e-modul tata kelola keuangan...

146
Modul Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Jl. Raya Puspipptek No.1 Kec. Setu Kota Tangerang Selatan 15314 Telp./Fax : (021) 7566710 email:[email protected] 2018 E-MODUL TATA KELOLA KEUANGAN DAERAH

Upload: vuongnhi

Post on 04-Mar-2019

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Modul Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan

BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Jl. Raya Puspipptek No.1 Kec. Setu Kota Tangerang Selatan 15314

Telp./Fax : (021) 7566710 email:[email protected]

2018

E-MODUL TATA KELOLA

KEUANGAN DAERAH

E-MODUL TATA KELOLA KEUANGAN DAERAH

Dikeluarkan oleh BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KOTA TANGERANG SELATAN

Edisi Pertama : Tahun 2018

Penyusun : Ahmad Muam , Ak., M.M., CA.

Dilarang keras mengutip, menjiplak, atau menggandakan sebagian atau seluruh isi modul ini, serta memperjualbelikan tanpa izin tertulis

dari BKPP Kota Tangerang Selatan

DAFTAR ISI

halaman

KATA PENGANTAR iii

DAFTAR ISI iv

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Kompetensi Dasar C. Deskripsi Singkat

1

1 1 3

II GAMBARAN UMUM KEUANGAN DAERAH

A. Lingkup Pengelolaan Keuangan Daerah B. Asas Umum Pengelolaan Keuangan Darah C. Hubungan Keuangan Pusat Dan Daerah D. Pengelola Keuangan Daerah E. Latihan Soal

4

4 8

10 11 22

III PENYUSUNAN APBD

A. Pengertian Dan Struktur APBD B. Siklus APBD C. Penyusunan Rancangan APBD D. Latihan Soal

24

26 29 30 50

IV PENDAPATAN DAERAH DAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN

A. Pendapatan Asli Daerah B. Dana Perimbangan C. Pendapatan Daerah Lainya yang Sah

52

53 65 71

iv

halaman

D. Penerimaan Pembiayaan E. Latihan Soal

71 76

V BELANJA DAERAH DAN PENGELUARAN PEMBIAYAAN

A. Belanja Daerah B. Pengeluaran Pembiayaan C. Latihan Soal

78

78 85 88

VI SISTEM DAN PROSEDUR BENDAHARA PENERIMAAN

A. Pendapatan Daerah melalui Bendahara Penerimaan

B. Pembukuan Bendahara Penerimaan C. Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan D. Latihan Soal

90

90

91 92 94

VII SISTEM DAN PROSEDUR BENDAHARA PENGELUARAN

A. Tugas dan Wewenang Bendahara Pengeluaran

B. Mekanisme Pembayaran C. Pembukuan Belanja D. Pertanggungjawaban Belanja E. Latihan Soal

95

95

97

102 103 106

VIII OVERVIU AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

A. Pengertian dan Tujuan Akuntansi B. Akuntansi dan Pengelolaan Keuangan Daerah C. Standar Akuntansi Pemerintahan

107

107 110 111

v

halaman

D. Kebijakan dan Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah

E. Latihan Soal

114

118

IX LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

A. Komponen Laporan Keuangan Berdasarkan SAP Berbasis

B. Struktur Laporan Keuangan Berbasis Akrual C. Latihan Soal

119

119 121 127

DAFTAR ISTILAH 128

DAFTAR PUSTAKA 139

vi

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

1

I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Mata Diklat Tata Kelola Keuangan Daerah (TPKD) ini memfasilitasi

peserta diklat mampu memahami secara utuh gambaran

pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian yang tidak

terpisahkan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi masing-

masing PNS (ASN) di lingkungan Pemerintah Kota Tangerang

Selatan. Sehingga pada akhirnya mampu meeujudkan tata kelola

keuangan yang baik dalam kerangka penerapan good governance

di masing-masing lingkungan kerjanya.

Mata Diklat PPKD ini merupakan Mata Diklat yang diajarkan pada

seluruh jenis diklat teknis yang diselenggarakan oleh Badan

Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kota Tangerang Selatan.

B. KOMPETENSI DASAR

Kompetensi dasar yang ingin dicapai memalui modul ini adalah

agar peserta diklat mampu memahami Pengelolaan Keuangan

Daerah secara utuh rangka mendukung pengelolaan keuangan

daerah yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan keinginan akan

terwujudnya akuntabilitas dan good governance di lingkungan

Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Seluruh PNS (ASN)

mempunyai andil yang cukup besar demi terwujudnya kedua hal

tersebut.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

2

Untuk menilai ketercapaian kompetensi dasar tersebut dapat

diukur melalui indikator keberhasilan yang dirumuskan sebagai

berikut:

Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diklat diharapkan

mampu:

1. menjelaskan pengertian keuangan daerah, hubungan

keuangan daerah dengan pusat, serta pengurusan

keuangan daerah;

2. menjelaskan pengertian APBD, fungsi dan prinsip

anggaran daerah, struktur APBD, sumber-sumber

penerimaan daerah, belanja daerah, serta pembiayaan

daerah;

3. memahami siklus anggaran, khususnya proses

penyusunan APBD, mulai dari penyusunan rancangan

hingga penetapan APBD;

4. memahami pengertian, unsur-unsur dan prosedur

penerimaan daerah;

5. menjelaskan pengertian pengeluaran daerah, berupa

belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah;

6. menjelaskan pengertian Sistem dan Prosedur Bendahara

Penerimaan

7. menjelaskan pengertian Sistem dan Prosedur Bendahara

Pengeluaran

8. menjelaskan pengertian Overviu Akuntansi Pemerintah

Daerah

9. menjelaskan pengertian Laporan Keuangan Pemerintah

Daerah.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

3

Dengan pemahaman itu, maka setiap peserta pelatihan

diharapkan mampu melakukan pengelolaan keuangan daerah

dengan transparan dan akuntabel.

Mata Diklat ini terdiri dari 6 kegiatan Belajar, yakni sebagai

berikut:

1. Gambaran Umum Keuangan Daerah

2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

3. Penyusunan APBD

4. Pendapatan dan Penerimaan Pembiayaan

5. Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan

6. Sistem dan Prosedur Bendahara Penerimaan

7. Sistem dan Prosedur Bendahara Pengeluaran

8. Overviu Akuntansi Pemerintah Daerah

9. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Dalam rangka membantu Saudara dalam mempelajari modul ini,

ada baiknya diperhatikan beberapa petunjuk belajar sebagi

berikut:

1. Membaca dengan cermat bagian pendahuluan modul ini;

2. Membaca dan menemukan kata kunci dalam setiap bab dan

cari pengertian kata kunci tersebut;

3. Menangkap pengertian isi modul dan diskusikan dengan

sesama peserta diklat;

4. Memperluas wawasan dengan membaca sumber-sumber lain

Memantapkan pemahaman dengan mengerjakan latihan

dalam modul, baik secara sendiri maupun diskusi dengan

peserta diklat lain.

Semoga sukses mengiring kegiatan diklat Saudara. Amin.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

4

II GAMBARAN UMUM KEUANGAN DAERAH

Indikator Keberhasilan

Setelah memelajari bab ini, peserta diklat diharap mampu

menjelaskan pengertian keuangan daerah, asas umum, hubungan

keuangan daerah dengan keuangan pusat, dan pengelola keuangan

daerah dalam rangka membantu pelaksanaan tugasnya.

A. LINGKUP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Sebagaimana diketahui bahwa kewenangan Pemerintah Daerah

sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 32 tahun 2004 dan UU No.

33 tahun 2004 timbul hak dan kewajiban daerah yang dapat

dinilai dengan uang sehingga perlu dikeloladalam suatu sistem

pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan merupakan

subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan

merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan

daerah. Dalam rangka pengelolaan keuanggan negara dan daerah

secara efektif dan efisien melalui tata kelola pemerintahan dan

dapat memenuhi pilar utama yaitu transparansi, akuntabilitas,

dan partisipatif, maka ruang lingkup dan pelaksana pengelolaan

keuangan daerah merupakan hal yang penting dan telah diatur

dalam PP No. 58 tahun 2005, Permendagri No. 13 tahun 2006 dan

Permendagri No. 59 tahun 2007.

Sesuai dengan Permendagri 13 tahun 2006, pengelolaan

keuangan daerah meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan

daerah, azas umum dan struktur Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah (APBD), penyusunan rancangan APBD, penetapan

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

5

APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum

memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), pelaksanaan

APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan

keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah,

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan

pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah dan

pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).

Secara Peraturan perundang-undangan, pengertian keuangan

daerah sebagaimana dimuat dalam penjelasan pasal 156 ayat 1

Undang‐Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah adalah sebagai berikut :

“Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang

dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan

barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan

dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”.

Sementara dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21

Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Daerah dinyatakan bahwa:

“Kuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai

dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang

berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.”

Kegiatan pengelolaan keuangan daerah terdiri dari :

a. Kegiatan perencanaan

Kegiatan perencanaan dimulai dengan penyusunan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), kemudian

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

6

diturunkan menjadi Rencana Kerja Pemerintah Daerah,

dilanjutkan dengan Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Nota

kesepakatan dan Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Anggaran

(RKA)-SKPD, disusun menjadi Rencana APBD dan setelah disahkan

menjadi APBD.

b. Kegiatan pelaksanaan

Setelah APBD disahkan, kemudian disusun Rancangan Dokumen

Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD, setelah disahkan menjadi

DPA-SKPD. Atas dasar DPA ini Satker Pemerintah Daerah

melakukan kegiatan pelaksanaan pendapatan dan belanja, dan

sampai semester pertama dipertanggungjawabkan dalam Laporan

Realisasi Anggaran semester Pertama.

c. Kegiatan penatausahaan

Selama proses pelaksanaan anggaran, Bendahara Penerimaan

melakukan penatausahaan penerimaan, Bendahara Pengeluaran

melakukan penatausahaan Belanja.

d. Kegiatan pertanggungjawaban

Pada akhir masa pelaksanaan anggaran, Pengguna Anggaran

melakukan kegiatan pertanggungjawaban melalui Laporan

keuangan Pemerintah Daerah, yang terdiri dari Laporan Realisasi

ANggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas, Catatan Atas Laporan

Keuangan (CaLK). Untuk menilai kewajaran laporan keuangan

tersebut, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan

pemeriksaan laporan Keuangan Pemda dengan memberikan opini

Wajar Tanpa Pengecualian, Wajar dengan Pengecualian, Tidak

Memberikan Pendapat dan Pendapat Tidak Wajar.

e. Kegiatan pengawasan

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

7

Kegiatan pengawasan pengelolaan keuangan dilakukan oleh

aparat pengawas internal pemerintah, yang dilakukan oleh

Inspektorat Daerah dengan memberikan pemberian pedoman,

bimbingan, supervisi, pelatihan dan konsultansi.

Sejak mulai dilaksanakannya kebijakan otonomi daerah pada awal

tahun 2000, APBD tidak hanya berperan sebagai dokumen

anggaran dan pelaksanaan, namun sekaligus merupakan alat

politik dan kebijakan publik dalam upaya mewujudkan pelayanan

publik yang optimal serta upaya dalam mendorong pembangunan

ekonomi suatu daerah (DJPK, 2013: 1).

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005, tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah, idealnya, pelaksanan belanja

daerah dilaksanakan dengan pendekatan kinerja yang berorientasi

pada prestasi kerja, dengan memperhatikan keterkaitan antara

pendanaan dengan keluaran dan outcome yang diharapkan dari

kegiatan dan program. Dengan demikian, pendekatan kinerja

sekaligus mencerminkan efisiensi dan efektivitas pelayanan

public. Efisien akan diwujudkan dalam kesesuaian antara input

(termasuk pendanaan) dengan output yang paling optimal yang

bisa dihasilkan. Sedangkan efektivitas akan diwujudkan dengan

kesesuaian antara output dengan ekspekstasi masyarakat

terhadap pemenuhan kualitas dan kuantitas layanan public yang

dihasilkan.

Keuangan daerah pada dasarnya adalah bagian dari sistem

keuangan negara. APBD dapat mempengaruhi perekonomian

daerah baik dari sisi pendapatan maupun belanja. Dari sisi

pendapatan, terdapat pengaruh pajak dan retribusi daerah

terhadap perekonomian daerah. Pajak dan Retribusi daerah yang

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

8

dipungut secara membabi buta dan tidak memperhatikan prinsip-

prinsip pengelolaan pendapatan yang baik, dapat menimbulkan

high cost economy pada tingkat daerah. Sehingga pendapatan asli

daerah yang tinggi tidak selalu berarti positif bagi perekonomian,

karena dapat menimbulkan dis-insentif untuk berusaha dan

mengganggu pertumbuhan daerah dalam jangka menengah dan

jangka panjang.

Di sisi belanja, belanja Pemerintah Daerah juga mempengaruhi

perekonomian daerah, namun pengaruh belanja Pemda tersebut

bisa jadi sangat kecil. Di sebuah daerah, Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Propinsi juga punya belanja yang pasti akan

mempengaruhi perekonomian daerah. Pengaruh belanja

pemerintah (G) terhadap perekonomian daerah harus dilihat

secara komprehensif dengan mendalami belanja ketiga tingkatan

pemerintah (Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota) di daerah. Alokasi

belanja pemerintah yang lebih efisien dipastikan akan mendorong

pertumbuhan ekonomi. Desentralisasi fiskal yang memberikan

keleluasaan kepada Pemda untuk mengalokasikan dananya, pada

dasarnya dapat mendorong peningkatan efisiensi belanja karena

Pemda lebih tahu kebutuhan masyarakatnya dari pada

Pemerintah Pusat.

B. ASAS UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Keuangan daerah agar dapat mencapai tujuan dan sasaran harus

dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,

efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab

dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat

untuk masyarakat. Asas-asas ini ditetapkan dalam PP No. 58 tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Rincian mengenai

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

9

asas-asas ini dijelaskan dalam pasal 4 Permendagri No. 13 tahun

2006 sebagai berikut :

a. Secara tertib adalah bahwa keuangan daerah dikelola

secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan

bukti-bukti administrasi yang dapat

dipertanggungjawabkan.

b. Taat pada peraturan perundang-undangan adalah bahwa

pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada

peraturan perundang-undangan.

c. Efektif merupakan pencapaian hasil program dengan

target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara

membandingkan keluaran dengan hasil.

d. Efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimum

dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan

terendah untuk mencapai keluaran tertentu.

e. Ekonomis merupakan pemerolehan masukan dengan

kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang

terendah.

f. Transparan merupakan prinsip keterbukaan yang

memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan

mendapatkan akses informasi seluas-Iuasnya tentang

keuangan daerah.

g. Bertanggung jawab merupakan perwujudan kewajiban

seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan

dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan

kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

10

h. Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan

pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak dan

kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif.

i. Kepatutan adalah tindakan atau suatu sikap yang

dilakukan dengan wajar dan proporsional.

j. Manfaat untuk masyarakat adalah bahwa keuangan

daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan

masyarakat.

C. HUBUNGAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT

DAN DAERAH

Dalam Konstitusi, Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara

Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.

Selanjutnya dalam UUD 1945 Pasal 18 beserta penjelasannya

menyatakan bahwa daerah Indonesia terbagi dalam daerah yang

bersifat otonom atau bersifat daerah administrasi.

Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan

nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan

pengaturan sumber‐sumber daya nasional yang memberikan

kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah,

untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju

masyarakat madani yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme

(KKN). Penyelenggaraan pemerintahan daerah juga merupakan

subsistem dari pemerintahan negara, sehingga antara keuangan

daerah dengan keuangan negara akan mempunyai hubungan

yang erat dan saling memengaruhi.

Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan

kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab di daerah

secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

11

dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta

perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Sumber

pembiayaan pemerintahan daerah dalam rangka perimbangan

keuangan pemerintah pusat dan daerah dilaksanakan atas dasar

desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.

Setiap penyerahan atau pelimpahan kewenangan dari pemerintah

pusat kepada daerah dalam rangka desentralisasi dan

dekonsentrasi, disertai dengan pengalihan sumber daya manusia

dan sarana serta pengalokasian anggaran yang diperlukan untuk

kelancaran pelaksanaan penyerahan dan pelimpahan

kewenangan tersebut. Sedangkan penugasan dari pemerintah

pusat kepada daerah dalam rangka tugas pembantuan disertai

pengalokasian anggaran.

Dari ketiga jenis pelimpahan wewenang tersebut, hanya

pelimpahan wewenang dalam rangka pelaksanaan desentralisasi

saja yang merupakan sumber keuangan daerah melalui alokasi

dana perimbangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah

daerah. Sedangkan alokasi dana dari pemerintah pusat kepada

pemerintah daerah dalam rangka dekonsentrasi dan tugas

pembantuan tidak merupakan sumber penerimaan APBD,

diadministrasikan dan dipertanggungjawabkan secara terpisah

dari administrasi keuangan dalam pembiayaan pelaksanaan

desentralisasi.

D. PENGELOLA KEUANGAN DAERAH

Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh pemegang

kekuasaan pengelola keuangan daerah. Kepala daerah selaku

kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaan

pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah,

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

12

dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Kepala

daerah perlu menetapkan pejabat‐pejabat tertentu danara

bendahara untuk melaksanakan pengelolaan keuangan daerah.

Para pengelola keuangan daerah tersebut adalah:

1. Pemegang Kekuasann Pengelolan Keuangan Darah

2. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah (Koordinator

PKD)

3. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)

4. Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang (PPA/PB)

5. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)

6. Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat

Daerah (SKPD)

7. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran.

Berikut ini adalah uraian tentang tugas‐tugas para pejabat

pengelola keuangan daerah tersebut.

1. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah

Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah

pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili

pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang

dipisahkan. Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah

mempunyai kewenangan:

a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan anggaran

pendapatanan belanja daerah(APBD);

b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang

daerah;

c. menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna barang;

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

13

d. menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara

pengeluaran;

e. menetapkan pejabat yang bertugas memungut

penerimaan daerah;

f. menetapkan pejabat yang bertugas mengelola utang dan

piutang daerah;

g. menetapkan pejabat yang bertugas mengelola barang

milik daerah;

h. menetapkan pejabat yang bertugas menguji tagihan dan

memerintahkan pembayaran.

Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan

keuangan daerah melimpahkan sebagian atau seluruh

kekuasaannya kepada:

1. Sekretaris Daerah selaku Koordinator Pengelola Keuangan

Daerah (KPKD)

2. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)

selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)

3. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku

pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.

Pelimpahan tersebut ditetapkan dengan keputusan kepala daerah

berdasarkan prinsip pemisahan kewenangan antara yang

memerintahkan, menguji, dan yang menerima atau mengeluarkan

uang, yang merupakan unsur penting dalam sistem pengendalian

intern.

2. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah

Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan

daerah membantu kepala daerah menyusun kebijakan dan

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

14

mengoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah

termasuk pengelolaan keuangan daerah. Sekretaris daerah selaku

koordinator pengelolaan keuangan daerah mempunyai tugas

koordinasi di bidang:

a. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan APBD;

b. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan

barang daerah;

c. penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan

APBD;

d. penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda)

APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD;

e. tugas ‐ tugas pejabat perencana daerah, pejabat

pengelola keuangan daerah, dan pejabat pengawas

keuangan daerah; dan

f. penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.

Selain mempunyai tugas koordinasi, sekretaris daerah mempunyai

tugas:

a. memimpin TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah),

menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD,

b. menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah,

c. memberikan persetujuan pengesahan dokumen

pelaksanaan anggaran (DPA‐SKPD)/dokumen perubahan

pelaksanaan anggaran (DPPA),

d. melaksanakan tugas ‐ tugas koordinasi pengelolaan

keuangan daerah lainnya berdasarkan kuasa yang

dilimpahkan oleh kepala daerah.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

15

Koordinator pengelolaan keuangan daerah bertanggung jawab

atas pelaksanaan tugas-tugas tersebut kepada kepala daerah.

3. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah

Kepala SKPKD selaku PPKD mempunyai tugas:

a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan

keuangan daerah,

b. menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan

APBD,

c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang

telah ditetapkan dengan peraturan daerah,

d. melaksanakan fungsi bendahara umum daerah (BUD),

e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,

f. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang

dilimpahkan oleh kepala daerah.

g. PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD

berwenang:

h. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;

i. mengesahkan DPA‐SKPD/DPPA‐SKPD;

j. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;

k. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem

penerimaan dan pengeluaran kas daerah;

l. memungut pajak daerah;

m. menetapkan Surat Penyediaan Dana (SPD);

n. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian

pinjaman atas nama pemerintah daerah;

o. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan

daerah;

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

16

p. menyajikan informasi keuangan daerah;

q. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta

penghapusan barang milik daerah.

PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di lingkungan satuan kerja

pengelola keuangan daerah selaku kuasa bendahara umum

daerah (Kuasa BUD). PPKD mempertanggungjawabkan

pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui sekretaris

daerah.

Penunjukan kuasa BUD oleh PPKD ditetapkan dengan keputusan

kepala daerah. Kuasa BUD mempunyai tugas:

a. menyiapkan anggaran kas;

b. menyiapkan SPD;

c. menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);

d. menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan

daerah;

e. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran

APBD oleh bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang

ditunjuk;

f. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan

dalam pelaksanaan APBD;

g. menyimpan uang daerah;

h. melaksanakan penempatan uang daerah dan

mengelola/menatausahakan investasi daerah;

i. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat

pengguna anggaran atas beban rekening kas umum

daerah;

j. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama

pemerintah daerah;

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

17

k. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;

l. melakukan penagihan piutang daerah.

Kuasa BUD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada

BUD.

PPKD dapat melimpahkan kepada pejabat lainnya dilingkungan

SKPKD untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut:

a. menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan

APBD;

b. mengendalikan pelaksanaan APBD;

c. memungut pajak daerah;

d. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian

jaminan atas nama pemerintah daerah;

e. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan

daerah;

f. menyajikan informasi keuangan daerah;

g. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta

penghapusan barang milik daerah.

4. Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang

Kepala SKPD selaku Pejabat Pengguna Anggaran /Pengguna

Barang (PPA/PB) mempunyai tugas:

a. menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA‐

SKPD);

b. menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA‐

SKPD);

c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran

atas beban anggaran belanja;

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

18

d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;

e. menguji tagihan dan memerintahkan pembayaran;

f. memungut penerimaan bukan pajak;

g. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak

lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan;

h. menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM);

i. mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung

jawab SKPD yang dipimpinnya;

j. mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang

menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;

k. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD

yang dipimpinnya;

l. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang

dipimpinnya;

m. melaksanakan tugas ‐ tugas pengguna

anggaran/pengguna barang lainnya berdasarkan kuasa

yang dilimpahkan oleh kepala daerah.

n. Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang

bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada

kepala daerah melalui sekretaris daerah.

PPA/PB dalam melaksanakan tugas-tugasnya dapat melimpahkan

sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja SKPD selaku

KPA/KPB (Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang).

Pelimpahan sebagian kewenangan tersebut berdasarkan

pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah

uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau

rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya. Pelimpahan

sebagian kewenangan tersebut ditetapkan oleh kepala daerah

atas usul kepala SKPD.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

19

Pelimpahan sebagian kewenangan tersebut meliputi:

a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran

atas beban anggaran belanja;

b. melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;

c. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan

pembayaran;

d. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak

lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan;

e. menandatangani SPM‐LS dan SPM‐TU;

f. mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang

dipimpinnya;

g. melaksanakan tugas‐tugas kuasa pengguna anggaran

lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh pejabat

pengguna anggaran.

Kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang

mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas‐tugasnya kepada

pengguna anggaran/pengguna barang.

Dalam rangka pengadaan barang/jasa, Pengguna Anggaran

bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen sesuai peraturan

perundang ‐ undangan di bidang pengadaan barang/jasa

pemerintah. Dalam pengadaan barang/jasa, Kuasa Pengguna

Anggaran sekaligus bertindak sebagai Pejabat Pembuat

Komitmen.

5. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD

PPA/PB dan KPA/KPB dalam melaksanakan program dan kegiatan

menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku Pejabat Pelaksana

Teknis Kegiatan (PPTK). Penunjukan pejabat tersebut berdasarkan

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

20

pertimbangan kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban

kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif

lainnya.

PPTK bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada

pengguna anggaran/pengguna barang atau kuasa pengguna

anggaran/kuasa pengguna barang yang telah menunjuknya.

Tugas-tugas tersebut adalah:

a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;

b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan;

c. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran

pelaksanaan kegiatan, yang mencakup dokumen

administrasi kegiatan maupun dokumen administrasi yang

terkait dengan persyaratan pembayaran yang ditetapkan

sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

6. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD

Kepala SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata

usaha keuangan pada SKPD sebagai Pejabat Penatausaha

Keuangan SKPD (PPK‐SKPD) yang mempunyai tugas:

a. meneliti kelengkapan Surat Permintaan Pembayaran

Langsung (SPP‐LS) pengadaan barang dan jasa yang

disampaikan oleh bendahara pengeluaran dan diketahui/

disetujui oleh PPTK;

b. meneliti kelengkapan Surat Permintaan Pembayaran

Uang Persediaan (SPP ‐ UP), Surat Permintaan

Pembayaran Ganti Uang Persediaan (SPP‐GU), Surat

Permintaan Pembayaran Tambah Uang Persediaan (SPP‐

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

21

TU) dan SPP ‐ LS gaji dan tunjangan PNS, serta

penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan

ketentuan perundang‐undangan yang diajukan oleh

bendahara pengeluaran;

c. melakukan verifikasi SPP;

d. menyiapkan SPM;

e. melakukan verifikasi harian atas penerimaan;

f. melaksanakan akuntansi SKPD;

g. menyiapkan laporan keuangan SKPD.

h. PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang

bertugas melakukan pemungutan penerimaan

negara/daerah, bendahara, dan/atau PPTK.

7. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran

Kepala daerah atas usul PPKD menetapkan bendahara

penerimaan dan bendahara pengeluaran untuk melaksanakan

tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada

SKPD. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran

tersebut adalah pejabat fungsional. Bendahara penerimaan dan

bendahara pengeluaran baik secara langsung maupun tidak

langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan

pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai

penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan, serta membuka

rekening/giro pos atau menyimpan uang pada suatu bank atau

lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi.

Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dalam

melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh bendahara

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

22

penerimaan pembantu dan/atau bendahara pengeluaran

pembantu.

Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara

fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada

PPKD selaku BUD.

E. LATIHAN SOAL

1. Bendahara Umum Daerah berwenang antara lain :

a. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan

b. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak

c. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan

daerah

d. menggunakan barang milik daerah

2. Semua hak di bawah ini adalah hak yang dilakukan dalam

rangka keuangan daerah kecuali:

a. hak menarik pajak daerah

b. hak untuk mengadakan pinjaman daerah

c. hak untuk memperoleh dana perimbangan dari pusat

d. hak untuk memperoleh bagian laba dari perusahaan

daerah

3. Pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan daerah

adalah

a. Gubernur/Bupati/Walikota

b. Sekretaris Daerah

c. Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah

d. Kepala Satuan Kerja Pemerintah Daerah

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

23

4. Persyaratan dan pembinaan karier bendahara diatur oleh

a. Pengguna Anggaran/Pengguna Barang

b. Bendahara Umum Daerah

c. Kepala Daerah

d. Bendahara Umum Negara

5. Pengguna Anggaran/Pengguna Barang berwenang antara lain:

a. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran

b. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran

c. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah

d. melaksanakan pemungutan pajak daerah

---000--

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

24

III PENYUSUNAN APBD

Indikator Keberhasilan

Setelah memelajari bab ini, peserta diklat diharap mampu

menjelaskan pengertian dan struktur APBD, siklus APBD, dan

penyusunan Rencana APBD dalam rangka membantu pelaksanaan

tugasnya.

Dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan

terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan

pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber

penerimaan yang cukup kepada daerah. Semua sumber keuangan

yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan

kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah. Di dalam

Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

ditegaskan bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan negara

adalah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan dan

kekuasaan pengelolaan keuangan negara dari presiden sebagian

diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala

pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah dan

mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah

yang dipisahkan.

Implikasi ketentuan ini gubernur/bupati/walikota bertanggung-

jawab atas pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian dari

kekuasaan pemerintahan daerah. Dalam melaksanakan

kekuasaannya, sesuai pasal 156 Undang-Undang Nomor 32 tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 32

tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka kepala daerah

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

25

melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya yang berupa

perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan

pertanggungjawaban, serta pengawasan keuangan daerah kepada

para pejabat perangkat daerah. Pelimpahan sebagian atau

seluruh kekuasaan tersebut didasarkan pada prinsip pemisahan

kewenangan antara yang memerintahkan, menguji, dan yang

menerima/mengeluarkan uang. Penyelenggaraan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di atas sesuai

pasal 155 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah didanai dari dan atas beban anggaran

pendapatan dan belanja daerah. Semua penerimaan daerah dan

pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan urusan

pemerintahan daerah dikelola dalam APBD.

APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem

anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau

output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan.

Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan

perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat tercapai untuk

setiap sumber pendapatan. Pendapatan dapat direalisasikan

melebihi jumlah anggaran yang telah ditetapkan. Berkaitan

dengan belanja, jumlah belanja yang dianggarkan merupakan

batas tertinggi untuk setiap jenis belanja. Jadi, realisasi belanja

tidak boleh melebihi jumlah anggaran belanja yang telah

ditetapkan. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan

adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang

cukup. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat

pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak

cukup tersedia anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

26

A. PENGERTIAN DAN STRUKTUR APBD

APBD mempunyai pengertian sebagai berikut :

1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya

disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan

pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah. (Pasal 1 UU No. 17 tahun 2003

tentang Keuangan Negara).

2. Anggaran pendapatan dan belanja daerah, selanjutnya

disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan

pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan

daerah. (Pasal 1 UU No. 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah)

3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya

disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan

pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama

oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan

dengan peraturan daerah (Pasal 1 PP No. 58 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah).

Sedangkan struktur APBD sesuai dengan Pasal 20 PP No. 58 tahun

2005 menjelaskan struktur APBD yang merupakan satu kesatuan

yang terdiri dari:

1. pendapatan daerah.

2. belanja daerah.

3. pembiayaan daerah.

Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui

Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana

lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

27

yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah. Pendapatan daerah

terdiri atas:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD).

b. Dana Perimbangan.

c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.

Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas

Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang

merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang

tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah.

Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi,

program dan kegiatan, serta jenis belanja. Klasifikasi belanja

menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi

pemerintahan daerah.

Klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari:

a) Klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan.

b) Klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan

diklasifikasikan menurut kewenangan pemerintahan provinsi

dan kabupaten/kota;

c) Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan

keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara

terdiri dari:

1. pelayanan umum;

2. ketertiban dan keamanan;

3. ekonomi;

4. lingkungan hidup;

5. perumahan dan fasilitas umum;

6. kesehatan;

7. pariwisata dan budaya;

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

28

8. agama;

9. pendidikan; serta

10. perlindungan sosial.

d) Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan

dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah. Klasifikasi belanja menurut jenis belanja terdiri dari:

1. belanja pegawai;

2. belanja barang dan jasa;

3. belanja modal;

4. bunga;

5. subsidi;

6. hibah;

7. bantuan sosial;

8. belanja bagi hasil dan bantuan keuangan; dan

9. belanja tidak terduga.

Pembiayaan daerah semua penerimaan yang perlu dibayar

kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik

pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-

tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah terdiri dari

penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.

Penerimaan pembiayaan mencakup:

a) SiLPA tahun anggaran sebelumnya;

b) pencairan dana cadangan;

c) hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;

d) penerimaan pinjaman; dan

e) penerimaan kembali pemberian pinjaman.

Pengeluaran pembiayaan mencakup:

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

29

a) pembentukan dana cadangan;

b) penyertaan modal pemerintah daerah;

c) pembayaran pokok utang; dan

d) pemberian pinjaman.

Pembiayaan neto merupakan selisih lebih penerimaan

pembiayaan terhadap pengeluaran pembiayaan. Jumlah

pembiayaan neto harus dapat menutup deficit anggaran.

B. SIKLUS APBD

APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam

masa satu tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari

sampai dengan tanggal 31 Desember. APBD disusun sesuai

dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan

kemampuan pendapatan daerah. Dalam pelaksanaan tugas-tugas

pemerintahan, pemerintah melaksanakan kegiatan keuangan

dalam siklus pengelolaan anggaran yang secara garis besar terdiri

dari:

1. Penyusunan dan Penetapan APBD;

2. Pelaksanaan dan Penatausahaan APBD;

3. Pelaporan dan Pertanggungjawaban APBD.

Penyusunan APBD berpedoman kepada rencana kerja pemerintah

daerah dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat

untuk tercapainya tujuan bernegara. APBD, perubahan APBD, dan

pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan

dengan peraturan daerah. Dalam menyusun APBD, penganggaran

pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian

tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Pendapatan,

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

30

belanja dan pembiayaan daerah yang dianggarkan dalam APBD

harus berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang‐

undangan dan dianggarkan secara bruto dalam APBD.

C. PENYUSUNAN RANCANGAN APBD (RAPBD)

Pemerintah daerah perlu menyusun APBD untuk menjamin

kecukupan dana dalam menyelenggarakan urusan

pemerintahannya. Karena itu, perlu diperhatikan kesesuaian

antara kewenangan pemerintahan dan sumber pendanaannya.

Pengaturan kesesuaian kewenangan dengan pendanaannya

adalah sebagai berikut:

1. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah didanai dari dan atas beban APBD.

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan pemerintah pusat di daerah didanai dari dan

atas beban APBN.

3. Penyelenggaraan urusan pemerintahan provinsi yang

penugasannya dilimpahkan kepada kabupaten/kota

dan/atau desa, didanai dari dan atas beban APBD

provinsi.

4. Penyelenggaraan urusan pemerintahan kabupaten/kota

yang penugasannya dilimpahkan kepada desa, didanai

dari dan atas beban APBD kabupaten/kota.

Seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah baik

dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa pada tahun anggaran

yang berkenaan harus dianggarkan dalam APBD. Penganggaran

penerimaan dan pengeluaran APBD harus memiliki dasar hukum

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

31

penganggaran. Anggaran belanja daerah diprioritaskan untuk

melaksanakan kewajiban pemerintah daerah sebagaimana

ditetapkan dalam peraturan perundang‐undangan.

1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Penyusunan APBD berpedoman pada rencana kerja pemerintah

daerah. Karena itu kegiatan pertama dalam penyusunan APBD

adalah penyusunan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD).

Pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan penjabaran

dari rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD),

dengan menggunakan bahan dari rencana kerja SKPD untuk

jangka waktu satu tahun yang mengacu kepada rencana kerja

pemerintah pusat.

RKPD tersebut memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,

prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang

terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh

pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun yang mendorong

partisipasi masyarakat. Secara khusus, kewajiban daerah

mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan minimal

yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang‐undangan.

RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara

perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.

Penyusunan RKPD diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei

sebelum tahun anggaran berkenaan. RKPD ditetapkan dengan

peraturan kepala daerah.

2. Kebijakan Umum APBD, Prioritas dan Plafon Anggaran

Sementara

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

32

Setelah rencana kerja pemerintah daerah ditetapkan, pemerintah

daerah perlu menyusun kebijakan umum APBD (KUA) serta

prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS) yang menjadi

acuan bagi satuan kerja perangkat daerah (SKPD), dalam

menyusun rencana kerja dan anggaran (RKA) SKPD.

Kepala daerah menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS

berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD yang

ditetapkan menteri dalam negeri setiap tahun. Pedoman

penyusunan APBD yang ditetapkan menteri dalam negeri tersebut

memuat antara lain:

a. pokok‐ pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi

kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah;

b. prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran

berkenaan;

c. teknis penyusunan APBD;

d. hal‐hal khusus lainnya.

Rancangan KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur

dari program‐program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah

daerah, untuk setiap urusan pemerintahan daerah yang disertai

dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah,

sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai dengan

asumsi yang mendasarinya. Program‐ program diselaraskan

dengan prioritas pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah

pusat. Sedangkan asumsi yang mendasari adalah pertimbangan

atas perkembangan ekonomi makro dan perubahan pokok‐

pokok kebijakan fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Dalam menyusun rancangan KUA, kepala daerah dibantu oleh tim

anggaran pemerintah daerah (TAPD) yang dipimpin oleh

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

33

sekretaris daerah. Rancangan KUA yang telah disusun,

disampaikan oleh sekretaris daerah selaku koordinator pengelola

keuangan daerah kepada kepala daerah, paling lambat pada awal

bulan Juni.

Rancangan KUA dan rancangan PPAS disampaikan kepala daerah

kepada DPRD paling lambat pertengahan bulan Juni tahun

anggaran berjalan, untuk dibahas dalam pembicaraan

pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.

Rancangan PPAS tersebut disusun dengan tahapan sebagai

berikut:

a. menentukan skala prioritas pembangunan daerah;

b. menentukan urutan program untuk masing‐masing

urusan yang disinkronisasikan dengan prioritas dan

program nasional yang tercantum dalam Rencana Kerja

Pemerintah setiap tahun;

c. menyusun plafon anggaran sementara untuk masing‐

masing program/kegiatan.

d. Kepala daerah menyampaikan rancangan PPAS yang telah

disusun kepada DPRD untuk dibahas paling lambat

minggu kedua bulan Juli tahun anggaran berjalan.

Pembahasan dilakukan oleh TAPD bersama panitia

anggaran DPRD. Rancangan PPAS yang telah dibahas

selanjutnya disepakati menjadi PPA paling lambat akhir

bulan Juli tahun anggaran berjalan.

e. KUA serta PPA yang telah disepakati, masing‐masing

dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang

ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan

pimpinan DPRD. Dalam hal kepala daerah berhalangan,

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

34

yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat yang diberi

wewenang untuk menandatangani nota kesepakatan KUA

dan PPA. Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap,

penandatanganan nota kesepakatan KUA dan PPA

dilakukan oleh penjabat yang ditunjuk oleh pejabat yang

berwenang.

3. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD

Berdasarkan nota kesepakatan yang berisi KUA dan PPAS, TAPD

menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah tentang

pedoman penyusunan RKA SKPD sebagai acuan kepala SKPD

dalam menyusun RKA‐SKPD. Rancangan surat edaran kepala

daerah tentang pedoman penyusunan RKA‐ SKPD mencakup:

a. PPA yang dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut

rencana pendapatan dan pembiayaan;

b. sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD dengan

kinerja SKPD berkenaan sesuai dengan standar pelayanan

minimal yang ditetapkan;

c. batas waktu penyampaian RKA‐SKPD kepada PPKD;

d. hal‐hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari

SKPD terkait dengan prinsip ‐ prinsip peningkatan

efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas

penyusunan anggaran dalam rangka pencapaian prestasi

kerja;

e. dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode

rekening APBD, format RKA‐ SKPD, analisis standar

belanja dan standar satuan harga.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

35

Surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan RKA-

SKPD diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus tahun

anggaran berjalan. Berdasarkan pedoman tersebut, kepala SKPD

menyusun RKA‐SKPD.

RKA‐SKPD disusun melalui pendekatan kerangka pengeluaran

jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan

penganggaran berdasarkan prestasi kerja. Pendekatan kerangka

pengeluaran jangka menengah daerah dilaksanakan dengan

menyusun prakiraan maju.

Prakiraan maju tersebut berisi perkiraan kebutuhan anggaran

untuk program dan kegiatan yang direncanakan dalam tahun

anggaran berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan.

Pendekatan penganggaran terpadu dilakukan dengan

memadukan seluruh proses perencanaan dan penganggaran

pendapatan, belanja, dan pembiayaan di lingkungan SKPD untuk

menghasilkan dokumen rencana kerja dan anggaran.

Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja dilakukan

dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan

keluaran yang diharapkan dari kegiatan dan hasil, serta manfaat

yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan

keluaran tersebut.

Untuk terlaksananya penyusunan RKA ‐ SKPD berdasarkan

pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah,

penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi

kerja, dan terciptanya kesinambungan RKA‐SKPD, kepala SKPD

mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan dua tahun

anggaran sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

36

anggaran berjalan. Evaluasi tersebut bertujuan menilai program

dan kegiatan yang belum dapat dilaksanakan dan/atau belum

diselesaikan tahun‐ tahun sebelumnya, untuk dilaksanakan

dan/atau diselesaikan pada tahun yang direncanakan atau satu

tahun berikutnya dari tahun yang direncanakan. Dalam hal suatu

program dan kegiatan merupakan tahun terakhir untuk

pencapaian prestasi kerja yang ditetapkan, kebutuhan dananya

harus dianggarkan pada tahun yang direncanakan.

Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja memperhatikan

berikut:

a. Indikator Kinerja: Indikator kinerja adalah ukuran

keberhasilan yang akan dicapai dari program dan kegiatan

yang direncanakan.

b. Capaian atau Target Kinerja: Capaian kinerja merupakan

ukuran prestasi kerja yang akan dicapai yang berwujud

kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan

dari setiap program dan kegiatan.

c. Analisis Standar Belanja: Analisis standar belanja

merupakan penilaian kewajaran atas beban kerja dan

biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu

kegiatan.

d. Standar Satuan Harga: Standar satuan harga merupakan

harga satuan setiap unit barang/jasa yang berlaku disuatu

daerah yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.

e. Standar Pelayanan Minimal: Standar pelayanan minimal

merupakan tolok ukur kinerja dalam menentukan capaian

jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan

wajib daerah.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

37

RKA‐SKPD memuat rencana pendapatan, rencana belanja untuk

masing-masing program dan kegiatan, serta rencana pembiayaan

untuk tahun yang direncanakan dirinci sampai dengan rincian

objek pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta prakiraan maju

untuk tahun berikutnya. RKA‐ SKPD juga memuat informasi

tentang urusan pemerintah daerah, organisasi, standar biaya,

prestasi kerja yang akan dicapai dari program dan kegiatan.

RKA‐SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada

PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh TAPD.

Sementara itu, pada SKPKD disusun RKA-SKPD dan RKA-PPKD.

RKA-SKPD memuat program/kegiatan sebagaimana SKPD yang

lain, sedangkan RKA PPKD digunakan untuk menampung:

a. pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan

pendapatan hibah;

b. belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja

bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan

keuangan dan belanja tidak terduga;

c. penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan

daerah.

4. Penyiapan Raperda APBD

Selanjutnya, berdasarkan RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD

dilakukan pembahasan penyusunan Raperda oleh TAPD.

Pembahasan oleh TAPD dilakukan untuk menelaah kesesuaian

antara RKA-SKPD dengan KUA, PPA, prakiraan maju yang telah

disetujui tahun anggaran sebelumnya, dan dokumen perencanaan

lainnya, serta capaian kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran

kegiatan, standar analisis belanja, standar satuan harga, standar

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

38

pelayanan minimal, serta sinkronisasi program dan kegiatan antar

SKPD.

Dalam hal hasil pembahasan RKA-SKPD terdapat ketidaksesuaian,

kepala SKPD melakukan penyempurnaan. RKA‐SKPD yang telah

disempurnakan oleh kepala SKPD disampaikan kepada PPKD

sebagai bahan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang

APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang

penjabaran APBD.

Rancangan peraturan daerah tentang APBD dilengkapi dengan

lampiran yang terdiri dari:

a. ringkasan APBD;

b. ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah

dan organisasi;

c. rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah,

organisasi, pendapatan, belanja dan pembiayaan;

d. rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan

daerah, organisasi, program dan kegiatan;

e. rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan

keterpaduan urusan pemerintahan daerah dan fungsi

dalam kerangka pengelolaan keuangan negara;

f. daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;

g. daftar piutang daerah;

h. daftar penyertaan modal (investasi) daerah;

i. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset

tetap daerah;

j. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset

lain‐lain;

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

39

k. daftar kegiatan‐kegiatan tahun anggaran sebelumnya

yang belum diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam

tahun anggaran ini;

l. daftar dana cadangan daerah;

m. daftar pinjaman daerah.

Bersamaan dengan penyusunan rancangan perda APBD, disusun

rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.

Rancangan peraturan kepala daerah tersebut dilengkapi dengan

lampiran yang terdiri dari:

a. ringkasan penjabaran APBD;

b. penjabaran APBD menurut urusan pemerintahan daerah,

organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, objek,

rincian objek pendapatan, belanja dan pembiayaan.

Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD

wajib memuat penjelasan sebagai berikut:

a. untuk pendapatan mencakup dasar hukum;

b. untuk belanja mencakup lokasi kegiatan dan belanja yang

bersifat khusus dan/atau sudah diarahkan

penggunaannya, sumber pendanaannya dicantumkan

dalam kolom penjelasan;

c. untuk pembiayaan mencakup dasar hukum dan sumber

penerimaan pembiayaan untuk kelompok penerimaan

pembiayaan dan tujuan pengeluaran pembiayaan untuk

kelompok pengeluaran pembiayaan.

Rancangan peraturan daerah tentang APBD yang telah disusun

oleh PPKD disampaikan kepada kepala daerah. Selanjutnya

rancangan peraturan daerah tentang APBD sebelum disampaikan

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

40

kepada DPRD disosialisasikan kepada masyarakat. Sosialisasi

rancangan peraturan daerah tentang APBD tersebut bersifat

memberikan informasi mengenai hak dan kewajiban pemerintah

daerah serta masyarakat dalam pelaksanaan APBD tahun

anggaran yang direncanakan.

Penyebarluasan rancangan peraturan daerah tentang APBD

dilaksanakan oleh sekretaris daerah selaku koordinator

pengelolaan keuangan daerah.

5. Penyampaian dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah

tentang APBD

Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah

tentang APBD beserta lampirannya kepada DPRD paling lambat

pada minggu pertama bulan Oktober tahun anggaran

sebelumnya, dari tahun yang direncanakan untuk mendapatkan

persetujuan bersama. Pengambilan keputusan bersama DPRD dan

kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah tentang

APBD dilakukan paling lama satu bulan sebelum tahun anggaran

yang bersangkutan dilaksanakan.

Penyampaian rancangan peraturan daerah tersebut disertai

dengan nota keuangan. Penetapan agenda pembahasan

rancangan peraturan daerah tentang APBD untuk mendapatkan

persetujuan bersama, disesuaikan dengan tata tertib DPRD

masing‐masing daerah. Pembahasan rancangan peraturan

daerah tersebut berpedoman pada KUA, serta PPA yang telah

disepakati bersama antara pemerintah daerah dan DPRD. Dalam

hal DPRD memerlukan tambahan penjelasan terkait dengan

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

41

pembahasan program dan kegiatan tertentu, dapat meminta

RKA‐SKPD berkenaan kepada kepala daerah.

Apabila DPRD sampai batas waktu 1 bulan sebelum tahun

anggaran berkenaan, tidak menetapkan persetujuan bersama

dengan kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah

tentang APBD, maka kepala daerah melaksanakan pengeluaran

setinggi ‐ tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran

sebelumnya. Pengeluaran tersebut diprioritaskan untuk belanja

yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib. Belanja

yang bersifat mengikat merupakan belanja yang dibutuhkan

secara terus menerus dan harus dialokasikan oleh pemerintah

daerah dengan jumlah yang cukup untuk keperluan dalam tahun

anggaran yang bersangkutan, seperti belanja pegawai, belanja

barang dan jasa. Sedangkan belanja yang bersifat wajib adalah

belanja untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pendanaan

pelayanan dasar masyarakat antara lain pendidikan dan

kesehatan dan/atau melaksanakan kewajiban kepada pihak

ketiga. Atas dasar persetujuan bersama, kepala daerah

menyiapkan rancangan peraturan kepala daerah tentang

penjabaran APBD.

Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD

tersebut dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari:

a. ringkasan APBD;

b. ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah

dan organisasi;

c. rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah,

organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, objek,

rincian objek pendapatan, belanja dan pembiayaan;

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

42

d. rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan

daerah, organisasi, program dan kegiatan;

e. rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan

keterpaduan urusan pemerintahan daerah dan fungsi

pengelolaan keuangan negara;

f. daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;

g. daftar piutang daerah;

h. daftar penyertaan modal (investasi) daerah;

i. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset

tetap daerah;

j. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-

lain;

k. daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran yang belum

diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun

anggaran ini;

l. daftar dana cadangan daerah;

m. daftar pinjaman daerah.

Dalam hal kepala daerah dan/atau pimpinan DPRD berhalangan

tetap, maka pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat

yang berwenang selaku penjabat/pelaksana tugas kepala daerah

dan/atau selaku pimpinan sementara DPRD yang menandatangani

persetujuan bersama.

Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD dapat

dilaksanakan setelah memperoleh pengesahan dari mendagri bagi

provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota. Sedangkan

pengesahan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD

ditetapkan dengan keputusan mendagri bagi provinsi dan

keputusan gubernur bagi kabupaten/kota.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

43

Penyampaian rancangan peraturan kepala daerah untuk

memperoleh pengesahan paling lama 15 hari kerja terhitung sejak

DPRD tidak menetapkan keputusan bersama dengan kepala

daerah terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD.

Apabila dalam batas waktu 30 hari kerja Mendagri/gubernur tidak

mengesahkan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD,

kepala daerah menetapkan rancangan peraturan kepala daerah

dimaksud menjadi peraturan kepala daerah.

Khusus untuk pengeluaran, diatur bahwa pelampauan batas

tertinggi dari jumlah pengeluaran, hanya diperkenankan apabila

ada kebijakan pemerintah untuk kenaikan gaji dan tunjangan PNS

serta penyediaan dana pendamping atas program dan kegiatan

yang ditetapkan oleh pemerintah serta bagi hasil pajak daerah

dan retribusi daerah yang ditetapkan dalam undang‐undang.

6. Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan

Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD

Rancangan peraturan daerah provinsi tentang APBD yang telah

disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan gubernur

tentang penjabaran APBD, sebelum ditetapkan oleh gubernur

paling lama tiga hari kerja disampaikan terlebih dahulu kepada

menteri dalam negeri untuk dievaluasi.

Penyampaian rancangan disertai dengan:

a. persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan

DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang

APBD;

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

44

b. KUA dan PPA yang disepakati antara kepala daerah dan

pimpinan DPRD;

c. risalah sidang jalannya pembahasan terhadap rancangan

peraturan daerah tentang APBD;

d. nota keuangan dan pidato kepala daerah perihal

penyampaian pengantar nota keuangan pada sidang

DPRD.

Evaluasi bertujuan untuk tercapainya keserasian antara kebijakan

daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan

publik dan kepentingan aparatur serta untuk meneliti sejauh

mana APBD provinsi tidak bertentangan dengan kepentingan

umum, peraturan yang lebih tinggi dan/atau peraturan daerah

lainnya yang ditetapkan oleh provinsi bersangkutan. Untuk

efektivitas pelaksanaan evaluasi, menteri dalam negeri dapat

mengundang pejabat pemerintah daerah provinsi yang terkait.

Hasil evaluasi dituangkan dalam keputusan menteri dalam negeri

dan disampaikan kepada gubernur paling lama 15 hari kerja

terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud. Apabila menteri

dalam negeri menyatakan hasil evaluasi atas rancangan peraturan

daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang

penjabaran APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan

peraturan perundang‐undangan yang lebih tinggi, gubernur

menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan daerah dan

peraturan gubernur.

Dalam hal mendagri menyatakan bahwa hasil evaluasi rancangan

peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan

gubernur tentang penjabaran APBD bertentangan dengan

kepentingan umum dan peraturan perundang‐undangan yang

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

45

lebih tinggi, gubernur bersama DPRD menyempurnakan paling

lama tujuh hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.

Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubernur dan

DPRD, dan gubernur tetap menetapkan rancangan peraturan

daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang

penjabaran APBD menjadi peraturan daerah dan peraturan

gubernur, menteri dalam negeri membatalkan peraturan daerah

dan peraturan gubernur dimaksud sekaligus menyatakan

berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya.

Pembatalan peraturan daerah dan peraturan gubernur serta

pernyataan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya ditetapkan

dengan peraturan menteri dalam negeri.

Sementara itu, rancangan peraturan daerah kabupaten/kota

tentang APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan

peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD sebelum

ditetapkan oleh bupati/walikota, paling lama tiga hari kerja

disampaikan kepada gubernur untuk dievaluasi. Pelaksanaan dan

ketentuan evaluasi adalah sebagaimana halnya evaluasi oleh

menteri dalam negeri untuk rancangan APBD provinsi.

Pembatalan peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota dan

pernyataan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya ditetapkan

dengan peraturan gubernur. Paling lama tujuh hari kerja setelah

pembatalan, kepala daerah harus memberhentikan pelaksanaan

peraturan daerah dan selanjutnya DPRD bersama kepala daerah

mencabut peraturan daerah dimaksud. Pencabutan peraturan

daerah tersebut dilakukan dengan peraturan daerah tentang

pencabutan peraturan daerah tentang APBD.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

46

Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APBD tahun sebelumnya,

ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Penyempurnaan

hasil evaluasi dilakukan kepala daerah bersama dengan panitia

anggaran DPRD. Hasil penyempurnaan ditetapkan oleh pimpinan

DPRD. Keputusan pimpinan DPRD dijadikan dasar penetapan

peraturan daerah tentang APBD.

Keputusan pimpinan DPRD bersifat final dan dilaporkan pada

sidang paripurna berikutnya. Sidang paripurna berikutnya yakni

setelah sidang paripurna pengambilan keputusan bersama

terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD.

Keputusan pimpinan DPRD disampaikan kepada menteri dalam

negeri bagi APBD provinsi dan kepada gubernur bagi APBD

kabupaten/kota paling lama tiga hari kerja setelah keputusan

tersebut ditetapkan. Dalam hal pimpinan DPRD berhalangan

tetap, maka pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat

yang berwenang selaku pimpinan sementara DPRD yang

menandatangani keputusan pimpinan DPRD.

Gubernur menyampaikan hasil evaluasi yang dilakukan atas

rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang APBD dan

rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD

kepada menteri dalam negeri.

7. Penetapan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan

kepala daerah tentang penjabaran APBD

Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan

peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD yang telah

dievaluasi ditetapkan oleh kepala daerah menjadi peraturan

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

47

daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang

penjabaran APBD. Penetapan rancangan peraturan daerah

tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran

APBD tersebut dilakukan paling lambat tanggal 31 Desember

tahun anggaran sebelumnya.

Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, maka pejabat yang

ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku

penjabat/pelaksana tugas kepala daerah yang menetapkan

peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah

tentang penjabaran APBD.

Kepala daerah menyampaikan peraturan daerah tentang APBD

dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD kepada

mendagri bagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota paling

lama tujuh hari kerja setelah ditetapkan.

8. Perubahan APBD

Penyesuaian APBD sesuai dengan perkembangan dan/atau

perubahan keadaan, dibahas bersama DPRD dengan pemerintah

daerah dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan APBD

tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi:

a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;

b. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran

anggaran antara unit organisasi, antara kegiatan, dan

antara jenis belanja;

c. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran Iebih tahun

sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan;

d. keadaan darurat;

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

48

e. keadaan luar biasa.

Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan

pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya

diusulkan dalam rancangan perubahan APBD, dan/atau

disampaikan dalam laporan realisasi anggaran. Keadaan darurat

tersebut sekurang-kurangnya memenuhi kriteria berikut ini:

a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas

pemerintah daerah dan tidak dapat diprediksi

sebelumnya;

b. tidak diharapkan terjadi secara berulang;

c. berada di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah;

d. memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran

dalam rangka pemulihan yang disebabkan oleh keadaan

darurat.

Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya

dapat menggunakan belanja tidak terduga. Dalam hal belanja

tidak terduga tidak mencukupi dapat dilakukan dengan cara:

menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target

kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran

berjalan; dan/atau memanfaatkan uang kas yang tersedia.

Selain itu, pemerintah daerah juga dapat melakukan pengeluaran

yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan

dalam rancangan perubahan APBD bagi belanja untuk keperluan

mendesak yang kriterianya ditetapkan dalam peraturan daerah

tentang APBD.

Perubahan APBD hanya dapat dilakukan satu kali dalam satu

tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa. Keadaan luar

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

49

biasa tersebut adalah keadaan yang menyebabkan estimasi

penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBD mengalami

kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50%.

Pelaksanaan pengeluaran atas pendanaan keadaan darurat

dan/atau keadaan luar biasa ditetapkan dengan peraturan kepala

daerah. Realisasi pengeluaran atas pendanaan keadaan darurat

dan/atau keadaan luar biasa tersebut dicantumkan dalam

rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban

pelaksanaan APBD.

Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah

tentang perubahan APBD tahun anggaran yang bersangkutan

untuk mendapatkan persetujuan DPRD sebelum tahun anggaran

yang bersangkutan berakhir. Persetujuan DPRD terhadap

rancangan peraturan daerah tersebut selambat‐lambatnya tiga

bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran.

Proses evaluasi dan penetapan rancangan peraturan daerah

tentang perubahan APBD dan rancangan peraturan kepala daerah

tentang penjabaran perubahan APBD menjadi peraturan daerah

dan peraturan kepala daerah berlaku ketentuan seperti halnya

evaluasi dan penetapan rancangan APBD. Apabila hasil evaluasi

tersebut tidak ditindaklanjuti oleh kepala daerah dan DPRD, dan

kepala daerah tetap menetapkan rancangan peraturan daerah

tentang perubahan APBD dan rancangan peraturan kepala daerah

tentang penjabaran perubahan APBD, peraturan daerah dan

peraturan kepala daerah dimaksud dibatalkan dan sekaligus

menyatakan berlakunya pagu APBD tahun berjalan termasuk

untuk pendanaan keadaan darurat.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

50

Pembatalan peraturan daerah tentang perubahan APBD provinsi

dan peraturan gubernur tentang penjabaran perubahan APBD

dilakukan oleh menteri dalam negeri. Pembatalan peraturan

daerah tentang perubahan APBD kabupaten/kota dan peraturan

bupati/walikota tentang penjabaran perubahan APBD dilakukan

oleh gubernur.

Paling lama tujuh hari setelah keputusan tentang pembatalan,

kepala daerah wajib memberhentikan pelaksanaan peraturan

daerah tentang perubahan APBD dan selanjutnya kepala daerah

bersama DPRD mencabut peraturan daerah dimaksud.

Pencabutan peraturan daerah tersebut dilakukan dengan

peraturan daerah tentang pencabutan peraturan daerah tentang

perubahan APBD.

D. LATIHAN SOAL

1. Setelah RKPD ditetapkan, pemerintah daerah menyusun acuan

bagi SKPD dalam menyusun RKA SKPD. Acuan tersebut

adalah….

a. RPJMD

b. KUA dan PPAS

c. DPA‐SKPD

d. RKPD

2. Jumlah pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah

dianggarkan dalam APBD secara ….

a. Insidentil

b. periodik

c. bruto

d. neto

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

51

3. Penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang

digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan disebut ….

a. indikator kinerja

b. standar pelayanan minimal

c. standar satuan harga

d. analisis standar belanja

4. RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada

PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh …

a. Tim Anggaran Pemerintah Daerah

b. Sekretaris Daerah

c. Panitia Anggaran DPRD

d. Kepala Daerah

5. Pembatalan peraturan daerah tentang perubahan APBD

provinsi dan peraturan gubernur tentang penjabaran

perubahan APBD dilakukan oleh ….

a. DPRD Provinsi

b. Dirjen Otonomi Daerah

c. Menteri Dalam Negeri

d. Presiden

---000---

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

52

IV PENDAPATAN DAERAH DAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN

Indikator Keberhasilan

Setelah memelajari bab ini, peserta diklat diharap mampu memahami

pengertian, unsur­unsur, dan prosedur penerimaan daerah dalam

rangka membantu pelaksanaan tugasnya.

Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

pemerintahan daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004

tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan

daerah, menetapkan bahwa penerimaan daerah dalam

pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan

pembiayaan. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan

uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas

dana lancar dan merupakan hak pemerintah daerah dalam satu

tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

Pada hakekatnya pendapatan daerah secara langsung diperoleh

dari mekanisme pajak dan retribusi daerah atau pungutan lainnya

yang dibebankan kepada masyarakat. Keadilan atau kewajaran

dalam perpajakan terkait dengan prinsip kewajaran horisontal

dan kewajaran vertikal. Prinsip kewajaran horisontal

mempersyaratkan bahwa masyarakat dalam posisi yang sama

harus diperlakukan sama. Sedangkan prinsip kewajaran vertikal

dilandasi pada konsep kemampuan wajib pajak/retribusi untuk

membayar, artinya bagi masyarakat berkemampuan membayar

tinggi akan dibebankan pajak/retribusi yang tinggi pula. Sudah

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

53

barang tentu untuk menyeimbangkan kedua prinsip tersebut

pemerintah daerah dapat menerapkan kebijakan diskriminasi tarif

yang rasional untuk menghilangkan rasa ketidakadilan. Selain itu

dalam konteks belanja, pemerintah daerah harus mengalokasikan

belanja daerah secara adil dan merata agar dapat dinikmati oleh

seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalam

pengelolaan pelayanan umum. Sehubungan dengan hal itu,

pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan

perkiraan terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap

sumber pendapatan.

A. PENDAPATAN ASLI DAERAH

1. Pajak dan Retribusi Daerah

Saat ini pajak dan retribusi daerah terdiri atas berbagai jenis yang

berhubungan dengan berbagai sendi kehidupan masyarakat.

Masing‐masing jenis pajak dan retribusi daerah pada suatu

provinsi/kabupaten/kota memiliki subjek, objek, tarif dan

berbagai ketentuan pengenaan tersendiri yang mungkin berbeda

dengan daerah lainnya. Hal itu ditopang oleh semangat otonomi

daerah yang memungkinkan setiap provinsi/kabupaten/kota

mengatur daerahnya sendiri termasuk dalam mengelola pajak dan

retribusi daerah.

Opini masyarakat menunjukkan pemungutan pajak daerah

seringkali disamakan dengan retribusi daerah, karena mereka

beranggapan bahwa keduanya merupakan kewajiban

pembayaran kepada pemerintah daerah. Pandangan tersebut

tidak sepenuhnya benar, karena terdapat perbedaan yang cukup

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

54

mendasar antara pajak dan retribusi daerah. Pajak dan retribusi

daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah merupakan

penarikan sumber daya ekonomi (umumnya dalam bentuk uang)

kepada masyarakat guna membiayai tugas‐tugas pemerintahan

dalam melayani kepentingan masyarakat. Penarikan pungutan

oleh pemerintah daerah kepada masyarakat harus memenuhi

syarat berikut: harus ditetapkan dengan peraturan daerah, dapat

dipaksakan, mempunyai kepastian hukum dan ada jaminan

kejujuran/integritas para pengelolanya.

Setiap jenis penerimaan daerah yang diberlakukan di Indonesia

harus berdasarkan hukum yang kuat guna menjamin kelancaran

pengenaan dan pemungutannya. Dasarhukum pemungutan

tersebut antara lain:

1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan

Retribusi Daerah yang berlaku sejak 1 Januari 2010,

menggantikan Undang‐Undang Nomor 34 Tahun 2000

tentang Perubahan atas Undang‐Undang Nomor 18

Tahun 1997 tentang Pajak Dan Retribusi Daerah.

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintah Daerah

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Daerah

4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah.

5. Peraturan presiden, Peraturan menteri dalam negeri,

Peraturan menteri keuangan, Peraturan daerah

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

55

provinsi/kabupaten/kota di bidang pajak dan retribusi

daerah.

6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

yang diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007

dan diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman

Pengelolaan Keuangan Daerah.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

yang diterbitkan setiap tahun.

Pajak Daerah

Secara umum pajak adalah pemungutan dana dari masyarakat

oleh pemerintah berdasarkan undang‐ undang yang dapat

dipaksakan dan terutang bagi wajib bayar tanpa mendapat

prestasi langsung, serta hasilnya digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan. Pajak Daerah adalah kontribusi

wajib pajak kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau

badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang‐undang,

dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan

digunakan untuk keperluan daerah bagi kemakmuran rakyat.

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan ciri-ciri yang

melekat pada pengertian pajak sebagai berikut:

1. Pajak dipungut oleh pemerintah baik pusat maupun

daerah berdasarkan peraturan perundang‐undangan.

2. Penerimaan pajak merupakan pendapatan pemerintah

yang harus dimasukkan ke dalam kas negara/daerah.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

56

3. Tidak terdapat hubungan langsung antara jumlah

pembayaran pajak dengan kontra prestasi secara individu,

akan tetapi kontra prestasi secara umum dimanifestasikan

untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah.

4. Pajak dipungut/dikenakan karena suatu keadaan,

kejadian, dan perbuatan sesuai dengan peraturan

perundang‐undangan.

5. Pajak bersifat memaksa, artinya bagi mereka yang tidak

memenuhi kewajiban perpajakan dapat dikenakan sanksi

sesuai dengan peraturan perundang‐ undangan.

Pemungutan Pajak Daerah

Jenis Pajak Daerah

Pembagian jenis pajak di Indonesia ditinjau dari lembaga

pemungutnya dibedakan ke dalam pajak pusat dan pajak daerah.

Pajak daerah menurut UU No. 28 Tahun 2009 terbagi menjadi

pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.

Pajak Provinsi:

Jenis pajak provinsi meliputi:

a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN‐KB)

c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB‐KB)

d. Pajak Air Permukaan

e. Pajak Rokok.

Hasil penerimaan pajak provinsi sebagian diperuntukkan bagi

kabupaten/kota di wilayah provinsi terkait dengan ketentuan

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

57

Khusus untuk penerimaan Pajak Air Permukaan dari sumber air

yang berada hanya pada satu wilayah kabupaten/kota, hasil

penerimaannya diserahkan kepada kabupaten/kota yang

bersangkutan sebesar 80%.

Pajak Kabupaten/Kota

Jenis pajak kabupaten/kota meliputi:

a. Pajak Hotel (PH)

b. Pajak Restoran (PR)

c. Pajak Hiburan (PHi)

d. Pajak Reklame (PRek)

e. Pajak Penerangan Jalan (PPJ)

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

g. Pajak Parkir

h. Pajak Air Tanah

i. Pajak Sarang Burung Walet

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Khusus pemerintah provinsi yang tidak terbagi ke dalam daerah

kabupaten/kota seperti DKI Jakarta, jenis pajak daerah yang

dipungut merupakan gabungan pajak provinsi dan pajak

kabupaten/kota.

UU Nomor 28 Tahun 2009 melarang pemerintah

provinsi/kabupaten/ kota untuk memungut pajak daerah selain

jenis pajak daerah yang telah ditetapkan.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

58

Jenis pajak di atas dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang

memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan daerah yang

ditetapkan dengan peraturan daerah.

Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah

Pelaksanaan pajak daerah diatur berdasarkan ketentuan sebagai

berikut:

a. Pajak ditetapkan dengan peraturan daerah (perda)

b. Peraturan daerah tentang pajak tidak dapat berlaku surut

c. Peraturan daerah tentang pajak sekurang‐kurangnya

ketentuan mengatur mengenai: nama, objek, dan subjek

pajak; dasar pengenaan, tarif, dan cara penghitungan

pajak; wilayah pemungutan; masa pajak; penetapan; tata

cara pembayaran dan penagihan; kadaluwarsa; sanksi

administrasi; tanggal mulai berlakunya.

Peraturan daerah tentang pajak dapat mengatur ketentuan

mengenai:

1. pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan

dalam hal‐hal tertentu atas pokok pajak dan/atau

sanksinya;

2. tata cara penghapusan piutang pajak yang kadaluwarsa;

3. asas timbal balik.

Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah

1. Pungutan pajak daerah tidak dapat diborongkan dan

seluruh proses kegiatan pemungutan pajak tidak dapat

diserahkan kepada pihak ketiga.

2. Pajak dipungut berdasarkan penetapan kepala daerah

atau dibayar sendiri oleh wajib pajak (self assessment).

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

59

3. Wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak yang

dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak

Daerah (SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan.

4. Wajib pajak memenuhi kewajiban pajak yang dibayar

sendiri dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak

Daerah (SPTPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang

Bayar (SKPDKB) dan atau Surat Ketetapan Pajak Daerah

Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT).

5. Terhadap wajib pajak yang kurang dipungut atau kurang

bayar dapat diterbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah

(STPD), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan

Keberatan dan Putusan Banding sebagai dasar

pemungutan dan penyetoran pajak.

Retribusi Daerah

Retribusi adalah pembayaran wajib oleh rakyat atas jasa tertentu

yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada penduduknya

secara perorangan. Jasa adalah upaya pelayanan oleh pemerintah

daerah yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan

lainnya dan dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jasa

tersebut bersifat langsung, artinya hanya mereka yang membayar

retribusi yang dapat menikmati balas jasa (kontra prestasi) dari

pemerintah daerah. Sebagai contoh, setiap orang yang ingin

memperoleh jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit umum

daerah (RSUD) atau puskesmas harus membayar retribusi sesuai

dengan perda. Meskipun demikian tidak ada paksaan secara

yuridis kepada setiap orang untuk membayar retribusi, karena

mereka bebas untuk memilih jasa pelayanan kesehatan yang

dikehendakinya. Pada retribusi pelayanan kesehatan yang ada

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

60

hanyalah paksaan secara ekonomis, yaitu hanya pasien yang

membayar retribusi yang berhak mendapat jasa pelayanan

kesehatan dari RSUD atau puskesmas.

Dewasa ini yang berwenang untuk memungut retribusi hanya

pemerintah daerah. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi

daerah:

1. retribusi merupakan pungutan berdasarkan undang‐

undang dan peraturan daerah;

2. hasil penerimaan retribusi harus masuk ke kas daerah;

3. setiap orang yang membayar retribusi memperoleh

kontra prestasi langsung dari pemerintah daerah berupa

jasa pelayanan;

4. utang retribusi timbul apabila jasa pelayanan pemerintah

daerah dinikmati oleh orang pribadi atau badan;

5. sanksi ekonomis, yaitu apabila orang pribadi atau badan

tidak membayar retribusi, maka mereka tidak akan

memperoleh jasa layanan yang disediakan oleh

pemerintah daerah.

Jenis Retribusi

Retribusi daerah menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 dapat

dikelompokkan sebagai berikut.

Retribusi jasa umum,

yaitu retribusi atas jasa pelayanan yang disediakan oleh

pemerintah daerah untuk kepentingan dan kemanfaatan umum

serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Adapun

jenis‐jenis retribusi jasa umum terdiri atas retribusi:

1. pelayanan kesehatan

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

61

2. pelayanan sampah/kebersihan

3. penggantian biaya cetak KTP (kartu tanda penduduk) dan

akta catatan sipil

4. pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat

5. pelayanan parkir di tepi jalan umum

6. pelayanan pasar

7. pengujian kendaraan bermotor

8. pemeriksaan alat pemadam kebakaran

9. penggantian biaya cetak peta

10. penyediaan dan/atau penyedotan kakus

11. pengolahan limbah cair

12. pelayanan tera/tera ulang

13. pelayanan pendidikan, dan

14. pengendalian menara telekomunikasi.

Retribusi jasa usaha,

yaitu retribusi yang dikenakan atas jasa pelayanan yang

disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip

komersial, artinya retribusi semacam ini dapat disediakan oleh

pihak swasta. Retribusi jasa usaha terdiri atas retribusi:

1. pemakaian kekayaan daerah

2. pasar grosir dan/atau pertokoan

3. tempat pelelangan

4. terminal

5. tempat khusus parkir

6. tempat penginapan/pesanggrahan/vila

7. rumah potong hewan

8. pelayanan kepelabuhanan

9. tempat rekreasi dan olah raga

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

62

10. penyeberangan di air

11. penjualan produksi usaha daerah.

Retribusi perizinan tertentu,

yaitu retribusi yang dikenakan atas pemberian izin dari

pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan yang

melakukan aktivitas tertentu. Pemberian izin tersebut

dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pemanfaatan ruang

publik, penggunaan sumber daya alam, barang, sarana dan

prasarana, atau fasilitas tertentu yang dapat melindungi

kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis

retribusi perizinan tertentu antara lain meliputi retribusi:

1. izin mendirikan bangunan (IMB)

2. izin tempat penjualan minuman beralkohol

3. izin gangguan (HO = Hoereg Ordonantie)

4. izin trayek,

5. izin usaha perikanan.

Pemungutan Retribusi Daerah

Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif

a. Untuk retribusi jasa umum ditetapkan berdasarkan

kebijakan daerah, dengan mempertimbangkan biaya

penyediaan jasa terkait, kemampuan masyarakat, dan

aspek keadilan.

b. Untuk retribusi jasa usaha ditetapkan berdasarkan pada

tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

63

c. Untuk retribusi perizinan tertentu ditetapkan berdasarkan

pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya

penyelenggaraan pemberian izin tersebut.

Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah

1. Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan

seluruhnya atau proses kegiatan pemungutan retribusi

tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga.

2. Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat

waktu atau kurang membayar, maka dikenakan sanksi

administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dari

retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar

dan ditagih dengan menggunakan STRD.

2. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

Salah satu sumber pendapatan asli daerah adalah hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang terdiri atas

bagian laba BUMD dan hasil kerja sama dengan pihak ketiga.

Jumlah rencana PAD yang dianggarkan dari pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan harus mencerminkan rasionalitas

dibandingkan dengan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan dan

ditetapkan sebagai penyertaan modal (investasi).

Upaya peningkatan penerimaan laba/dividen atas penyertaan

modal atau investasi daerah lainnya yang dapat ditempuh melalui

inventarisasi, penataan, dan evaluasi nilai kekayaan daerah yang

dipisahkan baik dalam bentuk uang maupun barang sebagai

penyertaan modal (investasi). Selain itu pendayagunaan kekayaan

daerah yang belum dipisahkan dan belum dimanfaatkan untuk

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

64

dikelola atau dikerjasamakan dengan pihak ketiga sehingga

menghasilkan pendapatan daerah.

Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah dirinci menurut objek

pendapatan yang mencakup:

1. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

daerah/BUMD

2. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

negara/BUMN

3. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

swasta atau kelompok usaha masyarakat.

3. PAD Lain‐lain yang Sah

PAD bertujuan memberi kewenangan kepada pemerintah daerah

untuk menandai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan

potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Isi ayat (1)

huruf d Pasal 6 UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang PAD lain‐lain

yang sah antara lain meliputi:

a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

b. jasa giro

c. pendapatan bunga

d. penerimaan atas tuntutan kerugian daerah

e. penerimaan komisi, rabat, potongan atau bentuk lain

sebagai akibat penjualan, tukar menukar, hibah, asuransi

dan pengadaan barang/jasa oleh daerah

f. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang

asing

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

65

g. pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan

pekerjaan

h. pendapatan denda pajak

i. pendapatan denda retribusi

j. pendapatan hasil eksekusi atas jaminan

k. pendapatan dari pengembalian fasilitas sosial dan fasilitas

umum

l. pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan

pelatihan

m. pendapatan dari BLUD.

B. DANA PERIMBANGAN

Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai

kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.

Dana Perimbangan merupakan pendanaan daerah yang

bersumber dari APBN, yang terdiri atas:

1. dana bagi hasil (DBH) pajak dan bukan pajak;

2. dana alokasi umum (DAU);

3. dana alokasi khusus (DAK).

Dana Perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah

dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk

mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan

antara pusat dan daerah, serta untuk mengurangi kesenjangan

pendanaan pemerintahan antar daerah. Ketiga komponen dana

perimbangan ini merupakan sistem transfer dana dari pemerintah

serta merupakan satu kesatuan yang utuh.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

66

1. Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak

Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan

APBN yang dibagi kepada daerah berdasarkan angka persentase

tertentu. Pengaturan DBH dalam Undang‐Undang Nomor 33

Tahun 2004 merupakan penyelarasan Undang‐Undang Nomor 7

Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah

beberapa kali diubah terakhir dengan Undang‐Undang Nomor

36 Tahun 2008. Dalam undang‐undang ini dimuat pengaturan

mengenai bagi hasil penerimaan pajak penghasilan (PPh) Pasal

25/29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21,

serta sektor pertambangan panas bumi sebagaimana dimaksud

dalam Undang‐Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas

Bumi. Selain itu, dana reboisasi yang semula termasuk bagian dari

DAK dialihkan menjadi DBH.

Bagi hasil pajak dan bukan pajak meliputi bagian daerah dari pajak

dan penerimaan dari sumber daya alam.

Bagian Daerah dari Pajak Penghasilan

1. Bagian daerah dari penerimaan PPh pasal 25/29 dan PPh

Pasal 21 adalah sebesar 20%.

2. Bagian daerah dari dana bagi hasil dari penerimaan PPh

Pasal 25 dan 29 di atas, dibagi dengan imbangan 60%

untuk kabupaten/kota dan 40% untuk provinsi.

Bagian Daerah dari Penerimaan Sumber Daya Alam

Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor kehutanan,

sektor pertambangan umum, dan sektor perikanan dibagi: 20%

untuk pemerintah pusat dan 80% untuk daerah.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

67

Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor kehutanan:

1. penerimaan iuran hak pengusahaan hutan (IHPH);

2. penerimaan provisi sumber daya hutan (PSDH).

Bagian daerah dari penerimaan negara IHPH dibagi: a)16% untuk

daerah provinsi yang bersangkutan b) 64% untuk daerah

kabupaten/kota penghasil.

Bagian daerah dari penerimaan negara PSDH dibagi: a) 16% untuk

daerah provinsi yang bersangkutan, b)32% untuk daerah

kabupaten/kota penghasil, c)32% untuk daerah kabupaten/kota

lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.

Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor pertambangan

umum, terdiri dari:

1. penerimaan iuran tetap (land rent), yaitu seluruh

penerimaan iuran yang diterima negara sebagai imbalan

atas kesempatan penyelidikan umum, eksplorasi atau

eksploitasi pada suatu wilayah kuasa pertambangan,

2. penerimaan iuran eksplorasi dan iuran eksploitasi

(royalty) yaitu iuran produksi yang diterima negara dalam

hal pemegang kuasa pertambangan eksplorasi mendapat

hasil berupa bahan galian yang tergali atas kesempatan

eksplorasi yang diberikan kepadanya, serta hasil yang

diperoleh dari usaha pertambangan eksploitasi (royalty)

satu atau lebih bahan galian.

Bagian daerah dari penerimaan negara iuran tetap (land rent)

dibagi dengan rincian:

a. 16% untuk daerah provinsi yang bersangkutan;

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

68

b. 32% untuk daerah kabupaten/kota penghasil; 32% untuk

daerah kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang

bersangkutan yang dibagi dengan porsi yang sama.

Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor perikanan:

1. penerimaan pungutan pengusahaan perikanan;

2. penerimaan pungutan hasil perikanan.

Bagian daerah dari penerimaan negara di sektor perikanan

dibagikan dengan porsi yang sama besar kepada seluruh

kabupaten/ kota di Indonesia.

Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor pertambangan

minyak dan gas alam yang dibagikan ke daerah adalah

penerimaan negara dari sumber daya alam sektor pertambangan

dan gas alam dari wilayah daerah terkait setelah dikurangi

komponen pajak dan pungutan lainnya.

Penerimaan negara dari pertambangan minyak bumi dan gas alam

terdiri atas:

1. penerimaan negara dari pertambangan minyak bumi

dengan imbangan 84,5% untuk pemerintah pusat dan

15,5% untuk pemerintah daerah,

2. penerimaan negara dari pertambangan gas alam dibagi

dengan imbangan 69,5% untuk pemerintah pusat dan

30,5% untuk pemerintah daerah.

Bagian daerah dari pertambangan minyak bumi dibagi dengan

rincian sebagai berikut.

a. 3% untuk provinsi yang bersangkutan;

b. 6% untuk kabupaten/kota penghasil;

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

69

c. 6% untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang

bersangkutan yang dibagikan dengan porsi yang sama

besar.

Bagian daerah dari pertambangan gas alam dibagi dengan rincian

sebagai berikut:

a. 6% untuk provinsi yang bersangkutan;

b. 12% untuk kabupaten/kota penghasil;

c. 12% untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang

bersangkutan yang dibagikan dengan porsi yang sama

besar.

Dana bagi hasil pertambangan minyak dan gas bumi sebesar 0,5%

(setengah persen) digunakan untuk menambah anggaran

pendidikan dasar, yaitu: 0,1% dibagi ke provinsi yang

bersangkutan; 0.2% dibagi ke kabupaten/kota penghasil; 0,2%

dibagi ke seluruh kabupaten/kota di provinsi tersebut.

2. Dana Alokasi Umum (DAU)

DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang

dialokasikan untuk pemerataan kemampuan keuangan

antardaerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam

rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU dialokasikan untuk

daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota. Tujuan dari

pemberian dana alokasi umum adalah pemerataan dengan

memperhatikan potensi daerah, luas daerah, keadaan geografi,

jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan. Termasuk dalam

pengertian tersebut adalah jaminan kesinambungan

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

70

penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka penyediaan

pelayanan dasar kepada masyarakat.

Besarnya DAU untuk setiap tahun anggaran ditetapkan sebesar

26% dari penerimaan dalam negeri yang berasal dari pajak dan

bukan pajak pada APBN, setelah dikurangi dengan penerimaan

negara yang dibagihasilkan kepada daerah. Selanjutnya DAU

dialokasikan ke daerah dengan imbangan provinsi sebesar 10%

dan kabupaten/kota 90%.

3. Dana Alokasi Khusus (DAK)

Dana alokasi khusus berasal dari APBN yang dialokasikan kepada

daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus/tertentu

yaitu kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum

dengan menggunakan rumus alokasi khusus, kebutuhan yang

merupakan komitmen atau prioritas potensi nasional.

Dana tersebut dialokasikan kepada daerah tertentu berdasarkan

usulan dari daerah. Untuk membiayai kebutuhan khusus yang

bersumber dari DAK diperlukan dana pendamping yang

bersumber dari APBD dengan jumlah sekurang‐kurangnya 10%.

Untuk pembiayaan program/kegiatan reboisasi, tidak

dipersyaratkan adanya dana pendamping. Terhadap penerimaan

negara yang berasal dari dana reboisasi, disisihkan sebesar 40%

dan diberikan kepada “daerah penghasil” sebagai bagian dari DAK

untuk membiayai kegiatan reboisasi/penghijauan di daerah

penghasil.

Sektor/program/kegiatan yang tidak dapat dibiayai dari DAK

adalah:

a. Biaya-biaya administrasi,

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

71

b. penyiapan proyek fisik, penelitian, pelatihan, perjalanan

dinas, dan lain‐lain biaya umum sejenis.

Sesuai Pasal 42 Undang‐Undang Nomor 33 Tahun 2004,

ketentuan lebih lanjut mengenai DAK akan diatur dalam

peraturan pemerintah.

C. PENDAPATAN DAERAH LAINNYA YANG SAH

Dana darurat yang diterima dari pemerintah dan bantuan uang

dan barang dari badan/lembaga tertentu untuk menanggulangi

bencana alam yang disalurkan melalui pemerintah daerah.

Hibah yang diterima baik berupa uang, barang dan/atau jasa yang

dianggarkan dalam APBD harus berdasarkan naskah perjanjian

hibah daerah dan mendapat persetujuan DPRD.

Sumbangan yang diterima dari organisasi/lembaga tertentu

perorangan atau pihak ketiga, yang tidak berkonsekuensi

pengeluaran maupun pengurangan kewajiban pihak

ketiga/pemberi sumbangan diatur dalam peraturan daerah.

Pendapatan lain ‐ lain yang ditetapkan pemerintah pusat

termasuk dana penyesuaian dan dana otonomi khusus.

D. PENERIMAAN PEMBIAYAAN

Pembiayaan (financing) menurut Peraturan Pemerintah No. 71

Tahun 2010 dalam lampiran II PSAP (Pernyataan Standar

Akuntansi Pemerintahan) Nomor 2, adalah “seluruh transaksi

keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran,

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

72

yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam

penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup

defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran.”

Penerimaan pembiayaan antara lain berasal dari pinjaman dan

hasil divestasi. Sementara pengeluaran pembiayaan antara lain

digunakan untuk pembiayaan kembali pokok pinjaman,

pemberian pinjaman kepada entitas lain, serta penyertaan modal

oleh pemerintah daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman

Daerah, mengklasifikasikan pinjaman daerah dalam bentuk:

a. pinjaman jangka pendek;

b. pinjaman jangka menengah;

c. pinjaman jangka panjang.

Pinjaman jangka pendek merupakan pinjaman daerah dalam

jangka waktu kurang atau sama dengan satu tahun anggaran dan

kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok

pinjaman, bunga dan biaya lain seluruhnya harus dilunasi dalam

tahun anggaran yang bersangkutan. Pinjaman ini hanya

dipergunakan untuk menutup kekurangan arus kas pada tahun

anggaran yang bersangkutan.

Pinjaman jangka menengah merupakan pinjaman daerah dalam

jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban

pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman,

bunga dan biaya lain harus dalam jangka waktu yang tidak

melebihi sisa masa jabatan kepala daerah yang bersangkutan.

Pinjaman ini dipergunakan untuk membiayai penyediaan layanan

umum yang tidak menghasilkan penerimaan.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

73

Pinjaman jangka panjang merupakan pinjaman daerah dalam

jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban

pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman,

bunga dan biaya lain harus pada tahun-tahun anggaran

berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman

tersebut. Pinjaman ini dipergunakan untuk membiayai proyek

investasi yang menghasilkan penerimaan.

Penerimaan pembiayaan menurut ketentuan dalam PP Nomor 58

Tahun 2005, terdiri atas:

1. Sisa lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya

(SiLPA). SiLPA mencakup pelampauan penerimaan PAD,

pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan

penerimaan lain‐ lain pendapatan daerah yang sah,

pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan

belanja, kewajiban pihak III yang sampai dengan akhir

tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan

lanjutan.

2. Pencairan Dana Cadangan. Pencairan dana cadangan

digunakan untuk menganggarkan pencairan dana

cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening kas

umum daerah dalam tahun anggaran berkenaan.

3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan. Hasil

penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, digunakan

antara lain untuk menganggarkan hasil penjualan

perusahaan milik daerah/BUMD dan penjualan aset milik

pemerintah daerah yang dikerjasamakan dengan pihak III,

atau hasil divestasi penyertaan modal pemerintah daerah.

4. Penerimaan Pinjaman Daerah. Pinjaman dapat berasal

dari dalam negeri atau luar negeri. Pinjaman dalam negeri

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

74

dapat diperoleh dari pemerintah pusat, lembaga

keuangan bank dan nonbank, masyarakat dan sumber

lainnya. Sedangkan pinjaman dari luar negeri dapat

berupa pinjaman bilateral atau multilateral. Pinjaman

daerah dapat dibedakan menjadi pinjaman jangka

panjang dan jangka pendek. Pinjaman jangka panjang

hanya dapat digunakan untuk membiayai pembangunan

prasarana yang merupakan aset daerah dan dapat

menghasilkan penerimaan untuk pembayaran kembali

pinjaman, serta memberikan manfaat bagi pelayanan

masyarakat. Pinjaman jangka panjang tidak dapat

digunakan untuk membiayai belanja administrasi umum

serta belanja operasional dan pemeliharaan. Selain itu

daerah dapat melakukan pinjaman jangka panjang guna

pengaturan arus kas dalam rangka pengelolaan kas

daerah. Pembayaran Kembali Pinjaman Daerah Semua

pembayaran yang menjadi kewajiban daerah atas

pinjaman daerah yang jatuh tempo merupakan prioritas

dan dianggarkan dalam pengeluaran APBD. Dalam hal

daerah tidak memenuhi kewajiban pembayaran atas

pinjaman daerah dari pemerintah pusat, maka

pemerintah pusat memperhitungkan kewajiban tersebut

dengan DAU kepada daerah yang bersangkutan. Dalam

hal daerah tidak memenuhi kewajiban pembayaran atas

pinjaman daerah yang bersumber dari luar negeri, maka

kewajiban tersebut diselesaikan sesuai perjanjian

pinjaman. Semua penerimaan dan kewajiban dalam

rangka pinjaman daerah dicantumkan dalam APBD dan

dibukukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

75

pemerintah daerah. Keterangan tentang semua pinjaman

jangka panjang dituangkan dalam lampiran dokumen

APBD.Kepala daerah melaporkan kepada DPRD secara

berkala dengan tembusan kepada menteri keuangan

tentang perkembangan jumlah pinjaman daerah dan

tentang pelaksanaan pemenuhan kewajiban pinjaman

yang telah jatuh tempo.

5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman. Penerimaan

kembali pemberian pinjaman digunakan untuk

menganggarkan posisi penerimaan kembali pinjaman

yang diberikan kepada pemerintah pusat dan/atau

pemerintah daerah lainnya.

6. Penerimaan Piutang Daerah, Penerimaan piutang

digunakan untuk menganggarkan penerimaan yang

bersumber dari pelunasan piutang pihak ketiga, seperti

penerimaan piutang daerah dari pendapatan daerah,

pemerintah, pemerintah daerah lain, lembaga keuangan

bank, lembaga keuangan bukan bank, dan penerimaan

piutang lainnya.

7. Penerimaan Kembali Penyertaan Modal (Investasi)

Daerah. Penerimaan kembali penyertaan modal

(investasi) daerah digunakan untuk menganggarkan

penerimaan yang bersumber dari penyertaan modal yang

bersumber dari penyertaan modal yang diterima kembali.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

76

E. LATIHAN SOAL

1. Yang tidak termasuk pajak kabupaten/kota adalah ….

a. PKB

b. pajak hotel

c. pajak bumi dan bangunan

d. bea perolehan hak atas tanah dan bangunan

2. SPTPD tidak disampaikan oleh WPD kepada kepala daerah

dalam jangka waktu tertentu dan setelah WPD ditegur secara

tertulis, maka kepala daerah akan menerbitkan….

a. SKPDKB

b. SKPDN

c. SKPD

d. SKPDKBT

3. Salah satu penerimaan daerah adalah dana bagi hasil pajak

PPh Pasal 25/29 dengan komposisi ….

a. pemerintah pusat 25%; pemerintah daerah 75%

b. pemerintah pusat 10%; pemerintah daerah 90%

c. pemerintah pusat 80%; pemerintah provinsi 12%;

pemerintah kabupaten/kota 8%

d. pemerintah provinsi 16%; pemerintah kabupaten/kota

84%

4. Pinjaman daerah yang hanya digunakan untuk menutup

kekurangan arus kas pada tahun anggaran yang bersangkutan

disebut ….

a. pinjaman jangka panjang

b. pinjaman jangka menengah

c. pinjaman jangka pendek

d. pinjaman pihak ketiga

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

77

5. Dana Alokasi Umum (DAU) masuk dalam

a. PAD

b. Dana Perimbangan

c. Lain-lain Pendapatan yang Sah

d. Pembiayaan

---000---

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

78

V BELANJA DAERAH DAN PENGELUARAN PEMBIAYAAN

Indikator Keberhasilan

Setelah memelajari bab ini, peserta diklat diharap mampu

menjelaskan pengertian pengeluaran daerah, berupa belanja daerah

dan pengeluaran pembiayaan daerah.

Ketentuan dalam pasal 18 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006,

disebutkan berikut:

1. Pengeluaran daerah terdiri dari belanja daerah dan

pengeluaran pembiayaan daerah.

2. Belanja daerah merupakan perkiraan beban pengeluaran

daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar

relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat

tanpa diskriminasi, khususnya dalam pemberian

pelayanan umum.

3. Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran yang

akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang

bersangkutan, maupun pada tahun‐ tahun anggaran

berikutnya.

Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran/belanja

daerah, harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya

penerimaan dalam jumlah yang cukup.

A. BELANJA DAERAH

Berdasarkan Pasal 24 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, belanja

daerah dapat dirinci menurut:

a. urusan pemerintahan daerah;

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

79

b. organisasi;

c. program dan kegiatan;

d. kelompok;

e. jenis;

f. objek dan rincian objek belanja.

1. Urusan Pemerintahan Daerah

Belanja daerah digunakan untuk mendanai pelaksanaan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau

kabupaten/kota, terdiri dari:

1. urusan wajib;

2. urusan pilihan;

3. urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang

tertentu dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah

pusat dan pemerintah daerah atau antar pemerintah

daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang‐

undangan.

Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk

melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat

dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan

dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,

kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak, serta

mengembangkan sistem jaminan sosial.

Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan melalui

prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal

sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Klasifikasi belanja menurut urusan wajib, mencakup:

a. pendidikan;

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

80

b. kesehatan;

c. pekerjaan umum;

d. perumahan rakyat;

e. penataan ruang;

f. perencanaan pembangunan;

g. perhubungan;

h. lingkungan hidup;

i. pertanahan;

j. kependudukan dan catatan sipil;

k. pemberdayaan perempuan;

l. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;

m. sosial;

n. tenaga kerja;

o. koperasi dan usaha kecil dan menengah;

p. penanaman modal;

q. kebudayaan;

r. pemuda dan olah raga;

s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;

t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi

keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan

persandian;

u. ketahanan pangan;

v. pemberdayaan masyarakat dan desa;

w. statistik;

x. kearsipan;

y. komunikasi dan informatika;

z. perpustakaan.

Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan, terdiri atas:

a. pertanian;

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

81

b. kehutanan;

c. energi dan sumber daya mineral;

d. pariwisata;

e. kelautan dan perikanan;

f. perdagangan;

g. perindustrian;

h. transmigrasi.

Belanja menurut urusan pemerintahan yang penanganannya

dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan

bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah atau

antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan

perundang‐undangan, dijabarkan dalam bentuk program dan

kegiatan yang diklasifikasikan menurut urusan wajib dan urusan

pilihan.

2. Organisasi

Klasifikasi belanja menurut organisasi, disesuaikan dengan

susunan organisasi pada masing-masing pemerintah daerah.

3. Klasifikasi Program dan Kegiatan

Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan, disesuaikan

dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah .

4. Klasifikasi Kelompok

Klasifikasi belanja menurut kelompok dirinci dalam kelompok

belanja langsung dan kelompok belanja tidak langsung.

a. Belanja Langsung

Belanja langsung adalah belanja yang dipengaruhi secara langsung

oleh adanya program dan kegiatan yang direncanakan. Jenis

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

82

belanja langsung dapat berupa belanja pegawai/personalia,

barang/jasa, pemeliharaan, dan perjalanan dinas.

Keberadaan belanja tersebut merupakan konsekuensi karena

adanya program dan kegiatan dan mempunyai karakter

bahwa masukan (alokasi belanja) dapat diukur dan

diperbandingkan dengan keluarannya.

Belanja langsung dibagi menurut jenis belanja, yaitu:

1. belanja pegawai;

2. belanja barang dan jasa;

3. belanja modal.

b. Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak dipengaruhi

secara langsung terhadap adanya program/kegiatan. Belanja ini

meliputi belanja pegawai, barang/jasa, pemeliharaan, dan

perjalanan dinas.

Keberadaan anggaran belanja ini bukan merupakan konsekuensi

ada atau tidaknya program/kegiatan. Belanja ini digunakan secara

periodik (umumnya bulanan) dalam rangka koordinasi

penyelenggaraan tugas pemerintahan yang bersifat umum, dan

digunakan secara bersama‐sama dalam pelaksanaan program/

kegiatan.

Dalam perhitungan ASB (Analisa Standar Belanja), belanja tidak

langsung harus dialokasikan pada setiap program/kegiatan tahun

anggaran yang bersangkutan. Program/kegiatan yang

memperoleh alokasi belanja tidak langsung adalah program atau

kegiatan non investasi.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

83

ASB merupakan hasil penjumlahan belanja langsung setiap

program/kegiatan dengan belanja tidak langsung yang

dialokasikan pada program/kegiatan tersebut, yang selanjutnya

digunakan sebagai standar untuk menilai program/kegiatan unit

kerja.

Belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja terdiri atas:

1. belanja pegawai;

2. bunga;

3. subsidi;

4. hibah;

5. bantuan sosial;

6. belanja bagi hasil;

7. bantuan keuangan;

8. belanja tidak terduga.

Klasifikasi Jenis Belanja

Pada lampiran IV PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan (SAP), belanja diklasifikasikan menurut ekonomi

(jenis belanja, organisasi, dan fungsi).

Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang

didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas.

Klasifikasi ekonomi pemerintah pusat terdiri dari: belanja

pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah,

bantuan sosial, dan belanja lain-lain.

Sedangkan klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah, terdiri

dari ; belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga,

subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak terduga.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

84

Sesuai dengan SAP, klasifikasi belanja menurut jenis adalah:

1. Belanja Operasi

Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan

sehari‐hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat

jangka pendek.

Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja

barang dan jasa non investasi, belanja pemeliharaan, pembayaran

bunga hutang, belanja subsidi, belanja bantuan sosial.

2. Belanja Modal

Sesuai definisi dalam pernyataan SAP Nomor 2, yang dimaksud

dengan Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk

perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat

lebih dari satu periode akuntansi.

Belanja Modal meliputi antara lain; belanja modal untuk

perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, dan aset tidak

berwujud.

3. Belanja Tidak Tersangka

Sesuai definisi dalam pernyataan SAP Nomor 2, yang dimaksud

dengan belanja tidak tersangka adalah pengeluaran anggaran

untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan

berulang. Yang termasuk belanja tidak tersangka antara lain:

penanggulangan bencana alam, bencana sosial, atau pengeluaran

lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan

kewenangan pemerintahan daerah.

Yang dimaksud dengan pengeluaran lainnya yang sangat

diperlukan adalah:

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

85

a. pengeluaran yang sangat dibutuhkan bagi penyediaan

sarana dan prasarana yang langsung berkaitan dengan

pelayanan masyarakat, yang anggarannya tidak tersedia

dalam tahun anggaran yang bersangkutan,

b. pengembalian atas kelebihan penerimaan yang terjadi

dalam tahun-tahun anggaran yang lalu (yang telah

ditutup) dengan didukung bukti-bukti yang sah.

B. PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH

Pengeluaran pembiayaan daerah terdiri dari pembentukan dana

cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah,

pembayaran pokok utang, dan pemberian pinjaman daerah.

1. Pembentukan Dana Cadangan

Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna

mendanai kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat

sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam tahun anggaran.

Pembentukan dana cadangan tersebut ditetapkan dengan

peraturan daerah.

Rancangan peraturan daerah tentang pembentukan dana

cadangan, dibahas bersama dengan pembahasan rancangan

peraturan daerah APBD. Dana cadangan dapat bersumber dari

penyisihan atas penerimaan daerah, kecuali dari dana alokasi

khusus, pinjaman daerah dan penerimaan lain yang

penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu berdasarkan

peraturan perundang‐ undangan.

Dana cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri.

Penerimaan hasil bunga/dividen rekening dana cadangan dan

penempatan dalam portofolio dicantumkan sebagai penambahan

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

86

dana cadangan berkenaan dalam daftar dana cadangan pada

lampiran raperda tentang APBD.

2. Investasi Pemerintah Daerah

Investasi/penyertaan modal pemerintah daerah digunakan untuk

menganggarkan kekayaan pemerintah daerah yang diinvestasikan

baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat segera

diperjualbelikan/dicairkan, yang ditujukan dalam rangka

manajemen kas dan berisiko rendah serta dimiliki selama kurang

dari 12 bulan. Investasi ini mencakup: deposito berjangka antara 3

sampai dengan 12 bulan, pembelian surat utang negara (SUN),

sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat perbendaharaan negara

(SPN).

Sedangkan yang dimaksudkan dengan investasi jangka panjang,

adalah investasi yang dimiliki lebih dari 12 bulan. Investasi jangka

panjang dikelompokan dalam investasi permanen dan investasi

non permanen.

Investasi permanen adalah investasi jangka panjang dengan

tujuan untuk dimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk

diperjualbelikan atau ditarik kembali. Misalnya: kerjasama daerah

dengan pihak ketiga dalam bentuk penggunausahaan/

pemanfaatan aset daerah, penyertaan modal daerah pada BUMD

dan/atau badan usaha lainnya.

Investasi non permanen adalah investasi jangka panjang yang

bertujuan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niat

untuk diperjualbelikan atau ditarik kembali. Misalnya: pembelian

obligasi atau surat utang jangka panjang, dana bantuan bergulir

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

87

dari pemerintah daerah kepada kelompok masyarakat, pemberian

fasilitas pendanaan kepada usaha mikro dan menengah.

Investasi pemerintah daerah dapat dianggarkan apabila jumlah

yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah

ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal

dengan berpedoman pada peraturan menteri dalam negeri.

3. Pembayaran Pokok Utang

Pembayaran pokok utang digunakan untuk menganggarkan

pembayaran kewajiban atas pokok utang yang dihitung

berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka

menengah, dan jangka panjang.

4. Pemberian Pinjaman Daerah

Pemberian pinjaman digunakan untuk menganggarkan pinjaman

yang diberikan kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah

daerah lainnya.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

88

E. LATIHAN SOAL

1. Penyisihan dana cadangan oleh pemerintah daerah dapat

bersumber pada ….

a. DAK

b. pinjaman daerah

c. hasil penjualan SUD

d. bagian laba BUMD

2. Karakteristik belanja daerah yang dialokasikan dalam APBD

khususnya terkait dengan pelayanan umum harus

mengedepankan ….

a. adil, merata, dan tidak diskriminatif

b. proporsional, efisien, dan efektif

c. ekonomis, efisien, dan efektif

d. cukup, proporsional, dan merata

3. Sesuai dengan ketentuan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006

yang direvisi dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007,

belanja tidak langsung meliputi ….

a. belanja barang/jasa

b. belanja pegawai

c. belanja pegawai, dan belanja pemeliharaan

d. belanja pegawai, dan belanja perjalanan dinas

4. Pembelian SUN, SBI dan SPN oleh pemerintah daerah

termasuk investasi ….

a. jangka pendek

b. jangka menengah

c. permanen

d. non permanen

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

89

5. Pembangunan kembali 5 unit gedung baru SD di Kecamatan

Pondok Aren bernilai Rp950 juta tidak tersedia dalam APBD TA

2008, sebagai ganti 5 unit gedung SD yang roboh karena

bencana tanah longsor dikategorikan dalam ….

a. belanja modal

b. belanja barang/jasa

c. belanja investasi

d. belanja tidak tersangka

---OOO---

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

90

VI SISTEM DAN PROSEDUR BENDAHARA PENERIMAAN

Indikator Keberhasilan

Setelah memelajari bab ini, peserta diklat diharap mampu Peserta

mampu memahami sistem dan prosedur penerimaan dan pendapatan

melalui bendahara penerimaan.

A. PENDAPATAN DAERAH MELALUI BENDAHARA

PENERIMAAN

Bendahara Penerimaan memiliki tugas dan wewenang untuk

menerima penerimaan yang bersumber dari pendapatan asli

daerah; menyimpan seluruh penerimaan; menyetorkan

penerimaan yang diterima dari pihak ketiga ke rekening kas

umum daerah paling lambat 1 hari kerja; mendapatkan bukti

transaksi atas pendapatan yang diterima melalui bank untuk

digunakan dalam proses penatausahaan dan

pertanggungjawaban.

Semua penerimaan daerah dalam rangka pelaksanaan urusan

pemerintahan daerah dikelola dalam APBD. Setiap SKPD yang

mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatan

daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan

berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan

perundang‐undangan.

Semua penerimaan yang diterima oleh SKPD tidak boleh langsung

digunakan untuk membiayai pengeluaran, melainkan harus

disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

91

kerja, kecuali untuk daerah dengan kondisi geografis yang sulit

dijangkau, akan ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.

Prosedur penerimaan kas melalui bendahara penerimaan diawali

dengan penetapan SKP oleh PPKD atau SKR oleh Pengguna

Anggaran. Selanjutnya, Bendahara Penerimaan SKPD akan

menerima pembayaran yang tertera dalam SKP/SKR atau

dokumen lain yang dipersamakan dengan SKP/SKR baik secara

tunai, rekening bendahara penerimaan maupun melalui rekening

kas umum daerah. Berdasarkan pembayaran yang diterima,

Bendahara Penerimaan SKPD membuat Surat Tanda Bukti

Pembayaran atau bukti lain yang sah. Bendahara Penerimaan

kemudian melakukan penyetoran kepada bank disertai STS. STS

yang telah diotorisasi oleh bank kemudian diterima kembali oleh

Bendahara Penerimaan untuk kemudian menjadi bukti

pembukuan

B. PEMBUKUAN BENDAHARA PENERIMAAN

Sebagai bentuk pertanggungjawaban, bendahara penerimaan dan

bendahara penerimaan pembantu harus menyelenggarakan

pembukuan atas seluruh penerimaan dan penyetoran yang

menjadi tanggung jawabnya. Buku yang digunakan oleh

bendahara penerimaan/bendahara penerimaan pembantu untuk

mencatat seluruh transaksi penerimaan dan penyetoran disebut

buku penerimaan dan peyetoran.

Setidaknya terdapat 4 dokumen sumber yang dapat dijadikan

dasar pembukuan, yaitu:

1. Surat Tanda Bukti Pembayaran

2. Nota Kredit

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

92

3. Bukti Penerimaan Yang Sah

4. STS

Berdasarkan bukti‐bukti berupa surat tanda bukti pembayaran,

nota kredit, atau bukti penerimaan yang sah lainnya, bendahara

penerimaan/bendahara penerimaan pembantu akan melakukan

pencatatan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran.

Maksimal 1 hari setelah pendapatan diterima, Bendahara

Penerimaan/ Bendahara Penerimaan Pembantu menyetorkan

pendapatan tersebut ke rekening kas umum daerah. Dalam hal

penyetoran pendapatan melalui Bendahara

Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu, pembukuan

penyetoran dilakukan berdasarkan STS/Nota Kredit (jika melalui

rekening). Berdasarkan STS/Nota Kredit itulah Bendahara

Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu akan mencatat

penyetoran pada Buku Penerimaan dan Penyetoran, serta

mendokumentasikan STS pada register STS.

C. PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENERIMAAN

Selain melakukan pembukuan, Bendahara Penerimaan juga wajib

melakukan pertanggungjawaban terhadap seluruh penerimaan

yang menjadi tanggung jawabnya. Pertanggungjawaban

Bendahara Penerimaan dilakukan paling lambat pada tanggal 10

bulan berikutnya. Terdapat dua jenis pertanggungjawaban yang

harus dibuat yaitu pertanggungjawaban administratif dan

pertanggungjawaban fungsional.

Pertanggungjawaban administratif disampaikan kepada PA/KPA

melalui PPK‐SKPD. Sedangkan pertanggungjawaban fungsional

disampaikan kepada PPKD selaku BUD. Pertanggungjawaban

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

93

Bendahara Penerimaan merupakan hasil penggabungan dengan

pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan Pembantu. Oleh

karena itulah, Bendahara Pembantu wajib menyerahkan

pertanggung‐ jawabannya berupa Buku Penerimaan dan

Penyetoran yang telah dilakukan penutupan pada akhir bulan,

paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya, dengan dilampiri:

• Register STS

• Bukti penerimaan yang sah dan lengkap.

Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan berupa laporan

pertanggung ‐ jawaban (LPJ) memuat informasi tentang

rekapitulasi penerimaan, penyetoran dan saldo kas yang ada di

Bendahara. Format kedua LPJ baik Administratif maupun

fungsional adalah sama. Namun, untuk LPJ Administratif, harus

dilampiri dengan Buku Penerimaan/Penyetoran yang telah

ditutup pada akhir bulan, Register STS, bukti penerimaan yang sah

dan lengkap, serta pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan

Pembantu.

Sedangkan untuk LPJ Fungsional, hanya diharuskan untuk

melampirkan Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah

ditutup pada akhir bulan, Register STS, pertanggungjawaban

Bendahara Penerimaan Pembantu.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

94

D. LATIHAN SOAL

1. Apa saja tugas dan wewenang bendahara penerimaan

dan bendahara penerimaan pembantu SKPD?

2. Bagaimana prosedur penerimaan kas melalui bendahara

penerimaan SKPD?

3. Bagaimana prosedur penerimaan kas melalui bendahara

penerimaan pembantu SKPD?

4. Jelaskan bentuk pertanggungjawaban bendahara

penerimaan SKPD?

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

95

VII SISTEM DAN PROSEDUR BENDAHARA PENGELUARAN

Indikator Keberhasilan

Setelah memelajari bab ini, peserta diklat diharap mampu Peserta

mampu memahami sistem dan prosedur belanja dan pengeluaran

pembiayaan oleh bendahara pengeluaran.

A. TUGAS DAN WEWENANG BENDAHARA PENGELUARAN

Bendahara Pengeluaran SKPD bertugas untuk menerima,

menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan

mempertanggungjawabkan pengeluaran uang dalam rangka

pelaksanaan APBD pada SKPD.

Dalam melaksanakan tugas, bendahara pengeluaran SKPD

berwenang:

1) Mengajukan permintaan pembayaran menggunakan SPP

UP/GU/TU dan SPP‐LS;

2) Menerima dan menyimpan uang persediaan;

3) Melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang

dikelolanya;

4) Menolak perintah bayar dari Pengguna Anggaran

(PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang tidak sesuai

dengan ketentuan peraturan;

5) Meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPP‐LS yang

diberikan oleh PPTK;

6) Mengembalikan dokumen pendukung SPP‐ LS yang

diberikan oleh PPTK, apabila dokumen tersebut tidak

memenuhi syarat dan/atau tidak lengkap.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

96

Jika pengguna anggaran melimpahkan sebagian kewenangannya

kepada kuasa pengguna anggaran, maka pengguna anggaran

dapat menunjuk bendahara pengeluaran pembantu SKPD untuk

melaksanakan sebagian tugas dan wewenang bendahara

pengeluaran SKPD. Bendahara pengeluaran pembantu SKPD

mempunyai wewenang untuk:

1) Mengajukan permintaan pembayaran menggunakan

SPP‐TU dan SPP‐LS;

2) Menerima dan menyimpan uang persediaan yang berasal

dari Tambahan Uang dan/atau pelimpahan UP dari

bendahara pengeluaran;

3) Melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang

dikelolanya;

4) Menolak perintah bayar dari KPA yang tidak sesuai

dengan ketentuan peraturan;

5) Meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPP‐LS yang

diberikan oleh PPTK;

6) Mengembalikan dokumen pendukung SPP‐ LS yang

diberikan oleh PPTK, apabila dokumen tersebut tidak

memenuhi syarat dan/atau tidak lengkap;

7) Bendahara Pengeluaran PPKD adalah pejabat fungsional

yang ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan,

menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang

untuk keperluan transaksi PPKD.

Dalam melaksanakan tugas, bendahara pengeluaran PPKD

berwenang:

1) Mengajukan permintaan pembayaran menggunakan

SPP‐LS PPKD;

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

97

2) Meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPP‐ LS

PPKD;

3) Mengembalikan dokumen pendukung SPP‐ LS PPKD

kepada pejabat yang terkait, apabila dokumen tersebut

tidak memenuhi syarat dan/atau tidak lengkap.

B. MEKANISME PEMBAYARAN

Untuk proses pelaksanaan belanja, Bendahara Pengeluaran akan

mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada PA/KPA

melalui Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD. Dokumen

SPP yang disusun oleh bendahara pengeluaran dapat berupa Uang

Persediaan (UP), Ganti Uang persediaan (GU), Tambahan Uang

(TU) dan Langsung (LS).

1. Uang Persediaan (UP)

SPP UP diajukan sekali dalam setahun yakni pada awal tahun

anggaran setelah dikeluarkannya SK Kepala Daerah tentang

besaran UP. SPP ‐ UP dipergunakan untuk mengisi uang

persediaan tiap ‐ tiap SKPD. Uang persediaan ini belum

membebani kode rekening tertentu. Pengajuan SPP‐UP harus

dilampiri dengan dokumen‐dokumen salinan SPD, Draf Surat

Pernyataan PA, lampiran lain yang diperlukan.

Setelah mendapatkan persetujuan PA, Bendahara Pengeluaran

SKPD dapat melimpahkan UP kepada Bendahara pengeluaran

pembantu SKPD untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan.

2. Ganti Uang Persediaan (GU)

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

98

SPP‐GU diajukan untuk mengganti uang persediaan yang telah

terpakai. SPP‐ GU diajukan sebesar uang persediaan yang telah

digunakan pada kurun waktu tertentu, untuk membiayai satu atau

beberapa kegiatan di SKPD. Pengajuan SPP‐GU harus didukung

oleh pertanggungjawaban (SPJ) atas penggunaan uang

persediaan yang diajukan penggantiannya disertai bukti‐bukti

yang sah dan lengkap. SPP‐GU juga harus dilampiri dengan:

• Salinan SPD

• Draf Surat Pernyataan Pengguna Anggaran

• Laporan Pertanggungjawaban Uang Persediaan

• Bukti‐bukti belanja yang lengkap dan sah

• Lampiran lain yang diperlukan

3. Tambah Uang Persediaan (TUP)

Ketika SKPD mempunyai kebutuhan belanja yang sifatnya

mendesak dan insidental, sedangkan UP yang ada tidak

mencukupi, maka bendahara pengeluaran SKPD dapat

mengajukan SPP‐TU. Jika kegiatan telah dilaksanakan dan masih

ada sisa uang, maka harus disetorkan kembali ke kas umum

daerah. TU ini harus dipertanggungjawabkan sendiri, terpisah dari

pertanggungjawaban UP/GU, paling lambat 1 bulan, kecuali

untuk:

Kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan;

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

99

Kegiatan yang mengalami penundaan dari jadwal yang telah

ditetapkan yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kendali

PA/KPA;

Pengajuan SPP TU harus dilampiri dengan salinan SPD, draf Surat

Pernyataan PA, Surat Keterangan Penjelasan Keperluan Pengisian

TU, serta lampiran lain yang diperlukan.

4. Langsung (LS)

SPP‐LS digunakan untuk pembayaran langsung pada pihak ketiga

dengan jumlah yang telah ditetapkan. SPP‐LS terdiri atas:

a. LS untuk pembayaran Gaji & Tunjangan

Lampiran yang diperlukan dalam pengajuan SPP‐LS Gaji dan

Tunjangan yaitu salinan SPD, Draf Surat Pernyataan PA,

dokumen‐dokumen pelengkap daftar gaji, serta lampiran lain

yang diperlukan. Dokumen‐ dokumen pelengkap daftar gaji

antara lain adalah:

1) Pembayaran gaji induk

2) Gaji susulan

3) Kekurangan gaji

4) Gaji terusan

5) Fotokopi surat nikah

6) Fotokopi akte kelahiran

7) Surat keterangan pemberhentian pembayaran

8) daftar gaji induk/gaji susulan/kekurangan gaji/uang duka

wafat/tewas

9) SK CPNS, SK PNS,

10) SK kenaikan pangkat

11) SK jabatan

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

100

12) Kenaikan gaji berkala

13) Surat pernyataan pelantikan

14) Surat pernyataan masih menduduki jabatan

15) Surat pernyataan melaksanakan tugas

16) Daftar keluarga (KP4)

17) rumah dinas

18) Surat keterangan masih sekolah/kuliah

19) Surat pindah

20) Surat kematian

21) SSP PPh Pasal 21

22) Peraturan perundang‐ undangan mengenai penghasilan

pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan

kepala daerah/wakil kepala daerah

b. LS untuk pengadaan Barang dan Jasa

Lampiran yang diperlukan dalam pengajuan SPP‐LS Barang dan

Jasa yaitu salinan SPD, Draf Surat Pernyataan PA, dokumen‐

dokumen terkait kegiatan (disiapkan oleh PPTK), terdiri atas:

1) Salinan surat rekomendasi dari SKPD teknis terkait;

2) SSP disertai faktur pajak (PPN dan PPh) yang telah

ditandatangani wajib pajak dan wajib pungut;

3) Surat perjanjian kerjasama/kontrak antara pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran dengan pihak ketiga

serta mencantumkan nomor rekening bank pihak ketiga;

4) Berita acara penyelesaian pekerjaan;

5) Berita acara serah terima barang dan jasa;

6) Berita acara pembayaran;

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

101

7) Kwitansi bermeterai, nota/faktur yang ditandatangani

pihak ketiga dan PPTK sertai disetujui oleh pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran;

8) Surat jaminan bank atau yang dipersamakan yang

dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan non bank;

9) Dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak‐

kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya

bersumber dari penerusan pinjaman/hibah luar negeri;

10) Berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh pihak

ketiga/rekanan serta unsur panitia pemeriksaan barang

berikut lampiran daftar barang yang diperiksa;

11) Surat angkutan atau konosemen apabila pengadaan

barang dilaksanakan di luar wilayah kerja;

12) Surat pemberitahuan potongan denda keterlambatan

pekerjaan dari PPTK apabila pekerjaan mengalami

keterlambatan;

13) Foto/buku/dokumentasi tingkat kemajuan/ penyelesaian

pekerjaan;

14) Potongan jamsostek (potongan sesuai dengan ketentuan

yang berlaku/surat pemberitahuan jamsostek); dan

15) Khusus untuk pekerjaan konsultan yang perhitungan

harganya menggunakan biaya personil (billing rate), berita

acara prestasi kemajuan pekerjaan dilampiri dengan bukti

kehadiran dari tenaga konsultan sesuai pentahapan waktu

pekerjaan dan bukti penyewaan/pembelian alat

penunjang serta bukti pengeluaran lainnya berdasarkan

rincian dalam surat penawaran.

16) Serta lampiran lain yang diperlukan.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

102

5. LS PPKD

SPP‐LS PPKD ini diajukan oleh Bendahara Pengeluaran PPKD

untuk melakukan pengeluaran/belanja PPKD seperti belanja

hibah, belanja bunga dan belanja tak terduga serta pengeluaran

pembiayaan. Dokumen‐dokumen yang perlu disiapkan sebagai

lampiran untuk penajuan SPP‐LS PPKD adalah salinan SPD dan

lampiran lain yang diperlukan.

Di samping membuat SPP, Bendahara Pengeluaran baik SKPD

maupun PPKD juga membuat register untuk SPP yang diajukan,

SPM dan SP2D yang sudah diterima oleh bendahara. Register ini

berupa daftar SPP yang telah diajukan beserta SPM dan SP2D

yang telah diterbitkan.

C. PEMBUKUAN BELANJA

Untuk melaksanakan kewajiban pembukuan, Bendahara

pengeluaran SKPD

menggunakan buku‐buku dan dokumen berupa:

1. Buku Kas Umum;

2. Buku Pembantu BKU sesuai dengan kebutuhan seperti:

a. Buku Pembantu Kas Tunai;

b. Buku Pembantu Simpanan/Bank;

c. Buku Pembantu Panjar;

d. Buku Pembantu Pajak;

e. Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja

3. Dokumen‐dokumen berupa:

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

103

a) SP2D UP/GU/TU/LS;

b) Bukti transaksi yang sah dan lengkap;

c) Dokumen‐dokumen pendukung lainnya sebagaimana

yang diatur dalam peraturan yang berlaku;

D. PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA

Bendahara Pengeluaran selain berkewajiban menyelenggarakan

pembukuan, juga wajib menyelenggarakan pertanggungjawaban.

Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran

terdiri atas pertanggungjawaban transaksi dan

pertanggungjawaban periodik. Pertanggungjawaban transaksi

adalah pertanggungjawaban yang dilakukan terkait dengan

penggunaan UP/GU/TU. Pertanggungjawaban periodik

merupakan penggabungan pertanggungjawaban bendahara

pengeluaran dengan bendahara pengeluaran pembantu.

Pertanggungjawaban periodik ini berupa pertangungjawaban

administratif dan pertanggungjawaban fungsional.

1. Pertanggungjawaban Transaksi

Pertanggungjawaban transaksi terdiri atas pertanggungjawaban

UP dan Pertanggungjawaban TU.

a. Pertanggungjawaban UP

Disampaikan kepada PA ketika SKPD akan mengajukan GU.

Laporan pertanggungjawaban UP akan menjadi lampiran SPP‐

GU. Berikut adalah langkah‐langkah dalam menyusun laporan

pertanggungjawaban uang persediaan:

b. Pertanggungjawaban TU

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

104

Pertanggungjawaban TU disusun ketika TU yang dikelola telah

digunakan atau telah sampai pada waktu yang ditentukan sejak

TU diterima. Laporan pertanggungjawaban TU disampaikan

kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran

2. Pertanggungjawaban Periodik

a. Pertanggungjawaban Administratif

Pertanggungjawaban administratif yang disampaikan adalah

berupa surat pertanggungjawaban (SPJ) yang menggambarkan

jumlah anggaran, realisasi dan sisa pagu anggaran baik secara

kumulatif maupun per kegiatan. SPJ ini merupakan hasil

konsolidasi dengan SPJ bendahara pengeluaran pembantu. Oleh

karena itu, SPJ Bendahara Pengeluaran pembantu harus sudah

disampaikan kepada bendahara pengeluaran paling lambat

tanggal 5 bulan berikutnya. Kecuali pada bulan terakhir di tahun

anggaran, SPJ bendahara pengeluaran pembantu harus sudah

disampaikan paling lambat 5 hari kerja sebelum hari kerja terakhir

bulan tersebut.

Setelah melakukan konsolidasi SPJ dengan SPJ bendahara

pengeluaran pembantu, bendahara pengeluaran akan

menyampaikan SPJ Administratif kepada Pejabat Pengguna

Anggaran setiap bulan, paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.

SPJ Administratif ini dilampiri dengan Buku Kas Umum, Laporan

Penutupan Kas, dan SPJ Bendahara Pengeluaran Pembantu. Untuk

bulan terakhir tahun anggaran, pertanggungjawaban disampaikan

paling lambat hari kerja terakhir bulan tersebut dan harus

dilampiri dengan bukti setoran sisa uang persediaan. Berikut

adalah bagan langkah ‐ langkah penyusunan

pertanggungjawaban administratif dan penyampaiannya.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

105

b. Pertanggungjawaban Fungsional

SPJ Fungsional menggunakan format yang sama dengan SPJ

Administratif. Hanya saja, pertanggungjawaban fungsional

disampaikan kepada PPKD selaku BUD. Waktu penyampaian

pertanggungjawaban fungsional juga sama dengan waktu

penyampaian pertanggungjawaban administratif yaitu tanggal 10

bulan berikutnya. Pada bulan terakhir periode anggaran,

pertanggungjawaban disampaikan paling lambat hari kerja

terakhir bulan tersebut.

Pertanggungjawaban tersebut dilampiri bukti setoran sisa uang

persediaan. Pertanggungjawaban fungsional yang disampaikan

adalah berupa SPJ yang disertai dengan lampiran berupa Laporan

Penutupan Kas dan SPJ Bendahara Pengeluaran Pembantu.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

106

E. LATIHAN SOAL

1. Apa saja tugas dan wewenang bendahara pengeluaran

dan bendahara pengeluaran pembantu SKPD dan PPKD?

2. Jelaskan mengenai mekanisme pengajuan SPP belanja

berupa UP, GU, TU, dan LS!

3. Pada tanggal 8 Januari 2020, bendahara pengeluaran

memberikan panjar kepada PPTK sebesar Rp 500.000.

15 Januari, PPTK mempertanggungjawabkan belanja

berupa ATK dan makan‐minum rapat masing‐masing

Rp 300.000 dan Rp 150.000. Buatlah pembukuan

bendahara pengeluaran SKPD atas transaksi terkait!

4. Jelaskan Bentuk ‐ bentuk Pertanggungjawaban

Bendahara Pengeluaran SKPD?

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

107

VIII OVERVIU AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Indikator Keberhasilan

Setelah memelajari bab ini, peserta diklat diharap mampu Peserta

mampu menjelaskan signifikansi peranan akuntansi dan pelaporan

keuangan di dalam pengelolaan keuangan negara/daerah.

A. PENGERTIAN DAN TUJUAN AKUNTANSI

Menurut American Institute of Certified Public Accountants–-

AICPA (1970), akuntansi didefinisikan sbb.:

Accounting is a service activity. Its function is to provide

quantitative information, primarily financial in nature, about

economic entities that is intended to be useful in making economic

decision – in making reasoned choises among alternative course of

action.

Definisi akuntansi dari AICPA di atas adalah dalam konteks

pengertian secara umum, yang bila diterjemahan secara bebas,

akuntansi didefinisikan sebagai suatu aktivitas jasa yang bertujuan

untuk menyajiakan informasi yang bersifat keuangan dari suatu

entitas (organisasi), yang bermanfaat untuk pengambilan

keputusan.

Sugijanto, dkk (1995) memberikan definisi akuntansi

pemerintahan, lebih kepada prosesnya, sebagai berikut:

Akuntansi pemerintahan meliputi aktivitas pencatatan,

pengklasifikasian, pengikhtisaran, pelaporan transaksi-transaksi

keuangan pemerintah sebagai suatu kesatuan dari unit-unitnya,

serta penafsiran atas hasil aktivitas ini.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

108

Pengertian akuntansi yang diberikan oleh Sugijanto, dkk tersebut

mengacu kepada pengertian akuntansi yang disarankan oleh

Committee on Terminology dari AICPA (1941) sebagai berikut:

Accounting is the art of recording, classifying and summarizing, in

a significant manner and in terms of money, transactions and

events, which are in part at least, of financial character, and

interpreting the results there of.

Berdasarkan beberapa pengertian akuntansi di atas dapat

diikhtisarkan beberapa kata kunci yang dapat menjelaskan

pengertian dan tujuan akuntansi pemerintahan, sbb:

1) akuntansi adalah aktivitas pencatatan, pengklasifikasian,

pengikhtisaran dan pelaporan;

2) objek akuntansi pemerintahan adalah transaksi-transaksi

keuangan pemerintahan sebagai implikasi dari

pelaksanaan APBN/APBD;

3) tujuan (output) akuntansi (pemerintahan adalah laporan

keuangan pemerintah yang merupakan laporan

pertanggungjawaban dari pelaksanaan APBN/APBD.

Akuntansi keuangan daerah dimaksudkan sebagai aktivitas

akuntansi yang diselenggarakan baik oleh satuan kerja perangkat

daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran maupun oleh pejabat

pengelola keuangan daerah (PPKD) selaku pengguna anggaran

dan sekaligus selaku bendahara umum daerah (BUD) yang

bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk

pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran (APBD).

Laporan keuangan yang dihasilkan dari proses akuntansi tentu

saja tidak hanya berfungsi sebagai alat pertanggungjawaban

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

109

(akuntabilitas). Sugijanto, dkk (1995) menyebutkan tiga tujuan

pokok dari akuntansi pemerintahan, yaitu: pertanggungjawaban,

manajerial dan pengawasan. Sementara itu, di dalam Kerangka

Konseptual Akuntansi Pemerintahan (Lampiran I PP No. 71 Tahun

2010) dinyatakan bahwa laporan keuangan memiliki peran untuk

memenuhi kepentingan sebagai berikut:

a) Akuntabilitas

Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta

pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas

pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara

periodik.

b) Manajemen

Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan

kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan

sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan

pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas

pemerintah untuk kepentingan masyarakat.

c) Transparansi

Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada

masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat

memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh

atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber

daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada

peraturan perundang-undangan.

d) Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

110

Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan

penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk

membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah

generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung

beban pengeluaran tersebut.

e) Evaluasi Kinerja

Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam

penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah

untuk mencapai kinerja yang direncanakan.rtangg

B. AKUNTANSI DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Di dalam Pasal 1 PP 58 Tahun 2005 dinyatakan bahwa yang

dimaksud dengan pengelolaan keuangan daerah adalah

keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan

pengawasan keuangan daerah. Bila dikaitkan dengan definisi

pengelolaan keuangan daerah tersebut, penyelenggaraan

akuntansi termasuk di dalam domain penatausahaan. Dengan

demikian, aktivitas akuntansi merupakan bagian dari aktivitas

pengelolaan keuangan daerah yang bertujuan untuk

menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah.

Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam

rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai

dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang

berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.

Pengelolaan keuangan daerah tersebut tercermin atau identik

dengan pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

111

(APBD). APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan

daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah

daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

Akuntansi keuangan daerah merupakan akuntansi yang mencatat

dan melaporkan pengaruh dari transaksi keuangan daerah seiring

dengan pelaksanaan APBD. Dengan demikian, penyelenggaraan

akuntansi di pemerintah daerah harus merujuk baik pada Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP) maupun pada peraturan-

peraturan yang terkait dengan pengelolaan keuangan daerah,

antara lain PP No. 58/2005 yang diatur lebih lanjut di dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

sebagaimana telah direvisi dengan Permendagri No. 59 Tahun

2007 dan terakhir dengan Permendagri No. 21 Tahun 2011 (revisi

kedua). Dalam prakteknya, dua rujukan tersebut (SAP dan

peraturan pengelolaan keuangan daerah) disinkronkan di dalam

kebijakan akuntansi dan sistem akuntansi pemerintah daerah.

C. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN

Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa UU No. 17/2003

mengharuskan penyusunan laporan keuangan pemerintah

berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP

adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun

dan menyajikan laporan keuangan pemerintah, baik pemerintah

pusat maupun pemerintah daerah. SAP tersebut disusun oleh

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP). SAP yang

pertama ditetapkan adalah SAP dengan basis cash toward accrual

(CTA) atau basis kas menuju akrual, ditetapkan dengan PP No. 24

Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

112

Penerapan SAP yang berbasis CTA tersebut masih bersifat

sementara (transisional). Hal tersebut sebagaimana dinyatakan

dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

tentang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa selama

pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis

akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan

pengukuran berbasis kas. Selanjutnya, di dalam Pasal 70 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara ditegaskan kembali bahwa pelaksanaan pengakuan dan

pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan

selambat- lambatnya pada tahun anggaran 2008, dan selama

pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis

akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan

pengukuran berbasis kas.

Dalam perkembangan berikutnya, Pemerintah baru menetapkan

SAP berbasis akrual pada tahun 2010 yaitu dengan terbitnya

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP,

sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005

tentang SAP (berbasis CTA). SAP berbasis akrual, sebagaimana

dimuat di dalam Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010, diterapkan

selambat-lambatnya mulai tahun anggaran 2015, sehingga di

dalam masa transisi sebelum memasuki tahun Anggaran 2015,

pemerintah pusat/daerah dapat menggunakan SAP berbasis CTA,

sebagaimana dimuat di dalam Lampiran II PP No. 71 Tahun 2010.

Selanjutnya, di dalam Lampiran I SAP yang baru tersebut

dinyatakan bahwa SAP berbasis akrual wajib diterapkan selambat-

lambatnya dalam waktu 4 (empat) tahun sejak ditetapkannya

(wajib diterapkan mulai T.A 2015). SAP setidaknya mengatur hal-

hal yang terkait dengan prinsip pengakuan, pengukuran dan

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

113

pelaporan/pengungkapan transaksi dan kejadian keuangan

pemerintah.

Prinsip pengakuan berkaitan dengan waktu pengakuan dari

pengaruh transaksi terhadap pos-pos laporan keuangan. Prinsip

ini menjawab pertanyaan: kapan suatu transaksi itu akan

dicatat/diakui?. Waktu pengakuan suatu transaksi tergantung

kepada basis akuntansi yang digunakan. SAP yang berbasis ‘cash

toward accrual’ mengakui pendapatan, belanja dan pembiayaan

pada saat kas telah diterima/dibayarkan di/dari rekening kas

negara/daerah (basis kas); sedangkan pengakuan aset, kewajiban

dan ekuitas dana diakui pada saat terjadinya (basis akrual).

Sedangkan SAP berbasis akrual mengakui pendapatan, beban,

aset, kewajiban dan ekuitas pada saat terjadinya atau pada saat

hak/kewajiban pemerintah telah muncul. Sementara itu, LRA

tetap disusun dengan basis kas dengan alasan bahwa LRA

merupakan statutory report.

Prinsip pengukuran berkaitan dengan penetapan nilai uang yang

harus dicatat di dalam pos-pos laporan keuangan sebagai akibat

terjadinya transaksi/kejadian yang bersifat keuangan. Prinsip ini

menjawab pertanyaan: pada nilai berapa transaksi akan dicatat?.

Beberapa prinsip pengukuran yang dapat digunakan dijelaskan di

dalam SAP, misalanya prinsip harga perolehan (cost), nilai

nominal, estimasi nilai wajar, dsb.

Prinsip Pelaporan/Pengungkapan berkaitan dengan bagaimana

pos-pos laporan keuangan dilaporkan di dalam halam muka (on

the face) laporan keuangan dan pengungkapannya di dalam CaLK.

SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintahan (PSAP), dan dilengkapi dengan Kerangka

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

114

Konseptual Akuntansi Pemerintahan (KKAP), Interpretasi SAP

(IPSAP) dan Buletin Teknis. SAP berbasis CTA terdiri dari 11 PSAP

(menjadi Lampiran II PP No. 71/2010). Sementara itu PSAP

berbasis akrual, termuat di dalam Lampiran I PP No. 71/2010,

terdiri dari 12 PSAP.

KKAP adalah prinsip-prinsip yang mendasari penyusunan dan

pengembangan SAP bagi KSAP dan merupakan rujukan penting

bagi KSAP, penyusun laporan keuangan, dan pemeriksa dalam

mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur

secara jelas dalam PSAP. Apabila terjadi pertentangan antara

PSAP dan KKAP, maka PSAP diunggulkan secara relatif terhadap

KKAP.

IPSAP adalah klarifikasi, penjelasan dan uraian lebih lanjut atas

PSAP yang diterbitkan oleh KSAP. Buletin Teknis adalah informasi

yang diterbitkan oleh KSAP yang memberikan arahan/pedoman

secara tepat waktu untuk mengatasi masalah- masalah akuntansi

maupun pelaporan keuangan yang timbul namun belum diatur

secara khusus atau detil di dalam PSAP.

D. KEBIJAKAN DAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN

DAERAH

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan

Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang

Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintahan

menyatakan bahwa penyusunan laporan keuangan dimaksud

dihasilkan melalui sistem akuntansi pemerintahan. Hal ini berarti

bahwa untuk menerapkan SAP dalam rangka menghasilkan

laporan keuangan perlu ditetapkan kebijakan akuntansi dan

sistem akuntansi. Bagi Pemerintah Pusat, kebijakan akuntansi dan

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

115

sistem akuntansi ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan,

sedangkan bagi Pemerintah Daerah kedua aturan tersebut

ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

Selanjutnya, di dalam PP No. 71 Tahun 2010 dinyatakan bahwa

ketentuan lebih lanjut untuk penerapan SAP akrual pada

pemerintah daerah diatur di dalam Peraturan Menteri Dalam

Negeri (Permendagri). Sebagai tindak lanjutnya, telah terbit

Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan SAP Berbasis

Akrual pada Pemerintah Daerah. Permendagri tersebut pada

dasarnya merupakan pedoman atau acuan bagi pemerintah

daerah untuk menyiapkan dua instrumen penting untuk dapat

menerapkan SAP dalam rangka penyusunan dan penyajian

laporan keuangan, yaitu: kebijakan akuntansi dan sistem

akuntansi pemerintah daerah.

Kebijakan akuntansi daerah adalah adalah prinsip-prinsip, dasar-

dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan dan praktik-praktik

spesifik yang dipilih oleh pemerintah daerah sebagai pedoman

dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah

daerah. Kebijakan akuntansi pemda dimaksudkan sebagai

pedoman teknis akuntansi tambahan yang mengacu kepada SAP

dan ketentuan perundang-undangan mengenai keuangan daerah.

Sebagai contoh, di dalam PSAP No. 7 dinyatakan bahwa aset tetap

dapat disusutkan dengan tiga metode pilihan, yaitu: 1) metode

garis lurus, 2) metode menurun ganda, dan 3) metode unit

produksi. Selanjutnya apabila pemda ingin menerapkan

penyusutan untuk aset tetapnya, maka harus dirumuskan di

dalam kebijakan akuntansinya mengenai metode penyusutan

yang akan dipilih berikut estimasi masa manfaat dari aset yang

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

116

akan disusutkan. Contoh lain di dalam PSAP yang sama disebutkan

bahwa pemerintah harus menentukan batas nilai minimal dari

sebuah aset untuk dikapitalisasi sebagai aset tetap (capitalization

threshold), maka pemda harus menentukan batas minimal

kapitalisasi itu di dalam kebijakan akuntansinya.

Sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) adalah rangkaian

sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen

lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi

sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi

pemerintah daerah. Suatu sistem akuntansi pemerintahan

setidak- tidaknya mengatur mengenai format laporan keuangan,

kebijakan akuntansi, prosedur akuntansi, bagan akun standar,

jurnal standar, entitas pelaporan dan entitas akuntansi, dokumen

transaksi yang digunakan.

Di dalam penyusunan kebijakan akuntansi dan sistem akuntansi

pemerintah daerah peraturan yang harus dipedomani/diacu

antara lain yaitu:

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP- PP No. 71 Tahun 2010);

Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan (PUSAP-

Peraturan Menteri Keuangan No. 238/PMK.05/2011);

Permendagri No. 64 Tahun 2013;

Permendagri, Perda, dan Peraturan Kepala Daerah tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah (PKD).

Apabila kebijakan akuntansi dan sistem akuntansi telah

ditetapkan, maka proses akuntansi dapat diselenggarakan. Proses

akuntansi adalah serangkaian kegiatan akuntansi mulai dari

penjurnalan transaksi, posting ke buku besar, penyusunan neraca

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

117

saldo, jurnal penyesuaian, hingga penyusunan laporan keuangan.

Proses akuntansi akan dapat berjalan bila sistem akuntansi sudah

dibangun. Proses akuntansi tersebut dapat diselenggarakan

secara manual maupun dengan bantuan software aplikasi

komputer akuntansi.

Proses akuntansi pemerintahan diselenggarakan seiring dengan

pelaksanaan anggaran yang dimulai sejak awal tahun anggaran

hingga dihasilkannya laporan keuangan sebagai bentuk

pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran untuk setiap akhir

tahun anggaran. Berikut ini digambarkan kaitan peraturan

perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dan/atau

pedoman sehingga proses akuntansi dapat diselenggarakan yang

akan menghasilkan output berupa laporan keuangan pemerintah

daerah.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

118

E. LATIHAN SOAL

1. Jelaskan dasar hukum yang mewajibkan pengelola

keuangan negara/daerah untuk menyusuan laporan

pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD dalam

bentuk laporan keuangan?

2. SAP dinyatakan dalam bentuk PSAP. Sebutkan unsur-

unsur kelengkapan dari SAP !

3. Jelaskan perbedaan antara basis akuntansi kas menuju

akrual dengan basis akuntansi akrual di dalam akuntansi

pemerintahan !

4. Jelaskan pengertian SAP, Kebijakan Akuntasi dan Sistem

Akuntansi !

5. Sebutkan dasar peraturan yang menjadi pedoman dan

rujukan dalam penyusunan kebijakan dan sistem

akuntansi keuangan daerah !

6. Apa yang dimaksud dengan prinsip pengakuan,

pengukuran dan pelaporan yang diatur di dalam SAP,

jelaksan !

7. Apabila terdapat pertentangan antara PSAP dan KK-AP,

manakah yang diunggulkan/diterapkan ?

8. Jelaskan perbedaan antara entitas akuntansi dan entitas

pelaporan !

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

119

IX LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Indikator Keberhasilan

Setelah memelajari bab ini, peserta diklat diharap mampu Peserta

mampu menjelaskan tentang komponen dan format laporan

keuangan pemerintah daerah yang berbasis akrual.

A. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SAP

BERBASIS

Sebagaimana amanat UU 17/2003 dan UU 1/2004, ditetapkan SAP

Berbasis Akrual yang dimuat di dalam Lampiran I PP 71/2010

sebagai pengganti dari SAP Berbasis Kas Menuju Akrual (PP

24/2005). Komponen laporan keuangan yang harus disusun oleh

pemerintah pusat maupun pemda berdasarkan SAP yang baru

tersebut terdiri dari:

1. Neraca;

Neraca merupakan komponen laporan keuangan yang

menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan

mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.

2. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);

LRA merupakan komponen laporan keuangan yang menyediakan

informasi mengenai realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer,

surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan

yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya.

Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam

mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

120

ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap

anggaran.

3. Laporan Operasional (LO);

LO merupakan komponen laporan keuangan yang menyediakan

informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan

entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO,

beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas

pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode

sebelumnya.

4. Laporan Arus Kas (LAK);

LAK merupakan komponen laporan keuangan yang memberikan

informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan

setara kas selama suatu

periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal

pelaporan. Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan

pengambilan keputusan.

5. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);

LPE merupakan komponen laporan keuangan yang menyajikan

sekurang- kurangnya pos-pos ekuitas awal, surplus/defisit-LO

pada periode bersangkutan; koreksi-koreksi yang langsung

menambah/mengurangi ekuitas, dan ekuitas akhir.

6. Laporan Perubahan SAL (LP-SAL);

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih merupakan komponen

laporan keuangan yang menyajikan secara komparatif dengan

periode sebelumnya pos- pos berikut Saldo Anggaran Lebih awal,

Penggunaan Saldo Anggaran Lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

121

Anggaran tahun berjalan, Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun

Sebelumnya, dan Saldo Anggaran Lebih Akhir. Bagi pemerintah

daerah LP-SAL ini tidak wajib disusun (bersifat opsional).

7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).

CALK merupakan komponen laporan keuangan yang meliputi

penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos

yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan

Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional,

Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula

dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi

yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi

Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang

diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan.

B. STRUKTUR LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL

Pada subbab ini akan dijelaskan struktur (elemen-elemen laporan

keuangan) dan contoh format laporan keuangan di tingkat

pemerintah daerah (laporan keuangan konsolidasian).

Perbendaan antara laporan keuangan untuk pemerintah provinsi

dan kabupaten/kota hanya terletak pada pos pendapatan yang

terdapat di dalam LRA, LO dan LAK.

Berikut ini adalah penjelasan struktur dan ilustrasi format laporan

keuangan daerah di tingka pemerintah daerah sebagai entitas

pelaporan, atau disebut juga sebagai laporan keuangan

konsolidasian.

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

LRA menyajikan informasi realisasi pendapatan-LRA, belanja,

transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan, yang masing-

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

122

masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu

periode. Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya

mencakup pos-pos sebagai berikut:

a) Pendapatan-LRA;

b) Belanja;

c) Transfer;

d) Surplus/Defisit-LRA;

e) Penerimaan pembiayaan;

f) Pengeluaran pembiayaan; g) Pembiayaan neto;

h) Sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA).

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL)

Di dalam PSAP No. 11 Paragraf 8, huruf (b) dinyatakan bahwa LP-

SAL hanya disusun dan disajikan oleh Pemerintah Pusat. Hal ini

disebabkan karena SiLPA (awal tahun) di Pemda umumnya

dimasukkan seluruhnya sebagai penerimaan pembiayaan,

sehingga SILPA akhir tahun di LRA akan menunjukan keseluruhan

saldo akhir SILPA alias SAL (SAL adalah gunggungan SILPA).

Akan tetapi, apabila Pemda hanya memasukkan sebagian saja dari

SiLPA awal tahun (bukan seluruhnya) ke dalam penerimaan

pembiayaan, yang akan benar- benar digunakan untuk menutup

defisit, maka pemda harus menyusun LP-SAL. LP-SAL menyajikan

secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos sebagai

berikut:

a) Saldo Anggaran Lebih Awal;

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

123

b) Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;

c) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;

d) Koreksi kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya;

e) Lain-Lain;

f) Saldo Anggaran Lebih Akhir.

3. Laporan Operasional (LO)

Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO,

beban, surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan

non operasional, surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar

biasa, dan surplus/defisit-LO, yang diperlukan untuk penyajian

yang wajar secara komparatif. Laporan Operasional mencakup

pos-pos informasi berikut:

a) Pendapatan-LO;

b) Beban;

c) Surplus/Defisit dari operasi;

d) Kegiatan Non Operasional;

e) Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa;

f) Pos Luar Biasa;

g) Surplus/Defisit-LO.

4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

124

Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-

pos sebagai berikut:

a) Ekuitas awal;

b) Surplus/defisit – LO pada periode bersangkutan;

c) Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas,

yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan

oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan

mendasar, misalnya :

Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada

periode-periode sebelumnya;

Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap. d) Ekuitas

akhir.

5. Neraca

Neraca menyajikan informasi mengenai posisi keuangan suatu

entitas pada tanggal tertentu. Struktur Neraca di tingkat Pemda

terdiri dari pos-pos berikut:

a) Kas (dan Setara Kas) di Kas Daerah;

b) Kas di Bendahara Penerimaan;

c) Kas di Bendahara Pengeluaran;

d) Investasi jangka Pendek

e) Piutang Pajak Daerah;

f) Piutang Retribusi Daerah;

g) Piutang Dana Perimbangan;

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

125

h) Piutang Lain-Lain;

i) Penyisihan Piutang

j) Investasi Jangka Panjang;

k) Aset Tetap;

l) Dana Cadangan;

m) Aset Lainnya;

n) kewajiban jangka Pendek; o) kewajiban jangka Panjang; p)

Ekuitas.

6. Laporan Arus Kas (LAK)

Laporan Arus Kas menyajikan informasi penerimaan dan

pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan

berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan

transitoris.

7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan

membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya,

Catatan atas Laporan Keuangan biasanya disajikan dengan

susunan sebagai berikut:

(a) Informasi umum tentang entitas Pelaporan dan Entitas

Akuntansi; (b) Kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;

(c) Ikhtisar pencapaian target keuangan berikut hambatan dan

kendalanya;

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

126

(d) Kebijakan akuntansi yang penting:

i. Entitas Pelaporan;

ii. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan

keuangan;

iii. Basiis pengukuran yang digunakan penyusunan laporan

keuangan;

iv. Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang

diterapkan dengan ketentuan-ketentuan Pernyataan

Standar Akuntansi Pemerintahan dan/atau Kebijakan

Akuntansi oleh suatu entitas pelaporan;

v. Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan

untuk memahami laporan keuangan.

(e) Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan:

i. Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan

Keuangan;

ii. Penungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan

Standar Akuntansi Pemerintahan dan/atau Kebijakan

Akuntansi yang belum disajikan dalam lembar muka

Laporan Keuangan.

(f) Informasi tambahan lainnya yang diperlukan.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

127

C. LATIHAN SOAL

1) Setelah diterapkannya SAP berbasis akrual, komponen

laporan keuangan manakah yang tetap disusun dengan

basis kas ?

2) Apakah semua jenis belanja di LRA dapat menjadi beban

di LO ? jelaskan !

3) Apakah jumlah SILPA dapat bersaldo negatif? jelaskan !

4) Apakah jumlah SILPA akan selalu menunjukkan jumlah kas

yang menjadi hak (milik) pemda ? jelaskan !

5) Kenapa pos pembiayaan di LRA tidak masuk di dalam LO ?

jelaskan !

6) Sebutkan jenis-jenis beban di LO yang tidak bersifat

pengeluaran uang (non- cash items) !

7) Apakah saldo akhir kas di Neraca harus selalu sama

dengan saldo akhir kas di Laporan Arus Kas? jelaskan!

8) Apakah penyusunan Laporan Perubahan SAL bagi pemda

bersifat wajib ? jelaskan !

9) Apakah penyusunan CaLK bersifat wajib? Jelaskan pula

tujuan dari penyajian CaLK

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

128

DAFTAR ISTILAH

1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut pemerintah, adalah

Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia

sebagaimana dimaksud dalam Undang‐ Undang Dasar

Republik Indonesia Tahun 1945.

2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggara urusan

pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan

tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas‐luasnya

dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik

Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan/atau

walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan daerah.

4. Daerah Otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas‐batas

wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat,

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat

dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

5. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah

dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang

dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala

bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan

kewajiban daerah tersebut.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

129

6. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan

yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,

pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan

daerah.

7. APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) adalah

rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang

dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan

DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.

8. Peraturan Daerah adalah peraturan yang dibentuk oleh DPRD

dengan persetujuan bersama kepala daerah, termasuk

Qanun yang berlaku di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

dan peraturan daerah provinsi (perdasi) yang berlaku di

Provinsi Papua.

9. Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi atau

bupati bagi daerah kabupaten atau walikota bagi daerah

kota.

10. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah

kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai

kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan

keuangan daerah.

11. PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah) adalah kepala

satuan kerja pengelola keuangan daerah yang mempunyai

tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak

sebagai bendahara umum daerah.

12. BUD (Bendahara Umum Daerah) adalah PPKD yang bertindak

dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah.

13. Kuasa BUD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk

melaksanakan tugas bendahara umum daerah.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

130

14. SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) adalah perangkat

daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna

anggaran/barang.

15. Unit Kerja adalah bagian SKPD yang melaksanakan satu atau

beberapa program.

16. PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan) adalah pejabat

pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa

kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.

17. PPK‐SKPD (Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD) adalah

pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada

SKPD.

18. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan

penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan

fungsi SKPD yang dipimpinnya.

19. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa

untuk melaksanakan sebagian kewenangan pengguna

anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi

SKPD.

20. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan

penggunaan barang milik daerah.

21. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah

yang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung

seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh

pengeluaran daerah.

22. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat

penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh kepala

daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan

membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang

ditetapkan.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

131

23. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang

ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan,

menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang

pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada

SKPD.

24. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang

ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan,

menatausahakan, dan mempertanggung jawabkan uang

untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan

APBD pada SKPD.

25. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.

26. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.

27. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang

diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.

28. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang

diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.

29. Surplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara

pendapatan daerah dan belanja daerah.

30. Defisit Anggaran Daerah adalah selisih kurang antara

pendapatan daerah dan belanja daerah.

31. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu

dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima

kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan

maupun pada tahun‐ tahun anggaran berikutnya.

32. SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) adalah selisih lebih

realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu

periode anggaran.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

132

33. SiKPA (Sisa Kurang Perhitungan Anggaran) adalah selisih

kurang realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran

selama satu periode anggaran.

34. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang

mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau

menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain,

sehingga daerah dibebani kewajiban untuk membayar

kembali.

35. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah pendekatan

penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan

keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam

perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan

mempertimbangkan implikasi biaya akibat keputusan yang

bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam

prakiraan maju.

36. Prakiraan Maju (forward estimate) adalah perhitungan

kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun

yang direncanakan guna memastikan kesinambungan

program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar

penyusunan anggaran tahun berikutnya.

37. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang

akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan

anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.

38. Penganggaran Terpadu (unified budgeting) adalah

penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan

secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna

melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada

prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

133

39. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang

tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan

pembangunan nasional.

40. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk

upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan

menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai

hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.

41. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh

satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari

pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri

dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik

yang berupa personal (sumber daya manusia), barang modal

termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari

beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut sebagai

masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output)

dalam bentuk barang/jasa.

42. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu

program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.

43. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan

oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung

pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.

44. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran dari kegiatan‐kegiatan dalam satu

program.

45. RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah)

adalah dokumen perencanaan untuk periode lima tahun.

46. RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) adalah dokumen

perencanaan daerah untuk periode satu tahun.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

134

47. TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah) adalah tim yang

dibentuk dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin oleh

sekretaris daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta

melaksanakan kebijakan kepala daerah dalam rangka

penyusunan APBD yang anggotanya terdiri pejabat

perencana daerah, PPKD, dan pejabat lainnya sesuai dengan

kebutuhan.

48. RKA‐SKPD (Rencana Kerja dan Anggaran SKPD) adalah

dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi

program dan kegiatan SKPD serta anggaran yang diperlukan

untuk melaksanakannya.

49. KUA (Kebijakan Umum APBD) adalah dokumen yang memuat

kebijakan bidang pendapatan,belanja, dan pembiayaan serta

asumsi yang mendasarinya untuk periode satu tahun.

50. PPAS (Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara) merupakan

program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran

yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai

acuan dalam penyusunan RKA‐SKPD.

51. DPA ‐ SKPD (Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD)

merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja

setiap SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh

pengguna anggaran.

52. SPP (Surat Permintaan Pembayaran) adalah dokumen yang

diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas

pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran untuk

mengajukan permintaan pembayaran.

53. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) adalah dokumen yang

digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan

oleh BUD berdasarkan SPM.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

135

54. Surat Perintah Membayar (SPM) adalah dokumen yang

digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa

pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban

pengeluaran DPA‐SKPD.

55. SPM‐ LS (Surat Perintah Membayar Langsung) adalah

dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa

pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban

pengeluaran DPA‐SKPD kepada pihak ketiga.

56. UP (Uang Persediaan) adalah sejumlah uang tunai yang

disediakan untuk satuan kerja dalam melaksanakan kegiatan

operasional sehari‐hari.

57. SPM‐UP (Surat Perintah Membayar Uang Persediaan)

adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D

atas beban pengeluaran DPA‐SKPD yang dipergunakan

sebagai uang persediaan untuk mendanai kegiatan

operasional kantor sehari‐hari.

58. SPM‐GU (Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan)

adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D

atas beban pengeluaran DPA ‐ SKPD yang dananya

dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah

dibelanjakan.

59. SPM‐ TU (Surat Perintah Membayar Tambahan Uang

Persediaan) adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna

anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D

atas beban pengeluaran DPA‐SKPD, karena kebutuhan

dananya melebihi dari jumlah batas pagu uang persediaan

yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

136

60. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar

kepada pemerintah daerah dan/atau hak pemerintah daerah

yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau

akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang‐undangan

atau akibat lainnya yang sah.

61. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau

diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan

lainnya yang sah.

62. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar

pemerintah daerah dan/atau kewajiban pemerintah daerah

yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan

perundang‐undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebab

lainnya yang sah.

63. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk

menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar

yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.

64. BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) adalah SKPD/unit kerja

pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk

untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa

penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa

mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan

kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan

produktivitas.

65. SPD (Surat Penyediaan Dana) adalah dokumen yang

menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan

sebagai dasar penerbitan SPP.

66. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh

manfaat ekonomis seperti bunga, dividen, royalti, manfaat

sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

137

meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka

pelayanan kepada masyarakat.

67. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) adalah surat

yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan

penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak

dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban,

menurut ketentuan peraturan perundang ‐ undangan

perpajakan daerah.

68. SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) adalah surat ketetapan

pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak.

69. SKPDN (Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil) adalah surat

ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama

besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak

terutang dan tidak ada kredit pajak.

70. SKPDKB (Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar) adalah

surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah

pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan

pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan

jumlah yang masih harus dibayar.

71. SKPDLB (Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar) adalah

surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan

pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar

daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.

72. SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah) adalah surat yang oleh

wajib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau

penyetoran pajak yang terutang ke kas daerah atau ke

tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh kepala daerah.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

138

73. SKPDKBT (Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar

Tambahan) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan

tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.

74. STPD (Surat Tagihan Pajak Daerah) adalah surat untuk

melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi

berupa bunga dan/atau denda.

75. SKRD (Surat Ketetapan Retribusi Daerah) adalah surat

ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok

retribusi.

76. SKRDLB (Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar)

adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah

kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit

retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau

tidak seharusnya terutang.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

139

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Mu’am. (2011). Basis Akrual dalam Akuntansi Pemerintahan di Indonesia. Tangerang Selatan: Mifaz Rasam Publishing.

Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Pedoman PengelolaanKeuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.

Tata Kelola Keuangan Daerah

BKPP Kota Tangerang Selatan

140

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.