epidemiologi dan etiologi bph, penatalaksanaan medis batu saluran kemih
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 Epidemiologi Dan Etiologi Bph, Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih
1/5
Insiden & Epidemiologi BPH
Di seluruh dunia, hampir 30 juta pria yang menderita gejala yang berkaitan dengan
pembesaran prostat, di USA hampir 14 juta pria mengalami hal yang sama.3 BPH merupakan
penyakit tersering kedua di klinik urologi di Indonesia setelah batu saluran kemih.1,4Sebagai
gambaran hospital prevalence, di RS Cipto Mangunkusumo ditemukan 423 kasus
pembesaran prostat jinak yang dirawat selama tiga tahun (1994-1997) dan di RS Sumber
Waras sebanyak 617 kasus dalam periode yang sama.2 Penduduk Indonesia yang berusia tua
jumlahnya semakin meningkat, diperkirakan sekitar 5% atau kira-kira 5 juta pria di Indonesia
berusia 60 tahun atau lebih dan 2,5 juta pria diantaranya menderita gejala saluran kemih
bagian bawah (Lower Urinary Tract Symptoms/LUTS) akibat BPH. BPH mempengaruhi
kualitas kehidupan pada hampir 1/3 populasi pria yang berumur > 50 tahun .3
Etiologi
Hingga sekarang, penyebab BPH masih belum dapat diketahui secara pasti, tetapi beberapa
hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitannya dengan peningkatan kadar
dihidrotestosteron (DHT) dan proses penuaan. Beberapa hipotesis yang diduga sebagai
penyebab timbulnya hiperplasia prostat:1
1. Teori dihidrotestosteron
Pertumbuhan kelenjar prostat sangat tergantung pada hormon testosteron. Dimana pada
kelenjar prostat, hormon ini akan dirubah menjadi metabolit aktif dihidrotestosteron (DHT)
dengan bantuan enzim 5 reduktase. DHT inilah yang secara langsung memicu m-RNA di
dalam sel-sel kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor yang memacu
pertumbuhan kelenjar prostat. 1
2. Ketidakseimbangan antara estrogen-testosteron
Pada usia yang makin tua, kadar testosteron makin menurun, sedangkan kadar estrogen relatif
tetap, sehingga perbandingan estrogen : testosteron relatif meningkat. Estrogen di dalam
prostat berperan dalam terjadinya proliferasi sel-sel kelenjar prostat dengan carameningkatkan sensitivitas sel-sel prostat terhadap rangsangan hormon androgen,
meningkatkan jumlah reseptor androgen dan menurunkan jumlah kematian sel-sel prostat
(apoptosis). Akibatnya, dengan testosteron yang menurun merangsang terbentuknya sel-sel
baru, tetapi sel-sel prostat yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga
massa prostat menjadi lebih besar.1
3. Interaksi stroma-epitel
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan selsel epitel prostat secara
tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui suatu mediator (growth factor). Setelah
-
7/30/2019 Epidemiologi Dan Etiologi Bph, Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih
2/5
sel stroma mendapatkan stimulasi dari DHT dan estradiol, sel-sel stroma mensintesis suatu
growth factoryang selanjutnya mempengaruhi sel stroma itu sendiri, yang menyebabkan
terjadinya proliferasi sel-sel epitel maupun stroma.1
4. Berkurangnya kematian sel prostat
Apoptosis sel pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik homeostatis kelenjar prostat. Pada
jaringan nomal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan kematian sel.
Berkurangnya jumlah sel-sel prostat yang apoptosis menyebabkan jumlah sel-sel prostat
secara keseluruhan makin meningkat sehingga mengakibatkan pertambahan massa prostat.
Diduga hormon androgen berperan dalam menghambat proses kematian sel karena setelah
dilakukan kastrasi, terjadi peningkatan aktivitas kematian sel kelenjar prostat.1
5. Teori sel stem
Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-sel baru. Dalam
kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu sel yang mempunyai kemampuan berproliferasi
sangat ekstensif. Kehidupan sel ini bergantung pada hormon androgen, dimana jika kadarnya
menurun (misalnya pada kastrasi), menyebabkan terjadinya apoptosis. Sehingga terjadinya
proliferasi sel-sel pada BPH diduga sebagai ketidaktepatan aktivitas sel stem sehingga terjadi
produksi yang berlebihan sel stroma maupun sel epitel.1
1. Purnomo. Dasar-Dasar Urologi, Edisi Kedua. Jakarta: CV.Sagung Seto. 2007. 69-853. Leveillee. Prostate Hyperplasia, Benign. 2006. http://www.emedicine.com.
4. Fadlol & Mochtar. Prediksi Volume Prostat pada Penderita Pembesaran Prostat
Jinak. Indonesian J of Surgery 2005; XXXIII-4; 139-145
Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih
Tujuan dasar penatalaksanaan medis BSK adalah untuk menghilangkan batu, menentukan
jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengendalikan infeksi, dan mengurangi obstruksiyang terjadi.30 Batu dapat dikeluarkan dengan cara medikamentosa, pengobatan medik
selektif dengan pemberian obat-obatan, tanpa operasi, dan pembedahan terbuka.3
1. MedikamentosaTerapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan
diameter kurang dari 5 mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi medis.3
Dengan cara mempertahankan keenceran urine dan diet makanan tertentu yang dapat
merupakan bahan utama pembentuk batu ( misalnya kalsium) yang efektif mencegah
-
7/30/2019 Epidemiologi Dan Etiologi Bph, Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih
3/5
pembentukan batu atau lebih jauh meningkatkan ukuran batu yang telah ada. Setiap pasien
BSK harus minum paling sedikit 8 gelas air sehari.30
2. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-obatanAnalgesia dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat keluar
sendiri secara spontan. Opioid seperti injeksi morfin sulfat yaitu petidin hidroklorida atau
obat anti inflamasi nonsteroid seperti ketorolac dan naproxen dapat diberikan tergantung pada
intensitas nyeri. Propantelin dapat digunakan untuk mengatasi spasme ureter. Pemberian
antibiotik apabila terdapat infeksi saluran kemih atau pada pengangkatan batu untuk
mencegah infeksi sekunder. Setelah batu dikeluarkan, BSK dapat dianalisis untuk mengetahui
komposisi dan obat tertentu dapat diresepkan untuk mencegah atau menghambat
pembentukan batu berikutnya.23
3. ESWL (Extracorporeal Shockwave L ithotr ipsy)3,18Merupakan tindakan non-invasif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan
gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu. Alat ESWL
adalah pemecah batu yang diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun 1980. Alat ini
dapat memecah batu ginjal, batu ureter proximal, atau menjadi fragmen-fragmen kecil
sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. ESWL dapat mengurangi keharusan
melakukan prosedur invasif dan terbukti dapat menurunkan lama rawat inap di rumah sakit.
4. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan BSK yang terdiri
atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang
dimasukan langsung kedalam saluran kemih. Alat tersebut dimasukan melalui uretra atau
melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Beberapa tindakan endourologi tersebut adalah :3
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) adalah usaha mengeluarkan batu yang berada di
dalam saluran ginjal dengan cara memasukan alat endoskopi ke sistem kalies melalui insisi
pada kulit. Batu kemudian dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu menjadi fragmen-
fragmen kecil.
b. Litotripsi adalah memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukan alat pemecah
batu (litotriptor) ke dalam buli-buli.
c. Ureteroskopi atau uretero-renoskopi adalah dengan memasukan alat ureteroskopi per-
uretram. Dengan memakai energi tertentu, batu yang berada di dalam ureter maupun sistem
pelvikalises dapat dipecah melalui tuntunan ureteroskopi/ureterorenoskopi ini.
-
7/30/2019 Epidemiologi Dan Etiologi Bph, Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih
4/5
d. Ekstrasi Dormia adalah mengeluarkan batu ureter dengan menjaringnya melalui alat
keranjangDormia.
3. Purnomo, BB, 2003. Dasar-Dasar Urologi. Penerbit CV Sagung Seto, Jakarta.
23. Alatas Husein, dkk, 2002. Buku Ajar Nefrologi Anak, Edisi 2, Penerbit FKUI,
18. Chang E., 2009. Pathofisiologi : Aplikasi Pada Praktik Keperawatan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
30. Tjokronegoro A dan Utama H., 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II.
Penerbit FK UI, Jakarta
-
7/30/2019 Epidemiologi Dan Etiologi Bph, Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih
5/5
Jakarta.