educatinalwithptkdotnet.files.wordpress.com · web viewmodel pembelajaran merupakan kerangka...

22
- PROBLEM BASED LEARNING - MODEL EXPOSITORI

Upload: trantruc

Post on 28-May-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: educatinalwithptkdotnet.files.wordpress.com · Web viewModel pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar

- PROBLEM BASED LEARNING

- MODEL EXPOSITORI

Page 2: educatinalwithptkdotnet.files.wordpress.com · Web viewModel pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar

yang telah ada pada diri pebelajara. Belajar adalah pembentukan pengertian atas

pengalaman-pengalaman dalam hubungannya dengan pengetahuan sebelumnya

(prior knowledge). Belajar terjadi melalui kontruksi dan elaborasi skemata-

skemata atas dasar pengalaman (Sadia, dkk., 2006: 9).

Sebagai implikasi dari konseptualisasi di atas, maka pikiran siswa harus

dipandang sebagai jaringan ide yang kaya dan bervariasi, dan bukan sebagai

tabularasa. Penekanan belajar bukan pada korespodensi dengan suatu otoritas

eksternal, tetapi pada penyusunan skemata-skemata atau struktur kognitif yang

koheren dan berguna bagi pebelajar. Orientasi kita tentang belajar dan mengajar

seyogyanya digeser dari kebenaran siswa dalam melakukan replikasi atas apa

yang dikerjakan guru menuju suksesnya siswa dalam mengorganisasi pengalaman

mereka (Driver, 1988 dalam Sadia, 2003b: 11). Sehubungan dengan hal itu, maka

dalam proses pembelajaran di kelas adalah sangat penting bagi siswa untuk

mengemukakan gagasannya dalam rangka negoisasi makna. Di sisi lain, guru

harus memberi peluang kepada siswa untuk mengemukakan gagasan atau

argumentasinya.

Dalam hal evaluasi hasil belajar, harus ditekankan pada masuk akal atau

tidaknya argumentasi yang dikemukakan siswa, bukan pada benar salahnya

jawaban siswa (Sadia, 2003a: 12).

2.1.3 Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk

Page 3: educatinalwithptkdotnet.files.wordpress.com · Web viewModel pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar

mencapai tingkat belajar tertentu (Udin S.W., 1997). Joyee, dkk., (2003)

mengemukakan bahwa suatu model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau

pola yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran di kelas. Oemar

Hamalik (2003: 24) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu

rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum, merancang bahan

pengajaran dan membimbing pengajaran di kelas. Dari pendapat tersebut di atas,

dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual

dalam wujud suatu perencanaan pembelajaran yang melukiskan prosedur yang

sistematis yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran di kelas.

Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yakni: 1)

rasional teoretik yang logis yang disusun oleh para pencipta, 2) landasan

pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar, 3) tingkah laku mengajar

yang diperlukan agar model tersebut dapat berhasil, 4) lingkungan belajar yang

diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Wina Sanjaya, 2006: 128).

Sintaks suatu model pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan

alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan pembelajaran

(Nana S., 1989: 43). Sintaks pembelajaran menunjukkan dengan jelas kegiatan-

kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa dan tugas-tugas khusus

yang dilakukan oleh siswa. Sintaks dari bermacam model pembelajaran

mempunyai komponen yang sama seperti diawali dengan menarik perhatian siswa

dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran. Demikian pula

setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap mnutup pelajaran. Namun

demikian ada perbedaan seperti perbedaan pengelolaan lingkungan belajar,

perbedaan peran siswa, perbedaan peran guru, perbedaan ruang fisik dan

Page 4: educatinalwithptkdotnet.files.wordpress.com · Web viewModel pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar

perbedaan sistem sosial kelas. Perbedaan-perbedaan tersebut harus dipahami oleh

para guru dalam menerapkan model pembelajaran agar dapat dilaksanakan dengan

baik.

2.1.4 Model Pembelajaran Problem Based Learning

Model pembelajaran problem based learning (pembelajaran berbasis

masalah) awalnya dirancang untuk program graduate bidang kesehatan oleh

Barrows, Howard (1986) yang kemudian diadaptasi dalam bidang pendidikan oleh

Gallagher (1995). Problem based learning disetting dalam bentuk pembelajaran

yang diawali dengan sebuah masalah dengan menggunakan instruktur pelatih

metakognitif dan diakhiri dengan penyajian dan analisis kerja siswa.

Model pembelajaran problem based learning berlandaskan pada psikologi

kognitif. Sehingga fokus pengajaran tidak begitu banyak pada apa yang sedang

dilakukan siswa, melainkan kepada apa yang sedang mereka pikirkan pada saat

mereka melakukan kegiatan itu. Pada problem based learning peran guru lebih

berperan sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa belajar berpikir dan

memecahkan masalah mereka sendiri. Belajar berbasis masalah menemukan akar

intelektualnya pada penelitian John Dewey (Ibrahim, 2000). Pedagogi John

Dewey menganjurkan guru untuk mendorong siswa terlibat dalam proyek atau

tugas yang berorientasi masalah dan membantu mereka menyelidiki masalah-

masalah tersebut. Pembelajaran yang berdayaguna atau berpusat pada masalah

digerakkan oleh keinginan bawaan siswa untuk menyelidiki secara pribadi situasi

yang bermakna merupakan hubungan problem based learning dengan psikologi

Dewey. Selain Dewey, ahli psikologi Eropa Jean Piaget tokoh pengembang

Page 5: educatinalwithptkdotnet.files.wordpress.com · Web viewModel pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar

konsep konstruktivisme telah memberikan dukungannya. Pandangan

konstruktivis-kognitif yang didasari atas teori Piaget menyatakan bahwa siswa

dalam segala usianya secara aktif terlibat dalam proses pemerolehan informasi

dan membangun pengetahuannya sendiri (Ibrahim, 2000).

Adaptasi struktur problem based learning dalam kelas-kelas sains

dilakukan dengan menjamin penerapan beberapa komponen penting dari sains.

Empat penerapan esensial dari problem based learning adalah seperti diurutkan

dalam Callagher et al (1995) adalah:

1) Orientasi siswa pada masalah

Pada saat mulai pembelajaran, guru menyampaikan tujuan pembelajaran

secara jelas, menumbuhkan sikap positif terhadap pelajaran. Guru menyampaikan

bahwa perlu adanya elaborasi tentang hal-hal sebagai berikut:

- Tujuan utama dari pembelajaran adalah tidak untuk mempelajari sejumlah

informasi baru, namun lebih kepada bagaimana menyelidiki masalah-masalah

penting dan bagaimana menjadikan pebelajar yang mandiri.

- Permasalahan yang diselidiki tidak memiliki jawaban mutlak ”benar”. Sebuah

penyelesaian yang kompleks memiliki banyak penyelesaian yang terkadang

bertentangan.

- Selama tahap penyelidikan dalam pembelajaran, siswa didorong untuk

mengajukan pertanyaan dan mencari informasi dengan bimbingan guru.

- Pada tahap analisis dan penyelesaian masalah siswa didorong untuk

menyampaikan idenya secara terbuka.

Guru perlu menyajikan masalah dengan hati-hati dengan prosedur yang

jelas untuk melibatkan siswa dalam identifikasi. Hal penting di sini adalah

Page 6: educatinalwithptkdotnet.files.wordpress.com · Web viewModel pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar

orientasi kepada situasi masalah menentukan tahap untuk penyelidikan

selanjutnya. Oleh karena itu pada tahap ini presentasi harus menarik minat siswa

dan menimbulkan rasa ingin tahu.

2) Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar

Poblem based learning membutkan keterampilan kolaborasi diantara

siswa menurut mereka untuk menyelidiki masalah secara bersama. Oleh karena itu

mereka juga membutuhkan bantuan untuk merencanakan penyelidikan dan tugas-

tugas belajarnya.

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar

kooperatif juga berlaku untuk mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok

problem based learning. Intinya di sini adalah guru membantu siswa

mengidentifikasi dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan

masalah yang akan dipecahkan.

3) Membantu Penyelidikan Siswa

Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk mengumpulkan data-data atau

melaksanakan eksperimen sampai mereka betul-betul memahami dimensi dari

masalah tersebut. Tujuannya agar siswa mengumpulkan cukup informasi untuk

membangun ide mereka sendiri. Siswa akan membutuhkan untuk diajarkan

bagaimana menjadi penyelidik yang aktif dan bagaimana menggunakan metode

yang sesuai untuk masalah yang sedang dipelajari.

Page 7: educatinalwithptkdotnet.files.wordpress.com · Web viewModel pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar

Setelah siswa mengumpulkan cukup data mereka akan mulai menawarkan

penjelasan dalam bentuk hipotesis, penjelasan dan pemecahan. Selama tahap ini

guru mendorong semua ide dan menerima sepenuhnya ide tersebut.

4) Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

Pada tahap ini guru membantu siswa dalam merencanakan dan

menyiapkan hasil karya yang akan disajikan. Masing-masing kelompok

menyajikan hasil pemecahan masalah yang diperoleh dalam suatu diskusi.

Penyajian hasil karya ini dapat berupa laporan, poster maupun media-media yang

lain.

5) Menganalisis dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah

Tahap akhir ini meliputi aktivitas yang dimaksudkan untuk membantu

siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir mereka sendiri dan

disamping itu juga mengevaluasi keterampilan penyelidikan dan keterampilan

intelektual yang telah mereka gunakan.

Selanjutnya beberapa ciri penting problem based learning sebagai berikut

(Brook & Martin, 1993):

1. Tujuan Pembelajaran. Tujuan pembelajaran dirancang untuk dapat

merangsang dan melibatkan pebelajar dalam pola pemecahan masalah.

Kondisi ini akan dapat mengembangkan keahlian belajar dalam bidangnya

secara langsung dalam mengidentifikasi permasalahan. Dalam konteks belajar

kognitif sejumlah tujuan yang terkait adalah belajar langsung dan mandiri,

pengetahuan dan pemecahan masalah. Sehingga untuk mencapai keberhasilan,

para pebelajar harus mengembangkan keahlian belajar dan mampu

Page 8: educatinalwithptkdotnet.files.wordpress.com · Web viewModel pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar

mengembangkan strategi dalam mengidentifikasi dan menemukan

permasalahan belajar, evaluasi dan juga belajar dari berbagai sumber yang

relevan.

2. Keberhasilan Masalah. Dalam hal ini ada dua hal yang harus dipenuhi.

Pertama, harus dapat memunculkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang

relevan dengan content domain yang dibahas. Kedua, permasalahan

hendaknya riil sehingga memungkinkan terjadinya kesamaan pandang antar

siswa. Ada tiga alasan kenapa permasalahan harus nyata (realistik). (1) Siswa

terkadang terbuka untuk meneliti semua dimensi dari permasalahan sehingga

dapat mengalami kesulitan dalam menciptakan suatu permasalahan yang luas

dengan informasi yang sesuai. (2) Permasalahan nyata cenderung untuk lebih

melibatkan siswa terhadap suatu konteks tentang kesamaan dengan

permasalahan. (3) Siswa segera ingin tahu hasil akhir dari penyelesaian

masalahnya.

3. Adanya Presentasi Permasalahan. Pebelajar dilibatkan dalam

mempresentasikan permasalahan sehingga mereka merasa memiliki

permasalahan tersebut. Ada dua hal pokok dalam mempresentasikan

permasalahan. Pertama, jika siswa dilibatkan dalam pemecahan masalah yang

autentik, maka mereka harus memiliki permasalahan tersebut. Kedua, adalah

bahwa data yang ditampilkan dalam presentasi permasalahan tidak menyoroti

faktor-faktor utama dalam masalah tersebut, namun dapat ditampilkan sebagai

dasar pertanyaan sehingga tidak menampilkan informasi kunci.

4. Peran Guru Sebagai Tutor dan Fasilitator. Dalam hal ini peran guru

sebagai fasilitator adalah mengembangkan kreativitas berpikir siswa dalam

Page 9: educatinalwithptkdotnet.files.wordpress.com · Web viewModel pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar

bentuk keahlian dalam pemecahan masalah dan membantu siswa untuk

menjadi mandiri. Kemampuan dari tutor sebagai fasilitator keterampilan

mengajar kelompok kecil dalam proses pembelajaran mengidentifikasi

permasalahan. Dalam konteks belajar kognitif sejumlah tujuan yang terkait

adalah belajar langsung dan mandiri, pengetahuan dan pemecahan masalah.

Sehingga untuk mencapai keberhasilan, para pebelajar harus mengembangkan

keahlian belajar dan mampu mengembangkan strategi dalam mengidentifikasi

dan menemukan permasalahan belajar, evaluasi dan juga belajar dari berbagai

sumber yang relevan.

5. Keberlanjutan Masalah. Dalam hal ini ada dua hal yang terpenuhi. Pertama,

harus dapat memunculkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang relevan

dengan content domain yang dibahas. Kedua, permasalahan hendaknya riil

sehingga memungkinkan terjadinya kesamaan pandang antarsiswa. Ada tiga

alasan kenapa permasalahan harus nyata (realistik). (1) Siswa terkadang

terbuka untuk meneliti semua dimensi dari permasalahan sehingga dapat

mengalami kesulitan dalam menciptakan suatu permasalahan yang luas

dengan informasi yang sesuai. (2) Permasalahan nyata cenderung untuk lebih

melibatkan siswa terhadap suatu konteks tentang kesamaan dengan

permasalahan. (3) Siswa segera ingin tahu hasil akhir dari penyelesaian

masalahnya.

6. Adanya Presentasi Permasalahan. Pebelajar dilibatkan dalam

mempresentasikan permasalahan sehingga mereka merasa memiliki

permasalahan tersebut. Ada dua hal pokok dalam mempresentasikan

permasalahan. Pertama, jika siswa dilibatkan dalam pemecahan masalah yang

Page 10: educatinalwithptkdotnet.files.wordpress.com · Web viewModel pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar

autentik, maka mereka harus memiliki permasalahan tersebut. Kedua, adalah

bahwa data yang ditampilkan dalam presentasi permasalahan tidak menyoroti

faktor-faktor utama dalam masalah tersebut, namun dapat ditampilkan sebagai

dasar pertanyaan sehingga tidak menampilkan informasi kunci.

7. Peran Guru sebagai Tutor dan Fasilitator. Dalam hal ini peran guru

sebagai fasilitator adalah mengembangkan kreativitas berpikir siswa dalam

bentuk keahlian dalam pemecahan masalah dan membantu siswa untuk

menjadi mandiri. Kemampuan dari tutor sebagai fasilitator keterampilan

mengajar kelompok kecil dan proses pembelajaran merupakan penentu utama

dari kualitas dan keberhasilan. Setiap metode pendidikan bertujuan: (1)

Mengembangkan kreatifitas berpikir pada siswa dan keahlian berpendapat. (2)

Membantu mereka untuk menjadi mandiri. Sedangkan tutorial adalah sautu

penggunaan keahlian yang menitikberatkan masalah dasar belajar langsung

mandiri (Barrows dalam Savery & Duffy, 1994).

Barrows (1996) dalam tulisannya yang berjudul Problem Based Learning

in Medicine and Beyond juga mengemukakan beberapa karakteristik problem

based learning berikut:

1) Proses pembelajaran bersifat Student-Centered. Melalui bimbingan totur

(guru) siswa harus bertanggungjawab atas pembelajaran dirinya,

mengidentifikasi apa yang mereka perlu ketahui untuk memperoleh

pemahaman yang lebih baik, mengelola permasalahan dan menentukan

dimana mereka akan memperoleh informasi (buku teks jurnanl, internet, dsb).

2) Proses pembelajaran berlangsung pada kelompok kecil. Setiap kelompok

biasanya terdiri dari 5-8 orang. Anggota kelompok sebaiknya ditukar untuk

Page 11: educatinalwithptkdotnet.files.wordpress.com · Web viewModel pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar

setiap unit kurikulum. Kondisi demikian akan memberikan kondisi praktis

kepada siswa untuk bekerja dan belajar secara lebih intensif dan efektif dalam

variasi kelompok yang berbeda.

3) Guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbig. Dalam hal ini guru tidak

berperan sebagai penceramah atau pemberi faktual, namun berperan sebagai

fasilitator. Guru tidak memberitahu siswa apakah pemikiran siswanya benar

atau salah, dan juga tidak memberitahu siswa tentang apa yang mereka harus

pelajari atau baca. Siswa itu sendirilah (secara berkelompok) yang

mengidentifikasi dan menentukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip apa

yang harus mereka pelajari dan mereka pahami agar mampu memecahkan

masalah yang telah disajikan guru pada awal setting pembelajaran.

4) Permasalahan-permasalahan yang disajikan dalam setting pembelajaran

diorganisasi dalam bentuk fan fokus tertentu dan merupakan stimulus

pembelajaran. Misalnya, masalah pasien atau kesehatan masyarakat disajikan

dalam berbagai bentuk seperti kasus tertulis, simulasi pasien, simulasi

komputer, atau video. Kondisi demikian akan manantang dan menghadapkan

siswa dalam kondisi praktis serta akan memotivasi siswa untuk belajar. Untuk

memecahkan masalah tersebut, siswa akan merealisasikan apa yang perlu

mereka pelajari dari ilmu-ilmu dasar serta akan mengarahkan mereka untuk

mengintegrasikan informasi-informasi dari berbagai disiplin ilmu.

5) Informasi baru diperoleh melalui belajar secara mandiri (self directed

learning). Siswa diharapkan belajar dari dunia pengetahuan dan

mengakumulasikan keahaliannya melalui belajar mandiri, serta dapat berbuat

seperti praktisi yang sesungguhnya. Selama proses belajar secara mandiri,

Page 12: educatinalwithptkdotnet.files.wordpress.com · Web viewModel pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar

siswa bekerja bersama dalam kelompok, berdiskusi, melakukan komparasi,

meriview serta berdebat tentang apa yang sudah mereka pelajari.

6) Masalah merupakan wahana untuk mengembangkan keterampilan

permasalahan masalah klinik. Permat permasalahan hendaknya

mempresentasikan permasalahan pasien sesuai dengan dunia realita. Format

permasalahan juga harus memberi kepada siswa untuk mengajukan

pertanyaan-pertanyaan kepada pasisen, melakukan tes fisik, tes laboratorium

dan tutuntan lainnya.

Langkah-langkah yang perlu diperhatikan dalam merancang program

pengajaran yang berorientasi pada problem based learning sehingga proses

pembelajaran benar-benar berpusat pada siswa (siswa centered) adalah sebagai

berikut (Gallegher & Stepien, 1995):

1) Fokuskan permasalahan (problem) sekitar pembelajaran konsep-konsep

esensial yang strategis. Gunakan permasalahan dan konsep untuk membantu

siswa melakukan investigasi substansi isi (content).

2) Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengevaluasi gagasannya melalui

eksperimen atau studi lapangan. Siswa akan menggali data-data yang

diperlukan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

3) Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengelola data yang mereka miliki

yang merupakan proses metakognisi.

4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan solusi-solusi yang

mereka kemukakan. Penyajian dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau

publikasi atau dalam bentuk penyajian poster.

Page 13: educatinalwithptkdotnet.files.wordpress.com · Web viewModel pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar

Prosedur dan tahapan pelaksanaan proses pembelajaran problem based learning

adalah sebagai berikut (dimodifikasi dari Barrows and Myers, 1993).

Gambar 2.1 Alur Pembelajaran Problem Based Learning

PENDAHULUAN1. Penyampaian Tujuan Pembelajaran2. Apersepsi

SETTING PERMASALAHAN

1. Penyampaian masalah2. Internalisasi masalah oleh siswa3. Menggambarkan hasil/performan yang diperlukan4. Pemberian tugas-tugas meliputi (pengajuan hipotesis, pengumpulan

fakta, mensintesa informasi yang tersedia melalui kegiatan inkuiri, membuat catatan yang diperlukan, merancang kegiatan/penyelidikan yang berkaitan dengan pemecahan masalah)

5. Pemberian alasan terhadap permasalahan6. Identifikasi sumber-sumber pembelajaran7. Penjadwalan tindak lanjut

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH

1. Menggunakan berbagai sumber dan kemampuan berpikir kritis, melaksanakan penyelidikan eksperimen.

2. Pemecahan masalah (jawaban hipotesis, menerapkan pengetahuan baru, menemukan hal-hal baru jika perlu diteliti kembali dengan merancang kegiatan baru)

PRESENTASI

1. Penyajian pemecahan masalah2. Diskusi

AKHIR KEGIATAN

1. Memiliki pengetahuan2. Penilaian diri melalui hasil diskusi

Page 14: educatinalwithptkdotnet.files.wordpress.com · Web viewModel pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar

Sebagai model pembelajaran problem based learning disamping memiliki

keunggulan juga memiliki kelemahan. Wina Sanjaya (2006: 218) menyatakan

keunggulan problem based learning adalah:

1. Pemecahan masalah merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih

memahami isi pelajaran.

2. Pemecahan masalah dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan

kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.

3. Pemecahan masalah dapat meningkatkan aktifitas pembelajaran siswa.

4. Pemecahan masalah dapat membantu siswa bagaimana mentransfer

pengetahuan untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

5. Pemecahan masalah dapat membantu siswa untuk mengembangkan

pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang

mereka lakukan. Disamping juga dapat mendorong untuk melakukan evaluasi

sendiri baik terhadap hasil maupun proses belajarnya.

6. Melalui pemecahan masalah bisa diperlihatkan bahwa setiap mata pelajaran

pada dasarnya merupakan cara berpikir dan sesuatu yang dimengerti oleh

siswa bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku saja.

7. Pemecahan masalah dipandang lebih mengasikkan dan disukai siswa.

8. Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir

kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan

pengetahuan baru.

9. Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengaplikasikan pengetahuan yang telah mereka miliki dalam dunia nyata.

Page 15: educatinalwithptkdotnet.files.wordpress.com · Web viewModel pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar

10. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus-

menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.