dukungan keluarga bagi lanjut usia (lansia) di...
TRANSCRIPT
DUKUNGAN KELUARGA BAGI LANJUT USIA (LANSIA)
DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDA (PSTW) BUDI MULIA 3
CIRACAS JAKARTA TIMUR
(Studi Kasus Nenek Sutinem)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)
Oleh:
Nur Intan Saputri
1112054100011
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H / 2016 M
DUKUNGAN KELUARGA BAGI LANSIA
DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDA (PSTW) BUDI MULIA 3
CIRACAS JAKARTA TIMUR
(Studi Kasus Nenek Sutinem)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar sarjana sosial (S. Sos)
Oleh:
Nur Intan Saputri 1112054100011
Pembimbing
~~ Nurhayati 1~. Si
NIP.l9740809 199803 2 002
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SY ARIF HIDAY A TULLAH
JAKARTA
1437 HI 2016 M
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul Dukungan Keluarga bagi Lanjut Usia (LANSIA) di Panti
Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 3 Ciracas Jakarta Timur (Studi
Kasus Nenek Sutinem) telah diujikan dalam siding munaqasyah Fakultas Dakwah
dan Ilmu Komunikasi UTN Syarif Hidayatullah Jakarta. Pada tanggal 19 September
2016. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana
Kesejahteraan Sosial (S.Sos) pada Program ,Studi Kesejahteraan Sosial.
Jakarta, 19 September 2016
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota
Penguji I Penguji II
NIP.19771127 2007101 001
Pembimbing
s SE M.Si
NIP.19740809 19 803 2 002
LEMBARPERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar strata (S 1) Jurusan Kesejahteraan Sosial
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari saya terbukti bahwa dalam penulisan skripsi ini bukan hasil
karya sendiri atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain dalam (plagiat),
maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta,
i
ABSTRAK
Nur Intan Saputri
Dukungan Keluarga bagi Lanjut Usia (LANSIA) di Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) Budi Mulia 3 Ciracas Jakarta Timur (Studi Kasus Nenek Sutinem)
Penelitian ini penting karena suatu hari nanti saya akan menjadi lanjut usia
(Lansia). Lanjut usia (Lansia) merupakan sebuah siklus hidup manusia yang hampir
pasti dialami setiap orang. Kenyataan saat ini, setiap kali menyebut kata lansia yang
terbesit di benak kita adalah seseorang yang tidak berdaya. Alasannya karena angka
usia harapan hidup yang tinggi, kemungkinan terjadinya peningkatan jumlah lansia
suatu saat nanti akan semakin besar. Dalam Islam mengajarkan kepada setiap anak
untuk senantiasa menghormati,menyayangi dan patuh terhadap perintah orang tua.
Tidak boleh berani melawan kepada orang tua bahkan menelantarkan mereka. Oleh
karena itu lanjut usia (Lansia) sebagai makhluk sosial sangat membutuhkan dukungan
khususnya keluarga. Dukungan keluarga merupakan suatu proses yang terjadi
sepanjang hidup dimana didalamnya terdapat sebuah informasi, saran, bantuan nyata
dan sikap yang diberikan oleh keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk
menggambarkan bagaimana dukungan keluarga yang diberikan kepada lanjut usia
(Lansia) di Panti Tresna Werdha Budi Mulia 3 Ciracas Jakarta timur.
Metode yang peneliti gunakan dalam skripsi ini ialah metodologi penelitian
kualitatif dimana dalam teknik pengumpulan data peneliti melakukan wawancara dan
observasi.Teknik pemilihan informan yang peneliti gunakan ialah purposive sampling
dan snowball sampling dimana peneliti menunjuk pekerja sosial terlebih dahulu untuk
dapat memberikan informasi yang peneliti butuhkan,lalu pekerja sosial tersebut akan
merujuk informan lainnya yang dapat membantu peneliti dalam memilih klien sesuai
dengan kriteria yang telah peneliti tetapkan, yakni berdasarkan lansia yang tinggal di
panti karena keinginan keluarga dan masih memiliki keluarga.
Adapun hasil temuan yang peneliti dapatkan mengenai dukungan keluarga
yang diberikan oleh keluarga kepada lansia adalah cukup baik. Dimana nenek
Sutinem mendapatkan dukungan seperti dukungan fisiologis, dukungan psikologis,
dan dukungan sosial dari keluarga. Meskipun begitu nenek Sutinem merasa dibuang
oleh keluarganya. Alasan Sutinem tinggal di panti karena Sutinem memiliki
hubungan tidak baik dengan menantunya sering bertengkar jadi anaknya
menempatkan ibunya di panti.
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirohmanirrohim
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Segala puji senantiasa peneliti panjatkan atas segala karunia Allah SWT, yang
telah menciptakan makhluk-Nya dengan penuh cinta dan kasih serta mengajarkan
manusia untuk mencintai sesama manusia hanya karena Allah semata. Shalawat dan
salam semoga tercurahkan kepada junjungan besar kita yakni Nabi Muhammad
SAW, para keluarga, para sahabatnya, serta para umatnya yang insya Allah hingga
kini terus mencintainya.
Skripsi dengan judul “Dukungan Keluarga Bagi Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 03 Ciracas Jakarta Timur (Studi Kasus Nenek Sutinem)”.
Merupakan salah satu wujud upaya peneliti dalam mengetahui dukungan keluarga
bagi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03 Ciracas Jakarta Timur.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal
tersebut disebabkan oleh keterbatasan yang peneliti miliki. Oleh karena itu segala
kritikan dan masukan yang bertujuan membangun sungguh merupakan suatu yang
sangat berharga dan membantu peneliti dalam membuat skripsi ini karenanya, sudah
sepantasnya peneliti mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. H. Arief Subhan, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D, selaku Wadek Bid. Akademik, Ibu
Dr. Roudhonah, M.Ag, selaku Wadek Bid. Adkum, Bapak Dr. Suhaimi, M.Si,
selaku Wadek Bid. Kemahasiswaan.
2. Ibu Lisma Dyawati Fuaida M.Si selaku Ketua Program Studi Kesejahteraan
Sosial, Hj. Nunung Khairiyah MA, selaku Sekretaris Program Studi, dan para
iii
dosen Program Studi Kesejahteraan Sosial yang telah banyak ilmu dan
pengalamannya kepada penulis.
3. Ibu Nurhayati Nurbus M.Si selaku Dosen pembimbing skripsi yang telah banyak
meluangkan waktunya dalam membantu dan memberikan pengarahan serta
bimbingannya kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini, sehingga skripsi ini
dapat diselesaikan dengan baik.
4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan sumbangan wawasan keilmuan dan
membimbing peneliti selama melaksanakan perkuliahan di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Seluruh pegawai Perpustakaan Dakwah dan Perpustakaan Utama atas pelayanan
dan tersedianya buku-buku yang peneliti butuhkan dalam penulisan skripsi ini.
6. Bapak Akmal Towe selaku Ketua Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 03
Ciracas Jakarta Timur
7. Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Ciracas Jakarta Timur yang telah
mengizinkan peneliti dalam melakukan penelitian.
8. Para staff dan petugas PSTW yang telah bersedia di wawancarai oleh peneliti.
9. Bapak dan Mama peniliti yang selalu menjadi penyemangat dan terimakasih
untuk kasih sayangmu selama hidupku dan akhirnya cita-cita kalian agar penulis
menjadi sarjana sudah penulis penuhi
10. Terimakasih untuk kedua kakak ku perempuan yang hebat serta kakak iparku dan
terus memberikan dukungan serta doa, aku menyayangi kalian.
11. Spesial buat kak R yang selalu ada memberi dukungan untuk peneliti sampai saat
ini peneliti ucapkan terimakasih banyak.
12. Sahabat tersayang peneliti, Baety Mubarokah, Nia Waliani, Rina Gustina dan
Ester Kartika Sari yang telah amat sangat peneliti kasihi dan sayangi serta selalu
menerima penulis apa adanya dengan segala kekurangan yang ada pada diri
peneliti. Semoga kita selalu selamanya bersahabat.
13. Teman-teman tercinta Kesejahteraan Sosial angkatan 2012 yang telah memberi
dukungan selama ini.
iv
14. Teman-teman Pratikum I bersama Wawan, Erik, Mila, Fanhari, Halim dan
teman-teman Pratikum II bersama Rosidah, Nafisah, Annisa, Hikmah, Angga,
Fanhari dan Fajri terimakasih atas semua kerja samanya.
15. Terimakasih untuk kakak, adik-adik, dan teman-teman di LDK Syahid tercinta.
16. Kawan seperjuangan di UIN Jakarta yaitu Keluarga Besar Asy-Syams.
17. Seluruh pihak yang telah membantu dalam peyusunan laporan penelitian ini yang
tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah mendukung baik secara lansung
maupun tidak langsung dalam penulisan skripsi ini namun tidak menghilangkan
rasa hormat dan terimakasih peneliti kepada kalian.
Peneliti tidak mampu memberikan balasan apa-apa atas segala asa yang
diberikan, dan hanya mampu menyampaikan terimakasih yang setulus-tulusnya
dengan iringan doa semoga segala pengorbanan dan bantuan dari semua pihak dapat
dicatat sebagai amal ibadah di sisi Allah SWT.
Akhirnya penulis berharap semoga karya ini mampu memberikan manfaat,
baik bagi penulis mahasiswa kesejahteraan sosial juga pembaca lainnya. Ridho dan
keikhlasan dari para dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi selalu
penulis harapkan, semoga ilmu yang diberikan kepada kami dapat bermanfaat untuk
pengabdian di masyarakat.
Ciputat, 19 September 2016
Penulis
Nur Intan Saputri
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................... i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. . ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................ 1
B. Tinjauan Pustaka ......................................................................... 10
C. Pembatasan Masalah ................................................................... 11
D. Perumusan Masalah .................................................................... 12
E. Tujuan Penelitian......................................................................... 12
F. Manfaat Penelitian ..................................................................... 12
G. Metodologi Penelitian ................................................................ 13
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 25
A. Dukungan Keluarga............................................. ...................... 25
1. Pengertian Dukungan Keluarga ................................................. 25
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga ....... 26
3. Bentuk Dukungan Keluarga .................................................. 28
4. Sumber Dukungan Keluarga ................................................. 30
5. Fungsi Dukungan Keluarga ................................................... 30
B. Dukungan Sosial ........................................................................ 32
1. Pengertian Dukungan Sosial ................................................ 32
2. Jenis-jenis Dukungan Sosial ................................................ 32
3. Komponen Dukungan Sosial ............................................... 33
4. Manfaat Dukungan Sosial .................................................... 36
C. Lansia ......................................................................................... 37
1. Pengertian Lanjut Usia ......................................................... 37
2. Kebutuhan Lanjut Usia ........................................................ 38
3. Hak dan Kewajiban Lanjut Usia .......................................... 40
vi
4. Karakteristik Lanjut Usia ..................................................... 41
5. Tugas Perkembangan Lanjut Usia ....................................... 44
D. Teori Fungsional ........................................................................ 45
E. Teori Proses Menua.................................................................... 47
1. Teori Biologis ...................................................................... 47
2. Teori Sosial .......................................................................... 48
3. Teori Penarikan Diri ............................................................. 53
BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA ........................................... 55
A. Latar Belakang Pendirian Lembaga .......................................... 55
B. Tujuan, Visi dan Misi Lembaga ................................................. 56
C. Falsafah Lembaga ...................................................................... 57
D. Struktur Organisasi Lembaga ..................................................... 59
E. Program ...................................................................................... 61
F. Jangkauan Layanan .................................................................... 66
G. Sumber Daya Manusia ............................................................... 68
H. Sarana dan Prasarana Lembaga .................................................. 69
I. Kemitraan Dengan Pihak Luar ................................................... 74
BAB IV HASIL PENELITIAN & ANALISA ......................................... 76
A. Profil (Informan) ....................................................................... 76
B. Bentuk Dukungan Keluarga ....................................................... 79
C. Fungsi Dukungan Keluarga........................................................ 84
D. Komponen Dukungan Sosial ..................................................... 88
E. Kebutuhan Lanjut Usia .............................................................. 93
F. Kateristik Lanjut Usia ................................................................ 96
BAB V PENUTUP.………………………………………….. .................. 114
A. Kesimpulan ................................................................................ 114
B. Saran ........................................................................................... 116
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
1. Table 1.1 Informan…………………………………………........................18
2. Table 1.2 Struktur Organisasi PSTW………………………………………41
3. Table 1.3 Data Jumlah Lanjut Usia………………………………………...51
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Keluarga mempunyai peran yang penting dalam keperawatan karena
keluarga menyediakan sumber-sumber yang penting untuk memberikan
pelayanan kesehatan bagi dirinya dan orang lain dalam keluarga. Dalam
sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cidera, perpisahan) akan
mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga dalam hal tertentu.
Keluarga adalah kelompok orang yang ada hubungan darah atau
perkawinan. Orang-orang yang termasuk keluarga adalah ibu, bapak,
dan anak-anaknya. Ini disebut keluarga batih (nuclear family). Keluarga
yang diperluas (extended family) mencakup semua orang dari satu
keturunan dari kakek dan nenek yang sama, termasuk keturunan suami
dan istri. Keluarga mempunyai fungsi untuk berkembang biak,
mensosialisasi atau mendidik anak, dan menolong serta melindungi
yang lemah, khususnya orang yang telah lanjut usia.1
Adapun kewajiban keluarga pada lansia yakni memberikan perhatian
pada lanjut usia dan mengupayakan lansia agar tidak terlalu tergantung pada
orang lain dan mampu membantu diri sendiri. Hal ini sejalan dengan
kedudukan dan peranan lansia dalam keluarga yang dianggap sebagai orang
1 Kusdwiratri Setiono, Psikologi Keluarga (Bandung : P.T Alumni, 2011) cet. 1h. 24.
2
yang harus dihormati dan dihargai apalagi dianggap memiliki prestise yang
tinggi dalam masyarakat.
Direktorat Lansia Kemsos RI memiliki beberapa program
diantaranya yaitu Home Care, Day Care, Nursing Care, Family
Support, UEP (Usaha Ekonomi Produktif), dan JSLU (Jaminan Sosial
Lanjut Usia) diganti ASLUT (Asistensi Lanjut Usia Terlantar). Pada
program Home Care ini adalah bentuk pelayanan bagi lanjut usia yang
berada di rumah dengan didampingi oleh seseorang pendamping
dalam pemenuhan kebutuhannya. Pendamping ditunjuk oleh provinsi
yang nantinya akan membimbing atau merawat kakek dan nenek yang
ada di rumah. Program ini bertujuan meningkatkan peran serta
keluarga dan masyarakat dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
lanjut usia, meningkatkan kerja sama dan partisipasi aktif Lembaga
Kesejahteraan Sosial dalam pelayanan pendampingan dan perawatan
sosial lanjut usia di rumah dan memberikan pendampingan terhadap
lanjut usia yang mempunyai hambatan fisik, mental, sosial, ekonomi,
dan spiritual sehingga lanjut usia dapat mengatasi masalahnya dan
dapat hidup secara wajar. Anggaran dari kemensos untuk program
Home Care adalah sebesar Rp. 1.200.000
Pada program Day Care ini adalah program pelayanan harian
lanjut usia yang dilakukan oleh LKS jangkauan untuk kakek dan
nenek yang masih memiliki potensi dan memiliki keluraga tinggal di
3
sekitar LKS. Mereka diberikan kegiatan tidak saja untuk pengisian
waktu luang, melainkan untuk meningkatkan produktivitas seperti
membuat keset. Pada program Nursing Care adalah bentuk pelayanan
perawatan yang dilakukan di dalam LKS ada juga yang di panti.
Nursing Care adalah program terbaru pada tahun 2015. Fasilitas
perawatan jangka panjang membutuhkan biaya, fasilitas dan tim yang
lengkap seperti perawat yang tinggal dipanti. Kakek atau nenek yang
di rawat di rumah sakit perawatan jangka lama untuk pengobatan
medis sudah dinyatakan sembuh tapi secara psikologis belum maka
dikembalikan ke panti dengan syarat di panti tersebut memiliki
peralatan yang lengkap. Salah satu panti yang ada program Nursing
Carenya adalah Sasana Tresna Werdha Yayasan Karya Bhakti Ria
Pembangunan di cibubur.
Family Support adalah pelayanan bagi kakek atau nenek yang
tinggal di keluarga atau anaknya yang sangat miskin otomatis kakek
atau nenek tersebut juga miskin dan kebutuhan gizi atau makanan nya
kurang mencukupi. Anggaran dana yang dikeluarkan sebesar Rp.
3.000.000 sekali bantuan. Program ini memiliki tujuan memberikan
bantuan dan dukungan kepada lanjut usia potensial melalui
peningkatan peran keluarga guna memperkuat ketahanan sosio-
4
ekonomi yang memungkinkan lanjut usia terlindungi dari resiko sosial
sehingga dapat memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan.2
Program UEP (Usaha Ekonomi Produktif) diperuntukan untuk
lansia yang masih potensial Kemensos memberikan bantuan berupa
dana sebesar Rp.1.500.000 sekali bantuan. Diharapkan bisa membuka
usaha sendiri seperti berjualan tempe goreng.
Pertumbuhan penduduk Lansia di seluruh dunia berjalan sangat cepat
dibandingkan dengan kelompok usia lain. Pertumbuhan Lansia di Negara
berkembang, jumlah penduduk usia 60 tahun ke atas diperkirakan meningkat
menjadi 20% antara tahun 2015-2050. Sementara Indonesia berada di urutan
keempat setelah China, India, dan Jepang. Penduduk lansia di Indonesia tahun
2000 berjumlah 14,4 juta (7,8%), pada tahun 2005 berjumlah 18,2 juta orang
atau 8,2%. Pada tahun 2007 penduduk lansia Indonesia berjumlah 18,7 juta
(8,42%), tahun 2010 meningkat menjadi 9,77% dan pada tahun 2020
diperkirakan menjadi dua kali lipat berjumlah 28,8 juta (11,34%).3
Peningkatan jumlah ini akan membawa dampak terhadap berbagai aspek
kehidupan, baik pada diri yang bersangkutan, keluarga dan masyarakat.
Secara individu, proses penuaan (aging process) merupakan proses alami
2 Kementrian Sosial RI, Petunjuk Pelaksanaan Uji Coba Family Support Kesejahteraan
Sosial Lanjut Usia (Jakarta :2014) h.7 3 Universitas Pendidikan Indonesia , “Pertumbuhan Lanjut Usia,”artikel diakses pada 12
Januari 2016 dari http://repository.upi.ac.id/bistream/123456789/39240/3/Chapter%2011.pdf
5
yang tidak dapat dielakkan, berpengaruh terhadap segi kehidupan fisik,
mental, sosial maupun spiritual.4
Dalam ketentuan-ketentuan Undang-Undang No. 13 Tahun 1998
tentang kesejahteraan Lansia, mengenai pengertian lanjut usia, yaitu seseorang
yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.5 Asas peningkatan kesejahteraan
lanjut usia adalah keimanan, dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
kekeluargaan, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dalam kehidupan.
Dengan arah agar lanjut usia tetap dapat diberdayakan sehingga berperan
dalam kegiatan pembangunan dengan memperhatikan fungsi kearifan,
pengetahuan, keahlian, keterampilan pengalaman, usia, dan kondisi fisiknya
serta terselenggaranya pemeliharaan taraf kesejahteraan.
Ajaran Islam sangat jelas menegaskan tentang keharusan kita berbuat
baik kepada kedua orang tua, bahkan ketika mereka berusia lanjut.
Diantaranya adalah tercantum dalam Surah Al Israa‟ (17; 23-24)
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia
dan hendaklah berbuat kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya
4 Dadang Hawari, Sejahtera di Usia Senja (Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2007) h. 6 5 Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Bab 1 Pasal 1
6
atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-
kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan
janganlah engkau membentak keduanya dan ucapkanlah kepada kedua-nya
perkataan yang baik.” Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan
penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “Wahai Tuhanku! Sayangilah keduanya
sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil!”
Oleh karena itu sangat disayangkan apabila ada seseorang yang sampai
menelantarkan mereka, bahkan sampai melakukan kekerasan serta tidak peduli
akan keberadaan mereka, walau bagaimanapun mereka adalah seseorang yang
perlu mendapatkan perhatian, sekaligus pelayanan yang memadai untuk
keberlangsungan hidup para orang tua atau lansia yang terlantar.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu „anhu, beliau berkata, “Seseorang datang
kepada Rasulullah shalallahu „alaihi wasallam dan berkata, „Wahai Rasulullah,
kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?‟ Nabi Shalallaahu „alaihi
wasallam menjawab, „ibumu! Dan orang tersebut kembali bertanya, „kemudian
siapa lagi?‟ Nabi shalallaahu „alaihi menjawab, „Ibumu!‟ Dan orang tersebut
kembali bertanya, „kemudian siapa lagi?‟ Nabi shalallaahu „alaihi menjawab,
„Ibumu!‟ orang tersebut bertanya kembali, „kemudian siapa lagi,‟ Nabi
shalallaahu „alaihi menjawab, „kemudian ayahmu.” (HR. Bukhori dan Muslim)
Hadist tersebut menunjukan bahwa kecintaan dan kasih sayang
terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat besarnya dibandingkan terhadap
seorang ayah. Nabi shalallaahu „alaihi wasallam menyebutkan kata ibu
sebanyak tiga kali, sementara kata ayah hanya satu kali. Bila hal itu sudah kita
mengerti, realitas lain bisa menguatkan pengertian tersebut. Karena kesulitan
dalam mnghadapi masa hamil, kesulitan ketika melahirkan, dan kesulitan pada
saat menyusui dan merawat anak, hanya dialami oleh seorang ibu. Ketiga
bentuk kehormatan itu hanya dimiliki oleh seorang ibu, seorang ayah tidak
memilikinya.
7
Maka dengan adanya lembaga pemerintah yang khusus
menanggulangi masalah lansia terlantar ini, diharapkan dapat membangun dan
melahirkan perubahan dalam masyarakat yang lebih maju.
Lembaga Pemerintah atau Panti Sosial ini sebagai pusat kegiatan
pelayanan sosial yang sangat ditunggu peran aktifnya oleh masyarakat untuk
menjawab persoalan yang dapat meresahkan masyarakat. Pelaksanaan
pemberdayaan Panti Sosial Tresna Werdha dalam menanggulangi lansia yang
mempunyai program pemberdayaan berupa pelayanan sosial seperti pembinaan
keagamaan, olahraga, pelatihan keterampilan dalam proses pelaksanaan
pemberdayaan.
Pelatihan keterampilan seperti menjahit, membuat keset, membuat
tempat tisu dari mute-mute, serta membuat bunga yang terdapat di Panti Sosial
Tresna Werdha ini dapat memberikan kemampuan pada mereka sangat penting
suatu karya atau hasil yang berguna dan bermanfaat yang membuat lansia bisa
berlatih hidup mandiri dalam berperilaku, serta mempunyai jiwa yang kreatif
Elizabeth B. Hurlock menggambarkan secara umum kondisi lanjut
usia yaitu, keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus tergantung pada
orang lain. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan
untuk melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya. Menentukan
kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status ekonomi dan kondisi fisik.
Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah meninggal
8
atau pergi jauh dan atau cacat. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi
waktu luang yang semakin bertambah. Belajar unuk memperlakukan anak
sudah besar sebagai orang dewasa. Mulai terlibat dalam kegiatan masyarakat
yang secara khusus direncanakan untuk orang dewasa. Mulai merasakan
kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk orang berusia lanjut dan memiliki
kemauan untuk mengganti kegiatan lama yang erat dengan kegiatan yang lebih
cocok.6
Oleh karena itu, lanjut usia ini memerlukan perhatian khusus dari
semua pihak, mengingat populasinya yang terus meningkat mereka juga
berpotensi dapat menimbulkan permasalahan yang akan mempengaruhi lanjut
usia lain. Seperti masalah yang timbul ketika manusia sudah menjadi lansia
adalah lansia sering dinilai tidak kreatif, kembali kemasa anak-anak, egois,
keras kepala, suka mencela, bingung, kurang menjaga kebersihan, dan kurang
merasa bahagia.
Dukungan keluarga dan masyarakat luas sangat penting bagi anggota
keluarganya yang berada di panti. Dengan dukungan sosial (social support)
dari semua pihak, terutama dari orang-orang terdekat, diharapkan dapat
membuat individu menjadi memiliki rasa aman, berani mengambil keputusan,
dan mengungkapkan idenya tanpa rasa takut. Dengan kata lain, individu
tersebut akan cenderung memiliki rasa confidence.
6 Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, (Jakarta : Penerbit Erlangga, 1984) Cet. 4
H. 387.
9
Peneliti melihat dukungan keluarga perlu untuk diketahui dukungan
apa saja yang dibutuhkan dipanti sosial tresna werdha kepada para lansiannya
dalam pengembangan diri lansia. Alasan peneliti meneliti nenek Sutinem
adalah karena ia termasuk kriteria informan yang peneliti butuhkan yaitu
ditempatkan di panti kerana keinginan keluarga dan masih memiliki keluarga.
Dan mengapa yang dipilih nenek Sutinem berdasarkan data yang ada di panti
bahwa ada 81 nenek dan 69 kakek yang tinggal di panti seperti nenek Sutinem
karena ini rujukan juga dari pekerja sosial. Fokus kegiatan yang akan peneliti
teliti adalah mengenai dukungan keluarga lansia, dengan demikian peneliti
mengambil judul tulisan “DUKUNGAN KELUARGA BAGI LANJUT USIA
DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI MULIA 3 JAKARTA
TIMUR (Studi Kasus Nenek Sutinem)”.
10
B. TINJAUAN PUSTAKA
Penulis menemukan judul skripsi yang membahas tentang Lansia yang
di tulis oleh Sarjana Universitas Islam Negeri Jakarta. Akan tetapi setelah
penulis membaca beberapa skripsi tersebut ada perbedaan yang sangat
signifikan, sehingga dalam penulisan skripsi ini nantinya tidak ada timbul
kecurigaan plagiasi. Untuk itu dibawah ini penulis akan kemukakkan judul
skripsi yang di tulis, anatara lain:
1. Judul :Pelayanan Kematian Bagi Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 Margaguna
Penulis: Wahyudi
Jurusan: Konsentrasi Kesejahteraan Sosial, Universitas Islam Negeri.
Perbedaan Fokus Penelitian: Dalam penelitian ini yang menjadi fokus
penelitianya adalah pelayanan kepada lanjut usia sebelum kematian dan
yang menjadi perbedaannya adalah pada tempat penelitian perbedaaanya
skripsi ini meneliti di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 4
Margaguna sedangkan penulis meneliti di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 3 Ciracas.
2. Judul : Hubungan antara Senam Kesegaran Jasmani Lansia dengan
Fungsi Kognitif dan Keseimbangan Tubuh di Posyandu Lansia Desa Dauh
Puri Kauh Denpasar
Penulis : Lanawati
Jurusan : Kesehatan Masyarakat, Universitas Udayana Denpasar
11
Perbedaan Fokus Penelitian : Pada skripsi ini menulis tentang hubungan
antara senam kesegaran jasmani lansia dengan fungsi kognitif dan
keseimbangan tubuh di posyandu lansia desa Dauh Puri Kauh Denpasar
Sedangankan perbedaan fokus yang penulis teliti lebih kepada peran
dukungan keluarga lansia yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 3
3. Judul : Pendekatan Pekerja Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial
Lanjut Usia di Sasana Tresna Werdha Budhi Mulia Cipayung Jakarta
Timur
Penulis : Bagus Gede Bhayu Dharma Putra
Jurusan : Kesejahteraan Sosial, Universitas Muhammadiyah Jakarta
Perbedaan Fokus Penelitian : Pada skripsi ini menulis tentang pekerja
sosial dalam usaha kesejahteraan sosial yang bertempatkan di sasana
tresna werdha budhi mulia cipayung Jakarta timur perbedaan fokus yang
penulis teliti lebih kepada peran dukungan keluarga yang ada di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3
C. PEMBATASAN DAN MASALAH
Untuk menfokuskan penulisan dan memudahkan dalam penelitian
maka penulis membatasi permasalahan penelitian hanya pada:
Peran dukungan keluarga bagi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 3 Ciracas Jakarta Timur .
12
D. PERUMUSAN MASALAH
Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih jelas tentang masalah ini,
maka berikut ini diajukan pertanyaan penelitian yang dirumuskan sebagai
berikut:
1. Bagaimana dukungan keluarga bagi lansia nenek Sutinem yang tinggal di
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur?
2. Bagaimana peran PSTW dalam memberikan dukungan keluarga bagi lansia
nenek Sutinem?
E. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:
Mengetahui tentang dukungan keluarga bagi lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur dan mengetahui peran PSTW dalam
memberikan dukungan keluarga bagi lansia.
F. MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian diharapkan memiliki manfaat:
1. Secara Akademis
a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan pengetahuan dan
bahan acuan untuk penelitian-penelitian yang akan dilakukan
selanjutnya.
13
b. Memberikan wawasan, pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti
khususnya, sehingga dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat.
2. Secara Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang
bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan khususnya bagi
Panti Sosial tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur dalam
memberikan informasi mengenai peran dukungan keluarga yang
seperti apa yang dibutuhkan lansia.
b. Penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan mengenai peran
dukungan keluarga pada lansia di Panti Sosial tresna Werdha Budi
Mulia 3 Jakarta Timur dan diharapkan dapat dipergunakan sebagai
sumbangan yang berguna dalam memperkaya koleksi dalam ruang
lingkup karya-karya penelitian lapangan.
G. METODOLOGI PENELITIAN
1. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini penulis mengunakan metodologi penelitian
kualitatif, metode penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang
menghasilkan penemuam-penemuan yang tidak dapat dicapai dengan
menggunakan prosedur-prosedur statistik atau dengan cara kuantifikasi
14
lainnya.7 Penelitian kualitatif dapat digunakan untuk melakukan
penelitian terhadap kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku,
organisasi, perubahan sosial, atau hubungan kekerabatan.
Denzin dan Liconln mendefinikan penelitian kualitatif sebagai
berikut. 8
Qualitative research is multimethod, involving an interpretive,
naturalistic approach to is subject matter. This means qualitative
reserarchers study in their natural setting, attempting to make
sense of or interpret phenomena in terms of the meanings people
bring to them. Qualitative research involves studied use and
collection of a variety of empirical materials-case study,
personal exsperience, introspective, live story, interview,
observational, historical, interactional, and visual texts-that
describe routine and problematic moment and meaning in
individuals lives.
Definisi ini menyarankan suatu pendekatan apriori yang
didasarkan pada asumsi filosofis ( pendekatan naturalistis interpretif)
pada penelitian kualitatif dan sumber-sumber informasi jamak dan
pendekatan naratif yang tersedia bagi peneliti.
Penelitian kualitatif memiliki Karakteristik, yaitu: 1. Naturalistik,
penelitian memiliki latar aktual sebagai sumber langsung data; 2. Data
deskrptif, penelitian kualitatif. Data yang dikumpulkan mengambil bentuk
kata-kata atau gambar daripada angka-angka; 3. Berurusan dengan proses,
penelitian kualitatif lebih berkonsetrasi pada proses daripada dengan hasil
atau produk; 4. Induktif, penelitian kualitatif cenderung menganalisis data
7 Basrowi dan Suwardi, Memahami Penelitian Kualitatif (Jakarta: Aneka Cipta, 2008), h. 1
8 Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisi Data (Jakarta: Rajawali Press, 2011) h.1
15
secara induktif (dari bawah keatas); 5. Makna, makna adalah kepedulian
yang esensial pada pendekatan kualitatif.9
Penelitian studi kasus merupakan tipe pendekatan dalam
penelitian yang penelaahannya kepada satu kasus dilakukan secara
intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif. Studi kasus bisa
dilakukan terhadap individu, seperti yang lazimnya dilakukan oleh para
ahli psikologi analisis; juga bisa dilakukan terhadap kelompok, seperti
yang dilakukan oleh beberapa ahli Antropologi, Sosiologi, dan Psikologi
Sosial.
Pada tipe penelitian ini, seseorang atau suatu kelompok yang
diteliti, permasalahannya ditelaah secara komprehensif, mendetail, dan
mendalam; berbagai variabel di telaah dan di telusuri, termasuk juga
kemungkinan hubungan antarvariabel yang ada. Karenanya, penelitian
sesuatu kasus, bisa jadi melahirkan pernyataan-pernyataan yang bersifat
eksplanasi. Akan tetapi “eksplanasi” yang demikian itu, tidak dapat
diangkat sebagai suatu generalisasi.
Latar belakang kehidupan dan lingkungan seseorang pecandu
narkotika, kehidupan intern sebuah gang, pembentukan militansi pada
sesuatu kelompok radikal, faktor-faktor yang melatarbelakangi tingginya
swadaya pembangunan di sesuatu desa, merupakan beberapa contoh dari
topic telaahan suatu studi kasus.10
9 Ibid, h.2
10 Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010) h. 22
16
2. Macam dan Sumber Data
Data adalah segala keterangan (informasi) mengenai semua hal
yang berkaitan dengan semua tujuan penelitian.11
Menurut Lofland yang
dikutip oleh Basrowi dan Suwandi dalam bukunya, sumber data utama
dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan.12
Data menurut pembagian asalnya terbagi menjadi: (a) Data
literer, merupakan data yang diperoleh dari sumber-sumber tertulis seperti
dari buku teks, majalah, koran, dan tulisan di Internet; (b) Data
dokumenter, data yang diperoleh dari dokumen-dokumen seperti: data
dokumenter tertulis, data dokumenter terekam, data dokumenter verbal,
data dokumenter Material-Budaya; (c) Data laboratoris, data yang
diperoleh dari hasil laboratorium; (d) Data empiris, merupakan data yang
diperoleh langsung dari sumber asli di lapangan yang dilakukan
berdasarkan investigasi langsung kepada informan.13
Dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga sumber data,
pertama literer sumber data ini penulis mendapatkanya melalui buku-
buku, internet dan dokumentasi tertulis dari Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 3 Jakarta Timur. Kedua, sumber yang berbentuk Dokumenter
yang penulis gali dari dokumentasi tertulis dan dokumentasi foto yang
berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur.
Ketiga, melalui data Empiris yang penulis gali melalui observasi, dan
11
M. Idrus , Metode Penelitian Ilmu Sosial (Yogyakarta: Erlangga, 2009) h.61. 12
Basrowi dan Suwandi,Memahami penelitian Kualitatif, h.169. 13
M. Idrus, Metode Penelitian ilmu Sosial,(Yogyakarta : Erlangga, 2009) h.83.
17
wawancara pengurus Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta
Timur.
Menurut derajat sumbernya data terbagi menjadi dua yaitu, data
primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh peneliti
dari sumber asli (langsung dari sumber informan) yang memiliki
informasi atau data tersebut. Sedangkan data sekunder adalah yang
diperoleh dari sumber kedua (bukan orang pertama, bukan asli) yang
memiliki informasi atau data.14
Data yang akan digunakan oleh penulis adalah Pertama, data
primer yang diperoleh melalui wawancara dan observasi kepada pengurus
dan para lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta
Timur kemudian data tersebut dianalisis dengan cara menguraikan dan
menghubungkan masalah yang dikaji. Kedua, data sekunder adalah data
yang diperoleh dengan jalan mengadakan studi dokumenter yang
berhubungan dengan masalah yang diajukan. Data primer dan sekunder
adalah kedua metode yang harus dipadukan satu sama lain sehingga
dalam penelitian tidak terjadi timpang dalam mendapatkan hasilnya.
14
M. Idrus,” Metode Penelitian ilmu Sosial” (Yogyakarta : Erlangga, 2009) h.86
18
3. Tehnik Pengumpulan Data
a. Studi lapangan
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam
melakukan studi lapangan adalah, Observasi dan Wawancara.
1. Observasi
Adapun observasi ilmiah adalah perhatian terfokus
terhadap gejala, kejadian atau sesuatu dengan maksud
menafsirknya, mengungkapkan faktor-faktor penyebabnya, dan
menemukan kaidah-kaidah yang mengaturnya.15
Observasi dapat
dilakukan dengan mengamati hal-hal yang berkembang di .
Metode observasi yang penulis gunakan adalah metode observasi
terus terang atau tersamar, dimana penulis dalam melakukan
penelitian atau mengumpulkan data menyatakan secara terus
terang kepada sumber data bahwa penulis sedang melakukan
penelitian.16
Sesungguhnya yang dimaksud dengan metode
observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan
penginderaan.17
15
M.Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial, (Yogyakarta: Erlangga, 2009) h.101 16
Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D , (Bandung: Alfabeta, 2011) h. 228
17 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007) h. 118.
19
2. Wawancara
Wawancara dapat didefinisikan sebagai interaksi bahasa
yang berlangsung antara dua orang dalam situasi saling
berhadapan salah seorang melakukan wawancara meminta
informasi kepada orang yang diteliti. Wawancara terbagi menjadi
dua, pertama wawancara tidak terstruktur atau dapat dikatakan
juga wawancara yang bebas dimana peneliti tidak mengunakan
pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan
lengkap untuk pengumpulan datanya.18
Dalam penulisan skripsi ini
penulis menggunakan metode wawancara terstruktur (Structured
interviw). Proses wawancara terstruktur dilakukan dengan
menggunakan instrument pedoman wawancara tertulis yang berisi
pertanyaan yang akan diajukan kepada informan.19
Wawancara ini dilakukan kepada Pengurus Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur, selain kepada
pengurus Panti wawancara juga akan dilakukan kepada Warga
Binaan Sosial yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 3 Jakarta Timur. Wawancara ini bertujuan untuk
mengetahui permasalahan secara mendalam dilapangan terkait
18
Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D , (Bandung: Alfabeta,
2011),h. 140 19
Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik (Jakarta: Bumi Aksara,
2013) h.162
20
proses pelaksanaan strategi pemberdayaan keterampilan di Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur.
b. Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan bertujuan untuk mengumpulkan data-data
sekunder, hal ini sangat penting untuk mendapatkan teori-teori dan
data yang dapat dijadikan sebagai acuan dalam penelitian. Selanjutnya
studi kepustakaan dilakukan dengan cara mebaca buku sebagai
referensi dan sumber-sumber ilmiah lainya yang memiliki hubungan
secara mendasar.
c. Analisa Data
Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan
pengaturan transkrip wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi
lain yang telah dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman penulis
mengenai materi-materi yang telah dikumpulkan. Penulis
menggunakan metode analisis Kualitatif deskriptif, yaitu menganalisis
data dari hasil wawancara, pengamatan, Dokumen dan angket yang
dibagikan kepada informan.
Metode analisis data dilakukan dengan cara mendeskripsikan
data-data kualitatif secara jelas dan mengambil isinya dengan
menggunakan content analysis (analisis isi secara kualitatif).
Kemudian diinterprestasikan dengan mengunakan bahasa penulis
21
sendiri, dengan demikian akan nampak rincian jawaban atas pokok
permasalahan yang diteliti.
Tujuan akhir menganalisis data adalah untuk menarik
kesimpulan, yang dalam penelitian kualitatif adalah menemukan
konsep atau hubungan antarkonsep (teori).20
Konsep merupakan
pernyataan singkat atau abstraksi dari sekumpulan data empirik.
d. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 3, yang berada di Jalan Raya Ciracas No. 60, Kelurahan Kelapa
Dua Wetan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur. Penelitian dilakukan
pada bulan Maret 2016 sampai Agustus 2016.
20
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan Laporan
Penelitian (Malang :UMM Press, 2010) h. 64
22
Tabel 1.1 (Informan)
Informasi yang dicari Informan Metode atau cara Jumlah
1. Menggali
informasi
dukungan apa saja
yang diberikan
keluarga lansia
Keluarga
Lansia
Wawancara 1 orang
2. Menggali
informasi peran
dukungan apa saja
yang diberikan
panti
Petugas
Panti
Wawancara 1 orang
3. Menggali
informasi
dukungan apa saja
yang diberikan
keluarga lansia
Nenek
Sutinem
Wawancara 1 orang
23
BAB I : PENDAHULUA N
Berisi latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
BAB II : TINJAUAN TEORI
Teori yang digunakan adalah, teori dukungan keluarga. Bab ini memuat
tentang pengertian dukungan keluarga, pengertian dukungan sosial, dan
pengertian lansia.
BAB III : PROFIL LEMBAGA
Memuat tentang latar belakang berdirinya lembaga, visi dan misi lembaga,
program-program yang dilaksanakan oleh Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 3 Jakarta Timur dan profil lembaga.
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISA
Pada bab ini adalah proses menganalisa dukungan keluarga yang diberikan
oleh keluarga di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Jakarta Timur.
Hasil temuan dianalisis pada bab ini sehingga diketahui apa peran panti dalam
dukungan keluarga bagi lansia di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3
Jakarta Timur.
24
BAB V: PENUTUP
Bab ini merupakan akhir dari rangkaian pembahasan dalam penulisan
skripsi yang berisi kesimpulan, dan saran-saran, yang didapat dari bab-bab
sebelumnya yang kemudian diakhiri dengan daftar pustaka dan lampiran-
lampiran.
25
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada bab ini akan membahas landasan teori-teori yang bersifat ilmiah
untuk mendukung penulisan skripsi ini. Teknik-teknik yang dibahas mengenai
dukungan keluarga, dukungan sosial, lanjut usia dan teori proses menua.
A. DUKUNGAN KELUARGA
1. Pengertian Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga adalah sebagai suatu proses hubungan antara
keluarga dengan lingkungan. Menurut Smet dukungan keluarga didefinisikan
sebagai informasi verbal atau non verbal, saran, bantuan yang nyata atau
tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di
dalam lingkungannya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat
memberikan keuntungan emosional dan berpengaruh pada tingkah laku
penerimanya. Dalam hal ini orang yang merasa memperoleh dukungan secara
emosional merasa lega karena diperhatikan, mendapat saran atau kesan yang
menyenangkan pada dirinya.21
Dukungan keluarga menurut Friedman adalah sikap, tindakan
penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan dukungan
21
Universitas Sumatera Utara, “Konsep Dukungan Keliuarga” artikel diakses pada 17
Agustus 2016 dari http://repository.usu.ac.id/bistream/123456789/31622/3/Chapter%2011.pdf
26
emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan
interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota
keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang memperhatikan.22
2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Purnawaman dalam Setiadi faktor-faktor yang mempengaruhi
dukungan keluarga adalah :
1. Faktor Internal
a. Tahap Perkembangan
Artinya dukungan keluarga dapat ditentukan oleh faktor usia
dalam hal ini adalah pertumbuhan dan perkembangan, dengan
demikian setiap rentang usia (bayi-lansia) memiliki
pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan
berbeda-beda.
b. Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk
oleh variable intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar
belakang pendidikan, dan pengalaman masa lalu. Kemampuan
kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk
kemampuan untuk memahami faktor –faktor yang
22
Universitas Udayana, “Dukungan Keluarga” artikel diakses pada tanggal 17 Agustus 2016
dari http://repository.unud.ac.id/bistream/123456789/38745/3/Chapter%2011.pdf
27
berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan
tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.
c. Faktor Emosional
Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap
adanya dukungan dan cara melaksanakannya. Seseorang yang
mengalami respon stress dalam perubahan hidupnya cenderung
berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin dilakukan
dengan cara menghawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat
mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum
terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respon emosional
yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu
melakukan koping secara emosional terhadap ancaman
penyakit, mungkin ia menyangkal adanya gejala penyakit pada
dirinya dan tidak mau menjalani pengobatan.
d. Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang
menjalani kehidupannya, menyangkut nilai dan keyakinan
yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan
kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.
2. Faktor Eksternal
a. Praktik di Keluarga
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya
mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.
28
Misalnya : klien juga akan melakukan tindakan pencegahan
jika keluarga melakukan hal yang sama.
b. Faktor Sosial
Faktor sosial dapat meningkatkan resiko terjadinya penyakit
dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan
bereaksi terhadap penyakitnya.
c. Latar Belakaang Budaya
Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan nilai dan
kebiasaan individu dalam memberikan dukungan termasuk
cara pelaksanaan kesehatan pribadi.23
3. Bentuk Dukungan Keluarga
Gallo dan Reichel yang dikutip oleh Indriyani membagi jenis-jenis
dukungan keluarga menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu :
1) Dukungan Fisiologis
Dukungan fisiologis merupakan dukungan yang dilakukan dalam
bentuk pertolongan-pertolongan dalam aktivitas sehari-hari yang
mendasar, seperti dalam hal mandi, menyiapkan makanan dan
memperhatikan gizi, toileting, menyediakan tempat tertentu atau
ruangan khusus, merawat seseorang bila sakit, membantu kegiatan
23
Mutiara “Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Frekuensi kunjungan Antenatal Care”
artikel di akses pada 17 juli 2016
http://repository.uinjkt.ac.id/bistream/123456789/39240/3/Chapter%2011.pdf
29
fisik sesuai kemampuan, seperti senam, menciptakan lingkungan
yang aman dan lain-lain.
2) Dukungan Psikologis
Dukungan psikologis yakni ditunjukan dengan memberikan
perhatian dan kasih sayang pada anggota keluarga, memberikan
rasa aman, membantu menyadari, dan memahami identitas. Selain
itu, meminta pendapat atau melakukan diskusi, meluangkan waktu
bercakap-cakap untuk menjaga komunikasi yang baik dengan
intonasi atau nada bicara jelas, dan sebagainya. Stolte
menyebutkan bahwa keluarga memiliki fungsi proteksi yang
melingkupi selain memenuhi kebutuhan makanan dan tempat
tinggal, juga memberikan dukungan dan menjadi tempat yang
aman dari dunia luar.
3) Dukungan Sosial
Dukungan sosial diberikan dengan cara menyarankan individu
untuk mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian, perkumpulan
arisan, memberikan kesempatan untuk memilih fasilitas kesehatan
sesuai dengan keinginan sendiri, tetap menjaga interaksi dengan
orang lain, dan memperhatikan norma-norma yang berlaku.24
24
Ibid.
30
4. Sumber Dukungan Keluarga
Menurut Gallo dan Reichel dikutip oleh Indriyani terdapat tiga
komponen sumber dukungan, yaitu sebagai berikut :
1) Sistem pendukung informal meliputi keluarga dan teman-
teman.
2) Sistem pendukung formal meliputi tim keamanan sosial
setempat, program-program medikasi, dan kesejahteraan
sosial.
3) Sistem pendukung semiformal meliputi bantuan-bantuan dan
interaksi sosial yang disediakan oleh organisasi lingkungan
sekitar.
5. Fungsi Dukungan Keluarga
Fungsi dukungan keluarga menurut Friedman ada beberapa fungsi,
yaitu :
a. Dukungan Informasional
Keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan
disseminator (penyebar) informasi dunia. Menjelaskan
tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat
digunakan mengungkapkan suatu masalah. Manfaat dari
dukungan ini adalah dapat menekan munculnya suatu
31
stressor karena informasi yang diberikan dapat
menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.
Aspek-aspek dalam dukungan ini adalah nasehat, usulan,
saran, petunjuk, dan pemberian informasi.
b. Dukungan Penilaian
Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan
balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah.
Sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga
diantanya memberikan support, penghargaan dan perhatian.
c. Dukungan Instrumental
Keluarga merupakan sebuah pertolongan praktis dan
konkrit, diantaranya kesehatan penderita dalam hal
kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya
penderita kelelahan.
d. Dukungan Emosional
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan
terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional
meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi,
adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan
didengarkan.
32
B. DUKUNGAN SOSIAL
1. Pengertian Dukungan Sosial
Menurut Cohen dan Syme dukungan sosial di pahami sebagai bentuk
dukungan sosial yang bersifat menolong dengan ,melibatkan aspek emosi,
informasi, bantuan instrumental dan penghargaan.25
Sarason, Lerin dan Basham mendefinisikan dukungan sosial sebagai
suatu keadaan yang bermanfaat bagi individu yang diperoleh dari orang lain
yang dapat dipercaya. Dengan demikian individu mengetahui bahwa orang
lain memperhatikan, menghargai, dan mencintai.26
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa dukungan
sosial merupakan perhatian, perasaan nyaman dan bantuan yang didapat
individu dari orang lain atau kelompok sehingga menimbulkan perasaan
bahwa seseorang merasa diperhatikan, dihargai dan dicintai.
2. Jenis-jenis Dukungan Sosial
Dalam menjelaskan konsep dukungan sosial, kebanyakan peneliti
sependapat untuk membedakan jenis-jenis yang berlainan. House
membedakan empat jenis dukungan sosial, yaitu:27
25
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS), Teknologi Pengembangan Masyarakat
(Bandung: STKS, 2008), h.62. 26
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS), Teknologi Pengembangan Masyarakat
(Bandung: STKS, 2008), h.63. 27
Ibid, h.63
33
a. Dukungan emosional
Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian terhadap orang yang bersangkutan.
b. Dukungan penghargaan
Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat
(penghargaan) positif untuk orang tersebut, dorongan maju atau
persetujuan terhadap gagasan atau perasaan individu dan
perbandingan positif orang itu dengan orang-orang lain.
c. Dukungan instrumental
Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung contohnya
seperti memberikan uang kepada orang atau menolong dengan
pekerjaan.
d. Dukungan informasi
Dukungan informasi mencakup pemberian nasehat, petunjuk-
petunjuk, saran-saran dan umpan balik.
3. Komponen Dukungan Sosial
Para ahli berpendapat bahwa dukungan sosial dibagi ke dalam
berbagai komponen yang berbeda-beda. Weiss mengemukakan adanya 6
(enam) komponen dukungan sosial yang disebut sebagai The Social Provision
Scale dimana masing-masing komponen dapat berdiri sendiri-sendiri, namun
34
satu sama lain saling berhubungan dan digunakan sebagai pengukuran pada
dukungan sosial. Adapun komponen-komponen tersebut adalah:28
a. Kerekatan emosional (emostional attachment). Jenis dukungan
sosial semacam ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh
kerekatan (kedekatan) emosional sehingga menimbulkan rasa
aman bagi yang menerima. Orang yang menerima dukungan sosial
semacam ini merasa tentram, aman dan damai yang ditunjukkan
dengan sikap tenang dan bahagia. Sumber dukungan sosial
semacam ini yang paling seringa dan umum adalah diperoleh dari
pasangan hidup, namun juga diperoleh melalui hubungan yang
akrab dengan kerabat.
b. Integrasi sosial (social integration) jenis dukungan sosial semacam
ini memungkinkan seseorang untuk memperoleh perasaan
memiliki di dalam kelompoknya yang memungkinkan untuk
membagi minat, perhatian serta melakukan kegiatan yang sifatnya
rekreatif secara bersama-sama. Sumber dukungan semacam ini
memungkinkan seseorang mendapatkan rasa aman, nyaman serta
merasa memiliki dan dimiliki dalam kelompok.
c. Penghargaan atau pengakuan (reassurance of worth) pada
dukungan sosial jenis ini seseorang akan mendapatkan pengakuan
atas kemampuan dan keahlian serta mendapat penghargaan dari
28
Zainuddin Sri, “Dukungan Sosial Pada Lansia,” Jurnal Psikologi, 13 April 2016, h.3
35
orang lain atau lembaga terhadap kompetensi, keterampilan dan
nilai yang dimiliki seseorang. Sumber dukungan sosial semacam in
dapat berasal dari keluarga atau instansi dimana ia bekerja.
d. Hubungan yang dapat diandalkan untuk mendapatkan bantuan
yang nyata (reliable alliance), yaitu dalam dukungan sosial jenis
ini agar mendapat dukungan sosial berupa jaminan bahwa ada
orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika individu
membutuhkan bantuan tersebut. Jenis dukungan sosial ini
bersumber pada umumnya diberikan oleh anggota keluarga.
e. Saran atau informasi (guidance), yaitu dukungan sosial jenis ini
adalah memungkinkan mendapatkan informasi, saran atau nasihat
yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan mengatasi
permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial ini bersumber
dari guru, mentor, pembimbing, atau sosok orang tua.
f. Kemungkinan membantu (Opportunity for naturance) yaitu suatu
aspek penting dalam hubungan interpersonal adalah perasaan
dibutuhkan orang lain. Dukungan yang menimbulkan perasaan
dalam diri individu bahwa ia bertanggung jawab terhadap
kesejahteraan orang lain. Dukungan ini sering diperoleh dari anak,
cucu dan pasangan hidup.
36
4. Manfaat Dukungan Sosial
Menurut Brownell dan Schumaker ada tiga pengaruh atau manfaat
dasar dari dukungan sosial diantaranya, pengaruh langsung, tidak langsung,
dan interaktif.29
a. Pengaruh langsung
Yaitu terciptanya hubungan interpersonal dan hubungan yang
bersifat menolong dan hubungan tersebut dapat memfasilitasi
terbentuknya prilaku yang lebih sehat.
b. Pengaruh tidak langsung
Yaitu membantu individu menhadapi dan mengatasi stressor yang
datang dengan cara membantu individu mengatasi stress yang
datang, dengan mencoba membantu individu mempelajari cara
pemecahan masalah dan mengontrol masalah-masalah kecil
sebelum menjadi masalah besar.
c. Pengaruh interaktif
Berupa dampak yang diinterprestasikan untuk meredam atau
memperbaiki dampak-dampak yang merugikan dengan
mempengaruhi kualitas dan kuantitas terhadap sumber-sumber
coping.
29
Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS), Teknologi Pengembangan Masyarakat
(Bandung: STKS, 2008), h.63,
37
C. LANJUT USIA
1. Pengertian Lanjut Usia
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dikatakkan
bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun
keatas.30
Lanjut Usia adalah seseorang baik wanita maupun laki-laki yang
telah berusia 60 tahun keatas, dimana Lanjut Usia secara fisik dapat
dibedakan atas dua yaitu lanjut usia potensial maupun lanjut usia tidak
potensial.31
Menurut kamus besar bahasa Indonesia Lanjut Usia adalah tahap
masa tua dalam perkembangan individu dengan batas usia 60 tahun ke
atas.32
Menurut Nugroho Wahyudi proses menua merupakan proses yang
terus menerus (berlanjut) secara alamiah dimulai sejak lahir dan
umumnya dialami pada semua makhluk hidup.33
Lanjut Usia digolongkan menjadi dua yaitu lanjut usia potensial dan
juga lanjut usia tidak potensial. Lanjut Usia potensial adalah lanjut usia
yang masih mampu melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat
menghasilkan barang dan atau jasa. Kemudian Lanjut Usia tidak potensial
adalah lanjut usia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga hidupnya
30
Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta: Rineka Cipta,
2007,) h. 275. 31
Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial, “Lanjut Usia,” artikel diakses pada 12 Januari 2016
dari http://rehsos.go.id/modules.php?name=showpage&pid=6 32
Soekidjo Notoatmodjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni (Jakarta: Rineka Cipta,
2007,) h. 280. 33
Universitas Pendidikan Indonesia , “Pertumbuhan Lanjut Usia,”artikel diakses pada 13
Januari 2016 dari http://repository.upi.ac.id/bistream/123456789/39240/3/Chapter%2011.pdf
38
bergantung pada bantuan orang lain.34
Jadi dapat disimpulkan bahwa
lanjut usia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas.
2. Kebutuhan Lanjut Usia
Adapun yang menjadi kebutuhan lanjut usia pada umumnya adalah :35
a. Kebutuhan Jasmani
Kebutuhan secara jasmani atau fisik dan disebut juga biologic
atau fisiologik merupakan kebutuhan vital, karena apabila tidak
terpenuhi akan kebutuhan ini manusia terancam akan
menimbulkan kegoncangan keseimbangan mental. Kebutuhan
jasmani antara lain pelayanan pemenuhan kesehatan, makanan
dan gizi, perumahan sandang, olahraga dan alat bantu.
b. Kebutuhan Mental dan Psikis
Aspek psikis atau mental terjadinya kemunduran intelegensia
dan emosi. Kebutuhan psikis atau mental spiritual dimasudkan
membantu lanjut usia agar memiliki sikap mental yang positif
bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungannya. Kebutuhan
psikis meliputi pelayanan konseling an pembelaan yang
34
Undang-Undang Online, “Undang-undang Kesejahteraan Lansia nomor 13 tahun 1998,”
artikel diakses pada 17 Februari 2015 dari file:///C:User/Acer/Downloads/Undang-Undang-tahun-
1998-13-98%20(3).pdf 35
Achmadi Jayaputra, Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Indonesia, (Jakarta: Pusat Penelitian
Permasalahan Kesejahteraan Sosial, Badan Pelatihan dan Pengembangan Sosial, Depsos RI, 2005) h.
44-45.
39
berkaitan dengan rasa aman, tentram, adanya hubungan dengan
Tuhan, dekat dengan teman dan mempunyai hubungan baik
dengan lingkungannya. Sebagai salah satu cara mendekatkan
diri dengan Tuhan, lanjut usia diajak beribadah, menghadiri
pengajian dan upacara-upacara keagamaan atau upacara-
upacara lainnya.
c. Kebutuhan Sosial dan Ekonomi
Pendekatan dengan cara memberikan kesempatan seluas-
luasnya kepada lanjut usia diluar lingkungan keluarga.
Pelayanan sosial lanjut usia dapat memberikan kesan bagi
lanjut usia merasa dirinya semakin tua dan berguna. Kebutuhan
sosial antara lain pelayanan bimbingan sosial, rekreasi,
sosialisasi dan perlindungan. Sedangkan kebutuhan ekonomi
hanya dapat dilakukan lanjut usia yang masih produktif.
Bentuk pelayanan terhadap kesempatan kerja, membantu
Usaha Ekonomi Produktif (UEP) dan masuk dalam Kelompok
Usaha Bersama (KUB).
Kebutuhan dasar bagi lanjut usia diarahkan terwujudnya
kesejahteraan sosial lanjut usia yaitu terpenuhinya kebutuhan-
kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial. Kebutuhan tersebut
dimaksudkan dalam rangka menopang kelangsungan hidup
40
manusia, dengan kata lain lanjut usia yang hidup sejahtera
apabila terpenuhi kelima kebutuhan dasar tersebut.
3. Hak dan Kewajiban Lanjut Usia
Lanjut Usia merupakan warga Negara yang memiliki hak yang
sama dengan warga Negara lainnya. Disebutkan dalam Undang-Undang
No. 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan Lanjut Usia mempunyai hak
yang sama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Dan juga disebutkan dalan undang-undang tersebut sebagai
penghormatan dan penghargaan kepada Lanjut Usia diberikan hak untuk
meningkatkan kesejahteraan sosial yang meliputi:36
a. Pelayanan keagamaan dan mental spiritual.
b. Pelayanan kesehatan.
c. Pelayanan kesempatan kerja.
d. Pelayanan pendidikan dan pelatihan.
e. Kemudahan dalam penggunaan fasilitas,sarana dan prasarana
umum.
f. Kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum.
g. Perlindungan sosial
h. Bantuan sosial
36
Undang-Undang Online, “Undang-undang Kesejahteraan Lansia nomor 13 tahun 1998,”
artikel diakses pada 17 Februari 2015 dari file:///C:User/Acer/Downloads/Undang-Undang-tahun-
1998-13-98%20(3).pdf
41
Selain hak lanjut usia juga memiliki kewajiban yang telah
disebutkan dalam undang nomor 13 tahun 1998 dimana lanjut usia
mempunnyai kewajiban yang sama dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara. Sesuai dengan peran dan fungsinya , lanjut usia
berkewajiban untuk :
a. Membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana
berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya, terutama di
lingkungan keluarganya dalam rangka menjaga martabat dan
meningkatkan kesejahteraannya.
b. Mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan,
keahlian, keterampilan, kemampuan, dan pengalaman yang
dimilikinya kepada generasi penerus.
c. Memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan
kepada generasi penerus.
4. Karakteristik Lanjut Usia
Adapun karakteristik usia lanjut yaitu :
1. Merupakan periode penurunan (kemunduran)
Penurunan tersebut disebabkan sebagian oleh factor fisik,
seperti perubahan-perubahan sel tubuh karena ketuaan dan sebagian-
sebagian lagi oleh factor psikologis, seperti sikapnya terhadap orang
lain dan terhadap kerja.
42
Mereka yang telah pensiunan tidak mempunyai minat apa-apa
mudah menjadi depresi dan berantakan, akhirnya kondisi fisik dan
mentalnya menjadi cepat menurun dan akhirnya meninggal. Motivasi
kelihatannya memegang peran yang penting, yang kurang bermotivasi
untuk mempelajari hal-hal baru atau mengikuti akan mengalami
kemunduran yang lebih cepat.37
2. Ada perbedaan individual dalam efek ketuaan
Reaksi orang terhadap masa tua berbeda-beda, ada yang
menganggap pension merupakan masa yang menyenangkan, karena
sekarang yang bersangkutan dapat hidup dengan lebih santai, namun
ada pula yang menganggap pension sebagai hukuman.
3. Banyak terdapat streotip mengenai usia lanjut seperti misalnya adanya
humor-humor dalam majalah-majalah mengenai usia lanjut yang
menggambarkan masa tua tidak menyenangkan.
4. Sikap sosial terhadap lanjut usia
Umumnya terdapat sikap sosial terhadap orang-orang usia
lanjut yang kurang positif. Mereka bukannya dihormati dan dihargai
karena pengalamannya, melainkan sikap mereka membuat para orang
tua usia lanjut ini merasa tidak lagi dibutuhkan oleh kelompok sosial,
37
Elizabeth B. Hurlock, “Psikologi Perkembangan”, (Jakarta: Erlangga, 1984) h.380
43
lebih dianggap sebagai sesuatu yang mengganggu, namun ada
perbedaan sikap antara budaya yang berbeda-berbeda pula, ada
kelompok etnik yang menghargai tinggi terhadap usia lanjut.
Disamping itu kelas sosial juga mempengaruhi sikap sosial itu.
5. Usia lanjut mempunyai status kelompok minoritas
Sebagai akibat dari sikap sosial yang negative terhadap usia
lanjut mereka cenderung dibatasi dalam interaksi sosialnya dan hanya
mempunyai kekuatan atau kekuasaan yang terbatas. Mereka menjadi
warga Negara kelas dua, hal mana mempengaruhi penyesuaian dirinya
secara sosial maupun pribadi. Sering mereka lalu bersikap defensive,
juga tidak jarang menjadi korban dari orang-orang yang jahat atau
beritikad jelek.
6. Usia lanjut diikuti dengan perubahan-perubahan peran
Berhubungan kelompok usia lanjut dapat bersaing lagi dengan
kelompok yang lebih muda, mereka lalu kurang mempunyai peran
yang aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial dan masyarakat maupun
dalam dunia bisnis. Sebagai akibatnya peran-peran yang dapat
dimainkan menjadi berkurang atau berubah sifatnya. Hal ini juga dapat
mengembangkan sikap rendah diri dan dendam yang akhirnya
mempengaruhi pula penyesuaian sosial dan pribadinya.
44
7. Penyesuaian diri yang tidak baik
Sikap sosial yang negative dan kurangnya pemberian
penghargaan (rewerds) terhadap jasa-jasa orang lanjut usia di masa
lalu, yang tercermin dari cara kelompok sosial memperlakukan
mereka, maka tidak heran bila pada lanjut usia ini timbul konsep diri
yang negative
5. Tugas Perkembangan Usia Lanjut
Sebagian besar tugas perkembangan usia lanjut lebih banyak
berkaitan dengan kehidupan pribadi seseorang dari pada kehidupan orang
lain. Hal ini sering diartikan sebagai perbaikan dan perubahan peran yang
pernah dilakukan di dalam maupun di luar rumah. Bagi beberapa orang
berusia lanjut kewajiban untuk menghadiri rapat yang menyangkut
kegiatan sosial dan kewajiban sebagai warga negara sangat sulit dilakukan
karena kesehatan dan pendapatan mereka menurun setelah pensiun.
Sebagaimana halnya tugas perkembangan yang ada dan harus
dijalani oleh periode-periode sebelumnya, individu-individu yang berada
pada periode lanjut usia juga memiliki tugas perkembangan yang harus
dilalui dengan sebaik-baiknya. Diantara tugas perkembangan yang
hendaknya dilalui para lansia adalah :
1. Menyesuaikan diri dengan menurunnya kekuatan fisik dan
berkurangnya kesehatan.
45
2. Meyesuaikan diri dengan masa pension dan berkurangnya
income (penghasilan) keluarga.
3. Menyesuaikan diri dengan kematian pasangan hidup.
4. Menjalin hubungan dengan orang-orang seusianya.
5. Membentuk pengaturan kehidupan fisik yang memuaskan.
6. Menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes dan
harmonis.38
D. Teori Fungsional
Beberapa tokoh utama pengembang dan pendukung teori fungsional
pada zaman modern ini bisa disebut antara lain Talcott Parsons. Robert K.
Merton dan Neil Smelser. Teori Fugsional dalam menjelaskan perubahan-
perubahan yang terjadi di masyarakat mendasarkan pada tujuh asumsi
(Lauer).
1. Masyarakat harus dianalisis sebagai satu kesatuan yang utuh
yang terdiri dari berbagai bagian yang saling berinteraksi.
2. Hubungan yang ada bisa bersifat satu arah atau hubungan yang
bersifat timbal balik.
3. Sistem sosial yang ada bersifat dinamis, di mana penyesuaian
yang ada tidak perlu banyak merubah sistem sebagai satu
kesatuan yang utuh.
38
Yudrik Jahja, “Psikologi Perkembangan”, (Jakarta: Kencana, 2011) h. 318
46
4. Integrasi yang sempurna di masyarakat tidak pernah ada, oleh
karenanya di masyarakat senantiasa timbul ketegangan-
ketegangan dan penyimpangan-peyimpangan. Tetapi
ketegangan-ketegangan dan penyimpangan-penyimpangan ini
akan dinetralisir lewat proses pelembagaan.
5. Perubahan-perubahan akan berjalan secara gradual dan
perlahan-perlahan sebagai suatu proses adaptasi dan
penyesuaian.
6. Perubahan adalah merupakan hasil penyesuaian dari luar,
tumbuh oleh adanya diferensiasi dan inovasi.
7. Sistem diintegrasikan lewat pemilikan nilai-nilai yang sama.
Menurut teori fungsional, masyarakat sebagai suatu sistem memiliki
struktur yang terdiri dari banyak lembaga, di mana masing-masing lembaga
memiliki fungsi sendiri-sendiri. Struktur dan fungsi, dengan kompleksitas
yang berbeda-beda, ada pada setiap masyarakat, baik masyarakat modern
maupun masyarakat primitive. Misalnya lembaga keagamaan berfungsi
membimbing pemeluknya menjadi anggota masyarakat yang baik dan penuh
pengabdian untuk mencapai kebahagian dunia dan akherat. Lembaga keluarga
berfungsi menjaga keberlangsungan perkembangan jumlah penduduk.39
39
Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial, (Yogyakarta :Tiara Wacana, 1992) h. 26
47
E. Teori Proses Menua
Menurut Maryam, ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses
penuaan :
1. Teori Biologis
Teori biologis mencakup teori :
- Teori genetik dan mutasi
Menua terjadi sebagai akibat dari perubahan biokimia
yang diprogram oleh molekul-molekul DNA dan setiap sel
pada saatnya akan mengalami mutasi. Pada teori biologis
dikenal istilah „pemakaian dan perusakan‟ (wear and tear)
yang terjadi karena kelebihan usaha dan stress yang
menyebabkan sel-sel tubuh menjadi lelah (pemakaian).
Pada teori ini juga di dapatkan terjadinya peningkatan
jumlah kolagen dalam tubuh lansia, tidak ada perlindungan
terhadap radiasi, penyakit dan kekurangan gizi.
- Immunology slow theory
Menurut Immunology slow theory, sistem imun menjadi
efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke
dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ
tubuh.
48
- Teori Stres
Teori stress mengungkapkan menua terjadi akibat
hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi
jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan
lingkungan internal, kelebihan usaha, dan stres yang
menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
- Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak
stabilnya radikal bebas (kelompok atom) yang
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik
seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan
sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.
- Teori Rantai Silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi
kimia sel-sel yang tua atau using menyebabkan ikatan yang
kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan
kurangnya elastisitas, kekacauan dan hilangnya fungsi sel.
2. Teori Sosial
Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses
penuaan yaitu :
49
- Teori Interaksi Sosial
Teori ini mencoba menjelaskan mengapa lansia
bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-
hal yang dihargai masyarakat. Mauss, Homans, dan Blau
mengemukakan bahwa interaksi sosial terjadi berdasarkan
atas hukum pertukaran barang dan jasa. Sedangkan pakar
lain Simmons, mengemukakan bahwa kemampuan lansia
untuk terus menjalin interaksi sosial merupakan kunci
untuk mempertahankan status sosialnya atas dasar
kemampuannya untuk melakukan tukar menukar. Menurut
Dowd, interaksi antara pribadi dan kelompok merupakan
upaya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya dan
menekan kerugian hingga sedikit mungkin. Kekuasaan
akan timbul apabila seseorang atau kelompok mendapatkan
keuntungan lebih besar dibandingkan dengan pribadi atau
kelompok lainnya.
Pada lansia, kekuasaan dan prastisenya berkurang,
sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga
berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan
kemampuan mereka untuk mengikuti perintah. Pokok-
pokok interaksi sosial adalah sebagai berikut: masyarakat
terdiri atas aktor-aktor sosial yang berupaya mencapai
50
tujuannya masing-masing, dalam upaya tersebut terjadi
interaksi sosial yang memerlukan biaya dan waktu, untuk
mencapai tujuan yang hendak dicapai seorang aktor harus
mengeluarkan biaya, aktor senantiasa berusaha mencari
keuntungan dan mencegah terjadinya kerugian, hanya
interaksi yang ekonomis saja yang dipertahankan olehnya.
- Teori Aktivitas
Teori aktivitas dikembangkan oleh Palmore dan Lemon
yang menyatakan bahwa penuaan yang sukses bergantung
dari bagaimana seorang lansia merasakan kepuasaan dalam
melakukan aktivitas serta mempertahankan aktivitas
tersebut lebih penting dibandingkan kuantitas dan aktivitas
yang dilakukan. Dari satu sisi aktivitas lansia dapat
menurun, akan tetapi dilain sisi dapat dikembangkan
misalnya peran baru lansia sebagai relawan, kakek atau
nenek, seorang duda atau janda, serta karena ditinggal
wafat pasangan hidupnya. Dari pihak lansia sendiri
terdapat anggapan bahwa proses penuaan merupakan suatu
perjuangan untuk tetap muda dan berusaha untuk
mempertahankan perilaku mereka semasa mudanya.
Pokok-pokok teori aktivitas adalah: moral dan kepuasan
berkaitan dengan interaksi sosial dan keterlibatan
51
sepenuhnya dari lansia di masyarakat; kehilangan peran
akan menghilangkan kepuasan seorang lansia.
- Teori Kesinambungan
Teori ini dianut oleh banyak pakar sosial. Teori ini
mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus
kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu
saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi
lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku,
dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun ia
telah menjadi lansia. Pokok-pokok teori kesinambungan
adalah sebagai berikut: lansia tidak disarankan untuk
melepaskan peran atau harus aktif dalam proses penuaan,
tetapi berdasarkan pada pengalamannya di masa lalu,
lansia harus memilih peran apa yang harus dipertahankan
atau dihilangkan; peran lansia yang hilang tak perlu
diganti; lansia berkesempatan untuk memilih berbagai
macam cara untuk beradaptasi.
- Teori Perkembangan
Havighurst dan Duvali menguraikan tujuh jenis tugas
perkembangan (developmental tasks) selama hidup yang
harus dilaksanakan lansia yaitu: penyesuaian terhadap
penurunan kemampuan fisik dan psikis; penyesuaian
52
terhadap pensiun dan penurunan pendapatan; menemukan
makna kehidupan; mempertahankan pengaturan hidup
yang memuaskan; menemukankepuasan dalam hidup
berkeluarga; penyesuaian diri terhadap kenyataan akan
meninggal dunia; menerima dirinya sebagai seorang lansia.
Teori perkembangan menjelaskan bagaimana proses
menjadi tua merupakan suatu tantangan dan bagaimana
jawaban lansia terhadap berbagai tantangan tersebut yang
dapat bernilai positif ataupun negatif. Pokok-pokok dalam
teori perkembangan adalah sebagai berikut: masa tua
merupakan saat lansia merumuskan seluruh masa
kehidupannya; masa tua merupakan masa penyesuaian diri
terhadap kenyataan sosial yang baru, yaitu pensiun
dan/atau menduda/menjanda; lansia harus menyesuaikan
diri sebgai akibat perannya yang berakhir dalam keluarga,
kehilangan identitas dan hubungan sosialnya akibat
pensiun, serta ditinggal mati oleh pasangan hidup dan
teman-temannya.
- Teori Stratifikasi Usia
Wiley menyusun stratifikasi usia berdasarkan usia
kronologis yang menggambarkan serta membentuk adanya
perbedaan kapasitas, peran, kewajiban, dan hak mereka
53
berdasarkan usia. Dua elemen penting dari model
stratifikasi usia tersebut adalah struktur dan prosesnya.
Pokok-pokok dari teori stratifikasi usia adalah sebagai
berikut: arti usia dan posisi kelompok usia bagi
masyarakat, terdapatnya transisi yang dialami oleh
kelompok, terdapatnya mekanisme pengalokasian peran di
antara penduduk. Keunggulan teori stratifikasi usia adalah
bahwa pendekatan yang dilakukan bersifat deterministik
dan dapat dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia
secara kelompok dan bersifat makro. Kelemahannya
adalah teori ini tidak dapat dipergunakan untuk menilai
lansia secara perorangan, mengingat bahwa stratifikasi
sangat kompleks dan dinamis serta terkait dengan
klasifikasi kelas dan kelompok etnik (Maryam).
3. Teori Penarikan Diri (Disengagement Theory)
Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling
awal dan pertama kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry.
Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat
kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan
menarik diri dari pergaulan sekitarnya. Para lansia juga terjadi
kehilangan ganda (triple loss), yaitu : kehilangan peran, hambatan
kontak sosial, berkurangnya komitmen. Menurut teori ini seorang
lansia dinyatakan mengalami proses penuaan yang berhasil apabila
54
ia menarik diri dari kegiatan terdahulu dan dapat memusatkan diri
pada persoalan pribadi serta mempersiapkan diri dalam
menghadapi kematiannya. Pokok-pokok teori menarik diri adalah
sebagai berikut : pada pria, kehilangan peran hidup terutama
terjadi pada masa pensiun. Sedangkan pada wanita terjadi pada
masa ketika peran dalam keluarga berkurang, misalnya saat anak
menginjak dewasa serta meninggalkan rumah untuk belajar dan
menikah; lansia dan masyarakat mampu mengambil manfaat dari
hal ini, karena lansia dapat merasakan bahwa tekanan sosial
berkurang, sedangkan kaum muda memperoleh kerja yang lebih
luas. Tiga aspek utama dalam teori ini adalah proses menarik diri
yang terjadi sepanjang hidup. Proses ini tidak dapat dihindari serta
hal ini harus diterima oleh lansia dan masyarakat.40
40
Universitas Veteran Jakarta, “Landasan Teori Lansia” artikel diakses pada 28 September
2016 dari http://library.upnvj.ac.id/pdf/5FKS1KEDOKTERAN/0810211095/Bab.2.pdf.pdf
55
BAB III
GAMBARAN UMUM LEMBAGA
A. Latar Belakang Pendirian Lembaga
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Ciracas adalah cabang dari
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 1 Cipayung. Yang merupakan
salah satu lembaga yang dilindungi oleh Dinas Sosial yang memberikan
pelayanan dan rehabilitas sosial kepada lanjut usia (Lansia) terlantar
dijalanan, rumah sakit dan dari kalangan miskin untuk diberikan hak yang
sesuai berupa bimbingan konseling, layanan kesehatan, resosialisasi dan
bimbingan keterampilan bagi para lansia yang masih potensial, agar dapat
meningkatkan kemampuan, motivasi dan perannya dan memperkuat
kembali keberfungsian sosialnya.
Keberhasilan pembangunan meningkatkan derajat kesehatan dan
gizi masyarakat berpengaruh terhadap meningkatnya usia harapan hidup
dan jumlah lanjut usia. Semakin meningkatnya tuntutan kehidupan
kebutuhan ekonomi khususnya di kota-kota besar menyebabkan terjadinya
pergeseran nilai dalam keluarga. Kondisi ini mengarah kepada semakin
berkurangnya perhatian keluarga terhadap lansia karena keterbatasan waktu
yang tersedia. Akibatnya banyak lansia terlantar dan harus hidup sendiri
tanpa perhatian serta pendampingan keluarga serta tidak dapat melakukan
aktifitas yang bermakna dalam mengisi hari tuanya, selanjutnya keberadaan
lansia menjadi beban bagi keluarga. Kondisi ini menuntut Pemerintah
56
Daerah untuk memberikan pelayanan sosial kepada lansia sehingga dapat
menghindarkan mereka dari keterlantaran dari berbagai aspek.
PSTW Budi Mulia 3 merupakan salah satu unit pelaksanaan teknis
Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan kegiatan pelayanan
kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar. PSTW (Panti Sosial Tresna
Werdha) Budi Mulia 3 yaitu dibangun pada akhir tahun 2001 dengan luas
bangunan 2.445 m2
diatas lahan seluas 8.665 m2
dan selesai pada bulan
November 2002 yang di kukuhkan menjadi Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 3 Ciracas melalui SK Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 63
Tahun 2002 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit
Pelaksana Teknis di Lingkungan Dinas Bina Mental Spiritual dan
Kesejahteraan Sosial Provinsi DKI Jakarta. Dan daya tampung PSTW
Budi Mulia 3 Ciracas sebanyak 150 orang Lansia terdiri dari 2 wisma pria
(Cendrawasih dan Garuda) dan tiga wisma wanita (Anggrek, Mawar, dan
Melati).
B. Tujuan, Visi dan Misi Lembaga
• Tujuan
Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas hidup dan keberfungsian sosial
lanjut usia terlantar, sehingga dapat membuat hari tuanya dengan
mengikuti ketentraman lahir dan batin.
57
• Visi PSTW Budi Mulia 3 :
“Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia Ciracas sebagai puasat layanan
Lansia terdepan di Provinsi DKI Jakarta”
• Misi PSTW Budi Mulia 3 :
Melayani Lansia secara Holistik yang meliputi : Biologis, Psikologis,
Sosial, dan Spiritual.
1) Meningkatkan lanjut usia terlantar dalam kehidupan yang normative
2) Meningkatkan harkat dan martabat serta kualitas hidup lanjut usia
3) Meningkatkan keberfungsian sosial lanjut usia
4) Meningkatkan pelayanan sosial lanjut usia terlantar
5) Meningkatkan peran serta keluarga, masyarakat dan dunia usaha
C. Falsafah Lembaga
Adapun dasar-dasar hukum yang dipakai di PSTW Budi Mulia,
diantaranya :
1. Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lansia.
2. Undang-Undang No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
3. Undang-Undang No. 11 tahun 2009 tentang Pokok-Pokok
Kesejahteraan Sosial.
4. Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan provinsi sebagai Daerah Otonom.
5. Peraturan Gubernur No. 104 tahun 2009 tentang organisasi dan Kerja
Dinas Sosial Provinsi Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
58
6. Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta No. 63 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis di
Lingkungan Dinas Bina Mental Spiritual dan Kesejahteraan Sosial
Provinsi DKI Jakarta.
59
D. Struktur Organisasi Lembaga
Tabel 1.2 (Tabel Struktur Organisasi PSTW Budi Mulia 3 Ciracas)
Adapun Job Description yang dilakukan oleh pengurus di PSTW
Budi Mulia 3 adalah :
KEPALA PANTI
Drs. H. Akmal Towe, M.Si
SATPEL
KEPERAWATAN
Irwan Santoso, SH
SATPEL BAG TATA
USAHA
Dra. Utari, M.Si
SATPEL
PELAYANAN
Farida Noviyanti, SH
KELOMPOK JABATAN
FUNGSIONAL
60
1. Ketua Panti
Bertugas memonitoring segala pekerjaan setiap
divisi/seksi. Disamping itu, kepala panti juga melaksanakan
tugas manajerial dan teknis operasional pelayanan dan
rehabilitas social seusuai dengan Peraturan Perundang
Undangan yang berlaku.
2. Tata Usaha
Dalam tugasnya melakukan urusan surat menyurat,
kepegawaian, menyusun laporan keuangan, menginput data-
data keuangan, transparasi dana perlengkapan, serta sarana
dan prasarana Panti.
3. Sie.Perawatan
Merupakan divisi yang membantu pekerja social untuk
melakukan seleksi terhadap calon WBS berdasarkan segi
moralitas dan kesehatannya. Sekso perawatan juga berfungsi
sebagai bagian yang mengatur masalah sandang, pangan,
kebersihan lingkungan, kerapihan wisma dan WBS,
pemberian obat-obatan dan Vitamin bagi WBS yang
membutuhkan.
61
4. Sie. Bimbingan Penyaluran
Merupakan divisi yang mengawasi jalannya program yang
telah disepakati oleh dinas dan pihak panti seperti bimbingan
rohani, senam, kerajinan tangan dan kesenian, layanan
konseling dan case conference
5. Kelompok Jabatan Fungsional
Pekerja sosial/ jabatan fungsional merupakan divisi yang
melakukan assessment, intervensi klien, identifikasi,
registrasi, seleksi dan penerimaan serta penjelasan program
kepada WBS.
Dalam hal pengambilan keputusan, PSTW Budi Mulia 3 mengambil
keputusan dengan system non direktif (secara tidak langsung) karena
pengambilan keputusan dilakukan secara bermusyawarah antara ketua panti
dengan para staff panti.
E. Program
Di PSTW BM 3 perencanaan program dibuat oleh Dinas dan
cenderung untuk jangka panjang dan sifatnya tetap, tidak berubah. Dalam
perencanaannya masing-masing dari kepala Panti hadir untuk rapat tentang
manajemen program lalu direalisasikan kebawah (staff panti). Sayangnya
manajemen program yang ada di PSTW belum berjalan secara optimal.
62
Adapun program yang dibuat bedasarkan keputusan dari Dinas dan kepala
Panti diantaranya kelas Angklung, dimana di semua Panti Sosial Tresna
Werdha memiliki program yang sama tergantung bagaimana mereka
menerapkannya atau tidak. Pelayanan sosial dan kesehatan, seperti bimbingan
konseling dan keterampilan juga merupakan perencanaan dari Dinas yang
disepakati bersama oleh masing-masing kepala panti, hanya untuk
keterampilannya ingin seperti apa diserahkan kembali kepada pihak panti.
Di sisi lain terdapat pula program yang dibuat oleh kebijakan panti
yang perencanannya disusun oleh Sie.Bimbingan dan Penyaluran panti dan
disepakati bersama oleh pihak panti yang berkaitan, seperti adanya kegiatan
panggung gembira, kegiatan senam seminggu dua kali untuk menyehatkan
tubuh para lansia agar tidak mudah terkena stroke dan jantung, kegiatan
bimbingan rohani Islam dan Kristen di setiap hari Selasa dan Kamis, latihan
rebana untuk para lansia kakung dan keterampilan menjahit dan meronce
bunga untuk para lansia perempuan bagi mereka yang masih potensial.
Program di PSTW memiliki system Top-Down, yang dibuat langsung oleh
Dinas kepada masing-masing Panti. Disamping itu, manajemen program yang
ada di PSTW ada juga yang menggunakan system Bottom-Up. Salah satu
contohnya ialah program keterampilan menjahit dan meronce bunga yang
diusulkan oleh pihak panti ke Dinas.
PSTW BM 3 memberikan pelayanan kesejahteraan sosial bagi lansia
terlantar dalam bentuk pembinaan fisik berupa olahraga dan pemeriksaan
63
kesehatan, pembinan mental spiritual yang berupa bimbingan rohani Islam
dan Kristen yang diadakan seminggu dua kali, bimbingan sosial yang
dimasudkan agar WBS dapat mengenali peran dan fungsi sosialnya di
lingkungan panti, bimbingan keterampilan meliputi kerajinan tangan dan
kesenian, rekreasi dan hiburan.
Pelaksanaan program diantara Program-program inti yang terdapat di
PSTW Budi Mulia 3, terdapat pula program-program yang diselenggarakan
untuk memperingati hari-hari besar seperti, Hari Kartini, Isra Mi‟raj, Ulang
Tahun Jakarta, Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) dan sebagainya. Seperti
halnya pada peringatan acara Hari Kartini, pihak Panti biasanya mengadakan
acara lomba busana kebaya (Fashion Show) bagai para WBS (Warga Binaan
Sosial) Panti yang masih potensial. Lalu pada acara hari besar keagamaan
seperti halnya Isra Mi‟raj biasanya pihak panti mengadakan acara peringatan
dengan mengunang Ustadz untuk memberikan khotbahnya bagi para WBS
panti yang beragama muslim. Pada acara peringatan HLUN pun pihak panti
bekerja sama dengan kepala panti Werdha lainnya untuk mengadakan acara.
Adapun program-program yang ada di PSTW Budi Mulia 3 diantarnya
adalah:
a. Adanya pelatihan-pelatihan seperti keterampilan menjahit,
membuat keset dan meronce bunga dari sedotan khusus bagi para
lansia yang masih potensial. Hal tersebut dapat berfungsi untuk
mengembangkan kreatifitas para lansia.
64
b. Kegiatan bermain Angklung sebagai terapi pemulihan para lansia
yang memiliki riwyat penyakit stroke. Disisi lain bermain
Angklung juga dapat membantu mennggabungkan fungsi otak kiri
(lewat syair lagu) dan otak kanan (tangga nada), sehingga dapat
menjadi jembatan otak untuk menjadi aktif dan tidak mudah lupa
(membantu meningkatkan memori).
c. Ada kegiatan Bimbingan Rohani seminggu 2 kali setiap hari Senin
dan Kamis, baik rohani agama Islam (Pengajian) maupun Kristen.
d. Kegiatan Panggung Gembira. Disini para lansia dituntut untuk
bebas berekspresi, tidak peduli suaranya merdu atau tidak,
tujuannya dapat melatih rasa kepercayaan diri lansia untuk mau
berjoget dan riang gembira bersama.
e. Pelatihan rebana untuk para lansia kakung dan perempuan,
membantu untuk melatih gerakan otot tangan dan sebagai salah
satu tujuan untuk memperkenalkan salah satu musik Indonesia.
f. Kegiatan Senam yang dilakukan seminggu 2 kali, tujuannya agar
dapat memberfungsikan syaraf dan motoric para lansia, terutama
bagi mereka yang merupakan penderita jantung, stroke, dan
diabetes.
65
1. Jadwal Kegiatan WBS PSTW Budi Mulia Ciracas
Jadwal Kegiatan Mingguan Jadwal Kegiatan Harian
Hari Kegiatan Jam Kegiatan
Senin
Bimbingan
Rohani/Keagamaan
04.00 Bangun Pagi/Mandi
04.45 Sholat Subuh
Selasa
Olahraga, Bim. Kesenian,
dan Panggung Gembira
05.30 Jalan Kaki Pagi
06.00 Sarapan Pagi
Rabu
Bimbingan
Rohani/Keagamaan
07.00
Kegiatan Yang
Terjadwal
12.00 Sholat Dzuhur
Kamis Bimbingan Keterampilan
12.30 Makan Siang
13.30 Istirahat Siang
Jum‟at Olahraga dan TAK
15.00 Sholat Ashar
15.30 Makan Sore
Sabtu
Bimbingan
Rohani/Keagamaan
16.00 Istirahat Sore
18.00 Sholat Magrib
Minggu Aktifitas Mandiri
19.00 Sholat Isya
20.00 Istirahat Malam
66
2. Alur pelayanan dan penerimaan penghuni panti:
Persyaratan penerimaan
a. Usia diatas 60 tahun keaatas
b. Warga DKI Jakarta
c. Surat Keterangan RT, RW, Keluraham, Kepolisian, Instansi terkait
d. Sehat jasmani dan rohani
e. Bersedia mematuhi tata tertib panti
3. Tata tertib penghuni dan pengurus panti
Bagian keamanan panti terdapat petugas keamanan sebanyak 7 orang
petugas yang bekerja secara bergilir sesuai shift nya. Diadakan patroli setiap
3 jam sekali untuk mengecek keamanan lingkungan sekitar panti.
Tata tertib keamanan untuk para WBS antara lain:
- WBS dilarang berada diluar panti atau pos security selama jam kerja
- Untuk WBS yang ingin berpergian jauh harus memiliki surat ijin dari
penanggung jawab
- kerjasama yang baik dengan para staff, pramu jajaran, untuk
menciptakan lingkungan yang bersih, aman dan nyaman.
F. Jangkauan Layanan
Adapun target layanan PSTW Budi Mulia 3 diantaranya yaitu lansia
terlantar yang berusia 60 tahun ke atas, Penduduk DKI Jakarta, ada surat
67
pengantar dari RT/RW dan Kelurahan dan rekomendasi dari suku Dinas
Sosial wilayah.
Gambaran umum Klien yang terdapat di PSTW Budi Mulia 3 sebagian
besar merupakan hasil jaringan polisi Pamong Praja (SATPOL PP). Ada
beberapa juga yang merupakan rujukan dari panti-panti lain karena panti
tersebut tidak memiliki fasilitas yang cukup baik untuk memenuhi kebutuhan
klien, ada juga yang beralasan karena WBS tersebut sudah tidak bisa
mengikuti aturan dan tata tertib yang sudah di tetapkan di Panti sebelumnya.
10% dari penyaluran Klien merupakan rujukan dari keluarga kandungnya
sendiri. Sebagian besar keluarga yang menitipkan ayah/ibu mereka di Panti
karena keluarga tersebut tidak memiliki biaya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, merawatnya dan memberikan hak-hak yang seharusnya bisa
didapatkan oleh setiap orang, yakni kasih saying. Mereka merupakan keluarga
yang pada umumnya dari keluarga bermasalah, dan banyak yang tidak
memiliki anak, sehingga ketika mereka sudah berusia lanjut, tidak ada satupun
sanak saudara yang dapat menampung keberadaan lansia di dalam
keluarganya dikarenakan memang mereka sudah tidak memiliki sanak saudara
lagi dan hanya tinggal mereka seorang diri. Mayoritas dari mereka para lansia
yang sudah tidak memiliki sanak saudara dirujuk oleh pihak RT/RW ataupun
Kelurahan setempat yang mengurus langsung surat-surat penyaluran lansia
tersebut ke tempat yang lebih mulia, yakni PSTW dimana lansia-lansia
tersebut nantinya dapat bisa diberdayakan kembali, tidak terluntang-lantung
68
dijalanan dan dapat menikmati masa tuanya walaupun tidak dengan keluarga
kandungnya. Jadi, dapat dikatakan katagori lansia yang berada di PSTW Budi
Mulia 3, 90% mereka merupakan lansia terlantar dan 10% berasal dari
keluarga miskin.
Ada 150 WBS yang terapat di PSTW Budi Mulia 3. Data WBS
berdasarkan psikologis yang telah diamati oleh PSTW BM 3 pada tahun 2014,
hampir 67% WBS yang berada di PSTW BM 3 menderita gangguan psikotik,
33% mengalami gangguan dimensia, dan 100% tidak memiliki gangguan.
Data penyakit yang dominan yang dialami oleh para WBS Lansia di PSTW
BM 3 ialah Rheumatoid Arthritis sebanyak 35%, Chardiovascular 60%,
diabetes sekitar 20%, Psikogeriatri 85%. Dan data WBS berdasarkan Agama
yaitu 80% beragama muslim dan 20% non muslim.
G. SUMBER DAYA MANUSIA (SDM)
Pembagian kerja setiap kepala seksi sebagian besar tidak berdasarkan
kompetensi melainkan berdasarkan pengabdian dan pengalaman. Misalnya
staff pada bagian keperawatan yang bertugas sebagai pendamping wisma
tidak harus berlatar belakang pendidikan perawatan. Tetapi pengabdian dan
pengalaman yang dibutuhkan untuk menjadi pendamping wisma. Meskipun
seperti itu, ada beberapa posisi yang mengharuskan memiliki latar belakang
sesuai dengan bidang yang bersangkutan seperti untuk mengisi posisi pekerja
sosial di panti harus berlatar belakang kesejahteraan sosial dan memiliki SK.
69
Rasio pekerja sosial yang ada di panti dengan WBS adalah 3 : 150
yang sudah tersertifikasi dan sudah memiliki SK untuk menjadi peksos.
Pekerjaannya pun menjadi jabatan fungsional, seperti assessment, intervensi
klien dan lain-lain. Artinya, pekerja sosial di PSTW BM 3 hanya berjumlah 3
orang, sedangkan pekerja sosial tersebut harus menangani kurang lebih 150
WBS yang ada di panti.
Pengembangan kompetensi, dalam hal pelatihan untuk para staff
ataupun Tenaga Pelayanan Sosial (TPS) yang ada di PSTW BM 3
diselenggarakan oleh Kementrian Sosial (Kemensos) dan Dinas Sosial
(Dinsos) dengan waktu yang tidak menentu tetapi rutin dilaksanakan. Tempat
pelaksanaan di BPPKS (Balai Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial)
yang terletak di Lembang, Jawa Barat. Untuk biaya pelatihan, jika Kemensos
utama yang berfungsi sebagai ruang kantor dan tempat dilaksanakannya case
conference, maupun rapat-rapat untuk para staff.
H. Sarana dan Prasarana Lembaga
1. Gedung
PSTW Budi Mulia 3 merupakan salah satu unit pelaksanaan
teknis Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta dalam melaksanakan
kegiatan pelayanan kesejahteraan sosial lanjut usia terlantar. PSTW
(Panti Sosial Tresna Werdha) Budi Mulia 3 yaitu dibangun pada
70
akhir tahun 2001 dengan luas bangunan 2.445 m2
diatas lahan seluas
8.665 m2
dan selesai pada bulan November 2002. Sarana dan
prasarana yang ada di PSTW BM 3, terdiri dari gedung kantor utama,
di dalam gedung kantor utama yang berfungsi sebagai ruang kantor
dan tempat dilaksanakannya case conference, maupun rapat-rapat
untuk staf.
2. Wisma untuk para WBS terdiri dari:
a. Cendrawasih
Di Ruangan cendrawasih terdapat 8 kamar di dalamnya, terdiri
dari 33 Tempat tidur dengan kamar mandi didalamnya untuk
MCK. Keadaan kamar pada ruangan cendrawasih bersih dan
tertata dengan baik. Disudut ruangan terdapat klinik pengobatan
untuk WBS memerikasakan kesehatan dirinya.
b. Garuda
Di ruang garuda terdapat 8 kamar, terdiri dari 26 tempat tidur
dengan satu kamar mandi didalamnya untuk MCK. Keadaan
kamar mandi bersih ada tempat pembuangan sampah pada masing-
masing kamar WBS.
c. Anggrek
Di Ruangan Anggrek terdapat 2 kamar besar dengan masing-
masing kamar yang terdiri dari anggrek 1 memiliki 13 tempat
tidur, dan kamar anggrek 2 memiliki 14 kamar tidur dan satu
71
kamar mandi didalamnya untuk MCK keadaan kamar pada
ruangan anggrek bersih dan tertata dengan baik.
d. Melati
Di Ruangan melati memiliki 4 kamar, terdiri dari 31 tempat
tidur dengan satu kamar mandi didalamnya untuk MCK. Keadaan
kamar mandi bersih, ada tempat pembuangan sampah pada
masing-masing kamar.
e. Mawar
Di ruangan Mawar terdapat 4 kamar, terdiri dari 28 tempat
tidur dengan dua kamar mandi didalamnya untuk MCK. Keadaan
kamar mandi bersih ada tempat pembuangan sampah pada masing-
masing kamar WBS.
3. Ruangan-ruangan yang ada di panti PSTW Budi Mulia 3 terdiri dari :
a. Poliklinik : poliklinik ini berfungsi memeriksa kesehatan para
WBS yang dilakukan oleh dokter, bidan dan psikiatri (untuk
kejiwaan). Poliklinik ini juga dijadikan sebagai posyandu lansia.
b. Aula : sebagai tempat berkumpul melakukan kegiatan panti dan
tempat penerimaan tamu atau menyelenggarakan kegiatan
kunjungan.
c. Ruang konsultasi : ruang ini dijadikan untuk melakukan konseling
dengan psikolog maupun dengan pekerja sosial.
d. Ruang taman bacaan.
72
e. Ruang pemulasaran jenazah : ruang ini diperuntukkan untuk
mengurus jenazah WBS dari mulai dimandikan hingga dikafankan.
f. Ruang keterampilan : ruang ini dijadikan tempat melakukan
kegiatan keterampilan.
g. Mushola : berada di depan rumah dinas, seperti mushola pada
umunya terdapat tempat wudhu, tempat sholat laki-laki dan
perempuan. Biasa digunakan oleh para WBS untuk sholat dan
kegiatan pengajian yang dilaksanakan setiap hari senin dan rabu
jam 10, serta kegiatan yasinan setiap malam Jum‟at
h. Dapur : terdapat dibagian samping ruang TAK (Terapi Aktifitas
Kelompok) untuk WBS. Keadaan dapur cukup bersih dan menjaga
kesehatan makanan untuk diberikan WBS. Di dalam dapur
terdapat petugas yang memasak makanan untuk WBS dengan
menu masakan yang bervariasi sesuai dengan kesehatan gizi lansia.
i. Asrama TPS (Tenaga Pelayanan Sosial) : ruang ini digunakan
untuk tempat istirahat sementara bagi para TPS.
j. Rumah Dinas : berada di belakang panti, bersebelahan dengan
mushola. Terdapat 2 lantai dan dipergunakan untuk para pegawai
panti.
k. Lapangan : lapangan ini digunakan untuk melakukan kegiatan
panti seperti senam, sekaligus dijadikan lahan parkir untuk para
tamu dan staff. Di panti terdapat sarana olahraga yaitu lapangan
futsal dan badminton, WBS jarang menggunakannya karena jarak
73
antara kamar dan lapangan olahraga sedikit jauh. Kebanyakan dari
WBS hanya menggunakan sarana olahraga seperti senam pada
lansia yang diadakan setiap hari selasa dan jum‟at di bagian
halaman depan panti.
l. Kantin : di dalam panti terdapat kantin yang menjual aneka
minuman dengan makanan/snacknya. Kantin yang terdapat di
dalam panti lebih sering dikunjungi oleh para pegawai dan
mahasiswa praktek.
m. Peternakan : di dalam panti terdapat beebrapa peternakan kambing
yang berjumlah 4 ekor, ada juga kolam ikan yang berisi ikan
mujair dan ikan bawal, serta kandang ayam. Masing-masing
peternakan diurus oleh WBS sendiri dan dibantu oleh pegawai
panti untuk menyalurkan hobi dan kesukaannya dalam merawat
binatang.
74
Berikut ini adalah tabel mengenai lanjut usia (WBS) berdasarkan jenis kelamin,
sebagai berikut:
Tabel 1.3
Data jumlah lanjut usia/WBS berdasarkan jenis kelamin
No. Jenis Kelamin Jumlah
1. Perempuan 89 orang
2. Laki-laki 61 orang
I. Kemitraan Dengan Pihak Luar
Hubungan lembaga dengan masyarakat sekitar dapat dikatakan cukup
baik, terbukti dengan adanya PHLU (Pelayanan Harian Lanjut Usia) yang
dimana di panti terdapat posyandu lansia yang dapat digunakan oleh warga
sekitar panti khususnya lansia di RT.07 karena di daerah sekitar belum
memiliki layanan posyandu lansia. Maka dari itu panti dengan warga sekitar
RT.07/06 bekerja sama dalam hal posyandu. Begitu juga bila ada kegiatan
seperti senam, maka warga sekitar dapat mengikuti senam bersama-sama.
Kerja sama yang telah dilakukan oleh PSTW Budi Mulia 3 Ciracas,
dalam rangka pelayanan dan rehabilitasi sosial kepada lansia, yaitu :
75
a. Dinas sosial, Dinas ketentraman dan ketertiban Satpol PP dalam
pengiriman calon WBS (lansia terlantar) dan menindak lanjuti
hasil razia yang dilaksanakan.
b. RSKD Duren Sawit Satelit dalam hal pasien gangguan jiwa
(psikotik)
c. RSUD Budi Asih dan dalam hal memberikan pelayanan kesehatan
kepada lansia
d. Puskesmas Ciracas, dalam hal memberikan layanan kesehatan
lansia.
e. PUM (Panti Usada Mulia) dalam bentuk perawatan untuk lansia
yang sakit.
f. PSBI Bangun Daya (Panti Sosial Bina Insan) panti penampungan
sementara WBS yang akan dikirim ke setiap panti. Di PSBI juga
terdapat Lansia yang Psikotik.
76
BAB IV
HASIL TEMUAN DAN ANALISIS
Berdasarkan hasil temuan penulis dapat diperoleh suatu informasi mengenai
dukungan keluarga. Pada bab ini, hasil temuan penulis dijelaskan melalui teori
bentuk dukungan keluarga yang dikemukakan oleh Friedman. Adapun sub bab
yang akan dibahas diantaranya ialah mengenai profil informan, macam-macam
bentuk dukungan keluarga, serta komponen dukungan sosial.
A. Profil (Informan)
Salah satu yang dipilih menjadi informan adalah salah satu lansia terlantar
yang berada di panti tetapi masih memiliki keluarga. Di bawah ini dapat dilihat
ringkasan data diri menjadi informan.
1. Sutinem
Saat ini Sutinem berusia 73 tahun. Dari kecil berpendidikan
sekolah 4 SD. Memiliki bapak seorang petani yang berjualan kacang dan
ibu juga seorang petani. Saat usia 12 tahun ibunya nenek Sutinem
meninggal. Nenek Sutinem mulai belajar masak untuk petani yang bekerja
di sawah. Setelah itu bapak nenek Sutinem sakit udah tua lalu meninggal
di Purbalingga. Nenek Sutinem adalah anak ke dua dari empat bersaudara.
Sekarang saudara nenek Sutinem sudah meninggal semua. Nenek Sutinem
memiliki tiga anak laki-laki yang berada di Pasar Rebo satu, di
77
Purbalingga satu dan di Sumatera satu. Sebenarnya nenek Sutinem
memiliki anak 4 namun yang satu sudah meninggal. Namanya Rahmat
Aris, Agus Waluyo, Sutrisno dan Riyadi yang sudah meninggal.
Nenek Sutinem pernah tinggal juga di Pasar Rebo saat tahun 2013.
Awal nenek Sutinem bisa masuk panti karena anak nenek Sutinem yang
menempatkan nenek Sutinem disini. Alasan pak Rahmat menempatkan ke
panti karena ketidak cocokan nenek Sutinem dengan menantunya, nenek
Sutinem sering berantem dengan menantunya. Suami nenek Sutinem
sudah meninggal saat umur 84 tahun. Nenek Sutinem pernah bekerja
berjualan kopi mentah saat di Purbalingga. Pak Rahmat Aris kemarin
sempat menjenguk nenek Sutinem udah sebulan setengah sebelum puasa.
Nenek Sutinem tinggal di panti sudah dua tahun kurang lebih.
2. Anak Sutinem
Anak pertama nenek Sutinem di Pasar Rebo namanya Rahmat
Aris. Rahmat Aris ini memiliki tiga anak. Anak yang pertama bernama
Rizki Ramadhan berumur sepuluh tahun. Anak yang kedua namanya Kana
Tegar berumur delapan tahun kelas 2 SD. Anak yang ketiga bernama
Zanita Okta Nurjannah berumur enam tahun setengah mau masuk SD.
Memiliki pekerjaan sebagai ojek online yaitu Grabbike. Rumahnya
kontrak di Pasar Rebo. Istrinya bekerja di Catering.
78
Anak kedua nenek Sutinem tinggal di Jambi namanya Adi
Sutrisno. Kerja sebagai pesuruh di kantor pajak. Istrinya bekerja sebagai
ibu rumah tangga. Memiliki dua anak lelaki. Anak yang pertama bernama
Imam. Anak yang ke dua bernama Ibrahim. Setelah itu anak ketiga nenek
Sutinem Agus Waluyo tinggal di Purbalingga. Dulunya bekerja sebagai
satpam namun sekarang sudah tidak bekerja lagi karena sakit-sakitan dan
harus menjalani cuci darah rutin dua kali seminggu sakit gagal ginjal.
Istrinya bekerja sebagai karyawan pabrik industri rambut palsu. Memiliki
dua anak laki-laki. Anak yang pertama berusia tujuh tahun dan anak yang
kedua berusia empat tahun.
3. Bu Purba
Ibu Purba berusia 51 tahun. Tempat tanggal lahirnya di Taruntung
14 Juli 1965. Bu Purba anak ke 8 dari 9 bersaudara. Nama saudara yang ke
satu Bernad Purba kerja pensiunan guru SMPN sekarang tinggal di ciputat.
Saudara ke dua Berliana Purba ikut suami pegawai negeri tinggal di
Taruntung. Saudara ke tiga Sofar Purba kerja supir Jakarta –Medan.
Saudara ke empat Galih Purba kerja jadi pemborong di Taruntung.
Saudara ke lima Linda Purba guru menjahit sambil membuka toko
menjahit di Taruntung. Saudara ke enam sudah meninggal. Saudara ke
tujuh Sabarohtuah Purba menjadi ibu rumah tangga. Ke 8 ibu Mangiring
Purba sendiri kerja jadi pegawai pns. Saudara ke sembilan Asimah Ulil
Purba kerjanya di bidan pulo mas. Orang tua Bu Purba sekarang bapaknya
79
berumur 89 tahun sudah tidak bekerja namun dahulunya adalah
pemborong proyek bangunan sekolah sedangkan ibunya sudah meninggal
sepuluh tahun yang lalu dulunya pedagang kopi. Pendidikan ibu Purba dari
SD sampai SMA di Sumatera. Lalu melanjutkan kerja sambil kuliah di
Jakarta mengambil S1 di Widuri. Ibu purba memiliki dua anak yang
pertama bernama Meilita Kusumadiani mau masuk kuliah. Arisil Irmawan
baru mau masuk SMA. Rumah tempat tinggal ibu Purba di kavling
cipayung. Motto hidup ibu Purba bekerja untuk menyekolahkan anak.
Pekerjaan suami ibu Purba adalah menjadi pegawai PNS di Departemen
Sosial.
B. Bentuk Dukungan Keluarga
Sesuai dengan teori Gallo dan Reichel yang dikutip oleh Indriyani membagi
jenis-jenis dukungan keluarga menjadi 3 (tiga) jenis pada bab II halaman 23 :
a. Dukungan Fisiologis
Dukungan fisiologis merupakan dukungan yang dilakukan dalam
bentuk pertolongan-pertolongan dalam aktivitas sehari-hari yang
mendasar, seperti dalam hal mandi, menyiapkan makanan dan
memperhatikan gizi, toileting, menyediakan tempat tertentu atau
ruangan khusus, merawat seseorang bila sakit. Seperti yang diutarakan
anaknya kepada ibunya :
“Ibu dipanti jaga kesehatan ya, jangan sampai sakit. Kalo ada
kegiatan olahraga kalo bisa ibu ikut. Agar ibu sehat terus
jangan lupa makan sehari tiga kali yang bergizi. Terkadang
80
saya suka bilang gitu pada ibu saya saat saya menengokin di
panti.”41
Dari pemaparan informan diatas dapat terlihat bahwa adanya
dukungan fisiologis yang diberikan oleh keluarga kepada nenek.
Dalam hal ini nenek mendapat perhatian dari anak pertamanya yaitu
Rahmat Aris dalam memperhatikan gizi.
“Dukungan fisiologis kalo di wbs disini ya di arahkan ada
yang masak ada yang menyajikan petugas mengajak untuk
mengikuti kegiatan senam dan dalam hal makanan juga
memperhatikan gizi.”42
Petugas panti memberikan tahu bahwa terdapat dukungan fisiologis
juga dari panti berupa menyiapkan makanan dan memperhatikan gizi.
b. Dukungan Psikologis
Dukungan psikologis adalah dukungan berupa kehangatan, kepedulian
maupun ungkapan empati yang akan menimbulkan keyakinan bahwa
ibu merasa dicintai dan diperhatikan, yang pada akhirnya dapat
berpengaruh kepada keberhasilan. Seperti yang diutarakan pak Rahmat
kepada ibunya :
“iya saya suka nanyain apa ibu sedang sakit atau tidak?
Terus gimana makannya disini? Apa tadi malam ibu tidurnya
nyeyak? Saya sering menanyakan itu pada ibu saya”43
41
Wawancara pribadi dengan bapak Rahmat Aris selaku anak pertama keluarga lansia. Pasar
Rebo, 20 Juni 2016 42
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016 43
Wawancara pribadi dengan bapak Rahmat Aris selaku anak pertama keluarga lansia. Pasar
Rebo, 20 Juni 2016
81
Dari pemaparan informan diatas dapat terlihat bahwa adanya
dukungan psikologis yang diberikan oleh keluarga kepada nenek.
Dalam hal ini nenek mendapat perhatian dari anak pertamanya yaitu
Rahmat Aris.
“Ya saya rutin menengok ibu di panti. Sebulan sekali bahkan
bisa lebih dari itu. “44
Dari pemaparan informan diatas dapat terlihat bahwa adanya
dukungan psikologis yang diberikan oleh keluarga kepada nenek.
Dalam hal ini nenek dapat berkomunikasi dengan keluarga dengan
cara bertemu langsung karena keluarga sudah meluangkan waktu
untuk nenek.
“Ya dengan dia datang dia udah ada perhatiannya. Ya itu jika
dia datang bagaimana mak sehat gak mak. Bagaimana
keadaan mama disini.”45
“Ya memberikan rasa aman. Ya kalo sakit diobatin. Jika laper
dikasih makan. Lalu dikasih baju juga. Kebutuhannya
dipenuhi. Makanya kakek dan nenek disini pada betah.”46
“Ada peran panti dalam membina hubungan keluarga lansia
tersebut. Seperti waktu itu pernah keluarga lansia dipanggil
kesini diundang oleh kepala pembinaan. Terus bagi yang
punya keluarga juga dianjurkan menengok anggota lansianya
yang ada disini. Kalo bisa kita menggali data kita ada juga
home visit kita assessment wbs dan keluarganya. Kalo jadwal
kunjungan kita tidak ada khusus tapi syarat hanya diberikan
anggota keluarganya agar kakek atau nenek tinggal di panti
sering-sering ditengok minimal sebulan sekali jadwal dia
sempet nengoknya kapan misalnya di hari libur sabtu atau
minggu silahkan saja. Ditengok anggota kelurganya dengan
44
Ibid 45
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016 46
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
82
melapor petugas piket. Kita ada peraturan sebenarnya
anggota keluarga yang datang sini tidak boleh masuk wisma
tetapi hanya menunggu di ruang tamu, di gazebo di taman
atau di loby.”47
Petugas panti juga menilai jika adanya dukungan psikologis dari
keluarga yaitu bentuk perhatian keluarga kepada nenek dengan cara
anaknya menengoki ibunya di panti dan menanyakan kabar keadaan
ibunya. Peran panti juga memberikan dukungan psikologis yaitu rasa
aman kepada nenek sutinem di panti.
“Ya jelas pernah menengok nenek sebulan sekali. Diskusi yang
pernah melakukan adalah membicarakan tentang kehidupan
keluarga.”48
Nenek juga melakukan diskusi dengan keluarga untuk meluangkan
waktu menjaga komunikasi baik dengan keluarga.
c. Dukungan Sosial
Dukungan sosial merupakan ketersediaan sumber daya yang
memberikan kenyamanan fisik dan psikologis yang di dapat lewat
pengetahuan bahwa individu tersebut dicintai, diperhatikan, dihargai
oleh orang lain dan ia juga merupakan anggota dalam suatu kelompok
yang berdasarkan kepentingan bersama. Seperti yang diutarakan
anaknya kepada ibunya :
47
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016 48
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016
83
”Saya juga sering mengingatkan kepada ibu saya untuk
mengikuti kegiatan pengajian agar hatinya selalu tenang dan
tentram dalam mengingat Allah SWT”49
Dari pemaparan informan diatas dapat terlihat bahwa adanya
dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga kepada nenek. Dalam
hal ini nenek mendapat saran dari anak pertamanya yaitu Rahmat Aris
untuk mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian
“Petugas selalu mengajak kegiatan pengajian. Waktunya hari
senin ada ceramah dengan ust. samatrin, rabu ada baca quran
deng pak zainudin, malam jumat yasinan.”50
“Iya saya tetap menjaga interaksi dengan orang lain dengan
cara memberikan senyuman. Ya kadang saya ramah dengan
orang lain. Ya saya patuh terhadap norma yang berlaku di
panti.”51
Nenek selalu diajak oleh petugas panti untuk mengikuti kegiatan
pengajian. Jadi nenek mendapatkan dukungan sosial dari panti. Nenek
juga tetap menjaga interaksi dengan orang lain dan bersikap patuh
terhadap norma yang berlaku di panti.
“Fasilitas kesehatan ada tetapi tidak semua rumah sakit bisa
di rujuk tergantung rumah sakit yang merujuk.”
Petugas panti tidak memberikan kesempatan untuk memilih fasilitas
kesehatan sesuai dengan keinginan sendiri karena semua sudah diatur
oleh panti dan yang bisa merujuk adalah rumah sakit.
49
Wawancara pribadi dengan. bapak Rahmat Aris selaku anak pertama keluarga lansia. Pasar
Rebo, 20 Juni 2016 50
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 51
Ibid
84
C. Fungsi Dukungan Keluarga
Fungsi dukungan keluarga menurut Friedman ada beberapa fungsi, sesuai
teori pada bab II halaman 24 yaitu :
a. Dukungan Informasional
Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran, atau
umpan balik tentang situasi dan kondisi individu, jenis informasi ini
dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah
dengan lebih mudah. Seperti diutarakan pak Rahmat kepada ibunya :
“ibu dipanti jaga kesehatan ya, jangan sampai sakit. Kalo ada
kegiatan olahraga kalo bisa ibu ikut. Agar ibu sehat terus
jangan lupa makan sehari tiga kali. Terkadang saya suka
bilang gitu pada ibu saya saat saya menengokin di panti.”52
Dari pemaparan informan diatas dapat terlihat bahwa adanya
dukungan informasi yang diberikan oleh keluarga kepada nenek.
Dalam hal ini nenek mendapat nasehat dari anak pertamanya yaitu
Rahmat Aris.
“Ya jika lagi berantem ya dileraikan agar supaya tidak
bertengkar lagi. Namanya juga manusia mempunyai
kesalahan. Nenek disini kan berasal dari gelandangan ada
yang tinggal di ubin jadi kadang ada aja yang membuat
masalah. Kita arahkan kita tanya dulu kenapa nenek berantem
misalnya begini begini ya tidak usah berantem kita
pisahkan.”53
Peran dukungan panti dalam dukungan informasi yaitu memberikan
nasehat jika ada lansia yang sedang berantem.
52
Wawancara pribadi dengan bapak Rahmat Aris selaku anak pertama keluarga lansia. Pasar
Rebo, 20 Juni 2016 53
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
85
“Ya panti meleraikan jangan bertengkar. Ada juga kegiatan
konseling dimana bisa bercerita tentang masalah pribadi lalu
diberikan arahan.”54
Peran panti dalam mengungkapkan masalah yaitu dengan adanya
kegiatan konseling dimana lansia bisa bercerita tentang masalah
pribadinya lalu akan diberikan arahan oleh petugas.
b. Dukungan Penilaian
Dukungan ini bisa berbentuk penilaian yang positif, penguatan
(pembenaran) untuk melakukan sesuatu, umpan balik atau
menunjukkan perbandingan sosial yang membuka wawasan seseorang
yang sedang dalam keadaan stress. Seperti yang diutarakan pak
Rahmat kepada Ibunya :
“iya saya suka nanyain apa nenek sedang sakit atau tidak?
Terus gimana makannya disini? Apa tadi malam nenek
tidurnya nyeyak? Saya sering menanyakan itu pada ibu
saya”55
Dari pemaparan informan diatas dapat terlihat bahwa adanya
dukungan penilaian yang diberikan oleh keluarga kepada nenek.
Dalam hal ini nenek mendapat perhatian dari anak pertamanya yaitu
Rahmat Aris.
“Ya kalo seandainya dalam kegiatan dia rajin jika dalam
kegiatan keagamaan wah hebat nenek sudah duluan datang
54
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 55
Wawancara pribadi dengan bapak Rahmat Aris selaku anak pertama keluarga lansia. Pasar
Rebo, 20 Juni 2016
86
atau jika ada kegiatan panggung gembira dia nyanyi jadi kami
memberikan pujian kepada dirinya”56
Dari pemaparan informasi diatas terlihat bahwa adanya dukungan
penilaian yang diberikan oleh panti kepada nenek. Yaitu memberikan
penghargaan berupa pujian kepada nenek yang rajin mengikuti
kegiatan.
“Ya semuanya dibimbing. Dalam membimbing pelayanan
kesehatam, pelayanan agama dsb.”57
Dari pemaparan informasi diatas terlihat bahwa adanya dukungan
penilaian yang diberikan oleh panti kepada nenek. Yaitu berupa
bimbingan pelayanan kesehatan ataupun pelayanan keagamaan.
c. Dukungan Instrumental
Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat
memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian
makanan serta pelayanan. Bentuk dukungan ini dapat mengurangi
stress karena individu dapat langsung memecahkan masalahnya yang
berhubungan dengan materi. Seperti yang di utarakan nenek Sutinem :
“iya pernah. Ngasih Rp.30.000 atau ngasih Rp. 50.000 kalo
ada rezeki.”58
56
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016 57
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 58
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016
87
Dari pemaparan informan diatas dapat terlihat bahwa adanya
dukungan materi yang diberikan oleh keluarga berupa uang. Dalam hal
ini nenek mendapatkan uang dari anak pertamanya yaitu Rahmat Aris.
“Ya seandaianya jika ada kegiatan apabila ia masih sakit dia
tidak perlu ikut kegiatan namun istirahat yang cukup.”
Petugas panti menyarankan lansia untuk istirahat jika lansia tersebut
sakt. Jadi kebutuhan instrumental terpenuhi karena kebutuhan untuk
istirahat tercukupi.
d. Dukungan Emosional
Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman,
yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga
individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik. Dukungan ini
sangat penting dalam menghadapi keadaan yang dianggap tidak dapat
di kontrol. Seperti yang diutarakan anaknya kepada Ibunya :
“iya saya suka nanyain apa nenek sedang sakit atau tidak?
Terus gimana makannya disini? Apa tadi malam nenek
tidurnya nyeyak? Saya sering menanyakan itu pada ibu
saya”59
Dari pemaparan informan diatas dapat terlihat bahwa adanya
dukungan penilaian yang diberikan oleh keluarga kepada nenek.
Dalam hal ini nenek mendapat perhatian dari anak pertamanya yaitu
Rahmat Aris.
59
Wawancara pribadi dengan bapak Rahmat Aris selaku anak pertama keluarga lansia. Pasar
Rebo, 20 Juni 2016
88
“Ya petugas harus mendengarkan keluhan kakek dan nenek.
Jika sudah didengarkan ya baru kita ceramahin. Baru kami
memberikan apa yang mereka butuhkan.”60
“Ya adanya kegiatan konseling disitu panti mendengarkan
keluhan nenek. Dan keluhan nenek didengarkan oleh panti.”61
Dari pemaparan informan diatas dapat terlihat adanya dukungan
penilaian yang diberikan oleh panti kepada nenek. Adanya dalam
bentuk mendengarkan dan di dengarkan.
D. Komponen Dukungan Sosial
Berdasarkan hasil temuan peneliti, terdapat komponen dukungan
sosial. Hal ini dapat terlihat dari teori komponen dukungan sosial yang
dikemukakan oleh Weiss pada bab II halaman 28.
a. Kerekatan emosional (emostional attachment).
Kerekatan emosional merupakan hubungan emosional yang
dekat antara dua orang dengan karakteristik adanya kasih
sayang antara dua pihak, dan keduanya menginginkan untuk
mempertahankan kedekatan itu. Seperti yang diutarakan nenek
Sutinem di panti :
“Memperoleh kerekatan emosional dengan cara satu
kamar. Dengan cara Makan bersama. Ikut kegiatan
bersama. Dan sholat bersama.”62
60
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016 61
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 62
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. di Panti 17 Juni 2016
89
Adanya bentuk kedekatan antara lansia dengan lansia lainnya.
Dengan cara tinggal hidup bersama dan mengikuti kegiatan
bersama. Hal ini menimbulkan rasa damai diantara mereka
yang tinggal di panti. Dukungan sosial semacam ini
menimbulkan seseorang untuk memperoleh kerekatan
(kedekatan) emosional sehingga memperoleh rasa aman.
b. Integrasi sosial (social integration).
Integrasi sosial ialah sebuah proses sosial individu atau
kelompok yang terjadi karena suatu perbedaan fisik,
emosional, budaya dan prilaku. Seperti yang diutarakan
pekerja sosial di panti :
“Ya rasa kebersamaan tinggal di panti sudah tumbuh.
Ya jika sudah kenal ya sudah sayang. Seperti sering
mengikuti kegiatan bersama.”63
Lansia tersebut merasa memiliki keluarga baru selama tinggal
di panti. Jadi lansia tersebut memiliki rasa dimiliki dalam suatu
kelompok keluarga di panti. Jenis dukungan sosial semacam
ini memungkinkan seseorang untuk melakukan kegiatan yang
sifatnya rekreatif secara bersama-sama. Dukungan semacam ini
menimbulkan rasa nyaman serta merasa memiliki dan dimiliki
dalam kelompok.
63
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
90
“Melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara
bersama-sama. Iya misalnya dengan mengikuti
kegiatan keterampilan bersama.”64
c. Penghargaan atau pengakuan (reassurance of worth).
Penghargaan adalah suatu cara yang digunakan oleh seseorang
untuk memberikan suatu penghargaan kepada seseorang karena
sudah mengerjakan suatu hal yang benar, sehingga seseorang
itu bisa semangat lagi dalam mengerjakan tugas tersebut.
Seperti yang diutarakan pekerja sosial di panti :
“Kita bawa kakek atau nenek yang mandiri ke tempat
HLUN yaitu di Ancol mengikuti kegiatan disana seperti
pentas seni menampilkan angklung, joget ya
bersenang-senanglah. Sekitar 30 orang yang ikut
kegiatan program HLUN.”65
Dalam hal ini saat kegiatan acara program HLUN (Hari Lanjut
Usia Nasional) yang bertepatkan tanggal 29 Mei. Biasa
mengadakan kegiatan pentas seni. Disini para lansia
menampilkan keahlian yang mereka miliki seperti bermain
angklung. Jadinya mereka merasa mendapatkan pengakuan
atau penghargaan atas kemampuan yang mereka miliki. Pada
dukungan sosial jenis ini seseorang akan mendapatkan
pengakuan atas kemampuan dan keahlian serta mendapat
64
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 65
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
91
penghargaan dari orang lain atau lembaga terhadap
kompetensi, keterampilan dan nilai yang dimiliki seseorang.
d. Hubungan yang dapat diandalkan untuk mendapatkan bantuan
yang nyata (reliable alliance).
Jenis dukungan sosial ini bersumber pada umumnya diberikan
oleh anggota keluarga. Dukungan sosial dapat berupa jaminan
bahwa ada orang yang dapat diandalkan bantuannya ketika
individu membutuhkan bantuan tersebut. Seperti yang
diutarakan oleh nenek Sutinem :
“Ya kadang-kadang ada. Ya ada duit, kue , baju.
Kemarin dua puluh lima ribu dari sekolah SMA depok.
Tapi saya ga nerima karena saya naik duluan
keatas.”66
Bantuan nyata yang bisa diberikan oleh keluarga adalah dalam
berbentuk uang untuk jajan lansia. Biasanya saat ada acara
kunjungan dari lembaga atau yayasan yang berkunjung ke
panti lalu memberikan uang dalam amplop. Jenis dukungan
sosial ini bersumber pada umumnya diberikan oleh anggota
keluarga.
“Iya saya memberikan uang kepada ibu saya saat
menengok jika ada rezeki ya saya kasih.”67
66
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 67
Wawancara pribadi dengan bapak Rahmat Aris selaku anak pertama keluarga lansia. Pasar
Rebo, 20 Juni 2016
92
e. Saran atau informasi (guidance).
Saran merupakan sebuah solusi yang ditunjukan untuk
menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Saran harus
bersifat membangun, mendidik, dan secara objektif sesuai
dengan topik yang dibahas. Seperti yang diutarakan pekerja
sosial di panti :
“Ya adanya kegiatan konseling dimana wbs bisa
bercerita mengungkapkan masalahnya masing-masing
lalu psikolog bisa memberikan arahan kepada wbs
tersebut.”
Dalam hal ini saat kegiatan konseling. Dimana para lansia bisa
menceritakan keluh kesahnya selama ia hidup. Lalu ada
pembimbing yang memberikan saran atau nasehat untuk para
lansia yang mengalami masalah. Dukungan sosial jenis ini
adalah memungkinkan mendapatkan informasi, saran atau
nasihat yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan dan
mengatasi permasalahan yang dihadapi. Jenis dukungan sosial
ini bersumber dari guru, mentor, pembimbing, atau sosok
orang tua.
f. Kemungkinan membantu (Opportunity for naturance)
Dukungan ini menimbulkan perasaan dalam diri individu
bahwa ia bertanggung jawab terhadap kesejahteraan orang lain.
93
Dukungan ini sering diperoleh dari anak, cucu, dan pasangan
hidup. Seperti yang diutarakan pekerja sosial di panti :
“Ya panti tanggung jawab terhadap kesejahteraan
nenek banyak misalnya dalam hal kesehatan,
keamanan, dan kebersihan.”68
“Ya saya rutin menengok nenek di panti. Sebulan sekali
bahkan bisa lebih dari itu.”69
Anak yang masih memilliki tanggung jawab terhadap
neneknya di panti dengan cara selalu menjenguknya.
Dukungan yang menimbulkan perasaan dalam diri individu
bahwa ia bertanggung jawab terhadap kesejahteraan orang lain.
Dukungan ini sering diperoleh dari anak, cucu dan pasangan
hidup.
E. Kebutuhan Lanjut Usia
Adapun yang menjadi kebutuhan lanjut usia pada umumnya sesuai
teori pada bab II halaman 31 adalah :
a. Kebutuhan Jasmani
Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan yang dimanfaatkan untuk
keperluan jasmani seperti menjaga, melindungi, memelihara,
mengembangkan, dan membangun pertubuhan jasmani manusia.
Seperti yang diutarakan oleh nenek Sutinem :
68
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 69 Wawancara pribadi dengan bapak Rahmat Aris selaku anak pertama keluarga lansia. Pasar
Rebo, 20 Juni 2016
94
“Ada pelayanan kesehatan. Ada kegiatan olahraga. Ada
perumahan sandang dan pelayanan kebutuhan makanan yang
bergizi.”70
Disini nenek sering mengikuti kegiatan olahrga secara teratur. Nenek
juga mengonsumsi makanan yang bergizi atau makanan sehat setiap
harinya. Kebutuhan jasmani antara lain pelayanan pemenuhan
kesehatan, makanan dan gizi, perumahan sandang, olahraga dan alat
bantu.
“Ya perumahan dia tinggal disini. Ya makan sehari 3 kali.
Pelayanan kesehatan jika sakit di obatin. Ya kebutuhan
jasmani dan rohani tercukupi.”71
b. Kebutuhan Mental dan Psikis
Kebutuhan mental merupakan kebutuhan yang dibutuhkan seseorang
untuk mendapatkan sesuatu bagi jiwanya secara kejiwaan. Seperti
yang di utarakan oleh nenek Sutinem :
“Ya jelas ada yang mengajak kegiatan pengajian atau
upacara keagamaan dan saya rutin mengikuti kegiatan
pengajian di mesjid”.72
“Ya kita motivasi dan kita mengarahkan. Ya pasti itu petugas
mengajak kegiatan keagamaan.”73
Nenek rutin menghadiri kegiatan pengajian di masjid. Ini sebagai
memenuhi kebutuhan mental atau psikis nya agar hati tetap tenang dan
tidak mudah stress. Kebutuhan psikis atau mental spiritual dimasudkan
membantu lanjut usia agar memiliki sikap mental yang positif bagi diri
70
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 71
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016 72
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 73
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
95
sendiri, keluarga dan lingkungannya. Kebutuhan psikis meliputi
pelayanan konseling an pembelaan yang berkaitan dengan rasa aman,
tentram, adanya hubungan dengan Tuhan, dekat dengan teman dan
mempunyai hubungan baik dengan lingkungannya. Sebagai salah satu
cara mendekatkan diri dengan Tuhan, lanjut usia diajak beribadah,
menghadiri pengajian dan upacara-upacara keagamaan atau upacara-
upacara lainnya.
c. Kebutuhan Sosial dan Ekonomi
Kebutuhan sosial merupakan kebutuhan akan saling berinteraksi antara
manusia yang satu dengan manusia lainnya dalam kehidupan
bermasyarakat. Seperti yang diutarakan oleh nenek Sutinem :
“Ada pelayanan bimbingan sosial, ada penyuluhan, ada
rekreasi setahun dua kali. Ada kebutuhan ekonomi misalnya
barang keterampilan di jualin saat bazar.”74
“Kebutuhan sosial ya kan dia bersosialisasi di masyarakat dia
juga berteman ada bimbingan sosial, ada kegiatan rekreasi
juga. Ya namanya juga orang tua tidak bisa dipaksakan namun
mengarahkan untuk mengikuti kegiatan seperti membuat keset
yang nanti akan di jual saat bazaar.”75
Program rekreasi yang diadakan oleh panti setiap setahun dua kali
sangat bermanfaat bagi lansia agar lansia tidak jenuh. Nenek juga
pernah mengikuti kegiatan rekreasi yaitu saat pergi ke Ancol.
Pendekatan dengan cara memberikan kesempatan seluas-luasnya
74
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 75
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
96
kepada lanjut usia diluar lingkungan keluarga. Kebutuhan ekonomi
yang diadakan adalah seperti adanya bazar saat ada acara di Aula.
Disini lansia membuat kreasi seperti keset, bunga ataupun serbet yang
dijual saat bazar.
F. Karakteristik Lanjut Usia
Adapun karakteristik usia lanjut sesuai teori pada bab II halaman 34 yaitu:
1. Merupakan periode penurunan (kemunduran)
Penurunan tersebut disebabkan sebagian oleh factor fisik,
seperti perubahan-perubahan sel tubuh karena ketuaan dan sebagian-
sebagian lagi oleh factor psikologis, seperti sikapnya terhadap orang
lain dan terhadap kerja.
“Katarak, kurang lebih tiga bulan. Awalnya gejalanya
sering pusing atau bingung punya anak baru terus
keluar air mata.” 76
Terjadinya penyakit yang dialami nenek yaitu sakit katarak dan
harus dioperasi di rumah sakit Kantor Pajak. Hal ini menjelaskan
bahwa terjadi penurunan di bagian mata nenek. Mata dan telinga
merupakan dua organ tubuh yang paling banyak digunakan setiap saat
di banding indera lainnya. Oleh karena itu keduanya merupakan organ
76
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016
97
yang paling banyak dipengaruhi oleh pertambahan usia, walaupun
perubahan fungsi seluruh organ tubuh juga terjadi.
“Ya kalo ibu sutinem sehat saja. Ya soalnya ibu lagi
banyak kegiatan jadi kurang tahu. Ya memang ibu
sutinem mengalami penurunan di matanya karena sakit
katarak.”77
4. Ada perbedaan individual dalam efek ketuaan
Reaksi orang terhadap masa tua berbeda-beda, ada yang
menganggap pension merupakan masa yang menyenangkan, karena
sekarang yang bersangkutan dapat hidup dengan lebih santai, namun
ada pula yang menganggap pension sebagai hukuman. Seperti yang di
utarakan pekerja sosial di panti :
“Ya biasa saja tidak sebagai hukuman masa tuanya
dianggap santai ya kita jalani saja ya enjoy saja dia
bilang seperti itu dia sudah betah di panti.”78
Menurut petugas panti reaksi sutinem terhadap masa tuanya ia
menganggap masa tua merupakan masa yang menyenangkan, karena
sekarang yang bersangkutan dapat hidup dengan lebih santai, namun
mungkin ada pula orang lain yang menganggap sebagai hukuman.
77
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016 78
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
98
5. Berbagai streotipe (pandangan) orang lanjut usia
Banyak terdapat streotip mengenai usia lanjut seperti misalnya
adanya humor-humor dalam majalah-majalah mengenai usia lanjut
yang menggambarkan masa tua tidak menyenangkan. Seperti yang di
utarakan pekerja sosial di panti :
“Pandangan saya mengenai lanjut usia sekarang udah
51 tahun mulai sekarang sudah berhati-hati dalam
segala hal permintaan saya kalo bisa jangan
merepotkan keluarga nantinya. Rentan penyakit sudah
mengalami kemunduran saat lanjut usia nanti.”79
Pandangan petugas panti mengenai usia lanjut sebagai usia
yang rentan penyakit sudah mengalami kemunduran dalam hal
kehilangan penglihatan, pendengaran, pengecapan dsb. Petugas panti
juga berharap agar di masa tua nya nanti tidak merepotkan orang lain
maupun keluarganya nanti.
6. Sikap sosial terhadap lanjut usia
Mereka seharusnya dihormati dan dihargai karena
pengalamannya, melainkan sikap mereka membuat para orang tua usia
lanjut ini merasa tidak lagi dibutuhkan oleh kelompok sosial, lebih
dianggap sebagai sesuatu yang mengganggu, namun ada perbedaan
sikap antara budaya yang berbeda-berbeda pula, ada kelompok etnik
yang menghargai tinggi terhadap usia lanjut. Disamping itu kelas
79
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
99
sosial juga mempengaruhi sikap sosial itu. Seperti yang di utarakan
oleh pekerja sosial di panti :
“Ya kita hormati ya kita banggakan dia jadi kita
membanggakan lansia seperti yang muda membantu
lansia yang ingin minum misalnya dikasih minum. Agar
mereka semangat lagi jadi yang namanya orang tua ya
harus dihormatin.”80
Petugas di panti mereka masih berprilaku baik pada lansia
yang tinggal di panti sering kali mereka mengajak lansia untuk
bersenang-senang dengan adanya kegiatan panggung gembira atau
kegiatan lainnya. Petugas panti juga mengehormati dan
membanggakan lansia yang berada di panti.
7. Usia lanjut mempunyai status kelompok minoritas
Lanjut Usia menjadi warga Negara kelas dua, hal mana
mempengaruhi penyesuaian dirinya secara sosial maupun pribadi.
Sebagai akibat dari sikap sosial yang negative terhadap usia lanjut
mereka cenderung dibatasi dalam interaksi sosialnya dan hanya
mempunyai kekuatan atau kekuasaan yang terbatas.
“Usia lanjut mempunyai status kelompok minoritas ya
gak masalah. Dia kan bersikap baik jika menjalani
hidupnya biasa saja tidak macam-macam ya tidak apa-
apa. Wbs itu kan manusia biasa. Tenaga juga tidak
kuat lagi. Pendengaran sudah berkurang. Asal orang
tua itu diperhatiin dan diurusinlah.”
80
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
100
Lansia memiliki status kelompok minoritas ya tidak masalah
menurut pekerja sosial asalkan orang tua tersebut diperhatikan dan di
urusin.
8. Usia lanjut diikuti dengan perubahan-perubahan peran
Berhubungan kelompok usia lanjut dapat bersaing lagi dengan
kelompok yang lebih muda, mereka lalu kurang mempunyai peran
yang aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial dan masyarakat maupun
dalam dunia bisnis. Sebagai akibatnya peran-peran yang dapat
dimainkan menjadi berkurang atau berubah sifatnya. Hal ini juga dapat
mengembangkan sikap rendah diri dan dendam yang akhirnya
mempengaruhi pula penyesuaian sosial dan pribadinya. Seperti yang
di utarakan oleh pekerja sosial :
“Waktu pertama-tama dulu agak angkuh agak
sombong agak darah tinggi tapi sekarang sudah biasa.
Untuk apa yang disombongkan disini anak juga tidak
kerja. Menurut saya dia sudah baik.”
Perubahan peran pada lansia sebaiknya atas keinginan sendiri
bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
9. Penyesuaian diri yang tidak baik
Sikap sosial yang negative dan kurangnya pemberian
penghargaan (rewerds) terhadap jasa-jasa orang lanjut usia di masa
lalu, yang tercermin dari cara kelompok sosial memperlakukan
101
mereka, maka tidak heran bila pada lanjut usia ini timbul konsep diri
yang negative. Seperti yang di utararakan oleh pekerja sosial :
“Terhadap lanjut usia yang memiliki konsep diri yang
negative. Kalo disini sih biasa saja. Ada yang
gelandangan ada yang telantar ada yang miskin. Apa
sih yg harus disombongkan orang sama-sama makan
nasi.”
Perlakuan petugas panti lansia yang memiliki konsep diri yang
buruk atau negative disama ratakan dengan wbs lainnya.
G. Hak dan Kewajiban Lanjut Usia
a. Hak Lanjut Usia
Lanjut usia mempunyai hak yang sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sebagai penghormatan dan
penghargaan kepada lanjut usia diberikan hak untuk meningkatkan
kesejahteraan. Seperti yang di utarakan pekerja sosial :
“Ada pelayanan keagamaan dan mental spiritual seperti
kegiatan pengajian. Ada pelayanan kesehatan seperti
pemeriksaan kesehatan ke dokter. Ada pelayanan kesempatan
kerja seperti membantu memotong sayuran di dapur. Adanya
pendidikan dan pelatihan cara bagaimana mencuci tangan
dari mahasiswa kegiatan TAK (Terapi Aktivitas Kelompok).
Kalo bantuan hukum soalnya disini tidak sampe ke hukum
disini tidak ada bantuan hukum paling bantuan sosial. Adanya
kemudahan dalam penggunaan fasilitas, saran, dan prasarana
umum. Dan adanya perlindungan sosial dan bantuan sosial.”81
Dari pemaparan informan diatas bahwa terdapat hak lanjut usia yang
terpenuhi seperti pelayanan keagamaan dan mental spiritual,
81
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
102
pelayanan kesehatan, pelayanan kesempatan kerja, pendidikan dan
pelatihan, kemudahan dalam penggunaan fasilitas, saran, dan
prasarana umum, dan adanya perlindungan sosial dan bantuan sosial.
Namun bantuan hukum tidak ada. Oleh sebab itu, kebutuhan para
lanjut usia tidak hanya terbatas pada perawatan medis dan kesehatan.
Namun kebutuhan sosial dan ekonomi mereka seperti jaminan dan
hak-hak lansia, serta kebutuhan mental seperti perhatian dan menjaga
martabat mereka sangat lebih diperlukan. Sehingga para lansia selalu
berada dalam kesehatan fisik dan mentalnya dengan baik.
b. Kewajiban Lanjut Usia
Lanjut usia mempunyai kewajiban yang sama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Seperti yang di utarakan
pekerja sosial :
“Tidak ada generasi penerus disini. Adanya umur 60 tahun
keatas yang tinggal di panti. Ya bercerita tentang pengalaman
ya ada yang kita ambil dari mereka.”82
Dari pemaparan informan diatas bahwa ada kewajiban lanjut usia yaitu
berbagi pengalaman yang dimilikinya. Dalam pandangan islam,
penuaan sebagai tanda dan simbol pengalaman dan ilmu. Para lansia
memiliki kedudukan tinggi di masyarakat, khususnya dari sisi bahwa
mereka adalah harta dari ilmu dan pengalaman, serta informasi dan
82
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
103
pemikiran. Oleh sebab itu, mereka harus dihormati, dicintai, dan
diperhatikan serta pengalaman-pengalamannya harus dimanfaatkan.
H. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
Menurut Purnawaman dalam Setiadi faktor-faktor yang mempengaruhi
dukungan keluarga adalah :
1. Faktor Internal
a. Tahap Perkembangan
Tahap perkembangan merupakan suatu proses yang pasti d
alami oleh setiap individu. Perkembangan dapat diartikan
sebagai perubahan yang sistematis, progresif dan
berkesinambungan dalam diri individu sejak lahir hingga akhir
hayatnya atau dapat di artikan pula sebagai perubahan-
perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan
atau kematangannya. Seperti yang di utarakan oleh pekerja
sosial :
“Perkembangan kesehatan ibu sutinem. Ya sehat sehat
saja. Waktu itu pernah sakit katarak tapi sudah
dioperasi. Ya tapi namanya orang tua sering sakit
pusing, cepat lelah gitu tapi kalo dia sehat saja. Masih
ikut aktif mengikuti kegiatan di panti.”83
Perubahan kesehatan berbeda-beda dari tahun ketiap tahun.
Sebelum masuk ke panti nenek masih sehat. Setelah dua tahun
83
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
104
di panti ternyata nenek mengalami sakit katarak dan harus
dioperasi. Adanya dukungan keluarga yaitu keluarga
menjenguk nenek di panti.
“Kalo aku dari kecil sehat terus jarang sakit. Sakit
rematik terus kalo megang ini lama-lama ga kerasa
kalo megang sayur ga kerasa rasanya nyeri. Sakit
katarak ini gak enak melihat arab kaya garis-garis
pandangan saya semenjak dioperasi jadi penurunan
matanya. Tahun 2013 masuk ke panti sehat.”84
b. Pendidikan atau Tingkat Pengetahuan
Pendidikan yaitu sebuah proses pembelajaran bagi setiap
individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang
lebih tinggi mengenai obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan
yang diperoleh secara formal tersebut berakibat pada setiap
individu yaitu memiliki pola pikir, perilaku, dan akhlak yang
sesuai dengan pendidikan yang diperolehnya. Seperti yang di
utarakan pekerja sosial :
“Ya yang lain nya kan klo sakit lansung berobat. Kalo
saya ya saya rasakan sakitnya ya besok mbah ada
klinik gitu aja. Kalo disini diperiksa cuma ditanya. Iya
saya juga menjaga kesehatan dengan olahraga, makan
makanan yang bergizi 4 sehat 5 sempurna.”85
Meskipun nenek tidak tamat sekolah dasar tetapi nenek selalu
menjaga kesehatannya dengan cara nenek selalu berpikir untuk
makan makanan yang sehat dan bergizi.
84
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. di Panti 17 Juni 2016 85
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016
105
“Ya bisa menjaga kesehatan dirinya. Ya perawat juga
mengarahkan dan makanan sudah diatur oleh panti.”86
Menurut petugas panti meskipun nenek sutinem tidak tamat SD
tetapi ia masih bisa untuk menjaga kesehatan dirinya dengan
dibantu oleh pihak panti seperti diatur makanannya. Adanya
kegiatan olahraga itu juga dapat menjaga kesehatan dirinya.
c. Faktor Emosional
Faktor emosional merupakan suatu factor dalam suatu keadaan
atau kondisi untuk mencapai tingkat kedawasaan dari
perkembangan emosional seperti anak-anak, kematangan
emosional seringkali berhubungan dengan control emosi.
Seseorang yang telah matang emosinya memiliki kekayaan dan
keanekaragaman ekspresi emosi, ketepatan emosi dan control
emosi. Hal ini berarti respon-respon emosional seseorang
disesuaikan dengan situasi stimulus, namun ekspresi tetap
memperhatikan kesopanan sosial. Seperti yang di utarakan
nenek Sutinem :
“Ya namanya sakit susah kepengen sembuh ya berobat
menjalani pengobatan. Perasaan lagi sakit ya ga enak,
tidur ga nyenyak, mau makan ga enak ya macam yang
dirasa lah.”87
86
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016 87
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016
106
Nenek menghawatirkan bahwa penyakit tersebut dapat
mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum
terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respon emosional
yang kecil selama ia sakit. Tetapi nenek mampu melakukan
koping secara emosional terhadap ancaman penyakit, adanya
gejala penyakit pada dirinya dan ia mau menjalani pengobatan.
“Ya kalo dia lagi sakit ya dia mengeluh namanya juga
manusia tapi kan pegawai atau petugas membawa dia
ke dokter. Petugas menelpon ke dokter terus dokter itu
memberikan arahan kasih obat ini. Dan dia mau
menjalani pengobatan.”88
Pekerja sosial menilai respon emosional yang dimiliki oleh
nenek sutinem baik karena saat ia sakit, ia masih mau
menjalani pengobatan.
d. Spiritual
Menjadi spiritual berarti memiliki ikatan yang lebih kepada hal
yang bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang
bersifat fisik atau material. Spiritual merupakan kebangkitan
atau pencerahan diri dalam mencapai tujuan dan makna hidup.
Seperti di utarakan nenek Sutinem :
“Ya saya maunya ya bersatu saja. Kalo anak saya
maunya persatuan ma orang tua. Tapi kena gangguan
itu bini itu susah diajak persatuan maunya menang
menang sendiri. Saya pernah berantem emosi megang
gelas terus pecah soalnya bini nya susah diajak
persatuan dari dulu. Jadi hubungan dengan menantu
88
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
107
kurang baik. Hubungan sama teman saya ada yang
harmonis ada yang tidak. Hubungan yang akrab saya
dengan mbah Halimah dan mbah Kokom. Hubungan
yang tidak akrab dengan mbah Azizah.”89
Nenek dalam menjalani kehidupannya masih berhubungan baik
dengan keluarga namun nenek memiliki hubungan tidak
harmonis dengan menantunya. Nenek memiliki hubungan
akrab dengan mbah Halimah dan mbah Kokom namun nenek
juga memiliki hubungan tidak harmonis dengan mbah Azizah.
Nenek memiliki kemampuan untuk mencari harapan dan arti
dalam hidupnya.
“Jika ke anaknya sih akur namun ke menantunya tidak
akur. Makanya jika sutinem tinggal bersama anaknya
menantu tidak menerima dia lebih baik cerai katanya
dari pada disini. Makanya kita lihat keadaan juga
anaknya pengangguran termasuk golongan ekonomi
yang lemah jadi terima di panti ini. Kalo hubungan ma
temennya baik juga namun dia darah tinggi merasa dia
masih bisa merasa kuat ada rasa tinggi hati yang saya
lihat.”90
Hal ini diperkuat oleh petugas panti bahwa nenek memiliki
hubungan tidak harmonis dengan menantunya. Namun masih
memiliki hubungan baik dengan teman-temannya di panti.
Dalam pandangan Islam ajaran berbakti kepada orang tua ini
menempati urutan kedua setelah ajaran menyembah kepada
Allah SWT. Dalam Al-quran surat Al-isra ayat 23-24 berisikan
89
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 90
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
108
tentang kewajiban anak harus berbuat baik kepada ibu dan
bapaknya sampai berumur lanjut usia. Dan anak juga harus
berkata baik kepada kedua orang tuanya. Birr al-walidayn
merupakan bentuk ketaatan yang bisa membuat kedua orang
tua menjadi ridha, hatinya tenang dan bergembira. Jika
berjauhan anak memperlakukan orangtua bisa dengan cara
menyambung silaturahmi seperti yang dilakukan pak Rahmat
dengan menjenguk ibunya di panti atau dengan cara
menelponnya. Dalam hadist juga menjelaskan bahwa kecintaan
dan kasih sayang terhadap seorang ibu, harus tiga kali lipat
besarnya dibandingkan terhadap seorang ayah. Karena
kesulitan dalam menghadapi masa hamil, kesulitan ketika
melahirkan, kesulitan saat menyusui dan merawat anak, hanya
dialami oleh seorang ibu. Meskipun menantunya memiliki
hubungan tidak baik terhadap ibunya tetap saja seharusnya
menantu bisa bersikap baik kepada ibunya dengan ikut
menjenguk mertuanya di panti.
4. Faktor Eksternal
a. Praktik di Keluarga
Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya
mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya.
Misalnya : klien juga akan melakukan tindakan pencegahan
109
jika keluarga melakukan hal yang sama. Seperti yang di
utarakan oleh nenek Sutinem :
“Iya merasa diperhatikan dengan cara ya nengokin.
Kemarin pas aku lagi sakit dia pas datang kesini aku
lagi gaenak badan. Dalam tindakan pencegahan kalo
minum madu dan vitamin kadang-kadang.”91
Keluarga memberikan dukungan biasanya dengan memberikan
perhatian dalam menjaga kesehatannya dengan cara
menengokin nenek saat nenek sedang sakit. Nenek juga
melakukan tindakan pencegahan agar tidak mudah sakit yaitu
dengan caram minum madu dan vitamin.
“Dukungan keluarga ya dia datang menjengukin
ibunya ke panti sebulan sekali. Ya kalo sering-sering
kan biayanya juga anaknya pengangguran. Jadi emang
orang susah anaknya tapi tetap datang ke panti untuk
menjenguk ibunya.”92
Petugas panti juga melihat bahwa keluarga menjenguk ibunya
di panti dalam sebulan sekali.
b. Faktor Sosial
Faktor sosial meliputi pendidikan, suku dan dukungan
keluarga. Faktor sosial dapat meningkatkan resiko terjadinya
penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan
91
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 92
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
110
dan bereaksi terhadap penyakitnya. Seperti di utarakan bu
Purba di panti :
“Ya petugas yang mengasih pengetahuan. Ya petugas
panti mengajak ke rumah sakit yang menolongin dan
peduli.”93
Faktor sosial yang terjadi saat nenek mengalami sakit katarak
petugas panti peduli terhadap kesehatan nenek. Dengan cara
menemani nenek ke rumah sakit agar nenek merasa tenang
tidak cemas.
c. Latar Belakang Budaya
Ilmu budaya dasar merupakan ilmu yang mempelajari tentang
nilai-nilai, kebudayaan, dan berbagai macam masalah yang di
hadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari. Latar belakang
budaya mempengaruhi keyakinan nilai dan kebiasaan individu
dalam memberikan dukungan termasuk cara pelaksanaan
kesehatan pribadi. Seperti di utarakan oleh nenek sutinem :
“Setiap hari saya olahraga secara teratur setelah
olahraga saya istirahat tidur. Lalu tidak lupa minum
vitamin.”94
Latar belakang budaya dalam memberikan dukungan pada
kesehatan pribadi nenek adalah dengan cara nenek selalu
mengikuti kegiatan olahraga yang biasa diadakan di panti.
93
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016 94
Wawancara pribadi dengan Omah Sutinem selaku lansia. Di Panti 17 Juni 2016
111
I. Teori Proses Menua
Teori proses menua menurut Maryam, ada beberapa teori yang berkaitan
dengan proses penuaan, sesuai teori pada bab II halaman 47 yaitu :
1. Teori Biologis
Menjelaskan proses fisik penuaan. Termasuk perubahan fungsi dan
struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian. Perubahan-
perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molecular dan seluler
dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi
secara kuat dan melawan penyakit. Seperti yang di utarakan pekerja
sosial :
“iya nenek Sutinem mengalami penyakit katarak
mungkin dulunya karena kekurangan gizi dan
menyebabkan kerusakan pada organ tubuh yaitu pada
matanya.”95
Biologis yang dialami oleh nenek Sutinem adalah perubahan dalam
sistem organ tubuh yang mengalami penyakit katarak akibat
kekurangan gizi.
2. Teori Sosial
Di dalam kehidupan bermasyarakat, seseorang berinteraksi dengan
orang lain secara pribadi maupun kelompok. Interaksi dalam berbagai
95
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
112
aspek kehidupan akan menghasilkan timbal balik sebagai proses sosial.
Seperti yang di utarakan pekerja sosial :
“Nenek Sutinem masih menjalin interaksi dengan baik
bersama teman-temannya namun di memiliki darah
tinggi merasa dia masih bisa merasa kuat ada rasa
tinggi hati yang saya lihat.”96
Kemampuan nenek Sutinem dalam menjalin interaksi soial dengan
temannya masih terjalin dengan baik merupakan kunci untuk
mempertahankan status sosialnya atas dasar kemampuannya tersebut.
3. Teori Penarikan Diri (Disengagament Theory)
Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan
mengakibatkan seseorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri
dari pergaulan sekitarnya. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial
lansia menurun baik secara kualitas maupun secara kuantitas. Seperti
yang di utarakan pekerja sosial di panti :
“Jika ke anaknya sih akur namun ke menantunya tidak
akur. Makanya jika sutinem tinggal bersama anaknya
menantu tidak menerima dia lebih baik cerai katanya
dari pada disini. Makanya kita lihat keadaan juga
96
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
113
anaknya pengangguran termasuk golongan ekonomi
yang lemah jadi terima di panti ini.”97
Hal ini menunjukan bahwa nenek sutinem mengalami hambatan sosial
dengan anaknya. Karena nenek Sutinem harus tinggal di panti dan
tidak bersama lagi dengan anaknya.
4. Teori Fungsional
Masyarakat sebagai sebuah struktur dengan bagian-bagian yang saling
berhubungan. Upaya untuk menghubungkan sebisa mungkin dengan
setiap fitur, adat, atau praktik, dampaknya terhadap berfungsinya suatu
sistem yang stabil dan kohesif. Seperti yang di utarakan pekerja sosial :
“iya lembaga keagamaan disini berfungsi membimbing
lansia menjadi lebih baik lagi dan mengabdi untuk
mencapai kebahagian dunia dan akherat.”98
Menurut pekerja sosial lembaga di panti berfungsi sesuai fungsinya
dimana lembaga keagamaan berfungsi sebagai membimbing lansia
menjadi lebih baik lagi dan mengabdi untuk mencapai kebahagian
dunia dan akherat
97
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016 98
Wawancara pribadi dengan ibu Purba selaku pekerja sosial, di Panti, 17 Juni 2016
114
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dalam penelitian ini yang dilaksanakan dapat
disimpulkan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Dukungan sosial merupakan kenyamanan, perhatian dan
penghargaan yang diandalkan pada saat individu mengalami
kesulitan. Keluarga lansia masih memberikan dukungan sosial
terhadap lansia yang tinggal di panti. Melalui dukungan sosial yang
diberikan baik dari keluarga, maupun dari pengurus panti dapat
meminimalisir rasa kesepian pada lansia. Masih terjalinnya
hubungan yang baik meskipun lansia telah tinggal dalam panti.
2. Dukungan keluarga yang diberikan oleh keluarga kepada lansia
adalah cukup baik. Dapat dilihat dari adanya dukungan-dukungan
yang diberikan dimana dalam hal ini peneliti bagi menjadi 3
kelompok sesuai dengan teori jenis dukungan keluarga menurut
Gallo dan Reichel, diantaranya terdapat bentuk dukungan fisiologis
seperti nenek yang mendapat perhatian dari anaknya dalam
memperhatikan gizi. Dalam bentuk dukungan psikologis seperti
nenek yang mendapat perhatian dari anaknya. Dan dalam bentuk
115
dukungan sosial seperti nenek mendapat saran dari anak
pertamanya untuk mengikuti kegiatan spiritual seperti pengajian.
3. Peran panti dalam memberi dukungan keluarga lansia yaitu
membina hubungan keluarga lansia tersebut. Seperti keluarga lansia
dipanggil ke panti diundang oleh kepala pembinaan. Jika lansia
sakit pihak panti juga menelpon pihak keluarga untuk
mengabarinya. Terus bagi yang punya keluarga juga dianjurkan
menengok anggota lansianya yang ada di panti. Kalo bisa petugas
panti menggali data ada juga home visit assessment warga bina
sosial dan keluarganya. Kalo jadwal kunjungan tidak ada khusus
tapi saran hanya diberikan anggota keluarganya agar kakek atau
nenek tinggal di panti sering-sering ditengok minimal sebulan
sekali jadwal dia sempet nengoknya kapan misalnya di hari libur
sabtu atau minggu silahkan saja. Ditengok anggota kelurganya
dengan melapor petugas piket. Di panti ada peraturan sebenarnya
anggota keluarga yang datang ke panti tidak boleh masuk wisma
tetapi hanya menunggu di ruang tamu, di gazebo di taman atau di
loby
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti mengajukan beberapa saran
yang sekiranya bisa menjadi bahan masukan bagi lembaga terkait. :
116
1. Keluarga perlu meningkatkan dukungan keluarga kepada lansia
baik itu dukungan keluarga fisiologis, dukungan psikologis dan
dukungan sosial untuk menjaga atau mempertahankan kemandirian
lansia semaksimal mungkin.
2. Petugas panti perlu bekerja sama dengan para kader lansia untuk
menginformasikan pentingnya dukungan keluarga sehingga dapat
dijadikan bahan penyuluhan kepada keluarga yang memiliki lansia
dan juga pihak panti memberikan edukasi kepada keluarga agar
lansia tetap pada keluarga.
3. Bagi peneliti selanjutnya perlu adanya penelitian lebih lanjut
mengenai pengaruh lansia dan pengetahuan keluarga terhadap
dukungan yang diberikan. Serta pengaruh dukungan keluarga
terhadap kesehatan lansia tersebut. Penelitian ini juga diharapkan
menjadi masukan serta dapat digunakan sebagai data awal untuk
penelitian selanjutnya yang ingin mengembangkan dengan metode
atau pendekatan penelitian yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Basrowi dan Suwandi, Memahami penelitian Kualitatif. Jakarta: Aneka Cipta,
2008
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group, 2007
Emzir, Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Rajawali Press,
2011
Faisal, Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: Rajawali Pers, 2010
Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif Teori & Praktik Jakarta: Bumi
Aksara, 2013
Hamidi, Metode Penelitian Kualitatif Pendekatan Praktis Penulisan Proposal dan
Laporan Penelitian Malang : UMM Press, 2010
Hawari, Dadang. Sejahtera di Usia Senja Jakarta : Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2007
Hurlock, Elizabeth B, Psikologi Perkembangan. Jakarta : Penerbit Erlangga, 1984
Idrus, M, Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: Erlangga, 2009
Jayaputra, Achmadi, Pelayanan Sosial Lanjut Usia di Indonesia, Jakarta: Pusat
Penelitian Permasalahan Kesejahteraan Sosial, Badan Pelatihan dan
Pengembangan Sosial, Depsos RI, 2005
Jahja, Yudrik, “Psikologi Perkembangan”, Jakarta: Kencana, 2011
Kementrian Sosial RI, Petunjuk Pelaksanaan Uji Coba Family Support Kesejahteraan
Sosial Lanjut Usia Jakarta :2014
Notoatmodjo, Soekidjo, Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni Jakarta: Rineka Cipta,
2007
Setiono, Kusdwiratri, Psikologi Keluarga Bandung : P.T Alumni, 2011
Sugiyono, Metode penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D . Bandung:
Alfabeta, 2011
Zamroni, Pengantar Pengembangan Teori Sosial, Yogyakarta :Tiara Wacana, 1992
INTERNET
Direktorat Jendral Rehabilitasi Sosial, “Lanjut Usia,” artikel diakses pada 12
Januari 2016 dari
http://rehsos.go.id/modules.php?name=showpage&pid=6
Mutiara “Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Frekuensi kunjungan Antenatal Care”
artikel di akses pada 17 juli 2016
http://repository.uinjkt.ac.id/bistream/123456789/39240/3/Chapter%2011.pdf
Universitas Pendidikan Indonesia , “Pertumbuhan Lanjut Usia,”artikel diakses pada 12
Januari 2016 dari
http://repository.upi.ac.id/bistream/123456789/39240/3/Chapter%2011.pdf
Undang-Undang Online, “Undang-undang Kesejahteraan Lansia nomor 13 tahun
1998,” artikel diakses pada 17 Februari 2015 dari
file:///C:User/Acer/Downloads/Undang-Undang-tahun-1998-13-
98%20(3).pdf
Universitas Sumatera Utara, “Konsep Dukungan Keliuarga” artikel diakses pada
17 Agustus 2016 dari
http://repository.usu.ac.id/bistream/123456789/31622/3/Chapter%2011.pd
f
Universitas Udayana, “Dukungan Keluarga” artikel diakses pada tanggal 17
Agustus 2016 dari
http://repository.unud.ac.id/bistream/123456789/38745/3/Chapter%2011.p
df
Universitas Veteran Jakarta, “Landasan Teori Lansia” artikel diakses pada 28
September 2016 dari
http://library.upnvj.ac.id/pdf/5FKS1KEDOKTERAN/0810211095/Bab.2.p
df.pdf
UNDANG-UNDANG
Undang-Undang RI No. 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia Bab 1
Pasal 1
SKRIPSI / TESIS / DISERTASI
Bagus. 2013. “Pendekatan Pekerja Sosial dalam Usaha Kesejahteraan Sosial
Lanjut Usia di Sasana Tresna Werdha Budhi Mulia Cipayung Jakarta
Timur”. Program Sarjana. Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Tanggerang.
Lanawati. 2015. “Hubungan antara Senam Kesegaran Jasmani Lansia dengan
Fungsi Kognitif dan Keseimbangan Tubuh di Posyandu Lansia Desa Dauh
Puri Kauh Denpasar” Program Pascasarjana. Universitas Udayana
Denpasar. Bali.
Wahyudi. 2011, “Pelayanan Kematian Bagi Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Budi Mulia 4 Margaguna”. Program Sarjana. Universitas
Islam Negeri. Tanggerang.
PEDOMAN WAWANCARA
DUKUNGAN KELUARGA BAGI LANJUT USIA di PANTI TRESNA WERDHA
(PSTW) BUDI MULIA 3 CIRACAS JAKARTA TIMUR (Studi Kasus Nenek Sutinem)
Informan (Kakek/ Nenek)
I. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal :
Tempat :
II. Identitas Informan
Nama :
Agama :
Usia :
III. Pertanyaan
1. Bagaimana dengan keluarga apakah mereka sering menjenguk kakek/nenek? Minimal
berapa bulan sekali?
2. Nenek sakit mata kenapa ?
3. Di rumah sakit mana tempat operasi kakek/nenek ?
4. Siapa yang nganterin atau nungguin kakek/nenek saat di rumah sakit ?
5. Siapa yang membayar berobat kakek/nenek ?
6. Siapa saja yang perhatian sama kakek/nenek saat sedang sakit ?
7. Bagaimana harapan kakek/nenek terhadap keluarga ?
8. Bagaimana kabar anak-anak kakek/nenek ?
9. Bagaimana cara kakek/nenek untuk menjaga kesehatan ?
10. Bagaimana bentuk kepedulian/perhatian yang sering diberikan oleh keluarga?
11. Apa keluarga pernah memberikan uang kepada nenek?
12. Bagaimana tahap perkembangan atau perubahan kesehatan yang dialami ibu
sutinem?
13. Apa pengetahuan yang nenek miliki tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan
dirinya ?
14. Bagaimana respon emosional nenek selama nenek sakit ?
15. Bagaimana hubungan nenek dengan keluarga atau teman ?
16. Bagaimana aspek spiritual nenek dalam menjalani kehidupan ?
17. Apa nenek merasa diperhatikan oleh keluarga dalam menjaga kesehatan ?
18. Apa reaksi factor sosial yang terjadi jika nenek sakit ?
19. Apa kebiasaan yang nenek lakukan dalam menjaga kesehatan pribadi ?
20. Apa dukungan fisiologis yang nenek dapatkan selama di panti ?
21. Apa dukungan psikologis yang nenek dapatkan dari keluarga ?
22. Apa anggota keluarga pernah melakukan diskusi, melungkan waktu untuk nenek ?
23. Apa dukungan sosial yang nenek dapatkan di panti ?
24. Bagaimana pergaulan sehari-hari nenek dengan lingkungan sekitar ?
25. Bagaimana yang terjadi keamanan sosial setempat dan program-program medikasi
./ pengobatan di panti ?
26. Bagaimana bantuan-bantuan yang diberikan dari pihak luar untuk panti ?
27. Apa bentuk nasehat, usulan, saram, petunjuk dan pemberian informasi yang
diberikan kepada nenek ?
28. Apa peran panti dalam mengungkapkan suatu masalah yang dialami nenek ?
29. Apa bentuk support, penghargaan, dan perhatian yang diberikan panti kepada
nenek ?
30. Apa panti memberikan bimbingan atau membimbing nenek ?
31. Bagaimana panti memberikan dukungan instrumental kepada nenek ?
32. Bagaimana panti memberikan dukungan emosional dalam hal adanya
kepercayaan, mendengarkan dan didengarkan kepada nenek?
33. Bagaimana panti bisa memberikan rasa tentram, aman dan damai kepada nenek?
34. Bagaimana nenek memperoleh kerekatan emosional / hubungan yang akrab
dengan kerabat ?
35. Bagaimana cara nenek memiliki rasa memiliki dan dimiliki dalam kelompok ?
36. Apakah nenek ,melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-sama?
37. Bagaimana cara nenek mendapat penghargaan atau pengakuan dari panti ?
38. Apa bantuan nyata yang diberikan panti kepada nenek ?
39. Saran atau informasi apa yang sering diberikan kepada nenek ?
40. Nasehat apa yang diberikan dalam mengatasi permasalah yang dihadapi oleh
nenek ?
41. Apa tanggung jawab panti terhadap kesejahteraan nenek?
42. Apa kebutuhan jasmani yang diberikan kepada nenek ?
43. Apa kebutuhan mental dan psikis yang diberikan kepada nenek?
44. Apa kebutuhan sosial dan ekonomi yang diberikan kepada nenek ?
45. Apa nenek mendapatkan hak-hak sebagai berikut ?
-pelayanan keagamaan dan mental spiritual
-pelayanan kesehatan
-pelayanan kesempatan kerja
-pelayanan pendidikan dan pelatihan
-kemudahan dalam penggunaan fasilitas, saran, dan prasaran umum
-kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum
-perlindungan sosial
-bantuan sosial
46. Apa nenek melaksanakan kewajiban sebagai lansia seperti ?
-membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana
-mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian,
keterampilan, kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada generasi
penerus
-memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada generasi penerus.
47. Apakah nenek diberikan fasilitas kesehatan sesuai dengan keinginan sendiri
48. Apakah tetap mengjaga interaksi orang lain dan mengikuti norma-norma yang
berlaku?
PEDOMAN WAWANCARA
DUKUNGAN KELUARGA BAGI LANJUT USIA di PANTI TRESNA WERDHA (PSTW)
BUDI MULIA 3 CIRACAS JAKARTA TIMUR (Studi Kasus Nenek Sutinem)
Informan (Keluarga Lansia)
I. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal :
Tempat :
II. Identitas Informan
Nama :
Agama :
Usia :
Pekerjaan :
III. Pertanyaan
1. Apakah keluarga sering menjenguk kakek/nenek? Minimal berapa bulan sekali?
2. Bagaimana sikap keluarga saat kakek/nenek yang sedang sakit setelah operasi ?
3. Bagaimana cara keluarga untuk memberi motivasi dalam menjalani hidup ini ?
4. Bagaimana tanggapan bapak/ibu terhadap pelayanan dan fasilitas yang diberikan di
panti ?
5. Bagaimana bentuk perhatian bapak/ibu terhadap orang tua ?
6. Apakah keluarga memberikan bentuk bantuan langsung seperti memberikan uang
kepada orang tua ?
7. Bagaimana saat lansia menghadapi permasalahan apakah keluarga membantu
memberikan solusi atau nasehat ?
8. Apa pesan yang bapak sampaikan saat bapak menengok ibu ?
9. Apa bapak suka mengingatkan ibu untuk mengikuti kegiatan di panti ?
PEDOMAN WAWANCARA
DUKUNGAN KELUARGA BAGI LANJUT USIA di PANTI TRESNA WERDHA
(PSTW) BUDI MULIA 3 CIRACAS JAKARTA TIMUR (Studi Kasus Nenek Sutinem)
Informan (Petugas Panti)
I. Waktu dan Tempat
Hari dan Tanggal :
Tempat :
II. Identitas Informan
Nama :
Agama :
Usia :
III. Pertanyaan
1. Bagaimana bentuk dukungan yang diberikan Panti untuk lansia yang sedang sakit ?
2. Bagaimana tanggapan bapak/ibu terhadap keluarga yang tidak mau mengurus orang
tuanya tetapi lebih memilih memasukannya ke panti ?
3. Bagaimana cara panti agar kakek/nenek disini sehat selalu ?
4. Bagaimana cara panti menasehati terhadap kakek/nenek yang sering merokok ?
5. Bagaimana cara panti menasehati terhadap kakek/nenek yang pacaran ?
6. Bagaimana bentuk kepedulian/perhatian yang diberikan Panti untuk lansia yang
sudah tidak bisa beraktivitas lagi ?
7. Bagaimana cara panti memberikan penghargaan terhadap lansia yang rajin mengikuti
kegiatan ?
8. Bagaimana yang terjadi hubungan emosional saat progam dinamika kelompok ?
9. Bagaimana yang terjadi hubungan emosional saat progam dinamika kelompok ?
10. Bagaimana peran panti dalam dukungan keluarga bagi lansia ?
11. Bagaimana tahap perkembangan kesehatan yang dimiliki ibu sutinem ?
12. Bagaimana peran panti dalam hal perubahan kesehatan yang dimiliki ibu sutinem ?
13. Apakah pihak keluarga menelpon panti saat ibu sutinem sakit ?
14. Apa yang ibu ketahui tentang tingkat pengetahuan seseorang yang tidak tamat SD ?
15. Apa menurut ibu dengan tidak tamat SD bisa menjaga kesehatan dirinya ?
16. Apa peran panti dalam menambah tingkat pengetahuan lansia tentang kesehatan ?
17. Bagaimana factor emosional ibu sutinem terhadap ancaman penyakit ?
18. Bagaimana peran panti selama ibu sutinem sakit ?
19. Bagaimana ibu melihat hubungan ibu sutinem dengan keluarga atau temannya?
20. Bagaimana ibu melihat aspek spiritual yang ibu sutinem miliki ?
21. Apa ibu melihat dukungan keluarga yang terjadi pada keluarga ibu sutinem?
22. Apa ibu tahu jika keluarga memperhatikan kesehatan ibu sutinem ?
23. Apa faktor sosial yang terjadi jika ibu sutinem mengalami sakit?
24. Apa latar belakang budaya / kebiasaan dalam memberikan dukungan untuk kesehatan
pribadi lansia ?
25. Apakah sebelum masuk ke panti ada orientasi/pengenalan tempat kepada ibu
sutinem?
26. Bagaimana dukungan fisiologis yang diberikan panti kepada ibu sutinem ?
27. Apa ibu tahu jika keluarga memberikan perhatian dan kasih sayang kepada ibu
sutinem ?
28. Apa petugas panti meminta pendapat atau melakukan diskusi, meluangkan waktu
bercakap-cakap untuk menjaga komunikasi yang baik dengan ibu sutinem ?
29. Apa peran panti memberikan rasa aman kepada ibu sutinem ?
30. Apa bentuk perhatian panti kepada ibu sutinem ?
31. Apa pihak panti nmenyarankan ibu sutinem untuk mengikuti kegiatan spiritual
seperti pengajian ?
32. Apa pihak panti memberikan kesempatan kepada ibu sutinem untuk memilih fasilitas
kesehatan sesuai dengan keinginan sendiri ?
33. Bagaimana pihak panti melihat ibu sutinem dalam menjaga interaksi dengan orang
lain dan memperhatikan norma-norma yang berlaku ?
34. Bagaimana ibu melihat pergaulan sehari-hari ibu sutinem dengan lingkungannya ?
35. Bagaimana yang terjadi keamanan sosial setempat dan program-program
medikasi/pengobatan kesehatan ?
36. Bagaimana bantuan-bantuan yang diberikan dari pihak luar untuk panti ?
37. Apa bentuk nasehat, usulan, saran, petunjuk dan pemberian informasi yang diberikan
kepada ibu sutinem ?
38. Apa peran panti dalam mengungkapkan suatu masalah yang dialami ibu sutinem?
39. Apa bentuk support, penghargaan, dan perhatian yang diberikan panti kepada ibu
sutinem?
40. Apa panti memberikan bimbingan atau membimbing ibu sutinem ?
41. Bagaimana panti memberikan dukungan instrumental kepada ibu sutinem?
42. Bagaimana panti memberikan dukungan emosional dalam hal adanya kepercayaan,
mendengarkan dan di dingerkan kepada ibu sutinem ?
43. Bagaimana panti bisa memberikan rasa tentram, aman, dan damai, kepada ibu
sutinem ?
44. Bagaimana ibu sutinem memperoleh kereketan emosional / hubungan akrab dengan
kerabat ?
45. Bagaimana cara ibu Sutinem memiliki rasa memiliki dan dimiliki dalam kelompok?
46. Apakah ibu sutinem melakukan kegiatan yang sifatnya rekreatif secara bersama-
sama?
47. Bagaimana cara ibu sutinem mendapat penghargaan atau pengakuan dari panti?
48. Apa bantuan nyata yang diberikan panti kepada ibu sutinem ?
49. Saran atau informasi apa yang sering diberikan kepada ibu sutinem ?
50. Nasehat apa yang diberikan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi ibu
sutinem ?
51. Apa tanggung jawab panti terhadap kesejahteraan ibu sutinem?
52. Apa kebutuhan jasmani yang diberikan kepada ibu sutinem ? apa tercukupi ?
53. Apa kebutuhan mental dan psikis yang diberikan kepada ibu sutinem ?
54. Apa kebutuhan sosial dan ekonomi yang diberikan panti pada ibu sutinem ?
55. Apa yang ibu ketahui tentang periode penurunan yang dialami ibu sutinem ?
56. Apa yang ibu lihat dari ibu sutinem tentang reaksi terhadap masa tuanya ?
57. Apa pandangan ibu tentang lanjut usia ?
58. Apa sikap sosial yang terjadi terhadap lanjut usia ?
59. Apa menurut ibu usia lanjut yang mempunyai status kelompok minoritas?
60. Apa perubahan peran yang terjadi pada ibu sutinem ?
61. Bagaimana menurut ibu tentang lanjut usia yang memiliki konsep diri yang negative
akibat penyesuaian diri yang tidak baik ?
62. Apa ibu sutinem mendapatkan hak-hak sebagai berikut ?
-pelayanan keagamaan dan mental spiritual
-pelayanan kesehatan
-pelayanan kesempatan kerja
-pelayanan pendidikan dan pelatihan
-kemudahan dalam penggunaan fasilitas, saran, dan prasaran umum
-kemudahan dalam layanan dan bantuan hukum
-perlindungan sosial
-bantuan sosial
63. Apa ibu sutinem melaksanakan kewajiban sebagai lansia seperti ?
-membimbing dan memberi nasihat secara arif dan bijaksana
-mengamalkan dan mentransformasikan ilmu pengetahuan, keahlian, keterampilan,
kemampuan dan pengalaman yang dimilikinya kepada generasi penerus
-memberikan keteladanan dalam segala aspek kehidupan kepada generasi penerus.
64. Apa fungsi lembaga keagamaan di panti ini ?
TRANSKIP WAWANCARA
DUKUNGAN KELUARGA BAGI LANJUT USIA di PANTI TRESNA WERDHA (PSTW)
BUDI MULIA 3 CIRACAS JAKARTA TIMUR (Studi Kasus Nenek Sutinem)
Informan (Kakek/ Nenek)
Nama : Sutinem
Waktu : Pukul 09.00
Hari dan Tanggal : Jumat, 17-06-2016
Tempat : di kamar lansia Wisma Mawar
Agama : Islam
Usia : 73 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : Tidak tamat Sekolah Dasar
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana dengan keluarga apakah
mereka sering menjenguk
kakek/nenek?
Sering menjenguk. Sebulan sekali oleh
anak pertama saya Rahmat Aris.
2. Nenek sakit mata kenapa ?
Katarak, kurang lebih tiga bulan.
Awalnya gejalanya sering pusing atau
bingung punya anak baru terus keluar
air mata.
3. Di rumah sakit mana tempat operasi
kakek/nenek ?
Rumah sakit kantor pajak
4. Siapa yang nganterin atau nungguin
kakek/nenek saat di rumah sakit ?
Ga tentu, kadang bergilir. Pak yono,
bu Azizah, bu Halimah petugas panti.
Banyaklah kadang anak cowok.
5. Siapa yang membayar berobat
kakek/nenek ?
Gak bayar, gratis dari kantor pajak
6. Siapa saja yang perhatian sama
kakek/nenek saat sedang sakit ?
Ya disini semua tolong pertolongan.
Ya petugas panti.
7. Bagaimana harapan kakek/nenek
terhadap keluarga ?
Sebetulnya saya bingung, kadang
ngikutin anak, anak nya masih
ngontrak belum mandiri. Warisan juga
ga dikasih. Tapi saya berharap bisa
kembali ke keluarga saya lagi.
8. Bagaimana kabar anak-anak
kakek/nenek ?
Sehat
9. Bagaimana cara kakek/nenek untuk
menjaga kesehatan ?
Ya makanan saya berpikir agar tidak
menimbulkan penyakit. Makan secara
teratur dan berolahrga. Terus saya juga
pantang makan kacang. Suka makan
buah-buahan dan sayuran.
10. Bagaimana bentuk
kepedulian/perhatian yang sering
diberikan oleh keluarga?
Cukup. Nge nengokin ke panti.
11. Apa keluarga pernah memberikan uang
kepada nenek?
iya pernah. Ngasih Rp.30.000 atau
ngasih Rp. 50.000 kalo ada rezeki.
12. Bagaimana tahap perkembangan atau
perubahan kesehatan yang dialami ibu
Kalo aku dari kecil sehat terus jarang
sakit. Sakit rematik terus kalo megang
sutinem? ini lama-lama ga kerasa kalo megang
sayur ga kerasa rasanya nyeri. Sakit
katarak ini gak enak melihat arab kaya
garis-garis pandangan saya semenjak
dioperasi jadi penurunan matanya.
Tahun 2013 masuk ke panti sehat.
13. Apa pengetahuan yang nenek miliki
tentang kesehatan untuk menjaga
kesehatan dirinya ?
Ya yang lain nya kan klo sakit lansung
berobat. Kalo saya ya saya rasakan
sakitnya ya besok mbah ada klinik gitu
aja. Kalo disini diperiksa cuma
ditanya. Iya menjaga kesehatan
dengan olahraga, makan makanan
yang bergizi 4 sehat 5 sempurna.
14. Bagaimana respon emosional nenek
selama nenek sakit ?
Ya namanya sakit susah kepengen
sembuh ya berobat menjalani
pengobatan. Perasaan lagi sakit ya ga
enak, tidur ga nyenyak, mau makan ga
enak ya macam yang dirasa lah.
15. Bagaimana hubungan nenek dengan
keluarga atau teman ?
Ya saya maunya ya bersatu saja. Kalo
anak saya maunya persatuan ma orang
tua. Tapi kena gangguan itu bini itu
susah diajak persatuan maunya
menang menang sendiri. Saya pernah
berantem emosi megang gelas terus
pecah soalnya bini nya susah diajak
persatuan dari dulu. Jadi hubungan
dengan menantu kurang baik.
Hubungan sama teman saya ada yang
harmonis ada yang tidak. Hubungan
yang akrab saya dengan mbah halimah
dan mbah kokom. Hubungan yang
tidak akrab dengan mbah azizah.
16. Bagaimana aspek spiritual nenek dalam
menjalani kehidupan ?
Ya jadi tentram dan damai jadi ga
gampang marah. Saya sering tadarusan
baca quran ma pak zainudin, yasinan
setiap malam jumat, menjalankan juga
sholat 5 waktu dan kadang sholat
malam di masjid jam 3.
17. Apa nenek merasa diperhatikan oleh
keluarga dalam menjaga kesehatan ?
Iya merasa diperhatikan dengan cara
ya nengokin. Kemarin pas aku lagi
sakit dia pas datang kesini aku lagi
gaenak badan. Dalam tindakan
pencegahan kalo minum madu dan
vitamin kadang-kadang.
18. Apa reaksi factor sosial yang terjadi
jika nenek sakit ?
Ya petugas yang mengasih
pengetahuan. Ya petugas panti
mengajak ke rumah sakit yang
menolongin dan peduli.
19. Apa kebiasaan yang nenek lakukan
dalam menjaga kesehatan pribadi ?
Setiap hari saya olahraga secara teratur
setelah olahraga saya istirahat tidur.
Lalu tidak lupa minum vitamin.
20. Apa dukungan fisiologis yang nenek
dapatkan selama di panti ?
Ya mendapat dukungan fisiologis
yang menolong aktivitas sehari-hari
saya. Saya nyuci kumpulin setelah
kumpul ada yang giling kadang-
kadang sudah dijemur jadi perawat
membantu mencuci pakaian. Perawat
juga menciptakan rasa aman dan
nyaman di panti
21. Apa dukungan psikologis yang nenek
dapatkan dari keluarga ?
Jelas memberikan kasih sayang
kepada orang tua. Iya keluarga juga
memberikan perhatian.
22. Apa anggota keluarga pernah
melakukan diskusi, melungkan waktu
untuk nenek ?
Ya jelas pernah menengok nenek
sebulan sekali. Diskusi yang pernah
melakukan adalah membicarakan
tentang kehidupan keluarga.
23. Apa dukungan sosial yang nenek
dapatkan di panti ?
Petugas selalu mengajak kegiatan
pengajian. Waktunya hari senin ada
ceramah dengan ust. samatrin, rabu
ada baca quran deng pak zainudin,
malam jumat yasinan.
24. Bagaimana pergaulan sehari-hari nenek
dengan lingkungan sekitar ?
Ya ada yang cocok dan ada yang tidak
cocok. Saya memiliki hubungan yang
akrab dengan mbah kokom dan mbah
haliman sedangkan hubungan yang
kurang harmonis adalah dengan mbah
azizah.
25. Bagaimana yang terjadi keamanan
sosial setempat dan program-program
medikasi ./ pengobatan di panti ?
Ya kurang aman. Saya pernah
kehilangan baju baru lagi ada 2 dari
tamu. Program medikasi di panti
pelayanan cukup baik.
26. Bagaimana bantuan-bantuan yang
diberikan dari pihak luar untuk panti ?
Ya kadang-kadang ada. Ya ada duit,
kue , baju. Kemarin dua puluh lima
ribu dari sekolah SMA depok. Tapi
saya ga nerima karena saya naik
duluan keatas.
27. Apa bentuk nasehat, usulan, saram,
petunjuk dan pemberian informasi yang
diberikan kepada nenek ?
Ya nasehat itu dari pengajian dalam
ceramah, Misalnya dalam bulan
ramadhan harus meningkatkan ibadah.
28. Apa peran panti dalam mengungkapkan
suatu masalah yang dialami nenek ?
Ya panti meleraikan jangan
bertengkar. Ada juga kegiatan
konseling dimana bisa bercerita
tentang masalah pribadi lalu diberikan
arahan.
29. Apa bentuk support, penghargaan, dan
perhatian yang diberikan panti kepada
nenek ?
Diberikan hadiah kaos dalam kegiatan
acara 17 agustus.
30. Apa panti memberikan bimbingan atau
membimbing nenek ?
Ya semuanya dibimbing. Dalam
membimbing pelayanan kesehatam,
pelayanan agama dsb.
31. Bagaimana panti memberikan
dukungan instrumental kepada nenek ?
Setiap hari makanan yang diberikan
kurang enak makanan untuk orang
banyak. Ya istirahat tercukupi.
32. Bagaimana panti memberikan
dukungan emosional dalam hal adanya
kepercayaan, mendengarkan dan
didengarkan kepada nenek?
Ya adanya kegiatan konseling disitu
panti mendengarkan keluhan nenek.
Dan keluhan nenek didengarkan oleh
panti.
33. Bagaimana panti bisa memberikan rasa
tentram, aman dan damai kepada
nenek?
Ya jangan pada berantem tidak ada
perselisihan. Adanya satpam
memberikan rasa aman.
34. Bagaimana nenek memperoleh
kerekatan emosional / hubungan yang
akrab dengan kerabat ?
Memperoleh kerekatan emosional
dengan cara satu kamar. Dengan cara
Makan bersama. Ikut kegiatan
bersama. Dan sholat bersama.
35. Bagaimana cara nenek memiliki rasa
memiliki dan dimiliki dalam kelompok
?
Iya mengikuti kegiatan bersama
misalnya kegiatan olahraga dan
kegiatan keterampilan.
36. Apakah nenek ,melakukan kegiatan
yang sifatnya rekreatif secara bersama-
sama?
Melakukan kegiatan yang sifatnya
rekreatif secara bersama-sama. Iya
misalnya dengan mengikuti kegiatan
keterampilan bersama.
37. Bagaimana cara nenek mendapat
penghargaan atau pengakuan dari panti
?
Bersikap baik kepada petugas panti.
Rajin mengikuti kegiatan agar
mendapat pujian.
38. Apa bantuan nyata yang diberikan panti
kepada nenek ?
Ya bantuan kesehatan, makanan,
bersihan mandi, ya bantuin cuci
mencuci.
39. Saran atau informasi apa yang sering
diberikan kepada nenek ?
Informasi tentang kegiatan di panti
seperti kegiatan pengajian, kegiatan
keterampilan dan kegiatan olahraga.
40. Nasehat apa yang diberikan dalam
mengatasi permasalah yang dihadapi
oleh nenek ?
Sabar, tawakal masudnya kuat, jangan
putus asa dan jangan larut dalam
masalah.
41. Apa tanggung jawab panti terhadap
kesejahteraan nenek?
Ya panti tanggung jawab terhadap
kesejahteraan nenek banyak misalnya
dalam hal kesehatan, keamanan, dan
kebersihan.
42. Apa kebutuhan jasmani yang diberikan
kepada nenek ?
Ada pelayanan kesehatan. Ada
kegiatan olahraga. Ada perumahan
sandang dan pelayanan kebutuhan
makanan yang bergizi.
43. Apa kebutuhan mental dan psikis yang
diberikan kepada nenek?
Ya jelas ada yang mengajak kegiatan
pengajian atau upacara keagamaan dan
saya rutin mengikuti kegiatan
pengajian di mesjid.
44. Apa kebutuhan sosial dan ekonomi
yang diberikan kepada nenek ?
Ada pelayanan bimbingan sosial, ada
penyuluhan, ada rekreasi setahun dua
kali. Ada kebutuhan ekonomi
misalnya barang keterampilan di jualin
saat bazar.
45. Apa nenek mendapatkan hak-hak
sebagai berikut ?
-pelayanan keagamaan dan mental
spiritual
-pelayanan kesehatan
Terdapat pelayanan keagamaan dan
mental spiritual, pelayanan kesehatan,
pelayanan kesempatan kerja,
pelayanan pendidikan dan pelatihan,
kemudahan dalam penggunaan
-pelayanan kesempatan kerja
-pelayanan pendidikan dan pelatihan
-kemudahan dalam penggunaan
fasilitas, saran, dan prasaran umum
-kemudahan dalam layanan dan
bantuan hukum
-perlindungan sosial
-bantuan sosial
fasilitas, saran, dan prasaran umum
perlindungan sosial namun tidak ada
kemudahan dalam layanan dan
bantuan hukum
46. Apa nenek melaksanakan kewajiban
sebagai lansia seperti ?
-membimbing dan memberi nasihat
secara arif dan bijaksana
-mengamalkan dan
mentransformasikan ilmu pengetahuan,
keahlian, keterampilan, kemampuan
dan pengalaman yang dimilikinya
kepada generasi penerus
-memberikan keteladanan dalam segala
aspek kehidupan kepada generasi
penerus.
Iya memberi keteladanan dengan
bersikap baik pada semua orang.
47. Apakah nenek diberikan fasilitas
kesehatan sesuai dengan keinginan
sendiri ?
Tidak memiliki fasilitas kesehatan
dengan keinginan sendiri. Semua
sudah diatur petugas panti
48. Apakah tetap mengjaga interaksi orang
lain dan mengikuti norma-norma yang
berlaku?
Iya saya tetap menjaga interaksi
dengan orang lain dengan cara
memberikan senyuman. Ya kadang
saya ramah dengan orang lain. Ya saya
patuh terhadap norma yang berlaku di
panti.
TRANSKIP WAWANCARA
DUKUNGAN KELUARGA BAGI LANJUT USIA di PANTI TRESNA WERDHA (PSTW)
BUDI MULIA 3 CIRACAS JAKARTA TIMUR (Studi Kasus Nenek Sutinem)
Informan (Keluarga Lansia)
Nama : Rahmat Aris
Waktu : Pukul 10.00
Hari dan Tanggal : Senin, 20-06-2016
Tempat : di rumah pak Rahmat Aris
Agama : Islam
Usia : 43 Tahun
Pekerjaan : Ojek Online
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Kuliah sampai semester 7
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana dengan keluarga apa sering
menjenguk kakek/nenek?
Ya saya rutin menengok ibu di panti.
Sebulan sekali bahkan bisa lebih dari
itu. Terakhir menengok sebelum
bulan puasa minggu kemarin.
2. Bagaimana sikap keluarga saat
kakek/nenek sedang sakit ?
Kalo sakit terus terang saat ini saya
yang paling besar untuk sekarang
jadi anak pertama sebenarnya anak
kedua namun anak pertama sudah
meninggal. Ya saya yang paling
bertanggung jawab kalau untuk
apapun keadaannya sebenarnya
termasuk dipanti itu kan saya yang
menitipkan disana dengan prosedur
yang ada terus itu sudah saya
pertimbangkan untuk jalan terakhir
yang saya tempuh dan saya berfikir
itu jalan yang lebih baik daripada
tidak disana.
3. Alasan apa yang membuat keluarga
menitipkan nenek di panti ?
Pertama begini ibu saya itu untuk
cara berfikir secara psikologis cara
bersosialisasi dengan saudara atau
anak menantu atau tetangga itu
kayaknya agak unik beda dengan
kebanyakan orang umum. Jadi hal
yang saya membuat keputusan
tinggal disana karena dengan saudara
tidak akur dengan menantu tidak
akur terus saya coba kostkan
berhubungan baik dengan ibu kost
dengan tetangga mungkin sifatnya
hanya sementara sebulan dua bulan
setelah itu saya mendengar ada
masalah lagi akhirnya kurang disukai
oleh lingkungan. Saya pinggirkan
lagi bingung akhirnya inilah jalan
terakhir.
4. Bagaimana tanggapan bapak/ibu
terhadap pelayanan dan fasilitas yang
diberikan di panti ?
Kalo fasilitas panti sejauh ini saya
menanyakan ke ibu saya sepertinya
bagus Cuma karena keunikan tadi
dari sifat ibu saya jadi tetap saja ada
beberapa hal yang saya dengar agak
kurang harmonis terutama antara ibu
saya dengan satu kamarnya. Kalo
dengan petugasnya saya belum
pernah mendengar kalo ada masalah.
5. Bagaimana bentuk perhatian bapak/ibu
terhadap orang tua ?
Iya saya suka nanyain apa ibu sedang
sakit atau tidak? Terus gimana
makannya disini? Apa tadi malam
ibu tidurnya nyeyak? Saya sering
menanyakan itu pada ibu saya
6. Apakah keluarga memberikan bentuk
bantuan langsung seperti memberikan
uang kepada orang tua ?
Iya saya memberikan uang kepada
ibu saya saat menengok jika ada
rezeki ya saya kasih.
7. Bagaimana saat lansia menghadapi
permasalahan apakah keluarga
membantu memberikan solusi atau
nasehat ?
Kalo untuk ibu saya itu meskipun
cerita ada permasalahan terutama
hubungan dengan temannya
jangankan saya sebagai anak orang
yang dekat disana seperti satpam
seperti siapa yang memberikan
bantuan memberikan masukan atau
solusi tapi ibu saya susah kalo untuk
menerima masukan orang lain
kecuali orang lain itu dianggap yang
teladan.
8. Apa pesan yang bapak sampaikan saat
bapak menengok ibu ?
Iya seperi ibu dipanti jaga kesehatan
ya, jangan sampai sakit. Kalo ada
kegiatan olahraga kalo bisa ibu ikut.
Agar ibu sehat terus jangan lupa
makan sehari tiga kali yang bergizi..
Terkadang saya suka bilang gitu
pada ibu saya saat saya menengokin
di panti.
9. Apa bapak suka mengingatkan ibu untuk
mengikuti kegiatan di panti ?
Iya saya juga sering mengingatkan
kepada ibu saya untuk mengikuti
kegiatan pengajian agar hatinya
selalu tenang dan tentram dalam
mengingat Allah SWT
TRANSKIP WAWANCARA
DUKUNGAN KELUARGA BAGI LANJUT USIA di PANTI TRESNA WERDHA (PSTW)
BUDI MULIA 3 CIRACAS JAKARTA TIMUR (Studi Kasus Nenek Sutinem)
Informan (Petugas Panti)
Nama : Purba
Waktu : Pukul 09.30
Hari dan Tanggal : Jumat, 17-06-2016
Tempat : di ruang tamu
Agama : Kristen
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : Sarjana Sosial
No. Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana bentuk dukungan yang
diberikan Panti untuk lansia yang
sedang sakit ?
Ya kalo sakit ya diobatin kaya sekarang
ini kan ada puskesmas jadwalnya
seminggu sekali terus kalo parah ya
dirujuk ke rumah sakit kalo masih bisa
ditangani disini ya dikasih obat yang
sesuai seandainya kita takut kasih obat
perawat menelpon dokter langsung.
2. Bagaimana tanggapan bapak/ibu
terhadap keluarga yang tidak mau
mengurus orang tuanya tetapi lebih
memilih memasukannya ke panti ?
Ya keluarganya kurang care ke orang
tua banyak juga masyarakat kaya gitu
tapi ada juga anak yang mau mengurus
orang tuanya gitu soalnya banyak
masyarakat istri yang kerja suami gak
kerja ini mama nya laki-laki terus dia
hanya numpang saja dia itu kata
menantu perempuan udah masukin aja
panti kadang banyak juga kaya itu
bukan hanya menantu anak juga ada
yang seperti itu jadi menurut orang ya
macam-macam. Ya orang tua kita harus
urus sendiri.
3. Bagaimana cara panti agar kakek/nenek
disini sehat selalu ?
Ya dikasih makan yang benar. Ya
dikasih obat yang benar. Ya kakek atau
nenek rentan penyakit gabisa sehat
kaya anak muda.
4. Bagaimana cara panti menasehati
terhadap kakek/nenek yang sering
merokok ?
Memberikan nasihat sudah pasti kita
soalnya di DKI tidak boleh merokok
sembarangan apalagi kaya kakek itu
temanya pada puasa dia malah
merokok. Sebenarnya kita juga arahkan
tapi namanya kakek atau nenek udah
pikun kadang budek.
5. Bagaimana cara panti menasehati
terhadap kakek/nenek yang pacaran ?
Ya kita mengarahkan memberikan
nasihat tidak boleh kaya begitu nek
udah tua begini begini kita arahkan
yang bagus. Pernah dikasih sanksi
sebuah ancaman kalo pacaran lagi akan
dipindahkan ke panti lain.
6. Bagaimana bentuk kepedulian/perhatian
yang diberikan Panti untuk lansia yang
sudah tidak bisa beraktivitas lagi ?
Apabila dia mau makan di suapin jika
mau mandi dimandiin dikasih bedak
jika mau minum dikasih minum
dijemur.
7. Bagaimana cara panti memberikan
penghargaan terhadap lansia yang rajin
mengikuti kegiatan ?
Ya kadang kita kasih hadiah juga.
Kadang kita banggain dia atau
memberikan pujian wah kakek hebat.
8. Bagaimana yang terjadi hubungan
emosional saat progam dinamika
kelompok ?
Ya berjalan ya tapi kan namanya kakek
atau nenek ya pendengarannya kurang
jalannya juga lelet harus ada kesabaran
dari kita dibuat senang ajah.
9. Bagaimana saat acara program HLUN ?
Kita bawa kakek atau nenek yang
mandiri ke tempat HLUN yaitu di
Ancol mengikuti kegiatan disana
seperti pentas seni menampilkan
angklung, joget ya bersenang-
senanglah. Sekitar 30 orang yang ikut
kegiatan program HLUN.
10. Bagaimana peran panti dalam dukungan
keluarga bagi lansia ?
Ada peran panti dalam membina
hubungan keluarga lansia tersebut.
Seperti waktu itu pernah keluarga
lansia dipanggil kesini diundang oleh
kepala pembinaan. Terus bagi yang
punya keluarga juga dianjurkan
menengok anggota lansianya yang ada
disini. Kalo bisa kita menggali data kita
ada juga home visit kita assessment
wbs dan keluarganya. Kalo jadwal
kunjungan kita tidak ada khusus tapi
syarat hanya diberikan anggota
keluarganya agar kakek atau nenek
tinggal di panti sering-sering ditengok
minimal sebulan sekali jadwal dia
sempet nengoknya kapan misalnya di
hari libur sabtu atau minggu silahkan
saja. Ditengok anggota kelurganya
dengan melapor petugas piket. Kita ada
peraturan sebenarnya anggota keluarga
yang datang sini tidak boleh masuk
wisma tetapi hanya menunggu di ruang
tamu, di gazebo di taman atau di loby.
11. Bagaimana tahap perkembangan
kesehatan yang dimiliki ibu sutinem ?
Perkembangan kesehatan ibu sutinem.
Iya nenek Sutinem mengalami penyakit
katarak mungkin dulunya karena
kekurangan gizi dan menyebabkan
kerusakan pada organ tubuh yaitu pada
matanya.. Ya tapi namanya orang tua
sering sakit pusing, cepat lelah gitu tapi
kalo dia sehat saja. Masih ikut aktif
mengikuti kegiatan di panti.
12. Bagaimana peran panti dalam hal
perubahan kesehatan yang dimiliki ibu
Peran panti dalam kesehatan ya kalo di
panti disini ya biasanya sekali
sutinem ? seminggu ada dokter dari puskesmas
ada juga dokter dari terapi juga
psikolog nya ada juga apabila dia sakit
dikasih obat dari sini apabila parah
dilihat juga perkembangan nya dari
dokter apabila dia sakit dirujuk ke
rumah sakit apa ke rumah sakit duren
sawit apa ke budi asih.
13. Apakah pihak keluarga menelpon panti
saat ibu sutinem sakit ?
Bukan keluarga yang menelpon tapi
pihak panti yang menelpon keluarga
jika seandainya ibu sutinem sakit
telepon ke anaknya jika ibunya sakit
agar ditengok kan jadi bukan keluarga
yang menelpon jadi keluarga tidak tahu
yang tahu kan panti
14 Apa yang ibu ketahui tentang tingkat
pengetahuan seseorang yang tidak tamat
SD ?
Yang namanya tidak tamat SD tinggal
di panti sudah tua ya ada keluhan nya
sakit. Ya gitu ajah.
15. Apa menurut ibu dengan tidak tamat SD
bisa menjaga kesehatan dirinya ?
Ya bisa menjaga kesehatan dirinya. Ya
perawat juga mengarahkan dan
makanan sudah diatur oleh panti.
16. Apa peran panti dalam menambah
tingkat pengetahuan lansia tentang
kesehatan ?
Ya kan ada terapi-terapi ada
pemeriksaan dokter ada petugas
perawat mengamati wbs apabila dia
sakit ada juga TAK (Terapi Aktivitas
Kelompok) jadi mahasiswa
mengadakan kegiatan bagaimana
dengan pendengaran dia, bagaimana
dengan kesehatannya dia, bisa
mendengar atau tidak.
17. Bagaimana faktor emosional ibu
sutinem terhadap ancaman penyakit ?
Ya kalo dia lagi sakit ya dia mengeluh
namanya juga manusia tapi kan
pegawai atau petugas membawa dia ke
dokter. Petugas menelpon ke dokter
terus dokter itu memberikan arahan
kasih obat ini. Dan dia mau menjalani
pengobatan.
18. Bagaimana peran panti selama ibu
sutinem sakit ?
Peran panti dalam kesehatan ya kalo di
panti disini ya biasanya sekali
seminggu ada dokter dari puskesmas
ada juga dokter dari terapi juga
psikolog nya ada juga apabila dia sakit
dikasih obat dari sini apabila parah
dilihat juga perkembangan nya dari
dokter apabila dia sakit dirujuk ke
rumah sakit apa ke rumah sakit duren
sawit apa ke budi asih.
19. Bagaimana ibu melihat hubungan ibu
sutinem dengan keluarga atau
temannya?
Jika ke anaknya sih akur namun ke
menantunya tidak akur. Makanya jika
sutinem tinggal bersama anaknya
menantu tidak menerima dia lebih baik
cerai katanya dari pada disini. Makanya
kita lihat keadaan juga anaknya
pengangguran termasuk golongan
ekonomi yang lemah jadi terima di
panti ini. Nenek Sutinem masih
menjalin interaksi dengan baik bersama
teman-temannya namun di memiliki
darah tinggi merasa dia masih bisa
merasa kuat ada rasa tinggi hati yang
saya lihat.
20. Bagaimana ibu melihat aspek spiritual
yang ibu sutinem miliki ?
Kalo aspek spiritual dia mengikuti
kegiatan keagamaan klo ada pengajian
dia ikut pokoknya dia rajin dan tekun
dalam mengikuti kegiatan di panti.
Petugas mengarahkan dia masih mau.
21. Apa ibu melihat dukungan keluarga
yang terjadi pada keluarga ibu sutinem?
Dukungan keluarga ya dia datang
menjengukin ibunya ke panti sebulan
sekali. Ya kalo sering-sering kan
biayanya juga anaknya pengangguran.
Jadi emang orang susah anaknya tapi
tetap datang ke panti untuk menjenguk
ibunya.
22. Apa ibu tahu jika keluarga
memperhatikan kesehatan ibu sutinem ?
Ya kalo ibu sutinem sudah diserahkan
ke panti. Jadi panti yang melihat
makanya ada dokter, terapi, dan
perawat-perawat.
23. Apa faktor sosial yang terjadi jika ibu
sutinem mengalami sakit?
Faktor sosial ya reaksi sosial yang
terjadi dia tidak mengikuti kegiatan di
panti. Ya namanya sakit jadi istirahat
dulu.
24. Apa latar belakang budaya / kebiasaan
dalam memberikan dukungan untuk
kesehatan pribadi lansia ?
Ya kita petugas mengarahkan jadi
makanan sudah diatur. Adanya juga
kebiasaan kegiatan olahraga.
25. Apakah sebelum masuk ke panti ada
orientasi/pengenalan tempat kepada ibu
sutinem?
Tidak ada orientasi paling dari
kelurahan pekerja sosial yang melihat
keadaan rumah dia orang mampu atau
tidak jadi bisa masuk ke panti atau
tidak.
26. Bagaimana dukungan fisiologis yang
diberikan panti kepada ibu sutinem ?
Dukungan fisiologis kalo di wbs disini
ya di arahkan ada yang masak ada yang
menyajikan petugas mengajak untuk
mengikuti kegiatan senam dan dalam
hal makanan juga memperhatikan gizi.
27. Apa ibu tahu jika keluarga memberikan
perhatian dan kasih sayang kepada ibu
sutinem ?
Ya dengan dia datang dia udah ada
perhatiannya. Ya itu jika dia datang
bagaimana mak sehat gak mak.
Bagaimana keadaan mama disini.
28. Apa petugas panti meminta pendapat
atau melakukan diskusi, meluangkan
waktu bercakap-cakap untuk menjaga
komunikasi yang baik dengan ibu
sutinem ?
Ya melakukan bercerita-cerita sebagai
pekerja sosial memperhatikan wbs
dengan cara menanyakan bagaimana
keadaan kakek dan nenek. Saling
perhatian ke mereka menanyakan
bagaimana betah atau tidak di panti.
29. Apa peran panti memberikan rasa aman
kepada ibu sutinem ?
Ya memberikan rasa aman. Ya kalo
sakit diobatin. Jika laper dikasih
makan. Lalu dikasih baju juga.
Kebutuhannya dipenuhi. Makanya
kakek dan nenek disini pada betah.
30. Apa bentuk perhatian panti kepada ibu
sutinem ?
Ya mengurusin ibu sutinem. Ya jika
sakit diobatin. Jika tidak punya baju ya
dikasih baju dikasih sepatu untuk
keperluan dia.
31. Apa pihak panti nmenyarankan ibu
sutinem untuk mengikuti kegiatan
spiritual seperti pengajian ?
Iya udah pasti harus mengikuti
pengajian mau ngapain lagi sudah tua.
32. Apa pihak panti memberikan
kesempatan kepada ibu sutinem untuk
memilih fasilitas kesehatan sesuai
dengan keinginan sendiri ?
Fasilitas kesehatan ada tetapi tidak
semua rumah sakit bisa di rujuk
tergantung rumah sakit yang merujuk.
33. Bagaimana pihak panti melihat ibu
sutinem dalam menjaga interaksi
Ya namanya petugas melihat biasa saja
normal ya namanya orang hidup
dengan orang lain dan memperhatikan
norma-norma yang berlaku ?
bagaimana nakal tidak. Dia patuh tidak
melawan sesuai norma. Jika dia
melanggar ya masih bisa diomongin ya
emang nenek mau dibalikin ke anaknya
lagi.
34. Bagaimana ibu melihat pergaulan
sehari-hari ibu sutinem dengan
lingkungannya ?
Ya biasa saja sehat. Ya kadang
berantem nya ibu sutinem. Ya nenek
sudah tua harus sadar malu. Ya di
leraikan.
35. Bagaimana yang terjadi keamanan
sosial setempat dan program-program
medikasi/pengobatan kesehatan ?
Untuk keamanan sosial setempat ada
satpam, ada yang piket, ada penjaga
barang. Kalo program kesehatan disini
sudah terjamin sekali seminggu ada
dokter. Ada dokter terapis dua orang.
Ada perwat-perawat setiap kamar ada.
36. Bagaimana bantuan-bantuan yang
diberikan dari pihak luar untuk panti ?
Bantuan dari pihak luar kadang ada
belum tentu seminggu sekali ya kadang
dia bawa makanan langsung ke wbs.
Ada juga bawa amplop ya sepuluh ribu
atau lima belas ribu. Ada yang
memberikan handuk ataupun baju.
37. Apa bentuk nasehat, usulan, saran,
petunjuk dan pemberian informasi yang
diberikan kepada ibu sutinem ?
Ya jika lagi berantem ya dileraikan agar
supaya tidak bertengkar lagi. Namanya
juga manusia mempunyai kesalahan.
Nenek disini kan berasal dari
gelandangan ada yang tinggal di ubin
jadi kadang ada aja yang membuat
masalah. Kita arahkan kita tanya dulu
kenapa nenek berantem misalnya begini
begini ya tidak usah berantem kita
pisahkan.
38. Apa peran panti dalam mengungkapkan
suatu masalah yang dialami ibu
sutinem?
Ya adanya kegiatan konseling dimana
wbs bisa bercerita mengungkapkan
masalahnya masing-masing lalu
psikolog bisa memberikan arahan
kepada wbs tersebut.
39. Apa bentuk support, penghargaan, dan
perhatian yang diberikan panti kepada
ibu sutinem?
Ya kalo seandainya dalam kegiatan dia
rajin jika dalam kegiatan keagamaan
wah hebat nenek sudah duluan datang
atau jika ada kegiatan panggung
gembira dia nyanyi jadi kami
memberikan pujian kepada dirinya
40. Apa panti memberikan bimbingan atau
membimbing ibu sutinem ?
Ya semua wbs harus dimbing tidak
hanya ibu sutinem saja.
41. Bagaimana panti memberikan dukungan
instrumental kepada ibu sutinem?
Ya seandaianya jika ada kegiatan
apabila ia masih sakit dia tidak perlu
ikut kegiatan namun istirahat yang
cukup.
42. Bagaimana panti memberikan dukungan
emosional dalam hal adanya
kepercayaan, mendengarkan dan di
dingerkan kepada ibu sutinem ?
Ya petugas harus mendengarkan
keluhan kakek dan nenek. Jika sudah
didengarkan ya baru kita ceramahin.
Baru kami memberikan apa yang
mereka butuhkan.
43. Bagaimana panti bisa memberikan rasa
tentram, aman, dan damai, kepada ibu
sutinem ?
Kalo di keluarga kan malah berantem.
Jika di panti kan dia tenang kalo laper
dikasih makan, kalo sakit diobatin.
44. Bagaimana ibu sutinem memperoleh
kereketan emosional / hubungan akrab
dengan kerabat ?
Ya dia hidup disitu tinggal disitu kan
sudah otomatis. Jadi akrab saja. Sudah
hidup bersama sudah satu penderitaan.
Sudah biasa mengikuti kegiatan
bersama.
45. Bagaimana cara ibu Sutinem memiliki
rasa memiliki dan dimiliki dalam
kelompok ?
Ya rasa kebersamaan tinggal di panti
sudah tumbuh. Ya jika sudah kenal ya
sudah sayang. Seperti sering mengikuti
kegiatan bersama.
46. Apakah ibu sutinem melakukan
kegiatan yang sifatnya rekreatif secara
bersama-sama?
Ya seperti mengikuti kegiatan
keterampilan bersama. Membuat keset
membuat manik-manik dll.
47. Bagaimana cara ibu sutinem mendapat
penghargaan atau pengakuan dari panti?
Ya kaya kemarin kegiatan 17 agustus
ada nya lomba kebersihan, ada lomba
makan kerupuk, ada lomba gundu di
sendok, jadi ada kegiatanlah ada
masukin pensil ke botol ya kalo dia
juara ya dia dapat hadiah.
48. Apa bantuan nyata yang diberikan panti
kepada ibu sutinem ?
Ya namanya dia hidup di panti ya
makan disini minum dan berobat.
49. Saran atau informasi apa yang sering
diberikan kepada ibu sutinem ?
Ya seandainya jika dia berantem dia
diberi saran. Ya informasi seperti
kegiatan sehari hari yang ada di panti.
50.
Nasehat apa yang diberikan dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapi
ibu sutinem ?
Mau mengatur anaknya kerja namun
kenyataan hidup kan nyari kerja susah.
Ya menesahati ibu sutinem agar
memahami anaknya jika mencari
pekerjaan itu susah namun anaknya
sudah berusaha.
51. Apa tanggung jawab panti terhadap
kesejahteraan ibu sutinem?
Ya makan dan berobat jadi layaknya
hidup.
52. Apa kebutuhan jasmani yang diberikan
kepada ibu sutinem ? apa tercukupi ?
Ya perumahan dia tinggal disini. Ya
makan sehari 3 kali. Pelayanan
kesehatan jika sakit di obatin. Ya
kebutuhan jasmani dan rohani
tercukupi.
53. Apa kebutuhan mental dan psikis yang
diberikan kepada ibu sutinem ?
Ya kita motivasi dan kita mengarahkan.
Ya pasti itu petugas mengajak kegiatan
keagamaan.
54. Apa kebutuhan sosial dan ekonomi
yang diberikan panti pada ibu sutinem ?
Kebutuhan sosial ya kan dia
bersosialisasi di masyarakat dia juga
berteman ada bimbingan sosial, ada
kegiatan rekreasi juga. Ya namanya
juga orang tua tidak bisa dipaksakan
namun mengarahkan untuk mengikuti
kegiatan seperti membuat keset yang
nanti akan di jual saat bazaar.
55. Apa yang ibu ketahui tentang periode
penurunan yang dialami ibu sutinem ?
Ya kalo ibu sutinem sehat saja. Ya
soalnya ibu lagi banyak kegiatan jadi
kurang tahu. Ya memang ibu sutinem
mengalami penurunan di matanya
karena sakit katarak.
56. Apa yang ibu lihat dari ibu sutinem
tentang reaksi terhadap masa tuanya ?
Ya biasa saja tidak sebagai hukuman
masa tuanya dianggap santai ya kita
jalani saja ya enjoy saja dia bilang
seperti itu dia sudah betah di panti.
57. Apa pandangan ibu tentang lanjut usia ? Pandangan mengenai lanjut usia
sekarang udah 51 tahun mulai sekarang
sudah berhati-hati dalam segala hal
permintaan saya kalo bisa jangan
merepotkan keluarga nantinya. Rentan
penyakit sudah mengalami kemunduran
saat lanjut usia nanti.
58. Apa sikap sosial yang terjadi terhadap
lanjut usia ?
Ya kita hormati ya kita banggakan dia
jadi kita membanggakan lansia seperti
yang muda membantu lansia yang ingin
minum misalnya dikasih minum. Agar
mereka semangat lagi jadi yang
namanya orang tua ya harus
dihormatin.
59. Apa menurut ibu usia lanjut yang
mempunyai status kelompok minoritas?
Usia lanjut mempunyai status
kelompok minoritas ya gak masalah.
Dia kan bersikap baik jika menjalani
hidupnya biasa saja tidak macam-
macam ya tidak apa-apa. Wbs itu kan
manusia biasa. Tenaga juga tidak kuat
lagi. Pendengaran sudah berkurang.
Asal orang tua itu diperhatiin dan
diurusinlah.
60. Apa perubahan peran yang terjadi pada
ibu sutinem ?
Waktu pertama-tama dulu agak angkuh
agak sombong agak darah tinggi tapi
sekarang sudah biasa. Untuk apa yang
disombongkan disini anak juga tidak
kerja. Menurut saya dia sudah baik.
61. Bagaimana menurut ibu tentang lanjut
usia yang memiliki konsep diri yang
negative akibat penyesuaian diri yang
tidak baik ?
Terhadap lanjut usia yang memiliki
konsep diri yang negative. Kalo disini
sih biasa saja. Ada yang gelandangan
ada yang telantar ada yang miskin. Apa
sih yg harus disombongkan orang
sama-sama makan nasi.
62. Apa ibu sutinem mendapatkan hak-hak
sebagai berikut ?
-pelayanan keagamaan dan mental
spiritual
-pelayanan kesehatan
-pelayanan kesempatan kerja
-pelayanan pendidikan dan pelatihan
-kemudahan dalam penggunaan
Ada pelayanan keagamaan dan mental
spiritual seperti kegiatan pengajian.
Ada pelayanan kesehatan seperti
pemeriksaan ke dokter. Ada pelayanan
kesempatan kerja seperti membantu
memotong sayuran di dapur. Adanya
pendidikan dan pelatihan cara
bagaimana mencuci tangan dari
fasilitas, saran, dan prasaran umum
-kemudahan dalam layanan dan bantuan
hukum
-perlindungan sosial
-bantuan sosial
mahasiswa kegiatan TAK (Terapi
Aktivitas Kelompok). Kalo bantuan
hukum soalnya disini tidak sampe ke
hukum disini tidak ada bantuan hukum
paling bantuan sosial. Adanya
kemudahan dalam penggunaan fasilitas,
saran, dan prasarana umum. Dan
adanya perlindungan sosial dan bantuan
sosial.
63. Apa ibu sutinem melaksanakan
kewajiban sebagai lansia seperti ?
-membimbing dan memberi nasihat
secara arif dan bijaksana
-mengamalkan dan mentransformasikan
ilmu pengetahuan, keahlian,
keterampilan, kemampuan dan
pengalaman yang dimilikinya kepada
generasi penerus
-memberikan keteladanan dalam segala
aspek kehidupan kepada generasi
penerus.
Tidak ada generasi penerus disini.
Adanya umur 60 tahun keatas yang
tinggal di panti. Ya bercerita tentang
pengalaman ya ada yang kita ambil dari
mereka.
64. Apa fungsi lembaga keagamaan di panti
ini ?
iya lembaga keagamaan disini
berfungsi membimbing lansia menjadi
lebih baik lagi dan mengabdi untuk
mencapai kebahagian dunia dan akherat
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkuinjakarta.ac.id
Telp./Fax: (62-21) 7432728/74703580 Email: [email protected]
Nom or Lampi ran Hal
Tembusan :
Un.O I/F5/ PP.00 .9/15 12 '2016
lzin Penelitian (SI<ripsi)
Kepada Yth,
Kepala Kesbangpol .Jakarta Timur di
Tempat
Assalamu 'a!aikum Wr. Wb.
.lak:1rta. 26 April 2016
Dekan Fakultas llmu Dakwah clan llmu Komunikasi UIN Syarif Hiclayatullah Jakarta menerangkan bahwa :
Nama Nomor Pokok Tempat/Tangga l Lahir Semester J urusan/Konsentrasi A lamat Te lp .
Nur lntan Saputri I I I 2054 I 000 I I Bekasi, 07 .lanuari 1995 V Ill (Delapan) Kesejahteraan Sosial .II. Tanjung IX BS.28 No.5 Kranggan Permai 089615336671
aclalah benar mahasiswa aktifpacla Fakultas llmu Dak\.vah clan lilllu Komunik<l si UIN Syarif HiclayatuiiC'!h Jakarta yang akan melaksa nakan peneliti<Jn/mencari data clalilm ran!Lka penulisan skripsi be1:judul Peron Dukungon Keluargo Lomiu di PSTIV Burl/ J'v!ulic~ 3 Ciracos Jokorla Timur.
Sehubung(ln dengan itu , climohon kiranya 13<qJ<lk/ lbu/Sclr. dapat menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut clalnm pelaksa naan kegiatan clim 11 ksucl.
Demikian, atas kc1jasan1a dan bantunnnya kami mengucapkan terima knsih.
JVassulo11111 'o/oikiun Wr. W/J.
Dekan
I. Wakil Dekan Biclang Akademik 2. Ketua .lurusa n/Procli Kesej<Jhteraan Sosial
~KAN Komite Akreditasi Nasional Ltmbaga Sertiflkui Sblwn Uutu
Sertlf.cated No: QSC 01109 LSSM-002..KlN
KEl\1ENTERIAN AGA1\1A UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN lLl\tlU KOMUNIKASI
Jl. Ir. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkuinjakarta.ac.id
Telp./Fax: (62-21) 7432728/ 74703580 Email: [email protected]
Nom or Lampi ran Hal
Tembusan: I . Oekan
Un.O 1/F5/PP.00.9/650/20 16 Jakarta. 11 Maret 2 0 16
Izin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth, Pimpinan PSTW Budi Mulia 3 Ciracas Jakarta Timur di
Tern pat
Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
Dekan Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UrN Syarif Hidayatullah Jakarta menerangkan bahwa:
Nama Nomor Pokok Tempat/Tanggal Lahir Semester J urusan/Konsentrasi Alamat Telp.
: Nur Intan Saputri 1112054100011 Bekasi, 07 Januari 1995 VIII (Delapan) Kesejahteraan Sosial Jl. Tanjung IX BS.28 No. 5 Kranggan Permai 089615336671
adalah benar mahasiswa aktif pada Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UrN Syarif Hidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalam rangka penulisan skripsi berjudul Peran Mahasiswa Pratikan dalam Meningkatkan Keikutsertaan Pemberdayaan Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW).
Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak!Ibu/Sdr. dapat menerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatan dimaksud.
Demikian, ata5 ke1:i 3sama dan bantuannya kami mengucapkan terima kasih.
Wassalamu 'alaikum TFr.lf'[·
Dekan
2. Ketua Konsentrasi Kesejahteraan Sosial
KEI\:1ENTERIAN AG.AIVfA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Jl.lr. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 Indonesia Website : www.fdkuiniakarta.ac.id
Telp./Fax: (62-21) 7432728/ 74703580 Email: [email protected]
Nomor: Un.01/F5/PP.00.9/724/2016 Jakarta, 14 Maret 2016 Lamp 1 ( satu) bundel Hal Bimbingan Skripsi
Kepada Yth. Nurhayati Nurbus, SE., M.Si. Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Assalamu 'alaikum Wr. Wb.
Bersama ini kami sampaikan outline dan naskah proposal skripsi yang diajukan oleh mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai berikut,
Nama Nomor Pokok Jurusan Semeste1 Telp. J udul Shipsi
Nur Intan Saputri 1112054100011 Kesejahteraan So sial (Kessos) VIII (Delapan)
Peran Mahasiswa Praktikan dalam Meningkatkan Keikutsertaan Pemberdayaan Lansia di PSTW Budi Mulia 3.
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalam penyusunan dan penyelesaian skri psinya selama 6 ( enam) bulan dari tanggal 14 Maret 2016 s.d. 14 September 2016.
Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.
Wassalamu 'alaikum Wr. Wb.
an. Dekan, Wakil Dekan Bidang Akademik
Tembusan: 1. Dekan 2. Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial (Kessos)
KEMENTERIAN AGAMA UNIVERSITAS ISLAM NE·GERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Jl. Ir. H. Juanda No. 95, Ciputat 15412, Indonesia Website : W\Vw.fidkom.uinjkt. ac.id
Telp./Fax: (62-21) 7432728 I 74703580 Email: [email protected]
Nomor Lampi ran Hal
Tembusan 1. Dekan
: Un.01/F5/PP.00.9/I Z I~ /2016 : 1 (satu) Berkas Skri psi
Jakarta, b September 2016
: Ujian Skripsi
Kepada Yth . : 1. Dr. Hj . Roudhonah, MA 2. Hj. Nunung Khairiyah , MA
Ketua/Penguji Sekretaris Penguji Penguji Pembimbing
3. Siti Napsiyah. MSW 4. Ahmad Zaky, M.Si 5. Nurkhayati Nurbus, M.Si di Jakarta
Assa/amu'alaikum Wr. Wb.
Dekan Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjuk Bapakllbu sebagai Tim Penguji Skripsi mahasiswa/i di Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi ,
Nama Tempat Tanggallahir NIM Jurusan Judul Skripsi
: Nur lntan Saputri : Bekasi , 7 Januari 1995 : 1112054100011 : Kesejahteraan Sosial (KESSOS) : Dukungan Keluarga Bagi Lansia di PSTW Budi Mulia 3 Ciracas Jakarta Timur ( Studi Kasus Nenek Sutinem) .
Ujian tersebut akan dilaksanakan pada :
Hari!Tanggal Waktu Tempat
Senin, 19 September 2016 : Pk. 10.00 s.d. 11 .00 WIB : Ruang Munaqasah (Lantai 7B)
Untuk menunjang kelancaran uj ian dimaksud , bersama ini kami kirimkan naskah skripsi yang akan diujikan, guna dipelajari/diteliti sebagaimana mestinya.
Demikian penunjukan ini di sampaikan . Atas perhatian Bapak/lbu , karn i ucapkan terima kasih
Wassalam,
.Ed, Ph.D 10330 199803 1 004
2. Kasubbag . Umum Fakultas llmu Dakwah dan llmu Komunikasi
Aj kd/MI
KANTOR PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR
KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TIMUR
NOMOR i18 TAHUN 2016
TENTANG
PEMBERIAN IZIN PENELITIAN KEPADA PENELITI ATAS NAMA
Menimbang
Mengingat
NUR INTAN SAPUTRI
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA ·
KEPALA KANTOR PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA ADMINJSTRASJ JAKARTA TIMUR,
a. bahwa sehubungan dengan Surat Kepala Kantcir Kesatuan Bangsa dan Politik Kota Administrasi Jakarta Timur Nomor: 105/-1.862.81 Tanggal 2 Mei 2016;
b. bahwa sehubungan dengan akan dilaksanakannya per.elitian oleh Nur lntan Saputri di PS1W Budi Mulia 3 Ciracas Jakarta Timur;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Kepala . Kantor Pelayanan T erpadu Satu Pintu Kota Administrasi Jakarta Timur tentang Pemberian lzin Penelitian kepada Peneliti atas nama Nur I ntan Saputri;
1. Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2002 tentang Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan dan Penerapan llmu Pengetahuan dan Teknologi;
2. Undang- Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintah Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta sebagai lbukota Negara Kesatuan Republik Indonesia;
3. Undang - Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan lnformasi Publik;
4. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentangPembentukan Peraturan Perundang.- Undangan;
5. Undang- Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah;
Menetapkan
KESATU
KEDUA
6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2006 tentang Perizinan Melakukan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan bagi Perguruan Tinggi Asing, Lembaga Penelitian dan Pengembangan Asing, Badan Usaha Asing dan Orang Asing;
7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2009 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah Daerah;
9. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;
10. Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2014 tentang Organisasi Perangkat Daerah; ·
11. Peraturan Gubemur Nomor 211 Tahun 2009 tentang Prosedur Pengelolaan Surat Masuk, Pembuatan Naskah Dinas dan Prosedur Surat · Keluar Satuan Administrasi Pangkal Pemerintah Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta;
12. Peraturan Gubemur Nomor 47 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelayanan lzin Penelitian;
13, Peraturan Gubemur Nomor 55 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;
14. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta Nomor 7 Tahun 2016 Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nomor 57 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan . Peraturan Daerah Nomor 12 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan Pelayanan T erpadu Satu Pintu;
15. Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus lbukota Jakarta Nomor 104 Tahun 2014 tentang Kop Naskah Dinas, Stempel dan Papan Nama Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu; ·
16. Keputusan Gubemur Nomor 194 Tahun 201~ tentang Tata Naskah Dinas.
MEMUTUSKAN
KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PELAYANAN TERPADU SATU PINTU KOTA ADMINISTRASI JAKARTA TiMUR TENTANG PEMBERIAN IZIN PENELITIAN KEPADA PENELITI ATAS NAMA NUR INTAN SAPUTRI
Memberikan 1z1n penelitian kepada Peneliti atas nama Nur lntan Saputri sebagai peneliti dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
lzin sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU adalah Penelitian tentang " Peran Dukungan Keluarga Lansia di PTSW Budi Mulia Ciracas Jakarta Timur "pada bulan Mei s.d Juli 2016.
KETIGA
KEEMPAT
KELIMA
Tembusan :
Pemegang izin sebagaimana dimaksud pada diktum KESATU wajib menyampaikan laporan tertulis kepada Kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Administrasi Jakarta Timur tentang kegiatan yang telah dilaksanakan paling lama 1 bulan setelah habis masa berlakunya izin untuk mendapatkan rekomendasi publikasi.
Peneliti dapat melakukan publikasi hasil penelitian jika laporan sebagaimana dimaksud pada diktum KETIGA telah diterima dan mendapatkan rekomendasi publikasi.
Keputusan ini berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta. pada tanggal !I Mei 2016
1. Kepala Badan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi DKI Jakarta 2. Walikota Kota Administrasi Jakarta Timur 3. · Kepala PSTW Budi Mulia Ciracas Jakarta Timur 4. Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi U!N Syarif Hidayatullah Jakarta
DOKUMENTASI PENELITIAN SAAT MELAKUKAN PENELITIAN DI PANTI
SOSIAL TRESNA WERDHA (PSTW) BUDI MULIA 3 CIRACAS JAKARTA TIMUR
Gambar 1.1
(Gambar 1.1 : Peneliti melakukan wawancara dengan pekerja sosial ibu Purba, S.Sos yang
berperan sebagai pekerja sosial di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 3 Ciracas Jakarta
Timur. Peneliti mewawancarai pekerja sosial untuk mengetahui peran panti dalam dukungan
keluarga lansia.)
Gambar 1.2
(Gambar 1.2 : Peneliti melakukan Home Visit ke rumah salah satu keluarga WBS yang berada di
panti karena peneliti ingin melakukan wawancara untuk keperluan penelitian.)
Gambar1.3
(Gambar 1.3 : Peneliti melakukan wawancara dengan salah satu WBS yaitu Omah Sutinem
masih memiliki keluarga yang tinggal di Pasar Rebo)
Gambar 1.4
(Gambar 1.4 : Kegiatan diatas adalah semua kegiatan yang membuat para WBS di PSTW
berfungsi kembali atau menjadikan WBS di hari tuanya bermanfaat merasakan ketentraman lahir
dan batin dengan segala kegiatan ataupun hiburan yang ada di panti. PSTW juga memberikan
bimbingan individu maupun bimbingan kelompok kepada para WBS.