epi lepsi

10
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Serangan epilepsi dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit. Tiap kelainan atau tiap penyakit yang menggangu fungsi otak dapat mengakibatkan terjadinya serangan epilepsi. Radang otak, penyakit pembuluh darah diotak, cedera otak, tumor diotak, kelainan yang dibawa lahir, gangguan metabolisme, gangguan elektrolik, penyakit penyakit degeneratif, semuanya ini dapat mengakibatkan terjadinya epilepsi. Banyak penderita epilepsi yang penyebabnya tidak diketahui. Kata asing yang digunakan untuk menyatakan tidak diketahui ialah idiopatik. Epilepsi yang tidak diketahui penyebabnya disebut pula sebagi epilepsi idiopatik. Banyak pula penderita epilepsi yang penyebabnya merupakan akibat lanjut usia atau sisa dari penyakit yang pernah dideritanya, misalnya: cedera otak, radang otak. Kita mengenal epilepsi secara trauma otak, epilepsi pasca radang otak 1.2 Tujuan Penulisan Dengan disusunnya makalah ini penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui penyebab, gejala dan bahaya epilepsi, selain itu tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah. 1.3 Metode Penulisan Metode Penulisan yang digunakan dalam makalah ini dengan menggunakan literatur. Literatur kepustakaan yang ada. 1.4 Sistematika Penyusunan Sistematika penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN

Upload: jihan-anandya-alyka-fitri

Post on 07-Nov-2015

16 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

dsadnkasnaw

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSerangan epilepsi dapat disebabkan oleh berbagai macam penyakit. Tiap kelainan atau tiap penyakit yang menggangu fungsi otak dapat mengakibatkan terjadinya serangan epilepsi. Radang otak, penyakit pembuluh darah diotak, cedera otak, tumor diotak, kelainan yang dibawa lahir, gangguan metabolisme, gangguan elektrolik, penyakit penyakit degeneratif, semuanya ini dapat mengakibatkan terjadinya epilepsi.

Banyak penderita epilepsi yang penyebabnya tidak diketahui. Kata asing yang digunakan untuk menyatakan tidak diketahui ialah idiopatik. Epilepsi yang tidak diketahui penyebabnya disebut pula sebagi epilepsi idiopatik.

Banyak pula penderita epilepsi yang penyebabnya merupakan akibat lanjut usia atau sisa dari penyakit yang pernah dideritanya, misalnya: cedera otak, radang otak. Kita mengenal epilepsi secara trauma otak, epilepsi pasca radang otak

1.2 Tujuan PenulisanDengan disusunnya makalah ini penulis mengharapkan pembaca dapat mengetahui penyebab, gejala dan bahaya epilepsi, selain itu tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah.

1.3 Metode PenulisanMetode Penulisan yang digunakan dalam makalah ini dengan menggunakan literatur. Literatur kepustakaan yang ada.

1.4 Sistematika Penyusunan Sistematika penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Masalah1.2 Tujuan Penulisan1.3 Metode Penulisan1.4 Sistematika PenyusunanBAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Arti Epilepsi 2.2 Faktor Presivitasi 2.3 Etiologi 2.4 Patofisiologi 2.5 Manifestasi KlinisBAB III ASUHAN KEPERAWATAN EPILEPSI 3.1 Pengkajian 3.2 Diagnosa Keperawatan 3.3 Perencanaan Keperawatan 3.4 EvaluasiBAB IITINJAUAN TEORITIS

2.1 Arti Epilepsi Epilepsi adalah gangguan kronik otak dengan ciri timbulnya gejala-gejala yang datang dalam serangan serangan, berulang ulang yang disebabkan lepas muatan listrik abnormal sel-sel saraf otak yang bersifat reversible dengan berbagai etiologi. Serangan adalah suatau gejala yang timbulnya tiba-tiba dan menghilang secara tiba-tiba pula.

2.2 Faktor Presipitasi Faktor Presipitasi adalah faktor yang mempermudah terjadinya serangan, yaitu:1. Faktor sensoris : cahaya yang berkedap-kedip, bunyi-bunyi yang mengejutkan, air panas.2. Faktor sistemis : demam, penyakit infeksi, obat-obat tertentu misalnya golongan fenoliazin, klorpropamid, hipoglikeumia, kelelahan fisik.3. Faktor mental : stres, gangguan emosi.

2.3 Etiologia. Idiopatik :sebagian besar epilepsi pada anak adalah epilepsi idiopatik.b. Faktor herediter :ada beberapa penyakit yang bersifat herediter yang disertai bangkitan kejang seperti sklerosis liberosa, neurofikromatosis, angiomomatosis ensefarotrigeminal, fenilketunoria, hipoparatiradisme, hipoglikeumia.c. Faktor Genetik :pada kejang demam dan breath holding spelld. Kelainan konginetal otak :atrofi, forensafali, agenesis korpus kolosum e. Gangguan metabolik :hipoglikeumia, hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia.f. Infeksi :radang yang disebabkan bakteri atau virus pada oto dan selaputnya, foksoplasmosis g. Trauma :kontusioserebri, hemaloma subaraknoid, hemaloma subdural.h. Neoplasma otak dan selaputnyai. Kelainan pembuluh darah, malformasi, penyakit kolagen.j. Keracunan :timbal (PB), kamper (kapur Barus) fenotiazin, air.k. Lain-lain :penyakit darah, gangguan keseimbangan hormon , degenerasi serebral dan lain-lain

2.4 Patofisiologi Secara umum, epilepsi terjadi arena menurunnya potensial membran sel saraf akibat proses patologik dalam otak, gaya mekanik atau tosik, yang selanjutnya menyebabkan terlepasnya muatan listrik dari sel saraf tersebut. Penimbunan acetilkolin setempat harus mencapai konsentrasi tertentu untuk dapat merendahkan potensial membran sehingga lepas muatan listrik dapat terjadi. Pada epilepsi (diopatik, tipe grand mal, secara primer muatan listrik dilepaskan oleh nuklea intralaminares talami. Input dari vortex selebri melalui lintasan aferen aspesifik itu menentukan dengan kesadaran bila mana sama sekali tidak ada input maka timbulah koma. Pada grand mal, oleh karena sebab yang belum dapat dipastikan, terjadilah lepas muatan listrik dari inti-inti intralaminan talamik secara berlebihan. Perangsanagn talamortikalyang berlebihan ini menghasilkan kejang seluruh tubuh dan sekaligus menghalangi sel-sel saraf yang memelihara kesadaran menerima imfulse aferen dari dunia luar sehingga kesadaran hilang

2.5 Manifestasi Klinis Epilepsy (ILAE) tahun 1981, klasifikasi epilepsi sebagai bnerikut :I. Sawan Parsial (Fokal, lokal)A. Sawan Parsial Sederhana, sawan parsial dengan kesadaran tetap normal1. Dengan gejala motorika. Fokal motorik tidak menjalar ; sawan terbatas pada satu bagian tubuh.b. Fokal motorik menjalar : sawan dimulai dari bagian tubuh dan menjalar meluas kedaerah lain.

2. Dengan gejala somatosensoris : sawan disertai halusinasi sederhana yang mengenai kelima panca indera dan bangkitan yang disertai vertigia. Somatosensoris : timbul rasa kesemutan atau seperti ditusuk-tusuk jarum.b. Visual : terlihat cahayac. Diserti Vertigo3. Dengan gejala atau tanda gangguan saraf otonom (Sensasi efigastrium, pucat, berkeringat, membera, piloereksi, dilatasi pupil)4. Dengan gejala psikisa. Disfasia : gangguan bicara misalnya mengulang suku kata, kata atau bagian klimat.b. Disemnesia ; gangguan proses ingatan misalnya seperti sudah mengalkami, mendengar, melihat atau sebaliknya tidak pernah mengalamic. Kognitif : gangguan orientasi waktu, meras diri berubnahd. Apektif : merasa sangat senang, susah, marah, takute. Ilusi : perubahan persepsi benda yang dilihat tampak lebih kecil atau lebih besarf. Halusinasi : mendengar ada yang bicara, musik, melihat suatu penomena tertentu dan lain-lain

B. Sawan Parsial Kompleks (disertai gangguan kesadaran)1. Serangan Parsial sederhana diikuti gangguan kesadaran : keasadaran mula-mula baik kemudian menurunb. Dengan gejala parsial sederhanac. Dengan automatisme, yaitu gerakan-gerakan, prilaku yang timbul dengan sendirinya2. Dengan penurunan kesadaran sejak serangan, kesadaran menurun sejak permulaan serangan.a. Hanya dengan penurunan kesadaranb. Dengan automatisme

C. Sawan Parsial yang berkembang menjadi bangkitan umum (Tonik klonik, tonik, klonik)1. Sawan parsial sederhana yang berkembang menjasdi bangkitan umum2. Sawan parsial kompleks yang berkembang menjadi nbangkitan umum3. Sawan parsial sedrhan yang menjadi bangkitan parsial kompleks lalu berkembang menjadi bangkitan umum.4. Sawan Umum (Konvulsif atau nonkonvulsif)

II. Sawan UmumA.1. Sawan Lena (Absance) Pada sawan ini, kegiatan yang sedang dikerjakan terhenti, muka tampak membengong, bola mata dapat memutar keatas, tidak ada reaksi bila diajak bicara.2. Lena Tak Khas Dapat disertai, a. Gangguan tonus yang lebih jelasb. Permulaan dan berakhirnya bangkitan tidak mendadak

B. Sawan Mioklonik Terjadi kontraksi mendadak, sebentar, dapat kuat atau lemah sebagian otot atau semua otot. Otot, sekali atau berulang-ulang. Bangkitan ini dapat dijumapai pada semua umur

C. Sawan KlonikPada sawan ini tidak ada komponen tonik, hanya terjadi kejang kelojot. Dijumpai terutama sekali pada anak-anak

D. Sawan Tonik Pada sawan ini tidak ada komponen klonik, oto-otot hanya menjadi kaku, juga terdapat pada anak

E. Sawan Tonik Klonik Sawan ini sering dijumpai pada umur diatas balita yang terkenal dengan nama grand malPasien mendadak jatuh pingsan, otot-otot seluruh badan kaku. Mungkin pula pasien kencing ketika mendapat serangan.

F. Sawan Atonik Pada keadaan ini otot-otot seluruh badan mendadak melemas sehingga pasien terjatuh, kesadaran dapat tetap baik atau menurun sebentar. Sawan ini terutama sekali dijumpai pada anak-anak

III. Sawan Tak TergolongkanTermasuk golongan ini ialah bangkitan pada bayi berupa gerakan bola mata yang ritmik, megunyah-ngunyah gerakan seperti berenang, menggigil, atau pernafasan yang mendadak terhenti sementara.

BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN EPILEPSI

1. Pengkajian1. Riwayat Penyakit Manifestasi klinis epilepsi berpariasi tergantung pada keterbatasan ADL atau aktifitas sehari-hari yang terganggu. Tanyakan faktor presipitasi dan mekanisme koping yang digunakan2. Kaji umur, jenis kelamin, dan riwayat penyakit yang sama dalam keluarga3. keluhan utama mencakup :- Kejang - Resiko injuri- Jalan nafas tidak efektif4. Pemeriksaan fisik- Amati penampilan umum klien ; yang meliputi keadaan umumdan kesadaran- Kaji TTV klien- Kaji sistem integumen klien yang meliputi kuku, kulit, rambut, dan wajah- Kaji sitem pulmonary- Kaji sistem kardiovaskular- Kaji gastrointestiral - Kaji metabolik- Kaji sistem neurologi- Kaji sistem miskulos keletal- Kaji sistem reproduksi- Data penunjang : Pemeriksaan hematologi dan serologiPencitraan CFT Type kejangEEG

2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan utama yang dapat dijumpai pada klien dengan epilepsi, yaitu :1. Gangguan rasa nyaman : ketakutan sehubungan dengan kemungkinan yang terjadi setelah kejang2. Koping tidak efektif sehubungan dengan stres3. Kurangnya pengetahuan tentang epilepsi

3. Perencanaan Keperawatan DX1 : gangguan rasa nyaman : ketakutan sehubungan dengan kemungkinan yang terjadi setelah kejangTujuan : mengurangi rasa takut terhadap kejang- Dorong klien untuk mematuhi terapi yang dijalani sehingga meningkatkan kesadaran klien dalam menjalani terapi- Kontril kejang dan kerja sama dengan klien dan keluarga untuk mengenali dan menghindari faktor presifikasi- Atur dan anjurkan gaya hidup teratur, reguler seperti diet, latihan, istirahat, aktifitas- Hindari stimulasi fotik

DX2 : Koping tidk efektif sehubungan denganstresTujuan : memperbaiki mekanisme koping Intervensi keperawatan - Diskusikan dengan klien dan keluarga untuk membantu klien memahami kondisi dan keterbatasan

DX3 : Kurangnya pengetahuan tentang epilepsiTujuan :Intervensi keperawatan- Anjurkan klien untuk selalu memakai atau membawa tanda tertentu yang menjelaskan bahwa klien pasien epilepsi.- Anjurkan Klien untuk selalu merawat kebersihan mulut terutama pasien yang menggunakan fenitoin- Beritahu atau informasikan tentang pengetahuan atau informasi epilepsi

4. Evaluasi Hasil yang diharapkan setelah dilakukan intervensi perawatan, diantaranya :1. Jalan nafas kembali efektif2. Tidak terjadi cedera3. Mempertahan kan kontrol kejanga. Mengikuti program pengobatan dan mengidentifikasi bahaya obatb. Mengidentifikasi bahaya obatc. Dapat menghindari faktor atau situasi yang dapat menimbulakn kejangd. Mengikuti gaya hidup hemat4. Meningkatnya penyesuaian psikososial dengan mendiskusikan perasaan5. Meningkatkan pengetahuan dan pengertian tentang epilepsi6. Bebas dari kejang dan komplikasi status epileptikus