eka harmansyah-113090023 (proposal skripsi)
DESCRIPTION
gas deliverabilityTRANSCRIPT
ANALISA UJI DELIVERABILITAS BERDASARKAN DATA UJI SUMUR
UNTUK MENENTUKAN LAJU ALIR YANG SESUAI
PADA SUMUR ‘X’ LAPANGAN ‘Y’
PROPOSAL SKRIPSI
Disusun oleh :
NAMA : EKA HARMANSYAH
NO. MHS : 113.090.023
PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2013
I. JUDUL
ANALISA UJI DELIVERABILITAS BERDASARKAN DATA UJI
SUMUR UNTUK MENENTUKAN LAJU ALIR YANG SESUAI PADA
SUMUR ‘X’ LAPANGAN ‘Y’
II. LATAR BELAKANG
Sumber energi gas bumi merupakan sumber energi yang tidak dapat
diperbaharui dan pemanfaatannya dewasa ini menjadi suatu kebutuhan cukup
penting mengingat cadangan minyak semakin menipis dan kebutuhan energi yang
semakin meningkat.
Selama proses produksi gas berlangsung, laju produksi sumur akan
berkurang seiring dengan bertambahnya waktu berproduksinya sumur gas
tersebut, di sisi lain perusahaan harus tetap mendapatkan laju produksi yang
optimum, keuntungan semaksimal mungkin dan juga memiliki nilai tambah di
dalam menjalankan operasinya. Oleh karena itu, sebagai pertimbangan utama,
terlebih dahulu perlu diketahui kemampuan produksi sumur gas tersebut. Melalui
analisa Uji Deliverabilitas dan pressure test akan diketahui seberapa besar
produktivitas sumur gas.
III. PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah menentukan
besarnya laju alir yang sesuai dengan sumur yang diuji agar diperoleh produksi
gas yang optimum.
IV. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dari penelitian ini adalah melakukan analisa uji deliverabilitas
berdasarkan data uji sumur gas meliputi identifikasi karakteristik reservoir,
menentukan AOFP, membuat IPR, kurva Tubing Intake dan mengetahui
pengaruh komplesi terhadap produktivitas sumur.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh laju alir yang sesuai
dengan produktivitas sumur.
V. HIPOTESIS
Dari analisis data uji sumur (uji deliverabilitas dan Pressure Test) diperoleh
besaran karakteristik reservoir gas, selanjutnya akan diketahui kemampuan suatu
sumur gas untuk berproduksi yang ditunjukkan dalam kurva Inflow Performance
Relationship (IPR), kemudian besarnya laju aliran yang sesuai dapat ditentukan
dari perpotongan kurva tubing intake dengan kurva IPR.
VI. METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian yang akan dipaparkan adalah tentang ruang lingkup
penelitian, jenis data-data yang diperlukan, sumber data, teknik pengumpulan data
dan teknik penganalisaan data.
a. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian berdasarkan atas survey penelitian di lapangan
yang berkaitan dengan judul penelitian.
b. Data-data yang Diperlukan
1. Data Geologi
2. Data Batuan
3. Data Fluida
4. Data Tekanan
5. Data Produksi
6. Data Laju Alir
7. Data Penunjang.
c. Sumber Data
Sumber data diperoleh pada lapangan yang bersangkutan atau tempat
dilakukan penelitian.
d. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan secara observasi, wawancara dan
analisis.
e. Teknik Penganalisaan Data
Teknik penganalisaan data uji sumur meliputi:
1. Penentuan parameter reservoir menggunakan manual analisis (Metode
Horner) atau dengan analisis menggunakan simulator.
2. Menentukan parameter deliverabilitas dengan metode analisis konvensional
atau dengan metode LIT.
3. Mengetahui pengaruh komplesi terhadap aliran dari reservoir menuju sumur
dengan metode Locke dan persamaan McLeod.
4. Membuat kurva IPR dari hasil analisi uji deliverabilitas dan pressure test.
5. Membuat kurva tubing intake dengan menggunakan grafik pressure travers.
VII. SISTEMATIKA PENYELESAIAN
1. Tinjauan Umum Lapangan
a. Sejarah Lapangan
b. Letak Geologi dan Geografis Lapangan.
2. Uji Sumur Gas.
a. Rate Test
b. Pressure Test.
3. Persiapan Data
4. Penentuan Parameter Reservoir
a. Rate Test: Koefisien performance (C), inverse slope dari garis kurva
deliverability yang setabil (n)
b. Pressure Test: Transmisibilitas (kh), Faktor skin (s), Faktor high velocity
(D), Tekanan Reservoir (Pr).
5. Penentuan Deliverabilitas Sumur Gas
a. Absolute Open Flow Potential (AOFP)
b. Inflow Performance Relationship (IPR)
6. Penentuan Sd, Sp dan Sdp.
7. Penentuan Laju Alir yang Sesuai Pada Sumur.
VIII.KERANGKA PEMIKIRAN
IX. JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
NO. KEGIATAN WAKTU (BULAN)
09 10 11 12 01
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Pengajuan Proposal
2. Studi Lapangan Dan
Pengambilan Data
3. Penyusunan Tugas Akhir
4. Bimbingan Tugas Akhir
5. Sidang Pendadaran
X. RENCANA DAFTAR PUSTAKA
Abdassah, Doddy, Ir Ph D.; “Teknik Eksploitasi Gas Bumi”; Buku Pegangan
Kuliah TM, ITB; Bandung; 1985.
Ahmed, Tarek. McKinley, Paul D.;“Advanced Reservoir Enginnering”,2005
Amyx, J.W.; Bass, D, M.Jr.; Whiting, R.L; “Petroleum Reservoir Engineering”;
McGraw Hill Company; New York-Toronto-London; 1960.
Beggs, Dale. H.; “Gas Production Operations”; Oil and Gas Consultant
International. Inc.; OGCI Publication, Tulsa Oklahoma; USA;1995.
Brown, Kermit E.; Beggs, Dale. H; “The Technology Of Artificial Lift
Methods”; Volume I; Penwell Publishing Company, Tulsa, Oklahoma,
1980.
Chaudhry, Amanat U.:”Gas Well Testing Handbook” Gulf Professional,
Publishing:Elsevier Science B.V,Texas:2003
Ikoku, Chi U. ; “Natural Gas Production Engineering”; The Pennsylvania State
University; Krieger Publishing Company; Malabar, Florida; USA; 1992.
Mc. Cain. Jr, William D.; “The Properties of Petroleum Fluids”; PennWell
Publishing Company, Tulsa, Oklahoma; 1973.
________,;“Theory and Practice of the of Gas Wells 3rd Edition”ERCB;1975
XI. RENCANA DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PENGESAHAN
HALAMAN PERSEMBAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I. PENDAHULUAN
BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN “Y”
2.1. Letak Geografis Lapangan “Y”
2.2. Tinjauan Geogologi Lapangan “Y”
2.1.1.Stratigrafi Lapangan “Y”
2.2.2.Struktur Geologi Lapangan “Y”
2.3. Sejarah Produksi Lapangan “Y”
BAB III. TEORI DASAR DELIVERABILITY GAS
3.1. Sifat-sifat Fisik Gas
3.1.1.Hubungan P, V, dan T
3.1.2.Viskositas Gas
3.1.3.Faktor Volume Formasi Gas
3.1.4.Kompresibilitas Gas
3.2. Teori Dasar Aliran Gas Dalam Media Berpori
3.2.1.Aliran Mantap (Steady State Flow)
3.2.2.Aliran Semi Mantap (Pseudo Steady State Flow)
3.2.3.Aliran Tidak Mantap (Unsteady State Flow)
3.3. Uji Sumur Gas
3.3.1. Pressure Test
3.3.1.1. Pressure BuildUp Test
3.3.1.2. Pressure Drawdown Test
3.3.2. Deliverabilitas Gas
3.3.2.1. Back Pressure Test
3.3.2.2. Isochronal Test
3.3.2.3. Modified Isochronal Test
3.3.2.4. Analisa Uji Deliverabilitas
A. Metode Konvensional (Rawlins-Schellhardt)
B. Metode Jones Blount Glaze
C. Metode LIT
3.4. Pengaruh Komplesi Sumur
3.5. Kurva IPR
3.5.1. Metode Konvensional (Rawlins-Schellhardt)
3.5.3. Metode LIT
3.6. Kurva Tubing Intake
3.6.1. Metode Cullender-Smith
BAB IV. PENENTUAN LAJU ALIR OPTIMUM SUMUR “X”
LAPANGAN
4.1. Penentuan Besaran Karakteristik Reservoir
4.1.1. Pressure Transient Test
4.1.2. Deliverability Test
4.2. Penentuan Pengaruh Komplesi Sumur Terhadap Aliran di
Reservoir
4.3. Pembuatan Kurva IPR
4.4. Pembuatan Kurva Tubing Intake
BAB V. PEMBAHASAN
BAB VI. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
TINJAUAN PUSTAKA
4. Uji Sumur Gas
Secara garis besar, terdapat dua jenis uji sumur untuk sumur gas, yang
pertama adalah uji deliveribilitas termasuk back pressure test, Isochronal test dan
Modified Isochronal test dan yang kedua adalah pressure test (pressure buildup
dan pressure drawdown).
4.1. Uji Deliverabilitas
Pada pertama kalinya pengujian untuk menentukan kemampuan sumur gas
untuk berproduksi dilakukan dengan cara membuka sumur dan menghubungkan
sumur dengan tekanan atmosfer, dan harga AOF diukur langsung dengan
menggunakan impact pressure gauge yang dipasang dipermukaan. Penyajian
dengan cara ini hanya efektif untuk digunakan pada sumur yang dangkal,
sedangkan sumur gas yang dalam dengan ukuran tubing yang kecil akan
memberikan hasil yang tidak akurat. Pembukaan sumur yang relatif lama akan
menyebabkan pemborosan gas secara sia-sia, selain dapat menimbulkan
kerusakan pada formasi serta dapat menimbulkan bahaya lain yang tidak
diinginkan. Berdasarkan alasan diatas, maka mulai dikembangkan metoda uji
deliverability yang lebih modern dengan menggunakan laju aliran yang sesuai dan
dapat dikontrol, diantaranya yakni Back Pressure, Isochronal dan Modified
Isochronal.
Deliverabilitas adalah kemampuan dari suatu sumur gas untuk
berproduksi, yang dinyatakan dalam bentuk grafik ( pR2
-pwf2) vs Qsc. Uji
deliverability merupakan suatu uji sumur yang umum digunakan untuk
menentukan produktivitas sumur gas. Uji ini terdiri dari tiga atau lebih aliran
dengan laju alir, tekanan dan data lain yang dicatat sebagai fungsi dari waktu.
Indikator produktivitas yang diperoleh dari uji ini adalah Absolute Open Flow
Potential (AOFP), yang didefinisikan sebagai kemampuan suatu sumur gas untuk
memproduksi gas ke permukaan dengan laju alir maksimum pada tekanan alir
dasar sumur (sandface) sebesar tekanan atmosphere (± 14,7 psia). Hal ini tidak
dapat diukur secara langsung tetapi dapat diperoleh dari uji deliverability.
Pada masa awal dari tes penentuan dari deliverabilitas ini sudah dikenal
persamaan empiris yang selaras dengan hasil pengamatan. Persamaan ini
menyatakan hubungan antara qsc terhadap p2 pada kondisi aliran yang stabil.
qsc = C( pR2
- pwf2)n .................................................................(4-1)
dimana :
qsc = laju aliran gas Mscf/d
C = koefisien performance yang menggambarkan posisi kurva deliverabilitas
yang setabil, Mscfd/psia2
n = bilangan eksponen, merupakan inverse slope dari garis kurva
deliverability yang stabil dan mencerminkan derajat pengaruh faktor
inersia-turbulensi terhadap aliran, umumnya berharga antara 0.5-1.
atau n = tan θ
pR = tekanan rata-rata reservoir, psia.
pwf = tekanan alir dasar sumur, psia
Gambar 4.1. Grafik Deliverabilitas(Beggs, Dale. H; “Gas Production Operations”1990)
4.2.1. Back Pressure Test
Convensional back pressure atau disebut juga flow after flow test, metode
ini pertama kali ditemukan oleh Pierce dan Rawlins (1929) untuk mengetahui
kemampuan sumur berproduksi dengan memberikan tekanan balik (back
pressure) yang berbeda-beda. Pelaksanaan dari tes yang konvensional ini dimulai
dengan jalan menutup sumur, untuk menentukan harga pR. Selanjutnya sumur
diproduksi dengan laju sebesar qsc sehingga aliran mencapai stabil, sebelum
diganti dengan laju produksi lainnya. Setiap perubahan laju produksi tidak
didahului dengan penutupan sumur.
Gambar skematis dari proses “back pressure test” diperlihatkan pada
Gambar 4.2. Analisis deliverability didasarkan pada kondisi aliran yang stabil.
Untuk keperluan ini diambil tekanan alir di dasar sumur, pwf, pada akhir dari
periode suatu laju produksi.
Lama waktu pencapaian kondisi stabil dipengaruhi oleh permeabilitas
batuan. Waktu untuk mencapai kestabilan ini dapat diperkirakan berdasarkan
waktu mulai berlakunya aliran semi mantap.
θ
tD = 0,25 reD ......................................................................................
(4-2)
Berdasarkan definisi tD, yaitu :
tD = 2,637×10-4
ktμφ Cr
w2 …………………………………………..
(4-3)
maka harga waktu mencapai kondisi stabil, ts, adalah :
t s=948μφ Cre
k
2¿1000
μφ Cre
k pR
2
......................................................
(4-4)
keterangan :
C¿ 1
pR
μ = Viscositas pada pR.
μ̄ ¿ viscos itas pada pR
Gambar 4.2.
Diagram Laju Produksi dan Tekanan Dari Back Pressure Test(Ikoku, Chi.; “Natural Gas Reservoir Engineering”1984)
Prosedur pelaksanaan Back Pressure Test adalah sebagai berikut:
1. Sumur ditutup hingga mencapai keadaan kesetimbangan statik, tekanan
terukur dicatat sebagai tekanan rata – rata reservoir (pR ).
2. Sumur diproduksi dengan laju aliran tertentu (q1) hingga mencapai tekanan
stabil dan catat laju alir serta tekanan alir sebagai q1 dan pwf1.
3. Kemudian ubah laju aliran menjadi q2 hingga mencapai tekanan stabil dan
catat laju alir serta tekanan alir sebagai q2 dan pwf2.
4. Ulangi langkah 2 dan 3, umumnya hingga empat kali.
Setelah diperoleh sejumlah perubahan laju aliran, sumur kemudian ditutup
4.2.2. Isochronal Test
Back Pressure Test hanya dapat memberikan hasil yang baik bila
dilangsungkan pada reservoir dengan permeabilitas tinggi. Sedang untuk reservoir
dengan permeabilitas rendah, akan diperlukan waktu yang cukup lama untuk
mencapai kondisi yang stabil, sehingga apabila uji dilakukan pada sumur yang
belum mempunyai fasilitas produksi, jumlah gas yang dibakar cukup besar.
Bertolak dari kelemahan back-pressure test, maka Cullender
mengembangkan isochronal test guna memperoleh harga deliverability pada
sumur dengan permeabilitas rendah yang memerlukan waktu yang lama untuk
mencapai kondisi stabil. Cullender juga mengusulkan suatu cara tes berdasarkan
anggapan, bahwa jari-jari daerah penyerapan yang efektif (efektive drainage
radius), rd, adalah fungsi dari tD dan tidak dipengaruhi oleh laju produksi. Ia
mengusulkan laju yang berbeda tetapi dengan selang waktu yang sama, akan
memberikan grafik log p2 vs log qsc yang linier dengan harga eksponen n yang
sama, seperti pada kondisi aliran yang stabil.
Tes ini terdiri dari serangkaian proses penutupan sumur sampai mencapai
stabil, pR , yang diusulkan dengan pembukaan sumur, sehingga menghasilkan
laju produksi tertentu selama jangka waktu t, tanpa menanti kondisi stabil.
Diagram laju produksi dan tekanan di dasar sumur dapat dilihat pada Gambar 4.3.
Setiap perubahan laju produksi didahului oleh penutupan sumur sampai tekanan
mencapai stabil, pR . pada Gambar 4.3 ditunjukkan beberapa hal penting yang
berkaitan dengan urutan uji isochronal, yaitu :
1. Waktu alir, kecuali pengaliran yang terakhir, berlangsung dalam selang
waktu yang sama.
2. Perode penutupan berlangsung sampai p =¯pR, bukannya selang waktu
yang sama panjang.
3. Pada periode pengaliran terakhir, sumur dialirkan sampai mencapai
keadaan stabil, tetapi hal ini tidak mutlak.
Prosedur pelaksanaan dari isochronal test adalah sebagai berikut:
1. Sumur ditutup hingga mencapai keadaan keseimbangan statik, tekanan
terukur dicatat sebagai tekanan rata-rata reservoir (pR)
2. Sumur diproduksikan dengan laju aliran q1 selama waktu t1, dan catat laju
aliran serta tekanan alir sebagai q1 dan pwf1
3. Sumur ditutup kembali selama waktu t, hingga mencapai kondisi
kesetimbangan statik (pR)
4. Sumur diproduksi selama waktu t2 (sama dengan t1) dengan ukuran choke
yang berbeda dan catat laju aliran dan tekanan alir sebagai q2 dan pwf2.
5. Ulangi langkah 3 dan 4 beberapa kali (umumnya cukup sampai emapat
titik) dengan waktu alir t1.
Gambar 4.3. Diagram Laju Produksi dan Tekanan Dari Isochronal Test
(ERCB, “Theory and Practice of the of Gas Wells”1975)
4.2.3. Modified Isochronal Test
Metoda ini merupakan pengembangan dari metoda isochronal,
perbedaannya terletak pada penutupan sumur tidak perlu mencapai kondisi stabil.
Pada reservoir yang ketat, penggunaan tes isochronal belum tentu menguntungkan
bila diinginkan penutupan sumur sampai mencapai keadaan stabil. Katz dkk
(1959) telah mengusulkan suatu metode untuk memperoleh hasil yang mendekati
hasil tes isochronal. Perbedaan metode ini dengan metode lain terletak pada
persyaratan bahwa penutupan sumur tidak perlu mencapai stabil. Selain dari itu,
selang waktu penutupan dan pembukaan sumur dibuat sama besar.
Gambar 4.4. Diagram Tekanan Dan Laju Produksi Selama Tes Modified Isochronal
(Ikoku, Chi.; “ Natural Gas Reservoir Engineering ”)
Pengolahan data untuk analisa deliverabilitas sama seperti pada metode
isochronal, kecuali untuk harga pR diganti dengan pws, yaitu harga tekanan yang
dibaca pada akhir dari setiap massa penutupan sumur. Dari Gambar 4.4. terlihat
bahwa untuk suatu harga q diperoleh pasangan p2 atau ψ dengan kondisi
sebagai berikut :
q1 = (pws1)2 - (pwf1)2
q2 = (pws2)2 - (pwf2)2
q3 = (pws3)2 - (pwf3)2
q4 = (pws4)2 - (pwf4)2
Sedangkan pengolahan kurva deliverabilitas yang stabil diperoleh dengan
jalan menggambarkan sebuah garis sejajar yang melalui (pws2 – pwf
2).
Prinsip Kerja Modified Isochronal Test
• Sumur ditutup dan tekanan terukur dicatat sebagai tekanan rata-rata
reservoir pwf1 (=ps). Selama periode penutupan sumur, tekanan static
sumur akan membentuk beberapa harga pws yang mana harga pws ini akan
semakin kecil untuk periode aliran berikutnya.
• Sumur diproduksi dengan laju aliran tertentu (q1) selama waktu t1 dan catat
laju aliran serta tekanan alir sebagai q1 dan pwf1.
• Sumur ditutup kembali selama waktu t, dan catat tekanannya sebagai pwf2.
• Sumur diproduksi selama t2 (sama dengan t1) dengan ukuran choke yang
berbeda, dan catat laju aliran dan tekanan alir sebagai q2 dan pwf2.
Ulangi langkah 3 dan 4 beberapa kali (umumnya cukup sampai empat titik)
dengan waktu aliran dan waktu penutupan sama dengan t1 hingga mencapai
kondisi extended flow.
4.2.4. Metode Analisis Data Hasil Uji Deliverability
Analisa data hasil uji deliverability gas digunakan untuk menentukan
indikator produktivitas sumur gas, yaitu Absolute Open Flow Potential (AOFP).
Untuk keperluan tersebut, ada tiga metode analisa yang digunakan, yaitu:
1. Metode Rawlins-Schellhardt (Konvensional),
2. Metode Jones-Blount-Glaze, dan
3. Metode Laminer-Inertia Turbulence-Pseudo Pressure atau LIT (ψ).
4.2.1.1. Metode Analisis Rawlins-Schellhardt
Pierce dan Rawlins (1929) merupakan orang pertama yang
mengemukakan suatu metode uji sumur gas untuk mengetahui kemungkinan
sumur gas berproduksi dengan memberikan tekanan balik (back pressure),
sehingga dikenal pula sebagai uji back pressure. Tahun 1935, Rawlins-Schellhardt
mengembangkan suatu persamaan empiris yang menggambarkan hubungan antara
laju alir dan tekanan pada sumur gas. Hubungan tersebut dinyatakan dengan
persamaan dalam bentuk pendekatan tekanan kuadrat (square pressure), seperti
berikut ini:
qsc=C ( pR
2−pwf
2)n ………………………………………………..
(4-5)
keterangan :
qsc = Laju alir gas, Mscf/d.
C = Koefisien performance yang menggambarkan posisi kurva
deliverability yang stabil, Mscfd/psia2.
n = Bilangan eksponen, merupakan inverse slope dari garis kurva
deliverability yang stabil dan mencerminkan derajat pengaruh faktor
inersia-turbulensi terhadap aliran, umumnya berharga antara 0.5 - 1
pR = Tekanan rata-rata reservoir, psia.
pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia.
Persamaan 4-5 diatas dapat juga ditulis dalam bentuk sebagai berikut:
log ( pR
2−pwf
2)=( 1n ) (log qsc−log C )
……………………………….
(4-6)
Harga eksponen n pada Persamaan 4-6 adalahn=1/slope , atau:
n=logqsc2
−logqsc1
log ( pR 2−p
wf2 )2−log ( pR2−p
wf 2 )1 ……………………………..
(4-7)
Harga koefisien kinerja C dapat ditentukan dari persamaan berikut :
C=qsc
( pR
2−pwf
2)n …………………………………………………….
(4-8)
Harga koefisien C juga dapat ditentukan dengan melakukan ekstrapolasi
garis lurus pada ( pR
2−pwf
2)=1 dan dibaca pada harga qsc . Sedangkan besarnya
harga AOFP adalah sama dengan harga qsc pada harga pwf sebesar 14.7 psi.
Metode Analisis Rawlins-Schellhardt kurang baik karena tidak
memperhatikan faktor deviasi gas, sehingga tidak cocok dengan real gas.
4.2.1.2. Metode Analisis Jones-Blount-Glaze
Metode plot data uji yang diperkenalkan oleh Jones dkk dapat digunakan
pada sumur gas untuk mendapatkan kinerja sumur pada masa sekarang. Metode
ini digunakan untuk menentukan koefisien turbulensi b dan koefisien laminar a.
Persamaan aliran radial semi-mantap dapat ditulis dalam bentuk:
pR2−p
wf2=1422μg z Tqsc
kh (ln 0 . 472re
rw
+s)+ 3 .161x10−12 βz Tγg qsc
2
h2 ( 1rw
− 1r e
) …..
(4-9)
keterangan:
pr = Tekanan rata-rata reservoir, psia.
pwf = Tekanan alir dasar sumur, psia.
T = Temperatur dasar sumur, 0R.
μ = Viskositas gas, cp.
γ g = Specific gravity gas, fraksi.
z = Faktor deviasi gas, fraksi.
k = Permeabilitas efektif, mD.
h = Ketebalan formasi produktif, ft.
β = Koefisien kecepatan aliran, ft-1 =(2 .33 x 1010 /k1 .201 ) .q = Laju alir gas.
re = Jari-jari pengurasan, ft.
rw = Jari-jari sumur, ft.
s = Faktor skin, dimensionless.
Persamaan 4-9 bila dibagi dengan qsc akan menghasilkan:
pR2−p
wf2
qsc
=Δp2
qsc
=a+bqsc……………………………………….
(4-10)
dengan koefisien aliran laminar a adalah :
a=1422μg zT
kh ( ln0.472r e
rw
+s)…………………………………….
(4-11)
karena 1/re amat kecil, maka dapat diabaikan, dan koefisisen aliran turbulen b :
b=3. 161x10−12 βzTγg
h2r w …………………………………………….
(4-12)
Bila diplot antara Δp2 /qsc vs qsc pada kertas grafik kartesian akan
memberikan suatu garis lurus dengan slope b yang menunjukkan derajat aliran
turbulen di dalam sumur dan intercept a yang menunjukkan kerusakan formasi.
Harga b akan berubah setiap waktu ketika adanya perubahan pola aliran ke
dalam lubang sumur. Efek dari perubahan ini dalam tahapan komplesi sumur
dapat dievaluasi dengan membandingkan kedua harga b:
b1
b2
=β1 hP2
2 r w2
β2 hP1
2 r w1
Jika hanya panjangnya komplesi yang berubah, maka
b1
b2
=hP2
2
hP1
2
Untuk harga b = 0, maka ∆P/q = a atau
q=C ( pR2 −pwf
2 )
Harga laju produksi gas (qsc) dapat dihitung dengan menggunakan
persamaan berikut:
qsc=−a+(a2+4b ( p
R2−pwf2))0 .5
2b ………………………………….
(4-13)
Slope = b
Intercept = a
00 q
Gambar 4.5. Grafik ∆ p2
q vs q
(Ikoku, Chi.; “Natural Gas Reservoir Engineering”1984)
Sedangkan besarnya harga AOFP adalah sama dengan qsc pada harga Pwf
sebesar 0 psi.
AOF=−a+(a2+4b ( p
R2))0.5
2b
Metode Analisis Jones-Blount-Glaze dapat diterapkan untuk real gas,
tetapi pada metode ini dibutuhkan dua data atau lebih uji aliran yang stabil, karena
untuk mendapatkan harga stabil dari koefisien laminar a diperlukan sekurang-
kurangnya dua uji aliran yang stabil.
4.2.1.3. Metode Analisis LIT
Metode LIT atau metode Eropa merupakan uji deliverability gas yang
menggunakan persamaan aliran laminar-inertial-turbulent (LIT) dalam bentuk
pendekatan pseudo-pressure dengan asumsi besarnya harga μ¿ z ¿ akan tergantung
pada tekanan. Metode analisa tersebut untuk kisaran harga 2000<p<4000 psia,
namun demikian penggunaan metode ψ berlaku untuk semua harga tekanan.
Bentuk kuadrat dari persamaan aliran laminar-inertia-turbulence (LIT)
adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Tekanan (p)
Δp=pR−pwf=a1qsc+b1qsc2 ………………………………………
(4-14)
2. Pendekatan Tekanan Kuadrat (p2)
Δp=pR2−p
wf2=a2qsc+b2qsc2 ………………………………….
(4-15)
3. Pendekatan Pseudo-Pressure (ψ )
Δ (ψ )=ψR−ψwf=a3 qsc+b3 qsc2 …………………………………..
(4-16)
Bagian pertama ruas kanan (a.qsc) dari Persamaan 4-14, 4-15, dan 4-16
menunjukkan hubungan penurunan tekanan dalam bentuk tekanan, tekanan
kuadrat, atau pseudo-pressure yang disebabkan oleh pengaruh aliran laminar dan
kondisi lubang sumur. Sedangkan bagian keduanya (b.qsc2) merupakan hubungan
penurunan tekanan yang disebabkan oleh aliran inertial-turbulence.
Karena analisa pseudo-pressure dianggap lebih teliti dan dapat digunakan
pada semua kisaran tekanan reservoir, bila dibandingkan dengan analisa
pendekatan tekanan (p) atau analisa pendekatan tekanan kuadrat (p2), maka
pendekatan LIT menggunakan pseudo-pressure dan untuk selanjutnya disebut
sebagai pendekatan LIT(ψ ) .
Dari Persamaan 4-16, plot antara (Δψ−bqsc2 ) vs qsc pada kertas grafik log-
log akan memberikan garis lurus. Kurva ini merupakan garis deliverability yang
stabil, dimana harga a3 dan b3 dapat dicari dari persamaan berikut ini:
a3=∑ (Δψ /qsc )∑ q
sc2−∑ qsc∑Δψ
N∑ qsc
2−∑ qsc∑ qsc ……………………………
(4-17)
b3=N∑ Δψ−∑ qsc∑ (Δψ /qsc )
N ∑ qsc2−∑ qsc∑ qsc ……………………………… (4-18)
Dimana N = banyaknya poin-poin data.
Gambar 4.6. Plot Uji Deliverability-Metode Eropa(Ikoku, Chi.; “Natural Gas Reservoir Engineering”1984)
Harga laju produksi gas dapat dihitung dengan menggunakan penyelesaian
persamaan kudrat berikut ini untuk berbagai harga ∆ψ:
q=−a3+(a3
2+4 b3 Δψ )0.5
2b3 ………………………………………..
(4-19)
Sedangkan besarnya AOFP sama dengan qsc pada harga ψ sebesar 0 psi.
Metode Analisis LIT analisa dianggap lebih teliti karena menggunakan
pseudo-pressure dan dapat digunakan pada semua kisaran tekanan reservoir, bila
dibandingkan dengan analisa pendekatan tekanan (p) atau analisa pendekatan
tekanan kuadrat (p2). Metode ini dapat digunakan pada kondisi real gas dan hanya
membutuhkan satu data uji aliran stabil.
4.2. Pressure Test Pada Sumur Gas
Mekanisme aliran fluida gas pada media berpori sangat dipengaruhi oleh
sifat fisik fluida, geometri aliran, sifat-sifat PVT dan distribusi tekanan sistem.
Didalam menurunkan persamaan aliran gas dan solusinya, beberapa anggapan
telah digunakan yaitu media homogen, gas mengalir dengan komposisi tetap,
aliran laminar dan isothermal.
Oleh karena gas merupakan fluida yang fully compressible dimana sifat
fisik merupakan fungsi tekanan, maka didalam penyelesaian persamaan aliran
variable tekanan yang digunakan adalah p, p2, ψ (pseudo pressure). Sebagai
pegangan kasar maka dapat digunakan acuan sebagai berikut :
1. Untuk P < 2000 psia, digunakan persamaan dalam bentuk “P2”.
2. Untuk 2000 < P < 4000 psia, digunakan persamaan dalam bentuk “ψ”.
3. Untuk P > 4000 psia, digunakan persamaan dalam bentuk “P”.
Informasi yang diperoleh dari tes transien adalah permeabilitas (k), faktor
skin (S), koefisien turbulensi (D), dan tekanan reservoir rata-rata (PR). Tes
transien yang umum dilakukan adalah tes drawdown dan tes buildup.
4.2.1. Pressure Drawdown Testing
Persamaan berikut (persamaan 4-20) adalah persamaan dasar pressure
drawdown pada sumur–sumur di reservoir gas.
ψwf=ψ i−1637qTkh [ log t +log
kφ (μCt )i r w
2−3 . 23+0 . 87 S ' ]
……… ………..
(4-20)
Penyelesaiannya mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1. Data drawdown diambil seperti biasa, data yang dicatat adalah Pwf sebagai
fungsi dari waktu produksi untuk laju produksi konstan.
2. Membuat hubungan antara Pwf (psia) dan ψwf (psia2/cp).
3. Tekanan drawdown dikonversi ke harga ψ dan diplot versus log t, dan
dibuat garis lurus yang melalui semua data.
4. Setelah garis lurus semilog ditentukan, maka dapat ditentukan besaran-
besaran :
kh=1637qTm ……………………………………………………... …
(4-21)
S '=S+Dq=1 .151[ ψ i−ψ1 jam
m−log
k
φ (μC t )i rw2+3. 23]
…………...(4-22)
Apabila pendekatan P2 yang digunakan, maka dari plot antara Pwf2 versus log t
dapat ditentukan :
kh=1637qT ( μZ )avg
m ………………………………………………………...(4-23)
S '=S+Dq=1 .151[ Pi2−P1 jam
2
m−log
kφ ( μCt )avg
rw2+3. 23]
……..…………...(4-24)
∆(P2)skin = 0.87 m S’
FE=Pr
2−Pwf2 −Δ ( P2)skin
Pr2−Pwf
2
4.2.2. Pressure Buildup Testing
Menggunakan prinsip superposisi terhadap persamaan (4-20), maka
persamaan pressure buildup tes untuk gas adalah : (disini akan diperlihatkan
dalam bentuk metode ψ )
ψws=ψ i−1637 qT
khlog( t p+Δt
Δt )……………………………………………(4-
25)
Hubungan diatas menunjukkan bahwa Horner plot dapat dilakukan dengan
membuat grafik ψws versus log ( t p+ Δt
Δt ). Sedangkan hubungan antara Pwf dan
ψws dilaksanakan seperti pada pressure drawdown. Apabila kemiringan dari garis
lurus, m, telah diperoleh maka :
kh=1637
qTm ………………………………………………………..............(4-26)
S '=S+Dq=1 .151[ ψws 1 jam−ψwf
m− log
k
φ (μC t )i rw2+3 . 23]
..…..………....(4-27)
Gambar 3.7 memperlihatkan contoh Horner plot untuk reservoir gas yang infinite.
Menghitung S dan D :
S dan D dapat ditentukan berdasarkan 2 pengujian drawdown seperti terlihat pada
gambar 4.8. Dari periode drawdown yang pertama diperoleh :
Gambar 4.7. Plot Semilog Buildup, Reservoir Infinite (Ikoku.Chi U.;”Natural Gas Production Engineering”)
m1=1637q1 T
kh
kemudian dari periode drawdown yang kedua juga diperoleh :
m2=1637q2 T
kh
skin dapat dihitung dari dua hasil diatas :
S1’ = S + Dq1
S2’ = S + Dq2
Dengan menyelesaikan dua persamaan diatas, maka harga S dan D dapat
ditentukan. Harga S dapat merupakan bilangan positif (kerusakan) atau negative
(perbaikan). D harus selalu berharga positif, jika D berharga negative dapat
dianggap sama dengan nol sehingga S adalah harga rata-rata S1’dan S2’.
Apabila lebih dari dua periode drawdown yang dilakukan, maka S dan D
harus dievaluasi dengan metode least square, yaitu plot antara S’ dan q, kemudian
ditarik garis lurus yang paling memadai. Kemiringan garis tersebut adalah D,
sedangkan titik potong (intercep) dengan q = 0 adalah S.
Gambar 4.8. Grafik S’ versus q
(Ikoku.Chi U.;”Natural Gas Production Engineering”)
5. Faktor Skin dan Inersia-Turbulensi
5.1. Skin Factor
Selama operasi pengeboran, Komplesi, atau Workover, bahan-bahan
seperti filtrat lumpur, adukan semen, atau partikel clay masuk ke dalam formasi
dan dapat mengurangi permeabilitas di sekitar wellbore, hal tersebut merupakan
bukan suatu yang luar biasa lagi. Efek ini biasanya disebut sebagai “kerusakan
lubang sumur” dan daerah yang mengalami perubahan permeabilitas disebut
dengan “zona skin.” Zona ini dapat meluas dari beberapa inci sampai dengan
beberapa ft dari lubang sumur. Selain itu, banyak sumur-sumur lain yang
distimulasi dengan melakukan pengasaman (acidizing) atau perekahan
(fracturing), yang pada hakekatnya dapat meningkatkan permeabilitas di dekat
lubang sumur. Dengan demikian, permeabilitas di dekat lubang sumur selalu
berbeda dengan permeabilitas yang berada jauh di dalam formasi dimana formasi
belum terpengaruh oleh operasi pengeboran atau stimulasi.
Pengaruh zona skin adalah mengurangi distribusi tekanan di sekitar lubang
sumur. Pada kasus kerusakan di sekitar lubang sumur, zone skin menyebabkan
penambahan kehilangan tekanan di dalam formasi. Sedangkan pada kasus
perbaikan formasi merupakan kebalikan dari kerusakan formasi. Jika ditinjau dari
besarnya kehilangan tekanan di sekitar lubang sumur ∆pskin, gambar 4.10
membandingkan perbedaan kehilangan tekanan akibat skin dengan tiga
kemungkinan yang terjadi.
∆pskin > 0, dimana mengindikasikan penambahan kehilangan tekanan akibat
kerusakan di sekitar lubang sumur, atau dengan kata lain kskin < k. ∆pskin < 0, dimana mengindikasikan pengurangan tekanan akibat perbaikan
di sekitar lubang sumur, atau dengan kata lain kskin > k.
∆pskin = 0, dimana mengindikasikan tidak ada perubahan di sekitar lubang
sumur, atau dengan kata lain kskin = k.
Menurut everdingen kehilangan tekanan akibat skin dinyatakan dengan :
pskin = S( qµ2 kh )…………………………………………………(4-28)
Menurut Hawkins, skin faktor dapat dihitung sebagai daerah jarak rskin dengan
permeabilitas kskin, yang didefinisikan sebagai:
s=( kk skin
−1) lnr skin
rw ……………………..………………….(4-29)
Gambar 4.9. Pengaruh Skin di Sekitar Lubang Sumur(Ahmed, Tarek. McKinley, Paul D.;“Advanced Reservoir Enginnering”,2005)
Gambar 4.10. Gambaran Positif dan Negatif-nya Harga Skin (Ahmed, Tarek. McKinley, Paul D.;“Advanced Reservoir Enginnering”,2005)
Ada tiga kemungkinan hasil yang diperoleh dalam mengevaluasi faktor
skin yang tergantung pada perbandingan permeabilitas formasi terhadap
permeabilitas skin (k/kskin), dan jika ln(rskin/rw) selalu bernilai positif, yaitu:
1. Faktor skin positif, s > 0: jika terdapat kerusakan di sekitar lubang sumur,
kskin < k sehingga bernilai positif.
2. Faktor skin negatif, s < 0: Ketika permeabilitas di sekitar lubang sumur
lebih besar dari pada permeabilitas formasi (kskin > k) akan diperoleh harga
skin negatif yang mengindikasikan adanya perbaikan di sekitar lubang
sumur.
3. Faktor skin = 0, s = 0: hal ini terjadi ketika tidak terjadi perubahan
permeabilitas di sekitar lubang sumur yang diamati, kskin = k.
5.2. Inersia-Turbulensi
Dalam sistem radial, kecepatan aliran makin bertambah besar bila
mendekati sumur, sehingga pengaruh inersia-turbulensi akan semakin terasa.
Pengaruh ini dinyatakan sebagai kehilangan tekanan yang sejenis seperti
kehilangan tekanan akibat “skin”. Kehilangan tekanan ini tidak konstan, tetapi
berbanding lurus dengan laju produksi. Kehilangan tekanan akibat dari inersia-
turbulensi adalah sebagia berikut :
(p)IT = D.qsc …………………………………………………….(4-30)
sehingga tekanan pada sumur :
(p) = pt + (s .D. qsc) ……………………………………………..(4-31)
Kehilangan tekanan di dekat sumur merupakan penjumlahan dari pengaruh “skin”
dan “IT”.
s’ = (pD)skin + (pD)IT = s + D qsc …………………………..(4-32)
Penentuan harga s dan D yang konstan diperoleh dari dua hasil tes produksi yang
berbeda, dengan cara simultan. Harga D juga dapat diperkirakan dari persamaan
analitis, yaitu :
D=2 , 715x 10−12 βkMp sc
hT sc(∫
rw
rd1
μr2dr )
…………………………(4-33)
keterangan :
D = Faktor inersia – turbulensi, MMscfd-1.
k = Permeabilitas reservoir, md.
h = Ketebalan bersih formasi, ft.
= Vicositas gas,cp.
β = Faktor turbulensi, ft-1.
M = Berat molekul, lb mole.
psc = 14,65 psia.
Tsc = 520°R.
rw = Wellbore radius, ft.
rd = Drainage radius, ft.
6. Pengaruh Komplesi Sumur.
Dalam banyak kasus, aliran dari reservoar ke sumur dipengaruhi oleh
efisiensi komplesi jika dibandingkan dengan karak-teristik reservoar sebenarnya.
Ada tiga macam tipe komplesi yang umum digunakan, dimana dalam
pemilihannya tergantung dari tipe sumur, kedalaman sumur dan tipe reservoar
atau formasi.
Yang pertama adalah open hole completion. Casing diletakkan diatas dari
formasi produktif dan formasi di biarkan terbuka. Sehingga tidak ada perforasi
yang dilakukan pada tipe ini.
Tipe yang kedua adalah Perforated Completions. Pada tipe ini, casing
dipasang hingga menutupi formasi produktif dan kemudian dilakukan
penyemenan dianulus antara casing dan formasi tersebut. Untuk itu perlu
dilakukan perforasi sehingga ada komunikasi antara sumur dengan formasi
produksi. Efisiensi dari komplesi sangat tergantung jumlah lubang perforasi,
kedalaman perforasi, bentuk perforasi dan perbedaan tekanan antara sumur dan
formasi.
Tipe yang ketiga adalah Perforated, Gravel - Packed Completions. Pada
banyak reservoar, butir - butir formasi (pasir) yang tak tersementasi akan ikut
terlarut ke lubang sumur. Untuk mencegah agar butir - butir pasir tersebut tidak
ikut terproduksikan kepermukaaan maka dipasang saringan (gravel). Ukuran dari
gravel tergantung dari karakteristik pasir di formasi dan tipe dari gravel pack.
Untuk menentukan penurunan tekanan karena adanya komplesi, persamaan
umum aliran dapat dimodifikasi dengan memasukkan efisiensi komplesi untuk
setiap tipe komplesi. Persamaan untuk aliran gas adalah
qsc=7 .03x10−6 kg h (Pr2−Pwf2)
μZT [ ln(0 . 472rerw )+S']
.......................................(4-34)
keterangan
S' = S + D qsc
Harga S'dapat diketahui dari hasil test tekanan seperti yang telah diterangkan
sedangkan untuk mendapatkan harga S dan D harus dilakukan dua atau lebih tes
tekanan (drawdown test) dengan laju alir yang berbeda.
Persamaan 4-34 dapat ditulis dalam bentuk lain :
PR2−Pwf2=Aqsc+Bqsc2................................................(4-35)
dimana A adalah koefisien laminar dan B adalah koefisien turbulen. Koefisien
tersebut dapat ditulis sebagai suatu bentuk yang tergantung dari karakteristik
komplesi.
A = AR + AP + AG …………………………………………………(4-36)
B = BR + BP + BG ……………………………………………….(4-37)
keterangan :
AR = komponen laminar reservoar.
AP = komponen laminar perforasi
AG = komponen laminar gravel pack
BR = komponen turbulen reservoar
BP = komponen turbulen perforasi
BG = komponen turbulen gravel pack.
Dari hasil test tekanan, hanya harga A dan B saja yang dapat ditentukan.
6.1. Komplesi Open Hole
Pada komplesi open hole, pengaruh yang ditimbulkan oleh komplesi pada
kinerja aliran banyalah oleh kerusakan formasi atau stimulasi. Persamaan aliran
menjadi
PR2−P
wf2=AR qsc+B R qsc2
Pada komponen laminar reservoar dimasukkan juga pengaruh dari aliran
laminar di reservoar ditambah dengan skin akibat kerusakan formasi atau
stimulasi. Pendefinisian persamaannya adalah :
AR=1422 μ Z Tkg h [ ln (0 .472
rerw )+ Sd ]
..................................(4-38)
keterangan :
kg = permeabilitas gas
Sd = faktor skin yang mempengaruhi permeabilitas disekitar lubang sumur
(damaged skin).
Harga Sd ini adalah:
Sd=[ k R
kd
−1] ln( rd
r w)
..........................................................(4-39)
keterangan :
kR = permeabilitas reservoar
kd = permeabilitas disekitar lubang sumur yang dipengaruhi oleh skin.
rw = jari - jari lubang sumur
rd = jari - jari zona yang dipengaruhi oleh skin
Didalam kenyataan penentuan harga Sd dari persamaan diatas sangatlah
sulit, karena harga kd dan rd sulit diperkirakan. Untuk itu biasanya harga Sd ini
diperoleh dari hasil analisis test tekanan, baik Pressure Build Up atau yang
lainnya (bila dianggap bahwa tidak ada lagi faktor yang mempengaruhi hambatan
terhadap aliran).
Harga BR biasanya kecil dan dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan berikut:
BR=3 .161x10−12 βR γg Z T
h2 rw .............................................(4-40)
Harga koefisien kecepatan βR , dapat ditentukan dari :
βR =2. 33x1010
kR
1 .2.................................................................(4-41)
6.2. Komplesi Perforasi.
Efisiensi dari perforasi tergantung dari komponen reservoar dan perforasi
dipersamaan 4-34. Sehingga persamaan 4-34 dapat ditulis menjadi :
PR2-Pwf
2 = (AR + AP)qsc + (BR + BP) qsc2
Yang termasuk komponen laminar perforasi adalah pengaruh jumlah dan tipe
perforasi serta pengaruh kompaksi disekitar perforasi. Persamaannya adalah
Ap=1422 μg Z T
kg h(Sp+Sdp )
..................................................(4-42)
keterangan :
Sp = pengaruh aliran konvergensi ke perforasi.
Sdp = pengaruh dari zona yang rusak disekitar perforasi.
Sp merupakan fungsi dari jumlah perforasi, panjang perforasi , diameter
perforasi perbandingan antara permeabilitas vertikal dan horisontal serta radius
zona yang rusak.
Harga Sp dapat ditentukan dari persamaan berikut ini :
Sp=( hhp
−1)[ ln( hrw ( k R
kv )0 . 5
)−2]........................................(4-43)
keterangan :
h = ketebalan reservoar
hp = panjang interval perforasi
kR = permeabilitas reservoar pada arah borisontal
kv = permeabilitas reservoar pada arah vertikal
atau dapat juga menggunakan nomograph yang dibuat oleh Locke seperti terlihat
pada gambar 4.11.
McLeod mengembangkan persamaan yang digunakan untuk menentukan
pengaruh zona yang terkompaksi terhadap aliran,
Sdp=[ hLp N ][ k R
kdp
−k R
kd] ln( rdp
r p) ……………………………….(4-44)
keterangan :
h = ketebalan reservoar.
Lp = panjang perforasi
N = jumlah perforasi
kR = permeabilitas, reservoar
kd = permeabilitas pada zona yang terkompaksi
rp = jari - jari perforasi
rdp = jari - jari zona yang terkompaksi
Gambar 4.12 menunjukkan secara skematik gambaran dari perforasi yang
dimaksudkan diatas dan hubungannya dengan parameter - parameter pada
persamaan 4-44.
Bagian terbesar dari penurunan tekanan pada perforasi disebabkan oleh
aliran turbulen atau aliran non Darcy. Persamaan untuk menentukan pengaruh ini
adalah :
Bp=3 . 16110−12 β dp γg Z T
rp Lp2 N2................................................(4-45)
Harga koefisien kecepatan harus ditentukan menggunakan permeabilitas zona
terkompaksi. Persamaannya adalah :
βdp=2.33x1010
kdp
1. 2.................................................................(4-46)
Parameter - parameter yang terdapat pada persamaan diatas sangat sulit,
untuk ditentukan. Parameter tersebut antara lain permeabilitas zona yang
terkompaksi (kd ) , jari - jari zona yang terkompaksi (rd ) dan panjang perforasi
(Lp ). Beberapa parameter tersebut dapat ditentukan dari data test API-RP-43
yang telah dipublikasikan. Sebagai petunjuk untuk menggunakan hasil test
tersebut yang diberikan oleh McLeod adalah :
Untuk sumur yang diperforasi di lumpur
kdp
kR
=kc
k .........................................................................(4-47)
Untuk sumur yang diperforasi di air asin
kdp
k d
=kc
k …………………………………………………………(4-48)
Harga kc/k didapat dari data test API. Sebagai petunjuk untuk
memperkirakan kc/k, jika data test tidak tersedia adalah menggunakan tabel 4.1.
McLeod juga mengusulkan bahwa ketebalan zona yang terkompaksi
biasanya sekitar 0.5 in. Sehingga , rdp = rp + 0.5 , jika rp dalam inch. Jika tidak ada
data yang tersedia, harga rd = rw + 1 dapat digunakan dimana rw didalam satuan
ft.
Tabel 4.1 Perlorating Parameter Guidelines
Fluid in Hole Pressure Conditions kc/k
High solids mud overbalance
0.01-0.03
Low solids mud overbalance
0.02-0.04
Unfiltered brine overbalance
0.04-0.06
Filtered brine overbalance 0.08-0.16
Filtered brine underbalance 0.15-0.25
Clean fluid underbalance 0.30-0.50
Ideal fluid underbalance 1.00
Gambar 4.11. Nomograph untuk Productivity Ratio.(Beggs, Dale. H; “Gas Production Operations”1990)
Gambar 4.12. Aliran Menuju Perforasi.(Beggs, Dale. H; “Gas Production Operations”1990)
7. Plot DeliverabilityPlot deliverability adalah grafik yang menunjukkan kemampuan suatu
reservoir gas untuk memberikan laju produksi pada variasi tekanan alir dasar
sumur, dengan harga tekanan rata-rata reservoir (Pr) yang tetap. Plot dapat
dilakukan dengan menggunakan Persamaan 4-1 untuk metode Rawlins-
Schellhardt, Persamaan 4-19 untuk metode LIT. Dengan melakukan permisalan
beberapa harga Pwf, akan didapatkan beberapa harga qg, kemudian Pwf dan qg ini
kemudian diplot dan membentuk plot deliverability atau kurva inflow
performance (IPR) seperti pada Gambar 3.13.
Gambar 3.13. Plot Deliverability(Beggs, Dale. H; “Gas Production Operations”1990)
8. Kurva Tubing Intake
Kurva tubing intake merupakan plot antara tekanan alir dasar sumur (Pwf)
yang dibutuhkan sumur gas untuk berproduksi pada variasi beberapa harga laju
alir (qsc) melalui suatu ukuran tubing tertentu pada tubing tertentu pada tekanan
alir kepala sumur (Pwh) yang tetap. Pembuatan kurva tubing intake dimaksudkan
untuk mngetahui kemampuan berproduksi sumur gas secara alamiah. Besarnya
laju produksi sumur gas ditunjukkan oleh perpotongan antara kurva tubing intake
dan kurva IPR, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.14. Kurva tubing intake
untuk sumur-sumur di lapangan ”Y” dibuat dengan menggunakan grafik pressure
treverse dari Cullender-Smith.
Gambar 3.14. Kurva Tubing Intake(Beggs, Dale. H; “Gas Production Operations”1990)