edisi iii tahun i 5 fakta kebakaran hutan di · pdf filekabut asap akibat pembakaran hutan di...

4
mencapai 20 trilyun rupiah atau 3 tahun APBD Riau, selain itu ada 38.744 penderita ISPA di Riau, Standar Polusi Udara di Pekanbaru mencapai 310 Psi atau sangat ber- bahaya, ada puluhan penerbangan yang ditunda, lebih dari 10 hari pelajar di beberapa Kota dan Kabu- paten di Provinsi Riau tidak dapat menikmati pendidikan karena dili- burkan, ada 120.000 hektar lahan hutan yang menjadi kritis, lebih dari 100 milyar dana disediakan pemerintah untuk memadamkan api, dan lebih dari dua bulan kehidupan masyarakat tidak normal. Fakta 5. Jumlah Ter- sangka. Karena ini adalah perbuatan manusia dan sudah ada aturan yang melarangnya, maka dilaku- kanlah tindakan penegakan hukum terhadap pembakar lahan, Tidak hanya pembakar lahan tetapi juga orang yang menyuruh. Sampai April 2014, jumlah tersangka sudah mencapai 102 orang, dan 1 korpo- rasi. Ada yang sudah ditahan, ada juga yang tidak ditahan dan ada yang masih DPO, ada yang akan disidang, Ancaman hukuman terha- dap pembakar lahan ada pada Pasal 98 UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ling- kungan Hidup, yaitu hukuman pen- jara minimal 3 tahun dan maksimal 10 tahun dan didenda minimal 3 milyar rupiah atau maksimal 10 milyar rupiah. Dari berbagai sumber. Kabut Asap akibat pembakaran hutan di Riau pada awal 2014 lalu sungguh sangat mengganggu. Ben- cana ini bahkan ditetapkan menjadi bencana nasional oleh Pemerintah. Tahun ini kabut asap itu datang labih cepat dan lebih tebal. Beberapa pener-bangan dihentikan, sekolah ditutup berminggu-minggu, banyak masyarakat yang menderita ISPA, dan kehidupan masyarakat Riau terganggu. Ini adalah ke- jadian yang berulang setiap tahun yang diakibatkan oleh terbakarnya hutan khusus- nya lahan gambut di Riau. Berikut adalah beberapa fakta tentang kabut asap itu. FAKTA 1. Sejak Kapan Kabut Asap Terjadi. Pembakaran hutan dan lahan sudah terjadi di Riau sejak 1997 lalu. Perhatian meluas terhadap kejadian ini pada tahun 1999, di mana kabut asap sampai ke Malaysia dan Singapura. Pada Tahun 2005 adalah jumlah titik api tertinggi di Riau yaitu mencapai 23.094 titik api. Sedangkan pada tahun 2013 lalu, kabut asap terjadi dua kali dalam satu tahun. Fenomena yang berbeda diban-ding tahun-tahun sebelumnya yang hanya terjadi satu tahun sekali. FAKTA 2. Di Mana Saja Pem- bakaran Hutan Terjadi? Peta di bawah memperlihatkan titik api pada bulan Maret 2014 di Provinsi Riau, terlihat bahwa jum- lah titik api yang terbanyak terjadi di pesisir timur provinsi ini artinya itu ada di wilayah gambut. Dalam se- buah konferensi pers, Jikalahari menyebutkan bahwa 75% titik api akibat pembakaran hutan terjadi di daerah gambut. FAKTA 3. Sebab Terjadinya Kabut Asap. Penyebab utama kabut asap adalah pembakaran hutan dan lahan dan Kapolri men- yebutkan bahwa 90% dari ke- bakaran hutan di Riau adalah karena dibakar. Ini mengindikasi- kan bahwa faktor manusia paling berperan dalam terjadinya kabut pembakaran hutan itu. Siapa yang membakar? Bisa perusahaan yang membuka lahan untuk HTI atau perkebunan bisa juga individu yang membuka lahan untuk berkebun. Pada Tahun 2014 ini, Menteri Ke- hutanan menyebutkan bahwa ada 120.000 hektar lahan di Riau yang terbakar. FAKTA 4. Berapa Kerugian Akibat Kabut Asap. Kerugian akibat kabut asap tidak hanya ma- treril tetapi juga immaterial. Diperkirakan kerugian materil Caption describing picture or graphic. 5 FAKTA KEBAKARAN HUTAN DI RIAU DITERBITKAN ATAS KERJASAMA KONSORSIUM YTNTN DAN TFCA SUMATERA A P R I L 2014 EDISI III TAHUN I Penyebab utama kabut asap adalah pembakaran hutan dan lahan dan Kapolri menye- butkan bahwa 90% dari ke- bakaran hutan di Riau adalah karena dibakar. Ini mengindi- kasikan bahwa faktor manusia paling berperan dalam terjad- inya kabut pembakaran hutan itu. Pembakar lahan bisa saja korporasi atau individu. Pada tahun 2014 ini, Menteri Kehu- tanan menyebutkan bahwa ada 120.000 hektar lahan di Riau yang terbakar. STOP MEMBUKA LAHAN DENGAN MEMBAKAR ANDA DAPAT DIHUKUM PENJARA MINIMAL 3 TAHUN MAKSIMAL 10 TAHUN ATAU DIDENDA MINIMAL 3 MILYAR MAKSIMAL 1O MILYAR RUPIAH (Pasal 108 UU No. 32 Tahun 2009) RUBRIK : 5 Fakta Kebakaran Hutan di Riau 1.1. Patroli Gajah 2.1. Ketentuan Adat 3.1. Tehnik Membuka La- han Tanpa Membakar 4.1. Dari Redaksi 4.2.

Upload: vucong

Post on 06-Feb-2018

214 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

mencapai 20 trilyun rupiah atau 3

tahun APBD Riau, selain itu ada

38.744 penderita ISPA di Riau,

Standar Polusi Udara di Pekanbaru

mencapai 310 Psi atau sangat ber-

bahaya, ada puluhan penerbangan

yang ditunda, lebih dari 10 hari

pelajar di beberapa Kota dan Kabu-

paten di Provinsi Riau tidak dapat

menikmati pendidikan karena dili-

burkan, ada 120.000 hektar lahan

hutan yang menjadi kritis,

lebih dari 100 milyar dana

disediakan pemerintah

untuk memadamkan api,

dan lebih dari dua bulan

kehidupan masyarakat

tidak normal.

Fakta 5. Jumlah Ter-

sangka. Karena ini adalah

perbuatan manusia dan

sudah ada aturan yang

melarangnya, maka dilaku-

kanlah tindakan penegakan

hukum terhadap pembakar lahan,

Tidak hanya pembakar lahan tetapi

juga orang yang menyuruh. Sampai

April 2014, jumlah tersangka sudah

mencapai 102 orang, dan 1 korpo-

rasi. Ada yang sudah ditahan, ada

juga yang tidak ditahan dan ada

yang masih DPO, ada yang akan

disidang, Ancaman hukuman terha-

dap pembakar lahan ada pada Pasal

98 UU No 32 Tahun 2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Ling-

kungan Hidup, yaitu hukuman pen-

jara minimal 3 tahun dan maksimal

10 tahun dan didenda minimal 3

milyar rupiah atau maksimal 10

milyar rupiah.

Dari berbagai sumber.

Kabut Asap akibat pembakaran

hutan di Riau pada awal 2014 lalu

sungguh sangat mengganggu. Ben-

cana ini bahkan ditetapkan menjadi

bencana nasional oleh Pemerintah.

Tahun ini kabut asap itu datang labih

cepat dan lebih tebal. Beberapa

pener-bangan dihentikan, sekolah

ditutup berminggu-minggu, banyak

masyarakat yang menderita ISPA,

dan kehidupan masyarakat Riau

terganggu. Ini adalah ke-

jadian yang berulang setiap

tahun yang diakibatkan oleh

terbakarnya hutan khusus-

nya lahan gambut di Riau.

Berikut adalah beberapa

fakta tentang kabut asap

itu.

FAKTA 1. Sejak Kapan

Kabut Asap Terjadi.

Pembakaran hutan dan

lahan sudah terjadi di Riau

sejak 1997 lalu. Perhatian

meluas terhadap kejadian ini pada

tahun 1999, di mana kabut asap

sampai ke Malaysia dan Singapura.

Pada Tahun 2005 adalah jumlah titik

api tertinggi di Riau yaitu mencapai

23.094 titik api. Sedangkan pada

tahun 2013 lalu, kabut asap terjadi

dua kali dalam satu tahun.

Fenomena yang berbeda diban-ding

tahun-tahun sebelumnya yang hanya

terjadi satu tahun sekali.

FAKTA 2. Di Mana Saja Pem-

bakaran Hutan Terjadi?

Peta di bawah memperlihatkan titik

api pada bulan Maret 2014 di

Provinsi Riau, terlihat bahwa jum-

lah titik api yang terbanyak terjadi di

pesisir timur provinsi ini artinya itu

ada di wilayah gambut. Dalam se-

buah konferensi pers, Jikalahari

menyebutkan bahwa 75% titik api

akibat pembakaran hutan terjadi di

daerah gambut.

FAKTA 3. Sebab Terjadinya

Kabut Asap. Penyebab utama

kabut asap adalah pembakaran

hutan dan lahan dan Kapolri men-

yebutkan bahwa 90% dari ke-

bakaran hutan di Riau adalah

karena dibakar. Ini mengindikasi-

kan bahwa faktor manusia paling

berperan dalam terjadinya kabut

pembakaran hutan itu. Siapa yang

membakar? Bisa perusahaan yang

membuka lahan untuk HTI atau

perkebunan bisa juga individu yang

membuka lahan untuk berkebun.

Pada Tahun 2014 ini, Menteri Ke-

hutanan menyebutkan bahwa ada

120.000 hektar lahan di Riau yang

terbakar.

FAKTA 4. Berapa Kerugian

Akibat Kabut Asap. Kerugian

akibat kabut asap tidak hanya ma-

treril tetapi juga immaterial.

Diperkirakan kerugian materil

Caption describing picture

or graphic.

5 FAKTA KEBAKARAN HUTAN DI RIAU

D I T E R B I T K A N A T A S K E R J A S A M A K O N S O R S I U M Y T N T N D A N T F C A S U M A T E R A

A P R I L 2 0 1 4

EDISI III TAHUN I

Penyebab utama kabut

asap adalah pembakaran hutan

dan lahan dan Kapolri menye-

butkan bahwa 90% dari ke-

bakaran hutan di Riau adalah

karena dibakar. Ini mengindi-

kasikan bahwa faktor manusia

paling berperan dalam terjad-

inya kabut pembakaran hutan

itu. Pembakar lahan bisa saja

korporasi atau individu. Pada

tahun 2014 ini, Menteri Kehu-

tanan menyebutkan bahwa ada

120.000 hektar lahan di Riau

yang terbakar.

STOP MEMBUKA

LAHAN

DENGAN

MEMBAKAR

ANDA DAPAT DIHUKUM

PENJARA MINIMAL 3

TAHUN MAKSIMAL 10

TAHUN ATAU DIDENDA

MINIMAL 3 MILYAR

MAKSIMAL 1O MILYAR

RUPIAH (Pasal 108 UU

No. 32 Tahun 2009)

RUBRIK :

5 Fakta Kebakaran

Hutan di Riau

1.1.

Patroli Gajah 2.1.

Ketentuan Adat 3.1.

Tehnik Membuka La-

han Tanpa Membakar

4.1.

Dari Redaksi 4.2.

T A M P U I E D I S I 3 H A L 2

Flying Squad : “JAMBO” DAN DEDI

“Hallo, perkenalkan nama

saya Jambo”. Saya adalah seekor

anak gajah yang baru berumur 5 ta-

hun dengan berat 800 kg, Dapat di

katakan sebagai putra daerah asli Gon-

dai, Gondai adalah sebuah kampung

yang terletak di Kabupaten Pelalawan

Provinsi Riau. Dahulu saya memiliki

kedua orang tua, Mereka adalah gajah

liar yang sering terlihat di perkampun-

gan ini. Namun,tiba tiba

saja mereka pergi. Keduanya tewas

karena ulah manusia. Di racun. Dan

sekarang saya adalah anak yatim dan

piatu.

Saat mereka mati, perasaan saya han-

cur, berjalan tanpa arah dari satu kam-

pung ke kampung. Melewati kebun

karet, kebun kelapa sawit, dan hutan

akasia. Dahulu, ibu berkata bahwa

kami ini sudah di anggap sebagai

hama. Saat itu, saya belum tau apa itu

hama. Anggapan nya hama itu sama

seperti ilalang yang sering saya makan.

Di dalam perjalanan tersebut. Pe-

nolakan dari masyarakat terus terjadi.

Saya diusir. Puncaknya adalah ketika

manusia menangkap dan membawa

saya ke suatu tempat,. Saya mende-

ngar perkataan “ gajah ini akan dijinak-

kan dan dijadikan anggota flying

squad”. Inilah awalnya.

Saya berkenalan dengan manusia yang

bernama Dedi, dia masih muda, ber-

kaki dua, kecil dan memiliki berat

badan yang ringan. Mereka berkata

bahwa dia adalah seorang penunggang

gajah yang dikenal dengan sebu-

tan Mahot. Dari yang pernah saya

dengar, mahot itu berfungsi sebagai

pagar terakhir pengusiran gajah sete-

lah pengusiran manual tidak bisa lagi di

lakukan, Arti nya ada kemungkinan

besar saya akan berhadapan dengan

saudara-saudara dan teman-teman,

Setiap pagi dan siang, saya akan

bertemu dengan Dedi. Dia sudah saya

anggap sebagai orang tua sendiri. Me-

mandikan,memberikan makanan tam-

bahan, mencarikan air saat musim

kemarau, dan melatih adalah hal-

hal yang sering dia lakukan. Karena

diajari oleh Dedi,saya bisa melakukan

berbagai keterampilan yang dahulunya

hal tersebut tidak mungkin di laku-

kan. Saya di-angon di daerah yang

masih terdapat pakan walaupun terba-

tas. Angon itu adalah pelepasan gajah

di alam terbuka. Walaupun dilepaskan,

kaki kaki kami akan tetap di rantai den-

gan rantai kokoh yang terbuat dari

baja.

Ada hari tertentu di mana nanti nya

saya akan berjalan mengelilingi daerah

tempat saya di angon. Kata Dedi ini

adalah patroli, saat patroli nanti Dedi

akan menaiki badan saya . Patroli

adalah hal yang saya senangi, karena

nantinya akan bertemu dengan abang

Dono dan kakak Novi, kedua saudara

angkat saya. Kami akan berjalan se-

lama beberapa jam untuk melihat ka-

wasan yang kira

kira masih bisa

kami tempati,

apakah di sana

masih ada rum-

put, tegakan

kayu dan tidak

bersentuhan

dengan kebun

penduduk. Oh

iya, tentu saja

mengawasi te-

man teman yang masih liar. Apakah

mereka masuk atau tidak ke perkam-

pungan penduduk.

Berdasarkan percakapan antara Dedi

dan mahot yang lain, saya mendengar

bahwa jumlah saudara saudara saya

tinggal 150 ekor saja. Dari dahulu nya

sekitar 1000 an ekor. Saya tidak

mengerti maksud mereka. Apakah arti

nya itu, namun yang saya tahu. Se-

bagian besar saudara saya sudah

pergi. Mati.

Semua kegiatan yang dilakukan selalu

bersama Dedi, saya pernah mendengar

perkataan dari seorang Mahot, “ ideal

nya untuk membentuk fling squad. Ada

empat gajah dewasa. “ . Karena hanya

ada Saya, Kak Dono dan Kak Novi.

Saya rasa, akan ada kedatangan sau-

dara baru di sini.

Sudah berjalan hampir satu tahun Dedi

bersama saya, dari yang pernah saya

dengar, bahwa masyarakat di desa

Gondai ini, sudah mengerti fungsi

kami di sini. Saya senang, karena su-

dah tidak dimusuhi lagi. Dalam hati

saya selalu berdoa. Semoga manusia

bisa hidup berdampingan bersama

kami. Dan kejadian yang menimpa

saya tidak terulang kembali.

kepala adat yang dikenal dengan sebutan batin. Pada Masyara-

kat ini memiliki 29 Pebatinan.

Nama-Nama Batin di Masyarakat Petalangan : 1. Batin Monti Raja.

2. Batin Muncak Rantau.

3. Batin Putih.

4. Batin Hitam.

5. Batin Pematan.

6. Batin Tuan Apuh.

7. Batin Mudo Genduang.

8. Batin Sengiri Komang.

9. Batin Bunut.

10.Batin Telayap.

11.Batin Sungai Buluh.

12.Batin Tomo Payung.

13.Batin Badu Ondo.

14.Batin Penghulu Setia DiRaja.

15 Batin Sulo Dilaut

16 Batin Panduk.

17. Batin Tanah Air.

18 Batin Tuk Ajo Bilang Bungsu.

19 Batin Pelabi.

20.Batin Mudo Langkat.

21.Batin Antan-antan Diajo.

22 Batin Genggeng.

23 Batin Gasip.

24 Batin Rantau Baru.

25.Batin Mudo.

26. Batin Baru (Bau).

27. Batin Panghulu Besar.

28. Batin Delik.

29. Batin Kerinci.

Orang Talang - sebutan untuk masyarakat Petalangan

sebelumnya tinggal di daerah yang mereka sebut Hutan Tanah

wilayat, yang merupakan wilayah leluhur di mana mereka men-

jalankan kontrol mutlak dan kepemilikan. Mereka tidak berusaha

di luar batas-batasnya, mereka tinggal di sana dari generasi ke

generasi dalam harmoni dengan lingkungan alami mereka. Un-

tuk masyarakat seperti Petalangan, lingkungan alam khusunya

hutan jauh lebih dari sekedar tempat di mana untuk hidup dan

mencari nafkah; pada tingkat yang jauh lebih dalam lingkungan

itu adalah tolok ukur mereka mengukur segala sesuatu, terma-

suk identitas mereka sendiri. Keselarasan hidup dengan alam

berlabuh di pepatah berikut yang menyatakan: 'Hidup orang

Talang di hutan tanah, hutan tanah hilang orang Talang pun

punah'. Selanjutnya di dalam tambo juga ada kearifan lokal yang

berbunyi : 'Yang dikatakan pantangan besar, merusakkan

hutan membinasakan belukar.’

Bersambung….

SEJARAH MASYARAKAT PETALANGAN

Oleh : Yuliantony dan T. Fadli,

dari berbagai sumber.

Masyarakat Petalangan adalah salah satu puak "suku

asli" di' Riau yang bermukim di wilayah Kecamatan Lang-gam, Pengkalan Kuras, Bunut dan Kuala Kampar, Kabu-paten Pelalawan. Dahulu mereka memagari kampungnya dengan buluh "Talang" dan lazim pula mengambil air dengan mempergunakan buluh tersebut, maka mereka disebut "Orang Talang", dan keseluruhan`puaknya dise-but "Orang Petalangan".

Asal –usul orang petalangan terdapat berbagai

pendapat. Ada yang berpendapat mereka merupakan saki

- baki suku bangsa Proto Melayu (Melayu tua, yang

datang sekitar Tahun 2500- 1500 SM) sama dengan

orang sakai, bonai,

talang mamak,ayak,

kubuh, semai dan lain

lain. Pendapat lain

mengatakan meraka

adalah turunan deutro

Melayu (Melayu Muda

yang datang sekitar

300 SM) agak ketin-

galan apabila diband-

ingkan pula dengan

puak Melayu lainnya.

Namun, apabila kita

perbandingkan pula

dengan puak Melayu Asli lainnya di riau seperti orang

Sakai, Bonai, Akit, Hutan/Asli, Talang Mamak, dan Suku

Laut, tentulah orang Petalangan mempunyai peradaban

yang tinggi.

Selain itu, ada pula sumber lain di mana setiap

puak dan suku kecil dalam masyarakat Petalangan mem-

punyai cito Tambo (cerita Teromba) yang mengisahkan

Sejarah dan Asal – usul kedatangan leluhur masing

masing pesukuan. Umumnya leluhur mereka berasal dari

laut dan menggunakan Sampan dengan berbagai bentuk.

Kemudian mereka membuka hutan tanah, yang kemudian

dipanggil hutan tanah wilayat .

Ada juga yang menyebutkan bahwa masyarakat

ini datang dari Johor menggunakan perahu, dan mem-

buka hutan di pemukiman mereka sekarang ini. Mereka

kemudian menjadi kawula Kerajaan Kampar. Di bawah

pemerintahan Kesultanan Pelalawan mereka mendapat

pengakuan hak atas wilayah hutan mereka (Hutan Tanah

Perbatinan Kurang Satu Tiga Puluh), yang dipimpin oleh

Hutan Adat Petalangan Bagian - II

ISTANA SAYAP KERAJAAN PELALAWAN

T A M P U I E D I S I 3 H A L 3

Salam lestari.

Ini adalah terbitan Ketiga dari Koran Selembar yang diterbitkan atas kerjasama YTNTN, Konsorsium YTNTN dan TFCA

Sumatera. Pada terbitan ketiga ini kami kembali menampilkan berita-berita tentang bencana kabut asap yang baru saja ter-jadi di Riau. Bencana kabut asap itu bahkan dikatagorikan sebagai kejadian luar biasa dengan status tanggap darurat.

Pada halaman satu, khusus kami memberitakan fakta-fakta terkait bencana kabut asap tersebut. Setidaknya ada lima fakta yang kami tampilkan, mulai dari sejarah kabut asap, lokasi terjadinya kabut asap, sebab terjadinya kabut asap, kerugian

yang diakibatkannya serta penegakan hukum terhadap kabut asap itu. Kami berharap informasi ini dapat mengingatkan kita semua bahwa bencana ini tidak memberikan manfaat sama sekali, yang ada hanyalah penderitaan. Untuk itu sudah saat-

nya kita mengatakan “STOP PEMBAKARAN HUTAN DAN LAHAN”. Selanjutnya pada halaman dua, diberitakan kegiatan pada flying squad Gondai yaitu tentang salah seekor gajah di flying

squad Gondai bernama Jambo dan mahoutnya bernama Dedi. Tulisan ini dikutip dari blog Bayu WInata di www.bayuwinata.wordpress.com. Bayu tinggal bersama mahot flying squad Gondai selama satu minggu untuk menulis.

Selanjutnya pada halaman tiga, merupakan tilisan bersambung tentang masyarakat petalangan. Pada edisi ini diinformasi-kan segala sesuatu terkait dengan sejarah masyarakat Petalangan. Juga dimuat 29 batin yang ada di masyarakat petala-

ngan. Kami berharap dengan menginformasikan kearifan adat tersebut maka dapat memunculkan kembali semangat masyarakat adat untuk melestarikan hutan mereka yang itu disinyalir semakin berkurang.

Terakhir pada halaman empat, kami informasikan sedikit men-genai upaya pembukaan lahan tanpa membakar sebagai edu-

kasi untuk kita semua bahwa masih ada cara-cara yang efektif untuk membuka lahan tanpa membakar.

Kami berharap media ini dapat menambah wawasan Pembaca tentang apa yang kami lakukan dan mendukung upaya per-

lindungan TNTN. Salam, Yuliantony.

Konsorsium Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo untuk TFCA Sumatera

(Yayasan Taman Nasional Tesso Nilo, WWF Indonesia Program Riau, Forum Masyarakat

Tesso Nilo, Riau Women Working Group dan Sumatera Sustainability Fund)

Jl.Kelapa Gading Gg. Kelapa Gading II No.18 B

Kelurahan Tangkerang Labuai, Kecamatan Marpoyan Damai, Pekanbaru, Riau, Indonesia-

28282

Phone/Fax.: 0761-7874685

email : [email protected]; web : www.ytntn.org

Kantor :

Dari Redaksi

Penanggung Jawab

Yuliantony

Editor

T. Fadli

Pendukung

Tim Konsorsium YTNTN

TEHNIK MEMBUKA LAHAN TANPA MEMBAKAR

Pembakar lahan selalu mengatakan

bahwa membuka lahan dengan membakar adalah cara yang murah dan mudah. Padahal jelas-jelaas itu membawa dampak yang membahayakan, tidak hanya bagi si pembakar lahan, tapi juga bagi masyara-kat lain. Sebenarnya ada tehnik lain dalam mem-buka lahan tanpa membakar. di mana biayanya tidak terlalu besar namun mudah juga dilakukan. Berikut akan kami berikan informasi tentang tehnik membuka lahan tanpa membakar yang diambil dari tulisan Herly Kurniawan, S.Sos pada website www.ditjenbun.pertanian.go.id. : Pembukaan lahan untuk usaha perkebu-nan tidak diperkenankan adanya kegiatan

pem-bakaran walaupun cara ini relatif lebih mudah, cepat dan mu-rah. Pem-

bukaan lahan dengan cara mem-bakar bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan pada pasal 26 yang ber-bunyi ”Setiap pelaku usaha perkebunan dilarang membuka dan/atau mengolah lahan dengan cara pembakaran yang berakibat terjadinya pencemaran dan kerusakan fungsi lingkungan hidup”. Pelaksanaan pembukaan lahan tanpa bakar untuk pengembangan usaha perke-bunan disesuaikan dengan kondisi vege-tasi yang akan dibuka, yang dapat berupa areal vegetasi tumbuhan kayu, perema-jaan kebun, semak belukar dan lahan gambut. Urutan dan jenis pembukaan lahan tanpa pembakaran tidak banyak berbeda dengan pembukaan lahan dengan pembakaran, meliputi kegiatan menebang, menebas, dan merumpuk/memerun pada jalur antara tanaman. Kegiatan yang dilakukan untuk pembukaan lahan semak belukar dengan cara manual adalah sebagai sebagai berikut: 1. Membuat Rintisan & Mengimas: Vegetasi yang berdiameter hingga 10 cm dipotong dan dibabat, untuk memudahkan penebangan pohon yang berdiameter lebih

dari 10 cm. Pekerjaan ini dilakukan dengan menggunakan parang atau kapak. 2. Menebang dan Merencek : Pohon kayu yang besar di areal tersebut ditebang kemudian dicincang (direncek). Alat yang digunakan parang dan kapak atau gergaji rantai (chainsaw). 3. Membuat Pancang Jalur Tanam / Pancang Kepala : Jalur tanam dibuat menurut jarak antar barisan tanaman (gawang).Hal ini untuk memudahkan pembersihan jalur tanam. 4. Membersihkan Jalur Tanam : Hasil rencekan ditempatkan pada di antara jalur tanaman, dengan jarak 1 meter di kiri – kanan pancang. Dengan demikian diperoleh 2 meter jalur yang bersih dari potongan kayu-kayuan. Dengan perkiraan 1 hari kerja adalah Rp.50.000,- maka biaya yang diperlukan untuk pembukaan lahan secara manual pada areal semak belukar per hektarnya adalah Rp. 3.400.000 Semoga bermanfaat.

T A M P U I E D I S I 3 H A L 4

www.ytntn.org