e-modul tata kelola keuangan...
TRANSCRIPT
Modul Penyelenggaraan Pendidikan dan Pelatihan
BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN Jl. Raya Puspipptek No.1 Kec. Setu Kota Tangerang Selatan 15314
Telp./Fax : (021) 7566710 email:[email protected]
2018
E-MODUL TATA KELOLA
KEUANGAN DAERAH
E-MODUL TATA KELOLA KEUANGAN DAERAH
Dikeluarkan oleh BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KOTA TANGERANG SELATAN
Edisi Pertama : Tahun 2018
Penyusun : Ahmad Muam , Ak., M.M., CA.
Dilarang keras mengutip, menjiplak, atau menggandakan sebagian atau seluruh isi modul ini, serta memperjualbelikan tanpa izin tertulis
dari BKPP Kota Tangerang Selatan
DAFTAR ISI
halaman
KATA PENGANTAR iii
DAFTAR ISI iv
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang B. Kompetensi Dasar C. Deskripsi Singkat
1
1 1 3
II GAMBARAN UMUM KEUANGAN DAERAH
A. Lingkup Pengelolaan Keuangan Daerah B. Asas Umum Pengelolaan Keuangan Darah C. Hubungan Keuangan Pusat Dan Daerah D. Pengelola Keuangan Daerah E. Latihan Soal
4
4 8
10 11 22
III PENYUSUNAN APBD
A. Pengertian Dan Struktur APBD B. Siklus APBD C. Penyusunan Rancangan APBD D. Latihan Soal
24
26 29 30 50
IV PENDAPATAN DAERAH DAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN
A. Pendapatan Asli Daerah B. Dana Perimbangan C. Pendapatan Daerah Lainya yang Sah
52
53 65 71
iv
halaman
D. Penerimaan Pembiayaan E. Latihan Soal
71 76
V BELANJA DAERAH DAN PENGELUARAN PEMBIAYAAN
A. Belanja Daerah B. Pengeluaran Pembiayaan C. Latihan Soal
78
78 85 88
VI SISTEM DAN PROSEDUR BENDAHARA PENERIMAAN
A. Pendapatan Daerah melalui Bendahara Penerimaan
B. Pembukuan Bendahara Penerimaan C. Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan D. Latihan Soal
90
90
91 92 94
VII SISTEM DAN PROSEDUR BENDAHARA PENGELUARAN
A. Tugas dan Wewenang Bendahara Pengeluaran
B. Mekanisme Pembayaran C. Pembukuan Belanja D. Pertanggungjawaban Belanja E. Latihan Soal
95
95
97
102 103 106
VIII OVERVIU AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
A. Pengertian dan Tujuan Akuntansi B. Akuntansi dan Pengelolaan Keuangan Daerah C. Standar Akuntansi Pemerintahan
107
107 110 111
v
halaman
D. Kebijakan dan Sistem Akuntansi Pemerintahan Daerah
E. Latihan Soal
114
118
IX LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
A. Komponen Laporan Keuangan Berdasarkan SAP Berbasis
B. Struktur Laporan Keuangan Berbasis Akrual C. Latihan Soal
119
119 121 127
DAFTAR ISTILAH 128
DAFTAR PUSTAKA 139
vi
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
1
I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mata Diklat Tata Kelola Keuangan Daerah (TPKD) ini memfasilitasi
peserta diklat mampu memahami secara utuh gambaran
pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian yang tidak
terpisahkan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi masing-
masing PNS (ASN) di lingkungan Pemerintah Kota Tangerang
Selatan. Sehingga pada akhirnya mampu meeujudkan tata kelola
keuangan yang baik dalam kerangka penerapan good governance
di masing-masing lingkungan kerjanya.
Mata Diklat PPKD ini merupakan Mata Diklat yang diajarkan pada
seluruh jenis diklat teknis yang diselenggarakan oleh Badan
Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kota Tangerang Selatan.
B. KOMPETENSI DASAR
Kompetensi dasar yang ingin dicapai memalui modul ini adalah
agar peserta diklat mampu memahami Pengelolaan Keuangan
Daerah secara utuh rangka mendukung pengelolaan keuangan
daerah yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan keinginan akan
terwujudnya akuntabilitas dan good governance di lingkungan
Pemerintah Kota Tangerang Selatan. Seluruh PNS (ASN)
mempunyai andil yang cukup besar demi terwujudnya kedua hal
tersebut.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
2
Untuk menilai ketercapaian kompetensi dasar tersebut dapat
diukur melalui indikator keberhasilan yang dirumuskan sebagai
berikut:
Setelah mengikuti pelatihan ini, peserta diklat diharapkan
mampu:
1. menjelaskan pengertian keuangan daerah, hubungan
keuangan daerah dengan pusat, serta pengurusan
keuangan daerah;
2. menjelaskan pengertian APBD, fungsi dan prinsip
anggaran daerah, struktur APBD, sumber-sumber
penerimaan daerah, belanja daerah, serta pembiayaan
daerah;
3. memahami siklus anggaran, khususnya proses
penyusunan APBD, mulai dari penyusunan rancangan
hingga penetapan APBD;
4. memahami pengertian, unsur-unsur dan prosedur
penerimaan daerah;
5. menjelaskan pengertian pengeluaran daerah, berupa
belanja daerah dan pengeluaran pembiayaan daerah;
6. menjelaskan pengertian Sistem dan Prosedur Bendahara
Penerimaan
7. menjelaskan pengertian Sistem dan Prosedur Bendahara
Pengeluaran
8. menjelaskan pengertian Overviu Akuntansi Pemerintah
Daerah
9. menjelaskan pengertian Laporan Keuangan Pemerintah
Daerah.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
3
Dengan pemahaman itu, maka setiap peserta pelatihan
diharapkan mampu melakukan pengelolaan keuangan daerah
dengan transparan dan akuntabel.
Mata Diklat ini terdiri dari 6 kegiatan Belajar, yakni sebagai
berikut:
1. Gambaran Umum Keuangan Daerah
2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
3. Penyusunan APBD
4. Pendapatan dan Penerimaan Pembiayaan
5. Belanja dan Pengeluaran Pembiayaan
6. Sistem dan Prosedur Bendahara Penerimaan
7. Sistem dan Prosedur Bendahara Pengeluaran
8. Overviu Akuntansi Pemerintah Daerah
9. Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Dalam rangka membantu Saudara dalam mempelajari modul ini,
ada baiknya diperhatikan beberapa petunjuk belajar sebagi
berikut:
1. Membaca dengan cermat bagian pendahuluan modul ini;
2. Membaca dan menemukan kata kunci dalam setiap bab dan
cari pengertian kata kunci tersebut;
3. Menangkap pengertian isi modul dan diskusikan dengan
sesama peserta diklat;
4. Memperluas wawasan dengan membaca sumber-sumber lain
Memantapkan pemahaman dengan mengerjakan latihan
dalam modul, baik secara sendiri maupun diskusi dengan
peserta diklat lain.
Semoga sukses mengiring kegiatan diklat Saudara. Amin.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
4
II GAMBARAN UMUM KEUANGAN DAERAH
Indikator Keberhasilan
Setelah memelajari bab ini, peserta diklat diharap mampu
menjelaskan pengertian keuangan daerah, asas umum, hubungan
keuangan daerah dengan keuangan pusat, dan pengelola keuangan
daerah dalam rangka membantu pelaksanaan tugasnya.
A. LINGKUP PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Sebagaimana diketahui bahwa kewenangan Pemerintah Daerah
sebagaimana ditetapkan dalam UU No. 32 tahun 2004 dan UU No.
33 tahun 2004 timbul hak dan kewajiban daerah yang dapat
dinilai dengan uang sehingga perlu dikeloladalam suatu sistem
pengelolaan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan merupakan
subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan
merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah. Dalam rangka pengelolaan keuanggan negara dan daerah
secara efektif dan efisien melalui tata kelola pemerintahan dan
dapat memenuhi pilar utama yaitu transparansi, akuntabilitas,
dan partisipatif, maka ruang lingkup dan pelaksana pengelolaan
keuangan daerah merupakan hal yang penting dan telah diatur
dalam PP No. 58 tahun 2005, Permendagri No. 13 tahun 2006 dan
Permendagri No. 59 tahun 2007.
Sesuai dengan Permendagri 13 tahun 2006, pengelolaan
keuangan daerah meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan
daerah, azas umum dan struktur Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD), penyusunan rancangan APBD, penetapan
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
5
APBD, penyusunan dan penetapan APBD bagi daerah yang belum
memiliki Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), pelaksanaan
APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan
keuangan daerah, akuntansi keuangan daerah,
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan dan
pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah dan
pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
Secara Peraturan perundang-undangan, pengertian keuangan
daerah sebagaimana dimuat dalam penjelasan pasal 156 ayat 1
Undang‐Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah adalah sebagai berikut :
“Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah yang
dapat dinilai dengan uang dan segala sesuatu berupa uang dan
barang yang dapat dijadikan milik daerah yang berhubungan
dengan pelaksanaan hak dan kewajiban tersebut”.
Sementara dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21
Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah dinyatakan bahwa:
“Kuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.”
Kegiatan pengelolaan keuangan daerah terdiri dari :
a. Kegiatan perencanaan
Kegiatan perencanaan dimulai dengan penyusunan Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), kemudian
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
6
diturunkan menjadi Rencana Kerja Pemerintah Daerah,
dilanjutkan dengan Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Nota
kesepakatan dan Pedoman Penyusunan Rencana Kerja Anggaran
(RKA)-SKPD, disusun menjadi Rencana APBD dan setelah disahkan
menjadi APBD.
b. Kegiatan pelaksanaan
Setelah APBD disahkan, kemudian disusun Rancangan Dokumen
Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD, setelah disahkan menjadi
DPA-SKPD. Atas dasar DPA ini Satker Pemerintah Daerah
melakukan kegiatan pelaksanaan pendapatan dan belanja, dan
sampai semester pertama dipertanggungjawabkan dalam Laporan
Realisasi Anggaran semester Pertama.
c. Kegiatan penatausahaan
Selama proses pelaksanaan anggaran, Bendahara Penerimaan
melakukan penatausahaan penerimaan, Bendahara Pengeluaran
melakukan penatausahaan Belanja.
d. Kegiatan pertanggungjawaban
Pada akhir masa pelaksanaan anggaran, Pengguna Anggaran
melakukan kegiatan pertanggungjawaban melalui Laporan
keuangan Pemerintah Daerah, yang terdiri dari Laporan Realisasi
ANggaran (LRA), Neraca, Laporan Arus Kas, Catatan Atas Laporan
Keuangan (CaLK). Untuk menilai kewajaran laporan keuangan
tersebut, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) melakukan
pemeriksaan laporan Keuangan Pemda dengan memberikan opini
Wajar Tanpa Pengecualian, Wajar dengan Pengecualian, Tidak
Memberikan Pendapat dan Pendapat Tidak Wajar.
e. Kegiatan pengawasan
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
7
Kegiatan pengawasan pengelolaan keuangan dilakukan oleh
aparat pengawas internal pemerintah, yang dilakukan oleh
Inspektorat Daerah dengan memberikan pemberian pedoman,
bimbingan, supervisi, pelatihan dan konsultansi.
Sejak mulai dilaksanakannya kebijakan otonomi daerah pada awal
tahun 2000, APBD tidak hanya berperan sebagai dokumen
anggaran dan pelaksanaan, namun sekaligus merupakan alat
politik dan kebijakan publik dalam upaya mewujudkan pelayanan
publik yang optimal serta upaya dalam mendorong pembangunan
ekonomi suatu daerah (DJPK, 2013: 1).
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005, tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, idealnya, pelaksanan belanja
daerah dilaksanakan dengan pendekatan kinerja yang berorientasi
pada prestasi kerja, dengan memperhatikan keterkaitan antara
pendanaan dengan keluaran dan outcome yang diharapkan dari
kegiatan dan program. Dengan demikian, pendekatan kinerja
sekaligus mencerminkan efisiensi dan efektivitas pelayanan
public. Efisien akan diwujudkan dalam kesesuaian antara input
(termasuk pendanaan) dengan output yang paling optimal yang
bisa dihasilkan. Sedangkan efektivitas akan diwujudkan dengan
kesesuaian antara output dengan ekspekstasi masyarakat
terhadap pemenuhan kualitas dan kuantitas layanan public yang
dihasilkan.
Keuangan daerah pada dasarnya adalah bagian dari sistem
keuangan negara. APBD dapat mempengaruhi perekonomian
daerah baik dari sisi pendapatan maupun belanja. Dari sisi
pendapatan, terdapat pengaruh pajak dan retribusi daerah
terhadap perekonomian daerah. Pajak dan Retribusi daerah yang
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
8
dipungut secara membabi buta dan tidak memperhatikan prinsip-
prinsip pengelolaan pendapatan yang baik, dapat menimbulkan
high cost economy pada tingkat daerah. Sehingga pendapatan asli
daerah yang tinggi tidak selalu berarti positif bagi perekonomian,
karena dapat menimbulkan dis-insentif untuk berusaha dan
mengganggu pertumbuhan daerah dalam jangka menengah dan
jangka panjang.
Di sisi belanja, belanja Pemerintah Daerah juga mempengaruhi
perekonomian daerah, namun pengaruh belanja Pemda tersebut
bisa jadi sangat kecil. Di sebuah daerah, Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Propinsi juga punya belanja yang pasti akan
mempengaruhi perekonomian daerah. Pengaruh belanja
pemerintah (G) terhadap perekonomian daerah harus dilihat
secara komprehensif dengan mendalami belanja ketiga tingkatan
pemerintah (Pusat, Propinsi, Kabupaten/Kota) di daerah. Alokasi
belanja pemerintah yang lebih efisien dipastikan akan mendorong
pertumbuhan ekonomi. Desentralisasi fiskal yang memberikan
keleluasaan kepada Pemda untuk mengalokasikan dananya, pada
dasarnya dapat mendorong peningkatan efisiensi belanja karena
Pemda lebih tahu kebutuhan masyarakatnya dari pada
Pemerintah Pusat.
B. ASAS UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Keuangan daerah agar dapat mencapai tujuan dan sasaran harus
dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan,
efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab
dengan memperhatikan azas keadilan, kepatutan, dan manfaat
untuk masyarakat. Asas-asas ini ditetapkan dalam PP No. 58 tahun
2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah. Rincian mengenai
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
9
asas-asas ini dijelaskan dalam pasal 4 Permendagri No. 13 tahun
2006 sebagai berikut :
a. Secara tertib adalah bahwa keuangan daerah dikelola
secara tepat waktu dan tepat guna yang didukung dengan
bukti-bukti administrasi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Taat pada peraturan perundang-undangan adalah bahwa
pengelolaan keuangan daerah harus berpedoman pada
peraturan perundang-undangan.
c. Efektif merupakan pencapaian hasil program dengan
target yang telah ditetapkan, yaitu dengan cara
membandingkan keluaran dengan hasil.
d. Efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimum
dengan masukan tertentu atau penggunaan masukan
terendah untuk mencapai keluaran tertentu.
e. Ekonomis merupakan pemerolehan masukan dengan
kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang
terendah.
f. Transparan merupakan prinsip keterbukaan yang
memungkinkan masyarakat untuk mengetahui dan
mendapatkan akses informasi seluas-Iuasnya tentang
keuangan daerah.
g. Bertanggung jawab merupakan perwujudan kewajiban
seseorang untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan
dan pengendalian sumber daya dan pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepadanya dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
10
h. Keadilan adalah keseimbangan distribusi kewenangan dan
pendanaannya dan/atau keseimbangan distribusi hak dan
kewajiban berdasarkan pertimbangan yang obyektif.
i. Kepatutan adalah tindakan atau suatu sikap yang
dilakukan dengan wajar dan proporsional.
j. Manfaat untuk masyarakat adalah bahwa keuangan
daerah diutamakan untuk pemenuhan kebutuhan
masyarakat.
C. HUBUNGAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT
DAN DAERAH
Dalam Konstitusi, Pasal 1 UUD 1945 menetapkan negara
Indonesia adalah negara kesatuan yang berbentuk republik.
Selanjutnya dalam UUD 1945 Pasal 18 beserta penjelasannya
menyatakan bahwa daerah Indonesia terbagi dalam daerah yang
bersifat otonom atau bersifat daerah administrasi.
Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan
nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan
pengaturan sumber‐sumber daya nasional yang memberikan
kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah,
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju
masyarakat madani yang bebas korupsi, kolusi dan nepotisme
(KKN). Penyelenggaraan pemerintahan daerah juga merupakan
subsistem dari pemerintahan negara, sehingga antara keuangan
daerah dengan keuangan negara akan mempunyai hubungan
yang erat dan saling memengaruhi.
Untuk mendukung penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan
kewenangan yang luas, nyata dan bertanggung jawab di daerah
secara proporsional diwujudkan dengan pengaturan, pembagian
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
11
dan pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta
perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Sumber
pembiayaan pemerintahan daerah dalam rangka perimbangan
keuangan pemerintah pusat dan daerah dilaksanakan atas dasar
desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan.
Setiap penyerahan atau pelimpahan kewenangan dari pemerintah
pusat kepada daerah dalam rangka desentralisasi dan
dekonsentrasi, disertai dengan pengalihan sumber daya manusia
dan sarana serta pengalokasian anggaran yang diperlukan untuk
kelancaran pelaksanaan penyerahan dan pelimpahan
kewenangan tersebut. Sedangkan penugasan dari pemerintah
pusat kepada daerah dalam rangka tugas pembantuan disertai
pengalokasian anggaran.
Dari ketiga jenis pelimpahan wewenang tersebut, hanya
pelimpahan wewenang dalam rangka pelaksanaan desentralisasi
saja yang merupakan sumber keuangan daerah melalui alokasi
dana perimbangan dari pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah. Sedangkan alokasi dana dari pemerintah pusat kepada
pemerintah daerah dalam rangka dekonsentrasi dan tugas
pembantuan tidak merupakan sumber penerimaan APBD,
diadministrasikan dan dipertanggungjawabkan secara terpisah
dari administrasi keuangan dalam pembiayaan pelaksanaan
desentralisasi.
D. PENGELOLA KEUANGAN DAERAH
Pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh pemegang
kekuasaan pengelola keuangan daerah. Kepala daerah selaku
kepala pemerintah daerah adalah pemegang kekuasaan
pengelolaan keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah,
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
12
dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan. Kepala
daerah perlu menetapkan pejabat‐pejabat tertentu danara
bendahara untuk melaksanakan pengelolaan keuangan daerah.
Para pengelola keuangan daerah tersebut adalah:
1. Pemegang Kekuasann Pengelolan Keuangan Darah
2. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah (Koordinator
PKD)
3. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
4. Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang (PPA/PB)
5. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK)
6. Pejabat Penatausahaan Keuangan Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD)
7. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran.
Berikut ini adalah uraian tentang tugas‐tugas para pejabat
pengelola keuangan daerah tersebut.
1. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah
Kepala daerah selaku kepala pemerintah daerah adalah
pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan mewakili
pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang
dipisahkan. Pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
mempunyai kewenangan:
a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan anggaran
pendapatanan belanja daerah(APBD);
b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang
daerah;
c. menetapkan kuasa pengguna anggaran/pengguna barang;
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
13
d. menetapkan bendahara penerimaan dan/atau bendahara
pengeluaran;
e. menetapkan pejabat yang bertugas memungut
penerimaan daerah;
f. menetapkan pejabat yang bertugas mengelola utang dan
piutang daerah;
g. menetapkan pejabat yang bertugas mengelola barang
milik daerah;
h. menetapkan pejabat yang bertugas menguji tagihan dan
memerintahkan pembayaran.
Kepala daerah selaku pemegang kekuasaan pengelolaan
keuangan daerah melimpahkan sebagian atau seluruh
kekuasaannya kepada:
1. Sekretaris Daerah selaku Koordinator Pengelola Keuangan
Daerah (KPKD)
2. Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD)
selaku Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
3. Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) selaku
pejabat pengguna anggaran/pengguna barang.
Pelimpahan tersebut ditetapkan dengan keputusan kepala daerah
berdasarkan prinsip pemisahan kewenangan antara yang
memerintahkan, menguji, dan yang menerima atau mengeluarkan
uang, yang merupakan unsur penting dalam sistem pengendalian
intern.
2. Koordinator Pengelolaan Keuangan Daerah
Sekretaris daerah selaku koordinator pengelolaan keuangan
daerah membantu kepala daerah menyusun kebijakan dan
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
14
mengoordinasikan penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah
termasuk pengelolaan keuangan daerah. Sekretaris daerah selaku
koordinator pengelolaan keuangan daerah mempunyai tugas
koordinasi di bidang:
a. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan APBD;
b. penyusunan dan pelaksanaan kebijakan pengelolaan
barang daerah;
c. penyusunan rancangan APBD dan rancangan perubahan
APBD;
d. penyusunan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda)
APBD, perubahan APBD, dan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD;
e. tugas ‐ tugas pejabat perencana daerah, pejabat
pengelola keuangan daerah, dan pejabat pengawas
keuangan daerah; dan
f. penyusunan laporan keuangan daerah dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD.
Selain mempunyai tugas koordinasi, sekretaris daerah mempunyai
tugas:
a. memimpin TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah),
menyiapkan pedoman pelaksanaan APBD,
b. menyiapkan pedoman pengelolaan barang daerah,
c. memberikan persetujuan pengesahan dokumen
pelaksanaan anggaran (DPA‐SKPD)/dokumen perubahan
pelaksanaan anggaran (DPPA),
d. melaksanakan tugas ‐ tugas koordinasi pengelolaan
keuangan daerah lainnya berdasarkan kuasa yang
dilimpahkan oleh kepala daerah.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
15
Koordinator pengelolaan keuangan daerah bertanggung jawab
atas pelaksanaan tugas-tugas tersebut kepada kepala daerah.
3. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
Kepala SKPKD selaku PPKD mempunyai tugas:
a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan
keuangan daerah,
b. menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan
APBD,
c. melaksanakan pemungutan pendapatan daerah yang
telah ditetapkan dengan peraturan daerah,
d. melaksanakan fungsi bendahara umum daerah (BUD),
e. menyusun laporan keuangan daerah dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD,
f. melaksanakan tugas lainnya berdasarkan kuasa yang
dilimpahkan oleh kepala daerah.
g. PPKD dalam melaksanakan fungsinya selaku BUD
berwenang:
h. menyusun kebijakan dan pedoman pelaksanaan APBD;
i. mengesahkan DPA‐SKPD/DPPA‐SKPD;
j. melakukan pengendalian pelaksanaan APBD;
k. memberikan petunjuk teknis pelaksanaan sistem
penerimaan dan pengeluaran kas daerah;
l. memungut pajak daerah;
m. menetapkan Surat Penyediaan Dana (SPD);
n. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian
pinjaman atas nama pemerintah daerah;
o. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan
daerah;
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
16
p. menyajikan informasi keuangan daerah;
q. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta
penghapusan barang milik daerah.
PPKD selaku BUD menunjuk pejabat di lingkungan satuan kerja
pengelola keuangan daerah selaku kuasa bendahara umum
daerah (Kuasa BUD). PPKD mempertanggungjawabkan
pelaksanaan tugasnya kepada kepala daerah melalui sekretaris
daerah.
Penunjukan kuasa BUD oleh PPKD ditetapkan dengan keputusan
kepala daerah. Kuasa BUD mempunyai tugas:
a. menyiapkan anggaran kas;
b. menyiapkan SPD;
c. menerbitkan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D);
d. menyimpan seluruh bukti asli kepemilikan kekayaan
daerah;
e. memantau pelaksanaan penerimaan dan pengeluaran
APBD oleh bank dan/atau lembaga keuangan lainnya yang
ditunjuk;
f. mengusahakan dan mengatur dana yang diperlukan
dalam pelaksanaan APBD;
g. menyimpan uang daerah;
h. melaksanakan penempatan uang daerah dan
mengelola/menatausahakan investasi daerah;
i. melakukan pembayaran berdasarkan permintaan pejabat
pengguna anggaran atas beban rekening kas umum
daerah;
j. melaksanakan pemberian pinjaman atas nama
pemerintah daerah;
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
17
k. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah;
l. melakukan penagihan piutang daerah.
Kuasa BUD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
BUD.
PPKD dapat melimpahkan kepada pejabat lainnya dilingkungan
SKPKD untuk melaksanakan tugas-tugas sebagai berikut:
a. menyusun rancangan APBD dan rancangan perubahan
APBD;
b. mengendalikan pelaksanaan APBD;
c. memungut pajak daerah;
d. menyiapkan pelaksanaan pinjaman dan pemberian
jaminan atas nama pemerintah daerah;
e. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan
daerah;
f. menyajikan informasi keuangan daerah;
g. melaksanakan kebijakan dan pedoman pengelolaan serta
penghapusan barang milik daerah.
4. Pejabat Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
Kepala SKPD selaku Pejabat Pengguna Anggaran /Pengguna
Barang (PPA/PB) mempunyai tugas:
a. menyusun Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA‐
SKPD);
b. menyusun Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD (DPA‐
SKPD);
c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
atas beban anggaran belanja;
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
18
d. melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya;
e. menguji tagihan dan memerintahkan pembayaran;
f. memungut penerimaan bukan pajak;
g. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak
lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan;
h. menandatangani Surat Perintah Membayar (SPM);
i. mengelola utang dan piutang yang menjadi tanggung
jawab SKPD yang dipimpinnya;
j. mengelola barang milik daerah/kekayaan daerah yang
menjadi tanggung jawab SKPD yang dipimpinnya;
k. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD
yang dipimpinnya;
l. mengawasi pelaksanaan anggaran SKPD yang
dipimpinnya;
m. melaksanakan tugas ‐ tugas pengguna
anggaran/pengguna barang lainnya berdasarkan kuasa
yang dilimpahkan oleh kepala daerah.
n. Pejabat pengguna anggaran/pengguna barang
bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
kepala daerah melalui sekretaris daerah.
PPA/PB dalam melaksanakan tugas-tugasnya dapat melimpahkan
sebagian kewenangannya kepada kepala unit kerja SKPD selaku
KPA/KPB (Kuasa Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Barang).
Pelimpahan sebagian kewenangan tersebut berdasarkan
pertimbangan tingkatan daerah, besaran SKPD, besaran jumlah
uang yang dikelola, beban kerja, lokasi, kompetensi dan/atau
rentang kendali dan pertimbangan objektif lainnya. Pelimpahan
sebagian kewenangan tersebut ditetapkan oleh kepala daerah
atas usul kepala SKPD.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
19
Pelimpahan sebagian kewenangan tersebut meliputi:
a. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
atas beban anggaran belanja;
b. melaksanakan anggaran unit kerja yang dipimpinnya;
c. melakukan pengujian atas tagihan dan memerintahkan
pembayaran;
d. mengadakan ikatan/perjanjian kerjasama dengan pihak
lain dalam batas anggaran yang telah ditetapkan;
e. menandatangani SPM‐LS dan SPM‐TU;
f. mengawasi pelaksanaan anggaran unit kerja yang
dipimpinnya;
g. melaksanakan tugas‐tugas kuasa pengguna anggaran
lainnya berdasarkan kuasa yang dilimpahkan oleh pejabat
pengguna anggaran.
Kuasa pengguna anggaran/kuasa pengguna barang
mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas‐tugasnya kepada
pengguna anggaran/pengguna barang.
Dalam rangka pengadaan barang/jasa, Pengguna Anggaran
bertindak sebagai Pejabat Pembuat Komitmen sesuai peraturan
perundang ‐ undangan di bidang pengadaan barang/jasa
pemerintah. Dalam pengadaan barang/jasa, Kuasa Pengguna
Anggaran sekaligus bertindak sebagai Pejabat Pembuat
Komitmen.
5. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan SKPD
PPA/PB dan KPA/KPB dalam melaksanakan program dan kegiatan
menunjuk pejabat pada unit kerja SKPD selaku Pejabat Pelaksana
Teknis Kegiatan (PPTK). Penunjukan pejabat tersebut berdasarkan
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
20
pertimbangan kompetensi jabatan, anggaran kegiatan, beban
kerja, lokasi, dan/atau rentang kendali dan pertimbangan objektif
lainnya.
PPTK bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
pengguna anggaran/pengguna barang atau kuasa pengguna
anggaran/kuasa pengguna barang yang telah menunjuknya.
Tugas-tugas tersebut adalah:
a. mengendalikan pelaksanaan kegiatan;
b. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan;
c. menyiapkan dokumen anggaran atas beban pengeluaran
pelaksanaan kegiatan, yang mencakup dokumen
administrasi kegiatan maupun dokumen administrasi yang
terkait dengan persyaratan pembayaran yang ditetapkan
sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.
6. Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD
Kepala SKPD menetapkan pejabat yang melaksanakan fungsi tata
usaha keuangan pada SKPD sebagai Pejabat Penatausaha
Keuangan SKPD (PPK‐SKPD) yang mempunyai tugas:
a. meneliti kelengkapan Surat Permintaan Pembayaran
Langsung (SPP‐LS) pengadaan barang dan jasa yang
disampaikan oleh bendahara pengeluaran dan diketahui/
disetujui oleh PPTK;
b. meneliti kelengkapan Surat Permintaan Pembayaran
Uang Persediaan (SPP ‐ UP), Surat Permintaan
Pembayaran Ganti Uang Persediaan (SPP‐GU), Surat
Permintaan Pembayaran Tambah Uang Persediaan (SPP‐
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
21
TU) dan SPP ‐ LS gaji dan tunjangan PNS, serta
penghasilan lainnya yang ditetapkan sesuai dengan
ketentuan perundang‐undangan yang diajukan oleh
bendahara pengeluaran;
c. melakukan verifikasi SPP;
d. menyiapkan SPM;
e. melakukan verifikasi harian atas penerimaan;
f. melaksanakan akuntansi SKPD;
g. menyiapkan laporan keuangan SKPD.
h. PPK-SKPD tidak boleh merangkap sebagai pejabat yang
bertugas melakukan pemungutan penerimaan
negara/daerah, bendahara, dan/atau PPTK.
7. Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran
Kepala daerah atas usul PPKD menetapkan bendahara
penerimaan dan bendahara pengeluaran untuk melaksanakan
tugas kebendaharaan dalam rangka pelaksanaan anggaran pada
SKPD. Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran
tersebut adalah pejabat fungsional. Bendahara penerimaan dan
bendahara pengeluaran baik secara langsung maupun tidak
langsung dilarang melakukan kegiatan perdagangan, pekerjaan
pemborongan dan penjualan jasa atau bertindak sebagai
penjamin atas kegiatan/pekerjaan/penjualan, serta membuka
rekening/giro pos atau menyimpan uang pada suatu bank atau
lembaga keuangan lainnya atas nama pribadi.
Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran dalam
melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh bendahara
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
22
penerimaan pembantu dan/atau bendahara pengeluaran
pembantu.
Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran secara
fungsional bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya kepada
PPKD selaku BUD.
E. LATIHAN SOAL
1. Bendahara Umum Daerah berwenang antara lain :
a. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan
b. melaksanakan pemungutan penerimaan bukan pajak
c. melaksanakan sistem akuntansi dan pelaporan keuangan
daerah
d. menggunakan barang milik daerah
2. Semua hak di bawah ini adalah hak yang dilakukan dalam
rangka keuangan daerah kecuali:
a. hak menarik pajak daerah
b. hak untuk mengadakan pinjaman daerah
c. hak untuk memperoleh dana perimbangan dari pusat
d. hak untuk memperoleh bagian laba dari perusahaan
daerah
3. Pemegang kekuasaan umum pengelolaan keuangan daerah
adalah
a. Gubernur/Bupati/Walikota
b. Sekretaris Daerah
c. Kepala Badan Pengelola Keuangan Daerah
d. Kepala Satuan Kerja Pemerintah Daerah
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
23
4. Persyaratan dan pembinaan karier bendahara diatur oleh
a. Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
b. Bendahara Umum Daerah
c. Kepala Daerah
d. Bendahara Umum Negara
5. Pengguna Anggaran/Pengguna Barang berwenang antara lain:
a. menyusun dokumen pelaksanaan anggaran
b. mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran
c. melakukan pengelolaan utang dan piutang daerah
d. melaksanakan pemungutan pajak daerah
---000--
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
24
III PENYUSUNAN APBD
Indikator Keberhasilan
Setelah memelajari bab ini, peserta diklat diharap mampu
menjelaskan pengertian dan struktur APBD, siklus APBD, dan
penyusunan Rencana APBD dalam rangka membantu pelaksanaan
tugasnya.
Dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan
terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan
pemerintahan diikuti dengan pemberian sumber-sumber
penerimaan yang cukup kepada daerah. Semua sumber keuangan
yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan
kepada daerah menjadi sumber keuangan daerah. Di dalam
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
ditegaskan bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan negara
adalah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan dan
kekuasaan pengelolaan keuangan negara dari presiden sebagian
diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala
pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah dan
mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah
yang dipisahkan.
Implikasi ketentuan ini gubernur/bupati/walikota bertanggung-
jawab atas pengelolaan keuangan daerah sebagai bagian dari
kekuasaan pemerintahan daerah. Dalam melaksanakan
kekuasaannya, sesuai pasal 156 Undang-Undang Nomor 32 tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka kepala daerah
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
25
melimpahkan sebagian atau seluruh kekuasaannya yang berupa
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan
pertanggungjawaban, serta pengawasan keuangan daerah kepada
para pejabat perangkat daerah. Pelimpahan sebagian atau
seluruh kekuasaan tersebut didasarkan pada prinsip pemisahan
kewenangan antara yang memerintahkan, menguji, dan yang
menerima/mengeluarkan uang. Penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah di atas sesuai
pasal 155 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah didanai dari dan atas beban anggaran
pendapatan dan belanja daerah. Semua penerimaan daerah dan
pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintahan daerah dikelola dalam APBD.
APBD disusun dengan pendekatan kinerja yaitu suatu sistem
anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja atau
output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang ditetapkan.
Jumlah pendapatan yang dianggarkan dalam APBD merupakan
perkiraan yang terukur secara rasional yang dapat tercapai untuk
setiap sumber pendapatan. Pendapatan dapat direalisasikan
melebihi jumlah anggaran yang telah ditetapkan. Berkaitan
dengan belanja, jumlah belanja yang dianggarkan merupakan
batas tertinggi untuk setiap jenis belanja. Jadi, realisasi belanja
tidak boleh melebihi jumlah anggaran belanja yang telah
ditetapkan. Penganggaran pengeluaran harus didukung dengan
adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang
cukup. Setiap pejabat dilarang melakukan tindakan yang berakibat
pengeluaran atas beban APBD apabila tidak tersedia atau tidak
cukup tersedia anggaran untuk membiayai pengeluaran tersebut.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
26
A. PENGERTIAN DAN STRUKTUR APBD
APBD mempunyai pengertian sebagai berikut :
1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya
disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. (Pasal 1 UU No. 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara).
2. Anggaran pendapatan dan belanja daerah, selanjutnya
disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan
daerah. (Pasal 1 UU No. 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah)
3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya
disingkat APBD adalah rencana keuangan tahunan
pemerintahan daerah yang dibahas dan disetujui bersama
oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan
dengan peraturan daerah (Pasal 1 PP No. 58 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah).
Sedangkan struktur APBD sesuai dengan Pasal 20 PP No. 58 tahun
2005 menjelaskan struktur APBD yang merupakan satu kesatuan
yang terdiri dari:
1. pendapatan daerah.
2. belanja daerah.
3. pembiayaan daerah.
Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui
Rekening Kas Umum Daerah, yang menambah ekuitas dana
lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
27
yang tidak perlu dibayar kembali oleh Daerah. Pendapatan daerah
terdiri atas:
a. Pendapatan Asli Daerah (PAD).
b. Dana Perimbangan.
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas
Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang
merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh Daerah.
Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi,
program dan kegiatan, serta jenis belanja. Klasifikasi belanja
menurut organisasi disesuaikan dengan susunan organisasi
pemerintahan daerah.
Klasifikasi belanja menurut fungsi terdiri dari:
a) Klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan.
b) Klasifikasi belanja berdasarkan urusan pemerintahan
diklasifikasikan menurut kewenangan pemerintahan provinsi
dan kabupaten/kota;
c) Klasifikasi belanja menurut fungsi yang digunakan untuk tujuan
keselarasan dan keterpaduan pengelolaan keuangan negara
terdiri dari:
1. pelayanan umum;
2. ketertiban dan keamanan;
3. ekonomi;
4. lingkungan hidup;
5. perumahan dan fasilitas umum;
6. kesehatan;
7. pariwisata dan budaya;
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
28
8. agama;
9. pendidikan; serta
10. perlindungan sosial.
d) Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan disesuaikan
dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah. Klasifikasi belanja menurut jenis belanja terdiri dari:
1. belanja pegawai;
2. belanja barang dan jasa;
3. belanja modal;
4. bunga;
5. subsidi;
6. hibah;
7. bantuan sosial;
8. belanja bagi hasil dan bantuan keuangan; dan
9. belanja tidak terduga.
Pembiayaan daerah semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik
pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-
tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah terdiri dari
penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan.
Penerimaan pembiayaan mencakup:
a) SiLPA tahun anggaran sebelumnya;
b) pencairan dana cadangan;
c) hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan;
d) penerimaan pinjaman; dan
e) penerimaan kembali pemberian pinjaman.
Pengeluaran pembiayaan mencakup:
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
29
a) pembentukan dana cadangan;
b) penyertaan modal pemerintah daerah;
c) pembayaran pokok utang; dan
d) pemberian pinjaman.
Pembiayaan neto merupakan selisih lebih penerimaan
pembiayaan terhadap pengeluaran pembiayaan. Jumlah
pembiayaan neto harus dapat menutup deficit anggaran.
B. SIKLUS APBD
APBD merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam
masa satu tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari
sampai dengan tanggal 31 Desember. APBD disusun sesuai
dengan kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan
kemampuan pendapatan daerah. Dalam pelaksanaan tugas-tugas
pemerintahan, pemerintah melaksanakan kegiatan keuangan
dalam siklus pengelolaan anggaran yang secara garis besar terdiri
dari:
1. Penyusunan dan Penetapan APBD;
2. Pelaksanaan dan Penatausahaan APBD;
3. Pelaporan dan Pertanggungjawaban APBD.
Penyusunan APBD berpedoman kepada rencana kerja pemerintah
daerah dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat
untuk tercapainya tujuan bernegara. APBD, perubahan APBD, dan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD setiap tahun ditetapkan
dengan peraturan daerah. Dalam menyusun APBD, penganggaran
pengeluaran harus didukung dengan adanya kepastian
tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup. Pendapatan,
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
30
belanja dan pembiayaan daerah yang dianggarkan dalam APBD
harus berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang‐
undangan dan dianggarkan secara bruto dalam APBD.
C. PENYUSUNAN RANCANGAN APBD (RAPBD)
Pemerintah daerah perlu menyusun APBD untuk menjamin
kecukupan dana dalam menyelenggarakan urusan
pemerintahannya. Karena itu, perlu diperhatikan kesesuaian
antara kewenangan pemerintahan dan sumber pendanaannya.
Pengaturan kesesuaian kewenangan dengan pendanaannya
adalah sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah didanai dari dan atas beban APBD.
2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan pemerintah pusat di daerah didanai dari dan
atas beban APBN.
3. Penyelenggaraan urusan pemerintahan provinsi yang
penugasannya dilimpahkan kepada kabupaten/kota
dan/atau desa, didanai dari dan atas beban APBD
provinsi.
4. Penyelenggaraan urusan pemerintahan kabupaten/kota
yang penugasannya dilimpahkan kepada desa, didanai
dari dan atas beban APBD kabupaten/kota.
Seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah daerah baik
dalam bentuk uang, barang dan/atau jasa pada tahun anggaran
yang berkenaan harus dianggarkan dalam APBD. Penganggaran
penerimaan dan pengeluaran APBD harus memiliki dasar hukum
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
31
penganggaran. Anggaran belanja daerah diprioritaskan untuk
melaksanakan kewajiban pemerintah daerah sebagaimana
ditetapkan dalam peraturan perundang‐undangan.
1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah
Penyusunan APBD berpedoman pada rencana kerja pemerintah
daerah. Karena itu kegiatan pertama dalam penyusunan APBD
adalah penyusunan rencana kerja pemerintah daerah (RKPD).
Pemerintah daerah menyusun RKPD yang merupakan penjabaran
dari rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD),
dengan menggunakan bahan dari rencana kerja SKPD untuk
jangka waktu satu tahun yang mengacu kepada rencana kerja
pemerintah pusat.
RKPD tersebut memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,
prioritas pembangunan dan kewajiban daerah, rencana kerja yang
terukur dan pendanaannya, baik yang dilaksanakan langsung oleh
pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun yang mendorong
partisipasi masyarakat. Secara khusus, kewajiban daerah
mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan minimal
yang ditetapkan sesuai dengan peraturan perundang‐undangan.
RKPD disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan pengawasan.
Penyusunan RKPD diselesaikan paling lambat akhir bulan Mei
sebelum tahun anggaran berkenaan. RKPD ditetapkan dengan
peraturan kepala daerah.
2. Kebijakan Umum APBD, Prioritas dan Plafon Anggaran
Sementara
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
32
Setelah rencana kerja pemerintah daerah ditetapkan, pemerintah
daerah perlu menyusun kebijakan umum APBD (KUA) serta
prioritas dan plafon anggaran sementara (PPAS) yang menjadi
acuan bagi satuan kerja perangkat daerah (SKPD), dalam
menyusun rencana kerja dan anggaran (RKA) SKPD.
Kepala daerah menyusun rancangan KUA dan rancangan PPAS
berdasarkan RKPD dan pedoman penyusunan APBD yang
ditetapkan menteri dalam negeri setiap tahun. Pedoman
penyusunan APBD yang ditetapkan menteri dalam negeri tersebut
memuat antara lain:
a. pokok‐ pokok kebijakan yang memuat sinkronisasi
kebijakan pemerintah pusat dengan pemerintah daerah;
b. prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran
berkenaan;
c. teknis penyusunan APBD;
d. hal‐hal khusus lainnya.
Rancangan KUA memuat target pencapaian kinerja yang terukur
dari program‐program yang akan dilaksanakan oleh pemerintah
daerah, untuk setiap urusan pemerintahan daerah yang disertai
dengan proyeksi pendapatan daerah, alokasi belanja daerah,
sumber dan penggunaan pembiayaan yang disertai dengan
asumsi yang mendasarinya. Program‐ program diselaraskan
dengan prioritas pembangunan yang ditetapkan oleh pemerintah
pusat. Sedangkan asumsi yang mendasari adalah pertimbangan
atas perkembangan ekonomi makro dan perubahan pokok‐
pokok kebijakan fiskal yang ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Dalam menyusun rancangan KUA, kepala daerah dibantu oleh tim
anggaran pemerintah daerah (TAPD) yang dipimpin oleh
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
33
sekretaris daerah. Rancangan KUA yang telah disusun,
disampaikan oleh sekretaris daerah selaku koordinator pengelola
keuangan daerah kepada kepala daerah, paling lambat pada awal
bulan Juni.
Rancangan KUA dan rancangan PPAS disampaikan kepala daerah
kepada DPRD paling lambat pertengahan bulan Juni tahun
anggaran berjalan, untuk dibahas dalam pembicaraan
pendahuluan RAPBD tahun anggaran berikutnya.
Rancangan PPAS tersebut disusun dengan tahapan sebagai
berikut:
a. menentukan skala prioritas pembangunan daerah;
b. menentukan urutan program untuk masing‐masing
urusan yang disinkronisasikan dengan prioritas dan
program nasional yang tercantum dalam Rencana Kerja
Pemerintah setiap tahun;
c. menyusun plafon anggaran sementara untuk masing‐
masing program/kegiatan.
d. Kepala daerah menyampaikan rancangan PPAS yang telah
disusun kepada DPRD untuk dibahas paling lambat
minggu kedua bulan Juli tahun anggaran berjalan.
Pembahasan dilakukan oleh TAPD bersama panitia
anggaran DPRD. Rancangan PPAS yang telah dibahas
selanjutnya disepakati menjadi PPA paling lambat akhir
bulan Juli tahun anggaran berjalan.
e. KUA serta PPA yang telah disepakati, masing‐masing
dituangkan ke dalam nota kesepakatan yang
ditandatangani bersama antara kepala daerah dengan
pimpinan DPRD. Dalam hal kepala daerah berhalangan,
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
34
yang bersangkutan dapat menunjuk pejabat yang diberi
wewenang untuk menandatangani nota kesepakatan KUA
dan PPA. Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap,
penandatanganan nota kesepakatan KUA dan PPA
dilakukan oleh penjabat yang ditunjuk oleh pejabat yang
berwenang.
3. Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD
Berdasarkan nota kesepakatan yang berisi KUA dan PPAS, TAPD
menyiapkan rancangan surat edaran kepala daerah tentang
pedoman penyusunan RKA SKPD sebagai acuan kepala SKPD
dalam menyusun RKA‐SKPD. Rancangan surat edaran kepala
daerah tentang pedoman penyusunan RKA‐ SKPD mencakup:
a. PPA yang dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut
rencana pendapatan dan pembiayaan;
b. sinkronisasi program dan kegiatan antar SKPD dengan
kinerja SKPD berkenaan sesuai dengan standar pelayanan
minimal yang ditetapkan;
c. batas waktu penyampaian RKA‐SKPD kepada PPKD;
d. hal‐hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari
SKPD terkait dengan prinsip ‐ prinsip peningkatan
efisiensi, efektivitas, transparansi dan akuntabilitas
penyusunan anggaran dalam rangka pencapaian prestasi
kerja;
e. dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode
rekening APBD, format RKA‐ SKPD, analisis standar
belanja dan standar satuan harga.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
35
Surat edaran kepala daerah perihal pedoman penyusunan RKA-
SKPD diterbitkan paling lambat awal bulan Agustus tahun
anggaran berjalan. Berdasarkan pedoman tersebut, kepala SKPD
menyusun RKA‐SKPD.
RKA‐SKPD disusun melalui pendekatan kerangka pengeluaran
jangka menengah daerah, penganggaran terpadu dan
penganggaran berdasarkan prestasi kerja. Pendekatan kerangka
pengeluaran jangka menengah daerah dilaksanakan dengan
menyusun prakiraan maju.
Prakiraan maju tersebut berisi perkiraan kebutuhan anggaran
untuk program dan kegiatan yang direncanakan dalam tahun
anggaran berikutnya dari tahun anggaran yang direncanakan.
Pendekatan penganggaran terpadu dilakukan dengan
memadukan seluruh proses perencanaan dan penganggaran
pendapatan, belanja, dan pembiayaan di lingkungan SKPD untuk
menghasilkan dokumen rencana kerja dan anggaran.
Pendekatan penganggaran berdasarkan prestasi kerja dilakukan
dengan memperhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan
keluaran yang diharapkan dari kegiatan dan hasil, serta manfaat
yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan
keluaran tersebut.
Untuk terlaksananya penyusunan RKA ‐ SKPD berdasarkan
pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah,
penganggaran terpadu dan penganggaran berdasarkan prestasi
kerja, dan terciptanya kesinambungan RKA‐SKPD, kepala SKPD
mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan dua tahun
anggaran sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
36
anggaran berjalan. Evaluasi tersebut bertujuan menilai program
dan kegiatan yang belum dapat dilaksanakan dan/atau belum
diselesaikan tahun‐ tahun sebelumnya, untuk dilaksanakan
dan/atau diselesaikan pada tahun yang direncanakan atau satu
tahun berikutnya dari tahun yang direncanakan. Dalam hal suatu
program dan kegiatan merupakan tahun terakhir untuk
pencapaian prestasi kerja yang ditetapkan, kebutuhan dananya
harus dianggarkan pada tahun yang direncanakan.
Penyusunan RKA-SKPD berdasarkan prestasi kerja memperhatikan
berikut:
a. Indikator Kinerja: Indikator kinerja adalah ukuran
keberhasilan yang akan dicapai dari program dan kegiatan
yang direncanakan.
b. Capaian atau Target Kinerja: Capaian kinerja merupakan
ukuran prestasi kerja yang akan dicapai yang berwujud
kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan
dari setiap program dan kegiatan.
c. Analisis Standar Belanja: Analisis standar belanja
merupakan penilaian kewajaran atas beban kerja dan
biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu
kegiatan.
d. Standar Satuan Harga: Standar satuan harga merupakan
harga satuan setiap unit barang/jasa yang berlaku disuatu
daerah yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
e. Standar Pelayanan Minimal: Standar pelayanan minimal
merupakan tolok ukur kinerja dalam menentukan capaian
jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
wajib daerah.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
37
RKA‐SKPD memuat rencana pendapatan, rencana belanja untuk
masing-masing program dan kegiatan, serta rencana pembiayaan
untuk tahun yang direncanakan dirinci sampai dengan rincian
objek pendapatan, belanja, dan pembiayaan serta prakiraan maju
untuk tahun berikutnya. RKA‐ SKPD juga memuat informasi
tentang urusan pemerintah daerah, organisasi, standar biaya,
prestasi kerja yang akan dicapai dari program dan kegiatan.
RKA‐SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada
PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh TAPD.
Sementara itu, pada SKPKD disusun RKA-SKPD dan RKA-PPKD.
RKA-SKPD memuat program/kegiatan sebagaimana SKPD yang
lain, sedangkan RKA PPKD digunakan untuk menampung:
a. pendapatan yang berasal dari dana perimbangan dan
pendapatan hibah;
b. belanja bunga, belanja subsidi, belanja hibah, belanja
bantuan sosial, belanja bagi hasil, belanja bantuan
keuangan dan belanja tidak terduga;
c. penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan
daerah.
4. Penyiapan Raperda APBD
Selanjutnya, berdasarkan RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD
dilakukan pembahasan penyusunan Raperda oleh TAPD.
Pembahasan oleh TAPD dilakukan untuk menelaah kesesuaian
antara RKA-SKPD dengan KUA, PPA, prakiraan maju yang telah
disetujui tahun anggaran sebelumnya, dan dokumen perencanaan
lainnya, serta capaian kinerja, indikator kinerja, kelompok sasaran
kegiatan, standar analisis belanja, standar satuan harga, standar
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
38
pelayanan minimal, serta sinkronisasi program dan kegiatan antar
SKPD.
Dalam hal hasil pembahasan RKA-SKPD terdapat ketidaksesuaian,
kepala SKPD melakukan penyempurnaan. RKA‐SKPD yang telah
disempurnakan oleh kepala SKPD disampaikan kepada PPKD
sebagai bahan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang
APBD dan rancangan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD.
Rancangan peraturan daerah tentang APBD dilengkapi dengan
lampiran yang terdiri dari:
a. ringkasan APBD;
b. ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah
dan organisasi;
c. rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah,
organisasi, pendapatan, belanja dan pembiayaan;
d. rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan
daerah, organisasi, program dan kegiatan;
e. rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan
keterpaduan urusan pemerintahan daerah dan fungsi
dalam kerangka pengelolaan keuangan negara;
f. daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;
g. daftar piutang daerah;
h. daftar penyertaan modal (investasi) daerah;
i. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset
tetap daerah;
j. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset
lain‐lain;
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
39
k. daftar kegiatan‐kegiatan tahun anggaran sebelumnya
yang belum diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam
tahun anggaran ini;
l. daftar dana cadangan daerah;
m. daftar pinjaman daerah.
Bersamaan dengan penyusunan rancangan perda APBD, disusun
rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD.
Rancangan peraturan kepala daerah tersebut dilengkapi dengan
lampiran yang terdiri dari:
a. ringkasan penjabaran APBD;
b. penjabaran APBD menurut urusan pemerintahan daerah,
organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, objek,
rincian objek pendapatan, belanja dan pembiayaan.
Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD
wajib memuat penjelasan sebagai berikut:
a. untuk pendapatan mencakup dasar hukum;
b. untuk belanja mencakup lokasi kegiatan dan belanja yang
bersifat khusus dan/atau sudah diarahkan
penggunaannya, sumber pendanaannya dicantumkan
dalam kolom penjelasan;
c. untuk pembiayaan mencakup dasar hukum dan sumber
penerimaan pembiayaan untuk kelompok penerimaan
pembiayaan dan tujuan pengeluaran pembiayaan untuk
kelompok pengeluaran pembiayaan.
Rancangan peraturan daerah tentang APBD yang telah disusun
oleh PPKD disampaikan kepada kepala daerah. Selanjutnya
rancangan peraturan daerah tentang APBD sebelum disampaikan
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
40
kepada DPRD disosialisasikan kepada masyarakat. Sosialisasi
rancangan peraturan daerah tentang APBD tersebut bersifat
memberikan informasi mengenai hak dan kewajiban pemerintah
daerah serta masyarakat dalam pelaksanaan APBD tahun
anggaran yang direncanakan.
Penyebarluasan rancangan peraturan daerah tentang APBD
dilaksanakan oleh sekretaris daerah selaku koordinator
pengelolaan keuangan daerah.
5. Penyampaian dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah
tentang APBD
Kepala daerah menyampaikan rancangan peraturan daerah
tentang APBD beserta lampirannya kepada DPRD paling lambat
pada minggu pertama bulan Oktober tahun anggaran
sebelumnya, dari tahun yang direncanakan untuk mendapatkan
persetujuan bersama. Pengambilan keputusan bersama DPRD dan
kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah tentang
APBD dilakukan paling lama satu bulan sebelum tahun anggaran
yang bersangkutan dilaksanakan.
Penyampaian rancangan peraturan daerah tersebut disertai
dengan nota keuangan. Penetapan agenda pembahasan
rancangan peraturan daerah tentang APBD untuk mendapatkan
persetujuan bersama, disesuaikan dengan tata tertib DPRD
masing‐masing daerah. Pembahasan rancangan peraturan
daerah tersebut berpedoman pada KUA, serta PPA yang telah
disepakati bersama antara pemerintah daerah dan DPRD. Dalam
hal DPRD memerlukan tambahan penjelasan terkait dengan
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
41
pembahasan program dan kegiatan tertentu, dapat meminta
RKA‐SKPD berkenaan kepada kepala daerah.
Apabila DPRD sampai batas waktu 1 bulan sebelum tahun
anggaran berkenaan, tidak menetapkan persetujuan bersama
dengan kepala daerah terhadap rancangan peraturan daerah
tentang APBD, maka kepala daerah melaksanakan pengeluaran
setinggi ‐ tingginya sebesar angka APBD tahun anggaran
sebelumnya. Pengeluaran tersebut diprioritaskan untuk belanja
yang bersifat mengikat dan belanja yang bersifat wajib. Belanja
yang bersifat mengikat merupakan belanja yang dibutuhkan
secara terus menerus dan harus dialokasikan oleh pemerintah
daerah dengan jumlah yang cukup untuk keperluan dalam tahun
anggaran yang bersangkutan, seperti belanja pegawai, belanja
barang dan jasa. Sedangkan belanja yang bersifat wajib adalah
belanja untuk terjaminnya kelangsungan pemenuhan pendanaan
pelayanan dasar masyarakat antara lain pendidikan dan
kesehatan dan/atau melaksanakan kewajiban kepada pihak
ketiga. Atas dasar persetujuan bersama, kepala daerah
menyiapkan rancangan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD.
Rancangan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD
tersebut dilengkapi dengan lampiran yang terdiri dari:
a. ringkasan APBD;
b. ringkasan APBD menurut urusan pemerintahan daerah
dan organisasi;
c. rincian APBD menurut urusan pemerintahan daerah,
organisasi, program, kegiatan, kelompok, jenis, objek,
rincian objek pendapatan, belanja dan pembiayaan;
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
42
d. rekapitulasi belanja menurut urusan pemerintahan
daerah, organisasi, program dan kegiatan;
e. rekapitulasi belanja daerah untuk keselarasan dan
keterpaduan urusan pemerintahan daerah dan fungsi
pengelolaan keuangan negara;
f. daftar jumlah pegawai per golongan dan per jabatan;
g. daftar piutang daerah;
h. daftar penyertaan modal (investasi) daerah;
i. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset
tetap daerah;
j. daftar perkiraan penambahan dan pengurangan aset lain-
lain;
k. daftar kegiatan-kegiatan tahun anggaran yang belum
diselesaikan dan dianggarkan kembali dalam tahun
anggaran ini;
l. daftar dana cadangan daerah;
m. daftar pinjaman daerah.
Dalam hal kepala daerah dan/atau pimpinan DPRD berhalangan
tetap, maka pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang selaku penjabat/pelaksana tugas kepala daerah
dan/atau selaku pimpinan sementara DPRD yang menandatangani
persetujuan bersama.
Rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD dapat
dilaksanakan setelah memperoleh pengesahan dari mendagri bagi
provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota. Sedangkan
pengesahan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD
ditetapkan dengan keputusan mendagri bagi provinsi dan
keputusan gubernur bagi kabupaten/kota.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
43
Penyampaian rancangan peraturan kepala daerah untuk
memperoleh pengesahan paling lama 15 hari kerja terhitung sejak
DPRD tidak menetapkan keputusan bersama dengan kepala
daerah terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD.
Apabila dalam batas waktu 30 hari kerja Mendagri/gubernur tidak
mengesahkan rancangan peraturan kepala daerah tentang APBD,
kepala daerah menetapkan rancangan peraturan kepala daerah
dimaksud menjadi peraturan kepala daerah.
Khusus untuk pengeluaran, diatur bahwa pelampauan batas
tertinggi dari jumlah pengeluaran, hanya diperkenankan apabila
ada kebijakan pemerintah untuk kenaikan gaji dan tunjangan PNS
serta penyediaan dana pendamping atas program dan kegiatan
yang ditetapkan oleh pemerintah serta bagi hasil pajak daerah
dan retribusi daerah yang ditetapkan dalam undang‐undang.
6. Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD dan
Rancangan Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD
Rancangan peraturan daerah provinsi tentang APBD yang telah
disetujui bersama DPRD dan rancangan peraturan gubernur
tentang penjabaran APBD, sebelum ditetapkan oleh gubernur
paling lama tiga hari kerja disampaikan terlebih dahulu kepada
menteri dalam negeri untuk dievaluasi.
Penyampaian rancangan disertai dengan:
a. persetujuan bersama antara pemerintah daerah dan
DPRD terhadap rancangan peraturan daerah tentang
APBD;
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
44
b. KUA dan PPA yang disepakati antara kepala daerah dan
pimpinan DPRD;
c. risalah sidang jalannya pembahasan terhadap rancangan
peraturan daerah tentang APBD;
d. nota keuangan dan pidato kepala daerah perihal
penyampaian pengantar nota keuangan pada sidang
DPRD.
Evaluasi bertujuan untuk tercapainya keserasian antara kebijakan
daerah dan kebijakan nasional, keserasian antara kepentingan
publik dan kepentingan aparatur serta untuk meneliti sejauh
mana APBD provinsi tidak bertentangan dengan kepentingan
umum, peraturan yang lebih tinggi dan/atau peraturan daerah
lainnya yang ditetapkan oleh provinsi bersangkutan. Untuk
efektivitas pelaksanaan evaluasi, menteri dalam negeri dapat
mengundang pejabat pemerintah daerah provinsi yang terkait.
Hasil evaluasi dituangkan dalam keputusan menteri dalam negeri
dan disampaikan kepada gubernur paling lama 15 hari kerja
terhitung sejak diterimanya rancangan dimaksud. Apabila menteri
dalam negeri menyatakan hasil evaluasi atas rancangan peraturan
daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang
penjabaran APBD sudah sesuai dengan kepentingan umum dan
peraturan perundang‐undangan yang lebih tinggi, gubernur
menetapkan rancangan dimaksud menjadi peraturan daerah dan
peraturan gubernur.
Dalam hal mendagri menyatakan bahwa hasil evaluasi rancangan
peraturan daerah tentang APBD dan rancangan peraturan
gubernur tentang penjabaran APBD bertentangan dengan
kepentingan umum dan peraturan perundang‐undangan yang
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
45
lebih tinggi, gubernur bersama DPRD menyempurnakan paling
lama tujuh hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi.
Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh gubernur dan
DPRD, dan gubernur tetap menetapkan rancangan peraturan
daerah tentang APBD dan rancangan peraturan gubernur tentang
penjabaran APBD menjadi peraturan daerah dan peraturan
gubernur, menteri dalam negeri membatalkan peraturan daerah
dan peraturan gubernur dimaksud sekaligus menyatakan
berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya.
Pembatalan peraturan daerah dan peraturan gubernur serta
pernyataan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya ditetapkan
dengan peraturan menteri dalam negeri.
Sementara itu, rancangan peraturan daerah kabupaten/kota
tentang APBD yang telah disetujui bersama DPRD dan rancangan
peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD sebelum
ditetapkan oleh bupati/walikota, paling lama tiga hari kerja
disampaikan kepada gubernur untuk dievaluasi. Pelaksanaan dan
ketentuan evaluasi adalah sebagaimana halnya evaluasi oleh
menteri dalam negeri untuk rancangan APBD provinsi.
Pembatalan peraturan daerah dan peraturan bupati/walikota dan
pernyataan berlakunya pagu APBD tahun sebelumnya ditetapkan
dengan peraturan gubernur. Paling lama tujuh hari kerja setelah
pembatalan, kepala daerah harus memberhentikan pelaksanaan
peraturan daerah dan selanjutnya DPRD bersama kepala daerah
mencabut peraturan daerah dimaksud. Pencabutan peraturan
daerah tersebut dilakukan dengan peraturan daerah tentang
pencabutan peraturan daerah tentang APBD.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
46
Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APBD tahun sebelumnya,
ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Penyempurnaan
hasil evaluasi dilakukan kepala daerah bersama dengan panitia
anggaran DPRD. Hasil penyempurnaan ditetapkan oleh pimpinan
DPRD. Keputusan pimpinan DPRD dijadikan dasar penetapan
peraturan daerah tentang APBD.
Keputusan pimpinan DPRD bersifat final dan dilaporkan pada
sidang paripurna berikutnya. Sidang paripurna berikutnya yakni
setelah sidang paripurna pengambilan keputusan bersama
terhadap rancangan peraturan daerah tentang APBD.
Keputusan pimpinan DPRD disampaikan kepada menteri dalam
negeri bagi APBD provinsi dan kepada gubernur bagi APBD
kabupaten/kota paling lama tiga hari kerja setelah keputusan
tersebut ditetapkan. Dalam hal pimpinan DPRD berhalangan
tetap, maka pejabat yang ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat
yang berwenang selaku pimpinan sementara DPRD yang
menandatangani keputusan pimpinan DPRD.
Gubernur menyampaikan hasil evaluasi yang dilakukan atas
rancangan peraturan daerah kabupaten/kota tentang APBD dan
rancangan peraturan bupati/walikota tentang penjabaran APBD
kepada menteri dalam negeri.
7. Penetapan peraturan daerah tentang APBD dan peraturan
kepala daerah tentang penjabaran APBD
Rancangan peraturan daerah tentang APBD dan rancangan
peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD yang telah
dievaluasi ditetapkan oleh kepala daerah menjadi peraturan
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
47
daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang
penjabaran APBD. Penetapan rancangan peraturan daerah
tentang APBD dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran
APBD tersebut dilakukan paling lambat tanggal 31 Desember
tahun anggaran sebelumnya.
Dalam hal kepala daerah berhalangan tetap, maka pejabat yang
ditunjuk dan ditetapkan oleh pejabat yang berwenang selaku
penjabat/pelaksana tugas kepala daerah yang menetapkan
peraturan daerah tentang APBD dan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran APBD.
Kepala daerah menyampaikan peraturan daerah tentang APBD
dan peraturan kepala daerah tentang penjabaran APBD kepada
mendagri bagi provinsi dan gubernur bagi kabupaten/kota paling
lama tujuh hari kerja setelah ditetapkan.
8. Perubahan APBD
Penyesuaian APBD sesuai dengan perkembangan dan/atau
perubahan keadaan, dibahas bersama DPRD dengan pemerintah
daerah dalam rangka penyusunan prakiraan perubahan APBD
tahun anggaran yang bersangkutan, apabila terjadi:
a. perkembangan yang tidak sesuai dengan asumsi KUA;
b. keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran
anggaran antara unit organisasi, antara kegiatan, dan
antara jenis belanja;
c. keadaan yang menyebabkan saldo anggaran Iebih tahun
sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan;
d. keadaan darurat;
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
48
e. keadaan luar biasa.
Dalam keadaan darurat, pemerintah daerah dapat melakukan
pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya
diusulkan dalam rancangan perubahan APBD, dan/atau
disampaikan dalam laporan realisasi anggaran. Keadaan darurat
tersebut sekurang-kurangnya memenuhi kriteria berikut ini:
a. bukan merupakan kegiatan normal dari aktivitas
pemerintah daerah dan tidak dapat diprediksi
sebelumnya;
b. tidak diharapkan terjadi secara berulang;
c. berada di luar kendali dan pengaruh pemerintah daerah;
d. memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran
dalam rangka pemulihan yang disebabkan oleh keadaan
darurat.
Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya
dapat menggunakan belanja tidak terduga. Dalam hal belanja
tidak terduga tidak mencukupi dapat dilakukan dengan cara:
menggunakan dana dari hasil penjadwalan ulang capaian target
kinerja program dan kegiatan lainnya dalam tahun anggaran
berjalan; dan/atau memanfaatkan uang kas yang tersedia.
Selain itu, pemerintah daerah juga dapat melakukan pengeluaran
yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan
dalam rancangan perubahan APBD bagi belanja untuk keperluan
mendesak yang kriterianya ditetapkan dalam peraturan daerah
tentang APBD.
Perubahan APBD hanya dapat dilakukan satu kali dalam satu
tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa. Keadaan luar
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
49
biasa tersebut adalah keadaan yang menyebabkan estimasi
penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBD mengalami
kenaikan atau penurunan lebih besar dari 50%.
Pelaksanaan pengeluaran atas pendanaan keadaan darurat
dan/atau keadaan luar biasa ditetapkan dengan peraturan kepala
daerah. Realisasi pengeluaran atas pendanaan keadaan darurat
dan/atau keadaan luar biasa tersebut dicantumkan dalam
rancangan peraturan daerah tentang pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD.
Pemerintah daerah mengajukan rancangan peraturan daerah
tentang perubahan APBD tahun anggaran yang bersangkutan
untuk mendapatkan persetujuan DPRD sebelum tahun anggaran
yang bersangkutan berakhir. Persetujuan DPRD terhadap
rancangan peraturan daerah tersebut selambat‐lambatnya tiga
bulan sebelum berakhirnya tahun anggaran.
Proses evaluasi dan penetapan rancangan peraturan daerah
tentang perubahan APBD dan rancangan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran perubahan APBD menjadi peraturan daerah
dan peraturan kepala daerah berlaku ketentuan seperti halnya
evaluasi dan penetapan rancangan APBD. Apabila hasil evaluasi
tersebut tidak ditindaklanjuti oleh kepala daerah dan DPRD, dan
kepala daerah tetap menetapkan rancangan peraturan daerah
tentang perubahan APBD dan rancangan peraturan kepala daerah
tentang penjabaran perubahan APBD, peraturan daerah dan
peraturan kepala daerah dimaksud dibatalkan dan sekaligus
menyatakan berlakunya pagu APBD tahun berjalan termasuk
untuk pendanaan keadaan darurat.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
50
Pembatalan peraturan daerah tentang perubahan APBD provinsi
dan peraturan gubernur tentang penjabaran perubahan APBD
dilakukan oleh menteri dalam negeri. Pembatalan peraturan
daerah tentang perubahan APBD kabupaten/kota dan peraturan
bupati/walikota tentang penjabaran perubahan APBD dilakukan
oleh gubernur.
Paling lama tujuh hari setelah keputusan tentang pembatalan,
kepala daerah wajib memberhentikan pelaksanaan peraturan
daerah tentang perubahan APBD dan selanjutnya kepala daerah
bersama DPRD mencabut peraturan daerah dimaksud.
Pencabutan peraturan daerah tersebut dilakukan dengan
peraturan daerah tentang pencabutan peraturan daerah tentang
perubahan APBD.
D. LATIHAN SOAL
1. Setelah RKPD ditetapkan, pemerintah daerah menyusun acuan
bagi SKPD dalam menyusun RKA SKPD. Acuan tersebut
adalah….
a. RPJMD
b. KUA dan PPAS
c. DPA‐SKPD
d. RKPD
2. Jumlah pendapatan, belanja dan pembiayaan daerah
dianggarkan dalam APBD secara ….
a. Insidentil
b. periodik
c. bruto
d. neto
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
51
3. Penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang
digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan disebut ….
a. indikator kinerja
b. standar pelayanan minimal
c. standar satuan harga
d. analisis standar belanja
4. RKA-SKPD yang telah disusun oleh SKPD disampaikan kepada
PPKD untuk dibahas lebih lanjut oleh …
a. Tim Anggaran Pemerintah Daerah
b. Sekretaris Daerah
c. Panitia Anggaran DPRD
d. Kepala Daerah
5. Pembatalan peraturan daerah tentang perubahan APBD
provinsi dan peraturan gubernur tentang penjabaran
perubahan APBD dilakukan oleh ….
a. DPRD Provinsi
b. Dirjen Otonomi Daerah
c. Menteri Dalam Negeri
d. Presiden
---000---
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
52
IV PENDAPATAN DAERAH DAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Indikator Keberhasilan
Setelah memelajari bab ini, peserta diklat diharap mampu memahami
pengertian, unsurunsur, dan prosedur penerimaan daerah dalam
rangka membantu pelaksanaan tugasnya.
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
pemerintahan daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004
tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
daerah, menetapkan bahwa penerimaan daerah dalam
pelaksanaan desentralisasi terdiri atas pendapatan daerah dan
pembiayaan. Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan
uang melalui rekening kas umum daerah yang menambah ekuitas
dana lancar dan merupakan hak pemerintah daerah dalam satu
tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.
Pada hakekatnya pendapatan daerah secara langsung diperoleh
dari mekanisme pajak dan retribusi daerah atau pungutan lainnya
yang dibebankan kepada masyarakat. Keadilan atau kewajaran
dalam perpajakan terkait dengan prinsip kewajaran horisontal
dan kewajaran vertikal. Prinsip kewajaran horisontal
mempersyaratkan bahwa masyarakat dalam posisi yang sama
harus diperlakukan sama. Sedangkan prinsip kewajaran vertikal
dilandasi pada konsep kemampuan wajib pajak/retribusi untuk
membayar, artinya bagi masyarakat berkemampuan membayar
tinggi akan dibebankan pajak/retribusi yang tinggi pula. Sudah
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
53
barang tentu untuk menyeimbangkan kedua prinsip tersebut
pemerintah daerah dapat menerapkan kebijakan diskriminasi tarif
yang rasional untuk menghilangkan rasa ketidakadilan. Selain itu
dalam konteks belanja, pemerintah daerah harus mengalokasikan
belanja daerah secara adil dan merata agar dapat dinikmati oleh
seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalam
pengelolaan pelayanan umum. Sehubungan dengan hal itu,
pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan
perkiraan terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap
sumber pendapatan.
A. PENDAPATAN ASLI DAERAH
1. Pajak dan Retribusi Daerah
Saat ini pajak dan retribusi daerah terdiri atas berbagai jenis yang
berhubungan dengan berbagai sendi kehidupan masyarakat.
Masing‐masing jenis pajak dan retribusi daerah pada suatu
provinsi/kabupaten/kota memiliki subjek, objek, tarif dan
berbagai ketentuan pengenaan tersendiri yang mungkin berbeda
dengan daerah lainnya. Hal itu ditopang oleh semangat otonomi
daerah yang memungkinkan setiap provinsi/kabupaten/kota
mengatur daerahnya sendiri termasuk dalam mengelola pajak dan
retribusi daerah.
Opini masyarakat menunjukkan pemungutan pajak daerah
seringkali disamakan dengan retribusi daerah, karena mereka
beranggapan bahwa keduanya merupakan kewajiban
pembayaran kepada pemerintah daerah. Pandangan tersebut
tidak sepenuhnya benar, karena terdapat perbedaan yang cukup
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
54
mendasar antara pajak dan retribusi daerah. Pajak dan retribusi
daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah merupakan
penarikan sumber daya ekonomi (umumnya dalam bentuk uang)
kepada masyarakat guna membiayai tugas‐tugas pemerintahan
dalam melayani kepentingan masyarakat. Penarikan pungutan
oleh pemerintah daerah kepada masyarakat harus memenuhi
syarat berikut: harus ditetapkan dengan peraturan daerah, dapat
dipaksakan, mempunyai kepastian hukum dan ada jaminan
kejujuran/integritas para pengelolanya.
Setiap jenis penerimaan daerah yang diberlakukan di Indonesia
harus berdasarkan hukum yang kuat guna menjamin kelancaran
pengenaan dan pemungutannya. Dasarhukum pemungutan
tersebut antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan
Retribusi Daerah yang berlaku sejak 1 Januari 2010,
menggantikan Undang‐Undang Nomor 34 Tahun 2000
tentang Perubahan atas Undang‐Undang Nomor 18
Tahun 1997 tentang Pajak Dan Retribusi Daerah.
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintah Daerah
3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Daerah
4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
5. Peraturan presiden, Peraturan menteri dalam negeri,
Peraturan menteri keuangan, Peraturan daerah
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
55
provinsi/kabupaten/kota di bidang pajak dan retribusi
daerah.
6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006
yang diubah dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007
dan diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
yang diterbitkan setiap tahun.
Pajak Daerah
Secara umum pajak adalah pemungutan dana dari masyarakat
oleh pemerintah berdasarkan undang‐ undang yang dapat
dipaksakan dan terutang bagi wajib bayar tanpa mendapat
prestasi langsung, serta hasilnya digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan. Pajak Daerah adalah kontribusi
wajib pajak kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang‐undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah bagi kemakmuran rakyat.
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan ciri-ciri yang
melekat pada pengertian pajak sebagai berikut:
1. Pajak dipungut oleh pemerintah baik pusat maupun
daerah berdasarkan peraturan perundang‐undangan.
2. Penerimaan pajak merupakan pendapatan pemerintah
yang harus dimasukkan ke dalam kas negara/daerah.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
56
3. Tidak terdapat hubungan langsung antara jumlah
pembayaran pajak dengan kontra prestasi secara individu,
akan tetapi kontra prestasi secara umum dimanifestasikan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah.
4. Pajak dipungut/dikenakan karena suatu keadaan,
kejadian, dan perbuatan sesuai dengan peraturan
perundang‐undangan.
5. Pajak bersifat memaksa, artinya bagi mereka yang tidak
memenuhi kewajiban perpajakan dapat dikenakan sanksi
sesuai dengan peraturan perundang‐ undangan.
Pemungutan Pajak Daerah
Jenis Pajak Daerah
Pembagian jenis pajak di Indonesia ditinjau dari lembaga
pemungutnya dibedakan ke dalam pajak pusat dan pajak daerah.
Pajak daerah menurut UU No. 28 Tahun 2009 terbagi menjadi
pajak provinsi dan pajak kabupaten/kota.
Pajak Provinsi:
Jenis pajak provinsi meliputi:
a. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBN‐KB)
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBB‐KB)
d. Pajak Air Permukaan
e. Pajak Rokok.
Hasil penerimaan pajak provinsi sebagian diperuntukkan bagi
kabupaten/kota di wilayah provinsi terkait dengan ketentuan
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
57
Khusus untuk penerimaan Pajak Air Permukaan dari sumber air
yang berada hanya pada satu wilayah kabupaten/kota, hasil
penerimaannya diserahkan kepada kabupaten/kota yang
bersangkutan sebesar 80%.
Pajak Kabupaten/Kota
Jenis pajak kabupaten/kota meliputi:
a. Pajak Hotel (PH)
b. Pajak Restoran (PR)
c. Pajak Hiburan (PHi)
d. Pajak Reklame (PRek)
e. Pajak Penerangan Jalan (PPJ)
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
g. Pajak Parkir
h. Pajak Air Tanah
i. Pajak Sarang Burung Walet
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Khusus pemerintah provinsi yang tidak terbagi ke dalam daerah
kabupaten/kota seperti DKI Jakarta, jenis pajak daerah yang
dipungut merupakan gabungan pajak provinsi dan pajak
kabupaten/kota.
UU Nomor 28 Tahun 2009 melarang pemerintah
provinsi/kabupaten/ kota untuk memungut pajak daerah selain
jenis pajak daerah yang telah ditetapkan.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
58
Jenis pajak di atas dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang
memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan daerah yang
ditetapkan dengan peraturan daerah.
Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah
Pelaksanaan pajak daerah diatur berdasarkan ketentuan sebagai
berikut:
a. Pajak ditetapkan dengan peraturan daerah (perda)
b. Peraturan daerah tentang pajak tidak dapat berlaku surut
c. Peraturan daerah tentang pajak sekurang‐kurangnya
ketentuan mengatur mengenai: nama, objek, dan subjek
pajak; dasar pengenaan, tarif, dan cara penghitungan
pajak; wilayah pemungutan; masa pajak; penetapan; tata
cara pembayaran dan penagihan; kadaluwarsa; sanksi
administrasi; tanggal mulai berlakunya.
Peraturan daerah tentang pajak dapat mengatur ketentuan
mengenai:
1. pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan
dalam hal‐hal tertentu atas pokok pajak dan/atau
sanksinya;
2. tata cara penghapusan piutang pajak yang kadaluwarsa;
3. asas timbal balik.
Tata Cara Pemungutan Pajak Daerah
1. Pungutan pajak daerah tidak dapat diborongkan dan
seluruh proses kegiatan pemungutan pajak tidak dapat
diserahkan kepada pihak ketiga.
2. Pajak dipungut berdasarkan penetapan kepala daerah
atau dibayar sendiri oleh wajib pajak (self assessment).
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
59
3. Wajib pajak dalam memenuhi kewajiban pajak yang
dipungut dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak
Daerah (SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan.
4. Wajib pajak memenuhi kewajiban pajak yang dibayar
sendiri dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak
Daerah (SPTPD), Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang
Bayar (SKPDKB) dan atau Surat Ketetapan Pajak Daerah
Kurang Bayar Tambahan (SKPDKBT).
5. Terhadap wajib pajak yang kurang dipungut atau kurang
bayar dapat diterbitkan Surat Tagihan Pajak Daerah
(STPD), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Keberatan dan Putusan Banding sebagai dasar
pemungutan dan penyetoran pajak.
Retribusi Daerah
Retribusi adalah pembayaran wajib oleh rakyat atas jasa tertentu
yang diberikan oleh pemerintah daerah kepada penduduknya
secara perorangan. Jasa adalah upaya pelayanan oleh pemerintah
daerah yang menyebabkan barang, fasilitas, atau kemanfaatan
lainnya dan dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Jasa
tersebut bersifat langsung, artinya hanya mereka yang membayar
retribusi yang dapat menikmati balas jasa (kontra prestasi) dari
pemerintah daerah. Sebagai contoh, setiap orang yang ingin
memperoleh jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit umum
daerah (RSUD) atau puskesmas harus membayar retribusi sesuai
dengan perda. Meskipun demikian tidak ada paksaan secara
yuridis kepada setiap orang untuk membayar retribusi, karena
mereka bebas untuk memilih jasa pelayanan kesehatan yang
dikehendakinya. Pada retribusi pelayanan kesehatan yang ada
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
60
hanyalah paksaan secara ekonomis, yaitu hanya pasien yang
membayar retribusi yang berhak mendapat jasa pelayanan
kesehatan dari RSUD atau puskesmas.
Dewasa ini yang berwenang untuk memungut retribusi hanya
pemerintah daerah. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi
daerah:
1. retribusi merupakan pungutan berdasarkan undang‐
undang dan peraturan daerah;
2. hasil penerimaan retribusi harus masuk ke kas daerah;
3. setiap orang yang membayar retribusi memperoleh
kontra prestasi langsung dari pemerintah daerah berupa
jasa pelayanan;
4. utang retribusi timbul apabila jasa pelayanan pemerintah
daerah dinikmati oleh orang pribadi atau badan;
5. sanksi ekonomis, yaitu apabila orang pribadi atau badan
tidak membayar retribusi, maka mereka tidak akan
memperoleh jasa layanan yang disediakan oleh
pemerintah daerah.
Jenis Retribusi
Retribusi daerah menurut UU Nomor 28 Tahun 2009 dapat
dikelompokkan sebagai berikut.
Retribusi jasa umum,
yaitu retribusi atas jasa pelayanan yang disediakan oleh
pemerintah daerah untuk kepentingan dan kemanfaatan umum
serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Adapun
jenis‐jenis retribusi jasa umum terdiri atas retribusi:
1. pelayanan kesehatan
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
61
2. pelayanan sampah/kebersihan
3. penggantian biaya cetak KTP (kartu tanda penduduk) dan
akta catatan sipil
4. pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat
5. pelayanan parkir di tepi jalan umum
6. pelayanan pasar
7. pengujian kendaraan bermotor
8. pemeriksaan alat pemadam kebakaran
9. penggantian biaya cetak peta
10. penyediaan dan/atau penyedotan kakus
11. pengolahan limbah cair
12. pelayanan tera/tera ulang
13. pelayanan pendidikan, dan
14. pengendalian menara telekomunikasi.
Retribusi jasa usaha,
yaitu retribusi yang dikenakan atas jasa pelayanan yang
disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip
komersial, artinya retribusi semacam ini dapat disediakan oleh
pihak swasta. Retribusi jasa usaha terdiri atas retribusi:
1. pemakaian kekayaan daerah
2. pasar grosir dan/atau pertokoan
3. tempat pelelangan
4. terminal
5. tempat khusus parkir
6. tempat penginapan/pesanggrahan/vila
7. rumah potong hewan
8. pelayanan kepelabuhanan
9. tempat rekreasi dan olah raga
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
62
10. penyeberangan di air
11. penjualan produksi usaha daerah.
Retribusi perizinan tertentu,
yaitu retribusi yang dikenakan atas pemberian izin dari
pemerintah daerah kepada orang pribadi atau badan yang
melakukan aktivitas tertentu. Pemberian izin tersebut
dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pemanfaatan ruang
publik, penggunaan sumber daya alam, barang, sarana dan
prasarana, atau fasilitas tertentu yang dapat melindungi
kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Jenis
retribusi perizinan tertentu antara lain meliputi retribusi:
1. izin mendirikan bangunan (IMB)
2. izin tempat penjualan minuman beralkohol
3. izin gangguan (HO = Hoereg Ordonantie)
4. izin trayek,
5. izin usaha perikanan.
Pemungutan Retribusi Daerah
Prinsip dan Sasaran Dalam Penetapan Tarif
a. Untuk retribusi jasa umum ditetapkan berdasarkan
kebijakan daerah, dengan mempertimbangkan biaya
penyediaan jasa terkait, kemampuan masyarakat, dan
aspek keadilan.
b. Untuk retribusi jasa usaha ditetapkan berdasarkan pada
tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
63
c. Untuk retribusi perizinan tertentu ditetapkan berdasarkan
pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya
penyelenggaraan pemberian izin tersebut.
Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah
1. Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan
seluruhnya atau proses kegiatan pemungutan retribusi
tidak dapat diserahkan kepada pihak ketiga.
2. Dalam hal wajib retribusi tertentu tidak membayar tepat
waktu atau kurang membayar, maka dikenakan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan dari
retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar
dan ditagih dengan menggunakan STRD.
2. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
Salah satu sumber pendapatan asli daerah adalah hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang terdiri atas
bagian laba BUMD dan hasil kerja sama dengan pihak ketiga.
Jumlah rencana PAD yang dianggarkan dari pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan harus mencerminkan rasionalitas
dibandingkan dengan nilai kekayaan daerah yang dipisahkan dan
ditetapkan sebagai penyertaan modal (investasi).
Upaya peningkatan penerimaan laba/dividen atas penyertaan
modal atau investasi daerah lainnya yang dapat ditempuh melalui
inventarisasi, penataan, dan evaluasi nilai kekayaan daerah yang
dipisahkan baik dalam bentuk uang maupun barang sebagai
penyertaan modal (investasi). Selain itu pendayagunaan kekayaan
daerah yang belum dipisahkan dan belum dimanfaatkan untuk
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
64
dikelola atau dikerjasamakan dengan pihak ketiga sehingga
menghasilkan pendapatan daerah.
Jenis hasil pengelolaan kekayaan daerah dirinci menurut objek
pendapatan yang mencakup:
1. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
daerah/BUMD
2. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
negara/BUMN
3. bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik
swasta atau kelompok usaha masyarakat.
3. PAD Lain‐lain yang Sah
PAD bertujuan memberi kewenangan kepada pemerintah daerah
untuk menandai pelaksanaan otonomi daerah sesuai dengan
potensi daerah sebagai perwujudan desentralisasi. Isi ayat (1)
huruf d Pasal 6 UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang PAD lain‐lain
yang sah antara lain meliputi:
a. hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan
b. jasa giro
c. pendapatan bunga
d. penerimaan atas tuntutan kerugian daerah
e. penerimaan komisi, rabat, potongan atau bentuk lain
sebagai akibat penjualan, tukar menukar, hibah, asuransi
dan pengadaan barang/jasa oleh daerah
f. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang
asing
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
65
g. pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan
pekerjaan
h. pendapatan denda pajak
i. pendapatan denda retribusi
j. pendapatan hasil eksekusi atas jaminan
k. pendapatan dari pengembalian fasilitas sosial dan fasilitas
umum
l. pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan
pelatihan
m. pendapatan dari BLUD.
B. DANA PERIMBANGAN
Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai
kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dana Perimbangan merupakan pendanaan daerah yang
bersumber dari APBN, yang terdiri atas:
1. dana bagi hasil (DBH) pajak dan bukan pajak;
2. dana alokasi umum (DAU);
3. dana alokasi khusus (DAK).
Dana Perimbangan selain dimaksudkan untuk membantu daerah
dalam mendanai kewenangannya, juga bertujuan untuk
mengurangi ketimpangan sumber pendanaan pemerintahan
antara pusat dan daerah, serta untuk mengurangi kesenjangan
pendanaan pemerintahan antar daerah. Ketiga komponen dana
perimbangan ini merupakan sistem transfer dana dari pemerintah
serta merupakan satu kesatuan yang utuh.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
66
1. Dana Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak
Dana bagi hasil adalah dana yang bersumber dari pendapatan
APBN yang dibagi kepada daerah berdasarkan angka persentase
tertentu. Pengaturan DBH dalam Undang‐Undang Nomor 33
Tahun 2004 merupakan penyelarasan Undang‐Undang Nomor 7
Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Undang‐Undang Nomor
36 Tahun 2008. Dalam undang‐undang ini dimuat pengaturan
mengenai bagi hasil penerimaan pajak penghasilan (PPh) Pasal
25/29 wajib pajak orang pribadi dalam negeri dan PPh Pasal 21,
serta sektor pertambangan panas bumi sebagaimana dimaksud
dalam Undang‐Undang Nomor 27 Tahun 2003 tentang Panas
Bumi. Selain itu, dana reboisasi yang semula termasuk bagian dari
DAK dialihkan menjadi DBH.
Bagi hasil pajak dan bukan pajak meliputi bagian daerah dari pajak
dan penerimaan dari sumber daya alam.
Bagian Daerah dari Pajak Penghasilan
1. Bagian daerah dari penerimaan PPh pasal 25/29 dan PPh
Pasal 21 adalah sebesar 20%.
2. Bagian daerah dari dana bagi hasil dari penerimaan PPh
Pasal 25 dan 29 di atas, dibagi dengan imbangan 60%
untuk kabupaten/kota dan 40% untuk provinsi.
Bagian Daerah dari Penerimaan Sumber Daya Alam
Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor kehutanan,
sektor pertambangan umum, dan sektor perikanan dibagi: 20%
untuk pemerintah pusat dan 80% untuk daerah.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
67
Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor kehutanan:
1. penerimaan iuran hak pengusahaan hutan (IHPH);
2. penerimaan provisi sumber daya hutan (PSDH).
Bagian daerah dari penerimaan negara IHPH dibagi: a)16% untuk
daerah provinsi yang bersangkutan b) 64% untuk daerah
kabupaten/kota penghasil.
Bagian daerah dari penerimaan negara PSDH dibagi: a) 16% untuk
daerah provinsi yang bersangkutan, b)32% untuk daerah
kabupaten/kota penghasil, c)32% untuk daerah kabupaten/kota
lainnya dalam provinsi yang bersangkutan.
Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor pertambangan
umum, terdiri dari:
1. penerimaan iuran tetap (land rent), yaitu seluruh
penerimaan iuran yang diterima negara sebagai imbalan
atas kesempatan penyelidikan umum, eksplorasi atau
eksploitasi pada suatu wilayah kuasa pertambangan,
2. penerimaan iuran eksplorasi dan iuran eksploitasi
(royalty) yaitu iuran produksi yang diterima negara dalam
hal pemegang kuasa pertambangan eksplorasi mendapat
hasil berupa bahan galian yang tergali atas kesempatan
eksplorasi yang diberikan kepadanya, serta hasil yang
diperoleh dari usaha pertambangan eksploitasi (royalty)
satu atau lebih bahan galian.
Bagian daerah dari penerimaan negara iuran tetap (land rent)
dibagi dengan rincian:
a. 16% untuk daerah provinsi yang bersangkutan;
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
68
b. 32% untuk daerah kabupaten/kota penghasil; 32% untuk
daerah kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang
bersangkutan yang dibagi dengan porsi yang sama.
Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor perikanan:
1. penerimaan pungutan pengusahaan perikanan;
2. penerimaan pungutan hasil perikanan.
Bagian daerah dari penerimaan negara di sektor perikanan
dibagikan dengan porsi yang sama besar kepada seluruh
kabupaten/ kota di Indonesia.
Penerimaan negara dari sumber daya alam sektor pertambangan
minyak dan gas alam yang dibagikan ke daerah adalah
penerimaan negara dari sumber daya alam sektor pertambangan
dan gas alam dari wilayah daerah terkait setelah dikurangi
komponen pajak dan pungutan lainnya.
Penerimaan negara dari pertambangan minyak bumi dan gas alam
terdiri atas:
1. penerimaan negara dari pertambangan minyak bumi
dengan imbangan 84,5% untuk pemerintah pusat dan
15,5% untuk pemerintah daerah,
2. penerimaan negara dari pertambangan gas alam dibagi
dengan imbangan 69,5% untuk pemerintah pusat dan
30,5% untuk pemerintah daerah.
Bagian daerah dari pertambangan minyak bumi dibagi dengan
rincian sebagai berikut.
a. 3% untuk provinsi yang bersangkutan;
b. 6% untuk kabupaten/kota penghasil;
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
69
c. 6% untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang
bersangkutan yang dibagikan dengan porsi yang sama
besar.
Bagian daerah dari pertambangan gas alam dibagi dengan rincian
sebagai berikut:
a. 6% untuk provinsi yang bersangkutan;
b. 12% untuk kabupaten/kota penghasil;
c. 12% untuk kabupaten/kota lainnya dalam provinsi yang
bersangkutan yang dibagikan dengan porsi yang sama
besar.
Dana bagi hasil pertambangan minyak dan gas bumi sebesar 0,5%
(setengah persen) digunakan untuk menambah anggaran
pendidikan dasar, yaitu: 0,1% dibagi ke provinsi yang
bersangkutan; 0.2% dibagi ke kabupaten/kota penghasil; 0,2%
dibagi ke seluruh kabupaten/kota di provinsi tersebut.
2. Dana Alokasi Umum (DAU)
DAU adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang
dialokasikan untuk pemerataan kemampuan keuangan
antardaerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam
rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU dialokasikan untuk
daerah provinsi dan daerah kabupaten/kota. Tujuan dari
pemberian dana alokasi umum adalah pemerataan dengan
memperhatikan potensi daerah, luas daerah, keadaan geografi,
jumlah penduduk, dan tingkat pendapatan. Termasuk dalam
pengertian tersebut adalah jaminan kesinambungan
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
70
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka penyediaan
pelayanan dasar kepada masyarakat.
Besarnya DAU untuk setiap tahun anggaran ditetapkan sebesar
26% dari penerimaan dalam negeri yang berasal dari pajak dan
bukan pajak pada APBN, setelah dikurangi dengan penerimaan
negara yang dibagihasilkan kepada daerah. Selanjutnya DAU
dialokasikan ke daerah dengan imbangan provinsi sebesar 10%
dan kabupaten/kota 90%.
3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
Dana alokasi khusus berasal dari APBN yang dialokasikan kepada
daerah untuk membantu membiayai kebutuhan khusus/tertentu
yaitu kebutuhan yang tidak dapat diperkirakan secara umum
dengan menggunakan rumus alokasi khusus, kebutuhan yang
merupakan komitmen atau prioritas potensi nasional.
Dana tersebut dialokasikan kepada daerah tertentu berdasarkan
usulan dari daerah. Untuk membiayai kebutuhan khusus yang
bersumber dari DAK diperlukan dana pendamping yang
bersumber dari APBD dengan jumlah sekurang‐kurangnya 10%.
Untuk pembiayaan program/kegiatan reboisasi, tidak
dipersyaratkan adanya dana pendamping. Terhadap penerimaan
negara yang berasal dari dana reboisasi, disisihkan sebesar 40%
dan diberikan kepada “daerah penghasil” sebagai bagian dari DAK
untuk membiayai kegiatan reboisasi/penghijauan di daerah
penghasil.
Sektor/program/kegiatan yang tidak dapat dibiayai dari DAK
adalah:
a. Biaya-biaya administrasi,
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
71
b. penyiapan proyek fisik, penelitian, pelatihan, perjalanan
dinas, dan lain‐lain biaya umum sejenis.
Sesuai Pasal 42 Undang‐Undang Nomor 33 Tahun 2004,
ketentuan lebih lanjut mengenai DAK akan diatur dalam
peraturan pemerintah.
C. PENDAPATAN DAERAH LAINNYA YANG SAH
Dana darurat yang diterima dari pemerintah dan bantuan uang
dan barang dari badan/lembaga tertentu untuk menanggulangi
bencana alam yang disalurkan melalui pemerintah daerah.
Hibah yang diterima baik berupa uang, barang dan/atau jasa yang
dianggarkan dalam APBD harus berdasarkan naskah perjanjian
hibah daerah dan mendapat persetujuan DPRD.
Sumbangan yang diterima dari organisasi/lembaga tertentu
perorangan atau pihak ketiga, yang tidak berkonsekuensi
pengeluaran maupun pengurangan kewajiban pihak
ketiga/pemberi sumbangan diatur dalam peraturan daerah.
Pendapatan lain ‐ lain yang ditetapkan pemerintah pusat
termasuk dana penyesuaian dan dana otonomi khusus.
D. PENERIMAAN PEMBIAYAAN
Pembiayaan (financing) menurut Peraturan Pemerintah No. 71
Tahun 2010 dalam lampiran II PSAP (Pernyataan Standar
Akuntansi Pemerintahan) Nomor 2, adalah “seluruh transaksi
keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran,
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
72
yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup
defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran.”
Penerimaan pembiayaan antara lain berasal dari pinjaman dan
hasil divestasi. Sementara pengeluaran pembiayaan antara lain
digunakan untuk pembiayaan kembali pokok pinjaman,
pemberian pinjaman kepada entitas lain, serta penyertaan modal
oleh pemerintah daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2005 tentang Pinjaman
Daerah, mengklasifikasikan pinjaman daerah dalam bentuk:
a. pinjaman jangka pendek;
b. pinjaman jangka menengah;
c. pinjaman jangka panjang.
Pinjaman jangka pendek merupakan pinjaman daerah dalam
jangka waktu kurang atau sama dengan satu tahun anggaran dan
kewajiban pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok
pinjaman, bunga dan biaya lain seluruhnya harus dilunasi dalam
tahun anggaran yang bersangkutan. Pinjaman ini hanya
dipergunakan untuk menutup kekurangan arus kas pada tahun
anggaran yang bersangkutan.
Pinjaman jangka menengah merupakan pinjaman daerah dalam
jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban
pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman,
bunga dan biaya lain harus dalam jangka waktu yang tidak
melebihi sisa masa jabatan kepala daerah yang bersangkutan.
Pinjaman ini dipergunakan untuk membiayai penyediaan layanan
umum yang tidak menghasilkan penerimaan.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
73
Pinjaman jangka panjang merupakan pinjaman daerah dalam
jangka waktu lebih dari satu tahun anggaran dan kewajiban
pembayaran kembali pinjaman yang meliputi pokok pinjaman,
bunga dan biaya lain harus pada tahun-tahun anggaran
berikutnya sesuai dengan persyaratan perjanjian pinjaman
tersebut. Pinjaman ini dipergunakan untuk membiayai proyek
investasi yang menghasilkan penerimaan.
Penerimaan pembiayaan menurut ketentuan dalam PP Nomor 58
Tahun 2005, terdiri atas:
1. Sisa lebih Perhitungan Anggaran Tahun Sebelumnya
(SiLPA). SiLPA mencakup pelampauan penerimaan PAD,
pelampauan penerimaan dana perimbangan, pelampauan
penerimaan lain‐ lain pendapatan daerah yang sah,
pelampauan penerimaan pembiayaan, penghematan
belanja, kewajiban pihak III yang sampai dengan akhir
tahun belum terselesaikan, dan sisa dana kegiatan
lanjutan.
2. Pencairan Dana Cadangan. Pencairan dana cadangan
digunakan untuk menganggarkan pencairan dana
cadangan dari rekening dana cadangan ke rekening kas
umum daerah dalam tahun anggaran berkenaan.
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan. Hasil
penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan, digunakan
antara lain untuk menganggarkan hasil penjualan
perusahaan milik daerah/BUMD dan penjualan aset milik
pemerintah daerah yang dikerjasamakan dengan pihak III,
atau hasil divestasi penyertaan modal pemerintah daerah.
4. Penerimaan Pinjaman Daerah. Pinjaman dapat berasal
dari dalam negeri atau luar negeri. Pinjaman dalam negeri
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
74
dapat diperoleh dari pemerintah pusat, lembaga
keuangan bank dan nonbank, masyarakat dan sumber
lainnya. Sedangkan pinjaman dari luar negeri dapat
berupa pinjaman bilateral atau multilateral. Pinjaman
daerah dapat dibedakan menjadi pinjaman jangka
panjang dan jangka pendek. Pinjaman jangka panjang
hanya dapat digunakan untuk membiayai pembangunan
prasarana yang merupakan aset daerah dan dapat
menghasilkan penerimaan untuk pembayaran kembali
pinjaman, serta memberikan manfaat bagi pelayanan
masyarakat. Pinjaman jangka panjang tidak dapat
digunakan untuk membiayai belanja administrasi umum
serta belanja operasional dan pemeliharaan. Selain itu
daerah dapat melakukan pinjaman jangka panjang guna
pengaturan arus kas dalam rangka pengelolaan kas
daerah. Pembayaran Kembali Pinjaman Daerah Semua
pembayaran yang menjadi kewajiban daerah atas
pinjaman daerah yang jatuh tempo merupakan prioritas
dan dianggarkan dalam pengeluaran APBD. Dalam hal
daerah tidak memenuhi kewajiban pembayaran atas
pinjaman daerah dari pemerintah pusat, maka
pemerintah pusat memperhitungkan kewajiban tersebut
dengan DAU kepada daerah yang bersangkutan. Dalam
hal daerah tidak memenuhi kewajiban pembayaran atas
pinjaman daerah yang bersumber dari luar negeri, maka
kewajiban tersebut diselesaikan sesuai perjanjian
pinjaman. Semua penerimaan dan kewajiban dalam
rangka pinjaman daerah dicantumkan dalam APBD dan
dibukukan sesuai dengan standar akuntansi keuangan
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
75
pemerintah daerah. Keterangan tentang semua pinjaman
jangka panjang dituangkan dalam lampiran dokumen
APBD.Kepala daerah melaporkan kepada DPRD secara
berkala dengan tembusan kepada menteri keuangan
tentang perkembangan jumlah pinjaman daerah dan
tentang pelaksanaan pemenuhan kewajiban pinjaman
yang telah jatuh tempo.
5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman. Penerimaan
kembali pemberian pinjaman digunakan untuk
menganggarkan posisi penerimaan kembali pinjaman
yang diberikan kepada pemerintah pusat dan/atau
pemerintah daerah lainnya.
6. Penerimaan Piutang Daerah, Penerimaan piutang
digunakan untuk menganggarkan penerimaan yang
bersumber dari pelunasan piutang pihak ketiga, seperti
penerimaan piutang daerah dari pendapatan daerah,
pemerintah, pemerintah daerah lain, lembaga keuangan
bank, lembaga keuangan bukan bank, dan penerimaan
piutang lainnya.
7. Penerimaan Kembali Penyertaan Modal (Investasi)
Daerah. Penerimaan kembali penyertaan modal
(investasi) daerah digunakan untuk menganggarkan
penerimaan yang bersumber dari penyertaan modal yang
bersumber dari penyertaan modal yang diterima kembali.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
76
E. LATIHAN SOAL
1. Yang tidak termasuk pajak kabupaten/kota adalah ….
a. PKB
b. pajak hotel
c. pajak bumi dan bangunan
d. bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
2. SPTPD tidak disampaikan oleh WPD kepada kepala daerah
dalam jangka waktu tertentu dan setelah WPD ditegur secara
tertulis, maka kepala daerah akan menerbitkan….
a. SKPDKB
b. SKPDN
c. SKPD
d. SKPDKBT
3. Salah satu penerimaan daerah adalah dana bagi hasil pajak
PPh Pasal 25/29 dengan komposisi ….
a. pemerintah pusat 25%; pemerintah daerah 75%
b. pemerintah pusat 10%; pemerintah daerah 90%
c. pemerintah pusat 80%; pemerintah provinsi 12%;
pemerintah kabupaten/kota 8%
d. pemerintah provinsi 16%; pemerintah kabupaten/kota
84%
4. Pinjaman daerah yang hanya digunakan untuk menutup
kekurangan arus kas pada tahun anggaran yang bersangkutan
disebut ….
a. pinjaman jangka panjang
b. pinjaman jangka menengah
c. pinjaman jangka pendek
d. pinjaman pihak ketiga
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
77
5. Dana Alokasi Umum (DAU) masuk dalam
a. PAD
b. Dana Perimbangan
c. Lain-lain Pendapatan yang Sah
d. Pembiayaan
---000---
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
78
V BELANJA DAERAH DAN PENGELUARAN PEMBIAYAAN
Indikator Keberhasilan
Setelah memelajari bab ini, peserta diklat diharap mampu
menjelaskan pengertian pengeluaran daerah, berupa belanja daerah
dan pengeluaran pembiayaan daerah.
Ketentuan dalam pasal 18 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006,
disebutkan berikut:
1. Pengeluaran daerah terdiri dari belanja daerah dan
pengeluaran pembiayaan daerah.
2. Belanja daerah merupakan perkiraan beban pengeluaran
daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar
relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat
tanpa diskriminasi, khususnya dalam pemberian
pelayanan umum.
3. Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran yang
akan diterima kembali baik pada tahun anggaran yang
bersangkutan, maupun pada tahun‐ tahun anggaran
berikutnya.
Dalam menyusun APBD, penganggaran pengeluaran/belanja
daerah, harus didukung dengan adanya kepastian tersedianya
penerimaan dalam jumlah yang cukup.
A. BELANJA DAERAH
Berdasarkan Pasal 24 Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, belanja
daerah dapat dirinci menurut:
a. urusan pemerintahan daerah;
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
79
b. organisasi;
c. program dan kegiatan;
d. kelompok;
e. jenis;
f. objek dan rincian objek belanja.
1. Urusan Pemerintahan Daerah
Belanja daerah digunakan untuk mendanai pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi atau
kabupaten/kota, terdiri dari:
1. urusan wajib;
2. urusan pilihan;
3. urusan yang penanganannya dalam bagian atau bidang
tertentu dapat dilaksanakan bersama antara pemerintah
pusat dan pemerintah daerah atau antar pemerintah
daerah yang ditetapkan dengan ketentuan perundang‐
undangan.
Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk
melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat
dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan
dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan,
kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak, serta
mengembangkan sistem jaminan sosial.
Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan melalui
prestasi kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal
sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Klasifikasi belanja menurut urusan wajib, mencakup:
a. pendidikan;
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
80
b. kesehatan;
c. pekerjaan umum;
d. perumahan rakyat;
e. penataan ruang;
f. perencanaan pembangunan;
g. perhubungan;
h. lingkungan hidup;
i. pertanahan;
j. kependudukan dan catatan sipil;
k. pemberdayaan perempuan;
l. keluarga berencana dan keluarga sejahtera;
m. sosial;
n. tenaga kerja;
o. koperasi dan usaha kecil dan menengah;
p. penanaman modal;
q. kebudayaan;
r. pemuda dan olah raga;
s. kesatuan bangsa dan politik dalam negeri;
t. otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi
keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian dan
persandian;
u. ketahanan pangan;
v. pemberdayaan masyarakat dan desa;
w. statistik;
x. kearsipan;
y. komunikasi dan informatika;
z. perpustakaan.
Klasifikasi belanja menurut urusan pilihan, terdiri atas:
a. pertanian;
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
81
b. kehutanan;
c. energi dan sumber daya mineral;
d. pariwisata;
e. kelautan dan perikanan;
f. perdagangan;
g. perindustrian;
h. transmigrasi.
Belanja menurut urusan pemerintahan yang penanganannya
dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan
bersama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah atau
antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan ketentuan
perundang‐undangan, dijabarkan dalam bentuk program dan
kegiatan yang diklasifikasikan menurut urusan wajib dan urusan
pilihan.
2. Organisasi
Klasifikasi belanja menurut organisasi, disesuaikan dengan
susunan organisasi pada masing-masing pemerintah daerah.
3. Klasifikasi Program dan Kegiatan
Klasifikasi belanja menurut program dan kegiatan, disesuaikan
dengan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah .
4. Klasifikasi Kelompok
Klasifikasi belanja menurut kelompok dirinci dalam kelompok
belanja langsung dan kelompok belanja tidak langsung.
a. Belanja Langsung
Belanja langsung adalah belanja yang dipengaruhi secara langsung
oleh adanya program dan kegiatan yang direncanakan. Jenis
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
82
belanja langsung dapat berupa belanja pegawai/personalia,
barang/jasa, pemeliharaan, dan perjalanan dinas.
Keberadaan belanja tersebut merupakan konsekuensi karena
adanya program dan kegiatan dan mempunyai karakter
bahwa masukan (alokasi belanja) dapat diukur dan
diperbandingkan dengan keluarannya.
Belanja langsung dibagi menurut jenis belanja, yaitu:
1. belanja pegawai;
2. belanja barang dan jasa;
3. belanja modal.
b. Belanja Tidak Langsung
Belanja tidak langsung adalah belanja yang tidak dipengaruhi
secara langsung terhadap adanya program/kegiatan. Belanja ini
meliputi belanja pegawai, barang/jasa, pemeliharaan, dan
perjalanan dinas.
Keberadaan anggaran belanja ini bukan merupakan konsekuensi
ada atau tidaknya program/kegiatan. Belanja ini digunakan secara
periodik (umumnya bulanan) dalam rangka koordinasi
penyelenggaraan tugas pemerintahan yang bersifat umum, dan
digunakan secara bersama‐sama dalam pelaksanaan program/
kegiatan.
Dalam perhitungan ASB (Analisa Standar Belanja), belanja tidak
langsung harus dialokasikan pada setiap program/kegiatan tahun
anggaran yang bersangkutan. Program/kegiatan yang
memperoleh alokasi belanja tidak langsung adalah program atau
kegiatan non investasi.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
83
ASB merupakan hasil penjumlahan belanja langsung setiap
program/kegiatan dengan belanja tidak langsung yang
dialokasikan pada program/kegiatan tersebut, yang selanjutnya
digunakan sebagai standar untuk menilai program/kegiatan unit
kerja.
Belanja tidak langsung dibagi menurut jenis belanja terdiri atas:
1. belanja pegawai;
2. bunga;
3. subsidi;
4. hibah;
5. bantuan sosial;
6. belanja bagi hasil;
7. bantuan keuangan;
8. belanja tidak terduga.
Klasifikasi Jenis Belanja
Pada lampiran IV PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP), belanja diklasifikasikan menurut ekonomi
(jenis belanja, organisasi, dan fungsi).
Klasifikasi ekonomi adalah pengelompokan belanja yang
didasarkan pada jenis belanja untuk melaksanakan suatu aktivitas.
Klasifikasi ekonomi pemerintah pusat terdiri dari: belanja
pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga, subsidi, hibah,
bantuan sosial, dan belanja lain-lain.
Sedangkan klasifikasi ekonomi untuk pemerintah daerah, terdiri
dari ; belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, bunga,
subsidi, hibah, bantuan sosial, dan belanja tak terduga.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
84
Sesuai dengan SAP, klasifikasi belanja menurut jenis adalah:
1. Belanja Operasi
Belanja operasi adalah pengeluaran anggaran untuk kegiatan
sehari‐hari pemerintah pusat/daerah yang memberi manfaat
jangka pendek.
Belanja operasi antara lain meliputi belanja pegawai, belanja
barang dan jasa non investasi, belanja pemeliharaan, pembayaran
bunga hutang, belanja subsidi, belanja bantuan sosial.
2. Belanja Modal
Sesuai definisi dalam pernyataan SAP Nomor 2, yang dimaksud
dengan Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk
perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat
lebih dari satu periode akuntansi.
Belanja Modal meliputi antara lain; belanja modal untuk
perolehan tanah, gedung dan bangunan, peralatan, dan aset tidak
berwujud.
3. Belanja Tidak Tersangka
Sesuai definisi dalam pernyataan SAP Nomor 2, yang dimaksud
dengan belanja tidak tersangka adalah pengeluaran anggaran
untuk kegiatan yang sifatnya tidak biasa dan tidak diharapkan
berulang. Yang termasuk belanja tidak tersangka antara lain:
penanggulangan bencana alam, bencana sosial, atau pengeluaran
lainnya yang sangat diperlukan dalam rangka penyelenggaraan
kewenangan pemerintahan daerah.
Yang dimaksud dengan pengeluaran lainnya yang sangat
diperlukan adalah:
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
85
a. pengeluaran yang sangat dibutuhkan bagi penyediaan
sarana dan prasarana yang langsung berkaitan dengan
pelayanan masyarakat, yang anggarannya tidak tersedia
dalam tahun anggaran yang bersangkutan,
b. pengembalian atas kelebihan penerimaan yang terjadi
dalam tahun-tahun anggaran yang lalu (yang telah
ditutup) dengan didukung bukti-bukti yang sah.
B. PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH
Pengeluaran pembiayaan daerah terdiri dari pembentukan dana
cadangan, penyertaan modal (investasi) pemerintah daerah,
pembayaran pokok utang, dan pemberian pinjaman daerah.
1. Pembentukan Dana Cadangan
Pemerintah daerah dapat membentuk dana cadangan guna
mendanai kegiatan yang penyediaan dananya tidak dapat
sekaligus/sepenuhnya dibebankan dalam tahun anggaran.
Pembentukan dana cadangan tersebut ditetapkan dengan
peraturan daerah.
Rancangan peraturan daerah tentang pembentukan dana
cadangan, dibahas bersama dengan pembahasan rancangan
peraturan daerah APBD. Dana cadangan dapat bersumber dari
penyisihan atas penerimaan daerah, kecuali dari dana alokasi
khusus, pinjaman daerah dan penerimaan lain yang
penggunaannya dibatasi untuk pengeluaran tertentu berdasarkan
peraturan perundang‐ undangan.
Dana cadangan ditempatkan pada rekening tersendiri.
Penerimaan hasil bunga/dividen rekening dana cadangan dan
penempatan dalam portofolio dicantumkan sebagai penambahan
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
86
dana cadangan berkenaan dalam daftar dana cadangan pada
lampiran raperda tentang APBD.
2. Investasi Pemerintah Daerah
Investasi/penyertaan modal pemerintah daerah digunakan untuk
menganggarkan kekayaan pemerintah daerah yang diinvestasikan
baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Investasi jangka pendek merupakan investasi yang dapat segera
diperjualbelikan/dicairkan, yang ditujukan dalam rangka
manajemen kas dan berisiko rendah serta dimiliki selama kurang
dari 12 bulan. Investasi ini mencakup: deposito berjangka antara 3
sampai dengan 12 bulan, pembelian surat utang negara (SUN),
sertifikat Bank Indonesia (SBI), dan surat perbendaharaan negara
(SPN).
Sedangkan yang dimaksudkan dengan investasi jangka panjang,
adalah investasi yang dimiliki lebih dari 12 bulan. Investasi jangka
panjang dikelompokan dalam investasi permanen dan investasi
non permanen.
Investasi permanen adalah investasi jangka panjang dengan
tujuan untuk dimiliki secara berkelanjutan tanpa ada niat untuk
diperjualbelikan atau ditarik kembali. Misalnya: kerjasama daerah
dengan pihak ketiga dalam bentuk penggunausahaan/
pemanfaatan aset daerah, penyertaan modal daerah pada BUMD
dan/atau badan usaha lainnya.
Investasi non permanen adalah investasi jangka panjang yang
bertujuan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan atau ada niat
untuk diperjualbelikan atau ditarik kembali. Misalnya: pembelian
obligasi atau surat utang jangka panjang, dana bantuan bergulir
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
87
dari pemerintah daerah kepada kelompok masyarakat, pemberian
fasilitas pendanaan kepada usaha mikro dan menengah.
Investasi pemerintah daerah dapat dianggarkan apabila jumlah
yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah
ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal
dengan berpedoman pada peraturan menteri dalam negeri.
3. Pembayaran Pokok Utang
Pembayaran pokok utang digunakan untuk menganggarkan
pembayaran kewajiban atas pokok utang yang dihitung
berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka
menengah, dan jangka panjang.
4. Pemberian Pinjaman Daerah
Pemberian pinjaman digunakan untuk menganggarkan pinjaman
yang diberikan kepada pemerintah pusat dan/atau pemerintah
daerah lainnya.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
88
E. LATIHAN SOAL
1. Penyisihan dana cadangan oleh pemerintah daerah dapat
bersumber pada ….
a. DAK
b. pinjaman daerah
c. hasil penjualan SUD
d. bagian laba BUMD
2. Karakteristik belanja daerah yang dialokasikan dalam APBD
khususnya terkait dengan pelayanan umum harus
mengedepankan ….
a. adil, merata, dan tidak diskriminatif
b. proporsional, efisien, dan efektif
c. ekonomis, efisien, dan efektif
d. cukup, proporsional, dan merata
3. Sesuai dengan ketentuan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
yang direvisi dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007,
belanja tidak langsung meliputi ….
a. belanja barang/jasa
b. belanja pegawai
c. belanja pegawai, dan belanja pemeliharaan
d. belanja pegawai, dan belanja perjalanan dinas
4. Pembelian SUN, SBI dan SPN oleh pemerintah daerah
termasuk investasi ….
a. jangka pendek
b. jangka menengah
c. permanen
d. non permanen
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
89
5. Pembangunan kembali 5 unit gedung baru SD di Kecamatan
Pondok Aren bernilai Rp950 juta tidak tersedia dalam APBD TA
2008, sebagai ganti 5 unit gedung SD yang roboh karena
bencana tanah longsor dikategorikan dalam ….
a. belanja modal
b. belanja barang/jasa
c. belanja investasi
d. belanja tidak tersangka
---OOO---
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
90
VI SISTEM DAN PROSEDUR BENDAHARA PENERIMAAN
Indikator Keberhasilan
Setelah memelajari bab ini, peserta diklat diharap mampu Peserta
mampu memahami sistem dan prosedur penerimaan dan pendapatan
melalui bendahara penerimaan.
A. PENDAPATAN DAERAH MELALUI BENDAHARA
PENERIMAAN
Bendahara Penerimaan memiliki tugas dan wewenang untuk
menerima penerimaan yang bersumber dari pendapatan asli
daerah; menyimpan seluruh penerimaan; menyetorkan
penerimaan yang diterima dari pihak ketiga ke rekening kas
umum daerah paling lambat 1 hari kerja; mendapatkan bukti
transaksi atas pendapatan yang diterima melalui bank untuk
digunakan dalam proses penatausahaan dan
pertanggungjawaban.
Semua penerimaan daerah dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintahan daerah dikelola dalam APBD. Setiap SKPD yang
mempunyai tugas memungut dan/atau menerima pendapatan
daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan
perundang‐undangan.
Semua penerimaan yang diterima oleh SKPD tidak boleh langsung
digunakan untuk membiayai pengeluaran, melainkan harus
disetor ke rekening kas umum daerah paling lama 1 (satu) hari
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
91
kerja, kecuali untuk daerah dengan kondisi geografis yang sulit
dijangkau, akan ditetapkan dalam peraturan kepala daerah.
Prosedur penerimaan kas melalui bendahara penerimaan diawali
dengan penetapan SKP oleh PPKD atau SKR oleh Pengguna
Anggaran. Selanjutnya, Bendahara Penerimaan SKPD akan
menerima pembayaran yang tertera dalam SKP/SKR atau
dokumen lain yang dipersamakan dengan SKP/SKR baik secara
tunai, rekening bendahara penerimaan maupun melalui rekening
kas umum daerah. Berdasarkan pembayaran yang diterima,
Bendahara Penerimaan SKPD membuat Surat Tanda Bukti
Pembayaran atau bukti lain yang sah. Bendahara Penerimaan
kemudian melakukan penyetoran kepada bank disertai STS. STS
yang telah diotorisasi oleh bank kemudian diterima kembali oleh
Bendahara Penerimaan untuk kemudian menjadi bukti
pembukuan
B. PEMBUKUAN BENDAHARA PENERIMAAN
Sebagai bentuk pertanggungjawaban, bendahara penerimaan dan
bendahara penerimaan pembantu harus menyelenggarakan
pembukuan atas seluruh penerimaan dan penyetoran yang
menjadi tanggung jawabnya. Buku yang digunakan oleh
bendahara penerimaan/bendahara penerimaan pembantu untuk
mencatat seluruh transaksi penerimaan dan penyetoran disebut
buku penerimaan dan peyetoran.
Setidaknya terdapat 4 dokumen sumber yang dapat dijadikan
dasar pembukuan, yaitu:
1. Surat Tanda Bukti Pembayaran
2. Nota Kredit
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
92
3. Bukti Penerimaan Yang Sah
4. STS
Berdasarkan bukti‐bukti berupa surat tanda bukti pembayaran,
nota kredit, atau bukti penerimaan yang sah lainnya, bendahara
penerimaan/bendahara penerimaan pembantu akan melakukan
pencatatan pada Buku Penerimaan dan Penyetoran.
Maksimal 1 hari setelah pendapatan diterima, Bendahara
Penerimaan/ Bendahara Penerimaan Pembantu menyetorkan
pendapatan tersebut ke rekening kas umum daerah. Dalam hal
penyetoran pendapatan melalui Bendahara
Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu, pembukuan
penyetoran dilakukan berdasarkan STS/Nota Kredit (jika melalui
rekening). Berdasarkan STS/Nota Kredit itulah Bendahara
Penerimaan/Bendahara Penerimaan Pembantu akan mencatat
penyetoran pada Buku Penerimaan dan Penyetoran, serta
mendokumentasikan STS pada register STS.
C. PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PENERIMAAN
Selain melakukan pembukuan, Bendahara Penerimaan juga wajib
melakukan pertanggungjawaban terhadap seluruh penerimaan
yang menjadi tanggung jawabnya. Pertanggungjawaban
Bendahara Penerimaan dilakukan paling lambat pada tanggal 10
bulan berikutnya. Terdapat dua jenis pertanggungjawaban yang
harus dibuat yaitu pertanggungjawaban administratif dan
pertanggungjawaban fungsional.
Pertanggungjawaban administratif disampaikan kepada PA/KPA
melalui PPK‐SKPD. Sedangkan pertanggungjawaban fungsional
disampaikan kepada PPKD selaku BUD. Pertanggungjawaban
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
93
Bendahara Penerimaan merupakan hasil penggabungan dengan
pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan Pembantu. Oleh
karena itulah, Bendahara Pembantu wajib menyerahkan
pertanggung‐ jawabannya berupa Buku Penerimaan dan
Penyetoran yang telah dilakukan penutupan pada akhir bulan,
paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya, dengan dilampiri:
• Register STS
• Bukti penerimaan yang sah dan lengkap.
Pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan berupa laporan
pertanggung ‐ jawaban (LPJ) memuat informasi tentang
rekapitulasi penerimaan, penyetoran dan saldo kas yang ada di
Bendahara. Format kedua LPJ baik Administratif maupun
fungsional adalah sama. Namun, untuk LPJ Administratif, harus
dilampiri dengan Buku Penerimaan/Penyetoran yang telah
ditutup pada akhir bulan, Register STS, bukti penerimaan yang sah
dan lengkap, serta pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan
Pembantu.
Sedangkan untuk LPJ Fungsional, hanya diharuskan untuk
melampirkan Buku Penerimaan dan Penyetoran yang telah
ditutup pada akhir bulan, Register STS, pertanggungjawaban
Bendahara Penerimaan Pembantu.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
94
D. LATIHAN SOAL
1. Apa saja tugas dan wewenang bendahara penerimaan
dan bendahara penerimaan pembantu SKPD?
2. Bagaimana prosedur penerimaan kas melalui bendahara
penerimaan SKPD?
3. Bagaimana prosedur penerimaan kas melalui bendahara
penerimaan pembantu SKPD?
4. Jelaskan bentuk pertanggungjawaban bendahara
penerimaan SKPD?
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
95
VII SISTEM DAN PROSEDUR BENDAHARA PENGELUARAN
Indikator Keberhasilan
Setelah memelajari bab ini, peserta diklat diharap mampu Peserta
mampu memahami sistem dan prosedur belanja dan pengeluaran
pembiayaan oleh bendahara pengeluaran.
A. TUGAS DAN WEWENANG BENDAHARA PENGELUARAN
Bendahara Pengeluaran SKPD bertugas untuk menerima,
menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan pengeluaran uang dalam rangka
pelaksanaan APBD pada SKPD.
Dalam melaksanakan tugas, bendahara pengeluaran SKPD
berwenang:
1) Mengajukan permintaan pembayaran menggunakan SPP
UP/GU/TU dan SPP‐LS;
2) Menerima dan menyimpan uang persediaan;
3) Melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang
dikelolanya;
4) Menolak perintah bayar dari Pengguna Anggaran
(PA)/Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) yang tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan;
5) Meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPP‐LS yang
diberikan oleh PPTK;
6) Mengembalikan dokumen pendukung SPP‐ LS yang
diberikan oleh PPTK, apabila dokumen tersebut tidak
memenuhi syarat dan/atau tidak lengkap.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
96
Jika pengguna anggaran melimpahkan sebagian kewenangannya
kepada kuasa pengguna anggaran, maka pengguna anggaran
dapat menunjuk bendahara pengeluaran pembantu SKPD untuk
melaksanakan sebagian tugas dan wewenang bendahara
pengeluaran SKPD. Bendahara pengeluaran pembantu SKPD
mempunyai wewenang untuk:
1) Mengajukan permintaan pembayaran menggunakan
SPP‐TU dan SPP‐LS;
2) Menerima dan menyimpan uang persediaan yang berasal
dari Tambahan Uang dan/atau pelimpahan UP dari
bendahara pengeluaran;
3) Melaksanakan pembayaran dari uang persediaan yang
dikelolanya;
4) Menolak perintah bayar dari KPA yang tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan;
5) Meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPP‐LS yang
diberikan oleh PPTK;
6) Mengembalikan dokumen pendukung SPP‐ LS yang
diberikan oleh PPTK, apabila dokumen tersebut tidak
memenuhi syarat dan/atau tidak lengkap;
7) Bendahara Pengeluaran PPKD adalah pejabat fungsional
yang ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang
untuk keperluan transaksi PPKD.
Dalam melaksanakan tugas, bendahara pengeluaran PPKD
berwenang:
1) Mengajukan permintaan pembayaran menggunakan
SPP‐LS PPKD;
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
97
2) Meneliti kelengkapan dokumen pendukung SPP‐ LS
PPKD;
3) Mengembalikan dokumen pendukung SPP‐ LS PPKD
kepada pejabat yang terkait, apabila dokumen tersebut
tidak memenuhi syarat dan/atau tidak lengkap.
B. MEKANISME PEMBAYARAN
Untuk proses pelaksanaan belanja, Bendahara Pengeluaran akan
mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada PA/KPA
melalui Pejabat Penatausahaan Keuangan (PPK) SKPD. Dokumen
SPP yang disusun oleh bendahara pengeluaran dapat berupa Uang
Persediaan (UP), Ganti Uang persediaan (GU), Tambahan Uang
(TU) dan Langsung (LS).
1. Uang Persediaan (UP)
SPP UP diajukan sekali dalam setahun yakni pada awal tahun
anggaran setelah dikeluarkannya SK Kepala Daerah tentang
besaran UP. SPP ‐ UP dipergunakan untuk mengisi uang
persediaan tiap ‐ tiap SKPD. Uang persediaan ini belum
membebani kode rekening tertentu. Pengajuan SPP‐UP harus
dilampiri dengan dokumen‐dokumen salinan SPD, Draf Surat
Pernyataan PA, lampiran lain yang diperlukan.
Setelah mendapatkan persetujuan PA, Bendahara Pengeluaran
SKPD dapat melimpahkan UP kepada Bendahara pengeluaran
pembantu SKPD untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan.
2. Ganti Uang Persediaan (GU)
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
98
SPP‐GU diajukan untuk mengganti uang persediaan yang telah
terpakai. SPP‐ GU diajukan sebesar uang persediaan yang telah
digunakan pada kurun waktu tertentu, untuk membiayai satu atau
beberapa kegiatan di SKPD. Pengajuan SPP‐GU harus didukung
oleh pertanggungjawaban (SPJ) atas penggunaan uang
persediaan yang diajukan penggantiannya disertai bukti‐bukti
yang sah dan lengkap. SPP‐GU juga harus dilampiri dengan:
• Salinan SPD
• Draf Surat Pernyataan Pengguna Anggaran
• Laporan Pertanggungjawaban Uang Persediaan
• Bukti‐bukti belanja yang lengkap dan sah
• Lampiran lain yang diperlukan
3. Tambah Uang Persediaan (TUP)
Ketika SKPD mempunyai kebutuhan belanja yang sifatnya
mendesak dan insidental, sedangkan UP yang ada tidak
mencukupi, maka bendahara pengeluaran SKPD dapat
mengajukan SPP‐TU. Jika kegiatan telah dilaksanakan dan masih
ada sisa uang, maka harus disetorkan kembali ke kas umum
daerah. TU ini harus dipertanggungjawabkan sendiri, terpisah dari
pertanggungjawaban UP/GU, paling lambat 1 bulan, kecuali
untuk:
Kegiatan yang pelaksanaannya melebihi 1 (satu) bulan;
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
99
Kegiatan yang mengalami penundaan dari jadwal yang telah
ditetapkan yang diakibatkan oleh peristiwa di luar kendali
PA/KPA;
Pengajuan SPP TU harus dilampiri dengan salinan SPD, draf Surat
Pernyataan PA, Surat Keterangan Penjelasan Keperluan Pengisian
TU, serta lampiran lain yang diperlukan.
4. Langsung (LS)
SPP‐LS digunakan untuk pembayaran langsung pada pihak ketiga
dengan jumlah yang telah ditetapkan. SPP‐LS terdiri atas:
a. LS untuk pembayaran Gaji & Tunjangan
Lampiran yang diperlukan dalam pengajuan SPP‐LS Gaji dan
Tunjangan yaitu salinan SPD, Draf Surat Pernyataan PA,
dokumen‐dokumen pelengkap daftar gaji, serta lampiran lain
yang diperlukan. Dokumen‐ dokumen pelengkap daftar gaji
antara lain adalah:
1) Pembayaran gaji induk
2) Gaji susulan
3) Kekurangan gaji
4) Gaji terusan
5) Fotokopi surat nikah
6) Fotokopi akte kelahiran
7) Surat keterangan pemberhentian pembayaran
8) daftar gaji induk/gaji susulan/kekurangan gaji/uang duka
wafat/tewas
9) SK CPNS, SK PNS,
10) SK kenaikan pangkat
11) SK jabatan
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
100
12) Kenaikan gaji berkala
13) Surat pernyataan pelantikan
14) Surat pernyataan masih menduduki jabatan
15) Surat pernyataan melaksanakan tugas
16) Daftar keluarga (KP4)
17) rumah dinas
18) Surat keterangan masih sekolah/kuliah
19) Surat pindah
20) Surat kematian
21) SSP PPh Pasal 21
22) Peraturan perundang‐ undangan mengenai penghasilan
pimpinan dan anggota DPRD serta gaji dan tunjangan
kepala daerah/wakil kepala daerah
b. LS untuk pengadaan Barang dan Jasa
Lampiran yang diperlukan dalam pengajuan SPP‐LS Barang dan
Jasa yaitu salinan SPD, Draf Surat Pernyataan PA, dokumen‐
dokumen terkait kegiatan (disiapkan oleh PPTK), terdiri atas:
1) Salinan surat rekomendasi dari SKPD teknis terkait;
2) SSP disertai faktur pajak (PPN dan PPh) yang telah
ditandatangani wajib pajak dan wajib pungut;
3) Surat perjanjian kerjasama/kontrak antara pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran dengan pihak ketiga
serta mencantumkan nomor rekening bank pihak ketiga;
4) Berita acara penyelesaian pekerjaan;
5) Berita acara serah terima barang dan jasa;
6) Berita acara pembayaran;
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
101
7) Kwitansi bermeterai, nota/faktur yang ditandatangani
pihak ketiga dan PPTK sertai disetujui oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran;
8) Surat jaminan bank atau yang dipersamakan yang
dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan non bank;
9) Dokumen lain yang dipersyaratkan untuk kontrak‐
kontrak yang dananya sebagian atau seluruhnya
bersumber dari penerusan pinjaman/hibah luar negeri;
10) Berita acara pemeriksaan yang ditandatangani oleh pihak
ketiga/rekanan serta unsur panitia pemeriksaan barang
berikut lampiran daftar barang yang diperiksa;
11) Surat angkutan atau konosemen apabila pengadaan
barang dilaksanakan di luar wilayah kerja;
12) Surat pemberitahuan potongan denda keterlambatan
pekerjaan dari PPTK apabila pekerjaan mengalami
keterlambatan;
13) Foto/buku/dokumentasi tingkat kemajuan/ penyelesaian
pekerjaan;
14) Potongan jamsostek (potongan sesuai dengan ketentuan
yang berlaku/surat pemberitahuan jamsostek); dan
15) Khusus untuk pekerjaan konsultan yang perhitungan
harganya menggunakan biaya personil (billing rate), berita
acara prestasi kemajuan pekerjaan dilampiri dengan bukti
kehadiran dari tenaga konsultan sesuai pentahapan waktu
pekerjaan dan bukti penyewaan/pembelian alat
penunjang serta bukti pengeluaran lainnya berdasarkan
rincian dalam surat penawaran.
16) Serta lampiran lain yang diperlukan.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
102
5. LS PPKD
SPP‐LS PPKD ini diajukan oleh Bendahara Pengeluaran PPKD
untuk melakukan pengeluaran/belanja PPKD seperti belanja
hibah, belanja bunga dan belanja tak terduga serta pengeluaran
pembiayaan. Dokumen‐dokumen yang perlu disiapkan sebagai
lampiran untuk penajuan SPP‐LS PPKD adalah salinan SPD dan
lampiran lain yang diperlukan.
Di samping membuat SPP, Bendahara Pengeluaran baik SKPD
maupun PPKD juga membuat register untuk SPP yang diajukan,
SPM dan SP2D yang sudah diterima oleh bendahara. Register ini
berupa daftar SPP yang telah diajukan beserta SPM dan SP2D
yang telah diterbitkan.
C. PEMBUKUAN BELANJA
Untuk melaksanakan kewajiban pembukuan, Bendahara
pengeluaran SKPD
menggunakan buku‐buku dan dokumen berupa:
1. Buku Kas Umum;
2. Buku Pembantu BKU sesuai dengan kebutuhan seperti:
a. Buku Pembantu Kas Tunai;
b. Buku Pembantu Simpanan/Bank;
c. Buku Pembantu Panjar;
d. Buku Pembantu Pajak;
e. Buku Pembantu Rincian Obyek Belanja
3. Dokumen‐dokumen berupa:
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
103
a) SP2D UP/GU/TU/LS;
b) Bukti transaksi yang sah dan lengkap;
c) Dokumen‐dokumen pendukung lainnya sebagaimana
yang diatur dalam peraturan yang berlaku;
D. PERTANGGUNGJAWABAN BELANJA
Bendahara Pengeluaran selain berkewajiban menyelenggarakan
pembukuan, juga wajib menyelenggarakan pertanggungjawaban.
Pertanggungjawaban yang dilakukan oleh bendahara pengeluaran
terdiri atas pertanggungjawaban transaksi dan
pertanggungjawaban periodik. Pertanggungjawaban transaksi
adalah pertanggungjawaban yang dilakukan terkait dengan
penggunaan UP/GU/TU. Pertanggungjawaban periodik
merupakan penggabungan pertanggungjawaban bendahara
pengeluaran dengan bendahara pengeluaran pembantu.
Pertanggungjawaban periodik ini berupa pertangungjawaban
administratif dan pertanggungjawaban fungsional.
1. Pertanggungjawaban Transaksi
Pertanggungjawaban transaksi terdiri atas pertanggungjawaban
UP dan Pertanggungjawaban TU.
a. Pertanggungjawaban UP
Disampaikan kepada PA ketika SKPD akan mengajukan GU.
Laporan pertanggungjawaban UP akan menjadi lampiran SPP‐
GU. Berikut adalah langkah‐langkah dalam menyusun laporan
pertanggungjawaban uang persediaan:
b. Pertanggungjawaban TU
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
104
Pertanggungjawaban TU disusun ketika TU yang dikelola telah
digunakan atau telah sampai pada waktu yang ditentukan sejak
TU diterima. Laporan pertanggungjawaban TU disampaikan
kepada Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran
2. Pertanggungjawaban Periodik
a. Pertanggungjawaban Administratif
Pertanggungjawaban administratif yang disampaikan adalah
berupa surat pertanggungjawaban (SPJ) yang menggambarkan
jumlah anggaran, realisasi dan sisa pagu anggaran baik secara
kumulatif maupun per kegiatan. SPJ ini merupakan hasil
konsolidasi dengan SPJ bendahara pengeluaran pembantu. Oleh
karena itu, SPJ Bendahara Pengeluaran pembantu harus sudah
disampaikan kepada bendahara pengeluaran paling lambat
tanggal 5 bulan berikutnya. Kecuali pada bulan terakhir di tahun
anggaran, SPJ bendahara pengeluaran pembantu harus sudah
disampaikan paling lambat 5 hari kerja sebelum hari kerja terakhir
bulan tersebut.
Setelah melakukan konsolidasi SPJ dengan SPJ bendahara
pengeluaran pembantu, bendahara pengeluaran akan
menyampaikan SPJ Administratif kepada Pejabat Pengguna
Anggaran setiap bulan, paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
SPJ Administratif ini dilampiri dengan Buku Kas Umum, Laporan
Penutupan Kas, dan SPJ Bendahara Pengeluaran Pembantu. Untuk
bulan terakhir tahun anggaran, pertanggungjawaban disampaikan
paling lambat hari kerja terakhir bulan tersebut dan harus
dilampiri dengan bukti setoran sisa uang persediaan. Berikut
adalah bagan langkah ‐ langkah penyusunan
pertanggungjawaban administratif dan penyampaiannya.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
105
b. Pertanggungjawaban Fungsional
SPJ Fungsional menggunakan format yang sama dengan SPJ
Administratif. Hanya saja, pertanggungjawaban fungsional
disampaikan kepada PPKD selaku BUD. Waktu penyampaian
pertanggungjawaban fungsional juga sama dengan waktu
penyampaian pertanggungjawaban administratif yaitu tanggal 10
bulan berikutnya. Pada bulan terakhir periode anggaran,
pertanggungjawaban disampaikan paling lambat hari kerja
terakhir bulan tersebut.
Pertanggungjawaban tersebut dilampiri bukti setoran sisa uang
persediaan. Pertanggungjawaban fungsional yang disampaikan
adalah berupa SPJ yang disertai dengan lampiran berupa Laporan
Penutupan Kas dan SPJ Bendahara Pengeluaran Pembantu.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
106
E. LATIHAN SOAL
1. Apa saja tugas dan wewenang bendahara pengeluaran
dan bendahara pengeluaran pembantu SKPD dan PPKD?
2. Jelaskan mengenai mekanisme pengajuan SPP belanja
berupa UP, GU, TU, dan LS!
3. Pada tanggal 8 Januari 2020, bendahara pengeluaran
memberikan panjar kepada PPTK sebesar Rp 500.000.
15 Januari, PPTK mempertanggungjawabkan belanja
berupa ATK dan makan‐minum rapat masing‐masing
Rp 300.000 dan Rp 150.000. Buatlah pembukuan
bendahara pengeluaran SKPD atas transaksi terkait!
4. Jelaskan Bentuk ‐ bentuk Pertanggungjawaban
Bendahara Pengeluaran SKPD?
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
107
VIII OVERVIU AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH
Indikator Keberhasilan
Setelah memelajari bab ini, peserta diklat diharap mampu Peserta
mampu menjelaskan signifikansi peranan akuntansi dan pelaporan
keuangan di dalam pengelolaan keuangan negara/daerah.
A. PENGERTIAN DAN TUJUAN AKUNTANSI
Menurut American Institute of Certified Public Accountants–-
AICPA (1970), akuntansi didefinisikan sbb.:
Accounting is a service activity. Its function is to provide
quantitative information, primarily financial in nature, about
economic entities that is intended to be useful in making economic
decision – in making reasoned choises among alternative course of
action.
Definisi akuntansi dari AICPA di atas adalah dalam konteks
pengertian secara umum, yang bila diterjemahan secara bebas,
akuntansi didefinisikan sebagai suatu aktivitas jasa yang bertujuan
untuk menyajiakan informasi yang bersifat keuangan dari suatu
entitas (organisasi), yang bermanfaat untuk pengambilan
keputusan.
Sugijanto, dkk (1995) memberikan definisi akuntansi
pemerintahan, lebih kepada prosesnya, sebagai berikut:
Akuntansi pemerintahan meliputi aktivitas pencatatan,
pengklasifikasian, pengikhtisaran, pelaporan transaksi-transaksi
keuangan pemerintah sebagai suatu kesatuan dari unit-unitnya,
serta penafsiran atas hasil aktivitas ini.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
108
Pengertian akuntansi yang diberikan oleh Sugijanto, dkk tersebut
mengacu kepada pengertian akuntansi yang disarankan oleh
Committee on Terminology dari AICPA (1941) sebagai berikut:
Accounting is the art of recording, classifying and summarizing, in
a significant manner and in terms of money, transactions and
events, which are in part at least, of financial character, and
interpreting the results there of.
Berdasarkan beberapa pengertian akuntansi di atas dapat
diikhtisarkan beberapa kata kunci yang dapat menjelaskan
pengertian dan tujuan akuntansi pemerintahan, sbb:
1) akuntansi adalah aktivitas pencatatan, pengklasifikasian,
pengikhtisaran dan pelaporan;
2) objek akuntansi pemerintahan adalah transaksi-transaksi
keuangan pemerintahan sebagai implikasi dari
pelaksanaan APBN/APBD;
3) tujuan (output) akuntansi (pemerintahan adalah laporan
keuangan pemerintah yang merupakan laporan
pertanggungjawaban dari pelaksanaan APBN/APBD.
Akuntansi keuangan daerah dimaksudkan sebagai aktivitas
akuntansi yang diselenggarakan baik oleh satuan kerja perangkat
daerah (SKPD) selaku pengguna anggaran maupun oleh pejabat
pengelola keuangan daerah (PPKD) selaku pengguna anggaran
dan sekaligus selaku bendahara umum daerah (BUD) yang
bertujuan untuk menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban atas pelaksanaan anggaran (APBD).
Laporan keuangan yang dihasilkan dari proses akuntansi tentu
saja tidak hanya berfungsi sebagai alat pertanggungjawaban
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
109
(akuntabilitas). Sugijanto, dkk (1995) menyebutkan tiga tujuan
pokok dari akuntansi pemerintahan, yaitu: pertanggungjawaban,
manajerial dan pengawasan. Sementara itu, di dalam Kerangka
Konseptual Akuntansi Pemerintahan (Lampiran I PP No. 71 Tahun
2010) dinyatakan bahwa laporan keuangan memiliki peran untuk
memenuhi kepentingan sebagai berikut:
a) Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta
pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas
pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara
periodik.
b) Manajemen
Membantu para pengguna untuk mengevaluasi pelaksanaan
kegiatan suatu entitas pelaporan dalam periode pelaporan
sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan dan
pengendalian atas seluruh aset, kewajiban, dan ekuitas
pemerintah untuk kepentingan masyarakat.
c) Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada
masyarakat berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat
memiliki hak untuk mengetahui secara terbuka dan menyeluruh
atas pertanggungjawaban pemerintah dalam pengelolaan sumber
daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya pada
peraturan perundang-undangan.
d) Keseimbangan Antargenerasi (intergenerational equity)
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
110
Membantu para pengguna dalam mengetahui kecukupan
penerimaan pemerintah pada periode pelaporan untuk
membiayai seluruh pengeluaran yang dialokasikan dan apakah
generasi yang akan datang diasumsikan akan ikut menanggung
beban pengeluaran tersebut.
e) Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam
penggunaan sumber daya ekonomi yang dikelola pemerintah
untuk mencapai kinerja yang direncanakan.rtangg
B. AKUNTANSI DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Di dalam Pasal 1 PP 58 Tahun 2005 dinyatakan bahwa yang
dimaksud dengan pengelolaan keuangan daerah adalah
keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah. Bila dikaitkan dengan definisi
pengelolaan keuangan daerah tersebut, penyelenggaraan
akuntansi termasuk di dalam domain penatausahaan. Dengan
demikian, aktivitas akuntansi merupakan bagian dari aktivitas
pengelolaan keuangan daerah yang bertujuan untuk
menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah.
Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai
dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang
berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Pengelolaan keuangan daerah tersebut tercermin atau identik
dengan pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja daerah
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
111
(APBD). APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan
daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah
daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
Akuntansi keuangan daerah merupakan akuntansi yang mencatat
dan melaporkan pengaruh dari transaksi keuangan daerah seiring
dengan pelaksanaan APBD. Dengan demikian, penyelenggaraan
akuntansi di pemerintah daerah harus merujuk baik pada Standar
Akuntansi Pemerintahan (SAP) maupun pada peraturan-
peraturan yang terkait dengan pengelolaan keuangan daerah,
antara lain PP No. 58/2005 yang diatur lebih lanjut di dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah direvisi dengan Permendagri No. 59 Tahun
2007 dan terakhir dengan Permendagri No. 21 Tahun 2011 (revisi
kedua). Dalam prakteknya, dua rujukan tersebut (SAP dan
peraturan pengelolaan keuangan daerah) disinkronkan di dalam
kebijakan akuntansi dan sistem akuntansi pemerintah daerah.
C. STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN
Sebagaimana telah diuraikan di atas bahwa UU No. 17/2003
mengharuskan penyusunan laporan keuangan pemerintah
berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP
adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun
dan menyajikan laporan keuangan pemerintah, baik pemerintah
pusat maupun pemerintah daerah. SAP tersebut disusun oleh
Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP). SAP yang
pertama ditetapkan adalah SAP dengan basis cash toward accrual
(CTA) atau basis kas menuju akrual, ditetapkan dengan PP No. 24
Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
112
Penerapan SAP yang berbasis CTA tersebut masih bersifat
sementara (transisional). Hal tersebut sebagaimana dinyatakan
dalam Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003
tentang Keuangan Negara yang menyatakan bahwa selama
pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis
akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan
pengukuran berbasis kas. Selanjutnya, di dalam Pasal 70 ayat (2)
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara ditegaskan kembali bahwa pelaksanaan pengakuan dan
pengukuran pendapatan dan belanja berbasis akrual dilaksanakan
selambat- lambatnya pada tahun anggaran 2008, dan selama
pengakuan dan pengukuran pendapatan dan belanja berbasis
akrual belum dilaksanakan, digunakan pengakuan dan
pengukuran berbasis kas.
Dalam perkembangan berikutnya, Pemerintah baru menetapkan
SAP berbasis akrual pada tahun 2010 yaitu dengan terbitnya
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP,
sebagai pengganti Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005
tentang SAP (berbasis CTA). SAP berbasis akrual, sebagaimana
dimuat di dalam Lampiran I PP No. 71 Tahun 2010, diterapkan
selambat-lambatnya mulai tahun anggaran 2015, sehingga di
dalam masa transisi sebelum memasuki tahun Anggaran 2015,
pemerintah pusat/daerah dapat menggunakan SAP berbasis CTA,
sebagaimana dimuat di dalam Lampiran II PP No. 71 Tahun 2010.
Selanjutnya, di dalam Lampiran I SAP yang baru tersebut
dinyatakan bahwa SAP berbasis akrual wajib diterapkan selambat-
lambatnya dalam waktu 4 (empat) tahun sejak ditetapkannya
(wajib diterapkan mulai T.A 2015). SAP setidaknya mengatur hal-
hal yang terkait dengan prinsip pengakuan, pengukuran dan
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
113
pelaporan/pengungkapan transaksi dan kejadian keuangan
pemerintah.
Prinsip pengakuan berkaitan dengan waktu pengakuan dari
pengaruh transaksi terhadap pos-pos laporan keuangan. Prinsip
ini menjawab pertanyaan: kapan suatu transaksi itu akan
dicatat/diakui?. Waktu pengakuan suatu transaksi tergantung
kepada basis akuntansi yang digunakan. SAP yang berbasis ‘cash
toward accrual’ mengakui pendapatan, belanja dan pembiayaan
pada saat kas telah diterima/dibayarkan di/dari rekening kas
negara/daerah (basis kas); sedangkan pengakuan aset, kewajiban
dan ekuitas dana diakui pada saat terjadinya (basis akrual).
Sedangkan SAP berbasis akrual mengakui pendapatan, beban,
aset, kewajiban dan ekuitas pada saat terjadinya atau pada saat
hak/kewajiban pemerintah telah muncul. Sementara itu, LRA
tetap disusun dengan basis kas dengan alasan bahwa LRA
merupakan statutory report.
Prinsip pengukuran berkaitan dengan penetapan nilai uang yang
harus dicatat di dalam pos-pos laporan keuangan sebagai akibat
terjadinya transaksi/kejadian yang bersifat keuangan. Prinsip ini
menjawab pertanyaan: pada nilai berapa transaksi akan dicatat?.
Beberapa prinsip pengukuran yang dapat digunakan dijelaskan di
dalam SAP, misalanya prinsip harga perolehan (cost), nilai
nominal, estimasi nilai wajar, dsb.
Prinsip Pelaporan/Pengungkapan berkaitan dengan bagaimana
pos-pos laporan keuangan dilaporkan di dalam halam muka (on
the face) laporan keuangan dan pengungkapannya di dalam CaLK.
SAP dinyatakan dalam bentuk Pernyataan Standar Akuntansi
Pemerintahan (PSAP), dan dilengkapi dengan Kerangka
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
114
Konseptual Akuntansi Pemerintahan (KKAP), Interpretasi SAP
(IPSAP) dan Buletin Teknis. SAP berbasis CTA terdiri dari 11 PSAP
(menjadi Lampiran II PP No. 71/2010). Sementara itu PSAP
berbasis akrual, termuat di dalam Lampiran I PP No. 71/2010,
terdiri dari 12 PSAP.
KKAP adalah prinsip-prinsip yang mendasari penyusunan dan
pengembangan SAP bagi KSAP dan merupakan rujukan penting
bagi KSAP, penyusun laporan keuangan, dan pemeriksa dalam
mencari pemecahan atas sesuatu masalah yang belum diatur
secara jelas dalam PSAP. Apabila terjadi pertentangan antara
PSAP dan KKAP, maka PSAP diunggulkan secara relatif terhadap
KKAP.
IPSAP adalah klarifikasi, penjelasan dan uraian lebih lanjut atas
PSAP yang diterbitkan oleh KSAP. Buletin Teknis adalah informasi
yang diterbitkan oleh KSAP yang memberikan arahan/pedoman
secara tepat waktu untuk mengatasi masalah- masalah akuntansi
maupun pelaporan keuangan yang timbul namun belum diatur
secara khusus atau detil di dalam PSAP.
D. KEBIJAKAN DAN SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAHAN
DAERAH
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintahan
menyatakan bahwa penyusunan laporan keuangan dimaksud
dihasilkan melalui sistem akuntansi pemerintahan. Hal ini berarti
bahwa untuk menerapkan SAP dalam rangka menghasilkan
laporan keuangan perlu ditetapkan kebijakan akuntansi dan
sistem akuntansi. Bagi Pemerintah Pusat, kebijakan akuntansi dan
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
115
sistem akuntansi ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan,
sedangkan bagi Pemerintah Daerah kedua aturan tersebut
ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.
Selanjutnya, di dalam PP No. 71 Tahun 2010 dinyatakan bahwa
ketentuan lebih lanjut untuk penerapan SAP akrual pada
pemerintah daerah diatur di dalam Peraturan Menteri Dalam
Negeri (Permendagri). Sebagai tindak lanjutnya, telah terbit
Permendagri No. 64 Tahun 2013 tentang Penerapan SAP Berbasis
Akrual pada Pemerintah Daerah. Permendagri tersebut pada
dasarnya merupakan pedoman atau acuan bagi pemerintah
daerah untuk menyiapkan dua instrumen penting untuk dapat
menerapkan SAP dalam rangka penyusunan dan penyajian
laporan keuangan, yaitu: kebijakan akuntansi dan sistem
akuntansi pemerintah daerah.
Kebijakan akuntansi daerah adalah adalah prinsip-prinsip, dasar-
dasar, konvensi-konvensi, aturan-aturan dan praktik-praktik
spesifik yang dipilih oleh pemerintah daerah sebagai pedoman
dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah
daerah. Kebijakan akuntansi pemda dimaksudkan sebagai
pedoman teknis akuntansi tambahan yang mengacu kepada SAP
dan ketentuan perundang-undangan mengenai keuangan daerah.
Sebagai contoh, di dalam PSAP No. 7 dinyatakan bahwa aset tetap
dapat disusutkan dengan tiga metode pilihan, yaitu: 1) metode
garis lurus, 2) metode menurun ganda, dan 3) metode unit
produksi. Selanjutnya apabila pemda ingin menerapkan
penyusutan untuk aset tetapnya, maka harus dirumuskan di
dalam kebijakan akuntansinya mengenai metode penyusutan
yang akan dipilih berikut estimasi masa manfaat dari aset yang
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
116
akan disusutkan. Contoh lain di dalam PSAP yang sama disebutkan
bahwa pemerintah harus menentukan batas nilai minimal dari
sebuah aset untuk dikapitalisasi sebagai aset tetap (capitalization
threshold), maka pemda harus menentukan batas minimal
kapitalisasi itu di dalam kebijakan akuntansinya.
Sistem akuntansi pemerintah daerah (SAPD) adalah rangkaian
sistematik dari prosedur, penyelenggara, peralatan, dan elemen
lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis transaksi
sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi
pemerintah daerah. Suatu sistem akuntansi pemerintahan
setidak- tidaknya mengatur mengenai format laporan keuangan,
kebijakan akuntansi, prosedur akuntansi, bagan akun standar,
jurnal standar, entitas pelaporan dan entitas akuntansi, dokumen
transaksi yang digunakan.
Di dalam penyusunan kebijakan akuntansi dan sistem akuntansi
pemerintah daerah peraturan yang harus dipedomani/diacu
antara lain yaitu:
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP- PP No. 71 Tahun 2010);
Pedoman Umum Sistem Akuntansi Pemerintahan (PUSAP-
Peraturan Menteri Keuangan No. 238/PMK.05/2011);
Permendagri No. 64 Tahun 2013;
Permendagri, Perda, dan Peraturan Kepala Daerah tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (PKD).
Apabila kebijakan akuntansi dan sistem akuntansi telah
ditetapkan, maka proses akuntansi dapat diselenggarakan. Proses
akuntansi adalah serangkaian kegiatan akuntansi mulai dari
penjurnalan transaksi, posting ke buku besar, penyusunan neraca
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
117
saldo, jurnal penyesuaian, hingga penyusunan laporan keuangan.
Proses akuntansi akan dapat berjalan bila sistem akuntansi sudah
dibangun. Proses akuntansi tersebut dapat diselenggarakan
secara manual maupun dengan bantuan software aplikasi
komputer akuntansi.
Proses akuntansi pemerintahan diselenggarakan seiring dengan
pelaksanaan anggaran yang dimulai sejak awal tahun anggaran
hingga dihasilkannya laporan keuangan sebagai bentuk
pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran untuk setiap akhir
tahun anggaran. Berikut ini digambarkan kaitan peraturan
perundang-undangan yang menjadi dasar hukum dan/atau
pedoman sehingga proses akuntansi dapat diselenggarakan yang
akan menghasilkan output berupa laporan keuangan pemerintah
daerah.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
118
E. LATIHAN SOAL
1. Jelaskan dasar hukum yang mewajibkan pengelola
keuangan negara/daerah untuk menyusuan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD dalam
bentuk laporan keuangan?
2. SAP dinyatakan dalam bentuk PSAP. Sebutkan unsur-
unsur kelengkapan dari SAP !
3. Jelaskan perbedaan antara basis akuntansi kas menuju
akrual dengan basis akuntansi akrual di dalam akuntansi
pemerintahan !
4. Jelaskan pengertian SAP, Kebijakan Akuntasi dan Sistem
Akuntansi !
5. Sebutkan dasar peraturan yang menjadi pedoman dan
rujukan dalam penyusunan kebijakan dan sistem
akuntansi keuangan daerah !
6. Apa yang dimaksud dengan prinsip pengakuan,
pengukuran dan pelaporan yang diatur di dalam SAP,
jelaksan !
7. Apabila terdapat pertentangan antara PSAP dan KK-AP,
manakah yang diunggulkan/diterapkan ?
8. Jelaskan perbedaan antara entitas akuntansi dan entitas
pelaporan !
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
119
IX LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH
Indikator Keberhasilan
Setelah memelajari bab ini, peserta diklat diharap mampu Peserta
mampu menjelaskan tentang komponen dan format laporan
keuangan pemerintah daerah yang berbasis akrual.
A. KOMPONEN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SAP
BERBASIS
Sebagaimana amanat UU 17/2003 dan UU 1/2004, ditetapkan SAP
Berbasis Akrual yang dimuat di dalam Lampiran I PP 71/2010
sebagai pengganti dari SAP Berbasis Kas Menuju Akrual (PP
24/2005). Komponen laporan keuangan yang harus disusun oleh
pemerintah pusat maupun pemda berdasarkan SAP yang baru
tersebut terdiri dari:
1. Neraca;
Neraca merupakan komponen laporan keuangan yang
menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.
2. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
LRA merupakan komponen laporan keuangan yang menyediakan
informasi mengenai realisasi pendapatan-LRA, belanja, transfer,
surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari suatu entitas pelaporan
yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya.
Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam
mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber-sumber daya
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
120
ekonomi, akuntabilitas dan ketaatan entitas pelaporan terhadap
anggaran.
3. Laporan Operasional (LO);
LO merupakan komponen laporan keuangan yang menyediakan
informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan
entitas pelaporan yang tercerminkan dalam pendapatan-LO,
beban, dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas
pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode
sebelumnya.
4. Laporan Arus Kas (LAK);
LAK merupakan komponen laporan keuangan yang memberikan
informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas dan
setara kas selama suatu
periode akuntansi serta saldo kas dan setara kas pada tanggal
pelaporan. Informasi ini disajikan untuk pertanggungjawaban dan
pengambilan keputusan.
5. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
LPE merupakan komponen laporan keuangan yang menyajikan
sekurang- kurangnya pos-pos ekuitas awal, surplus/defisit-LO
pada periode bersangkutan; koreksi-koreksi yang langsung
menambah/mengurangi ekuitas, dan ekuitas akhir.
6. Laporan Perubahan SAL (LP-SAL);
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih merupakan komponen
laporan keuangan yang menyajikan secara komparatif dengan
periode sebelumnya pos- pos berikut Saldo Anggaran Lebih awal,
Penggunaan Saldo Anggaran Lebih, Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
121
Anggaran tahun berjalan, Koreksi Kesalahan Pembukuan tahun
Sebelumnya, dan Saldo Anggaran Lebih Akhir. Bagi pemerintah
daerah LP-SAL ini tidak wajib disusun (bersifat opsional).
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
CALK merupakan komponen laporan keuangan yang meliputi
penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos
yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan
Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional,
Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan Ekuitas. Termasuk pula
dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah penyajian informasi
yang diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi
Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya yang
diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan.
B. STRUKTUR LAPORAN KEUANGAN BERBASIS AKRUAL
Pada subbab ini akan dijelaskan struktur (elemen-elemen laporan
keuangan) dan contoh format laporan keuangan di tingkat
pemerintah daerah (laporan keuangan konsolidasian).
Perbendaan antara laporan keuangan untuk pemerintah provinsi
dan kabupaten/kota hanya terletak pada pos pendapatan yang
terdapat di dalam LRA, LO dan LAK.
Berikut ini adalah penjelasan struktur dan ilustrasi format laporan
keuangan daerah di tingka pemerintah daerah sebagai entitas
pelaporan, atau disebut juga sebagai laporan keuangan
konsolidasian.
1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
LRA menyajikan informasi realisasi pendapatan-LRA, belanja,
transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan, yang masing-
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
122
masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu
periode. Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya
mencakup pos-pos sebagai berikut:
a) Pendapatan-LRA;
b) Belanja;
c) Transfer;
d) Surplus/Defisit-LRA;
e) Penerimaan pembiayaan;
f) Pengeluaran pembiayaan; g) Pembiayaan neto;
h) Sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA).
2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL)
Di dalam PSAP No. 11 Paragraf 8, huruf (b) dinyatakan bahwa LP-
SAL hanya disusun dan disajikan oleh Pemerintah Pusat. Hal ini
disebabkan karena SiLPA (awal tahun) di Pemda umumnya
dimasukkan seluruhnya sebagai penerimaan pembiayaan,
sehingga SILPA akhir tahun di LRA akan menunjukan keseluruhan
saldo akhir SILPA alias SAL (SAL adalah gunggungan SILPA).
Akan tetapi, apabila Pemda hanya memasukkan sebagian saja dari
SiLPA awal tahun (bukan seluruhnya) ke dalam penerimaan
pembiayaan, yang akan benar- benar digunakan untuk menutup
defisit, maka pemda harus menyusun LP-SAL. LP-SAL menyajikan
secara komparatif dengan periode sebelumnya pos-pos sebagai
berikut:
a) Saldo Anggaran Lebih Awal;
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
123
b) Penggunaan Saldo Anggaran Lebih;
c) Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran tahun berjalan;
d) Koreksi kesalahan Pembukuan Tahun Sebelumnya;
e) Lain-Lain;
f) Saldo Anggaran Lebih Akhir.
3. Laporan Operasional (LO)
Laporan Operasional menyajikan berbagai unsur pendapatan-LO,
beban, surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan
non operasional, surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar
biasa, dan surplus/defisit-LO, yang diperlukan untuk penyajian
yang wajar secara komparatif. Laporan Operasional mencakup
pos-pos informasi berikut:
a) Pendapatan-LO;
b) Beban;
c) Surplus/Defisit dari operasi;
d) Kegiatan Non Operasional;
e) Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa;
f) Pos Luar Biasa;
g) Surplus/Defisit-LO.
4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
124
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-
pos sebagai berikut:
a) Ekuitas awal;
b) Surplus/defisit – LO pada periode bersangkutan;
c) Koreksi-koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas,
yang antara lain berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan
oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan
mendasar, misalnya :
Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada
periode-periode sebelumnya;
Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap. d) Ekuitas
akhir.
5. Neraca
Neraca menyajikan informasi mengenai posisi keuangan suatu
entitas pada tanggal tertentu. Struktur Neraca di tingkat Pemda
terdiri dari pos-pos berikut:
a) Kas (dan Setara Kas) di Kas Daerah;
b) Kas di Bendahara Penerimaan;
c) Kas di Bendahara Pengeluaran;
d) Investasi jangka Pendek
e) Piutang Pajak Daerah;
f) Piutang Retribusi Daerah;
g) Piutang Dana Perimbangan;
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
125
h) Piutang Lain-Lain;
i) Penyisihan Piutang
j) Investasi Jangka Panjang;
k) Aset Tetap;
l) Dana Cadangan;
m) Aset Lainnya;
n) kewajiban jangka Pendek; o) kewajiban jangka Panjang; p)
Ekuitas.
6. Laporan Arus Kas (LAK)
Laporan Arus Kas menyajikan informasi penerimaan dan
pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan
berdasarkan aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan
transitoris.
7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)
Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami dan
membandingkannya dengan laporan keuangan entitas lainnya,
Catatan atas Laporan Keuangan biasanya disajikan dengan
susunan sebagai berikut:
(a) Informasi umum tentang entitas Pelaporan dan Entitas
Akuntansi; (b) Kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
(c) Ikhtisar pencapaian target keuangan berikut hambatan dan
kendalanya;
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
126
(d) Kebijakan akuntansi yang penting:
i. Entitas Pelaporan;
ii. Basis akuntansi yang mendasari penyusunan laporan
keuangan;
iii. Basiis pengukuran yang digunakan penyusunan laporan
keuangan;
iv. Kesesuaian kebijakan-kebijakan akuntansi yang
diterapkan dengan ketentuan-ketentuan Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan dan/atau Kebijakan
Akuntansi oleh suatu entitas pelaporan;
v. Setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan
untuk memahami laporan keuangan.
(e) Penjelasan pos-pos Laporan Keuangan:
i. Rincian dan penjelasan masing-masing pos Laporan
Keuangan;
ii. Penungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan
Standar Akuntansi Pemerintahan dan/atau Kebijakan
Akuntansi yang belum disajikan dalam lembar muka
Laporan Keuangan.
(f) Informasi tambahan lainnya yang diperlukan.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
127
C. LATIHAN SOAL
1) Setelah diterapkannya SAP berbasis akrual, komponen
laporan keuangan manakah yang tetap disusun dengan
basis kas ?
2) Apakah semua jenis belanja di LRA dapat menjadi beban
di LO ? jelaskan !
3) Apakah jumlah SILPA dapat bersaldo negatif? jelaskan !
4) Apakah jumlah SILPA akan selalu menunjukkan jumlah kas
yang menjadi hak (milik) pemda ? jelaskan !
5) Kenapa pos pembiayaan di LRA tidak masuk di dalam LO ?
jelaskan !
6) Sebutkan jenis-jenis beban di LO yang tidak bersifat
pengeluaran uang (non- cash items) !
7) Apakah saldo akhir kas di Neraca harus selalu sama
dengan saldo akhir kas di Laporan Arus Kas? jelaskan!
8) Apakah penyusunan Laporan Perubahan SAL bagi pemda
bersifat wajib ? jelaskan !
9) Apakah penyusunan CaLK bersifat wajib? Jelaskan pula
tujuan dari penyajian CaLK
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
128
DAFTAR ISTILAH
1. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut pemerintah, adalah
Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Undang‐ Undang Dasar
Republik Indonesia Tahun 1945.
2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggara urusan
pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) menurut asas otonomi dan
tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas‐luasnya
dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang‐Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
3. Pemerintah Daerah adalah gubernur, bupati, dan/atau
walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan daerah.
4. Daerah Otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas‐batas
wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat,
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5. Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang
dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya segala
bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah tersebut.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
129
6. Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan
yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan
daerah.
7. APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) adalah
rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang
dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan
DPRD, dan ditetapkan dengan peraturan daerah.
8. Peraturan Daerah adalah peraturan yang dibentuk oleh DPRD
dengan persetujuan bersama kepala daerah, termasuk
Qanun yang berlaku di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam
dan peraturan daerah provinsi (perdasi) yang berlaku di
Provinsi Papua.
9. Kepala Daerah adalah gubernur bagi daerah provinsi atau
bupati bagi daerah kabupaten atau walikota bagi daerah
kota.
10. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah
kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai
kewenangan menyelenggarakan keseluruhan pengelolaan
keuangan daerah.
11. PPKD (Pejabat Pengelola Keuangan Daerah) adalah kepala
satuan kerja pengelola keuangan daerah yang mempunyai
tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak
sebagai bendahara umum daerah.
12. BUD (Bendahara Umum Daerah) adalah PPKD yang bertindak
dalam kapasitas sebagai bendahara umum daerah.
13. Kuasa BUD adalah pejabat yang diberi kuasa untuk
melaksanakan tugas bendahara umum daerah.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
130
14. SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) adalah perangkat
daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna
anggaran/barang.
15. Unit Kerja adalah bagian SKPD yang melaksanakan satu atau
beberapa program.
16. PPTK (Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan) adalah pejabat
pada unit kerja SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa
kegiatan dari suatu program sesuai dengan bidang tugasnya.
17. PPK‐SKPD (Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD) adalah
pejabat yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada
SKPD.
18. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan anggaran untuk melaksanakan tugas pokok dan
fungsi SKPD yang dipimpinnya.
19. Kuasa Pengguna Anggaran adalah pejabat yang diberi kuasa
untuk melaksanakan sebagian kewenangan pengguna
anggaran dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi
SKPD.
20. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan
penggunaan barang milik daerah.
21. Kas Umum Daerah adalah tempat penyimpanan uang daerah
yang ditentukan oleh kepala daerah untuk menampung
seluruh penerimaan daerah dan membayar seluruh
pengeluaran daerah.
22. Rekening Kas Umum Daerah adalah rekening tempat
penyimpanan uang daerah yang ditentukan oleh kepala
daerah untuk menampung seluruh penerimaan daerah dan
membayar seluruh pengeluaran daerah pada bank yang
ditetapkan.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
131
23. Bendahara Penerimaan adalah pejabat fungsional yang
ditunjuk untuk menerima, menyimpan, menyetorkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan uang
pendapatan daerah dalam rangka pelaksanaan APBD pada
SKPD.
24. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang
ditunjuk menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan, dan mempertanggung jawabkan uang
untuk keperluan belanja daerah dalam rangka pelaksanaan
APBD pada SKPD.
25. Penerimaan Daerah adalah uang yang masuk ke kas daerah.
26. Pengeluaran Daerah adalah uang yang keluar dari kas daerah.
27. Pendapatan Daerah adalah hak pemerintah daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih.
28. Belanja Daerah adalah kewajiban pemerintah daerah yang
diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih.
29. Surplus Anggaran Daerah adalah selisih lebih antara
pendapatan daerah dan belanja daerah.
30. Defisit Anggaran Daerah adalah selisih kurang antara
pendapatan daerah dan belanja daerah.
31. Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun‐ tahun anggaran berikutnya.
32. SiLPA (Sisa Lebih Perhitungan Anggaran) adalah selisih lebih
realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran selama satu
periode anggaran.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
132
33. SiKPA (Sisa Kurang Perhitungan Anggaran) adalah selisih
kurang realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran
selama satu periode anggaran.
34. Pinjaman Daerah adalah semua transaksi yang
mengakibatkan daerah menerima sejumlah uang atau
menerima manfaat yang bernilai uang dari pihak lain,
sehingga daerah dibebani kewajiban untuk membayar
kembali.
35. Kerangka Pengeluaran Jangka Menengah adalah pendekatan
penganggaran berdasarkan kebijakan, dengan pengambilan
keputusan terhadap kebijakan tersebut dilakukan dalam
perspektif lebih dari satu tahun anggaran, dengan
mempertimbangkan implikasi biaya akibat keputusan yang
bersangkutan pada tahun berikutnya yang dituangkan dalam
prakiraan maju.
36. Prakiraan Maju (forward estimate) adalah perhitungan
kebutuhan dana untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun
yang direncanakan guna memastikan kesinambungan
program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar
penyusunan anggaran tahun berikutnya.
37. Kinerja adalah keluaran/hasil dari kegiatan/program yang
akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan
anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.
38. Penganggaran Terpadu (unified budgeting) adalah
penyusunan rencana keuangan tahunan yang dilakukan
secara terintegrasi untuk seluruh jenis belanja guna
melaksanakan kegiatan pemerintahan yang didasarkan pada
prinsip pencapaian efisiensi alokasi dana.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
133
39. Fungsi adalah perwujudan tugas kepemerintahan di bidang
tertentu yang dilaksanakan dalam rangka mencapai tujuan
pembangunan nasional.
40. Program adalah penjabaran kebijakan SKPD dalam bentuk
upaya yang berisi satu atau lebih kegiatan dengan
menggunakan sumber daya yang disediakan untuk mencapai
hasil yang terukur sesuai dengan misi SKPD.
41. Kegiatan adalah bagian dari program yang dilaksanakan oleh
satu atau lebih unit kerja pada SKPD sebagai bagian dari
pencapaian sasaran terukur pada suatu program dan terdiri
dari sekumpulan tindakan pengerahan sumber daya baik
yang berupa personal (sumber daya manusia), barang modal
termasuk peralatan dan teknologi, dana, atau kombinasi dari
beberapa atau semua jenis sumber daya tersebut sebagai
masukan (input) untuk menghasilkan keluaran (output)
dalam bentuk barang/jasa.
42. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu
program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan.
43. Keluaran (output) adalah barang atau jasa yang dihasilkan
oleh kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung
pencapaian sasaran dan tujuan program dan kebijakan.
44. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan
berfungsinya keluaran dari kegiatan‐kegiatan dalam satu
program.
45. RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah)
adalah dokumen perencanaan untuk periode lima tahun.
46. RKPD (Rencana Kerja Pemerintah Daerah) adalah dokumen
perencanaan daerah untuk periode satu tahun.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
134
47. TAPD (Tim Anggaran Pemerintah Daerah) adalah tim yang
dibentuk dengan keputusan kepala daerah dan dipimpin oleh
sekretaris daerah yang mempunyai tugas menyiapkan serta
melaksanakan kebijakan kepala daerah dalam rangka
penyusunan APBD yang anggotanya terdiri pejabat
perencana daerah, PPKD, dan pejabat lainnya sesuai dengan
kebutuhan.
48. RKA‐SKPD (Rencana Kerja dan Anggaran SKPD) adalah
dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi
program dan kegiatan SKPD serta anggaran yang diperlukan
untuk melaksanakannya.
49. KUA (Kebijakan Umum APBD) adalah dokumen yang memuat
kebijakan bidang pendapatan,belanja, dan pembiayaan serta
asumsi yang mendasarinya untuk periode satu tahun.
50. PPAS (Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara) merupakan
program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran
yang diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai
acuan dalam penyusunan RKA‐SKPD.
51. DPA ‐ SKPD (Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD)
merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja
setiap SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh
pengguna anggaran.
52. SPP (Surat Permintaan Pembayaran) adalah dokumen yang
diterbitkan oleh pejabat yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan kegiatan/bendahara pengeluaran untuk
mengajukan permintaan pembayaran.
53. Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) adalah dokumen yang
digunakan sebagai dasar pencairan dana yang diterbitkan
oleh BUD berdasarkan SPM.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
135
54. Surat Perintah Membayar (SPM) adalah dokumen yang
digunakan/diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban
pengeluaran DPA‐SKPD.
55. SPM‐ LS (Surat Perintah Membayar Langsung) adalah
dokumen yang diterbitkan oleh pengguna anggaran/kuasa
pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D atas beban
pengeluaran DPA‐SKPD kepada pihak ketiga.
56. UP (Uang Persediaan) adalah sejumlah uang tunai yang
disediakan untuk satuan kerja dalam melaksanakan kegiatan
operasional sehari‐hari.
57. SPM‐UP (Surat Perintah Membayar Uang Persediaan)
adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D
atas beban pengeluaran DPA‐SKPD yang dipergunakan
sebagai uang persediaan untuk mendanai kegiatan
operasional kantor sehari‐hari.
58. SPM‐GU (Surat Perintah Membayar Ganti Uang Persediaan)
adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D
atas beban pengeluaran DPA ‐ SKPD yang dananya
dipergunakan untuk mengganti uang persediaan yang telah
dibelanjakan.
59. SPM‐ TU (Surat Perintah Membayar Tambahan Uang
Persediaan) adalah dokumen yang diterbitkan oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran untuk penerbitan SP2D
atas beban pengeluaran DPA‐SKPD, karena kebutuhan
dananya melebihi dari jumlah batas pagu uang persediaan
yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
136
60. Piutang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar
kepada pemerintah daerah dan/atau hak pemerintah daerah
yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau
akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang‐undangan
atau akibat lainnya yang sah.
61. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau
diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan
lainnya yang sah.
62. Utang Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar
pemerintah daerah dan/atau kewajiban pemerintah daerah
yang dapat dinilai dengan uang berdasarkan peraturan
perundang‐undangan, perjanjian, atau berdasarkan sebab
lainnya yang sah.
63. Dana Cadangan adalah dana yang disisihkan untuk
menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar
yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran.
64. BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) adalah SKPD/unit kerja
pada SKPD di lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan, dan dalam melakukan
kegiatannya didasarkan pada prinsip efisiensi dan
produktivitas.
65. SPD (Surat Penyediaan Dana) adalah dokumen yang
menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan kegiatan
sebagai dasar penerbitan SPP.
66. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh
manfaat ekonomis seperti bunga, dividen, royalti, manfaat
sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
137
meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat.
67. Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD) adalah surat
yang oleh wajib pajak digunakan untuk melaporkan
penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak
dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban,
menurut ketentuan peraturan perundang ‐ undangan
perpajakan daerah.
68. SKPD (Surat Ketetapan Pajak Daerah) adalah surat ketetapan
pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak.
69. SKPDN (Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil) adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak.
70. SKPDKB (Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar) adalah
surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah
pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan
jumlah yang masih harus dibayar.
71. SKPDLB (Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar) adalah
surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah kelebihan
pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar
daripada pajak yang terutang atau tidak seharusnya terutang.
72. SSPD (Surat Setoran Pajak Daerah) adalah surat yang oleh
wajib pajak digunakan untuk melakukan pembayaran atau
penyetoran pajak yang terutang ke kas daerah atau ke
tempat pembayaran lain yang ditunjuk oleh kepala daerah.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
138
73. SKPDKBT (Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar
Tambahan) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan
tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan.
74. STPD (Surat Tagihan Pajak Daerah) adalah surat untuk
melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi
berupa bunga dan/atau denda.
75. SKRD (Surat Ketetapan Retribusi Daerah) adalah surat
ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok
retribusi.
76. SKRDLB (Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar)
adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan jumlah
kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah kredit
retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau
tidak seharusnya terutang.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
139
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Mu’am. (2011). Basis Akrual dalam Akuntansi Pemerintahan di Indonesia. Tangerang Selatan: Mifaz Rasam Publishing.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2005 tentang Dana Perimbangan.
Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2005 tentang Sistem Informasi Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2005 tentang Hibah kepada Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan dan Pertanggung Jawaban Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Pedoman PengelolaanKeuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Tata Kelola Keuangan Daerah
BKPP Kota Tangerang Selatan
140
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.