draft i kajian gas bumi

27

Click here to load reader

Upload: dedi-dalton-rustandi

Post on 05-Aug-2015

82 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Draft i Kajian Gas Bumi

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Permasalahan

Walaupun Indonesia termasuk negara yang termaju di dunia dalam pengembangan gas

bumi, khususnya gas bumi cair (liquefied natural gas: LNG) untuk diekspor, namun

pengembangan industri gas bumi di dalam negerinya sendiri masih sangat terlambat.

Gas bumi Indonesia hingga saat ini lebih banyak dimanfaatkan untuk ekspor, meskipun

kebutuhan untuk memanfaatkannya di dalam negeri terus meningkat, Undang-Undang

No. 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi berpotensi mengubah banyak hal

mengenai pengelolaan industri minyak dan gas bumi Indonesia. UU 22/2001

dimaksudkan untuk menciptakan kegiatan usaha minyak dan gas bumi yang mandiri,

transparan, berdaya saing, berwawasan pelestarian lingkungan, serta mendorong

perkembangan potensi dan peranan nasional. Beberapa ciri yang dapat dikemukakan

dari UU 22/2001 tersebut adalah pembagian yang lebih tegas antara fungsi-fungsi

pemerintah, pengatur dan pelaku usaha, pemecahan rantai usaha ke dalam beberapa

kegiatan utama (unbundling) serta penekanan pada liberalisasi sektor hilir.

UU 22/2001 dengan tegas menekankan prioritas pemanfaatan gas bumi Indonesia untuk

memenuhi kebutuhan dalam negeri. Sesuai amanat UU 22/2001, Badan Pelaksana

Kegiatan Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP MIGAS) dan Badan Pengatur Kegiatan Hilir

Minyak dan Gas Bumi (BPH MIGAS) telah dibentuk, masing-masing berdasarkan

Peraturan Pemerintah No. 42/2002 dan Peraturan Pemerintah No. 67/2002. Perusahaan

pertambangan minyak dan gas bumi negara (PERTAMINA) yang dalam UU sebelumnya,

yaitu UU No. 8/1971 bertindak sebagai “pemain, pengatur, dan pemegang Kuasa

Pertambangan” dengan UU 22/2001 dan Keputusan Presiden No. 57/2002 telah diubah

menjadi sebuah perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas (PT Persero). BPH MIGAS

khususnya, mendapat tugas untuk meningkatkan pemanfaatan gas bumi di dalam negeri

dan melakukan sejumlah pengaturan di bidang gas bumi. Walau beberapa hal telah

1

Page 2: Draft i Kajian Gas Bumi

dilakukan, namun demikian, bagaimana strategi atau langkah-langkah untuk

mewujudkan tujuan peningkatan pemanfaatan gas bumi di dalam negeri belum

dijabarkan secara jelas atau rinci.

Sebagai suatu seumber energi yang bersih dan relatif murah permasalahan pokok yang

dihadapi Indonesia mengenai gas bumi saat ini adalah karena untuk jangka waktu yang

lama telah terjadi surplus suplai gas di daerah produksi gas di Sumatera, Kalimantan,

Sulawesi dan Papua, namun hanya sebagian kecil yang telah dimanfaatkan di dalam

negeri oleh industri pupuk, industri baja, pembangkit listrik dan sebagian kecil industri

lainnya serta oleh rumah tangga. Sehingga gas bumi tersebut selama ini hanya ditujukan

untuk memenuhi pasar ekspor ke luar negeri.

Di lain pihak di daerah pusat pertumbuhan ekonomi telah terjadi devisit suplai gas yang

kritis terutama di Jawa dimana permintaan akan gas bumi oleh pembangkit listrik dan

industri terus meningkat tajam dari tahun ke tahun. Bagaimana memecahkan

permasalahan ini dalam waktu cepat hanyalah dengan mempercepat pembangunan

berbagai infrastruktur yang menunjang penyaluran gas mulai dari pembangunan pipa

transmisi, distribusi, kapal pengangkut LNG, CNG dan angkutan darat untuk

pendistribusiannya, sehingga gas bumi tersebut dapat segera dinikmati dan tiba di

konsumen akhir dalam waktu, volume serta harga yang sesuai. Untuk ini juga perlu

dilakukan pengaturan ulang yang baik sehingga bisnis gas bumi dapat berkembang baik

dalam menunjang pertumbuhan ekonomi di masa depan.

Kajian ini berupaya untuk dapat memberikan gambaran mengenai industri gas bumi

secara umum, industri hilir gas bumi, model pengembangan industri hilir gas bumi, serta

melihat pengalaman dari negara lain dalam mengembangkan industri hilir gas bumi.

Berdasarkan pemahaman terhadap teori, analisis dan pengalaman negara lain

bagaimana mengembangkan industri gas bumi mereka, kajian ini mencoba menarik

pelajaran khususnya mengenai pengembangan industri hilir gas bumi untuk dapat 2

Page 3: Draft i Kajian Gas Bumi

diterapkan dalam situasi dan kondisi Indonesia. Di tengah reformasi sektor energi yang

sedang dilakukan di Indonesia sehingga belum optimalnya pengembangan industri hilir

gas bumi di tanah air, kajian ini berharap juga dapat memberikan sumbangannya bagi

proses transformasi industri hilir gas bumi Indonesia dan mendukung peningkatan

percepatan pemanfaatan gas bumi di dalam negeri.

2. Perumusan Masalah

Sesuai dengan kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam Peraturan Presiden No.5 tahun 2006, tentang kebijakan energi nasional telah dinyatakan bahwa porsi atau peran gas bumi sebagai energy mix diproyeksikan untuk meningkat dari 20,6% pada saat ini menjadi sebesar 30% peranannya pada tahun 2025. Hal ini akan menimbulkan berbagai konsekwensi nyata bahwa produksi dan penggunaan gas alam di dalam negeri harus ditingkatkan dengan laju pertumbuhan yang tinggi, sebaliknya ketergantungan kepada energi minyak bumi harus diturunkan dengan tajam. Disisi lain juga menunjukkan bahwa jika ketergantungan kepada BBM dapat dikurangi secara tajam, maka pertumbuhan ekonomi dapat lebih cepat dan semakin banyak penerimaan Negara yang dapat dihemat, karena berkurangnya subsidi bbm dan energi yang harus ditanggung oleh pemerintah dalam APBN dari tahun ketahun. Dengan berkurangnya subsidi energi maka akan semakin banyak dana APBN yang tersedia untuk pembiayaan pembangunan, sehingga pemerataan pembangunan dan peningkatan kesejahteraan rakyat dapat dicapai melalui percepatan pertumbuhan ekonomi.

Upaya ini juga didukung oleh kenyataan atas sumber daya yang kita miliki, bahwa kita lebih banyak memiliki cadangan gas bumi dibanding dengan cadangan minyak, dilain pihak masa era bonanza minyak telah berlalu, karena minyak yang dapat diproduksi dari tahun ketahun telah mulai menurun. Bahkan untuk memenuhi kebutuhan BBM di dalam negeri, pemerintah harus mengimpor baik minyak mentah maupun BBM dengan biaya yang mahal. Sehingga dalam menghadapi masa transisi ini kita harus lebih bijaksana dan kerja keras, yaitu bagaimana pemenuhan kebutuhan energi secara berkelanjutan yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dapat tersedia dengan harga yang terjangkau dan dimanfaatkan secara hemat. Gas bumi merupakan sumber energi yang paling tepat dan siap menjadi energi pengganti minyak, karena lebih bersih dan akrab lingkungan. Hal ini diperkirakan akan sangat mempengaruhi dan mendorong terjadinya pergeseran pola konsumsi energi kearah gas bumi di dalam negeri.

3

Page 4: Draft i Kajian Gas Bumi

Dilain pihak juga banyak factor eksternal dan global yang terjadi yang akan mempengaruhi pola konsumsi gas bumi di dalam negeri seperti: 1. Fluktuasi kenaikan harga minyak yang tajam di pasar internasional telah berdampak

langsung terhadap permintaan dan harga gas di dalam negeri terutama oleh industri dan pembangkit listrik yang ingin beralih dari BBM ke gas bumi;

2. Kurangnya pasokan gas kepada industri dan pembangkit listrik semakin terasa disebabkan oleh karena kendala terbatasnya infrastruktur jaringan transmisi dan distribusi gas bumi mulai dari hulu sampai hilir;

3. Kurangnya suplai gas bumi ke dalam negeri terutama untuk industri dan pembangkit listrik, hal ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak memprioritaskan pemenuhan energi di dalam negeri yang sangat dibutuhkan untuk menunjang kemajuan industrialisasi nasional;

4. Adanya tekanan politik bahwa pemerintah lebih mementingkan menjual gas ke luar negeri dalam bentuk LNG maupun melalui pipa, dibanding dengan kewajibannya yang mendesak untuk memenuhi permintaan gas di dalam negeri. Padahal efek multiplaier yang diakibatkan oleh pemakain gas bumi didalam negeri lebih besar penciptaan nilai tambahnya dibanding dengan hasil devisa yang dihasilkan.

Semua hal ini merupakan indikasi nyata bahwa gas bumi sebagai sumber kekayaan bumi Indonesia lebih banyak dinikmati oleh pihak asing, dengan cara diijon dalam bentuk penjualan kontrak jangka panjang dengan pembeli di luar negeri. Padahal dilain pihak pemerintah meminta konsumen dalam negeri untuk mau beralih dari semula menggunakan BBM agar mulai menggunakan gas bumi, sehingga subsidi BBM dapat dihapus.

3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari kegiatan kajian ini adalah agar dapat dihasilkan suatu pedoman dan

arah kebijakan yang jelas tentang mekanisme percepatan pembangunan industri gas

bumi. Tujuan selanjutnya adalah agar stakeholders yang terlibat termasuk pemerintah

daerah mempunyai landasan yang kuat serta cukup comprehensive dalam melakukan

percepatan pembangunan industri gas bumi. Sehingga dengan demikian dapat disusun

suatu kebijakan strategis jangka panjang berkaitan dengan percepatan pembangunan

4

Page 5: Draft i Kajian Gas Bumi

industri gas bumi, sehingga berbagai permasalahan dan kondisi kritis akan demand dan

suplai gas bumi yang terjadi selama ini di dalam negeri dapat segera diatasi melalui

tindakan nyata dan perencanaan yang baik.

4. Metode Penelitian

Metode penelitan percepatan pembangunan industri gas bumi akan dilakukan dengan cara melakukan serangkaian seminar, dengan mengundang berbagai pihak yang secara langsung terlibat dalam industry ini baik dari kalangan pemerintah pusat, pemerintah daerah, maupun dari kalangan akademisi atau universitas, para pelaku usaha yang langsung terlibat dalam industri ini. Para pakar dan pengamat yang memiliki keahlian di bidang gas bumi diminta untuk menyampaikan bahan tulisan dan buah pikirannya untuk disampaikan dalam rangkaian seminar tersebut.

Untuk dapat memperoleh informasi yang akurat dari kalangan industry gas bumi ini, juga dilakukan interview langsung keberbagai pihak dengan melakukan kunjungan lapangan keberapa industri pengguna gas bumi meliputi pabrik kertas, pabrik pupuk, pabrik kaca, pabrik semen dan smelter tembaga, dan pemasok gas. diharapkan dengan kunjungan kerja tersebut dapat diperoleh berbagai informasi langsung mengenai permasalahan dan kondisi di lapangan yang dihadapi langsung oleh pelaku industri akan kebutuhan dan perkiraan permintaan mendatang akan gas bumi, serta pentingnya penggunaan gas bumi dalam proses industri. Untuk menjaga independensi sumber informasi yang diperoleh dalam bentuk data primer, hasil pengolahan data yang dilakukan hanya akan disajikan secara agregat.

Cakupan data yang akan digunakan dalam kajian ini, akan dimulai dari periode 2001 sampai dengan 2011, sepanjang data tersebut tersedia dan cukup akurat untuk digunakan. Periode ini dinilai dapat mewakili perkembangan dan prilaku yang terjadi dalam industri gas bumi Indonesia, karena banyak perkembangan penting yang terjadi terutama yang menyangkut permintaan dan suplai gas bumi di dalam negeri, sehingga hal ini diperkirakan akan sangat berpengaruh terhadap kondisi pertumbuhan industri gas bumi nasional ini di masa depan.

5. Sitematika Penulisan Penulisan kajian ini akan dilakukan secara sistematis dan tulisan akan terdiri dalam enam bab sebagai berikut:

5

Page 6: Draft i Kajian Gas Bumi

bab I akan ditulis mengenai latar belakang permasalahan, perumusan masalah, tujuan dilakukannyan penelitian percepatan pembangunan industri gas bumi, serta metode penelitan yang akan digunakan dalam penelitian ini. Bab II akan mencakup perkembangan industri gas bumi di Indonesia mulai dari sumberdaya energi hidrokarbon yang dimiliki sampai dengan teknologi gas bumi itu sendiri. Bab III akan diuraikan tantangan pengembangan gas bumi di Indonesia.Bab IV diuraikan perkembangan harga gas bumi di dalam negeri dan perkembangan harga gas dan LNG internasional. Bab V diuraikan upaya percepatan dan perluasan pasar gas bumi di dalam negeri. serta pada Bab VI akan disampaikan saran dan rekomendasi yang dapat digunakan untuk mempercepat pembagunan industri gas bumi nasional.

6

Page 7: Draft i Kajian Gas Bumi

BAB II PERKEMBANGAN INDUSTRI GAS BUMI DI INDONESIA

1. Potensi Gas Bumi Indonesia

Sesuai dengan letak geografis dan kondisi struktur geologi, Indonesia memiliki banyak cekungan migas. Berdasarkan data cadangan sumber daya yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tahun 2010 potensi sumber daya energy fosil atau hydrocarbon yang dimiliki masing-masing sebesar :

Tabel : Potensi Sumber Daya Energi Hydrocarbon Indonesia per 2010.

Energi fosil

Sumber Daya

Cadangan Terbukti

Potensial (Probable +Possible)

Total Produksi per tahun

Rasio Pfroduksi/ Cadangan (tahun)

Minyak Bumi (Barel)

56,6 miliar

4,7 miliar 5,0 miliar 9,7 miliar

357 juta 20 tahun

Gas Bumi (TSCF)

334,5 90,3 86,2 176,5 2,7 60 tahun

Batubara (miliar ton)

104,5 5,5 13,5 19,0 229,2 juta 70 tahun

CBM (TSCF)

453

Shale Gas

Sumber : Kementerian ESDM.

Dari data tersebut menunjukkan bahwa kekayaan cadangan hydrokarbon yang dimiliki Indonesia terutama minyak bumi tidak seperti yang selalu dikatakan selama ini. Kenyataan yang ada di lapangan menunjukkan bahwa kita memiliki lebih banyak cadangan gas bumi dari pada minyak bumi. Jika dibanding dengan tingkat produksi

7

Page 8: Draft i Kajian Gas Bumi

saat ini, produksi minyak bumi akan habis dalam jangka waktu 20 tahun, adapun cadangan gas bumi masih cukup tersedia dalam jumlah besar untuk diproduksi selama 60 tahun lagi. Bahkan akan lebih tinggi lagi jika ditambahkan dengan cadangan CBM sebesar 453 TSCF yang besarnya 3 kali lipat dari cadangan gas bumi yang ada saat ini. Indonesia juga memiliki shale gas yang cukup besar walaupun sampai saat ini belum diketahui besarnya jumlah sumber daya yang dimiliki namun indikasi awal yang diperoleh dari hasil pemboran oleh KKS/KPS cukup besar kemungkinannya meskipun berada di laut dalam.

Melihat besarnya cadangan sumber daya gas bumi yang dimiliki, maka masa depan sumber energi utama Indonesia adalah dunia gas bumi. Gas bumi tidak boleh lagi hanya menjadi sebagai produk ikutan dari produksi minyak yang hampir tidak ada nilainya, sehingga hanya dijadikan sebagai gas suar atau flaring. Harga gas bumi saat ini relatif lebih murah dibanding dengan harga minyak yang selalu menjadi harga acuan untuk penjualan gas. Padahal Secara teknis gas bumi lebih bersih dan nilai bakarnya lebih tinggi dibanding minyak. Karena potensi cadangan gas bumi yang dimiliki cukup besar, sehingga penghitungan nilai keekonomian lapangan gas juga berbeda dengan lapangan minyak. Bentuk bisnis dan transaksinya juga berbeda karena masih berada dibawah tanah gas bumi sudah dijual atau dikontrak dalam jangka panjang, sehingga nilai jual yang dilakukan pada saat ini adalah menjual prospek masa depan sumber daya energi tersebut sesuai dengan kegiatan pengembangan lapangan yang dilakukan secara baik (best eford).

Karena menyangkut pengelolaan sumber daya energi yang menjadi kekayaan alam yang tidak terbaharukan dan menyangkut hajat hidup rakyat banyak, sebagaimana dinyatakan dalam UUD 1945 maka diperlukan adanya suatu pengaturan yang tegas dan jelas keberpihakannya kepada kepentingan nasional mulai dari kegiatan hulu sampai hilir, sehingga dapat dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Namun perlu disadari bahwa pengembangan dan pemanfaatan gas bumi memerlukan investasi modal yang besar, penggunaan teknologi tinggi, dan sumber daya manusia yang trampil mulai dari hulu sampai hilir serta pasar gas bumi yang luas di dalam negeri. Namun semua faktor produksi ini relatif masih kurang tersedia di dalam negeri, sehingga diperlukan mengundang investasi asing untuk mau ikut membangun industri gas bumi nasional untuk melakukan operasi bisnisnya di Indonesia dengan memperoleh keuntungan yang wajar.

8

Page 9: Draft i Kajian Gas Bumi

Karena sifat penyaluran dan pemasaran gas bumi yang cenderung natural monopoli, maka sebagai komoditi yang relatif baru diperdagangkan secara luas di dalam negeri, untuk mengefisienkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya energi ini, diperlukan adanya suatu pengaturan kebijakan tataniaga kegiatan bisnis gas bumi mulai dari pengendalian dan penentuan tingkat harga yang wajar, prioritas pemanfaatannya, penentuan alokasi jumlah dan kualitas produk gas bumi yang diperdagangkan, penentuan jalur pemasaran dan distribusi yang dilalui serta jumlah pelaku usaha juga perlu diatur dan dikendalikan langsung oleh pemerintah. Sehingga dengan demikian peluang usaha baru dalam industri gas yang baru terbuka ini dapat menjadi tulang punggung dan motor penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Dilain pihak tata niaga gas bumi ini juga harus mampu memberikan perlindungan dan kepastian usaha kepada pelaku usaha dengan tidak merugikan pihak konsumen dan rakyat banyak sebagai akibat dari adanya pelaku usaha atau konsumen yang bertindak curang dengan mengambil keuntungan atau economic rent yang tinggi. Untuk itu semua faktor ekonomi dan nonekonomi harus dimasukkan menjadi pertimbangan dalam penyusunan kebijakan dan peraturan pokok tersebut dan peraturan turunan dibawahnya baik yang akan dikeluarkan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dikemudian hari.

2. Peranan Gas Bumi Dalam Industri Perminyakan

Dimasa lalu industri perminyakan lebih memprioritaskan untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi pada pencarian minyak bumi dibanding gas bumi, sehingga gas yang keluar bersama minyak (associated gas) jika jumlahnya kecil dan tidak digunakan untuk keperluan produksi dilapangan migas dalam bentuk gas injeksi (own used) sebagai lifting produksi minyak, maka sisanya akan dibakar (gas flaring) atau gas fenting. Bahkan jika lapangan sumur minyak tersebut hanya mengeluarkan gas dalam jumlah kecil karena tidak ekonomis untuk dimanfaatkan, maka sumur tersebut akan ditutup kembali sampai diperoleh kontrak pembelian gas yang cukup layak dan menguntungkan untuk pengembangan lapangan gas lebih lanjut.

Pada lapangan minyak yang produksinya telah menurun, gas alam ini juga digunakan untuk melakukan injeksi pada sumur2 minyak guna meningkatkan atau mempertahankan tingkat produksi minyak dengan melakukan lifting, yaitu dengan cara penguapan atau steem flood dengan menggunakan gas sebagai upaya

9

Page 10: Draft i Kajian Gas Bumi

Enhanced Oil Recovery (EOR) pada lapangan minyak tua. Cara ini dinilai cukup efektif karena menggunakan gas alam yang selama ini hanya di bakar mejadi gas suar atau flaring dapat digunakan untuk tujuan meningkatkan produksi minyak.

3. Pemanfaatan Gas Bumi di Indonesia

Penggunaan gas alam di Indonesia pertama kali digunakan dan dijual secara komersial sebagai bahan baku untuk pabrik pupuk oleh Pupuk Sriwijaya pada tahun 1960, hal ini dikerenakan terdapatnya suplai gas yang cukup besar dalam jangka panjang, yang ketika itu berasal dari lapangan gas pertamina di Sumatera Selatan. Meskipun sebelumnya gas bumi telah digunakan sebagai bahan bakar oleh kilang minyak.

Indonesia memiliki konsentrasi cadangan gas bumi yang cukup besar, hal ini terbukti setelah ditemukannya beberapa lapangan gas raksasa yang berkelas dunia. Sehingga untuk pengembangan dan pemanfaatan gas tersebut secara komersial telah dibangun kilang LNG Arun 6 train dengan kapasitas produksi 12,3 mtpa, gas berasal di lapangan Lhoksukon Aceh yang memiliki cadangan gas sebesar 15,93 TCF (th 1993) yang dioperasikan oleh Mobil Oil. Gas dari lapangan Badak yang dioperasikan oleh TOTAL di Bontang Kalimantan Timur memiliki 8 train LNG dengan kapasitas produksi 22,25 mtpa, memiliki cadangan gas sebesar 42,8 TCF (tahun 1999). Sehingga sejak tahun 1977 Indonesia telah menjadi salah satu Negara pengekspor LNG ke Jepang, ke Korea mulai tahun 1986, ke Taiwan mulai tahun 1990. Adapun Ekspor gas melalui pipa mulai dilakukan tahun 2002 ke Malaysia dengan kontrak penjualan selama 20 tahun. Tahun 2004 ke Singapore dari lapangan Belanak di Natuna yang dioperasikan oleh Conoco Philips berdasarkan kontrak penjualan selama 22 tahun.

Pembangunan kilang LNG berikutnya di Tangguh Papua Barat tahun 2008 oleh BP dengan kapasitas 7,6 mtpa memiliki cadangan gas terbukti sebesar 14,4 TCF akan mensuplai LNG ke Fujian China dan sebagian juga akan digunakan untuk memasok kebutuhan gas di dalam negeri. Selanjutnya berturut-turut akan dibangun LNG Donggi Senoro oleh Pertamina bersama dengan Medco 1 train dengan kapasitas 2 mtpa dengan cadangan gas sebesar 880 bcf . dan LNG Masela oleh Impex 2 train dengan kapasitas 3,5-5,5 mtpa cadangan sumber gas sebesar 7-14 tcf akan mengirim LNG untuk mensuplai Jepang dan Korea.

10

Page 11: Draft i Kajian Gas Bumi

Penggunaan gas bumi lebih disukai dibanding dengan minyak maupun batubara karena nilai bakar lebih tinggi sehingga sangat sesuai dengan kebutuhan industri, gas lebih bersih karena CO2 yang dikeluarkan lebih rendah, lebih efisien karena semua habis dibakar dengan tidak meninggalkan limbah seperti batubara, lebih aman karena tidak ada kontak langsung yang terjadi dengan pekerja. Lebih dapat diandalkan karena suplainya continue tidak terputus, Industri juga lebih meyukai menggunakan gas karena pembayaran jual beli dilakukan setiap akhir dari bulan pemakaian, adapun jenis energy yang lain harus dibayarkan dimuka baru suplainya diberikan, sehingga bagi perusahaan hal ini lebih menguntungkan karena tidak perlu menyediakan uang dimuka, jadi pembayaran rekening gas dapat dilakukan setelah mereka menerima hasil penjualan produk yang dihasilkannya. Harga jual gas bumi juga lebih rendah dan stabil dibanding harga minyak yang sering berfluktuasi tinggi jika suplainya terganggu dengan berbagai alasan dan politis, Harga minyak sering digunakan menjadi acuan penentuan harga jual gas karena nilai bakarnya selau dibandingkan dalam Btu.

4. Teknologi Pengolahan Gas Bumi, LNG, CNG, Industri Petrokimia dan Aromatik.

Untuk meningkatkan pemasaran gas alam agar dapat dan mudah diangkut ketempat konsumen dalam jumlah besar, dimasa lalu gas bumi hanya diangkut dengan pipa melalui suatu jaringan transmisi yang selanjutnya disalurkan kepada konsumen akhir melalui jaringan pipa distribusi. Namun karena gas dialirkan melalui pipa ke tempat konsumen, sehingga jarak jangkauannya sangat terbatas, pada hal banyak lapangan gas yang besar terletak jauh di daerah remote bahkan diseberang lautan, sehingga kalah bersaing dengan minyak yang dapat disimpan dan diangkut dengan kapal melaui lautan atau angkutan darat baik mobil maupun kereta api, minyak juga dapat dipisah sampai unit penjualan terkecil sebelum sampai kepada konsumen akhir.

Komposisi gas bumi biasanya terdiri dari gas Methane CH4 mencapai 70-90%; gas Ethane C2H6, Propane C3H8 dan Butane C4H10 yang mencapai 0-20%; Komponen gas lainnya adalah Carbon Dioxide CO2, Oxigen O2, Nitrogen N2, Hydrogen Sulphide H2S serta beberapa gas jarang lainnya. Dengan komposisi tersebut gas alam setelah melaui pemisahan pada unit pengolahan gas dilapangan, gas ethane, propane dan butane dilakukan ekstraksi pada unit tersebut serta untuk mengurangi kadar air dan gas ikutan lainnya agar gas yang dialirkan sesuai dengan kualitas yang diinginkan

11

Page 12: Draft i Kajian Gas Bumi

oleh konsumen. Yang selanjutnya dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku industry hilir migas, sebagai bahan baku (feedstock) pada industry, ammonia, methanol, pupuk urea yang memiliki nilai jual tinggi. Selanjutnya gas dapat langsung dialirkan untuk digunakan sebagai bahan bakar pada industri yang membutuhkan daya bakar tinggi sampai mencapai temperatur 1.300C, baik dengan kontak langsung maupun tidak. Sehingga gas banyak digunakan pada industri yang memerlukan temperatur tinggi dalam proses pengolahan produksinya seperti industri baja, keramik, kaca lembaran, semen, kertas serta pembangkit listrik.

Sesuai dengan sifat gas yang dapat dipadatkan atau didinginkan sampai dengan -162oC dalam bentuk cair, sehingga volumenya dapat disusutkan sampai dengan 1/600 kali dari volume semula, gas methane ini tidak beracun dan korosive sehingga mudah disimpan untuk diangkut melalui darat atau laut dalam tangki khusus bertekanan. Kemudian ditempat tujuan gas cair tersebut di pulihkan kembali menjadi gas melaui unit regasifikasi. Teknologi ini dikenal sebagai Liquifaction natural gas (LNG) dan compress natural gas (CNG).

5. Infrastruktur Gas Bumi di Indonesia

12

Page 13: Draft i Kajian Gas Bumi

BAB III TANTANGAN PENGEMBANGAN INDUSTRI GAS BUMI

1. Pengembangan Lapangan Gas BumiPerusahaan KKS/KPS pada tahap awal setelah menandatangani kontrak wilayah kerja migas akan mulai melakukan kegiatan eksplorasi secara mendalam dengan melakukan kegiatan seismic 2D dan 3D, sehingga diperoleh interpertasi yang jelas atas struktur geologi lapangan migas tersebut. Selanjutnya akan dilakukan drilling tes untuk memperoleh kepastian struktur, sehingga dapat ditentukan titik pemboran yang akan dilakukan, jika pemboran berhasil dilakukan sehingga terjadi semburan migas yang diinginkan (wild cat), maka akan diketahui kondisi nyata dari lapangan ini apakah merupakan lapangan minyak atau lapangan gas, atau kombinasi keduanya. Namun jika tidak prospek lapangan tersebut tidak akan dikembangkan dan perusahaan akan melanjutkan pencarian migas lebih lanjut pada daerah lainnya dalam wilayah kerja mereka.

Setelah suatu lapangan migas diketahui besarnya potensi cadangan sumber daya migas yang dimilikinya, ini dapat diukur dan baru dapat dibuktikan setelah dilakukan sertifikasi atas lapangan gas tersebut. Dari hasil sertifikasi cadangan tersebut akan dapat diputuskan apakah lapangan gas tersebut cukup komersial untuk dikembangkan lebih lanjut. Jika prospek lapangan tersebut sangat komersial, selanjutnya akan dirancang model pengembangan lapangan (plan of development) POD yang paling sesuai dengan tingkat dan kapasitas produksi yang ingin dicapai (production profile), serta besarnya kebutuhan modal yang diperlukan untuk pengembangan lapngan tersebut secara komersial penuh, meliputi jumlah sumur yang perlu dibor, jaringan pemipaan yang diperlukan atau gathering station yang menjadi tempat pengumpulan gas dari lokasi sumur gas yang ada, serta fabrikasi plant, yaitu power plant, unit gas separasi, LPG plant, condensat unit, serta LNG plant, bangunan utilitas, jaringan infrastruktur sarana penunjang lainnya serta fasilitas umum dan fasilitas sosial. Bahkan pada beberapa lapangan gas mempunyai kandungan CO2 yang tinggi, seingga perlu dibangun juga unit pengolah CO2 tersendiri agar tidak lepas mencemari lingkungan.

Dengan memperhitungkan berbagai resiko dan untung rugi dari kelayakan bisnis dilakukannya pengembangan lapangan gas ini, perusahaan KKKS/KPS akan

13

Page 14: Draft i Kajian Gas Bumi

mengambil keputusan yang terbaik. Jika memiliki modal yang kuat mungkin akan mengembangkan lapangan ini sendiri, namun jika tidak memiliki modal yang cukup KKS/KPS akan mengajak pihak lain untuk melakukan aliansi guna bekerja di lapanngan tersebut dalam bentuk working interst (WI). Bahkan mungkin juga perusahaan KKS/KPS untuk memperoleh modal akan menawarkan bentuk kerjasama dalam bentuk participating interest (PI) kepada perusahaan lain. Jika bentuk aliansi ini yang ditawarkan, maka kedua pihak harus memperhitungkan juga seluruh modal yang telah ditanamkan oleh KKS/KPS sejak dari awal sebagai suatu pure business deal.

Kegiatan penjualan gas alam bersifat buyer market, sehingga lapangan gas itu baru akan dikembangkan jika telah ada pembeli atau pasar yang terikat dengan kontrak jual beli untuk jangka panjang selama waktu tertentu (dedicated), sehingga seluruh modal yang ditanamkan bisa kembali dan pengembang memperoleh keuntungan yang maksimum, hal ini dapat diukur selumnya dengan meperhitungkan dari awal tingkat internal rate of return (IRR), Pay out time (POT), Pay back period dari usia proyek, Net Present Value (NPV) dan berbagai analisa resiko proyek lainnya.

Persetujuan jual beli gas antara perusahaan KKS/KPS dengan perusahaan penjual ini akan dituangkan dalam suatu perjanjian awal (head of agreement). Selanjutnya para pihak yang terikat ini akan menyusun perjanjian jual beli gas (sales gas agreement), dalam perjanjian ini dicantumkan kemampuan perusahaan untuk melakukan suplai gas dalam bentuk gas balance, kualitas gas yang disuplai, harga gas yang disepakati dan penyesuaian harga yang disetujui selama masa kontrak, perusahaan juga akan melakukan kegiatan pengembangan lapangan gas tersebut untuk menjamin keamanan suplainya (security of supply). Bahkan jika penjual merupakan satu-satunya penyuplai gas (single seller), maka pihak pembeli juga akan menuntut adanya kemampuan untuk menyediakan gas pengganti jika gas tersebut terganggu suplainya (deliveriability).

Karena menyangkut nilai investasi proyek yang besar jumlahnya dan dalam jangka waktu lama, dalam perjanjian tersebut juga disepakati system dan tata cara serta waktu pembayaran yang disetujui. Terutama jika beberapa pihak atau perusahaan ikut terlibat dalam pengembangan lapangan gas ini, yaitu mulai dari KKS/KPS, perusahaan pengangkut gas baik dengan pipa atau kapal (transporter) jika dikirim dalam bentuk LNG atau CNG, perusahaan yang ditunjuk pemerintah untuk sebagai pemilik dari gas yang dijual tersebut dalam hal ini PERTAMINA, perusahaan

14

Page 15: Draft i Kajian Gas Bumi

penerima yang akan melakukan regasifikasi LNG atau CNG ditempat atau negara tujuan pembeli gas.

Jika ketentuan tersebut telah disepakati oleh semua pihak, maka perjanjian tersebut akan dituangkan dalam kontrak mengenain kapan waktu penyerahan gas ditentuan, dimana titik serah gas akan dilakukan. Hal ini akan mulai efektif setelah seluruh proyek pengembangan lapangan gas yang terintegrasi dengan pembangunan jalur pipa transmisi atau kapal pengangkut gas selesai dibangun seluruhnya, sehingga gas tersebut dapat dialirkan. Semua hal ini akan dicantumkan dalam perjanjian penyerahan gas (gas supply agreement). Biasanya yang berlaku dalam bisnis gas di dunia saat ini, pembayaran penjualan gas menggunakan jasa pihak ketiga yang dipercaya untuk melakukannya dengan cara trustee borrowing scheme, sehingga pihak pemberi pinjaman modal akan memperoleh jaminan dan kepastian pengembalian yang menjadi haknya atas seluruh modal yang ditanamkan beserta besarnya keuntungan yang diterima. Setelah pihak pembeli gas membayarkan kepada trustee borrowing, maka dana pembayaran tersebut akan didistribusikan secara merata kepada perusahaan sesuai dengan hak dan prioritas pembayarannya masing2, mulai dari peminjam modal atau pemilik modal, perusahaan KKS/KPS, perusahaan transporter, dan perusahaan penjual gas milik pemerintah.

Pengembangan kapasitas supalai dari hulu sampai dengan pengolahan di hilir serta pembangunan jaringan pipa transmisi akan memerlukan waktu 3-5 tahun sebelum gas dapat dialirkan, termasuk waktu yang dibutuhkan untuk appraisal, pemboran dan pembangunan fasilitas paroduksi instalasi jaringan pipa dan terminal penerima. Permintaan gas selama tahap awal relatif rendah karena lambatnya pengembangan gas di hulu. Namun demikian dimungkinkan juga untuk mengembangkan lapangan didekatnya atau dekat dengan infrastruktur jaringan gas, untuk memenuhi permintaan gas yang terus meningkat. Pada beberapa reservoir akan membutuhkan banyak sumur untuk dapat berproduksi, lapangan seperti ini akan dikembangkan sebagai satelit terhadap lapangan induknya yang sudah ada, namun dapat mengambil keuntungan dari lokasinya karena dekat dengan infrastruktur yang ada sehingga keekonomian lapangan dapat dicapai dengan memaksimumkan produksi gas atau gas recovery serta guna menjamin penyedian gas sekaligus akan memberikan tambahan penjualan gas.

Untuk tujuan pengembangan lapangan perusahaan akan membentuk project management team untuk memulai pekerjaan tehnik dan engineering pendahuluan.

15

Page 16: Draft i Kajian Gas Bumi

Suatu rencana pembangunan akan diajukan kepada pemerintah melalui BP Migas untuk mendapatkan persetujuan. Penentuan paket tender untuk pengadaan dan pembangunan (EPC). Pada tahap awal akan dibor sumur2 produksi, dan jika tekanan berkurang sumur tambahan akan dibor, dan jika diperlukan komressor tambahan akan digunakan untuk mepertahankan kapasitas produksi atau sama dengan deliver ability rate maksimum dalam kontrak, sehingga memastikan keandalan (reability) jaminan penyaluran gas. Kecepatan produksi dimulai dan bertambah menurut ketentuan waktu dan jumlah yang dinyatakan dalam kontrak jual beli gas.

Fasilitas produksi gas ini akan didisain dan dibangun sesuai dengan standar industri yang berlaku umum pada operasi dan produksi migas serta ketentuan pemerintah yang lebih baik, menyangkut persyaratan keamanan dan lingkungan jika terjadi gangguan pada unit pengolahan, sehingga dapat melindungi manusia dan lingkungan karena adanya peralatan alarm dan pemadam kebakaran termasuk peralatan tambahan untuk pemeliharaan.

Keberhasilan proyek pengembangan lapangan gas sangat ditentukan oleh pengetahuan dan informasi yang tepat terhadap permintaan gas baik di dalam negeri maupun di luar negeri, rencana jangka panjang pembangunan nasional yang terintegrasi dengan pengembangan lapangan gas serta memitigasi akan tantangan suplai gas kemasa depan. Untuk menjamin suplai gas yang berkesinambungan sebuah cap/batasan kebutuhan gas ditentukan, sehingga dapat menyeimbangkan antara permintaan gas dalam jangka panjang dengan kemampuan dan kapasitas suplainya. Untuk dapat memaksimumkan nilai tambah gas, gas ethane, gas propane, gas butane akan diekstrak lebih lanjut pada pabrik pengolahan gas, sehingga dapat dimanfaatkan oleh down streem industry untuk pengembangan lebih lanjut sehingga memberikan suplai gas yang stabil sebagai feed stock hal ini akan membuka peluang untuk tumbuhnya kegiatan industry hilir petrokimia.

Pengembangan industry gas merupakan suatu proses yang sangat terintegrasi sehingga membutuhkan perencanaan jangka panjang yang detail akan kemampuan suplai gas, sehingga sesuai dengan peningkatan pertumbuhan permintaan gas dimasa depan. Untuk itu setiap tahun diperlukan adanya pertemuan formal antara produsen gas, transporter, dan konsumen industry pemakai gas, untuk menentukan besarnya perkiraan kebutuhan yang realistis. Karena tingkat permintaan gas sangat ditentukan oleh: Rencana pembangunan ekonomi pemerintah, pertumbuhan sektor

16

Page 17: Draft i Kajian Gas Bumi

industry dan konstruksi, rencana pembangunan pembangkit listrik, rencana ekspor gas dan rencana penggunaan gas untuk transportasi serta kebutuhan gas untuk rumah tangga.

Permintaan gas selalu berfluktuasi secara harian dan mingguan, fluktuasi permintaan harian terjadi dalam siklus 24 jam, permintaan akan gas mencapai tingkat puncak yang tinggi pada siang hari dan menurun pada malam hari. Adapun fluktuasi permintaan mingguan terjadi dengan siklus 7 harian, permintaan lebih tinggi dari rata-rata mingguan terjadi pada hari kerja dan menurun pada hari libur. Sehingga kapasitas pengiriman atau delivery ditetapkan sebesar 10% di atas dari rata2 permintaan untuk tujuan perencanaan suplai dan kontingensi lainnya.

2. Kebijakan Bagi Hasil Pengolahan Gas Bumi dengan KPS

3. Regulasi Pemanfaatan Gas Bumi di Dalam Negeri

17

Page 18: Draft i Kajian Gas Bumi

BAB IV PERKEMBANGAN HARGA GAS BUMI DI DALAM NEGERI VERSUS HARGA INTERNASIONAL

BAB V PERCEPATAN PERLUASAN PASAR GAS BUMI DI DALAM NEGERI

Kondisi energy nasional Indonesia pada tahun 2010 menunjukkan bahwa 52,10% dari energy final yang dikonsumsi berasal dari minyak bumi, 18,50% berasal dari batubara dan hanya 15,60% berasal dari gas bumi. Produksi minyak Indonesia terus menurun sehingga berada di bawah 1 juta barel per hari, hal ini berarti tidak ada lagi minyak murah di masa depan. Selama ini konsumen di Indonesia dimanja dan dipolitisir hidup dengan energy murah untuk rakyat karena memperoleh subsidi. Keadaan ini diperburuk oleh cara pengambilan kebijakan yang salah oleh pemerintah karena terlambat dalam keputusan. Padahal energy yang dibutuhkan oleh masyarakat masih cukup tersedia dalam jumlah yang banyak, lebih murah dan lebih bersih serta akrab lingkungan yaitu gas bumi.

Peningkatan pemanfaatan gas bumi bertujuan untuk memaksimumkan pemakaian gas untuk memperoleh manfaat ekonomi, mengurangi ketergantungan kepada minyak, menjamin suplai energy secara berkelanjutan dengan harga yang terjangkau, menghemat pemakaian energy secara umum serta menunjang tumbuhnya industry nasional berbasis gas bumi yang efisien dan tangguh, karena didukung oleh sumber bahan baku yang cukup dan pasar dalam negeri yang kuat.

Pembangunan sector migas yang besar sejalan dengan pembangunan nasional, akan melibatkan mulai dari kegiatan eksplorasi untuk menemukan cadangan gas bumi, besarnya cadangan gas yang diperkirakan dapat diambil, berapa besar volume gas yang akan dikonsumsi dan siapa yang akan menggunakan gas tersebut. Baru kemudian diputuskan kapan pembangunan konstruksi instalasi fasilitas produksi pengolahan, dan transmisi serta distribusi gas ke konsumen akhir akan dibangun dan kapan gas tersebut dapat dialirkan kepada konsumen. Jadi kunci keberhasilan pembangunan sektor gas bumi ini sangat ditentukan oleh pengetahuan terhadap demand gas, dan rencana jangka panjang pembangunan yang terintegrasi mulai dari lapangan gas serta memitigasi akan tantangan suplai gas di masa depan.

18

Page 19: Draft i Kajian Gas Bumi

1. Permintaan Gas Bumi untuk Pembangkit Listrik2. Permintaan Gas Bumi Untuk Industri 3. Permintaan Gas Bumi Untuk Pupuk 4. Permintaan Gas Bumi Untuk Rumah Tangga dan skala kecil 5. Permintaan Gas Bumi Untuk Transportasi.

BAB VI SARAN DAN REKOMENDASI

19