draft putusan sela kempid 150613

31
PUTUSAN SELA Nomor : 131/Pid.B/2013/PN.BDG =========================================================== “DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA” Pengadilan Negeri Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa, telah menjatuhkan putusan sela sebagai berikut dalam perkara Terdakwa : Nama Lengkap : Muhammad Tohir bin Alvian Rusman Tempat Lahir : Bandung Umur/Tanggal Lahir : 39 tahun/ 27 Juni 1973 Jenis Kelamin : Laki-Laki Kebangsaan/ Kewarganegaraan : Indonesia Tempat Tinggal : Jalan Setiabudhi No. 152, RT 01/RW 07, Bandung Agama : Islam Pekerjaan : Wiraswasta Pendidikan : S-1 Telah ditahan berdasarkan Surat Perintah/Penetapan Penahanan oleh : 1. Penyidik Markas Besar Polri berdasarkan Surat Perintah Penahanan No. Pol. SP.Han/04/II/2015/Bareskrim, tertanggal 5 Februari 2013, terhitung mulai tanggal 05 Februari 2013 sampai dengan tanggal 15 Maret 2013. 2. Perpanjangan penahanan oleh Penuntut Umum pada Kejaksaan Tinggi Bandung berdasarkan Surat Perpanjangan Penahanan 1

Upload: raymond-pakur

Post on 21-Jan-2016

44 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Draft Putusan Sela Kempid 150613

PUTUSAN SELA

Nomor : 131/Pid.B/2013/PN.BDG

============================================

===============

“DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”

Pengadilan Negeri Bandung yang memeriksa dan mengadili perkara

pidana pada tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa, telah

menjatuhkan putusan sela sebagai berikut dalam perkara Terdakwa :

Nama Lengkap : Muhammad Tohir bin Alvian Rusman

Tempat Lahir : Bandung

Umur/Tanggal Lahir : 39 tahun/ 27 Juni 1973

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Kebangsaan/Kewarganegaraan : Indonesia

Tempat Tinggal : Jalan Setiabudhi No. 152, RT 01/RW 07,

Bandung

Agama : Islam

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : S-1

Telah ditahan berdasarkan Surat Perintah/Penetapan Penahanan oleh :

1. Penyidik Markas Besar Polri berdasarkan Surat Perintah Penahanan

No. Pol. SP.Han/04/II/2015/Bareskrim, tertanggal 5 Februari 2013,

terhitung mulai tanggal 05 Februari 2013 sampai dengan tanggal 15

Maret 2013.

2. Perpanjangan penahanan oleh Penuntut Umum pada Kejaksaan

Tinggi Bandung berdasarkan Surat Perpanjangan Penahanan

Nomor : No. 110/O.1.12.4/Epp.2/3/2013, tertanggal 16 Maret 2013,

terhitung mulai tanggal 16 Maret 2013 sampai dengan 23 Maret 2013.

3. Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Bandung berdasarkan

Surat Perintah Penahanan Nomor : PRINT-144/O.3.13/Epp.2/3/2013,

tertanggal 24 Maret 2013, terhitung mulai tanggal 24 Maret 2013

sampai dengan tanggal 01 April 2013

1

Page 2: Draft Putusan Sela Kempid 150613

4. Hakim Pengadilan Negeri Bandung berdasarkan Penetapan Nomor :

1747/Pen.Per.Tah/2013/PN.BDG, tertanggal 01 April 2013 terhitung

mulai tanggal 01 April 2013 sampai dengan tanggal 02 Mei 2013;

Dalam hal ini, Terdakwa didampingi oleh Penasihat Hukum yang bernama

Sinatrya, S.H., M.H., dan Bimbi, S.H., M.H., keduanya bertindak baik

bersama-sama maupun sendiri-sendiri berdasarkan Surat Kuasa Khusus

Nomor : 006/P34-PID/FHLA/XII/2013 tertanggal 5 Februari 2013;

Pengadilan Negeri Tersebut,

Telah membaca surat-surat dalam perkara ini;

Setelah mendengar pembacaan Surat Dakwaan Penuntut Umum Nomor

Register Perkara : PDM-105/BDG/03/2013 tertanggal 31 Maret 2013

selengkapnya adalah sebagai berikut :

PRIMAIR

- Bahwa pada tanggal 25 Januari 2013 sekitar pukul 13.30 WIB bertempat

di Hotel Wisma Dago, Jalan Ir. H. Djuanda Nomor 69, Bandung,

berdasarkan rekaman CCTV Hotel telah terjadi pertemuan antara

Terdakwa dengan Saksi Pujoko untuk menawarkan Saksi Pujoko

kerjasama bisnis kopi luwak dengan saudara Muhammad Toha sebagai

syarat penangguhan utang Terdakwa kepada Saksi Pujoko;

- Bahwa pada tanggal 27 Januari 2013 sekitar pukul 12.17 WIB, Terdakwa

menelepon saudara Muhammad Tohir yang tercatat dalam call data

record operator Simonsel dengan nomor +6285092391771 untuk

mengatur pertemuan saudara Muhammad Tohir dengan Saksi Pujoko;

- Bahwa pada tanggal 30 Januari 2013 sekitar pukul 15.23 WIB bertempat

di Toko Kimia Yong Gans, Terdakwa membeli racun arsenik sebanyak

100 gram dalam bentuk bubuk dari Saksi Kevin Haikal;

- Bahwa pada tanggal 31 Januari 2013 sekitar pukul 21.45 WIB bertempat

di Hotel Galeri Ciumbuleuit, Terdakwa bersama Saksi Pujoko datang

untuk menemui saudara Muhammad Tohir untuk membicarakan

kerjasama bisnis kopi luwak antara Saksi Pujoko dengan Saudara

Muhammad Tohir sesuai waktu yang telah ditentukan

- Kemudian Terdakwa menghampiri korban Muhammad Toha di kamar

2024 tanpa didampingi Saksi Pujoko untuk meminta maaf atas perkataan

2

Page 3: Draft Putusan Sela Kempid 150613

kasar yang terdakwa ucapkan terhadap korban pada percakapan telepon

mereka pada tanggal 24 Januari 2013;

- Setelah meminta maaf atas perkataan kasarnya, Terdakwa memanggil

Saksi Pujoko melalui SMS (short message service) untuk

menghampirinya ke kamar 2024;

- Setelah sampai di kamar 2024, Saksi Pujoko berbincang-bincang dengan

Terdakwa dan saudara Muhammad Toha serta mempraktikkan cara

pembuatan kopi luwak dengan cara mencampur kopi luwak dengan gula

merah dan gula pasir sesuai dengan tata cara pembuatan barista kopi

luwak pada umumnya.

- Sebelum Saksi Pujoko mencampurkan kopi luwak dengan gula merah dan

gula pasir, saudara Muhammad Toha memberitahukan bahwa ia tidak bisa

mencicipi kopi tersebut dikarenakan mengidap diabetes dan harus

menggunakan gula khusus;

- Kemudian Terdakwa memberikan gula khusus yang sudah Terdakwa

siapkan kepada saksi Pujoko dan mengatakan bahwa gula tersebut adalah

gula yang biasa digunakan oleh Terdakwa dan Saudara Muhammad Toha

karena sama-sama mengidap penyakit diabetes;

- Selanjutnya saksi Pujoko mencampurkan gula merah dan gula khusus

yang diberikan oleh Terdakwa untuk dicampurkan pada kopi luwak milik

saudara Muhammad Toha;

- Bahwa sekitar pukul 23.20 WIB, setelah masing-masing mencicipi kopi

luwak dan membicarakan bisnis, Terdakwa serta saksi Pujoko berpamitan

pulang dan meninggalkan Hotel Galeri Ciumbuleuit;

- Bahwa pada tanggal 1 Februari 2013 sekitar pukul 06.30 WIB, saksi

Taufan Pramayudha yang bertugas membersihkan kamar 2021-2030 Hotel

Galeri Ciumbuleuit menemukan tubuh korban dalam posisi telungkup dan

sudah tidak bernyawa di depan kamar 2024 kemudian segera

menelepon ;pihak yang berwajib.

- Bahwa berdasarkan keterangan ahli dr. Sarah Ramadhani Sp.F.

menyatakan kematian korban diakibatkan oleh senyawa arsenik yang

masuk kedalam tubuh korban, hasil pemeriksaan tersebut termuat dalam

surat visum et repertum no. 1347/rshs/2013;

3

Page 4: Draft Putusan Sela Kempid 150613

----------- Perbuatan terdakwa M. Tohir bin Alvian tersebut sebagaimana

diatur dan diancam pidana dalam Pasal 340 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1

KUHP.--------------

SUBSIDAIR

----------- Bahwa terdakwa Muhammad Tohir bin Alvian, dalam kurun waktu

antara tanggal 25 Januari 2013 sampai dengan tanggal 01 Februari 2013, atau

setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan Januari 2013 sampai bulan

Februari 2013 bertempat di Hotel Wisma Dago Jl. Ir.H. Juanda No. 69 Bandung,

atau setidak–tidaknya di suatu tempat tertentu yang masih termasuk dalam daerah

hukum Pengadilan Negeri Bandung, di mana Pengadilan Negeri Bandung

berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara ini, menyuruh melakukan

tindak pidana dengan sengaja merampas nyawa orang lain, yang

perbuatannya dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :----------------------------

- Bahwa pada tanggal 25 Januari 2013 sekitar pukul 13.30 WIB bertempat

di Hotel Wisma Dago, Jalan Ir. H. Djuanda Nomor 69, Bandung,

berdasarkan rekaman CCTV Hotel telah terjadi pertemuan antara

Terdakwa dengan Saksi Pujoko untuk menawarkan Saksi Pujoko

kerjasama bisnis kopi luwak dengan saudara Muhammad Toha sebagai

syarat penangguhan utang Terdakwa kepada Saksi Pujoko;

- Bahwa pada tanggal 27 Januari 2013 sekitar pukul 12.17 WIB, Terdakwa

menelepon saudara Muhammad Tohir yang tercatat dalam call data

record operator Simonsel dengan nomor +6285092391771 untuk

mengatur pertemuan saudara Muhammad Tohir dengan Saksi Pujoko;

- Bahwa pada tanggal 30 Januari 2013 sekitar pukul 15.23 WIB bertempat

di Toko Kimia Yong Gans, Terdakwa membeli racun arsenik sebanyak

100 gram dalam bentuk bubuk dari Saksi Kevin Haikal;

- Bahwa pada tanggal 31 Januari 2013 sekitar pukul 21.45 WIB bertempat

di Hotel Galeri Ciumbuleuit, Terdakwa bersama Saksi Pujoko datang

untuk menemui saudara Muhammad Tohir untuk membicarakan

kerjasama bisnis kopi luwak antara Saksi Pujoko dengan Saudara

Muhammad Tohir sesuai waktu yang telah ditentukan

4

Page 5: Draft Putusan Sela Kempid 150613

- Kemudian Terdakwa menghampiri korban Muhammad Toha di kamar

2024 tanpa didampingi Saksi Pujoko untuk meminta maaf atas perkataan

kasar yang terdakwa ucapkan terhadap korban pada percakapan telepon

mereka pada tanggal 24 Januari 2013;

- Setelah meminta maaf atas perkataan kasarnya, Terdakwa memanggil

Saksi Pujoko melalui SMS (short message service) untuk

menghampirinya ke kamar 2024;

- Setelah sampai di kamar 2024, Saksi Pujoko berbincang-bincang dengan

Terdakwa dan saudara Muhammad Toha serta mempraktikkan cara

pembuatan kopi luwak dengan cara mencampur kopi luwak dengan gula

merah dan gula pasir sesuai dengan tata cara pembuatan barista kopi

luwak pada umumnya.

- Sebelum Saksi Pujoko mencampurkan kopi luwak dengan gula merah dan

gula pasir, saudara Muhammad Toha memberitahukan bahwa ia tidak bisa

mencicipi kopi tersebut dikarenakan mengidap diabetes dan harus

menggunakan gula khusus;

- Kemudian Terdakwa memberikan gula khusus yang sudah Terdakwa

siapkan kepada saksi Pujoko dan mengatakan bahwa gula tersebut adalah

gula yang biasa digunakan oleh Terdakwa dan Saudara Muhammad Toha

karena sama-sama mengidap penyakit diabetes;

- Selanjutnya saksi Pujoko mencampurkan gula merah dan gula khusus

yang diberikan oleh Terdakwa untuk dicampurkan pada kopi luwak milik

saudara Muhammad Toha;

- Bahwa sekitar pukul 23.20 WIB, setelah masing-masing mencicipi kopi

luwak dan membicarakan bisnis, Terdakwa serta saksi Pujoko berpamitan

pulang dan meninggalkan Hotel Galeri Ciumbuleuit;

- Bahwa pada tanggal 1 Februari 2013 sekitar pukul 06.30 WIB, saksi

Taufan Pramayudha yang bertugas membersihkan kamar 2021-2030 Hotel

Galeri Ciumbuleuit menemukan tubuh korban dalam posisi telungkup dan

sudah tidak bernyawa di depan kamar 2024 kemudian segera

menelepon ;pihak yang berwajib.

- Bahwa berdasarkan keterangan ahli dr. Sarah Ramadhani Sp.F.

menyatakan kematian korban diakibatkan oleh senyawa arsenik yang

masuk kedalam tubuh korban, hasil pemeriksaan tersebut termuat dalam

surat visum et repertum no. 1347/rshs/2013;

5

Page 6: Draft Putusan Sela Kempid 150613

----------- Perbuatan terdakwa M. Tohir bin Alvian tersebut sebagaimana

diatur dan diancam pidana dalam Pasal 338 jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP.-

Setelah mendengar Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa atas

Surat Dakwaan Penuntut Umum Nomor Register Perkara :

PDM-105/BDG/03/2013 tertanggal 31 Maret 2013 yang pada

pokoknya sebagai berikut :

A. Surat Dakwaan Tidak Dapat Diterima

1. Pengadilan Negeri Bandung tidak Berwenang Mengadili secara

Relatif terhadap Perkara a quo

Berdasarkan Surat Dakwaan Saudara Penuntut Umum atas nama

klien kami, Ares Mahendra, S.Kom., M.M pada halaman 4, dijabarkan

bahwa Terdakwa melakukan tindak pidana sebagaimana yang diancam

dengan Pasal 32 ayat (1) jis. Pasal 36, Pasal 37, Pasal 51 ayat (2), Pasal

52 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik (UU ITE). Penuntut Umum mendalilkan bahwa tindak

pidana yang dilakukan oleh Terdakwa dilakukan di luar wilayah Republik

Indonesia yaitu tepatnya berada dalam wilayah hukum Australia.

Menurut Black’s Law Dictionary, “Locus Delictie is the place

where an offense is committed; the place where the last event

necessary to make the actor liable occurs”. Berdasarkan pengertian

yang diberikan tersebut dapat disimpulkan bahwa Locus delictie

merupakan tempat dimana suatu tindak pidana terjadi; tempat dimana

kejadian (tindak pidana) dapat menyebabkan pelaku harus

bertanggungjawab.

Selanjutnya Soedarto dalam bukunya yang berjudul Hukum

Pidana 1 pada halaman 36 menjelaskan bahwa untuk menuntut

seseorang terhadap tindak pidana yang dilakukannya, maka harus

dipastikan tentang waktu dan tempat terjadinya tindak pidana. Tempat

dilakukannya tindak pidana ini terkait dengan apakah hukum pidana

Indonesia dapat diberlakukan. Dalam teori locus delictie, dikenal

mengenai teori perbuatan materiil (perbuatan jasmaniah), yaitu teori

yang menyebutkan bahwa tempat tindak pidana ditentukan oleh

perbuatan jasmaniah yang dilakukan oleh pembuat dalam mewujudkan

tindak pidana tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, teori perbuatan

6

Page 7: Draft Putusan Sela Kempid 150613

materiil (perbuatan jasmaniah) pada pokoknya menjelaskan bahwa

pengadilan yang berwenang mengadili suatu tindak pidana adalah

pengadilan dimana perbuatan tersebut dilakukan.

Menurut Utrecht, untuk menyelesaikan persoalan tentang locus

delictie, ilmu hukum pidana bersama-sama dengan yurisprudensi hukum

pidana telah membuat tiga teori, yakni :

1. Teori perbuatan materiil, Locus delictie nya adalah tempat

dimana pembuat melakukan segala perbuatan yang dapat

mengakibatkan delik yang bersangkutan. Locus delictie adalah

tempat dimana perbuatan yang perlu ada supaya delik dapat

terjadi.

2. Teori alat yang dipergunakan, menurut teori ini delik dilakukan

ditempat dimana alat yang dipergunakan itu menyelesaikannya.

3. Teori akibat, menurut teori ini, yang menjadi locus delictie

adalah tempat akibat terjadinya delik.

Dengan adanya teori ini, kami sependapat dengan teori perbuatan

materil dimana Locus delictie dari tindak pidana ini adalah tempat dimana

pembuat melakukan segala perbuatan yang dapat mengakibatkan delik

yang bersangkutan, hal ini diperkuat dengan pasal dalam Convention on

Cybercrime. Convention on cybercrime telah mengatur mengenai hak

mengadili tertulis dalam section 3, Article 22 “Each party shall adopt such

legislative and other measures as may be necessary to establish

jurisdiction over any offence established in accordance with Articles 2

through 11 of this Convention, when the offence is commited in its

territory” yang berarti “ Tiap pihak wajib mengambil tindakan legislatif

dan tindakan lainnya yang dianggap perlu untuk menetapkan yurisdiksi

atas kejahatan yang sudah ditetapkan sesuai dengan pasal 2 sampai

pasal 11 konvensi ini, ketika kejahatan tersebut dilakukan di wilayahnya.”

Ini menguatkan bahwa sebenarnya yang harus mengadili adalah Negara

Australia karena sudah implisit sekali dijelaskan dalam pasal ini.

Lebih rinci lagi kami akan menjelaskan bahwa terdapat asas khusus

dan pertama di dalam hukum pidana internasional yang berasal dari Hugo

Grotius yaitu seorang filsuf Belanda yang menjadi pionir dari pandangan-

pandangan modern terhadap hukum Internasional, yaitu: asas au dedere

au punere. Asas tersebut memberikan wewenang kepada negara tempat

locus delictie terjadi dalam batas teritorialnya untuk memidanakan pelaku

7

Page 8: Draft Putusan Sela Kempid 150613

kejahatan yang bukan warga negaranya untuk diadili ditempat ia

melakukan tindak pidana tersebut. Terkait dengan perkara ini, Penuntut

Umun mendalilkan bahwa locus delictie dilakukan di 7/158 Toorak Road

West, South YarraVict 3141, Melbourne, Australia, maka seharusnya

pengadilan yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara ini

adalah pengadilan dalam wilayah hukum Australia. Selain daripada hal

tersebut, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat harus juga mempertimbangkan

keberadaan sebagian besar alat bukti dan barang bukti berada dalam

wilayah Australia.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang telah kami

paparkan di atas, maka kami selaku Panasihat Hukum atas nama

Terdakwa Ares Mahendra, S.Kom., M.M menyimpulkan bahwa guna

mendukung kelancaran dalam proses peradilan, maka seharusnya

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tidak berwenang untuk memeriksa dan

mengadili perkara ini. Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan asas

dimana tindak pidana dilakukan, keberadaan alat bukti dan barang bukti

serta untuk mendukung terciptanya proses peradilan yang efektif dan

efisien, maka yang berwenang untuk memeriksa dan mengadili perkara

ini adalah pengadilan dalam wilayah hukum di Australia.

B. Surat Dakwaan Kabur (Obscuur Libel)

1. Penuntut Umum Tidak Cermat Dalam Menggunakan Pasal 32

ayat (1) Undang-Undang Informasi dan Teknologi Yang

Didakwakan Terhadap Rangkaian Perbuatan Yang Dilakukan

Oleh Terdakwa Dalam Surat Dakwaannya.

Setelah membaca dan menelaah Surat Dakwaan yang dibuat dan

disusun oleh Penuntut Umum, maka kita temui bahwa Penuntut Umum

dalam membuat Surat Dakwaan terlihat kurangnya pemahaman Penuntut

Umum akan hukum dalam memahami isi dari suatu pasal. Hal ini terlihat

dalam pembuatan Surat Dakwaannya dan dalam penggunaan Pasal yang

terdapat di dalam Surat Dakwaan (vide-Surat Dakwaan halaman 2-4) :

“ Bahwa pada tanggal 14 Desember 2011, sekitar pukul 18.12

WIB, bertempat di sebuah warung internet “Cyber Café”,

Terdakwa dengan menggunakan IP Address 225.111.121.10

melalui internet wireless pada provider Cyber Cafe yang

tercatat oleh Network Identifier/NetID berlokasi di 131 Dundas

8

Page 9: Draft Putusan Sela Kempid 150613

Place, Melbourne VIC 3206, Australia, berdasarkan internet

history dan html Carver-warung internet tersebut telah

menyelinap masuk ke dalam sistem keamanan database server

www. kominfo.go.id.

Bahwa pada 18 Desember 2011, sekitar pukul 23.07 WIB,

bertempat di Truman Café, Albert Park 381 Mountague St,

Albert Park VIC 3206 Melbourne Australia, Terdakwa dengan

menggunakan IP Address 222.111.255.30 melalui internet

wireless pada provider Trumans HOTSPOT yang tercatat oleh

Network Identifier/NetID berlokasi di Albert Park, Melbourne,

Australia, berdasarkan internet history dan html Carver-nya

telah menyelinap masuk ke dalam sistem keamanan database

server www.kominfo.go.id dengan menggunakan kode / Script

yang ditemukan di komputer pribadinya.

Bahwa pada tanggal 22 Desember 2011, sekitar pukul 23.34

WIB, bertempat di 7/158 Toorak Road West, South YarraVict

3141, Melbourne, Australia, Terdakwa dengan menggunakan IP

Address 111.113.255.12 melalui jaringan Internet Wireless

pada provider Albert Park Residence yang tercatat oleh

Network Identifier/NetID berlokasi di kota Melbourne, Australia,

telah masuk ke dalam server database www.depkominfo.go.id

dengan menggunakan nickname DOOM5D4Y dan

menambahkan sebuah file ke dalam database server dengan

nama file FYI.txt yang berisi pernyataan “Saksikanlah pada

waktunya”.

Bahwa pada tanggal 29 Desember 2011 telah terjadi beberapa

interaksi terhadap server database www.kominfo.go.id :

1. Pada pukul 17.56 WIB, panitia CPNS DEPKOMINFO dengan

menggunakan komputer kantor pada jaringan Local Area

Network (LAN) dengan IP Address 111.222.231.11 telah

mengunggah file Hasil_Seleksi_Final_KOMINFO_2012.xls

yang berisi nama-nama peserta tes CPNS yang dinyatakan

lulus.

2. Pada pukul 17.58 WIB, Terdakwa dengan menggunakan IP

Address 222.122.233.10 melalui internet wireless pada

provider yang tidak dapat diketahui yang tercatat oleh

Network Identifier/NetID berlokasi di Jakarta, Indonesia,

telah masuk ke dalam database server dan mengubah 5

9

Page 10: Draft Putusan Sela Kempid 150613

(lima4) nama peserta yang lulus tes CPNS dalam file

Hasil_Seleksi_Final_KOMINFO_2012.xls yang adalah sebagai

berikut :

a. Dedi Asmasi, nomor peserta 110110100276;

b. Rubi Susato, nomor peserta 110110102981;

c. Neneng Widasari, nomor perserta 110110102987;

d. Ricardo Siahaan, nomor peserta 110110107819;

e. Marline Asfira, nomor peserta 110110100111.

Yang sebelumnya telah diunggah oleh pihak panitia, diubah

menjadi :

a. Romi Andreas, nomor peserta 110110102541;

b. Andre hasibuan, nomor peserta 110110101920;

c. Joko Paryo, nomor peserta 110110100781;

d. Agus Wahyudi, nomor peserta 110110100231;

e. Jimmy Ferdian, nomor peserta 110110100349.

Yang adalah 5 (lima) peserta tes CPNS yang seharusnya

dinyatakan tidak lulus oleh panitia.

3. Bahwa pada pukul 18.00 WIB setelah melakukan perubahan

pada file Hasil_Seleksi_Final_KOMINFO_2012.xls, Terdakwa

mengunggah file tersebut ke dalam website

www.kominfo.go.id dan menghapus file asli yang

sebelumnya telah diunggah oleh panitia CPNS.

Bahwa akibat perbuatan Terdakwa tersebut, selain merugikan

Kemenkominfo Republik Indonesia atas perbuatannya masuk

tanpa izin ke dalam server database dan melakukan perubahan

data pada file Hasil_Seleksi_Final_KOMINFO_2012.xls. juga

merugikan lima orang yang telah diubah status kelulusannya

tersebut.

----- Perbuatan Terdakwa Ares Mahendra S.Kom., M.M., tersebut

sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 32 ayat (1) jis.

Pasal 36, Pasal 37, Pasal 51 ayat (2), Pasal 52 ayat (2) Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.----”

Begitu banyak rangkaian perbuatan Terdakwa yang telah di uraikan

Penuntut Umum dalam Surat Dakwaannya, namun dengan begitu

yakinnya, Penuntut Umum hanya menggunakan pasal 32 ayat (1)

Undang-undang Informasi dan Teknologi, untuk mendakwakan perbuatan

yang telah Terdakwa lakukan. Pada dasarnya, pembentukkan peraturan 10

Page 11: Draft Putusan Sela Kempid 150613

perundang-undangan, dalam hal ini UU ITE, tentu dibentuk dengan

memperhatikan berbagai macam aspek, baik yuridis, fiosofis, maupun

sosiologis, serta yang terpenting adalah tujuan dari pembentukan

peraturan perundang-undangan itu sendiri. Hal tersebut sangat penting

untuk menjadi perhatian utama bagi Saudara Penuntut Umum.

Redaksional dari pasal 32 ayat (1) UU ITE secara gramatikal memang

tampak seolah-olah dapat mengakomodir semua unsur dari rangkaian

perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa, namun janganlah sampai

membutakan mata, dan menghilangkan kecermatan serta ketelitian

dalam menentukan pasal yang didakwakan pada Terdakwa.

Pengaturan Pasal 32 UU ITE lebih menekankan terhadap gangguan

atau campur tangan terhadap data (Data Interferensi). Sebagaimana yang

kita ketahui bahwa konsep dari pembuatan UU ITE ini banyak mengadopsi

dari Convention on Cyber Crime. Mengenai Data Interferensi ini sendiri

Convention on Cyber Crime memberikan pengertian yang telah diuraikan

dalam penjelasan Convention on Cyber Crime sebagai berikut :

“In paragraph 1, ‘damaging’ and ‘deteriorating’ as overlapping acts

relate in particular to a negative alteration of the integrity or of

information content of data and programmes. ‘Deletion’ of data is the

equivalent of the destruction of a corporeal thing. It destroys them and

makes them unrecognisable. Suppressing of computer data means any

action that prevents or terminates the availability of the data to the

person who has access to the computer or the data carrier on which it was

stored. The term ‘alteration’ means the modification of existing data. The

input of malicious codes, such as viruses and Trojan horses is, therefore,

covered under this paragraph, as is the resulting modification of the

data”.

Terhadap penjelasan tersebut, Prof. Dr. Drs. Widodo, S.H., M.H

menterjemahkan dan menguraikan lebih lanjut bahwa di dalam paragraf 1

Convention on Cybercrime, diuraikan bahwa istilah “merusak” dan

“melemahkan” merupakan istilah yang tumpang tindih, khususnya dalam

kaitannya dengan perbuatan manusia yang mengakibatkan perubahan

integritas atas isi informasi, program atau data. Pengertian istilah

“penghapusan” data adalah tindakan sebagaimana dilakukan pada kasus

pembunuhan atau pemusnahan terhadap suatu objek yang bersifat fisik

(tangible). Perbuatan tersebut bertujuan menghancurkan atau

menyebabkan data komputer tidak dikenali oleh program komputer yang 11

Page 12: Draft Putusan Sela Kempid 150613

digunakan oleh pemilik data yang sah. Penghalangan terhadap data

komputer berarti melakukan segala tindakan yang dapat mencegah atau

menghentikan akses seseorang sehingga tidak dapat mengakses data

yang tersimpan dalam sistem atau jaringan komputer. Istilah “merubah”

berarti melakukan modifikasi terhadap data yang ada. Memasukkan kode

khusus untuk penyerangan terhadap sistem komputer dapat dilakukan

dengan menggunakan virus dan trojan horse. Gangguan terhadap data

meliputi segala tindakan yang menyebabkan data menjadi berubah atau

rusak sehingga pemilik data yang sah tidak dapat mengakses data

tersebut. Gangguan tersebut dapat dilakukan dengan cara memodifikasi,

merusak, melemahkan, dan menghapus data serta menghalagi akses ke

dalam sistem. Berdasarkan penjelasan ini diketahui bahwa pengertian

gangguan atau campur tangan terhadap data adalah merubah,

menghapus, atau menjadikan data tidak dapat digunakan lagi

sebagaimana mestinya oleh pemiliknya secara tidak sah.

Arbijoto, S.H., M.H., yang merupakan ahli hukum pidana dari

Universitas Indonesia dan juga selaku mantan Hakim Agung Republik

Indonesia. Dalam kasus Richard Van Lee, beliau selaku saksi ahli yang

dibawa oleh Penasehat Hukum Terdakwa memberikan keterangan bahwa,

“dalam konteks pasal 32 UU ITE, yang dimaksud dengan barang siapa

adalah setiap orang yang dengan sengaja atau tanpa hak atau melawan

hukum melakukan gangguan terhadap Data Interference”.

Selanjutnya beliau juga mengatakan bahwa tujuan dari pasal 32 UU ITE ini

yakni untuk melindungi kerahasiaan. Pendapat lain dari ahli hukum yang

menjelaskan maksud dibentuknya pasal 32 UU ITE diberikan oleh Niniek

Suparni., S.H., M.H., dalam bukunya CYBERSPACE Probelamatika

dan Antisipasi Pengaturannya, beliau menyatakan bahwa Pasal 32 UU

ITE dapat diterapkan pada kasus yang menyangkut bocornya data (Data

Leakage) keluar terutama data yang harus dirahasiakan. Pembocoran

data kumputer dapat berupa rahasia negara, rahasia perusahaan, data

yang dipercayakan kepada seseorang dan data dalam situasi tertentu.

Maksud dari Kebocoran data dalam situasi tertentu ialah suatu perbuatan

yang tanpa wewenangnya berusaha memperoleh data pihak lain yang

tersimpan di dalam media disket dan sejenisnya dan bersifat rahasia,

dengan jalan menghalangi, merintangi, tidak menyampaikan data yang

dimaksud yang seharusnya diserahkan ke pihak yang berhak atas data.

12

Page 13: Draft Putusan Sela Kempid 150613

Berdasarkan penjelasan dari Convention on Cybercrime dan beberapa

pendapat para ahli hukum tersebut, maka dapat kita tarik suatu

kesimpulan bahwa tujuan dibentuknya pasal 32 UU ITE adalah untuk

mengantisipasi suatu perbuatan yang dapat dilakukan oleh seseorang

terhadap suatu data elektronik yang terdapat dalam suatu komputer,

dengan maksud untuk merubah, menghapus, atau menjadikan data tidak

dapat digunakan lagi sebagaimana mestinya oleh pemiliknya secara tidak

sah. Atau dapat kita katakan bahwa perbuatan yang dilakukan yang

merupakan suatu kategori dari Data Interferensi, yaitu membuat data

yang berada dalam suatu sistem elektroknik (komputer) menjadi tidak

dapat di akses oleh pemilik data yang sebelumnya. Selain itu, menurut

opinio juris tujuan dibentuknya Pasal 32 UU ITE ini yakniuntuk

mengakomodir suatu perbuatan yang membuka rahasia dari suatu data

yang bersifat rahasia, agar kerahasiaan tersebut menjadi tidak rahasia

lagi.

Selanjutnya mengenai rangkaian perbuatan yang disusun oleh

Penuntut Umum berdasarkan Surat Dakwaannya, dengan segala

kerendahan hati kami, setelah memahami secara mendalam substansi

dari rangkaian perbuatan Terdakwa yang tercantum dalam Surat

Dakwaan, dapat kita rangkum perbuatan – perbuatan Terdakwa sebagai

berikut:

1. Terdakwa berusaha mencoba masuk kedalam database server

sebanyak 3 kali.

2. Terdakwa berhasil masuk kedalam database server, setelah

berhasil mendapatkan username dan password dari database

server tersebut.

3. Terdakwa memasukkan file kedalam database server tersebut yang

berisikan : “saksikanlah pada waktunya”

4. Terdakwa mengubah data hasil seleksi yang telah di upload oleh

panitia seleksi, yaitu dengan mengubah 5 (lima) nama peserta

yang lulus tes CPNS dalam file

Hasil_Seleksi_Final_KOMINFO_2012.xls. Lalu Terdakwa meng-upload

kembali data hasil seleksi yang telah diubahnya kedalam database

server www.kominfo.com dan menghapus data yang sebelumnya

telah di upload oleh panitia seleksi CPNS Kemenkominfo.

5. Terdakwa membuat database server Kemenkominfo menjadi

overload dengan menggunakan teknik Ping Flood.

13

Page 14: Draft Putusan Sela Kempid 150613

Jika kita menelaah lebih dalam lagi mengenai rangkaian perbuatan

yang telah disusun oleh Penuntut Umum, dan dikaitkan dengan

penjelasan dari Convention on Cybercrime dan di dukung oleh pendapat

yang diberikan oleh para ahli hukum , yang mengomentari maksud dari

pasal 32 UU ITE, maka sangatlah tidak tepat bagi Penuntut Umum untuk

mendakwakan perbuatan Terdakwa dengan menggunakan Pasal 32 ayat

(1) UU ITE. Dapat kita telaah kembali rangkaian perbuatan Terdakwa yang

telah terangkum diatas, dimana pada hakikatnya terdapat 3 (tiga) macam

bentuk perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa. Poin 1-3 dapat kita

katakan bahwa perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa ialah perbuatan

yang dikategorikan sebagai cracking, dimana perbuatan mengenai

cracking ini diakomodir oleh pasal 30 ayat (2) dan 30 ayat (3) UU ITE.

Selanjutnya perbuatan Terdakwa dalam poin 4 yang mengatakan bahwa

Terdakwa melakukan perbuatan pengubahan terhadap data hasil seleksi

yang lulus tes CPNS, merupakan perbuatan lain yang dapat diakomodir

oleh pasal 35 UU ITE, dimana pasal 35 UU ITE ini mengacu pada suatu

perbuatan yang memanipulasi suatu data, agar data tersebut dapat

dianggap seolah-olah otentik. Kemudian yang terakhir, pada poin 5

mengenai perbuatan yang dilakukan Terdakwa dengan membuat server

overload dengan menggunakan teknik Ping Flood, sehingga tidak

dapatnya suatu sistem elektronik ini berjalan sebagai mana mestinya,

terakomodir dalam pasal 33 UU ITE.

Berdasarkan pemaparan diatas, kami, selaku Penasihat Hukum

Terdakwa, berharap agar Penuntut Umum lebih memahami lebih lanjut

mengenai hukum, yang mana bukan saja hukum secara yuridis, serta

lebih cermat lagi dalam menentukan suatu pasal yang akan digunakan

terhadap rangkaianperbuatan Terdakwa. Bukankah kita disini tidak untuk

mencari hukuman yang seberat-beratnya bagi Terdakwa, namun

hanyalah untuk menerapkan sebaik-baiknya hukum atas nama keadilan?

Dengan demikian kami berharap bahwa Hakim selaku wakil Tuhan yang

akan memberikan suatu putusan, agar memberikan putusan yang seadil-

adilnya bagi Terdakwa dan juga menyatakan bahwa Surat Dakwaan yang

telah dibuat dan disusun oleh Penuntut Umum ialah tidaklah cermat

dalam penerapan pasal terhadap uraian perbuatan Terdakwa, maka Surat

Dakwaan Penuntut Umum haruslah dinyatakan batal demi hukum.

2. Surat Dakwaan Saudara Penuntut Umum Kabur ( Obscuure

Libel ) oleh karena Penuntut Umum tidak Berhasil

14

Page 15: Draft Putusan Sela Kempid 150613

Menjelaskan secara Jelas dan Lengkap bahwa IP Address

dalam Perkara a quo adalah Milik Terdakwa.

Penuntut Umum mendakwakan Terdakwa dengan pasal 32 ayat (1)

UU ITE yang mana mens rea dari pasal tersebut ialah “mengubah”, maka

apabila kita menilik kedalam surat dakwaan Penuntut Umum pada

halaman 3 yang mendalilkan bahwa:

”… Pada pukul 17.58 WIB, Terdakwa dengan menggunakan IP

Address 222.122.233.10 melalui internet wireless pada provider yang

tidak dapat diketahui yang tercatat oleh Network Identifier/NetID berlokasi

di Jakarta, Indonesia, telah masuk ke dalam database server dan

mengubah 5 (lima) nama peserta yang lulus tes CPNS dalam file

Hasil_Seleksi_Final_KOMINFO_2012.xls”

Berdasarkan kutipan Surat Dakwaan Saudara Penuntut Umum

tersebut, kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa berpendapat bahwa

Penyidik telah keliru mendalilkan bahwa IP Address Terdakwa yang

melakukan pengubahan. Pada Surat Dakwaan, Penuntut Umum

menguraikan bahwa IP Address tersebut tidak dapat diketahui asal-usul

pemiliknya (missing link) , namun dengan sangat yakinnya saudara

Penuntut Umum mendalilkan bahwa itu ialah IP Addres milik Terdakwa.

Kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa menemukan ketidakjelasan

Penuntut Umum dalam penyusunan Surat Dakwaan.

Oleh karena itu kami selaku Tim Penasihat Hukum Terdakwa akan

sedikit menerangkan mengenai Internet Protocol Address atau yang biasa

disebut dengan IP Address tersebut, agar tidak terjadi kekeliruan

pemahaman demi tercapainya kepastian hukum.

IANA (Internet Assigned Numbers Authority), sebuah organisasi

yang didanai oleh Pemerintah Amerika Serikat untuk mengurusi masalah

penetapan parameter protokol internet seperti ruang alamat IP ,

dan Domain Name System (DNS), memberikan definisi bahwa IP Address

adalah: “A unique identifier for a device on the Internet. The identifier is

used to accurately route Internet traffic to that device. IP Addresses must

be unique on the global Internet, although some are re-used within private

networks using a system of private IP Addresses and network address

translation(NAT).”, yang apabila diartikan dalam bahasa Indonesia ialah 15

Page 16: Draft Putusan Sela Kempid 150613

“Sebuah pengenal untuk perangkat di Internet, pengenal tersebut

digunakan untuk mengarahkan lalu lintas internet secara akurat ke

perangkat tersebut. IP address haruslah memiliki ciri yang khas dalam

Internet secara global, meskipun ada yang digunakan kembali dalam

jaringan pribadi menggunakan sistem IP Address pribadi dan Network

Address Translation(NAT)”.

Perlu diketahui bahwa IP Address tersebut ada dua jenis, yakni :

a. IP Public

IP Address yang digunakan untuk lingkup internet. Host yang

menggunakan IP public dapat diakses oleh seluruh user yang

tergabung di internet baik secara langsung maupun tidak langsung

(melalui proxy/NAT). Contoh IP Public adalah akses Speedy modem

yang merupakan IP Public 125.126.0.1.

b. IP Private

IP Address yang digunakan untuk lingkup intranet. Host yang

menggunakan IP Private hanya bisa diakses di lingkup intranet

saja. Contoh IP Private akses di LAN, modem menggunakan IP

Private 192.168.1.1.

Dalam potongan Surat Dakwaan di atas, disebutkan bahwa

Terdakwa melakukan perbuatannya tersebut dengan menggunakan IP

Address public yang tidak dapat diketahui asal usul pemiliknya, IP Address

public dapat diakses oleh seluruh user yang tergabung dalam internet

baik secara langsung maupun tidak langsung, Penuntut Umum telah keliru

mendalilkan bahwa IP address tersebut mengarah kepada Terdakwa

secara pribadi. Penuntut Umum tidak dapat menjelaskan bahwa yang

melakukan perubahan ialah Terdakwa hanya berdasarkan IP Address

Public yang tidak dapat diketahui pemiliknya dan dapat diakses oleh

siapapun.

Dengan adanya ketidak-jelasan dan ketidak-lengkapan dakwaan

Saudara Jaksa Penuntut Umum terkait IP address sebagaimana tersebut di

atas, tentu akan berdampak timbulnya kebingungan pada Terdakwa

karena jelas kaburnya pemaparan mengenai IP address tidak dapat

dijadikan dasar hukum untuk mendakwa Terdakwa sebagai pelaku tindak

pidana. Berdasarkan ketentuan pasal 143 ayat (3) KUHAP, secara hukum

16

Page 17: Draft Putusan Sela Kempid 150613

dakwaan Saudara Penuntut Umum haruslah dinyatakan batal demi

hukum.

Berdasarkan uraian dan dalil-dalil tersebut diatas, maka Penasihat

Hukum Terdakwa memohon kepada Majelis Hakim yang memeriksa dan

mengadili perkara ini untuk memutuskan dengan amar sebagai berikut :

1) Menerima Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa Ares Mahendra.;

2) Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum adalah batal demi

hukum atau setidak-tidaknya tidak dapat diterima;

3) Memerintahkan agar Terdakwa dibebaskan dari tahanan;

4) Membebankan biaya perkara pada Negara;

Atau

Apabila Majelis Hakim berpendapat lain, maka demi keadilan kami

memohon agar diberikan putusan yang seadil-adilnya;

Setelah mendengar Pendapat Penuntut Umum atas dalil Keberatan

Penasihat Hukum Terdakwa yang pada pokoknya berpendapat bahwa dalil

Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa tidaklah berdasar hukum dan

harus dikesampingkan dan memohon kepada Majelis Hakim yang

memeriksa, mengadili dan memutus perkara ini untuk :

1. Menetapkan bahwa Keberatan dari Tim Penasihat Hukum Terdakwa

dinyatakan tidak dapat diterima/ditolak;

2. Menyatakan bahwa Surat Dakwaan telah disusun secara cermat,

jelas, dan lengkap sesuai dengan ketentuan undang-undang;

3. Menyatakan bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Selatan berwenang

memeriksa dan mengadili perkara ini;

4. Menetapkan bahwa pemeriksaan perkara atas nama Terdakwa Ir.

Alvian Permana tetap dilanjutkan;

PERTIMBANGAN HUKUM :

Menimbang, bahwa sebelum Majelis Hakim memberikan

pertimbangan atas dalil Keberatan Penasihat Hukum, terlebih dahulu

Majelis Hakim akan menguraikan apa yang dimaksud dengan Keberatan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 156 ayat (1) Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana;

17

Page 18: Draft Putusan Sela Kempid 150613

Menimbang, bahwa dalam Pasal 156 ayat (1) Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

dirumuskan sebagai berikut : “Dalam hal Terdakwa atau Penasihat Hukum

mengajukan keberatan bahwa Pengadilan tidak berwenang mengadili

perkaranya atau dakwaan tidak dapat diterima atau Surat Dakwaan harus

dibatalkan, setelah diberi kesempatan kepada Penuntut Umum untuk

menyatakan pendapatnya, Hakim mempertimbangkan Keberatan tersebut

untuk selanjutnya mengambil keputusan”;

Menimbang, bahwa bertitik tolak pada ketentuan Pasal 156 ayat

(1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang

Hukum Acara Pidana tersebut, maka Majelis Hakim akan

mempertimbangkan dalil-dalil Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa

sebagai berikut :

Ad.A.

1.

Pengadilan Negeri Bandung tidak Berwenang Memeriksa

dan Mengadili secara Relatif terhadap Perkara a quo.

Menimbang, dalil Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa yang

mengatakan bahwa kewenangan mengadili seharusnya berada dalam

wilayah hukum Negara Australia karena berdasarkan doktrin Hugo Grotius

bahwa tindak pidana lintas Negara harus diadili di tempat dimana tindak

pidana dilakukan;

Menimbang, mengingat pelanggaran hukum inconcreto dilakukan

diluar wilayah hukum Indonesia terhadap Negara Indonesia dan akibatnya

memiliki implikasi hukum di Indonesia dan bersesuaian dengan

pengertian kejahatan transnasional yang dikemukakan oleh Prof. Romli

Atmasasmita berdasakan Pasal 3 ayat (2) United Nations Conventions

Against Transnasional Organized Crime yang mengatakan bahwa

kejahatan transnasional adalah kejahatan yang dilakukan di satu Negara

akan tetapi akibat yang substansial terjadi di Negara lain oleh karena itu

kewenangan mengadili merupakan hal yang mendasar;

Menimbang, bahwa berdasarkan asas Teritorial Objektif (Objective

Territoriality) yang menyatakan bahwa hukum yang berlaku adalah

hukum dimana akibat utama pebuatan itu terjadi dan dan memberikan

dampak yang sangat merugikan bagi Negara yang bersangkutan dan

bersesuaian dengan Pasal 2 Undang-Undang nomor 11 tentang Informasi

dan Transaksi Elektronik tahun 2008 yang menyatakan bahwa Undang-

Undang Informasi dan Transaksi Elektronik tahun 2008 berlaku untuk 18

Page 19: Draft Putusan Sela Kempid 150613

setiap orang yang melakukan perbuatan hukum sebagaimana diatur

dalam undang-undang tersebut, baik yang berada di wilayah hukum

Indonesia maupun di luar wilayah hukum Indonesia, yang memiliki akibat

hukum di wilayah hukum Indonesia dan merugikan kepentingan

Indonesia;

Menimbang, bahwa berdasarkan asas Perlindungan Negara

(Protective Principle) yang menyatakan berlakunya hukum didasarkan

atas keinginan Negara untuk melindungi kepentingan Negara dari

kejahatan yang dilakukan diluar wilayahnya;

Menimbang, bahwa berdasarkan Pasal 86 Undang-Undang Nomor

8 tahun 1981 yang menyatakan apabila seorang melakukan tindak pidana

diluar negeri yang dapat diadili menurut hukum Republik Indonesia, maka

Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang berwenang mengadilinya;

Menimbang, Majelis Hakim berpendapat bahwa dalam

menghadapi masalah yurisdiksi di internet diperlukan dua pendekatan

yaitu “minimum contacts” dan “effect test”. Sebagaimana dijelaskan pada

buku Jurisdiction in Cyberspace bahwa “minimum contacts” ini terdiri dari

kehadiran fisik, keuntungan finansial, aliran perdagangan dan penunjukan

forum dalam kontrak yang berarti bahwa bahkan penduduk yang tidak

hadir secara fisik di Amerika Serikat pun bisa dituntut selama ada orang

atau badan yang memiliki kontak minimum dengan forum dan alam era

komunikasi komputer tindakan sederhana dalam dunia online dapat

memenuhi analisis kontak minimum. Dan sebagaimana dijelaskan oleh

The American Law Institute’s Restatement (Second) of Conflict of Law 37

(1971), “effect test” merupakan kekuatan dari suatu negara untuk

menerapkan yurisdiksi peradilan atas seorang individu yang

menyebabkan efek di negara bagian itu terhadap tindakan yang dilakukan

di tempat lain sehubungan dengan akibat dari efek yang ditimbulkan dari

hubungan antara individu dengan negara.

Menimbang, bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, Majelis

Hakim berpendapat bahwa dalil Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa

sepanjang mengenai kewenangan Pengadilan Negara Australia untuk

mengadili perkara ini tidak dapat diterima dikarenakan Indonesia

mempunyai wewenang untuk mengadili dan Pengadilan Negeri Jakarta

Pusat merupakan Pengadilan yang berwenang untuk mengadili Perkara

ini;

19

Page 20: Draft Putusan Sela Kempid 150613

Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis berpendapat bahwa dalil

keberatan Penasihat Hukum Terdakwa sepanjang mengenai hal tersebut di atas tidaklah

mendasar dan haruslah tidak dapat diterima;

Ad.B.

1

Penuntut Umum Tidak Cermat Dalam Menggunakan

Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Informasi dan

Teknologi Yang Didakwakan Terhadap Rangkaian

Perbuatan Yang Dilakukan Oleh Terdakwa Dalam Surat

Dakwaannya.

Menimbang, bahwa dalil Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa in

casu telah dititik beratkan pada argumentasi hukum bahwa pengaturan

Pasal 32 UU ITE lebih menekankan terhadap gangguan atau campur

tangan terhadap data (Data Interferensi) sebagaimana konsep dari

pembuatan UU ITE yang banyak mengadopsi dari Convention on Cyber

Crime, sehingga tidak tepat untuk diterapkan dalam surat Dakwaan;

Menimbang, bahwa dalam memahami suatu Pasal yang

didakwakan tidak dapat semata-mata dimaknai secara sosiologis maupun

historis untuk menentukan Pasal yang didakwakan sudah tepat ataukah

tidak, namun haruslah juga di tafsirkan secara gramatikal.

Menimbang, bahwa Majelis Hakim berpendapat sebuah pasal

dibuat tidak hanya untuk mengakomodir sebuah perbuatan, akan tetapi

dengan metode interpretasi menurut bahasa (gramatikal) maka sebuah

pasal dapat diterapkan penggunaannya terhadap suatu tindak pidana

apabila redaksional kata yang tercermin dari unsur-unsur pasal tersebut

sudah memenuhi delik materiil dari tindak pidana yang dilanggar;

Menimbang, bahwa pembuktian tentang tindak pidana

berdasarkan unsur pasal tidak digugurkan oleh penafsiran secara

sosiologis maupun historis. Apabila tidak demikian maka tujuan dari

setiap Undang-undang akan tersendat, terbatas dengan penafsiran yang

dipersempit;

Menimbang, berdasarkan KUHP kewajiban pembuktian

dibebankan sepenuhnya kepada Jaksa Penuntut Umum, hal ini sesuai

dengan ketentuan pembuktian yang diatur dalam KUHP Bab XVI bagian ke

empat (Pasal 183 – Pasal 232 KUHAP). Terbukti atau tidaknya perbuatan

yang didakwakan oleh Penuntut Umum, sepenuhnya menjadi kewajiban

20

Page 21: Draft Putusan Sela Kempid 150613

Penuntut Umum dan haruslah dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu

dalam persidangan;

Menimbang, bahwa dengan pertimbangan tersebut keberatan

Penasihat Hukum sepanjang mengenai penerapan penggunaan Pasal 32

ayat (1) Undang-undang Informasi dan Teknologi ditangguhkan sampai

dengan putusan akhir;

Ad.B.

2.

Surat Dakwaan Penuntut Umum Kabur (Obscuure Libel)

oleh karena Penuntut Umum tidak Berhasil Menjelaskan

secara Jelas dan Lengkap bahwa IP Address dalam Perkara

a quo adalah Milik Terdakwa.

Menimbang, bahwa dalam uraian Keberatannya Penasihat Hukum

mendalilkan bahwa Jaksa Penuntut Umum tidak jelas dalam membuat

surat dakwaannya karena Penuntut Umum tidak menguraikan bahwa

Internet Protocol Addres dari tindak pidana yang didakwakan yang

merupakan tempat publik dan dapat digunakan oleh setiap orang,

sehingga menyebabkan dakwaan tidak jelas;

Menimbang, mengutip pendapat dari Yahya Harahap dalam

bukunya Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, mengatakan

bahwa tidak mungkin menyebut tempat dan waktu kejadian secara akurat

dikarenakan bila hal tersebut diharuskan maka penegakan hukum melalui

peradilan pidana akan lumpuh total yang berakibat semua pelaku kriminal

tidak dapat dituntut pertanggung jawaban hukum atas kejahatan yang

telah dilakukan;

Menimbang, bahwa dengan demikian Majelis Hakim berpendapat

bahwa untuk menemukan kebenaran apakah Internet Protocol Address

yang disebutkan oleh Penuntut Umum, merupakan sarana dari tindak

pidana tersebut benar dilakukan dan digunakan oleh Terdakwa atau tidak

maka haruslah dilakukan pemeriksaan di persidangan terlebih dahulu;

Menimbang, bahwa dengan membaca Surat Dakwaan Penuntut

Umum secara seksama dan menyeluruh Majelis berpendapat bahwa Surat

Dakwaan yang dibuat oleh Penuntut Umum sudah sesuai ketentuan

seperti yang diakomodir pada Pasal 143 ayat (2) huruf b Undang-undang

nomor 8 tahun 1981;

21

Page 22: Draft Putusan Sela Kempid 150613

Menimbang, dengan demikian dalil Keberatan Penasihat Hukum

Terdakwa sepanjang mengenai hal tersebut di atas tidaklah berdasar dan

haruslah tidak diterima;

Menimbang, oleh karena dalil-dalil Keberatan Penasihat Hukum

haruslah tidak diterima, maka pemeriksaan perkara ini harus dilanjutkan

(vide : Pasal 156 ayat (2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8

Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana);

Menimbang, oleh karena pemeriksaan dalam perkara ini harus

dilanjutkan, maka Penuntut Umum haruslah diperintahkan untuk

mengajukan bukti dalam persidangan, sedangkan tentang pembebanan

biaya perkara harus ditangguhkan hingga putusan akhir;

MEMPERHATIKAN, Pasal 143 dan Pasal 156 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

serta ketentuan-ketentuan lain yang berkenaan dalam perkara ini;

M E N G A D I L I

Menyatakan dalil Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa mengenai

Surat Dakwaan tidak dapat diterima oleh karena Error in Persona

haruslah dipertimbangkan bersama-sama dalam Putusan Akhir;

Menyatakan Keberatan Penasihat Hukum Terdakwa selainnya atau

selebihnya tidak diterima;

Menyatakan Surat Dakwaan Penuntut Umum pada Kejaksaan

Negeri Jakarta Pusat Nomor Register Perkara : PDM-

222/JKT.PST/2/2012 tertanggal 28 Mei 2012 adalah sah menurut

hukum;

Menyatakan bahwa pemeriksaan dalam perkara Nomor :

1747/Pid.B/2012/PN.JKT.PST atas nama Terdakwa Ares Putra

Mahendra S.Kom., M. M. haruslah dilanjutkan;

Memerintahkan Penuntut Umum pada Kejaksaan Negeri Jakarta

Pusat untuk mengajukan bukti-bukti ke persidangan;

Menangguhkan pembebanan biaya perkara hingga Putusan Akhir;

Demikian diputuskan dalam permusyawarahan Majelis Hakim

Pengadilan Negeri Bandung yang terdiri dari, ZERICO ZEBUA, S.H.,

M.H., Hakim Ketua, LIVIA DELICIA, S.H., M.H., dan MARIA

MANGARAJA, S.H., M.H., masing-masing Hakim Anggota pada hari :

Senin, 20 Juni 2012. Putusan mana diucapkan dalam persidangan yang 22

Page 23: Draft Putusan Sela Kempid 150613

terbuka untuk umum oleh Hakim Ketua didampingi oleh Hakim-Hakim

Anggota, pada hari : Selasa, tanggal 25 Juni 2012, dibantu oleh RATU

KICA, S.H., Panitera Pengganti pada Pengadilan Negeri Bandung, dihadiri

oleh EGI M. SYABAN, S.H., M.H., dan DEA NIRMAN, S.H., Penuntut

Umum pada Kejaksaan Negeri Bandung serta TERDAKWA dan didampingi

oleh Tim Penasihat Hukumnya.

HAKIM ANGGOTA

LIVIA DELICIA , S.H., M.H.

HAKIM ANGGOTA

HAKIM KETUA

ZERICO ZEBUA, S.H., M.H.

23

Page 24: Draft Putusan Sela Kempid 150613

MARIA MANGARAJA, S.H.

PANITERA PENGGANTI

RATU KICA , S.H.

24