efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing …digilib.unila.ac.id/59042/3/3. skripsi tanpa...
TRANSCRIPT
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
DITINJAU DARI KEMAMPUAN REPRESENTASI
MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 31
Bandarlampung Tahun Pelajaran 2018/2019)
(Skripsi)
Oleh
AMELIA KESUMAWATI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
DITINJAU DARI KEMAMPUAN REPRESENTASI
MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 31
Bandarlampung Tahun Pelajaran 2018/2019)
Oleh
AMELIA KESUMAWATI
Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas model
pembelajaran inkuiri terbimbing ditinjau dari kemampuan representasi matematis
siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 31
Bandarlampung tahun pelajaran 2018/2019 yang terdistribusi dalam sembilan
kelas. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas VII D dan VII E yang dipilih
dengan teknik purposive sampling. Desain yang digunakan adalah posttest only
control group design. Data penelitian diperoleh melalui tes uraian pada materi
garis dan sudut. Analisis data penelitian ini menggunakan uji t dan uji proporsi
dengan taraf signifikansi 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan
representasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri terbimbing
lebih tinggi dari kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional, namun proporsi siswa yang memiliki kemampuan
representasi matematis terkategori baik pada kelas yang mengikuti model
pembelajaran inkuiri terbimbing tidak lebih dari 60% dari jumlah siswa. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing tidak efektif
ditinjau dari kemampuan representasi matematis siswa.
Kata kunci: efektivitas, inkuiri terbimbing, representasi matematis
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING
DITINJAU DARI KEMAMPUAN REPRESENTASI
MATEMATIS SISWA
(Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 31
Bandarlampung Tahun Pelajaran 2018/2019)
Oleh
AMELIA KESUMAWATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Matematika
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN
INKUIRI TERBIMBING DITINJAU DARI
KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS
SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester
Genap SMP Negeri 31 Bandarlampung Tahun
Pelajaran 2018/2019)
Nama Mahasiswa : Amelia Kesumawati
Nomor Pokok Mahasiswa : 1513021030
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Pendidikan MIPA
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Dra. Rini Asnawati, M.Pd. Widyastuti, S.Pd., M.Pd.
NIP 19620210 198503 2 003 NIP 19860314 201012 2 001
2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA
Dr. Caswita, M.Si.
NIP 19671004 199303 1 004
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. .......................
Sekretaris : Widyastuti, S.Pd., M.Pd. .......................
Penguji
Bukan Pembimbing : Dr. Haninda Bharata, M.Pd. .......................
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd.
NIP 19620804 198905 1 001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 24 September 2019
PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Bandar Lampung, September 2019
Penulis
Amelia Kesumawati
NPM 1513021030
Nama : Amelia Kesumawati
NPM : 1513021030
Program Studi : Pendidikan Matematika
Jurusan : Pendidikan MIPA
Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah
diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan
sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis
atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah
ini dan disebut dalam daftar pustaka.
Apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima
sanksi akademik yang berlaku.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 25 Oktober 1997. Penulis adalah
anak pertama dari pasangan Bapak Drs. H. Tarmizi Mz., M.Pd.I dan Ibu Lailatul
Hanifiah, S.Pd.
Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Satria pada tahun
2003, pendidikan dasar di MIN 5 Bandar Lampung pada tahun 2009, pendidikan
menengah pertama di MTsN 2 Bandar Lampung pada tahun 2012, dan pendidikan
menengah atas di MAN 1 Bandar Lampung pada tahun 2015. Melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada tahun 2015,
penulis diterima di Universitas Lampung sebagai mahasiswa Program Studi
Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT)
di Desa Karang Anom, Kecamatan Waway Karya, Kabupaten Lampung Timur
dan menjalani Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMPN 1 Waway Karya,
Kabupaten Lampung Timur tahun 2018. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif
dalam organisasi kampus diantaranya Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta
(Himasakta) pada tahun 2015 sampai 2017 dan Forum Keluarga Besar Mahasiswa
Pendidikan Matematika (Medfu) pada tahun 2015 sampai 2019.
cxÜáxÅut{tÇ
Segala puji bagi Allah Subhanahuwata’ala, Dzat Yang Maha Sempurna.
Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Uswatun Hasanah
Rasulullah Muhammad Shallallahu ’alaihi wassalam.
Ku persembahkan karya ini sebagai tanda cinta dan kasih sayangku kepada:
Ayahku tercinta Tarmizi Mz dan Ibuku tercinta Lailatul Hanifiah, yang
membesarkan dan mendidik dengan penuh kasih sayang, yang memberi semangat,
dan selalu mendoakan setiap waktu untuk keberhasilan putrinya sehingga
putrinya ini yakin bahwa Allah selalu memberikan yang terbaik
untuk hamba-Nya.
Adikku Muhammad Ilham Jaya Kesuma dan keluarga besarku tersayang, yang
telah memberikan doa, dukungan, semangat, saran, dan hiburan di kala penat.
Para pendidik yang telah mengajar dan mendidik dengan penuh kesabaran.
Semua sahabat yang selalu ada dalam suka maupun duka, memberikan semangat
dan doa. Terima kasih untuk selalu ada dan melukiskan bahagia.
Almamater Universitas Lampung tercinta.
ii
SANWACANA
Alhamdulillahirobbil’alamiin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat
diselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah atas manusia yang
akhlaknya paling mulia, yang telah membawa perubahan luar biasa, menjadi
uswatun hasanah di muka bumi ini, yaitu Rasulullah Muhammad SAW.
Skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Ditinjau dari Kemampuan Representasi Matematis Siswa (Studi pada Siswa
Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 31 Bandarlampung Tahun Pelajaran
2018/2019)” disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang
tulus ikhlas kepada:
1. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik
sekaligus Dosen Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
membimbing, memberikan perhatian, motivasi, semangat, serta kritik dan
saran yang membangun selama penulis menempuh pendidikan di Unila dan
dalam penyusunan skripsi sehingga skripsi ini selesai dan menjadi lebih baik.
iii
2. Ibu Widyastuti, S.Pd., M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan
pemikiran, perhatian, motivasi, semangat, serta kritik dan saran yang
membangun kepada penulis selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini
selesai dan menjadi lebih baik.
3. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Dosen Pembahas yang telah
memberikan masukan, kritik, dan saran yang membangun kepada penulis
sehingga skripsi ini selesai dan menjadi lebih baik.
4. Ibu Dr. Sri Hastuti Noer, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Matematika FKIP Unila yang telah memberikan bantuan kepada penulis
dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA FKIP
Unila beserta jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis
dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
6. Bapak Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Unila beserta
jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Matematika FKIP Unila yang telah
memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis.
8. Kedua orang tua tercinta, Ayah (Tarmizi) dan Ibu (Lailatul) atas segala
bantuan, kasih sayang, motivasi, pengorbanan, serta memberikan do’a yang
tulus dan ikhlas dalam setiap perjalanan hidup penulis.
9. Adikku Ilham serta keluarga besarku, terimakasih atas do’a dan kasih sayang
sehingga penulis mampu menyelesaikan perkuliahan ini.
iv
10. Bapak Drs. Mahmud Muin, selaku Kepala SMP Negeri 31 Bandarlampung
beserta wakil kepala sekolah, dewan guru, dan karyawan yang telah memberi
kemudahan selama penelitian.
11. Ibu Desy Pratiwi Herdyen, S.Pd., selaku Guru Mitra yang telah banyak
membantu dalam pelaksanaan penelitian.
12. Siswa/siswi kelas VII SMP Negeri 31 Bandarlampung semester genap tahun
pelajaran 2018/2019, khususnya siswa kelas VII D dan VII E yang telah
bekerja sama dan memberikan pengalaman berharga selama penelitian.
13. Agnis Pinasti, yang telah menemani peneliti selama perkuliahan sejak
menjadi mahasiswa baru.
14. Sahabat-sahabatku di Generasi Muda yang kalau gak drama gak asik Agnis
Pinasti, Lulu Sekardini, Kartika Kurniawati, Yulia Pratiwi, Lia Putri Novita
Sari, dan Ridwan Saputra yang selama ini menyemangati, memberikan
hiburan yang super receh, mengajariku mengerjakan skripsi, dan memotivasi
ketika sedang putus asa dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
15. Sahabat-sahabat terbaikku sejak MTs dan MAN Meylan, Putri, Adenia, dan
Sabiq yang selama ini telah mewarnai hari-hari serta selalu ada untuk penulis.
16. Teman-teman seperjuangan, GEOMED 2015 atas kebersamaannya selama ini
dalam menuntut ilmu serta semua bantuan yang telah diberikan. Semoga
kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah.
17. Kakak tingkatku angkatan 2013 dan 2014 serta adik tingkatku angkatan 2016,
2017, dan 2018 atas kebersamaanya.
18. Teman sekaligus keluarga selama 40 hari: Ila, Ina, Ani, Rina, Elisa, Roro,
Arif, Husnan, dan Dariansa, yang telah menemani dalam suka duka,
v
memberikan kenangan tak terlupakan, memberikan pengalaman baru, dan
bersama menghadapi kerasnya kehidupan KKN dan PPL.
19. Mbak Eka, Mbak Reni, Mas Aji, Pak Liyanto, dan Pak Mariman atas bantuan
dan perhatiannya selama ini.
20. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.
Semoga kebaikan, bantuan, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis
mendapat balasan pahala dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, September 2019
Penulis
Amelia Kesumawati
vi
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. Ix
I.III. PENDAHULUAN ............................................................................ 0 1
A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 0 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 0 7
C. Tujuan Penelitian .......................................................................... 0 8
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 0 8
II.II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 0 9
A. Kajian Teori .................................................................................. 0 9
B. Definisi Operasional ..................................................................... 20
C. Kerangka Pikir .............................................................................. 21
D. Anggapan Dasar ............................................................................ 25
E. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 25
III.I METODE PENELITIAN ................................................................ 26
B. Desain Penelitian .......................................................................... 27
C. Prosedur Penelitian ....................................................................... 28
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data ............................................ 29
A. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................... 26
vii
E. Instrumen Penelitian ..................................................................... 29
F. Teknik Analisis Data..................................................................... 34
IV.I. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 40
A. Hasil Penelitian ............................................................................. 40
B. Pembahasan................................................................................... 43
V. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 49
A. Simpulan ....................................................................................... 49
B. Saran ............................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 51
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ....................... 14
2.2 Bentuk-Bentuk Indikator Representasi Matematis ....................... 19
3.1 Distribusi Guru dan Distribusi Guru Matematika dan Nilai Ujian
Tengah Semester Ganjil Siswa Kelas VII SMP Negeri 31
Bandarlampung Tahun Pelajaran 2018/2019 ................................ 26
3.2 Desain Penelitian ........................................................................... 27
3.3 Kriteria Reliabilitas ....................................................................... 31
3.4 Interpretasi Indeks Daya Pembeda ................................................ 32
3.5 Hasil Perhitungan Indeks Daya Pembeda ..................................... 32
3.6 Interpretasi Tingkat Kesukaran ..................................................... 33
3.7 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran ........................................... 33
3.8 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes .................................. 34
3.9 Hasil Uji Normalitas ...................................................................... 36
3.10 Hasil Uji Homogenitas .................................................................. 37
4.1 Rekapitulasi Skor Kemampuan Representasi Matematis .............. 40
4.2 Pencapaian Indikator Kemampuan Representasi Matematis ........ 42
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Contoh Kesalahan Siswa pada Indikator Membuat Persamaan atau
Ekspresi Matematis dari Representasi Lain yang Diberikan ............. 5
x
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
A. PERANGKAT PEMBELAJARAN
A.1 Silabus Kelas Eksperimen................................................................ 0 55
A.2 Silabus Kelas Kontrol ...................................................................... 0 60
A.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ....... 0 65
A.4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol .............. 0 85
A.5 Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) .............................................. 100
B. PERANGKAT TES
B.1 Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Representasi Matematis ............... 144
B.2 Soal Tes Kemampuan Representasi Matematis ............................... 146
B.3 Pedoman Penskoran Soal Kemampuan Representasi Matematis
Siswa dan Kunci Jawaban ................................................................ 147
B.4 Validitas Isi Instrumen Tes Kemampuan Representasi Matematis
Siswa ................................................................................................ 152
B.5 Analisis Reliabilitas ......................................................................... 154
B.6 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran ............................ 156
C. ANALISIS DATA
C.1 Rekapitulasi Data Skor Kemampuan Representasi Matematis
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............................................... 160
C.2 Nilai Kemampuan Representasi Matematis Siswa yang
Mengikuti Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ..……….……. 164
xi
C.3 Uji Normalitas Data Kemampuan Representasi Matematis
Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Inkuiri Terbimbing................ 165
C.4 Uji Normalitas Data Kemampuan Representasi Matematis
Siswa yang Mengikuti Pembelajaran Konvensional……................ 167
C.5 Uji Homogenitas Data Kemampuan Representasi Matematis
Siswa …………………………………………............................... 169
C.6 Uji Hipotesis Pertama...................................................................... 171
C.7 Uji Hipotesis Kedua …………….................................................... 174
C.8 Pencapaian Indikator Kamampuan Representasi Matematis
Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................................... 176
C.9 Rekapitulasi Pencapaian Akhir Indikator Kamampuan Representasi
Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................. 180
D. ADMINISTRASI PENELITIAN
D.1 Surat Izin Penelitian Pendahuluan ...................................................... 182
D.2 Surat Izin Penelitian ............................................................................ 183
D.3 Surat Keterangan Penelitian ................................................................ 184
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena
pendidikan dapat mengembangkan potensi diri seseorang untuk mencapai
kesejahteraan hidup. Pendidikan yang baik tentunya akan menciptakan sumber
daya manusia yang berkualitas dalam hal spiritual, kecerdasan, serta kreatifitas
sehingga dapat membuat dirinya berguna dalam masyarakat. Hal ini sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam UU nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa tujuan
pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi siswa agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai hal tersebut, maka
dibutuhkan suatu proses pembelajaran.
Proses pembelajaran merupakan suatu proses terjadinya interaksi antara pelajar
dan pengajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran, yang berlangsung
dalam suatu lokasi tertentu dalam jangka satuan waktu tertentu (Hamalik, 2001:
162). Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 1 Tahun 2008
tentang Standar Proses Satuan Pendidikan, proses pembelajaran untuk setiap mata
2
pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Kemudian
berdasarkan PP RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Isi, menyebutkan
bahwa untuk tiap jenjang pendidikan dasar, menengah, dan tinggi wajib
memuat mata pelajaran matematika. Pernyataan tersebut juga sejalan dengan UU
nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 37 bahwa salah
satu pembelajaran yang wajib ada di kurikulum pendidikan dasar dan menengah
adalah pembelajaran matematika. Hal tersebut menunjukkan bahwa matematika
merupakan mata pelajaran yang penting untuk dikuasai siswa.
Pembelajaran matematika merupakan salah satu pembelajaran yang memegang
peran penting dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan karena peranannya
yang cukup relevan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
(Mundia, 2010: 150). Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 145),
matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan
mengembangkan daya pikir manusia. Oleh karena itu, untuk menciptakan
teknologi yang baik dimasa depan, dan agar daya pikir manusia dapat berkembang
dengan baik, maka diperlukan penguasaan matematika yang kuat.
Depdiknas (2005) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah
agar siswa mempunyai kemampuan untuk memahami konsep matematika,
menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan
dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau
masalah serta memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam
kehidupan. Sejalan dengan tujuan pembelajaran matematika tersebut National
3
Council of Teachers of Mathematics (2000: 67) menetapkan bahwa terdapat lima
kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran matematika, yakni:
pemecahan masalah matematis (mathematical problem solving), komunikasi
matematis (mathematical communication), penalaran matematis (mathematical
reasoning), koneksi matematis (mathematical connection), dan representasi
matematis (mathematical representation). NCTM juga menyatakan bahwa
kelima kemampuan tersebut termasuk dalam kemampuan berpikir matematis
tingkat tinggi.
Berdasarkan uraian tersebut salah satu kemampuan matematis yang harus dimiliki
siswa adalah kemampuan representasi matematis. Kemampuan representasi
matematis merupakan salah satu tujuan umum dari pembelajaran matematika
di sekolah. Kemampuan ini sangat penting bagi siswa dan erat kaitannya
dengan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah. Untuk dapat
mengkomunikasikan sesuatu, seseorang perlu representasi baik berupa gambar,
grafik, diagram, maupun bentuk representasi lainnya. Dengan representasi,
masalah yang semula terlihat sulit dan rumit dapat dilihat dengan lebih mudah
dan sederhana, sehingga masalah yang disajikan dapat dipecahkan dengan lebih
mudah (Sabirin, 2014: 33).
Meskipun banyak usaha yang telah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
matematis siswa, pada kenyataannya siswa belum memiliki kemampuan
representasi matematis yang baik. Hal ini tercermin dari hasil survei studi The
Trends International Mathematics and Science Study (TIMSS) pada tahun 2015
mengenai kemampuan matematis siswa Indonesia yang menunjukkan bahwa,
4
Indonesia merupakan salah satu negara dengan skor terendah dan menduduki
peringkat ke-45 dari 50 negara yang berpartisipasi (Rahmawati, 2016). Indonesia
memiliki perolehan skor capaian matematika atau Mathematics Achievement
Distribution sebesar 397 dari rata-rata skor peserta negara-negara anggota
TIMSS yaitu 500. Selain itu di dalam TIMSS juga dijelaskan bahwa secara
umum, siswa Indonesia lemah di semua aspek konten maupun kognitif, baik
untuk matematika maupun sains. Siswa Indonesia menguasai soal-soal yang
bersifat rutin, dan komputasi sederhana. Wardhani (2011: 22) menyatakan soal-
soal TIMSS secara lebih spesifiknya mengukur kemampuan siswa dalam
memilih, merepresentasikan, memodelkan, menerapkan, maupun memecahkan
masalah. Sesuai dengan karakteristik soal-soal TIMSS, dapat dilihat bahwa siswa
belum memiliki kemampuan representasi matematis yang baik.
Kemampuan representasi matematis yang kurang baik juga dialami peserta didik
di SMP Negeri 31 Bandarlampung. Hal ini diketahui berdasarkan hasil
wawancara dengan guru matematika serta pengamatan yang dilakukan di kelas
VII SMP Negeri 31 Bandarlampung. Salah satu bukti rendahnya kemampuan
representasi matematis siswa kelas VII SMP Negeri 31 Bandarlampung, yakni
berdasarkan hasil ulangan harian siswa yaitu, jika diberikan soal seperti ini:
Suatu pagi Ibu pergi ke pasar untuk membeli buah-buahan. Ibu mengetahui
bahwa harga 1 kg buah anggur sama dengan tiga kali harga 1 kg buah
manga. Pada akhirnya, ibu memutuskan untuk membeli 1 kg buah anggur
dan 4 kg buah manga dengan total harga Rp. 105.000. jika seseorang
membeli 3 kg buah anggur dan 2 kg buah manga, berapakah harga yang
harus ia bayar?
Berikut ini adalah contoh hasil penyelesaian siswa pada soal tersebut:
5
Gambar 1. Contoh Kesalahan Siswa pada Indikator Membuat Persamaan
atau Ekspresi Matematis dari Representasi Lain yang diberikan
Gambar tersebut menunjukkan bahwa siswa salah dalam membuat persamaan atau
ekspresi matematis dari representasi lain yang diberikan. Siswa tidak dapat
membuat ekspresi matematis dari soal yang diberikan, akibatnya siswa
menuliskan angka yang salah dalam menyelesaikan soal tersebut sehingga hasil
jawaban yang diperoleh siswa salah. Kesalahan serupa juga dilakukan oleh
sebagian besar siswa kelas VII lainnya di SMP Negeri 31 Bandarlampung.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika dan observasi yang
dilakukan, didapat informasi bahwa dalam pembelajaran matematika di SMP
Negeri 31 Bandarlampung walaupun sekolah sudah menerapkan kurikulum 2013
namun pembelajaran yang berlangsung masih berpusat pada guru yang
menyebabkan siswa hanya terbiasa menerima informasi dari guru. Selain itu, soal-
soal latihan yang diberikan guru cenderung memiliki penyelesaian yang sama
dengan contoh soal. Siswa diberi kesempatan untuk mencatat, mendengarkan, dan
mengerjakan soal sesuai dengan contoh soal yang diberikan oleh guru. Guru
6
juga menambahkan bahwa pembelajaran cenderung monoton dengan metode
ceramah dan hanya sekadar memberi penugasan kepada siswa. Pembelajaran
dengan pola seperti itu memungkinkan siswa untuk selalu bergantung pada
guru karena terbiasa diberi, bukan berusaha untuk mandiri sehingga siswa tidak
terlatih dan cenderung mengalami kesulitan dalam merepresentasikan ide
matematika untuk menyelesaikan permasalahan pada soal yang diberikan.
Kemampuan representasi matematis siswa merupakan salah satu hasil belajar
siswa yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor yang dapat
memengaruhi kemampuan representasi matematis siswa adalah model
pembelajaran yang diterapkan oleh guru belum mampu mengasah kemampuan
tersebut. Pemilihan model pembelajaran secara tepat serta guru yang mampu
mengembangkan dan menerapkan model pembelajaran tersebut kepada siswa
akan meningkatkan hasil pembelajaran matematika yang sedang diselenggarakan
(Suherman, 2003: 255)
Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan
representasi matematis adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Langkah-
langkah pembelajaran inkuiri terbimbing menurut Gulo dalam Trianto (2010)
diawali dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan atau masalah untuk
diselesaikan oleh siswa. Setelah masalah diungkapkan, siswa mengembangkan
pendapatnya dengan mengemukakan suatu hipotesis yang akan diuji
kebenarannya. Langkah selanjutnya yaitu siswa mengumpulkan data-data yang
dapat diperoleh dari bahan bacaan atau dengan melakukan percobaan. Siswa
kemudian menganalisis data dan menarik kesimpulan dari apa yang telah
7
dilakukan. Untuk mempermudah dalan menyelesaikan masalah, siswa
menganalisis masalah dengan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber
kemudian siswa menginterprestasikan informasi serta ide-ide yang diperoleh
dalam simbol-simbol matematika atau gambar. Jadi, secara tidak langsung siswa
telah menggunakan kemampuan representasi matematisnya melalui
pengungkapan ide-ide matematis.
Hasil penelitian Noviyanti (2014) di SMP Dharma Karya UT kelas VIII dan
Ekawati (2017) di SMK Muhammadiyah 2 Metro pada kelas X menunjukkan
bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif ditinjau dari kemampuan
representasi matematis siswa. Dengan demikian penerapan model pembelajaran
inkuiri terbimbing diharapkan efektif dibanding model pembelajaran konvensional
terhadap kemampuan representasi matematis siswa.
Berdasarkan hasil wawancara di SMP Negeri 31 Bandarlampung, diketahui
bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing belum pernah diterapkan dalam
proses pembelajaran. Berdasarkan latar belakang, penulis tertarik melakukan
penelitian untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran inkuiri terbimbing
ditinjau dari kemampuan representasi matematis pada siswa kelas VII di SMP
Negeri 31 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2018/2019.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah model pembelajaran
inkuiri terbimbing efektif ditinjau dari kemampuan representasi matematis siswa
kelas VII SMP Negeri 31 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2018/2019?”
8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model
pembelajaran inkuiri terbimbing ditinjau dari kemampuan representasi matematis
siswa kelas VII SMP Negeri 31 Bandarlampung tahun pelajaran 2018/2019.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam
pendidikan matematika yang berkaitan dengan model pembelajaran inkuiri
terbimbing ditinjau dari kemampuan representasi matematis siswa.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi bagi
guru dalam proses belajar mengajar terkait efektivitas penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing terhadap kemampuan representasi matematis
siswa dan bagi peneliti diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan
referensi untuk penelitian lebih lanjut tentang penerapan model inkuiri
terbimbing serta kemampuan representasi matematis siswa.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Efektivitas Pembelajaran
Efektivitas berasal dari kata efektif yang berarti ada efeknya (akibatnya,
pengaruhnya, kesannya), manjur dan dapat membawa hasil serta berhasil guna
(Alwi, 2007). Permendikbud Nomor 23 Tahun 2016 menjelaskan bahwa
pembelajaran adalah proses interaksi antar siswa, antara siswa dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Efektivitas berhubungan
dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang didesain oleh guru
untuk mencapai tujuan pembelajaran (Sanjaya, 2013: 320).
Rohmawati (2015: 3) mendefinisikan efektivitas pembelajaran sebagai suatu
ukuran keberhasilan dari proses interaksi dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan pembelajaran dilihat dari aktivitas selama pembelajaran, respon dan
penguasaan konsep. Sejalan dengan itu, Rusman (Sawaludin, 2019: 43)
menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu
memberikan pengalaman baru dan membentuk kompetensi siswa, serta
mengantarkannya ke tujuan yang ingin dicapai secara optimal.
10
Depdiknas (2008: 4) menyatakan bahwa kriteria keberhasilan pembelajaran salah
satunya ialah peserta didik dapat menyelesaikan serangkaian tes, baik tes formatif,
tes sumatif, maupun tes keterampilan yang mencapai tingkat keberhasilan rata-
rata 60%. Wicaksono (2011: 1) menyatakan bahwa pembelajaran dikatakan
efektif apabila mengacu pada ketuntasan belajar yaitu apabila lebih dari 60% dari
jumlah siswa memperoleh nilai ketuntasan minimal dalam pembelajaran. Dalam
pelaksanaannya, penggunaan kriteria ketuntasan ini bergantung dari ketetapan
setiap sekolah. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) setiap sekolah berbeda-beda
karena potensi atau kemampuan hasil belajar setiap siswa berbeda di masing-
masing sekolah. SMP Negeri 31 Bandarlampung adalah sekolah yang
menggunakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) 70.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran
adalah ukuran atau tingkat keberhasilan siswa dalam menerima pelajaran
setelah melakukan aktivitas-aktivitas belajar yang berhubungan dengan tingkat
keberhasilan dari suatu proses pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Dalam penelitian ini, pembelajaran dikatakan efektif apabila kemampuan
representasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri terbimbing
lebih tinggi daripada kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional, serta persentase siswa yang memiliki kemampuan
representasi matematis yang terkategori baik pada kelas yang mengikuti model
pembelajaran ikuiri terbimbing lebih dari 60% dari jumlah siswa kelas tersebut.
Siswa memiliki kemampuan representasi matematis terkategori baik apabila
memiliki nilai posttest mencapai KKM mata pelajaran matematika yang
ditetapkan di sekolah, yaitu 70.
11
2. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Model pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang berpusat pada
siswa sehingga siswa benar-benar terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Sutrisno (2008: 76) mengungkapkan bahwa pembelajaran inkuiri berupaya
menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses
pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas
dalam memecahkan masalah. Menurut Gulo dalam Trianto (2010: 13)
pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara
sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri. Siswa ditempatkan sebagai subjek yang
belajar.
Peranan guru dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri adalah sebagai
pembimbing dan fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu
disampaikan kepada kelas untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa
siswa yang memilih masalah yang akan dipecahkan. Tugas guru selanjutnya
adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka memecahkan
masalah.
Marzono dalam Sudjarwo (2012: 215) mengungkapkan pembelajaran berbasis
inkuiri merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh guru agar kegiatan
pembelajaran lebih menyenangkan, sehingga membentuk dimensi proses belajar,
seperti sikap dan persepsi positif tentang belajar, memperoleh dan
mengintegrasikan pengetahuan, memperluas dan memperbaiki pengetahuan,
12
menggunakan pengetahuan secara bermakna dan kebiasaan berpikir
produktif. Menurut Jauhar (2011: 69-71) model pembelajaran inkuiri terbagi
menjadi tiga jenis berdasarkan besarnya intervensi guru terhadap siswa atau
besarnya bim- bingan yang diberikan oleh guru kepada siswanya. Ketiga jenis
pendekatan inkuiri tersebut adalah: 1) inkuiri terbimbing (guide inquiry
approach), 2) inkuiri bebas (free inquiry approach), dan 3) inkuiri bebas yang
dimodifikasikan (modified free inquiry approach).
Model pembelajaran inkuiri yang digunakan pada penelitian ini adalah model
pembelajaran inkuiri terbimbing. Pemilihan jenis inkuiri terbimbing ini
didasarkan pada keadaan sampel penelitian yang belum mempunyai pengalaman
belajar dengan menggunakan model tersebut. Model pembelajaran inkuiri
terbimbing lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru hingga
siswa dapat memahami konsep-konsep pembelajaran. Guru memantau aktivitas
belajar siswa sehingga tidak terjadi kesalahan dalam penemuan dan kemampuan
representasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Agung dalam Andriani (2011: 1)
bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing (guided inquiry approach)
merupakan suatu model pembelajaran inkuiri yang dalam pelaksanaannya guru
menyediakan bimbingan atau petunjuk cukup luas kepada siswa. Siswa
melakukan penemuan, sedangkan guru membimbing mereka ke arah yang tepat
atau benar. Bimbingan yang dimaksud adalah agar penemuan yang dilakukan
siswa terarah, memberi petunjuk siswa yang mengalami kesulitan untuk
menemukan suatu konsep/prinsip, dan waktu pembelajaran lebih efisien.
13
Menurut Hamalik (2001: 134), model inkuiri terbimbing adalah suatu prosedur
mengajar yang menitikberatkan studi individual, manipulasi objek-objek, dan
eksperimentasi oleh siswa sebelum membuat generalisasi sampai siswa
menyadari suatu konsep.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran dimana siswa mendapat
kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur, menganalisis hasil, dan
mengambil kesimpulan secara mandiri, sedangkan dalam menentukan topik,
pertanyaan, dan bahan penunjang disediakan oleh guru. Model pembelajaran
inkuiri terbimbing lebih menekankan kepada proses mencari dan menemukan,
dimana materi pelajaran tidak diberikan secara langsung kepada siswa.
Langkah-langkah kegiatan inquiry menurut Nurhadi (Afandi, 2013: 44)
diantaranya: merumuskan masalah, mengumpulkan data melalui observasi,
menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar, laporan, bagan, tabel,
dan karya lain, serta menyajikan hasil karya pada pembaca, teman sekelas,
audiens yang lain.
Menurut Sanjaya (2008: 199-203), dalam mengaplikasikan model pembelajaran
inkuiri dikelas, ada beberapa prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan
belajar mengajar secara umum, yaitu
1) Memberikan orientasi
Langkah orientasi adalah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran
yang responsif. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap
melaksanakan proses pembelajaran.
14
2) Merumuskan masalah
Merumuskan masalah adalah langkah membawa siswa kepada persoalan yang
mengandung teka teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang me-
nantang siswa untuk berpikir memecahkan teka teki itu.
3) Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang
dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
4) Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan
untuk menguji hipotesis yang diajukan.
5) Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan
data.
6) Merumuskan kesimpulan
Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang
diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Menurut Gulo dalam Trianto (2010: 15) langkah-langkah model pembelajaran
inkuiri terbimbing tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Tahapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
1. Mengajukan
pertanyaan
atau
permasalahan
Guru menyajikan masalah dan
membimbing siswa
mengidentifikasi masalah.
Siswa mendapat
permasalahan dan
mengidentifikasi
masalah tersebut.
15
No. Fase Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
2. Merumuskan
hipotesis
Guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk curah pendapat
dalam membuat hipotesis. Guru
membimbing siswa dalam
menentukan hipotesis yang
relevan dengan permasalahan
Siswa memberikan
pendapat dan
menentukan hipotesis
yang relevan dengan
permasalahan.
3. Mengumpul-
kan data
Guru membimbing siswa
mendapatkan informasi atau data-
data melalui percobaan maupun
telaah literatur.
Siswa melakukan
percobaan maupun
telaah literatur untuk
mendapatkan data-data
atau informasi.
4. Menganalisis
data
Guru memberi kesempatan pada
tiap kelompok untuk
menyampaikan hasil pengolahan
data yang terkumpul
Siswa mengumpulkan
dan menganalisis data
serta menyampaikan
hasil pengolahan data
yang terkumpul.
5. Membuat
kesimpulan
Guru membimbing siswa dalam
membuat kesimpulan
Siswa membuat
kesimpulan
Gulo (Trianto, 2010)
Menurut Syah (Fathurrohman, 2015: 109-110) langkah-langkah model
pembelajaran inkuiri ini dapat diuraikan sebagai berikut.
1) Stimulation (stimulasi/ pemberian rangsangan) atau orientasi.
Pada tahap ini pelajar dihadapkan pada sesuatu yang menimbulkan
kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi agar
timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Stimulasi pada tahap ini
berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat
mengembangkan dan membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan.
2) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah)
Setelah dilakukan stimulation, langkah selanjutnya adalah guru memberi
kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin
masalah yang relevan dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih
16
dan dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas pertanyaan
masalah). Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan yang mereka hadapi,
merupakan teknik yang berguna dalam membangun peserta didik agar mereka
terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
3) Data collection (pengumpulan data)
Tahap ini berfungsi untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar
tidaknya hipotesis. Dengan demikian, peserta didik diberi kesempatan untuk
mengumpulkan informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek,
wawancara dengan narasumber, melakukan uji coba sendiri, dan sebagainya.
Konsekuensi dari tahap ini adalah peserta didik belajar secara aktif untuk
menemukan sesuatu yang berhubungan dengan permasalahan yang dihadapi.
Dengan kata lain, secara tidak langsung peserta didik menghubungkan
masalah dengan pengetahuan yang dimiliki.
4) Data Processing (pengolahan data)
Pengolahan data merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah
diperoleh para peserta didik , lalu ditafsirkan, dan semuanya diolah, diacak,
diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu dihitung dengan cara tertentu
serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu. Data processing disebut
juga dengan pengkodean koding/ kategorisasi yang berfungsi sebagai
pembentukan konsep dan generalisasi. Dari generalisasi tersebut, peserta
didik akan mendapatkan pengetahuan baru tentang alternatif jawaban/
penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis.
17
5) Verification (pembuktian)
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan dengan temuan
alternatif lalu dihubungkan dengan hasil data processing. Berdasarkan hasil
pengolahan tafsiran, atau informasi yang ada, pertanyaan atau hipotesis yang
telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak
dan apakah terbukti atau tidak.
6) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)
Merupakan proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip
umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan
memperhatikan hasil verifikasi.
Berdasarkan uraian mengenai tahapan-tahapan model pembelajaran inkuiri yang
diberikan oleh beberapa ahli tersebut, tahapan model pembelajaran inkuiri
terbimbing yang digunakan dalam penelitian ini adalah (1) orientasi;
(2) merumuskan masalah; (3) merumuskan hipotesis; (4) mengumpulkan
informasi; (5) menguji hipotesis; dan (6) merumuskan kesimpulan.
3. Kemampuan Representasi Matematis
Pratiwi (2013: 6) mengungkapkan bahwa kemampuan representasi matematis
adalah kemampuan seseorang untuk menyajikan gagasan matematika yang
meliputi penerjemahan masalah atau ide-ide matematis ke dalam interprestasi
berupa gambar, persamaan matematis, maupun kata-kata. Menurut NCTM (2000:
67) bahwa representasi merupakan cara yang digunakan seseorang untuk
mengkomunikasikan jawaban atau gagasan matematis yang bersangkutan.
18
Representasi yang dimunculkan oleh siswa merupakan ungkapan-ungkapan dari
gagasan-gagasan atau ide-ide matematika yang ditampilkan siswa dalam
upayanya untuk mencari suatu solusi dari masalah yang sedang dihadapinya.
Kemampuan representasi matematis sangat penting bagi siswa dan erat kaitannya
dengan kemampuan komunikasi dan pemecahan masalah. Untuk dapat
mengkomunikasikan sesuatu, seseorang perlu representasi baik berupa
gambar, grafik, diagram, maupun bentuk representasi lainnya. Dengan
representasi, masalah yang semula terlihat sulit dan rumit dapat di lihat dengan
lebih mudah dan sederhana, sehingga masalah yang disajikan dapat dipecahkan
dengan lebih mudah (Sabirin, 2014: 33).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan representasi matematis
adalah model atau cara yang digunakan siswa dalam mengugkapkan ide-ide
matematis secara tertulis dalam bentuk visual, ekspresi matematis, maupun kata-
kata sebagai upaya dalam menyelesaikan suatu masalah matematis. Representasi
juga dapat dimaknai sebagai penggambaran, penerjemahan, pengungkapan,
penunjukan kembali, pelambangan atau pemodelan ide, gagasan, konsep
matematis yang ditampilkan siswa sebagai bentuk upaya memperoleh kejelasan
makna, menunjukkan pemahamannya, atau mencari solusi masalah.
Kemampuan representasi matematis siswa dapat diukur melalui beberapa
indikator kemampuan representasi matematis siswa. Adapun indikator
kemampuan representasi matematis menurut Mudzzakir (2006: 21) dapat dilihat
pada Tabel 2.2.
19
Tabel 2.2 Bentuk-Bentuk Indikator Representasi Matematis
Representasi Bentuk-Bentuk Indikator Representasi
visual;
diagram, tabel
atau grafik, dan
gambar
1. Menyajikan kembali data atau informasi dari
suatu representasi ke representasi diagram, grafik
atau tabel.
2. Menggunakan representasi visual untuk
menyelesaikan masalah.
3. Membuat gambar pola-pola geometri.
4. Membuat gambar bangun geometri untuk
memperjelas masalah dan memfasilitasi
penyelesaiannya.
Persamaan atau
ekspresi
matematis
1. Membuat persamaan atau ekspresi matematis
dari representasi lain yang diberikan.
2. Membuat konjektur dari suatu pola bilangan.
3. Penyelesaian masalah dari suatu ekspresi matematis.
Kata-kata atau
teks
Tertulis
1. Membuat situasi masalah berdasarkan data
atau representasi yang diberikan.
2. Menuliskan interpretasi dari suatu representasi.
3. Menyusun cerita yang sesuai dengan suatu
representasi yang disajikan.
4. Menuliskan langkah-langkah penyelesaian
masalah dengan kata-kata atau teks tertulis.
5. Menjawab pertanyaan dengan menggunakan kata-
kata atau teks tertulis.
Indikator kemampuan representasi matematis yang akan digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
a. Menyajikan kembali data atau informasi dari suatu representasi ke
representasi grafik.
b. Menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah.
c. Membuat persamaan atau ekspresi matematis dari representasi lain
yang diberikan.
d. Penyelesaian masalah dari suatu ekspresi matematis.
e. Menjawab pertanyaan dengan menggunakan kata-kata atau teks tertulis.
20
B. Definisi Operasional
Dengan memperhatikan judul penelitian ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan
agar tidak terjadi perbedaan persepsi antara peneliti dengan pembaca.
1. Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan pembelajaran
siswa untuk menerima pelajaran, yang diwujudkan dari hasil belajar. Dalam
penelitian ini, model pembelajaran inkuiri terbimbing dikatakan efektif
apabila kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti
pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi daripada kemampuan
representasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dan
persentase siswa yang memiliki kemampuan representasi matematis
terkategori baik pada kelas yang mengikuti model pembelajaran ikuiri
terbimbing lebih dari 60% dari jumlah siswa kelas tersebut. Siswa memiliki
kemampuan representasi matematis terkategori baik apabila memiliki nilai
posttest mencapai KKM mata pelajaran matematika yang ditetapkan di
sekolah, yaitu 70.
2. Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang
dalam proses pembelajarannya guru membimbing siswa untuk menemukan
sendiri suatu konsep atau pengetahuan baru. Langkah-langkah pembelajaran
inkuiri terbimbing terdiri dari (1) orientasi; (2) merumuskan masalah;
(3) merumuskan hipotesis; (4) mengumpulkan informasi; (5) menguji
hipotesis; dan (6) merumuskan kesimpulan.
3. Kemampuan representasi matematis siswa adalah kemampuan siswa dalam
mengungkapkan ide-ide matematis secara tertulis dalam bentuk visual,
ekspresi matematis, maupun kata-kata sebagai upaya dalam menyelesaikan
21
suatu masalah matematis. Indikator kemampuan representasi matematis yang
akan digunakan dalam penelitian ini yaitu:
a. Menyajikan kembali data atau informasi dari suatu representasi
ke representasi grafik.
b. Menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah.
c. Membuat persamaan atau ekspresi matematis dari representasi
lain yang diberikan.
d. Penyelesaian masalah dari suatu ekspresi matematis.
e. Membuat dan menjawab pertanyaan dengan menggunakan kata-kata atau
teks tertulis.
C. Kerangka Pikir
Penelitian ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Dalam hal
ini yang menjadi variabel bebas adalah model pembelajaran, sedangkan yang
menjadi variabel terikat adalah kemampuan representasi matematis siswa.
Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan model pembelajaran yang
dapat membuat siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa
melakukan percobaan dan guru membimbing mereka agar tetap terarah. Dalam
proses pembelajaran, guru membimbing siswa untuk dapat mempergunakan atau
mengkomunikasikan ide-ide matematikanya, konsep, dan keterampilan yang
sudah dipelajari siswa untuk mendapatkan pengetahuan.
Pembelajaran inkuiri terbimbing terdiri dari enam tahap, tahap pertama yang
dihadapi oleh siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran adalah orientasi.
22
Pada tahap ini siswa mendapat stimulus dari guru berupa masalah dalam
kehidupan sehari-hari yang akan menimbulkan kebingungan dan rasa ingin tahu
siswa. Guru dapat menyajikan masalah tersebut melalui LKPD dan merangsang
rasa ingin tahu siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mampu
membuat siswa memikirkan cara pemecahan masalah tersebut. Dalam tahap ini
memungkinkan siswa mampu untuk mengembangkan kemampuan berpikir
representasi matematis yaitu mereka dapat membuat situasi masalah berdasarkan
data representasi yang diberikan.
Tahap kedua yaitu merumuskan masalah. Pada tahap ini, guru memberikan
permasalahan pada Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang harus dicari solusi
permasalahannya oleh siswa. Siswa dihadapkan pada suatu masalah kemudian
untuk memudahkan memahami masalalah tersebut siswa akan menganalisis dan
meyajikannya ke dalam bentuk yang lain. membuat persamaan atau ekspresi
matematis dari representasi lain yang diberikan sehingga memungkinkan
kemampuan representasi matematis siswa dapat berkembang.
Tahap ketiga yaitu siswa merumuskan hipotesis masalah sesuai dengan
pengetahuan yang telah mereka miliki. Pada tahap ini, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan ide mereka sembari mencari
informasi untuk memberikan alasan terhadap hipotesis mereka. Dalam tahap ini,
siswa mengembangkan ide-ide dan mengemukakan pendapat tentang langkah-
langkah yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan.
Siswa dapat menyajikan pernyataan matematika melalui lisan, tulisan, gambar,
sketsa atau diagram serta mengajukan dugaan jawaban masalah dalam diskusi
23
kelompok, sehingga siswa dalam kelompoknya diharapkan dapat
mengembangkan pengetahuan dan kemampuan representasinya yaitu
menggunakan representasi visual untuk menyelesaikan masalah dan membuat
persamaan atau ekspresi matematis dari representasi lain yang diberikan.
Tahap keempat yaitu siswa mengumpulkan informasi, pada tahap ini guru
membimbing siswa mengumpulkan informasi atau data yang dapat diperoleh dari
melakukan percobaan atau telaah literatur, sehingga siswa mampu mengumpulkan
data semaksimal mungkin untuk penemuan solusi dari permasalahan. Dalam
kegiatan ini, siswa dapat melakukan percobaan membuat gambar menggunakan
alat tulis, kemudian menuliskan hasil percobaan dalam LKPD. Agar siswa dapat
menyelesaikan masalah yang ada dengan lebih mudah maka siswa menyatakan
masalah ke dalam bentuk persamaan matematis, kata-kata, simbol, atau gambar
yang akan ditemukan dalam kegiatan. Melalui proses pembelajaran ini, siswa
terlibat aktif dan diberikan kesempatan untuk mengemukakan ide-ide serta
pendapatnya. Kegiatan ini membuat siswa menggunakan representasi visual untuk
mengungkapkan langkah-langkah penyelesaian masalah yang mereka hadapi,
sehingga diharapkan dapat membuat kemampuan representasi siswa menjadi lebih
baik.
Tahap kelima adalah menguji hipotesis, pada tahap ini guru membimbing siswa
menganalis data dari hasil percobaan yang telah dilakukan atau telaah literatur dan
menyampaikan hasil pengolahan data yang terkumpul. Setelah siswa
menyelesaikan permasalahan yang terdapat dalam LKPD, siswa
mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Pada saat menyampaikan hasil
24
diskusi, siswa diharapkan mampu menjelaskan dengan baik menggunakan kata-
kata atau teks tertulis atau representasi visual untuk menyelesaikan masalah
sehingga mudah dipahami oleh teman-temannya. Sedangkan siswa pada
kelompok lain diharapkan terlibat aktif memberikan tanggapan dan saran kepada
kelompok yang mempresentasikan hasil diskusi. Sehingga kegiatan ini diharapkan
mampu meningkatkan kemampuan representasi matematis siswa menjadi lebih
baik.
Tahap keenam merumuskan kesimpulan, pada tahap ini siswa menuliskan
kesimpulan berdasarkan hasil percobaan dan analisis data yang telah diperoleh.
Dalam membuat kesimpulan, siswa memilih representasi yang sesuai sehingga
hasil yang dikerjakan mudah dimengerti dan diterima oleh siswa lain. Siswa
mempresentasikan penyelesaian masalah dalam bentuk kata-kata,
persamaan matematis atau gambar. Siswa lain akan memberi pendapat tentang
kesimpulan yang mereka anggap benar. Representasi yang ditampilkan oleh
siswa lain akan menjadi perbandingan sehingga siswa mengetahui
representasi mana yang lebih sesuai, baik itu berupa kata-kata, simbol, persamaan
matematika, atau gambar. Dengan membandingkan representasi dari siswa lain,
memungkinkan kemampuan representasi siswa akan berkembang.
Berdasarkan tahap-tahap tersebut, model pembelajaran inkuiri terbimbing
memungkinkan dapat mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan
representasi matematis karena kesempatan yang dipdapatkan dari tahap-tahap
inkuiri terbimbing dan tidak terjadi pada model pembelajaran konvensional.
Berbeda dengan pembelajaran inkuiri terbimbing, pembelajaran konvensional
25
lebih berpusat pada guru dan hanya membiasakan siswa mengerjakan soal dengan
arahan dari guru sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk
mengembangkan kemampuan representasinya yang mengakibatkan kemampuan
representasi matematis yang dimiliki siswa sifatnya mencontoh representasi guru.
Sehingga dengan mengikuti pembelajaran model inkuiri terbimbing diharapkan
efektif dalam mengembangkan kemampuan representasi matematis siswa
dibanding dengan pembelajaran konvensional.
D. Anggapan Dasar
Penelitian ini memiliki anggapan dasar, yaitu siswa siswa yang menjadi objek
penelitian sebelumnya memperoleh materi yang sama dan sesuai dengan
Kurikulum 2013.
E. Hipotesis Penelitian
1. Hipotesis Penelitian:
Model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif ditinjau dari kemampuan
representasi matematis siswa.
2. Hipotesis Kerja:
a. Kemampuan representasi matematis siswa setelah mengikuti model
pembelajaran inkuiri terbimbing lebih baik dari kelas yang menggunakan
pembelajaran konvensional.
b. Persentase siswa yang memiliki kemampuan representasi matematis
terkategori baik pada kelas yang mengikuti model pembelajaran ikuiri
terbimbing lebih dari 60% dari jumlah siswa kelas tersebut.
26
III. METODE PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 31 Bandarlampung. Populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 31 Bandarlampung
tahun pelajaran 2018/2019 yang terdiri dari sembilan kelas yaitu kelas VII A
hingga kelas VII I. Distribusi siswa yang mengajar matematika di kelas VII di
SMP Negeri 31 Bandarlampung disajikan pada Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Distribusi Guru Matematika dan Nilai Ujian Tengah Semester
Ganjil Siswa Kelas VII SMP Negeri 31 Bandarlampung Tahun
Pelajaran 2018/2019
No Nama Guru Kelas Rata-rata nilai UTS
1
Guru A
VII A 56,1
2 VII B 58,4
3 VII C 48,7
4
Guru B
VII D 52,3
5 VII E 52,5
6 VII F 50,2
7
Guru C
VII G 47,8
8 VII H 51,4
9 VII I 55,8
Rata-rata 52,4
Pengambilan sampel penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling,
yaitu pengambilan sampel dengan pertimbangan. Pertimbangan yang diambil
peneliti adalah kedua kelas diajar oleh guru yang sama dan memiliki nilai
UTS yang relatif sama, sehingga diharapkan memiliki pengalaman belajar dan
27
kemampuan awal representasi matematis yang relatif sama. Dengan pertimbangan
tersebut, kemudian terpilihlah dua kelas yaitu kelas VII D dan VII E sebagai
sampel. Kelas VII E sebagai kelas eksperimen yaitu kelas yang mengikuti model
pembelajaran inkuiri terbimbing dan kelas VII D sebagai kelas kontrol yaitu kelas
yang mengikuti pembelajaran konvensional.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) yang
terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebasnya adalah
model pembelajaran sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan
representasi matematis siswa.
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only control group
design, karena karakteristik sampel penelitian yang digunakan memiliki
kemampuan representasi matematis yang relatif sama. Sesuai dengan yang
dikemukakan oleh Sukardi (2016: 185) desain penelitian disajikan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelompok Variabel Terikat Posttest
Eksperimen X1 Y1
Kontrol X2 Y2
Keterangan:
X1 = pembelajaran pada kelas eksperimen (inkuiri terbimbing)
X2 = pembelajaran pada kelas komtrol (konvensional)
Y1 = kemampuan representasi matematis kelas eksperimen setelah diberikan
perlakuan
Y2 = kemampuan representasi matematis kelas kontrol setelah diberikan
perlakuan
28
C. Prosedur Penelitian
Prosedur pelaksanaan dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu:
1. Tahap Perencanaan
a. Melakukan observasi untuk melihat karakteristik yang ada.
b. Menentukan materi yang akan dibahas dalam penelitian.
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah garis dan sudut.
c. Menyusun proposal penelitian.
d. Membuat perangkat pembelajaran yaitu silabus, RPP, dan LKPD untuk
kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing, serta instrumen tes
yang mengukur kemampuan representasi matematis siswa.
e. Mengonsultasikan perangkat pembelajaran dan instrumen tes dengan
dosen pembimbing dan guru bidang studi matematika.
f. Melakukan uji coba instrumen.
Uji coba instrumen penelitian dilakukan di kelas IX C dan pengujian
validitas isi dilakukan oleh guru mitra. Data yang diperoleh dari uji coba
pada kelas IX C diolah dengan bantuan Software Microsoft Excel 2010
untuk menguji reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran butir soal.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Melakukan pembelajaran pada kelas kontrol dan eksperimen. Untuk kelas
eksperimen menggunakan model pembelajaran inkuiri terbimbing.
Sedangkan, untuk kelas kontrol menggunakan model pembelajaran
konvensional.
b. Mengadakan posttest di kelas kontrol dan kelas eksperimen.
29
3. Tahap Penutup
a. Mengolah dan menganalisis data penelitian yang diperoleh.
b. Mengambil kesimpulan
c. Menyusun laporan hasil penelitian.
D. Data dan Teknik Pengumpulan Data
Data penelitian ini berupa data kemampuan representasi matematis siswa. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Tes digunakan untuk
mengukur kemampuan representasi matematis. Tes dilakukan setelah siswa
mengikuti pembelajaran inkuiri terbimbing pada kelas eksperimen dan
pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Tes yang diberikan sesudah
pembelajaran bertujuan untuk mengukur keefektifan pembelajaran inkuiri
terbimbing ditinjau dari kemampuan representasi matematis siswa.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes kemampuan
representasi matematis siswa. Perangkat yang berupa soal uraian yang diberikan
saat posttest. Setiap soal memiliki satu atau lebih indikator kemampuan
representasi matematis. Adapun pedoman pemberian skor kemampuan
representasi matematis siswa dapat dilihat pada Lampiran B3 halaman 147.
Untuk mendapatkan data yang akurat, tes yang akan digunakan dalam penelitian
ini harus memenuhi kriteria tes yang baik yaitu tes yang valid, reliabel, memiliki
tingkat kesukaran sedang dan mudah, serta daya pembedanya tinggi.
E. Instrumen Penelitian
30
1. Validitas
Dalam penelitian ini, validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi.
Validitas isi dari tes representasi matematis ini diketahui dengan cara memban-
dingkan isi yang terkandung dalam tes representasi matematis dengan indikator
pembelajaran dan indikator representasi matematis yang telah ditentukan.
Pengujian validitas isi dalam penelitian ini dilakukan oleh guru mitra dengan
melakukan penilaian terhadap kesesuaian materi dan bahasa yang digunakan.
Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa guru mata pelajaran matematika kelas VII
SMP Negeri 31 Bandarlampung mengetahui dengan benar kurikulum serta
kemampuan bahasa siswa tingkat SMP. Tes yang dikategorikan valid adalah yang
telah dinyatakan sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang diukur.
Penilaian terhadap kesesuaian isi tes dengan kisi-kisi tes yang diukur dan bahasa
yang digunakan dalam tes dilakukan dengan menggunakan daftar checklist yang
diisi oleh guru mitra. Hasil penilaian oleh guru menunjukkan bahwa tes yang
digunakan untuk mengambil data representasi matematis siswa telah memenuhi
validitas isi. Selanjutnya, instrumen diujicobakan untuk mengetahui kriteria
reliabilitas, daya pembeda, dan tingkat kesukaran.
2. Reliabilitas
Instrumen tes yang akan digunakan pada penelitian ini adalah soal tipe uraian
Menurut Sudijono (2011: 208) untuk mencari koefisien reliabilitas (r11) soal tipe
uraian menggunakan rumus alpha, yaitu:
r11 = � ����� �1 − ∑��
��
31
Keterangan:
r11 = Koefisien reliabilitas yang dicari
n = Banyaknya butir soal
∑�i2 = Jumlah varians skor tiap soal
�i2
= Varians skor total
Koefisien reliabilitas suatu butir soal diinterpretasikan berdasarkan pendapat
Sudijono (2011: 209) seperti dalam Tabel 3.3.
Tabel 3.3. Kriteria Reliabilitas
Interval Reliabilitas ( r11) Kriteria
r11 ≥ 0,70 Reliabel
r11 < 0,70 Tidak Reliabel
Setelah dilakukan perhitungan, diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,805 yang
berarti instrumen tes yang digunakan reliabel. Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran B.5 halaman 155.
3. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat
membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan
rendah. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu nilai akan diurutkan
dari nilai tertinggi sampai nilai terendah. Kemudian diambil 27% nilai tertinggi
(disebut kelompok atas) dan 27% nilai terendah (disebut kelompok bawah).
Menurut Arifin (2012: 146) rumus yang digunakan untuk mengetahui indeks daya
pembeda adalah:
�� = �̅�� − �̅������ ����
Keterangan :
DP : indeks daya pembeda suatu butir soal
�̅�� : rata-rata skor suatu butir soal dari kelompok atas
�̅�� : rata-rata skor suatu butir soal dari kelompok bawah
Skor maks : skor maksimum suatu butir soal
32
Indeks daya pembeda butir soal yang digunakan menurut Arifin (2012: 146)
diinterpretasikan pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Interpretasi Indeks Daya Pembeda
Indeks Daya Pembeda Interpretasi
0,39 < DP ≤ 1,00 Sangat baik
0,29 < DP ≤ 0,39 Baik
0,19 < DP ≤ 0,29 Cukup
-1,00 ≤ DP ≤ 0,19 Kurang Baik
Dalam penelitian ini, klasifikasi interpretasi nilai daya pembeda yang digunakan
adalah baik dan sangat baik. Hasil perhitungan daya pembeda butir soal dapat
dilihat pada Tabel 3.5 dan perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran
B.6 halaman 158.
Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Indeks Daya Pembeda
Nomor soal Indeks Daya Pembeda Interpretasi
1a 0,48 sangat baik
1b 0,38 baik
2 0,48 sangat baik
3 0,67 sangat baik
4a 0,67 sangat baik
4b 0,57 sangat baik
4c 0,38 Baik
Berdasarkan Tabel 3.5, semua butir soal dapat digunakan untuk mengumpulkan
data representasi matematis.
4. Tingkat Kesukaran
Menurut Arifin (2012:147) tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk
menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa
33
dinyatakan dengan indeks. Indeks ini biasa dinyatakan dengan proporsi yang
besarnya antara 0,00 sampai dengan 1,00. Semakin besar indeks tingkat
kesukaran berarti soal tersebut semakin mudah.
Rumus yang digunakan untuk mengukur tingkat kesukaran soal menurut Arifin
(2012: 148) adalah: Tingkat Kesukaran = ,̅-./0 12.
Keterangan:
�̅ = rata-rata skor untuk tiap butir soal
Skor maks = skor maksimum
Interpretasi indeks tingkat kesukaran tersebut menurut Arifin (2012: 148)
dinyatakan dalam Tabel 3.6.
Tabel 3.6 Interpretasi Tingkat Kesukaran
Ideks Tingkat Kesukaran Interpretasi
0,00 ≤ TK ≤ 0,30 Sukar
0,31 ≤ TK ≤ 0,70 Sedang
0,71 ≤ TK ≤ 1,00 Mudah
Soal yang dipakai dalam penelitian ini adalah soal yang mempunyai interpretasi
tingkat kesukaran sukar, sedang, dan mudah. Hasil perhitungan tingkat kesukaran
butir soal yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3.7 dan perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran B6 halaman 158.
Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Tingkat Kesukaran
Nomor soal Indeks Daya Pembeda Interpretasi
1a 0,78 mudah
1b 0,50 sedang
2 0,70 sedang
3 0,59 sedang
4a 0,64 Sedang
34
Nomor soal Indeks Daya Pembeda Interpretasi
4b 0,54 sedang
4c 0,28 Sukar
Berdasarkan Tabel 3.7, soal posttest memiliki butir soal dengan tingkat kesukaran
yang tergolong sukar, sedang, dan mudah sehingga semua butir soal posttest bisa
digunakan untuk mengumpulkan data representasi matematis.
Setelah dilakukan analisis reliabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran butir
soal tes representasi matematis diperoleh rekapitulasi hasil analisis yang disajikan
pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes
No
Soal Validitas Reliabilitas Daya Pembeda
Tingkat
Kesukaran
1a
Valid 0,805
(Reliabel)
0,48 (sangat baik) 0,78 (Mudah)
1b 0,38 (Baik) 0,50 (Sedang)
2 0,48 (sangat baik) 0,70 (Sedang)
3 0,67 (sangat baik) 0,59 (Sedang)
4a 0,67 (sangat baik) 0,64 (Sedang)
4b 0,57 (sangat baik) 0,54 (Sedang)
4c 0,38 (Baik) 0,28 (Sukar)
Dari Tabel 3.8, instrumen tes representasi matematis pada penelitian ini telah
memenuhi kriteria reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda yang
ditentukan serta telah dinyatakan valid, sehingga instrumen tes representasi
matematis sudah layak digunakan untuk mengumpulkan data.
Analisis data bertujuan untuk menguji kebenaran suatu hipotesis. Data yang
diperoleh adalah data kuantitatif yang diperoleh dari nilai tes kemampuan
F. Teknik Analisis Data
35
representasi matematis siswa kelas eksperimen dan kontrol. Dari tes kemampuan
representasi matematis diperoleh nilai posttest pada kelas eksperimen dan kelas
kontrol sesudah mendapat perlakuan. Data tersebut dianalisis menggunakan uji
statistik untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran Inkuiri Terbimbing
ditinjau dari kemampuan representasi matematis dan siswa.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diteliti berasal
dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian
ini menggunakan uji Lilliefors dengan taraf signifikan α = 0,05. Rumusan
hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : sampel data berasal dari populasi yang berdistribusi normal
H1 : sampel data berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
Untuk menghitung nilai statistik uji Liliefors (L0) menurut Sudjana (2005: 466)
yaitu dengan mengambil nilai yang paling besar diantara nilai-nilai mutlak selisih
peluang 45678 = �56 ≤ 678 dan �5678 = 92�:2.�:2 ;<,;�,…..,;@ :2�A B ;� � atau
L0 = |45678 − �5678| dengan 67 = ,��,̅
Keterangan:
�5678 = peluang observasi saat z kurang dari atau sama dengan data ke-i
45678 = peluang yang diharapkan saat z kurang dari atau sama dengan data ke-i
Kriteria uji adalah H0 ditolak jika DE > DG29HI. Untuk hal lainnya, H0 diterima.
Dengan DG29HI diambil dari daftar tabel uji Lilliefors untuk taraf signifikan ∝ =
0,05. Hasil uji normalitas data awal kemampuan representasi matematis siswa
36
yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing dan siswa yang mengikuti
pembelajaran konvensional disajikan dalam Tabel 3.9.
Tabel 3.9. Hasil Uji Normalitas
Kelas KL KMNOPQ Keputusan Uji Kesimpulan
Inkuiri
Terbimbing 0,095 0,173
H0 diterima Berdistribusi
Normal
Konvensional 0,137 0,177
H0 diterima Berdistribusi
Normal
Berdasarkan uji normalitas pada Tabel 3.9, diketahui bahwa kedua data berasal
dari populasi yang berdistribusi normal. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat
pada Lampiran C.3 halaman 166 dan Lampiran C.4 halaman 168.
1. Uji Homogenitas
Karena kedua data berasal dari populasi yang berdistribusi normal, maka
dilakukan Uji Homogenitas. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah
data kemampuan representasi matematis kedua kelas memiliki varians yang
homogen atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:
H0 : varians data kemampuan representasi matematis siswa bersifat homogen
H1 : varians data kemampuan representasi matematis siswa tidak homogen
Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis di atas menurut Sudjana (2005:
249) adalah:
4 = R��S�T� UV�WV���R��S�T� UV��VXSY
Kriteria pengujian yang digunakan adalah tolak H0 jika 4 ≥ 4<�Z5�<��,����8 dalam
hal lainnya H0 diterima. 4<�Z5�<��,����8 diperoleh dari daftar distribusi F dengan
37
taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan masing-masing sesuai dengan
derajat kebebasan pembilang dan penyebut. Hasil perhitungan uji homogenitas
disajikan dalam Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Hasil Uji Homogenitas
Kelas Varians F [MNOPQ Keputusan
Uji Kesimpulan
Inkuiri Terbimbing 17,81 1,025 2,299 H0 diterima
Varians data
homogen Konvensional 18,26
Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 3.10, data kemampuan representasi
matematis siswa pada kelas inkuiri terbimbing dan kelas konvensional memiliki
varians yang homogen atau sama Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
Lampiran C.5 halaman 169-170.
2. Uji Hipotesis Penelitian
a. Uji Hipotesis Pertama
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas data, diperoleh hasil bahwa
data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan kedua kelompok
mempunyai varians yang sama. Oleh karena itu, pengujian hipotesis dilanjutkan
dengan melakukan uji kesamaan menggunakan statistik uji t. Dengan hipotesis uji
sebagai berikut.
H0: rata-rata kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti model
pembelajaran inkuiri terbimbing sama dengan kemampuan representasi
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional
38
H1: rata-rata kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti model
pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dari kemampuan representasi
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional
Statistik yang digunakan untuk uji ini dalam Sudjana (2005: 239) adalah sebagai
berikut.
U\7G]�A = ,̅<�,̅�^ <
@<_ <@�
dengan: �` = 5�<��8<�_5����8���<_���`
Keterangan:
�̅�= rata-rata nilai siswa pada kelas eksperimen
�̅`= rata-rata nilai siswa pada kelas kontrol
T�= banyaknya siswa kelas eksperimen
T`= banyaknya siswa kelas kontrol
��̀ = varians yang mengikuti kelas eksperimen
�`̀ = varians yang mengikuti kelas kontrol
�`= varians gabungan
Kriteria uji yang digunakan adalah terima H0 jika U\7G]�A < UG29HI dengan
UG29HI = U5��∝85�<_���`8 dan α = 0,05 sedangkan untuk harga lainnya H0 ditolak.
Harga U5��∝85�<_���`8 = 1,678 diperoleh dari daftar distribusi t. Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.6 halaman 171-173.
b. Uji Hipotesis Kedua
Untuk menguji hipotesis bahwa persentase siswa yang memiliki kemampuan
representasi matematis menggunakan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih dari
60% dari jumlah siswa maka dilakukan uji proporsi. Setelah dilakukan uji
prasyarat, diketahui bahwa data posttest kemampuan representasi matematis siswa
pada kelas inkuiri terbimbing berdistribusi normal maka untuk menguji hipotesis
39
dapat mengunakan uji-z dalam Sudjana (2005: 235). Adapun hipotesis yang
digunakan adalah :
H0 : (a�) = 0,6 (proporsi siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri terbimbing
terkategori baik tidak lebih dari 60%)
H1 : (a�) > 0,6 (proporsi siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri terbimbing
terkategori baik lebih dari 60%)
Dalam penelitian ini, intrepetasi kategori kemampuan representasi matematis
siswa ditentukan dengan menggunakan nilai posttest kemampuan representasi
matematis siswa yang mengikuti model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan SMP Negeri 31
Bandarlampung untuk siswa kelas VII pada mata pelajaran matematika adalah 70.
49
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, kemampuan representasi
matematis siswa yang mengikuti pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dari
pada kemampuan representasi matematis siswa yang mengikuti pembelajaran
konvensional, tetapi proporsi siswa terkategori baik pada kelas yang mengikuti
model pembelajaran ikuiri terbimbing tidak lebih dari 60% dari jumlah siswa
kelas tersebut. Dengan demikian, model pembelajaran inkuiri terbimbing tidak
efektif ditinjau dari kemampuan representasi matematis siswa kelas VII SMP
Negeri 31 Bandarlampung semester genap tahun pelajaran 2018/2019.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian, disarankan bagi praktisi pendidikan sebelum
dilaksanakan proses pembelajaran inkuiri terbimbing hendaknya siswa dapat
dibiasakan terlebih dahulu dalam melaksanakan pembelajaran dengan model
inkuiri terbimbing terutama pada tahap merumuskan hipotesis dan saat tahap
merumuskan hipotesis siswa dapat diberi pengertian bahwa tidak perlu berlama-
lama dalam mengerjakannya karena hipotesis merupakan jawaban sementara
yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya.
Praktisi pendidikan juga diharapkan dapat memperhatikan pengelolaan kelas serta
50
efisiensi waktu dalam setiap tahapan model pembelajaran inkuiri terbimbing agar
proses pembelajaran berjalan secara optimal.
51
DAFTAR PUSTAKA
Afandi, Ahmad. 2013. Keefektifan Pendekatan Inkuiri Terbimbing Ditinjau dari
Kemampuan Pemecahan Masalah pada Siswa SMP. Jurnal Matematika dan
Pendidikan Matematika. (Online), Vol. 2, No. 2, (https://webcache.
googleusercontent.com/search?q=cache:4IfwAP8W5EAJ:https://ejournal.un
khair.ac.id/index.php/deltapi/article/download/112/77+&cd=3&hl=en&ct=c
lnk&gl=id&client=firefox-b-ab), diakses 30 April 2019.
Alwi, H. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, Jakarta. 704 hlm.
Andriani, Nely. 2011. Efektivitas Penerapan Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
(Guided Inquiry) pada Mata Pelajaran Fisika Pokok Bahasan Cahaya di
Kelas VIII SMP Negeri 2 Muara Padang. Makalah disajikan Prosiding
Simposium Nasional Inovasi Pembelajaran dan SAINS 2011. SNIPS 2011,
Bandung.
Annajmi. 2016. Peningkatan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematik Siswa
SMP melalui Metode Penemuan Terbimbing. Journal of Mathematics
Education and Science. (Online), Jilid 2, No. 1, (https://jurnal.uisu.ac.id
/index.php/mesuisu/article/viw/110/187), diakses pada 17 Agustus 2019.
Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Kementerian Agama RI, Jakarta. 430 hlm.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Panduan Penyusunan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah. BSNP, Jakarta.
Depdiknas. 2003. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta.
________. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Isi. Depdiknas, Jakarta.
________. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 1 Tahun 2008
tentang Standar Proses Satuan Pendidikan. Depdiknas, Jakarta.
Dewi, P. 2016. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Ditinjau dari Kemampuan
Komunikasi Matematis Siswa Jurnal Pendidikan Mate-matika. (Online).
52
Vol.1 No.3 (http://jurnal.fkip.unila.ac.id/index.php/MTK/article/view/39/
261), diakses pada 3 Agustus 2019.
Ekawati, Wapung. 2017. Pengembangan LKPD Berbasis Inkuiri Terbimbing untuk
Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematis dan Self Efficacy Siswa.
(online). (http://digilib.unila.ac.id/28584/2/TESIS%20TANPA %20BAB%
20PEMBAHASAN.pdf), diakses 20 Mei 2019.
Falahudin. 2014. Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran. Jurnal Lingkar
Widyaiswara. (Online), Edisi 1, No. 4, (https://juliwi.com/published/E01
04/Paper0104_104-117.pdf), diakses 20 Juli 2019.
Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model-model Pembelajaran Inovatif Alternatif
Desain Pembelajaran yang Menyenangkan. Ar-Ruzz Media, Yogyakarta.
244 hlm.
Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara, Bandung. 242
hlm.
Jauhar, Mohammad. 2011. Implementasi PAIKEM Dari Behavioristik Sampai
Konstruktivistik Sebuah Pengembangan Pembelajaran Berbasis CTL
(Contextual Teaching & Learning). Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta. 192
hlm.
Laksana, D.N.L. 2017. Bagaimana Melakukan Penilaian Proses Pada
Pembelajaran Berbasis Inkuiri. Journal of Education Technology. Vol. 1
No. 4 (online), (https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JET/article/downl
oad/12858/8126&ved=2ahUKEwilkuOovo7kAhWY7HMBHcyQAhsQFjA
FegQIBxAB&usg=AOvVaw3sxVYxEbPgUD-kkOE7dwrc), diakses 20 Juli
2019.
Mudzzakir, H. S. 2006. Strategi Pembelajaran Think-Talk-Write untuk
Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Beragam Siswa SMP.
Tesis. Pada PPSUPI Bandung. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia
(online). (http://repository.upi.edu/531/9/S_MTK_0909022_BIBLIOGRAP
HY.pdf)
Mundia, Lawrence. 2010. Problem in Learning Mathematics: Comparison of
Brunei Junior High School Students in Classes With and Without Repeaters.
Journal of Mathematics ResearchJurnal riset matematika. , 2(3): 150-161.
(online). (https://pdfs.semanticscholar.org/e781/36879a48e b47e464964
6d936fc2d0cbac819.pdf). diakses 20 Agustus 2018.
NCTM (National Council Teacher of Mathematics). 2000. Principles and
Standards for School Mathematics. NCTM: Reston, Virginia.
Noviyanti, Mery. 2014. Model Pembelajaran Ikuiri Terbimbing Untuk
Meningkatkan Kemampuan Penalaran dan Representasi Matematis Siswa
53
SMP. (online), (http://repository.ut.ac.id/6140/1/2014_156.pdf), diakses 20
Desember 2018.
Permendikbud No. 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian Pendidikan Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah.
Pratiwi, Dwi Endah. 2013. Penerapan Pendekatan Model Eliciting Activities
(MEAs) Untuk Meningkatkan emampuan. Representasi Matematis Siswa
SMP (online), (http://repository.upi.edu/627/), diakses 20 Agustus 2018.
Rahmawati. 2016. Hasil TIMSS 2015. Makalah pada Seminar Hasil Penilaian
Pendidikan untuk Kebijakan 14 Desember 2016. (online).
(http://puspendik.kemdikbud.go.id). diakses 20 Agustus 2018.
Rohmawati, Afifatu. 2015. Efektivitas Pembelajaran. Jurnal Pendidikan Usia
Dini (online). (https://media.neliti.com/media/publications/118596-ID-efekti
vitas-pembelajaran.pdf). diakses 20 Desember 2018.
Sabirin, Muhamad. 2014. Representasi dalam Pembelajaran Matematika. Jurnal
Pendidikan Matematika IAIN Antasari Banjarmasin (online).
(https://media.neliti.com/media/publications/121557-ID-representasi-dalam-
pembelajaran-matemati.pdf), diakses 20 Agustus 2018.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran yang Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Kencana Prenada, Jakarta. 310 hlm.
Sanjaya, Wina. 2013. Kurikulum dan Pembelajaran Teori dan
Praktik Pengembangan KTSP. Kencana Prenanada, Jakarta. 379 hlm.
Sara, Rizki Winjuni. 2017. Efektivitas Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing
Ditinjau dari Kemampuan Representasi Matmatis Siswa. Jurnal Pendidikan
Matematika Unila. Vol. 5 No. 9. (Online). (http://jurnal.fkip. unila.ac.id),
diakses 25 Juni 2019.
Sawaludin. 2019. Penerapan Model Pembelajaran Kreatif Produktif Untuk
Meningkatkan Aktifitas Belajar Mahasiswa Melalui Lesson Study Di
Program Studi Pendidikan Pancasila Dan Kewarganegaraan. Inopendas
Jurnal Ilmiah Kependidikan. Vol. 2 No. 1. (online). (https://jurnal.umk.
ac.id/index.php/pendas/article/download/3443/1721), diakses 14 September
2018.
Sudijono, Anas. 2011. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT. Raja Grafindo
Persada, Jakarta. 504 hlm.
Sudjana. 2005. Metoda Statistika. PT. Tarsito Bandung, Bandung. 508 hlm.
Sudjarwo. 2012. Model-Model Pembelajaran. Universitas Lampung,
Bandarlampung. 296 hlm.
54
Suherman, Erman. dkk. 2003. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Jica, Bandung. 265 hlm.
Sukardi. 2016. Metodologi Penelitian Pendidikan. PT Bumi Aksara, Jakarta. 244
hlm.
Sutrisno, Joko. 2008. Pengaruh Metode Pembelajaran Inquiry Dalam Belajar
Sains Terhadap Motivasi Belajar Siswa. [Online] http://www.erlangga.co.id.
Diakses pada 10 Januari 2019.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif : Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan . Kencana, Jakarta. 390 hlm.
Wardhani, Sri dan Rumiati. 2011. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Matematika
SMP: Belajar dari PISA dan TIMSS. Yogyakarta: Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan.
Modul Matematika SMP Program BERMUTU (online), (http://p4tkmate
matika.org/file/bermutu%202011/smp/4.instrumen%20penilaian%20hasil%
20belajar%20matematika%20.pdf), diakses 20 Agustus 2018.
Wicaksono. 2011. Efektivitas Pembelajaran. (online), (http://agung.smkn1
pml.sch.id), diakses 9 September 2018.
Winsl∅w, C. 2017. Meria Practical Guide to Inquiry Based Mathematics
Teaching. Project MERIA. (Online), (https://meriaproject.eu/sites/default
/files/2017-10/MERIA%20Practical%20Guide%20to%20IBMT.pdf),
diakses 3 September 2019.