draft kel. fitoplankton

28
BAB I PENDAHULUAN 1 Latar Belakang Di perairan air tawar terdapat organisme yang berdasarkan cara hidupnya dibed plankton, neuston, nekton dan bentos. Tumbuh-tumbuhan yang mudah terlihat oleh mat makrofita. Keberadaan makroita diperairan dapat digunakan sebagai naungan makan untuk berbagai !enis hewan, member ruang hidup pada mikroorganisme dan men!ag keseimbangan proses dekomposisi bahan organic dalam menyerap karbondioksida dan mel oksigen. "itoplankton diperaiaran air tawar didominasi oleh alga hi!au. "itoplankto oleh #ooplankton dan ikan. $etiap subtract dasar sungai memiliki komponen biotic yang khas. %enis hewan menempati subtract batuan berbeda dengan !enis hewan yang menempati subtra $ubtract lumpur banyak ditumbuhi makroita berakar dan dihuni inertebrate. Banyak inertebrate ini tidak memakan makroita berakar, tetapi hanya sebagai tem &akanan inertebrate !ustru tumbuhan seperti alga epifit yang hidup di antara makro 'leh karena lingkungan perairan air tawar sering berubah karena perubahan lingkunga perlu dika!i lebihlan!ut mengenai perubahanpada dinamika biotaperairan termasuk fitoplankton, makroita dan perifiton. ( )umusan &asalah a *pa sa!a factor-faktor yang mempengaruhi kepadatan fitoplankton+ b Bagaimanakah !enis dan keanekaragaman fitoplankton+ c Bagaimanakah !enis dan peran makrofita pada lingkungan+

Upload: mawanekodefriatno

Post on 08-Oct-2015

63 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

maw

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

0. Latar BelakangDi perairan air tawar terdapat organisme yang berdasarkan cara hidupnya dibedakan atas plankton, neuston, nekton dan bentos. Tumbuh-tumbuhan yang mudah terlihat oleh mata disebut makrofita. Keberadaan makrovita diperairan dapat digunakan sebagai naungan dan tempat makan untuk berbagai jenis hewan, member ruang hidup pada mikroorganisme dan menjaga keseimbangan proses dekomposisi bahan organic dalam menyerap karbondioksida dan melepas oksigen. Fitoplankton diperaiaran air tawar didominasi oleh alga hijau. Fitoplankton dikonsumsi oleh zooplankton dan ikan. Setiap subtract dasar sungai memiliki komponen biotic yang khas. Jenis hewan yang menempati subtract batuan berbeda dengan jenis hewan yang menempati subtract lumpur. Subtract lumpur banyak ditumbuhi makrovita berakar dan dihuni invertebrate. Banyak jenis-jenis invertebrate ini tidak memakan makrovita berakar, tetapi hanya sebagai tempat berlindung. Makanan invertebrate justru tumbuhan seperti alga epifit yang hidup di antara makrovita berakar. Oleh karena lingkungan perairan air tawar sering berubah karena perubahan lingkungan maka perlu dikaji lebih lanjut mengenai perubahan pada dinamika biota perairan termasuk fitoplankton, makrovita dan perifiton.

0. Rumusan Masalah1. Apa saja factor-faktor yang mempengaruhi kepadatan fitoplankton?1. Bagaimanakah jenis dan keanekaragaman fitoplankton?1. Bagaimanakah jenis dan peran makrofita pada lingkungan?

0. Tujuan1. Untuk mengetahui saja factor-faktor yang mempengaruhi kepadatan fitoplankton1. Untuk mengetahui bagaimanakah jenis dan keanekaragaman fitoplankton.1. Untuk mengetahui jenis dan peran makrofita pada lingkungan

BAB IIISI

2.1Pengertian FitoplanktonFitoplanktonadalah komponen autotrofplankton. Autotrof adalah organisme yang mampu menyediakan/mensintesis makanan sendiri yang berupa bahan organik dari bahan anorganik dengan bantuan energi seperti matahari dan kimia. Komponen autotrof berfungsi sebagai produsen.Nama fitoplankton diambil dari istilahYunani,phytonatau "tanaman" dan planktos, berarti "pengembara" atau "penghanyut".Sebagian besar fitoplankton berukuran terlalu kecil untuk dapat dilihat denganmatatelanjang. Akan tetapi, ketika berada dalam jumlah yang besar, mereka dapat tampak sebagai warna hijau di air karena mereka mengandungklorofildalam sel-selnya (walaupun warna sebenarnya dapat bervariasi untuk setiapspesiesfitoplankton karena kandungan klorofil yang berbeda beda atau memiliki tambahanpigmensepertiphycobiliprotein). (Thurman, H. V., 1997)Fitoplankton memperoleh energi melalui proses yang dinamakanfotosintesissehingga mereka harus berada pada bagian permukaan permukaan (disebut sebagai zonaeuphotic)lautan,danauatau kumpulan air yang lain. Melalui fotosintesis, fitoplankton menghasilkan banyakoksigenyang memenuhiatmosferBumi.(Thurman, H. V., 1997)Kemampuan mereka untuk mensintesis sendiri bahan organiknya menjadikan mereka sebagai dasar dari sebagian besarrantai makanandi ekosistem lautan dan di ekosistem air tawar.(Richtel, M., 2007)Disamping cahaya, fitoplankton juga sangat tergantung dengan ketersediaannutrisiuntuk pertumbuhannya. Nutrisi-nutrisi ini terutama makronutrisi sepertinitrat,fosfatatauasam silikat, yang ketersediaannya diatur oleh kesetimbangan antara mekanisme yang disebut pompa biologis dan upwelling pada air bernutrisi tinggi dan dalam. Akan tetapi, pada beberapa tempat di Samudra Dunia seperti di Samudra bagian Selatan, fitoplankton juga dipengaruhi oleh ketersediaan mironutrisibesi. Hal ini menyebabkan beberapa ilmuan menyarankan penggunaanpupukbesi untuk membantu mengatasi karbondioksida akibat aktivitas manusia di atmosfer.(Richtel, M., 2007)Walaupun hampir semua fitoplankton adalah fotoautotrof obligat, ada beberapa fitoplankton yangmiksotrofikdan ada juga spesies tak berpigmen yang merupakan heterotrof (yang ini dinamakan sebagaizooplankton). Jenis-jenis ini, yang paling dikenal adalahdinoflagellataseperti genus Noctiluca dan Dinophysis, memperoleh karbon organiknya dengan memakan organisme atau materialdetrituslainnya.(Thurman, H. V., 1997).Fitoplankton selain disusun oleh sekelompok bakteri terutama juga tersusun dari kelompok ganggang (alga) mikroskopik. Ganggang ini ada yang uniseluler, koloni atau membentuk filamen. Didalam perairan tawar fitoplankton ini hidup bersama dengan zooplankton dan organisme lainnya. Alga yang hidup di air terbuka seperti didanau dan sungai yang arusnya tidak terlalu kuat meliputi hampir seluruh sekelompok takson alga.Populasi ganggang yang berada di perairan danau oligotropik (danau yang memiliki kandungan nutrisi yang rendah) kurang berlimpah dibandingkan dengan danau eutropik (danau yang kaya nutrisi). Pembusukan bahan-bahan organik di dalam danau oligotropik tidak terlalu tinggi sehingga tidak menghabiskan persediaan oksigen. Oleh karena itu, oksigen tidak menjadi nutrien yang membatasi pertumbuhan fitoplankton.Ekosistem danau ini mempunyai dua lapisan perairan yaitu lapisan perairan yang lebih hangat dan lapisan perairan yang dingin. Lapisan perairan yang lebih hangat berada di lapisan atas (epilimnion) sebaliknya lapisan perairan yang lebih dingin terdapat di dalam metalimnion dan hipoliranion. Lapisan epilimnion merupakan lapisan yang kaya akan oksigen sedangkan lapisan hipolimnion merupakan lapisan yang miskin oksigen. Perbedaan kandungan oksigen pada kedua lapisan tersebut berkaitan dengan jumlah cahaya yang menjadi energi utama dalam proses fotosintesis. Kelimpahan fitoplankton di daerah epilimnion lebih tinggi daripada di daerah hipolimnion.

2.2 Jenis dan Keanekaragaman FitoplanktonFitoplankton terdiri dari berbagai jenis ganggang, yaitu Cyanophyta (ganggang hijau biru), Cryptophyceae (kriptofita), Dinophyceae (dinoflagelata), Chlorophyta (ganggang hijau), Euglenophyta (kelompok euglena), Bacillariophyceae (diatom), Chrysophyceae dan Haptophyceae (ganggang kuning keemasan). Fitoplankton mencukupi kebutuhan energi dan karbon melalui fotosintesis. Nutrien yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit pada umumnya adalah vitamin, seperti cyanocobalamin, thiamine, dan biotin. Fitoplankton memerlukan sekitar 20 unsur-unsur untuk pertumbuhan, tetapi hanya karbon, nitrogen dan fosfor yang benar-benar diperlukan sehingga ketidakhadiran unsur tersebut dapat mengatasi laju pertumbuhan fitoplankton. Semua unsur-unsur tersebut terdapat di dalam air pada konsentrasi lebih rendah dibanding yang diperlukan oleh sel, oleh sebab itu fitoplankton memiliki mekanisme yang berkaitan dengan enzim untuk memasukkan unsur tersebut ke dalam sel.

2.2.1Chlorophyta (alga hijau) Chlorophyta merupakan kelompok alga yang berukuran besar dan memiliki bentuk bervariasi. Kelompok alga hijau adalah Volvocales dan Chlorococcales. Reproduksi secara aseksual dilakukan melalui pembelahan sel tetapi tidak untuk kelompok Chlorococcales dan Siphonales. Pembagian sel didalam koloni mengakibatkan pelebaran koloni. Koloni tersebut dapat terpecah-pecah dan terbentuklah koloni baru dibentuk dari fragmentasi koloni induk. Reproduksi seksual didalam alga hijau beragam. Cara yang sederhana adalah melalui peleburan dua sel gamet melalui apa yang disebut isogami dan anisogami. Gamet jantan dan betina berflagel, memiliki struktur dan ukuran serupa atau ada yang gamet betinanya sedikit lebih besar dari jantan. Isogami merupakan peleburan gamet jantan dan betina yang ukurannya sama, anisogami merupakan peleburan gamet jantan dan betina yang ukurannya berbeda Ciri-ciri Umum Chlorophyta: Bersifat kosmopolit Eukariot umumnya uniseluler hidup berkoloni berfilamen memiliki pigmen klorofil (klorofil a dan b) karoten, (, , ), dan memiliki beberapa xantofil.

Ciri-ciri khusus Chlorophyta: sebagian anggota memiliki flagel sehingga dapat bergerak sedikit, bentuk flagelnya isokontae, jumlah dan letak sangat bervariasi (apical, subapikal, lateral).Filum Chlorophyta termasuk ke dalam filum yang memilii anggota terbanyak daripada filum yang lainnya. Chlorophyta ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu pada batu-batuan, tanah lembab dan kulit batang pohon yang lembab. Chlorophyta berwarna hijau terang. Chlorophyta Chlorophyta memiliki dinding sel yang terbuat dari selulosa atau polimer xylosa atau mannose atau hemiselulosa. Klorofil dalam alga hijau terkumpul dalam suatu organel sel yang disebut kloroplas. Pada anggota phylum Chlorophyta, bentuk dari kloroplasnya bermacam-macam antara lain mangkuk, gelang, pita spiral, jala dan bintang. Di dalam kloroplas terdapat butiran padat yang disebut pirenoid yang berfungsi untuk pembentukan tepung. Alga ini hampir 90 % hidup di air tawar dan 10 % hidup di laut sebagai plankton, menempel pada batuan atau tumbuhan lain.Ada 4 ordo dari filum chlorophyta:a. Ordo volvocales Ciri-ciri: Umumnya unicleate, sel sempurna (memiliki mitokondria, badan golgi, reticulum endoplasma, organel) Ada unisel, koloni, dan filament Ada yang berflagel (unisel jumlah flagelnya 1,2,4,8; koloni jumlah flagelnya 2,4), ada juga yang tidak berflagel Pada umumnya fototaksis positif Memiliki 5 family: 1) PolyblepharidaceaeUniseluler, memiliki dinding sel tebal atau tidak mempunyai dinding sel danumumnya memiliki flagel. Contoh genus: Polybleparides, Pyramimonas.2) ClamisdomonadaceaeUmumnya unisel, berdinding tebal, berflagel 2 atau 4. Contoh genus: Chlamydomonas, Polytoma3) PhicotacaeMemiliki dinding sel sel tebal yang disebut lorika atau membran yangmengandung mangan atau besi. Uniseluler, flagel umumnya 2. Contoh genus Phacotus dan Pteromonas (lorika tidak berpori), Dysmorphococcus (lorika berpori)4) VolvocaceaeUmumnya koloni, diselaputi oleh gelatin yang masih, dinding sel mengandungselulosa, jumlahflagel 2,bentukkolonibulat, speris atauellipsoid. Contoh genus Pandorina, Platidorina, Gonium5) SpondylomoraceaeKoloni, tidak diselaputi gelatin, Flagel berjumlah 2. Contoh genus: Spondylomorum dan Pyrobotrys

b. Ordo Chlorococales Ciri-ciri: Unisel atau koloni Non motile Memiliki 4 family: 1) ChlorococcaceaeUmumnya berbentuk kokus dan dalam koloni berbentuk speris. Contoh genus : Chlorococcum dan neochloris2) OocystaceaeMemiliki penyebaran yang luas, Umumnya uniseluler, tidak bergerak, Tidak menghasilkan zoospora Contoh genus Chlorella, Ankistrodesmus, Oocystis dan Golenkinia3) HydrodictiaceaeUmumnya koloni. Contoh genus :Hydrodiction, Pediastrum, Sorastrum.4) ScenedesmaceaeUmumnya koloni.Contoh genus: Scenedesmus (jumlah sel dalamkoloni 4, 8 atau 16 sel).

c. Ordo Tetrasporales Ciri-ciri: Unisel atau koloni Tidak berflagel Memiliki 2 family:1) PalmelaceaeSangat mirip dengan Chlamydomonadaceae tapi tidak berflagel. Contoh genusPalmella, Gloeococcus dan Gloeocystis2) TetrasporaceaeKoloni, Memiliki pseudoflagel (tidak dapat bergerak) pada kutubanterior. Contoh genus Tetraspora, Apiocystis

d. Ordo zygnematales Ciri-ciri: Uniseluler Koloni Filament atau desmid Tidak memiliki flagel Biasanya hidup di air tawar atau payau memiliki 3 famili: 1) ZygnemataceaeDinding sel diliputi oleh lender, umumnya filament. Contoh genus Zygnema, Sirogonium, Mougeotia, dan Spyrogrya.2) DesmidiaceaeUniseluler, koloni, atau filament. Sel tersusum atas 2 semisal yang sama persis. Dinding sel terdiri dari dua lapis diliputi lender. Hidup di perairan sedikit asam (PH 5-6). Contoh genus Closterium, Desmidium, Cosmarium.3) MesotaeniaceaeContoh genus Mesotanium, Spirotaenia, Netrium, dan Cylindrocystis.

Reproduksi pada ChlorophytaPerkembangbiakan pada chlorophyta terjadi dengan 3 cara yaitu:1. Secara vegetativePerkembanganbiakan vegetatif pada chlorophyta dengan fragmentasi tubuhnya dan pebelahan sel.2. Secara seksual Melalui konjugasi yaitu perkembangbiakan secara kawin contohnya spirogyra. Isogami yaitu peleburan dua gamet yang bentuk dan ukurannya sama. Contoh: Chlorococcum, Chlamydomonos, Hydrodictyon Anisogami yaitu peleburan dua gamet yang ukurannya tidak sama. Contoh: Chlamydomonas, Ulva Oogami yaitu peleburan dua gamet yang satu kecil dan bergerak (sebagai sperma) yang lain besar tidak bergerak (sebagai sel telur). Contoh: Chlamydomonas, Valva, Spirogya, Aedogonium3. Secara aseksualPerkembanganbiakan secara aseksual dapat terjadi dengan pembentukan: Zoospora yaitu sel berflagel 2 contohnya Chlamydomonos Aplanospora yaitu spora yang tidak bergerak contohnya Chlorococcum Autospora yaitu aplanospora yang mirip dengan sel induk contohnya Chlorella

2.2.2CyanophytaCyanophyta merupakan bakteri dengan struktur sel prokariotik sederhana. Cyanobacteria berbeda dengan bakteri lainnya karena adanya klorofil a, pigmen fotosintetik yang dimiliki oleh alga dan tumbuhan tinggi. Cyanobacteria juga mampu menggunakan air sebagai donor elektron didalam fotosintesis. Jadi Cyanobacteria mampu melakukan fotosintesis seperti pada tumbuhan tinggi. Bentuk Cyanobacteria ada yang bersifat unicellular, filamen dan koloni. Kebanyakan dari Cyanobacteria yang planktonic terdiri dari coccoid yaitu famili Chroococcaceae (Microcystis, Coelosphareium dan Coccochloris). Jenis yang filamen (Planktothrix, Limnothrix dan Tychonema), Nostocaceae (Anabena, Aphanizomenon,dan Nodularia) dan Rivulariaceae (Gletrichia).Cyanobacteria memiliki sel terdiferensiasi yang disebut heterocysts. Heterocysts bisa terdapat pada alga bentuk filamen tetapi jarang pada Oscilatoria. Heterocysts memiliki peran utama dalam proses fiksasi nitrogen. Heterocysts merupakan penyerap cahaya yang utama pada Cyanobacteria. Heterocysts tidak memiliki fotosistem tetapi memiliki kemampuan reduksi yang tinggi. Lapisan lilin di dalam Heterocysts mampu membatasi laju difusi oksigen dari luar, tetapi nitrogen dapat melaluinya untuk mendukung terjadi proses fiksasi. Lingkungan dalam Heterocysts memungkinkan untuk terjadinya proses fiksasi nitrogen. Tetapi enzim nitrogenase tidak aktif dengan adanya oksigen. Karbon organik dari sel disebelahnya ditransfer ke dalam Heterocysts dan digunakan sebagai suatu sumber energi di dalam proses fiksasi nitrogen.Ganggang Hijau-Biru (Cyanophyta)adalah satu satunya ganggang yang tergolong dalam kingdommonera Divisio Cyanophyceae. Dimasukkan dalam kingdom monera karena struktur selnya mirip dengan struktur sel bakteri yaitu bersifatprokariotik(inti selnya tidak diselubungi membran). Ciri-ciri Cyanophyta: Bersifat prokariotik (inti selnya tidak diselubungi membran) Bentuk ganggang ini bisauniseluler(bersel tunggal),koloni(gabungan beberapa sel) ataufilamen(benang), Contoh: Bentuk unisel (satu sel):Chroococcus, Gloeocapsa, Anacystis Bentuk koloni:Polycystis, Merismopedia, Nostoc, Microcystis Bentuk filamen:Oscilatoria, Microcoleus, Anabaena, Rivularia. Memiliki pigmen klorofil (berwarna hijau), karotenoid (berwarna oranye) serta pigmen fikobilin yang terdiri dari fikosianin (berwarna biru) dan fikoeritin (berwarna merah). Gabungan pigmen-pigmen ini membuat warnanya hijau kebiruan. Bersifatautotrof(dapat membuat makanan sendiri dari zat anorganik) karena memiliki klorofil. Dinding sel mengandung peptida, hemiselulosa dan selulosa, dan mempunyai selaput berlendir. Ganggang ini disebut makhluk hidup perintis karena dapat hidup di tempat-tempat makhluk hidup lain tidak dapat hidup. Ganggang hijau biru yang berbentuk filamen dapat juga membentuk spora berdinding tebal yang resisten terhadap panas dan pengeringan dan dapak memfiksasi/mengikat N (nitrogen) yaituheterokist. Selain heterokist ada juga bagian spora yang membesar berisi cadangan makanan yang disebutakinet. Memiliki 3 ordo:

1. Ordo Chroococcales Ciri-ciri: Berbentuk tunggal atau kelompok tanpa spora warna biru kehijau hijauan Umumnya membentuk selaput lendir pada cadas atau tembok yang basah Contoh spesies: ChrococcusOrganisme uniseluler atau berkelompok dalam bentuk agregat dari 2 atau 4 sel. Hasil pembelahan sel dari Chrococcus berbentuk setangah bola. GleocapsaBerbentuk bulat memanjang dan dikelilingi oleh membran dengan beberapa generasi sel yang terdapat di dalamnya. Membran kadang kadang ada yang berpigmen. Gleocapsa terdapat pada batuan yang lembab atau pada air.

2. Ordo ChamaesiphonalesAlga bersel tunggal atau merupakan koloniberbentuk benang yang mempunyai spora. Benang benang itu dapat putus putus merupakan hormogoniumyang dapat merayap dan merupakan koloni baru prosesnya disebutfragmentasi.

3. Ordo Hormogonales.Sel selnya merupakan koloni berbentuk benang atau diselubungi suatu membran. Benang benang itu melekat pada substratnya, tidak bercabang, jarang mempunyai percabangan sejati, lebih sering mempunyai percabangan semu. Benang benang itu selalu dapat membentuk hormogonium.contohnya :Oscillatoria, Nostoc comune, Anabaena, Spirulina dan Rivularia.

Reproduksi Pada CyanophytaCara perkembangbiakan yang dikehui ada 3 cara yang ketiga-tiganya termasuk perkembangbiakan vegetatif/aseksual sedangkan perkembangbiakan generatif/seksualnya belum diketahui. ketiga cara tersebut adalah :1. Pembelahan SelSel membelah menjadi dua bagian yang membentuk sel baru. sel-sel yang terpisah bisa tetap bergabung membentuk koloni.Misal:Gleocapsa2. FragmentasiPemutusan sebagian anggota tubuh yang dapat membentuk individu baru. Terjadi pada ganggang yang berbentuk filamen/benang. Misal :Oscillatoria.3. Spora vegetativeSpora vegetatif yang dimaksud disini adalahheterokist. Pada keadaan yang tidak menguntungkan heterokist tetap mampu bertahan karena dinding selnya tebal dan banyak mengandung bahan makanan. Setelah lingkungan kembali menguntungkan heterokist dapat membentuk filamen baru. Misal :Chamaesiphon comfervicolus

2.2.3 EuglenophytaEuglenophyta yang disebut juga euglenozoa, euglenoid dan euglenophytes adalah organism bersel satu yang mirip hewan (holozoik) karena tidak memiliki dinding sel dan mempunyai alat gerak berupa flagel yang dapat bergerak bebas, mirip tumbuhan (holofitik) karena memiliki klorofildan mampu berfotosintesis. Euglenophyta hanya memiliki 40 genus dan 800 species yang berasal hanya dari satu kelas yaitu Euglenophyceae yang, yaitu: Ciri-ciri : uniseluler umumnya memiliki flagel yang tidak sama panjang flagelnya berjumlah dua atau empat umumnya hidup di air tawar kaya akan bahan organic ada yang memiliki kloroplas terdiri atas 3 ordo, yaitu:

1. Ordo EuglenalesMemiliki 1 famili yaitu Euglenaceae dan teridiri dari 3 genus yaitu Euglena, Phacus, Trachelomonas.2. Ordo Peranemales/Eutreptiales Memiliki 1 famili Eutreptiaceae dan terdiri atas 3 genus yaitu Astacia, Peranema, Hyalophacus.3. Ordo RhabdomonadalesTerdiri atas 1 famili dan 1 genus yaitu Rhabdomodaceae dan Petalomonas.

a. Oscillatoria Formosa e. Anabaena circinalisb. O. limosa f. Porphyrosiphon notarisiic. Nostochopsis lobatus g. Microcoleus vaginatusd. Tolypothris tenuis h. Rivularia dura Berkembang biak dengan cara:1. AseksualDengan pembelahan sel, baik waktu sedang aktif bergerak atau dalam keadaan istirahat. Pada genera yang mempunyai lorika (pembungkus sel) protoplast membelah di dalam lorika, kemudian salah satu anak protoplast keluar dari lorikanya dan membentuk lorika baru, sedang yang satu tetap di dalam lorika lamanya dan tumbuh menjadi sel baru. Pada sel yang bergerak aktif, pembelahan memanjang sel (longitudinal) dan dimulai dari ujung anterior. Pada genera yang mempunyai satu flagella, mula-mula berpharoplast membelah menjadi dua, satu membawa flagelnya dan satu lagi akan menghasilkan flagella baru.2. Seksual Adanya konjugasi atau penggabungan sel vegetative pernah dijumpai pada beberapa euglenoid, tetapi kasus ini masih sangat kabur. Autogami (penggabungan dua inti anakan dalam sel), pernah dijumpai pada phacus.

2.2.4 Dinoflagelatta (Kelas Dinophyceae)Dinoflagellata termasuk golongan fitoplankton yang menjadi anggota dari kelas Dinophyceae terkhususnya pada divisi Phyrophyta. Setelah diatom, dinoflagellata merupakan kelompok fitoplankton kedua yang melimpah di perairan. Yang membuat dinoflagellata unik adalah organismenya mampu menjadi organisme autotrof, organisme heterotrof, bahkan dapat bersifat autotrof atau heterotrof (mixotrofik) dan juga mampu menjadi organisme parasit. Ciri-Ciri Umum Dinoflagellata merupakan organisme bersel tunggal, memiliki nucleus yang besar, memiliki stigma dan trichocysts. Memilki kloroplas yang kecil yang berbentuk discoid dan bentuk lainnya yang berisi pigmen untuk berfotosintesis sama dengan yang ada pada diatom Pigmen yang dimiliki adalah klorofil a, c, -karote, xanthophylls, peridinin, neoperidinin, dinoxanthin, neodinoxanthin, dan diatoxanthin. Ukuran selnya yakni antara 25m - 1000m. Terdapat juga spesies yang tumbuh dengan rantai yang panjang atau pseudocoloni. Jumlah spesiesnya antara 1000-1500 spesies dan sebagian besar adalah spesies laut Habitatnya kebanyakan pada lingkungan laut dan estuary. Biasanya mendominasi perairan tropis dan sub tropis. Dinoflagellata yang biasanya ditemukan d laut contohnya Peridinium, Ceratium, Prorocentrum, Gonyaulax, Exuviella, Oxytoxum dan Gymnodinium. Di perairan Maluku, dinoflagellata yang ditemukan adalah Peridinium, Ceratium, Pyrocystis, Gymnodinyum, Protoperidinium. Kelimpahan dinoflagellata dapat mengakibatkan terjadinya red tide

Struktur Sel Dinoflagellata Dinoflagellata memiliki 2 flagela. Kedua flagella muncul dari satu lubang pada persimpangan antara girdle dan sulcus. Flagella transversal pada celah melintang dan flagella longitudinal pada celah memanjang. Flagella transversal membagi sel menjadi dua bagian yakni epicone dan hypocone. Flagella pada celah memanjang berfungsi sebagai alat gerak. Pergerakan dinoflagellata lemah dalam air dengan kecepatan 0,05-3 cm/menit. Sisi yang menampakan sulcus adalah sisi ventral dan sisi sebaliknya merupakan sisi dorsal. Sisi ventral biasanya digunakan untuk mengidentifikasi jenis-jenis dinoflagellta.

Reproduksi Dinoflagellata Dinoflagellata mampu bereproduksi secara aseksual dan seksual. Secara Aseksual biasanya melalui pembelahan mitosis khusunya pada dinoflagellata oseanik. Secara seksual melalui meiosis atau bila kondisi lingkungan memburuk akan berkembang menjadi sista istirahat yakni memiliki dinding sel yang tebal.

Contoh Dinoflagellata

Peridinium cinctum

Gymnodinyum catenatum

Gymnodinyum catenatum

2.2.5 Alga Kuning-Hijau (Xanthophyceae)Anggota Xanthophyceae berbentuk unicellular, koloni dan filamen. Xanthophyceae bercirikan adanya klorofil (pigmen hijau) dan xantofil (pigmen kuning) karena itu warnanya hijau kekuning-kuningan. Semua sel yang motil mempunyai dua flagela, salah satu dari lembut dan lebih panjang dibanding yang lainnya. Xanthophyceae ada yang selnya tidak memiliki dinding, tetapi yang selnya berdinding mengandung pektin dalam jumlah yang besar. reproduksi aseksual pada umumnya melalui pembelahan dan pembentukan zoospora. Kebanyakan alaga Xanthophyceae melekat pada substrat dan epifit pada makrofita. Sebagian besar anggotanya bersifat planktonik dan meliputi genus-genus umum seperti Chlorobotrys, Gleobotrys dan Gleochloris.

2.2.6 Alga Coklat-keemasanKromofora Chrysophyceae menghasilkan susunan warna coklat keemasan karena adanya -karotene dan xanthophyl khusus yaitu karotenoids dan juga mengandung khlorofil a. Kebanyakan dari alga Chrysophycean adalah unicellular contohnya Ochromonas, dan beberapa ada yang berupa koloni contohnya Synura, dan jarang yang berbentuk filamen. Banyak jenis yang tidak mempunyai dinding sel dan dilemgkapi oleh membran sitoplasmik, sedangkan beberapa permukaan sel ditutup oleh plat mengandung zat kapur atau mengandung silika. Reproduksi secara vegetatif dengan pembelahan sel secara membujur. Jenis yang unicellular dengan flagel tunggal meliputi Chromulina, Chrysococcus dan Mallomonas. Chrysophyceae yang berbentuk koloni yang besar misalnya Synura, Chrysophaerella, Uroglena, dan Dinobryon. Beberapa jenis alga Chrysophyceae dapat melakukan fotosintesis dengan phagotrophy. Alga yang phagotrophy mendapat nutrisi dan energi dengan mencerna bakteri.

2.2.7 Diatoms (Bacillariophyceae)Diatom banyak ditemukan di dalam air. Karakteristik bacillariophyceae adalah memiliki dinding sel dan bentuknya dapat berupa koloni dan unicellular. Kelompok ini dibagi menjadi dua yaitu diatom simetri (central) yang mempunyai simetri radial dan diatom pinatus atau bertagkai (pennales) yang memiliki simetri bilateral. Dinding sel atau frustul diatom terdiri atas dua katup yang cocok satu dengan lainnya. Empat kelompok utama pada diatom bertangkai meliputi, a) Araphidineae (Pseudoraphe, Asterionella, Diatoma, Fragileria); b) Raphidioidineae (Actinelia, Eunotia); c) Monoraphidineae (Achnanthes, Cocconeis); dan d) Biraphidineae (Amphora, Cymbella, Gomphonema, Navicula). Dinding sel tersusun atas dua belahan yaitu kotak (hipoteca) dan tutup (epiteca). Reproduksi secara vegetatif dengan sel adalah dengan cara membelah diri. Reproduksi seksual terjadi hanya ketika sel merespon kondisi-kondisi lingkungan, misalnya cahaya, temperatur, nutrien, faktor pertumbuhan dan lain-lain.

2.2.8 Cryptophyceae (kriptofita)Kebanyakan dari alga crytophyceae adalah unicellular dan motil. Anggota plankton Cryptomonadineae misalnya Cryptomonas, Rhodomonas dan Chroomonas. Crytophyceae melakukan reproduksi melalui pembelahan sel secara membujur. Ganggang crytophyceae hampir ada pada semua danau, dengan mengabaikan status yang trophiknya. Kerakteristik crytophyceae meliputi, dan mampu bereproduksi pada cahaya yang berintesitas rendah.

2.2.9 Alga Coklat dan MerahAlga coklat (Phaoephyta) kebanyakan berbentuk filamen atau ganggang bertalus. Sebagian besar hidup di air laut, yang hidup di air tawar hidupnya melekat pada substrat. Ganggang merah (Rhodophyta) juga sangat jarang yang tersebar pada perairan tawar. Jenis yang bertalus (Batrachospermum) hidup terbatas pada air yang berarus dan teroksigenasi dengan baik.

2.3 Faktor faktor yang Mempengaruhi Kepadatan Fitoplankton Fitoplanton tumbuh padat didalam danau eutrophik karena daerah eutrophik banyak memberikan nutrisi yang penting bagi fitoplankton, terutama unsure P dan N. namun, meskipun populasi fitoplanton tinggi kadar oksigen terlarut tetap rendah, karena cahaya tidak dapat menembus perairan. Unsure P dan N adalah unsure yang bermanfaat bagi pertumbuhan fitoplanton.Fosfat merupakan unsur penting yang terdapat di dalam danau air tawar. Fosfat merupakan nutrient utama bagi fitoplanton. Di dalam sebuah danau eutrofik, dimana populasi ganggang berlimpah-limpah, ketika fosfor juga tersedia berlimpah di dalam suatu danau, nitrogen menjadi terbatas. Pada danau yang seperti ini, ganggang hijau biru jenis tertentu dapat mempunyai keuntungan dalam berkompetisi dengan ganggang lain dan sering kali kelimpahannya mendominasi. Di danau Eutrofik tingkat kematian fitoplanton sangat tinggi akibatnya materi organic busuk dari fitoplanton menumpuk di daerah hipolimnion, hal ini menyebabkan habisnya oksigen di daerah hipolimnion (Hadi,2010)Faktor berikutnya yang berpengaruh terhadap kepadatan fitoplanton adalah kecepatan arus air. Dimana kepadatan fitoplanton akan berkurang drastis pada kecepatan arus yang lebih besar dari 1 m/detik. Jadi kelimpahan fitoplanton di ekosistem lentik lebih tinggi dibanding pada ekosistem lotik terutama adalah perifiton. Perifiton merupakan organisme tumbuhan yang hidupnya melekat pada subtract yang ada diperairan misalnya pada batang, kayu, batu, cangkang invertebrata,dsbSelain kecepatan arus air yang berpengaruh antara lain kekeruhan air juga sangat mempengaruhi keberadaan fitoplanton. Singh (1983) mencatat bahwa kepadatan fitoplanton di sungai Gangga (India) pada tingkat kekeruhan 45-55 ppm mencapai 2500 individu/L dan pada saat musim penghujan tingkat kekeruhan meningkat menjadi 600-900 ppm yang menyebabkan kepadatan fitoplanton menurun sangat drastic hanya 100 individu/L (Temala,2002) Selain faktor diatas menurut Goldman dan Hone (1983) pertumbuhan fitoplanton dipengaruhi oleh faktor abiotik yaitu intensitas cahaya, suhu, pH, oksigen terlarut, materi organic terlarut dan unsure hara yang terlarut seperti senyawa nitrogeb dan fosfat. Cahaya mempengaruhi fitoplanton karena cahaya diperlukan dalam fotosintesis fitoplanton. Zat hara diperlukan fitoplanton untuk pertumbuhannya. Suhu mempenagruhi fitoplanton karena suhu berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi fitoplanton.(Hadi,2010)

2.4 Faktor yang Berpengaruh terhadap Keberadaan Perifiton Produktivitas dan biomassa perifiton dikontrol oleh energi dan input atau masukan nutrien. Faktor dasar yang mengontrol produktivitas fitoplankton dan perifiton adalah suhu, cahaya, ketersediaan makro-mikronutrien dan substrat. Pada daerah yang dalam biasanya cahaya menjadi faktor pembatas pertumbuhan perifiton.1. SubstratKeberadaan perifiton tidak terlepas dari adanya substrat tempat hidupnya. Perkembangan perifiton menuju kemantapan komunitasnya sangat ditentukan oleh kemantapan substrat. Berdasarkan substrat yang didiami, perifiton dapat dibedakan atas:1. epipelik, mikroorganisme yang menempel pada permukaan sedimen;1. epilitik, mikroorganisme yang menempel pada permukaan batuan;1. epifitik, mikroorganisme yang menempel pada permukaan tumbuhan;1. epizoik, mikroorganisme yang menempel pada permukaan hewan;1. episamik, mikroorganisme yang hidup dan bergerak diantara butiran-butiran pasir;1. epidendrik, mikroorganisme yang menempel pada permukaan batang kayu.Substrat buatan merupakan benda yang secara sengaja dibuat untuk dijadikan media tumbuh suatu organisme, misalnya perifiton. Disebutkan keuntungan dari penggunaan substrat buatan dalam penelitian komunitas perifiton antara lain adalah mudah standarisasinya, karena substrat dari masing-masing organisme dapat disamakan di tiap-tiap stasiun pada waktu yang sama sehingga organisme disetiap lokasi mempunyai kesempatan yang sama untuk melekat dan tumbuh. Selain itu ketepatan laju pertumbuhan dan laju akumulasinya dapat ditentukan dan dibandingkan, pengumpulan datanya mudah, dan memungkinkan menjadikan perifiton sebagai petunjuk yang peka bagi kualitas air. Kerugian dalam menggunakan substrat buatan antara lain spesies yang hidup secara alami mungkin tidak terambil; laju akumulasi pada hakekatnya bukan merupakan produktivitas karena pertumbuhannya dimulai pada tempat yang kosong. Menurut Collins and Weber in Biggs (1988) dalam menggunakan substrat buatan ada tiga faktor yang perlu diperhatikan, yaitu:0. Waktu pemaparan, yang akan mempengaruhi perluasan pertumbuhan0. Kecepatan arus, yang dapat menguntungkan beberapa taksa0. Musim.Waktu pemaparan merupakan faktor yang paling penting, karena dapat mengakibatkan fluktuasi yang besar terhadap biomassa yang tidak berhubungan dengan gangguan fisik atau kualitas air. Schwoerbel (1972) in Supriyanti (2001) menyatakan bahwa warna substrat tidak berpengaruh terhadap perifiton. Penempatan substrat di daerah yang sangat subur dan tercemar, letak lempengan horisontal tidak memberikan hasil yang baik, adanya sedimentasi yang intensif menyebabkan detritus dengan cepat menutupi gelas, sehingga pada daerah ini posisi vertikal lebih baik. Untuk daerah oligotrofik, posisi horisontal akan memberikan hasil yang baik.1. Kualitas airKondisi perairan sebagai tempat hidup perifiton terdiri atas komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi. Komponen abiotik pada perairan diantaranya adalah kualitas perairan yang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan komunitas perifiton.1. SuhuOrganisme diperairan umumnya memiliki toleransi yang sempit terhadap suhu. Perubahan suhu mengakibatkan perubahan pola sirkulasi dan stratifikasi yang jelas berpengaruh besar atas kehidupan organisme akuatik, suhu optimum pada perairan berkisar antara 30-35 oC (Odum 1971). Menurut (APHA 1995), suhu air dipengaruhi oleh substrat, kekeruhan, suhu, tanah dan air hujan, serta pertukaran panas udara dan permukaan air. Organisme perairan yang hidup secara alami di suatu perairan adalah jenis-jenis yang dapat menyesuaikan diri dengan suhu air dan sifat kualitas atau kondisi air. Suhu berpengaruh terhadap kelarutan gas-gas dalam air, termasuk oksigen.Kecepatan metabolisme dan respirasi organisme air juga memperlihatkan peningkatan dengan naiknya suhu perairan yang selanjutnya mengakibatkan peningkatan konsumsi oksigen. Peningkatan suhu perairan sebesar 10 C akan meningkatkan meningkatkan konsumsi oksigen organisme akuatik sekitar 2-3 kalilipat (Haslam 1995). Suhu yang optimal bagi pertumbuhan fitoplankton adalah 20-30 C (Ray and Rao 1964). Proses fotosintesis dan pertumbuhan sel alga maksimum terjadi pada kisaran suhu 25-40 C (Reynolds 1990).1. Derajat keasaman (pH)Nilai pH didefinisikan sebagai logaritma dari perbandingan timbal balik antara ion hidrogen bebas. Nilai pH air alami ditentukan oleh besarnya interaksi ion H+ dari pelepasan H2CO3 dan dari ion OH- yang dihasilkan dari hidrolisis bikarbonat. Oksidasi dari batu pyrit dan tanah pada badan sungai dapat menghasilkan asam sulfur dan dapat menurunkan nilai pH perairan (Wetzel 1983). Nilai pH dipengaruhi oleh beberapa parameter antara lain aktivitas biologi, suhu, kandungan oksigen, dan adanya ion-ion. Dari hasil aktivitas biologi dihasilkan CO2 yang merupakan hasil respirasi, CO2 inilah yang akan membentuk ion buffer atau penyangga untuk kisaran pH diperairan agar tetap stabil (Pescod, 1973). Ray and Rao (1964) menyatakan pH optimum untuk perkembangan diatom antara 8,09,0. Diatom mulai berkurang perkembangannya pada nilai pH antara 4,67,5, namun demikian pada kisaran pH tersebut masih didapatkan berbagai jenis diatom.1. KecerahanCahaya matahari sangat penting dalam proses fotosintesis pada perifiton autotrof. Sehingga keberadaan cahaya matahari merupakan faktor pembatas bagi perifiton. Setiap jenis perifiton membutuhkan suhu dan cahaya tertentu untuk pertumbuhan maksimumnya (Fogg 1965). Intensitas cahaya matahari dapat diukur dengan tingkat kecerahan perairan. Kecerahan suatu perairan mempengaruhi daya tembus cahaya yang memasuki perairan. Sering kali penetrasi cahaya terhalang oleh partikel-partikel kecil dalam air. Apabila kekeruhan air disebabkan oleh jasad-jasad hidup, maka nilai kecerahan merupakan indikasi produktivitas (Odum 1971). Kecerahan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air.1. Unsur haraUnsur hara yang terdapat dalam perairan memiliki pengaruh terhadap perkembangan komunitas perifiton. Nitrogen dan fosfor merupakan unsur hara perairan yang terdapat dalam bentuk senyawa seperti ammonia, nitrit, nitrat dan ortofosfat.1. NitrogenSenyawa nitrogen ditemukan pada tumbuhan dan hewan sebagai penyusun protein dan klorofil. Nitrogen adalah unsur penting bagi makhluk hidup disamping karbon, hidrogen, dan oksigen. Nitrogen adalah komponen utama di dalam metabolisme protein. Nitrogen di perairan berada dalam bentuk senyawa anorganik seperti nitrit (NO2), nitrat (NO3), amonium (NH4), dan amonia (NH3) serta jumlahnya realatif sedikit. Kekurangan nitrogen akan berakibat terbatasnya produksi protein dan materi-materi lain yang dibutuhkan untuk memproduksi sel-sel baru (Garcia and Garcia 1985).Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat yang merupakan sumber nitrogen bagi tumbuhan selanjutnya dikonversi menjadi protein. Nitrat juga merupakan zat hara penting bagi organisme autotrof dan diketahui sebagai faktor pembatas pertumbuhan (APHA 1995). Nitrat nitrogen bersifat mudah larut dan stabil. Senyawa ini dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan. Kadar amonia dan nitrat yang sesuai untuk pertumbuhan alga < 0,5 mg/l.1. FosforFosfor yang berada dalam perairan umumnya ditemukan dalam bentuk senyawa organik dan anorganik. Senyawa anorganik berada dalam bentuk fosfat dan polifosfat, sedangkan yang berbentuk senyawa organik berupa gula fosfat dan hasil-hasil oksidasinya merupakan senyawa yang tidak mudah terurai. Fosfor yang terdapat di air berasal dari dekomposisi organisme yang telah mati. Senyawa fosfat dapat berasal dari proses erosi tanah, buangan dari hewan dan pelapukan tumbuhan serta limbah industri, pertanian dan domestik.Keberadaan fosfat di air dipengaruhi oleh proses biologi dan fisika, yaitu pemanfaatan fitoplankton maupun pergerakan massa air. Kandungan fosfat akan meningkat dengan meningkatnya kedalaman. Konsentrasi fosfor sering menjadi faktor pembatas di perairan alami. Fosfor merupakan unsur pembatas pertumbuhan yang umum pada perifiton meskipun fosfor ini dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit.Keberadaan fosfor yang berlebihan dan diikuti dengan keberadaan nitrogen dapat menstimulir peledakan pertumbuhan alga di perairan. Alga yang berlimpah ini dapat membentuk lapisan pada permukaan air yang selanjutnya dapat menghambat penetrasi cahaya matahari dan oksigen sehingga kurang menguntungkan bagi ekosistem perairan. Nilai kisaran ortofosfat yang baik bagi pertumbuhan perifiton adalah 0,0110,1 mg/l, pada nilai kisaran tersebut perairannya tergolong subur.1. Komunitas PerifitonKomunitas perifiton terbentuk dari perifiton yang berkolonisasi pada suatu media (substrat). Kolonisasi dapat diartikan sebagai suatu proses pertumbuhan dan perkembangan dari suatu populasi organisme pada suatu media hidup. Kolonisasi dapat terjadi bila segala kebutuhan hidup organisme terpenuhi atau bila terdapat kesempatan untuk mengisi relung yang belum termanfaatkan. Strukturisasi merupakan proses perkembangann koloni-koloni yang berhasil mengisi relung-relung yang tersedia pada media hidup. Dengan demikian proses ini menunjukkan kompleksitas dari komunitas pada media hidup tersebut.Komunitas yang terdiri dari berbagai populasi bersifat dinamis dalam interaksinya yang berarti dalam ekosistem mengalami perubahan sepanjang masa. Perkembangan ekosistem menuju kedewasaan dan keseimbangan dikenal sebagai suksesi ekologis atau suksesi. Suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau ekosistem. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks atau telah tercapai keadaan seimbang.

2.5 Peran Fitoplankton Dalam PerairanOrganisme pada tingkat pertama berfungsi produsen/penyedia energi yang disebut sebagai plankton. Komunitas plankton (fitoplankton dan zooplankton) merupakan basis dari terbentuknya suatu rantai makanan, oleh sebab itu palnkton memegang peranan penting dalam ekosistem air (Wibisono, 2005). Fitoplankton dapat dikatakan sebagai pembuka kehidupan di planet bumi ini, karena dengan adanya fitoplankton memungkinkan mahluk hidup yang lebih tinggi tingkatannya di muka bumi. Dengan sifatnya yang autotrof, fitoplankton mampu mengubah hara anorganik menjadi bahan organik dan penghasil oksigen yang sangat mutlak diperlukan bagi kehidupan mahluk yang lebih tinggi tingkatannya (Isnansetyo & Kurniastuty, 1995). Fitoplankton adalah organisme mikroskopik yang hidup melayang, mengapung dalam air serta memiliki kemampuan gerak yang terbatas. Fitoplankton berperan sebagai salah satu bioindikator yang mampu menggambarkan kondisi suatu perairan, kosmolit dan perkembangannya bersifat dinamis karena dominansi satu spesies dapat diganti dengan yang lainnya dalam interval waktu tertentu dan dengan kualitas yang tertentu juga. Perubahan kondisi lingkungan perairan akan menyebabkan perubahan pula pada struktur komunitas komponen biologi, khususnya fitoplankton (Prabandani et al,2007). Fitoplankton memegang peranan yang sangat penting dalam ekosistem air, karena kelompok ini dengan adanyakandungan klorofil mampu melakukan fotosintesis. Proses fotosintesis yang dilakukan oleh fitoplankton merupakan sumber nutrisi utama bagi kelompok organisme air lainnya yang membentuk rantai makanan. Kelompok fitoplankton yang mendominasi perairan tawar pada umunya terdiri air diatom dan ganggang hijau serta dari kelompok ganggang biru (Barus, 2004).Keberadaan organisme perairan dapat digunakan sebagai indikator terhadap pencemaran air selain indikator kimia dan fisika. Menurut Nybakken (1992) dan Nontji (1993) organisme perairan dapat digunakan sebagai indikator pencemaran karena habitat, mobilitas dan umurnya yang relatif lama mendiami suatu wilayah perairan tertentu (Anonim, 2004). Dampak adanya pencemaran akan mengakibatkan keanekaragaman spesies menurun (Sastrawijaya, 1991). Pencemaran terhadap organisme perairan mengakibatkan menurunnya keanekaragaman dan kemelimpahan hayati pada lokasi yang terkena dampak pembuangan limbah. Plankton mempunyai sifat selalu bergerak dapat juga dijadikan indikator pencemaran perairan. Plankton akan bergerak mencari tempat yang sesuai dengan hidupnya apabila terjadi pencemaran yang mengubah kondisi tempat hidupnya. Dengan demikian terjadi perubahan susunan komunitas organisme di suatu perairan di mana hal ini dapat dijadikan petunjuk terjadinya pencemaran di perairan. Dalam hal ini terdapat jenis-jenis plankton yang dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui hal tersebut sesuai dengan kondisi biologi perairan tersebut (Mulyono, 1992). Plankton dan Bentos merupakan organisme perairan yang keberadaannya dapat dijadikan indikator perubahan kualitas biologi perairan sungai. Plankton memegang peran penting dalam mempengaruhi produktifitas primer perairan sungai. Rosenberg (dalam Ardi, 2002) menyebutkan bahwa beberapa organisme plankton bersifat toleran dan mempunyai respon yang berbeda terhadap perubahan kualitas perairan. Penggunaan plankton sebagai indikator kualitas lingkungan perairan dapat dipakai dengan mengetahui keragaman dan keseragaman jenisnya. Penggunaan organisme indikator dalam penentuan kualitasair sangat bermanfaat karena organism tersebut akan memberikan reaksi terhadapkualitas perairan. Dengan demikian, dapat melengkapi atau memperkuat peneilaian kualitasperairan berdasarkan parameter fisika dan kimia (Nugroho, 2006).

2.6 Cara Meneliti PerifitonSeorang ilmuwan untuk meneliti perifiton, sebelumnya harus mengerti habitatnya untuk menemukan perifiton tertentu sesuai dengan kemampuan adaptasinya terhadap lingkungan. Danau, sebagai perairan tergenang, memiliki karakteristik antara lain berarus lambat, retention time relatif lama, memiliki stratifikasi lapisan secara vertikal, serta biota yang hidup tidak memiliki adaptasi khusus. Komunitas tumbuhan dan hewan tersebar di danau sesuai dengan kedalaman dan jaraknya dari tepi. Rutner (1974) menjelaskan mengenai zonasi yang berperan dalam membentuk struktur komunitas perifiton, yaitu:a. Zona eulitoral, adalah daerah pinggiran yang masih mendapatkan percikan air. Daerah ini ditumbuhi perifiton yang mampu bertahan terhadap perubahan lingkungan yang cukup ekstrim.b. Zona sublitoral atas, yaitu zona perairan yang masih dapat ditembus sinar matahari, perubahan suhu kecil dan tidak berarti. Zona ini memiliki komposisi perifiton yang paling kaya.c. Zona sublitoral bawah, yaitu zona air yang kurang mendapat sinar matahari. Intensitas cahaya dan suhu menurun menurut wilayah termoklin, dengan kondisi demikian, jenis alga hijau secara kuantitatif menurun, namun masih layak bagi diatom, alga biru dan alga merah.d. Zona air gelap, pada zona ini komunitas perifiton jenis alga autotrof semakin menghilang dan digantikan jenis-jenis heterotrof.Di bawah ini adalah tahap-tahap yang dilakukan dalam meneliti komunitas perifiton serta parameter fisika-kimia oleh Niken Pratiwi, 2007 yaitu:1. Pengambilan contoh air pada lokasi (geologi) yang telah ditentukan, yang mana diambil dari bermacam-macam jenis substrat.1. Sambil mengambil contoh air dari bermacam-macam substrat, peneliti dapat melakukan analisis parameter fisika dan kimia perairan, yaitu suhu, arus, DO, pH, kekeruhan (turbiditas), TSS, TDS, DHL, BOD5, COD, dan unsur hara (nitrat, ammonia, dan ortofosfat). Di samping parameter-parameter tersebut, terdapat beberapa parameter yang berkaitan dengan hidrologi sungai yaitu lebar badan sungai, lebar sungai, kedalaman, kecepatan arus, dan debit air.1. Analisis komunitas perifiton: Berdasarkan kelimpahan (modifikasi Eaton et al., 1995) setiap genus perifiton dilakukan penghitungan terhadap keanekaragaman (H), keseragaman (E), dan dominansi (C) (Odum, 1971). Untuk menguji kesamaan nilai tengah kelimpahan selama pengamatan dilakukan uji Kruskal-Wallis (Walpole, 1995). Selain itu, dilakukan analisis tingkat kesamaan kelimpahan perifiton terhadap waktu pengamatan (Walpole, 1995), analisis kualitas lingkungan perairan menurut National Sanitation Foundations/NSF (Ott, 1978) serta dengan klasifikasi saprobik dan koefisien sistem saprobik (modifikasi Dresscher dan Van der Mark, 1976 in Soewignyo et al., 1986). Untuk melihat hubungan kelimpahan perifiton parameter fisika dan kimia perairan, digunakan pendekatan analisis statistik uji Pearson correlation.

BAB IIIPENUTUP

2. Kesimpulan1. Fitoplankton merupakan sekelompok organisme yang memegang peranan sangat penting dalam ekosistem air, fitoplankton selain disusun oleh sekelompok bakteri terutama juga tersusun dari kelompok ganggang (alga) mikroskopik.1. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kepadatan fitoplankton yaitu adanya unsur P, N dan juga kecepatan arus air1. Fitoplankton terdiri dari berbagai jenis ganggang, yaitu Cyanophyta (ganggang hijau biru), Cryptophyceae (kriptofita), Dinophyceae (dinoflagelata), Chlorophyta (ganggang hijau), Euglenophyta (kelompok euglena), Bacillariophyceae (diatom), Chrysophyceae dan Haptophyceae (ganggang kuning keemasan)1. Faktor dasar yang mengontrol produktivitas fitoplankton dan perifiton adalah suhu, cahaya, ketersediaan makro-mikronutrien dan substrat.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/5249777/Fitoplankton_Air_Tawar (diakses pada tanggal 21 Maret 2014 pukul 03:28)http://www.docstoc.com/docs/153321406/fitoplankton-air-tawar (diakses pada tanggal 21 Maret 2014 pukul 03:25) http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2271436-fitoplankton/ (diakses pada tanggal 22 Maret 2014 pukul 9:59)http://smakita.net/ganggang-hijau-chlorophyta/ (diakses pada tanggal 22 Maret 2014 pukul 11:26)http://mediabelajaronline.blogspot.com/2011/11/ganggang-hijau-biru-cyanophyta.html (diakses pada tanggal 22 Maret 2014 pukul 12:53)Angelina, Dinda Fitryani.2010. Perkembangan Komunitas Perifiton pada Substrat Buatan dengan Kedalaman Berbeda di Danau Lido, Bogor. (online), (http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/62387/BAB%20II%20Tinjauan%20Pustaka.pdf ). Diakses tanggal 7 September 2013.Anonim, Tanpa Tahun. Tanaman Kangkung. . (Online) http://www.google.com/tanaman/kangkung diakses pada tanggal 7 September 2013 Pasaribu,G.Tanpa Tahun. Pengolahan Eceng Gondok Sebagai Bahan Baku Kertas Seni. (Online) diakses pada tanggal 7 September 2013 Pratiwi, Niken Tunjung Murti, Habib Krisna Wijaya, EnamM. Adiwilaga, Tyas Agung Pribadi. 2011. Komunitas Perifiton Serta Parameter Fisika-Kimia Perairan Sebagai Penentu Kualitas Air di Bagian Hulu Sungai Cisadane, Jawa Barat. (Online), (http://www.academia.edu/2062898/Perifiton_ dan_Parameter_Fisika-Kimia_Perairan_sebagai_Pendugaan_Kualitas_Air. Diakses tanggal 7 September 2013.Suwono, Hadi. 2010. Dasar-Dasar Limnologi. Surabaya: Putra Media Nusantara