emiten rokok - bigcms.bisnis.combigcms.bisnis.com/file-data/1/2659/d54dec2d_mar18... · mencapai 23...

2

Upload: duongkhuong

Post on 03-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EMITEN ROKOK - bigcms.bisnis.combigcms.bisnis.com/file-data/1/2659/d54dec2d_Mar18... · mencapai 23 miliar batang rokok. “Hal tersebut didukung sejumlah me-rek seperti Marlboro
Page 2: EMITEN ROKOK - bigcms.bisnis.combigcms.bisnis.com/file-data/1/2659/d54dec2d_Mar18... · mencapai 23 miliar batang rokok. “Hal tersebut didukung sejumlah me-rek seperti Marlboro

5 Sabtu, 28 April 2018

�EMITEN ROKOK

Kinerja Emiten Rokok Tertahan Daya BeliJAKARTA — Kinerja emiten rokok sepanjang kuartal I/2018 tidak begitu cemerlang seiring dengan belum

bergairahnya daya beli masyarakat.

Hafi yyanhafi [email protected]

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk., (HMSP) misalnya. Perseroan membuku-kan kenaikan pendapatan 2,48% pada kuartal I/2018 seiring dengan peningkatan pangsa pasar menjadi 33,2%. Namun, laba bersih perusahaan terkoreksi 7,87%.

Dalam laporan keuangan kuartal I/2018, manajemen HMSP menyampaikan, pen-dapatan perusahaan mencapai Rp23,14 triliun. Angka itu meningkat 2,48% year-on-year (yoy) dari realisasi Januari—Maret 2017 senilai Rp22,57 triliun.

Perolehan laba bersih atau laba yang diatribuskan kepada pemilik entitas induk

pada kuartal I/2018 mencapai Rp3,03 triliun, terkoreksi 7,87% yoy dari sebelum-nya Rp3,29 triliun. Penjualan perusahaan ditopang pasar lokal. Pasar ekspor hanya berkontribusi Rp92,93 miliar, turun dari kuartal I/2017 sebesar Rp120,36 miliar.

Di pasar domestik, produk utama yang mendorong pendapatan perusahaan ia-lah sigaret kretek mesin (SKM) sebesar Rp15,92 triliun. Selanjutnya, sigaret kretek tangan (SKT) berkontribusi Rp4,55 triliun, sigaret putih mesin (SPM) Rp2,46 triliun, dan pendapatan lainnya Rp15,97 miliar.

Presiden Direktur Hanjaya Mandala Sampoerna Mindaugas Trumpaitis me-nyampaikan, pada kuartal I/2018 pangsa pasar perusahaan naik menjadi 33,2%

dari kuartal I/2017 sebesar 33%. Volu-me penjualan pada Januari—Maret 2018 mencapai 23 miliar batang rokok.

“Hal tersebut didukung sejumlah me-rek seperti Marlboro Filter Black dan Dji Sam Soe Magnum Mild,” tuturnya, Jumat (27/4).

KONSUMSI MASYARAKATDia mengungkapkan, terkoreksinya laba

tak lepas dari faktor belum bergairahnya konsumsi masyarakat. Di samping itu, tarif cukai rokok kembali meningkat pada 2018, sehingga mendongkrak harga jual.

Pada kuartal I/2018, penjualan industri rokok di Indonesia turun 2,3 yoy karena penurunan belanja masyarakat. Diperki-rakan pada tahun ini penurunan industri berkisar 1% hingga 3% yoy. “Kami masih percaya dengan kinerja perusahaan pada 2018 akan positif meski keadaan industri cukup menantang,” paparnya.

Adapun, rapat umum pemegang sa-ham tahunan (RUPST) 2017 perseroan

memutuskan pembagian dividen sebesar Rp12,5 triliun. Nilai itu setara dengan 98,5% dari total laba bersih tahun lalu.

Emiten rokok lainnya, PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) membukukan pendapat-an Rp21,98 triliun pada kuartal I/2018, meningkat 10,07% yoy. Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan Jumat (27/4), Direktur GGRM Herry Susianto menyampaikan, pendapatan perusahaan pada kuartal I/2018 mencapai Rp21,98 triliun. Nilai itu meningkat 10,07% yoy dari sebelumnya Rp19,97 triliun.

Laba bersih GGRM per Maret 2018 mencapai Rp1,89 triliun. Nilai itu me-ningkat tipis 0,13% yoy dari sebelumnya Rp1,88 triliun.

Senior Research Analyst Commodities & Global Market Group PT Macqua-rie Sekuritas Indonesia Robert Pra-nata menyampaikan, industri rokok sama seperti perusahaan fast moving consumer goods (FMCG) secara umum yang mengalami tekanan daya beli.

Oleh karena itu, kinerjanya cenderung menantang.

Berdasarkan konsensus Bloomberg, pada kuartal I/2018 pendapatan HMSP di bawah estimasi Rp24,52 triliun. Namun, perfor-ma GGRM lebih baik karena melampaui perkiraan pendapatan Rp21,37 triliun.

“Memang secara keseluruhan perusa-haan FMCG tidak hanya rokok masih tertekan.”

Menurutnya, laba HMSP terkoreksi disebabkan kenaikan penjualan bera-sal dari produk yang memiliki margin rendah, yakni Magnum Mild. Adapun, penjualan A Mild dengan margin lebih tinggi malah menurun.

Kontrol harga yang murah pada pro-duk Magnum Mild memang bertujuan memperbesar pangsa pasar, yang terbukti meningkat menjadi 33,2% pada kuartal I/2018.

Ke depannya, perusahaan dapat me-naikkan harga produk ini pelan-pelan untuk meraih marjin yang lebih tinggi.

�PERTUMBUHAN PENDAPATAN

TLKM Patok Dua Digit

JAKARTA — PT Tele-komunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM)mematok pertumbuhan laba bersih minimal 10% pada tahun ini.

Emiten telekomuni-kasi pelat merah terse-but optimistis dengan capaian laba di tengah aturan registrasi kartu prabayar yang dipredik-si dapat memangkas jumlah pelanggan.

Direktur Keuangan Telkom Indonesia Harry M. Zen mengungkapkan, perseroan menargetkan capaian kinerja yang lebih baik dari 2017. Dia tidak berkomentar banyak saat dikonfi rmasi soal penurunan penda-patan dari efek registrasi kartu prabayar.

“Mudah-mudahan tahun ini bisa double digit growth lagi untuk pendapatan. Terkait re-gistrasi kartu, akan ada pernyataan sendiri dari Kemenkominfo. Dalam waktu dekat kami akan keluarkan hasil kinerja kuartal pertama,” ung-kap Harry usai RUPS di Jakarta, Jumat (27/4).

Harry mengungkap-kan kinerja perseroan pada tahun lalu cukup positif sehingga pendapat-an dapat terkerek 10,25% menjadi Rp128,25 triliun. Adapun, laba tahun berja-lan yang dapat diatribusi-kan pada pemilik entitas induk pada 2017 naik 14,4% menjadi Rp22,15 triliun.

Direktur Utama Tel-kom Alex J. Sinaga mengungkapkan, sepan-jang 2017 perseroan juga membukukan capaian earnings before interest, taxes, depreciation and amortization (EBITDA) yang memuaskan, yaitu meningkat 8,6% men-jadi Rp64,6 triliun.

“Performa tersebut menunjukkan kemam-puan perusahaan untuk terus tumbuh di tengah

persaingan industri tele-komunikasi di Indone-sia yang semakin ketat.”

Adapun, pertumbuh-an pendapatan persero-an masih didorong oleh kontribusi dari segmen data, internet, dan IT Service yang tumbuh 28,7% pada 2017.

Sementara itu Harry mengungkapkan, per-seroan akan menggu-nakan sekitar 25% dari pendapatan 2017 untuk belanja modal 2018. Tahun ini, nilai belanja modal TLKM mencapai Rp30 triliun.

“Capex-nya mungkin Rp30 triliun, yang 50%-nya kami gunakan untu segmen mobile, 30% untuk pengembangan fi xed broadband atau Indiehome, dan sisanya untuk keperluan lain.”

Sementara itu, perse-roan menetapkan pem-bagian dividen untuk tahun buku 2017 sebe-sar Rp16,6 triliun. Ni-lai tersebut merupakan 75% dari laba bersih yang dibukukan perse-roan pada 2017 yaitu Rp22,15 triliun.

Berdasarkan hasil RUPS yang digelar Ju-mat (27/4), perseroan akan mengalokasikan 60% dari dividen atau sebesar Rp13,3 triliun sebagai dividen tunai, sedangkan 15% sisanya akan diberikan sebagai dividen spesial. Dalam RUPS tersebut, perse-roan juga mengubah satu susunan direktur.

Tahun lalu, TLKM membukukan penca-patan bersih konsoli-dasi Rp128,25 triliun, meningkat 10,25% dibandingkan dengan 2016 Rp116,33 triliun.

Adapun, laba tahun berjalan yang dapat diat-ribusikan pada pemilik entitas induk Rp22,15 triliun, meningkat 14,41% dari tahun sebelumnya. (Dara Aziliya)

F I N A N S I A L

No Rasio % 31 Mar 18 31 Mar 17

RASIO KINERJA

1. .......

... .......12 Nilai Net Stable Funding Ratio (NSFR) a. NSFR secara Individu 102,4% b. NSFR secara Konsolidasi *)

LAPORAN RASIO KEUANGANPer 31 Maret 2018 dan 2017

*) Khusus Bank yang melakukan pengendalian terhadap perusahaan anak

Tambahan informasi Rasio Keuangan

Sehubungan dengan Publikasi Laporan Keuangan 31 Maret 2018 PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk pada surat kabar Bisnis Indonesia tanggal 26 April 2018, berikut kami sampaikan informasi tambahan sesuai dengan POJK No 50/POJK.03/2017 tentang Kewajiban Pemenuhan Rasio Pendanaan Stabil Bersih (Net Stable Funding Ratio) bagi Bank Umum

PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.Kantor Pusat: Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Bandung - 40132

Telp : (022) 82560100 (hunting) Fax : (022) 2514580 www.bankbnp.com

Bank BNP terdaftar dan diawasi oleh OJK

pusdok
Typewritten Text
28 April 2018, Bisnis Indonesia | Hal. 5