efek hiperkolesterolemia pada fungsi testis dan fisiologi sperma
TRANSCRIPT
-
7/30/2019 Efek Hiperkolesterolemia Pada Fungsi Testis Dan Fisiologi Sperma
1/9
Efek Hiperkolesterolemia pada Fungsi Testis dan Fisiologi Sperma
Kenji Shimamoto dan Nikolaos Sofikitis
Efek hiperkolesterolemia pada endokrin testis dan fungsi eksokrin dievaluasi
melalui pengaruh pada kualitas sperma, kuantitas dan fertilisasi potensial. Delapan
kelinci dewasa (kelompok A) diberikan makanan mengandung 3% kolesterol selama 12
minggu. Kelompok tambahan yaitu enam kelinci (kelompok B) diberikan makanan
normal selama periode yang sama. Pada akhir periode eksperimen profil hormon dan
parameter sperma dievaluasi. Sebagai tambahan, reproduksi sperma potensial dinilai
melalui prosedur fertilisasi in vitro (IVF). Respon serum perifer terhadap stimulasi
testicular dengan human chorionic gonadotropin, epididimis yang mengandung sperma
dan motilitas dan keluaran IVF bernilai lebih rendah pada kelompok A dibandingkan
kelompok B. Ini menunjukkan bahwa hiperkolesterolemia mempunyai efek yang
mengganggu pada fungsi sel Leydig, spermatogenesis, maturasi sperma epididimis dan
hampir semua kapasitas kesuburan sperma.
Kata kunci: kolesterol, infertilitas, sperma, suhu, testis
Kolesterol disekresikan dalam plasma seminal melalui prostat dan menjaga
spermatozoa dari perubahan lingkungan (Sofikitis and Miyagawa, 1991). Kepuasan
seksual yang tinggi tergantung dari durasi ejakulasi yang dibangun melalui peningkatan
sekresi prostatik kolesterol (Sofikitis and Miyagawa, 1993a). Beberapa laporan yang
melaporkan peranan proses reaksi kolesterol (Benoff et al., 1993), perubahan dalam
profil kolesterol sperma yang muncul meliputi dalam asinkronisasi kapasitas sperma
(Benoff et al., 1993). Selama alur sperma melalui saluran reproduksi betina, hilangnya
kolesterol dari membran spermatozoa meliputi mekanisme kapasitas sperma pada
mamalia. Kolesterol sebelumnya telah didemonstrasikan untuk membatasi insersi
protein dalam lapisan ganda posfolipid, untuk membatasi mobilitas lateral fungsi sisi
reseptor yang diambil dalam lapisan inti sel lemak dan untuk memodulasi aktivitas
protein membran dengan perubahan konformasi (Yeagle, 1985). Oleh karena itu, serum
albumin diketahui untuk bertindak sebagai faktor kapasitansi menginduksi efeknya
dengan mempromosikan efflux kolesterol dari membran plasma sperma manusia
(Langlais et al., 1988). Terdapat fakta yang kuat bahwa kolesterol memodifikasi fusi
membran plasma dengan akrosom terluar membran dengan jalan yang sama dengan
faktor dekapasitansi yang lain (Davis and Hungund, 1976). Kolesterol menyediakan
-
7/30/2019 Efek Hiperkolesterolemia Pada Fungsi Testis Dan Fisiologi Sperma
2/9
kekakuan membran, dimana agen yang tidak jenuh mempromosikan fluiditas
membrane. Kolesterol yang diperkaya dengan produk makanan mengurangi konetika
rekasi akrososm pada spermatozoa kelinci (Diaz-Fontdevilla and Buston-Obregon,
1993). Efek ini konsisten dengan penelitian Sebastian et all (1987) yang menyatakan
bahwa infertilitas manusia laki-laki mungkin berhubungan dengan perubahan
metabolisme lipid dalam plasma seminal. Sifat dekapasitas kolesterol juga secara jelas
telah didemonstrasikan oleh Diaz-Fontdevilla dan Buston-Obregon (1993). Dalam
penelitian tersebut suatu makanan yang kaya kolesterol ditemukan dapat mengubah
kompleks filipin sterol dalam membran plasma region akrosom, menyatakan bahwa
membran lipid sperma dominan diinduksi oleh hiperkolesterolemia adalah penyebab
modifikasi dalam kapasitansi sperma dan reaksi kinetik akrosom. Akan tetapi, tidak ada
laporan yang menginvestigasi pengaruh makanan yang kaya kolestrol dalam fungsi
spermatogenesis sel Leydig. Tujuan penulis dalam penelitian ini adalah memperkirakan
efek hiperkolesterolemia pada fungsi endokrin testicular dan pada kapasitas fertilisasi
sperma.
Bahan dan Metode
Kelinci jantan diberi makan yang mengandung 3% kolesterol selama 12 bulan
(kelompok A). sebagai tambahan enam kelinci diberikan makanan normal selama
periode yang sama (kelompok B). Hewan ini dikandangi secara sendiri-sendiri selama
periode eksperimen dan menerima air dan makanan secara ad libitum. Pada akhir
penelitian, darah diaspirasi dari darah perifer (vena telinga) dan dievaluasi kolesterol
dan total lipid serta testosteron. Kemudian, semua hewan menerima pemberian human
chorionic gonadotropin (hCG; 1,500 IU) secara intramuscular. Tiga jam berikutnya,
darah perifer diaspirasi dan respon testosterone terhadap stimulasi hCG diukur. Satu
minggu setelahnya, semua hewan dianastesi dengan sodium pentobarbital (30 mg/kg,
Nembutal, Abbot Laboratories, Chicago, IL) secara intravena. Heparin sulfate (120
units/kg) secara intravena diberikan antikoagulasi. Suhu intraabdomen dan testicular
kiri dinilai. 1/1000 mg dari kauda epididimis (vas deferens asli) direseksi, dan
kandungan epididimis sperma, motilitas dan kapasitas fertilisasi diapresiasi. Testis kiri
direseksi, dan barat testikulkar kiri ditimbang. Konsentrasi kolesterol dalam testicular
kiri jaringan dinilai.
.
-
7/30/2019 Efek Hiperkolesterolemia Pada Fungsi Testis Dan Fisiologi Sperma
3/9
Evaluasi Lipid dan Jaringan Kolesterol Serum
Kolesterol diekstraksi dari jaringan testicular menggunakan metode modifikasi Bligh-
Dyer (Bligh and Dyer, 1959; Kate,1986). Kemudian, serum atau kolesterol testicular
dan serum total lipid dievaluasi dengan referensi khusus Reference Laboratory
(Hiroshima, Japan) seperti yang sebelumnya digambarkan (Sofikitis and Miyagawa,
1993a).
Penilaian testosterone Serum
Tingkat testosterone dinilai dengan pemeriksaan radioimmunoassay berdasarkan
metode Coyotupa dan koleganya (1972) menggunakan peralatan dari Nihon DPC
Corporation (Tokyo, Japan).
Penilaian Suhu Testicular
Suhu testicular kiri dinilai dengan insersi perkutaneus jarum no 29 dengan thermometer
digital (thermometer (Unique Medical, PTC 201 model, Tokyo). Suhu intraabdomen
dimonitor dengan pemeriksaan rectal dan suhu badan dinilai antara 36,7 dan 37,30C
dengan pemanasan radian melalui prosedur. Perbedaan antara intraabdomen dan suhu
intratesticular kiri direkam.
Berat Testis
Testis diseksi bebas melalui jaringan skitarnya dan diukur beratnya pada skala Mettler
Basbal (Tokyo).
Kandungan Spema kaudal Epididimis dan Motilitas
Kandungan Spema kaudal Epididimis dinilai seperti yang sebelumnya telah dijelaskan
(Sofikitis and Miyagawa, 1993b). Fragmen epididimal ditambahkan 5 mL Dulbeccos
phosphate buffered saline (DPBS; Sigma Chem., St. Louis, MO) (Sofikitis et al., 1996).
Mikroskop stereo memotong jaringan ke dalam bagian terkecil yang mungkin. Jaringan
epididimal yang telah dipotong dipisahkan dari spermatozoa yang bebas dengan filtrasi
melalui kertas penyaring diameter 20 -mm- (Whatman Co., New York, NY). Enam
tetes (volume masing-masing sampel 0,06 ml) filtrat digunakan pada jumlah sperma
(jumlah spermatozoa/ml) dan jumlah rata-rata dihitung. Sebuah kamar hitung Makler
(Sefi Medical Instruments, Haifa, Israel) ditempatkan pada slide mikroskop biasa dan
dengan kekuatan lensa objektif 20x dan lensa okuler 10 x digunakan. Sepuluh tetesan
-
7/30/2019 Efek Hiperkolesterolemia Pada Fungsi Testis Dan Fisiologi Sperma
4/9
dihitung untuk mengkalkulasikan persentase motilitas spermatozoa dalam saringan
secara cepat setelah persiapan. Proporsi motilitas spermatozoa pada masing-masing
tetesan ditemtukan oleh hitungan 300 sel secara acak yang ditentukan dengan pada area
yang diseleksi. Motilitas juga dinilai secara kualitatif dan ditandai nilainya dari 0-4
seperti yang sebelumnya dijelaskan (Sofikitis et al., 1991).
Kapasitas Kesuburan Kaudal Sperma Epididimis
Kemampuan spermatozoa kelinci untuk berpenetrasi dan fertlisasi ova diuji
secara in vitro. Sampel kaudal epididimal disentrifugasi pada 200 g selama 10 min.
Pellet sperma dipindahkan dengan modifikasi Brackett medium (mengandung 3.2 g/L
bovine albumin) (Brackett 1970; Brackett dan Oliphant, 1975). Kemudian, sampel
sperma dilakukan prosedur swim-up. Dengan inkubasi 1 mL-aliquots pada sudut 45
pada suhu 37C dibawah 5% karbondioksida selama 30 menit. Supernatan (0.5 mL)
ditutup ulang. Spermatozoa dalam supernatant dari kelompok B dihambat motilias
berkisar dari 81% - 96%. Supernatants dari kelompok A kelinci menunjukkan motilitas
sperma berkisar dari 53% hingga 70%.
Untuk mencegah perbadaan motilitas sperma antara kedua kelompok,
spermatozoa dari kelompok A difiltrasi melalui Sperma Prep (ZBL, Lexington, KY)
seperti yang telah digambarkan sebelumnya (Sofikitis et al., 1993). Filtrasi ditutup
ulang dari kolom Sperm Prep menunjukkan persentase motilitas spermatozoa berkisar
dari 73% to 91%. Setelah swim-up supernatants dari filtrasi sperma dari kelompok A
kelinci disentrifugasi pada at 200 g selama 15 menit dan sampel sperma pada
konsentrasi yang sama hingga 2,000,000/mL dipersiapkan (sampel akhir) dan
diinkubasi dalam modifikasi Brackett medium pada suhu 370
C dibawah
karbondioksida 5% selama 3 jam. Massa kumulus mengandung oosit ditutupi ulang
dari kelinci betina dewasa seperti yang telah digambarkan sebelumnya (Sofikitis et
al.,1996). Sepuluh massa Cumulus diinseminasi dengan sampel sperma dari masing-
masing kelinci jantan. Masing-masing kumulus ditempatkan dalam 0.9 mL of RD
(medium yang mengandung 10 mM of taurine [RD medium, Dulbeccos low-glucose
Modified Eagles medium (GIBCO Co., Grand Island, NY) dicampur1:1 (v/v) dengan
RPMI 1640 (GIBCO)] (Carney et al., 1991) diinseminasi dengan 0.1 mL sperma akhir
dan diinkubasi pada suhu 37C dibawah 5% karbondioksida (Sofikitis et al., 1996).
Oocytes diamati pada 18 dan 36 jam setelah inseminasi. Persentase oosit dengan dua
pronuklei pada 18 jam dan persentase oosit yang dipotong pada 36 jam setelah direkam.
-
7/30/2019 Efek Hiperkolesterolemia Pada Fungsi Testis Dan Fisiologi Sperma
5/9
Analisis Statistik
Uji Wilcoxons digunakan untuk analisis statistik. Kemungkinan kurang dari 5%
(
-
7/30/2019 Efek Hiperkolesterolemia Pada Fungsi Testis Dan Fisiologi Sperma
6/9
Suhu Testicular
Perbedaan Testicular kiri versus suhu intra-abdominal tidak secara signifikan berbeda
antara kelompok A dan B (3.9 0.4C and 4.1 0.3C).
Berat Testicular
Perbedaan dalam nilai rata-rata testicular kiri antara kelompok A dan B tidak secara
signifikan berbeda
(3153 101 mg dan 3208 94 mg).
Tabel 2. Hiperkolesterolemia dan hewan Kontrol
Kelompok Makanan Testosterone
Basal Kelompok
terhadap hCG
A Makanan kaya
kolesterol
2.4 0.4 4.9 0.7*
B kontrol 2.2 0.7 6.8 0.9
Nilai diekspresikan dengan nilai rata-rata SD
*P < 0.05 dibandingkan dengan kelompok kontrol
Kandungan Epididimal sperma, motilitas dan kapasitas fertilisasi
Kandungan sperma epidimal, persentase motilitas spermatozoa dan tingkat motilitas
secara signifikan lebih rendah pada kelompok A dibandingkan kelompok B (Tabel 3).
Walaupun perbedaaan dalam persentase motilitas spermatozoa antara kelompok A
setelah ditambah swim-up sperma Prep filtrasi dan perbedaan kelompok B (lihat
material dan bahan), persentase oosit dengan dua pronuklei pada 18 jam setelah
inseminasi lebih rendah secara signifikan pada kelompok A dibandingkan kelompok B.
Pembahasan
Penulis menciptakan model hiperkolesterolemia yang sama seperti yang digambarkan
oleh Girerd dan koleganya (1990) untuk mengilustrasikan pengaruh makanan kaya
kolesterolpada fungsi ensokrin dan eksokrin testicular. Seperti sebuah penelitian klinis
yang penting karena hiperkolesterolemia adalah masalah sosial dan produk tinggi
kolesterol yang sewring diiklankan untuk alas an komersial. Tingkat serum basal
testosterone perifer antara kelinci hiperkolesterolemia dan kontrol menunjukkan tidak
-
7/30/2019 Efek Hiperkolesterolemia Pada Fungsi Testis Dan Fisiologi Sperma
7/9
ada perbedaan signifikan. Tentu saja, sebuah serum testosterone basal adalah indikator
fungsi sel leydig yang baik, tetapi sering kali ini gagal mengindikasikan perubahan
kecil dalam tingkat sintesis testosterone testicular (Steinberger et al., 1973). Oleh
karena itu, evaluasi kemungkinan potensi fungsi sel leydig disebabkan oleh stimulasi
hCG yang penting.
Tabel 3. Kandungan epididimal kaudal sperma dan kapasitas fertilisasi pada kelompok
kelinci hiperkolesterolemia dan kelompok control
Kelompok
hiperkolesterolemia
Kelompok Kontrol
Kelompok A Kelompok B
Kandungan sperma (
10/mL medium)
413 151* 734 106
Motilitas sperma (%) 61 7* 79 6
Tingkat motilitas 2.3 0.4* 3.3 0.3
Oosit dengan dua pronuklei
(%)
27 4.3* 53 7.6
Potongan oosit (%) 23 5.1* 47 7.3
Nilai diekspresikan dengan nilai rata-rata SD
*P < 0.05 dibandingkan dengan kelompok kontrol
sampel sperma untuk IVF pada kelompok A dan B digunakan setelah persiapan
melalui metode swim-up and Sperm Prep dan metode swim-up. Tidak ada perbedaan
signifikan dalam persentase motilitas sperma antara kelompok A dan B dan setelah
persiapan diatas.
Bukti menunjukkan bahwa penelitian saat ini menemukan disfungsi sekretori
stiimulasi sel leydig dalam hiperkolestrolemia lingkungan testicular. Penulis
mengevaluasi respon testicular terhadap hCG 3 jam setelah stimulasi karena penulis
sebelumnya mendemonstrasikan puncak testosterone terhadap respon hCG pada kelinci
terjadi 3 jam setelah injeksi (Sofikitis and Miyagawa, 1994). Fungsi Optimal Sel
Leydig cell dan sekresi testosteron dikenal menjadi awal (i) aktivasi normal
spermatogenesis (Steinberger et al., 1973) dan (ii) pemeliharaan proses dan
-
7/30/2019 Efek Hiperkolesterolemia Pada Fungsi Testis Dan Fisiologi Sperma
8/9
perkembangan kapasitas epididimal maturasi (Turner, 1985). Oleh karena itu, secara
signifikan kaudal epidimal lebih rendah pada hewan dengan hiperkolesterolemia dapat
menyumbangkan defek dalam fungsi sekretory sel Leydig yang dihasilkan dalam
perbaikan spermatogenesis dan suatu perbaikan proses maturasi sperma epidimal.
Dalam penelitian ini, proporsi oosit menjadi oosit fertilisasi secara signifikan lebih
rendah pada kelinci dalam kelompok hiperkolesterol dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Karena tidak ada perbedaan signifikan dalam persentase motilitas sperna
setelah persiapan sperma melalui sperma prep dan metode swim up, hasil ini tidak
dapat menyumbangkan penurunan motilitas sperma pada kelinci dengan
hiperkolesterolemia.
Temuan ini menyatakan bahwa hasil hiperkolesterolemia dalam perubahan
kuantitatif dan kualitatif pada membran lipid sperma menyebabkan perbaikan kapasitas
sperma untuk kapasitas dan reaksi akrosom. Sebagai tambahan, hiperkolesterolemia
dapat mempunyai efek berbahaya dalam fertilisasi sperma (seperti zona ikatan penetrasi
zona pelusida, fusi dengan viteli membrane dan selanjutnya (Yamamoto et al., 1997)]
dan berikutnya pada potensial transformasi kepala sperma jantan pronuclei. Oleh
karena itu, persentase lebih rendah potongan oosit pada kelinci yang dirawat dengan
makanan kolesterol mengindikasikan bahwa perkembangan awal embrionik diperbaiki.
Ketiadaaan perbedaan jaringan testicular antara dua kelompok konsisten dengan hasil
laporan sebelumnya (Diaz-Fontdevilla and Buston- Obregon,1992; Diaz-Fontdevilla et
al., 1993) menunjukkan bahwa kandungan kolesterol tidak meningkat dalam seminal
plasma hewan yang diberi perlakuan dengan makanan kaya kolesterol. Temuan kami
dan penelitian sebelumnya yang diambil bersama-sama menyatakan bahwa keberadaan
testis darah atau saluran reproduksi darah pada jantan untuk kolesterol. Sulit untuk
menjelaskan mengapa fungsi sel Leydig rusak pada hewan hiperkolesterolemia tanpa
adanya peningkatan jaringan testicular. Kami mengukur suhu testicular yang diketahui
menjadi diatur dengan pusat pertukaran panas vaskulatur testicular untuk mengevaluasi
apakah konsekuensi vascular hiperkolesterolemia pada pusat pemanasan saat ini
bertanggung jawab untuk kerusakan testicular (Rubenstein et al., 1995). Akan tetapi,
secarafungsional system pemanasan saat ini pada hewan dengan hiperkolesterolemia
muncul menjadi intak. Hipotesis kami bahwa hiperkolesterolemia tidak mempunyai
pengaruh secara langsung pada sel tubulus seminiferus, tetapi substansi lainnya
menginduksi hiperkolestrolemia mempunyai efek merusak pada spermatogenesis.
Penelitian saat ini merupakan laporan pertama yang menunjukkan suatu efek makanan
-
7/30/2019 Efek Hiperkolesterolemia Pada Fungsi Testis Dan Fisiologi Sperma
9/9
kaya kolesterol, maturasi sel epididimal dan semua kapasitas proses fertilisasi sperma.
Konsep bahwa disanan terdapat batasan tastis darah untuk kolesterol didukung oleh
temuan saat ini dan investigasi selanjutnya yang lebih layak.