epid prilaku kesehatan 2015

26
TEORI DIFUSI INOVASI Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Epidemiologi Perilaku Kesehatan Di susun oleh: 1. Karto Kenedi 25010315410003 2. Imelda 25010315410039 3. Ahmad Dzakia Faris 25010315410046

Upload: faris-ahmad-dzaki

Post on 28-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Epid Prilaku Kesehatan 2015

TEORI DIFUSI INOVASI

Disusun untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Epidemiologi Perilaku Kesehatan

Di susun oleh:

1. Karto Kenedi 250103154100032. Imelda 250103154100393. Ahmad Dzakia Faris 25010315410046

PROGRAM STUDI MAGISTER PROMOSI KESEHATAN

KONSENTRASI PROMOSI KESEHATAN

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

TAHUN 2015

Page 2: Epid Prilaku Kesehatan 2015

TEORI DIFUSI INOVASI

A. Pengertian

Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau obyek

yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit

adopsi lain. Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama dengan

teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam

rangka mengurangi ketidak teraturan suatu hubungan sebab akibat dalam

mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu

upaya untuk mencapai tujuan tertentu.

Fullan (1996) mneyatakan bahwa tahun 1960-an adalah era dimana

banyak inovasi-inovasi pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika,

kimia dan fisika baru, mesin belajar (teaching machine), pendidikan terbuka,

pembelajaran individu, pengajaran secara team (team teaching) dan termasuk

dalam hal ini adalah sistem belajar mandiri.

Sedangkan Rogers menyatakan bahwa inovasi adalah ““an idea, practice,

or object perceived as new by the individual.” (suatu gagasan, praktek, atau

benda yang dianggap/dirasa baru oleh individu). Dengan definisi ini maka kata

perceived menjadi kata yang penting karena pada mungkin suatu ide, praktek

atau benda akan dianggap sebagai inovasi bagi sebagian orang tetapi bagi

sebagian lainnya tidak, tergantung apa yang dirasakan oleh individu terhadap

ide, praktek atau benda tersebut.

Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi

dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap

anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe

komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga

dapat diangap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses

perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disini

bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses

difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu.

Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan

atau sub sistem.

Difusi inovasi adalah teori tentang bagaimana sebuah ide dan teknologi

baru tersebar dalam sebuah kebudayaan. Difusi inovasi merupakan penyebaran

Page 3: Epid Prilaku Kesehatan 2015

inovasi ke dalam suatu sistem sosial yang memiliki tujuan terjadinya adopsi

inovasi. Difusi inovasi dapat juga diartikan sebagai suatu proses dimana inovasi

dikomunikasikan melalui saluran-saluran komunikasi tertentu, pada suatu kurung

waktu tertentu, kepada anggota suatu sistem sosial. Teori ini dirancang untuk

membantu membuat keputusan tang mempengaruhi populasi besar seperti

komunikasi dan institusi.

Di dalam buku Diffusion of Innovation, Everett M. Rogers mendefinisikan

difusi inovasi adalah ”proses sosial yang mengkomunikasikan informasi tentang

ide baru yang dipandang secara subjektif. Makna inovasi dengan demikian

perlahan-lahan dikembangkan melalui sebuah proses konstruksi sosial.” ”Inovasi

yang dipandang oleh penerima sebagai inovasi yang mempunyai manfaat relatif,

kesesuaian, kemampuan untuk dicoba, kemampuan dapat dilihat yang jauh lebih

besar, dan tingkat kerumitan yang lebih rendahan lebih cepat diadopsi daripada

inovasi-inovasi lainnya.”dengan demikian dapat dikatakan bahwa difusi inovasi

merupakan satu bentuk komunikasi yang berhubungan dengan suatu pemikiran

baru. Asumsi utama yang dapat disimpulkan dari teori ini adalah:

1. Difusi inovasi adalah proses sosial yang mengkomunikasikan informasi

tentang ide baru yang dipandang secara subjektif. Makna inovasi dengan

demikian perlahan-lahan dikembangkan melalui sebuah proses konstruksi

sosial.

2. Inovasi yang dipandang oleh penerima sebagai inovasi yang mempunyai

manfaat relatif, kesesuaian, kemampuan untuk dicoba, kemampuan dapat

dilihat yang jauh lebih besar, dan tingkat kerumitan yang lebih rendah akan

lebih cepat diadopsi daripada inovasi-inovasi lainnya.

3. Ada sedikitnya 5 tahapan dalam difusi inovasi yakni, tahap pengetahuan,

persuasi, keputusan, implementasi, dan konfirmasi.

4. Ada 5 tipe masyarakat dalam mengadopsi inovasi yakni inovator, early

adopter, early majority, late majority, dan laggard.

Model difusi inovasi menegaskan peran agen-agen perubahan dalam

lingkungan social, oleh karena itu mengambil focus yang agak terpisah dari

individu sasaran utama. Secara relatif, tetangga, petugas kesehatan atau agen

perubahan yang lain ikut membantu menghasilkan perubahan perilaku dengan

cara-cara tertentu, misalnya dengan cara meningkatkan kebutuhan akan

perubahan, membangun hubungan interpersonal yang diperlukan,

mengidentifikasi masalah serta penyebab-penyebabnya, menetapkan sasaran

Page 4: Epid Prilaku Kesehatan 2015

dan jalan keluar yang potensial, memotivasi seseorang supaya menerima dan

memelihara aksi, dan memutuskan jalinan yang mengembalikan seseorang pada

perilaku lama.

B. Elemen Difusi Inovasi

Menurut Rogers (1983) dalam proses difusi inovasi terdapat 4 (empat)

elemen pokok, yaitu sebagai berikut:

1. Inovasi

Gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh seseorang

atau kelompok. Dalam hal ini, baru tidaknya inovasi diukur secara subyektif

menurut pandangan individu atau kelompok yang menerimanya. Jika suatu

ide dianggap baru oleh seseorang, maka ide tersebut adalah suatu inovasi

untuk orang itu.

Suatu inovasi mempunyai beberapa karakteristik yang menjadi salah

satu faktor yang menentukan kecepatan suatu proses pengambilan

keputusan sebuah inovasi. Karakteristik inovasi tersebut adalah sebagai

berikut:

a. Relative advantage (keunggulan relatif)

Tingkat keunggulan suatu inovasi, apakah lebih baik dari inovasi

sebelumnya atau dari hal-hal yang biasa dilakukan. Dengan kata lain,

keunggulan relatif adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap lebih

baik atau unggul dari yang pernah ada sebelumnya. Biasanya diukur dari

segi ekonomi, prestasi sosial, kenyamanan dan kepuasan. Semakin besar

keuntungan relatif yang dirasakan oleh adopter, maka semakin cepat

inovasi tersebut diadopsi.

b. Compatibility (kompatibilitas)

Kompatibilitas adalah derajat dimana suatu inovasi dianggap

konsisten atau sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku, pengalaman masa

lalu dan kebutuhan pengadopsi. Jika inovasi berlawanan atau tidak sesuai

dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh adopter maka inovasi baru

tersebut tidak dapat diadopsi dengan mudah oleh adopter sebagaimana

halnya dengan inovasi yang sesuai (compatible).

c. Complexity (kerumitan)

Kerumitan adalah derajat dimana inovasi dianggap sebagai suatu

yang sulit untuk dipahami dan digunakan. Beberapa inovasi tertentu ada

Page 5: Epid Prilaku Kesehatan 2015

yang dengan mudah dapat dimengerti dan digunakan oleh pengadopsi

dan ada pula yang sebaliknya. Semakin mudah dipahami dan dimengerti

oleh pengadopsi, maka semakin cepat suatu inovasi dapat diadopsi.

d. Trialibility (dapat diuji coba)

Suatu inovasi dapat dicoba terlebih dahulu atau harus terikat untuk

menggunakan inovasi tersebut. Inovasi yang dapat diuji cobakan pada

keadaan sesungguhnya, maka pada umumnya inovasi tersebut lebih

cepat untuk diadopsi. Jadi, agar dapat dengan cepat diadopsi, suatu

inovasi sebaiknya harus mampu menunjukkan (mendemonstrasikan)

keunggulannya.

e. Observability (dapat diobservasi)

Kemampuan untuk diamati adalah derajat dimana hasil suatu

inovasi dapat terlihat oleh orang lain. Semakin mudah seseorang melihat

hasil suatu inovasi, semakin besar kemungkinan inovasi diadopsi oleh

orang atau sekelompok orang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa semakin besar keunggulan relatif,

kesesuaian (compatibility), kemampuan untuk diujicobakan dan kemampuan

untuk diamati serta semakin kecil kerumitannya, maka semakin cepat

kemungkinan inovasi tersebut dapat diadopsi.

2. Saluran komunikasi

Saluran komunikasi adalah alat untuk menyampaikan pesan-pesan

inovasi dari sumber kepada penerima. Jika komunikasi dimaksudkan untuk

memperkenalkan suatu inovasi kepada khalayak yang banyak dan tersebar

luas, maka saluran komunikasi yang lebih tepat, cepat dan efisien, adalah

media massa. Tetapi jika komunikasi dimaksudkan untuk mengubah sikap

atau perilaku penerima secara personal, maka saluran komunikasi yang

paling tepat adalah saluran interpersonal.

Dari pernyataan di atas, dapat diketahui bahwa komunikasi adalah hal

yang penting. Komunikasi adalah proses dimana partisipan menciptakan dan

berbagi informasi satu sama lain untuk mencapai suatu pemahaman

bersama. Seperti telah diungkapkan sebelumnya bahwa difusi dapat

dipandang sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana informasi yang

dipertukarkannya adalah ide baru (inovasi). Dengan demikian, esensi dari

proses difusi adalah pertukaran informasi dimana seorang individu

Page 6: Epid Prilaku Kesehatan 2015

mengkomunikasikan suatu ide baru ke seseorang atau beberapa orang lain.

Rogers menyebutkan ada empat unsur dari proses komunikasi ini, meliputi:

a. Inovasi itu sendiri

b. Seorang individu atau satu unit adopsi lain yang mempunyai pengetahuan

atau pengalaman dalam menggunakan inovasi

c. Orang lain atau unit adopsi lain yang belum mempunyai pengetahuan dan

pengalaman dalam menggunakan inovasi

d. Saluran komunikasi yang menghubungkan dua unit tersebut

Jadi, dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam proses difusi adalah

upaya mempertukarkan ide baru (inovasi) oleh seseorang atau unit tertentu

yang telah mempunyai pengetahuan dan pengalaman dalam menggunakan

inovasi tersebut (innovator) kepada seseorang atau unit lain yang belum

memiliki pengetahuan dan pengalaman mengenai inovasi itu (potential

adopter) melalui saluran komunikasi tertentu. Sementara itu, saluran

komunikasi tersebut dapat dikategorikan menjadi dua yaitu:

a. Saluran media massa (mass media channel). Media massa dapat

berupa radio, televisi, surat kabar, dan lain-lain. Kelebihan media massa

adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu

sumber.

b. Saluran antarpribadi atau saluran local dan kosmopolit (interpersonal

channel). Saluran antarpribadi melibatkan upaya pertukaran informasi

tatap muka antara dua atau lebih individu.

Hasil penelitian berkaitan dengan saluran komunikasi menunjukkan

beberapa prinsip sebagai berikut :

a. Saluran komunikasi masa relatif lebih penting pada tahap pengetahuan

dan saluran antar pribadi (interpersonal) relatif lebih penting pada tahap

persuasi. Hal ini disebabkan saluran komunikasi massa dapat

membentuk awareness secara serempak dalam waktu yang dikatakan

cukup singkat dibandingkan dengen efek komunikasi antarpribadi.

b. Saluran kosmopolit lebih penting pada tahap pengetahuan dan saluran

lokal relatif lebih penting pada tahap persuasi.

c. Saluran media masa relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran

antar pribadi bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan

adopter akhir (late adopter). Sesuai dengan karakteristiknya masing-

masing, golongan adopter awal menyukai ide-ide baru tanpa perlu

Page 7: Epid Prilaku Kesehatan 2015

persuasi yang berlebihan sehingga media massa saja sudah cukup

membuat mereka mau mengadopsi sebuah inovasi berbeda dengan

orang-orang dari golongan adopter akhir, karakteristik mereka yang

kurang menyukai risiko menyebabkan komunikasi antarpribadi yang

paling bekerja dengan baik. Mereka cenderung melihat atau berkaca

pada orang-orang disekitar mereka yang sudah menggunakan inovasi

tersebut dan apabila berhasil mereka baru mau mengikutinya.\

d. Saluran kosmopolit relatif lebih penting dibandingkan dengan saluran

lokal bagi adopter awal (early adopter) dibandingkan dengan adopter

akhir (late adopter).

Metode komunikasi massa seperti penggunaan iklan memang dapat

menyebarkan informasi tentang inovasi baru dengan cepat tetapi hal

tersebut tidak lantas dapat begitu saja membuat inovasi baru tersebut

diadopsi oleh khalayak. Hal itu dikarenakan diadopsi tidaknya inovasi baru 

terkait dengan masalah resiko dan ketidakpastian. Disinilah letak pentingnya

komunikasi antarpribadi. Orang akan lebih percaya kepada orang yang

sudah dikenalnya dan dipercayai lebih awal atau orang yang mungkin sudah

berhasil mengadopsi inovasi baru itu sendiri, dan juga orang yang memiliki

kredibilitas untuk memberi saran mengenai inovasi tersebut. Hal tersebut

digambarkan oleh ilustrasi kurva dibawah ini yang menggambarkan bahwa

komunikasi interpersonal menjadi begitu sangat berpengaruh dari waktu ke

waktu dibandingkan dengan komunikasi massa.

Sumber:  www.enablingchange.com.au

Page 8: Epid Prilaku Kesehatan 2015

Dari hasil penelitian, banyak disebutkan bahwa saluran komunikasi 

media massa akan optimal digunakan pada tahap pengetahuan dan saluran

interpersonal akan lebih optimal digunakan pada tahap persuasi. Namun

pada kenyataannya, di negara yang belum maju kekuatan komunikasi

interpersonal masih dinilai lebih penting dalam tahap pengetahuan. Hal ini

disebabkan karena kurangnya media massa yang dapat dijangkau

masyarakat terutama di pedesaan, tingginya tingkat buta huruf penduduk,

dan mungkin pula disebabkan ketidakrelevanan antara isi media dengan

kebutuhan masyarakat, misalnya terlalu banyak hiburan atau hal-hal yang

sebenarnya tidak penting untuk diberitakan. Karena hal-hal tersebut, saluran

komunikasi interpersonal terutama yang bersifat kosmopolit dinilai lebih baik

dibanding saluran media massa.

Untuk mendapatkan hasil penyebaran inovasi yang optimal, yakni

memperbesar tingkat adopsi suatu inovasi dapat dilakukan dengan

pengaplikasian saluran komunikasi yang tepat pada situasi yang tepat.

Pertama, pada tahap pengetahuan hendaknya kita menggunakan media

massa untuk menyebarluaskan informasi tentang adanya inovasi tersebut.

Selanjutnya digunakan saluran komunikasi interpersonal yang bersifat

persuasif dan personal pada tahap persuasi.

3. Waktu

Waktu yang dimaksudkan adalah lamanya proses keputusan inovasi

dari mulai seseorang mengetahui sampai memutuskan untuk menerima atau

menolaknya. Pengukuhan terhadap keputusan itu sangat berkaitan dengan

dimensi waktu. Paling tidak dimensi waktu terlihat dalam proses

pengambilan keputusan inovasi, keinovatifan seseorang (relatif lebih awal

atau lebih lambat dalam menerima inovasi), dan kecepatan pengadopsian

inovasi dalam sistem sosial.

4. Sistem sosial

Sistem sosial merupakan kumpulan unit yang berbeda secara

fungsional dan terikat dalam kerjasama untuk memecahkan masalah dalam

rangka mencapai tujuan bersama.

Dalam sistem sosial terdapat sejumlah kegiatan atau sejumlah orang

yang mempunyai hubungan timbal balik yang relatif konstan. Hubungan

Page 9: Epid Prilaku Kesehatan 2015

sejumlah orang atau kegiatannya itu berlangsung terus menerus. Sistem

sosial mempengaruhi perilaku manusia, karena di dalam suatu sistem sosial

tercakup pula nilai-nilai dan norma yang merupakan aturan perilaku anggota-

anggota masyarakat. Dalam setiap sistem sosial pada tingkat-tingkat tertentu

selalu mempertahankan batas-batas yang memisahkan dan membedakan

dari lingkungannya (sistem sosial lainnya). Selain itu, di dalam sistem sosial

ditemukan juga mekanisme-mekanisme yang dipergunakan atau berfungsi

mempertahankan sistem sosial tersebut.

Proses difusi dalam kaitannya dengan sistem sosial dipengaruhi oleh

struktur sosial, individu atau kelompok individu, dan norma-norma tertentu.

Berkaitan dengan hal ini, Rogers (1983) menyebutkan ada empat faktor

yang mempengaruhi proses keputusan inovasi. Keempat faktor tersebut

adalah sebagai berikut:

a. Struktur sosial (social structure)

Adalah susunan suatu unit sistem yang memiliki pola tertentu.

Adanya sebuah struktur dalam suatu sitem sosial memberikan suatu

keteraturan dan stabilitas perilaku setiap individu dalm suatu sistem sosial

tertentu. Struktur sosial juga menunjukan hubungan antar anggota dari

sistem sosial. Hal ini dapat dicontohkan seperti pada struktur sosial

masyarakat suku tertentu. Struktur sosial dapat memfasilitasi atau

menghambat difusi inovasi dalam suatu sistem.

b. Norma sosial (system norms)

Yaitu suatu pola perilaku yang dapat diterima oleh semua anggota

sistem sosial yang berfungsi sebagai panduan atau standar bagi semua

anggota sistem sosial. Sistem norma juga dapat menjadi faktor

penghambat untuk menerima suatu ide baru. Hal ini sangat berhubungan

dengan derajat kesesuaian (compatibility) inovasi dengan nilai atau

kepercayaan masyarakat dalam suatu sistem sosial. Jadi, derajat

ketidaksesuaian suatu inovasi dengan kepercayaan atau nilai-nilai yang

dianut oleh individu (sekelompok masyarakat) dalam suatu sistem sosial

berpengaruh terhadap penerimaan suatu inovasi tersebut.

c. Peran pemimpin (opinion leaders)

Hal ini dapat dikatakan sebagai orang-orang yang berpengaruh,

yakni orang-orang tertentu yang mampu mempengaruhi sikap orang lain

secara informal dalam sustu sistem sosial. Dalam kenyataannya, orang

Page 10: Epid Prilaku Kesehatan 2015

berpengaruh ini dapat menjadi pendukung inovasi atau sebaliknya,

menjadi penentang. Orang-orang yang berpengaurh tersebut berperan

sebagai model dimana perilakunya 9baik mendukung atau menentang)

diikuti oleh para pengikutnya. Jadi, jelas disini bahwa orang berpengaruh

memainkan peran dalam proses keputusan inovasi.

d. Agen perubahan (change agent)

Suatu bagian dari sistem sosial yang berpengaruh terhadap sistem

sosialnya. Agen perubahan ini adalah orang-orang yang mampu

mempengaruhi sikap orang lain untuk sebuah inovasi. Agen perubahan ini

biasanya merupakan orang-orang professional yang telah mendapatkan

pendidikan atau pelatihan tertentu untuk dapat mempengaruhi sistem

sosialnya. Fungsi dari agen perubahan ini adalah menjadi mata rantai

yang menghubungkan dua sistem sosial atau lebih. Dengan demikian,

kemampuan atau keterampilan agen perubahan berperan besar terhadap

diterima atau ditolaknya sebuah inovasi tertentu.

C. Proses Pengambilan Keputusan Inovasi

Penerimaan atau penolakan suatu inovasi adalah keputusan yang dibuat

seseorang/individu dalam menerima suatu inovasi. Menurut Rogers (1983),

proses pengambilan keputusan inovasi adalah proses mental dimana

seseorang/individu berlalu dari pengetahuan pertama mengenai suatu inovasi

dengan membentuk suatu sikap terhadap inovasi, sampai memutuskan untuk

menolak atau menerima, melaksanakan ide-ide baru dan mengukuhkan terhadap

keputusan inovasi.

Upaya perubahan seseorang untuk mengadopsi suatu perilaku yang baru,

terjadi berbagai tahapan pada seseorang tersebut, yaitu:

1. Tahap Awareness (Kesadaran)

Yaitu tahap seseorang tahu dan sadar ada terdapat suatu inovasi sehingga

munculnya adanya suatu kesadaran terhadap hal tersebut.

2. Tahap Interest (Keinginan)

Yaitu tahap seseorang mempertimbangkan atau sedang membentuk sikap

terhadap inovasi yang telah diketahuinya tersebut sehingga ia mulai tertarik

pada hal tersebut.

3. Tahap Evaluation (Evaluasi)

Page 11: Epid Prilaku Kesehatan 2015

Yaitu tahap seseorang membuat putusan apakah ia menolak atau menerima

inovasi yang ditawarkan sehingga saat itu ia mulai mengevaluasi.

4. Tahap Trial (Mencoba)

Yaitu tahap seseorang melaksanakan keputusan yang dibuatnya sehingga ia

mulai mencoba suatu perilaku yang baru.

5. Tahap Adoption (Adopsi)

Yaitu tahap seseorang memastikan atau mengkonfirmasikan putusan yang

diambilnya sehingga ia mulai mengadopsi perilaku baru tersebut.

Dari pengalaman di lapangan ternyata proses adopsi tidak berhenti segera

setelah suatu inovasi diterima atau ditolak. Kondisi ini akan berubah lagi sebagai

akibat dari pengaruh lingkungan penerima adopsi. Kondisi ini akan berubah lagi

sebagai akibat dari pengaruh lingkungan penerima adopsi. Oleh sebab itu,

Rogers (1983) merevisi kembali teorinya mengenai pengambilan keputusan

inovasi yaitu:

1. Tahap Knowledge (pengetahuan)

Dalam tahap ini, seseorang belum memiliki informasi mengenai inovasi baru.

Untuk itu informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui

berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media elektronik, media

cetak, maupun komunikasi interpersonal di antara masyarakat. Tahapan ini

juga dipengaruhi oleh beberapa karakteristik dalam pengambilan keputusan,

yaitu karakteristik sosial-ekonomi, nilai-nilai pribadi, pola komunikasi.

2. Tahap Persuasion (persuasi)

Pada tahap ini, individu tertarik pada inovasi dan aktif mencari

informasi/detail mengenai inovasi. Tahap kedua ini terjadi lebih banyak

dalam tingkat pemikiran calon pengguna. Inovasi yang dimaksud berkaitan

dengan karakteristik inovasi itu sendiri, seperti kelebihan inovasi, tingkat

keserasian, kompleksitas, dapat dicoba dan dapat dilihat.

3. Tahap Decision (keputusan)

Individu pada tahap ini mengambil konsep inovasi dan menimbang

keuntungan/kerugian dari menggunakan inovasi dan memutuskan apakah

mengadopsi atau menolak inovasi.

Jika inovasi dapat dicobakan secara parsial, umpamanya pada

keadaan suatu individu, maka inovasi ini akan lebih cepat diterima karena

biasanya individu tersebut pertama-tama ingin mencoba dulu inovasi

tersebut pada keadaannya dan setelah itu memutuskan untuk menerima

Page 12: Epid Prilaku Kesehatan 2015

inovasi tersebut. Walaupun begitu, penolakan inovasi dapat saja terjadi pada

setiap proses keputusan inovasi ini. Rogers menyatakan ada dua jenis

penolakan, yaitu active rejection dan passive rejection. Active rejection

terjadi ketika suatu individu mencoba inovasi dan berfikir akan mengadopsi

inovasi tersebut namun pada akhirnya dia menolak inovasi tersebut. Passive

rejection individu tersebut sama sekali tidak berfikir untuk mengadopsi

inovasi. Adopsi adalah keputusan untuk menggunakan sepenuhnya ide baru

sebagai cara tindak yang paling baik. Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi proses keputusan inovasi, yakni:

a. Praktik sebelumnya

b. Perasaan akan kebutuhan

c. Keinovatifan

d. Norma dalam sistem sosial

Proses keputusan inovasi memiliki beberapa tipe yakni:

a. Otoritas adalah keputusan yang dipaksakan kepada seseorang oleh

individu yang berada dalam posisi atasan.

b. Individual adalah keputusan dimana individu yang bersangkutan

mengambil peranan dalam pembuatannya. Keputusan individual terbagi

menjadi dua macam, yakni:

1) Keputusan opsional adalah keputusan yang dibuat oleh seseorang,

terlepas dari keputusan yang dibuat oleh anggota sistem.

2) Keputusan kolektif adalah keputusan dibuat oleh individu melalui

konsesnsus dari sebuah sistem sosial

c. Kontingen adalah keputusan untuk menerima atau menolak inovasi

setelah ada keputusan yang mendahuluinya.

Konsekuensi adalah perubahan yang terjadi pada individu atau

suatu sistem sosial sebagai akibat dari adopsi atau penolakan terhadap

inovasi. Ada 3 macam konsekuensi setelah diambilnya sebuah keputusan,

yakni:

a. Konsekuensi Dikehendaki dan Konsekuensi Tidak Dikehendaki

Konsekuensi dikehendaki dan tidak dikehendaki bergantung kepada

dampak-dampak inovasi dalam sistem sosial berfungsi atau tidak

berfungsi. Dalam kasus ini, sebuah inovasi bisa saja dikatakan berfungsi

dalam sebuah sistem sosial tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa

Page 13: Epid Prilaku Kesehatan 2015

sebenarnya inovasi tersebut tidak berfungsi bagi beberapa orang di

dalam sistem sosial tersebut Contohnya : revolusi industri di Inggris,

akibat dari revolusi tersebut sesuai dengan yang dikehendaki oleh pemilik

modal tetapi tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh tenaga kerja

yang pada akhirnya kehilangan pekerjaaan dan menjadi pengangguran.

b. Konsekuensi Langsung dan Konsekuensi Tidak Langsung

Konsekuensi yang diterima bisa disebut konsekuensi langsung atau

tidak langsung bergantung kepada apakah perubahan-perubahan pada

individu atau sistem sosial terjadi dalam respons langsung terhadap

inovasi atau sebagai hasil dari urutan kedua dari konsekuensi. Terkadang

efek atau hasil dari inovasi tidak berupa pengaruh langsung pada

pengadopsi.

c. Konsekuensi Yang Diantisipasi dan Konsekuensi Yang Tidak

Diantisipasi

Tergantung kepada apakah perubahan-perubahan diketahui atau

tidak oleh para anggota sistem sosial tersebut. Contohnya pada

penggunaan internet sebagai media massa baru di Indonesia khususnya

di kalangan remaja. Umumnya, internet digunakan untuk mendapatkan

informasi yang terbaru dari segala penjuru dunia, inilah yang disebut

konsekuensi yang diantisipasi. Tetapi tanpa disadari penggunaan internet

bisa disalahgunakan, misalnya untuk mengakses hal-hal yang berbau

pornografi. Hal inilah yang disebut konsekuensi yang tidak diantisipasi.

Remaja menjadi mudah mendapatkan video atau gambar-gambar yang

tidak pantas.

4. Tahap Implementation (pelaksanaan)

Individu melakukan inovasi yang berbeda-beda tergantung pada

situasi. Selama tahap ini individu menentukan kegunaan dari inovasi dan

dapat mencari informasi lebih lanjut tentang hal itu.

5. Tahap Confirmation (konfirmasi)

Setelah sebuah keputusan dibuat, seseorang akan mencari

pembenaran atas keputusan mereka. Tidak menutup kemungkinan

seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi

menerima inovasi setelah melakukan evaluasi.

Page 14: Epid Prilaku Kesehatan 2015

Adapun proses pengambilan keputusan inovasi di atas, dapat digambarkan

sebagai berikut (Rogers, 1983):

Model tersebut menggambarkan tentang variabel yang berpengaruh

terhadap tingkat adopsi suatu inovasi serta tahapan dari proses pengambilan

keputusan inovasi. Variabel yang berpengaruh terhadap tahapan difusi inovasi

tersebut mencakup atribut inovasi (perceived attribute of innovation), jenis

keputusan inovasi (type of innovation decisions), saluran komunikasi

(communication channels), kondisi sistem sosial (nature of social system), dan

peran agen perubah (change agents).

Rogers (1983) mengatakan bahwa karakteristik inovasi (kelebihan,

keserasian, kerumitan, dapat dicoba dan dapat diamati). Hal ini sangat

menentukan tingkat suatu adopsi daripada faktor lain yaitu berkisar antara 49%

sampai dengan 87%, seperti jenis keputusan, saluran komunikasi, sistem sosial

dan usaha yang intensif dari agen perubahan.

D. Kategori Adopter

Pembagian anggota sistem sosial ke dalam kelompok-kelompok adopter

didasarkan pada tingkat keinovatifannya, yakni lebih awal atau lebih lambatnya

seseorang mengadopsi sebuah inovasi dibandingkan dengan anggota sistem

sosial lainnya. Berikut adalah kurva yang menggambarkan distribusi frekwensi

normal kategori adopter beserta persentase anggota kelompok adopter dalam

sebuah sistem sosialnya.

Page 15: Epid Prilaku Kesehatan 2015

Kurva yang membentuk lonceng tersebut dihasilkan oleh sejumlah

penelitian tentang difusi inovasi. Kurva lonceng tersebut menggambarkan

banyaknya pengadopsi dari waktu ke waktu. Pada tahun pertama, usaha

penyebaran inovasi akan menghasilkan jumlah pengadopsi yang sedikit, pada

tahun berikutnya jumlah pengadopsi akan lebih banyak dan setelah sampai pada

puncaknya, sedikit demi sedikit jumlah pengadopsi akan menyusut. Sehingga jika

kurva tersebut dikumulasikan akan membentuk kurva S sesuai dengan kurva S

yang sebelumnya telah disampaikan oleh Gabriel Tarde.

Ada beberapa kategori penerima adopsi suatu inovasi yang ideal, yaitu:

1. Inovator

Adalah kelompok orang yang berani dan siap untuk mencoba hal-hal

baru. Biasanya orang-orang ini adalah mereka yang memiliki gaya hidup

dinamis di perkotaan yang memiliki banyak teman atau relasi.

2. Pengguna awal (early adopter)

Kategori adopter ini menghasilkan lebih banyak opini disbanding kategori

lainnya, serta mencari informasi tentang inovasi.

3. Mayoritas awal (early majority)

Kategori pengadopsi seperti ini akan berkompromi secara hati-hati

sebelum membuat keputusan dalam mengadopsi inovasi, bahkan bisa

dalam kurun waktu yang lama. Orang-orang seperti ini menjalankan

fungsi penting untuk menunjukkan kepada seluruh komunitas bahwa

sebuah inovasi layak digunakan atau cukup bermanfaat.

4. Mayoritas akhir (late majority)

Kelompok ini lebih berhati-hati mengenai sebuah inovasi. Kelompok ini

menunggu hingga kebanyakan orang telah mencoba dan mengadopsi

inovasi sebelum mereka mengambil keputusan.

Page 16: Epid Prilaku Kesehatan 2015

5. Lamban (laggard)

Kelompok ini merupakan orang yang terakhir melakukan adopsi inovasi.

mereka bersifat lebih tradisional dan segan untuk mencoba hal-hal baru.

Saat kelompok ini mengadopsi inovasi baru, kebanyakan orang justru

seudah jauh mengadopsi inovasi lainnya, dan menganggap kelompok ini

ketinggalan zaman.

E. Aplikasi Teori Difusi Inovasi

1. Aplikasi teori ini dilakukan pada masa Pemerintah Orde Baru dalam

melaksanakan program Keluarga Berencana (KB). Dalam program

tersebut, suatu inovasi yang bernama Keluarga Berencana,

dikomunikasikan melalui berbagai saluran komunikasi baik saluran

interpersonal maupun saluran komunikasi yang berupa media massa,

kepada suatu sistem sosial yaitu seluruh masyarakat Indonesia. Dan itu

terjadi dalam kurun waktu tertentu agar inovasi yang bernama Keluarga

Berencana Tersebut dapat dimengerti, dipahami, diterima, dan

diimplementasikan (diadopsi) oleh masyarakat Indonesia. Program

Keluarga Berencana di Indonesia dilaksanakan dengan menerapkan

prinsip difusi inovasi. Ini adalah contoh difusi inovasi, dimana inovasinya

adalah suatu ide atau program kegiatan, bukan produk.

2. Penyebaran Inovasi Kesehatan Kompleks – Implementasi Primary Health

Care di Bosnia Herzegovina

Reformasi Primary Health Care (PHC – puskesmas) berpusat pada

kedokteran keluarga (family medicine centred) merupakan inovasi yang

kompleks. Proses pengasimilasian konsep ini pada sistem di departemen

kesehatan dipengaruhi oleh persepsi stakeholder akan keuntungan

yang dapat diambil dari inovasi ini, tingkat konsensus di antara para

pengadopsi, dan interaksi dua arah antara inovator dan adopter. Di

Bosnia Herzegovina, pendekatan holistik dilakukan, meliputi intervensi

yang beragam dan simultan pada departemen kesehatan. Pendekatan ini

mampu menurunkan ‘policy resistance’ dan meningkatkan pengadopsian

dan penyebaran reformasi PHC. Penyebaran reformasi dapat ditingkatkan

pula dengan menggabungkan ekspektasi para adopter dan

keuntungan inovasi.

Page 17: Epid Prilaku Kesehatan 2015

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro Dan Erdinaga, Lukiati Komala. Komunikasi Massa Suatu

Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2004

Bensley, Robert Dan Bronkis. Metode Pendidikan Masyarakat. EGC, 2000

Bungin, Burhan. Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana. 2007

Rogers, Everret M. Dan F. Floyd Shoemaker. Memasyarakatkan Ide-ide Baru.

Surabaya; Penerbit Usaha Nasional, 1981

Dwi, Agung Laksono. Analisis Potensi Penyebaran Informasi Kesehatan Melalui

Jejaring Sosial. 2010