draft laporan kajian peraturan daerah nomor 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang...

58
i DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENANAMAN MODAL DI PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENANAMAN MODAL DAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2019

Upload: others

Post on 25-Feb-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

i

DRAFT LAPORAN

KAJIAN PERATURAN DAERAH

NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

PENANAMAN MODAL DI PROVINSI

JAWA TENGAH

DINAS PENANAMAN MODAL DAN

PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PROVINSI JAWA TENGAH

TAHUN 2019

Page 2: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

ii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan anugerah dan

maunah-Nya, sehingga kajian Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 7

Tahun 2010 tentang Penanaman Modal di Jawa Tengah, berhasil kami

selesaikan dengan baik. Kajian ini merupakan bentuk executive review

atas berlakunya perda tersebut dalam kondisi saat ini, dimana berbagai

regulasi baru di tingkat nasional sudah banyak yang berubah dan

bertambah. Kondisi ini tentu membawa dampak yang signifikan

terhadap keberlakuan perda ini, baru dari sisi landasan hukum yang

menjadi bahan rujukan dan pertimbangan dari pembuatan ini pertama

kali, maupun secara subtansi.

Hasil kajian ini dimaksudkan untuk melakukan telaah kritis

terhadap implikasi-implikasi yang berpengaruh terhadap keberlakuan

perda ini ke depannya, apakah perlu dilakukan perubahan yang bersifat

tambal-sulam ataukah secara total dilakukan penggantian dengan perda

yang baru, disesuaikan dengan perubahan-perubahan yang ada.

Terkait dengan hal itu, Tim Penyusun mengucapkan banyak

terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran

pelaksanaan kajian ini, yaitu: Tim Ahli dari Pusat Kajian Hukum,

Otonomi Daerah dan Demokrasi, Kementerian Dalam Negeri dan

berbagai Dinas dan Biro Hukum di lingkungan Provinsi Jawa Tengah—

yang cukup banyak memberikan masukan dan kritisi terhadap data dan

analisis yang dilakukan tim.

Semarang, November 2019

KEPALA DINAS PENANAMAN MODAL DAN

PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

PROVINSI JAWA TENGAH

RATNA KAWURI, SH

Page 3: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ---------------------------------------------------- i

KATA PENGANTAR ----------------------------------------------------- ii

DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------- iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang -------------------------------------------------- 1

B. Identifikasi Masalah -------------------------------------------- 5

C. Tujuan dan Kegunaan ----------------------------------------- 6

D. Metode Kajian --------------------------------------------------- 6

BAB II KAJIAN SINKRONISASI DAN HARMONISASI PERATURAN

A. Kajian Teoretis -------------------------------------------------- 11

B. Dinamika Penanaman Modal di Jateng --------------------- 15

C. Kajian Peraturan Penanaman Modal ------------------------ 18

BAB III KAJIAN PERDA PENANAMAN MODAL

A. Kajian Anatomi Perda ------------------------------------------ 20

B. Kesesuaian Perda Penanaman Modal denagn –

Peraturan Perundang-undangan Lainnya ----------------- 23

C. Sinkronisasi dan Harmonisasi yang Diperlukan ---------- 34

D. Relevansi Perubahan Kelembagaan Penanaman Modal -- 36

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ------------------------------------------------------ 50

B. Rekomendasi ---------------------------------------------------- 50

DAFTAR ISI ------------------------------------------------------------- 53

Page 4: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya

untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar

terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan, sehingga tercapai

tujuan reformasi birokrasi yaitu untuk mempercepat tercapainya

tata kelola pemerintahan yang baik dan upaya memperbaiki

dukungan terhadap pemerintah daerah dalam meningkatkan

kinerjanya.

Program reformasi birokrasi berjalan yang pada pokoknya

terdiri dari reformasi kelembagaan, sumber daya manusia dan

reformasi manajemen dukungan teknologi informasi dalam proses

perizinan. Reformasi kelembagaan yaitu dengan membentuk

lembaga baru yang menangani proses perizinan terpadu yang

dimasa lalu proses perizinan harus melalui instansi yang berbeda

dan dengan adanya reformasi birokrasi proses perizinan disatukan

dalam satu lembaga yang bersifat terpadu, meningkatkan

sumberdaya manusia dan meningkatkan keterbukaan informasi

melalui manajemen dengan dukungan teknologi informasi.

Salah satu Urusan Pemerintahan Konkuren yang menjadi

kewenangan Pemerintah Daerah adalah menyelenggarakan

Urusan Pemerintahan Wajib yang tidak berkaitan dengan

Pelayanan Dasar, yakni Penanaman Modal sebagaimana diatur

dalam Pasal 12 ayat (2) butir I UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah. Penanaman Modal atau Investasi

merupakan salah satu instrument untuk mendapatkan modal

atau sumber pendapatan dan pembiayaan bagi terselengaranya

Page 5: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

2

pembangunan daerah.1 Upaya ini merupakan konsekuensi logis

dari penyelenggaraan Otonomi Daerah—yang menuntut setiap

daerah otonom untuk bersikap kreatif, inovatif dalam mencari

alternatif sumber pembiayaan pembangunan. Oleh sebab itu,

salah satu upaya Pemerintah Daerah dalam mencari alternatif

pembiayaan bagi pembangunan daerahnya dilakukan dengan

mengundang investor. Kegiatan investasi di Daerah menjadi

pendorong bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi daerah

sehingga memiliki dampak positif bagi meningkatnya jumlah dan

jenis peluang kerja serta pemerataan pendapatan masyarakat

guna menekan angka kemiskinan di daerah.2

Otonomi daerah telah menciptakan peluang bagi daerah guna

berkembang dan maju sesuai dengan realitas dan kondisi

masyarakat setempat serta kemampuan mendayagunakan

sumber-sumber ekonomi yang dimiliknya. Dalam hal ini

pemerintah pusat berperan sebagai pembina untuk memberikan

pedoman agar pembangunan daerah tetap pada jalur yang sinergis

satu sama lain dan sinergis secara nasional.

Salah satu pedoman yang digariskan oleh Pemerintah Pusat

kepada daerah adalah perbaikan tata kelola investasi atau

penanaman modal di daerah yang selama ini menjadi hambatan

yang dihadapi oleh investor dalam proses perizinan. Iklim investasi

yang kondusif dapat menciptakan insentif untuk dunia usaha baik

dalam bentuk perluasan lapangan kerja, ketersediaan usaha dan

daya saing. Dalam aspek makro, kondisi tersebut juga menjadi

salah satu faktor yang diperlukan dalam mendorong terciptanya

pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan.

1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah, UII Press

Yogyakarta. 2 Mohammad Khusaini, 2006. Ekonomi Publik Desentralisasi Fiskal dan

Pembangunan Daerah. BPFE UNIBRAW. Malang

Page 6: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

3

Berdasarkan data dari DPMPTSP Provinsi Jawa Tengah,3

telah lampaui target investasi yang ditetapkan Tahun 2018

sebesar Rp. 47,15 Triliun, rilis yang disampaikan oleh BKPM RI

mengumumkan bahwa Jawa Tengah pada Tahun 2018 mencatat

angka sebesar Rp. 59,27 triliun. Angka tersebut sekaligus

menyatakan adanya peningkatan nilai investasi yang diperoleh

Tahun 2017 yang sebesar 51,54 Triliun Jika dibanding perolehan

Tahun 2017, maka ada peningkatan di tahun 2018 sebesar 15%,

selisih 7,7 Triliun. Dalam upaya peningkatan investasi tentu tidak

hanya dapat dilakukan dari sudut pandang dan pertimbangan

ekonomi, melainkan juga dengan memperhatikan faktor terkait,

seperti faktor sosial budaya, hukum dan kondisi politik. Faktor

hukum yang menjadi pertimbangan tidak hanya mencakup

produk hukum dalam tingkat nasional, melainkan juga produk

hukum daerah beserta peraturan pelaksanaannya.

Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah telah memiliki

Peraturan Daerah mengenai penanaman modal, yaitu Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun 2010 tentang

Penanaman Modal di Provinsi Jawa Tengah. Spirit yang

mendorong Perda ini adalah untuk mencari sumber pembiayaan

pembangunan daerah, menciptakan lapangan kerja dan secara

umum untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat

sebagaimana hal ini terlihat secara eksplisit dalam konsideran

perda tersebut yakni: “penanaman modal merupakan salah satu

faktor penggerak perekonomian daerah, pembiayaan

pembangunan daerah dan penciptaan lapangan kerja, sehingga

perlu diciptakan kemudahan pelayanan untuk meningkatkan

realisasi penanaman modal dan kesejahteraan masyarakat dengan

3

http://web.dpmptsp.jatengprov.go.id/p/232/jawa_tengah_lampaui_target_in

vestasi_2018, diakses 10 Februari 219.

Page 7: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

4

menjadikan Jawa Tengah menjadi daerah yang menarik bagi

penanaman modal”.

Bagian terpenting lainnya dalam konsideran Perda tersebut

adalah perlunya menciptakan insentif dan kemudahan pelayanan

dalam penanaman modal di Jawa Tengah. Persoalan ini menjadi

perhatian yang serius dari Pemerintah Pusat, dimana salah satu

persoalan mendasar dari investasi di Indonesia terletak pada

birokrasi di daerah yang dinilai lambat, baik menyangkut regulasi,

perizinan, ketersediaan lahan maupun infrastruktur pendukung.

Kementerian Dalam Negeri telah menerbitkan Instruksi

Mendagri Nomor: 582/476/SJ tentang Pencabutan/ Perubahan

Peraturan Kepala Daerah, Peraturan Kepala Daerah Dan

Keputusan Yang Menghambat Birokrasi Dan Perizinan Investasi.

Instruksi ini ditetapkan pada 16 Februari 2016. Pemerintah

melalui Kementerian Dalam Negeri membatalkan 3.143 Peraturan

Daerah (Perda) bermasalah yang dinilai menghambat

pertumbuhan ekonomi daerah dan memperpanjang jalur birokrasi,

menghambat proses perizinan dan investasi, menghambat

kemudahan berusaha, dan bertentangan dengan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi.

Selain itu Pemerintah Pusat telah mengeluarkan sejumlah

peraturan perundang-undangan baru untuk memperbaiki kondisi

investasi di Indonesia. Beberapa peraturan perundang-undangan

dimaksud adalah:

1. UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

2. UU Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian

3. PP Nomor 24 tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan

Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik

4. Perpres Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan

PTSP

Page 8: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

5

5. Perpres Nomor 44 tahun 2016 tentang Daftar Bidang

Usaha Tertutup dan Terbuka Dengan Persyaratan di

Bidang Penanaman Modal

6. Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 7

Tahun 2018 tentang Pedoman dan Tata Cara

Pengendalian Pelaksnaan Penanaman Modal.

Diundangkannya beberapa peraturan perundang-undangan

tersebut di atas berimplikasi terhadap dasar hukum dan subtansi

norma yang diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah

Nomor 7 Tahun 2010 tentang Penanaman Modal di Provinsi Jawa

Tengah. Oleh sebab itu, maka untuk memenuhi syarat

harmonisasi dan sinkronisasi aturan dalam bidang penanaman

modal di Provinsi Jawa Tengah, maka keberadaan Perda tersebut

perlu dilakukan kajian pada dua hal, yakni: dasar hukum dan

sebagian subtansi perda diselaraskan dengan peraturan

perundang-undangan terkait.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan kajian terhadap Peraturan Daerah Provinsi Jawa

Tengah Nomor 7 Tahun 2010 tentang Penanaman Modal Di

Provinsi Jawa Tengah, maka ada dua permasalahan terkait

dengan keberlakuan Perda tersebut seiring dengan

diundangkannya beberapa peraturan perundang-undangan yang

terkait penanaman modal di tingkat nasional, yaitu:

1. Apa saja dasar hukum yang dijadikan rujukan Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun 2010

tentang Penanaman Modal Di Provinsi Jawa Tengah yang

perlu dilakukan penyesuaian dengan peraturan

perundang-undangan di tingkat nasional?

Page 9: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

6

2. Apa saja substansi aturan yang terdapat dalam

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun

2010 tentang Penanaman Modal Di Provinsi Jawa

Tengah yang sudah tidak sesuai dengan beberapa

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang

diundangkan setelah berlakunya perda ini?

C. Tujuan dan Kegunaan

Kajian terhadap keberadaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa

Tengah Nomor 7 Tahun 2010 tentang Penanaman Modal Di

Provinsi Jawa Tengah ini dimaksudkan untuk mendapatkan

gambaran mengenai dasar hukum apa saja yang sudah tidak

sesuai menjadi dasar hukum dari perda ini, serta menganalisis

subtansi peraturan perundang-undangan apa saja yang sudah

tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan di atasnya

dan perlu disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan di

atasnya.

Hasil kajian ini dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan

bagi Perangkat Daerah untuk melakukan peninjauan atau

perubahan terhadap Perda Provinsi Jawa Tengah No. 7 Tahun

2010 tentang Penanaman Modal Di Provinsi Jawa Tengah,

khususnya terhadap dua permasalahan yang mendasar tersebut

di atas.

D. Metode Kajian

1. Jenis Kajian

Jenis Penelitian yang dilakukan dalam penyusunan kajian

Perda No. 7 Tahun 2010 tentang Penanaman Modal Di Provinsi

Jawa Tengah ini menggunakan metode yuridis normatif dengan

memusatkan perhatian pada kajian tentang norma-norma hukum

Page 10: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

7

yang terdapat dalam berbagai peraturan perundang-undangan

tentang penanaman modal, yaitu berbagai peraturan perundang-

undangan baik langsung maupun tidak langsung terkait dengan

penanaman modal. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa

pendekatan, yaitu :

a. Pendekatan perundang-undangan (statute approach);

Pendekatan ini digunakan untuk meneliti dan menelaah

berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur

penyelenggaraan penanaman modal sehingga dapat

dijelaskan dari sudut ilmu perundang-undangan, untuk

mengetahui juga ada tidaknya konsistensi atau

kesesuaian baik secara horisontal maupun vertikal antar

peraturan perundang-undangan yang diteliti. Bahan-

bahan yang dijadikan kajian adalah berbagai peraturan

perundang-undangan yang terkait dengan pengaturan

penanaman modal di Indonesia mulai dari undang-

undang sampai pada peraturan daerah.

b. Pendekatan konseptual (conceptual approach);

Pendekatan ini digunakan untuk mendalami konsep

tentang penyelenggaraan penanaman modal di negara

Republik Indonesia. Tujuannya adalah menemukan

pemahaman dari para pembentuk peraturan perundang-

undangan dan pendapat sarjana bidang penanaman

modal yang akhirnya bermuara pada nilai-nilai Pancasila

sebagai sumber segala sumber hukum. Sehingga

pengaturan yang akan dituangkan dalam Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Tengah tentang Penanaman Modal

bermuara baik pada peraturan perundang-undangan

yang berada di atasnya, maupun pada konsep yang

Page 11: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

8

benar dalam penyelenggaraan penanaman modal di

daerah.

2. Spesifikasi Kajian

Dilihat dari spesifikasinya, penelitian untuk penyusunan

kajian ini bersifat deskriptif analitis, karena mendeskripsikan

mengenai perkembangan pengaturan (regulasi) penyelenggaraan

penanaman modal di Provinsi Jawa Tengah. Dengan demikian,

untuk menganalisis pengaturan penanaman modal telah

diselenggarakan dengan adanya pengaturan dalam suatu

peraturan perundang-undangan atau dalam bentuk peraturan

daerah provinsi. Penyusunan kajian ini dilakukan dengan tujuan

untuk memberikan gambaran apakah pengaturan penanaman

modal di Provinsi Jawa Tengah sudah memadai dan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Sumber Bahan Hukum

Bahan yang digunakan dalam kajian ini mencakup bahan

hukum bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan

hukum primer merupakan bahan hukum yang memiliki otoritas

tertentu.

a. Bahan hukum primer terdiri dari:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

1945;

2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal;

3) Undang-Undang 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan;

4) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Perkoperasian;

Page 12: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

9

5) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Perindustrian;

6) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah;

7) Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2011

tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah

Nomor 1 Tahun 2008 tenang Investasi

Pemerintahan;

8) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016

tentang Perangkat Daerah;

9) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018

tentang Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi

Secara Elektronik;

10) Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu;

11) Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang

Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup dan Bidang

Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang

Penanaman Modal;

b. Bahan hukum sekunder terdiri dari:

1) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 100 Tahun

2016 tentang Pedoman Nomenklatur Dinas

Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu Provinsi dan Kabupaten/Kota;

2) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 138 Tahun

2017 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu

Satu Pintu Daerah;

Page 13: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

10

3) Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal

Nomor 7 Tahun 2018 tentang Pedoman dan Tata

Cara Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal;

4) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No. 9

Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan

Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah;

5) Bahan/data tentang Kondisi Penanaman Modal Di

Jawa Tengah;

Page 14: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

11

BAB II

KAJIAN SINKRONISASI DAN HARMONISASI

PERATURAN PERUNDANGAN PENANAMAN MODAL

A. Kajian Teoretis

Sinkronisasi adalah penyelarasan dan penyelerasian berbagai

peraturan perundang-undangan yang terkait dengan peraturan

perundang-undangan yang telah ada dan yang sedang disusun

yang mengatur suatu bidang tertentu. Proses sinkronisasi

peraturan bertujuan untuk melihat adanya keselarasan antara

peraturan yang satu dengan peraturan lainnya. Sinkronisasi

dilakukan baik secara vertikal dengan peraturan di atasnya

maupun secara horizontal dengan peraturan yang setara4.

Sinkronisasi peraturan perundang-undangan dapat

dilakukan dengan dua cara, yaitu:5

a. Sinkronisasi Vertikal

Dilakukan dengan melihat apakah suatu peraturan

perundang-undangan yang berlaku dalam suatu

bidang tertentu tidak saling bertentangan antara

satu dengan yang lain.

Di samping harus memperhatikan hierarki

peraturan perundang-undangan, sinkronisasi

vertikal harus juga diperhatikan kronologis tahun

dan nomor penetapan peraturan perundang-

undangan yang bersangkutan.

b. Sinkronisasi Horizontal

4 Novianto M Hantoro, Sinkronisasi Dan Harmonisasi Pengaturan Mengenai

Peraturan Daerah, Serta Uji Materi Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16

Tahun 2009 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun

2009-2029, Buku Kesatu. 5 AA. Oka Mahendra, Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan,

http://www.djpp.depkumham.go.id/htn-dan-puu/421-harmonisasi-

peraturan-perundang-undangan.html dalam Novianto M Hantoro.

Page 15: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

12

Dilakukan dengan melihat pada berbagai peraturan

perundang-undangan yang sederajat dan mengatur

bidang yang sama atau terkait. Sinkronisasi

horizontal juga harus dilakukan secara kronologis,

sesuai dengan urutan waktu ditetapkannya

peraturan perundangan-undangan yang

bersangkutan.

Harmonisasi peraturan perundang-undangan adalah proses

penyerasian dan penyelarasan antar peraturan perundang-

undangan sebagai suatu bagian integral atau sub sistem dari

sistem hukum guna mencapai tujuan hukum. Mengapa terjadi

disharmoni antar peraturan perundang-undangan.

Ada 6 (enam) faktor yang menyebabkan disharmoni sebagai

berikut:6

a. Pembentukan dilakukan oleh lembaga yang berbeda dan

sering dalam kurun waktu yang berbeda;

b. Pejabat yang berwenang untuk membentuk peraturan

perundang-undangan berganti-ganti baik karena dibatasi

oleh masa jabatan, alih tugas atau penggantian;

c. Pendekatan sektoral dalam pembentukan peraturan

perundang-undangan lebih kuat dibanding pendekatan

sistem;

d. Lemahnya koordinasi dalam proses pembentukan

peraturan perundang-undangan yang melibatkan

berbagai instansi dan disiplin hukum;

e. Akses masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses

pembentukan peraturan perundang-undangan masih

terbatas;

6 Ditjen PP Kemenkumham, http://ditjenpp.kemenkumham.go.id/htn-dan-

puu/421-harmonisasi-peraturan-perundang-undangan.html, diakses 10

Februari 2019

Page 16: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

13

f. Belum mantapnya cara dan metode yang pasti, baku dan

standar yang mengikat semua lembaga yang berwenang

membuat peraturan perundang-undangan.

Disharmoni peraturan perundang-undangan mengakibatkan

beberapa implikasi sebagai berikut:7

a. Terjadinya perbedaan penafsiran dalam

pelaksanaannya;

b. Timbulnya ketidakpastian hukum;

c. Peraturan perundang-undangan tidak terlaksana

secara efektif dan efisien;

d. Disfungsi hukum, artinya hukum tidak dapat

berfungsi memberikan pedoman berperilaku kepada

masyarakat, pengendalian sosial, penyelesaian

sengketa dan sebagai sarana perubahan sosial secara

tertib dan teratur.

Bagaimana mengatasi disharmoni peraturan perundang-

undangan?. Dalam hal terjadi disharmoni peraturan perundang-

undangan ada 3 (tiga) cara mengatasi sebagai berikut:8

a. Mengubah/ mencabut pasal tertentu yang mengalami

disharmoni atau seluruh pasal peraturan perundang-

undangan yang bersangkutan, oleh lembaga/instansi

yang berwenang membentuknya.

b. Mengajukan permohonan uji materil kepada lembaga

yudikatif sebagai berikut;

1) Untuk pengujian undang-undang terhadap

Undang-Undang Dasar kepada Mahkamah

Konsitusi;

7 Ditjen PP Kemenkumham, ibid. 8 Ditjen PP Kemenkumham, ibid.

Page 17: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

14

2) Untuk pengujian peraturan perundang-undangan

di bawah undang-undang terhadap undang-

undang kepada Mahkamah Agung.

c. Menerapkan asas hukum/doktrin hukum sebagai

berikut:

1) Lex superior derogat legi inferiori

Peraturan perundang-undangan bertingkat lebih

tinggi mengesampingkan peraturan perundang-

undangan tingkat lebih rendah, kecuali apabila

substansi peraturan perundang-undangan lebih

tinggi mengatur hal-hal yang oleh undang-undang

ditetapkan menjadi wewenang peraturan

perundang-undangan tingkat lebih rendah.

2) Lex specialis derogat legi generalis

Asas ini mengandung makna, bahwa aturan

hukum yang khusus akan menggesampingkan

aturan hukum yang umum.

Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan

dalam asas Lex specialis derogat legi generalis :

(a) Ketentuan-ketentuan yang didapati dalam

aturan hukum umum tetap berlaku, kecuali

yang diatur khusus dalam aturan hukum

khusus tersebut.

(b) Ketentuan-ketentuan lex specialis harus

sederajat dengan ketentuan-ketentuan lex

generalis (undang-undang dengan undang-

undang).

(c) Ketentuan-ketentuan lex specialis harus berada

dalam lingkungan hukum (rezim) yang sama

dengan lex generalis. Kitab Undang-Undang

Page 18: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

15

Hukum Dagang dan Kitab Undang-Undang

Hukum Perdata sama-sama termasuk

lingkungan hukum keperdataan.

3) Asas lex posterior derogat legi priori.

Aturan hukum yang lebih baru mengesampingkan

atau meniadakan aturan hukum yang lama. Asas

lex posterior derogat legi priori mewajibkan

menggunakan hukum yang baru.

Asas ini pun memuat prinsip-prinsip :

(a) Aturan hukum yang baru harus sederajat atau

lebih tinggi dari aturan hukum yang lama;

(b) Aturan hukum baru dan lama mengatur aspek

yang sama.

Asas ini antara lain bermaksud mencegah

dualisme yang dapat menimbulkan ketidak pastian

hukum. Dengan adanya Asas Lex posterior derogat

legi priori, ketentuan yang mengatur pencabutan

suatu peraturan perundang-undangan sebenarnya

tidak begitu penting. Secara hukum, ketentuan

lama yang serupa tidak akan berlaku lagi pada

saat aturan hukum baru mulai berlaku.

B. Dinamika Penanaman Modal di Jawa Tengah

Berdasarkan data yang dipublikasikan oleh Badan Pusat

Statitik Jawa Tengah, Realisasi Nilai Investasi dan Tenaga Kerja

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Menurut Kabupaten /

Kota di Provinsi Jawa Tengah untuk tahun 2016 adalah

sebagaimana disajikan dalam tabel berikut :9

9 Badan Pusat Statistik Jawa Tengah,

https://jateng.bps.go.id/statictable/2017/ 10/29/1601/realisasi-nilai-

investasi-dan-tenaga-kerja-penanaman-modal-dalam-negeri-pmdn-menurut-

Page 19: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

16

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa penanaman modal

khususnya dalam negeri (PMDN) pada tahun 2016 telah

memberikan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja dalam

negeri sebanyak 50 ribu lebih tenaga kerja yang hampir

seluruhnya adalah tenaga kerja dalam negeri, yaitu sebesar

99.8%. Sedangkan realisasi Nilai Investasi dan Tenaga Kerja

Penanaman Modal Dalam Negeri (PMA) Menurut Kabupaten / Kota

kabupaten-kota-di-provinsi-jawa-tengah-2016.html, diunduh tanggal 10 Februari 2019.

Page 20: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

17

di Provinsi Jawa Tengah untuk tahun 2016 disajikan dalam tabel

berikut :

Dari data diatas, dapat dilihat bahwa penanaman modal

khususnya luar dalam negeri (PMA) pada tahun 2016 telah

memberikan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja dalam

negeri sebanyak 125.204 lebih tenaga kerja yang hampir

seluruhnya adalah tenaga kerja dalam negeri, yaitu sebesar

99.28%. Data ini cukup memberikan bukti yang signifikan bahwa

Page 21: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

18

penanaman modal telah memberikan kontribusi positif dalam hal

penyerapan tenaga kerja.

C. Kajian Peraturan Penanaman Modal

1. Undang-Undang terkait:

a. UU Kesehatan

b. UU ESDM

c. UU Kelistrikan

d. UU Pertanahan

e. UU Sumber Daya Air

f. UU Gedung

g. UU Pertanian-Perkebunan

h. UU Lingkungan Hidup dan Kehutanan

i. UU Kelautan dan Perikanan

2. PP Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016

Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5887);

3. PP Nomor 24 Tahun 2018 tentang Pelayanan Perizinan

Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 90,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

6215);

4. Perpres Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 22);

5. Perpres Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang

Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka

Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal

Page 22: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

19

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016

Nomor 97);

6. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9 Tahun

2016 tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat

Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi

Jawa Tengah Thun 2016 Nomor 9 Noreg Peraturan

Daerah Provinsi Jawa Tengah (10/260/2016);

7. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun

2010 tentang Penanaman Modal Di Provinsi Jawa

Tengah.

Page 23: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

20

BAB III

KAJIAN PERDA PENANAMAN MODAL

A. Kajian Anatomi Perda

1. Kondisi Yuridis Regulasi di bidang Penanaman Modal

Pembentukan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengh Nomor

7 Tahun 2010 tentang Penanaman Modal Di Provinsi Jawa Tengah

masih mendasarkan pada Undang-Undang Nomor 32 Thun 2004

tentang Pemerintahan Daerah jo Peraturan Pemerintah Nomor 41

Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yang dalam

perkembangannya kedua peraturan perundang-undangan tersebut

telah dicabut berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor

18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah.

Dengan dicabutnya Undang-Undang Nomor 32 Thun 2004

tentang Pemerintahan Daerah dan diganti dengan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014, telah terjadi perubahan yang krusial baik

formal maupun material terakait dengan pembagian urusan

Pemeritahan antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah

Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Perubahan

formal yang terjadi adalah bahwa pengaturan dalam lampiran PP

Nomor 38 Tahun 2007 ditingkatkan pengaturannya menjadi

bagian dari lampiran UU Nomor 23 Tahun 2004. Dengan demikian

maka terkait pembagian urusan yang telah ditetapkan dalam UU

Nomor 23 Tahun 2014 diharapan tidak dapat disimpangi atau

dikecualikan oleh UU sektoral. Perubahan substansi di bidang

urusan pemerintahan dapat dicontohan sebagai berikut.

Pertama, pada bidang Energi dan Sumber Daya Mineral yang

semula kewenangan dibagi antara Pemerintah Pusat,

Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah

Page 24: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

21

Kabupaten/Kota, hanya diberikan kepada Pemerintah Pusat dan

Pemerintahan Daerah Provinsi. Kewenangan Kabupaten/Kota yang

hilang diantaranya adalah membuat Perda terkait ESDM,

pemberian izin kecuali panas bumi, pembinaan dan pengawasan.

Pada Bidang kelautan yang semula kewenangan dibagi antara

Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan

Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, kini hanya diberikan

kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Provinsi.

Kewenangan Kabupaten/Kota yang hilang diantaranya adalah

pelaksanaan kebijakan, penataan ruang laut, pengawasan dan

penegakan hukum, koordinasi pengelolaan dan pemanfaatan, dan

perizinan kecuali izin usaha perikanan.

Kedua, pada bidang kehutanan yang semula kewenangan

dibagi antara Pemerintah Pusat, Pemerintahan Daerah Provinsi,

dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, kini hanya diberikan

kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah Provinsi.

Kewenangan Kabupaten/Kota yang hilang diantaranya adalah

inventarisasi hutan, pengelolaan taman hutan, pertimbangan

teknis, dan pemberian izin. Demikian halnya juga telah

berpengaruh terhadap kelembagaan, peraturan perundang-

undangan maupun rencana pembangunan.

Seiring dengan dicabutnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah

Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah,

maka telah berpengaruh pada kebijakan Pemerintahan Daerah

Provinsi dalam hubungannya dengan Peraturan Daerah Provinsi

Jawa Tengah Nomor 7 Tahun 2010 tentang Penanaman Modal Di

Provinsi Jawa Tengah.

Pengaturan dalam Perda tersebut mengenai kewenangan di

bidang pelayanan penanaman modal yang semula didelegasikan

Page 25: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

22

kepada Badan Penanaman Modal sebagai Lembaga Teknis Daerah

(LEMTEKDA) yang secara administrasi menjadi tugas Unit

Pelaksana Teknis (UPT) Pelayanan Terpadu Satu Pintu, kini

beralih pendelegasiannya kepada Dinas Penanaman Modal Daerah

Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Jawa

Tengah sebagaimana ditetapkan berdasarkan Perda Nomor 9

Tahun 2016 tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat

Daerah Provinsi Jawa Tengah.

Terkait dengan perkembangan dinamika peraturan

perundang-udangan tersebut, maka secara regulasi telah

berpengaruh secara krusial terhadap kelembagaan. Oleh sebab itu

perlu dilakuan penyelarasan untuk sinkronisasi dan harmonisasi

peraturan perundang-undangan bagi kebijakan pelayanan

penanaman modal di Daerah Provinsi Jawa Tengah. Disamping itu

Perda Nomor 7 Thun 2010 pada saat pembentukannya masih

mendasarkan pada Perda Nonor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi

Dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,

Inspektorat dan Lembaga Teknis Daerah Provininsi Jawa Tengah

yang telah dicabut dan dinayatakan tidak berlaku beradasarkan

Perda Nomor 9 Tahun 2016 tentang Pembentukan Dan Susunan

Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah.

Page 26: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

23

B. Kesesuaian Perda Penanaman Modal dengan Peraturan Perundangan Lainnya

NO. DASAR HUKUM/NORMATIF KONDISI NORMATIF RELEVANSI KETERANGAN

1. Nomenklatur organ kelembagaan dalam Perda 7/2010 ttg Penanaman Modal Di Provinsi Jawa Tengah masih menggunakan nomenklatur Badan. Pasal 1 angka 6 berbunyi:” Badan adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah yang bertanggung jawab di bidang Penanaman Modal. Nomenklatur Badan mendasarkan pada konsideran Perda 7/2008.

Nomenklatur Badan sudah tidak sesuai dengan dinamika perkembangan peraturan perundang-undangan, yaitu: a. Permendagri Nomor 100

Tahun 2016 ttg Pedoman Nomenklatur Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi Dan Kab/Kota.

b. Perda Prov. Jateng Nomor 9 Tahun 2016 ttg Pembentukan Dan Susunan Perangkat Daerah Prov. Jateng.

Dasar hukum konsideran yang menjadi dasar Perda 7/2010: a. UU No.5 Tahun 1984

tentang Perndustrian, telah dicabut berdasarkan UU Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5492);

b. UU No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian telah dicabut berdasarkan UU Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 212, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5355);

c. UU No.10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, telah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

Perda No.7 Tahun 2008 ttg Organisasi Dan Tata Kerja BAPPEDA, Inspektorat Dan Lemtekda dicabut bedasarkan Perda No.9/2016. Noemenklatur Badan sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan sehingga perlu dilakukan penataan kebijakan kelembagaan. Sebanyak 9 (sembian) konsideran dasar hukum Perda 7/2010 ttg Penanaman Modal Di Provinsi Jawa Tengah, telah banyak mengalami perubahan dengan rincian: a. 8 (delapan) dicabut; b. 1 (satu) diubah; dan c. 1 (satu) dalam proses

perubahan.

Page 27: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

24

NO. DASAR HUKUM/NORMATIF KONDISI NORMATIF RELEVANSI KETERANGAN

berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234).

d. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan UU Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844) Republik Indonesia Nomor 5234), telah dicabut berdasarkan

Page 28: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

25

NO. DASAR HUKUM/NORMATIF KONDISI NORMATIF RELEVANSI KETERANGAN

UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Dearah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU No.9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas UU No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

e. PP No.6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, telah dicabut berdasarkan berdasarkan PP Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran

Page 29: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

26

NO. DASAR HUKUM/NORMATIF KONDISI NORMATIF RELEVANSI KETERANGAN

Negara Republik Indonesia Nomor 5533);

f. PP No.1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah telah diubah berdasarkan PP Nomor 49 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas PP Nomor 1 Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5261);

g. Perpres No.77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Perpres No.111 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas Perpres No.77 Tahun 2007 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanamn Modal, telah

Page 30: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

27

NO. DASAR HUKUM/NORMATIF KONDISI NORMATIF RELEVANSI KETERANGAN

dicabut dan dinyatakan tidak berlaku berdasarkan Perpres Nomor 36 Tahun 2010 tentang Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang Penanaman Modal;

h. Perpres No.27 Thun 2009 tentang Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Bidang Penanaman Modal, telah dicabut berdasarkan Perpres Nomor 97 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 22).

i. Perda No.7 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja BAPPEDA, Inspektorat Dan Lembaga Teknis Daerah, telah dicabut berdasarkan Perda No.9/2016 tentang Pembentukan Dan Susunan Perangkat Derah Provinsi Jawa Tengah (Diundangkan pada tanggal 9

Page 31: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

28

NO. DASAR HUKUM/NORMATIF KONDISI NORMATIF RELEVANSI KETERANGAN

Nopember 2016); j. Perda No.6 Tahun 2010

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah, dalam proses revisi.

2. Turunan Perda 7/2010: a. Pergub No.74/2012 ttg

Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pada Badan Penanaman Modal Daerah Prov. Jateng.

b. Pergub No.67/2013 ttg Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Datu Pintu Prov. Jateng.

c. Pergub No.27/2014 ttg Perubahan Atas Pergub Nomor 67 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Prov. Jateng sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Pergub No.22/2015.

- Sebagai dasar pembentukan UPT-PTSP pada Badan Penanaman Modal Daerah Prov. Jateng.

- Sebagai tindak lanjut Pergub 74/2012 ttg Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Pelayanan Terpadu Satu Pintu Pada Badan Penanaman Modal Daerah Prov. Jateng.

Perubahan terkait pembidangan jenis perizinan dan nonperizinan.

Kepala UPT memiliki fungsi:

- Penyusunan rencana teknis operasional pelayanan administrai perizinan dan nonperizinan;

- Pelaksanaan kebijakan teknis operasional perizinan dan nonperizinan.

- Pelayanan administrasi perizinan dan nonperzinan beralih ke UPT-PTSP.

- Penandatanganan perizinan dan nonperizinan menjadi kewenangan Kepala Badan.

- Pengurangan dan penambahan jenis perizinan dan nonperizinan.

SIAPA YANG MENADATANGANI PERIZINAN DAN NONPERIZINAN ??? Dengan terbitnya Pergub No.67/2013 ttg Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Datu Pintu Prov. Jateng, keberadaan UPT-PTSP sebagai Lemteknis pada Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah hapus.

Turunan Perda 7/2010 ttg Penanaman Modal Di Provinsi Jawa Tengah, sudah tidak sesuai lagi dengan peraturan perundang-undangan di atasnya sehingga perlu dilakukan sinkronissi dan harmonisasi.

3. Perda No.9/2016 ttg Sebagai tindak lanjut PP Mencabut Perda No.7/2008 Eksistensi UPT-PTSP sebagai

Page 32: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

29

NO. DASAR HUKUM/NORMATIF KONDISI NORMATIF RELEVANSI KETERANGAN

Pembentukan Dan Susunan Perangkat Derah Provinsi Jawa Tengah (Diundangkan pada tanggk 9 Nopember 2016)

No.18 Tahun 2018 ttg Perangkat Daerah

ttg Organisasi Dan Tata Kerja BAPPEDA, Inspektorat Dan Lemtekda Prov. Jateng.

Lemteknis pada Badan Penanaman Modal Daerah Provinsi Jawa Tengah hapus. Perda 7/2010 ttg Penanaman Modal di Provinsi Jateng, sudah tidak sesuai dgn Perda No.9/2016 ttg Pembentukan dan Susunan Perangkat Derah Provinsi Jateng, juga dgn PP No.18/2018 ttg Perangkat Daerah.

Turunan Perda 9/2016: a. Pergub 72/2016 ttg

Organisasi Dan Tata Kerja Dinas Penanaman Modal Dan Pelayanan Terpadu Satu Prov. Jateng (Diundangkan pada tanggal 15 Desember 2016)

Sebagai tindak lanjut pelaksanaan ketentuan Pasal 3 Perda 9/2016 dan Perpres No.97/2014 ttg Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu.

Telah disesuaikan dengan perkembangan keadaan.

Turunan Perda 7/2010 ttg PP No.18 Tahun 2018 ttg Perangkat Daerah sudah tidak sesuai dengan Perda No.9/2016 ttg Pembentukan Dan Susunan Perangkat Derah Provinsi Jawa Tengah.

b. Pergub 18/2017 ttg Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Prov. Jateng (Diundangkan pada tanggal 10 Mei 2017)

Mendasarkan pada PP 18/2016 dan Perpres 97/2014.

Mencabut Pergub Pergub Nomor 67 Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Prov. Jateng sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Pergub No.22/2015 karena sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan.

Pergub 18/2017 ttg Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Prov. Jateng (Diundangkan pada tanggal 10 Mei 2017) ada rencana untuk diubah.

4. Permendagri no.138/2017 ttg Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Daerah (Diundangkan pada tanggal 27 Desember 2017)

- Sebagai tindak lanjut pelaksanaan ketentuan Pasal 25 ayat (1) Perpres 97/2014.

- Belum mendasarkan pada PP 24/2018

Permendagri no.138/2017 ttg Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Daerah, belum masuk konsideran dasar hukum Pergub 18/2017 ttg

Permendagri no.138/2017 ttg Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Daerah, mendahului terbitnya PP 24/2018.

Page 33: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

30

NO. DASAR HUKUM/NORMATIF KONDISI NORMATIF RELEVANSI KETERANGAN

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Prov. Jateng (Diundangkan pada tanggal 10 Mei 2017).

5. PP 24/2018 ttg Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektronik (Diundangkan pada tanggal 21 Juni 2018)

6. Perda 7/2010 ttg Penanaman Modal Di Provinsi Jawa Tengah (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Tengah ahun 2010 Nomor 7, Tambahan Lmbaran Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 29).

Substansi Perda 7/2010:

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB II ASAS, TUJUAN DAN SASARAN

BAB III KEWENANGAN PENANAMAN

MODAL

Substansi PP 24/2018:

BAB I KETENTUAN UMUM

BAB II JENIS, PEMOHON, DAN PENERBIT PERIZINAN

BERUSAHA Bagian Kesatu

Jenis Perizinan Berusaha Bagian Kedua

Pemohon Perizinan Berusaha Bagian Ketiga

Penerbit Perizinan Berusaha

BAB III PELAKSANAAN PERZINAN

BERUSAHA Bagian Kesatu

Umum Bagian Kedua Pendaftaran

Bagian Ketiga Penerbitan Izin Dan

Penerbitan Izin Komersial atau Operasional Berdasarkan

Komitmen

Page 34: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

31

NO. DASAR HUKUM/NORMATIF KONDISI NORMATIF RELEVANSI KETERANGAN

BAB IV

KEBIJAKAN PENANAMAN MODAL

Bagian Pertama Kerjasama Penanaman Modal

Bagian Kedua Promosi Penanaman Modal

Bagian Ketiga

Bagian Keempat Pemenuhan Komitmen Izin Lokasi, Izin Lokasi Perairan,

Izin Lingkungan dan/atau Izin Mendirikan Bangunan

Paragraf 1 Pemenuhan Komitmen Izin

Lokasi Paragraf 2

Pemenuhan Komitmen Izin Lokasi Perairan

Paragraf 3 Pemenuhan Izin Lingkungan

Paragraf 4 Pemenuhan Komitmen Izin

Mendirikan Bangunan Gedung Bagian Kelima

Pembayaran Biaya Perizinn Berusaha

Bagian Keenam Fasilitasi Perizinan Berusaha

Bagian Ketujuh Masa Berlaku Perizinan

Berusaha Bagian Kedelapan

Pengawasan Atas Pelaksanaan Perizinan Berusha

BAB IV REFORMASI PERIZINAN

BERUSAHA SEKTOR

Page 35: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

32

NO. DASAR HUKUM/NORMATIF KONDISI NORMATIF RELEVANSI KETERANGAN

Pelayanan Penanaman Modal Paragraf 1

Jenis Bidang Usaha Paragraf 2

Penanam Modal Paragraf 3

Bentuk Badan Usaha

Paragraf 4 Perizinan

Paragraf 5 Jangka Waktu

Paragraf 6 Hak, Kewajiban Dan Tanggung

Jawab Penamam Modal Paragraf 7

Lokasi Penanam Modal Paragraf 8

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bagian Keempat

Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal

Bagian Kelima Pengolahan Data Dan Sistem Informasi Penanman Modal

Bagian Keenam Penyebarluasan, Pendidikan, Dan Pelatuhan Penanaman

Modal

BAB V PERAN SERTA MASYARAKAT

BAB V

ONLINE SINGLE SUBMISSION Bagian Kesatu

Sistem Online Single Submission

Bgian Kedua

Page 36: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

33

NO. DASAR HUKUM/NORMATIF KONDISI NORMATIF RELEVANSI KETERANGAN

BAB VI INSENTIF DAN KEMUDAHAN

PENANAMAN MODAL

BAB VII SANKSI ADMINISTRASI

BAB VIII KETENTUAN PERALIHAN

BAB IX

PENUTUP

Lembaga Online Single Submission

Bagian Ketiga Pendanaan Sistem Online

Sinle Submission

BAB VI INSENTIF ATAU DISINSENTIF

PELAKSANAAN PERZINAN BERUSAHA MELALUI ONLINE

SINGLE SUBMISSION

BAB VII PENYELESAIAN

PERMASALAHAN DAN HAMBATAN PERIZINAN

BERUSAHA MELALUI ONLINE SINGLE SUBMISSION

BAB VIII SANKSI

BAB IX

KETENTUAN LAIN-LAIN

BAB X KETENTUAN PERALIHAN

BAB XI

KETENTUAN PENUTUP

Page 37: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

34

C. Sinkronisasi dan Harmonisasi yang Diperlukan

1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun

2010 tentang Penanaman Modal Di Provinsi Jawa Tengah

perlu dilakukan sinkronisasi dan harmonisasi berdasarkan

peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, yaitu:

a. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang

Pembentukan Provinsi Jawa Tengah (Himpunan

Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950 Halaman

86-92);

b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4724);

c. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang

Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2014 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5492);

d. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang

Perkoperasian (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2012 Nomor 212, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 5355);

e. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5234).

f. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Dearah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

Page 38: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

35

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir

dengan UU No.9 Tahun 2015 tentang Perubahan

Kedua Atas UU No.23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

g. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang

Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2016 Nomor 114, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5887);

h. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang

Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5533);

i. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2011 tentang

Perubahan Atas PP Nomor 1 Tahun 2008 tentang

Investasi Pemerintah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Nomor 124, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5261);

j. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang

Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara

Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2018 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 6215);

k. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 22);

Page 39: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

36

l. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang

Daftar Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang

Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di Bidang

Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2016 Nomor 97);

m. Undang-Undang Sektoral terkait, antara lain:

1) UU tentang ESDM;

2) UU tentang Pertanahan;

3) UU tentang Kelistrikan;

4) UU tentang Sumber Daya Air;

5) UU tentang Gedung;

6) UU tentang Pertanian/Perkebunan;

7) UU tentang Lingkungan Hidup Dan Kehutanan;

8) UU tanteng Kelautan Dan Perikanan;

9) UU tentang Kesehatan;

n. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 9

Tahun 2016 tentang Pembentukan Dan Susunan

Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah (Lembaran

Daerah Provinsi Jawa Tengah Thun 2016 Nomor 9

Noreg Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah

(10/260/2016).

D. Relevansi Perubahan Kelembagaan Penanaman Modal

1. Organisasi Perangkat Daerah

Perangkat Daerah atau Organisasi Pemerintah Daerah

(OPD)10 merupakan organisasi atau lembaga pada Pemerintah

Daerah yang bertanggung jawab kepada Kepala Daerah dalam

10Menurut ketentuan Pasal 1 butir 1 PP Nomor 18 Tahun 2016 Tentang

Perangkat Daerah, dinyatakan bahwa Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam

penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.

Page 40: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

37

rangka penyelenggaraan pemerintahan di daerah11. Perangkat

Daerah dibentuk oleh masing-masing Daerah berdasarkan

beberapa pertimbangan, seperti: karakteristik, potensi, dan

kebutuhan Daerah. Dasar utama penyusunan organisasi

perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang

terdiri atas urusan konkuren yang dibagi menjadi urusan wajib

dan urusan pilihan12, namun tidak berarti setiap penanganan

urusan pemerintahan harus dibentuk kedalam organisasi

tersendiri. Pembentukan perangkat daerah semata-mata

didasarkan pada pertimbangan rasional untuk melaksanakan

urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah secara

efektif dan efisien.

11Penyelenggaraan pemerintahan daerah didasarkan pada sejumlah

kewenangan yang dinyatakan dalam Pasal 9 UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah. Urusan Pemerintahan untuk level Daerah

dikelompokkan menjadi 3 (tiga) urusan sebagai berikut:

1. Urusan pemerintahan absolut adalah Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.

2. Urusan pemerintahan konkuren adalah Urusan Pemerintahan yang

dibagi antara Pemerintah Pusat dan Daerah provinsi dan Daerah

kabupaten/kota.

3. Urusan pemerintahan konkuren yang diserahkan ke Daerah menjadi

dasar pelaksanaan Otonomi Daerah. Sementara dua urusan pemerintahan lainnya, yakni urusan pemerintahan

absolut yaitu Urusan Pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan

Pemerintah Pusat yang terdiri dari: a. politik luar negeri; b. pertahanan; c.

keamanan; d. yustisi; e. moneter dan fiskal nasional; f. agama (Lihat Pasal 10

UU no.23 Tahun 2014). Urusan pemerintahan berikutnya adalah urusan pemerintahan umum, yaitu: Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan

Presiden sebagai kepala pemerintahan.

Sementara itu, terkait dengan urusan pemerintahan daerah yang bersifat

konkuren, terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan. Urusan wajib berkaitan

dengan pelayanan dasar yang harus diselenggarakan oleh setiap Pemda sesuai

dengan kapasitas dan kemampuan daerah masing-masing, seperti: pendidikan; kesehatan; pekerjaan umum dan penataan ruang; perumahan rakyat dan

kawasan permukiman; ketentraman, ketertiban umum; dan perlindungan

masyarakat; serta sosial. Terkait dengan penanaman modal, bidang ini

termasuk dalam kelompok urusan wajib pemerintahan yang tidak berkaitan

dengan pelayanan dasar. 12 Lihat ketentuan Pasal 11 et.seq. UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah.

Page 41: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

38

Secara yuridis, ketentuan mengenai pembentukan

Perangkat Daerah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 18

Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. PP ini dibuat atas

perintah13 dari Pasal 232 ayat (1) UU Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah. Pembentukan Perangkat Daerah

tersebut sebelum disahkan berlakunya melalui Peraturan Daerah,

untuk level Provinsi harus lebih terlebih dahulu dikonsultasi

kepada dua kementerian, yaitu Menteri Dalam Negeri dan Menteri

Reformasi Birokrasi dan Pendayagunaan Aparatur Negara14.

Ketentuan ini sifatnya wajib, dan karenanya jika sebuah perda

yang mendasari pembentukan perangkat daerah tidak melalui

prosedur ini, maka Menteri dapat membatalkan perda dimaksud15.

Terkait dengan hal ini, ada sejumlah prinsip yang perlu

diperhatikan dalam pembentukan suatu perangkat daerah,

yaitu16:

1. Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah17;

2. intensitas Urusan Pemerintahan dan potensi Daerah18;

13 Hal ini selarasan dengan ketentuan Pasal 12 UU Nomor 12 Tahun 2011

Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Dalam Pasal 12

tersebut dinyatakan bahwa: “Materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi

untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya”. 14Hal ini secara implisit dinyatakan dalam Pasal 231 UU Nomor 23 Tahun 2014

Tentang Pemerintahan Daerah. 15Lihat Pasal 5 PP Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah. Namun

demikian, terkait dengan kewenangan Menteri dalam membatalkan perda sudah

ditputuskan oleh Mahkamah Konstitusi (MK) bahwa frasa " perda provinsi dan" yang tercantum dalam Pasal 251 Ayat 7, serta Pasal 251 Ayat 5 Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah, bertentangan dengan

UUD 1945 dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. Dengan demikian,

Menteri Dalam Negeri tidak lagi bisa mencabut atau membatalkan perda

Provinsi. Kewenangan pembatalan perda dikembalikan kepada mekanisme

Jucial Review oleh Mahkamah Agung agar selaras dengan spirit UUD 1945 dan sekaligus menjamin kepastian hukum. 16Lihat Pasal 2 PP Nomer 18 Tahun 2016 tentang Perangkat daerah. 17Pengertiannya adalah perangkat daerah hanya dibentuk untuk melaksanakan

Urusan Pemerintahan berdasarkan Urusan Pemerintahan berdasarkan asas

otonomo dan Tugas Pembantuan; 18 Artinya adalah penentuan jumlah dan susunan Perangkat Daerah didasarkan

pada volume beban tugas untuk melaksanakan suatu Urusan Pemerintahan

Page 42: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

39

3. efisiensi19;

4. efektivitas20;

5. pembagian habis tugas21;

6. rentang kendali22;

7. tata kerja yang jelas23; dan

8. fleksibilitas24.

Secara teknis, penyusunan organisasi perangkat daerah

berdasarkan pertimbangan adanya urusan pemerintahan yang

perlu ditangani. Masing-masing urusan pada prinsipnya tidak

mutlak dibentuk dalam lembaga tersendiri, namun sebaliknya

masing-masing urusan dapat dikembangkan atau dibentuk lebih

dari satu lembaga perangkat daerah sesuai dengan prinsip-prinsip

organisasi, kebutuhan dan kemampuan daerah masing-masing.

Dalam hal beberapa urusan yang ditangani oleh satu perangkat

daerah, maka penggabungannya sesuai dengan perumpunan

urusan pemerintahan yang dikelompokkan dalam bentuk Dinas

dan Lembaga Pelaksana Daerah. Oleh sebab itu, prinsip-prinsip

diatas memungkinkan suatu dinas mewadahi beberapa urusan

atau volume beban tugas untuk mendukung dan menunjang pelaksanaan

Urusan Pemerintahan; 19 Bahwa pembentukan Perangkat Daerah ditentukan berdasarkan perbandingan tingkat daya guna yang paling tinggi yang dapat diperoleh; 20Bahwa pembentukan Perangkat Daerah ditentukan berdasarkan

perbandingan tingkat daya guna yang paling tinggi yang dapat diperoleh; 21 Bahwa pembentukan Perangkat Daerah yang membagi habis tugas dan

fungsi penyelenggaraan pemerintah kepada Perangkat Daerah dan tidak terdapat suatu tugas dan fungsi yang dibebankan pada lebih dari satu

Perangkat Daerah; 22 Bahwa penentuan jumlah Perangkat Daerah dan jumlah unit kerja pada

Perangkat Daerah didasarkan pada kemampuan pengendalian unit kerja

bawahan; 23Bahwa pelaksanaan tugas dan fungsi Perangkat Daerah dan unit kerja pada Perangkat Daerah mempunyai hubungan kerja yang jelas, baik vertikal maupun

horizontal; 24Bahwa penentuan tugas dan fungsi Perangkat Daerah dan unit kerja pada

Perangkat Daerah memberikan ruangan untuk menampung tugas dan fungsi

yang diamanatkan oleh ketentuan perundang-undangan setelah Peraturan Pemerintah ini ditetapakan. Inilah 8 asas pokok pedoman dalam pembentukan

Perangkat Daerah.

Page 43: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

40

yang saling berkaitan, sebagaimana halnya DPMPTSP yang

menggabungkan pelayanan penanaman modal dengan perizinan

terpadu satu pintu.

Kelembagaan daerah merupakan wadah atau sarana

berlangsungnya penyelenggaraan urusan yang menjadi

kewenangan daerah tersebut. Kehadiran kelembagaan daerah

memberikan kejelasan dalam pertanggungjawaban pelaksanaan

tugas dan fungsi dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah.

Oleh karena itu, penataan terhadap kelembagaan daerah

merupakan bagian penting dalam mendukung pencapaian tujuan

otonomi daerah.

Perlu dipahami bahwa untuk konteks Indonesia, ada dua

kelembagaan penting yang membentuk pemerintahan daerah

yaitu: kelembagaan untuk pejabat politik yaitu kelembagaan

kepala daerah dan DPRD; dan kelembagaan untuk pejabat karir

yang terdiri dari perangkat daerah (dinas, badan, kantor,

sekretariat, kecamatan, kelurahan dll). Kedua kelembagaan ini

sejatinya merupakan titik bidik atau fokus dalam upaya penataan

dan perbaikan sehingga berjalan dalam koridor penyelenggaraan

tugas dan fungsi yang ditetapkan.

Selanjutnya, terkait dengan kelembagaan untuk birokrasi,

fokus perhatian diarahkan pada beberapa aspek. Hal ini

mengingat keberadaan kelembagaan ini selain menjadi pendukung

keberhasilan penyelenggaraan otonomi daerah, tetapi juga wadah

bagi ribuan orang yang telah mengorbankan diri untuk bekerja

sebagai birokrat. Para pegawai ini telah menjadi alat kekuasaan

untuk menjalankan roda pemerintahan dan mewujudkan visi dan

misi organisasi. Disisi lain, penataan kelembagaan ini harus

memperhatikan efektivitas dan efisiensi organisasi sehingga

mampu memenuhi pencapaian tujuan otonomi daerah.

Page 44: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

41

Kompleksitas persoalan yang ada dan banyaknya aspek yang

dipertimbangkan, membuat kelembagaan pemerintah daerah

dibuat dengan mengacu pada pedoman yang terukur dan kajian

argumentasi yang rasional.

Pembenahan perangkat daerah sebagai wadah karir

birokrasi di daerah, dapat dilihat sebagai upaya mendukung

semangat reformasi manajemen pemerintahan. Apabila model

klasik menempatkan institusi pemerintah sebagai aktor dominan

dalam penyelenggaraan pemerintahan, maka sebagai upaya

mengantisipasi berbagai perubahan yang tidak dapat diprediksi

dan berlangsung cepat dalam lingkungan sistem politik, dilakukan

perbaikan terus menerus menyesuaikan dengan kondisi yang ada.

Harus dipahami bahwa perubahan tersebut dapat berlangsung

dalam aras global, nasional, maupun lokal. Oleh karena itu,

reformasi manajemen pemerintahan harus mengakomodasi semua

aspek yang ada.

Pembentukan organisasi pemerintah daerah selama ini

didasarkan pada peraturan perundang-undangan (rule driven

organization). Banyak organisasi perangkat daerah yang dibentuk

tidak dalam posisi sebagai sentral penyelenggaraan visi dan misi

pemerintah daerah atau visi daerah. Besaran organisasi yang

dibentuk tersebut selama ini hanya berdasarkan perhitungan

scoring dan sangat berpengaruh dalam menentukan apakah suatu

unit perlu dipertahankan, diubah, atau dihapuskan. Padahal,

seharusnya pertimbangan untuk membentuk suatu organisasi

harus menyangkut pertimbangan-pertimbangan administratif,

ekonomi, bahkan politis. Pertimbangan politis disini menyangkut

bagaimana sebuah organisasi dibentuk untuk menjalankan

tanggungjawab mewujudkan visi dan misi daerah maupun kepala

daerah.

Page 45: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

42

Ketidaksinkronan antara besaran organisasi yang dibentuk

dengan visi dan misi yang ditetapkan menyebabkan

penyelenggaraan pemerintahan daerah berjalan dalam koridor

rutinitas belaka. Tidak mampu membawa perubahan yang

mendasar di daerah sesuai perencanaan. Organisasi perangkat

daerah yang dibentuk seringkali tidak memberikan konstribusi

bagi pengembangan pembangunan daerah. Hal ini disebabkan

oleh pembentukan perangkat daerah selama ini menggunakan

pertimbangan subjektivitas birokrat di daerah sehingga terkadang

muncul organisasi yang dibentuk tidak sesuai dengan kebutuhan

daerah kabupaten atau kota. Padahal, kalau diperhatikan

karaterisitik unggulan daerah kota tentu berbeda dengan

karakterisitk unggulan daerah kabupaten. Oleh karena itu,

organisasi yang dibentuk dan besarannyapun tentu berbeda pula.

2. Perubahan Badan menjadi Dinas PMPTSP

Semakin maraknya tuntutan berbagai pihak untuk

melakukan reformasi birokrasi juga berdampak pada penataan

kelembagaan yang cenderung efektif dan efisien. Hal ini sejalan

dengan perkembangan paradigma pemerintahan di negara –

negara maju yang dewasa ini telah meninggalkan konsep

pemerintahan/birokrasi yang dikembangkan Max Weber, yang

menekankan pada konsep administrasi pemerintahan yang

mekanistis dan kaku yang dikenal dengan tipe ideal25. Konsep

tersebut kemudian dikenal pula dengan sebutan birokrasi feodal

atau tradisional yaitu birokrasi yang lebih cenderung menerapkan

sentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan. Dalam bentuk

birokrasi semacam ini perkembangan kebutuhan masyarakat

cenderung kurang dapat terlayani. Hal ini karena penerapan

25 Peter M, Blau dan & Marshall W. Meyer, 2000. Alih bahasa oleh Slamet

Rijanto, Birokrasi Dalam Masyarakat Modern, jakarta : Prestasi Pustakaraya.

Page 46: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

43

sentralisasi pemerintahan dapat menimbulkan public sector as too

big, overstaffed and too expensive26. Disamping itu, birokrasi

feodal juga menimbulkan inefisiensi dan produktivitas yang

rendah, sementara yang menonjol justru formalisme dan rigiditas

sehingga efektivitas dalam melaksanakan pelayanan dan

pembangunan tidak bisa berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Dengan adanya kekecewaan terhadap hasil yang didapatkan

dari birokrasi feodal tersebut, timbul dorongan untuk

menciptakan inovasi baru dalam praktik penyelenggaraan

birokrasi. Konsep inovasi birokrasi antara lain dihasilkan Osborn

dan Gaebler27 yang mengemukakan 10 prinsip dalam

melaksanakan perubahan-perubahan dalam pemerintahan yang

diberi istilah Reinventing Government. Kesepuluh prinsip tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Catalytic Government: Steering Rather Rowing;

Pemerintah lebih mengkonsentrasikan diri pada aspek

pengaturan/regulasi dengan membuat kebijaksanaan

daripada sebagai pelaksana kebijakan atau pelaksana

penyelenggaraan pelayanan umum bagi masyarakat;

2. Community-owned Government: Empowering Rather Than

Serving; Pemerintah lebih bertujuan kepada

memberdayakan masyarakat (empowering citizens) tidak

hanya melayani yang membuat masyarakat terlena dan

tergantung kepada pemerintah tetapi pemberian layanan

dan penyediaan fasilitas dilakukan dalam rangka

pendewasaan dan pemandirian masyarakat;

26 The British Council, 2002. Public Sector Reform in Britain. Diakses Melalui

http://www.britishcouncil.org. 27 Osborne, David dan Gaebler, Ted. 1997. Mewirausahakan Birokrasi Reinventing Government : Mentransformasi Semangat Wirausaha Ke Dalam Sektor Publik. Terjemahan Abdul Rosyid, Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo.

Page 47: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

44

3. Competitive Government: Injecting Competition into service

Delivery; Menciptakan kompetisi dalam pemerintahan

dengan mendorong terjadinya kompetisi dalam

pemberian layanan di antara penyelenggara pelayanan

umum;

4. Mission-Driven Government: Transforming Rule-Driven

Organizations; Pemerintah atau birokrasi Max weber

mengemukakan bahwa jalannya birokrasi dikendalikan

atau diarahkan oleh aturan, konsepsi tersebut dirasakan

kurang tepat lagi tetapi sebaiknya Pemerintah atau

birokrasi berjalan diarahkan oleh tujuan dan misi

(mission) yang telah ditetapkan yakni untuk kepentingan

masyarakat;

5. Results-Oriented Government: Funding Outcomes, Not

Input; Pemerintah yang berorientasi pada hasil dengan

penekanan atau pokok perhatian bukan pada aspek

"inputs", melainkan pada aspek hasilnya (outcomes);

6. Customer-Driven Government: Meeting the Needs of the

Customer, Not the Bureaucracy; Pemerintah yang

diarahkan oleh kebutuhan dari konsumen yaitu

masyarakat bukan diarahkan oleh kebutuhan dari pada

Birokrasi;

7. Enterprising Government: Earning Rather Than Spending;

penanaman semangat entrepreneur dalam Pemerintah,

yakni bersemangat untuk menghasilkan atau

mendapatkan keuntungan untuk penerimaan keuangan

(earning money), daripada memikirkan bagaimana

menghabiskan anggaran yang dialokasikan (spending

money);

Page 48: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

45

8. Anticipatory Government: Prevention Rather Than Cure;

Pemerintah yang antisipatif, yakni melakukan antisipasi

baik berupa pencegahan terjadinya sesuatu

permasalahan, antisipasi terhadap perubahan yang

mungkin akan terjadi, daripada mengatasi masalah

setelah permasalahan tersebut muncul atau

menyesuaikan setelah perubahan terjadi;

9. Decentralized Government: From Hierarchy to Participation

and Teamwork; Pemerintah yang melaksanakan

desentralisasi atau mendelegasikan kewenangan kepada

unsur-unsur bawahannya antara lain dengan

menerapkan pola manajemen partisipatif serta

kerjasama kelompok (teamwork) dalam pencapaian

sasaran organisasi.

10. Market-Oriented Government: Leveraging Change Through

the Market; Pemerintah yang mendorong berlakunya

"mekanisme pasar" secara sehat dan menyesuaikan

tuntutan perubahan berdasarkan tuntutan dan

mekanisme pasar.

Menurut Mintzberg28 dalam struktur organisasi terdapat

peraturan-peraturan, tugas dan hubungan kewenangan yang

bersifat formal. Hubungan kewenangan tersebut mengatur

bagaimana orang bekerjasama dan menggunakan sumber daya

yang adauntuk mencapai tujuan organisasi. Tugas-tugas yang

terdapat dalam struktur organisasi dibedakan ke dalam lima

unsur dasar, yaitu Strategic Apex, Middle Line, Technostructure,

Supporting Staff dan Operating Core. Masing-masing unsur

menjalankan fungsinya masing-masing dalam suatu hubungan

28 Lihat Mintzberg, Henry, 1993. Structure in Five Designing Effective Organizations, New Jersey : Prentice-Hall, Inc.

Page 49: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

46

kerja yang sinergis dan sistematis sehingga tujuan yang

diharapkan dapat diwujudkan.

Berkaitan dengan struktur organisasi tersebut, Mintzberg29

mendeskripsikan kelima unsur dasar dimaksud sebagai berikut:

1) The Strategic Apex, yaitu bagian dari organisasi yang

berfungsi sebagai penanggungjawab berhasil tidaknya

organisasi mencapai tugas pokoknya;

2) The Middle Line,yaitu bagian dari organisasi yang bertugas

membantu menerjemahkan kebijakan - kebijakan

manajemen puncak untuk selanjutnya disampaikan kepada

unit pelaksana guna ditindaklanjuti;

3) The Technostructure, yaitu bagian dari organisasi yang

berfungsi menganalisis kebijakan-kebijakan pimpinan

dengan mengeluarkan berbagai pedoman-pedoman atau

standardisasi-standardisasi tertentu yang harus

diperhatikan oleh seluruh perangkat daerah/pengguna

masing-masing;

4) The Supporting Staff, yaitu bagian dari organisasi yang

pada dasarnya ikut memberi dukungan untuk tugas

perangkat daerah secara keseluruhan; dan

5) The Operating Core, yaitu bagian dari organisasi yang

berfungsi melaksanakan tugas pokok organisasi yang

berkaitan dengan pelayanan langsung kepada masyarakat.

Berangkat dari kerangka pemikiran teoretik tersebut, maka

sejalan dengan kebijakan nawa cita Pemerintah dalam bidang

investasi dan deregulasi perizinan, maka status Lembaga

Penanaman Modal dinaikan dari Badan yang bersifat teknis

menjadi Dinas yang bersifat strategis digabungkan dengan

perizinan terpadu satu pintu. Dinas adalah organisasi yang

29 Ibid.

Page 50: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

47

menjalankan tugas-tugas pokok (kewenangan substantif atau

kewenangan material) daerah. Itulah sebabnya, bidang

kewenangan dan nomenklatur dinas dibentuk berdasarkan

pertimbangan urusan (urusan pendidikan, urusan kesehatan,

dan sebagainya).

Sementara badan merupakan lembaga teknis pendukung

yang bertugas melaksanakan fungsi-fungsi strategis daerah yang

belum terakomodasikan oleh pola kelembagaan yang lain. Fungsi-

fungsi yang diemban oleh lembaga teknis bukanlah kewenangan

substantif daerah, namun memiliki peran yang sangat penting

bagi daerah. Contohnya adalah badan penelitian dan

pengembangan, badan perencanaan daerah, serta badan lainnya.

Berdasarkan hal itu, maka dengan perubahan status

lembaga penanaman modal dari yang bersifat teknis menjadi

strategis dengan menggabungkan tatakelola penanaman modal

dan perizinan satu pintu di daerah menjadikan lembaga ini lebih

memiliki ruang kewenangan yang lebih luas. Secara teoritis,

birokrasi Pemerintahan memiliki tiga fungsi utama, yaitu;

fungsi “Pelayanan” berhubungan dengan unit organisasi

pemerintahan yang berhubungan langsung dengan masyarakat

(public service), fungsi “Pembangunan” yang berhubungan dengan

unit oganisasi pemerintahan yang menjalankan salah satu bidang

tugas tertentu disektor pembangunan (development function), dan

fungsi “Pemerintahan” umum, berhubungan dengan rangkaian

kegiatan organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas

pemerintahan umum (regulation and function), temasuk di

dalamnya menciptakan dan memelihara ketentraman dan

ketertiban.

Dalam rangka menjalankan fungsi pelayanan, pembangunan

dan pemerintahan dibidang penanaman modal tersebut maka

Page 51: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

48

Provinsi Jaw Tengah menerbitkan Perda Nomor 9 Tahun 2016

tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi

Jawa Tengah. Salah satu Perangkat Daerah yang dibentuk melalui

Perda30 tersebut adalah Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan

Terpadu Satu Pintu Tipe A31, menyelenggarakan urusan

pemerintahan bidang penanaman modal. Secara umum, tugas dan

fungsi DPMPTSP ada sebagai berikut:

a. penyelenggaraan perumusan kebijakan teknis di bidang

penanaman modal dan pelayanan terpadu satu pintu, yang

menjadi kewenangan Provinsi;

b. penyelenggaraan pengelolaan penanaman modal dan

pelayanan terpadu satu pintu yang menjadi kewenangan

Provinsi;

c. penyelenggaraan administrasi Dinas;

d. penyelenggaraan evaluasi dan pelaporan Dinas; dan

e. penyelenggaraan fungsi lain sesuai dengan tugas pokok dan

fungsinya.

Berdasarkan deskripsi di atas, diketahui bahwa DPMPTS

merupakan pelaksana fungsi inti (operating core) yang

melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pembantu kepala Daerah

dalam melaksanakan fungsi mengatur dan mengurus sesuai

bidang Urusan Pemerintahan yang diserahkan kepada Daerah,

baik urusan wajib maupun urusan pilihan. Sementara Badan

Daerah melaksanakan fungsi penunjang (technostructure) yang

melaksanakan tugas dan fungsi sebagai pembantu kepala Daerah

30Lihat Pasal 2 ayat (1) butir d huruf 16 Perda Provinsi Jawa Tengah Nomer 9

tahun 2016 tentang Pembentukan Perangkat Daerah Provinsi Jawa Tengah. 31Tipe Dinas dalam kelompok A ini jika sekor perhitungan variabel yang

didapatkan 800. Hal ini juga menunjukkan bahwa urusan yang ditanganinya

juga besar. Dinas Provinsi dengan tipe A ini terdiri dari 1 sekretariat, dan paling banyak 4 bidang. Sekretariat terdiri dari 3 subbag, dan setiap bidang terdiri dari

paling banyak 3 seksi.

Page 52: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

49

dalam melaksanakan fungsi mengatur dan mengurus untuk

menunjang kelancaran pelaksanaan fungsi inti (operating core).

Dalam melaksanakan Urusan Pemerintahan dan Tugas

Pembantuan hubungan Perangkat Daerah provinsi dan Perangkat

Daerah kabupaten/kota bersifat koordinatif dan fungsional

untuk menyinkronkan pelaksanaan tugas dan fungsi masing-

masing Perangkat Daerah. Sinkronisasi tersebut meliputi:

1. sinkronisasi data;

2. sinkronisasi sasaran dan program; dan

3. sinkronisasi waktu dan tempat kegiatan.

Itulah gambaran mengenai relevansi perubahan status

lembaga penanaman modal di level provinsi yang digabungkan

dengan perizinan satu pintu menjadi DPMPTSP yang memiliki

fungsi yang sangat strategis dalam tata kelola kedua bidang

tersebut serta koordinasi dengan pemerintah daerah

Kabupaten/Kota di Jawa Tengah yang berjumlah 35

Kabupaten/Kota.

Page 53: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

50

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun 2010

tentang Penanaman Modal di Provinsi Jawa Tengah sudah

tidak sesuai dengan dinamika perkembangan peraturan

perundang-undangan di tingkat nasional.

2. Secara substansi, Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah

Nomor 7 Tahun 2010 tentang Penanaman Modal di Provinsi

Jawa Tengah perlu dilakukan harmonisasi dan sinkronisasi

dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi.

B. Rekomendasi

1. Perlu dilakukan revisi terhadap Peraturan Daerah Provinsi

Jawa Tengah Nomor 7 Tahun 2010 tentang Penanaman

Modal Di Provinsi Jawa Tengah dengan memasukannya di

dalam Prolegda Provinsi Jawa Tengah sebagai prioritas baik

melalui inisiatif dewan maupun pemerintah daerah,

mengingat bahwa :

a. Perda ini sudah tidak sesuai lagi dengan dinamika

perkembangan peraturan perundang-undangan;

b. Terdapat hal-hal esensial yang mengalami

perubahan,

1) sebanyak 9 (sembilan) Dasar hukum Peraturan

Perundang-undangan yang bersifat primer yang

menjadi dasar hukum Perda Nomor 7 Tahun

2010 telah dicabut, yaitu:

a. UU No.5 Tahun 1984 tentang Perindustrian;

Page 54: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

51

b. UU No.25 Tahun 1992 tentang

Perkoperasian;

c. UU No.10 Tahun 2004 tentnag Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan;

d. UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah;

e. PP No.6 Tahun 2006 tentang Jangka Waktu

Izin Penanaman Modal Asing;

f. PP No.1 Thun 2008 tentang Investasi

Pemerintah;

g. Perpres No.77 Tahun 2007 tentang Daftar

Bidang Usaha Yang Tertutup Dan Bidang

Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan Di

Bidang Penanaman Modal;

h. Perpres No.27 Tahun 2009 tentang

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Di Bidang

Penanaman Modal;

i. Perda No.7 Tahun 2008 tentang Organisasi

Dan Tata Kerja Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah, Inspektorat Dan

Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa

Tengah;

j. Perda No.6 Tahun 2010 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Tengah

Tahun 2009-2029, dalam proses perubahan.

2. Untuk mengatasi kebutuhan pelayanan perizinan, perlu

dilakukan perubahan Peraturan Gubernur No. 72 Tahun

2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja DPMPTS Provinsi

Jawa Tengah, Bidang Pengaduan dan Peningkatan Layanan,

khususnya Pasal 45 ayat (1) dan ayat (2), yakni dengan

Page 55: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

52

menambah nomenklatur Seksi Pengaduan menjadi Seksi

Penanganan Pengaduan dan Litigasi. Selain itu, dalam uraian

tugasnya perlu ditambahkan mediasi dan pendampingan

litigasi.

Selanjutnya, perlu juga dilakukan revisi terhadap Pasal 46

huruf e bahwa seksi peningkatan sarana dan prasarana

adalah menyiapkan bahan pengkoordinasian sarana dan

prasarana dengan Pemerintah dan Pemerintah Daerah serta

lembaga non pemerintah.

3. Kedudukan Dinas Penanaman Modal–Pelayanan Terpadu

Satu Pintu (DPM-PTSP) berdasarkan Perda Nomor 7 Tahun

2010 adalah suatu Badan sebagai Lembaga Teknis Daerah

yang merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang

bertanggung jawab di bidang Penanaman Modal. Nemun

demikian, berdasarkan Permendagri Nomor 100 Tahun 2016

tentang Pedoman Nomenklatur Dinas Penanaman Modal dan

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Provinsi dan Kabupaten/Kota

secara jelas dinyatakan bahwa : “Nomenklatur Dinas yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

penanaman modal dan PTSP Provinsi dan kabupaten/kota

adalah Dinas Penanaman Modal dan PTSP ”. Demikian pula,

dalam Perda Nomor 7 Tahun 2008 tentang Organisasi dan

Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah,

Inspektorat dan Lembaga Teknis Daerah Provinsi Jawa

Tengah, yang menjadi dasar ditetapkannya nama Badan

Penamanan Modal telah dicabut berdasarkan Perda Nomor 9

Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat

Daerah.

4. Untuk menyesuaikan dengan dinamika perkembangan

peraturan perndang-undangan, akan lebih relevan dilakukan

Page 56: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

53

pembentukan Perda baru dan mencabut Perda yang lama,

yaitu Perda Nomor 7 Tahun 2010 tentang Penanaman Modal

Di Provinsi Jawa Tengah.

Page 57: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

54

DAFTAR PUSTAKA

Gomes, Faustino, 2001. Manajemen Sumber Daya Manusia.

Yogyakarta : Andi Offset.

http://web.dpmptsp.jatengprov.go.id/p/232/jawa_tengah_lampau

i_target_investasi_2018.

Keban, Yeremias T. 2008. Enam Dimensi Strategis Administrasi

Publik : Konsep, Teori, dan Isu.Yogyakarta : Penerbit Gava

Media.

Khusaini, Mohammad, 2006. Ekonomi Publik Desentralisasi Fiskal

dan Pembangunan Daerah. BPFE UNIBRAW. Malang;

Mintzberg, Henry, 1993. Structure in Five Designing Effective

Organizations, New Jersey : Prentice-Hall, Inc.

Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era

Otonomi Daerah, UII Press Yogyakarta;

Osborne, David dan Gaebler, Ted. 1997. Mewirausahakan

Birokrasi Reinventing Government : Mentransformasi

Semangat Wirausaha Ke Dalam Sektor Publik. Terjemahan

Abdul Rosyid, Jakarta : Pustaka Binaman Pressindo.

Peter M, Blau dan & Marshall W. Meyer, 2000. Alih bahasa oleh

Slamet Rijanto, Birokrasi Dalam Masyarakat Modern, jakarta

: Prestasi Pustakaraya.

The British Council, 2002. Public Sector Reform in Britain. Diakses

Melalui http://www.britishcouncil.org.

Peraturan Perundang-Undangan

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945;

2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang

Perindustrian;

Page 58: DRAFT LAPORAN KAJIAN PERATURAN DAERAH NOMOR 7 … · 2020. 7. 1. · pertumbuhan ekonomi yang tinggi serta berkelanjutan. 1 Murtir Jeddawi, 2005, Memacu Investasi di Era Otonomi Daerah,

55

3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah;

4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 tentang

Pelayanan Perizinan Berusaha Terinegrasi Secara

Elektronik;

5. Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu

Pintu;

6. Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar

Bidang Usaha Tertutup Dan Terbuka Dengan Persyaratan Di

Bidang Penanaman Modal;

7. Instruksi Mendagri Nomor: 582/476/SJ tentang

Pencabutan/ Perubahan Peraturan Kepala Daerah;

8. Peraturan Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 7

Tahun 2018 Tentang Pedoman dan Tata Cara Pengendalian

Pelaksnaan Penanaman Modal;

9. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 7 Tahun

2010 tentang Penanaman Modal di Provinsi Jawa Tengah.