eksistensi pengarang perempuan dalam dinamika …

14
PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN UNIVERSITAS NASIONAL EKSISTENSI PENGARANG PEREMPUAN DALAM DINAMIKA SASTRA INDONESIA PASCAMODERN: KAJIAN FEMINISME ESKSISTENSIALISME SIMONE DE BEAUVOIR Penyusun: Kurnia Rachmawati, S.S., M.A. NIDN. 0314099001 PRODI SASTRA INDONESIA FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS NASIONAL 2020

Upload: others

Post on 24-Oct-2021

17 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EKSISTENSI PENGARANG PEREMPUAN DALAM DINAMIKA …

PROPOSAL STIMULUS PENELITIAN

UNIVERSITAS NASIONAL

EKSISTENSI PENGARANG PEREMPUAN DALAM DINAMIKA

SASTRA INDONESIA PASCAMODERN: KAJIAN FEMINISME

ESKSISTENSIALISME SIMONE DE BEAUVOIR

Penyusun:

Kurnia Rachmawati, S.S., M.A.

NIDN. 0314099001

PRODI SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SASTRA

UNIVERSITAS NASIONAL

2020

Page 2: EKSISTENSI PENGARANG PEREMPUAN DALAM DINAMIKA …

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Penelitian : Eksistensi Pengarang Perempuan dalam Dinamika Sastra Indonesia Pascamodern: Kajian Feminisme Esksistensialisme Simone de Beauvoir

2. Peneliti Utama : a. Nama Lengkap : Kurnia Rachmawati, S.S., M.A. b. Tempat/ Tannggal lahir : Karanganyar, 14 September 1990 c. NIDN : 0314099001 d. Pangkat/ Golongan : III/ A e. Jabatan Fungsional : - f. Fakultas/ Prodi : Fakultas Bahasa dan Sastra/ Sastra

Indonesia g. Alamat Rumah : Perumahan Nuansa Alam Residence

Mungil, Blok C, No.45, Kp. Muara Beres, Kel. Sukahati, Kec. Cibinong, Kab. Bogor.

h. Telp/ email : 085725302990/ 081226880078 [email protected]

3. Jangka Waktu Penelitian : enam (6) bulan 4. Usulan Biaya : Rp. 7.000.000,-

Jakarta, 4 September 2020 Dekan Fakultas Bahasa dan Sastra

Drs. Somadi, M.Pd NIDN. 0328046501

Peneliti Utama Kurnia Rachmawati, S.S., M.A. NIDN. 0314099001

Menyetujui

Wakil Rektor Bidang PPMK

Prof. Dr. Ernawati Sinaga, MS. Apt NIP: 195507311981032001

Page 3: EKSISTENSI PENGARANG PEREMPUAN DALAM DINAMIKA …

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR ISI

ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: EKSISTENSI PENGARANG PEREMPUAN DALAM DINAMIKA …

ABSTRAK

Penelitian ini mencoba menguraikan Penelitian ini akan menguraikan bagaimana peran dan kiprah sastrawan peremuan indonesia dalam kontestasi sastra Indonesia pascamoderen dengan menggunakan perspektif kritik sastra feminisme Simone de Behaviour. Penelitian ini menfokuskan pada latar belakag dan penerimaan pembaca terhadap karya mereka. Beauvoir menekankan bahwa konstruksi sosial merupakan sebab utama mengapa mekanisme diri atau subjek mengontrol perempuan (sebagai ‘yang lain’ atau objek). Selain itu, peran-peran stereotip perempuan –kepasifan dan kefemininan – diterima dan diturunkan oleh perempuan kepada generasi berikutnya.

Kata Kunci: Perempuan, Feminis, Simone de Behaviour, Sastra Indonesia

Page 5: EKSISTENSI PENGARANG PEREMPUAN DALAM DINAMIKA …

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perempuan masih dianggap liyan atau the other dalam masyarakat yang masih

mengusung budaya patriaki. Sastrawan perempuan dalam kontentasi sastra Indonesia

memiliki persoalan yang berbeda dengan sastrawan laki-laki. Hal tersebut terekspresi

dalam karya sastra yang diciptakan dan bagaimana eksitensi dan aktivitas mereka

dalam ranah publik sastra.

Ide , pikiran, gagasan, dan perasaaan sastrawan tertuang dalam karya-karya

sastra. Proses panjang kreativitas tersebut tentu berakar dari peran dan

ketersinggungan pengarang perempuan di ranah masyarakat baik publik atau

domestik. Sastrawan perempuan menangkap realitas yang dilihat dan dirasakan

kemudian mengolah dan melahirkannya.

Rina ratih (2019:557) mengatakan bahwa perempuan secara umum adalah

anggota masyarakat. Masyrakat dengan berbagai aktivitas sosialnya terefleksi dalam

produk budaya. Salah satu dari produk budaya itu adalah karya sastra. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa karya sastra adalah refleksi sosial yang

keberadaanya tidak terlepad dari dunia realita. Karya sastra juga tidak lepas dari

proses penciptaan, pernciptaan karya sastra merupakan hasil kreatitivitas pengaran

dalam menyampaikan renungan yang mendalam atas sesuatu yang berada di luarnya.

Wiyatmi, (2018: 1) salah satu fenomena menarik dalam khasanah sastra

indonesia akhir-akhir ini adalah munculnya sejumlah penulis perempuan, yang pada

umumnya merupakan generasi muda. Karya-karya mereka pada umumnya mendapat

sambutan menggembirakan dari publik pembaca. Beberepa dari penulis tersbut antara

lain Ayu utami (1998, 20030) menulis Saman dan larung, Dee/ Dewi lestaro (2001)

(Supernova I, II), Nova Rianti Yusuf (2003) (Maha Dewa Maha dewi0, Jenar Mahesa

Ayu (2002, 2004), (Mereka Bilang Saya Monyet dan Jangan Main-Main dengan

kelaminmu), Eliza V. Handayani (2000), Area X: Himne Angkasa Raya), Helinatiens

(2003) (Garis Tepi Seorang Lesbian), Juga Abidah El Khalieqy (Perempuan

Berkalung Surban dan Geni Gejora) dan sebagainya.

Page 6: EKSISTENSI PENGARANG PEREMPUAN DALAM DINAMIKA …

Perjuangan feminis dan emasipatoris perempuan merupakan salah satu faktor

lahirnya sastrawan perempuan Indonesia dalam kancah kontestasi satra indonesia

pascamodern. Sosio kultural Indonesia yang bertranformasi pada kesetaraan gender

dan keterbukaan kepada pikiran dan gagasan perempuan juga merupakan keterkaitan

yang tidak bisa dipisahkan.

Eksistensi pengarang perempuan dibuktikan dengan kesuksesan Indonesia

sebagai tamu kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015, tidak terkecuali sastrawan

perempuan Indonesia. Salah satu penyumbang karya adalah Djenar Maesa Ayu

membawa novel “Nayla” yang telah diterjemahkan dalam bahasa inggris dan pernah

diluncurkkan di ubud Writers and Readers Festival (UWRF) Oktober 2018 serta

Cerpen “Larutan senja” (Potion of Twilight) yang luncurkan di SOAS University of

London pada 25 september 2018

1.2 Rumusan Masalah

Pemaparan panjang latar belakang di atas memunculkan beberapa masalah

yang akan dibahas dan dikaji dalam penelitian ini, yaitu Penelitian ini akan

menguraikan bagaimana peran dan kiprah sastrawan peremuan indonesia dalam

kontestasi sastra Indonesia pascamoderen dengan menggunakan perspektif kritik

sastra feminisme Simone de Behaviour. Penelitian ini menfokuskan pada latar

belakag dan penerimaan pembaca terhadap karya mereka.

1.3 Tujuan

Sejalan dengan latar belakang dan rumusan masalah, maka tujuan penelitian

ini adalah Penelitian ini akan menguraikan bagaimana peran dan kiprah sastrawan

peremuan indonesia dalam kontestasi sastra Indonesia pascamoderen dengan

menggunakan perspektif kritik sastra feminisme Simone de Behaviour. Penelitian ini

menfokuskan pada latar belakag dan penerimaan pembaca terhadap karya mereka.

Page 7: EKSISTENSI PENGARANG PEREMPUAN DALAM DINAMIKA …

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tentang Simone de Beauvoid

Simone de Beauvoir merupakan ahli filsafat Prancis dan tokoh feminisme modern

yang terkenal pada abad ke-20. Ia menuangkan gagasan filosofisnya melalui media yang

tidak konvensional seperti dalam roman, sandiwara, dan memoar. Karyanya, Le Deuxième

Sexe (The Second Sex) menghantarkannya pada pemikiran mengenai feminisme eksistensial.

Ia merupakan anak perempuan tertua dari salah satu keluarga borjuis di Prancis dan

dibesarkan dengan paham Katolik sehingga ibunya mengirimnya ke sekolah biarawati

(Hereford, 2019). Pada usianya yang ke-14 tahun, Beauvoir mengalami krisis iman dan

menjadikan dirinya sebagai seorang ateis. Hal itulah yang membuatnya mempelajari

pemikiran bernuansa eksistensialisme serta mengalihkan fokusnya untuk mempelajari

matematika, sastra, dan filsafat. Pada tahun 1926, Beauvoir meninggalkan rumah dan

menempuh pendidikan di Sorbonne yang merupakan universitas bergengsi di Prancis (Ravard

& Traube, 2006).

Pada tahun 1929 Beauvoir mengikuti kursus di École Normale Supérieure untuk

persiapan ujian agregasi filsafat. Di sana pula ia bertemu dengan Sartre dan menjadi partner

seumur hidupnya meskipun tanpa ikatan (Andrew dalam Card, 2006: 24). Pada saat itu pula

Beauvoir berusia 21 tahun dan merupakan siswa termuda yang lulus ujian agregasi dan

menjadi guru filsafat termuda di Prancis. Karya-karya pribadinya berupa fiksi dan esai

banyak diterbitkan hingga di tahun 1949, Beauvoir mengajukan sebuah etika eksistensialis

dalam The Second Sex di mana ia berusaha menjelaskan posisi subordinat perempuan dalam

masyarakat. Pemikirannya dalam The Second Sex inilah yang kemudian dikenal dengan

feminisme eksistensial (Losco & Williams, 2005: 828).

2.2 Feminis Eksistensialisme

Perjuangan perempuan untuk menuntut hak-hak mereka sebagai manusia seutuhnya

merupakan perlawanan terhadap pembagian kerja yang menetapkan kaum lakilaki sebagai

pihak yang berkuasa dalam ranah publik. Maka dari itu, munculah feminisme sebagai

gerakan sosial yang pada mulanya berangkat dari asumsi bahwa pada dasarnya kaum

perempuan ditindas dan dieksploitasi, di mana melaluinya pula (feminisme) perempuan

Page 8: EKSISTENSI PENGARANG PEREMPUAN DALAM DINAMIKA …

berusaha untuk mengakhiri penindasan dan eksploitasi tersebut (Fakih, 1999: 79). Feminisme

menyoroti politik seksualitas dan domestik baik pada level personal maupun level publik.

Gerakan perempuan secara perlahan tumbuh menjadi suatu kekuatan politik yang besar,

menyebar ke seluruh Eropa dan Amerika Utara, dan kemudian melahirkan aliran feminis

radikal yang memperjuangkan aspirasinya melalui jalur kampanye serta demokrasi untuk

membangun ruang dan kebudayaan perempuan. Selanjutnya, feminis sosialis lebih

menekankan pada pembangunan aliansi dengan kelompokkelompok dan kelas-kelas tertindas

lainnya, yaitu dengan gerakan-gerakan anti-imperialis, organisasi-organisasi buruh, serta

partaipartai politik kiri. Sedangkan feminis liberal lebih pada kelompok kecil yang

berkonsentrasi pada lobi-lobi pemerintah demi reformasi pro-Perempuan dan berusaha

mempengaruhi para pengambil kebijakan (Rueda dkk, 2007: 121).

Ketiga arus utama gerakan feminis tersebut terfokus pada perjuangan perempuan di

ranah publik. Di sisi lain, terdapat gerakan feminis yang melihat posisi perempuan dan

pengalamannya dalam kebanyakan situasi berbeda dengan laki-laki. Gerakan feminis tersebut

diinisiasikan oleh Simone de Beauvoir dalam pemikirannya mengenai feminisme eksistensial.

Penggambaran salah satu teori feminisme eksistensial adalah marginalisasi perempuan

sebagai liyan dalam kultur yang diciptakan laki-laki serta mengasumsikan laki-laki sebagai

subyek, sementara perempuan adalah obyeknya. Feminisme eksistensial ini merupakan

perjuangan perempuan melalui gerakan individual di ranah domestik dan cenderung berbeda

dari aliran feminisme lainnya yang melakukan perjuangan di ranah publik. (Laksmi, 1-2)

Beauvoir mengembangkan konsep feminisme berdasarkan filsafat eksistensialime

Jean Paul Sartre. Bagian filsafat Sartre yang paling dekat dengan feminisme Beauvoir adalah

konsep etre-pour-les autres, atau being for others (‘ada untuk orang-orang lain’).

Berdasarkan konsep ini, ia mengoreksi tiga argument tentang perbedaan laki-laki dan

perempuan yang pernah ada sebelumnya: biologi, psikologi, dan ekonomi. Selanjutnya

menawarkan argumentasi ontologism yang berdasarkan being (‘ada’).

Ia melihat eksistensi perempuan sebagai jati diri yang didefinisikan laki-laki. Di sini

dalam pandangan laki-laki eksistensi orang lain dianggap sebagai ancaman. Untuk menjaga

agar laki-laki tetap dapat mengontrol maka perlu diciptakan mitos laki-laki terhadap

perempuan. Ada dua hal yang digarisbawahi Beauvoir dalam mitos ini; pertama, apa yang

diinginkan laki-laki dari perempuan adalah uang tidak didapat oleh laki-laki, dan kedua,

perempuan adalah ‘bisu’seperti alam. Berdasarkan fakta dalam beberapa fiksi, Beauvoir

melihat bahwa perempuan mempunyai tugas untuk mengorbankan dirinya kepada seorang

Page 9: EKSISTENSI PENGARANG PEREMPUAN DALAM DINAMIKA …

lelaki. Meskipun perempuan tahu akan citra buruk ini, perempuan tidak dapat membebaskan

diri karena laki-laki mempunyai kekuasaan atas dirinya. Ironisnya, perempuan sendiri

meyakini akan fungsi ini.

Beauvoir menekankan bahwa konstruksi sosial merupakan sebab utama mengapa

mekanisme diri atau subjek mengontrol perempuan (sebagai ‘yang lain’ atau objek). Selain

itu, peran-peran stereotip perempuan –kepasifan dan kefemininan – diterima dan diturunkan

oleh perempuan kepada generasi berikutnya.

Beberapa tipe perempuan mendapat kritikan dari Beauvoir.peran sebagai istri

dikatakan dapat merampas kebebasan perempuan. Institusiperkawinan memaksa perempuan

pada kewajiban dan rutinitas. Ini bisa berarti pelumpuhan total terhadap perempuan. Seorang

wanita karir bahkan lebih sengsara karena harus bekerja dua kali (di luar rumah dan di dalam

rumah) sehingga seringkali muncul konflik profesi dan kewajiban sebagai ibu. Beauvoir

justru menilai positif perempuan pelacur. Dari satu sisi pelacur merupakan objek bagi laki-

laki tetapi di lain pihak ia menjadi subjek karena mengharuskan si pemakai jasa (laki-laki)

untuk membayar. Selain itu, seorang pelacur berada pada posisi yang dibutuhkan dan dicari

laki-laki. Jadi, seorang pelacur dapat melarikan diri dari yang lainnya atau dari menjadi objek

semata. Penilaian rendah diberikan padaperempuan narsis yang memang selalu ingin menjadi

objek. Ia adalah tipe perempuan yang terpana oleh dirinya sendiri dan sangat mementingkan

image-nya. Dia terjebak pada urusan fisiknya sampai pada akhirnya ia diperbudak oleh laki-

laki untuk terus menjadi cantik,langsing,muda bukan untuk dirinya tetapi untuk laki-laki.

Perempuan mistisspiritual merupakan peranan yang sangat kompleks. Disatu sisi ia ingin

menampilkan diri sebagai subjek yang suci dan bersih, sangat mementingkan dan

menunjukkan kemoraitasannya dengan tingkah lakunya, atau pakaiannya. Dan pada sisi lain,

kecintaannya kepada Tuhan adalah wujud kecintaan yang mengakui kesuperioritasan laki-

laki. Jadi ia, merupakan objek yang didekte oleh Tuhan dan laki-laki. Keseluruan tipe

perempuan di atas merupakan sebuah tragedi. Perananperanan yang dijalani merupakan

rekayasa laki-laki.

Beauvoir menyarankan, perempuan harus dapat menjadi arsitek bagi hidupnya

sendiri. Perempuan pada dasarnya, seperti laki-laki, adalah subjek bukan objek; ia harus

selalu ‘ada-bagi-dirinya’. Peran laki-laki untuk iut mengakui posisi ini sangat diperlukan.jalan

yang harus ditempuh perempuan untuk dapat mengubah kehidupannya adalah dengan

bekerja, belajar hingga menjadi intelektual, serta harus mampu menjadi agen bagi perubahan

Page 10: EKSISTENSI PENGARANG PEREMPUAN DALAM DINAMIKA …

sosial. Seperti Sartre, Beauvoir melihat kunci kebebasan bagi perempuan adalah ekonomi,

dan juga penghargaan masyarakat terhadap perempuan.

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu penggunaan kata-kata atau kalimat dalam

struktur yang logis, untuk menjelaskan konsep-konsep dalam hubungan satu dengan yang

lainnya (Danandjaja, 1990: 98) dan bersifat deskriptif, yaitu data terurai dalam bentuk kata-

kata atau gambar dan semua hal yang berupa sistem tanda yang tidak boleh diabaikan

sehingga akan memberikan suatu pemahaman yang lebih komprehensif (Semi, 1993: 25).

Penelitian sumber data, yaitu mengumpulkan sumber unit analisis; narasi; dialog; dan

statement-statement yang terdapat dalam tulisan, artikel, jurnal dll yang sesuai dengan

permasalahan yang diangkat. Adapun objek material adalah fenomena sastra siber Indonesia

.Adapun data-data sekunder berupa wawancara penulis dengan beberapa station TV majalah

tabloid lokal, biografi penulis serta buku-buku atau tulisan-tulisan penunjang lainnya.

Sebahagian data sekunder ini, penulis peroleh melalui internet dari beberapa situs

Web dan dari Blog penulis novel itu sendiri. Data-data tersebut baik berupa review, summary,

dan tanggapan blog yang kemudian penulis olah atau tulis kembali dengan bahasa penulis

sendiri.

Pengumpulan dan klasifikasi data, yaitu semua data baik primer maupun sekunder

dikumpulkan dan diklasifikasikan sesuai dengan metode penelitian kualitatif dan prinsip

analisis kajian. Masalah yang akan dibahas sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin

dicapai. Analisis data, yaitu memberikan interpretasi akan penelitian ini yaitu untuk melihat

bentuk-bentuk ekologi dalam karya sastra dan menunjukan flora fauna dalam karya tersebut.

Page 11: EKSISTENSI PENGARANG PEREMPUAN DALAM DINAMIKA …

BAB IV

BIAYA DAN JADWAL PENELITIAN

4.1. Anggaran Biaya

No. Jenis Pengeluaran Biaya yang Diusulkan (Rp)

1. Honor Peneliti Rp. 1.000.000,-

2. Bahan habis pakai, peralatan dan data (ATK, Pustaka Buku, Jurnal,

Data Arsip)

Rp. 1.500.000,-

3. Perjalanan/ Akomodasi Transportasi Rp 1.500.000-

4. Lain-lain (Publikasi, Seminar, Laporan) Rp. 3.000.000,-

Jumlah Rp. 7.000.000,-

4.2 Jadwal Penelitian

No

Kegiatan

Jadwal (Bulan/ Minggu)

Agustus

2020

September

2020

Oktober

2020

November

2020

Desember

2021

Januari

2021

Februari

2021

III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II

1. Penyusunan

Proposal

2. Observasi

Page 12: EKSISTENSI PENGARANG PEREMPUAN DALAM DINAMIKA …

Data dan

Pustaka

3. Pengumpulan

Data dan

Pustaka

4. Seleksi Data

5. Klasifikasi

dan validasi

data

6. Analisis/

Interpretasi

data

7. Laporan

Penelitian

8. Publikasi

(Jurnal

nasional/

Internasional)

Page 13: EKSISTENSI PENGARANG PEREMPUAN DALAM DINAMIKA …

DAFTAR PUSTAKA Atar Semi. 1993. Metode Penelitian Sastra. Bandung: Penerbit Angkasa. Beauvoir, Simone de. 2016. Second Sex: Fakta dan Mitos. (Toni B. Febrianto,

Penerjemah). Yogyakarta: Narasi. _______, Simone de. 2016. Second Sex: Kehidupan Perempuan. (Toni B. Febrianto & Nuraini Juliastuti, Penerjemah). Yogyakarta: Narasi Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Widatama. Fakih, Mansour. 1999. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Juliasih. 2012. Manusia dan Lingkungan dalam Novel Life in The Iron Milis Karya Wiyatmi. 2009, Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher Wallek. R & Warren. A. 1990. Teori Kesusastraan. (Diterjemahkan oleh: Melani Budianta)

Jakarta: Gramedia.

Page 14: EKSISTENSI PENGARANG PEREMPUAN DALAM DINAMIKA …