enam persoalan hidup

3
ENAM PERSOALAN HIDUP oleh: Ilham Alsi/ PAI 5 Memang dalam kehidupan ini selalu ada persoalan, semakin dewasa seseorang semakin benyak beban dan perjuangan yang harus di lalui, bukanya semakin sedikit persoalan akan tetapi semakin banyak bahkan rumit. Inilah hidup, wajar kalau kita selalu mendapati persoalan, karna Allah S.W.T berfirman. “Sungguh, kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah”(QS. Al-Balad, : 4) Dari sini kita sudah tahu bahwa kita akan selalu didera yang rasanya cobaan, persoalan, dan musibah. Karna Allah sudah mengatakan sedemikian rupa. Tidak mungkin seseorang tidak memiliki permasalahan, sampai orang gila juga memiliki cobaan, buktinya orang gila juga mencari makan dengan meminta dan merampas makanan orang, dari sini kita mengerti bahwa persoalan itu selalu menghampiri kita. Namun Said bin Jubair menafsirtkan ayat: “Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.” Yakni kesulitan dan mencari penghidupan. ‘Ikrimah berkata, ‘Yakni berada dalam kesulitan dan penderitaan hidup.’ Qatadah berkata, ‘Yakni berada dalam berbagai kesulitan.’ Diriwayatkan dari Al-Hasan bahwa dia berkata, ‘Manusia menanggung kesulitan hidup di dunia, dan memikul beban berat urusan di akhirat. Hari demi hari, minggu demi minggu, bahkan tahun demi tahun, walaupun persoalan itu mutlaq adanya, namun persolan yang sesungguhnya ada enam, menurut Al-Ghojali. Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya, pertama, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "mati". Sebab itu sudah janji Allah SWT dalam firmanya. “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati”. (QS. Ali Imran :185) Lihat sajalah dalam hal mati, kita tidak mengetahui kapan kita dipanggil oleh Allah, ada yang lagi tidur meninggal dunia, ada yang lagi bermain meninggal dunia, ada yang lagi sakit kepala meninggal dunia, ada yang sehat wal afiat meninggal dunia kita tidak mengetahuinya kapan kita dipanggil oleh Allah. Ada yang masih anak-anak, remaja, orang tua meninggal dunia, wajar jika Al-Ghojali mengatakan jika kematian yang paling dekat melebihi dekatnya dengan orang tua, dan guru kita. Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua. "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?". Murid -

Upload: suardi-al-bukhari

Post on 17-Sep-2015

7 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

ENAM PERSOALAN HIDUP

ENAM PERSOALAN HIDUPoleh: Ilham Alsi/ PAI 5Memang dalam kehidupan ini selalu ada persoalan, semakin dewasa seseorang semakin benyak beban dan perjuangan yang harus di lalui, bukanya semakin sedikit persoalan akan tetapi semakin banyak bahkan rumit. Inilah hidup, wajar kalau kita selalu mendapati persoalan, karna Allah S.W.T berfirman.Sungguh, kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah(QS. Al-Balad, : 4)Dari sini kita sudah tahu bahwa kita akan selalu didera yang rasanya cobaan, persoalan, dan musibah. Karna Allah sudah mengatakan sedemikian rupa. Tidak mungkin seseorang tidak memiliki permasalahan, sampai orang gila juga memiliki cobaan, buktinya orang gila juga mencari makan dengan meminta dan merampas makanan orang, dari sini kita mengerti bahwa persoalan itu selalu menghampiri kita. Namun Said bin Jubair menafsirtkan ayat: Sungguh, Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah. Yakni kesulitan dan mencari penghidupan. Ikrimah berkata, Yakni berada dalam kesulitan dan penderitaan hidup. Qatadah berkata, Yakni berada dalam berbagai kesulitan. Diriwayatkan dari Al-Hasan bahwa dia berkata, Manusia menanggung kesulitan hidup di dunia, dan memikul beban berat urusan di akhirat.Hari demi hari, minggu demi minggu, bahkan tahun demi tahun, walaupun persoalan itu mutlaq adanya, namun persolan yang sesungguhnya ada enam, menurut Al-Ghojali. Suatu hari, Imam Al Ghozali berkumpul dengan murid-muridnya. Lalu Imam Al Ghozali bertanya, pertama, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab orang tua, guru, teman, dan kerabatnya. Imam Ghozali menjelaskan semua jawaban itu benar. Tetapi yang paling dekat dengan kita adalah "mati". Sebab itu sudah janji Allah SWT dalam firmanya. Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. (QS. Ali Imran :185)Lihat sajalah dalam hal mati, kita tidak mengetahui kapan kita dipanggil oleh Allah, ada yang lagi tidur meninggal dunia, ada yang lagi bermain meninggal dunia, ada yang lagi sakit kepala meninggal dunia, ada yang sehat wal afiat meninggal dunia kita tidak mengetahuinya kapan kita dipanggil oleh Allah. Ada yang masih anak-anak, remaja, orang tua meninggal dunia, wajar jika Al-Ghojali mengatakan jika kematian yang paling dekat melebihi dekatnya dengan orang tua, dan guru kita.Lalu Imam Ghozali meneruskan pertanyaan yang kedua. "Apa yang paling jauh dari diri kita di dunia ini?". Murid -muridnya ada yang menjawab negara Cina, bulan, matahari, dan bintang-bintang. Lalu Imam Ghozali menjelaskan bahwa semua jawapan yang mereka berikan adalah benar. Tapi yang paling benar adalah "masa lalu". Seperti kata mahfudzhot Tidak akan kembali hari yang telah berlaluBagaimanapun kita, apapun kenderaan kita, apa jabatan kita tetap kita tidak bisa kembali ke masa lalu. Oleh sebab itu kita harus menjaga hari ini dan hari-hari yang akan datang dengan perbuatan yang sesuai dengan ajaran Agama. Karena masa lalu hanya mampu mengambil pelajaran, jadi kenang-kenangan, agar jangan terpeleset dijurang yang sama. Namanya saja masa lalu, tentu saja kita tidak bisa lagi menemui masa lalu tersebut, karena dia sudah berlalu, jadi kita mengambil pelajaran darinya guna jadi pengalaman dan pengetahuan untuk masa depan. Lalu Imam Ghozali meneruskan dengan pertanyaanyang ketiga. "Apa yang paling besar di dunia ini?". Murid-muridnya ada yang menjawab gunung, bumi, dan matahari. Semua jawaban itu benar kata Imam Ghozali. Tapi yang paling besar dari yang ada di dunia ini adalah "nafsu" Firman Allah S.W.T.Dan adapun orang-orang yang takut pada kebesaran Tuhanya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya. Maka surgalah tempat tinggal(Nya) (QS. An Naziat :40-41). Maka kita harus hati-hati dengan nafsu kita, jangan sampai nafsu membawa kita keneraka. Hawa nafsu, inilah jihad yang paling besar kata rasulullah, inilah peperangan yang paling besar, karena peperangan ini hanya menggunakan diri kita sendiri dan dengan nafsu kita, tidak harus mesti membuat pasukan, melatih prajurit untuk memenangkan peperangan ini. Tidak seperti peperangan di partai membuat tim sukses untuk memenangkan sebuah partai, tidak mesti kampanye, akan tetapi hanya menggunakan diri kita untuk memenangkan diri dari nafsu.Pertanyaan keempat adalah, "Apa yang paling berat di dunia ini?". Ada yang menjawab baja, besi, dan gajah. Semua jawapan hampir benar, kata Imam Ghozali, tapi yang paling berat adalah "memegang AMANAH" Firman Allah S.W.T.Sesungguhnya kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakanya (berat) lalu dipikullah amanat itu oleh manusia. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh (QS. Al Ahzab : 72).Tumbuh-tumbuhan, binatang, gunung, dan malaikat semua tidak mampu ketika Allah SWT meminta mereka untuk menjadi kalifah (pemimpin) di dunia ini. Tetapi manusia dengan sombongnya menyanggupi permintaan Allah SWT, sehingga banyak dari manusia masuk ke neraka karena ia tidak bisa memegang amanahnya. Pertanyaan yang kelima adalah, "Apa yang paling ringan di dunia ini?". Ada yang menjawab kapas, angin, debu, dan daun-daunan. Semua itu benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling ringan di dunia ini adalah meninggalkan Sholat. Gara-gara pekerjaan kita tinggalkan solat, gara-gara meeting kita tinggalkan sholat, kita tertidur sholat tinggal, sakit sholat tinggal.padahal sholat adalah amalan yang pertama kali dihitung di hari kiamat nanti, namun kenapa kita bernai meninggalkan sholat? Mengapa kita berani melalaikan sholat?.Lantas pertanyaan keenam adalah, "Apakah yang paling tajam di dunia ini?". Murid-muridnya menjawab dengan serentak, pedang... Benar kata Imam Ghozali, tapi yang paling tajam adalah "lidah manusia". Karena melalui lidah, manusia dengan gampangnya menyakiti hati dan melukai perasaan saudaranya sendiri. Melukai adalah dosa, dan orang yang berdosa tidak layak di surge, mendingan dian dan tidak menghina, atau ghibah. Dari Abu Hurairah ra., Rosululloh Muhammad saw. bersabda:"Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik atau - kalau tidak dapat berkata yang baik, hendaklah ia berdiam diri saja." (Muttafaq 'alaih).Mungkin kita bisa mengambil banyak pelajaran, dari pembelajara Imam Ghozali dengan muridnya, agar tidak menyesal dikemudian hari, karna penyesalan selalu di akhir tidak pernah didepan. Bahwa hidup ini memang penuh dengan cobaan, dan rintangan untuk dilalui, karna tidak jalan yang paling efektif untuk menaklulkkan cobaan dan rintangan itu kecuali dengan menghadapinya.