draftkmc 17 feb 09
DESCRIPTION
kangaroo mother care bahan konvensiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap tahun di dunia diperkirakan lahir sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah
(BBLR).1 Kelahiran BBLR sebagian disebabkan oleh lahir sebelum waktunya
(prematur), dan sebagian oleh karena mengalami gangguan pertumbuhan selama
masih dalam kandungan (IUGR= intrauterine growth retardation). Di negara
berkembang, BBLR banyak dikaitkan dengan tingkat kemiskinan.2,3 BBLR
merupakan penyumbang utama angka kematian pada neonatus. Menurut perkiraan
World Health Organization (WHO), terdapat 5 juta kematian neonatus setiap tahun
dengan angka mortalitas neonatus (kematian dalam 28 hari pertama kehidupan)
adalah 34 per 1000 kelahiran hidup, dan 98% kematian tersebut berasal dari negara
berkembang.4 Secara khusus angka kematian neonatus di Asia Tenggara adalah 39 per
1000 kelahiran hidup.5 Dalam laporan WHO yang dikutip dari State of the world’s
mother 2007 (data tahun 2000-2003) dikemukakan bahwa 27% kematian neonatus
disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah. Namun demikian, sebenarnya jumlah ini
diperkirakan lebih tinggi karena sebenarnya BBLR juga terjadi pada kematian yang
disebabkan oleh sepsis, asfiksia dan kelainan kongenital.6 Di Indonesia, menurut
survey ekonomi nasional (SUSENAS) 2005, kematian neonatus yang disebabkan oleh
BBLR saja sebesar 38,85%.7
1 Department of Reproductive Health and Research, World Health Organization.
Kangaroo mother care.A practical guide. 1st ed. Geneva : WHO, 2003.2 Low birth weight. A tabulation of available information. Geneva, World Health
Organization, 1992 (WHO/MCH/92.2).3 de Onis M, Blossner M, Villar J. Levels and patterns of intrauterine growth
retardation in developing countries. European Journal of Clinical Nutrition, 1998,
52(Suppl.1):S5-S15.4 WHO. Perinatal mortality. Report No.: WHO/FRH/MSM/967. Geneva: WHO, 1996.5 Darmstadt GL, Bhutta ZA, Cousens S, Adam T, Walker N, Bernis L. Evidence-based,
cost-effective interventions: how many newborn babies can we safe?. Lancet 2005; 365: 977-88. [Tingkat Pembuktian IV]
6 WHO, Departement of Child and Adolescent Health and Development.
www.who.int/child-adolescent-health/OVERVIEW/CHILD_HEALTH/map_00-03_
world.jpg. [Tingkat pembuktian IIIb]
7 SUSENAS 2005.
Perawatan BBLR merupakan hal yang kompleks dan membutuhkan
infrastruktur yang mahal serta staf yang memiliki keahlian tinggi sehingga seringkali
menjadi pengalaman yang sangat mengganggu bagi keluarga.8 Oleh karena itu,
perawatan terhadap bayi tersebut menjadi beban sosial dan kesehatan di negara
manapun.1 Analisis terkini menunjukkan bahwa sekitar 3 juta kematian bayi baru lahir
(BBL) dapat dicegah per tahun menggunakan intervensi yang tidak mahal dan tepat
guna.9 Salah satu intervensi tersebut adalah perawatan metode kanguru (PMK).
Perawatan dengan metode kanguru merupakan cara yang efektif untuk
memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu kehangatan, air susu ibu,
perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang.1 Metode ini
merupakan salah satu teknologi tepat guna yang sederhana, murah dan sangat
dianjurkan untuk perawatan BBLR sangat terbatas. Metode kanguru tidak hanya
sekedar menggantikan peran inkubator, namun juga memberikan berbagai keuntungan
yang tidak dapat diberikan inkubator.10 Dibandingkan dengan perawatan
konvensional, PMK terbukti dapat menurunkan kejadian infeksi, penyakit berat,
masalah menyusui dan ketidakpuasan ibu serta meningkatkan hubungan antara ibu
dengan bayi.11
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi di Indonesia salah satunya adalah masih
tingginya angka kejadian BBLR yang menjadi penyumbang utama angka kematian
pada neonatus. Sebagian besar BBLR terjadi akibat gangguan pada pertumbuhan
intrauterin. Adanya intervensi diharapkan akan dapat menurunkan angka kejadian
BBLR meskipun secara perlahan. Akan tetapi karena faktor penyebabnya sangat
beraneka ragam dan masih banyak yang belum diketahui, intervensi yang efektif
masih sangat terbatas sehingga intervensi pada BBLR menjadi sangat penting.
Di Indonesia, perawatan BBLR masih memprioritaskan pada penggunaan
inkubator tetapi keberadaannya masih sangat terbatas. Hal ini menyebabkan
morbiditas dan mortalitas BBLR menjadi sangat tinggi, bukan hanya akibat kondisi
prematuritasnya, tetapi juga diperberat oleh hipotermia dan infeksi nosokomial. Di
sisi lain, penggunaan inkubator memiliki banyak keterbatasan. Selain jumlahnya yang
terbatas, inkubator membutuhkan biaya perawatan yang tinggi, serta memerlukan
tenaga terampil yang mampu mengoperasikannya. Selain itu, dengan menggunakan
inkubator, bayi dipisahkan dari ibunya, hal ini akan menghalangi kontak kulit
langsung antara ibu dan bayi yang sangat diperlukan bagi tumbuh kembang bayi.
Oleh karena itu diperlukan suatu metode praktis sebagai alternatif pengganti
inkubator yang secara ekonomis cukup efisien dan efektif. Dengan ditemukannya
metode kanguru telah terjadi revolusi pada perawatan BBLR. Metode ini bermanfaat
bagi BBLR untuk membantu pertumbuhannya dan menjadikan orang tua lebih
percaya diri serta dapat berperan aktif dalam merawat bayinya.12
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Menurunkan angka mortalitas dan morbiditas BBLR.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Terwujudnya kajian ilmiah berdasarkan Kedokteran berbasis-bukti (Evidence-
based medicine) tentang manfaat perawatan metode kanguru pada perawatan
BBLR.
2. Terwujudnya rekomendasi pemerintah dalam menetapkan kebijakan program
yang berkenaan dengan kesehatan bayi khususnya tentang perawatan metode
kanguru.
BAB II
METODOLOGI PENILAIAN
2.1. Strategi Penelusuran Kepustakaan
Penelusuran artikel dilakukan secara manual dan melalui kepustakaan elektronik: WHO,
American Academy of Pediatrics, Petunjuk Praktis Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah dengan
Metode Kanguru, dan Lancet dalam dua puluh tahun terakhir (1988-2008). Kata kunci yang
digunakan adalah kangaroo mother care, preterm infants, low birth weight, pschycological
impact, dan perawatan metode kanguru.
2.2. Level of evidence dan Tingkat Rekomendasi
Setiap literatur yang diperoleh dilakukan penilaian kritis (critical appraisal) berdasarkan
kaidah evidence-based medicine, kemudian ditentukan levelnya. Rekomendasi yang ditetapkan
akan ditentukan tingkat rekomendasinya. Level of evidence dan tingkat rekomendasi
diklasifikasikan berdasarkan definisi dari Scottish Intercollegiate Guidelines Network, sesuai
dengan kriteria yang ditetapkan US Agency for Health Care Policy and Research.
Level of evidence
Ia. Meta-analisis randomized controlled trials
Ib. Minimal satu randomized controlled trials
IIa. Minimal satu non-randomized controlled trials
IIb. Studi kohort dan/atau studi kasus kontrol
IIIa. Studi cross-sectional
IIIb. Seri kasus dan laporan kasus
IV. Konsensus dan pendapat ahli
Tingkat Rekomendasi
A. Evidence yang termasuk dalam level Ia atau Ib
B. Evidence yang termasuk dalam level IIa atau IIb
C. Evidence yang termasuk dalam level IIIa, IIIb, atau IV
BAB III
PERAWATAN METODE KANGURU
3.1 Perawatan Metode Kanguru
Perawatan metode kanguru (PMK) adalah perawatan untuk bayi prematur dengan
melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin contact). Metode ini
sangat tepat dan mudah dilakukan guna mendukung kesehatan dan keselamatan BBLR.
Esensinya adalah:1
Kontak badan langsung (kulit ke kulit) antara ibu dengan bayinya secara berkelanjutan, terus-
menerus dan dilakukan sejak dini.
Pemberian ASI eksklusif (idealnya).
Dimulai dilakukan di RS, kemudian dapat dilanjutkan di rumah.
Bayi kecil dapat dipulangkan lebih dini.
Setelah di rumah ibu perlu dukungan dan tindak lanjut yang memadai.
Metode ini merupakan metode yang sederhana dan manusiawi, namun efektif untuk
menghindari berbagai stres yang dialami oleh BBLR selama perawatan di ruang perawatan
intensif.
Gambar 1. Perawatan Metode Kanguru 1
3.2 Sejarah
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh Rey dan Martinez di Bogota, sebagai salah
satu alternatif bagi perawatan BBLR yang telah melewati masa krisis, tetapi masih memerlukan
perawatan khusus untuk pemberian makanan untuk pertumbuhannya.13 Dari penemuan tersebut
akhirnya diketahui bahwa cara “skin to skin contact” (kontak kulit bayi langsung kepada
ibu/pengganti ibu) dapat meningkatkan kelangsungan hidup BBLR. Cara ini sebenarnya meniru
binatang berkantung kanguru yang lahirnya memang sangat immatur karena tidak memiliki
plasenta sehingga setelah lahir bayi kanguru disimpan di kantung perut ibunya untuk mencegah
kedinginan. Dengan demikian, terjadi aliran panas dari tubuh induk kepada bayi kanguru
sehingga bayi kanguru dapat tetap hidup terhindar dari bahaya hipotermi. Karena salah satu
penyebab kematian BBLR adalah masalah pengaturan suhu, maka prinsip tersebut digunakan
dalam masalah ini.14
3.3 Hasil Penelitian
Selama hampir dua dekade dilakukan penerapan dan penelitian yang berkaitan dengan
metode ini untuk membuktikan bahwa PMK lebih dari hanya sekedar alternatif untuk perawatan
dengan inkubator. Hasil penelitian dan penerapan tersebut menunjukkan bahwa metode ini
sangat efektif untuk mengontrol suhu tubuh, pemberian ASI dan terjalinnya hubungan batin yang
kuat antara ibu dan bayi (bonding), tanpa memperhatikan tempat, berat badan, usia kehamilan,
dan kondisi klinisnya.15,16
Kebanyakan laporan penelitian maupun pengalaman mengenai PMK berasal dari
fasilitas-fasilitas kesehatan yang ditangani oleh tenaga kesehatan yang terampil. Diharapkan
setelah ibu merasa yakin dengan perawatan yang ia lakukan saat masih berada di Rumah Sakit,
akan dilanjutkan setelah pulang ke rumah. Untuk itu perlu bimbingan serta pengawasan oleh
petugas melalui kunjungan rumah, disamping tentunya melakukan tindak lanjut khusus.Error:
Reference source not found
Terdapat tiga penelitian yang berdasarkan pada metodologi Pengujian Terkontrol secara
Random (PTR)/Random Clinical Trial (RCT) yang membandingkan PMK dengan perawatan
14 Pratomo H. Manfaat Perawatan Metode Kanguru (PMK) dan Penerapannya dalam Perawatan
Bayi Berat Lahir Rendah dengan Metode Kanguru. PERINASIA.15 Thermal control of the newborn: A practical guide. Maternal Health and Safe Motherhood
Programme. Geneva, World Health Organization, 1993 (WHO/FHE/MSM/93.2).16 Shiau SH, Anderson GC. Randomized controlled trial of kangaroo care with fullterm infants:
effects on maternal anxiety, breastmilk maturation, breast engorgement, and breast-feeding
status. Paper presented at the International Breastfeeding Conference, Australia’s
Breastfeeding Association, Sydney, October 23-25, 1997. (Level of evidence Ia)
konvensional (incubator) dilakukan di negara berpenghasilan rendah.17,18,19 Hasil penelitian
tersebut menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada kelangsungan hidup
diantara kedua kelompok tersebut. Hampir semua kematian pada ketiga studi tersebut terjadi
sebelum bayi dimasukkan ke dalam kriteria sampel (eligibility) yaitu sebelum bayi stabil.
Penelitian yang dilakukan di Ekuador oleh Sloan dkk, menunjukkan derajat kesakitan
yang rendah pada bayi yang dilakukan PMK (5%) bila dibandingkan kelompok kontrol
(18%).Error: Reference source not found Sebuah penelitian observasional menunjukkan bahwa
PMK dapat menurunkan mortalitas dan morbiditas BBLR.Error: Reference source not found
Penelitian kasus kontrol yang dilakukan Charpak dkk (1994) yang dilakukan di Bogota,
Kolombia, menunjukkan bahwa angka kematian kasar pada kelompok PMK lebih tinggi
daripada kelompok kontrol (RR= 1,9; 95%CI: 0,6-5,8). Namun, hasilnya berbalik mendukung
8 Mew AM, Holditch-Davis D, Belyea M, Miles MS, Fishel A. Correlates of depressive
symptoms in mothers of preterm infants. Neonatal Netw 2003;22(5): 51-60.[Medline]9 Ringkasan Eksekutif Publikasi Serial Majalah Lancet untuk Kelangsungan Hidup
Neonatus……10 Suradi R, Yanuarso PB. Metode kanguru sebagai pengganti inkubator untuk bayi berat lahir
rendah dalam Perawatan Bayi Berat Lahir Rendah dengan Metode Kanguru. PERINASIA. 11 Conde-Aguedelo A. Diaz-Rosello JL, Belizan JM. Kangaroo mother care toreduce morbidity
and mortality in low birth weight infant. Cochrane Library. Issue 2. 2003.12 Ludington-Hoe SM, Golant SK. Kangaroo care, the best you can do to help your preterm
infant. Newyork: Bantam Books, 1993:3-30.13 Rey ES, Martinez HG. Manejo racional del nino prematuro. In: Universidad Nacional, Curso
de Medicina Fetal, Bogota, Universidad Nacional, 1983.17 Sloan NL, et al. Kangaroo mother method: randomised controlled trial of an alternative
method of care for stabilised low-birthweight infants. The Lancet, 1994, 344:782-785. (Level
of evidence Ia)18 Charpak N, et al. Kangaroo mother versus traditional care for newborn infants: 2000 grams:a
randomized controlled trial. Pediatrics, 1997, 100:682-688. (Level of evidence Ia)19 Cattaneo A, et al. Kangaroo mother care for low birthweight infants: a randomised controlled
trial in different settings. Acta Paediatrica, 1998, 87:976-985. (Level of evidence Ia)
PMK setelah dilakukan penyesuaian terhadap berat badan lahir dan usia kehamilan (risiko relatif
= 0,5; 95%CI: 0,2-1,2). Walapun, secara statistik perbedaan tersebut tidak begitu signifikan.20
Pada penelitian lain (Conde-Agudelo, Diaz-Rosello & Belizan, 2003) menyatakan bahwa
dengan melakukan PMK akan meningkatkan angka kelangsungan hidup pada BBLR dan bayi
prematur serta menurunkan risiko infeksi nosokomial, penyakit berat dan penyakit saluran
pernapasan bawah.21 PMK juga meningkatkan aktivitas menyusui dan meningkatkan
kepercayaan serta kepuasan ibu (Charpak dkk, 2005).22
3.4 Manfaat PMK
Untuk mempelajari manfaat dan penerapan PMK sebaiknya diketahui tentang proses
kehilangan panas pada bayi baru lahir. Pada intinya ada 4 cara kehilangan panas pada bayi baru
lahir yaitu: 1) Evaporasi merupakan proses kehilangan panas melalui proses penguapan dari
kulit yang basah. 2) Radiasi meliputi kehilangan panas melalui pemancaran panas dari tubuh
bayi ke lingkungan sekitar yang lebih dingin. Hal ini terjadi misalnya bayi yang baru lahir segera
diletakkan di ruang ber AC yang dingin maka suhu tubuh bayi akan berkurang karena panasnya
terpancar ke sekitarnya yang bersuhu lebih rendah. 3) Konduksi yaitu cara kehilangan panas
melalui persinggungan dengan benda yang lebih dingin misalnya ditimbang pada alat timbangan
logam tanpa alas. 4) Konveksi yaitu kehilangan panas melalui aliran udara. Hal ini misalnya
terjadi pada bayi baru lahir diletakkan di dekat jendela atau pintu yang terbuka maka akan ada
aliran udara luar (yang mungkin lebih dingin) yang akan berpengaruh pada suhu bayi.Error:
Reference source not found
Pada penelitian yang dilakukan oleh Usman dkk (1996) menyatakan bahwa kemampuan
mempertahankan suhu serta kenaikan berat badan pada BBLR yang dilakukan PMK
menunjukkan hasil yang lebih baik. Oleh karena itu, PMK sangat berguna dalam pencegahan
hipotermia pada perawatan BBLR di rumah.23
Secara garis besar, manfaat PMK adalah sebagai berikut :
Manfaat PMK bagi bayi
Dari berbagai penelitian menyebutkan bahwa manfaat PMK pada bayi adalah sebagai
berikut : 24
1. Suhu tubuh bayi, denyut jantung dan frekuensi pernapasan relatif terdapat dalam batas
normal (Ludington-Hoe et al, 2004).
2. BBLR lebih cepat mencapai suhu yang 36,5° C terutama dalam waktu 1 jam pertama.
(Rulina & Yanuarso 2002).
3. ASI selalu tersedia dan mudah didapatkan sehingga memperkuat sistem imun bayi karena
meningkatnya produksi ASI.
4. Kontak dengan ibu menyebabkan efek yang menenangkan sehingga menurunkan stres
ditandai dengan kadar kortisol yang rendah (Mc Cain, Ludington-Hoe, Swinth & Hadeed
2005, Charpak et al, 2005).
5. Menurunkan respon nyeri fisiologis dan perilaku yang ditandai dengan waktu pemulihan
yang lebih singkat pada uji tusuk tumit.(Johnston, 2008 ) 25
6. Meningkatkan berat badan dengan lebih cepat (Charpak, Ruiz-Pelaez & Figueroa, 2005).
7. Meningkatkan ikatan bayi-ibu (Dodd, 2005).
8. Memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan perkembangan kognitif yang dilihat dari
lebih tingginya skor Indeks Perkembangan Mental Bayley (Feldman, Eidelman, Sirota, &
Weller, 2002).
9. Waktu tidur menjadi lebih lama yang antara lain ditandai dengan jumlah waktu terbangun
yang lebih rendah. (Ludington-Hoe, 2006) 26
10. Menurunkan infeksi nosokomial, penyakit berat, atau infeksi saluran pernapasan bawah
(Conde-Argudelo, Diaz-Rossello, & Belizan, 2003).
11. Memperpendek masa rawat (London et al., 2006).
12. Menurunkan risiko kematian dini pada bayi.
13. Memperbaiki pertumbuhan pada bayi prematur (Charpak, Ruiz-Pelaez, & Figueroa,
2005).
14. Dapat menjadi intervensi yang baik dalam mengangani kolik (Ellett, Bleah, & Parris,
2002).
15. Mungkin memiliki pengaruh positif dalam perkembangan motorik bayi (Penalva &
Schwartzman, 2006).
16. Kelangsungan hidup pada bayi BBLR lebih cepat membaik pada kelompok PMK
daripada bayi dengan metode konvensional pada 12 jam pertama dan seterusnya. (Woku
B & Kassie A, 2005)
17. Bayi yang sangat prematur tampaknya memiliki mekanisme endogen yang diakibatkan
oleh kontak antara kulit ibu dan bayi dalam menurunkan respon nyeri.25
18. Waktu pemulihan yang lebih singkat pada PMK secara klinis penting dalam
mempertahankan homeostasis.22
Manfaat PMK bagi Ibu
Dari beberapa penelitian dilaporkan bahwa PMK mempermudah pemberian ASI, ibu lebih
percaya diri dalam merawat bayi, hubungan lekat bayi-ibu lebih baik, ibu sayang kepada
bayinya, pengaruh psikologis ketenangan bagi ibu dan keluarga (ibu lebih puas, kurang merasa
stres) (Anderson 1991, Tessier dkk 1998, Conde-Agudelo, Diaz-Rosello & Belizan 2003,
Kirsten, Bergman & Hann 2001). Pada penelitian lain juga melaporkan adanya peningkatan
produksi ASI, peningkatan lama menyusui dan kesuksesan dalam menyusui (Suradi dan
Yanuarso 2000, Mohrbacher & Stock 2003). Selain itu, bila perlu merujuk bayi ke fasilitas
kesehatan maupun antar rumah sakit tidak memerlukan alat khusus karena dapat menggunakan
cara PMK (Cattaneo, Davanco, Bergman dkk, 1998).Error: Reference source not found,Error: Reference
source not found
Manfaat PMK bagi Ayah 27
1. Ayah memainkan peranan yang lebih besar dalam perawatan bayinya.
2. Meningkatkan hubungan antara ayah-bayinya, terutama berperan penting di negara
dengan tingkat kekerasan pada anak yang tinggi.
Manfaat PMK bagi petugas kesehatan
Bagi petugas kesehatan paling sedikit akan bermanfaat dari segi efisiensi tenaga karena ibu lebih
banyak merawat bayinya sendiri. Dengan demikian beban kerja petugas akan berkurang. Bahkan
petugas justru dapat melakukan tugas lain yang memerlukan perhatian petugas misalnya
pemeriksaan lain atau kegawatan pada bayi maupun memberikan dukungan kepada ibu dalam
menerapkan PMK (Cattaneo, Davanco, Bergman dkk, 1998).
Manfaat PMKbagi institusi kesehatan, klinik, RS
Sedikitnya ada 3 manfaat bagi fasilitas pelayanan dengan penerapan PMK yaitu lama perawatan
lebih pendek sehingga cepat pulang dari fasilitas kesehatan. Dengan demikian, tempat tersebut
dapat digunakan bagi klien lain yang memerlukan (turn over meningkat). Manfaat lain yang
dikemukakan adalah pengurangan penggunaan fasilitas (listrik, inkubator, alat canggih lain)
sehingga dapat membantu efisiensi anggaran (Cattaneo, Davanco, Bergman dkk, 1998). Dengan
naiknya turn over serta efisiensi anggaran diharapkan adanya kemungkinan kenaikan
penghasilan (revenue).
Manfaat PMK bagi Negara
Karena penggunaan ASI meningkat, dan bila hal ini dapat dilakukan dalam skala makro maka
dapat menghemat devisa (import susu formula). Demikian pula dengan peningkatan pemanfaatan
ASI kemungkinan bayi sakit lebih kecil dan ini tentunya menghemat biaya perawatan kesehatan
yang dilakukan di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta.Error: Reference source not
found
3.5 Kriteria Pelaksanaan PMK
Pada umumnya bayi yang memenuhi kriteria untuk dilakukan PMK adalah bayi
prematur, berat lahir ≤1800 gram, tidak ada kegawatan pernapasan dan sirkulasi, tidak ada
kelainan kongenital yang berat, dan mampu bernapas sendiri. Apabila bayi prematur tersebut
masih memerlukan pemantauan kardiopulmonal, oksimetri, pemberian oksigen tambahan atau
pemberian ventilasi dengan tekanan positif (CPAP), infus intravena, dan pemantauan lain, hal
tersebut tidak mencegah pelaksanaan PMK. Bahkan pada kenyataannya, bayi dengan PMK
cenderung jarang mengalami apnea dan bradikardia serta kebutuhan terhadap oksigen relatif
stabil.28,29
Pada saat bayi prematur/BBLR lahir berbagai komplikasi dapat terjadi. Semakin muda
usia kehamilannya dan semakin kecil bayi, akan semakin banyak masalah yang akan timbul.
Perawatan dini bagi bayi yang memiliki komplikasi harus disesuaikan dengan pedoman nasional.
PMK dapat ditunda hingga kondisi kesehatan bayi stabil. Kapan tepatnya PMK dimulai, sangat
bergantung pada penampilan individual, dengan sepenuhnya memperhitungkan kondisi ibu dan
bayi. Namun, ibu yang memiliki bayi yang kecil hendaknya didorong untuk segera melakukan
PMK.1
Sebagai arahan dapat dipergunakan petunjuk dibawah ini yang melakukan penggolongan
bayi berdasarkan berat lahir. Bayi dengan berat lahir ≥ 1800 gram (usia kehamilan ≥34 minggu
atau lebih) umumnya lebih stabil dan sedikit mengalami masalah pemantauan misalnya henti
napas. Permasalahan tersebut dapat meningkat hingga menjadi permasalahan serius pada
sekelompok kecil bayi sehingga memerlukan perawatan di unit khusus. Meskipun demikian,
pada sebagian besar kasus PMK dapat segera dilakukan setelah bayi lahir.1
Bayi dengan berat lahir antara 1200-1799 gram (usia kehamilan 28-32 minggu), berbagai
permasalahan prematuritas sering terjadi, misalnya sindrom gangguan pernapasan atau
permasalahan lain. Oleh karena itu, pada kasus ini diperlukan perawatan khusus sedini mungkin.
Persalinan sebaiknya dilakukan di fasilitas dengan penataan yang baik yang dapat menyediakan
perawatan yang dibutuhkan. Bila persalinan terjadi pada tempat selain diatas, bayi harus dirujuk
segera setelah bayi lahir, dan sebaiknya tetap bersama ibunya. Salah satu cara terbaik merujuk
bayi kecil adalah dengan menjaga mereka (ibu dan bayi) agar selalu dalam keadaan kontak kulit
langsung. Sebelum dilakukan PMK, pernapasan dan sirkulasi bayi distabilkan terlebih dahulu.
Diperlukan kira-kira seminggu sebelum PMK dapat dilakukan. Meskipun mortalitas pada saar
kelahiran di kelompok ini sangat tinggi, kebanyakan karena komplikasi, banyak pula bayi yang
bertahan dan ibu dapat diberikan motivasi untuk memberikan ASI.1
Bayi dengan berat lahir <1200 gram (usia kehamilan <30 minggu) seringkali mengalami
permasalahan serius akibat prematur, dimana tingkat kematian sangat tinggi dan hanya sebagian
kecil yang mampu bertahan terhadap berbagai permasalahan akibat prematuritas. Bayi tersebut
sangat beruntung bila dirujuk sebelum kelahiran ke institusi dengan fasilitas perawatan intensif
untuk neonatus. Mungkin akan diperlukan waktu sekitar dua minggu sebelum kondisi bayi
tersebut diperbolehkan untuk PMK.1
PMK dapat diimplementasikan di berbagai berbagai tingkatan fasilitas kesehatan.30 PMK
merupakan pilihan terbaik jika NICU tidak tersedia.31 Jika NICU tersedia namun tidak sesuai
dengan kebutuhan, PMK memberikan rasionalisasi sumber daya dengan memberikan inkubator
bagi bayi yang lebih sakit.32
3.6 Persyaratan PMK
Sumber daya yang paling penting dipersiapkan untuk penerapan PMK adalah para ibu,
petugas yang mempunyai keahlian khusus di bidang ini, dan lingkungan yang mendukung.
Beberapa persyaratan yang tercantum dalam pembahasan ini meliputi:Error: Reference source
not found
Formulasi dari kebijakan
Penerapan PMK dan berbagai petunjuk pelaksanaannya harus difasilitasi oleh pembuat
kebijakan kesehatan yang mendukung di semua tingkat pelayanan. Adapun kebijakan
nasional diperlukan untuk menjamin integrasi yang efektif dari sistem kesehatan, pendidikan
serta pelatihan yang ada.
Organisasi pelayanan dan tindak lanjut (follow-up)
Setiap fasilitas kesehatan yang menerapkan PMK harus memiliki kebijakan dan petunjuk
tertulis yang disesuaikan dengan kondisi dan budaya lokal. Kebijakan semacam ini akan
lebih efektif kalau dibuat suatu juklak lokal dengan tetap mengacu pada petunjuk nasional
maupun internasional. Juklak ini melibatkan seluruh staf dan kemudian dapat disetujui secara
konsensus. Juklak ini harus mencakup PMK serta tindak lanjut. Tindak lanjut dilakukan oleh
petugas kesehatan terlatih yang tinggal berdekatan dengan tempat tinggal ibu. Frekuensi
kunjungan dapat bervariasi. Semakin baik tindak lanjutnya, semakin cepat ibu dan bayi dapat
dipulangkan dari suatu fasilitas kesehatan.
Peralatan dan perlengkapan untuk ibu dan bayi
PMK tidak memerlukan fasilitas khusus. Pengaturan yang sederhana dapat membuat ibu
lebih nyaman tinggal di RS.
Petugas kesehatan yang terlatih
PMK tidak memerlukan tambahan tenaga yang melebihi dari perawatan dengan
menggunakan metode konvensional. Petugas kesehatan yang ada seperti dokter dan perawat
harus memiliki pelatihan dasar tentang pemberian ASI dan juga pelatihan yang memadai di
semua aspek PMK, antara lain:
1. Kapan dan bagaimana memulai penerapan PMK
2. Bagaimana mengatur posisi bayi selama dan diantara pemberian minum
3. Pemberian minum untuk BBLR
4. Pemberian ASI
5. Metode pemberian minum alternatif sampai memungkinkan untuk dilakukan pemberian
ASI.
6. Melibatkan ibu di segala aspek perawatan bayinya, termasuk mengawasi tanda vital dan
mengenali tanda bahaya.
7. Melakukan tindakan yang tepat dan efektif bila mendeteksi adanya masalah yang
berkaitan dengan si ibu.
8. Menentukan waktu pemulangan.
9. Berkemampuan untuk mendorong dan mendukung ibu dan keluarganya.
3.7 Komponen PMK
Terdapat empat komponen PMK yaitu :
1. Kangaroo position (posisi)
2. Kangaroo nutrition (nutrisi)
3. Kangaroo support (dukungan)
4. Kangaroo discharge (pemulangan)
3.7.1 Kangaroo position (posisi)
Letakkan bayi diantara payudara dengan posisi tegak, dada bayi menempel ke dada ibu.
Posisi kanguru ini disebut juga dengan kontak kulit-ke-kulit, karena kulit bayi mengalami kontak
langsung dengan kulit ibu.Error: Reference source not found,23
Gambar 2. Memposisikan bayi untuk PMK1
Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala bayi
dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi). Tepi pengikat tepat
berada di bawah kuping bayi. Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga agar saluran
napas tetap terbuka dan memberi peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan bayi. Hindari
posisi kepala terlalu fleksi atau ekstensi. Tungkai bayi haruslah dalam posisi ”kodok”; tangan
harus dalam posisi fleksi.1
Ikatkan kain dengan kuat agar saat ibu bangun dari duduk, bayi tidak tergelincir. Pastikan
juga bahwa ikatan yang kuat dari kain berada di setinggi dada bayi. Perut bayi jangan sampai
tertekan dan sebaiknya berada di sekitar epigastrium ibu. Dengan cara ini bayi dapat melakukan
pernapasan perut. Napas ibu akan merangsang bayi. Berikut adalah cara memasukkan dan
mengeluarkan bayi dari baju kanguru:1
a. Pegang bayi dengan satu tangan diletakkan di belakang leher sampai punggung bayi.
b. Topang bagian bawah rahang bayi dengan ibu jari dan jari-jari lainnya agar kepala bayi tidak
tertekuk dan tak menutupi saluran napas ketika bayi berada pada posisi tegak;
c. Tempatkan tangan lainnya di bawah pantat bayi.
Gambar 3. Mengeluarkan bayi dari baju kanguru
Didalam Acta Pediatrica (2004), posisi bayi dalam posisi kanguru diuraikan sebagai
berikut. Bayi didekap erat ke dada ibu dengan dibalut handuk katun lembut yang dilipat 2
berukuran 1 meter persegi. Balutan handuk menutupi sampai telinga bayi dan dibawah ketiak ibu
sedemikian rupa untuk memfikasasi kepala dan dada bayi dalam posisi mendongak di dada ibu,
memberikan jalur udara terbuka optimal dan mencegah apnea obstruktif. Panggul diposisikan
fleksi dan ditempatkan dalam posisi kodok”frog position”, lengan juga dalam posisi fleksi.
Sepotong kain panjang yang melingkari pinggang ibu menjaga/ menopang bayyi dari sisi bawah.
Bayi dapat memperoleh sebagian besar perawatan yang diperlukan, termasuk minum
selama dalam posisi kanguru. Mereka dibebaskan dari kontak kulit langsung hanya pada saat :
- Mengganti popok, dibersihkan, dan perawatan tali pusat.
- Pemeriksaan klinis, berdasarkan jadwal rumah sakit, atau jika diperlukan.
Memandikan bayi setiap hari tidak diperlukan dan tidak disarankan. Jika kebiasaan-kebiasaan
setempat memerlukan mandi setiap hari, dan hal itu tidak dapat dihindari maka sebaiknya
dilakukan sebentar dan dengan air yang cukup hangat (sekitar 37C). Bayi harus segera
dikeringkan, diberikan pakaian minimal, lalu ditempatkan kembali pada posisi kanguru secepat
mungkin.
Perawatan bayi dengan kontak kulit langsung dari dada ibu ke bayi memiliki dampak
fisiologis dan stabilitas yang lebih baik daripada bayi yang dirawat di inkubator.33
3.7.1.1 Memulai PMK
33 NJ Bergman, LL Linley, SR Fawcus. Randomized controlled trial of skin-to-skin contact from
birth versus conventional incubator for physiological stabilization in 1200- to2199-gram
newborns. Acta Paediatr 93:779-785.2004. (Level of evidence Ia)
Hampir setiap bayi kecil dapat dirawat dengan PMK. PMK pada bayi kecil dapat
dilakukan dalam dua cara :
1. PMK intermiten : PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika ibu
mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator dengan durasi
minimal satu jam secara terus-menerus dalam satu hari. Metode ini dilakukan di fasilitas Unit
Perawatan Khusus (level II) dan Intensif (level III).
2. PMK kontinu : PMK yang diberikan sepanjang waktu yang dapat dilakukan di unit rawat
gabung atau ruangan yang dipergunakan untuk perawatan metode kanguru.
Bayi-bayi dengan penyakit yang berat atau membutuhkan perawatan khusus dapat
menunggu sampai sembuh sebelum dilaksanakan PMK terus-menerus (kontinu). PMK dengan
jangka waktu yang pendek (intermiten) dapat dimulai pada bayi yang dalam proses
penyembuhan tetapi masih memerlukan pengobatan medis (misalnya infus, tambahan oksigen
dengan konsentrasi rendah). Namun, untuk PMK yang kontinu, kondisi bayi harus dalam
keadaan stabil; bayi harus dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen. Kemampuan
untuk minum (seperti menghisap dan menelan) bukan merupakan persyaratan utama, karena
PMK sudah dapat dimulai meskipun pemberian minumnya dengan menggunakan pipa lambung.
Ketika bayi telah siap untuk PMK, atur waktu yang tepat bagi ibu dan bayi. Sesi pertama
ini merupakan sesuatu yang penting dan perlu waktu serta penuh perhatian. Sarankan pada ibu
agar menggunakan pakaian yang longgar dan ringan. Gunakan ruang khusus yang cukup hangat
untuk si bayi. Anjurkan ibu untuk membawa suami atau seorang teman pilihannya. Ini akan
memberikan semangat dan rasa aman.
Kontak kulit langsung sebaiknya dimulai secara bertahap, perlahan-lahan dari perawatan
konvensional ke PMK yang terus-menerus. Kontak yang berlangsung kurang dari 60 menit
sebaiknya dihindari, karena pergantian yang sering akan membuat bayi menjadi stres. Lamanya
kontak kulit langsung ditingkatkan secara bertahap sampai kalau mungkin dilakukan terus-
menerus siang dan malam dan hanya ditunda untuk mengganti popok, sambil mengontrol suhu
tubuh bayi.
Ketika ibu harus meninggalkan bayinya, bayi tersebut dapat dibungkus dengan baik dan
ditempatkan di tempat yang hangat jauh dari hembusan angin, diselimuti dengan selimut hangat
atau jika tersedia ditempatkan dalam alat penghangat. Selama perpisahan antara ibu dan bayi,
anggota keluarga (ayah atau suami, nenek, dll), atau teman dekat dapat juga menolong
melakukan kontak kulit langsung ibu dengan bayi dalam posisi kanguru.
Gambar 4. Ayah bergilir melakukan PMK1
Semua bayi memerlukan kasih sayang dan perawatan untuk pertumbuhannya, akan tetapi
BBLR lebih memerlukan perhatian agar dapat berkembang normal disebabkan mereka telah
kehilangan lingkungan intrauterin yang ideal selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-
bulan. Mereka bahkan sangat sensitive terhadap sinar, suara dan tindakan yang menyakitkan
selama perawatan awal. PMK adalah metode ideal sebab bayi diayun-ayun dan dipeluk, dan
mendengarkan suara ibunya saat ibu melakukan aktifitas sehari-hari. Seorang ayah pun dapat
menciptakan suasana seperti itu. Para petugas kesehatan memiliki peranan penting guna
mendorong ibu dan ayah agar mau menunjukkan perasaan dan cinta mereka pada bayinya.
3.7.2 Kangaroo nutrition (nutrisi)
Posisi kanguru sangat ideal bagi proses menyusui. Dengan melakukan PMK, proses
menyusui menjadi lebih berhasil dan sebagian besar bayi yang dipulangkan memperoleh ASI.
Dengan PMK, proses menyusui menjadi lebih lama. PMK dapat meningkatkan volume ASI yang
dihasilkan ibu. Bayi dengan usia kehamilan 30 minggu dapat memulai proses menyusui. Segera
setelah bayi menunjukkan tanda kesiapan untuk menyusu, dengan menggerakkan lidah dan
mulut, dan keinginan untuk menghisap (seperti menghisap jari atau kulit ibunya), bantu ibu
menempatkan bayi pada posisi melekat yang dirasa cukup baik.Error: Reference source not
found,23
Waktu yang optimal bagi bayi untuk memulai menyusui, seperti menghisap adalah pada
saat dua jam setelah lahir, ketika bayi bersifat sangat responsif terhadap rangsangan taktil, suhu
dan bau yang berasal dari ibunya.34,35 Untuk memulai proses menyusui pilihlah waktu yang tepat
—saat bayi bangun dari tidur, atau pada saat sadar atau terbangun. Bantu ibu untuk duduk
dengan nyaman di kursi tidak berlengan dengan bayi dalam posisi kontak kulit. Untuk pertama
kali menyusui, ambil bayi tersebut dari baju kanguru lalu bungkus atau diberi pakaian, tunjukkan
pada ibu cara ini. Lalu letakkan bayi dalam posisi kanguru dan beritahu ibu agar bayi berada
dalam posisi melekat yang benar.1
Biarkan bayi menghisap selama ia mau. Bayi yang kecil perlu menyusu lebih sering,
yaitu sekitar 2-3 jam. Meskipun bayi belum dapat menghisap dengan baik dan lama, anjurkan
menyusui terlebih dahulu, lalu gunakan metode minum yang lain. Lakukan apapun yang
merupakan pilihan terbaik di tempat Anda: biarkan ibu memberikan ASI pada bayi dengan cara
langsung atau dengan menggunakan alat (melalui gelas atau pipa).1
Gambar 5. Menyusui dalam PMK1
Meskipun pada beberapa penelitian RCT, PMK dikaitkan dengan lebih lamanya
menyusui, namun bagaimana sebenarnya pengaruh PMK dalam aspek hubungan menyusui
antara bayi dan ibu masih relatif sedikit yang diketahui.36 Pada studi RCT terbaru yang
membandingkan antara ibu yang melakukan PMK segera setelah lahir selama sedikitnya 45
menit dengan ibu yang membedong bayinya didapatkan kesimpulan bahwa pengalaman
menyusui untuk pertama kalinya lebih berhasil pada ibu yang melakukan PMK.37
Memberi minum BBLR adalah satu tantangan khusus. Untuk bayi dengan berat lahir di
bawah 1250 gram beberapa hari pertama belum dapat minum per oral dan cairan diberikan
melalui infus. Pada saat itu, bayi mendapat perawatan konvensional. Pemberian minum melalui
mulut hendaknya dilakukan segera bila kondisinya memungkinkan dan bayi mampu
melakukannya. Ini biasanya terjadi pada saat bayi mulai mendapat PMK. Hal ini membantu ibu
untuk memproduksi ASI, dan meningkatan pemberian ASI.
Bayi pada kehamilan kurang dari 30-32 minggu biasanya perlu diberi minum melalui
pipa lambung, untuk ASI yang diperas (expressed breast milk). Ibu dapat melatih bayi untuk
menghisap dengan membiarkan bayi menghisap jarinya ketika bayi masih minum melalui pipa
lambung. Pemberian minum melalui pipa dapat dilakukan saat bayi berada dalam posisi kanguru.
Pada umumnya bayi dengan masa kehamilan 32-34 minggu dapat diberi minum melalui
gelas kecil. Pemberian minum dapat diberikan satu atau dua kali sehari saat bayi masih diberi
minum melalui pipa nasogastrik. Jika bayi dapat minum melalui gelas dengan baik, maka
pemberian minum melalui pipa dapat dikurangi. Pada saat pemberian minum melalui gelas maka
bayi dikeluarkan dari posisi kanguru, dibungkus dengan selimut hangat dan dikembalikan pada
posisi kanguru setelah proses pemberian minum.
Pada umumnya bayi dengan usia kehamilan sekitar 32 minggu atau lebih, sudah dapat
mulai menyusu pada ibu. Mula-mula bayi hanya akan mencari puting dan menjilatnya atau dia
sudah mulai menghisap sedikit. Lanjutkan pemberian ASI yang diperas melalui gelas atau pipa
untuk meyakinkan bahwa bayi mendapat semua yang dibutuhkan. Bayi dengan usia kehamilan
32 minggu sudah bisa menelan, tetapi belum bisa menghsap sehingga diberikan suplementasi
tetesan ASI.
Bayi-bayi dengan usia kehamilan 34-36 minggu atau lebih, dapat memenuhi semua
kebutuhannya langsung dari ASI. Berdasarkan hasil penelitian refleks hisap dengan EMG,
diketahui bahwa refleks hisap yang efektif baru timbul pada bayi dengan usia kehamilan 34
minggu. Meskipun demikian, sesekali tambahan minum ASI perah melalui gelas tetap
diperlukan.
Pengobatan pencegahan
Bayi BBLR yang lahir dengan mikronutrisi yang tidak cukup, sebaiknya mendapat zat besi dan
suplemen asam folat yang dimulai dari minggu kedua setelah kelahiran sampai setahun usia
kronologis.
3.7.3 Kangaroo support (dukungan)
Bentuk dukungan pada PMK dapat berupa dukungan fisik maupun emosional. Dukungan
dapat diperoleh dari petugas kesehatan, seluruh anggota keluarga, ibu dan masyarakat. Tanpa
adanya dukungan, akan sangat sulit bagi ibu untuk dapat melakukan PMK dengan berhasil.
Wanita hamil sebaiknya sudah diberikan informasi dan edukasi tentang PMK sejak kunjungan
antenatal pertama. Saat bayi telah lahir, ibu memerlukan dukungan dari berbagai pihak,
diantaranya berupa : 23
1. Dukungan emosional : Ibu memerlukan dukungan untuk melakukan PMK. Banyak ibu muda
yang mengalami keraguan yang sangat besar untuk memenuhi kebutuhan bayi pertamanya
sehingga membutuhkan dukungan dari keluarga, teman serta petugas kesehatan. PMK
membuat ibu dapat memenuhi semua kebutuhan bayi.
2. Dukungan fisik : Selama beberapa minggu pertama PMK, merawat bayi akan sangat menyita
waktu ibu. Istirahat dan tidur yang cukup sangat penting pada peranannya pada PMK. Oleh
karena itu, ibu memerlukan dukungan untuk membantu menyelesaikan tugas-tugas rumah.
3. Dukungan edukasi : Sangat penting memberikan informasi yang ibu butuhkan agar ia dapat
memahami seluruh proses PMK dan megerti bahwa PMK memang sangat penting. Ibu harus
mengetahui manfaat PMK. Hal ini membuat PMK menjadi lebih bermakna dan akan
meningkatkan kemungkinan bahwa ibu akan berhasil menjalankan PMK baik di rumah sakit
ataupun saat di rumah.
Semua ibu dapat melakukan PMK terlepas dari usia, paritas, pendidikan, budaya, maupun
agama. Beberapa hal berikut harus dijadikan bahan pertimbangan ketika berkonsultasi mengenai
PMK, seperti: posisi kanguru, makanan bayi, perawatan di institusi dan di rumah, apa ang boleh
dilakukan untuk bayi yang didekapnya dan apa yang harus dihindarinya. Dalam melakukan
konseling pada PMK, petugas kesehatan menjelaskan keuntungan dan manfaat serta implikasi
dari PMK bagi ibu dan bayinya, dan selalu memberi alasan untuk setiap rekomendasi yang
diberikan. Melaksanakan PMK sebaiknya adalah keputusan sendiri setelah memahami PMK, dan
bukan dianggap suatu kewajiban.
Beberapa hal berikut harus dijadikan bahan pertimbangan ketika berkonsultasi mengenai
PMK:
1. Kemauan : ibu harus mempunyai kemauan untuk melaksanakan PMK
2. Harus tersedia waktu yang penuh untuk memberikan perawatan : anggota keluarga yang lain
dapat menawarkan kontak kulit yang intermitten, tetapi tidak dapat menyusui.
3. Kesehatan umum : jika ibu sakit/menderita komplikasi selama persalinan, dia harus sehat
terlebih dahulu sebelum melaksanakan PMK.
4. Berada dekat dengan bayi: ibu dianjurkan agar segera kembali ke rumah sakit pada saat
bayinya siap untuk PMK.
5. Dukungan keluarga : seorang ibu perlu mendapat dukungan untuk mengerjakan tugasnya
yang lain di rumah dan sebagai pengganti ibu untuk PMK apabila ibu berhalangan.
6. Dukungan masyarakat : ini sangat penting, kalau terdapat hambatan sosial, ekonomi atau
keluarga.
7. Pemantauan terhadap tanda bahaya
Selama melakukan PMK, ibu diajarkan juga untuk mengawasi tanda bahaya pada bayi.
Bayi yang minumnya baik dan berada dalam dekapan ibu secara terus-menerus, biasanya
mampu dengan mudah mempertahankan suhu tubuhnya dalam batas normal (antara 36,5-
37,5°C suhu aksila), jika suhu ruangan tidak lebih rendah dari yang direkomendasikan.
Hipotermia jarang terjadi pada bayi PMK. Pengukuran suhu tubuh bayi masih diperlukan,
tetapi tidak sesering bayi yang dirawat dengan metode konvensional. Ketika PMK dimulai,
pengukuran suhu ketiak dilakukan setiap 6 jam sampai stabil, terus-menerus sampai tiga hari.
Selanjutnya pengukuran hanya diperlukan dua kali sehari. Bayi dalam PMK jarang akan
mengalami hipotermia (suhu <36,5oC) karena suhu tubuh ibu akan naik secara otomatis
untuk menghangatkan bayinya. Jika bayi kepanasan, ibu juga dapat menurunkan suhunya
untuk mendinginkan bayi. Jadi, tubuh ibu berfungsi seperti inkubator otomatis.
Frekuensi pernapasan normal pada BBLR berkisar antara 40 dan 60 kali per menit.
Kadang-kadang napasnya diselingi dengan periode apnea (tidak bernapas). Akan tetapi jika
durasinya menjadi terlalu lama (20 detik atau lebih) dan bibir bayi menjadi biru (sianosis),
denyut nadi sangat rendah (bradikardia) dan dia tidak dapat bernapas secara spontan,
segeralah mengeluarkan bayi dari posisi kanguru dan berikan rangsangan pernapasan.
Semakin kecil atau semakin prematur bayi tersebut, semakin lama dan semakin sering
periode apnea terjadi. Saat bayi mendekati cukup bulan, apnea semakin jarang terjadi.
Penelitian membuktikan bahwa kontak kulit dapat membuat pernapasan semakin teratur pada
bayi-bayi muda dan dapat menurunkan risiko apnea. Bila terjadi apnea, ibu dapat
memberikan rangsangan dengan cara menggosok secara lembut punggung atau
kepalanya,sampai bayi mulai bernapas kembali. Jika tetap tidak bernapas, ibu dapat
memanggil petugas kesehatan. Apabila apnea seringkali terjadi sebaiknya cari pertolongan
petugas kesehatan. Ajari ibu untuk mengenali tanda-tanda bahaya. Berikut ini beberapa tanda
bahaya:
- Kesulitan bernapas : dada tertarik ke dalam, merintih
- Bernapas sangat cepat atau sangat lambat
- Serangan apnea sering dan lama
- Bayi terasa dingin : suhu bayi di bawah normal walaupun telah dilakukan penghangatan
- Sulit minum: bayi tidak lagi terbangun untuk minum, berhenti minum atau muntah
- Kejang
- Diare
- Kulit menjadi kuning
Yakinkan ibu bahwa tidaklah berbahaya bila :
- Bersin atau cegukan
- Buang air tiap diberi minum
- Tidak buang air besar selama 2-3 hari
3.7.4 Kangaroo discharge (pemulangan)
Pemulangan berarti ibu dan bayinya boleh pulang ke rumah dengan tetap menjalani PMK
di rumahnya. Namun, lingkungan tempat tinggal mereka dapat sangat berbeda dengan fasilitas
unit PMK di institusi kesehatan yang selalu dikelilingi oleh para petugas yang mendukung.
Mereka akan tetap memerlukan dukungan meskipun tidak sesering dan seintensif seperti
sebelumnya. Lingkungan keluarga sangat penting untuk kesuksesan PMK. Ibu sebaiknya
kembali ke rumah yang hangat, bebas rokok, dan mendapat dukungan dalam melaksanakan tugas
sehari-hari. Jika tidak ada layanan tindak lanjut atau lokasi RS letaknya jauh, pemulangan dapat
ditunda. Oleh karena itu, waktu pemulangan berbeda tergantung pada besarnya bayi, tempat tidur
yang tersedia, kondisi rumah dan kemudahan untuk follow-up. Biasanya bayi PMK dapat
dipulangkan dari rumah sakit ketika telah memenuhi kriteria dibawah ini:1
Ibu dan bayi :
Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada apnea atau infeksi
Bayi minum dengan baik
Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15g/kg/hari) untuk sekurang-kurangnya
tiga hari berturut-turut
Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan follow-up
Di Malawi, bayi dipulangkan jika berat badan telah naik minimum 10g/hari selama tiga
hari, dapat minum dengan baik (minum melalui gelas atau dari ASI) dan jika kondisi umum telah
stabil. Terdapat batasan berat badan minimum yakni 1500 g. Bayi yang dipulangkan dengan
berat badan < 1800 gram difollow-up setiap minggu dan bayi dengan berat badan >1800 gram
setiap dua minggu.
Tujuan tindak lanjut dan monitoring (pemantauan):
1. Memberikan pelayanan pada bayi berat lahir rendah/ prematur pasca rawat inap yang telah
menjalani Perawatan Metode Kanguru
2. Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang menjalani PMK
3. Skrining gangguan pertumbuhan dan perkembangan bayi yang menjalani PMK di rumah
4. Memfasilitasi perawatan metode kanguru dari yang intermiten menjadi kontinu hingga bayi
dapat dilepas dari PMK
5. Untuk mempromosikan pemberian ASI eksklusif
6. Mempromosikan dan melakukan imunisasi
7. Meningkatkan angka kesintasan BBLR
Tempat Pemantauan
Pemantauan pasca rawat dapat dilakukan di Poliklinik Anak RS atau di sarana kesehatan
memenuhi syarat.
Waktu Pemantauan
Semakin kecil bayi pada saat pemulangan, semakin awal dan sering pemantauan yang
diperlukan. Jika bayi dilepas sesuai dengan kriteria diatas, anjuran berikut ini dapat berlaku pada
keadaan seperti :
1. Dua kali kunjungan follow up per minggu sampai dengan 37 minggu usia pasca menstruasi
2. Satu kali kunjungan follow up per minggu setelah 37 minggu
Pemeriksaan pada kunjungan dapat bervariasi, sesuai dengan kebutuhan ibu dan bayi.
Periksalah hal-hal berikut setelah setiap kunjungan :
1. PMK
Lama kontak langsung kulit ibu-bayi, posisi, pakaian, suhu badan, dukungan untuk ibu dan
bayi. Apakah bayi menunjukkan tanda-tanda intoleransi? Apakah saatnya untuk menyapih
bayi dari PMK (biasanya sekitar 40 minggu dari usia pasca menstruasi, atau sebelumnya)
Jika belum, dorong ibu dan keluarganya untuk melanjutkan PMK selama mungkin.
2. Pemberian ASI
Apakah memberikan ASI eksklusif? Jika ya, pujilah si ibu dan dorong ibu untuk
meneruskan. Jika tidak, anjurkan ibu untuk meningkatkan pemberian ASI dan kurangi
pemberian makanan atau cairan lain. Tanyakan dan lihat apakah ada permasalahan dan
berikan dukungan. Jika bayi mengkonsumsi tambahan formula atau makanan lain, periksa
keamanan dan kecukupannya; pastikan bahwa keluarganya mempunyai persediaannya yang
cukup.
3. Pertumbuhan
Timbang bayi dan periksa pertambahan berat badannya selama periode terakhir. Jika
tambahan berat badan mencukupi, misalnya rata-rata 15 g/kg/hari, pujilah ibu. Jika tidak
mencukupi, tanya dan cari permasalahan, penyebab dan solusi. Semua ini umumnya
berhubungan dengan pemberian minum dan penyakit.
4. Penyakit
Tanya dan cari tanda-tanda apapun yang mengindikasikan adanya penyakit, baik yang
dilaporkan atau tidak oleh ibu. Tangani setiap penyakit berdasarkan standar operasional
prosedur dan juklak lokal. Pada kasus dimana menuyusi tidak eksklusif, cari tanda-tanda
permasalahan nutrisi atau pencernaan.
5. Obat-obatan
Berikan persedian obat-obatan yang cukup, jika perlu cukup sampai kunjungan follow up
berikutnya.
6. Imunisasi
Pastikan ibu mengikuti jadwal imunisasi setempat.
7. Yang menjadi perhatian ibu
Tanyakan pada ibu permasalahan yang lain, termasuk soal pribadi, rumah tangga, dan sosial.
Cobalah bantu menemukan solusi terbaik untuk semuanya.
8. Kunjungan follow up berikutnya
Selalu jadwalkan atau pastikan kunjungan berikutnya. Jika waktu memungkinkan jangan
hilangkan kesempatan untuk memeriksa dan nasehati tentang higiene ibu dan meningkatkan
kewaspadaan ibu terhadap tanda-tanda bahaya yang memerlukan perawatan segera.
9. Kunjungan follow up khusus
Jika hal ini diperlukan untuk mengatasi permasalahan somatis atau medis lainnya, dorong ibu
untuk melakukan kunjungan ini dan dia jika dibutuhkan.
10. Perawatan bayi secara biasa
Dorong para ibu untuk melakukan perawatan bayi secara biasa (menyapih dari PMK) setelah
berat bayi mencapai 2500 g atau 40 minggu dari usia pasca menstruasi.
Waktu pemantauan dan beberapa pemeriksaan yang dilakukan saat pemantauan mengacu pada
Perinatal Education Programme, 2004.
1. Pemantauan awal: Kontak awal bertujuan untuk menilai pertumbuhan (berat badan, panjang
dan lingkar kepala bayi) dan kondisi umum, serta membuat ibu mengenal penyedia
perawatan neonatal terdekat.
Bayi dengan berat:
< 1500 gram : diperlukan pemeriksaan setiap hari di poli rawat jalan RS/sarana kesehatan
yang memenuhi syarat
>1500 gram: paling lambat dalam 2 hari setelah dipulangkan harus datang untuk
pemeriksaan di RS/sarana kesehatan yang memenuhi syarat. Perlu dilakukan pemeriksaan
3-4 kali / minggu sampai BB 1800 gram, kemudian 1x/minggu sampai BB 2500 gram.
Rekomendasi ini hanya sebagai pedoman dan harus disesuaikan dengan keadaan bayi, ibu
dan keluarga serta sarana kesehatan. Tindak lanjut lebih sering diperlukan pada daerah
yang dingin.
2. Pemantauan perkembangan dapat dimulai pada usia koreksi 0 minggu, bertujuan untuk
mendeteksi gangguan perkembangan dan memberikan intervensi lebih awal, sehingga angka
keberhasilannya pun akan lebih besar.
3. Anak kembar selalu dijadwalkan untuk dilakukan pemantauan di poliklinik yang sama dalam
hari yang sama.
4. Beberapa kondisi bayi:
Bila ditemukan sindrom/abnormalitas neurologis pada 1 minggu pertama kehidupan: segera
jadwalkan untuk klinik spesialis yang sesuai dengan diagnosis. Bayi yang lebih besar dengan
masalah minum atau masalah lain yang bermakna (misalnya HIE perbaikan, abnormalitas
jantung) sebaiknya juga dilihat lebih awal di RS oleh dokter.
Pemantauan saat follow up Melakukan skrining gangguan pertumbuhan:
- Berat badan dan panjang badan harus ditimbang secara rutin. Kenaikan BB minimal 15
gram/kg/ hari. Sebaiknya BB dan PB di plot di kurva pertumbuhan yang sesuai dengan
usia gestasi.
- Lingkar kepala dan panjang badan diukur minimal 1 bulan sekali dan diplot di kurva
pertumbuhan lingkar kepala yang sesuai usia gestasi.
- Pemberian asupan nutrisi harus disesuaikan
Melakukan skrining gangguan perkembangan:
- Melakukan skrining perkembangan dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP) dan dilanjutkan dengan Denver II (pada sarana yang memiliki
fasilitas) saat usia koreksi 0 hari
- Melakukan dan mengajarkan ibu stimulasi dini perkembangan
- Melakukan intervensi pada bayi dengan gangguan perkembangan
Melakukan pemberian imunisasi
Melakukan pemantauan yang lain:
- Edukasi ibu pasien mengenai pemberian ASI dan tanda kegawatan pada bayi
- Pada sarana yang sudah lengkap dilakukan:
- Pemantauan ROP
- USG kepala pada usia 1, 3, 7,dan 28 hari, kemudian dilanjutkan setiap 4 minggu sampai
usia 3 bulan
- Fungsi pendengaran setelah keadaan klinis stabil.
- Ostepenia of prematurity ( dilakukan pemeriksaan kadar alkali fosfatase, kalsium dan
fosfat secara berkala setiap 2 minggu)
- Pemeriksaan penunjang lain disesuaikan dengan keadaan bayi.
Saat merencanakan untuk mengikuti jejak, implemetasi monitoring dan evaluasi PMK
memiliki dua fokus, yaitu fokus jangka pendek dan jangka panjang. Fokus jangka pendek
menanyakan apakah PMK telah berhasil diimplementasikan. Fokus jangka panjang
memerhatikan apakah PMK dapat dipertahankan dan berlangsung. Berikut ini adalah
sejumlah aspek yang diperlukan bagi Menteri kesehatan dalam merencanakan tindak lanjut
dengan intervensi baru :
Di akhir periode tertentu, diperlukan kunjungan ke RS daerah oleh pelatih nasional
dan jika memungkinkan dengan penilai independen menggunakan instrumen
monitoring untuk menilai kemajuan implementasi dan kelangsungan PMK.
Sejumlah sampel pusat layanan kesehatan dikunjungi untuk menilai kualitas layanan
PMK dan menilai beberapa rekam medis.
Sebaiknya ada sertifikat bagi RS dan layanan kesehatan yang telah sukses
mengimplementasikan PMK dan meunjukkan ....sustain
Perencanaan harus dibuat di tingkat sistem kesehatan memasukkan PMK sebagai
bagian mekanisme penilaian kualitas perawatan neonatus.
3.8 Penerapan PMK
PMK terutama digunakan pada perawatan BBLR/prematur di beberapa rumah sakit dengan
kategori sebagai berikut:
a. RS yang tidak memiliki fasilitas untuk merawat bayi BBLR. Pada keadaan ini, PMK
merupakan satu-satunya pilihan perawatan karena jumlah inkubator dan perawat tidak
memadai.
b. RS yang memiliki tenaga dan fasilitas tetapi terbatas, dan tidak mampu merawat semua bayi
BBLR. PMK menjadi pilihan jika dibandingkan dengan perawatan konvensional dengan
menggunakan inkubator.
c. RS yang memiliki tenaga dan fasilitas yang memadai. Disini, PMK bermanfaat untuk
meningkatkan ikatan antara ibu dan bayi, mengurangi risiko infeksi, meningkatkan ASI dan
mempersingkat lama perawatan di rumah sakit.
3.9 Fasilitas dan peralatan yang diperlukan dalam PMK
Berikut ini adalah beberapa fasilitas dan peralatan yang diperlukan untuk melakukan
PMK :
1. Bangsal dengan dua atau empat tempat tidur dengan ukuran yang sesuai bagi ibu untuk
tinggal seharian dengan si bayi. Di bangsal ini para ibu dapat berbagi pengalaman,
memperoleh dukungan serta kerjasama, dan pada saat yang bersamaan si ibu dan bayinya
dapat menerima kunjungan pribadi tanpa mengganggu yang lain. Kamar tersebut harus
dipertahankan kehangatannya untuk si bayi (24-26°C).
2. Kamar mandi dengan fasilitas air bersih, sabun, dan handuk serta wastafel untuk tempat cuci
tangan.
3. Ruangan lain yang berukuran lebih kecil yang dapat digunakan para petugas untuk konseling
dengan ibu. Ruangan ini dapat juga dipergunakan untuk melakukan evaluasi keadaan si bayi.
4. Support Binder (Ikatan/pembalut penahan bayi agar dapat terus berada di posisi PMK). Alat
ini adalah satu-satunya alat khusus yang digunakan untuk PMK. Alat ini membantu para ibu
untuk menahan bayinya agar dengan aman terus berada dekat dengan dada ibu. Untuk
memulainya, gunakan secarik bahan kain yang halus, kira-kira sekitar satu meter, lipatlah
secara diagonal, lalu buatlah simpul pengaman, atau dapat juga dikaitkan ke ketiak ibu.
Selanjutnya, baju kanguru dari pilihan ibu dapat menggantikan kain ini. Semua ini untuk
memungkinkan para ibu dapat menggunakan dengan bebas tangan mereka dan agar mereka
dapat bergerak dengan bebas selama melakukan kontak kulit langsung ibu dengan bayi.1
Namun demikian, pemakaian baju kanguru ini sebaiknya disesuaikan dengan kondisi budaya
setempat.
Gambar 6. Kantong untuk menggendong bayi PMK1
5. Pakaian Bayi
Jika bayi menerima PMK secara terus-menerus, bayi tersebut cukup dipakaikan popok atau
diapers sampai dibawah pusat. Pada saat bayi tidak dalam posisi kanguru, bayi dapat
ditempatkan di tempat tidur yang hangat dan diberi selimut.
Jika suhu ruangannya adalah 24-26°C, bayi pada posisi kanguru hanya memakai popok, topi
yang hangat dan kaus kaki. Namun, jika suhu turun di bawah 22°C, bayi tersebut harus
memakai baju tanpa lengan yang terbuat dari kain katun yang terbuka bagian depannya
sehingga memungkinkan tetap terjadinya kontak kulit dengan dada dan perut ibu. Ibu
kemudian mengenakan bajunya yang biasa untuk menghangatkan dirinya dan si bayi.
Gambar 7. Pakaian bayi untuk PMK1
6. Peralatan dan keperluan lain
Sebuah termometer yang dapat membaca suhu rendah (low reading thermometer) yang
cocok digunakan untuk mengukur suhu badan di bawah 35°C. 1
Timbangan. Idealnya menggunakan timbangan neonatus dengan interval 10 gram.1
Peralatan resusitasi dasar dan oksigen, jika mungkin harus tersedia disetiap ruangan
BBLR dirawat.1
Obat-obatan untuk mencegah dan mengobati berbagai masalah BBLR boleh ditambahkan
sesuai petunjuk pelaksanaan lokal. Obat-obatan khusus kadang diperlukan tetapi tidak
dianjurkan.1
Alat pengukur panjang badan dan alat pengukur lingkar kepala.
BAB IV
DISKUSI
Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan salah satu pendekatan yang cukup
menarik yang dapat digunakan dalam meningkatkan perawatan pada neonatus, meningkatkan
ikatan antara ibu-bayi, serta dapat menurunkan beban biaya perawatan bayi BBLR. Namun,
efektivitas PMK sebagai pengganti terapi konvensional (inkubator) dalam terapi bayi BBLR
masih dipertanyakan. Hal ini karena sebagian besar kematian neonatus pada BBLR terjadi pada
saat periode stabilisasi sehingga pada saat itu PMK belum dapat dilakukan. Saat ini, masih belum
ada bukti yang mendukung penggunaan PMK sebagai alternatif perawatan pada bayi BBLR yang
belum stabil. Bahkan hasil analisis Cochrane 2002 menyimpulkan bahwa masih belum terdapat
bukti yang cukup dari penelitian RCT yang dapat merekomendasikan penggunaan rutin PMK
sebagai terapi bayi BBLR. Namun demikian, beberapa penelitian terbaru lainnya menunjukkan
hasil sebaliknya.
Berikut ini adalah beberapa komponen yang dinilai didalam berbagai penelitian yang
membandingkan antara perawatan bayi BBLR yang mendapat PMK dengan yang mendapat
terapi konvensional (inkubator):
1. Mortalitas :
Hampir bisa dikatakan tidak ada efek samping dari penggunaan PMK. Dari satu
penelitian menyatakan bahwa PMK tidak berkaitan dengan peningkatan risiko kematian.
Oleh karena itu, PMK merupakan pendekatan yang aman digunakan pada perawatan bayi
BBLR yang secara klinis stabil.Error: Reference source not found
Penelitian lain menyatakan bahwa tidak ada perbedaan dalam angka mortalitas.14-16
Persentase kematian pada bayi yang dilakukan PMK secara dini lebih rendah daripada
bayi yang dirawat di NICU. Sebagian besar kematian terjadi dalam 12 jam pertama
kehidupan. Angka kelangsungan hidup pada bayi PMK lebih baik daripada yang
mendapat terapi konvensional (inkubator).38
2. Infeksi
38 Worku B, Kassie A. Kangaroo Mother Care: A Randomized Controlled Trial on Effectiveness
of Early Kangaroo Mother Care for the Low Birthweight Infants in Addis Ababa, Ethiopia.
Journal of Tropical Pediatrics, Vol.51, No.2 2005. (Level of evidence Ia)
PMK berkaitan dengan menurunnya risiko infeksi nosokomial, penyakit berat, dan
infeksi saluran pernapasan bawah.14-16
Kejadian sepsis secara signifikan lebih tinggi pada bayi yang dirawat dengan inkubator.35
3. Menyusui
PMK meningkatkan pemakaian ASI eksklusif.14-16
Pada bayi PMK menyusui menjadi lebih sering dan lebih lama. Peranan dari ASI ini
sangat banyak diantaranya akan menignkatkan imunitas, sehingga dapat mengurangi
risiko infeksi yang pada akhirnya akan mengurangi masa rawat di RS.39
Pendekatan PMK yang dilakukan secara dini akan meningkatkan kesuksesan dalam
menyusui. Tetapi jika PMK baru dilakukan setelah satu bulan, perbedaannya secara klinis
tidak terlalu bermakna.40
4. Kunjungan kembali ke RS
Tidak ada perbedaan dalam hal kunjungan kembali ke RS.14-16
5. Pertumbuhan
Bayi dengan PMK, berat badannya naik lebih banyak per harinya dan memiliki lingkar
kepala yang lebih besar, meskipun perbedaannya secara klinis tidak terlalu bermakna.15-
16,41,42
6. Perkembangan psikomotor
39 Charpak N, Ruiz-Pelaez JG, Charpak Y. Rey-Martinez Kangaroo Mother Program: An
Alternative Way of Caring for Low Birth Weight Infants? One year Mortality in a Two Cohort
Study. Pediatrics.Vol 94 No.6 December 1994.40 Moore ER, Anderson GC. Randomized Controlled Trial of Very Early Mother-Infant Skin-to-
Skin Contact and Breastfeeding. Journal of Midwifery & Women’s Health. 2007. (Level of
evidence Ia)41 Rao SPN, Udani R, Nanavati R. Kangaroo Mother Care for Low Birth Weight Infants: A
Randomized Controlled Trial. Indian Pediatrics.Volume45-January 17, 2008. (Level of
evidence Ia)42 Charpak N, Ruiz-Pelaez JG, Figuerora Z, Charpak Y. A Randomized Controlled Trial of
Kangaroo Mother Care : Results of Follow Up at 1 Year of Corrected Age. Alternative Way of
Caring for Low Birth Weight Infants? One year Mortality in a Two Cohort Study.
Pediatrics.Vol 108 No.5 November 2001. (Level of evidence Ia)
Tidak ada perbedaan dalam perkembangan psikomotor.14-16
7. Ketidakpuasan orangtua
PMK mengurangi ketidakpuasan orangtua dalam perawatan bayinya.14-16
Lebih dari 95% ibu bahagia dalam merawat bayinya.Error: Reference source not found
Metode PMK merupakan metode pilihan yang paling diterima oleh ibu dan keluarganya
di rumah.
8. Perilaku ikatan ibu
Kompetensi ibu pada bayi dengan PMK lebih baik daripada bayi yang dirawat di
inkubator. Namun persepsi ibu mengenai dukungan sosial pada bayi yang dirawat di
NICU lebih baik daripada bayi PMK.15
9. Hasil Lain
Episode hipotermia dan hipertermia lebih signifikan terjadi pada bayi yang dirawat
dengan inkubator daripada bayi yang dilakukan PMK.16,34 Pada penelitian lain, PMK
terbukti sama efektifnya dengan inkubator dalam menghangatkan neonatus yang
mengalami risiko hipotermia. Pada bayi yang cukup bulan, bayi PMK mendapat panas
dari suhu ibu saat suhunya kurang dari 36,3°C, tetapi akan kehilangan panas jika
suhunya mencapai 37°C. Oleh karena itu, mungkin tidak ada risiko heat stress pada
neonatus selama PMK.43
Rata-rata kardiovaskular dan suhu pada bayi dengan PMK terdapat dalam batas normal.
Episode apnea, bradikardia, dan napas periodik tidak ditemukan pada bayi PMK.
Pernapasan yang teratur meningkat pada bayi dengan PMK bila dibandingkan yang
mendapat terapi konvensional (inkubator).44
Kejadian hipoglikemia secara signifikan lebih tinggi pada bayi yang dirawat dengan
inkubator.34
Neonatus yang sangat prematur yang menjalani PMK tampaknya memiliki mekanisme
endogen dalam menurunkan respons nyeri, tetapi tidak sekuat pada neonatus yang lebih
matur. Waktu pemulihan yang pendek pada PMK secara klinis bermakna dalam
mempertahankan homeostasis.22
44 Ludington-Hoe SM, Anderson GC, Swinth JY, Thompson C, et al. Randomized controlled
trial of kangaroo care : cardiorespiratory and thermal effects on healthy preterm infants.
Neonatal Netw. 2004. 23 (3):39-48.(Level of evidence Ia)
Rata-rata masa rawat pada bayi PMK sekitar 4,5 hari dan pada kelompok kontrol 6,5
hari.15 Rata-rata masa rawat pada bayi PMK sekitar 11 hari dan pada kelompok kontrol
13 hari.16 Rata-rata masa rawat pada bayi PMK dua hari lebih singkat daripada kelompok
kontrol.14
Biaya perawatan secara keseluruhan pada bayi PMK berkurang hingga 50%.16
PMK yang dilakukan segera setelah persalinan secara klinis bermanfaat mengurangi
stress yang berkaitan dengan kelahiran dan meningkatkan kemampuan pengaturan diri
neonatus dalam menghadapi lingkungan ekstrauterin dari berbagai rangsangan yang
berasal dari lingkungan.45
Dari penjelasan diatas, meskipun masih belum terdapat hubungan yang sangat jelas
apakah PMK secara langsung dapat menggantikan peranan inkubator, namun dari berbagai hasil
penelitian yang ada saat ini terlihat bahwa manfaat PMK sangat banyak. Oleh karena itu, peranan
PMK sebagai terapi alternatif pemakaian inkubator dapat saja dipertimbangkan.
Indikasi PMK di setiap fasilitas pelayanan dapat saja berbeda. Ada penelitian yang
menggunakan kriteria sebagai berikut : bayi prematur, berat lahir <1500 gram, dan mampu
bernapas sendiri.46,47 Sedangkan pedoman WHO membuat penggolongan berat badan sebagai
arahan dalam melaksanakan PMK. Di Indonesia, bayi BBLR <1800 g, tidak boleh dilakukan
PMK di Puskesmas tetapi harus dirujuk ke Rumah Sakit. Bayi BBLR >1800 g yang lahir di
Puskesmas, dianjurkan untuk perawatan di Puskesmas dan dilakukan PMK.
Untuk mempersiapkan penerapan PMK diperlukan beberapa persyaratan seperti berikut
ini :
1. Formulasi dari kebijakan
2. Organisasi pelayanan dan tindak lanjut (follow-up)
3. Peralatan dan perlengkapan untuk ibu dan bayi
4. Petugas kesehatan yang terlatih
Jika dilihat dari hasil-hasil penelitian diatas, sebagian besar penelitian dilakukan di
negara berkembang. Jika dilihat secara geografis, kondisinya dengan di Indonesia tidaklah jauh
berbeda, namun untuk hal-hal tertentu yang spesifik tetntu ada beberapa perbedaan. Misalnya
mengenai suhu ruangan di fasilitas PMK. Suhu ruangan sangat dipengaruhi oleh kondisi/iklim di
negara masing-masing. WHO mencantumkan rentang suhu ruangan sebesar 22°-24°C.
Sedangkan di Indonesia, rentang suhu ruangan berkisar 25°-27°C. Apakah pada suhu ruangan
yang lebih panas, PMK secara efektif bisa dilakukan masih menjadi pertanyaan. Sayangnya,
berbagai literatur tidak ada yang mencantumkan secara spesifik mengenai rentang/batas suhu
ruangan ini.
Biasanya bayi PMK dapat dipulangkan dari rumah sakit ketika telah memenuhi kriteria
dibawah ini :
Ibu dan bayi :
Terdapat batasan berat badan bayi minimum yakni 1500 g.
Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada apnea atau infeksi
Bayi minum dengan baik
Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15g/kg/hari) untuk sekurang-kurangnya
tiga hari berturut-turut
Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan follow-up
Bayi yang dipulangkan dengan berat badan < 1800 gram difollow-up setiap minggu dan
dilakukan minimal di RS Umum daerah, sedangkan dan bayi dengan berat badan >1800 gram
difollow-up setiap dua minggu boleh dilakukan di Puskesmas.
BAB V
ANALISIS BIAYA
Dari berbagai penelitian, tidak ada yang mencantumkan analisis biaya secara detail
mengenai perbandingan antara perawatan bayi BBLR yang menggunakan PMK dengan
perawatan konvensional (inkubator). Namun, ada salah satu penelitian yang secara kasar
membandingkan antara pemakaian inkubator dengan PMK seperti berikut ini:48
Di negara berkembang, biaya untuk perawatan bayi BBLR (berat 1000 gram) dengan
menggunakan inkubator adalah sebesar US$ 800 per hari.
Di Bogota, biaya untuk perawatan bayi BBLR (berat 1000 gram) dengan menggunakan
inkubator adalah sebesar US$ 89 per hari.
48 Kangaroo Mother Care. Diunduh dari http://www.bndes.gov.br/english/
studies/KangarooMother.pdf. tanggal 5 september 2008.
Sedangkan bayi BBLR dengan PMK hanya membutuhkan biaya US$ 2 per hari.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode PMK merupakan cara yang
efektif dengan rasio biaya-manfaat yang sangat menguntungkan.
Di Indonesia, penelitian yang dilakukan Haksari dkk (2002) melakukan analisis biaya
dengan membagi dua item yaitu : biaya penghasilan dan biaya pengeluaran yang terdiri dari
biaya makanan untuk ibu dan bayi, obat dan alat kesehatan, pemeriksaan lab dan sinar X, listrik
dan bahan bakar, dan perawatan alat. Untuk ketenagaan RS, waktu bekerja berkurang hingga
40% dan layanan gawat darurat berkurang sampai 50% pada PMK daripada metode konvensinal.
Oleh karena itu, biaya staf PMK lebih rendah. Penggunaan oksigen, obat dan alat juga lebih
rendah pada kelompok PMK. Pada metode konvensional, memerlukan perawatan pada sistem
peringatan, peralatan oksigen, listrik dan bahan bakar, serta susu formula. Biaya keseluruhan
pada PMK berkurang hingga 30%. Pada PMK membutuhkan biaya total Rp. 31.584.000, dan
pada metode konvensional Rp. 45.120.000.49
BAB VI
REKOMENDASI
Bayi berat lahir rendah masih menjadi masalah besar di dunia maupun di Indonesia
khususnya, selain sebagai penyumbang terbesar kematian anak yaitu 27 % di dunia pada tahun
2000 dan 38,8 % di Indonesia pada tahun 2005. Penatalaksanaan BBLR ini memerlukan sarana
dan prasarana yang memadai secara kwantitas dan kwalitas, seperti rasio perawat yang baik
adalah 1 perawat berbanding 2-4 pasien atau alat kesehatan berteknologi tinggi seperti ventilator,
Continous Positive Air Pressure (CPAP), incubator dan lain-lain. Sejak ditemukannya
Perawatan Metode Kanguru (PMK) oleh dr Martinez dkk telah banyak manfaat yang dapat
diperoileh oleh semua pihak terutama BBLR dengan perawatan metode Kanguru ini. Penelitian-
penelitian selanjutnya di luar negri maupun Indonesia telah membuktikan manfaat yang
diperoleh dari PMK ini,sehingga yang dapat direkomendasikan adalah sebagai berikut :
1. PMK dapat digunakan sebagai alternatif pengganti inkubator, karena perawatan metode ini
terbukti dapat menstabilkan suhu bayi dengan menggunakan panas badan ibu dan sama
efektifnya bahkan lebih baik dari inkubator. [Rekomendasi A]
2. PMK memberikan ibu kepercayaan diri dalam merawat bayinya yang mempunyai berat
lahir rendah, sehingga bila PMK kontinu dilakukan di Rumah Sakit (RS) maka keperluan
tenaga kesehatan khusunya perawat dapat lebih efesien karena ibu yang merawat bayinya
sendiri dan perawat dapat dipanggil bila diperlukan. Bagi bayi yang belum dapat dilakukan
PMK kontinu, dianjurkan untuk melakukan PMK intermitten untuk membiasakan ibu
merawat bayi dengan PMK. [Rekomendasi A]
3. PMK dapat mengurangi infeksi nosokomial, menstabilkan laju nadi, mengurangi apnea
prematur, menstabilkan saturasi, meningkatkan produksi dan keberhasilan menyusui,
meningkatkan berat badan, meningkatkan ikatan batin antara bayi-ibu maupun anggota
keluarga lainnya, mengurangi angka kematian dan morbiditas BBLR. Berdasarkan fakta yang
tersebut diatas maka PMK sangat direkomendasikan untuk BBLR di Indonesia terutama
apabila bayi tersebut stabil keadaan klinisnya dan hanya memerlukan inkubator untuk
perawatannnya. Pusat pelayanan primer seperti PUSKESMAS dapat meneruskan perawatan
BBLR yang telah di pulangkan dari pusat pelayanan sekunder atau tersier. Pusat pelayanan
kesehatan sekunder dapat melakukan PMK kontinu untuk BBLR yang masih menggunakan
alat kesehatan minimal misalnya minum masih menggunakan selang. PMK dapat dilakukan
disemua level pelayanan kesehatan di Indonesia sesuai dengan sarana danprasarana yang
tersedia. [Rekomendasi C]
4. Membentuk dan meningkatkan jejaring pelayanan PMK agar dapat mengurangi lama
perawatan sehingga tidak terjadi stagnasi pasien di pusat pelayanan tersier maupun level
pelayanan kesehatan lainnya dan biaya perawatan menjadi lebih murah. [Rekomendasi C]
5. Keberhasilan PMK memerlukan dukungan dari pemerintah, tenaga kesehatan, keluarga dan
masyarakat. [Rekomendasi C]
6. PMK berkembang dengan pesat dan mulai dilakukan di Negara maju yang telah mempunyai
fasilitas yang baik karena dari penelitian bayi dan ibu yang melakukan PMK mempunyai
kadar stress hormone (kortisol) yang lebih rendah sehingga diasumsikan ibu dan bayi lebih
tenang/tidak stress. [Rekomendasi A]
7. Kriteria definitif pemulangan terdiri dari : [Rekomendasi C]
- Bayi mencapai berat badan minimum yakni 1500 g.
- Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada apnea atau infeksi
- Bayi minum dengan baik
21 Conde-Agudelo, A., Diaz-Rossello, J., & Belizan, J. (2003). Kangaroo mother care to reduce
morbidity and mortality in low birthweight infants. Cochrane Database Syst Rev, (2),
CD002771. (Level of evidence Ia)22 Charpak, N., Ruiz-Pelaz, J., & Figueroa, Z. (2005). Influence of feeding patterns and other
factors on early somatic growth of healthy, preterm infants in home-based kangaroo mother
care: A cohort study. Journal of Pediatric Gastroenterol Nutrition, 41 (4), 430-437. (Level of
evidence IIb)23 Usman A, Irawaty S, Triyanti A, Alisjahbana A. Pencegahan Hipotermia pada Perawatan Bayi
Berat Lahir Rendah (BBLR) di Rumah dengan Metoda Kanguru. Unit Penelitian FK
Unpad/RSHS. Bandung 1996.24 Anonymous. Kangaroo care. Diunduh dari http://en.wikipedia.org/wiki/kangaroo_care.
tanggal 3-11-200825 Johnston CC, Filion F, Yeo MC, Goulet C. Kangaroo mother care diminishes pain from heel
lance in very preterm neonates: A crossover trial. BMC Pediatrics. 24 April 2008.26 Ludington-Hoe SM, Johnson MW, Morgan K, Lewis T, et al.Neurophysiologic Assessment of
Neonatal Sleep Organization: Preliminary Results of a Randomized, Controlled Trial of Skin
Contact With Preterm Infants. Pediatrics 2006;117;909-923
27 Anonymous. Principles of kangaroo mother care. Perinatal Education Programme. Mother and
Baby Friendly Care: Unit 43-44:6/200428 London, M., Ladewig, P., Ball, J., & Bindler, R. (2006). Maternal and child nursing care (2nd
ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson Prentice Hall. (p. 573, 791 - 793)
- Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15g/kg/hari) untuk sekurang-
kurangnya tiga hari berturut-turut
- Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan follow-up
- Bayi yang dipulangkan dengan berat badan < 1800 gram difollow-up setiap minggu dan
dilakukan minimal di RS Umum Daerah, sedangkan dan bayi dengan berat badan >1800
gram difollow-up setiap dua minggu boleh dilakukan di Puskesmas.
29 Robles, M. (1995). Kangaroo care: The human incubator for the premature infant. University
of Manitoba, Women’s Hospital in the Health Sciences Centre: Winnipeg, MN.30 Ruiz-Peláez JG, Charpak N, Cuervo LG. Kangaroo Mother Care, an example to follow from
developing countries. BMJ 2004;329:1179-1181 doi:10.1136/bmj.329.7475. 1179.31 Lincetto O, Nazir AI, Cattaneo A. Kangaroo mother care with limited resources. J Trop
Pediatr 2000;46: 293-5.[Abstract/Free Full Text]32 Charpak N, Ruiz-Pelaez JG, Figueroa de CZ. Current knowledge of kangaroo mother
intervention. Curr Opin Pediatr 1996;8: 108-12.[Medline]34 Gomez P, Baiges N, Batiste F, Marca G, Nieto J, Closa M. Kangaroo method in delivery room
for full-term babies. (in Spanish)An Esp Pediatr. 1998;48:631-63335 Moore ER, Anderson GC. Randomized controlled trial of very early mother-infant skin-to-skin
contact and brestfeeding status. Journal of Midwifery & women’s health.medscape. 2007.
(Level of evidence Ia)36 Anderson GC, Moore ER, Hepworth J, Bergman N. Early skin-to-skin contact for mothers and
their healthy newborn infants (Cochrane review). In: The Cochrane Library, Issue 2.
Chichester, UK: John Wiley & Sons, 2003. (Level of evidence Ia)37 Carfoot S, Williamson P, Dickson R. A randomized controlled trial in the north of England
examining the effects of skin-to-skin care on breastfeeding. Midwifery. 2005;21:71-79. (Level
of evidence Ia)43 Christensson K, Bhat GJ, Amadi BC, Eriksson B, et al. Randomised study of skin-to-skin
versus incubator care for rewarmingh low-risk hypothermic neonates. The Lancet. Vol 352,
October 3, 1998. (Level of evidence Ia)45 Goldstein S, Makhoul IR. The Effect of Skin-to-Skin Contact (Kangaroo Care) Shortly After
Birth on the Neurobehavioural Responses of the Term Newborn : A Randomized Controlled
Trial. Pediatrics. Vol 113 No.4 April 2004,pp 858-865. (Level of evidence Ia)
8. Rekomendasi waktu pemantauan: [Rekomendasi C]
- Dua kali kunjungan follow up per minggu sampai dengan 37 minggu usia pasca menstruasi.
- Kunjungan pertama paling lambat dalam 48 jam setelah pemulangan.
- Satu kali kunjungan follow up per minggu setelah 37 minggu
9. Setiap fasilitas kesehatan harus mempunyai alat pemantauan dan melakukan pencatatan serta
pelaporan pasca pemulangan. [Rekomendasi C]
DAFTAR PUSTAKA
20 Charpak N, et al. Kangaroo-mother programme: an alternative way of caring for low birth
weight infants? One year mortality in a two-cohort study. Pediatrics, 1994, 94:804-810. (Level
of evidence IIb)46 London, M., Ladewig, P., Ball, J., & Bindler, R. (2006). Maternal and child nursing care (2nd
ed.). Upper Saddle River, NJ: Pearson Prentice Hall. (p. 573, 791 - 793)47 Robles, M. (1995). Kangaroo care: The human incubator for the premature infant. University
of Manitoba, Women’s Hospital in the Health Sciences Centre: Winnipeg, MN.49 Haksari EL, Surjono A, Setyowireni D.Kangaroo mother care in low birth weight infant: a
randomized controlled trial. Pediatrica Indonesiana, Vol.42 No 3-4, Maret-April 2002.