elib.unikom.ac.idelib.unikom.ac.id/files/disk1/393/jbptunikompp-gdl... · web viewpendahuluan latar...

195
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia pada masa sekarang ini tengah mengalami perubahan secara fundamental menuju sistem pemerintahan yang demokratis serta transparan. Perubahan tersebut memberikan peluang bagi penataan berbagai segi kehidupan berbangsa dan bernegara, dimana kepentingan rakyat dapat kembali di letakan pada posisi sentral. kemajuan teknologi informasi terjadi sedemikian pesatnya sehingga data, informasi, dan pengetahuan dapat diciptakan dengan sangat cepat dan dapat disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat di berbagai belahan dunia dalam hitungan detik. Hal ini mendorong setiap individu di berbagai negara di dunia dapat berkomunikasi secara langsung kepada siapapun yang dikehendakinya tanpa dibutuhkan perantara apapun. Tentu saja buah teknologi ini sangat mempengaruhi pemerintah

Upload: dangtuong

Post on 24-Apr-2018

224 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia pada masa sekarang ini tengah mengalami perubahan secara

fundamental menuju sistem pemerintahan yang demokratis serta transparan.

Perubahan tersebut memberikan peluang bagi penataan berbagai segi kehidupan

berbangsa dan bernegara, dimana kepentingan rakyat dapat kembali di letakan

pada posisi sentral. kemajuan teknologi informasi terjadi sedemikian pesatnya

sehingga data, informasi, dan pengetahuan dapat diciptakan dengan sangat cepat

dan dapat disebarkan ke seluruh lapisan masyarakat di berbagai belahan dunia

dalam hitungan detik. Hal ini mendorong setiap individu di berbagai negara di

dunia dapat berkomunikasi secara langsung kepada siapapun yang

dikehendakinya tanpa dibutuhkan perantara apapun. Tentu saja buah teknologi ini

sangat mempengaruhi pemerintah dimasa modern harus bersikap dalam melayani

masyarakatnya.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

merupakan dasar yuridis penyelenggaraan pemerintah daerah, dan juga sebagai

dasar pelaksanaan otonomi daerah di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bandung. Dasar yuridis tersebut di terjemahkan dalam bentuk

Peraturan Daerah Kabupaten Bandung bahwa penataan dan pembentukan lembaga

perangkat daerah Kabupaten Bandung, dan Keputusan Bupati Bandung tentang

2

struktur organisasi dan tata kerja Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung.

Pelayanan yang perlu ditingkatkan oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung adalah pelayanan mengenai pendaftaran

penduduk, karena hal tersebut diperlukan oleh pemerintah sebagai data atau

dokumen bagi masyarakatnya. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor 28 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk

dan Pencatatan Sipil di Daerah

Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dalam

rangka meningkatkan pelayanan pendaftaran kependudukan, melakukan

pengembangan terlaksananya Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

(SIAK) dan Data Base berdasarkan Peraturan Daerah No. 17 Tahun 2007 tentang

urusan pemrintahan, bidang sosial, kependudukan dan catatan sipil. Pelayanan

data base tersebut bertujuan untuk memudahkan para pegawai dalam melakukan

pelayanan kepada masyarakat dan tentunya dapat memberikan dampak yang

positif bagi masyarakat itu sendiri.

Dukungan teknologi informasi menjadi sangat penting untuk memberikan

layanan secara cepat dan aman dalam proses perekaman, pencetakan,

pengiriman/transfer, penyimpanan serta pendayagunaannya. Prinsip-prinsip yang

memberikan dukungan tersebut, melalui rancang bangun, alur data dan proses

akhir pada rancangan infrastruktur kemudian dibangun dan dikembangkanlah

sistem informasi. Sistem informasi tersebut untuk memfasilitasi penerbitan

Nomor Induk akte sebagai nomor identitas tunggal yang melekat pada setiap

3

dokumen akte dan sebagai kunci akses untuk verification (pembuktian) dan

identifikasi jati diri seseorang yang sangat berguna di dalam mewujudkan efisiensi

dan efektifitas Pelayanan Pendaftaran Kependudukan.

Sistem informasi administrasi kependudukan dalam implementasinya

terdiri dari adanya komponen yang berupa aplikasi dengan menggunakan sistem

data base dan jaringan komunikasi. Komponen tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut, aplikasi pendaftaran kependudukan dibangun dalam rangka pelayanan

pendaftaran. Kemudian dilanjutkan dalam bentuk aplikasi entry data ke dalam

komputer dengan memasukan collected (kumpulan) data secara bertahap mulai

dari RT, RW, Desa/Kelurahan sampai ke Kecamatan. Selanjutnya entry data

kecamatan tersebut, masuk ke dalam data base kependudukan Kabupaten/Kota

untuk diolah. Pengolahan data base yang difasilitasi dengan aplikasi layanan

dokumen kependudukan, salinan akta-akta, modul verification, pelaporan dan

penyebaran informasi untuk kepentingan internal maupun eksternal managemen

dalam pengambilan keputusan ditingkat Kabupaten/Kota.

Pelayanan data base ini sendiri secara keseluruhan belum diterapkan

secara luas karena masih adanya kendala-kendala yang dihadapi oleh Pemerintah

Kabupaten Bandung, akan tetapi di dalam lingkungan Dinas Sosial

kependudukan dan catatan sipil penerapan data base ini sudah mulai dilakukan

dalam memberikan pelayanan pendaftaran kependudukan. Kendala-kendala yang

dihadapi oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung

adalah pengadaan infrastruktur telekomunikasi dan pendukungnya masih sangat

terbatas untuk memenuhi layanan penduduk dengan kondisi geografis yang

4

tersebar sampai ke kecamatan atau desa dan tentunya masih adanya keterbatasan

layanan penduduk dengan kondisi geografis yang tersebar sampai ke kecamatan

atau desa dan tentunya masih adanya keterbatasan. Selain itu pemerintah

Kabupaten Bandung dalam mewujudkan Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan SIAK tidaklah mudah, masih ada kendala-kendala dalam

mewujudkan masyarakat yang tanggap informasi. Kendalanya adalah kemampuan

sumber daya manusia yang belum memadai, dan tidak adanya tertib dalam

administrasi pendaftaran kependudukan.

Berdasarkan latar belakang diatas dasar, maka Peneliti merasa tertarik

untuk mengambil judul “IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI

ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN (SIAK) UNTUK MENINGKATKAN

PELAYANAN PENDAFTARAN KEPENDUDUKAN DI DINAS SOSIAL,

KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN BANDUNG

TAHUN 2007”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka Peneliti membuat

identifikasi masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses komunikasi yang berlangsung dalam implementasi sistem

informasi administrasi kependudukan untuk meningkatkan pelayanan

pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung Tahun 2007?

5

2. Bagaimana sumber daya yang dapat menentukan keberhasilan implementasi

sistem informasi administrasi kependudukan untuk meningkatkan pelayanan

pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung Tahun 2007?

3. Bagaimana (disposisi) dalam implementasi sistem informasi administrasi

kependudukan di Dinas sosial, kependudukan dan catatan sipil Kabupaten

Bandung Tahun 2007?

4. Bagaiamana struktur birokrasi sebagai pendukung implementasi sistem

informasi administrasi kependudukan untuk meningkatkan pelayanan

pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung Tahun 2007?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui implementasi

kebijakan tentang sistem informasi administrasi kependudukan untuk

meningkatkan pelayanan pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Sedangkan Tujuan

Penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui proses komunikasi yang berlangsung dalam implementasi

sistem informasi administrasi kependudukan untuk meningkatkan pelayanan

pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

KabupatenBandung Tahun 2007.

6

2. Untuk mengetahui sumber daya yang dapat menentukan keberhasilan

implementasi sistem informasi administrasi kependudukan untuk

meningkatkan pelayanan pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007.

3. Untuk mengetahui (disposisi) dalam implementasi sistem informasi

administrasi kependudukan untuk meningkatkan pelayanan pendaftaran

kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung Tahun 2007.

4. Untuk mengetahui struktur birokrasi sebagai pendukung implementasi sistem

informasi administrasi kependudukan untuk meningkatkan pelayanan

pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung Tahun 2007.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi kepentingan Peneliti, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat

menambah pengetahuan tentang proses pelaksanaan proses penelitian

mulai dari pencarian masalah sampai dengan selesai dan juga sebagai

ajang implementasi ilmu dan teori yang didapatkan selama perkuliahan.

2. Guna teoritis, dalam rangka mengembangkan konsep-konsep atau teori-

teori melalui penelitian ke lapangan. Dimana dalam penelitian ini,

diharapkan akan memberikan sumbangan ilmu Pemerintahan serta dapat

7

dijadikan bahan tinjauan awal untuk melakukan penelitian serupa dimasa

yang akan datang.

3 Guna praktis, untuk memberikan masukan dan kritikan yang membangun

bagi Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung

diharapkan dapat mengaplikasikan teori-teori yang sesuai dengan proses

pelaksanaan sistem informasi administrasi kependudukan untuk

meningkatkan pelayanan pendaftaran kependudukan.

1.5 Kerangka Pemikiran

Penggunaan alat pengolahan data secara elektronik yang dalam kenyataan

dan praktiknya adalah pengolahan data dengan menggunakan jaringan komputer

dan semua sarana pendukungnya. Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat

dengan adanya jaringan komputerisasi menjadi lebih cepat dan tentunya dapat

menghemat pengeluaran biaya. Hal tersebut terjadi karena tidak membutuhkan

banyak tenaga manusia lagi melainkan yang dibutuhkan adalah manusia yang

mempunyai ahli untuk mengoprasionalkan jaringan komputerisasi atau data base.

Selain itu dengan adanya pelayanan prima, tertib administrasi dapat terkendali

dikarenakan dengan adanya sarana-prasarana modern seperti adanya jaringan

komputerisasi atau data base.

Secara etimologis pengertian implemetasi menurut Kamus Webster yang

dikutip oleh Solichin Abdul Wahab adalah:

“Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan) berati to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk

8

melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu)” (Kamus Webster dalam Wahab, 2005:64).

Jadi sesuatu yang dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu

dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan

kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan ke

negaraan.

“Implementasi adalah memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikan maupun untuk menimbulkan dampak nyata pada masyarakat atau kejadian-kejadian”( Mazmanian dan Sabatier dalam Widodo, 2001:192)

Definisi di atas, menekankan bahwa implementasi tidak hanya melibatkan

badan-badan administratif yang bertanggung jawab untuk melaksanakan program

dan menimbulkan ketaatan pada diri kelompok sasaran, tetapi juga menyangkut

tentang kekuatan politik, ekonomi dan sosial yang langsung dapat mempengaruhi

perilaku dari semua pihak yang terlibat, dan pada akhirnya berdampak baik sesuai

dengan harapan maupun yang tidak sesuai dengan harapan.

Berdasarkan pengertian implementasi di atas Edward III mengemukakan

beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu implementasi yang

dikutip Widodo, yaitu:

1. komunikasi2. Sumber daya3. Disposisi4. Struktur birokrasi

( Edward III dalam Widodo 2007 : 96-110)

Berdasarkan pengertian Implementasi menurut Edward III diatas, bahwa

suatu implementasi dipengaruhi oleh komunikasi, sumberdaya, sikap para

9

pelaksana dan struktur birokrasi yang dimana hal tersebut merupakan suatu sistem

yang saling berkaitan.

Pertama, faktor komunikasi memegang peranan penting bagi

berlangsungnya koorDinasi implementasi kebijakan. Menurut Hogwood dan

Gunn yang dikutip oleh Wahab bahwa koorDinasi bukanlah sekedar menyangkut

persoalan mengkomunikasikan informasi ataupun membentuk struktur-struktur

administrasi yang cocok, melainkan menyangkut pula persoalan yang lebih

mendasar, yaitu praktik pelaksanaan kebijakan (Hogwood dan Gunn dalam

Wahab, 2005:77).

Menurut Edward III yang dikutip oleh Widodo, komunikasi kebijakan

memiliki beberapa macam dimensi antara lain: dimensi transformasi atau

penyampaian informasi kebijakan publik, kejelasan, dan konsistensi (Edward III

dalam Widodo, 2007:97). Semakin baik koorDinasi komunikasi diantara pihak-

pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi, maka terjadinya kesalahan-

kesalahan akan sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula sebaliknya.

Kedua, menurut Edward III yang dikutip oleh Widodo, mengemukakan

beberapa macam sumber daya antara lain: Sumber daya manusia, sumber daya

anggaran, sumber daya peralatan, dan sumber daya informasi dan kewenangan

(Edward III dalam Widodo 2007:98-102).

Sumber daya manusia sangat penting karena sebagai sumber penggerak

dan pelaksana kebijakan, sumber daya anggaran diperlukan untuk kelancaran

pembiayaan kebijakan agar tidak menghambat proses kebijakan, sumber daya

peralatan sangat penting karena dapat menunjang proses implementasi. Apabila

10

peralatan dalam proses implementasi tidak memadai, maka implemntasi SIAK

tidak dapat terlaksana dengan baik. Sedangkan sumber daya informasi dan

kewenangan, informasi diperlukan oleh para pelaksana agar dapat mengetahui

bagaimana cara melaksanakan proses implemntasi, sedangkan kewenangan

diperlukan oleh para pelaksana kebijakan untuk melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tujuan dari SIAK yaitu

Ketiga, Menurut Edward III yang dikutip oleh Widodo mengatakan bahwa

keberhasilan implemntasi kebijakan ditentukan oleh:

“Keberhasilan implementasi kebijakan bukan hanya ditentukan oleh sejauh mana para pelaku kebijakan (implementors) mengetahui apa yang harus dilakukan dan mampu melakukannya, tetapi juga ditentukan oleh kemauan dari para pelaku kebijakan tadi memiliki disposisi yang kuat terhadap kebijakan yang sedang di implemntasikan (Edward III dalam Widodo 2007:104).

Menurut Van Horn dan Van Meter yang dikutip oleh Widodo, terdapat

tiga macam elemen respon yang mempengaruhi keinginan para pelaksana dalam

melaksanakan suatu kebijakan, anatara lain : Pengetahuan (cognition),

pemahaman dan pendalaman (comprehension and understanding) terhadap

kebijakan (Van Horn dan Van Meter dalam Widodo 2007:105). Disposisi sangat

diperlukan karena apabila pelaksana kebijakan mempunyai karakteristik atau

watak yang baik, maka dia akan melaksanakan kebijakan dengan baik sesuai

dengan sasaran tujuan dan keinginan pembuat kebijakan.

Keempat, menurut Edward III yang dikutip oleh Widodo, struktur

birokrasi (bureaucratic strukture) mencakup dimensi fragmentasi (fragmentation)

dan standar prosedur operasi (standar operating procedure) yang akan

memudahkan dan menyeragamkan tindakan dari para pelaksana kebijakan dalam

11

melaksanakan apa yang menjadi bidang tugasnya (Edward III dalam Widodo

2007:106).

Dimensi fragmentasi diperlukan karena tanggung jawab atas suatu bidang

kebijakan tidak semata-mata menyatu pada satu instansi saja melainkan menyebar

pada berbagai organisasi. Untuk kesuksesan suatu kebiajakan memerlukan

koordinasi Dinas diantara para pelaksana kebijakan, akan tetapi para pelaksana

kebijakan masih sering mempertahankan eksistensi sendiri sehingga menyulitkan

proses koordinasi.

Aspek yang lainnya dalam struktur birokrasi adalah adanya prosedur

operasi yang standar (standard operating procedures atau SOP). SOP ini

merupakan pedoman bagi pelaksana kebijakan dalam bertindak atau menjalankan

tugasnya.

Melengkapi teori tentang Sistem Admnistrasi Kependudukan maka akan

di uraikan mengenai pengertian sistem, data dan informasi, M. Khoirul Anwar

dalam buku SIMDA:Aplikasi Sitem Informasi Administrasi Kependudukan Bagi

Pemerintahan Di Era Otonomi Daerah menjelaskan pengertian sistem, sistem

adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan dan saling bekerja sama

untuk mencapai beberapa tujuan (Anwar, 2004:4). Sedangkan pengertian data

menurut Wahyono, data adalah bahan baku informasi, didefinisikan sebagai

kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, tindakan, benda dan

sebagainya (Wahyono, 2004:2).

Menurut Wahyono, informasi adalah hasil dari pengolahan data menjadi

bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambrkan suatu

12

kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk

pengambilan suatu keputusan (Wahyono, 2004:3). Kegunaan informasi untuk

mengurangi ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan tentang suatu

keadaan. Sedangkan nilai dari pada informasi ditentukan oleh manfaat, biaya dan

kualitas maksudnya bahwa informasi dianggap bernilai apabila manfaatnya lebih

efektif dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkannya.

Menurut Sondang, informasi yang mampu mendukung proses

pengambilan keputusan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: lengkap, mutakhir,

akurat, dapat dipercaya, dan disimpan sedemikian rupa sehingga mudah ditelusuri

untuk digunakan sebagai alat pendukung proses pengambilan keputusan apabila

diperlukan (Sondang, 2007:76). Jadi sistem informasi merupakan bagian dari hasil

pengolahan data yang lebih berguna bagi penerimanya dan mempunyai syarat

lengkap, mutakhir, akurat, dapat dipercaya, dan disimpan sedemikian rupa. Begitu

juga dengan sistem informasi administrasi kependudukan yang merupakan bagian

dari hasil pengolahan data yang sudah berbentuk dan berguna bagi kepentingan

atau kegiatan administrasi.

Pengolahan data secara elektronik merupakan serangkaian kegiatan yang

dimaksudkan untuk menyediakan informasi dengan menggunakan komputer yang

mencangkup pengumpulan, pemprosesan, penyimpanan, dan pengawasan hasil

pengolahan tersebut. Informasi akan berkualitas apabila inforamasi tersebut

bernilai dan bermanfaat, hal tersebut dapat dilihat melalui indikator dalam sistem

informasi administrasi kependudukan seperti yang dikutip Jogiyanto H.M dalam

bukunya: Analisis dan Disain Sistem Informasi Pendekatan Terstruktur Teori dan

13

Praktek Aplikasi Bisnis, antara lain: kualitas informasi akurat, informasi harus

tepat waktu, dan Informasi harus relevan (Jogiyanto, 2001:10).

Setelah data dan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

kebijakan sudah didapatkan, maka selanjutnya dapat mengetahui hasil dari

kebijakan tersebut. Hasil kebijakan yaitu dampak pada masyarakat, individu dan

kelompok serta perubahan dan penerimaan masyarakat. Kemudian, dapat

mengukur keberhasilan melalui penilaian terhadap program yang telah

dilaksanakan, yaitu program tersebut harus sesuai dengan rencana awal yang

sudah ditetapkan. Selain itu juga dapat mengukur keberhasilan dengan melihat

tujuan yang akan dicapai apakah sesuai dengan tujuan kebijakan. Tujuan

kebijakan tersebut sesuai dengan program yang telah didanai oleh pemerintah.

Sistem informasi administrasi kependudukan yang merupakan bagian dari

hasil pengolahan data ini tentunya memberikan pelayanan terbaik kepada publik

atau masyarakat. Menurut Dwiyanto, pelayanan publik dapat didefinisikan

sebagai serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat (Dwiyanto, 2005:141).

Menurut Moenir, pemerintah dalam memberikan pelayanan terbaik kepada

publik dapat dilakukan dengan cara:

1.Memberikan kemudahan dalam pengurusan hal-hal yang dianggap penting

2.Memberikan pelayanan secara wajar3.Memberikan perlakuan yang sama tanpa pilih-kasih4.Bersikap jujur dan terus terang(Moenir, 2007:47).

14

Berdasarkan penjelasan di atas secara teoritis, tujuan pelayanan publik

pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat, untuk mencapai kepuasan itu

dituntut kualitas pelayanan prima yang tercermin dari:

1. Transparansi, yaitu pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti

2. Akuntabilitas, yaitu pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

3. Kondisional, yaitu pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas

4. Partisipatif, yaitu pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan masyarakat

5. Kesamaan hak, yaitu pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apa pun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial, dan lain-lain

6. Keseimbangan hak dan kewajiban, yaitu pelayanan yang mempertimbangkan aspek keadilan antara pemberi dan penerima pelayanan publik (Sinambela, 2007:6).

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka definisi operasional dalam

penelitian ini adalah:

1. Implementasi adalah rangkaian tindakan yang nyata untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung.

2. Sistem informasi administrasi kependudukan adalah bagian dari hasil

pengolahan data administrasi akte kelahiran ini tentunya memberikan

pelayanan terbaik secara cepat dan tepat kepada masyarakat Kabupaten

Bandung.

3. pelayanan pendaftaran kependudukan adalah serangkaian aktivitas yang

dilakukan oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

15

Bandung. untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam mengurus

pembuatan akte kelahiran. Dipengaruhi olehr suatu keberhasilan implementasi

tersebut di lihat dalam indikator sebagai berikut:

1) Komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan

pelaksanaan, sebagai proses penyampaian informasi dari pembuat

kebijakan yaitu aparat pelaksana dalam hal ini adalah Dinas Sosial

kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung adalah:

a. Transformasi atau penyampaian informasi kebijakan publik.

Penyampaian informasi ini ditujukan kepada sasaran yang tepat, yaitu

masyarakat dan kelompok atau organisasi lain. Keberhasilan kebijakan

dapat dilihat dari adanya penyampaian informasi yang tepat dan jelas

sesuai dengan sasaran, dengan begitu informasi akan sampai dengan

baik kepada masyarakat.

b. Kejelasan.

Penyampaian informasi dengan jelas, dapat dimengerti dan dipahami

oleh organisasi lain dan tentunya masyarakat Kabupaten Bandung.

c. Konsistensi.

Kebijakan yang dibuat oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bandung harus konsisten atau tetap sesuai dengan

tujuan yang telah ditentukan, jangan sampai kebijakan yang dibuat

oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung menyimpang dari ketentuan dalam pelaksanaannya.

16

2) Sumber daya merupakan hal yang sangat penting dalam Implementasi

Sistem Informasi kependudukan di Dinas sosial, kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung, adalah:

a. Sumber daya manusia.

Merupakan unsur yang penting dalam implementasi kebijakan, karena

manusia yang akan melaksanakan kebijakan. Kriteria manusia yang

dapat menunjang keberhasilan SIAK, yaitu berpotensi, mempunyai

keterampilan, pintar, terdidik dan terlatih serta siap sebagai pelaksana

kebijakan.

b. Sumber daya anggaran

Anggaran atau dana sangat diperlukan untuk keberhasilan

implementasi kebijakan, karena semua program memerlukan anggaran

yang banyak. Oleh karena itu kesiapan anggaran sangat diperlukan,

seperti untuk pembelian alat-alat komputer, pengadaan sarana-

prasarana, dan pengadaan jaringan komunikasi lainnya.

c. Sumber daya peralatan

Tersedianya fasilitas sumber daya peralatan di Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung akan

memudahkan pelayanan pendaftaran Kependudukan melalui jaringan

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan SIAK untuk

meningkatkan pelayanan pendaftaran kependudukan di Kabupaten

Bandung.

17

3) Disposisi (Disposition) sebagai persepsi, kewenangan, pemahaman dan

komitmen para pelaksana SIAK, dalam implemnentasi SIAK dalam

meningkatkan pelayanan informasi Kependudukan oleh Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung yang meliputi:

a. Pemahaman dan pendalaman yang tinggi maka akan mempermudah

terlaksananya sitem Informasi Administrasi Kependudukan untuk

meningkatkan pelayanan pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007.

b. Respon Masyarakat dan Aparatur, di tunjang dengan respon menerima,

netral atau menolak akan mempermudah terlaksananya implementasi

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Untuk Meningkatkan

Pelayanan Pendaftaran Kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan

dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007.

c. Intensitas aparatur, ditunjang dengan kemampuan yang tinggi maka

akan mempermudah terlaksananya implementasi administrasi

kependudukan untuk meningkatkan pelayanan pendaftaran

kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kbupaten Bandunng Tahun 2007.

4) Struktur birokrasi, Merupakan tugas masing-masing para pelakksanakan

kebijakan yang sudah di tentukan sesuai dengan kemampuannya, yang

memiliki pengaruh besar terhadap implementasi SIAK, Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung yang meliputi:

18

a. Fragmentasi, keberhasilan Implementasi Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan untuk meninngkatkan pelayanan

pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung diperlukan kerjasama yang baik dari

banyak orang. Oleh karena itu fragmentasi dapat menyebabkan distori

komunikasi yang akan menjadi penyebab gagalnya pelaksanaan suatu

system tersebut.

b. Standard Operating Procedur (SOP). Semakin jelas Sop maka

akanmempermudah aparatur di Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Siipil Kabupaten Bandung untuk meningkatkan Pelayanan

Pendaftaran Kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007.

Secara singkat, kerangka pemikiran di atas dapat dilihat secara jelas dalam

model kerangka pemikiran sebagai berikut:

19

Gambar 1.1 Model Kerangka Pemikiran

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Metode Penelitian

Sesuai dengan masalah yang dibahas dalam usulan penelitian ini dan

berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka dasar-dasar yang digunakan

untuk mencari kebenaran dalam usulan penelitian ini adalah berdasarkan suatu

metode. Metode tersebut dapat mengarahkan penyusunan dalam melakukan

penelitian dan pengamatan, dengan begitu dalam penelitian ini peneliti

menggunakan metode penelitian deskriptif. Dikutip dari buku Metode Penelitian

Sosial: Berbagai Alternatif Pendekatan, Metode penelitian deskriptif adalah:

“Penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan ihwal masalah atau objek tertentu secara rinci. Penelitian deskriptif dapat bertipe kuantitatif dan

Implementasi sistem informasi kependudukan dipengaruhi oleh:

KomunikasiSumber dayaDisposisi.Struktur Birokrasi

Meningkatkan Pelayanan Pendaftaran Kependudukan

Bertujuan memberikan pelayanan kepada masyarakat

atau publik dalam bidang pendaftaran kependudukan.

Pelayanana tersebut harus tepat dan benar, kemudahan

mendapatkan pelayanan, dan kenyamanan.

20

kualitatif dan biasanya dilakukan peneliti untuk menjawab sebuah atau beberapa pertanyaan mengenai keadaan objek atau objek amatan secara rinci” (Bagong Suyanto, 2005:17-18).

Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif, karena pengumpulan data

dilakukan dengan observasi dan wawancara. Menurut sugiyono metode penelitian

kualitatif adalah:

“Metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi” (Sugiyono, 2005:1).

Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam,

suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya, data

yang pasti yang merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak (Sugiyono,

2005:3). Oleh karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada

generalisasi, akan tetapi lebih menekankan pada makna

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh Peneliti dalam penelitian

ini adalah:

a. Studi Pustaka, yaitu dengan membaca dan mencari buku-buku yang

berhubungan langsung dengan implementasi kebijakan tentang sistem

informasi administrasi kependudukan dalam meningkatkan pelayanan publik

di Kabupaten Bandung Tahun 2007; serta dokumenter, yaitu format

pencatatan dokumen dan sumber datanya berupa catatan atau dokumen yang

tersedia pada Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil dan catatan sipil.

21

b. Studi Lapangan, yaitu dengan mengamati dan terjun langsung ke lapangan

untuk mengetahui implementasi kebijakan tentang sistem informasi

administrasi kependudukan kelahiran untuk meningkatkan pelayanan

pendaftaran kependudukan di Kabupaten Bandung tahun 2007. Studi lapangan

ini terdiri dari:

1. Observasi teknik pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan

dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan

pertanyaan-pertanyaan. Observasi dilakukan peneliti terhadap

Implementasi SIAK di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

KAbupaten Bandung Tahun 2007. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan observasi non partisipan karena peneliti tidak terlibat

langsung tetapi peneliti hanya mengamati bagaimana Implementasi SIAK

di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung

Tahun 2007.

2. Wawancara, melakukan tanya jawab dengan narasumber yang mengetahui

dan memahami lebih jauh khususnya mengenai implementasi kebijakan

tentang sistem informasi administrasi kependudukan untuk meningkatkan

pelayanan pendaftaran kependudukan di Kabupaten Bandung tahun 2007.

1.6.3 Teknik Penentuan Informan

Teknik penentuan informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

snowball. Teknik ini adalah pengambilan sumber data yang pada awalnya

jumlahnya sedikit, akan tetapi lama-lama menjadi besar. Menurut pendapat

22

Lincoln dan Guba pengertian Snowball yang dikutip oleh Sugiyono dari bukunya

Memahami Penelitian Kualitatif, antara lain:

“Snowball yaitu dimana seorang peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari nara sumber sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan nara sumber lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Unit nara sumber yang dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan makin terarahnya fokus penelitian” (Lincoln dan Guba dalam Sugiyono, 2005:54-55).

Pengambilan informan berdasarkan snowball, yaitu penentuan informan

berdasarkan sumber data yang dijadikan sebagai informan penelitian. Berikut

adalah nama-nama aparat Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung yang dijadikan sumber informasi oleh peneliti.

1. Peneliti telah melaksanakan wawancara dengan Kepala Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung Drs. H. Yoyon

Setiawahyono sebagai orang pertama yang dijadikan sumber data. Informan

pertama ini dipilih karena orang yang mengetahui keseluruhan masalah

implementasi kebijakan SIAK dalam proses Pelayanan Pendaftaran

Kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung.

2. Sekretaris Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Drs. H. Salimin

M.Si beliau adalah orang yang mengetahui pengesahan dan penanggung jawab

kependudukan apabila Kepala Dinas sedang tidak ada di Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil.

3. Selanjutnya Kepala Sub Bagian Penyusunan Program SIAK Kabupaten

Bandung Drs. Bambang Priohutomo, MMPd beliau adalah yang memegang

23

kendali data sekaligus ahli teknologi sistem informasi administrasi

kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung, selanjutnya sampai pada informan yang terakhir ketika data sudah

lengkap.

4. Hj. Melia, S.sos seksi pengendalian system informasi kependudukan,

informan ini dipilih karena beliau mengetahui informasi mengenai

penggunaan SIAK Sesuai dengan jabatannya sebagai pengendali sistem

informasi kependudukan.

5. Drs. Wahyu Bidang Informasi Administrasi Kependudukan informan ini

dipilih karena beliau yang mengolah data administrasi kependudukan dalam

SIAK sehingga mengetahui bagaimana penggunaan SIAK.

Menurut Sanafiah Faisal teknik pengambilan sampel purposive adalah

teknik pengambilan sampel yang didasarkan kriteria atau pertimbangan tertentu,

jadi tidak melalui proses pemilihan sebagaimana yang dilakukan oleh teknik

random. Sampel ditetapkan secara sengaja oleh peneliti (Faisal, 1996:67).

Penentuan informan dalam penelitian ini berdasarkan objek yang diteliti dan

berdasarkan keterkaitan informan tersebut dengan penelitian.

Penentuan informan untuk nara sumber yang kedua adalah masyarakat dan

yang memohon pelayanan pendaftaran kependudukan di Kabupaten Bandung,

peneliti menggunakan Purposive yaitu cara memilih informan yang mewakili

dalam proses pengumpulan data yang objektif Peneliti akan menjadikan

masyarakat menjadi narasumber, karena informan ini merupakan sumber

informasi yang akan memberikan informasinya mengenai proses pendaftaran

24

kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung.

Berikut adalah nama informan yang berhasil ditemui selama melakukan

penelitian di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung.

1. Bapak Andi sebagai narasumber yang akan membuat permohonan Kartu

Keluarga

2. Bapak Udin yang sedang mengurus pembuatan Akte Kelahiran di Dinas

Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil.

3. Bapak Aef yang sedang mengurus Kartu Tanda Penduduk di Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil.

1.6.4 Teknik Analisis Data

Teknik analisa data yang sesuai dengan penelitian ini adalah analisa

deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif dapat diartikan sebagai strategi

penyelidikan yang naturalistis dan induktif dalam mendekati suatu suasana

(setting) tanpa hipotesis-hipotesis yang telah ditentukan sebelumnya. Teori

muncul dari pengalaman kerja lapangan dan berakar (grounded) dalam data

(Bagong Suyatna, 2005:183). Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam

Penelitian laporan ini ada tiga teknik, dikutip dari Sugiyono dengan bukunya

Memahami Penelitian Kualitatif, ketiga teknik tersebut sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

25

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya bila diperlukan.

2. Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah penyajian data.

Penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar

kategori, flowchart dan sejenisnya. Penyajian data yang paling sering digunakan

untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang

bersifat naratif, dengan penyajian data maka akan memudahkan untuk memahami

apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah

dipahami tersebut.

3. Penarikan Kesimpulan

Kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah merupakan temuan baru

yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu objek yang sebelumnya masih belum pasti sehingga setelah

diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau

teori. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat

menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal tetapi mungkin juga

tidak karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dan rumusan

masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan

berkembang setelah peneliti berada di lapangan.

26

1.7 Lokasi dan Jadwal Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung Jln. Raya Soreang KM 17 Tlp (022) 5893326,

Fax. 5891136 Soreang-40911 Adapun penjadwalan untuk penelitian ini melewati

Tahapan sebagai berikut:

a). Penyusunan rancangan judul, bulan April 2008.

b). Penyusunan usulan penelitian dengan arahan pembimbing, bulan Mei-Juni

2008.

c). Seminar usulan penelitian dengan pembimbing dan pembahas, bulan Juli

2008.

d). Pengumpulan data di lapangan, bulan Juli-Agustus 2008.

e). Analisa data yang diperoleh dari lapangan bulan Agustus-Desember 2008.

f). Penelitian skripsi bulan Agustus-Desember 2008.

g). Sidang ujian skripsi, bulan Januari 2009.

27

Tabel 1.1Jadwal Penelitian

No WaktuKegiatan

Tahun 2008 Tahun 2009

April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov Des Januari

1Penyusunan rancangan Judul            

2Penyusunan Usulan Penelitian            

3Seminar Usulan Penelitian            

4 Pengumpulan Data            

5 Analisa Data            

6 Penelitian Skripsi            

7 Sidang Ujian Skripsi            

28

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Implementasi

Kebijakan yang telah direkomendasikan untuk dipilih oleh pembuat

kebijakan bukanlah jaminan bahwa kebijakan tersebut pasti berhasil dalam

implementasinya. Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan

implementasi kebijakan baik yang bersifat individual maupun kelompok atau

institusi. Implementasi dari suatu program melibatkan upaya-upaya pembuat

kebijakan untuk mempengaruhi perilaku birokrat pelaksana agar bersedia

memberikan pelayanan dan mengatur perilaku kelompok sasaran.

Dalam berbagai sistem politik, kebijakan publik diimplementasikan oleh

badan-badan pemerintah. Badan-badan tersebut melaksanakan pekerjaan-

pekerjaan pemerintah dari hari ke hari yang membawa dampak pada

warganegaranya. Namun dalam praktinya badan-badan pemerintah sering

menghadapi pekerjaan-pekerjaan di bawah mandat dari Undang-Undang,

sehingga membuat mereka menjadi tidak jelas untuk memutuskan apa yang

seharusnya dilakukan dan apa yang seharusnya tidak dilakukan.

Secara etimologis pengertian implemetasi menurut Kamus Webster yang

dikutip oleh Solichin Abdul Wahab adalah:

Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan) berati to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu) (Webster dalam Wahab, 2005:64).

29

Jadi sesuatu yang dilakukan untuk menimbulkan dampak atau akibat itu

dapat berupa undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan dan

kebijakan yang dibuat oleh lembaga-lembaga pemerintah dalam kehidupan ke

negaraan. Sedangkan pengertian implementasi menurut Van Meter dan Van Horn

adalah :

Implementasi adalah tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu/pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan (Meter dan Horn dalam Wahab, 2005:65).

Jadi implementasi itu merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh

pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan dalam suatu keputusan

kebijakan. Akan tetapi pemerintah dalam membuat kebijakan juga harus mengkaji

terlebih dahulu apakah kebijakan tersebut dapat memberikan dampak yang buruk

atau tidak bagi masyarakat. Hal tersebut bertujuan agar suatu kebijakan tidak

bertentangan dengan masyarakat apalagi sampai merugikan masyarakat.

Dalam melengkapi pengertian implementasi di atas, menurut George C.

Edwards III yang dikutip oleh Budi Winarno bahwa implementasi kebijakan

adalah:

Tahap pembuatan kebijakan antara pembentukan kebijakan dan konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi masyarakat yang dipengaruhinya. Jika suatu kebijakan tidak tepat atau tidak dapat mengurangi masalah yang merupakan sasaran dari kebijakan, maka kebijakan itu mungkin akan mengalami kegagalan sekalipun kebijakan itu diimplementasikan dengan sangat baik. Sementara itu, suatu kebijakan yang cemerlang mungkin juga akan mengalami kegagalan jika kebijakan tersebut kurang diimplementasikan dengan baik oleh para pelaksana kebijakan (Edwards III dalam Winarno, 2002:125-126).

Jadi implementasi kebijakan dalam pembuatannya melalui adanya suatu

tahapan, tahapan tersebut dalam pelaksanaannya di pengaruhi oleh masyarakat

30

karena dengan melibatkan masyarakat maka pelaksanaan kebijakan tidak akan

berhasil. Akan tetapi walaupun kebijakan tersebut sudah tepat dan

mengikutsertakan masyarakat maka akan mengalami kegagalan yang diakibatkan

oleh kurang diimplementasikan oleh para pelaksana kebijakan. Oleh karena itu

apabila suatu kebijakan dapat berhasil maka dalam prosesnya harus melibatkan

masyarakat dan juga dalam mengimplementasikan kebijakan harus maksimal

sehingga diperoleh hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan pengertian implementasi di atas Van Meter dan Van Horn

mengemukakan beberapa hal yang dapat mempengaruhi keberhasilan suatu

implementasi yang dikutip oleh Wahab, yaitu:

1. Ukuran dan tujuan kebijakan2. Sumber-sumber kebijakan3. Ciri-ciri atau sifat Badan/Instansi pelaksana4. Komunikasi antar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan

pelaksanaan5. Sikap para pelaksana, dan6. Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik(Meter dan Horn dalam Wahab, 2005:79).

Pertama, ukuran dan tujuan kebijakan diperlukan untuk mengarahkan

dalam melaksanakan kebijakan, hal tersebut dilakukan agar sesuai dengan

program yang sudah direncanakan. Dalam ukuran kebijakan SIAK yang menjadi

sasaran adanya kepuasan pelayanan yang dirasakan oleh masyarakat dan adanya

kemudahan dalam pembuatan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil. Tujuan dari

kebijakan SIAK, yaitu membangun data base kependudukan melalui

pemberlakuan Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang bersifat nasional berguna

dalam mewujudkan tertib administrasi kependudukan di Kabupaten Bandung.

Tujuan selanjutnya sebagai alat perlindungan, yaitu melindungi hak-hak individu

31

penduduk melalui pelayanan penerbitan dokumen kependudukan (KTP, KK dan

Akta Catatan Sipil berbasis NIK). Kebijakan diimplementasikan harus secara jelas

sesuai dengan tujuannya, kebijakan apa yang akan ditetapkan sebagai sistem yang

akan dilaksanakan oleh unit-unit administrasi.

Kedua, menurut Van Metter dan Van Horn yang dikutip oleh Agustino,

sumber daya kebijakan merupakan keberhasilan proses implementasi kebijakan

yang dipengaruhi dengan pemanfaatan sumber daya manusia, biaya, dan waktu

(Meter dan Horn dalam Agustino, 2007:142). Sumber-sumber kebijakan tersebut

sangat diperlukan untuk keberhasilan suatu kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah. Sumber daya manusia sangat penting karena sebagai sumber

penggerak dan pelaksana kebijakan, anggaran diperlukan untuk kelancaran

pembiayaan kebijakan agar tidak menghambat proses kebijakan. Sedangkan

waktu merupakan bagian yang penting dalam pelaksanaan kebijakan, karena

waktu sebagai pendukung keberhasilan kebijakan. Sumber daya waktu merupakan

penentu pemerintah dalam merencanakan dan melaksanakan kebijakan.

Ketiga, keberhasilan kebijakan bisa dilihat dari sifat atau ciri-ciri

badan/instansi pelaksana kebijakan. Hal ini sangat penting karena kinerja

implementasi kebijakan publik akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang

tepat serta cocok dengan para badan atau instansi pelaksananya. Menurut

Subarsono kualitas dari suatu kebijakan dipengaruhi oleh kualitas atau ciri-ciri

dari para aktor, kualitas tersebut adalah tingkat pendidikan, kompetensi dalam

bidangnya, pengalaman kerja, dan integritas moralnya (Subarsono, 2007:7).

Pendapat lain, menurut Edwards III yang dikutip oleh Subarsono watak,

32

karakteristik atau ciri-ciri yang dimiliki oleh implementor, seperti komitmen,

kejujuran, dan sifat demokratis (Edwards III dalam Subarsono, 2007:91-92). Hal

ini sangat penting karena kinerja implementasi sangat dipengaruhi oleh sifat

ataupun ciri-ciri dari pelaksana tersebut. Apabila implementor memiliki sifat atau

karakteristik yang baik, maka dia akan dapat menjalankan kebijakan dengan baik

seperti apa yang diinginkan oleh pembuat kebijakan.

Keempat, komunikasi memegang peranan penting bagi berlangsungnya

koorDinasi implementasi kebijakan. Menurut Hogwood dan Gunn yang dikutip

oleh Wahab bahwa koorDinasi bukanlah sekedar menyangkut persoalan

mengkomunikasikan informasi ataupun membentuk struktur-struktur administrasi

yang cocok, melainkan menyangkut pula persoalan yang lebih mendasar, yaitu

praktik pelaksanaan kebijakan (Hogwood dan Gunn dalam Wahab, 2005:77).

Menurut Edward III yang dikutip oleh Widodo, komunikasi kebijakan memiliki

beberapa macam dimensi antara lain: dimensi transformasi atau penyampaian

informasi kebijakan publik, kejelasan, dan konsistensi (Edward III dalam Widodo,

2007:97). Semakin baik koorDinasi komunikasi diantara pihak-pihak yang terlibat

dalam suatu proses implementasi, maka terjadinya kesalahan-kesalahan akan

sangat kecil untuk terjadi dan begitu pula sebaliknya.

Kelima, menurut Van Meter dan Van Horn yang dikutip oleh Subarsono,

bahwa karakteristik agen pelaksana adalah mencakup struktur birokrasi, norma-

norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi (Meter dan Horn

dalam Subarsono, 2007:101). Sikap para pelaksana dalam menjalankan tugas dan

tanggungjawab sebagai pelaksana kebijakan harus dilandasi dengan sikap disiplin.

33

Hal tersebut dilakukan karena dapat mempengaruhi keberhasilan implementasi

kebijakan, setiap badan/instansi pelaksana kebijakan harus merasa memiliki

terhadap tugasnya masing-masing berdasarkan rencana yang telah ditetapkan

sebelumnya.

Keenam, dalam menilai kinerja keberhasilan implementasi kebijakan

menurut Van Meter dan Van Horn yang dikutip oleh Agustino adalah sejauh mana

lingkungan eksternal ikut mendukung keberhasilan kebijakan publik yang telah

ditetapkan, lingkungan eksternal tersebut adalah ekonomi, sosial, dan politik

(Meter dan Horn dalam Agustino, 2007:144). Dalam melengkapi pendapat

tersebut Mazmanian dan Sabatier yang dikutip oleh Subarsono, bahwa kondisi

sosial dipengaruhi oleh masyarakat yang sudah terbuka dan terdidik (Mazmanian

dan Sabatier dalam Subarsono, 2007:98). Menurut Van Meter dan Van Horn yang

dikutip oleh Subarsono, dukungan sumber daya ekonomi dapat mendukung

keberhasilan implementasi kebijakan dan dalam lingkungan politik dukungan elite

politik sangat diperlukan dalam mendukung keberhasilan implementasi kebijakan

(Meter dan Horn dalam Subarsono, 2007:98). Sedangkan dalam pandangan

Edwards III yang dikutip oleh Subarsono, implementasi kebijakan dipengaruhi

oleh empat variabel, yaitu:

1. Komunikasi2. Sumber daya3. Disposisi4. Struktur birokrasi (Edwards III dalam Widodo, 2007:96-110).

Berdasarkan keempat variabel di atas, lebih jelas akan diuraikan sebagai

berikut:

34

Komunikasi implementasi kebijakan mensyaratkan agar implementor

mengetahui apa yang harus dilakukan, sehinggga apabila membuat kebijakan

tidak salah dalam membuat kebijakannya. Selain itu juga dalam komunikasi

implementasi kebijakan terdapat tujuan dan sasaran kebijakan yang harus

disampaikan kepada kelompok sasaran, hal tersebut dilakukan agar mengurangi

kesalahan dalam pelaksanaan kebijakan.

Sumber daya, walaupun isi kebijakan sudah dikomunikasikan secara jelas

dan konsisten, akan tetapi apabila implementor kekurangan sumber daya untuk

melaksanakan kebijakan maka tidak akan berjalan dengan efektif. Sumber daya

yang dapat mendukung pelaksanaan kebijakan dapat berwujud, seperti sumber

daya manusia, dan sumber daya finansial. Sumber daya ini sangat berpengaruh

terhadap pelaksaan kebijakan, tanpa sumber daya kebijakan tidak akan berjalan

dengan baik.

Disposisi, adalah watak atau karakteeristik yang dimiliki oleh pelaksana

kebijakan, disposisi itu seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratik.

Apabila pelaksana kebijakan mempunyai karakteristik atau watak yang baik,

maka dia akan melaksanakan kebijakan dengan baik sesuai dengan sasaran tujuan

dan keinginan pembuat kebijakan.

Struktur organisasi, merupakan yang bertugas melaksanakan kebijakan

memiliki pengaruh besar terhadap pelaksanaan kebijakan. Salah satu aspek

struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur operasi yang

standar (standard operating procedures atau SOP). SOP ini merupakan pedoman

bagi pelaksana kebijakan dalam bertindak atau menjalankan tugasnya.

35

2.2 Pengertian Sistem Informasi

Negara Indonesia saat ini sedang menuju ke era baru yang lebih

menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi dan lebih terbuka dalam menangkap

aspirasi atau suara nurani masyarakat yang berkembang di lingkungan

masyarakat. Dalam era keterbukaan ini, tuntutan pemerintah untuk menyampaikan

informasi melalui perangkat-perangkat lunak seperti komputer sangat

diperlukan. Hal tersebut dikarenakan masyarakat sekarang lebih kritis dalam

menyikapi masalah yang berkaitan dengan pelayanan publik, selain itu juga

masyarakat era sekarang jauh lebih terbuka terhadap hal-hal baru khususnya

dalam perkembangan dunia informasi.

Perkembangan Sistem informasi berbasis komputer ini, pemerintah daerah

juga dituntut agar siap dalam mengoprasionalkan semua pelayanan kepada

masyarakat dengan menggunakan sistem komputerisasi. Melengkapi pandangan

tersebut, maka diuraikan mengenai sistem, data dan informasi, M. Khoirul Anwar

dalam buku SIMDA: Aplikasi Sitem Informasi Administrasi Kependudukan Bagi

Pemerintahan Di Era Otonomi Daerah menjelaskan pengertian sistem, sistem

adalah seperangkat komponen yang saling berhubungan dan saling bekerja sama

untuk mencapai beberapa tujuan (Anwar, 2004:4). Sedangkan pengertian data

menurut Wahyono, data adalah bahan baku informasi, didefinisikan sebagai

kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, tindakan, benda dan

sebagainya (Wahyono, 2004:2).

Menurut Wahyono, informasi adalah hasil dari pengolahan data menjadi

bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya yang menggambrkan suatu

36

kejadian-kejadian nyata dan dapat digunakan sebagai alat bantu untuk

pengambilan suatu keputusan (Wahyono, 2004:3). Kegunaan informasi untuk

mengurangi ketidakpastian dalam proses pengambilan keputusan tentang suatu

keadaan. Sedangkan nilai dari pada informasi ditentukan oleh manfaat, biaya dan

kualitas maksudnya bahwa informasi dianggap bernilai apabila manfaatnya lebih

efektif dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkannya.

Menurut Sondang, informasi yang mampu mendukung proses

pengambilan keputusan memiliki ciri-ciri sebagai berikut: lengkap, mutakhir,

akurat, dapat dipercaya, dan disimpan sedemikian rupa sehingga mudah ditelusuri

untuk digunakan sebagai alat pendukung proses pengambilan keputusan apabila

diperlukan (Sondang, 2007:76). Jadi sistem informasi merupakan bagian dari hasil

pengolahan data yang lebih berguna bagi penerimanya dan mempunyai syarat

lengkap, mutakhir, akurat, dapat dipercaya, dan disimpan sedemikian rupa. Begitu

juga dengan sistem informasi administrasi kependudukan yang merupakan bagian

dari hasil pengolahan data yang sudah berbentuk dan berguna bagi kepentingan

atau kegiatan administrasi.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka antara sistem, data dan informasi

memiliki kesinambungan yang saling melengkapi. Data merupakan bahan baku

atau bahan awal bagi suatu informasi dari data-data yang masih bersifat acak

kenudian data tersebut disaring untuk mendapatkan informasi yang akurat, jelas

dan dapat dipertanggungjawabkan. Selanjutnya data yang sudah menjadi

informasi tersebut akan menjadi sistem informasi, yaitu bagian dari komponen-

37

komponen yang berasal dari hasil pengolahan data, yang kenudian akan di

informasikan kepada seseorang yang memerlukan informasi tersebut.

perkembangan zaman yang semakin maju dan teknologi yang semakin

canggih, maka dalam pengolahan data secara elektronik sangat mendukung dalam

berbagai kegiatan atau aktivitas. Pengolahan data secara elektornik merupakan

serangkaian kegiatan yang dimaksudkan untuk menyediakan informasi dengan

menggunakan komputer yang mencangkup pengumpulan, pemprosesan,

penyimpanan, dan pengawasan hasil pengolahan tersebut. Informasi akan

berkualitas apabila inforamasi tersebut bernilai dan bermanfaat, hal tersebut dapat

dilihat melalui beberapa hal dalam sistem informasi administrasi kependudukan

seperti yang dikutip Jogiyanto H.M dalam bukunya: Analisis dan Disain Sistem

Informasi Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis, antara lain:

kualitas informasi akurat, informasi harus tepat waktu, dan Informasi harus

relevan (Jogiyanto, 2001:10).

Pertama, kualitas informasi harus akurat, informasi tersebut harus

berdasarkan dari kesalahan atau kebenaran yang terjadi di lapangan atau lokasi

dan informasi tersebut tidak bias atau bahkan menyesatkan bagi seseorang yang

memerlukan informasi tersebut. Kedua, informasi harus tepat waktu, informasi

yang disampaikan kepada seseorang atau pihak yang memerlukan tidak boleh

terlambat. Apabila informasi itu tidak tepat waktu, maka informasi tersebut tidak

bermanfaat dan tentunya merugikan pihak lain. Ketiga, informasi harus relevan,

informasi tersebut harus memberikan manfaat bagi yang memerlukannya, karena

informasi akan bermanfaat bagi seseorang atau penerima informasi apabila

38

infomasi tersebut saling berkaitan antara informasi yang satu dengan informasi

yang lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, dalam hal ini bahwa pemerintah harus

menerapkan pengolahan data secara elektonik yang bertujuan untuk memberikan

kemudahan dalam mengakses informasi yang cepat, akurat dan bernilai yang

berguna bagi penerima informasi. Penerapan pengolahan data secara elektronik

tersebut, tidak hanya di tingkat pusat saja melainkan di tingkat daerah juga perlu

diterapakan pengolahan data secara elektronik. Berikut ini menurut Anwar,

alasan–alasan sekaligus latar belakang diterapkannya sistem informasi di

lingkungan pemerintah daerah, yaitu:

1. Peran informasi dan teknologi yang semakin canggih serta mendominasi di hampir semua bidang kehidupan sehingga mendorong ke arah globalisasi

2. Dalam era globalisasi akan dilandasi dengan kebutuhan informasi yang semakin meningkat diikuti dengan semakin berkembangnya jaringan internet, batas wilayah negara semakin tidak jelas, persaingan perdagangan semakin ketat

3. Munculnya tuntutan masyarakat pada birokrat untuk meningkatkan kinerja dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

4. Kemajuan teknologi informasi yang semakin maju dan mampu mendorong kegiatan

(Anwar, 2004:112-113).

Perkembangan teknologi begitu cepat seiring dengan semakin pesatnya

dunia informasi, sehingga menjadikan jarak antara negara yang satu dengan yang

lain begitu dekat dengan adanya teknologi. Hal ini juga yang menjadikan peran

informasi dituntut untuk selalu akurat agar tidak ketinggalan informasi, hampir

semua kegiatan sehari-sehari tidak akan terlepas dari pengaruh teknologi.

Berkembang pesatnya peran informasi dan teknologi menyebabkan semakin

39

mendekatkan wilayah negara sehingga batas wilayah tidak jelas, dan timbulnya

persaingan perdagangan yang sangat ketat.

Perkembangan informasi dan teknologi juga menjadikan pemerintah harus

meningkatkan kinerja dan pelayanannya kepada masyarakat. Hal itu dikarenakan

masyarakat semakin pintar, mereka menutut pada birokrat untuk meningkatkan

kinerja pemerintahan dan penyampaian infornasi yang cepat dan jelas.

Perkembangan teknologi informasi juga menjadikan kegiatan semakin maju,

karena adanya dukungan teknologi informasi. Hal tersebut terlihat dari semakin

banyaknya instansi atau lembaga pemerintahan dalam kinerjanya menggunakan

kecanggihan teknologi. Dalam mengakses informasi pun sekarang menjadi lebih

mudah, cepat dan beragam informasi yang di dapatkan, sehingga peran teknologi

informasi sangat berguna dalam berbagai kegiatan.

sistem informasi yang dimaksudkan dapat memenuhi kebutuhan informasi

secara terpadu, cepat, lengkap dan akurat guna mendukung proses pengambilan

keputusan dan meningkatkan kualitas pelayanan publik belum berjalan secara

maksimal sebagaimana yang diharapkan. Instansi-instansi ataupun lembaga-

lembaga di lingkungan pemerintah daerah belum banyak yang memanfaatkan

data-data yang tersedia. Hal itu disebabkan karena adanya kendala-kendala yang

dihadapi oleh pemerintah daerah, Anwar mengungkapkan kendala-kendalannya,

yaitu:

1. Masalah dalam penyediaan dana, seperti yang kita tahu bahwa dana yang dibutuhkan dalam program ini membutuhkan banyak, sehingga menjadi salah satu penghambat berjalannya pembangunan sistem informasi ini

2. Masalah kebijakan, hal ini sangat mendasar karena pentingnya kebijakan sebagai pendukung penyelenggaraan program ini, tanpa kebijakan yang baik maka pelaksanaannya pun akan mengalami kendala

40

3. Masalah sumber daya manusia, hal ini sangat penting karena manusia merupakan pelaksana atau yang mengoprasionalkan jaringan komputer tersebut, oleh karena itu dibutuhkan sumber daya manusia yang berpotensi, terdidik dan terampil

4. Masalah validitas data, banyak instansi atau lembaga yang tidak menyediakan data yang sesuai dengan keadaan sebenarnya. Data sering diperlakukan khusus dan subyektif, sehingga validitasnya kuarang dapat dipertanggungjawabkan

5. Masalah jaringan komunikasi, disebabkan lingkup pembangunan sistem informasi ini cukup luas, mulai dari instansi sumber data, pusat pengolahan data dan instansi pemakai informasi. Oleh karena itu untuk menunjang maka perlu dibangun jaringan komunikasi yang menghubungkan secara on-line

6. Masalah perangkat keras dan lunak, penyediaan alat tersebut masih dilakukan secara bertahap sehingga masih membutuhkan waktu yang cukup lama agar semua bisa terlaksana sesuai dengan rencana

7. Masalah kelembagaan, disebabkan karena tidak adanya kejelasan tugas, fungsi dan mekanisme yang melekat pada salah satu komponen. Sehingga data akan berjalan apabila adanya kejelasan tugas dari lembaga tersebut

8. Masalah perumusan data strategis dan data operasional, disebabkan karena hingga saat ini belum ada rumusan atau batasan yang jelas data apa saja yang dapat dikategorikan sebagai data strategis dan data apa saja yang dapat dikategorikan sebagai data operasional

(Anwar, 2004:117-120).

Pertama, faktor anggaran sangat berpengaruh terhadap berbagai kegiatan,

begitu pun dengan pihak pemerintah anggaran menjadi kendala dalam

pembangunan sistem informasi. Dalam pembangunan sistem informasi dana yang

diperlukan sangat besar, sehingga pemerintah dalam pelaksanaannya menemukan

kendala atau hambatan. Kedua, kebijakan merupakan faktor yang penting juga,

karena dengan adanya kebijakan maka program akan berjalan. Akan tetapi setiap

program kebijakannya tidak ada atau kebijakan itu ada setelah program itu

berjalan sehingga dalam perkembangannya dapat menghambat jalannya suatu

program tersebut.

41

Ketiga, sumber daya manusia sangat penting, sebagai pendukung

keberhasilan dalam pelaksanaan dan pembangunan suatu program. Manusia

dikatakan penting, karena manusia sebagai pelaksana atau mengoperasionalkan

jaringan computer tersebut, oleh karena diperlukan sumber daya manusia yang

berpotensi, pintar, terdidik dan terampil. Keempat, Masalah kebenaran data juga

sangat penting karena masih ada instansi yang tidak menyediakan data sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya. Hal ini yang menjadi kendala bagi pemerintah

daerah dalam menerapkan sistem informasi, karena banyak instansi yang tidak

mau memberikan keterangan data sesuai dengan faktanya.

Kelima, jaringan komunikasi dapat dijadikan kendala, karena penerapan

sistem informasi di pemerintahan daerah membutuhkan jaringan yang sangat luas.

Hal tersebut dikarenakan luas wilayah dari daerah yang akan menerapkan sistem

informasi tersebut, selain itu juga membutuhkan banyak dana untuk jaringan

komunikasi dan sarana pendukung lainnya. Keenam, masalah perangkat keras dan

lunak hal ini berhubungan dengan jaringan komunikasi, karena jaringan

komunikasi memerlukan dukungan dengan adanya perangkat lunak dan perangkat

keras. Masalah perangkat keras dan perangkat lunak ini menjadi kendala, karena

penyediaannya masih bertahap tidak merata sehingga waktu yang diperlukan

cukup lama agar bias terlaksana dengan baik.

Ketujuh, masalah kelembagaan karena lembaga yang ada tidak jelas

mengenai tugas, fungsi dan mekanismenya. Sehingga data yang ada tidak akan

berjalan dengan baik, hal ini yang menjadikan kendala dalam penerapan sistem

informasi di pemerintahan daearah. Kedelapan, masalah perumusan antara data

42

yang strategis dengan data yang operasional, karena sampai saat ini belum adanya

kejelasan mengenai batasan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa dalam penerapan sistem informasi di

lingkungan pemerintah daerah belum berjalan secara maksimal. Penerapan sistem

informasi di pemerintah daerah ini masih memerlukan banyak persiapan,

persiapan itu menyangkut sumber daya manusia, anggaran, infrastruktur atau

sarana dan prasarana sebagai pendukung. Selain itu juga yang diperlukan adalah

dengan adanya kesiapan atau mental dari pemerintah daerah itu sendiri dalam

menghadapi penerapan sistem informasi.

2.3. Pengertian Administrasi Kependudukan

Administrasi dalam arti luas adalah proses penyelenggaraan kegiatan

organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan

sumber daya manusia dan manusia. Lebih lanjut Herbert A. Simon

mengemukakan bahwa pengertian luas administrasi dapat dirumuskan sebagai

kegiatan dari kelompok orang yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama

(Herbert dalam Moenir, 2007:78). Berdasarkan pendapat Herbert tersebut, bahwa

administrasi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh

sekelompok orang yang saling bekerja sama dalam melakukan pekerjaannya dan

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Menurut Moenir, administrasi mempunyai arti yang berbeda-beda, untuk

lebih jelas maka dapat dijelaskan dalam arti administrasi dalam arti luas dan

sempit, sebagai berikut:

43

Dalam pengertian luas administrasi meliputi seluruh proses kegiatan organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan dan dilaksanakan oleh tenaga-tenaga yang berkemampuan. Sedangkan dalam arti sempit, administrasi menyelinap kebagian-bagian paling kecil dari organisasi yang dilaksanakan oleh tenaga-tenaga tingkat rendah melalui keterampilannya. Sebutan untuk administrasi dalam arti sempit ini adalah tata usaha (Moenir, 2007:87).

Berdasarkan pengertian administrasi dalam arti luas dan sempit tersebut,

keduanya mempunyai kesamaan dalam melakukan pekerjaan yang membedakan

dari keduanya adalah dari segi kegiatan, tujuan dan sifatnya. Administrasi dalam

arti luas kegiatannya lebih besar, organisasinya besar, tujuan organisasinya besar

dan sifatnya berdasarkan kemampuan. Sedangkan administrasi dalam arti sempit

lingkup kegiatannya kecil, organisasinya juga kecil, tujuan yang akan dicapai

hanya sebagian sasaran saja dan sifatnya berdasarkan keterampilan.

Globalisasi yang ditandai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan

Teknologi khususnya dibidang Informasi dan Komunikasi membuat dunia

menjadi transparan, seolah-olah menjadi satu kawasan tanpa mengenal batas

Negara. Seperti halnya dengan informasi, administrasi kependudukan juga

memerlukan adanya pengaruh dari tehnologi karena melalui tehnologi ini tertib

administrasi dapat teratur dengan baik. Kemajuan teknologi informasi dalam

mendukung berbagai kegiatan, termasuk pelayanan administrasi kependudukan

merupakan suatu tuntutan yang tidak dapat diabaikan begitu saja.

Berkenaan dengan hal tersebut untuk mempermudah penyelenggaraan

administrasi kependudukan dengan adanya Sistem pelayanan kependudukan dan

pencatatan sipil yang terintegrasi dapat merealisasikan Data Base penduduk.

Berdasarkan uraian di atas, maka untuk lebih jelas mengenai pengertian SIAK

44

sebagai berikut: Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) adalah

sistem informasi yang memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

memfasilitasi pengelolaan administrasi kependudukan Harian Global, melalui

http://www.harian-global.com).

SIAK merupakan suatu sistem informasi yang menggunakan kemampuan

tehnologi informasi dan komunikasi dalam melakukan kegiatan administrasi

kependudukan, melalui tehnologi tersebut pelayanan administrasi kependudukan

yang diberikan kepada masyarakat dapat lebih baik. Pelayanan lebih baik tersebut

dikarenakan Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung

dalam memberikan pelayanan telah menggunakan data base sehingga pelayanan

administrasi kependudukan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Hal

tersebut berbeda sebelum adanya SIAK, administrasi kependudukan tidak tertib

dan pelayanan administrasi yang dilakukan tidak secepat dan semudah dengan

adanya data base kependudukan.

Berdasarkan pengertian SIAK di atas, maka tujuan SIAK adalah:

1. Membangun data base kependudukan melalui pemberlakuan Nomor Induk Kependudukan (NIK) nasional guna mewujudkan tertib administrasi kependudukan

2. Melindungi hak-hak individu penduduk, melalui pelayanan penerbitan dokumen kependudukan (KTP, KK dan Akta Catatan Sipil yang berbasis NIK)

(Sumber: Rapat Kerja Kebijakan Administrasi Kependudukan Kabupaten Bandung)

Tujuan SIAK tersebut membangun data base kependudukan, hal tersebut

dimaksudkan agar terciptanya pendataan penduduk dengan teratur. Melalui data

base kependudukan juga dapat memudahkan para pegawai Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dalam memberikan pelayanan, sehingga

45

kualitas pelayanan yang diberikan dapat dengan baik. Selain itu tujuan SIAK

adalah dapat melindungi hak-hak setiap penduduk, perlindungan hak-hak tersebut

melalui kepemilikan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil dari masing-masing

penduduk. Melalui kepemilikan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil tersebut

bertujuan sebagai identitas bagi seseorang melalui kepemilikan dokumen

kependudukan juga dapat menjamin hak-hak setiap individu.

2.4 Pengertian Pelayanan

Menelusuri arti pelayanan umum tidak terlepas dari masalah kepentingan

umum, yang menjadi asal-usul timbulnya istilah pelayanan umum. Oleh karena itu

antara kepentingan umum dengan pelayanan umum adanya hubungan yang saling

berkaitan. Meskipun dalam perkembangan lebih lanjut pelayanan umum dapat

juga timbul karena adanya kewajiban sebagai suatu proses penyelenggaraan

kegiatan organisasi.

Sistem informasi administrasi kependudukan yang merupakan bagian dari

hasil pengolahan data ini tentunya memberikan pelayanan terbaik kepada publik

atau masyarakat. Sebelum menjelaskan lebih lanjut mengenai pelayanan publik,

maka Peneliti akan menguraikan terlebih dahulu pengertian pelayanan. Pengertian

pelayanan tersebut dikemukakan oleh beberapa ahli, sebagai berikut:

Menurut Kotler dalam Sampara Lukman, pelayanan adalah setiap kegiatan

yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan

kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik (Kotler

dalam Lukman, 2000:8). Pelayanan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

46

kepada orang lain atau pihak lain yang dapat memberikan suatu keuntungan dan

dapat memberikan manfaat, hasil dari pelayanan berupa kepuasan yang diberiakan

walaupun hasil dari pelayanan yang diberikan tidak terikat pada suatu benda.

Menurut Samparan Lukman dalam Sinambela, pelayanan adalah suatu

kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi dalam interaksi langsung antar

seseorang dengan orang lain atau mesin secara fisik, dan menyediakan kepuasan

pelanggan (Lukman dalam Sinambela, 2007:5). Berdasarkan pengertian tersebut,

bahwa pelayanan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dalam

interaksi langsung dengan pihak lain atau interaksi dengan menggunakan

tehnologi.

Pelayanan yang diberikan dapat dilakukan secara langsung kepada orang

melalui bertemu langsung dengan orang tersebut atau pelayanan diberikan melalui

bantuan media lain, akan tetapi tetap konsisten standar pelayanan yang diberikan

secara prima sehingga orang yang mendapatkan pelayanan tersebut akan merasa

puas terhadap pelayanan yang diberikan.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai

hal, cara atau hasil pekerjaan melayani. Sedangkan melayani adalah menyuguhi

(orang) dengan makanan atau minuman; menyediakan keperluan orang;

mengiyakan; menerima; menggunakan (Badudu, 2001:781-782). Berdasarkan

pengertian tersebut, maka pelayanan merupakan suatu hal dalam memberikan

sesuatu kepada orang lain, suatu hal tersebut berupa pelayanan yang diberikan

kepada orang lain. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian cara seseorang dalam

memberikan pelayanan kepada orang lain, pelayanan tersebut dapat berupa

47

menyediakan keperluan orang dan melayani permintaan seseorang, misalnya

seorang nasabah meminta pelayanan perbankan kepada pegawai bank, maka

secara otomatis pegawai bank tersebut akan memberikan pelayanan sesuai dengan

permintaan nasabah.

48

BAB III

OBJEK PENELITIAN

3.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung

3.1.1 Sejarah Kabupaten Bandung

Kabupaten Bandung lahir melalui Piagam Sultan Agung Mataram, yaitu

pada ping Songo tahun Alif bulan Muharam atau sama dengan hari sabtu tanggal

20 April tahun 1641 M, sebagai Bupati Pertama pada waktu itu adalah

Tumenggung Wiraangunangun (1641-1681 M). dari bukti sejarah tersebut maka

ditetapkan bahwa tanggal 20 April sebagai tanggal Hari Jadi Kabupaten Bandung.

Jabatan Bupati kemudian di gantikan oleh Tumenggung Nyili salah seorang

putranya. Namun Nyili tidak lama memegang jabatan tersebut karena mengikuti

Sultan Banten. Jabatan Bupati kemudian di lanjutkan oleh Tumenggung

Ardikusumah, seorang Dalem Tenjolaya (Timbanganten) dari tahun 1681 -1704. 

Selanjutnya kedudukan Bupati Kabupaten Bandung dari R. Ardikusumah

diserahkan kepada putranya R. Ardisuta yang diangkat tahun 1704 setelah

Pemerintah Belanda mengadakan pertemuan dengan para Bupati Wilayah

Priangan di Cirebon. R. Ardisuta ( 1704 - 1747 ) terkenal dengan nama

Tumenggung Anggadiredja I setelah wafat dia sering disebut Dalem Gordah.

sebagai penggantinya diangkat Putra tertuanya Demang Hatapradja yang bergelar

Anggadiredja II (1707 - 1747).

Pada masa Pemerintahan Anggadiredja III (1763 - 1794) Kabupaten

Bandung disatukan dengan Timbanganten, bahkan pada tahun 1786 dia

49

memasukkan Batulayang kedalam Pemerintahannya. Juga pada masa

Pemerintahan Adipati Wiranatakusumah II (1794 - 1829) inilah Ibukota

Kabupaten Bandung di pindahkan dari Karapyak (Dayeuh kolot) ke Pinggir

sungai Cikapundung atau Alun - alun Kotamadya Bandung sekarang. Pemindahan

Ibukota itu atas dasar perintah dari Gubernur Jendral Hindia Belanda Daendels

tanggal 25 Mei 1810, dengan alasan karena daerah baru tersebut dinilai akan

memberikan prospek yang lebih baik terhadap perkembangan wilayah.

Kabupaten Bandung lahir melalui Piagam Sultan Agung Mataram, yaitu

pada ping Songo tahun Alif bulan Muharam atau sama dengan hari sabtu tanggal

20 April tahun 1641 M, sebagai Bupati Pertama pada waktu itu adalah

Tumenggung Wiraangunangun (1641-1681 M). dari bukti sejarah tersebut maka

ditetapkan bahwa tanggal 20 April sebagai tanggal Hari Jadi Kabupaten Bandung.

Jabatan Bupati kemudian di gantikan oleh Tumenggung Nyili salah seorang

putranya. Namun Nyili tidak lama memegang jabatan tersebut karena mengikuti

Sultan Banten. Jabatan Bupati kemudian di lanjutkan oleh Tumenggung

Ardikusumah, seorang Dalem Tenjolaya (Timbanganten) dari tahun 1681 -1704. 

Selanjutnya kedudukan Bupati Kabupaten Bandung dari R. Ardikusumah

diserahkan kepada putranya R. Ardisuta yang diangkat tahun 1704 setelah

Pemerintah Belanda mengadakan pertemuan dengan para Bupati Wilayah

Priangan di Cirebon. R. Ardisuta ( 1704 - 1747 ) terkenal dengan nama

Tumenggung Anggadiredja I setelah wafat dia sering disebut Dalem Gordah.

sebagai penggantinya diangkat Putra tertuanya Demang Hatapradja yang bergelar

Anggadiredja II (1707 - 1747). Pada masa Pemerintahan Anggadiredja III (1763 -

50

1794) Kabupaten Bandung disatukan dengan Timbanganten, bahkan pada tahun

1786 dia memasukkan Batulayang kedalam Pemerintahannya. Juga pada masa

Pemerintahan Adipati Wiranatakusumah II (1794 - 1829) inilah Ibukota

Kabupaten Bandung di pindahkan dari Karapyak (Dayeuh kolot) ke Pinggir

sungai Cikapundung atau Alun - alun Kotamadya Bandung sekarang.

Pemindahan Ibukota itu atas dasar perintah dari Gubernur Jendral Hindia

Belanda Daendels tanggal 25 Mei 1810, dengan alasan karena daerah baru

tersebut dinilai akan memberikan prospek yang lebih baik terhadap perkembangan

wilayah tersebut. Setelah kepala pemerintahan di pegang oleh Bupati

Wiranatakusumah IV (1846 - 1874) Ibukota Kabupaten Bandung Berkembang

pesat dan beliau dikenal sebagai Bupati yang progresif. dialah peletak dasar

master plan Kabupaten Bandung, yang disebut Negorij Bandoeng. Tahun 1850 dia

mendirikan pendopo Kabupaten Bandung dan Mesjid Agung. kemudian dia

memprakarsai pembangunan sekolah Raja (pendidikan Guru) dan mendirikan

sekolah untuk para menak Opleiding School Voor Indische Ambtenaaren. atas

jasa-jasanya dalam membangun Kabupaten Bandung disegala bidang beliau

mendapatkan penghargaan dari pemerintah Kolonial Belanda berupa Bintang jasa,

sehingga masyarakat menjulukinya dengan sebutan dalem bintang.

3.1.2 Letak Geografis Kabupaten Bandung

Kabupaten Bandung adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Barat,

Indonesia. Ibukotanya adalah Soreang. Secara geografis letak Kabupaten Bandung

berada pada 6°,41’ – 7°,19’ Lintang Selatan dan diantara107°22’ – 108°5’ Bujur

51

Timur dengan luas wilayah 176.239 ha.   Batas Utara Kabupaten Bandung Barat;

Sebelah Timur Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut; Sebelah Selatan

Kabupaten Garut dan Kabupaten Cianjur sebelah Barat Kabupaten Bandung

Barat; di bagian Tengah Kota Bandung dan Kota Cimahi. Kabupaten Bandung

terdiri atas 30 kecamatan, 266 Desa dan 9 Kelurahan. Dengan jumlah penduduk

sebesar 2.943.283 jiwa  (Hasil Analisis 2006) dengan mata pencaharian yaitu

disektor industri, pertanian, pertambangan, perdagangan dan jasa.

Sebagian besar wilayah Bandung adalah pegunungan. Di antara puncak-

puncaknya adalah: Sebelah utara terdapat Gunung Bukittunggul (2.200 m),

Gunung Tangkubanperahu (2.076 m) (Wilayah KBB) di perbatasan dengan

Kabupaten Purwakarta. Sedangkan di selatan terdapat Gunung Patuha (2.334 m),

Gunung Malabar (2.321 m), serta Gunung Papandayan (2.262 m) dan Gunung

Guntur (2.249 m), keduanya di perbatasan dengan Kabupaten Garut. Wilayah

Kabupaten Bandung beriklim tropis dipengaruhi oleh angina muson dengan curah

hujan rata – rata berkisar antara 1500 sampai dengan 4000mm /tahun, suhu rata –

rata berkisar antara 19°C sampai dengan 24°C.

3.1.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Bandung

Kabupaten Bandung terdiri atas 30 kecamatan (pasca-pemekaran), yang

dibagi lagi menjadi 255 desa dan kelurahan (pasca-pemekaran). Pusat

pemerintahan di Kecamatan Soreang. Luas 2.000,91 km² (termasuk Kabupaten

Bandung Barat) Jumla Penduduk 4.134.504 (2003) Kepadatan 2.066 jiwa/km²

52

3.2 Gambaran Umum Dinas Sosial Kependudukan Dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung Tahun 2007

Dinas Sosial, Kependudukan dan catatan sipil mempunyai Tugas Pokok

merumuskan kebijaksanaan teknis dan melaksanakan kegiatan teknis operasional

di bidang Pelayanan Kesejahteraan Sosial, Kependudukan dan Pelayanan

administrasi pencatatan sipil yang meliputi pemulihan Sosial, Pembinaan

Kesejahteraan Sosial, Usaha Kesejahteraan Sosial, Pendaftaraan Penduduk,

Informasi Administrasi Kependudukan, Pelayanan Pencatatan Sipil serta

melaksanakan ketatausahaan.

3.2.1 Visi Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung

Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesejahteraan Sosial serta

Tertib Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil tahun 2010.

3.2.2 Misi Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung

1. Memperluas jangkauan pelayanan sosial bagi PMKS dan meningkatkan

mutu kesejahteraan sosial.

2. Mengembangkan sistem bantuan, perlindungan dan jaminan sosial.

3. Meningkatkan profesionalitas Aparatur dalam Pelayanan Publik.

4. Meningkatkan kesadaran partisipasi, kemitraan masyarakat.

53

5. Mengembangkan sarana dan prasarana serta melestarikan nilai

kejuangan, keperintisan kepahlawanan dan usaha kesejahteraan sosial.

6. Meningkatkan Pelayanan Admnistrasi Kependudukan dan Catatan Sipil.

7. Menyediakan Data Base Kependudukan dan PMKS

3.2.3 Tugas Pokok Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung

Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung

mempunyai tugas pokok penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang

Pelayanan Pendaftaran Kependudukan.

Untuk melaksanakan tugas pokok maka Dinas Sosial, kependudukan dan

catatan sipil Kabupaten Bandung memiliki fungsi sebagai berikut:

1. Penetapan kebijakan bidang sosial.

2. Penyusunan perencanaan bidang sosial.

3. Identifikasi sasaran penanggulangan masalah kesejahteraan Sosial.

4. Pengembangan dan pendayagunaan potensi dan sumber kesejahteraan

sosial.

5. Pelaksanaan Program/Kegiatan bidang sosial.

6. Pelaporan Pelaksanaan program bidang sosial.

7. Penyediaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana sosial.

8. Pengangkatan dan pemberhentian pejabat fungsional pekerja sosial.

9. Pengusulan calon peserta pendidikan dan profesi pekerja sosial.

10. Pengembangan jaringan sistem informasi kesejahteraan sosial.

54

11. Penyiapan bahan kelengkapan usulan penganugerahan satya lencana

kebaktian sosial.

12. Pemberian penghargaan di bidang sosial.

13. Pelestarian nilai-nilai kepahlawanan, keperintisan dan kejuangan serta

nilai-nilai kesetiakawanan sosial.

14. Pembangunan, perbaikan, pemeliharaan TMP.

15. Penyiapan bahan kelengkapan usulan penganugerahan gelar pahlawan

nasional dan perintis kemerdekaan.

16. Penanggung jawab penyelenggaraan hari pahlawan dan hari

kesetiakawanan sosial nasional.

17. Penanggulangan korban bencaana alam.

18. Pemberian dan pengendalian izin pengumpulan uang atau barang.

19. Pemberian dan pengendalian rekomendasi serta pelaksanaan izin undian.

20. Pelaksanaan dan pengembangan jaminan sosial bagi penyandang cacat

fisik dan mental, lanjut usia tidak potensial terlantar yang berasal dari

masyarakat rentan dan tidak mampu.

21. Pemberian rekomendasi pengangkatan anak.

22. Pemberian bimbingan, monitoring, supervisi dan fasilitasi bidang sosial.

23. Penetapan Kebijakan pendaftaran penduduk.

24. Fasilitasi, sosialisasi, bimbingan teknis, advokasi, supervise dan konsultasi

pelaksanaan pendaftaraan penduduk.

25. KoorDinasi penyelenggaraan pendaftaran penduduk.

55

26. Penyelenggaraan pelayanan pendaftaran penduduk dalam sistem

administrasi kependudukan.

27. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan pendaftaran

penduduk.

28. Pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia pengelola

pendaftaran penduduk.

29. Pengawasan atas penyelenggaraan pendaftaran penduduk.

30. Penetapan Kebijakan pencatatan sipil.

31. Fasilitasi, sosialisasi, bimbingan teknis, advokasi, supervisi dan konsultasi

pelaksanaan pencatatan sipil.

32. KoorDinasi penyelenggaraan pencatatan sipil.

33. Penyelenggaraan pelayanan pencatatan sipil dalam sistem administrasi

kependudukan.

34. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan penyelenggaraan pencatatan sipil.

35. Pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia pengelola pencatatan

sipil.

36. Pengawasan atas penyelenggaraan pencatatan sipil.

37. Penetapan Kebijakan pengelolaan informasi administrasi kependudukan.

38. Fasilitasi, sosialisasi, bimbingan teknis, advokasi, supervisi dan konsultasi

pelaksanaan pengelolaan informasi administrasi kependudukan.

39. KoorDinasi penyelenggaraan pengelolaan informasi administrasi

kependudukan.

40. Pembangunan dan pengembangan jaringan komunikasi data.

56

41. Penyediaan perangkat keras dan perlengkapan lainnya serta jaringan

komunikasi data sampai dengan tingkat kecamatan atau kelurahan sebagai

tempat pelayanan dokumen penduduk.

42. Pelaksanaan sistem informasi administrasi kependudukan.

43. Pembangunan replika data kependudukan.

44. Perekaman data hasil pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan

sipil serta pemuktahiran data penduduk menggunakan sistem informasi

administrasi kependudukan.

45. Penyajian dan diseminasi informasi penduduk.

46. Perlindungan data pribadi penduduk dalam proses dan hasil pendaftaraan

penduduk serta pencatatan sipil.

47. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan pengelolaan informasi administrasi

kependudukan.

48. Pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia pengelola informasi

administrasi kependudukan.

49. Pengawasan atas pengelolaan informasi administrasi kependudukan.

50. Pembangunan dan pengembangan jaringan komunikasi data.

51. Penetapan kebijakan perkembangan kependudukan.

52. Penetapan norma, standard, prosedur dan kriteria penyelenggaraan

pengendalian kauntitas, pengembangan kualitas, pengarahan mobilitas dan

persebaran penduduk serta perlindungan penduduk.

57

53. Pelaksanaan kebijakan pengendalian kauntitas, pengembangan kualitas,

pengarahan mobilitas dan persebaran penduduk serta perlindungan

penduduk dalam konteks pembangunan berwawasan kependudukan.

54. Pembuatan analisis pengendalian kuantitas, pengembangan kualitas,

pengarahan mobilitas pesebaran penduduk dan perlindungan penduduk

serta pembangunan berwawasan kependudukan.

55. Pemantauan dan evaluasi kebijakan pengendalian kuantitas penduduk.

56. Penetapan kebijakan perencanaan kependudukan.

57. Penyeelenggaraan kerjasama dengan organisasi kemasyarakan dalam

rangka tertib administrasi kependudukan.

58. KoorDinasi dan sosialisasi hasil penyusunan indikator, proyeksi dan

analisis dampak kependudukan serta kebijakan kependudukan.

59. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan indikator kependudukan, proyeksi

penduduk dan alalisis dampak kependudukan serta penyerasian kebijakan

kependudukan.

60. Pengawasan indikator kependudukan, proyeksi penduduk dan analisis

dampak kependudukan serta penyerasian kebijakan kependudukan.

58

3.2.4 Bagan Struktur Organisasi Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bandung

Dinas Sosial Kependudukan dan Catatan sipil kabupaten Bandung, untuk

dapat menjalankan tugasnya maka memiliki struktur organisasi yang dapat di lihat

pada bagan berikut ini:

59

60

3.2.5 Jumlah Pegawai Dinas Sosial Kependudukan Dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung

Dinas Sosial Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung

mempunyai beberapa jumlah aparatur. Adapun susunan berdasarkan tingkat

golongan sebagai berikut:

Tabel 3.1Daftar Pegawai Bidang Informasi Administrasi Kependudukan

Kabupaten Bandung

NO NAMA PENDIDIKAN GOL JABATAN1 Drs. H. Yoyon

SetiawahyonoUNLA IV Kepala Dinas

2 Drs. H. Salimin, Msi UNIGA IV Sekretaris

3 Drs. Bambang Priohutomo,MMPd

UNINUS IV Kepala Sub Bag Penyusunan Program

4 Egi Meganjaya, S.Pd UNINUS III Kepala Sub Bag Keuangan

5 Iis Widaningsih Wiana, SH UGM III Kepala Sub Bagian Umum

6 Drs. Wahyu STIA IV BIDANGINFORMASI ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN

7 Hj. Melia, S.SOS UNUR III SEKSI PENGENDALIAN SISTEM INFORMASI KEPENDUDUKAN

8 Odang Mudrika, SH STH III SEKSI PENGOLAHAN DATA DAN LAPORAN

9 Drs. Doddy Daryadi UNPAD III SEKSI SOSIALISASI KEPENDUDKAN

Sumber: Subag Umum Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung tahun 2008

61

3.3 Gambaran Umum tentang Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (SIAK) Kabupaten Bandung

SIAK merupakan suatu sistem informasi yang menggunakan kemampuan

teknologi informasi dan komunikasi dalam melakukan kegiatan administrasi

kependudukan, melalui tehnologi tersebut pelayanan administrasi kependudukan

yang diberikan kepada masyarakat dapat lebih baik. Pelayanan lebih baik tersebut

dikarenakan Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung

dalam memberikan pelayanan telah menggunakan data base sehingga pelayanan

administrasi kependudukan dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Hal

tersebut berbeda sebelum adanya SIAK, administrasi kependudukan tidak tertib

dan pelayanan administrasi yang dilakukan tidak secepat dan semudah dengan

adanya data base kependudukan.

Berdasarkan uraian di atas, maka pengertian SIAK sebagai berikut: Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) adalah sistem informasi yang

memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi

pengelolaan administrasi kependudukan (Harian Global, melalui

http://www.harian-global.com).

Tujuan SIAK tersebut membangun data base kependudukan, hal tersebut

dimaksudkan agar terciptanya pendataan penduduk dengan teratur. Melalui data

base kependudukan juga dapat memudahkan para pegawai Dians Kependudukan

dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dalam memberikan pelayanan, sehingga

kualitas pelayanan yang diberikan dapat dengan baik. Selain itu tujuan SIAK

adalah dapat melindungi hak-hak setiap penduduk, perlindungan hak-hak tersebut

62

melalui kepemilikan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil dari masing-masing

penduduk. Melalui kepemilikan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil tersebut

bertujuan sebagai identitas bagi seseorang melalui kepemilikan dokumen

kependudukan juga dapat menjamin hak-hak setiap individu. Berkenaan dengan

pengertian dan tujuan SIAK, maka agar dapat lebih jelas mengenai data base

kependudukan dapat di lihat sebagai berikut:

Masukan Password Login pada yang biasa anda pakai untuk membuka

aplikasi SIAK lalu tekan oke (Enter).

Gambar 3.1Halaman Log In SIAK

Sumber: Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Bandung

Setelah muncul gambar tinggal memilih icon mana yang akan anda

gunakan untuk memilih aktivitas anda.

Contoh: klik master lalu pilih kartu keluarga dan biodata penduduk untuk

memulai pengertian KK maupun KTP.

63

Gambar 3.2

Menu Pilihan SIAK

Sumber: Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Bandung

Selanjutnya akan muncul seperti gambar di bawah ini.

Masukan data yang sudah di formulir F.1.01 yaitu formulir isian kartu

keluarga dengan benar sesuai dengan data yang tercantum di formulir.

Dalam entry anda khususnya di kolom isian nama di harapkan jangan

disingkat kecuali nama terlalu panjang sehingga karakter hurup di kolom

tidak cukup.

64

Sesudah entry data disimpanlah data tersebut dengan cara tekan F4 yang

berada di Keyboard paling atas atau klik icon yang terdafat di samping

kanan atas.

Gambar 3.3Menu Untuk Memasukan Data Baru

Sumber: Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Bandung

65

Gambar 3.4Menu Pemohon KTP

Sumber: Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Bandung

Proses data baru permohonan KTP dan scanner

Perhatikan gambar di bawah ini

Klik transaksi lalu pilih permohonan KTP seperti yang tertera dibawah ini.

66

Gambar 3.5Menu untuk memasuakan NIK permohonan KTP

Sumber: Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Bandung

Masukan NIK permohonan KTP, maka akan terlihat nama yang akan

mempunyai nomor nik tersebut.

Untuk proses percetakan minimal delapan permohonan KTP, setelah

permohonan KTP dimasukan (digambar ada proses untuk permohonan

baru, untuk menghapus (hapus) untuk menghapus semua (hapus semua)

oke untuk proses percetakan dan close untuk keluar.

Maka akan muncul gambar/tampilan seperti di bawah ini.

Gambar 3.6

67

Menu daftar pemohon KTP

Sumber: Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Bandung

Lalu masukan no NIK untuk permohonan KTP.

Setelah dimasukan nomor NIK permohonan KTP lalu simpan dengan menekan F4

lalu tekan F11 untuk proses scan.

BAB IV

68

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Proses Komunikasi yang berlangsung dalam Implementasi Kebijakan

SIAK di Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Bandung

Kabupaten Tahun 2007

4.1.1 Transformasi atau Penyampaian Informasi Dalam Implementasi

Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan SIAK

Tentang Pelayanan Pendaftaran Kependudukan di Dinas Sosial,

Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007

Proses komunikasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Kependudukan Dan

Catatan Sipil sebagai pelaksana kebijakan adalah komunikasi melalui transformasi

atau penyampaian informasi kepada masyarakat, menyampaikan informasi yang

jelas kepada masyarakat dan adanya konsistensi penyampaian informasi kepada

masyarakat. Proses-proses komunikasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial,

Kependudukan Dan Catatan Sipildapat dilihat lebih jelas, sebagai berikut:

Komunikasi menunjukkan proses penyampaian pesan dari sumber kepada

penerima. Oleh karena itu, komunikasi akan berhasil dengan baik apabila pesan

yang disampaikan dapat dimengerti oleh penerima pesan. Komunikasi merupakan

suatu konsep yang dapat dimaknai sebagai sebuah proses dimana kita belajar

melalui interaksi dengan orang lain tentang cara berfikir, merasakan dan

bertindak, di mana hal tersebut merupakan hal-hal yang sangat penting dalam

menghasilkan partisipasi sosial yang efektif. Pada dasarnya, komunikasi

memberikan kontribusi besar pada kehidupan masyarakat yaitu memberikan dasar

69

atau fondasi kepada tiap individu pada masyarakat dalam menciptakan partisipasi

yang efektif dalam masyarakat. Selain itu, melalui komunikasi memungkinkan

lingkungan masyarakat yang kondusif, karena tanpa komunikasi akan hanya ada

satu generasi saja sehingga kelestarian masyarakat akan sangat terganggu.

Proses penyampaian informasi Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan SIAK di Dinas Sosial Kependudukan Dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung melakukan penyampaian informasi SIAK dengan melakukan

sosialisasi kepada masyarakat. Cara ini dilakukan dengan menyebarkan Format

Isian yang harus diisi oleh setiap masyarakat yang akan mengajukan pembuatan

Kartu Tanda Penduduk kemudian di kembalikan ke Dinas Sosial, Kependudukan

Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung untuk dientry pada aplikasi Sistem

Informasi Informasi Administrasi Kependudukan SIAK.

Penyampaian informasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Kependudukan

Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung ditujukan kepada sasaran yang tepat, yaitu

masyarakat dan kelompok atau organisasi-organisasi lain. Keberhasilan kebijakan

dapat dilihat dari adanya penyampaian informasi yang tepat dan jelas sesuai

dengan sasaran, dengan begitu informasi akan sampai dengan baik kepada

masyarakat. Proses penyamapaian informasi mengenai SIAK yang dilakukan oleh

Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung sudah jelas

dan dapat dimengerti oleh masyarakat.

Proses penyampaian informasi SIAK dilakukan di setiap Kecamatan di

seluruh Kabupaten Bandung, hal tersebut dilakukan agar informasi SIAK dapat

ditujukan secara tepat kepada masyarakat dan pihak organisasi yang lain.

70

Penyampain informasi tersebut dilakukan dengan cara memberitahukan secara

langsung kepada masyarakat dan pihak organisasi yang lain, bahwa proses

pembuatan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil dapat dilakukan dengan

menggunakan jaringan komputerisasi berbasis data base.

Tugas inti dari aparatur adalah mengkomunikasikan kebijakan dengan

baik, supaya objek komunikasi lebih paham dan mengerti tentang maksud dan

tujuan dari materi yang di komunikasikan. Pesan-pesan yang disampaikan oleh

apartur kadangkala berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain, tetapi

proses komunikasi dapat berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan

oleh apartur tidak bertentangan atau saling mendukung satu sama lain.

Penyampaian informasi juga dilakukan dengan memberikan penjelasan-

penjelasan secara singkat dan jelas kepada masyarakat, walaupun masyarakat

sebenarnya tidak begitu mengerti mengenai SIAK akan tetapi penyampaian

informasi SIAK kepada masyarakat tetap dilakukan. Secara tidak langsung

masyarakat juga telah mengetahui kebijakan SIAK ini melalui melihat langsung

pembuatan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil dengan menggunakan jaringan

komputer berbasis data base kependudukan.

Proses komunikasi yang berlangsung antara masyarakat dengan pelaksana

kebijakan sangat terbuka, masyarakat dapat bertanya langsung mengenai kejelasan

informasi tersebut kepada pemerintah. Data base kependudukan yang ada masih

bersifat offline, oleh karena itu pembuatan KTP dan KK dapat dilakukan diseluruh

Kecamatan di Kabupaten Bandung, di Dinas Kecamatan tersebut masyarakat

dapat memperoleh informasi mengenai pembutan KTP dan KK dengan

71

menggunakan jaringan komputerisasi berbasis data base kependudukan. Akan

tetapi walaupun masih bersifat off-line pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat sudah mengalami peningkatan.

Berdasarkan wawancara dengan masyarakat yaitu bapak Andi yang akan

membuat Kartu Tanda Penduduk, pembuatan Kartu Tanda Kependudukan yang

dulunya memakan waktu satu minggu, sekarang hanya membutuhkan satu hari.

Untuk pengentrian database hanya membutuhkan waktu lima menit. Ini dapat

dikatakan peningkatan efisiensi waktu yang akan menguntungkan masyarakat

dalam membuat Kartu Tanda Kependudukan.

Langkah pemerintah dalam menginformasikan kebijakan SIAK cukup

berhasil, hal tersebut terlihat dari sikap masyarakat yang merasa puas dengan

pelayanan prima yang diberikan kepada mereka, selain itu juga masyarakat sudah

mengetahui dan memahami kalau permohonan pembuatan KTP dan KK sudah

bisa dilakukan di seluruh Kecamatan di Kabupaten Bandung dengan

menggunakan jaringan komputerisasi. Sedangkan untuk permohonan Akta

Catatan Sipil dilakukan di Dinas Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung dengan menggunakan jaringan komputerisasi yang sudah

terhubung dengan data base kependudukan pusat.

Berdasarkan pembahasan diatas, dapat dikatakan bahwa proses

komunikasi melalui transformasi dalam pelaksanaan Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung sudah jelas, dapat dilihat dari sosialisasi yang diberikan

Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung kepada

72

Kepeada Masyarakat dengan cara memberikan format isian kepada setiap

Masyarakat yang akan mengajukam membuat kartu tanda penduduk kemudian

dikumpulkan kemudian dientry pada aplikasi Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan SIAK. Di dalam format tersebut sudah dengan jelas memuat

perintah atau kuisioner tentang apa saja yang harus diisi oleh masyarakat.

4.1.2 Proses Komunikasi yang Berlangsung Dalam Implementasi Kebijakan

SIAK melalui Kejelasan Penyampaian Informasi

Komunikasi menggambarkan suatu tahapan yang menghubungkan unsur-

unsur yang ada dalam komunikasi itu sendiri. Komunikasi kebijakan SIAK dalam

meningkatkan pelayanan pendaftaran Kependudukan, dimaksudkan untuk

memudahkan masyarakat mengetahui tata cara peroses pendaftaran

Kependudukan. Hal tersebut adalah upaya Dinas Sosial, Kependudukan Dan

Ctatan Sipil Kabupaten Bandung dalam mewujudkan pelayanan yang prima. Hal

ini penting mengingat masyarakat harus mengetahui proses pendaftaran

Kependudukan, hal tersebut merupakan bagian partisipasi masyarakat.

Proses komunikasi, setiap unsur yang ada didalamnya yaitu pemerintah

dan masyarakat merupakan penentu keberhasilan komunikasi kebijakan sehingga

dapat tepat sasaran. komunikasi yang dilaksanakan dengan bersasaran kepada

objek komunikasi yaitu masyarakat dengan maksud untuk memberikan

pemahaman tentang materi komunikasi kebijakan SIAK.

Penyampaian informasi dengan jelas, dapat dimengerti dan dipahami oleh

organisasi lain dan tentunya masyarakat. Penyampaian informasi mengenai SIAK

73

itu sendiri dilakukan di tiap-tiap Kecamatan dan di Dinas Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung, bentuk penyampaiannya

melalui penjelasan kepada masyarakat bahwa dalam permohonan pembuatan

KTP, KK dan Akta Catatan Sipil sudah bisa dilakukan melalui jaringan

komputerisasi. Selanjutnya masyarakat yang datang ke Dinas Kecamatan untuk

permohonan pembuatan KTP dan KK juga sebenarnya sudah mengetahui secara

langsung bahwa pembuatan dan pencetakan KTP atau KK tersebut dengan

menggunakan jaringan komputer.

Kejelasan informasi merupakan suatu ukuran tentang tata cara

penyelenggaraan pelayanan dan hal-hal lain yang berkaitan dengan proses

pelayanan umum wajib diinformasikan secara terbuka dan dapat diakses oleh

semua pihak yang membutuhkan. Agar mudah diketahui, dipahami dan

dimengerti oleh masyarakat, baik diminta maupun tidak diminta. Hal tersebut

berarti kepuasan pengguna jasa dipengaruhi oleh keterbukaan dalam pelayanan,

berarti keterbukaan dalam semua mekanisme yang dilalui, biaya pelayanan,

keterbukaan aparatur dalam memberikan pelayanan.

Berdasarkan keterangan aparatur Di Dinas Sosial, Kependudukan Dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Mengenai kejelasan informasi mengenai

mekanisme pengurusan, waktu penyelesaian, syarat-syarat yang harus dipenuhi,

hingga biaya yang harus dikeluarkan telah diinformasikan kepada masyarakat.

Melalui papan pengumuman, brosur, buku petunjuk dan website yang berisikan

informasi pengurusan ijin mendirikan bangunan.

74

Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung

dalam melaksanakan kebijakan SIAK. Berdasarkan peraturan yang berlaku,

sehingga baik tata cara maupun prosedur pelayanan yang sudah ada selanjutnya

dijadikan pedoman pelayanan untuk kejelasan dan landasan hukum.

Penyampaian informasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Kependudukan

dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung telah dimengerti oleh masyarakat, pihak

pelaksana kebijakan memberikan penjelasan kepada masyarakat mengenai tujuan

dari SIAK bahwa dengan SIAK masyarakat dapat memperoleh pelayanan prima.

Pihak pelaksana kebijakan juga menginformasikan bahwa dengan adanya SIAK

pelayanan dapat diberikan dengan prima dan masyarakat juga memperoleh

kepuasan pelayanan. Kepuasan pelayanan tersebut terlihat dari pelayanan publik

dalam pembuatan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil dengan mudah, cepat dan

tepat.

Dalam memberikan kejelasan informasi SIAK pihak pelaksana kebijakan

tidak memberikan penjelasan dengan cara mewajibkan masyarakat belajar

komputer, melainkan masyarakat diberikan penjelasan bahwa pembuatan KTP,

KK dan Akta Catatan Sipil dapat dilakukan dengan menggunakan jaringan

komputerisasi berbasis data base kependudukan. Data base kependudukan tersebut

merupakan bagian dari tujuan SIAK, walaupun dalam pelaksanaannya belum

maksimal online.

Tugas inti dari aparatur adalah mengkomunikasikan kebijakan dengan

baik, supaya objek komunikasi lebih paham dan mengerti tentang maksud dan

tujuan dari materi yang di komunikasikan. Pesan-pesan yang disampaikan oleh

75

apartur kadangkala berlainan dan tidak selamanya sejalan satu sama lain, tetapi

proses komunikasi dapat berjalan lancar apabila pesan-pesan yang disampaikan

oleh apartur tidak bertentangan atau saling mendukung satu sama lain.

Penyampaian informasi mengenai Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan itu sendiri dilakukan kepada masyarak Kabupaten Bandung.

Bentuk penyampaiannya melalui penjelasan ataupun sosialisasi kepada seluruh

masyarakat bahwa dalam pembuatan Karu Tanda Penduduk sudah bisa dilakukan

melalui jaringan komputerisasi.

Meskipun telah dilakukan sosialisasi kepada seluruh masyarakat yang ada

di Kabupaten Bandung, akan tetapi masih saja ada Masyarakat yang membuat

kesalahan dalam pembuatan Kartu Tanda Penduduk itu, misalnya Masyarakat

yang mengisi. Miasalnya tidak mengisi formulir tersebut dengan lengkap.

Biasanya masyarakat tidak mengisi kuisioner nama kandung ibu, atau diisi dengan

nama kandung ayah. Atau dalam kuisioner riwayat pedidikan formal, biasanya

masyarakat mengisi hanya pendidikan terakhirnya saja padahal seharusnya

pendidikan dari mulai awal sampai akhir pendidikan

Berdasarkan uraian di atas sudah jelas bahwa penyampaian informasi

mengenai SIAK kepada masyarakat sudah dilakukan secara maksimal, masyarakat

tidak perlu belajar bagaimana penggunaan SIAK itu sendiri dengan mendapatkan

pelayanan yang prima saja masyarakat sudah merasa puas karena hal itulah yang

diinginkan oleh masyarakat. Keinginan masyarakat adalah mendapatakan

pelayanan umum secara prima sehingga tidak perlu adanya penjelasan kepada

masyarakat mengenai pengertian SIAK dan penggunaannya, dengan cara

76

memberikan pelayanan yang prima saja masyarakat sudah merasa senang dan

puas karena hal itulah yang didambakan oleh masyarakat.

4.1.3 Proses Komunikasi yang berlangsung dalam Implementasi Kebijakan

SIAK melalui Konsistensi Penyampaian Informasi

Konsistensi penyampaian informasi, salah satu faktor yang dominan agar

terselenggaranya pelayanan yang berkualitas adalah adanya konsistensi

penyampaian informasi kebijakan. Konsistensi penyampaian informasi tersebut

difokuskan pada pelayanan yang berorientasi kepada kepentingan masyarakat atau

pengguna jasa. Konsistensi penyampaian informasi kebijakan yang disampaikan

oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Untuk

lebih jelasnya, mengenai proses komunikasi yang berlangsung dalam informasi

kebijakan tentang system in formasi administrasi kependudukan SIAK untuk

meningkatkan pelayanan penndaftaran kependudukan periode Tahun 2008-2009

Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah harus konsisten atau tetap sesuai

dengan tujuan yang telah ditentukan, jangan sampai kebijakan yang dibuat oleh

pemerintah menyimpang dari ketentuan dalam pelaksanaannya. Dalam

pelaksanaannya SIAK sesuai dengan ketetapan peraturan yang telah ditentukan,

peraturan tersebut berupa Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2005

Pasal 68 ayat 1-3 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan

Pencatatan Sipil di Daerah dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang

Administrasi Kependudukan. Sehingga keberadaan SIAK tidak diragukan lagi dan

77

tentunya dalam pelaksanaan SIAK juga sesuai berdasarkan peraturan-peraturan

yang ada.

Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung

dalam melaksanakan kebijakan SIAK berdasarkan peraturan-peraturan yang

berlaku, sehingga tidak menyimpang dari peraturan–peraturan yang dijadikan

landasan hukum dalam implementasi SIAK. Hal tersebut terwujud melalui data

Penduduk yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dan

tersimpan di dalam data base kependudukan dimanfaatkan untuk kepentingan

perumusan kebijakan di bidang pemerintahan dan pembangunan. Sehingga

implementasi kebijakan SIAK yang dilakukan oleh Dinas Sosial, Kependudukan

Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung sesuai dengan ketentuan peraturan yang

ada dan tidak menyimpang dari peraturan yang berlaku.

Pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan dilakukan oleh

Menteri. Pengelolaan informasi Administrasi Kependudukan sebagaimana yang

dimaksud adalah dilakukan melalui pembangunan Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan. Hal tersebut sejalan dengan yang dilakukan oleh Dinas Sosial,

Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung, melalui implementasi

kebijakan SIAK yang dilakukan pada tahun 2007. Dimaksudkan dapat

memberikan tertib administrasi sehingga memudahkan pemerintah dalam

menyimpan data base kependudukan yang mana dapat bermanfaat bagi

pemerintah dalam melakukan pembangunan. Manfaat lain dari implementasi

kebijakan SIAK khususnya bagi Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung adalah dapat meningkatkan pelayanan publik kepada

78

masyarakat. Pelayanan publik yang dimaksud adalah pelayanan yang dilakukan

secara prima dalam permohonan pembuatan KTP, KK dan Akta Catatan Sipil.

Dalam melaksanakan kebijakan SIAK, Dinas Sosial, Kependudukan Dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung sebagai pelaksana kebijakan sudah

berkonsisten dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Mereka dalam menjalankan tugasnya tersebut tidak menyimpang dari ketentuan

peraturan-peraturan yang berlaku. Pihak pelaksana kebijakan tetap berkonsisten

dalam menjalankan tugasnya dan juga berkonsisten dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat. Wujud konsisten yang dilakukan oleh Dinas Sosial,

Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung melalui pelayanan

kependudukan yang diberikan kepada masyarakat dengan prima, maksudnya akan

tetap berkonsisten memberikan pelayanan prima kepada masyarakat.

Pelaksanaan Sistem Administrasi Kependudukan di Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung berjalan dengan baik dan

tidak menyimpang dari tujuan semula, yaitu untuk melakukan pelayanan

mengenai pendaftaran penduduk di Kabupaten Bandung, melalui Sistem

Informasi Adiministrasi Kependudukan SIAK.

Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

pelaksanaan Sitem Informasi Administrasi Kependudukan SIAK di Dinas Sosial,

Kependudukan Dan Catatan sipil Kabupaten Bandung sudah dapat dikatakan

konsisten terhadap peraturan dan tujuan semula yaitu sesuai dengan Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2005 Pasal 68 ayat 1-3 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil di Daerah dan

79

Undang-Undang Nomor: 23 Tahun 2007 tentang Administrasi Kependudukan.

Sehingga keberadaan SIAK tidak diragukan lagi dan tentunya dalam pelaksanaan

SIAK juga sesuai berdasarkan peraturan-peraturan yang ada.

4.2 Sumber-Sumber Kebijakan yang dapat Menentukan Keberhasilan

Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan untuk

Meningkatkan Pelayanan Pendaftaran Kependudukan di Kabupaten

Bandung Tahun 2007

4.2.1 Sumber Daya Manusia di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bandung

Salah satu sumber daya yang mendukung pelaksanaan dari Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan SIAK adalah staf yang merupakan bagian

dari sumber daya manusia. Untuk dapat melaksanakan Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan SIAK dengan baik maka dibutuhkan staf atau

aparatur pelaksana yang yang berkualitas, terlatih dan mempunyai keahlian dalam

bidangnya sehingga pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

SIAK ini dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang telah digariskan.

Sumber daya manusia merupakan unsur yang penting dalam implementasi

kebijakan, karena manusia yang akan melaksanakan kebijakan. Kriteria manusia

yang dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan SIAK, yaitu berpotensi, mempunyai keterampilan, pintar, terdidik

dan terlatih serta siap sebagai pelaksana kebijakan. Sumber-sumber kebijakan

yang dapat menentukan keberhasilan pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi

80

Kependudukan SIAK dalam Menunjang Pelayanan Pendaftaran Kependudukan,

adalah staf, informasi,wewenang dan fasilitas.

Sumber daya manusia merupakan unsur yang penting dalam implementasi

kebijakan, karena manusia yang akan melaksanakan kebijakan. Kriteria manusia

yang dapat menunjang keberhasilan SIAK, yaitu berpotensi, mempunyai

keterampilan, pintar, terdidik dan terlatih serta siap sebagai pelaksana kebijakan.

Sumber-sumber kebijakan yang dapat menentukan keberhasilan implementasi

SIAK dalam meningkatkan pelayanan publik, berdasarkan hasil wawancara

adalah Sumber Daya Manusia, Anggaran dan Waktu.

Sumber Daya Manusia merupakan hal yang dapat menentukan

keberhasilan implementasi kebijakan SIAK, karena manusia adalah sebagai unsur

penggerak dan pelaksana dari kebijakan. Dalam hal ini sumber daya manusia yang

dapat menentukan keberhasilan implementasi SIAK adalah sumber daya manusia

yang memiliki potensi yang handal. Potensi yang handal tersebut dapat dilihat

berdasarkan kriteria-kriteria, kriteria yang dimaksud ditentukan oleh Dinas Sosial,

Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Kriteria yang diperlukan

adalah mereka yang ahli dalam bidang komputer dan mampu untuk

mengoperasionalisasikannya serta ahli dalam administrasi.

Sumber daya manusia yang ada di Dinas Sosial, Kependudukan Dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung, belum sesuai dengan kriteria tersebut masih

banyak mereka yang tidak menguasai komputerisasi hanya sebagain staff yang

ahli dalam operasionalisasi komputer berbasis data base kependudukan. Sumber

daya manusia yang ada di Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil

81

Kabupaten Bandung belum dapat dikatakan memadai, karena masih banyak yang

belum dapat mengusai bidang komputer yang dapat menunjang keberhasilan

implementasi kebijakan SIAK. Oleh karena itu implementasi kebijakan SIAK

tahun 2007 belum terlaksana dengan maksimal, untuk mengatasinya Pemerintah

Kabupaten Bandung atau Dinas Kependudukan melakukan langkah penyeleksian

pegawai yang ahli dalam bidang komputer yang dapat mendukung keberhasilan

SIAK.

Sumber daya manusia yang menguasai komputer atau ahli komputer hanya

sebagian kecil saja, jumlah tenaga ahli komputer tidak memadai dengan yang

diperlukan. Sumber daya manusia yang diperlukan adalah mereka yang ahli

komputer karena akan dijadikan sebagai operator atau tenaga ahli komputerisasi.

Oleh karena itu adanya kriteria khusus tersebut, karena masih adanya kendala

pada bagian pengoperasionalan komputer. Selanjutnya akan ada bimbingan dari

pihak Dinas Kependudukan dan Akta Catatan Sipil Kabupaten Bandung dalam

pelaksanaan program kinerjanya, jadi mereka akan diberikan petunjuk terlebih

dahulu agar mereka mengerti pengoprasionalisasiannya setelah itu mereka akan

diberikan kesempatan untuk mempraktikannya dengan cara melayani masyarakat

dalam melakukan pelayanan umum.

Selain harus ahli dalam bidang komputer tentunya sumber daya manusia

yang dapat mendukung keberhasilan SIAK, mereka juga harus memahami

mengenai administrasi jadi tidak hanya pintar dalam bidang komputer saja

melainkan harus bias dalam hal administrasi. Administrasi tersebut mengenai

82

pencatatan data atau dokumen pemohon serta hal-hal yang lain yang berhubungan

dengan administrasi kependudukan.

Berdasarkan keterangan masyarakat yang akan mengurus kependudukan

dalam hal ini pembuatan akta catatan sipil mengenai kemampuan aparatur, dalam

memberikan pelayanan kependudukan melalui SIAK di Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung sudah cukup baik. Hal

tersebut terlihat ketika masyarakat dalam memohon akte dilayani dengan baik dari

mulai permohonan dengan mengisi formulir pendaftaran sampai penerbitan akte

walaupun belum cukup memuaskan. Berdasarkan keterangan masyarakat

pemohon, bahwa aparatur yang melayani mereka dalam melakukan permohonan

pelayanan kependudukan melalui SIAK di Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Aparatur tidak membeda-bedakan latar

belakang masyarakat pemohon yang sedang melaksanakan pengurusan.

Masyarakat menyatakan bahwa mereka dilayani dan disambut dengan baik

dan tidak merasa diacuhkan. Hasil wawancara dengan Kepala Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung bahwa dalam

melaksanakan pelayanan prima bidang kependudukan wajib menerapkan prinsip-

prinsip pelayanan publik, prinsip tersebut meliputi.

Pertama kesederhanaan prosedur dalam proses pelayanan kependudukan,

dilaksanakan secara mudah cepat dan lancar tidak berbelit-belit, mudah dipahami

dan mudah dilaksanakan. Kedua kejelasan dan kepastian, kejelasan dalam proses,

meliputi prosedur pelayanan serta bagaimana tata cara pelayanan yang baik

melalui SIAK di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

83

Bandung. Persyaratan ini meliputi persyaratan teknis maupun persyaratan

administratif yang harus diserahkan kepada petugas yang melayani proses

perijinan. Unit kerja atau pejabat yang bertanggung jawab memberikan pelayanan,

rincian biaya/tarif pelayanan termasuk tata cara pembayarannya yang dibebankan

kepada pemohon sebagai balas jasa dari pemrosesan perijinan yang dimaksud.

Ketiga kepastian waktu dalam proses pelayanan kependudukan dapat

diselesaikan dengan waktu yang telah ditetapkan tanpa memperhatikan skala

pemohon skala disini berarti besar atau kecilnya bangunan atau sederhana atau

permanennya bangunan. Keempat kepastian hukum, kepastian hukum disini

bahwa dalam setiap pelayanan harus ada kejelasan baik dari segi persyaratan,

pemrosesan maupun pembiayaan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang

telah ditetapkan. Khususnya dalam hal pembiayaan, rincian biaya baik biaya

pemrosesan administratif maupun biaya penilaian teknis yang dibebankan kepada

pemohon, sebagaimana ditetapkan oleh peraturan perundangan.

Sumber daya manusia yang berpotensi diperlukan karena dapat

memberikan dukungan mengenai keberhasilan implementasi SIAK, sumber daya

manusia yang diperlukan adalah yang mempunyai keahlian atau yang mampu

dalam bidang komputer. Hal tersebut dikarenakan akan sesuai dengan kenyataan

yang diperlukan oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil, karena

dalam pelaksanaan SIAK pada tahun 2007 belum maksimal. Hal tersebut

dikarenakan adanya keterbatasan dalam berbagai hal, diantaranya adanya

keterbatasan sumber daya manusia yang mampu mendukung kebeberhasilan

pelaksanaan SIAK.

84

Peningkatan kompetensi aparatur, langkah-langkah yang ditempuh untuk

meningkatkan kualitas aparatur sebagai berikut: melakukan standarisasi

pendidikan minimal bagi pegawai yang menduduki jabatan struktural maupun

fungsional sesuai dengan bidang tugas. Bekerjasama dengan lembaga-lembaga

pendidikan bidang peningkatan SDM dalam rangka penempatan dan pengisian

jabatan-jabatan didalam organisasi pemerintahan sehingga benar sesuai dengan

kebutuhan organisasi.

Dengan demikian, di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung khususnya Bagian Program yang menjalankan Sistem

Informasi administrasi Kependudukan SIAK saat ini dapat dikatakan belum

sepenuhnya memiliki sumber daya manusia atau staf yang cukup ahli dalam

bidang ilmu komputer. Karena tidak semua staf di bagian program memiliki

pengetahuan yang cukup tentang komputer jaringan. Akan tetapi mereka diberi

kesempatan untuk mengikuti pelatihan tentang Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan SIAK. Sehingga para pelaksana Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan SIAK akan dapat mejalankan tugasnya dengan mudah karena

sudah memiliki cukup kemampuan

4.2.2 Sumber Daya Anggaran di Dinas Sosial, Kependudukan Dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung

85

Sumber daya anggaran sangat diperlukan untuk keberhasilan implementasi

kebijakan, karena semua program memerlukan anggaran yang banyak. Oleh

karena itu kesiapan anggaran sangat diperlukan, seperti untuk pembelian alat-alat

komputer, pengadaan jaringan komunikasi lainnya. Anggaran sangat diperlukan

untuk mensukseskan pelaksanaan SIAK, sarana prasarana yang umum dibutuhkan

oleh suatu organisasi serta sarana dan prasarana khusus untuk fungsi tertentu.

Strategi penyiapan sarana dan prasarana umum diarahkan pada perbaikan kondisi

lingkungan kerja.

Sementara strategi penyiapan sarana dan prasarana untuk fungsi tertentu

diarahkan pada terjaminnya target pencapaian dari penyelenggaraan tugas pokok

dan fungsi. jaringan komputer, pengadaan jaringan komunikasi berbasis data

base dan tentunya pengadaan jaringan internet karena dalam pelaksanaannya

banyak sekali memerlukan anggaran atau dana. Anggaran tersebut digunakan

untuk pengadaan Sarana dan prasarana yang dibutuhkan Dinas Sosial,

Kepenndudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Selama ini pelaksanaan

SIAK pada tahun 2007 masih mengalami kendala dan pelaksanaannya pun belum

maksimal, hal tersebut dikarenakan adanya keterbatasan anggaran sehingga

pelaksanaan SIAK tidak berjalan lancar sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Sumber daya atau Anggaran, merupakan kebutuhan yang mutlak harus

dilaksanakan pada setiap organisasi melalui perwujudan dan interaksi yang

sinergis, sistematis dan terencana atas dasar kemitraan. Pengembangan sumber

daya kebijakan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung diarahkan kepada pembentukan birokrasi bermartabat. birokrasi

86

pemerintahan yang bersih, makmur, taat dan bersahabat. Bersih dalam arti bebas

dari korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), Makmur dalam arti mampu

memenuhi kebutuhan dasar dan berkeinginan untuk mencapai kehidupan dan

penghidupan yang lebih baik. Taat dalam arti birokrasi memahami dan mentaati

serta menjalankan norma-norma agama dan budaya serta peraturan-peraturan

yang menjadi landasan dalam penyelenggaraan pemerintahan, Bersahabat dalam

arti mampu bersosialisasi, memberikan teladan dan menjadi panutan masyarakat

serta ramah dan bersahabat dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Anggaran yang tersedia belum mencukupi, karena anggaran yang tersedia

tidak sampai setengahnya dari Anggaran Pengeluaran Belanja Daerah (APBD)

yang di anggarkan oleh Pemerintah Kabupaten Bandung, sehingga menjadikan

kebijakan yang telah dijalankan mengalami kendala. Kendala-kendala tersebut

adalah adanya keterbatasan dana sehingga pelaksanaan SIAK tahun 2007 belum

maksimal. Anggaran yang tersedia di Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan

Sipil Kabupaten Bandung untuk implementasi kebijakan SIAK tahun 2007, hanya

sebagian kecil dari APBD Kabupaten Bandung.

Anggaran yang ada belum mencukupi untuk pembelian atau pengadaan

sarana dan prasarana yang dapat mendukung keberhasilan kebijakan SIAK, sarana

dan prasarana itu seperti pengadaan komputer, pengadaan jaringan secara online

dan pendukung lainnya sehingga anggaran yang tersedia dari APBD belum

mencukupi. Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan kepada Kepala Sub

Bag Keuangan, bahwa implementasi SIAK tahun 2007 belum dapat dikatakan

berhasil. Hal tersebut dikarenakan masih adanya kendala-kendala yang dihadapi

87

oleh Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung, kendala

tersebut diantaranya kurangnya sumber daya manusia yang berpotensi atau yang

sesuai dengan yang diperlukan oleh Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan

Sipil Kabupaten Bandung dan juga adanya keterbatasan dana/anggaran. Kedua hal

tesebut sangat berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi SIAK tahun

2007, secara jelas implementasi SIAK pada tahun 2007 tidak maksimal dalam

pelaksanaannya.

Anggaran merupakan faktor yang sangat penting dalam implementasi

kebijakan karena tanpa adanya anggaran yang banyak maka implementasi

kebijakan tersebut tidak akan terlaksana dengan baik. Hal tersebut dikarenakan

untuk membangun data base kependudukan diperlukan jaringan komunikasi yang

luas seperti jaringan internet dan juga perlu adanya perbaikan infrastruktur-

infrastruktur yang dapat menunjang keberhasilan SIAK sehingga memerlukan

anggaran yang banyak.

4.2.3 Sumber Daya Peralatan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bandung Kabupaten Bandung Untuk tentang Sistem

Tentang Pelayanan Pendaftaran Kependudukan Tahun 2007

Lembaga Pemerintahan memerlukan sumber daya peralatan yang lengkap.

Sumber daya peralatan di Di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung terdiri dari: peralatan umum yang dibutuhkan oleh suatu

lembaga dan peralatan khusus untuk kepentingan tertentu. Penyiapan peralatan

umum diarahkan pada perbaikan kondisi lingkungan kerja, seperti: adanya

88

kenyamanan untuk bekerja di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung. Kondisi kerja yang nyaman harus ditunjang oleh peralatan

yang lengkap dan terpelihara.

Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung salah satunya dengan komunikasi yang baik

antara aparatur dengan masyarakat maupun aparatur dengan aparatur lainnya.

Terwujudnya tertib administrasi di Kabupaten Bandung melalui pelayanan yang

diberikan oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung yaitu pelayanan pendaftaran kependudukan, diharuskan adanya

komunikasi yang baik antara aparatur yang memberikan pelayanan dengan

masyarakat yang mendapatkan pelayanan. Komunikasi dalam implementasi

Sistem Informasi administrasi kependudukan SIAK untuk meningkatkan

pelayanan pendaftaran kependudukan tentang pendaftaran kependudukan di Dinas

Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten BandungTahun 2007 melalui

transformasi atau penyampaian informasi kepada masyarakat

Dalam melengkapi kenyamanan pelayanan Di Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung , maka dilakukan renovasi

ruang pelayanan. Berdasarkan hasil wawancara bahwa Di Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung merenovasi ruang

pelayanan yaitu: merenovasi kursi tunggu dan penyediaan tong sampah. Adanya

perenovasi loket dan ruang pelayanan, tujuannya selain untuk terciptanya

kenyamanan aparatur Di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat,

89

masyarakat juga merasa nyaman berada di Di Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung sehingga dapat meningkatkan pelayanan

Pelayanan Pendaftaran Kependudukan.

Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara bahwa sumber daya peralatan

khusus yang diperlukan oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung , yaitu: pertama perangkat komputer yang dilengkapi

program internet dan printer, pada jaman globalisasi perangkat komputer

merupakan sumber daya peralatan terpenting yang harus ada di setiap lembaga

pemerintahan, khususnya Di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung . Tidak semua kegiatan di Di Dinas Sosial, Kependudukan

dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung menggunakan program komputer.

Kegiatannya bisa dilakukan secara manual dengan tulis-menulis dan

menggunakan mesin tik. Walaupun demikian sumber daya perangkat komputer

yang dilengkapi dengan internet dan printer di Di Dinas Sosial, Kependudukan

dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung diharuskan ada sudah ada.

Sumber daya peralatan yaitu perangkat komputer tidak saja sebagai

sumber daya informasi bagi masayarakat yang akan melakukan proses Pelayanan

Pendaftaran Kependudukan, tetapi digunakan sebagai penunjang kerja aparatur

Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung . Sumber

daya peralatan komputer diharapkan dapat mempermudah dan mempercepat

pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

Peralatan komputer yang dilengkapi dengan program internet, tujuannya

untuk menambah wawasan pertanahan bagi aparatur Dinas Sosial, Kependudukan

90

dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung . Adanya program Internet dapat digunakan

untuk menanggapi pertanyaan, saran dan pengaduan dari masyarakat yang

mengirimkan e-mail melalui situs www.bpn.go.id. Pemasangan program internet

dapat juga dimanfaatkan untuk penghematan biaya, karena dapat dengan cepat

mengirim pesan ke lembaga pemerintah lainnya.

Kedua Penambahan peralatan telepon Dinas, bedasarkan penelitian telepon

yang ada di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung

cukup sedikit dan ditempatkan di seksinya masing-masing. Tujuan adanya

penambahan peralatan telepon Dinas untuk memudahkan aparatur dalam

berkomunikasi dengan pihak lain tentang pekerjaan. Pengawasan dalam

penggunaan telepon harus dilakukan, dikarenakan penggunaan telepon ditujukan

untuk mempermudah komunikasi suatu hal yang berhubungan dengan pekerjaan.,

bukan digunakan untuk keperluan yang tidak ada hubungannya dengan pekerjaan.

Ketiga penambahan peralatan lemari dan rak arsip dari besi, banyaknya

data Pelayanan Pendaftaran Kependudukan menyebabkan aparatur di Dinas

Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung memerlukan

penambahan lemari, supaya data Pelayanan Pendaftaran Kependudukan dapat

disimpan secara aman dan rapi. Keempat penambahan kendaraan roda 2 dan roda

4, adanya penambahan kendaraan salah satunya untuk mempermudah pengiriman

dokumen yang tidak bisa dikirim lewat mesin fax atau e-mail.

Sumber daya peralatan pengadaan inventaris barang di Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007 sebagaimana

dijelaskan di atas, sumber daya anggarannya berasal dari anggaran belanja di

91

Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung tahun 2007

dan anggaran tersebut dimasukan ke dalam DIPA (Daftar Isian Pelaksanaan

Anggaran), sehingga tidak mengganggu anggaran-anggaran lainnya. Adanya

sumber daya peralatan yang diperlukan akan mempermudah dan mempercepat

aparatur di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung

untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Sumber daya peralatan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung yang menunjang proses Pelayanan Pendaftaran

Kependudukan, yaitu: tersedianya dokumuen-dokumen pemohonan Pelayanan

Pendaftaran Kependudukan secara lengkap, tersedianya peralatan kerja yang

cukup lengkap dan ditunjang dengan kondisi lingkungannya yang nyaman.

Sumber daya peralatan dapat juga menunjang keberhasilan pelaksanaan Sistem

informasi Pertanahan dalam meningkatkan pelayanan Pelayanan Pendaftaran

Kependudukan, sumber daya peralatan tersebut sudah cukup memenuhi syarat

untuk terlaksananya Sistem Informasi Pertanahan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa adanya perbaikan kondisi lingkungan

kerja dengan merenovasi loket dan ruang pelayanan, dan juga adanya pembelian

sumber daya peralatan barang iventaris Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bandung , tujuannya yaitu: pertama, bagi aparatur di Dinas

Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dapat

mempermudah dan mempercepat kinerja aparatur dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat. Hal ini dikarenakan didukung oleh keadaan lingkungan kerja

menjadi nyaman dan tersedianya kelengkapan sumber daya peralatan Dinas

92

Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung . kedua, bagi

masyarakat tersedianya secara lengkap dokumen proses Pelayanan Pendaftaran

Kependudukan dan kenyamanan dalam melakukan proses Pelayanan Pendaftaran

Kependudukan.

4.3 Disposisi Dalam Implementasi Kebijakan SIAK di Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007

4.3.1 Pemahaman Dan Pendalaman Para Aparatur terhadap Implementasi

Sistem Informasi Adminidtrasi Kependudukan SIAK Tentang

Pendaftaran Kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007

Disposisi atau sikap pelaksana kebijakan dalam melaksanakan kebijakan

tentang Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dapat dilihat melalui

pemahaman dan pendalaman, arah respon kebijakan, intensitas kebijakan, jika

pelaksanaan ingin efektif maka para pelaksana tidak hanya mengetahui apa yang

akan dilakukan tetapi juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya.

Disposisi ini merupakan kemauan, keinginan, dan kecenderungan sikap para

pelaksana untuk melaksanakan secara sungguh-sungguh sehingga apa yang

menjadi tujuan dapat diwujudkan. Disposisi ini akan muncul diantara para

pelaksana, sehingga yang diuntungkan tidak hanya organisasinya saja tetapi juga

diri sikap pelaksana tersebut.

Pengetahuan, pendalaman dan pemahaman akan menimbulkan sikap

menerima, acuh tak acuh dan menolak terhadap kebijakan. Sikap menerima, acuh

93

tak acuh dan menolak akan menimbulkan disposisi pada diri pelaksana kebijakan

dan disposisi yang tinggi berpengaruh pada tingkat keberhasilan pelaksanaan

kebijakan tersebut.

Pemahaman tentang maksud dari standar dan tujuan kebijakan adalah

penting, karena dengan pemahaman yang tinggi suatu implementasi kebijakan

yang berhasil dapat jadi gagal ketika para pelaksana tidak sepenuhnya menyadari

terhadap standar dan tujuan kebijakan. Sebaliknya, jika para pelaksana menyebar

dan mendalam terhadap standar dan tujuan di antara mereka yang bertanggung

jawab untuk melaksanakan kebijakan tersebut merupakan suatu potensi yang

besar terhadap keberhasilan implementasi kebijakan tersebut.

Pemahaman para aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung cukup baik, karena pemahaman dan pendalaman terhadap

pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan cukup tinggi.

Sehingga implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dapat

berjalan dengan baik dan dikatakan berhasil untuk melayani masyarakat

khususnya di bidang pendaftaran kependudukan.

Meningkatkan kinerja aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bandung, yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Dinas

Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung untuk

meningkatkan kinerjanya dilakukan tour of area dan tour of duty baik antar subsi

maupun antar seksi atau subag. Tour of area dan tour of duty dimaksudkan untuk

meningkatkan pengetahuan dan kemampuan pegawai di beberapa bidang atau

bagian, salah satunya untuk pemahaman terhadap implementasi Sistem Informasi

94

Administrasi Kependudukan di dalam pelayanan pendaftaran kependudukan.

Selain itu, untuk meningkatkan pemahaman yang tinggi terhadap Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan di dalam pelayanan pendaftaran

kependudukan dilakukan kegiatan pelatihan internal melalui tukar pendapat

maupun rapat-rapat internal.

Oleh karena itu, dengan pemahaman yang tinggi aparatur dapat melayani

masyarakat dengan baik, Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung mengadakan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan

masing-masing aparaturnya. Meningkatnya pengetahuan di bidang pelayanan

Informasi Administrasi Kependudukan dan bidang pelayanan pendaftaran

kependudukan lainnya, akan menciptakan pendalaman dan pemahaman terhadap

bidang pelayanan Informasi Administrasi Kependudukan dan bidang

kependudukan lainnya.

Pengetahuan yang tinggi juga akan menunjang terlaksananya Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan dengan tujuan meningkatkan pelayanan

pendaftaran kependudukan. Kegiatan Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung yang dilakukan bertujuan untuk meningkatkan

pelayanan terhadap masyarakat yang sedang mengurus pendaftaran kependudukan

atau mengurus masalah kependudukan lainnya.

Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung

mengadakan kegiatan penyuluhan terhadap aparaturnya, dengan tujuan agar setiap

aparatur yang mengikutinya dapat menambah pemahaman dan pendalaman yang

tinggi tentang pelayanan Informasi Administrasi Kependudukan maupun masalah

95

kependudukan lainnya. Kegiatan penyuluhan ini menyampaikan informasi yang

bersifat khusus menyangkut hal-hal di bidang kependudukan.

Kegiatan ini dilaksanakan mengikuti pelaksanaan dari kegiatan serta

secara hirarkis maupun koordinatif dengan unit pelaksana tugas lainnya.

Diadakannya kegiatan penyuluhan tersebut, maka para aparatur Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dapat melakukan

kegiatannya sebagai berikut: pertama, memberikan pengertian tentang pentingnya

masalah kependudukan, memberikan pengetahuan tentang kependudukan,

memberikan kepastian yang menjadi landasan hukum kependudukan, ketegasan

dan penjelasan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan kebijakan dan kegiatan

Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Kedua,

Menggugah kesadaran masyarakat, menambah keyakinan dan membangkitkan

motivasi.

Kegiatan yang telah dilakukan di atas bertujuan untuk meningkatkan

pemahaman aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung terhadap pemberian pelayanan. Hasil kegiatan tersebut dituntut kepada

setiap aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung utnuk melaksanakannya. Hasil dari kegiatan tersebut walaupun belum

maksimal, tetapi hasilnya sudah dirasakan. Hasil dari pelaksanaan kegiatan

tersebut yaitu: pertama, masyarakat menghargai kepada aparatur yang sedang

bertugas di bidang pelayanan informasi di Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Kedua, masyarakat terdorong mematuhi

96

aturan yang ada di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung dengan penuh kesadaran.

Ketiga, masyarakat merasa senang atas karya aparatur Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Keempat, keterlambatan

yang biasa ditemukan oleh masyarakat dapat dihindarkan, jadi dapat

menumbuhkan percepatan kegiatan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bandung. Kelima, adanya kelancaran di bidang pelayanan

pendaftaran kependudukan.

Berdasarkan keterangan dengan beberapa masyarakat yang sedang

mengurus urusan kependudukan bidang pendaftaran kependudukan di Dinas

Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung, bahwa masyarakat

merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan oleh aparatur Kependudukan

Kota Bandung. Kepuasan tersebut dikarenakan para aparaturnya benar-benar

memahami dan mendalami apa yang telah menjadi tugas masing-masing aparatur

Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung tersebut.

Oleh karena itu, pelayanan yang dilakukan aparatur Dinas Sosial, Kependudukan

dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung menjadi lebih cepat, tepat, dan akurat.

Berdasarkan uraian di atas, maka pemahaman dan pendalaman aparatur

Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung tentang

pelayanan Informasi Administrasi Kependudukan yang tinggi akan menunjang

keberhasilan pelaksanaan Sistem Informasi Kependudukan. Pelaksanaan Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan sudah dilaksanakan dengan baik di Dinas

Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung meskipun belum

97

semaksimal mungkin. Pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

tersebut bertujuan untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat,

khususnya yang mengurus pendaftaran kependudukan dan umumnya yang

mengurus kependudukan lainnya.

4.3.2 Respon Masyarakat dan Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung Terhadap Terlaksananya

Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan Tentang Pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007

Aparatur pemerintahan merupakan sumber daya manusia yang akan

menentukan berhasil atau tidaknya implementasi kebijakan. Jika implementasi

kebijakan dapat mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Aparatur pemerintah

harus mempunyai pengetahuan, pendalaman, pemahaman terhadap kebijakan dan

adanya kemauan untuk melaksanakan implementasi kebijakan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku.

Respon merupakan tanggapan terhadap implementasi kebijakan yang

dibuat oleh aparatur pemerintah. Salah satu implementasi yang terdapat di Dinas

Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung, yaitu: Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan tentang pendaftaran kependudukan.

Proses pemberian Informasi Administrasi Kependudukan khususnya tentang

pendaftaran kependudukan kepada masyarakat dilakukan secara manual dan

menggunakan sistem komputer.

98

Penyampaian informasi yang dilakukan secara manual diserahkan

kewenangannya kepada Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung yang ditugaskan di ruang pelayanan. Masyarakat dapat

langsung menanyakan ke loket satu bagian informasi dan melalui brosur yang ada.

Loket informasi memberikan penjelasan tentang macam-macam jenis permohonan

kegiatan kegiatan pelayanan kependudukan, persyaratan dan penjelasan tentang

keberadaan berkas permohonan yang masih dalam proses.

Respon yang diberikan oleh masyarakat tentang sistem informasi yang

dilakukan secara manual ada yang positif ada yang negatif. Respon positif yang

diberikan oleh masyarakat, yaitu masyarakat yang tidak bisa mengetahui

bagaimana cara menggunakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

melalui sistem komputer bisa terbantu.

Respon negatif yang diberikan oleh masyarakat, dimana sebagian

masyarakat menganggap bahwa pelayanan yang diberikan oleh aparatur Dinas

Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung tidak ramah dan

kurang persiapannya masyarakat untuk menggunakan alat informasi tersebut.

Respon positif dan negatif yang diberikan oleh masyarakat harus dijadikan

masukan yang positif supaya aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bandung dapat meningkatkan kinerjanya dan memperbaiki

kekurangan pelayanan sistem informasi perdaftaran tanah secara manual.

Respon yang diberikan oleh aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung ada yang menerima ada yang menolak sistem

informasi pendaftaran kependudukan secara manual. Respon menolak, yaitui: di

99

jaman globalisasi sekarang ini seharusnya segala pelayanan sistem Informasi

Administrasi Kependudukan harus sudah menggunakan sistem komputer. Hal ini

untuk menghemat waktu kerja aparaturnya. Penghematan waktu kerja ini

disebabkan karena sedikitnya masyarakat yang bertanya bagaimana proses

pendaftaran kependudukan dilakukan, masyarakat dianjurkan untuk mencari tahu

sendiri dengan mengakses program komputer yang ada di Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung.

Respon menerima implementasi pelayanan sistem informasi pendaftaran

kependudukan yang menggunakan sistem manual, yaitu: sebagian kecil aparatur

Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung yang masih

mempertahankan sistem manual ini, dikarenakan tidak menutup kemungkinan ada

masyarakat yang melakukan proses pendaftaran kependudukan yang kurang siap

menggunakan sistem komputer tersebut dan dapat mendapatkan keterangan di

loket informasi.

Perbedaan pendapat diantara aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung terhadap sistem informasi pendaftaran

kependudukan, jangan dijadikan pemecah tapi dijadikan sebagai pemersatu untuk

mencari jalan keluarnya. Pelayanan aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung dapat lebih ditingkatkan lagi dan dapat

memberikan informasi yang akurat, tepat waktu, relevan, lengkap, jelas dan ramah

kepada masyarakat.

Penyampaian Informasi pelayanan Pendaftaran kependudukan

menggunakan sistem komputer, berdasarkan respon masyarakat sudah cukup

100

baik. Masyarakat dapat mengakses langsung proses pendaftaran kependudukan.

Sistem komputer tersebut, isinya tidak saja informasi pendaftaran kependudukan

tetapi banyak Informasi Administrasi Kependudukan lainnya, seperti: informasi

loket, produk kependudukan, jenis dan syarat permohonan, info data pendaftaran

kependudukan, cek berkas pemohon, fasilitas dan informasi-informasi lainnya.

Berdasarkan hasil penelitian respon masyarakat terhadap sistem informasi

pendaftaran kependudukan yang disampaikan menggunakan sistem komputer,

sudah akurat, tepat waktu, relevan dan lengkap. Masyarakat berpendapat bahwa

dengan adanya sistem penyampaian informasi menggunakan sistem komputer,

dimana sebagian besar aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung mempunyai pengetahuan, pendalaman dan pemahaman

untuk menggunakan program komputer. Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan

dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung juga mempunyai kemauan untuk

memasukan program pendaftaran kependudukan di komputer.

Respon dari masyarakat di atas dapat dijadikan masukan bagi aparatur

Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung untuk lebih

meningkatkan lagi pengetahuan dan kinerjanya menuju masa depan yang lebih

baik. Respon aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung terhadap Sistem Informasi Administrasi Kependudukan tentang

pelayanan pendaftaran kependudukan yang menggunakan sistem komputer, ada

yang menerima dan ada yang menolak.

Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung setuju dengan adanya sistem pendaftaran kependudukan menggunakan

101

komputer dikarenakan, yaitu: pertama, bahwa suatu lembaga pemerintahan di

jaman globalisasi ini harus mengikuti perkembangan teknologi, penyampaian

informasi tidak saja disampaikan secara manual, tetapi menggunakan sistem

komputer. Kedua, aparatur menganggap bahwa dengan sistem komputer, dapat

meringankan tugas dan pekerjaan aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung untuk tidak setiap saat memberikan keterangan

proses pendaftaran kependudukan.

Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung yang tidak setuju terhadap sistem informasi pendaftaran kependudukan

menggunakan sistem komputer, dikarenakan sebagai berikut: pertama, adanya

anggaran biaya yang harus dikeluarkan oleh Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung untuk pemeliharaan sistem komputer. Kedua,

aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung

menanggap bahwa adanya sistem informasi komputer, tetap saja banyak

masyarakat yang langsung bertanya ke loket informasi.

Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung membuka situs internet sebagai proses penyampaian Sistem Informasi

Kependudukan. Dalam situs internet terdapat gambaran umum Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dan kolom pertanyaan.

Berdasarkan hasil wawancara dapat diketahui bahwa kolom pertanyaan yang

dibuka di situs www.bpn.go.id kurang mendapatkan respon dari masyarakat.

Walaupun demikian, sebagian aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bandung setuju penyampaian sistem Informasi Administrasi

102

Kependudukan di internet. Hal ini dikarenakan dapat memudahkan masyarakat

untuk mengetahui gambaran umum Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bandung. Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bandung ada yang tidak setuju dengan penyampaian sistem

Informasi Administrasi Kependudukan di internet. Hal ini dikarenakan

memerlukan biaya anggaran untuk pembayaran program internet dan

pemeliharaannya.

Implementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan khususnya

tentang pelayanan pendaftaran kependudukan yang dilakukan secara manual,

sistem komputer dan program internet menimbulkan respon menerima dan

menolak dari masyarakat maupun aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Respon yang diberikan harus dijadikan

masukan positif, dapat meningkatkan kinerja bagi aparatur Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dan meningkatkan

pelayanan dengan memberikan informasi yang akurat, tepat waktu, relevan, jelas

dan ramah kepada masyarakat.

103

4.3.3 Intensitas Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung Terhadap Terlaksananya Implementasi

Kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Tentang

Pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007

Intensitas disposisi para pelaksana dapat mempengaruhi pelaksanaan

kebijakan, karena tinggi dan rendahnya intensitas para pelaksana akan

mempengaruhi terhadap terlaksananya implementasi kebijakan tersebut. Dinas

Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung mempunyai tingkat

intensitas yang tinggi untuk mengoperasionalisasikan pelaksanaan Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan dalam meningkatkan pelayanan

pendaftaran kependudukan.

Intensitas yang tinggi di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung menunjukan keberhasilan Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan dengan tujuan meningkatkan pelayanan terhadap pendaftaran

kependudukan. Intensitas yang tinggi di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bandung ditunjukan dengan pendidikan, pendalaman dan

pemahaman yang tinggi. Pendidikan yang tinggi di tunjukan dengan adanya

aparatur yang menguasai Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dan

memberikan pengertian, pengetahuan, kepastian, ketegasan dan penjelasan

terhadap hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan untuk meningkatkan pelayanan pendaftaran

104

kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung.

Pemahaman yang tinggi ditunjukan dengan berhasilnya pelaksanaan

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dan menggugah kesadaran

masyarakat sehingga membangkitkan motivasi untuk pelaksanaan Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Oleh karena itu, pengetahuan, pendalaman

dan pemahaman yang tinggi maka aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung dalam menerima Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan dan dapat melaksanakan Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan tersebut.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Drs. Salimin beliau sekretaris Dinas

Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung, bahwa tingkat

intensitas yang tinggi sangat mempengaruhi para aparatur dalam meningkatkan

pelayanan informasi kependudukan. Oleh karena itu, dengan tingkat intesitas

kemampuan yang tinggi aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung dapat meningkatkan peran serta masyarakat dalam rangka

pemberdayaan masyarakat dan memberi hasil yang optimal dengan dukungan dan

partisipasi terhadap implementasi Sistem Informasi Kependudukan.

Pemberdayaan yang dilakukan Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bandung terhadap aparaturnya menyebabkan meningkatnya

intensitas aparaturnya, sehingga dapat terlaksananya Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan dalam meningkatkan pelayanan publik. Aparatur

105

Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dengan

didukung intensitas yang tinggi dapat memberikan pengertian, pengetahuan,

kepastian, ketegasan dan penjelasan terhadap masyarakat tentang implementasi

Sistm Informasi Administrasi Kependudukan dalam meningkatkan pelayanan

pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung.

Intensitas yang tinggi juga ditujukan aparatur Kependudukan Kabupaten

Bandung dengan dapat meningkatkan kesadaran masarakat untuk membantu

melaksanakan fungsi dari Sistem Informasi Administrasi Kependudukan tersebut.

Masyarakat hanya dituntut untuk menggunakan fasilitas-fasilitas pelayanan yang

telah disediakan oleh aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung, salah satunya fasilitas pelayanan Sistem Informasi

Kependudukan.

Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung juga mengatakan bahwa intensitas yang rendah akan menjadi

penghambat terhadap pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

sehingga dapat menurunkan tingkat pelayanan terhadap masyarakat. Tingkat

pelayanan yang rendah akan mewujudkan dampak yang kurang baik terhadap

keadaan pelayanan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung. Intensitas aparatur yang rendah dapat menimbulkan dampak yang

kurang baik, dampak tersebut, misalnya: pertama, kurang adanya kesadaran

terhadap tugas atau kewajiban yang telah menjadi tanggung jawab aparatur,

106

akibatnya aparatur dalam memberikan pelayanan terhadap masyarakat dengan

seenaknya.

Kedua, Sistem, prosedur dan metode tidak memadai sehingga mekanisme

kerja kerja tidak berjalan. Ketiga, pengorganisasian tugas pelayanan yang hancur

sehingga terjadi tumpang tindih dan atau tercecernya suatu tugas. Keempat,

pndapatan pegawai yang tidak mencukupi kebutuhan hidup sehingga tidak tenang

dalam bekerja. Kelima, kemampuan pegawai yang tidak memadai untuk tugas

yang dibebankan kepadanya sehingga hasil pekerjaan tidak memenuhi standard.

Keenam, Tidak tersedia pelayanan yang memadai, akibatnya pekerjaan menjadi

lamban. Aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung sudah baik dalam menunjukan intensitas kemampuannya tetapi belum

sepenuhnya maksimal, dikarenakan pelaksanaan implementasi Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan ditunjang juga dengan intensitas kemampuan yang

tinggi.

Masyarakat yang sedang mengurus pendaftaran kependudukan merasakan

hasil dari implementasi kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

yang ditunjang oleh intensitas kemampuan aparatur yang tinggi. Hasilnya yaitu

terlaksananya pelayanan Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung, walaupun belum

maksimal tetapi pelayanan Informasi Administrasi Kependudukan tersebut sudah

cukup baik dan memenuhi standar pelayanan.

Standar pelayanan yang diberikan Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung memudahkan masyarakat dalam pengurusan

107

pendaftaran kependudukan dan merasa nyaman, aman, dan tidak berbelit-belit

dalam proses pembuatan pendaftaran kependudukan, kemudahan tersebut

dikarenakan dengan tingkat intensitas aparaturnya yang meningkat dan

terlaksananya Implementasi Kebijakan Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan tentang pelayanan pendaftaran kependudukan. Tingkat intensitas

pun ditunjukan oleh aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung dengan memperlakukan masyarakat yang sama antara yang

satu dengan yang lainnya, tanpa mebeda-bedakan status apapun, aparatur juga

dapat bersikap jujur dalam mengahadapi masyarakat demi terciptanya

administrasi kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung.

Oleh karena itu, bahwa intensitas aparatur yang tinggi dapat membantu

terlaksananya Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dalam meningkatkan

pelayanan publik tentang pelayanan pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Intensitas aparatur Dinas

Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung harus didukung

oleh pendidikan, pendalaman dan permahaman yang tinggi dalam menerima

sistem Informasi Administrasi Kependudukan dan dapat melaksanakan sistem

informasi kependudukan.

4.4. Struktur Birokrasi Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung

108

4.4.1 Fragmentasi di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung dalam Implementasi Kebijakan Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan Tentang Pendaftaran

kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung Tahun 2007

Struktur organisasi merupakan yang mengatur tentang pembagian tugas

dan tanggung jawab kepada masing-masing orang yang ada dalam organisasi,

struktur organisasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kinerja

organisasi publik, karena akan menjelaskan bagaimana kedudukan, tugas, dan

fungsi dialokasikan dalam organisasi. Hal ini mempunyai dampak yang

siginifikan terhadap cara setiap individu melaksanakan tugasnya dalam organisasi.

Ketika arah dan strategi organisasi secara keseluruhan telah ditetapkan serta

struktur organisasi telah dibentuk. Maka hal yang perlu diperhatikan adalah

bagaimana organisasi tersebut melakukan kegiatan atau menjalankannya tugas

dan fungsinya. Struktur organisasi merupakan suatu gambar yang

menggambarkan tentang jenis atau tipe organisasi, pendepartemenan atau

pembagian bidang-bidang, kedudukan dan jenis wewenang pejabat, bidang dan

hubungan pekerjaan yang terkait, garis perintah dan tanggung jawab serta rentang

kendali dan sistem pimpinan organisasi.

Struktur birokrasi yang sudah ada di Dinas Sosial, Kependudukan Dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung sudah bertugas sesuai dengan masing-masing

tugasnya, mereka menjalankan tugas sesuai dengan ketentuan yang mereka

jalankan. Mereka dalam menjalankan tugasnya sesuai dengan struktur yang telah

109

ditetapkan, kalau pun ada yang melakukan tugas yang lain hal tersebut sudah ada

penjelasan terlebih dahulu.

Struktur birokrasi merupakan yang bertugas dalam melaksanakan

kebijakan yang memiliki pengaruh besar terhadap pelaksanaan kebijakan. Salah

satu aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur

operasi yang standar (Standard Operating Procedures atau SOP). Maksud dari

aspek tersebut yaitu suatu prosedur standarisasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial,

Kependudukan Dan Catatan Sipildalam memberikan pelayanan publik kepada

masyarakat. Dalam hal ini peran birokrasi sangat penting dalam implementasi

kebijakan SIAK, karena melalui struktur birokrasi yang baik sebagai pelaksana

kebijakan akan tercapai keberhasilan kebijakan SIAK.

Struktur birokrasi Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan yang

berlaku, maksudnya sesuai dengan pembagian tugas masing-masing. Mereka tidak

dibenarkan melaksanakan tugas yang bukan bagian kinerjanya, apabila mereka

melanggar maka mendapat sanksi tegas. Hal tersebut dilakukan agar mereka

bekerja sesuai dengan profesinya masing-masing, sehingga tidak ada satu

pelaksana kebijakan melakukan tugas melebihi prosedur yang telah ditetapkan.

Struktur birokrasi yang baik akan memberikan dorongan kepada keberhasilan

implementasi kebijakan SIAK, walaupun dalam pelaksanaan kebijakan SIAK ini

mengalami adanya kendala.

Fragmentasi atau penyebaran tanggung jawab kegiatan sangat

mempengaruhi dalam Implementasi Sistem Informasi Kependudukan. Hubungan

110

yang terjadi di antara para aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung sangat mempengaruhi terhadap pelaksanaan Sistem

Informasi Kependudukan, apabila pola hubungan yang terjadi di lingkungan

Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung tidak baik

maka akan berpengaruh terhadap keberhasilan Sistem Informasi Kependudukan.

Pola hubungan pelaksana Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

yang terjadi di dalam lingkungan Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung berlangsung dengan baik, hal tersebut terwujud melalui pola

kinerja mereka yang saling bekerja sama untuk mensukseskan pelaksanaan Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan tersebut. Para pelaksana Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan dalam menjalankan tugas saling membantu dan

bekerjasama serta berkompetisi secara sehat.

Hal itu dilakukan dalam membangkitkan semangat dalam mencapai

keberhasilan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dengan tujuan untuk

meningkatkan pelayanan pendaftaran kependudukan terhadap masyarakat. Para

aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung

sebagai pelaksana Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dalam

menajalankan tugasnya saling melengkapi dan mendukung masing-masing dari

mereka, sehingga pola hubungan yang terjadi bersifat saling bekerjasama. Mereka

tetap berkompetisi dalam melaksanakan tugasnya, akan tetapi kompetisi yang

mereka lakukan dengan positif dan sehat.

111

Penyebaran tanggungjawab para aparatur dalam menjalankan tugasnya

saling membantu dan bekerjasama serta berkompetisi secara sehat, hal itu

dilakukan dalam membangkitkan semangat dalam mencapai keberhasilan Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Para aparatur kebijakan dalam menajalankan

tugasnya saling melengkapi dan mendukung masing-masing dari mereka,

sehingga pola hubungan yang terjadi bersifat saling bekerjasama.

Penyebaran tanggungjawab tersebut dapat diwujudkan dalam kinerja

antara bagian yang satu dengan bagian lain, antara bagian tersebut saling

bekerjasama dalam melaksanakan tugasnya masing-masing, misalnya Bagian

Informasi berkewajiban untuk menyetorkan data yang terkumpul untuk

meningkatkan akselerasi pelayanan ke bagian pengolahan data dan sebaliknya.

Penyebaran tanggungjawab para Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung saling membantu, melengkapi dan mendukung satu sama lain

dengan tujuan agar Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dapat berhasil

dilaksanakan.

Hasil dari wawancara dan penelitian bahwa struktur birokrasi di Dinas

Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung tersusun dengan

baik, mulai dari jabatan sampai struktur kinerjanya. Setiap struktur birokrasi

tersebut melaksanakan tugasnya sesuai dengan tugas yang diberikan kepada

masing-masing bagiannya. Fragmentasi atau penyebaran tanggung jawab agar

tetap bersaing secara sehat, aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bandung berpegang pada tindakan Dinas Sosial, Kependudukan

112

dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung, yaitu: pertama, mewujudkan pegawai

Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung yang

profesional dan fasilitatif. Kedua, meningkatkan kualitas pelayanan pada

masyarakat, ketiga yaitu meningkatkan suasana menjadi Dinas yang ber-tarif

(transparan, akuntabel, responsif, independent dan fairnes). Keempat,

meningkatkan sinergitas dalam pemberdayaan masyarakat, kelima yaitu

mewujudkan komitmen bersama dalam penegakan hukum dalam pelayanan.

Menjelaskan tentang kelima misi tersebut, aparatur Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dapat sidikit mengatasi

jika terjadi persaingan tidak sehat dan struktur birokrasi yang hancur. Walaupun

tidak semaksimal mungkin untuk mengatasinya tetapi Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung selalu siap untuk

melakukan tindakan jika sewaktu-waktu terjadi pemecahan dan persaingan yang

tidak sehat. Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung

jika terjadi hal tersebut, maka akan menghambat keberhasilan pelaksanaan Sistem

Informasi Kependudukan, dikarenakan jika terjadi struktur birokrasi Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung akan terpecah-pecah dan

dapat megagalkan komunikasi dan lain-lainnya yang berdampak negatif pada

Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung.

Masyarakat yang sedang mengurus pedaftaran tanah juga menilai bahwa

struktur birokrasi di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung tersusun dengan baik, karena melihat cara bekerja aparaturnya dilakukan

dengan tahapan-tahapan dan penuh hati-hati tidak ceroboh. Masyarakat merasa

113

senang, aman, dan nyaman melihat cara kinerja yang dipraktekan oleh aparatur

dan berikan kepada masyarakat yang sedang mengurus kependudukan.

Rasa senang ditunjukan oleh masyarakat dengan bertindak sopan terhadap

aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung,

masyarakat merasa aman dalam melakukan pendaftaran kependudukan karena

terciptanya tertib administrasi kependudukan dan masyarakat merasa nyaman

karena dilayani dengan penuh sopan santun. Berdasarkan uraian di atas maka

dapat menarik kesimpulan bahwa di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bandung struktur birokrasinya tersusun dengan baik. Jika

struktur birokrasinya terpecah-pecah, aparatur Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung akan segera bertindak untuk mengatasi

fragmentasi tersebut dan mencari solusi penyelesaiannya.

Terjadinya struktur birokrasi yang hancur akan menghambat keberhasilan

pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan dalam tujuan

meningkatkan pelayanan terhadap publik tentang pendaftaran kependudukan di

Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Sebaliknya,

jika fragmentasi atau penyebaran tanggung jawab sesuai dengan bagiannya

masing-masing akan memperlancar keberhasilan pelaksanaan Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan dalam tujuan meningkatkan pelayanan terhadap

publik tentang pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung.

114

4.4.2 Standar Operasi di Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung Dalam Pelaksanaan SIAK

Struktur organisasi sebagai pelaksana kebijakan memiliki peranan penting

dalam implementasi Sistem Informasi Kependudukan, salah satu aspek yang

terpenting dalam organisasi adalah adanya Standard Operating Procedures

(SOP). SOP adalah suatu standar atau pedoman tertulis yang dipergunakan untuk

mendorong dan menggerakkan Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung untuk mencapai tujuan

Tujuan SOP di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung Kota Bandung pertama, agar petugas/pegawai menjaga konsistensi dan

tingkat kinerja petugas/pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja, kedua

agar mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam organisasi,

ketiga memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari

petugas/pegawai terkait, melindungi organisasi/unit kerja dan petugas/pegawai

dari malpraktek atau kesalahan administrasi lainnya, keempat untuk menghindari

kegagalan/kesalahan, keraguan, duplikasi dan inefisiensi kalau pun ada yang

melakukan tugas yang lain hal tersebut sudah ada penjelasan terlebih dahulu.

Fungsi SOP di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten

Bandung, untuk memperlancar tugas petugas/pegawai atau tim/unit kerja, sebagai

dasar hukum bila terjadi penyimpangan, mengetahui dengan jelas hambatan-

hambatannya dan mudah dilacak, mengarahkan petugas/pegawai untuk sama-

sama disiplin dalam bekerja dan sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan

rutin.

115

Maksud dari adanya SOP di Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan

Sipil Kabupaten Bandung adalah guna memberikan pelayanan yang prima kepada

masyarakat. Dalam hal ini peran dari birokrasi penting dalam implementasi

kebijakan SIAK untuk meningkatkan pelayanan pendaftaran Kependudukan.

Dengan adanya struktur organisasi yang baik sebagai pelaksana kebijakan akan

tercapai keberhasilan kebijakan.

Standar operasi, merupakan hal yang diperlukan dalam pelaksanaan SIAK

di Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Salah satu

karakteristik yang dapat menjadikan kinerja birokrasi/organisasi lebih baik, yatu

dengan melakukan Standar Operating Prosedures (SOP) merupakan suatu

kegiatan rutin yang memungkinkan para pegawai atau pelaksana

kebijakan/administrator/birokrat untuk melaksanakan kegiatan-kegiatannya pada

setiap harinya sesuai dengan standar yang ditetapkan.

Struktur birokrasi merupakan yang bertugas dalam melaksanakan

kebijakan yang memiliki pengaruh besar terhadap pelaksanaan kebijakan. Salah

satu aspek struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya prosedur

operasi yang standar (Standard Operating Procedures atau SOP). Maksud dari

aspek tersebut yaitu suatu prosedur standarisasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial,

Kependudukan Dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung dalam memberikan

pelayanan pendaftaran Kependudukan kepada masyarakat di Kabupaten Bandung.

Dalam hal ini peran birokrasi sangat penting dalam pelaksanaan kebijakan Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan SIAK, karena melalui struktur birokrasi

116

yang baik sebagai pelaksana kebijakan akan tercapai keberhasilan kebijakan

Sistem Informasi Administrasi kependudukan SIAK.

Standar operasi dalam pelaksanaan SIAK sangat bermanfaat bagi

terciptanya pelayanan pendaftaran kependudukan. Berdasarkan penjelasan diatas,

bahwa dalam melaksanakan SIAK di Dinas Sosial, Kependudukan Dan Catatan

Sipil Kabupaten dibutuhkan standar operasi untuk melaksanakan kegiatan-

kegiatannya dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan standar yang

ditetapkan, agar dalam pelaksanaan SIAK tidak keluar dari jalur yang telah

ditentukan menurut peraturan yang ada. Mereka juga menjalankan tugas secara

profesional, hal tersebut dilakukan bertujuan agar pelaksanaan Sistem Informasi

Keuangan Daerah dalam meningkatkan akuntabilitas publik Kabupaten Bandung

dapat tercapai.

Struktur birokrasi Dinas Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil

Kabupaten Bandung melaksanakan tugasnya sesuai dengan ketentuan yang

berlaku, maksudnya sesuai dengan pembagian tugas masing-masing. Mereka tidak

dibenarkan melaksanakan tugas yang bukan bagian kinerjanya, apabila mereka

melanggar maka mendapat sanksi tegas. Hal tersebut dilakukan agar mereka

bekerja sesuai dengan profesinya masing-masing, sehingga tidak ada satu

pelaksana kebijakan melakukan tugas melebihi prosedur yang telah ditetapkan.

Struktur birokrasi yang baik akan memberikan dorongan kepada keberhasilan

implementasi siatem informasi administrasi kependudukan SIAK di Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung.

117

Berdasarkan uraian diatas sangat jelas, bahwa struktur birokrasi Dinas

Sosial, Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandunmg bertugas sesuai

dengan ketentuannya masing-masing. Mereka menjalankan tugas secara

profesional, hal tersebut dilakukan bertujuan agar pelaksanaan kebijakan Sistem

Informasi Administrasi Kependudukan SIAK dalam menunjang pelayanan

pendaftaran Kependudukan di Kabupaten Bandung dapat terlaksana dengan baik.

Dalam pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan SIAK

para pelaksana Sistem Kependudukan SIAK, dan dalam melaksanakan tugasnya

telah mengikuti SOP yang telah di tetapkan bertugas sesuai dengan apa yang

dinginkan dalam undang-undang dan tentu saja bertugas sesuai dengan

ketentuannya masing-masing. Mereka menjalankan tugas secara profesional, hal

tersebut dilakukan bertujuan agar pelaksanaan pelaksanaan Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan SIAK dalam menunjang pelayanan pendaftaran

kependudukan di Kabupaten Bandung dapat terlaksana dengan baik.

118

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

3.3 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Implementasi Kebijakan Tentang

Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Untuk Meningkatkan

Pelayanan Pendaftaran Kependudukan Di Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung Tahun 2007, dapat diambil kesimpulan bahwa

keberhasilan implementasi kebijakan tentang SIAK dapat dilihat dari:

1. Proses komunikasi yang berlangsung dalam implementasi kebijakan tentang

SIAK dalam meningkatkan pelayanan publik di Kabupaten Bandung Tahun

2007 antara lain melalui transformasi atau penyampaian informasi kebijakan

publik, Penyampaian informasi ditujukan kepada sasaran yang tepat.

Kejelasan, Penyampaian informasi dengan jelas, dapat dimengerti dan

dipahami oleh organisasi lain dan tentunya masyarakat. Konsistensi,

Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sudah konsisten atau tetap sesuai

dengan tujuan yang telah ditentukan.

2. Sumber-sumber kebijakan yang dapat menentukan keberhasilan implementasi

SIAK dalam meningkatkan pelayanan publik di Kabupaten Bandung Tahun

2007 antara lain sumber daya manusia, sumber daya manusia di Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung belum semuanya

menguasai komputerisasi atau yang ahli dalam komputerisasi. Sumber

dayaatau anggaran, APBD yang tersedia belum mencukupi untuk membiayai

119

sarana dan prasarana yang mendukung keberhasilan implementasi kebijakan

SIAK. Sumber daya waktu yang diperlukan dalam implementasi kebijakan

SIAK tahun 2007 telah sesuai dengan target atau rencana, akan tetapi dalam

pelaksanaan masih adanya kendala.

3. Disposisi kebijakan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan Dalam

meningkatkan pelayanan pendaftaran kependudukan sudah dikatakan baik dan

dapat dilihat dari: pemahaman dan pendalaman, pemahaman dan pendalaman

aparatur Dinas Sosial, kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung

yang tinggi, menunjang terlaksananya implementasi Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan untuk meningkatkan pelayanan pendaftaran

kependudukan. Respon menerima dapat ditunjukan dengan mendukung

terlaksananya implementasi kebijakan Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan SIAK, respon menolak dijadikan masukan untuk Dinas Sosial,

kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung. Intensitas aparatur

Dinas Sosial, kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung yang

tinggi membantu terlaksananya Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

untuk meningkatkan pelayanan tentang pendaftaran kependudukan

4. Struktur Birokrasi dalam Pelaksanaan Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (SIAK) Untuk Meningkatkan Pelayanan Pendaftaran

Kependudukan Kabupaten Bandung dalam melaksanakan tugas-tugasnya

sudah sesuai dengan bidangnya masing-masing. Norma-norma, aturan-aturan

bagi para pelaksana kebijakan sudah di taati dengan baik. Pola-pola hubungan

120

yang terjadi dalam birokrasi, mereka saling mengingatkan dan saling

membantu apabila dalam melaksanakan tugas menemukan kendala.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas Peneliti merekomendasikan saran sebagai

berikut:

1. Pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas Sosial, Kependudukan Dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung harus lebih meningkatkan ketepatan

informasi yang disampaikan kepada Masyarakat

2. Pemerintah Kabupaten Bandung atau Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil lebih meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pemerintah

Kabupaten Bandung lebih meningkatkan anggaran untuk implementasi

kebijakan SIAK, agar implementasi kebijakan SIAK dapat terlaksana dengan

maksimal sehingga pelayanan yang diberikan kepada masyarakat pun lebih

baik. Melalui pemberian anggaran/anggaran yang memadai, maka pengadaan

sarana dan prasarana sebagai penunjang keberhasilan kebijakan SIAK akan

terpenuhi sehingga pelayanan yang di berikan kepada masyarakat juga

semakin prima. Pemerintah Kabupaten Bandung khususnya Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Bandung, melakukan

penyeleksian lebih khusus lagi dan penambahan ahli seperti tenaga ahli

komputer dan aplikasinya atau melakukan pelatihan-pelatihan kepada

aparat/staff. Hal tersebut akan menunjang keberhasilan pelaksanaan kebijakan

SIAK.

121

3. Sikap para aparaturnya harus lebih diperbaiki dan harus meningkatkan

pemahaman dan pendalaman terhadap aparatur dan lebih meningkatkan

intensitas yang lebih tinggi untuk terlaksananya keberhasilan implementasi

Sistem Informasi Administrasi kependudukan SIAK untuk meningkatkan

pelayanan pendaftaran kependudukan di Dinas Sosial, Kependudukan dan

Catatan Sipil Kabupaten Bandung.

4. Struktur birokrasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan SIAK dapat

lebih meningkatkan kinerjanya dalam pelaksanaan Sistem Informasi

Administrasi Kependudukan SIAK agar tercipta Pelayanan Pendaftaran

Kependudukan yang cepat dan benar

122

DAFTAR PUSTAKA

Agustino, Leo. (2007). Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung:CV. Alfabeta.

Anwar, M. Khoirul. (2004). Aplikasi Sitem Informasi Administrasi Kependudukan Bagi Pemerintahan Di Era Otonomi Daerah, SIMDA. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Badudu, J.S dan Sutan Mohammad Zain. (2001). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Danim, Sudarwan. (2000). Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. Jakarta:PT. Bumi Aksara.

Dunn, William N. (2003). Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Dwijowijoto, Riant Nugroho. (2007). Kebijakan Publik:Formulasi, Implementasi, dan Evaluasi. Jakarta:PT. Elex Media Komputindo.

Dwiyanto, Agus. (2005). Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Eko Indrajit, Richardus. (2004). Electronic Government Strategi Pembangunan dan Pengembangan Sistem Pelayanan Publik Berbasis Teknologi Digital. Yogyakarta: Andi.

Faisal, Sanapiah. (2007). Format-Format Penelitian Sosial. Jakarta:PT. Raja Grafindo Persada.

Islamy, M. Irfan. (2004). Prinsip-Prinsip Perumusan Kebijaksanan Negara. Jakarta:Bumi Aksara.

Jimung, Martin. (2005). Politik Lokal Dan Pemerintah Daerah Dalam Perspektif Otonomi Daerah. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusatama.

Jogiyanto. (2001). Analisis dan Disain, Sistem Informasi:Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta: Andi.

Kurniawan, Agung. (2005). Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta:Pembaruan.

Lukman, Sampara. (2000). Manajemen Kualitas Pelayanan. Jakarta:STIA LAN Press.

123

Moenir, H.A.S. (2007). Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta:PT. Bumi Aksara.

Muhammad, Farouk. (2003). Metodelogi Penelitian Sosial. Jakarta:PT.Bumi Aksara.

Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:PT. Remaja Rosda Karya.

Putra, Fadilah. (2001). Paradigma Kritis dalam Studi Kebijakan Publik. Yogyakarta, Surabaya:Pustaka Pelajar dan Universitas Sunan Giri Surabaya.

Santoso, Gempur. (2005). Metodologi Peneltian Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta:Prestasi Pustaka.

Siagian, Sondang. P. (2007). Sistem Informasi Manajemen. Jakarta:PT. Bumi Aksara.

Sinambela, Lijan Poltak. (2007). Reformasi Pelayanan Publik:Teori, Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Subarsono, AG. (2005). Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung:CV. Alfabeta.

Suhirman dan Endah Apriani. (2003). Bila Warga Menilai:Potret Kepuasan Konsumen Pelayanan Publik Kota Bandung 2002. Bandung: Institute of Governance Studies.

Suyanto, Bagong. (2005). Metode Penelitian Sosial:Berbagai Alternatif Pendekatan. Jakarta:Prenada Media.

Wahab, Solichin Abdul. (2005). Analisis Kebijaksanaan:Dari Formulasi ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta:PT. Bumi Aksara.

Wahyono, Teguh. (2004). Sistem Informasi:Konsep Dasar, Analisis Desain dan Implementasi. Yogyakarta:Graha Ilmu.

Wibawa, Samodra. (1994). Kebijakan Publik Proses dan Analisis. Jakarta:Intermedia.

Widodo, Joko. (2007). Analisis Kebijakan Publik:Konsep dan Aplikasi Analisis Proses Kebijakan Publik. Malang:Bayumedia Publishing.

124

Winarno, Budi. (2002). Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta:Media Pressindo.

Witarto. (2004). Memahami Sistem Informasi (Pendekatan Praktis Rekayasa Sistem Informasi Melalui Kasus-Kasus Sistem Informasi di sekitar kita). Bandung:Informatika.

Dokumen :

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2005 Pasal 68 ayat 1-3 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk dan Pencatatan Sipil di Daerah.

Undang-Undang Nomor: 23 Tahun 2007 tentang Administrasi Kependudukan.

Undang-Undang Nomor: 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Otonomi Daerah.) . Bandung: Fokus Media, Anggota IKAPI.

125

PEDOMAN WAWANCARA

1. Identitas

Nama :

Usia : tahun.

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Pendidikan :

Alamat :

Pekerjaan/Jabatan :

2. Pertanyaan :

A. Pertanyaan di bawah ini dimaksudkan untuk mencari data mengenai kjomunitas anatar organisasi terkait dengan kegiatan-kegiatan pelaksanaan.

1. Menurut bapak/Ibu apakah penyampaian informasi menmgenai SIAK

sudah jelas dan tepat sasaran?

2. Menurut Bapak/Ibu apakah informasi yang di sampaikan kepada

masyarakat sudah jelas dan dapat dimengerti mengenai pendaftaran

kependudukan dengan menggunakan jaringan komputer ?

3. Menurut Bapak/Ibu bagaimanakah konsistensi penyampaian informasi

pendaftaran kependudukan kepada masyarakat?

B. Pertanyaan di bawah ini dimaksudkan untuk mencari data mengenai sumber-sumber kebijakan.

1. Menurut Bapak/Ibu sumber daya manusia yang bagaimana yang dapat

mendukung pelksanaan SIAK?

2. Menurut Bapak/Ibu apakah anggaran yang tersedia sudah dapat

mendukung dalam pelaksanaan SIAK?

3. Menurut Bapak/Ibu apakah peralatan yang sudah dapat mendukung

dalam pelaksanaan SIAK ?

126

C. Pertanyaan di bawah ini dimaksudkan untuk mencari data mengenai Disposisi.

1. Menurut Bapak/Ibu bagaimana disposisi para aparatur agar terlaksananya

implementasi Sistem Administrasi Kependududkan SIAK untuk

meningkatkan pelayanan pendaftaran Kependudukan?

2. Menurut Bapak/Ibu bagaiamana proses pemahaman dan pendalaman? para

aparatur agar terlaksananya implementasi Sistem Administrasi

Kependududkan SIAK untuk meningkatkan pelayanan pendaftaran

Kependudukan?

3. Menurut Bapak/Ibu bagaimana respon masyarakat dan Dinas Sosial,

Kependudukan dan Catatan sipil Kabupaten Bandung terhadap

terlaksananya Sistem Informasi Administrasi kependudukan di Dinas

Sosial, Kependudukan dan Catatan sipil Kabupaten Bandung?

D. Pertanyaan di bawah ini dimaksudkan untuk mencari data mengenai struktur birokrasi.

1. Menurut Bapak/Ibu apakah struktur birokrasi yang ada sudah bertugas

sesuai dengan ketentuan yang ada?

2. Menurut Bapak/Ibu apakah pelaksanaan SIAK sudah sesuai dengan SOP?

127

RIWAYAT HIDUP

1. Nama : Syamsul Wahid Permadi

1. Tempat dan Tanggal Lahir : Cianjur, 12 Agustus 1985

2. Nomor Induk Mahasiswa : 41704041

3. Jurusan : Ilmu Pemerintahan

4. Jenis Kelamin : Laki-Laki

5. Kewarganegaraan : Indonesia

6. Agama : Islam

7. Alamat : Ciagra RW 03 RT 01 Desa Sukalaksana

Kecamatan Sukanagara

Kabupaten Cianjur

8. Status Perkawinan : Tidak Kawin

9. Orang Tua:

1. Nama Ayah : Edi Junaedi

Pekerjaan : Wiraswasta

2. Nama Ibu : Entin Permasih

Pekerjaan : PNS

Bandung , Februari 2009

Syamsul Wahid PermadiNIM 41704041

128