esm 09 bab viii. tenaga kerja di indonesia
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Tujuan Instruksional Umum (TIU): Setelah menyelesaikan mata kuliah Ekonomi Sumber Daya Manusia (pada akhir semester), mahasiswa program studi Sosial Ekonomi Perikanan/ Agrobisnis Perikanan semester VII akan dapat memahami permasalahan dan solusi dalam pengelolaan sumber daya manusia di pasar tenaga kerja serta berbagai dinamika ketenagakerjaan.
BAB VIII. KETENGAKERJAAN DI INDONESIA
A. Pendahuluan
Jumlah atau besarnya penduduk umumnya dikaitkan dengan pertumbuhan
incomeper capita suatu negara, yang secara kasar mencerminkan kemajuan
perekonomian negara tersebut. Ada pendapat yang mengatakan bahwa jumlah
penduduk yang besar adalah sangat menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi.
Tetapi ada pula yang berpendapat lain bahwa justru penduduk yang jumlahnya
sedikit yang dapat mempercepat proses pertumbuhan ekonomi ke arah yang lebih
baik. Disamping kedua pendapat ini, ada pula pendapat yang mengatakan bahwa
jumlah penduduk suatu negara harus seimbang dengan sumber-sumber
ekonominya, baru dapat diperoleh kenaikan pendapatan nasionalnya. Ini berarti
jumlah penduduk tidak boleh terlampau sedikit dan tidak boleh terlampau banyak.
Ketenagakerjaan di Indonesia
Tujuan Instruksional Khusus (TIK): Setelah membaca bab ini, mahasiswa dapat menjelaskan konsep ketenagakerjaan di Indonesia dan menjelaskan arti indikator ketenagakerjaan di Indonesia
125
Jumlah penduduk yang makin besar telah membawa akibat jumlah
angkatan kerja yang makin besar pula. Ini berarti makin besar pula orang yang
mencari pekerjaan atau menganggur. Agar dapat dicapai keadaan yang seimbang
maka seyogyanya mereka semua dapat tertampung dalam suatu pekerjaan yang
sesuai dengan keinginan serta keterampilan mereka. Ini akan membawa
konsekuensi bahwa perekonomian harus selalu menyediakan lapangan-lapangan
pekerjaan bagi angkatan kerja baru.
Dengan demikian, pembangunan ekonomi sangat diperlukan untuk
memperkecil tingkat pengangguran. Dengan pembangunan ekonomi diharapkan
laju pertumbuhan ekonomi dapat selalu dipertahankan pada tingkat yang lebih
tinggi dari tingkat pertumbuhan penduduk,sehingga kegiatan perekonomian akan
menjadi lebih luas dan selanjutnya dapat memperkecil jumlah orang yang
menganggur.
B. Konsep Ketenagakerjaan
Beberapa pengertian yang berhubungan dengan ketenagakerjaan, yaitu :
(1). Tenaga kerja ( manpower)
Adalah penduduk dalam usia kerja ( berusia 15-64 tahun), dapat memproduksi
barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga mereka, dan jika mereka
mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut.
(2). Angkatan Kerja (labor force).
Adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat, atau berusaha
untuk terlibat, dalam kegiatan produktif yaitu produksi barang dan jasa.
(3). Tingkat Partisipasi Angkata Kerja ( labor force participation rate).
Ekonomi Sumberdaya Manusia
126
Adalah menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umum
sebagai persentasi penduduk dalam kelompok umur tersebut.
Angkatan KerjaTPAK = X 100%
Tenaga Kerja
(4). Tingkat penganggguran (Unemployment rate)
Adalah angka yang menunjukkan beberapa banyak dari jumlah angkatan
kerja yang sedang aktif mencari pekerjaa. Pengertian menganggur disini adalah
aktif mencari pekerjaan.
Jumlah Orang yang Mencari PekerjaanTP = X 100%
Jumlah Angkatan kerja
(5). Pengangguran Terbuka (Open Unemployment)
Pengangguran terbuka atau pengangguran adalah bagian dari angkatan
kerja yang sekarang ini tidak bekerja dan sedang aktif mencari pekerjaan.
(6). Setengah menganggur (Underemployment)
Adalah perbedaan antara jumlah pekerjaan yang betul di kerjakan
seseorang dalam pekerjaannya dengan jumlah pekerjaan yang secara normal
mampu dan ingin dikerjakannya.
(7). Setengah Menganggur yang Kentara (Visible Underemployment)
Adalah jika seseorang bekerja tidak tetap (part time) diluar keinginannya
sendiri, atau bekerja dalam waktu yanng lebih pendek dari biasanya.
(8). Setengah Menganggur yang Tidak Kentara (Invisible Underemployment)
Adalah jika seseorang bekerja secara penuh (full time) tetapi pekerjaannya
itu dianggap tidak mencukupi,karena pendapatannya yang terlalu rendah atau
Ketenagakerjaan di Indonesia
127
pekerjaan tersebut tidak memungkinkan ia untuk mengembangkan seluruh
keahliannya.
(9). Pengangguran Tidak Kentara (Disguised Unemployment)
Dalam angkatan kerja mereka dimasukkan dalam kegiatan bekerja,tetapi
sebetulnya mereka adalah pengangguran jika dilihat dari segi produktivitasnya.
Misalnya : Pekerjaan yang seharusnyan dikerjakan dua orang, tetapi dikerjakan
oleh tiga orang sehingga 1 orang merupakan Disguised Unemployment
(10). Pengangguran Friksional
Adalah pengangguran yang terjadi akibat pindahnya seseorang dari suatu
pekerjaan ke pekerjaan yang lain, dan akibatnya harus mempunyai tenggang
waktu dan berstatus sebagai penganggur sebelum mendapatkan pekerjaan yang
lain tersebut.
(11). Pengangguran struktural
Adalah pengangguran yang disebabkan karena ketidakcocokan antara
struktur para pencari kerja-sehubungan dengan keterampilan,bidang
keahlian,maupun daerah lokasinya-dengan struktur permintaan tenaga kerja yang
belum terisi.
C. Keadaan Ketenaga Kerjaan Di Indonesia
1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK)
Pertumbuhan penduduk akan sangat mempengaruhi pertumbuhan
angkatan kerja. Semakin besar jumlah penduduk usia kerja,maka secara otomatis
jumlah angkatan kerja akan bertambah. Semakin tinggi TPAK semakin baik,
karena itu berarti partisipasi angkata kerja semakin meningkat. Bila peningkatan
angkatan kerja seiring dengan bertambahnya partisipasi penduduk yang bekerja,
Ekonomi Sumberdaya Manusia
128
hal ini dapat berarti peningkatan TPAK diiringi dengan menurunnya partisipasi
penduduk yang bekerja, ini pertanda bahwa pemicu tingginya TPAK adalah
meningkatnya penduduk yang mencari pekerjaan. Dengan kata lain,
mengakibatkan bertambahnya pengangguran.
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) Indonesi Periode 1997-1999
untuk laki-laki mengalami peningkatan, tetapi persentase penduduk bekerja
terhadap angkatan kerja mengalami penurunan. Keadaan ini juga terjadi hampir
diseluruh provinsi. Penyebab keadaan ini tampaknya adalah krisis ekonomi
Indonesi yang melanda hampir seluruh pelosok tanah air sejak pertengahan tahun
1997.
TPAK laki-laki tertinggi pada tahun 1998 terdapat di Provinsi Sulawesi
Tengah, yaitu sebesar 87,77, ini berarti laki-laki yang bekerja dan mencari
pekerjaan di Sulawesi tengah relatif lebih banyak dibandingkan dengan provinsi-
provinsi lain di Indonesia.
Tampaknya keadaan TPAK perempuan tidak jauh berbeda dengan TPAK
laki-laki, meskipun angkanya terlihat jauh lebih rendah. Misalnya, secara nasional
TPAK laki-laki pada tahun 1998 sebesar 83,19, sedangkan TPAK perempuan
pada tahun yang sama hanya sebesar 50,15.
2. Upah pekerja /Karyawan
Tingkat upah pekerja, baik laki-laki maupun perempuan di Indonesia
selama periode 1997-1999 tampak lebih baik. Tetapi lebih baik dibandingkan
dengan upah yang diterima antara pekerja laki-laki dengan pekerja perempuan,
ternyata lebih banyak pekerja perempuan yang mendapatkan upah lebih rendah
dibandingkan dengan pekerja laki-laki. Sebaliknya pekerja laki-laki lebih banyak
Ketenagakerjaan di Indonesia
129
menerima upah yang relatif lebih tinggi, baik di daerah pedesaan maupun di
daerah perkotaan.
Dari Tabel 1 terlihat bahwa upah pekerja laki-laki di daerah perkotaan
relatif lebih tinggi di bandingkan di daerah pedesaan. Contohnya pada tahun
1999, persentase pekerja laki-laki di aerah perkotaan yang menerima upah antara
Rp. 300.000 – Rp. 599.999 sebesar 41,44 persen, sedangkan didaerah pedesaan
hanya sebesar 33,56 persen. Demikian halnya dengan upah kurang dari
Rp .100.000,- sebesar 2,94 persen dinikmati oleh pekerja laki-laki di daerah
perkotaan dan di daerah pedesaan sebesar 7,65 persen pada tahun 1999.
Seperti halnya dengan pekerja laki-laki, persentase pekerja perempuan
yang menerima upah relatif lebih tinggi berada di daerah perkotaan. Sebaliknya
yang menerima upah lebih rendah adalah para pekerja perempuan yang berada di
daerah pedesaan.Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Rata-rata upah per bulan tenaga kerja di Indonesia
Rata-rata Upah
Per Bulan
(Rupiah)
1997 1998 1999
kota Desa Kota+
Desa
kota Desa Kota+
Desa
kota Desa Kota+
Desa
<100.000
100.000-
299.999
300.000-
599.999
600.000 +
24,34
51,59
24,07
-
52,88
37,19
9,93
-
36,95
45,23
17,82
-
18,51
50,27
25,47
5,75
42,05
41,79
15,05
1,1
28,67
46,61
20,97
3,75
12,08
46,61
20,83
11,63
30,61
47,69
15,94
5,65
19,88
46,97
23,99
9,16
Sumber:Badan Pusat Statistik (2000)
3. Produktifitas pekerja
Peningkatan kualitas pekerja yang dicerminkan oleh tingkat pendidikan
rata-rata yang semakin baik, memberi dampak positif terhadap produktivitas
Ekonomi Sumberdaya Manusia
130
tenaga kerja. Begitu pula dengan upaya peningkatan keterampilan dan pelatihan
tenaga kerja yang disertai dengan penerapan teknologi yang sesuai, berdampak
pula terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja.
Tingkat produktifitas pekerja digambarkan dari rasio PDP (Produk
Domestik Bruto) terhadap jumlah pekerja. Secara nasional produktivitas sektor
umum (termasuk minyak bumi dan gas/migas) lebih besar daripada produktivitas
sektor non-migas. Ini berarti nilai out put yang di hasilkan oleh sektor migas
lebih tinggi di bandingkan dengan sektor non-migas.
Perbedaan tersebut akan semakin tampak jika melihat tingkat produktivitas
menurut provinsi daerah-daerah yang merupakan penghasil migas terbesar akan
memiliki tingkat produktivitas yang lebih tinggi, misalnya provinsi Aceh, Riau,
Kalimantan Timur dan Irian Jaya. Disamping itu, perbedaan produktivitas pekerja
yang relatif tinggi juga masih di jumpai pada provinsi-provinsi yang sarat dengan
berbagai kegiatan ekonomi yanng menggunakan alat-alat mekanis dan otomatis.
Sebaliknya produktivitas pekerja yang relatif rendah ditemui di provinsi-provinsi
dengan kegiatan ekonomi yang masih memanfaatkan padat karya.
4. Tingkat Pengangguran
Tingkat pengangguran di Indonesia selama periode 1997-1999 cenderung
meningkat. Pada tahun 1997, angka pengangguran terbuka sebesar 4,68 persen
dan pada saat krisis ekonomi (1998) meningkat menjadi sebesar 5,46 persen dan
tahun 1999 masih meningkat menjadi sebesar 6,36 persen (Tabel.3.6).
Peningkatan angka pengangguran terbuka bukan hanya terjadi di
perkotaan juga terjadi di pedesaan. Di perkotaan, angka pengangguran terbuka
pada tahun1977 sebesar 8,06 persen dan pada tahun 1999 angka tersebut telah
Ketenagakerjaan di Indonesia
131
meningkat menjadi sebesar 10,46 persen. Begitu pula yang terjadi di pedesaan,
bila pada tahun 1997 angka pengangguran terbuka sebesar 2,84 persen, maka pada
tahun 1999 juga meningkat menjadi sebesar 3,84 persen. Dari tabel 2 juga terlihat
bahwa tingkat pengangguran terbuka didaerah pedesaan jauh lebih kecil di
bandingkan dengan di daerah perkotaan.
Tabel 2. Tingkat Pengangguran Terbuka di Indonesia Tahun 1997-1999
Jenis kelamin perkotaan pedesaan Kota+desa
1997 1998 1999 1997 1998 1999 1997 1998 1999
laki-laki
perempuan
INDONESIA
7,13
9,67
8,06
8,59
10,45
9,29
9,96
11,29
10,46
2,36
3,58
2,84
2,95
3,83
3,30
3,52
4,33
3,84
4,09
5,64
4,68
5,04
6,12
5,46
6,03
6,88
6,36
Sumber :Badan Pusat statistik (2000)
Tabel 3. Tingkat Setengah Pengangguran di Indonesia Tahun 1997-1999
Jenis kelamin perkotaan pedesaan Kota+desa
1997 1998 1999 1997 1998 1999 1997 1998 1999
laki-laki
perempuan
INDONESIA
14,36
28,80
19,57
16,36
32,08
22,10
16,15
31,63
21,82
31,27
47,03
41,32
3,66
65,57
44,31
33,24
58,35
43,05
25,35
47,92
33,93
27,49
51,24
36,64
26,86
49,02
35,32
Sumber :Badan Pusat statistik (2000)
Pada tabel 3 terlihat bahwa tingkat setengah pengangguran di Indonesia
masih tergolong relatif tinggi. Pada tahun 1997 angka setengah pengangguran
sebesar 33,93 persen dan pada saat krisis ekonomi (1998) meningkat menjadi
sebesar 36,64. Tingkat setengah pengangguran di perkotaan lebih kecil
dibandingkan di daerah pedesaan. Bila pada tahun 1999 angka setengah
pengangguran di perkotaan sebesar 21,82 persen, maka pada tahun yang sama di
pedesaan angka setengah pengangguran mencapai 43,05 persen.
Ekonomi Sumberdaya Manusia
132
RINGKASAN
1. Jumlah atau besarnya penduduk umumnya dikaitkan dengan pertumbuhan
incomeper capita suatu negara, yang secara kasar mencerminkan kemajuan
perekonomian negara tersebut.
2. Pembangunan ekonomi sangat diperlukan untuk memperkecil tingkat
pengangguran. Dengan pembangunan ekonomi diharapkan laju
pertumbuhan ekonomi dapat selalu dipertahankan pada tingkat yang lebih
tinggi dari tingkat pertumbuhan penduduk,sehingga kegiatan perekonomian
akan menjadi lebih luas dan selanjutnya dapat memperkecil jumlah orang
yang menganggur.
3. Ketenagakerjaan di Indonesia dapat dilihat dari beberapa indikator yakni
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK), upah pekerja/karyawan,
produktifitas pekerja dan tingkat pengangguran.
LATIHAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Tenaga Kerja, angkatan kerja, TPAK, dan
tingkat pengangguran.
2. Jelaskan kondisi indikator keadaan tenaga kerja di Indonesia berdasarkan data
yang dikeluarkan oleh BPS.
DAFTAR PUSTAKA
Mulyadi S., 2002. Ekonomi Sumberdaya Manusia dalam Perspektif Pembangunan. Divisi Perguruan Tinggi PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Afrida BR., 2003. Ekonomi Sumber daya Manusia. Penerbit Ghalia Indonesia. Jakarta.
Ketenagakerjaan di Indonesia