dsc-dan-dta

12
Differential Thermal Analysis (DTA) Differential Thermal Analysis merupakan suatu analisis termal yang bekerja sesuai dengan perubahan suhu. Yaitu dengan cara membandingkan suhu antara material referensi dan material sampel. Material referensi (referen inert) yang biasa digunakan yaitu alumina (Al2O3). Hal ini dikarenakan termogram alumina menunjukkan konstan sampai suhu 1000an derajat celcius, berarti alumina tidak mengalami perubahan sampai suhu tersebut. Sementara material sempel merupakan bahan yang akan diuji secara termal. Suhu sampel dan referen akan sama apabila tidak terjadi perubahan, namun pada saat terjadinya beberapa peristiwa termal seperti pelelehan, dekomposisi atau perubahan struktur kristal pada sampel, suhu dari sampel dapat berada di bawah (apabila perubahannya bersifat endotermik) ataupun diatas (apabila perubahan bersifat eksotermik) suhu referen . Berikut ini skema cara kerja DTA:

Upload: muhammad-adlan-rasyidi

Post on 11-Jul-2016

417 views

Category:

Documents


34 download

DESCRIPTION

spektrofotometer

TRANSCRIPT

Page 1: DSC-dan-DTA

Differential Thermal Analysis (DTA)

Differential Thermal Analysis merupakan suatu analisis termal yang bekerja sesuai dengan

perubahan suhu. Yaitu dengan cara membandingkan suhu antara material referensi dan

material sampel. Material referensi (referen inert) yang biasa digunakan yaitu alumina

(Al2O3).  Hal ini dikarenakan termogram alumina menunjukkan konstan sampai suhu 1000an

derajat celcius, berarti alumina tidak mengalami perubahan sampai suhu tersebut. Sementara

material sempel merupakan bahan yang akan diuji secara termal. Suhu sampel dan referen

akan sama apabila tidak terjadi perubahan, namun pada saat terjadinya beberapa peristiwa

termal seperti pelelehan, dekomposisi atau perubahan struktur kristal pada sampel, suhu dari

sampel dapat berada di bawah (apabila perubahannya bersifat endotermik) ataupun diatas

(apabila perubahan bersifat eksotermik) suhu referen .

Berikut ini skema cara kerja DTA:

Jadi, suhu antara sampel dan referen di monitor oleh termokopel, yang nantinya akan dicatat,

sehingga akan menghasilkan hubungan grafik antara perubahan suhu antara sampel dan

referen dengan suhu sampel. Grafik yang dihasilkan akan bervariasi, tergantung sampel apa

yang digunakan.

Page 2: DSC-dan-DTA

Selain DTA masih ada alat uji termal yang lain, seperti TGA (Thermogravimetrik), DSC

(Differential Scanning Calorimeter).

Penggunaan analisa termal pada ilmu keadaan padat sangat banyak dan bervariasi. Secara

umum DTA lebih bermanfaat dibandingkan TGA; TGA mendeteksi efek yang melibatkan

hanya perubahan massa saja. DTA juga dapat mendeteksi efek ini, namun juga dapat

mendeteksi efek lainnya seperti transisi polymorfik, yang  tidak melibatkan perubahan berat.

Untuk banyak permasalahan, sangat menguntungkan untuk menggunakan DTA dan TGA

karena peristiwa-peristiwa termal yang terdeteksi pada DTA dapat diklasifikasikan menjadi

beragam proses yang melibatkan berat ataupun yang tidak melibatkan berat.

Page 3: DSC-dan-DTA

Differential Scanning Calorimetry (DSC)

Differential Scanning Calorimeter (DSC) merupakan salah satu alat dari Thermal

Analyzer yang dapat digunakan untuk menentukan kapasitas panas dan entalpi dari suatu

bahan. Differential Scanning Calorimetry (DSC) adalah teknik analisa yang mengukur

perbedaan kalor yang masuk ke dalam sampel dan pembanding sebagai fungsi temperatur.

Differential Scanning Calorimeter (DSC) merupakan salah satu alat dari Thermal

Analyzer yang dapat digunakan untuk menentukan kapasitas panas dan entalpi dari suatu

bahan (Ginting et al., 2005)

Gambar alat DSC

Differential Scanning Calorimetry (DSC) secara luas digunakan untuk

mengkarakterisasi sifat thermophysical polimer. DSC dapat mengukur sifat termoplastik

penting termasuk titik leleh, kalor peleburan, persen kristalinitas dan suhu transisi gelas.

Kalorimetri pemindaian atau DSC Diferensial adalah teknik thermoanalytical di mana

perbedaan dalam jumlah panas yang dibutuhkan untuk meningkatkan suhu dari sampel dan

acuan yang diukur sebagai fungsi temperatur. Baik sampel dan acuan yang sangat

dipertahankan pada suhu yang sama pada hampir seluruh percobaan. Secara umum, program

suhu untuk analisis DSC dirancang seperti bahwa peningkatan suhu pemegang sampel linear

sebagai fungsi waktu. Sampel referensi harus memiliki kapasitas panas yang jelas atas

kisaran temperatur akan dipindai.

Page 4: DSC-dan-DTA

Prinsip dasar yang mendasari teknik ini adalah, bila sampel mengalami transformasi

fisik seperti transisi fase, lebih (atau kurang) panas harus mengalir ke referensi untuk

mempertahankan keduanya pada temperatur yang sama. Lebih atau kurang panas yang harus

mengalir ke sampel tergantung pada apakah proses ini eksotermik atau endotermik. Misalnya,

sebagai sampel padat meleleh, cairan itu akan memerlukan lebih banyak panas mengalir ke

sampel untuk meningkatkan suhu pada tingkat yang sama sebagai acuan. Hal ini disebabkan

penyerapan panas oleh sampel karena mengalami transisi fase endotermik dari padat menjadi

cair. Demikian juga, sampel ini mengalami proses eksotermik (seperti kristalisasi), panas

yang lebih sedikit diperlukan untuk menaikkan suhu sampel. Dengan mengamati perbedaan

aliran panas antara sampel dan referensi, diferensial scanning kalorimeter mampu mengukur

jumlah panas yang diserap atau dilepaskan selama transisi tersebut.

DSC juga dapat digunakan untuk mengamati perubahan fasa lebih halus, seperti

transisi kaca. DSC banyak digunakan dalam pengaturan industri sebagai instrumen

pengendalian kualitas karena penerapannya dalam mengevaluasi kemurnian sampel dan

untuk mempelajari pengobatan polimer. Hasil percobaan DSC adalah pemanasan atau

pendinginan kurva.Polimer sering dianggap sebagai material yang tidak mampu memberikan

performa yang baik pada termperatur tinggi. Namun, pada kenyataannya, terdapat beberapa

polimer yang cocok untuk penggunaan pada temperatur tinggi, bahkan lebih baik daripada

traditional materials.

Pada polimer, khususnya plastik, definisi temperatur tinggi adalah suhu diatas 135oC.

Pada temperatur tinggi, polimer tidak hanya melunak, tetapi juga dapat mengalami degradasi

termal. Sebuah plastik yang mengalami pelunakan pada temperatur tinggi tetapi mulai

mengalami degradasi termal pada suhu yang jauh lebih rendah hanya dapat digunakan pada

suhu di bawah suhu dia mulai mengalami degradasi. Menentukan temperatur aplikasi

membutuhkan pengetahuan mengenai perilaku degradasi termal dari polimer tersebut. Titik

Page 5: DSC-dan-DTA

pelunakan pada polimer sangatlah ditentukan oleh tipe polimer yang digunakan. Pada polimer

amorf, suhu yang penting adalah Tg (glass transition temperature). Sedangkan, pada polimer

kristalin dan semi-kristalin, suhu yang penting terletak pada Tm (melting point).

Menurut Nurjannah (2008), prinsip kerja analisis termal DSC didasarkan pada

perbedaan suhu antara sampel dan suatu pembanding yang diukur ketika sampel dan

pembanding dipanaskan dengan pemanasan yang beragam. Perbedaan suhu antara sampel

dan zat pembanding yang lembam (inert) akan teramati apabila terjadi perubahan dalam

sampel yang melibatkan panas seperti reaksi kimia, perubahan fase atau perubahan struktur.

Jika ΔH (-) maka suhu sampel akan lebih rendah daripada suhu pembanding, sedangkan jika

ΔH (+) maka suhu sampel akan lebih besar daripada suhu zat pembanding. Perubahan kalor

setara dengan perubahan entalpi pada tekanan konstan. Persamaannya :

Aliran panas antara sampel dan zat pembanding memiliki persamaan

Data yang diperoleh dari analisis DSC dapat digunakan untuk mempelajari kalor

reaksi, kinetika, kapasitas kalor, transisi fase, kestabilan termal, kemurnian, komposisi

sampel, titik kritis, dan diagram fase. Termogram hasil analisis DSC dari suatu bahan polimer

akan memberikan informasi titik transisi kaca (Tg), yaitu suhu pada saat polimer berubah dari

bersifat kaca menjadi seperti karet, titik kristalisasi (Tc), yaitu pada saat polimer berbentuk

kristal, titik leleh (Tm), yaitu saat polimer berwujud cairan, dan titik dekomposisi (Td), yaitu

saat polimer mulai rusak.

Page 6: DSC-dan-DTA

Gambar 1. memperlihatkan contoh termogram hasil analisis DSC(Nurjannah, 2008)

Page 7: DSC-dan-DTA

Gambar 2. Skema sebuah DSC. Segitiga adalah Penguat yang menentukan perbedaan dalam dua sinyal masukan. Kekuatan pemanas sampel disesuaikan untuk menjaga sampel dan referensi pada suhu yang sama selama pemindaian.

Page 8: DSC-dan-DTA

Menurut Klančnik et al. (2009) terdapat 3 tipe dasar dalam sistem DSC yaitu :

1. Heat – flux DSC

2. Power Competation DSC

3. Hyper DSC

Pada umumnya untuk analisis polimer digunakan 2 tipe dasar sistem DSC yaitu :

1. Heat - flux DSC

Pada Heat – Flux DSC, sampel dan pembanding dihubungkan dengan suatu

lempengan logam. Sampel dan pembanding tersebut ditempatkan dalam satu tungku

pembakaran. Perubahan entalpi atau kapasitas panas dari sampel menimbulkan perbedaan

temperatur sampel terhadap pembanding.

Sistem ini memiliki 3 tipe yaitu :

a. The Disk Type Measuring System

b. The Turret Type Measuring System

c. The Cylinder-Type Measuring System

Page 9: DSC-dan-DTA

2. Power compensation DSC

Pada Power – Compensation DSC, suhu sampel dan pembanding diatur secara manual

dengan menggunakan tungku pembakaran yang sama dan terpisah. Suhu sampel dan

pembanding dibuat sama dengan mengubah daya masukan dari kedua tungku pembakaran.

Energi yang dibutuhkan untuk melakukan hal tersebut merupakan ukuran dari perubahan

entalpi atau perubahan panas dari sampel terhadap pembanding.