digilib.uns.ac.id/efektivitas-model...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id tesis program pasca...
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN PENDEKATAN
OPEN-ENDED PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENTS (AQ) SISWA
SMA NEGERI DI KOTA MATARAM
TESIS
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Derajat Magister
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
EKA NUR AZIZAH
NIM.S851108019
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN PENDEKATAN
OPEN-ENDED PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENTS (AQ) SISWA
SMA NEGERI DI KOTA MATARAM
TESIS
Oleh
Eka Nur Azizah
S851108019
Komisi Nama Tanda tangan Tanggal
Pembimbing
Pembimbing I Dr. Budi Usodo, M.Pd. ___________ _______
NIP 19680517 199303 1 002
Pembimbing II Dr. Riyadi, M.Si. ___________ ________
NIP 19670116 199402 1 001
Telah dinyatakan memenuhi syarat
pada tanggal ___________
Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Program Pascasarjana UNS
Prof. Dr. Budiyono, M. Sc.
NIP 19530915 197903 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN PENDEKATAN
OPEN-ENDED PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA
DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENTS (AQ) SISWA
SMA NEGERI DI KOTA MATARAM
TESIS
Oleh
Eka Nur Azizah
S851108019
Tim penguji
Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Prof. Dr. Budiyono, M.Sc. ____________ _________
NIP 19530915 197903 1 003
Sekretaris Dr. Mardiyana, M.Si. ____________ _________
NIP 19660225199302 1 002
Anggota Dr. Budi Usodo, M.Pd. ____________ _________
Penguji NIP 19680517 199303 1 002
Dr. Riyadi, M.Si. ____________ _________
NIP 19670116 199402 1 001
Telah dipertahankan di depan penguji
Dinyatakan telah memenuhi syarat
pada tanggal...................2013
Direktur Program Pascasarjana UNS Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. Prof. Dr. Budiyono, M. Sc.
NIP 196107171986011001 NIP 19530915 197903 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Saya yang menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul : “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) Dengan Pendekatan Open-Ended Pada
Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Adversity Quotients (AQ) Siswa
SMA Negeri Di Kota Mataram” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan
bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiyah yang pernah diajukan oleh
orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara
tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam
sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat
plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17, tahun
2010).
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah
lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs
UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu
semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan
publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan
Matematika PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang
diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Matematika PPs-UNS. Apabila saya
melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia
mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, Maret 2013
Eka Nur Azizah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
MOTTO
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,..” (Al-Insyiroh (94:5))
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan tesis ini dengan sepenuh cinta, kepada:
Bapak dan Mama tercinta (Kaharudin Ahmad dan Halifah), terima
kasih atas untaian do’a yang selalu engkau panjatkan di setiap saat.
Itu adalah hadiah terbaik untukku. You are my heroes and my angels.
Abu dan umi, terima kasih do’a dan motivasinya.
Adik-adikku tersayang (Dian, Chaca), sepupuku (Man, Amar, Dafi,
Fito, Jebi, Siti, Mita, Mbak Maya, Anis, Ani, novi), terima kasih atas
do’a , motivasi yang kalian berikan dan mau dengar curhatan setiap
hari.
Sahabat terbaik sekaligus saudara terbaikku (Mbak Janah, Mbak
May, Mbak Rani, mbak Jemi, Mbak Nurma, Mas Goz) terima kasih
kebersamaan kita selama ini.
Teman-teman kelas “Tambahan 1” (Kak Hasan, Mbak Khoir, Mbak
Hid, Mbak Fit, Dona, Ian, Mbak Desty, Sandy, Vivi, Satrio, Yadi, Mbak
Rina, Dayat, Lail) dan yang tidak bisa disebutkan satu per satu,
makasih dukungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
Eka Nur Azizah. 2013. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) Dengan Pendekatan Open-Ended Pada
Pembelajaran Matematika Ditinjau Dari Adversity Quotients (AQ) Siswa
SMA Negeri Di Kota Mataram. TESIS. Pembimbing I: Dr. Budi Usodo, M.Pd..
Pembimbing II: Dr. Riyadi, M.Si., Program Studi Pendidikan Matematika
Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) manakah yang
memberikan prestasi belajar yang lebih baik, model pembelajaran NHT dengan
menggunakan pendekatan open-ended, NHT, atau pembelajaran konvensional, (2)
manakah yang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik, siswa dengan tipe
climbers, campers, atau quitters, (3) pada masing-masing tingkatan tipe AQ,
manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, model pembelajaran
kooperatif NHT dengan menggunakan pendekatan open-ended atau NHT atau
pembelajaran konvensional, (4) pada masing-masing model pembelajaran,
manakah yang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik siswa dengan tipe
climbers, campers, atau quitters.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental semu dengan
rancangan faktorial 3 x 3.Penelitian ini terdiri dari dua variabel bebas, yaitu model
pembelajaran, dan AQ siswa, dan satu variabel terikat, yaitu prestasi belajar
matematika. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Negeri se-
Kota Mataram. Sampel dalam penelitian ini adalah 9 kelas yang terdiri dari 3
kelas eksperimen I, 3 kelas eksperimen II, dan 3 kelas kontrol. Pengambilan
sampel dilakukan dengan stratified cluster random sampling. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode dokumentasi, yaitu
untuk mengumpulkan data mid semester I tahun pelajaran 2012/2013 sebagai data
kemampuan awal siswa, metode tes, untuk mengetahui prestasi belajar
matematika pada materi pokok persamaan dan fungsi. Metode angket digunakan
untuk mengetahui kategori AQ siswa, yang kemudian dikelompokkan
kemandirian belajar menjadi tiga tipe yaitu climbers, campers, dan quitters.
Sebelum instrumen tes digunakan, dilakukan analisis validitas isi, tingkat
kesukaran, daya pembeda butir soal, dan reliabilitas.Sebelum eksperimen,
dilakukan uji keseimbangan. Uji keseimbangan menggunakan analisis variansi
satu jalan dengan sel tak sama. Uji prasyarat analisis data prestasi belajar
matematika terdiri dari uji normalitas populasi dan uji homogenitas variansi
populasi. Uji hipotesis penelitian menggunakan analisis variansi dua jalan dengan
sel tak sama dengan taraf signifikansi 0,05 .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) prestasi belajar siswa
menggunakan model pembelajaran NHT dengan pendekatan open–ended lebih
baik daripada prestasi belajar siswa yang menggunakan model NHT maupun
model konvensional. Prestasi belajar siswa dengan menggunakan NHT lebih baik
daripada prestasi belajar yang menggunakan model konvensional, (2) siswa tipe
climbers dan tipe campers mempunyai prestasi belajar yang sama, siswa tipe
campers dan tipe quitters mempunyai prestasi belajar yang sama dan siswa tipe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
climbers mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada tipe quitters, (3)
pada masing-masing tipe AQ (climbers, campers, dan quitters), penggunaan
model pembelajaran NHT dengan pendekatan open-ended menghasilkan prestasi
belajar siswa yang lebih baik daripada NHT maupun konvensional dan pada
model NHT juga menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada
konvensional, (4) pada masing-masing model pembelajaran (NHT dengan
pendekatan open-ended, NHT, dan konvensional), prestasi belajar siswa tipe
climbers dan tipe campers mempunyai prestasi belajar yang sama, siswa tipe
campers dan tipe quitters mempunyai prestasi belajar yang sama dan siswa tipe
climbers mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada tipe quitters.
Kata Kunci: Model Pembelajaran, NHT, pendekatan open-ended, konvensional,
prestasi belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
Eka Nur Azizah. 2013. The Effectiveness of the Cooperative Learning Model
of Numbered Heads Together (NHT) Type with Open-Ended Approach on
the Mathematics Learning viewed from Adversity Quotients (AQ)of Senior
High School Students in Mataram. Thesis. Principal Advisor: Dr. Budi Usodo,
M.Pd., Co-advisor: Dr. Riyadi, M.Si., The Graduate Program in Mathematics
Education, Sebelas Maret University, Surakarta.
ABSTRACT
The objectives of this research are to investigate: (1) which of the
cooperative learning model of NHT type with open-ended approach, the
cooperative learning models of NHT type, and the model of conventional results
in a better learning achievement in mathematics of the students; (2) which of the
types of climbers, the campers, and the quitters types results in a better learning
achievement in Mathematics; (3) for each category of AQ of the students, which
one results in better achievement in Mathematics, cooperative learning model of
NHT type with open-ended approach, the cooperative learning models of NHT
type, and the model of conventional; and (4) for each learning model, which one
results in better achievement in Mathematics, students who have climbers type,
campers, or quitters.
The type of this research was a quasi-experimental with research design
which used factorial 3 x 3. This research consisted of two independent variables,
there were learning model and students‟ AQ, and one dependent variable, namely
the learning achievement in Mathematics. The population of this research was the
first grade (Class Ten) of Senior High Schools in Mataram. The sample of this
research was 9 classes consisted of 3 experimental classes I, 3 experimental
classes II, and 3 control classes. This research used stratified cluster random
sampling technique. The data were collected by using documentation method,
gained from mid data in the academic year 2012/2013 as students‟ initial ability of
data, method test to identify mathematics achievement learning in basic material
of quadratic equations and functions. Questionnaire was used to collect the data of
AQ of the students which were subsequently classified into climbers, campers,
and quitters of the students. Before the instrument test is used content validity,
difficulty index, discriminating power, and the reliability were conducted prior to
the experiment. The balance test used the unbalanced one-way analysis of
variance with unequal cells. The normality test and the homogeneity test were
conducted prior to the analysis of variance. The testing of hypothesis used the
unbalanced two-way analysis of variance with unequal cells at the significance
level of 0.05.
The results of the research are as follows: (1) the cooperative learning
models of NHT type with open-ended approach results in a better students‟
mathematics learning achievement than cooperative learning model of NHT and
the model of conventional, and the cooperative learning model of NHT type
results in a better students‟ mathematics learning achievement than the model of
conventional; (2) students‟ mathematics learning achievement with the climbers
type of learning gives the same mathematics achievement as the campers type,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
students‟ mathematics learning achievement with the campers type of learning
gives the same mathematics achievement as the quitters type, and students‟
mathematics learning achievement with the climbers type of learning results in a
better achievement than the learning achievement of the students with the quitters
type; (3) for each category of AQ of the students (climbers, campers, and
quitters), cooperative learning model of NHT type with open-ended approach
results in a better students‟ mathematics learning achievement than cooperative
learning model of NHT and the model of conventional, and the cooperative
learning model of NHT type results in a better students‟ mathematics learning
achievement than conventional type; (4) for each learning model (NHT type with
open-ended approach, NHT type, and conventional), students‟ mathematics
learning achievement with the climbers type of learning gives the same
mathematics achievement as the campers type, and students‟ mathematics
learning achievement with the campers type of learning gives the same
mathematics achievement as the quitters type, and students‟ mathematics learning
achievement with the climbers type of learning results in a better achievement
than students‟ mathematics learning achievement with the quitters type.
Keywords: Learning model, NHT, open-ended approach, conventional,
mathematic‟s learning achievement.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpiahkan hidayah dan
innayah sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini dengan sebaik-
baiknya. Tesis ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh
gelar Megister Program Studi Pendidikan Matematika.
Dari awal sampai akhir penulisan tesis ini banyak mendapatkan
bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., Direktur Program Pascasarjana Universitas
Sebelas Maret Surakarta yang telah mengijinkan penulis untuk melanjutkan
studi di Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Prof. Dr. Budiyono, M. Sc., Ketua Program Studi Pendidikan Matematika
Pascasarjana Universitas Sebeals Maret Surakarta yang selalu memberikan
dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
3. Dr. Budi Usodo, M.Pd., pembimbing I yang telah memberikan arahan,
bimbingan, semangat, petunjuk dan kritik membangun sehingga tesis ini
dapat penulis selesaikan.
4. Dr. Riyadi, M.Si., pembimbing II yang telah memberikan arahan, bimbingan,
semangat, petunjuk dan kritik membangun sehingga tesis ini dapat penulis
selesaikan.
5. Bapak/Ibu dosen Program Pascasarjana Program Studi Pendidikan
Matematika Universitas Sebelas Maret yang telah membimbing dan
mencurahkan ilmu selama penulis menempuh di Program Pascasarjana.
6. Bapak/Ibu Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Mataram, SMA Negeri 7 Mataram
dan SMA Negeri 8 Mataram yang telah memberikan ijin kepada peneliti
untuk melakukan penelitian ini.
7. Guru Matematika dan semua siswa kelas X SMA Negeri 3 Mataram, SMA
Negeri 7 Mataram dan SMA Negeri 8 Mataram yang telah membantu
penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
8. Hj. Sumarmi, Drs. Faizun, Drs. Kaharudin Ahmad, A.A. Km. Purnarbhawa.
A, S.Pd, M. Rofi Aryadi, S.Pd guru Matematika dan Irma, S.Pd, validator
yang telah memberikan bimbingan dan masukan demi kesempurnaan dan
terselesaikannya tesis ini.
9. Teman-teman mahasiswa angkatan 2011 Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan motivasi dan dukungan sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.
10. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
langsung, sehingga tesis ini dapat terselesaikan.
Penulis percaya bahwa Allah SWT akan selalu membalas segala kebaikan
yang telah diberikan kepada penulis dengan pahala dan barokah yang melimpah.
Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Surakarta, Januari 2013
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................... ii
PERNYATAAN ........................................................................................ iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .......................................................... v
ABSTRAK ............................................................................................... vi
ABSTRACT .............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv
DAFTAR TABEL .................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 6
C. Tujuan Masalah ................................................................................ 7
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 8
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................. 9
A. Kajian Teori ...................................................................................... 9
1. Prestasi belajar matematika ....................................................... 9
2. Adversity Quotient ..................................................................... 14
3. Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together
dan Numbered Heads Together dengan Pendekatan
open- ended................................................................................. 18
4. Pembelajaran Konvensional ...................................................... 28
B. Penelitian Yang Relavan ................................................................... 31
C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 34
D. Hipotesis ........................................................................................... 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................... 42
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 42
1. Tempat Penelitian ....................................................................... 42
2. Waktu Penelitian ......................................................................... 42
B. Jenis, Rancangan dan Prosedur Penelitian ....................................... 43
1. Jenis Penelitian ........................................................................... 43
2. Rancangan Penelitian .................................................................. 43
C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel ....................................... 44
1. Populasi ...................................................................................... 44
2. Sampel ........................................................................................ 45
3. Teknik Pengambilan Sampel ...................................................... 45
D. Teknik Pengambilan Data ................................................................. 47
1. Variabel Penelitian ...................................................................... 47
2. Metode Pengumpulan Data ......................................................... 49
3. Instrumen Penelitian ................................................................... 50
E. Teknik Analisis Data ........................................................................ 56
1. Uji Prasyarat Analisis ................................................................. 56
2. Uji Keseimbangan ...................................................................... 59
3. Pengajuan Hipotesis .................................................................... 60
4. Uji Lanjut Anava ........................................................................ 63
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................... 66
A. Hasil Uji Coba Instrumen ................................................................. 66
1. Hasil Uji Coba Angket AQ Siswa .............................................. 66
2. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika ...................... 67
B. Deskripsi Data Penelitian ................................................................. 69
1. Data AQ Siswa ........................................................................... 69
2. Data Prestasi Belajar .................................................................. 71
C. Hasil Analisis Data ........................................................................... 71
1. Uji Keseimbangan Kemampuan Awal ...................................... 71
2. Prasyarat Analisis Variansi Dua Jalan ....................................... 73
3. Pengujian Hipotesis ................................................................... 74
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
D. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis ............................................ 78
1. Hipotesis Pertama ...................................................................... 78
2. Hipotesis Kedua ......................................................................... 79
3. Hipotesis Ketiga ........................................................................ 80
4. Hipotesis Keempat ..................................................................... 81
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .......................... 84
A. Kesimpulan ....................................................................................... 84
B. Impilikasi .......................................................................................... 84
C. Saran ................................................................................................. 86
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
LAMPIRAN 1 PERANGKAT PEMBELAJARAN
1.1 Silabus ........................................................................................... 91
1.2 RPP Model Pembelajaran Kooperatif
tipe NHT dengan pendekatan Open-Ended .................................... 97
1.3 RPP Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT ........................... 103
1.4 Lembar Kegiatan Siswa ................................................................. 109
LAMPIRAN 2 INSTRUMEN PENELITIAN
2.1 Kisi-kisi dan Angket AQ (Uji Coba) ............................................. 117
2.2 Lembar Validasi Angket AQ (Uji Coba) ....................................... 125
2.3 Uji Konsistensi Internal Angket AQ .............................................. 129
2.4 Uji Reliabilitas Angket AQ ........................................................... 130
2.5 Kisi-kisi dan Soal Tes Prestasi (Uji Coba) ..................................... 132
2.6 Lembar Validasi Tes Prestasi ........................................................ 144
2.7 Analisis Tingkat Kesukaran dan Daya Pembeda .......................... 146
2.8 Uji Reliabiitas Tes Prestasi ........................................................... 148
2.9 Soal Tes Prestasi untuk Penelitian ................................................ 149
LAMPIRAN 3 UJI KESEIMBANGAN
3.1. Data Kemampuan Awal Siswa ....................................................... 158
3.2. Data Hasil Angket AQ .................................................................... 161
3.3. Data Tes Prestasi Matematika ........................................................ 164
LAMPIRAN 4 HASIL PENELITIAN
4.1. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen 1 ....................................... 167
4.2. Uji Normalitas Kelompok Eksperimen 2 ....................................... 169
4.3. Uji Normalitas Kelompok Kontrol ................................................. 171
4.4. Uji Homogenitas Kemampuan Awal ............................................. 173
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
4.5. Uji Keseimbangan .......................................................................... 174
4.6. Uji Normalitas Kelompok NHT dengan
pendekatan Open-Ended ................................................................ 176
4.7. Uji Normalitas Kelompok NHT (Numbered Heads Together) ...... 177
4.8. Uji Normalitas Kelompok Konvensional ....................................... 178
4.9. Uji Normalitas Kelompok Climbers .............................................. 179
4.10. Uji Normalitas Kelompok Campers ............................................... 180
4.11. Uji Normalitas Kelompok Quitters ................................................ 181
4.12. Uji Homogenitas Model Pembelajaran .......................................... 182
4.13. Uji Homogenitas AQ ...................................................................... 183
4.14. Uji ANAVA .................................................................................. 184
4.15. Komparasi Rerata Antar Baris ....................................................... 187
4.16. Komparasai Rerata Antar Kolom ................................................... 188
LAMPIRAN 5 TABEL STATISTIK
5.1 Tabel Distribusi Normal Baku ....................................................... 189
5.2 Tabel Nilai Kritik Distribusi Uji Lilifors ....................................... 190
5.3 Tabel Nilai Kritik Distribusi Chi Squere ........................................ 191
5.4 Tabel Nilai Kritik Distribusi F ....................................................... 192
LAMPIRAN 6 SURAT-SURAT DAN DOKUMENTASI PENELITIAN
6.1 Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA Kota Mataram ..................... 193
6.2 Surat Keterangan Penelitian dari SMAN 3 Mataram ..................... 194
6.3 Surat Keterangan Penelitian dari SMAN 7 Mataram ..................... 195
6.4 Surat Keterangan Penelitian dari SMAN 8 Mataram ..................... 196
6.5 Surat Keterangan Uji Coba Instrumen
dari SMAN 4 Mataram ................................................................... 197
6.6 Dokumentasi Penelitian ................................................................. 198
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Persentase penguasaan materi UN SMA/MA
Tahun Pelajaran 2010/2011 ..................................................... 1
Tabel 2.1 Perbandingan Pembelajaran Kooperatif
dan Pembelajaran Tradisional ................................................. 20
Tabel 2.2 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT ............. 23
Tabel 2.3 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan
menggunakan pendekatan open-ended ..................................... 28
Tabel 2.4 Langkah-langkah pembelajaran konvensional ........................ 30
Tabel 2.5 Perbedaan Pembelajaran Kooperatif tipe NHT dengan
menggunakan pendekatan Open-Ended, NHT, Konvensional 31
Tabel 3.1 Kegiatan dan waktu kegiatan penelitian. ................................. 42
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian .............................................................. 43
Tabel 3.3 Data SMA Negeri berdasarkan NUN di Kota Mataram ......... 46
Tabel 4.1. Rangkuman hasil angket AQ siswa ......................................... 70
Tabel 4.2. Rangkuman jumlah siswa berdasarkan angket AQ siswa ....... 70
Tabel 4.3. Hasil tes prestasi belajar .......................................................... 71
Tabel 4.4 Hasil analisis uji normalitas tes kemampuan awal .................. 72
Tabel 4.5. Hasil uji homogenitas tes kemampuan awal ........................... 72
Tabel 4.6. Rangkuman uji keseimbangan tes kemampuan awal .............. 73
Tabel 4.7. Hasil uji normalitas prasyarat anava dua jalan ....................... 73
Tabel 4.8. Hasil uji homogenitas prasyarat anava dua jalan .................... 74
Tabel 4.9. Rangkuman anava dua jalan dengan sel tak sama .................. 74
Tabel 4.10. Hasil Komparasi rerata antar baris .......................................... 75
Tabel 4.11 Rangkuman rerata dan rerata marginal ................................... 76
Tabel 4.12 Hasil Komparasi rerata antar kolom ....................................... 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Secara etimologis perkataan matematika berarti “ilmu pengetahuan
yang diperoleh dengan bernalar”. Matematika tumbuh dan berkembang
karena proses berpikir, oleh karena itu logika adalah dasar untuk terbentuknya
matematika. Matematika juga merupakan sumber dari ilmu lain, karena
banyak ilmu-ilmu yang penemuan dan pengembangnya bergantung dari
matematika, sehingga matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang
diajarkan di sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi
karena sangat penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Di sisi lain, masih banyak yang memandang bahwa matematika
sebagai mata pelajaran yang menakutkan dan membosankan di kalangan
siswa sehingga suasana yang demikian ini mengakibatkan hasil atau prestasi
belajar pada mata pelajaran matematika belum sesuai yang diharapkan.
Rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran matematika juga
dialami pada siswa SMA di Kota Mataram. Hal ini dapat dilihat pada tabel
persentase penguasaan materi soal matematika UN SMA/MA Tahun
Pelajaran 2010/2011.
Tabel 1.1 Persentase penguasaan materi UN SMA/MA Tahun Pelajaran
2010/2011
No.
urut Kemampuan yang diuji
Kota/
Kab.
Prop. Nas.
03 Menyederhanakan bentuk aljabar. 80,41 86,10 89,64
04 Menyelesaikan persamaan logaritma. 91,02 82,03 57,09
05 Menyelesaikan masalah persamaan atau
fungsi kuadrat.
68,78 76,04 78,83
13 Menyelesaikan masalah program linaer. 79,46 44,73 67,91
19 Menentukan fungsi invers dari fungsi
eksponen atau logaritma.
59,18 61,38 76,49
(sumber: Kemdiknas, 2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Terlihat bahwa nilai persentase pada materi soal matematika UN
masih rendah. Penggunaan model pembelajaran konvensional, dapat menjadi
salah satu faktor dari masih rendahnya nilai UN pada mata pelajaran
matematika. Hal ini dikarenakan pada model pembelajaran konvensional guru
lebih dominan sehingga siswa bersikap pasif. Siswa menerima apa yang
disampaikan oleh guru dan melaksanakan apa yang dikatakan oleh guru.
Proses pembelajaran biasanya dimulai dengan penjelasan konsep yang
disertai contoh, dilanjutkan dengan mengerjakan latihan soal-soal
matematika, sehingga kemampuan penalaran siswa kurang berkembang,
karena guru lebih membahas masalah yang sifatnya rutin atau masalah-
masalah tertutup (closed problems) yang hanya mememiliki satu jawaban
yang benar dengan satu cara pemecahannya. Di samping itu closed problems
ini biasanya disajikan dengan terstruktur dan eksplisit, diawali dengan apa
yang diketahui, apa yang ditanyakan, dan metode apa yang digunakan.
Maksudnya adalah ide-ide, pola-pola, konsep-konsep yang disajikan secara
eksplisit sehingga siswa dapat dengan mudah menebak dan mendapatkan
solusinya tanpa melalui proses mengerti, sehingga guru perlu mempersiapkan
dan mengatur pendekatan penyampaian materi matematika kepada siswa.
Suatu model pembelajaran yang tepat adalah sesuai pada materi ataupun
situasi dan kondisi pembelajaran saat itu, sehingga pembelajaran tersebut
dapat mendorong siswa untuk memperoleh kompetensi yang diharapkan.
Dengan demikian siswa mampu menyelesaikan berbagai permasalahan baik
dalam pelajaran ataupun dalam kehidupan sehari-hari.
Salah satu alternatif pendekatan yang dapat memenuhi prinsip-prinsip
pembelajaran matematika tersebut yaitu dimungkinkan dengan pendekatan
open-ended. Pendekatan ini menyajikan suatu permasalahan yang memiliki
metode penyelesaian, atau penyelesaian yang benar lebih dari satu.
Pendekatan open-ended dipandang dari strategi bagaimana materi pelajaran
disampaikan, pada prinsipnya pendekatan open-ended sama dengan
pembelajaran berbasis masalah yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang
dalam prosesnya dimulai dengan memberi suatu masalah kepada siswa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
sehingga pendekatan open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang
menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian
yang benar lebih dari satu. Pendekatan open-ended dapat memberi
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh pengetahuan/pengalaman
menemukan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik.
Namun, pada pendekatan open-ended masalah yang diberikan adalah masalah
yang bersifat terbuka (open-ended problem) atau masalah tidak lengkap
(incomplete problem). Tujuannya adalah agar kemampuan berpikir
matematika siswa dapat berkembang secara maksimal dan pada saat yang
sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa terkomunikasi melalui proses
pembelajaran. Inilah yang menjadi pokok pikiran pembelajaran dengan open-
ended, yaitu pembelajaran yang membangun kegiatan interaktif antara
matematika dan siswa sehingga mengundang siswa untuk menjawab
permasalahan melalui berbagai strategi.
Penggunaan model pembelajaran yang tepat juga dapat menghasilkan
interaksi yang baik antara siswa dan guru, sehingga siswa lebih dominan
dalam proses pembelajaran. Dengan menggunakan model kooperatif, siswa
dapat berkomunikasi antara siswa dan siswa, sehingga guru membimbing
pada saat-saat yang diperlukan. Dominasi guru bisa dikurangi dalam proses
pembelajaran dan siswa berusaha belajar dengan menemukan konsep/materi
pelajaran secara mandiri. Aktivitas belajar siswa berkembang karena materi
yang dipelajari harus mereka temukan sendiri melalui kegiatan diskusi.
Keuntungan dari model kooperatif ialah adanya ketergantungan positif,
tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama.
Beberapa tipe dari model kooperatif adalah Jigsaw, STAD, TGT, TAI, NHT,
dan lain-lain. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah model yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling memberikan ide-ide dan
pertimbangan jawaban yang paling tepat. Ciri khas NHT yang utama dari
model ini adalah pemberian nomor. Maksud dari pemberian nomor yaitu
setiap anak mendapatkan nomor tertentu, dan setiap nomor mendapatkaan
kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
menjawab pertanyaan. Siswa tidak hanya memahami konsep namun bisa
berintekasi dengan teman-temannya, berani mengungkapkan pendapat, tidak
ada siswa yang lebih dominan di dalam kelompok karena semua anggota
kelompok mempunyai peluang yang sama untuk tampil mempresentasikan
hasil diskusi mereka. Oleh karena itu, penulis tertarik ingin mengkaji
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan
pendekatan open-ended. NHT mempunyai kelebihan yang dapat
mempermudah siswa untuk mengungkapkan ide selama proses pembelajaran.
Di sisi lain, NHT juga mempunyai beberapa kelemahan diantarnya adalah
dapat membuat grogi atau panik siswa serta siswa yang pandai akan
mendominasi selama diskusi sehingga pada siswa kemampuan rendah dapat
menimbulkan sikap minder. Oleh karena itu, untuk menutupi kelemahan dari
NHT tersebut maka penggabungan NHT dengan pendekatan open-ended
merupakan salah satu alternatif agar kelemahan dari NHT dapat tertutupi
dengan kelebihan dari pendekatan open-ended. Salah satu kelebihan dari
pendekatan open-ended yaitu siswa kemampuan rendah dapat memecahkan
masalah dengan cara mereka sendiri sehingga siswa kemampuan rendah dapat
memecahkan masalah dalam diskusi dengan beberapa cara dengan cara
mereka sendiri sehingga tidak menimbulkan sikap minder dan pasif selama
diskusi, selain itu juga siswa menjadi lebih tanggung jawab serta memberi
pengalaman dalam menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan,
keterampilan, dan cara berpikir matematik yang telah diperoleh sebelummya
dan guru akan mendapat banyak informasi berkenaan dengan kemampuan
berpikir siswa selain.
Selain karena kurang sesuainya penggunaan model pembelajaran
dalam proses pembelajaran, guru juga seharusnya mengetahui kemampuan
siswa dalam merespon materi yang diberikan atau menyelesaikan soal,
mengatasi masalah yang dihadapi. Kemampuan siswa dalam merespon materi
yang diberikan oleh guru dikenal juga dengan Adversity Quotients (AQ). Di
mana AQ adalah suatu potensi/kemampuan atau suatu bentuk kecerdasan
yang melatarbelakangi seseorang dapat mengubah hambatan atau kesulitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
menjadi sebuah peluang. AQ dapat mengetahui seberapa jauh sikap siswa
dalam mengerjakan soal, karena untuk beberapa siswa mempunyai sikap yang
gampang menyerah ketika mendapatkan soal yang susah (tipe quitters) atau
siswa yang sudah mengerjakan soal sebagian kemudian menyerah (tipe
campers) ataupun siswa yang mempunyai sikap yang berusaha mengerjakan
soal hingga selesai (tipe climbers). Pada model NHT dengan pendekatan
open-ended, merupakan suatu model pembelajaran yang sangat baik untuk
meningkatkan tanggung jawab individual serta memberi pengalaman dalam
menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan, keterampilan dalam
menyelesaikan soal, begitupun dengan menggunakan model pembelajaran
NHT, setiap siswa dituntut untuk terlibat secara total untuk mengkonstruksi
pemahamannya melalui diskusi kelompok sehingga memiliki pemahaman
yang optimal dan mampu menjelaskan hasil diskusi kepada seluruh anggota
kelas, jika nomor yang dimilikinya dipanggil oleh guru, sehingga guru
mengetahui siswa bimbingannya termasuk dalam salah satu tipe dari AQ (tipe
quitters, tipe campers, atau tipe climbers). Dengan demikian guru akan
mendapat banyak informasi berkenaan dengan kemampuan berpikir siswa.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas
dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: (1) dalam pembelajaran
matematika peran aktif siswa dalam proses pembelajaran masih rendah.
Rendahnya prestasi belajar matematika dikarenakan siswa kurang berperan
aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Terkait dengan ini dapat diteliti,
apakah prestasi belajar siswa semakin baik setelah siswa lebih berperan aktif
dalam pembelajaran. Penelitian yang dapat dilakukan untuk mengatasi
masalah ini adalah dengan merancang model pembelajaran sehingga dalam
proses pembelajaran bukan guru saja yang lebih dominan, melainkan siswa
juga berperan aktif dalam proses pembelajaran, (2) masih rendahnya prestasi
belajar matematika dikarenakan semangat dan motivasi belajar matematika
siswa yang kurang, kurang tepat penggunaan model pembelajaran,
kemampuan sikap siswa (Adversity Quotient) dalam menyelesaikan soal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
dikarenakan guru tidak mengetahui siswa dalam menyelesaikan soal, kurang
tersedianya sarana prasarana belajar yang memadai.
Dari kedua masalah yang diidentifikasi di atas, peneliti melakukan
penelitian terkait dengan membandingkan pengaruh prestasi belajar siswa
yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan
open-ended, NHT dan konvensional yang ditinjau dari AQ siswa. Alasan
dipilihnya masalah tersebut karena perlu dilakukannya inovasi dalam
pembelajaran matematika dengan menerapkan suatu model pembelajaran
inovatif. Selain itu juga selama proses pembelajaran guru mendapat banyak
informasi mengenai kemampuan berpikir siswa/kemampuan siswa dalam
merespon materi. Di samping itu, dengan mengetahui model yang efektif
untuk masing-masing tipe AQ diharapkan mampu mengoptimalkan prestasi
belajar siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti mengkaji secara
mendalam dan terarah maka diperlukan pembatasan masalah sebagai berikut:
(1) dalam penelitian ini AQ adalah suatu kemampuan yang terdapat pada
siswa dalam menghadapi suatu masalah dan mencari penyelesaian dari
masalah tersebut. Alasan ditelitinya AQ karena dapat mengetahui kemampuan
siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru, (2)
penggunaan pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif
NHT dengan pendekatan open-ended. Penggabungan model pembelajaran
kooperatif NHT terdapat pada pemberian soal di LKS, (3) prestasi belajar
matematika pada penelitian ini adalah hasil belajar matematika yang dicapai
oleh siswa setelah mengikuti pembelajaran, (4) materi matematika yang
digunakan pada penelitian ini adalah pokok bahasan persamaan dan fungsi
kuadrat yang merupakan salah satu pokok bahasan di SMA Kelas X Semester
I. Pemilihan materi pokok bahasan persamaan dan fungsi kuadrat,
dikarenakan dari data nilai persentase penguasaan materi soal matematika UN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Tahun Pelajaran 2010/2011 di NTB nilai materi pokok bahasan persamaan
dan fungsi kuadrat tergolong rendah yaitu 68,78.
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih baik, model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan open-ended, NHT
atau konvensional?
2. Manakah yang mempunyai prestasi belajar yang lebih baik, siswa dengan
tipe climbers, campers atau quitters?
3. Pada masing-masing tingkatan tipe AQ, manakah yang memberikan
prestasi belajar yang lebih baik, model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan pendekatan open-ended, NHT atau konvensional?
4. Pada masing-masing model pembelajaran, manakah yang mempunyai
prestasi belajar yang lebih baik siswa dengan tipe climbers, campers atau
quitters?
C. Tujuan penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk melihat sejauh mana
penerapan model pembalajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan
open-ended berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika. Tujuan khusus
penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui manakah yang memberikan prestasi belajar yang lebih
baik, model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan open-
ended, NHT atau pembelajaran konvensional.
2. Untuk mengetahui manakah yang mempunyai prestasi belajar yang lebih
baik, siswa dengan tipe climbers, campers atau quitters.
3. Untuk mengetahui pada masing-masing tingkatan tipe AQ, manakah
memberikan prestasi belajar yang lebih baik, model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dengan pendekatan open-ended atau NHT atau
pembelajaran konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
4. Untuk mengetahui pada masing-masing model pembelajaran, manakah
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik siswa dengan tipe climbers,
campers atau quitters.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian di bidang pendidikan diharapkan dapat memberikan
manfaat teoritis dan praktis terhadap pembelajaran matematika di sekolah.
1. Manfaat Teoritis
Secara tidak langsung, hasil penelitian ini dapat menguji kebenaran teori
belajar dan hasil penelitian sejenis yang sudah ada sebelumnya. Selain
itu, dapat pula digunakan sebagai acuan pelaksanaan penelitian
selajutnya.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat bermanfaat secara langsung bagi siswa, guru
dan sekolah.
a. Bagi siswa
Penerapan model pembelajaran yang inovatif, diharapkan dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Bagi guru
Pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan menggunakan pendekatan
open-ended belum banyak dilaksanakan oleh para guru matematika
di sekolah sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai acuan guru
matematika dalam proses pembelajaran.
c. Bagi sekolah
Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan
open-ended diharapkan dapat berimplikasi positif terhadap kualitas
pembelajaran dan dapat meningkatkan prestasi belajar matematika
sehingga mampu memperbaiki mutu lulusan sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Prestasi Belajar Matematika
a. Hakekat Matematika
Matematika dalam pandangan siswa, identik dengan kata sulit.
Selain merupakan mata pelajaran yang memiliki sifat abstrak juga
membutuhkan penalaran dalam hubungannya dengan mengerjakan
persoalan-persoalan matematika. Beberapa ahli mengemukakan
pendapatnya mengenai matematika dalam pandangan yang berbeda
sesuai dengan situasi perkembangan matematika itu sendiri. Padangan
ahli matematika seperti Johnson dan Rising (Suherman, 2001: 19)
mengatakan bahwa:
Matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan,
pembuktian yang logis, matematika adalah bahasa yang
menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas,
dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih
berupa simbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.
Pendapat lain tentang matematika dikemukakan oleh Tobias
dalam Sterenberg (2007), mengatakan bahwa:
The metaphor mathematics is a battle can be linked to
experiences of fear, struggle and even survival. Fear is a
common theme among people who experience mathematics as a
battle and is often viewed as something to be overcome.
(Metafora matematika merupakan bentuk pertempuran yang
dapat dihubungkan dengan pengetahuan akan ketakutan,
perjuangan dan bahkan kelangsungan hidup. Ketakutan adalah
tema umum di antara orang yang memiliki pengetahuan
matematika sebagai pertempuran dan sering dipandang sebagai
sesuatu yang harus diatasi).
9
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Gie (2007: 21) mengemukakan pendapatnya tentang matematika
yaitu,
Mathematics is sometimes called „the only true science.‟ But
although mathematics is of the essence of rational and logical
thinking, and despite its close connection with science,
mathematics is not substantive science at all. It is instead a
language, a logic of the relations among concepts, an extremely
useful and precise language which has made possible great
advances in many areas of science, but which is not to be
mistaken for scientific theory.
(Matematika kadang-kadang disebut „satu-satunya ilmu sejati‟
tetapi, walaupun matematika merupakan inti sari pemikiran
rasional dan logis, dan betapapun hubungannya yang erat
dengan ilmu, matematika bukanlah ilmu substansif sama sekali.
Kebalikannya, matematika adalah suatu bahasa, suatu logika,
tentang hubungan-hubungan di antara konsep-konsep, suatu
bahasa teramat berguna dan cermat yang memungkinkan
kemajuan-kemajuan besar dalam banyak bidang ilmu, namun
yang tidak boleh dikelirukan dengan teori ilmiah).
Pendapat tentang matematika juga disampaikan oleh Russel,
dalam Hamzah Uno (2007: 129) yang menyatakan bahwa:
“Matematika sebagai suatu studi yang dimulai dari pengkajian
bagian-bagian yang sangat dikenal menuju arah yang tidak
dikenal. Arah yang dikenal tersusun baik (konstruktif) secara
bertahap menuju arah yang rumit (kompleks), dari bilangan
bulat ke bilangan pecah, bilangan real ke bilangan kompleks,
dan menuju matematika yang lebih tinggi ”.
Matematika hadir dan berkembang dalam struktur yang diteliti,
tepat dan merupakan pengetahuan yang sistematik, deduktif dan
abstrak. Matematika bukan hanya berhubungan pula dengan unsur
ruang sebagai sarananya. Oleh sebab itu, matematika ditelaah tidak
hanya sekedar jumlah, tetapi dititikberatkan pada hubungan, pola
bentuk dan struktur. Objek dasar matematika yang dipelajari adalah
abstrak, kesempatan-kesempatan dalam matematika merupakan
tumpuan yang sangat penting, sehingga kesempatan yang paling dirasa
mendasar yaitu aksioma atau postulat serta konsep primitif. Aksioma
dibutuhkan guna menghindari pendefinisian yang berbelit-belit yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
selanjutnya beberapa aksioma akan diturunkan menjadi suatu sistem
aksioma yang disebut teorema.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa matematika
adalah pola berpikir, pembuktian yang logis, serta suatu logika tentang
hubungan antar konsep-konsep dan merupakan pengetahuan yang
sistematik, deduktif dan abstrak.
b. Prestasi Belajar Matematika
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2003: 910) “Prestasi
adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan), dikerjakan dan sebagainya”.
Menurut Sutratinah Tirtonegoro (2001: 43),
Prestasi belajar adalah hasil dari pengukuran dan penilaian
usaha belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka,
huruf, maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang
sudah dicapai oleh setiap anak dalam periode tertentu.
Adapun menurut Slameto (2003: 23),
Prestasi belajar adalah penilaian hasil usaha kegiatan hasil
belajar yang dinyatakan dengan simbol, angka, huruf maupun
hal yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh
setiap anak dalam periode tertentu.
Pendapat lain menurut Agus Suprijono (2009: 5) mengatakan
bahwa: “Prestasi belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan”.
Belajar menurut teori kontruktivisme adalah membangun
pengetahuan sedikit demi sedikit, yang kemudian hasilnya diperluas
melalui konteks yang terbatas. Belajar bukanlah suatu kegiatan
mengumpulkan fakta-fakta, melainkan pengembangan suatu pemikiran
dengan membuat kerangka pegertian yang baru. Siswa harus
memperoleh pengalaman dengan membuat hipotesis, prediksi, menguji
hipotesis, memanipulasi objek, memecahkan persoalan, mencari
jawaban, menggambarkan, meneliti, berdialog, mengadakan refleksi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
mengungkapkan pertanyaan, mengekspresikan gagasan, dan lain-lain
untuk membentuk kontruksi yang baru.
Prestasi belajar di jenjang sekolah formal hanya dapat dilakukan
apabila seseorang telah melakukan atau melaksanakan proses belajar
mengajar, untuk mengetahui keberhasilan dalam proses belajar
mengajar yaitu dengan mengadakan pengukuran terhadap prestasi
belajar siswa yang berupa nilai. Adapun pengertian dari penilaian hasil
belajar menurut Nana Sudjana (2009: 3) “Penilaian hasil belajar adalah
proses pemberian nilai terhadap hasil belajar siswa”. Selanjutnya
dikatakan juga bahwa tujuan penilaian adalah untuk:
1) Mendeskripsikan kecakapan para siswa sehingga diketahui
kelebihan dan kekurangannya pada bidang studi tertentu yang
ditempuh.
2) Mengetahui keberhasilan proses pendidikan di sekolah.
3) Menentukan tindak lanjut penilaian.
4) Memberikan pertanggung jawaban dari pihak sekolah.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian prestasi
belajar matematika adalah hasil yang dicapai siswa setelah melalui
proses belajar mengajar matematika, berupa nilai sebagai hasil siswa
dalam mengerjakan soal-soal matematika. Dengan kata lain prestasi
belajar matematika adalah hasil pengukuran dan penilaian atas usaha
belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, huruf atau angka serta
kalimat yang menceritakan hasil yang telah dicapai siswa setelah
mengerjakan soal-soal matematika dalam periode tertentu, di mana
siswa membangun sendiri pengetahuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar matematika
Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa merupakan cerminan
kualitas pembelajaran yang telah mereka ikuti. Makin tinggi prestasi
belajar siswa menunjukkan bahwa kualitas pembelajaran makin baik
pula.
Menurut Slameto (2003: 54-72) faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan proses belajar yaitu:
1) Faktor internal, yang terdiri dari tiga faktor berikut:
a. Faktor jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan dan cacat
tubuh.
b. Faktor psikologis yang meliputi intelegensi, perhatian, minat,
kreativitas, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
c. Faktor kelelahan yang meliputi kelelahan jasmani dan rohani.
2) Faktor eksternal, yang terdiri dari tiga faktor berikut:
a. Faktor keluarga yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi
antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi
keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan.
b. Faktor sekolah yang meliputi model pembelajaran, kurikulum,
relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, displin
sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas
ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
c. Faktor masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam
masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan
masyarakat.
Di antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap prestasi
belajar, kemampuan siswa dan model pembelajaran akan sangat
menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Makin tepat
memilih model pembelajaran yang digunakan akan memberikan
pengaruh yang makin baik pula terhadap prestasi belajar siswa,
demikian juga sebaliknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
2. Adversity Quotient
Istilah AQ (Adversity Quotient) ini dipopulerkan oleh Paul Stoltz
(2007), merupakan suatu penilaian yang mengukur bagaimana respon
seseorang dalam menghadapi masalah untuk dapat diberdayakan menjadi
peluang sama seperti pendaki gunung. Adversity Quotient dapat menjadi
indikator seberapa kuatkah seseorang dapat terus bertahan dalam suatu
pergumulan, sampai pada akhirnya orang tersebut dapat keluar sebagai
pemenang, mundur di tengah jalan atau bahkan tidak mau menerima
tantangan sedikit pun. AQ dapat juga melihat mental yang dimiliki oleh
seseorang. (Nida‟u Diana, 2008)
AQ dapat dibagi menjadi tiga tipe, di mana hal ini melihat sikap
dari individu tersebut dalam mengahadapi setiap masalah dan tantangan
hidupnya. Kelompok atau tipe individu tersebut, yaitu:
a. Quitters
Merupakan kelompok orang yang kurang memiliki kemauan
untuk menerima tantangan dalam hidupnya. Hal ini secara tidak
langsung juga menutup segala peluang dan kesempatan yang datang
menghampirinya. Tipe quitters cenderung untuk menolak adanya
tantangan serta masalah yang ada di dalam peluang tersebut.
b. Campers
Merupakan kelompok orang yang sudah memiliki kemauan
untuk berusaha menghadapi masalah dan tantangan yang ada, namun
mereka melihat bahwa perjalanannya sudah cukup sampai disini.
Berbeda dengan kelompok sebelumnya (quitters), kelompok ini sudah
pernah mencoba, berjuang menghadapi berbagai masalah yang terus
menerjang, mereka memilih untuk menyerah juga.
c. Climbers
Merupakan kelompok orang yang memilih untuk terus
bertahan untuk berjuang menghadapi berbagai masalah, tantangan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
hambatan, serta hal-hal lain yang terus dapat setiap harinya. Kelompok
ini memilih untuk terus berjuang tanpa mempedulikan latar belakang
serta kemampuan yang mereka miliki, mereka terus mencoba dan
mencoba untuk memperoleh penyelesaian.
AQ memiliki lima dimensi yang masing-masing merupakan
bagian dari sikap seseorang menghadapi masalah. Dimensi-dimensi
tersebut antara lain adalah:
a. C = Control
Menjelaskan mengenai bagaimana seseorang memiliki kendali dalam
suatu masalah yang muncul. Apakah seseorang memandang bahwa
dirinya tak berdaya dengan adanya masalah tersebut, atau ia dapat
memegang kendali dari akibat masalah tersebut.
b. Or = Origin
Menjelaskan mengenai bagaimana seseorang memandang sumber
masalah yang ada. Apakah ia cenderung memandang masalah yang
terjadi bersumber dari dirinya seorang atau ada faktor-faktor lain di luar
dirinya.
c. Ow = Ownership
Menjelaskan tentang bagaimana seseorang mengakui akibat dari
masalah yang timbul. Apakah ia cenderung tak peduli dan lepas
tanggung jawab, atau mau mengakui dan mencari solusi untuk masalah
tersebut.
d. R= Reach
Menjelaskan tentang bagaimana suatu masalah yang muncul dapat
mempengaruhi segi-segi hidup yang lain dari orang tersebut. Apakah ia
cenderung memandang masalah tersebut meluas atau hanya terbatas
pada masalah tersebut saja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
e. E = Endurance
Menjelaskan tentang bagaimana seseorang memandang jangka waktu
berlangsungnya masalah yang muncul. Apakah ia cenderung untuk
memandang masalah tersebut terjadi secara permanen dan
berkelanjutan atau hanya dalam waktu yang singkat saja. (Stoltz, 2007:
8-19)
Berikut ini adalah ciri, deskripsi dan karakteristik dari tipe AQ:
a. Quitter
1. Menolak untuk mendaki lebih tinggi lagi.
2. Gaya hidupnya tidak menyenangkan atau datar,
3. Bekerja sekedar cukup untuk hidup.
4. Cenderung menghindari tantangan berat yang muncul dari komitmen
yang sesungguhnya.
5. Jarang sekali memiliki persahabatan yang sejati.
b. Camper
1. Mereka mau untuk mendaki, meskipun akan “berhenti” di pos tertentu,
dan merasa cukup sampai di situ.
2. Mereka cukup puas telah mencapai suatu tahapan tertentu (sufficient).
3. Masih memiliki sejumlah inisiatif, sedikit semangat, dan beberapa
usaha.
4. Mengorbankan kemampuan individunya untuk mendapatkan kepuasan,
dan mampu membina hubungan dengan para camper lainnya
c. Climber
1. Mereka membaktikan dirinya untuk terus “mendaki”, mereka adalah
pemikir yang selalu memikirkan kemungkinan-kemungkinan
2. Hidupnya “lengkap” karena telah melewati dan mengalami semua
tahapan sebelumnya. Mereka menyadari bahwa akan banyak imbalan
yang diperoleh dalam jangka panjang melalui “langkah-langkah kecil”
yang sedang dilewatinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
3. Menyambut baik tantangan, memotivasi diri, memiliki semangat tinggi,
dan berjuang mendapatkan yang terbaik dalam hidup; mereka
cenderung membuat segala sesuatu terwujud.
4. Tidak takut menjelajahi potensi-potensi tanpa batas yang ada di antara
dua manusia; memahami dan menyambut baik risiko menyakitkan yang
ditimbulkan karena bersedia menerima kritik.
5. Menyambut baik setiap perubahan, bahkan ikut mendorong setiap
perubahan tersebut ke arah yang positif.
Objek dalam matematika yang abstrak dapat menyebabkan siswa
kesulitan dalam belajar matematika. Disinilah potensi AQ sangat
dibutuhkan dalam belajar matematika. Belajar pada dasarnya adalah
mengatasi kesulitan. Dengan adanya kesulitan dapat menjadikan mereka
yang dapat mengatasinya menjadi individu yang tangguh dan memberikan
kepuasan saat mereka mampu mengatasinya dengan sebaik-baiknya.
Kesulitan yang dialami mereka yang ber-AQ tinggi (Climbers)
dijadikan tantangan sehingga mereka menjadi siswa yang pantang
menyerah. Sikap pantang menyerah merupakan faktor pembentuk AQ
siswa. Sikap inilah yang perlu ditanamkan kepada setiap siswa dalam
belajar matematika. Kecerdasan ini menyangkut kemampuan seseorang
untuk dapat mengatasi kesulitan untuk memperoleh hasil yang diinginkan.
Keberanian perlu ditumbuhkan dalam diri siswa untuk menghadapi
kesulitan dalam belajar di sekolah (Anonim, 2012).
Dalam pengelompokkan siswa menjadi tiga tipe, yaitu tipe
climbers, campers dan quitters menggunakan angket Adversity Response
Profile (ARP). Menurut Stoltz (2007), ARP sudah digunakan oleh lebih
7500 orang dari seluruh dunia dengan berbagai macam karier, usia, ras dan
budaya. Hasilnya mengungkapkan bahwa ARP merupakan instrumen yang
valid untuk mengukur respon orang terhadap kesulitan. ARP juga telah
digunakan pada penelitian-penelitian di berbagai perusahaan dan sekolah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
ARP memuat 30 cerita peristiwa. Setiap peristiwa disertai dua
pernyataan, pernyataan-pernyataan akan bersifat negatif dan ada juga yang
bersifat positif. Menurut Stoltz, pernyataan negatif inilah yang
diperhatikan skornya, karena lebih memperhatikan respon-respon terhadap
kesulitan. Adapun rentangan skor AQ adalah sebagai berikut.
Kategori quitters : skor 59 ke bawah
Kategori campers : skor 60 s.d. 134
Kategori climbers: skor 135 s.d. 200
(Stoltz, 2007: 138)
3. Model Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together dan
Numbered Heads Together dengan Pendekatan Open-ended
a. Model Pembelajaran Kooperartif
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai
pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial (Agus Suprijono, 2009: 46). Adapun
menurut Brady (dalam Aunurrahman, 2011: 146) mengemukakan
bahwa model pembelajaran dapat diartikan sebagai blue print yang
dapat dipergunakan untuk membimbing guru di dalam
mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.
Menurut Udin S. Winataputra dalam Soetarno Joyoatmojo
(2011: 102) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar
tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran
atau pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
Dalam penelitian ini, yang dimaksud model pembelajaran
adalah pedoman, blue print atau kerangka konseptual yang sistematis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
digunakan oleh guru di dalam mempersiapkan dan melaksanakan
kegiatan pembelajaran di kelas.
Menurut Tarim (2009), mengatakan bahwa dalam model
pembelajaran kooperatif:
The teacher keeps the process under control, guiding them by
means of providing materials, explaining, etc., when the
students are in need of help. The important reason for the
wide use of cooperative learning could be its positive effect
on academic achievement, peer relations, inclusion of
children with special needs, self-esteem, attitude, and anxiety.
(Pengawasan guru terhadap suatu proses yang terkendali,
membimbing mereka dengan cara menyediakan bahan,
menjelaskan, dan lain-lain, ketika murid membutuhkan
bantuan. Alasan penting untuk penggunaan bentuk kerjasama
belajar (belajar kelompok) bisa menjadi efek positif pada
prestasi akademik, pertemanan, kebutuhan khusus akan anak,
harga diri, sikap, serta kecemasan).
Menurut Roger dan kawan-kawan dalam Miftahul Huda (2011:
29) mengatakan bahwa:
Cooperative learning is group learning activity organized in
such a way that learning is based on the socially structured
change of information between learners in group in which
each learner is held accountable for his or her own learning
and is motivated to increase the learning of others.
(Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran
kelompok yang diorganisasi dengan satu prinsip bahwa
pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi
secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang
di dalamnya setiap pembelajaran bertanggung jawab atas
pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan
pembelajaran anggota-anggota yang lain).
Situasi pembelajaran kooperatif, interaksinya dicirikan dengan
independensi tujuan positifnya berdasarkan akuntabilitas setiap
individu siswa. Interpedensi seperti ini mengharuskan kesediaan setiap
anggota kelompok mereka harus meminjam istilah Johnson dan
Johnson “tenggelam dan berenang bersama” (sink and swim together).
Pembelajaran kooperatif juga memiliki keunikan-keunikan tersendiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
jika dibandingkan dengan pembelajaran tradisional. Perbedaan antara
dua jenis pembelajaran ini diilustrasikan dalam Tabel 2.1 (diadaptasi
dari Johnson dan Johnson, dalam Miftahul Huda, 2011: 82)
Tabel 2.1 Perbandingan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran
tradisional
Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Tradisional
Interpendensi positif dengan prosedur-
prosedur yang terstruktur jelas.
Tidak ada interpendensi positif.
Akuntabilitas individu atas pembagian kerja
kelompok.
Tidak ada akuntabilitas individu atas
pembagian kerja kelompok.
Relatif menekankan kelompok yang terdiri
dari siswa-siswa dengan level kemampuan
yang berbeda.
Cenderung menekankan kelompok yang
terdiri dari siswa-siswa dengan level
kemampuan yang berbeda.
Saling berbagi peran kepemimpinan. Jarang menunjuk pemimpin kelompok.
Masing-masing anggota saling membagi
tugas pembelajaran dengan anggota yang
lain.
Masing-masing anggota jarang yang
membantu anngotanya yang lain untuk
belajar.
Bertujuan memaksimalkan pembelajaran
setiap anggota kelompok.
Fokus hanya untuk menyelesaikan tugas.
Menjaga relasi kerja sama yang baik. Tidak ada kerja sama.
Mengajarkan keretampilan bekerja sama
yang efektif.
Menganggap semua siswa bisa bekerja
sama dengan baik.
Observasi guru pada kualitas teamwork
siswa.
Jarang ada observasi dari guru.
b. Numbered Heads Together
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) atau penomoran berpikir bersama adalah salah satu
model pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivisme.
Model pembelajaran ini pertama kali dikembangkan oleh Spenser
Kagan (1992) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah
materi dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
dalam pelajaran tersebut. Model pembelajaran ini dapat digunakan
pada semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Pengelompokan secara heterogen merupakan ciri yang
menonjol pada model pembelajaran ini. Dalam hal kemampuan
akademis, kelompok dalam pembelajaran kooperatif biasanya terdiri
dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan
kemampuan akademis sedang dan seorang lainnya mempunyai
kemampuan akademis yang kurang. Secara umum, pengelompokan
heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu
orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan
asisten untuk tiga orang.
Berikut adalah cara melaksanakan model pembelajaran
kooperatif tipe NHT menurut Anita Lie (2008: 59)
1. Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam setiap
kelompok mendapat nomor.
2. Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya.
3. Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan
memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
4. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerja sama mereka.
Menurut Mohamad Nur dalam Rosi Salindri (2011: 27)
menjelaskan bahwa Numbered Heads Together pada dasarnya
merupakan sebuah varian diskusi kelompok: ciri khasnya adalah guru
hanya menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa
memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili kelompoknya,
tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang akan mewakili
kelompoknya itu sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua
siswa. Cara ini juga merupakan upaya yang sangat baik untuk
meningkatkan tanggung jawab individual dalam diskusi kelompok.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Menurut Miftahul Huda (2011: 130), pada dasarnya NHT
merupakan varian dari diskusi kelompok. Teknis pelaksanaanya
hamper sama dengan diskusi kelompok. Pertama-tama, guru meminta
siswa untuk duduk berkelompok-kelompok. Masing-masing anggota
diberi nomor. Setelah selesai, guru memanggil nomor untuk
mempresentasikan hasil diskusinya. Guru tidak memberitahukan
nomor berapa yang akan berpresentasi selanjutnya. Begitu seterusnya
hingga semua nomor terpanggil. Pemanggilan secara acak ini akan
memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi tersebut.
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah
sebagai berikut :
1. Setiap siswa menjadi siap semua.
2. Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
3. Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
4. Tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok.
Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah:
1. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru atau
mempunyai kesempatan untuk mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas.
2. Dapat membuat grogi atau panik siswa, karena dalam model ini
bagi nomor yang dipanggil harus menjawab dan mereka panik
pada pemanggilan nomor dan siswa yang pandai akan
mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan
pasif pada siswa kemampuan rendah.
Dari uraian di atas, langkah-langkah pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together yang dilakukan pada penelitian ini
adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Tabel 2.2 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT
No.
Tahap
Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Penomoran Guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok yang
beranggotakan 4-5 siswa yang
heterogen, pada setiap siswa
diberikan nomor 1-5.
Siswa membentuk kelompok
sesuai instruksi guru.
2 Menyajikan
materi pelajaran
Menyajikan materi kepada
siswa yang diakhiri dengan
meminta siswa untuk
mendiskusikan LKS.
Siswa memperhatikan materi
yang disampaikan oleh guru.
3 Berpikir
bersama
Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk
menyatukan pendapat
terhadap jawaban pertanyaan
dan meyakinkan tiap anggota
kelompok mengetahui
jawaban kelompok.
Siswa berdiskusi
mengenai permasalahan
pada LKS.
4
Menjawab Guru memanggil satu nomor
tertentu untuk
mempresentasikan di depan
kelas.
Siswa yang mempunyai
nomor yang sama
mengangkat tangan dan
mempresentasikan jawaban
di depan kelas mewakili
jawaban dari kelompok.
c. Pendekatan Open-ended
Pendekatan open-ended dilatarbelakangi oleh anggapan siswa
pada pengajaran matematika yang ditemuinya selama ini yang
menurut Schoenfeld, ada beberapa pendapat siswa terhadap
pembelajaran matematika, yaitu:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
1. Proses matematika formal hanya mempunyai sedikit atau tidak
sama sekali discovery atau invention.
2. Hanya beberapa siswa yang mampu memahami materi,
memecahkan tugas yang diberikan atau permasalahan matematika
dalam waktu sebentar.
3. Hanya siswa genius yang benar-benar memahami matematika.
4. Hanya beberapa siswa yang berhasil di sekolah mengerjakan tugas,
tepat, dan persis sesuai perintah guru.
Melihat dari kenyataan itu, muncul pendekatan open-ended
yang muncul di Negara Jepang sejak tahun 1970-an. Menurut
Shimada (1997:1) “Pendekatan open-ended berawal dari pandangan
bagaimana mengevaluasi kemampuan siswa secara objektif dan
berpikir matematika tingkat tinggi. Supaya matematika dapat
disenangi dan dipelajari oleh semua siswa, maka permasalahan
tertutup (closed problem) yang menuntut satu jawaban yang benar
hendaknya diganti dengan permasalahan terbuka/ open-ended
problems” (Mariska Yusuf, 2009).
Menurut Eli Kurniadi (2012), pendekatan open-ended adalah
pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang
memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih dari satu.
Pendekatan open-ended dapat memberi kesempatan kepada siswa
untuk memperoleh pengetahuan/ pengalaman menemukan, mengenali,
dan memecahkan masalah dengan beberapa teknik. Namun, pada
pendekatan open-ended masalah yang diberikan adalah masalah yang
bersifat terbuka (open-ended problem) atau masalah tidak lengkap
(incomplete problem). Tujuannya adalah agar kemampuan berpikir
matematika siswa dapat berkembang secara maksimal dan pada saat
yang sama kegiatan-kegiatan kreatif dari setiap siswa terkomunikasi
melalui proses pembelajaran. Inilah yang menjadi pokok pikiran
pembelajaran dengan open-ended, yaitu pembelajaran yang
membangun kegiatan interaktif antara matematika dan siswa sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
mengundang siswa untuk menjawab permasalahan melalui berbagai
strategi.
Pembelajaran dengan pendekatan open–ended mengasumsikan
tiga prinsip:
b. Related to the autonomy of student activities
Pada tahap ini, guru harus mengapresiasi aktivitas siswa agar
mereka merasa nyaman dengan keterlibatan guru dalam aktivitas
mereka. Keberadaan guru di antara siswa dimaksudkan untuk
menfasilitasi pembelajaran agar berlangsung terarah, dan dapat
berjalan baik.
c. Related to evolutionary and integral nature of mathematical
knowledge
Nohda mengungkapkan dalam Eli Kurniadi (2012) bahwa
content of mathematics is theorical and systemic. Selanjutnya ia
menambahkan bahwa semakin esensial suatu pengetahuan, maka
semakin komprehensif pula pengetahuan yang dihasilkannya, bagi
pengetahuan yang sifatnya analogis, yang bersifat khusus maupun
yang sifatnya umum.
c. Related to teacher expendient decision making in class
Dalam pembelajaran di kelas, guru seringkali menemukan
gagasan-gagasan siswa yang tidak terduga tersebut menjadi
berkembang dan mengarahkan siswa untuk memunculkan gagasan-
gagasan mereka lebih baik.
Karakteristik dari pendekatan open-ended adalah (1) prosesnya
terbuka. Maksudnya masalah itu memiliki banyak cara penyelesaian
yang benar, (2) hasil akhirnya terbuka. Maksudnya masalah itu
memiliki banyak jawaban yang benar, (3) cara pengembangan
lanjutannya terbuka. Maksudnya ketika siswa telah menyelesaikan
masalahnya, mereka dapat mengembangkan masalah baru dengan cara
merubah kondisi masalah sebelumnya (masalah asli). (Suherman,
2001: 114).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Pendekatan open-ended menurut Suherman (2001: 121)
memiliki beberapa keunggulan antara lain:
a. Siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering
mengekspresikan idenya.
b. Siswa memiliki kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan
pengetahuan dan keterampilan matematik secara komprehensif.
c. Siswa dengan kemapuan matematika rendah dapat merespon
permasalahan dengan cara mereka sendiri.
d. Siswa secara intrinsik termotivasi untuk memberikan bukti atau
penjelasan.
e. Siswa memiliki pengelaman banyak untuk menemukan sesuatu
dalam menjawab permasalahan.
Disamping keunggulan, menurut Suherman (2001: 121)
terdapat pula kelemahan dari pendekatan open-ended, diantaranya:
a. Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna
bagi siswa bukanlah pekerjaan mudah.
b. Mengemukakan masalah yang langsung dapat dipahami siswa
sangat sulit sehingga banyak siswa yang mengalami kesulitan
bagaimana merespon permasalahan yang diberikan.
c. Siswa dengan kemampuan tinggi bisa merasa ragu atau
mencemaskan jawaban mereka.
d. Mungkin ada sebagaian siswa yang merasa bahwa kegiatan belajar
mereka mereka tidak menyenangkan karena kesulitan yang mereka
hadapi.
d. Pembelajaran Kooperatif Numbered Heads Together dengan
Pendekatan open-ended
NHT merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif
yang membuat siswa menjadi aktif selama proses pembelajaran dan
membuat siswa menjadi lebih tanggung jawab. Pemahaman siswa
dituntut untuk mengkontribusikan pemahaman mereka selama diskusi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Namun NHT juga mempunyai kelemahan diantaranya yaitu dapat
membuat grogi atau panik siswa dan siswa yang pandai akan
mendominasi selama diskusi sehingga pada siswa kemampuan rendah
dapat menimbulkan sikap minder, karena siswa tidak mengetahui
nomor yang akan dipanggil oleh guru untuk mempresentasikan hasil
pekerjaan kelompok. Dibutuhkan sebuah inovasi untuk menutupi
kelemahan dari model pembelajaran NHT tersebut. Penggabungan
model pembelajaran NHT dengan pendekatan open-ended dinilai
dapat meminimalisasi kelemahan dari NHT, hal ini dikarenakan
pendekatan open-ended adalah pendekatan pembelajaran yang
menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau
penyelesaian yang benar lebih dari satu dan dapat memberi
kesempatan kepada siswa untuk memperoleh
pengetahuan/pengalaman menemukan, mengenali, memecahkan
masalah dengan beberapa teknik. Salah satu dari kelebihan dari
pendekatan open-ended ialah siswa dengan kemampuan rendah bisa
memberikan reaksi terhadap masalah dengan beberapa cara dengan
cara mereka sendiri sehingga dengan memadukan antara model
pembelajaran NHT dengan pendekatan open-ended, siswa
kemampuan rendah dapat memecahkan masalah dalam diskusi dengan
beberapa cara dengan cara mereka sendiri, sehingga tidak
menimbulkan sikap minder dan pasif selama diskusi. Selain itu juga
siswa menjadi lebih tanggung jawab serta memberi pengalaman
dalam menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan,
keterampilan, dan cara berpikir matematik yang telah diperoleh
sebelummya dan guru akan mendapat banyak informasi berkenaan
dengan kemampuan berpikir siswa selain.
Terdapat perbedaan langkah-langkah pembelajaran pada model
pembelajaran NHT dengan pendekatan open-ended dengan model
NHT adalah pada LKS. Pada NHT menggunakan soal closed problem
(mememiliki satu jawaban yang benar dengan satu cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
pemecahannya). Dari uraian di atas, langkah-langkah pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan pendekatan
open-ended yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
Tabel 2.3 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan
pendekatan open-ended
No.
Tahap
Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Penomoran
Guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok yang
beranggotakan 4-5 siswa yang
heterogen, pada setiap siswa
diberikan nomor 1-5.
Siswa membentuk
kelompok sesuai instruksi
guru.
2
Menyajikan
materi pelajaran
dan memberi
masalah
Menyajikan materi kepada siswa
yang diakhiri dengan meminta
siswa untuk mendiskusikan LKS.
Di mana soal yang digunakan
dalam LKS adalah soal open-
ended.
Siswa memperhatikan
materi yang disampaikan
oleh guru.
3
Berpikir bersama
dan
mengeksplorasi
masalah
Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk menyatukan
pendapat terhadap jawaban
pertanyaan dan meyakinkan tiap
anggota kelompok mengetahui
jawaban kelompok.
Siswa berdiskusi
mengenai permasalahan
pada LKS yang
menggunakan soal open-
ended.
4
Menjawab Guru memanggil satu nomor
tertentu untuk mempresentasikan
di depan kelas.
Siswa yang mempunyai
nomor yang sama
mengangkat tangan dan
mempresentasikan
jawaban di depan kelas.
5
Meringkas Guru menyimpulkan hasil
pembelajaran dan memberikan
contoh soal-soal lain yang
berkaitan dengan materi yang
dipelajari.
Siswa memperhatikan
simpulan dari guru dan
mengerjakan soal yang
diberikan guru.
4. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional umumnya dilaksanakan secara klasikal.
Metode yang digunakan adalah metode ceramah yang diselingi tanya
jawab, serta pemberian pekerjaan rumah. Pada pembelajaran yang
menuangkan hal-hal yang dianggap penting oleh guru kepada siswa, dan
siswa hanya mendengarkan hal-hal yang disampaikan oleh guru. Menurut
Soedjadi dalam Nuzulia Mufida (2010: 32) pembelajaran di sekolah-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
sekolah selama ini terpateri kebiasaan dengan urutan sajian proses sebagai
berikut: (1) diajarkan teori/definisi/teorema, (2) diberikan contoh soal, dan
(3) diberikan latihan soal. Dalam pembelajaran konvensional guru lebih
dominan dan siswa cenderung pasif, sehingga siswa untuk mengemukakan
dan membahas suatu pandangan atau pendapat kurang. Pembelajaran
konvensional pada umumnya menggunakan metode ceramah, merupakan
metode mengajar paling banyak dipakai, terutama dalam bidang studi non
eksakta. Siswa memperhatikan guru berbicara, mencoba menangkap apa
isinya dan membuat catatan. Guru mendominasi dalam proses
pembelajarannya.
Pembelajaran konvensioanal telah lama berbentuk. Pembelajaran
ini dilakukan secara umum dan digunakan pada pembelajaran matematika
di Indonesia. Cara pembelajaran ini demikian dikenal oleh banyak orang
dan diterima sebagai suatu cara yang terbaik untuk melaksanakan
pembelajaran sehingga pembelajaran konvensional dalam penelitian ini
adalah pembelajaran yang menggunakan metode ceremah, dengan urutan
diajarkan definisi, diberikan contoh dan latihan. Pada pembelajaran ini
guru memndominasi selama proses pembelajarannya.
Adapun kelebihan dan kelemahan dari model konvensional adalah
sebagai berikut:
a. Kelebihan model konvensional
1. Dapat menampung siswa dalam kelas besar,
2. Kemajuan siswa berjalan teratur menurut tingkah laku,
3. Dapat disampaikan kepada siswa yang usianya hamper bersamaan
dalam satu kelas,
4. Buku-buku pelajaran dapat disesuaikan dengan taraf kesanggupan
kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
b. Kelemahan
1. Siswa tidak dapat langsung menilai apa yang dipelajari,
2. Siswa tidak dapat menggunakan teknik ilmiah,
3. Siswa kurang memungkinkan dalam menyusun fakta dan
mengambil kesimpulan,
4. Belajar dan bekerja menjadi kurang efisien.
(Wardoyo Rahmad, 2004: 26-27)
Dari uraian di atas, langkah-langkah pembelajaran konvensional
yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
Tabel 2.4 Langkah-langkah pembelajaran konvensional
No. Tahap
Pembelajaran
Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1 Menyajikan
materi pelajaran
Menyajikan materi kepada
siswa yang diakhiri dengan
memberikan contoh soal yang
berkaitan dengan materi yang
diajarkan.
Siswa memperhatikan
materi yang
disampaikan oleh guru.
2 Memberikan Soal
Latihan
Guru memberi soal latihan
kepada siswa.
Siswa mengerjakan
soal yang diberikan
oleh guru.
3 Menjawab Guru memanggil siswa untuk
menjawab latihan soal di depan
kelas.
Siswa yang namanya
dipanggil, menjawab
soal di depan kelas.
Berdasarkan pembahasan sebelumnya mengenai model
kooperatif dan pembelajaran konvensional, berikut akan dijelaskan
perbedaan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan
open-ended, NHT, Konvensional dari beberapa aspek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
Tabel 2.5 Perbedaan pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan
pendekatan open-ended, NHT, Konvensional
Aspek
NHT dengan
menggunakan
pendekatan open-ended
NHT Konvensional
Ruang Lingkup
Pembelajaran
Disajikan secara utuh
dengan menjelasan tentang
keterkaitan antarbagian,
dengan penekanan pada
konsep utama, dan
keterampilan dasar.
Disajikan secara utuh
dengan menjelasan tentang
keterkaitan antarbagian,
dengan penekanan pada
konsep utama.
Disajikan secara
terpisah, bagian
perbagian dengan
penekanan pada
pencapaian
keterampilan dasar.
Kegiatan
Pembelajaran
Berdasarkan beragam
sumber informasi dan
diskusi antar siswa lebih
dominan.
Berdasarkan beragam
sumber informasi diskusi
antar siswa lebih dominan.
Berdasarkan buku
teks yang sudah
ditemukan.
Kedudukan
Siswa
Siswa dilihat sebagai
pemikir yang mampu
menghasilkan pengetahuan
baru dan meningkatkan
keterampilan matematis.
Siswa dilihat sebagai
pemikir yang mampu
menghasilkan pengetahuan
baru.
Dilihat sebagai
kosong tempat
diberikannya semua
pengetahuan dari
guru.
Interaksi Guru
Guru bersikap interaktif
dalam pembelajaran,
menjadi fasilitator dan
mediator bagi siswa.
Guru bersikap interaktif
dalam pembelajaran,
menjadi fasilitator dan
mediator bagi siswa.
Guru mengajar dan
menyebarkan
informasi keilmuan
kepada siswa.
Penyelesaian
masalah
pembelajaran
Guru mencoba mengerti
persepsi siswa agar dapat
melihat pola pikir siswa
dengan jawaban soal yang
bervariasi dan apa yang
sudah diperoleh siswa
untuk pembelajaran
selanjutnya.
Guru mencoba mengerti
persepsi siswa agar dapat
melihat pola pikir siswa
dan apa yang sudah
diperoleh siswa untuk
pembelajaran selanjutnya.
Selalu mencari
jawaban yang
benar untuk
mengevaluasi di
proses jawaban
siswa
Penilaian proses
pembelajaran
Merupakan bagian dalam
pembelajaran, dilakukan
melalui observasi guru
melalui persentasi hasil
kelompok siswa.
Merupakan bagian dalam
pembelajaran, dilakukan
melalui observasi guru
melalui persentasi hasil
kelompok siswa.
Merupakan bagian
terpisah dan
dilakukan hampir
selalu dalam bentuk
ujian
Aktivitas
belajar siswa
Lebih banyak belajar
dalam kelompok
Lebih banyak belajar
dalam kelompok
Siswa banyak
belajar sendiri
B. Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian Rosi Salindri (2011), menunjukkan bahwa prestasi belajar
siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sama dengan
model pembelajaran tipe GI. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
yang dilakukan adalah pada model pembelajarannya. Perbedaannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
adalah pada penelitian ini ditinjau dari motivasi berprestasi siswa dan
dilaksanakan pada kelas XI IPS SMA, sedangkan pada penelitian yang
dilakukan ditinjau dari AQ dan dilaksanakan pada kelas X SMA.
2. Penelitian Siti Nureini (2011), menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa
dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sama dengan model
pembelajaran tipe TTW. Prestasi belajar matematika siswa kelompok
Climbers lebih baik dibandingkan kelompok Campers dan Quitters,
sedangkan prestasi belajar matematika siswa kelompok Campers sama
dengan kelompok Quitters. Pada kelompok Climbers pembelajaran
dengan model TTW maupun NHT menghasilkan prestasi belajar yang
sama. Pada kelompok Campers pembelajaran dengan model TTW
maupun NHT mengahsilkan prestasi belajar yang sama. Pada kelompok
Quitters pembelajaran dengan model TTW maupun NHT menghasilkan
prestasi belajar yang sama. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
yang dilakukan adalah pada model pembelajaran dan AQ. Perbedaannya
adalah pada penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIII SMP, sedangkan
pada penelitian yang dilakukan ditinjau dari AQ dan dilaksanakan pada
kelas X SMA.
3. Penelitian Hardi (2005), menunjukkan bahwa ada pengaruh signifikan
metode pembelajaran dengan pendekatan open-ended. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah open-ended nya.
Perbedaannya adalah pada penelitian ini ditinjau dari motivasi belajar
siswa dan dilaksanakan pada kelas I SMK Kelompok Teknik Industri,
sedangkan pada penelitian yang dilakukan ditinjau dari AQ dan
dilaksanakan pada kelas X SMA.
4. Penelitian Pangma, Tayraukham, and Nuangchalerm (2009),
menunjukkan bahwa variabel yang mempengaruhi Adversity Quotient
pada siswa kelas 12 dan kelas 3 kejuruan adalah dominan dari rasa
kebebasan individu, percaya diri, antusias dan motivasi untuk berprestasi.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Adversity Quotient. Perbedaannya adalah penelitian ini pada siswa kelas
12 dan kelas 3 kejuruan, sedangkan pada penelitian yang dilakukan pada
siswa kelas X SMA.
5. Penelitian Haydon, Maeady, dan Hunter (2010), menunjukkan bahwa
pada siswa dengan keberagaman ketidakmampuan, penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT mampu meningkatkan aktivitas yang
relevan dengan pembelajaran (on-task) dan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan prestasi belajar siswa. Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah model
pembelajaran NHT. Perbedaannya adalah penelitian ini pada siswa kelas
7, sedangkan pada penelitian yang dilakukan pada siswa kelas X SMA.
6. Penelitian Maheady, Michielli-Pendl, Harper, dan Mallette (2006),
menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
dengan pemberian penghargaan lebih efektif dalam meningkatkan
kemampuan prestasi belajar peserta didik sehingga berdampak pada
peningkatan prestasi belajar siswa dibandingkan penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT tanpa pemberian penghargaan.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah
model pembelajaran NHT. Perbedaannya adalah penelitian ini dilakukan
pada siswa kelas 6, sedangkan pada penelitian yang dilakukan pada siswa
kelas X SMA.
7. Penelitian Zakaria, Chin, and Daud (2010), menyatakan bahwa
pembelajaran kooperatif adalah pembelajarannya yang efektif, sehingga
guru perlu menggunakan dalam proses pembelajaran Persamaan
penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan adalah model
pembelajaran kooperatif. Perbedaan yang dengan penelitian ini adalah
ukuran populasi, subyek, variabel yang diukur, materi, pokok, dan waktu
penelitian.
8. Penelitian Santos (2012), menunjukkan bahwa AQ digunakan untuk
meningkatkan para guru kemampuan guru memahami siswa di sekolah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
pendidikan khusus di Manila dan memotivasi guru "untuk berbuat lebih
banyak dengan kekurangan” kepada siswanya. Persamaan penelitian ini
dengan penelitian yang akan diteliti adalah AQ siswa. Perbedaannya
adalah penelitian ini pada siswa kebutuhan khusus di Manila, sedangkan
pada penelitian yang dilakukan pada siswa kelas X SMA.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat
dikemukakan kerangka berpikir dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi belajar.
Prestasi belajar matematika siswa merupakan suatu hasil yang
diperoleh siswa setelah melakukan serangkaian proses belajar matematika
yang didesain sedemikian rupa oleh guru pada materi pokok tertentu.
Sebagian besar siswa menganggap matematika itu sulit. Kesulitan-
kesulitan yang dihadapi disebabkan karena banyak siswa yang kurang aktif
dalam mengikuti pembelajaran dan hanya mengorganisasikannya dengan
siswa lain. Model pembelajaran merupakan faktor yang sangat penting
dalam menentukan prestasi belajar siswa. Dalam penelitian ini, model
pembelajaran yang diterapkan oleh guru adalah model pembelajaran
kooperatif tipe NHT, NHT dengan pendekatan open-ended, dan
konvensional.
Dalam model pembelajaran kooperatif NHT, setiap siswa dalam
kelompok mempunyai nomor yang berbeda dan menyadari bahwa nomor
yang dimiliki oleh anggota kelompok lain guna mewakili kelompoknya
dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Dengan demikian, setiap
siswa dituntut untuk terlibat secara total untuk mengkonstruksi
pemahamannya melalui diskusi kelompok sehingga memiliki pemahaman
yang optimal dan mampu menjelaskan hasil diskusi kepada seluruh
anggota kelas, jika nomor yang dimilikinya dipanggil oleh guru. Model
pembelajaran ini merupakan suatu model pembelajaran yang sangat baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
untuk meningkatkan tanggung jawab individual siswa dalam
melaksanakan diskusi kelompok.
Pada model kooperatif tipe NHT dengan pendekatan open-ended,
setiap siswa dalam kelompok mempunyai nomor yang berbeda dan
menyadari bahwa nomor yang dimiliki oleh anggota kelompok lain guna
mewakili kelompoknya dalam mempresentasikan hasil diskusi kelompok.
Dengan demikian, setiap siswa dituntut untuk terlibat secara total untuk
mengkonstruksi pemahamannya melalui diskusi kelompok sehingga
memiliki pemahaman yang optimal dan mampu menjelaskan hasil diskusi
kepada seluruh anggota kelas, jika nomor yang dimilikinya dipanggil oleh
guru. Model pembelajaran ini merupakan suatu model pembelajaran yang
sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual siswa dalam
melaksanakan diskusi kelompok. Perbedaannya adalah pedekatan yang
digunakan adalah pendekatan open-ended, di mana pendekatan open-
ended adalah pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu
permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian yang benar lebih
dari satu sehingga pada soal yang termuat dalam LKS digunakan soal
open-ended, di mana dalam soal ini proses berpikir siswa dapat tergambar
atau ditelusuri melalui jawabannya. Dengan demikian guru akan mendapat
banyak informasi berkenaan dengan kemampuan berpikir siswa. Soal yang
diberikan guru kepada siswa merupakan soal yang pemecahannya tidak
harus hanya satu cara. Oleh karena itu, siswa harus memanfaatkan
keberagaman cara atau strategi untuk menyelesaikan permasalahan yang
ada. Hal ini dilakukan untuk memberi pengalaman kepada siswa dalam
menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan, keterampilan,
dan cara berpikir matematik yang telah diperoleh sebelummya.
Selain menggunakan model kooperatif dalam penelitian ini juga
menggunakan pembelajaran konvensional yang dilakukan secara umum
dan digunakan pada pembelajaran matematika. Pada pembelajaran
konvensional juga membuat siswa menjadi lebih pasif, karena guru lebih
dominan selama proses pembelajaran di kelas, peran guru mengajar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
menyebarkan informasi keilmuan kepada siswa. Dalam pembelajaran
materi disajikan secara terpisah, bagian perbagian dengan penekanan pada
pencapaian keterampilan dasar.
Perbedaan proses pembelajaran tersebut tentu akan berdampak
pada perbedaan perolehan prestasi belajar matematika oleh siswa.
Pengalaman belajar yang diperoleh oleh siswa yang dikenai model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan open-ended akan
lebih mampu untuk mengubah prestasi belajar matematika yang lebih baik
dibandingkan pengalaman belajar yang diperoleh siswa yang dikenai
model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Pengalaman belajar yang
diperoleh oleh siswa yang dikenai model pembelajaran kooperatif tipe
NHT akan lebih mampu untuk mengubah prestasi belajar matematika yang
lebih baik dibandingkan pengalaman belajar yang diperoleh siswa yang
dikenai model pembelajaran konvensional. Dengan demikian, prestasi
belajar matematika siswa yang dikenai model pembelajaran tipe NHT
dengan pendekatan open-ended lebih baik dibandingkan prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai model pembelajaran NHT dan
konvensional. Prestasi belajar matematika siswa yang dikenai model
pembelajaran tipe NHT lebih baik dibandingkan prestasi belajar
matematika siswa yang dikenai konvensional
2. Pengaruh tipe AQ terhadap prestasi belajar.
Berdasarkan tinjauan pustaka bahwa Adversity Quotient (AQ),
merupakan suatu penilaian yang mengukur bagaimana respon seseorang
dalam menghadapi masalah untuk dapat diberdayakan menjadi peluang
sama seperti pendaki gunung. AQ dibagi menjadi tiga tipe yaitu quitters,
campers dan climbers.
Tipe quitters cenderung pasif, tidak bergairah untuk mencapai
puncak keberhasilan. Biasanya berbuat apa adanya dan hanya melakukan
apa yang ada di hadapannya, siswa tipe ini cenderung tidak ingin untuk
berbuat yang optimal dalam belajar dan prestasinya jadi stagnan, minder
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dengan kemampuanya. Siswa seperti ini cenderung menolak perubahan
karena kapasitasnya yang minimal.
Tipe campers cenderung masih mengusahakan terpenuhinya
kebutuhan rasa aman dan keamanan dan kebersamaan. Siswa tipe ini juga
tidak tinggi kapasitasnya untuk perubahan karena terdorong oleh ketakutan
dan hanya mencari keamanan dan kenyamanan dalam menghadapi
kesulitan akan menimbang resiko dan imbalan sehingga tak pernah
mencapai apa yang seharusnya dapat tercapai dengan potensinya, terutama
persaingan di kelas dalam meraih prestasi belajar masih kurang optimal.
Tipe climbers cenderung selalu berupaya mencapai puncak
pendakian yaitu kebutuhan aktualisasi diri, siap menghadapi berbagai
rintangan. Siswa seperti ini memang menantang perubahan-perubahan.
Kesulitan ataupun krisis akan dihadapi walaupun perlu banyak energi,
dedikasi dan pengorbanan. Siswa yang mempunyai jiwa climbers
mempunyai semangat untuk berprestasi, meraih apa yang belum ia capai
dan selalu merasa yakin dengan dirinya dalam melakukan yang terbaik
untuknya.
Dengan demikian, siswa yang mempunyai tipe climbers akan siap
menerima materi apapun, karena pada tipe climbers akan berusaha untuk
mempunyai prestasi yang lebih baik pula. Sedangkan bagi siswa yang
mempunyai tipe quitters tidak demikian halnya. Dengan demikian prestasi
belajar matematika yang dicapai siswa yang mempunyai tipe climbers
lebih baik dibandingkan siswa yang mempunyai tipe campers dan quitters.
Sedangkan pada siswa yang mepunyai tipe campers akan lebih baik
dibandingkan siswa yang mempunyai tipe quitters.
3. Kaitan antara masing-masing tipe AQ siswa dengan prestasi belajar
siswa ditinjau dari model pembelajaran.
Siswa yang mempunyai tipe climbers, mempunyai semangat untuk
berprestasi, meraih apa yang belum ia capai dan selalu merasa yakin
dengan dirinya dalam melakukan yang terbaik untuknya. Siswa seperti ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
memang menantang perubahan-perubahan. Kesulitan ataupun krisis akan
dihadapi walaupun perlu banyak energi, dedikasi dan pengorbanan
sehingga pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan
pendekatan open-ended memberikan prestasi belajar yang lebih baik
dibandingkan dengan model pembelajaran NHT ataupun pada
pembelajaran Konvensional dan pada model pembelajaran kooperatif tipe
NHT akan memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada
pembelajaran Konvensional. Hal ini disebabkan siswa yang mempunyai
tipe climbers akan lebih aktif dalam proses pembelajaran dan akan
menyelesaian soal hingga tuntas.
Pada siswa yang mempunyai tipe campers, siswa tipe ini juga tidak
tinggi kapasitasnya untuk perubahan karena terdorong oleh ketakutan dan
hanya mencari keamanan dan kenyamanan dalam menghadapi kesulitan
akan menimbang resiko dan imbalan sehingga tak pernah mencapai apa
yang seharusnya dapat tercapai dengan potensinya, terutama persaingan di
kelas dalam meraih prestasi belajar masih kurang optimal, namun siswa
tipe campers ini sudah memiliki kemauan untuk menghadapi masalah dan
tantangan yang ada sehingga akan memberikan prestasi belajar yang lebih
baik pada kooperatif tipe NHT dengan pendekatan open-ended
dibandingkan dengan model pembelajaran NHT atau Pembelajaran
konvensional. Hal ini disebabkan siswa pada pada tipe campers, sudah
pernah mencoba untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan.
Siswa yang mempunyai tipe quitters, biasanya berbuat apa adanya
dan hanya melakukan apa yang ada di hadapannya, siswa tipe ini
cenderung tidak ingin untuk berbuat yang optimal dalam belajar dan
prestasinya jadi stagnan, minder dengan kemampuanya sehingga pada
model kooperatif tipe NHT dengan pendekatan open-ended akan
mempunyai prestasi belajar lebih baik daripada model kooperatif tipe NHT
dan pembelajaran konvensional, karena siswa pada tipe quitters akan
dibantu oleh teman satu kelompoknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
4. Kaitan antara masing-masing model pembelajaran dengan prestasi
belajar siswa ditinjau dari tipe AQ.
Pada model kooperatif tipe NHT dengan pendekatan open-ended,
merupakan suatu model pembelajaran yang sangat baik untuk
meningkatkan tanggung jawab individual siswa dalam melaksanakan
diskusi kelompok. Di mana pada pendekatan open-ended, pendekatan yang
menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode atau penyelesaian
yang benar lebih dari satu. Soal yang digunakan adalah soal open-ended,
di mana dalam soal ini proses berpikir siswa dapat tergambar atau
ditelusuri melalui jawabannya. Dengan demikian guru akan mendapat
banyak informasi berkenaan dengan kemampuan berpikir siswa. Soal
yang diberikan guru kepada siswa merupakan soal yang pemecahannya
tidak harus hanya satu cara. Pada siswa yang mempunyai tipe climbers
akan lebih aktif, rajin mendalami materi dan ingin mempunyai prestasi
belajar yang lebih baik dan pada model NHT dengan pendekatan open-
ended lebih menekankan siswa mempunyai jawaban yang beragam dari
soal yang diberikan dan adanya penomoran yang akan memberikan
tanggung jawab sehingga siswa yang mempunyai tipe climbers akan
melakukan yang terbaik. Oleh karena itu, prestasi belajar siswa yang
mempunyai tipe climbers lebih baik daripada siswa yang mempuyai tipe
campers dan quitters. Prestasi belajar siswa yang mempunyai tipe campers
lebih baik daripada siswa yang mempuyai tipe quitters
Pada model kooperatif tipe NHT, setiap siswa dituntut untuk
terlibat secara total untuk mengkonstruksi pemahamannya melalui diskusi
kelompok sehingga memiliki pemahaman yang optimal dan mampu
menjelaskan hasil diskusi kepada seluruh anggota kelas, jika nomor yang
dimilikinya dipanggil oleh guru dan meningkatkan tanggung jawab
individual siswa dalam melaksanakan diskusi kelompok. Pada siswa yang
mempunyai tipe climbers dan campers akan lebih aktif, rajin mendalami
materi dan ingin mempunyai prestasi belajar yang lebih baik dan pada
model NHT lebih menekankan siswa bertanggungjawab karena diberi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
nomor sehingga akan melakukan yang terbaik. Oleh karena itu, prestasi
belajar siswa yang mempunyai tipe climbers dan tipe campers sama, dan
siswa yang mempunyai tipe climbers mempunyai prestasi yang lebih baik
dari siswa yang mempunyai tipe quitters. Siswa yang mempunyai tipe
campers mempunyai prestasi yang lebih baik dari siswa yang mempunyai
tipe quitters.
Pada pembelajaran konvensional, siswa menjadi lebih pasif karena
guru lebih dominan selama proses pembelajaran di kelas, peran guru
mengajar dan menyebarkan informasi keilmuan kepada siswa. Pada siswa
yang mempunyai tipe climbers akan lebih aktif, rajin mendalami materi
dan ingin mempunyai prestasi belajar yang lebih baik. Oleh karena itu,
prestasi belajar siswa yang mempunyai tipe climbers lebih baik daripada
siswa yang mempuyai tipe campers dan quitters. Prestasi belajar siswa
yang mempunyai tipe campers lebih baik daripada siswa yang mempuyai
tipe quitters.
D. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas, hipotesis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan open-ended
memberikan prestasi belajar yang lebih baik dibandingkan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dan konvensional dan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan prestasi belajar yang lebih
baik dibandingkan dengan konvensional.
2. Prestasi belajar matematika siswa yang mempunyai tipe climbers lebih
baik dibandingkan dengan siswa yang mempunyai tipe campers dan tipe
quitters dan siswa yang mempunyai tipe campers mempunyai prestasi
belajar yang lebih baik dibandingkan dengan tipe quitters.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
3. Pada masing-masing tipe AQ siswa (tipe climbers, tipe campers, dan tipe
quitters) pada penggunaan model pembelajaran NHT dengan pendekatan
open-ended memberikan prestasi belajar yang lebih baik daripada
menggunakan model pembelajaran NHT dan pembelajaran konvensional,
serta penggunaan model pembelajaran NHT memberikan prestasi belajar
yang lebih baik daripada menggunakan konvensional.
4. Pada model kooperatif tipe NHT dengan pendekatan open-ended,
prestasi belajar siswa yang mempunyai tipe climbers lebih baik
dibandingkan siswa yang mempunyai tipe campers dan quitters. Prestasi
belajar siswa yang mempunyai tipe campers lebih baik dibandingkan
siswa yang mempunyai tipe quitters. Pada model kooperatif tipe NHT,
prestasi belajar siswa yang mempunyai tipe climbers dan campers
mempunyai prestasi belajar yang sama serta siswa yang mempunyai tipe
campers mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang
mempunyai tipe quitters. Pada pembelajaran konvensional, prestasi belajar
siswa yang mempunyai tipe climbers lebih baik daripada siswa yang
mempunyai tipe campers dan quitters serta prestasi belajar siswa yang
mempunyai tipe campers lebih baik daripada siswa yang mempunyai tipe
quitters.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kota Mataram Provinsi Nusa
Tenggara Barat dengan subjek penelitian siswa SMA Negeri kelas X
pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil kelas X Tahun
Pelajaran 2012/2013 dengan rincian waktu sebagai berikut:
Tabel 3.1 Kegiatan dan waktu kegiatan penelitian.
Kegiatan Waktu
Persiapan
Pelaksanaan
Pengolahan
data
Penyusunan
laporan
- Konsultasi judul.
- Pembuatan /pengajuan proposal.
- Seminar proposal.
- Ijin penelitian.
- Uji coba angket.
- Pembelajaran di kelas eksperimen.
- Uji coba soal tes prestasi belajar.
- Pengambilan data prestasi siswa.
- Analisis data.
- Penulisan tesis dan konsultasi.
April 2012
April – Mei 2012
17 Juli 2012
Agustus 2012
Minggu ke-3 September 2012
Oktober – November 2012
Minggu ke-3 September 2012
Minggu ke-2 November 2012
November 2012
November 2012 – Februari
2013
42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
B. Jenis, Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 9) “Eksperimen adalah suatu
cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara dua
faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminasi atau
mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu”.
Penelitian eksperimen mengungkapkan hubungan antara dua variabel
atau lebih atau mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel
lainnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan desain eksperimen dengan
pengontrolan yang sesuai dengan kondisi yang ada (situasional), desain
tersebut adalah desain eksperimen semu (quasi experimental). (Nana
Sudjana, 2009: 44)
Dari pengertian di atas jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah eksperimen semu, karena tidak dapat dilakukan
kontrol terhadap variabel luaran yang mungkin dapat mempengaruhi
variabel yang diteliti serta tidak mungkin melakukan pengelompokkan
responden secara ketat.
2. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan
faktorial 3 x 3. Adapun desain yang digunakan adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2 Rancangan penelitian
AQ (B)
Model Pembelajaran (A)
Climbers
(b1)
Campers
(b2)
Quitters
(b3)
NHT menggunakan pendekatan
Open- ended
(a1)
(ab)11 (ab)12 (ab)13
NHT (a2) (ab)21 (ab)22 (ab)23
Konvensional (a3) (ab)31 (ab)32 (ab)33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Keterangan:
A : Model Pembelajaran
B : AQ siswa
a1 : Model pembelajaran NHT dengan pendekatan open-ended
a2 : Model pembelajaran NHT
a3 : Konvensional
b1 : Tipe climbers
b2 : Tipe campers
b3 : Tipe quitters
ab11 : Prestasi belajar siswa tipe climbers dan mendapat pembelajaran NHT
dengan pendekatan open-ended
ab12 : Prestasi belajar siswa tipe campers dan mendapat pembelajaran NHT
dengan pendekatan open-ended
ab13 : Prestasi belajar siswa tipe quitters dan mendapat pembelajaran NHT
dengan pendekatan open-ended
ab21 : Prestasi belajar siswa tipe climbers dan mendapat pembelajaran NHT
ab22 : Prestasi belajar siswa tipe campers dan mendapat pembelajaran NHT
ab23 : Prestasi belajar siswa tipe quitters dan mendapat pembelajaran NHT
ab31 : Prestasi belajar siswa tipe climbers dan mendapat pembelajaran
konvensional
ab32 : Prestasi belajar siswa tipe campers dan mendapat pembelajaran
konvensional
ab33 : Prestasi belajar siswa tipe quitters dan mendapat pembelajaran
konvensional
C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek yang akan diteliti (Suharsimi
Arikunto, 2012: 173) sedangkan menurut Sugiyono (2009: 80)
menyatakan bahwa populasi adalah bukan hanya orang tetapi juga benda-
benda alam yang lain. Dengan demikian populasi adalah keseluruhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
subjek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu yang hendak
diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA
Negeri di Kota Mataram Tahun Pelajaran 2012/2013. SMAN di Kota
Mataram sebanyak 8 SMA Negeri, namun karena ada 2 sekolah yang
bertaraf internasional (RSBI) maka sebanyak 6 SMA Negeri saja dengan
kategori tinggi, sedang dan rendah berdasarkan nilai Ujian Nasional (UN)
SMA Negeri Tahun Pelajaran 2010/2011.
2. Sampel
Menurut Sugiyono (2008: 81) berpendapat bahwa sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2012: 174) berpendapat bahwa
sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Sampel dalam
penelitian ini adalah sampel yang diambil secara acak dari SMA Negeri
yang terdapat di Kota Mataram yang terdiri 3 kelas dari masing-masing
tingkatan.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini teknik pengambilan sampel dilakukan dengan
cara stratified cluster random sampling. Langkah-langkah pengambilan
sampel, sebagai berikut:
a) Dari populasi distratifikasi berdasar peringkat sekolah.
Pada tahap ini peneliti menggunakan data peringkat sekolah yang
dikeluarkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan,
Kementrian Pendidikan Nasional tahun 2011.
b) Setelah diurut, dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu:
Tinggi : X 1
2X s
Sedang : 1
2X s ≤ X
1
2X s
Rendah : X < 1
2X s .
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
Dengan:
X : Nilai UN
X : Rataan nilai UN
s : Simpangan baku nilai UN
c) Tiap-tiap kelompok diambil satu sekolah secara random (sampling
random kluster).
d) Tiap-tiap sekolah secara random diambil 3 kelas, yaitu satu kelas
untuk kelas eksperimen 1, satu kelas untuk kelas eksperimen 2 dan
yang lain sebagai kelas kontrol.
Tabel 3. 3 Data SMA Negeri berdasarkan UN di Kota Mataram
No Nama Sekolah Rerata NUN Kelompok
1
2
3
4
5
6
SMA NEGERI 2 MATARAM
SMA NEGERI 3 MATARAM
SMA NEGERI 6 MATARAM
SMA NEGERI 8 MATARAM
SMA NEGERI 4 MATARAM
SMA NEGERI 7 MATARAM
9,11
8,95
8,93
8,90
8,66
8,07
Tinggi
Tinggi
Sedang
Sedang
Sedang
Rendah
Dengan menggunakan cara sampling random stratifikasi dan
sampling random kluster, dari ketiga kelompok diambil 1 (satu) SMA
secara acak yang mewakili kelompok tinggi adalah SMA Negeri 3
Mataram, 1 (satu) SMA yang mewakili kelompok sedang adalah SMA
Negeri 8 Mataram, dan 1 (satu) SMA yang mewakili kelompok rendah
adalah SMA Negeri 7 Mataram.
Dari ketiga SMA tersebut, kemudian dilakukan pengundian lagi
untuk menentukan kelas manakah yang akan dijadikan sampel penelitian
kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol. Setelah
dilakukan pengundian masing-masing sekolah terpilih 3 kelas sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
tempat penelitian sebagai kelas eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan
kelas kontrol.
Hasil pengundian dari tiga sekolah tersebut di atas diperoleh
sampel penelitian yaitu siswa kelas X-9, X-11, X-12 (SMA Negeri 3
Mataram), siswa kelas X-6, X-7, X-8 (SMA Negeri 8 Mataram), dan siswa
kelas X-B, X-C, X-F (SMA Negeri 7 Mataram). Sampel kelas eksperimen
1 sebanyak 109, kelas eksperimen 2 sebanyak 112 siswa, dan kelas kontrol
sebanyak 113 siswa.
D. Teknik Pengambilan Data
1. Variabel Penelitian
Pada penelitian ini terdapat dua variabel bebas, yaitu model pembelajaran
dan AQ, satu variabel terikat, yaitu prestasi belajar.
a. Variabel Bebas
1) Model Pembelajaran
a) Definisi Operasional: Model pembelajaran adalah pedoman, blue
print atau kerangka konseptual yang sistematis digunakan oleh
guru di dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran di kelas. Adapun model pembelajaran yang
digunakan pada penelitian ini adalah model pembelajaran
kooperatif tipe NHT dengan pendekatan open-ended untuk kelas
eksperimen 1, model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk
kelas eksperimen 2, dan pembelajaran konvensional untuk kelas
kontrol.
b) Skala Pengukuran : Nominal.
c) Simbol : A dengan kategori a1, a2 dan a3.
a1 : Model pembelajaran NHT dengan pendekatan open-ended.
a2 : Model pembelajaran NHT.
a3 : Konvensional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2) Adversity Quotiens
a) Definisi Operasional: Adversity Quotiens adalah suatu penilaian
yang mengukur bagaimana respon seseorang dalam menghadapi
masalah untuk dapat diberdayakan menjadi peluang. Dalam
penelitian ini, AQ dikategorikan menjadi tipe quitters, campers,
dan climber.
b) Indikator: skor angket AQ siswa.
c) Skala Pengukuran : skala Adversity Quotient diadaptasi dari alat
ukur Adversity Response Profile (ARP) yang diciptakan oleh
Stoltz. Ditandai dengan beberapa penyesuaian yang disesuaikan
dengan kebudayaan dan kondisi di Indonesia serta karakteristik
subjek penelitian. Skala yang digunakan adalah skala interval
yang kemudian diubah ke skala ordinal.
Kategori quitters : skor 59 ke bawah.
Kategori campers : skor 60 s.d. 134.
Kategori climbers: skor 135 s.d. 200.
d) Simbol : B dengan kategori b1 dan b2 dan b3
b1 : Tipe climbers.
b2 : Tipe campers.
b3 : Tipe quitters.
b. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar
matematika siswa, yang datanya diambil dari hasil tes prestasi belajar
matematika.
a) Definisi Operasional: prestasi belajar adalah hasil yang dicapai siswa
setelah melalui proses belajar mengajar matematika, berupa nilai
sebagai hasil siswa dalam mengerjakan soal-soal matematika
b) Indikator : Nilai tes prestasi belajar matematika.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
c) Skala Pengukuran : Interval.
d) Simbol : ab.
2. Metode Pengumpulan Data
a. Tes
Menurut Budiyono (2003: 54), “metode tes adalah cara
pengumpulan data yang menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan
atau suruhan-suruhan kepada subjek penelitian”. Metode tes merupakan
teknik pengumpulan data dengan cara memberikan sejumlah item
pertanyaan mengenai materi yang telah diberikan kepada subjek
penelitian. Metode tes dalam penelitian ini digunakan untuk
mengumpulkan data prestasi belajar siswa. Metode tes ini menggunakan
soal objektif dengan lima alternatif jawaban. Siswa yang menjawab
benar untuk setiap soal diberi nilai 1, dan jika salah atau tidak menjawab
diberi nilai 0.
b. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 274) “metode dokumentasi
digunakan untuk memperoleh data tentang hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda dan sebagainya”. Dalam penelitian ini metode dokumentasi
digunakan untuk mengumpulkan data nilai mid semester I Tahun
Pelajaran 2012/2013 pada materi sebelumnya.
c. Angket
Menurut Budiyono (2003: 47), mengatakan bahwa “metode angket
adalah cara pengumpulan data melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan
tertulis kepada subjek penelitian, responden, atau sumber data dan
jawabannya”. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam penggunaan metode angket, antara lain:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
a) Pada kata pengantar, hendaknya dihindari hal-hal bersifat egosentris.
Berikanlah motivasi atau pengantar kepada pengisi angket unruk
bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi angket.
b) Pada petunjuk pengisian hendaknya menggunakan kata-kata yang
bersifat memerintah.
c) Pertanyaan hendaknya disusun dalam bahasa dan kalimat yang mudah
dimengerti dan jelas serta tidak mempunyai arti ganda.
d) Dihindarkan supaya pihak pengisi angket tidak banyak pengorbanan
(pemikiran) yang terlalu berat.
e) Pergunakanlah kata-kata yang netral, tidak menyinggung perasaan dan
harga diri pengisi angket.
f) Cantumkanlah kemungkinan jawaban sebanyak mungkin sehingga
memberikan peluang kepada pengisi angket untuk memilih yang
paling tepat.
g) Agar lebih mudah dalam skoring, sebaiknya digunakan bentuk
tertutup dari pada terbuka.
h) Cara menarik kesimpulan dari metode ini harus lebih hati-hati.
Dalam penelitian ini membuat kisi-kisi angket, soal angket
sendiri sesuai dengan prosedur penulisan angket. Dalam penelitian ini,
metode angket digunakan untuk menentukan AQ siswa yang digolongkan
menjadi tipe quitters, campers, dan climbers.
3. Instrumen Penelitian
a. Tes
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes dalam
bentuk tes objektif dengan lima alternatif jawaban untuk memperoleh
data tentang prestasi belajar matematika.
Adapun tahap penyusunan instrumen, sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1) Menyusun kisi-kisi instrumen yaitu kisi-kisi pada materi pokok
bahasan persamaan dan fungsi kuadrat yang diteliti pada kelas X.
2) Menyusun butir-butir soal instrumen tes berupa tes objektif dengan
lima alternatif jawaban.
Sebelum dikenakan pada sampel penelitian, instrumen yang
telah disusun diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah instrumen tes yang ada telah disusun
memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik. Syarat-syarat tersebut
antara lain sebagai berikut.
1) Uji Validitas Isi
Validitas instrumen tes dalam penelitian ini menggunakan
validitas isi. Dengan demikian, instrumen tes dikatakan valid apabila
telah merupakan sampel yang representatif dari keseluruhan isi dari
hal yang hendak diukur. Validitas isi instrumen tes dapat diketahui
penilaian yang dilakukan oleh pakar dibidangnya (experts judgment).
Para penilai atau sering disebut subject-matter experts, akan melihat
apakah kisi-kisi yang telah disusun oleh pengembang tes telah
memiliki substansi yang akan diukur. Selajutnya dilakukan
relevance ratings, yaitu penilaian terhadap relevansi atau kesesuaian
antara masing-masing butir tes dengan klasifikasi kisi-kisi yang telah
ditentukan. Empat langkah yang dilakukan dalam menentukan
validitas isi antara lain:
a) Mendefinisikan domain kerja yang akan diukur, dapat berupa
tujuan pembelajaran yang dikembangkan melalui kisi-kisi.
b) Membentuk panel-panel yang qualified dalam domain-domain
tersebut.
c) Menyediakan kerangka struktur untuk proses pencocokan butir-
butir soal dengan domain performance yang terkait.
d) Menganalisa dan menarik kesimpulan data yang diperoleh dari
proses pencocokan.
(Budiyono, 2003: 60)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Butir soal tes dinyatakan valid menurut validitas isi jika telah
memenuhi semua kriteria yang tersedia dalam lembar telaah validitas
yang mencakup materi, konstruksi, dan bahasa. Validasi dilakukan
dengan cara mengisi lembar validasi yang disediakan peneliti. Dalam
penelitian ini validator berjumlah 3 orang. Dari 3 validator yang
menilai, minimal ada 2 validator yang menyetujui semua kriteria
maka intrumen dikatakan valid.
2) Uji Reliabilitas
Instrumen dikatakan reliabel jika dapat memberikan hasil
yang relatif sama pada waktu yang berlainan. Reliabel tes prestasi
belajar diuji dengan rumus KR-20 yaitu:
2
11 21
t i i
t
s p qnr
n s
Dengan:
r11 = indeksi reliabilitas instrumen;
n = banyaknya butir instrumen;
pi = proporsi cacah subjek yang menjawab benar pada
butir ke-i;
qi = 1- pi, i = 1, 2, …. n;
2
ts
= variansi total.
(Budiyono, 2003: 69)
Dalam penelitian ini instrumen dikatakan reliabel jika r11 > 0,70.
3) Daya Pembeda
Sebuah instrumen terdiri dari sejumlah butir-butir instrumen.
Kesemua butir tersebut harus mengukur hal yang sama dan
menunjukkan kecenderungan yang sama pula. Hal ini berarti harus
ada korelasi positif antara skor masing-masing butir-butir tersebut
dengan skor totalnya. Biasanya untuk menghitung daya pembeda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
butir ke-i, rumus yang digunakan adalah rumus korelasi produk
momen dari Karl Pearson berikut.
2 22 2
xy
n XY X Yr
n X X n Y Y
Dengan:
rxy = indeks daya pembeda untuk butir ke-i;
n = banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen);
X = skor butis ke-i (dari subjek uji coba);
Y = skor total (dari subjek uji coba).
Butir soal disebut mempunyai daya pembeda baik jika rxy ≥ 0,3.
(Budiyono, 2009: 268)
Dalam penelitian ini jika indeks daya pembeda untuk butir
ke-i kurang dari 0,3 maka butir tersebut harus dibuang.
4) Tingkat Kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat
kesukaran yang memadai, artinya terlalu mudah dan tidak terlalu
sukar. Untuk menghitung tingkat kesukaran setiap butir soal
digunakan rumus sebagai berikut.
B
PN
Dengan:
P = indeks kesukaran;
B = banyaknya subjek yang menjawab benar;
N = banyaknya seluruh subjek.
Butir soal yang digunakan untuk menghimpun data penelitian
ini mempunyai interval tingkat kesukaran 0,3 ≤ P ≤ 0,7.
(Zainal, 2012: 272)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
b. Angket
Pada penelitian ini digunakan angket AQ untuk mengetahui
sikap siswa dalam menghadapi masalah yang dibagi menjadi tiga tipe
(climbers, campers, dan quitters).
Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap penyusunan angket
ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan bentuk instrumen angket yang akan digunakan
Angket AQ diadaptasi dari Adversity Response Profile (ARP)
memuat 30 cerita peristiwa. Dalam penelitian ini ARP dimodifikasi
agar peristiwa yang terjadi sesuai dengan keadaan siswa pada tingkat
SMA, setiap peristiwa disertai dua pernyataan.
2. Menyusun kisi-kisi angket
Kisi-kisi angket AQ ini dapat dilihat pada Lampiran 2.1.
3. Menyusun item pernyataan angket
Instrumen angket AQ dapat dilihat pada Lampiran 2.1.
4. Menentukan ketentuan penilaian angket
Ketentuan penilaian angket AQ berdasarkan pernyataan negatif yang
diperhatikan skornya, karena lebih memperhatikan respon-respon
terhadap kesulitan.
Sebelum dikenakan pada sampel penelitian, instrumen yang
telah disusun diujicobakan terlebih dahulu. Uji coba ini dimaksudkan
untuk mengetahui apakah instrumen tes yang ada telah disusun
memenuhi syarat-syarat instrumen yang baik.
Syarat-syarat tersebut antara lain sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
1) Validitas Isi
Agar angket AQ mempunyai validitas isi, maka harus diperhatikan
syarat-syarat sebagai berikut:
a) Butir-butir angket sudah sesuai dengan kisi-kisi angket.
b) Kesesuaian kalimat dengan Ejaan Yang Disempurnakan.
c) Kalimat pada butir-butir angket mudah dipahami siswa sebagai
responden.
d) Ketetapan dan kejelasan perumusan petunjuk pengisian angket.
Untuk menilai apakah instrumen angket AQ tersebut
mempunyai validasi isi, penilaian ini dilakukan oleh pakar atau
validator (experts judgment) dan semua kriteria disetujui. Jika ada
salah satu yang tidak disetujui maka instrumen tersebut belum valid,
artinya butir yang tidak disetujui tersebut harus direvisi atau
dibuang.
Validasi dilakukan dengan cara mengisi lembar validasi yang
disediakan peneliti. Dalam penelitian ini validator berjumlah 3
orang. Dari 3 validator yang menilai, minimal ada 2 validator yang
menyetujui semua kriteria maka intrumen dikatakan valid.
2) Uji Reliabilitas
Dalam penelitian ini uji reliabilitas digunakan rumus alpha,
sebab skor butir angket bukan 0 dan 1. Hal ini sesuai dengan
pendapat Suharsimi Arikunto (2010: 239) yang menyatakan bahwa:
“Rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang
skornya bukan 1 atau 0, misalnya angket atau soal bentuk uraian”.
Adapun rumus Alpha yang digunakan adalah sebagai berikut.
2
11 21
1
i
t
snr
n s
Dengan:
11r = indeks reliabilitas instrumen;
n = banyaknya butir instrumen;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2
is = variansi butir ke-i = 1,2,…,n;
2
ts = variansi skor total yang diperoleh subjek uji coba.
(Budiyono, 2003: 70)
Interpretasi indeks reliabilitas instrumen angket sama
dengan interpretasi indeks reliabilitas instrumen tes, instrumen
angket dikatakan reliabel jika indeks reliabilitasnya 11 0,7r .
3) Konsistensi Internal
Untuk mengetahui konsistensi internal butir soal angket
digunakan rumus korelasi produk momen Karl Pearson sebagai
berikut.
2 22 2
xy
n XY X Yr
n X X n Y Y
Dengan:
rxy = indeks konsistensi internal untuk butir ke-i;
n = banyaknya subjek yang dikenai tes (instrumen);
X = skor butis ke-i (dari subjek uji coba);
Y = skor total (dari subjek uji coba).
Dalam penelitian ini jika indeks konsistensi internal untuk
butir ke-i kurang dari 0,3 butir tersebut harus dibuang.
(Budiyono, 2003: 65)
E. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis
Untuk mengetahui perbedaan efek model pembelajaran (NHT
dengan pendekatan open-ended, NHT, dan Konvensional) yang
digunakan dan AQ siswa terhadap hasil prestasi belajar matematika
digunakan anava dua jalan dengan sel tidak sama. Namun sebelum
menguji hipotesis menggunakan ANAVA dua jalan sel tak sama, terlebih
dahulu dilakukan uji keseimbangan. Pada analisis variansi satu jalan
maupun analisis variansi dua jalan dipersyaratkan dipenuhinya:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
a) Setiap sampel diambil secara random dari populasi yang seimbang;
b) Masing-masing populasi saling independen dan masing-masing data
amatan saling independen di dalam kelompoknya;
c) Setiap populasi berdistribusi normal; dan
d) Populasi-populasi mempunyai variansi yang sama atau homogen.
(Budiyono, 2004: 206)
Oleh karena itu, perlu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas.
a. Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data yang diperoleh
berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji normalitas ini
digunakan uji Lilliefors dengan prosedur, sebagai berikut.
1. Hipotesis:
H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1: sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
2. Tingkat signifikansi: α = 5%
3. Statistik uji
Maks ( ) ( )i iL F z S z
s
XXz i
i
Dengan:
F(zi) = P(Z ≤ zi); Z ~ N (0,1);
S(zi) = proporsi cacah Z ≤ zi terhadap seluruh cacah zi;
Xi = skor responden.
4. Daerah Kritik
DK = nLLL ;| dengan n adalah ukuran sampel.
5. Keputusan Uji
Ho ditolak jika L .
(Budiyono, 2009: 170)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
b. Uji Homogenitas Variansi Populasi
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi penelitian
mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk menguji
homogenitas ini digunakan uji Bartlett dengan statistik uji chi kuadrat
dengan prosedur sebagai berikut.
1. Hipotesis:
Ho : 2 2 2 2
1 2 3 ... k (semua variansi sama);
H1 : paling sedikit ada satu variansi yang berbeda.
2. Tingkat signifikansi : α = 5%
3. Statistik uji
22 loglog303,2
jj sfRKGfc
Dengan:
1~ 22 k
k = banyaknya populasi = banyaknya sampel;
N = banyaknya seluruh nilai (ukuran);
nj = banyaknya nilai (ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel
ke-j;
fj = nj – 1 = derajat kebebasan untuk ; j= 1,2,3,…, k;
f = N – k = 1
k
j
j
f
= derajat kebebasan untuk RKG;
1 1 11 ;
3( 1) j
ck f f
RKG = rerata kuadrat galat = ;i
i
SS
f
2
2 21
j
j j j j
j
XSS X n s
n
4. Daerah kritik
DK = { | }.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
5. Keputusan Uji
Ho ditolak jika .
(Budiyono, 2009: 176)
2. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui apakah kelas
eksperimen 1, kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol dalam keadaan
seimbang atau tidak sebelum perlakuan dikenakan kepada kelompok
eksperimen. Oleh karena itu, dilakukan uji sebagai berikut.
1. Hipotesis
H0 :
H1 : atau atau
2.
3. Komputasi
Untuk mempermudah perhitungan dalam penelitian ini didefinisikan
besaran sebagai berikut.
(1) =
;
(2) = ∑
(3) =∑
;
Jumlah kuadrat
JKA = (3) (1)
JKG = (2) (3)
JKT = (2) (1)
Derajat kebebasan:
dk(A) =
dk(G) =
dk(T) =
Rataan Kuadrat:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
4. Statistik yang digunakan
;
5. Daerah kritik
{ | }.
6. Keputusan Uji
Ho ditolak jika .
3. Pengajuan Hipotesis
Untuk pengujian hipotesis digunakan analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama, dengan model data sebagai berikut.
Di mana:
= data ( nilai ) ke-k pada baris ke-i dan kolom ke-j;
= rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean);
= = efek baris ke-i pada variabel terikat;
= = efek kolom ke-j pada variabel terikat;
= ( )
= interaksi baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel terikat;
= deviasi data terhadap rerata populasinya ( yang
berdistribusi normal dengan rerata 0;
= 1, 2, 3;
1 = model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan
pendekatan open-ended;
2 = model pembelajaran kooperatif tipe NHT;
3 = model konvensional;
= 1, 2,3;
1 = tipe climbers;
2 = tipe campers;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
3 = tipe quitters;
= 1, 2, 3 ... nij; nij = banyaknya data amatan pada setiap sel.
Prosedur uji dalam analisis variansi dua jalan adalah sebagai berikut.
a. Hipotesis
HoA : untuk setiap ;
H1A : paling sedikit ada satu yang tidak nol.
HoB : untuk setiap j ;
H1B : paling sedikit ada satu yang tidak nol.
HoAB : untuk setiap dan ;
H1AB : paling sedikit ada satu yang tidak nol.
Ketiga pasang hipotesis itu ekuivalen dengan tiga pasang
hipotesis berikut ini:
H0A : tidak terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap
prestasi belajar;
H1A : terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap prestasi
belajar.
H0B : tidak terdapat pengaruh AQ terhadap prestasi belajar;
H1B : terdapat pengaruh AQ terhadap prestasi belajar.
H0AB : tidak terdapat interaksi antara AQ dan model pembelajaran
terhadap prestasi belajar;
H1AB : terdapat interaksi antara AQ dan model pembelajaran
terhadap prestasi belajar.
b. Tingkat signifikansi : α = 5%
c. Komputasi
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama ini didefinisikan
notasi-notasi sebagai berikut.
nij : ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
: banyaknya data amatan pada sel ij;
p = 1, 2, 3; p : banyaknya baris;
q = 1, 2, 3; q : banyaknya kolom;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
: rerata harmonik frekuensi seluruh sel =
,
;1
i j ij
pq
n
N = ,
n
ij
i j
n = banyaknya seluruh data amatan;
∑
(∑ )
= jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij;
= rerata pada sel ij;
∑ jumlah rerata pada baris ke-i;
∑ jumlah rerata pada baris ke-j;
∑ jumlah rerata semua sel.
Sedangkan rumus untuk mencari komponen JK sebagai berikut.
(1) =
(2) = ,
ij
i j
SS ;
(3) = ∑
(4) = ∑
(5) = ∑
Jumlah Kuadrat
{ }
{ }
{ }
Derajat Kebebasan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Rerata Kuadrat
Statistik uji
1. untuk adalah
;
2. untuk adalah
;
3. untuk adalah
;
Daerah Kritis
1. Daerah kritis untuk adalah { }.
2. Daerah kritis untuk adalah { }.
3. Daerah kritis untuk adalah { }.
(Budiyono, 2009: 229-231)
4. Uji Lanjut Anava
Uji lanjut anava (komparasi ganda) adalah tindak lanjut dari analisis
variansi, jika hasil analisis variansi menunjukkan hipotesis nol ditolak.
Tujuannya untuk melakukan pelacakan terhadap perbedaan rerata setiap
pasangan kolom, baris dan setiap pasangan sel. Metode komparasi ganda
yang dipakai adalah uji Scheffe‟.
Langkah-langkah dalam menerapkan uji Scheffe‟ yaitu:
1. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata.
2. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.
3. Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus sebagai
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
a. Komparasi Rerata Antar Baris
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar baris adalah:
Uji Scheffe‟ untuk komparasi rerata antar baris adalah:
( )
(
)
Dengan:
= nilai pada pembandingan baris ke-i dan baris ke-j;
= rerata pada baris ke-i;
= rerata pada baris ke-j;
RKG = rataan kuadrat galat yang diperoleh dari perhitungan analisis
variansi;
ni. = ukuran sampel baris ke-i;
nj. = ukuran sampel baris ke-j;
Daerah kritis untuk uji itu adalah:
{ }.
b. Komparasi Rerata Antar Kolom
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar kolom adalah:
Uji Scheffe‟ untuk komparasi rerata antar kolom adalah:
( )
(
)
Daerah kritis untuk uji itu adalah:
{ }.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
c. Komparasi Rerata Antar Sel pada Kolom yang Sama
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar sel pada kolom
yang
sama adalah:
Uji Scheffe‟ untuk komparasi rerata antar sel pada kolom yang sama
adalah:
( )
(
)
Daerah kritis untuk uji itu adalah:
{ }
d. Komparasi Rerata Antar Sel pada Baris yang Sama
Hipotesis nol yang diuji pada komparasi rerata antar sel pada baris
yang sama adalah:
uji Scheffe‟ untuk komparasi rerata antar sel pada baris yang sama
adalah:
( )
(
)
Daerah kritis untuk uji itu adalah:
{ }.
(Budiyono, 2009: 215-217)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Pada Bab IV berikut dilaporkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan
pada kelas eksperimen 1 yang menggunakan model NHT dengan pendekatan
open-ended, yaitu kelas X-9 SMA Negeri 3 Mataram, kelas X-F SMA Negeri 7
Mataram, dan X-8 SMA Negeri 8 Mataram. Pada kelas eksperimen 2 yang
menggunakan model NHT, yaitu kelas X-11 SMA Negeri 3 Mataram, kelas X-C
SMA Negeri 7 Mataram, dan X-7 SMA Negeri 8 Mataram. Pada kelas control
yang menggunakan model konvensional yaitu, siswa kelas X-12 SMA Negeri 3
Mataram, kelas X-B SMA Negeri 7 Mataram, dan X-6 SMA Negeri 8 Mataram
serta kelas X-D SMA Negeri 4 Mataram sebagai kelas uji coba instrumen
penelitian.
A. Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen yang diujicobakan dalam penelitian ini berupa angket untuk
memberikan data mengenai Adversity Quotient (AQ) siswa dan tes prestasi
belajar matematika siswa. Instrumen penelitian diadaptasi dari alat ukur
Adversity Response Profile (ARP). Oleh karena itu, perlu diujicobakan
terlebih dahulu untuk mengetahui validitas isi dan realiabilitas dari angket AQ
siswa dan tes prestasi belajar matematika siswa. Uji coba instrumen penelitian
tersebut dilaksanakan di SMA Negeri 4 Mataram kelas X-D pada semester I
tahun pelajaran 2012/2013. Berdasarkan hasil uji coba instrumen diperoleh
data sebagai berikut.
1. Hasil Uji Coba Angket AQ Siswa
a. Validitas Isi
Validitas isi uji coba angket AQ siswa terdiri dari 30 butir.
Kriteria penelaahan validitas isi instrumen angket AQ ini meliputi
aspek isi, konstruksi, dan bahasa. Melalui tiga orang validator, yaitu
Hj. Sumarmi, guru SMA N 5 Mataram, Drs. Faizun, guru SMA N 5
66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Mataram dan Drs. Kaharudin Ahmad, guru SMK N 1 Mataram. Hasil
validasi selengkapnya dari validitas angket AQ siswa oleh validator
dapat dilihat pada Lampiran 2.2. Diperoleh bahwa seluruh kriteria
telah terpenuhi, maka instrumen angket AQ ini valid ditinjau dari
validitas isi.
b. Reliabilitas
Dari hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha,
diperoleh r11= 0,906. Karena r11 = 0,906 > 0,70 sehingga angket AQ
siswa dikatakan reliabel dan dapat digunakan dalam penelitian.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.4.
c. Konsistensi Internal
Instrumen angket AQ siswa yang diujicobakan terdiri dari 30
item pernyataan. Dari hasil uji konsistensi internal dengan
menggunakan rumus korelasi produk momen Karl-Pearson diperoleh 30
item pernyataan yang mempunyai konsistensi internal baik, karena
lebih dari atau sama dengan 0,3 (rxy ≥ 0,3) namun hanya 20 item yang
digunakan untuk mengambil data karena 10 item lainnya merupakan
item positif, tidak termasuk item yang diskor. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.3.
d. Penetapan Instrumen Angket AQ Siswa
Setelah dilakukan validitas isi, reliabilitas, dan konsistensi
internal terhadap 30 item pernyataan yang digunakan untuk
mengumpulkan data AQ siswa, diperoleh reliabilitas lebih dari 0,70
(r11= 0,906) dan konsistensi internal lebih dari atau sama dengan 0,3
sehingga dari 30 pernyataan angket yang diujicobakan, 20 item
digunakan untuk mengumpulkan data AQ siswa.
2. Hasil Uji Coba Tes Prestasi Belajar Matematika
Uji coba instrumen tes prestasi belajar terdiri dari 30 soal pilihan
ganda dengan 5 pilihan jawaban dilaksanakan di SMA Negeri 4 Mataram
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
kelas X-D dengan responden sebanyak 31 siswa diperoleh hasil sebagai
berikut.
a. Validitas Isi
Validitas isi uji coba instrumen tes prestasi belajar matematika
pada pokok bahasan fungsi dan persamaan kuadrat dilakukan oleh 3
validator, yaitu A.A. Km. Purnarbhawa. A, S.Pd, M. Rofi Aryadi, S.Pd
guru matematika dan Irma, S.Pd, guru matematika. Kriteria penelaahan
validitas isi instrumen tes ini meliputi aspek materi, konstruksi, dan
bahasa, diperoleh bahwa 30 butir uji coba instrumen tes prestasi belajar
dinyatakan valid karena telah memenuhi kriteria yang diberikan.
Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.7.
b. Reliabilitas
Dari hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus KR-20,
diperoleh perhitungan r11= 0,82. Karena r11= 0,82 > 0,70 sehingga
instrumen tes dikatakan reliabilitas baik dan dapat digunakan dalam
penelitian. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.9.
c. Daya Pembeda
Tes prestasi belajar matematika yang diujicobakan terdiri dari
30 soal tes pilihan ganda. Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda
butir soal tes prestasi belajar matematika, dari 30 butir soal yang
dujicobakan, terdapat 25 butir soal yang memiliki daya pembeda yang
tergolong baik, karena lebih dari atau sama dengan 0,3 (rxy 0,3). Hasil
perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.8.
d. Tingkat Kesukaran
Dari 30 soal tes prestasi belajar matematika yang diujicobakan
diperoleh 25 soal tersebut termasuk soal yang cukup artinya tidak
terlalu mudah dan tidak terlalu sukar karena 0,3 ≤ P ≤ 0,7. Item tes
prestasi belajar yang tidak memenuhi kriteria adalah nomor 2, 8, 17, 27,
30. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 2.8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
e. Penetapan Instrumen Tes Prestasi Belajar
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan soal yang dipakai adalah
soal yang memenuhi kriteria berdasarkan validitas isi, tingkat kesukaran
sedang, yakni butir soal yang memiliki tingkat kesukaran lebih dari atau
sama dengan 0,30 dan kurang dari atau sama dengan 0,07 (0,30 ≤ P ≤
0,07), memiliki daya pembeda baik, yaitu dengan indeks daya pembeda
lebih dari atau sama dengan 0,3 (rxy 0,3) dan memiliki koefisien
reliabilitas lebih dari 0,70 ( ). Dengan demikian, dapat
ditetapkan butir soal yang dipakai dalam penelitian ini yang sesuai
dengan kriteria adalah sebanyak 25.
B. Deskripsi Data Penelitian
1. Data AQ Siswa
Data tentang AQ siswa diperoleh dari angket AQ siswa dengan
responden sebanyak 334 siswa dari 3 SMA, selanjutnya data tersebut
dikelompokkan dalam tiga kategori berdasarkan skor tertinggi dari
masing-masing tingkatan AQ yaitu climbers, campers, quitters.
Secara umum dari data hasil angket AQ siswa diperoleh gambaran
bahwa 118 siswa climbers dengan skor tertinggi 164, dan skor terendah
135; 116 siswa campers dengan skor tertinggi 134, dan skor terendah 60;
100 siswa quitters dengan skor tertinggi 58, dan skor terendah 45.
Secara khusus pada kelas eksperimen 1 yang diberi pembelajaran
NHT dengan pendekatan open- ended diperoleh: 37 siswa climbers dengan
skor tertinggi 152, dan skor terendah 135; 37 siswa campers dengan skor
tertinggi 130, dan skor terendah 60; 35 siswa quitters dengan skor
tertinggi 58, dan skor terendah 46.
Pada kelas eksperimen 2 yang diberi pembelajaran NHT diperoleh
45 siswa climbers dengan skor tertinggi 157, dan skor terendah 135; 40
siswa campers dengan skor tertinggi 132, dan skor terendah 61; 27 siswa
quitters dengan skor tertinggi 58, dan skor terendah 48.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Sedangkan pada kelas kontrol yang diberi pembelajaran dengan
konvensional diperoleh 36 siswa climbers dengan skor tertinggi 164, dan
skor terendah 135; 39 siswa campers dengan skor tertinggi 134, dan skor
terendah 64; 38 siswa quitters dengan skor tertinggi 58, dan skor terendah
46. Hasil deskripsi di atas terangkum dalam Tabel 4. 1.
Tabel 4. 1. Rangkuman hasil angket AQ siswa
Model Skor angket
AQ
AQ
Climber
s
(b1)
Campers
(b2)
Quitters
(b3)
NHT dengan
pendekatan Open-
ended (a1)
Skor Maks 152 130 58 152
Skor Min 135 60 46 46
NHT
(a2)
Skor Maks 157 132 58 157
Skor Min 135 61 48 48
Konvensional
(a3)
Skor Maks 164 134 58 164
Skor Min 135 64 46 46
Skor Maks 164 130 58
Skor Min 135 60 46
Jadi, berdasarkan diskripsi data AQ di atas maka dari kelas
eksperimen 1 diperoleh 37 siswa climbers, 37 siswa campers, dan 35 siswa
quitters. Pada kelas eksperimen 2 diperoleh 45 siswa climbers, 40 siswa
campers, dan 27 siswa quitters. Sedangkan pada kelas kontrol terdapat 36
siswa climbers, 39 siswa campers, dan 38 siswa quitters. Hasil deskripsi di
atas terangkum dalam Tabel 4.2 selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
3.2.
Tabel 4. 2. Rangkuman jumlah siswa berdasarkan angket AQ siswa
Model
AQ
Total Climbers
(b1)
Campers
(b2)
Quitters
(b3)
NHT dengan pendekatan
Open- ended (a1) 37 37 35 109
NHT (a2) 45 40 27 112
Konvensional (a3) 36 39 38 113
Total 118 116 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
2. Data Prestasi Belajar
Setelah melakukan tes hasil prestasi belajar terhadap 334 responden
diperoleh data dengan nilai tertinggi 100, nilai terendah 32, dan nilai rata-
rata 64,455. Data tes prestasi belajar terangkum pada Tabel 4.3,
Tabel 4. 3. Hasil tes prestasi belajar
Nilai
Xmaks 100 100 100 100
Xmin 48 44 44 44
X 74,054 70,270 71,314 71,978
Xmaks 100 100 92 100
Xmin 36 40 32 32
X 67,911 67,1 56,741 64,929
Xmaks 92 88 88 92
Xmin 32 32 32 32
X 59,667 58,974 51,895 56,814
Xmaks 100 100 100
Xmin 32 32 32
X 67,322 65,379 60
Keterangan:
model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan pendekatan
open-ended
= model pembelajaran kooperatif tipe NHT
= model konvensional
tipe climbers
tipe campers
tipe quitters
C. Hasil Analisis Data
1. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dilakukan untuk mengetahui apakah sampel
berasal dari populasi yang mempunyai kemampuan awal yang sama.
Nilai yang digunakan dalam uji ini adalah nilai kemampuan awal yang
diambil dari nilai mid semester I.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
a. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas data kemampuan awal kelas
eksperimen 1 selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.1, hasil uji
normalitas data kemampuan awal kelas eksperimen 2 selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 4.2 dan hasil uji normalitas data
kemampuan awal kelas kontrol selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran 4.3. Rangkuman hasil uji normalitas dapat disajikan dalam
Tabel 4.4
Tabel 4.4 Hasil analisis uji normalitas data kemampuan awal
Kelompok Lmaks L0,05;n Keputusan Kesimpulan
Kelas Eksperimen 1 0,073 0,085 H0 diterima Normal
Kelas Eksperimen 2 0,082 0,084 H0 diterima Normal
Kelas Kontrol 0,074 0,083 H0 diterima Normal
Berdasarkan pada Tabel 4.4 di atas, untuk masing-masing
sampel diperoleh bahwa Lobs DK, sehingga H0 diterima. Hal ini
berarti masing-masing sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Hasil uji homogenitas data kemampuan awal kelas
eksperimen 1, kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol disajikan pada
Tabel 4.5. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
4.4.
Tabel 4. 5. Hasil uji homogenitas tes kemampuan awal
Sampel k 2 obs 2 0,05; 2
Keputusan Kesimpulan
Kelas 3 0, 204 5,991 H0 diterima Homogen
Berdasarkan pada Tabel 4.5 di atas, ternyata diperoleh nilai
2 obs DK, sehingga H0 diterima dan dapat disimpulkan bahwa
sampel berasal dari populasi yang homogen.
c. Uji Keseimbangan
Uji keseimbangan dalam penelitian ini dilakukan antara
kelas eksperimen satu, eksperimen dua dan kelas kontrol Setelah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
dipenuhi normalitas dan homogenitas data kemampuan awal maka
selanjutnya uji keseimbangan dengan anava satu jalan diperoleh data
seperti tersaji pada Tabel 4.6. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 4.5.
Tabel 4. 6. Rangkuman uji keseimbangan tes kemampuan awal
Sumber JK Dk RK Fobs Ftab
Kelas 2673,757 2 13336,879 2,801 3,00
Galat 157991,2 331 477,3149
Total 160664,957 333
Berdasarkan pada Tabel 4.6 di atas, diperoleh bahwa nilai
Fobs DK, sehingga H0 diterima, dengan demikian diperoleh bahwa
populasi pada kelas eksperimen satu, eksperimen dua dan kelas
kontrol mempunyai kemampuan awal matematika yang sama.
2. Prasyarat analisis variansi dua jalan
a. Uji Normalitas
Uji normalitas masing-masing sampel dilakukan sebanyak
enam kali dengan menggunakan uji Lilliefors. Berdasarkan uji yang
telah dilakukan (selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.6, 4.7,
4.8, 4.9, 4.10, 4.11) diperoleh hasil uji dengan taraf signifikansi 0,05
pada masing-masing sampel disajikan pada Tabel 4.7.
Tabel 4. 7. Hasil uji normalitas prasyarat anava dua jalan
Kelompok Lobs L0,05; n Keputusan Kesimpulan
NHT dengan
pendekatan Open-
ended
0,083 L0,05;109= 0,085 H0 diterima Normal
NHT 0,082 L0,05;112= 0,084 H0 diterima Normal
Konvensional 0,079 L0,05;113= 0,083 H0 diterima Normal
Climbers 0,070 L0,05;118= 0,082 H0 diterima Normal
Campers 0,078 L0,05;116= 0,082 H0 diterima Normal
Quitters 0,089 L0,05;100= 0,089 H0 diterima Normal
Berdasarkan pada Tabel 4.7 di atas utuk masing-masing
sampel diperoleh Lobs DK, sehingga H0 diterima. Hal ini berarti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
masing-masing sampel berasal dari populasi yang berdistribusi
normal.
b. Uji Homogenitas
Perhitungan uji homogenitas antara kelas eksperimen 1,
kelas eksperimen 2, dan kelas kontrol selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran 4.4 dan perhitungan uji homogenitas tipe AQ siswa
dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett pada taraf signifikansi
0,05 selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.12, 4.13.
Rangkuman hasil uji homogenitas dapat disajikan dalam Tabel 4.8.
Tabel 4. 8. Hasil uji homogenitas prasyarat anava dua jalan
Kelompok k 2 obs 2 0,05; 2
Keputusan Kesimpulan
Model
pembelajaran
2 0,572 5,991 H0 diterima Homogen
AQ Siswa 2 1,275 5,991 H0 diterima Homogen
Berdasarkan pada Tabel 4.8 di atas, pada kelompok model
pembelajaran diperoleh nilai 2 obs DK, sehingga H0 diterima yang
berarti bahwa populasi pada ketiga model pembelajaran memiliki
variansi yang sama (homogen). Untuk tipe Adversity Quoteient (AQ)
siswa diperoleh 2 obs DK, sehingga H0 diterima yang berarti
bahwa populasi pada 3 tipe AQ siswa memiliki variansi yang sama
(homogen).
3. Pengujian Hipotesis
a. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
Tabel 4. 9. Rangkuman anava dua jalan dengan sel tak sama
Sumber JK dk RK Fobs Ftabel Keputusan
Model (A) 12387,372 2 6193,686 22,234 3,00 0 AH ditolak
AQ (B) 3109,479 2 1554,740 5,5811 3,00 0BH ditolak
Intraksi
(AB)
1350,826 4 337,706 1,212 2,37 0 ABH
diterima
Galat (G) 90535,715 325 278,571 - - -
Total 107383,392 333 - - - -
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Hasil perhitungan analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama
dengan desain 3 x 3 faktorial yang terangkum pada Tabel 4. 9,
menyimpulkan bahwa:
1) Pada efek utama baris (A) 0 AH ditolak, hal ini berarti terdapat
perbedaan prestasi belajar pada siswa yang diberi perlakuan
pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT dengan
pendekatan open-ended, NHT, dan konvensional.
2) Pada efek utama kolom (B) 0BH ditolak, hal ini berarti terdapat
perbedaan prestasi belajar pada AQ siswa antara siswa tipe
climbers, campers, dan quitters.
3) Pada efek utama interaksi (AB) 0 ABH diterima. Karena 0 ABH
diterima berarti tidak ada interaksi antara model pembelajaran
dengan AQ siswa.
b. Uji Lanjut Pasca Anava
1) Uji Komparasi Rerata Antar Baris
Dari hasil perhitungan uji analisis variansi dua jalan
diperoleh bahwa H0A ditolak, hal ini berarti prestasi belajar siswa
dalam pembelajaran dengan menggunakan model NHT dengan
pendekatan open-ended, pembelajaran dengan mengunakan model
NHT, dan model konvensional berbeda, sehingga diperlukan uji
lanjut pasca anava yaitu menggunakan Scheffe‟. Perhitungan
lengkap uji komparasi rerata antar baris dapat dilihat pada Lampiran
4.15 dan terangkum pada Tabel 4.10, sedangkan untuk penyebaran
rerata disajikan pada Tabel 4. 11.
Tabel 4.10 Hasil komparasi rerata antar baris
No Komparasi H0 H1 k.F0,05;2 Fobs Keputusan
Uji
1 µ1. vs µ2. µ1. = µ2. µ1. ≠ µ2. 6,00 9,609 0H ditolak
2 µ2. vs µ3. µ2. = µ3. µ2. ≠ µ3. 6,00 13,297 0H ditolak
3 µ1. Vs µ3. µ1. = µ3. µ1. ≠ µ3. 6,00 44,163 0H ditolak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Kesimpulan dari hasil perhitungan uji komparasi di atas :
a. Pada komparasi yang pertama, 0H ditolak berarti terdapat
perbedaan prestasi belajar antara model NHT dengan pendekatan
open-ended dengan menggunakan model NHT.
b. Pada komparasi yang kedua, 0H ditolak berarti terdapat
perbedaan prestasi belajar antara model NHT dengan
menggunakan model konvensional.
c. Pada komparasi yang ketiga, 0H ditolak berarti terdapat
perbedaan prestasi belajar antara model NHT dengan pendekatan
open-ended dengan menggunakan model konvensional.
Tabel 4. 11 Rangkuman rerata dan rerata marginal
Kelompok b1 b2 b3 Rerata
Marginal
a1 74,054 70,270 71,314 71,978
a2 67,911 67,1 56,741 64,929
a3 59,667 58,974 51,895 56,814
Rerata
Marginal
67,322 65,379 60
Berdasarkan hasil uji komparasi data di atas, diperoleh
bahwa:
(1) Berdasarkan hasil a) di atas dan dengan memperhatikan rerata
marginal antara a1 dan a2 pada Tabel 4.11, maka disimpulkan
bahwa prestasi belajar siswa dengan menggunakan model NHT
dengan pendekatan open-ended lebih baik daripada pembelajaran
dengan menggunakan NHT.
(2) Berdasarkan hasil b) di atas dan dengan memperhatikan rerata
marginal antara a2 dan a3 pada Tabel 4.11, maka disimpulkan
bahwa prestasi belajar siswa dengan menggunakan model NHT
lebih baik daripada pembelajaran dengan menggunakan
konvensional.
(3) Berdasarkan hasil c) di atas dan dengan memperhatikan rerata
marginal antara a1 dan a3 pada Tabel 4.11, maka disimpulkan
bahwa prestasi belajar siswa dengan menggunakan model NHT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
dengan pendekatan open-ended lebih baik daripada pembelajaran
dengan menggunakan konvensional.
2) Uji Komparasi Rerata Antar Kolom
Pada hasil perhitungan uji analisis variansi dua jalan sel tak
sama pada Tabel 4.9 diperoleh bahwa H0B ditolak, hal ini berarti
terdapat perbedaan prestasi belajar siswa dengan AQ siswa tipe
climbers, campers, dan tipe quitters maka uji lanjut pasca anava dua
jalan yaitu uji Scheffe‟ untuk komparasi antar kolom. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4.16 yang terangkum
pada Tabel 4.12
Tabel 4.12 Hasil komparasi rerata antar kolom
No Komparasi H0 H1 Ftab Fobs Keputusan Uji
1 µ.1 vs µ.2 µ.1 = µ.2 µ.1 ≠ µ.2 6,00 0,793 0H diterima
2 µ.2 vs µ.3 µ.2 = µ.3 µ.2 ≠ µ.3 6,00 5,578 0H diterima
3 µ.1 vs µ.3 µ.1 = µ.3 µ.1 ≠ µ.3 6,00 10,417 0H ditolak
Kesimpulan dari hasil perhitungan uji komparasi di atas :
a. Pada komparasi yang pertama, 0H diterima berarti antara siswa
tipe climbers dan campers mempunyai prestasi belajar yang
sama.
b. Pada komparasi yang kedua, 0H diterima berarti antara siswa
tipe campers dan quitters mempunyai prestasi belajar yang
sama.
c. Pada komparasi yang ketiga, 0H ditolak berarti terdapat
perbedaan prestasi belajar antara siswa tipe climbers dan
quitters. Berdasarkan pada Tabel 4. 11 diperoleh bahwa rerata
marginal b1 lebih dari rerata marginal b3, maka disimpulkan
bahwa prestasi belajar siswa tipe climbers lebih baik daripada
prestasi belajar siswa tipe quitters.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa
tipe climbers dan campers mempunyai prestasi belajar yang sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
serta siswa tipe campers dan quitters juga mempunyai prestasi
belajar yang sama dan prestasi belajar siswa tipe climbers lebih
baik daripada prestasi belajar siswa tipe quitters.
D. Pembahasan Hasil Pengujian Hipotesis
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil uji lanjut pasca anava dua jalan sel tak sama
dengan uji Scheffe‟ yang pertama diperoleh bahwa F1-.2. > 2.F0,05;2;325 atau
F1.-2. = 9,609 > 6,00 terletak pada daerah kritik, maka H0 ditolak yang
artinya terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada model NHT dengan
pendekatan open-ended dan NHT, dengan memperhatikan rerata marginal
dari NHT dengan pendekatan open–ended (71,978) lebih dari rerata
marginal pada model NHT (64,929) maka prestasi belajar siswa dengan
menggunakan NHT dengan pendekatan open–ended lebih baik daripada
prestasi belajar yang menggunakan model NHT sehingga dapat
disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran NHT dengan pendekatan open–ended mempunyai prestasi
yang lebih baik daripada siswa yang menggunakan model NHT. Hal ini
relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hardi (2005) bahwa ada
pengaruh signifikan model pembelajaran dengan pendekatan open-ended.
Dikarenakan pada model pembelajaran NHT dengan pendekatan open–
ended siswa lebih ditekankan untuk menyelesaikan soal yang ada dengan
beberapa cara, sehingga siswa tidak hanya terpaku dengan satu cara saja,
sedangkan pada model pembelajaran NHT siswa hanya menjawab soal
dengan satu cara saja.
Hasil uji Scheffe‟ yang kedua menunjukkan F2.-3. > 2.F0,05;2;325
atau F2.-3. = 13,297 > 6,00 terletak pada dearah kritik, maka H0 ditolak
yang artinya terdapat perbedaan prestasi belajar siswa pada model NHT
dan model konvensional, dengan memperhatikan rerata marginal dari NHT
(64,929) lebih dari rerata marginal pada model konvensional (56,814)
maka prestasi belajar siswa dengan menggunakan NHT lebih baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
daripada prestasi belajar yang menggunakan model konvensional sehingga
dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran NHT mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada
siswa yang menggunakan konvensional. Hal itu dikarenakan pada model
pembelajaran NHT siswa lebih ditekankan untuk terlibat secara total untuk
mengkonstruksi pemahamannya melalui diskusi kelompok sehingga
memiliki pemahaman yang optimal, sehingga siswa menjadi lebih aktif,
sedangkan pada model konvensional siswa menjadi lebih pasif, karena
guru lebih dominan selama proses pembelajaran di kelas.
Berdasarkan hasil uji Scheffe‟ yang ketiga menunjukkan bahwa
F1.-3.> 2.F0,05;2;325 atau F1.-3. = 44,163 > 6,00 terletak pada dearah kritik,
maka H0 ditolak yang artinya terdapat perbedaan prestasi belajar siswa
pada model NHT dengan pendekatan open-ended dan model konvensional,
dengan memperhatikan rerata marginal dari NHT dengan pendekatan
open–ended (71,978) lebih dari rerata marginal pada model konvensional
(56,814) maka prestasi belajar siswa dengan menggunakan NHT dengan
pendekatan open–ended lebih baik daripada prestasi belajar yang
menggunakan model konvensional sehingga dapat disimpulkan bahwa
prestasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran NHT
dengan pendekatan open–ended mempunyai prestasi belajar yang lebih
baik daripada siswa yang menggunakan model konvensional.
2. Hipotesis Kedua
Hasil uji lanjut pasca anava dua jalan dengan uji Scheffe‟ yang
pertama diperoleh simpulan bahwa siswa tipe climbers dan tipe campers
mempunyai prestasi belajar yang sama. Hasil uji Scheffe‟ yang kedua
diperoleh simpulan bahwa siswa tipe campers dan tipe quitters
mempunyai prestasi belajar yang sama. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Siti Nureini (2011), bahwa prestasi belajar matematika siswa
kelompok campers sama dengan kelompok quitters. Namun, hal ini tidak
sesuai dengan hipotesis awal bahwa prestasi belajar matematika siswa-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
siswa tipe climbers lebih baik daripada siswa-siswa tipe campers dan
prestasi belajar matematika siswa-siswa tipe campers lebih baik daripada
siswa-siswa tipe quitters. Ketidaksesuaian ini kemungkinan disebabkan
oleh keterbatasan penelitian ini yang tidak mampu mengontrol variabel-
variabel lain di luar AQ siswa. Salah satunya adalah pengisian angket yang
kurang jujur dimungkinkan menjadikan data AQ yang kurang akurat.
Pada uji Scheffe‟ yang ketiga diperoleh simpulan bahwa siswa
tipe climbers mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada tipe
quitters. Hal ini sesuai dengan hipotesis awal bahwa siswa tipe climbers
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada tipe quitters. Hal ini
disebabkan karena siswa tipe climbers lebih optimal dalam menyelesaikan
setiap soal yang diberikan dibanding dengan siswa tipe quitters.
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa diantaranya
faktor eksternal dan internal. Pada penelitian ini, karena peneliti tidak
mungkin mengontrol semua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
seperti, faktor keluarga, faktor kecerdasan, faktor lingkungan, faktor
ekonomi, faktor jenis kelamin, dan lain-lain, maka dapat peneliti
simpulkan bahwa AQ siswa mempengaruhi prestasi belajar kecuali pada
siswa tipe climbers dan tipe campers serta siswa tipe campers dan tipe
quitters mempunyai prestasi belajar yang sama.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh bahwa
nilai Fobs < F0,05;4;325, atau FAB = 1,212 > 2,37. Nilai FAB tidak terletak di
daerah kritis, oleh karena itu H0AB diterima yang artinya tidak terdapat
interaksi antara model pembelajaran dan AQ terhadap prestasi belajar
matematika siswa. Karena tidak ada interaksi maka karakteristik perbedaan
rerata prestasi belajar antar sel dalam kolom yang sama dengan
karakteristik perbedaan rerata marginal barisnya.
Pada hipotesis pertama, berdasarkan uji Scheffe‟ pada baris
pertama dan kedua diperoleh bahwa prestasi belajar siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
menggunakan model pembelajaran NHT dengan pendekatan open–ended
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang
menggunakan model NHT, karena tidak terdapat interaksi maka hal ini
berlaku untuk masing-masing tipe AQ. Berarti, untuk masing-masing tipe
AQ, model pembelajaran NHT dengan pendekatan open–ended
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang
menggunakan model NHT.
Hasil uji Scheffe‟ baris kedua dan ketiga diperoleh bahwa prestasi
belajar siswa dengan menggunakan NHT lebih baik daripada prestasi
belajar yang menggunakan model konvensional, karena tidak terdapat
interaksi maka hal ini berlaku untuk masing-masing tipe AQ. Berarti,
untuk masing-masing tipe AQ, model pembelajaran NHT mempunyai
prestasi belajar yang lebih baik daripada yang menggunakan model
konvensional.
Berdasarkan hasil uji Scheffe‟ baris pertama dan ketiga diperoleh
bahwa prestasi belajar siswa yang menggunakan model pembelajaran NHT
dengan pendekatan open–ended mempunyai prestasi belajar yang lebih
baik daripada siswa yang menggunakan model konvensional, karena tidak
terdapat interaksi maka hal ini berlaku untuk masing-masing tipe AQ.
Berarti, untuk masing-masing tipe AQ, model pembelajaran NHT dengan
pendekatan open–ended mempunyai prestasi belajar yang lebih baik
daripada yang menggunakan model konvensional.
Dengan demikian, pada masing-masing tipe AQ (climbers,
campers, quitters), penggunaan model pembelajaran NHT dengan
pendekatan open-ended menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik
daripada NHT maupun konvensional dan pada model NHT juga
menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada konvensional.
4. Hipotesis Keempat
Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh bahwa
nilai Fobs < F0,05;4;325, atau FAB = 1,212 > 2,37. Nilai FAB tidak terletak di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
daerah kritis, oleh karena itu H0AB diterima yang artinya tidak terdapat
interaksi antara model pembelajaran dan AQ terhadap prestasi belajar
matematika siswa. Karena tidak ada interaksi maka karakteristik perbedaan
rerata prestasi belajar antar sel dalam baris yang sama dengan karakteristik
perbedaan rerata marginal kolomnya.
Berdasarkan hipotesis kedua, hasil uji lanjut pasca anava dua
jalan dengan uji Scheffe‟ yang pertama diperoleh simpulan bahwa siswa
tipe climbers dan tipe campers mempunyai prestasi belajar yang sama,
karena tidak terdapat interaksi maka hal ini berlaku untuk masing-masing
model pembelajaran. Berarti, untuk masing-masing model pembelajaran,
siswa tipe climbers dan tipe campers mempunyai prestasi belajar yang
sama.
Hasil uji Scheffe‟ yang kedua simpulan bahwa siswa tipe campers
dan tipe quitters mempunyai prestasi belajar yang sama, karena tidak
terdapat interaksi maka hal ini berlaku untuk masing-masing model
pembelajaran. Berarti, untuk masing-masing model pembelajaran, siswa
tipe campers dan tipe quitters mempunyai prestasi belajar yang sama.
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis awal bahwa prestasi belajar
matematika siswa-siswa tipe climbers lebih baik daripada siswa-siswa tipe
campers dan prestasi belajar matematika siswa-siswa tipe campers lebih
baik daripada siswa-siswa tipe quitters. Ketidaksesuaian ini kemungkinan
disebabkan oleh siswa cenderung pasif sehingga belum bisa memanfaatkan
kemampuan mereka dalam mengatasi masalah. Faktor yang mempengaruhi
prestasi belajar siswa juga diantaranya faktor eksternal dan internal. Pada
penelitian ini, karena peneliti tidak mungkin mengontrol semua faktor
yang mempengaruhi prestasi belajar seperti, faktor keluarga, faktor
kecerdasan, faktor lingkungan, faktor ekonomi, faktor jenis kelamin, dan
lain-lain, maka dapat peneliti simpulkan bahwa AQ siswa mempengaruhi
prestasi belajar kecuali pada siswa tipe climbers dan tipe campers serta
siswa tipe campers dan tipe quitters mempunyai prestasi belajar yang sama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Pada uji Scheffe‟ yang ketiga diperoleh simpulan bahwa siswa
tipe climbers mempunyai prestasi belajar yang lebih baik tipe quitters,
karena tidak terdapat interaksi maka hal ini berlaku untuk masing-masing
model pembelajaran. Berarti, untuk masing-masing model pembelajaran,
siswa tipe climbers mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada
tipe quitters.
Dengan demikian, berdasarkan hipotesis kedua (H0AB) maka
dapat disimpulkan bahwa pada masing-masing model pembelajaran (NHT
dengan pendekatan open-ended, NHT, dan konvensional), prestasi belajar
siswa dengan tipe tipe climbers dan tipe campers serta siswa tipe campers
dan tipe quitters mempunyai prestasi belajar yang sama, dan prestasi
belajar siswa tipe climbers mempunyai prestasi belajar yang lebih baik
daripada tipe quitters.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Pada pembelajaran matematika, materi fungsi dan persamaan kuadrat,
prestasi belajar siswa menggunakan model pembelajaran NHT dengan
pendekatan open–ended lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang
menggunakan model NHT, maupun model konvensional. Prestasi belajar
siswa dengan menggunakan NHT lebih baik daripada prestasi belajar
siswa yang menggunakan model konvensional.
2. Pada pembelajaran matematika, materi fungsi dan persamaan kuadrat,
siswa tipe climbers dan tipe campers mempunyai prestasi belajar yang
sama, serta siswa tipe campers dan tipe quitters juga mempunyai prestasi
belajar yang sama dan siswa tipe climbers mempunyai prestasi belajar
yang lebih baik daripada tipe quitters.
3. Pada masing-masing tipe AQ (climbers, campers, quitters), penggunaan
model pembelajaran NHT dengan pendekatan open-ended menghasilkan
prestasi belajar siswa yang lebih baik daripada NHT maupun
konvensional dan pada model NHT juga menghasilkan prestasi belajar
yang lebih baik daripada konvensional.
4. Pada masing-masing model pembelajaran (NHT dengan pendekatan open-
ended, NHT dan konvensional), siswa tipe climbers dan tipe campers
mempunyai prestasi belajar yang sama, serta siswa tipe campers dan tipe
quitters juga mempunyai prestasi belajar yang sama dan siswa tipe
climbers mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada tipe
quitters.
B. Implikasi
1. Implikasi Teoritis
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa
menggunakan model pembelajaran NHT dengan pendekatan open–ended
84
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
lebih baik daripada prestasi belajar yang menggunakan model NHT
maupun model konvensional. Hal ini dikarenakan, pada model
pembelajaran NHT dengan pendekatan open–ended guru akan mendapat
banyak informasi berkenaan dengan kemampuan berpikir siswa dan siswa
menjadi lebih tanggung jawab serta memberi pengalaman dalam
menemukan sesuatu yang baru berdasarkan pengetahuan, keterampilan,
dan cara berpikir matematik yang telah diperoleh sebelummya. Prestasi
belajar siswa dengan menggunakan NHT lebih baik daripada prestasi
belajar yang menggunakan model konvensional, karena NHT adalah
model pembelajaran sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab
individual siswa dalam melaksanakan diskusi kelompok serta siswa
menjadi lebih aktif. Selain model pembelajaran, penelitian ini juga
berkaitan dengan AQ siswa. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa prestasi
belajar siswa juga berkaitan dengan AQ. Prestasi belajar siswa tipe
climbers dan tipe campers serta siswa tipe campers dan tipe quitters
mempunyai prestasi belajar yang sama, sedangkan siswa tipe climbers
mempunyai prestasi belajar yang lebih baik daripada tipe quitters, karena
tipe climbers mempunyai semangat untuk berprestasi, meraih apa yang
belum tercapai dan selalu merasa yakin dengan dirinya dalam melakukan
yang terbaik untuknya sedangkan siswa tipe quitters seperti ini cenderung
menolak perubahan karena kapasitasnya yang minimal.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi seorang
pendidik dan calon pendidik untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
Prestasi belajar siswa dapat ditingkatkan dengan memperhatikan model
pembelajaran dan AQ siswa. Model pembalajaran NHT dengan
pendekatan open–ended maupun NHT dapat dijadikan salah satu alternatif
untuk melakukan proses pembelajaran. Selain itu untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa, guru hendaknya harus memperhatikan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi prestasi belajar salah satunya adalah AQ siswa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
kemampuan awal siswa, kondisi sosial ekonomi serta latar belakang
keluarga.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, ada beberapa hal
yang ingin perlu peneliti sarankan, yaitu:
1. Bagi pendidik
a. Pada pembelajaran matematika, pendidik dan calon pendidik hendaknya
memperhatikan adanya pemilihan model pembelajaran yang tepat yaitu
yang sesuai dengan kompetensi yang sedang diajarkan. Salah satu
model pembelajaran matematika yang bisa diterapkan khususnya pada
materi pokok fungsi dan persamaan kuadrat adalah dengan
menggunakan NHT dengan pendekatan open–ended maupun NHT.
b. Pada proses pembelajaran matematika juga perlu memperhatikan AQ
siswa, sehingga dapat membantu siswa tipe quitters agar mampu
menyelesaikan masalahnya.
c. Sebaiknya siswa dibiasakan untuk belajar secara berkelompok,
sehingga interaksi sosial antar siswa dapat membangun ide untuk
membentuk pemahaman mereka pada materi pelajaran dan otak siswa
dapat berkembang melalui berpikir kritis tersebut.
d. Hasil penelitian ini terbatas hanya pada materi pokok fungsi dan
persamaan kuadrat ditinjau dari AQ siswa, sehingga mungkin bisa
diterapkan pada materi pokok yang lain dan ditinjau dari segi yang lain.
2. Bagi Siswa
Siswa hendaknya dalam kegiatan pembelajaran lebih aktif, berani
bertanya maupun mengungkapkan ide-ide yang ada dalam diri masing-
masing siswa sehingga dapat mengkontruksi ide-ide dalam memecahkan
masalah, dan menyelesaikan permasalahan soal matematika.
3. Bagi Peneliti Lain
a. Pada penelitian ini model dalam pembelajaran yang dipilih adalah NHT
dengan pendekatan open–ended, NHT dan konvensional yang ditinjau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
dari AQ siswa. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa prestasi belajar
siswa dengan menggunakan model pembelajaran NHT dengan
pendekatan open–ended mempunyai prestasi lebih baik daripada model
NHT maupun model konvensional. Bagi para calon peneliti yang lain
mungkin dapat melakukan penelitian yang lain, yang mungkin dari
model yang akan digunakan dalam penelitian bahkan mungkin dari
tinjaun yang lainnya.
b. Hasil penelitian ini hanya terbatas pada materi pokok fungsi dan
persamaan kuadrat pada siswa kelas X SMA Negeri di Kota Mataram,
sehingga mungkin bisa diterapkan pada materi pokok yang lain ataupun
mungkin di kabupaten yang lain juga.
Harapan peneliti yang lain adalah apa yang telah diteliti pada penelitian ini
dapat memberikan manfaat dan sumbangan pemikiran bagi siswa,
pendidik pada umunya dan peneliti pada khususnya.