ekslusivisme dan inklusivisme

Upload: haya

Post on 09-Jan-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Ekslusivisme Dan Inklusivisme(Mata Kuliah: Studi Islam)

TRANSCRIPT

EKSLUSIVISME DAN INKLUSIVISME

DISUSUN OLEH:Moch. Tri Darmawan(11130910000 )Mumtaz Haya W.(1113091000059)Dimaz Octaviano(1113091000060)Galang Ardian Sugianto(1113091000109 )M. Yoma Putra(1113091000110 )

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKAFAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGIUNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA1432 H/2014 MBAB IPENDAHULUAN

Pada masa Al-Quran diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW di Mekah, mayoritas penduduknya menganut kepercayaan warisan leluhur bangsa Arab, yang dalam sejarah Islam disebut kepercayaan Arab Jahilia. Dalam sebuah Hadist yang bersumber dari Zaid bin Thalha, Nabi SAW bersabda sesungguhnya agama Islam itu pertama-tama dalam keadaan asing.... Tentu saja hal ini terkait dengan pandangan dan sikap hidup umatnya yang berpedoman kepada Al-Quran dalam hal-hal tertentu terasa sangat jauh berbeda dengan cara hidup mayoritas penduduk pada umumnya. Sesuai dengan fungsinya, yakni sebagai pengoreksi dan penyempurna terhadap agama - agama yang ada sebelumnya. Konsekuensi dari koeksistensi agama dalam masyarakat Arab di kota Mekah pada masa itu, adalah para penganut agama lainnya merasa sendi - sendi eksklusivitas agamanya terusik oleh kehadiran Islam. Dampaknya, adalah timbulnya konflik demi konflik hingga akhirnya umat Islam harus berhijrah ke Madinah. Islam sebagai suatu agama yang memiliki ajaran yang bersifat universal dan komprehensif, tentunya mengandung unsur-unsur ajaran yang kompleks, dimana pada bagian tertentu terdapat prinsip-prinsip ajaran bersifat eksklusif, dan pada bagian-bagian lainnya lebih bersifat inklusif. Ekslusivisme yang dimaksudkan disini, adalah suatu pandangan dalam agama (Islam) yang meyakini keunggulan dari kebenaran ajaran-ajaran agama yang dianut, sekaligus menegasikan ajaran serupa dari agama lainnya, sehingga ada kecenderungan untuk melahirkan tindakan yang berbeda dan terpisah ketika berkoeksistensi dalam masyarakat plural. Sedangkan Inklusivisme, atau istilah paralelisme menurut pihak lainnya, adalah suatu pandangan dalam agama (Islam), yang didasarkan pada prinsip kesejajaran, sehingga mendorong umatnya untuk menggabungkan atau menyatukan diri dengan golongan/kelompok agama lain sebagai suatu kebersamaan dalam masyarakat plural.

BAB IIPEMBAHASAN

A. Ekskluvisme Dalam Agama Islam

1. EksklusifSecara harafiah eksklusif berasal dari bahasa Inggris, "exlusive" yang berarti sendirian, dengan tidak disertai yang lain, terpisah dari yang lain, berdiri sendiri, semata-mata dan tidak ada sangkut pautnya dengan yang lain. Secara umum eksklusif adalah sikap yang memandang bahwa keyakinan, pandangan pikiran dan diri sendirilah yang paling benar, sementara keyakinan, pandangan, pikiran dan prinsip yang dianut orang lain salah, sesat dan harus dijauhi.

Sikap eksklusif dapat dibagi menjadi dua bagian:

a. Eksklusif Ke Luar Agama Islam diyakini sebagai agama yang paling benar sedangkan agama lain dianggap sesat dan tidak akan diterima oleh Tuhan. Pandangan ini didasarkan pada ayat Al-Qur`an sebagai berikut:

Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Alkitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian yang ada di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hishabNya.(QS. Ali Imron 3:19).

Pada hari ini telah kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu nikmatMu dan telah Kuridhoi Islam ini jadi agama bagimu. Maka barangsiapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi maha penyayang.(QS. Al-maidah 5:3). Paham Eksklusivisme berpendapat bahwa kata Islam yang terdapat pada ayat-ayat tersebut di atas adalah agama yang dibawa oleh nabi Muhammad. Agama inilah yang diterima di sisi Allah (Buku "K.H. zainal Arifin Abbas", 1984 hal. 32), sedangkan agama lainnya seperti Yahudi, Nasrani tidak diridhoi Tuhan. Agama-agama selain Islam dalam pengertian yang demikian itu adalah agama yang sesat, tidak akan diterima Tuhan dan akan mendatangkan kerugian di akhirat.

b. Eksklusif Ke Dalam Yang dimaksud dengan eksklusivisme ke dalam adalah pandangan, persepsi dan sikap yang terdapat di dalam Islam, yang mengakui bahwa hanya aliran eksklusivisme-lah yang benar, dan yang lainnya salah.

Faktor yang menjadi latar belakang timbulnya paham eksklusif:

1. Doktrin Ajaran Aliran eksklusif menganggap agama-agama lain seperti Yahudi dan Kristen yang mulanya berasal dari Tuhan, telah terjadi penyimpangan ajaran. Walaupun mereka mencoba mengkritik atau menganalisa akan kitab sebelumnya seakan-akan kitab sebelumnyalah yang dapat dikritisi. Mereka tidak melihat bahwa seseorang dikatakan mukmin kalau mereka melakukan rukun iman, salah satunya beriman kepada kitab (Taurat, Zabur dan Injil, Al-Qur`an). Sehingga seorang mukmin wajib untuk membaca dan melakukan apa yang tertulis di dalam Alkitab (Taurat, Zabur, dan Injil). 2. Pemahaman Pemahaman bahwa Islam sebagai agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW dan bukan Islam dalam pengertian misi kepatuhan dan ketundukan serta keikhlasan beribadah kepada Allah. Paham demikian mengakibatkan mereka hanya menerima Agama Islam saja dan tidak menerima agama lainnya.

2. Ciri kaum eksklusif1. Merekah yang menerapkan model penafsiran literal terhadap al-quran dan sunah dan masa lalu karena mengunakan pendekatan literal, maka ijtihad bukanlah hal yang sentral kerangka berfikir mereka2. Merekah berpendapat bahwa keselamatan yang bisa dicapai melalui agama islam.bagi merekah, islam adalah agama final yang datang untuk mengoreksi agama-agama lain. Karena itu merekah menggugat otentisitas kitab suci agama lain.

3. Eksklusivisme dalam islam

Ekslusivisme dalam tataran islam adalah sebagai pembeda antara muslim dengan non muslim, dalam sebuah permasalahan akidah kita harus jelas sudah ada rambu-rambunya bagaimana menjalani kehidupan di dunia ini dengan rambu-rambu Islam yang sudah di nubuatkan oleh Nabi Muhammad S.A.W.

Ada hal yang sangat menakjubkan yang dilakukan oleh seorang HAMKA ketika menjadi ketua MUI pada tahun 1981 yang melarang mengucapkan selamat hari Natal pada umat kristiani. Seorang ulama besar kharismatik yang tanpa tedeng aling-aling berani menunjukkan Eksklusivisme nya tanpa gentar sedikit pun, pada masa itu kita ketahui termasuk dalam masa orba yang dimana kekuasaan seorang presiden Suharto amat besar. Beliau tidak takut akan intimidasi atau dampak negative apapun yang mungkin akan beliau rasakan setelah mengeluarkan fatwa tersebut, langkah sucinya kemudian di tambahkan dengan meletakkan jabatannya sebagai ketua MUI, beliau lebih memilih Eksklusifisme nya sebagai seorang muslim yang mempunyai tanggung jawab langsung kepada Allah SWT.

Akhirnya eksklusivisme sangat dibutuhkan bahkan harus agar sebagai pembentuk sekaligus pembeda antara seorang muslim dan seorang non muslim, dalam kerangka identitas muslim esklusivisme berusaha menjaga akidah (keyakinan) dari serbuan pemikiran barat yang mampu menembus pemikiran para cendikiawan muslim. Tanpa Ekslusivisme Islam akan mengalami peleburan akidah yang berdampak pada kekacauan kebenaran akidah Islam.

4. Tokoh EksklusifOrang-orang Eksklusif memandang orang lain berdasarkan keturunan, agama, ras, suku, dan golongan. Mereka tidak mau menerima orang yang dianggapnya tidak cocok dengan paham atau mazhab yang dianut alirannya. Hal ini kemudian akan menciptakan sebuah tindakan tertutup yang tidak mau menerima perubahan, kemajemukan, dan pluralisme agama (dalam konteks agama). Mungkin dalam Islam, sosok Al-Ghazali bisa dijadikan sebagai wakil dari sekian tokoh Islam yang menganut paham eksklusif ini. Dia sangat tertutup terhadap filsafat. Bahkan sampai-sampai dia mengeluarkan klaim ateis atau kafir terhadap tiga filosof muslim klasik.

B. Inkusivisme Dalam Agama Islam

1. InklusifInklusif secara etimologi memiliki arti terhitung, global, menyeluruh, penuh, dan komprehensif. Kata inklusif berasal dari bentukan kata bahasa inggris inclusive yg artinya termasuk didalamnya. Istilah inklusif berkaitan dengan banyak aspek hidup manusia yang didasarkan atas prinsip persamaan, keadilan dan hak individu.

2. Islam Inklusif

Adalah suatu paham keberagaman yang didasarkan pada pandangan bahwa agama-agama yang lain yang ada di dunia ini sebagai yang mengandung kebenaran dan dapat memberikan manfaat serta keselamatan bagi penganutnya.

Islam inklusif merupakan pandangan yang menyatakan bahwa semua agama-agama yang ada semuanya memiliki kebenaran dan memberikan manfaat dan keselamatan bagi para penganutnya, sebagaimana di Indonesia terdapat beraneka ragam agama yang telah diakui dan banyak penganutnya. Indonesia pernah mengalami suatu masa dimana hubungan antar agama sangat mengesankan para pengamat dan sejarawan. Umat beragama di indonesia mampu hidup berdampingan secara damai. Seperti dimasa lampau dimana umat Hindu, Budha, dan umat Islam dapat saling menghormati satu sama lain dalam kehidupan sehari-harinya dalam masyarakat.

3. Inklusivisme dalam islam

Inklusivisme agama hadir dengan bentuk klaim kebenaran absolut yang lebih longgar. Lain halnya dengan eksklusifisme agama, orang dengan paradigma tersebut cenderung memiliki kepribadian tertutup, menutup ruang dialog dengan pemeluk agama lain dan merasa bahwasanya hanya agama dan alirannya saja yang benar, sementara agama dan aliran yang lainnya salah dan dianggap sesat. Sikap seperti ini akan melahirkan sistem soial out group dan in group.

Inklusivisme sendiri bersifat lebih longgar dan terkesan fleksibel terhadap sesuatu yang di luar dirinya, tidak kaku dan memberi jalan kepada selain dirinya untuk mengakui kebenaran mereka. Jadi, asumsi dasar inklusivisme agama adalah mengakui bahwa kebenaran hanya terdapat dalam agama sendiri, namun memberi kesempatan atau jalan bagi mereka yang berlain keyakinan untuk mengakui bahwa agama mereka juga benar. Pernyataan seperti ini dikenal dengan kategori traditional inklusivisme. Kategori yang kedua adalah relatif inklusivisme yaitu anggapan kebenaran yang hanya terdapat di dalam agama sendiri, tetapi juga mengakui bahwa tidak ada kebenaran yang absolut yang betul-betul benar sehingga semua agama kelihatannya menuju kebenaran absolut.

4. Ciri kaum inklusif1. Karena merekah memahami agama islam sebagai agama yang berkembang, maka merekah menerapkan metode kontekstual dalam memahami al-quran dan sunah, yang memerlukan teks-teks asas dalam islam dan ijtihad berperan sentral dalam pemikiran merekah.2. Kaum inklusif memandang, islam adalah agama terbalik bagi mereka, namun merekah berpendapat bahwa keselamatan di luar agama islam adalah hal yang mungkin.

5. Tokoh InklusifBerbeda dari ekslusivisme di atas, inklusivisme memandang orang lain dengan lebih arif dan bijak. Orang-orang inklusif ini sangat menghargai adanya pluralisme, perbedaan, dan kemajemukan. Mereka memandang semuanya sama seperti dirinya sendiri. Politik pengkafiran pun tidak berkembang dalam paham ini.Oleh karena itu, bisa dikatakan bahwa orang inklusif lebih mulia dari pada eksklusif. Jika di eksklusif ada al-Ghazali, maka tokoh utama yang menganut paham inklusif ini terpotret pada sosok Ibnu Rusyd. Beliau sangat menjunjung rasionalitas dan pluralitas, keberagaman dan kemajemukan, baik dibidang agama maupun budaya, dan nilai-nilai universalitas lainnya.

BAB IIIPENUTUPKESIMPULAN

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa, Islam Eksklusif dan Inklusif adalah agama-agama sebagai penerimaan atas konsep bahwa dua atau lebih agama yang sama-sama memiliki kebenaran yang inklusif yang sama-sama benar, dan dengan demikian di dalam agama-agama lainpun dapat ditemukan, setidak-tadaknya suatu kebenaran dan nilai-nilai yang benar.

Islam memandang keanekan-ragaman ajaran agama yang ada merupakan suatu karunia Tuhan Yang Maha Esa. Jika Tuhan menghendaki tentunya Dia menjadikannya hanya satu agama saja. Akan tetapi Tuhan tidak melakukan yang demikian itu, dengan tujuan untuk menguji manusia atas karunianya berupa agama yang telah diturunkan untuk masing-masing umat. Dalam konteks itu hendaknya semua umat berlomba-lomba dalam berbuat kebajikan untuk mencapai kemuliaan. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi-Nya, adalah orang-orang yang paling bertaqwa. Pada saatnya tiba, semua manusia akan kembali ke sisi-Nya, dan Dia akan memberitahukan segala perkara agama (eksklusivisme dan inklusivisme) yang diperselisihkan oleh umat-umat beragama ketika mereka masih hidup di dunia. Dengan demikian sangat dianjurkan untuk menumbuh-kembangkan semangat kebersamaan dan kesejajaran dalam berbuat kebajikan dalam semua bidang kehidupan : sosial, ekonomi, dan politik guna mewujudkan keamanan, kenyamanan, serta kemakmuran hidup bersama. Kiranya semua bentuk konflik yang mungkin terjadi antar umat beragama, terutama yang berkenaan dengan ekskluvisme dan inklusivisme, hendaknya diselesaikan secara bijaksana melalui proses dialog antar para pemuka agama. Untuk itu wadah-wadah berhimpun dari tokoh-tokoh agama dan pemerintah yang telah terbentuk, perlu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Al Hasyimi, Sayyid Ahmad. 1993. Syarah Mukhtarul Ahaadist. Penerbit Sinar Baru, Bandung. 2. Departemen Agama RI. 1993. Al Quran dan Terjemahannya. Kerjasama PP. Muhammadiyah dan PP. Al Irsyad Al Islamiyah, Jakarta. 3. Shaleh, Q. , Dahlan, A. dan Dahlan, M.D. 1987. Asbabun Nuzul : Latar Belakang Historis Turunnya Ayat-ayat Al- Quran. Penerbit CV. Diponegoro, Bandung.

2. http://wahyuyulianto88.blogspot.com/2012/09/eksklusivisme.html

3. http://gudangtugasku.blogspot.com/2012/09/inklusivisme-agama.html

10 | Eklusivisme dan Inklusifisme