efektivitas pelatihan penggunaan modul pendamping …
TRANSCRIPT
51 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 51 - 63
EFEKTIVITAS PELATIHAN PENGGUNAAN MODUL PENDAMPING KMS
TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETEPATAN
KADER DALAM MENGINTERPRETASIKAN HASIL
PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU
EFFECTIVENESS TRAINING MODULE USE KMS COACH ON THE
IMPROVEMENT OF KNOWLEDGE AND ACCURACY IN
INTERPRETING CADRE CHILDREN OF WEIGHING
IN POSYANDU
Agus Hendra Al-Rahmad*
*Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh, Jl. Soekarno-Hatta, Lampeneurut, Aceh Besar.
Telp:065146126. E-mail: [email protected]
Abstrak : Hasil pemantauan status gizi di Propinsi Aceh tahun 2013 diproleh 19,72% anak KEP total, dan 1,80%
diantaranya termasuk KEP berat, serta prevalensi anak pendek mencapai sebesar 37,1%. Peran kader yang sangat
strategis melalui kegiatan pemantauan pertumbuhan anak di posyandu, maka diperlukan pelatihan dengan Modul
Pendamping KMS untuk menentukan interpretasi hasil penimbangan anak di posyandu. Penelitian untuk menilai
efektivitas pelatihan penggunaan modul pendamping KMS terhadap peningkatan pengetahuan dan ketepatan kader
dalam menginterpretasikan hasil penimbangan balita. Jenis penelitian deskriptif analitik menggunakan desain
Quasi Experimental dengan pendekatan pretest posttest non equivalent group. Penelitian dilaksanakan di Wilayah
Kerja Puskesmas Darul Imarah selama 2 bulan, (Agustus-September 2014). Sampel merupakan kader puskesmas
berjumlah 40 orang (20 perlakuan dan 20 kontrol). Data dikumpulakan secara wawancara dan dianalisis
menggunakan statistik R-Cmdr terhadap analisis deskriptif dan analisis inferensial. Hasil penelitian diketahui
pelatihan mempunyai pengaruh signifikan dalam meningkatkan pengetahuan (p= 0,002) dan ketepatan kader
(p=0,000) dalam melakukan interpretasi data. Selanjutnya dibuktikan pelatihan dengan modul KMS lebih efektif
dalam meningkatkan pengetahuan kader (p=0,022) dan meningkatkan ketepatan kader (p=0,000) dibandingkan
pelatihan tanpa modul. Kesimpulannya bahwa pelatihan dengan modul pendamping KMS mempunyai pengaruh
dalam meningkatkan pengetahuan dan ketepatan kader, selain itu pelatihan ini mempunyai efektifitas yang lebih
baik dibandingkan pelatihan tanpa modul.
Kata Kunci: Modul Pendamping KMS, Kader, Pengetahuan, Ketepatan, Interpretasi
Abstract :Results of monitoring of nutritional status in the province of Aceh in 2013 acquired 19.72% total PEM
children, and 1.80% of them including severe PEM, and the prevalence of short children reached 37.1%. Cadre of
highly strategic role through monitoring the growth of children in neighborhood health center, the necessary
training with KMS companion module to determine the interpretation of the results of weighing children in
neighborhood health center. Study to assess the effectiveness of training in the use of KMS companion module to
increase the knowledge and accuracy in interpreting the results cadres child's weight. Analytic descriptive study
using Quasi-Experimental design with pretest posttest approach non-equivalent group. The experiment was
conducted in Darul Imarah for 2 months. The survey results revealed training exercise significant influence in
increasing knowledge (p=0.002) and the accuracy of cadres (p=0.000) in the interpretation of data. Further
training evidenced by KMS module is more effective in increasing the knowledge of cadres (p=0.022) and increase
the accuracy of cadres (p=0.000) compared with no training modules. The conclusion that training with a
companion module KMS have an influence in increasing the knowledge and precision of cadres, besides this
training has better effectiveness than training without modules.
Keywords:Complementary modules, Kader, Knowledge, Accuracy, Interpretation
PENDAHULUAN
Kesepakatan global yang dituangkan dalam
Millennium Development Goals (MDG’s) yang
terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator,
dengan target pada tahun 2015 setiap negara
harus menurunkan angka kematian anak
51
nasuwakesaceh.ac.id
Efektifitas Penggunaan Modul Pendamping KMS ……. 52
dibawah 5 tahun sampai dua pertiga dari angka
kematian anak pada tahun 1990. Dua dari
indikator sebagai penjabaran tujuan pertama
MDG’s adalah menurunnya prevalensi gizi
kurang pada anak balita dan menurunnya
jumlah penduduk dengan defisit energi1.
Kekurangan gizi merupakan masalah serius
yang berkontribusi kematian balita dan
kematian ibu. Di Indonesia sampai kini masih
terdapat empat masalah gizi utama yang harus
ditanggulangi dengan program perbaikan gizi,
upaya perbaikan gizi dilaksanakan secara
bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan
pentahapan dan prioritas pembangunan
nasional. Sasaran jangka panjang yang ingin
dicapai adalah bahwa masalah gizi tidak
menjadi masalah kesehatan masyarakat2.
Hasil Riskesdas 2010, menunjukkan bahwa
prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di
Indonesia adalah 17,9%, balita pendek 35,6%
dan kurus 13,3%. Provinsi Aceh memiliki
prevalensi gizi buruk dan kurang yang masih
berada diatas angka prevalensi nasional yaitu
23,7 %. Berdasarkan hasil survei Pemantauan
Status Gizi (PSG) tahun 2012 di Kabupaten
Aceh Besar diketahui prevalensi balita yang
mengalami gizi kurang sebesar 23,5% dan gizi
buruk sebesar 11,4%. Prevalensi gizi buruk dan
gizi kurang (KEP Total) dari tahun 2009 sampai
dengan 2012 relatifnya mengalami peningkatan
yang signifikan3.
Pemantauan pertumbuhan merupakan salah
satu kegiatan utama program perbaikan gizi,
yang menitikberatkan pada upaya pencegahan
dan peningkatan keadaan gizi balita6.Penelitian
Minarto9, menyimpulkan bahwa frekuensi dan
kontinyuitas berat badan tidak naik secara
konsisten sangat mempengaruhi pertumbuhan
bayi 6 bulan dan 12 bulan. Faktor kesakitan dan
pemantauan pertumbuhan sangat
mempengaruhi ketepatan pengukuran dan
tindak lanjutnya oleh kader5. Selain itu
pembinaan kader merupakan sarana penting
dalam peningkatan pengetahuan dan
keterampilan kader6.
Trainingneeds assessment kader di Propinsi
Aceh, ternyata kader masih kesulitan dalam
pengisian grafik KMS, termasuk dalam
menentukan interpretasi hasil penimbangan.
Peran kader yang sangat strategis melalui
kegiatan pemantauan pertumbuhan anak di
posyandu dan masih banyak dijumpai kesalahan
kader dalam menentukan interpretasi hasil
penimbangan, maka penulis tertarik untuk
melakuan penelitian tentang efektivitas
pelatihan penggunaan modul pendamping KMS
terhadap peningkatan pengetahuan dan
ketepatan kader dalam menginterpretasikan
hasil penimbangan balita.
METODE PENELITIAN
Penelitian kuantitatif menggunakan
desainQuasi Experimental dengan rancangan
nasuwakesaceh.ac.id
53 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 51 - 63
pretest posttest non equivalent group.
Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Darul
Imarah Aceh Besar, terhitung Agustus –
September 2014. Sampel merupakan kader
terpilih secara acak dari hasil perhitungan
besar sampel menggunakan rumus ukuran
sampel untuk menguji hipotesis dua sisi dua
populasi rata-rata10
, yaitu:
𝑛 =2𝜎2(𝑍1−𝛼/2 + 𝑍1−𝛽 )2
(𝜇𝑜 − 𝜇𝑎)2
Besar sampel diperoleh 40 orang yang
dibagi kedalam dua kelompok (20 perlakuan
dan 20 kontrol). Pengumpulan data meliputi
data primer (identitas subjek, pengetahuan,
ketepatan kader) yang diperoleh melalui
wawancara dan observasi. Data skunder
meliputi wilayah kerja kader, demografi
lokasi serta data dukung lainnya diperoleh
melalui studi dokumen. Data diolah secara
komputerisasi dengan melewati beberapa
tahapan yaitu, editing, coding, entry,
cleaning data entry. Kemudian melakukan
analisis data menggunakan software statistik
R (R-Cmdr) bersifat open source.Analisis
data dimulai secara deskriptif, pengujian pra
syarat analisis, pengujian normalitas
(Kolmogorov Smirnov), dan pengujian
homogenitas varians tes statistik yang
digunakan adalah uji F (Levene’s Test for
Equality of Variances). Dalam membuktikan
hipotesis, uji statistik yaitu Dependent T-Test
dan Independent T-Test. Statistik Dependent
T-Test atau Wilcoxon (data tidak berdistribusi
normal) serta Independent T-Test atau Mann
Whitney (data tidak berdistribusi normal).
PEMBAHASAN
Karakteritik Subjek
Penelitian dilakukan dalam wilayah kerja
Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh
Besar, dengan Subjek penelitian adalah kader
yang sampai saat ini aktif dalam kegiatan
penimbangan balita di posyandu berjumlah 40
orang. Adapun karakteristik kader terdiri dari
umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,
pelatihan kader yang sejenis dan lamanya
menjadi kader.
Berdasarkan hasil penelitian menurut tabel
1 dapat dijelaskan bahwa menurut karakteristik
umur tidak terdapat perbedaan proporsi baik
pada kelompok perlakuan dengan kelompok
kontrol dengan nilai p=0,896 (p-value > 0,05).
Begitu juga dengan pendidikan, hasil statistik
tidak terdapat perbedaan proporsi jenis
pendidikan antara kelompok perlakuan dengan
kelompok kontrol dengan nilai p=0,279 (p-value
> 0,05). Menurut karakteristik pelatihan
tergambarkan secara proporsi bahwa baik pada
kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol
umumnya sudah pernah mendapatkan pelatihan,
artinya secara statistik untuk karakteristik
pelatihan kader juga tidak terdapat perbedaan
proporsi pada kedua kelompok dengan nilai
nasuwakesaceh.ac.id
Efektifitas Penggunaan Modul Pendamping KMS ……. 54
p=1,000 (p-value > 0,05). Sedangkan menurut
karakteristik lama bekerja, pada kader posyandu
tergambarkan bahwa secara proporsi yang
bekerja 5 tahun kebawah umumnya lebih
banyak. Menurut hasil statistik terbukti bahwa
tidak terdapat perbedaan lama bekerja
responden antara kedua kelompok. Berikut
secara lebih jelas disajikan dalam Tabel 1
berikut ini lengkap dengan hasil uji statistik :
Tabel 1. Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian menurut Kelompok Penelitian
Karakteristik Subjek
Kelompok Penelitian X
2
(p-value) Perlakuan Kontrol
n % n %
Umur
- 21 – 30 tahun
- 31 – 40 tahun
- 41 – 50 tahun
7
10
3
35,0
50,0
15,0
6
10
4
30,0
50,0
20,0
0,22
(0,896)
Pendidikan
- SD
- SMP
- SMA
- Diploma
- Sarjana
1
6
12
0
1
5,0
30,0
60,0
0,0
5,0
4
2
13
0
1
20,0
10,0
65,0
0,0
5,0
3,84
(0,279)
Pelatihan
- Ya
- Tidak
13
7
65,0
35,0
14
6
70,0
30,0
0,11
(1,000)
Lama Bekerja
- 5 tahun kebawah
- Diatas 5 tahun
10
10
50,0
50,0
12
8
60,0
40,0
0,40
(0,751)
Total 20 100,0 20 100,0
Hasil penelitian mengilustrasi, tidak
terdapatnya perbedaan yang signifikan pada
CI:95% pada karakteristik subjek, bahwa
kelompok subjek penelitian baik dari
kelompok perlakuan maupun kelompok
kontrol berasal dari karakteristik yang sama
sehingga diharapkan tidak terjadinya
ketimpangan data dalam penelitian sehingga
hasil dari intervensi pada kelompok perlakuan
merupakan perubahan akibat dari pelatihan
penggunaan modul pendamping KMS, bukan
akibat dari perbedaan karakteristik subjek.
Pengaruh Pelatihan Modul KMS
terhadap Pengetahuan dan Ketepatan
Kader dalam Interpretasi Hasil
Penimbangan
Berikut ini merupakan hasil analisis data
secara analitik yang meliputi pengetahuan
kader dalam penimbangan dan ketepatan
kader dalam melakukan interpretasi data yang
digolongkan menurut kelompok baik dengan
penggunaan modul maupun tanpa penggunaan
modul.dianalisis secara statistik
nasuwakesaceh.ac.id
55 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 51 - 63
menggunakan uji Dependent T-Test, dengan
CI:95%.
Kelompok Kader yang Mendapat
Pelatihan dengan Penggunaan Modul
Pendamping KMS
Pengaruh pelatihan dengan modul
pendamping KMS terhadap peningkatan
kemampuan kader dalam hal pengetahuan dan
ketepatan interpretasi data hasil penimbangan
sebagaimana disajikan pada tabel 3 dapat
dijelaskan bahwa pengetahuan kader antara
sebelum dilakukan pelatihan dengan setelah
dilakukan pelatihan dengan modul pendamping
KMS ternyata mempunyai selisih rerata
sebesar 1,4 dengan deviasinya 1,70. Hasil
statistik menunjukan terdapat perbedaan
signifikan antara pengetahuan kader sebelum
pelatihan dengan setelah pelatihan dengan nilai
p=0,002
(p-value < 0,05). Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa pelatihan penggunaan
modul pendamping KMS bagi kader ternyata
secara statistik menujukan pengaruh yang
bermakna untuk meningkatkan pengetahuan
kader dalam hal menginterpretasikan hasil
penimbangan di Posyandu dalam wilayah kerja
Puskesmas Darul Imarah tahun 2014.
Tabel 3. Pengaruh Pelatihan Penggunaan Modul Pendamping KMS terhadap Peningkatan
Pengetahuan dan Ketepatan Kader (n=20)
Mean ± SD ∆ Mean ±
SD CI:95% p-value
Pengetahuan Kader :
- Sebelum pelatihan 14,1 + 1,33 1,4 + 1,70 0,61 – 2,19 0,002**
- Setelah pelatihan 15,5 + 1,79
Ketepatan Kader :
- Sebelum pelatihan 7,4 + 0,50 1,4 + 0,88 0,99 – 1,81 0,000**
- Setelah pelatihan 8,8 + 0,95
** Signifikan pada CI:95% dengan df=19 (p-value< 0,05)
Ketepatan kader sebagaimana hasil
penelitian pada tabel 4, dapat juga dijelaskan
bahwa selisih rerata ketapatan kader antara
sebelum dilakukan pelatihan dengan setelah
dilakukan pelatihan yaitu sebesar 1,4 dengan
deviasinya 0,88. Secara statistik, hasil ini juga
menunjukan terdapat perbedaan signifikan antara
ketepatan kader sebelum pelatihan dengan
setelah pelatihan dengan nilai p=0,000 (p-value <
0,05) dalam melakukan interpretasi data hasil
penimbangan di Posyandu. Sehingga dapat
disimpulkan, pelatihan penggunaan modul
pendamping KMS bagi kader ternyata secara
statistik menujukan pengaruh yang sangat
signifikan untuk menghasilkan ketepatan kader
dalam meningkatkan serta menginterpretasikan
nasuwakesaceh.ac.id
Efektifitas Penggunaan Modul Pendamping KMS ……. 56
data terkait hasil penimbangan di Posyandu
dalam wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah
tahun 2014.
Kelompok Kader yang Mendapat
Pelatihan Tanpa Penggunaan Modul
Pendamping KMS
Pengaruh pelatihan yang diberikan
kepada kader berkaitan dengan interpretasi
hasil penimbangan tanpa penggunaan modul
pendamping KMS terhadap upaya
mengetahui kemampuan kader dalam hal
pengetahuan dan ketepatan interpretasi data
hasil disajikan pada tabel 4.
Tabel 4. Pengaruh Pelatihan Tanpa Penggunaan Modul Pendamping KMS terhadap Peningkatan
Pengetahuan dan Ketepatan Kader (n=20)
Mean ± SD ∆ Mean ±
SD CI:95% p-value
Pengetahuan Kader :
- Sebelum pelatihan 13,9 + 1,79 0,3 + 1,60 -0,45 – 1,05 0,410*
- Setelah pelatihan 14,2 + 1,35
Ketepatan Kader :
- Sebelum pelatihan 7,1 + 0,69 0,1 + 0,72 -0,24 – 0,44 0,541*
- Setelah pelatihan 7,2 + 0,88
* Tidak Signifikan pada CI:95% dengan df=19 (p-value> 0,05)
Berdasarkan tabel 4, dapat dijelaskan
bahwa pengetahuan kader antara sebelum
dilakukan pelatihan dengan setelah dilakukan
pelatihan tanpa penggunaan modul pendamping
KMS ternyata mempunyai selisih rerata hanya
sebesar 0,3 dengan deviasinya 1,60. Hasil
statistik menunjukan tidak terdapat perbedaan
antara pengetahuan kader sebelum pelatihan
dengan setelah pelatihan dengan nilai p=0,410
(p-value > 0,05). Hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa pengetahuan kader tidak
bisa ditingkatkan dengan pelatihan tanpa
memberikan modul pendamping KMS terkait
interpretasi data hasil penimbangan di Posyandu
pada wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah
tahun 2014.
Selain itu, faktor ketepatan kader menurut
tabel 4 juga terlihat bahwa selisih rerata skor
ketepatan kader dalam melakukan interpretasi
data hasil penimbangan di Posyandu pada
pelatihan tanpa penggunaan modul pendamping
KMS antara sebelum dengan sesudah pelatihan
hanya sebesar 0,1 dengan deviasinya 0,72.
Secara statistik, hasil ini tidak menunjukan
perbedaan antara ketepatan kader sebelum
pelatihan dengan setelah pelatihan dengan nilai
p=0,541 (p-value > 0,05) dalam melakukan
interpretasi data hasil penimbangan di
Posyandu. Sehingga disimpulkan, pelatihan
tanpa penggunaan modul pendamping KMS
bagi kader ternyata secara signifikan tidak bisa
menujukan pengaruh untuk menghasilkan
nasuwakesaceh.ac.id
57 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 51 - 63
ketepatan kader dalam menginterpretasikan data
terkait hasil penimbangan di Posyandu dalam
wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah tahun
2014.
Efektifitas Pelatihan Modul
Pendamping KMS terhadap
Peningkatan Pengetahuan dan
Ketepatan Kader dalam Interpretasi
Hasil Penimbangan di Posyandu
Efektivitas pelatihan yang dilakukan
dengan penggunaan modul pendamping KMS
bertujuan melihat apakah pelatihan dan
penerapan daripada modul yang telah dirancang
yang mengacu kepada standar KMS 2008,
mempunyai nilai yang lebih baik untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketepatan kader
dalam melakukan interpretasi data hasil
penimbangan di Posyandu bila dibandingkan
pelatihan tanpa penggunaan modul. Untuk
mengetahui hasil efektivitas tersebut, secara
statistik digunakan uji statistik Independent T-
Test. Berikut hasil analisis data yang meliputi
pengetahuan kader dan ketepatan kader menurut
kelompok perlakuan penelitian (menggunakan
modul pendamping KMS) dan kelompok
kontrol (tanpa menggunakan modul).
Tabel 5. Efektivitas Pelatihan antara Penggunaan Modul Pendamping KMS (n=20) dengan Pelatihan
Tanpa Modul (n=20) dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Ketepatan Kader
Faktor dalam Interpretasi
Hasil Penimbangan
Setelah Pelatihan Kader Dalam Interpretasi Hasil
Penimbangan di Posyandu
(Postest)
n Mean + SD CI:95% p-value
Pengetahuan Kader
- Menggunakan Modul
- Tanpa dengan Modul
20
20
15,5 + 1,792
14,2 + 1,785
0,205 – 2,495
0,022**
Ketepatan Kader
- Menggunakan Modul
- Tanpa dengan Modul
20
20
8,8 + 0,951
7,2 + 0,875
1,065 – 2,235
0,000**
** Signifikan pada CI:95% dengan df=38 (p-value< 0,05)
Hasil penelitian berkaitan dengan
efektifitas pelatihan antara menggunakan modul
pendamping KMS dengan tidak menggunakan
modul pendamping KMS (tabel 5) yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan
kader dan ketepatan kader dalam melakukan
interpretasi data hasil penimbangan di
Posyandu, dapat dijelaskan untuk menilai
efektifitas dari suatu pelatihan dilihat
berdasarkan pencapaian pada akhir kegiatan
setelah proses pelatihan dievaluasi. Berdasarkan
tabel 6 terlihat bahwa setelah dilakukan
pelatihan diantara kedua kelompok, ternyata
kelompok yang mendapat modul pendamping
KMS mempunyai nilai rerata yang lebih besar
dibandingkan kelompok tanpa penggunaan
modul. Hal ini jelas terlihat dari pemusatan nilai
rata-ratanya baik untuk variabel pengetahuan
nasuwakesaceh.ac.id
Efektifitas Penggunaan Modul Pendamping KMS ……. 58
kader (menggunakan modul=15,5 dan tanpa
modul=14,2) dengan perbedaannya sebesar 1,35
maupun variabel ketepatan kader
(menggunakan modul=8,8 dan tanpa
modul=7,2) dengan perbedaannya sebesar 1,65.
Selanjutnya hasil statistik menunjukan
bahwa terdapat perbedaan yang siginifikan pada
CI:95% baik pengetahuan kader (p-value=
0,022) maupun ketepatan kader (p-value=
0,000) antara kedua kelompok perlakuan yaitu
kelompok pelatihan yang mendapat modul
pendamping KMS lebih tinggi nilai reratanya
dibandingkan kelompok pelatihan tanpa
penggunaan modul pendamping KMS (p-
value< 0,05).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
pelatihan dengan modul pendamping KMS
yang diberikan kepada kader ternyata
mempunyai nilai efektifitas yang lebih baik bila
dibandingkan dengan pemberian pelatihan tanpa
penggunaan modul pendamping KMS untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketepatan kader
dalam melakukan interpretasi data hasil
penimbangan Posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Darul Imarah.
PEMBAHASAN
Karakteristik Responden
Karakteristik dari subjek penelitian antara
kelompok kader dengan perlakuan dan
kelompok kader dengan kontrol adalah
homogen. Berdasarkan hasil uji statistik pada
karakteristik umur, tingkat pendidikan, pelatihan
kader dan lamanya menjadi kader tidak terdapat
perbedaan yang bermakna secara proporsi pada
kedua kelompok. Tidak terdapat perbedaan
yang bermakna pada CI:95% pada skor pretes
antara kelompok kader perlakuan dengan
kelompok kader kontrol (p > 0,05). Hal ini
menunjukkan kemampuan awal kedua
kelompok adalah seimbang. Jika karakteristik
awal kedua kelompok sama/seimbang, maka
apabila terdapat perubahan peningkatan
pengetahuan dan ketepatan kader dalam
melakukan interpretasi data hasil penimbangan
itu merupakan akibat yang diperoleh karena
intervensi yang diberikan dan bukan oleh faktor
lain.
Pengaruh Pelatihan Modul KMS
terhadap Pengetahuan dan Ketepatan
Kader dalam Interpretasi Hasil
Penimbangan
Pengaruh Pelatihan Modul KMS
terhadap Pengetahuan
Hasil statistik menunjukan perbedaan
signifikan antara pengetahuan kader sebelum
pelatihan dengan setelah pelatihan (p-value <
0,05). Dapat disimpulkan bahwa pelatihan
penggunaan modul pendamping KMS bagi
kader ternyata secara statistik menujukan
pengaruh yang bermakna untuk meningkatkan
pengetahuan kader.
Hal ini sejalan dengan penelitian Khaidir
(2005) bahwa pengetahuan kader dalam
nasuwakesaceh.ac.id
59 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 51 - 63
pengelolaan posyandu meningkat secara
signifikan sesudan mendapat pelatihan
berdasarkan kompetensi. Menurut Ratna, dkk.
(2009), pendidikan kesehatan melalui modul
terbukti memiliki pengaruh yang bermakna
dalam meningkatkan pengetahuan ibu balita
dalam pemberian makanan sumber vitamin A.
Lebih lanjut juga didukung oleh penelitian Al
Rahmad2, bahwa terdapat perbedaan yang
bermakna pengetahuan dan perilaku Tenaga
pelaksana Gizi (TPG) pada kelompok
perlakuan, yang menunjukan pelatihan dengan
penggunaan media modul dapat meningkatkan
pengetahuan begitu signifikan.
Informasi dapat berasal dari berbagai
bentuk termasuk pendidikan formal maupun
non formalyang dikonversi menjadi
pengetahuan. Pengetahuan merupakan domain
yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang15.
Pengetahuan merupakan
hasil dari tahu yang terjadi setelah melakukan
penginderaan terhadap suatu obyek tertentu,
yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar
pengetahuan atau kognitif merupakan domain
yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang.12
Menurut Hamalik5, pelatihan sangat
erat kaitan dengan pendidikan, berdasarkan
kemampuan yang ingin dikembalikan, maka
jelaslah pelatihan berarti juga pendidikan.
Pelatihan merupakan solusi yang tepat untuk
memenuhi kebutuhan pengetahuan (Omar at al.,
2009).
Pengaruh Pelatihan Modul KMS
terhadap Ketepatan Kader
Ketepatan kader menunjukan perbedaan
signifikan antara sebelum pelatihan dengan
setelah pelatihan (p-value < 0,05) dalam
melakukan interpretasi data hasil penimbangan
di Posyandu. Pelatihan penggunaan modul
pendamping KMS bagi kader ternyata
menujukan pengaruh yang sangat signifikan
untuk menghasilkan ketepatan kader dalam
meningkatkan serta menginterpretasikan data
hasil penimbangan di Posyandu dalam wilayah
kerja Puskesmas Darul Imarah tahun 2014.
Hal ini sejalan dengan Saleh et al., (2001)
menemukan hasil bahwa program pelatihan
meningkatkan tingkat keterampilan. Penelitian
Khaidir (2005) menyatakan keterampilan kader
dalam pengelolaan posyandu meningkat secara
signifikan sesudah mendapat pelatihan
berdasarkan kompetensi. Pendidikan kesehatan
melalui modul berpengaruh dalam
meningkatkan keterampilan TPG dalam
melakukan interpretasi data status gizi balita2.
Menurut hamalik5 kegiatan pelatihan
mempunyai tujuan adalah untuk meningkatkan
kemampuan kerja peserta yang menimbulkan
perubahan perilaku aspek-aspek kognitif,
keterampilan dan sikap, seperti: kemampuan
membentuk dan membina hubungan antar
nasuwakesaceh.ac.id
Efektifitas Penggunaan Modul Pendamping KMS ……. 60
perorangan (personal) dalam organisasi,
kemampuan menyesuaikan diri dengan
keseluruhan lingkungan kerja, pengetahuan
dan kecakapan untuk melakukan suatu
pekerjaan tertentu dan kebiasaan, pikiran dan
tindakan serta sikap dalam pekerjaan.
Al Rahmad, dkk1 menyatakan bahwa suatu
program pelatihan akan memperoleh
keterampilan sebagai faktor utama dalam
menentukan keberhasilanya menurut tujuan
yang akan dicapai. Omar at al., (2009) pelatihan
merupakan solusi yang tepat untuk memenuhi
kebutuhan keterampilan. Minarto dalam Al
Rahmad2 menyatakan bahwa efektivitas dari
hasil pemantauan dan promosi terhadap
pertumbuhan balita sangat dipengaruhi oleh
ketepatan pengukuran dan tindak lanjutnya,
maka untuk memperoleh data yang baik dan
berkualitas pengukur (kader) harus mendapat
pelatihan secara rutinitas.
Efektifitas Pelatihan Modul
Pendamping KMS terhadap
Peningkatan Pengetahuan dan
Ketepatan Kader dalam Interpretasi
Hasil Penimbangan di Posyandu
Penggunaan metode yang tepat dalam
pelatihan sangat mendukung hasil suatu
pelatihan. Menurut Mathis & Jackson (2006)
bahwa penerapan yang efektif dari sebuah
pelaksanaan pelatihan membutuhkan
penggunaan rancangan pelatihan, seperti
mempersiapkan dan mempertimbangkan
konsep dan model pembelajaran, motivasi
belajar, serta pendekatan efektifitas diri.
Hasil penelitian terdapat perbedaan
siginifikan (p-value< 0,05) baik pengetahuan
kader maupun ketepatan kader antara kedua
kelompok perlakuan. Pelatihan dengan modul
pendamping KMS yang diberikan kepada
kader ternyata mempunyai nilai efektifitas
yang lebih baik bila dibandingkan dengan
pelatihan tanpa penggunaan modul untuk
meningkatkan pengetahuan dan ketepatan
kader dalam melakukan interpretasi data hasil
penimbangan Posyandu di wilayah kerja
Puskesmas Darul Imarah.
Hasil penelitian ini searah dengan
penelitian Al Rahmad,2TPG Puskesmas yang
mendapat pelatihan dan penerapan berbasis
software WHO Anthro lebih efektif
dibandingkan dengan berbasis konvensional
dalam membentuk kualitas dan data status gizi
yang lebih baik. Lebih lanjut Murdick et al.
(1986) dalamAl Rahmad,dkk 1
menyimpulkan
untuk melakukan pengolahan data diperlukan
suatu peralatan yang bisa meningkatkan
pemahaman serta aksebilitas yang tinggi dan
tingkat penyimpanan yang lebih baik,
mempunyai kecepatan dalam melakukan
pengolahan data, penyajian output yang lebih
menarik dan ini merupakan sesuatu hal yang
sangat lazim dilakukan oleh perangkat
elektronik seperti komputer dan perangkat
lainnya. Oleh karena itu, kedepannya
nasuwakesaceh.ac.id
61 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 51 - 63
diharapkan bahwa kader dalam melakukan
interpretasi hasil penimbangan lebih mengarah
kearah komputerisasi, artinya setidaknya bisa
tersedia KMS dalam bentuk software.
Pendidikan dan pelatihan menjadi sangat
penting disuatu institusi kesehatan, mengingat
dalam mencapai tujuannya diperlukan tenaga
kerja yang berkualitas serta terampil.
Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja
khususnya bidang kesehatan merupakan suatu
proses dalam meningkatkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan terhadap hal-hal yang
sifatnya baru maupun proses penyegaran yang
pada akhirnya masalah ini akan menjadi salah
satu faktor sukses pencapaian tujuan institusi.
Pelatihan adalah suatu proses yang
meliputi serangkaian tindak (upaya) yang
dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk
pemberian bantuan yang dilakukan oleh tenaga
profesional yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam
bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan
efektivitas dan produktivitas dalam suatu
organisasi.8
KESIMPULAN
Untuk meningkatkan pengetahuan kader
dalam hal interpretasi hasil penimbangan,
maka pelatihan dengan modul pendamping
KMS secara signifikan dapat meningkatkan
pengetahuan serta mempunyai nilai ketepatan
yang lebih baik dalam melakukan interpretasi
data hasil penimbangan. Hasil penelitian
membuktikan bahwa pelatihan dengan modul
pendamping KMS-2008 secara signifikan
meningkatkan pengetahuan (p=0,002) dan juga
meningkatkan ketepatan kader (p=0,000)
dalam menginterpretasikan hasil
penimbangan balita di Posyandu melalui
pelatihan di Wilayah Kerja Puskesmas Darul
Imarah Kabupaten Aceh Besar. Selanjutnya
pelatihan penggunaan modul pendamping
KMS-2008 mempunyai efektivitas yang
lebih baik terhadap peningkatan pengetahuan
(p=0022) dan ketepatan kader (p=0,000)
dibandingkan pelatihan tanpa penggunaan
modul dalam menginterpretasikan hasil
penimbangan balita di Posyandu di Wilayah
Kerja Puskesmas Darul Imarah Kabupaten
Aceh Besar.
SARAN
Untuk meningkatkan keterampilan kader
dalam hal membuat interpretasi hasil
penimbangan yang tepat sebaiknya pada waktu
pelatihan kader tentang interpretasi hasil
penimbangan dilakukan dengan alat
bantumodul. Selain itu perlu penguatan
terhadap modul pendamping, sehingga bisa
digunakan secara menyeluruh pada semua
wilayah puskesmas khususnya yang berada
diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten
Aceh Besar. Sedangkan saran bagi pihak dinas
kesehatan terkait, agar dapat memfasilitasi
kegiatan pelatihan kader dengan menggunakan
modul pendamping KMS-2008 sehingga dapat
nasuwakesaceh.ac.id
Efektifitas Penggunaan Modul Pendamping KMS ……. 62
dimanfaatkan dengan baik demi membentuk
data dan informasi gizi yang mempunyai nilai
kualitasnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Hasil penelitian ini tidak terlepas dari
keterlibatan berbagai pihak, baik dari tenaga gizi
dan kader di Puskesmas Darul Imarah yang telah
membantu peneliti serta atas ketersediaannya
menjadi responden dalam penelitian untuk
mendukung data yang lebih baik. Pihak pimpinan
Puskesma juga yang telah memberikan izin demi
kelancaran dalam penelitian. Selanjutnya terima
kasih kepada tim pakar dijajaran Poltekkes
Kemenkes Aceh yang telah memberikan
masukan dan saran serta konstribusi lainnya demi
hasil penelitian ini kearah yang lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
1. Al Rahmad, dkk (2009) Efektifitas
Penggunaan Standart Baru Antropometri
WHO-2006 Terhadap Peningkatan
Pengetahuan Dan Penilaian Status Gizi
Tenaga Gizi Pelaksana Dikota Banda
Aceh Tahun 2009,Edisi 1 2011, Volume:
4, 2011. Nasuwakes Poltekkes Aceh
2. Al Rahmad, (2013) Efektivitas Penggunaan
Standar Pertumbuhan WHO Anthro
Terhadap Kualitas Dan Informasi Data
Status Gizi Balita,
http://etd.ugm.ac.id/index.php.
3. Depkes RI, (2002) Pemantauan Pertumbuhan
Balita, Dirjen Binkesmas, Jakarta.
4. Depkes RI, (2006a) Standar Pemantauan
Pertumbuhan Balita, Dirjen. Bina Gizi
Masyarakat Jakarta
5. Depkes RI, (2002) Pemantauan Pertumbuhan
Balita, Dirjen Binkesmas, Jakarta.
6. Depkes RI, (2006b) Pedoman Umum
Pengelolaan Posyandu, Direktorat
Jendral Bina Kesehatan Kesehatan
Masyarakat Jakarta.
7. Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan FKM-
UI, (1998) Program Perbaikan Gizi
Keluarga di dalam Posyandu, Dirjen
Binkesmas Depkes RI Jakarta
8. Hamalik, O., (2005) Pengembangan Sumber
Daya Manusia Manajemen Pelatihan
Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu,
Bumi Aksara
9. Minarto, (2008) Berat Badan Tidak Naik
Sebagai Indikator Dini Gangguan
Pertumbuhan pada Bayi Sampai Usia 12
Bulan di Kab. Bogor Jabar Tahun 2006
dalam Jurnal Info Pangan dan Gizi Vol.
IX No. 3, halaman 23-24.
10. Murti, B., (1997) Prinsip dan Metode Riset
Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
11. Mudjianto dan Trintin T., (2002) Efektifitas
Kartu Menuju Sehat (KMS) Anak Balita
sebagai Sarana Penyuluhan Gizi di
Posyandu, di dalam media :Informasi
Pangan dan Gizi Vol. XIII No. 2,
halaman 1-3
12. Notoatmodjo, S., (2007) Promosi Kesehatan
dan Ilmu Perilaku, Penerbit : Rineka
Cipta, Jakarta.
13. Nasution, S., (2003) Berbagai Pendekatan
dalam Proses Belajar & Mengajar.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
14. Satoto, A.B. Jahari., Soekirman., (2002)
Growth Data from Posyandu in
Indonesia : Precision, Accuracy,
Realibility and Utilization. Jakarta :Gizi
Indonesia, Vol. XXVI, No. 26, Halaman
18-24
15. Simon-Morton, B.G., Green, W.H., Gottlieb,
N.H., (1995) Introduction to Health
Education and Health Promotion. USA :
Waveland Press inc. Illinois.
16. Wahyudin, D.H., Supriadi, D., & Abdulhak, I.,
(2002) Pengantar Pendidikan, Buku
Materi Pokok MKDK 4301/3 SKS/Modul
1-9. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka
nasuwakesaceh.ac.id