epaper_23 efesiensi energi tungku gerabah

1
SABTU, 14 APRIL 2012 20 JEJAK HIJAU T EMBOK dan atap dapur di sebagian be- sar rumah warga Kendal Sari Gang IV, Kota Malang, menghitam. Itu diwar- nai jelaga akibat proses pembakaran kurang sempurna dari tungku tradisional yang masih mereka pakai untuk memasak sehari- hari. Hal tersebut bisa terjadi lantaran warga di sana masih menggunakan kayu untuk bahan bakar kompor tungku mereka. Namun, ada suasana berbeda di rumah kelu- arga Kamsun. Ibu tengah baya ini terlihat lebih semringah saat di dapur ketimbang hari-hari sebelumnya. Tungku tradisional yang biasa digunakan untuk memasak sebelumnya tidak lagi ia fung- sikan. Sekarang dan hari selanjutnya, ia merasa lebih nyaman dengan memanfaatkan tungku gerabah berlabel Universitas Brawijaya (UB). Kamsun dengan cekatan cethik geni (menya- lakan api) untuk memasak. Kayu dimasukkan ke lubang gerabah. Tidak begitu lama, api sudah menyala lebih bersih. Air yang dimasak pun bisa cepat mendidih. “Penggunaan kayu lebih irit,” ujar Kamsun, menje- laskan kehebatan kompor tungkunya, Senin (9/4). Tungku yang terbuat dari tanah liat tersebut merupa- kan hasil kerja dosen Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengeta- huan Alam (MIPA) Universitas Brawijaya, Kota Malang, Jawa Timur, Muhammad Nurhuda. Bentuknya unik, tapi memiliki fungsi seperti kompor yang canggih. Sepintas, itu sama se- perti tungku pada umumnya. Yang membeda- kan ialah teknologinya. “Tungku ini dibuat dengan menggunakan teknologi termodinamika, yakni dirancang dengan prinsip pembakaran yang optimal,” jelas Nurhuda. Untuk bisa menghasilkan pem- bakaran optimal, aliran udara dalam tungku harus lancar. Dengan begitu, terjadi turbulensi antara asap yang dihasilkan bahan bakar (kayu) dan udara. Aliran udara turbulen dapat dibangkitkan counter ow, yaitu udara masuk dari lubang di samping tungku dan bertabrakan di ruang bakar, kemudian aliran apinya berputar. “Prinsipnya, api adalah asap yang terbakar,” ujarnya. Itu sebabnya bentuk tungku didesain khu- sus. Bagian bawahnya lebih besar dengan dua tingkat, dilengkapi sejumlah lubang untuk gasi- kasi. Bagian atas menyerupai cerobong. Dengan desain seperti itu mampu meng- hasilkan pembakaran sempurna nyaris tanpa asap karena udara terserap melewati sela-sela lengkungan bagian bawah tungku, kemudian ditarik ke atas sehingga nyala api lebih te- nang. Ramah lingkungan Karena termotivasi untuk membantu masyarakat perde- saan yang masih menggunakan biomass sebagai bahan bakar, Nurhuda meneliti tungku ramah lingkungan itu sejak tiga bulan terakhir. Selain ditujukan untuk konser- vasi lingkungan, tungku tersebut dapat menghindari pemborosan penggunaan kayu untuk memasak. Biomass merupakan senyawa organik nonfosil yang dapat digunakan se- bagai bahan bakar. Sumber biomass yang berasal dari makhluk hidup, yakni kayu, tumbuh-tumbuhan, daun- daunan, rumput, limbah pertanian, limbah rumah tangga, sampah, dan lain- lainnya. Tungku gerabah itu di- harapkan dapat membantu rakyat miskin yang dipasti- kan akan menderita ketika suatu saat ada ke- bijakan penaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Kelebihan tungku gerabah UB ialah praktis, murah, bahan bakarnya mudah didapatkan, dan ramah lingkungan. Lain halnya dengan tungku tradisional yang digunakan warga desa selama ini, cukup ribet, boros bahan bakar, dan tidak ramah lingkungan. Selain itu, kualitas pembakaran sangat bu- ruk sehingga menimbulkan polusi udara di ruang dapur yang berbahaya bagi kesehatan. “Dengan tungku gerabah UB penggunaan kayu sebagai bahan bakar bisa dihemat sekitar 60%,” terangnya. Sejauh ini respons masyarakat terhadap tungku gerabah UB, tersebut cukup positif. Banyak ibu rumah tangga di desa tersebut me- nyukainya karena penggunaan cukup mudah, proses pembakaran nyaris tanpa asap. (M-1) miweekend @mediaindonesia.com Dengan tungku gerabah UB, penggunaan kayu sebagai bahan bakar bisa dihemat sekitar 60%.” Muhammad Nurhuda Dosen Jurusan MIPA Universitas Brawijaya BAGUS SURYO Kompor tradisional berbahan bakar nonminyak tak selamanya merugikan lingkungan asal didesain dengan tepat. Menangkap Panas dari Tungku Gerabah EFISIEN: Api yang dihasilkan dari tungku gerabah UB lebih terkonsentrasi dan panas. Selain itu, tidak menimbulkan jelaga dan terbukti ramah lingkungan. Polutan timbel berdampak pada terjadinya hipertensi, jantung koroner, dan menurunnya tingkat IQ pada anak-anak kecil. Fakta Hijau! MENURUNKAN POLUSI UDARA, CEGAH KEMATIAN DINI L APORAN Organisasi Internasional untuk Kerja Sama dan Pengembangan Ekonomi (OECD) yang dilansir Maret 2012 menyebutkan pada 2050 akan ada sekitar 3,6 juta orang/tahun yang mati lebih cepat akibat polusi udara. Angka itu melebihi kematian akibat masalah lingkungan lain seperti sanitasi yang buruk dan krisis air bersih. Hal itu terjadi seiring dengan meningkatnya permintaan konsumsi energi, khususnya di sektor transportasi. Di Indonesia, khususnya Jakarta, ancaman polusi udara sudah sepatutnya mendapat perhatian serius. Ketua Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) Ahmad Safrudin sejak 15 tahun lalu memperkirakan suatu saat masyarakat Jakarta mengalami kematian dini akibat polusi udara. Kualitas udara yang buruk itu juga membuat warga Jakarta rugi secara materi. Survei di lima rumah sakit besar di DKI Jakarta pada 2010 menyebutkan uang harus dikeluarkan warga Jakarta akibat sakit dan penyakit ISPA mencapai Rp7 triliun-Rp38 triliun. Ironisnya, Pemprov DKI Jakarta tampak masih belum serius menangani permasalahan buruknya udara. Hal itu bisa dilihat dari jumlah stasiun pemantauan kualitas udara yang hanya tiga unit. Idealnya Pemprov DKI memiliki 15-26 stasiun pemantau kualitas udara. Tidak mengherankan jika kualitas udara Ibu Kota pun tidak diketahui. KPBB kini membuat sebuah pemodelan kualitas udara, termasuk kebiasaan moda transportasi di berbagai kawasan. Sejauh mana usaha KPBB ini berjalan dan bagaimana pemodelan kualitas udara ini bisa membantu menurunkan tingkat polusi udara? Simak penuturan langsung Ahmad Safrudin dalam siaran di Green Radio. Sampaikan pula pertanyaan Anda melalui SMS di 081381000892 atau telepon di 021-85909946/47 (Dip/M-1) FOTO-FOTO: MI/BAGUS SURYO

Upload: faisol-faisol-rahman

Post on 26-Jul-2015

49 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Epaper_23 Efesiensi Energi Tungku Gerabah

SABTU, 14 APRIL 201220

JEJAK HIJAU

TEMBOK dan atap dapur di sebagian be-sar rumah warga Kendal Sari Gang IV, Kota Malang, menghitam. Itu diwar-nai jelaga akibat proses pembakaran

kurang sempurna dari tungku tradisional yang masih mereka pakai untuk memasak sehari-hari. Hal tersebut bisa terjadi lantaran warga di sana masih menggunakan kayu untuk bahan bakar kompor tungku mereka.

Namun, ada suasana berbeda di rumah kelu-arga Kamsun. Ibu tengah baya ini terlihat lebih semringah saat di dapur ketimbang hari-hari sebelumnya.

Tungku tradisional yang biasa digunakan untuk memasak sebelumnya tidak lagi ia fung-sikan. Sekarang dan hari selanjutnya, ia merasa lebih nyaman dengan memanfaatkan tungku gerabah berlabel Universitas Brawijaya (UB).

Kamsun dengan cekatan cethik geni (menya-lakan api) untuk memasak. Kayu dimasukkan ke lubang gerabah. Tidak begitu lama, api sudah menyala lebih bersih. Air yang dimasak pun bisa cepat mendidih.

“Penggunaan kayu lebih irit,” ujar Kamsun, menje-laskan kehebatan kompor tungkunya, Senin (9/4).

Tungku yang terbuat dari tanah liat tersebut merupa-kan hasil kerja dosen Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengeta-huan Alam (MIPA) Universitas Brawijaya, Kota Malang, Jawa Timur, Muhammad Nurhuda.

Bentuknya unik, tapi memiliki fungsi seperti kompor yang canggih. Sepintas, itu sama se-perti tungku pada umumnya. Yang membeda-kan ialah teknologinya.

“Tungku ini dibuat dengan menggunakan teknologi termodinamika, yakni dirancang dengan prinsip pembakaran yang optimal,” jelas Nurhuda. Untuk bisa menghasilkan pem-bakaran optimal, aliran udara dalam tungku harus lancar. Dengan begitu, terjadi turbulensi antara asap yang dihasilkan bahan bakar (kayu) dan udara.

Aliran udara turbulen dapat dibangkitkan counter fl ow, yaitu udara masuk dari lubang di samping tungku dan bertabrakan di ruang bakar, kemudian aliran apinya berputar. “Prinsipnya, api adalah asap yang terbakar,” ujarnya.

Itu sebabnya bentuk tungku didesain khu-sus. Bagian bawahnya lebih besar dengan dua

tingkat, dilengkapi sejumlah lubang untuk gasi-fi kasi. Bagian atas menyerupai cerobong.

Dengan desain seperti itu mampu meng-hasilkan pembakaran sempurna nyaris tanpa asap karena udara terserap melewati sela-sela lengkungan bagian bawah tungku, kemudian ditarik ke atas sehingga nyala api lebih te-nang.

Ramah lingkunganKarena termotivasi untuk

membantu masyarakat perde-saan yang masih menggunakan biomass sebagai bahan bakar, Nurhuda meneliti tungku ramah lingkungan itu sejak tiga bulan terakhir.

Selain ditujukan untuk konser-vasi lingkungan, tungku tersebut dapat menghindari pemborosan penggunaan kayu untuk memasak. Biomass merupakan

senyawa organik nonfosil yang dapat digunakan se-bagai bahan bakar. Sumber biomass yang berasal dari makhluk hidup, yakni kayu, tumbuh-tumbuhan, daun-daunan, rumput, limbah pertanian, limbah rumah tangga, sampah, dan lain-lainnya.

Tungku gerabah itu di-harapkan dapat membantu rakyat miskin yang dipasti-

kan akan menderita ketika suatu saat ada ke-bijakan penaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

Kelebihan tungku gerabah UB ialah praktis, murah, bahan bakarnya mudah didapatkan, dan ramah lingkungan. Lain halnya dengan tungku tradisional yang digunakan warga desa selama ini, cukup ribet, boros bahan bakar, dan tidak ramah lingkungan.

Selain itu, kualitas pembakaran sangat bu-ruk sehingga menimbulkan polusi udara di ruang dapur yang berbahaya bagi kesehatan. “Dengan tungku gerabah UB penggunaan kayu sebagai bahan bakar bisa dihemat sekitar 60%,” terangnya.

Sejauh ini respons masyarakat terhadap tungku gerabah UB, tersebut cukup positif. Banyak ibu rumah tangga di desa tersebut me-nyukainya karena penggunaan cukup mudah, proses pembakaran nyaris tanpa asap. (M-1)

[email protected]

Dengan tungku gerabah UB,

penggunaan kayu sebagai bahan bakar bisa dihemat sekitar 60%.” Muhammad NurhudaDosen Jurusan MIPA Universitas Brawijaya

BAGUS SURYO

Kompor tradisional berbahan bakar nonminyak tak selamanya merugikan lingkungan asal

didesain dengan tepat.

Menangkap Panas

dari Tungku Gerabah

EFISIEN: Api yang dihasilkan dari tungku gerabah UB lebih terkonsentrasi dan panas. Selain itu, tidak menimbulkan jelaga dan terbukti ramah lingkungan.

Polutan timbel berdampak pada terjadinya hipertensi, jantung koroner, dan menurunnya tingkat IQ pada anak-anak kecil.

FaktaHijau!

MENURUNKAN POLUSI UDARA, CEGAH KEMATIAN DINI

LAPORAN Organisasi Internasional untuk Kerja Sama dan Pengembangan Ekonomi (OECD) yang dilansir Maret

2012 menyebutkan pada 2050 akan ada sekitar 3,6 juta orang/tahun yang mati lebih cepat akibat polusi udara. Angka itu melebihi kematian akibat masalah lingkungan lain seperti sanitasi yang buruk dan krisis air bersih.

Hal itu terjadi seiring dengan meningkatnya permintaan konsumsi energi, khususnya di sektor transportasi.

Di Indonesia, khususnya Jakarta, ancaman polusi udara sudah sepatutnya mendapat perhatian serius. Ketua

Komite Penghapusan Bensin Bertimbel (KPBB) Ahmad Safrudin sejak 15 tahun lalu memperkirakan suatu saat masyarakat Jakarta mengalami kematian dini akibat polusi udara. Kualitas udara yang buruk itu juga membuat warga Jakarta rugi secara materi.

Survei di lima rumah sakit besar di DKI Jakarta pada 2010 menyebutkan uang harus dikeluarkan warga Jakarta akibat sakit dan penyakit ISPA mencapai Rp7 triliun-Rp38 triliun.

Ironisnya, Pemprov DKI Jakarta tampak masih belum serius menangani permasalahan buruknya udara. Hal itu bisa dilihat dari jumlah stasiun pemantauan kualitas udara yang hanya

tiga unit.Idealnya Pemprov DKI memiliki 15-26

stasiun pemantau kualitas udara. Tidak mengherankan jika kualitas udara Ibu Kota pun tidak diketahui. KPBB kini membuat sebuah pemodelan kualitas udara, termasuk kebiasaan moda transportasi di berbagai kawasan.

Sejauh mana usaha KPBB ini berjalan dan bagaimana pemodelan kualitas udara ini bisa membantu menurunkan tingkat polusi udara?

Simak penuturan langsung Ahmad Safrudin dalam siaran di Green Radio. Sampaikan pula pertanyaan Anda melalui SMS di 081381000892 atau telepon di 021-85909946/47 (Dip/M-1)

FOTO-FOTO: MI/BAGUS SURYO