energi surya.docx
DESCRIPTION
energi alternatifTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi adalah kemampuan untuk melakukan kerja atau usaha. Energi mempunyai
peranan penting dalam pencapaian tujuan ekonomi dan lingkungan untuk pembangunan
berkelanjutan, serta merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi nasional. Penggunaan
energi di Indonesia meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan pertambahan
penduduk. Sedangkan, akses energi yang andal dan terjangkau merupakan pra-syarat utama
untuk meningkatkan standar hidup masyarakat.
Untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat tersebut, dikembangkan
berbagai energy alternative, diantaranya energi terbarukan. Potensi energi terbarukan, seperti
biomassa, panas bumi, energi matahri, energi air, energi angin dan energi samudera, sampai
saat ini belum banyak dimanfaatkan, padahal potensi energi terbarukan di Indonesia
sangatlah besar.
Jika kita melihat tingkat konsumsi energi di seluruh dunia saat ini, penggunaan energi
diprediksikan akan meningkat sebesar 70% antara tahun 2000 sampai 2030. Sumber energi
yang berasal dari fosil, yang saat ini menyumbang 87,7% dari total kebutuhan energi dunia
diperkirakan akan mengalami penurunan disebabkan tidak lagi ditemukannya sumber
cadangan baru.
Cadangan sumber energi yang berasal dari fosil diseluruh dunia diperkirakan hanya
sampai 40 tahun untuk minyak bumi, 60 tahun untuk gas alam, dan 200 tahun untuk batu
bara. Kondisi keterbatasan sumber energi di tengah semakin meningkatnya kebutuhan energi
dunia dari tahun ketahun (pertumbuhan konsumsi energi tahun 2004 saja sebesar 4,3 persen),
serta tuntutan untuk melindungi bumi dari pemanasan global dan polusi lingkungan membuat
tuntutan untuk segera mewujudkan teknologi baru bagi sumber energi yang terbaharukan.
Di antara sumber energi terbaharukan yang saat ini banyak dikembangkan seperti
turbin angin, tenaga air (hydro power), energi gelombang air laut, tenaga surya, tenaga panas
bumi, tenaga hidrogen, dan bio-energi, tenaga surya atau solar sel merupakan salah satu
sumber yang cukup menjanjikan.
Energi yang dikeluarkan oleh sinar matahari sebenarnya hanya diterima oleh
permukaan bumi sebesar 69 persen dari total energi pancaran matahari. Suplai energi surya
1
dari sinar matahari yang diterima oleh permukaan bumi sangat luar biasa besarnya yaitu
mencapai 3 x 1024 joule pertahun, energi ini setara dengan 2 x 1017 Watt.
Jumlah energi sebesar itu setara dengan 10.000 kali konsumsi energi di seluruh dunia
saat ini. Dengan kata lain, dengan menutup 0,1% saja permukaan bumi dengan divais solar sel
yang memiliki efisiensi 10% sudah mampu untuk menutupi kebutuhan energi di seluruh dunia
saat ini.
1.2 Perumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan energi matahari?
2. Bagaimana pemanfaatan energi matahari?
3. Bagaimana pengaruh pemanfaatan energi matahari dengan menggunakan sel
photovoltaic terhadap lingkungan?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan energi matahari.
2. Untuk mengetahui perkembangan pemanfaatan energi surya.
3. Untuk mengetahui pengaruh pemanfaatan energi matahari dengan menggunakan sel
photovoltaic terhadap lingkungan?
1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari penulisan makalah ini adalah:
1. Bagi pembaca dapat mengetahui pengertian dan pemamfaatan energi matahari
2. Bagi penulis dapat menjadi bahan latihan untuk menganalisis dan menulis sebuah
makalah.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Energi Surya Langsung
Pengertian dari pemanfaatan energi matahari langsung dapat dibedakan dengan tiga
cara, cara pertama adalah prinsip pemanasan langsung. Dalam hal ini sinar matahari
memanasi langsung benda yang akan dipanaskan, atau secara langsung memanasi medium,
misalnya air yang akan dipanaskan. Cara kedua, benda yang dipanaskan dalam air, tetapi
panas yang terkandung didalam air akan dikonversikan menjadi energi listrik. Sedangkan cara
ketiga adalah photovoltaik. Dengan cara ini energi sinar matahari langsung dikonversikan
menjadi energi listrik (Gunadarma.ac.id).
2.2 Teknologi Energi Surya
Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut, ada 2 (dua) macam teknologi yang
sudah diterapkan, yaitu:
a. Teknologi energi surya fotovoltaik, energi surya fotovoltaik digunakan untuk
memenuhi kebutuhan listrik, pompa air, televisi, telekomunikasi, dan lemari pendingin
di Puskesmas dengan kapasitas 6 total ± MW.
b. Teknologi energi surya termal, energi surya termal pada umumnya digunakan untuk
memasak (kompor surya), mengeringkan hasil pertanian (perkebunan, perikanan,
kehutanan, tanaman pangan) dan memanaskan air (dunia listrik.blogspot.2008).
Bahan semi konduktor yang paling umum dipakai dalam sel photovoltaic adalah
silikon, sebuah elemen yang umum ditemukan di pasir. Semua sel photovoltaic mempunyai
paling tidak dua lapisan semi konduktor, satu bermuatan positif dan satu bermuatan negatif.
Ketika cahaya matahari bersinar pada semi konduktor, muatan listrik menyeberang
sambungan diantara dua lapisan menyebabkan listrik mengalir, yang menghasilkan arus DC.
Makin kuat cahaya, makin kuat aliran listrik, sistem photovoltaic tidak membutuhkan
cahaya matahari yang terang untuk beroperasi. Sistem ini juga membangkitkan listrik disaat
hari mendung, dengan energi keluar yang sebanding ke berat jenis awan. Berdasarkan
3
pantulan sinar matahari dari awan, hari-hari mendung dapat menghasilkan angka energi yang
lebih tinggi dibandingkan saat langit biru sedang yang benar-benar cerah (Greenpeace.org).
Pembangkit energi surya sebenarnya tergantung pada efisiensi mengkonversi energi
dan konsentrasi sinar matahari yang masuk ke dalam sel tersebut. Professor Smalley,
menyatakan bahwa teknologi nano menjanjikan peningkatan efisiensi dalam pembuatan sel
surya antara 10 hingga 100 kali pada sel surya. Smalley menambahkan bahwa cara terbaik
untuk mendapatkan energi surya secara optimal telah terbukti ketika sel surya dimanfaatkan
untuk keperluan satelit ruang angkasa dan alat alat yang diletakkan di ruang angkasa.
Penggunaan sel surya dengan meletakkannya di ruang angkasa dapat dengan baik dilakukan
karena teknologi nano diyakini akan mampu menciptakan material yang super kuat dan ringan
yang mampu bertahan di ruang angkasa dengan efisiensi yang baik.(Bryan,2010)
2.3 Pemanfaatan Energi Surya
2.3.1 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Surya
Kaca-kaca besar mengkonsetrasikan cahaya matahari ke satu garis atau titik. Panas
yang dihasilakan digunakan untuk menghasilkan uap panas. Panasnya, tekanan uap panas
yang tinggi digunakan untuk menjalankan turbin yang menghasilkan listrik. Di wilayah yang
disinari matahari, Pembangkit Listrik Tenaga matahari dapat menjamin pembagian besar
produksi listrik
Berdasarkan proyeksi dari tingkat arus hanya 354 MW, pada tahun 2015 kapasitas
total pemasangan pembangkit tenaga panas matahari akan melampaui 5000 MW. Pada tahun
2020, tambahan kapasitas akan naik pada tingkat sampai 4500 MW setiap tahunnya dan total
pemasangan kapasitas tenaga panas matahari di seluruh dunia dapat mencapai hampir 30.000
MW cukup untuk memberikan daya untuk 30 juta rumah.
2.3.2 Pemanas dan Pendingin Tenaga Surya
Panas tenaga matahari menggunakan panas matahari secara langsung. Pengumpul
panas matahari diatas atap dapat menyediakan air panas untuk rumah, dan membantu
menghangatkan rumah. Sistem panas matahari berdasarkan prinsip sederhana yang telah
dikenal selama berabad-abad, matahari memanaskan air yang mengisi bejana gelap.
Teknologi tenaga panas matahari yang ada di pasar saat ini sangat efisien dan bisa
diandalkan. Saat ini pasar menyediakan tenaga matahari untuk aplikasi dengan cakupan luas,
4
dari pemanas air domestik dan pemanas ruangan di perumahan dan gedung –gedung
komersial, sampai pemanas kolam renang, tenaga matahari-pendingin, proses pemanasan
industri dan memproses air menjadi tawar.
Saat ini produksi pemanas air panas domestik merupakan aplikasi paling umum untuk
tenaga panas matahari. Di beberapa negara hal ini telah menjadi sarana yang umum
digunakan oleh gedung tempat tinggal. Tergantung pada kondisi dan konfigurasi sistem,
kebutuhan air panas dapat disediakan oleh tenaga matahari hingga 100% . Sistem yang lebih
besar dapat ditambahkan untuk menutupi bagian penting dari kebutuhan energi untuk
pemanas ruangan.
Pendingin tenaga matahari menggunakan sumber energi panas untuk menghasilkan
dingin atau mengurangi kelembaban udara dengan cara yang sama dengan lemari pendingin
atau AC konvensional. Aplikasi ini cocok dengan energi panas matahari, sejalan dengan
meningkatnya permintaan pendingin ketika panas matahari banyak. Pendingin tenaga
matahari telah sukses didemonstrasikan. Penggunaan skala besar dapat diharapkan di masa
depan, sejalan dengan berkurangnya biaya teknologi ini, terutama untuk sistem skala kecil
(Greenpeace.org).
2.4 Upaya Pemanfaatan Energi Surya
Matahari adalah sumber energi utama yang memancarkan energi yang luar biasa
besarnya ke permukaan bumi. Pada keadaan cuaca cerah, permukaan bumi menerima sekitar
1000 watt energi matahari per-meter persegi. Kurang dari 30% energi tersebut dipantulkan
kembali ke angkasa, 47% dikonversikan menjadi panas, 23% digunakan untuk seluruh
sirkulasi kerja yang terdapat di atas permukaan bumi, sebagaian kecil 0,25% ditampung
angin, gelombang dan arus dan masih ada bagian yang sangat kecil 0,025 % disimpan melalui
proses fotosintesis di dalam tumbuh-tumbuhan yang akhirnya digunakan dalam proses
pembentukan batu bara dan minyak bumi (bahan bakar fosil, proses fotosintesis yang
memakan jutaan tahun) yang saat ini digunakan secara ekstensif dan eksploratif bukan hanya
untuk bahan bakar tetapi juga untuk bahan pembuat plastik, formika, bahan sintesis
lainnya.Sehingga bisa dikatakan bahwa sumber segala energi adalah energi matahari.
Energi matahari dapat dimanfaatkan dengan berbagai cara yang berlainan bahan bakar
minyak adalah hasil fotosintesis, tenaga hidro elektrik adalah hasil sirkulasi hujan tenaga
5
angin adalah hasil perbedaan suhu antar daerah dan sel surya (sel fotovoltaik) yang
menjanjikan masa depan yang cerah sebagai sumber energi listrik, karena sel surya sanggup
menyediakan energi listrik bersih tanpa polusi, mudah dipindah, dekat dengan pusat beban
sehingga penyaluran energi sangat sederhana serta sebagai negara tropis, Indonesia
mempunyai karakteristik cahaya matahari yang baik (intensitas cahaya tidak fluktuatif)
dibanding tenaga angin seperti di negara-negara 4 musim, utamanya lagi sel surya relatif
efisien, tidak ada pemeliharaan yang spesifik dan bisa mencapai umur yang panjang serta
mempunyai keandalan yang tinggi.
Dalam keadaan cuaca yang cerah, sebuah sel surya akan menghasilkan tegangan
konstan sebesar 0.5 V sampai 0.7 V dengan arus sekitar 20 mA dan jumlah energi yang
diterima akan mencapai optimal jika posisi sel surya 90o (tegak lurus) terhadap sinar matahari,
selain itu juga tergantung dari konstruksi sel surya itu sendiri. Ini berarti bahwa sebuah sel
surya akan menghasilkan daya 0.6 V x 20 mA = 12 mW. Jika matahari memancarkan
energinya ke permukaan bumi sebesar 100 W/m2 atau 100 mW /cm2 , maka bisa dibayangkan
energi yang dihasilkan sel surya yang rata-rata mempunyai luas 1 cm2, bandingkan dengan
bahan bakar fosil (BBM) dengan proses fotosintesis yang memakan waktu jutaan tahun
(Saiful Manan:32).
2.5 Proses Kerja Energi Surya
Sel surya yang sering kita lihat adalah sekumpulan modul sel photovoltaic (photo
artinya cahaya, voltaic artinya listrik) yang disusun sedemikian rupa dan dikemas dalam
sebuah frame. Sel photvoltaic ini yang nantinya akan merubah secara langsung energi
matahari menjadi listrik.
Sel photovoltaic ini terbuat dari bahan khusus semikonduktor yang sekarang banyak
digunakan dan disebut dengan silikon. Ketika cahaya mengenai sel silikon, cahaya tersebut
akan diserap oleh sel ini, hal ini berarti bahwa energi cahaya yang diserap telah ditransfer ke
bahan semikonduktor yang berupa silikon. Energi yang tersimpan dalam semikonduktor ini
akan mengakibatkan elektron lepas dan mengalir dalam semikonduktor. Semua sel
photovoltaic ini juga memiliki medan elektrik yang memaksa elektron yang lepas karena
penyerapan cahaya tersebut untuk mengalir dalam suatu arah tertentu.
6
Elektron yang mengalir ini adalah arus listrik, dengan meletakkan terminal kontak
pada bagian atas dan bawah dari sel photovoltaic ini akan dapat dilihat dan diukur arus yang
mengalir sehingga dapat digunakan untuk menyuplai perangkat eksternal. Hal diatas adalah
dasar perubahan energi surya menjadi listrik oleh semikonduktor silicon (Alpensteel.com).
Gambar 2.1. Sel Photovoltaic
2.5.1 Proses Cahaya Menjadi Listrik
Secara sederhana solar cell terdiri dari persambungan bahan semikonduktor bertipe p
dan n (p-n junction semiconductor) yang jika tertimpa sinar matahari maka akan terjadi aliran
electron, nah aliran electron inilah yang disebut sebagai aliran arus listrik. Sedangkan struktur
dari solar cell adalah seperti ditunjukkan dalam berikut:
Gambar 2.2 Struktur Lapisan Tipis Solar secara Umum
7
Bagian utama perubah energi sinar matahari menjadi listrik adalah absorber
(penyerap), meskipun demikian, masing-masing lapisan juga sangat berpengaruh terhadap
efisiensi dari solar cell. Sinar matahari terdiri dari bermacam-macam jenis gelombang
elektromagnetik yang secara spectrum dapat dilihat pada gambar 2. Oleh karena itu absorber
disini diharapkan dapat menyerap sebanyak mungkin solar radiation yang berasal dari cahaya
matahari.
Gambar 2.3. Spektrum Radiasi Sinar Matahari
Lebih detail lagi bisa dijelaskan sinar matahari yang terdiri dari photon-photon, jika
menimpa permukaaan bahan solar sel (absorber) akan diserap, dipantulkan atau dilewatkan
begitu saja (lihat gambar 3), dan hanya foton dengan level energi tertentu yang akan
membebaskan electron dari ikatan atomnya, sehingga mengalirlah arus listrik. Level energi
tersebut disebut energi band-gap yang didefinisikan sebagai sejumlah energi yang dibutuhkan
utk mengeluarkan electron dari ikatan kovalennya, sehingga terjadilah aliran arus listrik.
Untuk membebaskan electron dari ikatan kovalennya, energi foton (hc/v harus sedikit
lebih besar atau diatas daripada energi band-gap. Jika energi foton terlalu besar dari pada
energi band-gap, maka extra energi tersebut akan dirubah dalam bentuk panas pada solar sel.
Karenanya sangatlah penting pada solar sel untuk mengatur bahan yang dipergunakan, yaitu
dengan memodifikasi struktur molekul dari semikonduktor yang dipergunakan. Tentu saja
agar efisiensi dari solar cell bisa tinggi maka foton yang berasal dari sinar matahari harus bisa
diserap yang sebanyak banyaknya, kemudian memperkecil refleksi dan remombinasi serta
memperbesar konduktivitas dari bahannya.
8
Gambar 2.4. Radiative Transition dari Solar Cell
Untuk bisa membuat agar foton yang diserap dapat sebanyak banyaknya, maka
absorber harus memiliki energi band-gap dengan range yang lebar, sehingga memungkinkan
untuk bisa menyerap sinar matahari yang mempunyai energi sangat bermacam-macam
tersebut. Salah satu bahan yang sedang banyak diteliti adalah CuInSe2 yang dikenal
merupakan salah satu dari direct semiconductor.
Gambar 2.5. Bagian-bagian dari Sel Photovoltaic
9
2.5.2 Komponen Utama Pembangkit Listrik Tenaga Turya (PLTS)
1. Modul Panel Surya (Solar Cell Panel)
Crystalin Solar Module adalah perangkat berbentuk pipih berfungsi mengkonversi
sinar matahari yang jatuh kepermukaannya menjadi tenaga listrik. Kapasitas yang tersedia
type Mono atau Semikristal & Thin Film, mulai dari kapasitas 5 Wp sampai dengan 100 Wp.
Berdasarkan pengujian penulis (pada gambar fisik sell surya yang paling besar) 1 buah sell
surya pada saat sinar matahari cukup terik menghasilkan 20v-23v/1,9 - 2,4A (38 - 50 watt)
atau sekitar 350 Watt/ hari.
2. Alat Pengatur Daya (Charge Controller)
Integrated dengan Box Batere, merupakan perangkat elektronik berbentuk kotak yang
mengatur aliran listrik dari Modul Surya ke Batere atau Accu dan aliran listrik dari Batere
atau Accu ke Lampu, TV atau Radio atau Tape anda.Charge-Discharge pengontrol
melindungi baterei dari pengisian berlebihan dan melindungi dari korsleting atau pengiriman
muatan arus berlebih ke input terminal. Alat ini juga mempunyai beberapa indikator yang
akan memberikan kemudahan kepada pengguna PLTS dengan memberikan informasi
mengenai kondisi baterai sehingga pengguna PLTS dapat mengendalikan konsumsi energi
menurut ketersediaan listrik yang terdapat didalam baterai. Selain itu terdapat 3 indikator
lainnya yang mengimformasikan status pengisian, adanya muatan berlebih dan pengisian
otomatis pada saat baterai kosong.
3. Batre Accu
Merupakan alat yang berfungsi menyimpan tenaga listrik dan menjaga kestabilan
tegangan listrik, tanpa harus menambah air aquades. Biasanya batery yang di gunakan
memiliki Ampare hour yang cukup tinggi. Sebab untuk menghidupkan lampu 10 watt saja
selama 1 malam (12 jam) idealnya membutuhkan batery 12V/10A.
4. Inverter
Untuk mengubah tegangan DC 12V dari batery menjadi 220 AC. Untuk hasil yang
lebih baik gunakan inverter yang menghasilkan gelombang sinus.
10
Gambar 2.6 Komponen Utama Pembangkit Listrik Tenaga Surya
2.5.3 Cara Kerja Sel Surya
Sel surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu junction
antara semikonduktor tipe-p dan tipe-n. Semikonduktor ini terdiri dari ikatan-ikatan atom
yang dimana terdapat elektron sebagai penyusun dasar. Semikonduktor tipe-n mempunyai
kelebihan elektron (muatan negatif) sedangkan semikonduktor tipe-p mempunyai kelebihan
hole (muatan positif) dalam struktur atomnya. Kondisi kelebihan elektron dan hole tersebut
bisa terjadi dengan mendoping material dengan atom dopant. Sebagai contoh untuk
mendapatkan material silikon tipe-p, silikon didoping oleh atom boron, sedangkan untuk
mendapatkan material silikon tipe-n, silikon didoping oleh atom fosfor. Ilustrasi dibawah
menggambarkan junction semikonduktor tipe-p dan tipe-n.
Gambar 2.7 Junction antara semikonduktor tipe-p (kelebihan hole) dan tipe-n
11
Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga elektron
(dan hole) bisa diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan listrik. Ketika
semikonduktor tipe-p dan tipe-n terkontak, maka kelebihan elektron akan bergerak dari
semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga membentuk kutub positif pada semikonduktor tipe-n,
dan sebaliknya kutub negatif pada semikonduktor tipe-p. Akibat dari aliran elektron dan hole
ini maka terbentuk medan listrik yang mana ketika cahaya matahari mengenai susuna p-n
junction ini maka akan mendorong elektron bergerak dari semikonduktor menuju kontak
negatif, yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik, dan sebaliknya hole bergerak menuju
kontak positif menunggu elektron datang, seperti diilustrasikan pada gambar dibawah.
Gambar 2.8 Ilustrasi cara kerja sel surya dengan prinsip p-n junction
Bila sel surya itu dikenakan pada sinar matahari, maka timbul yang dinamakan
elektron dan hole. Elektron-elektron dan hole-hole yang timbul di sekitar pn junction bergerak
berturut-turut ke arah lapisan n dan ke arah lapisan p. Sehingga pada saat elektron-elektron
dan hole-hole itu melintasi pn junction, timbul beda potensial pada kedua ujung sel surya. Jika
pada kedua ujung sel surya diberi beban maka timbul arus listrik yang mengalir melalui
beban.Bahan dan cara kerja yang aman terhadap lingkungan menjadikan sel surya sebagai
salah satu hasil teknologi pembangkit listrik yang efisien bagi sumber energi alternatif
masyarakat di masa depan.
12
2.5.4 Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)
Pada dasarnya prinsip kerja PLTS adalah:
1. Pada siang hari modul surya menerima cahaya matahari dan cahaya tersebut kemudian
diubah menjadi energi listrik oleh sel-sel kristal melalui proses fotovoltaik.
2. Listrik yang dihasilkan oleh modul adalah listrik arus searah (DC), yang dapat
langsung disalurkanke beban ataupun disimpan dalam baterai sebelum dikeluarkan ke
beban; lampu, radio, dan lain-lain.
3. Tegangan yang dikeluarkan oleh modul surya bervariasi; 6VDC, 12 VDC, 24 VDC,
36 VDC dan 48 VDC per modul. Daya yang dihasilkan juga bervariasi mulai dari 10
Wattpeak (Wp) sampai 100 Wp per modul dengan dimensi modul yang berbeda sesuai
dengan kapasitasnya.
4. Untuk melindungi sistem PLTS dari pengisian dan pemakaian yang berlebihan,
digunakan alat pengatur (controller), dimana seluruh energi listrik yang dihasilkan dan
dipakai oleh sistem PLTS harus melalui alat pengatur ini.
5. Untuk peralatan yang membutuhkan listrik arus AC, digunakan inverter yaitu alat
pengubah arus DC-AC yang tersedia dalam berbagai kapasitas.
6. Listrik yang dihasilkan dapat dimanfaatkan untuk mencatu beban, seperti lampu
penerangan, berbagai alat elektronik dan alat mekanik yang digerakkan oleh listrik.
Gambar 2.9 Prinsip kerja PLTS
13
2.6. Aplikasi Lain Dari Energi Surya
2.6.1 Pemanas Ruangan
Ada beberapa teknik penggunan energi panas matahari untuk pemanasan ruangan,
yaitu:
Jendela
Ini merupakan teknik pemanasan dengan menggunakan energi panas matahari yang
paling sederhana. Hanya diperlukan sebuah lubang pada dinding untuk meneruskan panas
matahari dari luar masuk ke dalam bangunan. Ada jendela yang langsung tanpa ada kacanya
dan ada yang menggunakan kaca. Untuk mendapatkan panas yang optimal maka pada jendela
dipasang kaca ganda. Biasanya di daerah-daerah empat musim dinding/tembok bangunan
diganti dengan kaca agar matahari bebas menyinari dan menghangatkan ruangan pada saat
musim dingin.
Dinding Trombe(Trombe Wall)
Gambar 2.10 Dinding Trombe
Dinding trombe adalah dinding yang diluarnya terdapat ruangan sempit berisi udara.
Dinding bagian luar dari ruangan sempit tersebut biasanya berupa kaca. Dinding ini dinamai
berdasarkan nama penemunya yaitu Felix Trombe, orang berkebangsaan Perancis.
Prinsip kerjanya adalah permukaan luar ruangan ini akan dipanasi oleh sinar matahari,
kemudian panas tersebut perlahan-lahan dipindahkan kedalam ruangan sempit. Selanjutnya
panas di dalam ruangan sempit tersebut akan dikonveksikan ke dalam bangunan melalui
saluran udara pada dinding trombe
14
Greenhouse
Gambar 2.11 Greenhouse
Teknik ini hampir sama dengan dinding trombe hanya saja jarak antara dinding masif
dengan kaca lebih lebar, sehingga tanaman bisa hidup di dalamnya. Prinsip kerja greenhouse
juga serupa dengan dinding trombe. Panas masuk melalui kaca ke dalam greenhouse lalu
dikonveksikan ke dalam bangunan untuk menghangatkan ruangan atau menjaga suhu rungan
tetap stabil meskipun pada waktu siang atau malam hari.
2.6.2 Penerang Ruangan
Adalah teknik pemanfaatan energi matahari yang banyak dipakai saat ini. Dengan
teknik ini pada siang hari lampu pada bangunan tidak perlu dinyalakan sehingga menghemat
penggunaan listrik untuk penerangan. Teknik ini dilaksanakan dengan mendesain bangunan
yang memungkinkan cahaya matahari bisa masuk dan menerangi ruangan dalam bangunan.
2.6.3 Kompor Matahari
Prinsip kerja dari kompor matahari adalah dengan memfokuskan panas yang diterima
dari matahari pada suatu titik menggunakan sebuah cermin cekung besar sehingga didapatkan
panas yang besar yang dapat digunakan untuk menggantikan panas dari kompor minyak atau
kayu bakar.
15
Gambar 2.12 Kompor Matahari
Untuk diameter cermin sebesar1,3 meter kompor ini memberikan daya thermal sebesar
800 watt pada panci. Dengan menggunakan kompor ini maka kebutuhan akan energi fosil dan
energi listrik untuk memasak dapat dikurangi.
2.6.4 Pengeringan Hasil Pertanian
Hal ini biasanya dilakukan petani di desa-desa daerah tropis dengan menjemur hasil
panennya dibawah terik sinar matahari. Cara ini sangat menguntungkan bagi para petani
karena mereka tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mengeringkan hasil panennya. Berbeda
dengan petani di negara-negara empat musim yang harus mengeluarkan biaya untuk
mengeringkan hasil panennya dengan menggunakan oven yang menggunakan bahan bakar
fosil maupun menggunakan listrik.
2.7. Potensi Energi Surya
Indonesia memiliki potensi yang cukup besar dalam energi surya mengingat posisi
Indonesia yang terletak dikatulistiwa. Hasil pantauan didapat bahwa nilai radiasi harian
terendah adalah di Darmaga, Bogor Jawa Barat dengan intensitas 2,558 kWh/m2 dan tertinggi
di Waingapu Nusa Tenggara Timur dengan intensitas 5,747 kWh/m2. Potensi ini baru
dimanfaatkan sangat sedikit yang dimulai pada tahun 1979 oleh BPPT sebagai pengguna.
16
Pengguna terbanyak adalah DEPKES sesuai dengan kebutuhan Puskesmas pada daerah
terpencil dan kemudian departemen transmigrasi.
Tabel 2.1. Potensi Energi Terbarukan di Indonesia
Jenis Energi Terbarukan Potensi (MW)Kapasitas
Terpasang (MW)
Pemanfaatan
(%)
Large Hydro 75.000 42.000 5,600
Biomassa 50.000 302 0,604
Geothermal 20.000 812 4,060
Mini/Mikro Hidro 459 54 11,764
Tenaga Surya 156.487 5 3,19 X 10-3
Energi Angin 9286 0.50 5,38 X 10-3
Jumlah 311.232 5373.5 22,03
Sumber: Ditjen Listrik & Penmanfaatan Energi (2001)
Sebagai negara yang kaya akan energi surya, sudah selayaknyalah untuk
mengembangkan dan memanfaatkan energi yang melimpah tersebut. Namun demikian
pemanfaatan energi surya di Indonesia baru sekitar 882,5 kw, jauh di bawah 1% dari energi
yang tersedia. Jika dibandingkan dengan ketersedianya energi surya maka pencapaian
pemakaian ini masih sangat kecil. Nilai rata-rata energi radiasi harian adalah 4,815 kWh/m 2.
Untuk seluruh Indonesia dengan luas daratan kurang lebih 2 juta km2, potensi energi radiasi
harian adalah: 2 x 1012 m2 x 4,815 kWh/m2 = 9,63 . 1012 kwh.
Dari tabel 2 masih kelihatan bahwa antara kelebihan dan kelemahan masih berimbang
sehingga jika PLTS ini diaplikasikan belum memberikan keuntungan yang signifikan. Namun
melihat permintaan tenaga listrik yang tumbuh rata-rata 8,2 % pertahun (meningkat dari 51,2
TWh pada th 1990 menjadi 555 TWh pada 2021) dengan jumlah pembangkit yang sangat
terbatas (Jawa Bali) maka pengembangan PLTS adalah sangat strategis.
17
Tabel 2.2. Kelebihan dan Kelemahan Sistem Konversi Energi Surya
Sumber: Unggul Wibowo, 2000:7
Sarana transformasi guna secara bertahap mengurangi penggunaan energi fosil pada
masa yang akan datang perlu dilakukan suatu tradeoffs antara aspek least cost dengan aspek
lainnya guna memberikan peluang yang memadai bagi:
1. Pengembangan energi terbarukan
2. Pengembangan energi nuklir
3. Pengembangan energi efisiensi tinggi.
18
KELEBIHAN KELEMAHAN
Modul solar langsung mengkonversi
sinar matahari menjadi Energi listrik
searah tanpa bahan bakar.
Biaya investasi awal tinggi.
Proses konversi tidan menimbulkan
kebisingan, gas buang, limbah.
Memerlukan baterai sebagai
media penyimpan listrik.
Pemeliharaan sederhana dibanding
sistem konvensional. Karena dalam
proses tidak ada bagian yang bergerak.
Pemeliharaan baterai harus rutin
karena keandalan sistem
ditentukan oleh kondisi baterai.
Untuk beban yang kecil mempunyai
ke cenderungan makin ekonomis.
Alat-alat yang dioperasikan pada
tengangan rendah terbatas.
Dapat diaplikasikan langsung pada
alat alat praktis.
Teknisi yang terlatih untuk
perencanaan dan pemasangan
sistem konversi energi surya
masih sangat sedikit.
Instalasisistem lebih aman karena
tegangan rendah dan searah.
4. Pengembangan energi bersih, ramah lingkungan.
Sedang di Indonesia seharusnya sel surya ini mendapatkan perhatian khusus, sebab
Indonesia yang merupakan daerah tropis dan di daerah katulistiwa maka Indonesia
mempunyai karakteristik angin yang kurang baik (sangat fluktuatif) dibanding dengan
karakteristik angin di negara –negara Barat namun sangat menguntungkan untuk energi
matahari yang rata-rata mendapat sinar matahari 6 jam dalam sehari dengan cuaca yang
sangat mendukung.
Tabel 2.3. Potensi Sumber Daya Energi Surya di Beberapa Kota di Indonesia.
No Kota ProvinsiTahun
Pengukuran
Radiasi rata-
rata
1 Banda Aceh Aceh 1980 4.1
2 Palembang Sumatera Selatan 1979 – 1981 4.95
3 Menggala Lampung 1972 – 1979 5.23
4 Rawasragi Lampung 1965 – 1979 4.13
5 Jakarta Jakarta 1965 – 1981 4.19
6 Bandung Jawa Barat 1980 4.15
7 Lembang Jawa Barat 1980 5.15
8 Citius, Tangerang Jawa Barat 1980 4.32
9 Darmaga, Bogor Jawa Barat 1980 2.56
10 Serpong, Tangerang Jawa Barat 1991 – 1995 4.45
11 Semarang Jawa Tengah 1979 – 1981 5.49
12 Surabaya Jawa Timur 1980 4.30
13Kenteng,
YogyakartaYogyakarta 1980 4.50
14 Denpasar Bali 1977 – 1979 5.26
15 Pontianak Kalimantan Barat 1991 – 1993 4.55
16 Banjarbaru Kalimantan Selatan 1979 – 1981 4.80
17 Banjarmasin Kalimantan Selatan 1991 – 1995 4.57
18 Samarinda Kalimantan Timur 1991 – 1995 4.17
19 Menado Sulawesi Utara 1991 – 1995 4.91
19
20 Palu Sulawesi Tenggara 1991 – 1994 5.51
21 KupangNusa Tenggara
Barat1975 – 1978 5.12
22Waingapu, Sumba
Timur
NusaTenggara
Timur1991 – 1995 5.75
23 MaumereNusa Tenggara
Timur1992 – 1994 5.7
Sumber : Rencana Induk Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan, 1997.
Direktorat Jenderal Listrik dan Pengembangan Energi, DESDM
Tabel 2.4 Potensi energi baru dan terbarukan di Indonesia (2007)
Sumber : Dept. ESDM, 2008
BAB III
20
PEMECAHAN MASALAH
Di samping penggunaan panas matahari sebagai pembangkit listrik, pembangkitan
listrik dengan sel surya merupakan kemungkinan lebih jauh untuk penggunaan energi radiasi
matahari secara langsung. Namun begitu, berbeda dengan pembangkit listrik dengan panas
matahari, energi matahari akan secara langsung dikonversikan menjadi energi listrik melalui
sel surya.
Listrik dari sel surya memiliki sifatnya yang tidak menghasilkan noise selama operasi
dan tanpa menghasilkan substansi atau partikel yang beracun pada pembangkit listriknya.
Namun begitu, efek lingkungan dapat saja terjadi sebagaimana dijelaskan sebagai berikut:
3.1 Konstruksi
Efek lingkungan yang berhubungan dengan manufaktur pembangkit sel surya
khususnya terjadi selama proses produksi sel surya. Dalam beberapa tahun terakhir, telah
dibahas terutama terhadap penggunaan sumber mineral yang langka dan beracun. Solar sel
dengan bahan mono-crystalline dan multi-crystalline begitu juga dengan silikon tak berbentuk
secara umum dikenali sebagai sumber mineral yang langka dan sedikit digunakan, sedangkan
teknologi sel cadmium telluride (CdTe) dan sel CIS merupakan mineral dengan konsumsi
menengah.
Aplikasi dari germanium (Ge) tampaknya secara khusus bermasalah untuk produksi
sel silikon tak berbentuk; hal yang sama terjadi terhadap Indium (In) pada sel CIS dan
tellurium pada sel CdTe. Berdasarkan pengetahuan yang ada sekarang ini, kuantitas dari
material-material tersebut adalah terbatas di bumi ini.
Dalam hal material beracun, hanya efek lingkungan yang sedikit yang dapat terjadi
untuk teknologi silikon crystalline. Namun begitu, teknologi sel CdTe dan CIS dapat
dianggap lebih bermasalah karena kandungan kadmium (Cd), selenium (Se), tellurium (Te)
dan tembaga (Cu) yang tinggi. Selain itu, selama masa manufaktur dari modul CIS, substansi
gas racun (seperti hidrogen selenida (H2Se)) dapat dihasilkan yang secara umum berhubungan
dengan potensi bahaya lingkungan tertentu.
21
Secara umum, efek lingkungan yang berhubungan dengan manufaktur sel surya adalah
sebanding dengan industri manufaktur semikonduktor. Akan tetapi, efek lingkungan yang
telah dijelaskan relatif rendah karena peraturan legal akan perlindungan lingkungan yang
berkembang. Hal ini juga benar akibat dibutuhkannya kemurnian material selama proses
manufaktur sel surya. Di lain pihak, dapat saja terjadi potensi bahaya yang berhubungan
dengan proses manufaktur dalam kasus kegagalan operasinya.
3.2 Operasi Normal
Selama operasi dari modul sel surya yang ditempatkan pada atap, tidak ada noise yang
dihasilkan dan tidak ada substansi yang dikeluarkan. Inverter yang tersedia baru-baru ini di
pasaran memiliki sifat low-noise yang sedang dikembangkan dengan menggunakan desain
khusus. Hal ini memungkinkan pembangkitan listrik yang sangat ramah lingkungan. Selain
itu, modul sel surya sangat mirip dengan atap dalam hal penyerapan dan pemantulan terhadap
radiasi matahari. Oleh karena itu, tidak ada pengaruh yang besar terhadap iklim lokal.
Baru-baru ini modul yang ditempatkan pada atap yang miring dan datar dalam
beberapa kasus dapat terlihat dari jarak jauh. Hal ini dapat berpengaruh terhadap pandangan
dari penduduk perkotaan maupun pedesaan. Namun di lain pihak, pemasangan tersebut tidak
membutuhkan ruang tambahan.
Pembangkit listrik dengan sel surya yang ditempatkan pada tanah (seperti pembangkit
listrik yang dipasang pada tanah bekas pertanian atau pertambangan) sebagian atau
seluruhnya akan membatasi penggunaan lahan untuk keperluan lain. Namun begitu, hanya
sebagian kecil dari lahan akan hilang untuk tujuan penggunaan lahan lainnya, yaitu hanya
sekitar fondasi yang mendukung pemasangan modul sel surya. Lahan utama yang masih
tersisa dapat digunakan untuk pertanian atau penanaman rerumputan untuk gembala domba.
Oleh karena permukaan yang ditutupi relatif besar dan juga karena divergensi penyerapan dan
pemantulan yang beragam jika dibandingkan dengan lahan pertanian, pengaruhnya terhadap
iklim mikro dapat saja terjadi. Namun, efek lingkungan ini hanya relevan dalam kasus
penggunaan sel surya secara besar-besaran, yang sangat jarang terjadi karena alasan ekonomi.
Operasi dari pembangkitan dengan sel surya juga berhubungan dengan transmisi
radiasi elektromagnetik (aspek dari kompatibilitas elektromanget). Tidak seperti pembangkit
22
listrik umumnya, pembangkit dengan sel surya umumnya dilengkapi dengan kabel arus searah
secara besar-besaran dan dalam hal generator sel surya dibutuhkan permukaan radiasi yang
luas, selain itu ditempatkan pada daerah perumahan penduduk sekitar. Namun begitu, selama
proses pemasangan, umumnya terjamin bahwa lintasan tertutup dari pengkabelan, yang dapat
bersifat sebagai antena dijaga sekecil mungkin.
Hal ini merupakan tindakan protektif untuk menjaga iradiasi dan penerimaan radiasi
elektromagnetik. Penerimaan radiasi gelombang elektromagnetik secara khusus merupakan
permasalahan yang kritis dalam hal terjadinya petir di sekitar modul sel surya dan dapat
menghasilkan tegangan dan arus berlebih jika daerah penerimaannya yang terlalu besar.
Rusaknya komponen listrik dapat terjadi akibat hal tersebut. Namun begitu, medan magnetik
dengan frekuensi rendah yang dihasilkan dari komponen sel surya tidaklah lebih besar
dibandingkan dengan peralatan rumah tangga, dimana emisinya dapat dianggap lebih rendah
seperti jika dibandingkan dengan televisi. Usaha manufaktur dalam hal desain modul akan
lebih jauh mengurangi emisi, sehingga tidak ada pengaruh yang besar yang dapat terjadi.
3.3 Kegagalan Operasi
Untuk menghindari resiko bahaya terhadap manusia dan lingkungan karena kegagalan
operasi dari pembangkit dengan sel surya, maka kegagalan pembangkit dan beberapa
bagiannya harus dapat diidentifikasi dan diperhatikan. Desain inveter dan pembangkit sel
surya harus dapat melakukan deteksi terputusnya daya listrik dan juga pemadaman secara
otomatis. Sistem sel surya hanya boleh dihubungkan dengan grid yang kuat. Inverter modern
biasanya telah memiliki peralatan pengamanan yang sesuai, sehingga syarat diatas biasanya
telah dipenuhi.
Kebakaran pada gedung-gedung, yang mengakibatkan modul sel surya dan lapisan
gedung terbakar dapat menyebabkan terjadinya penguapan dari beberapa komponen di dalam
sel surya. Mudahnya, dalam hal sel surya berbentuk film tipis yang berbahan cadmium
telluride dan CIS, sejumlah kritis dari cadmium (Cd), tellurium (Te) dan selenium (Se) dapat
dihasilkan; sebagai contoh pada percobaan pembakaran selama satu jam telah menunjukkan
pembuangan 4 g/h selenium (Se), 8 g/h cadmium (Cd) dan tellurium (Te). Akan tetapi,
pembuangan dari substansi-substansi ini adalah dibawah batas minimum yang berbahaya
yang diberikan terhadap substansi-substansi tersebut.
23
Oleh karena konsentrasi yang rendah, meskipun dalam kasus pembuangan cadmium
(Cd) lengkap, konsentrasi cadmium yang berbahaya terhadap massa udara sekitar hanya dapat
terjadi pada pembangkit dengan kapasitas yang lebih besar dari 100 kW. Modul yang
dipasang pada atap dengan kapasitas sebesar itu merupakan kasus khusus seperti pada
bangunan perindustrian. Dalam kasus kebakaran pada komponen pembangkit listrik seperti
kabel dan inverter, sejumlah substansi berbahaya tambahan dapat dihasilkan ke lingkungan,
namun tidak hanya terjadi pada pembangkit listrik dengan sel surya.
Lebih jauh lagi, pengalaman telah membuktikan bahwa dalam kasus yang ekstrim,
hampir tidak mungkin terjadi, pemurnian air untuk air minum akibat terjadinya hujan ataupun
modul sel surya ditenggelamkan ke dalam sungai tidak terlalu dibutuhkan.
Bahaya luka-luka akibat terjatuhnya modul sel surya, pemasangan yang tidak
sempurna pada atap ataupun bagian muka gedung, atau sebagai akibat tegangan listrik antara
berbagai koneksi listriknya, dapat dihindari dengan melakukan prosedural yang standar untuk
konstruksi dan operasi dari pembangkit ini.
Dapat dikatakan bahwa pembangkitan listrik dengan sel surya memiliki
kecenderungan terhadap kegagalan yang rendah, dan kegagalan dapat dibatasi pada lokasi
tertentu. Dengan syarat bahwa modul terpasang dan dioperasikan secara baik, pengaruh
lingkungan yang signifikan akan jarang ditemukan.
3.4 Masa Akhir Operasi
Berdasarkan pengetahuan yang ada, proses daur ulang dari solar modul secara besar-
besaran adalah mungkin. Sebagai contoh proses daur ulang dari komponen kaca secara besar-
besaran adalah mungkin dengan usaha yang sedikit. Untuk proses daur ulang dari komponen
lainnya, akan dibutuhkan proses pemisahan kimia yang sangat kompleks.
Modul berupa amorphous frameless adalah yang paling sesuai untuk daur ulang, oleh
karena dapat dipindahkan pada proses pendaur-ulangan kaca berlubang dengan tanpa proses
pengolahan awal. Metoda daur ulang yang sesuai untuk modul sel surya klasik adalah
termasuk pemisahan asam dari ikatannya pada sebuah wafer sel surya, pemindahan modul
24
frameless ke ferosilikon yang sesuai untuk produksi baja, dan juga pemisahan secara total dari
modul menjadi kaca, logam, dan wafer silikon.
Akan tetapi, teknologi cadmium tellurium (CdTe) dan CIS membutuhkan
pengembangan lebih lanjut untuk menentukan apakah kandungan logam beratnya
digabungkan secara langsung atau dibutuhkan proses pengolahan terlebih dahulu. Pengaruh
lingkungan secara garis besar dapat disamakan dengan pengaruh umum pada cabang industri
ini terhadap lingkungan alami. Namun begitu, karena pendaur-ulangan dari sistem sel surya
adalah masih dalam tahap pertumbuhan, pengaruh lingkungan yang berhubungan akan dapat
dikurangi di masa yang akan datang.
25
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Energi Surya adalah energi yang didapat dengan mengubah energi panas surya
menjadi sumber daya dalam bentuk lain dengan menggunakan peralatan tertentu. Indonesia
yang terletak di garis khatulistiwa memiliki potensi yang sangat besar untuk memanfaatkan
energi surya yang dipancarkan oleh matahari. tetapi karena keterbatasan teknologi membuat
energi surya jarang dimamfaatkan.
Secara umum energi matahari tidak memiliki dampak yang terlalu berbahaya terhadap
linkungan dan manusia, namun jika pemanfaatannya sudah besar-besaran maka dampak
tersebut mulain timbul, terutama akibat sel photovoltaic sebagai alat pengkonversi energi
matahari manjadi lisrik.
4.2 SARAN
1. Pemerintah. Agar dapat memikirkan lagi bagaimana cara untuk dapat menghemat
energi dengan memanfaatkan energi panas surya.
2. Mahasiswa. Energi matahari sangat berpotensi di Indonesia maka dari itu untuk
mengembangkan lagi pikiran kita bagaimana cara memanfaatkan energi surya yang
tidak bisa habis itu.
26
DAFTAR PUSTAKA
Alpensteel.2012.Proses Kerja Sel Surya, (http://www.alpensteel.com/article/46-102-energi-
matahari--surya--solar/3252--proses-kerja-sel-surya.html, diakse 28 September 2013).
Echimera.2012.Usaha dan Energi, (http://www.scribd.com/doc/17620521/Usaha-Dan-
Energi, diakses 28 September 2013).
Greenspace.2012.EnergiMAtahari,(http://www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/
perubahan-iklim-global/Energi-Bersih/Energi_matahari/, diakses 28 September 2013).
Gunadarma.2012.FisikaEnergi,(http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/
dasar_fisika_energi/bab2_energi_surya.pdf, diakses 28 September 2013.
Manan, Saiful. ” ENERGI MATAHARI, SUMBER ENERGI ALTERNATIF YANG
EFFISIEN, HANDAL DAN RAMAH LINGKUNGAN DI INDONESIA”, Pdf diakses
28 September 2013.
Wikipedia.2012.Energi Surya, (http://id.wikipedia.org/wiki/Energi_surya, diakses 28
September 2013)
27