effectiveness of online learning at bpsdm riau province
TRANSCRIPT
15
Effectiveness of Online Learning at BPSDM Riau Province Era New Normal
Efektifitas Pembelajaran Daring di BPSDM Provinsi Riau Era New Normal
H. Andry Sukarmen, SE., MP
Widyaiswara Ahli Madya
Abstrak
Pandemi Covid-19 berasal dari Wuhan Cina merubah proses pembelajaran, saat ini dilakukan
adaptasi kehidupan baru (new normal) dengan merubah pembelajaran dari klasikal menjadi
pembelajaran jarak jauh (PJJ)/Distance learning/daring. BPSDM Provinsi Riau melaksanakan
program kediklatan dengan PJJ yaitu Pelatihan Dasar (Latsar) CPNS, Pelatihan Kepemimpinan
Pengawas dan Pelatihan Kepemimpinan Administrator. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-
kualitatif dengan mewawancarai sebanyak 10 orang dengan penyiapan panduan wawancara yang
berkaitan dengan efektifitas PJJ era new normal, sedangkan teknik pengumpulan data dan informasi
memakai penelitian Snow ball. Hasil penelitian akan mengetahui permasalahan dalam tata kelola PJJ
dari aspek teknis maupun administrasi, serta kegunaan data dan informasi untuk melakukan efisiensi
PJJ. Aspek yang mendukung PJJ yaitu struktur organisasi yang efisien, dukungan kepegawaian
termasuk tenaga pengajar, ketersediaan sarana dan prasarana, serta pelaksanaan program pelatihan.
Sebanyak 23 orang Widyaiswara diketahui bahwa sebanyak 3 orang (13,04 %) sudah mahir
menggunakan komputer/laptop, 17 orang (73.92 %) bisa menggunakan komputer/laptop dengan fitur
standar, dan 3 orang (13,04 %) belum bisa menggunakan komputer/laptop. Hal ini berpengaruh pada
efektifitas pembelajaran daring, terutama pada pelatihan kompetensi PNS minimal 20 jam pelajaran.
Kata kunci : Efektifitas, Pembelajaran Daring, New Normal
Abstract
The Covid-19 pandemic originating in Wuhan China has changed the learning process,
currently adapting to a new life (new normal) is being carried out by changing learning from classical
to distance learning (PJJ) / Distance learning / online. BPSDM Riau Province carries out training
programs with PJJ, namely CPNS Basic Training, Supervisory Leadership Training and Administrator
Leadership Training. This study used a descriptive-qualitative method by interviewing as many as 10
people with the preparation of interview guides related to the effectiveness of PJJ in the new normal
era, while data and information collection techniques used Snow ball research. The results of the
research will find out the problems in PJJ governance from technical and administrative aspects, as
well as the use of data and information to make PJJ efficiency. Aspects that support PJJ are an efficient
organizational structure, staffing support including teaching staff, availability of facilities and
infrastructure, and implementation of training programs. As many as 23 lecturers, it is known that as
JURNALKARYA APARATUR
Volume : 04 TAHUN : 2020Nomor : 02
16
I. PENDAHULUAN
Dalam RPJMN ke IV tahun 2020-2024
menyatakan bahwa Agenda Pembangunan
Pemerintahaan Presiden Joko Widodo yang
menyangkut dengan peningkatan Sumber Daya
Manusia tercantum pada tema 3 yaitu
meningkatkan SDM berkualitas dan berdaya
saing, serta pada tema ke 4 yaitu revolusi mental
dan pembangunan kebudayaan . Ha l
disampaikan oleh Bapak Dr. Muhamad Taufik,
DEA selaku Deputi Kebijakan Pengembangan
Kompetensi LAN RI pada saat acara
pembukaan koordinasi, sinkronisasi dan
evaluasi pengembangan kompetensi manajerial
tahun 2020 BPSDM Provinsi Riau melalui
Zoom Cloud Meeting pada tanggal 25
November 2020.
Dalam meningkatkan SDM berkualitas
dan berdaya saing dapat di dilihat dari prioritas
kerja pemerintah tahun 2019-2020 yaitu
pembangunan SDM yang terdiri: 1) menjamin
kesehatan ibu hamil dan anak usia sekolah; dan
2) meningkatkan kualitas pendidikan akan
manajemen talenta. Pelaksanaan peningkatan
kualitas pendidikan dilakukan secara nyata
dengan pemberlakuan kebijakan sektor
pendidikan melalui program dan kegiatan
dengan dukungan anggaran sesuai dengan
kebutuhannya.
Pemerintah terus berupaya untuk
melaksanakan seluruh kebijakan sesuai dengan
RPJMN 2019-2024, namun pada awal tahun
2020 kondisi dunia berubah total dengan adanya
Pandemi Covid-19 yang disinyalir berasal dari
Wuhan Cina. Indonesia menjadi terdampak
secara langsung dimulai pada bulan Maret 2020,
sehingga tatanan kehidupan berubah. Perubahan
ini terjadi dengan penularan virus Covid-19
pada lingkup sektor kesehatan, selanjutnya
berpengaruh ke seluruh aspek kehidupan seperti
ekonomi, sosial, keuangan dan lain sebagainya,
terutama pada aspek pendidikan.
Sampai saat ini belum ada satu negara
pun yang sudah mengklaim menemukan
antivirus covid-19 ini termasuk Indonesia.
Dengan berbagai pertimbangan maka
Pemerintah mengambil langkah-langkah
terbaiknya yaitu menerapkan kebijakan New
Normal di masa pandemi covid-19. Tujuannya
adalah penurunan penularan covid-19, ekonomi
bangkit, kegiatan sosial kemasyarakatan
berjalan sebagaimana mestinya, dan akhirnya
dapat mewujudkan kesejahteraan rakyat.
Menurut Ibrahim (2000), menyebutkan:
Hasil perkembangan ilmu pengetahuan
memberitahukan kepada kita tentang
bagaimana cara hidup sehat dan panjang usia.
Untuk itulah Pemerintah mengambil sikap
untuk hidup sehat meskipun dimasa pandemi
covid-19 saat ini.
Adapun maksud new normal adalah
perubahan perilaku untuk tetap menjalankan
aktivitas normal namun dengan ditambah
menerapkan protokol kesehatan guna mencegah
terjadinya penularan covid-19. Dilihat dari data
tentang kondisi penyebaran covid-19 dan orang
many as 3 people (13.04%) are already proficient in using computers / laptops, 17 people (73.92%) can
use computers / laptops with standard features, and 3 people (13.04%) cannot use computers. / laptop.
This affects the effectiveness of online learning, especially in civil servant competency training, which
is conducted for a minimum of 20 hours of lessons.
Keyword : Effectiveness, Online Learning, New Normal
JURNALKARYA APARATUR
Volume : 04 TAHUN : 2020Nomor : 02
17
yang terdampak semakin meningkat. Adapun
jumlah terpapar covid-19 di Indonesia update
tanggal 24 November 2020 sudah menyebar di
34 Provinsi dan 505 Kabupaten/Kota seluruh
Indonesia. Untuk jumlah terkonfirmasi
sebanyak 506.302 orang, sembuh 425.313
orang dan 16.111 orang meninggal.
Tuntutan cara kerja ASN di era new
normal adalah : 1) Literasi digital (Digital
literacy); 2) Pola pikir tangkas (Agile mindset);
3) Kesehatan dan keseimbangan hidup (Health
and life balance); 4) Metode kerja yang
terintegrasi dan fleksibel (Integrated and
flexible working methode); dan 5) Lebih sedikit
untuk lebih banyak (Less for more). Inilah
tantangan akibat pandemi covid-19 sehingga
ASN berkewajiban melakukannya seluruh
tugasnya agar mencapai kinerja terbaik.
Bagi BPSDM Provinsi Riau telah
melaksanakan kebijakan tersebut dalam
kehidupan adaptasi baru (new normal) dengan
melaksanakan protokol kesehatan 3 M
(memakai masker, mencuci tangan dan menjaga
jarak) dalam bekerja, dan bahkan memberikan
fasilitas bekerja di rumah bagi ASN yang telah
berumur 55 tahun keatas.
Dalam pelaksanaan program juga sudah
menerapkan pembelajaran jarak jauh (PJJ)
sesuai dengan Surat Edaran Lembaga
Administrasi Negara (LAN) RI Nomor.10/K.1/
HKM.02.3/2020 tentang Panduan Teknis
Penyelenggaraan Pelatihan Dalam Masa
Pandemi Coronavirus Disease (Covid-19).
Adapun pelaksanan program kediklatan yang
dilakukan dengan PJJ (distance learning) yaitu
Pelatihan Dasar (Latsar) CPNS Pemerintah
Kabupaten Kepulauan Meranti 1 (satu)
angkatan, Pelatihan Kepemimpinan Pengawas
sebanyak 1 (satu) angkatan, Pelatihan
Kepemimpinan Pengawas sebanyak 1 (satu)
a n g k a t a n , P e l a t i h a n K e p e m i m p i n a n
Administrator sebanyak 1 (satu) Angkatan.
Pelaksanaan PJJ ini dilaksanakan tidak di kelas,
dan pembelajaran yang dilaksanakan dengan
tanpa kontak fisik secara langsung antara tenaga
pengajar (Widyaiswara) dengan peserta. Hal ini
sesuai dengan petunjuk LAN RI bahwa sistem
pendidikan pada pelat ihan ini t idak
mempersyaratkan adanya tenaga pengajar di
tempat peserta, namun dilakukan pertemuan
secara virtual melalui aplikasi Zoom Cloud
Meeting (ZCM), Google Classroom (GCR) dan
aplikasi lain yang mendukung PJJ. Namun
sudah efektifkah pelaksanaan PJJ di BPSDM
Provinsi Riau ?
II. METODE PENELITIAN
Dalam penulisan artikel berjudul
Efektifitas Pembelajaran Daring di BPSDM
Provinsi Riau Era New Normal menggunakan
me tode desk r ip t i f -kua l i t a t i f dengan
mewawancarai sebanyak 10 (sepuluh) orang
dengan penyiapan panduan wawancara yang
berkaitan dengan efektifitas PJJ era new normal,
sedangkan teknik pengumpulan data dan
informasi memakai penelitian Snow ball yang
merupakan salah satu teknik dalam penelitian
kualitatif yang digunakan untuk mendapatkan
informasi penelitian melalui pemberian
referensi secara bergulir, serta melakukan
observasi.
Penelitian ini menggunakan literasi dari
Sugiyono (2014) bahwa metode penelitian
kualitatif merupakan jenis penelitian yang
berlandaskan pada realitas, digunakan pada
kondisi objek yang alamiah, serta peneliti adalah
s e b a g a i i n s t r u m e n k u n c i , t e k n i k
pengelompokan data dilakukan secara tringulasi
(gabungan), analisis data bersifat induktif,
JURNALKARYA APARATUR
Volume : 04 TAHUN : 2020Nomor : 02
18
dan hasi l peneli t ian kuali tat if lebih
menekankan realitas nyata dari pada penalaran.
Penulis mewawancarai 10 (sepuluh)
orang yang mengetahui dan mengelola
kediklatan di BPSDM Provinsi Riau yaitu 9
(Sembi lan) orang Pengelo la Dikla t ,
Widyaiswara, Anggota Komite Penjamin Mutu
BPSDM Provinsi Riau dan 1 (satu) orang
alumni pelatihan, dan memberikan informasi
dan data yang dapat diolah menjadi bahan
tulisan ini
Adapun waktu penelitian ini
dilakukan pada kurun waktu tanggal 9 Maret s/d
9 September 2020, bertempat di BPSDM
Provinsi Riau. Hasil olah data dan informasi
dianalisis menjadi suatu tulisan yang diharapkan
menjadi gagasan dan inovasi untuk pengelolaan
kediklatan dengan PJJ (distance learning) atau
sering disebut dengan daring agar dapat berjalan
dengan semestinya.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam metode penelitian menggunakan
wawancara terhadap pengelola kediklatan di
BPSDM Provinsi Riau dengan memakai teknik
pengumpulan data dan informasi memakai
penelitian Snow ball dan observasi, maka
didapat hasil bahwa: 1) Mendapatkan
permasalahan dalam tata kelola PJJ; 2)
Memperoleh data dan informasi tentang
pengelolaan PJJ dari aspek teknis maupun
administrasi; dan 3) Kegunaan data dan
informasi untuk melakukan efisiensi PJJ.
Dalam analisis data dan informasi
tersebut dihubungkan dengan kerangka
pemikiran yang telah dikemukakan, kemudian
dihubungkan pula dengan pokok permasalahan
yang akan dianalisis. Data dan informasi ini
selanjutnya akan diolah dan dipaparkan secara
deskriptif dengan menggunakan Logical
Framework Analysis (LFA) atau Kerangka
Kerja Logis tentang identifikasi, penyiapan
disain program dalam suatu sistematika dan
kaitan yang masuk akal, penilaian disain
program, monitoring dan evaluasi kemajuan
(progress) serta kinerja (performance) program
Pembelajaran Daring di BPSDM Provinsi Riau
Era New Normal.
Dengan hasil penelitian ini maka penulis
menindaklanjuti dengan tulisan agar
permasalahan tentang tata kelola PJJ di BPSDM
Provinsi Riau dapat terlaksana dengan baik
sesuai dengan pedoman yang telah diberikan
oleh LAN RI. Pelaksanaan PJJ ini dimaksudkan
se l a in un tuk men ingka tkan inovas i
pembelajaran menggunakan teknologi
informasi juga dapat mengefisiensikan
anggaran pelaksanaan kediklatan sehingga
tujuan kediklatan dapat tercapai sesuai dengan
kurikulum, pada akhirnya akan terwujud
efektifitas Pembelajaran Daring di BPSDM
Provinsi Riau Era New Normal.
Sebagai perangkat daerah lingkup
P e m e r i n t a h P r o v i n s i R i a u B a d a n
Pengembangan Sumber Daya Manusia
(BPSDM) Provinsi Riau dipimpin oleh seorang
Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan
bertanggungjawab kepada Gubernur Riau
melalui Sekretaris Daerah Provinsi Riau.
BPSDM Provinsi Riau mempunyai tugas
membantu Gubernur Riau melaksanakan fungsi
penunjang Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah. Kepala BPSDM Provinsi
Riau dibantu oleh Sekretaris, Kepala Bidang
dan Jabatan Fungsional Widyaiswara dan
Jabatan Fungsional Perencana Program.
Adanya fungsi Pendidikan dan Pelatihan
Aparatur, didasarkan pada Peraturan Gubernur
Riau Nomor 95 Tahun 2016 tentang Kedudukan,
JURNALKARYA APARATUR
Volume : 04 TAHUN : 2020Nomor : 02
19
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta
Tata Kerja Badan Pengembangan Sumber Daya
Manusia Provinsi Riau, bahwa dalam
menunjang pelaksanaan tugas dan fungsi
BPSDM Provinsi Riau memiliki kelompok
Jabatan Fungsional Widyaisawara yang
merupakan jabatan fungsional yang harus ada
pada lembaga pendidikan dan pelatihan
pemerintah.
Saat melaksanakan fungsi dan tugasnya,
maka BPSDM Provinsi Riau didukung dengan
beberapa aspek yaitu:
1. Struktur Organisasi
Untuk struktur organisasi BPSDM
Provinsi Riau terdapat 21 (dua puluh satu)
jabatan struktural/eselon yaitu: a) Eselon II a
sebanyak 1 (satu) Jabatan; b) Eselon III a
sebanyak 5 (lima) Jabatan; dan c) Eselon IV a
sebanyak 21 (dua puluh satu) Jabatan, UPT, 24
orang Jabatan Fungsional Widyaiswara dan 1
orang Jabatan Fungsional Perencana Program.
Dilihat dari struktur organisasinya
menunjukkan miskin struktur dan kaya fungsi,
sehingga struktur organisasi akan dapat
mengelola tugas pokok dan fungsinya
sehngga kinerja yang diharapkan oleh Gubernur
selaku Kepala Daerah dapat tercapai.
2. Kepegawaian
Mengacu pada Peraturan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 22 Tahun 2014 tentang Jabatan
Fungsional Widyaiswara dan Angka Kreditnya,
Widyaisawara berkedudukan sebagai pejabat
fungsional bidang kediklatan pada Lembaga
Diklat Pemerintah. Adapun tugas pokok
Widyaisawara adalah mendidik, mengajar, dan
melatih (Dikjartih) PNS, evaluasi dan
pengembangan diklat pada Lembaga Diklat
Pemerintah.
Jumlah PNS sebanyak 105 orang sangat
membantu untuk terselenggaranya Diklat dan
akan memperlancar pelaksanaan tugas
Widyaiswara, untuk perbandingan jumlah
Widyaiswara dibandingkan dengan jumlah PNS
di BPSDM Provinsi Riau yaitu 1:4, artinya 1
orang Widyaiswara dibantu oleh 4 orang PNS.
Kondisi PNS tersebut bila dilihat dari
pangkat dan golongan, maka ada sebanyak 87
orang memiliki golongan III dan IV, dan
sebanyak 18 orang memiliki golongan I dan II.
Hal ini sangat membantu Widyaiswara dalam
pelaksanaan tugasnya, karena sebanyak 82,86 %
memiliki pangkat dan golongan III dan IV
artinya mereka ini memiliki pengalaman dan
kompetensi yang memadai dalam melayani
Widyaiswara, sehingga pelaksanaan tugas-tugas
kewidyaiswaraan akan semakin mudah dan
lancar. Demikian pula dengan latar belakang
Pendidikan bahwa sebanyak 83 orang atau 79,04
% lulusan Perguruan tinggi, dan telah mengikuti
Pelatihan Penjenjangan 63 orang, semakin
tinggi latar belakang Pendidikan PNS maka
akan berbanding lurus dengan kemampuan
dalam menyelesaikan tugasnya dalam melayani
Widyaiswara, sehingga latar belakang
Pendidikan akan sangat mendukung dan
memperlancar pelaksanaan tugas Widyaiswara.
Dari data yang diperoleh tahun 2020 ini, bahwa
jumlah Widyaiswara sebanyak 23 orang yang
terdiri dari laki-laki sebanyak 20 orang dan
perempuan sebanyak 3 orang, dengan
komposisi jabatan yaitu Widyaiswara Ahli
Utama, Widyaiswara Ahli Madya dan
Widyaiswara Ahli Muda, dengan menduduki
Pangkat, Gol./Ruang mulai dari Pembina, IV/a
sampai Pembina Utama Madya, IV/d.
Dari kepangkatan ini maka Widyaiswara
memiliki komposisi yang seimbang, karena
JURNALKARYA APARATUR
Volume : 04 TAHUN : 2020Nomor : 02
20
klasifikasi Widyaiswara dari pangkat/golongan
IV/a – IV/c sebanyak 16 orang atau 69,57 % dan
pangkat/golongan IV/d – IV/e sebanyak 7 orang
atau 30,43 %, hal ini menunjukkan bahwa
kompetensi dan tingkat pengalamannya sangat
memadai untuk melaksanakan tugas Dikjartih,
sehingga para Widyaiswara akan dapat
menerapkan metode pembelajaran andragogi
pada peserta Diklat dengan berbagi pengalaman
yang solutif dari pengalaman pribadinya.
Untuk pola rekrutmen Widyaiswara
dilakukan melalui pola Pendidikan dan Latihan
Calon Widyaiswara (Diklat Calon Widyaiswara
/Cawid) dan Pola Inpassing dari Pejabat
Struktural, hal ini ditunjukkan dengan jumlah
Widyaiswara dari pola rekruitmen Diklat
Calon Widyaiswara/Cawid sebanyak 15 orang
atau 65,22 %, sedangkan rekruitmen Pola
Inpassing sebanyak 8 orang atau 34,78 %. Hal
ini menunjukkan bahwa faktor rekruitmen
menjadi pendukung untuk penilaian kualitas
Widyaiswara secara keseluruhan, bahwa
rekruitmen pola Diklat Calon Widyaiswara/
Cawid lebih unggul dalam metodologi, variasi
dan inovasi pembelajaran, sedangkan
rekruitmen Pola Inpassing akan lebih unggul
pada pemecahan masalah (problem solving)
yang solutif karena didukung faktor pengalaman
sewaktu memanggu jabatan struktural, karena
f a k t o r p e n g a l a m a n m a s i n g - m a s i n g
Widyaiswara berbeda-beda.
Kemampuan Widyaiswara dalam
menggunakan teknologi multimedia dalam
proses belajar mengajar masih terbatas.
Meskipun banyak yang sudah menggunakan
namun sebatas teknologi sederhana seperti
bahan presentasi dengan menggunakan power
point. Itupun masih digunakan secara standar
dan mereka belum mampu memanfaatkan fitur-
fitur baru. Hal ini menyebabkan proses
pembelajaran tidak menarik dan berpotensi
membuat peserta pelatihan bosan dan tidak
termotivasi.
Sejalan dengan itu bahwa faktor umur
Widyaiswara juga berpengaruh pada
kemampuan menggunakan teknologi
multimedia. Dari data yang diperoleh umur
Widyaiswara berkisar antara 48 sampai dengan
63 tahun. Dalam menuju era Revolusi Industri
4.0 dengan mudah untuk mengkategorikan
Widyaiswara yang memahami teknologi
informasi, sehingga dalam pelaksanaan tugas
Dikjartih Widyaisawara sudah banyak yang
telah mengetahui teknologi multimedia dengan
menggunakan internet (Wifi) yang telah tersedia
di BPSDM Provinsi Riau, meskipun hanya
sebatas mengoperasionalkan komputer dengan
fitur-fitur standar dalam penampilan bahan
presentasi menggunakan power point, termasuk
belum mampu menghasilkan fitur-fitur baru
berupa fitur animasi dan template yang menarik
dan bervariasi. Pada akhirnya menyebabkan
proses pembelajaran tidak menarik dan
berpotensi membuat peserta pelatihan bosan
dan tidak termotivasi.
Pada saat ini kategori Widyaiswara yang
berumur lebih dari 50 tahun sebanyak 16 orang
atau 78, 26 % dan dianggap masih menggunakan
fitur-fitur standar, sedangkan Widyaiswara yang
berumur kurang dari 50 tahun sebanyak 7 orang
atau 21, 74 % sebahagian kecil sudah paham
dengan teknologi multimedia dan sebahagian
besar telah menggunakan fitur-fitur dan aplikasi
yang menarik dan bervariasi, sehingga
berpengaruh pada proses kediklatan terutama
pada penyusunan rencana pembelajaran yang
variatif dan inovatif menggunakan teknologi
multimedia, untuk itu Widyaiswara ini
disenangi oleh peserta Diklat karena proses
JURNALKARYA APARATUR
Volume : 04 TAHUN : 2020Nomor : 02
21
pembelajaran menarik dan berpotensi membuat
peserta pelatihan tidak bosan dan termotivasi
untuk lebih fokus dan aktif dalam proses
pembelajaran.
3. Sarana dan Prasarana
Secara umum sarana dan prasarana
digunakan antara lain untuk melaksanakan tugas
pokok Widyaisawara adalah mendidik,
mengajar, dan melatih (Dikjartih) PNS, evaluasi
dan pengembangan diklat, serta menunjang
kegiatan ketatausahaan atau administrasi
perkantoran, pembinaan dan pelayanan dalam
upaya peningkatan kualitas kinerja sumber daya
manusia/aparatur sipil negara serta penunjang
pelaksanaan program dan kegiatan BPSDM
Provinsi Riau.
Sarana dan prasarana yang dimiliki
BPSDM Provinsi Riau saat ini mengacu pada
standar yang telah ditetapkan pada Peraturan
Gubernur Riau Nomor 140 Tahun 2015 tentang
Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja di
Lingkungan Pemerintah Provinsi Riau. Sarana
prasarana yang dimiliki BPSDM Provinsi Riau
adalah sarana prasarana eks Unit Pelaksana
Teknis (UPT) Pendidikan dan Pelatihan pada
Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan
Daerah (BKP2D) Provinsi Riau yang
merupakan unit kerja eselon III. Saat ini
BPSDM Provinsi Riau merupakan perangkat
daerah eselon II yang memiliki 5 (lima) eselon
III dan 15 (lima belas) eselon IV. Terkait dengan
Sarana Gedung, maka terdapat 1 (satu) unit
Gedung digunakan oleh UPT Uji Kompetensi
Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Provinsi
Riau dengan status pinjam pakai.
Untuk melihat kondisi eksisting dan
gambaran prasarana dan sarana yang dimiliki
dan dikuasai untuk mendukung pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi serta pelayanan di
BPSDM Provinsi Riau yaitu Gedung Kantor
yang terletak di Jln. Ronggowarsito No. 14 2Pekanbaru dengan luas tanah sebesar 27.330 m .
Adapun prasarana yang dimiliki terdiri dari: 1)
Ruang Kepala Badan; 2) Ruang Sekretariat; 3)
Ruang Sekretaris; 4) Ruang Bidang Sertifikasi,
Kompetensi dan Penjamin Mutu; 5) Ruang
Bidang Pengembangan Kompetensi Manajerial;
6) Ruang Bidang Pengembangan Kompetensi
Teknis Inti dan Pengembangan Integritas; 7)
Ruang Bidang Pengembangan Kompetensi
Teknis Umum dan Fungsional; 8) Ruang Kelas I
(Kuantan); 9) Ruang Kelas II (Bengkalis); 10)
Asrama Rokan (A) kapasitas 10 kamar; 11)
Asrama Kampar (B) kapasitas 14 kamar; 12)
Asrama Indragiri (C) kapasitas 14 kamar; 13)
Asrama Siak (D) kapasitas 15 kamar; 14)
Asrama Peserta; 15) Aula Balai Tuah Karya
Abdi Negara; 16) Ruang Rapat Meranti; 17)
Ruang Widyaiswara; 18) Ruang Komite
Penjamin Mutu BPSDM; 19) Ruang makan
Cempaka; 20) Rumah Dinas; 21) Ruang
Kesehatan; 22) Ruang Perpustakaan; 23)
Mushola Al-Aqsa; dan 24) Sarana Olah Raga.
Sarana dan prasarana diatas, sudah
dianggap memadai untuk melaksanakan
pelatihan di BPSDM Provinsi Riau. Namun
dalam melaksanakan pembelajaran yang
inovatif menuju era revolusi industri 4.0 masih
memerlukan dukungan sarana dan prasarana
menggunakan Teknologi Informasi. Adapun
sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam
mendukung menuju era revolusi industri 4.0
yaitu: 1) Ruang komputer; 2) Komputer/Laptop;
3) Fasilitas pembelajaran dengan pemanfaatan
teknologi informasi: aplikasi e-learning, video
conference atau teknologi informasi lainnya
sesuai kebutuhan pembelajaran; 4) Ruang
Multimedia dan perangkatnya; dan 5) Perangkat
Sistem Manajemen Pembelajaran (Learning
Management System).
JURNALKARYA APARATUR
Volume : 04 TAHUN : 2020Nomor : 02
22
Tersedianya sarana dan prasarana
diatas, menjadikan Widyaiswara akan bekerja
secara baik dengan memanfaatkan media
yang ada dalam rangka inovasi pembelajaran
daring menuju era revolusi industri 4.0.
Pemanfaatan media dilengkapi dengan
perangkat teknologi informasi multimedia akan
dapat meningkatkan kemampuan dan inovasi
pembelajaran, sehingga seorang Widyaiswara
menjadi digital minded.
Dalam mengimplementasikan Peraturan
Pemerintah No. 17 Tahun 2020 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No. 11
Tahun 2017 tentang Manajemen PNS, maka
BPSDM Provinsi Riau dalam pengelolaannya
m e n e r a p k a n m e t o d e p e n g e m b a n g a n
kompetensi secara terintegrasi, bahwa
pengembangan kompetensi bagi setiap PNS
dilakukan paling sedikit 20 jam pelajaran
melalui pendekatan sistem pembangunan
terintegrasi (Corporate University). Adapun
konsep Corpu ASN adalah metode
pembelajaran bagi ASN yang memadukan
pendekatan klasikal dan non klasikal di
tempat kerja untuk mendukung pencapaian
strategi organisasi dan kebijakan nasional.
Sedangkan metode pembelajaran: 1) Formal
learning: 10% terdiri dari: a) Training; a) Self-
study; 2) Social learning: 20% terdiri dari: a)
Feedback; b) Coaching; c) Mentoring; dan 3)
Experiential social learning: 70% terdiri dari: a)
Project assignment; b) Special assignment; c)
On the job teaching; d) On the job training; e)
Task force Assignment; dan f) Rotation.
Untuk metode pembelajaran Social
learning dan Experiential social learning fokus
pada non training Development Program.
Upaya peningkatan kompetensi bagi
PNS, dilaksanakan untuk seluruh jumlah PNS di
Provinsi Riau sebanyak 16.220 (data BKD
Provinsi Riau per April 2019) serta jumlah PNS
dari Pemerintah Kabupaten/Kota se Provinsi
Riau sebanyak 73.147 orang (data tahun 2018),
sehingga kebijakan yang terbaik dengan
melaksanakan konsep Corpu ASN.
M e n g u t i p p o r t a l g u r u b e r b a g i
Kemendikbud oleh Wuryanto Puji Siswoyo
mengatakan: Pembelajaran daring dapat
memanfaatkan teknologi sebagai media.
Pembelajaran daring menurut The Report of the
Commission on Technology and Adult Learning
(2001) dalam Bonk Curtis J. (2002, hlm. 29)
defines e-learning as “instructional content or
learning experiences delivered or enabled by
electronic technology”. Oleh karena itu,
pembelajaran daring memerlukan siswa dan
guru berkomunikasi secara interaktif dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan
komunikasi, seperti media komputer/gawai
dengan internet, telepon atau faks. Pemanfaatan
media ini bergantung pada struktur materi
pembelajaran dan tipe-tipe komunikasi yang
diperlukan.
4. Program Pelatihan
BPSDM Provinsi Riau tahun 2020 ini
telah melaksanakan dengan PJJ yaitu: 1)
Pelatihan Dasar (Latsar) CPNS Pemerintah
Kabupaten Kepulauan Meranti 1 (satu)
Angkatan; 2) Pelatihan Kepemimpinan
Pengawas di lingkungan Pemerintah Provinsi
Riau sebanyak 1 (satu) Angkatan; dan 3)
Pelatihan Kepemimpinan Administrator di
lingkungan Pemerintah sebanyak 1 (satu)
Angkatan.
Fokus dalam PJJ ini adalah kemampuan
Widyaiswara dalam menggunakan teknologi
multimedia dalam proses pembelajaran. Untuk
Widyaiswara di BPSDM Provinsi Riau masih
JURNALKARYA APARATUR
Volume : 04 TAHUN : 2020Nomor : 02
terbatas kemampuannya dalam menggunakan
tekno log i mul t imedia da lam proses
pembelajaran, akan tetapi sudah banyak juga
Widyaiswara yang menggunakan teknologi
multimedia, namun hanya sebatas teknologi
multimedia yang sederhana saja seperti dalam
penyampaian bahan presentasi dengan
menggunakan power point secara standar, dan
belum mampu memanfaatkan fitur-fitur baru,
apalagi yang tersambung dengan web.
Kondisi ini disebabkan faktor umur
Widyaiswara berkisar antara 48 sampai dengan
63 tahun atau tidak masuk kategori kaum
milenial, karena menuju era Revolusi Industri
4.0 Widyaiswara wajib memahami teknologi
multimedia, untuk mendukung pelaksanaan
tugas Dikjartih. Apabila proses pembelajaran
dilakukan dengan menggunakan teknologi
multimedia menggunakan fitur-fitur atau
template yang menarik dan berbagai aplikasi
pembelajaran terbaru berupa animasi, maka
peserta Diklat akan termotivasi untuk aktif,
tidak bosan dan akan menyenangkan.
Dilihat dari kemampuan Widyaiswara
BPSDM Provinsi Riau dalam menggunakan
teknologi digital saat ini dapat menggambarkan
hasil output penyelesaian tugasnya. Dari 23
orang Widyaiswara diperoleh data melalui
observasi di lapangan, bahwa sebanyak 3 orang
(13,04 %) sudah mahir menggunakan
komputer/laptop, 17 orang (73.92 %) bisa
menggunakan komputer/laptop dengan fitur
standar, dan 3 orang (13,04 %) belum bisa
menggunakan komputer/laptop.
Untuk mengetahui produktifitas hasil
kerja Widyaiswara yang di atas, maka 3 orang
yang sudah mahir menggunakan komputer/
laptop akan menghasilkan variasi pembelajaran
menarik dengan inovasi. Sebagai contoh sudah
dapat menayangkan bahan tayangan yang
menarik, membuat dan mengedit video dan
menayangkannya sendiri, menayangkan materi
faktual dan update yang di-browsing dari internet
yang tersambung dengan wifi dan menggunakan
audio visual serta video conference. Untuk itu
dapat dikatakan Widyaiswara ini dapat
dikategorikan mampu menggunakan komputer/
laptop yang tersambung dengan TI secara online
sehingga dapat menghasilkan pembelajaran
secara kreatif/unik dan inovatif.
Sedangkan 17 orang Widyaiswara hanya
mampu menggunakan komputer/laptop dengan
fitur standar, dengan hasilnya bahan tayang
standar yaitu hanya dapat meng-copy untuk
menampilkan gambar/foto dan video. Selain itu
masih belum mampu menghasilkan bahan tayang
animasi dan bergerak.
Untuk 3 orang Widyaiswara belum bisa
menggunakan komputer/laptop, masih sebatas
hanya bisa menghidupkan dan mematikan
komputer/laptop, untuk menggunakan untuk
keperluan pengetikan dan pembuatan bahan
tayang masih meminta bantuan orang lain.
Dalam PJJ (Distance Learning) setiap
Widyaiswara wajib menyiapkan bahan persiapan
mengajar sesuai dengan spesialisasinya. Untuk
itu ketertiban dalam penyerahan bahan persiapan
mengajar ini menjadi bagian penting dari proses
pembelajaran antara lain Rancang Bangun
Pembelajaran Mata Diklat (RBPMD) dan
Rencana Pembelajaran, Bahan Tayang, Video
Instruksi Belajar, Tugas Learning Jurnal, Tugas
Merancang Nilai Dasar ANEKA (bagi Latsar
CPNS) dan T ugas Pembahasan Kasus.
Widyaiswara yang sudah mahir akan
menggunakan teknologi multimedia sebagai
media pembelajaran untuk memvariasikan
metode dan teknik pembelajaran seperti
23
JURNALKARYA APARATUR
Volume : 04 TAHUN : 2020Nomor : 02
penggunaan Google Classroom (GCR) dalam
penyampaian materi dan bahan tayang,
pemberian tugas dan penyampaian evaluasi atau
penilaiannya, sedangkan untuk video
conference menggunakan aplikasi Zoom Cloud
Meeting (ZCR), Webex dan Lark. Untuk pre-
test dan post-test menggunakan aplikasi Quizizz
atau Kahoot, menunjuk peserta dalam diskusi
menggunakan apl ikasi roul lete , saat
brainstorming menggunakan aplikasi Jam
Board atau Mentimeter, dan banyak lagi aplikasi
yang digunakan. Selain itu membuat sendiri
video pembelajaran dengan menggunakan
aplikasi Movavi, Filmora, Adobe Primier yang
diupload ke Link Youtube, dan men-download
video dari Youtube. Ada lagi untuk aplikasi
Corel Draw dan Photoshop membuat gambar
serta aplikasi Canva untuk membuat gambar
dan video.
Menurut Purwanto (2000), bahwa
inovasi tak akan pernah berhenti karena manusia
menginginkannya, dan sebagai individu,
manusia selalu mencari ide, cara dan objek-
objek baru yang dapat memenuhi mutu
kehidupannya. Untuk itu Widyaiswara agar
terus melakukan inovasi PJJ agar dapat proses
belajar mengajar yang menarik bagi peserta
Diklat. Namun menurut Prof. Johanes Basuki,
(2018), mengatakan: Intinya, pernyataan
tersebut dapat dimaknai bahwa pada hakekatnya
“Inovasi dapat meliputi penciptaan kembali atau
adaptasi dari suatu inovasi di lokasi lain, konteks
pada periode waktu”.
Dari kondisi diatas, maka Widyaiswara
yang belum memiliki kemampuan dan inovasi
dalam teknologi pembelajaran pada PJJ
(distance learning) disebabkan oleh berbagai
faktor antara lain: 1) Belum lengkapnya sarana
dan prasarana yang mendukung terhadap
teknologi pembelajaran yang inovatif menuju
Era Revolusi Industri 4.0 seperti penggunaan
komputer/laptop yang didukung dengan
teknologi informasi berbasis web atau
tersambung dengan jaringan wifi; 2) Belum
semua Widyaiswara telah mendapatkan
pengembangan kompetensi di dalam
mengembangkan kemampuan e-trainer atau
secara daring dalam merancang inovasi
pembelajaran menuju era Revolusi Industri 4.0;
3) Rendahnya kemauan Widyaiswara
dalam merancang pembelajaran yang inovatif,
terutama dalam menyusun RBPMB/RP secara
daring, namum belum dijadikan sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pembelajaran; 4)
Kurangnya diskusi dan interaksi sesama
Widyaiswara untuk meningkatkan pengetahuan
dan ketrampilan dalam PJJ terutama pada
Widyaiswara pengampu materi dengan agenda
yang sama; dan 5) Rendahnya pengawasan dari
penyelenggara dalam memantau Widyaiswara
apakah proses pembelajaran sesuai dengan
rancangan yang disusun atau tidak. Hampir
seluruh Widyaiswara BPSDM Provinsi Riau
terlambat menyampaikan persiapan atau
p e r e n c a n a a n p e m b e l a j a r a n s e b e l u m
melaksanakan proses pembelajaran.
Dalam Buku Modul Pe la t ihan
Kewidyaiswaraan berjenjang Tingkat Tinggi
Inovasi Sistem Diklat disebut menurut pendapat
Michael Armstrong (2007) dalam pada Mata
Pelatihan Inovasi Sistem Diklat menyebutkan:
sumber daya manusia (SDM) sebagai “an
organization's most valued assets–the people
working there, who individually and collectively
contribute to the achievement of its objectives”.
Dengan posisinya sebagai aset, maka tentunya
sumber daya manusia merupakan modal
organisasi. Segala pengeluaran untuk
24
JURNALKARYA APARATUR
Volume : 04 TAHUN : 2020Nomor : 02
meningkatkan kompetensi ASN seharusnya
dianggap sebagai investasi, yang pada
gilirannya akan mengembalikan hasil yang
berlimpah. Oleh karena itu dalam manajemen
sumber daya manusia, maka sumber daya
manusia ditetapkan sebagai aset organisasi yang
sangat berharga dalam berbagai literatur.
Secara umum Widyaiswara itu masih
bisa untuk meningkatkan kemampuan dalam
teknologi pembelajaran pada PJJ (distance
learning) menuju era Revolusi Industri 4.0. Hal
ini disampaikan oleh Deputi Kebijakan
Pengembangan Kompetensi ASN LAN RI,
bahwa Widyaiswara pada era new normal ini
wajib memiliki kemampuan penguasaan 1)
Digital literasi (Digital literacy); 2) Sosial
literasi (Social literacy); 3) Penyelesaian
masalah (Problem solving) diantaranya
Kreatifitas (Creativity), Berfikir kritis (Critical
Thinking), Kolaborasi (Collaboration) dan
Komunikasi (Communication).
Pada akhirnya, Pembelajaran Daring di
BPSDM Provinsi Riau Era New Normal
dirasakan masih belum efektif, untuk itu perlu
dilakukan: 1) Melengkapi sarana dan prasarana
yang terkait dengan teknologi multimedia; 2)
Peningkatan pengetahuan dan ketrampilan baik
Widyaiswara maupun penyelenggara terutama
Personal in Charge (PIC) dalam penggunaan
teknologi multimedia; 3) Community of practice
yaitu metode pembelajaran dengan cara berbagi
pengalaman dan pengetahuan dari kelompok
profesi, dilakukan dengan memanfaatkan
talenta yang dimiliki komunitas widyaiswara
(LAN RI, 2019); 4) Membuat Rumah Cerdas
Widyaiswara; dan 5) Memberikan penghargaan
(reward) dan sanksi (punishment) dari pimpinan
apabila tidak sesuai dengan kinerja atau
melanggar aturan/ketentuan, termasuk
pelanggaran etika profesi.
BPSDM Provinsi Riau dapat lebih
efektif melaksanakan pembelajaran daring di
era new normal dengan meningkatkan
kemampuan Widyaiswara menggunakan
komputer berbasis teknologi multimedia (web)
akan lebih cepat dan bervariasi dalam membuat
persiapan bahan mengajar sesuai dengan
kebutuhan peserta Diklat. Begitu pula dalam
proses pembelajarannya dapat menampilkan
media pembelajaran yang variatif, inovatif dan
pada akhirnya peserta Diklat dalam suasana
yang senang, gembira dan tidak monoton.
IV. REKOMENDASI
Rekomendasi untuk efekt i f i tas
pembelajaran daring di BPSDM Provinsi Riau
era new normal antara lain:
1. Membentuk Komunitas Belajar/
Community of Practices/Networking
yaitu metode pembelajaran dengan cara
berbagi pengalaman dan pengetahuan
d a r i k e l o m p o k p r o f e s i , d a n
pembelajaran ini dilakukan di tempat
kerja secara klasikan maupun daring;
2. Membentuk Coaching Clinic yaitu
melatih, mengarahkan, memotivasi,
mendampingi, memberdayakan, dan
memaksimalkan;
3. M e l a k u k a n M e n t o r i n g y a i t u
pembimbingan untuk peningkatan
kinerja melalui transfer pengetahuan,
pengalaman dan keterampilan dari
orang yang lebih berpengalaman pada
bidang yang sama; dan
4. Mengoptimalkan Laboratorium Inovasi
y a i t u m e n e l u r k a n p e m i k i r a n
pembaharuan/inovatif secara esensial
yang harus dilakukan untuk upaya
meningkatkan mutu kediklatan.
25
JURNALKARYA APARATUR
Volume : 04 TAHUN : 2020Nomor : 02
V. DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. Dr. H. Afifudin, M.M. (2017).
Dasar-Dasar Manajemen. Bandung:
Alfa Beta.
2. Ibrahim, M.Sc. (2000). Inovasi
Pendidikan. Jakarta. Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
3. Sugiyono. (2014). Metode Penelitian
Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfa
Beta.
4. Lembaga Administrasi Negara. (2015).
P a n d u a n P e n y e l e n g g a r a a n
Laboratorium Inovasi Administrasi
Negara. Jakarta: LAN.
5. Lembaga Administrasi Negara. (2016).
Modul Diklat Kewidyaiswaraan
Berjenjang Tingkat Tinggi, Inovasi
Sistem Diklat. Jakarta: LAN.
26
JURNALKARYA APARATUR
Volume : 04 TAHUN : 2020Nomor : 02