epizotiologi dan analisis resiko

63
ANALISIS MANFAAT PENGGUNAAN EKSTRAK DAUN SISIK NAGA DIBANDINGKAN PENGGUNAAN OBAT JERAWAT YANG ADA SEBAGAI PENGENDALI BAKTERI P. ACNE (Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Epizotiologi dan Analisis resiko) Oleh: WENTI DWI FEBRIANI NRP. B253140091 SEKOLAH PASCASARJANA PROGRAM STUDI MIKROBIOLOGI MEDIK 1

Upload: wenti-az-zahra-mumtahanah

Post on 22-Dec-2015

39 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Penggunaan daun sisik naga sebagai antijerawat

TRANSCRIPT

Page 1: epizotiologi dan analisis resiko

ANALISIS MANFAAT PENGGUNAAN EKSTRAK DAUN SISIK NAGA

DIBANDINGKAN PENGGUNAAN OBAT JERAWAT YANG ADA SEBAGAI

PENGENDALI BAKTERI P. ACNE

(Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata kuliah

Epizotiologi dan Analisis resiko)

Oleh:

WENTI DWI FEBRIANI

NRP. B253140091

SEKOLAH PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MIKROBIOLOGI MEDIK

DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT HEWAN DAN KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

1

Page 2: epizotiologi dan analisis resiko

2

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam beserta isinya yang senantiasa

melimpahkan nikmat dan rahmat-Nya kepada kami hingga dapat menyelesaikan

laporan ini dengan cepat dan tanpa kendala. Shalawat dan salam semoga selalu

tercurah limpahkan kepada Nabi penutup akhir zaman, Muhammad Shallallahu

‘Alaihi Wasallam, para sahabat, keluarga, dan semoga sampai kepada kita selaku

umatnya.

Laporan ini kami buat sebagai gambaran atas hasil tugas Analisis manfaat yang

kami laksanakan untuk memenuhi tugas Epizotiologi dan analisis resiko. Laporan ini

berisikan naskah dan hasil diskusi mendalam mengenai “Analisis Manfaat

Penggunaan Ekstrak Daun Sisik Naga Dibandingkan Penggunaan Obat Jerawat Yang

Ada Sebagai Pengendali Bakteri P. acne”.

Semoga laporan ini bisa menjadi salah satu penyemangat untuk teman-teman di

MKMIPB bahwa membangun kesadaran pribadi melalui diskusi ilmiah itu sangatlah

penting, dan juga bisa memberikan sumbangsih nyata kita kepada masyarakat sekitar

dengan beragam program dan penyelesaian masalah yang kita tawarkan sebagai hasil

diskusi ilmiah tersebut.

Demi tersempurnanya laporan ini kami nantikan kritik dan saran dari pembaca

yang membangun guna penulisan laporan berikutnya.

Penulis

Wenti Dwi F.

NRP. B253140091

Page 3: epizotiologi dan analisis resiko

3

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ......................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR..................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vii

BAB 1. PENDAHULUAN ............................................................................ 7

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 7

1.2 Rumusan Masalah ..................................................................... 9

1.3 Batasan Masalah......................................................................... 9

1.4 Tujuan........................................................................................ 10

1.5 Manfaat Penelitian...................................................................... 10

1.6 Hipotesis..................................................................................... 11

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12

2.1 Tanaman sisik naga.................................................................... 12

2.2 Bakteri Propionibacterium acne................................................ 16

2.3 Zat antimikroba.......................................................................... 17

2.4 Obat antibakteri.......................................................................... 20

BAB 3. ANALISIS MANFAAT.................................................................... 22

3.1 Variabel Penelitian..................................................................... 22

3.2 Definisi Operasional................................................................... 22

3.3 Analisis Data.............................................................................. 23

3.4 Analisis Keefisienan daun sisik naga......................................... 23

3.5 Alur Penelitian............................................................................ 25

Page 4: epizotiologi dan analisis resiko

4

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 26

4.1 Hasil Penelitian........................................................................... 26

4.2 Pembahasan................................................................................ 27

BAB 5. PENUTUP ........................................................................................ 40

5.1 Kesimpulan................................................................................. 40

5.2 Saran........................................................................................... 40

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 41

Page 5: epizotiologi dan analisis resiko

5

DAFTAR TABEL

4.1 Tabel 1. Analisis manfaat antibiotik......................................................... 29

4.2 Tabel 2. Tahapan produksi bahan baku ................................................... 31

4.3 Tabel 3. Proses penyiapan bahan baku-distribusi ................................... 33

4.4 Tabel 4. Analisis keekonomisan antibiotik dengan obat jerawat ............ 34

4.5 Tabel 5. Input........................................................................................... 34

Page 6: epizotiologi dan analisis resiko

6

DAFTAR GAMBAR

2.1 Morfologi Daun Sisik naga...................................................................... 13

2.2 Morfologi Bakteri Propionibacterium acne............................................. 16

2.3 Struktur kimia kloramphenikol................................................................ 20

3.1 Skema alur penelitian .............................................................................. 25

4.1 Sel Propionibacterium acne..................................................................... 26

Page 7: epizotiologi dan analisis resiko

7

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latarbelakang

Gaya hidup kembali ke alam (back to nature) menjadi cukup popular saat ini

sehingga masyarakat kembali memanfaatkan berbagai bahan alam, termasuk

pengobatan dengan tumbuhan obat. Sudah sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia

mengenal dan menggunakan tanaman obat berkhasiat sebagai salah satu upaya untuk

menanggulangi berbagai masalah kesehatan, jauh sebelum pelayanan kesehatan

formal dan obat-obatan modern menyentuh lapisan masyarakat. Penggunaan tanaman

obat untuk penyembuhan suatu penyakit didasarkan pada pengalaman yang secara

turun-temurun diwariskan oleh generasi terdahulu kepada generasi berikutnya yang

lebih dikenal sebagai tanaman obat tradisional. Saat ini pemilihan bahan-bahan alami

untuk pengobatan didasarkan pada bukti penelitian, sehingga penggunaan bahan-

bahan alami diharapkan dapat lebih tepat sasaran dalam dunia pengobatan. Tanaman

berkhasiat obat mempunyai nilai lebih ekonomis dan efek samping lebih kecil

dibandingkan dengan obat-obat sintetis, karena itu penggunaan tumbuhan obat

dengan memanfaatkan tumbuhan tentunya lebih aman dan efektif (Wasitaatmadja

dalam Tjokronegoro, 1997).

Organisasi kesehatan dunia (WHO) menyatakan bahwa hingga 80% penduduk

di negara berkembang dan 65% penduduk di negara maju telah menggunakan obat

herbal (Dalimartha, 2005;12). Eksplorasi dan pengembangan budidaya tanaman obat

terus dikembangkan, karena diharapkan dapat mengurangi impor bahan baku obat

kimia.Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai tanaman obat yaitu sisik naga

(Drymoglossum piloselloides [L.] Presl.). Sisik naga merupakan tanaman epifit yang

tumbuh liar di batang dan dahan pohon, sehingga dapat dengan mudah ditemukan di

lingkungan sekitar.

Page 8: epizotiologi dan analisis resiko

8

Secara tradisional, masyarakat menggunakan tanaman ini untuk mengobati

radang gusi, sariawan, dan pendarahan. Berdasarkanliteraturdanhasil-hasilpenelitian

sebelumnya diketahuibahwa kandungan kimia yang terdapat dalam sisik naga yaitu

saponin, polifenol, minyak atsiri, triterpen/sterol, fenol, flavonoid, tanin, dan gula

(Wattimena, J.R., et al. 1991). Daun sisik naga mengandung senyawa flavonoida,

saponin, dan tanin yang diketahui sebagai senyawa aktif antibakteri (Wattimena,

J.R., et al. 1991).

Jerawat (Acne vulgaris) merupakan penyakit kulit peradangan kronik folikel

polisebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dengan gambaran klinis berupa

komedo, papul dan nodus pada daerah muka, bahu, leher, dada, punggung bagian atas

dan lengan bagian atas. Jerawat terjadi karena pori-pori kulit terbuka dan tersumbat

dengan minyak, sel-sel kulit mati, infeksi bakteri, faktor makanan, kosmetik, dan

bahan kimia lain (Wasitaatmadjadalam Tjokronegoro 2002). Penyakit ini tidak fatal,

namun cukup merisaukan karena berhubungan dengan menurunnya kepercayaan diri

akibat berkurangnya keindahan wajah penderita. Apabila hal ini dibiarkan maka akan

terjadi resiko timbulnya peradangan lebih lanjut akibat menumpuknya minyak pada

pori-pori. Bakteri yang berperan dalam peradangan kulit khususnya penyebab jerawat

adalah Propionobacteriumacne (Wasistaatmadjadalam Tjokronegoro 2002).

Obatjerawat yang beredar di pasaran selama ini tidak semua aman,

diantaranya banyak mengandung bahan kimia obat (BKO) dengan kadar tinggi yang

berbahaya dan menimbulkan efek samping bagi kesehatan. Bahan aktif yang

terkandung dalam beberapa obat jerawat adalah benzoil peroksida, asam retinoat, dan

hidrokuinon, dimana bahan ini memiliki efek samping seperti rasa terbakar pada

kulit, bercak, hingga pengelupasan pada kulit, kemandulan dan cacat pada janin pada

ibu hamil (Wasistaatmadjadalam Tjokronegoro 2002).

Penyakit jerawat disebabkan oleh bakteri. Bakteri tersebut dapat menyebabkan

penyakit peradangan kulit (Fardiaz, 1992:132), sehingga diperlukan adanya suatu

upaya penelitian, pengujian dan pengembangan sumber antibakteri dari tanaman yang

dapat digunakan sebagai alternatif antibakteri terhadap infeksi P. acne. Salah satu

Page 9: epizotiologi dan analisis resiko

9

yang berpotensi dikembangkan sebagai sumber alternatif antibakteri terhadap infeksi

P. acne adalah daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides) karena dalam

penelitian yang dilakukan oleh Somchit (2011) ditemukan bahwa ekstrak etanol daun

sisik naga memiliki efek antibakteri terhadap pertumbuhan Bacillus subtilis,

Escherecia coli, Staphylococcus aureus.

Keberadaan tanaman sisik naga yang melimpah di Indonesia dan belum

dibudidayagunakan tanaman ini sebagai bahan baku obat. Berdasarkan uraian di atas,

peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian tentang “Analisis Manfaat

Penggunaan Ekstrak Daun Sisik Naga Dibandingkan Penggunaan Obat Jerawat Yang

Ada Sebagai Pengendali Bakteri P. acne”.

1.2. Rumusan masalah

Adapunperumusanmasalahdaripenelitianiniadalah:

a. Berapa KHM (Konsentrasi Hambat Minimum) ekstrak daun sisik naga

(Drymoglossum piloselloides L.) terhadap bakteri P. acne?

b. Adakah perbedaan tingkat keefektifitasan antara penggunaan ekstrak daun

sisik naga (Drymoglossum piloselloides L.)sebagai antijerawat dengan

antibiotik biasa?

c. Adakah perbedaan tingkat keefisienan antara penggunaan ekstrak daun

sisik naga (Drymoglossum piloselloides L.) sebagai antijerawat dengan

antibiotik biasa?

1.3. Batasan Masalah

Untuk mempermudah pemahaman dan mengurangi kerancuan dalam

menafsirkan masalah yang terkandung di dalam penelitian ini, maka

permasalahan dibatasi sebagai berikut.

a. Penelitian ini menggunakan daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides

L.)dengan mengambil daun fertil yang berwarna hijau tua, diperoleh dari

kawasan kampus IPB.

Page 10: epizotiologi dan analisis resiko

10

b. Pelarut yang digunakan dalam pembuatan ekstrak daun sisik naga

(Drymoglossum piloselloides L.) ini adalah pelarut etanol 70%.

c. Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini adalah bakteri P. acne yang

diperoleh dari laboratorium mikrobiologi Fakultas KedokteranUniversitas

Indonesia.

d. Daya hambat ditentukan oleh zona bening yang terbentuk selama perlakuan.

Diameter zona bening diukur dengan menggunakan jangka sorong.

e. Tingkat keefektifitasan dilihat dari pemberian perlakuan bakteri P.acne

yang diinjeksikan dengan dosis tertentu dan ekstrak daun sisik naga sebagai

obat terhadap hewan coba (kelinci)

f. Tingkat keefisienan dilihat dari biaya yang diperoleh dari produk obat

jerawat ekstrak daun sisik naga dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan

untuk memproduksi obat jerawat dari ekstrak daun sisik naga per satu kali

produksi.

1.4. Tujuan

Tujuanpenelitianiniadalah :

a. Untuk menganalisis besarnya keefektifan dan keefisienan ekstrak daun

sisik naga yang dikombinasikan dengan kuning telur yang diformulasikan

sebagai masker kering sebagai obat jerawat.

b. Untuk menganalisis besarnya kemampuan ekstrak daun sisik naga dalam

menghambat bakteri jerawat dalam hewan coba.

1.5. ManfaatPenelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

a. Manfaat akademik, dapat menambah pengetahuan tentang khasiat daun sisik

naga (Drymoglossum piloselloides) sebagai zat antibakteri.

b. Bagi masyarakat untuk memperoleh terobosan obat herbal dari tumbuhan

yang dikombinasikan dengan kuning telur dalam bentuk masker yang dapat

Page 11: epizotiologi dan analisis resiko

11

dimanfaatkan sebagai obat jerawat dilihat dari segi keefektifan dan

keekonomisan.

c. Bagi peneliti lain dalam bidang yang sama, dapat digunakan sebagai acuan

untuk penelitian berikutnya yang berkaitan.

d. Bagi proses belajar mengajar, sebagai acuan dalam ilmu pengetahuan

bioteknologi dan ilmu tanaman pangan.

1.6. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah:

a. Ekstrak daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides) mempunyai

Konsentrasi Hambat Minimun (KHM) terhadap bakteriP.acne.

b. Ekstrak daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides) memiliki tingakt

keefektifitasan dan keekonomisan yang lebih tinggi dibandingkan dengan

antibiotik sebagai masker jerawat.

Page 12: epizotiologi dan analisis resiko

12

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Sisik Naga (Drymoglossum piloselloides L. )

2.1.1 Klasifikasi tanaman sisik naga

Tanaman sisik naga memiliki nama latin Drymoglossum piloselloidesLinn.

Klasifikasi sisik naga menurut Plantamor.com (2012) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Divisi : Pteridophyta

Kelas : Pteridopsida

Sub Kelas : Polypoditae

Ordo : Polypodiales

Famili : Polypodiaceae

Genus : Drymoglossum

Spesies : Drymoglossum piloselloides(L) Presl.

Nama lain sisik naga adalah D. heterophyllum C.Chr., D. microphyllum

(Pr.) C.Chr., Lemmaphyllum microphyllum Presl, picisan, sisik naga, sakat

ribu-ribu (Sumatera); pakis duwitan (Jawa), paku duduwitan (Sunda). Nama asing

dari sisik naga ini adalah dubbeltjesvaren, duiteblad, duitvaren (Belanda); bao shu

lian (Cina) (Sumber: Iptek.net.id, 2005).

2.1.2 Deskripsi tanaman sisik naga

a. Akar

Akar daun sisik naga ini termasuk rimpang merayap atau berdiri, mempunyai

ruas-ruas yang panjang dan jarang memperlihatkan batang yang nyata. Akar rimpang

panjang, kecil, merayap, bersisik, melekat kuat pada tumbuhan yang ditumpangi dan

berwarna coklat. Alat reproduksinya berupa spora (Sumber: Iptek.net.id, 2005).

Page 13: epizotiologi dan analisis resiko

13

b. Daun

Daun sisik naga antara satu sama lain tumbuh pada jarak yang pendek, tangkai

pendek, tidak terbagi, pinggir utuh, berdaging atau seperti kulit, permukaan buah

tidak berbulu sama sekali atau sedikit. Daun tebal berdaging, berbentuk jorong atau

jorong memanjang dengan ujung tumpul atau membundar, tepi daun rata dan

pangkalnya runcing. Permukaan daun tua gundul dan berambut jarang pada

permukaan bawah daun.

Gambar 2.1 Morfologi daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides [L.] Presl.). Sumber: (http://Plantamor.com)

Daun ada 2 jenis yaitu daun fertil dan daun steril yang tidak berspora. Daun

fertil bertangkai pendek atau duduk, berbentuk oval memanjang (biasanya lebih

panjang dari daun steril) dan berbentuk garis dengan tangkai sepanjang 1-2 cm.

Warna daun hijau sampai kecoklatan. Sori panjang dan sejajar dengan jarak tertentu

dengan tulang daun tengah. Daun fertil (sporofil) biasanya berkumpul diujung batang

merupakan sebuah rangkaian berbentuk bulir yang disebut strobilus. Daun fertil

bertangkai pendek atau duduk, oval memanjang, panjang 1-5 cm, lebar 1-2 cm.

Ukuran daun yang berbentuk bulat sampai jorong hampir sama dengan uang logam

picisan sehingga tanaman ini dinamakan picisan. Letak sorus pada tepi atau dekat tepi

daun, dapat pula pada urat-urat daun sehingga membentuk garis, memanjang, bulat

(Sumber: Iptek.net.id, 2005).

Daun steril

Daun fertil

Sori

Page 14: epizotiologi dan analisis resiko

14

2.1.3 Habitat

Sisik naga dapat ditemukan di seluruh daerah Asia tropik, merupakan tumbuhan

epifit (tumbuhan yang menumpang pada pohon lain), tetapi bukan parasit karena

dapat membuat makanan sendiri. Sisik naga dapat ditemukan tumbuh liar di hutan, di

ladang, dan tempat-tempat lainnya pada daerah yang agak lembab mulai dari dataran

rendah sampai ketinggian 1.000 m dpl(Sumber: Iptek.net.id, 2005).

2.1.4 Kandungan kimia

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa daun sisik naga mengandung

minyak atsiri, sterol (Triterpen), fenol, flavonoid, tanin, saponin dan gula. Berkhasiat

sebagai antiradang, antitoksik, peluruh dahak, pencahar (laksan), antibakteri dan

menghentikan pendarahan(Hariana, 2006).Senyawa aktif daun sisik naga yang

berkhasiat sebagaiantibakteri adalah saponin, flavonoid, dan tanin (Sumastuti dan

Sonlimar, 2002).

Berikut ini merupakan zat-zat aktif yang terkandung dalamdaun sisik naga :

a. Flavonoid

Flavonoid merupakan senyawa metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman

hijau, kecuali alga. Flavonoid juga termasuk senyawa fenolik alam yang potensial

sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktifitas sebagai obat. Flavonoid yang

biasanya ditemukan pada tumbuhan tingkat tinggi (Angiospermae) adalah flavon

dan flavonol. Golongan flavon, flavonol, flavanon, isoflavon, sering ditemukan

dalam bentuk aglikonnya (Markham, 1988).

Flavonoid diketahui mempunyai efek farmakologik yaitu kemampuan untuk

melancarkan peredaran darah ke seluruh tubuh dan mencegah terjadinya

penyumbatan pada pembuluh darah, mengurangi kadar resiko penyakit jantung

koroner, anti-inflamasi, mengurangi kandungan kolestrol, antioksidan, mengurangi

penimbunan lemak pada dinding pembuluh darah (Robinson, 1991:155).

Page 15: epizotiologi dan analisis resiko

15

b. Tanin (polifenol)

Tanin merupakan zat komplek yang terdapat hampir di sebagian besar

tanaman. Tanin biasa terdapat di bagian tertentu dari tanaman seperti daun, buah,

kulit kayu dan di batang. Berbagai teori menyebutkan bahwa tanin mempunyai

efek antiseptik, dapat mencegah kerusakan yang disebabkan oleh seranggadan

jamur.Tanin dapat mengendapkan protein suatu larutan yang akan membuat

resisten terhadap enzim proteolitik.Tanin juga termasuk senyawa heterosiklik

oksigen aromatik yang tersebar luas pada tumbuhan tingkat rendah hingga tingkat

tinggi, zat tersebut mampu berikatan dengan adhesion faktor, protein ekstraseluler

yang menyebabkan denaturasi protein (proteolisis) penyususn dinding sel,

sehingga sel akan mengalami gangguan metabolisme, fisiologis, dan menyebabkan

proses kerusakan sel (Cowan, 1999).

Tanin juga berkhasiat dalam perawatan luka bakar karena menyebabkan protein

dapat terendap pada jaringan yang terbuka sehingga dapat melindungi lapisan

dibawahnya dan merangsang regenerasi (Claus, 1960 : 168).

c. Saponin

Saponin merupakan kelompok glikosid yang tersebar luas pada tanaman

tingkat tinggi. Saponin mempunyai karakteristik antara lain membentuk larutan

koloid dalam air dan jika dikocok menghasilkan busa dan bersifat hemolitik.

Rasanya pahit, pedas, sehingga obat yang mengandung zat ini biasanya bersifat

keras dan kadang mengiritasi membran mukosa. Selain itu, dapat menyebabkan

kerusakan sel darah merah dengan hemolisis dan toksik pada hewan yang berdarah

dingin. Selama hidrolisis menghasilkan zat yang disebut sapogenin yaitu zat yang

dapat mengkristal selama proses asetilisasi.

2.1.5 Manfaat tanaman sisik naga

Seluruh tanaman sisik naga, baik segar maupun yang dikeringkan, dapat

digunakan untuk mengatasi beragam penyakit seperti: radang gusi, sariawan,

Page 16: epizotiologi dan analisis resiko

16

pendarahan, rematik pada jaringan lunak, TBC paru-paru disertai batuk darah, dan

kanker payudara (Hariana, 2006). Sisik naga dapat juga digunakan untuk pengobatan

gondongan (parotitis), sakit kuning (jaundice), sakit perut, sembelit, keputihan.

Pemakaian luar untuk penyakit kulit, seperti kudis dan kurap (Dalimartha, 2002)

2.2 Bakteri Propionibacterium acne

2.2.1 Klasifikasi Propionibacteriumacne

Adapun klasifikasi secara ilmiah dari P. acne adalah sebagai berikut:

Kingdom : Bacteria

Filum : Actinobacteria

Famili : Actinomycetales

Genus : Propoinibacterium

Spesies : Propionibacterium acne ( Douglas and Gunter, 1964).

2.2.2 Deskripsi Propionibacterium acne

Spesies Propionibacterium adalah anggota flora normal kulit dan selaput lendir

manusia. Pada pewarnaan Gram, kuman ini sangat pleomorfik, berbentuk panjang,

dengan ujung melengkung, berbentuk lancip, dengan pewarnaan yang tidak rata dan

bermanik-manik, dan kadang-kadang berbentuk kokoid atau bulat hingga batang

(Triayu, 2009).

Gambar 2.2 Morfologi bakteri Propionibacterium acne. Sumber: http://scienceofacne.com

Page 17: epizotiologi dan analisis resiko

17

P. acne ikut serta dalam patogenesis jerawat dengan menghasilkan lipase, yang

memecahkan asam lemak bebas dari lipid kulit. Asam lemak ini dapat menimbulkan

radang jaringan dan ikut menyebabkan jerawat. P. acne bersifat aerotoleran dan bisa

hidup dalam suasana aerob (Brooks et al., 2007). Putri (2010) dalam penelitiannya

bakteri P. acne ini tergolong bakteri anaerob Gram positif yang toleran terhadap

udara.

Bakteri ini mempunyai kemampuan untuk menghasilkan asam propionate

(Irianto, 2006). P.acne termasuk bakteri yang tumbuh relatif lambat. Genom dari

bakteri ini telah dirangkai dan sebuah penelitian menunjukkan beberapa genyang

dapat menghasilkan enzim untuk meluruhkan kulit dan protein, yang mungkin

immunogenic (mengaktifkan sistem kekebalan tubuh) (Pramasanti, 2008). Bakteri ini

juga mempunyai kemampuan untuk menghasilkan katalase beserta indol, nitrat, atau

kedua-duanya indol dan nitrat. Propionibacterium menyerupai Corynebacterium

secara morfologi dan susunannya, tetapi tidak bersifat toksigenik (Brahman, 2007).

2.2.3 Habitat dan distribusi

Bakteri ini sebagian besar komensal dan bagian dari flora kulit yang ada pada

orang kulit kebanyakan, dan hidup di asam lemak dalam kelenjar

sebaceous pada sebum disekresikan oleh folikel . Hal ini juga dapat ditemukan di

seluruh saluran pencernaan pada manusia dan hewan lainnya. 

2.3 Zat antimikroba

Zat antimikroba adalah senyawa yang dapat membunuh atau menghambat

pertumbuhan mikroorganisme. Zat antimikroba dapat membunuh mikroorganisme

(mikrobicidal) atau menghambat pertumbuha mikroorganisme (mikrobiostatic).

Bahan antimikroba menurut Pelczar dan Chan (1998:450) diartikan sebagai

bahan yang mengganggu pertumbuhan mikroba. Sedangkan Volk dan Wheeler

(1990:48) mendefinisikan bahan antimikroba sebagai suatu komponen kimia yang

Page 18: epizotiologi dan analisis resiko

18

berkemampuan mematikan mikroorganisme. Secara umum dapat dinyatakan bahwa

antimikroba merupakan penghambatan pertumbuhan dan bila dimaksudkan untuk

kelompok-kelompok organisme yang khusus, sering digunakan istilah seperti

antibakteri.

2.3.1 Mekanisme Kerja Zat Antimikroba

Zat antimikroba menurut Volk dan Wheeler (1990:219) harus mampu untuk

mempengaruhi bagian sel yang vital seperti membran sitoplasmanya, enzim-enzim

dan protein struktural. Pelczar dan Chan (1998:457) menyatakan bahwa cara kerja zat

antimikroba dalam melakukan efeknya terhadap mikroorganisme adalah sebagai

berikut:

a. Mengganggu pembentukan dinding sel

Mekanisme ini disebabkan karena adanya akumulasi komponen lipofilat yang

terdapat pada dinding sel atau membran sel sehingga menyebabkan perubahan

komposisi penyusun dinding sel. Terjadinya akumulasi senyawa antimikroba

dipengaruhi oleh bentuk tak terdisosiasi.

b. Bereaksi dengan membran sel

Komponen bioaktif dapat mengganggu dan mempengaruhi integritas membran

sitoplasma, yang dapat mengakibatkan kebocoran materi intraseluler, seperti

senyawa phenol dapat mengakibatkan lisis sel dan menyebabkan denaturasi

protein, menghambat pembentukan protein sitoplasma dan asam nukleat, dan

menghambat ikatan ATP-ase pada membran sel.

c. Menginaktivasi enzim

Mekanisme yang terjadi menunjukkan bahwa kerja enzim akan terganggu

dalam mempertahankan kelangsungan aktivitas mikroba, sehingga

mengakibatkan enzim akan memerlukan energi dalam jumlah besar untuk

mempertahankan kelangsungan aktivitasnya. Akibatnya energi yang dibutuhkan

untuk pertumbuhan menjadi berkurang sehingga aktivitas mikroba menjadi

Page 19: epizotiologi dan analisis resiko

19

terhambat atau jika kondisi ini berlangsung lama akan mengakibatkan

pertumbuhan mikroba terhenti (inaktif).

d. Perubahan molekul protein dan asam nukleat

Kehidupan suatu sel tergantung pada terpeliharanya molekul protein dan asam

nukleat dalam keadaan alamiah. Konsentrasi tinggi pada beberapa zat kimia

dapat mengakibatkan denaturasi komponen seluler yang vital ini. Sehingga

pertumbuhan organisme terhambat atau akan menyebabkan kematian sel.

e. Menginaktivasi fungsi material genetik

Komponen bioaktif dapat mengganggu pembentukan asam nukleat (RNA dan

DNA), menyebabkan terganggunya transfer informasi genetik yang selanjutnya

akan menginaktivasi atau merusak materi genetik sehingga terganggunya proses

pembelahan sel untuk pembiakan.

2.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja zat antimikroba

Faktor-faktor yang mempengaruhi kerja zat antimikroba tersebut adalah :

a. Konsentrasi zat antimikroba

Semakin tinggi konsentrasi zat antimikroba menurut Volk dan Wheeler

(1990:221) maka semakin tinggi daya antiseptiknya

b. Jumlah mikroorganisme

Perusakan oleh suatu zat merupakan suatu proses yang teratur dan tidak

mungkin semua mikroorganisme akan mati dalam waktu yang bersamaan.

Semakin besar populasi mikroorganisme yang diujikan dengan zat

antimikroba, maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk membunuh

mikroorganisme tersebut. Semakin lama suatu mikroba berada di bawah

pengaruh zat antimikroba, semakin besar kemungkinan matinya

mikroorganisme (Pelczar dan Chan, 1998:453).

c. Keasaman atau kebasaan (pH)

Konsentrasi H+ dalam suatu larutan dapat mempengaruhi efektifitas dari

bahan antimikroba. Mikroba yang akan diuji pada bahan antimikroba dengan

Page 20: epizotiologi dan analisis resiko

20

pH sangat asam, maka akan semakin cepat mikroba tersebut terbunuh (Pelczar

dan Chan, 1998:140-141)

d. Adanya bahan organik

Adanya bahan organik asing dapat menurunkan efektifitas suatu zat antiseptik

terhadap mikroorganisme. Penggabungan antiseptik dengan bahan organik

akan membentuk produk yang tidak bersifat antimikrobial. Penggabungan

antiseptik dengan bahan organik akan menghasilkan suatu endapan, sehingga

antiseptik tidak mungkin efektif lagi (Pelczar dan Chan, 1998:455)

2.4 Obat antibakteri

Kloramfenikol merupakan salah satu obat antimikroba yang menghambat

sintesis protein mikroba. Untuk kehidupannya, sel mikroba perlu mensintesis

berbagai protein. Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA

dan tRNA.

Kloramfenikol adalah antibiotik berspektrum luas yang mempunyai

aktifitasbakteriostatik, dan pada dosis tinggi bersifat bakterisid. Kloramfenikol

memiliki nama kimia 1-(pnitrofenil)-2-dikloroasetamido-1,3-propandiol, rumus

molekul C11H12Cl2N2O5 dan memiliki struktur:

Gambar 2.3 Struktur kimia kloramfenikol. Sumber: http://eol.org

Page 21: epizotiologi dan analisis resiko

21

2.4.1 Pembagian obat jerawat Topikal

Obat jerawat terdapat dalam bentuk sediaan topikal atau obat jerawat luar

berupa salep, krim, lotion, jeli dan sabun. Obat jerawat topikal dibagi menjadi 2 yaitu:

dengan komedolitik dan antibiotik.

a) Obat jerawat jenis komedolitik/ keratolitik

Obat jenis ini bisa didapat di pasaran sebagai obat bebas. Zat aktif yang

terkandung dalam obat jerawat adalah benzoil peroksida, asam salisilat,

resorsinol. Benzoil peroksida bekerja secara perlahan-lahan melepaskan

oksigen aktif yang memberikan efek bakteriostatik juga mempunyai efek

keratolitik dan mengeringkan. Resorsinol mempunyai efek antibakteri,

sedangkan asam salisilat mempunyai sifat keratolitik yang dapat

melunakkan kulit sehingga dapat membantu penyerapan obat. Sedangkan

obat jerawat dengan resep dokter adalah azelaic acid, tretinoin.

b) Obat jerawat jenis antimikrobia

Antibiotika untuk obat jerawat adalah klindamisin, eritromisin, dalam

sediaannya bisa tunggal atau kombinasi dengan tretinoin atau benzoil

peroksida yang dapat mengurangi jerawat.

2.4.2 Efek samping

Obat jerawat yang mengandung asam salisilat dan resorsinol tidak boleh

digunakan pada permukaan kulit yang luas terutama anak-anak dapat

menimbulkan alergi pada kulit.

Page 22: epizotiologi dan analisis resiko

22

BAB 3. ANALISIS MANFAAT

3.1 Variabel Penelitian

3.1.1 Variabel Bebas

Serial konsentrasi bakteri P.acne yang diinjeksi tehadap hewan coba

3.1.2 Variabel Terikat

Pertumbuhan P.acne pada epidermis hewan coba

3.1.3 Variabel Terkendali

Suhu, kelembaban udara, biakan bakteri P. acne, media Nutrient Agar, cara

pengukuran daya hambat P. acne.

3.2 Definisi Operasional Variabel

Peneliti memberikan pengertian untuk menjelaskan operasional penelitian agar

tidak menimbulkan pengertian ganda yaitu sebagai berikut:

a. Ekstrak daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides L.) adalah sari pekat yang

dibuat dari daun sisik naga (Drymoglossum piloselloides L.) dengan memilih

daun yang fertil dalam beberapa serial konsentrasi, yang diperoleh dari

ekstraksi daun dengan suatu metode umum yang digunakan untuk mengambil

produk dari bahan alami seperti dari jaringan tumbuhan dan mikroorganisme.

b. Kuning telur ayam memiliki kandungan zat besi, fosfor, vitamin A,D,E,K,

ataupun vitamin B, termasuk vitamin B12. Kuning telur mengandung senyawa

kompleks dari lipid netral, fosfolipid dan protein (Bruley, 1970). Kuning telur

sebagai sumber protein yang berkisar antara 15-16% dan vitamin A. Lemak

Page 23: epizotiologi dan analisis resiko

23

dalam kuning telur tidak bersifat bebas, akan tetapi terikat dalam bentuk

partikel lipoprotein.

c. P. acne adalah flora normal kulit terutama di wajah yang tergolong dalam

kelompok bakteri Corynebacteria. Bakteri ini berperan pada patogenesis

jerawat yang dapat menyebabkan inflamasi. Bakteri ini berbentuk batang

hingga coccus dan tergolong bakteri gram positif

3.3 Analisis data

Analisis baiaya manfaat dilakukan dengan tahapan:

a. Ditentukan biaya variabel yang diperlukan untuk melaksanakan program

produksi pembuatan obat anti jerawat.

b. Ditentukan lamanya waktu dari manfaat dan biaya serta tahun dimana manfaat

sepenuhnya bisa dirasakan.

c. Dibuat daftar biaya awal (biaya investasi) yang akan diperlukan dan tetapkan

kapan biaya-biaya tersebut disertakan

d. Analisa data menggunakan kriteria: Benefit Cost Ratio (BCR)

Selain tahapan-tersebut diatas juga terdapat langkah yang penting dalam

melakukan analisa biaya manfaat yang berkaitan dengan obat jerawat, adalah

dilakukan analisis biaya produksi. Biaya produksi dimaksudkan untuk

memperkirakan besarnya kebutuhan dan permintaan pasar yang akan datang, sarana-

sarana pemeliharaan, investasi dan produktivitas obat (Gittinger 1986).

Untuk mengetahui keuntungan dari produksi masker sebagai obar jerawat

adalah dengan menggunakan analisis CBR, dimana perhitungan CBR adalah:

Cost benefit ratio = Outputinput

= >1

3.4 Analisis keefisienan ekstrak daun sisik naga:

1. Aspek Produksi

a) Letak usaha

b) Produksi bahan baku

Page 24: epizotiologi dan analisis resiko

24

c) Transportasi

d) Upah tenaga kerja

e) Fasilitas (alat)

f) Proses

2. Analisis biaya

a) Input

b) Out put

c) Uji kelayakan produksi (Perhitungan besar prosentase keuntungan pada

tahun ke- ) dengan menggunakan rumus:

1. ROI = Totalmanfaat−total biaya

Totalbiaya x 100%

2. Analisa Net Present Value (NPV)

Page 25: epizotiologi dan analisis resiko

25

3.5 Alur Penelitian

Pembuatan medium

Pembuatan suspensi

Identifikasi (Uji Biokimia dan Pewarnaan Gram),

Kurva pertumbuhan bakteri P.acne

Hasil inokulum P.acne

Pembuatan inokulum P.acne

Ekstrak etanol daun sisik naga

Penyiapan Propionibacteriumacne

Uji KLT

Persiapan pembuatan serbuk kuning telur

Kuning telur halus

Serbuk kuning telur dikombinasikan dengan ekstrak daun sisik naga

(sebagai masker)

Simplisia

Serbuk halus 100 gram

Daun sisik naga kering

Daun sisik naga450 gram

Pembuatan ekstrak etanol daun sisik naga

(Drymoglossum piloselloides)

Serial dosis

Analisis

Cek epidermis hewan coba

Uji Akhir

Pengolesan ke hewan coba

Kesimpulan

Hasil

Analisis

Cek epidermis hewan coba

Injeksi ke hewan coba

Serial dosis

Kesimpulan

Hasil

Pengeringan kuning telur

Diblender/dihaluskan

Dicuci, dipotong,dikering anginkananginkan

Pemeriksaan AGPT

Dimaserasi dengan etanol 70% sebanyak 750 ml

diuapkan dengan vacuum Rotary Evaporator

Page 26: epizotiologi dan analisis resiko

26

Gambar 3.1 Skema Alur Penelitian

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian perbedaan daya hambat ekstrak daun sisik naga (Drymoglossum

piloselloides L.) terhadap bakteri Propionibacterium acne .

4.1.1 Hasil Karakterisasi Propionibacterium acne

Karakterisasi bakteri Propionibacterium acne dilakukan dengan cara

pewarnaan Gram. Hasil pengamatan sel P. acne dapat dilihat pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Karakterisasi Morfologi dan Biokomia

Karakterisasi Bakteri 1 Bakteri 2

Bentuk koloni Batang Batang

Warna Gram Positif Negatif

Nitrat Positif -

Indol Positif -

Methyl merah - Positif

Karbohidrat - Positif

Pengecatan endospora Negatif Negatif

Nama spesies Propionibacterium acne Shigella dysentriae

Keterangan: - tidak dilakukan uji : bakteri 1adalah bakteri gram positif

: bakteri 1adalah bakteri gram negatif

Hasil pewarnaan Gram pada bakteri P. acne dapat dilihat pada Gambar 4.2 .

Page 27: epizotiologi dan analisis resiko

27

Gambar 4.1 Sel P. acne perbesaran 100x Sumber: dokumen pribadi

Dari hasil pewarnaan di atas didapatkan hasil berwarna biru, kemudian diamati

di bawah mikroskop. Bakteri tersebut berbentuk batang/ filamen dengan bentuk

kokoid.Hal ini menandakan bahwa bakteri yang digunakan dalam uji adalah benar

bakteri Propionibacterium acneyang tergolong bakteri Gram positif, berbentuk

batang, tidak berspora, tidak bergerak, dan berkoloni. Dari hasil uji biokimia, pada

bakteri 1menunujukkan bahwa bakteri tersebut menghasilkan nitrat, indol dan tidak

menghasilkan spora pada pewarnaan endospora. Maka sesuai dengan literatur

(Jawetz, Ernest, 1996: 235) bakteri 1 adalah bakteri Propionibacterium acne.

4.2 Pembahasan

Penyakit peradangan kulit sering terjadi dikalangan remaja umumnya,

terutama peradangan di daerah muka. Sehingga hal ini memicu penurunan tingkat

percaya diri pada remaja. Faktor timbulnya peradangan kulit pada muka/ jerawat

umumnya disebabkan faktor genetik, makanan, pengaruh musim, kosmetik, dan

infeksi bakteri. Apabila hal ini dibiarkan dalam jangka waktu yang lama maka akan

menyebabkan peradangan yang kronis. Peradangan merupakan suatu proses alami

pertahanan tubuh melawan adanya bakteri penyebab radang kulit. Menurut Lawyer et

al(1992:9) respon peradangan merupakan salah satu mekanisme pertahanan alami

yang penting terhadap luka jaringan.

Pada penelitian ini menggunakan daun sisik naga dengan ciri-ciri: berwarna

hijau tua, dengan mengambil daun yang fertil (terdapat spora), masih segar dan tidak

mudah rusak. Pengambilan daun sisik naga yang fertil ini bertujuan karena terdapat

Sel P. acne

Page 28: epizotiologi dan analisis resiko

28

spora hasil fotosintesis, yang notabene hasil tersebut mengumpul pada daun yang

fertil.

Bakteri yang digunakan dalam penelitian ini dikarakterisasi dahulu dengan

cara pewarnaan Gram, sehingga dapat diketahui morfologi bahwa bakteri tersebut

adalah Propionibacterium acne. Berdasarkan pewarnaan Gram, bakteri P. acne yang

diamati dengan mikroskop berbentuk batang dan berwarna biru, hal ini menunjukkan

bahwa bakteri yang diamati adalah benar bakteri P. acne yang merupakan bakteri

Gram positif sesuai dengan literatur (Jawetz, 2005).

Penelitian analisis manfaat penggunaan ekstrak daun Sisik naga dibandingkan

penggunaan obat jerawat yang ada sebagai pengendali bakteri P. acne dilakukan

secara in vivo. Pengujian tingkat keefisienan dan keefektifan senyawa antibakteri

dengan memformulasikan ekstrak daun sisik naga dengan serbuk kuning telur (yolk)

menjadi formulasi masker serbuk kering yang dioleskan pada hewan coba (kelinci)

pada permukaan epidermis.

Ekstrak etanol daun sisik naga mampu menghambat pertumbuhan bakteri P.

acne dikarenakan aktivitas antibakteri yaitu senyawa Gossipetin yang merupakan

senyawa anggota flavonoid yang terkandung dalam ekstrak daun sisik naga terlarut.

Penelitian ini menggunakan pelarut etanol, etanol adalah senyawa hidrokarbon

dengan rumus senyawa C2H5OH.

Flavonoid ini terkandung Gossipetin yang bersifat polar, dapat larut dalam air

dan alkohol (Harbone, 1978:84).Gossipetin adalah golongan antosianin yang

merupakan turunan flavonoid (Maryani dan kristiana, 2008:6). Sedangkan tanin

sendiri dalam mekanisme merusak membran sel bakteri, senyawa astringent tannin

dapat menginduksi pembentukan kompleks senyawa ikatan terhadap enzim atau

substrat, tanin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolik. Tanin adalah

senyawa polifenol yang dapat membentuk ikatan kompleks dengan protein sehingga

mengganggu aktivitas enzim-enzim pencernaan, akibatnya akan menurunkan

bioaktivitabilitas zat gizi dan akan menghambat pertumbuhan. Khasiat antiseptik

tanin membantu mencegah pertumbuhan bakteri (Iradisa, 2009:18).

Page 29: epizotiologi dan analisis resiko

29

Flavonoid, saponin, dan tanin pada ekstrak daun sisik naga memilki sifat

antibakteri yang terbukti menghambat pertumbuhan bakteri P. acne. Cara kerja

flavonoid, saponin, dan tanin dalam menghambat pertumbuhan mikroorganisme yaitu

dengan cara mendenaturasi protein sel, dengan terdenaturasinya protein sel maka

semua aktivitas metabolisme sel dikatalisis oleh enzim yang merupakan suatu protein

(Pelczar dan chan, 1998:88). Dari sinilah pertumbuhan bakteri P. acne terhambat oleh

aktivitas tersebut.

Pengujian pada hewan coba dilakukan untuk mengetahui tingkat

keefektifitasan dari cara kerja ekstrak daun sisik naga dalam menghambat

pertumbuhan bakteri P.acne yang sebelumnya hewan coba diinjeksi dengan bakteri

P.acne dengan dosis bertingkat 1%, 10%, 20%, 30%, 40%, antibiotik 0,1% sebagai

kontrol positif dan aquades steril sebagai kontrol negatif. Indikator tingkat

keefektifitasan kerja ekstrak daaun sisik naga ini adalah dilihat dari terbentuknya

papul/ nodus di epidermis kulit kelinci selama proses injeksi bakteri selama kurang

lebih 3-5 hari dimana sebelumnya probandus/ hewan coba ini pada permukaan kulit

epidermis diberi perlakuan olesan formulasi masker (kuning telur dan ekstrak daun

sisik naga). Hasil perlakuan pemberian formulasi ini pada probandus akan

dibandingkan dengan hasil aktifitas antibiotik (kontrol positif) dan aquades steril

(kontrol negatif). Perbedaan pemberian dosis bertujuan untuk mengetahui seberapa

efektif pemberian formulasi masker dalam menghambat bakteri P.acne.

Keefisiensian Penggunaan Daun Sisik naga (Teknik Analisis Manfaat)

Tabel 1. Analisis manfaat antibiotik jerawat dengan ekstrak daun sisik naga

No Antibiotik Ekstrak sisik naga

Tidak Langsung:

1. Lebih diarahkan menghilangkan

gejala

Diarahkan pada sumber penyebab

penyakit dan perbaikan fungsi

organ-organ yang rusak

Page 30: epizotiologi dan analisis resiko

30

No Antibiotik Ekstrak sisik naga

2. Bersifat sympthomatis Bersifat rekonstruktif (memperbaiki

dan membangun kembali organ dan

jaringan yang rusak

3. Penyembuhan bersifat spekulatif

(bila tepat penyakit, akan

sembuh bila salah akan menjadi

racun)

Bersifat kuratif (menyembuhkan

pada sumber penyebab penyakit)

4. Diutamakan untuk penyakit akut

saja

Untuk mencegah penyakit,

pemulihan penyakit komplikasi

menahun

5. Reaksi cepat, namun

melemahkan organ tubuh lain

jika dipakai terus menerus dalam

jangka waktu lama

Reaksi lambat namun bersifat

konstruktif .

Langsung

1. Dapat menyebabkan iritasi dan

peradangan, gangguan fungsi

hati,

Hampir tidak ada efek samping

2. - Nilai Produksi daun sisik naga

meningkat

3. - Kesehatan terhadap jerawat

meningkat

4. - Perekrutan tenaga kerja,

meningkatnya kualitas

perekonomian

1. Aspek Produksi

Page 31: epizotiologi dan analisis resiko

31

a) Letak usaha

Letak usaha yang didrikan harus memenuhi beberapa kriteria dan

persyaratan yakni : strategis, mudah dalam pemasaran, tingkat target

pemasaran dan sasaran penjualan produk, bebas dari pencemaran,

mempunyai sarana penyediaan air bersih, mempunyai sarana pembuangan

air selokan dan kotoran, mempunyai sarana toilet, konstruksi bangunan

sesuai dengan yang diinginkan, dll.

b) Produksi bahan baku

Dalam produksi bahan baku yang digunakan adalah tanaman sisik naga

yang diperoleh dari area kampus IPB, dan area kawasan gunung

salak(Ciapus). Dimana Ciapus adalah salah satu tempat yang dingin

sehingga memungkinkan daun sisik naga tumbuh lebat dan subur di pohon

besar dan memiliki struktur yang lebih tebal, sehinggga diasumsikan

memiliki kandungan senyawa herba yang memadai.

Tabel 2. Tahapan produksi bahan baku :

Tahapan Keterangan

Pengambilan daun sisik naga dari

pohon

- Terhindar dari polusi udara

dan toksik

- Pemilihan daun yang segar

dan hijau

- Sanitasi yang bersih

Pemilihan daun yang fertil dan

non fertil

- Dilihat dari bentuk dan ada

tidaknya spora

Pencucian - Memisahkan kotoran yang

terdapat pada permukaan

daun

Proses pengeringan dengan - Tidak boleh langsung

Page 32: epizotiologi dan analisis resiko

32

dikeringanginkan selama 3-7 hari terkena sinar matahari untuk

menjaga kandungan dan

senyawa alami yang

terdapat pada daun sisik

naga

Proses pengeringan dengan

menggunakan inkubaror pada

suhu kamar

- Dengan selalu memantau

suhu dan tidak boleh terlalu

kering untuk menjaga

struktur dan kandungan

alami agar tidak rusak

selama proses pengeringan

Proses simplisia (diblender, dan

di campur dengan etanol)

- Ditujukan untuk

mendapatkan dan

memisahkan senyawa yang

terdapat pada sisik naga

untuk selanjutnya dilakukan

pengekstrak an

Pengeekstrakan - Dengan menggunakan rotari

evaporator, untuk

memisahkan senyawa

etanol, agar didapatkan

ekstrak daun sisik naga

Penyimpanan - Disimpan dalam suhu

dingin

c) Transportasi

Kualitas bahan baku/simplisia akan sangat menentukan kualitas obat

herbal yang dihasilkan. Maka dilakukan pemilihan bahan baku yang

berkualitas baik sangat penting untuk diperhatikan, dan tidak hanya

Page 33: epizotiologi dan analisis resiko

33

semata didasarkan atas harga yang murah. Dalam menjaga kulaitas juga

sarana transportasi yang penting untuk dipertimbangkan. Baik dari segi

pengemasan dan distribusi bahan baku.

d) Upah tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan tergantung pada kapasitas produksi

yang digunakan. Jumlah tenaga kerja yang menangani bagian pengolahan,

produksi, dan pengemasan sekitar 10 – 20 orang. Untuk itu perlu efisiensi

untuk perekrutan tenaga kerja, agar mengahsilkan benefit yang diinginkan.

Per satu kali produksi @Rp. 700.000,00

e) Fasilitas (alat)

Proses produksi yang dilakukan hanya sedikit menggunakan mesin,

prosesnya relatif sederhana, dan produk yang dihasilkan berupa serbuk.

Mesin yang dapat digunakan pada teknologi ini adalah mesin penyortir,

mesin pencuci, dan mesin pengahncur bahan, dan mesin packaging. Mesin

yang dapat digunakan pada teknologi yang lebih modern ini adalah

ekstraktor, evaporator, aroma recovery, dan retrifikasi (pemurnian).

f) Proses

Tabel 3. Proses penyiapan bahan baku-distribusi

Tahapan Sarana dan Prasarana, indikasi.

Penyiapan bahan baku Pemilihan daun segar

Penyortiran bahan baku Pemilihan daun fertil

Pencucian Alat cuci

Pengeringan ±3-7 tidak langsung terkena sinar matahari

Pengahalusan Alat penghalus bahan, freedryer

Pengekstrakan Rotary evaporator, timbangan, simplisia

kering 450gr, pelarut etanol 70%, refluks

Page 34: epizotiologi dan analisis resiko

34

Pencampuran dengan serbuk yolk Alat pengaduk

Pengujian terhadap hewan coba Speed, hewan coba (kelinci)

Uji mutu Pengujian mutu (organoleptik, kadar

air,keseragaman bobot, mikroba,

pertumbuhanjamur)

Pengemasan Mesin pengemas

Pelebelan Alat, dan mesin labeling

Penyimpanan Suhu kamar/ suhu dingin

Distribusi Pemantauan

2. Analisis biaya

Tabel 4. Analisis ekonomis antibiotik jerawat dengan ekstrak daun sisik naga

No Jenis Antibiotik

Antibiotik

Efek samping Harga

1. Klindamisin (kapsul

300mg)

Alergi kulit Rp. 51.400,00

2. Eritromicin Gangguan hati dan ginjal Rp. 87.900,00

3. Vancomycin Peradangan saluran cerna Rp. 123.400,00

4. Azithromycin Gangguan fungsi hati dan

ginjal

Rp. 93.425,00

a) Tabel 5. Input

Tahun 0

No Ekstrak daun sisik naga/ 1x produksi Produk 250 masker

Input Biaya Output Hasil

1. Pengeekstrakan 450gr daun

sisik naga

Rp. 250.000,00 Penjuala

n per pcs

@Rp.

50.000,0

Rp. 12.500.000,00

2. Penyiapan 100 kuning telur Rp. 1.000.000,00

3. Penyiapan 20 hewan coba Rp. 500.000,00

Page 35: epizotiologi dan analisis resiko

35

04. Penyiapan bakteri P.acne /isolat Rp. 150.000,00

5. Penyiapan label dan tempat

kemasan 250pcs

Rp. 500.000,00

6. Transportasi Rp. 300.000,00

7. Sewa alat dan sewa tempat Rp. 5.000.000,00

8. Upah pegawai Rp. 14.000.000,00

9. Lain-lain Rp. 200.000,00

Total Rp. 21.400.000,00 Rp. 12.500.000,00

Rp. -8.900.000,00

Tahun pertama

No Ekstrak daun sisik naga/ 1x produksi Produk 400 masker

Input Biaya Output Hasil

1. Pengeekstrakan 900gr daun

sisik naga

Rp. 250.000,00 Penjualan

per pcs

@Rp.

50.000,00

Rp. 20.000.000,00

2. Penyiapan 200 kuning telur Rp. 2.000.000,00

3. Penyiapan bakteri P.acne

/isolat

Rp. 150.000,00

4. Penyiapan label dan tempat

kemasan 400pcs

Rp. 1.000.000,00

5. Transportasi Rp. 300.000,00

7. Upah pegawai Rp. 14.000.000,00

Total Rp. 17.700.000,00 Rp. 20.000.000,00

Benefit Rp. 2.300.000,00

Tahun kedua

No Ekstrak daun sisik naga/ 1x produksi Produk 600 masker

Page 36: epizotiologi dan analisis resiko

36

Input Biaya Output Hasil

1. Pengeekstrakan 900gr daun

sisik naga

Rp. 250.000,00 Penjualan

per pcs

@Rp.

50.000,00

Rp. 30.000.000,00

2. Penyiapan 200 kuning telur Rp. 2.000.000,00

3. Penyiapan bakteri P.acne

/isolat

Rp. 150.000,00

4. Penyiapan label dan tempat

kemasan 600pcs

Rp. 1.000.000,00

5. Transportasi Rp. 300.000,00

7. Upah pegawai Rp. 14.000.000,00

Total Rp. 17.700.000,00 Rp. 30.000.000,00

Benefit Rp. 12.300.000,00

Tahun ketiga

No Ekstrak daun sisik naga/ 1x produksi Produk 7500 masker

Input Biaya Output Hasil

1. Pengeekstrakan 900gr daun

sisik naga

Rp. 250.000,00 Penjualan

per pcs

@Rp.

50.000,00

Rp. 37.500.000,00

2. Penyiapan 200 kuning telur Rp. 2.000.000,00

3. Penyiapan bakteri P.acne

/isolat

Rp. 150.000,00

4. Penyiapan label dan tempat

kemasan 750pcs

Rp. 1.000.000,00

5. Transportasi Rp. 300.000,00

7. Upah pegawai Rp. 14.000.000,00

Total Rp. 17.700.000,00 Rp. 37.500.000,00

Benefit Rp. 19.900.000,00

Page 37: epizotiologi dan analisis resiko

37

b) Uji kelayakan produksi (Perhitungan besar prosentase keuntungan pada

tahun ke- ) dengan menggunakan rumus:

ROI = Totalmanfaat−total biaya

Totalbiaya x 100%

Analisis Payback Periode

Perhitungan Analisis periode ada sebagai berikut :

Total Biaya pada tahun ke-0 : Rp. 21. 400.000

Proceed pada tahun ke-1 : Rp. 2.300.000 (-)

Sisa biaya proyek pada tahun ke-1 : Rp. 19.100.000

Proceed pada tahun ke-2 : Rp. 12.300.000 (-)

Sisa Biaya proyek tahun ke-2 : Rp. 6.800.000

Sisa = 6.8 00.000

21.4 00.000 x 1 tahun = 0,32

Dari perhitungan payback diatas maka di tahun kedua sudah dapat mengembalikan

modal yang diharapkan dengan periode waktu 2,32 tahun, maka dari perhitungan

mencapai titik impas (Break Even Point) pada waktu 2,32 tahun yang berarti bahwa

pada tahun ke 3 mulai dapat mengambil keuntungannya dari produksi masker herbal

daun sisik naga.

Analisa Return On Investment (ROI)

Untuk mengetahui berapa persentase manfaat yang dihasilkan oleh produksi obat

herbal tersebut dapat dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan

usaha ini.

Adapun perhitungan ROI usaha ini adalah :

- Biaya produksi usaha tahun 0 : Rp. 21.400.000

Page 38: epizotiologi dan analisis resiko

38

- Biaya pemeliharaan usaha tahun 1 : Rp. 1.000.000

- Biaya pemeliharaan usaha tahun 2 : Rp. 1.500.000

- Biaya pemeliharaan usaha tahun 3 : Rp. 2.500.000(+)

Total Biaya : Rp. 26.400.000

Sedangkan total keuntungan yang didapat adalah sebagai berikut :

- Benefit pada tahun 1 : Rp. 2.300.000

- Benefit pada tahun 2 : Rp. 12.300.000

- Benefit pada tahun 1 : Rp. 19.900.000

Total Manfaat : Rp. 34.500.000

Rumusan ROI adalah :

ROI = Totalmanfaat−total biaya

Totalbiaya x 100%

= 3 4 . 5 0 0.000−600.0 00.000

6 00.000 x 100% = 5.65%

Dari analisa ROI diketahui bahwa usaha ini akan memberikan keuntungan pada tahun

ke 3 sebesar 5.65 % dari biaya pengembangannya sehingga usaha ini layak

dikembangkan.

Analisis manfaat selain dilihat dari segi keefektifitasan juga dilihat dari segi

keekonomisan/ harga. Di pasaran banyak antibiotik yang beredar sebagai obat

antijerawat, dimana kandungan antibiotik tersebut dapat mengakibatkan hal yang

tidak diinginkan (gangguan fungsi ginjal dan hati), metabolisme, hingga peradangan.

Ditinjau dari segi ekonomis antibiotik relatif mahal dibandingkan dengan obat herbal,

karena antibiotik cara kerjanya lebih cepat namun mempunyai resiko dan dampak

tertentu dan dapat merusak organ/ target yang lain. Hal ini jika dibandingkan dengan

obat herbal/ alam khususnya ekstrak daun sisik naga yang dikombinasikan dengan

Page 39: epizotiologi dan analisis resiko

39

yolk/ kuning telur dalam sediian/ formulasi masker tentu akan jauh berbeda dari segi

manfaat dan dampak yang hampir tidak menimbulkan efek samping, sehingga mudah

dan aman untuk tujuan komersil.

Untuk mengetahui keuntungan dari produksi masker sebagai obar jerawat

adalah dengan menggunakan analisis CBR, dimana perhitungan CBR adalah:

Cost benefit ratio = totalmanfaatTotal biaya

= >1

Cost benefit ratio = Rp . 34 . 500.000,00Rp .2 6.4 00.000,00

= 1,3

Dari perhitungan analisis cost benefit ratio diatas didapatkan hasil bahwa nilai

menunjukkan 1,3 dimana syarat dari uji kelayakan pada analisis disini nilai yang

didapat adalah >1. Sehingga dapat dikatakan bahwa dari tingkat keefektifitasan dan

keefisienan lebih aman, efektif, dan ekonomis menggunakan masker herbal sisik

naga.

Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan faktor utama yang menentukan

cara zat antimikrobial bekerja adalah jumlah mikroorganisme, dosis, pH, suhu, dan

masa pengeraman (Volk and Wheler, 1990: 219).

Page 40: epizotiologi dan analisis resiko

40

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkanpenelitian yang telahdilakukandapatdisimpulkansebagaiberikut:

a. Ekstrak Daun Sisik naga(Drymoglossum piloselloides Linn.)mempunyaitingkat

keefektifitasan dan keefisienan dari hasil analisis manfaat untuk mengendalikan

bakteri P.acne yang dijadikan formulasi masker jerawat

b. Tingkat keefektifitasan dilihat dari jumlah nodul yang terbentuk pada epidermis

kulit hewan coba (kelinci) dengan tingkat dosis yang berbeda. Semakin sedikit

nodus yang terbentuk maka dpat dikatakan bahwa formulasi tersebut efektif.

c. Tingkat keefektifitasan dan keefisienan lebih aman, efektif, dan ekonomis

menggunakan masker herbal sisik naga yang dapat dilihat dari segi produksi dan

analisis manfaat dari formulasi masker kering (ekstrak daun sisik naga dan yolk),

analisis BCR >1 sehingga usaha ini layak untuk dikembangkan dan mendapatkan

keuntungan.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai:

a. Uji antibakteri dari bagian daun sisik naga lainnya sepertiakar, dan batang.

b. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai manfaat daun sisik nagas selain

sebagai antibakteri.

Page 41: epizotiologi dan analisis resiko

41

c. Perlu dilakukan penelitian lanjut mengenai hasil atau produk daun sisik naga

sebagai obat antibakteri.

Page 42: epizotiologi dan analisis resiko

42

DAFTAR PUSTAKA

Agtini, Soeharno, Lesmana, Punjabi, Simanjuntak, Wangsaputra, dan Nurdin. 2005. The Burden of Diarrhoea, Shigellosis, and Cholera in North Jakarta, Indonesia: Findings from 24 Months Surveillance. Biomed Central. {serial online}. http://biomedcentral.com [28 Desember 2014].

Ardiansyah, T. 2001. AntimikrobadariTumbuhan (Bagiankedua). (http:// www.beritaiptek.com_2007.shtm ) [28 Desember 2014]

Broillard, 1982. AntimicrobialActivity of Thai Traditional Medicinal Plants Extract. (http://www.unhas.ac.id/gdln/.pdf). [28 Desember 2014].

Cowan M.M. 1999. Clinical Microbiology Reviews, Plant Products as Antimicrobial Agents.Amerika: American Society for Microbiology.

Dalimartha. 2005. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 1. Puspa swara. Jakarta.

Dalimartha. 2002.Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Puspa swara. Jakarta.

Dwidjoseputro, D. 1994. Dasar-dasarMikrobiologi. Jakarta: Djambatan.

Hariana, A. 2006. TumbuhanObatdanKhasiatnya. Depok: PenebarSwadaya.

Irianto, Koes. 2006. Mikrobiologi: MengaukDuniaMikroorganismeJilid I. Bandung: YramaWidya.

Jawetz, MelnickdanAdelberg. 2005. MikrobiologiKedokteran. Jakarta: BinarupaAksara.

PelczardanChan. 1998. Dasar-DasarMikrobiologiJilid 2. Jakarta:UI Press

Plantamorf. 2012. Klasifikasi Drymoglossum piloselloides Linn. http://Plantamor.com [28 Desember 2014]

Robinson, T. 1991. KandunganOrganikTumbuhanTingkat Tinggi. Bandung: ITB.

Somchit MN. 2011. In vitro anti-fungal and anti-bacterial activity of Drymoglossumpiloselloides L. Presl. against several fungi responsible for Athlete’s foot and common pathogenic bacteria. African Journal of Microbiology Research. Vol. 5(21).Hlm.3537-3541.

Solomon, Breg, Maetin,.dan Ville. 1993. Biologi Fourth Edition. Florida: SaundersCollege Publishing.

Sya’roni, A. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Edisi Keempat Jilid III. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Page 43: epizotiologi dan analisis resiko

43

Tjokronegoro A dan Utama A. 2002. Pengobatan Mutakhir Dermatologi pada Anak Remaja. Jakarta: FK-UJ

Tim MikrobiologiFakultasKedokteran U.I. 2008. PenentuanPraktikumMikrobiologiKedokteran.Jakarta: BinarupaAksara.

Triayu, S.I. 2009. Formulasi Krim Obat Jerawat Minyak Atsiri Daun Jeruk Nipis (Citrus Aurantifolia) dan Uji Daya Antibakteri Secara In Vitro.etd.eprints.ums.ac.id/3382/I/K100040238.pdf.[28 Desember 2014]

Volk danWheeler. 1990. MikrobiologiDasarJilid II. Jakarta: Erlangga.

Volk danWheeler .1989. MikrobiologiDasarJilid I. Jakarta: Erlangga.

Waluyo, J danWahyuni, D. 2011: PetunjukPraktikumMikrobiologiUmum. Jember: FKIP UNEJ.

Wattimena, J.R.et al. 1991. FarmakodinamikadanTerapiAntibiotik. Yogyakarta: GajahMadaUniversity Press.

World Health Organization (WHO). 2004. Traditional Medicine. Geneva: WHO Document Production Service