ekonomi pancasila
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tak kenal maka tak sayang. Peribahasa tersebut tampaknya cocok
juga untuk diterapkan pada Sistem Ekonomi Pancasila (selanjutnya akan
disingkat dengan SEP). Meskipun usia SEP setua usia Pancasila sebagai
dasar negara Republik Indonesia, selama ini SEP lebih merupakan
pengertian daripada penerapan, itupun lebih merupakan pengertian implisit
daripada eksplisit.
Perjalanan SEP baik dari segi pengertian maupun dari segi
penerapan sejak, tahun 1945, memang tersendat-sendat. Intelektual
Indonesia baru mulai serius memikirkannya pada tahun 1980 dalam
seminar nasional yang diselenggarakan oleh Fakultas Ekonomi Universitas
Gadjah Mada. Namun demikian, setelah seminar nasional tersebut selesai,
tidak ada kelanjutannya lagi.
Di bawah pemerintah Orde Baru, yang berkuasa di Indonesia
selama 32 tahun, SEP nyaris “mati suri”. SEP hanya diakui secara de jure,
dijadikan dasar tulisan GBHN bidang ekonomi. Tetapi, secara de facto
SEP tidak pernah diterapkan. Tidak jelas sistem ekonomi apa yang
diterapkan selama era Orde Baru, ada yang menyebutnya “kapitalisme
malu-malu”, atau “segalanya dapat diatur.
Setelah berakhirnya era Orde Baru, pemikiran tentang SEP
kembali dimunculkan di kalangan intelektual. Pada 12 Agustus 2002,
UGM mempelopori pendirian Pusat Studi Ekonomi Pancasila.
Sekarang ini adalah era globalisasi yang ditandai dengan adanya
kemajuan di segala bidang termasuk dalam hal perekonomian. Globalisasi
mempunyai 2 pengertian pertama, sebagai deskripsi/definisi yaitu proses
menyatunya pasar dunia menjadi satu pasar tunggal (borderless market),
dan kedua, sebagai “obat kuat” (prescription) menjadikan ekonomi lebih
efisien dan lebih sehat menuju kemajuan masyarakat dunia. Dengan dua
pengertian ini jelas bahwa menurut para pendukung globalisasi “tidak ada
pilihan” bagi setiap negara untuk mengikutinya jika tidak mau
ditinggalkan atau terisolasi dari perekonomian dunia yang mengalami
kemajuan sangat pesat.
Indonesia juga merupakan negara yang mengikuti era globalisasi
termasuk dalam bidang perekonomian. Dan sebagaimana kita ketahui
bahwa ada suatu sistem ekonomi yang berlaku di Indonesia yang tak lain
adalah Sistem Ekonomi Pancasila. Kedudukan Sistem Ekonomi Pancasila
dalam menghadapi era globalisasi akan kami singgung dalam makalah ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sistem ekonomi Pancasila?
1. Apa peran Undang-Undang Dasar 1945 dalam pembangunan ekonomi.
2. Bagaimana perkembangan globalisasi sistem ekonomi?
3. Bagaimana proses terjadinya globalisasi ekonomi?
4. Apa saja model-model sistem ekonomi di era global?
5. Apa dampak dari adanya ekonomi global?
6. Bagaimana kedudukan sistem ekonomi Pancasila di era globalisasi?
C. Tujuan Penulisan
2. Mengetahui pengertian sistem ekonomi Pancasila.
3. Mengetahui peran Undang-Undang Dasar 1945 dalam pembangunan
ekonomi.
4. Mengetahui perkembangan globalisasi sistem ekonomi.
5. Mengetahui proses terjadinya globalisasi ekonomi.
6. Mengetahui model-model sistem ekonomi di era global.
7. Mengetahui dampak ekonomi global.
8. Mengetahui kedudukan sistem ekonomi Pancasila di era globalisasi.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. SISTEM EKONOMI PANCASILA
A. Pengertian Ekonomi Pancasila
Ekonomi pancasila merupakan ilmu ekonomi kelembagaan
(instructional economics) yang menjungjung tinggi nilai-nilai kelembagaan
Pancasila sebagai idiologi Negara yang kelima silanya, secara utuh maupun
sendiri-sendiri, menjadi rujukan setiap orang Indonesia. Jika Pancasila
mengandung 5 asas, maka semua substansi sila Pancasila (1) etika, (2)
kemanusiaan, (3) nasionalisme, (4) kerakyatan atau demokrasi, dan (5)
keadilan sosial, harus di pertimbangkan dalam model ekonomi yang disusun.
Kalau sila pertama dan kedua adalah dasarnya, sedangkan sila ketiga dan
keempat sebagai caranya, maka sila kelima Pancasila adalah tujuan dari
Ekonomi Pancasila.
Di era glabalisasi ini arus perubahan Negara-negara di dunia telah
mengarah kepada homogenisasi paradigma kehidupan, yaitu universalisasi
liberalisme. Di bidang politik, demokrasi liberal telah menjadi wacana utama,
sedangkan di di bidang ekonomi, ekonomi neoliberal yang bertumpu pada
kapitalisme global menjadi arus utama. Indonesia sebagai Negara yang sedang
berkembang telah mulai berkenalan dengan kapitalisme global seiring dengan
perekonomian era Orde baru yang menjadikan paradigma pertumbuhan
ekonomi (economic growth) menjadi panglima. Krisis devaluasi rupiah yang
lantas menjelma menjadi krisis moneter sepanjang 1997-1998 telah
membutakan mata bahwa pondasi perekomomian Indonesia yang dibangun
atas dasar hutang luar negeri tidaklah kokoh. Namun, di era reformasi ini,
kesadran demikian tidak malah membangkitkan semangat di kalangan
pemerintahan untuk mencari alternatif sistem perekonomian yang manusiawi
dan berkeadilan sosial, justru sebaliknya, saat ini Indonesia mengalami
berbagai dentuman arus neoliberalisme yang terwujud dalam trio deregulasi,
privatilasi, dan liberalisasi perdagangan.
3
Di sisi lain, muncul perkembangan menarik dengan wacanakannya
Sistem Ekonomi Pancasila yang merupakan sistem ekonmi yang berlandasan
dan dijiwai spirit nilai-nilai Pancasila. Pandangan sistem ini yang bisa dilacak
dari ide-ide Bung Hatta, salah seorang proklamator RI. Senada dengan pesan
pasal 33 UUD 1945 dan berbasiskan nilai-nilai sosio-religio-budaya
masyarakat Indonesia.
Disinilah perlunya menengok ulang pemikiran Adam Smith yang 17
tahun sebelum menulis karyanya Inquiry Into Nature and Causes Of The
Wealth of Nations (1776) yang kemudian menjadi “kitab suci” ideology
kapitalisme, telah menulis The teory of Moral Sentiments (1759). Di dalam
karya terdahulunya, terdapatlah ajaran asli Bapak Ilmu Ekonomi ini bahwa
ekonomi sama sekali tidak lepas dari faktor-faktor etika. Dalam buku ini.
Smith mencoba mengembangkan ilmu ekonomi yang tidak saja bermoral
namun jga mendesain aspek kelembagaannya. Dari sinilah keberadaan
Ekonomi Pancasila paralel dengan pemokiran Smith.
Menurut Boediono (mantan Menkeu RI), Sistem Ekonomi Pancasila
dicarikan oleh lima hal sebagai berikut :
1. Koperasi adalah sokogru perekonomian nasional
2. Manusia adalah “economic, social and religions man”
3. Ada kehendak sosial yang kuat kearah egalitarianisme dan kemerataan
sosial.
4. Prioritas utama kebijakan diletakan pada penyususnan perekonomian
nasional yang tangguh.
5. Pengandalan pada sistem desentralisasi dalam pelaksanaan kegiatan-
kegiatan ekonomi, diimbangi dengan perencanaan yang kuat sebagai
pemberi arah bagi perkembangan ekonomi seperti yang dicerminkan
dalam cita-cita koperasi.
Meskipun dasar Negara Indonesia adalah Pancasila, namun ironisnya
sistem perekonomian yang selama ini berlangsung tidaklah bersumber
darinya. Setelah dicengkrami sistem ekonomi komando di era Orde Lama
4
yang bercorak sosialisme, berikutnya perekonomian Indonesia menganut
sistem ekonomi pasar yang bercorak kapitalisme di era Orde Baru. Jeratan
kapitalisme pun semakin menguat seiring derasnya paham ekonomi neoliberal
yang datang melalui agen-agen kapitalisme global seperti World Bank dan
IMF setelah Indonesia mengalami krisis moneter.
Dalam perjalanan republik ini, bisa dikatakan telah terjadi
penelikungan sitem ekonomi nasional sehingga Pancasila sebagai dasar
Negara belum sepenuhnya menjiwai sistem perekonomian Negara ini, baik
oleh faktor eksternal yang dimotori oleh World Bank dan IMF maupun oeh
faktor internal yang bersifat neoliberal dan kalangan intelektual ekonomi
dengan pemikiran-pemikirannya.
Dalam prakteknya, menurut Mubyanto (Kepala PUSTEK UGM),
fakultas ekonomi sebagai gedung pemikiran ilmu ekonomi telah menyumbsng
3 dosa dalam pengajarannya yang berperan memperparah marginalisasi
Ekonomi Pancasila, yaitu :
1. Bersiat parsial dalam mengajarkan ajaran ekonomi kalsik Adam Smith.
Konsep Smith tentang Manusia Sosial (homococius, tahun 1759)
dilupakan atau tidak diajarkan, sedangkan ajaran berikutnya pada tahun
1776 (manusia sebagai homoeconomicus) dipuja puji secara membabi
buta.
2. Metode analisis deduktif dari teori ekonomi neoklasik di ajarkan secara
penuh, sedangkan metode analis induktif diabaikan. Hal demikian
bertentangan dengan pesan Alfred Marshall dan gustave Schmoler, dua
tokoh ekonomi neoklasik, untuk memakai dua metode secara serentak
laksana dua kaki.
3. Ilmu ekonomi menjadi spesialistis dan lebih iarahkan untuk menjadi ilmu
ekonomi matematika.
Konsep ini lahir di bumi Indonesia, digali dari filsafat bangsa
Indonesia dan kemudian dianggap paling tepat mengarahkan perjalanan
bangsa Indonesia menuju masarakat adil dan makmur (Mubyarto,1980).
5
Ekonomi pancasila di definisikan sebagai sistem ekonomi yang di jiwai
ideologi Pancasila yang merupakan usaha bersama yang berasaskan
kekeluagaan dan kegotongroyongan nasional. Memiliki lima ciri :
1. Roda perekonomian digerakkan oleh rangsangan ekonomi, sosial dan
moral.
2. Kehendak kuat dari seluruh masyarakat ke arah keadaan kemerataan sosial
(egalitarianisme), sesuai asas-asas kemanusiaan.
3. Prioritas kebijakan ekonomi adalahpenciptaan perekonomian nasionalyang
tangguh yang berarti nasionalisme menjiwai tiap kebijakan ekonomi.
4. Koperasi merupakan saka guru perekonomian dan merupakan bentuk
paling kongkrit dari usaha bersama.
5. Adanya imbangan yang jelas dan tegas antara perencanaan di tingkat
nasional dengan desentralisasi dengan pelaksanaan kegiatan ekonomi
untuk menjamin keadilan nasional.
Menurut Kenneth Boulding dalam Economic as A Sciense. Ilmu
ekonomi dapat dikembangkan menjadi salah satu atau gabungan dari cabang-
cabang ilmu berikut : (a) ekonomi sebagai ilmu sosial (social science); (b)
ekonomi sebagai ilmu ekologi (ecological science); (c) ekonomi sebagai ilmu
prilaku (behavioral science); (b) ekonomi sebagai ilmu politik (political
science); dan (f) ekonomi sebagai ilmu moral (moral science).
Sebagai sebuah gagasan besar, Ekonomi Pancasila sebagai sistem
ekonomi bukan-bukan, bukan kapitalisme juga sosialime, menawarkan
garapan berupa sistem perekonomian alternative yang bersifat komprehensif
integral bagi jutaan masyarakat Indonesia demi mewujudkan cita-cita bangsa
sebagaimana termaksud dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945.
Sejak reformasi, terutama sejak SI-MPR 1998, menjadi populer istilah
Ekonomi Kerakyatan sebagai sistem ekonomi yang harus diterapkan di
Indonesia, yaitu sistem ekonomi yang demokrasi yang melibatkan seluruh
kekuatan ekonomi rakyat. Mengapa ekonomi rakyat bukan ekonomi rakyat
atau ekonomi Pancasila? Sebabnya adalah karena kata ekonomi rakyat
6
dianggap berkonotasi komunis seperti di RRC (Republik Rakyat Cina).
Sedangkan ekonomi Pancasila dianggap telah dilaksanakan selama Orde Baru
yang terbukti gagal.
Pada bulan Agustus 2002 bertepatan dengan peringatan 100 tahun
Bung Hatta, UGM mengmumkan berdirinya Pusat Studi Ekonomi Pancasila
(PUSTEP) yang akan secara serius mengadakan kajian-kajian tentang
Ekonomi Pancasila dengan penerapan di Indonesia baik di tingkat nasional
maupun di daerah-daerah. Sitem Ekonomi Pancasila yang bermoral,
manusiawi, nasionalistik, demokratis dan berkeadilan, jika diterapkan secara
tepat pada setiap kebijakan dan program akan membantu terwujudnya
keselarasan dan keharmonisan kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat.
Sistem Ekonomi Pancasila berisi aturan main kehidupan ekonomi yang
mengacu pada ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Dalam sitem
Ekonomi Pancasila, pemerintah dan masyarakat memihak pada (kepentingan)
ekonomi rakyat sehingga terwujud kemeralatan sosial dalam kemakmuran dan
kesejahteraan. Inilah sistem ekonomi kerakyatan yang demokratais yang
melibatkan semua orang dalam proses produksi dan hasilnya dinikmati oleh
semua warga orang dalam proses produksi dan hasilnya dinikmati oleh semua
warga masyarakat.
Aturan main sitem ekonomi Pancasila yang lebih ditekankan pada sila
ke 4 (Kerakyatan yang dipimpin olek hikmat kebuijaksanaan dan
permusyawaratan/perwakilan) menjadi selogan baru yang di perjuangakan
sejak eformasi. Melalui gerakan reformasi banyak kalangan terhadap hukum
dan moral dapat dijadikan landasan pikir dan landasan kerja. Sitem ekonomi
kerakyatan adalah sistem ekonomi yang memihak pada dan melindungi
kepentingan ekonomi rakyat. Sistem ekonomi kerakyatan adalah sub-sistem
dari ekonomi Pancasila, yang diharapkan mampu meredam akses kehidupan
ekonomi yang liberal.
7
B. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pembangunan di Bidang Ekonomi
UUD 1945 menegaskan di dalam pembukaanya bahwa salah satu
tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum.
Penegasab di atas tidak terlepas dari pokok pikiran yang terkandung dalam
pembukaan yaitu bahwa negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat. Karena pembukaan UUD 1945 beserta seluruh pokok-
pokok pikiran yang terkandung di dalamnya menjiwai Batang Tubuh
UUD, maka tujuan itupun dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal seperti
dalam pasal 23, pasal 27 serta pasal 33 dan 34. namun demikian, diantara
pasal-pasal yang paling pokok dan melandasi usaha-usaha pembangunan
di bidang ekonomi pasal 33.
Pasal 33 tersebut menyatakan sebagai berikut :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekelurgaan.
2. Cabang-Cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terjkandung di dalamnya
dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat.
Mengenai pasal ini penjelasan UUD mengatakan : “ Dalam pasal
33 tercantum dasar demokrasi ekonomi, produksi di kerjakan oleh semua.
Untuk semua di bawah pimpinan atau pemikiran anggota-anggota
masyarakat. Kemakmuran masyarakatlah yang di utamakan, bukan
kemakmuran orang-seorang, sebab itu perekonomian disusun sebagai
usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Bangun perusahaan yang
sesuai dengan itu adalah koperasi.
Perekonomian berdasar atas demokrasi ekonomi, kemakmuran
bagi semua orang. Sebab itu cabang-cabang produksi yang penting bagi
negara dan yang mengusai hidup orang banyak dikuasai oleh negara.
Kalau tidak, tuympuk produksi jatuh ketangan orang-orang yang banyak
8
ditindasinya. Hanya perusaan yang tidak mengusasi hajat hidup orang
banyak boleh ada di tangan orang-orang.
Bumi dan air dan kekayaan alam terkandung dalam bumi adalah
pokok-pokok kemakmuran rakyat. Sebab itu harus dikuasai oleh negara
dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.
Pasal 33 UUD 1945 merupakan pasal yang amat penting karena
pasal ini menjadi landasan dan pangkal tolak bagi pembangunan ekonomi.
Bahwa masalah perekonomiandi cantumkan dalam suatu pasal di bawah
Bab mengenai Kesejahteraan Sosial, mempunyai makna yang dalam dan
menunjukan dengan jelas bahwa tujuan ekonomi nasional adalah untuk
kesejahteraan sosial dan kemakmuran bagi rakyat banyak dan bukan untuk
orang perorangan atau suatu golongan. Dalam pasal 33 UUD 1945 ini pula
di tegaskan asas demokrasi ekonomi dalam dalam perekonomian
Indonesia.
Berdasarkan pasal 33 UUD 1945 tersebut, GBHN menggariskan
bahwa pembangunan di bidang ekonomi yang di dasarkan kepada
Demokrasi Ekonomi menentukan bahwa masyarakat harus memegang
peranan aktif dalam kegiatan pembangunan. Sedangkan Pemerintah
berkewajiban memberikan pengarahan dan bimbingan terhadap
pertumbuhan ekonomi serta menciptakan iklim yang sehat bagi
perkembangan dunia usaha. Sebaliknya dunia usaha perlu memberikan
tangggapan terhadap pengarahan dan bimbingan serta penciptaan iklim
tersebut dengan sigiat-giatnya yang nyata. Demokrasi ekonomi sebagai
dasar pelaksanaan pembangunan memiliki ciri-ciri positif yang perlu terus
menerus dipupuk dan dan di kembangkan.
Ciri-ciri positif tersebut adalah sebagai berikut :
1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
2. Cabang-cabang yang penting bagi negara dan menguasai hajat hidup
orang banyak di kuasai oleh Negara.
9
3. Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di
kuasai oleh Negara dan di pergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
4. Sumber-sumber Kekayaan dan keungan Negara digunakan dengan
permufakatan lembanga-lembaga Perwakilan Rakyat, serta
pengawasan terhadap kebijaksanaannya ada pada lembaga-lembaga
Perwakilan Rakyat pula.
5. Warga negara memiliki kebebasan dalam memilikh dalam memilih
pekerjaan yang dikehendaki serta mempunyai hak dan penghidupan
yang layak.
6. Hak milik perorangan diakui dan dimanfaatjannya tidak boleh
bertentangan dengan kepentingan masyarakat.
7. Potensi, inisiatif dan daya kreasi warga Negara diperkembangkan
sepenuhnya dalam batas-batas yang tidak merugikan kepentingan
umum.
8. Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.
Sebaliknya, dalam Domokrasi Ekonomi harus dihindari timbulnya
ciri-ciri negatif sebagai berikut :
1. Sistem Free Fight Liberalime yang membutuhkan eksploitasi terhadap
manusia dan bangsa lain yang dalam sejarahnya di Indonesia telah
menimbulkan dan mempertahankan kelemahan stuctural posisi
Indonesia dalam ekonomi dunia.
2. Sistem etatisna dalam nama Negara beserta aparatur ekonomi Negara
bersifat dominant serta mendesak dan mematikan potensi dan daya
kreasi unit-unit ekonomi sector Negara.
3. Pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu kelompok dalam bentuk
monopoli yang merugikan masyarakat.
10
2. GLOBALISASI EKONOMI
A. Perkembangan Globalisasi Sistem Ekonomi
Berkembangnya perdagangan internasional diawali sejak didirikan
General Agreemnet On Tariff and Trade (GAAT) pada tahun 1947 dengan
tujuan memperluas perdagangan internasional sebagai sarana untuk
meningkatkan kesejahteraan manusia. Organisasi baru yang bernama Word
Trade Organization (WTO). Untuk membantu perkembangan perdagangan
internasional di negara-negara berkembangan, dibentuklan General System of
Preference (GSP) oleh negara maju. Negara-negara Asia Tenggara termasuk
Indonesia, telah melaksanakan globalisasi ekonomi dengan melakukan
liberalisasi ekonomi. Masing-masing negara menurut kecepatan yang berbeda
dengan memperhitungkan komitmen mereka dalam WTO, APEC atau AFTA.
Kerangka ketentuan
. Berkaitan dengan tatanan perdagangan internasional yang baru dimana
WTO, APEC dan AFTA mempunyai ketentuan-ketentuan dasar yaitu
”keterbukaan Pasar” harus dilaksanakan dengan konsekuen agar negara
berkembang seperti Indonesia benar-benar mempunyai kesempatan untuk
memanfaatkan dampak-dampak positif dari Peranan Bidang Perkapalan dan
Pelayaran Niaga dalam Perdagangan 15 perdagangan bebas, terutama
keterbukaan perdagangan antara negara ASEAN yang memberikan kesempatan
kepada tiap negara untuk saling mengisi peluang pasar yang ada sesuai
kemampuan produksi masing-masing negara.
B. Globalisasi Ekonomi
Menurut John Huckle, globalisasi adalah suatu proses dengan mana
kejadian, keputusan, dan kegiatan di salah satu bagian dunia menjadi suatu
konsekuensi yang signifikan bagi individu dan masyarakat di daerah yang jauh.
Sementara itu, Albrow mengemukakan bahwa globalisasi adalah keseluruhan
proses di mana manusia di bumi ini diinkorporasikan (dimasukkan) ke dalam
11
masyarakat dunia tunggal, masyarakat global. Karena proses ini bersifat
majemuk, kita pun memandang globalisasi di dalam kemajemukan.
Secara ekonomi, globalisasi merupakan proses pengintegrasian
ekonomi nasional bangsa-bangsa ke dalam sebuah sistem ekonomi global.
Maksudnya Gejala globalisasi terjadi pada kegiatan finansial, produksi,
investasi perdagangan yang kelak berpengaruh pada hubungan antar bangsa
dan hubungan antar individu dalam segala aspek kehidupan. Hubungan antar
bangsa menjadi lebih saling tergantung yang bahkan menjadikan ekonomi
dunia menjadi satu sehinga seolah-olah batas antar negara dalam kegiatan
perdagangan, bisnis tidak ada lagi. (borderless world). Perdagangan
internasional antara negara menjadi kabur batasannya. Global dalam
perdagangan internasional yang menjadi ruang gerak negara-negara
berkembang sebagian besar ditentukan oleh negara-negara industri
Globalisasi sistem elonomi terjadi pada struktur keuangan, pembiayaan
proses produksi lewat kegiatan investasi kian membutuhkan ruang yang
bersifat global sehingga ada kecenderungan teritoral state tidak lagi menjadi
space yang relevan dan memadai bagi strategi investasi. Selain itu ada ledakan
pertumbuhan transaksi keuangan internasional. Salah satu indikator dari
globalisasi keuangan ini adalah tingkat pertumbuhan yang jauh lebih cepat
dari perdagangan uang asing setiap harinya dibanding dengan total ekspor
dunia. Lairson dan Skidmore (2000) menunjukkan pada tahun 1986 rasionya
adalah 25:1, tahun 1995 rasionya 81:1 maka pada tahun telah menjadi 107 :1.
Globalisasi ekonomi ditandai dengan makin menipisnya batas-batas
investasi atau pasar secara nasional, regional ataupun internasional. Hal ini
disebabkan oleh : (Halwani, 2005 : 194)
1. Komunikasi dan tranportasi yang semakin canggih,
2. Lalu lintas devisa yang makin bebas,
3. Ekononomi negara yang makin terbuka,
4. Penggunaan secara keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif
tiap-tiap negara,
12
5. Metode produksi dan perakitan dengan organisasi yang makin efisien,
6. Semakin pesatnya perkembangan perusahaan multinasional (MNC) di
hampir segala penjuru dunia.
Steiner (1997) menjelaskan bahwa ada tiga faktor yang mendorong
terjadinya perubahan global. Pertama, produk nasional kotor (GNP) tumbuh
dan meningkat dengan cepat, terutama di negara-negara maju. Kedua, revolusi
dalam teknologi komunikasi. Ketiga, kekuatan-kekuatan yang mempermudah
munculnya perusahaan besar berskala global.
C. Model-Model Sistem Ekonomi Di Era Global
Hirst dan Thompson (1996) mengajukan dua model ideal, yaitu : 1)
ekonomi internasional yang terbuka (an open international economy) dan 2)
ekonomi global purna ( a fully globalized economy)
1. Ekonomi internasional
Model pertama ini merupakan system ekonomi yang masih
bercirikan ekonomi nasional masing-masing negara. Hubungan
perdagangan dan investasi antar bangsa tidak serta merta menhilangkan
identitas sistem ekonomi nasional, tapi lebih merupakan dinamika
hubungan keluar (outward looking) dari masing-masing pelaku. Meskipun
demikian, hubungan intensif dalam uda bidang tersebut terus membawa
pelaku-pelaku ekonomi nasional berintegrasi ke pasar internasional.
Pemisahan identitas dan kebijakan pada dua level (nasional dan
internasional) masih tetap terlihat dengan jelas.
Model ekonomi internasional seperti ini mencirikan saling
ketergantungan antar bangsa, tetapi tetap terpisah antara entitas ekonomi
nasional dengan aspek internasionalnya. Kejadian kejadian pada tingkat
internasional tidak otomatis mempengaruhi ekonomi domestik, tetapi
justru diserap dengan berbagai proses khas dari ekonomi nasional itu
sendiri. Dengan demikian kebijakan pada tingkat nasional masih
mempunyai kekuatan terhadap sisi dan elemen kehidupan masyarakat.
13
Sistem ekonomi internasional juga ditandai oleh bangkitnya perusahaan
multinasional (MNC, Multi National Corporation).
2. Ekonomi Global (globalized economy)
Model kedua ini pada dasarnya merupakan kebalikan dari model
pertama dimana ekonomi internasional hanya merupakan bagian integral
dari segenap proses, transaksi dan perkembangan global. Ekonomi global
tercipta dan saling berinteraksinya ekonomi nasional mengarah ke bentuk
kekuatan baru. Dengan demikian kebijakan pada tingkat nasional maupun
kebijakan bisnis pada tingkat perusahaan tidak lain sebagai perwujudan
dan penyatuan kekuatan-kekuatan pasar global. Kebijakan, kegiatan dan
interaksi pada tingkat nasional diintegrasikan ketingkat global.
Meskipun demikian kegiatan dan sistem ekonomi yang mengglobal
membawa persoalan : “Bagaimana dengan institusi pemerintah pada
tingkat yang sama (internasional), yang menyertai institusi pasar global ?”
Masalah ini merupakan isu krusial karena tanpa mekanisme pemerintahan,
institusi pasar akan berkembang pada tatanan yang amat riskan, tidak adil,
mendekati hukum rimba dan tidak akan mampu mengakomodasikan nilai
moral dan etika.
Institusi pasar pada tingkat nasional terlepas apakah terinteraksi
dengan negara lain atau tidak) senantiasa berkembang berdampingan
dengan institusi negara atau pemerintahan (state institution governance).
Dalam kenyataannya, tidak mungkin institusi pasar berkembang tanpa
pengaturan yang dikeluarkan oleh negara. Institusi pasar tidak bias
dibiarkan berjalan sendiri tanpa basis institusi negara.
Institusi negara, sistem, praktek dan para pelaku di dalamnya,
berperan menjaga keseimbangn mekanisme pasar sehingga berperan
positif bagi pelaku-pelakunya, bersifat adil, dan berfungsi sebagai
penyangga bagai berlangsungnya sistem ekonomi yang sehat. Secara
teoritis, mekanisme pasar berjalan sinambung, sehat dan adil dalam
14
panduan institusi negara. Jika terdapat kecenderungan penguasaan pasar,
blokade, integrasi vertikal-horizontal, monopoli, kartel dan berbagai
bentuk penyimpangan lainnya maka tugas institusi negaralah yang
meluruskannya agar tercipta pemerataan kekayaan dan partisipasi
pelakunya, redistribusi, stabilisasi ekonomi dan mendorong pertumbuhan
ekonomi.
Namun dalam model ekonomi global, institusi negara dalam
bentuk governance pada tingkat internasional tidak bisa hadir dengan
sendirinya tanpa konsensus kolektif negara anggotanya. Institusi pada
tingkat inilah yang tidak berkembang dengan baik, terbukti dengan krisis
yang terjadi sejak tahun 1930an (depresi), tahun 1970-an (krisis minyak),
sampai akhir 1990-an (krisis mata uang di Asia), menunjukkan
berperannya institusi governance pada tingkat internasional.
D. Dampak Ekonomi Global
William Greider dalam bukunya One World, Ready or Not, The Maniac
Global Capitalism (1998) mengatakan bahwa dampak dari ekonomi global
adalah terjadinya (1) Kapitalisme global, keberhasilan ekonomi hanya
dinikmati 10 % penduduk dunia. Sementara kesenjangan ekonomi antara kaya
dan miskin (istilah baru, digital devide) menjadi kian menganga. (2) . Kesulitan
utama adalah bagaimana menyusun pola kebijakan nasonal dan internasional
yang efektif dan terintegrasi guna menghadapi kekuatan-kekuatan pasar global.
Pasar global yang terlepas dari konteks sosialnya sulit sekali diatur sekalipun
taruhlah ada kerja sama yang efektif antara pihak yang berwenang mengatur
ekonomi dan kepentingan mereka sejalan (3) melemahnya posisi tawar politik
dan ekonomi serikat buruh. dan sistem politik internasional muncul pusat-
pusat kekuatan baru. dalam sistem politik internasional muncul pusat-pusat
kekuatan baru. Negara yang selama ini memegang kekuasaan hegemoni di
dunia tidak dapat lagi memaksakan tujuan kebijakannya sendiri, baik di dalam
wilayahnya maupun di tempat lain,sementara lembaga lain (swasta maupun
pemerintah) yang selama ini lemah sekarang akan lebih kuat.
15
Dampak positif yang dijanjikan globalisasi sangat banyak (Deliarnov,
2006 : 203). Selain menjanjikan memperlancar arus tranportasi dan
informnasi; memberikan akses dan alih pengetahuan; memperpanjang usia
harapan hidup; melayani masyarakat lebih baik lagi; meningkatkan
pertumbuhan ekonomi; meningkatkan ekspor; membuat harga lebih murah;
meningkatkan standard hidup; mengurangi kemiskinan; mengurangi ekploitasi
terhadap tenaga kerja wanita dan anak-anak. Selain daftar kehebatan di atas,
globalisasi juga dipandang sebagai salah satu pendorong lahirnya lembaga
atau badan yang memberikan banyak bantuan modal (World Bank dan IMF),
lembaga yang merupakan wadah pasar bebas (WTO), institusi
intergovernmental untuk bantuan perdamaian (PBB); perburuhan (ILO);
pendidikan (UNICEF); kesehatan (WHO) dan juga lembaga bantuan
sosialm(Palang Merah Internasional)
Akan tetapi banyak yang mengatakan bahwa hal-hal diatas hanyalah mitos
belaka. Dan semakin banyak pula yang mengatakan bahwa globalisasi adalah
suatu permasalahan baru bagi seluruh negara-negara berkembang.
3. KEDUDUKAN SISTEM EKONOMI PANCASILA DI ERA
GLOBALISASI
Jika kita sadari dan percaya bahwa Pancasila adalah ideologi yang telah
menyatukan bangsa hingga mampu membebaskan Indonesia dari 350 tahun
penjajahan, maka Pancasila pastilah dapat diandalkan sebagai sumber ideologi
untuk menyusun sistem ekonomi nasional. Jika perasan Pancasila adalah asas
gotong-royong atau asas kekeluargaan, maka tepat sekali bunyi ayat 1 pasal 33
UUD 45 bahwa:
Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas
kekeluargaan.
Dalam asas kekeluargaan terkandung pengertian demokrasi ekonomi, yaitu
produksi dikerjakan oleh semua, untuk semua, dibawah pimpinan atau penilikan
16
anggota-anggota masyarakat. Kemakmuran masyarakat lebih diutamakan
ketimbang kemakmuran orang seorang.
Demikian “serangan” globalisasi tidak perlu kita takuti selama kita setia
menggunakan Pancasila sebagai ideologi pegangan kehidupan bangsa.Sistem
Ekonomi Pancasila berisi aturan main kehidupan ekonomi yang mengacu pada
ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila. Sistem ekonomi Pancasila adalah
sistem ekonomi moralistik, manusiawi, nasionalistik, dan kerakyatan, yang akan
mampu mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekonomi pancasila merupakan ilmu ekonomi kelembagaan (instructional
economics) yang menjungjung tinggi nilai-nilai kelembagaan Pancasila
sebagai idiologi Negara yang kelima silanya, secara utuh maupun sendiri-
sendiri, menjadi rujukan setiap orang Indonesia.
Ciri perekonomian Pancasila adalah roda perekonomian digerakkan oleh
rangsangan ekonomi, sosial dan mora, kehendak kuat dari seluruh masyarakat
ke arah keadaan kemerataan sosial (egalitarianisme), sesuai asas-asas
kemanusiaan, prioritas kebijakan ekonomi adalahpenciptaan perekonomian
nasional yang tangguh yang berarti nasionalisme menjiwai tiap kebijakan
ekonomi, koperasi merupakan saka guru perekonomian dan merupakan bentuk
paling kongkrit dari usaha bersama, adanya imbangan yang jelas dan tegas
antara perencanaan di tingkat nasional dengan desentralisasi dengan
pelaksanaan kegiatan ekonomi untuk menjamin keadilan nasional.
Secara ekonomi, globalisasi merupakan proses pengintegrasian
ekonomi nasional bangsa-bangsa ke dalam sebuah sistem ekonomi global.
Serangan globalisasi tidak perlu kita takuti selama kita setia
menggunakan Pancasila sebagai ideologi pegangan kehidupan bangsa. Sistem
Ekonomi Pancasila berisi aturan main kehidupan ekonomi yang mengacu pada
ideologi bangsa Indonesia.
B. Saran
1. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama dalam menjalankan
perekonomian di era global ini agar kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh
Pemerintah tidak menimbulkan banyak permasalahan.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://ekonomirakyat.com
http://ezzelhque.multiply.com
http://indonesia.archle.net
http://mudrajat.com
Drs, Kansil:C.ST,S.H.1990. Hidup Berbangsa dan Bernegara. Jakarta:Erlangga.
Drs. Kansil, C.S.T,S.H. 1996. Pancasila. Jakarta: Sinar Garfika.
Tim Penataran. 1986. Bahan Penataran. Mutiara Sakti Utama.
19