dudu
DESCRIPTION
tgeryTRANSCRIPT
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kebijakan publik yang berangkat dari masalah publik disebuah wilayah
harus diturunkan menjadi program agar dapat sederhana dan siap untuk segera di
implementasikan. Masalah publik mempunyai sifat yang sangat kompleks karena
menyangkut hajat hidup orang banyak. Masalah tersebut diantaranya pendidikan,
kesehatan, dan ekonomi. Ketiganya merupakan indikator tinggi atau rendahnya
IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Namun dari beberapa masalah publik
tersebut terdapat masalah yang sering menjadi sorotan dan dekat dengan
masyarakat yaitu masalah kesehatan. Kesehatan sebagai aspek pokok penyangga
kehidupan masyarakat terdapat bagian yang kompleks dan luas untuk dibahas.
Seperti masalah sanitasi (kesehata lingkungan), penyakit endemik, kesehatan
manula, bayi, serta ibu mengandung dan menyusui. Peningkatan kesehatan juga
menjadi agenda internasional yang di instruksikan kepada seluruh negara untuk
menerapkannya. Agenda internasional oleh Millennium Development Goals
(MDGs) yang diterjemahkan kedalam 8 (delapan) target program sebagai berikut:
a. Menanggulangi kemiskinan dan kelaparan;
b. Mencapai pendidikan dasar untuk semua;
c. Mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan;
d. Menurunkan angka kematian bayi;
e. Meningkatkan kesehatan ibu;
f. Memerangi HIV dan AIDS, malaria, serta penyakit menular
lainnya;
g. Memastikan kelestarian lingkungan hidup;
h. Mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan.
Dari misi internasional tersebut Indonesia mulai berbenah untuk menata
kesehatan masyarakatnya. Dari data statistik menunjukkan bahwa Angka
Kematian Bayi (AKB) di kabupaten dan kota di Jawa Timur masih tinggi.
1
Tingginya Angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Timur dapat dilihat dari tabel
dibawah ini.
Tabel 1.1 angka kematian bayi di Jawa Timur menurut kabupaten/kota, 2009-
2013
Kabupaten/kota
AKB2009 2010 2011 2012 2013
Kabupaten1 Pacitan 24,57 23,54 22,93 22,63 21,812 Ponorogo 30,72 28,97 27,32 27.,03 25,333 Trenggalek 23,79 22,55 21,85 21,41 20,444 Tulungagung 24,13 23,07 22,27 22,02 21,095 Blitar 26,99 24,60 23,71 23,71 22,076 Kediri 31,15 29,86 29,07 27,79 26,757 Malang 33,46 32,10 30,75 30,46 29,108 Lumajang 41,34 39,67 38,55 37,89 36,499 Jember 59,13 57,74 56,45 56,33 54,9910 Banyuwangi 40,60 38,29 35,04 34,81 32,0311 Bondowoso 58,71 56,62 54,35 53,93 51,7512 Situbondo 57,74 56,45 54,60 54,94 53,3713 Probolinggo 67,89 65,45 64,19 63,51 61,6614 Pasuruan 55,36 53,34 51,62 51,07 49,2015 Sidoarjo 28,18 25,43 23,88 24,27 22,1116 Mojokerto 29,27 27,89 25,57 25,54 23,6917 Jombang 28,81 28,05 27,03 27,56 26,4318 Nganjuk 33,59 32,27 31,45 31,12 30,6319 Madiun 33,16 32,07 31,35 31,18 30,1620 Magetan 24,90 23,88 23,21 22,85 22,0921 Ngawi 30,85 29,10 27,46 27,06 37,2622 Bojonegoro 40,26 39,41 38,89 38,67 37,2323 Tuban 38,22 36,96 34,84 34,41 33,1824 Lamongan 36,62 34,58 34,02 33,72 32,5425 Gresik 25,40 24,29 23,46 23,27 22,2026 Bangkalan 56,91 55,69 54,22 54,56 53,4327 Sampang 62,59 58,92 55,11 54,48 54,0928 Pamekasan 56,24 53,72 51,66 50,69 49,8129 Sumenep 50,95 49,85 48,47 48,42 47,32Kota30 Kediri 28,61 27,29 25,10 24,85 23,7631 Blitar 22,27 20,94 20,02 19,50 18,4332 Malang 29,30 27,85 25,26 24,74 23,7833 Probolinggo 30,16 28,35 25,60 25,12 24,23
2
34 Pasuruan 42,42 41,97 41,31 39,45 38,6235 Mojokerto 23,74 22,80 22,21 21,88 20,4436 Madiun 25,21 24,27 23,43 23,24 22,6537 Surabaya 27,13 24,32 23,35 23,18 22,3438 Batu 32,17 30,52 29,27 28,87 27,76JawaTimur 31,41 29,99 29,24 28,31 27,23
Dari tabel diatas kondisi Angka Kematian Bayi (AKB) di kabupaten
Jember menduduki posisi ke dua paling tinggi setelah Probolinggo di wilayah
tapal kuda. Selain itu jika dibandingkan dengan rata-rata Angka Kematian Bayi
(AKB) di Jawa Timur, Jember termasuk masih sangat tinggi karena rata-rata
Angka Kematian Bayi (AKB) di Jawa Timur pada 2013 adalah 27,23 pada 2012
28,31 pada 2011 29,24 pada tahun 2010 29,99 dan pada 2009 mencapai angka
31,41. Sedangkan di kabupaten Jember walaupun angka dari tahun ketahun terus
menurun namun Angka Kematian Bayi (AKB) di Jember masih tinggi yaitu pada
2009 59,13 diikuti penurunan menjadi 57,74 di tahun 2010, di tahun 2011 56,45
kemudian penurunan yang sangat kecil pada 2012 menjadi 56,33 dan data terakir
pada 2013 sampai pada angka 54,99. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagaimana
implementasi kebijakan penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) yang
dilaksanakan oleh kabupaten Jember. Bentuk kebijakan pemerintah dalam
menaggulangi besarnya Angka Kematian Bayi (AKB) sendiri banyak jenisnya
dari mulai Jaminan Persalinan (JAMPERSAL) sampai Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) yang difokuskan pada jaminan kesehatan dan kecelakaan
kerja. Kedua kebijakan pemerintah tersebut mempunyai tujuan yang sama yaitu
untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat Indonesia.
Jika sebelumnya pada Jaminan Persalianan (JAMPERSAL) yang
merupakan sub bagian dari Jaminan Kesehatan Masyarakat (JAMKESMAS) yang
berfokus pada pelaksanaan jaminan kesehatan saja, berbeda halnya dengan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Didalam Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) terdapat banyak sub jaminan, salah satunya adalah Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan yang juga melayani bantuan
3
jaminan persalinan bagi masyarakat Indonesia. Dalam Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) semua terdapat pada kelas yang sama berbeda dengan
sistem sebelumnya yang terdapat kelas-kelas yang membedakan antar peserta
jaminan kesehatan tersebut.
Di Indonesia masalah kelahiran atau persalinan menjadi masalah utama
bagi sebagian masyarakat yang berada pada taraf ekonomi bawah sehingga
banyak diantara masyarakat yang tidak dapat melahirkan dengan baik. Masalah
kelahiran banyak jenisnya seperti masalah penyakit turunan yang dibawa oleh ibu
mengandung, kurangnya menjaga kesehatan kandungan pada saat bayi masih
dalam kandungan, maslah pada saat persalinan sampai pada penyakit bawaan
bayi. Hal ini juga yang menyumbang kasus Angka Kematian Bayi (AKB) di
masyarakat sehingga pemerintah menghadirkan Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial (BPJS) Kesehatan sebagai jawaban dari persoalan persalinan khususnya
untuk menekan Angka Kematian Bayi (AKB).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana implementasi program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) kesehatan kaitannya dalam jaminan persalinan di kabupaten Jember?
1.3 Tujuan Penelitian
1.4 Manfaat Penelitian
4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebijakan Publik
Friedrich (1963:79) kebijakan adalah suatu tindakan yang disarankan oleh
perorangan, kelompok, atau pemerintahan dal;am suatu lingkungan tertentu yang
berisikan hambatan dan kesempatan yang akan diatasi atau dimanfaatkan melalui
kebijakan yang disarankan dalam upaya mencapai suatu tujuan atau mewujudkan
suatu maksud.
Anderson (1994:5) kebijakan sebagai suatu rangkaian tindakan bertujuan yang
diikuti oleh seseorang atau sekelompok aktor yang berkenan dengan suatu
masalah atau suatu hal yang menarik perhatian.
Kata policy umumnya digunakan untuk menunjukkan pilihan terpenting yang
dibuat, baik dalam kehidupan organisasi maupun pribadi, policy adalah bebas dari
kebanyakan konotasi yang tak diinginkan yang berdekatan dengan kata politik
yang sering kali diartikan memihak atau korupsi (harold laswell, dalam parsons,
1995:16).
2.2 Implementasi
2.3 model-model implementasi
Model van meter dan van horn (1975), model ini mengibaratkan implementasi
kebijakan berjalan secara linear dari kebijakan public, implementor, dan kinerja
kebijakan public. Variable yang mempengaruhi kebijakan public adalah: aktivitas
implementasi dan komunikasi antar organisasi; karakteristik implementor/ agen
pelaksana; kondisi ekonomi, sosial, dan politik; disposisi pelaksana atau
implementor.
Model mazmanian dan Sabatier (1983), mengemukakan bahwa implementasi
merupakan upaya melaksanakan keputusan kebijakan. Kedua tokoh ini
mengklasifikasikan variabel kebijakan menjadi tiga: pertama, variabel independen
(mudah tidaknya masalah tersebut dikendalikan berkenaan dengan indicator
5
masalah teori dan teknis pelaksanaan, keragaman objek, dan perubahan yang
dikehendaki); kedua, variable intervening (variable kemampuan kebijakan untuk
menstrukturkan implementasi dengan indicator kejelasan dan konsistensi tujuan,
dipergunakannya teori kausal, ketepatan alokasi sumberdana, dan sebagainya);
ketiga, variable dependen (membagi tahapan implementasi menjadi lima:
pemahaman dari implementor dalam bentuk disusunnya kebijakan pelaksana,
kepatuhan objek, hasil nyata, penerimaan hasil nyata, dan revisi kebijakan).
Model hogwood dan gun (1978), menganggap bahwa untuk melaksanakan
kebijakan diperlukan beberapa syarat: pertama, kondisi eksternal lembaga
pelaksana tidak menimbulkan masalah besar; kedua, tersedianya sumber daya
yang dibutuhkan; perpaduan sumber yang diperlukan benar ada; kebijakan yang
hendaj dijalankan didasari hubungan kausal yang andal; kelima, seberapa banyak
hubungan kausalitas yang terjadi; keenam, seberapa besar ketergantungannya;
ketujuh, pemahaman yang mendalam dan kesepakatan tentang tujuan; kedelapan,
tugas-tugas telah dirinci dan ditempatkan dalam urutan yang benar.
2.3 Angka Kematian Bayi (AKB)
2.4 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan Kaitannya
Dengan Jaminan Persalinan
Sejarah Jaminan sosial pertama kali diperkenalkan oleh mantan Presiden
Abdurrahman Wahid pada sidang tahunan MPR RI tahun 2000 yang menyatakan
tentang Pengembangan Konsep SJSN. Pernyataan Presiden tersebut direalisasikan
melalui upaya penyusunan konsep tentang Undang-Undang Jaminan Sosial (UU
JS) oleh Kantor Menko Kesra (Kep. Menko Kesra dan Taskin No.
25KEP/MENKO/KESRA/VIII/2000, tanggal 3 Agustus 2000, tentang
Pembentukan Tim Penyempurnaan Sistem Jaminan Sosial Nasional). Sejalan
dengan pernyataan Presiden, DPA RI melalui Pertimbangan DPA RI No.
30/DPA/2000, tanggal 11 Oktober 2000, menyatakan perlu segera dibentuk Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat
sejahtera. Sejalan dengan hal tersebut pada era kepresidenan megawati soekarno
6
putri disahkan undang-undang No. 40/2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) pada 19 Oktober 2004. Munculnya UU SJSN ini juga dipicu
oleh UUD Tahun 1945 dan perubahannya Tahun 2002 dalam Pasal 5 ayat (1),
Pasal 20, Pasal 28H ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), serta Pasal 34 ayat (1) dan ayat
(2) mengamanatkan untuk mengembangkan Sistem Jaminan Sosial Nasional.
Berikut visi dan misi dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS):
Visi BPJS Kesehatan :
CAKUPAN SEMESTA 2019
Paling lambat 1 Januari 2019, seluruh penduduk Indonesia memiliki
jaminan kesehatan nasional untuk memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan
dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatannya yang
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang handal, unggul dan terpercaya.
Misi BPJS Kesehatan :
1. Membangun kemitraan strategis dengan berbagai lembaga dan mendorong
partisipasi masyarakat dalam perluasan kepesertaan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN).
2. Menjalankan dan memantapkan sistem jaminan pelayanan kesehatan yang
efektif, efisien dan bermutu kepada peserta melalui kemitraan yang
optimal dengan fasilitas kesehatan.
3. Mengoptimalkan pengelolaan dana program jaminan sosial dan dana BPJS
Kesehatan secara efektif, efisien, transparan dan akuntabel untuk
mendukung kesinambungan program.
4. Membangun BPJS Kesehatan yang efektif berlandaskan prinsip-prinsip
tata kelola organisasi yang baik dan meningkatkan kompetensi pegawai
untuk mencapai kinerja unggul.
5. Mengimplementasikan dan mengembangkan sistem perencanaan dan
evaluasi, kajian, manajemen mutu dan manajemen risiko atas seluruh
operasionalisasi BPJS Kesehatan.
6. Mengembangkan dan memantapkan teknologi informasi dan komunikasi
untuk mendukung operasionalisasi BPJS Kesehatan.
7
BAB 3. METODE PENELITIAN
Dalam pedoman penulisan karya tulis ilmiah universitas jember (2011:22)
metode penelitian merupakan aspek epistimologis yang penting dan dapat
dikemukakan dalam bab tersendiri. Pada metodolgi penelitian dapat diuraikan
tentang tempat dan waktu penelitian, populasi, sampel, dan informan, definisi
operasional, hipotesis dan uraian lain yang diperlukan. Berdasarkan pengertian
tersebut, metodologi penelitian merupakan hal yang dipersiapkan peneliti sebelum
melakukan penelitian untuk menentukan metode atau cara yang digunakan ketika
melakukan penelitian di lapangan. Dalam mencari kebenran atas suatu masalah
maka metode penelitian ini mutlak dibutuhkan. Metodologi penelitian merupakan
cara ilmiah untuk menjawab pertanyaan dan permasalahan penelitian.
Pada metodologi penelitian terdapat teknik-teknik yang akan digunakan
peneliti dalam melakukan penelitiannya dan hal-hal lain yang berkaitan erat
dengan pelaksanaan penelitian, diantaranya adalah:
1. Jenis penelitian;
2. Lokasi dan waktu penelitian;
3. Subjek dan penentuan informan penelitian;
4. Focus penelitian;
5. Data dan sumber data;
6. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
7. Teknik penyajian dan analisis data;
8. Alur penelitian.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan jenis
8
penelitian dengan tujuan melihat gambaran fenomena (partisipasi anak dalam
proses perumusan kebijakan) yang terjadi di dalam satu populasi tertentu
pada forum anak dalam musrenbang (Notoatmodjo, 2010).
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang telah dialami oleh subjek penelitian, misalnya,
perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus
yang alamiah dan memanfaatkan metode ilmiah (Moloeng, 2010). Penelitian
ini digunakan untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan atau
implementasi program Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)
kesehatan dalam upaya penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) di
kabupaten jember.
3.2 Lokasi dan waktu Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di dinas kesehatan kabupaten Jember.
3.2.2 Waktu Penelitian
1 Oktober 2015 sampai dengan 1 Desember 2015.
3.3 Subjek dan Penentuan Informan Penelitian
3.3.1 Subjek Penelitian
Menurut Spradley (dalam Basrowi dan Suwandi, 2008) subjek
penelitian merupakan sumber informasi. Secara lebih tegas mereka adalah
orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan
kondisi latar penelitian (Moloeng dalam Basrowi dan Suwandi, 2008). Subjek
penelitian ini adalah ibu dan bayi di kabupaten Jember yang mengikuti Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan dalam persalianan atau
kelahirannya. Jumlah subjek dalam penelitian ini tidak ditentukan jumlahnya,
mengikuti kebutuhan kelengkapan data.
9
3.3.2 Penentuan Informan Penelitian
Informan adalah orang dalam latar penelitian. Fungsinya sebagai
orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan
kondisi latar penelitian (Basrowi dan Suwandi, 2008). Informan penelitian ini
meliputi beberapa macam antara lain (Suyanto, 2005):
a. Infroman kunci (key infroman) adalah mereka yang mengetahui dan
memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian,
b. Informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi
sosial yang diteliti,
c. Informan tambahan adalah mereka yang dapat memberikan informasi
walaupun tidak secara langsung terlibat didalamnya.
Penentuan sampel atau informan dalam penelitian kualitatif berfungsi
untuk mendapatkan informasi yang maksimum (Sugiyono, 2010). Penetuan
informan dalam penelitian ini menggunakan teknik snowball sampling, yaitu
dimulai dengan kelompok kecil yang diminta untuk menunjuk kelompok lain
dan seperti itu seterusnya, sehingga kelompok tersebut bertambah besar
seperti bola salju yang semakin besar apabila meluncur dari bukit (Bungin,
2011). Penentuan informan diawali dengan menentukan seseorang atau
beberapa informan terlebih dahulu baik secara kebetulan maupun melalui cara
lain, kemudian peneliti dapat meminta sejumlah informan lain yang terkait
dengan permasalahan yang akan diteliti. Melalui informan tersebut, peneliti
dapat menentukan lebih banyak lagi informan lainnya (Suyanto, 2005).
Jumlah informan dalam penelitian ini akan didasarkan pada kejenuhan
data dan informasi yang didapat. Informasi dianggap jenuh apabila data dan
informasi yang diperoleh dianggap cukup, namun jika pada saat review dan
analisis hasil penelitian data dianggap kurang, maka peneliti dapat kembali ke
lapangan (Bungin, 2011)
10
3.4 Fokus Penelitian
Fokus penelitian pada penelitian “Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan Sebagai Implementasi Kebijakan Penurunan Angka
Kematian Bayi (AKB) Di Jember”, dapat diuraikan menggunakan tabel
berikut :
Tabel 3.1 Fokus Penelitian dan Pengertian
No. Fokus Penelitian Pengertian
1. BPJS Kesehatan Program pemerintah dalam bentuk jaminan
sosial dalam bidang kesehatan dan keselamatan.
2. Implementasi Pelaksanaan kebijakan yang telah dirumuskan
sebelumnya.
3. AKB Angka kematian bayi yang menggambarkan
tinggi rendahnya kesehatan atau angka harapan
hidup bayi.
3.5 Data dan Sumber Data
3.5.1 Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder yang dikumpulkan dari berbagai sumber oleh peneliti pada saat
penelitian berlangsung. Data primer dan sekunder dalam penelitian ini
diperoleh dari internet dan petunjuk dari informan.
3.5.2 Sumber Data
Sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata, dan
tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain
11
(Moelong, 2010). Sumber data yang dikumpulkan peneliti adalah sumber data
primer merupakan materi atau kumpulan fakta yang dikumpulkan sendiri oleh
peneliti pada saat penelitian berlangsung (Chandra, 2008). Data primer dalam
penelitian ini diperoleh secara langsung pada sumber data (informan), yaitu
informan utama, informan kunci, dan informan tambahan. Data tersebut
diperoleh dengan cara pengematan dan wawancara mendalam.
3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti meliputi:
a. Wawancara mendalam (indepth interview).
Wawancara mendalam dalam penelitian ini dilakukan kepada informan
utama dengan cara Wawancara yang dilakukan secara tidak terstruktur,
yaitu peneliti mewawancarai informan tidak sepenuhnya menggunakan
panduan wawancara yang telah disusun secara sistematis. Panduan
wawancara hanya garis besar dari pertanyaan yang akan ditanyakan.
b. Observasi
Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan
pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat atau
mengamati individu atau kelompok secara langsung. Metode ini digunakan
untuk melihat dan mengamati secara langsung keadaan di lapangan agar
peneliti memperoleh gambaran yang lebih luas tentang permasalahan yang
diteliti (Basrowi dan Suwandi, 2008). Observasi merupakan suatu prosedur
yang berencana yang antara lain meliputi melihat, mendengar, dan
mencatat sejumlah dan taraf aktivitas tertentu atau situasi tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti (Notoatmodjo, 2010). Teknik
observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi partisipatif dengan
partisipasi pasif (passive participation), yaitu peneliti datang di tempat
kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan
tersebut. Dalam pengamatan ini peneliti menggunakan bentuk observasi
non partisipan dimana peneliti tidak mengamati tingkah laku subjek dan
12
tidak ikut aktif dalam kegiatan subjek, karena peneliti hanya sebagai
pengamat.
c. Triangulasi
Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data
yang telah ada. Apabila peneliti melakukan pengumpulan data dengan
triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus
menguji kredibilitas data dengan teknik pengumpulan data dan berbagai
sumber data (Sugiyono, 2010). Triangulasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Triangulasi
sumber dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam kepada
berbagai macam informan. Triangulasi sumber dalam penelitian ini
dilakukan melalui wawancara mendalam kepada informan utama.
d. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode yang dilakukan untuk meningkatkan
ketepatan pengamatan. Dokumentasi ini dilakukan untuk merekam
pembicaraan dan juga dapat mereka suatu perbuatan yang dilakukan oleh
informan pada saat wawancara (Nazir, 2003). Dokumentasi yang
digunakan dalam penelitian ini adalah berupa hasil wawancara, foto
informan, dan data dari dinas kesehatan.
3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen atau alat peleitian dalam penelitian ini adalah peneliti itu
sendiri. Peneliti sebagai human instrumen, berfungsi menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, menilai kualitas data,
menafsirkan data, dan membuat kesimpulan. Peneliti menggali sedalam dan
sebanyak mungkin untuk mendapatkan informasi dari permasalahan yang
diteliti.
3.7 Teknik Penyajian dan Analisis Data
3.7.1 Teknik Penyajian Data
13
Penyajian data dilakukan dalam bentuk bahasa yang tidak formal,
dalam susunan kalimat sehari-hari dan pilihan kata atau konsep asli informan,
cukup rinci tanpa adanya interpretasi dan evaluasi dari peneliti. Kemudian
berdasarkan cerita dengan bahasa dan ungkapan asli responden atau informan
tersebut mulai dikemukakan temuan peneliti yang nanti akan didiskusikan
atau dijelaskan dengan perspektif atau teori-teori yang telah dipilih seperti
yang telah dikemukakan sebelumnya (Hamidi, 2004). Data dalam penelitian
ini disajikan dalam bentuk narasi dari percakapan yang dilakukan pada saat
wawancara mendalam.
3.7.2 Teknik Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang
tersedia dari berbagai sumber, yaitu wawancara, pengamatan yang sudah
dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi,
gambar, foto, dan sebagainya. Setelah dipelajari, dibaca, dan ditelaah,
langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan
melakukan abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang
inti, proses, dan pernyataan pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap
berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah penyusunan dalam satuan-
satuan yang kemudian dikategorisasikan pada langkah berikutnya, yaitu
koding. Tahap akhir dari analisis data ini adalah mengadakan pemeriksaan
keabsahan data (Moleong, 2010)
Teknik keabsahan data dalam dalam penelitian ini adalah uji
kredibilitas (Validitas internal) dan reabilitas. Uji kredibilitas dilakukan
dengan perpanjangan pengamatan, meningkatkan ketekunan, triangulasi, dan
menggunakan bahan referensi. Uji reabilitas dalam penelitian ini dilakukan
dengan mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian
oleh auditor atau pembimbing. Peneliti juga dapat membandingkan hasil
penelitian dengan data yang berasal dari sumber pustaka yang relevan untuk
mendapatkan data yang sesuai.
14
Pengumpulan Data Awal
Perumusan Masalah dan Tujuan
Penentuan sasaran dan Informan Penelitian
Penyusuan Instrumen Penelitian
Pengumpulan Data:WawancaraObservasi
TriangulasiDokumentasi
Pengolahan Data
Analisi dan Penyajian Data
Kesimpulan dan Saran
3.8 Alur Penelitian
Alur penelitian dalam penelitian Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS) Kesehatan Sebagai Implementasi Kebijakan Penurunan
Angka Kematian Bayi (AKB) Di Jember dapat dilihat dalam bagan
sebagai berikut.
Gambar 3.1 Alur Penelitian
15
DAFTAR BACAAN
Abidin, Said Zainal. 2012. Kebijakan Publik. Jakarta: Salemba Humanika
Nugroho, Riant. 2012. Public Policy. Edisi keempat. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo
Nugroho, Riant. 2009. Public Policy. Edisi ketiga. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
Setyodarmodjo, Soenarko. 2000. Public Policy (Pengertian Pokok Untuk
Memahami Dan Analisa Kebijaksanaan Pemerintah). Cetakan Kedua. Surabaya:
Airlangga University Pers
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya
Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif Teori Dan Praktik.
Jakarta: PT Bumi Aksara
Universitas Jember. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Cetakan
Keempat. Jember: Badan Penerbit Universitas Jember
Basrowi Dan Suwandi. 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta:
Rineka Cipta
Hamdi,Muchlis. 2014. Kebijakanpublik:Proses,Analisis, Dan Partisipasi.
Bogor:Ghalia Indonesia.
Fredrich,Carl J.1963.Man And His Government. New York:McGraw-Hill.
Anderson, James E. 1994. Public Policy Making: An Introduction . 7th Edition.
Boston :Wadsworth.
Produk Hukum:
Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 2 Tahun 2015
16
Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 4 Tahun 2014
Peraturan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan Nomor 1 Tahun 2015
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 107 Tahun 2013
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 108 Tahun 2013
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 109 Tahun 2013
Website:
http://bps.go.id
17