ejournal - jurnal administrasi bisnisejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content... · web...

22
eJournal Administrasi Bisnis, 2017, 5 (3): 662-674 ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id © Copyright 2017 ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA RAJA ROTI DI SAMARINDA Saprullah 1 Abstrak Persaingan usaha yang semakin ketat mendorong setiap usaha untuk memperoleh cara yang tepat dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan. Raja Roti di Samarinda merupakan salah satu produsen roti yang terus berusaha menjaga kualitas produk dengan menekan angka produk cacat dalam proses produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pengendalian kualitas produk yang ada dan penerapan metode Six Sigma dengan pendekatan DMAIC. Visi peningkatan kualitas menuju 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan untuk setiap produksi penting dilakukan, pada Raja Roti kualitas produk yang dihasilkan yaitu 3,79 Sigma pada tingkat kerusakan 11.024 atau 1,1% untuk sejuta produksi (DPMO). Implementasi metode Six sigma disimpulkan bahwa dari tiga jenis kecacatan tertinggi yang terjadi yaitu, ukuran tidak sesuai (29%), rasa tidak sesuai (25%), dan hangus/gosong (22%) disebabkan dua faktor utama, diantaranya faktor metode dan faktor manusia. Penyebab kerusakan yang sering terjadi secara rinci perlu diketahui untuk dilaksanakan perbaikan pada intruksi kerja dan pengawasanya, langkah yang dapat diambil adalah mengadakan peralatan-peralatan yang dapat membantu proses produksi, menentukan kualifikasi bahan baku yang sesuai kebutuhan, serta memberikan pemahaman pada 1 Mahasiswa Program S1 Admistrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email: [email protected]

Upload: vukien

Post on 09-May-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: eJournal - Jurnal Administrasi Bisnisejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content... · Web viewImplementasi metode Six sigma disimpulkan bahwa dari tiga jenis kecacatan tertinggi

eJournal Administrasi Bisnis, 2017, 5 (3): 662-674ISSN 2355-5408, ejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id© Copyright 2017

ANALISIS PENGENDALIAN KUALITAS PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE SIX SIGMA PADA

RAJA ROTI DI SAMARINDA

Saprullah 1

AbstrakPersaingan usaha yang semakin ketat mendorong setiap usaha untuk

memperoleh cara yang tepat dalam mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan. Raja Roti di Samarinda merupakan salah satu produsen roti yang terus berusaha menjaga kualitas produk dengan menekan angka produk cacat dalam proses produksi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pengendalian kualitas produk yang ada dan penerapan metode Six Sigma dengan pendekatan DMAIC. Visi peningkatan kualitas menuju 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan untuk setiap produksi penting dilakukan, pada Raja Roti kualitas produk yang dihasilkan yaitu 3,79 Sigma pada tingkat kerusakan 11.024 atau 1,1% untuk sejuta produksi (DPMO). Implementasi metode Six sigma disimpulkan bahwa dari tiga jenis kecacatan tertinggi yang terjadi yaitu, ukuran tidak sesuai (29%), rasa tidak sesuai (25%), dan hangus/gosong (22%) disebabkan dua faktor utama, diantaranya faktor metode dan faktor manusia. Penyebab kerusakan yang sering terjadi secara rinci perlu diketahui untuk dilaksanakan perbaikan pada intruksi kerja dan pengawasanya, langkah yang dapat diambil adalah mengadakan peralatan-peralatan yang dapat membantu proses produksi, menentukan kualifikasi bahan baku yang sesuai kebutuhan, serta memberikan pemahaman pada karyawan yang bertugas agar setiap aspek pada proses produksi dapat berjalan dengan baik.

Kata Kunci : Pengendalian Kualitas, Six Sigma.

PendahuluanPerusahaan yang memiliki daya saing tinggi tentunya dapat bertahan

dengan mengutamakan peningkatan mutu. Kualitas menjadi salah satu kekuatan penting bagi keberhasilan dan pertumbuhan perusahaan, baik di pasaran nasional maupun internasional.

1 Mahasiswa Program S1 Admistrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman. Email: [email protected]

Page 2: eJournal - Jurnal Administrasi Bisnisejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content... · Web viewImplementasi metode Six sigma disimpulkan bahwa dari tiga jenis kecacatan tertinggi

eJournal Administrasi Bisnis, Volume 5, Nomor 3, 2017: 662-674

Menurut Fahmi (2014:45), salah satu penyebab suatu produk diterima di pasar karena kualitas tersebut sesuai dengan keinginan konsumen. Konsumen selalu menginginkan kepuasaan, dan produsen juga menginginkan agar konsumen selalu kembali untuk membeli produk yang dibuatnya. Perlu diadakan analisis untuk mengidentifikasi hal-hal yang menyebabkan cacat dalam tiap proses produksi, dengan mengetahui penyebab kecacatan dan dapat dilaksanakan penanggulangan sehingga akan mengurangi tingkat cacat produk yang bisa merugikan dari pihak perusahaan.

Six sigma adalah suatu proses sangat tertib yang membantu organisasi memusatkan perhatian pada pengembangan dan peningkatan mutu produk dan jasa ke tingkat yang nyaris sempurna (Haming dan Nurnajamuddin, 2007:196). Six sigma dapat dijadikan ukuran kinerja sistem produksi yang memungkinkan perusahaan melakukan peningkatan kualitas produk. Pada survei awal penelitian diketahui jumlah produksi dan produk cacat pada Raja roti di Samarinda sebagai berikut pada table di bawah ini:

Tabel Jumlah Produksi dan Produk CacatPeriode September s.d Desember 2016(Dalam satuan bungkusan per minggu)

PeriodeHasil Produksi

Jumlah Produksi

Persentase(%)

Jumlah Produk Ditolak

Persentase (%)Roti

ManisRoti

BantalRoti

TawarSeptember 4707 193 153 5053 95.5 228 4.5Oktober 7608 211 211 8030 95.6 353 4.4

November 8082 254 230 8566 95.8 358 4.2Desember 7720 225 202 8147 95.7 352 4.3

Berdasarkan table di atas tingkat kecacatan rata-rata tertinggi pada bulan September yaitu 4,5% dan tingkat produk rata-rata terendah pada bulan November yaitu sebesar 4,2%. Tingginya produk cacat sebesar 4,5% dalam bulan September seharusnya dapat ditekan dibuktikan dengan adanya tingkat produk cacat terendah sebesar 4,2%. Perusahaan seharusnya mampu melakukan proses produksi dengan tingkat cacat sebesar 4,2%. Menurut kepala bagian produksi setiap minggu proses produksi pada Raja Roti Samarinda melakukan pengendalian kualitas dengan harapan tingkat kerusakan berada di bawah 4%. Dengan adanya produk cacat yang tidak sesuai harapan pada Raja Roti di Samarinda maka biaya produksi yang dikeluarkan akan lebih banyak menyebabkan harga produk meningkat.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Dengan Menggunakan Metode Six Sigma Pada Raja Roti di Samarinda”.

Kerangka Dasar Teori

663

Sumber : Data Olahan Raja Roti Samarinda

Page 3: eJournal - Jurnal Administrasi Bisnisejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content... · Web viewImplementasi metode Six sigma disimpulkan bahwa dari tiga jenis kecacatan tertinggi

Analisis Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma (Saprul)

ProduksiMenurut Fahmi (2014), Produksi adalah sesuatu yang dihasilkan oleh

suatu perusahaan baik bentuk barang (goods) maupun jasa (service) dalam suatu periode waktu yang selanjutnya dihitung sebagai nilai tambah bagi perusahaan. Bentuk hasil produksi dengan kategori barang (goods) dan jasa (service) sangat tergantung pada kategori aktivitas bisnis yang dimiliki perusahaan yang bersangkutan. Jika ditelaah lebih lanjut, pengertian produksi dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu:1. Pengertian produksi dalam arti sempit, yaitu mengubah bentuk barang

menjadi barang baru, ini menimbulkan form utility.2. Pengertian produksi dalam arti luas, yaitu usaha yang menimbulkan

kegunaan karena place, time, dan possession.Kualitas Produk

Adapun pengertian kualitas menurut American Society For Quality yang dikutip oleh Heizer dan Render dalam Muhaemin (2012): “Quality is the totality of features and characteristic of a product or sevice that bears on it’s ability to satisfy stated or implied need”. Artinya kualitas (mutu) adalah keseluruhan corak dan karakteristik dari produk atau jasa yang berkemampuan untuk memenuhi kebutuhan yang tampak jelas maupun tersembunyi.

Para ahli yang lainnya juga mempunyai pendapat yang berbeda tentang pengertian kualitas, diantaranya adalah:1. Menurut Sunardi dan Primastiwi (2015:116), dalam bukunya yang

dikemukakan oleh Ebert dan Grifin, The American Society of Quality mendefinisikan kualitas sebagai kombinasi dari karakteristik-karakteristik barang atau jasa yang memiliki kemampuan untuk memuaskan kebutuhan.

2. Ginting (2007:3), mengemukakan bahwa kualitas adalah suatu ciri, derajat, jenis, pangkat, standar atau penilaian yang membedakan dari suatu hal ke hal yang lainnya.

3. Menurut Kotler dan Keller (2009:143), kualitas Produk adalah totalitas fitur dan karakteristik produk atau jasa yang bergantung pada kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.

Dimensi KualitasMenurut Yamit (2013), berdasarkan perspektif kualitas dalam bukunya,

Garvin mengembangkan dimensi kualitas ke dalam delapan dimensi yang dapat digunakan sebagai dasar perencanaan strategis terutama bagi perusahaan atau manufaktur yang menghasilkan suatu produk/barang. Kedelapan dimensi tersebut adalah sebagai berikut :1. Kinerja (performance), yaitu karakteristik pokok dari produk inti.2. Fitur (features), yaitu karakteristik pelengkap atau tambahan.3. Kehandalan (reliability), yaitu kemungkinan tingkat kegagalan pemakaian4. Kesesuaian (conformance), yaitu sejauh mana karakteristik desain dan

operasi memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

664

Page 4: eJournal - Jurnal Administrasi Bisnisejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content... · Web viewImplementasi metode Six sigma disimpulkan bahwa dari tiga jenis kecacatan tertinggi

eJournal Administrasi Bisnis, Volume 5, Nomor 3, 2017: 662-674

5. Durabilitas (durability), yaitu berapa lama produk terus dapat digunakan.6. Kemudahan perawatan dan perbaikan (serviceability), yaitu meliputi

kecepatan, kompetensi, kenyamanan, kemudahan dalam pemeliharaan dan penanganan keluhan yang memuaskan.

7. Estetika (aesthetics), yaitu menyangkut corak, rasa dan daya tarik produk.8. Kualitas yang dirasakan (perceived quality), yaitu menyangkut citra dan

reputasi produk serta tanggung jawab perusahaan terhadapnya.Faktor-faktor Menjadi Penyebab Permasalahan Kualitas

Permasalahan kualitas dapat disebabkan oleh berbagai penyebab. Menurut Herjanto (2007), faktor-faktor yang menjadi penyebab masalah kualitas antara lain:1. Bahan baku tidak sesuai/sempurna.2. Mesin dan alat produksi lain tidak digunakan secara tepat.3. Desain tidak sesuai harapan pelanggan.4. Inspeksi dan pengujian tidak tepat.5. Tempat penyimpanan barang dan pengemasan tidak memadai.6. Waktu pengiriman tidak tepat.7. Tenaga ahli/terlatih yang dapat menganalisa penyimpanan kurang.8. Komunikasi tidak lancar.9. Bimbingan dan aturan kerja tidak jelas.Pengendalian Kualitas Produk

Pengendalian kualitas dilakukan agar dapat menghasilkan produk berupa barang atau jasa yang sesuai dengan standar yang diinginkan dan direncanakan, serta memperbaiki kualitas produk yang belum sesuai dengan standar yang telah ditetapkan dan sedapat mungkin mempertahankan kualitas yang telah sesuai.

Ada beberapa pengertian tentang pengendalian kualitas antara lain :1. Pengertian pengendalian mutu (kualitas) menurut Sunardi dan Primastiwi

(2015:122), Pengendalian mutu/kualitas (Quality Control) adalah proses untuk memastikan bahwa barang dan jasa yang diproduksi sesuai dengan spesifikasi desain produk.

2. Menurut Ginting (2007:301), pengendalian kualitas merupakan suatu sistem verifikasi dan penjagaan/perawatan dari suatu tingkat/derajat kualitas produk atau proses yang dikehendaki dengan perencanaan yang seksama, pemakaian peralatan yang sesuai, inspeksi yang terus menerus serta tindakan korektif bilamana diperlukan, jadi pengendalian kualitas tidak hanya inspeksi ataupun menentukan apakah produk itu baik (accept) atau jelek (reject).

Tujuan Pengendalian Kualitas ProdukTujuan utama pengendalian kualitas adalah untuk mendapatkan jaminan

bahwa kualitas produk atau jasa yang dihasilkan sesuai dengan standar kualitas yang telah ditetapkan dengan mengeluarkan biaya yang ekonomis atau serendah mungkin. Pengendalian kualitas tidak dapat dilepaskan dari

665

Page 5: eJournal - Jurnal Administrasi Bisnisejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content... · Web viewImplementasi metode Six sigma disimpulkan bahwa dari tiga jenis kecacatan tertinggi

Analisis Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma (Saprul)

pengendalian produksi. Pengendalian produksi baik secara kualitas maupun kuantitas merupakan kegiatan yang sangat penting dalam suatu perusahaan, hal ini disebabkan karena semua kegiatan produksi yang dilaksanakan akan dikendalikan agar barang dan jasa yang dihasilkan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan, dimana penyimpangan-penyimpangan yang terjadi diusahakan serendah-rendahnya.Metode dalam Pengendalian Kualitas Produk

Miranda dan Tunggal dalam Haming dan Nurnajamuddin (2007), dikemukakan bahwa sekalipun telah memberikan sumbangan yang sangat besar terhadap perbaikan mutu (kualitas) keluaran dan melembaganya perbaikan mutu (kualitas) yang berkelanjutan di dunia usaha, namun TQM mempunyai beberapa kelemahan sehingga perusahaan kelas dunia beralih ke Six Sigma, kelemahan TQM yang dimaksud meliputi:1. Kurang integratif, meskipun secara konsepsional TQM mempersyaratkan

integrasi lalu lintas fungsi, namun dalam aplikasinya tanggung jawab mutu (kualitas) diserahkan kepada tim kecil yang tidak memiliki kendali langsung terhadap departemen yang berkompeten.

2. Keberhasilan tergantung penuh pada komitmen manajemen puncak, selama manajemen puncak memiliki kepedulian yang tinggi, usaha menciptakan produk atau jasa yang bermutu (berkualitas) tinggi tidak menghadapi masalah, akan tetapi apabila manajemen puncak mulai melemah komitmennya, maka mutu (kualitas) keluaran akan merosot.

3. Konsepsinya dapat membingungkan. Definisi mutu (kualitas) sering tidak tegas, sehingga sulit diimplementasikan dan diukur kinerjanya.

4. Tujuan untuk memuaskan pelanggan biasanya tidak diikuti suatu cetak biru bagaimana mencapainya.

5. Cendrung mempertahankan sikap dan metode kerja yang lama.6. Umumnya gagal menghilangkan kendala interval untuk mewujudkan kerja

sama lintas fungsi yang integratif. Semua divisi sibuk mengurusi proyek dan tugas pokok divisinya masing-masing.

7. Perbaikan mutu (kualitas) dicapai secara gradual (berangsur-angsur), tahap demi tahap secara incremental (teratur), tidak ada terobosan dramatis yang memberikan perubahan yang radikal.

8. Pelatihan kepada karyawan umumnya tidak efektif.Menyadari kelemahan TQM tersebut akhirnya banyak perusahaan kelas

dunia beralih ke pendekatan Six Sigma. Metode Six Sigma dipandang dapat mengatasi kedelapan kelemahan TQM.Six Sigma

Menurut pandangan Haming dan Nurnajamuddin (2007:196), six sigma adalah suatu proses sangat tertib yang membantu organisasi memusatkan perhatian pada pengembangan dan peningkatan mutu (kualitas) produk dan jasa ke tingkat yang nyaris sempurna. Menurut Gaspersz dalam Anjayani (2011), six sigma adalah suatu visi peningkatan kualitas menuju target 3,4 kegagalan

666

Page 6: eJournal - Jurnal Administrasi Bisnisejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content... · Web viewImplementasi metode Six sigma disimpulkan bahwa dari tiga jenis kecacatan tertinggi

eJournal Administrasi Bisnis, Volume 5, Nomor 3, 2017: 662-674

per juta kesempatan untuk setiap transaksi produk barang dan jasa, jadi six sigma merupakan suatu metode atau teknik dari suatu proses yang sangat tertib dalam hal pengendalian dan peningkatan produk dimana sistem ini sangat komprehensif dan fleksibel.Konsep Six Sigma

Menurut Gaspersz (2007), pada dasarnya pelanggan akan merasa puas apabila mereka menerima nilai yang diharapkan, apabila produk diproses pada tingkat kualitas six sigma, maka perusahaan boleh mengharapkan 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan atau mengharapkan bahwa 99,99966 persen dari apa yang diharapkan pelanggan akan ada dalam produk itu.

Six sigma-DMAIC digunakan untuk meningkatkan proses bisnis yang telah ada, sedangkan six sigma-DMAIV digunakan untuk menciptakan desain proses baru atau desain produk baru dalam cara sedemikian rupa agar menghasilkan kinerja bebas kesalahan (zero defects/errors).

Strategi adalah implementasi dari pilihan fungsi yang menjadi faktor aktivitas proses bisnis terbaik yang merupakan penerjemahan dari kebutuhan dan ekspektasi konsumen eksternal, para pemegang saham, dan seluruh anggota organisasi seluruh bagian dari konsumen internal.Tahap-tahap Implementasi Pengendalian Kualitas dengan Six Sigma (Gaspersz dalam Anjayani,2011)1. Define adalah mendefinisikan secara formal sasaran peningkatan proses

yang konsisten dengan permintaan atau kebutuhan pelanggan dan strategi perusahaan, termasuk dalam langkah definisi ini adalah menetapkan sasaran dari aktivitas peningkatan kualitas Six Sigma itu.

2. Measure merupakan pengukuran kinerja proses pada saat sekarang (baseline measurement) agar dapat dibandingkan dengan target yang ditetapkan. Measure adalah langkah operasional yang kedua dalam program peningkatan kualitas six sigma.

3. Analyze merupakan langkah menganalisis hubungan sebab-akibat berbagai faktor yang dipelajari untuk mengetahui faktor-faktor dominan yang perlu dikendalikan.

4. Improve merupakan langkah mengoptimisasikan proses menggunakan analisis-analisis untuk mengetahui dan mengendalikan kondisi optimum proses. Pada langkah ini diterapkan suatu rencana tindakan untuk melaksanakan peningkatan kualitas six sigma, rencana tersebut mendeskripsikan tentang alokasi sumber daya serta prioritas atau alternatif yang dilakukan.

5. Control merupakan pengendalian terhadap proses secara terus-menerus untuk meningkatkan kapabilitas proses menuju target six sigma, pada tahap ini hasil peningkatan kualitas didokumentasikan dan disebarluaskan, praktik-praktik terbaik yang sukses dalam peningkatan proses distandarisasikan dan disajikan sebagai pedoman standar, serta

667

Page 7: eJournal - Jurnal Administrasi Bisnisejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content... · Web viewImplementasi metode Six sigma disimpulkan bahwa dari tiga jenis kecacatan tertinggi

Analisis Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma (Saprul)

kepemilikan atau tanggung jawab ditransfer dari tim kepada pemilik atau penanggung jawab proses.

Metode PenelitianPenelitian ini digunakan untuk mengkaji secara mendalam tentang

pengendalian kualitas produk dengan menggunakan metode Six Sigma pada Raja Roti Samarinda yang diterapkan dengan jenis metode penelitian kualitatif . Penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2014).

Dalam melaksanakan pengendalian kualitas disuatu perusahaan, maka manajemen perusahaan perlu menerapkan melalui apa pengendalian kualitas tersebut akan dilakukan, maka ditentukan pengendalian kualitas yang tepat bagi perusahaan. pengendalian kualitas produk yang dilakukan meliputi 3 tahapan. (Ahyari dalam Muhaemin, 2012) :1. Pengendalian terhadap bahan baku/material produksi (Input)2. Pengendalian terhadap proses produksi yang sedang berjalan (Process)3. Pengendalian terhadap produk jadi (Output)

Penelitian ini menggunakan narasumber yang dipilih melalui teknik Purposive Sampling, yaitu menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu yang memberikan data secara maksimal (Sugiyono, 2014). Sebagai langkah pertama, peneliti memilih key informan, yaitu asisten pemilik yang sekaligus sebagai manajer pada Raja Roti di Samarinda.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:1. Library Research (penelitian kepustakaan) yaitu pengumpulan data dengan

menggunakan fasilitas perpustakaan untuk mendapatkan teori-teori yang mendukung dalam penulisan ini dengan mempelajari literatur atau buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Filed Research (penelitian lapangan) yaitu pengumpulan data dengan mengadakan penelitian secara langsung dilapangan yang merupakan obyektif penelitian.

Pengolahan data yang diperoleh dengan menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada, sesuai dengan pendekatan penelitian atau desain yang diambil. Metode yang digunakan mengacu pada prinsip-prinsip yang terdapat dalam metode six sigma. Metode ini digunakan untuk mengantisipasi terjadinya kesalahan atau defect dengan menggunakan langkah-langkah terukur dan terstruktur. Dengan berdasarkan data yang ada, maka studi deskriptif yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-faktor yang merupakan pendukung terhadap metode six sigma, kemudian menganalisis faktor-faktor tersebut untuk dicari peranannya terhadap pengendalian kualitas

668

Page 8: eJournal - Jurnal Administrasi Bisnisejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content... · Web viewImplementasi metode Six sigma disimpulkan bahwa dari tiga jenis kecacatan tertinggi

eJournal Administrasi Bisnis, Volume 5, Nomor 3, 2017: 662-674

produk, dilakukan berdasar metodologi six sigma yang meliputi DMAIC (Gaspersz, 2007).

Hasil PenelitianBahan baku dalam proses produksi pada Raja Roti di Samarinda

biasanya diperoleh berdasarkan pembelian ke toko penjualan bahan baku secara tidak tetap, sehingga jenis bahan baku yang didapatkan akan berbeda, hal yang sering dialami oleh Raja Roti tersebut mengakibatkan pada saat bahan baku yang didapat memiliki kualitas buruk, maka akan berpengaruh pada roti yang dihasilkan.

Beberapa hal yang dilaksanakan oleh Raja Roti di Samarinda untuk melaksanakan pengendalian terhadap proses produksi diantaranya:1. Persiapan, sebelum menjalankan kegiatan produksi, Raja Roti biasanya

memeriksa bahan baku dan mesin/peralatan yang akan digunakan, memastikan semua bahan telah ada dan mesin/peralatan siap beroperasi.

2. Jalannya proses produksi pada Raja Roti yang digambarkan dalam peta alur proses menjelaskan mengenai pembuatan ketiga jenis roti yang dihasilkan oleh Raja Roti di Samarinda.

Dari kegiatan produksi tiga jenis roti yang dilakukan oleh Raja Roti di Samarinda pada masing-masing proses produksinya, didapati adanya jenis-jenis penyebab kerusakan yang mengakibatkan kecacatan atau penolakan terhadap roti yang dibuat. Jenis cacat yang sering terjadi adalah ukuran tidak sesuai dengan jumlah cacat sebanyak 379 bungkus. Jumlah jenis cacat hangus/gosong sebanyak 286 buah roti, dan yang mengalami penolakan karena rasa tidak sesuai sebanyak 323 buah roti, selanjutnya adanya penolakan dikarenakan plastik pembungkus kotor sebanyak 157 bungkus, dan yang terakhir mengalami penolakan paling sedikit yaitu kertas pembungkus rusak/sobek sebanyak 146 buah roti. Perbandingan persentase penolakan produk terhadap hasil produksi Raja Roti di Samarinda pada September 2016 – Desember 2016 adalah sebesar 72%.Analisis dan PembahasanDefine

Berdasarkan permasalahan adanya produk cacat yang disebabkan oleh ukuran roti tidak sesuai, roti gosong/hangus, rasa tidak sesuai, plastik pembungkus kotor, dan plastik pembungkus rusak/sobek yang dapat menyebabkan kerugian bagi Raja Roti di Samarinda jika terus berlanjut dan tidak segera diatasi. Pemilihan bahan baku berpengaruh besar pada kelancaran proses produksi dan kualitas produk yang dihasilkan, semakin baik bahan baku yang digunakan maka akan semakin baik pula kualitas roti yang dihasilkan, demikian pula sebaliknya apabila bahan baku yang digunakan kurang baik maka roti yang dihasilkan juga kurang baik. Permasalahan adanya produk cacat yang terjadi, diduga karena disebabkan tidak adanya standar opersional prosedur pada proses produksi Raja Roti di Samarinda, sehingga timbulnya

669

Page 9: eJournal - Jurnal Administrasi Bisnisejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content... · Web viewImplementasi metode Six sigma disimpulkan bahwa dari tiga jenis kecacatan tertinggi

Analisis Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma (Saprul)

penyabab kecacatan yang saling terkait tidak dapat dihindari dalam setiap proses produksi untuk menekan produk cacat menjadi 0% dengan tindakan yang tepat.

kinerja Raja Roti di Samarinda pada September 2016 – Desember 2016 di bagian proses produksi yang tidak kompetitif disebabkan pada faktor utama yang menjadi penyabab paling potensial kecacatan produk yang terjadi, seharusnya dapat ditekan menuju 3,4 kegagalan per sejuta kesempatan dengan mengidentifikasi secara rinci penyebab masing-masing jenis kecacatan pada Raja Roti di Samarinda yakni dengan membuat standar operasioanl prosedur (SOP) pada penentuan kualifikasi bahan baku, tahapan proses produksi yang terarah, dan karakteristik produk yang siap dipasarkan.Measure1. Analisis Diagram Kontrol (P-Chart)Data diambil dari Raja Roti di Samarinda yaitu pengawasan kualitas yang diukur dari jumlah produk akhir. Pengukuran dilakukan dengan statistical quality control jenis P-Chart terhadap produk akhir pada bulan September 2016 – Desember 2016.

Sumber : data olahan penelitiGambar Diagram Kontrol

Pada gambar di atas, diketahui bahwa data yang diperoleh seluruhnya berada dalam batas kendali yang telah diterapkan, hal ini menunjukkan pengendalian dari kerusakan yang stabil tetapi masih tinggi yaitu sekitar 3,6% pada minggu ketujuh, oleh karenanya pengendalian kualitas pada Raja Roti di Samarinda memerlukan adanya perbaikan untuk menurunkan tingkat kecacatan sehingga mencapai nilai yang diharapkan sebesar 0%.2. Tahap Pengukuran tingkat Six Sigma dan Defect Per Million Opportunities

670

Page 10: eJournal - Jurnal Administrasi Bisnisejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content... · Web viewImplementasi metode Six sigma disimpulkan bahwa dari tiga jenis kecacatan tertinggi

eJournal Administrasi Bisnis, Volume 5, Nomor 3, 2017: 662-674

Untuk mengukur tingkat Six Sigma dari hasil produksi Raja Roti di Samarinda dapat dilakukan dengan cara yang dilakukan oleh Gaspersz (2007:42), dengan langkah sebagai berikut:Menghitung DPU (Defect Per Unit) :

Menghitung DPMO (Defect Per Million Opportunities) :

Selanjutnya mengkonveksi hasil perhitungan DPMO untuk mendapatkan hasil Sigma.

Dari hasil perhitungan diketahui bahwa proses produksi pada Raja Roti di Samarinda memiliki nilai DPMO dari bulan September hingga bulan Desember adalah 220.470,683290 dapat diinterprestasikan bahwa dari sejuta kesempatan yang ada akan terdapat 220.471 atau jika di persentasekan adalah sebesar 22,04% dari sejuta kesempatan dalam produksi, pada tingkat rata-rata sigma 3.79 dengan kemungkinan kerusakan rata-rata sebesar 11.024 atau 1,1% untuk sejuta produksi.Analyze1. Diagram ParetoData yang diolah untuk mengetahui persentase jenis produk yang ditolak, dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

671

Page 11: eJournal - Jurnal Administrasi Bisnisejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content... · Web viewImplementasi metode Six sigma disimpulkan bahwa dari tiga jenis kecacatan tertinggi

Analisis Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma (Saprul)

Sumber : data olahan penelitiGambar Diagram Pareto

Dari gambar sebelumnya pada diagram pareto diklasifikasikan kerusakan roti yang terjadi berdasarkan penyebab masing-masing jenis kecacatan pada periode September 2016 - Desember 2016 pada Raja Roti di Samarinda.2. Diagram Sebab-akibatKecacatan produk yang paling utama disebabkan oleh metode, karyawan, bahan baku, dan mesin, faktor-faktor tersebut menjadi penyebab utama yang mempengaruhi kelemahan proses produksi sehingga menimbulkan adanya kecacatan terhadap produk akhir pada Raja Roti di Samarinda, metode paling mempengaruhi terjadinya produk akhir adalah terkait pemberian intruksi yang kurang jelas.Improve

Mengusulkan tindakan-tindakan yang dapat diambil berdasarkan penyebab utama kegagalan pada faktor-faktor yang terkait, diantaranya :1. Manusia/KaryawanMelaksanakan pengawasan terhadap jalannya proses produksi dengan ketat penting untuk dilakukan, belum adanya SOP pada kegiatan produksi menyebabkan seringnya terjadi kesalahan akibat dari kelalaian karyawan hingga pengaturan mesin yang tidak tepat. Dengan adanya SOP pada Raja Roti di Samarinda yang mencatat kualifikasi bahan baku yang baik, langkah-langkah kerja yang tepat, dan segala bentuk pengaturan mesin/peralatan maka

672

Page 12: eJournal - Jurnal Administrasi Bisnisejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content... · Web viewImplementasi metode Six sigma disimpulkan bahwa dari tiga jenis kecacatan tertinggi

eJournal Administrasi Bisnis, Volume 5, Nomor 3, 2017: 662-674

memungkinkan bagi karyawan untuk mengikuti acuan yang berasal dari SOP, sehingga kegiatan produksi dapat dijalankan sesuai dengan arahan. 2. Bahan bakuPenentuan kualifikasi bahan baku yang digunakan dalam produksi sangat berpengaruh terhadap hasil produksi, adanya permasalahan yang muncul berkaitan dengan permasalahan jenis bahan baku yang digunakan seharusnya dapat menjadi koreksi bagi pihak Raja Roti di Samarinda untuk melaksanakan seleksi dalam penentuan kualifikasi bahan baku sesuai kebutuhan untuk menghasilkan produk berkualitas yang dapat dimuat dalam SOP bahan baku sebagai acuan bahan-bahan yang tepat untuk digunakan dalam kegiatan produksi.3. Mesin/alatPenggunaan mesin yang kurang baik disertai perawatan yang tidak tepat dapat menjadi pemicu permasalahan kecacatan yang terjadi, untuk itu pada teknik penggunaan mesin dan perawatannya perlu dibuat secara tertulis dan jelas yang dapat dicantumkan pada SOP Raja Roti di Samarinda sebagai acuan bagi karyawan yang bertugas agar dilaksanakan dengan lebih terarah sesuai pada ketetapan pada SOP.4. MetodeMetode kerja adalah faktor yang sangat erat dengan SOP berkaitan dengan intruksi kerja yang seharusnya dilaksanakan secara rinci berdasarkan tugas dan tanggung jawab pada masing-masing bagian produksi. Permasalahan intruksi kerja yang kurang jelas dapat dipertegas dengan pembuatan SOP yang menjelaskan secara rinci mengenai langkah-langkah yang wajib untuk dilaksanakan pada kegiatan produksi, dan jika tidak dijalankan akan menyebabkan kesalahan yang berakibat pada munculnya kecacatan.5. LingkunganBerkaitan dengan faktor lingkungan yang menjadi penyebab permasalahan kualitas pada Raja Roti di Samarinda yang disebabkan oleh masalah kebersihan dan penyimpanan, permasalahan yang muncul akibat dari adanya perlatan yang kotor hingga noda yang menempel pada kemasan dan peralatan seharusnya dapat lebih diperhatikan, penjagaan tempat penyimpanan yang baik perlu untuk diatasi dalam mencegah munculnya masalah serupa, untuk itu masalah penyimpanan dapat diatasi dengan melakukan standarisasi lingkungan produksi.Control

Pada setiap tindakan akan diprioritaskan pada sumber kegagalan yang mempunyai penyebab kegagalan terbanyak yaitu pada faktor manusia, metode dan bahan baku yang kemudian dilanjutkan pada faktor-faktor lainnya secara bertahap. Dengan adanya pengendalian kualitas maka diharapkan semua penyebab kecacatan yang terjadi dapat segera diatasi, dan permasalahan tidak terulang yang ada tidak terulang kembali. Konsep pengendalian yang diberikan pada dasarnya berupa petunjuk kerja atau intruksi kerja untuk pada saat

673

Page 13: eJournal - Jurnal Administrasi Bisnisejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content... · Web viewImplementasi metode Six sigma disimpulkan bahwa dari tiga jenis kecacatan tertinggi

Analisis Pengendalian Kualitas Produk dengan Metode Six Sigma (Saprul)

melakukan proses produksi. Tahapan pengendalian kualitas produk perlu dilakukan pengawasan yang ketat, sehingga dapat meminimalisasi terjadinya produk cacat hingga zero defect atau nol kecacatan.

PenutupSistem pengendalian kualitas yang ada pada Raja Roti di Samarinda

dengan tingkat produk cacat sebesar 1,1% untuk sejuta kesempatan produksi dan melebihi batas 4% yang menjadi harapan Raja Roti di Samarinda, seharusnya Raja Roti mampu mengoptimalkan kegiatan pengendalian kualitas produk, dibuktikan dengan adanya peluang kecacatan terendah sebesar 9.572 DPMO atau 0,96% kegagalan per sejuta produksi(DPMO).

Bahwa dengan metode Six sigma diketahui dari data produksi pada bulan September 2016 – Desember 2016 adalah sebanyak 29.796 bungkus dengan jumlah produk cacat yang terjadi sebesar 4,3% atau sebanyak 1.291 bungkus, menghasilkan tingkat Sigma rata-rata 3,79 dengan kemungkinan kerusakan sebesar 11.024 DPMO atau 1,1% kegagalan untuk sejuta produksi (DPMO), produk yang gagal dalam proses produksi dapat mengakibatkan peningkatan biaya produksi dan berpengaruh pada citra perusahaan berkaitan dengan kualitas produk yang pasarkan.

Berdasarkan pada analisis diagram sebab akibat dapat dilihat penyebab kecacatan secara rinci, hal ini membantu memfokuskan pada masalah kerusakan yang sering terjadi, mengisyaratkan permasalahan utama untuk ditangani dan memberikan manfaat yang besar, sehingga pengendalian kualitas produk pada Raja Roti di Samarinda dapat berjalan lebih baik.

Untuk dapat mengetahui jenis kerusakan yang sering terjadi secara rinci beserta faktor-faktor penyebabnya yang hingga saat ini dialami oleh Raja Roti di Samarinda, maka perusahaan perlu membuat secara rinci langkah-langkah atau prosedur kerja yang baik untuk meningkatkan atau menjaga kualitas yang ada sampai dengan pengawasannya dengan SOP produksi.

Penjelasan pada SOP secara rinci untuk memberikan pemahaman mengenai proses produksi termasuk pemberian intruksi kerja yang jelas dan terarah sangat penting untuk diterapkan, sehingga perbaikan pada pembuatan intruksi kerja yang lebih rinci perlu ditingkatkan beserta pengawasannya agar metode kerja yang dijalankan dapat mengacu pada standar yang telah ditetapkan, permasalahan lain sebagai penunjang bagi jalannya produksi agar lebih optimal adalah menyangkut masalah kelengkapan peralatan penolong seperti alat pengemasan yang dapat membantu kinerja agar berjalan efektif dan efisien.

Kualifikasi bahan baku yang sering berubah-ubah menjadi salah satu penyebab munculnya kecacatan yang terjadi, pembelian bahan-bahan ke toko tanpa aturan yang jelas akan mempengaruhi karakteristik produk yang dihasilkan, untuk itu perlu dipertimbangkan penentuan kualifikasi bahan yang digunakan pada produksi roti dengan menetapkan SOP bahan baku untuk

674

Page 14: eJournal - Jurnal Administrasi Bisnisejournal.adbisnis.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content... · Web viewImplementasi metode Six sigma disimpulkan bahwa dari tiga jenis kecacatan tertinggi

eJournal Administrasi Bisnis, Volume 5, Nomor 3, 2017: 662-674

menjelaskan rincian bahan baku yang sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan dalam mencapai kualitas produksi.

Daftar PustakaArikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Dengan Suatu Pendekatan

Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.Assauri, Sofjan. 2008. Manajemen Operasi dan Produksi. Jakarta: LP FE UIFahmi, Irham. 2014. Manajemen Operasi dan Produksi. Bandung: CV AlfabetaGaspersz, Vincent. 2007. Lean Six Sigma For Manufacturing And Service

Industries. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Ginting, Rosnani. 2007. Sistem Produksi. Yogyakarta: Graha Ilmu.Haming, Murdifin dan Mahfud Nurnajamuddin. 2007. Manajemen Produksi

Modern (Operasi Manufaktur dan Jasa). Jakarta: PT Bumi Aksara.Herjanto, E. 2007. Manajemen Operasi (Edisi ketiga). Jakarta: Grasindo.Hidayat, Anang. 2007. Strategi Six Sigma. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi 13.

Jakarta: Erlangga.Prawirosentono, Suyadi. 2007. Filosofi Baru Tentang Manajemen Mutu

Terpadu Abad 21”Kiat Membangun Bisnis Kompetitif”. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta

Sunardi dan Anita Primastiwi. 2015. Pengantar Bisnis (Konsep, Strategi & Kasus). Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service).

Yamit, Zulian. 2013. Manajemen Kualitas. Yogyakarta: EKONISIA.

675