edisi 54

16
BICARAdemokrasi . . . Hal 10 DAMPAK CARUT MARUTNYA DISTRIBUSI JAMKESMAS DAN... RESENSIdemokrasi Hal 3 ... DEMOKRASI PROGRESSreport Hal 8 BATU HARUS PUNYA RSUD BICARAdemokrasi Bennett Landsman merupakan anak negro pertama yang karena kecerdasannya diterima di Harvard Medical School. Hal 7 Gagasan untuk mendirikan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) oleh Pemerintah Kota Batu perlu diapresasi positif. Hal 11 MBRAU, DUSUN YANG MINIM LAYANAN KESEHATAN JELAJAHmalang SUButama JANJI TERAPKAN MODEL PENDATAAN YANG KETAT GALERIkegiatan Hal 12 Hal 3 Hal 16 Membangun Wacana Kritis Rakyat SIMPUL DEMOKRASI SEMUA MANUSIA MEMILIKI HAK UNTUK... SAPAsosok . . . Hal 14 EDISI LIV/JULI/2010 DESENTRALISASI BIDANG KESEHATAN DAN PROBLEMATIKANYA Sejak adanya kebijakan otonomi daerah di Indonesia mulai tahun 1999, pemerintah dearah (local goverment) mempunyai kewenangan yang lebih luas dalam mengelola pemerintahan. ''Saya lebih senang menerapkan tarif proporsional. Saya sadar kemampuan setiap orang berbeda-beda, namun mereka semua memiliki hak yang sama untuk mendapatkan kesehatan yang layak. MEJAredaksi TINGGALKAN PARADIGMA... LAPORANutama Hal 2 PERJALANAN PARA DOKTER MENCARI TASBIHNYA Masyarakat Miskin Berobat Tidak Gratis Masyarakat Miskin Berobat Tidak Gratis

Upload: simpul-demokrasi

Post on 23-Mar-2016

225 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Membangun Wacana Kritis Rakyat

TRANSCRIPT

Page 1: Edisi 54

BICARAdemokrasi . . . Hal 10

DAMPAK CARUTMARUTNYA DISTRIBUSIJAMKESMAS DAN...

RESENSIdemokrasi

Hal 3

... DEMOKRASIPROGRESSreport

Hal 8

BATU HARUS PUNYA RSUDBICARAdemokrasi

Bennett Landsman merupakan anak negropertama yang karena kecerdasannya diterima diHarvard Medical School.

Hal 7

Gagasan untuk mendirikan Rumah Sakit UmumDaerah (RSUD) oleh Pemerintah Kota Batu perludiapresasi positif.

Hal 11

MBRAU, DUSUN YANG MINIMLAYANAN KESEHATAN

JELAJAHmalang

SUButama

JANJI TERAPKAN MODELPENDATAAN YANG KETAT

GALERIkegiatan

Hal 12

Hal 3

Hal 16

M e m b a n g u n W a c a n a K r i t i s R a k y a tSIMPUL DEMOKRASI

SEMUA MANUSIAMEMILIKI HAK UNTUK...

SAPAsosok . . . Hal 14

EDISI LIV/JULI/2010DESENTRALISASI BIDANGKESEHATAN DANPROBLEMATIKANYASejak adanya kebijakan otonomidaerah di Indonesia mulai tahun 1999,pemerintah dearah (local goverment)mempunyai kewenangan yang lebihluas dalam mengelola pemerintahan.

''Saya lebih senang menerapkantarif proporsional. Saya sadark e m a m p u a n s e t i a p o r a n gberbeda-beda, namun merekasemua memiliki hak yang samauntuk mendapatkan kesehatanyang layak.

MEJAredaksi

TINGGALKANPARADIGMA...LAPORANutama

Hal 2

PERJALANAN PARA DOKTERMENCARI TASBIHNYA

Masyarakat Miskin Berobat Tidak GratisMasyarakat Miskin Berobat Tidak Gratis

Page 2: Edisi 54

MEJAredaksi2

EDISI LIV/JULI/2010

PENANGGUNG JAWAB:

PEMIMPIN REDAKSI: SEKRETARIS

REDAKSI:

KOORDINATOR PROGRAM SEKOLAH DEMOKRASI

ANAM RIFAI WSYAMSUD DHUHA

DEWAN REDAKSI:

REPORTER:

TATA ARTISTIK:

ALAMAT REDAKSI:

WEBSITE: EMAIL:

SAIFUL ARIF, LEVI RIANSYAH, HAPPY BUDI FEBRIASIH,SUTOMO E PUTRO

IDEN ROBERT ULUM, AHMADYAZID, HALIK KUSUMA, JAMALUDDIN IWAN IRAWAN W.

PONDOK ABM PERMAI JL. MANUNGGAL KAV. A3MOJOLANGU LOWOKWARU MALANG JAWA TIMUR 65142 TELP/FAX 0341-472473. http://[email protected]

Untuk mendapatkan Newsletter Simpul Demokrasi (NSD) secara gratis setiap bulan, silakan kirim SMS berisi nama terang dan alamat anda ataulembaga/komunitas ke 081-333-013-169 (Syamsud Dhuha). Atau anda dapat mendowload gratis di www.issuu.com/sekolahdemokrasi , atau emailkami. Redaksi menerima kiriman artikel/opini atau resensi buku atau film. Ditulis dengan lugas kurang lebih 5000 karakter. Tulisan dapat juga dikirimke email: [email protected]

Merupakan media informasi-sosialisasi demokrasi yangditerbitkan setiap bulan oleh Public Policy Analysis andCommunity Development Studies (PLaCIDS) Averroes danKomunitas Indonesia untuk Demokrasi (KID) dalam ProgramSekolah Demokrasi di Kota Batu

SIMPUL DEMOKRASI

Tinggalkan Paradigma Kuratif,

sudah waktunya Promotif dan Preventif

?AMDAL

?AMDAL

BNSJATIM PARK

BAMBANG PARIANOM DAN STAF

SUMBER AIR BRANTAS - ARBORETRUM BUMIAJI

MUSEUM SATWA BATU

KESEHATAN itu mahal, kataorang bijak. Ungkapan itu klopdengan keadaan saat ini yang

seakan kesehatan hanya milik orangkaya. Tengok saja beberapa kejadianyang sering dialami pasien bilaberobat ke rumah sakit. Salah satunyapasien tidak akan dilayani sebelumpasien membayar “uang muka”berobat. Perlakuan rumah sakit itujelas menyusahkan masyarakat yangmasuk kategori miskin.

Pemerintah sebenarnya mem-punyai niatan baik untuk meng-atasinya. Salah satu caranya denganmengeluarkan kebijakan jaminankesehatan masyarakat (Jamkesmas)dan jaminan kesehatan daerah(jamkesda). Namun kebijakan ter-sebut saat ini masih sarat masalah.Betapa tidak, jaminan kesehatan yangdibiayai dengan anggaran negara itubanyak yang tidak tepat sasaran.

Masyarakat miskin yang seharus-nya berhak mendapatkan jaminankesehatan itu banyak yang belumdapat, sebaliknya masyarakat yangmasuk kategori mampu malah men-dapatkannya.

Dinas kesehatan (Dinkes) KotaBatu memanfaatkan jalur birokrasiuntuk menetapkan yang berhak men-dapatkan jamkesmas. Karena urusandinkes hanya dalam pelayanan ke-sehatan. Namun selama ini Dinkesbertindak kuratif dalam pelayanankesehatan, jika ada kasus penyakit

yang sudah kronis baru tanggap untukmenangani. Jika tidak ada kasusseperti itu dinkes terkesan menye-pelekan tugasnya. Dinkes dengankader ditiap dusun selayaknya mem-beri informasi atau promosi tentangkesehatan. Kebijakan preventif dinkesKota Batu sudah semestinya di-laksanakan.

Dinkes memandang inti per-masalahan tentang kesehatan adadata yang masuk melalui jalur biro-krasi dalam menentukan pemegangkartu jamkesmas. Sebetulnya bukanitu, tetapi kebijakan Dinkes yang tidakbertindak preventif dan promotifyang perlu dipertanyakan. Dinkessudah memiliki kader disetiap desa,apa hanya pasif? Tidak bertindak jikaterlihat masyarakat sehat.

Kami menerima kritik dan saranyang membangun agar kedepanNewsletter simpuldemokrasi dapatterbit dengan lebih berkualitas.

Selamat Membaca!

Page 3: Edisi 54

LAPORANutama 3

Dampak Carut Marutnya Distribusi Jamkesmas dan Jamkesda Kota Batu

EDISI LIV/JULI/2010

Laporan: Irwan Sugiarto, Akhmad Yazid, Jamaluddin

Najib Tim Newsletter

BAGI masyarakat miskin, mem-peroleh layanan kesehatan se-cara gratis di pusat pelayanan

kesehatan milik pemerintah adalah halyang diharapkan. Bagaimana tidak,dengan penghasilan yang minim tentumereka akan mengalami kesulitan un-tuk membayar biaya pengobatannyajika sakit. Apalagi kalau tarifnya cukupmahal. Tak terkecuali Sudarsun (56),warga Dusun Sabrangbendo DesaGiripurno Kecamatan Bumiaji Kota Batu.

Lelaki yang setiap harinya bekerja

Masyarakat Miskin BerobatTidak Gratis

sebagai buruh tani itu membayangkantidak akan lagi dibuat pusing memikir-kan biaya pengobatan kalau keluarga-nya sakit. Maklum, uang yang diper-olehnya dengan bekerja sebagai buruhtani hanya sekitar Rp 20.000 perhari.Uang tersebut diakui Sudarsun hanyacukup untuk memenuhi kebutuhankeluarganya selama sehari.''Itupuntidak tetap segitu, kadang kala hanyaRp 10.000 atau Rp 15.000. Dibuat untukmakan saja sudah habis,'' ujar bapakdua anak tersebut ketika ditemui

di rumahnya padahari Sabtu (12/6).

Harapan warga miskin tak terkecualidi Kota Batu menjadi kenyataan ketikapemerintah menggulirkan programjaminan kesehatan masyarakat (jam-kesmas) mulai tahun 2008. Melaluiprogram itu pemerintah menjaminwarga miskin termasuk masyarakatKota Batu dapat berobat tanpa

Simpul Demokrasi

dipungut biaya alias gratis. Dengancatatan mereka berobat ke rumah sakitatau pusat layanan kesehatan lainnyamilik pemerintah. Setahun kemudian,mulai tahun 2009 Pemprov Jatim jugamenggulirkan program yang samadengan nama jaminan kesehatan daerah(jamkesda) yang dibiayai menggunakandana APBD Jatim dan APBD Pem-kab/Pemkot setempat dengan konsep

. Program itu diharapkan mampumengcover warga miskin Jatim yangtidak menerima jamkesmas sehinggatetap dapat berobat secara gratis.

Namun keberadaan dua programjaminan kesehatan itu tidak berdampakbagi Sudarsun. Ada maupun tidak adanyajamkesmas-jamkesda tidak terasa bagi-nya. Setiap kali dirinya berobat ke pus-kesmas maupun rumah sakit milikpemerintah Kota Batu tetap ditarik biaya.Sebab, sampai saat ini Sudarsun belumm e n e r i m a j a m k e s m a s - j a m k e s -da.''Jangankan mendapatkan kartujamkesmas atau jamkesda, informasinyasaja saya tidak pernah tahu. Jadi kalauberobat tetap membayar. Besarannyaantara Rp 25.000 hingga Rp 30.000,''katanya.

Sudarsun mengakui kondisi itu sangatmemberatkannya. Pasalnya uang se-banyak itu merupakan hasil kerjakerasnya selama sehari. Lebih lanjutSudarsun mengandaikan, bila sewaktu-waktu keluarganya ada yang sakit beratdan harus operasi tentu dia tidak akansanggup membayarnya.''Dulu tahun2005 anak saya ada yang operasi cesarketika hendak melahirkan. Biayanyasekitar enam juta. Saya bawa suratketerangan tidak mampu (SKTM) daridesa, namun tidak diindahkan olehrumah sakit. Akibatnya saya harus utangsana utang sini. Saya takut kejadian ituakan terulang lagi,'' tuturnya.

Sudarsun bukan satu-satunya wargamiskin di Kota Batu yang belum men-dapatkan jamkesmas-jamkesda. NurAlim, warga Desa Tlekung KecamatanJunrejo juga bernasib sama denganya.Selama tiga tahun program jamkesmas-jamkesda berjalan, dia belum pernahsekalipun mendapatkannya.''Saya baruhanya didata. Itupun baru bulan Maretkemarin. Dan sampai saat ini saya belum

sharing

Akhmad Yazid Tim Newsletter

Tim Newsletter

Page 4: Edisi 54

SUMBER AIR BRANTAS - ARBORETRUM BUMIAJI

mendapatkan kartunya,'' katanya.Padahal, buruh bangunan yang

berpenghasilan sekitar Rp 25.000 per-hari itu harus rutin mengantarkan istri-nya untuk berobat ke dokter. Nur Alimmenceritakan kalau istrinya sedang sakittekanan darah tinggi.''Bila harus mem-bayar terus tentu sangat berat. Belumlagi harus menanggung biaya pen-didikan anak-anak,'' ujarnya denganlirih.

Nur Alim menjelaskan bila dirinyabukan satu-satunya warga miskin didesanya yang belum mendapatkanjamkesmas-jamkesda. Bapak tiga anakitu memperkirakan ada sekitar 10 orangmiskin lain yang bernasib sama dengandirinya.''Seharusnya pendataan jamkes-mas-jamkesda tidak didasarkan padarumahnya yang terlihat layak, namunharus dilihat pendapatannya juga,''tandas Nur Alim.

Di tempat terpisah, Nurbani Peng-amat Pemerintahan dari Universitas

Distribusi Jamkesmas-Jamkesda Carut

Marut

Muhammadiyah Malang mengatakan,adanya warga miskin yang belum men-dapatkan jamkesmas-jamkesda di KotaBatu membuktikan ketidakcermatanDinas Kesehatan (Dinkes) Kota Batudalam mendistribusikannya. Ketidak-cermatan itu kata Nurbani diakibatkankarena Dinkes salah dalam melakukanp e n i l a i a n k r i t e r i a w a r g a m i s -kin.''Kebanyakan Dinkes itu menilaimiskin dari fisiknya saja, misalnyarumahnya bagus atau tidak, bersuamiatau tidak. Padahal kan tidak bisabegitu,'' katanya.

Secara ideal lanjutnya, penilaianwarga miskin itu harus berdasarkanpenghasilannya. Dengan ukuran itu diamelihat penilaian itu akan lebihtepat.''Jelas dong, kalau warga itu tidakdapat mencukupi kebutuhannya ber-arti miskin. Jadi lebih mudah mendata-nya,'' ujar Nurbani.

Tentang adanya warga miskin yangtidak tahu program jamkesmas-jamkesda, Nurbani menilai Dinkeslemah dalam melakukan sosialisasinya.Selain berakibat tidak tepat sasaran,

lemahnya sosialisasi itu juga berdampakpada keengganan masyarakat miskinuntuk menuntut apabila mereka tidakterdata.''Dalam sosialisasi itu harus di-je laskan kalau pemegang k artujamkesmas-jamkesda itu gratis danmendapatkan pelayanan yang samadengan yang membayar. Penjelasan ituuntuk mencegah agar pemegangjamkesmas-jamkesda tidak dinomor-

Janji Terapkan ModelPendataan yang Ketat

MASALAH carut marutnyadistribusi jamkesmas-jam-kesda Kota Batu menjadi

fokus perhatian Dinas Kesehatan(Dinkes) Kota Batu. Bahkan dengannada keras Dinkes merasa ''ditipu data''oleh perangkat desa yang selama inimelakukan pendataan warga miskin.Untuk memperbaikinya, Dinkes beren-cana akan melakukan verifikasi ulangdengan model pendataan yang ketat.Caranya dengan mengecek satu persatuwarga yang sudah terdaftar apakahmereka masih layak atau tidak men-dapatkan jaminan kesehatan dari negaraitu. Selain itu, verifikasi ulang tersebutakan memasukan warga miskin yangbelum menerima jamkesmas-jamkesda.

''Idealnya semua warga miskin di KotaBatu sudah tercover jamkesmas-jamkesda. Dalam hitungan kami konon

warga miskin Batu hanya berjumlah 12persen saja dari total warga Batu yangberjumlah sekitar 193.000 jiwa.Sedangkan kuota jamkesmas-jamkesdasekitar 31.000 warga miskin atau setaradengan 16 persen dari total warga Batu.Kalau faktanya saat ini ada yang wargamiskin yang belum dapat, berartipendataannya yang salah, '' kata Kadin-kes Kota Batu Endang Triningsih.

Untuk teknis verifikasinya, dia beren-cana membuat tim khusus. Tim itu jaminEndang, akan langsung turun kelapang-an bersama perangkat desa.''Kalau dulukita menerima informasi dari masya-rakat, tetangga, teman atau kader kamidilapangan bagi yang tidak dapatlangsung kami masukan, sekarang tidakbisa begitu. Walaupun ada yang meng-ajukan permohonan, kami tidak bisaserta merta mengabulkannya. Tetap

Irwan S Tim Newsletter

Endang Triningsih, Kadinkes Kota Batu

Tim Newsletter

EDISI LIV/JULI/2010

LAPORANutama4

Page 5: Edisi 54

Habib Maulana A, beserta para santriKepala MI Al-Hidayah Batu

duakan pelayanannya ketika berobat,''kata Nurbani.

Bagaimana kalau ada perbedaanpelayanan? Dia berharap Dinkes segeramenindak oknum yang melakukannya.Bagi dirinya, konsep yang ada dalamjamkesmas itu adalah jaminan. Artinyakata Nurbani, masyarakat yang meng-gunakan kartu jamkesmas-jamkesdauntuk berobat sama juga dengan mem-bayar.''Cuman yang membayar itunegara melalui dana APBN maupunAPBD bukan masyarakat langsung,''tandasnya.

Sementara itu Dinkes Kota Batu tidakmau disalahkan begitu saja terkaitadanya warga miskin yang belum men-dapatkan jamkesmas-jamkesda. Dinkesberdalih yang melakukan pendataancalon peserta jamkesmas-jamkesdaadalah badan pusat statistik (BPS) danpemerintah desa setempat.

''Kami hanya menerima dan lang-sung memproses sesuai dengan datayang diberikan BPS dan pemerintahdesa. Jadi kami tidak ikut bertanggung-jawab dong. Soalnya kami tidak bisamenolak data yang diberikan ke kami,''

kata Kadinkes Kota Batu EndangTriningsih ketika ditemui di kantornya.

Lebih lanjut Endang menjelaskanbahwa institusi yang dipimpinnyamemang tidak memiliki kewenangandalam hal pendataan. Dia mengatakan,

Dinkes hanya memiliki kewenangandalam hal pelayanan kesehatan.''Soalpelayanan kami pastikan tidak akan adapembedaan antara pemegang kartujamkesmas-jamkesda dengan yangtidak,'' jamin Endang.

beberapa kriterianya antara lain dilihatdari sisi pola asupan konsumsi makanan,kepemilikan rumah serta kelayakannya,kepemilikan benda-benda sekun-der.''Pokoknya ya sesuai 14 kriteria yangsudah ditetapkan itu. Untuk memudah-kannya kami akan terapkan scoring

( p e n i l a i a n ) . C o n t o h n y a a p a k a hrumahnya masih berstatus kontrak,masih tinggal dengan orang tua ataulantainya masih tanah,'' tegasnya.

Meskipun begitu menurutnya, adabeberapa kriteria yang tidak bisa diterap-kan dengan kaku. Dia memberikancontoh masyarakat yang memiliki sawahatau sepeda motor juga dapat dikate-gorikan warga miskin. Pasalnya kataEndang, aset itu nilainya tidak terlalutinggi dan akan habis bila digunakanuntuk berobat.'' karena itu kamiterapkan konsep fleksibel dan meng-gunakan ,'' imbuh Endang.

Soal adanya warga mampu yangmendapatkan jamkesmas-jamkesda,saat ini Endang tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya bisa menghimbau merekasegera mengembalikan kartu jaminankesehatannya.''Mereka (warga mam-pu,Red) harus sadar jaminan kesehatanyang digunakannya bukan haknya danmengurangi jatah warga miskin yangseharusnya berhak,'' kata dokter beram-but panjang itu.

Sementara itu bagi warga miskin yang

Nah

scoring

akan kami lakukan verifikasi apakahmereka benar-benar layak menerimaatau tidak,” tegas Endang.

Dalam verifikasi itu, tim yang diterjun-kannya akan menerapkan kriteria wargamiskin sesuai dengan yang dibuatpemerintah. Endang menyebutkan

Akhmad Yazid Tim Newsletter

Puskesmas Samadi Batu, Tim Newsletter

EDISI LIV/JULI/2010

5LAPORANutama

Page 6: Edisi 54

LAPORANutama6

bisa diproses lebih lanjut,,'' tuturEndang.

Namun dia mewanti-wanti agarkebijakannya itu jangan disalahgunakanwarga. Pasalnya dari pengalamannya,ada juga warga yang memanipulasiSKTM. Lebih lanjut Endang berpesanagar SKTM tidak digunakan pada akhirtahun. Sebab Dinkes akan mengalamikerepotan untuk merealisasikan ang-garannya.''Walaupun sebenarnya sakititu tidak bisa diduga-duga datangnya,

namun untuk yang ini benar-benar sulit.Bisa jadi anggarannya sudah habis,''

Lebih lanjut dia membeberkan bilaselama ini pendataan calon pesertajamkesmas-jamkesda masih ber-masalah. Karenanya dia merasa''ditipu'' mentah-mentah oleh aparatdesa. ''Terus kami dapat melakukan apaketika mereka (pemerintah desa)mengatakan ini data masyarakat miskinkami,'' dalihnya.

Endang berjanji dalam tahun ini akanmelakukan verifikasi ulang warga yangmenerima jamkesmas-jamkesda.''Veri-fikasi itu akan kami lakukan denganbekerjasama dengan pemerintah desa.Apabila kami temukan warga kaya yangmenerima jamkesmas-jamkesda pastilangsung kami coret. Sebaliknya apabilaada warga miskin yang belum me-nerima segera akan kami masukkan,''janji Endang.

Soal sosialisasi, Endang menepisanggapan bila pihaknya dikatakankurang melakukannya. Dalam tahun ini

saja dia mengklaim telah melakukansosialisasi ke 24 desa/kelurahan seBatu.''Kepala desa sudah saya kumpul-kan, kader sudah kami kumpulkan,

melalui puskesmas juga kami sudahngomong,'' kata Endang.

saat ini belum mendapatkan jamkes-mas-jamkesda, Endang menjaminmereka tetap dapat berobat gratis.Dengan catatan, warga tersebut dapatmenunjukan surat keterangan tidakmampu dari desanya.''Bahkan kamipernah menghubungi langsung kepaladesa yang salah satu warganya sakit dantidak mampu membayar. Kepala desaitu kami perintahkan untuk mengurussurat keterangan miskinnya. Soalnyakalau tidak surat keterangan itu ya tidak

Akhmad Yazid Tim Newsletter

EDISI LIV/JULI/2010

RSU DR Etty Batu, Tim Newsletter

Page 7: Edisi 54

7RESENSIdemokrasi

Perjalanan Para DokterMencari Tasbihnya

Judul Buku : DoctorsPenulis : Erich Segal

Penerbit : Gramedia Pustaka UtamaCetakan :Pertama, 2010

Tebal :848 halamanPeresensi : Zulvina Narida Anom*

BEBERAPA adegan medis dalamnovel ini didasarkan padapenjelasan penulis yang telah

menyamarkan identitas dan datapribadi pasien. Dalam berbagai bagiannovel ini, beberapa dokter dicela dandiperlakukan dengan sinis. Namun,disebutkan selama riset kebanyakankasus malpraktik dan penyuapan yangmenjijikkan adalah dosa sebagian kecilminoritas yang perilaku sinisnya mem-berikan profil lebih tinggi kepadamereka. Sarat dengan pengisahandinamika politik Amerika Serikat ditahun 1950-an, cerita keluarga dankonflik antar warga.

Dua tokoh utama dalam novel inidiceritakan sejak masa kecil merekadengan setting dalam masa PerangDunia II. Adalah Barney Livingston danLaura Castellano dikisahkan sebagai duaanak cerdas dan penuh semangat

meraih cita-cita. Sampai merekadewasa. menjadi seorang dokterdengan komitmen kuat dan penuhintegritas. Tidak hanya dua orang inisaja, yang berjuang menjalani hidupnyadengan banyak kepahitan. Beberapa diantara mereka adalah orang-orangyang bisa dibilang telah berjasa dalamperkembangan ilmu kedokteran.

Barney Livingston adalah putraseorang prajurit Amerika Serikat yangberperang melawan gerombolan Tojodi Pasifik. Ayahnya ahli dalam bahasa,sehingga ditugaskan sebagai pener-jemah bagi sandera saat interogerasi.Tidak ada cita-cita untuk menjadidokter, yang dia inginkan hanya men-jadi bintang pemain basket. Pengalam-an bekerja paruh waktu sebagai peng-antar obat saat yangmembuatnya berpikir untuk mem-pelajari farmasi sekaligus mengantar-nya menjadi dokter psikiatri.

Berbeda dengan Barney, LauraCastellano dibesarkan di lingkunganmedis karena ayahnya serang dokter.Keluarganya merupakan imigran dariSpanyol yang terpaksa mengungsikarena ayahnya menganut pahamSosialis. Kala itu, kaum Sosialis kalahmelawan kaum Fasis di negerinyasendiri. Laura merupakan perempuanambisius yang dalam perjalanannyaselalu menjadi pemenang di kalangan-nya. Dia pernah menjadi presiden kelasperempuan pertama, presiden dewankelas perempuan pertama, sekaligusmahasiswi Harvard Medical Schoolpertama yang berhasil masuk.

Bennett Landsman merupakan anaknegro pertama yang karena kecerdas-annya diterima di Harvard MedicalSchool. Dia anak dari Kolonel AbrahamLincoln Bennett yang telah berjasa bagikaum Yahudi. Karena kematian ayah-nya, dia dibesarkan oleh orang tuaYahudi sampai menjadi seroang dokter.

Banyak kritik pedas dilontarkanp e n u l i s b a g i k a l a n g a n d o k t e r ,

Junior High School

ungkapan yang dipaparkan secara halusdengan gaya f i losof is . Misalnyapemaparan menurut Socrates, prinsiputama ilmu kedokteran adalah janganmelakukan kejahatan. Dengan sinispenulis berpendapat bahwa prinsippertama dalam kedokteran jamansekarang adalah mencari tahu apakahpasien mempunyai asuransi Blue Crossatau Blue Shield. Inti utama filsafatkedokteran modern, yang hanyadiabaikan oleh pembangkangadalah dokter tidak boleh mengakuidirinya keliru. (hal 110)

Laura dan Barney akhirnya menikahdan memiliki putra yang tidak mem-punyai kecakapan mental. Harry Living-ston sakit keras akibat saat kelahirannyauntuk beberapa waktu tidak bisabernapas. Pengobatan secara medissejak bayi kurang berhasil untuk meng-obati bayi yang Bayi yangpada saat dilahirkan memiliki resikokerusakan jangka panjang mulai dariketerbelakangan mental, ,kejang-kejang, sampai kerusakan otakminimal, kelambanan, dan kesulitanbelajar.

Anaknya akhirnya sembuh dengantidak hanya penanganan medis. Apakahsebabnya, ia bertanya pada diri sendiri.Enzim Wyman? Ramuan cina? Sentuhanseorang dokter? Kasih orang tua?Sebagian besar hidupnya telah ia habis-kan untuk mempelajari seni pengobatandan kini disadarinya bahwa ia tidak akanpernah benar-benar memahami misteri-nya.

Karena ilmu pengobatan merupakanpencarian abadi atas segala alasan sebab-sebab yang menjelaskan akibat. Ilmukedokteran tak dapat memahami muk-jizat.

altruistis,

asfiksia. asfiksia

cerebral palsy

Peresensi adalah DirekturK o m u n i t a s S t u d i G e n d e rAverroes Community

EDISI LIV/JULI/2010

Page 8: Edisi 54

Menakar Pers SebagaiPilar Demokrasi

DALAM konsepsi demokrasi,keberadaan pers/media massasering disebut sebagai pilar

keempat setelah eksekutif, legislatif,dan yudikatif. Meski berada di luarsistem politik formal, keberadaan persmemiliki posisi strategis dalaminformasi massa, pendidikan kepadapublik sekaligus menjadi alat kontrolsosial. Karenanya, kebebasan persmenjadi salah satu tolok ukur kualitasdemokrasi di sebuah negara. Dengandibukanya kebebasan pers, tidak adaalasan bagi kekuatan politik manapununtuk mengkebiri peran-peran

y yang dimainkan oleh insan pers.Namun, harus disadari bahwa meski

saat ini intervensi politik terhadap perssudah tidak lagi mendapatkan ruang,pers harus jeli ketika berhadapan“intervensi kapital”. Intervensi modelini nyatanya lebih berbahaya bagiindependensi dan daya kritis pers.Media massa tidak akan mampubertahan jika ia tidak mengikuti logikapasar yang sarat dengan kompetisi danpertimbangan ekonomis. Di sampingitu seiring dengan kebebasan pers,siapapun yang memiliki modal kuat,termasuk kalangan pebisnis danpolitisi, dapat mendirikan industrimedia yang bisa digunakan untuk ke-pentingan bisnis atau memback-upaktifitas mereka.

Dalam konteks inilah,diskursus tentang

pers men-

civilsociet

dapatkan porsi khususd a l a m K e g i a t a nSekolah DemokrasiKota Batu tahun 2010pada pertemuan ke VII.S e r a n g k a i a n p e m -belajaran dengan ma-teri

dilaksana-kan pada 30-31 Mei2010. Selain berdialogl a n g s u n g d e n g a npraktisi media seniorsekelas KurniawanM u h a m m a d ( J a w aPos) dan Wawan Sobari (JPIP), dalamkegiatan ini peserta mendapat“kesempatan emas” untuk berdiskusimendalam dengan tiga waratawanlokal yakni Kholid Amrullah (Jawa PosRadar Malang), Renni Susilowati(Surya), dan Febri Setyawan (MalangPost). Memang pertemuan SD kali initidak hanya untuk memperluaspemahaman peserta terhadap kondisidan problem pers dalam tikunganpolitik dan pasar. Lebih dari pada itu,rangkaian kegiatan ini juga menjadiikhtiar awal untuk membangunkomitmen bersama dengan insan persuntuk mengawal proses perbaikandemokrasi di tingkat lokal.

Di akhir pertemuan SD ke VII ini,semua peserta dan SekolahDemokrasi mengujungi langsungkantor Radar Malang untuk melihatproses pengelolaan media massa dan

berdiskusi banyak hal deng-an Pimpinan

Bisnis dan Demo-krasi II : Pers, Bisnis danDemokrasi,

crew

Redaksi Radar Malang, Khoirul Anwar.Dalam kesempatan itu Anwar membukakesempatan seluas-luasnya kepadapublik untuk mengontrol kinerja,kualitas, dan profesionalitas kerja yangdihasilkan oleh Radar Malang. Sesipertemuan SD ke VII ini sangat penting

artinya bagi peserta khususnya dalammembangun sinergisi-tas dengan insanpers. Hal ini seperti yang dialami oleh ArifErwinardi, peserta SD yang juga anggotaTim Koordinasi Sumber Daya Air WilayahSungai Brantas (TKPSDA-WS Brantas).Observasi TKPSDA WS Brantas untukmerevitalisasi 20 sumber air di DesaTlekung mendapat dukungan dari Renni(Harian Surya). Di halaman 4 Harian Suryaedisi 2 Juni 2010, aktiitas observasitersebut ditulis oleh Renni sehinggatersampaian oleh publik di Jawa Timur,termasuk di Kota Batu. Pemberitaansingkat ini cukup menggembirakan bagiArief di tengah lemahnya sinergitaspengelolaan sumber air di Kota Batu yangseharus-nya dimotori langsung olehdinas terkait. Betapa pers dalam contohkecil ini mampu memberikan supportbagi aktifitas pemberdayaan yang dilaku-kan oleh peserta.

Sama seperti pers, keberadaan partaipolitik juga memiliki posisi strategisdalam penguatan . Peserta

Sekolah Demokrasi secara khususmendalami ten-

civil society

PROGRESSreport8

EDISI LIV/JULI/2010

Page 9: Edisi 54

PROGRESSreport

tang Partai politik dalam pertemuan SDke VIII yang mendalami tentang

Kegiatan yang dilaksanakan padatanggal 12-13 Juni 2010 ini meng-hadirkan Prof. Dr. Mochtar Mas'oeddari Komunitas Indonesia untukDemokrasi. Guru besar UniversitasGadah Mada (UGM) ini menjadi rujukanpeserta dalam diskusi tentang partaip o l i t i k d a l a m m a t e r i b e r t a j u k“Pengantar Sistem Politik di Indo-nesia”. Diskusi partai politik juga ber-lanjut dengan menghadirkan tokohpartai lokal di Kota Batu. Peserta jugadiajak membedah tuntas sistem pemiludi Indonesia oleh Bagio Prasasti padasesi terakhir yang kebetulan dilaksana-kan di Kantor DPC PDIP Kota Batu di Jl.Oro Oro Ombo no 11 Kota Batu. Diskusiini juga memberi catatan khusus padamekanisme yang lalu adalah sistem

dengan sistem suara ter-b a n y a k y a n g d i g u n a k a n p a d apemilihan legislatif (Pileg) 2009 yanglalu. Tiga hal dam-pak negatif darimekanisme tersebut antara lain adalah; partai tidak bisa memprio-ritaskancalon berdasarkan kualitas, tingginyapotensi konflik di internal partai, dansuburnya Sistem ini se-harusnya segera disempurnakan se-hingga aspek negatif tersebut tidakmerusak keberadaan partai politik dankonstituennya.

Fakta politik di Kota Batu meng-

SistemPolitik Pemerintahan I : Parati Politik.

oneman one vote

money politic.

indikasikan bahwaposisi eksekutif masihsangat dominan. Pe-ran kontrol dan peng-awasan yang diem-ban oleh DPRD dirasa-kan belum optimal. Disini dianggap perlukekuatan lapis keduayang mampu mem-

fungsi ter-sebut dan parpoladalah salah satunya.Posisi penting partaipolitik di tingkatan

lokal inilah yang mendorong tim pe-laksana Sekolah Demokrasi dan KBDmelakukan safari ke beberapa partaipolitik di Kota Batu sejak akhir April lalu.Partai yang dikunjungi meliputi DPCPDIP Kota Batu (30 April 2010), DPCPartai Demokrat Kota Batu (14 Mei2010), DPD Partai Golkar (19 Mei 2010),dan DPC Partai Hanura Kota Batu (3 Juni2010). Di setiap kunjungan, timpelaksana SD diterima dengan hangat.Proses diskusi, , dan berbagi da-lam kunjungan ini juga banyak meng-hasilkan gagasan-gagasan konstruktif.

Ada komitmen positif dari keempatpartai tersebut untuk meningkatkanperan pemberdayaan dan pendidikankepada masyarakat. Satu hal lagi yangcukup menggembirakan adanya niatanbersama dari semua pengurus partaiun-tuk duduk bareng dalam satu mejadan berdiskusi dengan terbuka secaraberkala. Bukan untuk membahaskekuasaan dan pragmatisme, forumantar partai ini diharapkan bisa menjadisaluran komunikasi yang produktif danmenjadi muara atas aspirasi warga mas-yarakat bekenaan dengan problemsosial dan lingkungan hidup yang ada diKota Batu.

Pers dan partai politik adalah duadiantara lima pilar penting dalamdemokrasi setelah ,

, dan . Men-j e m b a t a n i

back up

share

civil societymarket state

dan mensinergikan kelima elementersebut adalah modal awal bagiperbaikan kualitas berdemok-rasi. Meski bukan pekerjaanyang mudah, aktifitas tersebutmenjadi misi yang akan terusdiemban oleh sekolah demo-krasi. Tidak hanya melaluipertemuan kelas sekolahdemokrasi, upaya tersebutakan terus diikhtiarkan disemua lini baik dalamkonteks program maupundalam konteks komuni-kasi dan aksi informal-kultural.

9

EDISI LIV/JULI/2010

Page 10: Edisi 54

BICARAdemokrasi10

Ayu Kusumastuti

SEJAK adanya kebijakan otonomidaerah di Indonesia mulai tahun1999, pemerintah dearah (

) mempunyai kewenanganyang lebih luas dalam mengelolapemerintahan. Berdasarkan UU No 32Tahun 2004 Tentang PemerintahanDaerah, pemerintah pusat hanya mem-punyai kewenangan dalam enam bi-dang, diantaranya politik luar negeri,pertahanan, yustisi, moneter/fiskal danagama. Selebihnya, kewenanganurusan pemerintahan didesentrali-sasikan kepada pemerintah daerah.

Salah satu urusan pemerintahanyang menjadi kewenangan daerahadalah bidang kesehatan. Dalam eradesentralisasi, konsep pengelolaankesehatan seharusnya menggunakanpendekatan kemasyarakatan. Artinya,pembangunan bidang pelayanankesehatan haruslah sesuai dengankebutuhan masyarakat lokal. Bagai-manapun juga, kandungan maknasubstansial dari desentralisasi adalahbagaimana menyejahterakan dan men-ciptakan keadilan bagi kehidupanmasyarakat di daerah. Dengan begitupembangunan akan lebih optimal.

Dalam visi misi Departemen Ke-sehatan yang sekarang berubah men-jadi Kementerian Kesehatan tahun 1999disebutkan, desentralisasi bidang ke-sehatan diharapkan mampu mewujud-kan Indonesia sehat 2010. secara detail,visi itu ingin membangun generasibangsa yang sehat dengan ditandaimasyarakatnya yang hidup dalamlingkungan yang sehat. Tidak hanya itu,masyarakat juga mampu berperilakuhidup bersih dan sehat. Salah satucaranya masyarakat harus mampumenjangkau pelayanan kesehatan yangbermutu, adil dan merata. Sementaramisi Kementerian Kesehatan adalahmelakukan pembangunan untuk men-dorong kemandirian masyarakat me-nuju hidup sehat.

localgoverment

Namun rupanya realisasi visi misiyang dicanangkan Kementerian Kese-hatan itu saat ini belum maksimal. Ban-yak contoh untuk menunjukannya. Di-antaranya kasus di Riwati (35), wargaKampung Warung Bongkok RT 06/07Bekasi tak berdaya di atas kasurnya.Menurut laporan Radar Bekasi (Rabu,09/06/10), penderita penyakit

(hamil angur) itu tidak men-dapat layanan optimal dari Rumah SakitDaerah Kabupaten Bekasi. Padahalsebagai warga miskin, Sriwati mengakusudah mengurus semua syarat untukmendapat pelayanan kesehatan darirumah sakit. Namun namun pihakrumah sakit selalu mempersulitnya.

Contoh lain adalah maraknya kasusbalita merokok. Ada Sandy Asal MalangJawa Timur dan ada Ardi Rizal asalBanyuasin Sumatera Selatan. Fakta itumenunjukan lingkungan bersih dansehat yang dicanangkan KementerianKesehatan masih belum berhasil. Ban-yak kalangan berpendapat perilakuSandy dan Ardi tersebut dipengaruhiadanya faktor lingkungan sosial disekitar anak yang tidak sehat.

Sementara itu, berbagai programkesehatan dicanangkan KementerianKesehatan seperti jaminan kesehatanmasyarakat (Jamkesmas), PusatKesehatan Masyarakat (Puskesmas),Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu),dan Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)juga belum maksimal. Bila diamati,program-program itu hasilnya masihnihil sebagai sistem penjamin kesehat-an masyarakat. Seperti jamkesmasmisalnya, kalaupun program tersebutberjalan, faktanya hanya bisa memberi-kan pelayanan kesehatan untuk pen-yakit ringan, bukan penyakit akut.Contohnya seperti kasus diatas. Pihakrumah sakit selalu berbelit-belit danterkesan mempersulit ketika masya-rakat miskin khususnya, memintakeringanan pembayaran atas penyakit-

molahi-datidosa

nya yang berat.Di sisi yang lain, program jamkesmas

sendiri masih diliputi permasalahandistribusi yang tidak tepat sasaran.Banyak warga yang seharusnya tidakberhak mendapatkan jaminan kesehatandari negara itu, sedangkan warga yangbenar-benar miskin tidak mendapatkan-nya.

Soal kemandirian masyarakat untukhidup sehat juga dirasa masih belumtercapai. Sekarang ini muncul banyakinstitusi kesehatan yang bersinergidengan pemodal yakni rumah sakitswasta. Dengan alasan pelayanan yangbermutu serta pengelolaan rumah sakityang berkualitas, rumah sakit inibiasanya bertarif mahal. Akibatnya,hanya masyarakat berduit yang mampumengaksesnya. Kondisi itu memperlihat-kan bahwa masyarakat mengalamipembatasan layanan kesehatan karenafaktor ekonomi. Dengan kata lain, hakasasi masyarakat atas kesehatan masihsaja terbelenggu.

Untuk mengatasi berbagai kendalaitu, menurut hemat penulis diperlukansinergitas antar , termasukkalangan pemerintahan,maupun masyarakat itu sendiri. Hara-pannya masyarakat dapat aktif menjagakesehatan serta lingkungannya danpemerintah mampu memberikan mutupelayanan kesehatan yang lebih baikterhadap masyarakat.

stakeholdercivil society

Penulis adalah warga Averroes

Desentralisasi Bidang Kesehatandan Problematikanya

EDISI LIV/JULI/2010

Page 11: Edisi 54

Batu Harus Punya RSUDYogi Eka Chalid Farobi

11BICARAdemokrasi

Tim Sekolah Demokrasi Batu

PELAYANAN publik yang ber-kualitas menjadi harapan bagisemua orang. Namun harapan

itu di Indonesia masih belum terjadi.Hasil riset

(GDS) dalamtahun 2004 me-

nunjukkan bahwa kualitas pelayananpublik di Indonesia relatif rendah.Pelayanan di bidang kesehatan, pen-didikan, dan perekonomian (investasi,industri dll) masih memperoleh 'nilaimerah' dalam penilaian yang diseleng-garakan oleh World Bank itu. Kondisitersebut memperlihatkan bahwaselama ini, pemerintah masih setengahhati dalam menyelenggarakan refor-masi birokrasi utamanya dalam pe-layanan terhadap hak-hak dasar publik.

Dibidang kesehatan misalnya. Saatini kesehatan menjadi barang mahalyang sulit dijangkau oleh sebagianbesar rakyat kita. Belum lagi pelayanankesehatan yang diberikan oleh pe-merintah maupun swasta melalui ru-mah sakitnya masih terjebak pada per-masahan yang sama, yaitu rendahnyaprofesionalitas. Padahal, kesehatanmerupakan aspek vital bagi keberlang-sungan hidup manusia. Akan sulitterwujud suatu masyarakat yang sejah-tera tanpa didukung oleh adanya insan-insan yang sehat dan berdaya.

Tentu kita masih ingat kasus PritaMulyasari vs Rumah Sakit (RS) OmniInternasional. Kasus itu memberikangambaran kepada publik ternyatapusat pelayanan medik swasta punmasih belum mampu memberikanpelayanan yang terbaik bagi mas-yarakat. Padahal sekali lagi, publik ber-harap adanya pelayanan kesehatanyang bermutu dan terjangkau.

Mau tidak mau, agenda yang harusdilakukan pemerintah adalah mem-percepat peningkatan kualitas dankuantitas petugas medis (dokter, per-awat, bidan, ahli gizi). Jumlah rumahsakit (RS) perlu ditambah lagi, khusus-nya di daerah-daerah terpencil. Ke-

Governance and Desen-tralization Survey WorldDevelopment Report

beradaannya sangat penting meng-ingat RS bukan semata tempat men-yembuhkan orang sakit saja, tetapifungsi pelayanan, pendidikan, dansosial melekat didalamnya dan perludikuatkan.

Gagasan untuk mendirikan RumahSakit Umum Daerah (RSUD) olehPemerintah Kota Batu perlu diapresasipositif. Dengan jumlah penduduksebanyak 163.393 jiwa (per 2002), layakbagi Kota Batu untuk memiliki RSUDsendiri guna memenuhi pelayanankesehatan bagi masyarakatnya.Meskipun saat ini di Kota Batu telah adabeberapa pusat layanan kesehatan,seperti 3 buah puskesmas (tersebar dimasing-masing kecamatan), RS Paru-Paru Batu (milik Pemprov Jatim), 2rumah sakit umum milik swasta, dan 17RS Bersalin, akan tetapi masyarakatBatu masih memilih untuk berobat keKota Malang. Untuk pasien yangmemilih berobat di Batu kadangkalatetap harus dirujuk ke rumah sakit diKota Malang untuk mendapatkanperawatan yang lebih intensif. Pasal-nya fasilitas medis di Batu belum se-lengkap di disana.

Faktor lain yang mengharuskan Batupunya RSUD karena kota itu sebagaidaerah tujuan wisata. Jumlah wisata-wan yang berkunjung diperkirakansetahunnya mencapai 2 (dua) jutaorang. Apabila Batu mempunyaipelayanan kesehatan yang represen-tatif dan memadai, tentunya wisata-wan akan merasa lebih nyaman danakan terus berkunjung ke Batu.Kenyamanan wisatawan itu diperlukanpasalnya angka kecelakaan lalu lintas diKota Batu relatif tinggi. Pada per-tengahan tahun 2009, jumlah korbankecelakaan yang meninggal sebanyak21 orang, luka berat dua orang dan lukaringan 54 orang.

Sementara mayoritas masyarakatBatu yang beprofesi sebagai petani,

Kota Batu Harus Punya RSUD

juga rentan terserang penyakit ber-bahaya. Pasalnya mayoritas petani diKota Batu masih menggunakan obat-obatan an-organik yang bersifat racununtuk perawatan tanamannya. Pemakai-an obat-obatan itu sangat membahaya-kan manusia. Meskipun dampak yangditimbulkan bersifat jangka panjang,namun gejala penyakit seperti Jantung,Kanker, Infeksi Saluran Pernafasan,Diabetes dll berpotensi untuk diidappetani dan masyarakat yang mengkon-sumsi hasil pertaniannya. Disinilah peranRSUD untuk memberikan pendidikan(edukasi) kepada masyarakat tentangpencegahan bahaya penyakit yang dapatmengancam jiwa manusia.

Sebenarnya Pemerintah Kota Batudapat mendirikan RSUD tanpa harusmembangun gedung baru yang megah.Caranya salah satu puskesmas yang adadapat ditingkatkan statusnya. Tentu sajaharus diiringi dengan peningkatanstandar operasional dan prosedur yangtelah ditetapkan Kementerian Kesehat-an. Diantaranya berupa penyediaansarana dan pelayanan kesehatan, studikelayakan untuk menentukan jenis pe-layanan yang dibutuhkan oleh masya-rakat, persiapan sumber daya manusia,sumber dana serta penunjang lainnya.Disinilah dari PemerintahKota Batu akan diuji apakah benar-benarserius ingin mendirikan RSUD.

Political will

Penulis adalah peserta sekolah demokrasiAverroes Community

EDISI LIV/JULI/2010

Page 12: Edisi 54

JELAJAHmalang12

Mbrau, Dusun yang MinimLayanan KesehatanLaporan: Halik Kusuma

M A S Y A R A K A T M b r a umayoritas bekerja sebagaipetani sayur mayur dan

beternak sapi. Berdasarkan data yangdihimpun , jumlahwarga Dusun Mbrau sebanyak 125 kk.Sebagai daerah yang berbukit ,mayoritas letak rumah warga Dusun

Simpul Demokrasi

Jarak Dusun Mbrau dengan pusat Kecamatan Bumiaji memang hanya 10 Km. Tidak

terlalu jauh memang. Bila ditempu dengan kendaraan bermotor roda dua hanya

memakan waktu setengah jam perjalanan saja. Namun akses jalan masuk-keluar

dusun itu yang naik turun melewati bukit menjadi salah satu kendala masyarakat di

sana untuk memperoleh layanan kesehatan yang cepat. Apalagi bidan desa pun

jarang menyingahi dusun itu. Akibatnya masyarakat Mbrau jarang mendapatkan

pertolongan pertama kalau sakit.

hanya ada hutan pinus yang lebat. Kalaumalam sudah tiba biasanya jarang sekaliorang yang berani melewati jalan itu.Andaikata ada jumlahnya bisa dihitungdengan jari. Maklum kondisi jalanyasangat sepi.

Menurut Suliono warga DusunMbrau, dengan topografi yang berbukit-bukit itulah yang menyebabkan warga didusunnya sulit untuk dapat berobatdengan cepat ke Puskemas di Bumiaji.Padahal menurutnya tidak tertutupkemungkinan warga di dusunnya bisamendadak sakit dan harus mendapatkanpertolongan pertama.''Ini masalah yangk a m i h a d a p i s e k a r a n g , s u l i t n y amendapatkan pertolongan dari medisdengan cepat apabila ada warga sakit.Bahkan toko obat saja tidak ada di sini,''keluhnya.

Bagaimana bila ada warga yangmendadak sakit? Dia dan warga yang

Brau terpisah-pisah antar blok. Masing-masing blok sekitar hanya ada empatsampai lima rumah dengan dipisahkansawah dan sungai.

Untuk menuju dusun itu kita harusmelewati jalan dengan lebar sekitar 1,5meter dan berkelak kelok. Di sisi kiri dankanan jalan menuju Dusun Mbrau

Halik Kusuma Tim Newsletter

EDISI LIV/JULI/2010

Page 13: Edisi 54

13JELAJAHmalang

lainnya segera melarikannya ke KotaBatu atau Puskesmas yang ada di

Halik Kusuma Tim Newsletter

Halik Kusuma Tim Newsletter

Halik Kusuma Tim Newsletter

Halik Kusuma Tim Newsletter

EDISI LIV/JULI/2010

Page 14: Edisi 54

SAPAsosok14

Semua Manusia Memiliki Hakuntuk Mendapat KesehatanLaporan: Iden Robet Ulum

SEMUA manusia memiliki hakuntuk mendapatkan pelayanankesehat-an. Prinsip itulah yang

dipegang dr. Nur Kholis Qomari dalammenjalankan profesinya ketika ditemui

di tempat prakteknya.Tidak seperti dokter pada umumnyayang acapkali menerapkan tarif yangsama pada setiap pasien, dokter lulusanUniversitas Brawijaya ini lebih memilihmenyesuaikan tarifnya sesuai dengankemampuan pasien.

''Saya lebih senang menerapkan tarif

Simpul Demokrasi

proporsional. Saya sadar kemampuansetiap orang berbeda-beda, namunmereka semua memiliki hak yang samauntuk mendapatkan kesehatan yanglayak'' ujar dokter yang membukapraktik di tempat tinggalnya itu.

Untuk pasien yang mampu, diamemberikan tarif standar. Besarannyatergantung dari jenis sakitnya. Sedang-kan untuk yang kurang mampu, NurKholis akan sesuaikan dengan kemam-puan si pasien. Kadang ada juga pasienyang hutang dulu kepadanya karena

mengaku tidak mampu. ''Untuk pasienyang saya tahu benar-benar tidak mampubiasanya akan saya bebaskan biayanya.Kalau ada rejeki, saya bantu merekauntuk biaya kehidupannya,'' kata NurKholis.

Kepekaan Nur Kholis pada kondisimasyarakat tidak lepas dari ak-tifitasnya semasa kuliah. Di kampusnya,dia dikenal aktif di kepengurusan PondokPesantren Gading. Selain itu, Nur Kholismuda juga aktif di organisasi PergerakanMahasiswa Islam Indonesia UniversitasBrawijaya. Saat menjadi aktivis PMII, diabersama teman-teman seangkatannyasering mengadakan kegiatan keagamaandan pengabdian masyarakat. “Dulusampai peserta pengajian kita itu bukanhanya dari PMII bahkan dari organisasimahasiswa yang lain. Selain itu kami(Pengurus PMII Brawijaya, Red) jugamemiliki desa binaan di Karang WidoroKlasman ” cerita Nur Kholis.

Di desa binaan itulah dia banyak mem-pelajari mengenai kondisi masyarakatyang begitu jauh berbeda dengan duniaakademik. Kondisi masyarakat yangsering dibicarakannya saat kuliahternyata sangat berbeda dengan kondisidilapangan. ''Masyarakat miskin sangatmembutuhkan bantuan kesehatan. Nilaiitu yang saya temukan. dari pengalamanmembina Desa Karang Wedoro. Sejak itusaya niatkan untuk menolong masya-rakat yang membutuhkan” ujar NurKholis.

M a s a k u l i a h n y a d i F a k u l t a sKedokteran Universitas Brawijaya sendiridia tempuh selama tujuh tahun. Sebab,Nur Kholis lebih memilih untuk bekerjadulu dari pada menyelesaikan studinya.

dhuafa

Iden Robet Ulum Tim Newsletter

EDISI LIV/JULI/2010

Page 15: Edisi 54

15SAPAsosok

Lanjutan Hal 14...Mendapat Kesehatan

Sekolah Demokrasi XII dan XIII

Penerbitan Newsletter Edisi LV

Talkshow Televisi XII dan XIII

Talkshow Radio XV dan XVI

Inisiasi Sekolah Demokrasi

AGENDA AGUSTUS 2010 SIMPUL DEMOKRASI

Kunjungi Website:

www.simpuldemokrasi.com

Kami menerima kreativitas Anda!!Kirimkan Opini, Resensi, serta karikatur

ke: [email protected]

Kami Hanya Memberitakan Kebenaran

''Sebelum lulus saya dulu sudah kerja dibalai pengobatan (BP) KabupatenTuban'', ungkapnya Nur Kholis.

Setelah resmi menyelesaikanstudinya dan mendapatkan gelardokter pada tahun 1992, Nur Kholislantas memulai karir sebagai pekerjamedis di Kota Batu. Waktu itu Diamenjadi pegawai tidak tetap (PTT) diPuskesmas Batu selama tiga tahun.“Pada waktu itu ada aturan kontrakpengabdian tiga tahun sebelum kitanantinya bisa memutuskan menjadiPNS atau dokter swasta”, ujar ayah daridua orang anak itu.

Selain menjadi dokter di PuskesmasBatu, pada tahun 1996 Nur Kholis mulaimembuka praktek di tempat tinggalnyayang terletak di Jalan Wukir Kota Batu.''Namun rumahnya waktu itu masihkontrak. Baru tahun 2008 saya bisa belirumah sendiri, ya di sini ini”, ujar NurKholis.

Disinggung tentang kinerja DinasKesehatan Kota Batu dalam rangkamengawal kesehatan masyarakat, diamenilai sudah cukup bagus. Meskipunbegitu Nur Kholis tetap memandangada beberapa program Dinkes yangharus ditingkatkan. Utamanya terkaitdengan distribusi kartu jaminan

kesehatan masyarakat (jamkesmas)untuk keluarga miskin yang harus lebihtepat sasaran.''Saya pernah memilikipasien dari keluarga tidak mampu yangmenurut saya harus operasi, tapi ketikasaya tanyakan mengenai kartujamkesmas ternyata orangnya tidakpunya'' cerita Nur Kholis.

Permasalahan lain yang dia kritisiadalah persediaan obat bagi pe-megang asuransi kesehatan. Menurut-nya sering kali pasien pemegang kartu

itu mendapatkan obat yang kurangsesuai dengan kebutuhannya akibat stokobat yang terbatas. Bagi dirinya, baikpasien miskin, kaya, pemegang asuransiatau tidak harus diberikan resep obatsesuai dengan kebutuhannya. ''Bagi saya,resep yang diberikan jangan asal murah,walaupun mahal bila itu yang dibutuhkanpasien ya harus saya berikan” terang NurKholis.

EDISI LIV/JULI/2010

Page 16: Edisi 54

16 GALERIkegiatan

TALKSHOWdemokrasi SEKOLAHdemokrasi

COACHINGpeserta

EDISI LIV/JULI/2010