efektivitas model pembelajaran search.docx

33
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI INDUKSI ELEKTROMAGNETIK DI SMA NEGERI 3 PALU A. Latar Belakang Paradigma lama dalam dunia pendidikan, proses pembelajaran berlangsung seolah-olah merupakan proses pemindahan pengetahuan dari pendidik ke peserta didik sedangkan menurut kajian atau hasil penelitian menunjukan bahwa hasil pembelajaran dapat optimal apabila pengetahuan dibentuk dan dikembangkan oleh peserta didik. Dalam hal ini peserta didik membangun pengetahuanya secara aktif sedangkan pendidik hanya bertugas sebagai fasilitator. Siswa perlu di biasakan untuk memecahkan masalah, hingga mengkomunikasikan hasil dari penyelesaian masalah tersebut dan menemukan segala sesuatu yang berguna bagi dirinya sehingga tercipta pemahaman baru yang menuntut aktifitas kreatis siswa yang mendorong siswa untuk terus berfikir secra mandiri.

Upload: chy-chy-chykun

Post on 02-Jan-2016

73 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH, SOLVE, CREATE AND SHARE

TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI INDUKSI

ELEKTROMAGNETIK DI SMA NEGERI 3 PALU

A. Latar Belakang

Paradigma lama dalam dunia pendidikan, proses pembelajaran berlangsung seolah-

olah merupakan proses pemindahan pengetahuan dari pendidik ke peserta didik

sedangkan menurut kajian atau hasil penelitian menunjukan bahwa hasil pembelajaran

dapat optimal apabila pengetahuan dibentuk dan dikembangkan oleh peserta didik.

Dalam hal ini peserta didik membangun pengetahuanya secara aktif sedangkan pendidik

hanya bertugas sebagai fasilitator.

Siswa perlu di biasakan untuk memecahkan masalah, hingga mengkomunikasikan

hasil dari penyelesaian masalah tersebut dan menemukan segala sesuatu yang berguna

bagi dirinya sehingga tercipta pemahaman baru yang menuntut aktifitas kreatis siswa

yang mendorong siswa untuk terus berfikir secra mandiri.

Peningkatan dan pegembangan mutu pembelajaran fisika merupakan hal yang

mutlak untuk dilakuan disetiap jenjang pendidikan mengingat ilmu fisika merupakan

bagian dari ilmu pengetahuan alam yang memiliki fakta-fakta menarik yang dekat dengan

keseharian kita. Selain itu tuntutan dunia yang semakin kompleks pun, mengharuskan

siswa memiliki kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan memiliki keterampilan proses

sains.

Keterampilan proses sains merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap

siswa dengan tujuan kreativitas siswa dalam pembelajaran Fisika lebih terasah sehingga

siswa secara aktif dapat mengembangkan dan menerapkan kemampuannya. Keterampilan

Page 2: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

proes sains menekankan pada pembentukan keterampilan memperoleh pengetahuan, dan

mengkomunikasikan pengetahuan yang diperolehannya. Keterampilan diartikan

kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk

mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas.

Keterampilan proses sains meliputi mengamati, merumuskan hipotesis,

merencanakan penelitian, melakukan penenlitian, menafsirkan, memprediksi,

menerapkan konsep dan mengkomunikasikan hasil dari apa yang diteliti siswa. Jika

komponen tersebut dapat dikuasai oleh siswa maka siswa tersebut dapat dikatakan

memiliki kemampan dalam memahami konsep.

Dengan pemamparan diatas, tentunya pendidik juga membutuhkan suatu model

pembelajaran yang dapat mendukung terbentuknya keterampilan proses sains. Salah satu

model pembelajaran yang dapat mendukung kebutuhan tersebut yaitu model

pembelajaran Search, Solve Create and Share.

Search, Solve, Create, and Share (SSCS) dikembangkan oleh Pizzini yang dapat

digunakan pada pembelajaran fisika dalam upaya untuk mengembangkan kemampuan

siswa terhadap pemecahan masalah.

Pizzini (1991) menjelaskan bahwa model pembelajaran problem solving search,

solve, create, and share (SSCS) memiliki empat fase, yaitu search, solve, create, and

share. Pertama adalah fase search yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah

(recognize the problems). Kedua adalah fase solve yang bertujuan untuk mengembangkan

rencana (developing a plan) penyelesaian masalah (solving problems) dan melaksanakan

rencana (implement the plan). Ketiga adalah fase create yang bertujuan untuk

menghasilkan solusi (create products or idea) serta mengevaluasi proses dan solusi yang

Page 3: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

telah diperoleh (evaluation of processes and solution) atau dengan kata lain memeriksa

kembali. Kemudian keempat adalah fase share yang bertujuan untuk mensosialisasikan

penyelesaian masalah yang mereka peroleh (share their result) dengan cara melakukan

presentasi (presentation). Dalam model pembelajaran tersebut siswa belajar secara

berkelompok.

Beberapa keunggulan pemecahan masalah model SSCS bagi guru yang di jelaskan

Pizzini (1996) yaitu dapat melayani minat siswa yang lebih luas, dan dapat melibatkan

keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam pembelajaran IPA, sedangkan bagi Siswa

dapat memberikan kesempatan untuk memperoleh pengalaman langsung pada proses

pemecahan masalah, dan kesempatan untuk  mempelajari serta memantapkan konsep-

konsep IPA dengan cara yang lebih bermakna.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka perumusan

masalah penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran search, solve, create and

share efektif untuk meningkatkan keterampilan proses sains pada materi Induksi

elektromagnetik?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa

efektif penerapan model pembelajaran search, solve, create and share terhadap

keterampilan proses sains pada materi induksi elektromagnetik pada siswa SMA Negeri

3 Palu.

Page 4: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan pengalaman belajar yang lebih bervariasi sehingga diharapkan siswa

lebih termotivasi dalam proses pemelajaran fisika

2. Guru dapat menerapkan model pembelajaran ini dalam pembelajaran fisika sehingga

dapat meningkatkan kemampuan proses sains.

3. Dapat memberikan acuan terhadap penelitian lebih lanjut.

E. Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis penelitian pada penelitian ini adalah terdapat peningkatan

keterampilan proses sains dengan menggunakan model search, solve, create and share

pada siswa Sma Negeri 3 Palu.

F. Ruang Lingkup Keterbatasan Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah keterampilan proses sains

melalui model pembelajaran search, solve, create and share. Sedangkan cakupan materi

yang akan diajarkan pada penelitian ini adalah pokok bahasan induksi elektromagnetik

pada kelas XII SMA.

G. Definisi Operasional

Agar terhindar dari salah paham penafsiran judul penelitian, penulis jelaskan secara

singkat istilah-istilah yang berhubungan dengan judul penelitian sebagai berikut :

a. Model pembelajaran search, solve, create and share.

Model pembelajaran problem solving search, solve, create, and share (SSCS)

memiliki empat fase, yaitu search, solve, create, and share. Pertama adalah fase

Page 5: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

search yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah. Kedua adalah fase solve

yang bertujuan untuk mengembangkan rencana penyelesaian masalah (solving

problems) dan melaksanakan rencana. Ketiga adalah fase create yang bertujuan

untuk menghasilkan solusi. Kemudian keempat adalah fase share yang bertujuan

untuk mensosialisasikan penyelesaian masalah dengan cara melakukan presentasi

(presentation).

b. Proses Sains

Keterampilan Proses saina merupakan keseluruhan keterampilan ilmiah yang

terarah (baik koognitif maupun psikomotor) yang dapat digunakan untuk

menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep

yang telah ada sebelumnya ataupun melakukan penyangkalan terhadap suatu

penemuan (falsifikas).

H. Kajian Pustaka

1. Definisi Efektivitas

Efektivitas merupakan derivasi dari kata efektif yang dalam bahasa Inggris

effective didefinisikan “producing a desired or intended result” (Concise Oxford

Dictionary, 2001) atau “producing the result that is wanted or intended” dan definisi

sederhananya “coming into use” (Oxford Learner’s Pocket Dictionary, 2003:138).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002:584) mendefinisikan efektif dengan “ada

efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya)” atau “dapat membawa hasil, berhasil

guna (usaha, tindakan)” dan efektivitas diartikan “keadaan berpengaruh; hal

berkesan” atau ” keberhasilan (usaha, tindakan)”.

Page 6: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah

bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari

hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat

kepuasaan pengguna/client.

Menurut Harry Firman (1987) keefektifan program pembelajaran ditandai dengan

ciri-ciri sebagai berikut :

a. Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang telah

ditetapkan.

b. Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara aktif

sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional.

c. Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar.

Berdasarkan ciri program pembelajaran efektif seperti yang digambarkan diatas,

keefektifan program pembelajaran tidak hanya ditinjau dari segi tingkat prestasi

belajar saja, melainkan harus pula ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang.

Efektifitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan

dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Kriteria keefektifan

dalam penelitian ini mengacu pada :

a. Ketuntasan belajar, pembelajaran dapat dikatakan tuntas apabila sekurang-

kurangnya 75 % dari jumlah siswa telah memperoleh nilai = 60 dalam

peningkatan hasil belajar (Nurgana, 1985:63).

Page 7: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

b. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila

secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara

pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang

signifikan).

c. Model pembelajaran dikatakan efektif jika dapat meningkatkan minat dan

motivasi apabila setelah pembelajaran siswa menjadi lebih termotivasi untuk

belajar lebih giat dan memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Serta siswa

belajar dalam keadaan yang menyenangkan.

2. Model Pembelajaran Search, Solve, Create And Share

Model SSCS (search, solve, create dan share) ini pertama kali dikembangkan

oleh Pizzini pada tahun 1988 pada mata pelajaran sains (IPA). Selanjutnya Pizzini,

Abel dan Shepardson (1988) serta Pizzini dan Shepardson (1990) menyempurnakan

model ini dan mengatakan bahwa model ini tidak hanya berlaku untuk pendidikan

sain saja, tetapi juga cocok untuk pendidikan fisika. Pada tahun 2000 Regional

Education Laboratories suatu lembaga pada Departemen Pendidikan Amerika Serikat

(US Department of Education) mengeluarkan laporan, bahwa model SSCS termasuk

salah satu model pembelajaran yang memperoleh Grant untuk dikembangkan dan

dipakai pada mata pelajaran fisika. Model SSCS ini mengacu kepada empat langkah

penyelesaian masalah yang urutannya dimulai pada menyelidiki masalah (search),

merencanakan pemecahan masalah (solve), mengkonstruksi pemecahan masalah

(create), dan yang terakhir adalah mengkomunikasikan penyelesaian yang

diperolehnya (share).

Page 8: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

Menurut laporan Laboratory Network Program (1994), standar NCTM yang dapat

dicapai oleh model pembelajaran SSCS adalah sebagai berikut: 1) mengajukan (pose)

soal/masalah fisika, 2) membangun pengalaman dan pengetahuan siswa, 3)

mengembangkan keterampilan berpikir sains yang meyakinkan tentang keabsahan

suatu representasi tertentu, membuat dugaan, memecahan masalah atau membuat

jawaban dari mahasiswa, 4) melibatkan intelektual siswa yang berbentuk pengajuan

pertanyaan dan tugas-tugas yang melibatkan siswa, dan menantang setiap siswa, 5)

mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sains siswa, 6) merangsang siswa

untuk membuat koneksi dan mengembangkan kerangka kerja yang koheren untuk

ide-ide, 7) berguna untuk perumusan masalah, pemecahan masalah, dan penalaran

fisika, dan 8) mempromosikan pengembangan semua kemampuan siswa untuk

melakukan pekerjaan. Berdasarkan kedelapan hal di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa model SSCS ini dapat digunakan dalam pembelajaran fisika, terutama dalam

pemecahan masalah dan penalaran.

3. Keterampilan Proses Sains

Para ahli pendidikan sains memandang sains tidak hanya terdiri dari fakta,

konsep, dan teori yang dapat dihafalkan, tetapi juga terdiri atas kegiatan atau proses

aktif menggunakan pikiran dan sikap ilmiah dalam mempelajari gejala alam yang

belum diterangkan. Secara garis besar sains dapat didefenisikan atas tiga komponen,

yaitu (1) sikap ilmiah, (2) proses ilmiah, dan (3) produk ilmiah. Jadi proses atau

keterampilan proses atau metode ilmiah merupakan bagian studi sains, termasuk

materi bidang studi yang harus dipelajari siswa. Mengajarkan bidang studi sains

Page 9: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

(IPA) berupa produk atau fakta, konsep dan teori saja belum lengkap, karena baru

mengajarkan salah satu komponennya. 

Keterampilan proses adalah keterampilan yang diperoleh dari latihan

kemampuan-kemampuan mental, fisik dan sosial yang mendasar sebagai penggerak

kemampuan-kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan-kemampuan mendasar yang

telah dikembangkan dan telah terlatih lama-kelamaan akan menjadi suatu

keterampilan, sedangkan pendekatan keterampilan proses adalah cara memandang

anak didik sebagai manusia seutuhnya. Cara memandang ini dijabarkan dalam

kegiatan belajar mengajar memperhatikan pengembangan pengetahuan, sikap, nilai

serta keterampilan. Ketiga unsur itu menyatu dalam satu individu dan terampil dalam

bentuk kreativitas.

Tujuan pengajaran sains sebagai proses adalah untuk meningkatkan keterampilan

berpikir siswa, sehingga siswa bukan hanya mampu dan terampil dalam bidang

psikomotorik, melainkan juga bukan sekedar ahli menghafal. Berdasarkan penjelasan

di atas pada keterampilan proses, guru tidak mengharapkan setiap siswa akan menjadi

ilmuan, melainkan dapat mengemukakan ide bahwa memahami sains sebagian

bergantung pada kemampuan memandang dan bergaul dengan alam menurut cara-

cara seperti yang diperbuat oleh ilmuan.

Dalam pembelajaran IPA, Keterampilan-keterampilan proses sains adalah

keterampilan-keterampilan yang dipelajari siswa saat mereka melakukan inkuiri

ilmiah (Nur:2002), mereka menggunakan berbagai macam keterampilan proses,

bukan hanya satu metode ilmiah tunggal. Keterampilan-keterampilan proses tersebut

adalah pengamatan, pengklasifikasian, penginferensian, peramalan,

Page 10: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

pengkomunikasian, pengukuran, penggunaan bilangan, pengintepretasian data,

melakukan eksperimen, pengontrolan variabel, perumusan hipotesis, pendefinisian

secara operasional, dan perumusan model (Nur,2002).

Selain itu melalui proses belajar mengajar dengan pendekatan keterampilan

proses dilakukan dengan keyakinan bahwa sains adalah alat yang potensial untuk

membantu mengembangkan kepribadian siswa, dimana kepribadian siswa yang

berkembang ini merupakan prasyarat untuk melanjutkan kejalur profesi apapun yang

diminatinya

Bagi siswa, beberapa keterampilan proses dasar dimulai dengan keterampilan

proses yang sederhana yaitu observasi atau pengamatan, perumusan masalah atau

pertanyaan dan perumusan hipotesis. Abruscato (1992), mengklasifikasikan

keterampilan proses sains menjadi dua bagian, yaitu keterampilan proses dasar (Basic

Processes) dan keterampilan proses terintegrasi (Integrated Processes). Keterampilan

proses dasar terdiri atas:

1. Pengamatan

2. Penggunaan bilangan

3. Pengklasifikasian

4. Pengukuran

5. Pengkomunikasian 

6. Peramalan

7. Penginferensial 

Sedangkan keterampilan proses terintegrasi terdiri atas: 

1. Pengontrolan variabel

Page 11: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

2. Penafsiran data 

3. Perumusan hipotesis

4. Pendefinisian secara operasional

5. Melakukan eksperimen. 

4. Induksi Elektromagnetik

4.1 Hukum Faraday

Sebelumnya telah kita ketahuii tentang induksi magnet. induksi magnet dapat

terjadi dari kawat berarus listrik. Bisakah medan magnet menimbulkan arus listrik

kembali. Keadaan sebaliknya inilah yang dipelajari oleh Michael Faraday (1791-

1867) seorang ahli fisika berkebangsaan Inggris. Secara eksperimen Faraday

menemukan bahwa beda potensial dapat dihasilkan pada ujung-ujung penghantar

atau kumparan dengan memberikan perubahan fluks magnetik. Hasil eksperimennya

dirumuskan sebagai berikut.

“Ggl induksi yang timbul pada ujung-ujung suatu penghantar atau

kumparan sebanding dengan laju perubahan fluks magnetik yang dilingkupi

oleh loop penghantar atau kumparan tersebut.”

Dari rumusan di atas dapat dituliskan menjadi persamaan seperti di bawah.

Pembandingnya adalah jumlah lilitannya

ε = − N

dφdt …(1)

dengan

ε : ggl induksi (volt)

N : Jumlah lilitan

Page 12: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

dφdt : Laju perubahan fluks magnetic

Apa arti tanda negatif itu ? Tanda negatif pada persamaan 1 sesuai dengan Hukum

Lenz. Dengan bahasa yang sederhana hukum Lenz dirumuskan: Ggl Induksi selalu

membangkitkan arus yang medan magnetiknya berlawanan dengan sumber perubahan

fluks magnetik.

Hukum Faraday memperkenalkan suatu besaran yang dinamakan fluks magnetik.

Fluks magnetik ini menyatakan jumlah garis-garis gaya magnetik. Berkaitan dengan

besaran ini, kuat medan magnet didefinisikan sebagai kerapatan garis-garis gaya

magnet. Dari kedua definisi ini dapat dirumuskan hubungan sebagai berikut.

φ=¿A . B cos θ ¿ … (2)

Dengan φ : Fluks magnetik (weber atau Wb

B : Induksi magnetik (Wb/m2)

A : Luas penampang (m2)

θ : Sudut antara iduksi magnet dengan normal bidang

Dari persamaan 2 dapat diamati bahwa perubahan fluks magnet dapat terjadi

tiga kemungkinan. Pertama terjadi karena perubahan medan magnet B. Kedua, terjadi

karena perubahan luas penampang yang dilalui, contohnya kawat yang bergerak

dalam medan magnet. Ketiga, terjadi karena perubahan sudut , contohnya kumparan

yang berputar : generator. Perhatikan penjelasan perubahanperubahan tersebut pada

penjelasan berikut.

4.2 Penghantar bergerak dalam Medan Magnet

Penghantar bergerak dengan kecepatan v dalam medan magnet B dapat digambarkan seperti pada Gambar 1. Pada saat bergerak maka penghantar akan

Page 13: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

menyapu luasan yang terus berubah. Karena perubahan luas inilah maka ujung-ujung penghantar AB itu akan timbul beda potensial. Besarnya sesuai dengan hukum Faraday dan dapat

Gambar 1. Jika penghantar bergerak dengan kecepatan v maka akan timbul gaya Lenz yang arahnya berlawanan sesuai dengan Hukum Lenz.

diturunkan seperti berikut.

ε=Bl v sin θ

Dengan

ε : ggl induksi (volt)

B : Induksi magnet (Wb/m2)

l : Panjang penghantar

v : Kecepatan gerak penghantar (m/s)

θ : Sudut antara θ dan v.

Arah arus yang ditimbulkan oleh beda potensial ini dapat menggunakan

kaedah tangan kanan seperti pada Gambar 1. Ibu jari sebagai arah arus induksi I,

empat jari lain sebagai arah B dan telapak sebagai arah gaya Lorentz yang

berlawanan arah dengan arah kecepatan penghantar.

4.3 Perubahan Medan Magnet

Page 14: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

Perubahan fluks yang kedua dapat terjadi karena perubahan medan magnet.

Contoh perubahan induksi magnet ini adalah menggerakkan batang magnet di

sekitar kumparan.

Sebuah batang magnet didekatkan pada kumparan dengan kutub utara

terlebih dahulu. Pada saat ini ujung kumparan akan timbul perubahan medan

magnet yang berasal dari batang magnet (medan magnet sumber). Medan

magnetnya bertambah karena pada kutub utara garis-garis gaya magnetnya keluar

berarti fluks magnet pada kumparan bertambah.

Sesuai dengan hukum Lenz maka akan timbul induksi magnet (B induksi) yang

menentang sumber. Arah B induksi ini dapat digunakan untuk menentukan arah

arus induksi yaitu dengan menggunakan kaedah tangan

Gambar 6.3

Arus induksi karena perubahan medan magnet.

Timbulnya arus pada kumparan ini dapat ditunjukan dari galvanometer yang dihubungkan dengan kumparan. Arus induksi ini timbul untuk menimbulkan induksi magnet (Binduksi). Arah arus induksi sesuai kaedah tangan kanan, pada Gambar 6.3 terlihat arus mengalir dari titik A ke titik B.

Page 15: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

I. METODE PENELITIAN

1. Populasi dan Sampel

Adapun populasi dari penelitian yang digunakan adalah seluruh kelas XII SMA

Negeri 5 Palu. Dari populasi di sekolah yang diteliti diambil sampel 2 kelas

homogen, yaitu satu kelas sebagai eksperimen dan satu kelas sebagai kelas control.

2. Rancangan Penelitian

a. Variabel Penelitian

Variabel bebas : Model pembelajaran Search, Solve, Create And Share

Variabel terikat : keterampilan proses sains

b. Jenis Penelitian

Page 16: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian dengan rancangan

eksperimen kuasi (quasi-experimental designs). Metode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu metode eksperimen kuasi. Menurut Nana Syaodih (2005:

207) eksperimen disebut kuasi, karena bukan merupakan eksperimen murni

tetapi seperti murni, seolah olah murni. Eksperimen ini biasa juga disebut

eksperimen semu.

c. Desain penelitian

Sesuai dengan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian yaitu

metode kuasi eksperimen, maka desain penelitian yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah “one group pretest-postest design” yaitu penelitian yang

dilaksanakan dengan hanya menggunakan satu kelas saja yang dijadikan sebagai

kelas eksperimen.

Tabel. 3.1 Desain Satu Kelompok Pretest-Posttest

(One group pretest-posttest design)

Kelompok Pretest Perlakuan Posttest

A O1 X O2

Keterangan:

A : Kelas eksperimen

X : Perlakuan dengan pemberian Model Pembelajaran SSCS

O1 : Tes awal

Page 17: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

O2 : Tes akhir

3. Instrumen Penelitian

a. Tes Keterampilan Proses Sains

Tes ini digunakan untuk mengevaluasi keterampilan proses sains dalam

pelajaran IPA Fisika pada kelas yang menjadi sampel penelitian. Tes ini

berbentuk essay free content yang artinya tes terkait dengan konsep fisika,

dilaksanakan sebanyak dua kali yaitu diawal sebagai pretest dan diakhir sebagai

posttest. Soal yang diberikan terdiri dari beberapa item tes. Pada masing-masing

item tes terdapat kategori indikator keterampilan proses sains.

b. Lembar Observasi

Instrumen ini digunakan untuk mengobservasi proses pembelajaran di kelas

berupa penilaian efektif dan psikomotor.

c. Perangkat Pembelajaran

Instrumen ini terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), silabus

dan bahan ajar.

4. Tahap Penelitian

Tahapan dalam penelitian meliputi 3 tahap yaitu :

a. Tahap Persiapan

1. Mencari literatur yang berkaitan dengan judul penelitian.

2. Menentukan populasi dan sampel penelitian

3. Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian

4. Melakukan Validitas ahli dan validitas konstruksi

Page 18: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

b. Tahap pelaksanaan

1. Penentuan kelas yang akan dijadikan sampel

2. Pemberian tes awal

3. Pemberian perlakuan (penyajian materi)

4. Pemberian tes akhir

c. Tahap Akhir

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini adalah mengolah dan

menganalisis data dengan menggunakan teknik analisis. Hasil analisa data akan

digunakan untuk menyimpulkan hasil penelitian.

5. Analisa Data

a. Analisis Instrumen

Analisa Reliabilitas Tes

Untuk mengetahui reliabilitas tes digunakan rumus alpha. Rumus alpha

digunakan untuk mencari reliabilitas instrument yang skornya bukan 1 dan 0,

misalnya soal bentuk uraian. yakni (Arikunto,S, 2007:109)

r11=[ nn−1 ][1−∑ σ i

2

σ t2 ] ……………………………………….(1)

Dengan:

r11 : Koefisien reliabilitas tes

n : Banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes

Page 19: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

∑ σ i2 : Jumlah varians skor dari tiap-tiap butir item

σ t2 : varian total

Sedangkan rumus varians yang digunakan untuk menghitung reliabilitas adalah:

σ 2=∑ x2−

(∑ x)2

NN

……………………………………………..(2)

Keterangan:

σ 2 : varians

(∑x)2 : kuadrat jumlah skor yang diperoleh siswa

∑x2 : jumlah kuadrat skor yang diperoleh siswa

N : jumlah subjek

Kriteria koefisien relaibilitas adalah sebagai berikut:

Tabel 2 Kriteria Koefisien Relaibilitas

Batasan Kategori

0,80< r11≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik)

0,60< r≤ 0,80 Tinggi (baik)

0,40< r11≤ 0,60 Cukup(sedang)

0,20< r11≤ 0,40 Rendah (kurang)

r11≤ 0,20 Sangat rendah (sangat kurang)

b. Analisa Data Hasil Penelitian

Page 20: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini selanjutnya diolah dengan

menggunakan teknik statistik. Langkah-langkah yang ditempuh dalam

pengolahan ini adalah sebagai berikut :

1. Uji Peningkatan Hasil Tes

Untuk mengetahui peningkatan hasil tes keterampilan prose sains pada

kelas eksperimen dengan mengunakan model pembelajaran search, solve,

create and share maupun kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran

konvensional dihitung berdasarkan skor N-gain. Untuk memperoleh skor

N-gain digunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake (Cheng, et.al,

2004):

g=

SPost−SPr e

Smaks−Spre

x100 % .......................................................(3)

keterangan:

Spost : Skor tes akhir

Spre : Skor tes awal

Smax : Skor maks ideal

Tabel 3 Kriteria tingkat Gain

Tingkat Gain Kriteria

g > 70 Tinggi

Page 21: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

30 ¿ g < 70

g < 30

Sedang

Rendah

2. Uji Hipotesis

Untuk melihat seberapa jauh hipotesis yang telah dirumuskan

didukung oleh data yang dikumpulkan, maka hipotesis tersebut harus diuji.

Jika sebaran data berdistribusi normal dan homogen, maka data yang

diperoleh dianalisis dengan menggunakan Uji Statistik Parametrik (uji “t”).

Menguji hipotesis dengan menggunakan uji-t satu pihak (1-tailed). Jika

tidak terdistribusi normal, maka data diperoleh dianalisis dengan

menggunakan Uji Statistik Non Parametrik.

Rumus yang digunakan untuk uji-t satu pihak (1-tailed) adalah sebagai

berikut (Sudjana, 2005: 239) :

thit=x1−x2

S √ 1

n1+ 1

n2 ……………………………….(4)

dimana

S=√ (n1−1 ) S12+(n2−1 ) S2

2

n1+n2−2 ………………………………….(5)

dengan :

x1 : Gain rata-rata kelas eksperimen

x2 : Gain rata-rata kelas kontrol

Page 22: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx

n1 : Jumlah siswa kelas eksperimen

n2 : Jumlah siswa kelas kontrol

S : Simpangan baku

Dengan pasangan hipotesis adalah :

H :μ0=μ1

Tidak terdapat peningkatan yang signifikan keterampilan

proses sains dengan menggunakan model pemelajaran

SSCS.

H1 :μ0<μ1 Terdapat peningkatan yang signifikan keterampilan proses

sains dengan menggunakan model pemelajaran SSCS.

Ketentuan uji-t satu pihak (1-tailed) dengan derajat kebebasan (dk = n1 +

n2 - 2) pada taraf nyata α = 0,05 adalah :

1) Jika thitung > t tabel berarti H1 diterima.

2) Jika thitung < t tabel berarti H1 ditolak.

3. Analisis Data Observasi

Untuk mengetahui presentase nilai rata-rata aktivitas guru dan siswa,

digunakan rumus sebagai berikut:

presentase nilairata−rata (% )= jumlah skorskor maksimum

×100 %

Page 23: EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN SEARCH.docx