edisi juni 2017 suplemen majalah sains...

8
Edisi Juni 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Upload: hakhue

Post on 04-May-2019

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

�Edisi Juni 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

� Edisi Juni 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

�Edisi Juni 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

Upaya menggenjot produksi bawang merah, masih terkendala ketersediaan

benih bermutu dalam jumlah cukup serta tepat waktu dan varietas. Inovasi Balitbangtan yaitu teknik pembenihan dengan biji botani (True Shallot Seed atau TSS) diharapkan mampu menjawab tantangan tersebut.

Hingga saat ini petani bawang merah di Indonesia masih bergantung pada penggunaan benih yang berasal dari umbi. Hal tersebut berlangsung turun temurun. Kekurangan benih bermutu setiap tahunnya berkisar antara 65-70% yang dipenuhi dari umbi konsumsi bahkan impor.

Peningkatan permintaan bawang merah dari tahun ke tahun, berakibat terkendalanya sumber benih dari umbi konsumsi. Pemakaian benih bermutu rendah tidak hanya berdampak pada penurunan produksi dan kualitas, namun juga rentan terhadap hama penyakit.

Pasokan benih dengan benih umbi membatasi penyebaran benih ke berbagai sentra produksi bawang merah lokal yang kini meliputi 27 dari 34 provinsi di Indonesia. Selama kurun waktu 2010-2014, baru empat provinsi, yaitu Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat dan Nusa Tenggara Barat yang menjadi penyangga pemenuhan konsumsi bawang merah nasional dengan kontribusi 86,2% dari total produksi nasional. Peningkatan produksi bawang merah disebabkan oleh peningkatan

luas panen (3,70% per tahun) dan produktivitas (2,00% per tahun).

Produktivitas Dua Kali LipatBalai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa),

Balitbangtan, sukses menghasilkan inovasi perbenihan bawang merah secara generatif dengan biji atau TSS. Benih jenis ini dihasilkan dari bunga/umbel bawang merah yang sudah tua dengan masa tanam sekitar empat bulan dan kemudian diproses sebagai benih. Melalui teknologi TSS, dihasilkan umbi mini yang dapat memperbaiki kualitas benih bawang merah.

Kelebihan benih TSS, selain sehat juga terbebas dari akumulasi pathogen tular umbi seperti bakteri, jamur dan virus. Selain itu, distribusinya lebih mudah, daya simpan benih

Penggunaan benih TSS berhasil melipatgandakan hasil panen bawang merah. Sementara kebutuhan benih hemat hingga separuhnya.

Benih TSS Mampu Gandakan Produksi Bawang Merah

TSS Agrihort 1.

� Edisi Juni 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

lebih lama, dan lebih tahan dari kerusakan. Produktivitas rata-ratanya pun berlipat ganda, Penggunaan benis TSS mampu menghasilkan produksi lebih dari 20 ton/ha atau dua kali lipat dibandingkan benih biasa yang rata-rata secara nasional mencapai 10,22 ton/ha.

Balitsa telah menghasilkan dua varietas bawang merah yang mampu hasilkan benih jenis TSS. Kedua varietas tersebut adalah TSS Agrihort 1 yang merupakan pemurnian varietas Maja Cipanas dan varietas TSS Agrihort 2 yang merupakan persilangan varietas Bima Brebes dan Thailand. Potensi hasil panen umbi bawang merah mencapai 20,04 ton/ha (TSS Agrihort 1) dan 21,75 ton/ha (TSS Agrihort 2). Benih umbi mini TSS yang digunakan cukup 2-3 kg/ha, bandingkan dengan benih biasa yang mencapai 5-6 kg/ha.

Tidak hanya potensi produksinya yang menggiurkan, hasil panen dua varietas baru ini juga memiliki penampilan yang menarik baik dalam bentuk maupun bobot per umbi.

Juga kemampuan adaptasinya di berbagai agroekologi lahan. Sehingga kompetitif tinggi di pasaran.

Karakteristik umbi panen varietas TSS Agrihort 1 umumnya pipih bulat, dengan diameter berkisar antara 3,33 – 3,42 cm, berat per umbi mencapai 21,61 – 34,42 gram. Sedangkan hasil panen varietas TSS Agrihort 2 dicirikan dengan bentuk umbi yang bulat, berdiameter 2,84 - 2,91 cm, dengan berat per umbi 15,17 - 21,89 gram. Varietas TSS Agrihort 2 unggul dalam hal jumlah anakan (2-3 anakan) lebih banyak dibandingkan Agrihort 1 (1-2 anakan). Umur panen kedua varietas ini maksimal mencapai 70 hari setelah tanam.

Tantangan dalam pengembangan perbenihan dengan TSS adalah menciptakan strategi yang tepat untuk produksi pada skala komersial. Juga mengubah kebiasaan petani dari penggunaan benih umbi menjadi benih TSS. Petani harus dibekali pengetahuan dan ketrampilan teknis budidaya bawang merah dengan TSS. Jika tantangan bisa diselesaikan, agroindustri bawang merah Indonesia bakal maju pesat.

Potensi hasil panen umbi

bawang merah mencapai 20,04

ton/ha (TSS Agrihort 1) dan

21,75 ton/ha (TSS Agrihort 2).

TSS Agrihort 2

Foto

-fot

o: B

alit

bang

tan

�Edisi Juni 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

Penyediaan benih yang sehat dan kontinyu perlu didukung invensi proses produksi bulblet (umbi mini) bawang merah. Teknologi embriogenesis menjadi salah satu alternatif solusinya yang mampu menghasilkan benih umbi bawang merah secara massal dalam waktu singkat, tersedia sepanjang waktu, dan bebas patogen.

Teknologi Embriogenesis Hasilkan Benih Bawang Merah Bebas Patogen

Dalam budidaya bawang merah, kehadiran virus menjadi momok menakutkan bagi para petani. Diketahui, serangan virus

berkembang melalui benih bawang merah asal umbi (vegetatif ).

Menurut hasil penelitian Balai Penelitian Tanaman Sayuran, Lembang

hampir 90%, bahkan 100% bawang merah di Brebes tertular virus. Serangan virus ini

memang tidak mematikan. Tapi dampaknya adalah merosotnya produksi andalan

Kabupaten Brebes ini.Penggunaan benih bawang

merah bermutu bebas patogen merupakan salah satu cara menggenjot produktivitas hingga

mencapai 20 ton/ha. Hasil produksi setinggi itu sama dengan dua kali

lipat lebih dari produktivitas rata-rata bawang merah yang saat ini hanya

9,5 ton/ha. Rendahnya produksi bawang merah di lahan petani terutama disebabkan oleh patogen yang dibawa umbi bawang merah sisa hasil panen sebelumnya.

Selama ini, petani lebih senang menggunakan umbi dengan alasan lebih praktis dan tidak perlu disemaikan, serta waktu panen lebih singkat (sekitar 60 hari). Penggunaan benih jenis umbi rentan terkena patogen. Utamanya jenis penyakit Fusarium sp yang menyerang bagian perakaran dan umbi.

Pembentukan Embrio Somatik.

� Edisi Juni 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia

Suplemen Agrotek

Patogen biasanya dibawa oleh tanah bersama umbi dari lahan areal panen. Pada tanaman muda, gejala dapat dilihat dengan jelas pada daun. Akibat serangan penyakit Fusarium, petani umumnya mengalami kerugian hasil 26 – 32%.

Berbagai inovasi telah dihasilkan untuk mengatasi patogen pada bawang merah. Salah satu bentuk pencegahannya adalah dengan penyediaan bulblet bawang merah yang bebas patogen dengan mutu genetik

yang tinggi. Sebagai bentuk dukungan untuk memproduksi bulblet yang tahan penyakit dan tidak tergantung musim tersebut, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) telah menemukan metode perbanyakan bulblet secara embriogenesis somatik langsung atau tidak langsung.

Produksi benih dalam bentuk bulblet (umbi mini) karena di lapangan banyak petani yang kesulitan menggunakan benih TSS. Percobaan dengan menyemai lebih dulu, ternyata saat umur 40 hari dipindah tanam hanya menghasilkan 50%. Faktor lainnya adalah, mengubah kebiasaan petani yang menanam dengan umbi ke TSS juga tak mudah. Untuk itulah Balitsa memproduksi dalam bentuk bulblet.

Benih Sumber BermutuBulblet yang dihasilkan dapat digunakan

sebagai benih inti dan perbanyakan benih sumber bawang merah yang bermutu. Kelebihan invensi ini adalah peningkatan rasio perbanyakan, kualitas bulblet yang bebas penyakit dan true to type, serta produksi bulblet yang tidak tergantung musim. Invensi ini telah didaftarkan untuk mendapatkan perlindungan paten, dan siap untuk diimplementasikan dalam skala komersial.

Tantangan ke depan adalah bagaimana upaya menerapkan metode perbanyakan secara embriogenesis ini dalam skala yang lebih luas sehingga dapat menjadi bagian dari solusi perbenihan bawang merah di tingkat petani. Selain ketahanan penyakit, upaya peningkatan produksi, perbanyakan benih bermutu bawang merah juga harus diselaraskan dengan kesesuaian agroekologi, pengolahan lahan, musim, preferensi konsumen (pasar), dan penyimpanan/perlakuan benih.

Benih bermutu akan memiliki performa yang baik seperti daya tumbuh 80-90%, tingkat kesegaran yang baik, utuh, dan tidak cacat yang mudah dikenali sebagai umbi yang sehat. Inovasi perbanyakan secara embriogenesis ini diharapkan dapat menjawab kebutuhan benih umbi bawang merah berkualitas di Indonesia.

Umbi G0

Pembentukan umbi

�Edisi Juni 2017Suplemen Majalah SAINS Indonesia

� Edisi Juni 2017 Suplemen Majalah SAINS Indonesia