eksperimentasi model pembelajaran kooperatif tipe · adalah instrumen angket minat belajar...

148
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA MATERI FAKTORISASI SUKU ALJABAR SISWA KELAS VIII SMP DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA TESIS Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Matematika Oleh: Yudom Rudianto NIM S851008057 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Upload: dinhhuong

Post on 02-Mar-2019

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DAN STUDENT TEAMS

ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) PADA MATERI

FAKTORISASI SUKU ALJABAR

SISWA KELAS VIII SMP DITINJAU DARI

MINAT BELAJAR SISWA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister

Program Studi Pendidikan Matematika

Oleh:

Yudom Rudianto

NIM S851008057

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2012

Page 2: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 3: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRAK

Yudom Rudianto. S851008057. Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Student Teams Achievement Division (STAD) pada Materi Faktorisasi Suku Aljabar Siswa Kelas VIII SMP Ditinjau dari Minat Belajar Siswa. Pembimbing I: Dr. Riyadi, M.Si. Pembimbing II: Drs. Gatut Iswahyudi, M.Si. Tesis: Program Studi Magister Pendidikan Matematika. Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Manakah yang memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau model pembelajaran kooperatif tipe STAD, (2) Manakah yang memiliki prestasi belajar matematika lebih baik, siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah, minat belajar matematika sedang, atau minat belajar matematika tinggi, (3) Pada kelompok siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, manakah yang memiliki prestasi belajar matematika lebih baik, siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah, minat belajar matematika sedang, atau minat belajar matematika tinggi, (4) Pada kelompok siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, manakah yang memiliki prestasi belajar matematika lebih baik, siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah, minat belajar matematika sedang, atau minat belajar matematika tinggi, (5) Pada kelompok siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah, model pembelajaran kooperatif manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, NHT atau STAD, (6) Pada kelompok siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang, model pembelajaran kooperatif manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, NHT atau STAD, (7) Pada kelompok siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi, model pembelajaran kooperatif manakah yang memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, NHT atau STAD.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental semu dengan desain faktorial 2x3. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri di Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2011/2012. Pengambilan sampel dilakukan secara stratified cluster random sampling. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 240 siswa dengan rincian 120 siswa pada kelas eksperimen satu dan 120 siswa pada kelas eksperimen dua. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket minat belajar matematika siswa meliputi validitas isi, konsistensi internal, dan reliabilitas. Uji coba instrumen tes prestasi belajar matematika siswa meliputi validitas isi, tingkat

Page 5: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas. Uji prasyarat meliputi uji normalitas populasi menggunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas variansi populasi menggunakan metode Bartlett. sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan mempunyai variansi yang homogen. Uji keseimbangan terhadap data kemampuan awal matematika dengan menggunakan uji-t diperoleh simpulan bahwa kedua kelas eksperimen mempunyai kemampuan awal matematika yang seimbang. Pengujian hipotesis menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama.

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis, diperoleh simpulan bahwa (1) Tidak terdapat perbedaan efek model pembelajaran NHT dan model pembelajaran STAD terhadap prestasi belajar matematika, (2) Siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah, siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah, dan siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama baik dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi, (3) Pada kelompok siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah, siswa yang memiliki minat belajar matmatika rendah memiliki prestasi belajar matematika yang sama baik dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi, dan siswa yang memiliki minat belajar sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama baik dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi, (4) Pada kelompok siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah memiliki prestasi belajar matematika yang sama baik dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang, siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah, dan siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang sama baik dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang, (5) Pada kelompok siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah, model pembelajaran kooperatif NHT dan model pembelajaran kooperatif STAD memberikan prestasi belajar matematika yang sama baik, (6) Pada kelompok siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang, model pembelajaran kooperatif NHT dan model pembelajaran kooperatif STAD memberikan prestasi belajar matematika yang sama baik, (7) Pada kelompok siswa yang memiliki minat belajar matematika

Page 6: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tinggi, model pembelajaran kooperatif NHT dan model pembelajaran kooperatif STAD memberikan prestasi belajar matematika yang sama baik.

Kata kunci: NHT, STAD, Minat Belajar Matematika, Prestasi Belajar Matematika

Page 7: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ABSTRACT

Yudom Rudianto. S851008057. An Experimental Study of Cooperative Learning Model Type of Numbered Heads Together (NHT) and Student Teams Achievement Division (STAD) in Factorization of Algebra Material for the Eight Years Students of Junior High Learning Interest. First Advisor: Dr. Riyadi, M.Si. Second Advisor: Drs. GatutIswahyudi, M.Si. Thesis: Mathematics Master of Education Program. Post Graduate Program of Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 2012.

The purpose of this research is to know: (1) which one is giving better mathematics learning achievement, whether cooperative learning model NHT or cooperative learning model STAD, (2) which one are having better learning achievement in mathematics, whether students having low-learning interest in mathematics, moderate-learning interest in mathematics, or high-learning interest in mathematics, (3) For the group of students who taught by using cooperative learning model NHT with visual aid, which one are having better learning achievement in mathematics, whether low-learning interest students, moderate-learning interest students, or high-learning interest students, (4) For the group of students who taught by using cooperative learning model STAD, which is are having better learning achievement in mathematics, whether low-learning interest students, moderate-learning interest students, or high-learning interest in mathematics, (5) For the group of students having low-learning interest in mathematics, which one is giving better learning achievement in mathematics, whether NHT or STAD, (6) For the group of students having moderate-learning interest in mathematics, which one is giving better learning achievement in mathematics, whether NHT or STAD, (7) For the group of students having high-learning interest in mathematics, which one is giving better learning achievement in mathematics, whether NHT or STAD.

This research is pre experimental research with 2x3 factorial design. The population of this research is the eight years students of junior high school in Klaten in the academic year of 2011/2012. In this research, the writer use stratified cluster random sampling. The sample of this research consists with 240 students, 120 students in first experimental class and 120 students in second experimental class. This research use two kinds of test instrument, they are

achievement test in learning mathematics. The try-out of questionnaire in

internal consistency, and reliability. The try-out of learning achievement test

Page 8: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

posses four qualities, they are: validity, level of difficulty, discrimination power, and reliability. Prerequisite test consist with the normality of population by using Lilliefors method and homogeneity variance of population by using Bartlett method. As .05, the conclusion is the sample based on population which have normal distribution and homogeneity variance

T- capability in mathematics, and the conclusion is both experiment class are having a balance basic capability in mathematics. The hypothesis test uses two ways variance analysis with two different cells.

Based on the result of hypothesis test, the conclusions are: (1) there is no different effect on NHT learninlearning achievement in mathematics, (2) students having moderate-learning interest in mathematics have better learning achievement than students having low-learning interest in mathematics, students having high-learning interest have better learning achievement than students having low-learning interest, and students having moderate-learning interest have the same learning achievement with high-learning interest students, (3) for the group of students who taught by using cooperative learning model NHT, students having moderate-learning interest have better learning achievement in mathematics than students having low-learning interest, students having low-learning interest having the same learning achievement with high-learning interest students, and students having moderate-learning interest have the same learning achievement with high-learning interest students, (4) for the group of students who taught by using cooperative learning model STAD, low-learning interest students have the same learning achievement with moderate-learning interest students, students having high-learning interest have better learning achievement than students having low-learning interest, and students having high-learning interest have the same learning achievement with students having moderate-learning interest in mathematics, (5) for the group of students with low-learning interest in mathematics, cooperative learning model NHT and cooperative learning model STAD giving the same learning achievement in mathematics, (6) for the group of students with moderate-learning interest in mathematics, cooperative learning model NHT and cooperative learning model STAD giving the same learning achievement in mathematics, (7) for the group of students with high-learning interest in mathematics, cooperative learning model NHT and cooperative learning model STAD giving the same learning achievement in mathematics.

Key words: NHT, STAD, learning interest in mathematics, learning achievement in mathematics

Page 9: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

DAFTAR ISI

halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii

ABSTRAK ....................................................................................................... xviii

ABSTRACT .......................................................................................................... xx

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 10

C. Pemilihan Masalah .................................................................................. 13

D. Pembatasan Masalah ............................................................................... 14

E. Rumusan Masalah ................................................................................... 17

F. Tujuan Penelitian .................................................................................... 19

G. Manfaat Penelitian .................................................................................. 20

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR. ....................................... 21

A. Tinjauan Pustaka. .................................................................................... 21

1. Pembelajaran Matematika ................................................................ 21

a. Matematika ................................................................................ 21

b. Pembelajaran ............................................................................. 23

Page 10: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Prestasi Belajar Matematika ...................................................... 29

2. Model Pembelajaran ......................................................................... 31

3. Model Pembelajaran Kooperatif ...................................................... 33

4. Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT ...................................... 37

5. Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD .................................... 43

6. Minat Belajar Siswa pada Pelajaran Matematika ............................. 48

7. Alat Peraga ....................................................................................... 54

a. Pengertian Alat Peraga .............................................................. 54

b. Tujuan Penggunaan Alat Peraga ............................................... 56

c. Persyaratan Alat Peraga ............................................................ 59

d. Pemilihan Alat Peraga ............................................................... 60

e. Kegagalan Alat Peraga .............................................................. 61

8. Langkah Pembelajaran Kooperatif ................................................... 61

B. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 64

C. Kerangka Pikir ........................................................................................ 67

D. Hipotesis Penelitian ................................................................................. 70

BAB III METODE PENELITIAN...................................................................... 72

A. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian .................................................. 72

1. Tempat dan Subyek Penelitian ......................................................... 72

2. Waktu Penelitian .............................................................................. 72

B. Jenis dan Desain Penelitian ..................................................................... 73

1. Pendekatan Penelitian ...................................................................... 73

2. Rancangan Penelitian ....................................................................... 74

Page 11: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .............................. 75

1. Populasi ............................................................................................ 75

2. Sampel .............................................................................................. 75

3. Teknik Pengambilan Sampel ............................................................ 76

D. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 78

1. Variabel Penelitian ........................................................................... 78

a. Variabel Bebas .......................................................................... 78

b. Variabel Terikat ........................................................................ 79

2. Metode Pengumpulan Data .............................................................. 79

a. Metode Dokumentasi ................................................................ 80

b. Metode Angket .......................................................................... 80

c. Metode Tes ................................................................................ 81

3. Uji Coba Instrumen Angket Minat Belajar Matematika .................. 81

a. Uji Validitas .............................................................................. 82

b. Uji Konsistensi Internal............................................................. 83

c. Uji Reliabilitas .......................................................................... 83

4. Uji Coba Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika ..................... 84

a. Uji Validitas .............................................................................. 84

b. Uji Tingkat Kesukaran .............................................................. 85

c. Uji Daya Pembeda..................................................................... 85

d. Uji Reliabilitas .......................................................................... 86

E. Teknik Analisa Data ................................................................................ 87

1. Uji Prasyarat Analisis ....................................................................... 87

Page 12: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Uji Homogenitas Variansi Populasi .......................................... 87

b. Uji Normalitas ........................................................................... 88

2. Uji Keseimbangan ............................................................................ 89

3. Uji Hipotesis ..................................................................................... 90

4. Uji Lanjut Pasca Anava .................................................................... 95

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 100

A. Hasil Penelitian ...................................................................................... 100

1. Hasil Uji Coba Instrumen ................................................................ 100

a. Uji Coba Instrumen Angket Minat Belajar Siswa.................... 100

1) Validitas Isi ....................................................................... 100

2) Konsistensi Internal........................................................... 101

3) Reliabilitas ........................................................................ 102

4) Penetapan Instrumen Angket Minat Belajar Matematika

Siswa ................................................................................. 102

b. Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa .................. 103

1) Validitas Isi ....................................................................... 103

2) Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal ..................................... 104

3) Uji Daya Pembeda ............................................................ 104

4) Uji Reliabilitas .................................................................. 105

5) Penetapan Instrumen Tes Prestasi Beljar Siswa ............... 106

2. Deskripsi Data Kemampuan Awal .................................................. 106

3. Uji Keseimbangan ........................................................................... 107

a. Uji Homogenitas ...................................................................... 107

Page 13: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Uji Normalitas .......................................................................... 107

c. Hasil Uji Keseimbangan .......................................................... 108

4. Deskripsi Data Penelitian ................................................................ 109

a. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa.................................. 109

b. Data Skor Minat Belajar Siswa ................................................ 110

5. Uji Prasyarat untuk Pengujian Hipotesis ......................................... 111

a. Uji Homogenitas Variansi Data Nilai Prestasi Belajar Siswa .. 111

b. Uji Normalitas Data Nilai Prestasi Belajar Siswa .................... 112

6. Uji Hipotesis Penelitian ................................................................... 113

a. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama .............................. 113

b. Uji Komparasi Ganda ............................................................... 115

1) Uji Komparasi Rerata Antar Kolom ................................. 115

2) Uji Komparasi Rerata Antar Sel ....................................... 116

B. Pembahasan Hasil Analisis Data ............................................................ 117

1. Hipotesis Pertama ............................................................................ 117

2. Hipotesisi Kedua ............................................................................. 118

3. Hipotesisi Ketiga ............................................................................. 119

4. Hipotesis Keempat .......................................................................... 119

5. Hipotesisi Kelima ............................................................................ 120

6. Hipotesisi Keenam .......................................................................... 121

7. Hipotesisi Ketujuh ........................................................................... 122

C. Kelemahan Penelitian............................................................................. 123

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ..................................... 125

Page 14: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

A. Kesimpulan ............................................................................................ 125

B. Implikasi ................................................................................................. 127

C. Saran ....................................................................................................... 127

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 129

LAMPIRAN ....................................................................................................... 133

Page 15: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan

tersusunnya Kurikulum pada Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) jenjang

pendidikan dasar dan menengah dengan mengacu kepada standar isi dan

standar kompetensi lulusan serta berpedoman pada panduan yang disusun oleh

Badan Standar Nasional Pendidikan. Salah satu mata pelajaran yang diajarkan

dari jenjang sekolah dasar sampai jenjang perguruan tinggi adalah

matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang

memegang peranan dalam dunia modern yang berhubungan dengan

perkembangan ilmu dan teknologi. Matematika mempunyai peranan yang

sangat penting dalam berbagai disiplin ilmu lain dan memajukan daya pikir

manusia. Sampai saat ini matematika menjadi kajian secara terus menerus, hal

ini sejalan dengan kenyataan bahwa matematika merupakan momok bagi

sebagian siswa. Bahkan tidak jarang, matematika menjadi kambing hitam dari

berbagai kegagalan dalam pendidikan antara lain dalam Ujian Nasional.

Rendahnya penguasaan matematika oleh pelajar di Indonesia

tercermin dari rendahnya prestasi siswa Indonesia di ajang internasional.

Berdasarkan skor matematika rata-rata internasional pada Trend In

International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2003, Indonesia

Page 16: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

berada pada peringkat 34 dari 45 negara peserta dengan skor rata-rata sebesar

411, jauh dari skor rata-rata internasional yang sebesar 466, sedangkan pada

TIMSS tahun 2007 yang meliputi ruang lingkup materi bilangan sebesar 30%,

aljabar sebesar 30%, geometri sebesar 20%, dan peluang sebesar 20%,

Indonesia berada pada peringkat 36 dari 48 negara peserta dengan skor rata-

rata sebesar 397 dari skor rata-rata international sebesar 500 (Puji Iryanti,

2009: 2-3). Berdasarkan data TIMSS tahun 2007 tersebut, skala matematika

TIMSS-Benchmark Internasional menempatkan kemampuan matematika

siswa Indonesia berada pada skala rendah (peringkat bawah), siswa Malaysia

berada pada skala antara menengah dan tinggi (peringkat tengah), dan siswa

Singapura berada pada skala lanjut (peringkat atas) (Fadjar Shadiq, 2007: 1-2).

Berdasar pada data TIMSS tersebut, kemampuan matematika siswa Indonesia

lebih rendah dibandingkan kemampuan matematika siswa negara-negara

tetangga, seperti Malaysia dan Singapura.

Bagi siswa SMP, hasil Ujian Nasional digunakan sebagai salah satu

syarat seleksi masuk SMA, akan tetapi berdasarkan fakta di atas, dan dari data

yang dikeluarkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan bahwa pada tahun

2010 tingkat kelulusan SMP menurun dari 95,05 % pada tahun 2009 menjadi

hanya 90,27 % pada tahun 2010 sehingga ada sebanyak 350.798 siswa SMP

yang mengikuti ujian ulangan, serta sebagian besar siswa SMP gagal dalam

Ujian Nasional pada mata pelajaran matematika, hal ini secara implisit berarti

bahwa banyak siswa yang gagal dalam memahami topik-topik dalam

matematika (Badan Standar Nasional Pendidikan, 2010). Pendapat umum di

Page 17: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Indonesia menyatakan bahwa pendidikan belum memberikan hasil seperti

yang diharapkan karena beberapa faktor, antara lain guru yang kurang

kompeten, dari model pembelajaran yang digunakan, metode mengajar,

maupun kelengkapan sarana dan prasarana.

Salah satu indikator kegagalan siswa dalam memahami topik

matematika ini dapat ditemukan salah satunya di Kabupaten Klaten Propinsi

Jawa Tengah. Hal ini dapat dilihat dari data prestasi belajar matematika siswa

SMP yang ada di Kabupaten Klaten pada Ujian Nasional tahun pelajaran

2009/2010, seperti disajikan pada tabel berikut:

Tabel 1.1. Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP pada Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010

Tingkat

Komponen

Kabupaten Klaten

Propinsi Jawa Tengah

Nasional

Rerata 6,64 6,70 7,29

Nilai tertinggi 10,00 10,00 10,00

Nilai terendah 1,00 0,50 0,25

Simpangan baku 1,67 1,71 1,60

(Sumber: Badan Standar Nasional Pendidikan)

Salah satu materi yang harus dikuasai oleh siswa kelas IX SMP adalah

pokok bahasan faktorisasi suku aljabar di mana materi tersebut mulai

diberikan pada saat siswa berada pada kelas VIII SMP. Pokok bahasan

(standar kompetensi) faktorisasi suku aljabar ini terdiri dari 6 kompetensi

dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Berdasarkan angket yang diisi oleh

anggota MGMP di beberapa kabupaten di Propinsi Jawa Tengah pada waktu

dilaksanakan kegiatan monitoring dan evaluasi program Better Education

Page 18: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Through Reformed Management and Universal Teacher Upgrading

(BERMUTU) tahun 2010 oleh Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan

Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika Yogyakarta,

materi faktorisasi suku aljabar khususnya pemfaktoran bentuk aljabar masih

sulit dipahami siswa dan menjadi permasalahan dalam proses pembelajaran

bagi guru, hal ini dimungkinkan karena sulitnya guru menyampaikan materi

ini dengan melibatkan siswa secara aktif, dan sulitnya guru menemukan

metode mengajar serta model pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan

materi ini.

Hal tersebut menyebabkan prestasi belajar matematika siswa pada

materi faktorisasi suku aljabar cenderung kurang memuaskan. Hal ini

dipertegas oleh hasil analisis daya serap siswa SMP di Kabupaten Klaten pada

Ujian Nasional tahun pelajaran 2009/2010. Hasil analisis daya serap terhadap

dua dari tiga kemampuan yang berkaitan dengan materi faktorisasi suku

aljabar yang diujikan pada Ujian Nasional tahun pelajaran 2009/2010

menunjukkan bahwa penguasaan konsep faktorisasi suku aljabar oleh siswa

SMP di Kabupaten Klaten masih rendah.

Rendahnya penguasaan konsep siswa SMP di Kabupaten Klaten

terhadap dua dari tiga kemampuan yang berkaitan dengan materi faktorisasi

suku aljabar yang diujikan pada Ujian Nasional tahun pelajaran 2009/2010

disajikan pada tabel berikut:

Page 19: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 1.2. Penguasaan Konsep Siswa SMP di Kabupaten Klaten Terhadap Dua Kemampuan yang Berkaitan dengan Materi Faktorisasi

Suku Aljabar yang Diujikan pada Ujian Nasional Tahun Pelajaran 2009/2010

No. Soal

Kemampuan yang Diuji

Persentase Penguasaan Konsep (dalam %)

Tingkat Rayon

Tingkat Propinsi

Tingkat Nasional

9. Menentukan hasil operasi (+,-,:,x) atau kuadrat bentuk aljabar.

66,74 68,43 78,55

10. Menyederhanakan bentuk pembagian bentuk aljabar dengan memfaktorkan.

53,89 60,59 76,39

(Sumber: Badan Standar Nasional Pendidikan)

Berdasarkan pada data analisis daya serap tersebut, persentase

penguasaan konsep siswa SMP di Kabupaten Klaten terhadap materi

faktorisasi suku aljabar lebih rendah dibandingkan persentase penguasaan

konsep siswa SMP di tingkat Propinsi Jawa Tengah maupun tingkat nasional.

Dengan demikian, sebagian besar siswa SMP di Kabupaten Klaten mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan konsep

faktorisasi suku aljabar.

Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa SMP di Kabupaten

Klaten dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan konsep

faktorisasi suku aljabar dimungkinkan karena konsep-konsep tentang materi

tersebut belum benar-benar dikuasai oleh siswa. Kesulitan-kesulitan tersebut

hanya dikerjakan sendiri tanpa dikomunikasikan dengan siswa lain atau guru

matematika yang mengajar. Selain itu, sebagian besar guru matematika masih

menerapkan model pembelajaran konvensional, yaitu dengan

menginformasikan rumus matematika kepada siswa, dilatihkan melalui latihan

Page 20: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

soal, dan diakhiri dengan memberikan tugas rumah. Secara garis besar, selama

kegiatan pembelajaran, guru aktif menyampaikan informasi di depan kelas,

sedangkan siswa hanya menyimak, mencatat, dan mengerjakan latihan soal.

Hal ini membuat siswa cenderung pasif dan hanya menerima penjelasan dari

guru. Kondisi ini menyebabkan tujuan pembelajaran cenderung tidak tercapai

secara optimal.

Selama ini, proses pendidikan masih didominasi oleh pandangan

bahwa pengetahuan sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal.

Pengajaran masih berpusat pada guru sebagai satu-satunya narasumber

pengetahuan. Pandangan seperti ini tentu saja harus diubah. Salah satu upaya

untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang dapat dilakukan oleh guru

adalah melalui kualitas pembelajaran. Perbaikan kualitas pembelajaran dapat

dilakukan melalui peningkatan kemampuan guru, serta kemauan guru

melakukan inovasi dalam pembelajaran. Inovasi dalam pembelajaran ini

penting dikarenakan setiap siswa mempunyai cara sendiri untuk mengerti

pelajaran matematika, dan cara yang cocok untuk mengkonstruksikan bahan

matematika yang kadang berbeda dengan teman-teman yang lain. Sehubungan

dengan hal itu, setiap siswa dimungkinkan untuk mencoba bermacam-macam

cara belajar yang sesuai. Dengan demikian sangat penting bagi guru untuk

dapat menggunakan ataupun menciptakan bermacam-macam metode

mengajar, maupun model pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk

memahami materi matematika.

Page 21: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Agar tujuan pembelajaran tercapai secara optimal, seorang guru harus

cermat dalam memilih suatu model pembelajaran yang akan diterapkan dalam

pembelajaran di kelas. Hal ini disebabkan karena setiap model pembelajaran

mempunyai spesifikasi tersendiri. Artinya, suatu model pembelajaran tertentu

mungkin cocok untuk diterapkan pada suatu karakteristik kelas tertentu,

namun belum tentu cocok untuk diterapkan pada karakteristik kelas yang lain.

Di antara model pembelajaran yang ada, salah satu model pembelajaran

inovatif yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas adalah model

pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran

kelompok yang menghendaki adanya kerja sama antar anggota kelompok

dalam mempelajari suatu konsep. Melalui model pembelajaran kooperatif,

diharapkan siswa secara aktif mengkonstruksi pemahamannya secara

berkelompok. Siswa secara kooperatif mengkonsultasikan kesulitan yang

dialaminya kepada siswa lain ataupun guru sehingga melalui model

pembelajaran kooperatif sangat dimungkinkan bagi siswa untuk dapat

mengatasi kesulitan-kesulitan tersebut.

Model pembelajaran kooperatif yang dapat membuat siswa saling

berinteraksi secara aktif antara lain adalah model pembelajaran kooperatif tipe

Numbered Heads Together (NHT) dan model pembelajaran kooperatif tipe

Student Teams Achievement Division (STAD). NHT dan STAD adalah contoh

model pembelajaran yang membagi siswa ke dalam beberapa kelompok yang

memberi kesempatan kepada anggotanya untuk saling membagi ide dan

Page 22: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu, model

pembelajaran ini dapat mendorong siswa untuk meningkatkan kerja sama

mereka dan meningkatkan aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan

melaporkan informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di

depan kelas sehingga model pembelajaran ini diharapkan cocok diterapkan

pada pembelajaran yang menekankan interaksi dan menuntut keaktifan siswa.

Perbedaan dari dua model pembelajaran ini adalah saat siswa

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, di mana NHT lebih ditekankan

pada penunjukkan siswa, sedangkan STAD lebih ditekankan untuk

menawarkan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi

kelompoknya.

Dengan adanya pembelajaran matematika di sekolah, diharapkan

siswa mampu menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam

kehidupan sehari-hari yang selanjutnya siswa dapat berpikir logis, kritis, dan

praktis, serta bersikap positif, dan berjiwa kreatif, maupun dapat membentuk

pola pikir siswa dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan. Akan tetapi,

pentingnya peranan matematika ternyata tidak didukung keberhasilan dalam

dunia pendidikan. Sebenarnya matematika tidak sepenuhnya merupakan

pelajaran yang sulit, hanya saja rasa takut terhadap matematika terkadang

menjadikan siswa kurang berminat untuk belajar matematika. Hal ini

dimungkinkan menjadi salah satu penyebab prestasi belajar matematika siswa

masih tergolong rendah.

Page 23: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan dan

Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPPTK) Matematika

unit Mathematics Playground pada tahun 2009 menyebutkan bahwa terdapat

perbedaan prestasi belajar pada siswa yang memiliki minat belajar yang

berbeda, namun hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasikan secara umum

karena sampel yang diambil hanya terdiri dari satu kelas siswa kelas VIII SMP

yang mengunjungi unit Mathematics Playground. Dari hasil penelitian ini,

dimungkinkan minat menjadi faktor penyebab perbedaan prestasi belajar

matematika.

Hal ini juga sejalan dengan kenyataan bahwa pada diri siswa sering

terjadi kejenuhan dalam belajar matematika. Untuk itu salah satu upaya yang

dapat dilakukan guru adalah dengan memanfaatkan alat peraga pembelajaran.

Dalam pemanfaatan alat peraga pembelajaran terkadang hanya untuk

verbalisme saja sehingga sifat alat peraga yang digunakan hanya sebagai alat

bantu siswa dan siswa hanya sebagai penonton dari alat peraga yang

digunakan. Oleh karena itu, alat peraga yang akan digunakan sebaiknya

bersifat sebagai alat bantu pembelajaran dan dapat meningkatkan partisipasi

siswa dalam proses pembelajaran. Alat peraga pembelajaran yang baik

diharapkan dapat mencakup aspek visual, auditif dan motorik, hal ini

bertujuan agar memudahkan siswa dalam belajar dan menanamkan konsep.

Dengan penggunaan alat peraga pembelajaran yang sesuai, diharapkan daya

tangkap siswa dan daya serap siswa pada usia SMP pada materi yang

diajarkan akan lebih mudah tercapai. Untuk mencapai hasil yang optimal

Page 24: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

seorang guru harus memiliki keterampilan untuk mendesain dan menggunakan

alat pembelajaran, serta siswa ikut dilibatkan secara aktif di dalam proses

mendapatkan rumus sehingga mampu menimbulkan sikap yang positif

terhadap matematika.

Berdasarkan permasalahan yang cukup kompleks di atas, maka jika

diidentifikasikan permasalahan selanjutnya yang mempengaruhi prestasi

belajar siswa, akan ditemukan masalah yang sedemikian kompleks, termasuk

adanya faktor-faktor yang tidak teridentifikasi tetapi ikut mempengaruhi

prestasi belajar siswa, sehingga diharapkan dari penelitian ini akan mampu

mengukur pengaruh minat belajar siswa, penggunaan model pembelajaran

yang tepat, serta penggunaan alat peraga pembelajaran untuk mengetahui

pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini penting dilakukan

karena materi aljabar sendiri memiliki banyak sub materi yang harus dipahami

oleh siswa, sehingga pemahaman mengenai materi faktorisasi suku aljabar

diharapkan dapat memperkuat pondasi belajar siswa dalam memahami materi-

materi selanjutnya.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka dapat

diidentifikasi beberapa masalah penelitian sebagai berikut:

1. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa, dimungkinkan karena

pemilihan model pembelajaran yang tidak tepat, di mana selama ini guru

cenderung menerapkan model pembelajaran konvensional yang belum

dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Terkait

Page 25: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan hal ini dapat diteliti apakah jika model pembelajaran yang

diterapkan oleh guru menjadi model pembelajaran kooperatif, maka

prestasi belajar matematika siswa akan menjadi lebih baik.

2. Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa SMP di Kabupaten Klaten

dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan konsep faktorisasi

suku aljabar dimungkinkan karena kesulitan-kesulitan tersebut hanya

dikerjakan sendiri tanpa dikomunikasikan dengan siswa lain atau guru

matematika yang mengajar. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar

matematika siswa pada materi faktorisasi suku aljabar disebabkan karena

selama pembelajaran berlangsung, belum ada penyelesaian masalah secara

kooperatif oleh siswa. Untuk itu, perlu dilakukan inovasi pada

pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif. Terkait dengan hal ini, dapat diteliti model pembelajaran

kooperatif manakah yang efektif diterapkan untuk mengoptimalkan

prestasi belajar matematika siswa pada materi faktorisasi suku aljabar.

3. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa SMP di Kabupaten Klaten

dimungkinkan tidak hanya disebabkan oleh model pembelajaran yang

digunakan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor lain. Mengingat setiap

siswa mempunyai minat belajar yang berbeda-beda, dimungkinkan bahwa

perbedaan prestasi belajar matematika disebabkan oleh perbedaan minat

belajar tersebut. Terkait hal ini dapat diteliti apakah benar masing-masing

kategori minat belajar memberikan prestasi belajar matematika yang

berbeda.

Page 26: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Dominasi guru dalam pembelajaran matematika di kelas memaksa siswa

hanya sebagai pendengar, pencatat serta mengerjakan latihan yang

diberikan oleh guru sehingga membuat siswa cenderung pasif dan

mengalami kesulitan ketika dihadapkan pada soal yang lebih bervariasi.

Permasalahan selanjutnya adalah apakah dengan penggunaan alat peraga

pembelajaran yang tepat dan sesuai, mampu menumbuhkan keaktifan

siswa dan lebih mendalami materi sehingga dapat mempengaruhi prestasi

belajar siswa.

5. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar matematika siswa

disebabkan oleh rendahnya minat belajar siswa. Berkaitan dengan hal ini,

jika pemilihan alat pembelajaran yang digunakan oleh guru dapat

meningkatkan minat belajar siswa, apakah prestasi belajar siswa menjadi

lebih baik.

6. Adanya perbedaan karakteristik siswa dimungkinkan mempengaruhi

efektivitas penerapan suatu model pembelajaran tertentu. Suatu model

pembelajaran tertentu mungkin cocok bagi siswa dengan karakteristik

tertentu, tetapi tidak cocok bagi siswa dengan karakteristik lain. Dengan

kata lain, suatu model pembelajaran mungkin cocok untuk siswa yang

memiliki minat belajar tertentu, tetapi tidak cocok untuk siswa yang

memiliki minat belajar yang lain. Terkait hal ini, perlu diteliti apakah

efektivitas penerapan suatu model pembelajaran tertentu bergantung pada

minat belajar siswa.

Page 27: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Pemilihan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas, agar penelitian dapat terfokus pada

masalah dan hasil yang akurat, maka penelitian ini akan meneliti

permasalahan:

1. Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh siswa SMP di Kabupaten Klaten

dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan konsep faktorisasi

suku aljabar dimungkinkan karena kesulitan-kesulitan tersebut hanya

dikerjakan sendiri tanpa dikomunikasikan dengan siswa lain atau guru

matematika yang mengajar. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar

matematika siswa pada materi faktorisasi suku aljabar disebabkan karena

selama pembelajaran berlangsung, belum ada penyelesaian masalah secara

kooperatif oleh siswa. Untuk itu, perlu dilakukan inovasi pada

pembelajaran matematika dengan menerapkan model pembelajaran

kooperatif. Terkait dengan hal ini, dapat diteliti model pembelajaran

kooperatif manakah yang efektif diterapkan untuk mengoptimalkan

prestasi belajar matematika siswa pada materi faktorisasi suku aljabar.

Model pembelajaran yang dibandingkan adalah model pembelajaran

kooperatif tipe Numbered Heads Together dan model pembelajaran

kooperatif tipe Student Teams Achievement Division.

2. Rendahnya prestasi belajar matematika siswa SMP di Kabupaten Klaten

dimungkinkan tidak hanya disebabkan oleh model pembelajaran yang

digunakan tetapi juga disebabkan oleh faktor-faktor lain. Mengingat setiap

siswa memiliki minat belajar yang berbeda-beda, dimungkinkan bahwa

Page 28: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perbedaan prestasi belajar matematika disebabkan oleh perbedaan minat

belajar tersebut. Perbedaan prestasi belajar yang dimaksud adalah, apakah

siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah, minat belajar

matematika sedang, dan minat belajar matematika tinggi berbeda prestasi

belajar matematikanya pada materi faktorisasi suku aljabar.

3. Adanya perbedaan karakteristik siswa dimungkinkan mempengaruhi

efektivitas penerapan suatu model pembelajaran tertentu. Suatu model

pembelajaran tertentu mungkin cocok bagi siswa dengan karakteristik

tertentu, tetapi tidak cocok bagi siswa dengan karakteristik lain. Dengan

kata lain, suatu model pembelajaran mungkin cocok untuk siswa yang

memiliki minat belajar tertentu, tetapi tidak cocok untuk siswa yang

memiliki minat belajar yang lain. Dalam hal ini, apakah masing-masing

model pembelajaran kooperatif memberikan prestasi belajar yang sama

pada masing-masing kategori minat belajar.

D. Pembatasan Masalah

Berdasarkan pemilihan masalah di atas terdapat tiga hal yang menjadi

permasalahan dalam penelitian ini yaitu: (1) apakah penerapan dua model

pembelajaran kooperatif yang berbeda memberikan prestasi belajar

matematika yang berbeda, (2) apakah siswa dengan masing-masing kategori

minat belajar memiliki prestasi belajar matematika yang berbeda, (3) apakah

efektivitas suatu model pembelajaran kooperatif tertentu bergantung pada

masing-masing kategori minat belajar matematika.

Page 29: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Agar penelitian ini dapat dilakukan dengan benar, terarah, dapat dikaji

lebih mendalam, dilakukan pembatasan-pembatasan sebagai berikut:

1. Pembelajaran yang dilakukan adalah dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD.

Alasan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD

dalam penelitian ini adalah karena kedua model pembelajaran ini

menekankan pada interaksi antar siswa sehingga menuntut keaktifan siswa

dalam mengkonstruksi pemahaman suatu konsep matematika melalui

diskusi kelompok. Di samping itu, menurut beberapa guru di Kabupaten

Klaten, model pembelajaran kooperatif NHT dan STAD adalah salah satu

model pembelajaran kooperatif yang paling mudah dilakukan oleh guru.

Dengan demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dan STAD ini diharapkan mampu mengoptimalkan prestasi belajar

matematika siswa dan dapat dilakukan oleh guru matematika yang

mengajar.

Selain itu, beberapa penelitian yang telah dilakukan peneliti lain

sebelumnya menyimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT dan STAD lebih efektif dibandingkan penerapan

model pembelajaran konvensional yang selama ini masih banyak

diterapkan oleh guru dalam pembelajaran matematika.

Terkait dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT, hasil

penelitian yang telah dilakukan oleh Robertus Margana (2010)

menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang dikenai

Page 30: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik dibandingkan prestasi

belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran konvensional.

Terkait dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD,

hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hadi Wiyono (2010)

menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang dikenai

model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan

prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran

langsung.

2. Dalam penelitian ini, minat belajar dibagi menjadi 3 kategori yaitu minat

belajar matematika rendah, minat belajar matematika sedang, dan minat

belajar matematika tinggi.

Alasan ditelitinya minat sebagai salah satu hal yang mungkin berpengaruh

pada prestasi belajar siswa adalah merupakan penelitian lanjutan dari yang

sudah dilakukan oleh unit Mathematics PlayGround PPPPTK Matematika

Yogyakarta. Dengan mengetahui model pembelajaran yang efektif untuk

untuk setiap kategori minat belajar, diharapkan dapat mengoptimalkan

prestasi belajar matematika siswa.

3. Penelitian ini dilakukan pada siswa SMP di Kabupaten Klaten Propinsi

Jawa Tengah.

Alasan dilakukannya penelitian pada siswa SMP di Kabupaten Klaten

Propinsi Jawa Tengah ini adalah karena masih rendahnya prestasi belajar

matematika siswa. Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya prestasi belajar

matematika siswa SMP di Kabupaten Klaten pada Ujian Nasional SMP

Page 31: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tahun pelajaran 2009/2010. Pada Ujian Nasional SMP tahun pelajaran

2009/2010, rerata prestasi belajar matematika siswa SMP di Kabupaten

Klaten lebih rendah dibandingkan rerata prestasi belajar matematika siswa

SMP di Propinsi Jawa Tengah maupun tingkat nasional.

4. Prestasi belajar matematika siswa yang dimaksud adalah nilai yang

diperoleh siswa kelas VIII semester ganjil di SMP Kabupaten Klaten pada

materi faktorisasi suku aljabar.

Alasan dilakukannya penelitian pada siswa kelas VIII semester ganjil SMP

di Kabupaten Klaten tahun pelajaran 2011/2012 pada materi faktorisasi

suku aljabar adalah karena hasil analisis daya serap terhadap prestasi

belajar matematika pada Ujian Nasional SMP tahun pelajaran 2009/2010

menunjukkan persentase penguasaan konsep siswa SMP di Kabupaten

Klaten terhadap kemampuan yang berkaitan dengan materi faktorisasi

suku aljabar tergolong rendah dibandingkan dengan tingkat nasional.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pemilihan

masalah dan batasan masalah tersebut di atas, maka masalah dalam penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Manakah yang memberikan prestasi belajar lebih baik, pembelajaran

matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau

pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD pada siswa kelas VIII SMP materi faktorisasi suku aljabar?

Page 32: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Manakah yang memiliki prestasi belajar lebih baik, siswa yang memiliki

minat belajar matematika rendah, minat belajar matematika sedang, atau

minat belajar matematika tinggi pada siswa yang dikenai model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD pada siswa kelas VIII SMP materi faktorisasi suku aljabar?

3. Pada kelompok siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe

NHT, manakah yang memiliki prestasi belajar lebih baik, siswa yang

memiliki minat belajar matematika rendah, minat belajar matematika

sedang, atau minat belajar matematika tinggi?

4. Pada kelompok siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe

STAD, manakah yang memiliki prestasi belajar lebih baik, siswa yang

memiliki minat belajar matematika rendah, minat belajar matematika

sedang, atau minat belajar matematika tinggi?

5. Pada kelompok siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah,

model pembelajaran kooperatif manakah yang memberikan prestasi belajar

lebih baik, NHT atau STAD?

6. Pada kelompok siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang,

model pembelajaran kooperatif manakah yang memberikan prestasi belajar

lebih baik, NHT atau STAD?

7. Pada kelompok siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi,

model pembelajaran kooperatif manakah yang memberikan prestasi belajar

lebih baik, NHT atau STAD?

Page 33: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

F. Tujuan penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini

dapat dituliskan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar matematika

yang lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe NHT atau STAD.

2. Untuk mengetahui manakah yang memiliki prestasi belajar matematika

lebih baik, siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah, minat

belajar matematika sedang, atau minat belajar matematika tinggi.

3. Untuk mengetahui pada kelompok siswa yang dikenai model pembelajaran

kooperatif tipe NHT, manakah yang memiliki prestasi belajar matematika

lebih baik, siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah, minat

belajar matematika sedang, atau minat belajar matematika tinggi.

4. Untuk mengetahui pada kelompok siswa yang dikenai model pembelajaran

kooperatif tipe STAD, manakah yang memiliki prestasi belajar

matematika lebih baik, siswa yang memiliki minat belajar matematika

rendah, minat belajar matematika sedang, atau minat belajar matematika

tinggi.

5. Untuk mengetahui pada kelompok siswa yang memiliki minat belajar

matematika rendah, model pembelajaran kooperatif manakah yang

memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, NHT atau STAD.

6. Untuk mengetahui pada kelompok siswa yang memiliki minat belajar

matematika sedang, model pembelajaran kooperatif manakah yang

memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, NHT atau STAD.

Page 34: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7. Untuk mengetahui pada kelompok siswa yang memiliki minat belajar

matematika tinggi, model pembelajaran kooperatif manakah yang

memberikan prestasi belajar matematika lebih baik, NHT atau STAD.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut:

1. Temuan atau hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu sumbangan

referensi khususnya dalam rangka mengembangkan pembelajaran

matematika.

2. Dapat dijadikan sebagai salah satu sumber acuan dalam penelitian lanjutan

yang berhubungan dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif

dalam pembelajaran matematika.

3. Digunakan sebagai dasar pengambilan kebijakan yang berkaitan dengan

pembinaan kemampuan guru khususnya yang berkaitan dengan

kemampuan melaksanakan pembelajaran.

Page 35: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pembelajaran Matematika

a. Matematika

Matematika sebagai ilmu dasar dewasa ini telah berkembang dengan pesat,

baik materi maupun kegunaannya, sehingga dalam perkembangannya atau

pembelajarannya di sekolah, harus diperhatikan perkembangan-

perkembangannya, baik di masa lalu, masa sekarang, maupun kemungkinan-

kemungkinannya di masa mendatang. Sebelum dibahas lebih jauh mengenai

matematika sekolah, berikut ini pengertian dasar mengenai matematika, dengan

-beda

tergantung pada bilamana pertanyaan itu dijawab, di mana dijawab, siapa yang

menjawab, dan apa sajakah yang termasuk dalam matematika (Erman Suherman

dkk, 2003: 15).

Berbagai pendapat muncul tentang pengertian matematika tersebut,

dipandang dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing yang berbeda.

Menurut Erman Suherman, (dalam Estina Ekawati, 2009: 11) matematika

merupakan bahasa simbol; matematika adalah bahasa numerik; matematika

adalah bahasa yang dapat menghilangkan sifat kabur, majemuk, dan emosional;

matematika adalah metode berpikir logis; matematika adalah ratunya ilmu dan

sekaligus menjadi pelayannya; matematika adalah sains yang memanipulasi

Page 36: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

simbol; matematika adalah ilmu tentang bilangan dan ruang; matematika adalah

ilmu yang mempelajari pola, bentuk, dan struktur; matematika adalah ilmu yang

abstrak dan deduktif; matematika adalah aktivitas manusia.

Secara etimologis, kata matematika dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan

yang diperoleh dengan bernalar (Erman Suherman, dkk, 2003: 16). Hal ini

dimaksudkan bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui penalaran, akan

tetapi dalam matematika lebih menekankan aktivitas dalam dunia rasio

(penalaran), sedangkan dalam ilmu lain lebih menekankan hasil observasi atau

eksperimen di samping penalaran. Matematika terbentuk sebagai hasil pemikiran

manusia yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran. Pada tahap awal

matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris,

karena matematika sebagai aktivitas manusia kemudian pengalaman itu diproses

dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam

struktur kognitif, sehingga sampailah pada suatu kesimpulan tentang konsep-

konsep matematika. Agar konsep-konsep matematika yang telah terbentuk itu

dapat dipahami oleh orang lain dan dapat dengan mudah dimanipulasi secara

tepat, maka digunakan notasi dan istilah, yaitu hasil kesepakatan bersama secara

global (universal) yang dikenal dengan bahasa matematika. Menurut Reyt dalam

Budi Usodo (2010), matematika adalah (1) studi pola dan hubungan (study of

patterns and relationships), dengan demikian masing-masing topik itu akan saling

berjalinan satu dengan yang lain yang membentuknya, (2) Cara berpikir (way of

thinking) yaitu memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan mensintesa

data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-hari, (3) Suatu seni (an art)

Page 37: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

yaitu ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi internal, dan (4) sebagai

bahasa (a language) dipergunakan secara hati-hati dan didefinisikan dalam

kondisi dan simbol yang akan meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi

dengan sains, keadaan kehidupan riil, dan matematika itu sendiri, serta (5) sebagai

alat (a tool) yang dipergunakan oleh setiap orang dalam menghadapi kehidupan

sehari-hari. Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

matematika merupakan suatu ilmu yang menggambarkan suatu pola hubungan

yang diperoleh melalui proses bernalar.

b. Pembelajaran

Pengertian belajar dalam pembelajaran matematika kontemporer adalah

proses perubahan tingkah laku individu yang relatif tetap sebagai hasil dari

pengalaman, sedangkan pembelajaran merupakan upaya penataan lingkungan

yang memberi nuansa agar program belajar tumbuh dan berkembang secara

optimal (Erman Suherman, dkk, 2003: 9). Hal ini berarti bahwa proses belajar

bersifat internal dan unik dalam diri individu siswa, sedang proses pembelajaran

bersifat eksternal yang sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa perilaku.

Peristiwa belajar disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah

dan sistematik daripada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam

kehidupan sosial di masyarakat. Belajar dengan proses pembelajaran ada peran

guru, bahan belajar, dan lingkungan kondusif yang sengaja diciptakan.

Menurut konsep sosiologi (Erman Suherman, dkk: 2003: 10), belajar

adalah jantungnya proses sosialisasi, sedangkan pembelajaran adalah rekayasa

sosio-psikologis untuk memelihara kegiatan belajar tersebut sehingga tiap

Page 38: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

individu yang belajar akan belajar secara optimal dalam mencapai tingkat

kedewasaan dan dapat hidup sebagai anggota masyarakat yang baik. Dalam arti

sempit, proses pembelajaran adalah proses pendidikan dalam lingkup

persekolahan, sehingga arti dari proses pembelajaran adalah proses sosialisasi

individu siswa dengan lingkungan sekolah, seperti guru, sumber atau fasilitas

belajar, dan teman sesama siswa.

Menurut Diaz Santika (2003: 175), pembelajaran adalah proses

komunikasi fungsional antara siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa dalam

rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan bagi siswa

yang bersangkutan. Guru berperan sebagai komunikator, siswa sebagai

komunikan, dan materi yang dikomunikasikan berisi pesan berupa ilmu

pengetahuan.

Oemar Hamalik (1990: 21) mengemukakan bahwa belajar adalah suatu

bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam

cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan. Bila

dikaitkan dengan matematika, maka belajar matematika merupakan suatu

pengalaman yang diperoleh siswa melalui interaksi dengan matematika dalam

konteks kegiatan belajar mengajar. Hal ini tidak terlepas dari karakteristik

matematika sebagai bahan pelajaran.

Arends (2012: 17) mengemukakan bahwa learning is a social and cultural

activity in which learners construct meaning that is influenced by the interaction

of prior knowledge and new learning events, belajar adalah aktivitas sosial dan

budaya di mana siswa membangun makna yang dipengaruhi oleh interaksi

Page 39: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pengetahuan sebelumnya serta peristiwa baru. Howie dan Plomp (2006: 84)

mengemukakan bahwa learning is active and constructive and stresses the

importance of the contextual character of human cognition, belajar adalah aktif

dan konstruktif serta menekankan pentingnya karakter kontekstual

kognisi manusia. Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru, dan siswa

dengan siswa yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat

pengalaman dan latihan. Lebih lanjut, Arends (2012: 17) mengemukakan bahwa

learning is viewed not as students passively receiving information from the

teacher but rather as students actively engaging in relevant experiences and

having opportunities for dialogue so that meaning can evolve and be

constructed, pembelajaran tidak memandang siswa sebagai pihak yang pasif

dalam menerima informasi dari guru, melainkan siswa ikut aktif terlibat dalam

pengalaman yang relevan dan berkesempatan untuk berdialog sehingga dapat

membangun dan mengembangkan pola pemikirannya. Berdasarkan beberapa

uraian di atas, maka belajar dapat didefinisikan sebagai aktivitas sosial yang

berupa perubahan tingkah laku individu yang diperoleh berkat pengalaman dan

latihan, sedangkan pembelajaran dapat didefinisikan sebagai proses komunikasi

fungsional antara siswa dengan guru, dan siswa dengan siswa sebagai upaya

penataan lingkungan sehingga siswa dapat membangun dan mengembangkan

pola pemikirannya.

Pola interaksi antara guru dengan siswa pada hakikatnya adalah hubungan

antara dua pihak yang setara, yaitu interaksi antara dua manusia yang tengah

Page 40: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mendewasakan diri, meskipun yang satu telah berada pada tahap yang

seharusnya lebih maju dalam aspek akal, moral, maupun emosional (Erman

Suherman, dkk, 2003: 10). Dengan kata lain, guru dan siswa merupakan subjek,

karena masing-masing memiliki kesadaran dan kebebasan secara aktif. Dengan

menyadari pola interaksi tersebut akan memungkinkan keterlibatan mental siswa

secara optimal dalam merealisasikan pengalaman belajar. Pengertian inilah yang

pada hakikatnya dapat dikembalikan pada tujuan pendidikan yang hakiki, yaitu

untuk peningkatan martabat kemanusiaan.

Matematika sebagai bahan pelajaran objeknya berupa fakta, konsep,

operasi, dan prinsip yang kesemuanya adalah abstrak. Oleh sebab itu, belajar

matematika memerlukan berbagai kegiatan psikologis seperti melakukan

abstraksi, klasifikasi, dan generalisasi. Mengabstraksi berarti memahami

kesamaan dari berbagai objek yang berbeda, mengklasifikasi berarti memahami

pengelompokan dari berbagai objek berdasarkan kesamaannya, dan

menggeneralisasi berarti menyimpulkan suatu objek berdasarkan pengetahuan

yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus.

Matematika selain objeknya yang abstrak dan strukturnya yang berpola

deduktif, juga menggunakan bahasa yang merupakan bahasa simbolis. Dengan

demikian, belajar matematika berarti belajar menggunakan dan memanipulasi

simbol-simbol. Perlu ditekankan bahwa sebelum memanipulasi simbol-simbol itu

yang paling penting adalah memahami arti ide yang disimbolkan itu. Mempelajari

matematika tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-

operasinya melainkan matematika juga berkenaan dengan ide-ide, struktur-

Page 41: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

struktur, dan hubungannya yang diatur secara logik sehingga matematika itu

berkaitan dengan konsep-konsep yang abstrak.

Sebagai suatu struktur dan hubungan-hubungan, matematika memerlukan

simbol-simbol untuk membantu memanipulasi aturan-aturan dengan operasi yang

ditetapkan. Simbolisasi berfungsi sebagai komunikasi yang dapat diberikan

keterangan untuk membentuk suatu konsep baru. Konsep tersebut dapat terbentuk

apabila sudah memahami konsep sebelumnya. Misalnya, seorang siswa

mempelajari konsep B yang berdasarkan konsep A, maka siswa tersebut terlebih

dahulu harus memahami konsep A, sebab tanpa memahami konsep A maka siswa

itu tidak mungkin memahami konsep B. Ini berarti memahami konsep-konsep

dalam matematika haruslah bertahap dan berurutan serta berdasarkan pengalaman

belajar yang lalu. Matematika yang berkenaan dengan ide-ide abstrak yang diberi

simbol-simbol itu tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif, sehingga

belajar matematika merupakan kegiatan mental yang tinggi.

Pemikiran bahwa pembelajaran matematika lebih utama dibandingkan

dengan pengajaran matematika dan bahwa matematika penting serta harus

dikuasai oleh siswa secara komprehensif dan holistik, mengandung konsekuensi

bahwa pembelajaran matematika sebaiknya mengoptimalkan keberadaan dan

peran siswa sebagai pembelajar. Karena filosofi antara pengajaran dan

paradigmanya, yaitu: (1) dari teacher centered menjadi learner centered; (2) dari

teaching centered menjadi learning centered; (3) dari content based menjadi

competency based; (4) dari product of learning menjadi process of learning; dan

Page 42: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(5) dari summative evaluation menjadi formative evaluation (Erman Suherman,

dkk, 2003: 300).

Guru semestinya memandang kelas sebagai tempat dengan berbagai

masalah-masalah yang menarik untuk dieksplorasi oleh siswa dengan

menggunakan ide-ide matematika. Sebagai contoh, seorang siswa dapat mengukur

benda-benda nyata secara langsung, mengumpulkan informasi dan menjelaskan

apa yang mereka kumpulkan dengan menggunakan statistik atau menjelajahi

sebuah fungsi melalui pengujian grafiknya. Dengan berlandaskan pada prinsip

pembelajaran matematika yang tidak sekedar learning to know (kemampuan siswa

dalam pemahaman dan penalaran yang bermakna terhadap produk dan proses

matematika), melainkan juga harus meliputi learning to do (kemampuan siswa

dalam keterampilan dan dapat melaksanakan proses matematika untuk

meningkatkan perkembangan intelektualnya), learning to be (kemampuan siswa

menghargai nilai-nilai dan keindahan akan produk dan proses matematika yang

ditunjukkan dengan sikap senang, disiplin, memiliki keinginan untuk berprestasi

tinggi, dan rasa percaya diri) , hingga learning to live together (kemampuan siswa

dapat bersosialisasi dan berkomunikasi dalam matematika), maka pembelajaran

matematika seyogyanya bersandarkan pada pemikiran bahwa siswa yang harus

belajar dan semestinya dilakukan secara komprehensif dan terpadu (Sugiman,

2006: 1).

Sasaran substantif dan efek iringan dari pembelajaran matematika seperti

yang telah dikemukakan di atas perlu mendapat perhatian dari guru. Melalui

pencapaian sasaran substantif pembelajaran matematika, siswa diarahkan untuk

Page 43: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memahami dan menguasai konsep, dalil, teorema, generalisasi, dan prinsip-prinsip

matematika secara menyeluruh. Sementara, melalui pencapaian sasaran efek

iringan, siswa diharapkan mampu berpikir logis, kritis, dan sistematis. Melalui

sasaran inipun siswa diharapkan lebih memahami keterkaitan antar topik dalam

matematika dan keterkaitan serta manfaat matematika bagi bidang lain. Mereka

juga dituntut untuk selalu hidup tertib dan disiplin, mencintai lingkungan

sekitarnya, dan mampu memecahkan masalah-masalah dalam kehidupan sehari-

hari, khususnya yang berkaitan dengan matematika.

c. Prestasi Belajar Matematika

Prestasi belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia didefinisikan

sebagai penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh

mata pelajaran yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang

diberikan oleh guru. Selain adanya perubahan tingkah laku, keberhasilan dalam

pembelajaran juga dapat dilihat dari prestasi belajar atau hasil belajar dari siswa

(Tirtonegoro, 1984: 43). Pendapat lain mengenai prestasi belajar dikemukakan

oleh Saifuddin Azwar (1999: 164) yang menyatakan bahwa prestasi belajar dapat

dilihat dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai rapor, indeks prestasi studi,

angka kelulusan predikat keberhasilan, dan semacamnya, selain itu prestasi dapat

juga diartikan sebagai penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan

dalam bentuk simbol, angka, huruf ataupun kalimat yang dapat mencerminkan

hasil yang dicapai setiap siswa dalam suatu periode tertentu. Penilaian prestasi

dapat dipersingkat atau diperluas dalam bentuk pertanyaan terbuka (open-ended

question) atau bentuk pilihan berganda (multiple choice), dalam pengertian lebih

Page 44: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

luas, penilaian prestasi dapat berupa membaca, menulis, proyek, proses,

pemecahan masalah, tugas analisis, atau bentuk tugas-tugas lain yang

memungkinkan siswa untuk mendemonstrasikan kemampuannya dalam

memenuhi tujuan dan outcome tertentu. Berdasarkan beberapa uraian di atas,

prestasi belajar apabila dikaitkan dengan matematika dapat didefinisikan sebagai

penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dapat dinyatakan dalam bentuk

indikator yang diperoleh dari hasil belajar matematika.

Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah segala sesuatu

yang mempengaruhi proses pembelajaran. Menurut Slameto (dalam Nani Sumarni

2010: 11-12), proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh faktor internal dan

faktor eksternal, antara lain:

1) Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang

belajar. Faktor internal meliputi:

a) Faktor jasmaniah yaitu kesehatan dan cacat tubuh.

b) Faktor psikologis yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan dan kesiapan.

c) Faktor kelelahan.

2) Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu yang meliputi:

a) Faktor keluarga yaitu cara orang tua mendidik, relasi antar anggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua,

dan latar belakang kebudayaan.

b) Faktor sekolah yaitu metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan

siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu

Page 45: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas

rumah.

c) Faktor masyarakat yaitu kegiatan siswa dalam masyarakat, media massa,

teman bergaul, dan kehidupan masyarakat.

2. Model Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki

kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk

membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2)

strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; dan (4) model pembelajaran

(Fadjar Shadiq, 2009: 6). Adi Wijaya (2008: 15) mengemukakan bahwa

pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang

kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang

terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,

menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan

teoritis tertentu. Lebih lanjut, Adi Wijaya (2008: 16) mengemukakan, dari

pendekatan pembelajaran dapat diturunkan ke dalam strategi pembelajaran.

Supinah (2008: 7) mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah perpaduan

dari: (1) urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran, dan siswa, (2)

metode atau teknik pembelajaran, (3) media pembelajaran yaitu berupa peralatan

dan bahan pembelajaran, dan (4) waktu yang digunakan dalam proses

pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

Pendapat lain mengenai strategi pembelajaran dikemukakan oleh Gerlach dan Elly

(1980:15) yang menyatakan bahwa strategi pembelajaran adalah cara yang dipilih

Page 46: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

untuk menyampaikan materi pelajaran dalam lingkungan pengajaran tertentu,

yang meliputi lingkup dan urutan kegiatan yang dapat memberikan pengalaman

belajar kepada siswa. Gerlach dan Ely (1980: 14) mengemukakan bahwa metode

pembelajaran dapat diartikan sebagai rencana yang sistematis untuk

menyampaikan informasi, metode pembelajaran dapat juga diartikan sebagai cara

yang telah terpola tetap untuk memperoleh pengetahuan. Apabila antara

pendekatan, strategi, metode, pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan

yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi,

model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang

tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan

kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan

suatu pendekatan, metode, dan strategi pembelajaran (Fadjar Shadiq, 2009: 8).

Pendapat lain mengenai model pembelajaran ini dikemukakan oleh Toeti

Soekamto dan Winataputra (1995: 78) yang mendefinisikan model pembelajaran

sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur yang sistematis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan

pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran

dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar

mengajar. Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka model pembelajaran dapat

didefinisikan sebagai bentuk pembelajaran yang sistematis tergambar dari awal

sampai akhir yang disajikan secara khas untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Page 47: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3. Model Pembelajaran Kooperatif

Rita Rani Mandal (2009: 96) mengemukakan bahwa:

Cooperative learning is an instructional strategy based on the human instinct of cooperation. It is the utilization of the psychological aspects of cooperation and competition for curricular transaction and student learning. The concept of cooperative learning refers to instructional methods and techniques in which students work in small groups and are rewarded in some way for performance as a group. The idea behind the cooperative learning method is that when group rather than individuals are rewarded students will be motivated to help one another to master academic materials. Cooperative learning is a successful teaching strategy in which small teams, each with students of different levels of ability, use a variety of learning activities to improve their understanding of a subject. Each member of a team is responsible not only for learning what is taught but also for helping teammates learn, thus creating atmosphere of achievement.

Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang

didasarkan pada naluri manusia untuk bekerjasama. Pembelajaran ini

memanfaatkan aspek-aspek psikologis dari kerjasama dan persaingan dalam

pembelajaran siswa. Konsep pembelajaran kooperatif mengacu pada model

pembelajaran dan teknik di mana siswa bekerja dalam kelompok kecil dan

mendapat penghargaan atas prestasi mereka di dalam kelompok. Ide di balik

model pembelajaran kooperatif adalah ketika kelompok mendapatkan

penghargaan, maka siswa akan lebih termotivasi untuk membantu anggota

kelompok yang lain. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang

sukses diterapkan pada kelompok-kelompok kecil, di mana setiap anggota

Page 48: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kelompok memiliki kemampuan yang berbeda. Setiap anggota tim bertanggung

jawab tidak hanya untuk belajar apa yang diajarkan oleh guru, tetapi juga untuk

membantu teman dalam satu kelompoknya, sehingga dapat meningkatkan prestasi

belajar.

Krismanto (2000: 16) mengemukakan bahwa pada kegiatan pembelajaran

kooperatif, sekelompok siswa belajar dengan porsi utamanya mendiskusikan

tugas-tugas matematika, dalam arti saling membantu menyelesaikan tugas

ataupun memecahkan masalah dalam kelompoknya. Pendapat yang senada

dengan kedua pendapat diatas dikemukakan oleh Slavin (2010: 4), yang

menyatakan pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam model

pembelajaran di mana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk

saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dari

beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif

merupakan suatu model belajar di mana siswa belajar pada kelompok kecil yang

memiliki tingkat kemampuan berbeda. Pada pembelajaran kooperatif, siswa

belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari empat sampai enam siswa

dengan tingkat kemampuan yang berbeda, dalam menyelesaikan tugas

kelompoknya, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling

membantu untuk memahami bahan pelajaran, belajar dikatakan belum selesai jika

salah satu anggota dalam kelompok belum menguasai materi pelajaran.

Cohen dalam Robyn dan Adrian (2005: 13) mengemukakan bahwa co-

operative learning is well recognized as a pedagogical practice that promotes

learning, higher level thinking, prosocial behaviour, and a greater understanding

Page 49: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

of children with diverse learning, social and adjustment needs, pembelajaran

kooperatif diakui sebagai praktek pedagogis yang mempromosikan pembelajaran,

berpikir pada tingkat yang lebih tinggi, berperilaku prososial, dan pemahaman

yang lebih besar pada siswa dengan belajar beragam, sosial serta penyesuaian

kebutuhan. Kagan (2009: 1.11) mengemukakan bahwa learning is an excellent

vehicle for that learning because it emphasizes basic social skills (taking turns,

expressing appreciation, requesting rather than grabbing) as well as skills

necessary for academic success (listening, following directions, staying on task).

Many structures are used successfully with early learners, pembelajaran

kooperatif merupakan sebuah kendaraan yang sangat baik dalam pembelajaran

karena menekankan keterampilan sosial dasar serta keterampilan yang diperlukan

untuk keberhasilan akademik. Lebih lanjut, Kagan (2009: 1.12) mengemukakan

bahwa cooperative learning is also very powerful in developing higher-level

thinking skills, pembelajaran kooperatif juga sangat baik dalam mengembangkan

kemampuan berpikir tingkat lanjut. Pendapat lain dikemukakan oleh Adi Wijaya

(2010: 7) yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif memiliki

beberapa kelebihan jika dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional.

Dari beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran

kooperatif memberikan pengaruh yang positif bagi siswa.

Fadjar Shadiq (2009: 23-24) memberikan ciri-ciri pembelajaran kooperatif

sebagai berikut:

a. Sikap ketergantungan positif

Page 50: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang dapat

mendorong siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling

membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan yang

positif.

b. Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok

sehingga mereka akan berdialog. Interaksi semacam ini sangat penting karena

siswa akan merasa lebih mudah belajar dari teman sekelasnya.

c. Akuntabilitas individu

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok.

Penilaian ini ditunjukkan untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap

materi secara individual. Hasil penilaian secara individual selanjutnya

disampaikan oleh guru kepada kelompok supaya semua anggota kelompok

yang bisa memberikan bantuan dapat memberikan bantuan bagi siapa saja

yang memerlukan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil

belajar semua anggotanya, oleh karena itu tiap anggota kelompok harus

memberikan sumbangan demi kemajuan kelompoknya.

d. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman,

mengkritik ide bukan mengkritik teman, berani mempertahankan logis, tidak

mendominasi orang lain, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam

menjalin hubungan antar pribadi.

Page 51: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Model pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan serta kekurangan

sebagai berikut:

a. Kelebihan model pembelajaran kooperatif

1) Mampu meningkatkan pencapaian prestasi belajar siswa.

2) Mengembangkan hubungan antar kelompok.

3) Penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik.

4) Meningkatkan rasa percaya diri.

5) Membuat perbedaan menjadi bahan pembelajaran, bukan menjadi

masalah.

6) Mengembangkan hubungan pribadi antar siswa.

7) Mengembangan keterampilan kerjasama.

b. Kekurangan model pembelajaran kooperatif

1) Jika tidak dirancang dengan baik dan benar, maka dapat memicu

munculnya pembonceng, di mana sebagian anggota kelompok

melakukan semua atau sebagian besar dari pekerjaan, sementara yang

lain tinggal mengendarainya.

2) Apabila kontrol dari guru kurang, maka bisa dimungkinkan terjadinya

kesalahan konsep yang dapat ditularkan kepada siswa yang lain.

3) Pelaksanaannya memerlukan persiapan yang rumit. Fadjar Shadiq (2009:

28-29)

4. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

Teknik belajar mengajar kepala bernomor (Numbered Heads Together) ini

dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993). Teknik ini melibatkan banyak siswa

Page 52: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dalam mereview materi pelajaran serta memberikan kesempatan kepada siswa

untuk saling membagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.

Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerja

sama mereka. Teknik ini juga bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan

untuk semua tingkatan usia anak didik.

Arends (2012: 371) mengemukakan bahwa Numbered Heads Together is

an approach developed by Spencer Kagan (1993) to involve more students in the

review of materials covered in a lesson and to check their understanding of a

Model pembelajaran yang telah dikembangkan oleh Spencer

Kagan (1993) ini melibatkan lebih banyak siswa dalam melihat kembali konsep

yang tercakup dalam suatu pelajaran dan memeriksa pemahaman siswa mengenai

konsep pelajaran yang sedang dipelajarinya.

Menurut Trianto (2007: 62) dalam menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT, guru menggunakan empat fase struktur sebagai sintaks

NHT:

a. Fase 1: Penomoran (Numbering)

Pada fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok yang beranggotakan

3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai

5.

b. Fase 2: Mengajukan pertanyaan (Questionering)

Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa, pertanyaan dapat amat

spesifik atau dalam bentuk kalimat tanya terbuka.

Page 53: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

c. Fase 3: Berpikir bersama (Heads Together)

Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan

meyakinkan tiap anggota dalam timnya untuk mengetahui jawaban tim.

d. Fase 4: Menjawab petanyaan (Answering)

Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya

sesuai mengangkat tangannya dan mencoba menjawab pertanyaan untuk

disampaikan kepada seluruh kelas.

Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Arends (2012: 371) yang

menyatakan bahwa terdapat empat langkah penting dalam model pembelajaran

kooperatif tpe NHT yaitu:

Step 1 Numbering: Teachers devide students into three-to five-number teams and have them number off so each student on the team has a different number between 1 and 5.

Step 2 Questioning: Teachers ask students a question. Questions can vary. They can be very specific and in question form.

Step 3 Heads Together: Students put their heads together to figure out and make sure everyone knows the answer.

Step 4 Answering: The teacher calls a number and students from each group with that number raise their hands and provide answers to the whole class.

Langkah 1 Penomoran: guru membagi siswa ke dalam tiga sampai lima

kelompok, dan memberikan siswa nomor yang berbeda antara satu sampai lima

pada masing-masing kelompok.

Page 54: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Langkah 2 Pengajuan Pertanyaan: guru mengajukan pertanyaan kepada

siswa, pertanyaan dapat berupa pertanyaan yang sangat spesifik ataupun kalimat

tanya terbuka.

Langkah 3 Berpikir Bersama: Siswa menyatukan pendapatnya terhadap

jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya untuk

mengetahui jawaban tim.

Langkah 4 Menjawab Pertanyaan: Guru memanggil suatu nomor

tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengangkat tangannya dan

mencoba menjawab pertanyaan untuk disampaikan kepada seluruh kelas.

Menurut Lie (2004: 48) supaya pembelajaran menggunakan model

kooperatif Numbered Heads Together (NHT) dapat berjalan lancar serta efektif

maka perlu ditanamkan unsur pembelajaran yang harus diterapkan dan perlu

ditanamkan kepada siswa agar hasil pembelajaran maksimal, diantaranya:

a. Saling ketergantungan positif.

b. Tanggung jawab perseorangan.

c. Tatap muka.

d. Komunikasi antar anggota.

e. Evaluasi proses kelompok.

Adapun langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah:

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.

Page 55: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok secara heterogen. Setiap siswa dalam

kelompok mendapat nomor yang berbeda satu sama lain.

c. Guru mempresentasikan materi secara garis besar di depan kelas.

d. Guru memberikan tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok.

e. Siswa memposisikan dirinya sehingga duduk berdekatan dengan teman yang

sekelompok.

f. Siswa mendiskusikan persoalan yang diberikan dan bersama-sama

memecahkan persoalan yang diberikan.

g. Selama diskusi kelompok, guru bertindak sebagai motivator dan

membimbing siswa untuk belajar.

h. Kelompok merangkum semua hasil diskusi dan memastikan setiap anggota

kelompok mengetahui atau memahami hasil diskusi tersebut.

i. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.

j. Siswa dari kelompok lain yang masih belum paham atau berbeda pendapat

menyampaikan pertanyaan atau pendapatnya, yang dibimbing oleh guru.

k. Guru bersama dengan siswa membuat rangkuman tentang hasil presentasi

siswa.

l. Guru mengadakan kuis atau tugas secara individu.

m. Guru memberikan pujian/penghargaan kepada masing-masing kelompok.

Dalam penelitian ini, langkah-langkah yang dilakukan dalam menentukan

kriteria penghargaan kelompok adalah sebagai berikut.

Page 56: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Menentukan skor awal masing-masing siswa. Skor awal ini berupa nilai yang

diperoleh siswa pada ujian sebelumnya.

b. Menentukan skor kuis yang dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam

kelompok, yang kemudian disebut nilai skor terkini.

c. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan

berdasarkan selisih skor terkini dengan skor awal masing-masing siswa dengan

menggunakan kriteria yang disampaikan pada Tabel berikut.

Tabel 2.1. Kriteria Penentuan Nilai Peningkatan Hasil Belajar

Skor Kuis Terakhir Poin Peningkatan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

1 10 poin di bawah skor awal 10

Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal 20

Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 40

(Slavin, 2010: 159)

Dalam penelitian ini, rumus yang digunakan dalam menentukan poin

peningkatan kelompok (Nk) adalah sebagai berikut.

kelompokanggotaBanyaknyakelompokanggotasetiapkenaikanJumlah

Nk

Kelompok yang mendapatkan poin sesuai dengan kriteria yang telah

ditentukan berhak memperoleh penghargaan. Berdasarkan poin peningkatan

kelompok tersebut, terdapat tiga tingkat penghargaan yang dapat diberikan.

Kriteria penghargaan kelompok disajikan pada Tabel berikut.

Page 57: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 2.2. Kriteria Penghargaan Kelompok

Rata-Rata Skor Kelompok Penghargaan

15 Nk < 20

20 Nk < 25

Nk 25

Tim Baik

Tim Sangat Baik

Tim Super

(Slavin, 2010: 160)

Melihat langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT, penomoran merupakan inti dari model pembelajaran ini. Melalui

penomoran ini, setiap siswa dituntut untuk selalu siap. Dalam arti, setiap siswa

harus mengerti dan memahami setiap pemecahan masalah. Hal ini disebabkan

karena setiap jawaban yang disampaikan pada saat presentasi (jika nomornya

terpilih oleh guru) maka akan mempengaruhi nilai kelompoknya. Dengan

demikian, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ini menuntut

tanggung jawab yang lebih besar dari setiap siswa untuk mengerti dan memahami

setiap pemecahan masalah yang diajukan oleh guru.

Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

adalah sebagai berikut:

a. Keunggulan:

1) Dapat diterapkan pada setiap mata pelajaran di sekolah.

2) Dimungkinkan tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.

Page 58: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) Setiap siswa dituntut untuk selalu siap dan bertanggung jawab penuh

terhadap diri sendiri dan juga kelompok terhadap suatu konsep ataupun

masalah yang diajukan oleh guru.

4) Siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi dapat membantu

siswa yang memiliki kemampuan akademik kurang tinggi.

b. Kelemahan:

1) Pada saat pelaksanaan presentasi hasil diskusi kelompok, nomor yang

sudah dipanggil dimungkinkan akan dipanggil kembali oleh guru.

2) Pada pelaksanaan presentasi hasil diskusi kelompok, tidak semua anggota

kelompok dengan nomor tertentu dapat dipanggil oleh guru.

Untuk mengatasi kelemahan tersebut, seorang guru dapat membuat catatan

terkait dengan nomor-nomor yang sudah dipanggil dalam setiap pertemuan. Untuk

nomor yang belum dipanggil, dapat dipanggil pada pertemuan berikutnya.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement

Division)

STAD merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif paling

sederhana, dan merupakan yang paling baik bagi guru yang baru menggunakan

model pembelajaran kooperatif. Arends (2012: 368) mengemukakan bahwa

Student Teams Achievement Divisions was developed by Robert Slavin and his

colleagues at the Johns Hopkins University and is perhaps the simplest and most

straightforward of the cooperative learning approaches. Model pembelajaran

kooperatif tipe STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin ini banyak

direkomendasikan bagi para guru yang belum terbiasa dalam menerapkan model

Page 59: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran di kelas. Menurut Surianta dalam

Adi Wijaya (2010: 5) model pembelajaran kooperatif STAD mampu

meningkatkan hasil belajar siswa.

Ide utama dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah

memotivasi siswa untuk bekerjasama, saling membantu satu sama lain untuk

menguasai materi yang diajarkan. Untuk mendapatkan penghargaan pada tim

mereka, anggota kelompok harus saling membantu dalam mempelajari

materi/bahan ajar.

Pada sintaks pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, terdapat beberapa

langkah yang harus dilakukan dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD. Langkah-langkah dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD adalah sebagai berikut.

Students within a given class are devided into four-or five-number learning teams, with representatives on each team of both sexes, various radical or ethnic groups, and high, average, and low achievers. Team members use worksheets or ather study devices to master the academic materials and then help each other learn the materials through tutoring, quizzing one another, or carrying on team disccusions. Individually, students take weekly or biweekly quizzes on the academic materials. These

Arends (2012: 367)

Pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dibagi

ke dalam kelompok belajar dengan memperhatikan heterogenitas jenis kelamin,

Page 60: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

suku, dan kemampuan akademik, berdiskusi untuk menyelesaikan masalah dalam

lembar kerja, mengerjakan kuis secara individual, dan diakhiri dengan

penghargaan kelompok berdasarkan skor peningkatan individual.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikemukakan

oleh Arend tersebut, sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Slavin (2010:

143), di mana Slavin menyatakan terdapat lima komponen utama dalam

pembelajaran STAD sebagai berikut:

a. Presentasi kelas

Bahan ajar dalam STAD mula-mula diperkenalkan dalam presentasi kelas. Ini

merupakan pengajaran langsung seperti yang sering dilakukan oleh guru.

Pada tahap ini, presentasi harus berfokus pada unit STAD. Dengan cara ini

diharapkan siswa menyadari bahwa mereka harus memperhatikan dengan

sungguh-sungguh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan

sangat membantu mereka mengerjakan kuis dan skor kuis menentukan skor

tim mereka.

b. Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian kelas

dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras maupun etnis. Fungsi utama

dari tim ini adalah semua anggota tim harus benar-benar belajar, khususnya

lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis

dengan baik. Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk

mempelajari lembar kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering terjadi

adalah pembelajaran itu melibatkan pembahasan masalah bersama,

Page 61: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

membandingkan jawaban, mengoreksi tiap kesalahan pemahaman apabila

ada anggota tim yang membuat kesalahan. Tim adalah fitur yang paling

penting dalam STAD. Pada tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat

anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim harus melakukan

yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.

c. Kuis

Setelah sekitar satu atau dua periode setelah guru memberikan pembelajaran

dan periode praktek/presentasi tim, siswa akan mengerjakan kuis individual.

Siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis,

sehingga masing-masing siswa bertanggung jawab secara individual untuk

memahami materinya.

d. Skor kemajuan individual

Gagasan di balik skor kemajuan individual adalah untuk memberikan tujuan

kinerja yang dapat dicapai siswa apabila mereka bekerja lebih giat daripada

sebelumnya. Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal

kepada timnya melalui skor ini. Tiap siswa diberikan skor awal, yang

diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelumnya dalam

mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin

untuk tim mereka. Gambaran untuk skor kemajuan individual seperti yang

disajikan pada Tabel 2.1.

e. Rekognisi tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila

skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Tiga macam tingkatan

Page 62: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

penghargaan bisa diberikan pada rekognisi tim ini, yang skornya dihitung

berdasarkan rata-rata kemajuan individu. Hal ini seperti yang disajikan pada

Tabel 2.2.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

a. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.

b. Guru membentuk beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari empat

sampai lima siswa dengan kemampuan yang heterogen.

c. Guru menyampaikan materi pelajaran secara garis besar.

d. Bahan atau materi yang telah dipersiapkan didiskusikan dalam kelompok

untuk mencapai kompetensi dasar.

e. Guru memanggil salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi

kelompoknya.

f. Perwakilan siswa dari kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.

g. Guru memfasilitasi siswa dalam bentuk rangkuman, mengarahkan, dan

memberikan penegasan pada pada materi pelajaran yang telah dipelajari.

h. Guru memberikan tes/kuis kepada siswa secara individu.

i. Guru memberikan pujian/penghargaan kepada kelompok berdasarkan

perolehan nilai hasil belajar individu dari skor dasar ke skor kuis berikutnya.

Keunggulan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

adalah sebagai berikut:

a. Keunggulan

Page 63: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Dapat diterapkan pada setiap mata pelajaran.

2) Setiap siswa dituntut untuk selalu siap dan bertanggung jawab penuh

terhadap diri sendiri dan juga kelompok terhadap suatu konsep ataupun

masalah yang diajukan oleh guru.

3) Siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi dapat membantu

siswa yang memiliki kemampuan akademik kurang tinggi.

b. Kelemahan

1) Siswa yang memiliki kemampuan akademik tinggi dapat mendominasi

kelompoknya.

2) Dalam penentuan anggota kelompok yang akan mempresentasikan hasil

diskusinya, dimungkinkan siswa yang memiliki kemampuan akademis

tinggi dibebani tugas untuk maju, sehingga siswa yang memiliki

kemampuan akademik tinggi dapat mendominasi diskusi/presentasi

kelas.

6. Minat Belajar Siswa pada Pelajaran Matematika

Minat merupakan salah satu hal yang menarik untuk dikaji oleh para

psikolog, karena memiliki peran yang cukup besar dalam pembentukan

kepribadian seseorang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, minat adalah

kecenderungan hati yang tinggi terhadap suatu gairah keinginan. Menurut Slameto

(2003: 180), minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu

hal atau aktifitas tanpa ada yang menyuruh. Pendapat lain mengenai definisi minat

seperti dikutip dari belajarpsikologi.com, bahwa minat adalah gejala psikologis

yang menunjukan adanya pengertian subyek terhadap obyek yang menjadi sasaran

Page 64: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

karena obyek tersebut menarik perhatian dan menimbulkan perasaan senang

sehingga cenderung kepada obyek tersebut. Berdasarkan beberapa uraian di atas,

minat apabila dikaitkan dengan belajar matematika dapat didefinisikan sebagai

kecenderungan rasa suka yang lebih yang menimbukan perasaan senang

mempelajari matematika.

Jika siswa memiliki minat yang tinggi terhadap mata pelajaran tertentu,

maka ia akan lebih bersemangat belajar sehingga dalam menyelesaikan

permasalahan dapat dilakukan dengan lebih mudah. Sebaliknya apabila memiliki

minat yang rendah terhadap mata pelajaran tertentu, maka ia akan kesulitan dalam

mempelajari mata pelajaran tersebut. Rusyan dalam Marfuah (2009: 30)

menyatakan bahwa belajar dengan minat akan mendorong siswa untuk belajar

lebih baik daripada belajar tanpa minat. Minat akan timbul apabila siswa tertarik

pada sesuatu karena sesuai dengan kebutuhannya atau merasakan bahwa sesuatu

yang dipelajarinya dirasakan bermakna bagi dirinya, namun, bila minat itu tidak

disertai dengan usaha yang baik, maka belajar juga sulit untuk berhasil. Lebih

lanjut Marfuah (2009: 30-31) mengutip pernyataan Keller yang menyarankan,

bahwa untuk memelihara minat siswa, guru harus mengembangkan proses

pembelajaran dalam model pembelajaran yang memenuhi karakteristik ARCS,

yaitu:

a. Menarik perhatian siswa (Attention).

Perhatian merupakan elemen minat dan juga merupakan prasyarat untuk

belajar, oleh karena itu, tugas pertama seorang guru dalam proses

pembelajaran adalah menarik perhatian siswa. Semakin menarik suatu proses

Page 65: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pembelajaran, semakin kuat keingintahuan siswa, sehingga perhatian siswa

akan lebih besar, namun demikian, menarik perhatian tidaklah cukup. Guru

hendaknya mengembangkan pembelajaran yang tidak saja menarik, tetapi

juga mampu memelihara perhatian siswa.

b. Berhubungan dengan kebutuhan individu (Relevance).

Hal ini mengacu pada persepsi siswa tentang pemuasan kebutuhan pribadi

yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Berdasarkan kondisi ini,

guru sebaiknya mengembangkan aktifitas pembelajaran yang membantu

siswa melihat kesesuaian antara proses pembelajaran dengan kehidupan

pribadi. Jika siswa melihat hubungan antara yang dipelajari dengan tujuan

siswa tersebut, maka siswa akan termotivasi untuk terlibat dalam proses

belajar.

c. Meningkatkan keyakinan diri individu mengenai kemampuan siswa dalam

menyelesaikan tugas-tugas dengan berhasil (Confidence).

Hal ini berhubungan dengan sikap siswa terhadap keberhasilan dan kegagalan

dalam pembelajaran yang diikutinya, keyakinan diri siswa berpengaruh

terhadap tingkah lakunya. Semakin yakin siswa berpikir bahwa dirinya akan

berhasil dalam proses pembelajaran, maka semakin kuat usaha yang

dilakukannya untuk mencapai tujuan belajar, oleh karena itu, untuk

meningkatkan keyakinan siswa, guru sebaiknya menyajikan persyaratan

penguasaan dan kriteria evaluasi untuk membantu siswa memperkirakan

kemungkinan keberhasilan yang dapat dicapainya, menyediakan balikan dan

Page 66: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

kesempatan untuk mengontrol, dan juga membantu siswa membuat hubungan

antara keberhasilan dan usaha.

d. Memberikan kepuasan dengan terpenuhinya harapan siswa serta memberikan

balikan yang sesuai (Satisfaction).

Hal ini mengacu pada perasaan puas siswa terhadap apa yang telah

dikuasainya. Kepuasan ini penting untuk memelihara minat, jika hasil usaha

siswa sesuai dengan harapan dirinya dan jika siswa merasa senang akan hasil

yang diperoleh, maka siswa tersebut mungkin akan terus termotivasi untuk

dapat terlibat dalam proses belajar.

Lebih lanjut Popham dalam Marfuah (2009: 1) menyatakan bahwa tidak

adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan menimbulkan kesulitan

belajar. Belajar yang tidak ada minatnya mungkin tidak sesuai dengan bakatnya,

tidak sesuai dengan kebutuhannya, tidak sesuai dengan kecakapan, tidak sesuai

dengan tipe-tipe khusus anak, banyak menimbulkan masalah pada dirinya, oleh

karena itu dalam proses pembelajaran tidak pernah terjadi proses dalam otak,

akibatnya timbul kesulitan belajar.

Minat akan lebih terpelihara jika siswa terlibat dalam aktivitas, dengan

memberi kesempatan berbuat untuk memenuhi keingintahuannya. Ada beberapa

faktor yang mempengarui minat, antara lain:

a. Faktor Fisiologis

Page 67: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Faktor fisiologis berhubungan dengan jasmani seseorang, jika jasmani

seseorang terganggu maka akan menyebabkan terganggunya kegiatan orang

tersebut.

b. Faktor Psikologis

Faktor psikologis yaitu faktor yang timbul dari dalam diri yang berhubungan

dengan psikis. Setiap orang memiliki psikis yang berbeda dengan orang lain,

sehingga keadaan belajar tiap orang tidaklah sama.

c. Faktor Sosiologis

Faktor sosiologis adalah faktor yang timbul dari luar diri seseorang yang

terdiri dari lingkungan hidup dan lingkungan tak hidup.

d. Faktor Intelektual

Faktor intelektual seseorang merupakan salah satu faktor yang ikut

menentukan berminat tidaknya seseorang untuk mempelajari suatu

pengetahuan.

Dalam proses pembelajaran, pendahuluan yang baik dapat meningkatkan

perhatian siswa sehingga motivasi dalam diri siswa terbangkitkan dan minat

terhadap bahan yang diajarkan mulai muncul. Kemunculan minat sebagai

landasan yang meyakinkan demi keberhasilan pembelajaran. Jika siswa memiliki

rasa ingin belajar, maka ia akan cepat mengerti dan memahaminya. Unsur dari

minat yang perlu dibangkitkan antara lain:

a. Kesadaran

Page 68: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kesadaran dapat diartikan sebagai sifat yang termasuk dalam proses dan

kejadian tertentu pada suatu organisme yang hidup dan dianggap sebagai

sesuatu. Kesadaran dapat juga digambarkan sebagai suatu kemauan untuk

mengadakan pengamatan terhadap suatu proses atau kejadian sebagaimana

adanya.

b. Perhatian

Perhatian merupakan pemusatan seluruh aktivitas seseorang yang ditujukan

pada sesuatu atau sekelompok obyek.

c. Konsentrasi

Konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal dengan mengabaikan

semua hal lainnya yang tidak berhubungan. Konsentrasi merupakan akibat

dari perhatian yang bersifat spontan yang ditimbulkan oleh minat terhadap

suatu obyek. Setelah seseorang memperhatikan obyek yang diminati,

kemudian ia semakin tertarik maka akan timbul perhatian atau konsentrasi

pada obyek tersebut.

d. Kemauan

Kemauan sebagai dorongan kehendak yang terarah pada suatu tujuan hidup

tertentu dan dikendalikan oleh pertimbangan akal budi. Kemauan merupakan

dorongan untuk membentuk dan melestarikan diri dalam arti mengembangkan

segenap bakat dan kemampuannya.

e. Perasaan Senang

Page 69: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Seseorang yang telah memiliki perasaan positif terhadap suatu obyek maka ia

akan merasa senang terhadap obyek tersebut.

Dari pembahasan di atas, maka minat merupakan salah satu faktor yang

membantu dan mendorong pada suatu kegiatan yang sedang dan akan

dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan. Minat seseorang dapat bertambah kuat

atau melemah sesuai dengan pengalamannya. Minat belajar harus selalu

dibangkitkan karena minat berhubungan dengan dorongan, motif-motif tertentu,

dan respon-respon emosional siswa. Minat belajar siswa dapat mempengaruhi

prestasi belajar siswa setelah proses pembelajaran. Pelajaran yang menarik minat

siswa lebih mudah dipelajari atau disimpan karena minat menambah kegiatan

belajar. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang

dapat mempengaruhi hasil belajar, akibatnya siswa yang memiliki minat belajar

tinggi terhadap sesuatu, maka ia akan terus berusaha untuk melakukan perubahan

sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya yaitu

prestasi belajar yang baik.

7. Alat Peraga

a. Pengertian alat peraga

Menurut Moh. Uzer Usman, (1989: 132), alat peraga pengajaran adalah

alat-alat yang digunakan oleh guru ketika mengajar untuk membantu memperjelas

materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya

verbalisme dalam diri siswa. Menurut Nasution (1989: 132) alat peraga adalah

alat yang dipergunakan oleh guru atau pendidik untuk membantu menerangkan

Page 70: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

sesuatu kepada siswa sesuai dengan bahan pengajaran yang diajarkan. Alat peraga

adalah segala alat yang berguna untuk mempermudah atau membantu proses

belajar mengajar. Pendapat lain dikemukakan oleh Sukayati dan Agus Suharjana

(2009: 6) yang menyatakan bahwa alat peraga merupakan media pembelajaran

yang mengandung atau membawakan ciri-ciri konsep yang dipelajari. Dari uraian

di atas, dapat disimpulkan bahwa alat peraga adalah alat yang digunakan oleh

guru untuk mempermudah ketika mengajar untuk membantu memperjelas atau

menerangkan ciri-ciri konsep yang dipelajari kepada siswa.

Secara umum, perkembangan intelektual siswa SMP berada pada tahap

peralihan dari tahap operasional konkret menuju ke tahap operasional semi

konkret, tetapi itu tidak berarti bahwa semua siswa SMP sudah berada pada tahap

tersebut, mungkin saja ada yang belum mencapai tahap tersebut, sehingga

penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika SMP sangat diperlukan.

Hal ini perlu diketahui oleh guru, agar dapat membantu siswa yang bersangkutan

dengan cara yang berbeda dengan siswa lain, sehingga dari sini alat peraga

diharapkan dapat mempermudah pemahaman matematika serta meningkatkan

prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran matematika, serta menumbuhkan citra

bahwa bahwa mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang mudah dan

menyenangkan.

Pemberian contoh melalui benda sebenarnya atau benda pengganti berarti

memperagakan sesuatu. Salah satu tujuan memperagakan adalah memberi variasi

dalam pengajaran dengan lebih banyak menyediakan realitas. Mengajar dengan

peragaan berarti mengajar dengan menyediakan fasilitas alat peraga atau media.

Page 71: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Banyak sumber yang mengatakan bahwa terdapat perbedaan antara alat peraga

dan media belajar, akan tetapi ada juga yang menggunakan istilah alat peraga dan

media saling bergantian untuk menunjuk pada suatu alat atau benda yang sama.

Perbedaan antara media belajar dan alat peraga lebih kepada fungsinya masing-

masing, bukan pada substansinya.

Sesuatu dikatakan alat peraga jika hanya berfungsi sebagai alat bantu saja

dan dikatakan media belajar jika sesuatu itu merupakan bagian dari seluruh

kegiatan belajar serta ada pembagian tugas kewenangan antara guru kelas dan

sumber lain. Dapat dikatakan bahwa alat peraga adalah bagian dari media belajar,

meskipun alat peraga sebagai alat bantu, namun alat peraga memegang peran

untuk meningkatkan hasil belajar dalam proses belajar mengajar.

Dengan pembelajaran menggunakan alat peraga, guru matematika

diharapkan dapat mendorong kreativitas siswa dengan cara membantu

menemukan ide dasar, aturan-aturan, dan prinsip matematika. Dengan penekanan

pada hal tersebut, diharapkan siswa pada akhirnya dapat menemukan hal-hal yang

menarik saat mempelajari matematika dan dapat menemukan, memeriksa serta

membuat generalisasi terhadap obyek yang dipelajari. Dalam mengajarkan

matematika, guru harus berusaha agar siswa memahami materi pelajaran,

sehingga minat belajar pada pelajaran matematika bertambah besar. Pengajaran

yang menggunakan banyak verbalisme tentu akan sangat membosankan bagi

siswa, sebaliknya pengajaran akan lebih menarik bila siswa gembira belajar atau

senang karena mereka merasa tertarik dan mengerti akan pelajaran yang

diterimanya. Siswa akan lebih besar minatnya pada matematika bila pelajaran itu

Page 72: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diberikan dengan baik dan menarik. Dengan menggunakan alat peraga,

diharapkan siswa akan tertarik pada pelajaran matematika

b. Tujuan Penggunaan Alat Peraga

1) Memberikan wahana untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematika

secara kreatif.

Bagi sebagian siswa, matematika tampak seperti suatu sistem yang kaku,

yang hanya berisi simbol-simbol dan sekumpulan dalil-dalil untuk

dipecahkan, padahal sesungguhnya matematika memiliki banyak hubungan

untuk mengembangkan kreatifitas.

2) Mengembangkan sikap.

Suasana pembelajaran matematika di kelas haruslah sedemikian rupa,

sehingga siswa dapat menyukai pelajaran tersebut, suasana semacam ini

merupakan salah satu hal yang dapat membuat siswa memperoleh

kepercayaan diri akan kemampuannya dalam belajar matematika melalui

pengalaman-pengalaman yang akrab dengan kehidupannya.

3) Menunjang matematika di luar kelas, yang menunjukkan penerapan

matematika dalam keadaan sebenarnya.

Siswa dapat menghubungkan pengalaman belajarnya dengan pengalaman

dalam kehidupan sehari-hari, siswa dapat menyelidiki atau mengamati benda-

benda di sekitarnya, kemudian mengorganisirnya untuk memecahkan suatu

masalah.

4) Memberikan motivasi dan memudahkan abstraksi.

Page 73: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dengan menggunakan alat peraga, diharapkan siswa dapat memperoleh

pengalaman-pengalaman yang baru dan menyenangkan, sehingga mereka

dapat menghubungkannya dengan matematika yang bersifat abstrak.

(Sukayati dan Agus Suharjana, 2009: 7)

Pendapat lain mengenai tujuan penggunaan alat peraga dikemukakan oleh

Moh. Uzer Usman (1989: 132) yang menyatakan bahwa tujuan penggunaan alat

peraga adalah sebagai berikut:

1) Meletakkan dasar-dasar konkret untuk berpikir, sehingga dapat mengurangi

verbalisme yaitu tahu istilah tetapi tidak tahu arti, tahu nama tetapi tidak tahu

bendanya.

2) Memperbesar perhatian siswa.

3) Membuat pelajaran lebih menetap atau tidak mudah untuk dilupakan.

4) Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan

berusaha sendiri di kalangan siswa.

5) Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinyu.

6) Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan

berbahasa.

Manfaat lain dari alat peraga dalam proses belajar mengajar adalah:

1) Sangat menarik minat siswa dalam belajar.

2) Mendorong siswa untuk bertanya dan berdiskusi karena ia ingin mengetahui

lebih banyak.

Page 74: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) Menghemat waktu mengajar, karena guru tidak perlu menerangkan sesuatu

dengan banyak perkataan, tetapi dengan memperlihatkan suatu gambar, benda

yang sebenarnya, atau alat yang lain.

Oemar Hamalik (1994: 18) mengemukakan bahwa melalui media atau alat

peraga, siswa akan memperoleh pengalaman yang luas dan lebih kaya. Dengan

demikian persepsinya akan menjadi lebih tepat, dan akan menimbulkan

keinginan-keinginan serta minat belajar yang baru. Hal yang perlu diperhatikan

pada pembelajaran dengan menggunakan alat peraga adalah sebagai berikut:

1) Penanaman konsep

a) Siswa perlu mempunyai kesiapan pengetahuan dan keterampilan prasyarat.

b) Siswa perlu mendapat pengalaman mengoptimalkan fungsi panca

inderanya dengan memanfaatkan multimedia yang disediakan oleh guru.

c) Siswa perlu mempunyai pengalaman mengidentifikasi contoh, dan bukan

contoh konsep.

2) Pemahaman konsep

a) Siswa perlu mempunyai kesiapan tentang konsep yang dipelajari pada

tahap sebelumnya.

b) Siswa perlu mendapat pengalaman yang cukup dengan variasi konsep.

c) Siswa perlu belajar tentang ciri, sifat, dan cara penerapan konsep.

d) Siswa perlu diberi kesempatan mengkomunikasikan pendapatnya.

3) Pembinaan keterampilan

a) Siswa dilatih mengingat dan menerapkan konsep-konsep yang telah

dipelajari pada tahap kegiatan belajar mengajar sebelumnya.

Page 75: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b) Siswa dilatih bekerja hanya dengan menggunakan simbol, tidak ada alat

peraga yang digunakan lagi.

c) Latihan bekerja dengan menggunakan waktu terbatas untuk memperkecil

waktu maksimum yang biasa digunakan siswa.

d) Dalam rangka evaluasi.

c. Persyaratan alat peraga

Sukayati dan Agus Suharjana (2009: 10) mengemukakan bahwa dalam

memilih alat peraga yang akan digunakan, hendaknya memenuhi persyaratan

sebagai berikut:

1) Sesuai dengan konsep matematika.

2) Dapat memperjelas konsep matematika, baik dalam bentuk real, gambar atau

diagram dan bukan sebaliknya (mempersulit pemahaman konsep matematika)

3) Tahan lama (dibuat dari bahan-bahan yang cukup kuat).

4) Bentuk dan warnanya menarik.

5) Dari bahan yang aman bagi kesehatan siswa.

6) Sederhana dan mudah dikelola.

7) Ukuran sesuai atau seimbang dengan ukuran fisik siswa.

8) Alat peraga diharapkan menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berpikir

abstrak bagi siswa, karena alat peraga tersebut dapat dimanipulasi (dapat

diraba, dipegang, dipindahkan, dipasangkan, dan sebagainya) agar siswa

dapat belajar secara aktif baik secara individual maupun kelompok.

9) Bila mungkin alat peraga tersebut dapat berfaedah banyak.

Page 76: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

d. Pemilihan Alat Peraga

Sukayati dan Agus Suharjana (2009: 10) mengemukakan bahwa pemilihan

alat peraga yang tepat dan digunakan secara benar diharapkan dapat:

1) Mempermudah abstraksi.

2) Memudahkan, memperbaiki, atau meningkatkan penguasaan konsep atau

fakta.

3) Memberikan motivasi.

4) Memberikan variasi pembelajaran.

5) Meningkatkan efisiensi waktu.

6) Menunjang kegiatan matematika di luar kelas yang menunjukkan penerapan

matematika pada peristiwa nyata.

7) Meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

e. Kegagalan Alat Peraga

Menurut Sukayati dan Agus Suharjana (2009: 11), penggunakan alat

peraga tidak selamanya mampu meningkatkan hasil belajar, lebih menarik, dan

sebagainya, adakalanya alat peraga menyebabkan hal yang sebaliknya, yaitu

menyebabkan kegagalan siswa dalam belajar. Kegagalan itu akan nampak bila:

1. Generalisasi konsep abstrak dari representasi hal-hal yang konkret tidak

tercapai.

2. Alat peraga yang digunakan hanya sekedar sajian yang tidak memiliki nilai-

nilai yang tidak menunjang konsep-konsep dalam matematika.

3. Tidak disajikan pada saat yang tepat.

Page 77: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Memboroskan waktu.

5. Diberikan pada siswa yang sebenarnya tidak memerlukannya.

6. Tidak menarik dan mempersulit konsep yang dipelajari.

8. Langkah Pembelajaran Kooperatif

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah sebagai

berikut:

a. Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.

2) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok secara heterogen. Setiap siswa

dalam kelompok mendapat nomor yang berbeda satu sama lain.

3) Guru mempresentasikan materi secara garis besar di depan kelas

menggunakan alat peraga.

4) Guru memberikan tugas yang harus dikerjakan secara berkelompok.

5) Siswa memposisikan dirinya sehingga duduk berdekatan dengan teman

yang sekelompok.

6) Siswa mendiskusikan persoalan yang diberikan dan bersama-sama

memecahkan persoalan yang diberikan menggunakan bantuan alat peraga

yang telah dipersiapkan oleh guru jika memang diperlukan.

7) Selama diskusi kelompok, guru bertindak sebagai motivator dan

membimbing siswa untuk belajar.

8) Kelompok merangkum semua hasil diskusi dan memastikan setiap anggota

kelompok mengetahui atau memahami hasil diskusi tersebut.

Page 78: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di depan kelas.

10) Siswa dari kelompok lain yang masih belum paham atau berbeda pendapat

menyampaikan pertanyaan atau pendapatnya, yang dibimbing oleh guru.

11) Guru bersama dengan siswa membuat rangkuman tentang hasil presentasi

siswa.

12) Guru mengadakan kuis atau tugas secara individu.

13) Guru memberikan pujian/ penghargaan kepada masing-masing kelompok.

14) Pada pertemuan kedua dan seterusnya, penggunaan alat peraga dapat

dihilangkan apabila konsep faktorisasi aljabar yang dimiliki oleh siswa

sudah terbentuk.

b. Pembelajaran Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division

(STAD)

1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa.

2) Guru membentuk beberapa kelompok, setiap kelompok terdiri dari empat

sampai lima siswa dengan kemampuan yang heterogen.

3) Guru menyampaikan materi pelajaran secara garis besar menggunakan alat

peraga.

4) Bahan atau materi termasuk alat peraga yang telah dipersiapkan

didiskusikan dalam kelompok untuk mencapai kompetensi dasar.

5) Guru memanggil salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya.

6) Perwakilan siswa dari kelompok mempresentasikan hasil diskusinya.

Page 79: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7) Guru memfasilitasi siswa dalam bentuk rangkuman, mengarahkan, dan

memberikan penegasan pada pada materi pelajaran yang telah dipelajari.

8) Guru memberikan tes/ kuis kepada siswa secara individu.

9) Guru memberikan pujian/ penghargaan kepada kelompok berdasarkan

perolehan nilai hasil belajar individu dari skor dasar ke skor kuis

berikutnya.

10) Pada pertemuan kedua dan seterusnya, penggunaan alat peraga dapat

dihilangkan apabila konsep faktorisasi aljabar yang dimiliki oleh siswa

sudah terbentuk.

B. Penelitian yang Relevan

1. Sri Supanti Nur Hayati (2004) dalam penelitiannya yang berjudul

Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau dari Sikap Siswa Terhadap

.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran

tanpa alat peraga. Kesamaan penelitian yang dilakukan oleh Sri Supanti

Nur Hayati dengan yang dilakukan oleh peneliti adalah keduanya sama-

sama menggunakan alat peraga, sedangkan perbedaannya adalah pada

materi pelajaran yang diteliti.

2. Robertus Margana (2010) dalam penelitiannya yang berjudul

Numbered Heads

Page 80: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Together terhadap Hasil Belajar Matematika ditinjau dari Kemampuan

Awal Siswa Kelas X SMA Negeri Surakarta Tahun Pelajaran 2009/

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe NHT lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran

konvensional. Kesamaan penelitian yang dilakukan oleh Robertus

Margana dengan yang dilakukan oleh peneliti adalah keduanya sama-sama

menggunakan model pembelajaaran kooperatif tipe NHT, sedangkan

perbedaannya adalah pada materi pelajaran yang diteliti.

3. Pembelajaran

Kooperatif tipe STAD pada Pokok Bahasan Faktorisasi Suku Aljabar

Ditinjau dari Partisipasi Orangtua pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri se-

Kabupaten Ponorogo tahun pelajaran 2007/

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model

kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran

konvensional. Kesamaan penelitian yang dilakukan oleh Hadi Wiyono

dengan yang dilakukan oleh peneliti adalah keduanya sama-sama

menggunakan model kooperatif tipe STAD dan meneliti materi faktorisasi

suku aljabar, sedangkan perbedaannya adalah pada penelitian yang

dilakukan oleh Hadi Wiyono, model pembelajaran yang dibandingkan

adalah STAD dan konvensional, sedangkan peneliti membandingkan NHT

dengan STAD.

Page 81: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4.

Achievement and Attitude towards Mathematics oleh Effandi Zakaria, Lu

Chung Chin and Md. Yusoff Daud tahun 2010.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah

pembelajaran yang efektif, sehingga guru perlu menggunakannya dalam

proses pembelajaran. Perbedaan yang mendasar dengan penelitian ini

adalah ukuran populasi, subyek, variabel yang diukur, materi pokok, dan

waktu penelitian.

5. Cooperative Learning in a Competitive Environment: Classroom

Applications oleh Simon Attle dan Bob Barker tahun 2007.

Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat banyak manfaat saat

melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran kooperatif. Perbedaan

yang mendasar dengan penelitian ini adalah ukuran populasi, subyek,

variabel yang diukur, materi pokok, dan waktu penelitian.

6. Effects of Numbered Heads Together on The Daily Quiz Scores and On-

Task Behavior of Students with Disabilities oleh Haydon, Maheady, dan

Hunter tahun 2010.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe NHT memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan

prestasi belajar siswa. Perbedaan yang mendasar dengan penelitian ini

adalah ukuran populasi, subyek, variabel yang diukur, materi pokok, dan

waktu penelitian.

Page 82: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7. Effects of Student Teams Achievement Divisions Strategy and Mathematics

Knowledge on Learning Outcomes in Chemical Kinetics oleh Adesoji dan

Ibraheem tahun 2009.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD memberikan pengaruh yang signifikan terhadap

peningkatan prestasi belajar siswa. Perbedaan yang mendasar dengan

penelitian ini adalah ukuran populasi, subyek, variabel yang diukur, materi

pokok, dan waktu penelitian.

8. The Effects of Numbered Heads Together With and Without an Incentive

Package on the Science Test Performance of a Diverse Group of Sixth

Graders oleh Maheady, Michielli-Pendl, Harper, dan Mallette tahun 2006.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT dengan pemberian penghargaan lebih efektif dalam

meningkatkan kemampuan siswa sehingga berdampak pada peningkatan

prestasi belajar siswa dibandingkan penerapan model pembelajaran

kooperatif tipe NHT tanpa pemberian penghargaan. Perbedaan yang

mendasar dengan penelitian ini adalah ukuran populasi, subyek, variabel

yang diukur, materi pokok, dan waktu penelitian.

C. Kerangka Pikir

Model pembelajaran yang diterapkan guru merupakan salah satu faktor

penting yang mempengaruhi kualitas pembelajaran, termasuk pembelajaran

matematika. Model pembelajaran memang bukan satu-satunya faktor yang

Page 83: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

mempengaruhi pembelajaran, karena masih terdapat beberapa faktor lain yang

juga sangat mempengaruhi keterlaksanaan pembelajaran, misal: kurikulum,

ketersediaan sarana prasarana, kualitas guru, kualitas input (siswa), kultur

sekolah, dan lain-lain. Akan tetapi, keterpenuhan faktor pendukung lain dalam

pembelajaran tidak akan efektif apabila guru tidak mampu menerapkan model

pembelajaran yang tepat di kelas. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas

pembelajaran harus meliputi perbaikan model pembelajaran oleh guru.

Keberhasilan siswa dalam melakukan aktivitas belajar dapat dilihat salah

satunya dari hasil belajarnya. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

NHT dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat

memberikan nuansa yang menyenangkan bagi siswa sehingga transfer materi

pembelajaran tidak terasa menjemukan. Salah satu hal yang membedakan antara

NHT dan STAD adalah pada saat guru meminta siswa untuk mempresentasikan

hasil diskusi kelompok ke depan kelas. Pada NHT, guru hanya memanggil nomor

yang dimiliki siswa tanpa tahu siapa siswa yang akan melakukan presentasi, hal

ini menyebabkan siswa memiliki kemungkinan yang sama untuk maju, sehingga

siswa dimungkinkan akan mempersiapkan diri lebih baik sebagai bentuk

antisipasi kalau dirinya yang harus maju. Hal yang berbeda pada STAD, di mana

guru meminta siswa untuk maju sebagai perwakilan kelompok untuk

mempresentasikan hasil diskusi, sehingga dimungkinkan yang maju adalah siswa

yang paling siap atau siswa yang memiliki kemampuan akademik lebih tinggi

dibandingkan dengan siswa lain dari kelompok tersebut. Hal ini menyebabkan

tidak semua siswa mempersiapkan diri dengan baik karena ada sedikit

Page 84: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ketergantungan pada siswa yang dianggap paling pandai di kelompoknya. Dari

sini dapat diduga bahwa siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe

NHT memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi dimungkinkan akan

bertambah ketertarikannya terhadap mata pelajaran matematika dibandingkan

dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang ataupun rendah, hal

ini dikarenakan siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi adalah siswa

yang biasanya mempunyai rasa suka terhadap mata pelajaran matematika, oleh

karena itu diduga siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi lebih baik

prestasi belajarnya dibandingkan siswa yang memiliki minat belajar matematika

sedang maupun minat belajar matematika rendah, dan siswa yang memiliki minat

belajar matematika sedang lebih baik prestasi belajarnya dibandingkan dengan

siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah.

Siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi biasanya adalah

siswa yang lebih menyukai matematika dibandingkan dengan siswa yang

memiliki minat belajar matematika sedang maupun siswa yang memiliki minat

belajar matematika rendah, selain itu siswa yang memiliki minat belajar

matematika sedang biasanya lebih menyukai matematika dibandingkan siswa

yang memiliki minat belajar matematika rendah. Dari sini dapat diduga bahwa

pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD, siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi lebih

baik prestasi belajarnya dibandingkan siswa yang memiliki minat belajar

Page 85: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

matematika sedang maupun minat belajar matematika rendah, dan siswa yang

memiliki minat belajar matematika sedang lebih baik prestasi belajarnya

dibandingkan dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah.

Perbedaan pada NHT dan STAD dalam menentukan siswa yang harus

maju mempresentasikan hasil diskusi kelompok membuat siswa yang dikenai

model pembelajaran kooperatif tipe NHT cenderung harus lebih mempersiapkan

diri dengan lebih baik dibandingkan siswa yang dikenai model pembelajaran

kooperatif tipe STAD, dari sini dapat diduga pada siswa yang memiliki minat

belajar matematika rendah, minat belajar matematika sedang, dan minat belajar

matematika tinggi, model pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan

pengaruh yang lebih baik dibanding model pembelajaran kooperatif tipe STAD

terhadap prestasi belajar matematika siswa.

D. Hipotesis Penelitian

1. Siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki

prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dikenai

model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada materi faktorisasi suku

aljabar siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

2. Siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi memiliki prestasi

belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki minat belajar

matematika sedang maupun siswa yang memiliki minat belajar matematika

rendah, siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang memiliki

prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki minat

Page 86: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

belajar matematika rendah pada materi faktorisasi suku aljabar siswa kelas

VIII SMP di Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

3. Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa yang memiliki minat

belajar matematika tinggi, memiliki prestasi belajar yang lebih baik

dibandingkan siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang dan

minat belajar matematika rendah, siswa yang memiliki minat belajar

matematika sedang, memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan

siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah pada materi faktorisasi

suku aljabar siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

4. Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa yang memiliki minat

belajar matematika tinggi, memiliki prestasi belajar yang lebih baik

dibandingkan siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang dan

minat belajar matematika rendah, siswa yang memiliki minat belajar

matematika sedang, memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan

siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah pada materi faktorisasi

suku aljabar siswa kelas VIII SMP di Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

5. Pada siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah, model

pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi belajar yang lebih

baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap

prestasi belajar pada materi faktorisasi suku aljabar siswa kelas VIII SMP di

Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

6. Pada siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang, model

pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi belajar yang lebih

Page 87: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap

prestasi belajar pada materi faktorisasi suku aljabar siswa kelas VIII SMP di

Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

7. Pada siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi, model

pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi belajar yang lebih

baik dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap

prestasi belajar pada materi faktorisasi suku aljabar siswa kelas VIII SMP di

Kabupaten Klaten Jawa Tengah.

Page 88: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian

1. Tempat dan Subyek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada SMP Negeri di Kabupaten Klaten, Jawa

Tengah, dengan subyek penelitiannya adalah siswa kelas VIII semester 1 tahun

pelajaran 2011/2012.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran

2011/2012 dengan tahapan sebagai berikut:

Tabel 3.1. Tahapan Penelitian

No Tahapan Waktu

Pelaksanaan Kegiatan

1 Perencanaan Maret-Juli 2011 a. Penyusunan usulan penelitian b. Penyusunan perangkat

pembelajaran dan instrumen penelitian

2 Pelaksanaan Juli-September 2011

a. Pengajuan ujicoba dan ijin penelitian

b. Ujicoba instrumen c. Analisis data hasil ujicoba serta

revisi instrumen berdasarkan hasil uji coba

d. Pengambilan data e. Analisis data awal siswa f. Pelaksanaan eksperimen g. Pengumpulan data

3 Finalisasi Oktober 2011-Januari 2012

a. Analisis data hasil penelitian b. Pelaporan hasil penelitian

Page 89: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Jenis dan Desain Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental semu (quasi

experimental research). Metode eksperimental semu dipilih karena peneliti tidak

mampu mengontrol semua variabel penelitian. Hal ini sesuai dengan yang

dikemukakan oleh Budiyono (2003: 82-83) bahwa tujuan penelitian eksperimental

semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi

informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam

keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi semua

variabel yang relevan. Variabel, menurut Sugiyono (2010: 2) diartikan sebagai

segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Peneliti merancang pembelajaran matematika menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD kemudian melakukan percobaan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap

prestasi belajar siswa.

Budiyono (2003: 83) mengemukakan bahwa penelitian eksperimental

semu secara khusus meneliti mengenai keadaan praktis yang di dalamnya tidak

mungkin untuk mengendalikan semua variabel yang relevan kecuali beberapa dari

variabel-variabel tersebut. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Budiyono (2003:

83) yang menyatakan bahwa, sulit untuk mengendalikan semua variabel pada

penelitian yang subyeknya adalah manusia (siswa), sehingga dalam penelitian ini

yang dikendalikan adalah kemampuan awal siswa.

Page 90: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rancangan faktorial 2×3, dengan dua variabel bebas yaitu penggunaan model

pembelajaran dan minat belajar matematika siswa, serta satu variabel terikat yaitu

prestasi belajar matematika siswa. Rancangan ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Tabel 3.2. Skema Rancangan Penelitian

Model Pembelajaran Minat Belajar

Rendah (b1) Sedang (b2) Tinggi (b3) NHT (a1) ab11 ab12 ab13

STAD (a2) ab21 ab22 ab23

Keterangan:

ab11 : Kelompok siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dan memiliki minat belajar matematika rendah.

ab12 : Kelompok siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dan memiliki minat belajar matematika sedang.

ab13 : Kelompok siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dan memiliki minat belajar matematika tinggi.

ab21 : Kelompok siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dan memiliki minat belajar matematika rendah.

ab22 : Kelompok siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dan memiliki minat belajar matematika sedang.

Page 91: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ab23 : Kelompok siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dan memiliki minat belajar matematika tinggi.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya, populasi bukan hanya sekedar

jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari tetapi meliputi seluruh

karakteristik/sifat yang dimiliki subyek atau obyek yang diteliti itu (Sugiyono,

2010: 61). Pendapat ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Budiyono (2009:

121), bahwa keseluruhan pengamatan yang ingin diteliti, berhingga atau tak

berhingga, membentuk apa yang disebut populasi (universum), dengan demikian,

populasi merupakan seluruh objek individu dengan karakteristik tertentu yang

hendak diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri

di Kabupaten Klaten, Jawa tengah semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012

yang terdiri dari 65 sekolah. Daftar SMP Negeri di Kabupaten Klaten

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

2. Sampel

Sugiyono (2010: 62), mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi, Budiyono (2009: 121)

mendefinisikan sampel sebagai sebagian dari populasi yang diamati. Sampel yang

Page 92: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diambil dalam penelitian ini sebanyak tiga sekolah dengan masing-masing

sebanyak dua kelas, di mana kelas pertama digunakan sebagai kelas eksperimen

satu, sedangkan kelas kedua digunakan sebagai kelas eksperimen dua.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Untuk menentukan sampel penelitian, peneliti melakukan sampling.

Menurut Sugiyono (2010: 62), sampling adalah teknik pengambilan sampel. Hal

ini juga sesuai dengan yang disampaikan oleh Budiyono (2009: 121) bahwa

sampling merupakan suatu proses pengambilan sampel. Dalam setiap penelitian,

sampling yang dilakukan oleh peneliti bertujuan untuk memperoleh sampel

penelitian yang mewakili populasi. Dengan meneliti sampel yang mewakili

populasi, hasil penelitian diharapkan mampu digunakan untuk menggeneralisasi

populasi. Dalam penelitian ini, sampling dilakukan dengan menggunakan teknik

stratified cluster random sampling.

Tahapan sampling yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu dari 65 SMP

yang ada di Kabupaten Klaten terlebih dahulu diurutkan berdasarkan nilai rerata

mata pelajaran matematika siswa pada ujian nasional tahun pelajaran 2009/2010.

Selanjutnya, urutan tersebut dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yakni

kelompok tinggi, sedang, dan rendah. Pengelompokkan sekolah pada masing-

masing kelompok berdasarkan ketentuan sebagai berikut.

Kelompok tinggi, X.

Kelompok sedang, X .

Page 93: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kelompok rendah, X .

Keterangan:

X = rerata nilai matematika pada ujian nasional tahun pelajaran 2009/2010

= rerata gabungan

= simpangan baku gabungan (Budiyono, 2011: 52).

Berdasarkan hasil perhitungan terhadap rerata nilai matematika pada ujian

nasional tahun pelajaran 2009/2010, diperoleh nilai rerata sebesar 6,606, dan

simpangan baku sebesar 1,051. Dengan demikian, pengelompokkan sekolah pada

masing-masing kategori adalah sebagai berikut:

Kelompok tinggi, .

Kelompok sedang, .

Kelompok rendah, .

Pengelompokkan SMP pada masing-masing kategori selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran 6.

Dari tiga kelompok SMP tersebut, diambil secara acak masing-masing satu

SMP sedemikian sehingga diperoleh satu SMP dari kelompok tinggi, satu SMP

dari kelompok sedang, dan satu SMP dari kelompok rendah, selanjutnya, dari

masing-masing SMP yang terpilih, diambil secara acak masing-masing dua kelas.

Dari dua kelas yang diperoleh, satu kelas digunakan sebagai kelas eksperimen

Page 94: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

satu dan satu kelas lain digunakan sebagai kelas eksperimen dua. Untuk

memenuhi asumsi acak, pemilihan sekolah, kelas ekperimen satu, dan kelas

eksperimen dua dilakukan melalui pengundian. Hasil pengundian terhadap

masing-masing SMP pada tiap kategori, dan kelas yang digunakan sebagai kelas

eksperimen satu dan eksperimen dua adalah sebagai berikut:

a. SMP Negeri 1 Manisrenggo Klaten sebagai SMP dari kelompok tinggi dengan

kelas VIII A sebagai kelas eksperimen satu, yakni kelas yang dikenai model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dan kelas VIII B sebagai kelas eksperimen

dua, yakni kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

b. SMP Negeri 1 Kebonarum Klaten sebagai SMP dari kelompok sedang dengan

kelas VIII B sebagai kelas eksperimen satu, yakni kelas yang dikenai model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dan kelas VIII A sebagai kelas eksperimen

dua, yakni kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

c. SMP Negeri 2 Jogonalan Klaten sebagai SMP dari kelompok rendah dengan

kelas VIII B sebagai kelas eksperimen satu, yakni kelas yang dikenai model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dan kelas VIII A sebagai kelas eksperimen

dua, yakni kelas yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

D. Metode Pengumpulan Data

1. Variabel Penelitian

Penelitian ini memiliki dua variabel bebas dan satu variabel terikat,

variabel bebas adalah model pembelajaran dan minat belajar matematika siswa,

sedangkan variabel terikat adalah prestasi belajar matematika siswa.

a. Variabel Bebas

Page 95: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Model pembelajaran

a) Definisi operasional: bentuk pembelajaran yang sistematis tergambar dari

awal sampai akhir yang disajikan secara khas untuk mencapai tujuan

pembelajaran.

b) Simbol: ai, i = 1, 2; dengan a1= NHT, a2= STAD.

2) Minat belajar siswa pada pelajaran matematika

a) Definisi operasional: kecenderungan rasa suka yang lebih yang

menimbukan perasaan senang mempelajari matematika.

b) Skala pengukuran: skala interval yang diubah ke dalam skala ordinal yang

terdiri dari 3 kategori skor sebagai berikut.

minat belajar tinggi: .

minat belajar sedang: .

minat belajar rendah .

Dengan = rerata skor angket minat belajar siswa, dan s = simpangan

baku.

c) Simbol: bj, j = 1, 2, 3; dengan b1: minat belajar matematika rendah, b2:

minat belajar matematika sedang, dan b3: minat belajar matematika tinggi.

b. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar matematika.

Page 96: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) Definisi operasional: penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dapat

dinyatakan dalam bentuk indikator yang diperoleh dari hasil belajar

matematika.

2) Skala pengukuran: skala interval.

3) Simbol: ab.

2. Metode Pengumpulan Data

Metode atau instrumen pengumpul data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut.

a. Metode Dokumentasi

Budiyono (2003: 54) mengemukakan bahwa metode dokumentasi adalah

cara pengumpulan data dengan melihat dokumen-dokumen yang telah ada. Pada

penelitian ini, metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data nilai

ulangan siswa yang dijadikan sebagai sampel penelitian pada mata pelajaran

matematika sebelum diadakan penelitian, yang untuk selanjutnya disebut data

kemampuan awal siswa. Data nilai siswa tersebut digunakan untuk uji

keseimbangan rerata antara kelompok eksperimen satu dengan kelompok

eksperimen dua, selain itu metode dokumentasi dipergunakan untuk mendapatkan

data mengenai rerata nilai matematika pada ujian nasional tahun 2009/2010, data

mengenai jumlah dan nama siswa yang dijadikan sampel penelitian pada SMP

yang terpilih pada masing-masing kelompok.

Page 97: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Metode Angket

Budiyono (2003: 47) mengemukakan bahwa metode angket adalah cara

pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada

subjek penelitian, responden, atau sumber data dan jawabannya diberikan pula

secara tertulis. Pada penelitian ini, metode angket dipergunakan untuk

memperoleh data mengenai minat belajar matematika siswa. Instrumen angket

minat belajar matematika siswa pada penelitian ini direncanakan sebanyak 30

butir soal, sehingga dalam uji coba instrumen angket minat belajar matematika

siswa diperlukan sebanyak 40 butir soal, hal ini sesuai dengan yang disampaikan

oleh Budiyono (2011: 29), di mana masing-masing butir soal instrumen angket

minat belajar siswa memiliki 4 alternatif pilihan jawaban yaitu sangat setuju,

setuju, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Untuk pertanyaan yang bersifat positif

maupun negatif skor diberikan sebagai berikut:

Tabel 3.3. Pemberian Skor Angket Skala Likert

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Skor Sangat Setuju Sangat Tidak Setuju 4

Setuju Tidak Setuju 3 Tidak Setuju Setuju 2

Sangat Tidak Setuju Sangat Setuju 1

Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Budiyono, (2011: 44).

c. Metode Tes

Budiyono (2003: 54) mengemukakan bahwa metode tes adalah cara

pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan atau

suruhan-suruhan kepada subyek penelitian. Pada penelitian ini, metode tes

dipergunakan untuk mengukur hasil belajar siswa, baik yang dikenai

Page 98: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT maupun

yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Metode tes ini diberikan

setelah siswa diberi perlakuan. Instrumen tes prestasi belajar matematika siswa

pada penelitian ini direncanakan sebanyak 30 butir soal, sehingga dalam uji coba

instrumen tes prestasi belajar matematika siswa diperlukan sebanyak 40 butir soal,

hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Budiyono (2011: 29).

3. Uji Coba Instrumen Angket Minat Belajar Matematika

Guna menjamin bahwa instrumen angket yang dipakai dalam penelitian ini

telah memenuhi kelayakan, sebelum digunakan angket akan diuji coba terlebih

dahulu. Adapun uji coba instrumen angket yang dilakukan adalah meliputi: uji

validitas, konsistensi internal, dan reliabilitas.

a. Uji Validitas

Budiyono (2003: 58) mengemukakan bahwa pada beberapa instrumen,

validitas bergantung pada ketepatan pemilihan sampel atas domain atau isi

tertentu suatu behaviour (tingkah laku). Validitas isi menunjukkan sejauh mana

item-item dalam angket mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur

oleh tes itu (isinya harus tetap relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan

pengukuran). Pengujian validitas isi tidak melalui analisis statistika tetapi analisis

rasional yaitu dengan melihat apakah item-item angket telah ditulis sesuai dengan

blue-printnya yaitu telah sesuai dengan batasan domain ukur yang telah

ditetapkan semula dan memeriksa apakah masing-masing item telah sesuai

dengan indikator perilaku yang hendak diungkap, selain itu, Budiyono (2003: 59)

Page 99: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

juga mengemukakan bahwa untuk menilai apakah suatu angket mempunyai

validitas yang tinggi atau tidak, biasanya dilakukan melalui expert judgment yaitu

penelaahan validasi yang dilakukan oleh pakar. Dalam penyusunan dan

pengembangan berbagai tes ataupun angket, pengujian validitas suatu instrumen

dalam menjalankan fungsi ukurnya seringkali dapat dilakukan dengan melihat

sejauh mana kesesuaian antara hasil ukur instrumen tersebut dengan hasil

instrumen lain yang sudah teruji kualitasnya atau dengan ukuran-ukuran yang

dianggap reliabel. Penilaian instrumen angket mempunyai validitas isi yang tinggi

ataupun tidak, biasanya dilakukan oleh validator, sehingga suatu butir angket

dikatakan valid jika sudah dilakukan penilaian oleh validator.

b. Uji Konsistensi Internal

Untuk menentukan konsistensi internal masing-masing butir dilihat dari

korelasi antara butir-butir tersebut dengan skor totalnya. Adapun uji konsistensi

internal angket dalam penelitian ini menggunakan rumus dari Kearl Pearson

sebagai berikut (Budiyono, 2009: 270)

dengan

= indeks konsistensi internal untuk butir ke-i.

= banyak subyek yang dikenai tes instrumen.

= skor untuk butir ke-i dari subyek uji coba.

Page 100: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

= total skor dari subyek uji coba.

Setiap item pernyataan pada instrumen angket minat belajar matematika siswa

dikatakan konsisten apabila memenuhi kriteria indeks konsistensi internal ( )

, dan dikatakan tidak konsisten apabila tidak memenuhi kriteria indeks

konsitensi internal, sehingga penentuan butir pernyataan yang dapat digunakan

sebagai butir instrumen angket minat belajar matematika siswa adalah butir

tersebut harus konsisten atau memiliki indeks konsistensi internal ( ) .

c. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas instrumen angket ini menggunakan teknik Cronbach Alpha

(Budiyono, 2003: 70):

dengan

= indeks reliabilitas angket.

= banyaknya butir angket.

= variansi butir ke-i, i .

= variansi skor-skor yang diperoleh subyek uji coba.

Instrumen angket dikatakan reliabel apabila , sehingga suatu instrumen

angket dapat digunakan apabila memiliki indeks reliabilitas angket .

Page 101: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4. Uji Coba Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika

a. Uji Validitas

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa instrumen dalam

penelitian ini meliputi instrumen minat belajar matematika siswa dan instrumen

pengumpul data yang berupa soal tes prestasi belajar matematika. Menurut Allen

dan Yen dalam Budiyono (2003: 60), terdapat dua hal utama dalam validitas isi,

yaitu validitas dari segi tampilannya (face validity) dan validitas logis (logical

validity). Guna memenuhi validitas tampilan digunakan teknik expert judgement

dan guna memenuhi validitas logisnya dibuat kisi-kisi Tabel spesifikasi tes yang

menggambarkan domain hasil belajar yang diukur. Pada uji coba instrumen tes

prestasi belajar matematika ini, validitas isi yang digunakan adalah validitas logis.

Para pakar yang dilibatkan dalam validasi instrumen adalah untuk melihat

kesesuaian antar soal dengan kunci jawaban, kesesuaian dengan kisi-kisi soal,

serta kesesuaian soal dengan indikator. Penilaian instrumen tes biasanya

dilakukan oleh validator, sehingga suatu butir tes dikatakan valid jika sudah

dilakukan penilaian oleh validator.

b. Uji Tingkat Kesukaran

Budiyono (2011: 30) mengemukakan bahwa tingkat kesukaran butir soal

menyatakan proporsi banyaknya peserta yang menjawab benar butir soal tersebut

terhadap seluruh peserta tes. Rumus indeks tingkat kesukaran yaitu:

dengan

Page 102: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

= indeks tingkat kesukaran suatu butir soal.

= banyak siswa yang menjawab benar.

= banyak peserta tes.

Butir soal dikatakan memiliki tingkat kesukaran yang baik apabila ,

sehingga butir soal memenuhi kriteria butir soal yang baik dan dapat

dipergunakan sebagai butir soal pada instrumen tes prestasi belajar apabila indeks

tingkat kesukaran butir soal berada pada interval .

c. Uji Daya Pembeda

Budiyono (2011: 31) mengemukakan bahwa daya pembeda suatu butir

soal dapat digunakan untuk membedakan siswa yang pandai dengan siswa tidak

pandai. Rumus indeks daya beda yang digunakan adalah:

dengan

= indeks daya pembeda butir soal.

= banyaknya responden.

= skor butir.

= Skor total.

Page 103: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Butir soal dikatakan memiliki indeks daya pembeda yang baik apabila ,

hal ini berarti suatu butir soal memenuhi indeks daya pembeda yang baik dan

dapat dipergunakan sebagai butir instrumen tes prestasi belajar siswa apabila

memiliki indeks daya pembeda .

d. Uji Reliabilitas

Instrumen tes prestasi belajar matematika yang digunakan dalam

penelitian ini adalah tes obyektif jenis pilihan berganda dengan empat alternatif

pilihan jawaban, di mana setiap jawaban benar diberi skor 1 dan setiap jawaban

salah atau tidak menjawab diberi skor 0. Perhitungan reliabilitas instrumen tes

prestasi belajar siswa ini menggunakan rumus Kuder-Richardson dengan KR-20

dalam Budiyono (2003: 69), yaitu:

,

dengan

= indeks reliabilitas tes instrumen.

= banyaknya butir instrumen.

= variansi total.

= proporsi banyaknya subyek yang menjawab benar pada butir ke-i.

= 1- .

Page 104: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Suatu instrumen tes dikatakan reliabel apabila > 0, 70, hal ini berarti bahwa

suatu instrumen tes dikatakan reliabel dan dapat dipergunakan sebagai instrumen

tes prestasi belajar matematika apabila memiliki indeks reliabilitas tes > 0, 70.

E. Teknik Analisis Data

Sebelum melakukan eksperimen, terlebih dahulu dilakukan uji

keseimbangan terhadap kemampuan awal matematika siswa pada kelompok

eksperimen satu dan kelompok eksperimen dua. Uji keseimbangan ini

dilakukan dengan menguji kesamaan rerata kemampuan awal matematika,

yakni rerata nilai ulangan harian terakhir pada saat siswa berada pada kelas VII

tahun pelajaran 2010/ 2011. Untuk keperluan tersebut, data dianalisis meng-

gunakan uji-t, sebelum data dianalisis menggunakan uji-t, terhadap data

tersebut dilakukan uji prasyarat, sebagai tahapan dalam melakukan analisis

data statistik sebagai berikut:

1. Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat untuk uji keseimbangan ini meliputi uji homogenitas variansi

populasi dan uji normalitas populasi. Uji homogenitas diperlukan untuk

mengetahui apakah variansi kedua kelompok sampel berasal dari populasi yang

homogen, sedangkan uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah kedua

kelompok sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

a. Uji Homogenitas Varinsi Populasi

Prosedur untuk melakukan uji homogenitas adalah sebagai berikut:

1) (variansi populasi homogen).

Page 105: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

tidak semua variansi sama (variansi populasi tidak homogen).

2)

3) Statistik uji:

= banyaknya populasi= banyaknya sampel.

N = banyak seluruh nilai.

nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j.

fj = nj-1= derajat kebebasan untuk ; j .

f = = derajat kebebasan untuk RKG.

c = .

RKG = rerata kuadrat galat = .

SSj = .

4) Daerah kritik:

DK = .

5) Keputusan uji:

ditolak apabila statistik uji berada pada daerah kritik.

(Budiyono: 2009: 176)

b. Uji Normalitas

Prosedur untuk melakukan uji normalitas adalah sebagai berikut:

Page 106: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1) : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

: sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

2)

3) Statistik uji:

= proporsi cacah terhadap seluruh

4) Daerah kritik:

DK = , dengan n adalah banyaknya sampel.

5) Keputusan uji: ditolak apabila nilai statistik uji berada dalam daerah

kritik, Budiyono (2009: 170-171).

2. Uji Keseimbangan

Tahapan selanjutnya dalam melakukan analisis data setelah melakukan uji

homogenitas dan uji normalitas adalah melakukan uji keseimbangan dua

kelompok yang dijadikan subjek penelitian. Data nilai terakhir ulangan

matematika kelas VII semester 2 tahun ajaran 2010/ 2011 dipergunakan untuk

mengetahui apakah kedua kelompok dalam keadaan seimbang, hal ini bertujuan

untuk mengetahui apakah kedua populasi berada dalam keadaan awal yang

seimbang, sehingga apabila ada perubahan setelah penelitian benar-benar

dikarenakan karena adanya perlakuan, bukan karena faktor yang lain.

Prosedur untuk melakukan uji keseimbangan adalah sebagai berikut:

Page 107: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Hipotesis:

H0 : (Kedua populasi mempunyai kemampuan awal yang sama)

H1 : (Kedua populasi tidak mempunyai kemampuan awal yang

sama)

b.

c. Statistik uji:

Apabila sampel berasal dari populasi berdistribusi normal dan memiliki

variansi yang homogen, maka:

Apabila sampel berasal dari populasi berdistribusi normal dan tidak memiliki

variansi yang homogen, maka:

, dengan

= rerata kelompok pertama.

= rerata kelompok kedua.

= simpangan baku gabungan.

= banyaknya sampel pada kelompok pertama.

= banyaknya sampel pada kelompok kedua.

d. Daerah kritik:

Apabila variansi homogen:

DK=

Page 108: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Apabila variansi tidak homogen:

DK={t t atau t }

e. Keputusan uji:

H0 ditolak apabila t hitung berada pada daerah kritik.

Hal ini sesuai yang dikemukakan Walpole dalam Budiyono (2009: 151).

3. Uji Hipotesis

Langkah selanjutnya setelah uji keseimbangan dipenuhi, maka data prestasi

belajar siswa dianalisis menggunakan analisis variansi dua jalan dengan sel tak

sama, namun sebelum dianalisis diperlukan uji prasyarat untuk analisis variansi

dua jalan dengan sel tak sama yang meliputi uji normalitas populasi dan uji

homogenitas variansi populasi dengan cara yang sama dengan uji normalitas

populasi dan homogenitas variansi populasi pada uji keseimbangan. Model untuk

data populasi pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama adalah sebagai

berikut:

Tabel 3.4 Tata Letak Data Sampel pada Anava Dua Jalan Sel Tak Sama

Minat Belajar

Model (B) Pembelajaran (A)

Rendah

(b1)

Sedang

(b2)

Tinggi

(b3)

NHT (a1)

X111

X112

...

X121

X122

...

X131

X132

...

Page 109: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

STAD (a2)

X211

X212

...

X221

X222

...

X231

X322

...

Model untuk data populasi pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak

sama adalah sebagai berikut:

dengan:

= data amatan ke-k pada baris ke-i kolom ke-j.

= rerata dari seluruh data.

= efek baris ke-i pada variabel terikat.

= efek kolom ke-j pada variabel terikat.

= interaksi baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat.

= deviasi data terhadap rerata populasinya ( yang berdistribusi

normal dengan rataan 0.

i = p; p = banyaknya baris.

j = q; q = banyaknya kolom.

k = 1, 2, nij; nij: banyak data amatan pada sel ij. (Budiyono, 2009: 209).

Prosedur dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

Page 110: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Hipotesis

1) H0A : , untuk setiap i = 1, 2

H1A : paling sedikit ada satu

2) H0B : , untuk setiap j = 1, 2, 3

H1A : paling sedikit ada satu

3) H0AB : , untuk setiap i = 1, 2; j = 1, 2, 3

H1AB : paling sedikit ada satu

b. Komputasi

1) Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan notasi

sebagai berikut:

nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i, dan kolom ke-j).

= banyaknya data amatan pada sel ij.

= frekuensi sel ij.

= rerata harmonik frekuensi seluruh sel = .

N = = banyak seluruh data amatan.

= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij.

= rerata pada sel ij.

Ai = = jumlah rerata pada baris ke-i.

Bi = = jumlah rerata pada kolom ke-j.

G = = jumlah rerata semua sel.

untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran (1), (2), (3),

(4), dan (5) sebagai berikut:

(1) = .

Page 111: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

(2) = .

(3) .

(4) .

(5) .

2) Pada analisis variansi dua jalan terdapat lima jumlah kuadrat yaitu:

JKA = {(3) (1)}.

JKB = {(4) (1)}.

JKAB = {(1) + (5) (3) (4)}.

JKG = (2).

JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG.

dengan

JKA = jumlah kuadrat baris.

JKB = jumlah kuadrat kolom.

JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara baris dan kolom.

JKG = jumlah kuadrat galat.

JKT = jumlah kuadrat total.

3) Derajat kebebasan untuk masing-masing jumlah kuadrat tersebut adalah

dkA = p 1.

dkB = q 1.

dkAB = (p 1)(q 1).

dkG = N pq.

dkT = N-1.

Page 112: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4) Rataan kuadrat

5) Statistik uji

Untuk H0A adalah FA = .

Untuk H0B adalah FB = .

Untuk H0AB adalah FAB = .

Dengan p adalah banyak baris, q adalah banyak kolom, dan N adalah banyaknya

sampel data. (Budiyono: 2009, 214).

6)

7) Daerah kritik:

Daerah kritik untuk FA adalah DK = {F F }

Daerah kritik untuk FB adalah DK = { F F }

Daerah kritik untuk FAB adalah DK = { F F }

8) Keputusan uji:

H0 ditolak apabila Fhitung terletak pada daerah kritik

9) Rangkuman analisis

Tabel 3.5. Rangkuman Analisis

Page 113: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Sumber JK dk RK Fhit FTabel p Baris (A) JKA p 1 RKA Fa FTabel atau

Kolom (B) JKB q 1 RKB Fb FTabel atau Interaksi (AB) JKAB (p 1)(q

1) RKAB Fab FTabel atau

Galat(G) JKG N pq RKG Total (T) JKT N 1

(Budiyono: 2009: 228-231).

4. Uji Lanjut Pasca Anava

Uji lanjut pasca anava merupakan uji tindak lanjut dari analisis variansi

apabila hasil analisis variansi menunjukkan terdapat hipotesis nol yang ditolak.

Dalam penelitian ini, uji lanjutan setelah analisis variansi menggunakan metode

Scheffe karena metode ini mampu

menghasilkan beda rerata dengan tingkat signifikan yang kecil, hal ini sesuai

dengan yang disampaikan oleh Fergunson dalam Budiyono (2009: 202). Langkah-

langkah metode Scheffe adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata yang ada.

b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.

c. Menentukan taraf signifikansi sebesar 5%.

d. Mencari harga statistik uji F.

e. Menentukan daerah kritik.

f. Menentukan keputusan uji.

g. Menentukan kesimpulan dari keputusan uji yang ada.

1) Uji Komparasi Rerata Antar Baris

Page 114: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Penelitian ini hanya menggunakan dua kategori model pembelajaran, sehingga

apabila H0A ditolak, maka uji komparasi rerata antar baris tidak perlu

dilakukan, karena untuk mengetahui model pembelajaran mana yang

memberikan pengaruh lebih baik dapat dengan melihat rerata marginal dari

masing-masing model pembelajaran. Jika rerata marginal model pembelajaran

kooperatif tipe NHT lebih besar dibandingkan rerata marginal model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka prestasi belajar matematika siswa

yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih baik

dibandingkan prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, demikian juga sebaliknya, hal ini sesuai

dengan yang disampaikan oleh Budiyono (2009: 220).

2) Uji Komparasi Rerata Antar Kolom

Jika H0B ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi rerata antar kolom.

Prosedur untuk pengujian hipotesis pada uji komparasi rerata antar kolom

adalah sebagai berikut.

a) Hipotesis

H0 : µ.i = µ.j

H1 : µ.i .j

b)

c) Statisik uji

dengan,

Page 115: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

= nilai Fhitung pada perbandingan kolomke-i dan kolom ke-j.

= rerata pada kolom ke-i.

= rerata pada kolom ke-j.

= rerata kuadrat galat

= ukuran sampel kolom ke-i.

= ukuran sampel kolom ke-j.

d) Daerah kritik:

DK = {F F }

e) Keputusan uji

H0 ditolak apabila Fhitung berada pada daerah kritik. (Budiyono, 2009:

216).

3) Uji Komparasi Rerata Antar Sel

Jika H0AB ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi rerata antar sel, baik

antar sel pada baris yang sama maupun antar sel pada kolom yang sama.

Prosedur untuk pengujian hipotesis pada uji komparasi rerata antar sel adalah

sebagai berikut.

a) Uji Komparasi Rerata Antar Sel pada Baris yang Sama

(1) Hipotesis

H0 : µij = µik

H1 : µij ik,

(2)

(3) Statisik uji

Page 116: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan

= nilai Fhitung pada perbandingan rerata pada sel ij dan sel ik.

= rerata pada sel ij.

= rerata pada sel ik.

= rerata kuadrat galat.

= ukuran sel ij.

= ukuran sel ik.

(4) Daerah kritik

DK = {F F }.

(5) Keputusan uji

H0 ditolak apabila Fhitung berada pada daerah kritik.

(Budiyono, 2009: 217).

b) Uji Komparasi Rerata Antar Sel Pada Kolom yang Sama

(1) Prosedur hipotesis

H0 : µij = µkj

H1 : µij kj,

(2)

(3) Statisik uji

Page 117: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

dengan

= nilai Fhitung pada perbandingan rerata pada sel ij dan sel kj.

= rerata pada sel ij.

= rerata pada sel kj.

= rerata kuadrat galat.

= ukuran sel ij.

= ukuran sel kj.

(4) Daerah kritik:

DK = {F F }.

(5) Keputusan uji:

H0 ditolak apabila Fhitung berada pada daerah kritik.

(Budiyono, 2009: 216).

Page 118: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Sesuai dengan penelitian yang telah dilaksanakan, berikut akan diuraikan

hasil penelitian yang telah diperoleh.

1. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen angket

minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji

coba instrumen ini dilakukan di SMP Negeri Prambanan 2 Klaten semester I

tahun pelajaran 2011/2012. Berdasarkan hasil uji coba instrumen, diperoleh data

sebagai berikut.

a. Uji Coba Instrumen Angket Minat Belajar Matematika Siswa

Instrumen angket minat belajar matematika siswa ini merupakan angket

tertutup yang disusun oleh peneliti berbentuk soal pilihan ganda sebanyak 40 item

pernyataan dengan empat pilihan jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju,

dan sangat tidak setuju. Instrumen angket minat belajar matematika siswa yang

diujicobakan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8, tahapan selanjutnya

dalam uji coba instrumen angket minat belajar matematika siswa sesuai dengan

yang direncanakan peneliti adalah sebagai berikut.

1) Validitas Isi

Kriteria penelaahan validitas isi instrumen angket minat belajar

matematika siswa ini meliputi aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Penelahaan

Page 119: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ini dilakukan dengan menggunakan lembar check list oleh Riyanto, S.Pd, guru

matematika SMP Negeri 2 Prambanan Klaten, Tri Rahajoe Saparini, S.Pd, guru

matematika SMP Negeri 2 Prambanan Klaten, dan Adkha Masita, S.Pd, guru

matematika SMP Negeri 2 Jogonalan.

Dari hasil validasi oleh validator diperoleh kesimpulan bahwa instrumen

angket minat belajar matematika siswa tersebut sudah sesuai dengan kriteria

penelaahan butir pernyataan yang baik dan layak digunakan untuk penelitian

ditinjau dari validitas isi. Hasil lembar check list penelaahan validitas isi

instrumen angket minat belajar siswa ini dapat dilihat pada Lampiran 9.

2) Konsistensi Internal

Dalam penelitian ini, butir pernyataan instrumen angket minat belajar

matematika siswa yang digunakan untuk mengumpulkan data minat belajar

matematika siswa adalah butir pernyataan yang memiliki konsistensi internal baik,

yakni dengan indeks konsistensi internal lebih dari atau sama dengan 0,3 (rxy

0,3). Hasil perhitungan indeks konsistensi internal butir pernyataan instrumen

angket minat belajar matematika siswa menunjukkan dari 40 butir pernyataan

yang diujicobakan terdapat 9 butir pernyataan, yaitu butir pernyataan nomor 2, 18,

22, 26, 27, 28, 30, 32, dan 36 yang memiliki indeks konsistensi internal kurang

dari 0,3, sehingga 9 butir pernyataan tersebut tidak bisa dipergunakan sebagai

butir instrumen angket minat belajar matematika siswa. Sedangkan ke-31 butir

pernyataan yang lainnya memiliki indeks konsistensi internal lebih dari atau sama

dengan 0,3 sehingga dapat dipergunakan sebagai butir instrumen angket minat

belajar matematika siswa.

Page 120: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Dilihat dari rancangan instrumen angket minat belajar matematika yang

direncanakan sebanyak 30 butir pernyataan, dengan menggunakan 31 butir

pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa instrumen angket minat belajar

matematika yang diperoleh masih memenuhi konstruk instrumen angket minat

belajar matematika siswa yang dapat digunakan untuk mengambil data. Dengan

demikian diperoleh instrumen angket minat belajar siswa dengan 31 butir

pernyataan yang memenuhi uji validitas dan memenuhi kriteria indeks konsistensi

internal butir yang layak digunakan untuk mengambil data. Data hasil perhitungan

uji konsistensi internal butir pernyataan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran

10.

3) Reliabilitas

Dalam penelitian ini, instrumen angket minat belajar matematika siswa

yang dipergunakan untuk mengumpulkan data minat belajar siswa adalah

instrumen angket minat belajar siswa yang memiliki koefisien reliabilitas lebih

dari 0,70 (r11 > 0,70). Berdasarkan hasil perhitungan terhadap instrumen angket

minat belajar matematika siswa yang terdiri dari item-item pernyataan yang

tergolong valid ditinjau dari uji validitas dan uji konsistensi internal, diperoleh

koefesien reliabilitas sebesar 0,94. Perhitungan uji reliabilitas selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 11.

4) Penetapan Instrumen Angket Minat Belajar Matematika Siswa

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas, instrumen angket ini

memiliki koefesien reliabilitas (r11) sebesar 0,94 sehingga instrumen angket minat

belajar matematika siswa ini ditetapkan sebagai instrumen angket minat belajar

Page 121: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

matematika siswa yang digunakan untuk mengumpulkan data minat belajar

matematika siswa, instrumen angket minat belajar matematika siswa

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 12.

b. Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa

Untuk memperoleh instrumen tes prestasi belajar matematika siswa yang

dipergunakan dalam penelitian, dilakukan uji coba instrumen tes prestasi belajar

matematika siswa yang terdiri dari 40 butir soal dengan masing-masing memiliki

empat pilihan jawaban. Instrumen tes prestasi belajar matematika siswa yang

diujicobakan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 14. Langkah-langkah uji

coba instrumen tes prestasi belajar matematika siswa adalah sebagai berikut.

1) Validitas Isi

Kriteria penelaahan validitas isi instrumen tes prestasi belajar matematika

siswa ini meliputi aspek materi, konstruksi, dan bahasa. Penelahaan ini dilakukan

dengan menggunakan lembar check list oleh Riyanto, S.Pd, guru matematika

SMP Negeri 2 Prambanan Klaten, Tri Rahajoe Saparini, S.Pd, guru matematika

SMP Negeri 2 Prambanan Klaten, dan Adkha Masita, S.Pd, guru matematika

SMP Negeri 2 Jogonalan.

Dari hasil validasi oleh validator diperoleh kesimpulan bahwa instrumen

tes prestasi belajar matematika siswa tersebut sudah sesuai dengan kriteria

penelaahan butir soal yang baik dan layak digunakan untuk penelitian ditinjau dari

validitas isi. Hasil lembar check list penelaahan validitas isi instrumen tes

prestasi belajar matematika siswa ini dapat dilihat pada Lampiran 15.

Page 122: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2) Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal

Dalam penelitian ini, butir soal yang dipergunakan untuk mengumpulkan

data prestasi belajar matematika siswa adalah butir soal yang memiliki tingkat

kesukaran sedang, yakni memiliki indeks kesukaran lebih dari atau sama dengan

0,3 dan kurang dari atau sama dengan 0,7 (0,30 0,70). Hasil perhitungan

tingkat kesukaran butir tes terhadap 40 butir tes yang diujicobakan menunjukkan

terdapat dua butir tes yang tergolong mudah yaitu butir nomor 36 dan 37, dan

sebanyak 38 butir soal yang lain tergolong sedang.

Berdasarkan kriteria tingkat kesukaran butir tes yang akan digunakan

untuk mengambil data, maka butir soal nomor 36 dan 37 tidak memenuhi kriteria

indeks tingkat kesukaran yang baik sehingga tidak dapat dipergunakan sebagai

butir instrumen tes prestasi belajar matematika. Ditinjau dari rancangan instrumen

tes prestasi belajar matematika siswa yang direncanakan sebanyak 30 butir soal,

maka dengan menggunakan 38 butir soal tes tersebut dapat dilihat bahwa

instrumen tes prestasi belajar matematika siswa yang diperoleh masih memenuhi

konstruk tes yang akan digunakan untuk mengambil data. Data perhitungan uji

tingkat kesukaran butir soal selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 16.

3) Uji Daya Pembeda

Dalam penelitian ini, butir soal yang dipergunakan untuk mengumpulkan

data prestasi belajar matematika siswa adalah butir soal yang memenuhi uji

validitas, memiliki tingkat kesukaran sedang, dan memiliki daya pembeda baik,

yakni dengan indeks daya pembeda lebih dari atau sama dengan 0,3 (rxy 0,3).

Page 123: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Hasil perhitungan daya pembeda butir soal terhadap 38 butir soal yang baik

ditinjau dari uji validitas dan uji tingkat kesukaran menunjukkan terdapat 5 butir

soal dengan indeks daya pembedanya kurang dari 0,3 yaitu butir soal nomor 6, 7,

11, 14, dan 40, dengan demikian, dari 38 butir soal yang telah memenuhi uji

validitas dan uji tingkat kesukaran, diperoleh 33 butir soal yang memenuhi uji

validitas, uji tingkat kesukaran soal, dan uji daya pembeda. Dilihat dari rancangan

instrumen tes prestasi belajar matematika siswa, dengan menggunakan 33 butir

soal tes tersebut, dapat dilihat bahwa instrumen tes prestasi belajar matematika

siswa masih memenuhi konstruk tes yang akan digunakan untuk mengambil data,

perhitungan uji daya pembeda selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 17.

4) Uji Reliabilitas

Dalam penelitian ini, instrumen tes prestasi belajar matematika siswa yang

digunakan untuk mengumpulkan data tes prestasi belajar siswa adalah instrumen

tes prestasi belajar siswa yang memiliki koefisien reliabilitas lebih dari 0,70 (r11 >

0,70). Perhitungan indeks reliabilitas instrumen tes dilakukan terhadap instrumen

tes prestasi belajar matematika siswa yang terdiri dari 30 butir yang akan

digunakan untuk mengambil data, yaitu dengan tidak menyertakan butir nomor 2,

6, 7, 11, 14, 31, 36, 37, 38, dan 40 dari instrumen tes prestasi belajar matematika

siswa yang telah diujicobakan dikarenakan butir tersebut tidak valid ditinjau dari

validitas isi, uji tingkat kesukaran, uji daya pembeda, dan juga peneliti

merencanakan hanya menggunakan 30 butir soal untuk digunakan dalam

instrumen tes prestasi belajar matematika siswa. Berdasarkan hasil perhitungan uji

reliabilitas, instrumen tes prestasi belajar matematika siswa tersebut memiliki

Page 124: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

indeks reliabilitas sebesar 0,82. Perhitungan uji reliabilitas selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 18.

5) Penetapan Instrumen Tes Prestasi Belajar Matematika Siswa

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas, instrumen tes prestasi

belajar matematika siswa ini memiliki koefisien reliabilitas (r11) sebesar 0,82

sehingga instrumen tes prestasi belajar matematika siswa ini ditetapkan sebagai

instrumen tes prestasi belajar matematika siswa. Instrumen tes prestasi belajar

matematika siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 19.

2. Deskripsi Data Kemampuan Awal

Dari kelompok siswa yang terpilih sebagai kelompok eksperimen 1

maupun eksperimen 2, selanjutnya peneliti mengambil data nilai ulangan

matematika siswa pada masing-masing kelas eksperimen tersebut, data yang

diambil adalah data nilai ulangan terakhir saat siswa berada pada kelas VII

semester 2 tahun ajaran 2010/2011. Statistik deskriptif data kemampuan awal

siswa (dalam skala nilai 0-100) untuk masing-masing kelompok eksperimen dapat

dilihat pada Tabel 4.1 berikut.

Tabel 4.1. Statistik Deskriptif Data Kemampuan Awal Siswa

Kelompok

N

Interval nilai Nilai

terendah Nilai

tertinggi

Rerata

Simpangan baku

Eksperimen 1 120 0-100 56 90 73,32 8,5

Eksperimen 2 120 0-100 55 90 73,38 7,74

Page 125: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Data kemampuan awal siswa untuk masing-masing kelompok eksperimen

selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 20.

3. Uji Keseimbangan

Setelah diperoleh data kemampuan awal siswa pada masing-masing

kelompok eksperimen, langkah selanjutnya adalah menguji data kedua kelompok

tersebut apakah keduanya dalam keadaan yang seimbang sebelum dilakukan

penelitian, untuk memenuhi persyaratan uji keseimbangan kemampuan awal yang

dilakukan dengan menggunakan uji-t, terhadap setiap kelompok data dilakukan uji

homogenitas dan uji normalitas dengan menggunakan metode Lilliefors.

a. Uji Homogenitas

Uji homogenitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah variansi populasi

dari kedua sampel homogen. Rangkuman hasil uji homogenitas data kemampuan

awal disajikan pada Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2. Rangkuman Hasil Uji Uji Homogenitas Data Kemampuan Awal Siswa

H0 DK Keputusan

Variansi populasi homogen

1,048 3,841 H0 tidak ditolak

Dari rangkuman hasil uji homogenitas data kemampuan awal siswa pada

Tabel 4.2, dapat dilihat bahwa nilai tidak lebih dari nilai sehingga H0

tidak ditolak, hal ini berarti bahwa variansi kedua kelompok data homogen.

Perhitungan uji homogenitas data kemampuan awal siswa selengkapnya dapat

dilihat pada Lampiran 21.

Page 126: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

b. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok

data berdistribusi normal. Rangkuman hasil uji normalitas data kemampuan awal

siswa disajikan pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Awal Siswa

H0 Kelompok Lmaks Ltabel DK Keputusan Uji Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

Eksperimen 1 0,0684 0,0808

H0 tidak ditolak

Eksperimen 2 0,0699 0,0808 H0 tidak ditolak

Dari rangkuman hasil uji normalitas data kemampuan awal siswa pada

Tabel 4.3, dapat dilihat bahwa nilai tidak melebihi nilai , sehingga H0

tidak ditolak, hal ini berarti bahwa masing-masing kelompok sampel data berasal

dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas data

kemampuan awal siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22.

c. Hasil Uji Keseimbangan

Berdasarkan hasil uji prasyarat untuk uji keseimbangan, yaitu uji

homogenitas dan uji normalitas di atas, maka langkah selanjutnya adalah

melakukan uji keseimbangan kemampuan awal siswa antara kelompok

eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2, uji ini dilakukan untuk melihat apakah

kemampuan awal kedua kelompok dalam keadaan seimbang sebelum dilakukan

penelitian sehingga apabila ada perbedaan kemampuan setelah dilakukan

penelitian adalah benar-benar dikarenakan perlakuan yang diberikan pada saat

penelitian. Perhitungan uji keseimbangan menggunakan uji-t. Rangkuman hasil

Page 127: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

perhitungan uji keseimbangan data kemampuan awal siswa pada masing-masing

kelompok disajikan pada Tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Rangkuman Hasil Uji Keseimbangan Data Kemampuan Awal Siswa

H0 DK Keputusan uji

Kedua populasi mempunyai kemampuan awal yang seimbang

{

atau

}

H0 tidak ditolak

Dari rangkuman hasil perhitungan uji keseimbangan data kemampuan

awal siswa pada Tabel 4.4, dapat dilihat bahwa nilai tidak terletak pada

daerah kritik, sehingga H0 tidak ditolak. Hal ini berarti bahwa siswa pada

kelompok eksperimen 1 dan siswa pada kelompok eksperimen 2 memiliki

kemampuan awal yang sama, atau dengan kata lain ditinjau dari kemampuan awal

siswa kedua kelompok eksperimen dalam keadaan seimbang. Perhitungan uji

keseimbangan data kemampuan awal siswa selengkapnya dapat dilihat pada

Lampiran 23.

4. Deskripsi Data Penelitian

Pengambilan data minat belajar siswa dan data nilai prestasi belajar siswa

dilakukan setelah proses pembelajaran pada materi faktorisasi suku aljabar selesai,

setelah data minat belajar dan data nilai prestasi belajar siswa dari setiap siswa

terkumpul, selanjutnya digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis penelitian.

Uraian data penelitian yang diperoleh adalah sebagai berikut.

Page 128: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

a. Data Prestasi Belajar Matematika Siswa

Sesuai dengan data nilai prestasi belajar matematika siswa pada materi

faktorisasi suku aljabar yang sudah diperoleh, selanjutnya data tersebut

dikelompokkan berdasarkan pada model pembelajaran yang digunakan, data yang

diperoleh disajikan pada Tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.5. Statistik Deskriptif Data Prestasi Belajar Matematika Siswa

Kelompok

N

Interval nilai Nilai

terendah Nilai

tertinggi

Rerata

Simpangan baku

Eksperimen 1 120 0-100 50 97 73,52 11,08

Eksperimen 2 120 0-100 50 97 72,58 11,28

Data prestasi belajar matematika siswa untuk masing-masing kelompok

eksperimen selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 24.

b. Data Skor Minat Belajar Matematika Siswa

Sesuai dengan data minat belajar siswa yang sudah diperoleh, selanjutnya

data tersebut dikelompokkan berdasarkan pada model pembelajaran yang

digunakan, data yang diperoleh disajikan pada Tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.6. Statistik Deskriptif Skor Minat Belajar Matematika Siswa

Kelompok

N

Interval skor Skor

terendah Skor

tertinggi

Rerata

Simpangan baku

Eksperimen 1 120 30-120 67 114 92,49 11,57

Eksperimen 2 120 30-120 72 113 93,39 11,41

Page 129: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Selanjutnya data skor minat belajar tersebut dikelompokkan ke dalam tiga

kategori. Dari hasil perhitungan, diperoleh bahwa simpangan baku gabungan

11,47 dan rerata gabungan ( sebesar 92,94, sehingga pembagian

masing-masing kategori minat adalah sebagai berikut.

.

.

Minat belajar tinggi .

Minat belajar sedang .

Minat belajar rendah .

dengan adalah skor minat belajar siswa. Data skor minat belajar selengkapnya

dapat dilihat pada Lampiran 25.

Berdasar skor angket minat belajar yang telah diperoleh, maka selanjutnya

data prestasi belajar siswa dapat dicari rerata marginal pada masing-masing

kategori minat belajar dan model pembelajaran, statistik deskriptif data prestasi

belajar siswa berdasar model pembelajaran dan minat belajar adalah sebagai

berikut:

Page 130: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.7. Deskripsi Data Rerata Prestasi Belajar pada Masing-Masing

Kategori Model Pembelajaran dan Minat Belajar

Model Pembelajaran Minat Belajar Matematika Rerata

Marginal Rendah Sedang Tinggi

NHT(Eksperimen 1) 67,33 78,29 72,34 73,52

STAD (Eksperimen 2) 67,45 71,79 77,70 72,58

Rerata Marginal 67,40 75,45 75,12

Data prestasi belajar selengkapnya pada masing-masing kategori model

pembelajaran dan minat belajar matematika dapat dilihat pada Lampiran 24.

5. Uji Prasyarat untuk Pengujian Hipotesis

Setelah data prestasi belajar siswa dan minat belajar siswa diperoleh, maka

selanjutnya dapat dilakukan uji hipotesis penelitian dengan sebelumnya

melakukan uji prasyarat untuk uji hipotesis yaitu uji homogenitas variansi

populasi dan uji normalitas populasi, uraian hasil perhitungan adalah sebagai

berikut.

a. Uji Homogenitas Variansi Data Prestasi Belajar Siswa

Uji homogenitas variansi dilakukan pada data variabel terikat yaitu nilai

prestasi belajar siswa, uji homogenitas variansi data penelitian ini menggunakan

metode Bartlett. Rangkuman hasil pengujian uji homogenitas variansi disajikan

pada Tabel 4.8 berikut:

Page 131: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.8. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas

H0 Kelompok 2 2 DK Kesimpulan Variansi populasi homogen

Model Pembelajaran

0,035 3,841

H0 tidak ditolak

Variansi populasi homogen

Minat Belajar Matematika

4,596 5,991

H0 tidak ditolak

Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa nilai 2hitung masing-masing kelompok

tidak melebihi nilai 2Tabel, sehingga H0 tidak ditolak, hal ini berarti variansi

kedua populasi homogen. Perhitungan uji homogenitas selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran 26.

b. Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Siswa

Uji normalitas dilakukan pada data variabel terikat yaitu nilai prestasi

belajar matematika. Uji normalitas ini menggunakan metode Lilliefors. Uji

normalitas data prestasi belajar matematika siswa dilakukan terhadap masing-

masing kelompok data yaitu kelompok eksperimen 1 (kelompok baris A1),

kelompok eksperimen 2 (kelompok baris A2), kelompok minat belajar matematika

rendah (kelompok kolom B1), kelompok minat belajar matematika sedang

(kelompok kolom B2), dan kelompok minat belajar matematika tinggi (kelompok

kolom B3). Rangkuman hasil uji normalitas kelompok data tersebut disajikan pada

Tabel 4.9 berikut.

Page 132: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.9. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Prestasi Belajar Matematika

No Kelompok Lmaks LTabel Keputusan Uji

1 Eksperimen 1(NHT) 0,0789 0,0808 H0 tidak ditolak 2 Eksperimen 2 (STAD) 0,0748 0,0808 H0 tidak ditolak 3 Minat Belajar Matematika Rendah 0,0962 0,107 H0 tidak ditolak 4 Minat Belajar Matematika Sedang 0,0738 0,0949 H0 tidak ditolak 5 Minat Belajar Matematika Tinggi 0,0603 0,0961 H0 tidak ditolak

Dari hasil uji normalitas data nilai prestasi belajar matematika yang

terangkum dalam Tabel 4.9 di atas, dapat dilihat nilai Lmaks untuk setiap kelompok

tidak melebihi nilai LTabel, yang berarti pada taraf signifikansi 5% hipotesis nol

untuk setiap kelompok tidak ditolak, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

data pada setiap kelompok berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Perhitungan uji normalitas data prestasi belajar matematika masing-masing

kelompok selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 27.

6. Uji Hipotesis Penelitian

Berdasarkan hasil uji prasyarat untuk uji hipotesis penelitian yang telah

dilakukan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji hipotesis untuk

menjawab pertanyaan penelitian. Uji hipotesis ini menggunakan uji anava dua

jalan dengan sel tak sama sebagai berikut.

a. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama

Hasil perhitungan uji anava dua jalan dengan sel tak sama disajikan pada Tabel

4.10 sebagai berikut:

Page 133: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.10. Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama.

Sumber JK dk RK Fhit FTabel

Model Pembelajaran (A) 6,77 1 6,77 0,06 3,84

Minat Belajar (B) 3042,22 2 1521,11 14,09 3

Interaksi (AB) 1380,49 2 690,24 1 6,39 3

Galat (G) 25249 234 107,9 - -

Total 29678,23 239 - - -

Perhitungan uji anava dua jalan dengan sel tak sama selengkapnya dapat dilihat

pada Lampiran 28.

Dari Tabel 4.10 di atas, dapat dilihat bahwa nilai FA hitung tidak melebihi

nilai FTabel, sehingga HOA tidak ditolak, nilai FB hitung tidak melebihi nilai FTabel,

sehingga HOB ditolak dan nilai FAB hitung tidak melebihi nilai FTabel, sehingga HOAB

ditolak, hal ini berarti:

1) HOA tidak ditolak, sehingga tidak terdapat perbedaan pengaruh model

pembelajaran terhadap prestasi belajar matematika siswa. Dengan kata lain,

siswa yang dikenai model pembelajaran NHT dengan memiliki prestasi

belajar yang sama baiknya dengan siswa yang dikenai model pembelajaran

STAD.

2) HOB ditolak, sehingga terdapat perbedaan pengaruh minat belajar matematika

terhadap prestasi belajar matematika. Dengan kata lain, terdapat perbedaan

prestasi belajar matematika antara siswa yang memiliki minat belajar

matematika rendah, minat belajar matematika sedang, dan minat belajar

matematika tinggi.

Page 134: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3) HOAB ditolak, sehingga terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan

minat belajar terhadap prestasi belajar matematika. Dengan kata lain,

perbedaan prestasi belajar matematika siswa pada masing-masing kategori

model pembelajaran tidak konsisten terhadap masing-masing kategori minat

belajar siswa atau perbedaan prestasi belajar matematika siswa pada masing-

masing kategori minat belajar tidak konsisten terhadap masing-masing

kategori model pembelajaran.

Berdasarkan hasil uji hipotesis, dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan

pengaruh minat belajar terhadap prestasi belajar matematika, terdapat interaksi

antara model pembelajaran dengan minat belajar terhadap prestasi belajar siswa,

hal ini berarti diperlukan uji lanjut pasca anava untuk dapat menjawab hipotesis

penelitian.

b. Uji Komparasi Ganda (Scheffe`)

Uji komparasi ganda ini perlu dilakukan karena terdapat H0 yang ditolak

pada uji anava dua jalan dengan sel tak sama. Uraian uji komparasi ganda adalah

sebagai berikut.

1) Uji Komparasi Rerata Antar Kolom

Dari hasil perhitungan uji anava diperoleh keputusan uji bahwa HOB

ditolak, sehingga diperlukan uji lanjut untuk mengetahui siswa dengan minat

belajar yang bagaimanakah yang memiliki prestasi belajar lebih baik. Hasil

perhitungan uji komparasi rerata antar kolom disajikan pada Tabel 4.11 berikut:

Page 135: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.11. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Kolom

No Interaksi F hitung F Tabel Keputusan Rerata Marginal

Kesimpulan

1 .1 vs .2 20,69 6,06 H0 ditolak .1 .2 2 .1 vs .3 20,39 6,06 H0 ditolak .1 .3 3 .2 vs .3 0,00008 6,06 H0 tidak ditolak

Dari Tabel 4.11, dapat dilihat terdapat H0 yang ditolak, dan berdasarkan

rerata marginal seperti yang disajikan pada Tabel 4.7, maka dapat disimpulkan

bahwa prestasi belajar matematika siswa dengan minat belajar matematika tinggi

lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika siswa dengan minat belajar

matematika rendah, prestasi belajar matematika siswa dengan minat belajar

matematika sedang lebih baik dibandingkan prestasi belajar matematika siswa

dengan minat belajar matematika rendah, sedangkan prestasi belajar matematika

siswa dengan minat belajar matematika sedang sama baiknya dengan prestasi

belajar matematika siswa dengan minat belajar matematika tinggi. Perhitungan uji

komparasi rerata antar kolom selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 29.

2) Uji Komparasi Rerata Antar Sel

Selanjutnya karena HOAB ditolak, maka perlu dilakukan uji komparasi

rerata antar sel yang meliputi uji komparasi rerata antar sel pada baris yang sama,

dan uji komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama. Rangkuman hasil

perhitungan uji komparasi rerata antar sel disajikan pada Tabel 4.12 berikut:

Tabel 4.12. Rangkuman Hasil Uji Komparasi Rerata Antar Sel

H0 Fobs FTabel Keputusan Rerata Marginal

Kesimpulan

µ11 = µ21 0,002 11,26 H0 tidak ditolak µ11 = µ21 µ12 = µ22 8,37 11,26 H0 tidak ditolak µ12 = µ22

Page 136: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

µ13 = µ23 5,66 11,26 H0 tidak ditolak µ13 = µ23 µ11 = µ12 20,69 11,26 H0 ditolak µ11 < µ12 µ11 = µ13 4,03 11,26 H0 tidak ditolak µ11 = µ13 µ12 = µ13 7,31 11,26 H0 tidak ditolak µ12 = µ13 µ21 = µ22 3,32 11,26 H0 tidak ditolak µ21 = µ22 µ21 = µ23 19,89 11,26 H0 ditolak µ21 < µ23 µ22 = µ23 6,61 11,26 H0 tidak ditolak µ22 = µ23

Dari Tabel 4.12, dapat dilihat bahwa terdapat H0 yang ditolak, dan

berdasarkan rerata marginal yang disajikan pada Tabel 4.7, maka dapat

disimpulkan bahwa pada masing-masing kategori minat, model pembelajaran

NHT dan model pembelajaran STAD memberikan prestasi belajar yang sama

baik, kemudian pada model pembelajaran NHT, siswa dengan minat belajar

matematika sedang memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan

dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah, siswa dengan

minat belajar matematika rendah sama baik prestasi belajarnya dengan siswa yang

memiliki minat belajar matematika tinggi, dan siswa dengan minat belajar

matematika sedang memiliki prestasi belajar yang sama baik dengan siswa yang

memiliki minat belajar matematika tinggi. Pada model pembelajaran STAD, siswa

dengan minat belajar matematika rendah memiliki prestasi belajar yang sama baik

dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang, siswa yang

memiliki minat belajar matematika tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih

baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah,

dan siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi memiliki prestasi

belajar yang sama baik dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika

sedang. Perhitungan selengkapnya mengenai uji komparasi rerata antar sel dapat

dilihat pada Lampiran 29.

Page 137: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Pembahasan Hasil Analisis Data

1. Hipotesis Pertama

Berdasarkan hasil uji anava dua jalan sel tak sama diperoleh

FA =0.063 < 3,84 = FTabel. FA tidak terletak di daerah kritik, sehingga HOA tidak

ditolak yang berarti tidak terdapat perbedaan efek model pembelajaran NHT dan

model pembelajaran STAD terhadap prestasi belajar matematika. Hal ini

dimungkinkan karena pada proses pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kooperatif STAD, dugaan peneliti bahwa akan terjadi

ketergantungan pada siswa yang paling pandai dalam kelompoknya ternyata tidak

terbukti. Hal ini dapat dilihat dari selama proses pembelajaran, siswa aktif untuk

berdiskusi dalam kelompok, dan juga pada saat diminta untuk maju

mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, siswa berlomba-lomba untuk maju

mewakili kelompoknya, hal ini berarti siswa telah menyiapkan diri dengan baik.

Pada pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT, siswa

juga memiliki tingkat keaktifan yang baik, hal ini dapat dilihat pada proses diskusi

dimana siswa memiliki antusiasme yang tinggi dalam berpendapat dalam

kelompoknya, demikian juga ketika siswa diminta untuk mempresentasikan hasil

diskusi kelompoknya, siswa ternyata mempersiapkan diri dengan baik.

2. Hipotesis Kedua

Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh

FB = 14,09 > 3 = FTabel. FB terletak di daerah kritik, sehingga HOB ditolak yang

berarti terdapat perbedaan efek minat belajar matematika terhadap prestasi belajar

matematika. Setelah dilakukan uji Shceffe dapat dilihat bahwa siswa yang

Page 138: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

memiliki minat belajar matematika sedang memiliki prestasi belajar matematika

yang lebih baik dibanding dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika

rendah, siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi memiliki prestasi

belajar matematika yang lebih baik dibanding dengan siswa yang memiliki minat

belajar matematika rendah, dan siswa yang memiliki minat belajar matematika

sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama baik dengan siswa yang

memiliki minat belajar matematika tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis

peneliti yang menyatakan bahwa siswa dengan minat belajar tinggi memiliki

prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki minat

belajar sedang, tidak terbukti. Hal ini dimungkinkan karena beberapa hal, antara

lain kurang tepatnya alat pengambil data yang digunakan oleh peneliti dalam hal

ini angket belajar siswa kurang dapat memenuhi indikator-indikator yang dapat

mengukur minat belajar siswa, sehingga penggolongan siswa ke dalam masing-

masing kategori minat belajar menjadi semu.

3. Hipotesis Ketiga

Berdasarkan hasil uji komparasi antar sel pada baris yang sama, dapat

dilihat bahwa pada kelompok siswa yang dikenai model pembelajaran NHT,

siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang memiliki prestasi belajar

matematika yang lebih baik dibanding dengan siswa yang memiliki minat belajar

matematika rendah, siswa yang memiliki minat belajar matmatika rendah

memiliki prestasi belajar matematika yang sama baik dengan siswa yang memiliki

minat belajar matematika tinggi, dan siswa yang memiliki minat belajar sedang

memiliki prestasi belajar matematika yang sama baik dengan siswa yang memiliki

Page 139: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

minat belajar matematika tinggi. Hal ini berarti hipotesis peneliti yang

menyatakan bahwa pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT, siswa dengan

minat belajar tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa

dengan minat belajar sedang dan minat belajar rendah, tidak terbukti, hal ini

dimungkinkan karena beberapa hal, antara lain kurang tepatnya alat pengambil

data yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini angket belajar siswa kurang dapat

memenuhi indikator-indikator yang dapat mengukur minat belajar siswa, sehingga

penggolongan siswa ke dalam masing-masing kategori minat belajar menjadi

semu.

4. Hipotesis Keempat

Berdasarkan hasil uji komparasi antar sel pada baris yang sama, dapat

dilihat bahwa pada kelompok siswa yang dikenai model pembelajaran STAD,

siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah memiliki prestasi belajar

matematika yang sama baik dengan siswa yang memiliki minat belajar

matematika sedang, siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi

memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding dengan siswa

yang memiliki minat belajar matematika rendah, dan siswa yang memiliki minat

belajar matematika tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang sama baik

dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang. Hal ini berarti

hipotesis peneliti yang menyatakan bahwa pada model pembelajaran kooperatif

tipe STAD, siswa dengan minat belajar tinggi memiliki prestasi belajar yang lebih

baik dibandingkan siswa dengan minat belajar sedang, siswa dengan minat belajar

sedang memiliki prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan siswa dengan

Page 140: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

minat belajar rendah. Hal ini dimungkinkan karena beberapa hal, antara lain

kurang tepatnya alat pengambil data yang digunakan oleh peneliti dalam hal ini

angket belajar siswa kurang dapat memenuhi indikator-indikator yang dapat

mengukur minat belajar siswa, sehingga penggolongan siswa ke dalam masing-

masing kategori minat belajar menjadi semu.

5. Hipotesis Kelima

Berdasarkan hasil uji komparasi antar sel pada kolom yang sama, dapat

dilihat bahwa pada kelompok siswa yang memiliki minat belajar matematika

rendah, model pembelajaran kooperatif NHT dan model pembelajaran kooperatif

STAD memberikan prestasi belajar matematika yang sama baik. Hal ini berarti

bahwa hipotesis peneliti yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif

tipe NHT memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, tidak terbukti. Hal ini dimungkinkan karena

pada proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD,

dugaan peneliti bahwa akan terjadi ketergantungan pada siswa yang paling pandai

dalam kelompoknya ternyata tidak terbukti. Hal ini dapat dilihat dari selama

proses pembelajaran, siswa aktif untuk berdiskusi dalam kelompok, dan juga pada

saat diminta untuk maju mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, siswa

berlomba-lomba untuk maju mewakili kelompoknya, hal ini berarti siswa telah

menyiapkan diri dengan baik. Pada pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kooperatif NHT, siswa juga memiliki tingkat keaktifan yang baik,

hal ini dapat dilihat pada proses diskusi dimana siswa memiliki antusiasme yang

tinggi dalam berpendapat dalam kelompoknya, demikian juga ketika siswa

Page 141: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, siswa ternyata

mempersiapkan diri dengan baik.

6. Hipotesis Keenam

Berdasarkan hasil uji komparasi antar sel pada kolom yang sama, dapat

dilihat bahwa pada kelompok siswa dengan minat belajar matematika sedang,

model pembelajaran kooperatif NHT dan model pembelajaran kooperatif STAD

memberikan prestasi belajar matematika yang sama baik. Hal ini berarti bahwa

hipotesis peneliti yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

NHT memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, tidak terbukti. Hal ini dimungkinkan karena

pada proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD,

dugaan peneliti bahwa akan terjadi ketergantungan pada siswa yang paling pandai

dalam kelompoknya ternyata tidak terbukti. Hal ini dapat dilihat dari selama

proses pembelajaran, siswa aktif untuk berdiskusi dalam kelompok, dan juga pada

saat diminta untuk maju mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, siswa

berlomba-lomba untuk maju mewakili kelompoknya, hal ini berarti siswa telah

menyiapkan diri dengan baik. Pada pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kooperatif NHT, siswa juga memiliki tingkat keaktifan yang baik,

hal ini dapat dilihat pada proses diskusi dimana siswa memiliki antusiasme yang

tinggi dalam berpendapat dalam kelompoknya, demikian juga ketika siswa

diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, siswa ternyata

mempersiapkan diri dengan baik.

Page 142: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7. Hipotesis Ketujuh

Berdasarkan hasil uji komparasi antar sel pada kolom yang sama, dapat

dilihat bahwa pada kelompok siswa dengan minat belajar matematika tinggi,

model pembelajaran kooperatif NHT dan model pembelajaran kooperatif STAD

memberikan prestasi belajar matematika yang sama baik. Hal ini berarti bahwa

hipotesis peneliti yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe

NHT memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, tidak terbukti. Hal ini dimungkinkan karena

pada proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD,

dugaan peneliti bahwa akan terjadi ketergantungan pada siswa yang paling pandai

dalam kelompoknya ternyata tidak terbukti. Hal ini dapat dilihat dari selama

proses pembelajaran, siswa aktif untuk berdiskusi dalam kelompok, dan juga pada

saat diminta untuk maju mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, siswa

berlomba-lomba untuk maju mewakili kelompoknya, hal ini berarti siswa telah

menyiapkan diri dengan baik. Pada pembelajaran menggunakan model

pembelajaran kooperatif NHT, siswa juga memiliki tingkat keaktifan yang baik,

hal ini dapat dilihat pada proses diskusi dimana siswa memiliki antusiasme yang

tinggi dalam berpendapat dalam kelompoknya, demikian juga ketika siswa

diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, siswa ternyata

mempersiapkan diri dengan baik.

C. Kelemahan Penelitian

Page 143: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ternyata terdapat perbedaan

antara hipotesis penelitian dengan hasil penelitian, hal ini dimungkinkan karena

keterbatasan peneliti dalam melakukan penelitian, antara lain:

1. Landasan teori yang kurang kuat

Perbedaan antara hasil penelitian dengan hipotesis yang telah disusun oleh

peneliti dimungkinkan karena landasan teori yang digunakan oleh peneliti

kurang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini, dan juga kurangnya

sumber bacaan lain yang digunakan oleh peneliti sehingga peneliti tidak

mendapatkan informasi yang tepat berkaitan dengan penelitian yang telah

dilakukan.

2. Sampel penelitian

Perbedaan antara hasil penelitian dengan hipotesis yang telah disusun oleh

peneliti dimungkinkan karena kurang representatifnya sampel untuk mewakili

populasi, selain itu dimungkinkan sampel yang diambil terlalu kecil.

3. Alat pengambil data

Perbedaan antara hasil penelitian dengan hipotesis yang telah disusun oleh

peneliti dimungkinkan karena alat pengambil data yang digunakan oleh

peneliti kurang tepat untuk menggambarkan hasil dari proses pembelajaran

maupun mengenai minat belajar matematika siswa.

4. Cara mengambil data

Perbedaan antara hasil penelitian dengan hipotesis yang telah disusun oleh

peneliti dimungkinkan karena cara mengambil data yang dilakukan oleh

peneliti kurang tepat, di mana pengambilan data tidak bisa dilakukan dalam

Page 144: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

waktu yang sama pada masing-masing kelompok siswa yang dikenai model

pembelajaran NHT dan STAD, sehingga data yang diperoleh kurang bermutu

baik.

5. Perhitungan

Perbedaan antara hasil penelitian dengan hipotesis yang telah disusun oleh

peneliti dimungkinkan karena kesalahan peneliti dalam melakukan

perhitungan pada saat melakukan analisis data, baik dalam hal memasukkan

data maupun pada saat melakukan perhitungan menggunakan bantuan

komputer.

6. Variabel luaran

Perbedaan antara hasil penelitian dengan hipotesis yang telah disusun oleh

peneliti dimungkinkan karena adanya pengaruh variabel-variabel luaran yang

tidak dapat dikontrol oleh peneliti, sehingga data yang diperoleh bukanlah

data yang seharusnya dimaksudkan oleh peneliti.

Page 145: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan kajian teori dan didukung dengan adanya analisis serta

mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:

1. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi belajar

matematika yang sama baik dengan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD.

2. Siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang memiliki prestasi

belajar matematika yang lebih baik dibanding dengan siswa yang memiliki

minat belajar matematika rendah, siswa yang memiliki minat belajar

matematika tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik

dibanding dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah, dan

siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang memiliki prestasi

belajar matematika yang sama baik dengan siswa yang memiliki minat belajar

matematika tinggi.

3. Pada kelompok siswa yang dikenai model pembelajaran NHT, siswa yang

memiliki minat belajar matematika sedang memiliki prestasi belajar

matematika yang lebih baik dibanding dengan siswa yang memiliki minat

belajar matematika rendah, siswa yang memiliki minat belajar matmatika

rendah memiliki prestasi belajar matematika yang sama baik dengan siswa

yang memiliki minat belajar matematika tinggi, dan siswa yang memiliki

Page 146: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

minat belajar sedang memiliki prestasi belajar matematika yang sama baik

dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi.

4. Pada kelompok siswa yang dikenai model pembelajaran STAD, siswa yang

memiliki minat belajar matematika rendah memiliki prestasi belajar

matematika yang sama baik dengan siswa yang memiliki minat belajar

matematika sedang, siswa yang memiliki minat belajar matematika tinggi

memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibanding dengan siswa

yang memiliki minat belajar matematika rendah, dan siswa yang memiliki

minat belajar matematika tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang

sama baik dengan siswa yang memiliki minat belajar matematika sedang.

5. Pada kelompok siswa yang memiliki minat belajar matematika rendah, model

pembelajaran kooperatif NHT dan model pembelajaran kooperatif STAD

memberikan prestasi belajar matematika yang sama baik.

6. Pada kelompok siswa dengan minat belajar matematika sedang, model

pembelajaran kooperatif NHT dan model pembelajaran kooperatif STAD

memberikan prestasi belajar matematika yang sama baik.

7. pada kelompok siswa dengan minat belajar matematika tinggi, model

pembelajaran kooperatif NHT dan model pembelajaran kooperatif STAD

memberikan prestasi belajar matematika yang sama baik.

Page 147: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

B. Implikasi

Berdasarkan pada kajian teori serta mengacu pada hasil penelitian ini,

maka penulis akan menyampaikan implikasi yang berguna baik secara teoritis

maupun secara praktis dalam upaya meningkatkan prestasi belajar matematika.

1. Implikasi Teoritis

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh, menunjukkan bahwa

pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

dan STAD memberikan prestasi belajar matematika yang sama baik pada siswa

kelas VIII SMPN di Kabupaten Klaten, sehingga model pembelajaran ini perlu

diterapkan khususnya pada pokok bahasan faktorisasi suku aljabar. Minat belajar

matematika siswa termasuk salah satu faktor bagi keberhasilan siswa, siswa yang

memiliki minat belajar matematika tinggi atau sedang akan memiliki prestasi

belajar matematika yang lebih baik dibanding siswa yang memiliki minat belajar

matematika rendah.

2. Implikasi Praktis

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon

guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan juga prestasi belajar siswa.

Prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan memperhatikan model

pembelajaran yang digunakan secara tepat serta memperhatikan minat belajar

siswa.

Page 148: EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE · adalah instrumen angket minat belajar matematika siswa dan instrumen tes prestasi belajar matematika. Uji coba instrumen angket

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, ada beberapa hal yang

perlu peneliti sarankan, yaitu:

1. Perlu adanya pemilihan model pembelajaran yang tepat dengan materi

pelajaran. Salah satunya dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT

atau STAD pada pokok bahasan faktorisasi suku aljabar.

2. Karena minat belajar matematika berpengaruh terhadap prestasi belajar

matematika siswa, maka dalam pembelajaran matematika, guru hendaknya

mengetahui minat belajar matematika yang dimiliki siswa.

Semoga apa yang diteliti dapat dilanjutkan oleh peneliti lain dengan

penelitian yang lebih luas. Dalam penelitian ini, yang diteliti adalah model

pembelajaran kooperatif tipe NHT dan STAD serta hanya pada pokok bahasan

faktorisasi suku aljabar sehingga dapat juga nanti diteliti untuk model

pembelajaran yang lain ataupun pada pokok bahasan yang berbeda. Harapan

peneliti yang lain adalah apa yang diteliti dapat memberikan manfaat dan

sumbangan pemikiran bagi pendidik pada umumnya dan peneliti pada khususnya.