e books kepemimpinan

Upload: supranata-tedhak

Post on 07-Aug-2018

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/20/2019 E Books Kepemimpinan

    1/35

    Kepemimpinan

    di

    lndonesia dalam

    Perspektif

    Sejarah dan Budaya

    Bab 6

    Bab 7

    Bab 8

    Bab 9

    Bab 10

    Bab ll

    Coenraad

    Laurens

    Coolen sebagai Pemimpin

    "Kristen

    fawa"

    di Ngoro

    Kabupaten

    [ombang

    fawa

    Timur

    Tahun L827-\f354

    Dewi Salindri

    .....,..

    L07

    Kepemimpinan

    Islam

    Tradisional

    dan

    Kepemimpinan

    Islam Masa Pergerakan

    Nasional

    di

    Indonesia

    Siti Sumardiati

    ..............

    .............121

    Dukun

    dalam

    Masyarakat

    Tengger:

    Refleksi dan

    Revitalisasi

    Kepemimpinan Tradisonal

    Edy Burhan

    Arifin

    .........,...........141

    Peran

    Pemimpin

    dalam Dinamika Masyarakat

    Paternalistik

    (SUdi

    Komparasi

    Antara

    Ebnik

    |awa

    dan

    Madura)

    Bambang

    Samsu

    Badriyanto

    .....................

    165

    Dinamika

    Kepemimpinan

    "Urang

    Sunda:

    Perspektif

    Kepemimpinan

    Formal

    dan Kulhrral-

    Informal

    Dadang

    Supardan.. lĮ

    Kepemimpinan

    di

    Indonesia

    dalam

    Perspektif

    Historis

    Sri Ana

    Handayani..............,.....

    ......................209

    •Œ

    -•\

    BAB l

    NILAI•]

    NILAI KEPEMIMPINAN

    MENURUT KEBUDA_YAAN JAWA

    Wasinol

    A.

    Pendahuluan

    Dalam

    setiap

    setiap

    masyarakat

    diperlukan

    kehadiran

    seorang

    pemimpin.

    Hal itu

    terjadi pada

    masyarakat paling

    kecil,

    yaitu

    ke-

    luarga

    hingga

    masyarakat

    yang

    sangat

    besar

    kompleksitasnya

    seperti negara

    dan

    bangsa.

    Tidak

    ada

    satupun

    masyarakat

    yang

    tanpa

    kehadiran

    pemipimpin.

    Dalam

    teori

    sosial, pemimpin

    merupakan

    orangyang

    memiliki

    kekuasaan

    dalam

    mengontrol

    anggotanya.

    Kekuasaan

    itu

    ter-

    cermin

    dari

    kemampuannya

    dalam

    mengajak

    anggota

    mengikuti

    perintah

    atau ajakannya.

    Aiakan

    atau

    perintah

    tersebuttercermin

    dalam

    aturan

    tertulis, perkataan,

    maupun

    perilaku.

    Melalui

    ke-

    mampuan

    tersebut

    seorang

    pemimpin

    mampu

    mengorganisasi

    anggotanya.

    Pemimpin

    merupakan

    kelompok

    elite.

    Secara

    struk-

    tural

    mereka

    berada

    di

    atas

    ralqyat

    kebanyakan.

    posisi

    demikian

    dikaitkan

    dengan

    wewenang

    dan

    wibawa

    yang

    mereka

    miliki

    1

    Prof.

    Dr.

    wasino,

    M.Hum.

    Guru

    besar

    Sejarah

    Sosial,

    Dosen

    pada

    |urusan

    Sejarah,

    Fakultas

    Ilmu

    Sosial

    Universitas

    Negeri

    Semarang.

  • 8/20/2019 E Books Kepemimpinan

    2/35

    Kepemimpinan di

    lndonesia

    dalam

    Perspektif Sejarah

    dan

    Budaya

    untuk

    rnengorganisasi

    anggotanya.z

    Bagaimana

    seorang

    pemimpin nlengelola

    organisasi

    sosial

    tempat

    ia

    memimpin

    dan mempengaruhi

    anggota untuk

    meng-

    ikuti

    perintahnya

    disebut kepemimpinan.3

    Dalam

    kaitan

    dengan

    kepernimpinan,

    orang

    akan

    melihat

    gaya

    dan

    kecakapan seorang

    pemimpin

    dalam

    mengelola organisasi

    yang

    dipimpinnya,

    ter-

    masuk

    dalam

    memimpin

    negara.

    Gaya

    kepemimpinan

    dan ke-

    cakapan

    memimpin

    banyak

    dipengaruhi

    faktor internal,

    berupa

    bakat

    maupun eksternal

    yakni

    pengaruh

    lingkungan

    pendidikan,

    komunitas,

    nilai

    budaya dan sistem

    politik

    yang dianut. Dengan

    demikian

    perilaku

    seorang

    pemimpin

    merupakan

    dialog antara

    faktor internal

    dan eksternal, Ada

    pemimpin yangsejakkecil

    telah

    kelihatan kemampuannya dalam

    memimpin

    lingkungan

    masya-

    rakatnya.

    Ada

    pula yang

    dalam menumbuhkan

    kemampuan

    memimpin

    orang harus melalui

    tahapan-tahapan

    sekolah

    formal

    seperti

    Institut Pemerintahan Dalam Negeri

    (IPDN),

    Lemhanas,

    dan sebagainya.

    Kebudayaan

    fawa

    memiliki konsep kepemimpinan

    dan tata

    nilai

    yang

    telah

    mengilhami

    para pemimpin,

    terutama

    yang

    ber-

    asal

    dari

    Jawa.

    Konsep

    itu

    berkembang

    dalam arus

    sejarah

    dan ber-

    langsung

    secara

    dialogis

    antar

    generasi penganut

    budaya

    f

    awa.

    B.

    TipologiKepemimpinan

    Bagaimanan

    cara seseorang

    memimpin

    dalam organisasi

    sosial

    ada beberapa tipologi.

    Cara memimpin

    juga

    dikenal

    sebagai

    gaya

    2

    Pemimpin

    merupakan salah satu Kelompok

    Elite

    yang

    memiliki

    kemampuan menentukan

    kehidupan masyarakatyang

    dipimpinnya. Mereka

    bisa berasal dari kelompok

    penguasa

    atau

    "

    the

    ruling class" maupun bukan.

    Kajian

    tentang

    peranan

    elite

    penentu

    lihat Suzanne

    Keller, Penguasa dart

    Kelompok

    El t: Peranan

    E lit-penentu

    dalam

    M a

    syarakat Modern

    (jakarta:

    Yayasan Ilmu-ilmu

    Sosial,

    1984).

    3

    h

    ttp://www.ramergroup.com/pdfs/Concepts-of- Leadership.pdf

    Nilai-nilai Kepemimpinan Menurut

    Kebudayaan Jawa

    I

    Wasino

    kepernimpinan,Secara tradisional dikenal dua strategi atau cara

    memimpin,ya itu :—‚ engaraha—¢

    “ñ–Lv

    rƒÆÐ

    S bƒÆ—Í¿ƒ\IƒÍr3 dan bantuan

    • k

    uƒÏ

    ƒ Ï

    Í

    ƒS

    ƒ Š

    bƒÆÊ ¿

    \ƒÍr).Dari dua aspek tersebut gaya lnelahirkan

    •c

    elteOr3tisgayakepemimpinan,yaitu otokrasi(‚²

    j•

    Cƒg

    jPƒAl,pembinaan(CƒÍ aching•l •ŒemOkrasi•k SŒûσσÍrting),dan kendali

    — as(•

    ‹ å

    ƒ ¿

    ā

    ƒ Æl

    E

    Pada

    kepemimpinan otokratis,

    pemimpin

    mengendalikan

    semua aspek

    kegiatan.

    Pemimpin

    memberitahukan

    sasaran

    apa

    saja

    yang

    ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut,

    baik itu

    sasaran

    utama maupun

    sasaran

    minornya. Pemimpin

    iuga

    berperan sebagai

    pengawas

    terhadap semua aktivitas anggotanya

    dan

    pemberi

    jalan

    keluar bila anggota mengalami

    masalah.

    Dengan kata lain, anggota

    tidak

    perlu pusing

    memikirkan

    apa-

    pun, Anggota

    cukup

    melaksanakan

    apa

    yang

    diputuskan

    pemimpin.

    Posisi

    anggota dalam kepemimpinan

    otokratis

    bersifat

    pasif

    dan kurang

    inisiatif.

    Mereka

    hanya bersifat

    ":en/jbdhryuth"

    apa

    yang

    diperintahkan

    oleh

    atasannya

    atau

    pemimpinnya,

    Sikap

    demikian

    memang sengaja

    diciptakan agar anggota

    organisasi

    sosial

    mengikuti apa

    adanya

    kehendak sang

    pemimpin

    tersebut

    Akibatnya

    jika

    tidak

    ada

    instruksi dari

    atasan,

    bawahan

    tidak

    dapat

    menjalankan roda organisasi.

    /_-_\

    Gaya

    kepemimpinan

    kedua,

    yaitu

    gaya

    kepemimpinan

    (

    t

    ,)

    pembinaan

    mirip dengan otokrasi.

    Sikap dan

    perilaku pemimpin

    v

    dalam

    organisasi masih

    dominan dalam mengarahkan

    anak

    buahnya.

    Seorang

    pemimpin

    masih

    menunjukkan sasaran

    yang

    ingin dicapai dan cara

    untuk mencapai

    sasaran_,1leqebut

    Namun,

    //

    pada

    kepemimpinan ini

    anggota

    diajak r"*@

    l/

    hadaH

      a=Œ¨

    memŽRM‚µ

    masalah yang sedang d

    Pada Gaya kepeƒ®impinan demokrasi•Œ

    a

    peranan

    yang

    lebih

    besar.

    Pada

    kepemimpinan

    ini

    seorang

  • 8/20/2019 E Books Kepemimpinan

    3/35

    Kepemimpinan

    di

    lndonesia

    dalam

    Perspektif Sejarah

    dan

    Budaya

    pemimpin hanya

    menuniuku"(*Tilg

    ingin

    dicapai

    saja,

    \__

    tentang

    cara untuk

    mencapai

    sa-asaran

    tersebut,

    anggota

    yang

    menentukan. Selain

    itu, anggota

    iuga

    diberi

    keleluasaan

    untuk

    menyelesaikan

    masalah

    yang

    dihadapinya.

    Pada

    masyarakat

    maju,

    kepemimpinan

    demokratis menjadi

    demokratis

    adalah

    sebagai

    berikuu

    (1)

    dalam

    proses

    menggerak-

    kan

    bawahan selalu

    bertitik

    tolak

    dari

    pendapat bahwa manusia

    itu adalah

    makhluk

    yang

    termulia

    di

    dunia,

    (2) selalu

    berusaha

    menyelaraskan

    kepentingan

    dan tujuan

    pribadi dengan

    kepen-

    tingan

    organisasi,

    (3)

    senang

    menerima

    saran,

    pendapat

    dan

    bahkan dari

    kritik

    bawahan,

    (4)

    mengakomodasi bawahan yang

    membuat

    kesalahan

    dan

    memberikan

    pendidikan kepada bawah-

    an

    agar

    jangan

    berbuat

    kesalahan

    dengan

    tidak mengurangi

    daya

    kreativitas,

    inisiatif

    dan

    prakarsa

    dari

    ba'arahan,

    (5)

    lebih

    menitik

    beratkan

    kerjasama

    dalam

    mencapai

    tujuan,

    (5)

    selalu

    berusaha

    untuk

    menjadikan

    bawahanny

    (7)

    berusaha

    mengembangkan

    ka

    gai

    pemimpin.

    Gaya kepemimpinan

    kendali

    bebas

    merupakan model

    ke-

    pemimpinan

    yang

    paling dinamis.

    Pada gaya

    kepemimpinan

    ini

    seorang

    pemimpin

    hanya

    menunjukkan

    sasarall

    utama

    yang

    ingin

    dicapai

    saja, Tiap

    divisi atau

    seksi

    diberi

    kepercayaan

    penuh

    untuk

    menentukan

    sasaran

    minor,

    cara

    unfuk

    mencapai

    sasaran,

    dan untuk menyelesaikan

    masalah

    yang dihadapinya sendiri-

    sendiri.

    Dengan

    demikian,

    pemimpin hanya

    berperan

    sebagai

    pemantau

    saja.

    Gaya kepemimpinan

    seseorang

    dipengaruhi

    oleh

    banyak

    faktor. Paling tidak

    ada

    tiga

    faktor

    yang mempengaruhi,

    yaitu

    Nilai-nilai

    Kepemimpinan

    Menurut

    Kebudayaan

    Jawa

    I

    Wasino

    faktor

    kepribadian

    dan

    li

    kepribadian

    @ipenga

    aripemimPin

    tersebut.

    Dalam

    seiarah

    hidupn

    in

    dididikdan

    dipengaruhi

    oleh

    lingkungan

    keluarga,

    lingkungan

    budaya'

    dan

    pendidikannya. Hal-hal

    tersebut

    yang membentuk

    karakter

    kepemimpinannya'

    Seseorang

    yang

    dibentuk

    dalam

    lingkungan

    keluargayangdemokratisakancenderungmemilikigaya

    kepemimpinan

    demokratis

    dalam

    mengendalikan

    organisasi

    sosialnya.

    Sementara

    itu,

    seorang

    pemimpin

    yang

    dibesarkan

    dalam

    sebuah

    tekanan

    kekuasaan

    otokratis

    juga

    bisa

    melahirkan

    kepemimpinan

    otokratis'

    Meskipunlingkunganmenentukanlahirnyapemimpindengan

    gaya tertentu,

    namun

    masih

    terbuka

    ruang

    bagi

    kreativitas

    me-

    lalui

    belajar

    sosial.

    Seorang

    pemimpin

    dapat

    ke luar

    dari

    kung-

    kungan

    budaya

    yang membentuknya,

    dan menentukan

    caranya

    sendiri

    dalam

    bersikap

    dan berperilaku

    memimpin.

    Gaya

    kepe-

    mimpinan

    juga

    ditentukan

    oleh

    lingkungan

    kerja.

    Mereka

    yang

    bekerja

    di

    lingkungan

    militer,

    misalnya

    kepemipinan

    "perintah

    langsung,,

    lebih

    dominan

    dibandingkan

    dalam

    kepemimpinan

    masyarakat,

    seperti

    ketua

    RT

    atau

    RW.

    Dalam

    situasi

    sosial

    berbeda

    bisa

    melahirkan

    gaya

    kepemimpinan

    berbeda

    pula.a

    C.

    Budaya

    fawa

    Istilah

    ]awa

    dapat

    mencakup

    banyak

    makna.

    Pertama,mencakup

    g+]3gggrafi

    pula

    |awa

    yang mencakup

    sejumlah

    propinsi'

    frit*

    Orc

    fakarta,

    Banten,

    fawa

    Bara

    )awa

    Tengah,

    DIY,

    dan

    |awa

    Timur.

    Kedua,

    |awa

    mengacu

    pada suatu

    komunitas

    pendukung

    budaya

    fawa

    yang

    sebagian

    besar

    menggunakan

    bahasa

    fawa,

    awasino,

    "sikap

    dan

    Perilaku

    Pemimpin

    dalam

    organisasi

    Penghayatdan

    Kepercayaan

    terhadap

    Tuhatr

    yang

    Maha

    Esa",

    Makalah

    dalam

    Sarasehan

    Organisasi

    Penghayat,

    Kabupaten

    Grobogan,

    2010'

    kekuasaan

    berasal

    dari

    'atplnata perekadapatmengendJi•\

    organisasi sosial.Beberapa ciri dari tipe kepernimpinan

  • 8/20/2019 E Books Kepemimpinan

    4/35

    Kepemimpinan

    di lndonesia

    dalam Perspektif

    Sejarah

    dan Budaya

    mencakup:

    fawa

    Tengah,

    DIY,

    dan

    |awa

    Timur, serta

    komunitas

    lain

    seperti

    di

    Suriname,

    Lampung,

    dan

    sebagainya.

    Ketiga,ke-

    budayaan

    dengan

    ciri khusus

    yang

    tercermin

    dalam

    bahasa,

    pandangan

    hidup,

    nilai-nilai,

    tradisi,

    dan semacamnya yang

    menunjukkan

    diri

    sebagai

    Kejawen.

    Kejawen

    atau

    kejawaan

    merupakan pandangan

    hidup

    orang

    fawa

    yang

    telah lama

    usianya.

    Pandangan

    hidup

    tersebut

    ter-

    bentuk

    melalui

    proses

    akulturasi

    antara

    kebudayaan

    setempat

    dengan

    budaya-budaya

    luar

    melalui

    proses

    panjang

    dalam

    sejarah

    |awa.

    Budaya-budaya

    luar

    yang

    turut membentuk

    dan

    mewarnai

    mozaik

    budaya

    Jawa

    adalah

    budaya

    India

    (Hindu-

    Budha),

    Cina,

    Islam,

    dan

    Barat. Kini persilangan

    budaya

    itu

    membentuk

    sebuah

    kebudayaan

    etnik

    yang

    tercermin

    dalam

    pandangan

    hidup

    orang

    Jawa.

    Sumber pandangan

    hidup atau

    filsafat

    fawa

    adalah

    keraton

    Mataram

    Islam

    (Surakarta

    dan

    fogjakartaJ.

    Sejalan

    dengan

    pe-'

    rubahan politik

    yang

    menyebabkan

    lunturnya

    kekuasaan

    istana,

    maka

    pengaruh

    pandangan

    hidup

    Jawa

    itu

    semakin

    merosot.

    Bahkan

    banyak yang

    menghujat

    karena

    filsafat

    f

    awa

    diidentikkan

    dengan

    feodalisme

    ala

    keraton

    jawa

    yang

    dipandangtidak

    relevan

    dengan

    alam

    demokrasi

    dan

    modernisasi.s

    Berdasarkan

    uraian

    itu,

    dapat dikatakan

    bahwa

    Kebudayaan

    f

    awa

    Tengah

    terdiri

    dari

    li_ngkaran pusat

    dan

    pinggiran.

    Lingkaran

    itu

    secara

    konseptual terbagi menjadi

    b"b.rrliGpEan

    berdasar-

    kan

    jauh

    dekatnya

    lokasi

    dengan

    pusat

    budaya

    fawa,

    istana

    Mataram

    Islam.

    Adapun

    lingkungan

    budaya

    itu adalah

    (I)

    Kutha

    Gara (Negara),

    (2)

    Negara

    Agung,

    (3)

    Mancanegqro,

    dan

    (4)

    Pasisiran.

    Di

    luar

    itu

    disebutnya

    Tanah

    sabrang atau

    tanah

    cli

    s

    Wasino,

    Wong

    Jawa

    dan

    Wong

    Cina: Liku-liku

    Hubungan

    Sosiql

    antara

    Etnis

    Tiongha

    dengan

    Jawa

    di

    Solo

    tqhun

    1911-199g (Semarang:

    Unnes

    press,

    2007),

    hlm.9-1.2.

    Nilai-nilai Kepemimpinan

    Menurut Kebudayaan Jawa

    I

    Wasino

    sebarang

    laut.6

    Semakin

    jauh

    dengan

    pusat

    budaya, maka

    per-

    wujudan kebudayaannya,

    termasuk kepemimpinannya berbeda.

    Kuthagara dan negara merupakan

    wilayah

    pusat

    kerajaan.

    Di

    sana

    terdapat

    istana dan tempat

    tinggal

    raja

    dan keluarganya.

    Selain

    itu

    juga

    sebagai

    tempat

    para pejabat

    tinggi

    kerajaan

    yang

    berada di

    luar istana

    (jaban

    beteng).fadi

    negara

    merupakan tem-

    pat ibu kota

    kerajaan. Daerah

    Negara Agung merupakan daerah

    luar betengyang berada di tengah-tengah antara

    Kuthagara

    dan

    Mancanegara. Dapat

    diidentifikasi

    sebagai negara agung

    antara

    Iain

    Klaten, Boyolali,

    Wonogiri,

    Grobogan, Magelang, dan

    se-

    macamnya.

    Daerah Mancanegaro

    merupakan wilayah di luar

    Negara

    Agung.Wilayah

    ini

    merupakan

    lapis

    ketiga

    dari

    kebudayaan

    fawa,

    sehingga

    pengejawantahannya semakin berbeda

    dengan lapis

    sebelumnya Daerah

    ini

    terbagi menjadi

    dua,

    yakni

    Mancanegara

    barat

    dan

    timur.

    Daerah

    yang

    termasuk dalam

    Mancanegara

    barat

    adalah: Banyumas,

    Banjar

    Negara, Purbalingga, dan sekitarnya.

    Sementara itu

    yang

    dapat diidentifikasi

    sebagai Mancanegara

    J1nSI

    meliputi daerah-daerah

    yang

    sekarang

    masuk-Propmi

    fawa

    Timur, seperti

    Panaraga,

    Kediri, Madiun,

    Pacitan,

    dan

    sebagainya

    Daerah

    Pesisir mencakup

    wilayah-wilayah

    di

    pesisir

    pulau

    fawa.

    terdiri

    dari

    Pesisir

    barat

    dan

    timur.

    Daerah

    pesisir

    barat

    meliputi:

    daerah Demak hingga Brebes. Sementra

    itu

    pesisir

    timur

    terdiri

    membentang dari

    f

    epara hingga Banyuwangi.i

    6

    Soemarsaid

    Moertono. Negara dan

    Usaha

    Bina Negara

    di

    Jawo

    Masa

    Lompou: Studi tentang

    Mataram ll, Abad Wl sampai

    X/X

    (fakarta:

    Yayasan

    Obor,

    1985), hlm.

    130-131.

    '

    A,K..

    Pringgodigdo,

    Dhumados soha

    Ngrembokanioen

    Pradja

    Mangkoenagaran (Sala:

    Reksa Pustaka,

    Mangkunagaran, 1939);

    Anonim,

    Serot

    Perdjandjian

    Dalem

    Nafa

    (Solo:

    Radya Pustaka,

    1.940); Selo

    Soemardjan.

    Perubahan

    Sosial di Yogyokarta

    (Yogyakarta:

    Gadjah Mada

    University Press,

  • 8/20/2019 E Books Kepemimpinan

    5/35

    Kepeminrpinan

    di lndonesia

    dalam Perspektif

    Sejarah dan Budaya

    Pada

    masa kini lingkungan

    budaya

    lawa

    itu masih

    terlihat

    bekas-bekasnya

    yang

    terlihat

    paling

    tidak

    dalam

    beberapa

    hal,

    misalnya

    bahasa,

    seni,

    dan tradisi, dan

    nilai-nilai

    kepemimpinan.

    Bahasa

    fawa

    di

    Surakarta

    dan

    sekitarnya memiliki ciri

    khas

    yang

    berbeda

    dengan

    bahasa

    |awa

    Timuran,

    dan Bahasa Sernarangan,

    dan sebagainya.

    Sebaran

    budaya

    fawa

    digambarkan

    dengan

    konsep

    "Blencong"

    dalam

    pertunjukan

    wayang,

    semakin

    jauh

    dari

    pusat

    penerangan

    tersebut

    akan

    semakin

    redub.

    D.

    Kepemimpinan

    fawa-Kepemimpinan

    Otokratis-Teokratis

    Dalam

    kebudayaan

    |awa,

    pimpinan

    itu

    berbeda

    dengan

    rakyat.

    Pada masa

    perkembangan

    Kerajaan Mataram Islam, pemimpin

    disebut

    sebagai

    "Gusti"

    dan rakyat

    disebut

    "kawula",

    Sebutan

    "gusti"

    mengungatkan kita

    pada

    sebutan "Tuhan", karena

    ada

    istilah

    "Gusti

    Allah"

    dan

    "Gusti

    Yesus". Konsep

    tersebut

    mengacu

    pada

    kelompok

    sosial

    yang

    paling

    ditinggikan

    karena

    kata

    "Tuhan"

    berasal dari

    kata

    "Tuan"

    dalam

    bahasa Melayu. Dengan

    demikian

    sebutan

    "Gusti"

    adalah

    transliterasi

    dari

    kata

    "Tuan".

    Iika

    dilingku-

    ngan

    pesantren

    |awa

    ada

    sebutan

    "Gus",

    saya

    kira

    ini

    juga

    singkatan

    dari

    "Gusti"

    yangartinya

    "Tuan"

    [orang

    yang

    ditinggikan kedudu-

    kannya).

    Sementara

    itu

    "kawula"

    memiliki

    makna

    "hamba".

    Yang

    secara kasar

    disamakan

    dengan

    "budak"

    atau

    kemudian

    muncul

    istilah

    Belanda

    "Kuli".

    Pemilihan secara

    konseptual

    ini

    membuat

    jarak

    sosial antara yang pemimpin

    dengan rakyat

    cukup

    jauh.

    Berdasarkan

    hierarkhi

    itu, maka konsep

    "kepemimpinan"

    dalam

    budaya

    Jawa

    adalah

    "otokratis",

    Pemimpin

    menjadisentral

    dalam

    pengendalian

    kekuasaan

    dan

    rakyat adalah

    objek

    atau

    pelaksanaan

    dari kekuasaan.

    Dalam

    konsepsi

    demikian,

    maka

    sebagian besar

    orang

    )awa

    menggambarkan

    bahwa

    seorang

    "pe-

    mimpin" haruslah

    "orang

    kuat"

    yang

    dapat

    membuat

    kebijakan-

    kebijakan

    besar

    untuk negara dan

    rakyatnya.

    Nilai-nilai

    Kepemimpinan

    Menurut Kebudayaan

    Jawa.[

    Wasino

    Meskipun

    secara

    teoretik ada

    jarak

    yang

    jauh

    antara

    pemim-

    pin

    dan

    rakyat,

    budaya

    |awa

    mengajarkan

    agar

    keduanya me-

    miliki

    hubungan yang

    baik. Hubungan

    itu dikenal

    dengan

    nama

    hubungan

    "kawula-gusti",

    hubungan

    "hamba-tuan"

    yang

    berlaku

    secara

    hierarkhis dari

    rakyat ke pimpinan

    terendah

    hingga

    pimpinan

    tertinggi.

    Dalam

    konsep

    ini diajarkan

    bahwa

    antara

    rakyat

    dengan

    pimpinan

    harus

    menjalin

    hubungan

    yang

    harmonis

    sebagaimana

    hubungan

    antara

    manusia

    dengan

    "Sang

    Khalik".

    Begitu

    mesranya yang

    harus

    dilakukan

    dalam

    komunikasi

    dua

    kelompok

    sosial ini,

    dalam

    bdaya

    |awa

    diibaratkan

    sebagai

    hubu-

    ngan

    antara

    "sesupe

    lan

    embanan"

    (antara

    bingkai

    dengan

    biji

    cincin).

    Keduanya

    harus

    membina

    hubungan

    erat

    untuk

    mencapai

    kesejahteraan

    ralqyat

    Can negaranyas.

    Hubungan

    rakyat

    dan pemimpin didasarkan

    pada

    konsep

    keagamaan

    baikyangberasal

    dari

    agama

    Islam

    maupun

    sebelum

    Islam

    (Hindu-Budha).

    Dalam

    agama

    Islam,

    pemimpin

    itu

    disebut

    "Kalifah-khalifatullah",

    atau

    wakil Allah

    di

    muka

    bumi.

    Istilah

    ini

    jelas

    melekat

    pada

    nama-nama

    raja

    Mataram

    "Kalifatullah

    Sayiddin

    Panata

    C,ema",

    wakil

    Allah seorang

    Sayid

    pembina

    ke-

    agamaan.

    Dalam

    tradisi

    Hindu-Budha,

    seorang pemimpin

    adalah

    pengejawantahan

    dari

    dewa

    pujaannya,

    seperti

    halnya

    Airlangga

    digambarkan

    sebagai Wisnu,

    Kertanegara

    sebagai Bhairawa,

    dan

    sebagainya.

    Pengetahuan

    asosiatif

    antara

    masa

    Hindhu

    dan

    Budha dan

    Islam telah membentuk

    konsep besar

    tentang posisi

    pemimpin

    yang

    pada

    masa

    kerajaan

    dulu

    diduduki

    tertinggi

    oleh

    raja

    dan ditiru

    oleh pemimpin-pemimpin

    yang

    Iebih

    endah,

    seperti

    adipati

    atau

    bupati.

    Kepemimpinan

    negara

    tradisional

    mengacu pada

    kepemim-

    pinan

    alam

    semesta.

    Negara

    diibaratkan

    sebagai

    ,,jagad

    cilik-

    mikrokosmos"

    (bumi

    kecil)

    yangharus

    mengikuti

    pola

    kepemim-

    pinan

    "jagad

    gedhe-makro-kosmos"

    (alam

    semesta)

    yang

  • 8/20/2019 E Books Kepemimpinan

    6/35

    Kepemimpinan

    di lndonesia dalam

    Perspektif

    Sejarah

    dan

    Budaya

    dipimpin

    oleh

    Tuhan.e Nama-nama

    penguasa

    Mataram

    Islam

    menunjukkan

    adanya

    replika

    penguasa

    bumi terhadap

    penguasa

    jagad

    raya,

    seperti

    "Hamengku

    Buwana"

    (pemangku

    jagad), "Paku

    Buwana"

    [pengikat

    bumi),

    "Hamangku

    nagara"

    [memangku

    negara), dan

    Paku

    Alam [pengikat

    alam).

    Begitu

    besarnya

    gambaran

    pemimpin

    dalam

    budaya

    Jawa,

    maka tugas

    pemimpin

    utama adalah

    "memeyu

    hayuning

    bowona"

    (menjaga

    kesejaheteraan

    bumi),

    fika

    gagal

    dalam menjaga

    "hayuning

    bawana", maka raja itu telah

    kehilangan

    "wahyu"

    atau

    "pulung".

    Ciri-ciri

    penguasa

    yang

    kehilangan

    "wahyu"

    apabila

    terjadi

    "bencana

    besar",

    "pemberintakan

    tak terkendalikan".,

    "perangsaudara"

    dan sebagainya. Dalam

    situasi seperti itu,

    orang

    fawa

    percaya

    bahlva wahyunya

    telah hilanglo.

    "Wahyu"

    sebagai

    asal

    legitimasi

    seorang

    pemimpin untuk

    me-

    mimpin

    Babad

    Tanah

    Jawi.

    Historiografi

    ini merupakan

    semacam

    "Sejarah

    Nasionalnya"

    orang

    Iawa

    banyak mengungkap

    episode-

    episode

    tentang

    peralihan

    kekuasaan karena

    persoalan

    wahyu

    tersebut.

    Cerita

    tentang runtuhnya

    Kerajaan

    Majapahit dan

    berdirinya Kerajaan

    Demak

    digambarkan

    bahwa

    ada bola

    cahaya

    berwarna

    kebiru-biruan

    pindah

    dari Majapahit

    ke

    Glagah Wangi

    yang

    merupakan

    cikal

    bakal

    Kesultanan

    Demak.

    Cerita tentang

    hilangya

    wahyu

    dari istana Kraton

    Kartasura

    akibat serangan

    1980);

    Radjiman,

    Sistem

    Apanage dan Lungguh

    dolam

    Pola

    Penguasaan,

    Pemilikon,

    dan Penggunaan

    Tanah

    Secora Tradisional

    di Praja Kejawen

    serto

    Pengaruhnya

    bagi Kehidupan Ekonomi

    Masyarakot

    di Masa Kolonial,

    (Solo:

    UNS,

    Laporan

    Penelitian

    tidak diterbitkan, 1.995)

    ,hlm.32-67

    .

    8

    Moertono,

    op.ciL, hlm. 17.

    e

    Hubungan

    makrokosmos

    dan mikrokosmos

    dalam kepemimpinan

    Jawa

    lihatSumarsaid

    Moertono,

    1983,

    hlm. 17;

    FacryAli,

    Refleksi Paham

    Kekuosaon

    jawa

    dalom

    Indonesia

    Modern

    (f

    akarta:

    Gramedia, 1986),

    hlm.

    20-21.

    t0

    Lihat

    Benedict

    R.O.G. Anderson,

    "Gagasan

    tentang

    Kekuasaan dalam

    Kebudayaan

    lawa",

    dalam Miriam

    Budiardjo

    (ed),

    Aneka

    Pemikiran

    tentang

    Kuasa dan

    Wibawa

    (f

    akarta:

    Sinar Harapan, L984),

    hlm. 44-126.

    Nilai-nilai

    Kepemimpinan

    Menurut

    Kebudayaan

    Jawa

    I

    Wasino

    Pasukan

    Madura

    membuat

    Raja Amangkurat

    II

    kehilangan

    tahta-

    nya.t'

    Runtuhnya

    Suharto

    juga

    dikatakan

    sebagian

    masyarakat

    karena

    kehilangan

    "wahyu"

    yang

    telah

    berpindah

    ke

    arah

    timur.

    Benar

    tidaknya

    kausalitas antara

    wahyu

    dengan

    kekuasaan

    memang masih

    menjadi

    pertanyaan

    besar.

    Akan

    tetapi jika

    yang

    menjadi

    rasionalitas

    hilangnya wahyu

    karena

    pemberontakan,

    kerusuhan,

    dan

    semacamnya

    yang

    berakibat

    pemimpin

    lama

    tidak

    bisa

    mengendalikan

    situasi, maka

    masuk

    akal

    muncul

    tokoh

    baru

    yang

    dipandang

    mendapatkan

    wahyu.

    Identifikasi

    diri

    seorang

    pemimpin

    baru

    bahwa ia

    mendapat-

    kan

    wahyu

    sangat

    diperlukan

    karena

    berfungsi

    sebagai

    alat

    legiti-

    masi.

    Pemimpin

    baru

    akan

    menulis

    sejarah

    baru

    yang

    menggam-

    barkan

    bahwa

    dirinya

    syah

    mendapat

    dukungan

    Tuhan

    karena

    memperoleh

    wahyu tersebut.

    Selain

    wahyu,

    legitimasi

    juga

    dibangun

    berdasarkan

    aspek-

    aspek

    lain,

    seperti

    keturunan,

    pusaka,

    dan

    hubungan

    supra

    natural.

    Para

    pemimpin

    umumnya

    beasal dari

    "darah

    biru",

    bukan

    dari

    ralqyat

    kebanyakan.

    fika

    terpaksa

    mereka

    berasal dari

    rakyat

    bia

    sa

    yang

    memberontak,

    maka

    puj

    angga

    kerajaan akan

    memb

    uat

    cerita

    susur

    galurnya

    yangberwibawa

    bahwa

    ia keturunan

    "darah

    biru"

    atau

    bahkan

    ralryatnya

    percaya

    bahwa

    sang

    pemimpin

    itu

    keturunan

    darah

    biru.

    cerita

    tentang

    Ken Arok

    sebagai

    keturunan

    Dewa

    Brahma, Panembahan

    Sena

    Pati anak

    Hadiwijaya, Sukarno

    sebagai

    anak

    dari

    Paku

    Buwana

    X,

    dan

    Suharto

    dari

    keturunan

    Kesultanan

    Jogjakarta

    menuniukkan

    bahwa

    wibawa

    pemimpin

    dibangun

    dari

    keturunan.

    Legitimasi

    keturnan

    ini kadang-kadang

    dengan

    membuat

    cerita

    bahwa

    mereka

    lahir

    dari

    "lembu

    peteng,,,

    sebuah

    konsep

    |awa

    yang

    membenarkan

    adanya

    perselingkuhan

    11

    Lihat

    w.L.

    olthol

    Poenika

    serat Babad

    ronah

    Djawi

    wiwit

    saking

    Nabi

    Adam

    Doemoegi

    in

    Tahoen

    1647

    ('s-Gravenhage:

    M. Nijhoff,

    tg47),lihat

    juga

    Soewito

    Santoso,

    Babad

    Tonoh

    jowi

    (hluh

    Matorom) (Surakarta:

    srsl,

    2003).

  • 8/20/2019 E Books Kepemimpinan

    7/35

    untuk kelahiran

    seorang

    pemimpin.

    Pusaka

    merupakan

    alat legitimasi

    magis

    berikutnya.

    Cerita

    tentang kotang Anta

    Kusuma

    yang

    dimiliki

    oleh

    Sunan

    Kalijaga,

    Keris

    Nagasasra dan Sabuk

    Inten, Tombak

    Kyai Pleret dan

    se-

    macamnya dipercaya

    sebagai

    alat legitimasi

    raja.

    Sehubungan

    dengan ha

    itu

    pemimpin

    yang

    memiliki

    pusaka

    tersebut

    harus

    menjaganya dengan

    baik

    agar

    kekuasaanya

    tetap terpelihara.

    Untuk

    kepentingan

    ini

    mereka membuat

    tempat

    penyimpanan

    pusaka

    yang

    disebut

    dengan

    "godong

    pusaka"

    yang

    dijaga

    sangat,

    ketat

    oleh

    pasukan

    kerajaan.

    Tradisi

    membuat

    legitimasi

    dengan

    pusaka

    ini

    juga

    bellangsung

    pasca

    Indonesia merdeka. Banyak

    pejabat

    Indonsia menyimpan

    pusaka

    sebagai

    "jimat"

    untuk

    memertahankan

    kursi kekuasaannya seperti keris

    Kyai

    Semar

    r.ntuk

    pimpinan

    agar

    disayangi rakyatnya,"

    kol

    buntet" agar

    tidak

    mempan ditembak, dan

    seterusrrya.

    Sukarno merupakan

    salah

    satu

    presiden yang

    mempercayai itu, dan

    membawa

    tongkat

    sebagai tongkat

    perintah

    yang berwibawa. Sementara

    itu,

    Suharto

    banyak

    menyimpan

    pusaka

    untuk

    mendukung

    Iegitimasinya.

    Dukungan supranatural merupakan aspek

    penting

    bagi lang-

    gengnya

    kekuasaan. Berkaitan dengan

    ini, maka

    raja-raja

    fawa

    membina

    hubunga;r

    harmoni

    dengan

    penguasa

    supranatural.

    Cerita

    percintaan

    aniara Panembah.an

    Senapati

    dengan

    ratu

    Kidr-rl

    merupakan

    bentyuk

    legitimasi

    dukungan

    kekuatan supra natural,

    Demikian

    pula

    raja-raja Mataram

    generasi

    berikutnya

    juga

    melanjutkan

    hubungan

    itu, seperti di Solo

    dengan

    mengadakan

    pertunjukan

    "Bedaya

    Ketawang" dan

    di

    Jogja

    dengan

    "labuhan

    sesaji

    di Parang Tritis".

    Sementra

    itu

    keluarga Mangkunagaran

    memiliki

    hubungan

    dengan

    sejumlah

    patilasan

    di

    Gunung

    Lawu12.

    12

    Uraian tentang hubungan

    dengan

    Supranatural dan

    tempat-tempat

    keramat

    yang

    terkait

    dengan

    kekuasaan

    lihat

    John

    Pamberton,/awa,

    on the

    Subject

    ofJava

    (Yogyakarta:

    Mata bangsa,

    2003), hlm. 367-379.

    Nilai-nilai

    Kepemimpinan

    Menurut Kebudayaan

    Jawa

    I

    Wasino

    Suharto

    yang

    cukup

    kuat

    budaya

    fawanya

    juga

    membuat

    ritual

    dengan kekuatan

    alam.

    Ceita tentang"tapa

    kungkum"

    di

    sungai

    Kaligarang

    merupakan

    sebuah

    cara untuk memperoleh

    dukungan

    dari

    alam

    semeseta.

    Jejak

    tempat"kungkum"

    itu

    kini ditandai

    dengan

    sebuah

    monumen" Tugu

    Suharto", yang setiap malam

    L

    Muharam

    banyak

    orang

    ikut

    "kungkum"

    dengan

    berbagai

    macam

    tujuan.

    E.

    Pemimpin

    Ideal

    Pada

    era demokrasi

    ini sirkulasi

    elite kepemimpinan

    cukup

    cepat

    dan

    rumit.

    Dalam

    kebudayaan

    fawa

    banyak

    diajarkan tentang

    pimpinan

    yang

    baik

    itu

    dengan

    berbagai

    cara. Partama-tama,

    perilaku

    pemimpin

    yang

    baik. Perilaku

    pemimpin

    yang

    baik

    pemimpinantaralainharus memnikisifattmbekadilparamarta

    atau watak

    adil

    merata

    tanpa

    pilih

    kasih.13

    Pemimpin

    baik

    digam-

    barkan

    memiliki

    sifat

    delapan

    laku baik

    yang

    dikenal

    sebagai

    Hastabrata yang

    berarti

    delapan

    (dalam

    angka

    lawahasta

    berarti

    delapan)

    watak. Delapan

    watak itu menggambarkan

    perilaku

    alam

    semesta,

    yaitu:

    bumi,

    api,

    air, angin,

    angkasa,

    matahari,

    bulan,

    dan

    bintang

    atau dalam

    bahasa

    )awa

    disebut

    bumi,

    geni,

    banyu,

    angin,

    langit,

    surya,

    candra, dan

    kartika. Hasta

    Brata

    merupakan

    pesan

    dari Prabu

    Rama

    terhadap adiknya

    Baharata

    yang akan memangku

    kekuasaan

    di

    Negeri Ayogya. Adapun

    delapan prinsip

    itu adalah:

    1..

    Indro

    [hujan)

    yaitu

    mengusahakan

    kemakmuran

    rakyat

    dan

    setiap tindakan

    membawa

    kesejukan.

    Seorang

    pemim-

    13

    Wasino,

    "Kearifan

    Lokal

    dalam

    Kebudayaan

    lawa",

    Makalah

    disampai-

    kan

    dalam

    Sarasehan

    Kearifan

    Lokal

    Provinsi

    lawa

    Tengah

    yang

    disereng-

    garakan

    oleh

    Badan

    Kesatuan

    Bangsa, Politik dan

    perlindungan

    Masyarakat

    Pemerintah

    Propinsi

    Jawa

    Tengah

    bekerjasama

    dengan

    Kantor

    Kesbangpol

    dan Linmas

    Kabupaten

    Pati,

    Kamis tanggal

    7

    Aparit

    2011

    di

    Ruang

    Rapat

    Pragola,

    Setda Kabupaten

    Pati.

    |

    |

  • 8/20/2019 E Books Kepemimpinan

    8/35

    Kepemimpinan di lndonesia dalam Perspektif Sejarah

    dan Budaya

    pin

    harus

    memiliki

    jiwa

    kedermawanan

    kepada semua

    rakyatnya.

    2.

    Yomo

    [Dewa

    Yamal

    yaitu

    berani menegakkan keadilan me-

    nurut

    hukum

    yang

    berlaku,

    memberantas semua

    kejaha-

    tan.

    3.

    Suryo

    (Matahari) yaitu

    memberikan

    semangat dan

    menjadi

    sumber energi,

    sabar,

    tajam, dan

    terarah dalam

    bekerja.

    Keramah tamahan

    harus

    ditunjukkan oleh seorang

    pemim-

    pin

    sebgaaimana

    perilaku

    dewa surya,

    4. Chondro

    (Bulan)

    yaitu

    mampu

    menerangi rakyat

    yang

    bodoh

    dan miskin

    dengan

    menampilkan

    wajah

    yang

    sejuk.

    Kasih

    sayang

    merupakan sifat

    dari

    dewa ini

    yang

    harus

    menjadi tauladan

    bagi

    para

    pemimpin.

    5.

    Maruto

    atau Bathara Bayu

    [dewa angin) yaitu

    selalu

    berada

    di tengah-tengah

    rakyat

    dan

    memberikan kesegaran.

    6. Kuwera atau Dewa

    Bumi

    yaitu

    mampu menjadi

    teladan

    dan

    landasan

    berpijak

    untuk

    kesejahteraan rakyat.

    Bumi me-

    nyediakan hara kekayaan dan

    kemakmuran untuk

    peng-

    huninya.

    7.

    Baruno

    (Air,

    Samudral

    yaitu

    berwawasan luas, arii dan

    mengatasi

    masalah dengan bijaksana dan

    pemaailaksana

    air,

    serta

    B.

    Agni (Api) yaitu memiliki

    jiwa

    yang

    berkobar-kobar

    dan

    tekad

    yang

    bukat

    dalam

    melawan

    setiap

    musuh,la

    Dalam

    tataran

    yang

    lebih riil

    yang

    baik

    dalam

    kearifan lokal

    fawa

    adalah

    pemimpin

    yang demokratis dan

    berjuang untuk

    kepentingan

    rakyat.

    Semboyan

    perjuangan

    Pangeran Samber

    Nyowo

    [Raden

    Mas

    Said)

    dalam

    mengumpulkan

    kekuatan

    rakyat

    Nilai-nilai

    Kepemimpinan

    Menurut

    rebudayaan lawa

    I

    Wasino

    untuk

    melawan Belanda

    patut

    dicontoh

    yang

    dikenal sebagai ajar-

    an

    T

    ri

    D

    h a rm

    a

    (m

    elu h

    an

    da rb

    e

    n

    i, m

    e

    I u ha ng ru ng keb i, m

    u

    Ia t s a r

    i

    r a

    hangrasa

    wan[).

    Prinsip

    demokratis

    seorang

    pemimpin

    itu

    juga

    digambarkan

    oleh Ki

    Hajar

    Dewantoro:

    ing ngarso sung tuladha,

    ing madya

    mangun

    karso, dan

    tutwuri

    Handayani.

    Selain

    berupa

    ajaran,

    keraifan lokal

    |awa

    juga

    berisi larangan

    yang

    harus

    dihindari

    para pemimpin.

    Hal-hal

    yang

    harus

    dihin-

    dari,

    antara

    lain

    adalah:

    1.

    Aja dumeh,yangartinya

    jangan

    sombong

    karena

    memiliki

    kedudukan atau

    kekayaan. Ajaran

    ini

    menganjurkan

    agar

    seorang pemimpin

    tidak

    sombong

    dan menindas kepada

    ralryatnya

    (wong

    cilik).

    AiaranAja

    dumeh

    mengajarkan ke-

    pada

    orang agar meniru

    ilmu

    padi,

    semakin berisi semakin

    merunduk

    semakin tinggr

    kedudukannya

    banyak

    ilmunya,

    atau

    kekayaannya

    semakin

    baik

    perangainya.

    2.

    Aja lali,

    kudu eling

    lan

    waspada, seorang

    pemimpin

    harus

    selalu ingat tentang

    hakekat

    kepemimpinannya.

    Ia dapat

    menjadi

    pimpinan

    karena mendapat

    amanat rakyat.

    3. Aja

    adigang,

    adigung, adiguna

    artinya

    adalah

    iangan

    mem-

    banggakan

    diri sendiri

    akan

    kemampuannya

    atau hal

    yang

    dimilikinya.

    Alam

    cerita

    silat

    selalu dikatakan bahwa

    di

    aias

    langit masih

    ada

    langit,

    rnaksudnya adalah

    agar

    kita

    selalu

    bercermin diri,

    bahwa selalu

    saja ada

    yang

    melebihi

    kita karena

    manusia itu

    pada

    dasarnya memiliki

    keter-

    batasan

    4.

    Aja aji mumpung,Aji

    mumpungada

    duayaitu aji mumpung

    dalam-arti

    positif

    dan aji mumpung

    dalam

    arti

    negatif.

    Aji

    mumpung

    negatif

    adalah

    memanfaatkan

    kedudukan

    atau

    peran

    untuk

    kepentingan

    negatif,

    atau kepentingan

    individu.

    Aji

    mumpung positif,

    adalah

    pola

    sikap

    yang

    bagus,

    adil

    bijaksana,

    dan

    dilakukan dalam

    dirinya ketika

    a

    Moertono,

    op.ciL, hlm.

    52.

  • 8/20/2019 E Books Kepemimpinan

    9/35

  • 8/20/2019 E Books Kepemimpinan

    10/35

    Kepemimpinan

    di

    lndonesia

    dalam

    Perspektif

    Sejarah

    dan

    Budaya

    Soemarsaid

    Moerton

    o.

    Negara

    dan

    Usaha

    Bina

    Negara

    di

    Jawa

    Masa

    Lampau:

    Studi

    tentang

    Mataram

    Il,

    Abad XVI

    sampai

    XIX.lakarua:

    YaYasan

    Obor,

    1985.

    Soewito Santoso,

    Babad Tanah

    iawi

    (cnluh Mataram).

    Surakarta:

    STSI,2OO3.

    Wasino,

    Wong

    Jawa

    dan

    Wong

    Cina:

    Liku-liku

    Hubungan

    Sosial

    antdra

    Ea::rs

    Tiongha

    dengan

    Jawa

    di Solo

    tahun

    1911-1998.

    Semarang:

    Unnes

    Press,

    2007.

    Wasino.

    "Kearifan

    Lokal

    dalam

    Kebudayaan

    fawa",

    Makalah

    disampaikan

    dalam

    sarasehan

    Kearifan

    Lokal

    Provinsifawa

    Tengah

    yang diselenggarakan

    oleh

    Badan

    Kesatuan

    Bangsa,

    Politik

    dan Perlindungan

    Masyarakat

    Pemerintah

    Propinsi

    fawa

    Tengah

    bekerjasama

    dengan

    Kantor

    Kesbangpol

    dan

    Linmas Kabupaten

    Pati, Kamis

    tanggal 7

    Aparil

    20L1

    di

    Ruang

    Rapat

    Pragola,

    Setda

    Kabupaten

    Pati'

    Wasino.

    "Sikap

    dan

    Perilaku

    Pemimpin

    dalam

    Organisasi

    Penghayat

    dan

    Kepercayaan

    terhadap

    Tuhan

    yang

    Maha

    Esa",

    Makalah

    dalam

    Sarasehan

    Organisasi

    Penghal'at,

    Kabupaten

    Grobogan,

    2010'

    BAB2

    WESTERNISASI DAN PARADOKS

    KEBUDAYAAN:

    Elite lstana Jawa pada Masa Paku Alanl V

    (1878•]

    190o)

    Sri

    Marganal

    A. Pendahuluan

    Tulisanini merupakan kalianaWaltentangrespOnslokalterhadap

    perubahan•\

    perubahan penting yang teriadi Selama masa avval

    pertulnbuhan ide•\

    de liberalisme dan westemisasi diJawa pada

    paruh ke dua abad ke•]

    9.Permasalahan pokoknya adalah tentang

    kompleksitas•Œ

    mbiguitas dan paradOks kebudayaanyang muncul

    setelah tumbuhnya gagasan dan praktekliberalisme dan wester•\

    nisasidi kalangan elite feodallawa dengan lnengambilstudi kasus

    pada elite bangsawan Pakualaman Yogyakarta pada rnasa Paku

    Alam V•k

    1878-19oo•l

    .Pembahasan difokuskan pada tumbuhnya

    gagasan pernikiran Barat dan prakteknya pada bidang adrninis_

    trasi dan pemerintahan•Œ

    ukurn•Œ

    konolni•Œ

    endidikan•Œ

    an sOsial_

    budaya.Ada dua pertanyaan pOkOk yang hendak dijawab dalam

    -

    -1Dr'

    Sri

    Margana,

    M.phir.

    Dosen

    dan

    Ketuafurusan

    Sejarah

    Fakurtas

    IImu

    Budaya

    Universitas

    Gadjah

    lr{ada,

    yoryakarta.

  • 8/20/2019 E Books Kepemimpinan

    11/35

    di

    lndonesia

    dalam

    Taine,

    H.A. The

    Ancient

    Regime

    volume

    I of

    Les

    origines

    de France

    Contemporaire.

    London:

    Daldy

    Isbritter

    and

    C0,1976'

    Verslag

    van

    het

    beheer

    en

    den

    staaL Utrecht:

    Kemink

    En

    Zoom,

    1858.

    VanVollenhoven,

    Cornellius.

    Adatrechtbundel,

    Bezorgd

    door

    de

    commissie

    voor

    het

    AdatrechtGravenhage:

    Martinus

    Nijhofl

    1910.

    Van

    Niel,

    Robert.

    Munculnya

    Elite

    Modern

    Indonesia.fakarta:

    Pustaka

    1aya,7958.

    BAB 4

    REVITALISASI NILAI•] NILAttSATRŽ¢

    •M

    JAWA DALAM MEMBANi

    MARTABAT BANGSA

    IC Krisnadil

    A.

    Pendahuluan

    Pekerjaan

    berat

    sedang

    diemban

    pemerintah

    dan

    segenap

    rarcyat

    Indonesia

    sekarang

    iri

    adarah

    mengakhiri

    masa

    krisis

    dan

    membangun

    martabat

    bangsa.

    Untuk

    mewujudkannya,

    jajaran

    pemerintah,

    para

    penegak

    hukum,

    para

    wakil

    rakyat,

    para

    ulama

    maupun

    segenap

    rakyat

    Indonesia

    dituntut

    saling

    bekerja

    keras,

    bahu-membahu

    berlandaskan

    niat

    suci

    dan

    turus.

    Namun para

    pemimpin

    di

    negri

    ini

    berum

    menunjukkan

    keseriusan

    dalam

    mewujudkannya.z

    Dijaj

    untuk

    meningkatkan

    ke

    t

    Drs'

    IG'

    Krisnadi,

    M'Hum.

    Tenaga

    pengajar

    pada

    Jurusan

    Sejarah,

    Fakurtas

    Sastra

    Universitas

    Jember.

    i

    dan

    Gayus

    Tambunan

    dijebloskan

    ke

    membongkar

    korupsi

    di

    jajaran

    polri

    or kelas

    kakap

    Artalita

    (Ayin),

    kasus

    kasus

    pelanggaran

    kode

    etik

    hakim

    tua

    KpK,

    Antasari

    Azhar.

  • 8/20/2019 E Books Kepemimpinan

    12/35

    Kepemimpinan

    di lndonesia

    cialam

    Perspektif

    Sejarah

    dan Budaya

    selingkuhan kekuasaan dengan

    para penegak

    hukum,

    legislator,

    atau

    para

    pengusaha

    demi kepentingan

    pribadi,

    kelompok mau-

    pun

    partainya.

    Korupsi

    merebak

    di

    segala

    sektor

    kehidupan,

    hukum diperjual-belikan.

    Walaupun

    upaya

    pemberantasan

    ko-

    rupsi

    telah diupayakan, namun

    hasil

    yang

    dicapai

    belum optimal,3

    karena pelaksanaannya masih

    tebang-pilih

    dan KPK-pun

    dibikin

    tidak berdaya.a

    Atas dasar

    keprihatinan

    melitrat keadaan bangsa

    pada

    saat

    ini

    yang

    sedang

    dilanda

    masa

    krisis

    khususnya

    krisis

    moral,

    dengan

    ditandai runtuhnya

    moralitas

    para

    birokrat sehingga korupsi telah

    membudaya di

    setiap

    sektor kehidupan,

    sikap

    pengecutyang

    tidak

    bertanggungjawab

    yang

    diperLontonkan

    para

    terdaloara

    maupun

    saksi

    di Pengadilan, budaya kekerasan dan

    gaya

    hidup

    premanisme

    menjadi

    pilihan

    hidupnya. Hal

    ini

    terjadi karena bangsa

    ini

    telah

    tercabut dari

    akar budayanya

    yang

    semestiny,a

    dapat dijadikan

    sebagai

    pedoman

    hidup bermasyarakat,

    berbangsa

    dan

    bernegara.

    Berkenaan

    dengan

    itu

    perlu

    dicari

    akar

    budaya bangsa

    yang telah

    "dilupakan"

    tersebut

    dengan menemu-kenali

    kearifan lokal

    fawa

    khususnya

    yang

    menyangkut nilai-nilai

    kesatria

    fawa

    yang

    dapat

    dimanfaatkan

    untuk

    m

    emban

    gun

    martabat bangsa.

    Tulisan

    yang

    membatasi

    diri

    kajian budaya

    fawa

    (nilai-nilai

    ksatria

    )awa)

    didasarkan atas

    pertimbangan

    etnik

    fawa

    sebagai

    3Berdasarkan survey yang

    dilakukan

    badan

    independen

    (April

    201

    1),

    dari

    146

    negara, menempatkan

    Indonesia sebagai

    peringkatke-5

    negara terkorup

    di dunia.

    Untuk kawasan Asia Pasifik, menempatkan Indonesia

    sebagai negara

    terkorup

    (peringkat

    satu). http:serba-sepuluh.blogspot.com/

    20...#ixzzllb3NOYET

    +Mantan

    Kctua

    KPK, Antasari

    Azhar

    diiebloskan

    penjara LB

    tahun melalui

    rekayasa

    sidang

    pengadilan

    kasus

    pembunuhan

    Direktur PT Putra Rajawali

    Banjaran,

    Nasrudin Zulkarnaen.

    dalam Kompos, Kamis 2l April 2011,. Sampai

    sekat'ang

    ini

    KPK

    juga

    belum mampu menyelesaikan kasus korupsi seputar

    BLBI,

    Bank Century, Hambalang

    yang

    dimungkinkan akan melibat

    para

    petinggi

    yang

    sedang

    berkuasa di negeri ini.

    Revitalisasi

    Nilai-nilai

    Ksatria

    Jawa...

    I

    lG.

    Krisnadi

    etnik

    mayoritas

    yang

    menguasai

    di

    setiap

    sektor

    kehidupan

    khususnya

    di sektor pemerintahan,

    sehingga

    tidakberlebihan

    jika

    etnik

    ini

    dituduh

    sebagai

    etnik

    paling

    bertanggungjawab

    atas

    krisis

    moralyang

    melanda

    negeri

    ini.

    oleh

    karena

    itu

    revitalisasi

    nilai-nilai

    kesatria

    fawa

    untuk

    membangun

    martabat

    bangsa

    menjadi pilihan tepat

    untuk

    dipresentasikan

    di

    dalam

    Seminar

    Nasional

    Revitalisasi

    Nilai-nilai

    Kepemimpinan

    Tradisional

    dalam

    Membangun

    Martaabat

    Bangsa.

    rsulan

    Ksarna

    pertama

    kali

    terdapat

    di

    dalam

    system

    kasta

    masyarakatkuna

    (Hindu)

    di India.

    Ksatria

    sebagai

    salah

    satu

    dari

    Istilah ksatria

    pertama

    kali

    terdapat

    dalam

    empat

    kasta

    yang

    ada

    di

    India,s

    merupakan

    kasta

    bangsawan

    sebagai

    golongan

    pernerintah.

    Kasta

    ini

    dianggap

    sebagai

    tangan

    Brahma

    yang

    berarti

    golongan

    pemerintahan,

    karena

    tangan

    diperlukan

    untuk

    memanggul

    senjata peperangan.

    Kasta

    ini

    terdiri

    atas raja, bangsawan

    dan

    prajurit

    yang

    bertugas

    sebagai

    penyelenggara

    pemerintahan,

    penjaga

    keamanan,

    penegak

    keadilan,

    pemberantas

    l

  • 8/20/2019 E Books Kepemimpinan

    13/35

    di

    lndonesia

    dalam

    Perspektif Sejarah

    dan Budaya

    Kaum

    ksatria

    |awa

    bertugas

    menialankan

    pemerintahan,

    menjaga

    keamanan,

    membratrtas

    kejahatan,

    membela

    kaum

    tertindas,

    me-

    ngayomi

    ralcyat, mernbela

    kebenaran

    dan

    keadilan

    melalui

    pe-

    negakan

    hukum.T

    Sebagai

    sarana

    penuniang

    keberhasilan

    dalam

    mengemban tugasnya,

    seorang

    ksatria

    fawa

    harus

    memiliki

    wisma,

    wanodya,

    turangga,

    kukila,

    curiga'g

    fiwa

    ksatria

    fawa

    sebagai

    nilai-nilai

    luhur

    diyakini

    dapat

    digunakan

    untuk membangun

    martabat

    bangsa

    di

    tengah-tengah

    keterpurukan

    bangsa

    Indonesia

    yang

    dilanda

    krisis

    moral.

    Oleh

    karena

    itu

    upaya

    merevitalisasi

    nilai-nilai

    ksatria

    fawa

    yang

    kini

    telah

    ditinggalkan

    para

    pemimpin di

    negeri

    ini,

    menjadi

    urgent

    Berkenaan

    dengan

    itu, tulisan

    ini bertujuan

    mencari

    akar

    per-

    masalahan

    krisis

    moral

    yang

    sedang

    melanda

    bangsa

    lndonesia

    saat

    ini, merevitalisasi

    nilai-nilai

    luhur kesairia

    f

    awa, dan

    refleksi

    atas

    kepemimpinan

    saat

    ini.

    Kerangka

    teoretis

    yang

    mengilhami

    penulisan makalah

    ini

    berasal

    dari

    konsep

    kekuasaan

    Iawa

    yang

    dikembangkan

    BenedictAnderson,

    Sutran

    Paku

    Buwana IX,

    mau-

    pun konsep

    keteladanan

    hidup

    moralitas

    |awa

    yang

    dikembang-

    kan

    R. Ng.

    Ronggowarsito,

    Mangku

    Negara

    I,

    Ki Hajar

    Dewantara'

    Sesuai

    dimensi

    ilmu

    sejarah

    yang melihat

    masa

    lampau

    sebagai

    pengalaman

    hidup,

    masa

    kini

    untuk

    berkaca

    diri, dan

    masaa

    depan

    untukberbenah

    diri,

    metode sejarah

    akan

    menjadi

    pilihan

    tepat

    dan

    menjadi

    andalan

    dalam

    penyusunan makalah

    ini'

    B. Mencari

    Akar

    Permasalahan

    Falsafah

    hidup

    Timur

    []awa)

    adalah

    perjuangan untuk

    mencari

    pelepasan dari

    segala

    napsu

    duniawi

    yang membelenggu

    iiwa

    7

    Iwan

    Mulyana:

    Perilaku

    dan

    Pitutur ala

    Jawa:

    Kelengkapan

    Ksatria

    jawa

    Paripurna:

    Wisma,

    Wattodya,

    Turangga,

    Kukila,

    Curiga'

    I w

    a

    n m

    u

    m

    u I

    i

    o n o.bto

    g

    sp

    o

    t.

    c

    o m

    /

    2 0

    1

    1

    /

    k e le n

    g

    ka

    p

    a

    n-ksa tr

    i

    a-j a w

    a

    -p

    a

    r

    p

    u r

    n

    a-htm L

    srAlarrranrara

    denoan

    I

    C. Srrdiaruradi.

    Iember

    1 September

    2013.

    Revitalisasi

    Nilai-nilai

    Ksatria

    Jawa...

    I

    lG.

    Krisnadi

    sumber

    eksploitasi,

    sumber

    kesejahteraan

    hidup,

    melainkan

    sebagai sesuatu yang

    membelenggu

    jiwa

    dalam

    ziarah

    kehidupan

    menuju

    sangkan

    paraning

    urip,'o

    sehingga

    mereka

    tidaksilau

    ter-

    hadap

    cumloroting

    kencana (harta

    duniawi),g

    emerincinge

    ringgit

    (uang)

    maupun

    sumilaking

    jarit

    (nafsu

    birahi).11

    Mereka

    me_

    maknai

    hidup

    di

    dunia

    ini

    hanya

    sebentar

    (mampir

    ngombe),

    untuk

    mencari

    bekar

    hidup

    dengan

    berbuat

    kebaikan.

    Farsafah

    ini

    memandang

    kesejahteraan

    hidup

    bukan

    terretak

    tingkat

    pe-

    nguasaan

    materi

    [harta

    duniawiJ,

    melainkan

    ditentukan

    kemam-

    puan

    seseorang

    dalam

    membebaskan

    diri

    dari

    ikatan

    duniawi

    yang

    dianggap membelenggu

    jiwa,

    dan

    diyakini

    dapat

    mengham_

    bat

    ziarah

    kehidupan

    menuju

    terminal

    akhir

    kehidupan

    yaitu

    surga,

    alam

    adalah

    sumber

    kehidupan, maka perru

    dilestarikan

    dengan

    menjaga

    keberlangsungan

    hidup

    ekosistem

    dan

    keanekaragaman

  • 8/20/2019 E Books Kepemimpinan

    14/35

    sumber

    hayati.

    |ika

    manusia

    merusak

    Iingkungan

    alam,

    irama

    kosmos

    terganggu,

    sehingga

    tidak

    tercipta

    keharmonisan

    hubu-

    nganjagadgedhe-jagadcilik,sehinggamenimbulkanbencana

    alam.

    Falsafah

    Barat

    menganggap

    dunia

    sebagai

    obyek

    penelitian,

    obyek

    eksploitasi,

    sumber

    keseiahteraan

    hidup'

    Falsafah

    ini

    memindahkan

    standar

    kesejahteraan

    hiciup

    dari

    kesejahteraan

    rohani

    (falsafah

    Timur)

    ke

    dalam

    keseiahteraan

    iasmani

    melalui

    penguasaan

    harta

    duniawi.

    Hal

    ini

    membuka

    peluang

    bagi

    ma-

    nusia

    untuk

    merusak

    Iingkungan,

    serakah

    terhadap

    Iingkungan,

    serakah

    terhadap

    harta

    duniawi,

    sehingga

    irama

    kosmos

    ter-

    ganggu,

    maka

    akan

    menimbulkan

    bencana

    alam'

    Demipenguasa-

    an harta

    duniawi,

    membuka

    ruang

    tergerusnya

    moralitas

    bangsa,

    membuka

    kesempatan

    bagi

    "jabang

    bayi"

    korupsi

    tumbuh

    dan

    berkembang

    dalam

    stadium

    membudaya di setiap

    aspek

    kehidu-

    pan.

    Demi

    memperkaya

    diri,

    demi

    memuaskan

    napsu

    duniawi'

    manusia

    menghalalkan

    segala

    cala

    untuk

    mencapai

    tuiuan.

    Hal

    demikian

    terjadi

    karena

    terpengaruh

    pandangan

    falsafah

    hidup

    (ala

    Barat)

    yang

    dianggap

    modern.

    Menurut

    Beerling,

    pandangan

    semacam

    ini

    mulai

    dimiliki

    oleh

    orang-orang

    Barat

    sejak

    masa

    pencerahan

    (abad xvlll),13

    bahkan

    pada saat

    ini

    pandangan

    se-

    macam

    ini

    telah

    menjadi

    milik

    masyarakat

    dunia

    termasuk

    orang-

    orang

    fawa.

    Falsafah

    hidup

    yang

    demikian

    membawa konsekuensi

    logis

    bagi

    manusia

    untuk

    saling

    berebut

    sumber

    aset-aset

    ekonomi,

    sehingga

    manusia

    saling

    menjadi

    "harimau" atas

    manusia

    lain,

    tatanan

    masyarakat

    berupa

    norma-rlorma

    sosial

    maupun

    norma-

    norma

    agama

    dan

    pendidikan

    budi

    pekerti mulai

    ditinggalkan.

    "

    RPJ*rli.g,

    Mrrl,

    gkap

    Dunia

    Modern:

    Perotmbuhan

    Dunia

    Modern,

    Jilid

    II. Terjemahan

    S;aukat

    Djajadiningrat.

    Djakarta:

    Pustaka.Rakjat

    N.V.,

    tanpa

    tahun

    terbit.,

    hlm.l7

    -27

    .

    Revitalisasi

    Nilai-nilai

    Ksatria

    Jawa...

    I

    lG.

    Krisnadi

    Tatanan

    masyarakat

    lama yang

    memegang

    teguh

    tradisi

    jebol

    oleh

    penetrasi

    budaya

    Barat,

    sehingga

    terjadi

    martabat

    bangsa

    turun

    ke

    tingkat

    terendah.

    Hal

    ini

    terjadi

    sejak

    orang-orang

    Eropa

    melakukan penj

    elajahan

    dunia, masa

    kolonialisme-imperiarisme

    orang-orang

    Eropa

    ke

    dunia

    Timur.

    Mereka

    saling

    berebut

    pe_

    nguasaan

    sumber

    aset-aset

    ekonomiyang tidak

    akan pernah

    ter-

    puaskan,

    mereka

    saling

    berperang

    [perang

    Dunia

    I,

    perang

    Dunia

    II).

    Bahkan

    perebutan

    penguasaan

    atas

    sumber

    aset-aset

    ekonomi

    berlangsung

    terus

    hingga

    saat

    ini

    dalam

    sistem

    neo-liberalisme

    di era

    globalisasi.

    Pada

    era

    ini

    kapitalisme

    semakin

    menunjukkan

    keserakahannya

    dalam

    penguasaan

    atas

    sumber

    aset-aset

    ekonomi,

    dan

    telah

    mencabik-cabik

    martabat

    bangsa

    Indonesia

    hingga

    rnelahirkan

    tnasa

    krisis.

    Keunggulan

    falsafah

    hidup

    Barat

    versus

    falsafah

    hidup

    Timur

    telah terekam

    di

    dalam

    dialog

    budaya Barat versus

    budaya

    nusantara.

    Di

    dalam

    dialogbudaya,

    terjadi

    perjumpaan

    kebudaya-

    an

    satu

    dengan

    kebudayaan

    lain

    menghasilkan

    perkembangan

    kebudayaan

    yang

    gemilang.

    perkembangan

    kebudayaan

    di

    Eropa

    Barat

    misalnya,

    merupakan

    hasil

    pertemuan

    dengan

    kebudayaan

    Islam

    di dalam

    rangka

    perang

    Salib.

    Timbulnya

    Renaissance

    di

    Italia

    Utara

    lantaran

    penemuan

    kembali (revitalisasi)

    kebudayaan

    Yunani

    klasik.

    Di Indonesia

    perjumpaan

    kebudayaan

    asli

    Indo-

    nesia

    dengan

    kebudayaan

    Hindu,

    Budha

    dari

    India

    menghasilkan

    bangunan monumental seperti candi Borobudur, candi

    pramban-

    an'

    Bahkan

    keunggulan

    kebudayaan

    India

    di

    bidang

    organisasi,

    di

    dalam

    dialog

    kebudayaan

    tersebut

    melahirkan

    kerajaan-

    kerajaan

    Hindu

    di

    nusantara

    seperti

    Kerajaan

    Kutai,

    Kerajaan

    Tarumanegara,

    Mataram

    Hindu

    dan

    sebagainya.la

    Ivlenurut

    Soedjatmoko,

    vitalitas

    kebudayaan

    suatu

    bangsa

    dalam

    menjalin

    laMarwadi

    Djoened

    poesponegoro,

    Nugroho

    Notosusanto

    ,

    op.

    cit,hrm.29-

    52.

  • 8/20/2019 E Books Kepemimpinan

    15/35

    Kepemimpinan di

    lndonesia dalam

    Perspektif

    Sejarah

    dan

    Budaya

    dialog

    dengan

    kebudayaan

    lain

    dibuktikan

    oleh

    kemampuan

    untuk

    dirangsang

    oleh

    pengaruh-pengaruh

    luar,

    ke

    arah kreati-

    vitas

    yang

    lebih

    besar. Vitalitas

    suatu

    bangsa

    juga

    dicerminkan

    dari keberaniannya

    untuk

    menjalankan

    eksperimen-eksperimen

    dan

    mencoba

    jalan

    baru

    yang belum

    terdapat

    dalam

    kebudayaan

    asli.ls Lantas bagaimana budaya

    nusantara berdialog

    dengan

    budaya

    Barat?

    Penguasaan

    Portugis

    atas

    Malaka

    (1511)

    membuka

    kesempa-

    tan bangsa

    ini untuk

    menguasai

    jalur

    pelayaran nusantara

    dengan

    menguasai

    pelabuhan

    Sunda

    Kelapa

    tahun

    1527.t6

    Namun

    Keraja-

    an Demak

    yang

    diharapkan

    mampu membendung

    kolonialisme

    Barat

    di

    nusaniara

    malah

    semakin

    lemah,

    lalu

    pudar

    akibat

    suk-

    sesi

    diantara

    raja-rajanya.

    Kekuatan

    Eropa

    yang

    datang

    berikut-

    nya

    yaitu

    Belanda

    iauh

    lebih

    kuat

    daripada

    Portugis dan

    Spanyol.

    VOC

    (Belanda) datang pertama

    kali

    di

    nusantara (Ujung

    Kulon,

    Banten)

    pada

    22

    funi

    1596

    dengan

    tuiuan

    berdagang,

    namun

    selanjutnya

    menguasai

    kota-kota

    pelabuhan

    penting

    di

    jalur

    perdagangan

    di

    nusantara

    seperti:

    Malaka

    (1,64L),

    Batavia

    (L642)'

    Maluku

    [1655),

    Minahasa

    (1658), Gorontalo

    (L677), Mataram

    (1667), Makasar

    (1669),

    Palembang

    (1662).17

    Selanjutnya

    Belanda tidak

    puas

    hanya berdagang

    di

    nusantara

    akhirnya

    nll-

    santara

    dijadikan

    daerah

    iaiahannya

    hingga

    kedatangan

    bala-

    tentara

    |epang

    pada

    tahun 1942.

    Masa

    kolonial

    Belanda

    di

    nusantara merupakan

    masa pene-

    trasi

    budaya

    Barat

    terhadap

    budaya

    nusantara.

    Di dalam

    per-

    jumpaan

    dengan

    budaya

    Barat, budaya

    nusantara

    yang

    bersifat

    lssoedjatmoko,

    Ehko Pembebason:

    Pilihan

    Karangan

    tentang:

    Agama'

    Kebudayaan,

    Sejarah

    dan IImu

    Pengetahuan

    (Jakarta: LP3ES,

    Cetakan

    Ketiga,

    1988),

    hlm. 46-47).

    r6Parakitri

    T.

    Simbolon

    ,

    Akar-akar

    Kebangsaan

    lndonesio

    (f

    akarta:

    Grasindo, 1995),

    hlm. 3L.

    17

    lbid,

    hlm.47-48.

    Revitalisasi

    Nilai-nilai

    Ksatria

    Jawa...

    I

    tG.

    Krisnadi

    profan

    kehilangan

    vitalitas

    adaptif dan

    kreatif

    dalam

    berdialog

    dengan

    budaya

    Barat

    yang

    sekuleristik.

    Sistem

    nilai

    budaya

    nusantara

    maupun

    pranata

    sosial

    yang

    telah

    ada

    jebol

    meng-

    hadapi gelombang

    budaya

    Barat.18

    Bersamaan

    dengan

    kehadiran

    Belanda

    di nusantara,

    terjadi

    kesibukan

    internal raja-raja

    lokal

    dalam perang

    suksesi,

    menunjukkan legitimasi

    kekuasaan

    tradi-

    sional

    sedang

    dipertanyakan.le

    Para

    pesaing

    tahta

    keraiaan

    (usurpator)

    mengklaim

    bahwa

    dirinya

    sebagai

    Ratu

    Adil

    yang

    telah

    memperoleh

    restu

    lllahi

    yang

    akan

    menyelamatkan

    rakyat

    dari

    ketidakadilan

    dan

    kejahatan

    duni4

    dan

    akan

    mendirikan

    pemerintahan

    yang

    damai,

    adil

    dan

    makmur.

    Sejarah

    pembe-

    rontakan-pemberontakan

    setempat

    di

    fawa

    tidak

    hanya

    zaman

    kolonial

    tetapi

    juga

    pasca-kemerdekaan,

    menampilkan

    pemim-

    pin-pemimpin

    yang

    dilambangkan

    oleh

    rasa kekecewaan

    dan

    keputusasaan

    elite

    politik

    lalu

    menghasut para

    pengikutnya

    untuk

    berontak

    atas

    nama Ratu

    Adil.,' Tampaknya

    para

    erite

    poritik

    tidak

    menghimpun

    kekuasaan

    Illahi

    dengan

    cara

    bermatiraga

    atau

    mensucikan

    diri,

    namun

    mereka

    saling

    mengklaim

    bahwa

    wahyu

    keprabon

    atau restu

    Illahi

    sudah "dikantonginya.,,

    Hal

    semacam

    ini

    terjadi

    karena

    mereka

    telah

    terpengaruh

    falsafah

    hidup

    Barat yang

    lebih mengutamakan

    pencarian

    kebahagiaan

    hidup

    bercorak

    duniawi

    melalui penguasaan

    atas

    sumber

    aset-

    aset

    ekonomi

    maupun

    terdorong

    oleh

    napsu

    atau libido

    kekuasaan.

    Kondisi

    semacam

    ini

    diperparah

    dengan

    penetrasi

    budaya

    Barat yang

    sekuleristik

    menawarkan

    "kenikmatan

    duniawi,,

    dan

    18

    Sartono

    Kartodirdjo.

    "Lemboran

    Sedjarah

    Indonesia

    No.7;

    Messianisme

    dan

    Millenarisme

    dalam

    Sejarah

    lndonesia."

    f

    ogjakarta,

    Seksi

    penelitian

    Djurusan

    Sedjarah

    Fakultas

    Sastra

    dan

    Kebudajaan

    UGM.

    1971.,

    hlm.

    66-67.

    le

    Fachry

    Alt,

    Refleksi

    Paham

    "Kekuasaan

    Jawa,'dalam

    Indonesio

    Modern

    fl

    akarta:

    Gramedia,

    7986),

    hlm.

    44-45.

    2oSoedjatmoko,

    op.

    cit, hlm.B1.

  • 8/20/2019 E Books Kepemimpinan

    16/35

    Kepemimpinan

    di

    lndonesia

    dalam

    Perspektif

    Sejarah

    dan

    Budaya

    keserakahan

    kaum

    kapitalis

    dalam

    mengeksploitasi

    dunia,

    meluluh-lantakkan

    tatanan

    masyarakat

    yang

    telah

    ada, sehingga

    menyebabkan

    krisis

    moral

    melanda

    bangsa

    ini

    dan

    masya-

    rakatnya

    memasuki

    zaman

    kegelapan

    (kalatidha).

    Hal

    initerjadi

    ketika

    kekuasaan

    kolonial

    Hindia

    Belanda

    semakin

    kuat

    tertanam

    di bumi

    nusantara

    khususnya

    di

    f

    awa

    pada

    tahun

    1B7O-an'

    Ber-

    kenaan

    dengan

    itu,

    Raden

    Ngabehi

    Ronggowarsito

    bernada

    sangat

    putusasa menggambarkan

    kalatidha

    yang terjadi

    pada

    zamannya

    dengan

    rangkaian

    syair dalam

    SeratKalatidha

    berikut

    ini:

    "Mangkya

    darajating

    praja/

    Kawuryan

    wus sunya

    ruri/

    Rurah

    pangrehing ngukara/

    Karana tonpa

    palupi/

    Ponang

    porqmeng

    kawi/

    Kowelwiting

    tyas

    maladhung/

    Kungas

    kassudronira/

    Tidem

    tandaning

    dumadi/

    Ardayeng rotdening

    karoban rubeda'/

    /Ratune-ratu

    utama/

    Patihe

    patih

    linuwih/

    Pranayako

    tyas

    roharja/

    Panekare becik-becik/

    Paranfune

    tan dadi/ Paliasing

    kala

    bendu.//Amenangi

    zaman

    edan/ E'wuh

    ayahing

    pambudi/

    Melu edan

    nora tahan/

    Yen tan

    melu

    anglokoni/

    Boya

    kaduman

    mel ik/ Kal

    i

    ren

    w ekqsanlpu

    n....2

    1

    Syair

    tersebut

    jika

    diterjemaahkan

    secara

    bebas

    sebagai

    berikut:

    "Adopun

    derajat

    negara/

    tampak sudah

    sunyi

    senyap/

    penguasaon

    kalimat

    (sudah)

    mundur/

    karena

    tiadanya

    teladan/

    odapun sang

    pujangga

    utama/

    terbelit

    oleh hati

    yang

    penuh

    cinta

    (duniawi)/ tersiar kerendahan

    deraiaorya/

    padam

    segalo

    tanda

    kehidupaan/

    terasokan

    dunio

    baniir

    kemolangan.//

    Raianya

    roia

    utama/

    patihnya patih

    yang cakap/

    paro

    pengawal berhati

    tenteram

    /p

    e nj ag a keam

    ana nny

    a b

    aik-b a

    ik/ m

    eskipun

    dem

    iki aan

    (mereka)

    tidak

    menjadi/penolak

    akan

    kemurkaan sang

    Kala...'/

    /

    Mengalami

    zaman

    gila/

    sulit

    berusaha

    untuk

    menggunakan

    "R.

    Rg.

    Sastrasadarga,

    Jangka

    Ronggowarsito;

    Sabda

    Pranawa,

    Jaka-

    lodhang,

    Kala Tidhq.

    Solo,

    Penerbit

    Sadoe-Boedi,

    tanpa

    tahun terbitJ,

    hlm.

    24-

    25.

    Revitalisasi Nilai-nilai

    Katria

    Jawa...

    I

    lG.

    Krisnadi

    akal

    budi/ mau

    ikut gilo

    tak tahan/

    (tctapi)

    jika

    tidak

    ikut

    menjalani/

    apakah

    akan

    mendapat

    bagian

    pemilikan/

    akhirnya

    j

    ad

    i ke

    lapa ran...//'22

    Menurut

    Anderson,

    syair

    tersebut

    menggambarkan

    keruntu-

    han

    raja-raja

    lawa.la

    berpendapat,

    menurut

    "jalan

    pemikiran,'

    fawa

    tradisional, apabila rajanya raja

    utama

    (Ratune-ratu

    utama),

    patihnya

    mencintai

    kebenaran

    (Patihe

    patih

    linuwrh),

    maka

    kos-

    mos

    dan

    nrasyarakat

    semestinya

    dalam

    keadaan

    damai/tentram.

    Tetapi

    sebagaimana

    yang

    diperlihatkan

    dalam

    syair

    itu

    justru

    menggambarkan

    hal

    yang

    sebaliknya.

    Satu

    kata dahsyat paran-

    dene

    [meskipun

    demikian)

    mengekspresikan

    keputusasaan

    men-

    dalam

    Ronggowarsito

    terhadap

    tradisi, kesadaran

    bahwa

    alam

    pemikiran

    yang

    lama

    tentang

    dunia

    tidak

    lagi

    dianggap

    sah,

    irama

    kosmos

    telah

    menjadi

    tidak

    karuan,

    dan

    "kuasa"

    orang

    fawa

    me-

    lemah.

    23

    MenurutAnderson, penyairtua yangtahun

    1873

    tinggal

    menanti

    kematiannya

    berbicara

    tentang

    kengeriannya

    bahwa

    masa

    ini

    adalah

    masa kegelapan

    yang

    mungkin

    tiada

    berakhir.za

    Kekhawatiran

    atau

    keputusasaan

    Ronggowarsito

    tentang

    melemahnya

    "kuasa"

    orang

    fawa

    dan

    semakin

    menguatnya

    penetrasi

    budaya

    Barat yang

    menjebabkan

    terjadinya

    kalatidho

    (masa

    krisis

    moral) yang

    tiada

    berakhir

    bukan

    sekedar

    isapan

    jempol

    melainkan

    menjadi

    kenyataan.

    Krisis

    moral yang

    dialami

    bangsa

    Indonesia

    pada

    saat ini

    sebagai

    manifestasi

    meremahnya

    "kuasa" orang

    Jawa

    terhadap penetrasi Barat dalam rupa

    kese-

    rakahan

    kapitalisme

    (neo-liberalisme)

    di

    era globalisasi

    ini.

    Sekalipun

    demikian,

    jika

    kita

    bersikap

    putusasa

    seperti yang

    telah

    ditunjukkan

    Ronggowarsito

    di

    dalam

    serat

    Kalatidha

    bukanlah

    sikap

    bijak,

    namun

    perlu

    diupayakan

    agar

    bangsa

    inikeluar

    dari

    22B.R.o.G

    Benedict

    Anderson,

    kgason

    Tentang

    Kekuasoan

    dalqm

    Kebu-

    dayoan

    Jawa

    (Tanpa

    kota

    dan

    badan

    penerbil

    l97Z)h\m.42.

    23Anderson,

    ibrd.

    hlm.

    43.

    24lbid

  • 8/20/2019 E Books Kepemimpinan

    17/35

    Kepemimpinan

    di lndonesia

    dalam

    Perspektif Sejarah

    dan

    Budaya

    masa krisis

    (kalatidha). Langkah

    yang

    dicoba

    untuk

    keluar

    dari

    masa

    krisis

    adalah

    dengan merevitalisasi

    nilai-nilai

    ksatria

    fawa'

    C. Revitalisasi

    Nilai-nilai

    Ksatria

    fawa

    Para

    pemimpin

    bangsa

    di

    negeri

    pada saai

    ini

    telah

    kehilangan

    jiwa

    ksatria

    di

    dalam

    mendharmabaktikan

    tugas-tugasnya

    seba-

    gai

    abdi

    negara.

    Para eksekutor,

    legislator,

    yudikator telah menya-

    lahgunakan kekuasaan

    untuk

    rnemperkaya

    diri

    dengan mencuri

    (korupsi)

    uang

    rakyat. Para

    pemimpin

    yang

    demikian

    tidak

    mem-

    beri keteladanan

    baik, malah

    mempertontonkan

    tindak

    tidak

    ter-

    puji

    [pengecut)

    kepada rakyat.

    Menurut

    Anderson,

    para

    pemim-

    pin

    yang

    demikian

    jika

    dilihat

    dari sudut

    pandang

    kepemimpinan

    tradisional

    ]awa,

    mereka

    telah

    kehilangan

    "wahyu

    Illahi" dan

    sifat-

    sifat ke-lllahian

    di dalam

    kepemimpinan,

    karena

    wadhahnya

    telah

    rusak.2s

    Di dalam konteks

    kepemimpinan

    f

    a,*'a,

    pemimpin

    yang

    kehila-

    ngan

    sifat-sifat

    ke-lllahian hanya

    akan

    mendatangkan

    prahara

    atau musibah

    karena

    kutukan

    Tuhan

    rnelalui

    Bethara

    Kala.

    Masa

    yang

    demikian

    dikenal

    sebagai

    kalabendu.

    Kalabendu memiliki

    tanda-tanda

    seperti: terjadikemerosotan

    moral

    di

    kalangan

    para

    pejabat

    dan masyarakat.

    Hal

    ini

    tarrrpak

    semakin

    merebak

    ko-

    rupsi, menjamur

    praktik pelacuran, dan

    tindak

    kriminalitas

    lainnya

    serta

    semakin banyak

    musibah

    bencana

    alam.

    Menurut

    2l

    Menurut Benedict Anderson,

    kekuasaan

    fawa

    memiliki

    karakteristik

    sebagai berikut:

    (1) Kekuasaan

    itu bukan

    suatu

    gambaran

    teoritik,

    melainkan

    ada dan

    nyata.

    Kekuasaan itu energi

    Illahi.

    (2)

    Kekuasaan

    bersifat

    homogen

    yang

    memiliki

    jenis

    dan

    sumber

    yang

    sama;

    (3)

    Besarnya kekuasaan

    di

    alam

    semesta bersifat konstan,

    dan secara

    substansial

    bersifat

    tetap,

    artinya

    tidak

    pernah

    bertambah

    dan tidak

    pernah

    berkurang.

    Namun

    demikian,

    bagi

    setiap

    orang

    yang

    berupaya menghimpun

    (mewadahi)

    kekuasaan,

    maka

    kekuasaan

    itu

    bisa

    bertambah atau

    berkurang atau

    aka,r hilang

    bagi

    yang

    "wadahnya"

    telah rusak. lbid hlm. 3-4.

    Revitalisasi

    Nilai-nilai

    Ksatria

    Jawa...

    I

    lG. Krisnadi

    Soemarsaid Moertono, kalabendu terjadi

    karena

    raja

    atau

    para

    birokrat

    yang

    semestinya memberi

    keteladanan,

    perlindungan,

    ketentraman, kesejahteraan

    kepada rakyat,

    justru

    menyeng-

    sarakan rakyat.26

    Istilah kalabendu

    muncul

    berkenaan dengan

    pihak penguasa

    tidak

    dapat

    menyelenggarakan

    pemerintahan

    secara

    baik.

    Raja sebagai

    penguasa

    tidak

    melaksanakan

    kewaji-

    ban

    sebagai

    mediator

    antara

    rakyat

    dan Tuhan,

    karena wahyu-

    keprabon

    sebagailegitimasi kekuasaan

    telah ke

    luar

    dari wadah-

    nya

    yaitu

    di dalam

    diri

    raja mencari

    wadah baru ke dalam Ratu

    Adil

    yang

    akan memberantas kejahatan,

    mendatangkan kemak-

    muran dan kedamaian bagi rakyat.z7

    Menurut Anderson, vitalitas kepemimpinan

    |awa

    terletak

    pada

    kemampuan

    seseorang di

    dalam menghimpun kekuasaan

    dengan menyediakan

    "wadah"

    yang

    baik dengan menyucikan

    diri

    agar

    dapat mewadahi "Wahyu

    Illahi."

    Hal

    ini

    dilakukan

    dengan

    cara bermatiraga.

    Misal melalui

    bertapa di dalam

    gua

    atau

    di

    dalam

    hutan, berpuasa

    (suda

    dhahar

    klawan

    guling),

    meditasi

    di

    dalam kamar tanpa

    penerangan

    Qtatigenr],

    hanya makan sayur

    (ngrowot),

    berendam

    di

    dalam

    air

    sungai

    (kungkum),

    bertapa

    mengubur

    diri

    fpasa

    mendhem),

    puasa

    bicara

    (tapa

    ngrame),

    pantang

    seks.z8 Menurut

    tradisi

    f

    awa,

    mereka

    yang

    berhasil

    meng-

    himpun

    kekuasaan

    (energi

    Illahi) akan menerima

    wahyu

    keprabon sebagai legitimasi

    kepemimpinan

    berupa

    cahaya terang

    berwarna

    biru,

    atau hijau, atau

    putih

    yang

    bernamawahyu, pulung

    25Soemarsaid

    Moertono.

    Negoro dan Usoha Bino-Negara di

    lawa

    Masa

    Lampau; Shtdi Tentong

    Masa Mataram

    Il,

    Abad

    XVI-XlX

    (lakarta:Yayasan

    Obor

    Indonesia,

    1985), hlm. 56.

    2TSartono

    Kartodirdjo, U

    ngkapan-Ung kapan Filsafat Sej aro

    h Barat

    dan

    Timur

    (Jakarta:

    Penerbit

    PT Gramedia, 1986J, hlm.88-89.

    281G.

    Krisnadi.,

    "Wahyu

    Kraton Miturut Kabudayan

    f

    awa,"

    dalam/aya Baya

    No. 32,

    12

    April

    1998.,

    hlm.

    7-9. Indrajati, Kitab Wedha Mantra.

    Solo:

    Sadu

    -

    Budi, 1979.,

    hlm.4.

  • 8/20/2019 E Books Kepemimpinan

    18/35

    Kepemimpinan

    di

    lndonesia

    dalam

    Perspektif

    Sejarah

    dan

    Budaya

    atau

    ndaru.ze Mereka

    yang

    telah menerima wahyu-keprabon

    menganggap

    bahwa kekuasaan

    [jabatan)

    itu amanah

    dari Tuhan,

    dan merupakan

    tugas suci

    yang

    dipercayakan Tuhan

    untuk

    mensejahterakan

    rakyat.3o

    Berkenaan dengan

    itu, Ki

    Hajar Dewantara

    memberikan

    petuah

    kepada para

    pemimpin/ksatria

    f awa dalam

    melaksanakan

    tugas dengan

    semboyan ing ngarsa sun tuladha,

    ing madyo

    mbangun karsa,

    tutwuri

    handayani,

    artinya seorang

    pemimpin

    (guru)

    jika

    di depan memberikan keteladanan

    yang

    baik

    kepada

    bawahannya,

    jika

    di

    tengah

    memberi motivasi atau membangkit-

    kan

    kinerja

    kepada bawahannya

    agar memiliki kreativitas

    kerja,

    dan

    jika

    berada

    di

    belakang

    harus memberikan

    dukungan dan

    kesempatan

    kepada

    bawahannya untuk mandiri,3l

    Pangeran

    Samber

    Nyawa

    (Mangkunegara

    I)

    memberikan

    petuah

    tentang

    Tri

    Dharma

    yang harus diemban

    seorang

    pemimpin

    maupun

    bawahannya

    dalam melaksanakan

    tugasnya

    sebagai

    berikut:

    (1)

    rumongso

    melu handarbeni

    (merasa

    ikut memiliki),

    rumongso

    melu

    hangrungkebi

    (merasa

    ikut

    bertanggungjawab)

    dan mulat

    sariro

    hangaroso wani (mawas diri

    dan berani).32

    Menurut

    konsep Dewa-Raja,

    para

    raja

    f

    awa memiliki

    kesakti-

    an

    yang

    identik

    dengan

    kesaktian

    para

    dewa,

    sehingga mereka

    mendapat

    sebutan

    Gusti

    kang mangejawantah,

    artinya

    Tuhan

    2eSoemarsaid

    Moertono,

    op.

    cit,

    hlm.

    59. Benedic

    Anderson,

    op.

    cit,hlm.

    5. Lihat

    IG.

    Krisnadi,

    Pujongga

    Kraton: Mbangun

    Sasta, Mqrsudi

    Basa

    (Makalah

    Proceeding),

    Kongres Bahasa

    fawa

    IV di

    Semarang,

    Jawa

    Tengah.

    10-14

    September

    2006.

    301.C.

    Sudjarwadi,

    Seimbang

    Unsur

    Yin

    dan Yang, dalam

    Jawa

    Pos,

    Radar

    Jember,

    Minggu

    21 November'2010.

    3lMarwati

    Djoened

    Poesponegoro,

    Nugroho

    Notosusanto,

    Sejarah

    Nasional

    Indonesia

    7

    fJal

  • 8/20/2019 E Books Kepemimpinan

    19/35

    Kepemimpinan

    di lndonesia

    dalam

    Perspektif Sejarah

    dan

    Budaya

    dilihat di

    dalam

    piwulang Resi

    Bisma

    kepada

    Raja

    Indraprasetya,

    /udistira

    tentang

    Dharma

    Raja.

    Menurut

    Resi

    Bisma,

    seorang

    raia

    tidak

    boleh

    memperkaya

    diri

    (korupsi)

    yang

    dapat

    menyengsara-

    kan rakyat,

    sehingga

    rakyat

    akan

    marah,

    dan Tuhan

    akan meng-

    hukum

    raja.37 Resi

    Bisma

    juga

    memberikan

    piwulang

    nilai-nilai

    ksatria

    kepada

    Werkudara, Arjuna, Nakula

    dan

    Sadewa

    tentang

    Dharmaning

    Prajurit

    sebagai

    berikut,

    |ika

    berperang

    jangan

    dilandasi

    rasa

    amarah

    yang

    berlebihan

    dengan

    melakukan

    pem-

    bunuhan.

    )angan

    menghalalkan

    segala

    cara

    untuk

    memperoleh

    kemenangan

    dengan

    melakukan

    sikap

    yang

    tidak

    terpuji,

    atau

    jangan

    bersikap

    pengecut

    dengan

    menyerang

    musuh

    secara

    sembunyi

    pada

    saat

    peperangan sedang istirahat.

    Mereka

    yang

    luka segera

    ditolong

    untuk disembuhkan

    sekalipun

    itu

    musuh.

    Musuh

    yang

    telah

    mel