makalah akad musyarakah

26
AKUNTANSI PERBANKAN SYARI’AH MAKALAH AKUNTANSI ATAS MUSYARAKAH Kelompok 7 ; Agung Dewangga SN 2012310475 M. Chairul Muslim 2013310191 Afif Ubaidillah 2013310889 Samsul Arifin 2013310178 Permana Rizkyllah 2013310783 SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS

Upload: agung-dewangga

Post on 07-Jul-2016

602 views

Category:

Documents


38 download

DESCRIPTION

perbankan syariah

TRANSCRIPT

Page 1: makalah Akad Musyarakah

AKUNTANSI PERBANKAN SYARI’AH

MAKALAH

AKUNTANSI ATAS MUSYARAKAH

Kelompok 7 ;

Agung Dewangga SN 2012310475

M. Chairul Muslim 2013310191

Afif Ubaidillah 2013310889

Samsul Arifin 2013310178

Permana Rizkyllah 2013310783

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PERBANAS

SURABAYA

2015/2016

Page 2: makalah Akad Musyarakah

Akad Musyarakah

Musyarakah adalah akad kerjasama di antara para pemilik modal yang

mencampurkan modal mereka untuk tujuan mencari keuntungan. Dalam

musyarakah mitra dan bank sama-sama menyediakan modal untuk membiayai

sustu usaha tertentu, baik yang sudah berjalan maupun yang baru. Selanjutnya

mitra dapat mengembalikan modal tersebut berikut bagi hasil yang telah

disepakati secara bertahap atau sekaligus kepada bank. Pembiayaan musyarakah

dapat diberikan dalam bentuk kas, setara kas, atau aktiva non-kas, termasuk aktiva

tidak berwujud, seperti lisensi dan hak paten.

Pengertian akad musyarakah :

Menurut 4 madzhab

• A. Al-Musyarakah (Partnership, Project Financing Participation)

• 1. Pengertian

Secara etimologi: Al-Musyarakah atau “Asy-Syirkah” berarti “percampuran” atau percampuran antara sesuatu dengan yang lainnya (Lihat: Ibn Mandzur, Lisan Al-’Arab (10/448, Az-Zubaidi, Taj al-’arus (7/148).

Secara terminologi:

• Hanafiah: al-musyarakah adalah akad yang dilakukan oleh dua orang yang bersyirkah (bekerjasama) dalam modal dan keuntungan (Ibn ‘Abidin, Radd al-mukhtar ‘ala ad-dur al-mukhtar (3/364).

• Percampuran dua bagian orang -atau lebih- yang melakukan kerjasama tanpa ada keistimewaan satu sama lain (al-Jurjani, at-ta’rifat (111).

• Malikiah: al-musyarakah adalah suatu keizinan untuk bertindak secara hukum bagi dua orang yang bekerjasama terhadap harta mereka (Ad-dardir, Hasyiah ad-dasuki (3/348)

• Syafi’iah: al-musyarakah adalah adanya ketetapan hak atas sesuatu bagi dua orang –atau lebih- yang melakukan kerjasama dengan cara yang diketahui (masyhur) (Al-khathib, Mughni al-muhtaj (2/211)

• Hanabilah: al-musyarakah adalah berkumpul (sepakat) dalam suatu hak dan perbuatan/tindakan (Ibn Qudamah, al-mughni (5/109).

Page 3: makalah Akad Musyarakah

Dari difenisi di atas dapat disimpulkan bahwa al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan konstribusi dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama sesuai kesepakatan.

Ketentuan Syari’ah

Dewan Syari’ah Nasional menetapkan aturan tentang Pembiayaan Musyarakah sebagaimana tercantum dalam fatwa Dewan Syari’ah Nasional nomor 08/DSN-MUI/IV/2000 tertanggal 13 April 2000 [1]sebagai berikut :

1. Pernyataan ijab dan Kabul harus dinyatakan oleh para pihak untuk menunjukkan kehendak mereka dalam mengadakan kontrak (akad), dengan memperhatikan hal-hal berikut :

a. Penawaran dan penerimaan harus secara eksplisit menunjukkan tujuan kontrak (akad)

b. Penerimaan dari penawaran dilakukan pada saat kontrakc. Akad dituangkan secara tertulis, melalui korespondensi, atau dengan

menggunakan cara-cara komunikasi modern

2. Pihak-pihak yang berkontrak harus cakap hukum dan memperhatikan hal-hal berikut :

a. Kompeten dalam memberikan atau diberikan kekuasaan perwakilanb. Setiap mitra harus menyediakan dana dan pekerjaan, dan setiap mitra

melaksanakan kerja sebagai wakilc. Setiap mitra memiliki hak untuk mengatur asset musyarakah dalam

proses bisnis normald. Setiap mitra memberi wewenang kepada mitra yang lain untuk

mengelola asset dan masing-masing dianggap telah diberi wewenang untuk melakukan aktifitas musyarakah dengan memperhatikan kepentingan mitranya, tanpa melakukan kelalaian dan kesalahan yang di sengaja.

e. Seorang mitra tidak di izinkan untuk mencairkan atau menginvestasikan dana untuk kepentingannya sendiri.

3. Obyek akad ( modal, kerja, keuntungan, dan kerugian )a. Modal

Page 4: makalah Akad Musyarakah

Modal yang di berikan harus uang tunai, emas, perak atau yang nilainya sama.

Para pihak tidak boleh meminjam, meminjamkan, menyumbangkan atau menghadiahkan modal musyarakah kepada pihak lain, kecuali atas dasar kesepakatan

Pada prinsipnya, dalam pembiayaan musyarakah tidak ada jaminan, namun untuk menghindari terjadinya penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan

b. Kerja Partisipasi para mitra dalam pekerjaan merupakan dasar pelaksanaan

musyarakah, akan tetapi kesamaan porsi kerja bukanlah merupakan syarat

Setiap mitra melaksanakan kerja dalam musyarakah atas nama priibadi dan wakil dari mitranya

c. Keuntungan Keuntungan harus di kuantifikasi dengan jelas untuk menghindarkan

perbedaan dan sengkata pada waktu alokasi keuntungan atau ketika penghentian musyarakah

Setiap keuntungan mitra harus dibagikan secara proporsional atas dasar seluruh keuntungan dan tidak ada jumlah yang ditentukan diawal yang di tetapkan bagi seorang mitra

Seorang mitra boleh mengusulkan bahwa jika keuntungan melebihi jumlah tertentu, kelebihan atau prosentase itu di berikan kepadanya

Sistem pembagian keuntungan harrus tertuang dengan jelas dalam akad

d. Kerugian

Kerugian harus di bagi antara para mitra secara proporsional menurut saham masing-masing dalam modal

4. Biaya Operasional dan Persengketaana. Biaya operasional di bebankan pada modal bersamab. Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya atau jika terjadi

perselisihan di antara para pihak, maka penyelesaiannya di lakukan

Page 5: makalah Akad Musyarakah

melalui Badan Arbitrasi Syari’ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah.

Jenis-jenis Akad Musyarakah

1. Musyarakah pemilikan (syirkat al-amlak): yaitu persekutuan (kerjasama

partnership) antara dua orang atau lebih dalam kepemilikan salah satu

barang dengan salah satu sebab kepemilikan. musyarakah ini dapat tercipta

karena warisan, wasiat, hibah, jaul beli atau kondisi lainnya yang

mengakibatkan pemilikan suatu asset oleh dua orang atau lebih.

Musyarakah pemilikan ini oleh ahli fiqh dibagi lagi menjadi dua:

a. Syirkah ikhtiyar atau perserikatan yang dilandasi pilihan orang yang

berserikat, contoh: dua orang sepakat berserikat membeli suatu

barang atau mereka menerima harta pemberian (hibah, wasiat, wakaf

dsb) maka harta yang mereka beli atau terima secara berserikat

menjadi harat serikat bagi mereka berdua, karena perserikatan muncul

akibat tindakan hukum kedua orang berserikat tersebut.

b. Syirkah ijbari (perserikatan yang muncul secara paksa bukan atas

keinginan orang yang berserikat); yaitu sesuatu yang ditetapkan

menjadi milik dua orang atau lebih tanpa kehendak mereka, seperti

harta warisan yang diterima karena adanya kematian dari salah satu

keluarga. Status kepemilikan secara hukum menurut fukaha adalah

menjadi milik masing-masing yang berserikat sesuai haknya dan

bersifat berdiri sendiri.

2. Musyarakah akad/kontrak (syirkat al-’uqud) yaitu akad kerjasama antara

dua orang atau lebih dan bersepakat untuk berserikat dalam modal dan

keuntungan. Musyarakah akad terbagi menjadi:

a. Syarikah Al-Mufāwadah adalah transaksi kerjasama antara dua orang

atau lebih, dimana setiap pihak memberikan suatu porsi dari

keseluruhan dana (modal) dan berpartisipasi dalam kerja/usaha,

masing-masing setiap pihak membagi keuntungan dan kerugian secara

sama. kata “mufawadah” adalah “musawah” (kesamaan). Jumhur

Page 6: makalah Akad Musyarakah

ulama (Hanafiah, Malikiah dan Hanabilah) membolehkan dengan

syarat memiliki porsi yang sama baik dalam berperan pada modal,

hutang dan pelaksanaan operasional. Sementara Syafi’iah tidak

membolehkan, karena ada percampuran pada modal, menurutnya

keuntungan merupakan, sehingga tidak boleh ada perserikatan pada

hasil (cabang) kalau tidak ada persekutuan pada asalnya.

b. Syarikah Al-‘Inām adalah kontrak antara dua orang atau lebih, dimana

setiap pihak memberikan porsi dari kesulurahan dana dan

berpartisipasi dalam kerja, dengan kesepakatan berbagi dalam

keuntungan dan kerugian. Bagian masing-masing pihak tidak harus

selalu sama, sesuai dengan kesepakatan mereka. Ulama fiqh secara

ijma’ (konsensus) membolehkan bentuk transaksi seperti ini.

Landasannya, Rasulullah saw pernah melakukan kerjasama seperti ini

dengan Al-Saib bin Syarik kemudian para sahabatnya melegitimasi

kerjasama tersebut.Namun para ulama fiqh klasik memberikan

ketentuan-ketentuan yang berpariasi dalam kerjasama tersebut:

Hanabilah: hanya membolehkan dalam syaraikah al-abdan (badan)

dan syarikah al-maal (harta); Malikiah: mensyaratkan adanya izin

bertindak atas nama kerjasama tersebut dari ke dua pihak; Hanafiah:

mensyaratkan adanya ijab-qabul untuk menjadi representative,

sehinga ada amanah dalam mengembangkan usaha (modal) kerjasama

tersebut.

c. Syarikah Al-‘Amâl adalah kontrak kerja sama antara dua orang sepropesi

untuk menerima pekerjaan secara bersama dan berbagi keuntungan, seperti

kerjasama para dokter, advokasi, dan kerjasama seprofesi lainnya.

Kerjasama ini sering juga disebut “syarikah al-abdân” atau “syarikah ash-

shanâi’”.Malikiah: mensyaratkan adanya kesepakatan dalam jenis usaha

dan tempat kerja; Ulama klasik lainnya: tidak menetapkan syarat semacam

itu, namun Hanafiah: menganggap tidak boleh melakukan kesepakatan

kerjasama semacam ini untuk amlak ‘ammah (fasilitas umum) dan bahkan

mereka cenderung mengkategorikannya sebagai syarikah al-mufawadah.

Page 7: makalah Akad Musyarakah

d. Syarikah al-Wujuh adalah kontrak kerjasama antara dua orang atau lebih

yang tidak memiliki modal, namun memiliki “reputasi dan prestise baik”

atau ahli dalam bisnis. Dengan reputasi dan prestise itu, ia membeli barang

dengan bentuk kredit lalu menjualnya secara tunai. Hasil (keuntungan dan

kerugian) dari kerjasama tersebut dibagi berdasarkan jaminan kepada

penyuplai yang disediakan oleh setiap mitra. Kontrak kerjasama seperti ini

tidak memerlukan modal, karena hanya didasarkan atas kepercayaan dan

jaminan tersebut. Kerjasama seperti ini lazim disebut sebagai syarikah al-

mafâlis (syarikah piutang). Ulama klasik (Malikiah, Syafi’iah, Zhahiriah)

cenderung tidak membolehkan; Hanafiah dan Hanabilah: menganggapnya

boleh.

e. Syarikah Al-Mudhārabah adalah bagian dari kontrak kerjasama yang

banyak dipraktikan diberbagai lembaga keungan dan aktifitas

perekonomian syraiah, karena kerjasama ini lebih mengacu pada profit and

loss sharing, di mana pihak pemodal (rabbul maal) memberikan modal

kepada pengusaha (mudharib) supaya dapat mengelolanya dalam bisnis.

Keuntungan dibagi di antara mereka berdua sesuai dengan kesepakatan

yang telah ditetapkan.

Rukun dan ketentuan syari’ah

1. Unsur – unsur yang harus ada dalam akad musyarakah ada 4 :

a. Pelaku terdiri dari para mitra

b. Objek musyarakah berupa modal dan kerja

c. Ijab qabul

d. Nisbah keuntungan (bagi hasil)

2. Ketentuan syariah

a. Pelaku : mitra harus cakap hokum dan baligh

b. Objek musyarakah harus :

Modal :

Page 8: makalah Akad Musyarakah

Modal yang diberikan harus tunai

Modal yang diserahkan dapat berupa uang tunai, emas, asset

perdagangan atau asset tak berwujud seperti hak paten dan

lisensi

Apabila modal yang diserahkan dalam bentuk nonkas, maka

harus ditentukan nilai tunainy aterlebih dahulu dan harus

diseoakati bersama.

Modal para mitra harus dicampur, tidak boleh dipisah.Kerja

Partisipasi mitra merupakan dasar pelaksanaan musyarakah

Tidak dibenarkan jika salah satu mitra tidak ikut berpartisipasi

Setiap mitra bekerja atas dirinya atau mewakili mitra’

Meskipun porsi mitra yang satu dengan yang lainnya tidak

harus sama, mitra yang bekerja lebih banyak boleh meminta

bagian keuntungan lebih besar.

c. Ijab qabul Ijab qabul disini adalah pernyataan tertulisdan ekspresi

saling ridha antara para pelaku akad.

d. Nisbah

Pembagian keuntungan harus disepakati oleh para mitra.

Perubahan nisbah harus disepakati paramitra.

Keuntungan yang dibagi tidak boleh menggunakan nilai

proyeksi akan tetapi harus menggunakan nilai realisasi

keuntungan.

.  PERLAKUAN AKUNTANSI (PSAK 106) DAN CONTOH KASUS

1.      Pengakuan dan Pengukuran Awal Pembiayaan Musyarakah

Modal harus berbentuk tunai dan bisa berupa emas atau perak yang setara.

Modal bisa saja berbentuk trading assets seperti barang, property, dan peralatan

lainnya. Modal mungkin saja juga berbentuk hak tak terujud, seperti hak paten,

Page 9: makalah Akad Musyarakah

hak gadai, paten dan lainnya. Mazhab syafi’i dan maliki mengatakan bahwa dana

yang diperoleh dari mitra harus dicampur agar tidak ada hak istimewa diantara

mereka.. meskipun demikian mazhab hanafi tidak menentukan pembagian dana

dalam bentuk tunai, dan mazhhab Hanbali tidak mensyaratkan adanya

percampuran modal. Partisipasi dari para mitra dalam pekerjaan Musyarakah

merupakan dasar hukum dan dilarang salah satu pihak untuk menghindari atau

tidak mau terlibat.

            Modal musyarakah diatur oleh sekelompok asas, di mana yang terpenting

adalah: saham mitra haruslah diketahui, yang di tetapkan dan di sepakati pada

waktu pengadaan akad, dan harus ada dalam bentuk tunai atau semacamnya,

namun tidak dalam bentuk hutang, untuk menghindarkan penipuan, ketidaktahuan

dan ketidakmampuan dalam menggunakan modal.

            Ada dua alasan untuk tidak menggunakan nilai historis dalam mengukur

asset non moneter yang mewakili saham Bank Islam dalam Musyarakah yaitu:

Penerapan nilai asset yang sudah disepakati kedua belah pihak harus

menerima hasil dari penilaian akuntansi keuangan yang objektif dan

dibukukan dalam pernyataan Objektif.

Penerapan nilai sesungguhnya untuk mmengukur asset secara ini akan

menjurus ke penerapan konsep kejujuran penyajian sesuai dengan pernyataan

konsep

Dalam PSAK tentang Akuntansi Perbankan Syari’ah, di jelaskan pengakuan dan

pengukuran pembiayaan musyaraah sbb:

1) Pembiayaan Musyarakah diakui pada saat pembayaran tunai atau penyerahan

aktuva non kas kepada mitra musyarakah.

2) Pengukuran Pembiayaan musyarakah adalah sebagai berikut:

a. Pembiayaan musyarakah dalam bentuk:

o Kas dinilai sebesar jumlah yang dibayarkan

o Aktiva non-kas dinilai sebesar nilai wajar dan jika terdapat selisih

antara nilai wajar dan nilai buku aktiva non kas, maka selisih tersebut

di akui sebagai keuntungan atau kerugian pada saat penyerahan.

Page 10: makalah Akad Musyarakah

b. Biaya yang terjadi akibat akad musyarakah tidak dapat diakui sebagai bagian

pembiayaan musyarakah kecuali ada persetujuan dari seluruh mitra

musyarakah.

            Dalam ketentuan tersebut jelas bahwa pembiayaan musyarakah atau modal

syirkah yang diserahkan oleh bank syari’ah tidak hanya dalam bentuk uang tunai

saja tetapi juga dalam bentuk non-kas atau aktiva yang sejalan dengan usaha yang

akan dilaksanakan. Begitu juga penyerahan modal musyarakah dalam dilakukan

secara bertahap atau secara sekaligus. Untuk memberikan gambaran yang jelas

atas transaksi modal musyarakah tersebut dapat dijelaskan dalam contoh berikut:

Contoh : 1

Pada tanggal 01 Agustus bank Syari’ah memberikan fasilitas pembiayaan

musyarakah kepada Tuan Abdullah dalam usaha pabrik pengolaan kelapa sawit

dan telah disepakati dengan data-data sebagai berikut:

1) Tanggal 05 Agustus dibayar beban pra akad, seperti pembuatan studi

kelayakan proyek, penelitian kelayakan proyek sebesar Rp. 1.000.000,-

2) Modal syirkah keseluruhan sebesar Rp. 150.000.000,- dimana bank syari’ah

mendapatkan porsi modal sebesar Rp. 70.000.000,- dan porsi modal untuk

Tuan Abdullah sebesar Rp. 80.000.000,- dengan nisbah keuntungan, untuk

bank sebesar 40 dan untuk Tuan Abdullah sebesar 60.

3) Modal  syirkah yang menjadi porsi bank syari’ah sebesar Rp. 70.000.000,-

dibayar dengan tahapan sebagai berikut:

a. Tanggal 15 Agustus, dibayarkan modal syirkah dalam bentuk kas sebesar Rp.

20.000.000,-

b. Tanggal 20 Agustus diserahkan modal non kas, berupa dua buah mesin

pabrik yang telah dimiliki oleh bank syari’ah, mesin pertama sebesar Rp.

30.000.000,-  yangdibeli dengan harga Rp. 32.500.000,- dan mesin kedua

sebesar Rp. 20.000.000,- yang dibeli dengan harga Rp. 15.000.000,-

Atas transaksi tersebut diatas dilakukan jurnal dan penjelasan sebagai berikut:

Tanggal 01 Agustus pada saat pembiayaan musyarakah disetujui dan

disepakati oleh Tuan Abdullah, bank syari’ah mempunyai kewajiban yang

berupa komitmen atas pembiayaan musyarakah sebesar Rp. 70.000.000,-

Page 11: makalah Akad Musyarakah

Jurnal komitmen (rekening administratif) :

Dr. Kontra komitmenPemb

          Musyarakah                                         Rp. 70.000.000,-

Cr. Komitmen Pembiayaan

Musyarakah                                                     Rp. 70.000.000,-

Dengan adanya persetujuan pembiayaan mudharabah tersebut, buku besar

komitmen (rekening administratif) bank syari’ah menunjukkan sebagai berikut :

BUKU BESAR (Adm)

Debet                                                                                                                           

           Kredit

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah

01/08 Tn

Abdullah

70.000.000

2.    Tanggal 15 Agustus, bank syari’ah menyerahkan modal dalam bentuk uang tunai

kepada syirkah sebesar rp.20.000.000,-

Db. Pembiayaan musyarakah                   Rp. 20.000.000,-

Kr. Kas/Rekening Syirkah/Kliring                       Rp. 20.000.000,-

Dr. Komitmen pemb Musyarakah            Rp. 20.000.000,-

Cr. Kontra komitmen Pemb Musyarakah            Rp. 20.000.000,-

Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar

dan neraca sebagai berikut :

BUKU BESAR (Adm)

Page 12: makalah Akad Musyarakah

Debet                                                                                                                           

                       Kredit

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah

15/08 Penyerahan

Modal

20.000.000,- 01/08 Tn

Abdullah

70.000.000

BUKU BESAR (Neraca)

Debet                                                                                                                           

                       Kredit

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah

15/08 Tuan

Abdullah

20.000.000

NERACA

Per 15 agustus 2XXX

Aktiva                                                                                                                          

                       Pasiva

Uraian Jumlah Uraian Jumlah

Pembiayaan

Musyarakah

20.000.000

3.    Tanggal 20 Agustus pada saat bank menyerahkan aktiva non-kas kepada syirkah

A.  Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih rendah atas atas nilai buku/harga

perolehan. Mesin pertama diserahkan dengan harga pasar/ wajar sebesar Rp.

Page 13: makalah Akad Musyarakah

30.000.000,-, mesin tersebut dibeli dengan harga perolehan sebesar Rp.

32.500.000,-

Jurnal atas penyerahan modal non kas adalah :

Db. Pembiayaan musyarakah              Rp. 30.000.000,-

Db. Kerugian penyerahan

Aktiva                                          Rp.   2.500.000,-

Kr. Aktiva non-kas                                                      Rp. 32.500.000,-

Dr. Komitmen Pemby

Musyarakah                                  Rp. 30.000.000,-

Cr. Kontra komitmen

Pemb Musyarakah                                                Rp. 30.000.000,-

Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi buku besar

dan neraca sebagai berikut :

BUKU BESAR (Adm)

Debet                                                                                                                           

           kredit

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah

15/08 Penyerahan

modal

20.000.000 01/08 Tn

Abdullah

70.000.000

20/08 Penyerahan

mesin

30.000.000

BUKU BESAR (Neraca)

Debet                                                                                                                           

           Kredit 

Page 14: makalah Akad Musyarakah

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah

15/08 Tuan

Abdullah

20.000.000

20/08 Tuan

Abdullah

30.00.000

                       

BUKU BESAR (L/R)

                                          Kerugian Penyerahan Aktiva

Debet                                                                                                                           

           Kredit 

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah

20/08 Penyerahan

mesin

2.500.000

NERACA

Per 15 Agustus 2XXX

Aktiva                                                                                                                          

                       Pasiva

Uraian Jumlah Uraian Jumlah

Pembiayaan

Musyarakah

50.000.000

B.     Jika nilai wajar aktiva yang diserahkan lebih tinggi atas nilai buku/harga

perolehan. Mesin kedua dibeli dengan harga perolehannya sebesar Rp.

15.000.000,- dan diserahkan dengan harga jual/wajar Rp. 20.000.000,-

Db. Pembiayaan Musyarakah                       Rp. 20.000.000,-

Page 15: makalah Akad Musyarakah

Kr. Aktiva non-kas                                                               Rp. 15.000.000,-

Kr. Keuntungan penyerahan aktiva              Rp. 5.000.000,-

Dr. Komitmen Pemby Musyarakah              Rp. 20.000.000,-

Cr. Kontra Komitmen Pemb Musyarakah                            Rp. 20.000.000,-

Dengan jurnal transaksi tersebut akan mengakibatkan perubahan posisi

buku besar dan neraca sebagai berikut :

BUKU BESAR (Adm)

Debet                                                                                                                           

           Kredit

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah

15/08 Penyerahan

modal

20.000.000 01/08 Tn

Abdullah

70.000.000

20/08 Penyerahan

mesin

30.000.000

20/08 Penyerahan

mesin

20.000.000

BUKU BESAR (L/R)

Kerugian Penyerahan Aktiva

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah

20/08 Penyerahan

mesin

2.500.000

BUKU BESAR (L/R)

Keuntungan Penyerahan Aktiva

Page 16: makalah Akad Musyarakah

Tgl Keterangan Jumlah Tgl Keterangan Jumlah

20/08 Penyerahan

mesin

2.500.000

NERACA

Per 20 Agustus 2XXX

Aktiva                                                                                                                          

                       Pasiva

Uraian Jumlah Uraian Jumlah

Pembiayaan

Musyarakah

50.000.000

4.    Tanggal 05 Agustus 2002 – pada saat pengeluaran biaya dalam rangka akad

musyarakah

Db. Uang muka dalam rangka akad

Musyarakah                                                  Rp. 10.000.000,-

Kr. Kas/Kliring                                                                Rp. 10.000.000,-

5.    Pengakuan biaya akad musyarakah

A.    Jika diakui sebagai beban

Db. Biaya akad                                              Rp. 1.000.000,-

Kr. Uang muka dalam rangka musyarakah                Rp. 1.000.000,-

B.     Jika berdasarkan kesepakatan dapat diakui sebagai pembiayaan

Db. Pembiayaan musyarakah                         Rp. 1.000.000,-

Kr. Uang muka dalam rangka akad musyarakah       Rp. 1.000.000,-