terhadap pembangunan ekonomi
telah menjadi kebenaran yang bersifat aksiomatik. Berbagai kajian akademis dan penelitian
empiris telah membuktikan keabsahannya. Pendidikan bukan hanya melahirkan sumber daya
manusia yang berkualitas, memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai
teknologi, tetapi juga dapat menumbuhkan iklim bisnis yang sehat dan kondusif bagi
pertumbuhan ekonomi. Karena itu, investasi di bidang pendidikan tidak saja berfaedah bagi
perorangan, tetapi juga bagi komunitas bisnis dan masyarakat umum. Pencapaian pendidikan
pada semua level niscaya akan meningkatkan pendapatan dan produktivitas masyarakat.
Pendidikan merupakan jalan menuju kemajuan dan pencapaian kesejahteraan sosial dan
ekonomi. Sedangkan kegagalan membangun pendidikan akan melahirkan berbagai problem
krusial: pengangguran, kriminalitas, penyalahgunaan narkoba, dan welfare dependency yang
menjadi beban sosial politik bagi pemerintah.
Ada tiga paradigma yang menegaskan bahwa pembangunan merujuk knowledge based
economy tampak kian dominan:
a) Kemajuan ekonomi dalam banyak hal bertumpu pada basis dukungan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
b) Hubungan kausalitas antara pendidikan dan kemajuan ekonomi menjadi kian kuat dan solid.
c) Pendidikan menjadi penggerak utama dinamika perkembangan ekonomi, yang mendorong
proses transformasi struktural berjangka panjang.
5. Peranan Pendidikan Dalam Membangun SDM.
Pendidikan pada hakikatnya berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, secara
hakiki, pembangunan pendidikan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya
pembangunan manusia. Upaya-upaya pembangunan di bidang pendidikan, pada dasarnya
diarahkan untuk mewujudkan kesejahteraan manusia itu sendiri. Karena pendidikan
merupakan hak setiap warga negara, di dalamnya terkandung makna bahwa pemberian
layanan pendidikan kepada individu, masyarakat, dan warga negara adalah tanggung jawab
bersama antara pemerintah, masyarakat dan keluarga. Karena itu, manajemen sistem
pembangunan pendidikan harus didesain dan dilaksanakan secara terpadu, serta diarahkan
pada peningkatan akses pelayanan yang seluas-luasnya bagi warga masyarakat, dengan
mengutamakan mutu, efektivitas dan efisiensi.
Upaya pembangunan pendidikan yang dilakukan memiliki landasan komitmen internasional,
sebagai visi bersama berbagai negara di dunia, melalui kesepakatan yang dikenal dengan
kesepakatan Dakkar-Senegal tahun 2000.
Kesepakatan Dakkar yang diimplementasikan dalam kesepahaman Education for All (EFA)
meliputi enam komponen penting, yaitu:
a. pendidikan anak usia dini (PAUD)
b. pendidikan dasar
c. pendidikan keaksaraan
d. pendidikan kecakapan hidup (life skill)
e. kesetaraan dan keadilan gender
f. peningkatan mutu pendidikan.
6. Pendidikan Dan Pengaruhnya Dalam Pembangunan Sosial.
a. Pembangunan Berwawasan Kependudukan.
Secara sederhana pembangunan berwawasan kependudukan mengandung dua makna
sekaligus, yaitu:
1) Pembangunan berwawasan kependudukan
Pembangunan yang disesuaikan dengan potensi dan kondisi penduduk yang ada, penduduk
harus dijadikan titik sentral dalam proses pembangunan. Penduduk harus dijadikan subjek
dan objek dalam pembangunan. Pembangunan adalah oleh penduduk dan untuk penduduk.
2) Pembangunan berwawasan kependudukan
Pembangunan sumberdaya manusia, pembangunan lebih menekankan pada peningkatan
kualitas sumber daya manusia dibandingkan dengan pembangunan infrastruktur semata-mata.
b. Dimensi Penduduk dalam Pembangunan Nasional.
Ada beberapa alasan yang melandasi pemikiran bahwa penduduk merupakan isu yang sangat
strategis dalam kerangka pembangunan nasional Berbagai pertimbangan tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Penduduk merupakan pusat dari seluruh kebijakan dan program pembangunan yang
dilakukan. Dapat dikemukakan bahwa penduduk adalah subjek dan objek pembangunan.
Jadi, pembangunan baru dapat dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan
penduduk dalam arti luas yaitu kualitas fisik maupun non fisik yang melekat pada diri
penduduk itu sendiri.
2) Keadaan penduduk yang ada sangat mempengaruhi dinamika pembangunan yang sedang
dilaksanakan oleh pemerintah. Jumlah penduduk yang besar, jika diikuti dengan kualitas
penduduk yang memadai, akan merupakan pendorong bagi pertumbuhan ekonomi.
Sebaliknya, jumlah penduduk yang besar, jika diikuti dengan tingkat kualitas rendah,
menjadikan penduduk tersebut hanya sebagai beban bagi pembangunan nasional.
3) Dampak perubahan dinamika kependudukan baru akan terasa dalam jangka yang panjang.
Karenanya, seringkali peranan penting penduduk dalam pembangunan terabaikan. Sebagai
contoh, beberapa ahli kesehatan memperkirakan bahwa krisis ekonomi dewasa ini akan
memberikan dampak negatif terhadap kesehatan seseorang pada 25 tahun ke depan atau satu
generasi.
c. Esensi Pendidikan Dan Pembangunan Serta Titik Temunya
Status pendidikan dan pembangunan masing-masing dalam esensi pembangunan serta antara
keduanya.
1. Pendidikan merupakan usaha ke dalam diri manusia sedangkan pembangunan
merupakan usaha keluar dalam diri manusia.
2. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan dan
hasil pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan saran, dan
seterusnya.
B. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional
Bagian ini akan mengemukakan dua hal yaitu mengapa sistem pendidikan harus dibangun
dan wujud sisdiknas.
1. Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun
Sistem pendidikan perlu dibangun agar dapat memenuhi kebutuhan manusia. Manusia
cenderung berupaya untuk mendekatkan dirinya pada kesempurnaan, untuk itu perlu
dilakukan perbaikan-perbaikan, termasuk sistem pendidikan.
Selain itu, pengalaman manusia juga berkembang. Itulah sebabnya mengapa sistem
pendidikan sebagai sarana yang menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas teka
teki mengenai dirinya, juga selalu disempurnakan.
2. Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan
Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama lain saling terkait,
yaitu aspek filosofis dan keilmuan, yuridis, struktur, dan kurikulum
a. Hubungan Antar Aspek-aspek
Aspek filosofis keilmuan dan yuridis menjadi landasan bagi aspek-aspek yang lain, karena
memberikan arah pada aspek-aspek lainnya. Meskipun aspek filosofis menjadi landasan,
tetapi tidak harus diartikan bahwa setiap terjadi perubahan filosofis dan yuridis harus diikuti
dengan perubahan aspek-aspek yang lain secara total.
b. Aspek Filosofis dan Keilmuan
Aspek filosofis berupa penggarapan tujuan nasioanal pendidikan. Rumusan tujuan pendidikan
nasional yang etntunya memberikan peluang bagi pengembanga hakikat manusia yang
kodrati yang berartipula bersifat wajar. Bagi kita pengembangan sifat kodrati manusia itu
pararel dengan jiwa Pancasila.
c. Aspek Yuridis
UUD 1945 sebagai landasan hukum pendidikan sifatnya relatif tetap. Beberapa pasal yang
melandasi pendidikan sifatnya eksplisit (pasal 31 ayat (1) dan (2); pasal (32)) maupun yang
implisit (pasal 27 ayat (1) dan (2); pasal (34)).
Pasal pasal tersebut sifatnya masih sangat global dan perlu dijabarkan lebih rinci kedalam UU
Pendidikan seperti UU Pendidikan No. 4 Tahun 1950, UU Pendidikan No. 12 Tahun 1954
dan disempurnakan lagi oleh UU RI No. 2 Tahun 1989.
d. Aspek Struktur
Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya pembenahan struktur
pembangunan pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama waktu belajar
dari jenjang yang satu ke jenjang yang lai, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya
dan politik.
e. Aspek Kurikulum
Kurikulum merupakan sarana untuk mencapai tujuan. Tujuan kurikuler berubah, maka
kurikulum berubah pula. Perubahan tersebut dapat berupa materinya,
orientasinya,pendekatannya maupun metodenya.
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
DWI HARTATY 101244146
MATA KULIAH : PENGANTAR PENDIDIKAN
PROG. STUDI : PEND. BAHASA INGGRIS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS MUSLIM NUSANTARAAL-WASHLIYAHMEDAN2010
PENDIDIKAN DAN PEMBANGUNAN
Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan karena sasarannya adalah peningkatan kualitas SDM. Peranan pendidikan dalam pembangunan, khususnya pembangunan sistem pendidikan nasional.
Di dalam bagian ini akan dikemukakan tiga hal berturut-turut yaitu :
1. Esensi pendidikan dan pembangunan serta titik temunya.
2. Sumbangan pendidikan pada pembangunan
3. Pembangunan sistem pendidikan nasional
A. Esensi Pendidikan dan Pembangunan Serta Titik TemunyaMenurut paham umum kata “pembangunan”lazimnya diasosiasikan dengan pembangunan ekonomi dan industri yang selanjutnya diasosiasikan dengan dibangunnya pabrik-pabrik, jalanan, jembatan sampai kepada pelabuhan, alat-alat transportasi, komunikasi, dan sejenisnya.
Seperti yang dinyatakan dalam GBHN, hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan
manusia Indonesia. Pernyataan tersebut dapat diartikan bahwa yang menjadi tujuan akhir
pembangunan adalah manusianya, yaitu dapatnya dipenuhi hajat hidup, jasmaniah dan rohaniah,
sebagai makhluk individu, makhluk sosial, dan makhluk religius, agar dengan demikian dapat
meningkatkan martabatnya selaku makhluk.
Jika pembangunan bertolak dari sifat hakikat manusia, berorientasi kepada pemenuhan
hajat hidup manusia sesuai dengan kodratinya sebagai manusia maka dalam ruang gerak
pembangunan, manusia dapat dipandang sebagai “objek” dan sekaligus juga sebagai “subjek”
pembangunan.
Sebagai objek pembangunan manusia dipandang sebagai sasaran yang dibangun. Dalam hal
ini pembangunan meliputi ikhtisar ke dalam diri manusia, berupa pembinaan pertumbuhan jasmani,
dan perkembangan rohani yang meliputi kemampuan penalaran, sikap diri, sikap sosial, dan sikap
terhadap lingkungannya, tekad hidup yang positif serta keterampilan kerja.
Manusia sebagai sasaran pembangunan wujudnya diubah dari keadaan yang masih bersifat
“potensial” ke keadaan “aktual”.
Potensi-potensi kebaikan yang perlu dikembangkan aktualisasinya seperti kemampuan
berusaha, berkreasi, kesediaan menerima kenyataan, berpendrian, rasa bebas yang bertanggung
jawab, kejujuran, toleransi, rendah hati, tenggang rasa, kemampuan bekerjasama, menerima,
melaksanakan kewajiban sebagai keniscayaan, menghormati hak orang lain dan seterusnya.
Manusia dipandang sebagai “subjek” pembangunan karena ia dengan segenap
kemampuannya menggarap lingkungannya secara dinamis dan kreatif, baik terhadap sarana
lingkungan alam maupun lingkungan sosial/ spiritual.
Uraian di atas menunjukkan “status” pendidikan dan pembangunan masing-masing dalam
esensi pembangunan serta antar keduanya.
1. Pendidikan merupakan usaha dalam diri manusia sedangkan pembangunan merupakan
usaha ke luar dari diri manusia.
2. Pendidikan menghasilkan sumber daya tenaga yang menunjang pembangunan dan hasil
pembangunan dapat menunjang pendidikan (pembinaan, penyediaan sarana, dan
seterusnya).
B. Sumbangan Pendidikan pada Pembangunan
Sumbangan pendidikan terhadap pembangunan dapat dilihat pada beberapa segi :
(a) Segi sasaran
(b) Segi lingkungan
(c) Segi jenjang pendidikan
(d) Segi pembidangan kerja atau sektor kehidupan
1. Segi Sasaran Pendidikan
Pendidikan adalah usaha sadar yang ditujukan kepada peserta didik agar menjadi manusia yang berkepribadian kuat dan utuh serta bermoral tinggi.
2. Segi Lingkungan Pendidikan
Terdiri dari :
1) Lingkungan Keluarga
Di dalam lingkungan keluarga anak dilatih berbagai kebiasaan yang baik (habit formation) tentang hal-hal yang berhubungan dengan kecekatan, kesopanan, dan moral.
2) Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah (pendidikan formal), peserta didik dibimbing, untuk memperluas bekal yang telah diperoleh dari lingkungan kerja keluarganya berupa pengetahuan, keterampilan, dan sikap.
3) Lingkungan Masyarakat
Di lingkungan masyarakat (pendidikan non formal), peserta didik memperoleh bekal praktis untuk berbagai jenis pekerjaan.
3. Segi Jenjang Pendidikan
Pendidikan dasar merupakan basic education yang memberikan bekal dasar bagi pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Artinya pendidikan tinggi berkualitas, jika pendidikan menengahnya berkualitas, dan pendidikan menengah berkualitas, jika pendidikan dasarnya berkualitas.
4. Segi Pembidangan Kerja atau Sektor Kehidupan
Pembidangan kerja menurut sektor kehidupan meliputi antara lain : bidang ekonomi, hukum, sosial politik, keuangan, perhubungan, dan komunikasi, pertanian, pertambangan, pertahanan, dan lain-lain.
C. Pembangunan Sistem Pendidikan Nasional
Pada bagian ini akan dikemukakan dua hal, yaitu :
1. Mengapa sistem pendidikan harus dibangun.
2. Wujud pembangunan sistem pendidikan
1. Mengapa Sistem Pendidikan Harus Dibangun
Adalah logis jika sistem pendidikan yang merupakan sarana bagi manusia untuk mengantarkan dirinya menuju kepada kesempurnaan itu juga perlu disempurnakan.
Sistem pendidikan sebagai sarana yang menghantar manusia untuk menemukan jawaban atas teka-teki mengenai dirinya, juga selalu disempurnakan.
Selanjutnya persoalan pendidikan juga dapat dilihat sebagai persoalan nasional karena pendidikan berhubungan dengan masa depan bangsa.
2. Wujud Pembangunan Sistem Pendidikan
Secara makro, sistem pendidikan meliputi banyak aspek yang satu sama lain bertalian erat, yaitu :
- Aspek filosofis dan keilmuan
- Aspek yuridis atau perundang-undangan
- Struktur
- Kurikulum yang meliputi materi, metodologi, pendekatan, orientasi
a) Hubungan Antar Aspek-Aspek
Aspek filosofis, keilmuan, dan yuridis menjadi landasan bagi butir-butir yang lain, karena memberikan arah serta mewadahi butir-butir yang lain. Artinya, struktur pendidikan, kurikulum, dan lain-lain yang lain itu harus mengacu kepada aspek filosofis, aspek keilmuan, dan aspek yuridis.
b) Aspek Filosofis Keilmuan
Aspek filosofis berupa penggarapan tujuan nasional pendidikan. Bagi kita pengembangan sifat kodrati manusia itu paralel dengan jiwa Pancasila. Filsafat Pancasila ini menggantikan secara total falsafah pendidikan penjajah. Penjajah memfungsikan pendidikan sebagai sarana untuk menghasilkan tenaga kerja yang terampil tetapi bersifat bergantung dan loyal kepada penjajah.
Pendidikan yang sehat harus merupakan titik temu antara “teori” dengan “praktek”,
demikian kata J. H. Gunning, “Theorie zonder praktijk is voor genieen, praktijk zonder theorie is voor
gekken en schurken”. Teori tanpa praktek hanya cocok bagi orang-orang pintar, sedangkan praktek
tanpa teori hanya terdapat para orang gila.
c) Aspek Yuridis
Kemajuan zaman menimbulkan kebutuhan-kebutuhan baru, khususnya kebutuhan akan penyempurnaan sistem pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan-kebutuhan baru tersebut. Jelasnya sistem pendidikan perlu disempurnakan, dan tugas ini hanya dapat dilakukan dengan mendasarkan diri pada Undang-Undang Pendidikan.
a) Isi UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SPN) lebih komprehensif, dalam arti
bahwa UU No. 2 Tahun 1989 ini mencakup semua jalur, jenis, dan jenjang pendidikan.
b) Sifat UU RI No. 2 Tahun 1989 lebih fleksibel dp. UU No. 4/1950 dan UU No. 22/61. Fleksibilitas ini
terlihat dalam hal-hal seperti :
(1) Masih memberi peluang untuk dilengkapi dengan peraturan-peraturan pemerintah dan keputusan menteri.
(2) Adanya badan pertimbangan pendidikan nasional
(3) Adanya tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga dalam
menyelenggarakan pendidikan sehingga pendidikan dapat mengarah kepada keserasian pemenuhan
tujuan negara di satu pihak dan kepentingan rakyat banyak di pihak yang lain pada masa mendatang.
c) Undang-Undang RI No. 2 Tahun 1989 tidak hanya bersifat mengatur (seperti UU Pendidikan yang
lalu), tetapi juga memiliki kekuatan hukum yang bersifat memaksa.
d) UU No. 2 Tahun 1989 lebih memperhatikan prospek masa depan.
d) Aspek Struktur
Aspek struktur pembangunan sistem pendidikan berperan pada upaya pembenahan struktur
pendidikan yang mencakup jenjang dan jenis pendidikan, lama waktu belajar dari jenjang yang satu
ke jenjang yang lain, sebagai akibat dari perkembangan sosial budaya dan politik.
e) Aspek Kurikulum
Kurikulum merupakan sarana pencapaian tujuan. Jika tujuan kurikuler berubah, maka kurikulum berubah pula. Perubahan dimaksud mungkin mengenai materinya, orientasinya, pendekatannya ataupun metodenya.
D. Pembangunan Nasional
1. Batasan
Pembangunan ekonomi berarti suatu proses perubahan struktur produksi (pendapatan
nasional) struktur penduduk dan mata pencaharian (lapangan kerja) dan struktur lalu lintas barang,
jasa dan modal dalam hubungan internasional.
2. Tujuan (masyarakat masa depan)
Pembangunan nasional Indonesia pada akhirnya harus bertujuan mencapai negara kesatuan yang berkedaulatan rakyat serta adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
3. Strategi pelaksanaan
Strategi dasar pembangunan nasional Indonesia selama kurang lebih 30 tahun, baik jangka panjang maupun jangka pendek, bertumpu pada pembangunan ekonomi yang terkait dengan pembangunan bidang-bidang lainnya.
4. Karakteristik
Pembangunan nasional merupakan :
- Bentuk pengamalan Pancasila
- Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya
- Dilaksanakan secara berencana, menyeluruh, terpadu, terarah, bertahap dan berlanjut
- Pembangunan dari, oleh dan untuk rakyat
- Trilogi pembangunan yaitu : pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan stabilitas sosial
5. Asas :
Terdiri dari
- Kemampuan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
- Manfaat
- Adil dan merata
- Keseimbangan, keserasian, keselarasan dalam perikehidupan
- Mandiri
- Hukum
- IPTEK
6. Kedudukan Pembangunan Pendidikan
Mencakup 7 bidang yaitu :
- Bidang ekonomi
- Bidan kesejahteraan rakyat, pendidikan dan kebudayaan
- Bidang agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
- Bidang IPTEK
- Bidang hukum
- Bidang politik
- Bidang pertahanan dan keagamaan
Peranan pembangunan Nasional
1. Payung pembangunan pendidikan nasional yang berfungsi menjadi salah satu pembatas lingkungan
pembangunan pendidikan nasional, dan parameter atau tolak ukur kontribusi keberhasilan fungsi
pembangunan pendidikan nasional terhadap pembangunan nasional.
2. Sumber yang memberikan masukan pada pembangunan pendidikan nasional berupa hasil-hasil
pembangunan seperti informasi, energi (tenaga), bahan-bahan
KESIMPULAN
Pendidikan mempunyai misi pembangunan. Jika manusia memiliki jiwa pembangunan sebagai hasil pendidikan, maka diharapkan lingkungannya akan terbangun dengan baik.
Pembangunan yang dimaksud baik yang bersasaran lingkungan fisik maupun yang
bersasaran lingkungan sosial karena pembangunan pendidikan adalah pembangunan manusia
seutuhnya.
DAFTAR PUSTAKA
- La Sulo, L. S dan Tirtarahardja, Umar, 2005, Pengantar Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta
- Mudyahardjo, Redja, 2008, Pengantar Pendidikan, Sebuah Studi Awal Tentang Dasar-Dasar Pendidikan
Pada Umumnya Dan Pendidikan Di Indonesia, Jakarta : Grafindo.