emulsi

10
EMULSI A. Pengertian Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau cairan obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara termodinamika, yang terdiri dari paling sedikit dua fase cairan yang tidak bercampur, dimana salah satunya terdispersi dalam cairan lainnya dalam bentuk tetesan–tetesan kecil, yang berukuran 0,1-100 mm, yang distabilkan dengan emulgator/surfaktan yang cocok. Emulsi berasal dari kata emulgeo yang ertinya menyerupai milk, warna emulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera atau emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat dalam bij tersebut. Pada pertengahana abad XVIII, ahli farmasi perancis memperkenalkan pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum anisi dan eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom arab, tragacanth dan kuning telur. Emulsi yang terbentuk karena penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria atau emulsi buatan. B. Komponen Emulsi Kom komponen dari Emulsi dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu : v Komponen Dasar Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat didalam emulsi, biasanya terdiri dari : 1. Fase dispers / fase internal / fase diskontinyu Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat cair lain. 2. Fase kontinyu / fase eksternal / fase luar Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar (pendukung) dari emulsi tersebut. 3. Emulgator Adalah bagian Berupa zat yang berfungsi untuk menstabilkan emulsi. v Komponen Tambahan Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen saporis,odoris, colouris, preservatif (pengawet), antoksidant. Preservatif yang digunakan antara lain metil dan propil paraben, asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol, benzalkonium klorida, fenil merkuri asetat, dll. Antioksidant yang digunakan antara lain asam askorbat, L.tocoperol, asam sitrat, propil gallat dan asam gallat. C. Tipe Emulsi Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam yaitu : 1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air).

Upload: riry-ambarsary

Post on 05-Dec-2014

42 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: EMULSI

EMULSI

 

A. Pengertian

Emulsi adalah sediaan yang mengandung bahan obat cair atau

cairan obat terdispersi dalam cairan pembawa distabilkan dengan

zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok.

Emulsi adalah suatu sistem heterogen yang tidak stabil secara

termodinamika, yang terdiri dari paling sedikit dua fase cairan

yang tidak bercampur, dimana salah satunya terdispersi dalam

cairan lainnya dalam bentuk tetesan–tetesan kecil, yang berukuran

0,1-100 mm, yang distabilkan dengan emulgator/surfaktan yang

cocok.

      Emulsi berasal dari kata emulgeo yang ertinya menyerupai

milk, warnaemulsi adalah putih. Pada abad XVII hanya

dikenal emulsi dari biji-bijian yang mengandung lemak, protein

dan air. Emulsi semacam ini disebut emulsi vera

atau emulsi alam, sebagai emulgator dipakai protein yang terdapat

dalam bij tersebut.

      Pada pertengahana abad XVIII, ahli farmasi perancis

memperkenalkan pembuatan emulsi dari oleum olivarum, oleum

anisi dan eugenol oil dengan menggunakan penambahan gom arab,

tragacanth dan kuning telur. Emulsi yang terbentuk karena

penambahan emulgator dari luar disebut emulsi spuria

atauemulsi buatan.

B. Komponen Emulsi

Kom                              komponen dari Emulsi dapat digolongkan

menjadi 2 macam yaitu :

v     Komponen Dasar

Adalah bahan pembentuk emulsi yang harus terdapat

didalam emulsi, biasanya terdiri dari :

1. Fase dispers / fase internal / fase diskontinyu

Yaitu zat cair yang terbagi-bagi menjadi butiran kecil kedalam zat

cair lain.

2. Fase kontinyu / fase eksternal / fase luar

Yaitu zat cair dalam emulsi yang berfungsi sebagai bahan dasar

(pendukung) dari emulsi tersebut.

3. Emulgator

Adalah bagian Berupa zat yang berfungsi untuk

menstabilkan emulsi.

v     Komponen Tambahan

Bahan tambahan yang sering ditambahkan pada emulsi untuk

memperoleh hasil yang lebih baik. Misalnya corrigen

saporis,odoris, colouris, preservatif (pengawet), antoksidant.

Preservatif yang digunakan antara lain metil dan propil paraben,

asam benzoat, asam sorbat, fenol, kresol, dan klorbutanol,

benzalkonium klorida, fenil merkuri asetat, dll.

Antioksidant yang digunakan antara lain asam askorbat,

L.tocoperol, asam sitrat, propil gallat dan asam gallat.

C. Tipe Emulsi

Berdasarkan macam zat cair yang berfungsi sebagai fase internal

ataupun eksternal, maka emulsi digolongkan menjadi dua macam

yaitu :

1. Emulsi tipe O/W (oil in water) atau M/A (minyak dalam air).

Adalah emulsi yang terdiri dari butiran minyak yang tersebar

kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air fase eksternal.

2. Emulsi tipe W/O (water in oil) atau A/M (air dalam minak).

Adalah emulsi yang terdiri dari butiran air yang tersebar kedalam

minyak. Air sebagai fase internal sedangkan fase minyak sebagai

fase eksternal.

D. Tujuan Pemakaian Emulsi

Emulsi dibuat untuk diperoleh suatu preparat yang stabil dan rata

dari campuran dua cairan yang saling tidak bisa bercampur.

Tujuan pemakaian emulsi adalah :

1. Dipergunakan sebagai obat dalam / peroal.

Umumnya emulsi tipe O/W.

2. Dipergunakan sebagai obat luar. Bisa tipe O/W maupun W/O

tergantung banyak faktor misalnya sifat zat atau jenis efek terapi

yang dikehendaki.

 

E. Teori Terjadinya Emulsi

Untuk mengetahui proses terbentuknya emulsi dikenal 4 macam

teori, yang melihat proses terjadinya emulsi dari sudut pandang

yang berbeda-beda. Teoi tersebut ialah :

1. Teori Tegangan Permukaan (Surface Tension)

Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis

yang disebut dengan daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki

daya tarik menarik antara molekul yang tidak sejenis yang disebut

dengan daya adhesi.

Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu

zat cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya

keseimbangan daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada

permukaan tersebut dinamakan tegangan permukaan.

Dengan cara yang sama dapat dijelaskan terjadinya perbedaan

tegangan bidang batas dua cairan yang tidak dapat bercampur.

Tegangan yang terjadi antara dua cairan tersebut dinamakan

tegangan bidang batas.

Page 2: EMULSI

Semakin tinggi perbedaan tegangan yang terjadi pada bidang

mengakibatkan antara kedua zat cair itu semakin susah untuk

bercampur. Tegangan yang terjadi pada air akan bertambah

dengan penambahan garam-garam anorganik atau senyawa-

senyawa elektrolit, tetapi akan berkurang dengan penambahan

senyawa organik tetentu antara lain sabun.

Didalam teori ini dikatakan bahwa penambahan emulgator akan

menurunkan dan menghilangkan tegangan permukaan yang terjadi

pada bidang batas sehingga antara kedua zat cair tersebut akan

mudah bercampur.

2. Teori Orientasi Bentuk Baji (Oriented Wedge)

Setiap molekul emulgator dibagi menjadi dua kelompok yakni :

Kelompok hidrofilik, yakni bagian dari emulgator yang suka

pada air.

Kelompok lipofilik, yakni bagian yang suka pada minyak.

3. Teori Interparsial Film

Teori ini mengatakan bahwa emulgator akan diserap pada batas

antara air dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan

membungkus partikel fase dispers.

Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha antara

partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan

kata lain fase dispers menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas

maksimum pada emulsi, syarat emulgator yang dipakai adalah :

Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak.

Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel

fase dispers.

Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat

menutup semua permukaan partikel dengan segera.

4. Teori Electric Double Layer (lapisan listrik ganda)

Jika minyak terdispersi kedalam air, satu lapis air yang langsung

berhubungan dengan permukaan minyak akan bermuatan sejenis,

sedangkan lapisan berikutnya akan bermuatan yang berlawanan

dengan lapisan didepannya. Dengan demikian seolah-olah tiap

partikel minyak dilindungi oleh dua benteng lapisan listrik yang

saling berlawanan. Benteng tersebut akan menolak setiap usaha

dari partikel minyak yang akan menggandakan penggabungan

menjadi satu molekul besar. Karena susunan listrik yang

menyelubungisesama partikel akan tolak menolak dan

stabilitas emulsi akan bertambah. Terjadinya muatan listrik

disebabkan oleh salah satu dari ketiga cara dibawah ini.

Terjadinya ionisasi dari molekul pada permukaan partikel.

Terjadinya absorpsi ion oleh partikel dari cairan

disekitarnya.

Terjadinya gesekan partikel dengan cairan disekitarnya.

F. Bahan Pengemulsi (Emulgator)

Emulgator alam

Yaitu Emulgator yang diperoleh dari alam tanpa proses yang

rumit. Dapat digolongkan menjadi tiga golongan :

1. Emulgator alam dari tumbuh-tumbuhan

Bahan-bahan karbohidrat , bahan-bahan alami seperti akasia

(gom), tragakan, agar, kondrus dan pectin. Bahan-bahan ini

membentuk koloid hidrofilik bila ditambahkan kedalam air dan

umumnya menghasilkan emulsi m/a.

a. Gom arab

Sangat baik untuk emulgator tipe O/W dan untuk obat minum.

Kestabilan emulsiyang dibuat dengan gom arab berdasarkan 2

faktor yaitu :

- Kerja gom sebagai koloid pelindung

- Terbentuknya cairan yang cukup kental sehingga laju

pengendapan cukup kecil sedangkan masa mudah dituang

(tiksotropi).

- Lemak-lemak padat : PGA sama banyak dengan lemak padat.

- Minyak atsiri : PGA sama banyak dengan minyak atsiri.

- Minyak lemak : PGA ½ kali berat minyak.

- Minyak lemak + minyak atsiri + Zat padat larut dalam minyak

lemak.

- Bahan obat cair BJ tinggi seperti cloroform dan bromoform.

- Balsam-balsam.

- Oleum lecoris aseli

b. Tragacanth

c. Agar-agar

d. Chondrus

e. Emulgator lain

Pektin, metil selulosa, CMC 1-2 %.

2. Emulgator alam dari hewan

Zat-zat protein seperti : gelatin, kuning telur, kasein, dan adeps

lanae. Bahan-bahan ini menghasilkan emulsi tipe m/a. kerugian

gelatin sebagai suatu zat pengemulsi adalah sediaan menjadi

terlalu cair dan menjadi lebih cair pada pendiaman.

3. Emulgator alam dari tanah mineral

Zat padat yang terbagi halus, seperti : tanah liat koloid termasuk

bentonit, magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida.

Umumnya membentuk emulsitipe m/a bila bahan padat

ditambahkan ke fase air jika jumlah volume air lebih besar dari

minyak. Jika serbuk bahan padat ditambahkan dalam inyak dan

volume fase minyak lebih banyak dari air, suatu zat seperti

Page 3: EMULSI

bentonit sanggup membentuk suatu emulsi a/m. Selain itu juga

terdapat Veegum / Magnesium Aluminium Silikat

Emulgator buatan

1. Sabun

2. Tween 20; 40; 60; 80

3. Span 20; 40; 80

G. Cara Pembuatan Emulsi

Dikenal 3 metode dalam pembuatan emulsi yaitu :

1.Metode gom kering

Disebut pula metode continental dan metode 4;2;1. Emulsi dibuat

dengan jumlah komposisi minyak dengan ½ jumlah volume air

dan ¼ jumlah emulgator. Sehingga diperoleh perbandingan 4

bagian minyak, 2 bagian air dan 1 bagian emulgator.

Pertama-tama gom didispersikan kedalam minyak, lalu

ditambahkan air sekaligus dan diaduk /digerus dengan cepat dan

searah hingga terbentuk korpus emulsi.

2.Metode gom basah

Disebut pula sebagai metode Inggris, cocok untuk

penyiapan emulsi dengan musilago atau melarutkan gum sebagai

emulgator, dan menggunakan perbandingan 4;2;1 sama seperti

metode gom kering. Metode ini dipilih jika emulgator yang

digunakan harus dilarutkan/didispersikan terlebuh dahulu kedalam

air misalnya metilselulosa. 1 bagian gom ditambahkan 2 bagian air

lalu diaduk, dan minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil

terus diaduk dengan cepat.

3.Metode botol

Disebut pula metode Forbes. Metode inii digunakan

untuk emulsi dari bahan-bahan menguap dan minyak-minyak

dengan kekentalan yang rendah. Metode ini merrupakan variasi

dari metode gom kering atau metode gom basah. Emulsiterutama

dibuat dengan pengocokan kuat dan kemudian diencerkan dengan

fase luar.

Dalam botol kering, emulgator yang digunakan ¼ dari jumlah

minyak. Ditambahkan dua bagian air lalu dikocok kuat-kuat, suatu

volume air yang sama banyak dengan minyak ditambahkan sedikit

demi sedikit sambil terus dikocok, setelah emulsi utama terbentuk,

dapat diencerkan dengan air sampai volume yang tepat.

4.Metode Penyabunan In Situ

a. Sabun Kalsium

Emulsi a/m yang terdiri dari campuran minyak sayur dan air

jeruk,yang dibuat dengan sederhana yaitu mencampurkan minyak

dan air dalam jumlah yang sama dan dikocok kuat-kuat. Bahan

pengemulsi, terutama kalsium oleat, dibentuk secara in situ

disiapkan dari minyak sayur alami yang mengandung asam lemak

bebas.

b. Sabun Lunak

Metode ini, basis di larutkan dalam fase air dan asam lemak dalam

fase minyak. Jika perlu, maka bahan dapat dilelehkan, komponen

tersebut dapat dipisahkan dalam dua gelas beker dan dipanaskan

hingga meleleh, jika kedua fase telah mencapai temperature yang

sama, maka fase eksternal ditambahkan kedalam fase internal

dengan pengadukan.

c. Pengemulsi Sintetik

Beberapa pustaka memasukkannya dalam kategori metode

tambahan.

Secara umum, metode ini sama dengan metode penyabunan in situ

dengan menggunakan sabun lunak dengan perbedaan bahwa bahan

pengemulsi ditambahkan pada fase dimana ia dapat lebih melarut.

Dengan perbandingan untuk emulsifier 2-5%. Emulsifikasi tidak

terjadi secepat metode penyabunan. Beberapa tipe peralatan

mekanik biasanya dibutuhkan, seperti hand homogenizer .

Alat yang digunakan dalam pembuatan emulsi, untuk

pembuatan emulsi yang baik.

1. Mortar dan stamper

2. Botol

3. Mixer, blender

4. Homogenizer

5. Colloid mill

H. Cara Membedakan Tipe Emulsi

Test Pengenceran Tetesan

Metode ini berdasarkan prinsip bahwa suatu emulsi akan

bercampur dengan yang menjadi fase luarnya. Misalnya

suatu emulsi tipe m/a, maka emulsi ini akan mudah diencerkan

dengan penabahan air. Begitu pula sebaliknya dengan tipe a/m.

Test Kelarutan Pewarna

Metode ini berdasarkan prinsip keseragaman disperse pewarna

dalam emulsi , jika pewarna larut dalam fase luar dari emulsi.

Misalnya amaranth, adalah pewarna yang larut air, maka akan

terdispersi seragam pada emulsi tipe m/a. Sudan III, adalah

pewarna yang larut minyak, maka akan terdispersi seragam

pada emulsi tipe a/m.

Test Creaming (Arah Pembentukan Krim)

Creaming adalah proses sedimentasi dari tetesan-tetesan

terdispersi berdasarkan densitas dari fase internal dan fase

eksternal. Jika densitas relative dari kedua fase diketahui,

pembentukan arah krim dari fase dispers dapat menunjukkan

Page 4: EMULSI

tipeemulsi yang ada. Pada sebagian besar system farmasetik,

densitas fase minyak atau lemak kurang dibandingkan fase air;

sehingga, jika terjadi krim pada bagian atas, maka emulsi tersebut

adalah tipe m/a, jika emulsi krim terjadi pada bagian bawah,

maka emulsi tersebut merupakan tipe a/m.

Test Konduktivitas Elektrik

Metode ini berdasarkan prinsip bahwa air atau larutan berair

mampu menghantarkan listrik, dan minyak tidak dapat

menghantarkan listrik. Jika suatu elektroda diletakkan pada suatu

system emulsi, konduktivitas elektrik tampak,

maka emulsi tersebut tipe m/a, dan begitu pula sebaliknya

pada emulsi tipe a/m.

Test Fluorosensi

Sangat banyak minyak yang dapat berfluorosensi jika terpapar

sinar ultra violet. Jika setetes emulsi di uji dibawah paparan sinar

ultra violet dan diamati dibawah mikroskop menunjukkan seluruh

daerah berfluorosensi maka tipe emulsi itu adalah a/m,

jika emulsi tipe m/a, maka fluorosensi hanya berupa noda.

I. Kestabilan Emulsi

Emulsi dikatakan tidak stabil bila mengalami hal-hal seperti

dibawah ini :

1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, dimana

yang satu mengandung fase dispers lebih banyak daripada lapisan

yang lain. Creaming bersifat reversibel artinya bila dikocok

perlahan-lahan akan terdispersi kembali.

2. Koalesen dan cracking (breaking) yaitu pecahnya emulsi karena

film yang meliputi partikel rusak dan butir minyak akan koalesen

(menyatu). Sifatnya irreversibel (tidak bisa diperbaiki). Hal ini

dapat terjadi karena:

Peristiwa kimia, seperti penambahan alkohol, perubahan PH,

penambahan CaO / CaCL2

Peristiwa fisika, seperti pemanasan, penyaringan,

pendinginan dan pengadukan.

Inversi yaitu peristiwa berubahnya sekonyong-konyong

tipe emulsi W/O menjadi O/W atau sebaliknya dan sifatnya

irreversible.

Viskositas emulsi dipengaruhi oleh perubahan komposisi :

1.Adanya hubungan linear antara viskositas emulsi dan viskositas

fase kontinu.

2.Makin besar volume fase dalam, makin besar pula viskositas

nyatanya.

 

3. Untuk mengatur viskositas emulsi, tiga factor interaksi yang

harus dipertimbangkan oleh pembuat formula, yaitu :

Viskositas emulsi m/a dan a/m dapat ditingkatkan dengan

mengurangi ukuran partikel fase terdispersi ,

Kestabilan emulsi ditingkatkan denganpengurangan ukuran

partikel, dan

o Flokulasi atau penggumpalan, yang cenderung

membentuk fase dalam yang dapat meningkatkan efek

penstabil, walaupun ia meningkatkan viskositas.

4. Biasanya viskositas emulsi meningkat dengan meningkatnya

umur sediaan tersebut.

Pengertian Emulsi

Emulsi adalah suatu disperse di mana fase terdispers terdiri dari

bulatan-bulatan kecil zat cair yang terdistribusi ke seluruh

pembawa yang tidak bercampur (1).

Emulsi adalah suatu system heterogen, yang terdiri dari tidak

kurang dari sebuah fase cair yang tidak bercampur, yang

terdispersi dalam fase cair lainnya, dalam bentuk tetesan-tetesan,

dengan diameter secara umum, lebih dari 0,1 μm (2).

Secara umum, emulsi merupakan system yang terdiri dari dua fase

cair yang tidak bercampur, yaitu fase dalam (internal) dan fase luar

(eksternal).

Komponen emulsi :

Fase dalam (internal)

Fase luar (eksternal)

Emulsifiying Agent (emulgator)

Tipe-Tipe Emulsi (3)

1. Tipe minyak/air (m/a atau o/w), dimana fase minyak terdispersi

dalam fase air (minyak=internal, air=eksternal)

2. Tipe air/minyak (a/m atau w/o), dimana fase air terdispersi dalam

fase minyak (air=internal, minyak=eksternal)

3. Tipe emulsi ganda (w/o/w dan o/w/o), lebih dikenal

dengan emulsidalam emulsi, yaitu suatu emulsi tipe tertentu yang

didispersikan lagi dalam suatu fase pendispersi. Tipe ini pada

umumnya dapat ditemui dalam formulasi kosmetika.

4. Mikroemulsi

Pengujian Tipe Emulsi (2)

Test Pengenceran Tetesan

Metode ini berdasarkan prinsip bahwa suatu emulsi akan

bercampur dengan yang menjadi fase luarnya. Misalnya

suatuemulsi tipe m/a, maka emulsi ini akan mudah

Page 5: EMULSI

diencerkan dengan penabahan air. Begitu pula sebaliknya

dengan tipe a/m.

Test Kelarutan Pewarna

Metode ini berdasarkan prinsip keseragaman disperse

pewarna dalam emulsi , jika pewarna larut dalam fase

luar dari emulsi. Misalnya amaranth, adalah pewarna

yang larut air, maka akan terdispersi seragam

pada emulsi tipe m/a. Sudan III, adalah pewarna yang

larut minyak, maka akan terdispersi seragam

padaemulsi tipe a/m.

Test Creaming (Arah Pembentukan Krim)

Creaming adalah proses sedimentasi dari tetesan-tetesan

terdispersi berdasarkan densitas dari fase internal dan fase

eksternal. Jika densitas relative dari kedua fase diketahui,

pembentukan arah krim dari fase dispers dapat

menunjukkan tipeemulsi yang ada. Pada sebagian besar

system farmasetik, densitas fase minyak atau lemak

kurang dibandingkan fase air; sehingga, jika terjadi krim

pada bagian atas, maka emulsi tersebut adalah tipe m/a,

jika emulsi krim terjadi pada bagian bawah,

maka emulsitersebut merupakan tipe a/m.

Test Konduktivitas Elektrik

Metode ini berdasarkan prinsip bahwa air atau larutan

berair mampu menghantarkan listrik, dan minyak tidak

dapat menghantarkan listrik. Jika suatu elektroda

diletakkan pada suatu system emulsi, konduktivitas

elektrik tampak, maka emulsi tersebut tipe m/a, dan

begitu pula sebaliknya pada emulsi tipe a/m.

Test Fluorosensi

Sangat banyak minyak yang dapat berfluorosensi jika

terpapar sinar ultra violet. Jika setetes emulsi di uji

dibawah paparan sinar ultra violet dan diamati dibawah

mikroskop menunjukkan seluruh daerah berfluorosensi

maka tipe emulsi itu adalah a/m, jika emulsitipe m/a,

maka fluorosensi hanya berupa noda.

Teori Emulsifikasi (1)

Teori Tegangan –permukaan

Bila cairan kontak dengan cairan kedua yang tidak larut dan tidak

saling bercampur, kekuatan (tenaga) yang menyebabkan masing-

masing cairan menahan pecahnya menjadi partikel-partikel yang

lebih kecil disebut tegangan antarmuka. Zat-zat aktif permukaan

(surfaktan) atau zat pembasah, merupakan zat yang bekerja

menurunkan tegangan antarmuka ini.

Oriented Wedge Theory

Menganggap bahwa lapisan monomolecular dari zat pengemulsi

melingkari suatu tetesan dari fase dalam pada emulsi. Teori ini

berdasarkan pada anggapan bahwa zat pengemulsi tertentu

mengarahkan dirinya di sekitar dan dalam suatu cairan yang

merupakan gambaran kelarutannya pada cairan tertentu.

Teori plastic atau Teori Lapisan antarmuka

Bahwa zat pengemulsi membentuk lapisan tipis atau film yang

mengelilingi fase dispers dan diabsorbsi pada permukaan dari

tetesan tersebut. Lapisan tersebut mencegah kontak dan bersatunya

fase terdispersi; makin kuat dan makin lunak lapisan tersebut, akan

makin besar dan makin stabil emulsinya.

Bahan-Bahan Pengemulsi (1)

1. Bahan-bahan karbohidrat , bahan-bahan alami seperti akasia

(gom), tragakan, agar, kondrus dan pectin. Bahan-bahan ini

membentuk koloid hidrofilik bila ditambahkan kedalam air dan

umumnya menghasilkanemulsi m/a.

2. Zat-zat protein seperti : gelatin, kuning telur, dan kasein. Bahan-

bahan ini menghasilkan emulsi tipe m/a. kerugian gelatin sebagai

suatu zat pengemulsi adalah sediaan menjadi terlalu cair dan

menjadi lebih cair pada pendiaman.

3. Alkohol dengan bobot molekul tinggi seperti : stearil alcohol, setil

alcohol, dan gliseril monostearat. Biasa digunakan sebagai

penstabil emusi tipe m/a dari lotio dan salep tertentu yang

digunakan sebagai obat luar. Kolesterol dan turunannya dapat

digunakan sebagai emulsiuntuk obat luar dan

menghasilkan emulsi tipe a/m.

4. Zat-zat pembasah, yang bersifat kationik, anionic dan nonionic.

Zat-zat ini mengandung gugus hidrofilik dan lipofilik dengan

bagian lipofilik dari molekul menyebabkan aktivitas permukaan

dari molekul tersebut.

5. Zat padat yang terbagi halus, seperti : tanah liat koloid termasuk

bentonit, magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida.

Umumnya membentuk emulsi tipe m/a bila bahan padat

ditambahkan ke fase air jika jumlah volume air lebih besar dari

minyak. Jika serbuk bahan padat ditambahkan dalam inyak dan

volume fase minyak lebih banyak dari air, suatu zat seperti

bentonit sanggup membentuk suatu emulsi a/m.

Viskositas emulsi dipengaruhi oleh perubahan komposisi :

1. Adanya hubungan linear antara viskositas emulsi dan viskositas

fase kontinu.

Page 6: EMULSI

2. Makin besar volume fase dalam, makin besar pula viskositas

nyatanya.

3. Untuk mengatur viskositas emulsi, tiga factor interaksi yang harus

dipertimbangkan oleh pembuat formula, yaitu :

Viskositas emulsi m/a dan a/m dapat ditingkatkan dengan

mengurangi ukuran partikel fase terdispersi ,

Kestabilan emulsi ditingkatkan denganpengurangan ukuran

partikel, dan

Flokulasi atau penggumpalan, yang cenderung membentuk fase

dalam yang dapat meningkatkan efek penstabil, walaupun ia

meningkatkan viskositas.

4. Biasanya viskositas emulsi meningkat dengan meningkatnya

umur sediaan tersebut.

Metode Pembuatan Emulsi (2)

Metode Gom Kering

Disebut pula metode continental dan metode

4;2;1. Emulsi dibuat dengan jumlah komposisi minyak

dengan ½ jumlah volume air dan ¼ jumlah emulgator.

Sehingga diperoleh perbandingan 4 bagian minyak, 2

bagian air dan 1 bagian emulgator.

Pertama-tama gom didispersikan kedalam minyak, lalu

ditambahkan air sekaligus dan diaduk /digerus dengan

cepat dan searah hingga terbentuk korpus emulsi.

Metode Gom Basah

Disebutt pula sebagai metode Inggris, cocok untuk

penyiapanemulsi dengan musilago atau melarutkan gum

sebagai emulgator, dan menggunakan perbandingan 4;2;1

sama seperti metode gom kering. Metode ini dipilih jika

emulgator yang digunakan harus dilarutkan/didispersikan

terlebuh dahulu kedalam air misalnya metilselulosa. 1

bagian gom ditambahkan 2 bagian air lalu diaduk, dan

minyak ditambahkan sedikit demi sedikit sambil terus

diaduk dengan cepat.

Metode Botol

Disebut pula metode Forbes (1). Metode inii digunakan

untuk emulsidari bahan-bahan menguap dan minyak-

minyak dengan kekentalan yang rendah. Metode ini

merrupakan variasi dari metode gom kering atau metode

gom basah. Emulsi terutama dibuat dengan pengocokan

kuat dan kemudian diencerkan dengan fase luar.

Dalam botol kering, emulgator yang digunakan ¼ dari jumlah

minyak(2). Ditambahkan dua bagian air lalu dikocok kuat-kuat,

suatu volume air yang sama banyak dengan minyak ditambahkan

sedikit demi sedikit sambil terus dikocok, setelah emulsi utama

terbentuk, dapat diencerkan dengan air sampai volume yang

tepat(1).

Metode Penyabunan In Situ

a. Sabun Kalsium

Emulsi a/m yang terdiri dari campuran minyak sayur dan air

jeruk,yang dibuat dengan sederhana yaitu mencampurkan minyak

dan air dalam jumlah yang sama dan dikocok kuat-kuat. Bahan

pengemulsi, terutama kalsium oleat, dibentuk secara in situ

disiapkan dari minyak sayur alami yang mengandung asam lemak

bebas.

b. Sabun Lunak

Metode ini, basis di larutkan dalam fase air dan asam lemak dalam

fase minyak. Jika perlu, maka bahan dapat dilelehkan, komponen

tersebut dapat dipisahkan dalam dua gelas beker dan dipanaskan

hingga meleleh, jika kedua fase telah mencapai temperature yang

sama, maka fase eksternal ditambahkan kedalam fase internal

dengan pengadukan.

c. Pengemulsi Sintetik

Beberapa pustaka memasukkannya dalam kategori metode

tambahan (1). Secara umum, metode ini sama dengan metode

penyabunan in situ dengan menggunakan sabun lunak dengan

perbedaan bahwa bahan pengemulsi ditambahkan pada fase

dimana ia dapat lebih melarut. Dengan perbandingan untuk

emulsifier 2-5%. Emulsifikasi tidak terjadi secepat metode

penyabunan. Beberapa tipe peralatan mekanik biasanya

dibutuhkan, seperti hand homogenizer .

Referensi :

1. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi (terjemahan)

Howard C. Ansell

UIP – Jakarta (2005)

2. Dispensing Of Medication

Robert E. King, PhD.

Mack Publishing Company – Pennsylvania (1984)

3. Remington’s Pharmaceutical Sciences 18th

Alfonso R. Gennaro

Mack Publishing Company – Pennsylvania (1990)

4. Teori dan Praktek Farmasi Industri (terjemahan)

Leon Lachman et.all.

UIP – Jakarta (1994)