e-magazines may-june 2008

24
22 MEI-JUNI 2008 Saatnya Kartu Chip

Upload: irwansyah

Post on 06-Jun-2015

668 views

Category:

Documents


9 download

DESCRIPTION

E-Magazines Channel Artajasa

TRANSCRIPT

Page 1: E-Magazines May-June 2008

22MEI-JUNI 2008

Saatnya Kartu Chip

Page 2: E-Magazines May-June 2008

Saatnya Untuk Kartu ChipKetika pemalsuan kartu kredit terbesar sepanjang sejarah du-nia perbankan di Indonesia terungkap, mata kita seolah dipaksa untuk melihat bagaimana teknologi kartu kredit yang selama ini dianggap aman ternyata begitu mudah ‘diakali’.

Proses ‘mengakali’ itu akhirnya bermuara pada dirugikannnya pubik pengguna layanan tersebut. Beragam pendapat pun bermunculan menyikapi pembobolan teknologi. Namun yang palng santer adalah usulan untuk menggunakan kartu chip.

Kartu ini dianggap sakti menangkal aksi-aksi pembobolan se-perti itu. Kartu ini juga dianggap mampu melindungi kepenti-ngan nasabah pada akhirnya. Selanjutnya mudah ditebak, bank pun pun silih berganti menyatakan keinginannya mengguna-kan teknologi chips itu. BI pun serta merta menyatakan sebuahstandar untuk kartu chip tersebut.

Nah teknologi tentunya bukan tanpa kekurangan. Untuk edisi kali ini Channel mengangkat kartu chip sebagai tema utama. Mulai dari perkembangan kartu chip, kelebihannya hingga kekurangannya. ***

FROM THE EDITOR

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 20082

CONTENT

Pemimpin Umum: Arya Damar, Direktur Utama PT Artajasa Pembayaran Elektronis Dewan Redaksi: Anthoni Morris, Warse Widyati, Zul Irfan, Gatot Sapto S Pemimpin Redaksi: Aries Barkah Redaktur

Pelaksana: Lia Herlianawaty Wakil Pemimpin Redaksi: Windri Rulita Media Consultant: Catalis Alamat Redaksi: Menara Thamrin 6th floor, Jl. MH. Thamrin Kav.3 Jakarta 10340 Indonesia. Telepon: 021-398

300 40, Fax: 021-398 300 45 Email: [email protected] Homepage: www.artajasa.co.id

Redaksi CHANNEL menerima tulisan dari luar. Bagi yang dimuat akan memperoleh souvenir menarik dari Artajasa. Pertanyaan, komentar, tanggapan, kritik dan saran mengenai isi CHANNEL dapat

disampaikan ke redaksi melalui email: [email protected] atau Fax: 021-398 300 45

Ia adalah satu dari sedikit perempuan Indonesia yang menggeluti dunia teknologi informasi (TI).

14

Dengan segalakelebihan dankekurangannya, duniaperbankan mulaimelirik kartu chip untukmenggantikan teknologilama.

PROFILE

05COVER STORY

20LIFESTYLE

Selangkah lagi, duniaperbankan akan masukke dalam dunia kartuchip. Lalu bagaimanadunia perbankanbahkan Artajasamenyambutnya?

04MANAGEMENT

Salah satu layananunggulan Artajasa saatini adalah layananEDC. Product kali inimengulas EDC dari sisiteknologi.

16PRODUCT

Dulu jalan-jalan keluar negeri hanya bisadilakukan oleh sedikitorang. Tapi kini halitu berubah menjadisebuah gaya hidup.

MELUASKAN KAJIANSalam redaksi.Sebagai majalah yang mengulas hal-hal seputar dunia perbankan tentunya kajian yang ditampilkan Channel selama ini sudah cukup baik. Tapi bukankah, Artajasa juga memiliki klien-klien lain di luar perbankan.

Bukankah produk Artajasa juga melayani industri-industri lain seperti asuransi, multifinance, telekomunikasi, dan masih banyak yang lainnya. Tapi sayangnya selama ini kajian seputar industri non perbankan itu belum banyak.

Untuk itu saya usulkan untuk memperbanyak kajian-kajian di luar sektor perbankan, biar lebih oke. Terima kasih. Sukses selalu.

Hormat sayaVont Taruna HendraTebet, Jakarta Selatan

YOUR OPINION

Page 3: E-Magazines May-June 2008

news event

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 2008 3

Berbekal pengalaman dalam jasa switching ATM Bersama pada 70 bank, PT Artajasa Pembayaran Elektronis

kini mulai melirik ke penyediaan dan operasional layanan electronic channel seperti Automatic Teller Machine (ATM) dan Electronic Data Capture (EDC).

Layanan baru dari Artajasa ini membantu bank dalam hal teknologi, sehingga bank bisa fokus memikirkan masalah core business-nya dan tentunya hal ini membuat bank dapat leluasa menyusun strategi yang efisien dan efektif untuk nasabahnya” ujar Arya Damar, Direktur Utama Artajasa.

Beberapa bank sudah menyatakan tertarik dengan layanan berpola outsourcing. Sebut saja, Bank Muamalat Indonesia, Bank Jabar- Banten serta Bank NTT.

Untuk Bank NTT yang berbasis di Kupang Nusa Tenggara Timur ini mempercayakan sedikitnya 100 terminal EDC yang akan ditempatkan ke seluruh merchant yang tersebar di Nusa Tenggara Timur untuk dikelola

Artajasa. Sedikitnya 204 ATM Bank Jabar Banten akan dioutsouce-kan kepadaArtajasa. Kesepakatan itu ditandatangani oleh Dirut Artajasa, Arya Damar serta Dirut Bank Jabar-Banten Agus Ruswendi.

Sementara itu Bank Muamalat telah lebih dulu bersepakat untuk mengoutsourcekan EDC nya kepada Artajasa. Kesepakatan antara Bank Muamalat dan PT Artajasa Pembayaran Elektronis itu dilakukan pada 13 Maret 2008 lalu di Jakarta.

Fitur yang disediakan pada electronic channel Artajasa tidak hanya sekadar transaksi perbankan saja, namun juga diperkaya dengan fitur-fitur pembayaran mulai dari pembayaran perbelanjaan, pembayaran berbagai tagihan, hingga layanan top up.

Menurut mereka, dengan mengandeng PT Artajasa dalam pengembangan electronic channel, Bank Jabar Banten dapat lebih fokus kepada bisnis intinya, termasuk mengembangkan strategi pelayanan kepada nasabah. . +++

Artajasa Kembangkan Bisnis Outsourcing E-Channel

oleh Artajasa.

Kesepakatan itu ditandai dengan ditandatanganinya kesepakatan antara Arya Damar, Direktur Utama Artajasa dan Ch. Amos Corputty selaku Direktur Utama Bank NTT di Kupang 2 April 2008 lalu.

Sehari sebelumnya, tepatnya 1 April 2008, bertempat di Klub Bogor Raya, Bogor, Jawa Barat. Bank Jabar-Banten juga menyatakan kesepakatannya untuk menggunakan layanan ATM outsorcing yang disiapkan

Bank Jabar-Banten--Penandatanganan kerjasama Bank Jabar-Banten dan PT Artajasa Pembayaran Elektronis dalam hal penggunaan ATM & EDC outsourcing, dilakukan di Bogor 1 April 2008 lalu.

Bank Muamalat Indonesia--Bank Muamalat juga termasuk salah satu bank yang memanfaatkan layanan EDC outsourcing yang dikembangkan PT Artajasa Pembayaran Elektronis.

Page 4: E-Magazines May-June 2008

MANAGEMENT

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 20084

Jika tidak ada aral rintangan, akhir Juli nanti bakal menjadi catatan se-jarah dalam rencana interoperability kartu ATM berbasis teknologi chip. Kalau proses ujicoba implementasi standar kartu ATM berbasis teknolo-gi chip berhasil, maka era kartu chip di industri kartu ATM segera menjadi kenyataan.

Bagi dunia perbankan, ini bakal men-jadi pekerjaan rumah kedua mereka. Tugas yang pertama adalah soal pen-galihan teknologi kartu chip di kartu kredit yang sedang berlangsung. Pekerjaan rumah kedua tergolong hajatan besar. Masalahnya dunia per-bankan harus mengalihkan setida-knya 34 juta kartu ATM dari berbasis teknologi magnetik ke chip.

Sama seperti kartu kredit, pengali-han kartu ATM ke teknologi chip juga butuh dana yang tidak sedikit. Meng-

ganti satu kartu saja diperkirakan akan memakan biaya antara US$ 2 – US$ 2,5 per kartu.

Namun bagi perusahaan penyedia jasa transaksi elektronis seperti Arta-jasa, adanya ujicoba ini akan menjadi titik awal bagi perkembangan kartu chip di dunia perbankan, khususnya kartu ATM.

Selain lebih aman, adanya chip ini-pun bisa dipakai untuk keperluan apa saja. Tidak cuma sekedar kartu trans-aksi perbankan saja. Sebab di dalam chip, terkandung banyak data dan in-formasi yang jumlahnya bisa berlipat ganda ketimbang kartu magnetik.

Itulah makanya di negara yang su-dah maju, adanya kartu chip bisa dipakai untuk keperluan apa saja. Coba bayangkan, dengan satu kartu saja, setiap orang bisa melakukan

transaksi apapun.

Selain transaksi perbankan, si na-sabah bisa memakai kartu chip seb-agai kartu identitas diri, membayar segala tagihan, dan transaksi pem-bayaran mikro, seperti membayar karcis tol atau yang lainnya. Sebet-ulnya, jika teknologi chip sudah me-nyatu, antara kartu kredit, kartu ATM dan kartu pra bayar pun bisa disatu-kan.

Tentunya, ini merupakan pekerjaan yang tidak ringan. Lantaran teknologi kartu chip butuh infrastruktur yang memadai. Kalau semua sistem stan-darisasi sudah beres, langkah selan-jutnya adalah interoperability.

Proses interoperability akan menjadi-kan teknologi kartu chip dapat me-menuhi skala ekonomi yang dibu-tuhkan, sehingga bisnisnya menjadi menguntungkan bagi semua pihak. Dalam hal ini peran switching men-jadi penting.

Era penggunaan kartu chip secara maksimal memang masih butuh waktu. Karena saat ini implementasi standarisasi kartu ATM berbasis chip tersebut masih dalam tahap ujicoba. Namun ujicoba ini terus dilakukan, demi mencapai optimalisasi penggu-naan kartu ATM berbasis chip secara menyuluruh. Selain menciptakan rasa aman, juga memudahkan para nasabah dalam bertransaksi dan in-teroperability menjadi suatu hal yang bisa terwujud. Kita tunggu saja.. +++

Teknologi Chip, Siapkah untuk Interoperability?

www.chipandpin.co.uk

Page 5: E-Magazines May-June 2008

COVER STORY

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 2008 5

Logo kuning keemasan di beberapa kartu kredit kini sudah bukan lagi barang langka. Itulah tanda teknolo-

gi chip yang menempel di kartu yang banyak dijajakan di pusat perbelan-jaan. Adanya logo chip membuat orang semakin pede habis dalam melakukan transaksi perbankan.

Ini lantaran semakin jeprah saja ter-ungkapnya soal penyalahgunaan kartu kredit. Misalnya saja secara tiba-tiba tagihan seorang nasabah lang-sung melejit. Padahal ia sama sekali belum melakukan transaksi. Maklum saja, teknologi yang masih dipakai di kartu kredit tersebut masih berbasis teknologi magnetik.

Teknologi ini punya kelemahan. Data yang tersimpan dalam strip magne-tik bisa digandakan atau dipalsukan dengan mudah. Dengan menggesek kartu produk perbankan, data-data yang tersimpan dalam kartu tersebut bisa langsung berpindah tangan. Ini lantaran ada oknum yang bekerjasa-ma dalam pemindahan data terse-but.

TeknologiChip

MulaiEkspansifNah, berkat adanya teknologi chip, tingkat keamanan jadi lebih terjaga. Salah satu bentuk pengamannya berbasis kriptogram. Artinya, untuk saat ini hampir mustahil kartu ber-basis chip dipalsukan. Selain itu, usia teknologi chip disinyalir lebih tahan lama ketimbang teknologi magnetik.

Sayangnya tidak semua bank sudi mengubah kartu kredit magnetik ke chip. Soalnya, proses penggantian ini butuh dana yang tidak sedikit. Seti-daknya butuh modal antara US$ 2 – US$ 2,5 per kartu. Tapi, maraknya kasus pemalsuan sepertinya memak-sa kalangan perbankan untuk segera mengganti kartu kredit magnetik mereka dengan kartu kredit chip.

Apalagi Bank Indonesia (BI) sudah memberi tenggat waktu bagi kalan-gan perbankan. Isinya adalah semua kartu kredit hingga akhir tahun 2009 harus sudah memakai teknologi chip.

Setidaknya ini tercermin dari tekad Bank Mandiri. Bank terbesar milik pemerintah ini punya rencana mulai

Artajasa selaku penyedia jasa pem-bayaran elektro-

nis sudah siap menyongsong

teknologi perbank-an yang baru, Yakni

teknologi chip bagi kebutuhan la-

yanan perbankan.

Page 6: E-Magazines May-June 2008

COVER STORY

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 20086

melaksanakan migrasi ke kartu chip di kartu kredit mereka di semester kedua nanti. Menurut Direktur Kon-sumer Bank Mandiri, Omar S Anwar, proses pengalihan ke kartu chip bakal berlangsung lama dan diperki-rakan bakal selesai di akhir tahun 2009 nanti. Maklum, jumlah nasabah Bank Mandiri terbilang besar. Sudah begitu, dana migrasi tersebut butuh dana tidak sedikit. Untuk kartu kredit saja diperkirakan bisa mencapai US$ 2,5 juta atau Rp 23 miliar.

Bank Danamon juga menyusul. Bank milik Temasek ini sudah mengang-garkan dana sekitar US$ 1 juta (Rp 9,2 miliar) untuk program perpinda-han teknologi ke kartu kredit chip. Subba Vaidyanat, Cards Business Head Bank Danamon mengutarakan bahwa langkah ini ditempuh demi untuk keamanan para nasabahnya. Tampaknya, teknologi kartu chip bu-kan lagi sekedar angan-angan.

Sebetulnya, kewajiban perbankan bukan cuma soal kartu kredit bertan-da chip saja. Mereka juga kudu mem-persiapkan jenis kartu yang penetra-si pangsa pasarnya besar. Yakni kartu debet atau kartu ATM berteknologi chip. Alih teknologi ini sangat pent-ing. Supaya persoalan yang men-impa kartu kredit magnetik tidak mewabah ke kartu debet. Belum lagi pemegang kartu debet yang diyakini lebih banyak ketimbang kartu kredit. Setidaknya, setiap nasabah bank pas-ti punya satu kartu debet.

Apalagi kartu debet menjadi bawaan wajib setiap nasabah bank. Lewat kartu debet hampir semua transaksi perbankan dapat dilakukan lewat perantaraan mesin anjungan tunai mandiri (ATM).

Persoalannya untuk menuju arah kartu debet berlabel kotak kuning

alias bersimbol chip justru lebih ribet lagi. Asal tahu saja, masing-masing bank membutuhkan suatu standari-sasi kartu debet berbasis chip. Untuk itu, tiga perusahaan switching terma-suk Artajasa, menyepakati spesifikasi standar yang akan dibangun.

Lewat tender terbuka dengan ban-tuan Bank Indonesia, ketiga perusa-haan switching menunjuk Malaysian Electronic Payment System (MEPS), sebuah BUMN asal Malaysia. MEPS mengalahkan peserta tender lainnya yakni Modular Consultant Company, Visa International, Gemalto dan Cas-tle dari Taiwan.

Dipilihnya MEPS lantaran ada kesa-maan teknologi chip yang dipakai di Indonesia dengan yang dipakai di negeri jiran tersebut. Selain itu, investasi untuk membangun stan-darisasi kartu berbasis chip ini ter-golong relatif terjangkau. Sekitar US$ 300.000 yang bakal menjadi tang-gungan tiga perusahaan switching, termasuk Artajasa.

Seperti tidak mau cepat tertinggal dari negara tetangga, ketiga peru-sahaan switching ini sudah mulai melakukan ujicoba penggunaan kar-tu debet chip lewat MEPS. Padahal, Bank Indonesia belum menentukan tenggat waktu penggunaan kartu debet berlabel chip. Ada empat bank yang melakukan ujicoba ini. Salah sa-tunya adalah Bank Mandiri.

Ujicoba yang bakal berakhir akhir bulan Juli nanti setidaknya bakal menyeragamkan 12 spesifikasi kartu debet secara nasional. Seperti cara pengisian, aplikasi, verifikasi data dan pembacaan data. Adanya uji-coba ini untuk mengetahui kekuran-gan-kekurangan yang ada dalam sistem yang dikembangkan MEPS. “Jadi ujicoba ini sangat penting, demi

tercapainya keseragaman spesifikasi kartu bagi semua pihak,” kata Arya Damar, Direktur Utama PT Artajasa Pembayaran Elektronis.

Jika hasil ujicoba ini berhasil, Bank In-donesia pun bakal langsung mene- lurkan aturan terbaru. Intinya adalah mengharuskan semua bank meng-ganti kartu debet yang sudah ber-jumlah 34 juta itu ke teknologi chip. Inilah tantangan terberat bagi dunia perbankan sesungguhanya.

Walau begitu, Artajasa selaku penye-dia jasa pembayaran elektronis tentu sudah siap dalam menyongsong teknologi perbankan yang baru. Yakni teknologi chip bagi kebutuhan layanan perbankan.

Melihat gejala ini, bank-bank nasion-al pun siap-siap pasang kuda-kuda segera bermigrasi ke teknologi chip. Sepertinya banjir kartu perbankan seperti kartu kredit, kartu ATM atau kartu debet berteknologi chip bakal terlaksana pada pertengahan tahun ini. +++

Lewat tender terbu-ka dengan bantuan

Bank Indonesia, ketiga perusahaan

switching menunjuk Malaysian Electron-ic Payment System

(MEPS), sebuah BUMN asal Malaysia

Page 7: E-Magazines May-June 2008

COVER STORY

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 2008 7

Agak miris juga melihat perkembangan teknologi chip di Indonesia. Terutama di produk keuangan. Sam-

pai saat ini, penerapan teknologi chip baru terdapat di kartu kredit semata.

Penerapan yang semakin gencar itu-pun lantaran kerap terjadi penyalah-gunaan di kartu plastik ini.

Beruntunglah kesadaran akan pent-ingnya kartu chip semakin meruyak. Perbankan mulai menempelkan ho-logram chip di produk kartu kredit mereka. Walau untuk itu mereka kudu keluar modal yang tidak sedikit.

Hal yang terpenting adalah era pe-makaian teknologi chip di produk perbankan yang terbesar, yakni kartu debet atau kartu ATM. Jika langkah ujicoba penerapan standari-sasi kartu debet dan ATM berhasil di akhir Juli nanti, perusahaan switching semacam Artajasa langsung segera

berbenah. Menyiapkan sarana yang bisa menunjang kartu debet dan ATM chip

Sama seperti penerapan chip di kartu kredit, adanya kotak kuning keemasan di kartu debet atau ATM pun bisa memaksimalkan tingkat ke-amanan bagi para nasabah dan juga bank bersangkutan. Inilah salah satu keunggulan chip di kartu debet dan ATM. Apalagi lewat ujicoba ini, ter-jadi penyeragaman sistem dalam hal keamanan yang sudah pasti sudah teruji.

Bank Indonesia (BI) sudah memberi deadline. Bahwa kartu kredit ha-rus berteknologi chip di akhir tahun 2009. Sedangkan untuk kartu debet dan ATM, BI belum memutuskan ka-pan penerapan itu akan berlangsung. Yang pasti menunggu kesuksesan ujicoba itu.

Semoga ujicoba ini berhasil dan

lancar. Kalaupun ada kekurangan-kekurangan, pihak MEPS segera memperbaikinya dengan sempurna. Sebab, kalau langkah ini berhasil, penerapan teknologi chip bisa diter-apkan di banyak bidang di luar dunia perbankan atau keuangan.

Contoh yang nyata adalah, kartu chip di setiap telepon seluler. Dengan sekotak kartu chip, semua data yang menjadi milik pemilik ponsel bisa ter-simpan dengan aman. Ini baru satu contoh saja.

Masih ada contoh penerapan kartu chip di luar bidang keuangan, mis-alnya beberapa perusahaan atau instansi daerah tahu akan kegunaan kartu chip ini.

Buktinya ada suatu daerah yang ke-belet ingin menerapkan teknologi chip pada kartu identitas penduduk. Tujuannya agar lewat kartu ini, setiap penduduk bisa membayar pajak dae-rah.

Atau ada rencana penggunaan kartu chip untuk membayar karcis masuk pintu tol. Atau bisa juga dengan kar-tu chip sebagai kartu pembayaran pelbagai macam tagihan. Itu semua bisa saja terlaksana.

Tapi itu butuh waktu yang tidak se-bentar. Sebab masing-masing peru-sahaan atau tempat tujuan tagihan punya sistem yang berbeda-beda. Ini jelas cukup menyulitkan dan mem-butuhkan dana yang tidak sedikit.

Namun semua persoalan itu bisa saja dipecahkan. Berkat peran dari perusahaan switching semacam Ar-tajasa. Walau belum melakukan hal ini, Artajasa siap saja jika nantinya perkembangan teknologi chip sudah mengarah ke arah sana. Artinya, satu kartu chip bisa dipakai untuk keper-luan apa saja. Baik itu untuk urusan perbankan dan non perbankan. +++

Perkembangan Teknologi Chip

Page 8: E-Magazines May-June 2008

COVER STORY

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 20088

Dengan Chip Rasa Aman Terjaga

Secara fisik, kartu dengan teknologi chip tidak berbeda banyak dengan kartu-kartu yang berteknologi magnetik.

Hanya saja keberadaan chip yang berbentuk persegi panjang dengan warna emas berkilauanlah yang menjadi penanda kalau kartu itu menggunakan teknologi chip.

Lalu seberapa hebat persegi panjang berwarna emas berkilauan itu menjamin rasa aman si pemilik dan penggunanya?

Direktur Konsumer Bank Mandiri Omar S Anwar menjelaskan, kartu chip lebih aman dari kartu jenis magnetic stripe sehingga dapat memberikan rasa keamanan dan kenyamanan yang lebih tinggi kepada nasabah yang ingin bertransaksi dengan kartu sebagai alat pembayar ataupun menarik uang di ATM.

Atas dasar aman itu pula lah, maka berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No 7/60 yang merupakan

tindak lanjut dari Peraturan Bank Indonesia No 7/52/2005 mewajibkan penggunaan teknologi chip pada kartu ATM, kartu debet, dan kartu kredit yang diterbitkan mulai tanggal 1 September 2006, baik untuk pemegang kartu baru ataupun untuk penggantian kartu lama (renewal).

Namun karena masih maraknya kendala yang muncul menyusul pemberlakuan migrasi tersebut. Tenggat pun akhirnya ditunda hingga akhir 2009 untuk kartu kredit dan batas waktu yang belum ditentukan untuk kartu ATM dan Debit.

BI berharap dengan penggunaan chip, keamanan kartu akan semakin terjaga mengingat jenis teknologi yang dipasang pada kartu ini memuat sejumlah aplikasi dan pengamanan.

Dari sisi teknologi, teknologi chip memiliki tingkat pengamanan yang berlapis. Salah satu pengamannya berbasis kriptogram yang hingga saat ini hampir mustahil kartu

berbasis chip dipalsukan.

Selain lebih aman dan lebih pintar, kartu chip juga tidak macet jika ada g a n g g u a n telekomunikasi. Kartu ATM dengan chip, m i s a l n y a , tetap bisa d i o p e r a s i k a n ketika jalur h u b u n g a n antara mesin

ATM dengan pusat data terputus. Dengan sedikit manipulasi pada chip, data akan berubah.

Cara umum yang juga diterapkan di kartu chip adalah dengan memencet nomor pin atau personal identification number, pola ini dkenal dengan istilah Pin-Base system.

Pola pengamanan lainnya yang bisa digunakan pada kartu berteknologi ini adalah dengan pola signature. Pola ini dikembangkan oleh Gemplus International S.A salah satu penyediaan solusi secure card

Menurut Gemplus International, dengan pola signature system, si pengguna dapat menggunakan tanda tangannya yang telah direkam didalam memori kartu chip tersebut. Sistem ini menawarkan skema otentikasi canggih di mana tandatangan (signatures) transaksi yang unik dihasilkan oleh prosesor kriptografi di dalam kartu untuk setiap transaksi.

Karena setiap tandatangan dikalkulasi berdasarkan data acak yang diberikan oleh terminal transaksi (point-of-sale terminal), tandatangan sulit untuk diduplikasi, sehingga menawarkan tingkat keamanan yang jauh lebih tinggi dibandingkan kartu sebelumnya.

Teknologi chip juga menawarkan kemampuan pemrosesan transaksi offline yang membantu pihak bank mengurangi biaya komunikasi jaringannya. Namun inti dari semua itu adalah, dengan teknologi chip diharapkan tidak ada lagi naabah bank yang dirugikan. Semoga..

Page 9: E-Magazines May-June 2008

COLUMN

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 2008 9

Kebijakan Bank Indonesia yang mewajibkan per-bankan dan penerbit kartu menggunakan teknologi

chip sesuai standar EMV (Europay Mastercard Visa) patut diapresiasi. Apalagi tren kejahatan (fraud) pada Alat Pembayaran dengan Menggu-nakan Kartu (APMK) semakin menin-gkat.

Penggunaan teknologi EMV sudah jamak dilakukan di banyak negara Eropa dan Amerika. Faktor keamanan menjadi pertimbangan utama untuk menggunakan teknologi tersebut. Meski tidak dapat dijamin 100 pers-en, namun jauh lebih aman diband-ingkan dengan kartu pita magnetik.

Keamanan kartu standar EMV sebena-rnya tidak semata-mata terletak pada chip-nya saja. Namun sistem manaje-men dalam seluruh daur hidup kartu harus mengikuti standar keamanan tertentu. Oleh karena itu, kartu yang juga dikenal dengan sebutan smart card ini tidak mudah dipalsukan.

Hal itu berbeda dengan kartu ber-basis magnetic stripe. Cukup dengan alat skimmer yang ditempelkan di

mesin ATM ataupun cara pemalsu-an lainnya, maka data pemilik kartu dapat langsung dibaca untuk kemu-dian digandakan.

Mengingat faktor keamanan data nasabah tidak dapat ditawar, maka migrasi dari kartu pita magnetik ke kartu chip sudah mendesak dilaku-kan. Untuk itu dibutuhkan standari-sasi teknologi antar lembaga pener-bit kartu.

Standarisasi penting dilakukan untuk menjaga dua dimensi, yaitu interop-erabilitas dan manajemen perlind-ungan nasabah. Interoperabilitas be-rarti menjamin sebuah kartu dapat ditransaksikan pada semua bank dan merchant. Sedangkan manajemen perlindungan nasabah dilakukan agar penerbitan kartu hanya dilaku-kan oleh pihak yang berkompeten.

Secara teknis, standarisasi dilakukan pada alat baca kartu. Mengingat ukuran dan kemampuan ekonomi perbankan di Indonesia cukup bera-gam, maka dibutuhkan baseline yang sama. Seperti, minimum require-ment, sistem manajemen, atau best practice. Bisa saja bisnis model yang dikembangkan memungkinkan ad-anya co-branding sehingga tercipta efisiensi dalam industri, dengan tetap menjamin tingkat keamanan dan tingkat layanan.

Penggunaan kartu chip dewasa ini sudah lintas sektoral, tidak lagi terba-tas pada perbankan. Di banyak neg-ara beragam aktivitas seperti pem-bayaran jalan tol dan parkir sudah menggunakan teknologi tersebut. Misalnya di Prancis yang memanfaat-kan kartu ini untuk micro payment,

dan sedang menjadi tren di sana. Be-gitu juga di Hongkong yang hampir semua penduduknya memiliki kartu pintar bernama Octopus Card.

Indonesia juga dapat menerapkan hal serupa. Bertumbuhkembang-nya industri finansial dan layanan sektor transportasi menjadi potensi yang dapat dimanfaatkan. Sayang, implementasi smart card yang kita temukan saat ini belum bisa multi fungsi sehingga tidak efisien dan be-lum memberikan nilai tambah yang maksimal.

Seharusnya satu kartu dapat diman-faatkan untuk berbagai keperluan. Misalnya, bisa digunakan di ber-macam-macam koridor busway, kere-ta api, dan lainnya. Untuk mencapai hal itu diperlukan satu pihak yang berfungsi sebagai settlement agency. Lembaga ini akan menjamin bahwa semua operator transportasi, atau merchant, akan menerima pemasu-kan yang sesuai dari pemakaian kar-tu yang beredar.

Settlement agency sebaiknya pihak yang netral dan terpercaya. Kalau perlu merupakan perusahaan yang dimiliki bersama oleh semua opera-tor yang terlibat sehingga mudah diterima semua pihak.

Kehadiran smart card di Indonesia un-tuk berbagai keperluan seperti trans-portasi, kesehatan, asuransi, ATM, dan kartu kredit sudah sangat diperlukan. Sekarang tinggal bagaimana regula-tor di masing-masing sektor berkoor-dinasi dan berunding menentukan standarisasi teknologi serta model bisnis yang sesuai dengan kesiapan dan kemampuan pasar. +++

Teddy Sukardi Ketua Umum Federasi Teknologi Informasi Indonesia (FTII)

Standarisasi Kartu “Chip”

Page 10: E-Magazines May-June 2008

PERISCOPE

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 200810

Persaingan di dunia per-bankan kian ketat. Setiap institusi perbankan terus berlomba-lomba untuk

memberikan layanan yang terbaik kepada nasabah. Salah satu cara un-tuk memberikan layanan itu adalah dengan menggunakan kecanggi-han teknologi informasi yang terus berkembang.

Salah satu layanan perbankan yang terus berkembang adalah penggu-naan anjungan tunai mandiri (ATM/Automatic Teller Machine). Hal itu tak terlepas pula dengan penggunaan kartu sebagai sarana bagi nasabah untuk memanfaatkan layanan per-bankan dengan mudah.

Teknologi kartu perbankan terus berkembang, salah satunya adalah kartu chip atau kerap pula dise-but sebagai smart card. Di Indone-sia, teknologi kartu chip juga terus berkembang. Hanya saja, baru-baru ini Bank Indonesia (BI) memutus-kan untuk menunda penggunaan teknologi kartu chip hingga 2009. Alasannya, kalangan perbankan be-lum siap untuk melakukan migrasi dari kartu magnetik ke kartu chip.

Awalnya, BI bersikeras untuk mene-

rapkan standarisasi kartu chip pada 1 September 2006 untuk kartu baru. Sedangkan kartu penggantian (re-newal card), paling lambat diterapkan pada Desember 2008. Migrasi kartu ini rencananya akan berlaku untuk kartu kredit, kartu debet, dan ATM.

BI tidak lagi menetapkan batas wak-tu untuk dimulainya implementasi teknologi kartu chip. Artinya, pener-bit dan acquirer dapat mulai melaku-kan implementasi teknologi kartu chip itu sesuai dengan rencana dan kesiapan masing-masing,

Walaupun BI memberikan kebebasan waktu untuk penerapan teknologi chip sesuai kesiapan masing-masing bank, namun paling lambat 31 De-sember 2009 seluruh kartu kredit ha-rus menggunakan teknologi chip itu. Seluruh perangkat pendukung pem-rosesan kartu kredit juga harus telah di-upgrade sehingga dapat mem-roses teknologi berbasis chip. Alasan penundaan tersebut karena ada ber-bagai masukan dan permasalahan dari penerbit kartu dan acquirer yang belum dapat mengimplementasikan teknologi chip.

TerlambatPemanfaatan teknologi kartu chip di

Kartu Chipyang

KianMenduniaKartu chip sering juga disebut sebagai smart

card (kartu pintar) atau integrated circuit card (ICC). Kartu itu

didefinisikan sebagai kartu yang berukuran kecil

(masuk dalam saku baju) dan dilengkapi dengan sirkuit elektronik yang memungkinkan untuk

proses informasi.

Page 11: E-Magazines May-June 2008

PERISCOPE

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 2008 11

Indonesia sebenarnya sangat terke-san terlambat. Pemanfaatan teknolo-gi itu sebenarnya sudah dilakukan beberapa negara lain sejak beberapa tahun lalu. Tahun lalu, sebuah bank di Canada, RBC (Royal Bank Cana-da), mengumumkan telah berhasil melakukan transaksi perbankan de-ngan basis kartu chip sebanyak 10 juta transaksi.

Bagi RBC, pemanfaatan teknologi kartu chip sangat penting, terutama dalam mengatasi pencurian kode ak-ses dan pemalsuan kartu kredit yang belakangan ini marak terjadi. Oleh karena itu, RBC dan institusi keua-ngan lain di Canada, termasuk indus-tri jasa kartu bayar, mencanangkan untuk penggunaan teknologi kartu chip itu di setiap mesin-mesin ATM di seluruh pelosok negara itu.

“Sepuluh juta transaksi perbankan dengan menggunakan teknologi kartu chip merupakan suatu pen-capaian yang membanggakan bagi kami. Dan, kami siap untuk menerap-kan teknologi itu di setiap kartu la- yanan keuangan, termasuk perban- kan, di seluruh pelosok negeri. Klien kami pun terus meningkatkan sistem keamanan kartu,” ujar Anne Koski, Ke-pala Divisi Inovasi Pembayaran RBC.

Anne yakin, dalam empat tahun ke depan para pemegang kartu RBC Avion sudah menggunakan kartu chip di 100 negara seluruh dunia, yang kebanyakan di Eropa dan Amerika Selatan. Bahkan, penggu-naan teknologi itu akan berlaku pula di Arab Saudi, Australia, dan sejumlah negara di Asia Tenggara.

Penggunaan kartu chip juga kian pe-sat di Afrika Selatan. Menurut salah satu institusi perbankan di negara itu, Standard Bank, dalam sebulan mereka telah mengeluarkan sekitar 20.000 kartu chip. Langkah itu dilaku-kan sebagai upaya untuk memenuhi standar transaksi layanan keuangan internasional.

Standard Bank yakin penggunaan kartu chip akan terus meningkat ter-lebih setelah sejumlah nasabah bank mengeluhkan sistem kartu magnetik yang sangat rentan untuk dipalsukan atau dicuri kode PIN (personal identi-fication number) nasabah.

Standard Bank mengklaim kalau mereka adalah bank pertama di ne-garanya yang menggunakan kartu chip bagi nasabah dalam melakukan transaksi keuangan. Hingga akhir tahun lalu, sudah lebih dari 180.000

kartu chip dikeluarkan oleh Standard Bank dan jumlah itu diyakini akan terus bertambah.

Teknologi kartu chip yang digunak-an oleh Standard Bank adalah kartu magnetik yang memiliki chip agar bank dapat menerapkan sistem ke-amanan ganda bagi nasabah.

Pengalaman PrancisPrancis memiliki pengalaman tersendiri dalam penggunaan kartu chip. Apalagi, negara itu dikenal sangat konsern terhadap upaya pencegahan pemalsuan kartu den-gan penerapan teknologi yang terus dikembangkan. Menurut sejumlah pakar, keberhasilan Prancis itu tak lepas dari penggunaan microchip dalam kartu yang digunakan untuk transaksi keuangan.

Sejak 1991, jumlah penggunaan kar-tu chip di Prancis terus meningkat. Hal itu berdampak positif. Pemalsuan kartu kredit atau kartu keuangan lain turun hingga 36 persen. Kerugian yang diderita dari 467 juta francs menjadi tinggal 300 juta francs pada 1993. Saat ini, sudah 70 persen insti-tusi perbankan dan keuangan lain-nya sudah menggunakan kartu chip.Sebagai pembanding, pemalsuan

Page 12: E-Magazines May-June 2008

PERISCOPE

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 200812

kartu di Inggris Raya telah merugikan negara itu hingga US$ 247 juta pada 1992 dan pada tahun yang sama, Amerika Serikat mengalami kerugian hingga US$ 1 miliar.

“Situasi di Prancis beberapa tahun terakhir terus membaik secara sig-nifikan. Semua itu berkat keberhasi-lan menerapkan sistem kartu chip dalam transaksi keuangan,” ujar Gui-do Heyns dari Europay International yang bermarkas Brussels. Perusahaan itu yang memasarkan Eurocard dan MasterCard di Eropa.

Menurut Guido, teknologi kartu chip telah berhasil mengurangi kebobo-lan yang sering terjadi terhadap akses kartu konvensional. Pasalnya, sangat sedikit pelaku kriminal yang memiliki kemampuan atau pengeta-huan untuk memiliki teknologi sep-erti itu.

Saat ini, kartu chip yang digunakan oleh bank-bank di Prancis dibuat oleh perusahaan elektronik Thom-son CSF dan oleh perusahaan asal AS, Motorola, Inc. Kartu itu berisi mi-crochip yang dibuat oleh Groupe Bull dan TRT, perusahaan telekomunikasi Prancis.

Kartu PintarKartu chip sering juga disebut se-bagai smart card (kartu pintar) atau integrated circuit card (ICC). Kartu itu didefinisikan sebagai kartu yang berukuran kecil (masuk dalam saku

baju) dan dilengkapi dengan sirkuit elektronik yang memungkinkan un-tuk proses informasi.

Smart card memudahkan penggu-nanya untuk melakukan berbagai jenis transaksi. Transaksi yang terjadi menjadi lebih aman, sesuai standar yang baku, dan sedikit sekali inter-vensi manusia.

Kartu chip ditemukan oleh ilmuwan Jerman, Helmut Grottrup dan rekan-nya Jurgen Dethloff pada 1968. Na-mun, mereka baru mematenkan kar-tu itu pada 1982. Penggunaan kartu chip secara massal baru terjadi pada 1982. Ketika itu perusahaan teleko-munikasi Prancis, Telecarte, menerap-kannya pada kartu bayar telepon.

Sejak ditemukan Helmutt dan Jurgen, teknologi kartu chip terus berkem-bang. Pada 1974, Roland Moreno mematenkan konsep pertamanya tentang kartu memori. Lalu, pada 1977, Michel Ugon dari Honeywell Bull menemukan microprocessor un-tuk diterapkan pada teknologi kartu pintar.

Empat tahun kemudian, perusahaan Motorola memproduksi “CP8”, sebuah kartu chip yang dikembangkan oleh Bull. Hingga saat ini, Bull telah me-matenkan sekitar 1.200 konsep yang

terkait dengan kartu chip.

Setelah sukses dengan kartu bayar telepon, Prancis lalu mengembang-kan penggunaan kartu chip sebagai kartu debit bernama Carte Bleue pada 1992. Dengan sistem itu, ses-eorang memasukan kartu ke dalam mesin dan mengetik kode akses se-belum transaksi diterima.

Pada pertengahan 1990-an, kartu chip mulai berkembang di Eropa. Beberapa negara Eropa mulai melirik sistem itu, yakni Jerman (Geldkarte), Austria (Quick), Belgia (Proton), Pran-cis (Moneo), Belanda (Chipknip dan Chipper), Swiss (Cash), Swedia (Cash), Finlandia (Avant), Inggris (Mondex), Denmark (Danmønt), dan Portugal (Porta-moedas Multibanco).

Pada era itu pula terjadi booming dalam penggunaan kartu chip, teru-tama dalam penggunaan kartu SIM untuk telepon seluler di Eropa. Sejak itu, kartu chip semakin dikenal ma-syarakat Eropa dan dunia.

Pada 1993, merek-mereka transaksi keuangan terkemuka, yakni Master-Card, Visa, dan Europay sepakat un-tuk bekerja sama mengembangkan kartu chip yang dapat digunakan bersama-sama sebagai kartu debit atau kartu kredit. ***w

ww

.loxo

s.de

ww

w.e

tsu.

edu

Page 13: E-Magazines May-June 2008

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 2008 13

PERSONAL INVESTING

Tertarik bisnis waralaba sekaligus berperan dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia.

Coba saja usaha waralaba di bidang pendidkan. Kenapa harus pendidikan? beberapa pengamat menyebut kalau bisnis waralaba yang sukses setelah makanan dan minuman adalah pendidikan. Jadi wajarsaja kalau kini banyak pihak yang menawarkan program waralaba pendidikan mulai dari playgroup hingga kursus bahasa Inggris hingga ke daerah lain di Indonesia.

Bisnis kursus bahasa Inggris teramsuk yang berpeluang besar untuk dikembangkan. Mengingat bahasa Inggris menjadi kebutuhan pokok hampir di semua bidang pekerjaan. Selain bahasa Inggris, pendidikan luar sekolah termasuk yang ramai diminati. Mengapa ramai diminati? Karena beberapa pengamat menganggap pangsa pasar di bidang pendidikan akan terus bertambah dari tahun-tahun dan tidak akan pernah habis.

“Pendidikan itu akan terus meningkat level kebutuhannya. Kalau saat ini di suatu tempat kebutuhan akan pendidkan itu termasuk dalam kategori kebutuhan tertier, maka seiring dengan pertumbuhan jaman, akan terus meningkat menjadi kebutuhan sekunder hingga akhirnya menjadi kebutuhan primer,” urai A Kurnianto, pengamat bisnis pendidikan.

Namun begitu, tidak seperti bidang-bidang usaha lain, bisnis pendidikan ini ternayata masuk kedalam kategori bisnis jangka panjang yang harus mengedepankan mutu dan kualitas pengajaran. Penciptaan pengajaran yang bermutu dan berkualitas tentunya tidak bisa instan.

Sedangkan menyoal biaya investasi, di bisnis ini dana yang dibutuhkan

Waralaba Pendidikan Kian Menjanjikan

juga tidak bisa dibilang kecil. Dana yang dikeluarkan anggota masyarakat yang ingin menjalankan waralaba bisa mencapai 175 ribu dolar AS (sekitar Rp 1,5 miliar). Biaya sebesar itu antara lain untuk luas bangunan sekitar 450 meter persegi, delapan kelas yang setiap kelas diisi maksimal 18 siswa dan perlengkapan lainnya. ‘’Modalnya memang tidak kecil, tapi kalau serius modal akan kembali sekitar 1,5 hingga 3 tahun,’’ ujar Antos pelaku bisnis waralaba pendidikan. Tapi jangan lupa , kata Antos jumlah itu harus dirogoh dari kocek bila ingin mengembangkan bisnis lembaga pendidikan seperti kursus bahasa inggris.

Namun bagi investor menengah yang enggan mengucurkan dana banyak, ada beberapa bisnis waralaba di bidang ini yang menarik. Hanya dengan biaya franchise antara Rp 20 juta hingga Rp 50 juta, seseorang sudah bias memulai pertarungan

bisninsnya di bidang pendidikan.

Lembaga-lembaga itu 50 juta-an, sebut saja Tunas Preschool & Kindergarten, I-tutor.net dan banyak lagi. Sedangkan untuk yang kisaran 20 juta-an, di antaranya Kiwi Kidsm Darul Ilmi Kids Gym Club, ketiganya merupakan lembaga pendidikan prasekolah.

Dari sejumlah uang yang dikeluarkan tersebut, calon pengguna waralaba akan mendapatkan, program kerja, kurikulum, panduan pengelolaan waralaba, panduan sarana dan prasaranan akademis, pembekalan untuk para pengajar, serta bimbingan awal operasional selama 1 tahun.

Nah, kalau penawarannya sudah seperti itu, jangan lama-lama untuk menimbang. Tentukan pilihan, dan selamat berinvestasi sambil mencerdaskan anak bangsa. +++

Page 14: E-Magazines May-June 2008

ini didorong oleh dua hal, yaitu seni dan risiko. Bagi kolektor mobil VW tersebut TI dianggap seni karena menuntut imajinasi dan kreativitas. “Tidak membosankan,” ujarnya.

Sementara untuk risiko, Ita membandingkannya dengan profesi dokter. Menurutnya, risiko kerja bidang TI terbilang kecil karena tidak berhubungan dengan nyawa manusia.

Selepas kuliah, wanita 47 tahun ini sempat mencicipi bekerja di berbagai industri. Hingga akhirnya suratan takdir membawa dia berlabuh di BSM. Di salah satu bank syariah nasional ini Ita dipercaya menjadi Kepala Divisi Sistem dan Teknologi.

Roosita AbdullahKepala Divisi Sistem dan Teknologi Bank Syariah Mandiri

Berani Mendobrak Tradisi

PROFILE

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 200814

Awal kariernya di sana dimulai sebagai appalication development manager pada September 2002. Tiga tahun kemudian ia diangkat menjadi kepala divisi hingga sekarang. Ita berharap BSM menjadi pelabuhan kariernya yang terakhir.

Salah satu yang membuat dia kerasan di bank syariah ini adalah lingkungan kerja yang dianggapnya Islami, suasana yang tak pernah ia jumpai sebelumnya. Contoh, setiap pagi sebelum beraktivitas semua karyawan BSM melakukan doa bersama agar pekerjaaan menjadi lancar.

Bagi dirinya pribadi, hal itu menjadikan ia merasa lebih dekat

Tak banyak perempuan Indonesia yang menggeluti dunia teknologi informasi (TI). Apalagi hingga

menjadi seorang pimpinan. Salah satu Kartini yang meraih hal itu adalah Roosita Abdullah, Kepala Divisi Sistem dan Teknologi Bank Syariah Mandiri (BSM).

Bidang TI menarik perhatian Ita, nama panggilannya, sejak lulus SMA. Ia memilih memperdalam ilmu komputasi saat kuliah di jurusan Matematika Universitas Indonesia (UI). Bagi dia masalah gender bukanlah penghambat seseorang menguasai TI.

Uniknya, motivasi Ita memilih bidang

Page 15: E-Magazines May-June 2008

Roosita Abdullah lahir di Ibu Kota, 7 April 1961. Ia menamatkan SMP dan SMA di Yayasan PSKD

dan Tarakanita Jakarta. Gelar S1 diraihnya dari UI tahun 1987.

Ia melengkapi ilmunya dengan mengikuti berbagai seminar dan pendidikan informal. Antara lain, Professional Sales Calls yang diselenggarakan PT IBM Jakarta, Mini Bank-Internasional Banking di BCA Training Center, Physical Database Design di IBM Taiwan, serta SA Technical Summit di IBM Malaysia.

Kesemua itu membuat Roosita memiliki kompetensi sebagai programmer, analis dan desain sistem, database administrator, dan manajer proyek.

Sebelum bergabung dengan Bank Syariah Mandiri pada 2002, ia pernah bekerja di PT Multipolar Corporation, Bank Pos Nusantara, PT Kontiki Asia Prima, dan PT Intikom Berlian Mustika.

Kompetensinya Programmer

PROFILE

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 2008 15

kepada Yang Maha Kuasa. “Syariah membawa berkah,” ucap Ita sambil tersenyum. Ketentuan perusahaan yang mewajibkan setiap karyawan perempuan mengenakan jilbab juga tidak membuat dia merasa terbebani. Menurut Ita, seandainya perusahaan tidak mewajibkan pun ia tetap akan berbusana muslimah.

Tak CanggungUmumnya penghuni mayoritas divisi TI adalah kaum Adam. Demikian juga yang terjadi di BSM. Komposisi antara perempuan dengan lelaki di divisi yang Ita pimpin berkisar satu banding empat. Meski demikian, ia tidak merasa canggung saat menjalankan tanggung jawabnya.

Dalam memimpin divisinya, perempuan kelahiran Jakarta ini mengaku lebih mengedepankan kebersamaan. Tujuannya agar tidak tercipta sekat psikologis antara pimpinan dan bawahan.

Ita melakukan hal itu dengan berbagai cara. Antara lain mengedepankan diskusi untuk menyelesaikan masalah dan saling memberi motivasi. Para staf juga diperlakukan ibarat teman. “Komunikasi jadi lebih lancar,” tambahnya.

Walaupun mengakui persamaan hak pria dengan wanita, Ita tidak menampik adanya jenis pekerjaan tertentu yang lebih cocok untuk salah satu gender. Sesuai pengamatannya, bidang piranti keras lebih pas dilakukan oleh lelaki karena menuntut kekuatan fisik.

Sedangkan pekerjaan yang berkaitan dengan software paling sesuai untuk kaum hawa. Oleh sebab itu, Ita menempatkan staf perempuan pada posisi programmer dan analyst.

Sebagai kepala bidang sistem dan teknologi, wanita yang berulang tahun tiap tanggal 7 April ini diserahi tugas mengatur perencanaan dan operasional TI di BSM. Ia ditugaskan mendesain blue print TI yang sesuai dengan arah bisnis bank. Dari sana

tergambar target-target yang ia dan timnya harus penuhi.

Antara lain menjadikan layanan TI sebagai profit center BSM pada tahun 2010. Sementara saat ini bidang tersebut masih sebagai cost center. Target lainnya untuk tahun yang sama adalah meraih ISO 90210 terkait manajemen kualitas. Untuk mewujudkannya sekarang ini Ita tengah membenahi service level agreement.

Selain itu, ia bersama timnya pun terus mengupayakan penerapan IT governance seperti yang diwajibkan Bank Indonesia. Juga memberi perhatian lebih pada e-banking yang menjadi bisnis inti BSM.

Ketika ditanya tentang hambatan kerja, Ita tak menampik masih adanya hal itu. Secara operasional ia terkendala dengan masih minimnya kuantitas sumber daya manusia di tempat dia. Beberapa pekerjaan

sempat terhambat saat ada staf yang berhalangan hadir.Ia juga mengakui, penyatuan fungsi sistem dan teknologi bukanlah hal yang ideal bagi sebuah lembaga perbankan. Ita membandingkan dengan kondisi di bank-bank besar yang memisahkan kedua tugas tersebut.

Namun, berbagai kendala itu tak menyurutkan semangatnya. Ia berprinsip pekerjaan merupakan amanah yang kelak dipertanggungjawabkan di dunia dan akhirat. Untuk itu, sebisa mungkin ia akan menjaganya dengan bekerja secara profesional.

Sementara untuk industri perbankan syariah sendiri Ita punya harapan khusus. Ia menginginkan adanya interkoneksi antarbank syariah di Indonesia. Menurutnya, interkoneksi akan membuat pangsa pasar syariah lebih besar. “Mudah-mudahan pada Apconex besok bisa terwujud,” harapnya. Semoga.

Page 16: E-Magazines May-June 2008

PRODUCT

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 200816

transaksi debit dan transaksi top-up. Masing-masing jenis transaksi itu masih bisa dikembangkan lagi, sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan ide merchant. Misalnya pembayaran rekening listrik, air, atau telepon dengan cara debit.

Bagaimana sih cara kerja mesin

Apa jadinya dunia jika mesin electronic data capture (EDC) tidak ditemukan? Yang pasti

dompet selalu tebal karena harus membawa berlembar-lembar uang, dan sudah pasti tidak akan muncul less cash society.

Mesin EDC memang salah satu pendukung dan pemicu percepatan budaya baru itu. Terutama di benua Eropa dan beberapa negara maju di Asia. Dengan mesin itu, transaksi keuangan di tingkat konsumen lebih mudah dilakukan, dan yang pasti mengefisienkan kehidupan masyarakat.

Mungkin, jika tidak ada alat ini, setiap pagi di Hong Kong akan ada antrean panjang di depan loket tiket MTR (Mass Transit Railway) karena tidak ada Octopus Card, yang selama ini menjadi andalan para komuter Hong Kong. Itu salah satu contoh benefit dari EDC.

Di Indonesia pun EDC menghadirkan kenyamanan, khususnya bagi mereka yang berbelanja dengan kartu kredit. Pembelanja tinggal memberikan kartu kreditnya ke kasir untuk digesekkan ke mesin EDC. Bukti transaksi pun otomatis keluar dan siap ditandatangani.

Sedangkan dulu para kasir harus punya ekstra tenaga dan waktu. Soalnya, pertama dia harus menelepon ke bank penerbit kartu untuk memastikan saldo di kartu

cukup untuk transaksi. Setelah itu dia harus mengambil data-data penting di kartu itu, dengan cara “menyeterikanya” memakai alat yang cukup berat dan membutuhkan tenaga.

Saat ini EDC tidak cuma dipakai untuk transaksi kartu kredit, tapi juga

ELECTRONIC DATA CAPTURE

PEMICULESS CASH SOCIETY

Page 17: E-Magazines May-June 2008

PRODUCT

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 2008 17

EDC ini? Pertama mesin tersebut harus memperoleh data yang ada dalam kartu, sehingga setiap mesin dilengkapi dengan alat pembaca data (reader). Menurut Suwandhy Praharto, Business Area Manager Infocomm PT Nera Indonesia, EDC yang beredar saat ini memiliki tiga alat pembaca, yakni magnetic stripe card reader, insert smart card reader, dan contact less card reader.

Magnetic stripe card merupakan generasi awal kartu elektonik. Data pemegang kartu, nomor kartu, dan masa berakhir kartu disimpan dalam pita magnetic yang diletakkan di bagian belakang kartu. Jenis kartu ini, kata Suwandhy, tidak aman.

Namun banyak negara masih menggunakannya, termasuk Amerika Serikat, sehingga produsen EDC, seperti Verifone, masih memasang alat pembaca pita magnetic di produknya. Sebagian besar kartu kredit yang beredar di dunia masih menggunakan magnetic stripe.

Generasi berikutnya kartu elektronik adalah smart card yang menggunakan chip, yang digagas di Eropa. Jenis kartu ini bisa menyimpan data lebih banyak karena kapasitas penyimpannya cukup besar. Selain itu juga bisa ditulisi sehingga bisa menyesuaikan saldo secara real time. Karena itu debit card selalu menggunakan jenis kartu ini.

Komponen lain yang penting di alat EDC adalah modul komunikasi antara mesin EDC dengan host bank (kartu kredit) atau perusahaan switching (kartu debit). Saat ini produsen EDC memasukkan berbagai jenis modul komunikasi, seperti jaringan telepon kabel atau public switch telephone network, general packet radio service (GPRS), dan local area network (LAN).

Tujuannya agar komunikasi antara mesin EDC dengan server di kantor host bank tetap terjalin meskipun salah satu jenis komunikasi sedang terganggu. Selain itu ada key pad

sistem pengamanannya agar tidak kebobolan,” ujar Suwandhy.

Semakin canggih

Selain penyempurnaan di sisi keamanan, fitur-fitur EDC juga dibuat lebih canggih. Misalnya penggunaaan layar sentuh (touch screen) pada display EDC. Bahkan produk-produk terbaru memiliki layar yang cukup lebar sehingga pihak merchant bisa memanfaatkannya lebih dari sekadar alat pembayaran.

Di Singapura, kata Suwandhy, sudah ada restoran yang mengganti buku menunya dengan EDC, sehingga calon pembeli bisa belanja secara swalayan. “Dia datang ke counter pemesanan, melihat menu di EDC sekaligus memilihnya. Setelah jumlah pembelanjaan ditotal dia tinggal membayar dengan kartu kredit atau kartu debitnya. Setelah menerima struk pembayaran, dia pindah ke counter pengambilan pesanan,” kata Suwandhy menjelaskan.

Karena itu, di masa depan EDC akan jadi alat yang cukup penting dalam kehidupan manusia.***

untuk memasukkan nilai transaksi, serta PIN pad untuk memasukkan access key alias password. Jika ada key pad berarti harus ada display untuk menampilkan nilai transaksi. Dan printer untuk mencetak bukti transaksi. EDC keluaran zaman dulu menggunakan sprocket printer yang mencetak struk lengkap dengan carbon copy-nya. Sementara EDC keluaran berikutnya menggunakan thermal printer.

Setelah membaca data pemilik kartu dan menerima nilai transaksi, mesin EDC lalu mengirimkan data-data tersebut ke server bank pemilik EDC. Komputer di bank itu mengolah data tersebut dan segera mengirimkan jawaban ke mesin EDC tersebut. Data yang dikirim itu berformat ISO 8583 yang valid dan utuh. Tujuannya agar konsumen dan bank sama-sama tidak rugi.

Setelah transaksi berjalan dengan baik, printer akan mengeluarkan bukti transaksi tersebut.

Pada mesin EDC juga dipasang alat pengaman (security), baik secara fisik maupun elektronik. Tujuannya agar mesin tersebut tidak bisa diutak-utik oleh pihak tak bertanggung jawab. Alat pengaman fisik itu akan segera menghapus password yang ada di dalam mesin jika ada yang mencoba membuka mesin EDC. Dengan kata lain mesin itu langsung rusak dan tak bisa membaca kartu yang digesekkan/dimasukkan kepadanya.

Sedangkan pengaman secara elektronik akan menangkal usaha memasukkan aplikasi palsu, dengan menghapus data jika password-nya tidak cocok.

“Tapi maling selalu berusaha membobol pertahanan itu dengan cara-cara yang lebih canggih, sehingga produsen EDC juga selalu menyempurnakan

Page 18: E-Magazines May-June 2008

CUSTOMER CARE

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 200818

pun akan mendapatkan kesempatan menang yang sama.

Tumbuh 25%Selama 2007, tabungan BNI naik 25% dari Rp 38,62 triliun menjadi Rp 48,14 triliun. Peningkatan tabungan ini tidak terlepas dari upaya BNI untuk terus meningkatkan layanan secara elektronik yang makin memudahkan nasabah melakukan transaksi.

Saat ini, BNI memiliki fasilitas elektronik berupa BNI ATM, BNI PhonePlus, BNI Mobile Banking, BNI SMS Banking dan BNI Internet Banking. Transaksi melalui fasilitas elektronik ini terus mengalami pertumbuhan.

Dalam sebulan, transaksi melalui BNI ATM mencapai Rp 8 triliun, BNI PhonePlus mencapai Rp 82,35 miliar, BNI SMS Banking mencapai Rp 78,94 miliar, dan BNI Internet Banking mencapai Rp 229,63 miliar. Tahun ini, BNI juga menargetkan tabungan tumbuh 25%.

Sebagai salah satu bank terbesar di Indonesia, BNI memiliki 978 cabang yang tersebar di seluruh Indonesia dan 5 cabang luar negeri. Ditambah outlet yang khusus menyalurkan kredit/pembiayaan, yaitu 51 Sentra Kredit Kecil (SKC), 20 Sentra Kredit Menengah (SKM), 12 Sentra Kredit Konsumen (SKK) dan 54 cabang Syariah.

BNI memiliki 2.350 ATM ditambah 6.900 ATM LINK dan 12.000 ATM Bersama, serta fasilitas phonebanking 24 jam BNI Call di 021-5789 9999 atau 68888 (via ponsel), serta SMS Banking dan BNI Internet Banking www.bni.co.id untuk kebutuhan transaksi perbankan dengan puluhan fitur.

Untuk transaksi internasional

Meruntuhkan Durian Untuk Nasabah Bank BNI

Merasa sukses dengan program Undian Rejeki Durian Runtuh BNI Taplus di tahun 2007,

BNI kembali menghadirkan program Jutawan Harian. Cara Gampang Jadi Jutawan itulah tujuan Program Rejeki Durian Runtuh BNI Taplus 2008 diluncurkan. Dengan tagline Jutawan Harian akan memberikan banyak peluang dan kesempatan kepada nasabahnya karena setiap hari BNI akan mencetak 2 Jutawan Baru @ Rp 50 juta.

Program hadiah ini merupakan salah satu bentuk apresiasi BNI kepada nasabah untuk meningkatkan jumlah tabungan. Menurut Wakil Direktur Utama BNI, Felia Salim, selain dengan program undian berhadiah, BNI juga terus meningkatkan kualitas layanan dan fitur electronic banking yang memudahkan nasabah melakukan transaksi perbankan dan transaksi keuangan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Dalam survei Marketing Riset Indonesia (MRI) beberapa waktu lalu, indeks kualitas layanan BNI melonjak dari peringkat 9 menjadi peringkat 6. Tahun ini, BNI menargetkan masuk dalam 3 besar bank dengan layanan terbaik.Hanya dengan memiliki saldo minimal Rp 5 juta, nasabah sudah mendapatkan poin undian dan poin akan semakin banyak jika menambah saldonya, karena setiap kelipatan Rp 1 juta akan mendapat 1 poin undian.

Periode pertama akan berlangsung selama bulan April hingga Agustus 2008. Periode kedua akan dilangsungkan selama bulan September hingga Desember 2008 dengan hadiah ratusan New Honda Jazz. Setiap nasabah yang tersebar di 919 outlet BNI di seluruh Indonesia

BNI Card dapat digunakan untuk belanja di merchant MasterCard dan bertransaksi di ATM berlogo Maestro & Cirrus di seluruh dunia. Saham BNI tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan kode BBNI.+++

Page 19: E-Magazines May-June 2008

CUSTOMER CARE

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 2008 19

Di tengah kian ketatnya persaingan antar bank, layanan dan produk yang berkualitas pun

jadikan amunisi untuk memenangkan persaingan tersebut. Bank DKI misalnya, bank ini terus berupaya meningkatkan citranya dengan memberikan beragam pilihan jasa dan layanan untuk meningkatkan kinerja bisnisnya.

Setelah menampilkan corporate identity baru serta dengan Program ”Melayani Dengan Senyum”, kini Bank DKI mengoperasikan layanan Ladies Branch Syariah yang pertama di Indonesia. Melalui layanan ini, Bank DKI secara ekslusif melayani nasabah nya yang perempuan di kantor-kantor cabang yang disiapkan secara khusus pula.

Menurut Direktur Utama Bank DKI, Winny E. Hassan, konsep layanan ladies branch syariah ini telah dipersiapkan Bank DKI sejak tahun 2007 lalu dengan mempersiapkan sumberdaya insani yang siap memberikan layanan yang hangat, ramah, bersahabat dan profesional dari seluruh karyawan yang kesemuanya wanita

Untuk memulai layanan ini, Kantor Cabang Bank DKI yang berlokasi di Jalan Iskandar Muda no 17 A dan B ini disiapkan secara khusus secara syariah. Mulai dari pemimpin kantor, customer service, petugas back office sampai dengan satpam semuanya wanita.

”Kami harapkan layanan ini bisa memberikan makna dan sentuhan secara khusus bagi para nasabahnya, baik wanita maupun laki-laki, sehingga Bank DKI dapat melaksanakan

amanah dan menentramkan ibadah,” kata Winny.

Masih menurut Winny, khusus untuk layanan ini, Bank DKI telah merekrut Astrid A. Darmawan, sebagai pemimpin kantor ladies branch tersebut. ”Alhamdulillah Bank Indonesia telah memberikan ijin operasionalisasi kantor ini sebagaimana surat nomor 10/398/DPBs tanggal 1 April 2008. Pemilihan lokasi pun kami pilih di sekitar Pondok Indah dengan segmentasi pasar yang lebih berkelas,” kata Winny.

Dipaparkannya, program layanan ini juga sebagai salah satu upaya Bank DKI memenuhi arahan Bank Indonesia menuju Program Akselerasi Perbankan Syariah. ”Kami yakin dengan kerja keras dan dukungan seluruh stakeholder, Bank DKI Syariah akan semakin berkembang” imbuhnya. Karena itu, di masa depan tidak menutup kemungkian konsep seperti ini akan dikembangkan di wilayah DKI Jakarta yang lain.

Memanjakan Nasabah PerempuanBank DKI

Guna melayani masyarakat, Bank DKI Syariah menawarkan sederet produk syariah antara lain Deposito Mudharabah Mutlaqah, Deposito Mudharabah Muqayyadah, Giro Wadiah, Tabungan Simpeda Syariah dan Tabungan TAHAROH (Tabungan Haji Dan Umroh). Sedangkan produk pembiayaan antara lain Pembiayaan Modal Kerja Mudharabah, Pembiayaan Modal Kerja Murabahah, Pembiayaan Modal Kerja Istishna, dan Salam maupun Pembiayaan Modal Kerja Musharokah.

Peresmian beroperasinya kantor ladies branch syariah cabang Pondok Indah itu dilakukan oleh Ibu Hj. Mufidah Jusuf Kalla disaksikan oleh Bapak Suryadharma Ali, Menteri Koperasi & UKM serta Bapak Prijanto, Wakil Gubernur Pemprov DKI Jakarta, didampingi Direktur Utama Bank DKI, Winny E. Hassan serta sejumlah undangan lainnya, di Auditorium Kantor Walikota Jakarta Selatan (18/4).

Ala Syariah

Peresmian beroperasinya kantor ladies branch syariah cabang Pondok Indah itu dilakukan oleh Ibu Hj. Mufidah Jusuf Kalla. di Auditorium Kantor Walikota Jakarta Selatan (18/4).

Page 20: E-Magazines May-June 2008

LIFESTYLE

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 200820

yang bisa berkunjung ke negeri jiran itu. Bisa dibilang, jalan-jalan ke Singapura sudah jadi bagian gaya hidup masyarakat kelas menengah Indonesia saat ini.

“Soalnya sekarang ke Singapura cukup terjangkau ya,” kata Ririe (30) dalam ferry dari Batam ke Singapura. Kepergiannya ke Singapura kali ini untuk menyaksikan pertunjukan We Will Rock You di Esplanade Theater.

Dia menjelaskan bahwa dengan menyisihkan gajinya beberapa bulan, dia sudah bisa pesiar ke sana. Itu bukan karena gajinya besar, tapi karena perjalanan ke Singapura bisa dilakukannya dengan biaya lebih murah.

Jalur Batam merupakan jalur favoritnya dan para pelancong muda lainnya. Itu karena tarif fiskal lewat Batam cuma Rp 500.000, setengah dari jumlah yang harus dibayar jika langsung terbang dari Jakarta.

dan berhenti, menunggu perempuan si empunya suara. Ketika perempuan itu tiba di sisinya, lampu pengatur lalu lintas sudah kembali merah. Mereka pun harus menunggu giliran menyeberang berikutnya.

Tidak mengherankan jika perempuan itu berjalan lebih lambat dari suaminya, karena selain harus menggandeng putri mereka, yang usianya kira-kira tiga tahun, di tangan lainnya ada beberapa kantong belanjaan. Jelas mereka orang Indonesia.

Sebenarnya bertemu orang Indonesia di Orchard Road bukan hal yang aneh. Dari dulu jalan itu menjadi “tempat wisata” orang Indonesia. Namun kalau dicermati, ternyata wisatawan asal Indonesia itu semakin banyak dan beragam, mulai dari sisi usianya sampai tingkat ekonominya.

Belakangan ini semakin banyak orang muda pesiar ke Singapura, semakin banyak masyarakat kelas menengah

Berani BertualangkeNegeri Jiran

Suatu sore di Orchard Road, Singapura, awal April lalu, lampu hijau tanda boleh menyeberang sudah

menyala. Orang-orang yang akan menyeberangi Cairnhill Road bergegas berjalan sebelum lampu kembali menjadi merah.

“Ayah tungguin.” Suara seorang perempuan terdengar di suasana yang tergesa-gesa itu.

Seorang pria yang hampir menyeberang jalan segera minggir

Bisa dibilang, jalan-jalan ke Singapura sudah jadi bagian gaya hidup masyarakat kelas menengah Indonesia saat ini.

Page 21: E-Magazines May-June 2008

LIFESTYLE

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 2008 21

Selain itu, biaya penerbangan ke Batam juga jauh lebih murah daripada langsung ke Singapura. Dengan uang kurang dari Rp 1 juta biaya perjalanan Jakarta- Singapura-Jakarta sudah terpenuhi.

Booming-nya maskapai penerbangan kategori low cost airline merupakan salah satu pendorong tren baru ini. “Kalau pulangnya mau langsung dari Singapur sekarang juga ada yang murah. Bisa naik Value Air atau Lion Air. Dulu, waktu Adam (Adam Air-Red) masih ada, lebih murah lagi,” ujar Didit (32), yang bela-belain ke Singapura untuk nonton konser The Police beberapa waktu lalu.

Pemicu tren ke pesiar Singapura lainnya adalah cerita getuk-tular tentang betapa mudahnya melancong ke negara itu saat ini.

“Kami ini baru pertama kali ke Singapur. Coba-coba karena baca-baca di internet gampang dan murah,” kata Nova, yang pergi ke

Singapura bersama empat teman perempuannya.

Ya, getuk-tular zaman sekarang bukan lagi dari mulut ke mulut, tapi secara online. Para karyawati berbagai perusahaan swasta itu “tertantang” bertualang ke luar negeri setelah membaca beberapa blog yang berisi pengalaman jalan-jalan murah ke Singapura.

Salah satu blog yang memuat kisah itu lengkap dengan tips dan triknya adalah Minda Indra. Di sana, Indra Pramana, pemilik blog itu, selain mengupas tentang bepergian ke Singapura lewat Batam, juga menjelaskan tempat-tempat menginap yang murah. Kalau tidak di hostel untuk backpacker, ya di apartemen-apartemen di sekitar rumah sakit.

Blog Indra yang membahas soal itu paling tinggi hit-nya dibanding bahasan lainnya. Uniknya, kebanyakan para penanya adalah perempuan. “Ya kita tertantang juga untuk mencoba. Masak orang lain bisa kita nggak,” kata Mira, teman Nova.

Fakta yang menarik dari gaya hidup baru ini adalah semakin tingginya kemandirian perempuan. Mereka berani bepergian jauh tanpa ditemani pria. Biasanya mereka pergi dalam kelompok, minimal dua orang.

Seperti satu kelompok ibu-ibu dari Bandung yang menginap di apartemen di Lucky Plaza di Orchard Road. Mereka datang ber-11 lewat Batam.

Para perempuan berusia 40-an tahun itu merupakan satu kelompok arisan. Untuk pesiar ini mereka menabung selama setahun. “Jadi putaran arisan tahun kemarin untuk jalan-jalan ke Singapur,” kata Nani, salah satu peserta “tour” tersebut.

Memang uang hasil arisan itu hanya cukup untuk biaya transportasi, akomodasi, dan membayar fiskal. Untuk belanja ya harus membawa

uang saku sendiri. Waktu itu mereka baru pulang dari Padini Concept Store.

Tidak semua orang Indonesia yang berkunjung ke Singapura hanya untuk wisata. Tidak sedikit yang datang untuk berobat. Debby (37) datang ke Singapura sebulan sekali mengantar ibunya menjalani kemoterapi di National University Hospital.

“Tadinya untuk cari second opinion karena dokter yang di Jakarta susah sekali kalau ditanya soal penyakit ibu saya. Di Singapura dokternya bisa ditelepon sewaktu-waktu,” ujar Debby.

Memang biaya berobat di tanah Tumasik ini lebih mahal 25 persen. “Tapi kita puas karena pelayanannya bagus,” ujar Debby.

Para penyewa kamar di Lucky Plaza, kata Ani, penanggung jawab beberapa apartemen di sana, kebanyakkan orang-orang yang check up ke Mount Elizabeth Hospital atau rumah sakit lainnya. “Biasanya yang berobat datang hari Senin, hari Kamis pulang. Hari Jumatnya datang orang-orang yang mau weekend di sini,” ujarnya. Tak mengherankan jika suasana Lucky Plaza itu Indonesia sekali.

Ya, jalan-jalan ke Singapura bukan lagi sekadar impian bagi masyarakat kelas menengah di Indonesia. Dengan menabung dan semangat bertualang, hal itu bisa diwujudkan.***

Page 22: E-Magazines May-June 2008

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 200822

RESENSI

Siapa yang tak kenal Nokia? Puluhan bahkan ratusan juta manusia Indonesia hafal betul apa itu Nokia. Di ngeri

ini Nokia sebagai merek telepon genggam. Lebih dari itu, Nokia merupakan salah satu pabrikan alat telekomunikasi terbesar dunia asal Finlandia.

Kebesarannya itu ditunjukkan ketika pada 1999, Nokia dapat meningkatkan pendapatan nasional Finlandia lebih dari 1.5 %, lalu pada 2003, naik menjadi 3.5 %. Bahkan pada 2006, pendapatan Nokia telah melebihi anggaran negara Finlandia. Tak ayal lagi Finlandia punya julukan lain: Nokialand atau tanah Nokia. Nokia kini mempekerjakan 112.262 tenaga kerja di 120 negara, dengan pendapatan total 51,058 miliar euro ( Rp. 740, 3 triliun) pada 2007. Dan sebagai salah satu merek paling

BercerminPada Kesuksesan Nokiadikenal dan disegani di dunia, Nokia mengalami pertumbuhan mengagumkan menuju ketenaran dan selanjutnya menetapkan standar

Untuk meraih posisi itu, tentunya tidak mudah, meski oleh Nokia sekalipun. Banyak jalan berliku lagi terjal yang harus dilalui. Masa-masa sulit pernah pula hinggap di atap Nokia, Catatan kelam pernah merundung Nokia, ketika salah seorang CEOnya tewas akibat bunuh diri, frustasi memikirkan cara melepaskan Nokia dari kesulitan.

Lalu bagaimana Nokia lolos dari kesulitan tersebut hingga menjadi raksasa telekomunikasi seperti sekarang? Bagaimana Nokia menempuh jalan panjang dan berliku-liku menuju posisi yang tinggi

saat ini? Buku ini menggamabrkan perjalanan bisnis itu secara detail dan terbuka.

Buku ini pula, yang menguraikan secara lugas bagaimana pemikiran industri yang visioner dan keputusan yang berani sehingga membuat Nokia tumbuh pesat menjadi sebuah kekuatan yang benar-benar mendunia. Tidak hanya itu, tulisan Martti Haikio ini memaparkan peristiwa-peristiwa besar dan prinsip-prinsip sukses dalam sejarah perkembangan Nokia serta hikmahnya bagi perusahaan atau pribadi mana pun yang mencari kemakmuran dalam situasi bisnis yang senantiasa berubah saat ini.

Secara gambling, buku ini memunculkan semua itu. Nokia ingin berbagi bagaimana trengginas

Judul: Nokia ISBN: 979-1238-75-5 Pengarang : Martti Haikio Penerbit: Ufuk PressKategori: BisnisHalaman: 236 halamanDimensi: 15 x 23 cm

menghadapi sulitnya berbisnis. Nokia ingin membantu semua orang untuk mewujudkan mimpinya membentuk sebuah bisnis yang tangguh dan bias diandalkan. Untuk itu, bila ingin maju bercermin saja pada Nokia.Kenapa tidak?

DATA BUKU

Page 23: E-Magazines May-June 2008

INSPIRATION

CHANNEL MAGAZINE EDISI 22/MEI-JUNI 2008 23

Hampir semua halaman muka surat kabar terbitan ibu kota pada Sabtu, 12 April

2008, memuat berita terbunuhnya seorang pembantu rumah tangga (PRT) bernama Siti. Jasad perempuan berusia 21 tahun itu ditemukan di depan pintu kamar majikannya dalam keadaan bersimbah darah.

Potongan jari kelingking ditemukan di mulut Siti. Benda itu dan keadaan di tempat kejadian yang berantakkan membuat polisi berkesimpulan Siti dibunuh perampok. Dugaan polisi, Siti melakukan perlawanan mati-matian, bahkan berhasil memutuskan jari kelingking seorang pelakunya, sehingga kawanan penjahat itu sampai hati menhunjamkan pisau ke dada perempuan asal Brebes, Jawa Tengah, itu.

Karena perlawanan Siti, perampok yang masuk ke rumah itu lewat tembok belakang, tidak berhasil menggondol sebuah pun barang berharga. Bahkan tidak ada penghuni rumah lainnya yang tahu tempat tinggal mereka disatroni penjahat.

Majikan Siti, pasangan suami-istri yang memiliki usaha butik, terbangun karena pintu kamar mereka digedor Siti. Saat mereka membuka pintu, yang didapatinya adalah PRT yang baru dua bulan bekerja tersungkur bersimbah darah.

Meskipun berita perampokan itu begitu menghebohkan, namun tidak ada artikel yang menjelaskan bagaimana si Siti ini semasa hidupnya. Apakah dia seorang gadis pemberani yang memiliki kemauan keras dan jago berkelahi? Ataukah dia hanya seorng gadis naïf yang tidak pernah berpikir panjang sebelum bertindak?

Kalau dia masuk dalam kategori kedua muncul pertanyaan lain, yaitu apa yang mendorongnya begitu impulsive, berani melawan penjahat bersenjata pisau? w

ww

.un

eca.

org

Jawaban yang paling masuk akal adalah Siti berusaha melindungi keluarga majikannya karena majikannya memperlakukan dia dengan baik. Kalau itu benar yang terjadi, sungguh sebuah timbal balik yang tak ternilai.

PRT adalah bagian dari banyak rumah tangga di Jakarta. Sebagian besar penduduk kota metropolitan ini harus bekerja di luar rumah sehingga dibutuhkan orang lain untuk menjaga rumah, membersihkan rumah, memasak, mencuci pakaian kemudian menyeterikanya, serta menjaga anak-anak. Maka muncul lah sebuah pekerjaan yang bernama pembantu rumah tangga.

Seperti pekerjan lainnya, pekerja di bidang itu juga menerima upah. Biasanya para PRT di Jakarta digaji bulanan. Namun, pekerjaan ini masih masuk kategori pekerjaan informal sehingga belum ada standar pengupahannya. Besarnya gaji PRT biasanya berdasarkan kesepakatan dan pasaran sebuah tempat.

Apalagi orang yang menjadi PRT butuh pekerjaan untuk menopang keluarganya di kampung. Dan, setelah sebuah nominal ditetapkan, maka angka itu bisa bertahan selama bertahun-tahun, tidak peduli akan inflasi dan krisis yang terjadi di sekitarnya. Kenaikan gaji biasanya berdasarkan budi baik sang majikan.

Jika sang PRT merasa upahnya sudah tidak sesuai lagi, maka dia memilih keluar dari tempat itu, berganti majikan. Maka ada satire joke seperti ini, untuk menentukan seseorang adalah majikan yang baik atau bukan, lihat saja PRT-nya. Jika PRT-nya betah bekerja di sana selama bertahun-tahun, berarti orang itu baik. Jika PRT-nya sering berganti-ganti, Anda sudah tahu jawabannya.

Ide untuk menformalkan pekerjaan ini sudah pernah dilontarkan oleh sejumlah lembaga swadaya masyarakat, khususnya yang berkutat di bidang perburuhan.

Namun, sudah pasti ide ini banyak penentangnya. Soalnya, di Jakarta ini tenaga PRT justru dibutuhkan oleh keluarga yang penghasilannya yang tidak besar. Harus ada dua pencari nafkah di keluarga itu agar dapur tetap berasap.

Jika gaji PRT distandarkan seperti di luar negeri, sudap pasti keluarga tipe itu tidak mampu memiliki seorang PRT. Kemungkinan terburuk adalah sang istri harus keluar dari pekerjaannya untuk mengurusi rumah dan menjaga anak. Lalu penghasilan keluarga itu pun menjadi berkurang. Pelik.

Karena itu, hargailah seorang PRT. Ciptakan suasana kerja yang nyaman, dan anggap dia sebagai bagian dari keluarga. Beri dia hari libur sehingga dia bisa berekreasi. Masih banyak PRT yang menghargai hal-hal tersebut, sehingga tidak mementingkan nominal upahnya. Bahkan mungkin seperti Siti yang rela mengorbankan nyawanya.

PRT Juga Manusia

Page 24: E-Magazines May-June 2008