edisi iii tahun i 5 fakta kebakaran hutan di · pdf filekabut asap akibat pembakaran hutan di...
TRANSCRIPT
mencapai 20 trilyun rupiah atau 3
tahun APBD Riau, selain itu ada
38.744 penderita ISPA di Riau,
Standar Polusi Udara di Pekanbaru
mencapai 310 Psi atau sangat ber-
bahaya, ada puluhan penerbangan
yang ditunda, lebih dari 10 hari
pelajar di beberapa Kota dan Kabu-
paten di Provinsi Riau tidak dapat
menikmati pendidikan karena dili-
burkan, ada 120.000 hektar lahan
hutan yang menjadi kritis,
lebih dari 100 milyar dana
disediakan pemerintah
untuk memadamkan api,
dan lebih dari dua bulan
kehidupan masyarakat
tidak normal.
Fakta 5. Jumlah Ter-
sangka. Karena ini adalah
perbuatan manusia dan
sudah ada aturan yang
melarangnya, maka dilaku-
kanlah tindakan penegakan
hukum terhadap pembakar lahan,
Tidak hanya pembakar lahan tetapi
juga orang yang menyuruh. Sampai
April 2014, jumlah tersangka sudah
mencapai 102 orang, dan 1 korpo-
rasi. Ada yang sudah ditahan, ada
juga yang tidak ditahan dan ada
yang masih DPO, ada yang akan
disidang, Ancaman hukuman terha-
dap pembakar lahan ada pada Pasal
98 UU No 32 Tahun 2009 tentang
Perlindungan dan Pengelolaan Ling-
kungan Hidup, yaitu hukuman pen-
jara minimal 3 tahun dan maksimal
10 tahun dan didenda minimal 3
milyar rupiah atau maksimal 10
milyar rupiah.
Dari berbagai sumber.
Kabut Asap akibat pembakaran
hutan di Riau pada awal 2014 lalu
sungguh sangat mengganggu. Ben-
cana ini bahkan ditetapkan menjadi
bencana nasional oleh Pemerintah.
Tahun ini kabut asap itu datang labih
cepat dan lebih tebal. Beberapa
pener-bangan dihentikan, sekolah
ditutup berminggu-minggu, banyak
masyarakat yang menderita ISPA,
dan kehidupan masyarakat Riau
terganggu. Ini adalah ke-
jadian yang berulang setiap
tahun yang diakibatkan oleh
terbakarnya hutan khusus-
nya lahan gambut di Riau.
Berikut adalah beberapa
fakta tentang kabut asap
itu.
FAKTA 1. Sejak Kapan
Kabut Asap Terjadi.
Pembakaran hutan dan
lahan sudah terjadi di Riau
sejak 1997 lalu. Perhatian
meluas terhadap kejadian ini pada
tahun 1999, di mana kabut asap
sampai ke Malaysia dan Singapura.
Pada Tahun 2005 adalah jumlah titik
api tertinggi di Riau yaitu mencapai
23.094 titik api. Sedangkan pada
tahun 2013 lalu, kabut asap terjadi
dua kali dalam satu tahun.
Fenomena yang berbeda diban-ding
tahun-tahun sebelumnya yang hanya
terjadi satu tahun sekali.
FAKTA 2. Di Mana Saja Pem-
bakaran Hutan Terjadi?
Peta di bawah memperlihatkan titik
api pada bulan Maret 2014 di
Provinsi Riau, terlihat bahwa jum-
lah titik api yang terbanyak terjadi di
pesisir timur provinsi ini artinya itu
ada di wilayah gambut. Dalam se-
buah konferensi pers, Jikalahari
menyebutkan bahwa 75% titik api
akibat pembakaran hutan terjadi di
daerah gambut.
FAKTA 3. Sebab Terjadinya
Kabut Asap. Penyebab utama
kabut asap adalah pembakaran
hutan dan lahan dan Kapolri men-
yebutkan bahwa 90% dari ke-
bakaran hutan di Riau adalah
karena dibakar. Ini mengindikasi-
kan bahwa faktor manusia paling
berperan dalam terjadinya kabut
pembakaran hutan itu. Siapa yang
membakar? Bisa perusahaan yang
membuka lahan untuk HTI atau
perkebunan bisa juga individu yang
membuka lahan untuk berkebun.
Pada Tahun 2014 ini, Menteri Ke-
hutanan menyebutkan bahwa ada
120.000 hektar lahan di Riau yang
terbakar.
FAKTA 4. Berapa Kerugian
Akibat Kabut Asap. Kerugian
akibat kabut asap tidak hanya ma-
treril tetapi juga immaterial.
Diperkirakan kerugian materil
Caption describing picture
or graphic.
5 FAKTA KEBAKARAN HUTAN DI RIAU
D I T E R B I T K A N A T A S K E R J A S A M A K O N S O R S I U M Y T N T N D A N T F C A S U M A T E R A
A P R I L 2 0 1 4
EDISI III TAHUN I
Penyebab utama kabut
asap adalah pembakaran hutan
dan lahan dan Kapolri menye-
butkan bahwa 90% dari ke-
bakaran hutan di Riau adalah
karena dibakar. Ini mengindi-
kasikan bahwa faktor manusia
paling berperan dalam terjad-
inya kabut pembakaran hutan
itu. Pembakar lahan bisa saja
korporasi atau individu. Pada
tahun 2014 ini, Menteri Kehu-
tanan menyebutkan bahwa ada
120.000 hektar lahan di Riau
yang terbakar.
STOP MEMBUKA
LAHAN
DENGAN
MEMBAKAR
ANDA DAPAT DIHUKUM
PENJARA MINIMAL 3
TAHUN MAKSIMAL 10
TAHUN ATAU DIDENDA
MINIMAL 3 MILYAR
MAKSIMAL 1O MILYAR
RUPIAH (Pasal 108 UU
No. 32 Tahun 2009)
RUBRIK :
5 Fakta Kebakaran
Hutan di Riau
1.1.
Patroli Gajah 2.1.
Ketentuan Adat 3.1.
Tehnik Membuka La-
han Tanpa Membakar
4.1.
Dari Redaksi 4.2.
T A M P U I E D I S I 3 H A L 2
Flying Squad : “JAMBO” DAN DEDI
“Hallo, perkenalkan nama
saya Jambo”. Saya adalah seekor
anak gajah yang baru berumur 5 ta-
hun dengan berat 800 kg, Dapat di
katakan sebagai putra daerah asli Gon-
dai, Gondai adalah sebuah kampung
yang terletak di Kabupaten Pelalawan
Provinsi Riau. Dahulu saya memiliki
kedua orang tua, Mereka adalah gajah
liar yang sering terlihat di perkampun-
gan ini. Namun,tiba tiba
saja mereka pergi. Keduanya tewas
karena ulah manusia. Di racun. Dan
sekarang saya adalah anak yatim dan
piatu.
Saat mereka mati, perasaan saya han-
cur, berjalan tanpa arah dari satu kam-
pung ke kampung. Melewati kebun
karet, kebun kelapa sawit, dan hutan
akasia. Dahulu, ibu berkata bahwa
kami ini sudah di anggap sebagai
hama. Saat itu, saya belum tau apa itu
hama. Anggapan nya hama itu sama
seperti ilalang yang sering saya makan.
Di dalam perjalanan tersebut. Pe-
nolakan dari masyarakat terus terjadi.
Saya diusir. Puncaknya adalah ketika
manusia menangkap dan membawa
saya ke suatu tempat,. Saya mende-
ngar perkataan “ gajah ini akan dijinak-
kan dan dijadikan anggota flying
squad”. Inilah awalnya.
Saya berkenalan dengan manusia yang
bernama Dedi, dia masih muda, ber-
kaki dua, kecil dan memiliki berat
badan yang ringan. Mereka berkata
bahwa dia adalah seorang penunggang
gajah yang dikenal dengan sebu-
tan Mahot. Dari yang pernah saya
dengar, mahot itu berfungsi sebagai
pagar terakhir pengusiran gajah sete-
lah pengusiran manual tidak bisa lagi di
lakukan, Arti nya ada kemungkinan
besar saya akan berhadapan dengan
saudara-saudara dan teman-teman,
Setiap pagi dan siang, saya akan
bertemu dengan Dedi. Dia sudah saya
anggap sebagai orang tua sendiri. Me-
mandikan,memberikan makanan tam-
bahan, mencarikan air saat musim
kemarau, dan melatih adalah hal-
hal yang sering dia lakukan. Karena
diajari oleh Dedi,saya bisa melakukan
berbagai keterampilan yang dahulunya
hal tersebut tidak mungkin di laku-
kan. Saya di-angon di daerah yang
masih terdapat pakan walaupun terba-
tas. Angon itu adalah pelepasan gajah
di alam terbuka. Walaupun dilepaskan,
kaki kaki kami akan tetap di rantai den-
gan rantai kokoh yang terbuat dari
baja.
Ada hari tertentu di mana nanti nya
saya akan berjalan mengelilingi daerah
tempat saya di angon. Kata Dedi ini
adalah patroli, saat patroli nanti Dedi
akan menaiki badan saya . Patroli
adalah hal yang saya senangi, karena
nantinya akan bertemu dengan abang
Dono dan kakak Novi, kedua saudara
angkat saya. Kami akan berjalan se-
lama beberapa jam untuk melihat ka-
wasan yang kira
kira masih bisa
kami tempati,
apakah di sana
masih ada rum-
put, tegakan
kayu dan tidak
bersentuhan
dengan kebun
penduduk. Oh
iya, tentu saja
mengawasi te-
man teman yang masih liar. Apakah
mereka masuk atau tidak ke perkam-
pungan penduduk.
Berdasarkan percakapan antara Dedi
dan mahot yang lain, saya mendengar
bahwa jumlah saudara saudara saya
tinggal 150 ekor saja. Dari dahulu nya
sekitar 1000 an ekor. Saya tidak
mengerti maksud mereka. Apakah arti
nya itu, namun yang saya tahu. Se-
bagian besar saudara saya sudah
pergi. Mati.
Semua kegiatan yang dilakukan selalu
bersama Dedi, saya pernah mendengar
perkataan dari seorang Mahot, “ ideal
nya untuk membentuk fling squad. Ada
empat gajah dewasa. “ . Karena hanya
ada Saya, Kak Dono dan Kak Novi.
Saya rasa, akan ada kedatangan sau-
dara baru di sini.
Sudah berjalan hampir satu tahun Dedi
bersama saya, dari yang pernah saya
dengar, bahwa masyarakat di desa
Gondai ini, sudah mengerti fungsi
kami di sini. Saya senang, karena su-
dah tidak dimusuhi lagi. Dalam hati
saya selalu berdoa. Semoga manusia
bisa hidup berdampingan bersama
kami. Dan kejadian yang menimpa
saya tidak terulang kembali.
kepala adat yang dikenal dengan sebutan batin. Pada Masyara-
kat ini memiliki 29 Pebatinan.
Nama-Nama Batin di Masyarakat Petalangan : 1. Batin Monti Raja.
2. Batin Muncak Rantau.
3. Batin Putih.
4. Batin Hitam.
5. Batin Pematan.
6. Batin Tuan Apuh.
7. Batin Mudo Genduang.
8. Batin Sengiri Komang.
9. Batin Bunut.
10.Batin Telayap.
11.Batin Sungai Buluh.
12.Batin Tomo Payung.
13.Batin Badu Ondo.
14.Batin Penghulu Setia DiRaja.
15 Batin Sulo Dilaut
16 Batin Panduk.
17. Batin Tanah Air.
18 Batin Tuk Ajo Bilang Bungsu.
19 Batin Pelabi.
20.Batin Mudo Langkat.
21.Batin Antan-antan Diajo.
22 Batin Genggeng.
23 Batin Gasip.
24 Batin Rantau Baru.
25.Batin Mudo.
26. Batin Baru (Bau).
27. Batin Panghulu Besar.
28. Batin Delik.
29. Batin Kerinci.
Orang Talang - sebutan untuk masyarakat Petalangan
sebelumnya tinggal di daerah yang mereka sebut Hutan Tanah
wilayat, yang merupakan wilayah leluhur di mana mereka men-
jalankan kontrol mutlak dan kepemilikan. Mereka tidak berusaha
di luar batas-batasnya, mereka tinggal di sana dari generasi ke
generasi dalam harmoni dengan lingkungan alami mereka. Un-
tuk masyarakat seperti Petalangan, lingkungan alam khusunya
hutan jauh lebih dari sekedar tempat di mana untuk hidup dan
mencari nafkah; pada tingkat yang jauh lebih dalam lingkungan
itu adalah tolok ukur mereka mengukur segala sesuatu, terma-
suk identitas mereka sendiri. Keselarasan hidup dengan alam
berlabuh di pepatah berikut yang menyatakan: 'Hidup orang
Talang di hutan tanah, hutan tanah hilang orang Talang pun
punah'. Selanjutnya di dalam tambo juga ada kearifan lokal yang
berbunyi : 'Yang dikatakan pantangan besar, merusakkan
hutan membinasakan belukar.’
Bersambung….
SEJARAH MASYARAKAT PETALANGAN
Oleh : Yuliantony dan T. Fadli,
dari berbagai sumber.
Masyarakat Petalangan adalah salah satu puak "suku
asli" di' Riau yang bermukim di wilayah Kecamatan Lang-gam, Pengkalan Kuras, Bunut dan Kuala Kampar, Kabu-paten Pelalawan. Dahulu mereka memagari kampungnya dengan buluh "Talang" dan lazim pula mengambil air dengan mempergunakan buluh tersebut, maka mereka disebut "Orang Talang", dan keseluruhan`puaknya dise-but "Orang Petalangan".
Asal –usul orang petalangan terdapat berbagai
pendapat. Ada yang berpendapat mereka merupakan saki
- baki suku bangsa Proto Melayu (Melayu tua, yang
datang sekitar Tahun 2500- 1500 SM) sama dengan
orang sakai, bonai,
talang mamak,ayak,
kubuh, semai dan lain
lain. Pendapat lain
mengatakan meraka
adalah turunan deutro
Melayu (Melayu Muda
yang datang sekitar
300 SM) agak ketin-
galan apabila diband-
ingkan pula dengan
puak Melayu lainnya.
Namun, apabila kita
perbandingkan pula
dengan puak Melayu Asli lainnya di riau seperti orang
Sakai, Bonai, Akit, Hutan/Asli, Talang Mamak, dan Suku
Laut, tentulah orang Petalangan mempunyai peradaban
yang tinggi.
Selain itu, ada pula sumber lain di mana setiap
puak dan suku kecil dalam masyarakat Petalangan mem-
punyai cito Tambo (cerita Teromba) yang mengisahkan
Sejarah dan Asal – usul kedatangan leluhur masing
masing pesukuan. Umumnya leluhur mereka berasal dari
laut dan menggunakan Sampan dengan berbagai bentuk.
Kemudian mereka membuka hutan tanah, yang kemudian
dipanggil hutan tanah wilayat .
Ada juga yang menyebutkan bahwa masyarakat
ini datang dari Johor menggunakan perahu, dan mem-
buka hutan di pemukiman mereka sekarang ini. Mereka
kemudian menjadi kawula Kerajaan Kampar. Di bawah
pemerintahan Kesultanan Pelalawan mereka mendapat
pengakuan hak atas wilayah hutan mereka (Hutan Tanah
Perbatinan Kurang Satu Tiga Puluh), yang dipimpin oleh
Hutan Adat Petalangan Bagian - II
ISTANA SAYAP KERAJAAN PELALAWAN
T A M P U I E D I S I 3 H A L 3
Salam lestari.
Ini adalah terbitan Ketiga dari Koran Selembar yang diterbitkan atas kerjasama YTNTN, Konsorsium YTNTN dan TFCA
Sumatera. Pada terbitan ketiga ini kami kembali menampilkan berita-berita tentang bencana kabut asap yang baru saja ter-jadi di Riau. Bencana kabut asap itu bahkan dikatagorikan sebagai kejadian luar biasa dengan status tanggap darurat.
Pada halaman satu, khusus kami memberitakan fakta-fakta terkait bencana kabut asap tersebut. Setidaknya ada lima fakta yang kami tampilkan, mulai dari sejarah kabut asap, lokasi terjadinya kabut asap, sebab terjadinya kabut asap, kerugian
yang diakibatkannya serta penegakan hukum terhadap kabut asap itu. Kami berharap informasi ini dapat mengingatkan kita semua bahwa bencana ini tidak memberikan manfaat sama sekali, yang ada hanyalah penderitaan. Untuk itu sudah saat-
nya kita mengatakan “STOP PEMBAKARAN HUTAN DAN LAHAN”. Selanjutnya pada halaman dua, diberitakan kegiatan pada flying squad Gondai yaitu tentang salah seekor gajah di flying
squad Gondai bernama Jambo dan mahoutnya bernama Dedi. Tulisan ini dikutip dari blog Bayu WInata di www.bayuwinata.wordpress.com. Bayu tinggal bersama mahot flying squad Gondai selama satu minggu untuk menulis.
Selanjutnya pada halaman tiga, merupakan tilisan bersambung tentang masyarakat petalangan. Pada edisi ini diinformasi-kan segala sesuatu terkait dengan sejarah masyarakat Petalangan. Juga dimuat 29 batin yang ada di masyarakat petala-
ngan. Kami berharap dengan menginformasikan kearifan adat tersebut maka dapat memunculkan kembali semangat masyarakat adat untuk melestarikan hutan mereka yang itu disinyalir semakin berkurang.
Terakhir pada halaman empat, kami informasikan sedikit men-genai upaya pembukaan lahan tanpa membakar sebagai edu-
kasi untuk kita semua bahwa masih ada cara-cara yang efektif untuk membuka lahan tanpa membakar.
Kami berharap media ini dapat menambah wawasan Pembaca tentang apa yang kami lakukan dan mendukung upaya per-
lindungan TNTN. Salam, Yuliantony.
Konsorsium Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo untuk TFCA Sumatera
(Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo, WWF Indonesia Program Riau, Forum Masyarakat
Tesso Nilo, Riau Women Working Group dan Sumatera Sustainability Fund)
Jl.Kelapa Gading Gg. Kelapa Gading II No.18 B
Kelurahan Tangkerang Labuai, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru, Riau, Indonesia-
28282
Phone/Fax.: 0761-7874685
email : [email protected]; web : www.ytntn.org
Kantor :
Dari Redaksi
Penanggung Jawab
Yuliantony
Editor
T. Fadli
Pendukung
Tim Konsorsium YTNTN
TEHNIK MEMBUKA LAHAN TANPA MEMBAKAR
Pembakar lahan selalu mengatakan
bahwa membuka lahan dengan membakar adalah cara yang murah dan mudah. Padahal jelas-jelaas itu membawa dampak yang membahayakan, tidak hanya bagi si pembakar lahan, tapi juga bagi masyara-kat lain. Sebenarnya ada tehnik lain dalam mem-buka lahan tanpa membakar. di mana biayanya tidak terlalu besar namun mudah juga dilakukan. Berikut akan kami berikan informasi tentang tehnik membuka lahan tanpa membakar yang diambil dari tulisan Herly Kurniawan, S.Sos pada website www.ditjenbun.pertanian.go.id. : Pembukaan lahan untuk usaha perkebu-nan tidak diperkenankan adanya kegiatan
pem-bakaran walaupun cara ini relatif lebih mudah, cepat dan mu-rah. Pem-
bukaan lahan dengan cara mem-bakar bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan pada pasal 26 yang ber-bunyi ”Setiap pelaku usaha perkebunan dilarang membuka dan/atau mengolah lahan dengan cara pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup”. Pelaksanaan pembukaan lahan tanpa bakar untuk pengembangan usaha perke-bunan disesuaikan dengan kondisi vege-tasi yang akan dibuka, yang dapat berupa areal vegetasi tumbuhan kayu, perema-jaan kebun, semak belukar dan lahan gambut. Urutan dan jenis pembukaan lahan tanpa pembakaran tidak banyak berbeda dengan pembukaan lahan dengan pembakaran, meliputi kegiatan menebang, menebas, dan merumpuk/memerun pada jalur antara tanaman. Kegiatan yang dilakukan untuk pembukaan lahan semak belukar dengan cara manual adalah sebagai sebagai berikut: 1. Membuat Rintisan & Mengimas: Vegetasi yang berdiameter hingga 10 cm dipotong dan dibabat, untuk memudahkan penebangan pohon yang berdiameter lebih
dari 10 cm. Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan parang atau kapak. 2. Menebang dan Merencek : Pohon kayu yang besar di areal tersebut ditebang kemudian dicincang (direncek). Alat yang digunakan parang dan kapak atau gergaji rantai (chainsaw). 3. Membuat Pancang Jalur Tanam / Pancang Kepala : Jalur tanam dibuat menurut jarak antar barisan tanaman (gawang).Hal ini untuk memudahkan pembersihan jalur tanam. 4. Membersihkan Jalur Tanam : Hasil rencekan ditempatkan pada di antara jalur tanaman, dengan jarak 1 meter di kiri – kanan pancang. Dengan demikian diperoleh 2 meter jalur yang bersih dari potongan kayu-kayuan. Dengan perkiraan 1 hari kerja adalah Rp.50.000,- maka biaya yang diperlukan untuk pembukaan lahan secara manual pada areal semak belukar per hektarnya adalah Rp. 3.400.000 Semoga bermanfaat.
T A M P U I E D I S I 3 H A L 4
www.ytntn.org