ekonomi manajerial

159
MODUL EKONOMI MIKRO (MICROECONOMICS THEORY & APPLICATIONS) I. PERMINTAAN DAN PENAWARAN I.1. PERMINTAAN (DEMAND) Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu (Rahardja & Manurung, 2002). Supaya lebih akurat maka dalam pengertian tersebut perlu ditambahkan dimensi geografis, misalnya kita berbicara tentang berapa jumlah pakaian yang akan dibeli pada berbagai tingkat harga dalam satu periode waktu tertentu, per bulan atau per tahun, di Jakarta. Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga (Sukirno, 2003). Teori permintaan ini juga menerangkan tentang sifat permintaan para pembeli terhadap suatu barang. Permintaan mempunyai dua pengertian, yaitu permintaan efektif (permintaan yang didukung oleh kekuatan daya beli) dan permintaan absolut atau potensial (permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja). Lebih jauh, Sudarsono (1995) mengemukakan bahwa tenaga beli seseorang tergantung atas dua unsur pokok, yaitu pendapatan yang dapat 1

Upload: bimo-harmaji

Post on 27-Jan-2016

74 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

kmkmomo

TRANSCRIPT

Page 1: EKONOMI MANAJERIAL

MODUL EKONOMI MIKRO

(MICROECONOMICS THEORY & APPLICATIONS)

I. PERMINTAAN DAN PENAWARAN

I.1. PERMINTAAN (DEMAND)

Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada

berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu (Rahardja &

Manurung, 2002). Supaya lebih akurat maka dalam pengertian tersebut perlu

ditambahkan dimensi geografis, misalnya kita berbicara tentang berapa

jumlah pakaian yang akan dibeli pada berbagai tingkat harga dalam satu

periode waktu tertentu, per bulan atau per tahun, di Jakarta. Teori permintaan

menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga

(Sukirno, 2003). Teori permintaan ini juga menerangkan tentang sifat

permintaan para pembeli terhadap suatu barang.

Permintaan mempunyai dua pengertian, yaitu permintaan efektif

(permintaan yang didukung oleh kekuatan daya beli) dan permintaan absolut

atau potensial (permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja).

Lebih jauh, Sudarsono (1995) mengemukakan bahwa tenaga beli seseorang

tergantung atas dua unsur pokok, yaitu pendapatan yang dapat dibelanjakan

dan harga barang yang dikehendaki. Apabila jumlah pendapatan yang

dapat dibelanjakan oleh seseorang berubah, maka jumlah barang yang

diminta juga akan berubah. Demikian pula halnya harga barang yang

dikehendaki juga berubah.

Permintaan seseorang atau suatu masyarakat terhadap suatu barang

dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain:

1) Harga barang itu sendiri

Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan terhadap

barang itu bertambah. Begitu juga sebaliknya. Hal ini membawa kita ke

Hukum Permintaan, yang menyatakan “Bila harga suatu barang naik,

1

Page 2: EKONOMI MANAJERIAL

ceteris paribus, maka jumlah barang itu yang diminta akan berkurang,

dan sebaliknya.”

Alasan sifat dari hukum permintaan:

a. Sifat hubungan seperti itu disebabkan karena kenaikan harga

menyebabkan para pembeli mencari barang lain yang dapat

digunakan sebagai pengganti terhadap barang yang mengalami

kenaikan harga. Sebaliknya, apabila harga turun, maka orang

mengurangi pembelian barang yang sama jenisnya dan menambah

pembelian terhadap barang yang mengalami penurunan harga.

b. Kenaikan harga menyebabkan pendapatan riil para pembeli

berkurang. Pendapatan yang merosot tersebut memaksa para pembeli

untuk mengurangi pembeliannya terhadap berbagai jenis barang, dan

terutama terhadap barang yang mengalami kenaikan harga.

2) Harga barang lain yang terkait

Harga barang lain juga dapat mempengaruhi permintaan akan suatu

barang, tetapi kedua macam barang tersebut mempunyai keterkaitan.

Keterkaitan dua macam barang dapat bersifat substitusi (pengganti) dan

bersifat komplemen (penggenap). Suatu barang menjadi substitusi barang

lain bila terpenuhi paling tidak salah satu syarat dari dua syarat: memiliki

fungsi yang sama dan atau kandungan yang sama.

3) Tingkat pendapatan per kapital

Tingkat pendapatan per kapital dapat mencerminkan daya beli. Makin

tinggi tingkat pendapatan, daya beli makin kuat, sehingga permintaan

terhadap suatu barang meningkat.

4) Selera atau kebiasaan

Selera atau kebiasaan juga dapat mempengaruhi permintaan suatu

barang. Beras misalnya. Walaupun harganya sama, permintaan beras per

tahun di provinsi Maluku mungkin lebih rendah dibanding dengan di

2

Page 3: EKONOMI MANAJERIAL

Sumatera Utara. Mengapa ? karena orang-orang Maluku lebih menyukai

sagu.

5) Jumlah penduduk

Kita ambil contoh beras, sebagai makanan pokok rakyat Indonesia, maka

permintaan akan beras berhubungan positif dengan jumlah penduduk.

Makin banyak jumlah penduduk, permintaan akan beras makin banyak.

6) Perkiraan harga di masa mendatang

Bila diperkirakan bahwa harga suatu barang akan naik, adalah lebih baik

membeli barang itu sekarang, sehingga mendorong orang untuk membeli

lebih banyak saat ini guna menghemat belanja di masa mendatang.

7) Distribusi pendapatan

Tingkat pendapatan per kapital bisa memberikan kesimpulan yang salah

bila distribusi pendapatan buruk. Artinya sebagian kecil kelompok

masyarakat menguasai begitu besar “kue” perekonomian. Jika distribusi

pendapatan buruk, berarti daya beli secara umum melemah, sehingga

permintaan terhadap suatu barang menurun.

8) Usaha-usaha produsen dalam meningkatkan penjualan

Dalam perekonomian yang modern, bujukan para penjual untuk membeli

barang besar sekali peranannya dalam mempengaruhi masyarakat.

Pengiklanan memungkinkan masyarakat untuk mengenal suatu barang

baru atau menimbulkan permintaan terhadap barang tersebut. Disamping

itu, untuk barang-barang yang sudah lama, pengiklanan akan

mengingatkan orang tentang adanya barang tersebut dan menarik minat

untuk membeli. Usaha-usaha promosi penjualan lainnya, seperti

pemberian hadiah kepada pembeli apabila membeli suatu barang atau

iklan pemberian potongan harga, sering mendorong orang untuk membeli

lebih banyak daripada biasanya.

3

Page 4: EKONOMI MANAJERIAL

Fungsi Permintaan

Fungsi permintaan adalah permintaan yang dinyatakan dalam

hubungan matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dengan

fungsi permintaan, maka kita dapat mengetahui hubungan antara variabel

tidak bebas (dependent variable) dan variabel-variabel bebas (independent

variables).

Penjelasan di muka dapat ditulis dalam bentuk persamaan matematis

yang menjelaskan hubungan antara tingkat permintaan dengan faktor-faktor

yang mempengaruhi permintaan:

Dx = f (PX, Py, Y/cap, sel, pen, Pp, Ydist, prom

Dimana:

Dx = permintaan akan barang X

Px = harga X

Py = harga Y (barang substitusi atau komplemen)

Y/cap = pendapatan per kapital

sel = selera atau kebiasaan

pen = jumlah penduduk

Pp = perkiraan harga X periode mendatang

prom = upaya produsen meningkatkan penjualan (promosi)

Skedul dan Kurva Permintaan

Skedul permintaan adalah daftar hubungan antara harga suatu barang

dengan tingkat permintaan barang tersebut. Sedangkan kurva permintaan

adalah suatu kurva yang menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu

barang tertentu dengan jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli.

Istilah “permintaan” mengacu pada keseluruhan daripada kurva

permintaan. Sedangkan “jumlah barang yang diminta” mengacu pada

banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu. Kurva permintaan

berbagai jenis barang pada umumnya menurun dari kiri atas ke kanan bawah.

Hal ini disebabkan oleh sifat hubungan antara harga dan jumlah yang diminta

4

Page 5: EKONOMI MANAJERIAL

mempunyai sifat hubungan yang terbalik. Permintaan dapat dilihat dari dua

sudut; (1) permintaan individu, (2) permintaan pasar, yaitu dengan

menjumlahkan permintaan individu dalam pasar.

Misalnya, fungsi permintaan beras di kota X per bulan merupakan

fungsi linear berikut ini :

Qd = 100 – 10P

Dimana: Qd = permintaan akan beras (dalam ribu ton), dan P = harga

beras per kilogram (dalam rupiah). Permisalan untuk skedul permintaannya:

Harga Beras Per Kilogram(Rp)

Permintaan Beras Per Bulan(ribu ton)

02.0004.0006.0008.00010.000

100806040200

Selanjutnya skedul permintaan di atas dapat digambarkan dalam bentuk

kurva permintaan dua dimensi berikut ini:

5

10

8

6

4

2

0

Qd = 100 – 10P

20 40 60 80 100Q (ribu ton)

P (Rp ribu)Gambar 1.

Kurva Permintaan Beras

Page 6: EKONOMI MANAJERIAL

Sudut (alfa) mempunyai derajat kemiringan (slope) sebesar ¶Qd/¶P = -10,

yang mempunyai arti jika harga beras berubah 1 unit, maka permintaan akan

beras berubah 10 unit dengan arah yang berlawanan.

Perubahan Jumlah Yang Diminta dan Perubahan Permintaan

Perubahan permintaan terjadi karena dua sebab utama, yaitu

perubahan harga dan perubahan faktor ceteris paribus, misalnya pendapatan,

selera, dsb (faktor non harga).

Perubahan harga menyebabkan perubahan jumlah barang yang

diminta, tetapi perubahan itu hanya terjadi dalam satu kurva yang sama. Ini

yang disebut pergerakan permintaan sepanjang kurva permintaan

(movement along demand curve). Misalkan, pada harga beras Rp 4.000,-

per kilogram, permintaan beras 60.000 ton per bulan. Jika harga naik menjadi

Rp 6.000,- per kilogram, permintaan turun menjadi 40.000 ton per bulan.

Seandainya harga beras turun kembali menjadi Rp 2.000,- per kilogram,

permintaan beras meningkat kembali menjadi 80.000 ton per bulan. Jika

yang berubah adalah faktor ceteris paribus, yaitu pendapatan, maka akan

terjadi pergeseran kurva permintaan (shifting). Jika pendapatan meningkat,

kurva permintaan bergeser sejajar ke kanan. Jika pendapatan menurun, kurva

permintaan bergeser sejajar ke kiri.

6

10

8

6

4

2

0

Qd = 100 – 10P

20 40 60 80 100Q (ribu ton)

P (Rp ribu)

Gambar 2.Pergerakan Sepanjang

Kurva Permintaan Beras

D0

D1D2

Kuantitas Beras

Harga

0

Pendapatan naik

Pendapatan turun

Gambar 3.PergeseranKurva Permintaan Beras

Page 7: EKONOMI MANAJERIAL

Jadi, jumlah barang yang diminta akan mengalami perubahan apabila

terjadi perubahan harga (barang itu sendiri). Kenaikan harga akan

menyebabkan jumlah barang yang diminta berkurang dan bila harganya

turun akan menambah jumlah yang diminta. Sedangkan apabila faktor-faktor

non-harga yang berubah, akan menyebabkan perubahan dalam permintaan.

Perubahan dalam permintaan ini ditunjukkan oleh bergesernya kurva

permintaan ke kanan atau ke kiri, yang memberikan makna bahwa

menyebabkan perubahan permintaan (menaikkan permintaan), yaitu pada

tingkat harga yang tetap jumlah barang yang diminta bertambah.

Kasus Pengecualian

Adakalanya hukum permintaan tidak berlaku, yaitu kalau harga suatu

barang naik justru permintaan terhadap barang tersebut meningkat. Paling

tidak ada tiga kelompok barang dimana hukum permintaan tidak berlaku,

yaitu:

1) Barang yang Memiliki Unsur Spekulasi

7

Page 8: EKONOMI MANAJERIAL

Misalnya emas, saham, dan tanah (di kota). Barang – barang itu dapat

menyebabkan orang akan menambah pembeliannya pada saat harganya

naik, karena ada unsur spekulasi. Mereka mengharapkan harga akan naik

lagi pada saat harga barang itu naik, dengan demikian mereka

mengharapkan akan memperoleh keuntungan.

2) Barang Prestise

Barang-barang yang dapat menambah prestise seseorang yang

memilikinya umumnya berharga mahal sekali. Kalau barang tersebut naik

harganya, boleh jadi menyebabkan permintaan terhadap barang itu

meningkat, karena bagi orang yang membeli berarti gengsinya naik.

Contohnya adalah mobil mewah, lukisan dari pelukis terkenal (apalagi

pelukisnya sudah meninggal dunia), atau barang-barang antik.

3) Barang Given

Untuk barang Given (given goods), apabila harganya turun menyebabkan

jumlah barang yang diminta akan berkurang. Hal ini disebabkan efek

pendapatan yang negatif dari barang given lebih besar daripada naiknya

jumlah barang yang diminta karena berlakunya efek substitusi yang selalu

positif. Dalam hal ini, apabila suatu barang harganya turun, ceteris

paribus, maka pendapatan nyata (real income) konsumen bertambah.

Untuk kasus barang given, kenaikan pendapatan nyata konsumen justru

mengakibatkan permintaan terhadap barang tersebut menjadi berkurang

(pendapatan nyata adalah pendapatan yang berdasarkan daya beli, artinya

sudah memperhitungkan faktor kenaikan atau penurunan harga.

Pendapatan yang belum memperhatikan faktor perubahan harga

dinamakan pendapatan nominal atau money income).

I.2. PENAWARAN (SUPPLY)

8

Page 9: EKONOMI MANAJERIAL

Penawaran adalah jumlah barang yang produsen ingin tawarkan (jual)

pada berbagai tingkat harga selama satu periode tertentu. Teori penawaran

memfokuskan pada hubungan diantara tingkat harga dengan jumlah barang

yang ditawarkan. Faktor-faktor yang menentukan tingkat penawaran adalah

harga jual barang yang bersangkutan, serta faktor-faktor lainnya yang dapat

disederhanakan sebagai faktor non-harga, antara lain:

1) Harga Barang Itu Sendiri

Jika harga suatu barang naik, maka produsen cenderung akan menambah

jumlah barang yang dihasilkan. Hal ini membawa kita ke hukum

penawaran, yang menjelaskan ifat hubungan antara harga suatu barang

dengan jumlah barang tersebut yang ditawarkan penjual. Hukum

penawaran menyatakan “semakin tinggi harga suatu barang, ceteris

paribus, semakin banyak jumlah barang tersebut yang ingin ditawarkan

oleh penjual, dan sebaliknya.”

2) Harga Barang Lain yang Terkait

Secara umum dapat dikatakan bahwa apabila harga barang substitusi

naik, maka penawaran suatu barang akan bertambah, dan sebaliknya.

Sedangkan untuk barang komplemen, dapat dinyatakan bahwa apabila

harga barang komplemen naik, maka penawaran suatu barang berkurang,

dan sebaliknya.

3) Harga Faktor Produksi

Kenaikan harga faktor produksi, seperti tingkat upah yang lebih tinggi,

harga bahan baku yang meningkat, atau kenaikan tingkat bunga modal,

akan menyebabkan perusahaan memproduksi output-nya lebih sedikit

dengan jumlah anggaran yang tetap. Kenaikan harga faktor produksi ini

juga akan mengurangi laba perusahaan. Apabila tingkat laba suatu

industri tidak menarik lagi, mereka akan pindah ke industri lain, dan hal

ini akan mengakibatkan berkurangnya penawaran akan barang.

4) Biaya Produksi

9

Page 10: EKONOMI MANAJERIAL

Kenaikan harga input sebenarnya juga menyebabkan kenaikan biaya

produksi. Dengan demikian, bila biaya produksi meningkat (apakah

dikarenakan kenaikan harga faktor produksi atau penyebab lainnya),

maka produsen akan mengurangi hasil produksinya, berarti penawaran

barang itu berkurang.

5) Teknologi Produksi

Kemajuan teknologi menyebabkan penurunan biaya produksi, dan

menciptakan barang-barang baru. Dalam hubungannya dengan

penawaran akan suatu barang, kemajuan teknologi menyebabkan

kenaikan dalam penawaran barang.

6) Jumlah Pedagang/Penjual

Apabila jumlah penjual suatu produk tertentu semakin banyak, maka

penawaran barang tersebut akan bertambah.

7) Tujuan Perusahaan

Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan laba, bukan

memaksimumkan hasil produksinya. Akibatnya, tiap produsen tidak

berusaha untuk memanfaatkan kapasitas produksinya secara maksimum,

tetapi akan menggunakannya pada tingkat produksi yang memberikan

keuntungan maksimum.

Namun demikian, sering kita temui produsen yang mempunyai tujuan

lain dalam berproduksi. Misalnya, ada perusahaan yang tidak mau

menanggung risiko; mereka cenderung melakukan kegiatan produksi

yang lebih “aman” meskipun hal itu menyebabkan tingkat

keuntungannya menjadi lebih sedikit. Sedangkan BUMN, misalnya, lebih

mementingkan mencapai tingkat produksi yang maksimum (agar tingkat

kemakmuran masyarakat meningkat), dan bukan keuntungan yang

maksimum. Dengan demikian akan suatu barang dipengaruhi oleh tujuan

yang ingin dicapai produsen.

8) Kebijakan Pemerintah

10

Page 11: EKONOMI MANAJERIAL

Kebijakan pemerintah juga dapat mempengaruhi penawaran akan suatu

barang. Di Indonesia, beras merupakan makanan utama. Kebijakan

pemerintah untuk mengurangi impor beras dan meningkatkan produksi

dalam negeri guna tercapainya swasembada beras, menyebabkan para

petani menanam padi tertentu yang memberikan hasil banyak setiap

panennya. Kebijakan ini jelas menambah supply beras dan keperluan

impor beras dapat dikurangi.

Sama halnya dengan permintaan, analisis penawaran dapat

disederhanakan, jika yang berubah adalah harga, maka terjadi pergerakan

sepanjang kurva penawaran (movement along supply curve). Berarti,

perubahan harga akan menyebabkan perubahan jumlah yang ditawarkan. Jika

yang berubah adalah faktor non-harga (ceteris paribus), maka kurva

penawaran bergeser ke kiri atau ke kanan. Bergeser ke kanan berarti jumlah

yang lebih banyak akan ditawarkan pada sembarang harga yang tetap, dan

bergeser ke kiri berarti jumlah yang lebih sedikit akan ditawarkan pada harga

yang tetap manapun.

Fungsi Penawaran

Fungsi penawaran adalah penawaran yang dinyatakan dalam hubungan

matematis dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu:

Sx = f(Px, Py, Pi, C, tek, ped, tuj, kebij)

Dimana: Sx = penawaran akan barang X

Px = harga X

C = biaya produksi

Tek = teknologi produksi

Ped = jumlah pedagang/penjual

Tuj = tujuan perusahaan

Kebij = kebijakan pemerintah

Misal, fungsi penawaran mobil adalah:

11

Page 12: EKONOMI MANAJERIAL

Qs = - 40 +5P

Dimana: Qs = jumlah mobil yang ditawarkan (ribu unit) per tahun

P = harga mobil per unit (puluh juta rupiah per unit)

Dari persamaan tersebut dapat disimpulkan bahwa bila harga mobil per unit

hanya Rp 80 juta atau kurang, produsen tidak mau menjual mobil. Setiap satu

unit kenaikan harga menyebabkan penawaran akan mobil meningkat lima

unit. Jika yang berubah adalah faktor non-harga seperti teknologi, kurva

penawaran bergeser (shifting) dari S0 ke S1.

Kasus Pengecualian

Kadang-kadang ditemui adanya kurva penawaran yang mempunyai

slope negatif. Contoh yang sering kita jumpai adalah kurva penawaran akan

tenaga kerja yang berbentuk melengkung membalik (backward bending

labour supply curve). Misalnya saja, seorang pekerja yang dibayar

berdasarkan jumlah jam kerjanya. Tabel berikut menunjukkan jumlah jam

12

120

110

100

90

80

0 5 10 15 20

Kemajuan teknologi

S1

S0

Harga(Rp juta)

Kuantitas mobil (ribu unit)

Qs = - 40 + 5P

Pergerakan sepanjang kurva penawaran

Gambar 4.Kurva Penawaran Mobil

Page 13: EKONOMI MANAJERIAL

yang ingin ia gunakan untuk bekerja (penawaran akan tenaga kerja) pada

berbagai tingkat upah per jam yang berbeda-beda.

Tabel 1.Penawaran Tenaga Kerja

Upah Per Jam(dalam rupiah)

Jumlah Jam KerjaPer minggu

2.0004.0008.00012.00014.00016.00018.000

4122024252320

Dari data di atas dapat dijelaskan bahwa pada tingkat upah yang rendah (Rp

2.000,- sampai Rp 14.000,-) adalah normal, diperoleh bentuk kurva

penawaran yang positif. Bagi pekerja tadi, akan memberikan manfaat dengan

menambah jumlah jam kerja bila tingkat upah naik pada saat itu. Pada

tingkat upah yang lebih tinggi dari Rp 14.000,- per jamnya, ia cenderung

akan mengurangi jumlah jam kerja yang ditawarkan untuk bekerja. Ia ingin

bisa lebih santai untuk menikmati hasil kerjanya yang diperolehnya selama

masa sebelumnya, sedangkan pendapatan yang diterimanya tetap atau

bahkan masih bisa meningkat sedikit. Hal ini wajar, karena pendapatannya

sudah cukup tinggi, sehingga ia sudah memiliki rumah dan villa yang bagus,

mobil, dan barang-barang konsumsi lain, yang kesemuanya membutuhkan

waktu lebih banyak untuk bisa menikmatinya. Dengan demikian bentuk

kurva penawaran akan tenaga kerjanya akan melengkung dan membalik ke

arah yang berlawanan, atau kurvanya mempunyai kemiringan negatif.

Contoh yang sering dikemukakan seperti itu adalah dokter. Bagi seorang

dokter spesialis yang tarifnya sudah tinggi (misalnya Rp 80.000,- untuk

13

Page 14: EKONOMI MANAJERIAL

sekali periksa pasien), ia cenderung akan mengurangi jam praktiknya, dan

menambah leisure time-nya.

14

18

16

14

12

10

8

6

4

2

0 4 8 12 16 20 24 28

SL

Upah(ribu)

Jlh Jam KerjaPer minggu

Gambar 5.Backward Bending Labour Supply Curve

Page 15: EKONOMI MANAJERIAL

I.3. HARGA KESEIMBANGAN

Harga dan jumlah suatu barang yang diperjualbelikan ditentukan oleh

permintaan dan penawaran barang tersebut. keadaan di suatu pasar dikatakan

dalam keseimbangan atau equilibrium, apabila jumlah yang ditawarkan para

penjual pada suatu harga tertentu adalah sama dengan jumlah yang diminta

para pembeli pada harga tersebut.

Contoh: daftar permintaan dan penawaran buku tulis

P(Rp)

QD

(unit)QS

(unit)Sifat Interaksi

5.0004.0003.0002.0001.000

200400600900

1.300

900800600375100

Kelebihan penawaran

Keseimbangan

Kelebihan permintaan

15

5

4

3

2

1

0 200 400 600 800 1000 1200 1400

Harga(Rp 000)

Kuantitas(unit)

Gambar 6.Tingkat Equilibrium

Permintaan dan Penawaran

KelebihanPenawaran

KelebihanPermintaan

S

D

Page 16: EKONOMI MANAJERIAL

I.4. PERUBAHAN KESEIMBANGAN PASAR

Perubahan faktor lain di luar harga – mempengaruhi permintaan atau

penawaran – akan menyebabkan perubahan keseimbangan. Terdapat 4

kemungkinan perubahan/pergeseran, yaitu:

1) Permintaan bertambah (kurva permintaan bergeser ke kanan)

2) Permintaan berkurang (kurva permintaan bergeser ke kiri)

3) Penawaran bertambah (kurva penawaran bergeser ke kanan)

4) Penawaran berkurang (kurva penawaran bergeser ke kiri).

16

P

Q0

S

D

D1

E1

E0P0

P1

Q0 Q1

P

Q0

S

D1

D

E0

E1P1

P0

Q1 Q0

(1) (2)P

Q0

S

D

E1

E0P0

P1

Q0 Q1

(3)

S1

P

Q0

S1

D

E0

E1P1

P0

Q1 Q0

(4)

S

Gambar 7.Perubahan Keseimbangan Pasar

Page 17: EKONOMI MANAJERIAL

Disamping perubahan di atas, ada beberapa kemungkinan perubahan

serentak permintaan dan penawaran yang dapat berlaku, yaitu:

1) Perubahan mungkin berlaku ke arah yang sama (sama-sama mengalami

kenaikan atau penurunan).

2) Perubahan mungkin berlaku ke arah yang berlawanan:

a. Permintaan turun à Penawaran bertambah

b. Permintaan bertambah à Penawaran turun

2) Apabila pertambahan permintaan sama dengan pertambahan penawaran,

maka tingkat harga tidak berubah.

3) Apabila pertambahan permintaan kurang dari pertambahan penawaran,

maka harga akan merosot.

I.5. SURPLUS EKONOMI

Dasar pendekatan yang digunakan untuk analisis pasar adalah

marjinalis (marginalize approach), yang mengatakan bahwa keputusan

dalam memproduksi atau mengkonsumsi ditentukan oleh berapa besar

tambahan pendapatan atau manfaat dan unit terakhir barang yang diproduksi

atau dikonsumsi. Konsekuensi dari pemikiran ini, bagi produsen adalah dia

tidak menetapkan harga yang sama untuk setiap jumlah penjualan.

Pada saat keseimbangan, biasanya konsumen membayar barang yang

dibeli jauh lebih sedikit dibanding kesediaan membayar. Sebaliknya,

produsen menerima uang lebih banyak daripada yang sebenarnya mereka

harapkan. Apa yang dialami oleh konsumen disebut surplus konsumen

(consumer surplus), yaitu selisih antara jumlah yang konsumen sedia

bayarkan dengan yang harus dibayar. Untuk produsen disebut surplus

produsen (producer surplus), yaitu selisih antara jumlah yang diterima

dengan yang mereka harapkan untuk dibayar.

17

Page 18: EKONOMI MANAJERIAL

Teori surplus ekonomi sangat bermanfaat dalam menganalisis dampak

campur tangan pemerintah. Campur tangan pemerintah dianggap makin

buruk bila total kehilangan surplus ekonomi (kehilangan surplus konsumen +

surplus produsen) makin besar, disebut dead weight loss.

I.6. KEGAGALAN PASAR

Pasar dapat menjadi alokasi sumber daya yang efisien, bila asumsi-

asumsinya terpenuhi, antara lain pelaku bersifat rasional, memiliki informasi

sempurna, pasar berbentuk persaingan sempurna dan barang bersifat privat.

Proses pertukaran (exchange) tidak terbatasi dimensi waktu dan tempat

(timeless dan placeless). Sayangnya, kenyataan tidak seperti dunia ideal.

Banyak asumsi tidak cocok dengan lapangan, akibatnya pasar gagal menjadi

alat alokasi sumber daya yang efisien (market failure), antara lain:

1) Informasi tidak sempurna (Incomplete Information)

2) Daya Monopoli (Monopoly Power)

3) Eksternalitas (Externality) à keuntungan atau kerugian yang dinikmati

atau diderita pelaku ekonomi sebagai akibat tindakan pelaku ekonomi

yang lain, tetapi tidak dapat dimasukkan dalam perhitungan biaya secara

formal. Misalnya, di Provinsi Lampung banyak pabrik tapioca yang

mencemarkan lingkungan dengan membuang limbahnya ke sungai.

Kerugian yang diderita masyarakat sekitarnya tidak masuk dalam

perhitungan biaya produksi tapioca. Akibatnya, walaupun secara

finansial biaya produksi tapioca menjadi murah (tidak perlu investasi

fasilitas pengolahan limbah), secara ekonomis biayanya mahal; sebagian

biaya itu ditanggung masyarakat dalam bentuk biaya sosial (social cost).

4) Barang Publik (Public Goods)

5) Barang Altruisme (Altruism Goods) à adalah barang yang

ketersediannya berdasarkan suka rela karena rasa kemanusiaan, misalnya

darah.

18

Page 19: EKONOMI MANAJERIAL

I.7. KONSEP ELASTISITAS

Angka elastisitas (koefisien elastisitas) adalah bilangan yang menunjukkan

berapa persen satu variabel tak bebas akan berubah, sebagai reaksi karena

satu variabel lain (variabel bebas) berubah satu persen.

I.7.1. Elastisitas Permintaan

Elastisitas permintaan mengukur perubahan relatif dalam jumlah unit

barang yang dibeli sebagai akibat perubahan salah satu faktor yang

mempengaruhinya (ceteris paribus).

a) Elastisitas Harga (Price Elasticity of Demand)

Elastisitas harga (Ep) mengukur berapa persen permintaan terhadap

suatu barang berubah bila harganya berubah sebesar satu persen.

Angka elastisitas harga bernilai negatif. Ep = -2 mempunyai arti

bila harga barang naik 1%, permintaan terhadap barang itu turun

2%. Begitu juga sebaliknya. Semakin besar nilai negatifnya,

semakin elastis permintaannya, sebab perubahan permintaan jauh

lebih besar dibanding perubahan harga. Angka Ep dapat disebut

dalam nilai absolut. Ep = 2, artinya sama dengan Ep = -2.

Angka Elastisitas Harga (Ep)

Inelastic (Ep < 1) à persentase perubahan permintaan lebih

kecil daripada perubahan harga.

Elastis (Ep > 1) à permintaan terhadap suatu barang dikatakan

elastis bila perubahan harga suatu barang menyebabkan

perubahan permintaan yang besar.

Elastis Unitari (Ep = 1) à persentase perubahan permintaan

sama dengan besarnya perubahan harga.

19

Page 20: EKONOMI MANAJERIAL

Inelastis Sempurna (Ep = 0) à berapa pun harga suatu barang,

orang akan tetap membeli jumlah yang dibutuhkan. Misalnya

adalah permintaan terhadap garam.

Elastis Tak Terhingga (Ep = ¥) à perubahan harga sedikit saja

menyebabkan perubahan permintaan tak terbilang besarnya.

Secara grafis tingkat elastisitas harga terlihat dari slope

(kemiringan) kurva permintaan.

Elastisitas Titik dan Elastisitas Busur

Elastisitas titik (point elasticity) mengukur tingkat elastisitas pada

titik tertentu. Konsep elastisitas ini digunakan bila perubahan harga

yang terjadi sedemikian kecilnya sehingga mendekati nol.

Sedangkan, elastisitas busur (arch elasticity) mengukur elastisitas

permintaan antara dua titik.

20

Makin elastis

Ep=0

Ep=¥

Ep=1

Q

P

0

450

Gambar 8.Bentuk-bentuk Kurva Permintaan

(Berkaitan Dengan Elastisitas Harga)

Page 21: EKONOMI MANAJERIAL

dimana:

Ada beberapa faktor yang menentukan tingkat elastisitas harga:

21

Q

Elastisitas titik

DQ

P

0

Gambar 9.Elastisitas Titik dan Elastisitas Busur

A

B

P2

P1

Q2 Q1

Elastisitas titik

Elastisitas busur

CQ

P

0

Gambar 10.Mengukur Elastisitas Titik

A

BP1

Q1

Elastis (Ep > 1)

Inelastis (Ep > 1)

Elastis unitary (Ep = 1)

Page 22: EKONOMI MANAJERIAL

Tingkat substitusi à makin sulit mencari substitusi suatu

barang, permintaan makin inelastic.

Jumlah pemakai à makin banyak jumlah pemakai, permintaan

akan suatu barang makin inelastis.

Proporsi kenaikan harga terhadap pendapatan konsumen à bila

proporsi tersebut besar, maka permintaan cenderung lebih

elastis.

Jangka waktu à jangka waktu permintaan atas suatu barang

juga mempunyai pengaruh terhadap elastisitas harga. Namun

hal ini tergantung pada apakah barangnya durabel atau

nondurabel.

b) Elastisitas Silang (Cross Elasticity)

Elastisitas silang (Ec) mengukur persentase perubahan permintaan

akan suatu barang sebagai akibat perubahan harga barang lain

sebesar satu persen.

atau

bila Ec > 0, maka X merupakan substitusi Y. kenaikan harga Y

menyebabkan harga relatif X lebih murah, sehingga permintaan

terhadap X meningkat. Nilai Ec < 0 menunjukkan hubungan X dan

Y adalah komplementer. X hanya bisa digunakan bersama-sama Y.

c) Elastisitas Pendapatan (Income Elasticity)

Elastisitas pendapatan (Ei) mengukur berapa persen permintaan

terhadap suatu barang berubah bila pendapatan berubah sebesar satu

persen.

atau

22

Page 23: EKONOMI MANAJERIAL

umumnya nilai Ei positif, karena kenaikan pendapatan (nyata) akan

meningkatkan permintaan. Makin besar nilai Ei, elastisitas

pendapatannya makin besar. Barang dengan Ei > 0 merupakan

barang normal (normal goods). Bila nilai Ei antara 0 sampai 1,

barang tersebut merupakan kebutuhan pokok (essential goods).

Barang dengan nilai Ei > 1 merupakan barang mewah (luxurious

goods).

I.7.2. Elastisitas Penawaran

Elastisitas penawaran (Es) adalah angka yang menunjukkan berapa

persen jumlah barang yang ditawarkan berubah, bila harga barang

berubah satu persen.

atau

23

10Ei =

Barang Kebutuhan Pokok Barang MewahBarang inferior

Es=1

450

Es=0

Es=¥

0Q

P

Makin elastis

Gambar 11.Bentuk-bentuk Kurva Penawaran

(Berkaitan Dengan Elastisitas Penawaran)

Page 24: EKONOMI MANAJERIAL

Faktor-faktor yang menentukan elastisitas penawaran, yaitu:

a) Jenis produk à kurva penawaran produk pertanian umumnya

inelastic, sebab produsen tidak mampu memberikan respons yang

cepat terhadap perubahan harga. Sementara kurva penawaran

produk industri umumnya elastis.

b) Sifat perubahan biaya produksi à penawaran akan bersifat

inelastic bila kenaikan penawaran hanya dapat dilakukan dengan

mengeluarkan biaya yang sangat tinggi.

c) Jangka waktu

II. PERILAKU KONSUMEN

Teori ini menerangkan perilaku pembeli dalam menggunakan dan

membelanjakan pendapatan yang diperolehnya. Seorang konsumen yang rasional

akan berusaha memaksimumkan kepuasannya dalam menggunakan

pendapatannya untuk membeli barang dan jasa, oleh karenanya ia harus membuat

pilihan.

24

Page 25: EKONOMI MANAJERIAL

Untuk dapat membahasnya diperlukan beberapa pengertian dan asumsi dasar

(utama), yaitu:

a) Barang (commodities)

Barang adalah benda dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh manfaat

atau kegunaan. Bila seseorang mengkonsumsi lebih dari satu barang dan jasa,

seluruhnya digabungkan dalam bundel barang (commodities bundle). Barang

yang dikonsumsi mempunyai sifat makin banyak dikonsumsi makin besar

manfaat yang diperoleh.

b) Utilitas (utility)

Utilitas adalah manfaat yang diperoleh kaena mengkonsumsi barang. Utilitas

merupakan ukuran manfaat suatu barang dibanding dengan alternatif

penggunaannya. Utilitas total (total utility/TU) adalah manfaat total yang

diperoleh dari seluruh barang yang dikonsumsi. Utilitas marjinal (marginal

utility/MU) adalah tambahan manfaat yang diperoleh karena menambah

konsumsi sebanyak satu unit barang.

c) Hukum Pertambahan Manfaat Yang Makin Menurun (the law of diminishing

marginal utility)

Pada awalnya penambahan konsumsi suatu barang akan memberi tambahan

utilitas yang besar, tetapi makin lama pertambahan itu bukan saja makin

menurun, bahkan menjadi negatif. Hukum pertambahan manfaat yang makin

menurun juga disebut hukum Gossen (Gossen Law).

d) Konsistensi Preferensi (transitivity)

Konsep preferensi berkaitan dengan kemampuan konsumen menyusun

prioritas pilihan agar dapat mengambil keputusan. Minimal ada dua sikap

yang berkaitan dengan preferensi konsumen, yaitu lebih suka (prefer) dan atau

sama-sama disukai (indifference). Misalnya ada dua barang X dan Y, maka

konsumen mengatakan X lebih disukai daripada Y (X > Y) atau X sama-sama

disukai seperti Y (X = Y). syarat lain agar perilakunya dapat dianalisis,

konsumen harus memiliki konsistensi preferensi. Bila barang X lebih disukai

25

Page 26: EKONOMI MANAJERIAL

dari Y (X>Y) dan barang Y lebih disukai dari Z (Y>Z), maka barang X lebih

disukai dari Z (X>Z). konsep ini disebut transitivitas (transitivity).

e) Pengetahuan Sempurna (perfect knowledge)

Konsumen diasumsikan memiliki informasi atau pengetahuan yang sempurna

berkaitan dengan keputusan konsumsinya. Mereka tahu persis kualitas barang,

kapasitas produksi, teknologi yang digunakan dan harga barang di pasar.

Mereka mampu memprediksi jumlah penerimaan untuk suatu periode

konsumsi.

Ada 2 pendekatan yang digunakan untuk menganalisis perilaku konsumen,

yaitu:

1) Pendekatan Nilai Guna (Utility) Cardinal

Dianggap bahwa manfaat atau kenikmatan yang diperoleh seorang konsumen

dapat dinyatakan secara kuantitatif, dimana dengan asumsi bahwa konsumen

akan memaksimumkan kepuasan yang dapat dicapainya.

2) Pendekatan Nilai Guna Ordinal

Bahwa manfaat atau kenikmatan yang diperoleh masyarakat dari

mengkonsumsi barang-barang tidak dikuantifikasi, tetapi perilaku

memaksimumkan kepuasannya akan ditunjukkan dengan bantuan kurva

kepuasan sama (indifference curve).

2.1. TEORI KARDINAL (CARDINAL THEORY)

Yaitu tingkat kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari

mengkonsumsi barang dan jasa. Semakin tinggi tingkat kepuasan yang

diperolehnya, maka semakin tinggi pula nilai gunanya.

Nilai guna dibedakan menjadi dua pengertian:

1) Nilai Guna Total (Total Utility)

Adalah jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan

sejumlah barang tertentu.

2) Nilai Guna Marginal (Marginal Utility)

26

Page 27: EKONOMI MANAJERIAL

Adalah pertambahan atau pengurangan kepuasan sebagai akibat dari

pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu.

Teori cardinal menyatakan bahwa kegunaan dapat dihitung secara nominal,

sedangkan satuan ukuran kegunaan (utility) adalah util. keputusan untuk

mengkonsumsi suatu barang berdasarkan perbandingan antara manfaat yang

diperoleh dengan biaya yang harus dikeluarkan. Misalkan konsumsi baju

Tabel 2.

Utilitas Total dan Utilitas Marjinal dari Mengonsumsi Baju

Harga BajuPer helai

(Rp)

Jumlah BajuYang

dikonsumsi

Uang yg hrs dikeluarkan

(Rp)

Kegunaan Total/TU

(util)

Tambahan Kegunaan/MU

(util)25.00025.00025.00025.00025.00025.00025.00025.000

12345678

25.00050.00075.000100.000125.000150.000175.000200.000

50.000125.000185.000225.000250.000250.000225.000100.000

50.00075.00060.00040.00025.000

0-50.000-100.000

27

200

175

150

125

100

75

50

25

Util

0 1 2 3 4 5 6 7 8Baju

TU

MU

Gambar 12.Kurva-kurva Utilitas Total dan Utilitas Marjinal

Page 28: EKONOMI MANAJERIAL

MU = P; prinsip ini berlaku untuk semua barang, sehingga konsumen akan

mencapai kepuasan maksimum pada saat MUx = Px.

2.2. TEORI ORDINAL (ORDINAL THEORY)

2.2.1. Kurva Indiferensi (Indifference Curve)

Menurut Teori Ordinal, kegunaan tidak dapat dihitung, hanya dapat

dibandingkan, sebagaimana kita menilai kecantikan atau kepandaian

seseorang.

Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkan berbagai

kombinasi konsumsi dua macam barang yang memberikan tingkat

28

Page 29: EKONOMI MANAJERIAL

kepuasan yang sama bagi seorang konsumen. Asumsi yang digunakan

adalah:

a) Konsumen hanya akan membeli dan mengkonsumsi dua macam

barang saja.

b) Faktor-faktor di luar harga dianggap konstan.

c) Konsumen bebas untuk menentukan kombinasi barang yang

diinginkannya.

Misalnya nilai kegunaan (kepuasan) dari mengkonsumsi suatu barang

ditulis sebagai U = X . Y dimana U= tingkat kepuasan, X = makan

bakso (mangkok per bulan), Y = makan sate (porsi per bulan). Untuk

mencapai tingkat kepuasan 100 (U=100), beberapa kombinasi yang

mungkin dicantumkan dalam tabel berikut:

Tabel 3.

Nilai Kepuasan Dari Makan Bakso dan Makan Sate

Makan Bakso(mangkok per bulan)

Makan Sate(porsi per bulan)

NilaiKepuasan

25 kali20 kali10 kali5 kali4 kali

4 porsi5 porsi10 porsi20 porsi25 porsi

100100100100100

29

25

20

15

10

5

0 5 10 15 20 25

Mak

an B

akso

Makan Sate

U = 100

U = X.Y

Gambar 13.Kurva Indiferensi

Page 30: EKONOMI MANAJERIAL

Asumsi-asumsi kurva indiferensi:

a) Semakin jauh kurva indiferensi dari titik origin, semakin tinggi

tingkat kepuasannya

30

Y

X

IC1

IC2

IC3

0

Gambar 14.Himpunan Kurva Indifference

Page 31: EKONOMI MANAJERIAL

b) Kurva indiferensi menurun dari kiri atas ke kanan bawah

(downward sloping), dan cembung ke titik origin (convex to

origin).

Asumsi ini menggambarkan adanya kelangkaan. Bila suatu

barang makin langka, harganya makin mahal. Hal ini dijelaskan

dalam konsep Marginal Rate of Substitution (MRSyx), yaitu

berapa banyak barang Y harus dikorbankan untuk menambah 1

unit barang X demi menjadi tingkat kepuasan yang sama.

Berdasarkan hukum LDMU, jumlah Y yang ingin dikorbankan

makin kecil pada saat jumlahnya makin sedikit (langka).

c) Kurva indiferensi tidak saling berpotongan. Asumsi ini penting

agar asumsi transitivitas terpenuhi.

2.2.2. Kurva Garis Anggaran (Budget Line Curve)

Garis anggaran (budget line) adalah kurva yang menunjukkan

kombinasi konsumsi dua macam barang yang membutuhkan biaya

(anggaran) yang sama besar. Misalnya garis anggaran dinotasikan

sebagai BL, sedangkan harga sebagai P (Px untuk X dan Py untuk Y)

dan jumlah barang yang dikonsumsi adalah Q (Qx untuk X dan Qy

untuk Y), maka:

BL = Px.Qx + Py.Qy

Kemiringan (slope) kurva BL adalah negatif, yang merupakan rasio

Px dan Py.

31

Page 32: EKONOMI MANAJERIAL

Bahwa OY sama dengan besarnya pendapatan (M) dibagi harga Y,

sedangkan OX sama dengan besarnya pendapatan (M) dibagi harga

X, sehingga slope kurva garis anggaran adalah:

- (OY/OX) = - (1/Py.M)/ (1/Px.M) = - Px/Py; sehingga

Px.X1 + Py.Y1 = Px.X2 + Py.Y2 = Px.X3 + Py.Y3

2.2.3. Perubahan Budget Line akibat Perubahan Harga Barang dan

Pendapatan

32

Y

X0

Y3

Y2

Y1

X1 X2 X3

BL = Px.Qx + Py.Qy

Gambar 15.Kurva Garis Anggaran (Budget Line)

Harga X turun

BrgY

BrgX

BrgY

BrgX

0 0

BL1 BL2BL3

Harga X naik

BL1 BL2

BL3

Pendapatan nominal naik

Pendapatan nominal turun

Gambar 16.Perubahan Garis Anggaran

Page 33: EKONOMI MANAJERIAL

2.2.4. Keseimbangan Konsumen

Seorang konsumen akan mencapai kepuasan yang maksimum apabila

ia mencapai titik dimana garis anggaran pengeluaran menyinggung

kurva kepuasan sama (kurva indiferensi).

2.2.5. Reaksi Terhadap Perubahan Harga Barang

Keseimbangan yang dicapai dapat berubah karena pendapatan nyata

berubah. Jika pendapatan nyata meningkat, konsumen dapat

menaikkan tingkat kepuasannya. Sebaliknya bila pendapatan nyata

menurun, dengan terpaksa konsumen menurunkan tingkat

kepuasannya, disesuaikan dengan kemampuan anggaran yang

menurun. Salah satu faktor yang dapat mengubah pendapatan nyata

adalah perubahan harga barang.

Kurva Harga – Konsumsi (Price-Consumption Curve)

Perubahan harga salah satu barang menyebabkan rasio harga

berubah. Akibatnya barang yang harganya turun atau naik menjadi

33

Y

X0

Y

X0

IC3

IC2IC1

IC1

BL3

BL2BL1

EE

BL1BL21 X1X1

Y1 Y1

Gambar 17.Maksimalisasi Kepuasan dan Minimalisasi Biaya

Page 34: EKONOMI MANAJERIAL

relatif lebih murah atau mahal dibanding barang lainnya. Perubahan

ini menyebabkan pendapatan nyata berubah walaupun pendapatan

nominal (money income) tidak berubah. Akhirnya jumlah barang yang

dikonsumsi berubah karena tingkat keseimbangan konsumen juga

berubah. Perubahan-perubahan tersebut dapat digambarkan dalam

Kurva Harga-Konsumsi (Price-Consumption Curve/PCC).

PCC dapat didefinisikan sebagai tempat kedudukan (lokus)

titik-titik keseimbangan konsumen pada berbagai rasio harga sebagai

akibat perubahan harga suatu barang, dimana pendapatan nominalnya

tetap.

Penurunan Kurva Permintaan (Demand Curve)

Dari gambar 18 disimpulkan bahwa pada saat harga barang X

makin murah (P1>P2>P3) permintaan terhadap X makin bertambah

(OX1>OX2>OX3). Hal ini sesuai dengan hukum permintaan. karena

itu, dari kurva PCC dapat diturunkan kurva permintaan.

34

PCC

Y

X0

IC1 IC2 IC3

BL1 BL2 BL3

A

B C

X1 X2 X3

Gambar 18.Kurva Harga – Konsumsi

Page 35: EKONOMI MANAJERIAL

Kurva permintaan ini diturunkan dalam batasan tiga asumsi,

yaitu:

a) Konsumen berada pada kondisi keseimbangan.

b) Pendapatan nominal tidak berubah.

c) Harga nominal barang lain tidak berubah.

2.2.6. Reaksi Terhadap Perubahan Pendapatan Nominal

Karena rasio harga tidak berubah, maka kurva garis anggaran

bergeser sejajar dengan kurva garis anggaran sebelumnya.

Kurva Pendapatan – Konsumsi (Income-Consumption Curve)

Didefinisikan sebagai tempat kedudukan titik-titik keseimbangan

konsumen pada berbagai tingkat pendapatan nominal, dimana harga

nominal barang tidak berubah. Kemiringan ICC adalah positif, karena

umumnya permintaan terhadap suatu barang meningkat bila

pendapatan meningkat (barang normal). Sudut kemiringan ICC dapat

memberikan indikasi apakah suatu barang merupakan barang

kebutuhan pokok atau barang mewah.

35

ICC

Y

X0

IC3

IC2

IC1

Gambar 19.Income – Consumption Curve

Page 36: EKONOMI MANAJERIAL

Kurva Engel (Engel Curve)

Christian Lorenz Ernst Engel (statistian Jerman abad 19) mencoba

melihat hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat

konsumsi. Kurva Engel diturunkan dari Income-Consumption Curve.

2.2.7. Efek Subtitusi (Substitution Effect) dan Efek Pendapatan (Income

Effect)

Pada hakekatnya penurunan harga akan menambah permintaan

karena:

a) Konsumen lebih banyak mengkonsumsi barang tertentu dan

mengurangi konsumsi barang lain (efek substitusi).

b) Penurunan harga menambah pendapatan riil konsumen dan

kenaikan pendapatan riil ini akan menambah konsumsi berbagai

barang (efek pendapatan).

36

Pendapatan (M)

Jumlah X Jumlah X

MM2M1

X2

X1

00 M1 M2

X1

X2

(a)Barang Kebutuhan Pokok

(b)Barang Mewah

Gambar 20.Kurva Engel

Page 37: EKONOMI MANAJERIAL

Efek Total:

Turunnya harga barang X telah menyebabkan keseimbangan

konsumen bergeser dari titik A ke C. karena kemampuan meningkat

dari BL1 ke BL3, jumlah X yang diminta bertambah dari 0X1 ke

0X3. pertambahan jumlah yang diminta sebesar X1X3 unit,

merupakan efek total (penjumlahan efek substitusi dan efek

pendapatan).

Efek Substitusi:

Turunnya harga X membuat harga X relatif lebih murah

daripada harga Y (slope BL3 lebih datar daripada BL1). Jika

konsumen diminta melakukan penyesuaian keseimbangan pada

tingkat kepuasan yang sama (IC1) dengan pendapatan nyata tidak

berubah, maka titik keseimbangan tercapai di titik B, yaitu

37

0

Y

X

IC2IC1

BL1 BL3

BL2

A

B

C

X1 X2 X3

D

Gambar 21.Efek Substitusi dan Efek Pendapatan: Kasus Harga Turun

Page 38: EKONOMI MANAJERIAL

persinggungan antara IC1 dengan BL2 (garis terputus-putus dan

sejajar dengan BL3). BL2 merupakan garis anggaran yang sama

nilainya dengan BL1, namun kemiringannya berbeda sesuai dengan

rasio harga pada BL2. Jumlah X yang diminta 0X2 (karena harga X

sekarang relatif lebih murah). Pertambahan permintaan terhadap X

sebesar X1X2 merupakan efek substitusi.

Efek Pendapatan:

Pertambahan jumlah X yang diminta sebesar X2X3 merupakan

efek pendapatan. Sebab jika pendapatan nominal naik (BL2 terputus-

putus digeser sejajar ke atas, BL3 menyinggung IC2) jumlah X yang

diminta bertambah sebanyak X2X3 unit.

Efek Total = Efek Substitusi + Efek Pendapatan

X1X3 = X1X2+X2X3

38

X1

Y

X

BL1BL2BL3

IC1

IC2

0

A

B

C

X2X3

Gambar 22.Efek Substitusi dan Efek Pendapatan: Kasus Harga Naik

Page 39: EKONOMI MANAJERIAL

Dari gambar 22 di atas, Efek total dari kenaikan harga X adalah

penurunan permintaan sebesar 0X1-0X3. Jika konsumen harus

melakukan penyesuaian keseimbangan dengan asumsi tingkat

pendapatan dan tingkat kepuasan adalah sama seperti kondisi awal

(IC1), maka keseimbangan konsumen tercapai di titik B yang

merupakan persinggungan BL2 dengan IC1. Perubahan rasio harga

(harga relatif) telah mengurangi jumlah X yang diminta sebanyak

X1X2. Ini merupakan efek substitusi. Sedangkan penurunan

pendapatan nominal (yang disebabkan kenaikan harga X) telah

menurunkan jumlah x yang diminta sebesar X2X3. Ini merupakan

efek pendapatan.

III. TEORI PRODUKSI

Teori perilaku produsen (perusahaan) memiliki banyak analogi dengan

teori perilaku konsumen. Misalnya, bila konsumen mengalokasikan dananya

untuk konsumsi, produsen mengalokasikan dananya untuk penggunaan faktor

produksi atau yang akan diproses menjadi output. Karena itu, bila keseimbangan

konsumen terjadi pada saat seluruh uangnya habis untuk konsumsi,

keseimbangan produsen tercapai pada saat seluruh anggaran habis terpakai untuk

membeli faktor produksi. Dalam mengkonsumsi barang berlaku The Law of

Diminishing Marginal Utility, sedangkan dalam penggunaan faktor produksi

berlaku The Law of Diminishing Return. Produsen juga memiliki pengetahuan

yang lengkap (perfect knowledge) atas faktor produksi yang dibelinya. Akhirnya,

bila konsumen berupaya mencapai kepuasan maksimum, maka produsen

berupaya mencapai tingkat produksi maksimum.

III.1. DIMENSI JANGKA PENDEK DAN JANGKA PANJANG

Dalam aktivitas produksinya, produsen (perusahaan) mengubah

berbagai faktor produksi menjadi barang dan jasa. Berdasarkan hubungannya

dengan tingkat produksi, faktor produksi dibedakan menjadi faktor produksi tetap

39

Page 40: EKONOMI MANAJERIAL

(fixed input) dan faktor produksi variabel (variable input). Faktor produksi tetap

adalah faktor produksi yang jumlah penggunaannya tidak tergantung pada jumlah

produksi. Ada atau tidak adanya kegiatan produksi, faktor produksi itu harus tetap

tersedia. Misalnya mesin-mesin pabrik. Sampai tingkat interval produksi tertentu

jumlah mesin tidak perlu ditambah. Tetapi jika tingkat produksi menurun bahkan

sampai nol unit (tidak berproduksi), jumlah mesin tidak bisa dikurangi.

Jumlah penggunaan faktor produksi variabel tergantung pada tingkat

produksinya. Makin besar tingkat produksi, makin banyak faktor produksi

variabel yang digunakan. Begitu juga sebaliknya. Buruh harian lepas di pabrik

rokok adalah contohnya. Jika perusahaan ingin meningkatkan produksi, maka

jumlah buruh hariannya ditambah. Sebaliknya, jika ingin mengurangi produksi,

buruh harian dapat dikurangi.

Pengertian faktor produksi tetap dan faktor produksi variabel terkait

erat dengan waktu yang dibutuhkan untuk menambah atau mengurangi faktor

produksi tersebut. Dalam jangka panjang (long run) dan sangat panjang (very

long run) semua faktor produksi sifatnya variabel. Sedangkan tenggang

waktu jangka pendek setiap perusahaan berbeda-beda tergantung jenis

usahanya. Perusahaan yang memproduksi barang-barang modal, periode

jangka pendeknya barangkali lima tahun. Perusahaan yang bergerak di

industri pengolahan, periode jangka pendeknya lebih singkat. Perusahaan

yang mengolah makanan kalangan, periode jangka pendeknya barangkali

hanya dua atau tiga tahun.

III.2. MODEL PRODUKSI DENGAN SATU FAKTOR PRODUKSI

VARIABEL

Pengertian produksi dengan satu faktor produksi variabel adalah

pengertian analisis jangka pendek, dimana ada faktor produksi yang tidak

dapat diubah. Ketika mencoba memahami proses alokasi faktor produksi

oleh perusahaan ekonom membagi faktor produksi menjadi barang modal

(capital) dan tenaga kerja (labour). Hubungan matematis penggunaan faktor

40

Page 41: EKONOMI MANAJERIAL

produksi yang menghasilkan output maksimum disebut fungsi produksi,

yaitu:

Q = f(K,L)

Dimana: Q = tingkat output

K = barang modal

L = tenaga kerja/buruh.

Dalam model produksi satu faktor produksi variabel, barang modal dianggap

faktor produksi tetap.

3.2.1. Produksi Total, Produksi Marjinal, dan Produksi Rata-Rata

Produksi total (total product) adalah banyaknya produksi yang

dihasilkan dari penggunaan total faktor produksi. Produksi marjinal

(marginal product) adalah tambahan produksi karena penambahan

penggunaan satu unit faktor produksi. Produksi rata-rata (average

product) adalah rata-rata output yang dihasilkan per unit faktor

produksi.

Produksi Total:

TP = f(K, L)

Secara matematis TP akan maksimum apabila turunan pertama dari

fungsi nilainya sama dengan nol. Turunan pertama TP adalah MP,

maka TP maksimum pada saat MP sama dengan nol.

Produksi Marjinal (MP):

MP = TP’ =

Perusahaan dapat terus menambah tenaga kerja selama MP > 0. Jika

MP sudah < 0, penambahan tenaga kerja justru mengurangi produksi

total. Penurunan nilai MP merupakan indikasi telah terjadinya hukum

Pertambahan Hasil Yang Semakin Menurun atau The Law of

Diminishing Return (LDR).

41

Page 42: EKONOMI MANAJERIAL

Produksi Rata-Rata (AP):

AP akan maksimum bila turunan pertama fungsi AP adalah 0 (AP’ = 0). Dengan penjelasan matematis, AP maksimum tercapai pada saat AP = MP, dan MP akan memotong AP pada saat nilai AP maksimum. Contoh:

Tabel 4.Produksi Total, Produksi Marjinal, dan Produksi Rata-Rata Usaha

Tekstil Tradisional (Satu Faktor Produksi Variabel)Mesin(unit)

Buruh(orang)

TP(bal)

MP(bal)

AP(bal)

1111111111

12345678910

520458010512012612010890

515253525156-6-12-18

510152021201815129

42

140

120

100

80

60

40

20

0 2 4 6 8 10

Output

Tenaga Kerja

TP

AP

MPGambar 23.

Kurva TP, MP, dan AP, Kasus Usaha Tekstil Tradisional

Page 43: EKONOMI MANAJERIAL

3.2.2. Tiga Tahap Produksi (the three stages of production)

Pada tahap I, penambahan tenaga kerja akan meningkatkan

produksi total maupun produksi rata-rata. Karena itu hasil yang

diperoleh dari tenaga kerja masih jauh lebih besar dari tambahan upah

yang harus dibayarkan. Perusahaan rugi jika berhenti produksi pada

tahap ini (slope kurva TP meningkat tajam)

43

TP

MP = 0

Output

TK

TK

AP

MP

Tahap IIITahap IITahap I

MP maks

AP maks

Gambar 24.Kurva TP, MP, dan AP

Page 44: EKONOMI MANAJERIAL

Pada tahap II, karena berlakunya LDR, baik produksi marjinal

maupun produksi rata-rata mengalami penurunan. Namun demikian

nilai keduanya masih positif. Penambahan tenaga kerja akan tetap

menambah produksi total sampai mencapai nilai maksimum (slope

kurva TP datar sejajar dengan sumbu horizontal).

Pada tahap III, perusahaan tidak mungkin melanjutkan

produksi, karena penambahan tenaga kerja justru menurunkan

produksi total. Perusahaan akan mengalami kerugian (slope kurva TP

negatif).

Dengan demikian, perusahaan sebaiknya berproduksi di tahap

II. Secara matematis perusahaan akan berhenti menambah tenaga

kerja pada saat tambahan biaya (marginal cost) yang harus dibayar

adalah sama dengan tambahan pendapatan (marginal revenue) yang

diterima. Jika tambahan biaya masih lebih kecil dari tambahan

pendapatan, perusahaan akan menambah tenaga kerja. Begitu

sebaliknya, tambahan biaya dalam hal ini adalah upah (wage) tenaga

kerja. Tambahan pendapatan adalah produksi marjinal dikalikan

harga jual barang. Jika upah, dinotasikan sebagai W, sedangkan harga

jual barang dinotasikan P, maka alokasi tenaga kerja (faktor produksi)

dianggap efisien bila:

W = MP (P)

44

Page 45: EKONOMI MANAJERIAL

3.2.3. Perkembangan Teknologi

Akibat kemajuan teknologi, luas kurva TP3 > TP2 > TP1. Artinya

jumlah output yang dihasilkan per unit faktor produksi semakin besar.

Dari gambar berikut tampak bahwa: Q3/L1 > Q2/L1 > Q1/L1.

III.3. MODEL PRODUKSI DENGAN DUA FAKTOR PRODUKSI

VARIABEL

III.3.1.Isokuan (Isoquant)

Adalah kurva yang menggambarkan berbagai kombinasi

penggunaan dua macam faktor produksi variabel secara efisien

dengan tingkat teknologi tertentu, yang menghasilkan tingkat

produksi yang sama.

Misalkan, kasus usaha tekstil tradisional dengan asumsi bahwa mesin

dapat ditambah.

45

0

TP3

TP2

TP1

Q3

Q2

Q1

L1

Q

L

Gambar 25.Pengaruh Kemajuan Teknologi Terhadap Output

Page 46: EKONOMI MANAJERIAL

Tabel 5.

Produksi Total Usaha Tekstil Tradisional (Dua Faktor Produksi

Variabel)

MesinTenaga Kerja

1 2 3 4 51234

53080105

2045105135

45105150180

80150180240

105135150210

Asumsi-Asumsi Isokuan:

1) Konveksitas (Convexity)

Produsen dapat melakukan berbagai kombinasi penggunaan dua

macam faktor produksi untuk menjaga agar tingkat produksi tetap.

Kesediaan produsen untuk mengorbankan faktor produksi yang

46

Isokuan=105 unit

4

3

2

1

0 1 2 3 4 5

Mesin

Tenaga Kerja

Gambar 26.Isokuan (Isoquant)

Page 47: EKONOMI MANAJERIAL

satu demi menambah penggunaan faktor produksi yang lain untuk

menjaga tingkat produksi pada isokuan yang sama disebut Derajat

Teknik Substitusi Faktor Produksi atau Marginal Rate of

Technical Substitution (MRTS). MRTSlk adalah bilangan yang

menunjukkan berapa unit faktor produksi L harus dikorbankan

untuk menambah 1 unit faktor produksi K pada tingkat produksi

yang sama. Jika L adalah tenaga kerja dan K adalah barang modal

(mesin), maka MRTSlk adalah berapa unit tenaga kerja yang harus

dikorbankan untuk menambah 1 unit mesin, demi menjaga

produksi pada tingkat yang sama, dimana dasar pertimbangannya

adalah rasio produktivitas.

Jika produsen ingin mengubah kombinasi faktor produksi dari titik

A ke titik B, maka tambahan output karena menambah 1 unit L

adalah sama produksi marjinal L (MPL) dikali dengan perubahan L

atau (MPL . ¶L). pengurangan output karena pengurangan faktor

produksi K adalah sama dengan produksi marjinal K (MPK) dikali

47

A

K

L

IQ

B

0

Gambar 27.Marginal Rate of Technical Substitution

Page 48: EKONOMI MANAJERIAL

perubahan K atau (MPK . ¶K). karena bergerak pada isokuan yang

sama, maka pertambahan output sama dengan nol.

(MPL . ¶L) + (MPK . ¶K) = 0

2) Penurunan Nilai MRTS (Diminishing of MRTS)

Sama halnya dengan konsumen, produsen menganggap makin

mahal faktor produksi yang semakin langka. Itulah sebabnya

mengapa nilai MRTSlk makin menurun (hukum LDR). Dalam

kasus-kasus tertentu, nilai MRTS akan konstan atau nol. MRTS

konstan bila kedua faktor produksi bersifat substitusi sempurna

(perfect substitution) dan nol bila kedua faktor produksi

mempunyai hubungan proporsional tetap (fixed proportion

production function).

3) Hukum Pertambahan Hasil Yang Semakin Menurun (The Law of

Diminishing Return)

48

0

K

L 0

K

L

IQ1

IQ2

IQ3

A

B

CA

B

C

K2

K1

L1 L2

Gambar 28.MRTS Kasus Khusus

LIQ1

IQ2

IQ3

K

A B

D

C

E

Page 49: EKONOMI MANAJERIAL

Penurunan hasil tenaga kerja (L) dapat dilihat dengan menarik

garis ABC.

4) Daerah Produksi Yang Ekonomis (Relevance Range of

Production)

Bahwa batas antara titik A dan B adalah batas daerah produksi

yang ekonomis (relevance range of production) atau tahap II. Jika

49

N

D

B

A

C

0

K

L

K

L0

M

Gambar 30.Daerah Produksi Yang Ekonomis

Page 50: EKONOMI MANAJERIAL

perusahaan berproduksi di luar batas areal itu (A ke C atau B ke

D), penambahan faktor produksi tidak meningkatkan produksi.

Garis AB merupakan daerah tahap II. Jika perusahaan ingin

melakukan ekspansi produksi, batas ruang gerak ekonomis adalah

daerah yang diapit garis lengkung M dan N.

III.3.2.Perubahan Output Karena Perubahan Skala Penggunaan Faktor

Produksi (Return to Scale)

Adalah konsep yang ingin menjelaskan seberapa besar output berubah

bila jumlah faktor produksi dilipat gandakan (doubling).

1) Skala Hasil Menaik (Increasing Return to Scale)

Jika penambahan faktor produksi sebanyak 1 unit menyebabkan

output meningkat lebih dari satu unit, fungsi produksi memiliki

karakter Skala Hasil Menaik (Increasing Return to Scale).

Bila penggunaan mesin dan tenaga kerja dilipatgandakan (K1 ke

K2), output meningkat lebih dari dua kali lipat. Pencapaian hasil

50

L

K

L3L2L1

K3

K2

K1

B

A

C

D

E

0

Q50

Q60

Q90

Q150

Q210

Gambar 31.Skala Hasil Menaik (Increasing Return to Scale)

Page 51: EKONOMI MANAJERIAL

ini dimungkinkan antara lain karena kemampuan manajemen

dalam menangani produksi skala besar, ada sinerji antara mesin

dan tenaga kerja (embodied technology).

2) Skala Hasil Konstan (Constant Return to Scale)

Jika pelipat gandakan faktor produksi menambah output sebanyak

dua kali lipat juga, fungsi produksi memiliki karakter Skala Hasil

Konstan (Constant Return to Scale).

3) Skala Hasil Menurun (Decreasing Return to Scale)

Jika penambahan 1 unit faktor produksi menyebabkan output

bertambah kurang dari 1 unit, fungsi produksi memiliki karakter

Skala Hasil Menurun.

51

L

K

L3L2L1

K3

K2

K1

B

A

C

D

E

0

Q60

Q70

Q80

Q90

Q100

Gambar 32.Skala Hasil Konstan (Constant Return to Scale)

L

K

L3L2L1

K3

K2

K1

B

A

C

D

E

0

Q100

Q110

Q1150

Q120

Q125

Gambar 33.Skala Hasil Menurun (Decreasing Return to Scale)

Page 52: EKONOMI MANAJERIAL

III.3.3.Perkembangan Teknologi

Kemajuan teknologi memungkinkan peningkatan efisiensi penggunaan faktor produksi. Tingkat produksi yang sama dapat dicapai dengan penggunaan faktor produksi yang lebih sedikit.

Hicks mengklasifikasikan kemajuan teknologi berdasarkan

pengaruhnya terhadap kombinasi penggunaan faktor produksi. Bila

kemajuan teknologi mengakibatkan porsi penggunaan barang modal

menjadi lebih besar dibanding tenaga kerja disebut teknologi padat

modal (capital using atau capital investmen). Sebaliknya, jika

52

Q90 (periode 1)

Mesin

TK

Q90 (periode 2)

0

Gambar 34.Kemajuan Teknologi

Page 53: EKONOMI MANAJERIAL

menyebabkan porsi penggunaan tenaga kerja menjadi lebih besar

disebut teknologi padat karya (labour using atau labour intensive).

Jika tidak mengubah porsi (rasio faktor produksi tetap) disebut

teknologi netral (neutral technology). Perubahan-perubahan itu dapat

dilihat dari angka MRTS yang tercermin dari perubahan sudut

kemiringan isokuan.

III.3.4.Kurva Anggaran Produksi (Isocost)

Kurva anggaran produksi (isocost) adalah kurva yang

menggambarkan berbagai kombinasi penggunaan dua macam faktor

produksi yang memerlukan biaya yang sama. Jika harga faktor

produksi tenaga kerja adalah upah (w) dan harga faktor produksi

barang modal adalah sewa (r), maka kurva isocost (I) adalah:

I = rK + wL

53

0

Mesin Mesin Mesin

TK TK TK

Capital Intensive Neutral Labour Intensive

Gambar 35.Tipe Kemajuan Teknologi

Page 54: EKONOMI MANAJERIAL

Sudut kemiringan kurva isocost adalah rasio harga kedua faktor

produksi. Jika terjadi perubahan harga faktor produksi, kurva I

berotasi. Jika yang berubah adalah kemampuan anggaran, kurva

isocost bergeser sejajar.

III.3.5.Keseimbangan Produsen

Keseimbangan produsen terjadi ketika kurva Isocost (I)

bersinggungan dengan kurva Isoquant (Q). di titik persinggungan itu

kombinasi penggunaan kedua faktor produksi akan memberikan hasil

output yang maksimum. Keseimbangan dapat berubah karena

perubahan kemampuan anggaran maupun harga faktor produksi.

54

K K

L L00

I1 I2 I3 I1 I2 I3

Gambar 36.Kurva Anggaran Produksi (Isocost)

Gambar 37.Prinsip Efisiensi

K K

L L

K1 K1

L1 L10 0

IQ1

Q2

Q3

Q

I1 I2 I3

Page 55: EKONOMI MANAJERIAL

III.3.6.Pola Jalur Ekspansi (Expantion Path)

Tujuan perusahaan adalah maksimalisasi laba. Untuk mencapai tujuan

itu, dalam jangka pendek maupun jangka panjang perusahaan harus

tetap mempertahankan efisiensinya. Biasanya perusahaan menetapkan

target yang akan dicapai setiap tahunnya, yang harus dicapai dengan

biaya minimum. Dalam jangka panjang perusahaan memiliki tingkat

fleksibilitas lebih tinggi dalam mengombinasikan faktor produksi.

55

S

R

KK

0 0L L

D

C

B

AA

DK

L

B

C

Q1

Q2

Q3

Q4

Q1

Q2 Q3

Q4

I1 I2 I3 I4I1 I2 I3 I4

Gambar 38.Garis Isoklin

(a)Kasus Umum

(b)Kasus Skala Hasil Konstan

Page 56: EKONOMI MANAJERIAL

Titik-titik keseimbangan tercapai pada tingkat MRTS yang konstan

dan membentuk garis isoklin. Gambar 38.a menunjukkan bahwa titik-

titik keseimbangan produsen adalah di titik A, D, K, L, dan

seterusnya. Jika titik-titik keseimbangan tersebut dihubungkan, akan

terbentuk garis isoklin OS. Garis isoklin OS tidak membentuk garis

lurus, karena dalam jangka panjang perusahaan memiliki kemampuan

mengubah kombinasi faktor produksi agar alokasi anggaran lebih

efisien.

Bila ekspansi produksi berdasarkan asumsi bahwa harga faktor

produksi tidak berubah, isoklin merupakan garis jalur ekspansi

(expantion path). Garis ini menujukkan bagaimana proporsi

penggunaan faktor produksi berubah karena perubahan (penambahan)

tingkat produksi, bila harga faktor produksi dianggap tetap.

III.4. TEORI BIAYA PRODUKSI

Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh

perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan

mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang

diproduksikan perusahaan tersebut.

III.4.1.Konsep Biaya

Berkaitan dengan konsep tersebut, kita mengenal biaya

eksplisit (explicit cost) dan biaya implisit (implisit cost). Biaya

eksplisit adalah biaya-biaya yang secara eksplisit terlihat, terutama

melalui laporan keuangan. Biaya listrik, telepon dan air, demikian

juga pembayaran upah buruh dan gaji karyawan merupakan contoh

biaya eksplisit. Biaya implisit adalah biaya kesempatan (opportunity

cost).

III.4.2.Produksi, Produktivitas, dan Biaya

56

Page 57: EKONOMI MANAJERIAL

Bahwa produktivitas yang tinggi menyebabkan tingkat

produksi yang sama dapat dicapai dengan biaya yang lebih rendah.

Dengan kata lain, produktivitas dan biaya mempunyai hubungan

terbalik. Jika produktivitas makin tinggi, biaya produksi akan makin

rendah, begitu juga sebaliknya.

Perilaku biaya juga berhubungan dengan periode produksi.

Dalam jangka pendek ada faktor produksi tetap yang menimbulkan

biaya tetap, yaitu biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada

tingkat produksi. Dalam jangka panjang, karena semua faktor

produksi adalah variabel, biaya juga variabel. Artinya, besarnya biaya

produksi dapat disesuaikan dengan tingkat produksi.

Dalam jangka panjang, perusahaan akan lebih mudah

meningkatkan produktivitas dibanding dalam jangka pendek. Pola

pergerakan biaya rata-rata ini berkaitan dengan karakter fungsi

produksi jangka panjang. Untuk perusahaan yang ber”skala hasil

menaik” (increasing return to scale), penambahan tingkat produksi

justru menurunkan biaya produksi. Sebaliknya dengan perusahaan

yang ber”skala hasil menurun” (decreasing return to scale).

III.4.3.Biaya Produksi Jangka Pendek

1) Biaya Total, Biaya Tetap, dan Biaya Variabel

a. Biaya Total (Total Cost/TC)

Adalah keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarka.

TC = TFC + TVC

b. Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost/TFC)

Adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

faktor produksi (input) yang tidak dapat diubah jumlahnya.

c. Biaya Variabel Total (Total Variable Cost/TVC)

57

Page 58: EKONOMI MANAJERIAL

Adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh

faktor produksi yang dapat diubah jumlahnya, atau biaya yang

besarnya tergantung pada tingkat produksi.

2) Biaya Rata-Rata dan Marginal

a. Biaya Tetap Rata-rata (Average Fixed Cost/AFC)

Apabila biaya tetap total (TFC) untuk memproduksi sejumlah

barang tertentu (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut.

AFC = TFC/Q

b. Biaya Variabel Rata-rata (Average Variable Cost/AVC)

Apabila TVC untuk memproduksi sejumlah barang tertentu

(Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut.

AVC = TVC/Q

c. Biaya Total Rata-rata (Average Cost/AC)

AC = TC/Q atau AC = AFC + AVC

58

C

Q

TFC

TVCTC

0

Gambar 39.Kurva-kurva Biaya Total, Biaya Tetap, dan Biaya Variabel

Page 59: EKONOMI MANAJERIAL

3) Biaya Marjinal (Marginal Cost/MC)

Biaya marjinal adalah tambahan biaya karena menambah

produksi sebanyak satu unit output.

atau

dalam jangka pendek, perubahan biaya total disebabkan

perubahan biaya variabel:

Jika harga per unit tenaga kerja adalah P dan perubahan

penggunaan tenaga kerja adalah ¶V, maka:

¶VC = P. ¶V

MC = P.(¶V/¶Q); karena MP adalah ¶Q/¶V, maka :

Persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

59

AFC

C

Q

AVC

AC

0

Gambar 40Kurva Biaya Rata-rata

Page 60: EKONOMI MANAJERIAL

4) Hubungan Antar Kurva-kurva Biaya

60

C CTC

MC

Q Q00 Qa Qb Qc Qd Qe Qa Qb Qc Qd Qe

Gambar 41.Kurva Biaya Marjinal

0

C

Q

MCAC

AVC

AFC

1

3

45

26

Gambar 42.Kurva-kurva Biaya

Page 61: EKONOMI MANAJERIAL

(1) Kurva AFC terus menurun berbentuk garis asimptot pada

sumbu vertikal dan horizontal (titik 1 dan 2), tapi tidak pernah

sampai menyinggung atau memotong sumbu horizontal.

(2) Kurva AVC mula-mula menurun, sampai mencapai minimum

(titik 3) pada saat AP maksimum, kemudian menaik

mendekati kurva AC namun tidak pernah bersentuhan (titik

5), karena AFC terus menurun.

(3) Kurva AC awalnya menurun sampai mencapai minimum di

titik 4, setelah itu terus menaik.

(4) Kurva MC pada awalnya juga menurun hingga mencapai

minimum di titik 6. selanjutnya kurva MC menaik dan

memotong kurva AVC dan AC pada saat keduanya minimum

(titik 3 dan 4). Setelah itu, nilai MC lebih besar dari nilai AC

dan AVC.

III.4.4.Biaya Produksi Jangka Panjang

Dalam jangka panjang semua biaya adalah variabel. Karena

itu, biaya yang relevan dalam jangka panjang adalah biaya total, biaya

variabel, biaya rata-rata dan biaya marjinal. Perubahan biaya total

adalah sama dengan perubahan biaya variabel dan sama dengan

marjinal.

Biaya total (jangka panjang) adalah biaya yang dikeluarkan

untuk memproduksi seluruh output dan semuanya bersifat variabel.

LTC = LVC

Biaya marjinal adalah tambahan biaya karena menambah produksi

sebanyak satu unit. Perubahan biaya total adalah sama dengan

perubahan biaya variabel.

Biaya rata-rata adalah biaya total dibagi jumlah output.

61

Page 62: EKONOMI MANAJERIAL

1) Kurva Biaya Rata-rata Jangka Panjang

Teorema Amplop (Envelope Theorem)

Dianggap dalam menentukan tingkat produksi perusahaan

hanya memiliki tiga pilihan:

a. Memproduksi dengan pabrik ukuran kecil (small size plant),

yang dalam jangka pendek mempunyai kurva biaya rata-rata

SAC1.

b. Memproduksi dengan pabrik ukuran sedang (medium size

plant), yang dalam jangka pendek mempunyai kurva biaya

rata-rata SAC2, atau

c. Memproduksi dengan pabrik ukuran besar (large size plant),

yang dalam jangka pendek mempunyai kurva biaya rata-rata

SAC3.

62

C

Q0

SAC1

SAC2

SAC3

LAC

Gambar 43.Teorema Amplop (Envelope Theorem)

C1

C2

X1 X2 X3

Page 63: EKONOMI MANAJERIAL

Jika produsen berpandangan bahwa tingkat output yang

memberikan laba maksimum adalah X1, maka dalam jangka

pendek dia memilih berproduksi dengan pabrik ukuran kecil.

Tetapi jika menurutnya tingkat produksi yang memberi laba

adalah X3, maka dalam jangka pendek pabrik yang dia pilih

adalah yang berskala menengah. Sebenarnya dia bisa saja

memproduksi X3 dengan menggunakan pabrik kecil, tetapi biaya

produksi rata-ratanya menjadi lebih besar (0C1 > 0C2).

Keputusan yang diambil menjadi sulit bila tingkat produksi yang

memberikan laba maksimum adalah X2. Bila pengusaha

memprediksi pasar akan terus membesar dia akan memilih pabrik

skala menengah. Sebaliknya bila pengusaha memprediksi pasar

makin kecil, dia memilih pabrik skala kecil. Dalam kasus ini,

pengambilan keputusan tidak lagi berlandaskan biaya rata-rata

saja, tetapi juga perkiraan tentang masa depan.

Dalam jangka pendek perusahaan hanya dapat memilih satu

pabrik saja untuk berproduksi. Tetapi dalam jangka panjang

pengusaha dapat menambah atau mengurangi jumlah pabrik

sesuai dengan tingkat produksi yang direncanakan. Kemampuan

tersebut memungkinkan perusahaan beroperasi dengan biaya rata-

rata yang minimum pada berbagai tingkat produksi. Kurva yang

menunjukkan titik-titik biaya rata-rata minimum pada berbagai

tingkat produksi disebut kurva amplop. Kurva ini merupakan

kurva biaya rata-rata jangka panjang atau long run average cost

(LAC).

63

Page 64: EKONOMI MANAJERIAL

2) Kurva Biaya Marjinal Jangka Panjang

Dari gambar di atas, menunjukkan bahwa tingkat produksi di

bawah 0X1 unit akan menghasilkan SAC yang lebih besar dari

LAC, sehingga LTC lebih besar dari STC. Kita dapat

menyimpulkan bahwa biaya marjinal jangka pendek (SMC) lebih

kecil dari biaya marjinal jangka panjang (LMC). Ketika ekspansi

produksi dilanjutkan sampai 0X2, SAC sama dengan LAC (titik

A), sehingga SMC = LMC (titik B). ekspansi lanjutan ke 0X3

menyebabkan SAC lebih besar dari LAC atau STC lebih besar

dari LTC. Karena itu, SMC lebih kecil dari LMC. Sampai disini

kita dapat menyimpulkan bahwa jika produksi lebih kecil dari

0X2, LMC lebih besar dari SMC. Tetapi jika produksi lebih besar

dari 0X2, LMC lebih kecil dari SMC.

64

C

Q0

SAC1

SAC2

SAC3

LAC

Gambar 44.Kurva Biaya Marjinal Jangka Panjang

SMC1SMC2

LMC

X1 X2 X3 X4

A

B

C

Page 65: EKONOMI MANAJERIAL

IV. STRUKTUR PASAR

Bentuk-Bentuk Pasar

Tujuannya adalah untuk mengetahui perilaku perusahaan dalam menetapkan

berapa jumlah barang yang akan diproduksikan dan pada tingkat harga berapa

barang tersebut akan dijual.

Pengklasifikasian bentuk/struktur pasar didasarkan pada:

a) Ciri-ciri jenis barang yang dihasilkan

b) Banyaknya perusahaan dalam industri tersebut

c) Mudah tidaknya perusahaan baru menjalankan kegiatan untuk memproduksi

barang tersebut

d) Besarnya kekuasaan suatu perusahaan di pasar.

4.1. PASAR PERSAINGAN SEMPURNA (PERFECT COMPETITION)

4.1.1. Definisi

Pasar persaingan sempurna adalah suatu struktur pasar yang

mempunyai karakteristik dimana tidak adanya persaingan secara

lengkap diantara perusahaan individual (Koutsoyiannis, 1976).

Pasar persaingan sempurna merupakan struktur pasar atau

industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, dan setiap

penjual ataupun pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar

(Sukirno, 2003).

4.1.2. Asumsi

Pasar persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang

paling ideal, karena dianggap struktur pasar ini adalah struktur pasar

yang akan menjamin terwujudnya kegiatan memproduksi barang atau

jasa yang mempunyai efisiensi paling tinggi (optimal).

65

Page 66: EKONOMI MANAJERIAL

Untuk memenuhi kondisi optimal tersebut, maka

berlangsungnya persaingan sempurna harus memenuhi persyaratan –

persyaratan atau asumsi-asumsi yang berlaku, yaitu:

a) Jumlah Pembeli dan Penjual Banyak

Jumlah pembeli harus banyak sekali, sehingga perilaku

masing-masing pembeli secara individual tidak akan

mempengaruhi pasar karena pembeliannya sangat kecil bila

dibandingkan dengan jumlah pembelian pasar seluruhnya.

Sehingga, apabila melipatkan ataupun mengurangi pembeliannya

keseimbangan pasar tidak akan terpengaruh.

Begitupun dengan jumlah penjual, sehingga masing-masing

penjual secara individual tidak dapat mempengaruhi

keseimbangan pasar. Sebagai akibatnya, produksi setiap penjual

(perusahaan) adalah sangat sedikit jika bandingkan dengan jumlah

produksi dalam industri tersebut. Sifat ini menyebabkan apapun

yang dilakukan perusahaan, seperti menaikkan atau menurunkan

harga dan menaikkan atau menurunkan produksi, sedikitpun ia

tidak mempengaruhi harga yang berlaku dalam pasar/industri

tersebut. Atau perusahaan hanya sebagai price taker (merupakan

penyebab kurva permintaannya horizontal dengan sumbu X,

meskipun kurva permintaan barangnya di pasar sebagai

keseluruhan tetap normal sesuai dengan hukum permintaan).

b) Barang yang diperjualbelikan bersifat homogen atau sama

(product homogeneity)

Syarat kesamaan ini merupakan syarat yang keras, dalam arti

bahwa sama dalam semua segi sehingga harus dapat

menggantikan satu sama lain. Barang yang dihasilkan berbagai

perusahaan tidak mudah untuk dibeda-bedakan, atau tidak

66

Page 67: EKONOMI MANAJERIAL

terdapat perbedaan yang nyata diantara barang yang dihasilkan

suatu perusahaan dengan produksi perusahaan lainnya.

Menurut Sudarsono (1995) bahwa yang menentukan sama atau

tidak, homogen atau tidak adalah konsumen, bukannya spesifikasi

teknis saja. Sebagai akibat dari sifat ini, tidak ada gunanya kepada

perusahaan-perusahaan untuk melakukan persaingan yang

berbentuk non – price competition, misalnya persaingan dalam

melakukan iklan atau promosi penjualan. Sebab cara ini tidak

efektif untuk menaikkan penjualan karena pembeli mengetahui

bahwa barang tersebut tidak berbeda.

c) Setiap perusahaan mudah ke luar atau masuk (Free Entry and Exit

of Firms)

Tidak boleh ada batasan yang bersifat buatan atau artificial

yang menghalang-halangi bagi pengusaha baru untuk memulai

usahanya apabila dia anggap memang “menguntungkan” untuk

berusaha dalam pasar ini. Dalam hal ini batasan secara alamiah

tentu masih ada, misalnya tingkat efisiensi usaha.

Syarat kebebasan untuk masuk dan keluar dari pasar

diperlukan agar syarat pertama dapat dipenuhi.

d) Pengetahuan pembeli dan penjual tentang keadaan pasar harus

cukup sempurna (perfect knowledge)

Lengkapnya informasi pasar ini sangat penting agar persaingan

benar-benar sempurna, baik mengenai informasi tentang harga,

sumber bahan mentah yang lebih murah maupun tentang kenaikan

pendapatan masyarakat.

e) Mobilitas sumber-sumber ekonomi harus cukup sempurna

(perfect mobility of factors of production)

Faktor produksi dapat dipindahkan ke lain tempat tanpa

hambatan apapun, misalnya apabila di pasar tenaga kerja yang

67

Page 68: EKONOMI MANAJERIAL

dihadapi oleh saingannya, tingkat upah yang berlaku lebih rendah,

tenaga kerja disana dapat dengan mudah ditransfer ke

perusahaannya sehingga dia dapat pula menikmati rendahnya

tingkat upah itu.

f) Perusahaan memaksimalkan keuntungan (profit maximization)

Tujuan dari seluruh perusahaan adalah untuk memaksimumkan

keuntungan. Tidak ada tujuan lain yang dikejar.

g) No Government Regulation

Tidak ada intervensi pemerintah di pasar (baik yang berkaitan

dengan pengaturan atau penetapan tarif, subsidi, tingkat produksi

atau besarnya permintaan)

4.1.3. Kelemahan & Kekuatan

Kelemahan:

Sudarsono (1995) berpendapat bahwa bentuk pasar persaingan

sempurna sepintas lalu bisa menyesatkan bila kita silau oleh arti

persaingan. Sebagai konsekuensi dari persyaratan persaingan

sempurna kegiatan saling menyaingi antar perusahaan justru tidak

akan nampak. Karena harga adalah datum bagi masing-masing

perusahaan, tidak mungkin mereka mengadakan persaingan harga

dengan maksud untuk merebut pasar. Berapapun kuantitas barang

yang dijualnya akan laku tanpa menurunkan harganya. Untuk merebut

pasar juga tidak dimungkinkan merubah bentuk barang dagangannya

karena adanya syarat homogenitas barang. Apa gunanya mengadakan

kampanye untuk menyaingi perusahaan lain kalau semua informasi

sudah diketahui oleh saingannya. Akhirnya, usaha menyaingi

perusahaan lain juga tidak akan membuahkan apa-apa karena jumlah

saingannya tidak terbatas.

Kelemahan persaingan sempurna, antara lain:

a) Persaingan sempurna tidak mendorong inovasi

68

Page 69: EKONOMI MANAJERIAL

b) Persaingan sempurna adakalanya menimbulkan biaya sosial

c) Membatasi pilihan konsumen

d) Biaya produksi dalam persaingan sempurna mungkin lebih tinggi

e) Distribusi pendapatan tidak selalu merata.

f) Kekuatan:

Disamping berbagai kelemahan tersebut, bentuk pasar

persaingan sempurna juga mempunyai keuntungan atau kekuatan,

yaitu bahwa pasar persaingan sempurna merupakan struktur pasar

yang paling ideal, karena dianggap sistem pasar ini adalah struktur

pasar yang akan menjamin terwujudnya kegiatan memproduksi

barang atau jasa yang tinggi (optimal) tingkat efisiensinya (Sukirno,

2003).

Analisis pasar persaingan sempurna juga dapat memberikan

gambaran tentang cara-cara perusahaan menentukan harga dan

produksi dalam usahanya mencari tingkat keuntungan yang

maksimum. Lainnya adalah bahwa:

a) Persaingan sempurna memaksimumkan efisiensi (efisiensi

produktif dan efisiensi alokatif). Dalam jangka panjang efisiensi

produktif selalu dicapai oleh perusahaan dalam pasar persaingan

sempurna.

b) Adanya kebebasan bertindak dan memilih. Persaingan sempurna

menghindari wujudnya konsentrasi kekuasaan di segolongan

kecil masyarakat.

69

Page 70: EKONOMI MANAJERIAL

4.1.4. Aplikasi & Gambar

Short – Run Equilibrium

Suatu perusahaan berada dalam keseimbangan ketika profitnya

maksimum (p).

p = TR – TC

kedudukan optimal perusahaan tersebut dapat ditunjukkan dengan

gambar kurva berikut:

Kurva pendapatan total (TR) bagi seorang pengusaha yang bertindak

sebagai pengikut harga (price taker) merupakan garis lurus dari titik

asal, yang artinya bila tidak ada barang yang dijual, maka pendapatan

adalah nol. Oleh karena harga selalu tetap, laju kenaikan pendapatan

total hanya tergantung atas banyaknya kuantitas barang yang dijual

saja.

70

Q

Cost, Revenue

TR

TC

W

UV

0 QV QE QW

p

Rugi

Rugi

Gambar 45.Profit Maksimum dalam Short Run Equilibrium

Page 71: EKONOMI MANAJERIAL

Gambar 45 tersebut menyiratkan tiga hubungan yang perlu

diperhatikan, yaitu:

a) Bila TC > TR, maka p < 0 yaitu pada Q < QV dan Q > QW

b) Bila TC < TR, maka p > 0 yaitu pada QV < Q < QW

c) Bila TC = TR, maka p = 0 yaitu pada Q = QV dan pada Q = QW

Slope kurva TR adalah MR dan slope kurva TC adalah MC.

Sedangkan keuntungan optimal dicapai bila MC = MR atau lereng

kurvanya sejajajr. Oleh karena harga adalah konstan, maka MR = AR

= P

Equilibrium Usaha

Ditinjau melalui kacamata seorang pengusaha, permintaan

konsumen merupakan sumber pendapatan bagi seorang pengusaha.

71

PE

Rp Rp

Q Q0 0

MC

AC

C

A

B

QE

D

S

D=AR=MR=P

(a)Equilibrium Usaha Seorang Pengusaha

(b)Keseimbangan Pasar

Gambar 46.Kurva Equilibrium Usaha

Page 72: EKONOMI MANAJERIAL

Jada pada prinsipnya, kurva permintaan sebenarnya tidak lain

daripada kurva pendapatan bagi pengusaha. Besarnya pendapatan

pengusaha tergantung atas kuantitas barang yang dijual dan tingginya

tingkat harga yang berlaku, sehingga:

TR = P . Q

AR = TR/Q

= (P.Q)/Q

AR = P

Secara geometrik, persamaan AR = P dapat dilihat pada gambar kurva

berikut:

MR (Marginal Revenue) atau pendapatan marjinal dapat didefinisikan

sebagai tambahan pendapatan total yang diterima pengusaha apabila

ia menambah penjualannya dengan satu satuan barang lagi.

72

D=AR

P P

Q Q0 0

PE

QE

P0D=AR=MR=P

(a)Kurva Demand Sama Dengan AR

(b)Kurva Demand = Kurva MR

Gambar 47.Kurva Penerimaan Dalam Pasar Persaingan Sempurna

Page 73: EKONOMI MANAJERIAL

, oleh karena bagi pengusaha pengikut harga PE adalah

datum, maka PE = P0

walaupun dimisalkan setiap perusahaan akan berusaha untuk

memaksimumkan keuntungan, tidaklah berarti bahwa setiap

perusahaan akan selalu mendapat keuntungan dalam kegiatannya.

Dalam jangka pendek terdapat empat kemungkinan dalam corak

keuntungan atau kerugian perusahaan (atau keadaan keseimbangan

perusahaan), yaitu:

Mendapat untung luar biasa (profit melebihi normal)

Mendapat untung normal

Mengalami kerugian tetapi masih dapat membayar biaya variabel

Dalam keadaan menutup atau membubarkan perusahaan.

73

Q

P

0

P0

Q

P

0

MC AC

AVC

E

A

E1

B

P1

Q0

D0=AR0=MR0

D1=AR1=MR1

Q1

Gambar 48.a.Keseimbangan Jangka Pendek Dalam Pasar Persaingan Sempurna

D=AR=MR

MCAC

AVC

BA

P

Q

E

Gambar 48.b.Keseimbangan Jangka Pendek Dalam Pasar Persaingan Sempurna

Page 74: EKONOMI MANAJERIAL

74Q

P

0

E D=AR=MR

MC AC

AVC

P

Q

Gambar 48.c.Keseimbangan Jangka Pendek Dalam Pasar Persaingan Sempurna

D1=AR1=MR1P1

Page 75: EKONOMI MANAJERIAL

Keterangan gambar:

Gambar 48a, menjelaskan keadaan untung lebih normal dan

untung normal. Perusahaan akan mendapat untung luar biasa apabila

harga adalah lebih tinggi dari biaya rata-rata yang paling minimum

(P0). Besarnya keuntungan luar biasa adalah AEP0B. Gambar tersebut

juga menggambarkan dimana perusahaan mendapat keuntungan

biasa/normal, yaitu apabila hasil penjualan totalnya sama dengan

biaya total, dengan harga di P1 à MC = MR1 pada titik E1.

Gambar 48b, perusahaan mengalami kerugian tetapi masih

dapat membayar sebagian biaya tetap. Kondisi tersebut terjadi pada

saat harga lebih rendah dari biaya total rata-rata, tetapi lebih tinggi

dari biaya variabel rata-rata. Kerugian minimum yang ditanggung

perusahaan adalah sebesar PEAB.

Gambar 48c, perusahaan menutup usahanya. Kondisi ini terjadi

apabila hasil penjualan hanyalah sebesar atau kurang dari biaya

variabel à garis D=AR=MR menyinggung kurva AVC dan garis

D1=AR1=MR1 berada di bawah AVC

75

Page 76: EKONOMI MANAJERIAL

Kurva Penawaran Perusahaan Dan Industri

Kurva penawaran adalah suatu kurva yang menunjukkan

keterkaitan diantara harga suatu barang tertentu dan jumlah barang

tersebut yang ditawarkan. Dalam hal ini semenjak ia memotong kurva

AVC, kurva biaya marjinal (MC) dari suatu perusahaan dalam pasar

persaingan sempurna adalah merupakan kurva penawaran dari

perusahaan tersebut. Kurva MC perusahaan tersebut mempunyai sifat

yang sama dengan kurva penawaran yang menggambarkan

bagaimana perubahan harga akan mempengaruhi produksi (barang

yang ditawarkan) perusahaan tersebut.

Long – Run Equilibrium

Dalam jangka panjang apa yang semula dianggap cateris

paribus mungkin berubah. Telah dinyatakan apabila suatu perusahaan

76

Q Q

P P

P4

P3

P2

P1

Q4Q3Q2Q1 Q4Q3Q2Q1

P1

P2

P3

P4

0 0

MR1

MR2

MR3

MR4

AC

AVC

MC

A

B

C

D

S

E2

E3

E4

E1

Gambar 49.Kurva Penawaran Perusahaan Pasar Persaingan Sempurna

Page 77: EKONOMI MANAJERIAL

tidak dapat menutupi biaya variabelnya, ia tidak akan membubarkan

usahanya tetapi hanya akan menghentikan kegiatan produksinya.

Perubahan lain yang mungkin berlaku dalam jangka panjang adalah

adanya kemajuan teknologi, kenaikan upah tenaga kerja, dan

kenaikan harga-harga umum (inflasi). Perubahan ini akan

mempengaruhi biaya produksi di setiap perusahaan.

Equilibrium Perusahaan Dalam Jangka Panjang:

Syarat terjadinya ekuilibrium jangka panjang suatu perusahaan

adalah jika LMC = LAC = P, sehingga:

SMC = LMC = LAC = LMC = P = MR

Equilibrium Industri Dalam Jangka Panjang:

77

SMC1

P P/C

Q Q00

P

P1

D

S

S1

Q1Q

P

P1

SAC1

SMC

SAC

LMC

LAC

Gambar 50.Equilibrium Perusahaan Dalam Jangka Panjang

Page 78: EKONOMI MANAJERIAL

Equilibrium industri terjadi ketika seluruh perusahaan berada

dalam equilibrium.

Gambar 51 menunjukkan bahwa harga pasar (P) perusahaan

menghasilkan biaya minimum, sehingga terjadi normal profit karena

LMC=SMC=P=MR

Dalam pasar persaingan sempurna untuk menghasilkan alokasi

sumber daya yang optimal harus memenuhi persyaratan berikut yang

berlaku dalam long-run equilibrium of the industry, yaitu:

a) Output yang dihasilkan berada pada minimum feasible cost

b) Konsumen membayar pada harga minimum dimana mencakup

marginal cost of product, dengan demikian Harga = Biaya

Opportunity

c) Perusahaan bekerja dalam full capacity

d) Perusahaan – perusahaan hanya menghasilkan keuntungan normal

(normal profits).

4.2. PASAR MONOPOLI (MONOPOLISTIC COMPETITION)

4.2.1. Definisi

78

0

P P

Q Q0

P P P=MR

SMC

LMC

SACLAC

D

D S

S

Q Q

Gambar 51.Equilibrium Industri Dalam Jangka Panjang

Page 79: EKONOMI MANAJERIAL

Pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar yang dikuasai oleh

seorang penjual tunggal dan terdapat hambatan untuk masuk bagi

saingan dari luar (Sudarsono, 1995)

Pasar monopoli juga merupakan bentuk pasar dimana hanya

terdapat satu perusahaan saja, dan perusahaan ini menghasilkan

barang yang tidak mempunyai barang pengganti yang sangat dekat

(Sukirno, 2003).

Pasar monopoli adalah suatu struktur pasar dimana hanya

terdapat penjual tunggal, tidak terdapat barang pengganti yang sangat

dekat, dan terdapat hambatan untuk masuk (Koutsoyiannis, 1976).

4.2.2. Asumsi – Asumsi Pasar Monopoli

a) Pasar monopoli adalah industri satu perusahaan

b) Tidak mempunyai barang pengganti yang mirip

c) Tidak terdapat kemungkinan untuk masuk ke dalam industri

d) Dapat mempengaruhi penentuan harga

e) Promosi iklan kurang diperlukan

4.2.3. Kelemahan & Kekuatan

Kelemahan yang mungkin terjadi dalam pasar monopoli adalah:

a) Sistem monopoli menyebabkan terlalu sedikitnya sumber-sumber

yang dimanfaatkan untuk produksi

b) Monopoli mempunyai dampak distribusi yang merugikan

masyarakat

c) Monopoli memang dapat menciptakan laba yang cukup besar bagi

para pemilik perusahaan yang kaya, tetapi keuntungan ini

diperoleh dengan mengeruk keuntungan dari konsumen yang

relatif miskin.

79

Page 80: EKONOMI MANAJERIAL

Sedangkan kekuatan dari pasar monopoli menurut Schumpeter dalam

Nicholson (2001) adalah:

a) Terdapatnya peran yang penting sistem monopoli dalam proses

pembangunan ekonomi

b) Terdapatnya peran penting dalam inovasi dan kesanggupan

meraih keuntungan kemajuan teknologi

c) Laba monopoli dapat meningkatkan kegiatan penelitian dan

pengembangan (R&D)

d) Keinginan perusahaan untuk selalu memegang posisi

monopolistik, merupakan insentif bagi perusahaan-perusahaan

untuk selangkah lebih maju dari perusahaan-perusahaan pesaing.

e) Aktivitas monopoli pasar memungkinkan turunnya biaya-biaya

untuk merencanakan aktivitas perusahaan.

f) Perusahaan monopoli jauh lebih siap untuk menyesuaikan diri

terhadap perubahan-perubahan kondisi permintaan.

4.2.4. Aplikasi Pasar Monopoli

Demand and Revenue

Oleh karena hanya ada perusahaan tunggal dalam industri

tersebut, maka kurva permintaan perusahaan adalah juga kurva

permintaan industri. Sifat-sifat permintaannya adalah:

1) Persamaan fungsi permintaan, dengan cateris paribus adalah

Q = f(P) atau X = f(P) à X = b0 – b1P

80

X

P

DI

0MR

C

D

Gambar 52.Permintaan Monopoli Sama Dengan Permintaan Pasar

Page 81: EKONOMI MANAJERIAL

2) Slope kurva permintaan adalah

3) Elastisitas harga dari permintaannya adalah

elastisitas pada titik D adalah

elastisitas pada titik DI adalah nol

elastisitas titik tengah (C) adalah satu

4) Total Revenue (TR) monopolis adalah

ó (b0 . b1) = b0 dan (1/b1) = b1, maka persamaan harga menjadi

P = b0 – b1.X

81

Page 82: EKONOMI MANAJERIAL

TR = P.X = (b0 – b1X) X = b0 X – b1X2

5) Pendapatan rata-rata (average revenue = AR)

Oleh karenanya kurva permintaan juga kurva AR.

6) Pendapatan marginal (marginal revenue = MR)

hubungan harga (P) dan penerimaan marginal (MR) adalah

7) Hubungan MR dan elastisitas harga (e) adalah:

sedangkan untuk fungsi biaya sama dengan kurva biaya yang ada

dalam pasar persaingan sempurna.

Equilibrium of the Monopolist:

Short – Run Equilibrium

82

SAC

SMC

P

X0 Xe

A

PeC

B

D

MR

Gambar 53.Equilibrium Monopoli Dengan Tingkat Keuntungan PeCAB

Page 83: EKONOMI MANAJERIAL

Dapat terjadi kasus dimana kuantitias yang sama akan dijual secara

optimal dengan harga yang berbeda-beda bila fungsi permintaannya

berbeda pula:

Atau pada harga yang sama tersedia dua kuantitas optimal yang

berbeda seperti nampak pada gambar berikut:

83

SAC

SMC

P

X0 X

P1

P2

D2

MR2

Gambar 54.Satu Kuantitas Optimal dengan Dua Harga Optimal

D1

MR1

E SMC

P

X0 X2

P

D2

MR2

Gambar 55.Satu Tingkat Harga Optimal dengan Dua Kuantitas

D1

MR1

X1

Page 84: EKONOMI MANAJERIAL

Long – Run Equilibrium

Dalam jangka panjang, seorang monopolis mempunyai

kesempatan untuk mengembangkan pabriknya atau menggunakan

kapasitas produksinya pada level yang memungkinkan tercapainya

profit maksimum. Ada tiga kemungkinan equilibrium, tergantung atas

besarnya pasar yang harus dilayani, yaitu:

84

P,C

X0

SMC

SAC

LMC

LAC

MR

D

APE

C

XE

Gambar 56.Equilibrium Monopoli Dengan Skala Pabrik Suboptimal

dan Kapasitas Berlebih

Page 85: EKONOMI MANAJERIAL

Daya monopoli (monopoly power) adalah kemampuan perusahaan

melakukan eksploitasi pasar dalam rangka mencapai laba maksimum

hanyalah sebatas kemampuan mengatur jumlah output dan harga.

Daya monopoli dikatakan makin besar bila keputusan harga dan

output perusahaan makin sulit dilawan oleh pasar. Lerner mengukur

kemampuan perusahaan berlandaskan permintaan yang dihadapi

perusahaan dengan menghitung angka indeks, yang dikenal sebagai

indeks Lerner (Lerner Index).

, dimana L adalah indeks Lerner; P adalah harga output;

dan MC adalah biaya marjinal.

Daya monopoli makin besar bila nilai L makin besar. Indeks Lerner

mempunyai nilai antara 0 dan 1. dalam pasar persaingan sempurna

daya monopoli adalah nol (L=0), karena dalam keseimbangan harga

sama dengan biaya marjinal (P=MC). Besarnya nilai indeks Lerner

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain; elastisitas harga

85

P,C

X0

SMC

SAC

LMC

LAC

MR

D

APE

C

XE

Gambar 57.Equilibrium Monopoli Dengan Skala Pabrik Di Atas Optimal

dan Terlalu Intensif

Page 86: EKONOMI MANAJERIAL

permintaan, jumlah perusahaan dalam pasar, dan interaksi antar

perusahaan.

86

P,C

X0

SMC

SAC

LMC

LAC

MR

D

APE

C

XE

Gambar 58.Equilibrium Monopoli Dengan Skala Optimal

dan Digunakan Secara Penuh

Page 87: EKONOMI MANAJERIAL

Jadi perusahaan monopoli dapat memilih skala operasi produksi

dimanapun di sepanjang kurva permintaannya. Kalau perusahaan

monopoli ingin memaksimumkan laba, ia akan menghasilkan output

pada saat MR=MC untuk suatu kurva permintaan yang mempunyai

slope negatif, maka MR<P dan karena MC=MR, berarti P>MC.

Berbedanya harga dengan biaya marginal ini merupakan suatu

indikasi bahwa perusahaan monopoli mengalokasikan sumber-sumber

secara kurang efisien. Laba yang diperoleh juga berpotensi

menimbulkan terciptanya sistem pendistribusian yang tidak

diinginkan oleh masyarakat.

Diskriminasi Harga (Price Discrimination)

Kebijakan diskriminasi harga adalah kebijakan menjual output

yang sama dengan harga berbeda-beda. Tujuan yang ingin dicapai

adalah menambah laba perusahaan melalui eksploitasi surplus

konsumen.

Dasar pembedaan harga yang paling sering digunakan adalah

dengan melihat siap konsumennya (elastisitas permintaannya).

Permintaan yang lebih elastis akan dibebankan harga yang lebih

rendah dibanding permintaan yang inelastic. Misalnya harga karcis

masuk Kebun Raya Bogor pada hari Minggu atau libur lebih murah

87

Page 88: EKONOMI MANAJERIAL

dibanding hari biasa, karena yang berkunjung adalah konsumen yang

menganggap rekreasi sebagai barang mewah (permintaan elastis).

Contoh lain adalah penetapan harga karcis bioskop yang dikelola

group 21 (Twenty One). Bila menonton bioskop di Plaza Senayan atau

Senayan 21 harga karcisnya mencapai Rp 30.000,- per orang. Padahal

di Metropole 21 (Megaria) (di kawasan Jakarta Pusat) hanya Rp

10.000,- per orang. Pembedaan itu dilakukan karena permintaan

bioskop di daerah Pondok Indah lebih inelastic dibanding permintaan

di daerah Jakarta Pusat.

Ada beberapa syarat agar diskriminasi harga (berdasarkan

elastisitas permintaan) dapat berhasil, yaitu:

a) Perusahaan harus memiliki daya monopoli. Hanya perusahaan

monopoli yang mampu melakukan diskriminasi harga.

b) Pasar dapat dibagi menjadi beberapa (minimal dua kelompok)

yang elastisitas permintaannya berbeda.

c) Pembagian pasar harus efektif, dalam arti tidak memungkinkan

terjadinya penjualan kembali dari konsumen yang menikmati

harga rendah ke konsumen yang dibebani harga tinggi.

d) MR di tiap pasar adalah sama agar diskriminasi harga

menghasilkan laba maksimum.

88

Rp Rp Rp

Q Q Q0 0 0

MC

ACF

MRa

Da

Qa

E

Pa

G

MRa=MC

Pa

L

H

MRb=MC

Db

QbMRb

BPt

A C

Qt

MR=MRa+MRb

Dt=Da+Db

Gambar 59.Diskriminasi Harga Oleh Perusahaan Monopoli

(a) (b) (c)

Page 89: EKONOMI MANAJERIAL

Gambar 59 menunjukkan sebuah perusahaan monopolis memiliki

permintaan seperti yang digambarkan kurva Dt (gambar 59.c).

Permintaan dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan elastisitasnya,

dimana permintaan kelompok (a) lebih inelastic dari permintaan (b).

Gambar 59.c; menunjukkan juka perusahaan tidak melakukan

diskriminasi harga, keseimbangan tercapai pada saat jumlah output Q t

dan harga Pt. laba maksimum (pt) yang diperoleh seluas bidang segi

empat APtBC.

Jika perusahaan melakukan diskriminasi harga, keseimbangan

tercapai bial di setiap pasar MR-nya sama dan sama dengan MC

(MRa=MRb=MC), dimana MR di pasar A sama dengan MR di pasar

B sama dengan MC. Gambar 59.a menunjukkan keseimbangan di

pasar A terjadi pada saat jumlah output Qa dengan harga jual Pa. laba

maksimum (pa) seluas bidang segi empat EPaFG. Di pasar B (gambar

59.b) keseimbangan tercapai pada output Qb dan harga jual Pb, laba

maksimum (pb) seluas bidang segi empat HPbIJ.

Dengan diskriminasi harga, jumlah output total yang terjual

(Qt) adalah dengan Qa+Qb. Tetapi laba maksimum yang diperoleh

lebih besar karena pa+pb > pt. tambahan laba diperoleh dengan

mengeksploitasi surplus konsumen yang permintaannya inelastic

(Db). Tanpa diskriminasi harga (harga setingkat Pt), konsumen

89

Page 90: EKONOMI MANAJERIAL

kelompok B menikmati surplus konsumen sebesar luas segi tiga

KLN. Tetapi dengan diskriminasi harga (harga Pb di pasar B), surplus

konsumen tinggal sebesar luas segi tiga KPbI. Sebagian surplus

konsumen, sebesar luas segi empat PbLMI, dieksploitasi menjadi laba

perusahaan. Sedangkan luas segi tiga IMN adalah kesejahteraan

konsumen yang hilang, dinamakan dead weight loss. Terlihat juga

bahwa pasa yang lebih elastis (Da) dibebankan harga yang lebih

rendah dibanding pasar yang lebih inelastic (Db): Pb < Pa.

4.3. PERSAINGAN MONOPOLISTIK (MONOPOLISTIC COMPETITION)

4.3.1. Definisi

Suatu pasar dimana terdapat banyak produsen yang menghasilkan

barang yang berbeda-beda (differentiated product).

4.3.2. Asumsi-asumsi

Pasar persaingan monopolistik pada dasarnya adalah pasar yang

berada diantara dua jenis pasar yang ekstrim, yaitu persaingan

sempurna dan monopoli. Asumi/ciri-ciri persaingan monopolistik,

antara lain:

a) Terdapat banyak penjual

b) Barangnya bersifat berbeda corak (heterogen)

Sifat barangnya differentiated product dan secara fisik mudah

dibedakan diantara produksi satu perusahaan dengan perusahaan

lainnya.

c) Perusahaan sedikit kekuasaannya dalam mempengaruhi harga

d) Hambatan masuk ke dalam industri relatif mudah

e) Persaingan melalui promosi penjualan sangat aktif.

4.3.3. Kelemahan dan Kekuatan

90

Page 91: EKONOMI MANAJERIAL

Kelemahan persaingan monopolistik adalah aktifnya peran

persaingan bukan harga diantara perusahaan-perusahaan dalam

industri tersebut.

Sedangkan keuntungannya adalah:

a) Efisiensi dalam penggunaan sumber daya

b) Efisiensi dan diferensiasi produk

c) Adanya perkembangan teknologi dan inovasi

d) Mempunyai corak pemerataan distribusi pendapatan.

4.3.4. Aplikasi Persaingan Monopolistik

Ciri-ciri monopolistis menimbulkan pengaruh yan cukup

penting atas corak permintaan yang dihadapi oleh perusahaan. Kurva

permintaannya lebih elastis daripada pasar monopoli, tetapi

elastisitasnya tidak sampai mencapai titik elastis sempurna, dengan

demikian :

Jika P à Q¯ (sangat berkurang), dan

Jika P¯ à Q (sangat bertambah).

Short – Run Equilibrium

Kurva permintaan menurun sedikit demi sedikit, sehingga

kurva MR tidak berimpit dengan kurva permintaan. Keseimbangan

yang dicapai sama dengan monopoli, dimana perbedaannya hanya

pada bentuk permintaan yang dihadapi à monopoli = permintaan

dari seluruh pasar, sedangkan persaingan monopolistik = permintaan

yang dihadapi perusahaan adalah sebagian dari keseluruhan

permintaan pasar.

91

P/C

Q0 MR

D

ACMC

A

B

P

C

QE

Gambar 60.Equilibrium Jangka Pendek Dalam Kondisi Laba

Pada Pasar Persaingan Monopolistik

Page 92: EKONOMI MANAJERIAL

92

P/C

Q0 MR

D

MC AC

C

P

B

A

Gambar 61.Equilibrium Jangka Pendek Dalam Kondisi Rugi

Pada Pasar Persaingan Monopolistik

Page 93: EKONOMI MANAJERIAL

Long – Run Equilibrium

Sama halnya dengan persaingan sempurna, pasar monopolistis

dalam jangka panjang hanya mendapatkan normal profit, tetapi

mempunyai perbedaan dalam coraknya, yaitu:

1) Harga dan biaya produksi di pasar persaingan monopolistik lebih

tinggi

2) Kegiatan memproduksi di pasar persaingan monopolistik belum

mencapai tingkat yang optimal (mencapai tingkat dimana biaya

produksi per unit adalah paling rendah).

93

P/C

Q0 MR

D

LMC LAC

P

Gambar 62.Equilibrium Jangka Panjang Pasar Persaingan Monopolistik

Q

Page 94: EKONOMI MANAJERIAL

Seperti halnya keseimbangan dalam jangka pendek, bahwa

perusahaan yang mengalami kerugian tidak akan meneruskan

kegiatannya, dan mereka akan meninggalkan industri tersebut. lama-

kelamaan jumlah perusahaan akan berkurang, sebagai akibatnya

dalam jangka panjang permintaan yang dihadapi setiap perusahaan

menjadi lebih besar dari semula. Karena tidak menderita kerugian

lagi, maka perusahaan-perusahaan tidak akan keluar dari industri

tersebut dan juga tidak akan mendapatkan keuntungan di atas normal,

serta tidak akan menarik perusahaan-perusahaan baru untuk masuk ke

dalam industri tersebut.

4.4. PASAR OLIGOPOLI

4.4.1. Definisi

Pasar oligopoli adalah suatu pasar yang hanya terdiri dari beberapa

produsen saja.

4.4.2. Asumsi / Ciri-Ciri

94

Page 95: EKONOMI MANAJERIAL

a) Biasanya struktur industri adalah terdapat beberapa perusahaan

besar yang menguasai sebagian besar pasar oligopoli, 70% - 80%

dari seluruh produksi atau nilai jual.

b) Perusahaan penguasa pasar sangat saling mempengaruhi satu

sama lain terkait dengan keputusan dan tindakannya yang

bersinggungan dengan perubahan harga, desain, teknik produksi,

dll.

c) Menghasilkan barang standard maupun berbeda corak

(differentiated).

d) Kekuasaan menentukan harga adakalanya lemah dan adakalanya

sangat kuat à tergantung pada bentuk kerjasama antar

perusahaan dalam industri tersebut.

e) Pada umumnya perusahaan oligopoli perlu melakukan promosi

secara iklan.

4.4.3. Kelemahan & Kekuatan

Kelemahan yang paling mendasar adalah besarnya hambatan

untuk memasuki pasar dalam industri tersebut. Faktor -faktor penting

yang menyebabkan sulitnya memasuki pasar oligopoli adalah:

a) Hambatan/faktor skala ekonomi

b) Faktor perbedaan biaya produksi

c) Sifat-sifat produksi yang mempunyai keistimewaan yang sukar

diimbangi oleh perusahaan baru.

Sedangkan keuntungan dari sistem pasar oligopoli adalah:

a) Efisiensi dalam menggunakan sumber-sumber daya

b) Dapat mengembangkan teknologi dan inovasi

95

Page 96: EKONOMI MANAJERIAL

c) Tingkat keuntungan yang diperoleh, dikarenakan adanya

kesepakatan sehingga tingkat persaingan masih dapat dikurangi

yang pada akhirnya meningkatkan profit.

4.4.4. Aplikasi Pasar Oligopoli

Kesepakatan merupakan kunci dari sistem pasar oligopoli.

Penurunan harga dari suatu perusahaan berkecenderungan akan

menyebabkan perusahaan-perusahaan lain akan melakukan penurunan

harga juga agar mereka tidak kehilangan langganannya. Sebaliknya,

adanya perusahaan yang menaikkan harga belum tentu diikuti oleh

perusahaan-perusahaan lainnya.

Kurva Permintaan Patah (Kinked Demand Curve)

Dengan adanya kecenderungan tersebut di atas, maka kita bisa

melihat reaksi perusahaan lain apabila suatu perusahaan oligopoli

mengubah harga (dengan asumsi tanpa adanya kesepakatan diantara

perusahaan).

96

P

Q0

D1

D2

D2

D1

P0

P3

P1

P2

E

AA1

B B1

CC1

Q0

Gambar 63.Kurva Permintaan Dalam Oligopoli

(Keseimbangan Asal)

Page 97: EKONOMI MANAJERIAL

Kurva D1D1 merupakan kurva permintaan oligopoli apabila

perusahaan lain tidak melakukan perubahan harga, walaupun

perusahaan pertama melakukan perubahan harga.

Kurva D2D2 merupakan kurva permintaan oligopoli dengan

perubahan harga yang diikuti oleh perusahaan lain.

Efek Penurunan Harga

Sekiranya perusahaan oligopoli menurunkan harga (P0 à P1),

maka permintaannya akan bertambah ke C1, dan bila diikuti oleh

perusahaan lain, maka permintaannya hanya bertambah di C, dan

seterusnya.

Efek Peningkatan Harga

Misalkan harga naik dari P0 ke P3 dan jika tidak diikuti oleh

perusahaan lain, maka perusahaan yang menaikkan harga akan

kehilangan banyak langganan dengan jumlah barang yang dapat

dijualnya di A1, tetapi kalau kenaikan harga tersebut diikuti oleh

perusahaan lain, maka jumlah barang yang dapat dijualnya di titik A.

97

Page 98: EKONOMI MANAJERIAL

Apabila ada perubahan harga, maka reaksi yang muncul adalah

(i) Mereka akan turut menurunkan harga bila terjadi penurunan

harga agar tidak kehilangan langganan,

(ii) Mereka tidak akan ikut menaikkan harga bila terjadi kenaikan

harga.

Memaksimumkan Keuntungan

98

P

Q

D1

D1

D2

D2

MR1

MR2

Q

E

Gambar 64.Kurva Marginal Revenue Dalam Oligopoli

A1

A2

P

Q

D1

D2

MR1

MR2

Q

E

Gambar 65.Keseimbangan Perusahaan Dalam Oligopoli

A1

A2

MC2

MC0

MC1

Page 99: EKONOMI MANAJERIAL

Oligopolis berada dalam keseimbangan pada saat MR = MC

(titik A2). Tetapi perubahan struktur biaya (berubahnya MC) tidak

otomatis mempengaruhi harga jual, sebab dapat menimbulkan reaksi

pesaing. Jika MC bergeser di antara MC1 sampai MC2 harga tidak

berubah. Oligopolis juga tidak mengubah output, sebab sangat

merugikan.

V. EKONOMI KESEJAHTERAAN

Ekonomi kesejahteraan (welfare economics) merupakan bagian dari kerangka

teori ekonomi yang bersifat normatif. Tugas pokok dari ekonomi kesejahteraan

adalah memperbandingkan berbagai keadaan ekonomi (economic state) untuk

menentukan apakah perubahan dari keadaan ekonomi yang satu ke arah keadaan

ekonomi yang lain menjadi lebih baik ataukah bertambah buruk.

99

Page 100: EKONOMI MANAJERIAL

Keadaan ekonomi adalah organisasi tertentu dari sistem perekonomian

masyarakat yang mengatur aktivitas dari semua pihak dan pembagian pendapatan

masyarakat sebagai hasil dari kegiatan ekonomi tersebut.

Asumsi yang dipakai adalah konsumen berusaha memaksimumkan daya

gunanya dan produsen berusaha memaksimumkan profitnya. Selanjutnya, daya

guna konsumen dianggap bebas dari konsumen lain, dalam arti besarnya utilitas

yang diperoleh semata-mata bersumber dari barang yang dikonsumsikan sendiri,

tidak tergantung pada orang lain.

Keadaan yang dianggap lebih baik bila dicapai keuntungan atau daya guna

yang lebih tinggi dan dianggap lebih buruk bila sebaliknya.

Dari kerangka dasar di atas, dikembangkan tiga buah kriteria untuk

membandingkan dua keadaan ekonomi, yaitu:

1) KE1 (Keadaan Ekonomi Satu)

Dikatakan lebih baik atau Pareto – Superior apabila dalam KE1 paling tidak

ada seorang yang kedudukannya lebih baik daripada dalam keadaan ekonomi

lain (KE2), sedangkan tidak ada seorangpun yang kedudukannya menjadi

lebih buruk.

2) KE2 (Keadaan Ekonomi Dua)

Dikatakan lebih buruk atau Pareto – Inferior dari KE1 apabila paling tidak

ada satu orang yang kedudukannya menjadi lebih buruk, sedangkan tidak

ada seorang pun yang menjadi lebih baik dibandingkan dengan pada saat

dalam KE1.

3) KE1 dikatakan optimal atau Pareto – Optimal apabila tidak ada keadaan

ekonomi lain yang lebih baik daripada KE1. atau perubahan ke KE2 akan

mengakibatkan paling tidak satu orang menjadi lebih buruk, sedangkan tidak

ada orang lain yang menjadi lebih baik.

Ukuran tersebut di atas disebut Kriteria Pareto à yang titik tolak

pembahasannya adalah masyarakat sebagai keseluruhan mempunyai tujuan untuk

memaksimumkan kesejahteraan secara keseluruhan. Implikasi dari konsep

100

Page 101: EKONOMI MANAJERIAL

keseluruhan inilah yang menyebabkan bahwa kerangka pembahasannya harus

melalui analisis ekuilibrium umum (General Equilibrium Model).

Untuk memahami interaksi antar pasar, ekonom menyusun model ekonomi

keseimbangan umum yang menjelaskan proses tercapainya keseimbangan (harga

dan kuantitas) di seluruh pasar (industri) secara simultan. Studi keseimbangan

umum yang paling sederhana mengasumsikan bahwa dalam perekonomian hanya

ada dua industri atau pelaku ekonomi. Dalam studi tingkat yang lebih tinggi,

khususnya dengan penggunaan ekonometrika dan komputer, dapat disusun

asumsi-asumsi yang lebih mendekati realita.

Dalam perekonomian diasumsikan hanya da dua industri, sebut saja industri

pembuatan pakaian jadi (garmen) dan sepatu. Struktur pasar adalah persaingan

sempurna. Keseimbangan awal masing-masing industri pada titik A (Pg0, Qg0)

dan B (Ps0, Qs0) dimana setiap perusahaan dalam setiap industri hanya menikmati

laba normal (kurva AC = kurva permintaan).

101

PP

Q Q0 0

A B

Ss1

Ss0

Ds0

Ds1

Qs0Qs1Qs2

Ps0

Ps1

Sg0

Sg1

Pg1

Pg0

Qg2Qg0 Qg1

(a)Industri Garmen

(b)Industri Sepatu

Gambar 66.Model Keseimbangan Umum (Simultan) Sederhana

Page 102: EKONOMI MANAJERIAL

Jika industri garmen menghadapi peningkatan permintaan (kurva Dg0 à Dg1),

harga meningkat ke Pg1 (dengan output Qg1) yang menyebabkan perusahaan-

perusahaan dalam industri garmen menikmati laba super normal. Sementara itu

industri sepatu mengalami penurunan permintaan (Ds0 à Ds1), sehingga harga

turun dari Ps0 ke Ps1. Perusahaan-perusahaan dalam industri sepatu mengalami

kerugian ekonomi. Hal ini, ditambah dengan adanya laba super normal dalam

industri garmen, memotivasi perusahaan-perusahaan dalam industri sepatu

meninggalkan industri tersebut dan memasuki industri garmen. Akibatnya

penawaran di industri garmen meningkat ke Sg1 yang mengakibatkan harga turun

kembali ke Pg0 dengan jumlah output Qg2. Perusahaan-perusahaan dalam industri

garmen akhirnya hanya menikmati laba normal.

Dalam industri sepatu, karena ada (banyak) perusahaan yang pergi, kapasitas

produksi menurun. Akibatnya penawaran menurun ke Ss1 yang mendorong harga

naik kembali ke Ps0 dengan output Qs2. Perusahaan-perusahaan yang masih

bertahan dalam industri sepatu mengalami perbaikan, sehingga dapat kembali

menikmati laba normal. Jika kedua industri telah mencapai keseimbangan,

perekonomian dikatakan berada dalam keseimbangan umum.

Penjelasan di atas menunjukkan, dalam perekonomian dua pasar, bila satu

pasar mencapai keseimbangan, maka pasar yang satunya juga mencapai

keseimbangan. Prinsip ini dapat digunakan dalam konteks yang lebih luas. Dalam

suatu perekonomian yang terdiri dari n pasar, jika n-1 pasar berada dalam

keseimbangan, maka pasar ke n akan mengalami keseimbangan. Pernyataan ini

disebut sebagai Hukum Walras (Walras Law).

5.1. EFISIENSI PERTUKARAN (EFFICIENCY IN EXCHANGE)

Perekonomian dikatakan efisien jika individu-individu dalam

perekonomian (konsumen dan produsen) telah berada dalam kondisi

keseimbangan, melalui mekanisme pertukaran. Dengan kata lain,

perekonomian telah berjalan efisien bila:

102

Page 103: EKONOMI MANAJERIAL

a) Terjadi mekanisme pertukaran yang efisien (efficiency in exchange)

b) Produksi berjalan efisien (efficiency in production).

Model Pertukaran Edgeworth (Edgeworth Box)

Menurut Alfred Pareto, alokasi sumber daya dikatakan efisien bila

barang dan jasa yang ada tidak dapat direalokasi (reallocated) antar

konsumen tanpa membuat salah satu konsumen dirugikan (tingkat kepuasan

menurun). Prinsip ini disebut Prinsip Optimalisasi Pareto (Pareto

Efficiency).

Misalnya kita menyusun sebuah model ekonomi sederhana. Dalam

perekonomian diasumsikan hanya terdapat dua individu, A dan B, dan juga

dua barang, pakaian (X) dan makanan (Y). Pakaian dan makanan

didistribusikan antara A dan B, dimana A memiliki pakaian sebanyak Xa

dan makanan sebanyak Ya. B memiliki pakaian sebanyak Xb dan makanan

sebanyak Yb. Dari informasi tersebut dapat disusun Kotak Pertukaran

Edgeworth, dimana D merupakan titik kepemilikan awal (initial

endowmen), titik dimulainya pertukaran antara A dan B.

103

Xa (pakaian milik A)

Ya (

mak

anan

mil

ik A

)

Y

XOA X

YY

b (m

akan

an m

ilik

B)

Xb (pakaian milik B)

(a)Pakaian dan Makanan milik A

(b)Pakaian dan Makanan milik B

OB

OB

OA

X

Y

Y X

Xa

Ya

Xb

Yb

D

(c)Pakaian dan Makanan Milik Perekonomian

Gambar 67.Konstruksi Kotak Pertukaran Edgeworth

Page 104: EKONOMI MANAJERIAL

104OA

Y

X

Tota

l Mak

anan

Y

OB

MRSYX B

E

F

G

D

B3

B2 B1

A1 A2

A3

Total Pakaian

Kur

va k

ontr

ak(C

ontr

act C

urve

)

MR

SY

X A

Gambar 68.Kotak Pertukaran dan Efisiensi Konsumsi

Page 105: EKONOMI MANAJERIAL

Titik D menunjukkan kepemilikan awal (initial endowment) A dan B.

Preferensi A digambarkan dengan kurva indiferensi A1, sedangkan

preferensi B, kurva indiferensi B1. Dari slope masing-masing kurva

indiferensi terlihat perbedaan MRSyx (berapa jumlah Y yang harus

dikorbankan untuk memperoleh tambahan konsumsi 1 unit X) yang

memungkinkan terjadinya pertukaran. Tujuan pertukaran adalah

meningkatkan kepuasan masing-masing individu. Secara grafis hal itu

ditunjukkan dengan letak kurva indiferensi A, dimana A1 < A2 < A3 dan

seterusnya. Demikian juga B1 < B2 < B3 dan seterusnya. Bagi A, pertukaran

akan menguntungkan jika kepuasannya meningkat (ditunjukkan oleh kurva

A yang berada di sebelah kanan atasnya). Sebaliknya bagi B, pertukaran

akan menguntungkan jika kepuasan meningkat (kurva B yang berada di

sebelah bawahnya).

Menurut prinsip optimalisasi Pareto, proses pertukaran antara A dan B

akan berhenti bila A tidak dapat lagi meningkatkan kepuasannya tanpa

mengorbankan kepuasan B. Secara matematis hal ini akan terjadi bila

MRSyx untuk A sama dengan MRSyx untuk B. jika dalam perekonomian

ada lebih dari dua individu, efisiensi tercapai bila nilai MRSyx untuk

seluruh individu sudah sama, MRSyx A = MRSyx B = … = MRSyx Z.

Berdasarkan teori keseimbangan konsumen, pada saat itu MRSyx = Py / Px.

Jadi efisiensi Pareto tercapai bila:

MRSyx A = MRSyx B = … = MRSyx Z = Py / Px

105

Page 106: EKONOMI MANAJERIAL

Titik-titik E, F, G merupakan titik-titik keseimbangan dalam kurva kontrak,

yaitu kurva lokus (tempat kedudukan) titik-titik keseimbangan Pareto

sebagai hasil pertukaran antar individu.

5.2. EFISIENSI PRODUKSI (EFFICIENCY IN PRODUCTION)

Produksi dikatakan efisien bila penggunaan faktor produksi maupun

penjualan output sudah efisien.

5.2.1. Efisiensi Penggunaan Faktor Produksi (Input Efficiency)

Penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis bila

faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi output yang satu

tidak dapat direalokasi untuk menambah output yang lain tanpa

mengurangi produksi output yang bersangkutan. Untuk lebih

memahaminya, model Edgeworth dapat diadaptasi dengan

mengasumsikan bahwa output dalam perekonomian terdiri dari

pakaian (X) dan makanan (Y), sedangkan faktor produksi yang

digunakan adalah mesin (K) dan tenaga kerja (L). harga penggunaan

satu faktor produksi mesin adalah r, sedangkan harga penggunaan

seorang tenaga kerja adalah w. Kurva X1, X2, X3 adalah isokuan

untuk pakaian, dimana X1<X2<X3. Kurva Y1, Y2, Y3 adalah

isokuan untuk makanan dimana Y1<Y2<Y3. Titik-titik A, B, C

adalah beberapa kombinasi penggunaan faktor produksi yang efisien

karena MRTSlk untuk memproduksi pakaian sama dengan MRTSlk

untuk memproduksi makanan.

106OX

K

L

Tota

l Mes

in

K

OY

MRTSlk X

A

B

CY3

Y2

Y1

X1

X2

X3

Total Tenaga Kerja

MR

TS

lk Y

Gambar 69.Kotak Pertukaran Edgeworth dan Efisiensi Produksi

L

Page 107: EKONOMI MANAJERIAL

Bila perusahaan beroperasi dalam pasar faktor produksi persaingan

sempurna, keseimbangan tercapai bila MRTSlk sama dengan rasio

harga kedua faktor produksi (MRTSlk = w / r). karena dalam

perekonomian ada lebih dari satu perusahaan yang beroperasi, kondisi

Pareto tercapai bila :

MRTSlkX = MRTSlkY = … = MRTSlkA = w / r

Dari gambar 69 dapat dikonstruksikan kurva batas

kemungkinan produksi (Production Possibilities Frontier / PPF).

Kurva PPF merupakan kurva yang menunjukkan berbagai

kemungkinan kombinasi produksi yang efisien, dengan jumlah faktor-

faktor produksi (TK dan mesin) yang digunakan tidak berubah

(tetap).

107

Y

X

A

C

PPF

0

Gambar 70.Kurva Batas Kemungkinan Produksi

Page 108: EKONOMI MANAJERIAL

Kurva PPF menurun dari kanan atas ke kiri bawah karena adanya

masalah ekonomi (kelangkaan). Untuk menambah produksi 1 unit

pakaian (X), maka sejumlah makanan (Y) harus dikorbankan. Begitu

sebaliknya. Karena itu sudut kemiringan kurva PPF menggambarkan

derajat transformasi marjinal makanan untuk pakaian (Marginal Rate

of Transformation/ MRTyx), yang menggambarkan berapa unit barang

Y (makanan) harus dikorbankan untuk menambah produksi 1 unit

barang X (pakaian).

5.2.2. Efisiensi Output (Output Efficiency)

Sebuah perekonomian dikatakan mencapai efisiensi output

(efficiency in output) bila:

a) Barang dan jasa diproduksi dengan biaya paling rendah

b) Produsen mencapai keseimbangan, dimana MRTyx = Px/Py.

c) Barang dan jasa yang diproduksi memenuhi kebutuhan konsumen

untuk mencapai keseimbangan konsumen, dimana MRSyx =

Px/Py.

108

Y

X

A

U2

PPF0

Gambar 71.Kurva Efisiensi Output

Y1

Y2

Y0 D

B

U1

X0 X2X1

Page 109: EKONOMI MANAJERIAL

Kondisi keseimbangan tercapai di titik D, pada titik persinggungan

kurva PPF dengan kurva indiferensi masyarakat (U1), dengan

kombinasi output (X0, Y0). Pada saat itu rasio harga faktor produksi

digambarkan oleh garis Px* / Py*. Di titik tersebut, konsumen

mencapai keseimbangan karena MRSyx = Py/Px. Produsen juga

mencapai keseimbangan karena MRTSlk = w/ r. Di luar titik D,

keseimbangan simultan tidak akan terjadi.

Di titik A, dimana kombinasi output adalah (X1/Y1) dan rasio

harga output seperti yang digambarkan garis P’x / P’y; hanya

produsen yang mencapai keseimbangan karena MRTyx = P’x / P’y.

Konsumen belum mencapai keseimbangan, karena harga relatif Y

lebih mahal dibanding X. dengan rasio harga seperti yang

digambarkan garis P’x / P’y kombinasi konsumsi yang

memungkinkan konsumen mencapai keseimbangan adalah (X2, Y2)

di titik B, pada persinggungan U2 dengan garis P’x / P’y. Jumlah

barang Y yang ditawarkan produsen (Y1) lebih banyak dibandingkan

dengan jumlah yang diminta konsumen (Y2). Sebaliknya jumlah

barang X yang diminta konsumen (X2) terlalu banyak dibandingkan

dengan jumlah yang ditawarkan produsen (X1). Terjadi kelebihan

penawaran pada barang Y dan kelebihan permintaan pada barang X.

109

Page 110: EKONOMI MANAJERIAL

Di titik D, jumlah barang yang diminta konsumen sama persis

dengan jumlah barang yang ingin ditawarkan produsen.

Keseimbangan ekonomi secara umum (general equilibrium) akan

tercapai untuk semua barang yang ada dalam perekonomian, jumlah

yang diminta sama dengan jumlah ditawarkan. Pada saat itu, MRTyx

= MRSyx.

DAFTAR PUSTAKA

Billas, Richard A. (1985); Microeconomic Theory; 2nd ed.; McGraw-Hill; Singapore.

Hartono, Jogiyanto (2002); Teori Ekonomi Mikro – Analisis Matematis; Penerbit Andi; Yogyakarta.

Koutsoyiannis, A. (1976); Modern Microeconomics; The McMillan Press Ltd; London.

110

Page 111: EKONOMI MANAJERIAL

Nicholson, Walter (2001); Teori Ekonomi Mikro; Saduran Deliarnov; PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Pindyck, Robert S. and Daniel L. Rubinfeld (1998); Microeconomics; 4th Ed.; Prentice-Hall; New Jersey.

Rahardja, Prathama dan Mandala Manurung (1999); Teori Ekonomi Mikro: Suatu Pengantar; Edisi Revisi; Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Indonesia; Jakarta.

Sudarsono (1995); Pengantar Ekonomi Mikro; Edisi Revisi; LP3ES; Jakarta.

Sukirno, Sadono (2003); Pengantar Teori Mikroekonomi; Edisi 3; PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Varian, Hall R. (1992); Microeconomic Analysis; 3rd Ed.; W. W. Norton & Company, Inc.; New York.

Villegas, Bernando M. (1983); Economics for the Consumer; 4th Ed.; Sinag-Tala Publisher; Manila.

111