efektivitas pelatihan penggunaan modul pendamping …

12
EFEKTIVITAS PELATIHAN PENGGUNAAN MODUL PENDAMPING KMS TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETEPATAN KADER DALAM MENGINTERPRETASIKAN HASIL PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU EFFECTIVENESS TRAINING MODULE USE KMS COACH ON THE IMPROVEMENT OF KNOWLEDGE AND ACCURACY IN INTERPRETING CADRE CHILDREN OF WEIGHING IN POSYANDU Agus Hendra Al-Rahmad* *Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh, Jl. Soekarno-Hatta, Lampeneurut, Aceh Besar. Telp:065146126. E-mail: [email protected] Abstrak : Hasil pemantauan status gizi di Propinsi Aceh tahun 2013 diproleh 19,72% anak KEP total, dan 1,80% diantaranya termasuk KEP berat, serta prevalensi anak pendek mencapai sebesar 37,1%. Peran kader yang sangat strategis melalui kegiatan pemantauan pertumbuhan anak di posyandu, maka diperlukan pelatihan dengan Modul Pendamping KMS untuk menentukan interpretasi hasil penimbangan anak di posyandu. Penelitian untuk menilai efektivitas pelatihan penggunaan modul pendamping KMS terhadap peningkatan pengetahuan dan ketepatan kader dalam menginterpretasikan hasil penimbangan balita. Jenis penelitian deskriptif analitik menggunakan desain Quasi Experimental dengan pendekatan pretest posttest non equivalent group. Penelitian dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Darul Imarah selama 2 bulan, (Agustus-September 2014). Sampel merupakan kader puskesmas berjumlah 40 orang (20 perlakuan dan 20 kontrol). Data dikumpulakan secara wawancara dan dianalisis menggunakan statistik R-Cmdr terhadap analisis deskriptif dan analisis inferensial. Hasil penelitian diketahui pelatihan mempunyai pengaruh signifikan dalam meningkatkan pengetahuan (p= 0,002) dan ketepatan kader (p=0,000) dalam melakukan interpretasi data. Selanjutnya dibuktikan pelatihan dengan modul KMS lebih efektif dalam meningkatkan pengetahuan kader (p=0,022) dan meningkatkan ketepatan kader (p=0,000) dibandingkan pelatihan tanpa modul. Kesimpulannya bahwa pelatihan dengan modul pendamping KMS mempunyai pengaruh dalam meningkatkan pengetahuan dan ketepatan kader, selain itu pelatihan ini mempunyai efektifitas yang lebih baik dibandingkan pelatihan tanpa modul. Kata Kunci: Modul Pendamping KMS, Kader, Pengetahuan, Ketepatan, Interpretasi Abstract :Results of monitoring of nutritional status in the province of Aceh in 2013 acquired 19.72% total PEM children, and 1.80% of them including severe PEM, and the prevalence of short children reached 37.1%. Cadre of highly strategic role through monitoring the growth of children in neighborhood health center, the necessary training with KMS companion module to determine the interpretation of the results of weighing children in neighborhood health center. Study to assess the effectiveness of training in the use of KMS companion module to increase the knowledge and accuracy in interpreting the results cadres child's weight. Analytic descriptive study using Quasi-Experimental design with pretest posttest approach non-equivalent group. The experiment was conducted in Darul Imarah for 2 months. The survey results revealed training exercise significant influence in increasing knowledge (p=0.002) and the accuracy of cadres (p=0.000) in the interpretation of data. Further training evidenced by KMS module is more effective in increasing the knowledge of cadres (p=0.022) and increase the accuracy of cadres (p=0.000) compared with no training modules. The conclusion that training with a companion module KMS have an influence in increasing the knowledge and precision of cadres, besides this training has better effectiveness than training without modules. Keywords:Complementary modules, Kader, Knowledge, Accuracy, Interpretation PENDAHULUAN Kesepakatan global yang dituangkan dalam Millennium Development Goals (MDG’s) yang terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator, dengan target pada tahun 2015 setiap negara harus menurunkan angka kematian anak 51 nasuwakesaceh.ac.id

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

4 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS PELATIHAN PENGGUNAAN MODUL PENDAMPING …

51 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 51 - 63

EFEKTIVITAS PELATIHAN PENGGUNAAN MODUL PENDAMPING KMS

TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN KETEPATAN

KADER DALAM MENGINTERPRETASIKAN HASIL

PENIMBANGAN BALITA DI POSYANDU

EFFECTIVENESS TRAINING MODULE USE KMS COACH ON THE

IMPROVEMENT OF KNOWLEDGE AND ACCURACY IN

INTERPRETING CADRE CHILDREN OF WEIGHING

IN POSYANDU

Agus Hendra Al-Rahmad*

*Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh, Jl. Soekarno-Hatta, Lampeneurut, Aceh Besar.

Telp:065146126. E-mail: [email protected]

Abstrak : Hasil pemantauan status gizi di Propinsi Aceh tahun 2013 diproleh 19,72% anak KEP total, dan 1,80%

diantaranya termasuk KEP berat, serta prevalensi anak pendek mencapai sebesar 37,1%. Peran kader yang sangat

strategis melalui kegiatan pemantauan pertumbuhan anak di posyandu, maka diperlukan pelatihan dengan Modul

Pendamping KMS untuk menentukan interpretasi hasil penimbangan anak di posyandu. Penelitian untuk menilai

efektivitas pelatihan penggunaan modul pendamping KMS terhadap peningkatan pengetahuan dan ketepatan kader

dalam menginterpretasikan hasil penimbangan balita. Jenis penelitian deskriptif analitik menggunakan desain

Quasi Experimental dengan pendekatan pretest posttest non equivalent group. Penelitian dilaksanakan di Wilayah

Kerja Puskesmas Darul Imarah selama 2 bulan, (Agustus-September 2014). Sampel merupakan kader puskesmas

berjumlah 40 orang (20 perlakuan dan 20 kontrol). Data dikumpulakan secara wawancara dan dianalisis

menggunakan statistik R-Cmdr terhadap analisis deskriptif dan analisis inferensial. Hasil penelitian diketahui

pelatihan mempunyai pengaruh signifikan dalam meningkatkan pengetahuan (p= 0,002) dan ketepatan kader

(p=0,000) dalam melakukan interpretasi data. Selanjutnya dibuktikan pelatihan dengan modul KMS lebih efektif

dalam meningkatkan pengetahuan kader (p=0,022) dan meningkatkan ketepatan kader (p=0,000) dibandingkan

pelatihan tanpa modul. Kesimpulannya bahwa pelatihan dengan modul pendamping KMS mempunyai pengaruh

dalam meningkatkan pengetahuan dan ketepatan kader, selain itu pelatihan ini mempunyai efektifitas yang lebih

baik dibandingkan pelatihan tanpa modul.

Kata Kunci: Modul Pendamping KMS, Kader, Pengetahuan, Ketepatan, Interpretasi

Abstract :Results of monitoring of nutritional status in the province of Aceh in 2013 acquired 19.72% total PEM

children, and 1.80% of them including severe PEM, and the prevalence of short children reached 37.1%. Cadre of

highly strategic role through monitoring the growth of children in neighborhood health center, the necessary

training with KMS companion module to determine the interpretation of the results of weighing children in

neighborhood health center. Study to assess the effectiveness of training in the use of KMS companion module to

increase the knowledge and accuracy in interpreting the results cadres child's weight. Analytic descriptive study

using Quasi-Experimental design with pretest posttest approach non-equivalent group. The experiment was

conducted in Darul Imarah for 2 months. The survey results revealed training exercise significant influence in

increasing knowledge (p=0.002) and the accuracy of cadres (p=0.000) in the interpretation of data. Further

training evidenced by KMS module is more effective in increasing the knowledge of cadres (p=0.022) and increase

the accuracy of cadres (p=0.000) compared with no training modules. The conclusion that training with a

companion module KMS have an influence in increasing the knowledge and precision of cadres, besides this

training has better effectiveness than training without modules.

Keywords:Complementary modules, Kader, Knowledge, Accuracy, Interpretation

PENDAHULUAN

Kesepakatan global yang dituangkan dalam

Millennium Development Goals (MDG’s) yang

terdiri dari 8 tujuan, 18 target dan 48 indikator,

dengan target pada tahun 2015 setiap negara

harus menurunkan angka kematian anak

51

nasuwakesaceh.ac.id

Page 2: EFEKTIVITAS PELATIHAN PENGGUNAAN MODUL PENDAMPING …

Efektifitas Penggunaan Modul Pendamping KMS ……. 52

dibawah 5 tahun sampai dua pertiga dari angka

kematian anak pada tahun 1990. Dua dari

indikator sebagai penjabaran tujuan pertama

MDG’s adalah menurunnya prevalensi gizi

kurang pada anak balita dan menurunnya

jumlah penduduk dengan defisit energi1.

Kekurangan gizi merupakan masalah serius

yang berkontribusi kematian balita dan

kematian ibu. Di Indonesia sampai kini masih

terdapat empat masalah gizi utama yang harus

ditanggulangi dengan program perbaikan gizi,

upaya perbaikan gizi dilaksanakan secara

bertahap dan berkesinambungan sesuai dengan

pentahapan dan prioritas pembangunan

nasional. Sasaran jangka panjang yang ingin

dicapai adalah bahwa masalah gizi tidak

menjadi masalah kesehatan masyarakat2.

Hasil Riskesdas 2010, menunjukkan bahwa

prevalensi gizi buruk dan gizi kurang di

Indonesia adalah 17,9%, balita pendek 35,6%

dan kurus 13,3%. Provinsi Aceh memiliki

prevalensi gizi buruk dan kurang yang masih

berada diatas angka prevalensi nasional yaitu

23,7 %. Berdasarkan hasil survei Pemantauan

Status Gizi (PSG) tahun 2012 di Kabupaten

Aceh Besar diketahui prevalensi balita yang

mengalami gizi kurang sebesar 23,5% dan gizi

buruk sebesar 11,4%. Prevalensi gizi buruk dan

gizi kurang (KEP Total) dari tahun 2009 sampai

dengan 2012 relatifnya mengalami peningkatan

yang signifikan3.

Pemantauan pertumbuhan merupakan salah

satu kegiatan utama program perbaikan gizi,

yang menitikberatkan pada upaya pencegahan

dan peningkatan keadaan gizi balita6.Penelitian

Minarto9, menyimpulkan bahwa frekuensi dan

kontinyuitas berat badan tidak naik secara

konsisten sangat mempengaruhi pertumbuhan

bayi 6 bulan dan 12 bulan. Faktor kesakitan dan

pemantauan pertumbuhan sangat

mempengaruhi ketepatan pengukuran dan

tindak lanjutnya oleh kader5. Selain itu

pembinaan kader merupakan sarana penting

dalam peningkatan pengetahuan dan

keterampilan kader6.

Trainingneeds assessment kader di Propinsi

Aceh, ternyata kader masih kesulitan dalam

pengisian grafik KMS, termasuk dalam

menentukan interpretasi hasil penimbangan.

Peran kader yang sangat strategis melalui

kegiatan pemantauan pertumbuhan anak di

posyandu dan masih banyak dijumpai kesalahan

kader dalam menentukan interpretasi hasil

penimbangan, maka penulis tertarik untuk

melakuan penelitian tentang efektivitas

pelatihan penggunaan modul pendamping KMS

terhadap peningkatan pengetahuan dan

ketepatan kader dalam menginterpretasikan

hasil penimbangan balita.

METODE PENELITIAN

Penelitian kuantitatif menggunakan

desainQuasi Experimental dengan rancangan

nasuwakesaceh.ac.id

Page 3: EFEKTIVITAS PELATIHAN PENGGUNAAN MODUL PENDAMPING …

53 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 51 - 63

pretest posttest non equivalent group.

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Darul

Imarah Aceh Besar, terhitung Agustus –

September 2014. Sampel merupakan kader

terpilih secara acak dari hasil perhitungan

besar sampel menggunakan rumus ukuran

sampel untuk menguji hipotesis dua sisi dua

populasi rata-rata10

, yaitu:

𝑛 =2𝜎2(𝑍1−𝛼/2 + 𝑍1−𝛽 )2

(𝜇𝑜 − 𝜇𝑎)2

Besar sampel diperoleh 40 orang yang

dibagi kedalam dua kelompok (20 perlakuan

dan 20 kontrol). Pengumpulan data meliputi

data primer (identitas subjek, pengetahuan,

ketepatan kader) yang diperoleh melalui

wawancara dan observasi. Data skunder

meliputi wilayah kerja kader, demografi

lokasi serta data dukung lainnya diperoleh

melalui studi dokumen. Data diolah secara

komputerisasi dengan melewati beberapa

tahapan yaitu, editing, coding, entry,

cleaning data entry. Kemudian melakukan

analisis data menggunakan software statistik

R (R-Cmdr) bersifat open source.Analisis

data dimulai secara deskriptif, pengujian pra

syarat analisis, pengujian normalitas

(Kolmogorov Smirnov), dan pengujian

homogenitas varians tes statistik yang

digunakan adalah uji F (Levene’s Test for

Equality of Variances). Dalam membuktikan

hipotesis, uji statistik yaitu Dependent T-Test

dan Independent T-Test. Statistik Dependent

T-Test atau Wilcoxon (data tidak berdistribusi

normal) serta Independent T-Test atau Mann

Whitney (data tidak berdistribusi normal).

PEMBAHASAN

Karakteritik Subjek

Penelitian dilakukan dalam wilayah kerja

Puskesmas Darul Imarah Kabupaten Aceh

Besar, dengan Subjek penelitian adalah kader

yang sampai saat ini aktif dalam kegiatan

penimbangan balita di posyandu berjumlah 40

orang. Adapun karakteristik kader terdiri dari

umur, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan,

pelatihan kader yang sejenis dan lamanya

menjadi kader.

Berdasarkan hasil penelitian menurut tabel

1 dapat dijelaskan bahwa menurut karakteristik

umur tidak terdapat perbedaan proporsi baik

pada kelompok perlakuan dengan kelompok

kontrol dengan nilai p=0,896 (p-value > 0,05).

Begitu juga dengan pendidikan, hasil statistik

tidak terdapat perbedaan proporsi jenis

pendidikan antara kelompok perlakuan dengan

kelompok kontrol dengan nilai p=0,279 (p-value

> 0,05). Menurut karakteristik pelatihan

tergambarkan secara proporsi bahwa baik pada

kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol

umumnya sudah pernah mendapatkan pelatihan,

artinya secara statistik untuk karakteristik

pelatihan kader juga tidak terdapat perbedaan

proporsi pada kedua kelompok dengan nilai

nasuwakesaceh.ac.id

Page 4: EFEKTIVITAS PELATIHAN PENGGUNAAN MODUL PENDAMPING …

Efektifitas Penggunaan Modul Pendamping KMS ……. 54

p=1,000 (p-value > 0,05). Sedangkan menurut

karakteristik lama bekerja, pada kader posyandu

tergambarkan bahwa secara proporsi yang

bekerja 5 tahun kebawah umumnya lebih

banyak. Menurut hasil statistik terbukti bahwa

tidak terdapat perbedaan lama bekerja

responden antara kedua kelompok. Berikut

secara lebih jelas disajikan dalam Tabel 1

berikut ini lengkap dengan hasil uji statistik :

Tabel 1. Distribusi Karakteristik Subjek Penelitian menurut Kelompok Penelitian

Karakteristik Subjek

Kelompok Penelitian X

2

(p-value) Perlakuan Kontrol

n % n %

Umur

- 21 – 30 tahun

- 31 – 40 tahun

- 41 – 50 tahun

7

10

3

35,0

50,0

15,0

6

10

4

30,0

50,0

20,0

0,22

(0,896)

Pendidikan

- SD

- SMP

- SMA

- Diploma

- Sarjana

1

6

12

0

1

5,0

30,0

60,0

0,0

5,0

4

2

13

0

1

20,0

10,0

65,0

0,0

5,0

3,84

(0,279)

Pelatihan

- Ya

- Tidak

13

7

65,0

35,0

14

6

70,0

30,0

0,11

(1,000)

Lama Bekerja

- 5 tahun kebawah

- Diatas 5 tahun

10

10

50,0

50,0

12

8

60,0

40,0

0,40

(0,751)

Total 20 100,0 20 100,0

Hasil penelitian mengilustrasi, tidak

terdapatnya perbedaan yang signifikan pada

CI:95% pada karakteristik subjek, bahwa

kelompok subjek penelitian baik dari

kelompok perlakuan maupun kelompok

kontrol berasal dari karakteristik yang sama

sehingga diharapkan tidak terjadinya

ketimpangan data dalam penelitian sehingga

hasil dari intervensi pada kelompok perlakuan

merupakan perubahan akibat dari pelatihan

penggunaan modul pendamping KMS, bukan

akibat dari perbedaan karakteristik subjek.

Pengaruh Pelatihan Modul KMS

terhadap Pengetahuan dan Ketepatan

Kader dalam Interpretasi Hasil

Penimbangan

Berikut ini merupakan hasil analisis data

secara analitik yang meliputi pengetahuan

kader dalam penimbangan dan ketepatan

kader dalam melakukan interpretasi data yang

digolongkan menurut kelompok baik dengan

penggunaan modul maupun tanpa penggunaan

modul.dianalisis secara statistik

nasuwakesaceh.ac.id

Page 5: EFEKTIVITAS PELATIHAN PENGGUNAAN MODUL PENDAMPING …

55 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 51 - 63

menggunakan uji Dependent T-Test, dengan

CI:95%.

Kelompok Kader yang Mendapat

Pelatihan dengan Penggunaan Modul

Pendamping KMS

Pengaruh pelatihan dengan modul

pendamping KMS terhadap peningkatan

kemampuan kader dalam hal pengetahuan dan

ketepatan interpretasi data hasil penimbangan

sebagaimana disajikan pada tabel 3 dapat

dijelaskan bahwa pengetahuan kader antara

sebelum dilakukan pelatihan dengan setelah

dilakukan pelatihan dengan modul pendamping

KMS ternyata mempunyai selisih rerata

sebesar 1,4 dengan deviasinya 1,70. Hasil

statistik menunjukan terdapat perbedaan

signifikan antara pengetahuan kader sebelum

pelatihan dengan setelah pelatihan dengan nilai

p=0,002

(p-value < 0,05). Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa pelatihan penggunaan

modul pendamping KMS bagi kader ternyata

secara statistik menujukan pengaruh yang

bermakna untuk meningkatkan pengetahuan

kader dalam hal menginterpretasikan hasil

penimbangan di Posyandu dalam wilayah kerja

Puskesmas Darul Imarah tahun 2014.

Tabel 3. Pengaruh Pelatihan Penggunaan Modul Pendamping KMS terhadap Peningkatan

Pengetahuan dan Ketepatan Kader (n=20)

Mean ± SD ∆ Mean ±

SD CI:95% p-value

Pengetahuan Kader :

- Sebelum pelatihan 14,1 + 1,33 1,4 + 1,70 0,61 – 2,19 0,002**

- Setelah pelatihan 15,5 + 1,79

Ketepatan Kader :

- Sebelum pelatihan 7,4 + 0,50 1,4 + 0,88 0,99 – 1,81 0,000**

- Setelah pelatihan 8,8 + 0,95

** Signifikan pada CI:95% dengan df=19 (p-value< 0,05)

Ketepatan kader sebagaimana hasil

penelitian pada tabel 4, dapat juga dijelaskan

bahwa selisih rerata ketapatan kader antara

sebelum dilakukan pelatihan dengan setelah

dilakukan pelatihan yaitu sebesar 1,4 dengan

deviasinya 0,88. Secara statistik, hasil ini juga

menunjukan terdapat perbedaan signifikan antara

ketepatan kader sebelum pelatihan dengan

setelah pelatihan dengan nilai p=0,000 (p-value <

0,05) dalam melakukan interpretasi data hasil

penimbangan di Posyandu. Sehingga dapat

disimpulkan, pelatihan penggunaan modul

pendamping KMS bagi kader ternyata secara

statistik menujukan pengaruh yang sangat

signifikan untuk menghasilkan ketepatan kader

dalam meningkatkan serta menginterpretasikan

nasuwakesaceh.ac.id

Page 6: EFEKTIVITAS PELATIHAN PENGGUNAAN MODUL PENDAMPING …

Efektifitas Penggunaan Modul Pendamping KMS ……. 56

data terkait hasil penimbangan di Posyandu

dalam wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah

tahun 2014.

Kelompok Kader yang Mendapat

Pelatihan Tanpa Penggunaan Modul

Pendamping KMS

Pengaruh pelatihan yang diberikan

kepada kader berkaitan dengan interpretasi

hasil penimbangan tanpa penggunaan modul

pendamping KMS terhadap upaya

mengetahui kemampuan kader dalam hal

pengetahuan dan ketepatan interpretasi data

hasil disajikan pada tabel 4.

Tabel 4. Pengaruh Pelatihan Tanpa Penggunaan Modul Pendamping KMS terhadap Peningkatan

Pengetahuan dan Ketepatan Kader (n=20)

Mean ± SD ∆ Mean ±

SD CI:95% p-value

Pengetahuan Kader :

- Sebelum pelatihan 13,9 + 1,79 0,3 + 1,60 -0,45 – 1,05 0,410*

- Setelah pelatihan 14,2 + 1,35

Ketepatan Kader :

- Sebelum pelatihan 7,1 + 0,69 0,1 + 0,72 -0,24 – 0,44 0,541*

- Setelah pelatihan 7,2 + 0,88

* Tidak Signifikan pada CI:95% dengan df=19 (p-value> 0,05)

Berdasarkan tabel 4, dapat dijelaskan

bahwa pengetahuan kader antara sebelum

dilakukan pelatihan dengan setelah dilakukan

pelatihan tanpa penggunaan modul pendamping

KMS ternyata mempunyai selisih rerata hanya

sebesar 0,3 dengan deviasinya 1,60. Hasil

statistik menunjukan tidak terdapat perbedaan

antara pengetahuan kader sebelum pelatihan

dengan setelah pelatihan dengan nilai p=0,410

(p-value > 0,05). Hasil penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa pengetahuan kader tidak

bisa ditingkatkan dengan pelatihan tanpa

memberikan modul pendamping KMS terkait

interpretasi data hasil penimbangan di Posyandu

pada wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah

tahun 2014.

Selain itu, faktor ketepatan kader menurut

tabel 4 juga terlihat bahwa selisih rerata skor

ketepatan kader dalam melakukan interpretasi

data hasil penimbangan di Posyandu pada

pelatihan tanpa penggunaan modul pendamping

KMS antara sebelum dengan sesudah pelatihan

hanya sebesar 0,1 dengan deviasinya 0,72.

Secara statistik, hasil ini tidak menunjukan

perbedaan antara ketepatan kader sebelum

pelatihan dengan setelah pelatihan dengan nilai

p=0,541 (p-value > 0,05) dalam melakukan

interpretasi data hasil penimbangan di

Posyandu. Sehingga disimpulkan, pelatihan

tanpa penggunaan modul pendamping KMS

bagi kader ternyata secara signifikan tidak bisa

menujukan pengaruh untuk menghasilkan

nasuwakesaceh.ac.id

Page 7: EFEKTIVITAS PELATIHAN PENGGUNAAN MODUL PENDAMPING …

57 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 51 - 63

ketepatan kader dalam menginterpretasikan data

terkait hasil penimbangan di Posyandu dalam

wilayah kerja Puskesmas Darul Imarah tahun

2014.

Efektifitas Pelatihan Modul

Pendamping KMS terhadap

Peningkatan Pengetahuan dan

Ketepatan Kader dalam Interpretasi

Hasil Penimbangan di Posyandu

Efektivitas pelatihan yang dilakukan

dengan penggunaan modul pendamping KMS

bertujuan melihat apakah pelatihan dan

penerapan daripada modul yang telah dirancang

yang mengacu kepada standar KMS 2008,

mempunyai nilai yang lebih baik untuk

meningkatkan pengetahuan dan ketepatan kader

dalam melakukan interpretasi data hasil

penimbangan di Posyandu bila dibandingkan

pelatihan tanpa penggunaan modul. Untuk

mengetahui hasil efektivitas tersebut, secara

statistik digunakan uji statistik Independent T-

Test. Berikut hasil analisis data yang meliputi

pengetahuan kader dan ketepatan kader menurut

kelompok perlakuan penelitian (menggunakan

modul pendamping KMS) dan kelompok

kontrol (tanpa menggunakan modul).

Tabel 5. Efektivitas Pelatihan antara Penggunaan Modul Pendamping KMS (n=20) dengan Pelatihan

Tanpa Modul (n=20) dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Ketepatan Kader

Faktor dalam Interpretasi

Hasil Penimbangan

Setelah Pelatihan Kader Dalam Interpretasi Hasil

Penimbangan di Posyandu

(Postest)

n Mean + SD CI:95% p-value

Pengetahuan Kader

- Menggunakan Modul

- Tanpa dengan Modul

20

20

15,5 + 1,792

14,2 + 1,785

0,205 – 2,495

0,022**

Ketepatan Kader

- Menggunakan Modul

- Tanpa dengan Modul

20

20

8,8 + 0,951

7,2 + 0,875

1,065 – 2,235

0,000**

** Signifikan pada CI:95% dengan df=38 (p-value< 0,05)

Hasil penelitian berkaitan dengan

efektifitas pelatihan antara menggunakan modul

pendamping KMS dengan tidak menggunakan

modul pendamping KMS (tabel 5) yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan

kader dan ketepatan kader dalam melakukan

interpretasi data hasil penimbangan di

Posyandu, dapat dijelaskan untuk menilai

efektifitas dari suatu pelatihan dilihat

berdasarkan pencapaian pada akhir kegiatan

setelah proses pelatihan dievaluasi. Berdasarkan

tabel 6 terlihat bahwa setelah dilakukan

pelatihan diantara kedua kelompok, ternyata

kelompok yang mendapat modul pendamping

KMS mempunyai nilai rerata yang lebih besar

dibandingkan kelompok tanpa penggunaan

modul. Hal ini jelas terlihat dari pemusatan nilai

rata-ratanya baik untuk variabel pengetahuan

nasuwakesaceh.ac.id

Page 8: EFEKTIVITAS PELATIHAN PENGGUNAAN MODUL PENDAMPING …

Efektifitas Penggunaan Modul Pendamping KMS ……. 58

kader (menggunakan modul=15,5 dan tanpa

modul=14,2) dengan perbedaannya sebesar 1,35

maupun variabel ketepatan kader

(menggunakan modul=8,8 dan tanpa

modul=7,2) dengan perbedaannya sebesar 1,65.

Selanjutnya hasil statistik menunjukan

bahwa terdapat perbedaan yang siginifikan pada

CI:95% baik pengetahuan kader (p-value=

0,022) maupun ketepatan kader (p-value=

0,000) antara kedua kelompok perlakuan yaitu

kelompok pelatihan yang mendapat modul

pendamping KMS lebih tinggi nilai reratanya

dibandingkan kelompok pelatihan tanpa

penggunaan modul pendamping KMS (p-

value< 0,05).

Sehingga dapat disimpulkan bahwa

pelatihan dengan modul pendamping KMS

yang diberikan kepada kader ternyata

mempunyai nilai efektifitas yang lebih baik bila

dibandingkan dengan pemberian pelatihan tanpa

penggunaan modul pendamping KMS untuk

meningkatkan pengetahuan dan ketepatan kader

dalam melakukan interpretasi data hasil

penimbangan Posyandu di wilayah kerja

Puskesmas Darul Imarah.

PEMBAHASAN

Karakteristik Responden

Karakteristik dari subjek penelitian antara

kelompok kader dengan perlakuan dan

kelompok kader dengan kontrol adalah

homogen. Berdasarkan hasil uji statistik pada

karakteristik umur, tingkat pendidikan, pelatihan

kader dan lamanya menjadi kader tidak terdapat

perbedaan yang bermakna secara proporsi pada

kedua kelompok. Tidak terdapat perbedaan

yang bermakna pada CI:95% pada skor pretes

antara kelompok kader perlakuan dengan

kelompok kader kontrol (p > 0,05). Hal ini

menunjukkan kemampuan awal kedua

kelompok adalah seimbang. Jika karakteristik

awal kedua kelompok sama/seimbang, maka

apabila terdapat perubahan peningkatan

pengetahuan dan ketepatan kader dalam

melakukan interpretasi data hasil penimbangan

itu merupakan akibat yang diperoleh karena

intervensi yang diberikan dan bukan oleh faktor

lain.

Pengaruh Pelatihan Modul KMS

terhadap Pengetahuan dan Ketepatan

Kader dalam Interpretasi Hasil

Penimbangan

Pengaruh Pelatihan Modul KMS

terhadap Pengetahuan

Hasil statistik menunjukan perbedaan

signifikan antara pengetahuan kader sebelum

pelatihan dengan setelah pelatihan (p-value <

0,05). Dapat disimpulkan bahwa pelatihan

penggunaan modul pendamping KMS bagi

kader ternyata secara statistik menujukan

pengaruh yang bermakna untuk meningkatkan

pengetahuan kader.

Hal ini sejalan dengan penelitian Khaidir

(2005) bahwa pengetahuan kader dalam

nasuwakesaceh.ac.id

Page 9: EFEKTIVITAS PELATIHAN PENGGUNAAN MODUL PENDAMPING …

59 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 51 - 63

pengelolaan posyandu meningkat secara

signifikan sesudan mendapat pelatihan

berdasarkan kompetensi. Menurut Ratna, dkk.

(2009), pendidikan kesehatan melalui modul

terbukti memiliki pengaruh yang bermakna

dalam meningkatkan pengetahuan ibu balita

dalam pemberian makanan sumber vitamin A.

Lebih lanjut juga didukung oleh penelitian Al

Rahmad2, bahwa terdapat perbedaan yang

bermakna pengetahuan dan perilaku Tenaga

pelaksana Gizi (TPG) pada kelompok

perlakuan, yang menunjukan pelatihan dengan

penggunaan media modul dapat meningkatkan

pengetahuan begitu signifikan.

Informasi dapat berasal dari berbagai

bentuk termasuk pendidikan formal maupun

non formalyang dikonversi menjadi

pengetahuan. Pengetahuan merupakan domain

yang sangat penting untuk terbentuknya

tindakan seseorang15.

Pengetahuan merupakan

hasil dari tahu yang terjadi setelah melakukan

penginderaan terhadap suatu obyek tertentu,

yaitu indera penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan atau kognitif merupakan domain

yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang.12

Menurut Hamalik5, pelatihan sangat

erat kaitan dengan pendidikan, berdasarkan

kemampuan yang ingin dikembalikan, maka

jelaslah pelatihan berarti juga pendidikan.

Pelatihan merupakan solusi yang tepat untuk

memenuhi kebutuhan pengetahuan (Omar at al.,

2009).

Pengaruh Pelatihan Modul KMS

terhadap Ketepatan Kader

Ketepatan kader menunjukan perbedaan

signifikan antara sebelum pelatihan dengan

setelah pelatihan (p-value < 0,05) dalam

melakukan interpretasi data hasil penimbangan

di Posyandu. Pelatihan penggunaan modul

pendamping KMS bagi kader ternyata

menujukan pengaruh yang sangat signifikan

untuk menghasilkan ketepatan kader dalam

meningkatkan serta menginterpretasikan data

hasil penimbangan di Posyandu dalam wilayah

kerja Puskesmas Darul Imarah tahun 2014.

Hal ini sejalan dengan Saleh et al., (2001)

menemukan hasil bahwa program pelatihan

meningkatkan tingkat keterampilan. Penelitian

Khaidir (2005) menyatakan keterampilan kader

dalam pengelolaan posyandu meningkat secara

signifikan sesudah mendapat pelatihan

berdasarkan kompetensi. Pendidikan kesehatan

melalui modul berpengaruh dalam

meningkatkan keterampilan TPG dalam

melakukan interpretasi data status gizi balita2.

Menurut hamalik5 kegiatan pelatihan

mempunyai tujuan adalah untuk meningkatkan

kemampuan kerja peserta yang menimbulkan

perubahan perilaku aspek-aspek kognitif,

keterampilan dan sikap, seperti: kemampuan

membentuk dan membina hubungan antar

nasuwakesaceh.ac.id

Page 10: EFEKTIVITAS PELATIHAN PENGGUNAAN MODUL PENDAMPING …

Efektifitas Penggunaan Modul Pendamping KMS ……. 60

perorangan (personal) dalam organisasi,

kemampuan menyesuaikan diri dengan

keseluruhan lingkungan kerja, pengetahuan

dan kecakapan untuk melakukan suatu

pekerjaan tertentu dan kebiasaan, pikiran dan

tindakan serta sikap dalam pekerjaan.

Al Rahmad, dkk1 menyatakan bahwa suatu

program pelatihan akan memperoleh

keterampilan sebagai faktor utama dalam

menentukan keberhasilanya menurut tujuan

yang akan dicapai. Omar at al., (2009) pelatihan

merupakan solusi yang tepat untuk memenuhi

kebutuhan keterampilan. Minarto dalam Al

Rahmad2 menyatakan bahwa efektivitas dari

hasil pemantauan dan promosi terhadap

pertumbuhan balita sangat dipengaruhi oleh

ketepatan pengukuran dan tindak lanjutnya,

maka untuk memperoleh data yang baik dan

berkualitas pengukur (kader) harus mendapat

pelatihan secara rutinitas.

Efektifitas Pelatihan Modul

Pendamping KMS terhadap

Peningkatan Pengetahuan dan

Ketepatan Kader dalam Interpretasi

Hasil Penimbangan di Posyandu

Penggunaan metode yang tepat dalam

pelatihan sangat mendukung hasil suatu

pelatihan. Menurut Mathis & Jackson (2006)

bahwa penerapan yang efektif dari sebuah

pelaksanaan pelatihan membutuhkan

penggunaan rancangan pelatihan, seperti

mempersiapkan dan mempertimbangkan

konsep dan model pembelajaran, motivasi

belajar, serta pendekatan efektifitas diri.

Hasil penelitian terdapat perbedaan

siginifikan (p-value< 0,05) baik pengetahuan

kader maupun ketepatan kader antara kedua

kelompok perlakuan. Pelatihan dengan modul

pendamping KMS yang diberikan kepada

kader ternyata mempunyai nilai efektifitas

yang lebih baik bila dibandingkan dengan

pelatihan tanpa penggunaan modul untuk

meningkatkan pengetahuan dan ketepatan

kader dalam melakukan interpretasi data hasil

penimbangan Posyandu di wilayah kerja

Puskesmas Darul Imarah.

Hasil penelitian ini searah dengan

penelitian Al Rahmad,2TPG Puskesmas yang

mendapat pelatihan dan penerapan berbasis

software WHO Anthro lebih efektif

dibandingkan dengan berbasis konvensional

dalam membentuk kualitas dan data status gizi

yang lebih baik. Lebih lanjut Murdick et al.

(1986) dalamAl Rahmad,dkk 1

menyimpulkan

untuk melakukan pengolahan data diperlukan

suatu peralatan yang bisa meningkatkan

pemahaman serta aksebilitas yang tinggi dan

tingkat penyimpanan yang lebih baik,

mempunyai kecepatan dalam melakukan

pengolahan data, penyajian output yang lebih

menarik dan ini merupakan sesuatu hal yang

sangat lazim dilakukan oleh perangkat

elektronik seperti komputer dan perangkat

lainnya. Oleh karena itu, kedepannya

nasuwakesaceh.ac.id

Page 11: EFEKTIVITAS PELATIHAN PENGGUNAAN MODUL PENDAMPING …

61 Jurnal Kesehatan Ilmiah Nasuwakes Vol.8 No.1, April 2015, 51 - 63

diharapkan bahwa kader dalam melakukan

interpretasi hasil penimbangan lebih mengarah

kearah komputerisasi, artinya setidaknya bisa

tersedia KMS dalam bentuk software.

Pendidikan dan pelatihan menjadi sangat

penting disuatu institusi kesehatan, mengingat

dalam mencapai tujuannya diperlukan tenaga

kerja yang berkualitas serta terampil.

Pendidikan dan pelatihan tenaga kerja

khususnya bidang kesehatan merupakan suatu

proses dalam meningkatkan pengetahuan,

sikap dan keterampilan terhadap hal-hal yang

sifatnya baru maupun proses penyegaran yang

pada akhirnya masalah ini akan menjadi salah

satu faktor sukses pencapaian tujuan institusi.

Pelatihan adalah suatu proses yang

meliputi serangkaian tindak (upaya) yang

dilaksanakan dengan sengaja dalam bentuk

pemberian bantuan yang dilakukan oleh tenaga

profesional yang bertujuan untuk

meningkatkan kemampuan kerja peserta dalam

bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan

efektivitas dan produktivitas dalam suatu

organisasi.8

KESIMPULAN

Untuk meningkatkan pengetahuan kader

dalam hal interpretasi hasil penimbangan,

maka pelatihan dengan modul pendamping

KMS secara signifikan dapat meningkatkan

pengetahuan serta mempunyai nilai ketepatan

yang lebih baik dalam melakukan interpretasi

data hasil penimbangan. Hasil penelitian

membuktikan bahwa pelatihan dengan modul

pendamping KMS-2008 secara signifikan

meningkatkan pengetahuan (p=0,002) dan juga

meningkatkan ketepatan kader (p=0,000)

dalam menginterpretasikan hasil

penimbangan balita di Posyandu melalui

pelatihan di Wilayah Kerja Puskesmas Darul

Imarah Kabupaten Aceh Besar. Selanjutnya

pelatihan penggunaan modul pendamping

KMS-2008 mempunyai efektivitas yang

lebih baik terhadap peningkatan pengetahuan

(p=0022) dan ketepatan kader (p=0,000)

dibandingkan pelatihan tanpa penggunaan

modul dalam menginterpretasikan hasil

penimbangan balita di Posyandu di Wilayah

Kerja Puskesmas Darul Imarah Kabupaten

Aceh Besar.

SARAN

Untuk meningkatkan keterampilan kader

dalam hal membuat interpretasi hasil

penimbangan yang tepat sebaiknya pada waktu

pelatihan kader tentang interpretasi hasil

penimbangan dilakukan dengan alat

bantumodul. Selain itu perlu penguatan

terhadap modul pendamping, sehingga bisa

digunakan secara menyeluruh pada semua

wilayah puskesmas khususnya yang berada

diwilayah kerja Dinas Kesehatan Kabupaten

Aceh Besar. Sedangkan saran bagi pihak dinas

kesehatan terkait, agar dapat memfasilitasi

kegiatan pelatihan kader dengan menggunakan

modul pendamping KMS-2008 sehingga dapat

nasuwakesaceh.ac.id

Page 12: EFEKTIVITAS PELATIHAN PENGGUNAAN MODUL PENDAMPING …

Efektifitas Penggunaan Modul Pendamping KMS ……. 62

dimanfaatkan dengan baik demi membentuk

data dan informasi gizi yang mempunyai nilai

kualitasnya.

UCAPAN TERIMA KASIH

Hasil penelitian ini tidak terlepas dari

keterlibatan berbagai pihak, baik dari tenaga gizi

dan kader di Puskesmas Darul Imarah yang telah

membantu peneliti serta atas ketersediaannya

menjadi responden dalam penelitian untuk

mendukung data yang lebih baik. Pihak pimpinan

Puskesma juga yang telah memberikan izin demi

kelancaran dalam penelitian. Selanjutnya terima

kasih kepada tim pakar dijajaran Poltekkes

Kemenkes Aceh yang telah memberikan

masukan dan saran serta konstribusi lainnya demi

hasil penelitian ini kearah yang lebih sempurna.

DAFTAR PUSTAKA

1. Al Rahmad, dkk (2009) Efektifitas

Penggunaan Standart Baru Antropometri

WHO-2006 Terhadap Peningkatan

Pengetahuan Dan Penilaian Status Gizi

Tenaga Gizi Pelaksana Dikota Banda

Aceh Tahun 2009,Edisi 1 2011, Volume:

4, 2011. Nasuwakes Poltekkes Aceh

2. Al Rahmad, (2013) Efektivitas Penggunaan

Standar Pertumbuhan WHO Anthro

Terhadap Kualitas Dan Informasi Data

Status Gizi Balita,

http://etd.ugm.ac.id/index.php.

3. Depkes RI, (2002) Pemantauan Pertumbuhan

Balita, Dirjen Binkesmas, Jakarta.

4. Depkes RI, (2006a) Standar Pemantauan

Pertumbuhan Balita, Dirjen. Bina Gizi

Masyarakat Jakarta

5. Depkes RI, (2002) Pemantauan Pertumbuhan

Balita, Dirjen Binkesmas, Jakarta.

6. Depkes RI, (2006b) Pedoman Umum

Pengelolaan Posyandu, Direktorat

Jendral Bina Kesehatan Kesehatan

Masyarakat Jakarta.

7. Direktorat Bina Gizi Masyarakat dan FKM-

UI, (1998) Program Perbaikan Gizi

Keluarga di dalam Posyandu, Dirjen

Binkesmas Depkes RI Jakarta

8. Hamalik, O., (2005) Pengembangan Sumber

Daya Manusia Manajemen Pelatihan

Ketenagakerjaan Pendekatan Terpadu,

Bumi Aksara

9. Minarto, (2008) Berat Badan Tidak Naik

Sebagai Indikator Dini Gangguan

Pertumbuhan pada Bayi Sampai Usia 12

Bulan di Kab. Bogor Jabar Tahun 2006

dalam Jurnal Info Pangan dan Gizi Vol.

IX No. 3, halaman 23-24.

10. Murti, B., (1997) Prinsip dan Metode Riset

Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

11. Mudjianto dan Trintin T., (2002) Efektifitas

Kartu Menuju Sehat (KMS) Anak Balita

sebagai Sarana Penyuluhan Gizi di

Posyandu, di dalam media :Informasi

Pangan dan Gizi Vol. XIII No. 2,

halaman 1-3

12. Notoatmodjo, S., (2007) Promosi Kesehatan

dan Ilmu Perilaku, Penerbit : Rineka

Cipta, Jakarta.

13. Nasution, S., (2003) Berbagai Pendekatan

dalam Proses Belajar & Mengajar.

Jakarta: PT. Bumi Aksara.

14. Satoto, A.B. Jahari., Soekirman., (2002)

Growth Data from Posyandu in

Indonesia : Precision, Accuracy,

Realibility and Utilization. Jakarta :Gizi

Indonesia, Vol. XXVI, No. 26, Halaman

18-24

15. Simon-Morton, B.G., Green, W.H., Gottlieb,

N.H., (1995) Introduction to Health

Education and Health Promotion. USA :

Waveland Press inc. Illinois.

16. Wahyudin, D.H., Supriadi, D., & Abdulhak, I.,

(2002) Pengantar Pendidikan, Buku

Materi Pokok MKDK 4301/3 SKS/Modul

1-9. Pusat Penerbitan Universitas Terbuka

nasuwakesaceh.ac.id