dudu

25
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kebijakan publik yang berangkat dari masalah publik disebuah wilayah harus diturunkan menjadi program agar dapat sederhana dan siap untuk segera di implementasikan. Masalah publik mempunyai sifat yang sangat kompleks karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Masalah tersebut diantaranya pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Ketiganya merupakan indikator tinggi atau rendahnya IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Namun dari beberapa masalah publik tersebut terdapat masalah yang sering menjadi sorotan dan dekat dengan masyarakat yaitu masalah kesehatan. Kesehatan sebagai aspek pokok penyangga kehidupan masyarakat terdapat bagian yang kompleks dan luas untuk dibahas. Seperti masalah sanitasi (kesehata lingkungan), penyakit endemik, kesehatan manula, bayi, serta ibu mengandung dan menyusui. Peningkatan kesehatan juga menjadi agenda internasional yang di instruksikan kepada seluruh negara untuk menerapkannya. Agenda internasional oleh Millennium Development Goals (MDGs) yang diterjemahkan kedalam 8 (delapan) target program sebagai berikut: a. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan; b. Mencapai pendidikan dasar untuk semua; 1

Upload: antony-ferri

Post on 19-Feb-2016

218 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tgery

TRANSCRIPT

Page 1: Dudu

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Kebijakan publik yang berangkat dari masalah publik disebuah wilayah

harus diturunkan menjadi program agar dapat sederhana dan siap untuk segera di

implementasikan. Masalah publik mempunyai sifat yang sangat kompleks karena

menyangkut hajat hidup orang banyak. Masalah tersebut diantaranya pendidikan,

kesehatan, dan ekonomi. Ketiganya merupakan indikator tinggi atau rendahnya

IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Namun dari beberapa masalah publik

tersebut terdapat masalah yang sering menjadi sorotan dan dekat dengan

masyarakat yaitu masalah kesehatan. Kesehatan sebagai aspek pokok penyangga

kehidupan masyarakat terdapat bagian yang kompleks dan luas untuk dibahas.

Seperti masalah sanitasi (kesehata lingkungan), penyakit endemik, kesehatan

manula, bayi, serta ibu mengandung dan menyusui. Peningkatan kesehatan juga

menjadi agenda internasional yang di instruksikan kepada seluruh negara untuk

menerapkannya. Agenda internasional oleh Millennium Development Goals

(MDGs) yang diterjemahkan kedalam 8 (delapan) target program sebagai berikut:

a. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan;

b. Mencapai pendidikan dasar untuk semua;

c. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;

d. Menurunkan angka kematian bayi;

e. Meningkatkan kesehatan ibu;

f. Memerangi HIV dan AIDS, malaria, serta penyakit menular

lainnya;

g. Memastikan kelestarian lingkungan hidup;

h. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.

Dari misi internasional tersebut Indonesia mulai berbenah untuk menata

kesehatan masyarakatnya. Dari data statistik menunjukkan bahwa Angka

Kematian Bayi (AKB) di kabupaten dan kota di Jawa Timur masih tinggi.

1

Page 2: Dudu

Tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Timur dapat dilihat dari tabel

dibawah ini.

Tabel 1.1 angka kematian bayi di Jawa Timur menurut kabupaten/kota, 2009-

2013

Kabupaten/kota

AKB2009 2010 2011 2012 2013

Kabupaten1 Pacitan 24,57 23,54 22,93 22,63 21,812 Ponorogo 30,72 28,97 27,32 27.,03 25,333 Trenggalek 23,79 22,55 21,85 21,41 20,444 Tulungagung 24,13 23,07 22,27 22,02 21,095 Blitar 26,99 24,60 23,71 23,71 22,076 Kediri 31,15 29,86 29,07 27,79 26,757 Malang 33,46 32,10 30,75 30,46 29,108 Lumajang 41,34 39,67 38,55 37,89 36,499 Jember 59,13 57,74 56,45 56,33 54,9910 Banyuwangi 40,60 38,29 35,04 34,81 32,0311 Bondowoso 58,71 56,62 54,35 53,93 51,7512 Situbondo 57,74 56,45 54,60 54,94 53,3713 Probolinggo 67,89 65,45 64,19 63,51 61,6614 Pasuruan 55,36 53,34 51,62 51,07 49,2015 Sidoarjo 28,18 25,43 23,88 24,27 22,1116 Mojokerto 29,27 27,89 25,57 25,54 23,6917 Jombang 28,81 28,05 27,03 27,56 26,4318 Nganjuk 33,59 32,27 31,45 31,12 30,6319 Madiun 33,16 32,07 31,35 31,18 30,1620 Magetan 24,90 23,88 23,21 22,85 22,0921 Ngawi 30,85 29,10 27,46 27,06 37,2622 Bojonegoro 40,26 39,41 38,89 38,67 37,2323 Tuban 38,22 36,96 34,84 34,41 33,1824 Lamongan 36,62 34,58 34,02 33,72 32,5425 Gresik 25,40 24,29 23,46 23,27 22,2026 Bangkalan 56,91 55,69 54,22 54,56 53,4327 Sampang 62,59 58,92 55,11 54,48 54,0928 Pamekasan 56,24 53,72 51,66 50,69 49,8129 Sumenep 50,95 49,85 48,47 48,42 47,32Kota30 Kediri 28,61 27,29 25,10 24,85 23,7631 Blitar 22,27 20,94 20,02 19,50 18,4332 Malang 29,30 27,85 25,26 24,74 23,7833 Probolinggo 30,16 28,35 25,60 25,12 24,23

2

Page 3: Dudu

34 Pasuruan 42,42 41,97 41,31 39,45 38,6235 Mojokerto 23,74 22,80 22,21 21,88 20,4436 Madiun 25,21 24,27 23,43 23,24 22,6537 Surabaya 27,13 24,32 23,35 23,18 22,3438 Batu 32,17 30,52 29,27 28,87 27,76JawaTimur 31,41 29,99 29,24 28,31 27,23

Dari tabel diatas kondisi Angka Kematian Bayi (AKB) di kabupaten

Jember menduduki posisi ke dua paling tinggi setelah Probolinggo di wilayah

tapal kuda. Selain itu jika dibandingkan dengan rata-rata Angka Kematian Bayi

(AKB) di Jawa Timur, Jember termasuk masih sangat tinggi karena rata-rata

Angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Timur pada 2013 adalah 27,23 pada 2012

28,31 pada 2011 29,24 pada tahun 2010 29,99 dan pada 2009 mencapai angka

31,41. Sedangkan di kabupaten Jember walaupun angka dari tahun ketahun terus

menurun namun Angka Kematian Bayi (AKB) di Jember masih tinggi yaitu pada

2009 59,13 diikuti penurunan menjadi 57,74 di tahun 2010, di tahun 2011 56,45

kemudian penurunan yang sangat kecil pada 2012 menjadi 56,33 dan data terakir

pada 2013 sampai pada angka 54,99. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagaimana

implementasi kebijakan penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) yang

dilaksanakan oleh kabupaten Jember. Bentuk kebijakan pemerintah dalam

menaggulangi besarnya Angka Kematian Bayi (AKB) sendiri banyak jenisnya

dari mulai Jaminan Persalinan (JAMPERSAL) sampai Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) yang difokuskan pada jaminan kesehatan dan kecelakaan

kerja. Kedua kebijakan pemerintah tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu

untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia.

Jika sebelumnya pada Jaminan Persalianan (JAMPERSAL) yang

merupakan sub bagian dari Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) yang

berfokus pada pelaksanaan jaminan kesehatan saja, berbeda halnya dengan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Didalam Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) terdapat banyak sub jaminan, salah satunya adalah Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan yang juga melayani bantuan

3

Page 4: Dudu

jaminan persalinan bagi masyarakat Indonesia. Dalam Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial (BPJS) semua terdapat pada kelas yang sama berbeda dengan

sistem sebelumnya yang terdapat kelas-kelas yang membedakan antar peserta

jaminan kesehatan tersebut.

Di Indonesia masalah kelahiran atau persalinan menjadi masalah utama

bagi sebagian masyarakat yang berada pada taraf ekonomi bawah sehingga

banyak diantara masyarakat yang tidak dapat melahirkan dengan baik. Masalah

kelahiran banyak jenisnya seperti masalah penyakit turunan yang dibawa oleh ibu

mengandung, kurangnya menjaga kesehatan kandungan pada saat bayi masih

dalam kandungan, maslah pada saat persalinan sampai pada penyakit bawaan

bayi. Hal ini juga yang menyumbang kasus Angka Kematian Bayi (AKB) di

masyarakat sehingga pemerintah menghadirkan Badan Penyelenggara Jaminan

Sosial (BPJS) Kesehatan sebagai jawaban dari persoalan persalinan khususnya

untuk menekan Angka Kematian Bayi (AKB).

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana implementasi program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) kesehatan kaitannya dalam jaminan persalinan di kabupaten Jember?

1.3 Tujuan Penelitian

1.4 Manfaat Penelitian

4

Page 5: Dudu

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Publik

Friedrich (1963:79) kebijakan adalah suatu tindakan yang disarankan oleh

perorangan, kelompok, atau pemerintahan dal;am suatu lingkungan tertentu yang

berisikan hambatan dan kesempatan yang akan diatasi atau dimanfaatkan melalui

kebijakan yang disarankan dalam upaya mencapai suatu tujuan atau mewujudkan

suatu maksud.

Anderson (1994:5) kebijakan sebagai suatu rangkaian tindakan bertujuan yang

diikuti oleh seseorang atau sekelompok aktor yang berkenan dengan suatu

masalah atau suatu hal yang menarik perhatian.

Kata policy umumnya digunakan untuk menunjukkan pilihan terpenting yang

dibuat, baik dalam kehidupan organisasi maupun pribadi, policy adalah bebas dari

kebanyakan konotasi yang tak diinginkan yang berdekatan dengan kata politik

yang sering kali diartikan memihak atau korupsi (harold laswell, dalam parsons,

1995:16).

2.2 Implementasi

2.3 model-model implementasi

Model van meter dan van horn (1975), model ini mengibaratkan implementasi

kebijakan berjalan secara linear dari kebijakan public, implementor, dan kinerja

kebijakan public. Variable yang mempengaruhi kebijakan public adalah: aktivitas

implementasi dan komunikasi antar organisasi; karakteristik implementor/ agen

pelaksana; kondisi ekonomi, sosial, dan politik; disposisi pelaksana atau

implementor.

Model mazmanian dan Sabatier (1983), mengemukakan bahwa implementasi

merupakan upaya melaksanakan keputusan kebijakan. Kedua tokoh ini

mengklasifikasikan variabel kebijakan menjadi tiga: pertama, variabel independen

(mudah tidaknya masalah tersebut dikendalikan berkenaan dengan indicator

5

Page 6: Dudu

masalah teori dan teknis pelaksanaan, keragaman objek, dan perubahan yang

dikehendaki); kedua, variable intervening (variable kemampuan kebijakan untuk

menstrukturkan implementasi dengan indicator kejelasan dan konsistensi tujuan,

dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi sumberdana, dan sebagainya);

ketiga, variable dependen (membagi tahapan implementasi menjadi lima:

pemahaman dari implementor dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksana,

kepatuhan objek, hasil nyata, penerimaan hasil nyata, dan revisi kebijakan).

Model hogwood dan gun (1978), menganggap bahwa untuk melaksanakan

kebijakan diperlukan beberapa syarat: pertama, kondisi eksternal lembaga

pelaksana tidak menimbulkan masalah besar; kedua, tersedianya sumber daya

yang dibutuhkan; perpaduan sumber yang diperlukan benar ada; kebijakan yang

hendaj dijalankan didasari hubungan kausal yang andal; kelima, seberapa banyak

hubungan kausalitas yang terjadi; keenam, seberapa besar ketergantungannya;

ketujuh, pemahaman yang mendalam dan kesepakatan tentang tujuan; kedelapan,

tugas-tugas telah dirinci dan ditempatkan dalam urutan yang benar.

2.3 Angka Kematian Bayi (AKB)

2.4 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Kaitannya

Dengan Jaminan Persalinan

Sejarah Jaminan sosial pertama kali diperkenalkan oleh mantan Presiden

Abdurrahman Wahid pada sidang tahunan MPR RI tahun 2000 yang menyatakan

tentang Pengembangan Konsep SJSN. Pernyataan Presiden tersebut direalisasikan

melalui upaya penyusunan konsep tentang Undang-Undang Jaminan Sosial (UU

JS) oleh Kantor Menko Kesra (Kep. Menko Kesra dan Taskin No.

25KEP/MENKO/KESRA/VIII/2000, tanggal 3 Agustus 2000, tentang

Pembentukan Tim Penyempurnaan Sistem Jaminan Sosial Nasional).  Sejalan

dengan pernyataan Presiden, DPA RI melalui Pertimbangan DPA RI No.

30/DPA/2000, tanggal 11 Oktober 2000, menyatakan perlu segera dibentuk Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat

sejahtera. Sejalan dengan hal tersebut pada era kepresidenan megawati soekarno

6

Page 7: Dudu

putri disahkan undang-undang No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional (SJSN) pada 19 Oktober 2004. Munculnya UU SJSN ini juga dipicu

oleh UUD Tahun 1945 dan perubahannya Tahun 2002 dalam Pasal 5 ayat (1),

Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 34 ayat (1) dan ayat

(2) mengamanatkan untuk mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional.

Berikut visi dan misi dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS):

Visi BPJS Kesehatan : 

CAKUPAN SEMESTA 2019

Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki

jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan

dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang

diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.

Misi BPJS Kesehatan :

1. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong

partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan

Nasional (JKN).

2. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang

efektif, efisien dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang

optimal dengan fasilitas kesehatan.

3. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS

Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk

mendukung kesinambungan program.

4. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip

tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai

untuk mencapai kinerja unggul.

5. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan

evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh

operasionalisasi BPJS Kesehatan.

6. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi

untuk mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.

7

Page 8: Dudu

BAB 3. METODE PENELITIAN

Dalam pedoman penulisan karya tulis ilmiah universitas jember (2011:22)

metode penelitian merupakan aspek epistimologis yang penting dan dapat

dikemukakan dalam bab tersendiri. Pada metodolgi penelitian dapat diuraikan

tentang tempat dan waktu penelitian, populasi, sampel, dan informan, definisi

operasional, hipotesis dan uraian lain yang diperlukan. Berdasarkan pengertian

tersebut, metodologi penelitian merupakan hal yang dipersiapkan peneliti sebelum

melakukan penelitian untuk menentukan metode atau cara yang digunakan ketika

melakukan penelitian di lapangan. Dalam mencari kebenran atas suatu masalah

maka metode penelitian ini mutlak dibutuhkan. Metodologi penelitian merupakan

cara ilmiah untuk menjawab pertanyaan dan permasalahan penelitian.

Pada metodologi penelitian terdapat teknik-teknik yang akan digunakan

peneliti dalam melakukan penelitiannya dan hal-hal lain yang berkaitan erat

dengan pelaksanaan penelitian, diantaranya adalah:

1. Jenis penelitian;

2. Lokasi dan waktu penelitian;

3. Subjek dan penentuan informan penelitian;

4. Focus penelitian;

5. Data dan sumber data;

6. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

7. Teknik penyajian dan analisis data;

8. Alur penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan jenis

8

Page 9: Dudu

penelitian dengan tujuan melihat gambaran fenomena (partisipasi anak dalam

proses perumusan kebijakan) yang terjadi di dalam satu populasi tertentu

pada forum anak dalam musrenbang (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang telah dialami oleh subjek penelitian, misalnya,

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan memanfaatkan metode ilmiah (Moloeng, 2010). Penelitian

ini digunakan untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan atau

implementasi program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)

kesehatan dalam upaya penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) di

kabupaten jember.

3.2 Lokasi dan waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di dinas kesehatan kabupaten Jember.

3.2.2 Waktu Penelitian

1 Oktober 2015 sampai dengan 1 Desember 2015.

3.3 Subjek dan Penentuan Informan Penelitian

3.3.1 Subjek Penelitian

Menurut Spradley (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008) subjek

penelitian merupakan sumber informasi. Secara lebih tegas mereka adalah

orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan

kondisi latar penelitian (Moloeng dalam Basrowi dan Suwandi, 2008). Subjek

penelitian ini adalah ibu dan bayi di kabupaten Jember yang mengikuti Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan dalam persalianan atau

kelahirannya. Jumlah subjek dalam penelitian ini tidak ditentukan jumlahnya,

mengikuti kebutuhan kelengkapan data.

9

Page 10: Dudu

3.3.2 Penentuan Informan Penelitian

Informan adalah orang dalam latar penelitian. Fungsinya sebagai

orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan

kondisi latar penelitian (Basrowi dan Suwandi, 2008). Informan penelitian ini

meliputi beberapa macam antara lain (Suyanto, 2005):

a. Infroman kunci (key infroman) adalah mereka yang mengetahui dan

memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian,

b. Informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi

sosial yang diteliti,

c. Informan tambahan adalah mereka yang dapat memberikan informasi

walaupun tidak secara langsung terlibat didalamnya.

Penentuan sampel atau informan dalam penelitian kualitatif berfungsi

untuk mendapatkan informasi yang maksimum (Sugiyono, 2010). Penetuan

informan dalam penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling, yaitu

dimulai dengan kelompok kecil yang diminta untuk menunjuk kelompok lain

dan seperti itu seterusnya, sehingga kelompok tersebut bertambah besar

seperti bola salju yang semakin besar apabila meluncur dari bukit (Bungin,

2011). Penentuan informan diawali dengan menentukan seseorang atau

beberapa informan terlebih dahulu baik secara kebetulan maupun melalui cara

lain, kemudian peneliti dapat meminta sejumlah informan lain yang terkait

dengan permasalahan yang akan diteliti. Melalui informan tersebut, peneliti

dapat menentukan lebih banyak lagi informan lainnya (Suyanto, 2005).

Jumlah informan dalam penelitian ini akan didasarkan pada kejenuhan

data dan informasi yang didapat. Informasi dianggap jenuh apabila data dan

informasi yang diperoleh dianggap cukup, namun jika pada saat review dan

analisis hasil penelitian data dianggap kurang, maka peneliti dapat kembali ke

lapangan (Bungin, 2011)

10

Page 11: Dudu

3.4 Fokus Penelitian

Fokus penelitian pada penelitian “Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) Kesehatan Sebagai Implementasi Kebijakan Penurunan Angka

Kematian Bayi (AKB) Di Jember”, dapat diuraikan menggunakan tabel

berikut :

Tabel 3.1 Fokus Penelitian dan Pengertian

No. Fokus Penelitian Pengertian

1. BPJS Kesehatan Program pemerintah dalam bentuk jaminan

sosial dalam bidang kesehatan dan keselamatan.

2. Implementasi Pelaksanaan kebijakan yang telah dirumuskan

sebelumnya.

3. AKB Angka kematian bayi yang menggambarkan

tinggi rendahnya kesehatan atau angka harapan

hidup bayi.

3.5 Data dan Sumber Data

3.5.1 Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber oleh peneliti pada saat

penelitian berlangsung. Data primer dan sekunder dalam penelitian ini

diperoleh dari internet dan petunjuk dari informan.

3.5.2 Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan

tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain

11

Page 12: Dudu

(Moelong, 2010). Sumber data yang dikumpulkan peneliti adalah sumber data

primer merupakan materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh

peneliti pada saat penelitian berlangsung (Chandra, 2008). Data primer dalam

penelitian ini diperoleh secara langsung pada sumber data (informan), yaitu

informan utama, informan kunci, dan informan tambahan. Data tersebut

diperoleh dengan cara pengematan dan wawancara mendalam.

3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti meliputi:

a. Wawancara mendalam (indepth interview).

Wawancara mendalam dalam penelitian ini dilakukan kepada informan

utama dengan cara Wawancara yang dilakukan secara tidak terstruktur,

yaitu peneliti mewawancarai informan tidak sepenuhnya menggunakan

panduan wawancara yang telah disusun secara sistematis. Panduan

wawancara hanya garis besar dari pertanyaan yang akan ditanyakan.

b. Observasi

Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan

pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau

mengamati individu atau kelompok secara langsung. Metode ini digunakan

untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar

peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang

diteliti (Basrowi dan Suwandi, 2008). Observasi merupakan suatu prosedur

yang berencana yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan

mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada

hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Teknik

observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi partisipatif dengan

partisipasi pasif (passive participation), yaitu peneliti datang di tempat

kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan

tersebut. Dalam pengamatan ini peneliti menggunakan bentuk observasi

non partisipan dimana peneliti tidak mengamati tingkah laku subjek dan

12

Page 13: Dudu

tidak ikut aktif dalam kegiatan subjek, karena peneliti hanya sebagai

pengamat.

c. Triangulasi

Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data

yang telah ada. Apabila peneliti melakukan pengumpulan data dengan

triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus

menguji kredibilitas data dengan teknik pengumpulan data dan berbagai

sumber data (Sugiyono, 2010). Triangulasi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi

sumber dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada

berbagai macam informan. Triangulasi sumber dalam penelitian ini

dilakukan melalui wawancara mendalam kepada informan utama.

d. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan metode yang dilakukan untuk meningkatkan

ketepatan pengamatan. Dokumentasi ini dilakukan untuk merekam

pembicaraan dan juga dapat mereka suatu perbuatan yang dilakukan oleh

informan pada saat wawancara (Nazir, 2003). Dokumentasi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah berupa hasil wawancara, foto

informan, dan data dari dinas kesehatan.

3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen atau alat peleitian dalam penelitian ini adalah peneliti itu

sendiri. Peneliti sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan fokus

penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menilai kualitas data,

menafsirkan data, dan membuat kesimpulan. Peneliti menggali sedalam dan

sebanyak mungkin untuk mendapatkan informasi dari permasalahan yang

diteliti.

3.7 Teknik Penyajian dan Analisis Data

3.7.1 Teknik Penyajian Data

13

Page 14: Dudu

Penyajian data dilakukan dalam bentuk bahasa yang tidak formal,

dalam susunan kalimat sehari-hari dan pilihan kata atau konsep asli informan,

cukup rinci tanpa adanya interpretasi dan evaluasi dari peneliti. Kemudian

berdasarkan cerita dengan bahasa dan ungkapan asli responden atau informan

tersebut mulai dikemukakan temuan peneliti yang nanti akan didiskusikan

atau dijelaskan dengan perspektif atau teori-teori yang telah dipilih seperti

yang telah dikemukakan sebelumnya (Hamidi, 2004). Data dalam penelitian

ini disajikan dalam bentuk narasi dari percakapan yang dilakukan pada saat

wawancara mendalam.

3.7.2 Teknik Analisis Data

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang

tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah

dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi,

gambar, foto, dan sebagainya. Setelah dipelajari, dibaca, dan ditelaah,

langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan

melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang

inti, proses, dan pernyataan pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap

berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah penyusunan dalam satuan-

satuan yang kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya, yaitu

koding. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan

keabsahan data (Moleong, 2010)

Teknik keabsahan data dalam dalam penelitian ini adalah uji

kredibilitas (Validitas internal) dan reabilitas. Uji kredibilitas dilakukan

dengan perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, dan

menggunakan bahan referensi. Uji reabilitas dalam penelitian ini dilakukan

dengan mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian

oleh auditor atau pembimbing. Peneliti juga dapat membandingkan hasil

penelitian dengan data yang berasal dari sumber pustaka yang relevan untuk

mendapatkan data yang sesuai.

14

Page 15: Dudu

Pengumpulan Data Awal

Perumusan Masalah dan Tujuan

Penentuan sasaran dan Informan Penelitian

Penyusuan Instrumen Penelitian

Pengumpulan Data:WawancaraObservasi

TriangulasiDokumentasi

Pengolahan Data

Analisi dan Penyajian Data

Kesimpulan dan Saran

3.8 Alur Penelitian

Alur penelitian dalam penelitian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial

(BPJS) Kesehatan Sebagai Implementasi Kebijakan Penurunan

Angka Kematian Bayi (AKB) Di Jember dapat dilihat dalam bagan

sebagai berikut.

Gambar 3.1 Alur Penelitian

15

Page 16: Dudu

DAFTAR BACAAN

Abidin, Said Zainal. 2012. Kebijakan Publik. Jakarta: Salemba Humanika

Nugroho, Riant. 2012. Public Policy. Edisi keempat. Jakarta: PT Elex

Media Komputindo

Nugroho, Riant. 2009. Public Policy. Edisi ketiga. Jakarta: PT Elex Media

Komputindo

Setyodarmodjo, Soenarko. 2000. Public Policy (Pengertian Pokok Untuk

Memahami Dan Analisa Kebijaksanaan Pemerintah). Cetakan Kedua. Surabaya:

Airlangga University Pers

Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori Dan Praktik.

Jakarta: PT Bumi Aksara

Universitas Jember. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Cetakan

Keempat. Jember: Badan Penerbit Universitas Jember

Basrowi Dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta:

Rineka Cipta

Hamdi,Muchlis. 2014. Kebijakanpublik:Proses,Analisis, Dan Partisipasi.

Bogor:Ghalia Indonesia.

Fredrich,Carl J.1963.Man And His Government. New York:McGraw-Hill.

Anderson, James E. 1994. Public Policy Making: An Introduction . 7th Edition.

Boston :Wadsworth.

Produk Hukum:

Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 2 Tahun 2015

16

Page 17: Dudu

Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 4 Tahun 2014

Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 Tahun 2015

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 107 Tahun 2013

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 2013

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2013

Website:

http://bps.go.id

17