efek tepung daun kelor varietas ntt terhadap kadar vcam-1 jaringan tikus wistar diet aterogenik

123
EFEK TEPUNG DAUN KELOR VARIETAS NTT TERHADAP KADAR VCAM-1 JARINGAN TIKUS WISTAR DIET ATEROGENIK TUGAS AKHIR Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Umum Oleh: Sandy Wijaya NIM: 0710710018 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

Upload: sandy-wijaya

Post on 28-Dec-2015

51 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Vascular Cell Adhesion Molecule 1 (VCAM-1) menyebabkan adhesi sel monosit pada endotel sehingga sel monosit dapat menginfiltrasi endotel dan memfagositosis Low Density Lipoprotein (LDL). VCAM-1 akan mengalami up-regulated ketika terstimuli oleh sel endotel yang teraktifasi oleh zat yang bersifat proinflamatori dan proaterosklerotik, sehingga molekul ini berperan penting dalam gangguan kardiovaskular terutama atherosklerosis. Tepung daun kelor varietas NTT mengandung antioksidan seperti vitamin A, C, dan E, serta flavonoid yang dapat mencegah aterosklerosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek tepung daun kelor varietas NTT terhadap kadar VCAM-1 jaringan tikus wistar yang diberi diet aterogenik. Studi ini menggunakan 35 ekor tikus Wistar jantan yang dibagi ke dalam 7 kelompok perlakuan. Kelompok I adalah tikus diberi diet normal (kontrol negatif) selama 120 hari, kelompok II diberikan diet aterogenik saja (kontrol positif) selama 90 hari, sedangkan kelompok III sampai dengan VII (5 kelompok) diberi diet aterogenik selama 90 hari kemudian diberi pakan normal dan asupan tepung daun kelor varietas NTT dengan berbagai dosis (0, 5, 10, 20, dan 40 mg/ml) secara sonde setiap hari sekali selama 30 hari. Parameter yang diukur adalah jumlah VCAM-1 pada jaringan aorta. Analisis data menggunakan metode One Way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah VCAM-1 secara signifikan pada perlakuan II (kontrol positif) dibandingkan dengan perlakuan I (kontrol negatif) (p = 0,044). Sedangkan pada kelompok yang diberi tepung daun kelor menunjukkan penurunan kadar VCAM-1 dimana kadar terendah pada dosis efektif 20 mg/ml (perlakuan VI) dibandingkan dengan kontrol positif (p = 0,025). Kesimpulan penelitian ini adalah tepung daun kelor (Moringa oleifera) varietas NTT mampu menurunkan jumlah VCAM-1 jaringan pada tikus (Rattus norvegicus) strain Wistar diet aterogenik

TRANSCRIPT

EFEK TEPUNG DAUN KELOR VARIETAS NTT

TERHADAP KADAR VCAM-1 JARINGAN TIKUS WISTAR

DIET ATEROGENIK

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Umum

Oleh:

Sandy WijayaNIM: 0710710018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2010

EFEK TEPUNG DAUN KELOR VARIETAS NTT

TERHADAP KADAR VCAM-1 JARINGAN TIKUS WISTAR

DIET ATEROGENIK

TUGAS AKHIR

Untuk Memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Umum

Oleh:

Sandy WijayaNIM: 0710710018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2010

ii

HALAMAN PENGESAHAN

TUGAS AKHIR

EFEK TEPUNG DAUN KELOR VARIETAS NTT TERHADAP KADAR VCAM-1 JARINGAN TIKUS WISTAR

DIET ATEROGENIK

Oleh :

Sandy WijayaNIM: 0710710018

Telah diuji pada

Hari: Senin

Tanggal: 1 November 2010

dan dinyatakan lulus oleh:

Penguji I

Dr. dr. Retty Ratnawati, M.Sc19550201 198503 2 001

Penguji II Penguji III

Dr. dr. Tinny Endang H., SpPK (K) dr. Sudiarto, MS NIP. 19521225 198002 2 001 NIP. 19460913 198002 1 001

iii

KATA PENGANTAR

Segala rasa syukur penulis haturkan untuk Tuhan Yang Maha Esa atas

segala bimbingan dan berkat-Nya dalam penulisan tugas akhir ini. Tanpa turut

campur tangan Tuhan, maka tugas akhir ini tentu tidak akan terselesaikan

dengan baik.

Dalam proses penulisan tugas akhir ini, penulis juga banyak didukung

oleh berbagai pihak. Oleh karena itu melalui kesempatan ini, penulis

mengucapkan terima kasih kepada

1. Dr. dr. Samsul Islam, SpMK, selaku Dekan Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya Malang.

2. Dr. dr. Tinny Endang Hernowati, SpPK (K) selaku pembimbing I, yang

telah meluangkan waktu dan tenaga serta dengan sabar membimbing

dan memberi masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

akhir ini dengan baik.

3. dr. Sudiarto, MS selaku pembimbing II yang telah menyediakan waktu

untuk membimbing dan memberi saran atas penulisan tugas akhir ini.

4. Dr. dr. Retty Ratnawati, MSc selaku penguji yang telah memberikan

saran dan kritik atas penulisan tugas akhir ini.

5. Seluruh anggota Tim Pengelola Tugas Akhir FKUB yang telah membantu

penulis dalam penyelesaian tugas akhir ini.

6. Keluarga yang telah mendukung dan selalu mendoakan penulis.

7. Mas Budi, Mas Haris, Pak Satuman, Mbak Umi, Mbak Ika, Mbak Bunga,

Mas Didin, Ce Valen, Mbak Kiki dan seluruh staf Laboratorium Faal yang

telah membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian tugas akhir ini.

iv

v

8. Fany yang telah meluangkan waktunya membantu memberi semangat

dalam pengerjaan tugas akhir ini

9. Danny, Lona, Teph, DJ, Anita, Siska, Yustina, Felix, Cin-Cin, CM, Johan,

Joshua, Stanley, Jefry, Surojo, Ficky, Arghy, Zeni dan teman-teman

angkatan 2007, atas persahabatan kita selama ini.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini.

Kiranya Tuhan membalas semua kebaikan dan dukungan serta

partisipasi Saudara-Saudara. Akhirnya penulis mengharapkan agar penulisan

tugas akhir ini dapat menjadi berkat bagi banyak orang.

Malang, September 2010

Penulis

ABSTRAK

Wijaya, Sandy. 2010. Efek Tepung Daun Kelor Varietas NTT Terhadap Kadar VCAM-1 Jaringan Tikus Wistar Diet Aterogenik. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Pembimbing: (1) Dr. dr. Tinny Endang H., SpPK (K). (2) dr. Sudiarto, MS.

Vascular Cell Adhesion Molecule 1 (VCAM-1) menyebabkan adhesi sel monosit pada endotel sehingga sel monosit dapat menginfiltrasi endotel dan memfagositosis Low Density Lipoprotein (LDL). VCAM-1 akan mengalami up-regulated ketika terstimuli oleh sel endotel yang teraktifasi oleh zat yang bersifat proinflamatori dan proaterosklerotik, sehingga molekul ini berperan penting dalam gangguan kardiovaskular terutama atherosklerosis. Tepung daun kelor varietas NTT mengandung antioksidan seperti vitamin A, C, dan E, serta flavonoid yang dapat mencegah aterosklerosis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek tepung daun kelor varietas NTT terhadap kadar VCAM-1 jaringan tikus wistar yang diberi diet aterogenik. Studi ini menggunakan 35 ekor tikus Wistar jantan yang dibagi ke dalam 7 kelompok perlakuan. Kelompok I adalah tikus diberi diet normal (kontrol negatif) selama 120 hari, kelompok II diberikan diet aterogenik saja (kontrol positif) selama 90 hari, sedangkan kelompok III sampai dengan VII (5 kelompok) diberi diet aterogenik selama 90 hari kemudian diberi pakan normal dan asupan tepung daun kelor varietas NTT dengan berbagai dosis (0, 5, 10, 20, dan 40 mg/ml) secara sonde setiap hari sekali selama 30 hari. Parameter yang diukur adalah jumlah VCAM-1 pada jaringan aorta. Analisis data menggunakan metode One Way ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan jumlah VCAM-1 secara signifikan pada perlakuan II (kontrol positif) dibandingkan dengan perlakuan I (kontrol negatif) (p = 0,044). Sedangkan pada kelompok yang diberi tepung daun kelor menunjukkan penurunan kadar VCAM-1 dimana kadar terendah pada dosis efektif 20 mg/ml (perlakuan VI) dibandingkan dengan kontrol positif (p = 0,025). Kesimpulan penelitian ini adalah tepung daun kelor (Moringa oleifera) varietas NTT mampu menurunkan jumlah VCAM-1 jaringan pada tikus (Rattus norvegicus) strain Wistar diet aterogenik.

Kata Kunci: diet aterogenik, VCAM-1, tepung daun kelor varietas NTT

vi

ABSTRACT

Wijaya, Sandy. 2010. Effect of Moringa oleifera NTT Variant Leaf Powder towards VCAM-1 Level in Tissues of Wistar Rats with Atherogenic Diet. Final Assignment, Medical Faculty of Brawijaya University. Supervisors: (1) Dr. dr. Tinny Endang H., SpPK (K). (2) dr. Sudiarto, MS.

Vascular Cell Adhesion Molecule 1 (VCAM-1) causes monocyte adhesion on endothel so monocyte can infiltrate endothelial and phagocytize Low Density Lipoprotein (LDL). VCAM-1 will be up-regulated when it is stimulated by endothelial cell which was activated by proinflammatory and proatherogenic substances, making this molecule plays important role in cardiovascular disease especially atherosclerosis. Moringa oleifera variant NTT (Nusa Tenggara Timur) leaf powder contains antioxidant substance, such as vitamin A, C, and E, also flavonoid that can prevent atherosclerosis. The aim of this research to determine the effects of Moringa oleifera NTT variant leaf powder towards VCAM-1 level in tissues of Wistar rats fed with atherogenic diet. The study used 35 male Wistar rats, that were randomly divided into seven groups. Group I rats were fed with standard diet for 120 days (negative control), group II were rats fed with atherogenic diet for 90 days (positive control), and group III-VII (five groups) were rats fed with atherogenic diet for 90 days consequently given different doses Moringa oleifera leaf powder (0, 5, 10, 20, dan 40 mg/ml) per oral everyday added with standard diet in 30 days. Parameters measured were the VCAM-1 level in aorta tissue. Data analysis which uses the One-Way ANOVA method. Research result showed VCAM-1 dose in group 2 (positive controle) is higher than group 1 (negative controle) significantly (p = 0,044). While in group given Moringa oleifera leaf powder showed the decrease of VCAM-1 dose which the lowest VCAM-1 dose was effective dose 20 mg/ml (group VI) compared with positive control (p = 0,025). The conclusion of this research is Moringa oleifera NTT variant leaf powder decreases VCAM-1 level in tissues of Wistar rats (Rattus norvegicus) with atherogenic diet.

Key Words: aterogenic diet, VCAM-1, Moringa oleifera variant NTT leaves powder

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Sampul Depan..............................................................................iHalaman Sampul Dalam..............................................................................iiHalaman Persetujuan...................................................................................iiiKata Pengantar............................................................................................ivAbstrak.........................................................................................................viAbstract........................................................................................................viiDaftar Isi.......................................................................................................viiiDaftar Tabel..................................................................................................xDaftar Gambar..............................................................................................xiDaftar Lampiran............................................................................................xii

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang..............................................................................11.2 Rumusan Masalah.........................................................................21.3 Tujuan Penelitian...........................................................................31.4 Manfaat Penelitian.........................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA2.1 Aterosklerosis................................................................................4

2.1.1 Etiologi Aterosklerosis..........................................................42.1.2 Patogenesis..........................................................................4

2.2 Vascular Cell Adhesion Molecule 1...............................................62.2.1 Aktifasi VCAM-1....................................................................62.2.2 Mekanisme kerja VCAM-1....................................................6

2.3 Zat Oksidan dan Zat Antioksidan..................................................72.3.1 Reactive Oxygen Species (ROS).........................................72.3.2 Zat Antioksidan.....................................................................11

2.4 Moringa oleifera.............................................................................122.4.1 Klasifikasi dan Morfologi........................................................132.4.2 Kegunaan..............................................................................142.4.3 Kandungan Nutrisi.................................................................15

2.5 Hubungan Antara Aterosklerosis, VCAM-1, dan Moringa oleifera .......................................................................................................18

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN3.1 Kerangka Konsep..........................................................................203.2 Penjelasan Kerangka Konsep.......................................................213.3 Hipotesis Penelitian.......................................................................22

viii

ix

BAB IV METODE PENELITIAN4.1 Rancangan Penelitian...................................................................234.2 Binatang Coba...............................................................................23

4.2.1 Binatang Coba, Objek, dan Teknik Randomisasi.................234.2.2 Estimasi Jumlah Pengulangan.............................................244.2.3 Kriteria Inklusi.......................................................................244.2.4 Kriteria Eksklusi....................................................................25

4.3 Variabel Penelitian.........................................................................254.4 Lokasi dan Waktu Penelitian.........................................................264.5 Alat dan Bahan Penelitian.............................................................26

4.5.1 Alat........................................................................................264.5.2 Bahan Penelitian..................................................................26

4.6 Definisi Operasional......................................................................274.7 Prosedur Penelitian.......................................................................28

4.7.1 Adaptasi................................................................................294.7.2 Diet Aterogenik.....................................................................294.7.3 Perlakuan..............................................................................29

4.7.3.1 Pemeliharaan............................................................294.7.3.2 Pembedahan............................................................30

4.8 Pengolahan dan Analisis Data......................................................31

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA5.1 Hasil Penelitian..............................................................................325.2 Analisis Data................................................................................ .38

BAB VI PEMBAHASAN..............................................................................41

BAB VII PENUTUP7.1 Kesimpulan....................................................................................457.2 Saran.............................................................................................45

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................46

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Moringa oleifera...........................................................13

Tabel 2.2 Kandungan Vitamin Daun Moringa oleifera..................................16

Tabel 2.3 Kandungan Zat Gizi Kelor Varian NTT per 100gr Tepung...........17

Tabel 5.1 Karakteristik Tikus Pada Awal Percobaan...................................32

Tabel 5.2 Karakteristik Tikus Pada Akhir Percobaan...................................33

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Jalur Pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS).............8

Gambar 2.2 Produksi Superoksida Pada Mitokondria.................................9

Gambar 2.3 Mekanisme Kerja Reactive Oxygen Species...........................10

Gambar 2.4 Oksidasi LDL yang Menimbulkan Aterosklerosis dan Penghambatannya oleh Antioksidan...................................................11

Gambar 2.5 Tepung Daun Moringa oleifera.................................................14

Gambar 5.1 Grafik Hubungan Antara Kelompok Perlakuan dan Rata-rata Kenaikan Berat Badan Tikus...............................................................34

Gambar 5.2 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan I (Kontrol Negatif)...............................................................................................35

Gambar 5.3 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan II (Kontrol Positif).................................................................................................35

Gambar 5.4 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan III (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 0mg/ml kelor).............................35

Gambar 5.5 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan IV (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 5mg/ml kelor).............................36

Gambar 5.6 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan V (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 10mg/ml kelor)...........................36

Gambar 5.7 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan VI (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 20mg/ml kelor)...........................36

Gambar 5.8 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan VII (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 40mg/ml kelor)...........................37

Gambar 5.9 Grafik Hubungan Antara Kelompok Perlakuan dan Rata-rata Jumlah VCAM-1 jaringan....................................................................38

xi

DAFTAR LAMPIRAN

HalamanLampiran 1 Tabel Perubahan Berat Badan Tikus .......................................51

Lampiran 2 Tabel Sisa Pakan Tikus.............................................................54

Lampiran 3 Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok Perlakuan I (Kontrol Negatif)............................................................64

Lampiran 4 Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok Perlakuan II (Kontrol Positif).............................................................64

Lampiran 5 Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok Perlakuan III.....................................................................................65

Lampiran 6 Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok Perlakuan IV.....................................................................................65

Lampiran 7 Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok Perlakuan V......................................................................................66

Lampiran 8 Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok Perlakuan VI.....................................................................................66

Lampiran 9 Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok Perlakuan VII....................................................................................67

Lampiran 10: Jumlah dan Rata-rata VCAM-1 yang Digunakan untuk Analisis Data..................................................................................................68

Lampiran 11 Uji Normalitas Data ................................................................68

Lampiran 12 Uji Homogenitas Varian...........................................................69

Lampiran 13 Uji ANOVA...............................................................................69

Lampiran 14 Tukey HSD Test......................................................................70

Lampiran 15 Homogenous Subsets.............................................................71

xii

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Aterosklerosis merupakan proses awal terjadinya berbagai penyakit

kardiovaskular seperti jantung koroner, myocard infark, dan stroke. Proses ini

diawali dengan tingginya kolesterol di dalam darah yang mengakibatkan

terpaparnya sel endotel oleh lemak terutama Low Density Lipoprotein (LDL). LDL

kemudian menginfiltrasi lapisan intima pada arteri dan mengalami oksidasi

kemudian menginisiasi terjadinya inflamasi. Molekul adhesi yang terutama

muncul dalam proses inflamasi adalah Vascular Cell Adhesion Molecule 1

(VCAM-1). VCAM-1 akan meningkat jumlahnya dan merupakan salah satu

komponen sel yang mempengaruhi terjadinya inflamasi (Ley, 2001). Keradangan

yang terjadi pada dinding intima arteri dapat menyebabkan penebalan dan

kekakuan pada arteri dan mengganggu peredaran darah.

WHO pada tahun 2002 menemukan bahwa penyakit jantung iskemik

merupakan penyakit penyebab kematian utama di Asia Tenggara, yaitu

sebanyak 13,9%. Sedangkan menurut American Heart Association, angka

kematian akibat penyakit kardiovaskular di Indonesia mencapai 16,5% dari total

mortalitas. Angka tersebut sangat signifikan, mengingat negara dengan

pendapatan rendah dan menengah merupakan penyumbang 80% kematian

akibat penyakit kardiovaskular (WHO, 2009).

Tingginya angka kematian pada penyakit yang diakibatkan oleh

aterosklerosis menyebabkan permintaan obat meningkat. Selain itu, obat-obatan

dengan harga terjangkau juga turut diperhatikan karena penyakit kardiovaskular

1

2

banyak terjadi di negara berpendapatan rendah. Salah satu alternatifnya adalah

bahan alam seperti tanaman kelor. Di Indonesia, kelor varian NTT sudah

digunakan masyarakat lokal untuk bahan pangan secara luas, namun kelor

varian NTT masih belum banyak diteliti manfaatnya bagi kesehatan. Tetapi,

dunia sudah mengenal tanaman kelor sebagai tanaman obat (Hsu et al., 2006).

Tanaman kelor (Moringa oleifera) juga dapat digunakan untuk mengatasi

kekurangan pangan yang sering terjadi di negara miskin karena memiliki

kandungan protein, kalsium, besi, vitamin C, dan bahan karoten yang tinggi.

Selain itu, kelor juga mengandung asam fenolat yang berfungsi sebagai

antioksidan (Trees For Life, 2005)

Sudah banyak penelitian yang telah mengungkapkan dengan jelas bahwa

tanaman kelor memiliki khasiat dalam penyembuhan suatu penyakit (Fahey,

2005). Secara tidak langsung, penelitian itu menunjukkan bahwa tanaman kelor

juga dapat memberikan efek terapi pada aterosklerosis yang berawal dari proses

keradangan yang terjadi lapisan intima dari pembuluh darah. Hal ini menarik

perhatian penulis untuk mengetahui efek pemberian tepung kelor strain NTT

terhadap kadar VCAM-1 pada jaringan Rattus norvegicus strain Wistar yang

diberi diet aterogenik.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah tepung daun kelor (Moringa oleifera) varian NTT dapat

menurunkan kadar Vascular Cell Adhesion Molecule 1 (VCAM-1) pada jaringan

aorta Rattus norvegicus strain Wistar diet aterogenik.

3

1.3 Tujuan Penelitian

Membuktikan tepung daun kelor (Moringa oleifera) varian NTT

menurunkan jumlah Vascular-Cell Adhesion Molecule 1 (VCAM-1) pada jaringan

aorta Rattus norvegicus strain Wistar diet aterogenik.

1.4 Manfaat Penelitian

Untuk bidang keilmuan:

- Menambah wawasan tentang tanaman kelor, terutama tanaman kelor

varian NTT

- Mengetahui manfaat pemberian tepung kelor varian NTT terhadap

penurunan kadar VCAM-1 dalam jaringan tikus Wistar yang diberi diet

aterogenik

Untuk masyarakat:

- Menambah pengetahuan masyarakat bahwa kelor dapat digunakan

untuk mencegah penyakit kardiovaskular.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Aterosclerosis

Aterosklerosis merupakan penyakit yang dikenal dengan istilah

“pengerasan arteri”. Penyakit ini merupakan chronic immunoinflammatory

disease dan merupakan penyebab penyakit kardiovaskular (Falk, 2005).

Aterosklerosis bisa mulai berkembang saat kanak-kanak, dan menampakkan

gejalanya pada masa dewasa.

2.1.1 Etiologi dan Faktor Risiko

Aterosklerosis merupakan gejala awal dari berbagai penyakit

kardiovaskular dan memiliki banyak faktor risiko. Etiologi pasti untuk

aterosklerosis masih belum jelas (National Heart Lung and Blood Institute, 2009).

Walaupun demikian, faktor risiko untuk aterosklerosis telah dapat diidentifikasi.

Berbagai faktor risiko aterosklerosis antara lain hiperkolesterolemia, merokok,

kurang aktifitas, hipertensi, jenis kelamin, dan meningkatnya LDL. Level

kolesterol plasma yang meningkat dapat memulai fase awal terjadinya

aterosklerosis walaupun tanpa melibatkan faktor resiko yang lain (Falk, 2005).

2.1.2 Patogenesis

Lesi aterosklerotik awalnya bermula dari sel endothel yang utuh, namun

mengalami kerusakan, teraktivasi, dan mengalami disfungsi. Sel endotel yang

rusak tidak dapat memproduksi nitric oxide yang berfungsi untuk vasodilator dan

ateroprotektif. Penelitian telah membuktikan bahwa hiperkolesterolemia

menyebabkan aktivasi sel endotel (Hansson, 2005). Pada pasien dengan

hiperkolesterolemia, kadar LDL dalam darah amat tinggi dan amat mudah

4

5

memapar sel endotel. LDL akan menginfiltrasi sel endotel yang rusak dan

tertahan di bagian ruang subendotel pada intima arteri tersebut. LDL itu akan

dioksidasi oleh nitric oxide synthase (NOS) terlebih dahulu sehingga berubah

menjadi sitotoksik, proinflamatori, kemotaksik, dan proaterogenik. Selain itu, nitric

oxide yang dikeluarkan oleh sel endotel merupakan oksidan yang potent yang

berfungsi sebagai ateroprotektif. Hal ini mengakibatkan terjadinya inflamasi,

selain itu, sel endotel akan menjadi aktif dan ekspresi dari molekul adhesi dan

gen inflammasi yang dikeluarkan oleh sel endotel akan meningkat. (Falk, 2005).

Endotel yang teraktivasi oleh stimulus aterogenik dan proinflamatori akan

meningkatkan ekspresi molekul adhesi, terutama vascular-cell adhesion

molecule 1 (VCAM-1). Selain itu juga ada molekul adhesi lain misalnya

intercellular adhesion molecule 1 (ICAM-1), E selection, dan P selection.

Meningkatnya jumlah VCAM-1 menyebabkan sel-sel yang membawa

counterreceptor dari VCAM-1 (monosit dan limfosit) menempel ke endotel yang

teraktivasi tersebut. Monosit yang menempel pada VCAM-1 kemudian masuk ke

tunica intima dan berubah menjadi makrofag. Dengan adanya kemoatraktan

yang ada di tunica intima, makrofag mencerna LDL melalui reseptor scavenger

(Falk, 2005). Tidak hanya itu, makrofag juga mengeluarkan antigen yang

menyebabkan terjadinya inflamasi lanjutan dan kerusakan jaringan. Makrofag

yang mencerna LDL dan mengeluarkan zat oksidan berupa nitric oxide (yang

juga dihasilkan oleh sel endotel) yang mengakibatkan sel makrofag menjadi

nampak seperti busa (foam cell). Sel busa makrofag ini kemudian berkumpul

menjadi satu dan membentuk plak (fatty streak). Jika makrofag yang memakan

lipoprotein aterogenik mati karena apoptosis dan nekrosis, maka akan timbul inti

6

kaya lemak (lipid-rich core) di dalam plak itu. Fase ini merupakan plaque

development phase (Falk, 2005)

Fatty streak tersebut lambat laun akan menjadi besar. Hal itu membuat

sel otot polos di intima memediasi respon fibroproliferatif, yaitu memberikan

perbaikan pada tempat dimana terjadi lesi arteri. Karena fatty streak terus

menerus menumpuk, maka respon perbaikan itu akan terus terjadi sehingga

collagen-rich matrix menjadi besar dan mendominasi di lumen. Dominasi itu

menyebabkan penyempitan pembuluh darah, aliran darah berkurang, dan dapat

memulai terjadinya ischemi. Namun, collagen-rich matrix tersebut mencegah

terjadinya ruptur pada plak dan terjadinya trombosis (Falk, 2005).

2.2 Vascular Cell Adhesion Molecule 1

Vascular Cell Adhesion Molecule 1 atau yang disebut VCAM-1

merupakan glikoprotein transmembran tipe 1 dan merupakan bagian dari

kelompok immunoglobulin gene superfamily.

2.2.1 Aktifasi VCAM-1

Aktivasi gene VCAM-1 pada sel endotel terjadi melalui mekanisme redox-

sensitive yang melibatkan aktivasi faktor transkripsi NF-κB (Nuclear Factor κB).

NF-κB akan aktif ketika sel endotel mengalami kerusakan dan tidak dapat

menghasilkan NO. NF-κB juga mengaktifasi sel molekul adesi seperti ICAM-1

dan E-selectin; sitokin inflamasi seperti TNF-α; serta mediator imun lainnya.

(Spiecker, 2001)

2.2.2 Mekanisme Kerja VCAM-1

Vascular cell adhesion molecule 1 (VCAM-1) bertindak sebagai molekul

adhesi yang berperan dalam proses inflamasi. Strukturnya sendiri mirip dengan

7

intercellular adhesion molecule 1 (ICAM-1). VCAM-1 merupakan ligand dari

VLA-4 (very late activation 4) subunit α4β1 integrin. α4β1 integrin sendiri

diekspresikan pada limfosit, monosit, dan eosinofil. Interaksi antara VCAM-1 dan

α4β1 integrin dapat memperpelan monosit yang menggelinding di lumen, dengan

kata lain, VCAM-1 menyebabkan adhesi dan akumulasi monosit di dinding

pembuluh darah di tempat dimana lesi terjadi. Pada saat terjadi proses

pembentukan aterosklerosis, kadar VCAM-1 pada sel endotel pembuluh darah

yang mengalami aktifasi mengalami peningkatan (up regulated) sehingga

monosit dapat menempel di endotel dan melakukan infiltrasi ke dalam intima

pembuluh darah arteri (Ley, 2001).

2.3 Zat Oksidan dan Zat Antioksidan

2.3.1 Reactive Oxygen Species (ROS)

Oksidan memegang peranan penting dalam kerusakan jaringan selama

proses terbentuknya aterosklerosis. Agen oksidan sendiri merupakan penerima

elektron, sebaliknya, agen antioksidan merupakan donor elektron. Agen

penerima elektron yang paling baik adalah molekul oksigen yang memiliki afinitas

tinggi terhadap elektron. Agen oksidan biasa disebut sebagai radikal yang dapat

meningkat sebagai hasil dari metabolisme normal atau proses patologi pada sel.

Anion superoksida (O2.-) adalah radikal bebas utama yang terbentuk dari

lepasnya satu elektron pada molekul O2. (Spiecker, 2001)

8

Gambar 2.1 Jalur Pembentukan Reactive Oxygen Species (ROS) (Kunsch and Chen, 2006)

Radikal bebas oksigen dan produk-produknya yang mampu

menyebabkan kerusakan oksidatif disebut sebagai reactive oxygen species

(ROS). ROS sendiri dapat berasal dari mitokondria, membran yang terikat

dengan oksidasi NAD(P)H (nicotinamide dinucleotide phosphate),

siklooksigenase, lipoksigenase, xanthine oxidase, cytochrome p450 oxidase, dan

NOS (nitric oxide synthase) (Spiecker, 2001).

Mitokondria merupakan penghasil energi untuk sel. Energi yang didapat

merupakan hasil dari transport elektron dan digunakan untuk memompa proton

keluar dari inner membrane mitokondria. Pada akhirnya, oksigen berperan

sebagai akseptor elektron terakhir. Namun, kebocoran elektron dapat terjadi

pada kompleks I dan III yang mengakibatkan elektron berikatan dengan oksigen

dan menghasilkan O2.-. Produksi O2

.- tergantung dari kondisi metabolik

mitokondrial dan meningkat ketika terjadi kelebihan elektron yang bisa terjadi

akibat adanya inhibisi fosforilasi oksidatif dan kelebihan konsumsi kalori. Namun

superoxide dapat dieluarkan ke dalam matrix oleh kompleks I dan III dan dapat

keluar menuju intermembrane space oleh kompleks III. Superoxide yang

Catalase

O2Molecular

Oxygen

Oksidases O2.-

SuperoxideONOO-

Peroxynitrite

Nitric oxide

.OHHydroxyl Radical

H2O2Hydrogen Peroxide

H2O2 + O2

Fenton Reaction

SuperoxideDismutase

9

dikeluarkan dapat menjadi H2O2 berkat bantuan enzim dari mitokondria (MnSOD

dan CuZnSOD). Namun, inner membrane mengandung kompleks besi yang

dapat mendorong terjadinya fenton reaction pada H2O2 sehingga muncul

hydroxyl radical yang sangat reaktif dan menjadi oksidan yang poten.

Gambar 2.2 Produksi superoksida pada mitokondria (Szeto, 2006)

Xanthine oxidase merupakan enzim yang terlibat dalam katabolisme purin

yang mengoksidasi hypoxanthine menjadi xanthine, kemudian mengoksidasi

xanthine menjadi asam urat. Ketika xanthine oxidase mengoksidasi xanthine dan

hypoxanthine, maka terbentuk O2− dan H2O2 (Gutteridge, 1994).

Cyclooxygenase adalah enzim yang mengubah arachidonic acid menjadi

PGG dan PGH (prekursor dari prostaglandin), atau yang bisa disebut dengan

endoperoxides. Cyclooxygenase bekerja bersama dengan lipooxygenase pada

arachidonic acid pathway. Lipoksigenase yang juga merupakan faktor oksidan

merupakan sebuah enzim yang terlibat dalam sintesis eikosanoid dan

membentuk Hydroperoxides (Katzung, 2002). Cyclooxygenase sendiri akan

mengoksidasi asam lemak, selain itu, cyclooxygenase akan menyebabkan

munculnya prostaglandin dan prostacyclin yang akan meningkat disertai dengan

10

inflamasi (Link, 1993). Sedangkan pada lipoksigenase, hydroperoxides (HO2)

dapat kehilangan satu atom hidrogennya ketika bereaksi dengan asam lemak

sehingga dapat menjadi oksidan (Scheineder, 2007).

Gambar 2.3 Mekanisme Kerja Reactive Oxygen Species (Landmesser and Drexler, 2006)

Namun oksidasi NAD(P)H menghasilkan 90% produksi O2- pada

pembuluh darah dengan reaksi: NADPH + 2O2 2O2.- + NADP+ + H+, sehingga

superoksida (O2−) merupakan radikal bebas yang paling sering dijumpai.

Superoksida kemudian mengalami dismutasi menjadi hidroge peroksida (H202)

dan bisa dipecah mejadi hydroxyl (OH.) yang bersifat toksik dan amat reaktif.

Selain hidrogen peroksida, ada senyawa asam hipoklorus, besi, dan tembaga.

Pada saat produksi ROS meningkat dan melebihi kapasitas enzim antioksidan,

maka terjadi apa yang disebut sebagai oxidative stress. (Spiecker, 2001)

Ketika molekul seperti lemak, DNA, dan protein berinteraksi dengan

radikal bebas, struktur dan fungsi molekul tersebut akan berubah dan mengalami

gangguan. Hal ini terjadi pada makrofag dan neutrofil. Makrofag dan neutrofil

memiliki peran penting dalam sistem pertahanan tubuh, namun juga menjadi

e- e-

+

ONOO-

NO.

LDL – Chol.HypertensionDiabetesSmoking

O2-

.

e-

H2O2H2O + O2

Inflammatory genes

Lipid Oxidation

Lipid Oxidation

Lipoxygenase

NADPH OxidasesXanthine Oxidase

MitochodriaCyclooxygenase

CatalaseGluathione – peroxidaseThioredoxin

Superoxide Dismutases

11

sumber kerusakan jaringan dengan mengeluarkan tissue damaging oxidant

selama mereka mengalami proses aktivasi. Ketika makrofag memakan LDL,

makrofag mengeluarkan senyawa oksidan. Akibatnya, LDL mengalami oksidasi

dan menjadi oxLDL. (Chen, 1999; Spiecker, 2001)

2.3.2 Zat Antioksidan

Senyawa antioksidan bekerja dengan berikatan pada LDL. Antioksidan

yang dapat berikatan dengan LDL adalah antioksidan yang dapat berikatan

dengan lemak atau bisa disebut dengan antioksidan larut lemak (Packer, 1992;

Singh,1992). Hal ini membuat LDL yang telah dimakan oleh makrofag tidak dapat

dioksidasi oleh adanya antioksidan yang larut lemak (Petterson, 1996). Menurut

American Hearth Association, zat antioksidan utama yang dapat melindungi

sistem kardiovaskular manusia adalah beta karoten, vitamin C, dan vitamin E.

Selain itu, vitamin C dan vitamin E dapat disebut sebagai radical scavenger

antioxidant (Niki, 2004).

Gambar 2.4 Oksidasi LDL yang Menimbulkan Aterosklerosis dan Penghambatannya oleh Antioksidan (Niki, 2004)

12

Vitamin E merupakan antioksidan lipofilik utama. Vitamin E yang

berbentuk Tocotrienol, terutama dalam bentuk γ dapat berfungsi sebagai agen

hipokolesterolemik. Tocotrienol dapat menghambat biosintesis kolesterol melalui

inhibisi aktifitas reduktase HMG CoA (Packer, 1992). Vitamin ini normalnya

berada di dalam LDL dengan konsentrasi 4-8 molekul per LDL. Vitamin E yang

berlebihan (> 20 vit E / LDL) tidak dapat menyebabkan efek antiaterogenik.

Dalam proses penghambatan proses oksidasi, vitamin E membutuhkan peran

vitamin C. Vitamin C sebenarnya adalah vitamin yang larut air, bukan larut lemak,

namun amat dibutuhkan untuk meregenerasi vitamin E yang teroksidasi

(bersama dengan LDL) menjadi bentuk reduksi aktif (Johnson, 2003).

Selain vitamin E, Singh pada tahun 1992 menyatakan bahwa β-karoten

juga dapat berperan sebagai senyawa antioksidan bagi tubuh. Β-karoten yang

sering disebut juga sebagai pro-vitamin A juga merupakan vitamin larut lemak.

hal ini menyebabkan vitamin A dapat masuk ke LDL dan mencegah oksidasi

pada LDL.

2.4 Moringa oleifera

Moringa oleifera adalah tumbuhan tropis yang dikenal dengan nama

horseradish, drumstick tree, atau yang lebih dikenal dengan nama kelor di

Indonesia. Tumbuhan ini sudah lama dikenal sebagai tanaman yang memiliki

berbagai efek terapi pada berbagai penyakit. Bahkan di India daun kelor telah

dikenal dapat menyembuhkan 300 penyakit. Selain itu tanaman ini juga dapat

digunakan sebagai sumber pangan (Trees for Life, 2005).

13

2.4.1 Klasifikasi dan Morfologi

Tanaman ini merupakan famili Moringaceae, genus Moringa Adans.

(USDA, 2009). Tumbuhan yang berasal dari daratan Asia Selatan ini bergenus

Moringa oleifera Lam.. Kini tumbuhan ini dapat ditemukan di berbagai tempat di

daerah beriklim tropis.

Tabel 2.1 Klasifikasi Moringa oleifera (USDA, 2009)

Kingdom Plantae – Plants

Subkingdom Tracheobionta – Vascular plants

Superdivision Spermatophyta – Seed plants

Division Magnoliophyta – Flowering plants

Class Magnoliopsida – Dicotyledons

Subclass Dilleniidae

Order Capparales

Family Moringaceae – Horse-radish tree

family

Genus Moringa Adans. – moringa

Species Moringa oleifera Lam. –

horseradishtree

Moringa oleifera adalah pohon yang berukuran kecil sampai sedang.

Pohon ini adalah pohon yang berkayu halus, bergetah, dan kulit kayunya

berwarna gelap. Daunnya memiliki lebar ¼ inchi. Bunga berwarna putih dan

bergerombol. Buahnya memiliki panjang 6 sampai 8 inchi dan biji polongnya

berbentuk segitiga (Hsu, 2006).

14

Gambar 2.5 Tepung Daun Moringa oleifera (tradercity.com, 2008)

Tumbuhan kelor tahan terhadap kekeringan dan penyakit. M.oleifera

dapat dengan mudah beradaptasi dengan berbagai macam ekosistem dan

sistem pertanian. Walaupun tanaman ini dapat dengan mudah tumbuh di tanah

yang kering dan berpasir serta tidak membutuhkan perlakuan khusus, namun

tidak bisa bertahan di suhu yang membeku. Pohonnya dapat tumbuh 6-7m per

tahun di area dengan curah hujan 400mm pada setiap musim hujan (Hsu, 2006).

2.4.2 Kegunaan

Horseradish atau kelor adalah tanaman yang serba guna. Tanaman ini

telah ditanam di seluruh daerah tropis. Kelor memiliki nutrisi yang tinggi, baik

bagi manusia maupun bagi hewan ternak. Minyak yang didapatkan dari bijinya

pun dapat dimakan dan juga bisa digunakan sebagai obat. Kulit batang, kulit

akar, buah, bunga, daun, biji, dan getahnya digunakan secara luas sebagai

bahan pengobatan tradisional masyarakat India. Di Indonesia, terutama di NTT,

kelor sudah banyak digunakan untuk bahan pangan, terutama diolah sebagai

sayur.

Semua bagian dari M.oleifera dapat digunakan seluruhnya sebagai bahan

makanan yang mengandung berbagai nutrisi dan sebagai obat. Di negara-

15

negara miskin, tanaman ini telah digunakan untuk mencegah gizi buruk.

Khasiatnya sebagai obat telah dikenal sejak dahulu di berbagai negara sebagai

obat untuk menyembuhkan anemia, asma, cacingan, sakit kepala, diabetes,

diare, tekanan darah yang abnormal, dan sebagainya. Penelitian ilmiah yang

telah dilakukan, secara perlahan telah membuktikan kegunaan dalam bidang

medis (Trees For Life, 2005)

2.4.3 Kandungan nutrisi

Moringa telah digunakan untuk memberantas malnutrisi terutama pada

ibu dan bayi. Dedaunannya dapat dimakan dalam keadaan segar, dimasak, atau

diolah dalam bentuk bubuk (Fahey, 2005). Bahkan telah dibuktikan bahwa daun

kelor yang dikeringkan dan diolah menjadi bubuk mengalami peningkatan kadar

nutrisi, kecuali pada vitamin C yang mengalami penurunan (Trees For Life,

2005).

Analisa nutrisi yang telah dilakukan oleh banyak pihak telah menunjukkan

bahwa tanaman kelor kaya akan nutrisi esensial yang penting untuk pecegahan

penyakit. Moringa juga mengandung asam amino yang jarang dimiliki oleh

tanaman lain seperti arginine, histidine, isoleucine, leucine, lysine, methionine,

phenylalimine, threonine, thryptophan, dan valine (Trees For Life, 2005).

16

Tabel 2.2 Kandungan Vitamin Daun Moringa oleifera (Trees For Life, 2005)

KANDUNGAN VITAMIN

Daun segar Daun yang diolah menjadi bubuk

Vitamin A 4 kali lebih banyak dari

wortel

Vitamin A 10 kali lebih banyak dari

wortel

Vitamin C 7 kali lebih banyak dari jeruk Vitamin C ½ kali lebih banyak dari

jeruk

Kalsium 4 kali lebih banyak dari susu Kalsium 17 kali lebih banyak dari susu

Potasium 3 kali lebih banyak daripada

pisang

Potasium 15 kali lebih banyak daripada

pisang

Besi ¾ kali dari bayam Besi 25 kali dari bayam

Protein 2 kali lebih banyak dari yogurt Protein 9 kali lebih banyak dari yogurt

Dalam tabel di atas, terlihat bahwa daun kelor sendiri secara umum

memiliki nutrsi yang sangat besar, baik tanpa diolah, walaupun dengan

pengolahan. Dr. Kamala Krishnaswanny mengatakan bahwa Moringa merupakan

sumber vitamin A yang paling kaya. Pada tahun 1997-1998, Action of African

Development (AGADA) dan Church World Service telah melakukan percobaan

dengan memberikan bubuk daun Moringa untuk mencegah malnutrisi pada anak

dan ibu hamil di Senegal. Hasilnya sangat memuaskan. Berat badan anak-anak

meningkat dan terjadi perbaikan kesehatan secara keseluruhan, wanita hamil

sembuh dari anemia dan bayi mereka lahir dengan berat badan yang tinggi.

Selain itu terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang menyusui (Tree For

Life, 2005). Pada kelor varian NTT, kita dapat menemukan bahwa zat yang

terkandung tidak berbeda jauh dengan kelor pada umumnya.

17

Tabel 2.3 Kandungan Zat Gizi Kelor Varian NTT per 100gr tepung (Therik, 2008)

Parameter Satuan Kelor Merah Kelor Hijau

Protein % 23,68 27,02

Karbohidrat % 25,89 27,33

Lemak % 1,04 1,97

Besi ppm 13,86 10,74

Phospor ppm 1,29 1,34

Zinc ppm 16,473 23,643

Kalium ppm 88.884,27 93.274,34

Cuprum (Cu) ppm 12,428 14,086

Serat ppm 32,73 36,08

Kalsium (Ca) ppm 10.468,19 10.619,47

Vitamin A Gram/100 gr 19,65

Vitamin C Gram/100 gr 9,07

Vitamin B1 Gram/100 gr 8,03

Vitamin B2 Gram/100 gr 8,53

Vitamin B3 Gram/100 gr 8,67

Pada tahun 2005, Fahey dalam jurnalnya menyatakan bahwa tanaman

Moringa oleifera Lam. mengandung zat fitokimia. Sebenarnya semua tumbuhan

memiliki zat ini, karena fitokimia sendiri merupakan zat kimia yang dihasilkan

oleh tumbuhan. Pada umumnya, zat fitokimia pada moringa mengandung gula

sederhana, rhamnose, glukosinolat dan isothiocyanate. Moringa juga

mengandung jenis fitokimia lain, yaitu karoten (termasuk β-karoten atau pro-

18

vitamin A), tocopherol (vitamin E), fenolat serta flavonoid yang berperan sebagai

agen antioksidan (FloraPur, 2009; Sreelatha, 2009)

Flavonoid adalah salah satu kelompok polifenolat yang terkandung dalam

tumbuhan. Senyawa ini dapat ditemukan pada sayur dan buah-buahan.

Konsentrasinya lebih besar pada daun dan kulit daripada di dalam jaringan

dalam pada tumbuhan. Flavonoid telah diketahui memiliki zat antioksidan. Zat di

dalam flavonoid dapat menghambat senyawa oksidan dan dapat bertindak

sebagai metal chelators dan radical scavenger antioxidant (Niki, 2003). Selain

itu, sebenarnya flavonoid berfungsi untuk menstabilkan asam askorbat, terutama

ketika terdapat ion logam yang dapat menghancurkan asam askorbat secara

cepat (Sreelatha, 2009)

2.5 Hubungan Antara Aterosklerosis, VCAM-1, dan Moringa oleifera

Terjadinya aterosklerosis diawali oleh monosit dan LDL yang

menginfiltrasi dinding arteri yang diikuti oleh terjadinya pembentukan sel busa.

Peningkatan LDL dalam plasma menyebabkan sel endotel pada dinding arteri

terpapar oleh LDL itu sendiri. Jika kadar LDL berlebihan, maka LDL akan

menginfiltrasi ke dalam lapisan subendotelial. LDL akhirnya terkumpul di dalam

ruang subendotelial dan terjadi retensi. Retensi itu menyebabkan endotel

teraktifasi yang disebabkan oleh gagalnya proses perlindungan (ateroprotektif)

dan proses vasodilasi yang dilakukan oleh nitric oxide (NO). Aktifasi endotel

menyebabkan ekspresi molekul adhesi seperti VCAM-1 muncul dan meningkat

(up-regulated) (Chen,1999). VCAM-1 memediasi infiltrasi monosit ke dalam

lapisan intima arteri. Monosit kemudian berdiferensiasi menjadi makrofag dan

memakan LDL yang tertahan di dalam dinding arteri dan mengoksidasi LDL

tersebut. Di dalam makrofag, LDL dioksidasi menjadi bentuk oxLDL. Makrofag

19

dengan oxLDL di dalamnya ini membentuk sel busa yang menjadi cikal bakal

terjadinya plak atau trombus pada aterosklerosis.

Salah satu cara untuk mencegah timbulnya aterosklerosis adalah dengan

zat antioksidan. Untuk aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular pada

umumnya, yang dibutuhkan adalah zat antioksidan yang larut lemak, seperti

vitamin A dan E (Petterson,1996), selain itu juga dibutuhkan vitamin C yang

digunakan untuk regenerasi vitamin E. Pada tanaman Moringa oleifera Lam, kita

dapat ditemukan kandungan antioksidan berupa β-karoten, vitamin C, dan

vitamin E (Sreelatha,2009). Antioksidan akan berikatan dengan LDL sehingga

makrofag tidak dapat mengoksidasi LDL dan membentuk sel busa. Selain itu,

dapat membatasi perluasan rusaknya sel endotel sehingga aktifasi sel endotel

akan berkurang dan kadar VCAM-1 dalam jaringan akan turun.

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1 Kerangka Konsep

Keterangan:

20

Efek meningkatkan Efek menghambat

LDL ↑

oxLDL ↑

Stres Oksidatif

Aktivasi Faktor Transkripsi(NF-κB ↑)

↓Ekspresi Gen Proinflamasi

Kelor

Antioksidan(β-karoten, Vitamin C, Vitamin E,

Senyawa Polifenolat)

Zat Pro-inflamasi(Kadar VCAM-1 ↑)

ROS ↑

Diet Aterogenik

Trauma Mikro Endotel

Kerusakan Endotel ↑

Aterosklerosis

Inflamasi

21

3.2 Penjelasan Kerangka Konsep

Diet aterogenik akan meningkatkan kadar LDL dalam tubuh. Peningkatan

LDL ini merupakan faktor penyebab rusaknya sel endotel. LDL akan

menginfiltrasi dinding arteri dan menyebabkan inflamasi. Selanjutnya, sel endotel

akan mengeluarkan nitric oxide (NO) yang berperan sebagai ateroprotektif,

sekaligus dapat menjadi zat oksidan yang poten, serta mengalami aktifasi

sehingga sel endotel mengeluarkan zat proinflamasi termasuk molekul adesi

VCAM-1. Bersamaan dengan itu, zat oksidan menstimulasi aktivasi faktor

transkripsi, salah satunya adalah NF-κB, yang pada tahap berikutnya juga akan

mengekspresikan gen proinflamasi. Gen-gen pro-inflamasi ini akan memproduksi

zat-zat proinflamasi, termasuk VCAM-1, sehingga kadarnya semakin meningkat.

Peningkatan kadar VCAM-1 menyebabkan makin banyak monosit (makrofag)

yang menginfiltrasi dinding arteri. Makrofag akan menghasilkan reactive oxygen

species (zat oksidan) yang akan kembali merangsang NF-κB untuk aktif dan

mendorong aktifasi gen proinflamasi.

Makrofag yang menginfiltrasi dinding arteri juga akan memakan LDL yang

menumpuk, dan LDL yang difagosit oleh makrofag akan mengalami oksidasi dan

membentuk oxLDL. Makrofag yang berisi oxLDL akan membentuk foam cell yang

bila menumpuk akan membentuk plaque dan akan berkembang menjadi

aterosklerosis (Hansson, 2005)

Dengan pemberian tepung daun kelor (Moringa oleifera) varietas NTT,

yang mengandung antioksidan pro-vitamin A, vitamin C, vitamin E, dan senyawa

polifenolat dalam jumlah cukup tinggi, diharapkan ROS dapat diikat, yang akan

22

ditandai dengan menurunnya kadar VCAM-1, yang akhirnya dapat menekan

inflamasi, juga menghambat stress oksidatif dan memperbaiki aterosklerosis.

3.3 Hipotesis Penelitian

Pemberian tepung daun kelor (Moringa oleifera) varietas NTT dapat

menurunkan kadar Vascular Cell Adhesion Molecule 1 (VCAM-1) pada jaringan

tikus (Rattus norvegius) strain Wistar dengan diet aterogenik.

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Rancangan

eksperimental yang digunakan adalah rancangan eksperimen sederhana (post

test control group design) dimana subyek dibagi menjadi 7 kelompok (I sampai

dengan VII) secara random. Tiap kelompok terdiri dari 5 tikus. Kelompok I adalah

tikus diberi diet normal saja (kontrol negatif), kelompok II tikus diberi diet

aterogenik saja, sedangkan kelompok III sampai dengan VII (5 kelompok) diberi

diet aterogenik selama 90 hari, kemudian diberi asupan tepung daun kelor

varietas NTT dengan dosis berbeda (0, 5, 10, 20, dan 40 mg/ml) (Chumark et al.,

2007) secara per oral dengan sonde setiap hari sekali selama 30 hari. Selama

pemberian tepung daun kelor varietas NTT, diet kelima kelompok (III sampai

dengan VII) diganti diet normal. Kemudian diobservasi dan dibandingkan efek

tepung daun kelor varietas NTT terhadap kadar VCAM-1 dalam jaringan aorta

tikus (Nahrendorf et.al, 2006).

4.2 Binatang Coba

4.2.1 Binatang Coba, Objek dan Teknik Randomisasi

Binatang coba dalam penelitian ini adalah tikus jenis Rattus norvegius

galur wistar yang dipelihara di Laboratorium Fisiologi Fakultas Kedokteran

Universitas Brawijaya Malang. Pemeliharaan dilakukan dalam kandang bebas

patogen penyakit.

Objek penelitian yang dipakai adalah tikus wistar jenis kelamin jantan,

dewasa dengan umur ± 2 bulan. Teknik randomisasi untuk pengelompokan

23

24

perlakuan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau

Randomized Completely Design (RCD) mengingat baik hewan coba, bahan

pakan, dan bahan penelitian lainnya dapat dikatakan homogen. Pada rancangan

ini dimungkinkan setiap hewan coba berpeluang sama untuk mendapat

kesempatan sebagai sampel baik dalam kelompok perlakuan maupun dalam

kelompok kontrol.

4.2.2 Estimasi Jumlah Pengulangan

Dalam penelitian ini terdapat 7 perlakuan, maka jumlah binatang coba

untuk masing-masing perlakuan dapat dicari dengan rumus [(np-1) – (p-1)] ≥ 16

dengan n = jumlah pengulangan tiap perlakuan; p = jumlah perlakuan. Dari

sejumlah sampel ini akan diuji dengan level signifikasi 95%.

[(np-1) – (p-1)] ≥ 16

[(7n-1) – (7-1)] ≥ 16

(7n-1) – 6 ≥ 16

(7n-1) ≥ 22

7n ≥ 23

n ≥ 3,29 (4)

Dari rumus tesebut, jika banyak perlakuan adalah 7 maka jumlah

pengulangan yang dibutuhkan untuk tiap-tiap kelompok perlakuan adalah 4.

Sedangkan 1 ekor sisanya untuk cadangan. Jadi untuk 7 kelompok dibutuhkan

sebanyak 35 tikus (Solimun, 2001).

4.2.3 Kriteria Inklusi

1. Strain wistar

2. Umur 2 bulan

25

3. Berat badan ± 200 gr

4. Jenis kelamin jantan

5. Dalam keadaan sehat selama penelitian

4.2.4 Kriteria Eksklusi

Tikus yang selama penelitian tidak mau makan, tikus yang kondisinya

menurun, sakit dalam masa persiapan atau adaptasi.

4.3 Variabel Penelitian

Variabel bebas pada penelitian ini adalah pemberian per oral tepung daun

kelor varietas NTT dengan dosis 0, 5, 10, 20, 40 mg/ml . Pemberian per oral

tepung daun kelor varietas NTT dengan sonde dilakukan selama 30 hari

(Chumark et al., 2007).

Variabel tergantung pada penelitian ini adalah kadar VCAM-1 dalam

jaringan aorta tikus.

Variabel kendali adalah variabel yang dapat dikendalikan oleh peneliti

agar objek penelitian selalu terkendali dan dalam keadaan homogen. Variabel

kendali dalam penelitian ini meliputi sebagai berikut.

1. Jenis tikus

2. Umur tikus

3. Jenis kelamin tikus

4. Berat badan awal

5. Pemberian diet aterogenik

6. Kondisi lingkungan kandang

7. Pemberian per oral tepung daun kelor dengan sonde

26

4.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Eksperimen ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi Fakultas

Kedokteran Universitas Brawijaya pada bulan Januari sampai dengan Juni 2010.

4.5 Alat dan Bahan Penelitian

4.5.1 Alat

1. Alat Pemeliharaan Binatang Coba

Kandang dari kotak plastik, tutup kandang dari anyaman kawat, botol

air, rak tempat menaruh kandang

2. Alat Pembuat Makanan Binatang Coba

Baskom plastik, timbangan, sarung tangan, gelas ukur

3. Alat Pengambilan Sampel

Seperangkat alat bedah, kapas, alat pemotong jaringan

4. Alat Pemeriksaan VCAM-1 pada jaringan aorta.

Preparat imunohistokimia dan mikroskop.

4.5.2 Bahan Penelitian

1. Bahan Makanan Tikus

Pakan tikus dewasa per ekor per hari adalah 30 gram. Dalam

penelitian ini terdapat dua macam pakan tikus yaitu diet aterogenik

untuk tikus kelompok perlakuan tepung daun kelor varietas NTT dosis

0, 5, 10, 20, 40 mg/ml serta kelompok tikus dengan diet aterogenik

dan diet normal untuk kelompok kontrol negatif. Adapun komposisi

pakan normal dan diet aterogenik akan dijelaskan sebagai berikut.

a. Pakan normal yang terdiri dari comfeed PARS 53% (dengan

kandungan air 12 %, protein 11 %, lemak 4 %, serat 7 %, abu 8

27

%, Ca 1,1 %, fosfor 0,9 %, antibiotika, coccidiostat 53 %) dan

tepung terigu 23,5 %, dan air 23,5 %.

b. Diet aterogenik yang terdiri dari PARS 50 %, tepung terigu 25 %,

kolesterol 2,2 %, minyak babi 5 %, dan air 17,8 %.

2. Tepung daun kelor varietas NTT

Tepung daun kelor varietas NTT yang digunakan yaitu tepung daun

kelor yang diproduksi oleh PT. Timor Mulia Sentosa.

3. Bahan Pemeriksaan Imunohistokimia

Jaringan tikus, VCAM-1, alat untuk melakukan imunohistokimia

4.6 Definisi Operasional

1. Pemberian per oral tepung daun kelor varietas NTT

Perlakuan (Intervensi) adalah pemberian suplementasi tepung kelor 0,

5, 10, 20, 40 mg/ml/hari (Chumark et al., 2007) dengan cara

dimasukkan per oral dengan sonde.

2. Tikus Wistar

Tikus yang digunakan adalah dari galur wistar dengan jenis kelamin

jantan, berumur 2 bulan, dan berat badan ± 200 gr, yang diperoleh

dari Laboratorium Fisiologi Universitas Brawijaya Malang.

3. Diet aterogenik

Diet aterogenik adalah pakan tinggi kolesterol yang dimodifikasi

dengan formulasi khusus untuk menimbulkan keadaan

aterosklerosis pada hewan coba tikus yang terdiri dari Comfeed

PARS 50 %, tepung terigu 25 %, kolesterol 2,2 %, minyak babi 5 %,

dan air 17,8 %. Pemberian pakan ini dilakukan selama 90 hari

(Tsalissavrina, 2005).

28

4. Kadar VCAM-1 dalam jaringan aorta

Kadar VCAM-1 dalam jaringan adalah kadar VCAM-1 yang diukur

dengan metode Imunohistokimia pada setiap kelompok tikus.

4.7 Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh pengetahuan mengenai efek

tepung daun kelor (Moringa oleifera) varietas Nusa Tenggara Timur (NTT)

terhadap kadar Vascular Cell Adhesion Molecule 1 (VCAM-1) jaringan aorta tikus

(Rattus norvegius) wistar dengan diet aterogenik. Alur penelitian dapat dijelaskan

melalui bagan berikut.

Adaptasi (7 hari)

Diet Aterogenik (90 hari)

I Kontrol negatif(120 hari)

IIKontrol positif(dibunuh pada hari ke 90)

Pemeriksaan Kadar VCAM-1 Jaringan

Analisa data

IIIDiet normal + 0 mg/mlKelor(30 hari)

IVDiet normal + 5 mg/mlKelor(30 hari)

VDiet normal + 10 mg/mlKelor (30 hari)

VIDiet normal + 20mg/mlKelor (30 hari)

VIIDiet normal +40mg/mlKelor (30 hari)

35 ekor tikus

Diet normal

29

4.7.1 Adaptasi

Selama proses adaptasi, semua kelompok tikus diberi pakan standart

(normal) yang terdiri dari comfeed PARS, tepung terigu, dan air. Masing-masing

tikus mendapatkan 30 gram dari campuran bahan tersebut dan diberikan secara

ad libitum, yang berarti tikus diberi makan dan diberi kebebasan untuk

mengonsumsi makanannya sesuai dengan kebutuhan biologisnya.

4.7.2 Diet Aterogenik

Diet aterogenik yang terdiri dari PARS 50 %, tepung terigu 25 %,

kolesterol 2,2 %, minyak babi 5 %, dan air 17,8 %. Pemberian pakan ini

berlangsung selama 90 hari. Tiap minggu tikus ditimbang berat badannya. Berat

pakan sisa tikus ditimbang setiap hari. Data berat pakan sisa ini dipergunakan

untuk mengetahui kalori tikus per hari. Setelah 90 hari, 1 kelompok perlakuan

tikus kontrol positif dibunuh untuk melihat adanya plak aterosklerosis.

4.7.3 Perlakuan

4.7.3.1 Pemeliharaan

Dalam masa ini keenam kelompok tikus mendapat perlakuan yang

berbeda. Untuk kelompok III, setiap tikus mendapatkan pemberian tepung daun

kelor varietas NTT per oral dengan dosis 0 mg/ml + diet normal. Kelompok IV

diberi tepung daun kelor varietas NTT per oral dengan dosis 5 mg/ml dengan

sonde + diet normal. Kelompok V diberi tepung daun kelor varietas NTT per oral

dengan dosis 10 mg/ml + diet normal. Kelompok VI diberi tepung daun kelor

varietas NTT per oral dengan dosis 20 mg/ml + diet normal. Kelompok VII diberi

tepung daun kelor varietas NTT per oral dengan dosis 40 mg/ml + diet normal.

Kelompok diet aterogenik diberikan diet aterogenik saja tanpa diberi tepung daun

30

kelor varietas NTT per oral. Kelompok kontrol mendapat pakan normal (standar).

Sehari setelah pemberian per oral pertama, dilakukan pengulangan dengan

dosis yang sama untuk masing-masing kelompok. Kemudian dilakukan

pengulangan 29 kali lagi dengan selang waktu satu hari tiap pengulangan.

4.7.3.2 Pembedahan

Pemeriksaan kadar VCAM-1 jaringan tikus wistar pada eksperimen ini

memerlukan tindakan pembedahan. Setelah pemberian per oral ketigapuluh,

tikus dimatikan dengan cara pembiusan eter. Thorax dibuka kemudian sampel

jaringan diambil. Kemudian dari jaringan diperiksa kadar VCAM-1 pada jaringan

aorta tikus.

Cara Pemeriksaan dengan IMUNOHISTOKIMIA

1. Deparafinisasi dan rehidrasi

Xylol 1 selama 5 menit

Xylol 2 selama 5 menit

Xylol 3 selama 5 menit

Alkohol 100% selama 5 menit

Alkohol 95% selama 5 menit

Alkohol 90% selama 5 menit

Alkohol 80% selama 5 menit

Alkohol 70% selama 5 menit

2. Mencuci dengan PBS pH 7,4 (3 X 5 menit)

3. Menambah H2O2 3% inkibasi selama 20 menit

4. Mencuci dengan PBS pH 7,4 (3 X 5 menit)

5. Melakukan blocking dengan BSA 1 % selama 30 menit

6. Mencuci dengan PBS pH 7,4 (3 X 5 menit)

31

7. Menginkubasi dengan AB primer IgG mouse anti human VCAM-1 dalam PBS

1 jam temperatur 37oC

8. Mencuci dengan PBS pH 7,4 (2 X 5 menit)

9. Menambah AB sekunder anti IgG mouse anti human VCAM-1 biotin dalam

PBS 1 jam, suhu ruang

10. Mencuci dengan PBS pH 7,4 (3 X 5 menit)

11. Ditambah dengan SA HRP dalam PBS 1 jam, suhu ruang

12. Mencuci dengan PBS pH 7,4 (3X 5 menit)

13. Menambah DAB substrat, inkubasi selama 1 jam

14. Mencuci dengan akuades 3 x 5 menit

15. Counter strain dengan mayer hematoxylin

16. Mencuci dengan air kran secukupnya

17. Mounting dengan entelan

18. Menghitung jumlah VCAM-1 di bawah mikroskop dengan pembesaran

obyektif 100x sebanyak 10 lapang pandang.

4.8 Pengolahan dan Analisis Data

Hasil pengukuran kadar VCAM-1 jaringan aorta tikus kontrol dan

perlakuan dianalisis secara statistik dengan menggunakan program SPSS 15

untuk Windows XP dengan tingkat signifikansi 0,05 (p= 0,05) dan taraf

kepercayaan 95% (α= 0,05)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

5.1 Hasil Penelitian

Pada penelitian ini didapatkan data hasil untuk masing-masing kelompok

perlakuan. Penelitian ini terdiri dari tujuh macam perlakuan, yaitu kelompok I

adalah tikus diberi diet normal saja (kontrol negatif), kelompok II tikus diberi diet

aterogenik saja, sedangkan kelompok III sampai dengan VII (5 kelompok) diberi

diet aterogenik selama 90 hari, kemudian diberi asupan tepung daun kelor

varietas NTT dengan dosis berbeda (0, 5, 10, 20, dan 40 mg/ml) secara per oral

dengan sonde setiap hari sekali selama 30 hari. Selama pemberian tepung daun

kelor varietas NTT, diet kelima kelompok (III sampai dengan VII) yang awalnya

berupa diet aterogenik selama 90 hari, diganti dengan diet normal selama 30

hari. Perincian data hasil penelitian berupa kenaikan berat badan adalah sebagai

berikut.

Tabel 5.1 Karakteristik Tikus Pada Awal Percobaan

Kelompok Perlakuan

I II III IV V VI VIIP

n (jumlah) 5 5 5 5 5 5 5Rata-rata Berat Badan Awal (gr)

137,82±9,36

137,58±9,62

139,9±16,08

131,60±21,45

131,20±14,58

135,62±5,79

129,60±11,53

0,854

Tabel 5.2 Karakteristik Tikus Pada Akhir Percobaan

Kelompok Perlakuan

I II III IV V VI VII

PDiet

Normal 120 hari

Diet Aterogenik

90 hari

Perlakuan Terapi Setelah 90 Hari Diet Aterogenik Diet

normal +0

mg/ml kelor 30

hari

Diet normal

+5 mg/ml

kelor 30 hari

Diet normal

+10 mg/ml

kelor 30 hari

Diet normal

+20 mg/ml

kelor 30 hari

Diet normal

+40 mg/ml

kelor 30 hari

Jumlah (n) 5 5 5 5 5 5 5Rata-rata

Berat 340,29±

48,08363,35±

27,19392,08±

40,41381,48±

18,43350,85±53,71

385,55±36,23

374,98±19,89

0,280

32

33

Badan Akhir (gr)Rata-rata Kenaikan

Berat Badan (gr)

202,47±53,56

225,77±27,17

252,18±46,71

249,88±29,81

219,65±59,76

249,93±40,33

245,38±24,29

0,420

Rata-rata Jumlah VCAM-1

(sel/lapang pandang)

2,20±1,67(a)

5,78±0,86(b)

4,98±2,11(ab)

4,38±1,91(ab)

3,20±1,77 (ab)

1,93±1,04(a)

2,98±0,62(ab)

0,013

Kenaikan berat badan tertinggi terdapat pada kelompok perlakuan III

dengan rata-rata sebesar 252,18±46,17 gram dan terendah pada kelompok

perlakuan I dengan rata-rata sebesar 202,47±53,56 gram. Hal ini menunjukkan

bahwa tikus kelompok perlakuan kontrol negatif mengalami peningkatan berat

badan yang lebih kecil daripada kelompok perlakuan yang diberi diet aterogenik,

seperti yang telah ditampilkan pada gambar 5.1.

P=0,420Gambar 5.1 Grafik Hubungan Antara Kelompok Perlakuan dan Rata-rata Kenaikan Berat

Badan Tikus Keterangan: I (Kontrol Negatif); II (Kontrol Positif); III (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal); IV (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 5 mg/ml kelor); V (90 hari diet aterogenik+30

hari diet normal dan 10 mg/ml kelor); VI (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 20 mg/ml kelor); VII (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 40 mg/ml kelor)

34

Penghitungan jumlah VCAM-1 dilakukan terhadap kelompok II dengan

menggunakan metode pewarnaan Immunohistokima (IHK) dari jaringan aorta

tikus Wistar yang diamati pada hari ke-90 perlakuan dan pada hari ke-120

perlakuan untuk kelompok I, III, IV, V, VI, dan VII. Penghitungan jumlah VCAM-1

pada jaringan aorta tikus Wistar yang dilakukan terhadap masing-masing

kelompok perlakuan ditampilkan pada lampiran 3 dan lampiran 4. Jumlah VCAM-

1 pada masing-masing jaringan aorta tikus dihitung sebanyak 10 lapang

pandang, lalu diambil rata-ratanya dan dijumlahkan atau dikurangkan dengan

standar deviasi.

Gambar 5.2 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan I (Kontrol Negatif)Keterangan: Huruf L menunjukkan lumen aorta, sedangkan E menunjukkan lapisan endotel. Pada gambar tidak ditemukan adanya VCAM-1 di endotel. Diamati dengan mikroskop pembesaran 100X.

L

E

35

Gambar 5.3 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan II (Kontrol Positif)Keterangan: Huruf L menunjukkan lumen aorta, sedangkan E menunjukkan lapisan endotel. Pada gambar banyak ditemukan VCAM-1 di endotel. Tanda panah menunjukkan VCAM-1. Diamati dengan mikroskop pembesaran 100X

Gambar 5.4 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan III (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 0mg/ml kelor)

Keterangan: Huruf L menunjukkan lumen aorta, sedangkan E menunjukkan lapisan endotel. Pada gambar dapat ditemukan VCAM-1 di endotel. Tanda panah menunjukkan VCAM-1. Diamati dengan mikroskop pembesaran 100X

Gambar 5.5 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan IV (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 5mg/ml kelor)

Keterangan: Huruf L menunjukkan lumen aorta, sedangkan E menunjukkan lapisan endotel. Pada gambar dapat ditemukan VCAM-1 di endotel dalam jumlah yang sedikit. Tanda panah menunjukkan VCAM-1. Diamati dengan mikroskop pembesaran 100X

L E

LE

L

E

36

Gambar 5.6 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan V (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 10mg/ml kelor)

Keterangan: Huruf L menunjukkan lumen aorta, sedangkan E menunjukkan lapisan endotel. Pada gambar dapat ditemukan VCAM-1 di endotel dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok perlakuan IV. Tanda panah menunjukkan VCAM-1. Diamati dengan mikroskop pembesaran 100X

Gambar 5.7 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan VI (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 20mg/ml kelor)

Keterangan: Huruf L menunjukkan lumen aorta, sedangkan E menunjukkan lapisan endotel. Pada gambar dapat ditemukan VCAM-1 di endotel dalam jumlah yang sangat sedikit atau bahkan tidak ditemukan sama sekali. Diamati dengan mikroskop pembesaran 100X

Gambar 5.8 Hasil Pengamatan Pada Kelompok Perlakuan VII (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 40mg/ml kelor)

Keterangan: Keterangan: Huruf L menunjukkan lumen aorta, sedangkan E menunjukkan lapisan endotel. Pada gambar dapat ditemukan VCAM-1 di endotel dalam jumlah yang sedikit. Tanda panah menunjukkan VCAM-1. Diamati dengan mikroskop pembesaran 100X

L

L

L

E

E

E

37

Rata-rata jumlah VCAM-1 jaringan kelompok 120 hari diet normal (kontrol

negatif) sebesar 2,20±1,67 sel/lapang pandang. Rata-rata jumlah VCAM-1

jaringan kelompok yang 90 hari hanya diberi diet aterogenik (kontrol positif)

sebesar 5,78±0,86 sel/lapang pandang. Rata-rata jumlah VCAM-1 jaringan

kelompok 90 hari diet aterogenik yang dilanjutkan dengan 30 hari diet normal

tanpa pemberian kelor sebesar 4,98± 2,11 sel/lapang pandang. Rata-rata jumlah

VCAM-1 jaringan kelompok 90 hari diet aterogenik yang dilanjutkan dengan 30

hari diet normal dan pemberian kelor 5 mg/ml sebesar 4,38±1,91 sel/lapang

pandang. Rata-rata jumlah VCAM-1 jaringan kelompok 90 hari diet aterogenik

yang dilanjutkan dengan 30 hari diet normal dan pemberian tepung kelor 10

mg/ml sebesar 3,20±1,77 sel/lapang pandang. Rata-rata jumlah VCAM-1

jaringan kelompok 90 hari diet aterogenik yang dilanjutkan dengan 30 hari diet

normal dan pemberian tepung kelor 20 mg/ml sebesar 1,93±1,04 sel/lapang

pandang. Rata-rata jumlah VCAM-1 jaringan kelompok 90 hari diet aterogenik

yang dilanjutkan dengan 30 hari diet normal dan pemberian kelor 40 mg/ml

sebesar 2,98±0,62 sel/lapang pandang.

p=0,013

38

Gambar 5.9 Grafik Hubungan Antara Kelompok Perlakuan dan Rata-rata Jumlah VCAM-1 jaringan (sel/lapang pandang)

Keterangan: I (Kontrol Negatif); II (Kontrol Positif); III (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal); IV (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 5 mg/ml kelor); V (90 hari diet aterogenik+30

hari diet normal dan 10 mg/ml kelor); VI (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 20 mg/ml kelor); VII (90 hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 40 mg/ml kelor)

Dari gambar 5.9 terlihat rata-rata jumlah VCAM-1 jaringan terendah

terdapat pada kelompok perlakuan VI (90 hari diet aterogenik+30 hari deit normal

dan 20mg/ml kelor) yaitu sebesar 1,93±1,04 sel/lapang pandang. Sedangkan

rata-rata jumlah VCAM-1 jaringan tertinggi terdapat pada kelompok perlakuan 90

hari diet aterogenik saja yaitu sebesar 5,78±0,86 sel/lapang pandang.

5.2 Analisis Data

Data yang didapatkan dari hasil penelitian “Efek Tepung Daun Kelor

Varietas NTT terhadap Kadar VCAM-1 Jaringan Tikus Wistar Diet Aterogenik”

dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS 15 untuk Windows XP.

Rata-rata jumlah VCAM-1 jaringan berdasarkan gambar 5.2 menunjukkan bahwa

pada kelompok III, IV, V, VI, dan VII yang mendapat diet normal dengan atau

tanpa kelor memiliki jumlah VCAM-1 yang lebih rendah dibandingkan dengan

kelompok II (kontrol positif).

Hasil penelitian tersebut diuji dengan uji normalitas data dan homogenitas

varian, seperti tersusun dalam lampiran 5 dan 6. Untuk menguji normalitas

distribusi data digunakan Shapiro-Wilk. Didapatkan bahwa distribusi data hasil

penelitian ini adalah normal. Sedangkan untuk menguji homogenitas varian

digunakan Levene test. Dari hasil Levene test tampak bahwa data berasal dari

populasi-populasi yang memiliki varian sama (p=0,129). Oleh karena data hasil

penelitian memiliki distribusi normal, dan varian yang homogen, dapat dilakukan

pengujian One-way ANOVA.

39

Dari hasil tes tersebut didapatkan nilai rata-rata jumlah VCAM-1 dari

ketujuh populasi memang berbeda (p=0,013). Dengan demikian terdapat minimal

2 kelompok yang berbeda signifikan.

Analisis dilanjutkan dengan Post hoc test (Least Significant Difference)

yang bertujuan untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda secara

signifikan dari hasil tes ANOVA. Pada analisis ini digunakan Tukey HSD test

(lampiran 14).

Dari hasil Tukey HSD test terdapat perbedaan jumlah VCAM-1 jaringan

tikus secara nyata antara kelompok I (kontrol negatif) dan kelompok II (kontrol

positif) (p=0,044), namun kelompok I tidak memilik perbedaan yang signifikan

dengan kelompok perlakuan III (p=0,184), IV (p=0,433), V (p=0,964), VI

(p=1,000), dan VII (p=0,990). Selain itu ditemukan pula perbedaan yang

signifikan antara kelompok II (kontrol positif) dengan kelompok VI (90 hari diet

aterogenik+30 hari diet normal dan 20mg/ml kelor) (p=0.025). Selain itu tidak lagi

ditemukan adanya perbedaan yang siginifikan antara kelompok perlakuan II

dengan kelompok perlakuan III (p=0,988), IV (p=0,845), V (p=0,251), dan VII

(p=.0,176).

Untuk melengkapi hasil dari uji Tukey digunakan Homogeneous Subsets

yang digunakan untuk mencari grup atau subset mana saja yang memiliki

perbedaan rata-rata (Mean Difference) yang tidak berbeda secara signifikan.

Pada subset 1 menunjukkan adanya 6 kelompok, I (kontrol negatif), III (90 hari

diet aterogenik + 30 hari diet normal tanpa pemberian tepung daun kelor), IV (90

hari diet aterogenik+30 hari diet normal dan 5 mg/ml kelor), V (90 hari diet

aterogenik + 30 hari diet normal dan 10mg/ml kelor), VI (90 hari diet aterogenik +

30 hari diet normal dan 20 mg/ml tepung daun kelor), dan VII (90 hari diet

40

aterogenik+30 hari diet normal dan 40 mg/ml kelor) tidak memiliki perbedaan

yang signifikan satu dengan yang lain. Pada subset 2 terdapat kelompok

II,III,IV,V, dan VII. Namun dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang

signifikan sesuai hasil uji Tukey.

Dari hasil-hasil tersebut dapat dilihat penghitungan jumlah VCAM-1

jaringan pada kelompok perlakuan (III-VII) tidak signifikan meskipun cenderung

menurun dibandingkan dengan kontrol positif . Perbedaan yang signifikan terjadi

pada kelompok perlakuan II (kontrol positif) dengan VI (90 hari diet aterogenik +

30 hari diet normal dan 20mg/ml kelor) (p = 0,025), yang menjadikan kelompok

perlakuan VI (20 mg/ml) sebagai dosis efektif. Oleh karena itu dapat diambil

kesimpulan bahwa kelor memiliki efek menurunkan jumlah VCAM-1 jaringan.

BAB VI

PEMBAHASAN

Rata-rata kenaikan berat badan tikus menunjukkan bahwa tikus

perlakuan I (kontrol negatif) mengalami kenaikan berat badan yang lebih kecil

dari kelompok perlakuan lainnya. Tikus perlakuan II – VII diberi diet aterogenik

yang menyebabkan peningkatan berat badannya lebih besar. Pemberian diet

aterogenik itu juga menyebabkan tikus mengalami hiperlipidemia yang menjadi

salah satu faktor resiko terbentuknya plak dalam aterosklerosis (Falk, 2005)

Perbedaan jumlah VCAM-1 pada jaringan aorta di antara tikus wistar

yang telah diberi perlakuan juga terlihat dengan jelas. Nampak bahwa kelompok

perlakuan kontrol negatif memiliki jumlah VCAM-1 yang lebih rendah

dibandingkan dengan kelompok perlakuan kontrol positif secara signifikan. Hal ini

sesuai dengan penjelasan dan penelitian Ley (2001) dan Falk (2005) yang

menegaskan bahwa diet aterogenik itu merupakan stimuli penting akan timbulnya

aterosklerosis yang ditandai dengan meningkatnya jumlah VCAM-1 seperti yang

nampak pada kontrol postif.

Selain peningkatan VCAM-1 pada kelopok perlakuan kontrol positif

terhadap kontrol negatif, terjadi pula penurunan jumlah VCAM-1 jaringan pada

kelompok III, VI, dan V dibandingkan dengan kontrol positif, walaupun penurunan

tersebut tidak bermakna. Penurunan yang terjadi pada perlakuan VI bila

dibandingkan pada perlakuan II (kontrol positif) menunjukkan adanya penurunan

yang signifikan dibandingkan dengan kelompok III dan V. Pada perlakuan VII,

jumlah VCAM-1 mengalami kenaikan setelah sebelumnya pada perlakuan III – VI

41

42

mengalami penurunan, walaupun kenaikan yang terjadi tidak signifikan. Seperti

yang telah diteliti oleh Fahey (2005) dan Chumark (2007), Moringa oleifera Lam

memiliki kandungan antioksidan yang memiliki kemampuan untuk mengurangi

terjadinya inflamasi yang mendasari proses terjadinya aterosklerosis. Penelitian

yang dilakukan Fruebis (1999) telah memberi penjelasan bahwa antioksidan

menghambat ekspresi dari VCAM-1 pada dinding arteri. Dari beberapa penelitian

yang telah lama dilakukan itu, dapat dikatakan bahwa kemungkinan besar

kandungan antioksidan pada tepung daun kelor yang diberikan kepada tikus

mengakibatkan turunnya jumlah VCAM-1 jaringan yang merupakan sel adhesi

proaterosklerotik ini.

Aterosklerosis merupakan penyakit yang dikenal dengan istilah

“pengerasan arteri”. Penyakit ini merupakan chronic immunoinflammatory

disease dan merupakan penyebab penyakit kardiovaskular (Falk, 2005). Erling

Falk menuturkan bahwa level kolesterol plasma yang meningkat dapat memulai

fase awal terjadinya aterosklerosis.

Lesi aterosklerotik awalnya bermula dari sel endotel yang utuh, namun

mengalami disfungsi. Sel endotel yang rusak tidak dapat memproduksi nitric

oxide yang berfungsi untuk vasodilator dan ateroprotektif. Pada pasien dengan

hiperkolesterolemia, kadar LDL dalam darah amat tinggi dan amat mudah

memapar sel endotel. LDL akan menginfiltrasi sel endotel yang rusak dan

tertahan di bagian ruang subendotel pada intima arteri tersebut. LDL itu akan

dioksidasi oleh nitric oxide synthase (NOS) terlebih dahulu sehingga berubah

menjadi sitotoksik, proinflamatori, kemotaksik, dan proaterogenik. Selain itu, nitric

oxide yang dikeluarkan oleh sel endotel merupakan oksidan yang poten yang

berfungsi sebagai ateroprotektif. Hal ini mengakibatkan terjadinya inflamasi,

43

selain itu, sel endotel akan menjadi aktif dan ekspresi dari molekul adhesi dan

gen inflammasi yang dikeluarkan oleh sel endotel akan meningkat. (Falk, 2005).

Endotel yang teraktivasi oleh stimulus aterogenik dan proinflamatori akan

meningkatkan ekspresi molekul adhesi, terutama vascular-cell adhesion

molecule 1 (VCAM-1). Pengaktifan VCAM-1 terjadi melalui mekanisme redox-

sensitive yang melibatkan aktivasi faktor transkripsi NF-κB (Nuclear Factor κB).

NF-κB akan aktif ketika sel endotel mengalami kerusakan dan tidak dapat

menghasilkan NO (Chen and Medford, 1999). Meningkatnya jumlah VCAM-1

menyebabkan sel-sel monosit menempel ke endotel yang teraktivasi tersebut.

Monosit yang menempel pada VCAM-1 masuk ke tunica intima dan berubah

menjadi makrofag dan mencerna LDL. Makrofag yang mencerna LDL dan

mengeluarkan zat oksidan berupa nitric oxide (yang juga dihasilkan oleh sel

endotel) yang mengakibatkan sel makrofag menjadi nampak seperti busa (foam

cell) (Hansson, 2005). Sel busa makrofag ini kemudian berkumpul menjadi satu

dan membentuk plak (fatty streak). Jika makrofag yang memakan lipoprotein

aterogenik mati karena apoptosis dan nekrosis, maka akan timbul inti kaya lemak

(lipid-rich core) di dalam plak itu. Maka, dengan menurunkan jumlah sel VCAM-1

jaringan, terbentuknya fatty streak dapat berkurang dan dapat mengurangi resiko

terjadinya aterosklerosis (Ley, 2001).

Kelor merupakan tanaman yang diharapkan dapat mengurangi terjadinya

aterosklerosis. Hal ini disebabkan oleh tepung daunnya yang mengandung

vitamin A, C, dan E, serta flavonoid yang merupakan antioksidan (Petterson,

1996; Sreelatha, 2009) yang dapat menekan terjadinya inflamasi pada endotel.

Antioksidan ini akan berikatan dengan LDL dalam darah, sehingga LDL tidak

dapat dioksidasi menjadi oxLDL. selain itu, antioksidan yang dihasilkan oleh

44

tepung daun kelor dapat mencegah meluasnya kerusakan pada sel endotel

pembuluh darah sebagai akibat dari adanya nitric oxide synthase (NOS). NOS

sendiri muncul karena adanya sistem perlindungan sel endotel sebagai

ateroprotektif yang justru menimbulkan oksidasi pada LDL sehingga LDL itu

berubah menjadi proinflamatori yang menyebabkan inflamasi sel endotel dan

mengaktifkan sel endotel. Sel endotel yang aktif akan mengeluarkan molekul

adhesi seperti VCAM-1. (Falk,2005)

Dosis efektif adalah dosis tepung daun kelor yang diperlukan untuk

menurunkan jumlah VCAM-1. Sedangkan dosis optimum adalah dosis tepung

daun kelor yang diperlukan untuk mencapai jumlah VCAM-1 paling sedikit. Pada

hasil penelitian menunjukkan bahwa pada perlakuan VI (90 hari diet aterogenik +

30 hari diet normal dan 20 mg/ml tepung daun kelor) mengalami penurunan yang

signifikan dibandingkan dengan perlakuan II (kontrol negatif). Tetapi perlakuan VI

tidak mengalami perbedaan yang siginifikan terhadap kelompok perlakuan I

(kontrol positif), III, IV, V, dan VII. Pada perlakuan VII, jumlah VCAM-1

mengalami kenaikan kembali. Hal ini menunjukkan bahwa dosis kelor yang

dipakai pada penelitian ini sudah mencapai dosis optimum.

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Pada studi ini, pemberian tepung daun kelor (Moringa oleifera) varietas

Nusa Tenggara Timur (NTT) pada tikus (Rattus norvegicus) strain Wistar yang

dipapar diet aterogenik mampu menurunkan jumlah VCAM-1 jaringan dengan

dosis optimum 20mg/ml.

7.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui efek lain dari pemberian kelor.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan antara

antioksidan dalam kelor dan terapi tikus dengan aterogenik.

45

DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. 2009. Indonesia. (Online). (http://www.americanheart.org/presenter.jhtml?identifier=2573, diakses 26 September 2009)

Bodary, Peter F., Gu, S., Shen, Y., Hasty, A. H., Buckler, J. M., Eitzman, D. T. 2005. Recombinant Leptin Promotes Atherosclerosis and Thrombosis in Apolipoprotein E-deficient Mice. Arterioscler. Thromb.Vasc.Biol.;25;e119-e122.

Chen, Xi-Lin and Medford, Russel M. 1999. Oxidation-reduction Sensitive Regulation of Vascular Inflammatory Gene Expression in Pearson J. D. (Ed). Vascular Adhesion Molecules and Inflammation. Birkhäuser Verlag, Basel. p. 161-178.

Chumark, P., Khunawat, P., Sanvarida, Y., Phornchirasilp, S., Morales, N. P., Phivthong-ngam, L., Ratanachamnong, P., Srisawat, S., Pongrapeeporn, K. S. 2007. The In Vitro and Ex Vivo Antioxidant Properties, Hypolipidaemic, and Antiatherosclerotic Activities of Water Extract of Moringa oleifera Lam. leaves. J Etnopharmacol, doi: 10.1016/j.jep.2007.12.010.

Das N. P., L. Ramanathan. 1992. Studies on Flavonoids and Related Compounds as Antioxidant in Food in A. S. H. Ong, L. Packer (eds). Lipid-Soluble Antioxidants: Biochemistry and Clinical Applications. Birkhäuser Verlag, Basel. p.295-306.

Fahey, Jed W. 2005. Moringa oleifera: A Review of the Medical Evidence for Its Nutritional, Therapeutic, and Prophylactic Properties. Part 1. Tree For Life Journal,1:5

Falk, Erling. 2006. Pathogenesis of Atherosclerosis. J. Am. Coll. Cardiol;47;C7-C12.

FloraPur. 2009. Horseradish Tree, (Online). (http://florapur.com/horseradish-tree.html, diakses 30 Desember 2009).

Fruebis, J., Silvestre, M., Shelton, D., Napoli, C., Palinski, W. 1999. Inhibition of VCAM-1 Expression in the Arterial Wall is Shared by Structurally Different

46

47

Antioxidants that Reduce Early Atherosclerosis in NZW Rabbits. J. Lipid Res;40:1958-1966.

Gutteridge, John M. C., Barry Halliwell. 1994. Antioxidants in Nutrition, Health, and Disease. Oxford University Press, Oxford.

Hansson, Goran K. Mechanisms of Disease: Inflammation, Atherosclerosis, and Coronary Artery Disease. N Eng J Med 2005;352:1685-95.

Hsu, R., Midcap, S., Arbainsyah, Lucienne, D. W. 2006. Moringa oleifera: Medicinal and Socio-Economic Uses. International Course on Economic Botany. Netherlands: National Herbarium Leiden.

Indra, M. Rasjad. 2007. Fisiologi Kardiovaskular. Penerbit Laboratorium Ilmu Faal Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.

Johnson, Ian and Gary Williamson. 2003. Phytochemical functional foods. CRC Press, Boca Raton.

Kartesz, John T.. Plants Profile: Moringa oleifera Lam. (horseradish tree). (Online), (http://plants.usda.gov/java/nameSearch?keywordquery=moringa+oleifera&mode=sciname&submit.x=2&submit.y=8 diakses 26 September 2009)

Katzung, B. G., Trevor, A. J., Masters, S. B. 2002. Pharmacology: Examination & Board Review, Sixth Edition. The McGraw-Hill Companies, Inc. New York.

Kojda, Georg and David Harrison. 1999. Interaction between NO and reactive oxygen species: pathophysiological importance in atherosclerosis, hypertension, diabetes and heart failure. Cardiovascular Research; 43:562-571.

Kunsch, C., Chen, X. 2006. Reactive Oxygen Species as Mediators of Signal Transduction in Cardiovascular Diseases in M.G. Bourassa, Jean-Claude Tardif (Eds). Antioxidants and Cardiovascular Disease Second Edition. Springer Science+Business Media, Inc. New York. p.103-130.

Landmesser, U., Drexler, H. 2006. General Concepts abaout Oxidative Stress in M.G. Bourassa, Jean-Claude Tardif (Eds). Antioxidants and Cardiovascular Disease Second Edition. Springer Science+Business Media, Inc. New York. p. 1-15.

48

Ley, Klaus, Elena Galkina. 2007. Vascular Adhesion Molecule in Atherosclerosis. Arterioscler Thromb Vasc Biol;27;2292-2301.

Ley, Klaus, Yuqing Huo. 2001. VCAM-1 is critical in Atherosclerosis. J. Clin. Invest. 107(10): 1209-1210.

Link, E. M. 1993. Inflammation and a Mechanism of Hydrogen Peroxide Cytotoxicity in G. Poli, E. Albano, M.U. Dianzani (eds). Free Radicals: From Basic Science to Medicine. Birkhäuser Verlag, Basel. p.113 - 123

Nahrendorf, M., Jaffer, F. A., Kelly, K. A., Sosnovik, D. E., Aikawa, E., Libby, P., Weissleder, R. 2006. Noninvasive Vascular Adhesion Molecule-1 Imaging Identifies Inflammatory Activation of Cells ini Atherosclerosis. Circulation;114;1504-1511

National Heart Lung and Blood Institute. 2009. Atherosclerosis (Online). http://www.nhlbi.nih.gov/health/dci/Diseases/Atherosclerosis/Atherosclerosis_WhatIs.html , diakses 17 Nopember 2010.

Nelson, Nathan C. The Free Radical Theory of Aging (Online). http://www.physics.ohio-state.edu/~wilkins/writing/Samples/shortmed/nelson/radicals.html . diakses 17 Nopember 2010.

Packer, L. 1992. New Horizons in Vitamin E Research – The Vitamin E Cycle, Biochemistry, and Clinical Applications in A. S. H. Ong, L. Packer (eds). Lipid-Soluble Antioxidants: Biochemistry and Clinical Applications. Birkhäuser Verlag, Basel. p.1-14.

Petterson, K.S., Ostlund-Lindqvist, A. M., Westerlund, C. 1996. The potential of antioxidants to prevent atherosclerosis development and its clinical manifestations in Morris Karmazyn (Ed). Myocardial Ischemia: Mechanisms, Reperfusion, Protection. Birkhäuser Verlag, Basel. p.21-31.

Singh, V. N.. 1992. Role of β-Carotene in Disease Prevention with Special Reference to Cancer in A. S. H. Ong, L. Packer (eds). Lipid-Soluble Antioxidants: Biochemistry and Clinical Applications. Birkhäuser Verlag, Basel. p.208-227.

Solimun. 2001. Diktat Metodologi Penelitian LKIP dan PKM Kelompok Agrokompleks. Malang: Universitas Brawijaya.

49

Spiecker, Martin and James K. Liao. 2001. Nitric oxide Regulation of Leucocyte Adhesion Molecule Expression in Daniela Salvemini, Timothy R. Billiar, Yoram Vodovotz (Eds). Nitric oxide and Inflammation. Birkhäuser Verlag, Basel. p. 99-116.

Sreelatha S., P. R. Padma. 2009. Antioxidant Activity and Total Phenolic Content of Moringa oleifera Leaves in Two Stages of Maturity. Plant Foods Hum Nutr, 64 (4): 303-311.

Stavric B., T.I. Matula. 1992. Flavonoids in Foods: Their Significance for Nutrition and Health in Food in A. S. H. Ong, L. Packer (eds). Lipid-Soluble Antioxidants: Biochemistry and Clinical Applications. Birkhäuser Verlag, Basel. p.274-294.

Subramanian, Ramesh. 2008. Sell Moringa Leaf Powder (Online). http://www.traderscity.com/board/products-1/offers-to-sell-and-export-1/sell-moringa-leaf-powder-13700/. Diakses 2 November 2010

Szeto, Hazel H. 2006. Mitochondria-Targeted Peptide Antioxidants: Novel Neuroprotective Agents. The AAPS Journal; 8 (3) Article 62.

Therik, Johannis W. D.. 2008. Hasil Pemeriksaan Kandungan Zat Gizi Kelor Varietas Lokal NTT Jenis Kelor Hijau (H) dan Merah (M) per 100 g Tepung Daun Kelor Oter Kapsul Berdaarkan Hasil Uji Kimia. Surabaya: Balai Besar Laboratorium Kesehatan.

Trees For Life. 2005. Moringa Book, (Online). (http://www.treesforlife.org/documents/moringa/English%20moringa_book_view.pdf, diakses 7 Desember 2009)

Tsalissavrina, Iva. 2005. Pengaruh Pemberian Diet Tinggi Karbohidrat Dibandingkan Diet Tinggi Lemak terhadap Kadar Trigliserida dan HDL Darah pada Rattus Norvegius Strain Wistar. Tugas Akhir. Tidak diterbitkan, Program Studi Ilmu Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, Malang.

United States Department of Agriculture. Moringa oleifera Lam. Horseradishtree, (Online),( http://plants.usda.gov/java/profile?symbol=MOOL, diakses 1 Nopember 2010)

50

World Health Organization. 2009. Cardiovascular diseases (CVDs), (Online), (http://www.who.int/ mediacentre/ factsheets/fs317/en/index.html, diakses 1 November 2009).

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabel Perubahan Berat Badan Tikus

Tabel Berat Badan Tikus (Rattus Norvegicus) Wistar

No. Tikus17-01-10 (g)

24-01-10 (g)

31-01-10 (g)

07-02-10 (g)

14-02-10 (g)

21-02-10 (g)

28-02-10 (g)

1 169.13 186.4 203.58 214.48 226.86 239.77 238.75

2 159.45 179.8 197.78 229.26 259.36 278.26 302.78

3 161.76 141.56 184.05 202.07 220.82 230.62 242.92

4 144.12 146.98 159.85 179.71 198.67 211.81 226.24

5 153.16 166.8 182.25 191.18 186.39 179.21 202.65

6 157.65 187.4 212.79 228.98 257.17 267.4 276.14

7 122.75 154.89 187.42 207.94 230.38 241.51 256.14

8 145.19 164.32 182.43 195.8 213.22 225.17 236.54

9 175.7 199.32 212.3 231.92 244.23 255.97 266.54

10 172.39 196.5 213.2 234.84 254.74 270.97 281.99

11 153.99 179.8 194.29 207.32 222.26 229.61 246.42

12 132.15 160.9 186.18 216.89 233.86 248.25 269.87

13 178.6 211.83 234.7 259.15 281.62 298.63 302.62

14 178.44 206.53 218.11 249.72 270.35 292.82 308.49

15 185.75 218.54 236.14 262.82 292.34 311.47 325.21

16 179.39 201.5 216.69 233.54 251.88 280.64 302.52

51

52

17 156.45 179.76 195.9 213.39 233.85 249.24 260.28

18 181.09 209.84 235.88 257.82 278.17 291.57 308.77

19 129.37 146.67 144.93 160.08 178.11 207.02 209.62

20 133.08 163.59 197.11 226.91 238.04 264.98 286.78

21 168.22 190.35 208.11 221.11 235.68 246.96 252.71

22 131.79 153 172.96 192.37 207.48 225.69 242.78

23 120.75 158.24 179 199.81 219.55 228.05 236.11

24 146.28 161.86 192.3 233.75 266.5 291.35 314.84

25 174.12 189.13 197.23 208.97 221.54 223.87 225.68

26 164.95 185.63 206.7 231.68 253.24 263.78 271.64

27 159.91 172.51 197.94 222.16 245.88 266.56 285.64

28 129.06 166.7 204.87 232.61 254.24 273.67 292.27

29 162.5 199.22 215.7 243.2 261.4 271.73 280.74

30 170.42 184.3 202.15 225.96 243.55 253.62 263.96

31 157.35 181.53 189.49 208.98 230.61 244.8 260.86

32 148.44 172.64 193.76 213.35 236.6 253.61 273.96

33 166.54 195.57 215.73 234.51 249.63 261.25 280.68

34 140.63 179.83 207.06 237.66 258.88 257.75 274.96

35 149.59 169.28 191.41 213.58 232.68 243.66 256.36

Tabel Berat Badan Tikus (Rattus Norvegicus) Wistar

No. Tikus 07-03- 14-03- 21-03- 28-03- 04-04- 11-04-10 18-04-

53

10 (g) 10 (g) 10 (g) 10 (g) 10 (g) (g) 10 (g)

1 258.94 271.8 281.3 297.44 302.54 305.1 306.53

2 319.4 344.8 357.63 356.72 360.78 379.68 392.31

3 248.55 260.9 265.8 277.52 286.04 2,96.37 298.12

4 234.2 246 248.35 263.19 270.51 277.54 284.11

5 216 234.8 240.42 237.15 242.54 254.51 272.34

6 305.5 324.57 332.95 334.48 348.36 367.98 374.34

7 273.07 289.33 306.19 321.79 343.27 353.84 358.1

8 242 251.76 265.84 277.68 287.88 302.73 312.7

9 272.23 294.74 300.82 312.56 321.33 337.77 346.68

10 292 314.14 326.54 341.48 349.7 355.83 376.91

11 261.25 271.96 277.76 283.34 305.45 311.62 329.14

12 284.33 293.06 301.2 316.24 320.8 334.98 346.44

13 313.8 332.25 339.18 362.61 377.11 396.05 406.7

14 311.5 337.86 364.59 390.4 412.28 432.69 446.26

15 341.58 350.33 365.81 388.24 394.84 389.57 415.47

16 275.7 332.9 352.59 373.89 380.56 393.26 402.22

17 318.66 298.47 308.52 319.1 332.51 342.38 348.53

18 316.68 335.3 352.21 371.69 377.54 388.74 397.25

19 247.07 259.07 279.27 303.49 313.29 323.08 337.27

20 310.01 331.82 347.09 363.73 373.95 387.8 399.44

21 261.74 266.58 273.43 289.8 305.64 312.65 330.26

22 257 264.62 274.34 286.95 296.3 311.32 319.61

54

23 249.8 272.5 283.49 292.48 297.03 306.73 314.69

24 337.47 340.91 365.15 392.75 409.37 430.32 446.24

25 231 236.85 238.49 247.06 255.08 263.12 279.2

26 287.6 306.9 312.62 321.38 328.56 330.18 344.9

27 303.3 321.76 335.58 356.7 371.75 383.27 401.27

28 312.48 334.48 351.63 363.78 387.28 406.44 414.87

29 301.15 308.24 333.16 356.08 363.82 381.92 391.25

30 275.91 289.1 298.27 303.4 328.07 339.67 342.83

31 273.39 282.33 294.16 309.97 322.72 333.26 338.41

32 296.06 311.87 330.51 347.58 367.27 374.84 381.34

33 296.23 312.3 327.79 343.58 351.69 362.87 374.62

34 298.15 323.13 344.7 367.31 362.89 376.42 393.89

35 275.2 279.72 297.08 308.69 320.05 326.58 339.35

Tabel Berat Badan Tikus (Rattus Norvegicus) Wistar

No. Tikus23-04-10 (g)

25-04-10 (g)

02-05-10 (g)

09-05-10 (g)

16-05-10 (g)

23-05-10 (g)

26-05-10 (g)

1 318.64 318.4 320.13 328.71 326.74 330.53

2 402.95 412.22 439.63 433.52 435.87 423.83

3 306.85 310.7 316.79 316.73 321.11 327.05

4 295.49 296.56 302.45 310.44 312.83 319.1

55

5 286.63 272.76 288.14 292.98 291.99 300.95

6 381.67

7 379.4

8 319.24

9 354.6

10 381.82

11 328.42 333.08 464.62 347.63 435.58 439.1

12 355.49 354.33 356.79 353.89 356.29 362.6

13 431.39 433.68 430.22 380.63 424.3 429.56

14 453.67 445.61 447.15 446.15 346.92 348.25

15 424.29 429.1 412.03 423.79 376.4 380.89

16 413.05 400.81 406.35 396.12 388.54 390.79

17 362.95 358.1 361.1 346.67 352.87 357.8

18 407.26 387.02 407.27 398.93 388.29 391.9

19 349.3 348.12 356.13 356.5 360.76 366.2

20 412.26 40040 397.6 404.21 399.75 400.7

21 337.46 330.98 335.67 335.82 342.71 351.54

22 330.27 318.46 318 318.78 313.53 315.7

23 327.85 325.3 335.68 339.55 344.09 348.8

24 458.19 448.17 453.74 443.92 438.11 438.51

25 287.46 283.1 287.07 291.14 291.6 299.7

26 353.26 351.36 341.2 349.03 340.75 348.45

27 408.36 401.35 403.21 405.93 406.59 410.64

56

28 432.52 422.2 433.4 429.44 426.74 427.4

29 395.25 385.86 380.84 388.7 390.03 393.51

30 355.44 342.27 347.08 344.62 344.67 347.74

31 342.96 343.34 345.14 356.35 347.47 351.6

32 391.26 377.27 392.57 387.05 382.18 381.4

33 379.57 381.44 388.82 383.82 381.09 386.2

34 412.96 404.7 401.05 400.35 398.73 398.5

35 348.21 346.15 355.27 354.69 346.77 357.2

Lampiran 2 : Tabel Sisa Pakan Tikus

Tabel Sisa Pakan Tikus (Rattus norvegicus) Wistar

No19-0110 (g)

20-0110 (g)

21-0110 (g)

22-0110 (g)

23-0110 (g)

24-0110 (g)

25-0110 (g)

26-0110 (g)

27-0110 (g)

28-0110 (g)

29-0110 (g)

30-0110 (g)

31-0110 (g)

01-0210 (g)

1 12.82 12.87 18.5 12.3 12.48 18.7 12 12.02 0.12 6.17 6.3 12.96 12.7 12.272 6.36 0.99 12.11 12.28 6.32 12.04 0.77 6.91 0.36 6.38 12.09 6.5 12.28 12.273 18.74 24.74 24.13 18.93 18.38 18.11 6.42 6.06 6.84 0 6.01 0.54 0 04 24.8 24.55 18.46 18.16 18.37 18.97 18.56 24.67 12.32 18.28 18.54 18.01 18.91 18.625 18.65 18.26 18.34 18.84 18.82 18.35 18.41 18.1 18.53 18.67 18.5 18.27 12.48 18.446 12.15 12.75 18.1 18.21 18.27 18.86 18.55 18.27 18.21 18.19 18.32 18.25 18.84 18.367 18.74 18.46 18.6 18.91 18.09 18.33 18.58 18.5 18.5 18.33 18.93 18.66 18.31 18.158 18.63 18.87 18.54 18.57 18 18.11 24.24 18.65 18.86 28.96 18.96 18.81 18.55 24.759 12.23 18.6 18.46 18.97 18.08 18.78 18.06 18.04 18.82 18.12 18.12 24.85 18.59 18.2

10 0 18.99 12.64 18.49 18.78 24.05 18.86 24.94 18.09 18.52 18.03 18.89 18.07 18.3111 24.32 18.69 18.6 18.81 18.22 18.46 24.55 24.38 18.81 18.73 18.5 18.11 18.35 24.9212 6.1 6.45 12.29 12.06 18.67 12.78 24.4 24.45 18.53 18.77 12.66 18.36 18.08 18.5113 12.64 12.02 18.13 12.78 18.52 18.85 18.26 18.66 18.23 18.27 18.25 18.59 18.02 18.214 12.17 18.95 12.76 18.47 18.05 18.92 18.19 18.83 18.35 18.36 24.25 24.1 18.27 18.0715 0 6.08 6.32 6.48 6.17 12.77 0.75 6.37 6.79 6.3 6.67 12.89 18.91 12.9716 12.45 12.69 12.92 18.99 12.06 18.78 18.47 18.74 18.47 18.99 18.01 18.68 18.94 18.0217 12.98 18 18.6 18.05 18.12 18.59 18.61 18.76 18.47 18.01 18.35 18.07 18.12 24.2218 12.91 12.31 12.11 18.5 12.74 18.53 18.15 12.9 18.06 18.5 18.45 18.94 18.88 18.1419 18.8 18.26 18.19 18.63 18.96 24.66 24.04 24.73 24.02 24.02 24.28 24.64 24.88 24.7720 18.78 18.9 18.41 18.27 24.89 18.25 18.49 18.28 18.05 18 18.72 18.06 18.27 24.821 12.85 18.8 18.12 18.91 18.76 18.95 18.17 18.93 18.01 18.98 18.4 18.52 24.1 18.86

57

22 12.34 18.36 18.07 18.4 18.2 24.4 24.43 18.7 18.04 18.07 24.69 18.62 18.23 24.1923 0 18.38 18.17 18.18 12.81 18.98 18.18 18.97 18.81 18.98 18.91 18.74 24.91 18.7124 18.66 18.79 18.67 24.85 24.31 18.74 18.2 18.26 18.4 18.23 24.92 18.62 18.71 12.9825 12.77 12.62 18.6 18.25 18.57 24.13 18.64 24.7 24.55 18.33 24.32 18.28 18.1 18.9226 12.67 18.27 18.73 18.43 18.35 18.62 18.91 18.7 18.6 18.46 18.53 18.75 18.57 18.6427 18.48 18.96 24.63 18.07 18.51 18.58 24.01 18.39 18.77 18.09 24.13 18.92 18.61 18.8228 12.45 18.86 18.68 18.66 18.66 18.53 18.25 18.63 18.38 12.6 18.64 18.48 18.54 18.929 6.89 12.65 12.98 12.53 12.91 18.92 24.91 18.94 18.13 18.48 18 18.08 18.58 18.2230 12.71 18.67 24.88 24.98 18.63 18.84 18.21 18.04 24.05 18.69 24.18 18.33 18.69 18.9931 12.9 18.33 18.9 18.01 18.71 18.28 18.38 18.57 24.27 18.79 24.38 24.42 24.08 18.4932 12.67 18.87 18.48 18.21 18.04 18.93 24.48 18.82 18.71 18.59 18.06 18.79 18.69 18.7233 6.01 18.66 18.39 18.92 12.48 18.2 18.86 12.14 12.31 12.67 18.39 12.54 12.77 18.4734 12.34 0 6.67 6.19 18.55 18.7 18.95 18.63 18.52 18.28 18.47 18.17 18.04 18.0835 12.52 18.08 18.2 24.13 24.38 18.27 24.4 18.4 18.41 18.64 18.72 18.53 18.3 18.77

Tabel Sisa Pakan Tikus (Rattus norvegicus) Wistar

No02-0210 (g)

03-0210 (g)

04-0210 (g)

05-0210 (g)

06-0210 (g)

07-0210 (g)

08-0210 (g)

09-0210 (g)

10-0210 (g)

11-0210 (g)

12-0210 (g)

13-0210 (g)

14-0210 (g)

15-0210 (g)

1 6.44 12.49 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 02 6.02 6.5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 03 0.04 6.41 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 04 18 18.81 0 8.13 2.27 2.3 0 0 5.37 0 1.52 2.71 0 0.215 18.06 18.21 8.72 9.35 0 5.3 7.66 8.91 6.46 3.23 7.33 0 5.7 10.356 24.3 24.49 7.73 7.29 7.44 3.04 8.96 3.77 2.96 4.1 2.83 5.91 2.91 9.717 18.35 18.79 6.56 6.05 8.37 8.69 7.29 6.41 7.11 6.3 10.05 9.3 7.17 9.698 18.48 18.34 11.13 9.03 8.32 9.91 11.22 8.24 8.96 8.21 6.66 10.25 7.63 11.249 18.37 18.13 6.58 5.53 5.54 7.58 7.33 9.92 7.16 5.28 8.76 7.93 9.14 8.37

10 18.72 18.88 5.4 5.66 9.42 6.76 7.68 3.39 5.74 4.99 6.55 4.56 1.7 4.9211 18.32 24.76 12.86 11.35 7.37 10.96 11.23 9.69 9.03 9.07 8.39 11.26 8.69 12.8612 18.47 18.81 4.29 3.77 5.22 4.21 6.64 3.65 5.72 2.66 5.96 8.27 7.51 9.5713 18.79 18.42 4.98 4.91 3.64 2.92 5.35 4.26 4.94 4.06 5.79 8.2 3.24 814 12.98 18.18 4.15 4.93 3.64 3.27 5.54 5.28 4.54 5.13 3.22 6.15 7.91 10.0715 18.8 12.53 4.8 0 0 2.25 0.28 0 0 0 0 0 0 016 18.39 18.61 8.25 7.51 4.74 9.16 7.92 2.92 5.45 8.14 6.77 4.73 6.06 4.1917 18.43 18.45 4.65 12.26 9.29 8.98 9.86 6.52 7.01 0 7.44 7.85 6.06 9.818 18.18 18.21 19.09 10.12 7.91 5.78 7.74 3.99 5.78 1.26 8.02 4.01 6.13 6.7419 24.55 24.62 2.04 17.19 12.46 12.31 11.87 12.04 14.65 13.06 10.73 12.57 7.6 8.8520 18.94 18.54 3.67 8.12 5.35 0.96 11.85 9.36 7.72 5.58 5.15 4.7 8.02 7.6121 18.5 18.29 10.21 9.45 9.01 8.74 10.55 8.19 10.11 8.51 8.23 10.84 8.9 10.0522 24.03 18.82 8.72 10.55 7.81 8.9 21.65 7.08 6.63 9.65 9.47 6.9 7.4 7.4623 18.69 18.73 10.48 9.77 9.75 11.06 11.26 10.13 10.79 10.1 9.11 11.47 8.9 12.53

58

24 18.45 18.55 4.11 6.51 0.84 2.55 2.87 3.58 12.01 2.47 2.83 1.9 0 7.4825 18.71 18.92 11.85 9.14 9.34 7.98 9.69 7.05 8.59 7.67 9.42 10.93 6.64 8.0126 18.67 18.24 8.4 5.71 6.65 3.84 6.46 3.87 7.13 7.5 2.77 5.94 9.12 8.1327 18.26 18.31 7.96 8.9 7.63 6.49 8.14 7.27 7.82 10.97 5.71 6.92 8.51 8.728 12.32 18.1 1.13 0 6.89 6.53 7.01 6.42 3.56 5.64 5.85 3.54 3.81 7.829 18.89 18.28 7.15 6.22 12.96 7.84 8.81 7.97 7.81 5.51 4.5 7.59 5.96 7.4830 18.67 18.9 8.82 5.29 5.63 4.75 5.44 5.34 5.06 5.95 4.23 6.02 9.12 11.3831 24.16 18.67 11.3 9.23 9.36 9.86 9.4 9.23 10.24 5.3 8.94 8.9 7.73 10.5532 18.64 18.81 11.27 6.4 11.29 8.02 11.46 9.35 9.96 7.44 6.51 8.01 6.98 9.7733 18.58 18.1 13.32 5.46 7.63 7.27 10.22 9.77 8.5 7.61 5.76 9.66 9.88 10.2634 18.36 18.59 0 1.63 2.5 3.16 3.35 4.57 5.03 5.21 4.45 2.1 5.16 7.5935 18.14 18.1 9.52 9.15 7.83 5.21 11.21 6.46 10.07 6.55 6.45 7.13 6.71 8.87

Tabel Sisa Pakan Tikus (Rattus norvegicus) Wistar

No16-0210 (g)

17-0210 (g)

18-0210 (g)

19-0210 (g)

20-0210 (g)

21-0210 (g)

22-0210 (g)

23-0210 (g)

24-0210 (g)

25-0210 (g)

26-0210 (g)

27-0210 (g)

28-0210 (g)

01-0310 (g)

1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3.01 0 0 10.55 02 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 03 0 0 0 4.91 0 3.56 8.12 1.91 3.2 0 1.34 0 4.09 6.314 7.11 4.07 10.31 8.89 8.44 8.53 7.81 7.08 6.78 7.08 8.2 8.39 7.2 8.675 16.27 8.84 12.82 10.72 11.51 11.46 4.6 6.75 7.78 6.52 4.85 5.1 6.24 10.936 8.09 8.27 3.27 8.35 8.31 5.6 5.5 3.57 0 5.43 5.6 4.48 8.08 1.837 9.74 9.3 7.29 6.04 8.37 7.55 7.92 7.7 7.48 6.67 7.99 8.74 8.47 5.078 7.17 9.46 7.33 3.68 11.17 9.15 9.6 7.45 11.15 8.49 8.55 7.34 7.38 10.79 8.94 9.02 7.01 4.65 5.86 9.71 13.81 9.9 10.22 8.25 11.72 3.59 4.79 7.51

10 5.08 3.77 2.22 5.18 7.94 7.44 4.98 8.6 6.8 3.19 7.08 8.9 5.73 6.8111 8.03 10.44 9.43 1.5 9.84 11.01 8.73 12.92 8.92 6.67 10.21 11.06 5.42 10.1812 6.45 7.37 10.06 2.83 5.64 9.06 9.23 6.16 7.28 5.29 7.88 5.82 3.04 6.7813 6.7 6.54 4.48 9.75 5.49 4.34 6.73 6.52 5.23 5.48 7.36 8.12 7.23 3.9614 7.79 5.21 3.26 0 6.34 4.39 6.08 5.99 0 4.25 5.37 0 1.68 2.7515 0 3.4 0 2.55 2.02 1.85 4.48 4.25 0 0 4.95 0 1.92 016 8.05 2.29 3.24 6.91 3.81 1.4 6.72 8.99 0 4.02 0 0 1 3.5117 8.41 8.81 5.21 9.3 8.15 7.96 10.31 7.29 0 8.5 9.23 3.55 8.47 5.6118 6.5 6.41 7.2 9.34 7.85 5.56 8.99 5.81 4.31 6.07 5.02 3.47 4.71 8.1719 7.42 8.19 7.15 7.83 8.58 8.12 10.37 8.43 8.49 9.23 11.45 10.7 14.79 5.7120 6.89 10.99 7.78 6.08 5.18 3.74 6.13 6.4 3.78 5.01 7.08 3.15 4.63 4.7421 8.65 11.41 8.87 8 10.03 7.24 14.99 10.22 11.38 11.49 9.67 9.13 13.53 7.0422 7.86 6.51 10.26 9.25 6.83 7.02 9.5 10.06 7.91 7.53 7.02 6.83 7.52 8.9623 9.78 9.62 9.34 13.57 10.07 11.59 12.56 11.55 8.8 11.62 8.79 9.93 9.12 10.09

59

24 3.28 4.95 1.13 9.11 3.08 1.19 3.85 3.72 2.53 4.13 0 0 0 025 8.45 8.94 5.95 9.08 7.75 7.65 11.12 10.63 11.01 11.01 12.22 12.17 12.74 10.0126 6.63 7.31 5.06 9.33 5.72 7.98 14.75 9.12 6.64 5.95 8.67 7.69 8.47 727 7.08 5.65 6.18 7.39 8.64 7.34 8.36 7.23 9.03 4.32 6.62 7.77 6.59 6.8628 5.23 3.42 7.48 5.57 5.45 2.34 11.47 7.63 8.22 2.89 6.7 3.62 5.24 0.8229 6.69 5.81 5.62 10.55 12.61 10.57 6.93 7.51 5.17 6.06 6.38 5.79 3.92 6.830 6.75 8.64 8.51 8.86 8.22 7.68 12.43 8.82 8.85 10.1 9.97 2.78 10.09 4.6131 10.67 10.69 7.41 8.55 9.59 11.01 11.18 9.44 0.75 8.43 9.89 7.27 6.65 11.6532 7.96 10.12 8.45 8.76 8.76 6.54 9.61 9.54 8.11 6.87 9.21 8.65 3.36 4.9633 9.58 10.16 10.23 8.66 9.31 7.06 7.54 7.9 8.57 6.42 8.1 5.58 4.42 7.8434 13.19 10.86 10.05 11.22 11.88 9.68 9.26 8.17 4.68 12.41 5.94 1.52 6.7 3.9835 10.4 7.15 7.35 9.11 6.37 6.66 10.67 8.57 4.88 4.35 6.95 8.39 6.29 8.25

Tabel Sisa Pakan Tikus (Rattus norvegicus) Wistar

No02-0310 (g)

03-0310 (g)

04-0310 (g)

05-0310 (g)

06-0310 (g)

07-0310 (g)

08-0310 (g)

09-0310 (g)

10-0310 (g)

11-0310 (g)

12-0310 (g)

13-0310 (g)

14-0310 (g)

15-0310 (g)

1 1.72 2.94 0 1.79 0 0 3.25 0 0 0 0 0 0 3.972 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 03 4.52 3.78 0 0 3.37 6.94 7.73 7.73 3.86 1.04 5.22 4.37 4.9 8.664 8.69 6.94 2.3 5.91 7.15 7.68 6.99 7.44 7.42 5.93 6.66 5.8 8.35 12.95 0 6.66 3.56 2.44 6.98 0 8.72 1.46 6.27 2.01 2.87 3.92 3.4 11.26 4.58 5.71 1.29 5.09 2.92 4.33 6.25 4.09 2.96 3.64 1.27 4.67 2.25 7.827 7.49 8.02 7.77 6.18 6.58 6.15 11.76 6.21 9.2 7.88 6.55 8.06 6.37 12.218 8.04 7.07 8.95 6.24 8.47 9.15 14.25 11.74 10.24 8.13 8.31 8.3 10.22 12.759 8.67 8.8 7.79 7.81 6.03 6.67 11.6 6.87 6.6 8.62 7.89 6.19 4.39 12.24

10 7.19 5.54 7.47 6.49 4.81 6.14 9.02 7.16 5.44 11.25 6.99 3.98 4.44 9.3211 9.75 8.68 9.56 6.17 9.2 8.31 15.77 8.88 12 9.56 11.71 10.08 7.66 12.7512 8.84 4.88 6.54 5.89 5.33 4.43 14.33 7.95 8.13 6.83 6.88 8.55 7.71 12.0613 8.43 5.45 5.17 6.03 4.48 7.18 12.76 8 7.65 6.73 10.92 7.3 5.38 11.0614 0 7.19 9.88 7.74 6.46 10.05 13.85 4.46 5.51 0 0 3.62 5.89 13.1715 5.55 4.87 0 8.19 2.34 3.14 5.38 3.32 3.48 0 6.51 4.66 4.58 13.1316 2.7 5.57 2.36 2.16 0.64 7.37 2.56 3.2 2.43 2.99 1.65 2.14 5.03 7.7817 9.88 8.78 7.01 5.88 5.07 2.97 7.07 6.27 6.67 3.16 6.88 6.22 4.57 15.6518 5.56 8.26 5.85 5.44 3.99 7.85 5.72 3.45 5.01 5.64 4 4.56 3.84 9.3119 8.46 7.54 7.69 6.4 6.2 6.1 8.9 6.59 9.12 6.13 7.82 7.79 9.34 13.6620 4.43 3.54 4.26 0.3 3.89 2.09 4.78 4.11 3.8 1.65 0 0 2.42 11.0721 11.14 10.23 10.52 13.28 11.77 8.47 12.65 14.4 8.51 11.24 8.74 10.77 13.3 16.2922 8.14 9.11 7.92 7.93 5.28 7.55 12.99 6.84 8.74 9.2 5.27 6.66 6.6 12.8223 9.59 9.21 9.76 11.02 8.68 9.4 12.91 10.68 7.2 8.87 7.18 6.48 6.29 12.32

60

24 0 3.93 0 0 0 0 7.98 4.26 0 5.31 0 1.36 0 025 11.06 9.77 12.6 10.22 10.08 9.63 14.08 9.81 10.95 10.19 8.79 10.51 10.28 16.3826 8.26 7.62 10.27 3.87 4.15 6.33 12.17 7.49 8.57 3.32 6.08 6.36 6.32 12.1327 7.15 6.26 7.1 3.76 6.5 6.85 9.45 8.21 5.52 8.85 8.74 5.57 2.43 7.6728 7.86 7.9 0 7.46 6.11 2.18 9.71 4.35 4.02 4.44 2.66 4.48 2.85 8.6629 7.05 6.34 5.25 3.14 7.08 4.71 11.12 7.05 8.81 5.15 6.94 4.89 9.91 10.1630 8.67 9.83 7.51 12.97 0 6.47 8.69 8.23 5.74 10.49 9.11 8.44 3.54 12.2831 8.92 11.15 7.6 6.41 6.4 8 13.97 8.9 7.94 7.07 6.87 6.43 7.93 15.3332 5.99 7.09 7.38 4.45 4.62 6.11 8.59 6.97 5.63 7.15 9.08 7.55 0 5.9133 5.64 8.91 6.02 7.82 7.26 9.64 12.1 8.93 7.09 6.35 9.67 7.75 4.34 10.1734 4.65 6.36 6.94 4.54 3.17 4.81 13.36 2.69 5.64 1.6 4.23 2.46 8.3 15.1435 5.93 7 5.62 6.59 3.76 4.1 10.54 5.76 3.6 6.22 6.32 6.42 4.95 11.94

Tabel Sisa Pakan Tikus (Rattus norvegicus) Wistar

No16-0310 (g)

17-0310 (g)

18-0310 (g)

19-0310 (g)

20-0310 (g)

21-0310 (g)

22-0310 (g)

23-0310 (g)

24-0310 (g)

25-0310 (g)

26-0310 (g)

27-0310 (g)

28-0310 (g)

29-0310 (g)

1 7.8 0 2.39 3.27 1.29 0 0 9.38 0 0 3.5 2.03 0 02 0 0 0 0 1.21 0 0 11.24 2.02 10.88 14.35 11.5 0 03 9.36 6.02 7.56 7.82 9.37 6.12 9.48 8.07 5.54 6.01 3.1 9.65 7.85 0.54 7.25 6.43 11.11 11.26 6.33 7.91 7.65 9.07 8.22 8.28 6.5 10.57 4.62 2.455 6.04 6.06 5.97 10.66 4.01 9.23 9.91 9 7.89 8 7.62 12.99 9.22 5.896 4.72 1.53 4.74 5.95 2.12 4.9 12.82 13.3 13.28 9.67 2.07 5.26 5.71 2.847 9.06 5 6.1 7.23 7.8 2.31 9.3 12.32 3.73 9.69 6.48 4.78 7.52 7.968 10.82 7.69 11.22 8.43 8.2 8.63 13.49 9.98 12.45 9.34 6.38 7.43 8.27 2.69 11.62 4.81 8.94 8.81 6.89 7.08 11.23 11.56 9.44 11.03 6.63 10.99 9.57 1.95

10 8.21 2.99 6.71 10.06 3.81 4.06 6.18 10.16 0 10.19 6.57 4.59 6.12 8.5911 11.18 11.2 10.44 10.96 11.83 9.57 12.51 13.13 9.32 10.96 12.04 10.18 13.48 7.3312 8.83 7.93 6.71 9.61 5.35 4.16 10.69 11.05 6.16 9.38 8.54 8.75 8.07 10.0813 11.03 9.07 15.19 15.95 9.39 5.06 12.56 18.73 0 11.32 1.82 3.54 1.73 6.6414 9.9 10.37 6.7 5.25 2.1 0 3.48 6.47 0 0 0 1.16 0 015 5.92 0 6.81 5.57 5.52 1.95 11.48 6.67 1.96 6.67 2.6 3.17 0 8.0516 8.47 0 3.72 2.49 0.75 0 10.89 0 4.41 5.41 3.14 5.9 0 7.5817 9.79 1.89 9.32 5.57 7.18 2.34 15.38 8.42 4.7 10.05 6.1 8.31 6.27 8.7818 4.94 7.06 6.06 2.83 6.02 2.36 11.08 10.9 3.67 4.75 5.05 7.48 3.62 7.8219 12.73 4.11 7.11 10.64 5.04 9.86 8.36 11.17 3.42 12.69 7.2 5.14 5.37 5.2920 3.79 3.76 0 4.93 1.57 4.53 9.84 3.94 3.96 5.81 7.69 4.6 6.03 5.6121 13.41 10.77 11.51 12.11 10.49 11.33 12.22 14.5 10.31 9.48 8.16 9.22 9.94 10.1222 6.79 6.33 7.95 7.19 8 5.3 11.63 11.48 3.18 7.02 9.03 7.21 5.78 10.8423 8.24 7.43 10.73 9.56 7.62 8.12 13.3 7.03 6.32 11.35 10.16 11.48 8.59 8.94

61

24 0 0 0 0 0 0 0 6.59 0 0 2.99 2.67 0 025 12.74 13.28 11.65 12.03 12.07 10.14 10.84 14.51 6.94 12.39 10.63 11.3 10.07 8.8126 9.29 6.65 7.76 8.27 7.79 7 14.15 9.55 4.53 11.25 8.9 12.81 5.2 12.6327 5.36 3.07 4.12 6.92 4.31 6.15 10.39 8.33 0 8.55 5.61 5.3 6.19 5.4928 8.47 0.53 6.27 6.68 2.49 1.29 11.26 8.68 5.29 9.08 6.18 6.69 0.56 6.3829 4.29 4.56 5.29 9.01 4.45 3.76 7.42 5.93 1.64 8.07 5.28 4.78 11.47 6.3330 8.1 4.71 6.19 8.38 6.37 7.27 7.29 9.37 0 10.59 5.76 8.92 3.51 4.0831 10.85 8.98 9.79 8.99 10.34 3.8 15.27 10.67 8.05 11.58 10.99 9.4 3.61 4.2332 9.38 6.1 8.33 8.47 6.26 5.64 7.76 8.76 4.5 7.41 6.47 7.56 7.24 5.1833 11.1 5.86 8.77 6.27 6.61 5.62 10.04 12.9 5.08 9.52 6.42 6.54 1.97 5.7834 4.21 4.1 12.06 23.24 5.83 3.58 12.67 5 0 10.1 0 0 5.4 6.87

35 11.37 4.47 9.77 9.26 5.32 6.89 11.6 7.22 6.15 12.11 7.28 9.55 6.72 9.1

Tabel Sisa Pakan Tikus (Rattus norvegicus) Wistar

No30-0310 (g)

31-0310 (g)

01-0410 (g)

02-0410 (g)

03-0410 (g)

04-0410 (g)

05-0410 (g)

06-0410 (g)

07-0410 (g)

08-0410 (g)

09-0410 (g)

10-0410 (g)

11-0410 (g)

12-0410 (g)

1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3.69 0 0 02 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 03 0.77 5.78 0 4.87 3.01 4.38 5.39 10.43 2.48 1.64 0 3.65 1.86 3.834 0 0.58 3.31 6.8 6.91 5.97 5.43 10.99 4.92 5.66 10.33 13.4 5.87 8.85 0.92 3.78 6.17 6.58 1.37 12.03 13.93 17.9 17.47 17.28 4.42 5.78 0 06 5.14 0 7.48 3.83 4.18 5.79 0 7.49 0 0 3.64 1.1 0 5.357 0 4.98 5.68 5.89 4.53 1.46 3.83 7.64 0 0 4.18 3.38 0 5.588 9.18 8.5 6.59 7.86 6 7.25 10.65 8.51 3.52 0 8.3 2.34 6.7 13.229 7.34 6.5 8.88 0.3 7.33 9.72 11.01 8.95 1.31 4.51 11.44 7.36 3.6 13.88

10 5 9.33 6.98 4.67 7.66 4.6 9.52 6.59 1.67 2.91 6.6 4.64 6.84 9.3211 3.14 6.58 9.71 4.15 6.74 7.79 6.59 14.75 1.3 5.01 11.81 8.83 9.45 012 6.68 9.24 8.78 7.54 8.27 8.15 7.87 9.09 2.91 3.82 10.93 5.97 4.18 12.0113 0 3.07 1.48 5.83 4.3 2.18 6.53 8.7 0 0 10.16 0 5.26 11.3914 0 0 0 0 0 0 1.63 0 1.13 1.64 3.42 0 0 13.3415 0 0 0 0 0 6 5.9 8.17 2.62 0 4.64 6.93 9.63 9.9816 0 0 6.19 4.53 0 4.2 0 3.69 1.36 0 9.91 0 4.33 7.4417 2.85 6.37 6.61 4.71 3.64 9.18 8.87 7.59 0 2.11 4.49 6.61 3.53 11.5618 5.99 5.44 3.72 4.49 0 7.37 8.97 2.08 0 0 7.45 11.18 3.86 9.319 5.01 7.81 6.27 6.84 6.35 6.53 6.36 5.02 5.23 9.96 0 8.1 7.89 8.4520 3.12 7.12 1.2 6.84 3.4 0 7.48 9.34 0 0 6.72 0 0 9.9921 9.06 9.18 6.44 12.86 8.75 7.69 11.56 15.46 5.57 5.21 2.44 6.63 10.72 5.4722 2.01 4.96 5.24 4.02 8.45 4.8 13.61 5.08 0 1.8 14.99 4.36 3.55 11.7523 7.58 7.77 12.17 7.92 10.14 9.2 11.59 10.73 4.99 10.74 5.85 6.99 7.63 12.2

62

24 0 0 0 0 3.08 5.48 5.22 5.81 0 0 11.07 0 0 025 10.05 10.27 9.57 10.23 9.55 12.66 12.83 11.87 8.88 9.24 0 9.58 11.05 11.7326 10.11 10.01 5.05 7.45 1.49 4.07 12.57 14.94 3.51 3.46 11.65 7.35 8.62 9.6627 0 6.45 4.79 2.76 0 2.6 5.7 6.03 0 0 7.4 0 5.64 7.6328 0 0.88 0 2.68 0 3.28 3.63 4.51 0 0 5.23 0 0 3.4529 5.41 6.57 2.88 5.15 6.07 3.08 6.63 6.64 0 0.66 0 4.09 3.68 7.330 3.07 5.06 9.4 4.5 5.02 5.4 6.15 8.1 2.81 6.86 5.41 5 2.43 7.1831 3.95 7.53 5.72 3.4 3.83 5.25 8.13 5.17 0 1.61 5.64 5.82 5.75 8.6332 5.61 3.32 5.15 6.41 2.08 3 7.38 8.9 1.15 2.6 6.8 4.83 4.94 7.3833 7.74 4.3 2.17 7.83 7.05 7.28 11.3 10.71 4.83 7.18 7.83 6.9 7.68 7.9234 0 0 0 0 7.22 10.19 8.32 5.3 0 0 5.71 3.12 9.09 12.0435 6.32 10.91 5.27 4.66 6.62 3.6 10.61 7.16 0 2.12 0 6.19 9.54 8.41

Tabel Sisa Pakan Tikus (Rattus norvegicus) Wistar

No13-0410 (g)

14-0410 (g)

15-0410 (g)

16-0410 (g)

17-0410 (g)

18-0410 (g)

19-0410 (g)

20-0410 (g)

21-0410 (g)

22-0410 (g)

23-0410 (g)

24-0410 (g)

25-0410 (g)

26-0410 (g)

1 0 0.53 2.34 3.24 0 0 4.96 0 0 0 0 0 4.69 3.492 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 03 2.5 1.08 3.71 1.07 5.28 1.07 2.83 5.35 9.16 7.42 5.8 6.56 0.99 0.234 10 6.88 7.1 0.82 11.65 0 4.05 6.73 5.82 2.83 6.05 10.15 5.18 5.595 0.87 1.28 0 7.21 0 0 3.22 0 0 3.82 2.67 0 6.27 13.916 5.8 3.61 6.43 0 7.9 4 4 4.27 3.78 0 6.617 6.06 5.54 1.38 6.83 3.74 7.42 4.61 6.64 5.69 3.52 6.948 8.82 7.51 7.05 5.79 6.6 6.07 10.19 4.77 6.92 8.06 7.799 9.3 6.31 5.82 1.38 6.19 4.38 11.88 9.25 3.48 7.39 8.43

10 3.6 2.06 2.1 3.82 3.82 2.68 6.53 3.33 3.27 6.58 8.2311 13.83 7.63 6.98 10.01 6.22 5.57 9.78 10.87 8.87 6.77 5.65 6.4 7.69 10.9212 8.83 8.4 6.7 6.8 4.25 6.05 11.31 8.17 4.91 5.88 5.54 5.83 0 16.7613 5.93 6.7 4.24 5.99 6.82 5.67 9.32 5.47 1.43 0 2.61 0 0 10.714 4.02 2.64 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18.1715 4.08 3.51 3.75 2.35 3.59 0 5.99 1.5 3.9 0 0 0 0 8.1516 6.29 5.72 0 0.82 3.64 4.13 3.17 3.44 0 0 0 0 0 2.4717 7.17 3.21 7.05 4.38 3.85 6.16 8.49 4.52 2.62 4.46 6.38 0 0 1.7118 3.96 4.15 5.15 4.26 4.75 7.02 7.88 6.23 4.93 4.74 3.59 2.96 2.75 5.1619 10.46 8.58 4.59 5.83 8.07 4.71 8.91 8.24 5.53 5.24 5.52 6.1 5.07 0.1620 2.74 4.04 0 3.26 3.61 3.21 8.14 5.23 3.11 2.07 2.59 0 1.41 11.2421 18.58 6.26 8.86 2.95 12.62 6.47 12.33 10.93 7.1 8.1 10.07 8.26 6.25 4.0622 6.3 2.99 2.28 0 4.1 4.22 8.31 2.96 2.75 7.76 4.19 2.19 3.62 12.5323 8.95 8.27 7.41 8.38 7.8 10.58 8.17 8.57 7.1 9.1 6.46 7.37 5.81 4.87

63

24 6.98 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 025 11.42 9.62 9.46 11.66 8.25 8.73 9.2 8.36 10.23 8.09 11.58 10.6 0 2.4426 8.43 6.45 1.28 6.66 2.42 2.55 9.77 0 4.38 0 4.91 3.24 0 027 4.22 6.05 1.54 6.61 2.89 0 5,67 3.13 0 0 4.73 4.94 0 028 0.35 5.96 1.1 0 3.56 2.58 1.4 3.83 2.66 3.46 2.82 1.64 0.47 2.4129 4.22 2.54 3.83 2.53 7.2 5.23 8.53 7.04 6.59 5.14 6.86 5.87 0.51 0.6430 9.49 7.4 3.29 7.93 6.17 8.11 6.48 12.17 6.4 2.78 7.24 4.8 0 031 6 20.07 2.52 8.43 2.2 5.98 11.42 6.92 7.6 5.07 6.6 6.27 3.36 16.3532 6.13 5.01 5.58 3.33 3.98 7.76 6.31 4.74 6.83 2.52 5.52 4.73 6.53 033 7.43 5.31 3.48 7.39 4.5 6 4.36 9.81 7.63 7.87 8.05 5.74 1.84 0.1234 16.45 5.08 6.46 0 0 0 2.41 0 4.21 2.76 0 7.64 0 0.6135 8.65 4.06 7.78 4.95 4 6.9 11.15 2.19 1.46 9.3 5.63 3.89 0.94 11.03

Tabel Sisa Pakan Tikus (Rattus norvegicus) Wistar

No27-0410 (g)

28-0410 (g)

29-0410 (g)

30-0410 (g)

01-0510 (g)

02-0510 (g)

03-0510 (g)

04-0510 (g)

05-0510 (g)

06-0510 (g)

07-0510 (g)

08-0510 (g)

09-0510 (g)

10-0510 (g)

1 5.54 3.69 2.7 2.24 0.89 0.74 15.1 0.55 0 7.86 15.31 4 4.94 02 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 03 11.61 6.37 1.83 0.7 3.75 0.3 11.98 1.01 3.51 0 0.7 1 1.69 04 9.32 6.36 3.51 4.12 9.08 1.25 2.87 8.85 0 10.07 4.86 6 8.69 7.195 13.67 9.5 10.2 3.32 4.42 0.84 5.69 4.77 3.75 14.77 11.89 5 1.04 06789

1011 7.54 10.25 7.29 11.56 4.7 6.01 3.02 8.8 4.07 7.96 1.29 8 4.17 3.3312 10.27 6.77 0.5 5.33 4.64 0.96 9.08 0.79 0 10.24 3.82 7 2.42 013 8.08 0 0 0 1.5 0 2.68 4.17 11.16 9.56 0 13 0.76 014 13 12.83 6.69 0 5.45 0 13.28 0 0 0 0 0 0 015 6.83 0 0 0 0.25 0 13.46 0 0 0 0 0 0 1016 7.45 4.87 0 0 3.66 0 4.08 1.03 0 0.32 0 0 0 017 13.23 2.81 0.87 3.44 0 0 8.65 17.25 14.12 6.1 5.95 3 4.13 1.3418 7.8 2.9 0.26 1.49 0.86 0.39 3.56 8.21 3.64 1.32 0.19 1 0 019 12 6.99 2.4 7.08 6.1 0 5.21 11.6 0 2.55 2.24 0 1.82 020 8.66 8.56 0.25 1.69 2.67 0 2.78 12.59 10.39 11.31 3.96 0 8.97 3.4221 0.19 1.9 6.43 6.98 4.52 3.67 7.46 9.81 5.56 0 5.9 0 0 3.9622 6.85 0.18 0 0.42 4.46 0 0 0 0.82 0.64 1.17 0 0 1.9723 4.49 3.69 5.21 4.38 6.96 0 3.54 4.33 1.53 2.9 0 1 2.62 3.41

64

24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 025 7.6 6.31 5.5 6.54 5.89 4.86 6.03 7.01 3.21 0 8.8 7 8.97 5.6426 0 0 0 3.32 10.74 0 12.66 7.99 9.78 2.71 9.77 7 5.57 027 3 7.2 11.37 5.06 5.56 0 20.5 16.84 5.33 5.81 0 0 0 028 3.25 0 1.25 0 1.05 0 8.24 4.79 0.97 0 0 0 0 029 0 0.47 7.25 0 0.48 0 0 1.99 2.46 1.15 0 0 3.41 030 3.41 0.98 2.46 0 0.76 0 0 0 0 0 0 0 0 031 5.93 1.63 6.91 6.46 4.24 0 25.86 13.1 4.69 1.44 6.07 5 0 3.5732 0 0 1.99 3.32 3.03 0 7.25 8.18 2.54 0 0.28 0 0 033 3.31 0 1.98 3.03 0 0 1.5 0 0 0 0 0 0 034 9.56 0.18 3.77 3.42 0 1.03 18.05 7.91 0 0 0 0 0 035 5.56 0 3.42 1.91 0.3 0 14.49 5.54 3.28 0 0 0 0 0

Tabel Sisa Pakan Tikus (Rattus norvegicus) Wistar

No11-0510 (g)

12-0510 (g)

13-0510 (g)

14-0510 (g)

15-0510 (g)

16-0510 (g)

17-0510 (g)

18-0510 (g)

19-0510 (g)

20-0510 (g)

21-0510 (g)

22-0510 (g)

23-0510 (g)

24-0510 (g)

1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 02 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 03 2.06 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 04 6.04 0.79 4.1 2.13 5.1 2.19 0 3.31 0 0 0 0 0 05 0 1.8 0 2.12 0 0 0 0 0 0 0 0 0 06789

1011 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 012 3.05 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 013 0 0 0 0 0 6.76 0 0 0 0 0 0 0 014 0 0 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 015 5.94 10.76 12.38 16.59 14.42 0 5.47 1 0 0 0 0 0 016 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 017 20.32 3.25 0 0 0 3.16 0 0 0 0 0 0 0 018 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 019 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 020 0 0 0 0 0 0 0 0 1.76 0 0 0 0 021 3.34 9.9 5.56 5.87 3.55 0 2.24 2.43 3.26 4.34 2.76 3.18 2.12 022 7.41 0 0 0.53 0 0 0 0 0 0 0 0 0 023 3.54 0 0 0 0 0 0 1.92 3.31 0 0 7.66 0 0

65

24 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4.75 0 0 0 025 6.4 6.25 3.35 2.7 4.03 1.71 1.69 0.62 4.26 0 3.51 4.17 0.16 026 0 0 2.16 0 3.4 0 0 0 0 0 0 0 0 027 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 028 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 029 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 030 0 0 0 0 0 0 0 0 3.57 0 0 0 0 031 0 0 0 0 0 0 0 0 0.75 0 0 0 0 032 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 033 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 034 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 035 1.91 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Tabel Sisa Pakan Tikus (Rattus norvegicus) Wistar

No25-0510 (g)

26-0510 (g)

1 0 02 0 03 0 04 1.26 05 0 06789

1011 0 012 0 013 0 014 0 015 0 016 0 017 0 018 0 019 0 020 0 021 1.8 022 0 0

66

23 0 024 0 025 1.9 026 0 027 0 028 0 029 0 030 0 031 0 032 0 033 0 034 0 035 0 0

Lampiran 3: Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok Perlakuan I (Kontrol Negatif)

KONTROL NEGATIF

NO Lapang pandang P1 P2 P3 P4 P5

1 1 2 2 1 4 0

2 2 0 3 0 5 3

3 3 1 1 2 4 1

4 4 0 0 2 6 1

5 5 0 0 1 3 0

6 6 2 2 1 2 1

7 7 3 3 3 6 2

8 8 4 3 0 4 0

9 9 2 1 0 6 2

10 10 0 0 2 7 1

Rata-rata 1,4 1,5 1,2 4,7 1,1

67

Lampiran 4: Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok Perlakuan II (Kontrol Positif)

KONTROL POSITIF

NO Lapang pandang P1 P2 P3 P4 P5

1 1 10 4 6 7

2 2 6 7 4 6

3 3 5 4 8 7

4 4 6 6 6 9

5 5 5 4 7 10

6 6 7 6 5 6

7 7 4 5 5 4

8 8 5 2 7 6

9 9 5 4 4 6

10 10 4 5 7 7

Rata-rata 5,7 4,7 5,9 6,8

Lampiran 5: Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok Perlakuan III

Diet Aterogenik (90 hari) + Diet normal + 0 mg/ml Kelor (30 hari)

NO Lapang pandang P1 P2 P3 P4 P5

1 1 4 1 4 3

2 2 3 4 3 2

3 3 2 10 9 3

4 4 3 12 8 5

5 5 1 4 10 4

6 6 2 4 9 5

7 7 1 5 5 2

8 8 3 7 8 4

9 9 5 2 6 2

10 10 4 14 10 6

Rata-rata 2,8 6,3 7,2 3,6

68

Lampiran 6: Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok Perlakuan IV

Diet Aterogenik (90 hari) +Diet normal + 5 mg/ml Kelor (30 hari)

NO Lapang pandang P1 P2 P3 P4 P5

1 1 2 4 9 6 10

2 2 5 1 8 0 6

3 3 11 2 4 13 3

4 4 0 2 4 2 6

5 5 4 0 3 6 4

6 6 7 1 6 8 7

7 7 3 4 5 7 5

8 8 0 0 7 5 10

9 9 8 0 3 5 6

10 10 4 3 4 9 8

Rata-rata 4,4 1,7 5,3 6,1 6,5

Lampiran 7: Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok Perlakuan V

Diet Aterogenik (90 hari) +Diet normal + 10 mg/ml Kelor (30 hari)

NO Lapang pandang P1 P2 P3 P4 P5

1 1 1 1 1 1 6

2 2 0 1 4 5 2

3 3 1 2 0 0 5

4 4 3 1 1 6 10

5 5 0 4 3 8 7

6 6 2 2 2 9 7

7 7 2 2 5 3 8

8 8 4 7 2 5 5

9 9 0 3 1 12 5

10 10 1 15 3 5 4

Rata-rata 1,4 3,8 2,2 5,4 5,9

69

Lampiran 8: Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok Perlakuan VI

Diet Aterogenik (90 hari) +Diet normal + 20 mg/ml Kelor (30 hari)

NO Lapang pandang P1 P2 P3 P4 P5

1 1 0 0 1 5 5

2 2 1 0 1 2 4

3 3 1 1 1 0 7

4 4 4 0 2 4 4

5 5 2 1 1 6 3

6 6 3 0 0 4 7

7 7 4 0 3 2 2

8 8 1 0 4 4 3

9 9 2 6 0 5 5

10 10 3 1 1 1 3

Rata-rata 2,1 0,9 1,4 3,3 4,3

Lampiran 9: Tabel Pengamatan Jumlah VCAM-1 (Raw Score) Pada Kelompok Perlakuan VII

Diet Aterogenik (90 hari) +Diet normal + 40 mg/ml Kelor (30 hari)

NO Lapang pandang P1 P2 P3 P4 P5

1 1 6 2 1 6

2 2 4 5 0 6

3 3 3 5 0 4

4 4 1 4 5 3

5 5 1 2 0 4

6 6 3 3 1 7

7 7 1 0 9 3

8 8 1 0 5 0

9 9 2 3 0 5

10 10 9 2 3 0

Rata-rata 3,1 2,6 2,4 3,8

70

Lampiran 10: Jumlah dan Rata-rata VCAM-1 yang Digunakan untuk Analisis Data

NoSampel (Kadar

Kelor)Jumlah VCAM-1 (sel /

lapang pandang)Rata-rata Jumlah VCAM-1

(sel / lapang pandang)Standar Deviasi

1

I (K-)

1,4

2,20 1,672 1,5

3 1,2

4 4,7

5

II (K+)

4,7

5,78 0,866 5,9

7 6,8

8 5,7

71

9

III (0mg/ml)

6,3

4,98 2,1110 7,2

11 3,6

12 2,8

13

IV (5mg/ml)

4,4

4,38 1,9114 1,7

15 6,1

16 5,3

17

V (10mg/ml)

1,4

3,20 1,7718 3,8

19 2,2

20 5,4

21

VI (20mg/ml)

2,1

1,93 1,0422 0,9

23 1,4

24 3,3

25

VII (40mg/ml)

3,1

2,98 0,6226 2,6

27 2,4

28 3,8

Lampiran 11 : Uji Normalitas Data

Perlakuan

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.sel/lap.pandang 1 ,412 4 . ,700 4 ,012

2 ,215 4 . ,979 4 ,895

3 ,243 4 . ,905 4 ,457

72

4 ,255 4 . ,917 4 ,519

5 ,214 4 . ,963 4 ,798

6 ,193 4 . ,960 4 ,780

7 ,226 4 . ,936 4 ,630

a Lilliefors Significance Correction

Lampiran 12: Uji Homogenitas Varian

sel/lap.pandang

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1,895 6 21 ,129

Lampiran 13: Uji ANOVA

ANOVA

sel/lap.pandang

Sum of

Squares df Mean Square F Sig.Between Groups 50,124 6 8,354 3,597 ,013Within Groups 48,778 21 2,323Total 98,901 27

73

Lampiran 14: Tukey HSD Test

Multiple Comparisons

Dependent Variable: sel/lap.pandang Tukey HSD

(I) Perlakuan (J) PerlakuanMean

Difference(I-J)

Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1 (Kontrol negatif)

2-3,57500(*) 1,07767 ,044 -7,0783 -,0717

3 -2,77500 1,07767 ,184 -6,2783 ,7283 4 -2,17500 1,07767 ,433 -5,6783 1,3283 5 -1,00000 1,07767 ,964 -4,5033 2,5033 6 ,27500 1,07767 1,000 -3,2283 3,7783 7 -,77500 1,07767 ,990 -4,2783 2,72832 (Kontrol positif)

13,57500(*) 1,07767 ,044 ,0717 7,0783

3 ,80000 1,07767 ,988 -2,7033 4,3033 4 1,40000 1,07767 ,845 -2,1033 4,9033 5 2,57500 1,07767 ,251 -,9283 6,0783 6 3,85000(*) 1,07767 ,025 ,3467 7,3533 7 2,80000 1,07767 ,176 -,7033 6,30333 (0 mg/ml) 1 2,77500 1,07767 ,184 -,7283 6,2783 2 -,80000 1,07767 ,988 -4,3033 2,7033 4 ,60000 1,07767 ,997 -2,9033 4,1033 5 1,77500 1,07767 ,656 -1,7283 5,2783 6 3,05000 1,07767 ,115 -,4533 6,5533 7 2,00000 1,07767 ,528 -1,5033 5,50334 (5 mg/ml) 1 2,17500 1,07767 ,433 -1,3283 5,6783 2 -1,40000 1,07767 ,845 -4,9033 2,1033 3 -,60000 1,07767 ,997 -4,1033 2,9033 5 1,17500 1,07767 ,924 -2,3283 4,6783 6 2,45000 1,07767 ,301 -1,0533 5,9533 7 1,40000 1,07767 ,845 -2,1033 4,90335 (10 mg/ml) 1 1,00000 1,07767 ,964 -2,5033 4,5033 2 -2,57500 1,07767 ,251 -6,0783 ,9283 3 -1,77500 1,07767 ,656 -5,2783 1,7283 4 -1,17500 1,07767 ,924 -4,6783 2,3283 6 1,27500 1,07767 ,893 -2,2283 4,7783 7 ,22500 1,07767 1,000 -3,2783 3,7283

74

6 (20 mg/ml) 1 -,27500 1,07767 1,000 -3,7783 3,2283 2 -3,85000(*) 1,07767 ,025 -7,3533 -,3467 3 -3,05000 1,07767 ,115 -6,5533 ,4533 4 -2,45000 1,07767 ,301 -5,9533 1,0533 5 -1,27500 1,07767 ,893 -4,7783 2,2283 7 -1,05000 1,07767 ,954 -4,5533 2,45337 (40 mg/ml) 1 ,77500 1,07767 ,990 -2,7283 4,2783 2 -2,80000 1,07767 ,176 -6,3033 ,7033 3 -2,00000 1,07767 ,528 -5,5033 1,5033 4 -1,40000 1,07767 ,845 -4,9033 2,1033 5 -,22500 1,07767 1,000 -3,7283 3,2783 6 1,05000 1,07767 ,954 -2,4533 4,5533

* The mean difference is significant at the .05 level.

Lampiran 15: Homogenous Subsets

sel/lap.pandang

Tukey HSD

Perlakuan NSubset for alpha = .05

1 2

6 4 1,92501 4 2,20007 4 2,9750 2,97505 4 3,2000 3,20004 4 4,3750 4,37503 4 4,9750 4,97502 4 5,7750

Sig. ,115 ,176

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.a Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Sandy Wijaya

NIM : 0710710018

Program Studi : Program Studi Kedokteran Umum

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya,

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-

benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau

pikiran orang lain yang saya aku sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila di kemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil

jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 1 November 2010

Yang membuat pernyataan,

Sandy Wijaya NIM. 0710710018

75