ekwan

9
Judul : Predator (Volume 6) Beberapa pemangsa sejak lahir sudah tahu apa yang harus dilakukan. Mereka diprogram sebelumnya untuk membunuh. Namun pemangsa lain menghabiskan seumur hidupnya untuk belajar. Apa yang diperlukan untuk menjadi pemangsa? Dalam film yang kami saksikan, diungkaplah saat-saat kritis yang membentuk watak pembunuh dari beberapa spesies pembunuh alami. 1. Simpanse vs Monyet Colobus Hutan hujan tropis di Pantai Gading, Afrika Barat. Kelompok berburu sedang berpatroli. Lima ekor simpanse jantan. Dalam keheningan mereka bergerak di dasar hutan, menyimak suara mangsa. Inilah yang mereka kejar. Monyet Colobus, tengah makan di pucuk pohon setinggi 30 meter. Untuk menangkapnya, simpanse harus belajar berburu dengan cara luar biasa. Diam-diam, simpanse mengambil posisi di bawah buruan mereka. Colobus ringan dan gesit, bisa bergerak di dahan terkecil sekalipun. Simpanse yang berat ini tidak punya harapan bila sendirian. Namun ini adalah tim dan masing-masing telah mempelajari peranan spesifiknya. Di dalam tim terdapat pembagian tugas sebagai berikut: - Pengemudi - Penghadang - Penyergap (pemburu yang paling berpengalaman) Dengan bekerja sama merekan memiliki peluang. Seekor simpanse pengemudi membuat gerakan pertama. Simpanse muda, masih hijau dalam berburu. Tugasnya mudah, memanjat ke tempat monyet Colobus dan membubarkan koloni mereka. Sedangkan simpanse lainnya mengawasi dari bawah dan bersiap untuk beraksi. Ketika kelompok monyet Colobus mulai terpisah-pisah, perburuan pun dimulai. Simpanse yang ada di bawah segera berlari mendahului monyet Colobus. Simpanse penghadang berada paling depan. Dari kelima Simpanse tersebut tiga ekor merupakan penghadang. Mereka yang mengantisipasi ke mana arah monyet Colobus dan memanjat ke kedua sisi. Simpanse yang lebih tua dan berpengalaman daripada pengemudi, mereka harus memperlihatkan diri bersiap mengerubungi monyet. Kemudian seekor simpanse lainnya tetap berada di tanah, merupakan simpanse yang paling cerdas yaitu sebagai penyergap sedang bergerak. Tujuannya lebih ke depan lagi daripada monyet Colobus. Simpanse penyergap melihat para penghadang naik dan menyiapkan tempat pengerubungan. Simpanse penyergap memilih pohon yang strategis untuk

Upload: nur-zain

Post on 08-Aug-2015

973 views

Category:

Education


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ekwan

Judul : Predator (Volume 6)

Beberapa pemangsa sejak lahir sudah tahu apa yang harus dilakukan. Mereka diprogram sebelumnya untuk membunuh. Namun pemangsa lain menghabiskan seumur hidupnya untuk belajar. Apa yang diperlukan untuk menjadi pemangsa? Dalam film yang kami saksikan, diungkaplah saat-saat kritis yang membentuk watak pembunuh dari beberapa spesies pembunuh alami.

1. Simpanse vs Monyet ColobusHutan hujan tropis di Pantai Gading, Afrika Barat. Kelompok berburu sedang berpatroli. Lima ekor simpanse jantan. Dalam keheningan mereka bergerak di dasar hutan, menyimak suara mangsa. Inilah yang mereka kejar. Monyet Colobus, tengah makan di pucuk pohon setinggi 30 meter. Untuk menangkapnya, simpanse harus belajar berburu dengan cara luar biasa. Diam-diam, simpanse mengambil posisi di bawah buruan mereka. Colobus ringan dan gesit, bisa bergerak di dahan terkecil sekalipun. Simpanse yang berat ini tidak punya harapan bila sendirian. Namun ini adalah tim dan masing-masing telah mempelajari peranan spesifiknya. Di dalam tim terdapat pembagian tugas sebagai berikut:- Pengemudi- Penghadang- Penyergap (pemburu yang paling berpengalaman)

Dengan bekerja sama merekan memiliki peluang. Seekor simpanse pengemudi membuat gerakan pertama. Simpanse muda, masih hijau dalam berburu. Tugasnya mudah, memanjat ke tempat monyet Colobus dan membubarkan koloni mereka. Sedangkan simpanse lainnya mengawasi dari bawah dan bersiap untuk beraksi. Ketika kelompok monyet Colobus mulai terpisah-pisah, perburuan pun dimulai. Simpanse yang ada di bawah segera berlari mendahului monyet Colobus. Simpanse penghadang berada paling depan. Dari kelima Simpanse tersebut tiga ekor merupakan penghadang. Mereka yang mengantisipasi ke mana arah monyet Colobus dan memanjat ke kedua sisi. Simpanse yang lebih tua dan berpengalaman daripada pengemudi, mereka harus memperlihatkan diri bersiap mengerubungi monyet. Kemudian seekor simpanse lainnya tetap berada di tanah, merupakan simpanse yang paling cerdas yaitu sebagai penyergap sedang bergerak. Tujuannya lebih ke depan lagi daripada monyet Colobus. Simpanse penyergap melihat para penghadang naik dan menyiapkan tempat pengerubungan. Simpanse penyergap memilih pohon yang strategis untuk menyergap monyet Colobus, ia bersembunyi dan menunggu. Perangkap pun telah dipasang. Simpanse pengemudi terus mendesak monyet Colobus. Monyet Colobus mulai berlari ketakutan dan jumlah kelompoknya pun berkurang. Tiga di antara tujuh monyet Colobus terlihat berlari menuju ke arah perangkap. Ketika ada jarak di pucuk pohon, monyet Colobus pun menjauh. Sedangkan para simpanse penghadang yang bertubuh berat tidak bisa melompat menyeberang. Mereka harus turun sebagai usaha terakhir membuat ulang perangkap. Mereka berlari mencari pohon yang strategis kembali dan kemudian naik lagi. Pengejaran monyet Colobus oleh simpanse penghadang pun kembali terjadi. Seekor monyet Colobus yang panic itu pun akhirnya melompat ke pohon lain, tepat di pohon simpanse penyergap menunggu. Perangkap pun tertutup, monyet Colobus terjebak dikerubungi oleh para simpanse. Simpanse penyergap mulai mencoba menangkap monyet Colobus, tapi gagal. Monyet Colobus berhasil menghindari simpanse penyergap dan berlari berbalik arah, tepat menuju ke tangan para simpanse penhadang. Perburuan pun selesai, seekor monyet Colobus berhasil ditangkap oleh kelompok simpanse tersebut. Bagi simpanse, perburuan ini

Page 2: Ekwan

merupakan kejayaan bagi generasi muda yang sedang belajar. Namun mereka tidak bisa berburu jika itu tidak ada dalm watak mereka. Bagi semua pemangsa, kisah berburu ini bermula dari nalur dasar yang mereka miliki, yaitu naluri pembunuh.

2. Amourobius feroxDi sebuah tembok kebun yang terlihat biasa ini adalah rumah bagi pemangsa yang seluruh hidupnya diatur oleh naluri. Mereka yang datang ke tembok ini harus sangat berhati-hati. Namun sepertinya ada seekor lalat yang tidak berhati-hati dan pada akhirnya terjerat di untaian benang-benang halus yang lengket, yaitu jaring laba-laba kebun, Amourobius ferox. Akhirnya lalat itu pun menjadi santapan Amourobius ferox. Amourobius ferox, laba-laba kebun yang tinggal di dalam tembok. Di tempat tinggalnya itu terlihat banyak telur yang sudah dikeluarkan oleh Amourobius ferox sekitar sebulan sebelumnya. Kini telur-telur itu menetas tepat pada waktunya. Sekitar seratus ekor anak labalaba bermunculan dari kulit telurnya. Dalam seminggu, anak-anak Amourobius ferox akan menjadi pemangsa. Namun kini mereka masih terlalu kecil untuk berburu sendiri. Mereka pun untuk sementara harus bergantung pada sang induk. Sang induk mengeluarkan kantung makanan untuk mereka makan, yaitu susu laba-laba. Di dalamnya terkandung sumber energy tinggi untuk anak laba-laba sehingga dapat bertahan selama tiga hari. Tahap selanjutnya merupakan tahapan perkembangan dari anak laba-laba Amourobius ferox. Seperti yang telah kita ketahui bahwa laba-laba memiliki kerangka di luar tubuhnya. Agar dapat tumbuh besar, sekitar seminggu keluar dari telur, anak laba-laba mulai melepaskan kulitnya tersebut dan ini merupakan pergantian kulit nereka yang pertama. Dilihat dari ukurannya pun mereka Nampak lebih besar dari sebelumnya. Pergantian kulit itu bertanda bahwa tugas dari induknya. Kulit tua terbuang, anak-anaknya siap untuk lebih bertumbuh lagi. Namun, mereka memerlukan makanan yang lebih dari yang bisa diberikan dalam telur. Sang induk menanti waktu yang tepat, sehari setelah pergantian kulit anak laba-laba yang pertama ia bersiap-siap mengajarkan pelajaran penting yang harus anak-anaknya lakukan untuk dapat bertahan hidup. Ia mulai berputar-putar di sekitar anak-anaknya, membuat jaring dan memintal benang. Tidak lama kemudian anak laba-laba mulai kerkerumun di jaring tersebut. Ketika anak-anaknya sedang berkerumun, induk Amourobius ferox menghampirinya dan berdiri di atas anak-anaknya. Lalu sang induk mulai menekan-nekan anaknya dengan tubuhnya sendiri, anak-anaknya mulai menaiki badan induknya. Awalnya terlihat lambat, tapi dalam waktu cukup singkat anak-anaknya mulai berkerumun di atasnya. Hal ini dilakukan sang induk untuk membangkitkan naluri pemangsa anak-anaknya. Dengan cara ini pulalah, sang induk meberi makan anaknya yang mulai tumbuh itu dan ia pun menjadi mangsa pertama dari anak-anaknya. Pada saat itu juga, mereka (anak laba-laba Amourobius ferox) mulai menjadi pemangsa. Anak laba-laba tidak perlu belajar apa pun untuk menjadi pemangsa. Sama seperti induknya, semua sudah tersimpan dalam gen mereka. Setelah makan, mereka akan menghadapi dunia luar dengan naluri pembunuhnya.

3. KucingBagi hewan lain, menjadi pemangsa perlu lebih dari sekadar naluri pembunuh yang tajam. Di padang rumput di musim panas, kucing peternakan tengah berburu. Rumputnya tinggi, maka ia mengenali mangsanya melalui suara dan bau. Tak lama kemudian kucing tersebut Nampak sedang mengamati sesuatu, rumput-rumput bergerak sepertinya ada tikus di suatu tempat di padang rumput tersebut. Jika ada yang bisa menangkapnya, kucing inilah yang bisa. Bahkan setelah ribuan tahun dipelihara dalam rumah. Kucing masih memiliki gen pemangsa di tubuhnya. Seperti laba-laba, kucing ini juga mempunyai naluri pembunuh. Tanpa suara, waspada, luar

Page 3: Ekwan

biasa penuh keseimbangan. Hewan cerdik ini dari moyang pembunuh. Ia mengintai korbannya. Tak lama kemudian, kucing pun mulai bergerak, berlari dan melompat menyerang mangsanya. Namun hal ini tidak selalu berhasil, mangsanya lolos dari terjangan kucing. Kucing dewasa itu pun kembali ke sarangnya, di ruang penyimpanan jerami. Rupanya kucing tersebut memiliki tiga ekor bayi. Bayi kucing ini umurnya baru satu hari. Tanpa sang induk mereka tidak berguna. Dengan usianya yang baru satu hari, mereka tidak bisa berjalan bahkan mata mereka pun belum terbuka. Seperti halnya anak laba-laba, mereka terlalu kecil untuk menjadi pemangsa. Walaupun demikian, pertumbuhan dari bayi kucing tergolong cepat, dalam kurun waktu tiga minggu mereka akan menjadi predator mini. Inilah perbedaan antara laba-laba dan kucing. Meski secara fisik bayi kucing kini sudah tumbuh besar, program pemangsanya belum lengkap. Sekaranglah waktunya sang induk mengembangkan pikiran anak-anaknya. Pertama-tama naluri mereka membuat mereka ingin tahu. Naluri membuat mereka bermain. Bermain menghubungkan tubuh dengan pikiran. Mereka mulai terlihat seperti pemangsa, menjadi lebih focus, cepat, waspada. Pada tahap ini peaturannya sederhana, “tangkap apa saja yang bergerak”. Setelah itu, mereka bisa berada di mana saja dan apa pun bisa jadi mangsa. Seperti contohnya yaitu menangkap bulu yang terbang atau batu yang menggelinding, setidaknya bermulai dari tahap ini mereka kini memiliki ketertarikan untuk menangkap sesuatu. Namun, kucing tidak bisa hidup dari bulu dan batu. Naluri sederhana itu memerlukan focus. Kemudian datanglah sang induk yang baru saja kembali dari perburuannya. Sang induk pun kembali dengan membawa mangsanya yang sudah mati. Inilah focus baru permainan anak kucing. Di tempat lain, salah satu dari anak kucing sedang ‘bermain’ bersama seekor tikus. Ia mendapatkan apa yang ditangkap, contoh mangsa dari dunia luar. Dari sini, sang induk memprogramkan mesin pemangsa para anak-anaknya, menyiapkan untuk perburuan, mengembangkan indera penglihatan, pembau, perasa, dan pengecap inilah yang harus dimakan. Tahap berikutnya, menggunakan mangsa yang masih hidup. Kini pikiran mulai terpusat pada mangsa yang lebih spesifik lagi. Anak kucing mulai mempelajari beberapa hal dari mangsanya, seperti seberapa cepat mangsnya bergerak, bagaimana ia bergerak, dan bagaimana cara untuk menangkapnya. Tanpa latihan, anak kucing tidak akan bisa menjadi pemburu yang baik. Tahap berikutnya yaitu ke lapangan untuk latihan, latihan merupakan hal yang tidak bisa diberikan dari naluri dasar. Sang induk mulai bergerak, memberikan pelajaran berburu dengan berjalan di padang rumput cara mengendap-endap agar tidak diketahui mangsanya. Seekor anaknya pun mulai mengikuti gerakan dari sang induk. Seekor pemangsa berburu, dipenuhi naluri yang terpasang dengan baik melalui belajar. Anak kucing itu pun mulai belajar berburu, kini gerakannya sudah terlihat lebih waspada, berhati-hati dan focus pada mangsa buruanya. Ketika sudah dekat jaraknya dengan mangsa yang diburu, anak kucing tersebut mulai melompat untuk menangkap mangsanya, sesuatu yang bergerak. Rupanya anak kucing itu sedang mencoba menangkap seekor kupu-kupu dengan sayap berwarna putih. Namun sayang, kupu-kupunya berhasil meloloskan diri dari tangkapan si anak kucing. Dunia luar yang penuh kejutan. Anak-anak kucing tidak bisa bersiap untuk semua hal. Sebelumnya saat berlatih dengan tikus, ia dapat menahan lebih lama. Hal ini mungkin karena ukuran antara kupu-kupu dan tikus yang berbeda. Jadi secara tidak sengaja, kupu-kupunya pun berhasil terbang bebas kembali. Bukanlah predator jika menyerah begitu saja, anak kucing masih melihat kalau mangsanya yang bergerak itu masih ada di sekitarnya. Sepertinya ia masih bisa menangkapnya, anak kucing pun mulai melompat untuk menangkap mangsanya yang terbang di atasnya. Itulah keindahannya belajar. Tak hanya dengan sang induk, tapi lain kali ia akan lebih

Page 4: Ekwan

mengerti dan lebih siap untuk menangkap mangsanya. Sebagai hewan dewa, belajar bisa meningkatkan hidup pemangsa.

4. Burung heron hijau vs ikanIni seekor heron hijau. Dalam pikirannya hanya ada satu hal yaitu ikan. Heron hijau merupakan burung kecil yang tidak bisa masuk terlalu jauh ke dalam air. Namun ikan umumnya tidak suka dengan air dangkal, ikan lebih banyak dan menyukai berenang di air yang lebih dalam. Hal ini juga berguna untuk menghindari diri dari pemangsanya seperti burung heron hijau ini. Karena itulah burung heron hijau harus berdiam diri untuk mendapatkan apa yang ada dipikirannya, sama halnya dengan seorang pemancing. Kesabaran dan kecepatan yang diseimbangkan dengan baik. Ketika ia melihat ada ikan yang berenang di dekatnya, ia mulai bergerak cepat memasukkan paruhnya ke air untuk menangkap ikan tersebut, tapi ikan itu rupanya bergerak dengan cepat pula. Alhasil, burung heron hijau gagal mendapatkan mangsanya. Burung heron hijau tetap berusaha untuk mendapatkan ikannya. Seandainya burung heron dapat mengubah kelebihannya, satu detik lebih cepat untuk menangkap ikan secara tidak terduga. Burung heron hijau ini juga memiliki kelebihan yang lain, yaitu kepandaian. Ia telah belajar tipuan yang menakjubkan. Ketika sedang berburu, ia melihat ada dua anak kecil di pinnggir kolam. Mereka sedang memberi makan bebek potongan-potongan kecil roti. Mereka melemparkan potongan roti itu ke kolam. Tidak jauh dari kerumunan bebek, rupanya di bawah permukaan air juga ada spesies lain yang ikut memakan roti-roti tersebut. ikan-ikan pun memakan roti yang masuk ke dalam air. Peristiwa ini direkam dan dipelajari oleh burung heron hijau, karena kepandaiannya maka burung heron hijau menyusun rencana perburuan yang lain. Burung heron hijau pun berjalan menuju tepi kolam, tempat anak-anak kecil memberi makan bebek. Lalu ia mengambil beberapa potong roti tersebut dan membawa ke suatu bagian kolam yang sepi. Kemudian ia mulai memancing ikan dengan potongn roti yang ia bawa. Umpan pertamanya sudah diletakkan, tapi tidak ada seekor ikan pun yang datang. Lalu ia meletakkan umpannya tersebut lebih jauh lagi agar ikan berani menghamiprinya. Namun, letaknya pun tidak boleh terlalu jauh, apalagi jika sudah melebihi jangkauan area tangkapannya. Jika demikian, ia pun tidak dapat menangkap ikannya. Sekiranya jarak roti itu sudah cukup jauh darinya tapi masih bisa ia jangkau, ia meletakkan umpannya tersebut lalu berdiam diri. Ikan-ikan mulai mendekat, burung heron hijau mulai bersiap untuk menangkap cepat ikan dengan paruhnya. Ia berhasil mendapatkan apa yang diinginkannya, ia berhasil menangkap ikan tersebut dan mulai menelannya bulat-bulat. Namun, kepandaiannya belum cukup baik, karena pengetahuan yang ia dapatkan hanya ia yang mengerti. Ketika ia mati, maka pengetahuan akan berburunya tersebut juga akan mati. Seharusnya untuk mendapatkan hasil terbaik dari belajar, pengetahuan harus diberikan. Seperti yang dilakukan oleh ikan paus pembunuh.

5. Ikan Paus Pembunuh vs Singa LautDi sebuah pantai, nampak seekor paus pembunuh sedang menangkap buruannya yaitu singa laut. Ikan paus pembunuh secara luar biasa belajar untuk menepi untuk memangsa. Singa laut adalah mangsa mereka. Di laut terbuka, di mana mereka makan, mereka cepat dan tangkas, serta sulit ditangkap mereka yaitu singa laut. Di darat, tempat mereka berkembang biak, mereka berada di luar jangkauan dan aman. Namun saat daratan dan laut bertemu, keadaan berbalik. Di perbatasan pantai yang pendek ini, ikan paus pembunuh memanfaatkan keadaan. Bagi seekor snga laut, zona selancar adalah zona berbahaya. Ketika bergerak dari laut menuju

Page 5: Ekwan

daratan, renang indah menjadi gerakan yang sulit dilakukannya. Mereka pun akhirnya justru jadi berkumpul di pantai. Mereka hanya melambat sedikit dan waktu yang sedikit inilah yang dimanfaatkan oleh ikan paus pembunuh. Ikan dengan berat 6.5 ton dan kecepatan renangnya 25 mil/jam, ia melintas di atas gelombang tubuhnya sendiri dan keuntungannya merupakan sebuah momentum untuk mendapatkan mangsanya. Jika gagal, ia akan berbalik dan meregangkan tubuh mulai menjauhi pantai dan kembali ke habitatnya. Ikan paus tidak terlahir untuk memangsa, ia membutuhkan waktu lebih dari 40 tahun untuk belajar menjadi predator. Di tempat lain, ada seekor anak paus pembunuh berusia lima tahun sedang belajar untuk menepi, ia berenang perlahan ke zona selancar. Tidak seperti heron, ia tidak harus belajar senidrian. Ia ditemani oleh induknya yang lebih berpengalaman. Sang induk mendampingi anaknya dan menunjukkan caranya. Menepi adalah hal yang berbahaya. Ia tahu ada batas tipis antara jarak yang tak terlalu jauh dan tidak tersangkut. Anak ikan paus pembunuh takut pada laut dangkal sehingga sang induk harus mendorongnya hingga ke pantai. Sang induk terlihat mengajari anaknya secara aktif, untuk menenangkan anaknya itu sang induk berenang mengitarinya dan membantunya keluar dari pantai. Anak ikan paus harus belajar dan bisa caranya menepi dan melaut. Kini ia siap untuk tahap selanjutnya yaitu menangkap mangsa sebenarnya dan tetap didampingi oleh induknya. Pada video ini juga diperlihatkan perburuan pertama yang dilakukan oleh anak paus, ia berhasil menangkap mangsanya yaitu singa laut dengan didampingi oleh induknya. Sang induk mendorong anak dan mangsanya kembali ke laut yang lebih dalam. Inilah yang berbeda dari burung heron hijau dengan ikan paus pembunuh. Induk ikan paus pembunuh memberikan pengetahuan berburunya pada generasi berikutnya. Anak ikan paus pun kini bergabung dengan tradisi menepi. Di zona selancar banyak yang bisa diburu dari sekadar menepi untuk memangsa. Singa laut di Argentina terlindung dari serangan ikan paus oleh karena adanya karang pantai. Sebenarnya ada jalan masuk yaitu kanal, tapi hanya cukup dalam bila sedang terjadi pasang tinggi. Dari osenografi dapat dilihat bahwa dari atas kanal itu merupakan jalan dari laut untuk singa laut. Ternyata ada sekelompok ikan paus yang telah mengenal kanal tersebut selama beberapa generasi dan mereka pun telah belajar bagaimana memanfaatkannya. Tepat dua jam sebelum psang tinggi, paus mengambil posisi di luar karang. Dan pada saat itu pula, bagi singa laut perlindungan telah hilang dan ikan paus mulai beraksi. Ada seekor induk ikan paus pembunuh dan dua ekor paus muda yang sudah cukup umur untuk latihan tingkat akhir yaitu berburu dalam kelompok. Pertama mereka mulai memasuki kanal. Ikan paus memiliki sonar untuk menandai mangsanya tapi singa laut memiliki pendengaran yang sangat baik dan ikan paus pun harus ‘menonaktifkan sonarnya’ ketika memasukki kanal. Tak lama kemudian mereka sudah berada dalam jarak serang pantai, hanya 50 meter dari zona selancar dan mereka pun menunggu di sana. Penglihatan mereka tidak cukup bagus, jadi mereka menggunakan pendengarannya. Singa laut pun mulai bergerak ke wilayah makan dan ikan paus mendengar pergerakan mereka sedang berada di zona selancar. Ikan paus bisa membedakan singa laut dewasa dan anaknya dari jarak 50 meter. Anak singa laut yang ceroboh tidak menyadari bahaya yang mengintai mereka. Sekelompok ikan paus bergerak ke pantai, ikan paus betina beraksi lebih dulu. Pelindungnya yaitu induknya berada sangat dekat dengannya, dan perburuan tingkat tinggi bagi paus muda pun dimulai. Sebuah formasi menyerang, singa laut digiring menuju ikan paus dewasa dan tentu saja tidak ada jalan keluar bagi anak singa laut. Mereka mengurung mangsanya di zona selancar. Ketika paus muda berburu dengan induknya, mereka belajar kesempurnaan. Kini pengetahuannya pun berhasil diterapkan dengan baik. Pengalaman berburu selama 40 tahun dipindahkan

Page 6: Ekwan

ke generasi berikutnya. Inilah kelebihan dari ikan paus pembunuh. Seperti halnya simpanse, mereka memang dilahirkan dengan kemampuan untuk belajar keterampilan baru dari yang lainnya. Ketika ikan paus mati, pengetahuanya selama bertahun-tahun tetap hidup dalam sebuah GENERASI PEMBUNUH ALAMI.

Kesimpulan:Induk Amourobius ferox, laba-laba kebun sangat telaten dalam menjaga keselamatan anak-anaknya bahkan ia rela mengorbankan dirinya menjadi santapan pertama dari anak-anaknya. Hal ini dilakukan agar anak-anaknya dapat mempraktekan cara berburu mangsa yang benar dan tentunya untuk membangkitkan naluri pembunuh mereka.

CARI :Predator adalahGambar perburuan oleh simpanse, Amourobius ferox, kucing peternakan, dan Paus pembunuh.