emulsi
TRANSCRIPT
TUGAS TERSTRUKTUR FARMASETIKA II
“ SEDIAAN EMULSI “
Disusun oleh :
1. Desy Damayanti (G1F011033)
2. Erna Tugiarti Budiasih (G1F011034)
3. Rahmi Kania Soraya (G1F011035)
4. Khilman Husna Pratama (G1F011036)
5. Farah Maestri Diani (G1F011037)
6. Windhiana Sapti Argi (G1F011038)
7. Rizka Khoirunnisa (G1F011039)
8. Gitanti Rohman (G1F011040)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN
JURUSAN FARMASI
PURWOKERTO
2012
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum wr wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta karunia yang telah diberikan
kepada kita semua khususnya pada tim penyusun sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini dengan cukup baik. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW .
Makalah ini mengangkat tema tentang sediaan emulsi yang bertujuan untuk memenuhi
tugas terstruktur Farmasetika II serta berfungsi sebagai wadah pembelajaran bagi pihak yang
turut serta dalam penyusunan dan bagi para pembaca. Berdasarkan tema yang diangkat, makalah
ini berisi tentang definisi sediaan emulsi, macam-macam teori pembentukan, teori preparasi, hal-
hal yang perlu diperhatikan agar bentuk sediaan hasilnya baik, cara penyimpanan, serta aplikasi
sediaan emulsi dalam kehidupan sehari-hari atau dalam bidang industri.
Terima kasih kami ucapkan kepada dosen Farmasetika II yaitu Ibu Vitis Vini Fera Ratna
Utami, M.Sc , Apt yang telah membantu kami dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa kami
ucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi terhadap penyusunan
makalah yang kami beri judul “Sediaan Emulsi “ ini.
Penyusun menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
sebab itu, pintu kritik dan saran kami buka untuk kesempurnaan penyusunan dalam masa yang
akan datang.
Wassalamu’alaikum wr wb
Purwokerto, 28 Maret 2012
Tim Penyusun
EMULSI
1. Definisi
Emulsi adalah suatu sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak mau campur,
biasanya air dan minyak dimana caira suatu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan
yang lain.
Emulsi adalah suatu disperse di mana fase terdispers terdiri dari bulatan-bulatan kecil zat
cair yang terdistribusi ke seluruh pembawa yang tidak bercampur.
Emulsi adalah suatu system heterogen, yang terdiri dari tidak kurang dari sebuah fase cair
yang tidak bercampur, yang terdispersi dalam fase cair lainnya, dalam bentuk tetesan-tetesan,
dengan diameter secara umum, lebih dari 0,1 μm.
Secara umum, emulsi merupakan system yang terdiri dari dua fase cair yang tidak
bercampur, yaitu fase dalam (internal) dan fase luar (eksternal).
Komponen emulsi :
Fase dalam (internal)
Fase luar (eksternal)
Emulsifiying Agent (emulgator)
Flavour dan pengawet yang berada dalam fasa air yang mungkin larut dalam minyak harus
dalam kadar yang cukup untuk memenuhi yang diinginkan.
Emulgator merupakan komponen yang peting untuk memperoleh emulsi yang stabil. Ada
dua macam tipe emulsi yang terbentuk yaitu tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi ke dalam
fase air, dan tipe A/M dimana fase intern air dan fase ekstern adalah minyak. Fase intern disebut
pula dase dispers atau fase discontinue.
Penggunaan emulsi dibagi menjadi dua golongan yaitu emulsi untuk pemakaian dalam dan
emulsi untuk pemakaian luar. Emulsi untuk pemakaian dalam meliputi per oral atau pada injeksi
intravena yang untuk pemakaian luar digunakan pada kulit atau membrane mukosa yaitu
linemen, losion, cream dan salep. Emulsi untuk penggunaan oral biasanya mempunyai tipe M/A.
Emulgator merupakan film penutup dari minyak obat agar menutupi rasa tak enak itu. Flavour
ditambahkan pada fase ekstern agara rasanya lebih enak. Emulsi juga berpaedah untuk menaikan
absorbsi lemak melalui dinding usus. Penggunaan emulsi untuk parenteral dibutuhkan perhatian
khusus dalam produksi seperti pemilihan emulgator, ukuran kesamaan butir tetes untuk injeklsi
intravena. Lecithin tidak pernah dipakai karena menimbulkan hemolisa. Pembuatan emulsi
untuk injeksi dilakukan dengan membuat emulsi kasar lalu dimasukan homogenizer, di tampung
dalam botol steril dan disterilkan dalam auto klap dan di periksa sterilitas serta ukuran butir.
Untuk pemakaian kulit dan membrane mukosa digunakan sediaan emulsi tipe M/A atau
A/M. emulsi obat dalam dasar salep dapat menurunkan kecepatan absorbsi dan eksintensinya
absorbsi melalui kulit dan membrana mukosa. Contoh: suspensi efedrin dalam emulsi M/A bila
dipakai pada mukosa hidung di absorbsi lebih lambat si banding larutannya dalam minyak, jadi
diperoleh prolonged action. Tetapi emilsi kadang-kadang dapat menaikan kecepatan absorbsi
perkusen dengan kata lain absorbsi kedalam dan melalui kulit .
Tipe emulsi ditentukan oleh sifat emulgator dan dapat disusun sebagai berikut:
1. emulgator yang larut atau lebih suka air (tween sabun natrium) maka akan terbentuk tipe
emulsi M/A dan emulgator akan larut atau suka minyak (sabun kalsium, span) akan
terbentuk tipe emulsi A/M.
2. bagian polar molekul emulgator umumnya lebih baik untuk melindungi kolesen. Maka itu
memungkinkan membuat emulsi M/A volume fase intern yang relative tinggi. Sebaliknya
emulsi tipe A/M volume fase intern akan terbatas, apabila air cukup banyak akan terjadi
inverse.
3. tipe emulsi juga dapat mempengaruhi viskositas tiap fase.
2. Teori Terbentuknya Emulsi
A. Teori terbentuknya emulsi ada beberapa yaitu :
1.Teori tegangan permukaan
Molekul memiliki daya tarik menarik antar molekul sejenis yang disebut dengan kohesi.
Selain itu, molekul juga memiliki daya tarik menarik antar molekul yang tidak sejenis yang
disebut dengan adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama sehingga pada permukaan suatu zat cair akan terjadi
perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan daya kohesi. Tegangan terjadi pada
permukaan tersebut dinamakan dengan tegangan permukaan “surface tension”.
Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan tegangan bidang batas dua cairan
yang tidak dapat bercampur “immicble liquid”. Tegangan yang terjadi antara 2 cairan dinamakan
tegangan bidang batas “interface tension”.
Tegangan antar muka dapat di bedakan dengan tiga cara:
a). penambahan surfaktan yang menurunkan tekanan antar muka atau antara dua cairan yang
tak tercampur.
b). Penambahan substansi yang mneyususn melintangdiantara permukaan dari dua tetes cairan,
jadi memegang bersama-sama dengan kekuatan.
c).Penambahan zat akan membentuk lapisan film disekeliling butir-butir dari fase dispers,
secara mekanis melindungi mereka dari penggabungan butir tetes-tetes.
2.Teori orientasi bentuk baji
Teori ini menjelaskan fenomena terbentuknya emulsi berdasarkan adanya kelarutan selektif
dari bagian molekul emulgator; ada bagian yang bersifat suka air atau mudah larut dalam air dan
ada molekul yang suka minyak atau mudah larut dalam minyak.Setiap molekul emulgator dibagi
menjadi dua :
a.Kelompok hidrofilik, yaitu bagian emulgator yang suka air.
b.Kelompok lipofilik, yaitu bagian emulgator yang suka minyak.
Masing-masing kelompok akan bergabung dengan zat cair yang disenanginya, kelompok
hidrofil ke dalam air dan kelompok lipofil ke dalam minyak. Dengan demikian, emulgator
seolah-olah menjadi tali pengikat antara minyak dengan air dengan minyak, antara kedua
kelompok tersebut akan membuat suatu kesetimbangan.
3.Teori film plastik (interfacial film)
Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas antara air dengan minyak,
sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus partikel fase dispers atau fase internal.
Dengan terbungkusnya partikel tersebut, usaha antar partikel sejenis untuk bergabung menjadi
terhalang. Dengan kata lain, fase dispers menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas
maksimum, syarat emulgator yang dipakai adalah :
a.Dapat membentuk lapisan film yang kuat tetapi lunak.
b.Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase dispers.
c.Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup semua partikel dengan segera.
4.Teori lapisan listrik rangkap (electric double layer)
Jika minyak terdispersi ke dalam air, satu lapis air yang langsung berhubungan dengan
permukaan minyak akan bermuatan sejenis, sedangkan lapisan berikutnya akan mempunyai
muatan yang berlawanan dengan lapisan di depannya. Dengan demikian seolah-olah tiap partikel
minyak dilindungi oleh 2 benteng lapisan listrik yang saling berlawanan. Benteng tersebut akan
menolak setiap usaha partikel minyak yang akan melakukan penggabungan menjadi satu
molekul yang besar, karena susunan listrik yang menyelubungi setiap partikel minyak yang
mempunyai susunan yang sama. Dengan demikian, antara sesame partikel akan tolak menolak
dan stabilitas akan bertambah.
Terjadinya muatan listrik disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara di bawah ini:
a.Terjadinya ionisasi molekul pada permukaan partikel,
b.Terjadinya adsorpsi ion oleh partikel dari cairan disekitarnya,
c.Terjadinya gesekan partikel dengan cairan di sekitarnya.
B. Metode Pembuatan Emulsi
Emulsi bisa dibuat dengan beberapa metode, tergantung pada sifat komponen emulsi dan
alat yang tersedia untuk digunakan. Pada skala kecil, seperti dalam laboratorium atau farmasi,
emulsi bisa dibuat dengan menggunakan Wedgewood atau adukan porselain dan penumbuk,
sebuah belender mekanis atau pencampur seperti Waring blender atau pencampur milk-shake,
sebuah pengaduk tangan, dan pengaduk tipe bangku, atau terkadang botol resep sederhana. Pada
skala besar, tangki-tangki pencampur yang bervolume besar bisa digunakan untuk membentuk
emulsi melalui penggunaan pendorong yang berkecepatan tinggi. Seperti yang diinginkan,
produk bisa dihaluskan dengan melewatkannya melalui sebuah tambang koloid, dimana partikel-
partikel dicukur antara celah kecil yang memisahkan rotor berkecepatan tinggi dan stator, atau
dengan melewatkannya melalui sebuah pengaduk besar, dimana cair dipaksa pada tekanan besar
melalui lubang katup kecil. Pengaduk dalam industri memiliki kapasitas untuk menangani
sebanyak 100.000 liter produk per jam.
Selain cara di atas, metode pembuatan emulsi juga dapat dikelompokan menjadi beberapa
metode sebagai berikut :
Metode Gom Kering
Disebut pula metode continental dan metode 4;2;1. Emulsi dibuat dengan jumlah
komposisi minyak dengan ½ jumlah volume air dan ¼ jumlah emulgator. Sehingga diperoleh
perbandingan 4 bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian emulgator.
Pertama-tama gom didispersikan kedalam minyak, lalu ditambahkan air sekaligus dan
diaduk /digerus dengan cepat dan searah hingga terbentuk korpus emulsi.
Metode Gom Basah
Disebutt pula sebagai metode Inggris, cocok untuk penyiapan emulsi dengan musilago atau
melarutkan gum sebagai emulgator, dan menggunakan perbandingan 4;2;1 sama seperti metode
gom kering. Metode ini dipilih jika emulgator yang digunakan harus dilarutkan/didispersikan
terlebuh dahulu kedalam air misalnya metilselulosa. 1 bagian gom ditambahkan 2 bagian air lalu
diaduk, dan minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus diaduk dengan cepat.
Metode Botol
Disebut pula metode Forbes (1). Metode inii digunakan untuk emulsi dari bahan-bahan
menguap dan minyak-minyak dengan kekentalan yang rendah. Metode ini merrupakan variasi
dari metode gom kering atau metode gom basah. Emulsi terutama dibuat dengan pengocokan
kuat dan kemudian diencerkan dengan fase luar.
Dalam botol kering, emulgator yang digunakan ¼ dari jumlah minyak(2). Ditambahkan dua
bagian air lalu dikocok kuat-kuat, suatu volume air yang sama banyak dengan minyak
ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus dikocok, setelah emulsi utama terbentuk, dapat
diencerkan dengan air sampai volume yang tepat(1).
Metode Penyabunan In Situ
a. Sabun Kalsium
Emulsi a/m yang terdiri dari campuran minyak sayur dan air jeruk,yang dibuat dengan
sederhana yaitu mencampurkan minyak dan air dalam jumlah yang sama dan dikocok kuat-kuat.
Bahan pengemulsi, terutama kalsium oleat, dibentuk secara in situ disiapkan dari minyak sayur
alami yang mengandung asam lemak bebas.
b. Sabun Lunak
Metode ini, basis di larutkan dalam fase air dan asam lemak dalam fase minyak. Jika perlu,
maka bahan dapat dilelehkan, komponen tersebut dapat dipisahkan dalam dua gelas beker dan
dipanaskan hingga meleleh, jika kedua fase telah mencapai temperature yang sama, maka fase
eksternal ditambahkan kedalam fase internal dengan pengadukan.
c. Pengemulsi Sintetik
Beberapa pustaka memasukkannya dalam kategori metode tambahan (1).
Secara umum, metode ini sama dengan metode penyabunan in situ dengan menggunakan
sabun lunak dengan perbedaan bahwa bahan pengemulsi ditambahkan pada fase dimana ia dapat
lebih melarut. Dengan perbandingan untuk emulsifier 2-5%. Emulsifikasi tidak terjadi secepat
metode penyabunan. Beberapa tipe peralatan mekanik biasanya dibutuhkan, seperti hand
homogenizer .
C. Efisien Emulsi Persiapan
Ketika membentuk emulsi, memastikan bahwa fase terdispersi ditambahkan ke fasa
kontinyu dengan benar. Pada skala laboratorium, hal ini kurang penting, tetapi ketika volume
yang lebih besar yang terlibat, adalah penting untuk mendapatkan hak ini, masalah yang umum
saat scaling up. Silverson In-Line mixer ideal untuk pembuatan emulsi, dan menambahkan fasa
terdispersi hanya sebelum mixer In-Line akan memastikan emulsi instan.
Agen-agen Pengemulsi
Tahap awal dalam preparasi sebuah emulsi adalah pemilihan pengemulsi. Agar bermanfaat
dalam sebuah preparasi farmaseutik, agen pengemulsi harus memiliki kualitas tertentu. Salah
satunya, harus kompatibel dengan komponen formulasi lainnya dan tidak boleh mengganggu
stabilitas atau efikasi agen terapeutik lainnya. Harus stabil dan tidak merusak preparasi.
Pengemulsi harus non-toksik dalam hal pemakaian dan jumlah yang dikonsumsi oleh pasien.
Dan juga, harus memiliki sedikit bau, rasa, atau warna. Yang paling penting adalah kapabilitas
agen pengemulsi untuk mempromosikan emulsifikasi dan untuk mempertahankan stabilitas
emulsi bagi ketahanan produk sesuai dengan jangka waktu yang diinginkan.
Banyak tipe material yang telah digunakan dalam farmasi sebagai agen pengemulsi,
dimana ratusan atau bahkan ribuan yang telah diuji kapabilitas pengemulsinya. Walaupun belum
ada upaya yang dilakukan untuk membahas manfaat dari masing-masing agen ini dalam emulsi
farmaseutik, namun ada baiknya jika kita menyebutkan tipe-tipe material yang umum digunakan
dan pengaplikasiannya secara umum. Diantara pengemulsi dan stabilizer untuk sistem-sistem
farmasetik adalah sebagai berikut :
1.Material karbohidrat seperti agen-agen alami, acacia, tragacanth, agar, chondrus, dan
pectin. Material-material ini membentuk koloid-koloid hidrofil ketika ditambahkan ke air dan
pada umumnya menghasilkan emulsi minyak-dalam-cair. Acacia kemungkinan merupakan
pengemulsi yang paling sering digunakan dalam pembuatan emulsi-emulsi dadakan oleh para
farmasis komunitas. Tragacanth dan agar umum digunakan sebagai agen penebal pada produk-
produk yang diemulsi dengan acacia. Selulosa mikrokristalin digunakan pada beberapa suspensi
dan emulsi yang dibuat secara komersial sebagai sebuah pengatur kekentalan untuk menghambat
pengendalan partikel dan memberikan stabilitas dispersi.
2.Zat-zat protein seperti gelatin, kuning telur, dan casein. Zat-zat ini menghasilkan emulsi
minyak-dalam-air. Kekurangan gelatin sebagai sebuah pengemulsi adalah bahwa emulsi yang
dibuat dengannya seringkali terlalu cair dan lebih cair lagi pada saat didiamkan.
3.Alkohol dengan bobot molekul tinggi seperti stearyl alkohol, cetyl alkohol, dan glyseril
monostearat. Zat-zat ini utamanya digunakan sebagai agen penebal pengstabil (stabilizer) untuk
emulsi minyak-dalam-air dari lotion dan salep tertentu yang digunakan secara eksternal.
Kolesterol dan turunan-turunannya juga bisa digunakan pada emulsi yang digunakan secara
eksternal dan mempromosikan emulsi cair-dalam-minyak.
4.Agen wetting (pelembab), yang bisa berupa anion, kation atau nonionik. Agen-agen ini
mengandung gugus hidrofil dan lipofil, dimana protein lipofil dari molekul pada umumnya
bertanggungjawab atas aktivitas permukaan dari molekul. Pada agen-agen anionik, bagian
lipofil ini bermuatan negatif, tapi pada agen kation bermuatan posotif. Karena muatan ion nya
yang beralwanan, maka agen-agen anion dan kation cenderung saling menetralkan satu sama lain
jika terdapat dalam sistem yang sama sehingga dianggap tidak kompatibel satu sama lain.
Pengemulsi nonionik menunjukkan tidak ada kecenderungan untuk berionisasi. Dengan
tergantung pada sifatnya masing-masing, beberapa anggota tertentu dari kelompok ini
membentuk emulsi minyak-dalam-air dan beberapa lainnya membentuk emulsi cair-dalam-
minyak. Pengemulsi anion mencakup berbagai sabun monovalen, polyvalen dan sabun-sabun
organik seperti triethanolamin oleate dan sulfonate seperti sodium lauryl sulfat. Benzalkonium
klorida, yang dikenal karena sifat antibakterinya, bisa digunakan sebagai pengemulsi tipe kation.
Agen-agen dari tipe nonionik mencakup ester sorbitan dan turunan-turunan polyoksietilen,dan
sebagainya.
Sifat ionik dari sebuah permukaan akan menjadi pertimbangan utama dalam pemilihan
surfaktan untuk digunakan dalam membentuk sebuah emulsi. Surfaktan-surfaktan nonionik
efektif pada range pH 3 sampai 10; surfaktan kationik efektif pada range pH 3 sampai 7; dan
surfaktan anionik memerlukan pH yang lebih besar dari 8.
5.Padatan-padatan yang terpecah halus seperti lempung koloid termasuk bentonite,
magnesium hidroksida, dan aluminium hidroksida. Bahan-bahan ini umumnya membentuk
emulsi minyak-dalam-air ketika material yang tidak dapat larut dimasukkan ke dalam fase cair
dengan catatan ada volume fase cair yang lebih besar dibanding fase minyak. Akan tetapi, jika
padatan bubuk ditambahkan ke dalam minyak dan volume fase minyak mendominasi, maka
sebuah zat seperti bentonite dapat membentuk sebuah emulsi cair-dalam-minyak.
Volume fase internal dan eksternal dari sebuah emulsi cukup penting, tanpa
memperhitungkan tipe pengemulsi yang digunakan. Pada saat konsentrasi internal dari sebuah
emulsi meningkat, maka terjadi peningkatan viskositas dari emulsi sampai sebuah titik tertentu,
dan setelah itu viskositas berkurang tajam. Pada titik ini, emulsi mengalami inversi; yaitu,
perubahan dari emulsi minyak-dalam-cair menjadi emulsi cair-dalam-minyak atau sebaliknya.
Pada prakteknya, emulsi bisa dibuat tanpa inversi dengan sebanyak 75% volume dari produk
yang menjadi fase internalnya.
Sistem HLB
Secara umum, masing-masing agen pengemulsi memiliki bagian hidrofil dan sebuah
bagian lipofil dimana salah satu atau yang lainnya menjadi lebih atau kurang mendominasi dan
mempengaruhi dengan cara seperti tipe emulsi. Sebuah metode telah dianjurkan dimana agen
pengemulsi atau agen aktif-permukaan bisa dikategorisasi berdasarkan sifat-sifat kimia dan
berdasarkan keseimbangan hidrofil-lipofilnya atau “HLB”. Dengan metode ini, masing-masing
agen diberi nilai HLB atau nomor yang menunjukkan polaritas zat. Walaupun nomor ini telah
ditentukan hingga sampai 40, namun range yang biasa dipakai adalah antara 1 sampai 20.
Material yang sangat polar atau sangat hidrofil diberi nomor yang lebih tinggi dibanding material
yang kurang polar dan lebih lipofil. Secara umum, agen-agen aktif-permukaan yang memiliki
nilai HLB mulai dari 3 sampai 6 sangat lipofil dan menghasilkan emulsi air-dalam-minyak. Dan
agen-agen yang memiliki nilai HLB dari sekitar 8 sampai 18 menghasilkan emulsi minyak-
dalam-cair.
Dalam sistem HLB, disamping menentukan nilai untuk agen-agen pengemulsi, nilai-nilai
juga berikan untuk zat minyak atau yang mirip minyak. Dalam menggunakan konsep HLB pada
pembuatan sebuah emulsi, seseorang akan memilih agen pengemulsi yang memiliki nilai HLB
yang sama atau hampir sama dengan fase minyak dari emulsi yang diinginkan. Sebagai contoh,
minyak mineral memiliki nilai HLB 4 jika emulsi cair-dalam-minyak diinginkan dan nilai HLB
10,5 jika emulsi minyak-dalam-air akan dibuat. Untuk membuat sebuah emulsi yang stabil, agen
pengemulsi yang dipilih harus memiliki nilai HLB yang mirip dengan nilai untuk minyak
mineral, tergantung pada tipe emulsi yang diinginkan. Jika diperlukan, dua atau lebih pengemulsi
bisa dikombinasikan untuk mencapai nilai HLB yang lebih baik.
D. Beberapa sifat emulsi yang penting
- Demulsifikasi
Kestabilan emulsi cair dapat rusak apabila terjadi pemansan, proses sentrifugasi,
pendinginan, penambahan elektrolit, dan perusakan zat pengemulsi. Krim atau creaming atau
sedimentasi dapat terbentuk pada proses ini. Pembentukan krim dapat kita jumpai pada emulsi
minyak dalam air, apabila kestabilan emulsi ini rusak,maka pertikel-partikel minyak akan naik ke
atas membentuk krim. Sedangkan sedimentasi yang terjadi pada emulsi air dalam minyak;
apabila kestabilan emulsi ini rusak, maka partikel-partikel air akan turun ke bawah. Contoh
penggunaan proses ini adalah: penggunaan proses demulsifikasi dengan penmabahan elektrolit
untukmemisahkan karet dalam lateks yang dilakukan dengan penambahan asam format
(CHOOH) atau asam asetat (CH3COOH)
- Pengenceran
Dengan menambahkan sejumlah medium pendispersinya, emulsi dapat diencerkan.
Sebaliknya, fase terdispersi yang dicampurkan akan dengan spontan membentuk lapisan terpisah.
Sifat ini dapat dimanfaatkan untuk menentukan jenis emulsi.
E. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan emulsi
Stbilitas Fisik Emulsi
1. Creaming dan Hk.Stokes
Creaming adalah proses sedimentasi dari tetesan-tetesan terdispersi berdasarkan densitas
dari fase internal dan fase eksternal. Jika densitas relative dari kedua fase diketahui,
pembentukan arah krim dari fase dispers dapat menunjukkan tipe emulsi yang ada. Pada
sebagian besar system farmasetik, densitas fase minyak atau lemak kurang dibandingkan fase air;
sehingga, jika terjadi krim pada bagian atas, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a, jika emulsi
krim terjadi pada bagian bawah, maka emulsi tersebut merupakan tipe a/m.
2. Penilaian Kestabilan
Bila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air,
dicampurkan, lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem dispersi yang
disebut emulsi. Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di sebelah dalam fasa yang
lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat cepat akan terjadi pemisahan
kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati pada sistem dispersi
terjadi dalam waktu yang sangat singkat .
Kestabilan emulsi ditentukan oleh dua gaya, yaitu:
1) Gaya tarik-menarik yang dikenal dengan gaya London-Van Der Waals. Gaya ini
menyebabkan partikel-partikel koloid berkumpul membentuk agregat dan mengendap.
2) Gaya tolak-menolak yang disebabkan oleh pertumpang-tindihan lapisan ganda elektrik
yang bermuatan sama. Gaya ini akan menstabilkan dispersi koloid
Faktor-faktor yang mempengaruhi stabilitas emulsi, adalah:
1. Tegangan antarmuka rendah
2. Kekuatan mekanik dan elastisitas lapisan antarmuka
3. Tolakkan listrik double layer
4. Relatifitas phase pendispersi kecil
5. Viskositas tinggi.
Mekanisme kerja emulgator surfaktan
1. Membentuk lapisan monomolekuler ; surfaktan yang dapat menstabilkan emulsi
bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang diabsorbsi molekul atau ion pada
permukaan antara minyak/air. Menurut hukum Gibbs kehadiran kelebihan pertemuan penting
mengurangi tegangan permukaan. Ini menghasilkan emulsi yang lebih stabil karena
pengurangan sejumlah energi bebas permukaan secara nyata adalah fakta bahwa tetesan
dikelilingi oleh sebuah lapisan tunggal koheren yang mencegah penggabungan tetesan yang
mendekat.
2. Membentuk lapisan multimolekuler ; koloid liofolik membentuk lapisan
multimolekuler disekitar tetesan dari dispersi minyak. Sementara koloid hidrofilik diabsorbsi
pada pertemuan, mereka tidak menyebabkan penurunan tegangan permukaan. Keefektivitasnya
tergantung pada kemampuan membentuk lapisan kuat, lapisan multimolekuler yang koheren.
3. Pembentukan kristal partikel-partikel padat ; mereka menunjukkan pembiasan ganda
yang kuat dan dapat dilihat secara mikroskopik polarisasi. Sifat-sifat optis yang sesuai dengan
kristal mengarahkan kepada penandaan ‘Kristal Cair”. Jika lebih banyak dikenal melalui struktur
spesialnya mesifase yang khas, yang banyak dibentuk dalam ketergantungannya dari struktur
kimia tensid/air, suhu dan seni dan cara penyiapan emulsi. Daerah strukturisasi kristal cair yang
berbeda dapat karena pengaruh terhadap distribusi fase emulsi.
Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah satu sediaan yang terdiri dari dua cairan
tidak bercampur, dimana yang satu terdispersi seluruhnya sebagai globula-globula terhadap yang
lain. Walaupun umumnya kita berpikir bahwa emulsi merupakan bahan cair, emulsi dapat dapat
diguanakan untuk pemakaian dalam dan luar serta dapat digunakan untuk sejumlah kepentingan
yang berbeda (5).
Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan emulgator yang mencegah koslesensi, yaitu
penyatuan tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Bahan
pengemulsi (surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati daerah antar muka antar tetesan
dan fase eksternal dan dengan membuat batas fisik disekeliling partikel yang akan brekoalesensi.
Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan dari fase dan dengan membuat batas fisik
disekeliling partikel yang akan berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar
permukaan dari fase, hingga meninggalkan proses emulsifikasi selama pencampuran.
Ketidakstabilan emulsi
Berdasarkan atas fenomena semacam itu, dikenal beberapa peristiwa ketidakstabilan
emulsi, yaitu:
a) Flokulasi dan creaming.
Flokulasi adalah suatu peristiwa terbentuknya kelompok-kelompok globul yang posisinya
tidak beraturan di dalam emulsi. Creaming adalah suatu peristiwa terjadinya lapisan-lapisan
dengan konsentrasi yang berbeda-beda di dalam emulsi. Lapisan dengan konsentrasi paling pekat
akan berada di sebelah atas atau bawah tergantung dari bobot jenis.
b) Koalesense dan Demulsifikasi
Peristiwa ini terjadi tidak semata-mata disebabkan oleh energy bebas permukaan, tetapi
disebabkan pula oleh ketidaksempurnaan lapisan globul. Koalesen adalah peristiwa
penggabungan globul-globul menjadi lebih besar. Sedangkan Demulsifikasi adalah peristiwa
yang disebabkan oleh terjadinya proses lanjut dari koalesen. Kedua fase akhirnya terpisah
kembali menjadi dua cairan yang tidak dapat bercampur. Kedua peristiwa semacam ini emulsi
tidak dapat diperbaiki kembali melalui pengocokan (8).
F. Penyimpanan Emulsi
G. Aplikasi Emulsi dalam kehidupan sehari-hari dan Industri
Penerapan dalam kehidupan sehari-hari
Salah satu contoh penerapan emulsi dalam kehidupan sehari-hari adalah penggunaan
detergen untuk mencuci pakaian, dimana detergen merupakan suatu emulgator yang akan
menstabilkan emulsi minyak (pada kotoran) dan air. Detergen terdiri dari bagian hidrofobik dan
hidrofilik, minyak akan terikat pada bagian hidrofobik dari detergen sehingga bagian luar dari
minyak akan menjadi hidrofilik secara keseluruhan, sehingga terbentuk emulsi minyak dan air,
dimana kotoran akan terbawa lebih mudah oleh air.
Penerapan dalam bidang industri
Dalam bidang industri salah satu sistem emulsi yang digunakan adalah industri saus salad
yang terbuat dari larutan asam cuka dan minyak. Dimana asam cuka bersifat hidrofilik dan
minyak yang bersifat hidrofobik, dengan mengocok minyak dan cuka. Pada awalnya akan
mengandung butiran minyak yang terdispersi dalam larutan asam cuka setelah pengocokan
dihentikan, maka butiran-butiran akan bergabung kembali membentuk partikel yang lebih besar
sehingga asam cuka dan minyak akan terpisah lagi. Agar saus salad ini kembali stabil maka
dapat ditambahkan emulagator misalnya kuning telur yang mengandung lesitin. Sistem koloid ini
dikenal sebagai mayonnaise.
KESIMPULAN
Emulsi adalah suatu sediaan yang mengandung dua zat cair yang tidak mau campur,
biasanya air dan minyak dimana caira suatu terdispersi menjadi butir-butir kecil dalam cairan
yang lain. Secara umum, emulsi merupakan system yang terdiri dari dua fase cair yang tidak
bercampur, yaitu fase dalam (internal) dan fase luar (eksternal).
Emulgator merupakan komponen yang peting untuk memperoleh emulsi yang stabil. Ada
dua macam tipe emulsi yang terbentuk yaitu tipe M/A dimana tetes minyak terdispersi ke dalam
fase air, dan tipe A/M dimana fase intern air dan fase ekstern adalah minyak. Fase intern disebut
pula dase dispers atau fase discontinue. Dalam pembuatan emulsi terdapat beberapa teori dan
metode pembuatanya, tetapi dalam proses pembuatan bukan hanya macam cara atau teori saja
yang harus diperhatikan melainkan berbagai stabilitas fisik maupun kimianya agar terbentuk
sediaan emulsi yang baik.
Salah satu contoh penerapan emulsi dalam kehidupan sehari-hari adalah penggunaan
detergen untuk mencuci pakaian, dimana detergen merupakan suatu emulgator yang akan
menstabilkan emulsi minyak (pada kotoran) dan air. Dalam bidang industri salah satu sistem
emulsi yang digunakan adalah industri saus salad yang terbuat dari larutan asam cuka dan
minyak.
DAFTAR PUSTAKA
Masdin. 2010. Tujuan Emulsi dan Emulsifikasi.http://bukujurnalartikel.blogspot.com.
Diakses pada tanggal 20 Maret 2012
Anonym.2011.Teori Terbentuknya Emulsi.http://ryzmanpharmachy.blogspot.com. Diakses
pada 20 Maret 2012
Anonym.2011.Emulsi.http://www.perfspot.com. Diakses pada tanggal 21 Maret 2012
Anonym.2010.Emulsifarmasi.http://staff.ui.ac.id. Diakses pada tanggal 19 Maret 2012
Anonym.2006.Koloid Emulsi.http://sistemkoloid11.blogspot.com. Diakses pada tanggal 19
Maret 2012
Anonym.2011.Emulsi.http://id.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 20 Maret 2012
Anief, Moh.2007.Farmasetika.Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Syamsuni.2005.Ilmu Resep.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran