ekonomi teknisfvwk
DESCRIPTION
wrgwgwgwqgTRANSCRIPT
A. Teori biaya produksi
Biaya produksi adalah semua pengeluaran ekonomis yang harus di keluarkan untuk memproduksi
suatu barang. Biaya produksi juga merupakan pengeluaran yang di lakukan perusahaan untuk
mendapatkan faktor – faktor produksi dan bahan baku yang akan di gunakan untuk menghasilkan
suatu produk.
Biaya produksi dapat meliputi unsur – unsur sebagai berikut : 1. bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi
2. bahan-bahan pembantu atau penolong
3. upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur.
4. penyusutan peralatan produksi
5. uang modal, sewa
6. biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya listrik, biaya
keamanan dan asuransi
7. biaya pemasaran seperti biaya iklan
8. pajak
Berdasarkan jangka waktunya, biaya produksi di bedakan menjadi 2 yaitu :
1. Jangka Waktu Pendek. Dalam jangka pendek perusahan adalah jangka waktu di mana sebagian faktor produksi tidak dapat
di tambah jumlahnya.
teori – teori biaya produksi dalam jangka pendek, Yakni:
# Biaya Total (Total Cost / TC) Keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh suatu perusahaan yang terdiri dari biaya Variabel dan
Biaya Tetap. TC= TVC + TFC
# Biaya Variabel Total (Total Variabel Cost / TVC) Keseluruhan biaya yang dikeluarkan perusahaan dalam faktor produksi dan bersifat Variabel atau
dapat berubah – ubah sesuai dengan hasil produksi yang akan dihasilkan.
Semakin banyak produk yang dhasilkan, maka semakin besar pula biaya yang harus dikeluarkan.
Contoh : Biaya bahan baku , upah tenaga kerja, bahan bakar,dls.
TVC= TC-TFC
# Biaya Tetap (Total Fixed Cost / TFC) Biaya yang tidak berubah mengikuti tingkat produksi.
Artinya biaya ini besarnya tidak dipengaruhi oleh jumlah Output yang dihasilkan.
Contoh: biaya abonemen Telepon, Biaya Pemeliharaan Bangunan,biaya penyusutan, dls.
TFC=TC-TVC
# Biaya Total Rata-rata (Average Total Cost / ATC) BiayaTotal (TC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah Produksi
tertentu oleh perusahaan tersebut (Q).
ATC =TC/Q
Q= jumlah Output yang dihasilkan
Biaya total rata-rata juga dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
ATC = AVC+AFC
# Biaya Variabel rata-rata (Average Variabel Cost / AVC) Biaya Variabel Total (TVC) untuk memproduksi sejumlah barang tertentu dibagi dengan jumlah
produksi tertentu(Q).
AVC= TVC/Q
Atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
AVC=ATC-AFC
# Biaya tetap Rata –rata (Average Fixed Cost / AFC) Biaya tetap (TFC) untuk memproduksi sejumllah barang tertentudibagi dengan jumlah produksi
tertentu (Q).
AFC=TFC/Q
Atau dapat juga dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
AFC=ATC-AVC
# Biaya Marginal (Marginal Cost / MC) Kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah satu satuan output.
2. Jangka Waktu Panjang. Sedangkan jangka waktu panjang merupakan segala faktor produksi yang masih dapat berubah –
ubah.
Teori – teori biaya jangka panjang yakni diantaranya ialah :
Biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan seluruh output dan bersifat Variabel.
Biaya total sama dengan perubahan biaya Variabel. LTC=∆LVC
Dengan LTC= biaya total jangka panjang (Long Run Total Cost)
∆LVC= Perubahan Biaya Variabel jangka panjang
# Biaya Marjinal jangka panjang Tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak 1 unit.
Perubahan biaya total sama dengan perubahan biaya variable.
Maka, LMC=∆LTC/∆Q
Dengan LMC= Biaya marjinal jangka panjang (Long Run Marjinal Cost)
∆LTC= Perubahan Biaya Total jangka Panjang
∆Q= Perubahan Output
# Biaya Rata – rata Biaya total dibagi Jumlah Output. LRAC=LTC/Q
Dengan LRAC=Biaya Rata – Rata Jangka panjang (Long Run Average Cost)
Q = Jumlah output
B. Jenis-jenis Biaya Produksi Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok
produk jadi dan harga pokok produk pada akhir periode akuntansi masih dalam proses. Biaya
produksi digolongkan dalam tiga jenis yang juga merupakan elemen-elemen utama dari biaya
produksi, meliputi :
1. Biaya bahan baku (direct material Cost)
Merupakan bahan secara langsung digunakan dalam produksi untuk mewujudkan suatu macam
produk jadi yang siap untuk dipasarkan.
2. Biaya tenaga kerja langsung (direct labour cost)
Merupakan biaya-biaya bagi para tenaga kerja langsung ditempatkan dan didayagunakan dalam
menangani kegiatan-kegiatan proses produk jadi secara langsung diterjunkan dalam kegiatan
produksi menangani segala peralatan produksi dan usaha itu dapat terwujud.
3. Biaya overhead pabrik (factory overhead cost)
Umumnya didefinisikan sebagai bahan tidak langsung, tenaga kerja tidak langsung dan biaya pabrik
lainnya yang tidak secara mudah didefinisikan atau dibebankan pada suatu pekerjaan.
Elemen-elemen dari biaya Overhead Pabrik yaitu : 1. Biaya bahan penolong
2. Biaya tenaga kerja tidak langsung
3. Biaya depresiasi dan amortisasi aktiva tetap
4. Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin
5. Biaya listrik dan air pabrik
6. Biaya asuransi pabrik
7. Operasi lain-lain
Proses Produksi
Pengumpulan harga produksi sangat ditentukan berdasarkan proses produksinya. Proses produksi
dibagi menjadi 2 macam:
1. Produksi atas dasar pesanan
Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan melaksanakan pengolahan produknya atas dasar
pesanan yang diterima dari pihak luar. Perusahaan ini mengumpulkan biaya produksi dengan
menggunakan harga pokok pesanan (Job order cost methode)
2. Produksi masa
Perusahaan yang berproduksi berdasarkan produksi massa melaksanakan pengolahan produknya
untuk memenuhi persediaan di gudang yang umumnya produknya berupa standar. Perusahaan ini
mengumpulkan biaya produksinya dengan menggunakan metode harga pokok proses (Process cost
methode). Dalam metode, biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk periode tertentu dan harga
pokok produk persatuan produk yang dihasilkan dalam periode tersebut, dihitung dengan cara
membagi total biaya produksi dengan jumlah satuan produk yang dihasilkan dalam periode yang
bersangkutan.
Sumber :
http://www.kajianpustaka.com/2012/11/biaya-produksi.html#ixzz2QcFnYl2V
Modal Kerja adalah : “Working Capital is a firm’s investments in short – term assets – cash,
short-term securities, account receivable, and inventories. Gross Working Capital is the firm’s total
current assets. Net working capital is current Assets minus current liabilities. Working Capital
Management, which encompases all aspects of the administration of both current assets and current
Liabilities”. Yang kurang lebih memiliki arti: Modal kerja adalah investasi perusahaan dalam aktiva
jangka pendek seperti kas, sekuritas (surat – surat berharga), piutang dagang dan persediaan. Jadi
modal kerja ini disebut modal kerja bruto ( gross working capital ). Sedang modal kerja bersih ( net
working capital ) adalah aktiva lancar dikurangi hutang lancar. Manajemen modal kerja
didefinisikan secara luas mencakup semua aspek pengelolaan baik aktiva lancar maupun huntang
lancar.
Menurut Wasis (1991, p.63)
Modal kerja adalah Modal Kerja adalah dana yang ditanamkan dalam aktiva lancar, oleh karena
itu dapat berupa kas, piutang, surat – surat berharga, persediaan dan lain-lain. Modal kerja bruto
adalah keseluruhan dari aktiva / harta lancar yang terdapat dalam sisi debet neraca. Modal kerja
neto adalah keseluruhan harta lancar dikurangi utang lancar. Dengan perkataan lain modal kerja
neto adalah selisih antara aktiva lancar dikurangi dengan hutang lancar.
Menurut Droms (1991:131)
Modal kerja adalah The term working capital generally refers to a firm's investment in current
asset over current liabilities. Net working capital refers to the excess of current assets over current
liabilities and can be thought of as the circulatingcapital of a business firm. Effective control of this
circulating capital is one of the most important Junctions of financial management.
Terdapat beberapa definisi modal kerja yang lazim dipergunakan, yaitu:
1. Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang lancar. Kelebihan ini
disebut modal kerja bersih (berikut Net Working Capital). Kelebihan ini merupakan jumlah
aktiva lancer yang berasal dari utang jangka panjang dan modal sendiri. Definisi bersifat
kualitatif karena menunjukkan kemungkinan tersediannya aktiva lancer yang lebih besar
daripada utang jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka
pendek serta menjamin kelangsungan usaha dimasa mendatang.
2. Modal kerja adalah jumlah aktiva lancer. Jumlah ini merupakan modal kerja bruto
(gross working Capital). Definisi ini bersifat kuantitatif karena menunjukkan jumlah dana
yang digunakan untuk maksud-maksud operasi jangka pendek. Waktu tersedianya modal
kerja akan tergantung pada macam dan tingkat likuiditas dan unsur-unsur aktiva lancer
misalnya kas, surat-surat berharga, piutang , dan persediaan.
3. Modal kerja adalah jumlah dana yang digunakan selama periode akuntansi yang
dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan jangka pendek (Current income) yang sesuai
dengan maksud utama didirikannya perusahaan tersebut. Definisi ini berdasarkan konsep
fungsional yaitu fungsi dana tersebut dalam menghasilkan pendapatan.
4.
b. Pentingnya Moda Kerja yang cukup.
Modal kerja harus cukup jumlahnya dalam arti harus mampu membiayai pengeluaran atau operasi
perusahaan sehari-ahri, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan bagi
perusahaan. Adapun kegunaan Modal kerja adalah ( S. Munawir, 1992 :116)
1. Melindungi perusahaan dari krisis Modal kerja karena turunnya nilai dari aktiva lancar.
2. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban tepat waktu.
3. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani para
konsumennya.
4. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit yang lebih
menguntnungkan kepada para pelanggannya.
5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak
ada kesulitan untuk mempeorleh barang ataupun jasa yang dibutuhkan
Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar memungkinkan perusahaan untuk
beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutup
kerugian dan mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa membahayakan keadaan keuangan
perusahaan.
Manfaat lain dari tersedianya modal kerja yang cukup adalah sebagai berikut :
1. Melindungi perusahaan dari akibat buruk berupa turunnya nilai aktiva lancar, seperti adanya
kerugian karena debitur tidak membayar, turunnya nilai persediaan karena harganya
merosot.
2. Memungkinkan perusahaan untuk melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendek tepat pada
waktunya.
3. Memungkinkan perusahaan untuk dapat membeli barang dengan tunai sehingga dapat
mendapatkan keuntungan berupa potongan harga.
4. Menjamin perusahaan memiliki credit standing dan dapat mengatasi peristiwa yang tidak
dapat diduga seperti kebakaran, pencurian, dan sebagainya.
5. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup guna melayani
permintaan konsumennya.
6. Memungkinkan perusahaan dapat memberikan syarat kredit yang menguntungkan kepada
pelanggan.
7. Memungkinkan perusahaan dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada kesulitan
dalam memperoleh bahan baku, jasa, dan suplai yang dibutuhkan.
8. Memungkinkan perusahaan mampu bertahan dalam periode resesi atau depresi.
c. Jenis-jenis Modal Kerja
Jenis-jenis modal kerja menurut W.B. Taylor dalam Bambang Riyanto (1994 :60) digolongkan
dalam :
1. Modal Kerja Permanen (Permanent Warking Capital).
Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk menjalankan fungsinya.
Modal kerja permanen dapat dibedakan dalam :
a) Modal Kerja primer (Primary Working Capital) Yaitu jumlah modal kerja minimum
yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.
b) Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) Yaitu modal kerja yang diperlukan
untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.
c) Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital) Yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini
dibedakan antara :
Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital) Yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.
Modal kerja Siklis (Cyclical Working Capital) Yaitu Modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi kunjungtur.
Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital) Yaitu Modal kerja yang
berubah-ubah karena adanya darurat yang tidak diketahui sebelumnya.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah modal kerja
Menurut Hampton (1989:180) perusahaan membutuhkan modal kerja ditentukan oleh 4 faktor :
Volume Penjualan
Perusahaan membutuhkan modal kerja untuk mendukung kegiatan operasional pada saat
terjadi peningkatan penjualan.
Faktor Musim dan Siklus
Fluktuasi dalam penjualan yang disebabkan oleh faktor musim dan siklus akan
mempengaruhi kebutuhan akan modal kerja.
Perubahan dalam Teknologi
Jika terjadi pengembangan teknologi maka akan berhubungan dengan proses produksi dan
akan membawa dampak terhadap kebutuhan akan modal kerja.
Kebijakan Perusahaan
Kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan juga akan membawa dampak terhadap
kebutuhan modal kerja.
Penentuan Kebutuhan Modal Kerja
Besar kecilnya modal kerja yang dibutuhkan dipengaruhi oleh dua factor :
Periode perputaran/terikatnya Modal kerja
Pengeluaran kas setiap harinya. Periode perputaran modal kerja adalah merupakan
keseluruhan atau jumlah periode-periode yang meliputi jangka waktu kredit beli, lama
penyimpanan bahan, lamanya proses produksi, lama penyimpanan barang, dan jangka waktu
penerimaan piutang.
Penyebab timbulnya kelebihan modal kerja adalah sebagai berikut:
1) Pengeluaran saham dan obligasi yang melebihi dari jumlah yang diperlukan.
2) Penjualan aktiva tetap tanpa diikuti penempatan kembali.
3) Pendapatan atau keuntungan yang diperoleh tidak digunakan untuk membayar dividen,
membeli aktiva tetap, atau maksud-maksud lainnya.
4) Konversi operating asset menjadi modal kerja melalui proses penyusutan, tetapi tidak
diikuti dengan penempatan kembali.
5) Akumulasi dana sementara mennunggu investasi, ekspansi, dan lain-lain.
Penyebab timbulnya kekurangan modal kerja adalah sebagai berikut:
1) Adanya kerugian usaha. Penyebab adanya kerugian usaha adalah (a) volume penjualan yang
tidak efisien relative dibandingkan dengan harga pokok penjualan, (b) tekanan terhadap
harga jual akibat ketatnya persaingan tanpa diikuti penurunan harga pokok penjualandan
biaya usaha, (c) banyaknya kerugian karena adanya piutang yang tidak kembali, (d)
kenaikan biaya tanpa diikuti kenaikan penjualan/penghasilan, (e) biaya naik sementara
penjualan menurun. Kerugian usaha tidak selalu akan mengurangi modal kerja karena ada
sementara biaya yang tidak bersifat pengeluaran kas (noncash expense) seperti beban
penyusutan, depresi, dan amortisasi. Yang jelas kerugian usaha itu mengurangi laba yang di
tahan (retained earnings).
2) Adanya kerugian insidensil seperti turunnya harga pasar dan persediaan barang, karena
pencurian, kebakaran, dan lain-lain yang tidak ditutup dengan asuransi.
3) Kegagalan mendapatkan tambahan modal kerja pada waktu mengadakan perluasan usaha
atau ekspansi seperti perluasan daerah penjualan, penjualan produk baru, penerapan metode
produksi baru strategi penjualan baru, dan sebagainya.
4) Menggunakan modal kerja untuk aktiva tidak lancar seperti membali aktiva tetap baru,
membeli saham dari perusahaan lain (investasi jangka panjang).
5) Kebijaksanaan pembayaran dividen yang tidak tepat. Karena harapan keuangan terus
membaik pimpinan perusahaan masih terus melanjutkan kebijaksanaan pembayaran dividen
seperti tahun-tahun sebelumnya.
6) Kenaikan tingkat harga. Karena naiknya harga-harga, perusahaan mengeluarkan jumlah
rupiah lebih banyak untuk mempertahankan volume fisik persedian barang dan aktiva tetap
serta membelanjai penjualan kredit dalam volume fisik yang sama.
7) Pelunasan utang yang sudah jauh tempo. Manajemen tidak menyisihkan sebagai pendapatan
bersih untuk cadangan pelunasan utang jangka panjang.
Penyusunan laporan sumber dan penggunaan modal kerja dan analisisnya
Analisis rasio yang meliputi :
A. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban
finansialnya yang segera dipenuhi. Perusahaan dikatakan likuid apabila perusahaan tersebut
mempunyai kemampuan untuk memenuhi semua kewajibannya. Dan perusahaan dikatakan
tidak likuid apabila perusahaan tersebut tidak mampu membayar hutang jangka panjang
ataupun jangka pendek.
1) Current Ratio
Current ratio adalah ukuran kemampuan suatu perusahaan untuk membayar hutang
yang harus segera dipenuhi dengan aktiva lancar. Jika current ratio kurang dari 200%
maka perusahaan dikatakan kurang likuid.
Rumus yang dipergunakan :
Current Ratio =
2) Quick Ratio
Quick ratio adalah menunjukkan angka perbandingan antara aktiva lancar persediaan
dengan Hutang lancar. Tolok ukur untuk Quick ratio adalah 100%
Quick Ratio =
B. Rasio Solvabilitas
Rasio Solvabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk membayar hutang-hutangnya
baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang.
1) Equity To Total Debt Ratio
Rasio ini dihitung dengan membandingkan antara modal sendiri dengan total hutang.
Hasilnya dinyatakan dengan prosentase.
Rumus yang dipergunakan :
Equity To Total Debt Ratio =
2) Total Assets To Debt Ratio
Rasio ini menghitung berapa bagian dari keseluruhan dana yang dibelanjai dengan
hutang atau seberapa bagian dari aktiva yang dibelanjai dengan hutang.
Rumus yang dipergunakan :
Total Assets To Debt Ratio =
C. Rasio Rentabilitas
Rasio rentabilitas merupakan alat untuk mengukur laba yang diperoleh dari modal yang
digunakan untuk operasi perusahaan atau mengukur kemampuan perusahaan untuk
memperoleh keuntungan.
1. Rentabilitas Ekonomis Adalah perbandingan antara laba usaha dengan modal sendiri
dan modal asing yang dipergunakan untuk menghasilkan laba tersebut dan
dinyatakan dalam prosentase.
Rentabilitas Ekonomis = L x 100%
M
2. Profit Margin Yaitu perbandingan antara net operating income dengan net sale.
Profit Margin dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan dengan melihat
kepada besar kecilnya laba usaha.
Profit Margin = Net Operating Income X 100%
Net Sales
3. Assets Turn Over Yaitu kecepatan berputarnya operating assets dalam suatu periode
tertentu. Assets turn over dimaksudkan untuk mengetahui efisiensi perusahaan
dengan melihat kepada kecepatan perputaran operating assets dalam satu periode
tertentu.
Assets Turn Over =
4. Rentabilitas Modal Sendiri Adalah perbandingan antara jumlah laba yang tersedia
bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang
menghasilkan laba tersebut di lain pihak.
RMS =
D. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar efektifitas
perusahaan dalam mengalokasikan sumber dananya.
a) Total Assets Turn Over
Merupakan alat untuk mengukur kemampuan modal yang tertanam dalam
keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan modal
yang di investasikan untuk menghasilkan revenue.
Rumus :
Total Assets Turn Over =
b) Perputaran Piutang
Perputaran piutang adalah analisis untuk mengetahui berapa kali piutang berputar
dalam suatu periode tertentu melalui penjualan kredit.
Rumus :
Perputaran Piutang = Net credit sales
Average Receivables
c) Perputaran Persediaan
Merupakan kemampuan dana yang tertanam dalam perputaran persediaan berputar
dalam satu periode tertentu atau likuiditas inventory dan kecenderungan untuk over
stock. Rasio ini juga menunjukkan berapa kali jumlah persediaan barang dagangan
diganti dalam satu tahun. Makin besar tingkat inventory turn overnya maka semakin
singkat barang tersimpan digudang.
Rumus :
Perputaran Persediaan =
Rata – rata Persediaan =
Avarage days inventory =
Contoh :
PT. PASTI memproduksi produk X setiap hari sebanyak 20 unit, 25 hari kerja perbulan. Biaya yang
dikeluarkan meliputi: Bahan mentah Rp 125,- dan upah Rp 75,- Biaya administrasi Rp 12.500
perbulan. Gaji pimpinan Rp 25.000 perbulan. Bahan dibayar dimuka 5 hari sebelum diterima.
Proses produksi 3 hari, barang jadi disimpan 2 hari, dan rata-rata pelunasan piutang 5 hari.
o Dana terikat dalam persekot 5 hari
o Proses produksi 3 hari
o Barang jadi 2 hari
o Piutang dagang 5 hari
o Periode perputaran 15 hari
Bahan mentah 15 x 20 x 125 = 30.000
Upah 10 x 20 x 75 = 15.000
Biaya adm. 10 x 20 x37.500/(25 x 20) = 15.000
Persediaan kas minimal (asumsi) = 25.000
jumlah modal kerja Rp 85.000
PT. Cahaya
NERACA
Per 31 Desember 2003
Aktiva Lancar
Kas Rp
100.000
Efek Rp
50.000
Piutang Usaha (Laba kotor 30%) Rp
250.000
Persediaan Rp
200.000
Hutang Lancar:
Hutang Usaha Rp 125.000
Hutang lainnya Rp 175.000
Hutang Jangka Panjang:
Hutang Obligasi (10%) Rp 500.000
Aktiva Tetap
Tanah Rp
600.000
Bangunan Rp
900.000
Akumulasi Depresiasi Bangunan (Rp
300.000)
Peralatan Rp 300.000
Akumulasi Depresiasi Peralatan (Rp
100.000)
Modal sendiri:
Modal Saham Rp 1.000.000
Laba ditahan Rp 200.000
Total Aktiva Rp
2.000.000
Total Hutang dan Modal Rp 2.000.000
Diposkan oleh Anggun di 05.26
http://anggun-mulyati.blogspot.com/2012/03/analisis-sumber-dan-penggunaan-modal.html