eksistensi masyarakat nelayan dalam mengatasi...

21
EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN DI KELURAHAN SEI JANG KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG NASKAH PUBLIKASI Oleh : MUHAMMAD MUNIRUZZAMAN NIM : 080569201020 PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2015

Upload: lethuy

Post on 21-Mar-2019

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI

KEMISKINAN DI KELURAHAN SEI JANG KECAMATAN BUKIT

BESTARI KOTA TANJUNGPINANG

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

MUHAMMAD MUNIRUZZAMAN

NIM : 080569201020

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2015

Page 2: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

1

SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Yang bertandatangan di bawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi Mahasiswa yang

disebut di bawah ini :

Nama : MUHAMMAD MUNIRUZZAMAN

NIM : 080569201020

Jurusan/Prodi : SOSIOLOGI

Alamat : Jln. Arief Rahman Hakim No.2 Kel. Tanjung ayun Sakti Kota

Tanjungpinang

Nomor HP : 0812-778-3131

Email : [email protected] / [email protected]

Judul Naskah : EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM

MENGATASI KEMISKINAN DI KELURAHAN SEI JANG

KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG

Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan

untuk dapat di terbitkan.

Tanjungpinang, 02 September 2015

Yang menyatakan,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Suryaningsih, M.Si. Siti Arieta, M.A.

NIDN.1016076901 NIDN. 1006048303

Page 3: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

2

EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN DI

KELURAHAN SEI JANG KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG

Muhammad Muniruzzaman [email protected]

Suryaningsih, M.Si. [email protected]

Siti Arieta, M.A. [email protected]

ABSTRAK

Masyarakat nelayan tetap mempertahankan mata pencaharian sebagai nelayan dalam kondisi

kemiskinannya hidup berdampingan dengan kelompok masyarakat lainnya. Pemukiman nelayan

bersebelahan dengan gedung-gedung restoran, pelabuhan, perumahan mewah, pertokoan dan

perkantoran tidak dapat meningkatkan pendidikan dan kesejahteraan masyarakat nelayan.

Pentingnya eksistensi dalam menciptakan, mengembangkan dan memelihara hubungan-

hubungan sosial masyarakat untuk membentuk suatu jaring sosial sebagai bentuk adaptasi. Menurut

Cohen dan Prusak L dalam Hasbullah (2006:13) diketahui bahwa “Keseluruhan nilai-nilai dan norma-

norma yang berlaku dalam masyarakat yang keseluruhannya terdapat dalam pendapat ahli tentang

modal sosial sebagai segala seustu hal yang berkaitan dengan kerjasama dalam masyarakat atau

bangsa untuk mencapai kapasitas hidup yang lebih baik, ditopang oleh nilai-nilai dan norma-norma

yang menjadi unsur-unsur utamanya seperti (trust) rasa saling mempercayai, (reciprocal)

keimbalbalikan, aturan-aturan kolektif dalam suatu masyarakat atau bangsa dan sejenisnya”.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisa eksistensi masyarakat nelayan dalam kemiskinan di

Kelurahan Sei Jang. Penelitian ini dilakukan selama lima bulan Februari s.d Juni 2015 yang

merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Adapun teknik pengambilan sampel purposive sampling

dengan menggunakan alat pengumpulan data studi dokumentasi, observasi, wawancara mendalam (in

deeph interview) dengan memilih 10 orang informan terdiri dari 1 orang ketua nelayan Sei Jang dan 9

orang nelayan sesuai dengan kriteria informan.

Adapun hasil temuan dalam penelitian ini adalah kondisi kemiskinan masyarakat nelayan

yang ditinjau dari perumahan, sampan/perahu, dan peralatan sederhana. Kemiskinan ditandai dengan

rendahnya pendidikan masyarakat nelayan hanya sampai Pendidikan Dasar serta kesempatan kerja

yang sedikit karena tidak adanya pendidikan serta keahlian khusus untuk mendapatkan pekerjaan

yang lebih baik. Keterbatasan pengetahuan dalam pengelolaan hasil tangkap serta penggunaan

peralatan sederhana menjadikan nilai jual hasil tangkap nelayan Sei Jang masih rendah.Eksistensi

masyarakat nelayan yang diukur dengan modal sosial yang dimiliki berupa partisipas dalam jaringan

masyarakat yang sederhana berupa kelompok kecil nelayan membentuk arisan sebagai wadah untuk

berkumpul. Hubungan saling menguntungkan (reciprocal) yang dimiliki masyarakat bekerjasama

dengan pemilik modal, restoran dan pasar sebagai wadah tempat berjualan hasil tangkap. Ditemui

dilapangan kepercayaan (trust) sesama masyarakat nelayan dan Ketidakpercayaan (untrust) justru

timbul diantara masyarakat nelayan dengan pemerintah dikarenakan pembangunan menimbun

mangrove yang akhirnya dapat merugikan masyarakat nelayan. Terakhir nilai-nilai dan norma-norma

yang berlaku lebih kepada kebudayaan serta kepercayaan masyarakat untuk tetap bersama-sama

menjaga alat kelautan dan perikanan.

Kata Kunci : Eksistensi, Nelayan

Page 4: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

3

EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI KEMISKINAN DI

KELURAHAN SEI JANG KECAMATAN BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG

Muhammad Muniruzzaman [email protected]

Suryaningsih, M.Si. [email protected]

Siti Arieta, M.A. [email protected]

ABSTRAK

The community fishermen keep livelihoods as fishers in the condition of poverty coexist and community

groups other. The settlement of fishermen separated from buildings restaurant, port, sophisticated housing,

shops and offices not can improve education and community welfare fishermen.

The importance of existence in creating , developing and maintaining social relationships the

community to form a net social as a form of adaptation. According to cohen and prusak l in hasbullah ( 2006:

13) out that a whole values and norms that applies in the overall contained in expert opinions about social

capital as all things issues related to cooperation in society or nation for capacity to a better life, supported by

values and norms who became main elements like the (trust ) mutual trust , ( reciprocal ), rules collectively in a

society or nation and the like.

The purpose of this research to analyze the existence of the community fishermen in poverty in urban

village sei jang. The study is done for five months february s.d june 2015 that is research descriptive qualitative.

As for technique the sample collection purposive sampling by the use of a a collection study documentation ,

observation , in-depth interviews ( in deth interview ).

As for the result of the finding in research this is a condition community poverty fishermen that is

reviewed of housing , waterman / boat , and simple tools . Poverty characterized by low public education

fishermen only until basic education and employment opportunities small because the absence of education and

special skill to get the job better . Limited knowledge in the management of the results of get and the use of

simple tools made the value of selling the results of get fishermen sei jang still low. Eksistensi the community

fishermen measured by social capital owned of partisipas in the tissues the community simple groups existed

small fishing form as a container to gather . Relations mutually beneficial ( reciprocal ) owned local people

should work together with the land owners capital , restaurants and the market as a container stalls the results

of get. He found a belief ( trust ) fellow the community fishermen and distrust ( untrust ) fact between the

fishermen with the government because development hoard mangrove that eventually can be disturb residents

fishermen. Last values and norms that applies more to cultural and public trust to stick together keep instrument

maritime affairs and fisheries .

Keyword : Existence fishermen

Page 5: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Provinsi Kepulauan Riau sebagai Provinsi

yang hampir keseluruhan wilayahnya adalah

kelautan. Banyak penduduk yang berpenghasilan

sebagai nelayan di beberapa tempat terutama di

pulau-pulau kecil dan pesisir pantai. Suatu ironi

bagi sebuah Negara Maritim seperti Indonesia

bahwa ditengah kekayaan laut yang begitu besar

masyarakat nelayan merupakan golongan

masyarakat yang paling miskin.

Disinilah pentingnya eksistensi

menciptakan, mengembangkan, dan memelihara

hubungan-hubungan sosial masyarakat untuk

membentuk suatu jaringan sosial sebagai bagian

dari adaptasi. Dengan menggunakan jaringan sosial

ini berfungsi memudahkan setiap anggota

memperoleh akses ke sumber daya ekonomi yang

tersedia di lingkungan. Hubungan-hubungan sosial

dalam kedua jaringan sosial bisa berupa tukar-

menukar, ataupun peminjaman timbal-balik sumber

daya ekonomi, seperti uang, barang, dan jasa.

Dalam masyarakat yang memiliki sumber daya

terbatas, jaringan ini amat penting.

Selanjutnya, masyarakat Kelurahan Sei

Jang merupakan nelayan tradisional berdasarkan

pengertian bahwa nelayan tradisional melakukan

penangkapan ikan skala kecil secara subsisten

maupun komersial, umumnya dilakukan oleh

penghuni pantai dan kelompok etnik tertentu

menggunakan metode penangkapan ikan dan

perahu tradisional. Fokus pada pembangunan

sumber daya nelayan untuk meningkatkan

pendapatan karena nelayan identik dengan

kemiskinan. Kemampuan nelayan di Kelurahan Sei

Jang bertahan mempertahankan keberadaannya

ditengah membangunan dan keberadaan akses jalan

menuju pusat Pemerintahan Provinsi Kepulauan

Riau.

B. Perumusan Masalah

Penelitian ini mengupas permasalahan

yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini,

yaitu: “Bagaimana Eksistensi Masyarakat

Nelayan dalam Kemiskinan di Kelurahan Sei

Jang Kecamatan Bukit Bestari Kota

Tanjungpinang?”

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Penelitian ini sebagai khasanah

pengetahuan atau mengembangkan konsep

dan teori terutama dalam hal studi Sosiologi,

yang dapat dijadikan acuan dalam melakukan

penilaian di bidang yang sama dimasa yang

akan datang.

2. Kegunaan Praktis

Sebagai masukan/bahan

pertimbangan bagi Nelayan dalam

melaksanakan serta mempertahankan

eksistensi sebagai nelayan dalam

kemiskinan agar dapat meningkatkan

perekonomian masyarakat khususnya di

Kelurahan Sei Jang Kecamatan Bukit

Bestari Kota Tanjungpinang. Sebagai

masukan/bahan pertimbangan bagi

pemerintah Kota Tanjungpinang dalam

mengambil keputusan/kebijakan serta

pemberian bantuan dalam Eksistensi

Masyarakat Nelayan dalam Kemiskinan.

D. Konsep Operasional

Adapun konsep operasional yang akan

digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah :

1. Masyarakat Nelayan adalah sekelompok

masyarakat yang melakukan aktivitas

pekerjaanya menangkap ikan baik secara

Page 6: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

5

tradisional maupun modern sebagai

penghasilan hidupnya.

2. Kemiskinan dalam masyarakat nelayan dinilai

dari tingkat pendapatan penghasilan nelayan

selama satu bulan juga dapat dilihat dari

pengamatan perumahan yang sangat

sederhana sebagai tempat tinggal nelayan

yang dianggap sebagai kebutuhan sekunder

sedangkan kebutuhan primer adalah pangan,

tingkat pendidikan anak-anak mereka, pola

konsumsi sehari-hari dan tingkat

pendapatannya.

3. Eksistensi masyarakat nelayan dalam

kemiskinan menjelaskan tentang penilaian

keberadaan masyarakat nelayan

menyesuaikan diri dengan keadaan

kemiskinan sehingga tidak bersifat kaku.

Adapun faktor-faktor eksistensi masyarakat

nelayan dalam kemiskinan yang dimaksudkan

akan diukur dengan indikator sebagai berikut.

a. Akses pendidikan adalah kemampuan

masyarakat nelayan untuk

mendapatkan pendidikan.

b. Akses kesempatan kerja adalah

keinginan serta kemampuan dari

masyarakat untuk mendapatkan

pekerjaan lain selain menjadi nelayan.

c. Modal sosial adalah segala sesuatu

yang berkaitan dengan kerjasama

masyarakat nelayan mencapai

kapasitas hidup yang lebih baik,

ditopang oleh nilai-nilai dan norma-

norma yang menjadi unsur-unsur

berkelompok dalam jaringan sosial,

serta rasa saling mempercayai (trust)

hanya kepada sesama nelayan yang

pada akhirnya menimbulkan rasa tidak

percaya (untrust) ditimbulkan dari

program pembangunan, ketimbal-

balikan (reciprocal) saling

menguntungkan secara timbal-balik

dan nilai/norma kolektif dalam suatu

komunitas masyarakat nelayan.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Bogdan dan Taylor (1975) dalam

Moleong (2002:3) yang menyatakan

”metodologi kualitatif” sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari orang-orang dan perilaku yang dapat

diamati. Dengan kata lain, penelitian ini

disebut penelitian kualitatif karena

merupakan penelitian yang tidak

mengadakan perhitungan.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Wilayah

Kelurahan Sei Jang Kecamatan Bukit

Bestari Kota Tanjungpinang. Pada

khususnya di Kelurahan Sei Jang sebagai

salah satu daerah pesisir di Kota

Tanjungpinang yang memiliki penduduk

dengan mata pencarian sebagai nelayan

F. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian selama lima

bulan Februari s.d Juni 2015. Dalam rentang waktu

tersebut, peneliti melakukan observasi terlebih

dahulu pada bulan Februari, wawancara dan

mengumpulkan data-data dilakukan pada bulan

Maret yang diperlukan untuk menjawab perumusan

masalah yang diajukan dalam penelitian ini.

Kemudian peneliti melakukan Analisis data pada

akhir waktu penelitian pada bulan April s.d. Juni

2015

Page 7: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

6

G. Teknik Pengambilan Informan

(Populasi dan Sampel)

Penelitian ini dilakukan dengan menunjuk

informan dengan menggunakan purposive

sampling yaitu pemilihan informan yang ada dalam

posisi terbaik memberikan informasi yang

dibutuhkan. Pemilihan informan berdasarkan

penelitian atau karakteristik diperoleh data sesuai

dengan maksud penelitian (Silalahi, 2010:272).

Pengambilan sampel ini digunakan metode

purposive sampling kriteria yang ditetapkan adalah

:

1. Nelayan yang sudah menjadi nelayan di

Kelurahan Sei jang minimal 5 tahun, agar

diperoleh data akurat dan penguasaan

informan terhadap lokasi penelitian.

2. Umur nelayan minimal 35 tahun agar

didapati data yang akurat dan penguasaan

terhadap lokasi penelitian serta informasi

dari informan mengenai eksistensi

masyarakat nelayan pada saat

dilakukannya penelitian dan eksistensi

masyarakat nelayan mengenai generasi

penerus, seperti anak sebagai nelayan

ataupun yang masih sekolah sebagai

bagian dari masyarakat nelayan kelurahan

sei jang dalam aspek akses pendidikan dan

kesempatan kerja.

3. Nelayan yang aktif sebagai nelayan,

mengikuti arisan dan kelompok nelayan

dibuktikan dengan SK keanggotaan dan

kelompok KUBE sebagai bukti

keterlibatan dalam jaringan sosial.

4. Nelayan yang dalam melakukan aktifitas

melautnya menggunakan alat tangkap,

pergi melaut dengan menggunakan

perahu.

5. Nelayan yang aktif sebagai nelayan

dengan bukti diantaranya melakukan

penangkapan, melakukan budi-daya

perikanan, melakukan jual-beli hasil

perikanan dan aktifitas murni sebagai

nelayan.

H. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi, yakni pengumpulan

data yang bersumber dari dokumen yang resmi dan

relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan.

Metode dokumentasi yaitu pengumpulan data

dimana peneliti menyelidiki benda-benda tertulis

seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-

peraturan, dan sebagainya (Arikunto, 2002:158).

2. Observasi

Observasi merupakan pedoman yang

meliputi pencatatan secara sistematik kejadian-

kejadian perilaku, objek-objek yang dilihat dan hal-

hal lain yang diperlukan dalam mendukung

penelitian yang sedang dilakukan, Konsep yang

dikemukakan oleh Faisal dalam Sugiyono

(2005:64).

3. Wawancara

Menurut Moleong (2002:186) wawancara

mendalam merupakan proses menggali informasi

secara mendalam, terbuka dan bebas dengan

masalah dan focus penelitian dan diarahkan pada

pusat penelitan. Dalam hal ini metode wawancara

mendalam yang dilakukan dengan adanya daftar

pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya.

Wawancara dilakukan dengan cara

mempersiapkan terlebih dahulu berbagai keperluan

yang dibutuhkan yaitu berjumlah 10 orang

informan, terdiri dari satu orang Ketua Nelayan dan

9 orang nelayan.

I. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data pada penelitian ini,

peneliti melakukan observasi secara mendalam

terlebih dahulu dengan melihan kondisi kehidupan

Page 8: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

7

masyarakat nelayan khususnya masyarakat di

Kelurahan Sei Jang. Dengan melakukan studi

Dokumentasi dengan membuka bahan bacaan serta

teori dan konsep yang berkaitan, peneliti

melakukan pengumpulan data secara tepat. Setelah

melakukan pengumpulan data baik berupa hasil

observasi serta studi dokumentasi, barulah peneliti

menyusun pedoman wawancara untuk menentukan

informasi yang diinginkan untuk melengkapi

penelitian tersebut agar lebih jelas. Setelah

melakukan observasi, studi dokumentasi dan

wawancara, penulis melakukan analisa sesuai

dengan apa yang dituliskan dalam penelitian ini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masyarakat Nelayan

Nelayan dapat diartikan sebagai orang

yang hasil mata pencarian utamanya berasal dari

menangkap ikan di laut. Menurut Setyohadi (1988).

Nelayan dikategorikan sebagai seseorang yang

pekerjaannya menangkap ikan dengan

menggunakan alat sederhana, mulai dari pancing,

jala dan jaring, bagan, bubu sampai dengan perahu

atau jukung yang dilengkapi dengan alat tangkap

ikan. Namun, dalam perkembangannya nelayan

dapat pula dikategorikan sebagai seorang yang

profesinya menangkap ikan dengan alat lebih

modern berupa kapal ikan berserta peralatan

tangkapnya sekarang dikenal sebagai anak buah

kapal (ABK). Disamping itu juga, nelayan dapat

diartikan sebagai petani ikan yang melakukan

budidaya ikan ditambak dan keramba-keramba di

pantai.

1. Kemiskinan Masyarakat Nelayan

Kemiskinan pada masyarakat nelayan

berdasarkan ciri umum yang dapat dilihat dari

kondisi kemiskinan dan kesenjangan sosial-

ekonomi dalam kehidupan masyarakat nelayan

adalah fakta-fakta yang bersifat fisik berupa

kualitas pemukiman. Kampung-kampung nelayan

miskin mudah diidentifikasi dari kondisi rumah

hunian mereka. Rumah-rumah yang sangat

sederhana, berdinding anyaman bambu, berlantai

tanah berpasir, beratap daun rumbia, dan

keterbatasan pemilikan perabotan rumah tangga

adalah tempat tinggal para nelayan buruh atau

nelayan tradisional. Sebaliknya, rumah-rumah yang

megah dengan segenap fasilitas yang memadai

akan mudah dikenali sebagai tempat tinggal

pemilik perahu, pedagang perantara atau pedagang

berskala besar dan pemilik toko (Kusnadi, 2002).

2. Eksistensi Masyarakat Nelayan

Menurut kamus besar Indonesia Eksistensi

adalah keberadaan, kehadiran yang mengandung

usur bertahan. Sedangkan menurut Zainal (2007)

eksistensi adalah:

“Eksistensi adalah suatu proses yang

dinamis, suatu menjadi atau mengadakan,

ini sesuai dengan asal kata eksistensi itu

sendiri, yakni ezsistere, yag artinya keluar

dari, melampaui atau mengatasi. Jadi

eksistensi tidak bersifat kaku dan berhenti

melainkan lentur atau kenyal dan

mengalami perkembangan atau sebaliknya

kemunduran, tergantung pada

mengaktualisasikan potensi-potensinya”

Dalam penelitian ini eksistensi masyarakat

nelayan mempunyai sebuah eksistensi, maka

keberadaannya sudah dianggap dan dapat

diperhitungkan oleh masyarakat yang

bermatapencaharian lainnya. Eksistensi juga

biasanya dijadikan sebagai acuan pembuktian diri

bahwa kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan

dapat berguna dan mendapat nilai baik di mata

orang lain.

3. Akses Pendidikan Masyarakat Nelayan

Page 9: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

8

Persoalan dari arti penting tingkat

pendidikan ini biasanya baru mengedepan jika

seorang nelayan ingin berpindah ke pekerjaan

lain yang lebih menjanjikan. Dengan pendidikan

yang rendah jelas kondisi itu akan mempersulit

nelayan tradisional memilih atau memperoleh

pekerjaan lain selain menjadi nelayan

(Kusnadi, 2002:3).

4. Akses Kesempatan Kerja Masyarakat

Nelayan

Salah satu upaya aspek penelitian yang

dilakukan oleh peneliti terdahulu Berkaitan dengan

diverisfikasi pekerjaan dalam upaya meningkatkan

kesejahteraan masyarakat nelayan diharapkan

mampu mencarikan potensi baik kewilayahan,

maupun peningkatan keterampilan masyarakat

nelayan.

B. Modal Sosial

Nelayan merupakan manusia sebagai

modal sosial (social capital) dapat didefinisikan

sebagai kemampuan masyarakat untuk bekerja

bersama, demi mencapai tujuan-tujuan bersama, di

dalam berbagai kelompok dan organisasi

(Coleman, 1999). Secara lebih komperehensif Burt

mendefinsikan, modal sosial adalah kemampuan

masyarakat untuk melakukan asosiasi

(berhubungan) satu sama lain dan selanjutnya

menjadi kekuatan yang sangat penting bukan hanya

bagi kehidupan ekonomi akan tetapi juga setiap

aspek eksistensi sosial yang lain (Burt, 1992).

1. Partisipasi Dalam Suatu Jaringan

Sosial.

Secara sederhana, jaringan sosial

sebenarnya merupakan salah satu bentuk eksistensi

dan tindakan yang dilakukan oleh individu,

kelompok maupun masyarakat dalam menghadapi

lingkungan pekerjaannya yang tidak menentu atau

diliputi oleh berbagai keterbatasan- keterbatasan

yang dimiliki (Kusnadi, 2000). Adapun hubungan

vertikal (hirarkis) adalah hubungan dua pihak yang

berlangsung secara tidak seimbang karena satu

pihak mempunyai dominasi yang lebih kuat

dibanding pihak lain, atau terjadi hubungan patron-

klien.

2. Reciprocal

Modal sosial selalu diwarnai oleh

kecendrungan saling tukar menukar kebaikan

individu dalam suatu kelompok atau antar

kelompok itu sendiri. Pola pertukaran ini bukanlah

sesuatu yang dilakukan secara reciprocal secara

seketika seperti proses jual-beli, melainkan suatu

kombinasi jangka pendek dan jangka panjang

dalam nuansa altruism (semangat untuk membantu

mementingkan kepentingan orang lain). Seseorang

atau banyak orang dari suatu kelompok memilik

semangat membantu yang lain tanpa mengharapkan

imbalan seketika.

3. Trust

Trust atau rasa percaya (mempercayai)

salam suatu bentuk keinginan untuk mengambil

resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang

didasari perasaan yakin bahwa yang lain akan

sentiasa bertindak dalam satu pola tindakan yang

saling mendukung, paling tidak yang lain tidak

akan bertindak merugikan kelompoknya (Putnam,

2002). Dalam pandangan Fukuyama (2003) trust

adalah sikap saling mempercayai di masyarakat

memungkinkan masyarakat tersebut bersatu dengan

yang lain dan memberikan kontribusi pada

peningkatan modal sosial.

4. Nilai-nilai dan Norma-norma

Kesalahan yang paling sering terjadi

dalam pengembangan masyarakat pesisir di negara

berkembang kurang memperhitungkan kondisi

Page 10: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

9

lokal sasaran program. Menurut Wahyono, dkk

(2001:6) Sumberdaya perikanan juga bersudut

miliki bersama (Common Property), sehingga siapa

saja yang menguasai modal dan sarana

penangkapan adalah mereka yang mampu

meningkatkan hasil tangkapan. Oleh sebab itu,

dalam perikanan penghasilan sumber daya lebih

ditentukan oleh faktor pemilikan modal dan

penguasaan teknologi.

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1. Gambaran Umum Kelurahan Sei Jang

Sei Jang adalah singkatan dari Sungai Jang

sebagai sungai yang mengalir membelah kedua

wilayah tersebut. Kelurahan Sei Jang memiliki

struktur penduduk yang heterogen dan di dominasi

oleh Melayu dan Cina serta kelompok etnis lainnya

yang hidup secara berdampingan dengan damai.

Struktur masyarakat dan kebudayaan melayu

melonggar dan terbuka. Kelonggaran dan

keterbukaan masyarakat serta kebudayaan melayu

itu disebabkan karena dalam tradisi terwujudnya

kebudayaan melayu terbiasa dengan kontak-kontak

dunia luar, proses pembauran dan akulturasi pada

kehidupan masyarakat sehari-hari.

1. Lokasi dan Keadaan Alam

Adapun berdasarkan data Badan

Penanggunglangan Bencana Pemerintah Kota

Tanjungipinang terjadinya perubahan angin dapat

dilihat pada waktu musim :

1. Musim utara

Terjadi setiap bulan Desember

sampai dengan Februari. Pada bulan

- bulan tersebut hujan terjadi terus

menerus yang dikuti dengan angin

yang sangat kencang dan cuaca tidak

menentu yang berakibat gelombang

laut naik/besar sehingga pada musim

ini para nelayan tradisional banyak

yang menghentikan aktifitasnya

untuk pergi ke laut menagkap ikan

dan meningkatnya Kecelakaan di laut

2. Musim Timur

Terjadi antara bulan Maret sampai

dengan Mei

3. Musim Selatan

Berlangsung antara bulan September

sampai dengan November, pada

bulan-bulan tersebut terjadi musim

kemarau yang berakibat

berkurangnya debet air bersih yang

dikonsumsi oleh masyarakat.

4. Musim Barat

Berlangsung pada bulan September

sampai dengan November. Pada

bulan tersebut umumnya masih

kemarau namun sesekali terjadi

hujan dan angin sudah mulai bertiup

kencang.

2. Gambaran Umum Masyarakat Nelayan

Kelurahan Seijang

Masyarakat Nelayan Kelurahan Sei Jang

merupakan komunitas yang mendiami tempat

sekitaran Sungai Jang. Sekelompok orang yang

saling berinteraksi dan berhubungan serta memiliki

nilai-nilai dan kepercayaan yang kuat untuk

mencapai tujuan dalam hidupnya. Masyarakat

Nelayan merupakan sebagian kelompok kecil

masyarakat yang selalu dekat dengan kemiskinan

yang merupakan orang-orang yang secara aktif

melakukan penangkapan ikan baik langsung

maupun tidak langsung sebagai mata pencaharian.

Masyarakat Nelayan cenderung memiliki sifat

keras dan terbuka pada perubahan. Sebagian besar

Page 11: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

10

masyarakat nelayan adalah masyarakat yang

memiliki tingkat penghasilan rendah tak menentu.

BAB IV

EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN

DALAM MENGATASI KEMISKINAN DI

KELURAHAN SEI JANG, KECAMATAN

BUKIT BESTARI KOTA TANJUNGPINANG

A. Karakteristik Informan Penelitian

Masyarakat nelayan secara turun termurun

menggantungkan hidup dari hasil laut, dalam

kondisi penghasilan yang tidak menentu.

Masyarakat Nelayan di Kelurahan Sei Jang

cenderung hidup miskin karena terbatas akan

keahlian yang dimiliki serta pendidikan masyarakat

yang sulit untuk memperbaiki taraf hidup mereka.

Masyarakat nelayan memiliki ilmu pengetahuan

yang rendah karena terbatas akan kemampuan

keluarga untuk membiayai sekolah mereka pada

dulunya, pengalaman kerja yang tidak ada,

keahlian yang terbatas maupun jiwa usaha yang

tidak begitu kuat membuat nelayan hanya mewarisi

keahlian orang tua terdahulu yang juga berprofesi

menjadi seorang nelayan yang dulunya juga hidup

susah. Keberagaman tingkat pendidikan nelayan di

Kelurahan Sei Jang menunjukkan rendahnya

tingkat pendidikan.

B. Eksistensi Masyarakat Nelayan

Masyarakat nelayan masih berada dalam

kondisi kemiskinan dengan mempertahankan

keberadaannya diantara pertumbuhan ekonomi

disekitar tempat tinggalnya. Pembahasan tentang

kondisi masyarakat nelayan di Kelurahan Sei Jang

ini dilakukan dengan satu metode peneliti observasi

saja, dimana peneliti melakukan pengamatan

langsung pada objek penelitian. Pembahasan

tentang lainnya dilakukan dengan dua metode

penelitian yaitu penelitian observasi dan

wawancara.

1. Kondisi Kemiskinan Masyarakat

Nelayan

Lokasi tempat tinggal Masyarakat

Nelayan Kelurahan Sei Jang khususnya di

Kampung Kolam yang berdekatan dengan akses

jalan pusat perekonomian pemerintah Provinsi

Kepulaan Riau seharusnya memiliki dampak yang

positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Masyarakat

nelayan diberikan kesempatan untuk bekerja

melaut jangan sampai penduduk lokal yang

kehilangan kesempatan kerja jauh lebih banyak

ketimbang yang bekerja melaut.

Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau

pernah memberikan bantuan kepada masyarakat

nelayan berupa pembangunan perumahan sangat

sederhana untuk masyarakat nelayan di Kelurahan

Dompak dan Kelurahan Sei Jang yang

bersebelahan dengan pusat pemerintahan

Kepulauan Riau. Perumahan tersebut sangat layak

untuk didiami para nelayan tetapi kondisi

keberadaannya di kawasan bukit berjauhan dengan

perairan mengakibatkan masyarakat nelayan hanya

sebagian yang bersedia untuk tinggal di wilayah

tersebut. Akhirnya program rumah subsidi tersebut

kurang berhasil. Seharusnya masyarakat nelayan

berada tak jauh dengan perairan sehingga

mempermudah untuk mereka pergi ke laut menjaga

kawasan laut, menjaga sampan maupun kerambah

yang mereka buat di sisian rumahnya.

Adapun jenis peralatan yang tersedia pada

nelayan Kelurahan Sei Jang berdasarkan hasil

observasi adalah.

b. Sampan tanpa mesin yang disebut

sampan dayung, Sampan Keting

merupakan sampan kecil dengan

tenaga mesin sederhana dan sampan

yang menggunakan mesin 5 GT

Page 12: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

11

(Grosston) sebagai salah satu sampan

yang diberikan pemerintah.

c. Mesin-mesin nelayan seperti robin

merupakan mesin yang digunakan

dengan menggunakan Bahan Bakar

Minyak, Diesel sementara mesin

diesel mesin untuk sampan yang

menggunakan tenaga diesel dan

Dayung merupakan kayu dengan

ukuran panjang semakin melebar di

ujung bawahnya berguna untuk

menggerakkan sampan)

d. Peralatan sederhana Nelayan lainnya

seperti jaring yang merupakan

benang jahitan yang relatif tipis

relatif mengikat/ menjerat ikan, bubu

ketam sebagai alat untuk menangkap

ketam, pancingan dan lain-lain)

2. Akses Pendidikan Masyarakat Nelayan

Rendahnya tingkat pendidikan formal

masyarakat nelayan, dapat diketahui dari

persentase jumlah informan yang tidak tamat

Sekolah Dasar. Selanjutnya karena keterbatasan

ilmu pengetahuan tentang peralatan tangkap

sehingga yang dipergunakan masih sederhana, pada

pembahasan sebelumnya juga dukungan

Pemerintah dan pihak lain sangat dibutuhkan,

karena kelemahan utama nelayan Indonesia di

banding nelayan bangsa lain adalah masalah

pemanfaatan teknologi, akses informasi secara

canggih mengenai titik-titik keberadaan ikan tidak

dimiliki oleh nelayan, sehingga jumlah tangkapan

nelayan selalu terbatas.

Hal demikian tidak terjadi lagi pada

kondisi saat ini karena nelayan Kelurahan Sei jang

lebih mengutamakan kepada pendidikan anak-anak

mereka dari pada diri sendiri. Di tambahkan

dengan pendapat Bapak Ismail merupakan nelayan

yang paling tertua umurnya, sejalan dengan

jawaban sebelumnya. Bapak Ismail sudah jarang

turun melaut tapi tetap melakukan aktivitas nelayan

dari hasil tangkap anaknya. menurut Bapak Ismail

dalam wawancara pada jam 16:00 wib, Sabtu, 03

Maret 2015.

“Nak sekolah biaya dari mana, biaya

sekolah mahal jadi dah pandai baca tulis dah

cukuplah untuk kehidupan saat itu sangat tidak

memungkinkan untuk atok. Dahulu kita masih saja

berjuang melawan penjajah jadi tidaklah mudah

untuk dapat sekolah. Penduduk banyak yang

tinggal di tepi pantai yang sehari-harinya mencari

ikan”

Keterbatasan ini berlanjut pada keluarga

nelayan dalam mengakses pendidikan perguruan

tinggi yang bersifat formal maupun pendidikan lain

yang sifatnya informal, masyarakat nelayan sudah

memprioritaskan pendidikan bagi keturunan

mereka, diantaranya karena mereka dapat

menikmati pembangunan fasilitas pendidikan.

Selanjutnya, terdapat program-program

pendidikan paket sebagaimana penjelasan pada Bab

sebelumnya yang merupakan upaya pemerintah

dalam mengatasi kemiskinan pendidikan. Kondisi

masyarakat nelayan tidaklah sebanding dengan

baiknya program tersebut, bahkan masyarakat

Kelurahan Sei Jang ada yang tidak mengerti

ataupun bahkan tidak bisa membaca dan menulis.

Hasil wawancara dengan Bapak Indra pada jam

14:00 wib, Rabu, 08 Maret 2015 sebagai berikut.

“Kami belum tahu macam mana nak ikut

paket A, B, C yang adek sebutkan, Buat Bapak

biarlah anak-anak aja sekolah sementara saya

pandai bacan tulis cukuplah untuk kami nelayan

bekerja dengan pandai membaca surat kabar, kami

memilih lebih baik melaut dan dapat banyak ikan.”

Hasil wawancara mengaitkan

keikutansertaan dalam paket A, B, dan C sebagai

pola keinginan masyarakat nelayan meningkatkan

Page 13: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

12

pendidikan sangat sedikit. Program pendidikan ini

tidak dapat menjadi patokan sebagai kemiskinan

dimana masyarakat secara tersetruktur tidak tertarik

oleh program-program pemerintah di bidang

pendidikan dalam meningkatkan kesejahteraannya.

Wawancara tentang kondisi keberadaan

Pemerintah dalam pemberian pelatihan kepada

Masyarakat nelayan ini diketahui dari Bapak Abdul

Rahman melalui wawancara pada jam 14:15 wib,

Rabu, 08 Maret 2015 sebagai berikut.

“Pernah beberapa kali mendapatkan

pelatihan diselenggarakan oleh Dinas Kelautan

dan Perikanan Kota Tanjungpinang bersama

pelatihan tersebut berupa pelatihan teknik

menyelam dilaksanakan selama seminggu dengan

bekerja sama dengan Marinir serta melibatkan

instruktur dari Jakarta. Pelatihan tersebut berguna

untuk dapat melakukan penangkapan ikan melalui

menyelam ke dasar laut. Seluruh peserta langsung

memperaktekkan seni menyelam tersebut.”

Masih dengan wawancara yang sama

dengan Bapak Indra pada jam 14:25 wib, Rabu, 08

Maret 2015 menambahkan harapannya bahwa.

“Diikutsertakan dalam pelatihan kami

belum pernah saya hanya beberapa kali di undang

dan ikut serta dalam sosialisasi maupun pertemuan

berbagai macam yang dibahas dalam kegiatan

tersebut diantaranya pembahasan tentang

konservasi alat tangkap yang akan diajukan

kepada DPRD untuk disetuju untuk dikeluarkan

anggarannya. Tapi pertemuan itu sangat sulit

untuk diwujudkan macam-macamlah alasan

sehingga hanya akan jadi pertemuan rutin saja”

Kedua hasil wawancara tersebut diketahui

bahwa tidak semua nelayan mendapat pelatihan

tentang perikanan dengan yang diketahui bahwa

masyarakat nelayan Kelurahan Sei Jang kurang

begitu mendapat perhatian dalam hal teknik

penangkapan ikan agar dapat meningkatkan

perekonomian keluarganya.

3. Akses Kesempatan Kerja Masyarakat

Nelayan

Berdasarkan pembahasan tentang tingkat

pendidikan nelayan diketahui masyarakat nelayan

Kelurahan Sei Jang memiliki pendidikan rendah

serta kesederhanaan peralatan yang dimiliki

menjadikan masyarakat nelayan sangat bergantung

pada musim. Posisi masyarakat nelayan yang

berdekatan dengan pusat Pemerintahan Provinsi

Kepulauan Riau yang seharusnya menjadi pemicu

peningkatan ekonomi. Hal ini tidak menjadikan

masyarakat nelayan berpindah mata pencaharian

secara total yang lebih populer dan lebih memilih

alih fungsi pekerjaan seperti ojeg atau menjadi

buruh bagunan pada saat musim paceklik (musim

angin kencang).

Keadaan alam ini dihadapi masyarakat

nelayan Kelurahan Sei Jang. Menurut pendapat ahli

Kusnadi pada Bab sebelumnya kondisi alam

terhadap adanya perubahan cuaca dapat

menjadikan hasil tangkapan berkurang. Untuk

mencari dan pengumpulkan uang ratusan ribu pada

saat musim tangkap merupakan hal yang mudah

tapi tidak mudah pada saat angin kencang.

Pernyataan ini sejalan dengan hasil wawancara

pada jam 14:15 wib, Rabu, 08 Maret 2015 dengan

Bapak indra sebagai berikut.

“Saya suka melaut karena orang tua saya

dahulu seorang nelayan juga bahkan cuaca yang

sangat mudah berubah-ubah kadang dapat dua

ratus ribu, kadang dapat sedikit jadilah untuk

dimasak saja. Kalau harga hasil tangkap ikan itu

hanya tiga puluh ribu sementara beli lauk sehari

sampai lima puluh ribu baik ikan itu dimasak

sendiri saja.”

Pada musim tidak tangkap atau musim

angin kencang lapangan pekerjaan di bidang

perikanan tersedia lebih sedikit dari pada musim

tangkap. Berdasarkan hasil wawancara dengan

Page 14: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

13

Bapak Safar pada jam 16:30 wib, Sabtu, 03 Maret

2015 sebagai berikut.

“Pada saat musim tangkap akan banyak

peluang pekerjaan yang dapat diselesaikan

bersama-sama akan banyak pekerjaan yang

dihasilkan bahkan lebih banyak waktu untuk pergi

melaut. Dengan bekerjasama untuk saling bahu

membahu melaksanakan berbagai pekerjaan mulai

dari menyiapkan perahu untuk melaut beramai-

rama dengan perahu masing-masing serta akan

memperbaiki juga bersama-sama apabila ada

kerusakan agar mendapatkan hasil yang banyak”

Selanjutnya Bapak Safar menambahkan

aktivitasnya saat tidak musim tangkap adalah

sebagai berikut.

“Sementara itu, pada saat tidak musim

tangkap dimana cuaca laut kadang tidak

bersahabat dengan nelayan. Kami biasanya akan

lebih banyak menghabiskan waktu untuk menjadi

buruh pelabuhan dengan menerima upah

mengangkat turunkan barang-barang di pelabuhan

atapun dengan menjadi buruh bangunan hanya itu

keahlian yang kami punya”

Pola pekerjaan nelayan yang bergantung

pada musim menjadikan kondisi pengangguran

masyarakat nelayan Kelurahan Sei Jang tidak

terlepas dari kewajiban pemerintah untuk

senantiasa menyediakan sejumlah lapangan kerja

bagi penduduk produktifnya. Mayoritas nelayan

yang berpendidikan rendah serta kekurangan

keterampilan dari jenis pekerjaan lainnya

menjadikan masyarakat tetap eksis sebagai

nelayan. Petunjuk-petujuk mengenai jenis

keterampilan yang tersedia dari masyarakat nelayan

menjadi pendukung dari penyerapan jenis

pekerjaan lainnya.

Budaya pekerjaan turun-temurun dari

masyarakat. Terbukti dari jawaban responden pada

hasil wawancara ini adalah pekerjaan yang telah

dilakukan secara turun-temurun dimana masyarakat

memiliki tingkat pendidikan rendah disertai tingkat

kesempatan kerja yang rendah pula. Berdasarkan

hasil observasi peneliti diketahui pekerjaan turun-

temurun ini hanya berhasil pada generasi kedua

dengan artinya masyarakat nelayan saat ini sudah

mulai menyekolahkan anaknya agar tidak menjadi

nelayan seperti dirinya.

Persoalan lain yang menjadi akar

kemiskinan masyarakat nelayan adalah

ketergantungan yang tinggi terhadap kegiatan

penangkapan. Faktor-faktor ketergantungan sangat

beragam. Akan tetapi, jika ketergantungan tersebut

terjadi sedangkan masih tersedia pekerjaan lain di

luar sektor perikanan, tentu saja akan sangat

mengurangi daya tahan nelayan dalam menghadapi

tekanan-tekanan ekonomi. Keragaman sumber-

sumber pendapatan akan sangat membantu

masyarakat nelayan dalam beradaptasi terhadap

kemiskinan. Di samping itu, rendahnya

keterampilan nelayan untuk melakukan kegiatan

penangkapan dan keterkaitan yang kuat terhadap

pengoperasian satu jenis alat tangkap, telah

memberi kontribusi terhadap timbulnya

kemiskinan.

Upaya peralihan mempertahankan

eksistensinya dapat dilakukan melalui pendidikan

dan pengetahuan tentang proses pengawetan ikan

dengan menjadikan ikan tersebut tak hanya sebagai

ikan asin atau ikan bilis. Dengan menjadikan hasil

tangkap tersebut sebagai kerupuk gonggong,

kerupuk ikan dan bakso ikan sebagai makan ciri

khas menjadi oleh-oleh penghasilan masyarakat

nelayan. Berdasarkan hasil wawancara pada jam

14:30 wib, Rabu, 08 Maret 2015 dengan Bapak

Abdul Rahman berikut ini.

“Seharusnya nelayan mampu untuk

membuat macam-macam jenis kerupuk, kerupuk

ikan, kerupuk gonggong, kerupuk udang, kerupuk

sotong, ataupun bakso ikan, sotong, udang kalau

nak lebih tak pernah dibuat orang sini bakso

Page 15: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

14

gonggong ada juga otak-otak sebagai makanan

khas asli daaerah sini. Tentunya semua dapat

dibuat serta dipelajari sendiri dan atau dari media

serta pengalaman yang tersedia. Tantangan justru

datang dari keterbatasan pengetahuan serta hasil

laut didapat dan juga biaya modal yang cukup

besar dari mana itu hanya menjadi khayalan”.

Hasil ini seharusnya dapat dilakukan

dalam kelompok masyarakat nelayan Sei jang

dengan memperdayakan ibu-ibu maupun anak-anak

para nelayan. Pada kenyataannya peluang usaha

peningkatan perekonomian masyarakat nelayan ini

justru dilakukan oleh sekelompok masyarakat lain

yang tergabung dalam industri rumah tangga (IRT)

untuk menjadikan hasil tangkapan tersebut sebagai

oleh-oleh hasil daerah seperti kerupuk gonggong.

Berdasarkan tulisan pada surat kabar

online www.isukepri.com tertanggal 23 Maret 2015

diketahui bahwa terdapat kegagalan dalam

penerimaan bantuan bibit kerapu hal ini selanjutnya

ditelusuri peneliti dengan menanyakan langsung

kepada Bapak Zakaria. Selain itu masyarakat bisa

juga melakukan pekerjaan membudidaya ikan

untuk penambahan hasil tangkap dapat diketahui

berdasarkan hasil wawancara Bapak Zakaria pada

jam 10:30 wib, Sabtu, 11 Maret 2015 berikut ini.

“Kami memang pernah dapat bantuan

dari Dinas Kelautan dan Perikanan untuk

membudidayakan bibit yang dibagikan. Akan

tetapi, bantuan bibit dari Dinas Kelautan

Perikanan tersebut, kami sudah berusaha sungguh-

sungguh merawat bibit kerapu tersebut tetapi yang

terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Karena bibit ikan yang dipelihara kami mati

semua”.

Menurut Zakaria, hal itu disebabkan ikan

Kerapu tidak bisa hidup dengan kadar air di

wilayahnya.

“Selain itu, air di lokasi kerambah kami

juga berminyak, karena dekat dengan lokasi

pelabuhan motor laut/kapal Batam. Di jembatan

kat Km.8 atas itu terdapat pelabuhan menjadi

tempat perbaikan kapal Ditambah lagi, apabila

terjadi hujan turunlah ada aliran air dari belakang

bangunan Green City membuat air di kerambahnya

berubah menjadi warna lumpur. Sehinga kami

dapat sampaikan bahwa ikan itu tak bisa hidup

karena tidak sesuai dengan kadar air sini,

ditambah lagi air di sini kotor dan berminyak”.

Masalah lain yang justru timbul dari

kemiskinan masyarakat nelayan yang membudaya

kerja masyarakat nelayan, pola penggunaan

keuangan masyarakat nelayan terutama nelayan

lebih mementingkan untuk duduk minum kopi dan

merokok di kedai kopi di siang hari tidak melaut.

Padahal dalam kondisi masyarakat tidak mampu

apabila hal itu dapat dihemat dengan tidak

mengisap rokok serta duduk ngopi akan

menghasilkan lebih banyak uang untuk ditabung.

Tidak ada salahnya meminum kopi di rumah

dengan dihidangkan oleh istri nelayan jauh lebih

dapat menghemat pengeluaran. Apalagi jika

dihitung berapa banyak anggaran keuangan

keluarga yang dapat dihemat apabila nelayan

tersebut berhenti untuk tidak merokok.

Berdasarkan penelitian oleh Maharendrani

(2009) terdapat survei menunjukkan 12,9% budget

keluarga miskin untuk rokok dan untuk orang kaya

hanya 9%. Menurut data konsumsi rumah tangga

miskin untuk tembakau di Indonesia menduduki

rangking kedua (12,43%) setelah konsumsi beras

(19,30%). Orang miskin di Indonesia

mengeluarkan uangnya 15 kali lebih besar untuk

membeli rokok dari pada membeli lauk pauk serta

6 kali lebih penting dari pendidikan dan kesehatan

(Fahriza, 2009). Dengan demikian diketahui bahwa

konsumsi rokok keluarga miskin lebih banyak

dibandingkan keluarga orang kaya.

Page 16: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

15

C. Modal Sosial Masyarakat Nelayan

Sebagai daerah kepulauan seharusnya

kelautan dan perikanan menjadi jaminan bagi

masyarakat nelayan, dengan modal sosial yang

dimilikinya. Pengamatan awal diketahui bahwa

nelayan Kelurahan Sei Jang tak jarang terjebak

dalam kemiskinan akibat ketergantungannya pada

musim ikan keterbatasan modal, pola perdagangan

ikan secara langsung yang menguntungan pembeli,

serta sikap saling tolong-menolong tanpa nilai

ekonomis. Dengan pemahaman lain, modal sosial

merupakan sesuatu yang tidak terelakkan karena

penelitian tentang modal sosial semakin luas dikaji.

Pembahasan tentang modal sosial dilakukan

dengan dua cara observasi dan wawancara

dilakukan secara bersamaan dan saling melengkapi.

1. Partisipasi dalam Suatu Jaringan Sosial

Keberadaan masyarakat nelayan dalam

suatu jaringan sosial masyarakat merupakan bentuk

kerjasama kolektif dalam penjualan hasil tangkap

di Kelurahan Sei Jang. Masyarakat nelayan selain

memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang

pekerjaan wiraswasta maupun buruh. Masyarakat

nelayan memiliki sebuah kartu identitas lainnya

yang disebut Kartu Tanda Anggota (KTA)

Nelayan. Diketahui bahwa siapapun bisa mengurus

pembuatan KTA dengan menunjukkan dan

memberikan fotokopi KTP kepada ketua Nelayan

untuk di buat kepada Dinas Perikanan Kota

Tanjungpinang tanpa harus memiliki kesamaan

data pekerjaan dalam KTP, dengan kata lain KTP

pekerjaan buruh/swasta tapi dapat membuat KTA

Nelayan.

Selanjutnya, pemerintah hanya mendirikan

Kelompok Usaha Bersama (KUBE) sebagai usulan

pada setiap Kelurahan di Tanjungpinang. Setiap

kelompok mendapat satu paket bantuan, yang

berprestasi dapat diberikan bantuan pengembang

usaha tahap berikutnya. Bantuan yang sudah

diterima harus digulirkan pada kelompok lainnya.

KUBE dimaksudkan untuk meningkatkan

kesejahteraan sosial para kelompok miskin yang

meliputi terpenuhinya kebutuhan hidup sehari-hari,

meningkatkan pendapatan, meningkatkan

pendidikan dan meningkatkan kesejahteraan derajat

kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara pada jam

14:15 wib, Rabu, 08 Maret 2015 jaringan kepada

ketua Nelayan Kelurahan Sei jang Bapak Abdul

Rahman .

“Masyarakat nelayan di Kelurahan Sei

jang memiliki kelompok-kelompok kecil tanpa

adanya koperasi nelayan. Kelompok tersebut

saling bekerjasama dalam menjaga lautan. Kami

nelayan biasa saling menjaga antara kelompok

satu Kelurahan maupun dengan kelompok

Kelurahan lainnya. Pernah sekali waktu terdapat

sekolompok masyarakat nelayan di lain

menggunakan jaringan pukat harimau kami akan

bersama-sama melakukan upaya peneguran

apabila teguran tidak ditanggapi maka hal ini

dapat kami laporkan kepada pihak yang berwajib

(kepolisian)”.

Selanjutnya, kesederhanaan masyarakat

nelayan Kelurahan Sei jang dalam membangun

jaringan sosial melalui arisan sebagai suatu pranata

masyarakat untuk mensiasati perangkap

kemiskinan pada masyarakat nelayan. Keberadaan

arisan sebagai jaringan, memberi modal sosial yang

cukup strategis dimana arisan memberi

kemampuan komunitas nelayan untuk menetapkan

tujuan, membangun jaringan sosial yang kompak

dan merajut pranata maupun membangun

kepercayaaan.

Jaringan sosial yang ditemui peneliti pada

masyarakat nelayan di Kelurahan Sei Jang

berbentuk arisan yang bermacam-macam, sesuai

dengan tujuan dan latar belakang anggotanya.

Arisan nelayan biasanya merupakan kegiatan

dalam sekolompok masyarakat nelayan biasanya

Page 17: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

16

berupa arisan bulanan. Kegiatan pertemuan

bulanan mengumpulkan uang dari anggota yang

jumlahnya ditentukan melalui kesepakatan anggota

nelayan. Setiap bulan, setelah dana terkumpul

diundi untuk menentukan anggota yang “menarik”

arisan. Bagi anggota yang mendapatkan arisan pada

bulan ini berkewajiban untuk mengadakan jamuan

pelaksanaan arisan untuk bulan selanjutnya.

2. Reciprocal

Masyarakat nelayan Kelurahan Sei Jang

tidak memiliki sampan atau kapal yang besar

sehingga hubungan patron-klien disini sulit dan

tidak dalam ikatan skala besar. Unsur- unsur sosial

yang berpotensi sebagai ikatan terjalin diatara

patron di masyarakat nelayan Kelurahan Sei Jang

adalah pedagang ikan atau tauke ikan dalam hal ini

terdapat dua hal menjual secara langsung ke pasar

atau menjual kepada Pak Ali ataupun Pak Apat.

Hubungan erat berskala besar antara patron-klien

seperti dijelaskan dalam bab III menjadikan hal ini

tidak dimiliki oleh masyarakat nelayan karena

masyarakat nelayan cenderung berangkat melaut

sendirian dikarenakan kecilnya ukuran kapal.

Berdasarkan pembahasan sebelumnya

diketahui kesederahaan kepemilikan modal

keuangan maupun peralatan dalam melaut sehingga

hubungan patron-klien di Kelurahan Sei Jang

sangat sederhana. Nelayan sebagai sebagai pemilik

perahu/sampan bekerja secara individual dalam

melaut, bergantung pada sebagian pedagang

sebagai tempat menjual hasil tangkap, penyedia

dana pinjaman uang ataupun jaringan serta alat

tangkap lainnya. Hal ini terbukti dari hasil

wawancara pada jam 14:45 wib, Sabtu, 03 Maret

2015 dengan Bapak Ismail

“Kebiasaan kami menjual hasil tangkap

langsung untuk mendapatkan uang agar dapat

dipergunakan untuk kebutuhan lainnya, kat sini

kami boleh pinjam dengan pak Malik dia ada jual

jaringan atau bubu tapi harganye mahal sehingga

lebih baik kami membuatnya sendiri dengan harga

relatif jauh lebih murah jadi lebih baik buat

sendirilah”.

Ditambahkan hasil wawancara 15:00 wib,

Sabtu, 03 Maret 2015 dengan Bapak Safar sebagai

berikut.

“Adalagi yang lebih senang apabila dapat

ikan yang besar kite kadang jual aje kat restoran

Nelayan atau restoran Sangrilla dengan hasilnya

tentu jauh lebih menggembirakan. Pemilik restoran

itupun baik orangnya biasa memberikan bantuan

pada nelayan sekitar sini apabila membutuhkan

dana untuk sekedar gotong-royong atau untuk

lainnya diberikan dengan suka rela”.

Selain menyiapkan dalam bentuk uang,

juragan ikan di Kelurahan Sei Jang ini juga

menyediakan peralatan penangkapan ikan berupa

pancing, jaring, dan kebutuhan melaut lainnya yang

bisa diperoleh oleh nelayan dengan syarat mereka

mengumpulkan hasil tangkapannya kepadanya.

Hubungan antara nelayan dengan para pemilik

modal/juragan semakin kuat seiring dengan tidak

adanya lembaga keuangan, terutama formal yang

dapat menggantikan peran para juragan tersebut.

3. Trust

Saling percaya tanpa hitungan ekonomi

yang jelas terjadi di Kelurahan Sei Jang. Sikap

saling membantu sebagian hubungan yang saling

menguntungkan. Ketua kelompok dalam jaringan

masyarakat nelayan tentunya dipilih berdasarkan

kriteria dapat dipercaya meningkatkan

perekonomian kelompoknya. Tapi kepercayaan ini

tidak cukup hanya sampai kepada sesama nelayan,

juga terdapat rasa saling percaya dengan

pembangunan lingkungan sekitar. Pembangunan

kawasan rawa-rawa sebagai penghasil mangrove

untuk nelayan ketam bangkang dikawasan

Kelurahan Sei Jang semakin berkurang. Dimulai

Page 18: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

17

dari pembangunan perluasan kawasan hotel Bali

telah terjadi penimbunan secara besar-besaran

sehingga dapat membunuh ekosistem tertentu. Para

nelayan Kelurahan Sei Jang terbiasa untuk saling

percaya dengan memberikan pinjaman peralatan

maupun mesin-mesin untuk melaut.

4. Nilai-nilai dan Norma-norma

Disamping bentuk pemeliharaan

keberlangsungan ikan-ikan kecil yang

dikembalikan ke lautan, berdasarkan penelitian

Fargomeli (2014) diketahui hal-hal yang berkaitan

dengan tradisi bagi kelompok nelayan adalah

bentuk kepercayaan individu nelayan yang menjadi

kepercayaan kolektif, misalnya apabila mereka

turun melaut harus turun dengan kaki kanan,

apabila melaut suami istri tidak boleh bertengkar,

ataupun menunjukan tanda-tanda seperti kalau

melaut kailnya dimakan atau disambar ikan lalu

putus, itu pertanda yang tidak baik bagi mereka

yang ditinggalkan di darat, ataupun pertanda

gejala datangnya badai atau jika yang bersangkutan

melaut akan terjadi bahaya

Begitulah pola norma-norma sosial atau

patokan dan nilai-nilai dikonsepsikan sebagai suatu

aturan sosial atau patokan berperilaku yang pantas.

Norma yang umumnya berlaku tidak berdasarkan

ukuran lingkungan sosialnya. Norma yang

umumnya berlaku dalam komunitas atau kelompok

nelayan di Kelurahan Sei Jang adalah tidak boleh

mementingkan diri sendiri. Ditambahkan hasil

wawancara dengan Bapak Ali diketahui bahwa

“Orang-orang kampung sini akan saling

bekerjasama menjaga alam demi keberlangsungan

hidup nelayan. Ada kesadaran diri nelayan sini

buang sampah pun tak boleh di laut. Jika ingin

melaut melewati atau berdekatan perkampungan

nelayan lain mestilah untuk meminta izin kepada

masyarakat setempat terlebih dahulu”

Merujuk pada teori Durkheim dimana

menganggap bahwa perilaku manusia sebagai

sesuatu yang dibentuk oleh kultur dan struktur

sosial mereka, sehingga melahirkan solidaritas

yang kuat di dalam yang terbagi dua yaitu

solidaritas mekanik dan solidaritas organik. Dalam

masyarakat pesisir, solidaritas mekaniklah yang

terbangun secara kuat karena, ciri masyarakat

pesisir yang masih bersifat homogen baik dalam

perilaku kerja maupun perilaku kehidupan sehari-

hari dan kehidupan bersamanya berdasarkan pada

keyakinan dan nilai-nilai bersama dalam kesadaran

kolektif mereka.

BAB V

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai

Eksistensi Masyarakat Nelayan dalam

Mengatasi Kemiskinan di Kelurahan Sei Jang,

Kecamatan Bukit Bestari Kota Tanjungpinang

yang dilakukan melalui observasi, wawancara

dan studi dokumentasi. Penulis

menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang

menyebabkan eksistensi masyarakat nelayan

adalah sebagai berikut.

1. Masyarakat nelayan di Kelurahan Sei

Jang masih berada di dalam garis

kemiskinan penelitian observasi

membuktikan dengan bentuk

perumahan, tingkat penghasilan dan

peralatan melaut yang masih

sederhana.

2. Tingkat pendidikan nelayan masih

rendah dimana masyarakat tidak

disertai pelatihan untuk nelayan yang

masih sangat minim dari pemerintah.

3. Akses kesempatan kerja nelayan masih

sedikit dikarenakan sedikitnya ilmu

Page 19: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

18

pengetahuan serta keahlian dalam

menguasai bidang lainnya.

4. Modal sosial sebagai upaya

peningkatan eksistensi masyarakat

nelayan masih saja dipertahankan.

Dimulai dari jaringan sosial

masyarakat nelayan dimana

kesederhanaan melalui kelompok dan

arisan masyarakat. Modal sosial terdiri

dari reciprocal sebagai ikatan saling

menguntungkan dalam perekonomian

dan patron-klien dalam masyarakat

sederhana. Rasa saling percaya (trust)

hanya kepada sesama nelayan

menimbulkan rasa ketidakpercayaan

(untrust) dengan program

pembangunan pemerintah Terakhir

nilai-nilai dan norma yang berlaku

dalam masyarakat nelayan masih

bersifat sopan santu serta kebudayaan

masyarakat melayu untuk tunduk dan

patuh pada alam.

2. SARAN

Masyarakat nelayan sebaiknya

memiliki ilmu pengetahuan serta memiliki

jenis alat tangkap yang cukup dan memadai

dalam meningkatkan hasil tangkapnya.

Nelayan juga sebaiknya dibekali dengan

pelatihan mengenai pengelolaan hasil tangkap

upaya pengawetan yang berfungsi untuk

menaikkan nilai jual hasil tangkap sehingga

hasil yang diperoleh nelayan lebih banyak

ketimbang langsung menjualnya ke pasar atau

ke penadah.

Pemerintah khususnya pemerintah

daerah sebaiknya memiliki solusi cerdas

untuk lebih memperhatikan nasib nelayan

yang berada di Kelurahan Sei Jang.

Pemberian bantuan dengan melakukan dialog

resmi antara nelayan dan pemerintah agar

tercapai kesepakatan bersama dalam

meningkatkan kesejahteraannya. Lebih tepat

memberikan bantuan berupa peralatan melaut

yang sesuai kebutuhan dibandingkan

memberikan sejumlah uang yang pada

akhirnya dipergunakan untuk kebutuhan

lainnya sehingga tidak tepat sasaran.

Page 20: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

19

DAFTAR PUSTAKA

Apridar dkk, 2011.Ekonomi Kelautan dan

Pesisir.Graha Ilmu: Yogyakarta

Arinkunto, Suharsimi, 2002. Prosedur Penelitian.

PT. Adi Maha Satya: Jakarta

Dahuri, Rokhmin, 1996. Potensi Sumber daya

Pesisir dan Laut: Perspektif Ekonomi

dan Ekologi. Pusat Kajian Sumber daya

Pesisir dan lautan. Institut Pertanian

Bogor: Bogor.

Fukuyama, Francis, 2003. Social Capital and

Economic Development. Routledge.

London.

Hasbullah, J., 2006. Sosial Kapital: Menuju

Keunggulan Budaya Manusia Indonesia.

MR-United Press: Jakarta

Kusnadi, 2000.Nelayan : Strategi adaptasi dan

Jaringan Sosial. Humaniora Utama Press:

Bandung.

,2002. Konflik Sosial Nelayan

Kemiskinan dan Perebutan Sumber daya

Perikanan.PT. LKiS Pelangi Aksara:

Yogyakarta.

, dkk, 2007. Strategi Hidup Masyarakat

Nelayan. PT. LKiS Pelangi

Aksara: Yogyakarta

, 2009. Keberdayaan Nelayan dan

Dinamika Ekonomi Pesisir. Ar-ruzz

Media, Yogyakarta

Masyhuri, 2001. Adaptasi Kelembagaan Ekonomi

Masyarakat Nelayan dalam Pemanfaatan

Sumberdaya Alam Indonesia. Pusat

Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu

Pengetahuan Indonesia (P2E - LIPI);

Jakarta.

Mulyadi, 2005.Ekonomi Kelauatan. PT Raja

Grafindo Persada. Jakarta

Moleong, Lexy, 2002.Metode Penelitian Kualitatif.

PT. Remaja Rosda

Karya : Bandung.

Purwanto, IrHeri, 2007. Strategi hidup Masyarakat

Nelayan:PT. LkiS: Yogyakarta.

Ritzer, George & Douglas J Goodman. 2004. Teori

Sosiologi Modern. Prenada

Media: Jakarta.

Satria, Arif, 2002. Pengantar Sosiologi Masyarakat

Pesisir. PT. Pustaka Cidesindo: Jakarta.

Silalahi, Ulber, 2010. Metode Penelitian Sosial.

Refika Aditama:Jakarta

Sugiyono, 2005.Metode Penelitian Kualitatif.

Alfabeta : Bandung.

Sugiyono, 2011.Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D. CV. AFABETA: Bandung.

Suharto, Edi, 2005. Membangun Masyarakatn

Memberdayakan Rakyat, Kajian

Strategis Kesejahteraan Sosial dan

Pekerjaan Sosial. Refika Aditama :

Bandung

, 2007. Kebijakan Sosial sebagai

kebijakan publik, Alfabeta,

Bandung,

Soerjono, Soekanto, 2009.Sosiologi Suatu

Pengantar, Edisi Baru, Rajawali Pers :

Jakarta

Usman, Sunyoto, 2006. Sosiologi; Sejarah, Teori

dan Metodologi, Center for Indonesian

Research and Development [CIReD]. Cetakan

Pertama : Yogyakarta

Wahyono, dkk (2001) Pemberdayaan Masyakarat

Nelayan. Media Pressido : Jakarta

WEBSITE DAN KUTIPAN

Carey, K. (2002). State Poverty-Based

Education Funding: A Survey Of

Current Programs And Options For

Improvement. Dalam http://

pustaka.unpad.ac.id/wp-

content/uploads/2012/12/pustaka_unpad

_pendidikan-_dan_kemiskinan.pdfdi akses

tanggal 1 Maret 2015 Pukul 16.30 Wib

Durheim, 2014.Struktur Sosial Masyarakat Miskin

dalam https://www.facebook.com/

notes/chuvie-cupz/struktur-sosial-

masyarakat-pesisir/826450990728962 di

akses tanggal 25 Agustus 2015 pukul

22.55 Wib

Firman, Muhammad, 2009. Problem Putus

Sekolah yang Kompleks. Tersedia

Padahttp://kosmo.vivanews.com/news/rea

d/70884problem_putus_sekolah

_yang_kompleks.Diakses 20 Maret 2015

pukul 20.15 Wib

Haluan Kepri 31 Oktober 2013

hhtp//www.haluankepri.co.id/2013/10/masyarakat

nelayan. Di akses tanggal 19 Februari

2015 Pukul 21.05 Wib

Indrawardi, 2010. Pendidikan Pada Masyarakat

Nelayanhttp://iptpisumut.blogspot.

com/ 2010/02/pendidikan-pada-

masyarakat-nelayan.html

Isu Kepri, 23 Maret 2015, Kegagalan

Masyarakat Nelayan dalamPenerimaan

Bantuan Bibit Kerapu dalam http :

//www.isukepri.com//23Maret 2015/

kegagalan masyarakat menerima bantuan.

Koentjaraningrat, 1972. Kearifan Lingkungan

Masyarakat di Galesonghttp://www.

academia.edu/6190222/KEARIFAN_LIN

GKUNGAN_MASYARAKAT_NELAY

Page 21: EKSISTENSI MASYARAKAT NELAYAN DALAM MENGATASI …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Dengan menggunakan jaringan sosial ini berfungsi memudahkan

20

AN_DI_GALESONG di akses tanggal 25

Agustus 2015 pukul 20.15 Wib

Ritonga(2007).Sketsa Buram Pemerataan

Pembangunan dalam Harian

Umum Republika 19 Oktober 2014

diakses 4 April 2015 Pukul 20.45 Wib.

Sarageldin (1999) Modal Sosial dan Relasinya

dengan Pengelolaan Hutan dalam

https://www.google.com/search?q=saragel

din+%281999%29+nilainilai+dan+norma

&ie=utf-8&oe=utf-8 diakses pada 20

Maret 2015 pukul 21.15 WIB

Setyohadi, Tuk. 1998. Pemberdayaan Nelayan

dan kelautan Dalam Kerangka

Konsepsi Benua Maritim Indonesi

dalam Prosiding Simposium Perikanan

Indonesia II Ujun Pandang, 2-3

Desember 2009. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perikanan bekerja sama

dengan Japan Internasition Agency,

Universitas Hasanuddin, Dinas Perikanan

Dati I Sulawesi Selatan, Ikatan Sarjana

Perikanan Indonesia dan Himpunan

Mahasiswa Perikanan Indonesia.

Suyanto, Bagong. 2003. Upaya Mensejahterakan

Nelayan di Jatim Meningkatkan

Produktivitas atau Diversifikasi? Dalam

http://www.kompas.co.id/kompas-

cetak/0304/23/jatim/274420.htm. Di akses

pada tanggal 14 Desember 2014 pukul

8.04 Wib.

Takziah, Wawako, 2009. Survey KHL Sebagai

Acuan Pembahasan UMK Batam.

http://media.unpad.ac.id/thesis/230110/20

09/230110090111 _2_ 5715 .pdf

diakses tanggal 26 Agustus 2015 pukul

21.15 Wib.

Tanjungpinangpos , 17 Desember 2013 dalam

http:// tanjungpinangpos.co.id/

2013/85225/nelayan-terima-bantuan-101-

unit-kapal-dan-jaring-dari-dkp-

kepri/)

Pangeman, Adrian Pdkk. 2002 Korelasi Pendidikan

dan Kemiskinan. Dalam http://

writing-

contest.bisnis.com/artikel/read/20140401/

377/215699/korelasi-antara-pendidikan-

dan-kemiskinan Diakses pada tanggal 3

Januari2015 pukul 22.30 Wib.

ZainalAbidin,2007. Pengertian Eksistensi

Masyarakat dalam

https://digilib.unila.ac.iddiakses 10 April

2015 pukul 21.35 Wib

REFERENSI SKRIPSI:

Aristiyani, Tri. 2003. Strategi Nafkah dan Kerja

Perempuan pada Rumah tangga

Petambak Penggarap dalam Menghadapi

Resiko (Kasus pada Komunitas Petambak

di Desa Karya Bakti, Kabupaten

Karawang, Jawa Barat).Skripsi, Fakultas

Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Hariayansyah, Reki. 2013. Strateg iRumah Tangga

Nelayan Dalam Mengatasi Kemiskinan

(Studi Nelayan Miskin di Desa Lubuk

Kecamatan Kundur Kabupaten Karimun).

Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik. Universitas Maritim Raja Ali Haji

Tanjungpinang.

Fargomel, Fanesa, 2014. Interaksi Kelompok

Nelayan dalam Meningkatkan Taraf

Hidup di Desa Tewil Kecamatan Sangaji

Kabupaten Mabahamaher Timur

Dalam

http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/actad

iurna/article/viewFile/5728 /5260 di akes

tanggal 25 Agustus 2015 pukul 17.15 Wib

Karunia.Wisdaningtyas, 2011.Strategi Bertahan

Hidup Masyaraka Nelayan di Daerah

Pencemaran Pesisir (Studi Kasus Nelayan

Kampung Bambu, Kelurahan Kali Bali,

Kecamatan Cilincing, Jakarta Utara). [ID]:

Departemen

SKPM, FEMA, IP: BogorDiakses tanggal

1 Juni 2015 Pukul 22.00 Wib

Maharendrani, Riana, 2009. Hubungan Antara

Faktor-Faktor Kebiasaan Merokok di

Kabupaten Sragen

dalam

http://eprints.ums.ac.id/5962/2/J41005001

4.PDFdiakses 23 Agustus 2015 pukul

16.30 Wib

Oktama, Reddy Zaki, 2013. Pengaruh Kondisi

Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat

Pendidikan Anak Keluarga Nelayan di

Kelurahan Sugih waras Kecamatan

Pemalang Kabupaten Pemalang dalam

http://lib.unnes.ac.id/

19821/1/3201408046.pdf diakses tanggal

23 Agustus pukul 23.45 Wib.

Prihatin, 2011. Analisis Faktor-faktor Penyebab

Anak Putus Sekolah Usia Pendidikan

Dasar di Kecamatan Gerogokan Tahun

2012/2013 dalam

http://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJ

PE/article/viewFile/1898/1650diakses

tanggal 23 Agustus 16:45 Wib

Rudiatin, E. (1997). Kepercayaan dan kesetiaan:

Bentuk dan fungsi jaringan social nelayan

muara Angke Pantai Utara Jakarta. Tesis.

Pasca Sarjana Antropologi Universitas

Indonesia.