ekonomi global - ftp.unpad.ac.id · mengambang sejak 1983 itu bahkan diprediksi bisa menca- ......

1
IRANA SHALINDRA T IDAK berbeda dengan Indonesia atau negara berkembang lain yang tengah menghadapi penguatan nilai tukar, ‘Negeri Kanguru’ pun tidak terlepas dari dilema. Seperti dikutip dari Reuters, kemarin, mata uang Australia yang kerap menjadi primadona pasar uang global tatkala per- ekonomian dunia membaik dan harga komoditas meningkat te- lah menyentuh level US$1,0777 per dolar Australia. Nilai tukar itu kemudian melemah tipis pada saat penutupan, menjadi US$1,0735 per dolar Australia. Terlepas dari tren dolar AS (greenback) yang memang te- ngah loyo, keperkasaan dolar Australia telah diramalkan ba- nyak ekonom dan analis pasar sejak awal tahun ini. Nilai tukar dolar Australia yang dilepas mengambang sejak 1983 itu bahkan diprediksi bisa menca- pai US$1,10 dalam enam bulan mendatang. “(Nilai tukar) dolar Australia terus naik dan naik. Sampai di mana itu terhenti, tidak ada yang tahu,” ujar Stephen Long, koresponden ekonomi ABC, se- perti dilansir BBC News. Kondisi dolar Australia ini nyaris berbalik 180 derajat dari satu dekade lalu. Pada 2000, saat Olimpiade Sydney digelar, US$1 ekuivalen dengan kurang lebih A$2. Adapun dalam seta- hun terakhir, apresiasi dolar ‘Kanguru’ terhadap dolar AS mencapai 15%. Banyak faktor yang menye- babkan dolar Australia kian menjulang. Salah satunya, kurs dolar AS yang tengah dalam tren melemah terhadap sejum- lah mata uang global. Faktor lain adalah harga komoditas yang terus mening- kat. China yang sedang getol- getolnya mengembangkan perekonomian menjadi salah satu pemacu tingginya ekspor komoditas Australia. Potensi prot pada sektor komoditas, di samping suku bunga acuannya yang mencapai 4,75%, menjadi daya tarik bagi investor. Tingginya kurs dolar Austra- lia membawa beberapa dam- pak positif bagi masyarakat negara tersebut. Pertama, in- asi dapat lebih jinak. Dalam kuartal I 2011, harga barang impor ‘hanya’ naik 1,4%. Harga beberapa jenis barang, seperti komputer atau mobil impor, bahkan turun dalam tiga bulan pertama 2011. Dengan kondisi itu, bank sen- tral tak perlu tergesa-gesa me- naikkan suku bunga acuan. Itu satu keuntungan tersendiri bagi pemilik kredit perumahan. Meski begitu, ibarat koin dengan dua sisi, apresiasi kurs dolar Australia juga membawa dampak negatif. Sektor pariwisata lokal me- rupakan salah satu sektor yang mendapat pukulan. Minat turis lokal mengunjungi pantai-pan- tai Australia menurun lantaran berlibur ke AS makin murah. Turunnya animo pelancong dirasakan di pasar pariwisata baik bagi pelancong premium maupun backpacker. Beberapa perusahaan pela- yaran melaporkan anjloknya pemasukan mereka hingga 60%. Hal tersebut juga dikemu- kakan para pengelola hostel. Sementara itu, eksportir Aus- tralia, kecuali yang bergerak di sektor pertambangan, me- ngeluhkan lonjakan nilai tukar yang menurunkan daya saing dan memakan margin prot. Akan tetapi, seperti penga- nut rezim nilai tukar mengam- bang lain, regulator tidak dapat mematok kurs tertentu. Emas naik Sementara itu, dolar AS be- lum menunjukkan penguatan yang berarti. Indeks dolar AS terhadap keranjang enam mata uang utama (DXY) menguat tipis 0,1% ke 74,072. Itu tidak beranjak jauh dari kejatuhan minggu lalu pada nilai 73,735, nilai terendah sejak 2008. Sebaliknya, di pasar komodi- tas, harga emas kembali menoreh- kan rekor baru di US$1.518,10 per ons troy (ozt). Sementara itu, harga perak mencapai US$49,82 per ozt, mendekati rekor ter- tingginya di US$50,35 pada 18 Januari 1980. (*/E-1) [email protected] Dilema Dolar Kanguru Mata uang Australia menyentuh nilai tertingginya terhadap greenback dalam 29 tahun terakhir. OTORITAS perencanaan pem- bangunan China, yaitu Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional (National Develop- ment and Reform Commis- sion/NDRC), kemarin, merilis daftar terbaru perihal industri yang akan didorong, dibatasi, atau dilarang bagi investor. Daftar tersebut merupakan cetak biru yang akan berdam- pak besar terhadap aktivitas in- vestasi di ‘Negeri Tirai Bambu’ itu dalam beberapa tahun ke depan. Daftar yang merupakan re- visi dari daftar serupa pada 2005 itu akan berfungsi seba- gai petunjuk bagi regulator di China dalam membuat kebi- jakan pajak, kredit bank, tanah, dan perdagangan, juga menjadi rujukan bagi Beijing dalam memilih investor asing. Dalam rilisnya yang dikutip Reuters, kemarin, NDRC me- nyatakan perubahan daftar itu akan merefleksikan perkem- bangan teknologi dan industri dewasa ini. “Industri baja, non-ferrous, dan material konstruksi, misal- nya, telah memperlihatkan ke- lebihan kapasitas yang serius. Oleh karena itu, kami tidak akan mendorong penambahan kapasitas di sektor ini,” ujar pihak NDRC. Sementara itu, untuk proyek- proyek yang termasuk daf- tar ‘perlu didorong’, investor akan mendapat kemudahan persetujuan dari pemerintah, termasuk pinjaman lunak bank dan pengadaan lahan, serta insentif pajak. Beberapa sektor baru yang masuk kategori tersebut ada- lah pengembangan energi ter- barukan, perlengkapan kereta dalam kota, dan perangkat keamanan umum. Industri sistem kendali oto- matis untuk kendaraan dan bantalan presisi kecepatan tinggi juga kom- ponen penting untuk kenda- raan berbasis energi terbarukan juga akan didorong Adapun untuk industri yang dilabeli ‘terlarang’ atau ‘harus dihentikan’, investor akan sulit mendapat persetujuan peme- rintah. Proyek-proyek itu juga akan menjadi yang pertama kali mengalami pemadaman jika terjadi kelangkaan suplai listrik. (*/E-3) China Lansir Rujukan Investasi PENGUNJUNG BERKURANG: Wisatawan asing berjalan-jalan di Nakamise, tempat belanja di distrik Asakusa, salah satu tempat wisata paling populer di Tokyo, Jepang, kemarin. Jumlah pengunjung asing ke Jepang turun 50% dari tahun sebelumnya, setelah gempa bumi 11 Maret dan tsunami yang melanda wilayah pesisir, termasuk pembangkit listrik tenaga nuklir. AP/KOJI SASAHARA SELASA, 26 APRIL 2011 19 E KONOMI GLOBAL

Upload: duongdien

Post on 30-Jul-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

IRANA SHALINDRA

TIDAK berbeda dengan Indonesia atau negara berkembang lain yang tengah menghadapi

penguatan nilai tukar, ‘Negeri Kanguru’ pun tidak terlepas dari dilema.

Seperti dikutip dari Reuters, kemarin, mata uang Australia yang kerap menjadi primadona pasar uang global tatkala per-ekonomian dunia membaik dan harga komoditas meningkat te-lah menyentuh level US$1,0777 per dolar Australia. Nilai tukar itu kemudian melemah tipis pada saat penutupan, menjadi US$1,0735 per dolar Australia.

Terlepas dari tren dolar AS (greenback) yang memang te-ngah loyo, keperkasaan dolar Australia telah diramalkan ba-nyak ekonom dan analis pasar sejak awal tahun ini. Nilai tukar dolar Australia yang dilepas mengambang sejak 1983 itu bahkan diprediksi bisa menca-pai US$1,10 dalam enam bulan mendatang.

“(Nilai tukar) dolar Australia terus naik dan naik. Sampai di mana itu terhenti, tidak ada yang tahu,” ujar Stephen Long, koresponden ekonomi ABC, se-perti dilansir BBC News.

Kondisi dolar Australia ini nyaris berbalik 180 derajat dari satu dekade lalu. Pada 2000, saat Olimpiade Sydney digelar, US$1 ekuivalen dengan kurang lebih A$2. Adapun dalam seta-

hun terakhir, apresiasi dolar ‘Kanguru’ terhadap dolar AS mencapai 15%.

Banyak faktor yang menye-babkan dolar Australia kian menjulang. Salah satunya, kurs dolar AS yang tengah dalam tren melemah terhadap sejum-lah mata uang global.

Faktor lain adalah harga komoditas yang terus mening-kat. China yang sedang getol-getolnya mengembangkan perekonomian menjadi salah satu pemacu tingginya ekspor komoditas Australia. Potensi profi t pada sektor komoditas, di samping suku bunga acuannya yang mencapai 4,75%, menjadi daya tarik bagi investor.

Tingginya kurs dolar Austra-lia membawa beberapa dam-pak positif bagi masyarakat negara tersebut. Pertama, in-fl asi dapat lebih jinak. Dalam kuartal I 2011, harga barang impor ‘hanya’ naik 1,4%. Harga beberapa jenis barang, seperti komputer atau mobil impor, bahkan turun dalam tiga bulan pertama 2011.

Dengan kondisi itu, bank sen-tral tak perlu tergesa-gesa me-naikkan suku bunga acuan. Itu satu keuntungan tersendiri bagi pemilik kredit perumahan.

Meski begitu, ibarat koin dengan dua sisi, apresiasi kurs dolar Australia juga membawa dampak negatif.

Sektor pariwisata lokal me-rupakan salah satu sektor yang mendapat pukulan. Minat turis

lokal mengunjungi pantai-pan-tai Australia menurun lantaran berlibur ke AS makin murah. Turunnya animo pelancong dirasakan di pasar pariwisata baik bagi pelancong premium maupun backpacker.

Beberapa perusahaan pela-yaran melaporkan anjloknya pemasukan mereka hingga 60%. Hal tersebut juga dikemu-kakan para pengelola hostel.

Sementara itu, eksportir Aus-tralia, kecuali yang ber gerak di sektor pertambangan, me-ngeluhkan lonjakan nilai tukar yang menurunkan daya saing dan memakan margin profi t.

Akan tetapi, seperti penga-nut rezim nilai tukar mengam-bang lain, regulator tidak dapat mematok kurs tertentu.

Emas naikSementara itu, dolar AS be-

lum menunjukkan penguatan yang berarti. Indeks dolar AS terhadap keranjang enam mata uang utama (DXY) menguat tipis 0,1% ke 74,072. Itu tidak beranjak jauh dari kejatuhan minggu lalu pada nilai 73,735, nilai terendah sejak 2008.

Sebaliknya, di pasar komodi-tas, harga emas kembali menoreh-kan rekor baru di US$1.518,10 per ons troy (ozt). Sementara itu, harga perak mencapai US$49,82 per ozt, mendekati rekor ter-tingginya di US$50,35 pada 18 Januari 1980. (*/E-1)

[email protected]

Dilema Dolar Kanguru

Mata uang Australia menyentuh nilai tertingginya terhadap greenback dalam 29 tahun terakhir.

OTORITAS perencanaan pem-bangunan China, yaitu Komisi Reformasi dan Pembangunan Nasional (National Develop-ment and Reform Commis-sion/NDRC), kemarin, merilis daftar terbaru perihal industri yang akan didorong, dibatasi, atau dilarang bagi investor.

Daftar tersebut merupakan cetak biru yang akan berdam-pak besar terhadap aktivitas in-vestasi di ‘Negeri Tirai Bambu’ itu dalam beberapa tahun ke depan.

Daftar yang merupakan re-visi dari daftar serupa pada

2005 itu akan berfungsi seba-gai petunjuk bagi regulator di China dalam membuat kebi-jakan pajak, kredit bank, tanah, dan perdagangan, juga menjadi rujukan bagi Beijing dalam memilih investor asing.

Dalam rilisnya yang dikutip Reuters, kemarin, NDRC me-nyatakan perubahan daftar itu akan merefleksikan perkem-bangan teknologi dan industri dewasa ini.

“Industri baja, non-ferrous, dan material konstruksi, misal-nya, telah memperlihatkan ke-lebihan kapasitas yang serius.

Oleh karena itu, kami tidak akan mendorong penambahan kapasitas di sektor ini,” ujar pihak NDRC.

Sementara itu, untuk proyek-proyek yang termasuk daf-tar ‘perlu didorong’, investor akan mendapat kemudahan persetujuan dari pemerintah, termasuk pinjaman lunak bank dan pengadaan lahan, serta insentif pajak.

Beberapa sektor baru yang masuk kategori tersebut ada-lah pengembangan energi ter-barukan, perlengkapan kereta dalam kota, dan perangkat

keamanan umum. Industri sistem kendali oto-

matis untuk kendaraan dan bantalan presisi

kecepatan tinggi juga kom-ponen penting untuk kenda-raan berbasis energi terbarukan juga akan didorong

Adapun untuk industri yang dilabeli ‘terlarang’ atau ‘harus dihentikan’, investor akan sulit mendapat persetujuan peme-rintah. Proyek-proyek itu juga akan menjadi yang pertama kali mengalami pemadaman jika terjadi kelangkaan suplai listrik. (*/E-3)

China Lansir Rujukan Investasi

PENGUNJUNG BERKURANG: Wisatawan asing berjalan-jalan di Nakamise, tempat belanja di distrik Asakusa, salah satu tempat wisata paling populer di Tokyo, Jepang, kemarin. Jumlah pengunjung asing ke Jepang turun 50% dari tahun sebelumnya, setelah gempa bumi 11 Maret dan tsunami yang melanda wilayah pesisir, termasuk pembangkit listrik tenaga nuklir.

AP/KOJI SASAHARA

SELASA, 26 APRIL 2011 19EKONOMI GLOBAL