elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/393/jbptunikompp-gdl... · web viewpendahuluan latar...
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia pada masa sekarang ini tengah mengalami perubahan secara
fundamental menuju sistem pemerintahan yang demokratis serta transparan.
Perubahan tersebut memberikan peluang bagi penataan berbagai segi kehidupan
berbangsa dan bernegara, dimana kepentingan rakyat dapat kembali di letakan
pada posisi sentral. kemajuan teknologi informasi terjadi sedemikian pesatnya
sehingga data, informasi, dan pengetahuan dapat diciptakan dengan sangat cepat
dan dapat disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat di berbagai belahan dunia
dalam hitungan detik. Hal ini mendorong setiap individu di berbagai negara di
dunia dapat berkomunikasi secara langsung kepada siapapun yang
dikehendakinya tanpa dibutuhkan perantara apapun. Tentu saja buah teknologi ini
sangat mempengaruhi pemerintah dimasa modern harus bersikap dalam melayani
masyarakatnya.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
merupakan dasar yuridis penyelenggaraan pemerintah daerah, dan juga sebagai
dasar pelaksanaan otonomi daerah di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bandung. Dasar yuridis tersebut di terjemahkan dalam bentuk
Peraturan Daerah Kabupaten Bandung bahwa penataan dan pembentukan lembaga
perangkat daerah Kabupaten Bandung, dan Keputusan Bupati Bandung tentang
2
struktur organisasi dan tata kerja Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung.
Pelayanan yang perlu ditingkatkan oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung adalah pelayanan mengenai pendaftaran
penduduk, karena hal tersebut diperlukan oleh pemerintah sebagai data atau
dokumen bagi masyarakatnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 28 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk
dan Pencatatan Sipil di Daerah
Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dalam
rangka meningkatkan pelayanan pendaftaran kependudukan, melakukan
pengembangan terlaksananya Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
(SIAK) dan Data Base berdasarkan Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2007 tentang
urusan pemrintahan, bidang sosial, kependudukan dan catatan sipil. Pelayanan
data base tersebut bertujuan untuk memudahkan para pegawai dalam melakukan
pelayanan kepada masyarakat dan tentunya dapat memberikan dampak yang
positif bagi masyarakat itu sendiri.
Dukungan teknologi informasi menjadi sangat penting untuk memberikan
layanan secara cepat dan aman dalam proses perekaman, pencetakan,
pengiriman/transfer, penyimpanan serta pendayagunaannya. Prinsip-prinsip yang
memberikan dukungan tersebut, melalui rancang bangun, alur data dan proses
akhir pada rancangan infrastruktur kemudian dibangun dan dikembangkanlah
sistem informasi. Sistem informasi tersebut untuk memfasilitasi penerbitan
Nomor Induk akte sebagai nomor identitas tunggal yang melekat pada setiap
3
dokumen akte dan sebagai kunci akses untuk verification (pembuktian) dan
identifikasi jati diri seseorang yang sangat berguna di dalam mewujudkan efisiensi
dan efektifitas Pelayanan Pendaftaran Kependudukan.
Sistem informasi administrasi kependudukan dalam implementasinya
terdiri dari adanya komponen yang berupa aplikasi dengan menggunakan sistem
data base dan jaringan komunikasi. Komponen tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut, aplikasi pendaftaran kependudukan dibangun dalam rangka pelayanan
pendaftaran. Kemudian dilanjutkan dalam bentuk aplikasi entry data ke dalam
komputer dengan memasukan collected (kumpulan) data secara bertahap mulai
dari RT, RW, Desa/Kelurahan sampai ke Kecamatan. Selanjutnya entry data
kecamatan tersebut, masuk ke dalam data base kependudukan Kabupaten/Kota
untuk diolah. Pengolahan data base yang difasilitasi dengan aplikasi layanan
dokumen kependudukan, salinan akta-akta, modul verification, pelaporan dan
penyebaran informasi untuk kepentingan internal maupun eksternal managemen
dalam pengambilan keputusan ditingkat Kabupaten/Kota.
Pelayanan data base ini sendiri secara keseluruhan belum diterapkan
secara luas karena masih adanya kendala-kendala yang dihadapi oleh Pemerintah
Kabupaten Bandung, akan tetapi di dalam lingkungan Dinas Sosial
kependudukan dan catatan sipil penerapan data base ini sudah mulai dilakukan
dalam memberikan pelayanan pendaftaran kependudukan. Kendala-kendala yang
dihadapi oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung
adalah pengadaan infrastruktur telekomunikasi dan pendukungnya masih sangat
terbatas untuk memenuhi layanan penduduk dengan kondisi geografis yang
4
tersebar sampai ke kecamatan atau desa dan tentunya masih adanya keterbatasan
layanan penduduk dengan kondisi geografis yang tersebar sampai ke kecamatan
atau desa dan tentunya masih adanya keterbatasan. Selain itu pemerintah
Kabupaten Bandung dalam mewujudkan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan SIAK tidaklah mudah, masih ada kendala-kendala dalam
mewujudkan masyarakat yang tanggap informasi. Kendalanya adalah kemampuan
sumber daya manusia yang belum memadai, dan tidak adanya tertib dalam
administrasi pendaftaran kependudukan.
Berdasarkan latar belakang diatas dasar, maka Peneliti merasa tertarik
untuk mengambil judul “IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI
ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (SIAK) UNTUK MENINGKATKAN
PELAYANAN PENDAFTARAN KEPENDUDUKAN DI DINAS SOSIAL,
KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN BANDUNG
TAHUN 2007”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka Peneliti membuat
identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses komunikasi yang berlangsung dalam implementasi sistem
informasi administrasi kependudukan untuk meningkatkan pelayanan
pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung Tahun 2007?
5
2. Bagaimana sumber daya yang dapat menentukan keberhasilan implementasi
sistem informasi administrasi kependudukan untuk meningkatkan pelayanan
pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung Tahun 2007?
3. Bagaimana (disposisi) dalam implementasi sistem informasi administrasi
kependudukan di Dinas sosial, kependudukan dan catatan sipil Kabupaten
Bandung Tahun 2007?
4. Bagaiamana struktur birokrasi sebagai pendukung implementasi sistem
informasi administrasi kependudukan untuk meningkatkan pelayanan
pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung Tahun 2007?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui implementasi
kebijakan tentang sistem informasi administrasi kependudukan untuk
meningkatkan pelayanan pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Sedangkan Tujuan
Penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui proses komunikasi yang berlangsung dalam implementasi
sistem informasi administrasi kependudukan untuk meningkatkan pelayanan
pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
KabupatenBandung Tahun 2007.
6
2. Untuk mengetahui sumber daya yang dapat menentukan keberhasilan
implementasi sistem informasi administrasi kependudukan untuk
meningkatkan pelayanan pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007.
3. Untuk mengetahui (disposisi) dalam implementasi sistem informasi
administrasi kependudukan untuk meningkatkan pelayanan pendaftaran
kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung Tahun 2007.
4. Untuk mengetahui struktur birokrasi sebagai pendukung implementasi sistem
informasi administrasi kependudukan untuk meningkatkan pelayanan
pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung Tahun 2007.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Bagi kepentingan Peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
menambah pengetahuan tentang proses pelaksanaan proses penelitian
mulai dari pencarian masalah sampai dengan selesai dan juga sebagai
ajang implementasi ilmu dan teori yang didapatkan selama perkuliahan.
2. Guna teoritis, dalam rangka mengembangkan konsep-konsep atau teori-
teori melalui penelitian ke lapangan. Dimana dalam penelitian ini,
diharapkan akan memberikan sumbangan ilmu Pemerintahan serta dapat
7
dijadikan bahan tinjauan awal untuk melakukan penelitian serupa dimasa
yang akan datang.
3 Guna praktis, untuk memberikan masukan dan kritikan yang membangun
bagi Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung
diharapkan dapat mengaplikasikan teori-teori yang sesuai dengan proses
pelaksanaan sistem informasi administrasi kependudukan untuk
meningkatkan pelayanan pendaftaran kependudukan.
1.5 Kerangka Pemikiran
Penggunaan alat pengolahan data secara elektronik yang dalam kenyataan
dan praktiknya adalah pengolahan data dengan menggunakan jaringan komputer
dan semua sarana pendukungnya. Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
dengan adanya jaringan komputerisasi menjadi lebih cepat dan tentunya dapat
menghemat pengeluaran biaya. Hal tersebut terjadi karena tidak membutuhkan
banyak tenaga manusia lagi melainkan yang dibutuhkan adalah manusia yang
mempunyai ahli untuk mengoprasionalkan jaringan komputerisasi atau data base.
Selain itu dengan adanya pelayanan prima, tertib administrasi dapat terkendali
dikarenakan dengan adanya sarana-prasarana modern seperti adanya jaringan
komputerisasi atau data base.
Secara etimologis pengertian implemetasi menurut Kamus Webster yang
dikutip oleh Solichin Abdul Wahab adalah:
“Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan) berati to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk
8
melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu)” (Kamus Webster dalam Wahab, 2005:64).
Jadi sesuatu yang dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu
dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan
kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan ke
negaraan.
“Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikan maupun untuk menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian”( Mazmanian dan Sabatier dalam Widodo, 2001:192)
Definisi di atas, menekankan bahwa implementasi tidak hanya melibatkan
badan-badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program
dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, tetapi juga menyangkut
tentang kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung dapat mempengaruhi
perilaku dari semua pihak yang terlibat, dan pada akhirnya berdampak baik sesuai
dengan harapan maupun yang tidak sesuai dengan harapan.
Berdasarkan pengertian implementasi di atas Edward III mengemukakan
beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi yang
dikutip Widodo, yaitu:
1. komunikasi2. Sumber daya3. Disposisi4. Struktur birokrasi
( Edward III dalam Widodo 2007 : 96-110)
Berdasarkan pengertian Implementasi menurut Edward III diatas, bahwa
suatu implementasi dipengaruhi oleh komunikasi, sumberdaya, sikap para
9
pelaksana dan struktur birokrasi yang dimana hal tersebut merupakan suatu sistem
yang saling berkaitan.
Pertama, faktor komunikasi memegang peranan penting bagi
berlangsungnya koorDinasi implementasi kebijakan. Menurut Hogwood dan
Gunn yang dikutip oleh Wahab bahwa koorDinasi bukanlah sekedar menyangkut
persoalan mengkomunikasikan informasi ataupun membentuk struktur-struktur
administrasi yang cocok, melainkan menyangkut pula persoalan yang lebih
mendasar, yaitu praktik pelaksanaan kebijakan (Hogwood dan Gunn dalam
Wahab, 2005:77).
Menurut Edward III yang dikutip oleh Widodo, komunikasi kebijakan
memiliki beberapa macam dimensi antara lain: dimensi transformasi atau
penyampaian informasi kebijakan publik, kejelasan, dan konsistensi (Edward III
dalam Widodo, 2007:97). Semakin baik koorDinasi komunikasi diantara pihak-
pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka terjadinya kesalahan-
kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula sebaliknya.
Kedua, menurut Edward III yang dikutip oleh Widodo, mengemukakan
beberapa macam sumber daya antara lain: Sumber daya manusia, sumber daya
anggaran, sumber daya peralatan, dan sumber daya informasi dan kewenangan
(Edward III dalam Widodo 2007:98-102).
Sumber daya manusia sangat penting karena sebagai sumber penggerak
dan pelaksana kebijakan, sumber daya anggaran diperlukan untuk kelancaran
pembiayaan kebijakan agar tidak menghambat proses kebijakan, sumber daya
peralatan sangat penting karena dapat menunjang proses implementasi. Apabila
10
peralatan dalam proses implementasi tidak memadai, maka implemntasi SIAK
tidak dapat terlaksana dengan baik. Sedangkan sumber daya informasi dan
kewenangan, informasi diperlukan oleh para pelaksana agar dapat mengetahui
bagaimana cara melaksanakan proses implemntasi, sedangkan kewenangan
diperlukan oleh para pelaksana kebijakan untuk melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tujuan dari SIAK yaitu
Ketiga, Menurut Edward III yang dikutip oleh Widodo mengatakan bahwa
keberhasilan implemntasi kebijakan ditentukan oleh:
“Keberhasilan implementasi kebijakan bukan hanya ditentukan oleh sejauh mana para pelaku kebijakan (implementors) mengetahui apa yang harus dilakukan dan mampu melakukannya, tetapi juga ditentukan oleh kemauan dari para pelaku kebijakan tadi memiliki disposisi yang kuat terhadap kebijakan yang sedang di implemntasikan (Edward III dalam Widodo 2007:104).
Menurut Van Horn dan Van Meter yang dikutip oleh Widodo, terdapat
tiga macam elemen respon yang mempengaruhi keinginan para pelaksana dalam
melaksanakan suatu kebijakan, anatara lain : Pengetahuan (cognition),
pemahaman dan pendalaman (comprehension and understanding) terhadap
kebijakan (Van Horn dan Van Meter dalam Widodo 2007:105). Disposisi sangat
diperlukan karena apabila pelaksana kebijakan mempunyai karakteristik atau
watak yang baik, maka dia akan melaksanakan kebijakan dengan baik sesuai
dengan sasaran tujuan dan keinginan pembuat kebijakan.
Keempat, menurut Edward III yang dikutip oleh Widodo, struktur
birokrasi (bureaucratic strukture) mencakup dimensi fragmentasi (fragmentation)
dan standar prosedur operasi (standar operating procedure) yang akan
memudahkan dan menyeragamkan tindakan dari para pelaksana kebijakan dalam
11
melaksanakan apa yang menjadi bidang tugasnya (Edward III dalam Widodo
2007:106).
Dimensi fragmentasi diperlukan karena tanggung jawab atas suatu bidang
kebijakan tidak semata-mata menyatu pada satu instansi saja melainkan menyebar
pada berbagai organisasi. Untuk kesuksesan suatu kebiajakan memerlukan
koordinasi Dinas diantara para pelaksana kebijakan, akan tetapi para pelaksana
kebijakan masih sering mempertahankan eksistensi sendiri sehingga menyulitkan
proses koordinasi.
Aspek yang lainnya dalam struktur birokrasi adalah adanya prosedur
operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP ini
merupakan pedoman bagi pelaksana kebijakan dalam bertindak atau menjalankan
tugasnya.
Melengkapi teori tentang Sistem Admnistrasi Kependudukan maka akan
di uraikan mengenai pengertian sistem, data dan informasi, M. Khoirul Anwar
dalam buku SIMDA:Aplikasi Sitem Informasi Administrasi Kependudukan Bagi
Pemerintahan Di Era Otonomi Daerah menjelaskan pengertian sistem, sistem
adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan dan saling bekerja sama
untuk mencapai beberapa tujuan (Anwar, 2004:4). Sedangkan pengertian data
menurut Wahyono, data adalah bahan baku informasi, didefinisikan sebagai
kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, tindakan, benda dan
sebagainya (Wahyono, 2004:2).
Menurut Wahyono, informasi adalah hasil dari pengolahan data menjadi
bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambrkan suatu
12
kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk
pengambilan suatu keputusan (Wahyono, 2004:3). Kegunaan informasi untuk
mengurangi ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan tentang suatu
keadaan. Sedangkan nilai dari pada informasi ditentukan oleh manfaat, biaya dan
kualitas maksudnya bahwa informasi dianggap bernilai apabila manfaatnya lebih
efektif dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkannya.
Menurut Sondang, informasi yang mampu mendukung proses
pengambilan keputusan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: lengkap, mutakhir,
akurat, dapat dipercaya, dan disimpan sedemikian rupa sehingga mudah ditelusuri
untuk digunakan sebagai alat pendukung proses pengambilan keputusan apabila
diperlukan (Sondang, 2007:76). Jadi sistem informasi merupakan bagian dari hasil
pengolahan data yang lebih berguna bagi penerimanya dan mempunyai syarat
lengkap, mutakhir, akurat, dapat dipercaya, dan disimpan sedemikian rupa. Begitu
juga dengan sistem informasi administrasi kependudukan yang merupakan bagian
dari hasil pengolahan data yang sudah berbentuk dan berguna bagi kepentingan
atau kegiatan administrasi.
Pengolahan data secara elektronik merupakan serangkaian kegiatan yang
dimaksudkan untuk menyediakan informasi dengan menggunakan komputer yang
mencangkup pengumpulan, pemprosesan, penyimpanan, dan pengawasan hasil
pengolahan tersebut. Informasi akan berkualitas apabila inforamasi tersebut
bernilai dan bermanfaat, hal tersebut dapat dilihat melalui indikator dalam sistem
informasi administrasi kependudukan seperti yang dikutip Jogiyanto H.M dalam
bukunya: Analisis dan Disain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur Teori dan
13
Praktek Aplikasi Bisnis, antara lain: kualitas informasi akurat, informasi harus
tepat waktu, dan Informasi harus relevan (Jogiyanto, 2001:10).
Setelah data dan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
kebijakan sudah didapatkan, maka selanjutnya dapat mengetahui hasil dari
kebijakan tersebut. Hasil kebijakan yaitu dampak pada masyarakat, individu dan
kelompok serta perubahan dan penerimaan masyarakat. Kemudian, dapat
mengukur keberhasilan melalui penilaian terhadap program yang telah
dilaksanakan, yaitu program tersebut harus sesuai dengan rencana awal yang
sudah ditetapkan. Selain itu juga dapat mengukur keberhasilan dengan melihat
tujuan yang akan dicapai apakah sesuai dengan tujuan kebijakan. Tujuan
kebijakan tersebut sesuai dengan program yang telah didanai oleh pemerintah.
Sistem informasi administrasi kependudukan yang merupakan bagian dari
hasil pengolahan data ini tentunya memberikan pelayanan terbaik kepada publik
atau masyarakat. Menurut Dwiyanto, pelayanan publik dapat didefinisikan
sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat (Dwiyanto, 2005:141).
Menurut Moenir, pemerintah dalam memberikan pelayanan terbaik kepada
publik dapat dilakukan dengan cara:
1.Memberikan kemudahan dalam pengurusan hal-hal yang dianggap penting
2.Memberikan pelayanan secara wajar3.Memberikan perlakuan yang sama tanpa pilih-kasih4.Bersikap jujur dan terus terang(Moenir, 2007:47).
14
Berdasarkan penjelasan di atas secara teoritis, tujuan pelayanan publik
pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat, untuk mencapai kepuasan itu
dituntut kualitas pelayanan prima yang tercermin dari:
1. Transparansi, yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti
2. Akuntabilitas, yaitu pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
3. Kondisional, yaitu pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas
4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat
5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apa pun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain-lain
6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik (Sinambela, 2007:6).
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka definisi operasional dalam
penelitian ini adalah:
1. Implementasi adalah rangkaian tindakan yang nyata untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung.
2. Sistem informasi administrasi kependudukan adalah bagian dari hasil
pengolahan data administrasi akte kelahiran ini tentunya memberikan
pelayanan terbaik secara cepat dan tepat kepada masyarakat Kabupaten
Bandung.
3. pelayanan pendaftaran kependudukan adalah serangkaian aktivitas yang
dilakukan oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
15
Bandung. untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mengurus
pembuatan akte kelahiran. Dipengaruhi olehr suatu keberhasilan implementasi
tersebut di lihat dalam indikator sebagai berikut:
1) Komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan
pelaksanaan, sebagai proses penyampaian informasi dari pembuat
kebijakan yaitu aparat pelaksana dalam hal ini adalah Dinas Sosial
kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung adalah:
a. Transformasi atau penyampaian informasi kebijakan publik.
Penyampaian informasi ini ditujukan kepada sasaran yang tepat, yaitu
masyarakat dan kelompok atau organisasi lain. Keberhasilan kebijakan
dapat dilihat dari adanya penyampaian informasi yang tepat dan jelas
sesuai dengan sasaran, dengan begitu informasi akan sampai dengan
baik kepada masyarakat.
b. Kejelasan.
Penyampaian informasi dengan jelas, dapat dimengerti dan dipahami
oleh organisasi lain dan tentunya masyarakat Kabupaten Bandung.
c. Konsistensi.
Kebijakan yang dibuat oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bandung harus konsisten atau tetap sesuai dengan
tujuan yang telah ditentukan, jangan sampai kebijakan yang dibuat
oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung menyimpang dari ketentuan dalam pelaksanaannya.
16
2) Sumber daya merupakan hal yang sangat penting dalam Implementasi
Sistem Informasi kependudukan di Dinas sosial, kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung, adalah:
a. Sumber daya manusia.
Merupakan unsur yang penting dalam implementasi kebijakan, karena
manusia yang akan melaksanakan kebijakan. Kriteria manusia yang
dapat menunjang keberhasilan SIAK, yaitu berpotensi, mempunyai
keterampilan, pintar, terdidik dan terlatih serta siap sebagai pelaksana
kebijakan.
b. Sumber daya anggaran
Anggaran atau dana sangat diperlukan untuk keberhasilan
implementasi kebijakan, karena semua program memerlukan anggaran
yang banyak. Oleh karena itu kesiapan anggaran sangat diperlukan,
seperti untuk pembelian alat-alat komputer, pengadaan sarana-
prasarana, dan pengadaan jaringan komunikasi lainnya.
c. Sumber daya peralatan
Tersedianya fasilitas sumber daya peralatan di Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung akan
memudahkan pelayanan pendaftaran Kependudukan melalui jaringan
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan SIAK untuk
meningkatkan pelayanan pendaftaran kependudukan di Kabupaten
Bandung.
17
3) Disposisi (Disposition) sebagai persepsi, kewenangan, pemahaman dan
komitmen para pelaksana SIAK, dalam implemnentasi SIAK dalam
meningkatkan pelayanan informasi Kependudukan oleh Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung yang meliputi:
a. Pemahaman dan pendalaman yang tinggi maka akan mempermudah
terlaksananya sitem Informasi Administrasi Kependudukan untuk
meningkatkan pelayanan pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007.
b. Respon Masyarakat dan Aparatur, di tunjang dengan respon menerima,
netral atau menolak akan mempermudah terlaksananya implementasi
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Untuk Meningkatkan
Pelayanan Pendaftaran Kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan
dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007.
c. Intensitas aparatur, ditunjang dengan kemampuan yang tinggi maka
akan mempermudah terlaksananya implementasi administrasi
kependudukan untuk meningkatkan pelayanan pendaftaran
kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kbupaten Bandunng Tahun 2007.
4) Struktur birokrasi, Merupakan tugas masing-masing para pelakksanakan
kebijakan yang sudah di tentukan sesuai dengan kemampuannya, yang
memiliki pengaruh besar terhadap implementasi SIAK, Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung yang meliputi:
18
a. Fragmentasi, keberhasilan Implementasi Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan untuk meninngkatkan pelayanan
pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung diperlukan kerjasama yang baik dari
banyak orang. Oleh karena itu fragmentasi dapat menyebabkan distori
komunikasi yang akan menjadi penyebab gagalnya pelaksanaan suatu
system tersebut.
b. Standard Operating Procedur (SOP). Semakin jelas Sop maka
akanmempermudah aparatur di Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Siipil Kabupaten Bandung untuk meningkatkan Pelayanan
Pendaftaran Kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007.
Secara singkat, kerangka pemikiran di atas dapat dilihat secara jelas dalam
model kerangka pemikiran sebagai berikut:
19
Gambar 1.1 Model Kerangka Pemikiran
1.6 Metode Penelitian
1.6.1 Metode Penelitian
Sesuai dengan masalah yang dibahas dalam usulan penelitian ini dan
berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasar-dasar yang digunakan
untuk mencari kebenaran dalam usulan penelitian ini adalah berdasarkan suatu
metode. Metode tersebut dapat mengarahkan penyusunan dalam melakukan
penelitian dan pengamatan, dengan begitu dalam penelitian ini peneliti
menggunakan metode penelitian deskriptif. Dikutip dari buku Metode Penelitian
Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, Metode penelitian deskriptif adalah:
“Penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan ihwal masalah atau objek tertentu secara rinci. Penelitian deskriptif dapat bertipe kuantitatif dan
Implementasi sistem informasi kependudukan dipengaruhi oleh:
KomunikasiSumber dayaDisposisi.Struktur Birokrasi
Meningkatkan Pelayanan Pendaftaran Kependudukan
Bertujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat
atau publik dalam bidang pendaftaran kependudukan.
Pelayanana tersebut harus tepat dan benar, kemudahan
mendapatkan pelayanan, dan kenyamanan.
20
kualitatif dan biasanya dilakukan peneliti untuk menjawab sebuah atau beberapa pertanyaan mengenai keadaan objek atau objek amatan secara rinci” (Bagong Suyanto, 2005:17-18).
Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif, karena pengumpulan data
dilakukan dengan observasi dan wawancara. Menurut sugiyono metode penelitian
kualitatif adalah:
“Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi” (Sugiyono, 2005:1).
Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam,
suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data
yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak (Sugiyono,
2005:3). Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada
generalisasi, akan tetapi lebih menekankan pada makna
1.6.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh Peneliti dalam penelitian
ini adalah:
a. Studi Pustaka, yaitu dengan membaca dan mencari buku-buku yang
berhubungan langsung dengan implementasi kebijakan tentang sistem
informasi administrasi kependudukan dalam meningkatkan pelayanan publik
di Kabupaten Bandung Tahun 2007; serta dokumenter, yaitu format
pencatatan dokumen dan sumber datanya berupa catatan atau dokumen yang
tersedia pada Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil dan catatan sipil.
21
b. Studi Lapangan, yaitu dengan mengamati dan terjun langsung ke lapangan
untuk mengetahui implementasi kebijakan tentang sistem informasi
administrasi kependudukan kelahiran untuk meningkatkan pelayanan
pendaftaran kependudukan di Kabupaten Bandung tahun 2007. Studi lapangan
ini terdiri dari:
1. Observasi teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan
dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan
pertanyaan-pertanyaan. Observasi dilakukan peneliti terhadap
Implementasi SIAK di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
KAbupaten Bandung Tahun 2007. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan observasi non partisipan karena peneliti tidak terlibat
langsung tetapi peneliti hanya mengamati bagaimana Implementasi SIAK
di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung
Tahun 2007.
2. Wawancara, melakukan tanya jawab dengan narasumber yang mengetahui
dan memahami lebih jauh khususnya mengenai implementasi kebijakan
tentang sistem informasi administrasi kependudukan untuk meningkatkan
pelayanan pendaftaran kependudukan di Kabupaten Bandung tahun 2007.
1.6.3 Teknik Penentuan Informan
Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
snowball. Teknik ini adalah pengambilan sumber data yang pada awalnya
jumlahnya sedikit, akan tetapi lama-lama menjadi besar. Menurut pendapat
22
Lincoln dan Guba pengertian Snowball yang dikutip oleh Sugiyono dari bukunya
Memahami Penelitian Kualitatif, antara lain:
“Snowball yaitu dimana seorang peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari nara sumber sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan nara sumber lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Unit nara sumber yang dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan makin terarahnya fokus penelitian” (Lincoln dan Guba dalam Sugiyono, 2005:54-55).
Pengambilan informan berdasarkan snowball, yaitu penentuan informan
berdasarkan sumber data yang dijadikan sebagai informan penelitian. Berikut
adalah nama-nama aparat Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung yang dijadikan sumber informasi oleh peneliti.
1. Peneliti telah melaksanakan wawancara dengan Kepala Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung Drs. H. Yoyon
Setiawahyono sebagai orang pertama yang dijadikan sumber data. Informan
pertama ini dipilih karena orang yang mengetahui keseluruhan masalah
implementasi kebijakan SIAK dalam proses Pelayanan Pendaftaran
Kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung.
2. Sekretaris Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Drs. H. Salimin
M.Si beliau adalah orang yang mengetahui pengesahan dan penanggung jawab
kependudukan apabila Kepala Dinas sedang tidak ada di Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil.
3. Selanjutnya Kepala Sub Bagian Penyusunan Program SIAK Kabupaten
Bandung Drs. Bambang Priohutomo, MMPd beliau adalah yang memegang
23
kendali data sekaligus ahli teknologi sistem informasi administrasi
kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung, selanjutnya sampai pada informan yang terakhir ketika data sudah
lengkap.
4. Hj. Melia, S.sos seksi pengendalian system informasi kependudukan,
informan ini dipilih karena beliau mengetahui informasi mengenai
penggunaan SIAK Sesuai dengan jabatannya sebagai pengendali sistem
informasi kependudukan.
5. Drs. Wahyu Bidang Informasi Administrasi Kependudukan informan ini
dipilih karena beliau yang mengolah data administrasi kependudukan dalam
SIAK sehingga mengetahui bagaimana penggunaan SIAK.
Menurut Sanafiah Faisal teknik pengambilan sampel purposive adalah
teknik pengambilan sampel yang didasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu,
jadi tidak melalui proses pemilihan sebagaimana yang dilakukan oleh teknik
random. Sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti (Faisal, 1996:67).
Penentuan informan dalam penelitian ini berdasarkan objek yang diteliti dan
berdasarkan keterkaitan informan tersebut dengan penelitian.
Penentuan informan untuk nara sumber yang kedua adalah masyarakat dan
yang memohon pelayanan pendaftaran kependudukan di Kabupaten Bandung,
peneliti menggunakan Purposive yaitu cara memilih informan yang mewakili
dalam proses pengumpulan data yang objektif Peneliti akan menjadikan
masyarakat menjadi narasumber, karena informan ini merupakan sumber
informasi yang akan memberikan informasinya mengenai proses pendaftaran
24
kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung.
Berikut adalah nama informan yang berhasil ditemui selama melakukan
penelitian di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung.
1. Bapak Andi sebagai narasumber yang akan membuat permohonan Kartu
Keluarga
2. Bapak Udin yang sedang mengurus pembuatan Akte Kelahiran di Dinas
Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil.
3. Bapak Aef yang sedang mengurus Kartu Tanda Penduduk di Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil.
1.6.4 Teknik Analisis Data
Teknik analisa data yang sesuai dengan penelitian ini adalah analisa
deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai strategi
penyelidikan yang naturalistis dan induktif dalam mendekati suatu suasana
(setting) tanpa hipotesis-hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Teori
muncul dari pengalaman kerja lapangan dan berakar (grounded) dalam data
(Bagong Suyatna, 2005:183). Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam
Penelitian laporan ini ada tiga teknik, dikutip dari Sugiyono dengan bukunya
Memahami Penelitian Kualitatif, ketiga teknik tersebut sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan
25
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya bila diperlukan.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data.
Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar
kategori, flowchart dan sejenisnya. Penyajian data yang paling sering digunakan
untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang
bersifat naratif, dengan penyajian data maka akan memudahkan untuk memahami
apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah
dipahami tersebut.
3. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau
gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum pasti sehingga setelah
diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau
teori. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat
menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin juga
tidak karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan
masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah peneliti berada di lapangan.
26
1.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung Jln. Raya Soreang KM 17 Tlp (022) 5893326,
Fax. 5891136 Soreang-40911 Adapun penjadwalan untuk penelitian ini melewati
Tahapan sebagai berikut:
a). Penyusunan rancangan judul, bulan April 2008.
b). Penyusunan usulan penelitian dengan arahan pembimbing, bulan Mei-Juni
2008.
c). Seminar usulan penelitian dengan pembimbing dan pembahas, bulan Juli
2008.
d). Pengumpulan data di lapangan, bulan Juli-Agustus 2008.
e). Analisa data yang diperoleh dari lapangan bulan Agustus-Desember 2008.
f). Penelitian skripsi bulan Agustus-Desember 2008.
g). Sidang ujian skripsi, bulan Januari 2009.
27
Tabel 1.1Jadwal Penelitian
No WaktuKegiatan
Tahun 2008 Tahun 2009
April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Januari
1Penyusunan rancangan Judul
2Penyusunan Usulan Penelitian
3Seminar Usulan Penelitian
4 Pengumpulan Data
5 Analisa Data
6 Penelitian Skripsi
7 Sidang Ujian Skripsi
28
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Implementasi
Kebijakan yang telah direkomendasikan untuk dipilih oleh pembuat
kebijakan bukanlah jaminan bahwa kebijakan tersebut pasti berhasil dalam
implementasinya. Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan
implementasi kebijakan baik yang bersifat individual maupun kelompok atau
institusi. Implementasi dari suatu program melibatkan upaya-upaya pembuat
kebijakan untuk mempengaruhi perilaku birokrat pelaksana agar bersedia
memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran.
Dalam berbagai sistem politik, kebijakan publik diimplementasikan oleh
badan-badan pemerintah. Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan-
pekerjaan pemerintah dari hari ke hari yang membawa dampak pada
warganegaranya. Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering
menghadapi pekerjaan-pekerjaan di bawah mandat dari Undang-Undang,
sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang
seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.
Secara etimologis pengertian implemetasi menurut Kamus Webster yang
dikutip oleh Solichin Abdul Wahab adalah:
Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan) berati to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu) (Webster dalam Wahab, 2005:64).
29
Jadi sesuatu yang dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu
dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan
kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan ke
negaraan. Sedangkan pengertian implementasi menurut Van Meter dan Van Horn
adalah :
Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan (Meter dan Horn dalam Wahab, 2005:65).
Jadi implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan
kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji
terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk
atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak
bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.
Dalam melengkapi pengertian implementasi di atas, menurut George C.
Edwards III yang dikutip oleh Budi Winarno bahwa implementasi kebijakan
adalah:
Tahap pembuatan kebijakan antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu, suatu kebijakan yang cemerlang mungkin juga akan mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan (Edwards III dalam Winarno, 2002:125-126).
Jadi implementasi kebijakan dalam pembuatannya melalui adanya suatu
tahapan, tahapan tersebut dalam pelaksanaannya di pengaruhi oleh masyarakat
30
karena dengan melibatkan masyarakat maka pelaksanaan kebijakan tidak akan
berhasil. Akan tetapi walaupun kebijakan tersebut sudah tepat dan
mengikutsertakan masyarakat maka akan mengalami kegagalan yang diakibatkan
oleh kurang diimplementasikan oleh para pelaksana kebijakan. Oleh karena itu
apabila suatu kebijakan dapat berhasil maka dalam prosesnya harus melibatkan
masyarakat dan juga dalam mengimplementasikan kebijakan harus maksimal
sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pengertian implementasi di atas Van Meter dan Van Horn
mengemukakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu
implementasi yang dikutip oleh Wahab, yaitu:
1. Ukuran dan tujuan kebijakan2. Sumber-sumber kebijakan3. Ciri-ciri atau sifat Badan/Instansi pelaksana4. Komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan
pelaksanaan5. Sikap para pelaksana, dan6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik(Meter dan Horn dalam Wahab, 2005:79).
Pertama, ukuran dan tujuan kebijakan diperlukan untuk mengarahkan
dalam melaksanakan kebijakan, hal tersebut dilakukan agar sesuai dengan
program yang sudah direncanakan. Dalam ukuran kebijakan SIAK yang menjadi
sasaran adanya kepuasan pelayanan yang dirasakan oleh masyarakat dan adanya
kemudahan dalam pembuatan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil. Tujuan dari
kebijakan SIAK, yaitu membangun data base kependudukan melalui
pemberlakuan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang bersifat nasional berguna
dalam mewujudkan tertib administrasi kependudukan di Kabupaten Bandung.
Tujuan selanjutnya sebagai alat perlindungan, yaitu melindungi hak-hak individu
31
penduduk melalui pelayanan penerbitan dokumen kependudukan (KTP, KK dan
Akta Catatan Sipil berbasis NIK). Kebijakan diimplementasikan harus secara jelas
sesuai dengan tujuannya, kebijakan apa yang akan ditetapkan sebagai sistem yang
akan dilaksanakan oleh unit-unit administrasi.
Kedua, menurut Van Metter dan Van Horn yang dikutip oleh Agustino,
sumber daya kebijakan merupakan keberhasilan proses implementasi kebijakan
yang dipengaruhi dengan pemanfaatan sumber daya manusia, biaya, dan waktu
(Meter dan Horn dalam Agustino, 2007:142). Sumber-sumber kebijakan tersebut
sangat diperlukan untuk keberhasilan suatu kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah. Sumber daya manusia sangat penting karena sebagai sumber
penggerak dan pelaksana kebijakan, anggaran diperlukan untuk kelancaran
pembiayaan kebijakan agar tidak menghambat proses kebijakan. Sedangkan
waktu merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan kebijakan, karena
waktu sebagai pendukung keberhasilan kebijakan. Sumber daya waktu merupakan
penentu pemerintah dalam merencanakan dan melaksanakan kebijakan.
Ketiga, keberhasilan kebijakan bisa dilihat dari sifat atau ciri-ciri
badan/instansi pelaksana kebijakan. Hal ini sangat penting karena kinerja
implementasi kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang
tepat serta cocok dengan para badan atau instansi pelaksananya. Menurut
Subarsono kualitas dari suatu kebijakan dipengaruhi oleh kualitas atau ciri-ciri
dari para aktor, kualitas tersebut adalah tingkat pendidikan, kompetensi dalam
bidangnya, pengalaman kerja, dan integritas moralnya (Subarsono, 2007:7).
Pendapat lain, menurut Edwards III yang dikutip oleh Subarsono watak,
32
karakteristik atau ciri-ciri yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen,
kejujuran, dan sifat demokratis (Edwards III dalam Subarsono, 2007:91-92). Hal
ini sangat penting karena kinerja implementasi sangat dipengaruhi oleh sifat
ataupun ciri-ciri dari pelaksana tersebut. Apabila implementor memiliki sifat atau
karakteristik yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik
seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.
Keempat, komunikasi memegang peranan penting bagi berlangsungnya
koorDinasi implementasi kebijakan. Menurut Hogwood dan Gunn yang dikutip
oleh Wahab bahwa koorDinasi bukanlah sekedar menyangkut persoalan
mengkomunikasikan informasi ataupun membentuk struktur-struktur administrasi
yang cocok, melainkan menyangkut pula persoalan yang lebih mendasar, yaitu
praktik pelaksanaan kebijakan (Hogwood dan Gunn dalam Wahab, 2005:77).
Menurut Edward III yang dikutip oleh Widodo, komunikasi kebijakan memiliki
beberapa macam dimensi antara lain: dimensi transformasi atau penyampaian
informasi kebijakan publik, kejelasan, dan konsistensi (Edward III dalam Widodo,
2007:97). Semakin baik koorDinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat
dalam suatu proses implementasi, maka terjadinya kesalahan-kesalahan akan
sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula sebaliknya.
Kelima, menurut Van Meter dan Van Horn yang dikutip oleh Subarsono,
bahwa karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-
norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi (Meter dan Horn
dalam Subarsono, 2007:101). Sikap para pelaksana dalam menjalankan tugas dan
tanggungjawab sebagai pelaksana kebijakan harus dilandasi dengan sikap disiplin.
33
Hal tersebut dilakukan karena dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi
kebijakan, setiap badan/instansi pelaksana kebijakan harus merasa memiliki
terhadap tugasnya masing-masing berdasarkan rencana yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Keenam, dalam menilai kinerja keberhasilan implementasi kebijakan
menurut Van Meter dan Van Horn yang dikutip oleh Agustino adalah sejauh mana
lingkungan eksternal ikut mendukung keberhasilan kebijakan publik yang telah
ditetapkan, lingkungan eksternal tersebut adalah ekonomi, sosial, dan politik
(Meter dan Horn dalam Agustino, 2007:144). Dalam melengkapi pendapat
tersebut Mazmanian dan Sabatier yang dikutip oleh Subarsono, bahwa kondisi
sosial dipengaruhi oleh masyarakat yang sudah terbuka dan terdidik (Mazmanian
dan Sabatier dalam Subarsono, 2007:98). Menurut Van Meter dan Van Horn yang
dikutip oleh Subarsono, dukungan sumber daya ekonomi dapat mendukung
keberhasilan implementasi kebijakan dan dalam lingkungan politik dukungan elite
politik sangat diperlukan dalam mendukung keberhasilan implementasi kebijakan
(Meter dan Horn dalam Subarsono, 2007:98). Sedangkan dalam pandangan
Edwards III yang dikutip oleh Subarsono, implementasi kebijakan dipengaruhi
oleh empat variabel, yaitu:
1. Komunikasi2. Sumber daya3. Disposisi4. Struktur birokrasi (Edwards III dalam Widodo, 2007:96-110).
Berdasarkan keempat variabel di atas, lebih jelas akan diuraikan sebagai
berikut:
34
Komunikasi implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor
mengetahui apa yang harus dilakukan, sehinggga apabila membuat kebijakan
tidak salah dalam membuat kebijakannya. Selain itu juga dalam komunikasi
implementasi kebijakan terdapat tujuan dan sasaran kebijakan yang harus
disampaikan kepada kelompok sasaran, hal tersebut dilakukan agar mengurangi
kesalahan dalam pelaksanaan kebijakan.
Sumber daya, walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas
dan konsisten, akan tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk
melaksanakan kebijakan maka tidak akan berjalan dengan efektif. Sumber daya
yang dapat mendukung pelaksanaan kebijakan dapat berwujud, seperti sumber
daya manusia, dan sumber daya finansial. Sumber daya ini sangat berpengaruh
terhadap pelaksaan kebijakan, tanpa sumber daya kebijakan tidak akan berjalan
dengan baik.
Disposisi, adalah watak atau karakteeristik yang dimiliki oleh pelaksana
kebijakan, disposisi itu seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratik.
Apabila pelaksana kebijakan mempunyai karakteristik atau watak yang baik,
maka dia akan melaksanakan kebijakan dengan baik sesuai dengan sasaran tujuan
dan keinginan pembuat kebijakan.
Struktur organisasi, merupakan yang bertugas melaksanakan kebijakan
memiliki pengaruh besar terhadap pelaksanaan kebijakan. Salah satu aspek
struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang
standar (standard operating procedures atau SOP). SOP ini merupakan pedoman
bagi pelaksana kebijakan dalam bertindak atau menjalankan tugasnya.
35
2.2 Pengertian Sistem Informasi
Negara Indonesia saat ini sedang menuju ke era baru yang lebih
menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan lebih terbuka dalam menangkap
aspirasi atau suara nurani masyarakat yang berkembang di lingkungan
masyarakat. Dalam era keterbukaan ini, tuntutan pemerintah untuk menyampaikan
informasi melalui perangkat-perangkat lunak seperti komputer sangat
diperlukan. Hal tersebut dikarenakan masyarakat sekarang lebih kritis dalam
menyikapi masalah yang berkaitan dengan pelayanan publik, selain itu juga
masyarakat era sekarang jauh lebih terbuka terhadap hal-hal baru khususnya
dalam perkembangan dunia informasi.
Perkembangan Sistem informasi berbasis komputer ini, pemerintah daerah
juga dituntut agar siap dalam mengoprasionalkan semua pelayanan kepada
masyarakat dengan menggunakan sistem komputerisasi. Melengkapi pandangan
tersebut, maka diuraikan mengenai sistem, data dan informasi, M. Khoirul Anwar
dalam buku SIMDA: Aplikasi Sitem Informasi Administrasi Kependudukan Bagi
Pemerintahan Di Era Otonomi Daerah menjelaskan pengertian sistem, sistem
adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan dan saling bekerja sama
untuk mencapai beberapa tujuan (Anwar, 2004:4). Sedangkan pengertian data
menurut Wahyono, data adalah bahan baku informasi, didefinisikan sebagai
kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, tindakan, benda dan
sebagainya (Wahyono, 2004:2).
Menurut Wahyono, informasi adalah hasil dari pengolahan data menjadi
bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambrkan suatu
36
kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk
pengambilan suatu keputusan (Wahyono, 2004:3). Kegunaan informasi untuk
mengurangi ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan tentang suatu
keadaan. Sedangkan nilai dari pada informasi ditentukan oleh manfaat, biaya dan
kualitas maksudnya bahwa informasi dianggap bernilai apabila manfaatnya lebih
efektif dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkannya.
Menurut Sondang, informasi yang mampu mendukung proses
pengambilan keputusan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: lengkap, mutakhir,
akurat, dapat dipercaya, dan disimpan sedemikian rupa sehingga mudah ditelusuri
untuk digunakan sebagai alat pendukung proses pengambilan keputusan apabila
diperlukan (Sondang, 2007:76). Jadi sistem informasi merupakan bagian dari hasil
pengolahan data yang lebih berguna bagi penerimanya dan mempunyai syarat
lengkap, mutakhir, akurat, dapat dipercaya, dan disimpan sedemikian rupa. Begitu
juga dengan sistem informasi administrasi kependudukan yang merupakan bagian
dari hasil pengolahan data yang sudah berbentuk dan berguna bagi kepentingan
atau kegiatan administrasi.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka antara sistem, data dan informasi
memiliki kesinambungan yang saling melengkapi. Data merupakan bahan baku
atau bahan awal bagi suatu informasi dari data-data yang masih bersifat acak
kenudian data tersebut disaring untuk mendapatkan informasi yang akurat, jelas
dan dapat dipertanggungjawabkan. Selanjutnya data yang sudah menjadi
informasi tersebut akan menjadi sistem informasi, yaitu bagian dari komponen-
37
komponen yang berasal dari hasil pengolahan data, yang kenudian akan di
informasikan kepada seseorang yang memerlukan informasi tersebut.
perkembangan zaman yang semakin maju dan teknologi yang semakin
canggih, maka dalam pengolahan data secara elektronik sangat mendukung dalam
berbagai kegiatan atau aktivitas. Pengolahan data secara elektornik merupakan
serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk menyediakan informasi dengan
menggunakan komputer yang mencangkup pengumpulan, pemprosesan,
penyimpanan, dan pengawasan hasil pengolahan tersebut. Informasi akan
berkualitas apabila inforamasi tersebut bernilai dan bermanfaat, hal tersebut dapat
dilihat melalui beberapa hal dalam sistem informasi administrasi kependudukan
seperti yang dikutip Jogiyanto H.M dalam bukunya: Analisis dan Disain Sistem
Informasi Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis, antara lain:
kualitas informasi akurat, informasi harus tepat waktu, dan Informasi harus
relevan (Jogiyanto, 2001:10).
Pertama, kualitas informasi harus akurat, informasi tersebut harus
berdasarkan dari kesalahan atau kebenaran yang terjadi di lapangan atau lokasi
dan informasi tersebut tidak bias atau bahkan menyesatkan bagi seseorang yang
memerlukan informasi tersebut. Kedua, informasi harus tepat waktu, informasi
yang disampaikan kepada seseorang atau pihak yang memerlukan tidak boleh
terlambat. Apabila informasi itu tidak tepat waktu, maka informasi tersebut tidak
bermanfaat dan tentunya merugikan pihak lain. Ketiga, informasi harus relevan,
informasi tersebut harus memberikan manfaat bagi yang memerlukannya, karena
informasi akan bermanfaat bagi seseorang atau penerima informasi apabila
38
infomasi tersebut saling berkaitan antara informasi yang satu dengan informasi
yang lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, dalam hal ini bahwa pemerintah harus
menerapkan pengolahan data secara elektonik yang bertujuan untuk memberikan
kemudahan dalam mengakses informasi yang cepat, akurat dan bernilai yang
berguna bagi penerima informasi. Penerapan pengolahan data secara elektronik
tersebut, tidak hanya di tingkat pusat saja melainkan di tingkat daerah juga perlu
diterapakan pengolahan data secara elektronik. Berikut ini menurut Anwar,
alasan–alasan sekaligus latar belakang diterapkannya sistem informasi di
lingkungan pemerintah daerah, yaitu:
1. Peran informasi dan teknologi yang semakin canggih serta mendominasi di hampir semua bidang kehidupan sehingga mendorong ke arah globalisasi
2. Dalam era globalisasi akan dilandasi dengan kebutuhan informasi yang semakin meningkat diikuti dengan semakin berkembangnya jaringan internet, batas wilayah negara semakin tidak jelas, persaingan perdagangan semakin ketat
3. Munculnya tuntutan masyarakat pada birokrat untuk meningkatkan kinerja dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan
4. Kemajuan teknologi informasi yang semakin maju dan mampu mendorong kegiatan
(Anwar, 2004:112-113).
Perkembangan teknologi begitu cepat seiring dengan semakin pesatnya
dunia informasi, sehingga menjadikan jarak antara negara yang satu dengan yang
lain begitu dekat dengan adanya teknologi. Hal ini juga yang menjadikan peran
informasi dituntut untuk selalu akurat agar tidak ketinggalan informasi, hampir
semua kegiatan sehari-sehari tidak akan terlepas dari pengaruh teknologi.
Berkembang pesatnya peran informasi dan teknologi menyebabkan semakin
39
mendekatkan wilayah negara sehingga batas wilayah tidak jelas, dan timbulnya
persaingan perdagangan yang sangat ketat.
Perkembangan informasi dan teknologi juga menjadikan pemerintah harus
meningkatkan kinerja dan pelayanannya kepada masyarakat. Hal itu dikarenakan
masyarakat semakin pintar, mereka menutut pada birokrat untuk meningkatkan
kinerja pemerintahan dan penyampaian infornasi yang cepat dan jelas.
Perkembangan teknologi informasi juga menjadikan kegiatan semakin maju,
karena adanya dukungan teknologi informasi. Hal tersebut terlihat dari semakin
banyaknya instansi atau lembaga pemerintahan dalam kinerjanya menggunakan
kecanggihan teknologi. Dalam mengakses informasi pun sekarang menjadi lebih
mudah, cepat dan beragam informasi yang di dapatkan, sehingga peran teknologi
informasi sangat berguna dalam berbagai kegiatan.
sistem informasi yang dimaksudkan dapat memenuhi kebutuhan informasi
secara terpadu, cepat, lengkap dan akurat guna mendukung proses pengambilan
keputusan dan meningkatkan kualitas pelayanan publik belum berjalan secara
maksimal sebagaimana yang diharapkan. Instansi-instansi ataupun lembaga-
lembaga di lingkungan pemerintah daerah belum banyak yang memanfaatkan
data-data yang tersedia. Hal itu disebabkan karena adanya kendala-kendala yang
dihadapi oleh pemerintah daerah, Anwar mengungkapkan kendala-kendalannya,
yaitu:
1. Masalah dalam penyediaan dana, seperti yang kita tahu bahwa dana yang dibutuhkan dalam program ini membutuhkan banyak, sehingga menjadi salah satu penghambat berjalannya pembangunan sistem informasi ini
2. Masalah kebijakan, hal ini sangat mendasar karena pentingnya kebijakan sebagai pendukung penyelenggaraan program ini, tanpa kebijakan yang baik maka pelaksanaannya pun akan mengalami kendala
40
3. Masalah sumber daya manusia, hal ini sangat penting karena manusia merupakan pelaksana atau yang mengoprasionalkan jaringan komputer tersebut, oleh karena itu dibutuhkan sumber daya manusia yang berpotensi, terdidik dan terampil
4. Masalah validitas data, banyak instansi atau lembaga yang tidak menyediakan data yang sesuai dengan keadaan sebenarnya. Data sering diperlakukan khusus dan subyektif, sehingga validitasnya kuarang dapat dipertanggungjawabkan
5. Masalah jaringan komunikasi, disebabkan lingkup pembangunan sistem informasi ini cukup luas, mulai dari instansi sumber data, pusat pengolahan data dan instansi pemakai informasi. Oleh karena itu untuk menunjang maka perlu dibangun jaringan komunikasi yang menghubungkan secara on-line
6. Masalah perangkat keras dan lunak, penyediaan alat tersebut masih dilakukan secara bertahap sehingga masih membutuhkan waktu yang cukup lama agar semua bisa terlaksana sesuai dengan rencana
7. Masalah kelembagaan, disebabkan karena tidak adanya kejelasan tugas, fungsi dan mekanisme yang melekat pada salah satu komponen. Sehingga data akan berjalan apabila adanya kejelasan tugas dari lembaga tersebut
8. Masalah perumusan data strategis dan data operasional, disebabkan karena hingga saat ini belum ada rumusan atau batasan yang jelas data apa saja yang dapat dikategorikan sebagai data strategis dan data apa saja yang dapat dikategorikan sebagai data operasional
(Anwar, 2004:117-120).
Pertama, faktor anggaran sangat berpengaruh terhadap berbagai kegiatan,
begitu pun dengan pihak pemerintah anggaran menjadi kendala dalam
pembangunan sistem informasi. Dalam pembangunan sistem informasi dana yang
diperlukan sangat besar, sehingga pemerintah dalam pelaksanaannya menemukan
kendala atau hambatan. Kedua, kebijakan merupakan faktor yang penting juga,
karena dengan adanya kebijakan maka program akan berjalan. Akan tetapi setiap
program kebijakannya tidak ada atau kebijakan itu ada setelah program itu
berjalan sehingga dalam perkembangannya dapat menghambat jalannya suatu
program tersebut.
41
Ketiga, sumber daya manusia sangat penting, sebagai pendukung
keberhasilan dalam pelaksanaan dan pembangunan suatu program. Manusia
dikatakan penting, karena manusia sebagai pelaksana atau mengoperasionalkan
jaringan computer tersebut, oleh karena diperlukan sumber daya manusia yang
berpotensi, pintar, terdidik dan terampil. Keempat, Masalah kebenaran data juga
sangat penting karena masih ada instansi yang tidak menyediakan data sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Hal ini yang menjadi kendala bagi pemerintah
daerah dalam menerapkan sistem informasi, karena banyak instansi yang tidak
mau memberikan keterangan data sesuai dengan faktanya.
Kelima, jaringan komunikasi dapat dijadikan kendala, karena penerapan
sistem informasi di pemerintahan daerah membutuhkan jaringan yang sangat luas.
Hal tersebut dikarenakan luas wilayah dari daerah yang akan menerapkan sistem
informasi tersebut, selain itu juga membutuhkan banyak dana untuk jaringan
komunikasi dan sarana pendukung lainnya. Keenam, masalah perangkat keras dan
lunak hal ini berhubungan dengan jaringan komunikasi, karena jaringan
komunikasi memerlukan dukungan dengan adanya perangkat lunak dan perangkat
keras. Masalah perangkat keras dan perangkat lunak ini menjadi kendala, karena
penyediaannya masih bertahap tidak merata sehingga waktu yang diperlukan
cukup lama agar bias terlaksana dengan baik.
Ketujuh, masalah kelembagaan karena lembaga yang ada tidak jelas
mengenai tugas, fungsi dan mekanismenya. Sehingga data yang ada tidak akan
berjalan dengan baik, hal ini yang menjadikan kendala dalam penerapan sistem
informasi di pemerintahan daearah. Kedelapan, masalah perumusan antara data
42
yang strategis dengan data yang operasional, karena sampai saat ini belum adanya
kejelasan mengenai batasan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa dalam penerapan sistem informasi di
lingkungan pemerintah daerah belum berjalan secara maksimal. Penerapan sistem
informasi di pemerintah daerah ini masih memerlukan banyak persiapan,
persiapan itu menyangkut sumber daya manusia, anggaran, infrastruktur atau
sarana dan prasarana sebagai pendukung. Selain itu juga yang diperlukan adalah
dengan adanya kesiapan atau mental dari pemerintah daerah itu sendiri dalam
menghadapi penerapan sistem informasi.
2.3. Pengertian Administrasi Kependudukan
Administrasi dalam arti luas adalah proses penyelenggaraan kegiatan
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan
sumber daya manusia dan manusia. Lebih lanjut Herbert A. Simon
mengemukakan bahwa pengertian luas administrasi dapat dirumuskan sebagai
kegiatan dari kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama
(Herbert dalam Moenir, 2007:78). Berdasarkan pendapat Herbert tersebut, bahwa
administrasi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
sekelompok orang yang saling bekerja sama dalam melakukan pekerjaannya dan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Menurut Moenir, administrasi mempunyai arti yang berbeda-beda, untuk
lebih jelas maka dapat dijelaskan dalam arti administrasi dalam arti luas dan
sempit, sebagai berikut:
43
Dalam pengertian luas administrasi meliputi seluruh proses kegiatan organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan dan dilaksanakan oleh tenaga-tenaga yang berkemampuan. Sedangkan dalam arti sempit, administrasi menyelinap kebagian-bagian paling kecil dari organisasi yang dilaksanakan oleh tenaga-tenaga tingkat rendah melalui keterampilannya. Sebutan untuk administrasi dalam arti sempit ini adalah tata usaha (Moenir, 2007:87).
Berdasarkan pengertian administrasi dalam arti luas dan sempit tersebut,
keduanya mempunyai kesamaan dalam melakukan pekerjaan yang membedakan
dari keduanya adalah dari segi kegiatan, tujuan dan sifatnya. Administrasi dalam
arti luas kegiatannya lebih besar, organisasinya besar, tujuan organisasinya besar
dan sifatnya berdasarkan kemampuan. Sedangkan administrasi dalam arti sempit
lingkup kegiatannya kecil, organisasinya juga kecil, tujuan yang akan dicapai
hanya sebagian sasaran saja dan sifatnya berdasarkan keterampilan.
Globalisasi yang ditandai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi khususnya dibidang Informasi dan Komunikasi membuat dunia
menjadi transparan, seolah-olah menjadi satu kawasan tanpa mengenal batas
Negara. Seperti halnya dengan informasi, administrasi kependudukan juga
memerlukan adanya pengaruh dari tehnologi karena melalui tehnologi ini tertib
administrasi dapat teratur dengan baik. Kemajuan teknologi informasi dalam
mendukung berbagai kegiatan, termasuk pelayanan administrasi kependudukan
merupakan suatu tuntutan yang tidak dapat diabaikan begitu saja.
Berkenaan dengan hal tersebut untuk mempermudah penyelenggaraan
administrasi kependudukan dengan adanya Sistem pelayanan kependudukan dan
pencatatan sipil yang terintegrasi dapat merealisasikan Data Base penduduk.
Berdasarkan uraian di atas, maka untuk lebih jelas mengenai pengertian SIAK
44
sebagai berikut: Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) adalah
sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
memfasilitasi pengelolaan administrasi kependudukan Harian Global, melalui
http://www.harian-global.com).
SIAK merupakan suatu sistem informasi yang menggunakan kemampuan
tehnologi informasi dan komunikasi dalam melakukan kegiatan administrasi
kependudukan, melalui tehnologi tersebut pelayanan administrasi kependudukan
yang diberikan kepada masyarakat dapat lebih baik. Pelayanan lebih baik tersebut
dikarenakan Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung
dalam memberikan pelayanan telah menggunakan data base sehingga pelayanan
administrasi kependudukan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Hal
tersebut berbeda sebelum adanya SIAK, administrasi kependudukan tidak tertib
dan pelayanan administrasi yang dilakukan tidak secepat dan semudah dengan
adanya data base kependudukan.
Berdasarkan pengertian SIAK di atas, maka tujuan SIAK adalah:
1. Membangun data base kependudukan melalui pemberlakuan Nomor Induk Kependudukan (NIK) nasional guna mewujudkan tertib administrasi kependudukan
2. Melindungi hak-hak individu penduduk, melalui pelayanan penerbitan dokumen kependudukan (KTP, KK dan Akta Catatan Sipil yang berbasis NIK)
(Sumber: Rapat Kerja Kebijakan Administrasi Kependudukan Kabupaten Bandung)
Tujuan SIAK tersebut membangun data base kependudukan, hal tersebut
dimaksudkan agar terciptanya pendataan penduduk dengan teratur. Melalui data
base kependudukan juga dapat memudahkan para pegawai Dinas Kependudukan
dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dalam memberikan pelayanan, sehingga
45
kualitas pelayanan yang diberikan dapat dengan baik. Selain itu tujuan SIAK
adalah dapat melindungi hak-hak setiap penduduk, perlindungan hak-hak tersebut
melalui kepemilikan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil dari masing-masing
penduduk. Melalui kepemilikan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil tersebut
bertujuan sebagai identitas bagi seseorang melalui kepemilikan dokumen
kependudukan juga dapat menjamin hak-hak setiap individu.
2.4 Pengertian Pelayanan
Menelusuri arti pelayanan umum tidak terlepas dari masalah kepentingan
umum, yang menjadi asal-usul timbulnya istilah pelayanan umum. Oleh karena itu
antara kepentingan umum dengan pelayanan umum adanya hubungan yang saling
berkaitan. Meskipun dalam perkembangan lebih lanjut pelayanan umum dapat
juga timbul karena adanya kewajiban sebagai suatu proses penyelenggaraan
kegiatan organisasi.
Sistem informasi administrasi kependudukan yang merupakan bagian dari
hasil pengolahan data ini tentunya memberikan pelayanan terbaik kepada publik
atau masyarakat. Sebelum menjelaskan lebih lanjut mengenai pelayanan publik,
maka Peneliti akan menguraikan terlebih dahulu pengertian pelayanan. Pengertian
pelayanan tersebut dikemukakan oleh beberapa ahli, sebagai berikut:
Menurut Kotler dalam Sampara Lukman, pelayanan adalah setiap kegiatan
yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan
kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik (Kotler
dalam Lukman, 2000:8). Pelayanan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan
46
kepada orang lain atau pihak lain yang dapat memberikan suatu keuntungan dan
dapat memberikan manfaat, hasil dari pelayanan berupa kepuasan yang diberiakan
walaupun hasil dari pelayanan yang diberikan tidak terikat pada suatu benda.
Menurut Samparan Lukman dalam Sinambela, pelayanan adalah suatu
kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar
seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan
pelanggan (Lukman dalam Sinambela, 2007:5). Berdasarkan pengertian tersebut,
bahwa pelayanan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam
interaksi langsung dengan pihak lain atau interaksi dengan menggunakan
tehnologi.
Pelayanan yang diberikan dapat dilakukan secara langsung kepada orang
melalui bertemu langsung dengan orang tersebut atau pelayanan diberikan melalui
bantuan media lain, akan tetapi tetap konsisten standar pelayanan yang diberikan
secara prima sehingga orang yang mendapatkan pelayanan tersebut akan merasa
puas terhadap pelayanan yang diberikan.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai
hal, cara atau hasil pekerjaan melayani. Sedangkan melayani adalah menyuguhi
(orang) dengan makanan atau minuman; menyediakan keperluan orang;
mengiyakan; menerima; menggunakan (Badudu, 2001:781-782). Berdasarkan
pengertian tersebut, maka pelayanan merupakan suatu hal dalam memberikan
sesuatu kepada orang lain, suatu hal tersebut berupa pelayanan yang diberikan
kepada orang lain. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian cara seseorang dalam
memberikan pelayanan kepada orang lain, pelayanan tersebut dapat berupa
47
menyediakan keperluan orang dan melayani permintaan seseorang, misalnya
seorang nasabah meminta pelayanan perbankan kepada pegawai bank, maka
secara otomatis pegawai bank tersebut akan memberikan pelayanan sesuai dengan
permintaan nasabah.
48
BAB III
OBJEK PENELITIAN
3.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung
3.1.1 Sejarah Kabupaten Bandung
Kabupaten Bandung lahir melalui Piagam Sultan Agung Mataram, yaitu
pada ping Songo tahun Alif bulan Muharam atau sama dengan hari sabtu tanggal
20 April tahun 1641 M, sebagai Bupati Pertama pada waktu itu adalah
Tumenggung Wiraangunangun (1641-1681 M). dari bukti sejarah tersebut maka
ditetapkan bahwa tanggal 20 April sebagai tanggal Hari Jadi Kabupaten Bandung.
Jabatan Bupati kemudian di gantikan oleh Tumenggung Nyili salah seorang
putranya. Namun Nyili tidak lama memegang jabatan tersebut karena mengikuti
Sultan Banten. Jabatan Bupati kemudian di lanjutkan oleh Tumenggung
Ardikusumah, seorang Dalem Tenjolaya (Timbanganten) dari tahun 1681 -1704.
Selanjutnya kedudukan Bupati Kabupaten Bandung dari R. Ardikusumah
diserahkan kepada putranya R. Ardisuta yang diangkat tahun 1704 setelah
Pemerintah Belanda mengadakan pertemuan dengan para Bupati Wilayah
Priangan di Cirebon. R. Ardisuta ( 1704 - 1747 ) terkenal dengan nama
Tumenggung Anggadiredja I setelah wafat dia sering disebut Dalem Gordah.
sebagai penggantinya diangkat Putra tertuanya Demang Hatapradja yang bergelar
Anggadiredja II (1707 - 1747).
Pada masa Pemerintahan Anggadiredja III (1763 - 1794) Kabupaten
Bandung disatukan dengan Timbanganten, bahkan pada tahun 1786 dia
49
memasukkan Batulayang kedalam Pemerintahannya. Juga pada masa
Pemerintahan Adipati Wiranatakusumah II (1794 - 1829) inilah Ibukota
Kabupaten Bandung di pindahkan dari Karapyak (Dayeuh kolot) ke Pinggir
sungai Cikapundung atau Alun - alun Kotamadya Bandung sekarang. Pemindahan
Ibukota itu atas dasar perintah dari Gubernur Jendral Hindia Belanda Daendels
tanggal 25 Mei 1810, dengan alasan karena daerah baru tersebut dinilai akan
memberikan prospek yang lebih baik terhadap perkembangan wilayah.
Kabupaten Bandung lahir melalui Piagam Sultan Agung Mataram, yaitu
pada ping Songo tahun Alif bulan Muharam atau sama dengan hari sabtu tanggal
20 April tahun 1641 M, sebagai Bupati Pertama pada waktu itu adalah
Tumenggung Wiraangunangun (1641-1681 M). dari bukti sejarah tersebut maka
ditetapkan bahwa tanggal 20 April sebagai tanggal Hari Jadi Kabupaten Bandung.
Jabatan Bupati kemudian di gantikan oleh Tumenggung Nyili salah seorang
putranya. Namun Nyili tidak lama memegang jabatan tersebut karena mengikuti
Sultan Banten. Jabatan Bupati kemudian di lanjutkan oleh Tumenggung
Ardikusumah, seorang Dalem Tenjolaya (Timbanganten) dari tahun 1681 -1704.
Selanjutnya kedudukan Bupati Kabupaten Bandung dari R. Ardikusumah
diserahkan kepada putranya R. Ardisuta yang diangkat tahun 1704 setelah
Pemerintah Belanda mengadakan pertemuan dengan para Bupati Wilayah
Priangan di Cirebon. R. Ardisuta ( 1704 - 1747 ) terkenal dengan nama
Tumenggung Anggadiredja I setelah wafat dia sering disebut Dalem Gordah.
sebagai penggantinya diangkat Putra tertuanya Demang Hatapradja yang bergelar
Anggadiredja II (1707 - 1747). Pada masa Pemerintahan Anggadiredja III (1763 -
50
1794) Kabupaten Bandung disatukan dengan Timbanganten, bahkan pada tahun
1786 dia memasukkan Batulayang kedalam Pemerintahannya. Juga pada masa
Pemerintahan Adipati Wiranatakusumah II (1794 - 1829) inilah Ibukota
Kabupaten Bandung di pindahkan dari Karapyak (Dayeuh kolot) ke Pinggir
sungai Cikapundung atau Alun - alun Kotamadya Bandung sekarang.
Pemindahan Ibukota itu atas dasar perintah dari Gubernur Jendral Hindia
Belanda Daendels tanggal 25 Mei 1810, dengan alasan karena daerah baru
tersebut dinilai akan memberikan prospek yang lebih baik terhadap perkembangan
wilayah tersebut. Setelah kepala pemerintahan di pegang oleh Bupati
Wiranatakusumah IV (1846 - 1874) Ibukota Kabupaten Bandung Berkembang
pesat dan beliau dikenal sebagai Bupati yang progresif. dialah peletak dasar
master plan Kabupaten Bandung, yang disebut Negorij Bandoeng. Tahun 1850 dia
mendirikan pendopo Kabupaten Bandung dan Mesjid Agung. kemudian dia
memprakarsai pembangunan sekolah Raja (pendidikan Guru) dan mendirikan
sekolah untuk para menak Opleiding School Voor Indische Ambtenaaren. atas
jasa-jasanya dalam membangun Kabupaten Bandung disegala bidang beliau
mendapatkan penghargaan dari pemerintah Kolonial Belanda berupa Bintang jasa,
sehingga masyarakat menjulukinya dengan sebutan dalem bintang.
3.1.2 Letak Geografis Kabupaten Bandung
Kabupaten Bandung adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat,
Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung
berada pada 6°,41’ – 7°,19’ Lintang Selatan dan diantara107°22’ – 108°5’ Bujur
51
Timur dengan luas wilayah 176.239 ha. Batas Utara Kabupaten Bandung Barat;
Sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut; Sebelah Selatan
Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur sebelah Barat Kabupaten Bandung
Barat; di bagian Tengah Kota Bandung dan Kota Cimahi. Kabupaten Bandung
terdiri atas 30 kecamatan, 266 Desa dan 9 Kelurahan. Dengan jumlah penduduk
sebesar 2.943.283 jiwa (Hasil Analisis 2006) dengan mata pencaharian yaitu
disektor industri, pertanian, pertambangan, perdagangan dan jasa.
Sebagian besar wilayah Bandung adalah pegunungan. Di antara puncak-
puncaknya adalah: Sebelah utara terdapat Gunung Bukittunggul (2.200 m),
Gunung Tangkubanperahu (2.076 m) (Wilayah KBB) di perbatasan dengan
Kabupaten Purwakarta. Sedangkan di selatan terdapat Gunung Patuha (2.334 m),
Gunung Malabar (2.321 m), serta Gunung Papandayan (2.262 m) dan Gunung
Guntur (2.249 m), keduanya di perbatasan dengan Kabupaten Garut. Wilayah
Kabupaten Bandung beriklim tropis dipengaruhi oleh angina muson dengan curah
hujan rata – rata berkisar antara 1500 sampai dengan 4000mm /tahun, suhu rata –
rata berkisar antara 19°C sampai dengan 24°C.
3.1.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Bandung
Kabupaten Bandung terdiri atas 30 kecamatan (pasca-pemekaran), yang
dibagi lagi menjadi 255 desa dan kelurahan (pasca-pemekaran). Pusat
pemerintahan di Kecamatan Soreang. Luas 2.000,91 km² (termasuk Kabupaten
Bandung Barat) Jumla Penduduk 4.134.504 (2003) Kepadatan 2.066 jiwa/km²
52
3.2 Gambaran Umum Dinas Sosial Kependudukan Dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung Tahun 2007
Dinas Sosial, Kependudukan dan catatan sipil mempunyai Tugas Pokok
merumuskan kebijaksanaan teknis dan melaksanakan kegiatan teknis operasional
di bidang Pelayanan Kesejahteraan Sosial, Kependudukan dan Pelayanan
administrasi pencatatan sipil yang meliputi pemulihan Sosial, Pembinaan
Kesejahteraan Sosial, Usaha Kesejahteraan Sosial, Pendaftaraan Penduduk,
Informasi Administrasi Kependudukan, Pelayanan Pencatatan Sipil serta
melaksanakan ketatausahaan.
3.2.1 Visi Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung
Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesejahteraan Sosial serta
Tertib Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil tahun 2010.
3.2.2 Misi Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung
1. Memperluas jangkauan pelayanan sosial bagi PMKS dan meningkatkan
mutu kesejahteraan sosial.
2. Mengembangkan sistem bantuan, perlindungan dan jaminan sosial.
3. Meningkatkan profesionalitas Aparatur dalam Pelayanan Publik.
4. Meningkatkan kesadaran partisipasi, kemitraan masyarakat.
53
5. Mengembangkan sarana dan prasarana serta melestarikan nilai
kejuangan, keperintisan kepahlawanan dan usaha kesejahteraan sosial.
6. Meningkatkan Pelayanan Admnistrasi Kependudukan dan Catatan Sipil.
7. Menyediakan Data Base Kependudukan dan PMKS
3.2.3 Tugas Pokok Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung
Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung
mempunyai tugas pokok penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang
Pelayanan Pendaftaran Kependudukan.
Untuk melaksanakan tugas pokok maka Dinas Sosial, kependudukan dan
catatan sipil Kabupaten Bandung memiliki fungsi sebagai berikut:
1. Penetapan kebijakan bidang sosial.
2. Penyusunan perencanaan bidang sosial.
3. Identifikasi sasaran penanggulangan masalah kesejahteraan Sosial.
4. Pengembangan dan pendayagunaan potensi dan sumber kesejahteraan
sosial.
5. Pelaksanaan Program/Kegiatan bidang sosial.
6. Pelaporan Pelaksanaan program bidang sosial.
7. Penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sosial.
8. Pengangkatan dan pemberhentian pejabat fungsional pekerja sosial.
9. Pengusulan calon peserta pendidikan dan profesi pekerja sosial.
10. Pengembangan jaringan sistem informasi kesejahteraan sosial.
54
11. Penyiapan bahan kelengkapan usulan penganugerahan satya lencana
kebaktian sosial.
12. Pemberian penghargaan di bidang sosial.
13. Pelestarian nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan dan kejuangan serta
nilai-nilai kesetiakawanan sosial.
14. Pembangunan, perbaikan, pemeliharaan TMP.
15. Penyiapan bahan kelengkapan usulan penganugerahan gelar pahlawan
nasional dan perintis kemerdekaan.
16. Penanggung jawab penyelenggaraan hari pahlawan dan hari
kesetiakawanan sosial nasional.
17. Penanggulangan korban bencaana alam.
18. Pemberian dan pengendalian izin pengumpulan uang atau barang.
19. Pemberian dan pengendalian rekomendasi serta pelaksanaan izin undian.
20. Pelaksanaan dan pengembangan jaminan sosial bagi penyandang cacat
fisik dan mental, lanjut usia tidak potensial terlantar yang berasal dari
masyarakat rentan dan tidak mampu.
21. Pemberian rekomendasi pengangkatan anak.
22. Pemberian bimbingan, monitoring, supervisi dan fasilitasi bidang sosial.
23. Penetapan Kebijakan pendaftaran penduduk.
24. Fasilitasi, sosialisasi, bimbingan teknis, advokasi, supervise dan konsultasi
pelaksanaan pendaftaraan penduduk.
25. KoorDinasi penyelenggaraan pendaftaran penduduk.
55
26. Penyelenggaraan pelayanan pendaftaran penduduk dalam sistem
administrasi kependudukan.
27. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan pendaftaran
penduduk.
28. Pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia pengelola
pendaftaran penduduk.
29. Pengawasan atas penyelenggaraan pendaftaran penduduk.
30. Penetapan Kebijakan pencatatan sipil.
31. Fasilitasi, sosialisasi, bimbingan teknis, advokasi, supervisi dan konsultasi
pelaksanaan pencatatan sipil.
32. KoorDinasi penyelenggaraan pencatatan sipil.
33. Penyelenggaraan pelayanan pencatatan sipil dalam sistem administrasi
kependudukan.
34. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan pencatatan sipil.
35. Pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia pengelola pencatatan
sipil.
36. Pengawasan atas penyelenggaraan pencatatan sipil.
37. Penetapan Kebijakan pengelolaan informasi administrasi kependudukan.
38. Fasilitasi, sosialisasi, bimbingan teknis, advokasi, supervisi dan konsultasi
pelaksanaan pengelolaan informasi administrasi kependudukan.
39. KoorDinasi penyelenggaraan pengelolaan informasi administrasi
kependudukan.
40. Pembangunan dan pengembangan jaringan komunikasi data.
56
41. Penyediaan perangkat keras dan perlengkapan lainnya serta jaringan
komunikasi data sampai dengan tingkat kecamatan atau kelurahan sebagai
tempat pelayanan dokumen penduduk.
42. Pelaksanaan sistem informasi administrasi kependudukan.
43. Pembangunan replika data kependudukan.
44. Perekaman data hasil pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan
sipil serta pemuktahiran data penduduk menggunakan sistem informasi
administrasi kependudukan.
45. Penyajian dan diseminasi informasi penduduk.
46. Perlindungan data pribadi penduduk dalam proses dan hasil pendaftaraan
penduduk serta pencatatan sipil.
47. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pengelolaan informasi administrasi
kependudukan.
48. Pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia pengelola informasi
administrasi kependudukan.
49. Pengawasan atas pengelolaan informasi administrasi kependudukan.
50. Pembangunan dan pengembangan jaringan komunikasi data.
51. Penetapan kebijakan perkembangan kependudukan.
52. Penetapan norma, standard, prosedur dan kriteria penyelenggaraan
pengendalian kauntitas, pengembangan kualitas, pengarahan mobilitas dan
persebaran penduduk serta perlindungan penduduk.
57
53. Pelaksanaan kebijakan pengendalian kauntitas, pengembangan kualitas,
pengarahan mobilitas dan persebaran penduduk serta perlindungan
penduduk dalam konteks pembangunan berwawasan kependudukan.
54. Pembuatan analisis pengendalian kuantitas, pengembangan kualitas,
pengarahan mobilitas pesebaran penduduk dan perlindungan penduduk
serta pembangunan berwawasan kependudukan.
55. Pemantauan dan evaluasi kebijakan pengendalian kuantitas penduduk.
56. Penetapan kebijakan perencanaan kependudukan.
57. Penyeelenggaraan kerjasama dengan organisasi kemasyarakan dalam
rangka tertib administrasi kependudukan.
58. KoorDinasi dan sosialisasi hasil penyusunan indikator, proyeksi dan
analisis dampak kependudukan serta kebijakan kependudukan.
59. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan indikator kependudukan, proyeksi
penduduk dan alalisis dampak kependudukan serta penyerasian kebijakan
kependudukan.
60. Pengawasan indikator kependudukan, proyeksi penduduk dan analisis
dampak kependudukan serta penyerasian kebijakan kependudukan.
”
58
3.2.4 Bagan Struktur Organisasi Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bandung
Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan sipil kabupaten Bandung, untuk
dapat menjalankan tugasnya maka memiliki struktur organisasi yang dapat di lihat
pada bagan berikut ini:
60
3.2.5 Jumlah Pegawai Dinas Sosial Kependudukan Dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung
Dinas Sosial Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung
mempunyai beberapa jumlah aparatur. Adapun susunan berdasarkan tingkat
golongan sebagai berikut:
Tabel 3.1Daftar Pegawai Bidang Informasi Administrasi Kependudukan
Kabupaten Bandung
NO NAMA PENDIDIKAN GOL JABATAN1 Drs. H. Yoyon
SetiawahyonoUNLA IV Kepala Dinas
2 Drs. H. Salimin, Msi UNIGA IV Sekretaris
3 Drs. Bambang Priohutomo,MMPd
UNINUS IV Kepala Sub Bag Penyusunan Program
4 Egi Meganjaya, S.Pd UNINUS III Kepala Sub Bag Keuangan
5 Iis Widaningsih Wiana, SH UGM III Kepala Sub Bagian Umum
6 Drs. Wahyu STIA IV BIDANGINFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
7 Hj. Melia, S.SOS UNUR III SEKSI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI KEPENDUDUKAN
8 Odang Mudrika, SH STH III SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN LAPORAN
9 Drs. Doddy Daryadi UNPAD III SEKSI SOSIALISASI KEPENDUDKAN
Sumber: Subag Umum Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung tahun 2008
61
3.3 Gambaran Umum tentang Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK) Kabupaten Bandung
SIAK merupakan suatu sistem informasi yang menggunakan kemampuan
teknologi informasi dan komunikasi dalam melakukan kegiatan administrasi
kependudukan, melalui tehnologi tersebut pelayanan administrasi kependudukan
yang diberikan kepada masyarakat dapat lebih baik. Pelayanan lebih baik tersebut
dikarenakan Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung
dalam memberikan pelayanan telah menggunakan data base sehingga pelayanan
administrasi kependudukan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Hal
tersebut berbeda sebelum adanya SIAK, administrasi kependudukan tidak tertib
dan pelayanan administrasi yang dilakukan tidak secepat dan semudah dengan
adanya data base kependudukan.
Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian SIAK sebagai berikut: Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) adalah sistem informasi yang
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi
pengelolaan administrasi kependudukan (Harian Global, melalui
http://www.harian-global.com).
Tujuan SIAK tersebut membangun data base kependudukan, hal tersebut
dimaksudkan agar terciptanya pendataan penduduk dengan teratur. Melalui data
base kependudukan juga dapat memudahkan para pegawai Dians Kependudukan
dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dalam memberikan pelayanan, sehingga
kualitas pelayanan yang diberikan dapat dengan baik. Selain itu tujuan SIAK
adalah dapat melindungi hak-hak setiap penduduk, perlindungan hak-hak tersebut
62
melalui kepemilikan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil dari masing-masing
penduduk. Melalui kepemilikan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil tersebut
bertujuan sebagai identitas bagi seseorang melalui kepemilikan dokumen
kependudukan juga dapat menjamin hak-hak setiap individu. Berkenaan dengan
pengertian dan tujuan SIAK, maka agar dapat lebih jelas mengenai data base
kependudukan dapat di lihat sebagai berikut:
Masukan Password Login pada yang biasa anda pakai untuk membuka
aplikasi SIAK lalu tekan oke (Enter).
Gambar 3.1Halaman Log In SIAK
Sumber: Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Bandung
Setelah muncul gambar tinggal memilih icon mana yang akan anda
gunakan untuk memilih aktivitas anda.
Contoh: klik master lalu pilih kartu keluarga dan biodata penduduk untuk
memulai pengertian KK maupun KTP.
63
Gambar 3.2
Menu Pilihan SIAK
Sumber: Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Bandung
Selanjutnya akan muncul seperti gambar di bawah ini.
Masukan data yang sudah di formulir F.1.01 yaitu formulir isian kartu
keluarga dengan benar sesuai dengan data yang tercantum di formulir.
Dalam entry anda khususnya di kolom isian nama di harapkan jangan
disingkat kecuali nama terlalu panjang sehingga karakter hurup di kolom
tidak cukup.
64
Sesudah entry data disimpanlah data tersebut dengan cara tekan F4 yang
berada di Keyboard paling atas atau klik icon yang terdafat di samping
kanan atas.
Gambar 3.3Menu Untuk Memasukan Data Baru
Sumber: Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Bandung
65
Gambar 3.4Menu Pemohon KTP
Sumber: Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Bandung
Proses data baru permohonan KTP dan scanner
Perhatikan gambar di bawah ini
Klik transaksi lalu pilih permohonan KTP seperti yang tertera dibawah ini.
66
Gambar 3.5Menu untuk memasuakan NIK permohonan KTP
Sumber: Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Bandung
Masukan NIK permohonan KTP, maka akan terlihat nama yang akan
mempunyai nomor nik tersebut.
Untuk proses percetakan minimal delapan permohonan KTP, setelah
permohonan KTP dimasukan (digambar ada proses untuk permohonan
baru, untuk menghapus (hapus) untuk menghapus semua (hapus semua)
oke untuk proses percetakan dan close untuk keluar.
Maka akan muncul gambar/tampilan seperti di bawah ini.
Gambar 3.6
67
Menu daftar pemohon KTP
Sumber: Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Bandung
Lalu masukan no NIK untuk permohonan KTP.
Setelah dimasukan nomor NIK permohonan KTP lalu simpan dengan menekan F4
lalu tekan F11 untuk proses scan.
BAB IV
68
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Proses Komunikasi yang berlangsung dalam Implementasi Kebijakan
SIAK di Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Bandung
Kabupaten Tahun 2007
4.1.1 Transformasi atau Penyampaian Informasi Dalam Implementasi
Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan SIAK
Tentang Pelayanan Pendaftaran Kependudukan di Dinas Sosial,
Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007
Proses komunikasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Kependudukan Dan
Catatan Sipil sebagai pelaksana kebijakan adalah komunikasi melalui transformasi
atau penyampaian informasi kepada masyarakat, menyampaikan informasi yang
jelas kepada masyarakat dan adanya konsistensi penyampaian informasi kepada
masyarakat. Proses-proses komunikasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial,
Kependudukan Dan Catatan Sipildapat dilihat lebih jelas, sebagai berikut:
Komunikasi menunjukkan proses penyampaian pesan dari sumber kepada
penerima. Oleh karena itu, komunikasi akan berhasil dengan baik apabila pesan
yang disampaikan dapat dimengerti oleh penerima pesan. Komunikasi merupakan
suatu konsep yang dapat dimaknai sebagai sebuah proses dimana kita belajar
melalui interaksi dengan orang lain tentang cara berfikir, merasakan dan
bertindak, di mana hal tersebut merupakan hal-hal yang sangat penting dalam
menghasilkan partisipasi sosial yang efektif. Pada dasarnya, komunikasi
memberikan kontribusi besar pada kehidupan masyarakat yaitu memberikan dasar
69
atau fondasi kepada tiap individu pada masyarakat dalam menciptakan partisipasi
yang efektif dalam masyarakat. Selain itu, melalui komunikasi memungkinkan
lingkungan masyarakat yang kondusif, karena tanpa komunikasi akan hanya ada
satu generasi saja sehingga kelestarian masyarakat akan sangat terganggu.
Proses penyampaian informasi Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan SIAK di Dinas Sosial Kependudukan Dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung melakukan penyampaian informasi SIAK dengan melakukan
sosialisasi kepada masyarakat. Cara ini dilakukan dengan menyebarkan Format
Isian yang harus diisi oleh setiap masyarakat yang akan mengajukan pembuatan
Kartu Tanda Penduduk kemudian di kembalikan ke Dinas Sosial, Kependudukan
Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung untuk dientry pada aplikasi Sistem
Informasi Informasi Administrasi Kependudukan SIAK.
Penyampaian informasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Kependudukan
Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung ditujukan kepada sasaran yang tepat, yaitu
masyarakat dan kelompok atau organisasi-organisasi lain. Keberhasilan kebijakan
dapat dilihat dari adanya penyampaian informasi yang tepat dan jelas sesuai
dengan sasaran, dengan begitu informasi akan sampai dengan baik kepada
masyarakat. Proses penyamapaian informasi mengenai SIAK yang dilakukan oleh
Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung sudah jelas
dan dapat dimengerti oleh masyarakat.
Proses penyampaian informasi SIAK dilakukan di setiap Kecamatan di
seluruh Kabupaten Bandung, hal tersebut dilakukan agar informasi SIAK dapat
ditujukan secara tepat kepada masyarakat dan pihak organisasi yang lain.
70
Penyampain informasi tersebut dilakukan dengan cara memberitahukan secara
langsung kepada masyarakat dan pihak organisasi yang lain, bahwa proses
pembuatan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil dapat dilakukan dengan
menggunakan jaringan komputerisasi berbasis data base.
Tugas inti dari aparatur adalah mengkomunikasikan kebijakan dengan
baik, supaya objek komunikasi lebih paham dan mengerti tentang maksud dan
tujuan dari materi yang di komunikasikan. Pesan-pesan yang disampaikan oleh
apartur kadangkala berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain, tetapi
proses komunikasi dapat berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan
oleh apartur tidak bertentangan atau saling mendukung satu sama lain.
Penyampaian informasi juga dilakukan dengan memberikan penjelasan-
penjelasan secara singkat dan jelas kepada masyarakat, walaupun masyarakat
sebenarnya tidak begitu mengerti mengenai SIAK akan tetapi penyampaian
informasi SIAK kepada masyarakat tetap dilakukan. Secara tidak langsung
masyarakat juga telah mengetahui kebijakan SIAK ini melalui melihat langsung
pembuatan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil dengan menggunakan jaringan
komputer berbasis data base kependudukan.
Proses komunikasi yang berlangsung antara masyarakat dengan pelaksana
kebijakan sangat terbuka, masyarakat dapat bertanya langsung mengenai kejelasan
informasi tersebut kepada pemerintah. Data base kependudukan yang ada masih
bersifat offline, oleh karena itu pembuatan KTP dan KK dapat dilakukan diseluruh
Kecamatan di Kabupaten Bandung, di Dinas Kecamatan tersebut masyarakat
dapat memperoleh informasi mengenai pembutan KTP dan KK dengan
71
menggunakan jaringan komputerisasi berbasis data base kependudukan. Akan
tetapi walaupun masih bersifat off-line pelayanan yang diberikan kepada
masyarakat sudah mengalami peningkatan.
Berdasarkan wawancara dengan masyarakat yaitu bapak Andi yang akan
membuat Kartu Tanda Penduduk, pembuatan Kartu Tanda Kependudukan yang
dulunya memakan waktu satu minggu, sekarang hanya membutuhkan satu hari.
Untuk pengentrian database hanya membutuhkan waktu lima menit. Ini dapat
dikatakan peningkatan efisiensi waktu yang akan menguntungkan masyarakat
dalam membuat Kartu Tanda Kependudukan.
Langkah pemerintah dalam menginformasikan kebijakan SIAK cukup
berhasil, hal tersebut terlihat dari sikap masyarakat yang merasa puas dengan
pelayanan prima yang diberikan kepada mereka, selain itu juga masyarakat sudah
mengetahui dan memahami kalau permohonan pembuatan KTP dan KK sudah
bisa dilakukan di seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung dengan
menggunakan jaringan komputerisasi. Sedangkan untuk permohonan Akta
Catatan Sipil dilakukan di Dinas Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung dengan menggunakan jaringan komputerisasi yang sudah
terhubung dengan data base kependudukan pusat.
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat dikatakan bahwa proses
komunikasi melalui transformasi dalam pelaksanaan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung sudah jelas, dapat dilihat dari sosialisasi yang diberikan
Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung kepada
72
Kepeada Masyarakat dengan cara memberikan format isian kepada setiap
Masyarakat yang akan mengajukam membuat kartu tanda penduduk kemudian
dikumpulkan kemudian dientry pada aplikasi Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan SIAK. Di dalam format tersebut sudah dengan jelas memuat
perintah atau kuisioner tentang apa saja yang harus diisi oleh masyarakat.
4.1.2 Proses Komunikasi yang Berlangsung Dalam Implementasi Kebijakan
SIAK melalui Kejelasan Penyampaian Informasi
Komunikasi menggambarkan suatu tahapan yang menghubungkan unsur-
unsur yang ada dalam komunikasi itu sendiri. Komunikasi kebijakan SIAK dalam
meningkatkan pelayanan pendaftaran Kependudukan, dimaksudkan untuk
memudahkan masyarakat mengetahui tata cara peroses pendaftaran
Kependudukan. Hal tersebut adalah upaya Dinas Sosial, Kependudukan Dan
Ctatan Sipil Kabupaten Bandung dalam mewujudkan pelayanan yang prima. Hal
ini penting mengingat masyarakat harus mengetahui proses pendaftaran
Kependudukan, hal tersebut merupakan bagian partisipasi masyarakat.
Proses komunikasi, setiap unsur yang ada didalamnya yaitu pemerintah
dan masyarakat merupakan penentu keberhasilan komunikasi kebijakan sehingga
dapat tepat sasaran. komunikasi yang dilaksanakan dengan bersasaran kepada
objek komunikasi yaitu masyarakat dengan maksud untuk memberikan
pemahaman tentang materi komunikasi kebijakan SIAK.
Penyampaian informasi dengan jelas, dapat dimengerti dan dipahami oleh
organisasi lain dan tentunya masyarakat. Penyampaian informasi mengenai SIAK
73
itu sendiri dilakukan di tiap-tiap Kecamatan dan di Dinas Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung, bentuk penyampaiannya
melalui penjelasan kepada masyarakat bahwa dalam permohonan pembuatan
KTP, KK dan Akta Catatan Sipil sudah bisa dilakukan melalui jaringan
komputerisasi. Selanjutnya masyarakat yang datang ke Dinas Kecamatan untuk
permohonan pembuatan KTP dan KK juga sebenarnya sudah mengetahui secara
langsung bahwa pembuatan dan pencetakan KTP atau KK tersebut dengan
menggunakan jaringan komputer.
Kejelasan informasi merupakan suatu ukuran tentang tata cara
penyelenggaraan pelayanan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses
pelayanan umum wajib diinformasikan secara terbuka dan dapat diakses oleh
semua pihak yang membutuhkan. Agar mudah diketahui, dipahami dan
dimengerti oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta. Hal tersebut
berarti kepuasan pengguna jasa dipengaruhi oleh keterbukaan dalam pelayanan,
berarti keterbukaan dalam semua mekanisme yang dilalui, biaya pelayanan,
keterbukaan aparatur dalam memberikan pelayanan.
Berdasarkan keterangan aparatur Di Dinas Sosial, Kependudukan Dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Mengenai kejelasan informasi mengenai
mekanisme pengurusan, waktu penyelesaian, syarat-syarat yang harus dipenuhi,
hingga biaya yang harus dikeluarkan telah diinformasikan kepada masyarakat.
Melalui papan pengumuman, brosur, buku petunjuk dan website yang berisikan
informasi pengurusan ijin mendirikan bangunan.
74
Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung
dalam melaksanakan kebijakan SIAK. Berdasarkan peraturan yang berlaku,
sehingga baik tata cara maupun prosedur pelayanan yang sudah ada selanjutnya
dijadikan pedoman pelayanan untuk kejelasan dan landasan hukum.
Penyampaian informasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Kependudukan
dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung telah dimengerti oleh masyarakat, pihak
pelaksana kebijakan memberikan penjelasan kepada masyarakat mengenai tujuan
dari SIAK bahwa dengan SIAK masyarakat dapat memperoleh pelayanan prima.
Pihak pelaksana kebijakan juga menginformasikan bahwa dengan adanya SIAK
pelayanan dapat diberikan dengan prima dan masyarakat juga memperoleh
kepuasan pelayanan. Kepuasan pelayanan tersebut terlihat dari pelayanan publik
dalam pembuatan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil dengan mudah, cepat dan
tepat.
Dalam memberikan kejelasan informasi SIAK pihak pelaksana kebijakan
tidak memberikan penjelasan dengan cara mewajibkan masyarakat belajar
komputer, melainkan masyarakat diberikan penjelasan bahwa pembuatan KTP,
KK dan Akta Catatan Sipil dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan
komputerisasi berbasis data base kependudukan. Data base kependudukan tersebut
merupakan bagian dari tujuan SIAK, walaupun dalam pelaksanaannya belum
maksimal online.
Tugas inti dari aparatur adalah mengkomunikasikan kebijakan dengan
baik, supaya objek komunikasi lebih paham dan mengerti tentang maksud dan
tujuan dari materi yang di komunikasikan. Pesan-pesan yang disampaikan oleh
75
apartur kadangkala berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain, tetapi
proses komunikasi dapat berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan
oleh apartur tidak bertentangan atau saling mendukung satu sama lain.
Penyampaian informasi mengenai Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan itu sendiri dilakukan kepada masyarak Kabupaten Bandung.
Bentuk penyampaiannya melalui penjelasan ataupun sosialisasi kepada seluruh
masyarakat bahwa dalam pembuatan Karu Tanda Penduduk sudah bisa dilakukan
melalui jaringan komputerisasi.
Meskipun telah dilakukan sosialisasi kepada seluruh masyarakat yang ada
di Kabupaten Bandung, akan tetapi masih saja ada Masyarakat yang membuat
kesalahan dalam pembuatan Kartu Tanda Penduduk itu, misalnya Masyarakat
yang mengisi. Miasalnya tidak mengisi formulir tersebut dengan lengkap.
Biasanya masyarakat tidak mengisi kuisioner nama kandung ibu, atau diisi dengan
nama kandung ayah. Atau dalam kuisioner riwayat pedidikan formal, biasanya
masyarakat mengisi hanya pendidikan terakhirnya saja padahal seharusnya
pendidikan dari mulai awal sampai akhir pendidikan
Berdasarkan uraian di atas sudah jelas bahwa penyampaian informasi
mengenai SIAK kepada masyarakat sudah dilakukan secara maksimal, masyarakat
tidak perlu belajar bagaimana penggunaan SIAK itu sendiri dengan mendapatkan
pelayanan yang prima saja masyarakat sudah merasa puas karena hal itulah yang
diinginkan oleh masyarakat. Keinginan masyarakat adalah mendapatakan
pelayanan umum secara prima sehingga tidak perlu adanya penjelasan kepada
masyarakat mengenai pengertian SIAK dan penggunaannya, dengan cara
76
memberikan pelayanan yang prima saja masyarakat sudah merasa senang dan
puas karena hal itulah yang didambakan oleh masyarakat.
4.1.3 Proses Komunikasi yang berlangsung dalam Implementasi Kebijakan
SIAK melalui Konsistensi Penyampaian Informasi
Konsistensi penyampaian informasi, salah satu faktor yang dominan agar
terselenggaranya pelayanan yang berkualitas adalah adanya konsistensi
penyampaian informasi kebijakan. Konsistensi penyampaian informasi tersebut
difokuskan pada pelayanan yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat atau
pengguna jasa. Konsistensi penyampaian informasi kebijakan yang disampaikan
oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Untuk
lebih jelasnya, mengenai proses komunikasi yang berlangsung dalam informasi
kebijakan tentang system in formasi administrasi kependudukan SIAK untuk
meningkatkan pelayanan penndaftaran kependudukan periode Tahun 2008-2009
Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah harus konsisten atau tetap sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan, jangan sampai kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah menyimpang dari ketentuan dalam pelaksanaannya. Dalam
pelaksanaannya SIAK sesuai dengan ketetapan peraturan yang telah ditentukan,
peraturan tersebut berupa Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2005
Pasal 68 ayat 1-3 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan
Pencatatan Sipil di Daerah dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Administrasi Kependudukan. Sehingga keberadaan SIAK tidak diragukan lagi dan
77
tentunya dalam pelaksanaan SIAK juga sesuai berdasarkan peraturan-peraturan
yang ada.
Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung
dalam melaksanakan kebijakan SIAK berdasarkan peraturan-peraturan yang
berlaku, sehingga tidak menyimpang dari peraturan–peraturan yang dijadikan
landasan hukum dalam implementasi SIAK. Hal tersebut terwujud melalui data
Penduduk yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dan
tersimpan di dalam data base kependudukan dimanfaatkan untuk kepentingan
perumusan kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan. Sehingga
implementasi kebijakan SIAK yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Kependudukan
Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung sesuai dengan ketentuan peraturan yang
ada dan tidak menyimpang dari peraturan yang berlaku.
Pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan dilakukan oleh
Menteri. Pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan sebagaimana yang
dimaksud adalah dilakukan melalui pembangunan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan. Hal tersebut sejalan dengan yang dilakukan oleh Dinas Sosial,
Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung, melalui implementasi
kebijakan SIAK yang dilakukan pada tahun 2007. Dimaksudkan dapat
memberikan tertib administrasi sehingga memudahkan pemerintah dalam
menyimpan data base kependudukan yang mana dapat bermanfaat bagi
pemerintah dalam melakukan pembangunan. Manfaat lain dari implementasi
kebijakan SIAK khususnya bagi Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung adalah dapat meningkatkan pelayanan publik kepada
78
masyarakat. Pelayanan publik yang dimaksud adalah pelayanan yang dilakukan
secara prima dalam permohonan pembuatan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil.
Dalam melaksanakan kebijakan SIAK, Dinas Sosial, Kependudukan Dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung sebagai pelaksana kebijakan sudah
berkonsisten dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Mereka dalam menjalankan tugasnya tersebut tidak menyimpang dari ketentuan
peraturan-peraturan yang berlaku. Pihak pelaksana kebijakan tetap berkonsisten
dalam menjalankan tugasnya dan juga berkonsisten dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Wujud konsisten yang dilakukan oleh Dinas Sosial,
Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung melalui pelayanan
kependudukan yang diberikan kepada masyarakat dengan prima, maksudnya akan
tetap berkonsisten memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.
Pelaksanaan Sistem Administrasi Kependudukan di Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung berjalan dengan baik dan
tidak menyimpang dari tujuan semula, yaitu untuk melakukan pelayanan
mengenai pendaftaran penduduk di Kabupaten Bandung, melalui Sistem
Informasi Adiministrasi Kependudukan SIAK.
Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
pelaksanaan Sitem Informasi Administrasi Kependudukan SIAK di Dinas Sosial,
Kependudukan Dan Catatan sipil Kabupaten Bandung sudah dapat dikatakan
konsisten terhadap peraturan dan tujuan semula yaitu sesuai dengan Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2005 Pasal 68 ayat 1-3 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil di Daerah dan
79
Undang-Undang Nomor: 23 Tahun 2007 tentang Administrasi Kependudukan.
Sehingga keberadaan SIAK tidak diragukan lagi dan tentunya dalam pelaksanaan
SIAK juga sesuai berdasarkan peraturan-peraturan yang ada.
4.2 Sumber-Sumber Kebijakan yang dapat Menentukan Keberhasilan
Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan untuk
Meningkatkan Pelayanan Pendaftaran Kependudukan di Kabupaten
Bandung Tahun 2007
4.2.1 Sumber Daya Manusia di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bandung
Salah satu sumber daya yang mendukung pelaksanaan dari Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan SIAK adalah staf yang merupakan bagian
dari sumber daya manusia. Untuk dapat melaksanakan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan SIAK dengan baik maka dibutuhkan staf atau
aparatur pelaksana yang yang berkualitas, terlatih dan mempunyai keahlian dalam
bidangnya sehingga pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
SIAK ini dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah digariskan.
Sumber daya manusia merupakan unsur yang penting dalam implementasi
kebijakan, karena manusia yang akan melaksanakan kebijakan. Kriteria manusia
yang dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan SIAK, yaitu berpotensi, mempunyai keterampilan, pintar, terdidik
dan terlatih serta siap sebagai pelaksana kebijakan. Sumber-sumber kebijakan
yang dapat menentukan keberhasilan pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi
80
Kependudukan SIAK dalam Menunjang Pelayanan Pendaftaran Kependudukan,
adalah staf, informasi,wewenang dan fasilitas.
Sumber daya manusia merupakan unsur yang penting dalam implementasi
kebijakan, karena manusia yang akan melaksanakan kebijakan. Kriteria manusia
yang dapat menunjang keberhasilan SIAK, yaitu berpotensi, mempunyai
keterampilan, pintar, terdidik dan terlatih serta siap sebagai pelaksana kebijakan.
Sumber-sumber kebijakan yang dapat menentukan keberhasilan implementasi
SIAK dalam meningkatkan pelayanan publik, berdasarkan hasil wawancara
adalah Sumber Daya Manusia, Anggaran dan Waktu.
Sumber Daya Manusia merupakan hal yang dapat menentukan
keberhasilan implementasi kebijakan SIAK, karena manusia adalah sebagai unsur
penggerak dan pelaksana dari kebijakan. Dalam hal ini sumber daya manusia yang
dapat menentukan keberhasilan implementasi SIAK adalah sumber daya manusia
yang memiliki potensi yang handal. Potensi yang handal tersebut dapat dilihat
berdasarkan kriteria-kriteria, kriteria yang dimaksud ditentukan oleh Dinas Sosial,
Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Kriteria yang diperlukan
adalah mereka yang ahli dalam bidang komputer dan mampu untuk
mengoperasionalisasikannya serta ahli dalam administrasi.
Sumber daya manusia yang ada di Dinas Sosial, Kependudukan Dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung, belum sesuai dengan kriteria tersebut masih
banyak mereka yang tidak menguasai komputerisasi hanya sebagain staff yang
ahli dalam operasionalisasi komputer berbasis data base kependudukan. Sumber
daya manusia yang ada di Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil
81
Kabupaten Bandung belum dapat dikatakan memadai, karena masih banyak yang
belum dapat mengusai bidang komputer yang dapat menunjang keberhasilan
implementasi kebijakan SIAK. Oleh karena itu implementasi kebijakan SIAK
tahun 2007 belum terlaksana dengan maksimal, untuk mengatasinya Pemerintah
Kabupaten Bandung atau Dinas Kependudukan melakukan langkah penyeleksian
pegawai yang ahli dalam bidang komputer yang dapat mendukung keberhasilan
SIAK.
Sumber daya manusia yang menguasai komputer atau ahli komputer hanya
sebagian kecil saja, jumlah tenaga ahli komputer tidak memadai dengan yang
diperlukan. Sumber daya manusia yang diperlukan adalah mereka yang ahli
komputer karena akan dijadikan sebagai operator atau tenaga ahli komputerisasi.
Oleh karena itu adanya kriteria khusus tersebut, karena masih adanya kendala
pada bagian pengoperasionalan komputer. Selanjutnya akan ada bimbingan dari
pihak Dinas Kependudukan dan Akta Catatan Sipil Kabupaten Bandung dalam
pelaksanaan program kinerjanya, jadi mereka akan diberikan petunjuk terlebih
dahulu agar mereka mengerti pengoprasionalisasiannya setelah itu mereka akan
diberikan kesempatan untuk mempraktikannya dengan cara melayani masyarakat
dalam melakukan pelayanan umum.
Selain harus ahli dalam bidang komputer tentunya sumber daya manusia
yang dapat mendukung keberhasilan SIAK, mereka juga harus memahami
mengenai administrasi jadi tidak hanya pintar dalam bidang komputer saja
melainkan harus bias dalam hal administrasi. Administrasi tersebut mengenai
82
pencatatan data atau dokumen pemohon serta hal-hal yang lain yang berhubungan
dengan administrasi kependudukan.
Berdasarkan keterangan masyarakat yang akan mengurus kependudukan
dalam hal ini pembuatan akta catatan sipil mengenai kemampuan aparatur, dalam
memberikan pelayanan kependudukan melalui SIAK di Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung sudah cukup baik. Hal
tersebut terlihat ketika masyarakat dalam memohon akte dilayani dengan baik dari
mulai permohonan dengan mengisi formulir pendaftaran sampai penerbitan akte
walaupun belum cukup memuaskan. Berdasarkan keterangan masyarakat
pemohon, bahwa aparatur yang melayani mereka dalam melakukan permohonan
pelayanan kependudukan melalui SIAK di Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Aparatur tidak membeda-bedakan latar
belakang masyarakat pemohon yang sedang melaksanakan pengurusan.
Masyarakat menyatakan bahwa mereka dilayani dan disambut dengan baik
dan tidak merasa diacuhkan. Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung bahwa dalam
melaksanakan pelayanan prima bidang kependudukan wajib menerapkan prinsip-
prinsip pelayanan publik, prinsip tersebut meliputi.
Pertama kesederhanaan prosedur dalam proses pelayanan kependudukan,
dilaksanakan secara mudah cepat dan lancar tidak berbelit-belit, mudah dipahami
dan mudah dilaksanakan. Kedua kejelasan dan kepastian, kejelasan dalam proses,
meliputi prosedur pelayanan serta bagaimana tata cara pelayanan yang baik
melalui SIAK di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
83
Bandung. Persyaratan ini meliputi persyaratan teknis maupun persyaratan
administratif yang harus diserahkan kepada petugas yang melayani proses
perijinan. Unit kerja atau pejabat yang bertanggung jawab memberikan pelayanan,
rincian biaya/tarif pelayanan termasuk tata cara pembayarannya yang dibebankan
kepada pemohon sebagai balas jasa dari pemrosesan perijinan yang dimaksud.
Ketiga kepastian waktu dalam proses pelayanan kependudukan dapat
diselesaikan dengan waktu yang telah ditetapkan tanpa memperhatikan skala
pemohon skala disini berarti besar atau kecilnya bangunan atau sederhana atau
permanennya bangunan. Keempat kepastian hukum, kepastian hukum disini
bahwa dalam setiap pelayanan harus ada kejelasan baik dari segi persyaratan,
pemrosesan maupun pembiayaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
telah ditetapkan. Khususnya dalam hal pembiayaan, rincian biaya baik biaya
pemrosesan administratif maupun biaya penilaian teknis yang dibebankan kepada
pemohon, sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundangan.
Sumber daya manusia yang berpotensi diperlukan karena dapat
memberikan dukungan mengenai keberhasilan implementasi SIAK, sumber daya
manusia yang diperlukan adalah yang mempunyai keahlian atau yang mampu
dalam bidang komputer. Hal tersebut dikarenakan akan sesuai dengan kenyataan
yang diperlukan oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil, karena
dalam pelaksanaan SIAK pada tahun 2007 belum maksimal. Hal tersebut
dikarenakan adanya keterbatasan dalam berbagai hal, diantaranya adanya
keterbatasan sumber daya manusia yang mampu mendukung kebeberhasilan
pelaksanaan SIAK.
84
Peningkatan kompetensi aparatur, langkah-langkah yang ditempuh untuk
meningkatkan kualitas aparatur sebagai berikut: melakukan standarisasi
pendidikan minimal bagi pegawai yang menduduki jabatan struktural maupun
fungsional sesuai dengan bidang tugas. Bekerjasama dengan lembaga-lembaga
pendidikan bidang peningkatan SDM dalam rangka penempatan dan pengisian
jabatan-jabatan didalam organisasi pemerintahan sehingga benar sesuai dengan
kebutuhan organisasi.
Dengan demikian, di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung khususnya Bagian Program yang menjalankan Sistem
Informasi administrasi Kependudukan SIAK saat ini dapat dikatakan belum
sepenuhnya memiliki sumber daya manusia atau staf yang cukup ahli dalam
bidang ilmu komputer. Karena tidak semua staf di bagian program memiliki
pengetahuan yang cukup tentang komputer jaringan. Akan tetapi mereka diberi
kesempatan untuk mengikuti pelatihan tentang Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan SIAK. Sehingga para pelaksana Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan SIAK akan dapat mejalankan tugasnya dengan mudah karena
sudah memiliki cukup kemampuan
4.2.2 Sumber Daya Anggaran di Dinas Sosial, Kependudukan Dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung
85
Sumber daya anggaran sangat diperlukan untuk keberhasilan implementasi
kebijakan, karena semua program memerlukan anggaran yang banyak. Oleh
karena itu kesiapan anggaran sangat diperlukan, seperti untuk pembelian alat-alat
komputer, pengadaan jaringan komunikasi lainnya. Anggaran sangat diperlukan
untuk mensukseskan pelaksanaan SIAK, sarana prasarana yang umum dibutuhkan
oleh suatu organisasi serta sarana dan prasarana khusus untuk fungsi tertentu.
Strategi penyiapan sarana dan prasarana umum diarahkan pada perbaikan kondisi
lingkungan kerja.
Sementara strategi penyiapan sarana dan prasarana untuk fungsi tertentu
diarahkan pada terjaminnya target pencapaian dari penyelenggaraan tugas pokok
dan fungsi. jaringan komputer, pengadaan jaringan komunikasi berbasis data
base dan tentunya pengadaan jaringan internet karena dalam pelaksanaannya
banyak sekali memerlukan anggaran atau dana. Anggaran tersebut digunakan
untuk pengadaan Sarana dan prasarana yang dibutuhkan Dinas Sosial,
Kepenndudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Selama ini pelaksanaan
SIAK pada tahun 2007 masih mengalami kendala dan pelaksanaannya pun belum
maksimal, hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan anggaran sehingga
pelaksanaan SIAK tidak berjalan lancar sesuai dengan waktu yang ditentukan.
Sumber daya atau Anggaran, merupakan kebutuhan yang mutlak harus
dilaksanakan pada setiap organisasi melalui perwujudan dan interaksi yang
sinergis, sistematis dan terencana atas dasar kemitraan. Pengembangan sumber
daya kebijakan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung diarahkan kepada pembentukan birokrasi bermartabat. birokrasi
86
pemerintahan yang bersih, makmur, taat dan bersahabat. Bersih dalam arti bebas
dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), Makmur dalam arti mampu
memenuhi kebutuhan dasar dan berkeinginan untuk mencapai kehidupan dan
penghidupan yang lebih baik. Taat dalam arti birokrasi memahami dan mentaati
serta menjalankan norma-norma agama dan budaya serta peraturan-peraturan
yang menjadi landasan dalam penyelenggaraan pemerintahan, Bersahabat dalam
arti mampu bersosialisasi, memberikan teladan dan menjadi panutan masyarakat
serta ramah dan bersahabat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Anggaran yang tersedia belum mencukupi, karena anggaran yang tersedia
tidak sampai setengahnya dari Anggaran Pengeluaran Belanja Daerah (APBD)
yang di anggarkan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung, sehingga menjadikan
kebijakan yang telah dijalankan mengalami kendala. Kendala-kendala tersebut
adalah adanya keterbatasan dana sehingga pelaksanaan SIAK tahun 2007 belum
maksimal. Anggaran yang tersedia di Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan
Sipil Kabupaten Bandung untuk implementasi kebijakan SIAK tahun 2007, hanya
sebagian kecil dari APBD Kabupaten Bandung.
Anggaran yang ada belum mencukupi untuk pembelian atau pengadaan
sarana dan prasarana yang dapat mendukung keberhasilan kebijakan SIAK, sarana
dan prasarana itu seperti pengadaan komputer, pengadaan jaringan secara online
dan pendukung lainnya sehingga anggaran yang tersedia dari APBD belum
mencukupi. Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Sub
Bag Keuangan, bahwa implementasi SIAK tahun 2007 belum dapat dikatakan
berhasil. Hal tersebut dikarenakan masih adanya kendala-kendala yang dihadapi
87
oleh Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung, kendala
tersebut diantaranya kurangnya sumber daya manusia yang berpotensi atau yang
sesuai dengan yang diperlukan oleh Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan
Sipil Kabupaten Bandung dan juga adanya keterbatasan dana/anggaran. Kedua hal
tesebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi SIAK tahun
2007, secara jelas implementasi SIAK pada tahun 2007 tidak maksimal dalam
pelaksanaannya.
Anggaran merupakan faktor yang sangat penting dalam implementasi
kebijakan karena tanpa adanya anggaran yang banyak maka implementasi
kebijakan tersebut tidak akan terlaksana dengan baik. Hal tersebut dikarenakan
untuk membangun data base kependudukan diperlukan jaringan komunikasi yang
luas seperti jaringan internet dan juga perlu adanya perbaikan infrastruktur-
infrastruktur yang dapat menunjang keberhasilan SIAK sehingga memerlukan
anggaran yang banyak.
4.2.3 Sumber Daya Peralatan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung Untuk tentang Sistem
Tentang Pelayanan Pendaftaran Kependudukan Tahun 2007
Lembaga Pemerintahan memerlukan sumber daya peralatan yang lengkap.
Sumber daya peralatan di Di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung terdiri dari: peralatan umum yang dibutuhkan oleh suatu
lembaga dan peralatan khusus untuk kepentingan tertentu. Penyiapan peralatan
umum diarahkan pada perbaikan kondisi lingkungan kerja, seperti: adanya
88
kenyamanan untuk bekerja di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung. Kondisi kerja yang nyaman harus ditunjang oleh peralatan
yang lengkap dan terpelihara.
Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung salah satunya dengan komunikasi yang baik
antara aparatur dengan masyarakat maupun aparatur dengan aparatur lainnya.
Terwujudnya tertib administrasi di Kabupaten Bandung melalui pelayanan yang
diberikan oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung yaitu pelayanan pendaftaran kependudukan, diharuskan adanya
komunikasi yang baik antara aparatur yang memberikan pelayanan dengan
masyarakat yang mendapatkan pelayanan. Komunikasi dalam implementasi
Sistem Informasi administrasi kependudukan SIAK untuk meningkatkan
pelayanan pendaftaran kependudukan tentang pendaftaran kependudukan di Dinas
Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten BandungTahun 2007 melalui
transformasi atau penyampaian informasi kepada masyarakat
Dalam melengkapi kenyamanan pelayanan Di Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung , maka dilakukan renovasi
ruang pelayanan. Berdasarkan hasil wawancara bahwa Di Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung merenovasi ruang
pelayanan yaitu: merenovasi kursi tunggu dan penyediaan tong sampah. Adanya
perenovasi loket dan ruang pelayanan, tujuannya selain untuk terciptanya
kenyamanan aparatur Di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,
89
masyarakat juga merasa nyaman berada di Di Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung sehingga dapat meningkatkan pelayanan
Pelayanan Pendaftaran Kependudukan.
Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara bahwa sumber daya peralatan
khusus yang diperlukan oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung , yaitu: pertama perangkat komputer yang dilengkapi
program internet dan printer, pada jaman globalisasi perangkat komputer
merupakan sumber daya peralatan terpenting yang harus ada di setiap lembaga
pemerintahan, khususnya Di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung . Tidak semua kegiatan di Di Dinas Sosial, Kependudukan
dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung menggunakan program komputer.
Kegiatannya bisa dilakukan secara manual dengan tulis-menulis dan
menggunakan mesin tik. Walaupun demikian sumber daya perangkat komputer
yang dilengkapi dengan internet dan printer di Di Dinas Sosial, Kependudukan
dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung diharuskan ada sudah ada.
Sumber daya peralatan yaitu perangkat komputer tidak saja sebagai
sumber daya informasi bagi masayarakat yang akan melakukan proses Pelayanan
Pendaftaran Kependudukan, tetapi digunakan sebagai penunjang kerja aparatur
Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung . Sumber
daya peralatan komputer diharapkan dapat mempermudah dan mempercepat
pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.
Peralatan komputer yang dilengkapi dengan program internet, tujuannya
untuk menambah wawasan pertanahan bagi aparatur Dinas Sosial, Kependudukan
90
dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung . Adanya program Internet dapat digunakan
untuk menanggapi pertanyaan, saran dan pengaduan dari masyarakat yang
mengirimkan e-mail melalui situs www.bpn.go.id. Pemasangan program internet
dapat juga dimanfaatkan untuk penghematan biaya, karena dapat dengan cepat
mengirim pesan ke lembaga pemerintah lainnya.
Kedua Penambahan peralatan telepon Dinas, bedasarkan penelitian telepon
yang ada di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung
cukup sedikit dan ditempatkan di seksinya masing-masing. Tujuan adanya
penambahan peralatan telepon Dinas untuk memudahkan aparatur dalam
berkomunikasi dengan pihak lain tentang pekerjaan. Pengawasan dalam
penggunaan telepon harus dilakukan, dikarenakan penggunaan telepon ditujukan
untuk mempermudah komunikasi suatu hal yang berhubungan dengan pekerjaan.,
bukan digunakan untuk keperluan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.
Ketiga penambahan peralatan lemari dan rak arsip dari besi, banyaknya
data Pelayanan Pendaftaran Kependudukan menyebabkan aparatur di Dinas
Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung memerlukan
penambahan lemari, supaya data Pelayanan Pendaftaran Kependudukan dapat
disimpan secara aman dan rapi. Keempat penambahan kendaraan roda 2 dan roda
4, adanya penambahan kendaraan salah satunya untuk mempermudah pengiriman
dokumen yang tidak bisa dikirim lewat mesin fax atau e-mail.
Sumber daya peralatan pengadaan inventaris barang di Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007 sebagaimana
dijelaskan di atas, sumber daya anggarannya berasal dari anggaran belanja di
91
Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung tahun 2007
dan anggaran tersebut dimasukan ke dalam DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran), sehingga tidak mengganggu anggaran-anggaran lainnya. Adanya
sumber daya peralatan yang diperlukan akan mempermudah dan mempercepat
aparatur di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.
Sumber daya peralatan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung yang menunjang proses Pelayanan Pendaftaran
Kependudukan, yaitu: tersedianya dokumuen-dokumen pemohonan Pelayanan
Pendaftaran Kependudukan secara lengkap, tersedianya peralatan kerja yang
cukup lengkap dan ditunjang dengan kondisi lingkungannya yang nyaman.
Sumber daya peralatan dapat juga menunjang keberhasilan pelaksanaan Sistem
informasi Pertanahan dalam meningkatkan pelayanan Pelayanan Pendaftaran
Kependudukan, sumber daya peralatan tersebut sudah cukup memenuhi syarat
untuk terlaksananya Sistem Informasi Pertanahan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa adanya perbaikan kondisi lingkungan
kerja dengan merenovasi loket dan ruang pelayanan, dan juga adanya pembelian
sumber daya peralatan barang iventaris Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bandung , tujuannya yaitu: pertama, bagi aparatur di Dinas
Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dapat
mempermudah dan mempercepat kinerja aparatur dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan didukung oleh keadaan lingkungan kerja
menjadi nyaman dan tersedianya kelengkapan sumber daya peralatan Dinas
92
Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung . kedua, bagi
masyarakat tersedianya secara lengkap dokumen proses Pelayanan Pendaftaran
Kependudukan dan kenyamanan dalam melakukan proses Pelayanan Pendaftaran
Kependudukan.
4.3 Disposisi Dalam Implementasi Kebijakan SIAK di Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007
4.3.1 Pemahaman Dan Pendalaman Para Aparatur terhadap Implementasi
Sistem Informasi Adminidtrasi Kependudukan SIAK Tentang
Pendaftaran Kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007
Disposisi atau sikap pelaksana kebijakan dalam melaksanakan kebijakan
tentang Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dapat dilihat melalui
pemahaman dan pendalaman, arah respon kebijakan, intensitas kebijakan, jika
pelaksanaan ingin efektif maka para pelaksana tidak hanya mengetahui apa yang
akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya.
Disposisi ini merupakan kemauan, keinginan, dan kecenderungan sikap para
pelaksana untuk melaksanakan secara sungguh-sungguh sehingga apa yang
menjadi tujuan dapat diwujudkan. Disposisi ini akan muncul diantara para
pelaksana, sehingga yang diuntungkan tidak hanya organisasinya saja tetapi juga
diri sikap pelaksana tersebut.
Pengetahuan, pendalaman dan pemahaman akan menimbulkan sikap
menerima, acuh tak acuh dan menolak terhadap kebijakan. Sikap menerima, acuh
93
tak acuh dan menolak akan menimbulkan disposisi pada diri pelaksana kebijakan
dan disposisi yang tinggi berpengaruh pada tingkat keberhasilan pelaksanaan
kebijakan tersebut.
Pemahaman tentang maksud dari standar dan tujuan kebijakan adalah
penting, karena dengan pemahaman yang tinggi suatu implementasi kebijakan
yang berhasil dapat jadi gagal ketika para pelaksana tidak sepenuhnya menyadari
terhadap standar dan tujuan kebijakan. Sebaliknya, jika para pelaksana menyebar
dan mendalam terhadap standar dan tujuan di antara mereka yang bertanggung
jawab untuk melaksanakan kebijakan tersebut merupakan suatu potensi yang
besar terhadap keberhasilan implementasi kebijakan tersebut.
Pemahaman para aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung cukup baik, karena pemahaman dan pendalaman terhadap
pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan cukup tinggi.
Sehingga implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dapat
berjalan dengan baik dan dikatakan berhasil untuk melayani masyarakat
khususnya di bidang pendaftaran kependudukan.
Meningkatkan kinerja aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bandung, yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Dinas
Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung untuk
meningkatkan kinerjanya dilakukan tour of area dan tour of duty baik antar subsi
maupun antar seksi atau subag. Tour of area dan tour of duty dimaksudkan untuk
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pegawai di beberapa bidang atau
bagian, salah satunya untuk pemahaman terhadap implementasi Sistem Informasi
94
Administrasi Kependudukan di dalam pelayanan pendaftaran kependudukan.
Selain itu, untuk meningkatkan pemahaman yang tinggi terhadap Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan di dalam pelayanan pendaftaran
kependudukan dilakukan kegiatan pelatihan internal melalui tukar pendapat
maupun rapat-rapat internal.
Oleh karena itu, dengan pemahaman yang tinggi aparatur dapat melayani
masyarakat dengan baik, Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung mengadakan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan
masing-masing aparaturnya. Meningkatnya pengetahuan di bidang pelayanan
Informasi Administrasi Kependudukan dan bidang pelayanan pendaftaran
kependudukan lainnya, akan menciptakan pendalaman dan pemahaman terhadap
bidang pelayanan Informasi Administrasi Kependudukan dan bidang
kependudukan lainnya.
Pengetahuan yang tinggi juga akan menunjang terlaksananya Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan dengan tujuan meningkatkan pelayanan
pendaftaran kependudukan. Kegiatan Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan
pelayanan terhadap masyarakat yang sedang mengurus pendaftaran kependudukan
atau mengurus masalah kependudukan lainnya.
Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung
mengadakan kegiatan penyuluhan terhadap aparaturnya, dengan tujuan agar setiap
aparatur yang mengikutinya dapat menambah pemahaman dan pendalaman yang
tinggi tentang pelayanan Informasi Administrasi Kependudukan maupun masalah
95
kependudukan lainnya. Kegiatan penyuluhan ini menyampaikan informasi yang
bersifat khusus menyangkut hal-hal di bidang kependudukan.
Kegiatan ini dilaksanakan mengikuti pelaksanaan dari kegiatan serta
secara hirarkis maupun koordinatif dengan unit pelaksana tugas lainnya.
Diadakannya kegiatan penyuluhan tersebut, maka para aparatur Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dapat melakukan
kegiatannya sebagai berikut: pertama, memberikan pengertian tentang pentingnya
masalah kependudukan, memberikan pengetahuan tentang kependudukan,
memberikan kepastian yang menjadi landasan hukum kependudukan, ketegasan
dan penjelasan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan dan kegiatan
Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Kedua,
Menggugah kesadaran masyarakat, menambah keyakinan dan membangkitkan
motivasi.
Kegiatan yang telah dilakukan di atas bertujuan untuk meningkatkan
pemahaman aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung terhadap pemberian pelayanan. Hasil kegiatan tersebut dituntut kepada
setiap aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung utnuk melaksanakannya. Hasil dari kegiatan tersebut walaupun belum
maksimal, tetapi hasilnya sudah dirasakan. Hasil dari pelaksanaan kegiatan
tersebut yaitu: pertama, masyarakat menghargai kepada aparatur yang sedang
bertugas di bidang pelayanan informasi di Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Kedua, masyarakat terdorong mematuhi
96
aturan yang ada di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung dengan penuh kesadaran.
Ketiga, masyarakat merasa senang atas karya aparatur Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Keempat, keterlambatan
yang biasa ditemukan oleh masyarakat dapat dihindarkan, jadi dapat
menumbuhkan percepatan kegiatan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bandung. Kelima, adanya kelancaran di bidang pelayanan
pendaftaran kependudukan.
Berdasarkan keterangan dengan beberapa masyarakat yang sedang
mengurus urusan kependudukan bidang pendaftaran kependudukan di Dinas
Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung, bahwa masyarakat
merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh aparatur Kependudukan
Kota Bandung. Kepuasan tersebut dikarenakan para aparaturnya benar-benar
memahami dan mendalami apa yang telah menjadi tugas masing-masing aparatur
Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung tersebut.
Oleh karena itu, pelayanan yang dilakukan aparatur Dinas Sosial, Kependudukan
dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung menjadi lebih cepat, tepat, dan akurat.
Berdasarkan uraian di atas, maka pemahaman dan pendalaman aparatur
Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung tentang
pelayanan Informasi Administrasi Kependudukan yang tinggi akan menunjang
keberhasilan pelaksanaan Sistem Informasi Kependudukan. Pelaksanaan Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan sudah dilaksanakan dengan baik di Dinas
Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung meskipun belum
97
semaksimal mungkin. Pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat,
khususnya yang mengurus pendaftaran kependudukan dan umumnya yang
mengurus kependudukan lainnya.
4.3.2 Respon Masyarakat dan Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung Terhadap Terlaksananya
Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan Tentang Pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007
Aparatur pemerintahan merupakan sumber daya manusia yang akan
menentukan berhasil atau tidaknya implementasi kebijakan. Jika implementasi
kebijakan dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Aparatur pemerintah
harus mempunyai pengetahuan, pendalaman, pemahaman terhadap kebijakan dan
adanya kemauan untuk melaksanakan implementasi kebijakan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Respon merupakan tanggapan terhadap implementasi kebijakan yang
dibuat oleh aparatur pemerintah. Salah satu implementasi yang terdapat di Dinas
Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung, yaitu: Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan tentang pendaftaran kependudukan.
Proses pemberian Informasi Administrasi Kependudukan khususnya tentang
pendaftaran kependudukan kepada masyarakat dilakukan secara manual dan
menggunakan sistem komputer.
98
Penyampaian informasi yang dilakukan secara manual diserahkan
kewenangannya kepada Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung yang ditugaskan di ruang pelayanan. Masyarakat dapat
langsung menanyakan ke loket satu bagian informasi dan melalui brosur yang ada.
Loket informasi memberikan penjelasan tentang macam-macam jenis permohonan
kegiatan kegiatan pelayanan kependudukan, persyaratan dan penjelasan tentang
keberadaan berkas permohonan yang masih dalam proses.
Respon yang diberikan oleh masyarakat tentang sistem informasi yang
dilakukan secara manual ada yang positif ada yang negatif. Respon positif yang
diberikan oleh masyarakat, yaitu masyarakat yang tidak bisa mengetahui
bagaimana cara menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
melalui sistem komputer bisa terbantu.
Respon negatif yang diberikan oleh masyarakat, dimana sebagian
masyarakat menganggap bahwa pelayanan yang diberikan oleh aparatur Dinas
Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung tidak ramah dan
kurang persiapannya masyarakat untuk menggunakan alat informasi tersebut.
Respon positif dan negatif yang diberikan oleh masyarakat harus dijadikan
masukan yang positif supaya aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bandung dapat meningkatkan kinerjanya dan memperbaiki
kekurangan pelayanan sistem informasi perdaftaran tanah secara manual.
Respon yang diberikan oleh aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung ada yang menerima ada yang menolak sistem
informasi pendaftaran kependudukan secara manual. Respon menolak, yaitui: di
99
jaman globalisasi sekarang ini seharusnya segala pelayanan sistem Informasi
Administrasi Kependudukan harus sudah menggunakan sistem komputer. Hal ini
untuk menghemat waktu kerja aparaturnya. Penghematan waktu kerja ini
disebabkan karena sedikitnya masyarakat yang bertanya bagaimana proses
pendaftaran kependudukan dilakukan, masyarakat dianjurkan untuk mencari tahu
sendiri dengan mengakses program komputer yang ada di Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung.
Respon menerima implementasi pelayanan sistem informasi pendaftaran
kependudukan yang menggunakan sistem manual, yaitu: sebagian kecil aparatur
Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung yang masih
mempertahankan sistem manual ini, dikarenakan tidak menutup kemungkinan ada
masyarakat yang melakukan proses pendaftaran kependudukan yang kurang siap
menggunakan sistem komputer tersebut dan dapat mendapatkan keterangan di
loket informasi.
Perbedaan pendapat diantara aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung terhadap sistem informasi pendaftaran
kependudukan, jangan dijadikan pemecah tapi dijadikan sebagai pemersatu untuk
mencari jalan keluarnya. Pelayanan aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung dapat lebih ditingkatkan lagi dan dapat
memberikan informasi yang akurat, tepat waktu, relevan, lengkap, jelas dan ramah
kepada masyarakat.
Penyampaian Informasi pelayanan Pendaftaran kependudukan
menggunakan sistem komputer, berdasarkan respon masyarakat sudah cukup
100
baik. Masyarakat dapat mengakses langsung proses pendaftaran kependudukan.
Sistem komputer tersebut, isinya tidak saja informasi pendaftaran kependudukan
tetapi banyak Informasi Administrasi Kependudukan lainnya, seperti: informasi
loket, produk kependudukan, jenis dan syarat permohonan, info data pendaftaran
kependudukan, cek berkas pemohon, fasilitas dan informasi-informasi lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian respon masyarakat terhadap sistem informasi
pendaftaran kependudukan yang disampaikan menggunakan sistem komputer,
sudah akurat, tepat waktu, relevan dan lengkap. Masyarakat berpendapat bahwa
dengan adanya sistem penyampaian informasi menggunakan sistem komputer,
dimana sebagian besar aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung mempunyai pengetahuan, pendalaman dan pemahaman
untuk menggunakan program komputer. Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan
dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung juga mempunyai kemauan untuk
memasukan program pendaftaran kependudukan di komputer.
Respon dari masyarakat di atas dapat dijadikan masukan bagi aparatur
Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung untuk lebih
meningkatkan lagi pengetahuan dan kinerjanya menuju masa depan yang lebih
baik. Respon aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung terhadap Sistem Informasi Administrasi Kependudukan tentang
pelayanan pendaftaran kependudukan yang menggunakan sistem komputer, ada
yang menerima dan ada yang menolak.
Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung setuju dengan adanya sistem pendaftaran kependudukan menggunakan
101
komputer dikarenakan, yaitu: pertama, bahwa suatu lembaga pemerintahan di
jaman globalisasi ini harus mengikuti perkembangan teknologi, penyampaian
informasi tidak saja disampaikan secara manual, tetapi menggunakan sistem
komputer. Kedua, aparatur menganggap bahwa dengan sistem komputer, dapat
meringankan tugas dan pekerjaan aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung untuk tidak setiap saat memberikan keterangan
proses pendaftaran kependudukan.
Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung yang tidak setuju terhadap sistem informasi pendaftaran kependudukan
menggunakan sistem komputer, dikarenakan sebagai berikut: pertama, adanya
anggaran biaya yang harus dikeluarkan oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung untuk pemeliharaan sistem komputer. Kedua,
aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung
menanggap bahwa adanya sistem informasi komputer, tetap saja banyak
masyarakat yang langsung bertanya ke loket informasi.
Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung membuka situs internet sebagai proses penyampaian Sistem Informasi
Kependudukan. Dalam situs internet terdapat gambaran umum Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dan kolom pertanyaan.
Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa kolom pertanyaan yang
dibuka di situs www.bpn.go.id kurang mendapatkan respon dari masyarakat.
Walaupun demikian, sebagian aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bandung setuju penyampaian sistem Informasi Administrasi
102
Kependudukan di internet. Hal ini dikarenakan dapat memudahkan masyarakat
untuk mengetahui gambaran umum Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bandung. Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bandung ada yang tidak setuju dengan penyampaian sistem
Informasi Administrasi Kependudukan di internet. Hal ini dikarenakan
memerlukan biaya anggaran untuk pembayaran program internet dan
pemeliharaannya.
Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan khususnya
tentang pelayanan pendaftaran kependudukan yang dilakukan secara manual,
sistem komputer dan program internet menimbulkan respon menerima dan
menolak dari masyarakat maupun aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Respon yang diberikan harus dijadikan
masukan positif, dapat meningkatkan kinerja bagi aparatur Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dan meningkatkan
pelayanan dengan memberikan informasi yang akurat, tepat waktu, relevan, jelas
dan ramah kepada masyarakat.
103
4.3.3 Intensitas Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung Terhadap Terlaksananya Implementasi
Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Tentang
Pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007
Intensitas disposisi para pelaksana dapat mempengaruhi pelaksanaan
kebijakan, karena tinggi dan rendahnya intensitas para pelaksana akan
mempengaruhi terhadap terlaksananya implementasi kebijakan tersebut. Dinas
Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung mempunyai tingkat
intensitas yang tinggi untuk mengoperasionalisasikan pelaksanaan Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan dalam meningkatkan pelayanan
pendaftaran kependudukan.
Intensitas yang tinggi di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung menunjukan keberhasilan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan dengan tujuan meningkatkan pelayanan terhadap pendaftaran
kependudukan. Intensitas yang tinggi di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bandung ditunjukan dengan pendidikan, pendalaman dan
pemahaman yang tinggi. Pendidikan yang tinggi di tunjukan dengan adanya
aparatur yang menguasai Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dan
memberikan pengertian, pengetahuan, kepastian, ketegasan dan penjelasan
terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan untuk meningkatkan pelayanan pendaftaran
104
kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung.
Pemahaman yang tinggi ditunjukan dengan berhasilnya pelaksanaan
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dan menggugah kesadaran
masyarakat sehingga membangkitkan motivasi untuk pelaksanaan Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Oleh karena itu, pengetahuan, pendalaman
dan pemahaman yang tinggi maka aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung dalam menerima Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan dan dapat melaksanakan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Drs. Salimin beliau sekretaris Dinas
Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung, bahwa tingkat
intensitas yang tinggi sangat mempengaruhi para aparatur dalam meningkatkan
pelayanan informasi kependudukan. Oleh karena itu, dengan tingkat intesitas
kemampuan yang tinggi aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung dapat meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka
pemberdayaan masyarakat dan memberi hasil yang optimal dengan dukungan dan
partisipasi terhadap implementasi Sistem Informasi Kependudukan.
Pemberdayaan yang dilakukan Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bandung terhadap aparaturnya menyebabkan meningkatnya
intensitas aparaturnya, sehingga dapat terlaksananya Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan dalam meningkatkan pelayanan publik. Aparatur
105
Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dengan
didukung intensitas yang tinggi dapat memberikan pengertian, pengetahuan,
kepastian, ketegasan dan penjelasan terhadap masyarakat tentang implementasi
Sistm Informasi Administrasi Kependudukan dalam meningkatkan pelayanan
pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung.
Intensitas yang tinggi juga ditujukan aparatur Kependudukan Kabupaten
Bandung dengan dapat meningkatkan kesadaran masarakat untuk membantu
melaksanakan fungsi dari Sistem Informasi Administrasi Kependudukan tersebut.
Masyarakat hanya dituntut untuk menggunakan fasilitas-fasilitas pelayanan yang
telah disediakan oleh aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung, salah satunya fasilitas pelayanan Sistem Informasi
Kependudukan.
Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung juga mengatakan bahwa intensitas yang rendah akan menjadi
penghambat terhadap pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
sehingga dapat menurunkan tingkat pelayanan terhadap masyarakat. Tingkat
pelayanan yang rendah akan mewujudkan dampak yang kurang baik terhadap
keadaan pelayanan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung. Intensitas aparatur yang rendah dapat menimbulkan dampak yang
kurang baik, dampak tersebut, misalnya: pertama, kurang adanya kesadaran
terhadap tugas atau kewajiban yang telah menjadi tanggung jawab aparatur,
106
akibatnya aparatur dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat dengan
seenaknya.
Kedua, Sistem, prosedur dan metode tidak memadai sehingga mekanisme
kerja kerja tidak berjalan. Ketiga, pengorganisasian tugas pelayanan yang hancur
sehingga terjadi tumpang tindih dan atau tercecernya suatu tugas. Keempat,
pndapatan pegawai yang tidak mencukupi kebutuhan hidup sehingga tidak tenang
dalam bekerja. Kelima, kemampuan pegawai yang tidak memadai untuk tugas
yang dibebankan kepadanya sehingga hasil pekerjaan tidak memenuhi standard.
Keenam, Tidak tersedia pelayanan yang memadai, akibatnya pekerjaan menjadi
lamban. Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung sudah baik dalam menunjukan intensitas kemampuannya tetapi belum
sepenuhnya maksimal, dikarenakan pelaksanaan implementasi Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan ditunjang juga dengan intensitas kemampuan yang
tinggi.
Masyarakat yang sedang mengurus pendaftaran kependudukan merasakan
hasil dari implementasi kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
yang ditunjang oleh intensitas kemampuan aparatur yang tinggi. Hasilnya yaitu
terlaksananya pelayanan Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung, walaupun belum
maksimal tetapi pelayanan Informasi Administrasi Kependudukan tersebut sudah
cukup baik dan memenuhi standar pelayanan.
Standar pelayanan yang diberikan Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung memudahkan masyarakat dalam pengurusan
107
pendaftaran kependudukan dan merasa nyaman, aman, dan tidak berbelit-belit
dalam proses pembuatan pendaftaran kependudukan, kemudahan tersebut
dikarenakan dengan tingkat intensitas aparaturnya yang meningkat dan
terlaksananya Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan tentang pelayanan pendaftaran kependudukan. Tingkat intensitas
pun ditunjukan oleh aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung dengan memperlakukan masyarakat yang sama antara yang
satu dengan yang lainnya, tanpa mebeda-bedakan status apapun, aparatur juga
dapat bersikap jujur dalam mengahadapi masyarakat demi terciptanya
administrasi kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung.
Oleh karena itu, bahwa intensitas aparatur yang tinggi dapat membantu
terlaksananya Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dalam meningkatkan
pelayanan publik tentang pelayanan pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Intensitas aparatur Dinas
Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung harus didukung
oleh pendidikan, pendalaman dan permahaman yang tinggi dalam menerima
sistem Informasi Administrasi Kependudukan dan dapat melaksanakan sistem
informasi kependudukan.
4.4. Struktur Birokrasi Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung
108
4.4.1 Fragmentasi di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung dalam Implementasi Kebijakan Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan Tentang Pendaftaran
kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung Tahun 2007
Struktur organisasi merupakan yang mengatur tentang pembagian tugas
dan tanggung jawab kepada masing-masing orang yang ada dalam organisasi,
struktur organisasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kinerja
organisasi publik, karena akan menjelaskan bagaimana kedudukan, tugas, dan
fungsi dialokasikan dalam organisasi. Hal ini mempunyai dampak yang
siginifikan terhadap cara setiap individu melaksanakan tugasnya dalam organisasi.
Ketika arah dan strategi organisasi secara keseluruhan telah ditetapkan serta
struktur organisasi telah dibentuk. Maka hal yang perlu diperhatikan adalah
bagaimana organisasi tersebut melakukan kegiatan atau menjalankannya tugas
dan fungsinya. Struktur organisasi merupakan suatu gambar yang
menggambarkan tentang jenis atau tipe organisasi, pendepartemenan atau
pembagian bidang-bidang, kedudukan dan jenis wewenang pejabat, bidang dan
hubungan pekerjaan yang terkait, garis perintah dan tanggung jawab serta rentang
kendali dan sistem pimpinan organisasi.
Struktur birokrasi yang sudah ada di Dinas Sosial, Kependudukan Dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung sudah bertugas sesuai dengan masing-masing
tugasnya, mereka menjalankan tugas sesuai dengan ketentuan yang mereka
jalankan. Mereka dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan struktur yang telah
109
ditetapkan, kalau pun ada yang melakukan tugas yang lain hal tersebut sudah ada
penjelasan terlebih dahulu.
Struktur birokrasi merupakan yang bertugas dalam melaksanakan
kebijakan yang memiliki pengaruh besar terhadap pelaksanaan kebijakan. Salah
satu aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur
operasi yang standar (Standard Operating Procedures atau SOP). Maksud dari
aspek tersebut yaitu suatu prosedur standarisasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial,
Kependudukan Dan Catatan Sipildalam memberikan pelayanan publik kepada
masyarakat. Dalam hal ini peran birokrasi sangat penting dalam implementasi
kebijakan SIAK, karena melalui struktur birokrasi yang baik sebagai pelaksana
kebijakan akan tercapai keberhasilan kebijakan SIAK.
Struktur birokrasi Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, maksudnya sesuai dengan pembagian tugas masing-masing. Mereka tidak
dibenarkan melaksanakan tugas yang bukan bagian kinerjanya, apabila mereka
melanggar maka mendapat sanksi tegas. Hal tersebut dilakukan agar mereka
bekerja sesuai dengan profesinya masing-masing, sehingga tidak ada satu
pelaksana kebijakan melakukan tugas melebihi prosedur yang telah ditetapkan.
Struktur birokrasi yang baik akan memberikan dorongan kepada keberhasilan
implementasi kebijakan SIAK, walaupun dalam pelaksanaan kebijakan SIAK ini
mengalami adanya kendala.
Fragmentasi atau penyebaran tanggung jawab kegiatan sangat
mempengaruhi dalam Implementasi Sistem Informasi Kependudukan. Hubungan
110
yang terjadi di antara para aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung sangat mempengaruhi terhadap pelaksanaan Sistem
Informasi Kependudukan, apabila pola hubungan yang terjadi di lingkungan
Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung tidak baik
maka akan berpengaruh terhadap keberhasilan Sistem Informasi Kependudukan.
Pola hubungan pelaksana Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
yang terjadi di dalam lingkungan Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung berlangsung dengan baik, hal tersebut terwujud melalui pola
kinerja mereka yang saling bekerja sama untuk mensukseskan pelaksanaan Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan tersebut. Para pelaksana Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan dalam menjalankan tugas saling membantu dan
bekerjasama serta berkompetisi secara sehat.
Hal itu dilakukan dalam membangkitkan semangat dalam mencapai
keberhasilan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dengan tujuan untuk
meningkatkan pelayanan pendaftaran kependudukan terhadap masyarakat. Para
aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung
sebagai pelaksana Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dalam
menajalankan tugasnya saling melengkapi dan mendukung masing-masing dari
mereka, sehingga pola hubungan yang terjadi bersifat saling bekerjasama. Mereka
tetap berkompetisi dalam melaksanakan tugasnya, akan tetapi kompetisi yang
mereka lakukan dengan positif dan sehat.
111
Penyebaran tanggungjawab para aparatur dalam menjalankan tugasnya
saling membantu dan bekerjasama serta berkompetisi secara sehat, hal itu
dilakukan dalam membangkitkan semangat dalam mencapai keberhasilan Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Para aparatur kebijakan dalam menajalankan
tugasnya saling melengkapi dan mendukung masing-masing dari mereka,
sehingga pola hubungan yang terjadi bersifat saling bekerjasama.
Penyebaran tanggungjawab tersebut dapat diwujudkan dalam kinerja
antara bagian yang satu dengan bagian lain, antara bagian tersebut saling
bekerjasama dalam melaksanakan tugasnya masing-masing, misalnya Bagian
Informasi berkewajiban untuk menyetorkan data yang terkumpul untuk
meningkatkan akselerasi pelayanan ke bagian pengolahan data dan sebaliknya.
Penyebaran tanggungjawab para Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung saling membantu, melengkapi dan mendukung satu sama lain
dengan tujuan agar Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dapat berhasil
dilaksanakan.
Hasil dari wawancara dan penelitian bahwa struktur birokrasi di Dinas
Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung tersusun dengan
baik, mulai dari jabatan sampai struktur kinerjanya. Setiap struktur birokrasi
tersebut melaksanakan tugasnya sesuai dengan tugas yang diberikan kepada
masing-masing bagiannya. Fragmentasi atau penyebaran tanggung jawab agar
tetap bersaing secara sehat, aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bandung berpegang pada tindakan Dinas Sosial, Kependudukan
112
dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung, yaitu: pertama, mewujudkan pegawai
Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung yang
profesional dan fasilitatif. Kedua, meningkatkan kualitas pelayanan pada
masyarakat, ketiga yaitu meningkatkan suasana menjadi Dinas yang ber-tarif
(transparan, akuntabel, responsif, independent dan fairnes). Keempat,
meningkatkan sinergitas dalam pemberdayaan masyarakat, kelima yaitu
mewujudkan komitmen bersama dalam penegakan hukum dalam pelayanan.
Menjelaskan tentang kelima misi tersebut, aparatur Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dapat sidikit mengatasi
jika terjadi persaingan tidak sehat dan struktur birokrasi yang hancur. Walaupun
tidak semaksimal mungkin untuk mengatasinya tetapi Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung selalu siap untuk
melakukan tindakan jika sewaktu-waktu terjadi pemecahan dan persaingan yang
tidak sehat. Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung
jika terjadi hal tersebut, maka akan menghambat keberhasilan pelaksanaan Sistem
Informasi Kependudukan, dikarenakan jika terjadi struktur birokrasi Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung akan terpecah-pecah dan
dapat megagalkan komunikasi dan lain-lainnya yang berdampak negatif pada
Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung.
Masyarakat yang sedang mengurus pedaftaran tanah juga menilai bahwa
struktur birokrasi di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung tersusun dengan baik, karena melihat cara bekerja aparaturnya dilakukan
dengan tahapan-tahapan dan penuh hati-hati tidak ceroboh. Masyarakat merasa
113
senang, aman, dan nyaman melihat cara kinerja yang dipraktekan oleh aparatur
dan berikan kepada masyarakat yang sedang mengurus kependudukan.
Rasa senang ditunjukan oleh masyarakat dengan bertindak sopan terhadap
aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung,
masyarakat merasa aman dalam melakukan pendaftaran kependudukan karena
terciptanya tertib administrasi kependudukan dan masyarakat merasa nyaman
karena dilayani dengan penuh sopan santun. Berdasarkan uraian di atas maka
dapat menarik kesimpulan bahwa di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bandung struktur birokrasinya tersusun dengan baik. Jika
struktur birokrasinya terpecah-pecah, aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung akan segera bertindak untuk mengatasi
fragmentasi tersebut dan mencari solusi penyelesaiannya.
Terjadinya struktur birokrasi yang hancur akan menghambat keberhasilan
pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dalam tujuan
meningkatkan pelayanan terhadap publik tentang pendaftaran kependudukan di
Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Sebaliknya,
jika fragmentasi atau penyebaran tanggung jawab sesuai dengan bagiannya
masing-masing akan memperlancar keberhasilan pelaksanaan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan dalam tujuan meningkatkan pelayanan terhadap
publik tentang pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung.
114
4.4.2 Standar Operasi di Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung Dalam Pelaksanaan SIAK
Struktur organisasi sebagai pelaksana kebijakan memiliki peranan penting
dalam implementasi Sistem Informasi Kependudukan, salah satu aspek yang
terpenting dalam organisasi adalah adanya Standard Operating Procedures
(SOP). SOP adalah suatu standar atau pedoman tertulis yang dipergunakan untuk
mendorong dan menggerakkan Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung untuk mencapai tujuan
Tujuan SOP di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung Kota Bandung pertama, agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan
tingkat kinerja petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja, kedua
agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi,
ketiga memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
petugas/pegawai terkait, melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai
dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya, keempat untuk menghindari
kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi kalau pun ada yang
melakukan tugas yang lain hal tersebut sudah ada penjelasan terlebih dahulu.
Fungsi SOP di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten
Bandung, untuk memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja, sebagai
dasar hukum bila terjadi penyimpangan, mengetahui dengan jelas hambatan-
hambatannya dan mudah dilacak, mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-
sama disiplin dalam bekerja dan sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan
rutin.
115
Maksud dari adanya SOP di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan
Sipil Kabupaten Bandung adalah guna memberikan pelayanan yang prima kepada
masyarakat. Dalam hal ini peran dari birokrasi penting dalam implementasi
kebijakan SIAK untuk meningkatkan pelayanan pendaftaran Kependudukan.
Dengan adanya struktur organisasi yang baik sebagai pelaksana kebijakan akan
tercapai keberhasilan kebijakan.
Standar operasi, merupakan hal yang diperlukan dalam pelaksanaan SIAK
di Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Salah satu
karakteristik yang dapat menjadikan kinerja birokrasi/organisasi lebih baik, yatu
dengan melakukan Standar Operating Prosedures (SOP) merupakan suatu
kegiatan rutin yang memungkinkan para pegawai atau pelaksana
kebijakan/administrator/birokrat untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya pada
setiap harinya sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Struktur birokrasi merupakan yang bertugas dalam melaksanakan
kebijakan yang memiliki pengaruh besar terhadap pelaksanaan kebijakan. Salah
satu aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur
operasi yang standar (Standard Operating Procedures atau SOP). Maksud dari
aspek tersebut yaitu suatu prosedur standarisasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial,
Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dalam memberikan
pelayanan pendaftaran Kependudukan kepada masyarakat di Kabupaten Bandung.
Dalam hal ini peran birokrasi sangat penting dalam pelaksanaan kebijakan Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan SIAK, karena melalui struktur birokrasi
116
yang baik sebagai pelaksana kebijakan akan tercapai keberhasilan kebijakan
Sistem Informasi Administrasi kependudukan SIAK.
Standar operasi dalam pelaksanaan SIAK sangat bermanfaat bagi
terciptanya pelayanan pendaftaran kependudukan. Berdasarkan penjelasan diatas,
bahwa dalam melaksanakan SIAK di Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan
Sipil Kabupaten dibutuhkan standar operasi untuk melaksanakan kegiatan-
kegiatannya dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan standar yang
ditetapkan, agar dalam pelaksanaan SIAK tidak keluar dari jalur yang telah
ditentukan menurut peraturan yang ada. Mereka juga menjalankan tugas secara
profesional, hal tersebut dilakukan bertujuan agar pelaksanaan Sistem Informasi
Keuangan Daerah dalam meningkatkan akuntabilitas publik Kabupaten Bandung
dapat tercapai.
Struktur birokrasi Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil
Kabupaten Bandung melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan yang
berlaku, maksudnya sesuai dengan pembagian tugas masing-masing. Mereka tidak
dibenarkan melaksanakan tugas yang bukan bagian kinerjanya, apabila mereka
melanggar maka mendapat sanksi tegas. Hal tersebut dilakukan agar mereka
bekerja sesuai dengan profesinya masing-masing, sehingga tidak ada satu
pelaksana kebijakan melakukan tugas melebihi prosedur yang telah ditetapkan.
Struktur birokrasi yang baik akan memberikan dorongan kepada keberhasilan
implementasi siatem informasi administrasi kependudukan SIAK di Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung.
117
Berdasarkan uraian diatas sangat jelas, bahwa struktur birokrasi Dinas
Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandunmg bertugas sesuai
dengan ketentuannya masing-masing. Mereka menjalankan tugas secara
profesional, hal tersebut dilakukan bertujuan agar pelaksanaan kebijakan Sistem
Informasi Administrasi Kependudukan SIAK dalam menunjang pelayanan
pendaftaran Kependudukan di Kabupaten Bandung dapat terlaksana dengan baik.
Dalam pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan SIAK
para pelaksana Sistem Kependudukan SIAK, dan dalam melaksanakan tugasnya
telah mengikuti SOP yang telah di tetapkan bertugas sesuai dengan apa yang
dinginkan dalam undang-undang dan tentu saja bertugas sesuai dengan
ketentuannya masing-masing. Mereka menjalankan tugas secara profesional, hal
tersebut dilakukan bertujuan agar pelaksanaan pelaksanaan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan SIAK dalam menunjang pelayanan pendaftaran
kependudukan di Kabupaten Bandung dapat terlaksana dengan baik.
118
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
3.3 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Kebijakan Tentang
Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Untuk Meningkatkan
Pelayanan Pendaftaran Kependudukan Di Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007, dapat diambil kesimpulan bahwa
keberhasilan implementasi kebijakan tentang SIAK dapat dilihat dari:
1. Proses komunikasi yang berlangsung dalam implementasi kebijakan tentang
SIAK dalam meningkatkan pelayanan publik di Kabupaten Bandung Tahun
2007 antara lain melalui transformasi atau penyampaian informasi kebijakan
publik, Penyampaian informasi ditujukan kepada sasaran yang tepat.
Kejelasan, Penyampaian informasi dengan jelas, dapat dimengerti dan
dipahami oleh organisasi lain dan tentunya masyarakat. Konsistensi,
Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sudah konsisten atau tetap sesuai
dengan tujuan yang telah ditentukan.
2. Sumber-sumber kebijakan yang dapat menentukan keberhasilan implementasi
SIAK dalam meningkatkan pelayanan publik di Kabupaten Bandung Tahun
2007 antara lain sumber daya manusia, sumber daya manusia di Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung belum semuanya
menguasai komputerisasi atau yang ahli dalam komputerisasi. Sumber
dayaatau anggaran, APBD yang tersedia belum mencukupi untuk membiayai
119
sarana dan prasarana yang mendukung keberhasilan implementasi kebijakan
SIAK. Sumber daya waktu yang diperlukan dalam implementasi kebijakan
SIAK tahun 2007 telah sesuai dengan target atau rencana, akan tetapi dalam
pelaksanaan masih adanya kendala.
3. Disposisi kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Dalam
meningkatkan pelayanan pendaftaran kependudukan sudah dikatakan baik dan
dapat dilihat dari: pemahaman dan pendalaman, pemahaman dan pendalaman
aparatur Dinas Sosial, kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung
yang tinggi, menunjang terlaksananya implementasi Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan untuk meningkatkan pelayanan pendaftaran
kependudukan. Respon menerima dapat ditunjukan dengan mendukung
terlaksananya implementasi kebijakan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan SIAK, respon menolak dijadikan masukan untuk Dinas Sosial,
kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Intensitas aparatur
Dinas Sosial, kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung yang
tinggi membantu terlaksananya Sistem Informasi Administrasi Kependudukan
untuk meningkatkan pelayanan tentang pendaftaran kependudukan
4. Struktur Birokrasi dalam Pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi
Kependudukan (SIAK) Untuk Meningkatkan Pelayanan Pendaftaran
Kependudukan Kabupaten Bandung dalam melaksanakan tugas-tugasnya
sudah sesuai dengan bidangnya masing-masing. Norma-norma, aturan-aturan
bagi para pelaksana kebijakan sudah di taati dengan baik. Pola-pola hubungan
120
yang terjadi dalam birokrasi, mereka saling mengingatkan dan saling
membantu apabila dalam melaksanakan tugas menemukan kendala.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas Peneliti merekomendasikan saran sebagai
berikut:
1. Pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas Sosial, Kependudukan Dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung harus lebih meningkatkan ketepatan
informasi yang disampaikan kepada Masyarakat
2. Pemerintah Kabupaten Bandung atau Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pemerintah
Kabupaten Bandung lebih meningkatkan anggaran untuk implementasi
kebijakan SIAK, agar implementasi kebijakan SIAK dapat terlaksana dengan
maksimal sehingga pelayanan yang diberikan kepada masyarakat pun lebih
baik. Melalui pemberian anggaran/anggaran yang memadai, maka pengadaan
sarana dan prasarana sebagai penunjang keberhasilan kebijakan SIAK akan
terpenuhi sehingga pelayanan yang di berikan kepada masyarakat juga
semakin prima. Pemerintah Kabupaten Bandung khususnya Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung, melakukan
penyeleksian lebih khusus lagi dan penambahan ahli seperti tenaga ahli
komputer dan aplikasinya atau melakukan pelatihan-pelatihan kepada
aparat/staff. Hal tersebut akan menunjang keberhasilan pelaksanaan kebijakan
SIAK.
121
3. Sikap para aparaturnya harus lebih diperbaiki dan harus meningkatkan
pemahaman dan pendalaman terhadap aparatur dan lebih meningkatkan
intensitas yang lebih tinggi untuk terlaksananya keberhasilan implementasi
Sistem Informasi Administrasi kependudukan SIAK untuk meningkatkan
pelayanan pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan
Catatan Sipil Kabupaten Bandung.
4. Struktur birokrasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan SIAK dapat
lebih meningkatkan kinerjanya dalam pelaksanaan Sistem Informasi
Administrasi Kependudukan SIAK agar tercipta Pelayanan Pendaftaran
Kependudukan yang cepat dan benar
122
DAFTAR PUSTAKA
Agustino, Leo. (2007). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung:CV. Alfabeta.
Anwar, M. Khoirul. (2004). Aplikasi Sitem Informasi Administrasi Kependudukan Bagi Pemerintahan Di Era Otonomi Daerah, SIMDA. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Badudu, J.S dan Sutan Mohammad Zain. (2001). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Danim, Sudarwan. (2000). Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. Jakarta:PT. Bumi Aksara.
Dunn, William N. (2003). Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Dwijowijoto, Riant Nugroho. (2007). Kebijakan Publik:Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta:PT. Elex Media Komputindo.
Dwiyanto, Agus. (2005). Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Eko Indrajit, Richardus. (2004). Electronic Government Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital. Yogyakarta: Andi.
Faisal, Sanapiah. (2007). Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.
Islamy, M. Irfan. (2004). Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanan Negara. Jakarta:Bumi Aksara.
Jimung, Martin. (2005). Politik Lokal Dan Pemerintah Daerah Dalam Perspektif Otonomi Daerah. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.
Jogiyanto. (2001). Analisis dan Disain, Sistem Informasi:Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi.
Kurniawan, Agung. (2005). Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:Pembaruan.
Lukman, Sampara. (2000). Manajemen Kualitas Pelayanan. Jakarta:STIA LAN Press.
123
Moenir, H.A.S. (2007). Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta:PT. Bumi Aksara.
Muhammad, Farouk. (2003). Metodelogi Penelitian Sosial. Jakarta:PT.Bumi Aksara.
Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:PT. Remaja Rosda Karya.
Putra, Fadilah. (2001). Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik. Yogyakarta, Surabaya:Pustaka Pelajar dan Universitas Sunan Giri Surabaya.
Santoso, Gempur. (2005). Metodologi Peneltian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:Prestasi Pustaka.
Siagian, Sondang. P. (2007). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta:PT. Bumi Aksara.
Sinambela, Lijan Poltak. (2007). Reformasi Pelayanan Publik:Teori, Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Subarsono, AG. (2005). Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:CV. Alfabeta.
Suhirman dan Endah Apriani. (2003). Bila Warga Menilai:Potret Kepuasan Konsumen Pelayanan Publik Kota Bandung 2002. Bandung: Institute of Governance Studies.
Suyanto, Bagong. (2005). Metode Penelitian Sosial:Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta:Prenada Media.
Wahab, Solichin Abdul. (2005). Analisis Kebijaksanaan:Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta:PT. Bumi Aksara.
Wahyono, Teguh. (2004). Sistem Informasi:Konsep Dasar, Analisis Desain dan Implementasi. Yogyakarta:Graha Ilmu.
Wibawa, Samodra. (1994). Kebijakan Publik Proses dan Analisis. Jakarta:Intermedia.
Widodo, Joko. (2007). Analisis Kebijakan Publik:Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang:Bayumedia Publishing.
124
Winarno, Budi. (2002). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta:Media Pressindo.
Witarto. (2004). Memahami Sistem Informasi (Pendekatan Praktis Rekayasa Sistem Informasi Melalui Kasus-Kasus Sistem Informasi di sekitar kita). Bandung:Informatika.
Dokumen :
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2005 Pasal 68 ayat 1-3 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil di Daerah.
Undang-Undang Nomor: 23 Tahun 2007 tentang Administrasi Kependudukan.
Undang-Undang Nomor: 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Otonomi Daerah.) . Bandung: Fokus Media, Anggota IKAPI.
125
PEDOMAN WAWANCARA
1. Identitas
Nama :
Usia : tahun.
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Pendidikan :
Alamat :
Pekerjaan/Jabatan :
2. Pertanyaan :
A. Pertanyaan di bawah ini dimaksudkan untuk mencari data mengenai kjomunitas anatar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan.
1. Menurut bapak/Ibu apakah penyampaian informasi menmgenai SIAK
sudah jelas dan tepat sasaran?
2. Menurut Bapak/Ibu apakah informasi yang di sampaikan kepada
masyarakat sudah jelas dan dapat dimengerti mengenai pendaftaran
kependudukan dengan menggunakan jaringan komputer ?
3. Menurut Bapak/Ibu bagaimanakah konsistensi penyampaian informasi
pendaftaran kependudukan kepada masyarakat?
B. Pertanyaan di bawah ini dimaksudkan untuk mencari data mengenai sumber-sumber kebijakan.
1. Menurut Bapak/Ibu sumber daya manusia yang bagaimana yang dapat
mendukung pelksanaan SIAK?
2. Menurut Bapak/Ibu apakah anggaran yang tersedia sudah dapat
mendukung dalam pelaksanaan SIAK?
3. Menurut Bapak/Ibu apakah peralatan yang sudah dapat mendukung
dalam pelaksanaan SIAK ?
126
C. Pertanyaan di bawah ini dimaksudkan untuk mencari data mengenai Disposisi.
1. Menurut Bapak/Ibu bagaimana disposisi para aparatur agar terlaksananya
implementasi Sistem Administrasi Kependududkan SIAK untuk
meningkatkan pelayanan pendaftaran Kependudukan?
2. Menurut Bapak/Ibu bagaiamana proses pemahaman dan pendalaman? para
aparatur agar terlaksananya implementasi Sistem Administrasi
Kependududkan SIAK untuk meningkatkan pelayanan pendaftaran
Kependudukan?
3. Menurut Bapak/Ibu bagaimana respon masyarakat dan Dinas Sosial,
Kependudukan dan Catatan sipil Kabupaten Bandung terhadap
terlaksananya Sistem Informasi Administrasi kependudukan di Dinas
Sosial, Kependudukan dan Catatan sipil Kabupaten Bandung?
D. Pertanyaan di bawah ini dimaksudkan untuk mencari data mengenai struktur birokrasi.
1. Menurut Bapak/Ibu apakah struktur birokrasi yang ada sudah bertugas
sesuai dengan ketentuan yang ada?
2. Menurut Bapak/Ibu apakah pelaksanaan SIAK sudah sesuai dengan SOP?
127
RIWAYAT HIDUP
1. Nama : Syamsul Wahid Permadi
1. Tempat dan Tanggal Lahir : Cianjur, 12 Agustus 1985
2. Nomor Induk Mahasiswa : 41704041
3. Jurusan : Ilmu Pemerintahan
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki
5. Kewarganegaraan : Indonesia
6. Agama : Islam
7. Alamat : Ciagra RW 03 RT 01 Desa Sukalaksana
Kecamatan Sukanagara
Kabupaten Cianjur
8. Status Perkawinan : Tidak Kawin
9. Orang Tua:
1. Nama Ayah : Edi Junaedi
Pekerjaan : Wiraswasta
2. Nama Ibu : Entin Permasih
Pekerjaan : PNS
Bandung , Februari 2009
Syamsul Wahid PermadiNIM 41704041