efektifitas pembiayaan musyarakah pada bmt al munawwarah pamulang...
TRANSCRIPT
EFEKTIFITAS PEMBIAYAAN MUSYARAKAH PADA BMT
AL MUNAWWARAH PAMULANG KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Disusun oleh:
Muhamad Ibnu Abdul Basit
NIM: 1110053000029
KONSENTRASI MANAJEMEN LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
i
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan
hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 6 April 2017
Muhamad Ibnu Abdul Basit
ii
ABSTRAK
Muhamad Ibnu Abdul Basit, 1110053000029, "Efektifitas pembiayaan Musyarakah
Pada BMT Al Munawwarah Pamulang Kota Tanggerang Selatan".
Strata 1, Program Studi Manajemen Dakwah, Konsentrasi Manajemen Lembaga Keuangan
Syariah, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2017.
Saat ini pembiayaan Musyarakah di BMT AI Munawwarah adalah sebuah produk kerjasama
yang menarkan kerja sama antra pihak mitra dan BMT dengan bentuk bagi hasil sesuai dengan
prinsip - prinsip syariah. Pembiayaan Musyarakah sendiri ada sejak BMT Al Munawarah
berdiri, yang mempunyai rumusan tujuan untuk memenuhi kebutuhan mitra - mitra BMT dan
menyediakan bentuk kerja sama bagi hasil dengan pola Syariah yang tidak ada unsur riba
didalamnya. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana rincian
perumusan tujuan pembiayaan Musyarakah pada BMT AL Munawwah dan apakah tujuan dari
perumusan pembiayaan tersebut bisa tercapai secara efektif di BMT Al Munawaarah.
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan pada BMT Al Munawwarah di Pamulang Kota
Tanggerang Selatan. Adapun tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui efektifitas pembiayaan
musyarakah mencapai rumusan tujuan yang telah dirumuskan dalam pembiayaan musyarakah
tersebut. Penelitian ini menggunakan metode analisis data deskriptif kualitatif dengan sumber
data primer dan data sekunder serta pengumpulan data menggunakan observasi, analisis
dokumentasi, dan wawancara.
Hasil dari penelitian ini bahwa Bisa dikatakan tujuan dari pembiayaan Musyarakah di BMT Al
Munawarah sudah tercapai dengan efektif melalui strategi pemasaran yang ada di BMT. Hal
tersebut dapat dibuktikan dengan keadaaan piutang pembiayaan Musyarakah, menujukan
peningkatan setiap tahunya dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014. Ini juga membuktikan
bahwa pembiayaan Musyarakah cukup diminati oleh para mitra BMT Al Munawwarah seperti
piutang Musyarakah yang mengalami peningkatan , nasabah yang selalu bertambah setiap
tahunnya, dan asset di BMT Al Munawarah sendiri yang mengalami peningkatan di setiap
tahunnya. Strategi pemasaran di BMT Al Munawwarah sendiri yaitu penyuluhan dan pelatihan
tentang produk syariah disekitar pamulang timur. Dan jejaring - jejaring usaha yang dimiliki oleh
mitra BMT Al Munawwarah.
Kata Kunci: Efektifitas, Pembiayaan Musyarakah, BMT Al Munawaarah
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan hanya kepada Allah SWT. Yang telah memberi
taufik, hidayah dan berbagai pertolongan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas akhir dalam bentuk skripsi dengan judul "EFEKTIFITAS PEMBIAYAAN
MUSYARAKAH PADA BMT AL MUNAWWARAH PAMULANG KOTA
TANGERANG SELATAN" dapat terselesaikan berkat bimbingan dari berbagai
pihak. Selawat serta sala kami haturkan kepada junjungan kita nabi besar
Muhammad SAW. Semoga kita semua dapat syafaatnya kelak dihari kiamat nanti.
Dengan selesainya skripsi ini kami menyampaikan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pihak-pihak sebagai berikut:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA., selaku dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D., selaku wakil dekan I, Ibu Dr.
Roudhonah, MA., selaku wakil dekan II, Bapak Dr. Suhaemi, MA., selaku
wakil dekan III.
2. Bapak Drs. Cecep Castrwijaya, MA., selaku ketua Jurusan Manajemen
Dakwah dan Bapak Drs. Sugiharto, MA., selaku sekertaris jurusan Manajemen
Dakwah.
3. Bapak Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, MA., selaku dosen pembimbing dalam
penelitian ini, yang bersedia meluangkan waktunya untuk berdialog
mengarahkan, mengoreksi dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
iv
4. Seluruh dosen Fakultas llmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah
menyampaikan ilmunya kepada peneliti dengan segala keterbatasan yang ada
pada diri saya sehingga sedikit banyak penulis telah memahami dinamika
pengetahuan yang ada.
5. Bapak Asep Soufian, selaku Manager Cabang Utama BMT Al Munawwarah
pamulang yang telah rela meluangkan waktunya untuk membantu proses
penelitian skripsi, sehingga penulis dapat menyelesaikannya.
6. Untuk orang tua tercinta, Ibunda Badriah dan Ayahanda Alm. Ahmad Sulthoni
yang selalu senantiasa mendoakan dan memotivasi penulis untuk terus
berkreasi dan berpacu dalam mencari ilmu. Kepada adik-adik saya Mia
Mar'atus sholihat, Rika Amalia Zahra, M. Fadly Salsabil yang menjadi sumber
kekuatan agar penulis terus mencari ilmu dan menggapai cita-cita.
7. Kepada teman-teman seperjuangan dari Fakultas Syariah Dimas, Dedat, Dicky,
Haidir, Encep, Agus, Ipul, Anjo, fitroh, dll yang selalu membantu,
menginspirasi akan pentingnya kehidupan dunia dan akhirat semoga Allah
membalas kebaikan kalian. Dan tsk lupa pula teman Manajemen Dakwah
angkatan 2010.
8. Sholehah Nurul Wahidah. InsyaAllah calon wife. Yang selalu kasih motivasi,
support, tenaga, pemikiran dan banyak lagi. Terimakasih atas semuanya.
v
Akhirnya penulis berharap, semoga karya tulis ini merupakan sebuah refleksi
studi S1 dan dapat memberikan sumbangan keilmuan, khususnya bagi penulis
dan umumnya bagi pembaca yang berminat dengan tulisan ini. Dan dengan
harapan karya tulis ini dapat dijadikan amal bagi penulis, aamiin yaa robbal
'aalamiin.
Ciputat, 6 apriI 2017
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ..................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... viii
DAFTAR BAGAN .................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN ................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah .................................... 9
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .......................................... 10
D. Tinjauan Pustaka ............................................................... 10
E. Metodologi Penelitian ........................................................ 12
F. Sistematika Penuliasan ....................................................... 14
BAB II TINJAUAN TEORTTIS TENTANG EFEKTEFITAS DAN
PEMBIAYAAN MUSYARAKAH......................................... 16
A. Pengertian Efektifitas Pembiayaan ...................................... 16
1. Pengertian Efektifitas ................; ................................. 16
2. Pengertian Pembiayaan ................................................ 18
3. Efektifitas Pembiayaan ............................................... 21
B. Pembiayaan Musyarakah ................................................... 22
1. P,engertian Musyarakah ............................................... 22
2. Landasan Hukum Musyarakah ..................................... 26
3. Jenis-jenis Musyarakah ............................................... 28
4. Manfaat Pembiayaan Musyarakah ................................ 30
5. Rukun dan Syarat Musyarakah ..................................... 31
6. Sebab Berakhimya Musyarakah ................................... 31
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG BMT
AL MUNAWWARAH33
v
A. Gambaran umum perusahaan ............................................... 33
B. Visi, Misi dan Tujuan ....................................................... 36
C. Motto dan Budaya Kerja .................................................... 37
D. Legalitas Ba^an Hukum ...................................................... 39
E. Kerjasama BMT Dengan Pihak Lain ................................... 39
F. Produk dan Layanan BMT Al Munawwarah ........................ 39
G. Anggota pendiri ................................................................. 40
BAB IV EFEKTIFITAS PEMBIAYAAN MUSYARAKAH .............. 43
A. Tujuan dan Prosedur serta strategi pemasaran pembiayaan
musyarakah di bmt al munawwarah ..................................... 43
1. Rumusan Tujuan Pembiayaan Musyarakah Di BMT Al
Munawwarah ............................................................... 43
2. Prosedur Pembiayaan Musyarakah Di BMT Al
Munawwarah ............................................................... 43
3. Strategi Pemasaran Dan Kendala Pembiayaan
Musyarakah Di BMT Al Munawwarah .......................... 47
B. Efektifitas Pemasaran Produk Pembiayaan Musyarakah di
BMT Al - munawwarah .................................................... 49
BAB V PENUTUP ........................................................................... 57
A. Kesimpulan .......................................................................... 58
B. Saran ................................................................................... 59
DAFTARPUSTAKA ............................................................................... 60
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Perkembangan BMT Al Munawwarah tahun 2015-2016 ............................. 40
Table 3.2 Anggota Pendiri BMT Al Munawwarah ...................................................... 45
Table 4.1 Kondisi Piutang Pembiayaan Musyarakah di BMT Al - Munawwarah ......... 56
Tabel 4.2 Kriteria Mitra Berdasarkan Jenis Usaha ...................................................... 59
Tabel 4.3 Karakteristik Kelancaran Pembayaran Mitra Produk Musyarakah................. 60
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Perkembangan BMT Al Munawwarah Tahun 2012-2016 ............................. 39
Gambar 4.2 Jumlah Mitra Pembiayaan Musyarakan Per - Tahun .................................... 58
DAFTAR BAGAN
Bagan 3.1 Struktur Organisasi…………………………………………………………… 47
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Masyarakat Indonesia telah menyadari akan pentingnya fungsi bank,
baik sebagai pengusaha maupun sebagai masyarakat biasa. Sebagai telah
diketahui, hampir setiap unsur masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari
keterlibatannya dengan bank, baik sebagai deposan atau sebagai nasabah
peminjam. Peran bank saat ini meliputi segala aspek kebutuhan hidup
masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari keterlibatannya dari bank.
Bank merupakan badan usaha yang menghimpundana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan pada masyarakat dalam bentuk
kredit atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup
masyarakat banyak. Sebagai sistem hidup yang sempurna islam
menginginkan padaumatnya agar dalam melakukan kegiatan ekonomi
harus berpedoman dengan Al-quran. Sebagaimana diketahui bahwa, riba
itu dilarang keberadaannya berdasarkan nash al-quran karena dampak
yang timbul dari pengambilan riba tersebut, begitu juga dengan bunga
bank yang di tetapkan oleh bank-bank konvensional.1
Perubahan dan perkembangan baru dalam sistem Perbankan
diindonesia telah menemukan konsep paradigma sistem. Sistem perbankan
islam telah dijadikan salah satu pilihan alternatif di Indonesia dan
sistemtersebut telah menjadi daya tarik tersendiri dikalangan bank dan
1 Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani
Press, 2001), cet. 1 h. 4
2
bisnis. Lahirnya UU No. 10 tahun 1998 tentang perbankan hasil revisi dari
UU No. 7 tahun 1998 yaitu “Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berdasarkan tujuan/kesepakatan antara pihak Bank dengan pihak yang lain
yang berkewajiban pihak yang dibiayai untuk pengembalian uang setelah
jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil (Undang-undang 10.
Tahun1998 pasal 1 ayat 2). Lahirnya undang-undang tersebut merupakan
upaya kesungguhan pemerintah dalam memperdayakan perbankan syariah
diindonesia.
Salah satu fungsi bank syariah adalah penyalur dana (financing), yang
terdiri dari empat katagori yang dibedakan berdasarkan kegunaannya,
yaitu: prinsip jual beli, sewa, bagi hasil, dan dengan akad pelengkap.
Prinsip pembiayaan dengan bagi hasil dibagi dua yaitu, pembiayaan
Musyarakah dan pembiayaan Mudharabah. Pembiayaan ini mempunyai
pengaruh terhadap perkembangan ekonomi, karena pembiayaanini
diperuntukan oleh sekror riil.
Musyarakah yaitu pembiayaan kerjasama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan
konrtibusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dan risiko di
tanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.2
Prinsip syariah adalah aturan atau perjanjian berdasarkan hukum
islam antara bank dengan pihak lain, untuk menyimpan dana dan
2Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (PT. RajaGrafindo
Persada,2006) cet. 3 hal 102
3
pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya. Berdasarkan yang ada
pada bank syariah itu, berdasarkan prinsip jual beli akan memperoleh
keuntungan (murabahah), prinsip jual beli barang berdasarkan sewa murni
tanpa pilihan (ijarah), atau adanya pemindahan kepemilikan atas barang
yang disewa oleh pihak bank dengan pihak lain (ijarah wa iqtina) (UU No.
10 tahun 1998 psl 1ayat 13).
Perbankan islam memberikan layanan bebas bunga kepada para
nasabahnya. Pembayaran dan penarikan bunga dilarang dalam semua
bentuktransaksi. Islam melarang untuk menarik dan membayar bunga
(riba). Pelarangan inilah yang membedakan sistem perbankan islam
dengan perbankan konvensional.3
Lalu berdasarkan prisip-prinsip pembiayaan diatas, maka pemerhati
berupaya memperdayakan ekonomi umat dengan mendirikan Baitul Mal
WaTamwil (BMT). BMT adalah mediator alternatif yang menghimpun
dana langsung dari masyarakat dan penyalurannya dalam bentuk bentuk
pembiayaan pada usaha bersekala kecil dan menengah.
Belakangan ini Baitul Mal wa tamwil (BMT) mulai popular
diperbincangkan oleh insan perekonomian terutama dalam perekonomian
Islam. Sejak krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia tahun 1997, BMT
telah mulai tumbuh menjadi alternatif pemulihan kondisi perekonomian di
Indonesia. Istilah-istilah itu biasanya dipakai oleh sebuah lembaga khusus
(dalam sebuah perusahaan atau instansi) yang bertugas menghimpun dan
3Mervyn K. Lewis dan Lativah M. Algaoud,Perbankan Syariah: Prinsip,Praktek, Prospek,
(Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2003), cet.1 h.
4
menyalurkan ZIS (zakat, infaq, shadaqah) dari para pegawai
ataukaryawannya.4
Searah dengan perubahan zaman, perubahan tata ekonomi dan
perdagangan, konsep baitul mal yang sederhana itu pun berubah, tidak
sebatas menerima dan menyalurkan harta tetapi juga mengelolanya secara
lebih produktif untuk memberdayakan perekonomian masyarakat.
Penerimaannya juga tidak terbatas pada zakat, infak dan shodaqoh, juga
tidak mungkin lagi dari berbagai bentuk harta yang diperoleh dari
peperangan.
Selain itu, dengan kehadiran BMT di harapkan mampu menjadi sarana
dalam menyalurkan dana untuk usaha bisnis kecil dengan mudah dan
bersih, karena didasarkan pada kemudahan dan bebas riba/bunga,
memperbaiki/meningkatkan taraf hidup masyarakat bawah.Lembaga
keuangan alternatif yang mudah diakses oleh masyarakat bawah dan bebas
riba/bunga. Lembaga untuk memberdayakan ekonomi ummat,
mengentaskan kemiskinan, meningkatkan produktivitas.5
Namun pada saat ini masih banyak keganjalan masyarakat untuk
menjalankan atau bekerjasama dengan lembaga keuangan mikro syariah
untuk membantu memberikan modal kerja dan sebagainya, karena
pemikiran mereka yang minim tentang lembaga keuangan islam ini.
Lembaga keuangan syariah ini selain dituntut untuk profesional juga
harus sesuai dengan tuntunan syariah. Tidak boleh mengelola dana yang
4http://permodalanbmt.com/bmtcenter (diakses tanggal 02/12/2016).
5http://www.khilafah1924.org/index.php?option=com_content&task=view&id=69&Itemi
d=47 (diakses tanggal 02/12/2016)
5
terkait dengan riba, gharar, maisir dan yang lainnya yang tidak sesuai
dengan syariat islam. Maka dalam operasionalnya dana sosial ini akan
selalu berhubungan dengan lembaga keuangan syariah baik perbankan
syariah, BMT, koperasi syariah, maupun lembaga investasi syariah
lainnya. Menjadi ironis jika selama ini dana sosial lembaga-lembaga ini
belum dapat di keloladengan baik, jika hal ini dapat dilaksanakan maka
dampak perekonomian syariah akan sangat besar.
Dengan mobilitas dana lembaga keuangan syariah yang semakin
besar, maka dampak perekonomian akan semakin positif yaitu
didominasisektor riil terutama UKM, stabilitas keuangan, dan stabilitas
tingkat harga.
Salah satu fungsi Bank Syariah adalah Penyaluran dana (financing)
yang terdiri dari empat katagori yang dibedakan berdasarkan
penggunaannya, yaitu pembiayaan, dengan prinsip bagi hasil, sewa, dan
dengan akad pelengkap.
Produk pembiayaan dengan prinsip bagi hasil dibagi dua bagian,
yaitu, pembiayaan murabahah dan pembiayaan Musyarakah. Pembiayaan
ini mempunyai pengaruh terhadap perkembangan perekonomian karena
pembiayaan ini bergerak pada sektor riil.
Musyarakah adalah pembiayaan kerjasama antara dua pihak atau
lebih untuk suatu usaha tertentu, dimana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana dengan keuntungan ditanggung bersama
6
sesuai dengan kesepakatan.6 Pembiayaan Musyarakah ini memiliki
keunggulan dalam kebersamaan dan keadilan, baik dalam kerugian
maupun risiko keuntungan.
Perbedaan yang mendasar antara pembiayaan Musyarakah dengan
Murabahah adalah sifat dari pembiayaan itu sendiri, pembiayaan
Musyarakah bersifat produktif sedangkan pembiayaan Murabahah bersifat
konsumtif. Pembiayaan Musyarakah yang bersifat produktif seharusnya
menjadi produk unggulan Bank Syariah, karena pembiayaan Musyarakah
ditujukan kepada sektor riil yang dapat menggerakkan roda perekonomian.
Dengan adanya sektor riil yang mendapatkan kucuran dana segar tersebut
pengusaha dapat menjalankan usahanya dengan baik sehingga akan
menyerap tenaga kerja, secara mikro memang tidak terlalu berdampak
pada perkembangan ekonomi negara, akan tetapi apabila bank syariah
lebih memprioritaskan pembiayaan Murabahah dan Musyarakah tentunya
akan menambah pendapatan dalam negeri. Dengan demikian akan
meningkatkan perkembangan perekonomian.
Sebagai lembaga atau perusahaan yang bergerak dibidang jasa
perbankan, sebagian besar dari aktiva produktif yang diberikan kepada
debitur. Risiko pembiayaan ini dikaitkan dengan debitur untuk membayar
kembali pinjamannya. Semakin besar porsi pembiayaan yang bermasalah
karena adanya keraguan atas kemampuan debitur dalam membayar
kembali pinjamannya, semakin besar pula kebutuhan biaya penyisihan
6 Bank Indonesia “Statistik perbankan Syariah” (jakarta: 2009 ) hal. 209
7
penghapusan pembiayaan dan berpengaruh pada keuntungan BMT.
Karena itu, apabila aktivitas pemberian pembiayaan tidak dikelola secara
hati-hati dapat menimbulkan pembiayaan bermasalah yang dapat
menurunkan tingkat kesehatan pendapatan BMT.
Dikeluarkannya Fatwa Bunga Bank Haram dari MUI Tahun 2003
menyebabkan banyak bank yang menjalankan prinsip syariah. Seiring
dengan hal tersebut di atas, Lembaga Keuangan Syariah yang ruang
lingkupnya mikro yaitu Baitul Mal wa Tamwil (BMT) juga semakin
menunjukkan eksistensinya. Seperti halnya bank syariah, kegiatan BMT
adalah melakukan penghimpunan (prinsip wadiah dan mudharabah) dan
penyaluran dana (prinsip bagi hasil, jual beli,dan ijarah) kepada
masyarakat.
BMT Al Munawwarah yang beralamat di komplek Masjid Al
Muhajirin Perumahan Bukit Pamulang Indah Blok A Pamulang Timur,
Kecamatan pamulang, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten adalah
salah satu lembaga alternatif yang menghimpun dana langsung dari
masyarakat dan menyalurkannya dalam bentuk pembiayaan pada usaha
kecil dan menengah yang prinsipnya secara syariah.
BMT Al Munawwarah mempunyai kegiatan yang hampir sama
dengan lembaga keuangan syariah lainnya yaitu funding dan financing
salah satu kegiatan financing adalah musyarakah.
Untuk kehati-hatian dalam proses pembiayaan musyarakah ada
prosedur-prosedur yang harus ditempuh. Prosedur pembiayaan adalah
8
gambaran sifat atau metode untuk seseorang melakukan pembiayaan,
seseorang yang ingin melakukan pembiayaan harus menempuh
pembiayaan yang sehat. Prosedur pembiayaan tersebut juga berlaku pada
Baitul Mal waTamwil (BMT), seseorang yang melakukan kegiatan
pembiayaan baik lembaga keuangan ataupun nasabah harus menempuh
prosedur yang sehat.
BMT Al Munawwarah lahir dari ide dan inisiatif beberapa jamah dan
pengurus Yayasan Al Munawarah, ICMI Orsat Pamulang serta beberapa
tokoh di lingkungan sekitar Pamulang. Bersama dengan 16 BMT baru
lainnya di wilayah Jakarta Selatan BMT Al Munawwarah disahkan
operasionalnya oleh ketua PINBUK Jakarta Selatan dan Direktur Bank
Muamalat. Status badan hokum awal BMT Al Munawwarah adalh
berbentuk KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) yang dikeluarkan oleh
PINBUK dengan izin operasi nomor 0903015/PINBUK/VIII/96 sesuai
dengan naskah kerjasama antara Bank Indonesia dengan yayasan Inkubasi
Bisnis Usaha Kecil (YINBUK) nomor: 003/MOU/PHBK/VIII/95
tertanggal 27 September 1995.7
Dalam penelitian ini, penulis berusaha membahas mengenai efektifitas
pembiayaan yang dilakukan BMT Al Munawwaroh Pamulang dalam
upaya memperluas pangsa pasar. Dengan judul:
7http://ekonomi.kabo.biz/2012/02/profil-umkmkopontren-bmt-al-munawwarah.html
(diakses tanggal 02/12/2016)
9
“EFEKTIVITAS PEMBIAYAAN MUSYARAKAH PADA BMT
AL MUNAWWARAH PAMULANG KOTA TANGERANG
SELATAN”.
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Hal-hal yang perlu dibatasi:
a. Pangsa pasar di batasi pada lingkungan BMT Al Munawwaroh
Pamulang.
b. Pembiayaan Musyarakah adalah suatu bentuk akad kerjasama
perniagaan atara beberapa pemilik modal untuk menyertakan
modalnya dalam suatu usaha, dimana masing-masing pihak
mempunyai hak untuk ikut serta dalam pelaksanaan manajemen
usaha tersebut.
c. Pembiayaan yang dibahas adalah pembiayaan simpan pinjam, yaitu
pembiayaan dasar prinsip jasa. Disalurkan untuk berbagai jenis
kebutuhan, seperti pembiayaan biaya usaha, rumah, mobil, dan lain-
lain.
2. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka
permasalahan yang akan dibahas dalam hal ini dapat dirumuskan
sebagai berikut:
a. Bagaimana perumusan tujuan pembiayaan Musyarakah pada bmt al
Munawwarah pamulang Tangerang Selatan ?
10
b. Apakah tujuan pembiayaan Musyarakah yang telah dirumuskan
dapat tercapai efektif?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui bagaimana perumusan tujuan pembiayaan
Musyarakah pada bmt al Munawwarah pamulang Tangerang
Selatan.
b. Untuk mengetahui apakah tujuan pembiayaan Musyarakah yang
telah dirumuskan dapat tercapai efektif.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi program studi konsentrasi lembaga keuangan syariah, hasil
ini dapat menambah khasanah pengetahuan, melengkapi dan
memberikan informasi yang berharga mengenai aplikasi
pemasaran Musyarakah.
b. Bagi BMT Al Munawwarah Pamulang hasil penelitian ini
diharapkan menghasilkan informasi yang dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam merumuskan kebijakan guna
mengembangkan usaha dan bisnis lembaga keuangan non syariah
serta perekomomian umat pada umumnya.
11
c. Menambah informasi bagi masyarakat tentang pembiayaan-
pembiayaan yang ada di BMT Al Munawwarah khususnya
produk Musyarakah.
D. Tinjauan Pustaka
Pembahasan mengenai strategi pemasaran merupakan hal yang
selalu menarik untuk selalu diperbincangkan karena strategi dalam
pemasaran merupakan suatu ilmu yang terus berkembang dari waktu ke
waktu. Karenanya, strategi pemasaran sselalu mewarnai beberapa judul
skripsi. Karena ilmu ini selalu berkembang dan selalu digunakan oleh
perusahaan-perusahaan sehingga usaha untuk mengkajinya pun akan
selalu diminati oleh perusahaan untuk memasarkan produk-produk yang
akan ditawarkan.
Begitu pula halnya dengan Musyarakah yang fase ini sedang dilirik
oleh masyarakat. diantara beberapa skripsi yang telah penulis amati yaitu:
1. Skripsi Sifa Fauziah, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2014
yang berjudul “Efektifitas Pembiayaan Mikro BMT Nurul Falah
Dalam Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).”
penelitian ini membahas tentang severapa besar efektifitas
pembiayaan mikro BMT Nurul Falah Dalam pemberdayaan usaha
mikro kecil dan menengah (UMKM). Adapun hasil dari penelitian
dapat disimpulkan 7 faktor paling dominan dalam menentukan
efktifitas pembiayaan mikro yaitu: meningkatkan pendapatan,
12
pemdapatan mencukupi kebutuhan, kesesuaian produk yang dijual
dengan kebutuhan masyarakat, biaya administrasi ringan, jangka
waktu pelunasan lama, tepat waktu membayar cicilan, denda
keterlambatan membayar cicilan ringan. Dan pembiayaan mikro sudah
effektif dalam memberdayakan UMKM dengan nilai efektifitas
sebesar 0,9632.
2. Anis Khaerunnisa, UIN Syarif hidayatullah Jakarta Jurusan Muamalat,
tahun 2016. Yang berjudul “Efektivitas Penyaluran Pembiayaan KPR
Syariah Bersubsidi BTN Syariah Bagi Masyarakat Berpenghasilan
Rendah.” Penelitian ini membahas tujuan untuk mengetahui prosedur
dan mekanisme penyaluran pembiayaan KPR subsidi, serta
mengetahui besarnya presentase efektivitas ppenyaluran pembiayaan
KPR subsidi pada BTN Syariah dalam menyediakan hunian yang
layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Hasil penelitian ini
menunjukan bahwa prosedur dan mekanismenya telah sesuai dengan
Standart Operasional Prosedur (SOP) dan berjalan dengan efektif.
Adapun perbedaan dengan penelitian ini adalah metode yg digunakan
adalah kuantitatif dan lembaga sebagai objek penelitiannya.
3. Rifki Fajri Sani Jurusan Perbankan Syariah Program Studi Muamalat
Fakultas Syariah Dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta Tahun 2015. Yang berjudul “Efektifitas
Pembiayaan Murabahah pada BMT Nurul Falah Sawangan Depok.”
Penelitian ini membahas tentang meenganalisa efektifitas pembiayaan
13
mudharabah yang di tinjau dari mekanisme & keberhasilan dalam
membangun ekonomi masyarakat pada salah satu lembaga BMT di
Indonesia. Metode yang digunakan adalah kualitatif, adapun pebedaan
dari penelitian ini ialah tempat lembaga menelitinya dan pembahasan
produk pembiayaannya.
Adapun kesamaan yang penulis buat dengan skripsi
sebelumnya adalah sama-sama membahas tentang efektifitas dalam
organisasi. Adapun perbedaan antara skripsi yang dibuat dengan
skripsi sebelumnya terletak pada subjek penelitian.
E. Metodologi Penelitian
1. Jenis-jenis Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti, jenis penelitian yang di
gunakan dalam penelitian ini penulis akan menggunakan jenis
penelitian analisis kualitatif yang bersikap analisis deskriptif yaitu
dengan mengumpukan, menyusun dan mendeskripsikan berbagai
dokumen, data dan infoirmasi yang aktual.8 Data-data yang telah
diperoleh akan di interprestasikan dalam bentuk pemaparan dan
analisa sehingga penulis dapat memberikan kesimpulan pada
penelitian ini.
2. Kriteria dan Sumber Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah:
8Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, (Bandung: Alvabeta, 1999), h. 209
14
a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari
sumber atau hasil penelitian lapangan. untuk memperoleh data
primer ini, penulis secara langsung mengadakan wawancara dengan
pihak BMT Al Munawwarah Pamulang terkait dengan
permasalahan yang dibahas.
b. Data sekunder, yaitu data yanngditerima melalui studi dokumentasi
(Library research) yang ada hubungannya dengan materi skripsi
ini. Dalam penelitian ini, penulis melakukan studi kepustakaan
dengan melakukan kunjungan ke pustakaan untuk mendapatkan
data dari berbagai literatur.
3. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
yaitu teknik pengumpulan data dengan mengamati langsung
terhadap objek penelitian. Observasi juga merupakan pengamatan
dari pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang
diteliti.9 Dalam hal ini penulis mengadakan pengamatan langsung
terhadap BMT Al Munawwarah Pamulang sehingga dapat
memperoleh kelengkapan data yang akurat sesuai dengan tujuan
penelitian.
b. Wawancara
yaitu teknik pengumpulan data dalam upaya menghimpun data
yang akurat untuk keperluan melaksanakan proses pemecahan
9 Husaini Usman dan Purnomo Setiadi Akbar, Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2003), Cet ke-4, h. 54
15
masalah tertentu dengan tanya jawab secara langsung yang bebas
dan terbuka.10
Wawancara dilakukan penulis terhadap pihak-
pihak yang berwenang pada BMT Al Munawwarah Pamulang.
c. Studi dokumenter
1) Dokumentasi
data-data yang diperlukan dicari, dikumpuilkan, dibaca dan
dipelajari dari sumber-sumber berupa arsip, buku, artikel, dan
lain-lain yang berhubungan dengan BMT Al Munawwarah.
2) Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah BMT Al Munawwarah Pamulang.
3) Pedoman Penulisan
Dalam eknik penulisan skripsi ini penulis berpedoman pada
buku pedoman penulisan skrip Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah jakarta 2007.
F. Sistematika Penuliasan
Untuk mempermudah skripsi ini terdiri atas 5 bab dengan rincian sebagai
berikut:
BAB I: PENDAHULUAN
Bab Ini Merupakan Latar Belakang Masalah, Pembatasaan Dan
Perumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian. Review
Studi Terdahulu, Metodologi Penelitian Serta Sistematika
Penulisan.
10
Wardi Bahtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), Cet. Ke-1,
h. 78
16
BAB II: TINJAUAN TEORITIS TENTANG EFEKTIFITAS DAN
PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
Bab ini membahas tinjauan teoritis tentang Efektifitas yang
meliputi pengertian Efektifitas, Pendekatan Yang Digunakan
Dalam Penelitian Efektifitas. Membahas Tentang Pengertian
Musyarakah, Landasan Hukum Musyarakah, Manfaat
Pembiayaan Musyarakah, Rukun Dan Syarat Musyarakah,
Sebab Berakhirnya Musyarakah.
BAB III: GAMBARAN UMUM BMT AL MUNAWWARAH
PAMULANG
Dalam bab ini membahas gambaran umum dari sejarah
berdirinya BMT Al Munawwarah Pamulang, Visi dan Misi,
Motto dan Budaya Kerja, Legalitas Badan Hukum, Produk dan
Layanan yang ada di BMT Al Munawwarah Pamulang,
Anggota Pendiri, Serta Struktur Organisasi.
BAB IV: EFEKTIFITAS PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
Dalam bab ini membahas Perumusan Tujuan Pembiayaan
Musyarakah, Target Pembiayaan Musyarakah, Efektifitas
Pembiayaan Musyarakah di BMT Al Munawwarah, Kendala
BMT Al Munawwarah dalam Memasarkan Produk
Musayarakah untuk meningkatkat pangsa pasar pada BMT Al
Munawwarah, Serta Analisis.
BAB V: PENUTUP
17
Bab ini merupakan bab kesimpulan dan saran dari seluruh
rangkaian bab-bab sebelumnya. Dalam bab ini berisikan
kesimpulan yang dibuat berdasarkan uraian penelitian,
kemudian dilengkapi dengan saran yang mungkin bermanfaat
di masa yang akan datang.
18
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG EFEKTIFITAS DAN PEMBIAYAAN
MUSYARAKAH
A. Pengertian Efektifitas Pembiayaan
1. Pengertian Efektifitas
Efektifitas berasal dari bahasa inggris yaitu effektive yang berarti
berhasil, tepat atau manjur.11
Dalam kamus bahasa Indonesia,
efektifitas berasal dari kata efektif yang berarti mempunyai nilai efektif,
pengaruh atau akibat, biasa diartikan sebagai kegiatan yang bisa
memberikan hasil yang memuaskan.12
Sedangkan dalam kamus
manajemen keuangan dan akuntansi perbankan, efektifitas berarti
tingkat sejauh mana tujuan atau sasaran tercapai.13
Efektifitas menurut istilah yaitu kegiatan yang dilakukan oleh suatu
organisasi agar pelaksanaan kegiatan dalam organisasi tersebut dapat
terealisasi sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan sebelumnya
sehingga mencapai hasil yang baik.14
Menurut para ahli, efektifitas mempunyai beberapa pengertian,
diantaranya menurut Richard M. Steers, efektifitas itu sebagian besar
11
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,
2003), Cet. ke-25, h. 207. 12
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2008), Edisi ke-4, h. 352. 13
Amin Widjaja Tunggal, Kamus Manajemen Keuangan dan Akuntansi Perbankan,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1997), Cet. ke-1, h. 100. 14
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Ilmu Administrasi Negara dan Manajemen,
(Jakarta: PT. Agung, 1996), Cet. ke-1, h. 15.
19
bertumpu kepada pencapaian tujuan yang layak dan optimal dari
organisasi dan dijabarkan berdasarkan aktifitas suatu organisasi untuk
memperoleh manfaat sumber daya sebanyak mungkin. Artinya, suatu
efektifitas dapat dilihat dari kualitas, kesiagaan, produktifitas, efisiensi,
penghasilan, pertumbuhan, pemanfaatan lingkungan, stabilitas
perputaran kerja dan semangat kerja.15
Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwA efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target yang sudah ditentukan dan telah dicapai oleh manajemen, yang
dapat dilihat salah satunya dari penghasilan atau pertumbuhan.
Efektifitas juga dijelaskan dalam firman Allah SWT surat al-Isra‟ ayat
26 sebagai berikut:
س جبزيشا ل جبز بيو اىس اب سني اى آت را اىقشبى حق
Artinya: “Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat
akan haknya, kepada orang miskin dan orang yang dalam
perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu)
secara boros.” (Q. S. al-Isra‟: 26)16
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan
kepada kaum muslimin agar menunaikan hak kepada warga yang dekat,
orang-orang miskin dan orang yang dalam perjalanan. Perintah tersebut
15
Richard M. Steers, Efektivitas Organisasi, (Jakarta: Erlangga, 1995), Cet. ke-2, h. 53. 16
Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahannya 30 Juz, (Jakarta: Yayasan
Penyelenggara Penterjemah, 1971), h. 284.
20
menandakan bahwa pemberian itu berdasarkan kepada tujuan dan hal
yang lebih jelas. Hal tersebut sesuai dengan pengertian efektifitas yang
telah dijelaskan sebelumnya.
2. Pendekatan Terhadaap Efektifitas
Pendekatan terhadap efektifitas dilakukan dengan bagian yang
berbeda, dimana perusahaan mendapatkan input berupa berbagai macam
sumber dari lingkungannya. Kegiatan dan proses internal yang terjadi
dalam perusahaan mengubah input menjadi output atau program yang
kemudian dilemparkan kembali kepada lingkungan nya. Pendekatan
efektifitas terdiri dari:17
a. Pendekatan Sasaran
Pendekatan ini mengatur sajauh mana suatu perusahaan berhasil
merealisasikan saasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran
dalam pengukuran efektifitas dimulai dengnan identifikasi sasaran
organisasi dan menukur tingkat keberhasilan organisasi dalam
mencapai sasaran tersebut. Sasarang yang perlu diperhatikan dalam
pengukuran efektifitas ini adalah sasaran yang realistis untuk
memberikan hasil maksimal berdasarkan sasaran resmi dengan
memperhatikan permasalahan yang ditimbulkan, dan memusatkan
perhatian terhadap aspek output, yaitu dengnan mengukur
keberhasilan program dalam mencapai tingkat output. Pendekatan
17
http://noebangetz.blogspot.com/2009/07/definisi-atau-pengertian-efektivitas.html.
diakses tanggal 25 april 2017.
21
sasaran dapat direalisasikan apabila organisasi mampu melakukan
pendekatan kepada warga binaan social dapat berfungsi social.
b. Pendekatan Sumber
Pendekatan sumber dapat mengnukur efektifitas melalui
keberhasilan suatu perusahaan dalam mendapat berbagai macam
sumber yang dibutuhkan. Suatu perusahaan dalam mendapatkan
berbagai macam sumber yang dibutuhkan. Suatu organisasi harus
dapat memperolah berbagai macam sumber dan juga memelihara
keadaan dan system agar dapat menjadi efektif. Pendekatan ini
berdasarkan pada teori mengenai keterbukaan system suatu organisasi
terhadap lingkungannya, dimana dari lingkungan diperoleh sumber-
sumber yang merupakan input lembaga tersebut dan output yang
dihasilkan juga dilemparkannya pada lingkungannya. Sementara itu
sumber-sumber yang terdapat pada lingkungan sering kali bersifat
langka dan bernilai tinggi. Pendekatan sumber dalam organisasi dapat
diukur dari seberapa jauh hubungan antara warga binaan social
dengan lingkungan sekitarnya.
c. Pendekatan Proses
Pendekatan proses menganggap efeektifitas sebagai definisi dan
kondisi kesehatan dari suatu organisasi. Pada organisasi yang efektif,
proses internal berjalan dengan lancar dimana kegiatan bagian-bagian
yang ada berjalan secara terkoordinasi. Pendekatan inni tidak
22
memperhatikan lingkungan melainkan memusatkan perhatian
terhadap kegiatan yang dilakukan terhadap berbagai sumber yang
dimiliki organisasi, yang menggambarkan tingkat efesiensi serta
kesehatan organisasi. Tujuan dari pada pendekatan proses yang
dilakukan secara organisasi adalah bagaimana organisasi mampu
menggunakan semua program secara terkoordinir dengan baik kepada
warga binaan.
B. Pengertian Pembiayaan
Secara ekonomi pembiayaan dapat diartikan sebagai pemindahan
daya beli dari satu tangan ke tangan lain atau penciptaan daya beli.18
Pada
bank, pembiayaan merupakan produk pada sisi aktiva.19
Pengertian pembiayaan menurut Undang-undang Perbankan No.10
tahun 1998 pasal 1 tentang Pembiayaan Berdasarkan Prinsip Syariah
adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank
dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau
bagi hasil.20
18
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management, (Jakarta:
PT. RajaGrafindo Persada, 2008), Edisi ke-1, Cet. ke-1, h. 2. 19
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), Edisi
ke-2, Cet. ke-2, h. 16. 20
Zubairi Hasan, Undang-undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam dan
Hukum Nasional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 30.
23
Istilah pembiayaan pada intinya berarti „saya percaya‟ atau „saya
menaruh kepercayaan‟. Perkataan pembiayaan yang artinya
kepercayaan (trust), berarti lembaga pembiayaan selaku shahibul mal
menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk melaksanakan amanah yang
diberikan. 21
Dana tersebut harus digunakan dengan benar, adil, dan harus
disertai dengan ikatan dan syarat-syarat yang jelas, dan saling
menguntungkan bagi kedua belah pihak, sebagaimana firman Allah SWT
dalam al-Quran surat al-Maidah: 1 sebagai berikut:
ا يحيى عيين إل عا ة ال ي ب فا باىعقد أحيث ىن ا أ آ ا اىزي يا أي
ا يشيذ يحن للا إ حش ح أ يذ حيي اىص غيش
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu.
Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan
kepadamu (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu
ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah
menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” (Q.
S. al- Maidah: 1)22
Perbedaan pokok antara perbankan syariah dengan konvensional
dalam prinsip utama pembiayaan adalah adanya larangan riba (bunga)
dalam bentuk transaksi, menjalankan bisnis dan aktivitas perdagangan
yang berbasis kepada memperoleh keuntungan yang sah secara syariah,
21
Rivai dan Andria Permata Veithzal, op. cit., h. 3. 22
Departemen Agama, op. cit., h. 156.
24
serta memberikan zakat.23
Perbankan Islam didasarkan atas prinsip
shirakah (mitra usaha) yang telah diakui diseluruh dunia yang artinya
seluruh sistem perbankan dimana pemegang saham, depositor, investor
dan peminjam akan berperan serta atas dasar mitra usaha.24
Pada dasarnya terdapat dua fungsi yang saling berkaitan
dari pembiayaan (tujuan pembiayaan), pertama yaitu profitability,
merupakan tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan berupa
keuntungan yang diraih dari bagi hasil yang diperoleh dari usaha yang
dikelola bersama nasabah. Oleh karena itu, bank hanya akan menyalurkan
pembiayaan kepada usaha- usaha nasabah yang diyakini mampu dan mau
mengembalikan pembiayaan yang telah diterimanya. Kemudian yang
kedua yaitu safety, merupakan keamanan dari prestasi atau fasilitas yang
diberikan harus benar-benar terjamin.
sehingga tujuan profitability dapat benar-benar tercapai tanpa
hambatan yang berarti. Oleh karena itu, dengan keamanan ini
dimaksudkan agar prestasi yang diberikan dalam bentuk modal, barang
atau jasa itu benar-benar terjamin pengembaliannya sehingga keuntungan
yang diharapkan dapat menjadi kenyataan.25
Sebagian besar lembaga pembiayaan masih mengandalkan
sumber pendapatan utamanya dari operasi pembiayaan. Pengelolaan
23
Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, (Jakarta:
Kencana, 2010), Edisi ke-1, Cet. ke-3, h. 295. 24
Muhammad Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana
Bhakti Wakaf, 1993), h. 167. 25
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, op. cit., h. 6
25
terhadap pembiayaan akan sangat berpengaruh terhadap sebagian besar
pendapatan, yang selanjutnya dapat mempengaruhi tingkat profitabilitas
bank. Jadi, untuk mendapatkan margin yang baik diperlukan pengelolaan
pembiayaan secara efektif dan efisien.26
C. Pembiayaan Musyarakah
1. Pengertian Musyarakah
Kata “syirkah” atau syarikah terambil dari kata syarikah-yasraku-
syarkan-wasyirkatan. Secara harfiah berarti persekutuan, perseroan,
perkumpulan, perserikatan dan himpunan. Dalam istilah, Syirkah adalah
suatu akad dua orang atau lebih untuk bekerjasama dan berserikat
dalam keuntungan.27
Adapun pengertian lain tentang musyarakah atau syirkah ialah suatu
perjanjian usaha antara dua atau beberapa pemilik modal untuk
menyertakan modalnya pada suatu objek, masing-masing pihak
mempunyai hak untuk ikut serta atau menggugurkan haknya dalam
manajemen proyek. Keuntungan dari hasil bersama ini dapat dibagikan
menurut proporsi penyertaan modal masing-masing maupun menurut
kesepakatan bersama. Manakala merugi kewajiaban hannya sampai
batas modal masing-masing.28
Modal yang diserahkan dalam akad
musyarakah ini dapat berupa uang, dan harta benda yang dapat dinilai
26
O. P. Simorangkir, Pengantar Keuangan Bank dan Nonbank, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2004), h. 153. 27
Syayid sabiq, Fiqih alsunnah, (Beirut : darul Fikri, 1992) , Juz 3 h. 294 28
Karnaen Perwaatmadja dan Muhammad Syafe‟I Antonio, Apa danBagaimana Bank
Islam (Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Primayasa. 1999), h. 22
26
dengan uang. Jika modal berbentuk asset harus terlebih dahulu dinilai
dengan tunai dan di sepakati oleh mitra.
Dalam sebuah musyarakah, pihak pengusaha (pelaksana)
menambahkan sebagian modalnya sendiri pada modal yang dipasok
oleh para investor, dengan begitu ia membuka diri terhadap risiko
kehilangan modal. Dalam hal ini kontribusi financial pengusaha
memerlukan perbedaan antara dua pemodalan Frofit and loss sharing
system (PLS) karena si wakil (pihak pelaksana usaha) juga turut
menanamkan modalnya, maka ia dapat mengklaim suatu presentase
laba yang lebih besar. Dalam kebanyakan aspek lainya, Musyarakah
memiliki karakteristik yang sama dengan mudharabah.29
Lembaga-lembaga keuangan Islam menerjemahkan Syirkah dengan
istilah participation financing, atau kemitraan yang memberikan modal
guna membiayai investasi. Dalam hal ini bank-bank Islam memberikan
fasilitas musyarakah kepada nasabahnya untuk berpartisipasi dalam
sebuah proyek atau suatu perusahaan. Sebagai patner bagi nasabah ,
bank mempunyai hak yang sama dengan sesama mitra usaha yang lain
untuk turut serta mengelola usaha yang di biayai. Memperoleh
keuntungan dan menanggung resiko kerugian yang telah diatur
berdasarkan profit and losssharing principle pada akad perjanjian
29
LatifarM Algoud dan Mervyn K Lewis, Perbankan Syariah : Prinsip, Praktek, prospek,
( Jakarta : Serambi, 2003), h. 68
27
sebelumnya. Atau menurut undang-undang No. 21 tahun 2008 lebih
dikenal dengan istilah bagi hasil.30
Musyarakah merupakan akad bagi hasil ketika dua atau lebih
perusahaan pemilik dan atau modal bekerja sama sebagai mitra usaha,
membiayai investasi usaha baru atau yang sudah berjalan. Mitra usaha
pemilik modal berhak ikut serta dalam manajemen perusahaan, tetapi
tidak merupakan keharusan. Para pihak dapat membagi pekerjaan
mengelola usaha sesuai kesepakatan dan mereka juga dapat meminta
gaji atau upah untuk tenaga dan keahlian yang mereka curahkan untuk
usaha tersebut, proporsi keuntungan dibagi diantara mereka menurut
kesepakatan yang ditentukan sebelumnya dalam akad sesuai dengan
proporsi modal yang disertakan, atau dapat pula berbeda dari proporsi
modal yang mereka sertakan. Sementara kerugian, apabila terjadi akan
ditanggung bersama sesuai dengan proporsi penyertaan modal masing-
masing, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam musyarakah
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan para pikah, sedangkan
kerugian ditanggung bersama sesuai dengan proporsi penyertaan modal
masing-masing pihak.31
Musyarakah pada umumnya perjanjian yang berjalan terus sepanjang
usaha yang dibiayai bersama terus beroperasi. Meskipun demikian,
perjanjian musyarakah dapat diakhiri dengan atau menutup usaha.
30
Dewan Syariah Nasiaonal MUI, Himpunan Fatwa Dewan Syariah,(Jakarta : BMI,
2000), cet ke-1, h. 53 31
Muhammad Syafi‟I Antonio, Bank Syariah dari teori ke praktik,(Jakarta:Gema Insani ,
2011)hlm. 90
28
Apabila usaha ditutup dan dilikuidasi, maka masing-masing mitra usaha
mendapat hasil likuidasi aset sesuai nisbah penyertaannya. Apabila
usaha terus berjalan, maka mitra usaha yang ingin mengakhiri
perjanjian dapat menjual sahamnya ke mitra usaha yang lain dengan
harga yang disepakati bersama.32
Musyarakah yang dipahami dalam perbankan syariah
merupakansebuah mekanisme kerjasama (akumulasi antara pekerjaan
dan modal) yang memberi manfaat bagi masyarakat luas dalam
produksi barang maupun pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat.
Kontrak masyarakat dapat digunakan dalam berbagai macam lapangan
usaha yang indikasinya bermuara pada keuntungan.33
Prinsip musyarakah dijalankan berdasarkan partisipasi antara pihak
bank dengan pencari biaya untuk diberikan dalam bentuk proyek usaha,
dan partisipasi ini di jalankan berdasarkan sistem bagi hasil baik dalam
keuntungan maupun kerugian. Syarat-syarat yang berkenaan dengan
kontrak musyarakah berdasarkan kesepakatan yang telah dibicarakan
antara kedua belah pihak (Bank dan partner) umumnya pihak bank
memberikan modal dan manajemen usahanya kepada partner, Al-
Musyarakah boleh dilakukan antara individu. Individu dengan lembaga,
dan antara lembaga berbadan hukum.34
32
Arcarya,Akad & Poduk Bank Syariah (Jakarta : PT Raja GrafindoPersada, 2007) 33
Karnaen Perwaatdja dan Muhammad Syafi‟i Antoni, Apa danBagaimana Bank Islam,
(Yogyakarta :Versia Grafika, 1992) hal. 23 34
M. Amin Aziz, Mengembangkan Bank Islam Di Indonesia, (Jakarta:Bangkit, 1990)
29
2. Landasan Hukum Musyarakah
Dalil-dalil yang menunjukan bolehnya akad musyarakah terdapat
dalam Al-qur‟an, Hadist. Ijma‟. Ayat-ayat al-qur‟an Ijma‟ yang
menyatakan tentang musyarakah adalah (QS. As-Shod ayat 24):
ظ ا قييو اىحات يا اىص ع ا آ بعض إل اىزي قاه ىقذ ظي
خش سامعا ك بسؤاه عجحل ا فحا فاسحغفش سب د أ دا
اىخيطاء ىي مثيشا إ أاب إىى عاج عيى بغي بعض
Artinya : “Daud berkata : sesungguhnya dia telah berbuat
zalim kepadamu dengan meminta kambingmu itu untuk
ditambahkan kepada kambingnya dan sesungguhnya
kebanyakan dari orang-orang yang berserikat itu sebagian
mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan
amal sedikitlah mereka ini”. Dan Daud mengetahui bahwa
kami mengujinya maka ia meminta ampun kepada tuhannya
lalu menyunkur sujud dan bertaubat.” ( As-Shod ayat 24).35
Dan Qs. Al-Maidah ayat 1 yaitu:
ا إل عا ة ال ي ب فا باىعقد أحيث ىن ا أ آ ا اىزي يا أي
ا يشيذ يحن للا إ حش ح أ يذ حيي اىص غيش يحيى عيين
35
Q.S. As- Shod Ayat 24
30
Artinya: Hai orang-orang yang beriman penuhilah akad-
akad itu Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan
dibacakan kepadamu. (Yang demikian itu) dengan tidak
menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji.
Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang
dikehendaki-Nya. (Qs. Al-Maidah:1).36
Dari ayat diatas menunjukan pengakuan Allah SWT akan adanya
perserikatan dalam kepemilikan harta, perkongsian terjadi secara
otomatis karena warisan, terjadi atas dasar akad (ikhtiari).
Dan hadist yang Artinya : “Muhammad Ibnu Sulaiman Al- Misisi
menceritakan kepada kita Muhammad Ibnu al-Zibqon menceritakan
kepada kita Dari abi Hayyam al-Taimi dari orang tuanya Abu Hurairah
ra. Beliau barkata: Rasulullah saw. Bersabdah : Bahwa Allah SWT
berfirman:
احذ من اثنين اليخىن صذيقه ارا كا نت انا طرف ثالث من الجعية خالل و
نة صذيقتها وسىف يخرج بين ا ثنين منهم )سا عة أبي داود ال متقا( خيا
٧٧٣١١١
Aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satu
dari keduanya tidak menghianati temannya. Apabila dia menghianati
36
Q.S. Al- Maidah Ayat 1
31
temannya, maka akan keluar diantara mereka berdua”. (HR. Abu Daud,
Al- mutaqa 11:373).37
Hadist qudsi tersebut menunjukan kecintaan Allah SWT kepada
hamba-hambanya yang melakukan perkongsian selama saling
menjungjung tinggi amanat kebersamaan dan menjahui penghianatan.
3. Jenis-jenis Musyarakah
Al-Musyarakah terbagi menjadi dua yaitu musyarakah kepemilikan
dan musyarakah akad (kontrak). Musyarakah kepemilikan terjadi
karena warisan, wasiat atau kondisi lainnya yang menyebabkan
kepemilikan suatu aset oleh dua orang atau lebih. Dalam musyarakah
ini, kepemilikan dua orang atau lebih berbagi ke dalam sebuah aset
nyata dan berbagi pula dalam keuntungan yang dihasilkan oleh aset
tersebut. Sedangkan musyarakah akad tercipta karena kesepakatan
dimana dua orang atau lebih setuju bahwa setiap orang dari mereka
bersepakat berbagi keuntungan dan kerugian, musyarakah akad ini
terbagi menjadi 5 yaitu:38
a. Syirkah Inan
Adalah kontrak antara dua orang atau lebih, setiap pihak
memberikan satu porsi, akan tetapi porsi masing-masing pihak baik
37
Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddiq, Koleksi Hadist-hadist Hukum,(Semarang: PT
OustakaRizki Putra, 2001), Jilid 7, hal 175 38
Muhammad Syafe‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik(Jakarta: Gema Insanai
Press, 2003) h. 92-93
32
dalam dana maupun kerja atau bagi hasil tidak harus sama dan sesuai
dengan kesepakatan mereka.
b. Syirkah Wafadhah
Adalah kontrak antara dua orang atau lebih, setiap pihak
memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi
dalam kerja. Setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara
sama. Dengan demikian, syarat pertama dari musyarakah ini adalah
kesamaan dana yang diberikan, kerja, tanggung jawab dan beban
uang yang dibagi masing-masing pihak.
c. Syirkah Al-A‟mal/Abdan
Syirkah ini di bentuk oleh beberapa orang dengan modal profesi
dan keahlian masing-masing. Profesi dan keahlian ini bisa sama dan
bisa juga berbeda. Misalnya satu tukang cukur dan pihak lainnya
tukang jahit, mereka menyewa satu tempat untuk perniagaannya dan
bila mereka mendapat keuntungan dibagi menurut kesepakatan
diantara mereka.
d. Syirkah Wujuh
Adalah kotrak kerjasama dua orang atau lebih yang miliki
reputasi dan prestasi baik, serta ahli dalam bisnis. Mereka membeli
barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang
tersebut secara tunai. Mereka berbagi kedalam keuntungan dan
33
kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan
oleh tiap mitra.
e. Syirkah Al Mudharabah
Adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak
shahibul mal menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya
menjadi pengelola. Dalam semua bentuk syirkah tersebut, kecuali
syirkah mudharabah berlaku jika usaha bisnis untung maka
pembagian keuntungannya didasarkan menurut nisbah bagi hasil
yang telah disepakati oleh pihak-pihak yang berakad. Dan bila bisnis
rugi maka kerugian akan ditanggung oleh pemilik modal selama
kerugian itu bukan akibat dari kelalaian si pengelola. Seandainya
kerugian itu akibat kelalaian si pengelola, maka si pengelola harus
bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
4. Manfaat Pembiayaan Musyarakah
a. Bank akan menikmati peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat
keuntungan usaha nasabah meningkat.
b. Bank tidak berkewajiban dalam jumlah tertentu kepada nasabah
pendanaan secara tetap, tetapi disesuaika dengan pendapatan usaha
Bank, sehingga Bank tidak akan mengalami negative spead.
c. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cash flow/arus
kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah.
34
d. Bank akan selektif dan berhati-hati prodent mencari usaha yang
benar-benar halal, aman, menguntungkan. Hal ini karena keuntungan
yang riil dan benar-benar terjadi maka itulah yang dibagikan.
e. Prinsip bagi hasil dalam musyarakah ini berbeda dengan prisip
bunga tetap, dimana bank akan menagih penerimaan pembiayan
(nasabah) satu jumlah bunga tetap berapapun keuntungan yang
dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis
ekonomi.39
5. Rukun dan Syarat Musyarakah
Dalam ajaran islam untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan
rukundan syarat dari suatu akad. Para ulama dan praktisi perbankan
telah menjabarkan rukun musyarakah sebagai berikut.40
a. Bentuk (shighat) penawaran dan penerimaan (ijab qabul)
b. Pihak yang berkontrak
c. Objek kesepakatan modal dan kerja
Adapun syarat musyarakah yaitu :
a. Baik pemilik modal maupun keduanya cakap hukum
b. Modal harus tunai, dalam jumlah yang dapat dihitung/terukur
c. Porsi sebagian keuntungan disepakati bersama
6. Sebab Berakhirnya Musyarakah
39
Muhammad Syafe‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori Praktik ( Jakarta: Gema Insani
Press, 2003) h. 93 40
Tim Pengembangan perbankan Syariah. Institut Bankir Indonesia, Konsep,
Implementasi, Operasional Bank Syariah (Jakarta: Djambatab, 2003),h.181.
35
Ada beberapa hal yang menyebabkan berakhirnya suatu musyarakah.
Menurut ulama fiqh hal-hal yang dapat membatalkan atau menunjukkan
berakhirnya akad musyarakah, ada yang bersifat umum (general) dan
sebab-sebab yang bersifat khusus (spesifik). Adapun hal-hal yang
bersifat umum, yaitu:41
a. Salah satu pihak membatalkan atau mengundurkan diri, meskipun
tanpa persetujuan yang lainnya.
b. Salah satu pihak kehilangan kecakapannya bertindak hukum dalam
mengelola harta, seperti orang gila.
c. Salah satu orang meninggal dunia, tetapi jika salah satu
anggotamusyarakah lebih dari dua yang batal hannya yang
meninggal dunia saja.
d. Orang yang jatuh bangkrut akibat tidak berkuasanya lagi atas harta
yang menjadi saham musyarakah.
e. Salah satu pihak berada dibawah pengampunan. Kemudian ulam
fiqh juga mengumumkan hal-hal yang bersifat khusus yang
membuat berakhirnya akad perserikatan, jika dilihat dan
dibentuknya perserikatan yang dilakukan, sebagai berikut:42
1) Syirkah Al –Amwal, akad ini perserikatan ini dianggap halal
apabila semua atau sebagian modal perserikatan hilang, karena
objek dalam perserikatan ini adalah harta. Maka dengan
hilangnya harta berarti perserikannya juga berakhir.
41
Prof. Dr. Wahbah Zuhaili, Fiqh Islam Wa Adillatuhu, (Jakarta: Darul Fiqir, 2011) IV:814 42
Nasrun Haroen, Fiqh Muamalat, (Jakarta : PT. Radar Jaya Pratama,2000) h. 175
36
2) Syirkah Al- muwafadhah, perserikatan ini dinyatakan batal
apabila modal masing-masing pihak tidak sama kuantitasnya,
karena al- muawafadhah itu sendiri berarti persamaan, baik
dalam modal, kerja maupun dalam pembagian keuntungan dan
kerugian diantara pihak yang berserikat.
37
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG BMT AL MUNAWWARAH
A. Gambaran umum perusahaan
1. Sejarah Perusahaan
Ide dan inisiatif pendirian BMT Al Munawwarah bermula dari
keprihatinan bersama beberapa jama‟ah dan pengurus Yayasan Al
Munawwarah BPI, ICMI orsat Pamulang dan beberapa tokoh lingkkungan
sekitar pamulang terhadap kondisi pengusaha mikro-kecil yang seringkali
kesulitan mengakses permodalan guna mengembangkan usahanya
sehingga mereka mencari alternatif termudah dalam mengakses
permodalan yaitu rentenir, walaupun pada kenyataan sebenarnya ketika
mereka meminta bantuan terhadap „Dewa Penolog‟ tersebut justru itulah
awal dari keterpurukan usaha mereka.
Beberapa pertemuan tokoh digagas guna menindak lanjuti keinginan
mulia tersebut. Tidak lama berselang sejumlah calon pendiri bersedia
menyertakan dana penggerak dalam bentuk SPK (Simpanan Pokok
Khusus) sebagai modal operasional BMT. Setelah semua sepakat, maka
didirikanlah BMT Al Munawwarah dengan membentuk KSM “Kelompok
Swadaya Masyarakat” sebagai legalitas dan status hukum awal
operasionalnya.1
1 http://ekonomi.kabo.biz/2012/02/profil-umkmkopontren-bmt-al-munawwarah.html
38
Tepat pada tanggal 26 Mei 1996, BMT Al Munawwarah bersama 16
BMT baru lainnya diwilayah Jakarta Selatan diresmikan operasionalnya
oleh ketua PINBUK Jakarta Selatan H. Ali Moeis dan Direktur Bank
Muamalat H. Zainul Bahar Noor. Sejak itu BMT Al Munawwarah dan
ICMI orsat pamulang serta 39 perorangan lainnya mulai berkiprah dalam
komunitas usaha lapisan “Grass Root” yakni usaha Kecil-Mikro. Status
badan hukum BMT Al Munawwarah adalah sebagai Koperasi Serba
Usaha (KSU) sebagaimana Akta Pendirian No. 518/26/BH/Dis KUK yang
mangacu pada UU No. 25 taun 1992 tentang perkoprasian.2
BMT Al Munawwarah memiliki 4 kantor, terdiri dari 1 kantor pusat di
pamulang timur komplek bukit pamulang indah dan 3 kantor cabang yaitu
depok, ruko pamulang timur, dan BSD. Kantor pusat berlokasi di
Pamulang Timur. Setelah 19 tahun berdiri, BMT Al Munawwarah
mengalami berbagai perkembangan. Pada tahun 2011 aset BMT Al
Munawwarah sebesar 10.22 milyar rupiah dan meningkat di tahun 2012
sebesar 14.27 milyar rupiah, bahkan di tahun selanjutnya sampai tahun
2015 mencapai 21.19 milyar rupiah.3 Melihat gambaran perihal
perkembangan aset dapat dilihat pada table 3.1.
2 http://ekonomi.kabo.biz/2012/02/profil-umkmkopontren-bmt-al-munawwarah.html
3 Observasi tanggal 10 januari 2017 Di BMT Al Munawwarah pamulang timur.
39
Gambar 3.1
Perkembangan BMT Al Munawwarah Tahun 2012-2016
10,22
14,27
17,31
20,85 21,19
0
5
10
15
20
25
2012 2013 2014 2015 2016
TO
TA
L A
SE
T (
MIL
YA
R R
UP
IAH
)
Tahun
Sumber: BMT Al Munawwarah (2016)
Namun pada tahun 2016 BMT mengalami penurunan sehingga
modal yang dimiliki BMT sebesar Rp. 1 844 842 069. Selanjutnya
realisasi pembiayaan yang diberikan pada tahun 2016 lebih kecil
dibandingkan tahun 2015 yaitu sebesar Rp. 19 089 033 261. Penurunan
dari modal dan realisasi pembiayaan tersebut dikarenakan masih terdapat
nasabah atau mitra yang belum mengembalikan pembiayaan. Berbeda
dengan julah funding dan financing. Jumlah tersebut mengalami kenaikan
dari tahun 2015, masing-masing sebanyak 10 766 mitra dan 2 803 mitra.4
4 Observasi tanggal 07 februari 2017 di BMT Al Munawwarah pamulang
40
Dalam hal ini untuk melihat gambaran perkembangan BMT Al
Munawwarah tahun 2015-2016 dapat dilihat pada table 3.2.
Tabel. 3.1
Perkembangan BMT Al Munawwarah tahun 2015-2016
Keterangan Tahun 2015 Tahun 2016
Modal (Rupiah) 1 923 364 899 1 844 842 069
Realisasi Pembiayaan (rupiah) 22 414 412 973 19 089 033 261
Pengembalian Pembiayaan (Rupiah) 19 078 448 859 19 315 333 173
Jumlah Mitra funding 9 641 10 766
Jumlah Mitra Financing 2 720 2 803
Sumber: BMT Al Munawwarah (2016)
B. Visi, Misi dan Tujuan5
1. Visi
Terwujudnya BMT yang terdepan, tangguh dan profesional dalam
membangun ekonomi ummat.
2. Misi:
a. Memberikan layanan yang prima kepada seluruh anggota,
Mitra dan Masyarakat luas.
b. Mendorong anggota, Mitra dan Masyarakat luas dalam
kegiatan menabung dan investasi.
5 Observasi lansung melalui brosu dan pamlet tanggal 07 februari 2017 di BMT Al Munawwarah
pamulang
41
c. Menyadiakan permodalan dan melakukan pendampingan usaha
bagi anggota, Mitra dan Masyarkat luas.
d. Memperkuat permodalan sendiri dalam rangka memperluas
jaringan serta menambah produk dan fasilitas jasa layanan.
e. Mencapai pertumbuhan dan hasil usaha BMT yang layak serta
proporsional dan berkelanjutan turut berperan serta dalam
gerakan pengembangan ekonomi syari‟ah.
3. Tujuan
Meningkatkan kesejahteraan bersama melalui kegiatan yang
menaruh perhatian pada nilai-nilai dan kaidah-kaidah muamalah
syar‟iyyahyang memegang teguh keadilan, keterbukaan dan kehati-
hatian.
C. Motto dan Budaya Kerja6
1. Motto :
Untuk kesejahteraan bersama
2. Budaya Kerja
Budaya kerja BMT Al Munawwarah didasarkan pada keyakinan
inti yaitu keyakinan dan semangat individu-individu BMT dalam
upaya mencapai visi dan menjalankan misi BMT, sedangkan NILAI
DASAR yaitu nilai-nilai yang dimiliki oleh BMT yang menjadi
kebanggaan dan selalu dijaga untuk mengawal segala keputusan yang
telah, sedang akan diambil.
6 Observasi lansung melalui brosu dan pamlet tanggal 07 februari 2017 di BMT Al Munawwarah
pamulang
42
Adapun keyakinan inti BMT Al Munawwarah terangkum dalam
kata “ILAHI”:
a. Islah: Kami yakin bahwa keunggulan diperoleh dengan cara
perbaikan dan inovasi terus menerus.
b. Lillah: Kami yakin bahwa semua aktivitas kerja harus dilandasi
semata-mata karena Allah SWT.
c. Amanah: Kami yakin bahwa semua pekerjaan arus dilakukan
dengan penuh kejujuran, dedikasi dan tanggung jawab.
d. Hisab: Kami yakin bahwa kita harus selalu melakukan intropeksi
(Muhasabah) atas segala kekurangan dan kesalahan.
e. Ibadah: Kami yakin bahwa semua aktivitas dan kegiatan kerja yang
dlakukan akan bernilai ibadah dimata Allah SWT.
Sedangkan nilai Dasar BMT Al Munawwarah terangkum dalam
kata „MANTAP‟:
f. Manfaat: Berusaha mengkreasi produk dan layanan BMT yang
multi-manfaat untuk semua pihak.
g. Antusias: berusaha melayani semua pihak dengan antusias,
kesungguhan, dan tanggung jawab.
h. Nyaman: Berusaha membuat situasi dan kondisi kerja serta
pelayanan yang nyaman.
i. Transparan: berusaha mencitrakan BMT yang transparan,
acountable dan dapat di percaya.
43
j. Adil: berusaha adil dan seimbang dalam memperoleh dan
berbagikeuntungan financial.
k. Patuh: berusaha mematuhi dan mentaati regulasi, aturan-aturan dan
undang-undang yang berlaku untuk BMT.
D. Legalitas Badan Hukum
a. Status Hukum : Koperasi syari‟ah
b. Nomor Akta : No. 518/26/BH/Dis KUK
c. Nomor Domisili : no. 517/42-Kel.PT/2010
d. Nomor NPWP : No.02.289.745.8-411.000
e. Nomor TDP : No.30.08.2.65.00016
f. Nomor SIUP : no.503/000677-BP2T/30-08/PK/VII2010
E. Kerjasama BMT Dengan Pihak Lain
Kerjasama denga pihak lain yang dilakukan oleh BMT Al
Muanwwarah bertujuan untuk membantu kelancaran operasional BMT
dalam fungsinya sebagai lembaga keuangan mikro. Kerjasama dengan
pihak lain yang masih berlangsung sampai tahun 2016 adalah:
1. Departemen Koperasi dalam bentuk pembiayaan P3KUM
2. Inkopsyah dalam bentuk pembiayaan kerja
3. Bank Syari‟ah Mandiri dalam bentuk pembiayaan investasi
4. Bank OCBC NISP dalam bentuk layana e-channel
5. LPDB-KUKKM dalam bentuk pembiayaan modal kerja
6. Anggota KBMT perorangan dalam bentuk modal kerja
F. Produk dan Layanan BMT Al Munawwarah
44
BMT Al Munawwarah memiliki produk dan layanan sebagai berikut:7
1. Menghimpun Dana (funding)
Simpanan/Tabungan INSANI (investasi Syariah Non-Ribawi)
dengan berbagai bentuk yaitu simpanan masa depan, haji, Qurban,
Pendidikan Anak, Hari Raya, Zakat dan Infaq, Shadaqah, dan
Deposito Berjangka Mudharabah. Simpanan tabungan INSANI ini
menggunakan akad Mudharabah Mutlaqah.
2. Penyaluran Dana
Penyaluran dana terbagi menjadi sistem bagi hasil (Mudharabah
dan Musyarakah), sistem jual beli (Murabahah), sistem jasa (Ijarah
Multijasa, hiwalah, Pembiayaan Pembayaran Rekening Telepon),
sistem pinjaman (Al Qard).
3. Jasa Layanan
Kegiatan usaha BMT selain simpan-pinjam yaitu transaksi online,
meliputi, pembayaran listrik PLN, pembayaran telepon Telkom,
pembayaran air PAM-TPJ, pembayaran angsuran kredit motor FIF,
pembayaran tagihan kartu kredit Citibank, pembayaran tagihan ponsel
pascabayar, dan aksi sosial dalam rangka memenuhi Corporate Social
Responsibility (CSR).
G. Anggota Pendiri
BMT Al Munawwarah untuk pertama kalinya didirikan oleh sebanyak 42
anggota yang terdiri dari 3 lembaga dan 39 dari perorangan. Sebagian
7 Asep Soufian, Manager Cabang Utama, Wawancara, Pamulang,17 februari 2017.
45
anggota tersebut telah menyerahkan modal awal sebagai dana penggerak
BMT berupa Simpanan Pokok Sebesar antara Rp. 250.000,- s/d Rp.
1.000.000,-. Namun dengan seiring dengan berkembangnya waktu, sesuai
dengan kesepakatan dalam RAT (Rapat Anggota Tahunan), maka batas
minimal dan maksimal Simpanan Pokok Anggota (Pendiri) dirubah
menjadi Rp. 4.000.000,- sebagai batas minimal dan Rp. 15.000.000,-
sebagaibatas maksimal. Dan kesempatan menjadi anggota BMT akan tetap
dibuka dengan ketentuan jumlah setoran Simpanan Pokok Anggota yang
baru tersebut. Sampai tahun 2009, mereka yang tercatat sebagai Anggota
BMT Al Munawwarah sebanyak 51 anggota sebagai berikut :8 silahkan
lihat table 3.3.
Table 3.2
Anggota Pendiri BMT Al Munawwarah
1. Yay Al Munawwarah
(ketua)
18. Djoko Prabowo 35. P. Wisaksono
2. Bid. Pendidikan YAM
(ketua)
19. Fachril Umaya Zein 36. Ruri Sarasono
3. ICMI Orsat Pamulang
(Ketua)
20. Djumiati Yusuf 37. Anas Sudjatmiko
4. Masjid Al Muhajirin
BPI (ketua)
21. M. yusuf Rahmat 38. Budianto
5. Achyar Said Kabsaran 22. Eddy Prayitno 39. Chumaidi
6. Buchori H. Nuriman 23. Imam Hindargo
Ismoyo
40. Safrudin Rozak
7. Nadarsyah Mahdur 24. Jhonie Wibowo 41. Rustam Efendy
8 Observasi tanggal 07 februari 2017 di BMT Al Munawwarah pamulang
46
8. RA Ghazali 25. Hartono 42. Mansyur Fauzi
9. M. sugeng Hidayat 26. Diah Raharti
Harlono
43. Boedji Slamet
10. Hamid Sumintapura 27. Meinar Surawidarti
Gatot
45. Mudzakir Murad
11. M. Arif Ismail 28. Aswan Zen 46. Cinthia ChandrAa
Dewi
12. Gatot Suradji 29. Elan Dewalono 47. Samabiyanto
13. Isfarudi Soeroso 30. Sugiri Tejanegara 48. Sutanto
14. Diah Sarwati Sugeng 31. Wowo Kusworo 49. Rausin
15. KH. Bahrudin 32. Haddy
Abdurrahman
50. Widyaningrum
16. Bambang Soesilo 33. Sukamidi 51. Amin Fauzan
17. Suroyo 34. Casa Sunardi
Sumber : Data BMT Al Munawaarah (2016)
H. Struktur Organisasi
Struktur organisasi BMT Al Munawwarah terdiri dari Rapat Anggota,
dibawahnya terdapat pengurus dan Pengawas, dibawah pengurus dan
pengawas terdapat direktur, di bawah direktur terdapat Office Manager dan
Accounting, dibawah office manager dan aaccounting terdapat Kantor
Cabang, di bawah kantor cabang terdapat Kepala Marketing, dan dibawah
kepala marketing terdapat Staf. Untuk melihat gambaran tentang struktur
organisasi BMT Al Munawwarah dapat dilihat pada bagan 3.1.
47
KEPALA
MARKETING
Bagan 3.1
Bagan Struktur Orgasnisasi
Sumber: Data BMT Al Munawwarah
RAPAT ANGGOTA
PENGAWAS PENGURUS
DIREKTUR
OFFICE
MANAGER
ACCOUNTING
MANAGER
STAF
KEPALA
MARKETING
CABANG
PAM-TIM
STAF
KEPALA
MARKETING
CABANG BSD
STAF
KEPALA
MARKETING
CABANG
UTAMA
CABANG
DEPOK
STAF
48
BAB IV
EFEKTIFITAS PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
A. Rumusan Tujuan Pembiayaan Musyarakah di BMT Al Munawwarah
1. Tujuan Dan Prosedur Serta Strategi Pemasaran Pembiayaan
Musyarakah di BMT Al Munawwarah
Produk pembiayaan Musyarakah di BMT Al Munawwarah tidak
memiliki tujuan khusus, produk pembiayaan musyarakah ini ada
memang karena kebutuhan mitra BMT yang ada di sekitar daerah
pamulang timur. Kemudian BMT Al Munawwarah ingin
menghadirkan bentuk kerjasa sama yang sesuai dengan Syariat Islam
yang tidak ada unsur riba didalamnya . Dan tujuan lainnya bersifat
umum seperti lembaga keuangan syari’ah lainnya, yaitu:
a. Peningkatan ekonomi umat, artinya: masyarakat yang tidak dapat
akses secara ekonomi, dengan adanya pembiayan mereka dapat
melakukan akses ekonomi.
b. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha, artinya: untuk
pengembangan usaha membutuhkan dana tambahan. Dana
tambahan ini dapat diperoleh dari pembiayaan. Pihak surplus dana
menyalurkan kepada pihak yang minus dana.
c. Meningkatkan produktivitas dan memberi peluang bagi masyarakat
untuk meningkatkan daya produksinya.
2. Prosedur Pembiayaan Musyarakah Di BMT Al Munawwarah
a. Tahap Persiapan Pembiayaan
49
Untuk mendapatkan pembiayaan, calon nasabah
diwajibkan untuk melampirkan berkas-berkas, yaitu kartu
identitas calon nasabah (KTP) suami istri, kartu keluarga, Surat
Izin Usaha (SIU) calon nasabah, data lengkap obyek pembiayaan,
serta data jaminan.
Menurut hasi l observasi, bahwa pada tahap persiapan
pembiayaan ini, dilaksanakan dengan baik, sistematis dan adanya
permulaan hubungan komunikasi yang baik antara bank dengan
pemohon pembiayaan.
Setelah itu, bank kemudian melakukan penyelidikan
terhadap berkas pembiayaan yang telah diajukan calon nasabah.
Dalam penyelidikannya, diteliti mengenai keaslian berkas-berkas
yang telah diajukan atau dilampirkan oleh calon debitur yang
dilakukan oleh karyawan bagian pembiayaan (account officer).
Hal ini bertujuan untuk mengetahui kelengkapan berkas yang
diajukan sesuai dengan persyaratan bank.
b. Tahap Analisa Pembiayaan
Adapun yang termasuk dalam tahapan analisa
pembiayaan yaitu penilaian kelayakan pembiayaan, peninjauan
lokasi, wawancara dan tahap keputusan pembiayaan. Dalam
penilaian kelayakan pembiayaan, dilakukan penilaan dalam
beberapa hal seperti, character (karakter), capacity
50
(kapasitas/kemampuan), capital (modal), condition (kondisi), dan
collateral (jaminan).1
Pada penilaian character (karakter), dilakukan analisa sifat
oleh pihak BMT untuk mengetahui watak atau sifat nasabah
pembiayaan. Tujuannya untuk memberikan keyakinan kepada
bank bahwa sifat nasabah yang akan diberikan pembiayaan
benar-benar dapat dipercaya. Untuk memperkuat data ini, dapat
dilakukan dengan wawancara secara langsung oleh petugas bank.
Capacity (kapasitas/kemampuan), yaitu kemampuan nasabah
dalam mengembalikan pinjaman yang dihubungkan dengan
kemampuannya mengelola usaha. Hal ini dapat dilihat melalui
usaha dan laporan keuangan nasabah pada usaha sebelumnya.
Capital (modal), yaitu analisa modal yang dilakukan untuk
mengetahui seberapa besar tingkat keyakinan calon nasabah
terhadap usahanya sendiri. Condition (kondisi) merupakan
keadaan calon nasabah mengenai keadaan ekonomi yang akan
mempengaruhi perkembangan usaha calon nasabah, kondisi
usaha calon nasabah, pemasaran dari hasil usaha calon nasabah,
serta prospek usaha dimasa yang akan datang. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui kondisi perekonomian yang jika
kurang stabil, maka pemberian pembiayaan akan dibatasi atau
tidak diberikan sama sekali.
1 Observasi tanggal 10 januari 2017 Di BMT Al Munawwarah pamulang timur.
51
Sedangkan collateral (jaminan), yaitu analisa terhadap
jaminan yang diberikan calon nasabah. Hal ini bertujuan jika
suatu saat terjadi masalah, pihak bank dapat terlindungi dari
resiko kerugian. Jaminan juga hendaknya melebihi dari jumlah
pembiayaan yang diberikan.
Pada tahap setelah penilaian kelayakan pembiayaan,
selanjutnya dilakukan peninjauan lokasi. Peninjauan lokasi
penting dilakukan untuk memastikan objek pembiayaan yang
akan diberikan dan agunannya. Dilihat juga kesesuaian antara
yang ditemui dilapangan dengan yang tercantum dalam proposal
permohonan.
c. Tahap Keputusan Pembiayaan
Setelah tahap analisa pembiayaan, pihak BMT melalui pemutus
pembiayaan (dalam hal ini diwakilkan oleh Pemimpin
Cabang), akan memutuskan mengenai kelayakan permohonan
pembiayaan yang diajukan calon nasabah. Jika pembiayaan
tersebut layak untuk diberikan, maka dipersiapkan
administrasinya, yaitu akad pembiayaan yang akan ditanda
tangani, jumlah uang yang akan diterima nasabah pembiayaan,
jangka waktu pembiayaan, serta biaya-biaya yang harus dibayar.2
d. Tahap Pelaksanaan dan Administrasi Pembiayaan
2 Observasi tanggal 10 januari 2017 Di BMT Al Munawwarah pamulang timur.
52
Menurut hasil observasi, pelaksanaan dalam administrasi
pembiayaan berjalan sesuai prosedur dan sistematis. Bila ada yang
belum lengkap, maka terlebih dahulu harus dilengkapi sebelum
diproses lebih lanjut. Dari hasil wawancara kepada nasabah
pembiayaan yang sedang melaksanakan tahap administrasi,
diketahui bahwa baik dari segi pelayanan, maupun kenyamanan
antara bank dengan nasabah dapat terlaksana dengan baik. Hal
tersebut dikarenakan tahap administrasi yang tersistematis dan
akurat. Berikut data mengenai tanggapan nasabah terhadap
pelaksanaan administrasi.
Tahap selanjutnya, yaitu tahap pencairan dana yang
merupakan pencairan fasilitas pembiayaan kepada nasabah.
Sebelum melakukan proses pencairan, dilakukan pemeriksaan
kembali semua kelengkapan yang harus dipenuhi sesuai dengan
yang diterapkan dalam proposal pembiayaan. Berikut tanggapan
nasabah mengenai kemudahan pencairan pembiayaan.3
3. Strategi Pemasaran Dan Kendala Pembiayaan Musyarakah Di
BMT Al Munawwarah
Dalam strategin pemasan pembiayaan musyarakah untuk
mencapai tujuan dan target BMT melakukan beberapa strategi yang
3 Observasi tanggal 10 januari 2017 Di BMT Al Munawwarah pamulang timur.
53
bersifat sederhana dibandingkan dengan Lembaga Keuangan Syariah
Umumnya yaitu : 4
a. Melakukan Penyulahan Tentang Produk – Produk Syariah Yang Ada
di BMT Al – Munawwarah.
BMT Al-Munawwarah melakukan penyuluhan terhadap
pengusaha mikro yang ada di sekitar daerah pamulang timur. Disini
BMT Al – munawwarah melakukan penyuluhan tentang ekonomi
Syariah dan sistem pengelolaan dana secara syariah itu bagaimana.
Kemudian di dalam penyuluhan tersebut BMT Al – Munawwarah
menjelaskan tentang produk pembiayaan musyarakah secara khusus
bahwa dalam sitem Syariah Musyarakah adalah bentuk kerja sama
bagi hasil antara mitra BMT dan BMT Al – Munawwarah dengan
pola - pola Syariah dengan tidak ada unsur riba.
b. Pemasaran Jejaring Mitra Usaha BMT dari Mulut- Kemulut dan
Memberikan Ciri khas di Tempat Usaha Mitra BMT.
Dalam hal ini semua mitra BMT dengan sendirinya akan
menceritakan tentang produk pembiayaan musyarakah yang ada di
BMT Al – Munawwarah kepada jejaring usahanya seperti teman
usaha dan yang lainnya. Kemudian memberikan cirri khas di
tempat usaha mitra BMT seperti spanduk , baju, topi, dan buku
panduan yang diberikan secara cuma - cuma. Sehingga semua
4 Asep Soufian, Manager Cabang Utama, Wawancara, Pamulang,17 februari 2017.
54
konsumen dan orang yang lalu lalan disekitar tempat usaha mitra
BMT tahu bahwa usaha tersebut telah bermitra dengan BMT Al –
Munawwarah.5
Dalam pelaksanaannya pembiayaan musyrakah mempunyai
beberapa kendala yang dihadapi dimana BMT membutuhkan
strategi khusus untuk penyelesaian. Kendala yang dihadapi dalam
pelaksanaan akad pembiayaan musyarakah di BMT Al
Munawwarah beragam bentuknya, faktor yang paling sering terjadi
yang menjadi kendala berasal dari mitra BMT sendiri. Seperti usaha
bangkrut atau tidak berjalan, ada juga mitra yang sudah tidak
menjalankan usahanya lagi atau tidak bisa mengelolanya. Kendala
lainnya terjadi di luar faktor kemampuan BMT dan mitra sendiri
seperti saat terjadi bencana contohnya kebakaran, bencana alam,
perampokan atau pencurian, dan ada juga mitra yang sudah
meninggal dunia.6
Dari sekian banyak kendala tersebut BMT Al Munawwarah
juga sudah mempunya cara untuk mencegah atau mengatasi kendala
tersebut. Pertama hal yang dilakukan biasanya BMT Al
Munawwarah melakukan pendampingan secara berkala, seperti
memberikan informasi yang menunjang usaha yang dijalankan
mitra BMT Al Munawwarah. Kemudian BMT Al Munawwarah
5 Asep Soufian, Manager Cabang Utama,Wawancara,Pamulang,17 februari 2017.
6Asep Soufian, Manager Cabang Utama,Wawancara,Pamulang,17 februari 2017.
55
mengadakan pelatihan manajemen agar para mitra BMT tersebut
bisa mempunya manajemen yang baik dalam menjalani usahanya.7
Untuk kendala-kendala yang diluar kemampuan bmt al
munawwarah dan mitranya seperti bencana dan lain-lainnya,
biasanya BMT memberikan beberapa program. Seperti keringan
cicilan kembali yang lebih ringan dari pada sebelumnya. Kemudian
dari bulan november 2016 di bmt al munawwarah ada dana yang
bernama dana ta’awun, dana tersebut berfungsi untuk mengcover
dana mitra bmt yang belum di bayarkan mitra atau dalam hal ini
merupakan piutang bmt al munawwarah. Rencana lainnya melalui
pendekatan dan dialog terhadap mitra atau pengeksekusian jaminan
yang dijaminkan oleh mitra kepada bmt.8
B. Efektifitas Pemasaran Produk Pembiayaan Musyarakah di BMT Al –
munawwarah
Prinsip musyarakah pada BMT Al - Munawwarah terlaksana dalam
produk pembiayaan modal kerja dengan sistem bagi hasil. Pembiayaan modal
kerja diperuntukkan sebagai fasilitas untuk pemenuhan aktiva lancar
perusahaan. Pembiayaan modal kerja yang berprinsip musyarakah, ditujukan
kepada pembiayaan usaha yang bersifat komersil atau yang menghasilkan
keuntungan (jumlah pembiayaan diatas Rp. 3.000.000 harus disertai jaminan)
berdasarkan kontrak.
7Observasi tanggal 10 januari 2017 Di BMT Al Munawwarah pamulang timur.
8Asep Soufian, Manager Cabang Utama,Wawancara,Pamulang,17 februari 2017.
56
Pembiayaan atas dasar kontrak maksudnya yaitu pembiayaan yang
diberikan kepada pengusaha (rekanan/mitra) dalam rangka memenuhi
kebutuhan pembiayaan atas proyek yang didapatnya. Adapun jenis
musyarakah yang digunakan dalam pembiayaan musyarakah yaitu
musyarakah permanen. Untuk mengetahui tingkat efektifitas strategi
pemasaran di BMT diperlukan suatu penilaian terhadap jumlah pembiayaan
Musyarakah yang telah disalurkan oleh BMT. Melalui operasional BMT di
dapat data jumlah penyaluran pembiayaan Musyarakah setiap tahunnya yang
dilakukan BMT Al - Munawwarah. Berikut tabel jumlah piutang
pembiayaan Musyarakah dari tahun 2011 hingga tahun 2016.9
Table 4.01
Kondisi Piutang Pembiayaan Musyarakah Di BMT Al -
Munawwarah
Tahun Piutang Musyarakah
2012 2,695,577856
2013 2,574,540,367
2014 3,450, 138,438
2015 4,785,334,806
2016 4,341,396,682
Sumber : Hasil observasi
Dari table 4.1 diatas, diketahui bahwa setiap tahun untuk keutungan
piutang musyarakah mengalami kenaikan yang cukup sigifikan. Ditahun 2012
9 Observasi tanggal 17 Februari 2017 Di BMT Al Munawwarah pamulang timur.
57
total piutang pembiayaan musyarakah sebesar 2,574,540,367. Kemudian
ditahun 2013 mengalami kenaikan mejadi 3,450,138,438, disini dapat kita
lihat ada kenaikan sebesar 875,598,071. Pada tahun 2014 sendiri piutang
pembiayaan Musyarakah mengalami kenaikan sebesar 1,335,196,368 dari
tahun 2013 yang hanya mencapai 3,450,138,438, ditahun 2014 sendiri telah
mencapai sebesar 4,785,334,806. Jika kita lihat antara tahun 2012 sampai
2014 mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Ini dibuktikan dari kenaikan
jumlah piutang ditahun 2012 – 2013 selisih kenaikan jumlah piutang
Musyarakah sebesar 875,598,071 dan di tahun 2013 – 2014 selisih jumlah
piutang mengalami peningkatan sebesar 1,335,196,368.
Pada tahun 2016 sendiri jumlah piutang pembiayaan Musyarakah
mengalami penurunan dengan jumlah piutang sebesar 4,341,396,682. Tapi
jika dilihat dari jumlah piutang yang didapatkan ditahun 2015 penurunan yang
terjadi tidak terlalu banyak selisih hanya sebesar (-443,938,124). Jika
dibandingkan dengan kenaikan jumlah piutang Musyarakah pada tahun 2012
sampai dengan tahun 2015 penurunan yang terjadi di tahun 2016 tidak terlalu
besar.
a. Jumlah Mitra Musyarakah Di BMT Al Munawwarah
Dalam penelitian ini jumlah data mitra bmt al munawwarah di lihat
dari data pertahun yaitu dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2016.
Jumlah peningkatan atau penurunan dapat kita lihat dalam table 4.01
dibawah ini.
58
Grafik 4.01
Jumlah Mitra Pembiayaan Musyarakan Per – Tahun
Pada tabel 4.02 disitu kita dapat melihat jumlah mintra BMT Al
Munawwarah dari tahun ke tahun ata8u lebih tepatnya dari tahun 2012 sampai
dengan tahun 2015. Jika kita perhatikan disetiap tahunya jumlah mitra di BMT Al
Munawwarah bertambah atau mengalami peningkatan. Pertama ditahun 2012
jumlah mitra yang mengajukan pinjaman sebesar 634 mitra, pada tahun 2013
mengalami peningkatan menjadi 758 mitra atau bertambah sebanyak 124 mitra
atau sekitar 19,55%. Ditahun 2014 sendiri jumlah mitra pembiayaan Musyarakah
di BMT Al Munawarah meningkat menjadi 872 mitra atau mengalami
peningkatan sebesar 15,04%. Pada tahun 2015 jumlah mitra juga mengalami
peningkatan sebesar 216 mitra atau sebesar 24,77% jadi di tahun 2015 jumlah
mitra pembiayaan musyarakah menjadi 1088 mitra. Dan terakhir di tahun 2016
kembali jumlah mitra mengalami peningkatan, walaupun tidak sebesar ditahun
2015 dan tahun – tahun sebelumnya , jumlah mitra tahun 2016 menjadi 1121
634
758
872
10681121
0
200
400
600
800
1000
1200
2012 2013 2014 2015 2016
Jumlah Mitra Musyarakah
Jumlah Mitra Musyarakah
59
mitra disini mengalami penambahan sebesar 33 mitra atau mengalami
peningkatan sebesar 3,03%.
b. Kriteria Mitra Berdasarkan Jenis Usaha
Dalam pembiayaan Musyarakah mitra dibagi menjadi dua jenis bidang
usaha, yaitu bidang usaha perdagangan dan bisang usaha jasa. Karena tidah
semua mitra BMT begerak dalam satu bidang. Untuk lebih jelasnya kita dapat
lihat pada table 4.02 dibawah ini.
Tabel 4.02
Kriteria Mitra Berdasarkan Jenis Usaha
JENIS
USAHA
JUMLAH
UMKM
JUMLAH DALAM
PERSEN
Perdagangan 818 73%
Jasa 303 27%
Jumlah 1121 100%
Pada table 4.02 dapat kita lihat mitra yang bergerak dalam bidang
usaha perdagangan sebesar 818 mitra. Sedangkan yang bergerak dalam bidang
usaha jasa sebesar 303 mitra, dari jumlah keseluruhan sebesar 1121 mitra
pembiayaan Musyarakah yang ada di BMT Al Munawwarah yang diambil
dari data terakhir di tahun 2016. Dari table diatas kita dapat melihat bahwa
60
mitra yang bergerak dalam usaha perdagangan sebesar 73% lebih banyak dari
mitra yang bergerak dalam bidang usaha jasa sebesar 27%.10
Adapun jenis usaha perdagangan terdiri dari warung kelontong, toko
mainan anak-anak, warung makan, warung sembako, sayuran, aksesoris
motor, jual beli barang bekas, toko akuarium, toko gas elpiji serta gallon air
mineral. Sedangkan jenis usaha jasa terdiri dari penjahit, service elektronik,
service sofa, rental mobil, warnet, bengkel, dan jasa pembuatan furniture
rumah tangga.11
c. Karakteristrik Mitra Berdasarkan Kelancaran Pembayaran
Dari jumlah seluruh mitra pembiayaan Musyarakah di BMT Al
Munawwarah. Dalam pelaksanaan pembayarannya ada mitra yang melakukan
pembayaran secara lancar dan ada pula mitra yang melakukan pembiayaan
tidak lancar, untuk jumlah dan pressentase nya dapat dilihat dalam table 4.03.
Tabel 4.03
Karakteristik Kelancaran Pembayaran Mitra Produk Musyarakah
Jenis usaha lancar Dalam
persen
Tidak lancar Dalam
persen
Jumlah
mitra
Perdagangan 589 77% 233 65% 818
Jasa 173 23% 126 35% 303
Jumlah 762 100% 359 100% 1121
Sumber: BMT Al Munawwarah (2016)
10
Observasi tanggal 22 Februari 2017 Di BMT Al Munawwarah pamulang timur. 11
Asep Soufian, Manager Cabang Utama,Wawancara,Pamulang,17 februari 2017.
61
Berdasarkan tabel 4.03 dalam jenis usaha perdagangan ada 589 mitra
yang melakukan pembayaran secara lancar dan dalam jenis usaha jasa ada 173
mitra. Untuk mitra yang melakukan pembayaran secara lancar Sebagian besar
memiliki jenis usaha perdagangan sebasar 77% dan sisanya memiliki usaha
dalam bidang jasa yaitu sebesar 23%.
Kemudian untuk mitra yang melakukan pembayaran tidak lancar ada
233 mitra dalam jenis usaha perdagangan dan ada 126 mitra dalam jenis usaha
jasa yangn melakukan pembayaran tidak lancar. Untuk mitra yang melakukan
pembayaran tidak lancar paling banyak dalam kategori mitra jenis usaha
perdagangan sebesar 65% sedangkan kategori jenis usaha jasa sebesar
35%.12
Jika kita lihat dari beberapa data yang telah dipaparkan diatas seperti
jumlah piutang pembiayaan musyarakah, jumlah mita pembiyaan musyarakah,
dan karateristik kelancaran pembayaran dapat kita lihat bahwa strageti yang
dilakukan oleh BMT Al Munawwarah sudah cukup maksimal untuk mencapai
tujuan yang ditargetkan. Kemudian dapat kita ambil kesimpulan apa yang
dilakukan ole BMT Al Munawwarah sudah efektif. Ada beberaa faktor dan
kriteria yang menguatkan pendapat tersebut yaitu :
a. Dilihat dari data jumlah piutang pembiayaan musyarakah dari tahun 2012
sampa tahun 2016 , disetiap tahunnya mengalami kenaikan yang cukup
signfkan walaupun di tahun 2016 mengalami penurunan tetapui penurunan
tersebut tidak terlalu besar dibandingkan kenaikan yang telah dicapa di
tahun 2012 sampai dengan tahun 2015
12
Observasi tanggal 22 Februari 2017 Di BMT Al Munawwarah pamulang timur.
62
b. Dilihat dar data jumlah mitra pembiayaan musyarakah dari tahun 2012
sampai dengan tahun 2016 selalu mengalami penambahan jumlah mitra
yang bergabung atau menggunakan produk pembiayaan musyarakah. Dan
puncaknya di tahun 2015 jumlah mitra mengalami peningkatan sebesar
216 mitra atau sebesar 24,77%. Dibandingkan dengan tahun – tahun yang
lainnya.
c. Melalui data kelancaran pembayaran yang dilakukan mitra yang di
jelaskan pada table 4.02. pembayaran mitra yang lancer lebih besar dari
pada mitra yang melakukan pembayaran yang tidak lancar, 762 mitra
berbanding dengan 359 mitra. Ini berarti penyaluran dana musyarakah di
BMT Al Munawwarah sudah dibilang tetap sasaran.
Dari beberapa pemaparan yang telah dipaparkan dan dijelaskan dari data –
data yang didapat dari hasil observasi di BMT Al Munawwara diatas, dapat
disimpulkan pembiayaan musyarakah yang telah dirumuskan oleh BMT Al
Munawwarah sudah tercapai secara efektif.
63
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis
dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Pembiayaan Musyarakah sendiri ada sejak BMT Al – Munawarah berdiri,
yang mempunyai rumusan tujuan untuk memenuhi kebutuhan mitra – mitra
BMT dan menyediakan bentuk kerja sama bagi hasil dengan pola Syariah
yang tidak ada unsur riba didalamnya. Tujuan tersebut telah tercapai dengan
bukti eksistensi BMT Al Munawwarah sampai saat ini yang masih berdiri.
Dan dalam pelaksanaan pembiayaan yang telah dilakukan BMT Al -
Munawwarah, didapat hasil bahwa jika pelaksanaan tersebut sesuai dengan
ketentuan yang telah disepakati.
2. Bisa dikatakan tujuan dari pembiayaan Musyarakah di BMT Al munawarah
sudah tercapai dengan efektif melalui strategi pemasaran yang ada di BMT.
Hal tersebut dapat dibuktikan dengan keadaaan piutang pembiayaan
Musyarakah, menujukan peningkatan setiap tahunya dari tahun 2012 sampai
dengan tahun 2014. Ini juga membuktikan bahwa pembiayaan Musyarakah
cukup diminati oleh para mitra BMT Al – Munawwarah. Strategi pemasaran
di BMT Al - Munawwarah sendiri yaitu penyuluhan dan pelatihan tentang
produk syariah disekitar pamulang timur. Dan jejaring – jejaring usaha yang
dimiliki oleh mitra BMT Al – Munawwarah.
64
B. Saran
Setelah penulis meneliti, menganalisa, dan mengambil kesimpulan dari
penelitian tersebut, maka ada beberapa saran yang penulis sampaikan, yaitu:
1. Bagi BMT Al _ Munawwaroh, agar lebih berhati-hati terhadap unsur resiko
pembiayaan yang berdampak terhadap pendapatan BMT seperti kendala –
kendala yang dihaddapi BMT. Sehingga dengan lebih kecilnya resiko
tersebut, maka piutang yang sudah mengalami kenaikan setiap tahun bisa
dijaga serta pembayaran serta usaha yang dilakukan mitra BMT selalu
lancar sehingga dapat menambah persentase keuntungan yang didapat.
2. Untuk penyuluhan agar lebih ditingkan sehingga mitra tidak hanya pahan
nama produk syariah tetapi paham bagaimana sintem dan cara perhitungn
bagi hasilnya. Kemudian untuk pemasaran agar lebih ditingkat selalin
melalui jejaring mitra bisa juga ditingkat melalui teknologi mengingat
perkembangan teknologi sekarang cukup pesat seperti membuat web
khusus untuk BMT Al – Munawwarah, agar eksistensinya dapat terjaga
dalam perkembangan di Lembaga Keuangan Syariah sesuai prinsip syariah.
3. Kepada akademisi agar terus mengembangkan penelitian
mengenai pembiayaan sesuai prinsip syariah serta kehati-hatian terhadap
pembiayaan yang dilakukan. Hal tersebut dilakukan agar tetap terjaganya
eksistensi BMT syariah yang notabennya bergerak dalam usaha – usaha
mikro yang membatu kemasyalahatan umat serta terpenuhinya produk-
produk – produk yang sesuai dengan ketentuan Islam.
65
DAFTAR PUSTAKA
Alfiah "Efektivitas Pendampingan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah Harta Insane Karimah
Dalam Menunjang Keberhasilan Usaha Debitur". (Skripsi SI Fakultas Syariah dan
Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakata, 2010). Amin Widjaja Tunggal,
Kamus Manajemen Keuangan dan Akuntansi Perbankan, (Jakarta:
PT. Rineka Cipta, 1997), Cet. ke-1. Arcarya,Akad & Poduk Bank Syariah (Jakarta : PT Raja
GrafindoPersada, 2007) Bank Indonesia "Statistik perbankan Syariah" (Jakarta: 2009
). Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia
Pustaka Utama, 2008), Edisi ke-4. Dalam Menunjang Keberhasilan Usaha Debitur".
(Skripsi SI Fakultas Syariah dan
Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakata, 2010). Departemen Agama, Al-
Qur 'an dan Terjemahannya 30 Juz, (Jakarta: Yayasan Penyelenggara
Penterjemah, 1971). Dewan Syariah Nasiaonal MUI, Himpunan Fatwa Dewan
Syariah,(Jakarta : BMI, 2000), cet
Hukum,Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakata, 2010). Husaini Usman dan
Purnomo Setiadi Akbar, Melodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: BumiAksara, 2003),
Cet ke-4. John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT.
Gramedia, 2003), Cet. ke-25.
Karnaen Perwaatmadja dan Muhammad Syafe"I Antonio, Apa danBagaimana Bank Islam
(Yogyakarta : PT. Dana Bhakti Primayasa. 1999).
Karim, Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (PT. RajaGrafindo
Persada,2006) cet. 3.
Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), Edisi ke-2,Cet.
ke-2.
Latifar M Algoud dan Mervyn K Lewis, Perbankan Syariah : Prinsip, Praktek, prospek,
(Jakarta: Serambi, 2003).
Mervyn K. Lewis dan Lativah M. Algaoud,Perbankan Syariah: Prinsip,Praktek, Prospek,
(Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta, 2003), cet. 1.
Muhammad Syafe"i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik(Jakarta: Gema Insanai Press,
2003).
Muhammad Abdul Mannan, Teori dan Praktek Ekonomi Islam, (Yogyakarta: Dana Bhakti
Wakaf, 1993).
Muhammad, Pengantar Akuntansi Syariah, (Jakarta: Salemba Empat, 2005), Edisi ke-2.
Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Eksklusif: Ekonomi Islam, (Jakarta: Kencana,
2010), Edisi ke-1, Cet. ke-3.
M. Amin Aziz, Mengembangkan Bank Islam Di Indonesia, (Jakarta:Bangkit, 1990). Nasrun
Haroen, Fiqh Muamalat, (Jakarta : PT. Radar Jaya Pratama,2000).
66
O. P. Simorangkir, Pengantar Keuangan Bank dan Nonbank, (Bogor: Ghalia Indonesia,
2004). Operasional Bank Syariah (Jakarta: Djambatab, 2003).
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Ilmu Administrasi Negara dan Manajemen, (Jakarta:
PT. Agung, 1996), Cet. ke-1.
Syayid sabiq, Fiqih alsunnah, (Beirut: darul Fikri, 1992), Juz 3. Tengku Muhammad Hasbi
Ash Shiddiq, Koleksi Hadist-hadist Hukum,(Semarang: PT OustakaRizki Putra,
2001), Jilid 7.
Tim Pengembangan perbankan Syariah. Institut Bankir Indonesia, Konsep, Implementasi,
Operasional Bank Syariah (Jakarta: Djambatab, 2003).
T. Hani Handoko. Manajemen. (Yogyakarta: BPFE bekerja sama dengan LMP2MAMP-
YKPN, 1986). Ed. II.
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management, (Jakarta: PT.
RajaGrafindo Persada, 2008), Edisi ke-1, Cet. ke-1.
Wardi Bahtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta: Logos, 1997), Cet. Ke-1. John
M. Echols dan Hassan Shadily, Ramus Inggris Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia,
2003), Cet. ke-25.
Zubairi Hasan, Undang-undang Perbankan Syariah: Titik Temu Hukum Islam dan Hukum
Nasional, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009).